keefektifan model jigsaw dan nht terhadap hasil …lib.unnes.ac.id/31257/1/1401413100.pdf ·...
TRANSCRIPT
KEEFEKTIFAN MODEL JIGSAW DAN NHT
TERHADAP HASIL BELAJAR SUMBER DAYA ALAM
KELAS IV SDN 1 KALITENGAH DAN
SDN 5 GOMBONG KEBUMEN
SKRIPSI disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
oleh
Reni Sucianti
1401413100
JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2017
ii
iii
iv
PENGESAHAN
Skripsi berjudul “Keefektifan Model Jigsaw dan NHT terhadap Hasil Belajar
Sumber Daya Alam Kelas IV SDN 1 Kalitengah dan SDN 5 Gombong
Kebumen”, oleh Reni Sucianti 1401413100, telah dipertahankan dihadapan sidang
Panitia Ujian Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada tanggal 24 Mei 2017.
PANITIA UJIAN
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Siapa yang bersungguh-sungguh dia akan mendapatkannya, siapa yang bersabar
dia akan beruntung. (Pepatah Arab)
Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua. (Aristoteles)
PERSEMBAHAN
Untuk Kedua orang tuaku Bapak Suratno
dan Ibu Maimunah, Kakakku Ibda Sukri
Ahmad, dan Keluarga besarku yang telah
memberi dukungan, doa dan motivasi.
vi
PRAKATA
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Keefektifan
Model Jigsaw dan NHT terhadap Hasil Belajar Sumber Daya Alam Kelas IV SDN
1 Kalitengah dan SDN 5 Gombong Kebumen”.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu baik dalam penelitian maupun dalam penulisan
skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M. Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang
yang telah memberikan kesempatan melaksanakan studi di Universitas Negeri
Semarang.
2. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Semarang yang telah memberikan ijin penelitian.
3. Drs. Isa Ansori, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang telah
memberikan kesempatan untuk memaparkan gagasan dalam bentuk skripsi
ini.
4. Drs. Utoyo, M.Pd., Koordinator PGSD UPP Tegal Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Semarang yang telah membantu dalam penyusunan skripsi
ini.
5. Drs. Daroni, M.Pd., dan Drs. Sigit Yulianto, M.Pd., dosen pembimbing yang
telah bersedia meluangkan banyak waktu untuk memberikan bimbingan,
vii
petunjuk, arahan dan motivasi kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
6. Bapak dan Ibu dosen PGSD UPP Tegal, yang dengan segala keikhlasan telah
memberikan ilmu kepada penulis selama menuntut ilmu.
7. Staf TU dan karyawan Jurusan PGSD UPP Tegal FIP UNNES yang telah
banyak membantu administrasi dalam penyusunan skripsi ini.
8. Kepala SD Negeri 1 Kalitengah, SD Negeri 5 Gombong, SD Negeri
Gumawang dan SD Negeri 1 Wonoyoso Kabupaten Kebumen yang telah
mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian.
9. Dewan guru, karyawan, dan siswa SD Negeri 1 Kalitengah, SD Negeri 5
Gombong, SD Negeri Gumawang dan SD Negeri 1 Wonoyoso Kabupaten
Kebumen yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.
10. Teman-teman PGSD UPP TEGAL FIP UNNES angkatan 2013.
11. Semua pihak yang telah terlibat dalam penyelesaian skripsi ini.
Semoga semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan
skripsi ini mendapatkan pahala dari Allah SWT. Penulis berharap semoga skripsi
ini bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi penulis sendiri dan masyarakat
serta pembaca pada umumnya.
Tegal, Mei 2017
Penulis
viii
ABSTRAK
Sucianti, Reni. 2017. Keefektifan Model Jigsaw dan NHT terhadap Hasil Belajar
Sumber Daya Alam Kelas IV SDN 1 Kalitengah dan SDN 5 Gombong
Kebumen. Skripsi, Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu
Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: Drs. Daroni, M.Pd.
dan Drs. Sigit Yulianto, M.Pd.
Kata Kunci: Hasil Belajar, Model Jigsaw dan Model NHT
IPA merupakan salah satu mata pelajaran wajib di Sekolah Dasar. IPA
adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang
tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran
sehingga mendapat suatu kesimpulan. Pada umumnya pembelajaran IPA yang
diterapkan di SD masih menggunakan model pembelajaran konvensional. Pada
pelaksananya pembelajaran masih berpusat pada guru dan siswa belum dilibatkan
secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga kualitas pembelajaran belum
maksimal.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mendeskripsikan
keefektifan model Jigsaw dan model NHT terhadap hasil belajar IPA siswa kelas
IV SDN 1 Kalitengah dan SDN 5 Gombong materi Sumber Daya Alam. Jenis
penelitian ini quasi experimental dengan desain non equivalent control group
design. Populasi dalam penelitian yaitu siswa kelas IV SD Negeri 1 Kalitengah
dan SD Negeri 5 Gombong sebagai kelas eksperimen serta siswa kelas IV SD
Negeri Gumawang sebagai kelas kontrol. Jumlah populasi sebanyak 97 siswa
yang terdiri dari 32 siswa kelas IV SD Negeri 1 Kalitengah, 33 siswa kelas IV SD
Negeri 5 Gombong, dan 32 siswa kelas IV SD Negeri Gumawang. Adapun
pengambilan sampel dilakukan dengan teknik sampling jenuh dimana seluruh
anggota populasi terlibat dalam penelitian. Teknik pengumpulan data yang
digunakan meliputi wawancara tidak terstruktur, dokumentasi, observasi, dan tes
hasil belajar. Analisis data penelitian menggunakan analisis deskriptif dan
inferensial. Analisis inferensial menggunakan uji ANOVA dengan uji lanjut Tukey
HSD dan Uji One Sample t-test.
Berdasarkan hasil analisis hasil belajar diperoleh rata-rata nilai kelas
eksperimen 1 sebesar 79,84, kelas eksperimen 2 sebesar 83,33, dan kelas kontrol
sebesar 70. Uji Tukey HSD menunjukkan adanya perbedaan rata-rata hasil belajar
siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol, akan tetapi tidak terdapat perbedaan
signifikan rata-rata hasil belajar antara kelas eksperimen 1 dan 2. Berdasarkan uji
One Sample t-test menunjukkan bahwa penerapan model Jigsaw dan model NHT
sama-sama efektif terhadap pembelajaran IPA kelas IV materi Sumber Daya
Alam (SDA). Jika model Jigsaw dan model NHT dibandingkan, hasil uji-t
menunjukkan bahwa model Jigsaw tidak lebih efektif dari model NHT. Saran
penulis yaitu hendaknya guru dapat memilih dan menerapkan berbagai model
pembelajaran yang sesuai dengan materi dan karakteristik siswa.
ix
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ............. ............................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... iii
PENGESAHAN .............................................................................................. iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................. v
PRAKATA ...................................................................................................... vi
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvii
Bab
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ............................................................................. 9
1.3 Pembatasan Masalah dan Paradigma Penelitian .................................. 9
1.3.1 Pembatasan Masalah ............................................................................ 10
1.3.2 Paradigma Penelitian ........................................................................... 10
1.4 Rumusan Masalah ............................................................................... 11
1.5 Tujuan Penelitian ................................................................................. 12
x
1.5.1 Tujuan Khusus ..................................................................................... 12
1.5.2 Tujuan Umum ..................................................................................... 12
1.6 Manfaat Penelitian ............................................................................... 13
1.6.1 Manfaat Teoritis .................................................................................. 13
1.6.2 Manfaat Praktis ................................................................................... 13
2. KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori ......................................................................................... 15
2.1.1 Hakikat Belajar .................................................................................... 15
2.1.2 Hakikat Pembelajaran ......................................................................... 16
2.1.3 Keefektifan Pembelajaran ................................................................... 17
2.1.4 Hasil Belajar ........................................................................................ 18
2.1.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar .............................. 19
2.1.6 Karakteristik Perkembangan Siswa SD ............................................... 20
2.1.7 Hakikat IPA ......................................................................................... 22
2.1.8 Hakikat Pembelajaran IPA di SD ........................................................ 24
2.1.9 Materi Sumber Daya Alam ................................................................. 25
2.1.10 Kesesuaian Model Jigsaw dan Model NHT terhadap Materi Sumber
Daya Alam ........................................................................................... 31
2.1.11 Model Pembelajaran ............................................................................ 32
2.1.12 Model Pembelajaran Kooperatif ......................................................... 33
2.1.13 Model Pembelajaran Jigsaw ................................................................ 34
2.1.14 Model Pembelajaran NHT ................................................................... 36
2.1.15 Persamaan dan Perbedaan Model Jigsaw dan Model NHT ................. 38
2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan ................................................. 39
xi
2.3 Kerangka Berpikir ............................................................................... 43
2.4 Hipotesis .............................................................................................. 45
3. METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian ................................................................................. 48
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................. 50
3.3 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling .............................................. 50
3.3.1 Populasi ............................................................................................... 50
3.3.2 Sampel ................................................................................................. 51
3.3.3 Teknik Sampling ................................................................................. 51
3.4 Variabel Penelitian .............................................................................. 51
3.4.1 Variabel Independen ........................................................................... 52
3.4.2 Variabel Dependen .............................................................................. 52
3.5 Definisi Operasional Variabel ............................................................. 53
3.5.1 Variabel Model Pembelajaran Jigsaw ................................................. 53
3.5.2 Variabel Model Pembelajaran NHT .................................................... 53
3.5.3 Variabel Hasil Belajar ......................................................................... 54
3.6 Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 54
3.6.1 Studi Dokumentasi .............................................................................. 54
3.6.2 Wawancara Tidak Terstruktur ............................................................. 55
3.6.3 Observasi ............................................................................................. 55
3.6.4 Tes Hasil Belajar ................................................................................. 56
3.7 Instrumen Penelitian ............................................................................ 57
3.7.1 Instrumen Kualitatif ............................................................................ 57
3.7.2 Instrumen Kuantitatif .......................................................................... 61
xii
3.8 Metode Analisis Data .......................................................................... 68
3.8.1 Uji Prasyarat Analisis .......................................................................... 69
3.8.2 Analisis Akhir ..................................................................................... 71
4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Objek Penelitian .................................................................................. 75
4.1.1 Gambaran Umum Objek ..................................................................... 75
4.1.2 Kondisi Responden ............................................................................. 76
4.2 Analisis Deskripsi Data Hasil Penelitian ............................................ 77
4.2.1 Analisis Deskriptif Data Model Pembelajaran Jigsaw ........................ 77
4.2.2 Analisis Deskripsi Data Model Pembelajaran NHT ............................ 80
4.2.3 Analisis Deskripsi Data Model Pembelajaran Konvensional ............. 82
4.2.4 Hasil Pretest IPA Kelas Eksperimen dan Kontrol .............................. 85
4.2.5 Hasil Posttest IPA Kelas Eksperimen dan Kontrol ............................. 88
4.3 Analisis Statistik Data Hasil Penelitian ............................................... 92
4.3.1 Uji Prasyarat Analisis .......................................................................... 92
4.3.2 Analisis Tahap Akhir .......................................................................... 95
4.4 Pembahasan ......................................................................................... 102
4.4.1 Perbedaan Hasil Belajar Siswa dengan Penerapan Model Jigsaw dan
Model NHT .......................................................................................... 102
4.4.2 Keefektifan Model Jigsaw dan Model NHT terhadap Hasil Belajar
Siswa ................................................................................................... 106
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 111
5.2 Saran .................................................................................................... 112
xiii
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 114
LAMPIRAN-LAMPIRAN .............................................................................. 118
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Hasil Uji Reliabilitas Soal Uji Coba ....................................................... 64
3.2 Hasil Pengujian Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba ............................... 65
3.3 Hasil Pengujian Daya Beda Soal Uji Coba ............................................ 67
4.1 Nilai Pengamatan Model Pembelajaran Jigsaw untuk Gurum ............... 78
4.2 Nilai Pengamatan Model Pembelajaran Jigsaw untuk Siswa ................ 79
4.3 Nilai Pengamatan Model Pembelajaran NHT untuk Guru .................... 80
4.4 Nilai Pengamatan Model Pembelajaran NHT untuk Siswa ................... 81
4.5 Nilai Pengamatan Model Pembelajaran Konvensional untuk Guru ...... 83
4.6 Nilai Pengamatan Model Pembelajaran Konvensional untuk Siswa ..... 84
4.7 Deskripsi Data Nilai Pretest IPA ........................................................... 85
4.8 Distribusi Frekuensi Nilai Pretest IPA .................................................. 86
4.9 Deskripsi Data Nilai Posttest IPA ......................................................... 89
4.10 Distribusi Frekuensi Nilai Posttest IPA ................................................. 90
4.11 Hasil Uji Normalitas Nilai Pretest IPA ................................................. 93
4.12 Hasil Uji Homogenitas Nilai Pretest IPA .............................................. 93
4.13 Hasil Uji Kesamaan Rata-rata Nilai Pretest IPA ................................... 94
4.14 Hasil Uji Normalitas Nilai Posttest IPA ................................................ 95
4.15 Hasil Uji Homogenitas Nilai Posttest IPA ............................................ 96
4.16 Hasil Uji ANOVA ................................................................................... 97
4.17 Hasil Uji Tukey HSD ............................................................................. 98
xv
4.18 Hasil Uji Keefektifan Model Jigsaw terhadap Model Konvensional .... 100
4.19 Hasil Uji Keefektifan Model NHT terhadap Model Konvensional ....... 101
4.20 Hasil Uji Keefektifan Model Jigsaw terhadap Model NHT .................. 101
xvi
DAFTAR GAMBAR
Lampiran Halaman
1.1 Paradigma Penelitian ............................................................................... 10
2.1 Kerangka Berpikir ................................................................................... 44
4.1 Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kelas Eksperimen 1 ...... 87
4.2 Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kelas Eksperimen 2 ...... 87
4.3 Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kelas Kontrol ................ 88
4.4 Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelas Eksperimen 1 ..... 90
4.5 Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelas Eksperimen 2 ..... 91
4.6 Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelas Kontrol ............... 91
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Daftar Nama Siswa Kelas IV SDN 1 Kalitengah .................................. 119
2. Daftar Nama Siswa Kelas IV SDN 5 Gombong .................................... 120
3. Daftar Nama Siswa Kelas IV SDN Gumawang .................................... 121
4. Daftar Nama Siswa Kelas IV SDN 1 Wonoyoso .................................. 122
5. Silabus Pembelajaran ............................................................................. 123
6. Silabus Pengembangan Kelas Eksperimen 1 ......................................... 124
7. Silabus Pengembangan Kelas Eksperimen 2 ......................................... 132
8. Silabus Pengembangan Kelas Kontrol ................................................... 141
9. RPP Kelas Ekspeimen 1 Pertemuan Pertama ........................................ 149
10. RPP Kelas Ekspeimen 1 Pertemuan Kedua ........................................... 158
11. RPP Kelas Ekspeimen 2 Pertemuan Pertama ........................................ 167
12. RPP Kelas Ekspeimen 2 Pertemuan Kedua ........................................... 176
13. RPP Kelas Kontrol Pertemuan Pertama ................................................ 185
14. RPP Kelas Kontrol Pertemuan Kedua ................................................... 194
15. Materi Ajar ............................................................................................. 203
16. Kisi-Kisi Soal Evaluasi Pertemuan Pertama ......................................... 207
17. Soal Evaluasi Pertemuan Pertama ......................................................... 208
18. Kisi-Kisi Soal Evaluasi Pertemuan Kedua ............................................ 210
19. Soal Evaluasi Pertemuan Kedua ............................................................ 211
20. Kisi-kisi Soal Uji Coba .......................................................................... 213
xviii
21. Soal Uji Coba ........................................................................................ 217
22. Validitas Soal Uji Coba oleh Penilai Ahli 1 .......................................... 224
23. Validitas Soal Uji Coba oleh Penilai Ahli 2 .......................................... 230
24. Rekapitulasi Hasil Uji Coba .................................................................. 236
25. Output SPSS Uji Validitas Soal Uji Coba ............................................. 239
26. Rekapitulasi Uji Validitas Soal Uji Coba .............................................. 241
27. Output Reliabilitas Soal Uji Coba ......................................................... 242
28. Rekapitulasi Taraf Kesukaran Soal Uji Coba ........................................ 243
29. Rekapitulasi Daya Beda Soal Uji Coba ................................................. 244
30. Kisi-kisi Soal Pretest dan Posttest ......................................................... 245
31. Soal Pretest dan Posttest IPA ................................................................ 248
32. Deskriptor Pedoman Observasi Pelaksanaan Model Pembelajaran
Jigsaw untuk Guru ................................................................................. 252
33. Lembar Observasi Pelaksanaan Model Pembelajaran Jigsaw untuk
Guru ....................................................................................................... 256
34. Deskriptor Pedoman Observasi Pelaksanaan Model Pembelajaran
NHT untuk Guru .................................................................................... 260
35. Lembar Observasi Pelaksanaan Model Pembelajaran NHT untuk Guru 264
36. Deskriptor Pedoman Observasi Pelaksanaan Model
Pembelajaran Konvensional untuk Guru ............................................... 268
37. Lembar Observasi Pelaksanaan Model Pembelajaran Konvensional
untuk Guru ............................................................................................. 271
38. Deskriptor Pedoman Observasi Pelaksanaan Model Pembelajaran
Jigsaw untuk Siswa ............................................................................... 275
39. Lembar Observasi Pelaksanaan Model Pembelajaran Jigsaw untuk
Siswa ....................................................................................................... 278
xix
40. Deskriptor Pedoman Observasi Pelaksanaan Model Pembelajaran NHT
untuk Siswa ............................................................................................ 282
41. Lembar Observasi Pelaksanaan Model Pembelajaran NHT untuk Siswa 285
42. Deskriptor Pedoman Observasi Pelaksanaan Model Pembelajaran
Konvensional untuk Siswa .................................................................... 289
43. Lembar Observasi Pelaksanaan Model Pembelajaran Konvensional
untuk Siswa ............................................................................................ 292
44. Nilai Pretest dan Posttest Siswa Kelas Eksperimen 1 ........................... 296
45. Nilai Pretest dan Posttest Siswa Kelas Eksperimen 2 ........................... 297
46. Nilai Pretest dan Posttest Siswa Kelas Kontrol .................................... 298
47. Output SPSS Uji Kesamaan Rata-rata Pretest ....................................... 299
48. Output SPSS Uji Normalitas dan Homogenitas Posttest ....................... 300
49. Output SPSS Uji Hipotesis .................................................................... 301
50. Penghitungan Manual Cara Membuat Tabel Distribusi Frekuensi
Data Pretest IPA Siswa ......................................................................... 303
51. Penghitungan Manual Cara Membuat Tabel Distribusi Frekuensi
Data Posttest IPA Siswa ........................................................................ 306
52. Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran .................................................... 309
53. Surat Ijin Penelitian ............................................................................... 312
54. Surat Keterangan Penelitian .................................................................. 314
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Bagian Pendahuluan akan membahas tentang hal-hal yang mendasari melakukan
penelitian. Bagian Pendahuluan terdiri dari: (1) latar belakang masalah, (2)
identifikasi masalah, (3) pembatasan masalah dan paradigma penelitian, (4)
rumusan masalah, (5) tujuan penelitian, serta (6) manfaat penelitian. Uraian
bagian pendahuluan selengkapnya sebagai berikut.
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan setiap manusia.
Melalui pendidikan manusia dapat mengembangkan karakter dan kecerdasan
dalam dirinya. Selain itu, pendidikan juga memegang peranan penting dalam
proses pelaksanaan pembangunan dan pengembangan suatu negara. Hal ini sesuai
dengan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)
pasal 1 menyatakan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Munib dkk (2012: 31) juga menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha
sadar dan sistematis, yang dilakukan oleh orang-orang yang diserahi tanggung
jawab untuk mempengaruhi peserta didik agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai
2
dengan cita-cita pendidikan. Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan
bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana yang dilakukan oleh manusia
untuk mengembangkan potensi dan kualitas dirinya sesuai dengan tujuan
pendidikan.
Pendidikan memiliki tujuan yang hendak dicapai, sebagaimana tercantum
pada UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)
pasal 3 menyatakan bahwa:
Fungsi dan tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Tujuan pendidikan nasional tersebut dapat tercapai apabila didukung oleh
semua komponen yang ada di dalam sistem yang bersangkutan. Salah satu upaya
pemerintah untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional yaitu melalui
pendidikan formal. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar,
pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Pendidikan dasar sendiri
mempunyai beberapa tingkatan salah satunya yakni sekolah dasar. Sekolah dasar
merupakan jenjang paling dasar yang melandasi pendidikan menengah di
Indonesia.
Sekolah dasar merupakan salah satu lembaga pendidikan fomal yang
memiliki peran penting dalam pembentukan kepribadian anak. Pada jenjang
sekolah dasar peserta didik mulai ditanamkan kemampuan dasar berupa
pengetahuan, keterampilan dan sikap. Peserta didik pada jenjang sekolah dasar
3
juga dipersiapkan untuk jenjang pendidikan selanjutnya. Oleh karena itu, pada
jenjang sekolah dasar peserta didik memerlukan perhatian khusus pada saat proses
pembelajaran.
Kegiatan pendidikan akan selalu melibatkan unsur-unsur yang terkait di
dalamnya. “Unsur-unsur yang dimaksud antara lain peserta didik, pendidik,
tujuan, isi pendidikan, metode, dan lingkungan” (Munib, 2012: 38). Pendidik
dalam sekolah formal adalah guru. Seorang guru harus mempunyai empat
kompetensi. “Kompetensi tersebut adalah kompetensi kepribadian, kompetensi
pedagogik, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial” (Wisudawati dan
Sulistyowati, 2015: 10). Sebagai seorang pendidik guru tidak hanya memahami
dan menyampaikan ilmu pengetahuan, tetapi guru juga harus mampu
melaksanakan pembelajaran yang menarik dan bermakna bagi siswa. Untuk
menciptakan suasana pembelajaran yang menarik dan bermakna, seorang guru
terlebih dahulu harus mengenali karakteristik dan latar belakang siswa. Dengan
demikian seorang guru dapat melaksanakan proses pembelajaran dengan menarik
dan bermakna.
Unsur lain yang mendukung penyelenggaraan pendidikan adalah isi
pendidikan. Isi pendidikan yaitu berupa materi pelajaran. Materi merupakan salah
satu unsur penting dalam pelaksanaan proses pendidikan, tanpa materi pelajaran
maka, proses pembelajaran tidak dapat berjalan. Materi yang disampaikan oleh
guru harus sesuai dengan tujuan pendidikan yang hendak dicapai. Pada jenjang
formal materi pendidikan disusun berdasarkan kurikulum yang berlaku di
Indonesia. Kurikulum yang berlaku di Indonesia saat ini adalah Kurikulum
4
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
terdiri dari beberapa mata pelajaran, yaitu: Bahasa Indonesia, Pendidikan Agama,
PKn, Seni Budaya, Matematika, IPA dan IPS.
Salah satu bidang ilmu pengetahuan yang berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan berpikir dan kepribadian anak yaitu Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA). IPA merupakan salah satu mata pelajaran pokok yang
ada pada kurikulum di Indonesia. IPA diberikan sejak jenjang sekolah dasar
karena IPA memberikan banyak manfaat bagi kehidupan manusia. Selain itu, IPA
di sekolah dasar juga untuk memberikan dasar pengetahuan untuk jenjang
berikutnya.
“Konsep IPA merupakan suatu konsep yang memerlukan penalaran dan
proses mental yang kuat pada seorang peserta didik” (Wisudawati dan
Sulistyowati, 2015: 10). Sejalan dengan pendapat tersebut, Susanto (2016: 167)
menyatakan bahwa Sains atau IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam
semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan
prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapat suatu kesimpulan.
Jadi, konsep-konsep IPA akan lebih baik jika dipahami dengan melakukan
penyelidikan sederhana, pengamatan maupun diskusi yang terarah dan
disesuaikan dengan permasalahan yang ada di lingkungan sekitar. Hal tersebut
bermanfaat untuk mengembangkan sikap ilmiah siswa, seperti sikap ingin tahu,
percaya diri, jujur, tidak tergesa-gesa, dan objektif terhadap fakta.
Melihat karakteristik IPA yang cukup luas, maka dalam proses
pembelajarannya harus menggunakan model atau metode yang menekankan pada
5
keterampilan proses. Hal ini bertujuan agar siswa dapat mengembangkan
keterampilan dan kemampuan yang dimiliki untuk membangun konsep-konsep
yang ada pada mata pejaran IPA. Sering muncul anggapan bahwa IPA merupakan
mata pelajaran yang sulit. Anggapan tersebut muncul karena pembelajaran yang
dilakukan oleh guru cenderung monoton yakni dengan menggunakan model
konvensional seperti metode ceramah, tanya jawab, dan penugasan.
Ketika melaksanakan pembelajaran IPA, guru belum melibatkan siswa
secara aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Susanto
(2016: 166) bahwa para guru belum sepenuhnya melaksanakan pembelajaran
secara aktif dan kreatif dalam melibatkan siswa serta belum menggunakan
berbagai pendekatan atau strategi pembelajaran yang bervariasi berdasarkan mata
pelajaran. Proses pembelajaran ini dapat meyebabkan siswa mudah merasa bosan
ketika mengikuti proses pembelajaran. Padahal, untuk jenjang sekolah dasar,
menurut Jono (1996) dalam Susanto (2016: 167), hal yang harus diutamakan
adalah bagaimana mengembangkan rasa ingin tahu dan daya berpikir kritis
mereka terhadap suatu masalah.
Kondisi serupa juga terjadi di SDN 1 Kalitengah dan SDN 5 Gombong.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara tidak terstruktur dengan guru kelas
IV SDN 1 Kalitengah dan SDN 5 Gombong, diperoleh informasi bahwa proses
pelaksanaan pembelajaran IPA yang dilakukan guru cenderung monoton. Model
pembelajaran yang diterapkan guru yaitu model pembelajaran konvensional.
Pembelajaran juga masih terpusat pada guru. Hal tersebut mengakibatkan
sebagian besar siswa masih pasif dalam mengikuti pembelajaran. Pembelajaran
6
yang dilakukan oleh guru kurang bervariasi dan belum menarik perhatian siswa.
Sesekali guru sudah melakukan pembelajaran demonstrasi dan berkelompok
namun, pada proses pelaksanaan belum efektif dan beberapa siswa belum terlibat
secara aktif. Penulis juga memperoleh informasi bahwa ada beberapa siswa
memperoleh hasil belajar IPA yang kurang memuaskan. Oleh sebab itu, perlu
adanya pengembangan proses pembelajaran yaitu dengan menggunakan model-
model pembalajaran yang bervariasi dan berpusat pada siswa.
Melihat kondisi tersebut guru harus lebih kreatif dalam melaksanakan
proses pembelajaran yaitu dengan cara melibatkan siswa secara aktif dalam proses
pembelajaran. Salah satu cara mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran
IPA kelas IV adalah dengan model kerja kelompok. Melalui kerja kelompok siswa
akan aktif dalam proses pembelajaran. Selain itu, siswa juga akan melakukan
kerjasama dengan teman kelompoknya. Melalui kerja kelompok ini siswa
diharapkan akan dapat bersosialisasi baik dengan temannya dan pembelajaran
akan lebih berkesan bagi siswa.
Salah satu pembelajaran yang menekankan kerja kelompok adalah
pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan model
pembelajaran yang memfokuskan pada kerjasama antar peserta didik untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang optimal. Suprijono (2012: 54) menyatakan
bahwa pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua
jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau
diarahkan oleh guru. Pada pembelajaran kooperatif siswa dibagi menjadi beberapa
kelompok kecil dan diarahkan oleh guru untuk mempelajari suatu materi atau
7
menyelesaikan suatu permasalahan yang diberikan oleh guru. Kemudian siswa
berdiskusi untuk membangun pengetahuannya sendiri. Pada pembelajaran
kooperatif peran guru hanya sebagai fasilitator untuk membimbing dan
mangarahkan proses pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif memiliki banyak model pembelajaran yang cocok
diterapkan pada pembelajaran IPA diantaranya Jigsaw dan Numbered Head
Together (NHT). Kedua model tersebut cocok diterapkan pada pembelajaran IPA
kelas IV karena dapat meningkatkan rasa tanggung jawab dan kemampuan
berpikir kritis siswa. Selain itu, model tersebut juga mengandung unsur
permainan, hal ini sesuai dengan karakteristik siswa kelas IV yang masih
menyukai permainan. Sehingga, model tersebut dapat memberikan pengalaman
baru dan kesan bermakna bagi siswa.
Model Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif yang
dikembangkan oleh Elliot Aronson’s. “Model pembelajaran ini didisain untuk
meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan
juga pembelajaran orang lain” (Hamdayana, 2014:87). Hal ini disebabkan, pada
model pembelajaran Jigsaw siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan
tetapi juga harus siap memberikan materi kepada temannya. Sehingga, model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat mendorong siswa aktif dan saling
membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi belajar
yang maksimal. Beberapa penelitian membuktikan bahwa model pembelajaran
Jigsaw efektif terhadap hasil belajar siswa. Salah satunya yaitu penelitian yang
dilakukan oleh Angga Pranata (2013) yang berjudul “Pengaruh Model
8
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Pada
Konsep Cahaya”. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar
IPA pada Konsep Cahaya kelas V. Hal tersebut menjadi bukti empiris terhadap
penerapan model Jigsaw di kelas efektif untuk menyelesaikan masalah-masalah
pembelajaran.
Model NHT merupakan model pembelajaran yang dikembangkan oleh
Kagen. Model pembelajaran NHT dapat memberikan pelajaran yang bermakna
dan menyenangkan bagi siswa. Model ini memberi kesempatan kepada siswa
untuk saling membagikan ide-ide dan pertimbangkan jawaban yang paling tepat
(Isjoni, 2010: 78). Dengan demikian siswa akan terlatih untuk berkomunikasi dan
bekerjasama dengan temannya. Beberapa penelitian membuktikan bahwa model
pembelajaran NHT efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satunya
yaitu penelitian yang dilakukan oleh Nur Wahidah (2013) yang berjudul
“Pengaruh Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) Terhadap Minat
dan Hasil Belajar IPA Biologi Siswa di MTs N Maguwoharjo”. Hasil penelitian
menunjukan adanya peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran
menggunakan model NHT. Hal tersebut menjadi bukti empiris terhadap penerapan
model NHT di kelas efektif untuk menyelesaikan masalah-masalah pembelajaran.
Berdasarkan hasil kedua penelitian tersebut membuktikan bahwa model
Jigsaw dan model NHT sama-sama efektif dan dapat meningkatkan hasil belajar
siswa. Namun, belum diketahui dari kedua model tersebut mana yang lebih efektif
diterapkan pada mata pelajaran IPA kelas IV materi Sumber Daya Alam.
Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Atas dasar temuan
9
pada penelitian terdahulu dan beberapa perbedaan dari kedua tipe model
pembelajaran kooperatif tersebut, penulis tertarik melakukan penelitian yang
berjudul “Keefektifan Model Jigsaw dan NHT Terhadap Hasil Belajar Sumber
Daya Alam Kelas IV SDN 1 Kalitengah dan SDN 5 Gombong Kebumen”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat diidentif ikasikan beberapa
permasalahan yang mempengaruhi hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA.
Permasalahan tersebut antara lain:
(1) Pembelajaran IPA yang dilakukan oleh guru cenderung monoton yaitu
menggunakan model pembelajaran konvensional.
(2) Pembelajaran masih terpusat pada guru, sehingga siswa cenderung pasif
ketika mengikuti pembelajaran.
(3) Kegiatan pembelajaran belum bervariasi dan belum menarik perhatian siswa.
(4) Hasil pembelajaran IPA di SDN 1 Kalitengah dan SDN 5 Gombong belum
semuanya memuaskan.
(5) Model pembelajaran Jigsaw dan model pembelajaran NHT efektif terhadap
hasil belajar IPA.
(6) Belum diketahui model pembelajaran mana yang paling efektif antara model
pembelajaran Jigsaw dan model pembelajaran NHT terhadap hasil belajar
IPA kelas IV.
(7) Setiap model pembelajaran memiliki keefektifan yang berbeda terhadap hasil
belajar.
10
1.3 Pembatasan Masalah dan Paradigma Penelitian
Pada penelitian perlu pembatasan masalah dan paradigma penelitian untuk
mengekfektifkan proses penelitian dan menjelaskan hubungan antar variabel
penelitian.
1.3.1 Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dapat diketahui bahwa masalah yang ada
bersifat umum dan terlalu luas. Oleh sebab itu, perlu adanya pembatasan masalah
agar diperoleh kajian yang efektif dan mendalam. Pembatasan permasalahan
sebagai berikut:
(1) Populasi dalam penelitian yaitu siswa kelas IV SDN 1 Kalitengah, SDN 5
Gombong, dan SDN Gumawang tahun ajaran 2016/2017.
(2) Variabel penelitian mencakup hasil belajar kognitif.
(3) Materi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Sumber Daya Alam (SDA).
(4) Penelitian memfokuskan pada perbandingan model Jigsaw dan model NHT.
1.3.2 Paradigma Penelitian
“Paradigma penelitian merupakan pola pikir yang menunjukkan hubungan
antara variabel yang akan diteliti yang dijawab melalui penelitian, teori yang
digunakan untuk merumuskan hipotesis, jenis dan jumlah hipotesis, dan teknik
analisis statistik akan digunakan” (Sugiyono, 2011: 42). Paradigma pada
penelitian ini dapat digambarkan pada bagan 1.1 berikut:
X1
X2
Y
11
Keterangan:
X1 : Model Jigsaw
X2 : Model Number Head Together
Y : Hasil belajar siswa
Bagan 1.1 Paradigma Penelitian
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut, rumusan
masalah yang dikaji dalam penelitian yaitu sebagai berikut:
(1) Apakah terdapat perbedaan hasil belajar IPA kelas IV antara siswa yang
mendapat pembelajaran dengan model Jigsaw dan siswa yang mendapat
pembelajaran konvensional?
(2) Apakah terdapat perbedaan hasil belajar IPA kelas IV antara siswa yang
mendapat pembelajaran dengan model NHT dan siswa yang mendapat
pembelajaran konvensional?
(3) Apakah terdapat perbedaan hasil belajar IPA kelas IV antara siswa yang
mendapat pembelajaran dengan model Jigsaw dan siswa yang mendapat
pembelajaran dengan model NHT?
(4) Apakah model pembelajaran Jigsaw efektif terhadap hasil belajar IPA siswa
kelas IV?
(5) Apakah model pembelajaran NHT efektif terhadap hasil belajar IPA siswa
kelas IV?
(6) Bagaimana keefektifan model pembelajaran Jigsaw dibandingkan dengan
model pembelajaran NHT terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV?
12
1.5 Tujuan Penelitian
Suatu penelitian tentu mempunyai tujuan yang hendak dicapai sesuai
dengan rumusan masalah yang ada. Tujuan penelitian merupakan harapan-harapan
yang akan dicapai dalam penelitian dan menjadi patokan keberhasilannya. Tujuan
penelitian ini terdiri atas tujuan umum dan tujuan khusus. Berikut penjelasannya.
1.5.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dilaksanakannya penelitian yaitu untuk mengetahui
perbedaan keefektifan penerapan model pembelajaran Jigsaw dan model
pembalajaran NHT terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN 1 Kalitengah
dan SDN 5 Gombong pada materi Sumber Daya Alam.
1.5.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dilaksanakan penelitian yaitu sebagai berikut:
(1) Menganalisis dan mendeskripsikan ada tidaknya perbedaan hasil belajar IPA
kelas IV antara siswa yang mendapat pembelajaran dengan model Jigsaw dan
siswa yang mendapat pembelajaran konvensional.
(2) Menganalisis dan mendeskripsikan ada tidaknya perbedaan hasil belajar IPA
kelas IV antara siswa yang mendapat pembelajaran dengan model NHT dan
siswa yang mendapat pembelajaran konvensional.
(3) Menganalisis dan mendeskripsikan ada tidaknya perbedaan hasil belajar IPA
kelas IV antara siswa yang mendapat pembelajaran dengan model Jigsaw dan
siswa yang mendapat pembelajaran dengan model NHT.
(4) Menganalisis dan mendeskripsikan keefektifan model pembelajaran Jigsaw
terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV.
13
(5) Menganalisis dan mendeskripsikan keefektifan model pembelajaran NHT
terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV.
(6) Menganalisis dan mendeskripsikan perbandingan keefektifan hasil belajar
IPA siswa kelas IV yang menerapkan model pembelajaran Jigsaw dan yang
menerapkan model pembelajaran NHT.
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari dua manfaat, yaitu
manfaat teoritis dan praktis. Manfaat teoritis yaitu manfaat dalam bentuk hasil
pemikiran yang berkaitan dengan teori yang digunakan, sedangkan manfaat
praktis yaitu bentuk praktik yang ditujukan kepada pihak-pihak yang terlibat
dalam penelitian yaitu manfaat penerapan model pembelajaran Jigsaw dan model
pembelajaran NHT dalam pembelajaran IPA. Berikut penjelasannya.
1.6.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat teoritis berupa informasi
tentang keefektifan penerapan model Jigsaw dan model NHT terhadap hasil
belajar IPA siswa kelas IV pada materi Sumber Daya Alam.
1.6.2 Manfaat Praktis
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini meliputi manfaat bagi siswa,
bagi guru, bagi sekolah, dan bagi peneliti.
1.6.2.1 Bagi Siswa
(1) Menciptakan hasil belajar yang baik dan optimal melalui model pembelajaran
yang efektif.
14
(2) Menumbuhkan kreativitas dan motivasi belajar siswa melalui model
pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan.
(3) Memudahkan dalam mengingat dan mengulang materi pelajaran yang telah
dipelajari.
1.6.2.2 Bagi Guru
(1) Menambah pengetahuan tentang model pembelajaran Jigsaw dan model
pembelajaran NHT.
(2) Memberi motivasi guru untuk menggunakan model pembelajaran yang
inovatif untuk menciptakan suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan
dan bermakna bagi siswa.
1.6.2.3 Bagi Sekolah
(1) Memberikan kontribusi bagi sekolah dalam rangka memperbaiki atau
meningkatkan kualitas pembelajaran.
(2) Melengkapi hasil-hasil penelitian yang telah ada.
1.6.2.3 Bagi Penulis
(1) Menambah pengetahuan dan meningkatkan keterampilan mengenai
penerapan model pembelajaran Jigsaw dan model pembelajaran NHT dalam
proses pembelajaran.
(2) Memberikan bekal bagi penulis saat terjun langsung menjadi seorang guru di
SD dan saat penulis melaksanakan penelitian selanjutnya.
15
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
Bagian kajian pustaka akan membahas mengenai kajian-kajian yang berkaitan
dengan penelitian. Bagian kajian pustaka terdiri dari: (1) kajian teori, (2)
penelitian yang relevan, (3) kerangka berpikir, dan (4) hipotesis penelitian. Uraian
bagian kajian pustaka akan dijelaskan sebagai berikut.
2.1 Kajian Teori
Kajian teori merupakan uraian tentang teori-teori yang berkaitan dengan
masalah yang diteliti dan menjadi dasar dilaksanakannya penelitian. Pada bagian
kajian teori dijelaskan tentang hakikat belajar, hakikat pembelajaran, keefektifan
pembelajaran, hasil belajar siswa, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar,
karakteristik perkembangan siswa SD, hakikat IPA, hakikat pembelajaran IPA
SD, materi Sumber Daya Alam, kesesuaian model Jigsaw dan NHT terhadap
materi SDA karakteristik sumber daya alam, model pembelajaran, model
pembelajaran kooperatif, model pembelajaran Jigsaw, model pembelajaran NHT
dan persamaan dan perbedaan model Jigsaw dan model NHT. Berikut uraiannya.
2.1.1 Hakikat Belajar
Istilah belajar bukanlah sesuatu yang asing bagi manusia. Belajar
merupakan proses penting yang terjadi sepanjang hayat. Ada beberapa pandangan
mengenai definisi belajar oleh para ahli pendidikan seperti, R Gagne (1989) dalam
16
Susanto (2016: 1) menyatakan bahwa belajar adalah sebagai suatu proses di mana
suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Slameto (2013:
2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Rifa’i dan Anni
(2012: 66) menyatakan belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku
setiap orang dan belajar itu mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan
dikerjakan oleh seseorang. Kemudian, Aqib (2010: 43) menjelaskan belajar
adalah proses perubahan di dalam diri manusia.
Berdasarkan beberapa definisi belajar tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa belajar adalah usaha yang dilakukan oleh manusia dalam proses perubahan
tingkah laku sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungannya.
Tingkah laku yang baru ini misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, berkembangnya
sifat-sifat sosial dan emosional.
2.1.2 Hakikat Pembelajaran
“Pembelajaran adalah seperangkat peristiwa (event) yang mempengaruhi
peserta didik sedemikian rupa sehingga peserta didik itu memperoleh kemudahan”
(Briggs, 1992) dalam (Rifa’i dan Anni, 2012: 157). Aqib (2010: 41) menyatakan
pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun, meliputi unsur-unsur
manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling
mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Unsur manusia dalam
pembelajaran adalah siswa dan pendidik. Susanto (2016: 19) menyatakan bahwa
pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan guru agar terjadi proses
17
pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan, kemahiran, dan tabiat, serta
pembentukan sikap dan keyakinan pada siswa.
Selanjutnya Rifa’i dan Anni (2012: 159) mengemukakan bahwa proses
pembelajaran merupakan proses komunikasi antara pendidik dengan siswa, atau
antar siswa. Dalam proses komunikasi ini dapat dilakukan secara verbal (lisan)
dan secara nonverbal, sehingga pada dasarnya suatu pembelajaran adalah ditandai
dengan serangkaian kegiatan komunikasi.
Berdasarkan beberapa definisi hasil belajar tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran adalah serangkaian proses komunikasi yang
dilakukan dengan sengaja yang melibatkan beberapa unsur seperti pendidik dan
siswa guna mencapai tujuan pendidikan. Pada proses pembelajaran ini akan
terjadi komunikasi antara pendidik dan peserta didik atau antar peserta didik.
Apabila proses komunikasi antara keduanya baik maka proses pembelajaran pun
akan baik.
2.1.3 Keefektifan Pembelajaran
Keefektifan berasal dari kata dasar efektif. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, kata efektif mempunyai arti ada efek, pengaruh atau akibat, selain itu
efektif juga dapat diartikan dapat membawa hasil, atau berhasil guna. Priansa
(2014: 23) menyatakan efektivitas adalah ukuran yang menyatakan sejauh mana
sasaran/tujuan (kuantitas, kualitas, dan waktu) telah tercapai. Berdasarkan
pendapat tersebut keefektifan dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan yang
dapat dicapai dari suatu cara atau usaha tertentu sesuai dengan tujuan yang akan
dicapai.
18
Keefektifan pembelajaran merupakan suatu konsep yang lebih luas.
Keefektifan pembelajaran dapat dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan guru
dalam mengelola kelas. “Proses pembelajaran dikatakan efektif apabila seluruh
peserta didik dapat terlibat secara aktif, baik mental, fisik, maupun sosialnya”
(Susanto, 2016: 53). Sedangkan proses pembelajaran yang efektif, menurut
Popham dan Baker (1992) dalam Hosnan (2014: 187), terjadi jika guru dapat
mengubah kemampuan dan persepsi siswa dari yang sulit mempelajari menjadi
mudah mempelajarinya. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran dikatakan efektif apabila seluruh peserta didik dapat terlibat secara
akif baik mental, fisik, maupun sosialnya serta dapat mengubah persepsi siswa
yang sulit mempelajari menjadi mudah sehingga tujuan pembelajaran yang tealah
direncanakan dapat tercapai.
2.1.4 Hasil Belajar
Setiap proses pembelajaran harus diukur seberapa jauh siswa mampu
berkembang. “Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh siswa
setelah mengalami kegiatan belajar” (Rifa’i dan Anni 2012: 69). Suprijono (2012:
7) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku secara
keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Juliah dalam
Jihad dan Haris (2013: 13) menyatakan bahwa hasil belajar adalah segala sesuatu
yang menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan belajar yang dilakukannya.
Hasil belajar menurut Bloom (1956) dalam Rifa’i dan Anni (2012: 70-3)
mencakup tiga taksonomi yang disebut dengan ranah belajar, yaitu ranah kognitif
(cognitive domain), ranah afektif (affective domain), dan ranah psikomotorik
(psychomotoric domain). Ranah kognitif berkaitan dengan hasil berupa
19
pengetahuan, kemampuan, dan kemahiran intelektual, yang mencakup kategori
pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan (application),
analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan penilaian (evaluation). Ranah afektif
berkaitan dengan perasaan, sikap, minat, dan nilai yang mencakup kategori
penerimaan, penanggapan, penilaian, pengorganisasian, pembentukan pola hidup.
Ranah psikomotorik berkaitan dengan kemampuan fisik seperti ketrampilan
motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf, yang mencakup
kategori persepsi (perception), kesiapan (set), gerakan terbimbing (guided
response), gerakan terbiasa (mechanism), gerakan kompleks (complex overt
response), penyesuaian (adaptation), dan kreativitas.
Berdasarkan beberapa definisi hasil belajar tersebut dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku atau perilaku dan kemampuan
siswa sebagai hasil dari sebuah proses belajar yang telah dilakukannya. Hasil
belajar meliputi ranah kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotorik
(keterampilan).
2.1.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Rifa’i dan Anni
(2012: 81) menyatakan faktor-faktor yang memberi kontribusi terhadap proses
dan hasil belajar adalah faktor internal dan eksternal siswa. Faktor internal
meliputi kondisi fisik, kondisi psikis, dan kondisi sosial. Faktor eksternal seperti
variasi dan tingkat kesulitan materi belajar yang dipelajari, tempat belajar, iklim,
suasana lingkungan, dan budaya masyarakat. Slameto (2013: 54-72) menyatakan
faktor yang mempengaruhi belajar dibagi menjadi dua, yaitu faktor intern dan
ekstern. Berikut penjelasan mengenai keduanya.
20
2.1.5.1 Faktor intern
Faktor intern merupakan faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa
yang berasal dari dalam diri siswa seperti faktor (a) jasmani, mencakup kesehatan
dan cacat tubuh; (b) faktor psikologis, mencakup intelegensi, perhatian, minat,
bakat, motif, kematangan, dan kesiapan; dan (c) faktor kelelahan, mencakup
kondisi ketahanan tubuh siswa menurun, baik secara jasmani maupun rohani.
2.1.5.2 Faktor Ekstern
Faktor ekstern yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa. Faktor ekstern
dikelompokan menjadi tiga faktor, yaitu: (a) faktor keluarga, meliputi: cara orang
tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan
ekonomi keluarga; (b) faktor sekolah, meliputi: metode mengajar, kurikulum,
relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, standar
pelajaran, keadaan fisik lingkungan, kompetensi guru, dan lain-lain; dan (c) faktor
masyarakat, meliputi: media masa, teman bergaul dan bentuk kehidupan
masyarakat.
Faktor-faktor tersebut saling berkaitan satu sama lain dan dapat
memberikan dampak positif maupun negatif terhadap hasil belajar siswa. Supaya
hasil belajar siswa baik maka, perlu adanya kerjasama dari semua pihak.
2.1.6 Karakteristik Perkembangan Siswa SD
Sebagai seorang guru sekolah dasar kita harus mengetahui karateristik
siswa. Dengan demikian guru dapat menyesuaikan model pembelajaran yang
sesuai dengan karakteristik siswa. Menurut Piaget (1950) dalam Susanto (2016:
77), setiap perkembangan kognitif mempunyai karakteristik yang berbeda yang
21
secara garis besar dikelompokan kepada emapat tahap, yaitu: tahap sensori motor
(usia 0–2 tahun), tahap pra-operasional (usia 2–7 tahun), tahap operasional
konkret (usia 7–11 tahun) dan tahap operasional formal (usia 11–15 tahun).
Pada umumnya siswa SD berusia 6-12 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa
siswa SD berada pada tahap perkembangan pra-operasional dan operasional
konkret. Tahap pra-operasional konkret (usia 2-7 tahun) merupakan tahap di mana
kemampuan siswa dalam berfikir masih sangat egosentris (menganggap orang lain
mempunyai perasaan yang sama dengannya) dan menggunakan suatu simbol yang
mewakili suatu konsep. Sedangkan pada tahap operasional konkret (usia 7-11
tahun), di mana peserta didik sudah mampu mengoperasionalkan berbagai logika
namun, masih dalam bentuk benda konkret dan belum bisa berpikir secara
abstrak. Usia siswa kelas IV SD berkisar 9-10 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa
siswa kelas IV termasuk dalam tahap operasinonal konkret.
Sumantri (2014: 6.3-4), karakteristik yang menonjol pada usia Sekolah
Dasar adalah senang bermain, selalu bergerak, bermain atau bekerja dalam
kelompok dan memeragakan sesuatu secara langsung. Berikut uraian
selengkapnya.
Karakteristik pertama peserta didik sekolah dasar, yaitu senang bermain.
Guru sebaiknya merancang model pembelajaran yang mengandung unsur
permainan di dalamnya. Kegiatan dalam pembelajaran hendaknya menunjukkan
kesungguhan dan serius tetapi ada unsur-unsur santai. Permainan dalam proses
pembelajaran dapat menarik minat perhatian siswa. Dengan demikian, siswa akan
merasa senang mengikuti pembelajaran dan dapat memahami materi dengan baik.
22
Karakteristik kedua peserta didik sekolah dasar adalah senang bergerak.
Guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak
berpindah dan bergerak. Hal ini bertujuan agar siswa tidak mudah merasa bosan
ketika mengikuti pembelajaran.
Karakteristik yang ketiga adalah siswa senang belajar dalam kelompok.
Guru hendaknya merancang pembelajaran yang di dalamnya ada unsur kerjasama
atau berkelompok. Kelompok yang diterapkan sebaiknya kelompok kecil agar
pembelajaran lebih efektif. Melalui pembelajaran kelompok, siswa diharapkan
dapat berbaur dan bersosialisasi dengan temannya. dengan demikian kemampuan
sosial siswa akan meningkat.
Karakteristik yang keempat adalah senang memeragakan sesuatu secara
langsung. Guru hendaknya merancang model pembelajaran yang melibatkan
siswa secara aktif dalam pembelajaran. Dengan melibatkan siswa secara aktif
dalam pembelajaran, materi akan mudah dipahami karena siswa melaksanakan
sendiri apa yang mereka pelajari.
Berdasarkan uraian karkteristik siswa SD tersebut, guru perlu menciptakan
suasana baru dalam pembelajaran, salah satunya dengan menerapkan model
pembelajaran yang bervariasi. Model pembelajaran yang digunakan oleh guru
harus disesuaikan dengan karakteristik siswa SD yang masih suka bermain,
bergerak, bekerja kelompok, dan senang memeragakan sesuatu secara langsung.
2.1.7 Hakikat IPA
Ilmu pengetahuan alam sering atau disingkat IPA juga biasa disebut
dengan istilah pendidikan sains. IPA merupakan salah satu mata pelajaran wajib
23
dalam kurikulum pendidikan yang ada di Indonesia. Susanto (2016: 167)
menyatakan sains atau IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta
melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan
dijelaskan dengan pranalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan.
Wisudawati dan Sulistyowati (2015: 22) menyatakan IPA merupakan
rumpun ilmu, memiliki karakteristik khusus yaitu mempelajari fenomena alam
yang faktual (factual), baik berupa kenyataan (reality) atau kejadian (events) dan
hubungan sebab-akibatnya. Selanjutnya, Carin dan Sund (1993) dalam
Wisudawati dan Setyowati (2015: 22) mendefinisikan IPA sebagai pengetahuan
yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal), dan berupa
kumpulan data hasil obeservasi dan eksperimen.
Hakikat pembelajaran sains didefinisikan sebagai ilmu tentang alam yang
dalam bahasa Indonesia disebut dengan ilmu pengetahuan alam, dapat
diklasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu : ilmu pengetahuan alam sebagai
produk, proses, dan sikap. Sutrisno (2007) dalam Susanto (2016: 167)
menambahkan bahwa IPA sebagai prosedur dan IPA sebagai teknologi. Akan
tetapi, penambahan ini bersifat pengembangan dari ketiga komponen di atas, yaitu
pengembangan prosedur dari proses, sedangkan teknologi dari aplikasi konsep
dan prinsip-prinsip IPA sebagai produk.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa IPA adalah sekumpulan pengetahuan yang
sistematis dan mempelajari fenomena-fenomena alam yang diperoleh melalui
pengamatan, penyelidikan/eksperimen dengan menggunakan prosedur yang ada
dan dijelaskan melalui penalaran. IPA juga merupakan pengembangan dari proses
24
dan IPA sebagai teknologi dari aplikasi konsep dan prinsip-prinsip IPA sebagai
produk.
IPA memiliki karakteristik sebagai dasar untuk memahaminya.
Karakteristik tersebut menurut Jacobson dan Bergman (1980) dalam Susanto
(2016: 170), meliputi:
(1) IPA merupakan kumpulan konsep, prinsip, hukum, dan teori;
(2) Proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental, serta mencermati
fenomena alam, termasuk juga penerapannya; (3) Sikap keteguhan
hati, keingintahuan, dan ketekunan dalam menyikapi rahasia alam;
(4) IPA tidak dapat membuktikan semua, akan tetapi hanya
sebagian atau beberapa saja; dan (5) Kebenaran IPA bersifat
subjektif dan bukan kebenaran yang bersifat objektif.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat dipahami bahwa IPA memiliki
karakteristik yang luas. IPA merupakan pembelajaran berdasarkan pada prinsip-
prinsip, proses yang dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa terhadap konsep-
konsep yang dipelajari.
2.1.8 Hakikat Pembelajaran IPA di SD
IPA merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang diajarkan di sekolah
dasar. “Konsep IPA di sekolah dasar merupakan konsep yang masih terpadu,
karena belum dipisahkan secara tersendiri, seperti mata pelajaran kimia, biologi,
dan fisika” (Susanto, 2016: 171). Hal ini menunjukkan, bahwa pembelajaran IPA
di sekolah dasar masih bersifat terpadu berbeda dengan pembelajaran IPA di
sekolah menengah yang sudah dipisahkan berdasarkan cabang ilmu pengetahuan
alam.
Menurut BSNP (2006), dalam Susanto (2016: 171), tujuan pembelajaran
sains di sekolah dasar dimaksudkan untuk:
25
(1) memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha
Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam
ciptaan-Nya; (2) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman
konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari; (3) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap
positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling
memengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat;
(4) mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam
sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan; (5)
meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,
menjaga, dan melestarikan lingkungan; (6) meningkatkan
kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya
sebagai salah satu ciptaan Tuhan; dan (7) memperoleh bekal
pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk
melanjutkan pendidikan ke SMP.
Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut maka, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran IPA penting diberikan sejak jenjang sekolah dasar. Pembelajaran
IPA di sekolah dasar menekankan pada pemberian pengalaman langsung bagi
siswa. Pembelajaran IPA dapat mengembangkan rasa ingin tahu siswa,
mengembangkan keterampilan proses, meningkatkan pengetahuan tentang alam
sekitar, memperoleh bekal pengetahuan untuk jenjang berikutnya, serta untuk
meningkatkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa atas ciptaan-Nya.
2.1.9 Materi Sumber Daya Alam
Cakupan dari materi Sumber Daya Alam meliputi: (1) Pengertian Sumber
Daya Alam (2) Jenis-jenis Sumber Daya Alam; (3) Menggolongkan Benda
Menurut Asalnya.
Penelitian ini difokuskan pada mata pelajaran IPA kelas IV materi Sumber
Daya Alam. Materi di bawah ini merupakan rangkuman dari berbagai sumber,
yakni Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD/MI Kelas IV (Sulistyanto dan Wiyono,
2008 : 170-175), Ilmu Pengetahuan Alam SD/MI Kelas IV (Poppy dan
26
Anggraeni, 2008: 177-180), dan Sains Untuk SD/MI Kelas IV (Haryanto, 2012:
249-254). Berikut uraiannya.
2.1.9.1 Pengertian Sumber Daya Alam
Sumber daya alam adalah segala sesuatu yang berasal dari alam yang
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sumber daya alam meliputi
tumbuhan, hewan, dan bahan alam tidak hidup. Sumber daya alam dapat berupa
kumpulan beraneka ragam makhluk hidup maupun benda-benda tak hidup yang
dapat dimanfaatkan untuk keperluan hidup manusia.
2.1.9.2 Jenis-jenis Sumber Daya Alam (SDA)
Berdasarkan manfaatnya, sumber daya alam terbagi menjadi:
a) Sumber daya alam penghasil energi seperti matahari, gelombang laut, gas
bumi, dan angin.
b) Sumber daya alam penghasil bahan baku seperti hutan, laut, dan tanah.
c) Sumber daya alam untuk kenyamanan, seperti udara bersih, dan
pemandangan alam.
Sedangkan menurut ketersediaannya di alam dapat dikelompokkan menjadi :
a) Sumber daya alam yang dapat diperbaharui adalah sumber daya alam yang
memiliki sifat dapat dibentuk lagi apabila sudah rusak atau habis, seperti
berbagai jenis tumbuhan dan hewan merupakan sumber daya alam yang dapat
dibentuk lagi jika rusak atau habis.
b) Sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui adalah sumber daya yang
ketersediannya di alam terbatas dan tidak dapat dibuat atau dibentuk setelah
habis. Contohnya minyak bumi, batu bara, logam, dan gas bumi.
27
Jika dilihat menurut jenisnya, kita akan mendapati dua macam sumber daya alam
yaitu sumber daya alam hayati dan nonhayati.
a) Sumber daya alam hayati adalah sumber daya yang berasal dari berbagai
makhluk hidup, seperti berbagai mikroorganisme, tumbuhan, dan hewan.
b) Sumber daya alam nonhayati adalah sumber daya yang bukan berasal dari
makhluk hidup, seperti udara, batu bara, logam, dan lain-lain.
Pengelompokan sumber daya alam berdasarkan lingkungannya:
a) Hutan
Di dalam hutan tersimpan berbagai sumber daya alam. Sumber daya alam
yang berasal dari hutan misalnya bermacam-macam jenis kayu, rotan, dan hewan-
hewan liar.
b) Laut
Di dalam laut tersimpan sumber daya alam berupa hewan, tumbuhan laut
dan air laut. Berbagai jenis hewan laut seperti ikan, kerang, udang, kepiting, dan
cumi-cumi yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber makanan. Kerang dapat
menghasilkan mutiara. Tumbuhan laut berupa rumput laut dimanfaatkan untuk
membuat agar-agar. Selain hewan dan tumbuhan, air laut juga dapat dibuat garam.
Garam ini mengandung banyak yodium. Yodium dapat mencegah penyakit
gondok.
c) Sungai
Di dalam sungai terdapat berbagai macam sumber daya alam. Sumber
daya alam yang berasal dari sungai misalnya berbagai ikan air tawar, tumbuhan
air, batu-batuan, dan pasir. Batu dan pasir dimanfaatkan sebagai bahan bangunan.
Air sungai juga dapat dimanfaatkan untuk membuat PLTA.
28
d) Tanah
Tanah di permukaan bumi dimanfaatkan untuk bercocok tanam seperti
menanam padi, sayur, bunga dan sebagainya. Tanah liat digunakan untuk
membuat tembikar dan batu bata. Pada lapisan tanah yang lebih dalam, dapat
ditemukan berbagai bahan hasil pertambangan
Sumber daya alam dari hasil pertambangan yaitu bahan–bahan mineral
seperti berbagai logam yang didapat dari bijih logam, misalnya bijih logam
aluminium atau bauksit dan bijih besi. Bahan alam lain hasil pertambangan,
misalnya batubara, minyak bumi dan gas alam.
2.1.9.3 Pengelompokan Benda Berdasarkan Asalnya
Berbagai benda terlihat sangat berbeda satu dengan lainnya. Akan tetapi,
jika ditelusuri, benda-benda itu berasal hanya dari beberapa sumber daya alam
saja. Pengelompokkan benda berdasarkan asalnya dikelompokkan menjadi benda
yang berasal dari tumbuhan, hewan, dan bahan tak hidup. Berikut penjelasannya.
2.1.9.3.1 Benda yang berasal dari tumbuhan
Benda yang berasal dari tumbuhan dibagi menjadi empat yaitu bahan
pangan, bahan sandang, peralatan rumah tangga dan produk kesehata dan
perawatan tubuh.
(1) Bahan pangan
Berbagai makanan yang biasa dimakan berasal dari tumbuhan. Nasi dibuat
dari beras, beras berasal dari padi. Roti dibuat dari terigu, terigu berasal dari biji
gandum. Kecap, tahu dan tempe berasal dari kedelai. Cokelat berasal dari biji
cokelat. Permen dibuat dari gula, gula berasal dari tebu. Agar-agar berasal dari
rumput laut.
29
(2) Bahan sandang
Pakaian yang dipakai oleh manusia terbuat dari kain katun. Kain katun
terbuat dari serat kapas. Serat kapas berasal dari buah kapas. Berbagai kasur,
bantal, dan guling diisi dengan kapuk. Kapuk berasal dari buah kapuk.
(3) Peralatan rumah tangga
Bagian tumbuhan yang paling banyak dimanfaatkan untuk membuat
peralatan rumah tangga adalah kayu. Kayu dipotong dan dihaluskan menjadi
balok dan papan. Balok dan papan digunakan untuk membuat kusen, pintu, meja,
kursi, lemari, dan patung. Kayu juga menjadi bagian penting untuk membuat
gagang pisau.
(4) Produk kesehatan dan perawatan tubuh
Obat tradisional disebut juga dengan jamu. Jamu dibuat dari berbagai
tanaman obat, misalnya kencur, jahe, kunyit, kumis kucing, dan pace
(mengkudu). Berbagai produk perawatan tubuh menggunakan sari tumbuhan
sebagai bahan utamanya. Sampo dibuat dari sari lidah buaya, orang aring, kelapa,
dan kemiri. Sabun mandi dibuat dari sari lidah buaya, apel, dan bunga mawar.
2.1.9.3.2 Benda yang berasal dari hewan
Benda yang berasa dari hewan dibagi menjadi tiga kelompok yaitu bahan pangan,
bahan sandang dan produk kesehatan. Berikut penjelasannya.
(1) Bahan pangan
Hewan memberikan bahan makanan yang lezat, misalnya daging, telur,
dan susu. Keju merupakan produk olahan susu. Daging berasal dari ayam, sapi,
kambing, kerbau, dan ikan. Telur berasal dari ayam, bebek, dan burung puyuh.
Susu berasal dari sapi dan kambing.
30
(2) Bahan sandang
Kain sutera berasal dari serat kepompong ulat sutera. Wol berasal dari
serat rambut (bulu) domba. Kulit sapi, kerbau, ular, dan buaya mempunyai harga
yang tinggi. Kulit hewan-hewan itu dapat dibuat menjadi jaket, pelapis sofa, dan
jok mobil, sepatu, dan tas.
(3) Produk kesehatan
Berbagai bagian tertentu dari tubuh hewan dipercaya merupakan obat
mujarab. Ada yang memanfaatkan bisa ular sebagai obat. Ada pula yang percaya
bahwa susu kuda liar dapat dapat membuat tubuh kuat. Daging biawak diolah
sebagai obat penyakit kulit.
2.1.9.3.3 Benda yang berasal dari bahan alam tak hidup
Benda yang berasal dari bahan alam tak hidup dibagi menjadi dua
kelompok yaitu bahan bangunan dan peralatan rumah tangga. Berikut
penjelasannya.
(1) Bahan bangunan
Batu bata dan genteng dibuat dari tanah liat. Pasir berasal dari hancuran
batuan. Semen dibuat dari batu kapur dan hancuran batuan lain. Tiang besi dibuat
dari logam besi. Lampu dibuat dari gelas (kaca).
(2) Peralatan rumah tangga
Saat ini, bahan yang sering digunakan untuk membuat berbagai peralatan
rumah tangga adalah plastik. Plastik berasal dari bahan kimia buatan yang diolah
dari pabrik. Berbagai benda dari plastik antara lain ember, sedotan, dan kantong
plastik. Berbagai benda dibuat dari berbagai bahan alam. Sendok dan garpu dibuat
dari logam besi. Panci dan wajan dibuat dari logam aluminium.
31
2.1.10 Kesesuaian Model Jigsaw dan Model NHT terhadap Materi Sumber
Daya Alam
Materi Sumber Daya Alam memiliki cakupan materi yang cukup luas dan
bersifat teoritis. Materi SDA di dalamnya terdapat subbab-subbab yang memuat
berupa konsep dan fakta. Hal ini menuntut siswa untuk terus mencatat, menghafal,
dan mengingat fakta dan konsep tersebut. Melihat karakteristik tersebut, guru
harus mampu merancang pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa,
mengaktifkan siswa, bervariasi, serta memberikan kesempatan siswa untuk
mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Hal ini bertujuan agar siswa tidak
mudah merasa bosan ketika mengikuti pembelajaran. Salah satu model
pembelajaran yang cocok untuk materi Sumber Daya Alam dan karakteristik
siswa sekolah dasar adalah model Jigsaw dan model NHT.
Model pembelajaran Jigsaw merupakan model pembelajaran yang
memberikan kesempatan siswa untuk mengembangkan materi yang dipelajari.
Siswa juga diajarkan agar berani menyampaikan materi kepada teman sebayanya.
Selain itu, model tersebut juga meningkatkan rasa tanggung jawab siswa.
Sedangkan model NHT merupakan model pembelajaran yang mengajarkan siswa
untuk bekerjasama untuk mengerjakan tugas atau masalah yang diberikan oleh
guru. Model ini mengajarkan siswa agar dapat menghargai pendapat temannya.
Model NHT juga dikemas seperti permainan karena siswa menggunakan nomor di
kepalanya. Jadi, kedua model tersebut cocok diterapkan untuk materi
pembelajaran Sumber Daya Alam yang memiliki cakupan materi cukup luas.
Melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan NHT, peserta didik dapat
32
belajar tanggung jawab, dapat meningkatkan interaksi dengan teman-temannya
serta dapat mengembangkan materi sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki dan
tetap siap belajar dalam keadaan apapun.
2.1.11 Model Pembelajaran
Dalam kegiatan pembelajaran, guru harus pandai memilih dan menentukan
model pembelajaran yang tepat, sehingga dapat menghasilkan pembelajaran yang
efektif dan dapat berdampak baik pada hasil belajar. Suprijono (2012: 46), “model
pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran di kelas maupun tutorial”. Menurut Dahlan dalam Isjoni (2010: 49),
model pembelajaran merupakan suatu rencana atau pola yang digunakan dalam
menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada
pengajar di kelas. Joice dan Weil (1990) dalam Isjoni (2010: 50) menyatakan
model pembelajaran adalah suatu pola atau rencana yang sudah direncanakan
sedemikian rupa dan digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi
pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelasnya.
Berdasarkan beberapa definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran adalah suatu pola yang disusun oleh guru sebagai petunjuk
dan pedoman dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. Dalam penerapannya
model pembelajaran ini harus sesuai dengan kebutuhan dan karkteristik siswa.
Model pembelajaran yang dikembangkan harus mendorong siswa agar dapat
belajar secara aktif. Hal ini bertujuan agar pembelajaran lebih bermakna dan dapat
memberikan pengalaman yang menarik bagi siswa sehingga siswalebih mudah
menerima materi yang diajarkan oleh guru.
33
2.1.12 Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran Kooperatif atau cooperative learning merupakan strategi
belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat
kemampuannya berbeda (Isjoni, 2010: 12). Suprijono (2012: 54) mengemukakan
bahwa pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas yang meliputi
semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh
guru atau diarahkan oleh guru. Slavin (1985) dalam Isjoni (2010: 12) menyatakan
pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran di mana siswa belajar
dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya
4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada
siswa di mana siswa belajar dalam kelompok kecil secara heterogen dan guru
berperan sebagai fasilitator. Pembelajaran kooperatif ini dapat digunakan untuk
menagatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa.
Pembelajaran kooperatif mempunyai tujuan utama yang hendak dicapai.
Tujuan utama dalam penerapan model belajar mengajar cooperative learning
adalah agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman-
temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan
kepada orang lain untuk mengemukakan pendapat mereka secara berkelompok.
Sedangkan beberapa ahli menyatakan bahwa model ini tidak hanya unggul dalam
membantu siswa memahami konsep yang sulit, tetapi juga sangat berguna untuk
menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, bekerjasama, dan membantu teman
(Isjoni, 2010: 13).
34
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kooperatif mempunyai tujuan agar siswa dapat belajar kelompok bersama teman-
temannya. Sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis
siswa, meningkatkan kemampuan bekerja sama, menyampaikan pendapat dan
menghargai pendapat orang lain.
2.1.13 Model Pembelajaran Jigsaw
Model pembelajaran Jigsaw dikembangkan oleh Elliot Aronson dan rekan-
rekannya pada tahun 1978. “Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan salah
satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling
membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang
maksimal” (Isjoni 2010: 54).
Pelaksanaan model pembelajaran Jigsaw ini terbagi menjadi dua
kelompok, yaitu kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal merupakan
kelompok awal di mana terjadi pembagian masing-masing materi yang berbeda
untuk setiap anggota. Selanjutnya kelompok ahli merupakan kelompok yang
terbentuk dari sekumpulan anggota kelompok asal yang mempunyai materi yang
sama. Di sini, peran guru adalah memfasilitasi dan memotivasi para anggota
kelompok ahli agar mudah untuk memahami materi yang diberikan.
“Model Jigsaw dapat digunakan secara efektif di tiap level, di mana siswa
telah mendapatkan keterampilan akademis dari pemahaman, membaca atau
keterampilan kelompok untuk belajar bersama” (Isjoni, 2010: 58). Model
pembelajaran Jigsaw memiliki beberapa kelebihan, diantaranya sebagai berikut:
(1) Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar, karena sudah ada kelompok
ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada rekan-rekannya.
35
(2) Pemeratan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat.
(3) Metode pembalajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam
berbicara dan berpendapat.
(4) Meningkatkan relasi sosial dalam bentuk kerjasama serta saling menghargai
orang lain.
(5) Memupuk rasa tanggung jawab peserta didik lebih besar.
Selain memiliki kelebihan, model pembelajaran Jigsaw juga memiliki
beberapa kekurangan. Kekurangan menurut Kurniasih dan Sani (2016: 26) yaitu:
(1) Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung mengontrol
jalannya diskusi.
(2) Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berfikir rendah akan
mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai
tenaga ahli.
(3) Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan.
(4) Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti
proses pembelajaran.
Sebelum menerapkan model pembelajaran Jigsaw, guru harus menyiapkan
segala hal yang mendukung proses pembelajaran seperti pemahaman terhadap
materi, RPP, media yang digunakan, dan lain-lain. Guru harus memahami
langkah-langkah pembelajaran menggunakan model pembelajaran Jigsaw. Hal ini
bertujuan agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Berikut langkah-
langkah pembelajaran menurut Isjoni (2010: 54-8) yaitu:
(1) Siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil heterogen (kelompok asal).
36
(2) Tiap anggota kelompok ditugaskan untuk mempelajari materi tertentu.
(3) Siswa atau perwakilan kelompoknya masing-masing bertemu dengan anggota
kelompok lain yang mempelajari materi yang sama (tim ahli).
(4) Di grup ahli siswa saling membantu untuk mempelajari serta memahami
materi untuk disampaikan ke tim asal.
(5) Setelah masing-masing perwakilan dapat menguasai materi yang ditugaskan,
kemudian mereka kembali ke tim tim asal untuk menjelaskan materi tersebut
kepada teman satu kelompoknya.
(6) Selanjutnya, siswa diberi tes/kuis individu untuk mengetahui apakah siswa
sudah dapat memahami suatu materi.
2.1.14 Model Pembelajaran NHT
Numbered Head Together (NHT) merupakan salah satu model
pembelajaran kooperatif. “Pembelajaran ini pertama kali diperkenalkan oleh
Spenser Kagen (1993) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah
materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka
terhadap isi pelajaran” (Hamdayana, 2014: 175). Model pembelajaran NHT
mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama dan rasa tanggung
jawab mereka sebagai anggota kelompok. Shoimin (2014: 108) menyatakan NHT
merupakan suatu model pembelajaran berkelompok yang setiap anggota
kelompoknya bertanggungjawab atas tugas kelompoknya, sehingga tidak ada
pemisahan antara siswa yang satu dan siswa yang lain dalam suatu kelompok
untuk saling memberi dan menerima antara satu dengan yang lainnya.
Model pembelajaran NHT memiliki beberapa kelebihan, menurut
Kurniasih dan Sani (2016: 30) diantaranya sebagai berikut:
37
(1) Dapat meningkatkan prestasi belajar siswa,
(2) Mampu memperdalam pemahaman siswa,
(3) Melatih tanggung jawab siswa,
(4) Menyenangkan siswa dalam belajar,
(5) Mengembangkan rasa ingin tahu siswa,
(6) Meningkatkan rasa percaya diri siswa,
(7) Mengembangkan rasa saling memiliki dan kerjasama,
(8) Setiap siswa termotivasi untuk menguasai materi,
(9) Menghilangkan kesenjangan antara yang pintar dengan tidak pintar,
(10) Tercipta suasana gembira dalam belajar.
Selain memiliki kelebihan, model pembelajaran NHT juga memiliki
beberapa kekurangan, diantaranya sebagai berikut:
(1) Siswa yang sudah terbiasa dengan cara konvensional akan sedikit kewalahan.
(2) Siswa yang pandai akan cenderung mendominasi sehingga dapat
menimbulkan sikap minder dan pasif pada siswa yang lemah.
(3) Proses diskusi tidak akan berjalan lancar jika ada siswa yang sekedar menyalin
pekerjaan siswa yang pandai tanpa memiliki pemahaman yang memadai.
(4) Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru atau mendapat giliran.
Sama halnya dengan penerapan model pembelajaran Jigsaw, penerapan
model pembelajaran NHT juga memerlukan persiapan khusus yang harus
dilakukan guru. Guru juga harus memahami langkah-langkah pembelajaran
menggunakan model pembelajaran NHT. Berikut langkah-langkah model
pembelajaran NHT menurut Huda (2014: 204):
(1) Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok.
38
(2) Setiap siswa diberi nomor yang berbeda dan dipasang di kepala.
(3) Guru memberi tugas atau pertanyaan kepada setiap kelompok.
(4) Siswa mulai berdiskusi dengan kelompok dan pastikan semua anggota
kelompok terlibat dalam proses diskusi.
(5) Guru memanggil nomor secara acak.
(6) Siswa dengan nomor yang dipanggil mempresentasikan jawaban dari hasil
kerja kelompok.
2.1.15 Persamaan dan Perbedaan Model Jigsaw dan Model NHT
Model Jigsaw dan model NHT merupakan tipe dari pembelajaran
kooperatif. Meskipun keduanya merupakan tipe dari model pembelajaran
kooperatif tentu kedua model tersebut tentu memiliki ciri khas masing-masing.
Selain itu memiliki ciri khas masing-masing, model pembelajarannkooperatif tipe
Jigsaw dan NHT juga memiliki langkah-langkah yang berbeda pada
pelaksanaanya. Berdasarkan hal tersebut maka muncul persamaan dan perbedaan
dari kedua model. Berikut uraian persamaan dan perbedaan model Jigsaw dan
model NHT.
2.1.15.1 Persamaan Model Jigsaw dan Model NHT
No. Model Jigsaw dan Model NHT
1 Jigsaw dan NHT merupakan varian dari pembelajaran kooperatif.
2 Pada pelaksanaannya Jigsaw dan NHT dilakukan secara berkelompok.
3 Model Jigsaw dan model NHT dapat melatih tanggung jawab,
kemampuan komunikasi dan kerjasama siswa.
4 Model Jigsaw dan model NHT dapat meningkatkan interaksi antar
siswa.
5 Banyak penelitian yang telah membuktikan bahwa model Jigsaw dan
model NHT dapat meningkatkan aktivitas, moitvasi, minat dan hasil
belajar siswa.
Tabel 2.1 Persamaan model Jigsaw dan model NHT
39
2.1.15.2 Perbedaan Model Jigsaw dan Model NHT
No. Model
Jigsaw NHT
1 Terdapat dua kelompok diskusi
yaitu tim ahli dan tim asal.
Terdapat satu kelompok diskusi.
2 Teknis pelaksanaan guru
menjelaskan materi sebagai
pengantar.
Guru menjelaskan semua materi
pada hari itu.
3 Siswa dari tim ahli diberikan
tanggung jawab penuh untuk
meyampaikan materi kepada tim
asal.
Siswa diberikan tanggung jawab
penuh untuk menyelesaikan
Lembar kerja kelompok yang
diberikan.
4
Ketika diskusi berlangsung
siswa tidak memakai nomor di
kepala.
Ketika diskusi berlangsung setiap
anggota kelompok memakai nomor
yang berbeda di kepala.
5 Setiap anggota kelompok
menyampaikan hasil diskusi
kepada kelompok asal.
Setiap nomor soal ditunjuk satu
perwakilan kelompok untuk
menyampaikan hasil diskusi di
depan kelas.
Tabel 2.2 Perbedaan Model Jigsaw dan Model NHT
2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang menunjukkan bahwa model
pembelajaran Jigsaw dan model pembelajaran NHT efektif dan dapat
meningkatkan aktivitas serta hasil belajar siswa. Berikut uraiannya.
(1) Penelitian yang dilakukan oleh Mahmoud Jaman Al-Salkhi pada tahun 2015
yang berjudul “The Effectiveness of Jigsaw Strategy on the Achievement and
Learning Motivation of the 7th Primary Grade Students in the Islamic
Education”. Hasil penelitian menunjukkan nilai signifikan berbeda yang
menunjukkan adanya hubungan positif antara prestasi belajar siswa kelas 7
dan motivasi belajar mereka.
40
(2) Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Sulisytaningsih pada tahun 2012 yang
berjudul “Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Metode
Pembelajaran Jigsaw Berbantuan CD Pembelajaran Materi Eksponen Kelas
X”. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa model Jigsaw berbantuan CD
pembelajaran dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada
pembelajaran matematika materi eksponen. Evaluasi yang dilaksanakan
terhadap 39 siswa, terdapat 32 siswa yang mendapatkan nilai tuntas, sehingga
prosentasi siswa yang telah tuntas adalah 82,1 %. Keaktifan siswa meningkat
pada siklus kedua sebesar sebesar 9.1 point naik dari 72,2 pada siklus pertama
menjadi 81.3 pada siklus 2.
(3) Penelitian yang dilakukan oleh Arumita Pratiwi pada tahun 2015 yang
berjudul “Studi Komparasi Strategi Pembelajaran Jigsaw Dan Strategi
Pembelajaran Everyone Is A Teacher Here Terhadap Hasil Belajar Tematik
Siswa Kelas V SDIT Nur Hidayah Surakarta Tahun 2014/2015”. Hasil
penelitian menunjukkan, ada perbedaan pengaruh antara strategi Jigsaw
dengan strategi Everyone Is A Teacher Here terhadap hasil belajar tematik
siswa kelas V SDIT Nur Hidayah Surakarta dan strategi Jigsaw lebih besar
pengaruhnya dibandingkan dengan strategi Everyone Is A Teacher Here
terhadap hasil belajar tematik siswa kelas V SDIT Nur Hidayah Surakarta.
(4) Penelitian yang dilakukan oleh Angga Pranata pada tahun 2013 yang berjudul
“Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Hasil
Belajar IPA Siswa Pada Konsep Cahaya”. Hasil penelitian menunjukkan
adanya peningkatan hasil belajar IPA pada Konsep Cahaya kelas V.
41
(5) Penelitian yang dilakukan oleh Hanifah Khoirunnisa’ pada tahun 2015 yang
berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Berbantuan Media Visual untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPA
Kelas IVB SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang”. Hasil penelitian ini
adalah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berbantuan media visual
dapat meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar IPA
siswa kelas IVB SDN Kalibanteng Kidul 01.
(6) Penelitian yang dilakukan oleh Yalvema Miaz, yang berjudul “The
Implementation Of Numbered Heads Together To Improve The Students’
Achievement Of Social Sciences In Primary School”. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa nilai hasil belajar siswa di atas 75. Hal ini menunjukkan
bahwa NHT efektif meningkatkan prestasi dan hasil belajar IPS siswa.
(7) Penelitian yang dilakukan oleh Nur Wahidah (2013) yang berjudul “Pengaruh
Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) Terhadap Minat dan
Hasil Belajar IPA Biologi Siswa di MTs N Maguwoharjo”. Hasil penelitian
menunjukan adanya peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran
menggunakan model NHT.
(8) Penelitian yang dilakukan oleh Marwinda Hastari pada tahun 2012 dengan
judul “Penerapan Metode Numbered Heads Together (NHT) untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Mata Diklat Teknik Penggunaan Suhu Rendah
Di SMK Negeri 1 Pandak”. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa kenaikan
nilai pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol
yaitu sebesar 22,5%. Terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang diajar
42
menggunakan metode Numbered Heads Together (NHT), dengan hasil belajar
siswa yang diajar menggunakan metode konvensional, yaitu hasil belajar dari
kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Dengan
demikian metode Numbered Heads Together (NHT) lebih baik dibandingkan
dengan metode konvensional.
(9) Penelitian yang dilakukan oleh Evi Septianawati pada tahun 2015 yang
berjudul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA Menggunakan Model
Numbered Head Together (NHT) dengan Media CD Interaktif. Pada Siswa
Kelas IV SDN Patemon 01 Semarang”. Hasil penelitian menunjukkan model
Numbered Head Together (NHT) dengan media CD Interaktif dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran IPA yang meliputi keterampilan guru,
aktivitas siswa, iklim pembelajaran, kualitas media pembelajaran, dan hasil
belajar siswa kelas IV SDN Patemon 01 Semarang.
Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa
model Jigsaw dan NHT dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA
maupun mata pelajaran lain. Penerapan model Jigsaw dan model NHT dapat
menumbuhkan motivasi belajar siswa. Akan tetapi belum diketahui model
pembelajaran kooperatif mana yang lebih baik diantara Jigsaw dan NHT dalam
pembelajaran IPA di kelas IV SD khususnya materi SDA.
Penelitian yang dilakukan oleh Eldiana pada tahun 2014 yang berjudul
“Studi Komparasi Hasil Belajar Siswa dengan Menerapkan Model Koopratif Tipe
Number Head Together (NHT) dan Jigsaw. Pada Mata Pelajaran Matematika
Kelas V SD N 03 Kota Bengkulu” menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan
yang signifikan hasil belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran
43
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model Kooperatif tipe Jigsaw.
Berbeda dengan penelitian tersebut, penelitian ini merupakan penelitian
baru yang membandingkan keefektifan penerapan model Jigsaw dan model NHT
terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV SD. Hasil belajar dalam penelitian
hanya mencakup hasil belajar kognitif siswa. Adapun materi pembelajaran IPA
dalam penelitian ini yaitu Sumber Daya Alam.
2.3 Kerangka Berpikir
IPA merupakan salah satu mata pelajaran di SD yang bertujuan untuk
mengembangkan kemampuan berpikir dan kepribadian anak. IPA merupakan
ilmu yang mempelajari gejala-gejala alam. Materi yang termuat dalam IPA sangat
beragam, masing-masing memiliki karakteristik tersendiri. Pembelajaran IPA di
SD diajarkan guna untuk membangun pengetahuan awal, gagasan, konsep tentang
alam sekitar dan sebagainya. IPA diberikan sejak jenjang sekolah dasar guna
memberikan dasar pengetahuan IPA untuk jenjang berikutnya.
Melihat begitu pentingnya pembelajaran IPA di SD, maka seorang guru
harus mampu menciptakan suasana belajar yang aktif dan kreatif. Salah satu cara
untuk mengaktifkan siswa adalah dengan melibatkan siswa sacara aktif dalam
pembelajaran. Pada pembelajaran IPA di kelas IV SDN 1 Kalitengan dan SDN 5
Gombong masih terpusat pada guru. Guru masih sering menggunakan model
pembelajaran konvensional seperti ceramah, tanya jawab, dan penugasan. Hal
tersebut menyebabkan peserta didik menjadi pasif. Apabila model pembelajaran
44
konvensional tersebut dilakukan secara terus menerus maka siswa mudah merasa
bosan dan pembelajaran yang dilakukan guru kurang efektif.
Berdasarkan masalah tersebut, perlu adanya pembelajaran yang lebih
bervariasi. Salah satu model pembelajaran yang cocok digunakan dan dapat
mengaktifkan peserta didik yaitu model Jigsaw dan model NHT. Kedua model
pembelajaran ini memiliki keunggulan yakni dapat mengaktifkan siswa. Model
pembelajaran ini juga memiliki kelemahan yakni pada efektifitas pembelajaran.
Akan tetapi belum diketahui model mana yang lebih efektif dalam pembelajaran
IPA di SD khususnya materi sumber daya alam. Berdasarkan uraian tersebut,
dapat digambarkan alur pemikiran dalam penelitian sebagai berikut:
Bagan 2.1 Kerangka Berpikir
Siswa
Kelas Eksperimen 1 Kelas eksperimen 2 Kelas kontrol
Model Jigsaw
Pretest Pretest Pretest
Posttest Posttest
Model Konvensional Model NHT
Posttest
Adanya perbedaan Hasil Belajar siswa
Model pembelajaran yang paling efektif antara Jigsaw dan NHT
terhadap hasil belajar materi Sumber Daya Alam
45
2.4 Hipotesis
Pada sebuah penelitian maka dibutuhkan hipotesis untuk menjawab
sementara rumusan masalah yang telah dibuat. Hal ini sesuai dengan pendapat
Sugiyono (2014: 99) yang menyatakan hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah
dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Berdasarkan kerangka berpikir di
atas, dapat dirumuskan hipotesis hipotesis penelitian, yaitu sebagai berikut:
Ho1 Tidak terdapat perbedaan hasil belajar IPA kelas IV antara siswa yang
mendapat pembelajaran dengan model Jigsaw dan siswa yang mendapat
pembelajaran dengan model konvensional.
Ho1: µ1 = µ2
Ha1 Terdapat perbedaan hasil belajar IPA kelas IV antara siswa yang mendapat
pembelajaran dengan model Jigsaw dan siswa yang mendapat pembelajaran
dengan model konvensional.
Ha1: µ1 ≠ µ2
Ho2 Tidak terdapat perbedaan hasil belajar IPA kelas IV antara siswa yang
mendapat pembelajaran dengan model NHT dan siswa yang mendapat
pembelajaran dengan model konvensional.
Ho2:µ1 = µ2
Ha2 Terdapat perbedaan hasil belajar IPA kelas IV antara siswa yang mendapat
pembelajaran dengan model NHT dan siswa yang mendapat pembelajaran
dengan model konvensional.
Ha2: µ1 ≠ µ2
46
Ho3 Tidak terdapat perbedaan hasil belajar IPA kelas IV antara siswa yang
mendapat pembelajaran dengan model Jigsaw dan siswa yang mendapat
pembelajaran dengan model NHT.
Ho3: µ1 = µ2
Ha3 Terdapat perbedaan hasil belajar IPA kelas IV antara siswa yang mendapat
pembelajaran dengan model Jigsaw dan siswa yang mendapat pembelajaran
dengan model NHT.
Ha3: µ1 ≠ µ2
Ho4 Penerapan model pembelajaran Jigsaw tidak efektif terhadap hasil belajar
IPA siswa kelas IV.
Ho4:µ1 ≤ µ2
Ha4 Penerapan model pembelajaran Jigsaw efektif terhadap hasil belajar IPA
siswa kelas IV.
Ha4: µ1> µ2
Ho5 Penerapan model pembelajaran NHT tidak efektif terhadap hasil belajar IPA
siswa kelas IV.
Ho5:µ1 ≤ µ2
Ha5 Penerapan model pembelajaran NHT efektif terhadap hasil belajar IPA
siswa kelas IV
Ha5: µ1> µ2
Ho6 Penerapan model pembelajaran Jigsaw tidak lebih efektif dari NHT terhadap
hasil belajar IPA siswa kelas IV
Ho6 : μ1 ≤ μ2
47
Ha6 Penerapan model pembelajaran Jigsaw lebih efektif dari NHT terhadap hasil
belajar IPA siswa kelas IV
Ha6 : μ1 > μ2
111
BAB 5
PENUTUP
Bagian penutup akan membahas mengenai kesimpulan hasil penelitian Pada
bagian ini akan dibahas mengenai simpulan dan saran. Berikut penjelasannya.
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian eksperimen yang telah dilaksanakan dan
pembahasan pada pembelajaran IPA materi Sumber Daya Alam dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan NHT pada siswa
kelas IV SDN 1 Kalitengah dan SDN 5 Gombong, dapat dikemukakan simpulan
sebagai berikut:
(1) Terdapat perbedaan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD pada materi Sumber
Daya Alam antara pembelajaran yang menggunakan model Jigsaw maupun
NHT dengan pembelajaran yang menggunakan model konvensional. Namun
tidak terdapat perbedaan signifikansi rata-rata hasil belajar IPA kelas IV
antara pembelajaran yang menggunakan model Jigsaw dengan pembelajaran
yang menggunakan model NHT.
(2) Penerapan model pembelajaran Jigsaw dan model pembelajaran NHT sama-
sama efektif terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN 1 Kalitengah dan
SDN 5 Gombong pada materi Sumber Daya Alam. Namun hasil belajar IPA
siswa kelas IV yang menerapkan model pembelajaran Jigsaw tidak lebih baik
daripada kelas yang menerapkan model pembelajaran NHT.
112
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian eksperimen yang telah dilaksanakan pada
pembelajaran IPA materi Sumber Daya Alam dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan NHT pada siswa kelas IV SDN 1
Kalitengah dan SDN 5 Gombong, penulis menyampaikan saran sebagai berikut:
(1) Guru hendaknya mempertimbangkan model pembelajaran yang hendak
diterapkan. Hal tersebut penting agar siswa lebih mudah dalam memahami
materi. Pemilihan model pembelajaran juga harus disesuaikan dengan materi,
kondisi siswa dan ketersediaan media maupun fasilitas yang ada di sekolah.
(2) Pemilihan model yang tepat pun tidak akan efektif jika dilakukan tanpa
persiapan yang matang. Sehingga guru hendaknya menguasai langkah-
langkah dari model pembelajaran yang akan digunakan. Guru juga harus
menjelaskan tata cara dan aturan dalam pelaksanaan suatu model
pembelajaran agar tidak terjadi salah paham antara guru dan siswa.
(3) Guru hendaknya mendorong siswa agar dapat berinteraksi dengan baik.
Beberapa siswa mungkin akan cenderung pasif saat berdiskusi. Sehingga
penggunaan model pembelajaran kooperatif harus diutamakan agar dapat
melatih siswa dalam berinteraksi dengan temannya. Hal tersebut juga dapat
melatih jiwa sosial siswa.
(4) Siswa harus melaksanakan tugas sesuai arahan dan bimbingan guru. Siswa
juga harus menjaga sikap dalam proses pembelajaran, terutama tidak
113
berbicara dengan teman saat mendapatkan penjelasan dari guru, sehingga
siswa mudah memahami apa yang disampaikan oleh guru.
(5) Siswa harus lebih berani dalam menyampaikan pertanyaan, jawaban, maupun
gagasan kepada guru maupun teman. Selain itu siswa seharusnya dapat
menghargai pendapat dari anggota kelompoknya. Setiap anggota kelompok
tentunya mempunyai pendapat yang berbeda-beda dalam diskusi.
(6) Sekolah hendaknya memberikan fasilitas dan kelengkapan yang mendukung
model pembelajaran kooperatif baik bagi guru maupun siswa. Fasilitas dan
kelengkapan yang dimaksud antara lain sumber belajar yang memadai, dan
buku-buku relevan yang dapat digunakan guru untuk lebih memahami
berbagai model pembelajaran kooperatif.
(7) Bagi penulis lanjutan yang ingin melakukan penelitian sejenis disarankan
untuk memperhatikan kelemahan-kelemahan model pembelajaran aktif tipe
Jigsaw dan NHT. Selain itu, penulis lanjutan perlu mengkaji lebih dalam
mengenai model pembelajaran Jigsaw dan NHT sehingga penelitian yang
dilakukan semakin lebih baik.
114
DAFTAR PUSTAKA
Al-salkhi, Mahmoud Jamal. 2015. The Effectiveness of Jigsaw Strategy on the
Achievement and Learning Motivation of the 7th Primary Grade Students
in the Islamic Education. Jurnal Penelitian. http://www.ijhssnet.com/
journals/Vol_5_No_4_April_2015/12.pdf. Diakses pada 15 Januari 2017.
Aqib, Zainal. 2010. Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran. Surabaya: Insan
Cendekia.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
------------. 2013. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Darmadi, Hamid. 2013. Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial. Bandung:
Alfabeta.
Darmawan, Deni. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Eldiana. 2014. Studi Komparasi Hasil Belajar Siswa Dengan Menerapkan Model
Koopratif Tipe Number Head Together (NHT) Dan Jigsaw Pada Mata
Pelajaran Matematika Kelas V SD N 03 Kota Bengkulu. Universitas
Bengkulu. http://repository.unib.ac.id/8800/1/I,II,III,II-14-eld.FK.pdf.
Diakses pada 15 Januari 2017.
Ghazali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS 19.
Semarang: Badan Penerbit UNDIP.
Hamdayana, Jumanta. 2014. Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan
Berkarakter. Bogor: Ghalia Indonesia.
Haryanto. 2012. Sains Untuk SD/MI Kelas IV. Jakarta: Erlangga.
Hastari, Marwinda. 2012. Penerapan Metode Numbered Heads Together (NHT)
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mata Diklat Teknik Penggunaan Suhu
Rendah Di SMK Negeri 1 Pandak. Universitas Negeri Yogyakarta.
http://eprints.uny.ac.id/20788/1/Marwinda%20Hastari%2009511242002.p
df. Diakses pada 15 Januari 2017.
Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad
21. Bogor. Ghalia Indonesia.
115
Huda, Miftahul. 2014. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Isjoni. 2010. Cooperative Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok.
Bandung: Alfabeta.
Jihad, Asep dan Abdul Haris. 2013. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi
Pressindo.
Khoirunnisa’, Hanifah. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw Berbantuan Media Visual untuk Meningkatkan Kualitas
Pembelajaran IPA Kelas IVB SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang.
Universitas Negeri Semarang. http://lib.unnes.ac.id/21735/1
/1401411277%2Ds.pdf. Diakses pada 17 Januari 2017.
Kurniasih, Imas & Berlin Sani. 2016. Ragam Pengembangan Model
Pembelajaran Untuk Peningkatan Profesionalitas guru. Jakarta: Kata
Pena.
Miaz, Yalvema. 2015. The Implementation Of Numbered HeadsTogether To
Improve The Students’ Achievement Of Social Sciences In Primary School.
Satate University of Padang. http://www.aensiweb.net/AENSIWEB/rjss/
rjss2015/November-%20December/40-45.pdf. Diakses pada 27 Januari
2017.
Munib, Achmad. 2012. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: UNNES PRESS.
Poppy dan Anggraeni. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam SD dan MI Kelas IV.
Jakarta: Pusat Perbukuan.
Pranata, Angga. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Pada Konsep Cahaya. Skripsi UIN
Syarif Hidayatulloh Jakarta. http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream
/123456789/24410/1/ANGGA%20PRANATA-FITK.pdf. Diakses pada 10
Januari 2017.
Pratiwi, Arumita. 2015. Studi Komparasi Strategi Pembelajaran Jigsaw Dan
Strategi Pembelajaran Everyone Is A Teacher Here Terhadap Hasil
Belajar Tematik Siswa Kelas V SDIT Nur Hidayah Surakarta Tahun
2014/2015. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
http://eprints.ums.ac.id/32923/15/02.%20NASKAH%20PUBLIKASI.pdf.
Diakses pada 05 Februari 2017.
Priansa, D.J. 2014. Kinerja Dan Profesionalisme Guru. Bandung: Alfabeta.
116
Priyatno, Duwi. 2010. Paham Analisis Statistik Data dengan SPSS. Jakarta:
MediaKom.
Riduwan. 2012. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan Dan Peneliti
Pemula. Bandung. Alfabeta.
Riduwan. 2013. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung.
Alfabeta.
Rifa’i, Achmad dan Chatarina Tri Anni. 2012. Psikologi Pendidikan. Semarang
Pusat Pengembangan MKU-MKDK UNNES 2012.
Septianawati, Evi. 2015. Peningkatan Kualitas Pembelajaran IIPA Menggunakan
Model Numbered Head Together (NHT) dengan Media CD Interaktif
Pada Siswa Kelas IV SDN Patemon 01 Semarang. Universitas Negeri
Semarang. http://lib.unnes.ac.id/21480/1/1401411179%2Ds.pdf. Diakses
pada 15 Januari 2017.
Shoimin, A. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Slameto. 2013. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka
Cipta.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung:
Alfabeta.
-----------. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung.
Alfabeta.
Sudjana, Nana. 2016. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Sulistyaningsih, Dwi. 2012. Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa
Melalui Metode Pembelajaran Jigsaw Berbantuan CD Pembelajaran
Materi Ekponen Kelas X. Jurnal Penelitian.
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=4483&val=426&title
=MENINGKATKAN%20HASIL%20BELAJAR%20MATEMATIKA%2
0SISWA%20MELALUI%20METODE%20PEMBELAJARAN%20JIGS
AW%20BERBANTUAN%20CD%20PEMBELAJARAN%20MATERI%
20EKSPONEN%20KELAS%20X. Diakses pada 10 Januari 2017.
117
Sulistyono, Heri dan Edi Wiyono. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD dan
MI Kelas IV. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidika Nasional.
Sumantri, Mulyani. 2014. Perkembangan Peserta Didik. Tangerang: Universitas
Terbuka.
Suprijono, Agus. 2012. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Susanto, Achmad. 2016. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.
Jakarta: Prenadamedia Group.
Thoifah, I’anatut. 2015. Statistika Pendidikan dan Metode Penelitian Kuantitatif.
Malang: Madani.
Trihendradi. 2013. Step By Step IBM SPSS 21: Analisis Data Statistik.
Yogyakarta: Andi.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor. 20 Tahun 2003. Online.
htttp://www.inherent-dikti.net/files/sisdiknas.pdf. Diakses pada 10 Januari
2017.
Wahidah, Nur. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Numbered Head Together
(NHT) Terhadap Minat dan Hasil Belajar IPA Biologi Siswa di MTs N
Maguwoharjo.http://digilib.uinsuka.ac.id/7300/1/BAB%20I,%20V,%20D
AFTAR%20PUSTAKA.pdf. Diakses pada 10 Januari 2017.
Widoyoko, Eko Putro. 2014. Penilaian Hasil Pembelajaran di Sekolah.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Wisudawati, Asih Widi & Eka sulistyowati. 2015. Metodologi Pembelajaran IPA.
Jakarta: Bumi Aksara.
Yonny, Acep dkk. 2010. Menyusun Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta.
Familia.