kecerdasan spiritual memoderasi gaya … · akuntabilitas publik merupakan wujud pertanggungjawaban...
TRANSCRIPT
KECERDASAN SPIRITUAL MEMODERASI GAYA KEPEMIMPINAN DAN BUDAYA ORGANISASI PADA KINERJA PENYUSUN LAPORAN
AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh gaya kepemimpinan danbudaya organisasi pada kinerja penyusun laporan akuntabilitas kinerja instansipemerintah dengan kecerdasan spiritual dimasukkan sebagai variabel moderasi.Akuntabilitas publik merupakan wujud pertanggungjawaban keberhasilan dankegagalan dalam mencapai tujuan dan sasaran dalam rangka mencapai misiorganisasi yang telah ditetapkan.
Metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalahmetode nonprobability sampling dengan teknik sampel jenuh/sensus. Jumlahresponden sebanyak 80 orang. Data yang digunakan berupa data primer denganmenggunakan kuesioner. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresimoderasian, data diolah dengan program SPSS versi 22.0.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan dan budayaorganisasi berpengaruh positif dan signifikan pada kinerja penyusun laporanakuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Kecerdasan spiritual memoderasipengaruh budaya organisasi pada kinerja penyusun laporan akuntabilitas kinerjainstansi pemerintah, sedangkan kecerdasan spiritual tidak memoderasi pengaruhgaya kepemimpinan pada kinerja penyusun laporan akuntabilitas kinerja instansipemerintah.
Kata kunci : kinerja penyusun laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah,gaya kepemimpinan, budaya organisasi, kecerdasan spiritual
1
2
THE MODERATE OF SPIRITUAL INTELLIGENCE IN LEADERSHIPSTYLE AND ORGANIZATIONAL CULTURE TO PERFORMANCE OF REPORTS THE ACCOUNTABILITY REPORT PERFORMANCE
OF GOVERNMENT INSTITUTION
ABSTRACT
This study aims to examine the influence of leadership styles andorganizational culture on the performance of the reporting compilersaccountability performance of government agencies with spiritual intelligenceincluded as a moderation variable. Public accountability is a manifestation of theaccountability of success and failure in achieving goals and objectives in order toachieve the organizational mission that has been established.
Sample determination method used in this research is nonprobabilitysampling method with saturated / census sample technique. The number ofrespondents is 80 people. The data used in the form of primary data by usingquestionnaire. The analysis technique used is moderation regression analysis, dataprocessed with SPSS program version 22.0.
The results showed that leadership style and organizational culturehave a positive and significant influence on the performance of report makerperformance accountant performance. Spiritual intelligence moderates theinfluence of organizational culture on the performance of accountability reportreporting performance of government agencies, while spiritual intelligence doesnot moderate the influence of leadership style on the performance ofaccountability report reporter performance of government agencies.
Keywords: performance of government agencies performance accountabilityreport, leadership style, organizational culture, spiritualintelligence
3
KECERDASAN SPIRITUAL MEMODERASI GAYA KEPEMIMPINAN DAN BUDAYA ORGANISASI PADA KINERJA PENYUSUN LAPORAN
AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH
RINGKASAN
Proses penerapan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (AKIP)yang baik dalam rangka mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalanmisi organisasi menghadirkan sebuah sistem pertanggungjawaban yang disebutSistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP). Permasalahan yangterjadi sesuai dengan hasil evaluasi akuntabilitas kinerja pada tahun 2013,Pemerintah Daerah Kabupaten Sumba Tengah mendapat predikat D (sangatkurang, perlu mendapat perbaikan sangat mendasar) dan hal ini menuntut kinerjaekstra dari tim penyusun agar hasil penyusunan Laporan Kinerja InstansiPemerintah (LAKIP) pada tahun-tahun ke depan lebih baik. Kinerja sektor publikmerupakan suatu konstruk multidimensional yang mencakup banyak faktor yangmempengaruhi, salah satunya faktor kepemimpinan dan faktor kultur (budaya)dalam organisasi. Berdasarkan fenomena tersebut penelitian ini dikaji lebih lanjutdengan memasukkan variabel gaya kepemimpinan dan budaya organisasi sebagaivariabel independen. Penelitian ini mengkaji Goal-Setting Theory sebagai teoriutama yang menjelaskan adanya hubungan yang tidak terpisahkan antarapenetapan tujuan dan kinerja yang dihasilkan. Hasil penelitian terdahulu yangtidak konsisten mendorong peneliti memasukkan variabel kecerdasan spiritualsebagai variabel pemoderasi. Peneliti menduga adanya faktor kontingensi yangmempengaruhi hubungan antara gaya kepemimpinan dan budaya organisasi padakinerja penyusun laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.
Berdasarkan penelitian terdahulu dan tinjauan pustaka, penelitian inimembangun beberapa hipotesis yaitu, (1) gaya kepemimpinan berpengaruh positifpada kinerja penyusun laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, (2)budaya organisasi berpengaruh positif pada kinerja penyusun laporanakuntabilitas kinerja instansi pemerintah, (3) kecerdasan spiritual memperkuatpengaruh gaya kepemimpinan pada kinerja penyusun laporan akuntabilitas kinerjainstansi pemerintah, (4) kecerdasan spiritual memperkuat pengaruh budayaorganisasi pada kinerja penyusun laporan akuntabilitas kinerja instansipemerintah.
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer melaluimetode survei dengan teknik kuesioner. Sampel penelitian diambil menggunakanmetode non probabilitas sampling dengan teknik sampel jenuh/sensus. Respondendalam penelitian ini berjumlah 80 orang yang terdiri dari pejabat eselon III dan IVditambah dengan Tim Penyusun LAKIP, namun dari 80 kuesioner yang dibagikanhanya 79 kuesioner yang kembali dan selanjutnya diolah dengan program SPSSversi 13.0. Skala Likert lima (5) poin digunakan untuk mengukur seluruhpengaruh variabel. Pengujian instrumen dilakukan dalam penelitian ini denganmenguji validitas dan reliabilitas atas jawaban kuesioner responden. Analisis data
4
dilakukan dengan uji asumsi klasik yaitu uji normalitas, uji heterokedastisitas danuji multikolinearitas. Selanjutnya dilakukan uji analisis regresi yaitu uji regresilinear berganda dan uji regresi moderasi untuk melihat ketergantungan variabeldependen dengan satu atau lebih variabel independen, dengan tujuan untukmengestimasi nilai rata-rata variabel dependen berdasarkan nilai variabelindependen yang diketahui.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hipotesis pertama yaitu gayakepemimpinan berpengaruh positif pada kinerja penyusun laporan akuntabilitaskinerja instansi pemerintah sehingga hipotesis diterima. Hipotesis kedua yaitubudaya organisasi berpengaruh positif pada kinerja penyusun laporanakuntabilitas kinerja instansi pemerintah sehingga hipotesis diterima. Hipotesisketiga kecerdasan spiritual tidak memperkuat pengaruh gaya kepemimpinan padakinerja penyusun laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah sehinggahipotesis ditolak. Hipotesis keempat kecerdasan spiritual memperkuat pengaruhbudaya organisasi pada kinerja penyusun laporan akuntabilitas kinerja instansipemerintah sehingga hipotesis diterima.
5
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ……………………………………………………………………………..PERSYARATAN GELAR ………………………………………………………...LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ……………………………………..PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ILMIAH ………………………...UCAPAN TERIMA KASIH ………………………………………………………ABSTRAK …………………………………………………………………………ABSTRACT ……………………………………………………………………….RINGKASAN ……………………………………………………………………..DAFTAR ISI ………………………………………………………………………DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………………DAFTAR TABEL …………………………………………………………………DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG ……………………………………...DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………………
iiiiiivviixxxi
xiiixvixviixviiixix
BAB I
BAB II
BAB III
PENDAHULUAN ………………………………………………….......
1.1 Latar Belakang ……………………………………………………..1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………….1.3 Tujuan Penelitian …………………………………………………..1.4 Manfaat Penelitian …………………………………………………
TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………………..2.1 Goal Setting Theory …………….………………………………….
2.1.1 Path-Goal Leadership Theory …………………………….2.1.2 Human Relation Theory …………………………………...2.1.3 Spiritual Leadership Theory ………………………………2.1.4 Teori Keagenan (Agency Theory) ………………………..
2.2 Kinerja ………………………………………………………….......2.3 Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah ………………………...2.4 Gaya Kepemimpinan ……………………………………………….2.5 Budaya Organisasi …………………………………………………2.6 Kecerdasan Spiritual …………….....................................................2.7 Penelitian Terdahulu …………………………………………….
KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN …………………………………………………………..3.1 Kerangka Berpikir ………………………………………………….3.2 Konsep …………………………………………………………......3.3 Hipotesis ……………………………………………………….......
3.3.1 Pengaruh Gaya Kepemimpinan pada Kinerja Penyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah ………
11111213
141416192124262832353941
46464848
48
50
6
BAB IV
BAB V
3.3.2 Pengaruh Budaya Organisasi pada Kinerja Penyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah ……….
3.3.3 Pengaruh Gaya Kepemimpinan pada Kinerja Penyusun Laporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah denganKecerdasan Spiritual sebagai Pemoderasi …………
3.3.4 Pengaruh Budaya Organisasi pada Kinerja Penyusun LaporanAkuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dengan KecerdasanSpiritual sebagai Pemoderasi ………………….
METODE PENELITIAN ………………………………………………4.1 Rancangan Penelitian ………………………………………….......4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ………………………………………4.3 Ruang Lingkup Penelitian …………………………………………4.4 Penentuan Sumber Data ……………………………………….......
4.4.1 Jenis Data ………………….………………………………. 4.4.2 Populasi ………………….……………………………....... 4.4.3 Sampel …………….……………………………………….
4.5 Variabel Penelitian ……………………………………………....... 4.5.1 Identifikasi Variabel ………………………………………. 4.5.2 Definisi Operasional Variabel ……………………………..
4.6 Instrumen Penelitian ………………………………………………. 4.6.1 Skala Pengukuran …………………………………………. 4.6.2 Pengujian Instrumen ……….………………………………
4.7 Prosedur Penelitian …………………………………………….......4.8 Analisis Data ……………………………………………………….
4.8.1 Pengujian Asumsi Klasik …………………………………..4.8.2 Analisis Regresi ……………………………………………4.8.2.1 Analisis Regresi Berganda ………………………….........4.8.2.2 Analisis Regresi Moderasi (MRA) ……………………….4.8.3 Uji Kelayakan Model (model fit) ………………………….
4.8.4 Uji Koefisien Determinasi (R²) ……………………………4.8.5 Uji Statistik t (Uji Parsial) …………………………….......
HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………………………5.1 Gambaran Umum Responden ……………………………………..
5.1.1 Jenis Kelamin Responden ………………………………….5.1.2 Umur Responden ………………………………………......5.1.3 Jabatan Responden …………………………………….......5.1.4 Masa Kerja Responden …………………………………….5.1.5 Tingkat Pendidikan Responden ……………………………
5.2 Pengujian Respon Bias …………………………………………….5.3 Uji Instrumen Penelitian …………………………………………...5.4 Deskripsi Variabel Penelitian ………………………………………
51
52
5353555555555656575758626263636464656566666767
68687070717171727476787880818284
84
7
BAB VI
5.5 Analisis Data ……………………………………………………….5.5.1 Pengujian Asumsi Klasik …………………………………..5.5.2 Analisis Regresi …………………………………………….5.5.2.1 Regresi Linear Berganda …………………………………5.5.2.2 Regresi Moderasi ………………………………………...
5.6 Pembahasan Hasil Uji Hipotesis ………………………………….5.6.1 Pengaruh Gaya Kepemimpinan pada Kinerja Penyusun
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah ……….. 5.6.2 Pengaruh Budaya Organisasi pada Kinera Penyusun
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah ………...5.6.3 Kecerdasan Spiritual Memoderasi Pengaruh Gaya
Kepemimpinan pada Kinerja Penyusun LaporanAkuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah …………………
5.6.4 Kecerdasan Spiritual Memoderasi Pengaruh Budaya…Organisasi pada Kinerja Penyusun Laporan AkuntabilitasKinerja Instansi Pemerintah …………………
SIMPULAN DAN SARAN …………………………………………..6.1 Simpulan …………………………………………………………6.2 Saran ……………………………………………………………..
87
90
91
9394
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………..LAMPIRAN-LAMPIRAN ………………………………………………………..
96 108
8
DAFTAR GAMBAR
Halaman
3.13.24.1
Kerangka Berpikir ……………………………………………………..Konsep …………………………………………………………………Rancangan Penelitian ………………………………………………….
474854
9
DAFTAR TABEL
Halaman
1.11.24.15.15.25.35.45.55.65.75.85.95.105.115.12
Hasil Evaluasi AKIP Kabupaten/Kota se-NTT Tahun 2013 ………….Kategori, Nilai dan Interpretasi Hasil Evaluasi LAKIP ……………….Sebaran Responden Penelitian ………………………………………...Penyebaran dan Pengembalian Kuesioner …………………………….Profil Responden ………………………………………………………Hasil Uji Respon Bias Variabel Penelitian ……………………………Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ……………………………………Hasil Statistik Deskriptif ………………………………………………Uji Normalitas …………………………………………………………Uji Heterokedastisitas …………………………………………………Uji Multikolinearitas …………………………………………………..Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ………………………………Hasil Analisis Regresi Moderasi ………………………………………Statistik Deskriptif Gaya Kepemimpinan ……………………………..Statistik Deskriptif Budaya Organisasi ………………………………..
4556686973757779798081838688
10
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
SINGKATAN
LAKIP : Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
AKIP : Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
SAKIP : Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
LAN : Lembaga Administrasi Negara
BPKP : Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
IKU : Indikator Kinerja Utama
NPM : New Public Management
SKPD : Satuan Kerja Perangkat Daerah
11
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 : Penelitian Terdahulu …………………………………………...Lampiran 2 : Kuesioner Penelitian …………………………………………...Lampiran 3 : Gambaran Umum Responden ………………………………….Lampiran 4 : Uji Instrumen Penelitian (Validitas) ………..………………….Lampiran 5 : Pengujian Respon Bias ………………………………………...Lampiran 6 : Uji Instrumen Penelitian (Reliabilitas) ………………………...Lampiran 6 : Deskripsi Variabel Penelitian ………………………………….Lampiran 7 : Uji Normalitas, Uji Heterokedastisitas dan Uji
Multikolinearitas ……………………………...……………….Lampiran 8 : Analisis Regresi ………………………………………………..
108112120122126128132
133134
12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penerapan sistem good governance merupakan kebutuhan
penyelenggaraan pemerintahan, dalam rangka mempertanggungjawabkan amanah
rakyat. Good governance merupakan proses penyelenggaraan kekuasaan negara
dalam melaksanakan penyediaan public good and services dan dalam praktek
terbaiknya biasa disebut dengan good governance dan ini bisa terselenggara
dengan baik dan dapat menjadi kenyataan, maka dibutuhkan komitmen dan
keterlibatan semua pihak yaitu pemerintah, sektor bisnis dan masyarakat. Good
governance yang efektif menuntut adanya koordinasi yang baik dan integritas,
profesional serta etos kerja dan moral yang tinggi.
Sebagai wujud pertanggungjawaban pemerintah dalam mencapai misi
dan tujuan organisasi seperti yang diamanatkan dalam Peraturan Presiden Nomor
29 Tahun 2014, perlu diukur sejauh mana instansi pemerintah telah memenuhi
standar kinerja untuk tercapainya pelayanan publik bagi kesejahteraan
masyarakat. Sejalan dengan dikeluarkannya peraturan perundangan dalam
kaitannya dengan pelaksanaan good governance dan peraturan presiden tentang
pelaksanaan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah tersebut, telah
dikembangkan dan diterapkan suatu sistem perencanaan dan pertanggungjawaban
13
yang dinamakan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP).
Dengan adanya sistem SAKIP, dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (LAKIP) bergeser suatu pemahaman tentang "seberapa besar dana
yang telah dan akan dihabiskan" menjadi "seberapa besar kinerja yang telah
dihasilkan dan kinerja tambahan yang diperlukan, agar tujuan yang telah
ditetapkan pada akhir periode bisa tercapai”.
Sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah terkait dengan
konsep New Public Management (NPM) yang merupakan isu penting dalam
reformasi sektor publik. Pendekatan Baru Manajemen Sektor Publik menjelaskan
bahwa NPM merupakan teori manajemen publik yang beranggapan bahwa praktik
manajemen sektor swasta lebih baik dibandingkan dengan praktik manajemen
pada sektor publik. Oleh karena itu, untuk memperbaiki kinerja sektor publik
perlu diadopsi beberapa praktik dan teknik manajemen yang ditetapkan di sektor
swasta ke dalam organisasi sektor publik seperti penerapan pengukuran kinerja
sebagaimana yang juga diterapkan dalam sistem akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah.
Akuntabilitas publik adalah kewajiban pihak pemegang amanah (agent)
untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan
mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya
kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan kewenangan
untuk meminta pertanggungjawaban tersebut (Mardiasmo, 2002). Dalam konteks
organisasi pemerintah, akuntabilitas publik adalah pemberian informasi dan
disclosure atas aktivitas dan kinerja finansial pemerintah kepada pihak-pihak yang
14
berkepentingan dengan laporan tersebut (Mardiasmo, 2002). Akuntabilitas publik
yang harus dilakukan oleh organisasi sektor publik terdiri atas beberapa dimensi.
Ellwood (1993) menjelaskan terdapat empat dimensi akuntabilitas yang harus
dipenuhi oleh organisasi sektor publik yaitu, akuntabilitas kejujuran dan
akuntabilitas hukum (accountability for probity and legality), akuntabilitas proses
(process accountability), akuntabilitas program (program accountability), dan
akuntabilitas kebijakan (policy accountability).
Hasil evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP)
pemerintah kabupaten/kota seluruh Indonesia pada tahun 2014, dari 492
kabupaten/kota yang dievaluasi, sebanyak empat kabupaten/kota berhasil meraih
nilai dengan predikat B, dan 150 kabupaten/kota mendapat predikat CC. Pada
tahun 2012 baru ada dua kota yang meraih B, dan 37 dengan nilai CC, dan tahun
2013 meningkat menjadi lima kabupaten/kota dan 48 meraih nilai CC
(www.menpan.go.id). Penyimpulan hasil evaluasi dituangkan dalam bentuk
pengelompokan predikat, yaitu kategori AA (memuaskan), kategori A (sangat
baik), kategori B (baik), kategori CC (cukup baik/memadai), kategori C (agak
kurang), dan kategori D (kurang). Nilai akuntabilitas kinerja yang baik
mengindikasikan instansi pemerintah telah merencanakan target kinerja dengan
baik, menselaraskan apa yang dianggarkan dengan apa yang direncanakan,
menyesuaikan apa yang dilaksanakan dengan yang dianggarkan, serta telah
melaporkan capaian kinerja selaras dengan apa yang telah dilaksanakan dan
direncanakan sebelumnya.
15
Hasil evaluasi akuntabilitas kinerja pemerintah kabupaten/kota tahun
2013, Kabupaten Sumba Tengah mendapat predikat D. Mengindikasikan bahwa
pemerintah Kabupaten Sumba Tengah kurang dalam memenuhi nilai akuntabilitas
kinerja yang baik dan hal ini menuntut kinerja ekstra dari tim penyusun agar hasil
penyusunan LAKIP Kabupaten Sumba Tengah dapat lebih baik pada tahun-tahun
ke depan. Fenomena ini merupakan suatu hal yang menarik untuk dikaji lebih
lanjut. Adapun hasil evaluasi AKIP Kabupaten/Kota se-Nusa Tenggara Timur
Tahun 2013 pada Tabel 1.1
Tabel 1.1Hasil Evaluasi AKIP Kabupaten/Kota se-NTT Tahun 2013
No. Kabupaten/Kota Kriteria
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Kota Kupang
Kabupaten Kupang
Kabupaten Belu
Kabupaten TTS
Kabupaten TTU
Kabupaten Alor
Kabupaten Lembata
Kabupaten Flores Timur
Kabupaten Ende
Kabupaten Ngada
Kabupaten Manggarai Barat
Kabupaten Manggarai Timur
Kabupaten Manggarai
Kabupaten Maumere
Kabupaten Nage Keo
Kabupaten Sikka
Kabupaten Sabu Raijua
Kabupaten Rote Ndao
Kabupaten Sumba Timur
Kabupaten Sumba Barat
C
D
C
C
D
C
C
C
D
C
D
C
C
D
C
D
C
C
C
D
16
21
22
Kabupaten Sumba Barat Daya
Kabupaten Sumba Tengah
D
DSumber : Biro Organisasi Setda Provinsi NTT.
LAKIP Kabupaten Sumba Tengah Tahun 2013 mencerminkan capaian
kinerja sasaran-sasaran strategis dari sisi akuntabilitas kinerja di tahun 2013, oleh
karena itu diharapkan perkembangan dan kemajuan pencapaian sasaran-sasaran
strategis dari tahun ke tahun dapat meningkat. Berdasarkan surat Peraturan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20
Tahun 2013 tentang Perubahan Lampiran Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 25 Tahun 2012 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah,
evaluasi AKIP dilaksanakan terhadap lima komponen besar manajemen kinerja
yang meliputi, perencanaan kinerja (35%), pengukuran kinerja (20%), pelaporan
kinerja (15%), evaluasi kinerja (10%), dan capaian kinerja (20%). Hasil evaluasi
yang dituangkan dalam bentuk nilai dengan kisaran mulai dari 0 – 100, kategori,
dan interpretasi ditunjukkan dalam Tabel 1.2.
Tabel 1.2Kategori, Nilai dan Interpretasi Hasil Evaluasi LAKIP
No. Kategori Nilai Angka Interpretasi1 AA >85-100 Memuaskan2 A >75-85 Sangat Baik3 B >65-75 Baik, perlu sedikit perbaikan
4 CC >50-65Cukup, perlu banyak perbaikan yangtidak mendasar
5 C >30-50Kurang, perlu banyak perbaikan danperubahan sangat mendasar
6 D 0-30Sangat kurang, perlu banyak sekaliperbaikan yang sangat mendasar
Sumber : Peraturan Menteri PAN & RB Nomor 20 Tahun 2013
17
Berdasarkan Tabel 1.1 dan Tabel 1.2, menunjukkan bahwa Pemerintah
Kabupaten Sumba Tengah memiliki nilai kurang dari optimal terkait pelaksanaan
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Beberapa permasalahan AKIP di
Kabupaten Sumba Tengah terjadi karena belum adanya Standar Operating
Prosedure (SOP) tentang pengumpulan data kinerja, adanya Indikator Kinerja
Utama (IKU) yang belum mampu mengukur kinerja, penyajian sasaran dalam
dokumen Penetapan Kinerja (PK) yang belum selaras dengan dokumen Rencana
Strategis (Renstra) SKPD dan hal yang paling penting adalah capaian kinerja tim
penyusun LAKIP yang belum optimal. Permasalahan tersebut sangat berpengaruh
sehingga penilaian AKIP jauh dari harapan.
Locke (1968) dalam goal-setting theory menekankan pada pentingnya
hubungan antara tujuan yang ditetapkan dan kinerja yang dihasilkan. Konsep
dasarnya yaitu seseorang yang mampu memahami tujuan yang diharapkan oleh
organisasi, maka pemahaman tersebut akan mempengaruhi perilaku kerjanya.
Luneburg (2011) menyatakan, capaian atas sasaran (tujuan) mempunyai pengaruh
terhadap perilaku pegawai dan kinerja dalam organisasi.
Mahmudi (2010) menyatakan, kinerja sektor publik merupakan suatu
konstruk multidimensional mencakup banyak faktor yang mempengaruhinya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja sektor publik adalah :
1) Faktor personal/individual, meliputi pengetahuan, keterampilan (skill),
kemampuan, kepercayaan diri, motivasi dan komitmen yang dimiliki oleh
setiap invidivu.
18
2) Faktor kepemimpinan, meliputi kualitas dalam memberikan dorongan,
semangat, arahan, dan dukungan yang diberikan manajer dan team leader.
3) Faktor tim, meliputi kualitas dukungan dan semangat yang diberikan oleh
rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim,
kekompakan dan keeratan anggota tim.
4) Faktor sistem, meliputi sistem kerja, fasilitas kerja atau infrastuktur yang
diberikan oleh organisasi, proses organisasi, dan kultur (budaya) kinerja
dalam organisasi.
5) Faktor kontekstual (situasional), meliputi tekanan dan perubahan lingkungan
eksternal dan internal.
Salah satu faktor yang diduga mempengaruhi kinerja penyusun LAKIP
di Kabupaten Sumba Tengah adalah gaya kepemimpinan. Gibson (1996)
menyatakan bahwa terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi kinerja
seseorang, dan salah satu faktor utamanya adalah gaya kepemimpinan. Gaya
kepemimpinan merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi kinerja
seseorang. Kepemimpinan merupakan suatu kemampuan yang melekat pada diri
seorang yang memimpin yang tergantung dari macam-macam faktor baik faktor-
faktor intern maupun faktor-faktor ekstern. Handoko (2003) menyatakan, dalam
kenyataannya para pemimpin dapat mempengaruhi moral dan kepuasan kerja,
loyalitas kerja, keamanan, kualitas kehidupan kerja terutama tingkat prestasi suatu
organisasi.
Beberapa penelitian tentang pengaruh gaya kepemimpinan terhadap
kinerja pegawai pernah dilakukan, dengan menunjukkan hasil yang berbeda-beda.
19
Seperti penelitian yang dilakukan Rahayu (2014), Sugeng (2014), Wahyuni
(2015), Kusumawati (2008), Kasih (2011) dan Arumsari (2014), menunjukkan
hasil bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja pegawai. Kemudian terdapat pula penelitian dengan hasil yang
menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap kinerja pegawai seperti penelitian yang dilakukan oleh
Masrukhin dan Waridin (2006), serta Parlinda dan Wahyuddin (2009).
Faktor lain yang diduga mempengaruhi capaian kinerja penyusun
LAKIP adalah budaya organisasi. Budaya organisasi yang baik tentunya akan
memengaruhi kualitas pelayanan publik yang baik pula. Hal ini sesuai dengan
pendapat Tjiptono (2000: 75), yang mengemukakan bahwa kualitas pelayanan
sendiri sebenarnya dipengaruhi oleh banyak aspek salah satunya adalah budaya
organisasi dan cara pengorganisasiannya. Dalam organisasi tentunya banyak
faktor yang mempengaruhi seseorang untuk mencapai tujuannya, sedangkan
jalannya organisasi dipengaruhi oleh perilaku banyak individu yang memiliki
kepentingan masing-masing. Budaya organisasi sangat penting, karena merupakan
kebiasaan yang mengatur norma-norma perilaku yang harus diikuti oleh para
anggota, sehingga menghasilkan budaya organisasi yang produktif.
Solis dan Monroy (2015), mengatakan politik sebagai akumulasi dan
penggunaan kekuasaan untuk mendamaikan kepentingan yang berbeda; itulah
sebabnya kami percaya bahwa sebuah perusahaan, tidak peduli ukurannya, akan
terlibat dalam politik setiap hari. Politik organisasi adalah aspek fundamental dari
kehidupan organisasi dan berhubungan dengan kekuasaan, otoritas dan pengaruh.
20
Organisasi dengan budaya dan politik yang positif akan memungkinkan orang
merasa termotivasi untuk berkembang, belajar dan memperbaiki diri. Budaya
organisasi berdampak pada kinerja organisasi, bahkan mungkin merupakan
faktor penting dalam menentukan keberhasilan atau kegagalan organisasi
(Kasih, 2011).
Penelitian sebelumnya tentang budaya organisasi juga telah banyak
dilakukan dengan hasil yang berbeda. Penelitian oleh Rahayu (2014), Sugeng
(2014), Wahyuni (2015), serta Ayu dan Suprayetno (2009), memperoleh hasil
yaitu budaya organisasi berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai. Sedangkan
penelitian yang dilakukan oleh Abdullah dan Arisanti, (2010), memperoleh hasil
budaya organisasi tidak berpengaruh terhadap kinerja organisasi dan penelitian
Trisnaningsih (2007), memperoleh hasil budaya organisasi tidak berpengaruh
langsung terhadap kinerja auditor. Sedangkan penelitian yang dilakukan , Kim et
al., (2004), Oparanma (2010); Saeed & Hassan (2000); Tseng (2010); Zain et al.,
(2009) berkaitan dengan pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja cakupannya
luas, namun hasilnya tidak meyakinkan karena adanya perbedaan dan masalah
definisi, struktur dan desain.
Hasil penelitian yang tidak konsisten pada variabel gaya kepemimpinan
dan variabel budaya organisasi mendorong peneliti untuk meneliti kembali
variabel tersebut dengan memasukkan variabel kecerdasan spiritual sebagai
variabel pemoderasi. Peneliti menduga ada faktor kontingensi yang memengaruhi
hubungan antara gaya kepemimpinan dan budaya organisasi pada kinerja
penyusun akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Murray (1990) menjelaskan
21
bahwa agar dapat merekonsiliasi hasil yang saling bertentangan diperlukan
pendekatan kontingensi untuk mengidentifikasi variabel lain yang bertindak
sebagai pemoderasi ataupun pemediasi dalam model riset. Telaah penelitian telah
membuktikan faktor kondisional mampu memoderasi hubungan antara variabel
independen dan variabel dependen. Ada empat klasifikasi faktor kondisional
tersebut yaitu: kultur, organisasional, interpersonal, dan individual (Brownell,
1982).
Kecerdasan spiritual (Spiritual Quotient disingkat SQ) dipilih sebagai
variabel moderasi karena merupakan kecerdasan untuk memecahkan persoalan
makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup dalam
konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa
tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibanding dengan yang lain.
Spiritualitas, dalam pengertian yang luas, merupakan hal yang berhubungan
dengan spirit. Sesuatu yang spiritual memiliki kebenaran abadi yang berhubungan
dengan tujuan hidup manusia, sering dibandingkan dengan sesuatu yang yang
bersifat duniawi dan sementara.
Penelitian ini adalah penelitian tentang kinerja yang dilakukan di
Kabupaten Sumba Tengah yang berkaitan dengan kinerja individu dan kinerja
organisasi. Kinerja merupakan hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara
keseluruhan selama periode tertentu didalam melaksanakan tugas dibandingkan
dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau
kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama (Rivai
dan Basri, 2005:14). Ada tiga faktor utama yang berpengaruh pada kinerja yaitu
22
individu (kemampuan bekerja), usaha kerja (keinginan untuk bekerja), dan
dukungan organisasional (kesempatan untuk bekerja). Penelitian empiris tentang
kinerja telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti seperti Rahayu (2014),
Sugeng (2014), Wijaya dan Akbar (2013), Badruzman dan Irna (2011), Gori dan
Fissi (2014), Antipova dan Antipov (2014), Micheli dan Neely (2010), Yuen dan
Ng (2012), Dhermawan dan Utama (2014), Karmandita dan Subudi (2014),
Safwan dkk. (2014), Sanjaya dan Indrawati (2014), Sujana (2014), Wulandari dan
Tjahjono (2011) sehingga memberi wawasan baru pada perkembangan kinerja di
instansi pemerintah.
Penelitian ini didasarkan pada penelitian Rahayu (2014) mengenai
pengaruh gaya kepemimpinan dan budaya organisasi pada kinerja pegawai.
Penelitian ini menambahkan variabel kecerdasan spiritual sebagai pemoderasi dan
kinerja penyusun laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah sebagai
variabel dependen, dengan menggunakan goal-setting theory untuk menjelaskan
hubungan antara variabel. Penelitian ini dilakukan pada pemerintah Kabupaten
Sumba Tengah untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan dan budaya
organisasi terhadap kinerja penyusun laporan akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah dengan kecerdasan spiritual sebagai pemoderasi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah :
23
1) Apakah gaya kepemimpinan berpengaruh pada kinerja penyusun laporan
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah Kabupaten Sumba Tengah?
2) Apakah budaya organisasi berpengaruh pada kinerja penyusun laporan
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah Kabupaten Sumba Tengah?
3) Apakah kecerdasan spiritual memoderasi pengaruh gaya kepemimpinan
pada kinerja penyusun laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah
Kabupaten Sumba Tengah?
4) Apakah kecerdasan spiritual memoderasi pengaruh budaya organisasi pada
kinerja penyusun laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah
Kabupaten Sumba Tengah?
1.3 Tujuan Penelitian
Berkaitan dengan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka
tujuan penelitian ini adalah :
1) Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh gaya kepemimpinan pada
kinerja penyusun laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.
2) Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh budaya organisasi pada
kinerja penyusun laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.
3) Untuk mendapatkan bukti empiris kecerdasan spiritual memoderasi
pengaruh gaya kepemimpinan pada kinerja penyusun laporan akuntabilitas
kinerja instansi pemerintah.
24
4) Untuk mendapatkan bukti empiris kecerdasan spiritual memoderasi
pengaruh budaya organisasi pada kinerja penyusun laporan akuntabilitas
kinerja instansi pemerintah.
1.4 Manfaat Penelitian
1) Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi,
wawasan dan pengetahuan mengenai gaya kepemimpinan, budaya
organisasi, kecerdasan spiritual dan kinerja penyusun laporan akuntabilitas
kinerja instansi pemerintah. Melalui konsep dasar goal-setting theory yang
menekankan pada pentingnya hubungan antara tujuan yang ditetapkan dan
kinerja yang dihasilkan dapat dimaknai sebagai sebuah keberhasilan
individu maupun organisasi dalam memanfaatkan penerapan sistem good
governance sebagai wujud pertanggungjawaban pemerintah kepada
masyarakat yang berkaitan dengan akuntabilitas pubik dengan
memperhatikan variabel kepemimpinan dan budaya kerja yang ada.
2) Manfaat praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan bahan
referensi untuk memberikan sumbangsih dalam rangka mengevaluasi
kinerja Pemerintah Kabupaten Sumba Tengah. Diharapkan seluruh unit
organisasi (para pimpinan dan pegawai) dalam mempertanggungjawabkan
25
akuntabilitas publik melalui Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (LAKIP) menitikberatkan pada kualitas kinerja penyusun
laporan dengan sebaik-baiknya agar laporan yang disampaikan
memberikan manfaat dan hasil yang berdaya guna.