kebijakan perdagangan amerika serikat terkait kebangkitan

45
Universitas Katolik Parahyangan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Terakreditasi A SK BAN –PT NO: 451/SK/BAN-PT/Akred/S/XI/2014 Kebijakan Perdagangan Amerika Serikat Terkait Kebangkitan Tiongkok di Kawasan Asia Tenggara Skripsi Oleh Denan Reina Andini Suhradi 2015330046 Bandung 2019

Upload: others

Post on 22-Oct-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kebijakan Perdagangan Amerika Serikat Terkait Kebangkitan

Universitas Katolik Parahyangan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Program Studi Ilmu Hubungan Internasional

Terakreditasi A

SK BAN –PT NO: 451/SK/BAN-PT/Akred/S/XI/2014

Kebijakan Perdagangan Amerika Serikat Terkait Kebangkitan

Tiongkok di Kawasan Asia Tenggara

Skripsi

Oleh

Denan Reina Andini Suhradi

2015330046

Bandung

2019

Page 2: Kebijakan Perdagangan Amerika Serikat Terkait Kebangkitan

Universitas Katolik Parahyangan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Program Studi Ilmu Hubungan Internasional

Terakreditasi A

SK BAN –PT NO: 451/SK/BAN-PT/Akred/S/XI/2014

Kebijakan Perdagangan Amerika Serikat Terkait Kebangkitan

Tiongkok di Kawasan Asia Tenggara

Skripsi

Oleh

Denan Reina Andini Suhradi

2015330046

Pembimbing

Dr. Aknolt Kristian Pakpahan, S.IP., M.A.

Bandung

2019

Page 3: Kebijakan Perdagangan Amerika Serikat Terkait Kebangkitan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu Hubungan Internasional

Tanda Persetujuan Skripsi Nama : Denan Reina Andini Suhradi Nomor Pokok : 2015330046 Judul : Kebijakan Perdagangan Amerika Serikat Terkait Kebangkitan

Tiongkok di Kawasan Asia Tenggara

Telah diuji dalam Ujian Sidang jenjang Sarjana Pada Senin, 14 Januari 2019

Dan dinyatakan LULUS

Tim Penguji Ketua sidang merangkap anggota Dr. A. Irawan Justiniarto H, Drs., M.A. : ________________________

Sekretaris Dr. Aknolt Kristian Pakpahan, S.IP., M.A. : ________________________

Anggota Albert Triwibowo, S.IP., M.A. : ________________________

Mengesahkan, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Dr. Pius Sugeng Prasetyo, M.Si

Page 4: Kebijakan Perdagangan Amerika Serikat Terkait Kebangkitan

PERNYATAAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Denan Reina Andini Suhradi

NPM : 2015330046

Program Studi : Ilmu Hubungan Internasional

Judul : Kebijakan Perdagangan Amerika Serikat Terkait Kebangkitan

Tiongkok di Kawasan Asia Tenggara

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini merupakan hasil karya tulis ilmiah sendiri

dan bukanlah merupakan karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar

akademik oleh pihak lain. Adapun karya atau pendapat pihak lain yang dikutip,

ditulis sesuai dengan kaidah penulisan ilmiah yang berlaku.

Pernyataan ini saya buat dengan penuh tanggung jawab dan bersedia menerima

konsekuensi apapun sesuai aturan yang berlaku apabila dikemudian hari diketahui

bahwa pernyataan ini tidak benar.

Bandung, 18 Januari 2019

Denan Reina Andini Suhradi

Page 5: Kebijakan Perdagangan Amerika Serikat Terkait Kebangkitan

i

ABSTRAK

Nama : Denan Reina Andini Suhradi

NPM : 2015330046

Judul : Kebijakan Perdagangan Amerika Serikat Terkait Kebangkitan

Tiongkok di Kawasan Asia Tenggara

Penelitian ini akan menjelaskan mengenai bagaimana kebijakan perdagangan yang dibentuk oleh Amerika Serikat di kawasan Asia Tenggara sebagai upaya untuk mempertahankan posisinya sebagai negara hegemon di masa pemerintahan Barack Obama. Sebagai negara hegemon, Amerika Serikat memiliki peran penting dalam perekonomian Asia Tenggara yang diterapkan melalui berbagai aktivitas ekonomi, seperti perdagangan dan investasi. Namun, keberadaan Amerika Serikat sebagai negara dengan kekuasaan tertinggi di kawasan Asia Tenggara mulai mengalami perubahan ketika kekuatan Tiongkok mengalami peningkatan hingga diperkirakan dapat menggantikan posisi Amerika Serikat sebagai negara hegemon. Kebangkitan Tiongkok terutama di dalam bidang ekonomi mempengaruhi aktivitas perdagangan yang dilakukan oleh Tiongkok dengan Asia Tenggara. Hal ini dapat dilihat dari perdagangan yang dilakukan antara Tiongkok dan Asia Tenggara memiliki jumlah yang jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan aktivitas perdagangan Amerika Serikat dengan kawasan tersebut. Teori yang akan digunakan di dalam penelitian ini adalah teori Merkantilisme, teori stabilitas hegemon, serta konsep kepentingan nasional. Penelitian ini menemukan bahwa pada masa pemerintahan Obama, Amerika Serikat membentuk kebijakan perdagangan, diantaranya mendukung dan memperkuat sistem perdagangan berbasis aturan; menjadi mitra dagang yang memiliki komitmen dalam melakukan aktivitas perdagangan; meningkatkan pertumbuhan, menciptakan lapangan kerja, dan inovasi baru; dan menyebarkan American values melalui aktivitas perdagangan. Kata kunci: Kebijakan Perdagangan, Hegemoni, Kepentingan Nasional, Amerika Serikat, Asia Tenggara.

Page 6: Kebijakan Perdagangan Amerika Serikat Terkait Kebangkitan

ii

ABSTRACT

Name : Denan Reina Andini Suhradi

NPM : 2015330046

Title : United States’ Trade Policy Related to The Rise of China in

Southeast Asia Region

This research will explain how the United States’ trade policy in the South East Asia region is to maintain its position as the hegemonic state during the governance era of Barrack Obama. As a hegemonic state, the United States plays a very important role toward the economy of South East Asia through various economic activities, such as trade and investment. However, the existence of the United States as the most powerful state in South East Asia has started to change since the power of China rises significantly to the point it is said to be able to replace the United States’ position as the hegemonic state. The rise of China, especially in terms of economy, influences the trade activities conducted between China and South East Asia. This can be seen through the fact that the trade activities number conducted between South East Asia with China is much higher compared to with the United States. The theories used within this research are Mercantilism theory, hegemony stability theory, as well as the concept of national interest. This research found that during the era of Obama, the United States made trade policies such as supporting and strengthening regulation-based trade system; being a committed trade partner; increasing growth, creating job opportunities, and new innovation; and spreading the American values through trade activities.

Keywords: Trade Policy, Hegemony, National Interest, the United States, South

East Asia.

Page 7: Kebijakan Perdagangan Amerika Serikat Terkait Kebangkitan

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas kuasa dan

kehendak-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kebijakan

Perdagangan Amerika Serikat di Kawasan Asia Tenggara”. Penyusunan skripsi ini

dibuat untuk memenuhi syarat kelulusan dalam menempuh program sarjana jurusan

Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas

Katolik Parahyangan Bandung. Penelitian ini membahas mengenai kebijakan

perdagangan Amerika Serikat di kawasan Asia Tenggara sebagai upaya untuk

mempertahankan posisi sebagai aktor hegemoni global terkait kebangkitan

Tiongkok di dalam kawasan tersebut.

Penulis berharap bahwa skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan

kontribusi bagi perkembangan studi hubungan internasional. Penulis menyadari

bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis terbuka

untuk segala kritik maupun saran yang bersifat membangun guna memperbaiki

kekurangan dari penelitian ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr.

Aknolt Kristian Pakpahan, S.IP., M.A., selaku dosen pembimbing yang telah

membimbing penulis dalam pembuatan penelitian ini.

Bandung, 18 Januari 2019

Denan Reina Andini Suhradi

Page 8: Kebijakan Perdagangan Amerika Serikat Terkait Kebangkitan

iv

UCAPAN TERIMA KASIH

Untuk Abi dan Mama, terima kasih atas segala kasih sayang yang selalu

diberikan kepada saya, serta kepercayaan dan dukungan yang diberikan selama ini,

karena dengan dukungan dan kesabaran abi dan mama, saya mampu berada di tahap

proses penyusunan skripsi seperti sekarang ini.

Untuk Kakak dan Ka Iqbal, terima kasih telah memberikan dukungan

tanpa henti seperti abi dan mama. Terima kasih untuk selalu mengingatkan saya

untuk menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih juga untuk om Abas. Dan bubu,

terima kasih kamu telah menjadi penyemangat saya. Untuk the best family ever,

keluarga besar Sony Sutisna Suhradi dan Wardja Kasmitadiredja, terima kasih atas

dukungannya yang selalu diberikan selama ini.

Kepada Dr. Aknolt Kristian Pakpahan, S.IP., M.A., terima kasih telah

membimbing dan memberi arahan kepada saya selama proses pembuatan skripsi

ini. Terima kasih atas saran dan masukannya yang sangat membantu saya dalam

menyelesaikan penelitian ini.

Shanti An’nur A, terima kasih telah menjadi seorang sahabat dari masa

SMA hingga sekarang dan telah menjadi seseorang yang selalu mengerti keinginan

saya, Sukses skripsinya. Aku tunggu kabar baik dari siding skripsinya ya.

Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Alexandra Larasati P.L,

Jessica Natania, dan Josephine Diva A. Terima kasih sudah menjadi sahabat bagi

saya selama masa perkuliahan di UNPAR. Terima kasih telah memberikan

kesempatan bagi saya untuk menjadi seseorang yang bebas untuk melakukan

apapun tanpa merasa canggung.

Page 9: Kebijakan Perdagangan Amerika Serikat Terkait Kebangkitan

v

Untuk teman-teman di UNPAR, Ester, Atha, Kiki, Sthita, Nisa, Livia,

Lea, Hanny, Sarah, Hanna, Salma, Via, dan Indri. Terima kasih karena telah

memberikan pengalaman kuliah yang menyenangkan selama ini. Sukses untuk

skripsinya untuk Sarah dan Salma, dan sukses juga untuk yang skripsi di semester

depan. See you on top, teman-teman!

Page 10: Kebijakan Perdagangan Amerika Serikat Terkait Kebangkitan

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK ....................................................................................................... i

ABSTRACT .................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ........................................................................... iv

DAFTAR ISI ................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL ........................................................................................... ix

DAFTAR GRAFIK ......................................................................................... x

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

1.1. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1

1.2. Identifikasi Masalah ........................................................................... 8

1.2.1. Pembatasan Masalah .................................................................. 18

1.2.2. Perumusan Masalah .................................................................... 19

1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ........................................................ 19

1.3.1. Tujuan Penelitian ........................................................................ 19

1.3.2. Kegunaan Penelitian ................................................................... 19

1.4. Kajian Literatur ................................................................................... 20

1.5. Kerangka pemikiran ........................................................................... 23

1.6. Metode dan Teknik Pengumpulan Data ............................................. 28

1.6.1. Metode Penelitian ....................................................................... 28

1.6.2. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 29

1.7. Sistematika Pembahasan ..................................................................... 29

Page 11: Kebijakan Perdagangan Amerika Serikat Terkait Kebangkitan

vii

BAB II POSISI AMERIKA SERIKAT DAN TIONGKOK DALAM

AKTIVITAS PERDAGANGAN DI ASIA TENGGARA .............................. 31

2.1. Aktivitas Perdagangan Amerika Serikat di Asia Tenggara ................ 31

2.1.1. Mitra Dagang Amerika Serikat di Asia Tenggara ...................... 33

2.1.1.1. Indonesia ...................................................................... 36

2.1.1.2. Vietnam ........................................................................ 38

2.1.1.3. Malaysia ....................................................................... 39

2.1.1.4. Laos .............................................................................. 41

2.1.1.5. Singapura ...................................................................... 42

2.1.1.6. ASEAN ......................................................................... 42

2.1.2. Produk Ekspor Amerika Serikat di Asia Tenggara .................... 43

2.2. Aktivitas Perdagangan Tiongkok di Asia Tenggara ........................... 51

2.2.1. Mitra Dagang Tiongkok di Asia Tenggara ................................. 52

2.2.2. Produk Ekspor Tiongkok di Asia Tenggara ............................... 60

BAB III KEBIJAKAN PERDAGANGAN AMERIKA SERIKAT DI

KAWASAN ASIA TENGGARA .................................................................... 66

3.1. Pentingnya Kawasan Asia Tenggara bagi Perekonomian Amerika

Serikat ............................................................................................... 66

3.2. Strategi Rebalancing Amerika Serikat Dalam Aktivitas Perdagangan

antara Amerika Serikat di Asia Tenggara .......................................... 72

3.3. Upaya Amerika Serikat Dalam Mempertahankan Posisi Sebagai

Negara Hegemon melalui Agenda Perdagangan ............................... 80

3.3.1. Mendukung dan Memperkuat Sistem Perdagangan Berbasis

Aturan (Rules-Based Trading System) ........................................ 83

Page 12: Kebijakan Perdagangan Amerika Serikat Terkait Kebangkitan

viii

3.3.2. Menjadi Mitra Dagang yang Memiliki Komitmen Dalam

Melakukan Aktivitas Perdagangan .............................................. 84

3.3.3. Meningkatkan Pertumbuhan, Menciptakan Lapangan Kerja,

dan Inovasi Baru ......................................................................... 86

3.3.4. Menyebarkan American Values Melalui Aktivitas

Perdagangan ................................................................................ 86

BAB IV KESIMPULAN ................................................................................. 89

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 93

Page 13: Kebijakan Perdagangan Amerika Serikat Terkait Kebangkitan

ix

DAFTAR TABEL

2.1. Aktivitas Perdagangan Amerika Serikat Terhadap Malaysia ............. 40

2.2. Jumlah Produk Ekspor Tiongkok Terhadap Asia Tenggara

Tahun 2015 ......................................................................................... 64

3.1. Aktivitas Perdagangan Amerika Serikat di Asia Pasifik Tahun

2008 dan 2012 .................................................................................... 79

Page 14: Kebijakan Perdagangan Amerika Serikat Terkait Kebangkitan

x

DAFTAR GRAFIK

2.1. Total Ekspor Amerika Serikat Pada Masa Pemerintahan

Obama ................................................................................................. 45

2.2. Produk Ekspor Amerika Serikat terhadap Asia Tenggara .................. 50

2.3. Aktivitas Ekspor dan Impor Asia Tenggara Tahun 2015 ................... 57

2.4. Mitra Dagang Tiongkok di Asia Tenggara Tahun 2015 ..................... 58

2.5. Produk Ekspor Asia Tenggara Terhadap Tiongkok Tahun 2015 ....... 59

2.6. Negara Eksportir Di Kawasan Asia Tenggara Tahun 2015 .............. 61

2.7. Ekspor Tiongkok dan Amerika Serikat Terhadap Negara

Kawasan Asia Tenggara Tahun 2011-2013 ....................................... 63

2.8. Produk Ekspor Tiongkok Terhadap Asia Tenggara Tahun 2015 ...... 64

3.1. Total Perdagangan Tiongkok dan Amerika Serikat di Asia

Tenggara ............................................................................................. 82

Page 15: Kebijakan Perdagangan Amerika Serikat Terkait Kebangkitan

xi

DAFTAR SINGKATAN

ACFTA ASEAN-China Free Trade Area

ADB Asian Development Bank

ARF ASEAN Regional Forum

AS Amerika Serikat

ASEAN Association of Southeast Asian Nations

E3 Expanded Economic Engagement

FDI Foreign Direct Investment

FTA Free Trade Agreement

GDP Gross Domestic Product

GE General Electric

LPDR Lao People’s Democratic Republic

MEA Masyarakat Ekonomi ASEAN

OECD The Organisation for Economic Co-operation and Development

RCEP Regional Comprehensive Economic Partnership

TAC Treaty of Amity and Cooperation

TIFA Trade and Investment Arrangement

TPP Trans Pacific Partnership

WTO World Trade Organization

Page 16: Kebijakan Perdagangan Amerika Serikat Terkait Kebangkitan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Berakhirnya Perang Dingin menjadi salah satu alasan bagi banyak negara

untuk dapat memperbaiki kondisi negaranya masing-masing ataupun

mempertahankan kekuatan negaranya di dalam dunia internasional. Kerusakan dan

kerugian yang dialami oleh negara-negara yang terlibat di dalam Perang Dingin

menyebabkan masing-masing negara harus memiliki cara agar negaranya dapat

terbebas dari kondisi tersebut. Pada saat itu, Amerika Serikat muncul sebagai satu-

satunya negara yang memiliki kekuatan tertinggi di dunia setelah Uni Soviet

mengalami kehancuran pada tahun 1991, sehingga Amerika Serikat dianggap

sebagai negara hegemon.

Posisi Amerika Serikat sebagai negara hegemon sendiri dimulai pada

saat berakhirnya Perang Dunia II. Pada saat itu, Amerika Serikat muncul sebagai

salah satu negara yang mendominasi kekuasaan di beberapa sektor, yaitu sektor

ekonomi, politik, dan teknologi.1 Namun, Amerika Serikat tidak menjadi satu-

satunya negara yang memiliki kekuatan tertinggi di dunia. Uni Soviet merupakan

negara selanjutnya yang memiliki kekuatan terbesar pada pasca Perang Dunia II.

Hal ini menjadikan Uni Soviet sebagai salah satu negara yang dianggap dapat

menyaingi kekuasaan yang dimiliki oleh Amerika Serikat. Walaupun Uni Soviet

menjadi negara pesaing bagi Amerika Serikat yang pada saat itu mendominasi

1 Salvatore Babones, “American Hegemony is Here to Stay”, The National Interest, 11 Juni 2015, http://nationalinterest.org/feature/american-hegemony-here-stay-13089 (diakses pada 20 Februari 2018)

Page 17: Kebijakan Perdagangan Amerika Serikat Terkait Kebangkitan

2

kekuasaan di berbagai sektor, Uni Soviet tidak akan dapat menggantikan kekuasaan

yang dimiliki oleh Amerika Serikat karena kemampuan yang dimiliki oleh Uni

Soviet belum mampu mengalahkan kekuasaan yang dimiliki oleh Amerika Serikat,

bahkan dapat dikatakan bahwa posisi dan kekuatan yang dimiliki oleh Uni Soviet

masih berada di bawah Amerika Serikat, sehingga Amerika Serikat tetap menjadi

negara yang dapat mendominasi kekuasaan pasca Perang Dunia II.2

Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan di benua Asia yang di

dalamnya terdapat beberapa negara yang memiliki kondisi dan potensi yang dapat

menjadi keunggulan ketika melakukan kerja sama di dalam lingkup internasional.

Letak geografis Asia Tenggara yang berbatasan dengan Tiongkok, Samudera

Pasifik, Samudera Hindia, dan anak benua India menjadi lokasi strategis yang dapat

mempengaruhi aktivitas internasional yang di dalamnya termasuk kekuatan serta

kebijakan yang dibentuk oleh suatu negara. Banyaknya jumlah sumber daya alam

yang dihasilkan oleh negara-negara di kawasan Asia Tenggara, serta terbukanya

lahan untuk melakukan aktivitas perekonomian, seperti perdagangan dan investasi,

menjadi tujuan utama bagi negara-negara lain dalam menjalin hubungan kerja sama

dengan kawasan Asia Tenggara, dengan kata lain Asia Tenggara dapat dianggap

sebagai kawasan yang memiliki potensi yang dapat mempengaruhi terciptanya

kerja sama yang saling menguntungkan.3 Menurut The Organisation for Economic

Co-operation and Development (OECD), salah satu organisasi internasional yang

berusaha untuk meningkatkan perekonomian dan standar kehidupan masyarakat

dengan mendorong hubungan kerja sama dan hubungan perdagangan dunia

2 Ibid. 3 Jon Lunn dan Gavin Thompson, Southeast Asia: A Political and Economic Introduction (House of Commons, 2011), 1.

Page 18: Kebijakan Perdagangan Amerika Serikat Terkait Kebangkitan

3

menjelaskan bahwa kawasan Asia Tenggara merupakan kawasan yang paling

dinamis dan memiliki potensi yang cukup signifikan dalam sektor ekonomi.4

Beberapa keunggulan yang dimiliki oleh kawasan Asia Tenggara

menjadi poin penting bagi negara-negara lain dalam mempertimbangkan hubungan

kerja sama yang akan dilakukan dengan kawasan tersebut. Gross Domestic Product

(GDP) yang semakin meningkat, sumber daya alam yang melimpah, memiliki jalur

perairan yang menjadi jalur strategis bagi aktivitas perdagangan antar negara, dan

terbentuknya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) merupakan beberapa

keunggulan yang dapat menjadi potensi bagi kawasan Asia Tenggara dalam

menjalin hubungan dengan negara-negara lain.

Amerika Serikat menjadi salah satu negara yang turut menjalin hubungan

kerja sama dengan kawasan Asia Tenggara, salah satunya kerja sama dalam bidang

ekonomi yang di dalamnya termasuk perdagangan dan investasi. Sebagai negara

hegemon, Amerika Serikat memiliki kekuasaan yang lebih tinggi jika dibandingkan

dengan negara-negara lainnya, begitu pula yang terjadi di dalam kawasan Asia

Tenggara. Keberadaan Amerika Serikat sebagai salah satu negara adidaya di dalam

kawasan Asia Tenggara menyebabkan beberapa negara bergantung pada Amerika

Serikat, terutama di dalam bidang ekonomi. Kawasan Asia Tenggara yang memiliki

populasi lebih dari 500 juta jiwa menyebabkan kawasan tersebut menjadi pasar

yang besar bagi barang dan jasa Amerika Serikat, serta tujuan investasi dan sumber

impor Amerika Serikat.5 Terkait hal tersebut, Asia Tenggara merupakan salah satu

kawasan yang menjadi tujuan bagi kepentingan nasional Amerika Serikat.

4 OECD, “Active with Southeast Asia”, 2017, Perancis, 7. 5 Ibid.

Page 19: Kebijakan Perdagangan Amerika Serikat Terkait Kebangkitan

4

Hubungan yang terjalin antara Amerika Serikat dengan Asia Tenggara

mulai mengalami perubahan ketika Barack Obama menjabat sebagai Presiden dari

Amerika Serikat. Hal tersebut terjadi karena sebelumnya Amerika Serikat

memfokuskan kepentingan nasionalnya kepada kawasan Timur Tengah, sehingga

banyak pendapat yang mengatakan bahwa Asia Tenggara bukan menjadi kawasan

yang memberikan pengaruh yang cukup besar bagi Amerika Serikat. Sejak awal

masa pemerintahannya, Obama telah menjadikan kawasan Asia Tenggara menjadi

salah satu fokus utama dalam mencapai kepentingan nasional sebagai upaya untuk

mempertahankan kekuasaan yang dimilikinya. Oleh karena itu, di bawah

pemerintahan Obama, Amerika Serikat berupaya untuk memperbaiki dan

menegaskan keberadaannya di Asia Tenggara, serta berkontribusi dalam

menciptakan perdamaian dan stabilitas di kawasan tersebut.

Di awal masa pemerintahan Obama, hubungan antara Amerika Serikat

dan Asia Tenggara diawali dengan kunjungan ke Jakarta yang dilakukan oleh

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Hillary Clinton. Kunjungan tersebut

melambangkan bahwa Indonesia dan kawasan Asia Tenggara akan menjadi fokus

perhatian Amerika Serikat dalam melakukan kerja sama internasional. Terkait hal

tersebut, kunjungan yang dilakukan Clinton memberikan dampak positif terhadap

pandangan dari kawasan Asia Tenggara. Di dalam kunjungannya, terdapat

beberapa poin penting yang dilakukan sebagai upaya untuk menegaskan

keberadaan Amerika Serikat di Asia Tenggara, yaitu (i) Mengakui Indonesia

sebagai salah satu negara muslim yang menjadi kekuatan regional; (ii)

Menandatangani ASEAN’s Treaty of Amity and Cooperation (TAC) yang

sebelumnya dihindari oleh pemerintah Amerika Serikat; (iii) Memastikan bahwa

Page 20: Kebijakan Perdagangan Amerika Serikat Terkait Kebangkitan

5

Amerika Serikat akan selalu menghadiri ASEAN Regional Forum (ARF); dan (iv)

Berusaha untuk lebih bersifat fleksibel terkait Hak Asasi Manusia di Myanmar,

dimana sebelumnya kerja sama Amerika Serikat dengan Asia Tenggara sempat

mengalami hambatan yang disebabkan oleh Myanmar.6

Keberadaan Amerika Serikat di Asia Tenggara telah menunjukkan

bahwa Amerika Serikat memiliki kepentingan di dalam kawasan tersebut, salah

satunya adalah mengembangkan kerja sama ekonomi dengan Asia Tenggara,

sehingga pada masa pemerintahan Obama, kerja sama ekonomi antara Amerika

Serikat dengan Asia Tenggara semakin kuat. Pada tahun 2015, perdagangan dua

arah yang dilakukan antara Amerika Serikat dan Asia Tenggara mencapai lebih dari

200 miliar dolar AS, termasuk ekspor Amerika Serikat terhadap Asia Tenggara

yang mencapai 80 miliar dolar AS, sedangkan perdagangan barang antara keduanya

mengalami peningkatan sebanyak 5%.7 Selama masa pemerintahan Obama,

perdagangan barang yang dilakukan Amerika Serikat dengan Asia Tenggara telah

mengalami peningkatan secara keseluruhan dengan total mencapai 55%.8 Aktivitas

perdagangan barang dan jasa yang dilakukan dengan Asia Tenggara telah mampu

menciptakan lebih dari 500 ribu pekerjaan di Amerika Serikat.9 Terkait aktivitas

perdagangan yang dilakukan, Amerika Serikat membentuk Trans Pacific

Partnership (TPP) pada tahun 2016.

6 Bronson Percival, “Clinton Prelude: What Next with Southeast Asia?”, Pacific Forum CSIS, 25 Februari 2009, https://www.pacforum.org/sites/default/s3fs-public/legacy_files/files/media/csis/pubs/pac0916.pdf (diakses pada 01 Oktober 2018) 7 Jack Myint, “Washington’s Pivot to Southeast Asia Needs Economic Ties”, The Huffington Post, 24 Mei 2016, https://www.huffingtonpost.com/jack-myint/washingtons-pivot-to-southeast-asia_b_10105382.html (diakses pada 01 Oktober 2018) 8 Hang Nguyen, “The Obama Administration and Southeast Asia: Dynamics of a New Engagement”, Indian Journals of Asian Affairs Vol.29, No.1/2 (June-December 2016), 44. 9 “Fact Sheet: Unprecendented U.S.-ASEAN Relations”, The White House, 12 Februari 2016, https://obamawhitehouse.archives.gov/the-press-office/2016/02/12/fact-sheet-unprecedented-us-asean-relations (diakses pada 01 Oktober 2018)

Page 21: Kebijakan Perdagangan Amerika Serikat Terkait Kebangkitan

6

TPP merupakan suatu perjanjian yang membahas mengenai standar

perdagangan bebas antara Amerika Serikat dengan negara-negara anggota lainnya,

di mana beberapa negara Asia Tenggara turut bergabung ke dalam TPP, yaitu

Brunei, Malaysia, Singapura, dan Vietnam. Pembentukan TPP merupakan salah

satu pencapaian terbesar Obama terkait keterlibatannya di dalam kawasan Asia,

termasuk di dalamnya kawasan Asia Tenggara. Sebelum pembentukan TPP,

Amerika Serikat membentuk US-ASEAN Expanded Economic Engagement (E3)

pada bulan November 2012. E3 merupakan salah satu program yang dibentuk

dengan tujuan untuk memperluas hubungan perdagangan dan investasi agar dapat

menciptakan lapangan pekerjaan di Amerika Serikat dan negara-negara di kawasan

Asia Tenggara.

Pada masa pemerintahan Obama di tahun 2009 hingga 2014, Amerika

Serikat telah memberikan dana sebesar 6 miliar dolar AS kepada negara-negara di

kawasan Asia Tenggara melalui perusahaan-perusahaan Amerika Serikat yang

berada di kawasan tersebut.10 Selain itu, Amerika Serikat memutuskan untuk

menghapus Kamboja dan Laos dari daftar hitam untuk melakukan perdagangan.11

Penghapusan tersebut dilakukan sebagai upaya agar perusahaan milik Amerika

Serikat dapat memberikan pinjaman dan asuransi kredit ekspor terhadap kawasan

Asia Tenggara.

Kepentingan ekonomi yang dimiliki oleh Amerika Serikat terhadap Asia

Tenggara ditunjukkan melalui semakin meningkatnya investasi Amerika Serikat.

Peningkatan tersebut telah berhasil meningkatkan GDP yang dimiliki Asia

10 Hang Nguyen, “The Obama Administration and Southeast Asia: Dynamics of a New Engagement”, Indian Journals of Asian Affairs Vol.29, No.1/2 (June-December 2016), 44. 11 Ibid.

Page 22: Kebijakan Perdagangan Amerika Serikat Terkait Kebangkitan

7

Tenggara dan merubah kelompok masyarakat miskin menjadi masyarakat kelas

menengah. Terkait hal tersebut, kerja sama ekonomi yang dilakukan oleh Amerika

Serikat dan Asia Tenggara diharapkan akan selalu memberikan keuntungan bagi

keduanya, terutama dalam menciptakan lapangan pekerjaan dan kesempatan dalam

menjalankan bisnis di kedua wilayah tersebut.

Banyaknya kerja sama yang dilakukan oleh Amerika Serikat dengan Asia

Tenggara menjadikan kawasan tersebut sebagai salah satu wilayah yang memiliki

peran penting bagi Amerika Serikat, terutama dalam sistem perekonomian yang

dimiliki oleh negara adidaya tersebut. Hal ini dapat dibuktikan dari jumlah investasi

sebesar 100 miliar dolar AS yang dilakukan oleh Amerika Serikat terhadap Asia

Tenggara dan investasi tersebut merupakan investasi yang memiliki jumlah yang

lebih besar apabila dibandingkan dengan investasi yang dilakukan oleh Amerika

Serikat terhadap Tiongkok, Hongkong, dan Taiwan.12 Selain itu, Asia Tenggara

merupakan mitra dagang terbesar keempat bagi Amerika Serikat.13 Hal tersebut

menjadi salah satu contoh bahwa kekuasaan yang dimiliki Amerika Serikat

menjadikan negara tersebut sebagai negara yang memiliki dominasi kekuasaan

terbesar di wilayah Asia Tenggara.

Namun, dominasi kekuasaan yang dimiliki oleh Amerika Serikat di

kawasan Asia Tenggara mulai mengalami perubahan ketika Tiongkok mulai gencar

untuk melakukan lebih banyak kerja sama dengan Asia Tenggara. Dengan adanya

Tiongkok yang dapat dianggap sebagai negara pesaing Amerika Serikat yang cukup

12 Tommy Koh, “The United States and Southeast Asia”, http://lkyspp2.nus.edu.sg/wp-content/uploads/2013/04/pa_tk_United-States-and-Southeast-Asia_2008.pdf (diakses pada 20 Februari 2018) 13 “Association of Southeast Asian Nations (ASEAN)”, Office of the United States Trade Representative, https://ustr.gov/countries-regions/southeast-asia-pacific/association-southeast-asian-nations-asean (diakses pada 01 20 Februari 2018)

Page 23: Kebijakan Perdagangan Amerika Serikat Terkait Kebangkitan

8

kuat menjadikan Amerika Serikat berusaha untuk tetap mempertahankan posisinya

sebagai aktor ekonomi global di kawasan Asia Tenggara. Baik Amerika Serikat

maupun Tiongkok berusaha untuk terus menarik perhatian kawasan Asia Tenggara

dengan melakukan berbagai tindakan yang mampu meningkatkan hubungan kerja

sama dengan Asia Tenggara. Salah satu hal yang dilakukan oleh Amerika Serikat

dan Tiongkok adalah membuat perjanjian dagang dengan beberapa negara di

kawasan Asia Tenggara. Amerika Serikat memiliki perjanjian dagang dengan salah

satu negara di kawasan Asia Tenggara, yaitu Singapura, namun Tiongkok memiliki

perjanjian dagang dengan seluruh negara-negara yang berada di kawasan Asia

Tenggara.14 Hal tersebut menunjukkan bahwa kerja sama yang dilakukan oleh

Tiongkok memiliki kemampuan untuk menggantikan dominasi kekuasaan yang

dimiliki oleh Amerika Serikat. Oleh karena itu, di bawah kepemimpinan Barack

Obama, Amerika Serikat membentuk beberapa kebijakan perdagangan yang

digunakan untuk memperkuat hubungan dagang antara Amerika Serikat dengan

negara-negara lainnya, termasuk kawasan Asia Tenggara.

1.2. Identifikasi Masalah

Di masa lampau, hubungan antara Tiongkok dan Asia Tenggara tidak

dalam kondisi yang baik yang disebabkan oleh beberapa hal, seperti adanya

dukungan yang diberikan oleh Tiongkok ketika terjadi pemberontakan yang

dilakukan oleh kelompok komunis selama Perang Dingin, keterlibatan militer

Tiongkok ketika Vietnam melakukan serangan kepada Kamboja pada tahun 1979,

14 GAO, Southeast Asia: Trends in U.S. and Chinese Economic Engagement (United States Accountability Office, 2015), 2.

Page 24: Kebijakan Perdagangan Amerika Serikat Terkait Kebangkitan

9

dan adanya klaim yang dilakukan oleh Tiongkok terhadap Laut China Selatan yang

menyebabkan munculnya ketegangan antara Tiongkok dengan kawasan Asia

Tenggara.15

Klaim terhadap Laut China Selatan yang dilakukan oleh Tiongkok dapat

menjadi tantangan bagi keberadaan Tiongkok di dalam kawasan Asia Tenggara.

Klaim yang dilakukan oleh Tiongkok atas Laut China Selatan akan sangat

mempengaruhi persepsi masing-masing negara di kawasan Asia Tenggara terhadap

Tiongkok. Persepsi masing-masing negara terhadap Tiongkok dibentuk oleh

beberapa faktor, seperti perbedaan kekuatan yang dimiliki oleh kawasan Asia

Tenggara dan Tiongkok, adanya klaim yang dilakukan oleh Tiongkok terhadap

Laut China Selatan, dan kapabilitas kekuatan Tiongkok yang semakin meningkat.16

Laut China Selatan merupakan salah satu wilayah perairan yang

memiliki peran penting dalam aktivitas perdagangan internasional dan menjadi

salah satu jalur laut internasional dengan aktivitas terpadat di setiap pelabuhan yang

ada di wilayah tersebut.17 Selain itu, kekayaan laut yang terdapat di Laut China

Selatan, seperti minyak dan gas alam, menyebabkan beberapa negara bergantung

pada wilayah tersebut. Adanya sumber daya alam yang terdapat di Laut China

Selatan menyebabkan terjadinya konflik yang melibatkan beberapa negara ASEAN

dengan Tiongkok dengan tujuan untuk mengklaim wilayah perairan Laut China

Selatan. Di dalam konflik tersebut, Tiongkok mengklaim sebanyak 95 persen

wilayah Laut China Selatan dan sangat mengandalkan wilayah perairan tersebut

15 Thomas Lum, Wayne M. Morrison, dan Bruce Vaughn, “China’s “Soft Power” in Southeast Asia”, (CRS Report for Congress, 2008), 2. 16 Richard Sokolsky, Angel Rabasa, dan C. Richard Neu, “The Role of Southeast Asia in U.S. Strategy Toward China” (Santa Monica: Rand Corporation, 2001), 29. 17 “The South China Sea – Introduction”, South China Sea, http://www.southchinasea.org/introduction/ (diakses pada 5 Oktober 2018)

Page 25: Kebijakan Perdagangan Amerika Serikat Terkait Kebangkitan

10

sebagai pemasok utama dari impor minyak mentah yang dilakukan oleh

Tiongkok.18 Klaim yang dilakukan oleh Tiongkok terhadap Laut China Selatan

didorong oleh kepentingan Tiongkok terhadap Laut China Selatan yang dibagi

menjadi tiga, yaitu kepentingan ekonomi dan hak atas penangkapan ikan serta

penggalian sumber daya minyak dan gas ; kedaulatan yang terdapat di dalam

wilayah perairan tersebut ; dan berusaha untuk menciptakan hubungan yang

strategis dengan negara-negara yang berada di sekitar wilayah Laut China

Selatan.19

Buruknya hubungan yang terjalin antara Tiongkok dengan Asia

Tenggara juga mempengaruhi kerja sama perdagangan yang melibatkan keduanya.

Hubungan perdagangan yang dilakukan sering kali didasarkan pada pembayaran

upeti, sehingga walaupun hubungan tersebut bersifat politis, namun transaksi

ekonomi yang dilakukan di dalamnya memiliki jumlah yang lebih besar jika

dibandingkan dengan keuntungan politik yang diperoleh kedua negara tersebut.

Selain itu, hubungan antara kedua wilayah tersebut semakin tidak stabil ketika Asia

Tenggara diharuskan untuk memilih menjadi aliansi Tiongkok dan Rusia atau

Amerika Serikat.20

Hubungan antara Tiongkok dengan Asia Tenggara mulai mengalami

perubahan ketika hubungan antara Tiongkok dengan Rusia memburuk.

Memburuknya hubungan yang terjalin antara Tiongkok dengan Rusia

18 Pete Cabus, “Konflik dan Diplomasi di Laut”, Voice of America, https://projects.voanews.com/south-china-sea/indonesian/ (diakses pada 7 Oktober 2018) 19 Yan Xuetong, “Strategic Challenges for China’s Rise”, Center for Global Policy, 23 Februari 2017, https://carnegietsinghua.org/2017/02/23/strategic-challenges-for-china-s-rise-pub-71208 (diakses pada 7 Oktober 2018) 20 Wan-Ping Tai dan Jenn-Jaw Soong, “Trade Relations Between China and Southeast Asia”, The Chinese Economy, vol.47, no.3, Mei-Juni 2014, 23.

Page 26: Kebijakan Perdagangan Amerika Serikat Terkait Kebangkitan

11

menyebabkan terjadinya perubahan di dalam dunia internasional karena Tiongkok

memutuskan untuk menerapkan strategi diplomatik yang digunakan sebagai salah

satu upaya untuk bergabung dengan Amerika Serikat melawan Rusia.21 Namun, hal

ini tidak menjadikan hubungan antara Tiongkok dengan kawasan Asia Tenggara

membaik. Hal tersebut terjadi karena selama Perang Dingin, adanya “China threat”

dan pengaruh politik Tiongkok yang menyebar ke seluruh dunia memunculkan

kekhawatiran dan ketidakpercayaan negara-negara di kawasan Asia Tenggara

terhadap keberadaan Tiongkok. Setelah Perang Dingin berakhir, kekuatan

Tiongkok di dunia internasional mulai mengalami peningkatan, terutama ketika

Tiongkok mengimplementasi suatu kebijakan yang bernama “Reform and

Opening-Up Policy” pada tahun 1978.22 Kebijakan tersebut membuat

perekonomian Tiongkok dapat menyamakan kedudukan dengan negara-negara

lain. Selain itu, hubungan luar negeri Tiongkok yang sebelumnya hanya dengan

negara dunia ketiga dan negara-negara di kawasan Afrika mengalami perubahan,

yaitu semakin banyaknya hubungan kerja sama luar negeri dalam bidang ekonomi

yang dilakukan oleh Tiongkok, salah satunya adalah terjalinnya kerja sama

ekonomi antara Tiongkok dengan beberapa negara di kawasan Asia Tenggara.

Reformasi kebangkitan Tiongkok dimulai pada tahun 1979 dan sistem

ekonomi yang dimiliki oleh Tiongkok telah mengalami perubahan. Sebelum

Tiongkok mengalami reformasi, semua sistem perekonomian yang dijalankan oleh

Tiongkok berada di bawah kendali pemerintah. Semua hal yang berkaitan dengan

aktivitas perekonomian, seperti penetapan target produksi, penetapan harga

21 Ibid, 23-24. 22 Ibid.

Page 27: Kebijakan Perdagangan Amerika Serikat Terkait Kebangkitan

12

penjualan, dan pengalokasian sumber daya di beberapa sektor perekonomian akan

dikendalikan oleh negara.23 Akibatnya, pada tahun 1978 sebagian besar produksi

yang dilakukan oleh sektor industri hanya boleh dilakukan sesuai dengan target

awal yang telah direncanakan dan dikontrol oleh pemerintah, dan pemerintah

Tiongkok melarang masuknya perusahaan investasi asing dan perusahaan swasta

ke dalam negara mereka. Selain itu, pemerintah Tiongkok melarang terjadinya

aktivitas perdagangan dengan negara lain, sehingga perdagangan luar negeri hanya

boleh dilakukan apabila pasar dalam negeri tidak mampu untuk memproduksi suatu

barang. Pemerintah Tiongkok berargumen bahwa keputusan yang telah diambil

oleh pemerintah bertujuan agar aktivitas dari pasar dalam negeri tidak bergantung

pada perusahaan asing, sehingga pasar dalam negeri dapat menjalankan roda

perekonomian secara mandiri.24

Krisis finansial yang terjadi pada tahun 1997-1998 di kawasan Asia

menjadi titik awal dari perubahan hubungan antara Tiongkok dengan Asia

Tenggara menjadi lebih baik. Ketika nilai mata uang di kawasan Asia mengalami

depresiasi, termasuk negara-negara di kawasan Asia Tenggara yang juga terkena

krisis finansial Asia, Tiongkok memberikan bantuan finansial kepada negara-

negara di dalam kawasan tersebut untuk membantu meringankan dampak yang

ditimbulkan dari krisis finansial yang terjadi. Tindakan yang dilakukan oleh

Tiongkok terkait bantuan yang diberikan kepada negara-negara di kawasan Asia

Tenggara menjadikan Tiongkok sebagai salah satu negara yang memiliki peran

23 Wayne M. Morrison, “China’s Economic Rise: History, Trends, Challenges, and Implications for the United States”, (Congressional Research Sevice, 2018), 2. 24 Ibid.

Page 28: Kebijakan Perdagangan Amerika Serikat Terkait Kebangkitan

13

penting di dalam perekonomian regional dan menjadikan hubungan yang terjalin

antara Tiongkok dengan Asia Tenggara semakin berkembang.

Selain itu, kontribusi Tiongkok di dalam Perjanjian Bangkok pada tahun

2001 menjadi faktor lain yang menyebabkan hubungan antara kedua wilayah

tersebut menjadi lebih meningkat. Perjanjian Bangkok terdiri dari seperangkat

peraturan perdagangan antar negara-negara berkembang dengan mengurangi tarif

pada produk tertentu. Keterlibatan Tiongkok telah diakui oleh negara-negara

anggota dari Perjanjian Bangkok bahwa Tiongkok memiliki peran penting dalam

menjalankan perjanjian tersebut.25

Aktivitas ekonomi Tiongkok di dalam kawasan Asia Tenggara

mengalami perubahan yang cukup signifikan. Kerja sama ekonomi Tiongkok

dengan Asia Tenggara semakin meningkat. Tiongkok mampu menarik perhatian

dunia melalui usahanya untuk mencapai posisi tertinggi di dalam dunia

internasional, salah satunya adalah perekonomian Tiongkok yang mengalami

peningkatan, dan kondisi politik serta ekonomi yang stabil di dalam negaranya.

Kerja sama ekonomi yang dilakukan oleh Tiongkok di kawasan Asia Tenggara

tidak hanya memberikan keuntungan bagi perekonomian Tiongkok, namun kerja

sama ekonomi tersebut juga digunakan oleh Tiongkok untuk mengurangi

kekhawatiran yang timbul di beberapa negara di kawasan Asia Tenggara yang

menilai bahwa keberadaan Tiongkok di dalam kawasan tersebut dapat menjadi

ancaman bagi masing-masing negara.

Upaya pendekatan yang dilakukan oleh Tiongkok tidak terlepas dari

kebijakan-kebijakan yang dibentuk oleh negara tersebut terhadap kawasan Asia

25 United Nations, “Bulletin on Asia Pacific Perspectives”, 2003, New York, 55.

Page 29: Kebijakan Perdagangan Amerika Serikat Terkait Kebangkitan

14

Tenggara. Di dalam kunjungannya ke Asia Tenggara, Presiden Hu Jintao

mengatakan bahwa kebijakan Tiongkok terhadap Asia Tenggara akan mencakup

tiga hal, yaitu Tiongkok akan menjadi negara tetangga yang baik, stabil, dan

memiliki perekonomian yang baik bagi kawasan Asia Tenggara.26

Perubahan ekonomi yang dimiliki Tiongkok sehingga menjadikan

negara tersebut sebagai kekuatan ekonomi global merupakan perubahan ekonomi

terpenting yang terjadi selama beberapa dekade terakhir. Perubahan yang dialami

oleh Tiongkok tidak hanya ditunjukkan pada tingkat pertumbuhan ekonomi yang

semakin meningkat, namun perubahan tersebut juga dapat dilihat dari bidang

politik dan geopolitik yang dimiliki oleh Tiongkok.27

Kebangkitan Tiongkok yang terjadi memberikan dampak yang cukup

signifikan bagi tatanan internasional. Keinginan Tiongkok untuk dapat menduduki

posisi sebagai aktor penguasa tertinggi di dalam sistem internasional menyebabkan

Tiongkok berusaha untuk memperluas pengaruhnya kepada negara-negara lain,

khususnya negara-negara yang diharapkan dapat menjadikan Tiongkok sebagai

negara prioritas ketika negara-negara tersebut melakukan hubungan kerja sama,

baik dalam sektor ekonomi, politik, maupun militer. Terkait hal tersebut, Tiongkok

tidak hanya berusaha untuk melakukan kerja sama dengan negara-negara maju,

namun Tiongkok juga turut menyebarkan pengaruhnya kepada negara-negara

berkembang melalui berbagai kerja sama yang dilakukan. Hal ini terjadi karena

negara berkembang sering kali memiliki kondisi yang belum stabil di dalam

beberapa hal dan membutuhkan negara lain dengan tujuan untuk dapat

26 Wan-Ping Tai dan Jenn-Jaw Soong, “Trade Relations Between China and Southeast Asia”, The Chinese Economy, vol.47, no.3, Mei-Juni 2014, 26. 27 Jane Golley dan Ligang Song, “Rising China: Global Challenges and Opportunities” (Canberra: ANU E Press, 2011), 1.

Page 30: Kebijakan Perdagangan Amerika Serikat Terkait Kebangkitan

15

meningkatkan kondisi negaranya menjadi lebih baik, sehingga Tiongkok melihat

hal tersebut sebagai salah satu peluang yang dapat digunakan untuk dapat

menyebarkan pengaruhnya melalui berbagai hubungan kerja sama yang dilakukan.

Kebangkitan Tiongkok dalam beberapa sektor seperti sektor ekonomi

dan militer memberikan dampak kepada kawasan Asia Tenggara. Sebagai salah

satu kawasan yang paling dinamis dan memiliki potensi yang cukup signifikan di

dalam bidang ekonomi, Asia Tenggara menjadi salah satu kawasan yang dijadikan

sebagai mitra kerja sama oleh berbagai negara. Sebagai kawasan yang terdiri dari

negara-negara berkembang membuat Asia Tenggara memiliki beberapa kondisi

yang memerlukan bantuan dari negara lain karena terbatasnya kemampuan dari

masing-masing negara yang terdapat di kawasan tersebut. Keterbatasan yang

dimiliki oleh negara-negara di kawasan Asia Tenggara ini dapat dijadikan sebagai

peluang bagi Tiongkok untuk dapat memperluas kekuasaan yang dimiliki dengan

tujuan agar Tiongkok dapat menggantikan posisi Amerika Serikat yang menjadi

satu-satunya negara yang memiliki pengaruh terbesar di dalam kawasan tersebut.

Kondisi pertama yang dapat dijadikan peluang bagi Tiongkok adalah

pembangunan infrastruktur di kawasan Asia Tenggara. Pembangunan infrastruktur

merupakan salah satu hal yang perlu dilakukan oleh negara-negara di kawasan Asia

Tenggara. Menurut Asian Development Bank (ADB), masing-masing negara yang

berada di kawasan Asia perlu untuk melakukan investasi sebesar 22,6 triliun dolar

AS dan akan meningkat hingga mencapai 26 triliun dolar AS ketika terjadi

perubahan iklim hingga tahun 2030.28 Besarnya jumlah yang perlu dikeluarkan oleh

28 “Asia Infrastructure Needs Exceed $1,7 Trillion Per Year, Double Previous Estimates”, Asian Development Bank, 28 Februari 2017, https://www.adb.org/news/asia-infrastructure-needs-exceed-17-trillion-year-double-previous-estimates (diakses pada 3 Oktober 2018)

Page 31: Kebijakan Perdagangan Amerika Serikat Terkait Kebangkitan

16

masing-masing negara di dalam kawasan tersebut tentunya membutuhkan investasi

dari berbagai negara agar pembangunan infrastruktur di kawasan Asia Tenggara

tetap dapat dilakukan. Terkait hal tersebut, Tiongkok menilai bahwa besarnya biaya

yang dibutuhkan oleh kawasan Asia Tenggara dapat menjadi peluang bagi negara

tersebut untuk melakukan perluasan kekuasaan melalui berbagai investasi yang

dilakukan oleh Tiongkok serta mengambil alih kepemilikan saham dari perusahaan-

perusahaan yang terdapat di dalam kawasan tersebut.

Selanjutnya, aktivitas perekonomian yang dilakukan dan modal yang

dimiliki oleh Tiongkok menjadi kelebihan bagi negara tersebut apabila

dibandingkan dengan kondisi perekonomian kawasan Asia Tenggara. Hal ini terjadi

karena di dalam persaingan pasar yang terdapat di Asia Tenggara relatif berimbang,

sehingga kondisi tersebut tidak memunculkan aktor atau pihak yang menjadi

penguasa tunggal di dalam aktivitas perekonomian kawasan tersebut. Kondisi

tersebut dapat menjadi peluang bagi Tiongkok untuk menjadi negara yang dapat

menguasai pangsa pasar di Asia Tenggara. Apabila Tiongkok memulai aktivitas

perekonomiannya di Asia Tenggara, maka dengan tingkat perekonomian dan modal

yang dimiliki oleh Tiongkok akan menjadikan negara tersebut sebagai aktor tunggal

yang menguasai pasar di kawasan Asia Tenggara.

Diaspora Tiongkok atau Chinese Diaspora yang terdapat di kawasan

Asia Tenggara menjadi peluang tersendiri bagi Tiongkok untuk melakukan

aktivitas ekonomi di kawasan tersebut. Diaspora Tiongkok adalah kelompok

persebaran warga negara Tiongkok yang memilih tinggal di negara lain, seperti

kawasan Asia Tenggara, Australia, Amerika Utara, dan Selandia Baru dengan

tujuan untuk memperbaiki kualitas kehidupan mereka yang kemudian diharapkan

Page 32: Kebijakan Perdagangan Amerika Serikat Terkait Kebangkitan

17

dapat memperbaiki perekonomian Tiongkok. Di kawasan Asia Tenggara,

penyebaran warga negara Tiongkok diperkirakan mencapai 30 juta jiwa atau lebih.

Sebesar 7 juta jiwa berada di Thailand dan merupakan 12 persen dari jumlah

populasi Thailand ; 7,5 juta jiwa berada di Indonesia ; 6 juta jiwa berada di Malaysia

; 2,7 juta jiwa berada di Singapura ; dan sisanya tersebar di beberapa negara lain.29

Diaspora Tiongkok dapat menyebabkan penyebaran kebudayaan Tiongkok menjadi

lebih mudah. Selain itu, penyebaran kelompok ini dapat memberikan dampak

terhadap aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh Tiongkok karena dengan adanya

diaspora Tiongkok, maka akan memberikan kemudahan bagi Tiongkok untuk

mencari persamaan budaya, komunikasi, dan pola bisnis yang digunakan. Adanya

persamaan budaya tentunya mempermudah Tiongkok karena dapat menimbulkan

rasa kedekatan dalam melakukan aktivitas perekonomian dengan negara tujuan.

Sebagian besar etnis Tiongkok yang terdapat di kawasan Asia Tenggara merupakan

kelompok yang memiliki kekayaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan warga

negara lokal yang dapat dilihat dari perusahaan-perusahaan besar yang terdapat di

dalam kawasan Asia Tenggara dimiliki oleh orang Tiongkok.30

Saat ini, Tiongkok merupakan negara adidaya kedua setelah Amerika

Serikat yang memiliki peran penting dalam perekonomian Asia Tenggara. Kuatnya

Tiongkok dalam bidang ekonomi menjadi ancaman bagi posisi Amerika Serikat di

dalam dunia internasional, karena Tiongkok memiliki kemungkinan untuk dapat

menggantikan posisi negara hegemon Amerika Serikat. Selain itu, perekonomian

Tiongkok yang semakin kuat menyebabkan hubungan kerja sama ekonomi yang

29 Derek J. Mitchell et.al., “Chinese Soft Power and Its Implications for the United States” (Washington D.C: Center for Strategic and International Studies, 2009), 84. 30 Nazira B. Boldurukova, “Potency of the Chinese Diaspora”, Procedia – Social and Behavioral Sciences, Vol 143 (2014): 577

Page 33: Kebijakan Perdagangan Amerika Serikat Terkait Kebangkitan

18

terjalin antara Tiongkok dengan Asia Tenggara semakin meningkat, termasuk

aktivitas perdagangan yang melibatkan kedua wilayah tersebut. Perdagangan yang

dilakukan oleh Tiongkok dengan Asia Tenggara memiliki jumlah yang jauh lebih

besar jika dibandingkan dengan jumlah perdagangan Amerika Serikat dengan Asia

Tenggara. Selain itu, beberapa negara telah mengalihkan tujuan ekspor dari masing-

masing negara menuju Tiongkok.31 Hal tersebut menunjukkan bahwa

perekonomian yang dimiliki oleh Tiongkok dapat memimpin ekonomi regional

Asia Tenggara.

Amerika Serikat sebagai negara hegemon memiliki kekhawatiran bahwa

Tiongkok dapat menggantikan posisi Amerika Serikat sebagai negara yang

memiliki kekuasaan terbesar di dalam dunia internasional, terutama di dalam

aktivitas perdagangan yang menjadi salah satu penggerak dalam aktivitas ekonomi

yang dilakukannya dengan Asia Tenggara. Terkait hal tersebut, Amerika Serikat di

bawah kepemimpinan Obama membentuk beberapa kebijakan perdagangan

sebagai salah satu upaya untuk mempertahankan posisinya sebagai negara hegemon

di kawasan Asia Tenggara.

1.2.1. Pembatasan Masalah

Penelitian ini menggunakan data yang akan difokuskan pada kebijakan

perdagangan yang digunakan oleh Amerika Serikat dalam mempertahankan

posisinya sebagai aktor ekonomi global di kawasan Asia Tenggara. Selain itu,

penelitian ini akan membahas mengenai kebangkitan Tiongkok sebagai mitra kerja

31 Kensuke Tanaka, “China’s Ties with Southeast Asia: From Green Shoots to Sustained Recovery”, (OECD Research Brief, 2010), 1.

Page 34: Kebijakan Perdagangan Amerika Serikat Terkait Kebangkitan

19

sama di Asia Tenggara yang berpotensi untuk menggantikan dominasi kekuasaan

Amerika Serikat. Pembahasan dari penelitian ini hanya akan terfokus pada masa

pemerintahan Barack Obama dari tahun 2009 hingga tahun 2017. Periode ini dipilih

karena pada masa pemerintahan Obama, Amerika Serikat menjadikan kawasan

Asia, termasuk kawasan Asia Tenggara sebagai fokus utama dalam melakukan

kerja sama.

1.2.2. Perumusan Masalah

Bagaimana kebijakan perdagangan yang dilakukan oleh Amerika Serikat

dalam mempertahankan posisinya sebagai aktor ekonomi global terkait

kebangkitan Tiongkok di kawasan Asia Tenggara?

1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kebijakan

perdagangan yang dilakukan oleh Amerika Serikat dalam mempertahankan

posisinya sebagai aktor ekonomi global terkait kemunculan kekuatan

perekonomian Tiongkok di kawasan Asia Tenggara pada masa pemerintahan

Barack Obama, yaitu tahun 2009 hingga tahun 2017.

1.3.2. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini disusun agar dapat memberikan penjelasan dan menambah

informasi mengenai kebijakan perdagangan yang dilakukan oleh Amerika Serikat

Page 35: Kebijakan Perdagangan Amerika Serikat Terkait Kebangkitan

20

agar dapat mempertahankan dominasi kekuasaannya di kawasan Asia Tenggara

sebagai aktor ekonomi global yang menjadi salah satu upaya dalam menghadapi

kemunculan kekuatan perekonomian Tiongkok pada masa pemerintahan Barack

Obama.

Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi

para peneliti dan penstudi Ilmu Hubungan Internasional agar dapat memberikan

pemahaman terkait tindakan-tindakan yang dilakukan oleh Amerika Serikat sebagai

negara hegemon agar dapat mempertahankan kekuasaannya di kawasan Asia

Tenggara.

1.4. Kajian Literatur

Di dalam penelitian ini, sejak awal masa pemerintahan Barack Obama,

hubungan kerja sama antara kawasan Asia Tenggara dengan Amerika Serikat telah

mengalami peningkatan. Menurut Mohamed Kamal dan Khalid Hashim

Mohammed di dalam tulisannya yang berjudul “Obama and Transformation

Strategy from the Middle East to the Asia Pacific Region” menjelaskan mengenai

orientasi dan fokus Amerika Serikat dalam melakukan kerja sama mengalami

perubahan, yaitu dari Timur Tengah berubah menjadi ke kawasan Asia dan

Australia. Kerja sama yang dilakukan oleh Amerika Serikat dengan Asia tidak

hanya melibatkan Asia Tenggara dan Asia Timur, namun juga akan melibatkan

negara-negara yang berada di kawasan Asia Barat. Perubahan orientasi dari Timur

Tengah menjadi ke kawasan Asia disebabkan karena kawasan Asia dan Australia

merupakan kawasan yang mencakup 50% dari pertumbuhan ekonomi internasional,

sehingga Amerika Serikat menganggap bahwa Asia dan Australia dapat menjadi

Page 36: Kebijakan Perdagangan Amerika Serikat Terkait Kebangkitan

21

kawasan yang dapat menguntungkan Amerika, khususnya dalam bidang

ekonomi.32

Berbeda dengan literatur pertama yang membahas adanya perubahan

orientasi kerja sama Amerika Serikat, literatur kedua yang ditulis oleh Prashanth

Parameswaran di dalam tulisannya yang berjudul “The Power of Balance:

Advancing US-ASEAN Relations under the Second Obama Administration”

menjelaskan bahwa Amerika Serikat berada satu level di belakang negara-negara

besar yang melakukan kerja sama dengan Asia Tenggara, seperti Tiongkok, Korea

Selatan, Jepang, India, dan Australia.33 Ketertinggalan yang dialami oleh Amerika

Serikat ini disebabkan karena negara-negara besar tersebut telah memiliki

perjanjian mengenai perdagangan bebas atau yang disebut sebagai free trade

agreements dengan negara-negara di Asia Tenggara ditandai dengan

dikeluarkannya Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP). RCEP

yang dikeluarkan melibatkan negara-negara ASEAN dengan Australia, Tiongkok,

India, Jepang, Korea Selatan, dan Selandia Baru, namun tidak melibatkan Amerika

Serikat di dalamnya.

Sedangkan menurut Wan-Ping Tai dan Jenn-Jaw Soong di dalam

tulisannya yang berjudul “Trade Relations Between China and Southeast Asia”

menjelaskan bahwa adanya kemunculan Tiongkok di dalam aktivitas perekonomian

kawasan Asia Tenggara tidak memiliki intensi untuk dapat menggantikan dominasi

kekuasaan yang dimiliki oleh Amerika Serikat. Tujuan utama yang dimiliki oleh

32 Mohamed Kamal dan Khalid Hashim Mohammed, 2017, “Obama and Transformation Strategy from the Middle East to the Asia-Pacific Region,” Asian Sosial Science May 2017 vol.13, No. 6, 50. 33 Prashanth Parameswaran, 2013, “The Power of Balance: Advancing US-ASEAN Relations under the Second Obama Administration,” The Fletcher Forum of World Affairs vol.37:I (Winter 2013), 4.

Page 37: Kebijakan Perdagangan Amerika Serikat Terkait Kebangkitan

22

Tiongkok adalah untuk mengurangi ancaman yang dirasakan oleh Asia Tenggara

terkait kemunculan perekonomian Tiongkok di dunia global. Di dalam tulisan ini

menjelaskan pula bahwa adanya ASEAN Free Trade Area merupakan salah satu

strategi yang dapat digunakan oleh Tiongkok untuk melakukan hubungan kerja

sama dengan Asia Tenggara, khususnya kerja sama dalam hal perdagangan.34

Berdasarkan penjelasan di atas, tiga literatur yang telah dijelaskan dapat

digunakan sebagai literatur pendukung di dalam penelitian ini. Namun, ketiga

literatur tersebut memiliki fokus yang berbeda dengan fokus penelitian di dalam

penelitian ini. Literatur pertama menjelaskan bahwa adanya perubahan orientasi

kerja sama yang dilakukan oleh Amerika Serikat, yaitu dari Timur Tengah menjadi

ke kawasan Asia dan Australia. Literatur kedua lebih menekankan pada

ketertinggalan yang dialami oleh Amerika Serikat, karena adanya perjanjian

mengenai perdagangan bebas yang melibatkan negara-negara ASEAN dengan

beberapa negara besar, seperti Tiongkok dan Jepang, namun perjanjian ini tidak

melibatkan Amerika Serikat. Literatur terakhir menjelaskan bahwa tujuan yang

dimiliki oleh Tiongkok terkait kebangkitan ekonominya tidak memiliki intensi

untuk menggantikan dominasi kekuasaan yang dimiliki oleh negara-negara dengan

kekuatan besar, seperti Amerika Serikat. Penjelasan singkat di atas menunjukkan

bahwa masing-masing literatur belum membahas hal yang menjadi fokus dari

penelitian ini, yaitu kebijakan perdagangan Amerika Serikat dalam

mempertahankan posisinya sebagai aktor ekonomi global di kawasan Asia

Tenggara pada masa pemerintahan Barack Obama.

34 Wan-Ping Tai dan Jenn-Jaw Soong, 2014, “Trade Relations Between Cina and Southeast Asia”, The Chinese Economy May-June 2014 vol.47, No. 3, 36.

Page 38: Kebijakan Perdagangan Amerika Serikat Terkait Kebangkitan

23

1.5. Kerangka Pemikiran

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teori Merkantilisme untuk

menjelaskan bagaimana kawasan Asia Tenggara menjadi arena persaingan antara

Amerika Serikat dan Tiongkok untuk mendapatkan status hegemoninya.

Merkantilisme merupakan teori yang muncul dari kelompok elit politik yang

menganggap bahwa aktivitas ekonomi harus dijadikan sebagai salah satu tujuan

utama untuk membangun negara yang kuat. Hal tersebut menunjukkan bawa

ekonomi merupakan sebuah alat politik dan menjadi dasar bagi kekuatan politik.

Menurut Robert Jackson dan Georg Sorensen, merkantilisme melihat

perekonomian internasional sebagai suatu arena konflik persaingan antara

kepentingan nasional negara yang saling bertentangan daripada sebagai sebuah

arena atau wilayah untuk melakukan kerja sama dan saling menguntungkan satu

sama lain, berbeda dengan kelompok liberalis yang menganggap bahwa

perekonomian internasional merupakan sarana bagi negara-negara untuk

melakukan kerja sama dengan tujuan memberikan keuntungan bagi pihak-pihak

yang terlibat di dalam kerja sama tersebut.35 Selain itu, kaum merkantilis

menganggap bahwa kekuatan ekonomi dan kekuatan politik-militer bersifat saling

melengkapi, karena kekuatan ekonomi dapat mendorong perkembangan politik dan

militer, sedangkan politik dan militer dapat meningkatkan perekonomian suatu

negara.36 Jackson dan Sorensen juga menjelaskan bahwa merkantilisme memiliki

35 Robert Jackson dan Georg Sorensen, “Introduction to International Relations: Theories and Approaches”, 5th ed (United Kingdom: Oxford University Press, 2013), 163. 36 Ibid.

Page 39: Kebijakan Perdagangan Amerika Serikat Terkait Kebangkitan

24

situasi yang selalu konfliktual karena persaingan ekonomi yang terjadi antar negara

bersifat zero-sum game. Hal tersebut terjadi karena ketika suatu negara

mendapatkan keuntungan dari persaingan yang dilakukan, maka negara lain harus

menerima kekalahan dari persaingan tersebut.37 Persaingan yang terjadi seringkali

berkaitan dengan keinginan masing-masing negara untuk mempertahankan posisi

atau kekuasaan yang dimiliki.

Selanjutnya, teori kedua yang akan diaplikasikan di dalam penelitian ini

adalah teori stabilitas hegemon yang berasal dari beberapa pendapat tokoh.

Menurut Robert O. Keohane, tatanan dalam politik dunia akan diciptakan oleh

penguasa tunggal yang paling dominan.38 Selain itu, Keohane menjelaskan jika

dilihat dari ruang lingkup ekonomi politik dunia, maka yang dimaksud dengan

hegemoni adalah aktor tunggal yang memiliki kekuasaan dominan dalam hal

sumber daya.39 Kekuatan hegemon tersebut harus memiliki kontrol atas bahan baku

yang tersedia, kontrol atas sumber modal, kontrol atas pasar, dan memiliki

keunggulan dalam produksi barang-barang yang bernilai tinggi.40

Selain Keohane, Theodore H. Cohn menjadi tokoh lain yang turut

mengemukakan pendapatnya mengenai teori stabilitas hegemon. Menurut Cohn,

sistem perekonomian internasional yang terbuka dan stabil akan terbentuk ketika

terdapat satu negara yang memiliki kekuasaan paling dominan atau sebagai

hegemoni tunggal yang memiliki dua karakteristik, yaitu memiliki sumber daya

yang besar sehingga mampu untuk menjadi pemimpin, dan mampu untuk

37 Ibid, 162. 38 Robert O. Keohane, “After Hegemony: Cooperation and Discord in the World Political Economy” (New Jersey: Princeton University Press, 1984), 31. 39 Ibid. 40 Ibid, 32.

Page 40: Kebijakan Perdagangan Amerika Serikat Terkait Kebangkitan

25

menciptakan kebijakan yang digunakan untuk menciptakan dan memelihara tatanan

ekonomi liberal.41 Kemudian, Robert O’Brien dan Marc Williams menjelaskan

bahwa negara hegemon memiliki tanggung jawab untuk menciptakan dan menjaga

sistem ekonomi liberal.42 Hal ini terjadi karena sistem ekonomi yang terbuka hanya

akan terjadi ketika terdapat satu negara yang memiliki kekuasaan yang paling

dominan jika dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Dari penjelasan yang

dikemukakan oleh tokoh-tokoh di atas, dapat dikatakan bahwa teori stabilitas

hegemon ini menganggap bahwa apabila terdapat satu kekuatan hegemon di dalam

suatu kawasan, maka kondisi wilayah tersebut akan stabil, serta negara hegemon

berkewajiban untuk menciptakan dan menjaga sistem ekonomi yang bersifat

liberal. Stabilitas suatu kawasan sangat diperlukan untuk menciptakan

kesejahteraan di dalam kawasan tersebut.

Di dalam penelitian ini, penulis menggunakan konsep kebijakan luar

negeri yang dikemukakan oleh Robert Jackson dan Georg Sorensen, dan

Christopher Hill. Selain itu, penelitian ini juga akan menggunakan konsep

kebijakan luar negeri ekonomi (economic foreign policy) yang dikemukakan oleh

Pawel Bozyk. Menurut Robert Jackson dan Georg Sorensen, kebijakan luar negeri

merupakan suatu konsep yang di dalamnya mengatur hubungan dan aktivitas

eksternal dari negara-bangsa yang membedakannya dengan kebijakan dalam negeri

suatu negara, serta melibatkan hal-hal yang berkaitan dengan terbentuknya

hubungan internasional antar negara, seperti tujuan yang ingin dicapai, strategi

41 Theodore H. Cohn, “Global Political Economy: Theory and Practices”, 2nd ed (Amerika Serikat: Addison Wesley Longman, Inc, 2003), 77. 42 Robert O’Brien dan Marc Williams, “Global Political Economy”, 3rd ed (New York: Palgrave Macmillan, 2010), 124.

Page 41: Kebijakan Perdagangan Amerika Serikat Terkait Kebangkitan

26

yang digunakan, ruang lingkup, perjanjian yang dibentuk, dan lain sebagainya.43

Selain itu, kebijakan luar negeri merupakan tujuan dan langkah-langkah yang akan

digunakan untuk menetapkan keputusan dan tindakan yang akan dilakukan oleh

suatu negara terhadap negara lain. Menurut Christopher Hill, kebijakan luar negeri

merupakan keseluruhan dari hubungan eksternal yang dilakukan oleh aktor

independen, terutama negara, dalam hubungan internasional.44 Salah satu gagasan

utama yang terdapat di dalam kebijakan luar negeri adalah aktivitas politik yang

dilakukan oleh suatu negara, dimana negara tersebut melakukan suatu tindakan

serta mengeluarkan pernyataan dan nilai-nilai yang berkaitan dengan bagaimana

cara yang dilakukan oleh negara untuk mencapai tujuan utamanya dan

keinginannya untuk dapat membentuk dunia luar.45

Sementara itu, konsep kebijakan ekonomi luar negeri yang dikemukakan

oleh Pawel Bozyk dijelaskan bahwa kebijakan ekonomi luar negeri akan sangat

berhubungan dengan kemampuan suatu negara untuk membuat keputusan di dalam

hubungan ekonomi dengan negara lain. Bozyk menjelaskan bahwa kekuasaan suatu

negara akan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal, salah satunya adalah

model ekonomi yang dilakukan.46 Selain itu, kebijakan ekonomi luar negeri harus

bersifat empat hal, yaitu berperan aktif dimana kebijakan ekonomi luar negeri

dijadikan sebagai dasar bagi suatu negara untuk melakukan hubungan ekonomi

dengan negara lain dan dapat memberi batasan pada kegiatan ekonomi yang

43 Robert Jackson dan Georg Sorensen, “Introduction to International Relations: Theories and Approaches”, 5th ed (United Kingdom: Oxford University Press, 2013), 252. 44 Christopher Hill, “The Changing Politics of Foreign Policy” (New York: Palgrave Macmillan, 2003), 3. 45 Ibid, 4. 46 Pawel Bozyk, “Globalization and the Transformation of Foreign Economic Policy” (Inggris: Ashgate, 2006), 9.

Page 42: Kebijakan Perdagangan Amerika Serikat Terkait Kebangkitan

27

merugikan negara, kebijakan ekonomi luar negeri dapat menyeimbangkan

keuntungan dan kerugian yang didapatkan oleh suatu negara dari aktivitas ekonomi

luar negeri yang dilakukan, kebijakan ekonomi luar negeri dibentuk berdasarkan

keseimbangan antara manfaat ekonomi, sosial, dan politik, serta kebijakan ekonomi

luar negeri harus mencakup hubungan ekonomi dengan negara lain maupun

hubungan ekonomi internal suatu negara.47

Pada penelitian ini, konsep national interest menjadi salah satu konsep

yang digunakan dalam menjelaskan hubungan kerja sama antara Amerika Serikat

dan Tiongkok dengan Asia Tenggara. Menurut Robert J. Art dalam bukunya yang

berjudul “A Grand Strategy for America” menjelaskan bahwa konsep national

interest dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu vital interest, highly important,

dan important interest. Vital interest merupakan kepentingan yang bersifat paling

penting untuk dicapai karena akan memberikan kerugian kepada negara apabila

tidak dipenuhi kepentingan tersebut, highly important merupakan kepentingan yang

bersifat sangat penting untuk dicapai karena akan memberikan keuntungan dan

tidak akan memberikan kerugian bagi negara apabila kepentingan tersebut dapat

dipenuhi maupun tidak, dan important interest merupakan kepentingan yang tidak

akan memberikan kerugian yang cukup besar apabila tidak dapat dipenuhi namun

dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi bagi negara.48 Kepentingan nasional

menjadi salah satu faktor yang digunakan oleh masing-masing negara untuk

memperoleh keuntungan dan menjadikan negara tersebut memiliki kekuasaan yang

lebih besar. Hal ini berkaitan dengan tujuan dari kepentingan nasional yang

47 Ibid, 9-10. 48 Robert J.Art, “A Grand Strategy for America” (New York : Cornell University Press, 2003), 45-46

Page 43: Kebijakan Perdagangan Amerika Serikat Terkait Kebangkitan

28

merupakan salah satu upaya bagi suatu negara untuk mencapai posisi hegemon di

dalam dunia internasional. Negara yang berada di posisi hegemon dapat

menerapkan kekuasaan yang dimilikinya kepada negara lain dengan cara

meyakinkan, membujuk, ataupun memaksa negara tersebut untuk dapat melakukan

sesuai dengan apa yang telah diputuskan oleh negara yang berkuasa.49

Menurut Alexander Wendt, national interest menjadi salah satu faktor

yang mempengaruhi kekuasaan di dalam politik internasional selain power. Wendt

menjelaskan bahwa power didefinisikan sebagai kemampuan militer suatu negara,

sedangkan national interest didefinisikan sebagai keinginan suatu negara untuk

mencapai kekuasaan, keamanan, ataupun wealth.50 Sementara itu, Kenneth N.

Waltz menjelaskan bahwa national interest merupakan dasar dari tujuan dalam

kebijakan luar negeri, dimana national interest berperan untuk mengarahkan kapan

negara diharuskan untuk mengambil keputusan dan bagaimana langkah-langkah

yang harus dilakukan oleh negara tersebut untuk mencapai kepentingan

nasionalnya.51

1.6. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

1.6.1. Metode Penelitian

Di dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan metode penelitian

kualitatif dengan jenis penelitian deskripsi. Metode penelitian kualitatif merupakan

49 John Agnew, “Hegemony: The New Shape of Global Power” (Philadelphia: Temple Univesity Press, 2005), 2. 50 Alexander Wendt, “Social Theory of International Politics” (Australia: Cambridge University Press, 1999), 92. 51 Kenneth N. Waltz, “Theory of International Politics” (Filipina: Addison-Wesley Publishing Company, 1979), 134.

Page 44: Kebijakan Perdagangan Amerika Serikat Terkait Kebangkitan

29

metode yang menggunakan data non-numerik dalam pengumpulan data dan teknis

dalam menganalisis data-data yang telah didapatkan. Tujuan dari metode kualitatif

adalah untuk memahami dan menafsirkan berbagai tindakan yang berasal dari data-

data yang telah dikumpulkan sebelumnya dalam bentuk kata-kata ataupun

gambar.52 Metode penelitian kualitatif diantaranya wawancara, penelitian berbasis

internet, dan penelitian berbasis dokumen atau arsip.53

1.6.2. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini akan menggunakan teknik pengumpulan data berupa

pengumpulan data sekunder. Teknik pengumpulan data sekunder merupakan

pengumpulan data yang menggunakan data-data yang diperoleh secara tidak

langsung dari lapangan, seperti dokumen, jurnal, buku, internet, hasil penelitian

terdahulu, sehingga data-data yang digunakan merupakan data-data yang telah

tersedia sebelumnya.54

1.7. Sistematika Pembahasan

Pada bagian ini, penulis akan menjelaskan sistematika yang digunakan

di dalam penulisan penelitian ini. Bab I akan membahas mengenai pendahuluan

yang di dalamnya mencakup beberapa sub-bab, diantaranya latar belakang

penelitian, identifikasi masalah yang kemudian akan dibagi menjadi pembatasan

dan perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kajian literatur, kerangka

52 Umar Suryadi Bakry, “Metode Penelitian Hubungan Internasional” (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016), 18. 53 Ibid, 65-66. 54 Kun Maryati dan Juju Suryawati, “Sosiologi”, (Esis), 110.

Page 45: Kebijakan Perdagangan Amerika Serikat Terkait Kebangkitan

30

pemikiran, serta metode dan teknik pengumpulan data yang digunakan di dalam

penulisan penelitian ini.

Kemudian, pembahasan akan dilanjutkan di dalam bab II yang akan

menjelaskan mengenai posisi Amerika Serikat dan Tiongkok dalam aktivitas

perdagangan di kawasan Asia Tenggara. Di dalam bab ini, penulis membagi

menjadi dua sub bab yang berbeda. Sub bab pertama, penulis akan menjelaskan

mengenai aktivitas perdagangan Amerika Serikat di Asia Tenggara, yang di

dalamnya turut menjelaskan mengenai mitra dagang Amerika Serikat dan produk

ekspor Amerika Serikat ke Asia Tenggara. Sedangkan di dalam sub bab kedua,

penulis akan membahas mengenai aktivitas perdagangan Tiongkok dengan Asia

Tenggara dengan struktur sub bab yang sama dengan sub bab pertama.

Selanjutnya, bab III akan membahas mengenai kebijakan perdagangan

Amerika Serikat di kawasan Asia Tenggara. Terdapat tiga hal yang akan dijelaskan

di dalam bab ini, yaitu pentingnya Kawasan Asia Tenggara bagi perekonomian

Amerika Serikat, strategi rebalancing Amerika Serikat dalam aktivitas

perdagangan antara Amerika Serikat di Asia Tenggara, dan upaya Amerika Serikat

dalam mempertahankan posisi sebagai negara hegemon melalui agenda

perdagangan.

Terakhir, bab IV akan membahas mengenai kesimpulan dari seluruh

penulisan penelitian yang dilakukan.