kecerdasan jamak
TRANSCRIPT
MULTIPLE INTELLIGENCES (KECERDASAN JAMAK)Oleh
Muhammad Yaumi
PENDAHULUAN
Tulisan ini memuat laporan buku yang berjudul “Multiple Intelligences
for Preschool Children yang ditulis oleh Reeta Sonawat dan Purvi Gogri. Buku
ini memuat perbincangan seputar kecerdasan majemuk yang merupakan
suatu kajian menarik dalam studi psikologi khususnya dan ilmu-ilmu
pendidikan lain umumnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa kecerdasan
merupakan sarana untuk belajar, pemecahan masalah, dan menciptakan
sesuatu yang dapat digunakan dalam kehidupan. Sesuai dengan apa yang
telah dikemukakan oleh Gardner (1999) seorang penulis buku tentang
Multiple Intelligences melihat kecerdasan sebagai kapasitas untuk
pemecahan masalah, membentuk produk yang dapat dinilai menurut satu
atau lebih setting budaya. Sedangkan, istilah kecerdasan jamak dalam buku
ini merujuk pada multiple intelligence atau dapat pula disebut kecerdasan
majemuk yang menurut Gardner (1983) terdiri atas delapan komponen, yakni;
(1) kecerdasan verbal/linguistik, (2) logika matematik, (3) visual/spatial, (4)
music/rhythmic, (5) bodi/kinestetik, (6) interpersonal, (7) Intrapersonal, dan
(8) naturalis.
Untuk memudahkan pembahasan dalam laporan buku ini, penulis ingin
menguraikan secara singkat delapan kecerdasan majemuk seperti telah
digambarkan di atas. Kemampuan linguistik merujuk pada terbangunnya
tradisi baca-tulis dan kebiasaan berkomunikasi. Hal ini dapat diamati melalui
aktivitas mereka yang memilih profesi sebagai penyair, wartawan, dan ilmuan.
1
Bagi mereka jika ada suatu pertemuan ilmiah yang melibatkan berbagai pakar
yang datang dari satu atau lebih disiplin ilmu cenderung mendengarkan
dengan penuh perhatian. Dalam aktivitas sehari-hari pun selalu menjalankan
aktivitas membaca secara efektif, menulis dengan memperhatikan aturan
penulisan, mampu berbicara di hadapan para audiens, dan bahkan dapat
mempelajari bahasa asing dengan mudah. Kecerdasan logis/ matematik
mencakup kemampuan berpikir logis, sistematis, dan kemampuan
menghitung. Kecerdasan ini dapat diamati melalui berbagai aktivitas para
insinyur, ekonom, akuntan, dan ilmuan. Mereka ini memiliki karakteristik untuk
mampu mengenal konsep kuantitas, waktu, sebab-akibat, mempersepsi
objek, menggunakan simbol abstrak, memperlihatkan keterampilan logis
dalam memecahkan masalah, mampu menguji hipotesis, menggunakan
keterampilan matematis, menyukai operasi kompleks matematis, dan mampu
berpikir matematis.
Selanjutnya, kemampuan visual/spatial mencakup kemampuan berpikir
melalui gambar, menvisualisasi hasil masa depan, mengimajinasi sesuatu
dengan penglihatan seperti yang banyak dilakukan oleh para arsitek, artis,
pemahat, pemotret, dan perencana strategik. Kecerdasan visual/spatial
memiliki karakteristik belajar dengan melihat dan mengamati, mengenal
wajah, objek, bentuk, dan warna, mampu beradaptasi dalam suatu
lingkungan, berpikir dalam bentuk visual, dapat menciptakan grafik, chart dan
peta, muda mempelajari media visual, selalu senang terhadap gambar, dan
cenderung menyukai seni. Selain dari itu, terdapat juga kecerdasan
music/rhythmic seperti kemampuan untuk bermain gitar, biola, piano, dan
composer, mengkomposisikan music, menyanyi, dan menghargai.
2
Kecerdasan musik memiliki karakteristik seperti mendengarkan dan
menghayati suara dan irama, mencari kesempatan untuk mendengarkan
music, dan dapat merespon suatu music dengan kinestetik tubuh.
Selain kecerdasan lingkuistik, logika matematik, visual spasial, musik
rhythmic, juga terdapat kecerdasan kinestetik yang melibatkan kepandaian
gerakan tubuh seperti menggunakan badan secara terampil, mengatasi
masalah, dan menghasilkan prestasi. Kecerdasan ini dapat dilihat melalui
mereka yang berprofesi sebagai penari, aktor, dan atlit. Mereka ini memiliki
keterampilan seni peran, atletis, menari, menyukai pengalaman belajar yang
bersifat konkrit seperti field trip, role playing, dan latihan fisik. Mereka juga
dapat menunjukkan keseimbangan, keanggunan, kecakapan, dan segala
susuatu yang melibatkan tugas fisik. Sedangkan, kecerdasan interpersonal
terdiri atas kemampuan untuk bekerja secara efektif dengan orang lain,
memiliki simpati dan pengertian, menghayati motivasi dan tujuan seseorang.
Kecerdasan ini dapat diamati melalui peran yang dimainkan oleh para guru,
politisi, dan pemimpin agama. Peran yang dimaksud adalah senang
berinteraksi dengan orang lain, memelihara dan menjaga hubungan dengan
orang lain, mengenal berbagai cara untuk berhubungan dengan orang lain,
sering mempengaruhi opini orang lain, berperan serta dalam berbagai
aktivitas yang menuntut adanya kerja kolaboratif, mampu menyampaikan
pandangan melalui komunikasi verbal dan nonverbal, sering
mengekspresikan minat terhadap karir dan pekerjaan.
Jika kecerdasan interpersonal menekankan pada hubungan dengan
pihak lain, maka terdapat juga kecerdasan intrapersonal yang berfungsi untuk
mengelola diri secara pribadi seperti analisa diri, refleksi, menilai keberhasilan
3
orang lain dengan memahami diri. Mereka yang termasuk dalam kawasan
kecerdasan intrapersonal adalah para ahli filsafat, dan konselor. Mereka
betul-betul menyadari kawasan emosi yang terdapat dalam diri, mampu
mengekspresikan perasaan dan pemikiran yang ada dalam diri,
mengembangkan kepribadian yang akurat, memiliki system nilai dan etika,
mencari tahu dan memahami pengalaman yang bersifat internal, dan
berupaya untuk melakukan aktualisasi diri. Kecerdasan terakhir adalah
kecerdasan naturalis yang berguna untuk mengenal kembali flora dan fauna,
dan mencintai Alam seperti yang dapat dilihat dari aktivitas ahli biologi dan
para petualang hutan. Mereka mengenal dan mengategorikan spesies flora
dan fauna, senang berada di lingkungan alam, dan mudah mempelajari hal-
hal yang terkait dengan alam. Kedelapan kecerdasan jamak seperti yang
telah dikemukan di atas memiliki cara menstimulasi agar dapat diamati dalam
kehidupan sehari-hari. Cara menstimulasinya adalah dengan memahami
masing-masing karakteristik yang melekat pada profesi yang diemban setiap
melaksanakan aktivitas kehidupan.
Emosional berasal dari bahasa Latin, motere, yang dapat diartikan
sebagai keadaan bergerak, a state of being moved dalam bahasa Inggris
menjadi emotional yang merujuk pada tiga aspek, yakni perasaan (feeling),
perbuatan (act), kesadaran (awareness). Untuk memahami lebih jauh tentang
hakekat kecerdasan emosional, beberapa definisi dapat diuraikan sebagai
berikut. Pertama, definisi yang mengatakan bahwa kecerdasan emosional itu
adalah kemampuan memantau dan mengendalikan perasaan sendiri dan
orang lain serta menggunakannya untuk memandu pikiran dan tindakan.
Kedua, suatu bentuk kecerdasan sosial yang mencakup kemampuan untuk
4
memonitor perasaan sendiri dan perasaan orang lain. Sedangkan, yang
dimaksud dengan keterampilan memahami diri sendiri adalah upaya untuk
mengatur diri sendiri, memotivasi dan empati, sebagai predictor yang sangat
kuat dalam mencapai keberhasilan dalam bekerja. Ketiga, definisi yang
diberikan oleh Sprinthal yang mengatakan bahwa kecerdasan emosional
adalah cara cerdas dalam diri seseorang untuk berhubungan dengan orang
lain secara sukses. Sprinthal melihat kecerdasan emosional sebagai sumber
daya yang sinergis yang meliputi harga diri, kesadaran diri, kepekaan social
dan kemampuan adaptasi social. Sedangkan, Lawrence melihat kecerdasan
emosianal merupakan bagian dari kecerdasan social yang berfungsi untuk
memantau perasaan baik yang terlahir dari perasaan sendiri maupun yang
berasal dari orang lain.
Coleman (1997) mengatakan bahwa sumber kecerdasan emosional itu
bersumber dari otak yang terdapat di kepala dan hati. Suatu penelitian yang
dilakukan secara longitudinal dengan mengambil responden terhadap ana-
anak untuk diberikan tes “Marsmallow”, Hasilnya menunjukkan bahwa anak
yang mempunyai kecerdasan emosional yang tinggi memperoleh skor ujian
lebih tinggi dari anak-anak yang memiliki kecerdasan emosional rendah. Anak
yang memiliki kecerdasan emosional lebih tinggi juga sangat berhasil dalam
kehidupan di masyarakat. Di samping itu, terdapat perbedaan yang mencolok
antara EQ dan IQ. Beberapa penelitian telah membuktikkan bahwa IQ
bukanlah satu-satunya penentu keberhasilan dalam suatu karir akademik
karena hanya memberikan kontribusi sebanyak 20%, sedangkan EQ yang
bersumber dari hati seperti yang telah dijelaskan oleh Coleman di atas
mampu membentuk karakter manusia dan berkontribusi hingga mencapai
5
80% untuk keberhasilan manusia. Oleh karena itu, keberhasilan manusia
banyak disebabkan oleh kemampuannya mengelola diri sendiri dan orang lain
yang mencakup beberapa kawasan; kesadaran diri, pengelolaan emosi,
motivasi diri, mengembangkan signal, dan mengelola hubungan.
6
PEMBAHASAN UMUM TENTANG MULTIPLE INTELLIGENCIES FOR PRESCHOOL CHILDREN
A. Kecerdasan Linguistik
Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi yang sangat penting
dalam kehidupan manusia. Tanpa bahasa mustahil seseorang dapat
menyampaikan keinginannya kepada orang lain. Dalam kehidupan anak-
anak, peranan bahasa menjadi sangat vital dalam upaya mencerdaskan
kehidupan anak, bahkan bahasa dipandang sebagai aktivitas sosial
sebagaimana anak-anak menggunakan keterampilan mereka untuk
membangun persahabatan, kompromi, negosiasi, dan menyelesaikan
masalah yang dihadapi. Bahasa juga memegang peranan penting karena
selalu dihubungan dengan berbagai aspek pengembangan anak dan
pengembangan emosianal bagi yang paling pemula. Seperti yang dilakukan
oleh bayi; tersenyum, bercumbu, dan merespon orang tuanya,
mengembangkan kasih sayang dan ikatan emosional.
Seperti yang disarankan oleh Gardner (1999) bahwa bahasa adalah
contoh awal yang istimewa dari kecerdasan manusia. Kecerdasan bahasa
mencakup kualitas proses otak kiri dan kanan baik bahasa dalam pengertian
yang linier maupun dalam pengertian holistik yang dibungkus. Kecerdasan
bahasa kemudian muncul menjadi kombinasi dari berbagai sistem yang
berbeda-beda seperti ekspresi gerak isyarat, intonasi, kemampuan kognisi
untuk memberi nama dan mengelompokkan dan uraian kalimat. Dengan
demikian seorang anak yang memiliki kecerdasan bahasa yang tinggi akan
mampu menceritakan cerita dan adegan lelucon, menulis lebih baik dari rata-
7
rata anak yang lain yang memiliki usia yang sama, mempunyai memori
tentang nama, tempat, tanggal, dan informasi lain lebih baik dari anak pada
umumnya, senang terhadap permainan kata, menyukai baca buku,
menghargai sajak, dan permainan kata-kata, suka mendengar cerita tanpa
melihat buku, mengkomunikasikan, pikiran, perasaan, dan ide-ide dengan
baik, mendengarkan dan meresponi bunyi-bunyi, irama, warna, berbagai
kata-kata lisan.
Di samping itu, anak yang memiliki kecerdasan bahasa yang lebih dari
pada anak lainnya suka meniru bunyi-bunyi, bahasa, membaca dan menulis,
belajar dengan mendengar, membaca, menulis dan berdiskusi,
mendengarkan secara efektif, memahami, meringkas, menginterpretasi dan
menjelaskan, dan mengingat apa yang telah dibaca, selalu berusaha untuk
meningkatkan penggunaan bahasa, menciptakan bentuk-bentuk bahasa yang
baru, bekerja dengan menulis atau menyukai komunikasi lisan. Mereka juga
suka mengajukan banyak pertanyaan, suka bicara, memiliki banyak kosa
kata, suka membaca dan menulis, memahami fungsi bahasa, dapat berbicara
tentang keterampilan bahasa.
B. Kecerdasan Logika-Matematika
Orang yang memiliki kecerdasan logika matematika yang tinggi
memahami prinsip-prisip yang mendasari system kausal, cara seorang ilmuan
atau pengguna logika berbuat sesuatu, atau dapat memanipulasi bilangan,
kwantitas dan operasi, seperti cara yang dilakukan oleh ahli matematika.
Kecerdasan logika matematika merujuk pada kemampuan untuk
mengekplorasi pola-pola, kategori-kategori dan hubungan dengan
8
memanipulasi objek atau simbol untuk melakukan percobaan di dalam suatu
cara yang terkontrol dan teratur.
Anak-anak yang memiliki kecerdasan logika matematika yang tinggi
sangat menyukai bermain dengan bilangan dan menghitung, suka untuk
diatur, sangat tepat, baik dalam problem solving, mengenal pola-pola,
menyukai permainan matematika, suka melakukan percobaan dengan cara
yang logis, sangat teratur dalam tulis tangan, mempunyai kemampuan untuk
berpikir abstrak, suka computer, menikmati dalam menyelesaikan teka-teki,
selalu ingin mengetahui bagaimana sesuatu itu berjalan, terarah dalam
melakukan kegiatan yang berdasarkan aturan, tertarik pada pernyataan logis,
suka mengumpulkan dan mengklasifikasi sesuatu, suka menyelesaikan
berbagai persoalan yang membutuhkan penyelesaian yang logis, merasa
lebih nyaman ketika sesuatu telah diukur, dibuat kategori, dianalisis, atau
dihitung dan dijumlahkan, berpikir dengan konsep yang jelas, abstrak, tanpa
kata-kata dan tanpa gambar.
C. Kecerdasan Musikal
Kecerdasan musik adalah kapasitas berpikir dalam musik untuk
mampu mendengarkan pola-pola dan mengenalnya serta mungkin
memanifulasinya. Orang yang mempunyai kecerdasan musik yang kuat tidak
saja mengingat musik dengan mudah, mereka tidak dapat keluar dari
pemikiran musik dan selalu hadir dimana-mana.
Kecerdasan musikal didefinisikan sebagai kemampuan menangani
bentuk musikal kemampuan ini meliputi (1) kemampuan mempersepsi bentuk
musikal seperti menangkap atau menikmati musik dan bunyi-bunyi berpola
9
nada, (2) kemampuan membedakan bentuk musikal, seperti membedakan
dan membedakan dan membandingkan ciri musikal bunyi, suara dan alat
musik, (3) Kemampuan mengubah bentuk musikal, seperti mencipta dan
memversikan musik, dan (4) kemampuan mengekspresikan bentuk musikal
seperti bernyanyi, bersenandung dan bersiul-siaul. Hal ini berarti, kecerdasan
musikal meliputi kemampuan mempersepsi dan memahami, menipta dan
menyanyikan bentuk-bentuk musikal. Para ahli mengakui bahwa musik
merangsang aktivitas kognitif dalam otak dan mendorong kecerdasan.
Anak-anak yang memiliki kecerdasan musik yang tinggi mempunyai
sensitivitas untuk mendengarkan pola-pola, bersenandung dan dapat
memainkan sesuai dengan irama, mampu membedakan bunyi-bunyi dan
memiliki perasaan yang baik terhadap tangga nada, bergerak sesuai dengan
irama, mengingat irama dan pola-pola bunyi, mencari dan menikmati
pengalaman musik, bermain dengan suara, sangat bagus dalam mengambil
nada, mengingat melodi, mengamati irama dan mengetahui waktu memulai
dan mengakhiri nada, sering mendengarkan musik, dapat mengenal bahwa
musik dengan berbagai variasi, dapat dengan mudah mengingat melodi dan
menyanyikannya, mempunyai suara merdu, baik itu bernyanyi solo maupun
paduan suara, memainkan instrumen musik, berbicara atau bergoyang
mengikuti irama, dapat mengetuk meja atau desktop sambil bekerja,
menunjukan sensitivitas pada suara dalam lingkungan, memberi respon
secara emasional pada musik yang mereka dengarkan.
D. Kecerdasan Bodily- Kinestetik
Kecerdasan Bodily- Kinestetik adalah kemampuan untuk
menggunakan seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide dan perasaan, serta
10
menggunakan tangan untuk menghasilkan atau mentransformasi sesuatu.
Kecerdasan ini mencakup keterampilan khusus seperti, koordinasi,
keseimbangan, ketangkasan, kekuatan, fleksibelitas dan kecapatan.
Kecerdasan ini juga meliputi ketrampilan untuk mengontrol gerakan-gerakan
tubuh dan kemampuan untuk memanifulasi objek.
Komponen inti dari kecerdasan kinestetik adalah kemampuan-
kemampuan fisik yang spesifik, seperti koordinasi, keseimbangan,
ketrampilan, kekuatan, kelenturan, dan kecapatan maupunkemampuan
menerima atau merangsang dan hal yang berkaitan dengan sentuhan.
Kemampuan ini juga merupakan kemampuan motorik halus, kepekaan
sentuhan, daya tahan dan refleks
Kemampuan dari kecerdasan kinestetik bertumpu pada kemampuan
yang tinggi untuk mengendalikan gerak tubuh dan ketrampilan yang tinggi
untuk menangani benda. Kecerdasan kinestetik memungkinkan manusia
membangun hubungan yang penting antara pikiran dan tubuh, dengan
demikian memungkinkan tubuh untuk memanipulasi objek dan menciptakan
gerakan.
Kecerdasan kinestetik yang disebut juga kecerdasan olah tubuh
merangsang kemampuanseseorang untuk mengolah tubuh secara ahli, atau
untuk mengekspresikan gagasan dan emosi melalui gerakan. Ini termasuk
kemampuan menangani suatu benda dengan cekatan dan membuat sesuatu.
E. Kecerdasan Visual-Spasial
Kecerdasan Visual-Spasial merupakan kecerdasan yang dikaitkan
dengan bakat seni, khususnya seni lukis dan seni arsitektur. Kecerdasan
Visual-Spasial atau kecerdasan gambar atau kecerdasan pandang ruang
11
didefinisikan sebagai kemampuan mempresepsi dunia visual-spasial secara
akurat serta menstranformasikan persepsi visual-spasial tersebut dalam
berbagai bentuk. Kemampuan berpikir Visual-Spasial merupakan
kemampuan berpikir dalam bentuk visualisasi, gambar dan bentuk tiga
dimensi.
Ada tiga kunci dalam mendefinisikan Kecerdasan Visual-Spasial yaitu
(1) Mempersepsi yakni menangkap dan memahami melalui sesuatu melalui
panca indra, (2) Visual-Spasial sesuatu yang terkait dengan kemampuan
mata khususnya warna dan ruang, (3) Menstransformasikan yakni mengalih-
bentukkan hal yang ditangkap mata kedalam bentuk wujud lain, misalnya
melihat, mencermati, merekam, menginterpretasikan dalam pikiran lalu
menuangkan rekaman dan interpretasi tersebut ke dalam bentuk lukisan,
sket, kolase atau lukisan perca,
Komponen inti dari Kecerdasan Visual-Spasial adalah kepekaan pada
garis, warna, bentuk, ruang, keseimbangan, bayangan harmoni, pola dan
hubungan antar unsur tersebut. Komponen lainnya adalah kemampuan
membayangkan, mempresentasikan, ide secara visual dan spasial, dan
mengorientasikan secara tepat. Komponen inti dari Kecerdasan Visual-
Spasial benar-benar bertumpu pada ketajaman melihat dan ketelitian
pengamatan.
F. Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan Interpersonal merupakan kecerdasan dengan indikator –
indikator yang menyenangkan bagi orang lain. Sikap-sikap yang ditunjukan
oleh anak dalam Kecerdasan Interpersonal sangat menyejukan dan penuh
kedamaian.
12
Kecerdasan Interpersonal didefinisikan sebagai kemampuan
mempersepsi dan membedakan suasana hati, maksud, motivasi dan
keinginan orang lain, serta kemampuan memberikan respons secara tepat
terhadap suasana hati, temperamen, motivasi dan keinginan orang lain.
Dengan kemampuannya anak yang cerdas interpersonal dapat merasakan
apa yang dirasakan orang lain, menangkap maksud dan motivasi orang lain
bertindak sesuatu, serta mampu memberikan tanggapan yang tepat sehingga
orang lain merasa nyaman.
Komponen inti Kecerdasan Interpersonal adalah kemampuan
mencerna dan menanggapi dengan tepat berbagai suasana hati, maksud,
motivasi, perasaan dan keinginan orang lain. Komponen inti yang lain adalah
kemampuan bekerja sama. Sedangkan komponen lainnya adalah kepekaan
dan kemampuan menangkap perbedaan yang sangat halus terhadap
maksud, motivasi, suasana hati, perasaan dan gagasan orang lain. Mereka
yang mempunyai Kecerdasan Interpersonal sangat memperhatikan orang
lain, memiliki kepekaan yang tinggi terhadap ekspresi wajah, suara dan gerak
isyarat.
Dengan kata lain, Kecerdasan Interpersonal melibatkan banyak
kecakapan, yakni kemampuan berempati pada orang lain, kemampuan
mengorganisasi sekelompok orang menuju sesuatu tujuan bersama,
kemampuan mengenali dan membaca pikiran orang lain, kemampuan
berteman atau menjalin kontak.
Anak-anak yang berkembang pada Kecerdasan Interpersonal peka
terhadap kebutuhan orang lain. Apa yang dimaksud, dirasakan, direncanakan
dan diimpikan orang lain dapat ditangkap melalui pengamatannya terhadap
13
kata-kata, gerik-gerik, gaya bahasa, dan sikap orang lain. Mereka akan
bertanya memberi perhatian yang dibutuhkan.
Kemampuan merasakan perasaan orang lain, mengakibatkan anak
yang berkembang dalam Kecerdasan Interpersonal mudah mendamaikan
komplik. Kepekaan ini juga menghantarkan mereka menjadi pemimpin
diantara sebayanya.
G. Kecerdasan Intrapersonal
Kecerdasan Intrapersonal dapat didefinisikan sebagai kemampuan
memahami diri sendiri dan bertindak berdasarkan pemahaman tersebut.
Komponen inti dari Kecerdasan Intrapersonal kemampuan memahami diri
yang akurat meliputi kekuatan dan keterbatasan diri, kecerdasan akan
suasana hati, maksud, motivasi, temperamen dan keinginan, serta
kemampuan berdisiplin diri, memahami dan menghargai diri. Kemampuan
menghargai diri juga berarti mengetahui siapa dirinya, apa yang dapat dan
ingin dilakukan, bagaimana reaksi diri terhadap situasi tertentu, dan
menyikapinya, serta kemampuan mengarahkan dan mengintrospeksi diri.
Kecerdasan Intrapersonal merupakan kecerdasan dunia batin,
kecerdasan yang bersumber pada pemahaman diri secara menyeluruh guna
menghadapi, merencanakan, dan memecahkan berbagai persoalan.
Individu yang cerdas dalam intrapersonal memiliki beberapa indikator
kecerdasan yaitu: (1) Secara teratur meluangkan waktu sendiri untuk
bermeditasi, merenung dan memikirkan berbagai masalah, (2) Pernah atau
serng menghadiri acara konseling atau seminar perkembangan kepribadian
untuk lebih memahami diri sendiri, (3) mampu menghadapi kemunduran,
kegagalan, hambatan dengan tabah, (4) memiliki hobi atau minat dan
14
kesenangan yang disimpan untuk diri sendiri (5) Memiliki tujuan-tujuan yang
penting untuk hidup, yang dipikirkan secara kontinu, (6) memiliki pandangan
yang realistis mengenai kekuatan dan kelemahan diri ysng diproleh dari
umpan balik sumber-sumber lain, (7) lebih memilih menghabiskan akhir
pekan sendiri di tempat-tempat pribadi dan jauh dari keramaian (8)
menganggap dirinya orang yang berkeinginan kuat dan berpikiran mandiri (9)
memiliki buku harian untuk mengekspresikan perasaan, emosi diri dan
menuliskan pengalaman pribadi, (10) memiliki keinginan untuk berusaha
sendiri, berwiraswasta.
H. Kecerdasan Naturalis
Salah satu satu ciri yang ada pada anak-anak yang kuat dalam
kecerdasan naturalis adalah kesenangan mereka pada alam, binatang,
misalnya akan berani mendekati, memegang, mengelus, bahkan memiliki
naluri untuk memelihara.
Kecerdasan Naturalis didefinisikan sebagai keahlian mengenali dan
menngkatagorikan spesies, baik flora maupun fauna, di lingkungan sekitar,
dan kemampuannya mengolah dan memanfaatkan alam, serta
melestarikannya.
Komponen inti kecerdasan naturalis adalah kepekaan terhadap alam
(flora, fauna, formasi awan, gunung-gunung), keahlian membedakan anggota-
anggota suatu spesies, mengenali eksistensi spesies lain, dan memetakan
hubungan antara beberapa spesies baik secara formal maupun informal.
Komponen kecerdasan naturalis lain adalah perhatian dan minat
mendalam terhadap alam, serta kecermatan menemukan ciri-ciri spesies dan
unsur alam yang lain. Anak-anak yang suka menyelidiki berbagai kehidupan
15
makluk kecil, seperti cacing, semut, dan ulat daun. Anak-anak suka
mengamati gundukan tanah, memeriksa jejak binatang, mengorek-orek
tanah, mengamati hewan yang bersembunyi, lalu menangkapnya.
Anak-anak yang memiliki kecerdasan naturalis tinggi cenderung
menyukai dan terbuka, akrab dengan hewan peliharaan, dan bahkan
menghabiskan waktu mereka di dekat akuarium. Mereka mempunyai
keingintahuan yang besar tentang selak seluk hewan dan tumbuhan.
16
PEMBAHASAN DAN ANALISIS ISI BUKU
Pada bagian ini akan dibahas analisis isi bab I tentang Linguistic Intelligence
ditinjau dari perspektif lain. Seperti dijelaskan sebelumnya kecerdasan
linguistic merupakan kecerdasan yang pertama dalam kajian mengenai
kecerdasan jamak atau multiple intelligences. Untuk memudahkan
pembahasan bab ini penulis akan memulai pembahasan dengan definisi yang
diberikan oleh para ahli kemudian beberapa ciri dan komponen kecerdasan
bahasa.
A. Definisi
Kecerdasan bahasa dipandang sebagai kecerdasan yang muncul dari
hasil kombinasi antara berbagai sistem dari sikap ekspresif, intonasi,
kemampuan kognitif dalam memberikan nama, mengklasifikasikan dan
penyusunan kalimat. Dengan kata lain kecerdasan bahasa adalah
kemampuan untuk menggunakan bahasa untuk mengungkapkan
kesenangan, kepercayaan, menstimulasi atau menyampaikan informasi
(Sonawat and Gogri: 2008).
Musfiroh (2008) kemampuan menyelesaikan masalah,
mengembangkan masalah dan menciptakan sesuatu dengan menggunakan
bahasa secara efektif. Kecerdasan bahasa berarti kecerdasan kata-kata dan
kecerdasan dalam menggunakan kata-kata itu melalui penglihatan dan
pendengaran. Kecerdasan bahasa mengacu pada kemampuan
menggunakan pikiran dengan jelas, baik melalui bahasa lisan, bahasa tulisan
dan kegiatan membaca.
17
Mukalel (2003) Menggunakan istilah kompetensi dan performansi
untuk merujuk pada kecerdasan bahasa. Kompetensi dipandang sebagai
sesuatu yang dibangun dalam kemampuan bahasa yang berfungsi untuk
mengembangkan factor kebahasaan secara progresiv. Sedangkan
performansi merujuk pada penggunaan actual bahasa dalam seluruh
manivestasinya seperti mendengar, membaca, berbicara dan menulis.
Gardner (1983) Kemampuan bahasa adalah kemampuan untuk
menggunakan bahasa, untuk merepleksikan bahasa, sehingga dapat
menggunakan analisis metalinguistik. Santrock (2007) Kemampuan bahasa
merujuk pada kemampuan menggunakan bunyi-bunyi bahasa, kata-kata,
kalimat dan paragraph semantic dan pragmatic. Gardner (2003) Kecerdasan
bahasa adalah kemampuan yang ditunjukan dalam bentuk paling lengkap,
mungkin oleh puisi.
Berdasarkan definisi tersebut di atas, kemampuan bahasa merujuk
pada dua komponen utama; komponen fungsional bahasa dan komponen
social. Yang pertama mencakup unsure-unsur keformalan bahasa seperti
aspek fonologi yang mengkaji bunyi-bunyi bahasa, aspek morfologi bahasa
yang mempelejari bagaimana membentuk kata dan morfem serta membentuk
kata baru dari hasil perpaduan antara kata dengan morfem dan kata dengan
kata lain untuk membentuk kata majemuk dan gabungan. Aspek formal
bahasa yang lainnya adalah sintaksis yang mencakup bagai mana
katamembentuk frase, frase membentuk klausa yang pada akhirnya
membentuk kalimat. Komponen kedua adalah komponen social atau
relational yang digunakan untuk berinteraksi secara social antara manusia
yang satu dengan lainnya.
18
B. Komponen Kemampuan Bahasa
Sonawat dan Gogri (2008) mengatakan komponen kemampuan
bahasa terdiri atas fonologi, suatu ilmu yang mengkaji bunyi bahasa,
semantic yang merupakan salah satu komponen bahasa yang mengkaji
masalah makna, grammar yang mengkaji bahasa dari segi strukturnya, dan
pragmatik yang mengkaji bahasa dalam hubungannya dalam aturan-aturan
budaya.
Berbeda dengan Sonawat dan Gogri (2008) di atas, Mukalel (2003),
dan Santrock (2007) membagi komponen ke dalam: (1) fonologi, (2)
Morfologi, (3) Sintaksis, dan (4) semantic. Santrock menambahkan satu
komponen lainnya yakni pragmatik. Sedangkan Musfiroh (2008) mengatakan
bahwa komponen bahasa meliputi kemampuan memanifulasi atau mengutak
atik dan menguasai tata bahasa, system bunyi bahasa, system makna
bahasa, penguasaan bahasa dan aturan pemakaiannya.
Kecerdasan bahasa mencakup pula keterampilan bahasa yang
meliputi kemampuan menyimak atau mendengarkan secara cermat dan kritis
terhadap informasi lisan, kemampuan membaca secara efektif, kemampuan
berbicara, dan kemampuan menulis. Individu yang cepat menangkap
informasi lisan dan tertulis dapat dikatakan cerdas secara bahasa, walaupun
mungkin tidak pandai berbicara atau menulis. Kecerdasan bahasa sangat
dihargai dalam dunia modern karena orang cenderung untuk menilai dari cara
mereka berbicara dan menulis. Meskipun demikian kecerdasan bahasa
sejatinya terdiri atas penguasaan berbagai komponen bahasa seperti
sintaksis, sematik, fonemik dan pragmatik.
19
Berdasarkan pembagian komponen kecerdasan bahasa sebagaimana
dijelaskan di atas, maka dapat dipahami bahwa tidak semua ahli mempunyai
pandangan yang sama dalam menentukan pembagian dan klasifikasi. Hal ini
disadari bahwa sampai kapanpun tidak akan ada kesepakatan untuk
memberikan klasifikasi yang sama karena masing-masing para ahli memiliki
dasar pijakan yang berbeda satu sama lainnya.
20
DAFTAR PUSTAKA
Gardner, Howard, 1983. Frames Of Mind. New York: Basic Books, Inc., Publishers.
Gardner, Howard, 2003. Kecerdasan Majemuk Teori Dalam Praktek(Versi Terjemahan). Batam Center: Interaksara.
Gogri, Purvi., Sonawat Reeta, 2008. Multiple Inteligences For Preschool Children. Mumbai: Multi-Tech Publishing Co.
Mukalel, Josept. C, 2003. Psychology Of Language Learning. New Delhi: Discovery Publishing House.
Musfiroh, Tadkiroatun, dkk, 2008. Pengembangan Kecerdasan Majemuk. Jakarta: Universitas Terbuka.
Santrock, John. W, 2007. Psikologi Pendidikan (Versi Terjemahan). Jakarta: Kencana Perdana Media Group.
21
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN UMUM TENTANG MULTIPLE INTELLIGENCIES FOR PRESCHOOL CHILDREN
A. Kecerdasan Linguistik
B.
22