kecemasan dan depresi pada mahasiswa kedokteran yang berkaitan dengan keinginan dan harapan dari...
DESCRIPTION
dedeTRANSCRIPT
Kecemasan dan Depresi pada Mahasiswa Kedokteran yang
Berkaitan dengan Keinginan dan Harapan dari Karier Kedokteran
N Karaogli, M Seker
Tujuan: Dalam artikel ini, kami bertujuan untuk menganalisis tingkat kecemasan dan depresi
mahasiswa kedokteran yang terkait dengan keinginan mereka untuk berkarir dalam bidang
kedokteran dan harapan dari karir itu.
Metode: menggunakan metode cross-sectional, para siswa dari dua tahun pertama sekolah
kedokteran mengisi kuesioner yang terdiri dari demografi, Hospital Anxiety and Depressi on
Scales(HADS) dan pertanyaan tentang karir kedokteran mereka.
Hasil: skor kecemasan rata-rata adalah 7.66 ± 3,21 dan rata-rata skor depresi adalah 5,77 ± 3,45.
Menurut cut-off level , 20,3% mahasiswa kedokteran memiliki kecemasan, 29,3% memiliki
gejala depresi. Laki-laki dan mahasiswa tahuqn ke dua memiliki tingkat depresi yang cukup
tinggi (p <0,05). Siswa yang terpaksa menjadi dokter dan yang menjadi dokter untuk
mendapatkan uang lebih banyak, keduanya lebih cemas dan lebih tertekan (p <0,05).
Kesimpulan: Tekanan dari luar, keinginan untuk menjadi dokter dan harapan dari sekolah
pendidikan kedokteran memiliki efek yang sangat tinggi untuk menimbulkan kecemasan dan
depresi pada siswa. Perlu adanya petunjuk atau arahan bagi siswa yang terkena dampak seperti
ini dan ini merupakan tanggung jawab para pendidik mahasiswa kedokteran dan fakultas
Kata Kunci: Kecemasan, depresi, mahasiswa kedokteran
PENGANTAR
Tujuan dari pendidikan kedokteran adalah untuk melatih agar berpengetahuan, kompeten
dan dokter yang professional untuk merawat kesakitan bangsa, memajukan ilmu kedokteran dan
mempromosikan kesehatan masyarakat(1). Sekolah Kedokteran dapat membebankan stres
psikologis yang signifikan pada mahasiswa Kedokteran (2-7). terutama melalui tekanan waktu,
besarnya jumlah informasi baru, jam kerja yang berlebihan dan pengetahuan yang pada akhir
pendidikan akan bertanggung jawab secara langsung atas kesehatan dan kesejahteraan orang lain
dan setelah matrikulasi mereka (2, 8, 9). Tingkat morbiditas psikologis telah dilaporkan pada
mahasisa kedokteran mulai dari stres, masalah interpersonal dan ide bunuh diri sampai gangguan
kejiwaan (2, 8). Laporan ini telah menyebabkan peningkatan untuk memerhatikan bagaimana
tekanan mahasiswa dapat mempengaruhi belajar mereka,perkembangan professional dan kontak
pasien (1, 6, 9). Masalah psikologis dari stress sekolah kedokteran dapat maramalkan masalah
kesehatan mental yang timbul kemudian, mahasiswa jarang mencari bantuan untuk masalah
mereka (8, 10, 11). Dalam hal ini, perhatian difokuskan pada peningkatan stres, masalah
kesehatan dan masalah emosional di antara mahasiswa kedokteran (3, 7, 12).
Keputusan berkarir dalam kedokteran dapat dipengaruhi oleh banyak faktor. Selain
faktor-faktor eksternal, seperti pengaruh orangtua, antisipasi pendapatan dan prestise, faktor-
faktor seperti kesediaan untuk membantu orang lain, minat utamanya dalam kedokteran atau
ingin menjadi terampil dalam Kedokteran dilaporkan sebagai faktor-faktor yang lebih personal
dalam literature (13-16). Keinginan didefinisikan sebagai kehendak yang kuat untuk memiliki
atau melakukan sesuatu yang dirasa patut untuk memiliki efek pada pilihan karir dan psikologis
kesejahteraan (17). Pendidikan universitas di Turki berdasarkan pada pemeriksaan selektif yang
dilakukan oleh negara Turki sekali setahun (ujian seleksi mahasiswa [SSE]) setelah sekolah
menengah dan sekolah-sekolah medis memerlukan nilai tinggi berdasarkan pemeriksaan ini.
mahasiswa dapat mengembangkan daftar terbatas pada 18 pilihan tentang pilihan karir menurut
skor pemeriksaannya. Pemerintah yang memutuskan fakultas mana yang mahasiswa dapat
masuk. Oleh karena itu mahasiswa harus berjuang untuk nilai tinggi dan calon mahasiswa
kedokteran dan fakultas kedokteran harus ditempatkan pada nomor pertama dari 18 pilihan yang
ada. Fakta bahwa para siswa membuat daftar dan fakultas kedokteran di tempatka pada daftar
menunjukkan keinginan karir. Ini berarti bahwa seorang mahasiswa yang menempatkan
kedokteran pada urutan ketujuh belas memiliki keinginan yang kurang pada ilmu kedokteran
dibandingkan pada yang menempatkan fakultas kedokteran pada pilihan pertama. Keinginan
dapat membuat orang bahagia atau puas meskipun menantang dan dengan demikian dapat
menjadi faktor pelindung terhadap pengalaman yang keras dari sekolah kedokteran disebutkan
sebelumnya. Harapan adalah kepercayaan yang dianggap paling mungkin terjadi, mungkin non-
realistic dan dapat mengakibatkan kekecewaan (17). Beberapa kondisi seperti perubahan
kebijakan kesehatan atau pendapatan lebih rendah dll dapat menyebabkan kekecewaan pada
sukarelawan (18, 19). Dalam sudut pandang ini, harapan tidak terpenuhi seharusnya menambah
pengalaman pada Fakultas Kedokteran. Literatur tentang kecemasan dan tingkat depresi
mahasiswa umumnya memfokuskan pada penyebab seperti jenis kelamin, tahun sekolah, tekanan
akademis dan poin akhir seperti kinerja akademis yang buruk, gangguan tidur dan iden bunuh
diri(1,2,4-6,8,20). Penting untuk menyelidiki efek dari keinginan dan harapan di Ilmu
Kedokteran pada tingkat kecemasan dan tingkat depresi mahasiswa kedokteran dan studi ini
terutama bertujuan untuk mengeksplorasi aspek ini pada mahasiswa Kedokteran dalam dua tahun
pertama mereka sekolah medis di Turki.
SUBJEK DAN METODE
Ini adalah cross sectional study. Semua mahasiswa kedokteran tahun
pertama (n= 164) dan kedua ( n = 186 ) yang memulai pelatihan kedokteran
pada tahun akademik 2007 dan 2008 pada Selcuk University Meram Medical
Faculty diundang untuk berpartisipasi
sesuai dengan hipotesis bahwa masalah penyesuaian diantisipasi dengan
lebih mendalam di dua tahun ini dan para pelajar itu dapat mengingat daftar
preferensi mereka,alasan dari lebih memilih karir kedokteran dan
pengharapan - pengharapan menjadi lebih mudah tanpa factor pembauran
dari waktu pada ingatan. Informed consent diperoleh secara oral sejak
kuisioner diberikan sendiri dan pelajar diingatkan tidak menulis nama
(anonym). Partisipasi bersifat sukarela. Para siswa diminta untuk melengkapi
kuisioner di kelas pada saat akhir pelajaran dan dikembalikan ke penulisnya
pada sesi yang sama.
Kuisioner tidak diterapkan beberapa saat sebelum ujian,karena
ketakutan tercatat akan sangat meningkat pada periode pre-ujian
(1).kuisionernya terdiri dari demographis variable dan pertanyaan seputar
daftar preferensi karer. Demographic variable adalah : umur,jenis
kelamin,kota asal,pendapatan keluarga dan pendidikan terakhir. Melalui
pertanyaan terbuka, alasan untuk menjadi seorang dokter dan pengharapan
dari karer kedokteran ditanyakan dan dikelompokkan sesuai dengan tema
dari jawaban.
sebagai tambahan,gejala anxiety dan depresi dinilai dengan Hospital Anxiety
and depression scale (HADS) pada kuisioner yang sama (21). Skala Laporan
khusus ini terdiri atas 14 item,tujuh untuk anxiety dan tujuh untuk depresi
masing-masing item dinilai dari skala 0 sampai 3. Hal ini ditemukan untuk
menunjukkan dengan benar penilaian gangguan anxietas dan depresi pada
keduanya somatic,psikiatri dan patien pelayanan primer dan populasi umum
(22). Validitas dan reabilitas dari versi Turki tentang skala telah dibuat dan
pemotongan ditentukan dari tujuh untuk depresi dan 10 untuk anxietas pada
Turks (23).
Keinginan menjadi mahasiswa kedokteran muncul pada SSE yang
membuat seleksi hanya antara fakultas kedokteran pada bentuk aplikasi
atau sebagai penyortiran fakultas kedokteran pada satu tiga alternative
pemilihan karier antara fakultas lainnya itu sudah disebutkan pada
perkenalan. Alasan menjadi dokter telah dikategorikan sebagai garansi
pekerjaan,tekanan dari luar (harapan orang tua,dokter relative,guru etc) dan
menjadi seorang dokter yang ideal. Harapan dikelompokkan sesuai dengan
jawaban : gengsi dari obat,factor ekonomi (kondisi ekonomi yang lebih baik
etc) dan kepuasan pekerjaan
Semua analisi ditampilkan dengan SPSS 10.0 sofware ®. Total nilai
dari HADS dikalkulasikan dan dianalisis berdasarkan jenis kelamin,tahun
belajar,kota asal,pendapatan orang tua,Sekolah tinggi terakhir, jenis
prefensi,alasan menjadi dokter dan harapan dari karir kedokteran. Table
frekuensi digunakan untuk menghitung jumlah rata-rata dari demographic
variable. One-way prosedur Analysis of Variance (ANOVA) ,dan t-test
dilakukan untuk membandingkan variable parametric. Untuk yang non-
parametric variable, chi-square dan kruskal –wallis test dilakukan, P<0.05
dianggap sudah signifikan.
HASIL
Kami menerima 290 kuesioner, mewakili tingkat respons 82.85%
(84.75% di tahun pertama dan 81.18% siswa tahun kedua). Usia rata-rata
siswa adalah 19.02 ± 1.3 tahun. Ada 55.9% (n = 162) responden laki-laki dan
hanya 12,1% (n = 35) dari mereka berasal dari bagian pedesaan Turki.
Mayoritas dari mereka (suara 61.7%, n = 179) lulus dari sekolah tinggi
negara yang memerlukan pemeriksaan untuk penerimaan mereka.
Sementara kebanyakan dari mereka (87,9%, n = 255) memilih pendidikan
kedokteran sebagai tiga pertama alternatif pilihan karir dan lebih dari
setengahnya (51.7%, n = 150) tidak memilih karir lain kecuali pendidikan
kedokteran dalam ujian seleksi mahasiswa.
Alasan utama untuk menjadi seorang dokter adalah jaminan pekerjaan
(49,0%, n = 142) dan yang paling diharapkan dari pendidikan kedokteran
adalah prestise (71.0%, n = 206). Tabel 1 menunjukkan karakteristik
mahasiswa Kedokteran.
Tabel 1: Karakteristik utama mahasiswa kedokteran yang
berpartisipasi dalam studi
Skor rata-rata kecemasan 7.66 ± 3.21 dan Skor rata-rata depresi 5.77 ±
3.45. Berdasarkan batas yang ditetapkan, 20.3% mahasiswa Kedokteran
memiliki gejala kecemasan dan 29,3% memiliki gejala depresi. Tiga puluh
murid perempuan (10,3%) dan 29 (10,0%) siswa laki-laki memiliki gejala
kecemasan; 25 (8.6%) perempuan dan laki-laki 60 (20.7%) memiliki gejala
depresi. Dalam hal kecemasan, ada perbedaan yang signifikan menurut
pendapatan keluarga, alasan untuk menjadi seorang dokter dan harapan dari
kedokteran (p < 0,05). Tabel 2 menunjukkan efek variabel yang berbeda
pada tingkat kecemasan mahasiswa Kedokteran.
Tabel 2: Tingkat kecemasan mahasiswa kedokteran berdasarkan
variable yang berbeda
Tingkat depresi secara signifikan lebih tinggi pada siswa tahun kedua
dan siswa laki-laki (p < 0,05). Juga, siswa dari daerah pedesaan dan keluarga
berpenghasilan rendah yang lebih tertekan (p < 0,05). Fakultas yang terkait
dengan ilmu-ilmu sosial lebih disukai dari pada pendidikan dokter. Tekanan
eksternal pada proses pengambilan keputusan dan harapan kondisi ekonomi
yang lebih baik dengan profesi medis membuat siswa lebih tertekan (p <
0,05).Perbedaan tingkat depresi disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3: Tingkat Depresi mahasiswa kedokteran berdasarkan variable
yang berbeda
DISKUSI
Berdasarkan pada sebuah studi pada mahasiswa kedokteran estonia, 21,9% memiliki
gejala anxietas dan 30,6% gejala adalah depresi (4). Dengan cara yang sama, pada studi ini,
20,3% dari mahasiswa kedokteran berada di atas batas tingkat dari anxietas dan 29,3% untuk
depresi. Tidak terdapat persetujuan umum mengenai efek gender didalam literatur. Sementara
beberapa studi melaporkan bahwa perempuan dominan dalam anxietas dan tingkat depresi,
lainnya menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan gender (1,4-6,24). Beberapa catatan
bahwa laki-laki lebih kesepian tetapi skor perempuan lebih tinggi pada tingkat anxietas secara
umum dan tidak terdapat perbedaan dalam depresi (20). Yang mencolok pada semua studi ini
meskipun tidak terdapat perbedaan gender untuk anxietas, laki-laki secara signifikan lebih
depresi dalam studi ini. Hal ini dapat merupakan konsekuensi dari faktor-faktor budaya. Anak
laki-laki di turki yang mengambil peran sebagai ayah untuk keseluruhan keluarga memiliki
tanggung jawab lebih dan harus lebih kompeten. Di samping itu, efek negatif dari pendidikan
kedokteran pada kondisi psikologis mahasiswa agak lebih berat diantara mahasiswa kedokteran
turki (2).
Study saat ini menemukan 7,6% dan 9,3% mahasiswa tahun pertama berada di atas dari
tingkat batas anxietas dan depresi, berturut-turut. Skor anxietas dari mahasiswa tahun kedua
lebih tinggi namun skor depresi telah secara signifikan lebih tinggi daripada mahasiswa tahun
pertama. Perburukan ini dalam kesejahteraan mahasiswa dalam satu tahun akademik dalam
fakultas kedokteran menyerupai studi-studi sebelumnya yang melaporkan perburukan yang sama
dalam kesehatan psikologis dari mahasiswa selama pendidikan kedokteran (2,3,5,24). Meskipun
tingkat anxietas dari mahasiswa dari daerah-daerah pedesaan tidak berbeda dibanding yang
lainnya, tingkat depresi mereka lebih tinggi secara signifikan. hal ini bisa jadi berhubungan
dengan masalah adaptasi perkotaan dari mahasiswa-mahasiswa ini dan perbedaan dari kualitas
kehidupan (25,26). Namun studi lainnya melaporkan pada mahasiswa-mahasiwa yang
mempersiapkan kepada perubahan memberikan laporan yang baik dan menganggap perubahan
sebagai keuntungan (27). Yang mencolok pada laporan sebelumnya, setengah dari mahasiswa
dari studi sekarang berasal dari keluarga yang berpenghasilan rendah dan memiliki tingkat
anxietas dan depresi yang secara signifikan lebih tinggi (13,28). Berlawanan dengan studi
sebelumnya, mahasiswa dalam studi ini sebagian besar lulusan dari SMA Negeri daripada
sekolah-sekolah pribadi (13).
Sebuah studi menyatakan bahwa penyaring utama yang menetapkan siapa yang akan
memasuki sekolah kedokteran, adalah bukan proses perizinan dari sekolah kedokteran namun
lebih kepada sebuah keputusan individu yang diterapkan sebagai perizinan (14). Fakultas
kedokteran pilihan adalah tanda awal dari hasrat terhadap kedokteran. Dalam sebuah studi dari
Turki, penulis mencatat bahwa 43,7% dari mahasiswa kedokteran membuat pilihan hanya untuk
fakultas kedokteran dalam lima kesempatan pilhan mereka saat SSE (29). Dalam indeks studi,
87,9% dari mahasiswa memilih fakultas kedokteran dalam tiga pilihan pertama mereka. Hal ini
menunjukkan tingginya keinginan dari Mahasiswa Selcuk University terhadap pendidikan
kedokteran. Tanda hasrat lainnya adalah dalam konten daftar pilihan-pilihan karir. Seseorang
dapat memilih hanya fakultas kedokteran yang menunjukkan keinginan atau fakultas yang
berbeda di luar kedokteran. Lebih dari setengah mahasiswa dalam studi ini memilih hanya
faklutas kedokteran. Yang kemungkinan konsekuensi dari keinginan yang rendah berdasarkan
pada daftar pilihan karir, mahasiswa yang memiliki pilihan karir yang berbeda selain kedokteran
terutama orang-orang yang terdaftar pendidikan ilmu sosial di bagian atas daftar secara
signifikan lebih tertekan.
Benbassat dan Baumal menyarankan untuk memberikan informasi yang rinci yang harus
terdiri dari persyaratan untuk pelatihan medis secara umum, jam bekerja, kualitas hidup dokter,
penyebab paling sering dari ketidakpuasan, kesalahan medis, dll dalam membantu kandidat
dalam membuat sebuah keputusan yang berpengetahuan (14). Sebagai gantinya dari pandangan
mereka, sebagian besar siswa pada studi ini memiliki pengetahuan tentang pendidikan
kedokteran dan kondisi social dan hasilnya memperlihatkan bahwa mereka tidak dikecewakan.
Diperkirakan setengah dari siswa yang dilaporkan di sini, jaminan pekerjaan adalah alas an
utama untuk pilihan karir kedokteran. Hal itu mungkin mengacu kepada kondisi ekonomi di
negara ini. Di Turki, karir kedokteran adalah salah satu profesi yang menyediakan jaminan
pekerjaan. Bagaimana dengan cita-cita? Pada studi sebelumnya, Kedokteran adalah cita-cita dari
61,7% siswa kedokteran (29). Pada studi ini, 34,8% dari siswa memiliki memiliki cita-cita
menjadi dokter. Ini mungkin disebabkan perubahan factor dalam pemilihan karir di Turki. Hasil
yang paling penting dari studi ini adalah tingginya tingkat kecemasan dan depresi secara
signifikan pada siswa yang menyatakan bahwa tekanan eksternal mempengaruhi keputussan
mereka. Sebagaimana yang beberapa penulis tunjukkan, karena para siswa tidak cukup dewasa
untuk menilai kemampuan mereka secara realistis dan objektif, terkadang mereka memulai
pendidikan kedokteran tanpa minat (14).
Harapan adalah factor terakhir yang dihipotesiskan mempengaruhi tingkat kecemasan dan
depresi. Papda waktu yang sama, harapan ini menunjukkan keadaan bahwa kedokteran
memegang arena public. Mungkin masih bisa dikatakan bahwa menjadi dokter masih
mengangkat kewibawaan yang hebat di Turki dan siswa yang berharap seperti itu tidak
dikecewakan. Tetapi aspek ekonomi dari profesi ini membuat siswa menjadi lebih cemasdan
tertekan dan kekecewaan ini dapat mengarah ke kondisi ekonomi yang lebih miskin seperti yang
dialami dokter di dunia sebenarnya. Bertentangan dengan studi lain yang memperhatikan bahwa
8,5% siswa memutuskan menjadi dokter karena wibawa dan uang, kami menemukan 83,8%
siswa kedokteran berharap menghasilkan banyak uang (29). Ini mungkin juga mengacu pada
perubahan profil siswa kedokteran di Turki. Tetapi harapan ini sepertinya tidak realistis.
Mungkin karena tahun akademik dari siswa, kepuasan profesi tidak bepengaruh pada tingkat
kecemasan dan depresi.
Pembatasan dari studi ini adalah desain cross-sectional, self –reported kuisioner, dan
partisipasi sukarela. Hasil ini tidak bisa disamaratakan dengan siswa kedokteran di fakultas
lainnya. Meskipun skala yang kami gunakan divalidasikan pada kelompok studi berbeda, itu
merupakan skala skrining dan hanya menunjukkan siswa yang beresiko. Sebagai pendidik,
tanggung jawab pertama kami adalah mengenali resiko dan membantu mengubah factor yang
meningkatkan resiko, jadi kami berpikir bahwa cukup hanya dengan tes skiring saja.
Kesimpulannya, meskipun sekolah kedokteran harus menjalankan proses seleksi ekstensif
untuk mengenali siswa yang cerdas dan ‘altruistik’, fakultas kedokteran yang tidak bisa
menentukan kandidat sebagaimana di Turki harus mengetahui profil demografi siswa, factor
yang mempengaruhi keputusan mereka dan harapan mereka dalam membimbing mereka (1, 30,
31) Sebagaimana disebutkan sebelumnya, pelatihan kedokteran itu lama, berat dan mahal dan
penting untuk menjamin tingkat atrisi menjadi minimum dalam mengurangi kelebihan upaya dan
sumberdaya (30). Kami percaya bahwa index studi membawa aspek baru pada penyebab
kecemasan dan depresi siswa kedokteran. Studi prospektif, longitudinal dan multicenter masih
diperlukan untuk mengenali siswa dan factor terkait pendidikan yang mempengaruhi kesehatan
psikologi dari siswa kedokteran.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis sangat berterima kasih kepada mahasiswa kedokteran Universitas Selcuk untuk
partisipasi mereka.
Kecemasan dan Depresi pada Mahasiswa Kedokteran yang Berkaitan dengan
Keinginan dan Harapan dari Karier Kedokteran
Oleh :
Astrid Harvindra P 733
Abdurrahman Arsyad As Siddiqi P 734
Widya Maryetti P 901
Muhammad Huki Zukhrufan P 1053
Ridho Akbar Syafwan P 1056
Pamella Kusuma Werdanie P 1058
Rizki Widyarsya Putra P 1064
Dandy Azmi Azwir P 1065
Helmatu Khairi P 1071
Preseptor :
Dr. Yaslinda Yaunin, Sp. KJ
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP DR. M. DJAMIL
PADANG
2012