kearifan lokal masyarakat kajang dalam …
TRANSCRIPT
KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT KAJANG DALAMMEMANFAATKAN TANAMAN TARUM (Indigoferatinctoria)
SEBAGAI PEWARNA KAIN PADA HUTAN ADATAMMATOA KECAMATAN KAJANG
KABUPATEN BULUKUMBA
SKRIPSI
HERLINA
105950063015
PROGRAM STUDI KEHUTANANFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSARMAKASSAR
2020
KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT KAJANG DALAMMEMANFAATKAN TANAMAN TARUM (Indigofera tinctoria)
SEBAGAI PEWARNA KAIN PADA HUTAN ADATAMMATOA KECAMATAN KAJANG
KABUPATEN BULUKUMBA
THE LOCAL WISDOM OF THE KAJANG COMMUNITY INUTILIZING THE TARUM PLANT (Indigoferat inctoria) AS A
COLORING AGENT IN THE CUSTOMRY FORESTAMMATOA KECAMATAN KAJANG KABUPATEN
BULUKUMBA
SKRIPSI
HERLINA
105950063015
PROGRAM STUDI KEHUTANANFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSARMAKASSAR
2020
KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT KAJANG DALAMMEMANFAATKAN TANAMAN TARUM (Indigofera tinctoria)
SEBAGAI PEWARNA KAIN PADA HUTAN ADATAMMATOA KECAMATAN KAJANG KABUPATEN
BULUKUMBA
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Serjana Kehutanan StrataSatu (S-1)
HERLINA
105950063015
PROGRAM STUDI KEHUTANANFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSARMAKASSAR
2020
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Kearifan Lokal Masyarakat Kajang DalamMemanfaatkan Tanaman Tarum (Indigofera tinctoria)Sebagai Pewarna Kain Pada Hutan Adat AmmatoaKecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba
Nama : Herlina
Stambuk : 105950063015
Program Studi : Kehutanan
Fakultas : Pertanian
Makassar, Januari 2020
DisetujuiPembimbing I Pembimbing II
Dr. Ir. Hajawa, M.P Dr. Hasanuddin Molo, S.Hut, M.P.,IPMNIDN : 0003066407 NIDN : 0907028202
Diketahui Oleh,
Dekan Fakultas Pertanian Ketua Program Studi
Dr. H. Burhanuddin, S.Pi., M.P Dr. Ir. Hikmah, S.Hut., M.Si.,IPM.IDN : 0912066901 NIDN : 0011077101
iii
HALAMAN KOMISI PENGUJI
Judul : Kearifan Lokal Masyarakat Kajang DalamMemanfaatkan Tanaman Tarum (Indigofera tinctoria)Sebagai Pewarna Kain Pada Hutan Adat AmmatoaKecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba
Nama : Herlina
Stambuk : 105950063015
Program Studi : Kehutanan
Fakultas : Pertanian
SUSUNAN TIM PENGUJI
NAMA TANDA TANGAN
Dr. Ir. Hajawa, M.PPembimbing I (………………………………)
Dr. Hasanuddin Molo, S.Hut, M.P.,IPMPembimbing II (………………………………)
Dr. Ir. Irma Sribianti, S.Hut., M. P., IPMPenguji I
(………………………………)
Andi Azis, Abdullah, S.Hut., M.P.Penguji II
(………………………………)
Tanggal lulus : 04 Februari 2020
HAK CIPTA
@Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
1. Dilarangmengutipsebagianatauseluruhkaryatulisinitanpamencantumkanatau
menyebutkansumber
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan
karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu
masalah
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar Unismuh Makassar.
2. Dilarangmengumumkandanmemperbanyaksebagianatauseluruhkaryatulisdal
ambentuklaporanapapuntanpaizinUnismuh Makassar.
ABSTRAK
HERLINA (105950063015). Kearifan Lokal Masyarakat Kajang DalamMemanfaatkan Tanaman Tarum (Indigofera tinctoria) Sebagai Pewarna Kain PadaHutan Adat Ammatoa Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba. Dibawahbimbingan Hajawa dan Hasanudding Molo
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sumber dari tanaman tarum sebagai zatpewarna dan pemanfaatan tanaman tarum sebagai pewarna alami untuk kain tenuntradisional di Masyarakat Adat Ammatoa Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba.Penelitian ini dilaksanakan pada kawasan Hutan Adat Kajang dan masyarakat AdatKajang Di Desa Ammatoa Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba. Metode yangdigunakan yaitu Metode Purposive Sampling. Penelitian ini menggunakan analisisdata Deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sumber zat pewarna tanamantarum (Indigofera tinctoria) yaitu dari perkebunan masyarakat Kajang dimanatanaman tarum ini di tanam pada lahan kosong milik pribadi dengan luas lahan dari30 responden jumlah keseluruhan lahan yaitu 1,877 m². Manfaat Tanaman Tarumbanyak dimanfaatkan oleh masyarakat Kajang yaitu sebagai zat pewarna, tahap-tahappembuatan zat pewarna yaitu memetik daun tarum, membersihkan dan menimbangdaun tarum, merendam daun tarum, menghaluskan daun tarum, pengapuran air tarum,pengendapan air tarum, pengendapan air tarum dan air kapur, dan penyimpanan airtarum dalam korong. Kegiatan menenun adapun tahap-tahap dalam pembuatan tenunyaitu menyiapkan benang yang sudah diberi zat pewarna, mappaturung benang,kegiatan anggane, kegiatan menghilangkan bulu-bulu kasar pada benang (Attasi),kegiatan merapikan benang (Ajjangka), kegiatan menenun, pencucian kain tenun,penjemuran kain tenun, dan pemanfaatan kain tenun.
Kata Kunci: Tarum (Indigofera tinctoria), Masyarakat Adat Kajang, Zat PewarnaAlami, Kain Tenun Tradisional.
ABSTRACT
HERLINA (105950063015). Local Wisdom of the Kajang Community in UtilizingTarum (Indigofera tinctoria) Plants as Fabric Dyes in Ammatoa Indigenous Forest,Kajang District, Bulukumba Regency. Under the guidance of Hajawa andHasanudding Molo
This study aims to determine the source of tarum plants as coloring agents and theuse of tarum plants as natural dyes for traditional woven cloths in the AmmatoaIndigenous Peoples, Kajang Subdistrict, Bulukumba Regency. This research wascarried out in the Kajang Customary Forest and Kajang Customary Community inAmmatoa Village, Kajang District, Bulukumba Regency. The method used is thePurposive Sampling Method. This study uses descriptive data analysis wheredescriptive analysis aims to provide descriptive research subjects based on data fromvariables obtained from the group of subjects studied and is not intended forhypothesis testing. The results showed that the source of the coloring agent of thetarum plant (Indigofera tinctoria), which was found by the ancestors of thecommunity of Kajang, which is still hereditary is still used by the community as anatural coloring agent for woven fabrics. Tarum plants are widely used by the Kajangcommunity as a coloring agent, in addition to being a coloring agent tarum plants arealso often used by the Kajang community as a medicinal plant, the roots of the tarumplant are a part commonly used by the Kajang community as a medicine to reduceabdominal pain.
Keywords: Tarum (Indigofera tinctoria), Kajang Customary Community, NaturalDyes, Traditional Woven Fabric.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik dan lancar. Shalawat dan salam
penulis sampaikan kepada junjungan nabi Muhammad SAW yang telah memberikan
petunjuk sehingga berada dijalan yang benar. Sebagaimana maksud dari penelitian ini
dilakukan untuk menambah wawasan berpikir mahasiswa serta pembanding antara
materi yang didapat dibanku kuliah dengan di lapangan.
Selama proses penulisan skripsi ini, penulis memperoleh banyak bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tampa bantuan
dan dorongan yang diberikan maka akan sulit dalam pembuatan skripsi ini. Untuk itu
penulis sampaikan banyak terima kasih kepada:
1. Kedua Orang Tua yang selalu mengirimkan doa’nya disetiap lankah dan usaha
saya.
2. Ibunda Ir. Husnah Latifah S.Hut., M.Si., IPM. selaku Wakil Dekan I Fakultas
Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Ibunda Dr. Ir. Hikmah S.Hut., M.Si., IPM selaku Ketua Program Studi
Kehutanan Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Ibunda Muthmainnah, S.Hut., M.Hut. Selaku Penasehat Akademik.
5. Ibunda Dr. Ir. Hajawa, M.P selaku pembimbing I yang tak hentinya memberikan
arahan dan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Dr. Hasanuddin Molo, S.Hut, M.P.,IPM selaku Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan sistem penyusunan skripsi, pengetahuan dan motivasi.
7. Bapak dan ibu dosen Program Studi Kehutanan serta staf tata usaha Fakultas
Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan ilmu
selama di bangku perkuliahan.
8. Teman-teman yang telah mebantu dalam pembuatan skripsi ini.
Penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
kiritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan unutuk
meningkatkan ilmu penulis.
Makassar, Januari 2020
Herlina
/
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .......................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN. ............................................................................. iii
HALAMAN KOMISI PENGUJI ....................................................................... iv
HAK CIPTA ..........................................................................................................v
ABSTRAK ........................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR. ......................................................................................... vi
DAFTAR ISI....................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR. .............................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xi
I. PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang. ...........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah .......................................................................................3
1.3. Tujuan Penelitian. .......................................................................................3
1.4. Manfaat Penelitian. .....................................................................................3
II. TINJAUAN PUSTAKA2.1. Hutan Adat ..................................................................................................4
2.2. Kearifan Lokal ............................................................................................5
2.3. Pemanfaatan HHBK....................................................................................6
2.4. Tanaman Tarum(Indigofera tinctoria)......................................................10
2.5.Kerangka Pikir ...........................................................................................13
III. METODE PENELITIAN3.1. Tempat Dan Waktu Penelitian. .................................................................14
3.2. Alat Dan Bahan. ........................................................................................14
3.3. Metode Penelitian.....................................................................................14
3.4. Langkah-Langkah Penelitian. ...................................................................15
3.5. Jenis Data. .................................................................................................16
3.6. Analisis Data ............................................................................................ 18
3.7. Definisi Operasional.................................................................................18
IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN4.1.Keadaan Fisik Lokasi ................................................................................20
4.2.Kondisi Demografi....................................................................................21
4.3.Sarana dan Prasarana.................................................................................22
V. HASIL DAN PEMBAHASAN5.1.Identitas Responden ..................................................................................24
5.2.Sumber Tanaman Tarum (Indigofera tinctorio)........................................28
5.3.Manfaat Dari Tanaman Tarum..................................................................34
VI. PENUTUP
6.1.Kesimpulan ............................................................................................... 56
6.2.Saran..........................................................................................................56
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL
Nomor . Teks Halaman
1. Penggunaan Lahan Dan Luas Wilayah ...........................................................20
2. Banyaknya Penduduk Menurut Jenis Kelamin Di Desa TanahToa Tahun 2016 ............................................................................................... 22
3. Umur Responden ........................................................................................... 25
4. Pekerjaan Sampingan Responden ..................................................................26
5. Tanggungan Keluarga ....................................................................................27
6. Luas Lahan Responden untuk Penanaman Tanaman Tarum.........................33
7. Tahap-Tahap Kegiatan Pembutan Zat Pewarna.............................................42
8. Jangka Waktu Menenun Responden .............................................................. 46
9. Tahap-Tahap Kegiatan Penenunan ................................................................ 55
DAFTAR GAMBAR
Nomor Teks Halaman
1. Kerangka Pikir Penelitian Kearifan Lokal Masyarakat KajangDalam Memanfaatkan Tanaman Tarum (Indigofera Tinctoria)Sebagai Pewarna Kain ..................................................................................... 13
2. Biji tanaman tarum........................................................................................... 30
3. Tanaman tarum ................................................................................................ 30
4. Memetik daun tarum ........................................................................................ 36
5. Penimbangan daun tarum................................................................................. 37
6. Perendaman daun tarum................................................................................... 38
7. Menghaluskan (Memeras) daun tarum ............................................................ 39
8. Menimbang bahan kapur.................................................................................. 39
9. Air tarum yang di aduk sampai mengeluarkan busa ........................................ 40
10. Air tekke ........................................................................................................... 41
11. Pemisahan air tarum dan Tekke........................................................................ 42
12. Air abu dapur dan tekke ................................................................................... 43
13. Penimbangan benang yang akan diberi zat pewarna ....................................... 44
14. Pencelupan benang putih kedalam zat pewarna............................................... 45
15. Benang yang telah diberi zat pewarna kemudian di pukul- pukulmenggunakan palu dari kayu ........................................................................... 45
16. Pengeringan benang yang telah diberi zat pewarna ......................................... 46
17. Memperlihatkan cara menjemur benang yang telah di beri zat pewarnadari daun Tarum............................................................................................... 48
18. Paturung Benang menggunakan alat ganra...................................................... 49
19. Mengane benang .............................................................................................. 50
20. Pemberian Tasi pada benang yang akan ditenun ............................................. 51
21. Penyisiran benang menggunakan sabuk kelapa ............................................... 51
22. Menenun kain................................................................................................... 53
23. Kain tenun yang telah dicuci kemudian dijemur ............................................. 54
24. Kain yang telah ditenun ................................................................................... 55
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Teks Halaman
1. Kuisioner Penelitian................................................................................58
2. Data Responden ......................................................................................66
3. Jawaban Responden ................................................................................68
4. Dokumentasi Penelitian ..........................................................................97
DAFTAR PUSTAKA
Arizona, Y. (2013). Mahkama Konstitusi dan reformasi tenurial Kehutanan. InHakim, I. dan Wibowo, L.R., Jalan Terjal Reforma Agraria Di SektorKehutanan
Abang joglo. 2019 https://www.jogloabang.com. PermenLHK P.12/menlhk/setje/kum Hutan Adat Dan Hutan Hak (Diakses pada tanggal 28 Juli 2019)
Ardhana, G. Diakses pada 20 Februari 2005. Kearifan Lokal TanggulangiMasalah Sosial Menuju Ajeg Bali. http://www.balipost.co.id.
Asbur Y. 2018. https://www.researchgate.net/publication/333710359. TanamanTarum ( Indigofera Tinctoria Linn. ) Sebagai Penghasil Zat Pewarna.(Diakses pada tanggal 10 Juli 2019)
Backer, C.A and Bakhuizen V.D.B. 1963. Flora of Jawa (Spermatophytes Only),Vol 1, Wolter-Noordhoff, NVP, Groningen.
Chanayath, N, Lhieochaiphant, S and Phutrakul, S. 2002. Pigment ExtractionTechniques from the Leaves of Indigofera tinctoria Linn. andBaphicacanthus cusia Brem. and Chemical Structure Analysis of TheirMajor Components.CMU. Journal.Vol 1(2). P:152.
Chatib, W., dan Putu, A (1990) “Pengetahuan Bahan Tekstil I.
Gao, X, Schrire, B.D. 2010. Indigofera. FOC. 10:137-164.
Harmoko D. 2016. https://sainsterkini.com. Pengertian Kearifan Lokal MenurutPara Ahli. (Diakses pada tanggal 10 Juli 2019)
Isminingsih., 1978. Pengantar Kimia Zat Warna. Institut Teknologi Tekstil,Bandung.
Keraf, A.S., 2002. Etika Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
Kort, I.D, Thijsse, G. 1984. Revision of the genus Indigofera (Leguminosae-Papilionoideae) in Southeast Asia. Blumea.30 : 89-151.
[Kemenhut] Kementerian Kehutanan. 2009.Peraturan Menteri KehutananRepublik Indonesia Nomor : P. 21/Menhut-Ii/2009 Tentang Kriteria DanIndikator Penetapan Jenis Hasil Hutan Bukan Kayu Unggulan.Kementerian Kehutanan, Jakarta.
[Kemenhut] Kementerian Kehutanan. 2007.Peraturan Menteri KehutananRepublik Indonesia Nomor : P.35 / Menhut-Ii/2007 Tentang HasilHutan Bukan Kayu. Kementerian Kehutanan, Jakarta
Lemmens, R. H. dan Soetjipto, W. 1999. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 3:Tumbuh-tumbuhan Penghasil Warna dan Tannin. Prosea Indonesia.Hal 139-142. Bogor
Mira Ariyanti dan Yenni Asbur. “Tanaman Tarum ( Indigofera tinctoria Linn. )Sebagai Penghasil Zat Pewarna”. 2017
Nababan, A. Diakses pada 20 Februari 2003. Pengelolaan Sumberdaya AlamBerbasis Masyarakat Adat. http://dte.gn.apc.org/AMAN/publikasi.
Niessen S. 2009. Batak Textile in Indonesia. Netherlands (NL): Kitlv Leiden.
Prijono, S.N., 2000. Memanfaatkan Satwa dan Puspa SecaraBerkelanjutan. Warta Kehati, Oktober-November 14-15.
Raden, Bestari dan Nababan, Abdon. 2003. Hutan Berbasis Masyarakat Adat:Antara Konsep Dan Realitas.
Sartini, 2004. Menggali Kearifan Lokal Nusantara: Sebuah Kajian Filsafati.Yogyakarta: UGM
Sihombing. 2011. Hasil Hutan Bukan Kayu. Bumi Aksara. Bandung.
Soemarwoto, O., 1999. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.Yogyakarta: GMUP.
Sugiarto Hartanto dan Shigeru Wantanabe. 1980. Teknologi Tekstil. Jakarta: PT.Pradnya Parmita.
Sunarto. 2008. Teknologi Pencelupan dan Pencapan Jilid 2. Jakarta: DirektoratPembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.
Sunaryo dan Joshi, L., 2003. Peranan Pengetahuan Ekologi Lokal dalam SistemAgroforestri. Bogor: World Agroforestry Center (ICRAF)
Tjahjono, P.E., Suminar, P., Aminuddin, A. dan Hakim, K., 2000. PolaPelestarian Keanekaragaman Hayati Berdasarkan Kearifan LokalMasyarakat Sekitar Kawasan TNKS di Propinsi Bengkulu.ProsidingHasil Penelitian SRG TNKS. Hal 164-173. Kehati Jakarta.
Yuliani, H.R., et al. “Pengaruh Suhu Danmodel Kesetimbangan Ekstraksi ZatWarna Bitu Pada Daun Tarum Berat 50g”. Seminar Nasional HasilPenelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat(SNP2M). 2018
Yuliani, H.R., and Tri Hartono. “Peningkatan Kualitas Zat Warna Biru HasilEkstraksi Daun Tarum Secara Adsorpsi”. Seminar Nasional HasilPenelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat(SNP2M). 2018
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Peraturan Mentri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik
Kehutanan Indonesai Nomor P21/menihk/setjen/kum.1/4/2019 Tentang hutan
adat dan hutan hak ditetapkan oleh mentri LHK Siti Nurbaya pada tanggal 29
april 2019. Hutan Adat adalah hutan yang berada dalam wilayah masyarakat
hukum adat.
Hutan adat yang ada di Sulawesi Selatan salah satunya yaitu Hutan
Adat Kajang yang ada di Kabupaten Bulukumba.Hutan Adat Kajang seluas
313,99 hektar merupakan penetapan hutan adat pertama di Indonesia melalui
proses panjang untuk mendapatkan pengakuan dari negara. Hutan adat kajang
termaksud hutan yang masih alami, masyarakat yang bermukim disekitar
hutan sangat menjaga adat dan peraturan yang ada.
Suku kajang ini sudah ada sejak dunia dibuat, prinsip dasar yang
dilaksanakan adalah hidup kamase-mase (sederhana) bukan berarti miskin,
karena disini tidak boleh ada listrik, handpone, motor,dan lainnya serta Warna
bajupun cuman 2 yaitu putih dan hitam. Secara sederhana Ammatoa
menyampaikan terkait adat istiadat kehidupan masyarakat Suku
Kajang,dimana pengelolaan hutan yang lestari dengan penerapan hukum yang
adil, semua tersaji secara sederhana, ini adalah Kearifan Lokal.
Kerifan lokal merupakan unsur dari bagian tradisi budaya masyarakat
suatu bangsa yang muncul menjadi bagian-bagian yang ditempatkan pada
tatanan fisik bangunan (arsitekstur) dan kawasan (perkotaan) dalam
2
geografikenusantaraan sebuah bangsa.Sarung tenun adat Kajang dengan
penggunaan tanaman Tarum sebagai zat pewarna pada tenun kain adat
kajang, merupakan salah satu kearifan lokal yang tetap dipertahankan.
Tanaman Tarum (Indigofera tinctorio) adalah tumbuhan penghasil
warna biru alami. Penggunaan zat pewarna pakaian ini banyak digunakan
didaerah Ammatoa Kajang sebagai pewarna kain sarung tenun hitam.
Beberapa penelitian tentan pembuatan zat pewarna alami salah satunya
yaitu pewarna alami dari tanaman tarum diantaranya telah dilakukan oleh HR
Yuliani dan Tri Hartono (2018) yang meneliti tentang Peningkatan Kualitas
Zat Warna Biru Hasil Ekstraksi Daun Tarum Secara Adsorpsi yang
menyimpulkan bahwa Zat warna biru dapat diperoleh melalui ekstraski daun
tarum, Adsorpsi bertujuan menyerap indigo sehingga impuritas hilang
ditunjukan dengan birunya batu kapur dan abu dapur dan ekstrak menjadi
coklat dengan perbandingan 250 ml terhadap 30 gr adsorben mencapai ± 83
%. Kapasitas batu kapur 75.257 mg/g dan 36.130 mg/g buat abu dapur.
adapun penelitian lain yang dilakukan oleh HR Yuliani et al (2018) yang
meneliti tentang Pengaruh Suhu Dan Model Kesetimbangan Ekstraksi Zat
Warna Biru Pada Daun Tarum Berat 50g yang mengatakan bahwa suhu
optimum ekstraksi daun tarum yaitu 40ºC pada 50 gram dan model
kesetimbangan ekstraksi daun tarum mengikuti model kesetimbangan
Langmuir.
3
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sumber Tanaman Tarum
sebagai zat pewarna di Hutan Adat Kajang dan pemanfaatan tanaman Tarum
sebagai pewarna alami untuk kain tenun tradisional di Desa Ammato
Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana sumber tanaman tarum sebagai zat pewarna di Hutan Adat
Kajang?
2. Bagaimana memanfaatkan tanaman tarum sebagai pewarna alami untuk
kain tenun tradisional masyarakat kajang?
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui sumberTanaman Tarum sebagai zat pewarna di Hutan Adat
Kajang
2. Mengetahui pemanfaatan tanaman Tarum sebagai pewarna alami untuk
kain tenun tradisional masyarakat kajang
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi, sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui identitas dari tanaman Tarum
2. Untuk mengetahui manfaat tanaman Tarum
3. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan.
4. Untuk memperoleh pengalaman.
5. Sebagai input informasi bagi pihak yang membutuhkan.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hutan Adat
Hutan adat adalah hutan negara yang berada dalam wilayah adat yang
pengelolaannya diserahkan hukum adat (Pasal 1 UU No.41 tahun 1999).
Masyarakat hukum adat tidak diakui kepemilikannya terhadap hutan, tetapi
dapat memperoleh hak mengelola dan memanfaatkan sebagai hutan
adat.(Arizone et. al, 2013)
Putusan MK perkara no. 35/PUU-X/2012 pasal 1 angka 6 pengertian
hutan adat mengalami perubahan yakni hutan yang berada dalam wilayah
masyarakat hukum adat. Status hutan adat merupakan bagian dari hutan hak
tetapi tidak menjadikan hutan adat sebagai kategori khusus yang berbeda
dengan hak, melainkan memasukkan keberadaan hutan adat sebagai salah
satu jenis dalam hutan hak. Sehingga hutan hak selain terdiri dari hutan yang
berada di atas tanah perseorangan/ badan hukum, jugan merupakan hutan
yang berada pada wilayah masyarakat hukum adat ( Arizone et. al, 2013).
Menurut Raden et. al, 2003, prinsip-prinsip pengelolaan hutan adat
antara lain:
1. Masih hidup selaras alam dengan menaati mekanisme ekosistem di masa
manusia merupakan bagian dari ekosistem yang harus dijaga
keseimbangannya, adanya hak penguasaan dan kepemilikan bersama
komunitas (conamal tenure “property” rights) atas suatu kawasan hutan
adat masih bersifat eksklusif sehingga mengikat semua warga untuk
menjaga dan mengamankan dari kerusakan.
5
2. Adanya sistem pengetahuan dan struktur kelembagaan (pemerintah adat
yang memberikan kemampuan bagi komunitas untuk memecahkan secara
bersama masalah-masalah yang mereka hadapi dalam pemanfaatan
sumberdaya hutan, ada sistem pembagian kerja dan penegakan hukum adat
untuk mengamankan sumberdaya milik bersama dari penggunaan
berlebihan baik oleh masyarakat sendiri maupun oleh orang luar.
3. Ada mekanisme pemerataan distribusi hasil panen sumberdaya alam milik
bersama yang meredam kecemburuan sosial di tangan masyarakat.
2.2. Kearifan Lokal
Menurut Sartini (2004) yakni dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan
setempat yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam
dan diikuti oleh anggota masyarakatnya.Sementara pengertian kearifan lokal
menurut Tjahjono et al. (2000) dan Prijono (2000) adalah suatu sistem nilai
dan norma yang disusun, dianut, dipahami dan diaplikasikan masyarakat lokal
berdasarkan pemahaman dan pengalaman mereka dalam berinteraksi dengan
lingkungan.
Kearifan lokal mencakup semua bentuk pengetahuan, keyakinan,
pemahaman, wawasan, serta adat kebiasaan atau etika yang menuntun
perilaku manusia dalam kehidupannya di dalam komunitas ekologis (Keraf,
2002).Kearifan lokal hidup di dalam masyarakat, tumbuh dan berkembang
terus-menerus, dan memiliki fungsi mengatur kehidupan masyarakat, mulai
dari hal yang berkaitan dengan kehidupan sakral sampai profan (Sartini,
2004).
6
Dalam kearifan lokal, menurut Ardhana (2005), ada karya atau
tindakan manusia yang sifatnya bersejarah dan masih diwarisi masyarakat
setempat.Perilaku bijak tersebut umumnya merupakan tindakan, kebiasaan,
tradisi, serta cara-cara masyarakat setempat yang menuntun pada kehidupan
tenteram, damai dan sejahtera.
Sunaryo et al. (2003) menambahkan bahwa kearifan lokal dapat
terbentuk dari suatu pengetahuan lokal yang sudah demikian menyatu dengan
sistem kepercayaan, norma dan budaya, serta diekspresikan didalam tradisi
dan mitos yang dianut dalam jangka waktu yang cukup lama.
Sudah banyak studi yang menunjukkan bahwa masyarakat adat di
Indonesia secara tradisional telah berhasil menjaga dan memperkaya
keanekaragaman hayati.Hal ini karena sebagian besar masyarakat adat masih
memiliki sistem-sistem lokal dalam pengelolaan sumberdaya alam yang
diwariskan dan ditumbuh-kembangkan terus-menerus (Nababan,
2003).Soemarwoto (1999) menyatakan bahwa masyarakat lokal telah
mengembangkan pemahaman terhadap sistem ekologi di lingkungan tempat
tinggal mereka (etnoekologi).
2.3. Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)
Menurut Peraturan Menteri No. P35/ Menhut-II/ 2007, Hasil Hutan
Bukan Kayu yang selanjutnya disingkat HHBK adalah hasil hutan hayati baik
nabati maupun hewani beserta produk turunan dan budidaya kecuali kayu
(Menhut, 2007).Dalam upaya mengubah haluan pengelolaan hutan dari
timber extraction menuju sustainable forest management, Hasil Hutan Bukan
7
Kayu (HHBK) atau Non Timber Forest Products (NTFP) memiliki nilai yang
sangat strategis.Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) merupakan salah satu
sumber daya hutan yang memiliki keunggulan komparatif dan bersinggungan
langsung dengan masyarakat sekitar hutan.Sehingga, tidak dipungkiri lagi
bahwa masyarakat di dalam maupun di sekitar kawasan hutan berhubungan
langsung maupun tidak langsung dengan hasil hutan bukan kayu (Sihombing,
2011).
Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu adalah kegiatan untuk
memanfaatkan dan mengusahakan hasil hutan berupa bukan kayu dengan
tidak merusak lingkungan dan tidak mengurangi fungsi pokoknya. Izin Usaha
Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (IUPHHBK) yang tertuang pada Pasal
1 (13) dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 3 Tahun 2008
yang merupakan revisi dari Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 6
Tahun 2007, adalah izin usaha yang diberikan untuk memanfaatkan hasil
hutan bukan kayu dalam hutan alam pada hutan produksi melalui kegiatan
pemanenan atau penebangan, pengayaan, pemeliharaan, dan
pemasaran(Kemenhut, 2007).
Sumberdaya hutan juga bersifat multi guna dan memuat multi
kepentingan serta pemanfaatannya diarahkan untuk mewujudkan sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat. Manfaat tersebut bukan hanya berasal dari
Hasil Hutan Kayu yang hanya memberikan sumbangan 20%, melainkan juga
manfaat Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) dan jasa lingkungan, yang
memberikan sumbangan terbesar yakni 80 %, namun hingga saat ini potensi
8
HHBK tersebut belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Paradigma ini
makin menyadarkan kita bahwa produk HHBK merupakan salah satu sumber
daya hutan yang memiliki keunggulan komparatif dan paling bersinggungan
dengan masyarakat sekitar hutan. HHBK terbukti dapat memberikan dampak
pada peningkatan penghasilan masyarakat sekitar hutan dan memberikan
kontribusi yang berarti bagi penambahan devisa Negara (Kemenhut, 2009).
Pemanfaatan hutan selama ini masih cenderung berorientasi pada
pengelolaan hutan sebagai penghasil kayu dalam kontek ekonomi. Kondisi ini
mendorong eksploitasi kayu secara intensif untuk memenuhi pasar dunia
maupun industri domestik tanpa memperhatikan nilai manfaat lain yang dapat
diperoleh dari hutan dan kelestarian ekosistem hutan. Oleh karena itu,
paradigma tersebut telah menyebabkan terjadinya penurunan luas, manfaat
dan kualitas ekosistem hutan.Padahal, di sisi lain, sumberdaya hutan (SDH)
mempunyai potensi multi fungsi yang dapat memberikan manfaat ekonomi,
lingkungan dan sosial bagi kesejahteraan ummat manusia.Manfaat tersebut
bukan hanya berasal dari Hasil Hutan Kayu (HHK) seperti yang terjadi saat
ini, melainkan juga manfaat hasil hutan bukan kayu (HHBK) dan jasa
lingkungan (Kemenhut, 2009).
Paradigma baru sektor kehutanan memandang hutan sebagai sistem
sumberdaya yang bersifat multi fungsi, multi guna dan memuat multi
kepentingan serta pemanfaatannya diarahkan untuk mewujudkan sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat.Paradigma ini makin menyadarkan kita bahwa
produk HHBK merupakan salah satu sumber daya hutan yang memiliki
9
keunggulan komparatif dan paling bersinggungan dengan masyarakat sekitar
hutan. HHBK terbukti dapat memberikan dampak pada peningkatan
penghasilan masyarakat sekitar hutan dan memberikan kontribusi yang berarti
bagi penambahan devisa negara. Ke depan pembangunan kehutanan
diharapkan tidak lagi hanya berorientasi pada hasil hutan kayu, tetapi sudah
selayaknya menggali potensi HHBK. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
hasil hutan kayu dari ekosistem hutan hanya sebesar 10% sedangkan sebagian
besar (90%) hasil lain berupa hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang selama
ini belum dikelola dan dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat (Kemenhut, 2009).
Kawasan hutan Indonesia mencapai luas 125,956,142.71 ha (KLHK,
2017) memiliki keanekaragaman hayati yang cukup tinggi 30 sampai dengan
40 ribu jenis tumbuhan tersebar di hampir seluruh pulau yang berpotensi
menghasilkan HHBK yang cukup besar (Kemenhut, 2009). Beberapa jenis
HHBK memiliki nilai cukup tinggi baik di pasar domestik maupun di pasar
global antara lain rotan, bambu, gaharu, atsiri, dan jenis lain. Secara
ekonomis HHBK memiliki nilai ekonomi tinggi dan berpeluang untuk
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat serta meningkatkan
pendapatan negara. Walaupun memiliki nilai ekonomi tinggi namun
pengembangan usaha dan pemanfaatan HHBK selama ini belum dilakukan
secara intensif sehingga belum dapat memberikan kontribusi yang signifikan
dalam meningkatkan perekonomian masyarakat dan peningkatan devisa
Negara (Kemenhut, 2009).
10
2.4. Tanaman Tarum (Indigofera tinctoria)
Tanaman Tarum (Indigofera tinctoria) merupakan tanaman penghasil
warna biru alami nama tarum berasal dari bahasa sunda dan dikenal dengan
sebutan tanaman “mangsi-mangsian”. Dalam teksonomi tumbuhan, tanaman
tarung dapat diklasifikasikan sebagaiberikut:
Kingdom : Plantae
Devisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Family : Fabaceae
Subfamily : Faboideae
Bangsa : Indigofereae
Genus : Indigofera
Spesies : I.tinctoria (Backer and Bakhuizen 1963)
Tanaman tarum memiliki daya adaptasi terhadap lingkungan tumbuh
yang cukup luas.tarum tumbuh subur ditanah gembur yang kaya akan bahan
organik. Tarum dapat dengan mudah diperbanyak dengan biji, seperti
golongan leguminosa.Biji tarung hanya dapat tumbuh apabila disebarpada
kondisi suhu tanah mencapai 21ºC.Tanaman ini sejenis polong-polongan
yang berbunga ungu (violet) dimanfaatkan untuk menghasilkan warnah biru
dari hasil ekstraksi daun.(Chanayat 2002).
Tarum memiliki perawakan perdu pendek, tegak, dengan tinggi
mencapai 50150 cm. Pada bagian akar terdapat nodul.Daun bertipe majemuk
11
menyirip gasal dengan anak daun berjumlah 9-17 helai berwarna hijau
kebiruan.Anak daun tersusun berhadapan, berbentuk membundar telur
sungsang hingga melonjong dengan ujung membundar atau
bergubang.Perbungaan bertipe tandan yang terdapat di ketiak daun.
Bentuk bunga menyerupai kupu-kupu yang terbagi menjadi bendera,
sayap, dan lunas.Bagian bendera berwarna hijau pada bagian tengah
sedangkan bagian tepi berwarna kemerahan.Bagian sayap berwarna merah
muda menyolok.Buah bertipe polong tersusun dalam tandan dan berbentuk
lurus atau semisirkular di bagian ujungnya tetapi tidak pernah
melancor.Polong muda berwarna hijau dan menjadi coklat ketika tua (Backer
and Bakhuizen, 1963; Kort and Thijsse, 1984; Gao and Schrire, 2010).
Tanaman tarum memiliki beberapa nama diantaranya : tom jawa, tarum
alus, tom kayu (Indonesia), nila, tarum (Malaysia), tagung-tagung (Filipina),
trom (Kamuchea), khaam (Laos), khraam (Thailand) , cham, cham Nhuom
(Vietnam). Penggunaan tarum pertamakali di Cina telah terjadi selama kurang
lebih dari 6.000 tahun. Tarum telah dibudidayakan secara besarbesaran di
India dan Asia tenggara dalam abad 16, tetapi tumbuhannya beserta
produknya yaitu pewarna biru telah tercatat dalam data Sanskerta 4.000 tahun
yang silam (Lemmens dan Soetjipto,1999). Dalam bahasa sansekerta tanaman
tarum dikenal dengan nama nila, nili, nilika, rangapatri.
Tumbuhan pewarna alami dapat diartikan sebagai tumbuhan yang
secara keseluruhan maupun salah satu bagiannya baik batang, kulit, buah,
bunga maupun daunnya dapat menghasilkan suatu zat warna tertentu setelah
12
melalui proses baik perebusan, penghancuran maupun proses lainnya. Zat
warna merupakan semua zat berwarna yang mempunyai kemampuan untuk
dicelupkan pada serat tekstil dan mudah dihilangkan kembali (Chatib, 1980 ).
Menurut Sunarto (2008), “zat warna adalah semua zat berwarna yang
mempunyai kemampuan untuk dicelupkan pada serat tekstil dan memiliki
sifat ketahanan luntur warna (permanent)”. Sedangkan menurut Sugiarto
(1980), “zat warna merupakan bahan pewarna yang dapat larut dalam air atau
menjadi bahan yang dapat larut 19 dalam air dan mempunyai daya tarik
terhadap serat”. Sehingga berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat
disimpulkan bahwa zat warna merupakan zat bewarna yang larut dalam air
dan mempunyai daya tarik pada kain saat dicelupkan pada zat warna serta
memiliki ketahanan luntur. Berdasarkan sumber diperolehnya zat warna
tekstil digolongkan menjadi 2 yaitu:
1. Zat Pewarna Alam (ZPA) yaitu zat warna yang berasal dari bahan-bahan
alam pada umumnya dari hasil ekstrak tumbuhan atau hewan.
2. Zat Pewarna Sintesis (ZPS) yaitu Zat warna buatan atau sintesis dibuat
dengan reaksi kimia dengan bahan dasar ter arang batu bara atau minyak
bumi yang merupakan hasilsenyawa turunan hidrokarbon aromatik seperti
benzena, naftalena dan antrasena(Menurut Ismaningsih 1978). Sedangkan
berdasarkan sifat pencelupannya, zat warna dapat digolongkan menjadi
dua yaitu sebagai zat warna substantif, yaitu zat warna yang langsung
dapat mewarnai serat dan zat warna ajektif, yaitu zat warna yang
13
memerlukan zat pembantu pokok untuk dapat mewarnai serat (Chatib,
1980).
2.5. Kerangka Pikir
Penelitian ini di awali dari pemilihan lokasi yang berada di Desa
Amma toa Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba. Lokasi tersebut di
pilih dan di jadikan tempat penelitian dengan harapan nantinya akan di
berikan informasi dan gambaran mengenai pemanfaatan tanaman tarum
(Indigofera tinctoria) pada masyarakat setempat.
Penelitian ini di mulai dengan mengetahui hasil hutan bukan kayu,
tanaman tarum (Indigofera tinctoria), dan mengetahui manfaat tanaman
tarum.
Adapun kerangka pikirnya dapat di lihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Kerangka Pikir
Kearifan Lokal Masyarakat Kajang
Pemanfaatan HHBK
Tanaman Tarum
HHBK
Hutan Adat
Masyarakat Adat Kajang
Manfaat Tanamn Tarum
14
III. METODE PENELITIAN
3.1. Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada kawasan Hutan Adat Kajang dan
masyarakat Adat Kajang Di Desa Ammatoa Kecamatan Kajang Kabupaten
Bulukumba. Rencana pelaksanaan penelitian pada bulan Oktober-Desember
2019.
3.2. Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu alat tulis
menulis, leptop, dan kamera, sedangkan untuk bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kuesioner.
3.3. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini bersifat analisis kasus yaitu melakukan pengamatan pada
masyarakat adat yang melakukan tenun kain adat kajang. Penentuan
responden dilakukan dengan metode purposive sampling: Metode Purposive
Sampling adalah salah satu teknik sampling dimana peneliti menentukan
pengambilan sampel dengan cara menetapkan ciri-ciri khusus yang sesuai
dengan tujuan penelitian sehingga diharapkan dapat menjawab permasalahan
penelitian. Yang menjadi responden adalah masyarakat yang menenun kain
adat dengan pewarna alami tanaman tarum.
15
3.4. Langkah-Langkah Penelitian
1. Observasi
Observasi adalah salah satu metode pengumpulan data dengan
mengamati secara langsung dilokasi penelitian atau lapangan.Dalam
observasi hal-hal yang ditentukan adalah:
a. Responden
Dalam pengambilan data di lapangan pertama yang harus
dilakukan adalah menentukan responden untuk menggali informasi
terkait data yang akan diambil dilapangan.Ada 3 kolompok
responden berdasarkan aktivitasnya dalam memanfaatkan tanaman
Tarum sebagai pewarna yaitu:
1. Responden yang bertugas memberi zat pewarna pada benang
yaitu sebanyak 10 orang.
2. Responden yang melakukan kegiatan menenun benang yang
sudah diberi zat pewarna hingga menjadi kain tradisional Adat
Kajang yaitu sebanyak 10 orang.
3. Respendon yang melakukan aktivitas mulai dari memberi warna
pada benang sampai dengan menenun hingga menjadi kain
tradisional Adat Kajang yaitu sebanyak 10 orang.
Masing-masing kelompok responden diambil 10 orang
sehingga jumlah responden sebanyak 30 orang. Ke 30 responden
menjadi sumber informasi dalam penelitian dengan kegiatan:
1. Mengamati dan mencatat kegiatan mereka.
16
2. Mewawancarai berdasarkan daftar pertanyaan yang telah
disiapkan sesuai tujuan penelitian.
Pengambilan data ini akan dilakukan pada responden yang ada
disekitar hutan adat Kajang yaitu ‘Rilalang Embayya’ (Tanah
Kamase-mase) lebih dikenal dengan nama kajang dalam yang dikenal
sebagai kawasan adat ammatoa dan ‘Ipantarang Embayya’ (Tanah
Kausayya) atau lebih dikenal dengan nama kajang luar.
b. Tanaman tarum
Tanaman tarum adalah tanaman yang akan dijadikan objek
penelitian yaitu sebagai pewarna kain masyarakat adat kajang. Yang
diobservasi adalah objek dan tempat tumbuhnya.
2. Pengamatan
Proses pengamatan tanaman tarum sebagai pewarna kain masyarakat adat
kajang ini dilakukan untuk memenuhi syarat pengambilan data
dilapangan.
3. Pendataan
Pendataan dilakukan pada responden yang ada saat pengambilan data
dilapangan
3.5. Jenis Data
a. Primer
Data Primer adalah data yang di peroleh melalui observasi
langsung di lapangan dan wawancara dengan responden yang berada di
Desa Ammatoa Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba yang terlibat
17
langsung dalam proses pewarnaan kain tenun. Data primer yang
dilakukan yaitu:
1. Tenun Kain
Proses pewarnaan pada kain tenun masyarakat kajang yaitu:
a. berapa banyak benang yang digunakan dalam pembuatan sarun
tenun.
b. Berapa lama perendaman benang tenun.
c. Proses-proses pengerjaan kain tenun.
d. Berapa lama pengerjaan kain tenun.
e. Berapa meter, panjang, dan lebar kain tenun yang dihasilkan.
2. Pewarna Tenun
Pewarna alami yang digunakan dalam kain tenun masyarakat kajang
yaitu:
a. Tanaman tarum
b. Tempat pengambilan tanaman tarum
c. Luas areal tanaman tarum
d. Jumlah atau berat daun tarum yang digunakan
e. Cara pengambilan warna pada daun tarum
f. Berapa banyak kain yang dihasilkan tanaman tarum
b. Data Sekunder
Data sekunder berupa data yang diperoleh dari laporan-laporan
kantor Desa dan Kecamatan serta instansi-instansi terkait Dinas
18
Kehutanan dan pusat statistik untuk memperoleh informasi seperti data
sosial, ekonomi penduduk, dan keadaan umum lokasi.
3.6. Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis data deskriptif dimana analisis
deskriptif ini bertujuan untuk memberikan deskriptif mengenai subjek
penelitian berdasarkan data dari variabel yang diperoleh dari kelompok
subjek yang diteliti dan tidak dimaksudkan untuk pengujian hipotesis.
3.7. Definisi Operasional
Batasan-batasan operasional yang digunakan dalam penelitian ini
mencakup beberapa istilah :
1. Responden adalah petani yang menanam tanaman tarum.
2. Masyarakat adalah sekumpulan orang-orang yang terlibat langsung pada
pemanfaatan tanaman tarum di Desa Ammatoa Kecamatan Kajang Kabupaten
Bulukumba.
3. Hutan Adat adalah hutan negara yang berada dalam wilayah masyarakat
hukum adat (UUK).
4. Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) adalah hasil hutan hayati baik nabati
maupun hewani beserta produk turunan dan budidaya kecuali kayu yang
berasal dari hutan.
5. Pewarna alami merupakan zat warna yang berasal dari ekstraksi tumbuhan
seperti bagian daun, bunga, dan biji.
19
6. Tanaman Tarum (Indigofera tinctoria) merupakan tanaman penghasil warna
biru alami nama tarum berasal dari bahasa sunda dan dikenal dengan sebutan
tanaman “mangsi-mangsian”.
7. Kearifan lokal merupakan bagian dari budaya suatu masyarakat yang tidak
dapat dipisahkan dari bahasa masyarakat itu sendiri.
20
IV. KEADAAN UMUM LOKASI
4.1. Keadaan Fisik Lokasi
4.1.1. Luas dan Letak
Desa Tanah Toa berada dalam wilayah administrasi pemerintah
Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba yang memiliki luas 313,99 Ha
dan titik kordinatnya 120, 298189 LS/LU -5,343318 BT/BB dimana batas
wilayah tersebut berbatasan dengan Desa sebagai berikut :
1.Sebelah Utara : Desa Bonto Baji
2.Sebelah Selatan : Desa Batunilamung
3.Sebelah Timur : Desa Malleleng
4.Sebelah Barat : Desa Pattiroang
4.1.2. Penggunaan Lahan
Wilayah Desa Tanah Toa umumnya memiliki wilayah seluas 729,00
Ha dan dimana luas tesebut sudah ada didalamnya yang terdapat lahan
pertanian, pemukiman, sarana prasarana dan hutan, sebagaimana dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1. Penggunaan Lahan dan Luas WilayahNo. Jenis Penggunaan Lahan Luas Wilayah (Ha)1. Tanah Sawah 932. Pemukiman 1693. Kuburan 54. Tanah Perkebunan 305. Pekarangan 956. Tanah Hutan 3317. Perkantoran 18. Prasarana Umum Lainnya 5
Total 729Sumber : Data Premier Desa/Kelurahan 2016
21
Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa peruntukan lahan terbesar di
Desa Tanah Toa adalah untuk hutan dengan luas 331 Ha sedangkan
penggunaan lahan terkecil adalah untuk perkantoran.
4.1.3. Topografi dan Jenis Tanah
Topografi Desa Tanah Toa yakni 0-200 Mdpl dengan sebaran
kemiringan lereng 0-15 % dimana terdiri atas 3 kelasyakni 0-2 % (dataran),
kelas 2-5 % (Medan Bergelombang) dan kelas 5-15 (Perbukitan Landai).
Jenis tanah yang terdapat di Desa Tanah Towa yakni berupa jenis
tanah andesit, jenis tanah basalt, jenis tanah tuft; batu lumpur; batu pasir dan
Tuft; tephra berbutir halus; batu pasir, batu lumpur.
4.1.4. Klimatologi
Curah hujan di Desa Tanah Towa rata-rata 5745 mm/tahun dengan
suhu rata-rata antara 13-29 OC. Dengan kelembapan udara 70% pertahun.
4.2. Kondisi Demografi
Pada tahun 2016 jumlah penduduk di Desa Tanah Toa sebanyak 4261
jiwa dengan penduduk laki-laki sebesar 2013 jiwa sedangkan jumlah
penduduk perempuan sebesar 2248 jiwa yang tersebar di 9 dusun. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2 Berikut ini :
22
Tabel 2.Banyaknya Penduduk Menurut Jenis Kelamin Di Desa Tanah Toa Tahun 2016No. Dusun Perempuan Laki-Laki Jumlah Jiwa
1. Balagana 290 328 618
2. Jannaya 165 158 323
3. Benteng 190 220 410
4. Pangi 249 308 557
5. Bongkina 182 198 380
6. Tombolo 196 242 438
7. Luraya 235 260 495
8. Balambina 199 168 367
9. Sobbu 307 366 673
Jumlah 2013 2248 4261
Sumber : Profil Data Desa Tanah Toa 2017
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa jumlah pendudukterbanyak
terdapat di Dusun Sobbu baik jumlah penduduk secarakeseluruhan dan
penduduk per jenis kelamin yakni sebesar 673jiwa.Untuk jumlah penduduk
laki-laki sebesar 307 jiwa sedangkanjumlah pendudukperempuan sebesar 366
jiwa.Masyarakat Desa Tanah Towa sebagian besar merupakan.
4.3. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor penting dalam
upaya pembangunan dan pengembangan suatu daerah. Secara umum sarana
dan prasarana yang ada di Desa Tanah Toa masih belum memadai, hal ini
disebabkan karena adanya aturan adat.
4.3.1. Pendidikan
Tidak terdapat bangunan sekolah formal dalam kawasan adat
dikarenakan aturan adat yang melarang adanya modernisasi, sehingga di
bangun SDN 351 Amma Towa yang terletak di Dusun Sobbu tepat didepan
23
pintu gerbang Kawasan Adat Amma Toa untuk anak-anak Kajang Dalam
yang seragam sekolahnya berbeda dengan seragam pada umumnya yakni
berwarna putih hitam.
Sehingga untuk mengurangi angka buta huruf dalam kawasan adat,
pemerintah membangun ballaa’bacauntuk masyarakat adat. Bentuk balla
a’bacaberupa rumah panggung, didalamnya tidak terdapat kursi
karenasiswa akan duduk bersila.Aturan adat tidak melarang masyarakat
untuk mengenyampendidikan, namun mereka yang berpendidikan
harusmemanfaatkan ilmunya dengan baik dan mampu memberikan
kontribusi terhadap kelstarian adat.
4.3.2. Peribadatan
Orientasi bangunan yang mengarah ke kiblat merupakan bentuk
Islamisasi dalam Kawasan Adat Amma Toa Kajang.Namun, tidak terdapat
mesjid dalam kawasan adat sehingga rumah merupakan tempat tinggal
sekaligus tempat ibadah bagi masyarakat adat.
4.3.3. Kesehatan
Tidak terdapat fasilitas kesehatan dalam permukiman adat Amma
Toa Kajang. Bagi masyarakat yang adat yang sakit biasanya mengunjungi
sangro (dukung atau tabib) dalam kawasan adat yang menggunakan baca-
baca dan ramuan herbal yang diracik sendiri dan bahan-bahannya tersedia
dalam kawasan adat. Namun, sebagian masyarakat adat juga berobat di luar
kawasan yakni pustu dan puskesmasAmmaToa.
24
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Identitas Responden
Identitas responden yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah
jenis kelamin, umur responden, pendidikan responden, pekerjaan responden,
dan tanggungan keluarga. Adapun identitas responden diuraikan sebagai
berikut:
5.1.1. Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan jenis kelamin identitas responden dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa dari 30 responden yang melakukan kegiatan
membuat zat pewarna yaitu sebanyak 10 orang dan responden yang
melakuka kegiatan menenun yaitu sebanyak 10 dan yang melakukan
kegiatan membuat zat pewarna dan menenun yaitu sebanyak 10 orang
dalam kegiatan ini hanya dilakukan oleh perempuan saja.
5.1.2. Umur Responden
Umur responden dikelompokkan menjadi 3 kelompok.
pengelompokan didasarkan pada rata-rata responden. Kelompok 1 umur
rata-rata 47,9 tahun, kelompok 2 umur rata-rata 35,9 tahun, dan kelompok
3 umur rata-rata 45,3 tahun. Adapun penyebaran umur disajikan pada
Tabel 3:
25
Tabel 3. Umur Responden
No UmurJumlah
(Responden)Presentase
(%)
A. Membuat Zat Pewarna1 ≤ 47,9 4 402 > 47,9 6 60
Jumlah 10 100B. Penenun1 ≤ 35,9 3 302 > 35,9 7 70
Jumlah 10 100C. Membuat Zat Pewarna Dan Menenun1 ≤ 45,3 6 602 > 45,3 4 40
Jumlah 10 100Sumber: Data Primer Setelah Diolah 2019
Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 30 responden terbagi dalam 3
kelompok yaitu kelompok 1 yang melakukan kegiatan membuat zat
pewarna dengan jumlah responden sebanyak 10 orang menunjukkan umur
rata-rata terbanyak yaitu 47,9 dengan jumlah 6 (60%) orang.
Kelompok 2 yang melakukan kegiatan menenun dengan jumlah
responden sebanyak 10 orang menunjukkan umur rata-rata terbanyak yaitu
35,9 dengan jumlah 7 (70%) orang. Kelompok 3 yang melakukan
kegiatan membuat zat pewarna dan menenun dengan jumlah responden
sebanyak 10 orang menunjukkan umur rata-rata terbanyak yaitu 45,3
dengan jumlah 6 (60%) orang.
26
5.1.3. Pendidikan Responden
Berdasarkan pendidikan dalam penelitian ini dari 30 responden
terbagi dalam 3 kolompok yaitu responden 1 yang melakukan kegiatan
membuat zat pewarna sebanyak 10 orang kelompok 2 yang melakukan
kegiatan menenun sebanyak 10 orang dan kelompok 3 yang melakukan
kegiatan membuat zat pewarna dan menenun sebanyak 10 orang rata-rata
pendidikan yang dimiliki oleh responden yaitu tidak bersekolah.
5.1.4. Pekerjaan Responden
Berdasarkan pekerjaan responden dibagi dalam dua jenis pekerjaan
yaitu pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan dimana dalam pekerjaan
pokok ini dilakukan oleh kepala keluarga rata-rata pekerjaan pokok yang
dilakukan yaitu sebagai petani. Sedangkan untuk pekerjaan sampingan
responden dapat dilihat dari Tabel 4 yaitu :
Tabel 4. Pekerjaan SampinganResponden
No Pekerjaan Jumlah(Jiwa)
A. Membuat zat pewarna1 Membuat zat pewarna 4
2Membuat zat pewarna danPedagang 6
B. Penenun1 Menenu 102 Pedagang 0
C. Membuat zat pewarna dan penenun1 Membuat zat pewarna
dan menenun 8
2Membuat zat pewarna danPedagang 2
Sumber: Data Primer Setelah Diolah 2019
27
Tabel 4 menunjukkan pekerjaan sampingan responden bahwa dari 30
responden dimana kelompok responden 1 yang membuat zat pewarna,
untuk pekerjaan membuat zat pewarna sebanyak 4 (40%) orang dan untuk
pedagang sebanyak 6 (60%) orang. kelompok 2 yang melakukan kegiatan
menenun, untuk pekerjaan menenu sebanyak 10 (10%) orang.
Kelompok responden 3 yang melakukan kegiatan memberi zat
pewarna dan menenun, untuk pekerjaan memberi zatpewarna dan
menenun yaitu sebanyak 8 (80%) orang, sedangkan untukpedagang yaitu
sebanyak 2 (20%) orang.
5.1.5. Tanggungan Keluarga
Tanggungan Keluarga dikelompokkan menjadi 3
kelompok.pengelompokan didasarkan pada rata-rata responden. kelompok
1tanggungan rata-rata 6,4kelompok 2 tanggungan rata-rata 5, dan
kelompok 3 tanggungan rata-rata 5,4. Adapun tanggungan keluarga
disajikan pada Tabel 5:
Tabel 5. Tanggungan Keluarga
NoAnggota Keluarga Jumlah
RespondenPresentase
(%)
A. Membuat Zat Pewarna1 ≤ 6,4 9 402 > 6,4 1 60
Jumlah 10 100B. Penenun1 ≤ 5 9 802 > 5 1 20
Jumlah 10 100C. Membuat zat pewarna dan penenun1 ≤ 5,4 8 702 > 5,4 2 30
Jumlah 10 100
Sumber: Data Primer Setelah Diolah 2019
28
Tabel 5 menunjukkan bahwa dari 30 responden dibagi dalam 3 jenis
kelompok yaitu kelompok 1 yang melakukan kegiatan membuat zat
pewarna dengan jumlah responden sebanyak 10 orang menunjukkan
tanggungan rata-rata terbanyak yaitu 6,4 dengan jumlah 6 (60%) orang.
Kelompok 2 yang melakukan kegiatan menenun dengan jumlah
responden sebanyak 10 orang menunjukkan tanggungan rata-rata
terbanyak yaitu 5 dengan jumlah 9 (90%) orang. Kelompok 3 yang
melakukan kegiatan membuat zat pewarna dan menenun dengan jumlah
responden sebanyak 10 orang menunjukkan tanggungan rata-rata
terbanyak yaitu 5,4 dengan jumlah 8 (80%) orang.
5.2. Sumber Zat Pewarna Tanaman Tarum (Indigofera tinctoria)
Masyarakat Adat Kajang memiliki kain tradisional, yang tidak
dimiliki oleh kelompok masyarakat yang lain, bahkan suku yang lainpun
tidak memiliki kain tersebut. Kain tradisional tersebut dibuat dan ditenun
oleh masyarakat adat kajang. Sebelum menenun kain tersebut, terlebih
dahulu dilakukan pemberian warna atau pewarnaan benang bahan baku kain
tradisional tersebut.
Masyarakat Adat Kajang menggunakan zat pewarna alami untuk kain
tenun yaitu dari daun Tanaman Tarum (Indigofera tinctoria), tanaman tarum
ini merupakan tanaman turun temurun yang digunakan oleh masyarakat
Kajang sebagai pewarna alami. Menurut Irah Namirah, et.al. (2019)
Tanaman Tarum sebagai pewarna alami telah digunakan masyarakat Baduy
luar sejak dahulu dan ditemukan berdasarkan pencarian masyarakat Baduy
29
terhadap beberapa tanaman disekitar yang dapat dijadikan sebagai pewarna.
Hasil wawancara responden pada hari Rabu 06 November 2019 terkait
sumber dari tanaman tarum atas nama Bombong (36 tahun) menyatakan:
“Inne tanaman tarum a nia memang mi naku nia todo’ ia ji ku issenkua inne tanaman ka turung temurung dipanjari pewarna bannangmarring dikua tau toa rioloa ambungasa abbaju pewarna battu ritanaman tarum ka (Tanaman tarum ini sudah ada sebelum sayadilahirkan yang saya tau tanaman tarum ini merupakan tanamanturun temurun yang dibuat sebagai zat pewarna benang bisadibilang orang tua atau nenek moyang terdahulu yang pertama kalimembuat zat pewarna dari tanaman tarum)”
Tanaman tarum ini sejenis polong-polongan tergolong dalam famili
Fabaceae yang memiliki ciri-ciri yaitu berbunga ungu (violet) dengan daun
bertipe majemuk menyirip gasal dengan anak daun berjumlah 9-17 helai
berwarna hijau kebiruan.Anak daun tersusun berhadapan, berbentuk
membundar telur sungsang hingga melonjong dengan ujung membundar
atau bergubang dimanfaatkan untuk menghasilkan warnah biru dari hasil
ekstraksi daun.
Tanaman tarum memiliki daya adaptasi terhadap lingkungan tumbuh
yang cukup luas tarum tumbuh subur di tanah gembur yang kaya akan
bahan organik. Tarum dapat dengan mudah diperbanyak dengan biji, seperti
golongan leguminosa.
30
Bambar 2.Biji tanaman tarum Gambar 3. Tanaman tarum
5.2.1. Budidaya Tanaman Tarum
Tanaman tarum merupakan tanaman asli Indonesia yang tersebar luas
salah satunya yaitu berada di Kecamatan Kajang Kabupaten
Bulukumba.asal mula tanaman tarum ini ditemukan oleh nenek moyang
masyaratkat kajang yang hingga saat ini turun temurun masih digunakan
oleh masyarakat sebagai zat pewarna alami untuk kain tenun.
Masyarakat Kajang membudidayakan tanaman tarum sebagai bahan
utama dalam pembu atan zat pewarna kain. Biji tanaman tarum merupakan
bagian yang ditanam oleh masyarakat Kajang, sebelum biji tarum ditanam
terlebih dahulu biji tarum di keringkan kemudian ditumbuk lalu di tapi
(bahasa konjo) untuk memisahkan kulit dengan bijinya, selanjutnya biji
tarum di semaikan sampai berumur 2 minggu kemudian di tanam pada lahan
kosong dengan jarak tanam 15 cm x 15 cm dengan kedalaman lubang yaitu
31
10 cm. Sedangkan menurut Mira Aryanti dan Yenni Asbur (2017),
Penanaman dengan biji dilakukan dengan langsung menanam di lapangan,
tiap lubang diisi 3 atau 4 butir biji. Cara lain yaitu dengan membuat
pesemaian lebih dahulu. Perkecambahan di pesemaian memakan waktu 4
hari.Pada tahapan melalui pesemaian , bibit dapat dipindahkan ke
pertanaman pada umur 4 – 6 minggu. Hail wawancara responden Kamis 07
November 2019 terkait biji tarum atas nama Salmi (54 tahun) menyatakan:
“Bijina inne tanaman tarum ia mi inne dilamung sebelumna dilamungmae diallo I loro sagenna rakko punna rakkomi ri tumbu mi diassung-assung lampa di tapi dipasisalla I garohonna atau bukkuluengna biji na lebba injjo dibibi I loro punna lebbami dibibi pakinjjongannami rua minggu diallemi lampa dipalette lampa di lahan kadilamung (Biji dari tanaman tarum inilah yang akan ditanam sebelumditanam terlebih dahulu dikeringkan sampai kering jika sudah keringmaka ditumbuk di lesung selanjutnya di tapik untuk memisahkansampah atau kulit dan bijinya selanjutnya bibit di semaikan apabilahtelah disemaikan sekitar berumur 2 minggu maka selanjutnyadipindahkan ke lahan untuk ditanam”
Lahan yang digunakan untuk menanam tanaman tarum ini yaitu lahan
kosong, tanaman tarum tidak dapat tumbuh apabila terdapat tumbuhan lain
didekatnya sehingga diperlukan lahan kosong untuk menanam tanaman
tarum. masyarakat mulai menanam tanaman tarum yaitu pada musim
penghujan sekitar bulan Januari.
Penanaman tanaman tarum ini hanya dilakukan 1 kali dalam setahun,
masyarakat Kajang hanya melakukan 1 kali penanaman tanaman tarum
dalam setahun biasanya masyarakat mulai menanam pada awal bulan
Januari atau mulai memasuki musim penghujan. Tanaman tarum dipanen
oleh masyarakat Kajang dalam sebulan biasanya dapat dipanen sekitar 2-3
32
kali panen daun tarum, kriteria tanaman tarum yang siap untuk di panen
yaitu jika daun tarum sudah lebat maka siap untuk dipanen atau berumur
sekitar 10 hari atau 14 hari, biasanya masyarakat memanen daun tarum
dengan melihat jumlah daun yang ada sudah banyak. Hasil wawancara
responden pada hari Rabu 06 November 2019 atas nama Baji (67 tahun)
menyatakan:
”Injo tanaman tarum ka sikali ji dilamung lalanna sitaunga punnapuppulanna injo raung tarum a pingruang atau pingtallung jilalanna sibulanga dialle mingka punna ladi puppulu mi diciniki lororaunna punna lohe mi dicini raunna marring mi di alle (Tanamantarum ini hanya sekali dalam setahun ditanam untuk pemanenandaun tarum 2-3 kali dalam sebulan dipanen akan tetapi sebelumdipanen terlebih dahulu dilihat daunnya apabila telah banyak makasiap untuk dipanen)”
5.2.2.Luas Lahan Tanaman Tarum Responden
Masyarakat Kajang menggunakan lahan kosong milik pribadi mereka
untuk menanam tanaman tarum, untuk lahan yang digunakan tergantung
dari kesediaan lahan yang ada dan rata-rata lahan yang di gunakan tidak
terlalu luas. untuk luas lahan responden dapat dilihat dari Tabel 6 dimana
luas lahan responden yang diambil hanya responden yang melakukan
kegiatan membuat zat pewarna yaitu sebanyak 10 orang dimana 5 orang
untuk responden yang berada dalam kawasan kajang dalam dan 5 orang
untuk responden dari kajang luar. Sedangkan untuk responden yang
melakukan kegiatan membuat zat pewarna sampai menenun yaitu sebanyak
10 orang dimana 5 orang untuk responden yang berada dalam kawasan
kajang dalam dan 5 orang untuk responden dari kajang luar.
33
Tabel 6.Luas Lahan Responden untuk Penanaman Tanaman Tarum
No
Nama
Responden
Ukuran Lahan
Tanaman Tarum (M²)
Luas Lahan
Tanaman Tarum (M²)
1 Halo' 10x7 70
2 Ruso' 10x10 100
3 Salmi 15x10 150
4 Murni 10x13 130
5 Fatma 13x7 91
6 Naisa 15x7 105
7 Jumo' 10x10 100
8 Bombong 11x7 77
9 Baji 13x10 130
10 Salo' 10x5 50
11 Rante 15x8 120
12 Samo 10x10100
13 Bolong 10x7 70
14 Nawi 13x8 104
15 Ramo’ 13x5 65
16 Basma 10x8 80
17 Naho’ 10x8 80
18 Caya 10x10 100
19 Bacce 15x5 75
20 Uni 10x8 80
Jumlah 1,877
Rata-rata 93,85
Sumber Data Primer Setelah Diolah, 2019
Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa lahan yang digunakan
untuk menanam tanaman tarum tidak terlalu luas, luas lahan responden
tertinggi yaitu atas nama Salmi dengan luas lahan yaitu 150 m². Sedangkan
untuk luas lahan responden terendah yaitu atas nama Salo’ dengan luas
34
lahan yaitu 50 m², dengan rata-rata luas lahan responden untuk penanaman
tanaman tarum yaitu 93,85 m².
5.3. Pemanfaat Tanaman Tarum
Tanaman tarum banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Kajang yaitu
sebagai zat pewarna, bagian yang dimanfaatkan sebagai zat pewarna adalah
daun tarum. Penggunaan tanaman tarum sebagai zat pewarna alami
masyarakat Kajang sudah turun temurun digunakan.
Masyarakat memilih tanaman tarum sebagai pewarna alami karena
mudah diperoleh, masyarakat Kajang mudah mendapatkan tanaman tarum
karena mereka dapat menanam sendiri di lahan kosong yang berada di dekat
rumahnya, pemanfaatan tanaman tarum untuk zat pewarna tidak
membutuhkan biaya yang besar sehingga memudahkan dalam membuat zat
pewarna karena bahan yang digunakan tersedia dipasar dengan harga yang
cukup murah.
Benang yang diberi zat pewarna dari tanaman tarum memiliki kualitas
yang lebih bagus, selain memiliki warnah yang bagus, kain yang ditenun
dari hasil pewarna tanaman tarum memiliki nilai jual yang cukup mahal,
kain yang ditenun dari hasil benang yang diberi zat pewarna dari tanaman
tarum memiliki harga jual yang tinggi untuk 1 kain tenun biasanya
masyarakat menjual dengan harga Rp 650.000- Rp1.000.000 tergantung dari
ukuran kain tenun.
Selain sebagai zat pewarna tanaman tarum juga sering digunakan oleh
masyarakat Kajang sebagai tanaman obat, akar dari tanaman tarum
35
merupakan bagian yang biasa digunaka oleh masyarakat kajang sebagai obat
untuk peredam sakit perut.Menurut Niessen (2009), manfaat Tarum juga
dimanfaatkan untuk mewarnai batik oleh perajin batik di pulau Jawa dan
Madura, sedangkan masyarakat Samosir memanfaatkannya untuk mewarnai
benang dalam pembuatan kain ulos.
5.3.1. Pembuatan Zat Pewarna Dari Tanaman Tarum (Indigofera tinctoria)
Daun tarum merupakan bagian yang digunakan oleh masyarakat
Kajang sebagai zat pewarna kain.Proses pembuatan zat pewarna ini sekitar
3-4 hari, sedangkan untuk menghitamkan benang dibutuhkan waktu
sekitar 3 hari, waktu keseluruhan yang dibutuhkan adalah 6-7
hari.Prosespembuatan zat pewarna atau masyarakat Kajang menyebutnya
Nyila dari tanaman tarum yaitu:
1. Memetik daun tarum
Langkah pertama yang dilakukan untuk membuat zat pewarna
alami dari tanaman tarum yaitu memetik daun tarum, biasanya
masyarakat memetik daun tarum apabila daun tarum yang ada telah
lebat waktu pemetikan daun tarum biasanya masyarakat memetik pada
pagi hari yaitu pada jam 06.00 pematikan daun dilakukan pada pagi hari
agar daun yang dipetik tidak layu dan dapat menghasilkan zat warnah
yang lebih baik, untuk waktu pemetikan baik masyarakat kajang dalam
maupun masyarakat kajang luar hamper sama dan tidak terdapat
perbedaan dalam pembuatan zat pewarna, daun tarum yang akan
digunakan oleh masyarakat Kajang sebagi zat pewarna ini berumur
36
sekitar 10 hari sampai 14 hari, pemetikan daun tarum dapat dilihat pada
Gambar 4.
Gambar 4. Memetik daun tarum
2. Membersihkan dan menimbang daun tarum
Setelah daun tarum dipetik seperti pada Gambar 4 selanjutnya
dibersihkan dengan caramenyortir atau memisahkan daun kering dan biji
tarum yang ada, pembersihan daun tarum ini tidak memerlukan
perlakuan yang khusu cukup dengan dibersihkan secara manual atau
memilih daun kering menggunakan tangan saja, saat pembersihan daunt
arum tidak perlu menggunaka air. jika telah dilakukan pembersihan
maka selanjutnya daun tarum ditimbang jumlah daun tarum yang
digunakan dalam 1 kain yaitu 15 baskom besar atau sekitar 36,45 kg
dimana dalam 1 baskom yaitu 2,43 kg. penimbangan daunt arum dapat
dilihat pada Gambar 5.
37
Gambar 5. Penimbangan daun tarum
3. Merendam daun tarum
Setelah dilakukan pembersihan daun tarum dari daun kering dan
biji-bijinya, langkah selanjutnya yaitu dilakukan perendaman. Daun
tarum yang telah di bersihkan direndam menggunakan air bersih.
Rendam daun tarum dengan air bersih yaitu sebanyak 7 liter untuk 1
baskom selama 1 hari (24 jam) perendaman ini dilakukan untuk
mengeluarkan zat pewarna yang ada pada daun. Perendaman daun
tarum dapat dilihat pada Gambar 6
38
Gambar 6. Perendaman daun tarum
4. Menghaluskan (meremas) daun tarum
Daun tarum yang telah direndam selama 1 hari (24 jam) seperti
pada Gambar 6 Selanjutnya daun tarum diremas sampai hancur,
peremasan daunt arum ini dilakukan secara manual yaitu hanya
menggunakan kedua tangan sampai daun tarum tersebut hancur.
Kemudian daun tarum yang sudah diremas selanjutnya dibuang,
apabila daun tarum telah dihaluskan atau diremas sampai hancur dan
zat warna yang ada telah keluar secara menyeluruh maka daun tersebut
dibuang dan air tarum disimpan seperti pada Gambar 7, peremasan ini
dilakukan agar zat pewarna dalam daun dapatkeluar secara menyeluruh.
39
Gambar 7.Menghaluskan (meremas)
5. Pengapuran air tarum
Air tarum yang telah dibersihkan dari daun seperti pada Gambar
7 Selanjutnya air tarum dicampurkan kapur sekitar 0,29 kg seperti pada
Gambar 8, pemberian kapur ini berguna untuk memberikan warna
hitam pada air tarum.
Gambar 8. Menimbang bahan kapur
6. Pengadukan air tarum
Setelah air tarum dicampur kapur seperti pada Gambar 8
selanjutnya air tarum di aduk sampai kapur larut dalam air dan berbusa.
Pengadukan yang dilakukan oleh masyarakat Kajang ini membutuhkan
40
tekhnik tersendiri yaitu mengaduk dengan cara mengangkat air tarum
sedikit demi sedikit dengan menggunakan mangkok atau timba teknik
ini dilakukan agar air tarum dapat menghasilkan busa lebih cepat.
Pengadukan dilakukan sampai menghasilkan busa seperti pada
gambar 9 bertujuan untuk mengetahui bahwa hasil dari pewarna ini
telah bagus, jika telah diaduk maka selanjutnya air tarum tersebut siap
untuk didiamkan selama 1 hari (24 jam).
Gambar 9. Air tarum yang di aduk sampai mengeluarkan busa
7. Pengendapan air tarum dan air kapur
Air tarum yang telah diaduk sampai berbusa seperti pada
Gambar 9 maka selanjutnya air tarum di diamkan selama 1 hari (24
jam) untuk menghasilkan Tekke seperti pada Gambar 10. Tekke adalah
air kental dari air tarum yang didiamkan selama 1 hari (24 jam) tekke
inilah yang akan digunakan untuk menghitamkan benang yang akan
ditenun.
41
Gambar 10. Airtekke
8. Penyimpanan air tarum dalam Korong
Air tarum yang telah didiamkan selama 1 hari (24 jam) hingga
menghasilkan tekke seperti pada Gambar 10 selanjutnya dimasukkan
kedalam Korong dimana air tarum dan tekke dipisahkan. Masyarakat
Kajang menggunakan Korong sebagai alat untuk menyimpan zat
pewarna tarum, biasanya masyarakat membeli korong di pasar dekat
rumah mereka, Korong ini terbuat dari tanah liat sehingga zat pewarna
yang disimpan dalam korong tersebut dapat bertahan
lama. penyimpanan zat pewarna dalam Korong dapat dilihat pada
Gambar 6.
42
Gambar 6. Pemisahan air tarum dan Tekke
Tabel 7. Tahap-Tahap Kegiatan Pembutan Zat Pewarna
No Nama Kegiatan1 Memetik daun tarum2 Membersihkan dan menimbang daun tarum3 Merendam daun tarum4 Menghaluskan (meremas) daun tarum5 Pengapuran air tarum6 Pengadukan air tarum7 Pengendapan air tarum dan air kapur8 Penyimpanan air tarum dalam Korong
Sumber Data Primer Setelah Diolah, 2019
5.3.2. Pemberian Zat Pewarna Pada Benang (Nyila=bahasa konjo)
Pemberian zat pewarna pada benang dilakukan 2 kali dalam sehari
yaitu pada pagi hari sekitar jam 05:00-06:00 dan pada sore hari sekitar
pukul 17:00-18:00. pemberian zat pewarna hanya dilakukan pada waktu
pagi dan sore saja dikarenakan pada waktu tersebut air tarum dapat
menghasilkan warnah hitam yang lebih bagus dibandingkanpada waktu
lain.
Benang yang di gunakan yaitu benang putih yang dibeli dari pasar,
jumlah benang yang digunakan dalam 1 kain tenun yaitu 2,½ gulung
43
besaR atau sekitar 0,6 kg. Adapun langkah-langkah dalam kegiatan
pemberian zat pewarna (Manyila) adalah sebagai berikut:
1. Langkah awal nyila yaitu Air tarum yang sudah dipisahkan dengan
tekke seperti pada Gambar 11 selanjutnya di campurkan tekke sebanyak
220 ml dan air abu dapur sebanyak 200 ml, air abu dapur ini berfungsi
untuk mengentalkan zat pewarna.
Gambar 12. Air abu dapur dan tekke
2. Menyiapkan benang yang akan diberi zat pewarna
Benang yang akan diberi zat pewarna dari daun tarum yaitu
sebanyak 2½ gulung besar atau sekitar 0,6 kg. Masyarakat Kajang
menggunakan benang yang dibeli dari pasar dengan harga yang cukup
murah, biasanya masyarakat membeli benang dengan harga Rp.30.000
untuk 2½ gulung besar.
Masyarakat Kajang sangat mudah mendapatkan benang yang
akan digunakan mereka cukup membeli dipasar terdekat dari rumah
mereka, dalam pembuatan zat pewarna alami dari daun tarum ini bahan
44
yang digunakan cukup mudah didapat oleh masyarakat Kajang selain
mudah didapatkan harganyapun relative murah. Benang yang
digunakan oleh masyarakat Kajang dapat dilihat pada Gambar 13.
Gambar 13. Penimbangan benang yang akan diberi zat pewarna
3. Pencelupan benang kedalam zat pewarna tarum
Benang yang telah disiapkan sebanyak 2½ gulung besar maka
selanjutnya benang siap untuk dicelupkan kedalam air tarum yang
sudah dicampur tadi, masyarakat kajang melakukan pencelupan benang
pada pagi sekitar jam 05:00-06:00 dan pada sore hari sekitar pukul
17:00-18:00. Masyarakat Kajang biasanya mencelupkan benang
sebanyak 3-4 kali pencelupan setelah dicelupkan sebanyak 3-4 kali
maka benang tersebut diperas kemudian dipukul-pukul menggunakan
palu yang terbuat dari kayu seperti pada Gambar 15, jika telah dipukul-
pukul maka selanjutnya benang dicelupkan lagi kedalam zat pewarna
sebanyak 3-4 kali pencelupan kemudian selanjutnya dipukul-pukul agar
zat pewarna yang ada dapat meresap kedalam benang. Kegiatan
pencelupan ini dilakukan sampai benang berwarnah hitam, pencelupan
45
ini dilakukan selama 3 hari. Pencelupan benang dapat dilihat pada
Gambar 14.
Gambar 14. Pencelupan benang putih kedalam zat pewarna
Gambar 15.Benang yang telah diberi zat pewarna kemudian di pukul-pukul menggunakan palu dari kayu.
4. Benang yang telah diberi zat pewarna selanjutnya dijemur sampai
kering, apabila benang yang telah diberi zat pewarna telah berwarna
hitam maka selanjutnya benang dijemur sampai kering untuk
selanjutnya siap di tenun. Penjemuran kain dapat dilihat pada Gambar
16.
46
Gambar 16. Pengeringan benang yang telah diberi zat pewarna
5.3.3. Pelaksanaan Penenunan Kain Adat Kajang
Kegiatan menenun kain merupakan warisan turun temurun
masyarakat Kajang,proses menenun di Suku Kajang masih terbilang
tradisional dengan alat tenun peninggalan nenek moyang yang terbuat dari
kayu. Masyarakat Kajang melakukan kegiatan menenun di siring (dibawah
kolong rumah) dan di lego-lego (teras rumah). Waktu yang dibutuhkan
responden pada saat menenun yaitu dapat dilihat dari Tabel 7:
Tabel 8. Jangka Waktu Menenun Responden
No NamaLama Penenunan
(Hari/Bln)1 Naro' 1 Bln2 Taha' 10 Hari3 Tika 5 Hari4 Anni 7 hari5 Baya 7 hari6 Ima 10 Hari7 Taeng 7 hari8 Anti 5 Hari9 Suri 10 Hari10 Nunung 7 hari11 Rante 7 hari12 Samo 7 hari
47
13 Bolong 10 Hari14 Nawi 10 Hari15 Ramo 10 Hari16 Basma 7 hari17 Naho 7 hari18 Caya 7 hari19 Bacce 7 hari20 Uni 10 Hari
Sumber: Data Primer Setelah Diolah 2019
Tabel 11 menunjukkan jangka waktu yang dibutuhkan responden
dalam pembuatan kain tenun, pembuatan kain tenun yang membutuhkan
waktu lama untuk penyelesaian 1 kain tenun yaitu pada responden yang
bernama Naro’ dengan waktu pengerjaan sekitar 1 bulan, sedangkan untuk
pembuatan kain tenun yang tidak membutuhkan waktu lama dalam
pengerjaannya yaitu pada responden yang bernama Tika dan Anti dengan
jangka waktu pembuatan 1 kain tenun yaitu sekitar 5 hari saja.
Masyarakat Kajang melakukan kegiatan menenun pada saat tak
melakukan kegiatan lain sehingga waktu penyelesaian penenunan kain
berbeda-beda setiap orang. Biasanya masyarakat Kajang menenun apabila
tak melakukan kegiatan lain, dalam satu kali menenun masyarakat Kajang
dapat menenun 1 lembar kain dengan panjang sekitar 4 meter dan lebar kain
yaitu 1 meter.
Adapun prosesmenenunyaitu :
1. Menyiapkan benang yang sudah diberi zat pewana
Benang yang telah di beri zat pewarna dari daun Tarum,
selanjutnya diangin-anginkan di bawah kolom rumah. Tujuan meangin-
anginkan adalah agar benagnya kering dan lembut, tidak dijemur diterik
48
matahari. Jumlah benang yang akan ditenun untuk 1 kain tenun yaitu
sekitar 2½ gulung besar. benang yang disiapkan atau yang telah diberi zat
pewarna yang siap ditenun dapat dilihat pada Gambar 17.
Gambar 17.Memperlihatkan cara menjemur benang yang telah di beri zatpewarna dari daun Tarum.
2. Mappaturung benang
Benang yang telah dijemur seperti pada Gambar 16, dan sudah
kering,selanjutnya dilakukan kegiatan Mappaturung
benang.Mappaturung benang adalah kegiatan yang dilakukan untuk
mengurai benang agar tidak kusut setelah dilakukan pencelupan warna
dan penjemuran.
Mappaturung benang menggunakan alat Ganra yaitu suatu alat
berbentuk segi lima terbuat dari bambu dengan panjang jari-jari sekitar
30 cm seperti pada Gambar 18. Alat tersebut digerakkan secara
melingkar yang diikuti oleh helaian benang. Fungsi alat Ganra
menggulung-gulung benang atau merapikan benang
49
Gambar 18. Paturung Benang menggunakan alat ganra
3. Kegiatan anggane
Benang yang telah di Paturung seperti pada Gamabr 18 maka
selanjutnya, selanjutnya dilakukan kegiatananggane.Kegiatan anggane
Yaitu dimana benang di bentangkan kemudian dimasukkan kedalam Suru
dan dsusun rapi satu-persatu untuk selanjutnya benang siap di tenun.
Anggane benang menggunakan alat Aneang yang terbuat dari
bambu dengan panjang sekitar 2 meter dengan jumlah bamboo yang
digunakan yaitu sebanyak 4 buah yang di bentuk segi empat kemudian
benang dibentangkan secara horisontalseperti pada Gambar 19.Fungsi
menggane benang yaitu untuk memudahkan dalam membentangkan
benang yang akan dimasukkan kedalam Suru.
50
Gamabar 19. Mengane benang
4. Kegiatan menghilangkan bulu–bulu benang (Attasi=Bahasa Konjo)
Benang yang telah diAne pada Gambar 19 selanjutnya dilakukan
kegiatan menghilangkan bulu-bulu kasar yang ada pada benang atau
masyarakat Kajang menyebutnya Attasibenang. Attasi merupakan air
rendaman beras ketang hitam yang sudah di sandrai.
Attasi benang ini dilakukan sebelum benang ditenun seperti pada
Gambar 20, fungsi Attasi yaitu untuk memindahkan bulu-bulu kasar pada
benang dengan cara menyisir benang secara vertikal menggunakan
tongkol jagung sampai bulu-bulu kasar yang terdapat pada benang
hilang.
51
Gamabar 20. Pemberian Tasi pada benang yang akan ditenun
5. Kegiatan merapikan benang (Ajangka =Bahasa Konjo)
Benang yang telah diberi Tasi pada Gambar 20 selanjutnya
dilakukan Kegiatan merapikan benang atau masyarakat kajang
menyebutnya Ajangka benang.Ajangkabenang adalah kegiatan
merapikan benang yang telah diberi air Tasi.
Ajangka benang ini dilakukan sebelum benang ditenun seperti
pada Gambar 21, fungsi dari Ajangka benang ini yaitu untuk merapikan
benang dengan cara benang disisir secara vertikal menggunakan alat
yang terbuat dari kayu dan sabuk kelapa dengan panjang sekitar 1 meter.
Gambar 21. Penyisiran benang menggunakan sabuk kelapa
52
6. Kegiatan menenun
Benang yang telah diberi air Tasi pada Gambar 20 serta telah
dilakukan kegiatan Ajangka pada Gambar 21, maka selanjutnya
dilakukan kegiatan menenun benang. Menenun adalah proses membuat
kain dengan memasukkan secara berselang-seling kolompok benang
yang membujur kedalam kelompok benang yang melintang.
Masyarakat Kajang menenun menggunakan alat tradisional yang
terbuat dari bambu.untuk dua tiang yang berdiri secara vertikaldengan
sebuah batang lintang dibagian atasnya benang-benang direntangkan
diantar kedua bambu ini. pada batang itu terjuntai benang-benang yang
dipasangi beban-beban untuk menjaga agar benangnya tetap lurus, batan
inidapat diputar untuk menggulung kain hasil tenunan.
Alat tenun horizontal terdiri dari dua kayu penggulung sejajar
yang dipasang terpisa supaya tidak bergeser, ada 4 batang bambu kecil
yang diapit pada benang yang berfungsiuntuk menahan bennag ketika
ditenun.seperti pada Gambar 22. Alat tenun yang digunakan oleh
masyarakat Kajang ini merupakan alat turun temurun dari nenek moyang
masyarakat Kajang.
53
Gambar 22.Menenun kain
7. Pencucian kain tenun
Kain yang sudah di tenun selanjutnya dicuci, kain tenun yang akan
dicuci tidak menggunakan deterjen hanya dicuci menggunakan air bersih
saja. Pencucian kain tenun dapat dilakukan dimana saja biasanya
masyarakat Kajang mencuci kain tenun di sungai atau masyarakat
menyebutnya (Buhung = bahasa konjo). Jika kain tenun telah dicuci
maka selanjutnya di jemur sampai kering.
8. Penjemuran kain tenun
Kain tenun yang telah di cuci selanjutnya dijemur didepan teras
rumah atau dibawa sinar matahari sampai kain kering, kain tenun dijemur
dengan cara menggantung kain tenun dengan melipat menjadi dua bagian
kemudian memasukkan kayu kebagian atas dan bagian bawa kain.
penjemuran kain ini bertujuan agar kain tidak mengkerut saat dijemur.
54
Gambar 23. Kain tenun yang telah dicuci kemudian dijemur
9. Pemanfatan kain tenun
Masyarakat Kajang melakukan kegiatan tenun untuk memenuhi
kebutuhan mereka, selain digunakan sebagai pakaian sehari-hari biasanya
kain yang telah ditenun dijual di pasar dengan harga yang cukup mahal
yaitu Rp650.000-Rp1.000.000 atau untuk keperluan ritual adat untuk
kain yang akan dijual digosok menggunakan bilalu keong laut berbintik
untuk menghasilkan warna yang mengkilap.
Gambar 24. Kain yang telah ditenun
55
Tabel 9.Tahap-Tahap Kegiatan Penenunan
No Nama Kegiatan1 Menyiapkan benang yang sudah diberi zat pewarna2 Mappaturung benang3 Kegiatan anggane
4Kegiatan menghilangkan bulu-bulu kasar pada benang(Attasi=Bahasa konji) benang
5 Kegiatan merapikan benang (Ajjangka=Bahasa konjo)6 Kegiatan menenun7 Pencucian kain tenun8 Penjemuran kain tenun9 Pemanfaatan kain tenun
Sumber: Data Primer Setelah Diolah,2019
56
VI. PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian di Hutan Adat Ammatoa Kecamatan Kajang
Kabupaten Bulukumba, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Sumber zat pewarna tanaman tarum (Indigofera tinctoria)
Sumber zat pewarna tanaman tarum (Indigofera tinctoria) yaitu dari
perkebunan masyarakat Kajang dimana tanaman tarum ini di tanam pada
lahan kosong milik pribadi dengan luas lahan dari 30 responden jumlah
keseluruhan lahan yaitu 1,877 m² .
2. Manfaat Tanaman Tarum
Tanaman tarum banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Kajang
yaitu sebagai zat pewarna, tahap-tahap pembuatan zat pewarna yaitu
memetik daun tarum, membersihkan dan menimbang daun tarum,
merendam daun tarum, menghaluskan daun tarum, pengapuran air tarum,
pengendapan air tarum, pengendapan air tarum dan air kapur, dan
penyimpanan air tarum dalam korong.
3. Kegiatan menenun
Adapun tahap-tahap dalam pembuatan tenun yaitu menyiapkan
benang yang sudah diberi zat pewarna, mappaturung benang, kegiatan
anggane, kegiatan menghilangkan bulu-bulu kasar pada benang (Attasi),
kegiatan merapikan benang (Ajjangka), kegiatan menenun, pencucian kain
tenun, penjemuran kain tenun, dan pemanfaatan kain tenun.
57
6.2. Saran
Tanaman Tarum merupakan tanaman yang digunakan turun temurun
oleh masyarakata Kajang sebagai penghasil zat pewarna alami dalam
pembuatan kain tenun, dalam proses pembuatan warna ini masyarakat masih
menggunakan alat tradisisonal. Selain itu dalam membuat zat pewarna
masyarakat membutuhkan waktu yang lama agar menghasilkan warna hitam
yang baik.oleh karena itu perlu diadakan alat untuk memudahkan dalam
pembuatan zat pewarna terkhusus untuk alat penghancur daunt tarum untuk
mengeluarkan zat warna yang ada dalam daun.
58
Lampiran 1. Kuisioner Penelitian
DAFTAR PERTANYAAN (QUESTIONNAIRE)KEARIFAN LOKAL TANAMAN TARUM (Indigofera tinctoria) UNTUKRESPONDEN I YANG BERTUGAS MEMBERI ZAT PEWARNA PADA
BENANG
I. IDENTITAS RESPONDEN
1. No. Respondsen :
2. Nama : ..................................................
3. Usia : ..................................................Tahun
4. Jenis Kelami : ………………………………..
5. Agama : ...................................................
6. Suku : ………………………………...
7. Pendidikan : ………………………………...
8. Pekerjaan utama : ………………………………...
9. Pekerjaan sampingan : ………………………………..
10. Asal daerah :Penduduk Asli/Pendatang (Prop : ..........., Kab
:....................)
11. Jumlah Anggota keluarga
59
Anggota Keluarga
Jumlah
Ang.
Kel. (jiwa)
Keterangan
Bekerja Sekolah Lainnya*
1. Laki-laki Dewasa (>12 Thn)
2. Perempuan Dewasa (>12 Thn)
3. Anak Laki-2 ( 5 - 12 Thn)
4. Anak Perempuan ( 5 - 12 Thn)
5. 5. Balita
..................
..................
..................
..................
..................
...............
...............
...............
...............
...............
.................
.................
.................
.................
.................
..................
..................
..................
..................
..................
Jumlah .................. ............... ................. ..................
Lainnya : a) Membantu U.Kel, b) Tidak Bekerja
II. Data Umum Tanaman Tarum yang dikelola
11. Darimana Bapak/Ibu mengetahui tentang tanaman Tarum?
12. Tanaman Tarum dimanfaatkan sebagai
a. Tanaman obat
b. Pewarna kain
c. lainnya
13. Kenapa Bapak/Ibu memlih tanaman Tarum sebagai pewarna kain?
14. Bagian mana yang bapak/ibu gunakan sebagai pewarna?
15. Berapa luas total yang Bapak/Ibu miliki?..............Ha
16. Berapa luas lahan yang digunakan untuk tanaman Tarum? ..............Ha
17. Penggunaan Lahan yang lain
a. Perumahan..............Ha
b. Sawah..............Ha
c. Ladang..............Ha
d. Perkebunan..............Ha
e. Kosong..............Ha
f. Lainnya..............Ha
18. Status lahan yang digunakan untuk tanaman Tarum
a. Lahan milik/pribadi
b. Lahan sewa
60
c. Lahan adat/marga
d. Lainnya
19. Apakah semua lahan yang Bapak/Ibu/ibu miliki bersertifikat
a. Ya
b. Tidak
20. Jika tidak bersertifikat apa bentuk kepemilikian lainnya?
21. Bagaimana Bapak/Ibu menanam Tarum tersebut?
a. Biji
b. Stek
c. Lainnya
22. Berapa jarak tanam Tarum yang Bapak/Ibu tanam?
23. Berapa kali pemanenenan dalam sebulan?.......................kali panen/bulan
24. Apa saja bahan dan alat yang bapak/ibu gunakan untuk membuat pewarna?
25. Berapa banyak daun yang bapak/ibu gunakan dalam 1 kain sarung tenun?
26. Berapa banyak benang yang bapak/ibu gunakan?
27. Bagaimana cara membuat pewarna dari Tanaman Tarum?
28. Berapa hari bapak/ibu butuhkan untuk membuat pewarna dari Tanaman
Tarum?
29. Berapa hari benang di rendam sampai bisa berwarna hitam?
61
DAFTAR PERTANYAAN (QUESTIONNAIRE)KEARIFAN LOKAL TANAMAN TARUM (Indigofera tinctoria) UNTUKRESPONDEN II YANG YANG MELAKUKAN KEGIATAN MENENUN
BENANG YANG SUDAH DIBERI ZAT PEWARNA
I. IDENTITAS RESPONDEN
1. No. Respondsen :
2. Nama : ..................................................
3. Usia : .................................................. Tahun
4. Jenis Kelami : ………………………………..
5. Agama : ...................................................
6. Suku : ………………………………...
7. Pendidikan : ………………………………...
8. Pekerjaan utama : ………………………………...
9. Pekerjaan sampingan : ………………………………..
10. Asal daerah :Penduduk Asli/Pendatang (Prop : ..........., Kab
:....................)
11. Jumlah Anggota keluarga
Anggota KeluargaJumlah
Ang.
Keterangan
Bekerja Sekolah Lainnya*
62
Kel. (jiwa)
1. Laki-laki Dewasa (>12 Thn)
2. Perempuan Dewasa (>12
Thn)
3. Anak Laki-2 ( 5 - 12 Thn)
4. Anak Perempuan ( 5 - 12
Thn)
5. Balita
..................
..................
..................
..................
..................
...............
...............
...............
...............
...............
.................
.................
.................
.................
.................
..................
..................
..................
..................
..................
Jumlah .................. ............... ................. ..................
Lainnya : a) Membantu U.Kel, b) Tidak Bekerja
II. Data Umum Kain Tenun
12. Sejak kapan bapak/ibu menenun kain?
13. Apakah menenun adalah pekerjaan tetap bapak/ibu?
14. Bagaimana langkah awal bapak/ibu menenun kain?
15. Dimana bapak/ibu mengambil benag yang akan ditenun?
16. Berapa banyak benang yang bapak/ibu gunakan?
17. Berapa hari bapak/ibu butuhkan untuk menenun kain?
18. Berapa meter panjang dan lebar kain yang bapak/ibu hasilkan?
19. Kain yang sudah jadi selanjutnya diapakan?
63
DAFTAR PERTANYAAN (QUESTIONNAIRE)KEARIFAN LOKAL TANAMAN TARUM (Indigofera tinctoria) UNTUK
RESPONDEN III YANG BERTUGAS MEMBERI ZAT PEWARNA PADABENANG SAMPAI MELAKUKAN KEGIATAN MENENUN BENANG
YANG SUDAH DIBERI ZAT PEWARNA
I. IDENTITAS RESPONDEN1. No. Respondsen :
2. Nama : ..................................................
3. Usia : .................................................. Tahun
4. Jenis Kelami : ………………………………..
5. Agama : ...................................................
6. Suku : ………………………………...
7. Pendidikan : ………………………………...
8. Pekerjaan utama : ………………………………...
9. Pekerjaan sampingan : ………………………………..
10. Asal daerah :Penduduk Asli/Pendatang (Prop : ..........., Kab
:....................)
11. Jumlah Anggota keluarga
Anggota Keluarga
Jumlah
Ang.
Kel. (jiwa)
Keterangan
Bekerja Sekolah Lainnya*
64
1. Laki-laki Dewasa (>12
Thn)
2. Perempuan Dewasa (>12
Thn)
3. Anak Laki-2 ( 5 - 12 Thn)
4. Anak Perempuan ( 5 - 12
Thn)
5. Balita
..................
..................
..................
..................
..................
...............
...............
...............
...............
...............
.................
.................
.................
.................
.................
..................
..................
..................
..................
..................
Jumlah .................. ............... ................. ..................
Lainnya : a) Membantu U.Kel, b) Tidak Bekerja
II. Data Umum Tanaman Tarum yang dikelola
12. Darimana Bapak/Ibu mengetahui tentang tanaman Tarum?
13. Tanaman Tarum dimanfaatkan sebagai
a. Tanaman obat
b. Pewarna kain
c. lainnya
14. Kenapa Bapak/Ibu memlih tanaman Tarum sebagai pewarna kain?
15. Bagian mana yang bapak/ibu gunakan sebagai pewarna?
16. Berapa luas total yang Bapak/Ibu miliki?..............Ha
17. Berapa luas lahan yang digunakan untuk tanaman Tarum? ..............Ha
18. Penggunaan Lahan yang lain
a. Perumahan..............Ha
b. Sawah..............Ha
c. Ladang..............Ha
d. Perkebunan..............Ha
e. Kosong..............Ha
f. Lainnya..............Ha
19. Status lahan yang digunakan untuk tanaman Tarum
a. Lahan milik/pribadi
b. Lahan sewa
65
c. Lahan adat/marga
d. Lainnya
20. Apakah semua lahan yang Bapak/Ibu/ibu miliki bersertifikat
a. Ya
c. Tidak
d. Jika tidak bersertifikat apa bentuk kepemilikian lainnya?
21. Bagaimana Bapak/Ibu menanam Tarum tersebut?
a. Biji
b. Stek
c. Lainnya
22. Berapa jarak tanam Tarum yang Bapak/Ibu tanam?
23. Berapa kali pemanenenan dalam sebulan?.......................kali panen/bulan
24. Apa saja bahan dan alat yang bapak/ibu gunakan untuk membuat
pewarna?
25. Berapa banyak daun yang bapak/ibu gunakan dalam 1 kain sarung tenun?
26. Berapa banyak benang yang bapak/ibu gunakan?
27. Bagaimana cara membuat pewarna dari Tanaman Tarum?
28. Berapa hari bapak/ibu butuhkan untuk membuat pewarna dari Tanaman
Tarum?
29. Berapa hari benang di rendam sampai bisa berwarna hitam?
30. Sejak kapan bapak/ibu menenun kain?
31. Apakah menenun adalah pekerjaan tetap bapak/ibu?
32. Bagaimana langkah awal bapak/ibu menenun kain?
33. Dimana bapak/ibu mengambil benag yang akan ditenun?
34. Berapa hari bapak/ibu butuhkan untuk menenun kain?
35. Berapa meter panjang dan lebar kain yang bapak/ibu hasilkan?
36. Kain yang sudah jadi selanjutnya diapakan?
66
Lampiran 3. Dokumentasi Penelitian
Proses wawancara kepada responden yang melakukan kegiatan membuat zatpewarna
67
Proses wawancara kepada responden yang melakukan kegiatan menenukain
Proses wawancara kepada responden yang melakukan kegiatan membuat zatpewarna dan menenun
68
Daun tarum yang siap dipanen
69
Proses memetik atau memanen daun tarum
Biji tanaman tarum
70
Penimbangan daun tarum yang akan dijadikan zat pewarna
Penimbangan benang yang akan diberi zat pewarna
Penimbangan bahan kapur yang akan di buat zat pewarna
71
Benang putih yang akan diberi zat pewarna
Air abu yang akan dicampurkan kedalam zat pewarna
Penimbangan air abu ynag akan digunakan
72
Penimbangan air yang akan digunakan untuk merendam daun tarum
Proses perendaman daunt arum
Proses pembalikan daunt arum
73
Proses peremasan daunt arum
Air tarum yang telah dibersihkan daru daun
74
Proses pemberian kapur
Pengadukan air tarum yang telah diberi kapur
Penimbangan air tarum tang akan di jadikan zat pewarna
75
Korong tempat yang akan digunakan untuk menyimpan zat pewarna
Penuangan air tarum kedalam Korong serta memisahkan ait tarumdengan tekke
Penimbangan tekke yang akan di jadikan zat pewarna
76
Penimbangan air abu yang akan dicampurkan kedalam zat pewarna
Tekke atau zat pewarna tarum
77
Proses pewarnaan benang
Benang Yang Telah Diberi Zat Pewarna
Benag yang siap di tenun
78
Mappaturung benang
Ngane benang
Persiapan penenunan benang
79
Pemberian Tasi
Menyisir benang
pengeringan kain tenun yang telah dicuci
80
Kain tenun yang siap dijual atau disimpan
97
Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian
Proses wawancara kepada responden yang melakukan kegiatan membuat zatpewarna
Proses wawancara kepada responden yang melakukan kegiatan menenukain
98
Proses wawancara kepada responden yang melakukan kegiatan membuat zatpewarna dan menenun
Daun tarum yang siap dipanen
99
Proses memetik atau memanen daun tarum
Biji tanaman tarum
100
Penimbangan daun tarum yang akan dijadikan zat pewarna
Penimbangan benang yang akan diberi zat pewarna
Penimbangan bahan kapur yang akan di buat zat pewarna
101
Benang putih yang akan diberi zat pewarna
Air abu yang akan dicampurkan kedalam zat pewarna
Penimbangan air abu ynag akan digunakan
102
Penimbangan air yang akan digunakan untuk merendam daun tarum
Proses perendaman daunt arum
Proses pembalikan daunt arum
103
Proses peremasan daunt arum
Air tarum yang telah dibersihkan daru daun
104
Proses pemberian kapur
Pengadukan air tarum yang telah diberi kapur
Penimbangan air tarum tang akan di jadikan zat pewarna
105
Korong tempat yang akan digunakan untuk menyimpan zat pewarna
Penuangan air tarum kedalam Korong serta memisahkan ait tarumdengan tekke
Penimbangan tekke yang akan di jadikan zat pewarna
106
Penimbangan air abu yang akan dicampurkan kedalam zat pewarna
Tekke atau zat pewarna tarum
107
Proses pewarnaan benang
Benang Yang Telah Diberi Zat Pewarna
Benag yang siap di tenun
108
Mappaturung benang
Ngane benang
Persiapan penenunan benang
109
Pemberian Tasi
Menyisir benang
pengeringan kain tenun yang telah dicuci
110
Kain tenun yang siap dijual atau disimpan
66
Lampiran2. Data Responden
NoNama
Responden Usia
JenisKelamin
(P/L) Agama SukuPekerjaan
UtamaPekerjaan
SampinganAsal
Daerah
JumlahAnggotaKeluarga
I Responden Yang Melakukan Kegiatan Memberi Zat Pewarna
1. Halo' 35 P Islam Kajang PedagangNyila (Pembuat Zat
Pewarna Bulukumba 4
2. Ruso' 37 P Islam Kajang PedagangNyila (Pembuat Zat
Pewarna Bulukumba 8
3. Salmi 54 P Islam KajangNyila (Pembuat Zat
Pewarna Bertani Bulukumba 5
4. Murni 44 P Islam KajangNyila (Pembuat Zat
Pewarna Buru Bangunan Bulukumba 9
5. Fatma 54 P Islam Kajang PedagangNyila (Pembuat Zat
Pewarna Bulukumba 8
6. Naisa 50 P Islam Kajang PegagangNyila (Pembuat Zat
Pewarna Bulukumba 7
7. Jumo' 50 P Islam Kajang PedagangNyila (Pembuat Zat
Pewarna Bulukumba 4
8. Bombong 36 P Islam Kajang PedagangNyila (Pembuat Zat
Pewarna Bulukumba 7
9. Baji 67 P Islam KajangNyila (Pembuat Zat
Pewarna Bertani Bulukumba 8
10. Salo' 52 P Islam KajangNyila (Pembuat Zat
Pewarna Buru Bangunan Bulukumba 4
67
IIResponden Yang Melakukan KegiatanMenenun Kain
1. Naro' 42 P Islam Kajang Menenun Bertani Bulukumba 42. Taha' 40 P Islam Kajang Menenun Bertani Bulukumba 43. Tika 30 P Islam Kajang Menenun Bertani Bulukumba 54. Anni 27 P Islam Kajang Menenun Buru Bangunan Bulukumba 45. Baya 52 P Islam Kajang Menenun Bertani Bulukumba 76. Ima 27 P Islam Kajang Menenun Bertani Bulukumba 37. Taeng 40 P Islam Kajang Menenun Bertani Bulukumba 58. Anti 23 P Islam Kajang Menenun Buru Bangunan Bulukumba 89. Suri 41 P Islam Kajang Menenun Buru Bangunan Bulukumba 5
10. Nunung 37 P Islam Kajang Menenun Buru Bangunan Bulukumba 5
IIIResponden Yang Melakukan Kegiatan Memberi Zat Pewarna DanMenenun Kain
1. Rante 30 P Islam Kajang Nyila Dan Menenu Buru Bangunan Bulukumba 42. Samo 32 P Islam Kajang Nyila Dan Menenu Buru Bangunan Bulukumba 53. Bolong 40 P Islam Kajang Nyila Dan Menenu Buru Bangunan Bulukumba 54. Nawi 43 P Islam Kajang Nyila Dan Menenu Buru Bangunan Bulukumba 45. Ramo' 53 P Islam Kajang Pedagang Nyila Dan Menenu Bulukumba 66. Basma 45 P Islam Kajang Nyila Dan Menenu Bertani Bulukumba 57. Naho' 42 P Islam Kajang Nyila Dan Menenu Bertani Bulukumba 48. Caya 60 P Islam Kajang Nyila Dan Menenu Bertani Bulukumba 59. Bacce 58 P Islam Kajang Nyila Dan Menenu Bertani Bulukumba 7
10. Uni 51 P Islam Kajang Pedagang Nyila Dan Menenu Bulukumba 8
68
Lampiran 3. Jawaban Responden
Jawaban Responden I Yang Melakukan Kegiatan Membuat Zat Pewarna
No Nama Jawaban Pertanyaan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Halo'DariKeluarga Pewarna Kain Karena merupakan pewarnah alami Daun
0,5Ha 15 M
LahanKosong
Lahan MilikPribadi Tidak Supradi
Turun temurun
Mudah di dapat
Tidak membutuhkan biaya yangmahal
2 Ruso'DariKeluarga Pewarna Kain Karena merupakan pewarnah alami Daun
0,5Ha 10 M
LahanKosong
Lahan MilikPribadi Tidak Supradi
Turun temurun
Mudah di dapat
Tidak membutuhkan biaya yangmahal
3 SalmiDariKeluarga Pewarna Kain Karena merupakan pewarnah alami Daun
0,5Ha 15 M
LahanKosong
Lahan MilikPribadi Tidak Supradi
Turun temurun
Mudah di dapat
Tidak membutuhkan biaya yangmahal
4 MurniDariKeluarga Pewarna Kain Karena merupakan pewarnah alami Daun
0,5Ha 10 M
LahanKosong
Lahan MilikPribadi Tidak Supradi
Turun temurun
Mudah di dapat
Tidak membutuhkan biaya yangmahal
5 FatmaDariKeluarga Pewarna Kain Karena merupakan pewarnah alami Daun
0,5Ha 13 M
LahanKosong
Lahan MilikPribadi Tidak Supradi
Turun temurun
Mudah di dapat
Tidak membutuhkan biaya yangmahal
6 Naisa Dari Pewarna Kain Karena merupakan pewarnah alami Daun 0,5 15 M Lahan Lahan Milik Tidak Supradi
69
Keluarga Ha Kosong Pribadi
Turun tenurun
Mudah di dapat
Tidak membutuhkan biaya yangmahal
7 Jumo'DariKeluarga Pewarna Kain Karena merupakan pewarnah alami Daun
0,5Ha 10 M
LahanKosong
Lahan MilikPribadi Tidak Supradi
Turun temurun
Mudah di dapat
Tidak membutuhkan biaya yangmahal
8 BombongDariKeluarga Pewarna Kain Karena merupakan pewarnah alami Daun
0,5Ha 11m
LahanKosong
Lahan MilikPribadi Tidak Supradi
Turun temurun
Mudah di dapat
Tidak membutuhkan biaya yangmahal
9 BajiDariKeluarga Pewarna Kain Karena merupakan pewarnah alami Daun
0,5Ha 13 M
LahanKosong
Lahan MilikPribadi Tidak Supradi
Turun temurun
Mudah di dapat
Tidak membutuhkan biaya yangmahal
10 Salo'DariKeluarga Pewarna Kain Karena merupakan pewarnah alami Daun
0,5Ha 10 M
LahanKosong
Lahan MilikPribadi Tidak Supradi
Turun temurunMudah di dapat
Tidak membutuhkan biaya yangmahal
70
Sambungan Jawaban Responden I Yang Melakukan Kegiatan Membuat Zat Pewarna
No Nama Jawan Pertanyaan
11 12 13 14 15 161 Halo’ Biji 15 Cm 2-3 Kali Alat : 15 Baskom Besar 2,1/2 Gulung Besar
Baskom
Timbangan
Karung
Magkok
Korong
Bahan:
Tanaman Tarum
Benang
Air
Abu Dapur
Kapur2 Ruso’ Biji 15 Cm 2-3 Kali Alat : 15 Baskombesar 2,1/2 Gulung Besar
Baskom
Timbangan
Karung
Magkok
Korong
Bahan:
Tanaman Tarum
Benang
Air
Abu Dapur
Kapur
71
3 Salmi Biji 15 Cm 2-3 Kali Alat : 15 Baskombesar 2,1/2 Gulung Besar
Baskom
Timbangan
Karung
Magkok
Korong
Bahan:
Tanaman Tarum
Benang
Air
Abu Dapur
Kapur4 Murni Biji 15 Cm 2-3 Kali Alat : 15 Baskombesar 2,1/2 Gulung Besar
Baskom
Timbangan
Karung
Magkok
Korong
Bahan:
Tanaman Tarum
Benang
Air
Abu Dapur
Kapur5 Fatma Biji 15 Cm 2-3 Kali Alat : 15 Baskombesar 2,1/2 Gulung Besar
Baskom
Timbangan
Karung
Magkok
Korong
72
Bahan:
Tanaman Tarum
Benang
Air
Abu Dapur
Kapur6 Naisa Biji 15 Cm 2-3 Kali Alat : 15 Baskombesar 2,1/2 Gulung Besar
Baskom
Timbangan
Karung
Magkok
Korong
Bahan:
Tanaman Tarum
Benang
Air
Abu Dapur
Kapur7 Jumo’ Biji 15 Cm 2-3 Kali Alat : 15 Baskombesar 2,1/2 Gulung Besar
Baskom
Timbangan
Karung
Magkok
Korong
Bahan:
Tanaman Tarum
Benang
Air
Abu Dapur
Kapur
73
8 Bombong Biji 15 Cm 2-3 Kali Alat : 15 Baskombesar 2,1/2 Gulung Besar
Baskom
Timbangan
Karung
Magkok
Korong
Bahan:
Tanaman Tarum
Benang
Air
Abu Dapur
Kapur9 Baji’ Biji 15 Cm 2-3 Kali Alat : 15 Baskombesar 2,1/2 Gulung Besar
Baskom
Timbangan
Karung
Magkok
Korong
Bahan:
Tanaman Tarum
Benang
Air
Abu Dapur
Kapur10 Salo’ Biji 15 Cm 2-3 Kali Alat : 15 Baskombesar 2,1/2 Gulung Besar
Baskom
Timbangan
Karung
Magkok
Korong
74
Bahan:
Tanaman Tarum
Benang
Air
Abu Dapur
Kapur
Sambungan Jawaban Responden I Yang Melakukan Kegiatan Membuat Zat Pewarna
No Nama Jawaban Pertanyaan17 18 19
1 Halo’ Langkah-langkah membuat zat pewarna yaitu: 3-4 hari 3 hari
1. Mengambil atau memetik daun tarum
2. Menimbang daun tarum
3. Rendam air tarym dengan air secukupnya selama 1 hari
4. Selanjutnya daun tarum diremas sampai hancur, kemudian
Daun tarum yang sudah diremas selanjutnya di buang dan airnya disimpan
5. Selanjutnya air tarum di campurkan kapur secukupnya
6. Setelah dicampur kapur selanjutnya di aduk sampai kapur larut dalam air dan berbusa
7. Selanjutnya diamkan selama 1 hari
8. Kemudian air dan busa tarum di masukkan kedalam korong dan dipisahkan air dan tekkenya
9. Selanjutnya air yang sudah dipisahkan di campurkan tekke dan abu dapur
10. Kemudian benang di celupkan kedalam airtarum yang sudah dicampur tadi
Sampai benang berwarnah hitam
11. Benang yanng sudah diberi warna selanjutnya di jemur sampai kering2 Ruso’ Langkah-langkah membuat zat pewarna yaitu: 3-4 hari 3 hari
1. Mengambil atau memetik daun tarum
2. Menimbang daun tarum
3. Rendam air tarym dengan air secukupnya selama 1 hari
75
4. Selanjutnya daun tarum diremas sampai hancur, kemudian
Daun tarum yang sudah diremas selanjutnya di buang dan airnya disimpan
5. Selanjutnya air tarum di campurkan kapur secukupnya
6. Setelah dicampur kapur selanjutnya di aduk sampai kapur larut dalam air dan berbusa
7. Selanjutnya diamkan selama 1 hari
8. Kemudian air dan busa tarum di masukkan kedalam korong dan dipisahkan air dan tekkenya
9. Selanjutnya air yang sudah dipisahkan di campurkan tekke dan abu dapur
10. Kemudian benang di celupkan kedalam airtarum yang sudah dicampur tadi
Sampai benang berwarnah hitam
11. Benang yanng sudah diberi warna selanjutnya di jemur sampai kering3 Salmi Langkah-langkah membuat zat pewarna yaitu: 3-4 hari 3 hari
1. Mengambil atau memetik daun tarum
2. Menimbang daun tarum
3. Rendam air tarym dengan air secukupnya selama 1 hari
4. Selanjutnya daun tarum diremas sampai hancur, kemudian
Daun tarum yang sudah diremas selanjutnya di buang dan airnya disimpan
5. Selanjutnya air tarum di campurkan kapur secukupnya
6. Setelah dicampur kapur selanjutnya di aduk sampai kapur larut dalam air dan berbusa
7. Selanjutnya diamkan selama 1 hari
8. Kemudian air dan busa tarum di masukkan kedalam korong dan dipisahkan air dan tekkenya
9. Selanjutnya air yang sudah dipisahkan di campurkan tekke dan abu dapur
10. Kemudian benang di celupkan kedalam airtarum yang sudah dicampur tadi
Sampai benang berwarnah hitam
11. Benang yanng sudah diberi warna selanjutnya di jemur sampai kering4 Murni Langkah-langkah membuat zat pewarna yaitu: 3-4 hari 3 hari
1. Mengambil atau memetik daun tarum
2. Menimbang daun tarum
3. Rendam air tarym dengan air secukupnya selama 1 hari
4. Selanjutnya daun tarum diremas sampai hancur, kemudian
Daun tarum yang sudah diremas selanjutnya di buang dan airnya disimpan
76
5. Selanjutnya air tarum di campurkan kapur secukupnya
6. Setelah dicampur kapur selanjutnya di aduk sampai kapur larut dalam air dan berbusa
7. Selanjutnya diamkan selama 1 hari
8. Kemudian air dan busa tarum di masukkan kedalam korong dan dipisahkan air dan tekkenya
9. Selanjutnya air yang sudah dipisahkan di campurkan tekke dan abu dapur
10. Kemudian benang di celupkan kedalam airtarum yang sudah dicampur tadi
Sampai benang berwarnah hitam
11. Benang yanng sudah diberi warna selanjutnya di jemur sampai kering5 Fatma Langkah-langkah membuat zat pewarna yaitu: 3-4 hari 3 hari
1. Mengambil atau memetik daun tarum
2. Menimbang daun tarum
3. Rendam air tarym dengan air secukupnya selama 1 hari
4. Selanjutnya daun tarum diremas sampai hancur, kemudian
Daun tarum yang sudah diremas selanjutnya di buang dan airnya disimpan
5. Selanjutnya air tarum di campurkan kapur secukupnya
6. Setelah dicampur kapur selanjutnya di aduk sampai kapur larut dalam air dan berbusa
7. Selanjutnya diamkan selama 1 hari
8. Kemudian air dan busa tarum di masukkan kedalam korong dan dipisahkan air dan tekkenya
9. Selanjutnya air yang sudah dipisahkan di campurkan tekke dan abu dapur
10. Kemudian benang di celupkan kedalam airtarum yang sudah dicampur tadi
Sampai benang berwarnah hitam
11. Benang yanng sudah diberi warna selanjutnya di jemur sampai kering6 Naisa Langkah-langkah membuat zat pewarna yaitu: 3-4 hari 3 hari
1. Mengambil atau memetik daun tarum
2. Menimbang daun tarum
3. Rendam air tarym dengan air secukupnya selama 1 hari
4. Selanjutnya daun tarum diremas sampai hancur, kemudian
Daun tarum yang sudah diremas selanjutnya di buang dan airnya disimpan
5. Selanjutnya air tarum di campurkan kapur secukupnya
6. Setelah dicampur kapur selanjutnya di aduk sampai kapur larut dalam air dan berbusa
77
7. Selanjutnya diamkan selama 1 hari
8. Kemudian air dan busa tarum di masukkan kedalam korong dan dipisahkan air dan tekkenya
9. Selanjutnya air yang sudah dipisahkan di campurkan tekke dan abu dapur
10. Kemudian benang di celupkan kedalam airtarum yang sudah dicampur tadi
Sampai benang berwarnah hitam
11. Benang yanng sudah diberi warna selanjutnya di jemur sampai kering7 Jumo’ Langkah-langkah membuat zat pewarna yaitu: 3-4 hari 3 hari
1. Mengambil atau memetik daun tarum
2. Menimbang daun tarum
3. Rendam air tarym dengan air secukupnya selama 1 hari
4. Selanjutnya daun tarum diremas sampai hancur, kemudian
Daun tarum yang sudah diremas selanjutnya di buang dan airnya disimpan
5. Selanjutnya air tarum di campurkan kapur secukupnya
6. Setelah dicampur kapur selanjutnya di aduk sampai kapur larut dalam air dan berbusa
7. Selanjutnya diamkan selama 1 hari
8. Kemudian air dan busa tarum di masukkan kedalam korong dan dipisahkan air dan tekkenya
9. Selanjutnya air yang sudah dipisahkan di campurkan tekke dan abu dapur
10. Kemudian benang di celupkan kedalam airtarum yang sudah dicampur tadi
Sampai benang berwarnah hitam
11. Benang yanng sudah diberi warna selanjutnya di jemur sampai kering8 Bombong Langkah-langkah membuat zat pewarna yaitu: 3-4 hari 3 hari
1. Mengambil atau memetik daun tarum
2. Menimbang daun tarum
3. Rendam air tarym dengan air secukupnya selama 1 hari
4. Selanjutnya daun tarum diremas sampai hancur, kemudian
Daun tarum yang sudah diremas selanjutnya di buang dan airnya disimpan
5. Selanjutnya air tarum di campurkan kapur secukupnya
6. Setelah dicampur kapur selanjutnya di aduk sampai kapur larut dalam air dan berbusa
7. Selanjutnya diamkan selama 1 hari
8. Kemudian air dan busa tarum di masukkan kedalam korong dan dipisahkan air dan tekkenya
78
9. Selanjutnya air yang sudah dipisahkan di campurkan tekke dan abu dapur
10. Kemudian benang di celupkan kedalam airtarum yang sudah dicampur tadi
Sampai benang berwarnah hitam
11. Benang yanng sudah diberi warna selanjutnya di jemur sampai kering9 Baji’ Langkah-langkah membuat zat pewarna yaitu: 3-4 hari 3 hari
1. Mengambil atau memetik daun tarum
2. Menimbang daun tarum
3. Rendam air tarym dengan air secukupnya selama 1 hari
4. Selanjutnya daun tarum diremas sampai hancur, kemudian
Daun tarum yang sudah diremas selanjutnya di buang dan airnya disimpan
5. Selanjutnya air tarum di campurkan kapur secukupnya
6. Setelah dicampur kapur selanjutnya di aduk sampai kapur larut dalam air dan berbusa
7. Selanjutnya diamkan selama 1 hari
8. Kemudian air dan busa tarum di masukkan kedalam korong dan dipisahkan air dan tekkenya
9. Selanjutnya air yang sudah dipisahkan di campurkan tekke dan abu dapur
10. Kemudian benang di celupkan kedalam airtarum yang sudah dicampur tadi
Sampai benang berwarnah hitam
11. Benang yanng sudah diberi warna selanjutnya di jemur sampai kering10 Salo’ Langkah-langkah membuat zat pewarna yaitu: 3-4 hari 3 hari
1. Mengambil atau memetik daun tarum
2. Menimbang daun tarum
3. Rendam air tarym dengan air secukupnya selama 1 hari
4. Selanjutnya daun tarum diremas sampai hancur, kemudian
Daun tarum yang sudah diremas selanjutnya di buang dan airnya disimpan
5. Selanjutnya air tarum di campurkan kapur secukupnya
6. Setelah dicampur kapur selanjutnya di aduk sampai kapur larut dalam air dan berbusa
7. Selanjutnya diamkan selama 1 hari
8. Kemudian air dan busa tarum di masukkan kedalam korong dan dipisahkan air dan tekkenya
9. Selanjutnya air yang sudah dipisahkan di campurkan tekke dan abu dapur
10. Kemudian benang di celupkan kedalam airtarum yang sudah dicampur tadi
79
Sampai benang berwarnah hitam
11. Benang yanng sudah diberi warna selanjutnya di jemur sampai keringJawaban Responden II Yang Melakukan Kegiatan Menenun
No Nama Jawaban Pertanyaan1 2 3 4 5 6 7 8
1 Naro'30Tahun Tetap Langkah awal menenun yaitu Di Pasar
2,1/2 GulungBesar 1 Bulan 4 Meter
Di JualDanDisimpan
1. Siapkan benang yang sudah diberipewarna
2. Benang selanjutnya di paturung menggunakan alat ganra
3. Selanjutnya benang yang sudah di paturung di ane
4.kemudian sudah di ane maka siap di tenun
5. Sebelum benang di tenun terlebih dahulu di beri tasi
6. Jika sudah diberi tasi benang di sisir menggunakan sabuk kelapa
7. Kemudian benang di tenun
8. Kain yang sudah di tenun selanjutnya di cuci
9. Jika sudah di cuci maka di jemur sampai kering
10. Jika sudah kering kain siap di simpan atau di jual.
2 Taha'30Tahun Tetap Langkah awal menenun yaitu Di Pasar
2,1/2 GulungBesar 10 Hari 4 Meter
Di JualDanDisimpan
1. Siapkan benang yang sudah diberipewarna
2. Benang selanjutnya di paturung menggunakan alat ganra
3. Selanjutnya benang yang sudah di paturung di ane
4.kemudian sudah di ane maka siap di tenun
5. Sebelum benang di tenun terlebih dahulu di beri tasi
6. Jika sudah diberi tasi benang di sisir menggunakan sabuk kelapa
7. Kemudian benang di tenun
8. Kain yang sudah di tenun selanjutnya di cuci
9. Jika sudah di cuci maka di jemur sampai kering
80
10. Jika sudah kering kain siap di simpan atau di jual.
3 Tika7Tahun Tetap Langkah awal menenun yaitu Di Pasar
2,1/2 GulungBesar 5 Hari 4 Meter
Di JualDanDisimpan
1. Siapkan benang yang sudah diberipewarna
2. Benang selanjutnya di paturung menggunakan alat ganra
3. Selanjutnya benang yang sudah di paturung di ane
4.kemudian sudah di ane maka siap di tenun
5. Sebelum benang di tenun terlebih dahulu di beri tasi
6. Jika sudah diberi tasi benang di sisir menggunakan sabuk kelapa
7. Kemudian benang di tenun
8. Kain yang sudah di tenun selanjutnya di cuci
9. Jika sudah di cuci maka di jemur sampai kering
10. Jika sudah kering kain siap di simpan atau di jual.
4 Anni13Tahun Tetap Langkah awal menenun yaitu Di Pasar
2,1/2 GulungBesar
1Minggu 4 Meter
Di JualDanDisimpan
1. Siapkan benang yang sudah diberipewarna
2. Benang selanjutnya di paturung menggunakan alat ganra
3. Selanjutnya benang yang sudah di paturung di ane
4.kemudian sudah di ane maka siap di tenun
5. Sebelum benang di tenun terlebih dahulu di beri tasi
6. Jika sudah diberi tasi benang di sisir menggunakan sabuk kelapa
7. Kemudian benang di tenun
8. Kain yang sudah di tenun selanjutnya di cuci
9. Jika sudah di cuci maka di jemur sampai kering
10. Jika sudah kering kain siap di simpan atau di jual.
5 Baya20Tahun Tetap Langkah awal menenun yaitu Di Pasar
2,1/2 GulungBesar
1Minggu 4 Meter
Di JualDanDisimpan
1. Siapkan benang yang sudah diberipewarna
81
2. Benang selanjutnya di paturung menggunakan alat ganra
3. Selanjutnya benang yang sudah di paturung di ane
4.kemudian sudah di ane maka siap di tenun
5. Sebelum benang di tenun terlebih dahulu di beri tasi
6. Jika sudah diberi tasi benang di sisir menggunakan sabuk kelapa
7. Kemudian benang di tenun
8. Kain yang sudah di tenun selanjutnya di cuci
9. Jika sudah di cuci maka di jemur sampai kering
10. Jika sudah kering kain siap di simpan atau di jual.
6 Ima12Tahun Tetap Langkah awal menenun yaitu Di Pasar
2,1/2 GulungBesar 10 Hari 4 Meter
Di JualDanDisimpan
1. Siapkan benang yang sudah diberipewarna
2. Benang selanjutnya di paturung menggunakan alat ganra
3. Selanjutnya benang yang sudah di paturung di ane
4.kemudian sudah di ane maka siap di tenun
5. Sebelum benang di tenun terlebih dahulu di beri tasi
6. Jika sudah diberi tasi benang di sisir menggunakan sabuk kelapa
7. Kemudian benang di tenun
8. Kain yang sudah di tenun selanjutnya di cuci
9. Jika sudah di cuci maka di jemur sampai kering
10. Jika sudah kering kain siap di simpan atau di jual.
7 Taeng25Tahun Tetap Langkah awal menenun yaitu Di Pasar
2,1/2 GulungBesar
1Minggu 4 Meter
Di JualDanDisimpan
1. Siapkan benang yang sudah diberipewarna
2. Benang selanjutnya di paturung menggunakan alat ganra
3. Selanjutnya benang yang sudah di paturung di ane
4.kemudian sudah di ane maka siap di tenun
5. Sebelum benang di tenun terlebih dahulu di beri tasi
6. Jika sudah diberi tasi benang di sisir menggunakan sabuk kelapa
82
7. Kemudian benang di tenun
8. Kain yang sudah di tenun selanjutnya di cuci
9. Jika sudah di cuci maka di jemur sampai kering
10. Jika sudah kering kain siap di simpan atau di jual.
8 Anti15Tahun Tetap Langkah awal menenun yaitu Di Pasar
2,1/2 GulungBesar 5 Hari 4 Meter
Di JualDanDisimpan
1. Siapkan benang yang sudah diberipewarna
2. Benang selanjutnya di paturung menggunakan alat ganra
3. Selanjutnya benang yang sudah di paturung di ane
4.kemudian sudah di ane maka siap di tenun
5. Sebelum benang di tenun terlebih dahulu di beri tasi
6. Jika sudah diberi tasi benang di sisir menggunakan sabuk kelapa
7. Kemudian benang di tenun
8. Kain yang sudah di tenun selanjutnya di cuci
9. Jika sudah di cuci maka di jemur sampai kering
10. Jika sudah kering kain siap di simpan atau di jual.
9 Suri27Tahun Tetap Langkah awal menenun yaitu Di Pasar
2,1/2 GulungBesar 10 Hari 4 Meter
Di JualDanDisimpan
1. Siapkan benang yang sudah diberipewarna
2. Benang selanjutnya di paturung menggunakan alat ganra
3. Selanjutnya benang yang sudah di paturung di ane
4.kemudian sudah di ane maka siap di tenun
5. Sebelum benang di tenun terlebih dahulu di beri tasi
6. Jika sudah diberi tasi benang di sisir menggunakan sabuk kelapa
7. Kemudian benang di tenun
8. Kain yang sudah di tenun selanjutnya di cuci
9. Jika sudah di cuci maka di jemur sampai kering
10. Jika sudah kering kain siap di simpan atau di jual.
10 Nunung 13 Tetap Langkah awal menenun yaitu Di Pasar 2,1/2 Gulung 1 4 Meter Di Jual
83
Tahun Besar Minggu DanDisimpan
1. Siapkan benang yang sudah diberipewarna
2. Benang selanjutnya di paturung menggunakan alat ganra
3. Selanjutnya benang yang sudah di paturung di ane
4.kemudian sudah di ane maka siap di tenun
5. Sebelum benang di tenun terlebih dahulu di beri tasi
6. Jika sudah diberi tasi benang di sisir menggunakan sabuk kelapa
7. Kemudian benang di tenun
8. Kain yang sudah di tenun selanjutnya di cuci
9. Jika sudah di cuci maka di jemur sampai kering
10. Jika sudah kering kain siap di simpan atau di jual.
Jawaban Responden III Yang Bertugas Membuat Zat Pewarna Pada Benang Sampai Ke Tahap Menenun
No Urut Nama Jawaban Pertanyaan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 RanteDariKeluarga
PewarnaKain Karena merupakan pewarnah alami Daun 0,5 Ha 15 M
LahanKosong Lahan Milik Pribadi Tidak Suprasi
Turun tenurun
Mudah di dapat
Tidak membutuhkan biaya yangmahal
2 SamoDariKeluarga
PewarnaKain Karena merupakan pewarnah alami Daun 0,5 Ha 10 M
LahanKosong Lahan Milik Pribadi Tidak Suprasi
Turun tenurun
Mudah di dapat
Tidak membutuhkan biaya yangmahal
3 BalangDariKeluarga
PewarnaKain Karena merupakan pewarnah alami Daun 0,5 Ha 10 M
LahanKosong Lahan Milik Pribadi Tidak Suprasi
Turun tenurun
Mudah di dapat
84
Tidak membutuhkan biaya yangmahal
4 NawiDariKeluarga
PewarnaKain Karena merupakan pewarnah alami Daun 0,5 Ha 13 M
LahanKosong Lahan Milik Pribadi Tidak Suprasi
Turun tenurun
Mudah di dapat
Tidak membutuhkan biaya yangmahal
5 Ramo'DariKeluarga
PewarnaKain Karena merupakan pewarnah alami Daun 0,5 Ha 13 M
LahanKosong Lahan Milik Pribadi Tidak Suprasi
Turun tenurun
Mudah di dapat
Tidak membutuhkan biaya yangmahal
6 BasmaDariKeluarga
PewarnaKain Karena merupakan pewarnah alami Daun 0,5 Ha 10 M
LahanKosong Lahan Milik Pribadi Tidak Suprasi
Turun tenurun
Mudah di dapat
Tidak membutuhkan biaya yangmahal
7 Naho'DariKeluarga
PewarnaKain Karena merupakan pewarnah alami Daun 0,5 Ha 10 M
LahanKosong Lahan Milik Pribadi Tidak Suprasi
Turun tenurun
Mudah di dapat
Tidak membutuhkan biaya yangmahal
8 CayaDariKeluarga
PewarnaKain Karena merupakan pewarnah alami Daun 0,5 Ha 10 M
LahanKosong Lahan Milik Pribadi Tidak Suprasi
Turun tenurun
Mudah di dapat
Tidak membutuhkan biaya yangmahal
9 BacceDariKeluarga
PewarnaKain Karena merupakan pewarnah alami Daun 0,5 Ha 15 M
LahanKosong Lahan Milik Pribadi Tidak Suprasi
Turun tenurun
Mudah di dapat
Tidak membutuhkan biaya yangmahal
10 Uni Dari Pewarna Karena merupakan pewarnah alami Daun 0,5 Ha 10 M Lahan Lahan Milik Pribadi Tidak Suprasi
85
Keluarga Kain Kosong
Turun tenurun
Mudah di dapat
Tidak membutuhkan biaya yangmahal
Sambungan Jawaban Responden III Yang Bertugas Membuat Zat Pewarna Pada Benang Sampai Ke Tahap Menenu
No Nama Jawaban Pertanyaan
11 12 13 14 15 16 171 Rante
Biji 15 Cm 2-3 Kali
15BaskomBesar
2,1/2GulungBesar Caranyayaitu:
Baskom 1. Mengambil Atau Memetik Daun Tarum
Timbangan 2. Menimbang Daun Tarum
Karung 3. Rendam Air Tarym Dengan Air Secukupnya Selama 1 Hari
Magkok 4. Selanjutnya Daun Tarum Diremas Sampai Hancur, Kemudian
KorongDaun Tarum Yang Sudah Diremas Selanjutnya Di Buang Dan Airnya
Disimpan
Bahan: 5. Selanjutnya Air Tarum Di Campurkan Kapur Secukupnya
Tanaman Tarum6. Setelah Dicampur Kapur Selanjutnya Di Aduk Sampai Kapur LarutDalam Air Dan Berbusa
Benang 7. Selanjutnya Diamkan Selama 1 Hari
Air8. Kemudian Air Dan Busa Tarum Di Masukkan Kedalam Korong DanDipisahkan Air Dan Tekkenya
Abu Dapur9. Selanjutnya Air Yang Sudah Dipisahkan Di Campurkan Tekke Dan AbuDapur
Kapur10. Kemudian Benang Di Celupkan Kedalam Airtarum Yang SudahDicampur Tadi
Sampai Benang Berwarnah Hitam11. Benang Yanng Sudah Diberi Warna Selanjutnya Di Jemur SampaiKering
2 Samo’ Biji 15 Cm 2-3 Kali Alat : 15 2,1/2 Caranyayaitu:
86
BaskomBesar
GulungBesar
Baskom 1. Mengambil Atau Memetik Daun Tarum
Timbangan 2. Menimbang Daun Tarum
Karung 3. Rendam Air Tarym Dengan Air Secukupnya Selama 1 Hari
Magkok 4. Selanjutnya Daun Tarum Diremas Sampai Hancur, Kemudian
KorongDaun Tarum Yang Sudah Diremas Selanjutnya Di Buang Dan Airnya
Disimpan
Bahan: 5. Selanjutnya Air Tarum Di Campurkan Kapur Secukupnya
Tanaman Tarum6. Setelah Dicampur Kapur Selanjutnya Di Aduk Sampai Kapur LarutDalam Air Dan Berbusa
Benang 7. Selanjutnya Diamkan Selama 1 Hari
Air8. Kemudian Air Dan Busa Tarum Di Masukkan Kedalam Korong DanDipisahkan Air Dan Tekkenya
Abu Dapur9. Selanjutnya Air Yang Sudah Dipisahkan Di Campurkan Tekke Dan AbuDapur
Kapur10. Kemudian Benang Di Celupkan Kedalam Airtarum Yang SudahDicampur Tadi
Sampai Benang Berwarnah Hitam11. Benang Yanng Sudah Diberi Warna Selanjutnya Di Jemur SampaiKering
3 BalangBiji 15 Cm 2-3 Kali Alat :
15BaskomBesar
2,1/2GulungBesar Caranyayaitu:
Baskom 1. Mengambil Atau Memetik Daun Tarum
Timbangan 2. Menimbang Daun Tarum
Karung 3. Rendam Air Tarym Dengan Air Secukupnya Selama 1 Hari
Magkok 4. Selanjutnya Daun Tarum Diremas Sampai Hancur, Kemudian
KorongDaun Tarum Yang Sudah Diremas Selanjutnya Di Buang Dan Airnya
Disimpan
Bahan: 5. Selanjutnya Air Tarum Di Campurkan Kapur Secukupnya
Tanaman Tarum6. Setelah Dicampur Kapur Selanjutnya Di Aduk Sampai Kapur LarutDalam Air Dan Berbusa
87
Benang 7. Selanjutnya Diamkan Selama 1 Hari
Air8. Kemudian Air Dan Busa Tarum Di Masukkan Kedalam Korong DanDipisahkan Air Dan Tekkenya
Abu Dapur9. Selanjutnya Air Yang Sudah Dipisahkan Di Campurkan Tekke Dan AbuDapur
Kapur10. Kemudian Benang Di Celupkan Kedalam Airtarum Yang SudahDicampur Tadi
Sampai Benang Berwarnah Hitam11. Benang Yanng Sudah Diberi Warna Selanjutnya Di Jemur SampaiKering
4 NawiBiji 15 Cm 2-3 Kali Alat :
15BaskomBesar
2,1/2GulungBesar Caranyayaitu:
Baskom 1. Mengambil Atau Memetik Daun Tarum
Timbangan 2. Menimbang Daun Tarum
Karung 3. Rendam Air Tarym Dengan Air Secukupnya Selama 1 Hari
Magkok 4. Selanjutnya Daun Tarum Diremas Sampai Hancur, Kemudian
KorongDaun Tarum Yang Sudah Diremas Selanjutnya Di Buang Dan Airnya
Disimpan
Bahan: 5. Selanjutnya Air Tarum Di Campurkan Kapur Secukupnya
Tanaman Tarum6. Setelah Dicampur Kapur Selanjutnya Di Aduk Sampai Kapur LarutDalam Air Dan Berbusa
Benang 7. Selanjutnya Diamkan Selama 1 Hari
Air8. Kemudian Air Dan Busa Tarum Di Masukkan Kedalam Korong DanDipisahkan Air Dan Tekkenya
Abu Dapur9. Selanjutnya Air Yang Sudah Dipisahkan Di Campurkan Tekke Dan AbuDapur
Kapur10. Kemudian Benang Di Celupkan Kedalam Airtarum Yang SudahDicampur Tadi
Sampai Benang Berwarnah Hitam11. Benang Yanng Sudah Diberi Warna Selanjutnya Di Jemur SampaiKering
5 Ramo’ Biji 15 Cm 2-3 Kali Alat : 15Baskom
2,1/2Gulung Caranyayaitu:
88
Besar Besar
Baskom 1. Mengambil Atau Memetik Daun Tarum
Timbangan 2. Menimbang Daun Tarum
Karung 3. Rendam Air Tarym Dengan Air Secukupnya Selama 1 Hari
Magkok 4. Selanjutnya Daun Tarum Diremas Sampai Hancur, Kemudian
KorongDaun Tarum Yang Sudah Diremas Selanjutnya Di Buang Dan Airnya
Disimpan
Bahan: 5. Selanjutnya Air Tarum Di Campurkan Kapur Secukupnya
Tanaman Tarum6. Setelah Dicampur Kapur Selanjutnya Di Aduk Sampai Kapur LarutDalam Air Dan Berbusa
Benang 7. Selanjutnya Diamkan Selama 1 Hari
Air8. Kemudian Air Dan Busa Tarum Di Masukkan Kedalam Korong DanDipisahkan Air Dan Tekkenya
Abu Dapur9. Selanjutnya Air Yang Sudah Dipisahkan Di Campurkan Tekke Dan AbuDapur
Kapur10. Kemudian Benang Di Celupkan Kedalam Airtarum Yang SudahDicampur Tadi
Sampai Benang Berwarnah Hitam11. Benang Yanng Sudah Diberi Warna Selanjutnya Di Jemur SampaiKering
6 BasmaBiji 15 Cm 2-3 Kali Alat :
15BaskomBesar
2,1/2GulungBesar Caranyayaitu:
Baskom 1. Mengambil Atau Memetik Daun Tarum
Timbangan 2. Menimbang Daun Tarum
Karung 3. Rendam Air Tarym Dengan Air Secukupnya Selama 1 Hari
Magkok 4. Selanjutnya Daun Tarum Diremas Sampai Hancur, Kemudian
KorongDaun Tarum Yang Sudah Diremas Selanjutnya Di Buang Dan Airnya
Disimpan
Bahan: 5. Selanjutnya Air Tarum Di Campurkan Kapur Secukupnya
Tanaman Tarum6. Setelah Dicampur Kapur Selanjutnya Di Aduk Sampai Kapur LarutDalam Air Dan Berbusa
Benang 7. Selanjutnya Diamkan Selama 1 Hari
89
Air8. Kemudian Air Dan Busa Tarum Di Masukkan Kedalam Korong DanDipisahkan Air Dan Tekkenya
Abu Dapur9. Selanjutnya Air Yang Sudah Dipisahkan Di Campurkan Tekke Dan AbuDapur
Kapur10. Kemudian Benang Di Celupkan Kedalam Airtarum Yang SudahDicampur Tadi
Sampai Benang Berwarnah Hitam11. Benang Yanng Sudah Diberi Warna Selanjutnya Di Jemur SampaiKering
7 Naho’Biji 15 Cm 2-3 Kali Alat :
15BaskomBesar
2,1/2GulungBesar Caranyayaitu:
Baskom 1. Mengambil Atau Memetik Daun Tarum
Timbangan 2. Menimbang Daun Tarum
Karung 3. Rendam Air Tarym Dengan Air Secukupnya Selama 1 Hari
Magkok 4. Selanjutnya Daun Tarum Diremas Sampai Hancur, Kemudian
KorongDaun Tarum Yang Sudah Diremas Selanjutnya Di Buang Dan Airnya
Disimpan
Bahan: 5. Selanjutnya Air Tarum Di Campurkan Kapur Secukupnya
Tanaman Tarum6. Setelah Dicampur Kapur Selanjutnya Di Aduk Sampai Kapur LarutDalam Air Dan Berbusa
Benang 7. Selanjutnya Diamkan Selama 1 Hari
Air8. Kemudian Air Dan Busa Tarum Di Masukkan Kedalam Korong DanDipisahkan Air Dan Tekkenya
Abu Dapur9. Selanjutnya Air Yang Sudah Dipisahkan Di Campurkan Tekke Dan AbuDapur
Kapur10. Kemudian Benang Di Celupkan Kedalam Airtarum Yang SudahDicampur Tadi
Sampai Benang Berwarnah Hitam11. Benang Yanng Sudah Diberi Warna Selanjutnya Di Jemur SampaiKering
8 CayaBiji 15 Cm 2-3 Kali Alat :
15BaskomBesar
2,1/2GulungBesar Caranyayaitu:
90
Baskom 1. Mengambil Atau Memetik Daun Tarum
Timbangan 2. Menimbang Daun Tarum
Karung 3. Rendam Air Tarym Dengan Air Secukupnya Selama 1 Hari
Magkok 4. Selanjutnya Daun Tarum Diremas Sampai Hancur, Kemudian
KorongDaun Tarum Yang Sudah Diremas Selanjutnya Di Buang Dan Airnya
Disimpan
Bahan: 5. Selanjutnya Air Tarum Di Campurkan Kapur Secukupnya
Tanaman Tarum6. Setelah Dicampur Kapur Selanjutnya Di Aduk Sampai Kapur LarutDalam Air Dan Berbusa
Benang 7. Selanjutnya Diamkan Selama 1 Hari
Air8. Kemudian Air Dan Busa Tarum Di Masukkan Kedalam Korong DanDipisahkan Air Dan Tekkenya
Abu Dapur9. Selanjutnya Air Yang Sudah Dipisahkan Di Campurkan Tekke Dan AbuDapur
Kapur10. Kemudian Benang Di Celupkan Kedalam Airtarum Yang SudahDicampur Tadi
Sampai Benang Berwarnah Hitam11. Benang Yanng Sudah Diberi Warna Selanjutnya Di Jemur SampaiKering
9 BacceBiji 15 Cm 2-3 Kali Alat :
15BaskomBesar
2,1/2GulungBesar Caranyayaitu:
Baskom 1. Mengambil Atau Memetik Daun Tarum
Timbangan 2. Menimbang Daun Tarum
Karung 3. Rendam Air Tarym Dengan Air Secukupnya Selama 1 Hari
Magkok 4. Selanjutnya Daun Tarum Diremas Sampai Hancur, Kemudian
Korong Daun Tarum Yang Sudah Diremas Selanjutnya Di Buang Dan Airnya Disimpan
Bahan: 5. Selanjutnya Air Tarum Di Campurkan Kapur Secukupnya
Tanaman Tarum6. Setelah Dicampur Kapur Selanjutnya Di Aduk Sampai Kapur Larut Dalam AirDan Berbusa
Benang 7. Selanjutnya Diamkan Selama 1 Hari
Air8. Kemudian Air Dan Busa Tarum Di Masukkan Kedalam Korong Dan DipisahkanAir Dan Tekkenya
91
Abu Dapur 9. Selanjutnya Air Yang Sudah Dipisahkan Di Campurkan Tekke Dan Abu Dapur
Kapur 10. Kemudian Benang Di Celupkan Kedalam Airtarum Yang Sudah Dicampur Tadi
Sampai Benang Berwarnah Hitam
11. Benang Yanng Sudah Diberi Warna Selanjutnya Di Jemur Sampai Kering10 Uni
Biji 15 Cm 2-3 Kali Alat : 15 BaskomBesar
2,1/2GulungBesar Caranyayaitu:
Baskom 1. Mengambil Atau Memetik Daun Tarum
Timbangan 2. Menimbang Daun Tarum
Karung 3. Rendam Air Tarym Dengan Air Secukupnya Selama 1 Hari
Magkok 4. Selanjutnya Daun Tarum Diremas Sampai Hancur, Kemudian
Korong Daun Tarum Yang Sudah Diremas Selanjutnya Di Buang Dan Airnya Disimpan
Bahan: 5. Selanjutnya Air Tarum Di Campurkan Kapur Secukupnya
Tanaman Tarum6. Setelah Dicampur Kapur Selanjutnya Di Aduk Sampai Kapur Larut Dalam AirDan Berbusa
Benang 7. Selanjutnya Diamkan Selama 1 Hari
Air8. Kemudian Air Dan Busa Tarum Di Masukkan Kedalam Korong Dan DipisahkanAir Dan Tekkenya
Abu Dapur 9. Selanjutnya Air Yang Sudah Dipisahkan Di Campurkan Tekke Dan Abu Dapur
Kapur 10. Kemudian Benang Di Celupkan Kedalam Airtarum Yang Sudah Dicampur Tadi
Sampai Benang Berwarnah Hitam
11. Benang Yanng Sudah Diberi Warna Selanjutnya Di Jemur Sampai Kering
Sambungan Jawaban Responden III Yang Bertugas Membuat Zat Pewarna Pada Benang Sampai Ke Tahap Menenun
No Nama Jawaban Pertanyan
18 19 20 21 221 Rante 3-4 Hari 3 Hari 5 Tahun Tetap Langkah Awal Menenun Yaitu :
1. Siapkan benang yang sudah diberipewarna
2. Benang selanjutnya di paturung menggunakan alat ganra
3. Selanjutnya benang yang sudah di paturung di ane
92
4.kemudian sudah di ane maka siap di tenun
5. Sebelum benang di tenun terlebih dahulu di beri tasi
6. Jika sudah diberi tasi benang di sisir menggunakan sabuk kelapa
7. Kemudian benang di tenun
8. Kain yang sudah di tenun selanjutnya di cuci
9. Jika sudah di cuci maka di jemur sampai kering
10. Jika sudah kering kain siap di simpan atau di jual.2 Samo’ 3-4 Hari 3 Hari 16 Tahun Tetap Langkah awal menenun yaitu :
1. Siapkan benang yang sudah diberipewarna
2. Benang selanjutnya di paturung menggunakan alat ganra
3. Selanjutnya benang yang sudah di paturung di ane
4.kemudian sudah di ane maka siap di tenun
5. Sebelum benang di tenun terlebih dahulu di beri tasi
6. Jika sudah diberi tasi benang di sisir menggunakan sabuk kelapa
7. Kemudian benang di tenun
8. Kain yang sudah di tenun selanjutnya di cuci
9. Jika sudah di cuci maka di jemur sampai kering
10. Jika sudah kering kain siap di simpan atau di jual.3 Balang 3-4 Hari 3 Hari 20 Tahun Tetap Langkah awal menenun yaitu :
1. Siapkan benang yang sudah diberipewarna
2. Benang selanjutnya di paturung menggunakan alat ganra
3. Selanjutnya benang yang sudah di paturung di ane
4.kemudian sudah di ane maka siap di tenun
5. Sebelum benang di tenun terlebih dahulu di beri tasi
6. Jika sudah diberi tasi benang di sisir menggunakan sabuk kelapa
7. Kemudian benang di tenun
8. Kain yang sudah di tenun selanjutnya di cuci
9. Jika sudah di cuci maka di jemur sampai kering
10. Jika sudah kering kain siap di simpan atau di jual.4 Nawi 3-4 Hari 3 Hari 20 Tahun Tetap Langkah awal menenun yaitu :
93
1. Siapkan benang yang sudah diberipewarna
2. Benang selanjutnya di paturung menggunakan alat ganra
3. Selanjutnya benang yang sudah di paturung di ane
4.kemudian sudah di ane maka siap di tenun
5. Sebelum benang di tenun terlebih dahulu di beri tasi
6. Jika sudah diberi tasi benang di sisir menggunakan sabuk kelapa
7. Kemudian benang di tenun
8. Kain yang sudah di tenun selanjutnya di cuci
9. Jika sudah di cuci maka di jemur sampai kering
10. Jika sudah kering kain siap di simpan atau di jual.5 Ramo’ 3-4 Hari 3 Hari 30 Tahun Sampingan Langkah awal menenun yaitu :
1. Siapkan benang yang sudah diberipewarna
2. Benang selanjutnya di paturung menggunakan alat ganra
3. Selanjutnya benang yang sudah di paturung di ane
4.kemudian sudah di ane maka siap di tenun
5. Sebelum benang di tenun terlebih dahulu di beri tasi
6. Jika sudah diberi tasi benang di sisir menggunakan sabuk kelapa
7. Kemudian benang di tenun
8. Kain yang sudah di tenun selanjutnya di cuci
9. Jika sudah di cuci maka di jemur sampai kering
10. Jika sudah kering kain siap di simpan atau di jual.6 Basma 3-4 Hari 3 Hari 17 Tahun Tetap Langkah awal menenun yaitu :
1. Siapkan benang yang sudah diberipewarna
2. Benang selanjutnya di paturung menggunakan alat ganra
3. Selanjutnya benang yang sudah di paturung di ane
4.kemudian sudah di ane maka siap di tenun
5. Sebelum benang di tenun terlebih dahulu di beri tasi
6. Jika sudah diberi tasi benang di sisir menggunakan sabuk kelapa
7. Kemudian benang di tenun
8. Kain yang sudah di tenun selanjutnya di cuci
94
9. Jika sudah di cuci maka di jemur sampai kering
10. Jika sudah kering kain siap di simpan atau di jual.7 Naho’ 3-4 Hari 3 Hari 18 Tahun Tetap Langkah awal menenun yaitu :
1. Siapkan benang yang sudah diberipewarna
2. Benang selanjutnya di paturung menggunakan alat ganra
3. Selanjutnya benang yang sudah di paturung di ane
4.kemudian sudah di ane maka siap di tenun
5. Sebelum benang di tenun terlebih dahulu di beri tasi
6. Jika sudah diberi tasi benang di sisir menggunakan sabuk kelapa
7. Kemudian benang di tenun
8. Kain yang sudah di tenun selanjutnya di cuci
9. Jika sudah di cuci maka di jemur sampai kering
10. Jika sudah kering kain siap di simpan atau di jual.8 Caya 3-4 Hari 3 Hari 20 Tahun Tetap Langkah awal menenun yaitu :
1. Siapkan benang yang sudah diberipewarna
2. Benang selanjutnya di paturung menggunakan alat ganra
3. Selanjutnya benang yang sudah di paturung di ane
4.kemudian sudah di ane maka siap di tenun
5. Sebelum benang di tenun terlebih dahulu di beri tasi
6. Jika sudah diberi tasi benang di sisir menggunakan sabuk kelapa
7. Kemudian benang di tenun
8. Kain yang sudah di tenun selanjutnya di cuci
9. Jika sudah di cuci maka di jemur sampai kering
10. Jika sudah kering kain siap di simpan atau di jual.9 Bacce 3-4 Hari 3 Hari 20 Tahun Tetap Langkah awal menenun yaitu :
1. Siapkan benang yang sudah diberipewarna
2. Benang selanjutnya di paturung menggunakan alat ganra
3. Selanjutnya benang yang sudah di paturung di ane
4.kemudian sudah di ane maka siap di tenun
5. Sebelum benang di tenun terlebih dahulu di beri tasi
95
6. Jika sudah diberi tasi benang di sisir menggunakan sabuk kelapa
7. Kemudian benang di tenun
8. Kain yang sudah di tenun selanjutnya di cuci
9. Jika sudah di cuci maka di jemur sampai kering
10. Jika sudah kering kain siap di simpan atau di jual.10 Uni 3-4 Hari 3 Hari 30 Tahun Sampingan Langkah awal menenun yaitu :
1. Siapkan benang yang sudah diberipewarna
2. Benang selanjutnya di paturung menggunakan alat ganra
3. Selanjutnya benang yang sudah di paturung di ane
4.kemudian sudah di ane maka siap di tenun
5. Sebelum benang di tenun terlebih dahulu di beri tasi
6. Jika sudah diberi tasi benang di sisir menggunakan sabuk kelapa
7. Kemudian benang di tenun
8. Kain yang sudah di tenun selanjutnya di cuci
9. Jika sudah di cuci maka di jemur sampai kering
10. Jika sudah kering kain siap di simpan atau di jual.
Sambungan Jawaban Responden III Yang Bertugas Membuat Zat Pewarna Pada Benang Sampai Ke Tahap Menenun
No Nama Jawaban Pertanyaan
23 24 24 261 Rante Di Beli Di Pasar 1 Minggu 4 meter panjang dan 1 meter lebar Di jual dan disimpan2 Samo’ Di Beli Di Pasar 1 Minggu 4 meter panjang dan 1 meter lebar Di jual dan disimpan3 Balang Di Beli Di Pasar 10 Hari 4 meter panjang dan 1 meter lebar Di jual dan disimpan4 Nawi Di Beli Di Pasar 10 Hari 4 meter panjang dan 1 meter lebar Di jual dan disimpan5 Ramo’ Di Beli Di Pasar 10 Hari 4 meter panjang dan 1 meter lebar Di jual dan disimpan6 Basma Di Beli Di Pasar 1 Minggu 4 meter panjang dan 1 meter lebar Di jual dan disimpan7 Naho’ Di Beli Di Pasar 1 Minggu 4 meter panjang dan 1 meter lebar Di jual dan disimpan8 Caya Di Beli Di Pasar 1 Minggu 4 meter panjang dan 1 meter lebar Di jual dan disimpan
96
9 Bacce Di Beli Di Pasar 1 Minggu 4 meter panjang dan 1 meter lebar Di jual dan disimpan10 Uni Di Beli Di Pasar 10 Hari 4 meter panjang dan 1 meter lebar Di jual dan disimpan
RIWAYAT HIDUP
Herlina (105950063015), dengan judul Skripsi
“KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT KAJANG
DALAM MEMANFAATKAN TANAMAN TARUM
(Indigofera tinctoria) SEBAGAI PEWARNA KAIN
PADA HUTAN ADAT AMMATOA
KECAMATAN KAJANG KABUATEN
BULUKUMBA” yang dibimbing oleh ibu Hajawa dan pak Hasanuddin Molo.
Penulis lahir pada tanggal 09 Maret 1995 tepatnya di Passimbungan
Kelurahan Balibo Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba Provensi Sulawesi
Selatan. Penulis merupakan anak kedua dari delapan bersaudara dari pasangan
Bapak Hasdin dan Ibu Murni. Penulis mulai pendidikan Sekolah Dasar di SDN
234 Mattirowalie pada tahun 2004 dan selesai pada tahun 2009, ditahun yang
sama penulis melanjutkan pendidikan di SMP Sanur Balibo dan selesai pada
tahun 2012. Pada tahun yang sama penulis kemudian melanjutkan pendidikan di
tingkat Sekolah Menengah Kejuruan di SMK Negeri 2 Borongrappoa dan
menyelesaikan pendidikan pada tahun 2015. Pada tahun 2015 penulis melanjutkan
pendidikan Strata 1 (S1), tepatnya di Universitas Muhammadiyah Makassar
(Unismuh Makassar ) Fakultas Pertanian Jurusan Kehutanan.