keefektifan model pembelajaran tipe nht dalam pembelajaran daur air...

85
KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE NHT DALAM PEMBELAJARAN DAUR AIR PADA SISWA KELAS V SDN PAGONGAN 1 KECAMATAN DUKUHTURI KABUPATEN TEGAL SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh Riski Pangestika 1401415358 JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2019

Upload: others

Post on 28-Jan-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • i

    KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE NHT

    DALAM PEMBELAJARAN DAUR AIR

    PADA SISWA KELAS V SDN PAGONGAN 1

    KECAMATAN DUKUHTURI

    KABUPATEN TEGAL

    SKRIPSI

    Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    Sarjana Pendidikan

    Oleh

    Riski Pangestika

    1401415358

    JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

    FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2019

  • ii

  • iii

  • iv

  • v

  • vi

    MOTO DAN PERSEMBAHAN

    MOTO

    1. “Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada

    berputus dari rahmat Allah melainkan orang orang yang kufur”. Harapan

    selalu ada bagi orang yang percaya, hadapi setiap tantangan dalam hidup

    dengan niat mencari ridho Nya, lakukan usaha semaksimal mungkin sesuai

    kemampuan disertai dengan doa (QS Yusuf : 87).

    2. Akan ada masa dalam hidupmu ketika orang berkata kamu tidak dapat

    melakukannya. Dan akan ada masa dalam hidupmu, ketika orang lain berkata

    kamu tidak dapat menggapai impian dalam hidupmu. Inilah yang aku katakan

    pada mereka “Never Say Never” (Justin Bieber).

    3. Sukses tidaklah selamanya dan kegagalan bukan berarti hal yang fatal (Don

    Shula).

    PERSEMBAHAN

    Skripsi ini peneliti persembahkan kepada :

    1. Kedua orangtua, Ibu Sri Mulyani dan Bapak Gunadi.

    2. Suami Febri Fransista dan anak Mikhael Abrisam Putra Fransista.

    3. Keluarga besar.

  • vii

    ABSTRAK

    Pangestika, Riski. 2019. Keefektifan Model Pembelajaran Tipe NHT dalam

    Pembelajaran Daur Air pada Siswa Kelas V SDN Pagongan 1 Kecamatan

    Dukuhturi Kabupaten Tegal. Sarjana Pendidikan. Universitas Negeri

    Semarang. Dosen Pembimbing: Mur Fatimah, S.Pd.,M.Pd. 382.

    Kata Kunci: Hasil Belajar, Motivasi Belajar, Model Tipe NHT.

    Penelitian ini dilatarbelakangi rendahnya motivasi dan hasil belajar siswa

    pada mata pelajaran IPA. Pelaksanaan pembelajaran IPA masih monoton, guru

    jarang melakukan praktik dan sering menggunakan metode konvensional seperti

    ceramah, sehingga siswa merasa bosan dan cenderung pasif. Dalam hal motivasi

    siswa sangat kurang antusias dan kesiapan belajarnya juga kurang. Di kelas VB

    guru sudah pernah menggunakan metode diskusi, namun masih banyak siswa

    yang kebingungan, sedangkan di kelas VA yang belum pernah melakukan metode

    diskusi, guru lebih sering menggunakan metode ceramah dan media gambar

    dalam pembelajaran IPA. Keadaan demikian mendorong peneliti untuk mencari

    alternatif dalam membelajarkan IPA melalui model pembelajaran tipe NHT.

    Tujuan penelitian ini untuk menguji keefektifan model pembelajaran tipe NHT

    ditinjau dari motivasi dan hasil belajar IPA di kelas V.

    Desain penelitian ini menggunakan Nonequivalent Control Group Design.

    Populasi dalam penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri Pagongan 01 tahun

    pelajaran 2018/2019 yang berjumlah 46 siswa terdiri dari kelas VA dan VB.

    Sampel penelitian ini yaitu semua anggota populasi. Kelas VA sebagai kelas

    kontrol dan kelas VB sebagai kelas eksperimen, uji coba instrumen dilakukan di

    kelas V SD Negeri Lawatan 01. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini

    meliputi wawancara, dokumentasi, observasi, tes, dan angket. Teknik analisis data

    menggunakan uji prasyarat analisis, meliputi uji normalitas dan homogenitas, dan

    uji hipotesis. Uji hipotesis penelitian ini menggunakan independent samples t test

    dan one samples t test.

    Hasil penelitian uji hipotesis motivasi belajar siswa dengan perhitungan

    menggunakan rumus independent samples t test menunjukkan bahwa, thitung > ttabel (6,210>2,015), sehingga H01 ditolak. Hasil uji hipotesis hasil belajar

    menggunakan rumus independent samples t test menunjukkan bahwa thitung > ttabel (2,390 > 2,015) sehingga H02 ditolak. Perhitungan uji keefektifan motivasi belajar

    menggunakan uji one samples t test menunjukkan bahwa, thitung > ttabel (8,003 >

    2,074), sehingga H03 ditolak. Perhitungan uji keefektifan hasil belajar

    menggunakan uji one samples t test menunjukkan bahwa, thitung > ttabel (3,228 >

    2,074), sehingga H04 ditolak. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa

    penerapan model pembelajaran tipe NHT efektif ditinjau dari motivasi dan hasil

    belajar IPA materi daur air pada siswa kelas V. Disarankan, guru hendaknya

    mengunakan model pembelajaran tipe NHT karena terbukti efektif dalam motivasi

    dan hasil belajar siswa.

  • viii

    PRAKATA

    Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

    melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan

    skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Pembelajaran Tipe NHT dalam

    Pembelajaran Daur Air pada Siswa Kelas V SDN Pagongan 1 Kecamatan

    Dukuhturi Kabupaten Tegal”. Peneliti menyadari bahwa dalam melaksanakan

    kegiatan penelitian dan penyusunan skripsi ini, tidak lepas dari bantuan dan

    bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti

    mengucapkan terima kasih kepada:

    1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang

    yang telah memberi kesempatan kepada peneliti untuk belajar di Universitas

    Negeri Semarang.

    2. Dr. Achmad Rifai, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

    Negeri Semarang yang telah mengizinkan dan mendukung dalam penyusunan

    skripsi ini.

    3. Drs. Isa Ansori, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

    Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang telah memberi

    kesempatan untuk memaparkan gagasan dalam bentuk skripsi ini.

    4. Drs. Utoyo, M.Pd., Koordinator PGSD UPP Tegal Fakultas Ilmu Pendidikan

    Universitas Negeri Semarang yang telah mengizinkan untuk melakukan

    penelitian dan mendukung penyusunan skripsi ini.

    5. Mur Fatimah, S.Pd.,M.Pd., dosen pembimbing yang telah membimbing,

    memotivasi, dan menyarankan dalam penyusunan skripsi.

    6. Drs. Teguh Supriyanto, M.Pd penguji utama dan Drs. Suwandi, M.Pd.,

    penguji satu yang telah memberi masukan pada peneliti.

    7. Dosen Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar UPP Tegal Fakultas Ilmu

    Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang telah membekali peneliti

    dengan ilmu pengetahuan.

    8. Staf Tendik PGSD UPP Tegal Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES yang telah

    membantu dalam hal administrasi.

  • ix

    9. Tri Mujiasih, M.Pd., Kepala SD Negeri Pagongan 01 Kabupaten Tegal dan

    Drs. Suhato., Kepala SD Negeri Lawatan 01 Kabupaten Tegal yang telah

    mengijinkan peneliti untuk melaksanakan penelitian.

    10. Sodikin, S.Pd., guru kelas VA dan Tri Susanto, S.Pd., guru kelas VB SD

    Negeri Pagongan 01 Kabupaten Tegal, serta guru kelas VA Ekowati Roso

    Marheni, S.Pd., dan Evi Listiana S.Pd., guru kelas VB SD Negeri Lawatan

    01 Kabupaten Tegal yang telah membantu peneliti melaksanakan penelitian.

    11. Siswa kelas V SD Negeri Pagongan 01 Kabupaten Tegal yang telah turut

    berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian.

    12. Teman-teman mahasiswa UNNES PGSD UPP Tegal angkatan 2015 yang

    memberikan dukungan dan doa dalam penyusunan skripsi.

    Semoga semua pihak yang telah membantu peneliti dalam penyusunan skripsi ini

    mendapatkan balasan pahala dari Allah SWT. Peneliti berharap skripsi ini dapat

    bermanfaat bagi para pembaca.

    Tegal, 28 Juni 2019

    Peneliti

  • x

    DAFTAR ISI

    Halaman

    PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... ii

    PENGESAHAN .............................................................................................. iii

    PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...................................................... iv

    SURAT PERNYATAAN PENGGUNAAN REFERENSI DAN SITASI ..... v

    MOTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................... vi

    ABSTRAK ...................................................................................................... vii

    PRAKATA ...................................................................................................... viii

    DAFTAR ISI ................................................................................................... x

    DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii

    DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv

    DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvi

    BAB

    1. PENDAHULUAN ................................................................................... 1

    1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................... 1

    1.2 Identifikasi Masalah ........................................................................ . 11

    1.3 Pembatasan Masalah dan Paradigma Penelitian ............................... 11

    1.3.1 Pembatasan Masalah ........................................................................ 11

    1.3.2 Paradigma Penelitian ....................................................................... 12

    1.4 Rumusan Masalah ............................................................................. 13

    1.5 Tujuan Penelitian .............................................................................. 14

    1.5.1 Tujuan Umum ... ............................................................................... 14

    1.5.2 Tujuan Khusus ........................................................ ......................... 14

    1.6 Manfaat Penelitian ............................................................ ............... 15

    1.6.1 Manfaat Teoritis ................................................................................ 15

    1.6.2 Manfaat Praktis ................................................................................. 15

    2. KAJIAN PUSTAKA ........................................................................ 17

    2.1 Kajian Teori ...................................................................................... 17

    2.1.1 Pengertian Belajar ............................................................................. 17

  • xi

    2.1.2 Pengertian Pembelajaran ................................................................... 19

    2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar ...................................... 21

    2.1.4 Hasil Belajar Siswa ........................................................................... 23

    2.1.5 Motivasi Belajar Siswa ..................................................................... 25

    2.1.6 Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ................................................... 27

    2.1.7 Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ................................................. 30

    2.1.8 Model Pembelajaran Kooperatif ....................................................... 32

    2.1.9 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT ..................................... 35

    2.1.10 Penerapan Model Pembelajaran Tipe NHT pada Pembelajaran

    Daur Air ...................................................................................... 38

    2.2 Kajian Empiris .................................................................................. 39

    2.3 Kerangka Berpikir ............................................................................. 52

    2.4 Hipotesis Penelitian .......................................................................... 55

    3. METODE PENELITIAN ................................................................ 57

    3.1 Desain Penelitian .............................................................................. 57

    3.2 Desain Eksperimen ........................................................................... 58

    3.3 Waktu dan Tempat Penelitian .......................................................... . 59

    3.4 Populasi dan Sampel ......................................................................... 60

    3.4.1 Populasi ............................................................................................. 60

    3.4.2 Sampel ............................................................................................... 61

    3.5 Variabel Penelitian ........................................................................... 62

    3.6 Definisi Operasional Variabel .......................................................... 63

    3.6.1 Model Pembelajaran Tipe NHT ........................................................ 63

    3.6.2 Motivasi Belajar ................................................................................ 64

    3.6.3 Hasil Belajar ...................................................................................... 65

    3.7 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ........................................ 65

    3.7.1 Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 65

    3.7.2 Instrumen Penelitian ......................................................................... 67

    3.8 Uji Persyaratan .................................................................................. 79

    3.8.1 Uji Normalitas ................................................................................... 80

    3.8.2 Uji Homogenitas ............................................................................... 80

  • xii

    3.9 Teknik Analisis Data ......................................................................... 80

    3.9.1 Analisis Deskriptif Data .................................................................... 81

    3.9.2 Analisis Akhir .................................................................................. 82

    4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 85

    4.1 Hasil Penelitian ................................................................................. 85

    4.1.1 Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran ................................................ 86

    4.1.2 Analisis Deskriptif Data Penelitian ................................................... 94

    4.1.3 Analisis Statistik Data Hasil Penelitian ............................................ 108

    4.2 Pembahasan ....................................................................................... 119

    4.2.1 Perbedaan Penerapan Model Pembelajaran Tipe NHT dan Model

    Konvensional Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa ......................... 119

    4.2.2 Perbedaan Penerapan Model Pembelajaran Tipe NHT dan Model

    Konvensional Ditinjau dari Hasil Belajar Siswa .............................. 122

    4.2.3 Penerapan Model Pembelajaran Tipe NHT Lebih Tinggi dari

    Model Konvensional Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa ............. 123

    4.2.4 Penerapan Model Pembelajaran Tipe NHT Lebih Tinggi dari

    Model Konvensional Ditinjau dari Hasil Belajar Siswa ................... 126

    4.3 Implikasi Penelitian .......................................................................... 127

    5. PENUTUP ........................................................................................ 129

    5.1 Simpulan ........................................................................................... 129

    5.2 Saran ................................................................................................. 131

    5.2.1 Bagi Guru .......................................................................................... 131

    5.2.2 Bagi Sekolah ..................................................................................... 132

    5.2.3 Bagi Peneliti Lanjutan ....................................................................... 132

    DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 133

    LAMPIRAN .................................................................................................... 140

  • xiii

    DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    1.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif ............................... 34

    3.1 Jumlah Siswa SDN Pagongan 1 ............................................................. 61

    3.2 Kriteria Persentase Motivasi Belajar ..................................................... 69

    3.3 Rekapitulasi Uji Validitas Angket Motivasi Uji Coba .......................... 72

    3.4 Rekapitulasi Uji Validitas Soal Uji Coba .............................................. 74

    3.5 Data Hasil Reliabilitas Instrumen Uji Coba Motivasi Belajar Siswa .... 75

    3.6 Data Hasil Reliabilitas Instrumen Uji Coba Hasil Belajar Siswa .......... 75

    3.7 Kategori Taraf Kesukaran Soal .............................................................. 76

    3.8 Analisis Tingkat Kesukaran Soal............................................................ 77

    3.9 Kriteria Pembanding Daya Beda Soal ................................................... 78

    3.10 Analisis Daya Beda Soal ....................................................................... 79

    3.11 Klasifikasi Gain (g) ............................................................................... 84

    4.1 Rekapitulasi Hasil Pengamatan Pembelajaran Kelas Eksperimen ........ 95

    4.2 Rekapitulasi Hasil Pengamatan Pembelajaran Kelas Kontrol ............... 96

    4.3 Deskripsi Data Tes Awal Motivasi Belajar ........................................... 98

    4.4 Distribusi Frekuensi Nilai Tes Awal Motivasi Belajar .......................... 98

    4.5 Deskripsi Data Nilai Tes Awal Hasil Belajar ........................................ 99

    4.6 Distribusi Frekuensi Nilai Tes Awal Hasil Belajar ............................... 99

    4.7 Deskripsi Data Tes Akhir Motivasi Belajar ......................................... 100

    4.8 Kriteria Nilai Three Box Method ........................................................... 102

    4.9 Indeks Motivasi Belajar Siswa Kelas Eksperimen ................................ 103

    4.10 Indeks Variabel Motivasi Belajar Kelas Kontrol ................................... 106

    4.11 Deskripsi Data Nilai Tes Akhir Hasil Belajar ...................................... 107

    4.12 Distribusi Frekuensi Nilai Tes Akhir Hasil Belajar .............................. 107

    4.13 Hasil Uji Normalitas Data Motivasi Belajar Siswa .............................. 108

    4.14 Hasil Uji Normalitas Hasil Belajar Siswa ............................................. 109

    4.15 Hasil Uji Homogenitas Motivasi Belajar Siswa .................................... 110

    4.16 Hasil Uji Homogenitas Hasil Belajar Siswa .......................................... 111

  • xiv

    4.17 Hasil Uji Hipotesis Perbedaan Motivasi Belajar Siswa ......................... 113

    4.18 Hasil Uji Perbedaan Nilai Tes Akhir ..................................................... 115

    4.19 Hasil Uji Keefektifan Motivasi Belajar ................................................. 116

    4.20 Hasil Uji Keefektifan Hasil Belajar ....................................................... 118

  • xv

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar Halaman

    1.1 Bagan Paradigma Penelitian Sederhana ................................................. 12

    2.1 Bagan Kerangka Berpikir ...................................................................... 54

    3.1 Nonequivalent Control Grup Design ..................................................... 58

  • xvi

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran Halaman

    1. Daftar Nama dan Nilai UAS Siswa 5A (Kelas Eksperimen) ..................... 141

    2. Daftar Nama dan Nilai UAS Siswa 5B (Kelas Kontrol) ............................ 142

    3. Daftar Nama Kelas 5 (Kelas Uji Coba) ...................................................... 143

    4. Uji Prasyarat Analisis Nilai UAS ............................................................... 144

    5. Pedoman Wawancara Tidak Terstruktur .................................................... 146

    6. Pedoman Penelitian .................................................................................... 148

    7. Daftar Cocok Data Dokumen ..................................................................... 149

    8. Silabus Pembelajaran ................................................................................. 150

    9. Silabus Pengembangan Pembelajaran Kelas Eksperimen Ke-1 ................. 152

    10. Silabus Pengembangan Pembelajaran Kelas Eksperimen Ke-2 ................. 154

    11. Silabus Pengembangan Pembelajaran Kelas Eksperimen Ke-3 ................. 156

    12. Silabus Pengembangan Pembelajaran Kelas Eksperimen Ke-4 ................. 158

    13. Silabus Pengembangan Pembelajaran Kelas Kontrol Ke-1 ....................... 160

    14. Silabus Pengembangan Pembelajaran Kelas Kontrol Ke-2 ....................... 162

    15. Silabus Pengembangan Pembelajaran Kelas Kontrol Ke-3 ....................... 164

    16. Silabus Pengembangan Pembelajaran Kelas Kontrol Ke-4 ....................... 166

    17. RPP Kelas Eksperimen Pertemuan 1 .......................................................... 168

    18. RPP Kelas Eksperimen Pertemuan 2 .......................................................... 179

    19. RPP Kelas Eksperimen Pertemuan 3 .......................................................... 190

    20. RPP Kelas Eksperimen Pertemuan 4 .......................................................... 202

    21. RPP Kelas Kontrol Pertemuan 1 ................................................................ 212

    22. RPP Kelas Kontrol Pertemuan 2 ................................................................ 223

    23. RPP Kelas Kontrol Pertemuan 3 ................................................................ 234

    24. RPP Kelas Kontrol Pertemuan 4 ................................................................ 245

    25. Kisi-kisi Soal Uji Coba IPA ....................................................................... 255

    26. Soal Uji Coba ............................................................................................. 258

    27. Kunci Jawaban Soal Uji Coba .................................................................... 263

    28. Kisi-kisi Uji Coba Angket Motivasi Belajar IPA ....................................... 264

  • xvii

    29. Angket Uji Coba Motivasi Belajar IPA ..................................................... 265

    30. Lembar Validitas Angket Motivasi Oleh Penilai Ahli I ............................. 269

    31. Lembar Validitas Angket Motivasi Oleh Penilai Ahli II ........................... 274

    32. Lembar Validitas Soal Objektif Oleh Penilai Ahli I .................................. 279

    33. Lembar Validitas Soal Objektif Oleh Penilai Ahli II ................................. 284

    34. Tabulasi Nilai Uji Coba Hasil Belajar ........................................................ 289

    35. Tabulasi Nilai Uji Coba Angket Motivasi Belajar ..................................... 293

    36. Hasil Uji Validitas Angket Motivasi Uji Coba .......................................... 298

    37. Output Uji Reliabilitas Angket Motivasi Uji Coba .................................... 299

    38. Hasil Uji Validitas Soal Uji Coba .............................................................. 301

    39. Output Uji Reliabilitas Soal Uji Coba ........................................................ 302

    40. Hasil Penghitungan Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba ............................. 304

    41. Hasil Penghitungan Daya Beda Soal Uji Coba .......................................... 305

    42. Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar IPA Siswa ............................................ 306

    43. Angket Motivasi Belajar IPA ..................................................................... 307

    44. Kisi-kisi Soal Tes IPA ............................................................................... 310

    45. Soal Tes IPA ............................................................................................... 312

    46. Daftar Nilai Tes Awal Angket Motivasi Belajar Kelas Eksperimen .......... 316

    47. Daftar Nilai Tes Awal Angket Motivasi Belajar Kelas Kontrol ................ 317

    48. Uji Statistik Nilai Tes Awal Angket Motivasi Belajar IPA ....................... 318

    49. Daftar Nilai Tes Awal Hasil Belajar Kelas Eksperimen ............................ 319

    50. Daftar Nilai Tes Awal Hasil Belajar Kelas Kontrol ................................... 320

    51. Uji Statistik Nilai Tes Awal Hasil Belajar IPA .......................................... 321

    52. Daftar Nilai Tes Akhir Angket Motivasi Belajar Kelas Eksperimen ......... 322

    53. Daftar Nilai Tes Akhir Angket Motivasi Belajar Kelas Kontrol ................ 323

    54. Output Uji Normalitas dan Homogenitas Data Motivasi Belajar Siswa .... 324

    55. Output Uji Perbedaan dan Keefektifan Data Motivasi Belajar Siswa ........ 325

    56. Daftar Nilai Tes Akhir Hasil Belajar Kelas Eksperimen ........................... 327

    57. Daftar Nilai Tes Akhir Hasil Belajar Kelas Kontrol .................................. 328

    58. Output Uji Normalitas dan Homogenitas Data Hasil Belajar Siswa .......... 329

    59. Output Uji Perbedaan dan Keefektifan Data Hasil Belajar Siswa ............. 330

  • xviii

    60. Deskriptor Pedoman Pelaksanaan Model Pembelajaran Tipe NHT .......... 332

    61. Lembar Pengamatan Model Pembelajaran Tipe NHT Pertemuan Ke-1 .... 334

    62. Lembar Pengamatan Model Pembelajaran Tipe NHT Pertemuan Ke-2 .... 335

    63. Lembar Pengamatan Model Pembelajaran Tipe NHT Pertemuan Ke-3 .... 336

    64. Lembar Pengamatan Model Pembelajaran Tipe NHT Pertemuan Ke-4 .... 337

    65. Rekapitulasi Hasil Pengamatan Pembelajaran di Kelas Eksperimen ......... 338

    66. Deskriptor Pedoman Observasi Pelaksanaan Model Konvensional ........... 339

    67. Lembar Pengamatan Model Konvensional Pertemuan Ke-1 ..................... 341

    68. Lembar Pengamatan Model Konvensional Pertemuan Ke-2 ..................... 342

    69. Lembar Pengamatan Model Konvensional Pertemuan Ke-3 ..................... 343

    70. Lembar Pengamatan Model Konvensional Pertemuan Ke-4 ..................... 344

    71. Rekapitulasi Hasil Pengamatan Pembelajaran di Kelas Kontrol ................ 345

    72. Daftar Sitasi Jurnal .................................................................................... 346

    73. Foto Pelaksanaan Uji Coba Angket Motivasi ............................................ 351

    74. Foto Pelaksanaan Uji Coba Model Pembelajaran Tipe NHT dan Soal ...... 352

    75. Foto Pelaksanaan Pretest Angket dan Soal ................................................ 354

    76. Foto Pelaksanaan Penelitian Kelas Eksperimen ......................................... 355

    77. Foto Pelaksanaan Penelitian Kelas Kontrol ............................................... 357

    78. Foto Pelaksanaan Postest Angket dan Soal ................................................ 359

    79. Surat Pengantar Ijin Penelitian ................................................................... 360

    80. Surat Ijin Penelitian KESBANGPOL ......................................................... 361

    81. Surat Ijin Penelitian BAPPEDA ................................................................. 362

    82. Surat Bukti Penelitian ................................................................................. 363

    83. Surat Bukti Uji Coba Instrumen ................................................................. 364

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Pada bagian pendahuluan, dijelaskan mengenai latar belakang masalah,

    identifikasi masalah, paradigma masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah,

    tujuan penelitian dan manfaat penelitian.

    `

    1.1 Latar Belakang Masalah

    Pendidikan adalah hal terpenting bagi kehidupan manusia, karena

    pendidikan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kemajuan suatu bangsa.

    Pendidikan mengemban tugas menghasilkan generasi yang baik, manusia yang

    berkebudayaan, dan manusia yang memiliki kepribadian yang baik dalam

    mewujudkan kehidupan yang lebih baik (Munib, Budiyono, & Suryana 2015:32).

    Oleh karena itu, dalam meningkatkan dan menyempurnakan pendidikan

    diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, mandiri, beriman,

    bertakwa dan bertanggung jawab. Seperti yang dijabarkan dalam Undang-Undang

    Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

    Bab II pasal 3:

    Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

    membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam

    rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

    berkembangnya potensi perserta didik agar menjadi manusia yang

    beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

    sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

    demokratis serta bertanggung jawab.

  • 2

    Lam

    piran

    22

    Lam

    piran

    22

    Dalam rangka mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan nasional

    seperti yang tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

    Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab VI Pasal 13 (1), maka

    pendidikan di Indonesia dilaksanakan melalui tiga jalur yang secara lengkap

    berbunyi: “Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan

    informal yang saling dapat melengkapi dan memperkaya”. Pendidikan adalah

    bantuan yang diberikan dengan sengaja kepada peserta didik maupun seseorang

    dalam pertumbuhan jasmani serta rohaninya untuk mencapai tingkat dewasa.

    Dalam pengertian khusus, pendidikan merupakan bimbingan dari orang dewasa

    kepada anak yang belum dewasa dalam mencapai kedewasaan dalam cakupan

    yang luas (Munib, Budiyono, & Suryana 2015:32). Jadi yang menjadi tujuan

    pendidikan ialah kedewasaan. Kedewasaan memiliki banyak indikator antara lain,

    manusia yang mandiri, bertanggung jawab, mampu memahami norma-norma serta

    moral dalam kehidupan dan sanggup untuk menjalankan norma tersebut.

    Pendidikan berlangsung sepanjang hayat manusia, dimulai sebelum manusia lahir

    dan berlangsung sampai manusia meninggal dunia. Dalam Undang-Undang

    Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Nomor 20 tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 Ayat

    1 menyebutkan:

    Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

    belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

    mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

    keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

    serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan

    negara.

    Berdasarkan isi Undang-Undang diatas, pendidikan diartikan sebagai

    usaha manusia untuk mengembangkan kemampuannya agar menjadi pribadi yang

  • 3

    Lam

    piran

    22

    Lam

    piran

    22

    dapat mengembangkan potensi diri yang berlangsung sepanjang hayat. Proses

    pendidikan harus diatur agar pendidikan yang dilaksanakan menjadi bermakna,

    berkualitas, dan menarik perhatian siswa. Pendidikan yang berkualitas adalah

    sarana untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Pendidikan mempunyai misi

    mengembangkan potensi siswa agar menjadi generasi yang cerdas, bermoral baik

    dan berbudi luhur sesuai dengan jati diri bangsa. Melalui pendidikan siswa dapat

    belajar mengenai berbagai hal untuk mengembangkan diri secara optimal.

    Potensi siswa dapat dikembangkan melalui tenaga yang berkompeten,

    yaitu guru. Guru sebagai tokoh yang berpengaruh bagi siswa untuk mencapai

    tujuan belajarnya. Guru menjadi orang tua kedua bagi siswa di sekolah,

    diharapkan dapat membantu siswa agar memiliki kepribadian yang baik sehingga

    menjadi generasi yang unggul. Generasi yang unggul akan menjadi pilar suatu

    bangsa sehingga menjadi bangsa yang bermartabat.

    Mendidik siswa agar belajar dari kehidupan yang telah ditanamkan oleh

    guru merupakan tugas utama dari seorang guru (Munib, Budiyono, & Suryana

    2015:49). Pada kenyataannya guru tidak hanya memberikan ilmu namun harus

    memberikan pendidikan yang luas kepada siswa. Guru juga bertugas sebagai

    fasilitator, pengelola kelas, demonstrator, mediator, serta sebagai evaluator. Guru

    sebagai komponen penting dalam dunia pendidikan memiliki banyak peran yang

    harus diaplikasikan dalam proses belajar mengajar. Apabila peran tersebut dapat

    dilaksanakan dengan baik maka tujuan pembelajaran akan tercapai secara optimal.

    Sudah seharusnya guru mampu menciptakan pembelajaran yang efektif bagi

    siswa. Salah satunya yaitu dengan berkreativitas dan berinovasi menggunakan

  • 4

    Lam

    piran

    22

    Lam

    piran

    22

    model pembelajaran yang efektif dan menarik. Kemampuan guru dalam

    menggunakan model pembelajaran yang bervariasi dapat memotivasi siswa

    sehingga siswa menjadi aktif dalam proses pembelajaran.

    Keberhasilan siswa dapat tergantung pada kemahiran untuk belajar dan

    memonitor cara belajar mereka sendiri (Trianto, 2011:143). Motivasi dapat

    mendorong mental seseorang untuk melakukan sesuatu, salah satunya dorongan

    untuk belajar, baik dari dalam dirinya maupun dari luar. Tingkat berhasil atau

    gagal belajarnya seorang siswa ditentukan oleh motivasi, belajar tanpa motivasi

    akan menurunkan tingkat keberhasilan itu sendiri (Hamalik, 2013:161). Motivasi

    sangat diperlukan dalam proses belajar, karena jika orang tidak punya motivasi

    dalam belajar, dia tidak akan melakukan aktivitas belajar sekalipun merasa

    memerlukannya (Djamarah, 2011:148). Dari pendapat para ahli kita dapat

    mengetahui seberapa pentingnya motivasi dalam belajar. Siswa memerlukan

    pembinaan untuk berperan aktif dalam pembelajaran. Proses belajar yang kreatif

    dari guru akan memacu siswa lebih bersemangat dalam belajar.

    Rasa keingintahuan siswa yang tinggi, terkadang terbentur oleh sikap

    malu dan kurang berani untuk bertanya. Mereka lebih memilih untuk diam dan

    berusaha mengabaikan keingintahuanya. Berdasarkan hal tersebut, guru

    mempunyai tugas untuk mengarahkan siswa agar tidak merasa malu dan

    canggung. Oleh sebab itu guru harus menggunakan model yang lebih menarik

    perhatian agar dapat menstimulasi siswa lebih aktif dan mau berpendapat. Pada

    kenyataannya masih banyak guru yang belum menggunakan model pembelajaran

    yang bervariatif. Guru cenderung menggunakan metode ceramah dalam

  • 5

    Lam

    piran

    22

    Lam

    piran

    22

    pembelajaran. Metode tersebut cenderung membuat siswa hanya terfokus kepada

    guru, sehingga siswa hanya dapat mencatat dan mendengarkan tanpa banyak

    beraktivitas. Hal inilah yang membuat siswa merasa bosan dan kurang

    bersemangat. Metode ceramah dapat menimbulkan kejenuhan, menimbulkan

    verbalisme, tidak merangsang perkembangan kreativitas peserta didik dan

    prosesnya satu arah yaitu dari guru ke siswa (Setijowati, 2016:37).

    Penerapan metode ceramah lebih mengacu pada pembelajaran yang tidak

    berpusat pada siswa dan monoton, yang mengakibatkan rasa ingin tahu siswa

    rendah. Metode mengajar yang baik haruslah membangkitkan rasa ingin tahu

    siswa lebih jauh terhadap materi pelajaran (Anitah (2011:5.5). Pembelajaran harus

    melibatkan siswa untuk ikut aktif. Keterlibatan siswa akan membuat pembelajaran

    lebih bermakna.

    Penggunaan metode yang kurang efektif akan mengakibatkan kurangnya

    hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak

    setelah melalui kegiatan belajar. Hasil belajar yang dicapai oleh siswa merupakan

    hasil interaksi antara berbagai faktor. Guru harus pintar dalam membelajarkan

    siswa agar hasil yang diperoleh dapat maksimal. Apabila hasil belajar siswa

    kurang maka sebagai pendidik harus mengetahui faktor apa yang

    mempengaruhinya. Ada tiga komponen pembelajaran yaitu tujuan, model dan

    evaluasi (Subiyanto (1990) dalam Trianto, 2011:129).

    Penggunaan model pembelajaran yang efektif berlaku untuk semua mata

    pelajaran di sekolah dasar, termasuk mata pelajaran IPA. Ilmu pengetahuan alam

    merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di

  • 6

    Lam

    piran

    22

    Lam

    piran

    22

    Indonesia. Proses pembelajaran yang terjadi selama ini kurang mampu

    mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik. Pembelajaran di sekolah

    dasar masih banyak yang dilaksanakan secara kovensional. Para guru belum

    sepenuhnya melaksanakan pembelajaran secara aktif dan kreatif dalam melibatkan

    siswa serta belum menggunakan berbagai model pembelajaran yang bervariasi

    berdasarkan karakter materi pelajaran. Salah satu penyebab utama kelemahan

    pembelajaran adalah guru tidak melakukan kegiatan pembelajaran dengan

    memfokuskan pada pengembangan keterampilan proses sains anak seperti dalam

    penilaian hanya memfokuskan pada penguasaan konsep anak saja (Susanto,

    2016:166). Hal tersebut menyebabkan kegiatan pembelajaran dilakukan hanya

    terpusat pada penyampaian materi dalam buku teks saja.

    Pada mata pelajaran IPA akan lebih efektif apabila guru menggunakan

    model yang bervariasi sebagai penunjang pembelajaran. IPA adalah mata

    pelajaran yang berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam dan IPA juga

    membantu untuk berfikir logis terhadap kejadian sehari-hari. Sikap siswa yang

    selalu ingin tahu dan tertarik untuk mendapatkan sesuatu yang baru mengharuskan

    guru untuk lebih kritis dalam menyikapinya. Dengan melihat permasalahan yang

    terjadi, maka guru harus memberikan motivasi-motivasi sehingga membangkitkan

    dan meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Dalam hal ini

    guru harus mencari model pembelajaran yang efektif dan menyenangkan,

    sehingga siswa tertarik dalam pembelajaran IPA.

    Model pembelajaran merupakan perencanaan yang digunakan guru

    sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas (Trianto, 2014:51).

  • 7

    Lam

    piran

    22

    Lam

    piran

    22

    Siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran karena diarahkan oleh sebuah model

    pembelajaran (Joyce (1992) dalam Trianto, 2011:5). Fungsi model pembelajaran

    yaitu sebagai pedoman bagi perancang pengajar dan guru dalam melaksanakan

    pembelajaran. Ada enam macam model pengajaran yang sering digunakan guru

    dalam mengajar yaitu presentasi, pengajaran langsung, pengajaran konsep,

    pembelajaran kooperatif, pengajaran berdasarkan masalah dan diskusi kelas

    (Arends (2001) dalam Trianto, 2014:53).

    Pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang

    berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain

    atas tugas-tugas bersama, dan melalui belajar kooperatif siswa dapat belajar saling

    menghargai satu sama lain. Manfaat lain yang di dapat siswa adalah mereka dapat

    berinteraksi dengan teman-teman dalam kelompoknya serta mendorong siswa

    berani mengemukakan pendapatnya. Salah satu hal terpenting dalam pembelajaran

    adalah bagaimana pembelajaran itu dapat bermakna bagi siswa, mengajarkan

    banyak hal tidak hanya tentang isi materi yang di sampaikan guru. Pembelajaran

    kooperatif merupakan strategi pengajaran secara berkelompok yang melibatkan

    siswa dalam bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama (Eggen

    & Kauchak (1996) dalam Trianto, 2011:42)

    Model pembelajaran kooperatif dapat digunakan dalam pembelajaran

    IPA karena menyenangkan dan dapat memotivasi siswa untuk lebih aktif di dalam

    pembelajaran. Salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yaitu NHT. Salah

    satu pembelajaran kooperatif yaitu NHT yang di rancang untuk mempengaruhi

    pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional

  • 8

    Lam

    piran

    22

    Lam

    piran

    22

    (Trianto, 2011:62). Model ini dapat dijadikan alternatif variasi model pembelajran

    dengan membentuk kelompok heterogen, setiap kelompok beranggotakan 3-5

    siswa, setiap anggota memiliki satu nomor, kemudian guru mengajukan

    pertanyaan untuk didiskusikan bersama dalam kelompok dengan menunjuk salah

    satu nomor untuk mewakili kelompok, guru harus memastikan bahwa pertanyaan

    yang diajukan kepada siswa dapat membuat siswa berfikir bersama dalam

    menemukan jawaban (Kurniasih & Sani, 2015:29).

    NHT pertama kali dikembangkan oleh Kagen [Sic] (1993) yang

    bertujuan untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang

    tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi

    pelajaran yang telah mereka terima dari guru (Trianto, 2011:62). Dalam

    penggunaan model ini maka pembelajaran akan terpusat kepada siswa, dan siswa

    juga termotivasi untuk berpartisipasi aktif untuk mencoba dan melakukan sendiri

    hal yang sedang dipelajari. NHT memberikan kesempatan kepada siswa untuk

    saling sharing ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat agar

    siswa tidak sulit dalam bersosialisasi dengan teman-temannya (Huda, 2014:138).

    Model ini dapat meningkatkan semangat kerja sama siswa. Cara ini menjamin

    keterlibatan total semua siswa dalam meningkatkan tanggung jawab individual

    dalam diskusi kelompok. Oleh karena itu, model pembelajaran kooperatif tipe

    NHT sesuai di aplikasikan dalam pembelajaran IPA dengan materi Daur Air.

    Beberapa penelitian yang telah dilakukan terhadap masalah tersebut

    diantaranya yaitu oleh Andriyani, Susilowati, & Mulyani (vol.4 hal.57-64 no.2

    tahun 2015) yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Numbered Heads

  • 9

    Lam

    piran

    22

    Lam

    piran

    22

    Together (NHT) Dilengkapi Catatan Terbimbing Untuk Meningkatkan

    Kemampuan Berfikir Kritis Dan Prestasi Belajar Pada Materi Hasil Kali

    Kelarutan Kelas XI SMA Negeri 2 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2013/2014. Hasil

    penelitian tersebut menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran tipe NHT

    dilengkapi catatan terbimbing dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis

    siswa (dari 58,89% pada siklus I menjadi 74,43% pada siklus II) dan dapat

    meningkatkan prestasi belajar siswa (pencapaian prestasi belajar aspek kognitif

    siswa pada siklus I sebesar 62,25% pada siklus I menjadi 77,14% pada siklus II.

    Pada aspek afektif, pencapaian siklus I sebesar 75,14% pada siklus I menjadi

    77,58% pada siklus II).

    Penelitian yang dilakukan oleh Astrawan (vo.3 no.4 hal.227-242) yang

    berjudul Penerapan Model Kooperatif Tipe NHT dalam Meningkatkan Hasil

    Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Di Kelas V SDN 3 Tonggolobibi. Hasil

    penelitian adalah tes hasil tindakan siklus I diperoleh persentase ketuntasan

    klasikal sebesar 53,57%, persentase daya serap klasikal 55,71%. Pada siklus II

    hasil tes tindakan meningkat. Siklus II diperoleh persentase ketuntasan klasikal

    sebesar 85,71%, persentase daya serap klasikal sebesar 76,07%. Berdasarkan hasil

    tindakan siklus I dan II dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan model

    kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas V SDN 3

    Tonggolobibi.

    Penelitian mengenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT cukup

    banyak dilakukan di sekolah sebagai penelitian eksperimen. Namun di Sekolah

    Dasar belum banyak dilakukan penelitian ini. Berdasarkan hal tersebut, peneliti

  • 10

    Lam

    piran

    22

    Lam

    piran

    22

    tertarik untuk mengkaji model pembelajaran tipe NHT. Model pembelajaran tipe

    NHT diharapkan dapat menghasilkan pembelajaran yang menarik bagi siswa, agar

    perhatian siswa lebih fokus pada proses pembelajaran yang dilakukan.

    Permasalahan pembelajaran IPA masih terjadi di SD Negeri Pagongan 1

    Kabupaten Tegal. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan terhadap guru

    kelas VA dan VB pada tanggal 29 November dan 1 Desember 2018, diperoleh

    informasi bahwa pelaksanaan pembelajaran IPA masih monoton, guru jarang

    melakukan praktik dan sering menggunakan metode konvensional seperti

    ceramah, sehingga siswa merasa bosan dan cenderung pasif. Dalam hal motivasi

    siswa sangat kurang antusias dan kesiapan belajarnya juga kurang. Di kelas VB

    guru sudah pernah menggunakan metode diskusi, namun masih banyak siswa

    yang kebingungan, sedangkan di kelas VA yang belum pernah melakukan metode

    diskusi, guru lebih sering menggunakan metode ceramah dan media gambar

    dalam pembelajaran IPA.

    Dari informasi yang diperoleh peneliti melalui wawancara dengan guru

    kelas, diketahui bahwa nilai hasil belajar UAS tahun pelajaran 2018/2019 mata

    pelajaran IPA kurang memuaskan. SD Negeri Pagongan 1 mematok nilai KKM

    sebesar 70, namun masih banyak siswa yang nilainya kurang dari KKM. Dari

    siswa kelas VA maupun kelas VB yang berjumlah 46 siswa, hanya 13 siswa yang

    melampaui batas KKM. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk

    mengadakan penelitian dengan judul “Keefektifan Model Pembelajaran Tipe NHT

    dalam Pembelajaran Daur Air pada Siswa Kelas V SDN Pagongan 1 Kecamatan

    Dukuhturi Kabupaten Tegal”.

  • 11

    Lam

    piran

    22

    Lam

    piran

    22

    1.2 Identifikasi Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, dapat di identifikasikan

    beberapa masalah sebagai berikut:

    (1) Guru sering menggunakan model konvensional sehingga pembelajaran

    terkesan membosankan.

    (2) Masih terbatasnya alokasi waktu saat pembelajaran, sehingga tidak

    terselesaikannya materi pelajaran dan harus dilanjutkan pada pertemuan

    berikutnya.

    (3) Kurangnya media pembelajaran bagi siswa, sehingga siswa sulit

    memahami materi yang disampaikan guru.

    (4) Rendahnya motivasi siswa saat mengikuti pembelajaran.

    (5) Masih terbatasnya fasilitas pembelajaran di sekolah, seperti liquid crystal

    display (LCD).

    1.3 Pembatasan Masalah dan Paradigma Penelitian

    Peneliti perlu menentukan pembatasan masalah dan paradigma penelitian

    untuk memfokuskan penelitian dan menjelaskan hubungan antar variabel

    penelitian. Uraiannya yaitu sebagai berikut:

    1.3.1 Pembatasan Masalah

    Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, peneliti membatasi

    permasalahan sebagai berikut:

    (1) Penelitian ini memfokuskan pada model pembelajaran kooperatif tipe

    NHT dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas V materi

    daur air.

  • 12

    Lam

    piran

    22

    Lam

    piran

    22

    (2) Motivasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah motivasi siswa

    dalam proses pembelajaran IPA.

    (3) Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu hasil belajar IPA

    dalam ranah kognitif C1, C2 dan C3.

    (4) Populasi penelitian yang diambil yaitu: siswa kelas VA dan siswa kelas

    VB SDN Pagongan 1 Kabupaten Tegal tahun pelajaran 2018/2019.

    1.3.2 Paradigma Penelitian

    Dalam penelitian kuantitatif/positivistik, yang dilandasi pada suatu

    asumsi bahwa suatu gejala itu dapat diklasifikasikan, dan hubungan gejala bersifat

    kausal (sebab akibat), maka peneliti dapat melakukan penelitian dengan

    memfokuskan kepada beberapa variabel saja. Pada penelitian ini, peneliti

    menentukan dua variabel yaitu variabel dependen dan independen. Berdasarkan

    pendapat Sugiyono (2017:64), variabel independen dalam bahasa indonesia sering

    disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas merupakan variabel yang

    mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel

    dependen (terikat). Jadi variabel dependen atau terikat merupakan variabel yang

    dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel

    independen dalam penelitian ini yaitu model pembelajaran tipe NHT. Sementara

    itu, variabel dependen yaitu motivasi dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran

    IPA materi daur air. Hubungan antarvariabel tersebut dapat dibaca pada Gambar

    1.1. r1

    r2

    Gambar 1.1 Bagan Paradigma Penelitian Sederhana

    X1

    1

    Y1

    Y2

  • 13

    Lam

    piran

    22

    Lam

    piran

    22

    Keterangan :

    X1 = Model pembelajaran tipe NHT

    Y1 = Motivasi belajar siswa

    Y2 = Hasil belajar siswa

    (Thoifah, 2015:175).

    1.4 Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang tersebut dapat disimpulkan permasalahan

    yang hendak diselesaikan melalui penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

    (1) Apakah ada perbedaan yang signifikan motivasi belajar siswa kelas V

    materi daur air pada siswa kelas V SDN Pagongan 1 Kabupaten Tegal

    antara yang menggunakan model pembelajaran tipe NHT dan yang

    menggunakan pembelajaran konvensional?

    (2) Apakah ada perbedaan yang signifikan hasil belajar materi daur air pada

    siswa kelas V SDN Pagongan 1 Kabupaten Tegal antara yang

    menggunakan model pembelajaran tipe NHT dan yang menggunakan

    pembelajaran konvensional?

    (3) Apakah motivasi belajar siswa kelas V pada materi daur air antara yang

    menggunakan model pembelajaran tipe NHT lebih tinggi daripada yang

    menggunakan pembelajaran konvensional?

    (4) Apakah hasil belajar siswa kelas V pada materi daur air antara yang

    menggunakan model pembelajaran tipe NHT lebih tinggi daripada yang

    menggunakan pembelajaran konvensional?

  • 14

    Lam

    piran

    22

    Lam

    piran

    22

    1.5 Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian yaitu harapan yang akan dicapai dalam penelitian dan

    menjadi patokan sebagai keberhasilannya. Tujuan penelitian dapat dibedakan

    menjadi dua, yaitu tujuan umum dan khusus. Uraiannya sebagai berikut:

    1.5.1 Tujuan Umum

    Tujuan umum adalah tujuan yang memiliki skala yang lebih luas. Tujuan

    umum penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran

    tipe NHT dalam motivasi dan hasil belajar IPA materi daur air kelas V SDN

    Pagongan 1 Kabupaten Tegal.

    1.5.2 Tujuan Khusus

    Tujuan khusus yaitu tujuan yang bersifat rinci. Tujuan khusus penelitian

    ini adalah:

    (1) Menganalisis dan mendeskripsi ada tidaknya perbedaan yang signifikan

    motivasi belajar siswa kelas V SDN Pagongan 1 Kabupaten Tegal dalam

    pembelajaran IPA materi daur air antara yang menggunakan model

    pembelajaran tipe NHT dan yang menggunakan model konvensional.

    (2) Menganalisis dan mendeskripsi ada tidaknya perbedaan yang signifikan

    hasil belajar siswa kelas V SDN Pagongan 1 Kabupaten Tegal dalam

    pembelajaran IPA materi daur air antara yang menggunakan model

    pembelajaran tipe NHT dan yang menggunakan model konvensional.

    (3) Menganalisis dan mendeskripsi lebih tinggi mana motivasi belajar siswa

    kelas V SDN Pagongan 1 Kabupaten Tegal dalam pembelajaran IPA

  • 15

    Lam

    piran

    22

    Lam

    piran

    22

    materi daur air antara yang menggunakan model pembelajaran tipe NHT

    dan yang menggunakan model konvensional.

    (4) Menganalisis dan mendeskripsi lebih tinggi mana hasil belajar siswa

    kelas V SDN Pagongan 1 Kabupaten Tegal dalam pembelajaran IPA

    materi daur air antara yang menggunakan model pembelajaran tipe NHT

    dan yang menggunakan model konvensional.

    1.6 Manfaat Penelitian

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis

    maupun secara praktis. Manfaat teoritis artinya hasil penelitian bermanfaat untuk

    mengembangkan ilmu pengetahuan, membantu dalam berbagai pihak yang

    membutuhkan. Manfaat praktis artinya penelitian ini bermanfaat bagi berbagai

    pihak untuk memperbaiki kinerja terutama bagi peneliti, pendidik, dan sekolah.

    1.6.1 Manfaat Teoritis

    Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi

    untuk sekolah dan guru dalam mengatasi permasalahan pembelajaran IPA. Selain

    itu juga sebagai refrensi dalam melaksanakan pembelajaran IPA dengan

    menggunakan model pembelajaran tipe NHT khususnya dalam pembelajaran IPA

    materi daur air.

    1.6.2 Manfaat Praktis

    Secara praktis, penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti diharapkan

    dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, seperti: guru, sekolah, dan peneliti.

  • 16

    Lam

    piran

    22

    Lam

    piran

    22

    Penjelasan selengkapnya mengenai manfaat bagi pihak-pihak yang terkait yaitu

    sebagai berikut:

    1.6.2.1 Manfaat Bagi Guru

    (1) Sebagai bahan informasi untuk menambah wawasan guru tentang

    penggunaan model pembelajaran yang bervariasi dalam pembelajaran.

    (2) Sebagai bahan masukan pentingnya model pembelajaran untuk

    meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

    1.6.2.2 Manfaat Bagi Sekolah

    (1) Bertambahnya informasi mengenai model pembelajaran yang dapat

    digunakan dalam pembelajaran IPA materi daur air.

    (2) Sebagai bahan masukan dalam menciptakan sistem pembelajaran IPA

    yang lebih beragam dan menyenangkan.

    1.6.2.3 Manfaat Bagi Peneliti

    (1) Bertambahnya wawasan penggunaan model pembelajaran yang inovatif

    dalam pembelajaran IPA materi daur air.

    (2) Hasil dari penelitian dapat dijadikan sebagai landasan bagi penelitian

    selanjutnya mengenai model pembelajaran.

  • 17

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    Kajian pustaka memuat beberapa bagian, antara lain: (1) kajian teoritis; (2) kajian

    empiris; (3) kerangka berpikir; dan (4) hipotesis. Berikut uraian selengkapnya:

    2.1 Kajian Teoritis

    Kajian teoritis berisikan teori-teori para ahli yang di dapat dari buku yang

    relevan dengan judul skripsi. Teori adalah konsep yang digunakan untuk melihat

    hubungan antar variabel, sehingga berguna untuk menjelaskan dan meramalkan

    fenomena tertentu (Sugiyono, 2017:83). Pada penelitian ini, peneliti akan

    mengemukakan beberapa landasan teori mengenai: (1) pengertian belajar, (2)

    pengertian pembelajaran, (3) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, (4) hasil

    belajar siswa, (5) motivasi belajar siswa, (6) karakteristik siswa sekolah dasar, (7)

    pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di sekolah dasar, (8) model

    pembelajaran kooperatif, (9) model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head

    Together (NHT), (10) penerapan model pembelajaran tipe NHT pada

    pembelajaran daur air.

    2.1.1 Pengertian Belajar

    Belajar tidak terlepas dari manusia, kita dapat belajar dari kehidupan

    yang kita jalani. Para ahli banyak yang merumuskan dan membuat tafsirannya

    tentang belajar, namun pengertiannya berbeda-beda. Belajar adalah seperangkat

    proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan

  • 18

    Lam

    piran

    22

    Lam

    piran

    22

    informasi, menjadi kapabilitas baru yang dapat ditangkap oleh otak manusia

    (Dimyati & Mudjiono, 2009:10).

    Belajar adalah kegiatan yang melibatkan dua unsur, yaitu jiwa dan raga,

    jadi perubahan yang ditimbulkan dari belajar adalah perubahan jiwa yang

    mempengaruhi tingkah laku seseorang (Djamarah, 2011:13). Belajar itu bukan

    hanya mengingat, namun juga mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan

    hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan, karena belajar bukan suatu tujuan

    tetapi merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan. Belajar adalah kegiatan

    dalam memperoleh perubahan kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari

    pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya (Djamarah, 2011:13).

    Belajar tidak hanya upaya menambah dan mengumpulkan sejumlah

    pengetahuan, namun bagaimana hasil latihan dan pengalaman itu dapat merubah

    perilaku peserta didik agar memiliki kemampuan berfikir efektif dan efisien untuk

    menghadapi berbagai masalah, dengan berfikir maka perkembangan intelektual,

    sikap dan keterampilannya akan mengalami peningkatan (Setijowati, 2016:1-2).

    Daya berfikir siswa akan meningkat jika guru menerapkan cara belajar yang

    benar, maka guru harus paham benar konsep belajar itu sendiri. Hal terpenting

    yang menjadi pelajaran bagi guru adalah menyediakan lingkungan belajar untuk

    siswa agar mendapatkan pengalaman belajar sehingga membentuk pengetahuan

    yang terus berkembang.

    Belajar memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan,

    sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi seseorang. Oleh

    karena itu dengan menguasai konsep dasar tentang belajar, seseorang mampu

    memahami bahwa aktivitas belajar itu memegang peranan penting dalam proses

  • 19

    Lam

    piran

    22

    Lam

    piran

    22

    psikologis. Konsep tentang belajar telah banyak didefinisikan oleh para pakar

    psikologi. Berikut disajikan beberapa pengertian tentang belajar: (1) Gagne &

    Berliner (1983:252) menyatakan, belajar merupakan proses dimana suatu

    organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman; (2) Morgan et.al.

    (1986:140) menyatakan, belajar merupakan perubahan relatif permanen yang

    terjadi karena hasil dari praktik atau pengalaman; (3) Slavin (1994:152)

    menyatakan, belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh

    pengalaman; (4) Gagne (1977:3) menyatakan, belajar merupakan perubahan

    disposisi atau kecakapan manusia yang berlangsung selama periode waktu

    tertentu, dan perubahan perilaku itu tidak berasal dari proses pertumbuhan (Rifa‟i

    & Anni, 2015:64).

    Belajar merupakan proses perubahan karena ada dukungan positif dari

    luar, perubahan yang terjadi meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan,

    perubahan itu terjadi karena adanya proses latihan yang telah dilakukan oleh

    seseorang (Anitah, 2011: 2.4). Setiap manusia yang berinteraksi dengan

    lingkungannya akan mengalami perubahan sikap, pengetahuan, dan emosional

    sesuai interksi yang dialaminya.

    Berdasarkan pendapat dari para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa

    belajar adalah proses yang dialami seseorang untuk mencari pengalaman yang

    dapat merubah perilakunya baik kognitif, afektif, maupun psikomotor.

    2.1.2 Pengertian Pembelajaran

    Pembelajaran merupakan aktivitas dalam belajar dan mengajar yang

    pelakunya adalah siswa dan guru, sedangkan mengajar merupakan serangkaian

    aktivitas yang dilakukan oleh guru dalam menyajikan materi. Unsur utama dari

  • 20

    Lam

    piran

    22

    Lam

    piran

    22

    pembelajaran adalah pengalaman anak sehingga terjadi proses belajar.

    Pembelajaran merupakan serangkaian peristiwa diluar siswa yang dirancang

    untuk mendukung proses dalam belajarnya (Gagne (1981) dalam Rifa‟i & Anni,

    2015:85). Peristiwa belajar dirancang agar peserta didik memproses informasi

    nyata dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk mencapai

    tujuan belajar pendidik hendaknya benar-benar menguasai cara-cara merancang

    belajar agar peserta didik mampu belajar optimal.

    Pembelajaran berorientasi pada bagaimana peserta didik berperilaku,

    memberikan makna bahwa pembelajaran merupakan suatu kumpulan proses yang

    bersifat individual, yang merubah stimuli dari lingkungan seseorang kedalam

    sejumlah informasi, yang selanjutnya dapat menyebabkan adanya hasil belajar

    dalam bentuk ingatan jangka panjang (Rifa‟i & Anni 2015:86). Hasil belajar dapat

    memberikan kemampuan kepada peserta didik untuk melakukan berbagai potensi

    yang dimilikinya (Gagne (1985) dalam Rifa‟i & Anni, 2015:86). Proses

    pembelajaran adalah proses interaksi atau komunikasi antara pendidik dengan

    peserta didik atau antar peserta didik. Pembelajaran adalah terjemahan dari

    instruction yang menempatkan peserta didik sebagai sumber dari kegiatan dan

    guru sebagai fasilitator. Pembelajaran merupakan aktivitas mental, fisik, emosi

    dan rohani pada diri pelajar itu sendiri dalam mencapai hasil belajar yang ingin

    dicapai. Pembelajaran merupakan serangkaian proses kegiatan guru dan siswa

    secara timbal balik yang berlangsung dalam situasi belajar (Setijowati, 2016:6).

    Pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan guru secara sadar

    dalam menciptakan lingkungan belajar yang baik bagi siswa, peran guru sangat

  • 21

    Lam

    piran

    22

    Lam

    piran

    22

    diperlukan untuk menunjang keberhasilan siswa dalam memahami materi yang

    disajikan, guru berperan dalam mememberikan informasi, membimbing dan

    memfasilitasi siswa dalam belajar.

    Pembelajaran adalah interaksi guru dengan siswa, baik interaksi secara

    langsung maupun secara tidak langsung, interaksi langsung yaitu dengan tatap

    muka dan interaksi tidak langsung dengan menggunakan media pembelajaran

    (Rusman, 2012:134). Didasari oleh adanya perbedaan interaksi tersebut, maka

    kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai pola

    pembelajaran. Guru tidak lagi berperan sebagai satu-satunya sumber belajar dalam

    kegiatan pembelajaran. Berdasarkan penjelasan mengenai pembelajaran diatas

    dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi antara pendidik

    dan peserta didik, dimana antar keduanya terjadi komunikasi dua arah dalam

    proses kegiatan pembelajaran guna mencapai tujuan/indikator yang telah

    ditentukan.

    2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

    Peristiwa belajar yang terjadi pada siswa dapat diamati dari perbedaan

    perilakunya. Adanya kinerja siswa belum tentu terjadi proses belajar, sebab yang

    yang dipentingkan dalam makna belajar pada dasarnya dilihat dari ada tidaknya

    perubahan perilaku setelah siswa belajar. Selain dipengaruhi oleh bagaimana cara

    guru dalam memberikan pembelajaran, hasil belajar siswa juga dipengaruhi oleh

    beberapa faktor lain. Menurut Rifa‟i & Anni (2015:78-79), faktor-faktor yang

    memberikan kontribusi terhadap proses dan hasil belajar adalah kondisi internal

    dan eksternal peserta didik. Kondisi internalnya adalah: (1) kondisi fisik; (2)

  • 22

    Lam

    piran

    22

    Lam

    piran

    22

    kondisi psikis; (3) kondisi sosial. Oleh karena itu kesempurnaan dan kualitas

    kondisi internal yang dimiliki peserta didik akan bepengaruh pada kesiapan,

    proses, hasil belajar, sedangkan faktor eksternalnya adalah: (1) variasi dan tingkat

    kesulitan materi belajar (stimulus) yang dipelajari (direspon); (2) tempat belajar;

    (3) iklim; (4) suasana lingkungan dan budaya belajar masyarakat. Kedua faktor

    tersebut dapat mempengaruhi kesiapan, proses, dan hasil belajar siswa. Belajar

    yang berhasil mempersyaratkan guru memperhatikan faktor internal dan eksternal

    siswa.

    Ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu faktor

    dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa (Anitah, 2011:2.7). Menurut

    Djamarah (2011:176-177), faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar

    siswa yaitu dari luar dan dari dalam. Dari luar seperti: (1) lingkungan (alami dan

    sosial budaya); (2) instrumental (kurikulum, program, sarana dan fasilitas, guru).

    Dari dalam seperti: (1) fisiologis (kondisi fisiologis dan kondisi panca indra); (2)

    psikologis (minat, kecerdasan, bakat, motivasi dan kemampuan kognitif).

    Dari pendapat sebelumnya salah satu faktor dari luar adalah guru.

    Kemampuan guru dalam mengemas pembelajaran yang baik dan tidak monoton

    merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas pengajaran. Menurut

    Hamalik (2013:32), belajar efektif dipengaruhi oleh faktor-faktor kondisional

    yang ada, antara lain: (1) faktor kegiatan, penggunaan dan ulangan; (2) belajar

    memerlukan latihan; (3) belajar siswa akan lebih berhasil, jika siswa merasa

    mendapatkan kepuasan dalam proses belajarnya; (4) siswa yang belajar perlu

    mengetahui apakah ia berhasil atau gagal dalam belajarnya; (5) faktor asosiasi

  • 23

    Lam

    piran

    22

    Lam

    piran

    22

    besar manfaatnya dalam belajar, karena pengalaman belajar antara yang lama

    dengan yang baru, secara berurutan diasosiasikan.

    Berdasarkan berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa secara

    umum faktor yang mempengaruhi belajar adalah faktor internal dan eksternal.

    Keduanya dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, sehingga akan diperoleh

    perbedaan hasil dari setiap individu. Pengaruh antar faktor belajar tersebut sangat

    besar pengaruhnya bagi hasil belajar siswa. Oleh karena itu, kerjasama yang baik

    antara pihak sekolah, orang tua, dan masyarakat sangat diperlukan.

    2.1.4 Hasil Belajar Siswa

    Hasil belajar merupakan perubahan yang diperoleh setelah melalui proses

    belajar, dimana hasil belajar bergantung pada diri siswa itu sendiri. Jika siswa

    melakukan proses belajar dengan sungguh-sungguh, maka hasil belajar yang

    diperoleh akan maksimal dan sebaliknya, jika siswa tidak sungguh-sungguh maka

    hasilnya akan kurang maksimal. Rifa‟i & Anni (2015:67) menegaskan

    hasil belajar sebagai berikut :

    Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik

    setelah mengalami kegiatan belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan

    perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh peserta didik.

    Oleh karena itu apabila peserta didik mempelajari pengetahuan tentang

    konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa

    penguasaan konsep.

    Menurut Anitah (2011:2.19-2.20) untuk melihat hasil belajar yang

    berkaitan dengan kemampuan berfikir kritis dan ilmiah pada siswa sekolah dasar,

    dapat dikaji proses maupun hasil berdasarkan: (1) kemampuan membaca; (2)

    kemampuan mengidentifikasi atau membuat sejumlah pertanyaan; (3)

  • 24

    Lam

    piran

    22

    Lam

    piran

    22

    kemampuan mengorganisasi hasil identifikasi; dan (4) kemampuan melakukan

    kajian secara menyeluruh. Kemampuan tersebut sudah dapat diterapkan di sekolah

    dasar khususnya pada kelas tinggi. Hasil belajar adalah pengalaman belajar yang

    didapat dari kemampuannya memproses suatu ilmu pengetahuan (Sudjana,

    2016:22). Anitah (2011:2.19) berpendapat tentang hasil belajar sebagai berikut :

    Hasil belajar merupakan kulminasi dari suatu proses yang telah dilakukan

    dalam belajar. Kulminasi akan selalu diiringi dengan tindakan tindak

    lanjut. Hasil belajar harus menunjukkan suatu perubahan tingkah laku

    atau perolehan perilaku yang baru dari siswa yang bersifat menetap,

    fungsional, positif, dan disadari.

    Menurut Bloom (Munzenmaier & Rubin, 2013) dalam Rifa‟i & Anni

    (2015:68-71), tiga taksonomi yang disebut dengan ranah belajar, yaitu: (1) ranah

    kognitif menggambarkan perilaku yang menekankan aspek intelektual; (2) ranah

    afektif berkaitan dengan perasaan, sikap, minat dan nilai; (3) ranah psikomotorik

    berkaitan dengan kemampuan fisik seperti kemampuan motorik. Pada dasarnya

    perubahan perilaku yang dicapai siswa setelah belajar telah dirumuskan dalam

    tujuan pembelajaran.

    Berdasarkan uraian tentang pengertian hasil belajar, dapat disimpulkan

    bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku yang terjadi pada siswa setelah

    belajar, perubahan ini mencakup aspek kognitif atau pengetahuan tentang suatu

    konsep, aspek afektif atau perubahan pada sikap siswa, dan aspek psikomotorik

    atau perubahan yang berkaitan dengan pengolahan fisik. Oleh karena itu sebagai

    seorang guru yang bertanggung jawab dalam melaksanakan pembelajaran

    haruslah mampu menentukan tujuan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan

    siswa. Selanjutnya hasil belajar yang diperoleh siswa dapat dijadikan pedoman

  • 25

    Lam

    piran

    22

    Lam

    piran

    22

    bagi guru untuk mengukur seberapa efektifnya pembelajaran yang telah

    dilaksanakan.

    2.1.5 Motivasi Belajar Siswa

    Motivasi adalah salah satu faktor penting bagi keberhasilan seseorang

    dalam belajar. Seorang peserta didik akan belajar dengan baik apabila ada faktor

    pendorongnya yaitu motivasi belajar. Peserta didik akan belajar dengan sungguh-

    sungguh jika mempunyai motivasi yang tinggi. Hal tersebut sama dengan Anitah

    (2011:1.9) yang berpendapat tentang motivasi belajar sebagai berikut :

    Motivasi berfungsi sebagai motor penggerak aktivitas. Bila motornya

    tidak ada, maka aktivitas tidak akan terjadi; dan bila motornya lemah,

    aktivitas yang terjadi pun lemah pula.Motivasi belajar berkaitan erat

    dengan tujuan yang hendak dicapai oleh individu yang sedang belajar itu

    sendiri. Bila seseorang yang sedang belajar menyadari bahwa tujuan

    yang hendak dicapai berguna atau bermanfaat baginya, maka motivasi

    belajar akan muncul dengan kuat.

    Berbeda dengan Kompri (2016:4) menyatakan pengertian motivasi

    sebagai berikut :

    Motivasi merupakan suatu dorongan dari dalam individu untuk

    melakukan suatu tindakan dengan cara tertentu sesuai dengan tujuan

    yang direncanakan. Motivasi disini merupakan suatu alat kejiwaan untuk

    bertindak sebagai daya gerak atau daya dorong untuk melakukan

    pekerjaan.

    Motivasi merupakan proses yang terjadi secara terus-menerus dari dalam

    diri siswa dalam mengaktifkan, memandu, dan memelihara perilakunya (Slavin

    (1994) dalam Rifa‟i & Anni, 2015:99). Motivasi tidak hanya penting untuk

    membuat peserta didik melakukan aktivitas belajar, melainkan juga menentukan

    berapa banyak peserta didik dapat belajar dari aktivitas yang mereka lakukan atau

  • 26

    Lam

    piran

    22

    Lam

    piran

    22

    informasi yang mereka hadapi. Tugas utama guru adalah merencanakan cara-cara

    yang mendukung motivasi siswa. Walaupun motivasi merupakan prasyarat

    penting dalam belajar, namun agar aktivitas belajar itu terjadi pada diri anak, ada

    faktor lain seperti kemampuan dan kualitas pembelajaran yang harus diperhatikan

    pula. Motivasi belajar penting diketahui oleh guru. Menurut Dimyati & Mudjiono

    (2009:85-86), motivasi belajar penting diketahui oleh guru, antara lain untuk: (1)

    membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara semangat siswa untuk belajar;

    (2) mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa; (3) meningkatkan dan

    menyadarkan guru untuk memilih satu diantara bermacam peran seperti fasilitator,

    teman, penyemangat, atau pendidik; (4) memberi peluang guru untuk “unjuk

    kerja”. Tugas guru adalah membuat semua siswa belajar sampai berhasil. Ada

    banyak cara yang dilakukan guru untuk memotivasi siswa, namun yang lebih

    penting adalah motivasi yang timbul dari diri siswa itu sendiri, seperti dorongan

    kebutuhan, kesadaran akan tujuan, dan juga pribadi guru sendiri merupakan

    contoh yang dapat merangsang motivasi mereka.

    Motivasi adalah perubahan yang terjadi pada seseorang sehingga muncul

    perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan yang akan dicapai (Hamalik,

    2013:158). Apabila seseorang mempunyai tujuan tertentu, maka dia akan

    mempunyai motivasi yang kuat untuk mencapainya dengan segala upaya yang

    dapat dia lakukan. Pendapat yang serupa juga disampaikan oleh Maslow (1943)

    dalam Djamarah (2011:149), menurutnya ia sangat percaya bahwa tingkah laku

    manusia dibangkitkan dan diarahkan oleh kebutuhan-kebutuhan tertentu, seperti

    kebutuhan fisiologis, rasa aman, rasa cinta, penghargaan aktualisasi diri,

  • 27

    Lam

    piran

    22

    Lam

    piran

    22

    mengetahui dan mengerti, dan kebutuhan estetik. Kebutuhan inilah menurutnya

    mampu memotivasi tingkah laku seorang individu.

    Menurut Djamarah (2011:149-151), motivasi dibedakan dari dua sudut

    pandang yakni, motivasi yang berasal dari dalam diri pribadi seseorang yang

    disebut “motivasi instrinsik” dan motivasi yang berasal dari luar diri seseorang

    yang disebut “motivasi ekstrinsik”. Motivasi instrinsik adalah motif-motif yang

    menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam

    setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Motivasi ekstrinsik

    adalah kebalikan dari motivasi instrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif

    yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar.

    Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi

    belajar adalah keinginan dan kekuatan mental yang dimiliki seseorang untuk

    bergerak kearah tujuan tertentu. Motivasi mempunyai peranan penting dalam

    pembelajaran. Adanya motivasi belajar dalam diri siswa dapat menentukan

    apakah siswa tersebut terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Kondisi ini dapat

    mengakibatkan hasil belajar yang dicapai siswa akan berbeda-beda.

    2.1.6 Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

    Guru perlu mengetahui sifat serta karakteristik anak usia SD agar dapat

    memberikan pembinaan dengan baik dan tepat sehingga dapat meningkatkan

    potensi kecerdasan dan kemampuan siswa sesuai dengan kebutuhan dan harapan

    orang tua pada khususnya serta masyarakat pada umumnya. Rasyidi (1993) dalam

    Taufiq, Mikarsa, & Prianto (2011:1.7) menjelaskan pengertian Sekolah Dasar

    sebagai berikut:

  • 28

    Lam

    piran

    22

    Lam

    piran

    22

    Sekolah Dasar merupakan satuan atau unit lembaga sosial (social

    institution) yang diberi amanah atau tugas khusus (specific task) oleh

    masyarakat untuk menyelenggarakan pendidikan dasar secara sistematis.

    Dengan demikian, sebutan sekolah dasar merujuk pada satuan lembaga

    sosial yang diberi amanah spesifik oleh masyarakat untuk

    menyelenggarakan pendidikan dasar penggalan pertama selama enam

    tahun untuk dilanjutkan pada penggalan pendidikan dasar kedua selama 3

    tahun di SLTP atau satuan pendidikan yang sederajat.

    Menurut Anitah (2011:2.20-2.24), tahapan perkembangan siswa dapat

    dilihat dari aspek perkembangan berikut: (1) perkembangan fisik; (2)

    perkembangan sosial; (3) perkembangan bahasa; (4) perkembangan kognitif; (5)

    perkembangan moral; (6) perkembangan ekspresif; (7) aspek-aspek inteligensi;

    (8) aspek kebutuhan siswa. Siswa SD mengalami masa transisi dari sekolah taman

    kanak-kanak ke sekolah dasar. Pada masa SD pun karakter siswa kelas rendah (I-

    III) berbeda dengan kelas tinggi (IV-VI). Tahap periode perkembangan ini

    berkaitan dengan tahapan kognitif siswa pada setiap kelompok umurnya. Anak

    pada usia SD akan mengalami perkembangan intelektual dan perkembangan

    karakteristik berbeda lainnya.

    Menurut Piaget (1950) dalam Susanto (2016:77), perkembangan kognitif

    mempunyai beberapa tingkatan, antara lain: (1) tahap sensori motor (0-2 tahun),

    anak belum memasuki sekolah; (2) tahap pra operasional (2-7 tahun), kemampuan

    skema kognitifnya masih terbatas; (3) tahap operasional konkret (7-11 tahun),

    anak mampu berpikir secara sistematis; (4) tahap operasional formal (11-15

    tahun), anak mampu mengoordinasikan ragam kemampuan kognitif.

    Berdasarkan teori Piaget tersebut, siswa usia SD berada pada tahap

    operasional konkret, dimana siswa sudah mampu mengoperasionalkan berbagai

  • 29

    Lam

    piran

    22

    Lam

    piran

    22

    logika, namun masih dalam bentuk benda kongkrit dan belum bisa berfikir secara

    abstrak. Secara umum karakteristik pembelajaran di SD adalah kelas I dan II

    berorientasi pada pembelajaran fakta, lebih bersifat konkret atau kejadian-kejadian

    disekitar lingkungan siswa. Pada kelas III, siswa sudah dihadapkan pada konsep

    generalisasi yang dapat diperoleh dari kejadian-kejadian yang konkret. Kelas IV,

    V, dan VI siswa dihadapkan pada konsep-konsep atau prinsip-prinsip

    penerapannya (Anitah, 2011: 2.30-2.31).

    Siswa SD pada umumnya berada dalam usia yang masih senang bermain,

    senang melakukan kegiatan, memiliki rasa ingin tahu yang besar. Mereka tertarik

    untuk melakukan penggalian, melakukan kegiatan, melakukan permainan,

    mendapatkan pengalaman yang bervariasi, memenuhi rasa keingintahuannya.

    Salah satu prinsip pembelajaran di SD adalah prinsip motivasi, motivasi

    mendorong siswa untuk belajar, baik dari dalam maupun dari luar diri anak,

    sehingga anak belajar seoptimal mungkin sesuai dengan potensi yang dimilikinya

    (Susanto, 2016:87).

    Mengacu pada karakteristik siswa tingkat sekolah dasar menurut para

    ahli dapat disimpulkan bahwa, setiap siswa mempunyai pribadi yang unik yang

    sedang berkembang sesuai dengan tingkat perkembangan, serta membutuhkan

    bimbingan dari lingkungan sekitar untuk menjadi individu dewasa. Oleh sebab itu,

    rancangan pembelajaran yang hendak dilaksanakan guru harus memperhatikan

    karakteristik siswa. Peneliti menggunakan model pembelajaran tipe NHT untuk

    dilaksanakan pada pembelajaran siswa kelas V materi daur air karena model ini

    sesuai dengan karakteristik siswa itu sendiri, motivasi siswa bisa saja didapat dari

  • 30

    Lam

    piran

    22

    Lam

    piran

    22

    luar diri siswa. Salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran tipe

    NHT siswa dapat belajar dan berdiskusi dengan teman sebayanya, hal ini dapat

    memberikan kesempatan bagi siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses

    berpikir dan dalam kegiatan belajar. Sesuai dengan pendapat Anitah (2011:2.20-

    2.24) bahwa siswa SD itu memerlukan kebutuhan sosial yaitu berinteraksi dengan

    teman sebayanya.

    2.1.7 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Sekolah Dasar

    Sejak peradaban manusia, orang sudah menggunakan alam sebagai

    sumber kehidupan. Mereka juga telah menggunakan pengamatan, juga abstraksi

    untuk menemukan berbagai pengetahuan yang di dapat dari pengalaman sendiri.

    Pendidikan IPA di SD bertujuan agar siswa menguasai pengetahuan, fakta,

    konsep, prinsip, proses penemuan, serta memiliki sikap ilmiah, yang akan

    bermanfaat bagi siswa dalam mempelajari diri dan alam sekitar (Sapriati

    2009:2.3). Pengertian dari IPA sendiri adalah suatu ilmu yang berisikan

    pengetahuan tentang alam semesta dan seisinya (Fatimah, 2013:14).

    Berbeda lagi dengan pendapat Wisudawati & Sulistyowati (2014:22),

    menurutnya IPA adalah ilmu yang khusus mempelajari fenomena alam yang

    faktual (factual), baik berupa kenyataan (reality) atau kejadian (events) dan

    hubungan sebab-akibatnya yang ditimbulkan suatu gejala. Carin & Sund (1993)

    dalam Wisudawati & Sulistyowati (2014:24) juga menyatakan, “IPA sebagai

    pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum

    (universal), dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen”. IPA

    adalah pengetahuan yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan yang

  • 31

    Lam

    piran

    22

    Lam

    piran

    22

    didasarkan atas pengamatan dan deduksi (Prihantoro (1986) dalam Trianto,

    2014:136). Adapun Wahyana (1986) dalam Trianto (2014:136), menurutnya IPA

    adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik, dan dalam

    penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya

    tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode

    ilmiah dan sikap ilmiah.

    IPA mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada di permukaan

    bumi, di dalam perut bumi dan di luar angkasa, baik yang dapat diamati indera

    maupun yang tidak dapat diamati dengan indera. Oleh karena itu apabila ingin

    mengetahui hakikat IPA maka harus mengerti pengertian dari IPA terlebih dahulu.

    IPA atau ilmu kealaman adalah llmu tentang dunia zat, baik makhluk hidup

    maupun benda mati yang diamati (Kardi & Nur, 1994) dalam Trianto (2014:136).

    Berdasarkan kurikulum 2004, dalam Sapriati (2009:2.4-2.5) tujuan

    pembelajaran IPA di Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) adalah:

    Agar siswa mampu: 1) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman

    konsep IPA dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; 2)

    mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran adanya

    hubungan saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan

    masyarakat; 3) mengembangkan keterampilan proses, memecahkan

    masalah dan membuat keputusan; 4) berperan serta dalam memelihara,

    menjaga dan melestarikan lingkungan alam; 5) menghargai alam dan

    segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

    Menurut Wisudawati & Sulistyowati (2014:7-9), sains adalah sebuah

    pengalaman pribadi sebagai hasil persentuhan antara anak dengan fenomena alam

    sebelum mereka memasuki pendidikan sekolah. Banyak konsep IPA yang

    dikembangkan oleh anak berasal dari kehidupan sehari-hari. Jadi, dapat dikatakan

    bahwa anak-anak belajar sains melalui konsep yang mereka ciptakan/konstruk

  • 32

    Lam

    piran

    22

    Lam

    piran

    22

    sendiri. Sehingga, muncul paham yang disebut sebagai paham kontruktivisme.

    Dengan demikian, tantangan pertama pembelajaran sains di sekolah adalah

    memberikan akses kepada siswa terhadap pengalaman fisik dan membantu siswa

    untuk mengkonstruksi konsep sains mereka sendiri, serta mengenalkan konsep

    yang sudah disepakati bersama oleh masyarakat sains. Namun masih banyak guru

    yang menerapkan pembelajaran sains konvensional yang dalam penyampaian

    materi maupun praktikum IPA masih banyak mengandung instruksi/perintah.

    Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA

    merupakan pembelajaran yang mempelajari tentang alam dan seisinya, yang

    berdasar pada prinsip serta proses yang dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa

    terhadap konsep IPA. Pembelajaran IPA pada jenjang SD dilakukan sebagai bekal

    untuk melanjukan ke jenjang berikutnya dan mengembangkan keterampilan yang

    dimilikinya.

    2.1.8 Model Pembelajaran Kooperatif

    Pembelajaran kooperatif memungkinkan siswa lebih mudah memahami

    suatu konsep karena mereka dapat saling berdiskusi satu sama lain. Menurut

    Rusman (2012:202), pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan

    bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-

    kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai

    enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.

    Berkenaan dengan pengelompokan, menurut Rusman (2012:204) siswa

    dapat ditentukan berdasarkan atas: (1) minat dan bakat siswa; (2) latar belakang

    kemampuan siswa; (3) perpaduan antara minat dan bakat siswa dan latar

  • 33

    Lam

    piran

    22

    Lam

    piran

    22

    kemampuan siswa. Pengelompokan yang benar oleh guru dapat memungkinkan

    pengelolaan kelas menjadi lebih efektif. Siswa tidak hanya belajar dari guru

    m