kecerdasan dalam mencipta karya seni patung realis dengan ... · jati) sebagai bahan penciptaan...
TRANSCRIPT
Seminar Nasional Seni dan Desain: “Reinvensi Budaya Visual Nusantara” Jurusan Seni Rupa dan Jurusan Desain Universitas Negeri Surabaya, 19 September 2019
Karsam (Prodi DIV Produksi Film dan Televisi Stikom Surabaya)
221
Kecerdasan Dalam Mencipta Karya Seni Patung Realis
Dengan Menggunakan Bahan Baku Akar Kayu Jati (Bonggol Kayu Jati)
Karsam Prodi DIV Produksi Film dan Televisi Stikom Surabaya
Abstract:
The purpose of this research is to describe intelligence in creating realist sculpture works using
raw materials of teak roots / teak stumps. This is motivated by the large amount of teak root
waste that can be used for art work and capable of producing high economic value. But the results
of observations made by the author so far, the work of art produced from teak root material is
mostly just responded to as is and or made in an unrealistic form. To answer this problem the
method used in this research is descriptive qualitative. Data obtained by observation in the field,
in-depth observations, through literature and internet sources as well as direct practice writers.
The writer as a researcher is an actor in the creation of works of art. The results of this study
obtained a description of the smart ways of creating realist sculpture by using teak root / teak
wood stumps, namely: smart in choosing raw materials, responding to raw materials, forming
globally, forming in detail, the process of patching, drying, and finishing. The expected benefit
of the results of this study is that it can help researchers / artists steps in creating realist sculpture
works using raw materials of teak roots / teak stumps.
Keywords: Intelligent, creative, realist sculpture, teak root (teak hump)
1. Pendahuluan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini
adalah menghasilkan penjelasan atau diskripsi
(mendiskripsikan) tentang cara cerdas dalam
mencipta karya seni patung realis dengan
menggunakan bahan akar kayu jati/bonggol
kayu jati. Hal ini dilatar belakangi oleh
besarnya manfaat akar kayu jati (bonggol kayu
jati) sebagai bahan penciptaan karya seni dan
mampu menghasilkan nilai ekonomi yang
tinggi. Namun hasil pengamatan yang penulis
lakukan selama ini, karya seni yang dihasilkan
dari bahan akar kayu jati ini kebanyakan hanya
sekedar direspon apa adanya dan atau dibuat
dalam bentuk yang tidak realis. Sementara ben-
tuknya yang tidak karuan menjadi sulit untuk
diwujudkan karya seni dalam wujud realis. Un-
tuk mewujudkannya diperlukan kecerdasan
seniman, bukan hanya kreatifitas seniman.
Kecerdasan ini meliputi cerdas memilih bahan
bakunya dan cerdas merespon untuk memu-
judkan karya seni dalam bentuk realis.
Kayu Jati adalah jenis pohon yang berukuran
besar dan berbatang lurus. Pohon jati dapat
tumbuh tingginya mencapai 30-40 m. Dalam
bahasa Inggris pohon jati disebut dengan
nama teak yang berasal dari kata thekku. Nama
ilmiah jati adalah Tectona grandis (Lincoln,
William dkk. 1989).
Di Indonesia bisa dikatakan bahwa kayu jati
merupakan kayu kelas satu. Hal ini dikare-
nakan kayu jati memiliki keawetan, kekuatan,
dan keindahannya serta tahan oleh rayap. Sep-
erti yang penulis ketahui selama 51 tahun ini
(umur penulis), rumah penulis berbahan kayu
jati, sampai hari ini rumah tersebut masih utuh.
Kayu jati mempunyai warna bermacam-
macam, bagian dalam berwarna coklat muda,
coklat kelabu hingga coklat merah tua. Bagian
luar berwarna putih dan kelabu kekuningan
(L.f. Awang, S.A. dkk. 2002).
Mahfudz dkk. (t.t.) menjelaskan, menurut sifat-
sifatnya kayu jati dikelompokan menjadi:
a. Jati lengo: sifatnya keras, berat, terasa ha-
lus bila diraba dan seperti mengandung
minyak.
b. Jati sungu: sifatnya padat, berat dan
berwarna hitam.
c. Jati werut: sifatnya serat berombak dan
keras.
d. Jati doreng: sifatnya keras, warna loreng-
loreng hitam menyala, dan sangat indah.
e. Jati kembang: sifatnya agak lunak dan rin-
gan.
Seminar Nasional Seni dan Desain: “Reinvensi Budaya Visual Nusantara” Jurusan Seni Rupa dan Jurusan Desain Universitas Negeri Surabaya, 19 September 2019
Sanggar Klub Merby Kelas Lukis Sebagai Wadah Pendidikan Kreativitas Siswa Sekolah Dasar di Semarang
222
f. Jati kapur: sifatnya lunak warna keputih-
putihan, mengandung banyak kapur.
Bagian Kayu Jati dan manfaatnya:
Dalama web https://manfaat.co.id/ dijelaskan
beberapa bagian kayu jati dan manfaatnya,
yaitu:
a. Daun: sebagai pembungkus makanan, teh,
dan minuman.
b. Kulit kayu: pelapis dinding atau tembok
pada rumah.
c. Kayu jati: bisa memproduksi vernis yang
bisa digunakan untuk melapisi perabotan.
d. Rantingnya: sebagai kayu bakar untuk per-
apian dan bahan barak lokomotif uap.
e. Akarnya: dapat dimanfaatkan sebagai
pewarna alami.
Akar kayu jati yang juga disebut sebagai
bonggol ataupun gembol merupakan limbah.
Kata limbah ini merujuk dari pendapat be-
berapa polisi hutan, dikatakan bahwa kayu jati
yang tingginya kurang dari 1 (satu) meter di
atas tanah dan ke bawah sampai akar, merupa-
kan limbah. Kerana limbah maka keluar dari
hutan sampai rumah/pemukiman tidak diper-
lukan surat ijin perjalanan dari perus-
ahaan/perhutani.
Pada umumnya limbah ini digunakan sebagai
bahan kayu bakar untuk memasak. Namun
tidak sedikit orang yang memanfaatkan akar
kayu jati sebagai karya seni. Gambar 1 akar
kayu jati.
Gambar 1 Akar kayu jati/bonggol
Sumber: koleksi penulis
Dalam mencipta karya seni dengan
menggunakan akar kayu jati memiliki tingkat
kesulitan yang tinggi, jika dibanding dengan
menggunakan batang atau papan kayu jati.
Secara umum dalam mencipta karya seni me-
lalui tahap mendesain atau membuat pola,
sementara akar kayu jati bentuknya tidak
beraturan, sulit dibuat polanya atau desainnya.
Oleh karena itu perlu kecerdasan seniman da-
lam menggunakan akar kayu jati sebagai bahan
penciptaan karya seni patung realis.
Dalam https://kbbi.web.id/cerdas dijelaskan
bahwa cerdas berarti sempurna perkembangan
akal budinya, tajam pikiran, dan sempurna per-
tumbuhan tubuhnya. Sedangkan kecerdasan
bisa diartikan intelektual kecerdasan yang
menuntut pemberdayaan otak, hati, jasmani,
dan pengaktifan manusia untuk berinteraksi
secara fungsional dengan yang lain. Timbangu-
nusa Tumimbang (2015) menjelaskan dalam
mencipta karya seni diperlukan proses berpikir
dari sebuah perenungan dan pengamatan ter-
hadap apa yang disebut subjek persoalan yang
melandasi cara untuk berpikir dan mengolah
persoalan itu menjadi sebuah karya 3D. Oleh
karena itu dalam berkarya seni tidak selalu atau
tidak hanya diperlukan kreativitas akan tetapi
juga kecerdasan.
Dalam https://kbbi.web.id/kreativitas, kreativi-
tas diartikan sebagai kemampuan untuk men-
cipta; daya cipta; atau perihal berkreasi; kekre-
atifan. Menurut Dedi Kurniadi (2019: 313) kre-
ativitas merupakan kemampuan seseorang un-
tuk menghasilkan pekerjaan yang baru dan te-
pat guna.
Sedangkan secara umum pengertian kre-
atif adalah suatu kemampuan yang ada pada in-
dividu atau kelompok yang memungkinkan
mereka untuk melakukan terobosan atau pen-
dekatan-pendekatan tertentu dalam memeca-
hkan masalah dengan cara yang berbeda.
Arti kreatif juga dapat didefinisikan sebagai
kemampuan dalam menciptakan cara-cara baru
atau hal-hal baru yang berbeda dari sesuatu
yang sudah ada sebelumnya.
Secara etimologis, kata “Kreatif” berasal dari
bahasa Inggris yaitu “to create” yang artinya
membuat atau menciptakan. Sehingga arti kre-
atif adalah kemampuan dalam menciptakan
suatu ide dan konsep dalam memecahkan suatu
masalah.
Pada penelitian ini penulis berpendapat bahwa
kata cerdas lebih cenderung digunakan kepada
hal-hal yang bersifat non seni. Kata cerdas
lebih mudah pengukurannya, misalnya orang
dapat menyebutkan 10 angka/bilangan yang
habis dibagi tujuh dalam waktu setengah menit
dengan tepat dan benar.
Sedangkan kata kreatif lebih sering digunakan
untuk bidang seni dan cara mengukurnya lebih
Seminar Nasional Seni dan Desain: “Reinvensi Budaya Visual Nusantara” Jurusan Seni Rupa dan Jurusan Desain Universitas Negeri Surabaya, 19 September 2019
Karsam (Prodi DIV Produksi Film dan Televisi Stikom Surabaya)
223
subyektifitas atau lebih diskriptif. Misalnya
ada 10 lukisan. Lukisan mana yang terbaik dan
indikator apa pengukurannya? Tentu saja se-
tiap penilai beda. Perhatikan gambar 2.
Gambar 2. Hasil kreativitas
Sumber: koleksi penulis
Gambar 2 (karya penulis) menunjukkan sebuah
akar kayu jati dibersihkan, tambahkan sedikit
lempengan kemudian difinishing sudah bisa
digunakan sebagai meja, kursi, atau tatakan
bunga. Hasil karya demikian, penulis menga-
takan sebagai hasil kreativitas bukan kecer-
dasan.
Karya tersebut penulis buat tanpa melalui
proses penciptaan dengan pemikiran yang
mendalam, tanpa didasari proses pengukuran
yang mendalam. Penulis hanya memberi sedi-
kit sentuhan kreativitas karya sudah jadi. Hal
ini berbeda dengan gambar 3.
Gambar 3 Patung Harimau dari akar/bonggol kayu jati
Sumber: koleksi penulis
Proses penciptaan pada gambar 3 tidak cukup
hanya kreatif tetapi harus cerdas dalam proses
penciptaanya. Walaupun di atas penulis ka-
takan bahwa kata cerdas biasanya digunakan
untuk istilah non seni. Kecerdasan yang diper-
lukan dalam menciptakan karya pada gambar
3, diantaranya harus cerdas dalam menganalisa
serat kayu. Karena salah memilih atau
mengarahkan serat kayu, maka karya yang
dihasilkan akan mudah patah. Selain itu harus
cerdas dalam menganalisa unsur-unsur seni,
utamanya anatomi, proporsi dan karakternya.
Jika unsur-unsur ini tidak dicapai, maka hasil
yang diperoleh tidak berwujud realis.
Merujuk dari pendapat tersebut di atas, pada
penelitian ini penulis menggunakan kata cer-
das. Hal ini berkaitan dengan penciptaan seni
dengan objek yang dihasilkan dalam wujud re-
alis.
Dalam https://kbbi.web.id/realis dijelaskan
bahwa kata realis berarti orang yang dalam tin-
dakan, cara berpikir, dan sebagainya selalu ber-
pegang atau berdasarkan pernyataan. Se-
dangkan orang realis akan disebut sebagai
orang yang menganut paham realisme.
Penciptaan aliran realisme adalah selalu berpe-
doman dan menggunakan objek yang nyata
tanpa dibuat-buat/asli apa adanya. Pendapat
kaum realis ia memandang bahwa dunia ini
tanpa ilusi. Mereka ingin menciptakan hasil
seni yang asli sesuai dengan kenyataan yang
dilihat oleh mata tanpa dibuat-buat. Apa yang
dilihat itu akan diwujdkan dalam bentuk apa
adanya, tanpa distorsi, idealisasi, maupun pen-
golahan-pengolahan lainnya (https:// www.isi-
dps.ac.id).
Aliran realisme ini salah satunya dianut oleh
cabang seni rupa. Seni rupa adalah seni yang
dapat dinikmati dengan indera penglihatan dan
indera peraba (Karsam, 2019: 334). Salah satu
cabang seni rupa adalah patung.
Patung adalah salah satu wujud seni rupa 3 di-
mensi. Timbangunusa Tumimbang (2015)
menjelaskan bahwa seni patung adalah karya
seni rupa tiga dimensi (3D) hasil dari proses
kreativitas seniman dan hasil pernyataan pen-
galaman artistik yang diekspresikan melalui
bentuk 3D. Selanjutnya Timbangunusa
Tumimbang menjelaskan bahwa karya seni
patung yang ia ciptakan adalah hasil proses
berpikir dari sebuah perenungan dan pengama-
tan terhadap apa yang disebut subjek persoalan
yang melandasi cara untuk berpikir dan men-
golah persoalan itu menjadi sebuah karya 3D.
Dalam hal ini penulis berpendapat bahwa un-
tuk menciptakan karya seni patung dalam
wujud realis, unsur kreatifitas kurang dominan,
sementara untuk mendapatkan anatomi, pro-
porsi, tektur, karakter sebuah objek sangat di-
perlukan kecerdasan otak.
Seminar Nasional Seni dan Desain: “Reinvensi Budaya Visual Nusantara” Jurusan Seni Rupa dan Jurusan Desain Universitas Negeri Surabaya, 19 September 2019
Sanggar Klub Merby Kelas Lukis Sebagai Wadah Pendidikan Kreativitas Siswa Sekolah Dasar di Semarang
224
Berdasarkan gayanya patung bisa
dikelompokan menjadi beberapa bagian, yaitu:
a. Patung torso
b. Patung figurative
c. Patung konstruksi
d. Patung abstrak
e. Patung realis
Merujuk dari pengertian realis, maka yang di-
maksud dengan patung realis adalah patung
yang sesuai dengan bentuk objek aslinya.
Mas min dalam https://www.pelajaran.co.id/
menjelaskan berdasarkan jenisnya seni patung
dibedakan menjadi:
a. Zonde Bosse, bentuk patung yang berdiri
sendiri dan terlepas di kanan-kirinya.
b. Relief merupakan bentuk patung yang
menempel pada permukaan dinding.
2. Metode
Dalam penelitian ini metode yang digunakan
adalah diskriptif kualitatif dan eksperimen.
Laporan dipaparkan dalam bentuk diskriptif.
Data-data penelitian diperoleh dengan cara ob-
servasi di lapangan, pengamatan secara men-
dalam, praktik langsung/eksperimen. Pada
penelitian ini peneliti/penulis adalah pelaku
dalam penciptaan karya seni rupa. Data juga
diperoleh melalui literatur dan sumber internet.
Metode praktik langsung/eksperimen dilakukan
untuk mengetahui tingkat kesulitan membuat
karya seni dari akar kayu jati disbading dengan
batangnya ataupun papan kayu jati.
3. Hasil dan Pembahasan
Penelitian Sebelumnya telah dilakukan oleh
Djoko Maruto pada tahun 2015 dengan judul
Penerapan Media Anatomi Dalam Penciptaan
Patung Realis (Kop) Bagi Mahasiswa Pendidi-
kan Seni Rupa Fbs UNY. Dalam penelitian ter-
sebut bertujuan mendiskripsikan penerapan
media anatomi untuk peningkatan kemampuan
mahasiswa Seni Rupa dalam penciptaan seni
patung realis. Hasil penelitian menunjukan
bahwa pembelajaran menggunakan gambar
anatomi, mahasiswa mampu membuat karya
patung dengan anatomi yang benar dan realis
secara mandiri. Penelitian ini mempunyai
makna bahwa betapa pentingnya belajar
anatomi untuk menghasilkan karya patung
yang realis. Dengan kata lain dalam mencip-
takan karya seni patung realis diperlukan
kecerdasan dalam mempelajari anatomi.
Dalam penelitian Djoko Maruto (2015) juga
disebutkan bahwa untuk menghasilkan karya
patung yang realis beberapa hal yang dil-
akukan, yaitu:
a. Cara memilih bahan yang tepat
b. Penggunaan peralatan yang efesien
c. Penguasaan teknik mematung dengan
menggunakan gambar anatomi yang
benar dimulai dari global sampai finishing
Sedangkan dalam penelitian ini penulis akan
meneliti tentang “Kecerdasan Dalam Mencipta
Karya Seni Patung Realis dengan
Menggunakan Bahan Akar Kayu Jati”. Hasil-
nya adalah mendiskripsikan cara cerdas dalam
mencipta karya seni patung realis dengan
menggunakan bahan akar kayu jati.
Bahan yang digunakan penciptaan seni rupa
dalam penelitian ini adalah akar kayu jati atau
bonggol kayu jati. Bagian kayu jati yang
umumnya digunakan penciptaan karya seni,
yaitu:
a. Batang
b. Papan
c. Akar/bonggol
d. Ranting-ranting/dahan
Dari keempat bagian di atas, jika digunakan se-
bagai bahan penciptaan karya seni patung re-
alis memiliki tingkat kesulitan yang berbeda-
beda. Berkarya seni dengan menggunakan pa-
pan kayu jati bisa dilakukan dengan cara mu-
dah, yaitu dengan membuat desain pada kertas
gambar kemudian dipindah di kertas layangan
selanjutnya ditempelkan pada kayu yang akan
dibuat karya. Untuk menghasilkan gambar
yang sama antara kanan dan kirinya, cukup
dengan cara membalikkan desain yang di ker-
tas layangan. Proses ini menghasilkan relief,
seperti gambar 4 dan gambar 5.
Gambar 4 Ukiran papan kayu jati untuk daun pintu
Sumber: koleksi penulis/ciptaan penulis
Seminar Nasional Seni dan Desain: “Reinvensi Budaya Visual Nusantara” Jurusan Seni Rupa dan Jurusan Desain Universitas Negeri Surabaya, 19 September 2019
Karsam (Prodi DIV Produksi Film dan Televisi Stikom Surabaya)
225
Gambar 5 Penulis mengukir daun pintu
Sumber: koleksi penulis
Demikian juga dengan berkarya seni dengan
menggunakan batang kayu jati. Seniman bisa
membuat desainnya atau miniaturnya terlebih
dahulu, baru dibuat pada batang kayu jati. Jika
menggunakan ranting-ranting kayu jati akan
memakan waktu yang panjang proses
pengerjaanya dan kekuatan bahan menjadi
berkurang karena hasil menampal/ meng-
gabungkan dari banyak ranting, seperti gambar
6. Hal ini berbeda dengan membuat karya seni
dengan menggunakan akar kayu jati.
Gambar 6 Patung kuda dari dahan kayu jati
Sumber: https://www.google.com/search?q=patung
+kuda+dari+akar+kayu+jati
Dalam kajian ini telah disebutkan di atas, per-
masalahan yang akan diatasi adalah bagaimana
menciptakan karya seni patung dalam wujud
yang realis dari bahan dasar akar kayu jati. Un-
tuk menjawab permasalahan ini, berikut adalah
langkah-langkah proses penciptaannya.
a. Memilih bahan baku
Dalam proses penciptaan karya seni, pada
umumnya ada 3 hal yang saling berkaitan,
yaitu pemilihan/penggunaan bahan, alat, dan
teknik. Selain itu, secara umum dalam proes
penciptaan akan diawali dengan proses desain.
Secara khusus penciptaan karya seni dengan
menggunakan akar kayu jati bisa dilakukan
dengan pemilihan bahan bakunya terlebih da-
hulu.
Bahan baku yang ada bisa digunakan untuk
karya seni dengan cara menyesuaikan kebu-
tuhan. Yang dimaksud dengan menyesuaikan
kebutuhan adalah bahan itu cocok untuk
patung ukuran berapa? Posenya seperti apa?
Baru kemudian dilakukan sedikit penambahan.
Jika pemilihan bahan baku dilakukan berdasar-
kan desain yang ada, maka akan terjadi kesu-
litan pemilihan bahan. Apalagi pada masa
sekarang ini untuk mencari akar atau bonggol-
nya saja sudah sulit.
Seperti yang disampaikan oleh Heriyanto da-
lam https://beritabojonegoro.com sulitnya
mencari bonggol kayu jati, harus masuk
pedalaman hutan. Kesulitan ini bisa disebab-
kan oleh musim hujan yang berterusan. Apa-
bila musim kemarau juga sulit membawa
bonggol ke luar karena air sungai kering. Bi-
asanya para petani membawa bonggol kayu di-
tarik ikut mengalirnya air sungai,
menggunakan kendaraan lebih sulit lagi. Hal
ini juga penulis alami. Sejak tahun 1986 penu-
lis beserta keluarga memiliki usaha pengolahan
bonggol kayu jati untuk patung, meja, kursi,
dan lain-lain. Pada tahun 2010 hingga sekarang
mengalami kesulitan mencari bahan baku
bonggol kayu jati.
Dari penjelasan di atas, maka diperlukan secara
teliti dalam pemilihan akar kayu jati, khu-
susnya akar kayu jati sebagai bahan untuk di-
jadikan patung realis. Tidak sedikit akar kayu
jati yang berlubang dan bentuk yang tidak
beratur. Oleh karena itu diperlukan ketelitian
dalam memilihnya. Seperti gambar 7 berikut
bentuknya tidak beraturan dan juga berlubang.
Gambar 7 Akar kayu jati
Sumber: koleksi penulis
Seminar Nasional Seni dan Desain: “Reinvensi Budaya Visual Nusantara” Jurusan Seni Rupa dan Jurusan Desain Universitas Negeri Surabaya, 19 September 2019
Sanggar Klub Merby Kelas Lukis Sebagai Wadah Pendidikan Kreativitas Siswa Sekolah Dasar di Semarang
226
b. Merespon bahan baku
Setelah mendapatkan bahannya, langkah beri-
kutnya adalah merespon bahan yang ada. Ba-
gian mana yang tidak digunakan dibuang atau
dipotong dengan menggunakan alat yang
sesuai, misalnya dipotong dengan
menggunakan gergaji mesin, seperti gambar 8.
Setelah bagian-bagian yang tidak perlu dibu-
ang dilanjutkan dengan pembersihan. Proses
pembersihan ini pertama bisa cukup dengan
menggunakan air biasa dengan cara disemprot
menggunakan selang plastik. Untuk pembersi-
han lebih lanjut bisa dilakukan setelah proses
penciptaan.
Gambar 8 Merespon bahan baku
Sumber: koleksi penulis
c. Membentuk secara global
Setelah bagian-bagian yang tidak diperlukan
dibuang, langkah berikutnya adalah memben-
tuk secara global. Yang dimaksud dengan
membentuk secara global adalah membuat
pola kasar secara menyeluruh. Proses memben-
tuk global ini faktor utama yang harus diper-
hatikan adalah bahan baku yang ada bisa
digunakan figur dengan pose yang seperti apa.
Misalnya ada bahan baku yang sesuai untuk
patung kuda berlari kencang (kuda seperti me-
lompat), maka bahan itu akan menjadi sulit un-
tuk patung kuda posisi berjalan atau berdiri.
Selain itu pada proses membuat global ini
faktor serat kayu juga harus diperhatikan.
Gambar 9 dan 10 adalah proses membuat
global atau mengglobali.
Gambar 9 Membuat bentuk secara global
Sumber: koleksi penulis
Gambar 10 Membuat bentuk secara global
Sumber: koleksi penulis
d. Membentuk secara detail
Setelah bentuk secara global sudah jadi, maka
langkah berikutnya adalah membuat detail dari
figur yang dibuat. Seperti gambar 11. Pada
proses membuat detail ini banyak hal yang ha-
rus diperhatikan. Seperti penelitian terdahulu
yang dilakukan oleh Djoko Maruto (2015), un-
tuk menghasilkan karya realis sangat diper-
lukan penguasaan anatomi figur. Jadi faktor
penting yang harus dikuasai/diperhatikan saat
membuat detailnya, yaitu:
1) Anatominya
Anatomi yang dimaksud adalah struktur
dan organisasi dari keseluruhan tubuh.
Misal anatomi burung Rajawali meliputi
bagian-bagian tubuh, tulang, sayap dan
kuku. Secara detail anatominya harus
sama/nyata seperti bentuk aslinya.
Gambar 11 Membuat bentuk secara detail
Sumber: koleksi penulis
Seminar Nasional Seni dan Desain: “Reinvensi Budaya Visual Nusantara” Jurusan Seni Rupa dan Jurusan Desain Universitas Negeri Surabaya, 19 September 2019
Karsam (Prodi DIV Produksi Film dan Televisi Stikom Surabaya)
227
2) Proporsinya
Proporsi adalah perbandingan antara bagian
yang satu dengan bagian lain yang
dipadukan dalam satu kesatuan. Dalam
membuat karya realis proporsi ini wajib di-
perhatikan, jika salah akan menghasilkan
bentuk yang beda. Bermaksud membuat ha-
rimau dewasa menjadi menjadi anak ha-
rimau atau harimau cebol.
Contoh proporsi, seekor harimau dewasa
perbandingan antara panjang kaki, panjang
bandan, besarnya kepala, dan lain-lain ha-
rus satu ukuran yang benar seperti harimau
aslinya. Proporsi yang dimaksud bukan
ukuran besar kecilnya tetapi perbandingan
antar bagian dalam satu kesatuan. Per-
hatikan gambar 12 berikut.
Gambar 12 Proporsi seekor harimau
Sumber: koleksi penulis
3) Karakternya.
Untuk menghasil karya yang realis, setelah
memperhatikan anatomi dan proporsinya,
karakter sebuah figur juga harus diperhatikan.
Dalam penelitian ini penulis berpendapat
bahwa karakter adalah sifat dari bentuk fisik
dan sisi emosional. Contoh bagaimana mencip-
takan atau membuat harimau yang sedang ma-
raung? Tentu saja berbeda dengan harimau
yang sedang berjalan biasa. Gambar 13 adalah
patung harimau yang sedang berjalan biasa.
Gambar 13 Patung harimau berjalan biasa
Sumber: koleksi penulis
4) Meneliti/mengenali figure atau objek
Bagi seniman yang merupakan lulusan dari
sekolah/kuliah/kursus, maka seniman secara
umum mengenali atau memahami apa yang
disebut komposisi, unsur-unsur seni, anatomi,
karakter, dan lain sebagainya. Bagi seniman
yang cerdas dan memiliki daya ingat yang kuat,
maka tidak kesulitan meniru benda sesuai
aslinya. Namun masing-masing seniman mem-
iliki kecerdasan ataupun daya ingat yang ber-
beda-beda. Terlebih lagi bagi seniman oto-
didak.
Untuk mengatasi hal ini pengalaman bagi
penulis dari tahun 1986 sampai saat ini, untuk
menghasilkan karya yang realis, penulis selalu
mengamati secara langsung objek yang ada.
Untuk binatang piaraan seperti sapi, kambing,
burung, dan sejenisnya penulis mengamati ob-
jek secara langsung di lapangan/di tempatnya
dan juga mengamati foto. Untuk binatang sep-
erti gajah, harimau, singa, dan sejenisnya
selain mengamati foto penulis juga mengamati
video dokumenter (nasional geografi). Hal ini
penulis lakukan untuk menghasilkan karya
yang benar-benar realis.
e. Proses menambal
Bahan baku pada gambar 14 berikut merupa-
kan kelanjutan dari bahan baku gambar 9 dan
10. Setelah bahan baku itu dibuat bentuk global
dan detailnya, proses berikutnya adalah
menambal. Hal ini terjadi karena bahan baku
yang digunakan adalah akar kayu jati/bonggol
kayu jati.
Proses berkarya seni dalam bentuk realis
dengan menggunakan akar kayu jati hampir
100% melalui tahap menambal. Dalam Bahasa
melayu disebut menampal.
Perhatikan gambar 14 berikut. Bagian sayap
burung merak ini rusak secara alami. Untuk
menghasilkan karya yang realis, maka perlu
ditambal. Proses menambalnya:
1) Memilih serat kayu dan ukurannya sesuai
dengan yang dibutuhkan
2) Bersihkan daerah yang mau ditambal
3) Ditambal dengan cara dilem, dipaku atau
lainnya sesuai dengan kebutuhannya. Kalau
itu berupa kaki dan berfungsi menyangga,
maka bagian tambalan harus masuk ke da-
lam tidak sekedar menempel.
Seminar Nasional Seni dan Desain: “Reinvensi Budaya Visual Nusantara” Jurusan Seni Rupa dan Jurusan Desain Universitas Negeri Surabaya, 19 September 2019
Sanggar Klub Merby Kelas Lukis Sebagai Wadah Pendidikan Kreativitas Siswa Sekolah Dasar di Semarang
228
Gambar 14 Menambal
Sumber: koleksi penulis
f. Proses pengeringan
Adakala bahan baku/akar kayu jati yang
digunakan masih basah, maka setelah proses
jadi karya/patung, sebelum difinishing perlu
dikeringkan lebih dulu. Hal ini juga berlaku un-
tuk bagian-bagian yang ditambal, terutama
yang menggunakan lem harus dikeringkan/di-
tunggu kering sebelum difinishing.
g. Proses finishing
Tahap terakhir dalam proses penciptaan karya
seni adalah proses finishing. Untuk proses fin-
ishing ada beberapa tahap yang dilakukan,
yaitu:
1) Membersihkan
Cara membersihkannya yaitu dengan cara
disemprot pakai air dengan menggunakan
selang platik. Kemudian oleskan cairan
H2O2 dengan menggunakan kuas, oleskan
lagi soda api atau soda kostik dengan
menggunakan kuas kemudian disemprot air
biasa dengan menggunakan selang plastik.
Hidrogen peroksida (H2O2) yaitu zat kimia
berupa cairan bersifat asam lemah tak
berwarna, daripada air ia lebih kental, na-
mun merupakan agen pemutih atau oksida-
tor yang kuat.
Sedangkan Soda Api atau natrium hi-
droksida (NaOH) merupakan sejenis basa
logam kaustik. Oleh karena itu ia juga dise-
but sebagai soda kaustik. Ia memiliki sifat
senyawa alkalin. Fungsinya akan lebih kuat
jika dicampur dengan air.
Setelah dibersihkan langkah berikutnya
adalah menghaluskan.
2) Menghaluskan
Untuk menghaluskan material dari bahan akar
kayu jati bisa menggunakan ampelas. Caranya
bisa dengan tangan manual atau menggunakan
alat bantu seperti gerinda.
3) Mengecat/melapisi
Setelah proses penghalusan selesai tahap tera-
khir adalah melapisi kayu. Cat atau bahan un-
tuk melapisi kayu ini berbagai macam
jenisnya. Sebelum dilapisi secara keseluruhan
adakalanya perlu proses penyamaan warna.
Hal ini sering terjadi pada bagian tambalan.
Jadi warnanya harus disamakan dulu secara
keseluruhan untuk menghindari warna yang
belang-belang/berbeda. Adapun bahan pelapis
kayu diantaranya:
i) Cat jenis mowilex, yaitu cat dengan bahan
pengencer air.
ii) Melamine/melamin, yaitu cat dengan bahan
pengencer tinner
iii) Politur dan lain sebagainya
Gambar 15 adalah hasil karya seni dengan fin-
ishing menggunakan melamin.
Gambar 15 Karya seni patung dengan bahan finishing melamin
Sumber: koleksi penulis
h. Berikut adalah hasil jadi beberapa karya
seni dari bahan akar kayu jati yang
dihasilkan oleh penulis dan keluarga.
Gambar 16 Karya seni berbentuk meja dengan unsur
tumbuhan semangka dalam wujud realis
Sumber: koleksi penulis
Seminar Nasional Seni dan Desain: “Reinvensi Budaya Visual Nusantara” Jurusan Seni Rupa dan Jurusan Desain Universitas Negeri Surabaya, 19 September 2019
Karsam (Prodi DIV Produksi Film dan Televisi Stikom Surabaya)
229
Gambar 17 Karya seni berbentuk kursi dengan unsur
tumbuhan semangka dalam wujud realis
Sumber: koleksi penulis
Gambar 18 Karya seni berbentuk kera/monyet
dalam wujud realis
Sumber: koleksi penulis
4. Kesimpulan
Tujuan dalam penelitian ini menghasilkan pen-
jelasan atau diskripsi tentang cara cerdas dalam
mencipta karya seni patung realis dengan
menggunakan bahan akar kayu jati/bonggol
kayu jati.
Metode yang digunakan adalah diskriptif
kualitatif dan eksperimen. Data-data diperoleh
dengan cara observasi di lapangan, pengama-
tan secara mendalam, praktik langsung/eksper-
imen. Penulis sebagai peneliti adalah pelaku
dalam penciptaan karya seni rupa. Data juga di-
peroleh melalui literatur dan sumber internet.
Dalam penelitian itu adalah menggunakan kata
cerdas dalam penciptaan karya seni. Kata cer-
das ini dipilih karena karya seni yang dicip-
takan dalam bentuk realis.
Tahapan dalam proses penciptaan karya seni
patung realis dengan menggunakan bonggol
kayu jati adalah sebagai berikut:
a. Memilih bahan baku
b. Merespon bahan baku
c. Membentuk secara global
d. Membentuk secara detail
e. Proses menambal
f. Pengeringan
g. Finishing
5. Saran
Untuk menciptakan karya seni patung realis
dengan menggunakan bahan akar kayu
jati/bonggol kayu jati diperlukan kecerdasan
dalam memilih bahan baku, penguasaan alat
dan teknik, serta menguasai anatomi figur, pro-
porsi, dan karakter dari figur tersebut.
Untuk mendapatkan bahan baku yang me-
madahi diperlukan hubungan atau kerjasama
yang baik dengan para petani yang suka
mengambil akar kayu jati. Bagi para pem-
baca/peneliti penulis persilahkan untuk
melakukan penelitian lebih lanjut yang berhub-
ungan penelitian ini.
6. Daftar Pustaka
Dedi Kurniadi. 2019. Penerapan Metode Tutor
Sebaya dalam Meningkatkan Kreativi-
tas Bermusik Peeserta Didik Pada Mata
Pelajaran Seni Budaya Di Kelas VII
SMP Negeri1 Sukaresmi. Jurnal Budaya
Nusantara dan Teknologi. Vol.2 No. 2
(Maret 2019): 267-338. Pusat
Pengkajian Budaya Nusantara, LPIK-
Lembaga Pemberdayaan Intelektual dan
Kajian-Kajian Universitas PGRI Adi
Buana Surabaya.
Djoko Maruto. 2015. Penerapan Media
Anatomi Dalam Penciptaan Patung Re-
alis (Kop) Bagi Mahasiswa Pendidikan
Seni Rupa Fbs UNY. https://jour-
nal.uny.ac.id/index.php/imaji/arti-
cle/view/4047. Diakses tanggal 15 Juli
2019.
Karsam. 2019. Tantangan Dalam Penciptaan
Seni Rupa Tradisi Di Era Revolusi In-
dustri 4.0. Jurnal Budaya Nusantara dan
Teknologi. Vol.2 No. 2 (Maret 2019):
267-338. Pusat Pengkajian Budaya
Nusantara, LPIK-Lembaga Pem-
berdayaan Intelektual dan Kajian-Kajian
Universitas PGRI Adi Buana Surabaya.
Seminar Nasional Seni dan Desain: “Reinvensi Budaya Visual Nusantara” Jurusan Seni Rupa dan Jurusan Desain Universitas Negeri Surabaya, 19 September 2019
Sanggar Klub Merby Kelas Lukis Sebagai Wadah Pendidikan Kreativitas Siswa Sekolah Dasar di Semarang
230
Timbangunusa Tumimbang. 2015). Karya Seni
Patung Simbolik Dalam Ungkapan
Perdamaian. Jurnal Dimensi Seni Rupa
dan Desain. Dimensi, Vol 12, No. 1.
2015. Jurusan Seni Rupa, Universitas
Negeri Manado.
Lincoln, William dkk. 1989. The Encyclopedia
of Wood. A Directory of Timbers and
Their Special Uses. Oxford: Facts on
File.
L.f. Awang, S.A. dkk. 2002, Etnoekologi
Manusia di Hutan Rakyat. Jogyakarta:
Sinergi Press.
Mahfudz dkk. t.t., Sekilas Jati. Jogya-
karta:.Puslitbang Biotek dan Pemuliaan
Tanaman Hutan.
Internet:
Kayu Jati dan Keunggulannya yang Wajib
Anda Ketahui. 2019. https://www.kar-
yafurniture jepara. com/blog/kayu-jati/.
Diakses tanggal 15 Juli 2019.
Chy Ana . Macrh 31, 2015. 10 Manfaat Kayu
Jati Bagi Kehidupan Manusia. https://
manfaat.co.id/10-manfaat-kayu-jati-
bagi-kehi dupan-manusia. Diakses tang-
gal 15 Juli 2019.
I Wayan gede Juni Antara. Ilmu Pendidikan
Seni Realis dan Realisme.
https://www.isi-dps. ac.id/artikel/ilmu-
pendidikan-seni-realis-dan-realisme/).
Diakses tanggal 13 Agustus 2019.
Mas Min. 2016. Jenis-Jenis Karya Seni Patung
Lengkap Dengan Penjelasannya. https://
www.pelajaran.co.id/2016/05/jenis-
jenis-karya-seni-patung.html. Diakses
tanggal 15 Juli 2019.
Heriyanto. 11 April 2007. Masuk Pedalaman
Hutan Mencari Bonggol Kayu Jati.
https://beritabojo-
negoro.com/read/10734-masuk-pedala-
man-hutan-mencari-bonggol-kayu-
jati.html. Diakses tanggal 15 Juli 2019.