kecemasan dan depresi pada mahasiswa kedokteran yang berkaitan dengan keinginan dan harapan dari...

18
Kecemasan dan Depresi pada Mahasiswa Kedokteran yang Berkaitan dengan Keinginan dan Harapan dari Karier Kedokteran N Karaogli, M Seker Tujuan: Dalam artikel ini, kami bertujuan untuk menganalisis tingkat kecemasan dan depresi mahasiswa kedokteran yang terkait dengan keinginan mereka untuk berkarir dalam bidang kedokteran dan harapan dari karir itu. Metode: menggunakan metode cross-sectional, para siswa dari dua tahun pertama sekolah kedokteran mengisi kuesioner yang terdiri dari demografi, Hospital Anxiety and Depressi on Scales(HADS) dan pertanyaan tentang karir kedokteran mereka. Hasil: skor kecemasan rata-rata adalah 7.66 ± 3,21 dan rata-rata skor depresi adalah 5,77 ± 3,45. Menurut cut-off level , 20,3% mahasiswa kedokteran memiliki kecemasan, 29,3% memiliki gejala depresi. Laki-laki dan mahasiswa tahuqn ke dua memiliki tingkat depresi yang cukup tinggi (p <0,05). Siswa yang terpaksa menjadi dokter dan yang menjadi dokter untuk mendapatkan uang lebih banyak, keduanya lebih cemas dan lebih tertekan (p <0,05). Kesimpulan: Tekanan dari luar, keinginan untuk menjadi dokter dan harapan dari sekolah pendidikan kedokteran memiliki efek yang sangat tinggi untuk menimbulkan kecemasan dan depresi pada siswa.

Upload: dandy-azmi-azwir

Post on 09-Aug-2015

186 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

dede

TRANSCRIPT

Page 1: Kecemasan Dan Depresi Pada Mahasiswa Kedokteran Yang Berkaitan Dengan Keinginan Dan Harapan Dari Karier Kedokteran

Kecemasan dan Depresi pada Mahasiswa Kedokteran yang

Berkaitan dengan Keinginan dan Harapan dari Karier Kedokteran

N Karaogli, M Seker

Tujuan: Dalam artikel ini, kami bertujuan untuk menganalisis tingkat kecemasan dan depresi

mahasiswa kedokteran yang terkait dengan keinginan mereka untuk berkarir dalam bidang

kedokteran dan harapan dari karir itu.

Metode: menggunakan metode cross-sectional, para siswa dari dua tahun pertama sekolah

kedokteran mengisi kuesioner yang terdiri dari demografi,  Hospital Anxiety and Depressi on

Scales(HADS) dan pertanyaan tentang karir kedokteran mereka.

Hasil: skor kecemasan rata-rata adalah 7.66 ± 3,21 dan rata-rata skor depresi adalah 5,77 ± 3,45.

Menurut  cut-off  level , 20,3% mahasiswa kedokteran memiliki kecemasan, 29,3% memiliki

gejala depresi. Laki-laki dan mahasiswa tahuqn ke dua memiliki tingkat depresi yang cukup

tinggi (p <0,05). Siswa yang terpaksa menjadi dokter dan yang menjadi dokter untuk

mendapatkan uang lebih banyak, keduanya lebih cemas dan lebih tertekan (p <0,05).

Kesimpulan: Tekanan dari luar, keinginan untuk menjadi dokter dan harapan dari sekolah

pendidikan kedokteran memiliki efek yang sangat tinggi untuk menimbulkan kecemasan dan

depresi pada siswa. Perlu adanya petunjuk atau arahan  bagi siswa yang terkena dampak seperti

ini dan ini merupakan  tanggung jawab para pendidik mahasiswa kedokteran dan fakultas

Kata Kunci: Kecemasan, depresi, mahasiswa kedokteran

Page 2: Kecemasan Dan Depresi Pada Mahasiswa Kedokteran Yang Berkaitan Dengan Keinginan Dan Harapan Dari Karier Kedokteran

PENGANTAR

Tujuan dari pendidikan kedokteran adalah untuk melatih agar berpengetahuan, kompeten

dan dokter yang professional untuk merawat kesakitan bangsa, memajukan ilmu kedokteran dan

mempromosikan kesehatan masyarakat(1). Sekolah Kedokteran dapat membebankan stres

psikologis yang signifikan pada mahasiswa Kedokteran (2-7). terutama melalui tekanan waktu,

besarnya jumlah informasi baru, jam kerja yang berlebihan dan pengetahuan yang pada akhir

pendidikan akan bertanggung jawab secara langsung atas kesehatan dan kesejahteraan orang lain

dan setelah matrikulasi mereka (2, 8, 9). Tingkat morbiditas psikologis telah dilaporkan pada

mahasisa kedokteran mulai dari stres, masalah interpersonal dan ide bunuh diri sampai gangguan

kejiwaan (2, 8). Laporan ini telah menyebabkan peningkatan untuk memerhatikan bagaimana

tekanan mahasiswa dapat mempengaruhi belajar mereka,perkembangan professional dan kontak

pasien (1, 6, 9). Masalah psikologis dari stress sekolah kedokteran dapat maramalkan masalah

kesehatan mental yang timbul kemudian, mahasiswa jarang mencari bantuan untuk masalah

mereka (8, 10, 11). Dalam hal ini, perhatian difokuskan pada peningkatan stres, masalah

kesehatan dan masalah emosional di antara mahasiswa kedokteran (3, 7, 12).

Keputusan berkarir dalam kedokteran dapat dipengaruhi oleh banyak faktor. Selain

faktor-faktor eksternal, seperti pengaruh orangtua, antisipasi pendapatan dan prestise, faktor-

faktor seperti kesediaan untuk membantu orang lain, minat utamanya dalam kedokteran atau

ingin menjadi terampil dalam Kedokteran dilaporkan sebagai faktor-faktor yang lebih personal

dalam literature (13-16). Keinginan didefinisikan sebagai kehendak yang kuat untuk memiliki

atau melakukan sesuatu yang dirasa patut untuk memiliki efek pada pilihan karir dan psikologis

kesejahteraan (17). Pendidikan universitas di Turki berdasarkan pada pemeriksaan selektif yang

dilakukan oleh negara Turki sekali setahun (ujian seleksi mahasiswa [SSE]) setelah sekolah

menengah dan sekolah-sekolah medis memerlukan nilai tinggi berdasarkan pemeriksaan ini.

mahasiswa dapat mengembangkan daftar terbatas pada 18 pilihan tentang pilihan karir menurut

skor pemeriksaannya. Pemerintah yang memutuskan fakultas mana yang mahasiswa dapat

masuk. Oleh karena itu mahasiswa harus berjuang untuk nilai tinggi dan calon mahasiswa

kedokteran dan fakultas kedokteran harus ditempatkan pada nomor pertama dari 18 pilihan yang

ada. Fakta bahwa para siswa membuat daftar dan fakultas kedokteran di tempatka pada daftar

menunjukkan keinginan karir. Ini berarti bahwa seorang mahasiswa yang menempatkan

Page 3: Kecemasan Dan Depresi Pada Mahasiswa Kedokteran Yang Berkaitan Dengan Keinginan Dan Harapan Dari Karier Kedokteran

kedokteran pada urutan ketujuh belas memiliki keinginan yang kurang pada ilmu kedokteran

dibandingkan pada yang menempatkan fakultas kedokteran pada pilihan pertama. Keinginan

dapat membuat orang bahagia atau puas meskipun menantang dan dengan demikian dapat

menjadi faktor pelindung terhadap pengalaman yang keras dari sekolah kedokteran disebutkan

sebelumnya. Harapan adalah kepercayaan yang dianggap paling mungkin terjadi, mungkin non-

realistic dan dapat mengakibatkan kekecewaan (17). Beberapa kondisi seperti perubahan

kebijakan kesehatan atau pendapatan lebih rendah dll dapat menyebabkan kekecewaan pada

sukarelawan (18, 19). Dalam sudut pandang ini, harapan tidak terpenuhi seharusnya menambah

pengalaman pada Fakultas Kedokteran. Literatur tentang kecemasan dan tingkat depresi

mahasiswa umumnya memfokuskan pada penyebab seperti jenis kelamin, tahun sekolah, tekanan

akademis dan poin akhir seperti kinerja akademis yang buruk, gangguan tidur dan iden bunuh

diri(1,2,4-6,8,20). Penting untuk menyelidiki efek dari keinginan dan harapan di Ilmu

Kedokteran pada tingkat kecemasan dan tingkat depresi mahasiswa kedokteran dan studi ini

terutama bertujuan untuk mengeksplorasi aspek ini pada mahasiswa Kedokteran dalam dua tahun

pertama mereka sekolah medis di Turki.

SUBJEK DAN METODE

Ini adalah cross sectional study. Semua mahasiswa kedokteran tahun

pertama (n= 164) dan kedua ( n = 186 ) yang memulai pelatihan kedokteran

pada tahun akademik 2007 dan 2008 pada Selcuk University Meram Medical

Faculty diundang untuk berpartisipasi

sesuai dengan hipotesis bahwa masalah penyesuaian diantisipasi dengan

lebih mendalam di dua tahun ini dan para pelajar itu dapat mengingat daftar

preferensi mereka,alasan dari lebih memilih karir kedokteran dan

pengharapan - pengharapan menjadi lebih mudah tanpa factor pembauran

dari waktu pada ingatan. Informed consent diperoleh secara oral sejak

kuisioner diberikan sendiri dan pelajar diingatkan tidak menulis nama

(anonym). Partisipasi bersifat sukarela. Para siswa diminta untuk melengkapi

kuisioner di kelas pada saat akhir pelajaran dan dikembalikan ke penulisnya

pada sesi yang sama.

Page 4: Kecemasan Dan Depresi Pada Mahasiswa Kedokteran Yang Berkaitan Dengan Keinginan Dan Harapan Dari Karier Kedokteran

Kuisioner tidak diterapkan beberapa saat sebelum ujian,karena

ketakutan tercatat akan sangat meningkat pada periode pre-ujian

(1).kuisionernya terdiri dari demographis variable dan pertanyaan seputar

daftar preferensi karer. Demographic variable adalah : umur,jenis

kelamin,kota asal,pendapatan keluarga dan pendidikan terakhir. Melalui

pertanyaan terbuka, alasan untuk menjadi seorang dokter dan pengharapan

dari karer kedokteran ditanyakan dan dikelompokkan sesuai dengan tema

dari jawaban.

sebagai tambahan,gejala anxiety dan depresi dinilai dengan Hospital Anxiety

and depression scale (HADS) pada kuisioner yang sama (21). Skala Laporan

khusus ini terdiri atas 14 item,tujuh untuk anxiety dan tujuh untuk depresi

masing-masing item dinilai dari skala 0 sampai 3. Hal ini ditemukan untuk

menunjukkan dengan benar penilaian gangguan anxietas dan depresi pada

keduanya somatic,psikiatri dan patien pelayanan primer dan populasi umum

(22). Validitas dan reabilitas dari versi Turki tentang skala telah dibuat dan

pemotongan ditentukan dari tujuh untuk depresi dan 10 untuk anxietas pada

Turks (23).

Keinginan menjadi mahasiswa kedokteran muncul pada SSE yang

membuat seleksi hanya antara fakultas kedokteran pada bentuk aplikasi

atau sebagai penyortiran fakultas kedokteran pada satu tiga alternative

pemilihan karier antara fakultas lainnya itu sudah disebutkan pada

perkenalan. Alasan menjadi dokter telah dikategorikan sebagai garansi

pekerjaan,tekanan dari luar (harapan orang tua,dokter relative,guru etc) dan

menjadi seorang dokter yang ideal. Harapan dikelompokkan sesuai dengan

jawaban : gengsi dari obat,factor ekonomi (kondisi ekonomi yang lebih baik

etc) dan kepuasan pekerjaan

Semua analisi ditampilkan dengan SPSS 10.0 sofware ®. Total nilai

dari HADS dikalkulasikan dan dianalisis berdasarkan jenis kelamin,tahun

belajar,kota asal,pendapatan orang tua,Sekolah tinggi terakhir, jenis

Page 5: Kecemasan Dan Depresi Pada Mahasiswa Kedokteran Yang Berkaitan Dengan Keinginan Dan Harapan Dari Karier Kedokteran

prefensi,alasan menjadi dokter dan harapan dari karir kedokteran. Table

frekuensi digunakan untuk menghitung jumlah rata-rata dari demographic

variable. One-way prosedur Analysis of Variance (ANOVA) ,dan t-test

dilakukan untuk membandingkan variable parametric. Untuk yang non-

parametric variable, chi-square dan kruskal –wallis test dilakukan, P<0.05

dianggap sudah signifikan.

HASIL

Kami menerima 290 kuesioner, mewakili tingkat respons 82.85%

(84.75% di tahun pertama dan 81.18% siswa tahun kedua). Usia rata-rata

siswa adalah 19.02 ± 1.3 tahun. Ada 55.9% (n = 162) responden laki-laki dan

hanya 12,1% (n = 35) dari mereka berasal dari bagian pedesaan Turki.

Mayoritas dari mereka (suara 61.7%, n = 179) lulus dari sekolah tinggi

negara yang memerlukan pemeriksaan untuk penerimaan mereka.

Sementara kebanyakan dari mereka (87,9%, n = 255) memilih pendidikan

kedokteran sebagai tiga pertama alternatif pilihan karir dan lebih dari

setengahnya (51.7%, n = 150) tidak memilih karir lain kecuali pendidikan

kedokteran dalam ujian seleksi mahasiswa.

Alasan utama untuk menjadi seorang dokter adalah jaminan pekerjaan

(49,0%, n = 142) dan yang paling diharapkan dari pendidikan kedokteran

adalah prestise (71.0%, n = 206). Tabel 1 menunjukkan karakteristik

mahasiswa Kedokteran.

Tabel 1: Karakteristik utama mahasiswa kedokteran yang

berpartisipasi dalam studi

Page 6: Kecemasan Dan Depresi Pada Mahasiswa Kedokteran Yang Berkaitan Dengan Keinginan Dan Harapan Dari Karier Kedokteran

Skor rata-rata kecemasan 7.66 ± 3.21 dan Skor rata-rata depresi 5.77 ±

3.45. Berdasarkan batas yang ditetapkan, 20.3% mahasiswa Kedokteran

memiliki gejala kecemasan dan 29,3% memiliki gejala depresi. Tiga puluh

murid perempuan (10,3%) dan 29 (10,0%) siswa laki-laki memiliki gejala

kecemasan; 25 (8.6%) perempuan dan laki-laki 60 (20.7%) memiliki gejala

depresi. Dalam hal kecemasan, ada perbedaan yang signifikan menurut

pendapatan keluarga, alasan untuk menjadi seorang dokter dan harapan dari

kedokteran (p < 0,05). Tabel 2 menunjukkan efek variabel yang berbeda

pada tingkat kecemasan mahasiswa Kedokteran.

Tabel 2: Tingkat kecemasan mahasiswa kedokteran berdasarkan

variable yang berbeda

Page 7: Kecemasan Dan Depresi Pada Mahasiswa Kedokteran Yang Berkaitan Dengan Keinginan Dan Harapan Dari Karier Kedokteran

Tingkat depresi secara signifikan lebih tinggi pada siswa tahun kedua

dan siswa laki-laki (p < 0,05). Juga, siswa dari daerah pedesaan dan keluarga

berpenghasilan rendah yang lebih tertekan (p < 0,05). Fakultas yang terkait

dengan ilmu-ilmu sosial lebih disukai dari pada pendidikan dokter. Tekanan

eksternal pada proses pengambilan keputusan dan harapan kondisi ekonomi

yang lebih baik dengan profesi medis membuat siswa lebih tertekan (p <

0,05).Perbedaan tingkat depresi disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3: Tingkat Depresi mahasiswa kedokteran berdasarkan variable

yang berbeda

Page 8: Kecemasan Dan Depresi Pada Mahasiswa Kedokteran Yang Berkaitan Dengan Keinginan Dan Harapan Dari Karier Kedokteran

DISKUSI

Berdasarkan pada sebuah studi pada mahasiswa kedokteran estonia, 21,9% memiliki

gejala anxietas dan 30,6% gejala adalah depresi (4). Dengan cara yang sama, pada studi ini,

20,3% dari mahasiswa kedokteran berada di atas batas tingkat dari anxietas dan 29,3% untuk

depresi. Tidak terdapat persetujuan umum mengenai efek gender didalam literatur. Sementara

beberapa studi melaporkan bahwa perempuan dominan dalam anxietas dan tingkat depresi,

lainnya menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan gender (1,4-6,24). Beberapa catatan

bahwa laki-laki lebih kesepian tetapi skor perempuan lebih tinggi pada tingkat anxietas secara

Page 9: Kecemasan Dan Depresi Pada Mahasiswa Kedokteran Yang Berkaitan Dengan Keinginan Dan Harapan Dari Karier Kedokteran

umum dan tidak terdapat perbedaan dalam depresi (20). Yang mencolok pada semua studi ini

meskipun tidak terdapat perbedaan gender untuk anxietas, laki-laki secara signifikan lebih

depresi dalam studi ini. Hal ini dapat merupakan konsekuensi dari faktor-faktor budaya. Anak

laki-laki di turki yang mengambil peran sebagai ayah untuk keseluruhan keluarga memiliki

tanggung jawab lebih dan harus lebih kompeten. Di samping itu, efek negatif dari pendidikan

kedokteran pada kondisi psikologis mahasiswa agak lebih berat diantara mahasiswa kedokteran

turki (2).

Study saat ini menemukan 7,6% dan 9,3% mahasiswa tahun pertama berada di atas dari

tingkat batas anxietas dan depresi, berturut-turut. Skor anxietas dari mahasiswa tahun kedua

lebih tinggi namun skor depresi telah secara signifikan lebih tinggi daripada mahasiswa tahun

pertama. Perburukan ini dalam kesejahteraan mahasiswa dalam satu tahun akademik dalam

fakultas kedokteran menyerupai studi-studi sebelumnya yang melaporkan perburukan yang sama

dalam kesehatan psikologis dari mahasiswa selama pendidikan kedokteran (2,3,5,24). Meskipun

tingkat anxietas dari mahasiswa dari daerah-daerah pedesaan tidak berbeda dibanding yang

lainnya, tingkat depresi mereka lebih tinggi secara signifikan. hal ini bisa jadi berhubungan

dengan masalah adaptasi perkotaan dari mahasiswa-mahasiswa ini dan perbedaan dari kualitas

kehidupan (25,26). Namun studi lainnya melaporkan pada mahasiswa-mahasiwa yang

mempersiapkan kepada perubahan memberikan laporan yang baik dan menganggap perubahan

sebagai keuntungan (27). Yang mencolok pada laporan sebelumnya, setengah dari mahasiswa

dari studi sekarang berasal dari keluarga yang berpenghasilan rendah dan memiliki tingkat

anxietas dan depresi yang secara signifikan lebih tinggi (13,28). Berlawanan dengan studi

sebelumnya, mahasiswa dalam studi ini sebagian besar lulusan dari SMA Negeri daripada

sekolah-sekolah pribadi (13).

Sebuah studi menyatakan bahwa penyaring utama yang menetapkan siapa yang akan

memasuki sekolah kedokteran, adalah bukan proses perizinan dari sekolah kedokteran namun

lebih kepada sebuah keputusan individu yang diterapkan sebagai perizinan (14). Fakultas

kedokteran pilihan adalah tanda awal dari hasrat terhadap kedokteran. Dalam sebuah studi dari

Turki, penulis mencatat bahwa 43,7% dari mahasiswa kedokteran membuat pilihan hanya untuk

fakultas kedokteran dalam lima kesempatan pilhan mereka saat SSE (29). Dalam indeks studi,

87,9% dari mahasiswa memilih fakultas kedokteran dalam tiga pilihan pertama mereka. Hal ini

Page 10: Kecemasan Dan Depresi Pada Mahasiswa Kedokteran Yang Berkaitan Dengan Keinginan Dan Harapan Dari Karier Kedokteran

menunjukkan tingginya keinginan dari Mahasiswa Selcuk University terhadap pendidikan

kedokteran. Tanda hasrat lainnya adalah dalam konten daftar pilihan-pilihan karir. Seseorang

dapat memilih hanya fakultas kedokteran yang menunjukkan keinginan atau fakultas yang

berbeda di luar kedokteran. Lebih dari setengah mahasiswa dalam studi ini memilih hanya

faklutas kedokteran. Yang kemungkinan konsekuensi dari keinginan yang rendah berdasarkan

pada daftar pilihan karir, mahasiswa yang memiliki pilihan karir yang berbeda selain kedokteran

terutama orang-orang yang terdaftar pendidikan ilmu sosial di bagian atas daftar secara

signifikan lebih tertekan.

Benbassat dan Baumal menyarankan untuk memberikan informasi yang rinci yang harus

terdiri dari persyaratan untuk pelatihan medis secara umum, jam bekerja, kualitas hidup dokter,

penyebab paling sering dari ketidakpuasan, kesalahan medis, dll dalam membantu kandidat

dalam membuat sebuah keputusan yang berpengetahuan (14). Sebagai gantinya dari pandangan

mereka, sebagian besar siswa pada studi ini memiliki pengetahuan tentang pendidikan

kedokteran dan kondisi social dan hasilnya memperlihatkan bahwa mereka tidak dikecewakan.

Diperkirakan setengah dari siswa yang dilaporkan di sini, jaminan pekerjaan adalah alas an

utama untuk pilihan karir kedokteran. Hal itu mungkin mengacu kepada kondisi ekonomi di

negara ini. Di Turki, karir kedokteran adalah salah satu profesi yang menyediakan jaminan

pekerjaan. Bagaimana dengan cita-cita? Pada studi sebelumnya, Kedokteran adalah cita-cita dari

61,7% siswa kedokteran (29). Pada studi ini, 34,8% dari siswa memiliki memiliki cita-cita

menjadi dokter. Ini mungkin disebabkan perubahan factor dalam pemilihan karir di Turki. Hasil

yang paling penting dari studi ini adalah tingginya tingkat kecemasan dan depresi secara

signifikan pada siswa yang menyatakan bahwa tekanan eksternal mempengaruhi keputussan

mereka. Sebagaimana yang beberapa penulis tunjukkan, karena para siswa tidak cukup dewasa

untuk menilai kemampuan mereka secara realistis dan objektif, terkadang mereka memulai

pendidikan kedokteran tanpa minat (14).

Harapan adalah factor terakhir yang dihipotesiskan mempengaruhi tingkat kecemasan dan

depresi. Papda waktu yang sama, harapan ini menunjukkan keadaan bahwa kedokteran

memegang arena public. Mungkin masih bisa dikatakan bahwa menjadi dokter masih

mengangkat kewibawaan yang hebat di Turki dan siswa yang berharap seperti itu tidak

dikecewakan. Tetapi aspek ekonomi dari profesi ini membuat siswa menjadi lebih cemasdan

Page 11: Kecemasan Dan Depresi Pada Mahasiswa Kedokteran Yang Berkaitan Dengan Keinginan Dan Harapan Dari Karier Kedokteran

tertekan dan kekecewaan ini dapat mengarah ke kondisi ekonomi yang lebih miskin seperti yang

dialami dokter di dunia sebenarnya. Bertentangan dengan studi lain yang memperhatikan bahwa

8,5% siswa memutuskan menjadi dokter karena wibawa dan uang, kami menemukan 83,8%

siswa kedokteran berharap menghasilkan banyak uang (29). Ini mungkin juga mengacu pada

perubahan profil siswa kedokteran di Turki. Tetapi harapan ini sepertinya tidak realistis.

Mungkin karena tahun akademik dari siswa, kepuasan profesi tidak bepengaruh pada tingkat

kecemasan dan depresi.

Pembatasan dari studi ini adalah desain cross-sectional, self –reported kuisioner, dan

partisipasi sukarela. Hasil ini tidak bisa disamaratakan dengan siswa kedokteran di fakultas

lainnya. Meskipun skala yang kami gunakan divalidasikan pada kelompok studi berbeda, itu

merupakan skala skrining dan hanya menunjukkan siswa yang beresiko. Sebagai pendidik,

tanggung jawab pertama kami adalah mengenali resiko dan membantu mengubah factor yang

meningkatkan resiko, jadi kami berpikir bahwa cukup hanya dengan tes skiring saja.

Kesimpulannya, meskipun sekolah kedokteran harus menjalankan proses seleksi ekstensif

untuk mengenali siswa yang cerdas dan ‘altruistik’, fakultas kedokteran yang tidak bisa

menentukan kandidat sebagaimana di Turki harus mengetahui profil demografi siswa, factor

yang mempengaruhi keputusan mereka dan harapan mereka dalam membimbing mereka (1, 30,

31) Sebagaimana disebutkan sebelumnya, pelatihan kedokteran itu lama, berat dan mahal dan

penting untuk menjamin tingkat atrisi menjadi minimum dalam mengurangi kelebihan upaya dan

sumberdaya (30). Kami percaya bahwa index studi membawa aspek baru pada penyebab

kecemasan dan depresi siswa kedokteran. Studi prospektif, longitudinal dan multicenter masih

diperlukan untuk mengenali siswa dan factor terkait pendidikan yang mempengaruhi kesehatan

psikologi dari siswa kedokteran.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis sangat berterima kasih kepada mahasiswa kedokteran Universitas Selcuk untuk

partisipasi mereka.

Page 12: Kecemasan Dan Depresi Pada Mahasiswa Kedokteran Yang Berkaitan Dengan Keinginan Dan Harapan Dari Karier Kedokteran

Kecemasan dan Depresi pada Mahasiswa Kedokteran yang Berkaitan dengan

Keinginan dan Harapan dari Karier Kedokteran

Oleh :

Page 13: Kecemasan Dan Depresi Pada Mahasiswa Kedokteran Yang Berkaitan Dengan Keinginan Dan Harapan Dari Karier Kedokteran

Astrid Harvindra P 733

Abdurrahman Arsyad As Siddiqi P 734

Widya Maryetti P 901

Muhammad Huki Zukhrufan P 1053

Ridho Akbar Syafwan P 1056

Pamella Kusuma Werdanie P 1058

Rizki Widyarsya Putra P 1064

Dandy Azmi Azwir P 1065

Helmatu Khairi P 1071

Preseptor :

Dr. Yaslinda Yaunin, Sp. KJ

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

RSUP DR. M. DJAMIL

PADANG

2012