kebijakan pendidikan

14

Click here to load reader

Upload: muhammad-fachrudin

Post on 06-Aug-2015

110 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Pendidikan Islam

TRANSCRIPT

Page 1: Kebijakan Pendidikan

PENGERTIAN, TUJUAN DAN RUANGLINGKUP ANALISIS KEBIJAKAN PENDIDIKAN ISLAM

Disusun Guna Memenuhi Tugas Dalam Mata Kuliah Analisis Kebijakan Pendidikan Islam

Yang Diampu Oleh Prof.Dr.H.Abbudin Nata,M.A.

Oleh : Edi Suwanto dan Muhammad Sudrajat

Pendahuluan

Islam sangat mementingkan pendidikan. Dengan pendidikan yang benar dan

berkualitas, individu-individu yang beradab akan terbentuk yang akhirnya

memunculkan kehidupan sosial yang bermoral. Sayangnya, sekalipun institusi-institusi

pendidikan saat ini memiliki kualitas dan fasilitas, namun institusi-institusi tersebut

masih belum memproduksi individu-individu yang beradab. Sebabnya, visi dan misi

pendidikan yang mengarah kepada terbentuknya manusia yang beradab, terabaikan

dalam tujuan institusi pendidikan.

Penekanan kepada pentingnya anak didik supaya hidup dengan nilai-nilai kebaikan,

spiritual dan moralitas seperti terabaikan. Bahkan kondisi sebaliknya yang terjadi. Saat

ini, banyak institusi pendidikan telah berubah menjadi industri bisnis, yang memiliki visi

dan misi yang pragmatis. Pendidikan diarahkan untuk melahirkan individu-individu

pragmatis yang bekerja untuk meraih kesuksesan materi dan profesi sosial yang akan

memakmuran diri, perusahaan dan Negara. Pendidikan dipandang secara ekonomis dan

dianggap sebagai sebuah investasi. Gelar dianggap sebagai tujuan utama, ingin segera

dan secepatnya diraih supaya modal yang selama ini dikeluarkan akan menuai

keuntungan. Sistem pendidikan seperti ini sekalipun akan memproduksi anak didik yang

memiliki status pendidikan yang tinggi, namun status tersebut tidak akan menjadikan

mereka sebagai individu-individu yang beradab. Pendidikan yang bertujuan pragmatis

dan ekonomis sebenarnya merupakan pengaruh dari paradigma pendidikan Barat yang

sekular.

Dalam budaya Barat sekular, tingginya pendidikan seseorang tidak berkorespondensi

dengan kebaikan dan kebahagiaan individu yang bersangkutan. Dampak dari hegemoni

pendidikan Barat terhadap kaum Muslimin adalah banyaknya dari kalangan Muslim

memiliki pendidikan yang tinggi, namun dalam kehidupan nyata, mereka belum

menjadi Muslim-Muslim yang baik dan berbahagia. Masih ada kesenjangan antara

tingginya gelar pendidikan yang diraih dengan rendahnya moral serta akhlak kehidupan

Muslim. Ini terjadi disebabkan visi dan misi pendidikan yang pragmatis. Sebenarnya,

agama Islam memiliki tujuan yang lebih komprehensif dan integratif dibanding dengan

Page 2: Kebijakan Pendidikan

sistem pendidikan sekular yang semata-mata menghasilkan para anak didik yang

memiliki paradigma yang pragmatis.

Dalam makalah ini penulis berusaha menggali dan mendeskripsikan tujuan dan sasaran

pedidikan dalam Islam secara induktif dengan melihat dalil-dalil naqli yang sudah ada

dalam al-Qur’an maupun al-Hadits, juga memadukannya dalam konteks kebutuhan dari

masyarakat secara umum dalam pendidikan, sehingga diharapkan tujuan dan sasaran

pendidikan dalam Islam dapat diaplikasikan pada wacana dan realita saatini.

Definisi Pendidikan Menurut Islam

Menurut Abdul Fatah Jalal, tujuan umum pendidikan Islam ialah terwujudnya manusia

sebagai hamba Allah. Jadi menurut Islam, pendidikan haruslah menjadikan seluruh

manusia yang menghambakan kepada Allah. Yang dimaksud menghambakan diri ialah

beribadah kepada Allah.

Islam menghendaki agar manusia dididik supaya ia mampu merealisasikan tujuan

hidupnya sebagaimana yang telah digariskan oleh Allah. Tujuan hidup menusia itu

menurut Allah ialah beribadah kepada Allah. Seperti dalam surat Adz Dzariyat ayat 56 :

“ Dan Aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali supaya mereka beribadah kepada-Ku”.

Jalal menyatakan bahwa sebagian orang mengira ibadah itu terbatas pada menunaikan

shalat, shaum pada bulan Ramadhan, mengeluarkan zakat, ibadah Haji, serta

mengucapkan syahadat. Tetapi sebenarnya ibadah itu mencakup semua amal, pikiran,

dan perasaan yang dihadapkan (atau disandarkan) kepada Allah. Aspek ibadah

merupakan kewajiban orang islam untuk mempelajarinya agar ia dapat

mengamalkannya dengan cara yang benar.

Ibadah ialah jalan hidup yang mencakup seluruh aspek kehidupan serta segala yang

dilakukan manusia berupa perkataan, perbuatan, perasaan, pemikiran yang

disangkutkan dengan Allah.

Menurut al Syaibani, tujuan pendidikan Islam adalah :

1. Tujuan yang berkaitan dengan individu, mencakup perubahan yang berupa pengetahuan, tingkah laku masyarakat, tingkah laku jasmani dan rohani dan kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki untuk hidup di dunia dan di akhirat.

2. Tujuan yang berkaitan dengan masyarakat, mencakup tingkah laku masyarakat, tingkah laku individu dalam masyarakat, perubahan kehidupan masyarakat, memperkaya pengalaman masyarakat.

3. Tujuan profesional yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai ilmu, sebagai seni, sebagai profesi, dan sebagai kegiatan masyarakat.

Menurut al abrasyi, merinci tujuan akhir pendidikan islam menjadi

Page 3: Kebijakan Pendidikan

1. Pembinaan akhlak.

2. menyiapkan anak didik untuk hidup dudunia dan akhirat.

3. Penguasaan ilmu.

4. Keterampilan bekerja dalam masyrakat.

Menurut Asma hasan Fahmi, tujuan akhir pendidikan islam dapat diperinci menjadi :

1. Tujuan keagamaan.

2. Tujuan pengembangan akal dan akhlak.

3. Tujuan pengajaran kebudayaan.

4. Tujuan pembicaraan kepribadian.

Menurut Munir Mursi, tujuan pendidikan islam menjadi :

1. Bahagia di dunia dan akhirat.

2. menghambakan diri kepada Allah.

3. Memperkuat ikatan keislaman dan melayani kepentingan masyarakat islam.

4. Akhlak mulia.

Pendidikan Islam itu sendiri adalah pendidikan yang berdasarkan Islam. Isi ilmu adalah

teori. Isi ilmu bumi adalah teori tentang bumi. Maka isi Ilmu pendidikan adalah teori-

teori tentang pendidikan, Ilmu pendidikan Islam secara lengkap isi suatu ilmu bukanlah

hanya teori.

(Nur Uhbiyati, 1998)

Pengertian pendidikan bahkan lebih diperluas cakupannya sebagai aktivitas dan

fenomena. Pendidikan sebagai aktivitas berarti upaya yang secara sadar dirancang

untuk membantu seseorang atau sekelompok orang dalam mengembangkan

pandangan hidup, sikap hidup, dan keterampilan hidup, baik yang bersifat manual

(petunjuk praktis) maupun mental, dan sosial sedangkan pendidikan sebagai fenomena

adalah peristiwa perjumpaan antara dua orang atau lebih yang dampaknya ialah

berkembangnya suatu pandangan hidup, sikap hidup, atau keterampilan hidup pada

salah satu atau beberapa pihak, yang kedua pengertian ini harus bernafaskan atau

Page 4: Kebijakan Pendidikan

dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai Islam yang bersumber dari al Qur’an dan Sunnah

(Hadist)

Tujuan Pendidikan Islam

Berbicara tentang tujuan pendidikan, mau tidak mau mengajak kita berbicara tentang

tujuan hidup. Sebab pendidikan memiliki tujuan  untuk memelihara kehidupan manusia.

Pendidikan merupakan suatu alat  yang digunakan oleh manusia untuk memelihara

kelanjutan hidupnya, baik sebagai individu maupun anggota masyarakat. Pendidikan

Islam telah mengalami kemajuan di berbagai bidang terutama sarana dan prasarana.

Lembaga-lembaga pendidikan Islam memiliki bangunan yang tak kalah megahnya

dengan lembaga milik pemerintah maupun swasta yang lain. Namun dari sisi kwalitas,

pendidikan Islam dirasa belum memenuhi keinginan umat. Sebab visi dan misi

pendidikan yang mengarah kepada terbentuknya manusia yang beradab terabaikan

dalam institusi pendidikan.

Tujuan utama dari pendidikan Islam ialah mencapai ridla Allah. Dengan pendidikan

diharapkan akan lahir individu-individu yang baik, bermoral, berkualitas sehingga

bermanfaat bagi dirinya, keluarganya, masyarakatnya, bangsanya serta umat manusia

pada umumnya.

Manusia adalah fokus utama dari pendidikan. Ia terdiri dari jasmani dan rohani.

Karenanya institusi pendidikan seharusnya lebih memfokuskan perhatiannya kepada

substansi kemanusiaan, membuat system yang mendukung kepada  terbentuknya

manusia yang baik. Pendidikan diharapkan mampu mengantarkan anak didik untuk

memiliki kemakmuran materi dan juga individu yang memiliki kebahagiaan dunia dan

akherat.

Tujuan pendidikan identik dengan gambaran manusia terbaik menurut orang-orang

tertentu. Kualitas hidup seseorang ditentukan oleh pandangan hidupnya. Bila

pandangan hidupnya berupa agama, maka manusia yang baik yang menjadi tujuan

pendidikan adalah manusia yang baik menurut agamanya,

Dalam Alquran Allah Berfiman dalam Surat Al_Baqarah ayat 1-5

Artinya :

1. Alif laam miin2. Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa3. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan

menafkahkan sebahagian rezki  yang Kami anugerahkan kepada mereka.4. dan mereka yang beriman kepada kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu

dan Kitab-Kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.

Page 5: Kebijakan Pendidikan

5. mereka Itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang     beruntung.

Alif, Lam, miim, ayat yang cukup singkat, tetapi sangat dalam maknanya, hanya Allah

yang tahu rahasianya. Sudah cukup lama para ulama al-Qur’an berbeda pendapat.

Allahu A’lam, hanya Allah yang mengetahui, itulah jawaban yang dikemukakan oleh

para ulama abad pertama hingga abad ketiga. Tampaknya jawaban Allabu A’lam yakni

Allah lebih mengetahui masih diangap jawaban yang relevan sampai saat ini, meskipun

demikian jawaban itu masih dianggap kurang memuaskan.

Pada ayat ini menggunakan isyarat jauh untuk menunjuk al-Qur’an. Semua ayat yang

menunjuk kepada firman-firman Allah dengan nama al-Qur’an (bukan al-Kitab) yang

mengarah pada isyarat dekat “hadzal Qur’an”. Penggunaan isyarat jauh ini bertujuan

memberi kesan bahwa kitab suci ini berada dalam kedudukan tinggi dan sangat jauh

dari jangkauan makhluk, karena ia bersumber dari Allah Yang Maha Tinggi Maha

Bijaksana, sedang penggunaan kata “hadza ini” untuk menunjukkan betapa dekat

tuntunan-tuntunannya pada fitrah manusia.

Dalam hal ini pula yang dimaksud dengan orang-orang bertakwa adalah orang yang

mempersiapkan jiwa mereka untuk menerima petunjuk atau yang telah

mendapatkannya tetapi masih mengharapkan kelebihan, karena petunjuk Allah tidak

terbatas. Dari hal diatas dapat dipahami bahwa surah al-baqarah ayat 1-5 ini sangat

dalam pesan moralnya, dimana kalaulah dikaitkan dengan tujuan pendidikan itu sendiri

dapat penulis simpulkan sebagai berikut:

a)      Menambah ketaqwaan manusia pada Allah

b)      Agar manusia mempercayai akan keberadaan Allah

c)      mewujudkan manusia yang banyak beramal shaleh

d)     Mewujudkan manusia yang percaya akan hari akhir

e)      Mewujudkan kesuksesan dalam hidup.

Dalam Quran Surat Al-Imran ayat 138-139 :

Artinya :

138. (Al Quran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk

serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.

139. janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih

Page 6: Kebijakan Pendidikan

hati, Padahal kamulah orang-orang yang paling Tinggi (derajatnya),

jika kamu orang-orang yang beriman.

B. Surah A1i lmran: 138-139

Pada ayat 138 dalam surah Ali Imran ini mengandung pesan-pesan yang sangat jelas,

bahwa al-Qur’an secara keseluruhan adalah penerangan yang memberi keterangan dan

menghilangkan kesangsian serta keraguan bagi manusia, atau dengan kata lain ayat ini

memberikan informasi tentang keutamaan al-Qur’an yang mengungkap adanya hukum-

hukum yang mengatur kehidupan masyarakat.

Kitab tersebut berfungsi mengubah masyarakat dan mengeluarkan anggotanya dari

kegelapan menuju terang benderang dari kehidupan negative menuju kehidupan positif.

Al-Qur’an memang adalah penerangan bagi seluruh manusia, petunjuk, serta

peringatan bagi orang-orang yang bertaqwa.

Pernyataan Allah ini adalah penjelasan bagi manusia, juga mengandung makna bahwa

Allah tidak menjatuhkan sanksi sebelum manusia mengetahui sanksi tersebut. Dia tidak

menyiksa manusia secara mendadak, karena ini adalah petunjuk, lagi peringatan.

Pada ayat 139 ini membicarakan tentang kelompok pada perang uhud. Pada perang

uhud mereka tidak meraih kemenangan bahkan menderita luka dan poembunuhan, dan

dalam perang badar mereka dengan gemilang meraih kemenangan dan berhasil

melawan dan membunuh sekian banyak lawan mereka, maka itu merupakan bagian

dari sunnatullah. Namun demikian, apa yang mereka alami dalam perang uhud tidak

perlu menjadikan mereka berputus asa. Karena itu, janganlah kamu melemah

menghadapi musuhmu dan musuh Allah, kuatkan jasmanimu dan janganlah (pula)

kamu bersedih akibat dari apa yang kamu alami dalam perang uhud, atau peristiwa lain

yang seupa, kuatkanlah mentalmu.

Mengapa kamu lemah atau bersedih padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi

(derajatnya) di sisi Allah, di dunia dan di akherat. Di dunia kamu memperjuangkan

agama Allah itulah sebuah kebenaran, di akherat kamu mendapatkan surga Allah. Ini

jika kamu orang-orang mukmin, yakni benar-benar keimanan telah mantap dalam

hatimu.

Bila kita kaitkan dengan tujuan dari pendidikan itu sendiri dapat kita ketahui sebagai

berikut

1. Mewujudkan bimbingan pada manusia agar tidak binasa dengan hukum-hukum alam2. Mewujudkan kebahagiaan pada hambanya3. menjadikan manusia yang intelek dan mempunyai derajat yang tinggi.

Page 7: Kebijakan Pendidikan

Al-Qur’an mengisyaratkan kedua nilai di atas dalam firman-Nya dalam surah Ali Imran,

ayat 104 yang berbunyi

Artinya : Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada

kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah

orang-orang yang beruntung.

Kaitannya dengan tujuan pendidikan sebagai berikut :

1. Mewujudkan seorang yang selalu menegakkan kebenaran dan mencegah kemunkaran.

2. Mewujudkan manusia yang selalu bertawaqqal pada Allah.

Kaitannya dengan tujuan pendidikan sebagai berikut:

1. Mewujudkan seorang hamba yang shaleh2. Mewujudkan akan keesaan Tuhan3. Mewujudkan manusia yang ahli do’a4. Menunjukkan akan luasnya ilmu Tuhan

Prof.Dr. Muhammad At Taumi dalam bukunya Falsafatut Tarbiyyah menyebutkan bahwa

pendidikan adalah proses pertumbuhan membentuk pengalaman dan perubahan yang

dikehendaki dalam tingkah laku individu dan kelompok melalui interaksi dengan alam

dan lingkungan kehidupan

Sedangkan Prof. Dr. Athiyah Al Abrosyi dalam bukunya At Tarbiyyatul Islamiyyah

menyatakan bahwa prinsip utama pendidikan Islam adalah pengembangan berfikir

bebas dan mandiri secara demokratis dengan memperhatikan kecenderungan peserta

didik secara individual yang menyangkut aspek kecerdasan akal dan bakat yang

dititikberatkan pada pengembangan akhlak Orientasi dan arah kehidupan manusia

menurut Al Qur’an adalah iman, ihsan dan takwa sebagai kualifikasi keislaman

seseorang yang terpola dalam laku ibadah. Ini berarti bahwa pendidikan Islam adalah

tindakan sadar diri secara sosial yang dilakukan secara terencana guna mengarahkan

seluruh manusia kepada ilmu, ihsan dan takwa yang membentuk pola kelakuan ibadah.

Dalam Al Qur’an manusia menempati kedudukan yang istimewa di alam semesta ini.

Dia adalah khalifatullah di muka bumi. Sebagai khalifah ia dilengkapi dengan potensi-

potensi yang memungkinkan dirinya dapat melaksanakan tanggung jawabnya. Ada

beberapa cirri yag diberikan oleh Allah sehingga membedakannya dengan makhluk

yang lain. Ciri tersebut adalah : fitrah, ruh,, kebebasan ( kemauan ) dan juga kemauan

yang membuatnya dapat menentukan pilihan antara yang benar dan yang salah.

Page 8: Kebijakan Pendidikan

Dengan kelebihan yang dimilikinya itu menjadikan tujuan tertinggi dari pendidikan

Islam adalah membina individu-individu yang akan bertindak sebagai khalifah. Fitrah

manusia harus dikembangkan sebagai salah satu aspek utama tujan pendidikan dengan

tidak mengesampingkan aspek yang lain seperti perkembangan spiritual (ruh ),

kebebasan kemauan, akal, dan juga perkembangan jasmani dan mental.

Salah satu aspek penting dan mendasar dalam pendidikan adalah aspek tujuan.

Merumuskan tujuan pendidikan merupakan syarat mutlak dalam mendefiniskan

pendidikan itu sendiri yang paling tidak didasarkan atas konsep dasar mengenai

manusia, alam, dan ilmu serta dengan pertimbangan prinsip prinsip dasarnya. Hal

tersebut disebabkan pendidikan adalah upaya yang paling utama, bahkan satu satunya

untuk membentuk manusia menurut apa yang dikehendakinya. Karena itu menurut

para ahli pendidikan, tujuan pendidikan pada hakekatnya merupakan rumusan-rumusan

dari berbagai harapan ataupun keinginan manusia.

Maka dari itu berdasarkan definisinya, Rupert C. Lodge dalam philosophy of

educationmenyatakan bahwa dalam pengertian yang luas pendidikan itu menyangkut

seluruh pengalaman. Sehingga dengan kata lain, kehidupan adalah pendidikan dan

pendidikan adalah kehidupan itu. Sedangkan Joe Pack merumuskan pendidikan sebagai

“the art or process of imparting or acquiring knomledge and habit through instructional

as study”. Dalam definisi ini tekanan kegiatan pendidikan diletakkan pada pengajaran

(instruction), sedangkan segi kepribadian yang dibina adalah aspek kognitif dan

kebiasaan. Theodore Meyer Greene mengajukan definisi pendidikan yang sangat umum.

Menurutnya pendidikan adalah usaha manusia untuk menyiapkan dirinya untuk suatu

kehidupan yang bermakna. Alfred North Whitehead menyusun definisi pendidikan yang

menekankan segi ketrampilan menggunakan pengetahuan.

Untuk itu, pengertian pendidikan secara umum, yang kemudian dihubungkan dengan

Islam -sebagai suatu sistem keagamaan- menimbulkan pengertian pengertian baru

yang secara implisit menjelaskan karakteristik karakteristik yang dimilikinya. Pengertian

pendidikan dengan seluruh totalitasnya, dalam konteks Islam inheren salam konotasi

istilah “tarbiyah”, “ta’lim” dan “ta’dib” yang harus dipahami secara bersama-sama.

Ketiga istilah itu mengandung makna yang amat dalam menyangkut manusia dan

masyarakat serta lingkungan yang dalam hubungannya dengan Tuhan saling berkaitan

satu sama lain. Istilah istilah itu sekaligus menjelaskan ruang lingkup pendidikan Islam;

informal, formal, dan nonformal.

Ghozali melukiskan tujuan pendidikan sesuai dengan pandangan hidupnya dan nilai-

nilai yang terkandung di dalamnya, yaitu sesuai dengan filsafatnya, yakni memberi

petunjuk akhlak dan pembersihan jiwa dengan maksud di balik itu membentuk individu-

individu yang tertandai dengan sifat-sifat utama dan takwa. Dengan ini pula keutamaan

itu akan merata dalam masyarakat.

Page 9: Kebijakan Pendidikan

Hujair AH. Sanaky menyebut istilah tujuan pendidikan Islam dengan visi dan misi

pendidikan Islam. Menurutnya sebenarnya pendidikan Islam telah memiki visi dan misi

yang ideal, yaitu “Rohmatan Lil ‘Alamin”. Selain itu, sebenarnya konsep dasar filosofis

pendidikan Islam lebih mendalam dan menyangkut persoalan hidup multi dimensional,

yaitu pendidikan yang tidak terpisahkan dari tugas kekhalifahan manusia, atau lebih

khusus lagi sebagai penyiapan kader-kader khalifah dalam rangka membangun

kehidupan dunia yang makmur, dinamis, harmonis dan lestari sebagaimana

diisyaratkan oleh Allah dalam al Qur’an. Pendidikan Islam adalah pendidikan yang ideal,

sebab visi dan misinya adalah “Rohmatan Lil ‘Alamin”, yaitu untuk membangun

kehidupan dunia yang yang makmur, demokratis, adil, damai, taat hukum, dinamis, dan

harmonis.

Munzir Hitami berpendapat bahwa tujuan pendidikan tidak terlepas dari tujuan hidup

manusia, biarpun dipengaruhi oleh berbagai budaya, pandangan hidup, atau keinginan-

keinginan lainnya. Bila dilihat dari ayat-ayat al Qur’an ataupun hadits yang

mengisyaratkan tujuan hidup manusia yang sekaligus menjadi tujuan pendidikan,

terdapat beberapa macam tujuan, termasuk tujuan yang bersifat teleologik itu sebagai

berbau mistik dan takhayul dapat dipahami karena mereka menganut konsep konsep

ontologi positivistik yang mendasar kebenaran hanya kepada empiris sensual, yakni

sesuatu yang teramati dan terukur.

Qodri Azizy menyebutkan batasan tentang definisi pendidikan agama Islam dalam dua

hal, yaitu;

a)      Mendidik peserta didik untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai atau akhlak

Islam;

b)      Mendidik peserta didik untuk mempelajari materi ajaran Islam.

Sehingga pengertian pendidikan agama Islam merupakan usaha secara sadar dalam

memberikan bimbingan kepada anak didik untuk berperilaku sesuai dengan ajaran

Islam dan memberikan pelajaran dengan materi-materi tentang pengetahuan Islam.

1. Analisis Kebijakan Pendidikan Islam

Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya meewarisi nilai yang menjadi

penolong dan penentu umat manusia dalam menjalani kehidupan dan untuk

memperbaiki nasib dan peradaban umat manusia, tanpa pendidikan manusia sekarang

tanpa berbeda dengan manusia masa lampau, yang dibandingkan dengan manusia

sekarang telah sangat tertinggal baik kwalitas maupun proses pembedayaanya.Untuk

itu pemerintah banyak membantu dalam dunia pendidikan diantaranya banyak

peraturan-peraturan yang telah di buat seperti :

Page 10: Kebijakan Pendidikan

Keputusan mentri No 44 Tahun 2005 tentang Komite Sekolah Peraturan pemerintah No 19 Tahun 2007 Penilaian Standar Isi. Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 2007 Standar Sarana dan Prasarana Peraturan Pemerintah No.18 Tahun 2007 Sertifikasi guru Peraturan Pemerintah No.22 Tahun 2007 tentang buku teks Pelajaran Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 2008 Standar Adminitrasi Sekolah Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 Pembagian Wewenang Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 Standar Nasional Pendidikan Peraturan Pemerintah No.47 Tahun 2008 wajib Belajar Peraturan Pemerintah No.74 Tahun 2008 Guru Undang-Undang No.14 Guru dan Dosen Undang-Undang No.20 Sekdiknas

Lahirnya Undang-Undang (UU) No 20 Tahun 1999 yang memberikan kewenangan

kepada pemerintah daerah untuk menyelenggarakan pendidikan, merupakan tonggak

baru penyelenggaraan pendidikan. Dengan undang-undang ini kebijakan pendidikan

berubah, yang tadinya otoritas penyelenggaraan pendidikan berada di tangan

pemerintah pusat, sekarang otoritas tersebut berada di tangan pemerintah daerah.

Permasalahan pendidikan yang dihadapi Pemerintah Indonesia memang sangat

kompleks. Selain menyediakan pendidikan bagi penduduk usia belajar yang jumlahnya

begitu besar, kita menghadapi perubahan dan perkembangan teknologi dan informasi

yang begitu deras, yang tidak diimbangi peningkatan mutu sumber daya pembelajaran,

termasuk dalam hal peningkatan mutu guru, kurikulum, alat pembelajaran, dan lainnya.

Ketertinggalan dalam hal mutu sumber daya pembelajaran ini tidak lepas dari kebijakan

pemerintah. Melihat kompleksnya isu pendidikan yang dihadapi pada Abad- 21 ini dan

yang sedang dihadapi Indonesia saat ini, diperlukan kajian terhadap sistem pendidikan

di Indonesia beserta kebijakan yang mendukungnya.

Kebijakan pemerintah yang perlu dikaji adalah kebijakan dalam bentuk undang-undang,

peraturan pemerintah, keputusan menteri, serta keputusan direktur jenderal. Banyak

permasalahan pendidikan yang dapat diidentifikasi dari masalah yang disebabkan oleh

kebijakan pendidikan yang ada, termasuk isu-isu pendidikan yang berkembang.

Kelemahan peningkatan pendidikan terletak dari sudut pandang pengelolaan

pendidikan. Pendidikan membutuhkan proses yang panjang, bukan hanya target-target

instan yang tak akan bertahan dalam jangka panjang. Tujuan pendidikan yang terdapat

dalam undang-undang tidak dapat dilaksanakan dengan sudut pandang pragmatis atau

realistis.

Page 11: Kebijakan Pendidikan

Mutu pendidikan di Indonesia tidak akan dapat melampaui mutu pendidikan negara lain,

atau tujuan pendidikan nasional tidak akan dapat dicapai tanpa perencanaan jangka

panjang dan jangka menengah yang berkesinambungan.

Tujuan pendidikan yang demikian ideal selama ini tidak pernah dengan sungguh-

sungguh diterjemahkan secara operasional. Kurikulum yang dirancang dan

dilaksanakan secara relevan, efisien, dan efektif akan mampu mendukung

terlaksananya fungsi pendidikan nasional untuk mencerdaskan bangsa dan memajukan

budaya nasional. Peningkatan mutu pendidikan dari segi pelayanan pembelajaran

belum disentuh.

Pergantian era kepemimpinan menteri pendidikan tidak mampu membawa peningkatan

pelayanan pendidikan yang bermuara pada peningkatan mutu. Rasio siswa dalam satu

kelas tidak pernah menurun. Rasio siswa dari jenjang SD hingga SMA masih di atas 25

orang, bahkan di tingkat SMP dan SMA berada pada kisaran 40 orang. Angka ini masih

jauh dari tuntutan penyediaan pendidikan yang berkualitas.

Sekalipun pemerintah telah lama melakukan perluasan pendidikan, ternyata tidak

berhasil menaikkan rasio siswa dalam satu kelas. Peningkatan mutu pendidikan dari

segi input siswa. Tanpa kesehatan, nutrisi yang cukup, ketekunan, kehadiran yang

tetap, dan dukungan rumah, kegiatan pembelajaran di kelas tidak akan efektif. Siswa

harus mampu bertahan mengikuti pembelajaran selama jam pelajaran, sehingga harus

didukung oleh nutrisi yang cukup.

Dari segi proses, peningkatan mutu pendidikan belum berjalan baik karena para guru

dan tenaga pengajar lain masih lebih banyak berpendidikan di bawah S-1. Kebijakan

penyelenggaraan pendidikan yang dilakukan selama ini masih dalam taraf

meningkatkan kompetensi guru hingga D-2. Hal ini terjadi khususnya di jenjang

pendidikan dasar dan menengah.

Dari segi mutu output pendidikan didapati bahwa selama ini tidak ada kriteria kelulusan

berdasarkan hasil ujian, sehingga hampir semua peserta ujian memperoleh predikat

tamat dan dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan selanjutnya. Dengan mengambil

batas nilai 5,5 (asumsi) sebagai kriteria minimal kelulusan, berarti hanya 36,79% siswa

SLTP yang lulus, sisanya memperoleh predikat tamat belajar. Dari paparan akademis,

tingkat penguasaan materi pada umumnya sangat memprihatinkan.

Pada 2003 telah lahir UU No 20/2003 tentang Pendidikan Nasional. Undang-undang ini

memang telah lebih komprehensif dan jelas menyatakan tentang standardisasi

pendidikan dan peningkatan mutu. Namun karena operasionalisasi undang-undang ini

memerlukan peraturan pemerintah, dan peraturan itu hingga 2004 belum selesai

Page 12: Kebijakan Pendidikan

dibuat, maka keputusan menteri pendidikan nasional belum mengacu kepada undang-

undang tersebut.

Dalam hal ini kebijakan pendidikan yang ada belum mampu meningkatkan mutu

pendidikan menembus pencapaian jangka pendek (output pendidikan) dan pencapaian

jangka panjang (outcome pendidikan), apalagi mengungguli pencapaian mutu

pendidikan negara tetangga.

Peningkatan mutu pendidikan selama ini masih belum menunjukkan hasil yang

memuaskan. Rendahnya mutu pendidikan ini disebabkan oleh banyak hal, antara lain

mutu dan distribusi guru yang masih belum memadai, kurangnya sarana dan prasarana

pendidikan, kurikulum yang kurang sesuai, lingkungan belajar di sekolah maupun dalam

keluarga dan masyarakat belum mendukung.

KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas, maka dapat penulis simpulkan bahwa tujuan pendidikan islam

terkait dengan berbagai kebijakan yang pemerintah buat dan harus dijalankan dalam

dunia pendidikan pada intinya adalah :

terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Jadi menurut Islam, pendidikan

haruslah menjadikan seluruh manusia yang menghambakan kepada Allah.

Yang dimaksud menghambakan diri ialah beribadah kepada Allah.

Wallahu A’lam Bish-shawab

Daftar Pustaka

Ahmad Tafsir., Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam., PT. Remaja Rosdakarya.,

Bandung, 2001

Nur Uhbiyati., Ilmu Pendidikan Islam., CV. Pustaka Setia., Bandung, 1998

Ahmad Hanafi, M.A., Pengantar Filsafat Islam, Cet. IV, Bulan Bintang, Jakarta, 1990.

Prasetya, Drs., Filsafat Pendidikan, Cet. II, Pustaka Setia, Bandung, 2000

Abuddin Nata, M.A., Filsafat Pendidikan Islam, Cet. I, Logos Wacana Ilmu, Jakarta, 1997

Zuhairini. Dra, dkk., Filsafat Pendidikan Islam, Cet.II, Bumi Aksara, Jakarta, 1995.

Ali Saifullah H.A., Drs., Antara Filsafat dan Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya, 1983.

Tilaar, Prof. Dr., 2004, Manajemen Pendidikan Nasional, PT. Remaja Rosdakarya.,

Bandung

H. A. Yunus, Drs., S.H., MBA. Filsafat Pendidikan, CV. Citra Sarana

Azizy, Ahmad Qodri A. 2000. Islam dan Permaslahan Sosial; Mencari Jalan Keluar,

Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Azra. Azyumardi. 2002. Pendidikan Islam; Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium

Baru. Jakarta: Logos Wacana Ilmu

Page 13: Kebijakan Pendidikan

Hitami, Munzir. 2004. Menggagas Kembali Pendidikan Islam. Yogyakarta: Infinite Press

Khaldun, Ibnu. 2001. Muqaddimah Ibnu Khaldun. Jakarta: Pustaka Firdaus

Miskawaih, Ibnu. Tanpa tahun. Tahzib al-Akhlaq, Mesir: al-Mathbah al-Husainiyyah

Sanaky, Hujair AH. 2003. Paradigma Pendidikan Islam; Membangun Masyarakat

Indonesia. Yogyakarta: Safiria Insania Press dan MSI

Tafsir, Ahmad. 2002. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya

Departemen agama, al-Qur’an dan Tafsirnya ( Jakarta: Proyek pengadaan Kitab Suci Al-

Qur’an, 1990)

Tafsir Ibnu Katsir, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1992)A

Ahmad Mustafa al-Maragi, Tafsir al-Maragi ( Mesir: Mustafa al-Babi al-Halabi, 1974)