kdk materi (1)
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan IPTEK di Indonesia semakin pesat, demikian juga perkembangan
pada masyarakat membawa tuntutan baru dalam pelayanan keperawatan. Dimana
masyarakat secara kritis menilai kemampuan, penampilan kerja , sikap etis serta
ketepatan dalam memberikan asuhan keperawatan Bagi pengguna jasa kesehatan di
Indonesia khususnya, kepuasan mendapatkan pelayanan kesehatan masih menjadi sesuatu
yang mahal. Hal ini didukung oleh data tahun 2005 tidak kurang dari 374.000 orang
berobat ke Singapura Mereka berasal dari AS, negara –negara Timur Tengah dan jumlah
terbanyak datang dari Indonesia. (Moedjiono , 2007). Salah satu faktor yang
mempengaruhi pencapaian kepuasaan adalah pengorganisasian tenaga keperawatan.
Era kesejagatan oleh tenaga keperawatan hendaknya dipersiapkan secara benar dan
menyeluruh, mencakup seluruh aspek dan kejadian atau peristiwa yang terjadi atau sedang
berlangsung dalam era globalisasi sekarang ini.Dalam beberapa tahun terakhir dan
menghadapi masa depan, perkembangan IPTEK terjadi dengan sangat cepat. Hal ini
disebabakan adanya perkembangan pesat dari tekhologi transportasi dan komunikasi serta
yang lain-lainnya. Semuanya ini mencerminkan proses pesejagatan dengan segala cirri
dan konsekwensinya. Keperawatan sebagai ilmu pengetahuan terus menerus berkembang,
baik disebabkan adanya tekanan eksternal, maupun karena tekanan internal keperawatan.
Masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat menuntut dikembangkannya pendekatan
dan pelaksanaan asuhan keperawatan yang berbeda.
Keperawatan juga sebagai pelayanan/ asuhan professional bersifat humanistic,
menggunakan pendekatan holistic, dilakukan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan,
berorientasi kepada kebutuhan objektif klien, mengacu pada standar professional
keperawatan dan menggunakan etika keperawatan sebagai tuntutan utama.
Salah satu hal yang terpenting dan tidak bisa terlepas dari proses keperawatan
adalah perawat dituntut untuk selalu melaksanakan asuhan keperawatan dengan benar
atau rasional dan baik atau etikal,Sehingga diharapkan kedepannya masyarakat
mendapatkan pelayanan / asuhan keperawatan yang tepat dan disamping itu juga
1
masyarakat tidak perlu lagi berobat keluar negeri hanya untuk mendapatkan pelayanan
yang terbaik, semuanya bisa mereka dapatkan di Indonesia.
Oleh karena itu perawat dituntut untuk menjalankan proses keperawatan secara
professional,sehingga bisa memberikan pelayanan serta asuhan keperawatan yang
terbaik, yang selalu mengabdi kepada manusia dan kemanusiaan.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka masalah yang dapat
dirumuskan adalah sebagai berikut
a. Apakah yang dimaksud dengan asuhan keperawatan?
b. Bagaimanakah pemberian asuhan yang baik dan benar keperawatan pada
pasien?
c. Metode apa saja yang digunakan dalam pemberian asuhan keperawatan?
C. TUJUAN
Tujuan pembuatan makalah ini adalah :
a. Mengetahui pengertian/definisi asuhan keperawatan.
b. Memahami proses keperawatan dalam hal pemberian asuhan keperawatan
c. Mengetahui metode pemberian askep
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI ASUHAN KEPERAWATAN
1. Proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan secara
langsung kepada klien atau pasien diberbagai tatanan pelayanan kesehatan
2. Dilaksanakan berdasarkan kaidah-kaidah keperawatan sebagai profesi yang
berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, bersifat humanistik, dan berdsarkan
kebutuhan objektif klien untuk mengatasi masalah yang di hadapi klien
3. Merupakan inti pelayanan/praktik keperawatan yang berupaya untuk
a. Membantu mencapai kebutuhan dasar melalui bentuk-bentuk tindakan
keperawatan.
b. Menggunakan ilmu kiat keperawatan dalam setiap tindakan.
c. Memanfaatkan potensi dari berbagai sumber1
B. PROSES KEPERAWATAN DALAM HAL ASUHAN KEPERAWATAN
Asuhan keperawatan adalah faktor penting dalam survival pasien dan dalam aspek-aspek
pemeliharaan, rehabilitasi, dan preventif perawatan kesehatan. Untuk sampai pada hal ini,
profesi keperawatan telah mengidentifikasi proses pemecahan masalah yang menggabungkan
elemen yang paling diinginkan dari seni keperawatan dengan elemen yang paling relevan dari
sistem teori, dengan menggunakan metode ilmiah.2
Proses keperawatan dalam hal asuhan keperawatan ini di perkenalkan pada tahun 1950-an
sebagai proses yang terdiri atas tiga tahap yaitu :
a. Pengkajian
b. Perencanaan
c. Evaluasi
1 H. Zaidin Ali, Dasar-Dasar Keperawatan Profesional (Jakarta: Widya Medika, 2001), hal 122 Tarwoto watonah, Konsep Dasar Manusia (Jakarta : Salemba Medika, 2006), hal 14
3
Ketiga tahap ini didasarkan pada metode ilmiah pengamatan, pengukuran, pengumpulan
data dan penganalisaan temuan. Kajian selama bertahun-tahun, penggunaan dan perbaikan
telah mengarahkan perawat pada pengembangan proses keperawatan menjadi lima langkah
yang konkrit yaitu :
a. Pengkajian
b. Identifikasi masalah(diagnosa)
c. Perencanaan
d. Implementasi
e. Evaluasi
Langkah ini merupakan metode efisien terhadap pengorganisasian proses berpikir untuk
pembuatan keputusan klinis. Kelima langkah ini adalah pusat untuk tindakan keperawatan
dan memberikan asuhan keperawatan kepada pasien secara individual dan kualitas yang lebih
tinggi dalam berbagai situasi. Proses keperawatn dimasukan kedalam kerangka kerja
konseptual dari semua kurikulum keperawatan dan diterima sebagai bagian dari definisi legal
tentang keperawatan dalam Nuse Practice Acts di sebagian besar Negara bagian.
C. TAHAP-TAHAP PROSES KEPERAWATAN
Pengkajian
Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan sistematis untuk
dikaji dan di analisis sehingga masalah kesehatan dan keperawatan yang di hadapi pasien
baik fisik , mental, social maupun spiritual dapat di tentukan. Tahap ini mencakup tiga
kegiatan, yaitu pengumpulan data, analisis data, dan penentuan masalah kesehatan serta
keperawatan.1
Pengumpulan data
Tujuan :
Di peroleh data dan informasi mengenai masalah kesehatan yang ada pada pasien
sehingga dapat di tentukan tindakan yang harus di ambil untuk mengatasi masalah tersebut
yang menyangkut aspek fisik, mental, social dan spiritual serta factor lingkungan yang
mempengaruhinya. Data tersebut harus akurat dn mudah di analisis.
Data yang dibutuhkan mencakup :
11 H. Zaidin Ali, Dasar-Dasar Keperawatan Profesional (Jakarta: Widya Medika, 2001), hal 12
4
1. Segala sesuatu tentanfg pasien sebagai makhluk bio-psiko-sosio-spriual.
2. Data yang berkaitan dengan segala sesuatu yang memengaruhi kesehatan
keluarga/masyarakat diberikan adalah erhadap keluarga/masyarakat.
3. Data tentang sumber daya (tenaga, peralatan, dan dana) yang tersdia untuk mengatasi
masalah yang terjadi.
4. Data lingkungan yang memengaruhi pasien.
Jenis data :
1. Data objektif, yaitu data yang diperoleh melalui satu pengukuran, pemeriksaan, dan
pengamatan, misalnya suhu tubuh tekanan darah serta warna kulit.
2. Data subjektif, yaitu data yang diperoleh dari keluhan yang di rasakan pasien, atau dari
keluarga pasien/saksi lain misalnya, kepala pusing, nyeri dan mual.
Sumber data :
1. Sumber data primer , yakni data yang dikumpulkan dari pasien yang berdasarkan hasil
pemeriksaan.
2. Sumber data sekunder, yakni data yang diperoleh dari orang lain, misalnya keluarga atau
orang terdekat pasien.
3. Sumber lain yang dapat di percaya, misalnya rekam medic dan catatan riwayat pasien.1
Cara pengumpulan data :
1. Wawancara/anamnesis
Wawancara/anamnesis adalah komunikasi timbal balik berbentuk tanya jawab antara
perawat dengan pasien atau keluarga pasien tentang hal-hal yang berkaitan dengan
kesehatan pasien. Dalam hal ini, perawat membina hubungan baik dengan pasien sebelum
memulai wawancara. Wawancara dilakukan dengan penuh keramahan, keterbukaan,
menggunakan bahasa yang sederhana dan kenyamanan pasien terjamin. Semua hasil
wawancara dicatat dalam format proses keperawatan.
2. Pengamatan
Pengamatan pasien dilakukan baik terhadap fisik, perilaku, dan sikap dalam rangka
menegakkan diagnosis keperawatan. Pengamatan ini dilakukan dengan menggunakan
panca indra. Semakin banyak panca indra yang terlibat maka hasil pengamatan
11 H. Zaidin Ali, Dasar-Dasar Keperawatan Profesional (Jakarta: Widya Medika, 2001), hal 13
5
pengamatan akan semakin baik. Hasil pengamatan ini dicatat dalam format proses
keperawatan.
3. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik adalah upaya menegakkan diagnosis keperawatan dengan cara
sebagai berikut..
a. Inspeksi, yakni melihat bagian tubuh pasien yang sakit (lihat tabel)
b. Palpasi, yaitu suatu pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara meraba bagian
tubuh yang sakit.1
Sasaran pengamatan fisik
NO SASARAN TANDA-TANDAKEMUNGKINAN
MASALAH
1
2
3
4
5
6
Mata
Hidung
Mulut
Tenggorokan
Leher
Kulit
Kuning
Merah
Pucat
Edema
Jaringan
Mulut kering
Gusi merah
Bengkak
Merah
Bengkak
Bengkak
Kering
Keriput
Pucat
Biru
Merah
Ikterus
Radang
Anemia
Radang
Polip
Sariawan
Gingivitis
Gigi berlubang
Faringtis
Tonsillitis
Struma/gondok
Kurang cairan
Kurang darah
Sianosis
Radang
11 H. Zaidin Ali, Dasar-Dasar Keperawatan Profesional (Jakarta: Widya Medika, 2001), hal 14
6
c. Auskultasi, yaitu suatu pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan
bunyi bagian tubuh tertentu dan biasanya nggunakan stetoskop, misalnya mendengar
denyut jantung, bising usus, dan suara paru.
d. Perkusi, suatu pemeriksaan yang dilakukan dengan cara mengetukkan jari
telunjuk/kepalan tangan /alat (hammer) pada tangan yang lain diatas bagian tubuh yang
diperiksa.1
Analisis data
Analisis data adalah kemampuan dalam mengembangkan kemampuan berpikir
rasional sesuai latar belakang ilmu pengetahuan. Langkah-langkah dalam menganalisis data
sebagai berikut.
Pengelompokkan data
1) Data fisiologis/biologis
a. Riwayat kesehatan dan penyakit
b. Masalah kesehatan saat ini
c. Masalah gangguan fungsi sehari-hari
d. Masalah resiko tinggi
e. Pengaruh perkembangan terhadap kehidupan.
2) Data psikologis
a. Perilaku
b. Pola emosional
c. Konsep diri
d. Gambaran diri
e. Penampilan intelektual
f. Tingkat pendidikan
g. Daya ingat
3) Data social
a. Status ekonomi
b. Kegiatan rekreasi
c. Bahasa dan komunikasi
11 H. Zaidin Ali, Dasar-Dasar Keperawatan Profesional (Jakarta: Widya Medika, 2001), hal 14
7
d. Pengarah kebudayaan
e. Sumber-sumber masyarakat
f. Factor risiko lingkungan
g. Hubungan social
h. Hubungan dengan keluarga
i. Pekerjaan
4) Data spiritual
a. Nilai-nilai/norma
b. Kepercayaan
c. Keyakinan
d. Moral1
Tabulasi data
Data yang telah diperoleh kemudian ditabulasi sehingga mudah di bandingkan dengan
standar, diinterpretasi, dan ditentukan alternative permasalahannya.
Perumusan masalah
Dari analisis data yang telah dilakukan, dapat dirumuskan beberapa masalah kesehatan.
Masalah kesehatan tersebut ada yang bisa diintervensi dengan asuhan keperawatan (masalah
keperawatan) tetapi ada juga yang tidak.
11 H. Zaidin Ali, Dasar-Dasar Keperawatan Profesional (Jakarta: Widya Medika, 2001), hal 15
8
Masalah kesehatan
Dapat diintervensi dengan askep Tidak (masalah medis)
(masalah keperawatan)
Buat rumusan masalah
Susun urutan prioritas
Diagnosis keperawatan prioritas1
11 H. Zaidin Ali, Dasar-Dasar Keperawatan Profesional (Jakarta: Widya Medika, 2001), hal 16
9
Diagnosa Keperawatan (Identifikasi Masalah)
Diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan dan, mengatasi
kebutuhan spesifik pasien serta respons terhadap masalah aktual dan risiko tinggi. Label
diagnosa keperawatan yang terbaru dikembangkan oleh North American Nursing Diagnosis
Association (NANDA ).3
Definisi Kerja Diagnosa Keperawatan NANDA
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respons individu, keluarga,
atau komunitas terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan yang aktual dan potensial.
Diagnosa keperawatan memberikan dasar pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai
hasil yang menjadi tanggung gugat perawat.
Terdapat beberapa langkah yang tercakup dalam proses identifikasi masalah. Dengan
mengintegrasikan langkah-langkah ini memberikan pendekatan sistematik untuk
mengidentifikasi diagnosa keperawatan secara akurat.
1. Pengumpulan data dasar pasien (wawancara keperawatan, pengkajian fisik, serta
pemeriksaan laboratorium dan diagnostik) disertai dengan informasi yang
dikumpulkan oleh pemberi asuhan kesehatan.
2. Menelaah dan menganalisa data pasien.
3. Mensintesis data pasien yang telah dikumpulkan sebagai satu kesatuan kemudian
memberi label penilaian klinis anda tentang respons pasien terhadap masalah-
masalah aktual atau risiko tinggi.
4. Membandingkan dan membedakan hubungan antara penilaian klinis anda terhadap
catatan faktor-faktor yang berhubungan dan batasan karakteristik NANDA untuk
diagnosa keperawatan tertentu. Tahap ini penting untuk memilih label diagnosa
keperawatan yang sesuai untuk digunakan dalam membuat pernyataan diagnostik
spesifik pasien.
5. Menggabungkan diagnosa keperawatan dengan faktor-faktor yang berhubungan dan
batasan karakteristik untuk membuat pernyataan diagnostik pasien. Sebagai contoh,
pernyataan diagnostik untuk pasien paraplegi dengan ulkus dekubitus dapat dibaca:
33 Marilynn E. Doenges dkk, Rencana Asuhan Keperawatan Ed. 3 (Jakarta: EGC, 2000), hal 8
10
Integritas Kulit, kerusakan, yang berhubungan dengan tekanan, kerusakan sirkulasi,
dan penurunan sensasi yang dibuktikan oleh luka basah, area sakral.
Diagnosa keperawatan adalah setepat data yang ada karena ditunjang oleh data
terbaru yang dikumpulkan. Diagnosa keperawatan ini mencatat bagaimana situasi pasien
pada saat itu dan harus mencerminkan perubahan yang terjadi pada kondisi pasien.
Identifikasi masalah dan penentuan diagnostik yang akurat memberikan dasar untuk memilih
intervensi keperawatan.
Diagnosa keperawatan dapat berupa respons fisik atau psikososial. Diagnosa
keperawatan fisik dapat mencakup hal-hal yang berkaitan dengan proses-proses fisik, seperti
sirkulasi (Perubahan Perpusi Jaringan); ventilasi (Kerusakan Pertukaran Gas); dan eliminasi
(Konstipasi). Diagnosa keperawatan psikososial dapat mencakup hal-hal yang berkaitan
dengan pikiran (Perubahan Proses Pikir); emosi (Ketakutan); atau gaya hidup/berhubungan
(Perubahan Kinerja Peran). Tidak seperti diagnosa medik, diagnosa keperawatan berubah
sesuai dengan kemajuan pasien melalui berbagai tahapan penyakit/maladaptasi untuk
penyelesaian masalah atau kesimpulan dari suatu kondisi. Setiap keputusan yang dibuat
perawat adalah ketergantungan terhadap waktu dan, dengan tambahan informasi yang
dikumpulkan pada waktu berikutnya, dapat mengubah keputusan. Sebagai contoh,
masalah/kebutuhan awal untuk pasien yang menjalani bedah jantung dapat berupa Nyeri,
Curah Jantung, Bersihan Jalan Napas, dan Risiko Tinggi untuk terjadinya Infeksi. Sejalan
dengan kemajuan pasien, masalah/kebutuhan akan berubah menjadi Intoleransi Aktivitas,
Kurang Pengetahuan, dan Kinerja Peran.3
Hasil Pasien yang Diperkirakan
Hasil pasien yang diperkirakan didefinisikan sebagai hasil intervensi keperawatan dan
respons-respons pasien yang dapat dicapai, diinginkan oleh pasien dan/atau pemberi asuhan,
dan dapat dicapai dalam periode waktu yang telah ditentukan, situasi dan sumber-sumber
tertentu yang ada. Hasil yang diinginkan ini merupakan langkah yang dapat diukur mengarah
pada tujuan-tujuan saat pulang yang telah ditetapkan sebelumnya. Hasil pasien yang
diperkirakan yang baik harus :
33 Marilynn E. Doenges dkk, Rencana Asuhan Keperawatan Ed. 3 (Jakarta: EGC, 2000), hal 9
11
1. Spesifik.
2. Realistik.
3. Dapat diukur.
4. Menunjukkan kerangka waktu pencapaian yang pasti.
5. Mempertimbangkan keinginan dan sumber pasien.
Hasil pasien yang diharapkan ditulis dengan menyebutkan item-item dan/atau
perilaku yang dapat diamati dan dipantau untuk menentukan apakah hasil-hasil yang dapat
diterima sudah tercapai atau belum dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Digunakan
kata kerja aksi dan jangka waktu, spt., “pasien akan ambulasi, menggunakan tongkat, dalam
48 jam setelah pembedahan”. Kerangka waktu ini tergantung pada lama rawat pasien yang
diprogramkan atau diantisipasi, sering ditentukan oleh klasifikasi kelompok diagnosa yang
berhubungan (diagnosis related group [DRG]) dan mempertimbangkan adanya komplikasi
atau situasi lain (spt., usia)
Jika hasil yang diharapkan ditulis dengan tepat, maka mereka akan memberikan arah
dalam perencanaan dan validasi intervensi keperawatan. Pertimbangkan kedua hasil pasien
yang diharapkan berikut: “mengidentifikasi kebutuhan nutrisi individu dalam 36 jam” dam
“Merumuskan rencana diet berdasarka kebutuhan nutrisi yang teridentifikasi dalam 72 jam.”
Berdasarkan pada kejelasan hasil yang diharapkan ini, perawat dapat memilih
intervensi keperawatan untuk memastikan bahwa pengetahuan tentang diet pasien dikaji,
kebutuhan individual teridentifikasi, dan penyuluhan tentang nutrisi diberikan.3
Perumusan Diagnosis Keperawatan
Sesuai dengan data kesehatan yang telah dikumpulkan maka diagnosis keperawatan memiliki
2 bentuk, yaitu :
1. Aktual, yaitu diagnosis keperawatan yang menjelaskan masalah yaitu yang sudah
ada pada saat pengkajian dilakukan.
Contoh : suhu 39o C, bibir pecah, turgor, jelek, diare 5 x sehari.
Diagnosis : peningkatan suhu tubuh, berhubungan dengan kehilangan caran yang
berlebihan. (diare)
33 Marilynn E. Doenges dkk, Rencana Asuhan Keperawatan Ed. 3 (Jakarta: EGC, 2000), hal 9
12
2. Potensial, yaitu diagnosis keperawatan yag dijelaskan masalah nyata yang akan
terjadi bila tindakan keperawatan tidak dilakukan. Jadi dapat dikatakan bahwa
masalah belum terjadi tetapi penyebab telah muncul.
Contoh : risiko tinggi gangguan fungsi seksual berhubungan dengan dampak
prosedur histeroktomi.
Perumusan diagnosis keperawatan dapat dilakukan denga dua cara, yakni :
1. Dengan rumus PES
Rumus: DK = P + E + S
DK = Diagnosi Keperawatan
P = Problem/masalah
E = Etiologi
S = Sympton (gejala)
Contoh:
Imobilitas (P), berhubungan dengan pemanasan gips pada tingkai (E), yang
ditandai denagan rasa nyeri di daerah tungkai.
2. Denagan Rumus PE
Rumus DK = P + E
Contoh:
Imobolitas (P), berhubungan dengan pemanasan gips pada tungkai (E)
Penyusunan rencana asuhan keperawatan
Pengertian
Hunt jeniffer mark
Rencana asuhan keperawatan adalah catatan yang berisi tentang intervensi dan
rencana keperawatan.
Mayer
Rencana asuhan keperawatan adalah pengkajian dan pengidentifikasian
masalah yang sistematis, penentuan tujuan, serta strategi pelaksanaan masalah.3
33 Marilynn E. Doenges dkk, Rencana Asuhan Keperawatan Ed. 3 (Jakarta: EGC, 2000), hal 10
13
Pusdiklat DJJ Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan
yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis keperawatan yang
telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien
Lu verne wilft RN. M. dkk
Rencana pelayanan keperawatan adalah tindakan yang dilakukan ketika
memberikan pelayanan perawatan kepada seseorang.
Zaidin ali
Perencanaan keperawatan adalah perumusan tujuan, tindakan, dan penilaian
rangkaian asuhan keperawatan pada pasien/klien berdasarkan analisis pengkajian agar
masalah kesehatan dan keperawatan pasien dapat diatasi.
Terdapat berbagai metoda untuk mengomunisasikan asuhan keperawatan klien. Salah
satunya adalah rencana asuhan keperawatan, yang didasarkan pada data pengkajian dan
mencakup diagnosa keperawatan, tujuan, hasil yang diharapkan, dan aktivitas dan strategi
keperawatan spesifik. Di banyak lingkungan rencana asuhan keperawatan sudah
diintegratasikan ke dalam rencana usaha multidisiplin. Komponen keperawatan dari rencana
dapat dengan mudah dikenali.
Metoda yang kedua adalah jalur kritis. Jalur kritis adalah rencana tindakan
multidisiplin yang meresepakan intervensi dan batasan waktu untuk mencapai hasil yang
diperkirakan untuk klien tertentu sepanjang lama rawat yang direncanakan.3
Tujuan Rencana Perawatan
Rencana asuahan kaperawatan adalah pedoman tertulis untuk perawatan klien. Rencana
perawatan tertulis mendokumentasikan kebutuhan perwatan kesehatan klien, yang ditentukan
oleh pengkajian dan diagnosa keperawatan, tujuan, dan hasil yang diharapkan yang
dirumuskan selam perencanaan. Selain itu, rencana perawatan tertulis mengomunikasikan
kepada perawat lain dan profesional perawatan kesehatan lain tentang data pengkajian yang
berkaitan yang didapat dari klien, daftar masalah, dan terapi. Rencana perawatan tertulis
mengurangi risiko perawatan yang tidak lengkap, tidak tepat, atau tidak akurat.
33 Marilynn E. Doenges dkk, Rencana Asuhan Keperawatan Ed. 3 (Jakarta: EGC, 2000), hal 11
14
Rencana perawatan terorganisasi sehingga setiap perawat dapat dengan cepat
mengidentifikasi tindakan keperawatan yang diberikan. Di lingkungan rumah sakit dan unit
rawat jalan serta komunitas, klien sering menerima perawatan lebi dari satu perwat, doter,
atau tenaga profesional kesehatan lainnya. Rencana asuhan keperawatan tertulis membuat
koordinasi asuhan keperawatan, konsultasi subspesialitas, dan penjadwalan pemeriksaan
diagnostik menjadi mungkin adanya.
Rencana perawatan dapat juga mengidentifikasi dan mengoordinasi sumber yang
digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan. Membuat daftar dari peralatan dan suplai
spesifik untuk tindakan keperawatan adalah suatu metode yang murah untuk memilih
peralatan. Jika semua peralatan dan suplai dimasukkan ke dalam rencana perawatan, maka
waktu perawat dapat digunakan lebih efektif dalam memberikan asuhan.
Rencana asuahan keperawatan meningkatkan kontinuitas asuhan keperawatan dengan
membuat daftar spesifik tindakan keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan
perawata. Aktivitas keperawatn ini dapat dijalankan setiap hari. Rencana asuhan keperawatan
yang dirumuskan dengan tepat memfasilitasi kontinuitas asuhan perawatan dari satu perawat
keperawat lainnya. Sebagai hasil, semua perawat mempunyai kesempatan untuk memberikan
asuhan yang berkualitas tinngi dan konsisten.4
Rencana asuhan keperawatan tertulis mengatur pertukaran informasi oleh perawat
dalam laporan ini pada rencana keperawatan dan tnidakan yang dijabarkan dalam rencana
perawatan. Pada akhir dinas juga, perawat mendiskusikan rencana perawatan dengan pemberi
perawatan berikutnya. Denagn demikian semua perawat mampu mendiskusikan informasi
terbaru dan yangberkaitanmengenai rencana perawatan klien.
Rencana perawatan tertulis juga mencakup kebutuhan klien jangka panjang.
Memadukan tujuan dari rencana perawatan kke dalam perencanaan pulang terutama sekali
penting bagi klien yang akan menjalani rehabilitasi jangka panjang di komunitas. Rencana
perawatan yang lengkap meningkatkan kontnuitas asuhan keperawatan di antara perawat di
rumah sakit dan komunitas.
Bedah hari yang sama dan pemulangan awal dari runah sakit mengharuskan perawat
untuk merencanakan kebutuhan-kebutuhan pemulangan pada rencana asuhan pada saat klien
memasuki lembaga perawatan kesehatan. Mortensen & Mc Mullin (1986) menuliskan bahwa
44 Potter & Perry, Fundamental Keperawatan (Jakarta: EGC, 2005), hal 273
15
pengkajian yang tidak lengkap dan tidak adanya kriteria hasil yang dapat diukur akan
memperpanjang lama rawat klien di pusat klinik bedah satu hari. Lama rawat klien
diperpanjang karena tidak ada kriteria yang didokumentasikan, yang dapat diukur
untukkesiapan pemulangan pada rencana asuhan kep[erawatan pasca operatif. Sebagai akibat,
terdapat kebingungan di antara tim perawatan kesehatan sepsertikapan klien seharusnya
sudah dapat dengan aman dipulangkan dari lembaga tersebut.
Ketika mengembangkan srencana perawatan individual, perawat melibatkan keluarga
dan klien. Keluarga adalah sumber yang dapat digunakan untuk membantu klien mencapai
tujuannya. Selain itu dengan memenuhi beberapa kebutuhan keluarga dapat memperbaiki
tingkat kesejahtraan klien.
Hal terakhir yang didokumentasikan pada rencana asuhan keperawatan adalah kriteria
hasil yang diperkirakan yang digunakan dalam mengevaluasi asuhan. Pendaftaran kriteria
yang sesuai memberikan perawat pernyataan objektif yang membantu menentukan apakah
tujuan asuhan telah tercapai.
Rencana asuhan yang lengkap adalah merupakan cetak biru untuk tindakan
keperawatan. Rencana asuhan tersebut memberi arahan untuk penerapan rencana dan
kerangka kerja untuk penerapan rencana dan kerangka kerja untuk evaluasi respons klien
tehadap tindakan keperawatan.4
Jadi rumusan tujuan asuhan keperawatan harus berfokus pada pasien, jelas, singkat,
dapat di ukur, dalam periode tertentu, realistic, dan ditentukan bersama antara perawat dan
pasien. Pencapaian tujuanharus menggunakan criteria tertentu yang mencakup :
Tujuan (T)
Subjek (S) = perilaku pasien yang dapat diamati
Predikat (p) = suatu kondisi yang melengkapi pasien
Criteria (ka) = untuk menentukan tercapainya tujuan
Kuondisi (k2) = sesuatu yang menyebabkan asuhan keperawatan diberikan.
Rumus : T = S + P + K1 + K2
Contoh :
Pasien (s) dapat bernafas secara normal (p) tanpa bantuan kateter oksigen(k1) yang
dipasang perawat melalui saluran pernapasan (k2).
44 Potter & Perry, Fundamental Keperawatan (Jakarta: EGC, 2005), hal 274
16
D. PERENCANAAN IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Perencanaan implementasi keperawatan adalah perumusan tindakan yang harus
dilakukan derdasarkan diagnosis pasien. Tindakan tersebut dapat di bagi dalam lima
kelompok :
1. Assistif, yaitu tindakan yang dilakukan untuk membantu pasien agar mampu
melaksanakan kegiatannya sehari-hari
2. Higienik, yaitu tindakanyang dilakukan untuk memnbantu pasien dalam memelihara
kebersihannya.
3. Rehabilitative, yaitu tindakan yang dilakukan untuk membantu pasien dalam
menunjang
fungsi mandiri dalamhal mobilitas, penggunaan alat khusus, perlengkapan, fungsi
fall, perencanaan bersama, pembinaan partisipasi pasien, dan perencanaan
pendanaan.
4. Suportif, yaitu tindakan yang dilakukan untuk memberikan motivasi dan
dukunganpada pasien, antara lain :
a. Pemenuhan kebutuhan tubuh seperti,O2, makanan, dan cairan
b. Melancarkan proses eliminasi, latihan, istirahat, rekreasi, dan tidur
c. Mengusahakan rasa nyaman baik fisik,
5. Preventif, yaitu tidakan yang dilakukan untuk menghindari penyakit, mencegah
komplikasi, dan mencegah penyalahgunaan alat atau obat.
6. Observatif, yaitu tindakan yag dilakukan dengan mengamati hasil pemeriksaan dan
penelitian, dan memantau respons pasien terhadap penyakit dan pengobatan.
7. Edukatif, yaitu tindakan yang dilakukan untuk mendidik, membimbing, dan melatih
pasien dan keluarga dalam hal kesehatan.
8. Delegatif, yaitu tindakan keperawatan berdasarkan instruksi dokter atau profesi lain
yang dilimpahkan kepada perawat.5
55 Nursalam, Manajemen Keperawatan (Jakarta: Salemba Medika, 2002) hal 33
17
Implementasi keperawatan
Pelaksanaan tindakan keperawatan merupakan langkah ke empat dari proses keperawata.
Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan perawat harus bekerja sama dengan anggota
keperawatan lain degan pasien/ keluarga dan petugas kesehatan lain. Perawat harys selalu
mengingat prinsip 6 S setiap melakukan tindakan yaitu :
1. Senyum
2. Salam, beri salam kepada pasien sesuai dengan agama dan budaya setempat misal,
Horas ! (Batak)
3. Sapa, beri sapaan yang manis kepada pasien/ keluarga pasien misal :
“apakah bapak bisa tidur tadi malam ? apakah ibu sudah makan ?”
4. Sopan satun, dalam arti perawat menghargai hak-hak pasien.
5. Sabar
6. Syukur, perawat harus bersyukur apapun hasil asuhan yang di berikan.
Selain itu dalam memberikan pelayanan, perawat harus melaksanakannya dengan :
1. Disiplin : mengikuti tata tertib, norma-norma kode etik sesuai disiplin ilmu yang
telah dikuasainya.
2. Inovatif : peraeat harus berwawasan luas dan harus mampu menyesuaikan diri
degan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi (IPTEK) berdasarkan kepada
iman dan taqwa (IMTAQ) .
3. Rasional : perawat harus berpikir dan bertindak secara rasional demi keselamatan
pasien yang dirawatnya.
4. Integrated : perawat harus mampu bekerja sama dengan sesama profesi, tim
kesehatan yang lain, pasien atau keluarga pasien berdasarkan azas kemitraan.
5. Mampu dan mandiri : perawat harus mampu dan mandiri serta kompeten.
6. Urgen : perawat harus yakin dan pecaya atas kemampuannya dan bertindak dengan
sikap optimis bahwa asuhan keperawatan yang diberikan akan berhasil.5
PERENCAAAN PENILAIAN (EVALUASI)
Perencanaan evaluasi membuat kriteria keberhasilan proses dan keberhasilan
tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan jalan membandingkan antara
proses dengan pedoman/rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat
55 Nursalam, Manajemen Keperawatan (Jakarta: Salemba Medika, 2002) hal 34
18
dilihat dengan membandingkan antara tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan sehari-
hari dan tingkat kemajuan kesehatan pasien dengan tujuan yang telah dirumuskan
sebelumnya (fase pengkajian dan diagnosis)
PELAKSANAAN PENILAIAN (EVALUASI)
Perawat melaksanakan evaluasi sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Sasaran evaluasi
Sesuai dengan rencana evaluasi maka sasaran evaluasi adalah sebagai berikut.
1. Proses asuhan keperawatan, berdasarkan kriteria/rencana yang telah disusun.
2. Hasil tindakan keperawatan, berdasarkan kriteria keberhasilan yag telah dirumuskan
dalam rencana evaluasi.
Hasil evaluasi
Terdapat tiga kemugkinan hasil evaluasi, yaitu :
1. Tujuan tercapai, apabila pasien telah menunjukkan perbaikan/kemajuan sesuai
dengan kriteria yang telah ditetapkan.
2. Tujuan tercapai sebagian, apabila tujua ii tidak tercapai secara maksimal, sehingga
perlu dicari penyebab dan cara mengatasinya.
3. Tujuan tidak tercapai, apabila pasien tidak menunjukkan perubahan/kemajuan sama
sekali bahkan timbul masalah baru. Dalam hal ini perawat perlu untuk mengkaji
secara lebih mendalam apakah terdapat data, analisis, diagnosis, tindkan, dan faktor-
faktor lain yang tidak sesuai yang menjadi penyebab tidak tercapainya tujuan.
Metode Pemberian Asuhan Keperawatan
Terdapat 4 metode pemberian asuhan keperawatan yaitu metode fungsional, metode kasus,
metode tim dan metode keperawatan primer (Gillies, 1989).
Dari keempat metode ini, metode yang paling memungkinkan pemberian pelayanan
profesional adalah metode tim dan primer. Dalam hal ini adanya sentralisasi obat, timbang
terima, ronde keperawatan dan supervise.5
E. HUBUNGAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN HAK-HAK KLIEN
The American Hospital Association’s (1972) menerbitkan tulisan tentang pernyataan
hak-hak pasien. Menyadari hal tersebut, National Leaque For Nursing (NLN, 1959), sejenis
55 Nursalam, Manajemen Keperawatan (Jakarta: Salemba Medika, 2002) hal 35
19
Persatuan Perawat Nasional di Amerika, menyusun suatu rancangan awal pernyataan hak-hak
pasien dengan asumsi dasar sebagai berikut :
1. Asuhan keperawatan mencakup promosi kesehatan, asuhan dan pencegahan penyakit,
ketidakmampuan dan rehabilitasi. Asuhan keperawatan dapat diberikan melalui proses
pengajaran, penyuluhan, dan dukungan emsional, serta perawatan pada waktu ia sakit.
2. Asuhan keperawatan merupakan bagian integral dari asuhan kesehatan secara menyeluruh
dan direncanakan, serta diberikan dalam kombinasi dengan pelayanan medis, pendidikan,
dan kesejahteraan.
3. Tenaga keperawatan menghadapi individualitas, martabat, dan hak-hak setiap orang tanpa
memandang ras, warna kulit, derajat, kebangsaan, status sosial dan ekonomi.6
66 http://yenibeth.wordpress.com/2008/05/31/proses-keperawatan-introduction-1/
20
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Asuhan Keperawatan adalah proses atau rangkaian kegiatan pada praktik
keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien atau pasien diberbagai tatanan
pelayanan kesehatan
Asuhan keperawatan juga merupakan faktor penting dalam survival pasien dan dalam
aspek-aspek pemeliharaan, rehabilitasi, dan preventif perawatan kesehatan.
Proses keperawatan terbagi menjadi lima langkah yang konkrit yaitu : Pengkajian,
Identifikasi masalah(diagnosa), Perencanaan, Implementasi, dan Evaluasi.
Langkah ini merupakan metode efisien terhadap pengorganisasian proses berpikir
untuk pembuatan keputusan klinis. Kelima langkah ini adalah pusat untuk tindakan
keperawatan dan memberikan asuhan keperawatan kepada pasien secara individual dan
kualitas yang lebih tinggi dalam berbagai situasi.
Metode Pemberian Asuhan Keperawatan
Terdapat 4 metode pemberian asuhan keperawatan yaitu metode fungsional, metode kasus,
metode tim dan metode keperawatan primer (Gillies, 1989).
B.SARAN
Diharapkan kepada rekan-rekan calon perawat agar lebih giat mempelajari serta
menggali informasi-informasi tentang pemberian asuhan keperawatan yang baik dan benar
sehingga kedepannya nanti bisa meminimalisir kesalahan dalam pemberian, pelayanan
terhadap pasien
DAFTAR PUSTAKA
21
1. Ali,zaidin .2000.Dasar-dasar keperawatan profesional.Widya medika:Jakarta.
2. Watonah,tarwoto .2006.Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses perawatan,
Edisi3.Salemba medika:Jakarta.
3. Doenges,Marilyn E Dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC :Jakarta.
4. Potter and Perry. 2005.Fundamental keperawatan.Edisi 4.EGC : Jakarta
5. Nursalam.2002.Manajemen keperawatan.Salemba Medika:Jakarta.
6. http://yenibeth.wordpress.com/2008/05/31/proses-keperawatan-introduction-1/
22