kecepatan reaksi
TRANSCRIPT
1
LABORATORIUM KIMIA FISIK
SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2011/2012
MODUL : PENENTUAN KONSTANTAKECEPATAN REKSI
PEMBIMBING : Dra.Ari Marlina,M.Si
Oleh
Kelompok : IV (Empat)
: Fredy Gultom (111411043)
Ginanjar Surya R (111411044)
Hana Afifah Rahman (111411045)
Iffa Ma’rifatunnisa (111411046)
Kelas : 1B
PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2011
Praktikum : 13 Oktober 2011Penyerahan : 20 Oktober 2011
1
LABORATORIUM KIMIA FISIK
SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2011/2012
MODUL : PENENTUAN KONSTANTAKECEPATAN REKSI
PEMBIMBING : Dra.Ari Marlina,M.Si
Oleh
Kelompok : IV (Empat)
: Fredy Gultom (111411043)
Ginanjar Surya R (111411044)
Hana Afifah Rahman (111411045)
Iffa Ma’rifatunnisa (111411046)
Kelas : 1B
PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2011
Praktikum : 13 Oktober 2011Penyerahan : 20 Oktober 2011
1
LABORATORIUM KIMIA FISIK
SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2011/2012
MODUL : PENENTUAN KONSTANTAKECEPATAN REKSI
PEMBIMBING : Dra.Ari Marlina,M.Si
Oleh
Kelompok : IV (Empat)
: Fredy Gultom (111411043)
Ginanjar Surya R (111411044)
Hana Afifah Rahman (111411045)
Iffa Ma’rifatunnisa (111411046)
Kelas : 1B
PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2011
Praktikum : 13 Oktober 2011Penyerahan : 20 Oktober 2011
2
KONSTANTA KECEPATAN REAKSII. TUJUAN PRAKTIKUM
a) Memahami proses reaksi yang terjadi (reaksi antara H2O2 dengan HI)
b) Melakukan titrasi dengan baik dan benar
c) Menentukan konstanta kecepatan reaksi
II. DASAR TEORI
Pada suhu kamar cairan Hidrogen peroksida mengalami reaksi
autoprotolitik. Reaksi:
2H2O2 ↔ H3O2+ + H2O2- (K=1,55. 10-12)
Dari harga tersebut dapat ditunjukan bahwa H2O2 merupakan pelarut
yang protonik, disamping sebagai oksidator kuat, baik dalam usasana asam
maupun dalam suasana basa. Hidrogen peroksida dalam suhu kamar juga akan
terurai menjadi:
2H2O2 ↔ 2H2O + O2 ∆H= -23,6 Kkal
Dengan adanya katalisator (misalnya Cl2, Br2, Fe) maka penguraian akan
semakin cepat, demikian pula jika suhunya dinaikkan. Hidrogen
peroksida membebaskan iodium yang berasal dari kalium iodida yang telah
diasamkan dengna asam sulfat. Keepatan reaksi tersebut sanat tergantung pada
konsentrasi peroksida , kalium iodida, dan asam sulfatnya. Jika reaksi ini
merupakan reaksi irreversibel (karena adanya natrium tiosulfat yang akan
merubah yodium bebas menjadi asam yodida kembali), maka kecepatan reaksi
yang terjadi besarnya seperti pada reaksi pembentukannya, sampai konsentrasi
terakhir tidak berubah.
Reaksi yang terjadi dapat sdilihat di bawah ini:
H2O2 + KI + H2SO4 → K2SO4 +I2 + 2H2O
2S2O3-2 + I2 → 2I- + S4O6
-2
Pada percobaan ini, kecepatan reaksi hanyatergantung pada berkurangnya
konsentrasi hidrogen iodida saja, sehingga reaksi mengikuti reaksi orde/ tingkat 1.
Oada larutan yang mempunyai keasaman yang tinggi atau konsentrasi iodida yang
tinggi, akan diperoleh kecepatan reaksi yang lebih besar. Kecepatan indikator
3
kanji terhadao iod sangat diperlukan, dimana kanji dengann iod akan berekasi
membentuk senyawa komplek yang berwarna biru, karena adanya adsorpsi iod
oleh koloid kanji. Besarnya adsorpsi larutan kanji terhadap iod dipengaruhi oleh
konsentrasi iodida yang resedia. Dengan demikian timbulnya warna biru bukan
hanya ditentukan oleh konsentrasi iod saja melainkan juga karena adanya iodida.
Oleh Kolthof dijelaskan bahwa semakin tinggi konsentrasi iodida,
kepekaannya akan naik dengna perlahan, tetapi jika semakin rendah konsentrasi
iodidanya makan kepekaannya akanmenurun dengan cepat.
Untuk menentukan kecepatan reaksi, perlu ditentukan terlebih dahulu
konstanta kecepatan reaksi yang dapat ditentukkan dengan :
- dC/dt = kCn
- dC/C = k dt
Ln C = -kt
Ln (Ct/Co) = -kt
k = -1/t ln (Ct/Co) atau k= 1/t(Co/Ct)
dimana: Co : konsentrasi awal (mula-mula)
Ct : konsentrasi setelah t detik
k : Konstanta kecepatan reaksi
Volume tiosulfat yang digunakan untuk titrasi sebanyak b pada saat t
detik, merupakan jumlah peroksida yang bereaksi selama t detik. Konsentrasi
setelah t detik besarnya adalah (a-b). Jika a adalah banyknya (volume) tiosulfat
yang dimasukkan pada saat to atau muula-mula, maka persamaannya menjadi:
k = 1/t ln a(a-b)
kt = ln a/(a-b) ...............................................................(1)
dengan membuat kurva t lawan ln a/(a-b) akan diperoleh harga k yang
merupakan koefisien arah (gradien) dari garis lurus. Atau persamaan (1) diubah
menjadi
kt = ln a- ln(a-b)
ln(a-b) = -kt + ln a
kemudia dibuat kurva antara ln (a-b) lawan t, akan diperoleh konstanta
kecepatan reaksinya, yaitu harga k sebagai koefisien arah garis lurus.
4
tg α = - k tg α = k
t t
Gambar kurva ln (a-b) lawan t Gambar kurva ln a/(a-b) lawan t
ln (a-b) ln a/(a-b)
5
III. PROSEDUR KERJA
3.1 Alat-alat dan Bahan
a. Alat-alat
Buret 50 ml
Labu erlenmeyer 1 l,250 ml
Gelas ukur 100 ml
Gelas kimia 200 ml
Labu ukur 100 ml
Labu takar 100 ml
Pengaduk magnet dan stpwatch
Botol semprot
Pemanas atau hot-plate
b. Bahan
Larutan H2O2 3%
Larutan H2SO4 2 N
Larutan KMnO4 0,1 N
Kristal Kalium Iodida |KI|
Larutan Na2S2O3 0,1 N
Larutan Kanji 10%
Larutan H2SO4 pekat
Air Suling
3.2 Cara Kerja
a. Penentuan ekivalen H2O2 dengan tiosulfat
Encerkan 10 ml H2O2 3% menjadi 100 ml dalam labu takar
1. Ambil 10 ml H2O2 dari pengenceran tersebut diatas masukkan
ke dalam erlenmeyer 250 ml dan tambahkan 10 ml asam sulfat 2
N
2. Titrasi dengna larutan KMnO4 0,1 N (catat volumenya jika
larutan telah berubah warnanya, menjadi merah muda)
6
Timbang 2 gram kristal KI, masukkan ke dalam erlenmeyer
250 ml
1. Larutkan dengan 20 ml air suling dan tambahkan 1 ml asam
sulfat pekat
2. Tambahkan 10 ml larutan KMnO4 0,1 N dan biarkan selama 10
menit
3. Titrasi dengna larutan Na2S2O3 0,1 N (catat jika titik
ekivalennya tercapai)
b. Penentuan Kecepatan Reaksi
Isi Buret dengan larutan standar Na2S2O3 0,1 N
Buat 2 macam larutan berikut:
1. Larutan a: diambil 5 ml H2O2 3% dan dimasukkan ke dalam
labu takar 100 ml, diencerkan dengan air suling sampai tanda
batas
2. Larutan b: diambil 500 ml air suling dan 30 ml asam sulfat 2 N,
dimasukkan kedalam labu erlenmeyer 1 L. Dtambahkan 3 ml
larutan kanji dan 1,5gram KI yang telah dilarutkan dalam air
suling. Ditambahkan kedalam larutan diatas dengan 2 ml
larutan tiosulfat (dari buret)
Dimasukkan larutan a dengan cepat ke dalam larutan b dan
stopwatch mulai diajalankan
Larutan diaduk dengan pengaduk magnet dan dicatat waktunya
pada saat larutan berubah warnanya menjadi biru
Ditambahkan 2 ml larutan tiosulfat dan buret, diaduk
Dicatat waktunya pada saat larutan berubah menjadi biru, demikian
seterusnya sampai diperoleh 10 data pengamatan.
7
IV. DATA PENGAMATAN
4.1 Penentuan ekivalen H2O2 dengan tiosulfat
Titrasi 10 ml H2O2 dengan KMnO4 0,1 N = 11,3 ml
- Titrasi 1 : 12
- Titrasi 2 : 11
- Titrasi 3 : 11
- Rata-rata : 11,3 ml
Titrasi 10 ml KMnO4 dengan Na2S2O3 0,1 N = 10,6 ml
- Titrasi 1 : 10
- Titrasi 2 : 11
- Titrasi 3 : 11
- Rata-rata : 10,6 ml
Tabel 1. Penentuan kecepatan reaksi
No Na2S2O3 (b)ml
T (detik)
1 2 ml 01.262 4 ml 02.463 6 ml 04.084 8 ml 05.415 10 ml 07.176 12 ml 08.587 14 ml 10.508 16 ml 12.389 18 ml 14.4410 20 ml 17.13
8
V. PENGOLAHAN DATA
5.1 Penentuan ekivalen H2O2 dengan tiosulfat
10 mL H2O2 0,3%x = 11,3 mL KMnO4
10 mL KMnO4 y = 10,6 mL tiosulfat
1 mL KmnO4 = , = 1,06 mL
11,3 mL KmnO4. = , , = 11,98 mL tiosulfat
10 mL H2O2 0,3% . = , , = 11,98 mL tiosulfat
10 L H2O2 3% x.y = 11,3 x 10,6 = 119,78 mL tiosulfat
5.2 Penentuan Kecepatan Reaksi
a = volume tiosulfat yang ditambahkan saat to (mula-mula)
a = 5/10 x y mL
a = x.y/2 mL
a = 11,3 . 10,6 / 2
a = 119,78 / 2
a = 59,89 ml
b = 2 mL, 4 ml, 6 ml, 8 ml, 10 ml, 12 ml, 14 ml, 16 ml, 18 ml,
dan 20 ml
Sehingga :
No. t (detik) b(mL) a-b(mL)
ln a ln (a-b) −1. t0 = 6 0 59,89 4,09 4,09 02. t1 = 86 2 57,89 4,09 4,05 0,0343. t2 =166 4 55,89 4,09 4,02 0,0694. t3 =248 6 53,89 4,09 3,99 0,1055. t4 =341 8 51,89 4,09 3,95 0,1436. t5 =437 10 49,89 4,09 3,91 0,1827. t6 =538 12 47,89 4,09 3,87 0,2238. t7 =650 14 45,89 4,09 3,83 0,2669. t8 =758 16 43,89 4,09 3,78 0,31110. t9 =884 18 41,89 4,09 3,73 0,35711. t10 =1033 20 39,89 4,09 3,69 0,406
9
percobaan 1
kt = ln a – ln (a-b)
k(6) = 4,09 – 4,09
k= 0
percobaan 2
kt = ln a – ln (a-b)
k(86) = 4,09 – 4,05
k = 4,65. 10-4
percobaan 3
kt = ln a – ln (a-b)
k(166) = 4,09 – 4,02
k = 4,2. 10-4
percobaan 4
kt = ln a – ln (a-b)
k(248) = 4,09 – 3,99
k = 4. 10-4
percobaan 5
kt = ln a – ln (a-b)
k(341) = 4,09 – 3,95
k = 4,1. 10-4
percobaan 6
kt = ln a – ln (a-b)
k(437) = 4,09 – 3,91
k = 4,1. 10-4
percobaan 7
kt = ln a – ln (a-b)
k(538) = 4,09 – 3,87
k = 4,1. 10-4
percobaan 8
kt = ln a – ln (a-b)
k(650) = 4,09 - 3,83
k = 4.10-4
percobaan 9
kt = ln a – ln (a-b)
k(758) = 4,09 – 3,78
k = 4,1. 10-4
percobaan 10
kt = ln a – ln (a-b)
k(884) = 4,09 – 3,73
k = 4,1. 10-4
percobaan 11
kt = ln a – ln (a-b)
k(1033) = 4,09 – 3,69
k=3,9.10-4
Sehingga = 4,125. 10-4
10
Tg α = -k
k = - = - ( , , )( ) = - , = 3,9x 10-4
Tg α = k
k = = ( , )( )= - , = 3,9 x 10-4
3,43,53,63,73,83,9
44,14,2
6 86 166 248 341 437 538 650 758 884 1033
ln (a
-b)
Time (s)
Kurva ln (a-b) vs Time
ln (a-b)
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
6 86 166 248 341 437 538 650 758 884 1033
ln a
(a-b
)
Time (s)
Kurva ln a/(a-b) terhadap t
ln a/(a-b)
11
VI. PERTANYAAN
1. Apa yang dimaksud dengan kecepatan reaksi ?
2. Apa satuan konstanta kecepatan reaksi untuk reaksi tingkat -1?
3. Tuliskan reaksi yang terjadi secara lengkap.
4. Berapa konsentrasi H2O2 yang digunakan?
5. Apa kegunaan asam sulfat dalam percobaan ini?
Jawaban :
1. Kecepatan reaksi adalah suatu besaran yang menyatakan bertambahnya
jumlah konsentrasi produk per satuan waktu dalam suatu reaksi kimia
2. Satuannya adalah 1/t atau detik -1
3. Penentuan ekuifalen H2O2 dengan KMnO4 :
4. 2KMnO4 +5H2O2 + 3H2SO4 K2SO4 + 2MnSO4 +8H2O + 5O2
Penentuan ekifalen Tiosulfat dengan KMnO4:
KMnO4 + 2H2SO4 + KI+2H+ K2SO4 + I2+ MnSO4+4H2O I2 +
2S2O32- 2I-+ S4O6
2-
Penentuan kecepatan reaksi:
H2SO4 + 2H2O2+ 2KI + 2S2O32-+ amilum K2SO4+ I2 Amil +
2H2O + O2+ S4O62-
5. 5 mL H2O2 3% 3 gram dalam 100 mL
= ×= ×
= 0,8824 M
6. Asam sulfat berfungsi sebagai pengasam karena KMnO4 bersifat
oksidator, dan Na2S2O3 bersifat sebagai reduktor, keduanya terjadi hanya
dalam suasana asam. Dan asam sulfat dipilih karena garam-garam sulfat
dari hasil reaksi nya tidak memiliki warna (tidak berwarna) sehingga tidak
mengganggu pengamatan dari titik akhir (TA) dalam reaksi tersebut.
12
VII. PEMBAHASAN
a. Oleh : Freddy
NIM : 111411043
Percobaan pertama berujuan untuk standarisasi H2O2 dengan KMnO4 .
Langkah pertama yaitu mengambil H2O2 3% kemudian mengencerkannya
menjadi 100 ml dalam labu takar. Ambil H2O2 dari pengenceran tersebut lalu
masukkan kedalam erlenmeyer 250 ml dan tambahkan 10 ml asam sulfat 2 N.
Kemudian titasi larutan tersebut dengan larutan KMnO4 , titik ekivalen
ditandai dengan terjadinya perubahan warna bening menjadi merah muda
pada volume rata-rata dari tiga kali percobaan yaitu 11,3 ml.
Percobaan ke dua yaitu standarisasi tiosulfat. Kalium permanganat
terlebih dahulu direaksikan dengan KI dalam suasana asam sehingga akan
membebaskan I2 yaitu dengan cara memasukkan 2 gram kristal KI ke dalam
erlenmeyer 250 ml. Larutkan dengan 20 ml air suling dan tambahkan 1 ml
asam sulfat pekat. Terakhir campurkan KMnO4 0,1 N. Diamkan selama 10
menit kemudian titrasi dengan larutan tiosulfat 0,1 N. Setelah itu amati titik
ekivalenya. Titik ekivalen tercapai jika warna larutan berubah menjadi
bening. Dari rta-rata 3 kali percobaan diperoleh vilume tittasinya yaiu 10,6
ml. Kecepatn reaksi sangat bergantung pada konsentrasi peroksida, kalium
iodida, dan asam sulfatnya. Reaksi ini merupakan reaksi irreversibel, maka
kecepatan reaksi yang terjadi besarnya seperti pada reaksi pembentukkannya
sampai konsentrasi terakhir tidak berubah.
Percobaan ke tiga yaitu penentuan keceptan reaksi yaitu dengna cara
mengambil buiret dan mengisinya dengna larutan standar tiosulfat 0,1 N, lalu
buat dua macam larutan yaitu larutan a dan larutan b. Larutan a: larutan 5
ml H2O2 3% yang dimasukkan kedalam labu takar 100 ml. Kemudian
diencerkan dengan air sulung sampai tanda batas. Larutan b: Masukkan
500 ml air suling dan 30 ml asam sulfat 2 N kedalam labu elrlenmeyer 1 L.
Lalu tambahkan ke dalam 3 ml larutan kanji dan 1,5 gram KI yang telah
dilarutkan air suling. Setelah itu tambahkan 2 ml larutan tiosulfat.
13
Campurkan larutan a menyentuh larutan b, nyalakan stop wath. Catat waktu
yang diperlukkan ketika campuran larutan berubah atau bereaksi dari warna
bening menjadi warna biru, kemudian tambahkan 2 ml larutan tiosulfat 0,1 N
sehingga larutan campuran berubah bening kembali dan catat lagi waktu
ketika larutan campuran berubah menjadi warna biru kembali. Terus diulang
percobaan tersebut sampai 10 data. Waktu jangan dihentikkan hanya dilihat
berapa waktu saat berubah warna kemudian di catat.
Kepekatan indikator kanji terhadap iod sangat diperlukan dimana kanji
dengan iod akan bereaksi membentuk senyawa komplek yang berwarna biru,
karena adanya adsorpsi iod oleh koloid kanji. Besarnya adsorpsi larutan kanji
terhadap iod dipengaruhi oleh konsentrasi iodida yang tesedia. Dengan
demikian timbulnyua warna biru bukan hanya ditentukkan oledh konsentrasi
iod saja melainkan juga karena adanya iodida.
b. Oleh : Ginanjar Surya Ramadhan
NIM : 111411044
Untuk dapat menentukan konstanta kecepatan reaksi, terlebih dahulu
harus menentukan titik ekivalen H2O2 dengan tiosulfat. Data tersebut
dimasukkan pada rumus yang telah ada atau dengan kurva ln (a-b) terhadap
waktu (t) dan kurva ln ( ) terhadap waktu (t).
Percobaan pertama adalah penetuan ekivalen H2O2 dengan tiosulfat.
Untuk menentukan titik ekivalen, larutan H2O2 yang telah ditambah asam
sulfat dititrasi dengan larutan KMnO4 kemudian juga mentitrasi larutan
KMnO4 yang telah ditambah KI dan asam sulfat dengan N2S2O3.
10 ml larutanH2O2 yang telah ditambahkan 10 ml H2SO4 2N dititrasi
dengan larutan KMnO4 0,1N hingga larutan tersebut berubah warna menjadi
warna merah muda. Hal itu dilakukan sebanyak tiga kali kemudian dicatat
volume KMnO4 yang dibutuhkan untuk mentitrasi. Kemudian dihitung
volume rata-rata yang digunakan untuk mentitrasi.
Selanjutnya 10 ml larutan KMnO4 yang telah ditambahkan 1 ml
H2SO4 pekat dan larutan KI dititrasi dengan Na2S2O3 0,1N hingga terjadi
14
perubahan warna menjadi warna bening. Kemudian volume Na2S2O3 0,1N
yang dibutuhkan untuk mentitrasi dicatat dan diulangii sebanyak 2 kali.
Kemudian dihitung volume rata-rata Na2S2O3 0,1N yang digunakan dalam
ketiga kali titrasi tersebut. Dari percobaan di atas didapat titik ekivalen H2O2
dengan tiosulfat.
Percobaan ke dua adalah untuk menentukan kecepatan reaksi. 5 ml
larutan H2O2 yang telah dicampur dengan air suling, 30 ml H2SO4 2N, 3 ml
larutan kanji dan 1,5 gram KI dititrasi dengan dengan larutan Na2S2O3 0,1N
0,1N. kemudian mencatat waktu yang diperlukan untuk mengubah warna
larutan menjadi biru. Pengambilan data dilakukan sebanyak sepuluh kali
dengan meneteskan 2 ml larutan Na2S2O3 0,1N pada setiap pengambilan
datanya. Pada percobaan ini semakin banyak larutan tiosulfat yang
ditambahkan, semakin lama pula waktu yang diperlukan untuk mengubah
warna larutan menjadi biru.
Dari percobaan-percobaan itu diperoleh data yang selanjutnya
dimasukan ke dalam rumus dan dibuat kurvanya sehingga ddiperoleh nilai
kecepatan reaksinya.
Kecepatan reaksi yan diperoleh dengan cara perhitungan rumus dan
kecepatan reaksi yang diperoleh dengan metode pembuatan kurva ternyata
hasilnya berbeda dengan selisih 0,225. 10-4. Kecepatan reaksi yang diperoleh
dengan perhitungan rumus yaitu sebesar 4,125. 10-4 sedangkan kecepatan
reaksi yang diperoleh dengan metode pembuatan kurva sebesar 3,9. 10-4.
c. Oleh : Hana Afifah Rahman
NIM : 111411045
Pada percobaan penentuan konstanta kecepatan reaksi, dilakukan tiga
percobaan, percobaan untuk menentukan ekivalen H2O2 dengan tiosulfat dan
menentukan kecepatan reaksi. Dalam percobaan ini digunakan senyawa kimia
H2O2, KMnO4, Na2S2O3, dan H2SO4 sebagai katalis dalam reaksi.
Percobaan pertama, Penentuan ekivalen H2O2 dengan tiosulfat, mula-
mula 10 mL H2O2 diencerkan menjadi 100 mL dalam labu takar, dari
15
pengenceran tersebut diambil 10 mL H2O2 kemudian dimasukkan ke dalam
labu erlenmeyer 250 mL dan juga ditambahkan 10 mL H2SO4 2N sebagai
katalis. Kemudian campuran larutan tersebut dititrasi dengan larutan KMnO4 -
hingga berubah warna menjadi merah muda. Volume KMnO4 dicatat saat
larutan H2O2 berubah warna. Percobaan dilakukan sebanyak 3 kali, sehingga
diambil rata-rata volume KMnO4, 11,3 mL yang selanjutnya digunakan untuk
nilai x.
Langkah selanjutnya, disediakan 2 gram KI yang sudah dilarutkan
dengan 20 mL air suling, dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer 250 mL dan
ditambahkan 1 mL asam sulfat pekat. Setelah itu, ditambahkan 10 mL larutan
KMnO4 0,1 N dibiarkan 10 menit. Kemudian dititrasi dengan larutan Na2S2O3
0,1 N hingga berubah warna menjadi bening. Dicatat volumenya, dilakukan 3
percobaan kemudian diambil rata-ratanya didapat 10,6 mL (diapaki untuk
nilai y) .
Percobaan kedua, penentuan kecepatan reaksi, mula-mula
menyediakan buret yang diisi dengan larutan standar Na2SO4 0,1 N.
Kemudian larutan a, yaitu 5 mL H2O2 diencerkan oleh air suling dalam labu
takar 100 mL hingga tanda batas. Larutan b, 500 mL air suling dan 30 mL
asam sulfat 2N dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer 1L. Tambahkan 3 mL
larutan kanji (0,5 gram kanji dalam 50 ml air suling kemudian dipanaskan
diatas hotplate hingga bening dan tidak terlalu lengket) dan 1,5 gram KI yang
telah dilarutkan dalam 20mL air suling, ditambahkan 2mL tiosulfat dari buret.
Masukkan pengaduk magnet, simpan labu erlenmeyer di atas motor
penggerak, kemudian nyalakan hingga pengaduk magnet tepat di tengah-
tengah labu. Larutan a dimasukkan ke larutan b, dan stopwatch mulai
dijalankan. Catat waktu ketika larutan berubah menjadi biru, begitu
seterusnya tambahkan 2ml larutan tiosulfat dan catat waktu hingga 10 data
pengamatan. Semakin banyak tiosulfat yang ditambahkan pada percobaan,
maka semakin lama waktu yang diperlukkan larutan untuk berubah warna
menjadi biru.
Setelah data percobaan di dapat, data tersebut kemudian di olah untuk
menentukkan kecepatan reaksi. Data di olah dengan cara menghitung
16
menggunakan rumus yang telah ada dan dengan kurva /grafik ln(a-b) lawan t
dan kurva ln a/(a-b) lawan t.
Hasil pengolahan data kecepatan reaksi dengan menggunakan rumus
memiliki sedikit perbedaan dengan data yang diolah dengan menggunakan
grafik yaitu dengan menggunakan rumus 4,125. 10-4 sedangkan hasil
perhitungan dari grafik diperoleh hasil 3,9. 10-4 .
d. Oleh : Iffa Ma’rifatunnisa
NIM : 111411046
Percobaan yang pertama adalah penentuan ekivalen H2O2 dengan
Tiosulfat. Untuk menentukan ekivalen H2O2, dilakukan titrasi pada H2O2
dengan larutan KMnO4 serta larutan KMnO4 dititrasi dengan larutan
Na2S2O3. Percobaan tersebut bertujuan untuk mendapatkan harga konstanta
kecepatan reaksi. Selain digunakan senyawa senyawa H2O2,
KMnO4,Na2S2O3, juga digunakan katalis yang dapat mempercepat reaksi
yaitu H2SO4.
Pertama-tama mentitrasi terlebih dahulu 10 ml H2O2 dengan larutan
KMnO4 . Percobaan dititrasi hingga terjadi perubahan warna pada larutan
yaitu menjadi berwarna merah muda. Percobaan dilakukan sebanyak tiga
kali, kemudian dicatat dan dihitung rata-rata volume KMnO4.
Langkah kedua yaitu mentitrasi kristal KI yang ditambahkan larutan
KMnO4 dengan larutan Na2S2O3. Percobaan dititrasi hingga terjadi perubahan
warna pada larutan yaitu menjadi berwarna bening. Percobaan dilakukan
sebanyak tiga kali, kemudian dicatat dan dihitung rata-rata volume Na2S2O3.
Pada percobaan tersebut kecepatan reaksi sangat bergantung pada konsentrasi
peroksida, kalium iodida, dan asam sulfatnya
Setelah data dari kedua percobaan tersebut di dapat, kita dapat
menentukan kesetaraan antara H2O2 dengan tiosulfat. Sehingga kita dapat
menentukan titik ekivalen keduanya.
Percobaan yang kedua yaitu mentitrasi H2O2 yang telah ditambahkan
larutan kanji, KI, asam sulfat, dan tiosulfat. Ke empat bahan tersebut
dimasukkan secara cepat ke dalam larutan H2O2. Setelah dimasukkan dicatat
17
waktu percobaan ketika larutan berubah menjadi berwarna biru. Pada
percobaan ini, kanji dengna iod akan bereaksi membentuk senyawa komplek
yang berwarna biru. Besarnya adsorpsi larutanm kanji terhadap iod
dipengaruhi oleh konsentrasi iodida yang tersedia. Pengambilan data
dilakukan sebanyak 10 kali dimana tetesan tiosulfat pertama sebanyak 2
ml, dan seterusnya dengan penambahan 2 ml pada setiap percobaannya.
Semakin banyak tiosulfat yang ditambahkan pada percobaan, maka semakin
lama waktu yang diperlukkan larutan untuk berubah warna menjadi biru.
Setelah data percobaan di dapat, data tersebut kemudian di olah untuk
menentukkan kecepatan reaksi. Data di olah dengan cara menghitung
menggunakan rumus yang telah ada dan dengan kurva /grafik ln(a-b) lawan t
dan kurva ln a/(a-b) lawan t.
Hasil pengolahan data kecepatan reaksi dengan menggunakan rumus
memiliki sedikit perbedaan dengan data yang diolah dengan menggunakan
grafik yaitu dengan menggunakan rumus sebesar 4,125. 10-4 sedangkan hasil
perhitungan dari grafik diperoleh hasil sebesar 3,9. 10-4 .
18
VIII. KESIMPULAN
Semakin tinggi konsentrasi suatu zat atau larutan, maka akan semakin
cepat laju reakisnya.
H2SO4 sebagai katalis mempengaruhi kecepatan atau laju reaksi,
dimana laju reaksi akan semakin cepat apabila didalam raksi tersebut
ditambahkan katalis.
Laju raksi dipengaruhi oleh :
a. Konsentrasi pereaksi
b. Suhu
c. Luas permukaan.
d. Katalis
e. Tekanan
19
DAFTAR PUSTAKA
Farington, Daniel. 1972. Experimental Physical Chemistry.Book Company
INC: New York
Tony, Bird. 1987. Penuntun Prkatikum Kimia Fisika untuk Universitas.
Gramedia: Jakarta
Utoro, Yahya dkk. 1979. Kimia Fisika Teori dan Praktikum. Laboratorium
Kimia Fisika FMIPA-UGM: Yogyakarta.