kebisingan -...
TRANSCRIPT
KEBISINGAN
A U L I A N A D I A R A C H M AT, M T
A M M A I S A R A H D I S R I N A M A , D R . M . K E S
M A D E S D A R U L K H A I R A N S YA H , M T
SEJARAH HYGIENE INDUSTRI
• Jaman Prasejarah, Mesir : pekerjanya menggunakan cadar saat menambang
cinnabar (red mercury oxide)
• 1494 – 1555 : Georgius Agricola (Of Things Metallic) menemukan pekerja
tambang dengan gejala silicosis
• 1633 – 1714 : Bernardino Ramazini (Bapak Kesehatan Kerja) menulis buku
berjudul A Diatribe on Diseases of Workers yang membahas penyakit yang ada
di kalangan pekerja
• 1766 : Percivall Pott menyatakan penyakit kanker skrotum banyak diderita
pembersih cerobong asap batu bara, penyebabnya polinuklear aromatic yang
terdapat dalam jelaga cerobong
SEJARAH HYGIENE INDUSTRI
• 1914 : US Public Health Service
• 1971 : berganti nama menjadi National Institute for Occupational Safety and Health
(NIOSH)
• 1970 : UU K3 di Amerika menjadi landasan berdirinya Occupational Safety and Health
Administration (OSHA)
KONSEP HYGIENE INDUSTRI
• Antisipasi : Kegiatan memprediksi potensi bahaya yang ada di tempat kerja.
• Rekognisi : Pengenalan bahaya menggunakan suatu metode yang sistematis
sehingga dihasilkan suatu laporan yang obyektif
• Evaluasi : Penilaian bahaya terhadap pekerja, dapat menggunakan standar yang
berlaku
• Pengendalian : Pengendalian bahaya untuk meminimalisir risiko
ANTISIPASI
Tahapan melakukan antisipasi :
• Pengumpulan informasi : studi literatur, penelitian terkait, dokumen perusahaan, survey lapangan, peraturan terkait, atau pengalaman lampau
•Analisis dan diskusi ke pihak yang kompeten
• Pembuatan hasil antisipasi : berupa daftar potensi bahayadan risiko
REKOGNISI
Tujuan : mengetahui karakteristik bahaya secara detil (sifat, kandungan, efek, keparaham, pola pajanan, besaran)
Metode yang dapat digunakan :
• Menyelidiki laporan kecelakaan
• Melakukan pemeriksaan kesehatan
• Memberikan kesempatan untuk konsultasi terhadap K3
• Inspeksi K3
• Pengukuran dengan alat dan laboratorium
• Preliminary Hazard Analysis untuk system baru
• Job Safety Analysis untuk pekerjaan baru
EVALUASI
Evaluasi dari bahaya, asal bahaya dan pencegahan dari penyakit dan kematian didasari oleh beberapafaktor:
• Toksisitas yaitu kapasitas inheren dari sebuah zat yang dapat mengakibatkan rasa sakit, asal dari rasa sakit, dan mempengaruhi target organ.
• Level pajanan atau dosis yaitu jumlah yang diserap oleh pekerja melalui semua rute pajanan selamapekerjaan
• Analisa proses atau operasi yaitu perhatian terhadap operasi termasuk perubahan dari bahanmentah menjadi energi yang mungkin menghasilkan pelepasan zat kimia atau energi yang dapatmenimbulkan kerugian bagi pekerja.
• Kecelakaan, tumpahan dan aktivitas pemeliharaan : pengetahuan tentang kecelakaan akut, kejadianyang jarang, kebocoran atau kejadian lain yang mungkin terlewat dalam evaluasi rutin
EVALUASI
Evaluasi dari bahaya, asal bahaya dan pencegahan dari penyakit dan kematian didasari oleh beberapa faktor:
• Epidemiologi dan penilaiuan risiko: review literatur dari riset berdasarkan populasi serta kasus yang dapat
menyediakan informasi terkait dengan efek kesehatan buruk yang tidak diperhatikan dalam kelompok yang lebih
kecil
• Wawancara : informasi yang disediakan oleh pekerja terkait dengan gejala kesehatan, tugas dan perubahan dalam
kondisi yang dapat menyediakan detail penting terkait analisa proses, dampak kesehatan dan stressor lain seperti
zat kimia, fisik, ergonomik atau biologis.
• Distribusi risiko yang tidak sama: perhatian terkait dengan beberapa populasi dari pekerja yang mungkin
memiliki risiko lebih tinggi daripada yang lain. Misalnya pekerja yang lebih tua atau remaja memiliki risiko yang
lebih tinggi daripada yang lain.
• Variabilitas dari respons: hal ini terkait dengan bagaimana seorang individu berbeda dalam kerentanan karena
memiliki faktor yang berbeda seperti umur, ukuran, rasio pernafasan dan status kesehatan umum.
PENGENDALIAN
Hirarki Pengendalian Bahaya :
1. Eliminasi : menghilangkan unsur potensi bahaya dalam pekerjaan secara keseluruhan
2. Substitusi : mengganti zat/alat/mesin yang memiliki potensi bahaya dengan risiko tinggi ke
zat/alat/mesin lain yang memiliki risiko lebih rendah
3. Rekayasa Teknik : melakukan modifikasi pada zat/alat/mesin secara teknis untuk
meminimalir risiko pada potensi bahaya yang ada
4. Pengendalian Administrasi : melakukan modifikasi pada system manajemen/administrasi
untuk meminimalisir risiko
5. Manajemen APD : merancang ketersediaan, distribusi, penggunaan, dan inspeksi terkait
APD
KEBISINGAN
Semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber
dari alat-alat proses produksi dan/atau alat-alat kerja
yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan
gangguan pendengaran
VIDEO
DEFINISI NIHL
Cacat pendengaran akibat kerja ( occupational deafness / noise induced hearing loss ) adalah hilangnya sebahagian atau seluruh
pendengaran seseorang yang bersifat permanen, mengenai satu ataukedua telinga yang disebabkan oleh bising terus menerus dilingkungan
tempat kerja. Dalam lingkungan industri, semakin tinggi intensitaskebisingan dan semakin lama waktu pemaparan kebisingan yang
dialami oleh para pekerja, semakin berat gangguan pendengaran yang ditimbulkan pada para pekerja tersebut.
KASUS NIHL
• Tuli akibat bising merupakan tuli sensorineural yang paling sering dijumpai
setelah presbikusis. Lebih dari 28 juta orang Amerika mengalami ketulian
dengan berbagai macam derajat, dimana 10 juta orang diantaranya mengalami
ketulian akibat terpapar bunyi yang keras pada tempat kerjanya.4 Sedangkan
Sataloff dan Sataloff ( 1987 ) mendapati sebanyak 35 juta orang Amerika
menderita ketulian dan 8 juta orang diantaranya merupakan tuli akibat kerja.
• Menurut data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, terdapat sekitar 360
juta orang yang mengalami ketulian di seluruh dunia. 180 juta di antaranya
berada di Asia Tenggara, dan Indonesia menempati urutan ke-4 untuk jumlah
kasus ketulian terbanyak.
KASUS NIHL
• Oetomo, A dkk ( Semarang, 1993 ) dalam penelitiannya terhadap 105 karyawan
pabrik dengan intensitas bising antara 79 s/d 100 dB didapati bahwa sebanyak
74 telinga belum terjadi pergeseran nilai ambang, sedangkan sebanyak 136
telinga telah mengalami pergeseran nilai ambang dengar, derajat ringan sebanyak
116 telinga ( 55,3% ), derajat sedang 17 ( 8% ) dan derajat berat 3 ( 1,4% ).
• Kamal, A ( 1991 ) melakukan penelitian terhadap pandai besi yang berada di
sekitar kota Medan. Ia mendapatkan sebanyak 92,30 % dari pandai besi tersebut
menderita sangkaan NIHL.16
• Harnita, N ( 1995 ) dalam suatu penelitian terhadap karyawan pabrik gula
mendapati sebanyak 32,2% menderita sangkaan NIHL.
GEJALA NIHL
Gejala yang mungkin Anda rasakan ketika terjadi gangguan fungsi
pendengaran, di antaranya adalah:
• Kesulitan mendengarkan ucapan orang lain dengan jelas, dan mungkin
akan salah paham dengan apa yang mereka katakan, terutama di tempat
yang bising.
• Telinga berdenging.
• Sering meminta orang lain untuk mengulang apa yang dikatakan.
• Menonton televisi atau musik dengan keras.
• Harus berkonsentrasi ekstra untuk mendengar apa yang orang lain
katakan.
UJI PENDENGARAN DENGAN TESAUDIOMETRI
• Audiometri adalah tes pendengaran menggunakan sebuah mesin yang disebut
dengan audiometer, untuk menghasilkan suara dengan volume dan frekuensi
yang berbeda-beda.
• Pada saat pemeriksaan ini, pasien diperdengarkan beragam suara dengan tingkat
kenyaringan dan kecepatan getaran gelombang suara yang berbeda-beda. Salah
satu tes audiometri adalah tes nada murni, untuk mengukur suara yang paling
senyap yang bisa Anda dengar pada nada yang berbeda-beda.
UJI PENDENGARAN DENGAN TESAUDIOMETRI
• Saat melakukan tes, audiolog atau petugas yang membantu Anda melakukan tes
audiometri ini akan memainkan berbagai suara, seperti bunyi dan ucapan, pada
interval yang berbeda ke satu telinga pada satu waktu. Hal ini bertujuan untuk
menentukan rentang kemampuan pendengaran masing-masing telinga.
• Ketika menjalani tes audiometri, audiolog mungkin akan memberikan instruksi
seperti meminta Anda untuk mengangkat tangan atau mengulang ucapan
pemeriksa saat suara dari mesin terdengar. Tes ini bertujuan untuk mengevaluasi
kemampuan Anda dalam mengenali kata dan membedakan bunyi ucapan dengan
suara-suara sekitar.
UJI PENDENGARAN DENGAN TESRINNE DAN WEBER
• Tes Rinne merupakan tes pendengaran yang dilakukan untuk mengevaluasi
suara pendengaran dengan membandingkan persepsi suara yang dihantarkan
oleh konduksi udara dengan konduksi tulang melalui mastoid.
• Tes Weber merupakan cara lain untuk mengevaluasi gangguan pendengaran
konduktif dan sensorineural. Hasil tes Rinne harus dibandingkan dengan tes
Weber untuk mendeteksi gangguan pendengaran sensorineural.
UJI PENDENGARAN DENGAN TESRINNE DAN WEBER
• Tes Rinne
1. Dokter meletakkan garputala di tulang mastoid (di belakang salah satu telinga).
2. Bila Anda sudah tidak bisa mendengar suara, Anda diminta memberi isyaratkepada dokter.
3. Kemudian, dokter akan menggerakkan garputala di samping telinga Anda.
4. Bila Anda sudah tidak bisa mendengar suara itu lagi, Anda diminta memberiisyarat kepada dokter.
5. Dokter mencatat berapa lama Anda mendengar setiap suara.
• Tes Weber
1. Dokter meletakkan garputala di tengah kepala Anda
2. Anda mencatat di bagain telinga mana getaran yang terasa; telinga kiri, telinga kanan, keduanya.
UJI PENDENGARAN DENGAN TESRINNE DAN WEBER
• Tes Rinne
Konduksi udara menggunakan organ-organ pada telinga daun telinga, gendang telinga, dan osikel (tiga tulangpendengaran) untuk memperkuat suara dan mengalirkan suara ke konduksi tulang dan menyebabkan suara dapatlangsung ditransmisikan ke telinga dalam atau melalui tengkorak ke telinga sebelahnya.
– Pendengaran normal, menunjukkan waktu konduksi udara yang dua kali lebih lama dari waktu konduksi tulang. Dengan kata lain, Anda akan mendengar suara di samping telinga Anda dua kali selama Anda akan mendengar suara di belakang telinga Anda.
– Ganguan pendengaran konduktif, suara konduksi tulang terdengar lebih lama dari konduksi udara.
– Gangguan pendengaran sensorineural, suara konduksi udara terdengar lebih lama dari konduksi tulang, tapi mungkin tidakdua kali lebih lama.
• Tes Weber
– Pendengaran normal akan menghasilkan getaran yang sama di kedua telinga.
– Gangguan pendengaran konduktif akan menyebabkan getaran terasa di telinga yang tidak normal.
– Gangguan pendengaran sensorineural akan menyebabkan getaran terasa di telinga normal.
JENIS KEBISINGAN
•Sifat dan spektrum frekuensi bunyi
•Pengaruh terhadap manusia
SIFAT DAN SPEKTRUM FREKUENSI• Steady state dan narrow band noise
Bising yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang luas. Bising ini relatif tetap dalam batas kurang lebih 5
dBA untuk periode 0,5 detik berturut-turut, misalnya mesin, kipas angin, dan dapur pijar.
• Non-steady dan narrow band noise
Bising yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang sempit. Bising ini juga
relatif tetap, akan tetapi ia hanya mempunyai frekuensi tertentu saja (pada frekuensi 500, 1000, dan
4000 Hz), misalnya gergaji sirkuler dan katup gas.
• Bising terputus-putus (Intermittent)
Bising di sini tidak terjadi secara terus menerus, melainkan ada periode relatif tenang, misalnya suara lalu
lintas dan kebisingan di lapangan terbang.
• Bising impulsif
Bising jenis ini memiliki perubahan tekanan suara melebihi 40 dBA dan
biasanya mengejutkan pendengaran, misalnya tembakan, suara ledakan mercon, dan meriam.
• Bising Impulsif berulang.
Bising jenis ini sama dengan bising impulsif, hanya saja disini terjadi secara berulang-ulang, misalnya mesin
tempa.
PENGARUH TERHADAP MANUSIA
• Bising yang mengganggu (Irritating noise)
Bising dengan intensitas tidak terlalu keras, misalnya mendengkur.
• Bising yang menutupi (Masking noise)
Bising ini merupakan bunyi yang menutupi pendengaran yang jelas. Secara
tidak langsung, bunyi ini akan membahayakan kesehatan dan keselamatan tenaga kerja.
• Bising yang merusak (Damaging/Injurious noise)
Bunyi yang intensitasnya melampaui nilai ambang batas. Bising jenis ini akan merusak atau
menurunkan fungsi pendengaran.
BOBOT BUNYI• Bobot A atau Desibel A adalah skala yang diciptakan pada kondisi telinga kurang baik
merespon bunyi-bunyi rendah sehingga telinga beradaptasi untuk mampu mendengar bunyi
berfrekuensi rendah. Telinga tetap memiliki respon yang wajar dengan mengabaikan frekuensi di
bawah 100 Hz atau identik dengan
40 phon pada frekuensi 1000 Hz. Skala ini umumnya memiliki hasil pengukuran sensasi tingkat
kekerasan yang dirasakan oleh orang pada umumnya sehingga skala ini sering digunakan sebagai
pedoman pengukuran.
• Bobot B atau Desibel B adalah skala yang diciptakan pada kondisi telinga yang
merespon bunyi-bunyi sedang atau hampir identik dengan 70 phon pada frekuensi 1000
Hz.
• Bobot C atau Desibel C adalah skala yang diciptakan ketika telinga seolah mendapat
sensasi yang sama terhadap bunyi yang pada hampir semua frekuensi.
• Bobot D atau Desibel D adalah skala yang diciptakan untuk merespon bunyibunyi yang muncul
dari kapal terbang pada frekuensi 2000-5000 Hz.
A L A T P E N G U K U R A N K E B I S I N G A N
S O U N D L E V E L M E T E R
• Tombol Low/High
• Tombol Max
• Tombol Slow/Fast
• Tombol Hold
• Switch A/C
KEBISINGAN KOMBINASIPerbedaan decibel (dB) Penambahan pada level tertinggi
0 3
1 2,6
2 2,1
3 1,8
4 1,4
5 1,2
6 1
7 0,8
8 0,6
9 0,5
10 0,4
11 0,3
12 0,2
more 0
RUMUS DAILY NOISE DOSE (DND)
•DND ≤ 1
•DND = 𝐶1𝑇1+ 𝐶2
𝑇2+ …+ 𝐶𝑛
𝑇𝑛
NAB KEBISINGAN PERMENAKER05/2018
STANDAR KEBISINGAN NIOSH
STANDAR KEBISINGAN OSHA
REKAYASA TEKNIK
• Barrier dapat digunakan untuk
melokalisir kebisingan dan mengurangi
pajanan kebisingan pada pekerja
P E N G E N D A L I A NA D M I N I S T R A S I
M E N G AT U R W A K T U
K E R J A D A PAT
M E N G U R A N G I
I N T E N S I TA S
K E B I S I N G A N
S E S U A I YA N G
D I P E R S Y A R AT K A N
D A L A M N A B
K E B I S I N G A N
MANAJEMEN APD
• Ear muff dapat meredam kebisingan sebesar 20 – 25 db
• Ear plug dapat meredam kebisingan sebesar 25 – 30 db
• Cara menggunakan ear muff
• Cara menggunakan ear plug
TERIMA KASIH