keefektifan model talking stick terhadap kemampuan …lib.unnes.ac.id/31336/1/1401413242.pdf · i...
TRANSCRIPT
i
KEEFEKTIFAN MODEL TALKING STICK
TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS HURUF
KAPITAL KELAS V SD NEGERI GUGUS KALIYITNO
KUDUS
SKRIPSI
diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh
Eva Suryani
1401413242
JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2017
v
MOTO DAN PERSEMBAHAN
MOTO
“Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh untuk (mencari keridhaan) Kami,
benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan
sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS.
Al-„Ankabut [29] : 69)
Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di
dalam masyarakat dan dari sejarah. (Pramoedya Ananta Toer)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini peneliti persembahkan kepada:
Kedua orang tuaku tercinta, Abah Muhtar dan Ibu Noor Shofiana, serta kedua
adikku tersayang, Dwi Sasongko Noor Muhtar dan Tri Lintang Julia Ningrum
yang senantiasa memberikan doa dan dukungan.
vi
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik,
serta hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Keefektifan Model Talking Stick terhadap Kemampuan Menulis Huruf Kapital
Kelas V SD Negeri Gugus Kaliyitno Kudus”. Model Talking Stick adalah model
pembelajaran yang menggunakan tongkat sebagai medianya. Dalam pembelajaran
dengan model Talking Stick, siswa dilatih untuk berani menyampaikan
pendapatnya sehingga membuat siswa aktif dalam pembelajaran. Peneliti
menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan dari banyak
pihak. Oleh sebab itu, peneliti mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang;
2. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas
Negeri Semarang;
3. Drs. Isa Ansori, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang;
4. Nugraheti Sismulyasih Sb., S.Pd., M.Pd., dosen penguji yang telah
memberikan masukan dan saran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
dengan baik;
5. Drs. Sutaryono, M.Pd., Pembimbing Utama yang telah memberikan
bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini;
6. Dra. Hartati, M.Pd., Pembimbing Pendamping yang telah memberikan
bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini;
7. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah
memberikan bekal ilmu;
8. Lies Pusporini, S.Pd. SD, Kepala SD Negeri 01 Piji yang telah memberikan
izin untuk melakukan tes uji coba instrumen; Rupi‟ah, S.Pd., Kepala SD
Negeri 04 Piji dan Lagiyono, S.Pd. SD, Kepala SD Negeri 02 Ternadi yang
telah memberikan izin penelitian; Nursaid, S.Pd., Suwarto, S.Pd. SD,
Muhamad Ishom, S.Pd., Kepala Sekolah di Gugus Kaliyitno Kudus.
vii
9. Rudi Riyanto, S.Pd., Guru Kelas V SD Negeri 04 Piji yang telah bersedia
mengajar di kelas eksperimen dan Nur Hasan, S.Pd. Guru Kelas V SD Negeri
02 Ternadi yang telah bersedia mengajar di kelas kontrol; Hj. Sutik Endang
Susilowati, S.Pd., Tri Handayani, S.Pd., Jumain, S.Pd. SD, dan Sulikhah,
AMa. Pd., Guru Kelas V SD Negeri di Gugus Kaliyitno Kudus;
10. Siswa kelas V SD Negeri 01 Piji tahun ajaran 2016/ 2017 atas kesediaannya
menjadi responden dalam uji coba instrumen; siswa kelas V SD Negeri 04 Piji
dan SD Negeri 02 Ternadi tahun ajaran 2016/ 2017 atas kesediaannya menjadi
sampel dalam penelitian;
11. Ahmad Amin yang senantiasa memberikan dukungan.
Semoga semua pihak yang telah membantu peneliti dalam penyusunan
skripsi ini mendapatkan balasan pahala dari Allah SWT.
Semarang, 5 September 2017
Peneliti
viii
ABSTRAK
Suryani, Eva. 2017. Keefektifan Model Talking Stick terhadap Kemampuan
Menulis Huruf Kapital Kelas V SD Negeri Gugus Kaliyitno Kudus.
Skripsi. Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan,
Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I Drs. Sutaryono, M.Pd.,
Pembimbing II Dra. Hartati, M.Pd. 229 halaman.
Latar belakang penelitian ini berdasarkan hasil wawancara dengan guru
SD Negeri Gugus Kaliyitno Kudus, yang menerangkan bahwa model
pembelajaran yang diterapkan guru kurang kreatif dan inovatif, hal ini
mengakibatkan rendahnya kemampuan menulis huruf kapital pada siswa kelas V.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk
menguji keefektifan model Talking Stick terhadap kemampuan menulis huruf
kapital siswa kelas V SD Negeri Gugus Kaliyitno Kudus.
Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Gugus Kaliyitno Kudus pada bulan
April – Mei 2017. Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen
dengan desain Quasi Experimental Design bentuk Nonequivalent Control Group
Design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri
Gugus Kaliyitno Kudus tahun ajaran 2016/ 2017 yang tersebar di 6 SD, dengan
jumlah 123 siswa. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik sampling
insidental yang merupakan nonprobability sampling. Sampel penelitian ini adalah
siswa kelas V SD Negeri 04 Piji sebagai kelompok eksperimen dan siswa kelas V
SD Negeri 02 Ternadi sebagai kelompok kontrol.
Data nilai posttest kemampuan menulis huruf kapital siswa dianalisis
menggunakan uji t dua pihak. Hasil penelitian menunjukkan: (1) rata-rata (mean)
nilai posttest kelompok eksperimen sebesar 90,87 dan rata-rata (mean) nilai
posttest kelompok kontrol sebesar 77,11; maka rata-rata (mean) nilai posttest
kelompok eksperimen lebih besar dari kelompok kontrol; (2) hasil perhitungan uji
hipotesis memperoleh nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,000; nilai Sig. (2-tailed)
kurang dari 0,05 (0,000 < 0,05) maka hipotesis tersebut diterima.
Jadi, disimpulkan bahwa model Talking Stick efektif terhadap kemampuan
menulis huruf kapital siswa kelas V SD Negeri Gugus Kaliyitno Kudus tahun
ajaran 2016/ 2017. Saran berdasarkan simpulan tersebut adalah guru hendaknya
dapat menggunakan model pembelajaran yang lebih kreatif dan inovatif dalam
kegiatan belajar mengajar. Keefektifan model Talking Stick diharapkan dapat
menjadi pertimbangan bagi guru untuk diterapkan dalam pembelajaran khususnya
pada mata pelajaran bahasa Indonesia materi menulis huruf kapital.
Kata Kunci: kemampuan menulis huruf kapital dan Talking Stick.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
PERNYATAAN KEASLIAN .......................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................. iii
PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .................................................................. iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN ..................................................................... v
PRAKATA ........................................................................................................ vi
ABSTRAK ........................................................................................................ viii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiii
DAFTAR GRAFIK .......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ............................................................................... 8
1.3 Pembatasan Masalah .............................................................................. 9
1.4 Rumusan Masalah .................................................................................. 9
1.5 Tujuan Penelitian ................................................................................... 9
1.6 Manfaat Penelitian ................................................................................. 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................... 11
2.1 Kajian Pustaka ........................................................................................ 11
2.1.1 Model Pembelajaran ...................................................................... 11
2.1.1.1 Pengertian Model Pembelajaran .................................... 11
2.1.1.2 Ciri-Ciri Model Pembelajaran ........................................ 12
2.1.1.3 Model Talking Stick ....................................................... 12
2.1.1.4 Implementasi Model Talking Stick dalam Pembelajaran
Menulis Huruf Kapital ................................................... 15
2.1.2 Pengertian Menulis ........................................................................ 16
x
2.1.3 Huruf Kapital ................................................................................ 17
2.1.4 Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD .......................................... 27
2.1.5 Siswa ............................................................................................. 28
2.1.5.1 Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ................................ 28
2.1.5.2 Tugas Perkembangan Siswa ........................................... 29
2.1.5.3 Motivasi Belajar Siswa .................................................. 30
2.1.5.4 Gaya Belajar Siswa ........................................................ 33
2.1.5.5 Kesulitan Belajar Siswa dan Cara Mengatasinya ........... 34
2.2 Kajian Empiris ....................................................................................... 35
2.3 Kerangka Berpikir .................................................................................. 40
2.4 Hipotesis Penelitian ................................................................................ 42
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................. 43
3.1 Jenis dan Desain Penelitian .................................................................... 43
3.1.1 Jenis Penelitian .............................................................................. 43
3.1.2 Desain Penelitian ........................................................................... 43
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................. 44
3.2.1 Populasi Penelitian ........................................................................ 44
3.2.2 Sampel Penelitian .......................................................................... 45
3.3 Variabel Penelitian ................................................................................. 46
3.4 Definisi Operasional ............................................................................... 47
3.5 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ............................................. 48
3.5.1 Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 48
3.5.1.1 Tes .................................................................................. 49
3.5.1.2 Nontes ............................................................................ 50
3.5.2 Instrumen Penelitian ...................................................................... 52
3.6 Uji Coba Instrumen ................................................................................ 53
3.7 Analisis Instrumen ................................................................................. 54
3.7.1 Uji Validitas Instrumen ................................................................. 54
3.7.2 Uji Reliabilitas Instrumen ............................................................. 56
3.7.3 Uji Taraf Kesukaran ...................................................................... 59
3.7.4 Uji Daya Pembeda ......................................................................... 62
xi
3.8 Teknik Analisis Data .............................................................................. 65
3.8.1 Teknik Analisis Data Awal ........................................................... 65
3.8.1.1 Uji Prasyarat Analisis Data Awal .................................. 65
3.8.1.2 Uji Kesamaan Rata-Rata ................................................ 68
3.8.2 Teknik Analisis Data Akhir .......................................................... 70
3.8.2.1 Uji Prasyarat Analisis Data Akhir .................................. 70
3.8.2.2 Uji Hipotesis .................................................................. 73
3.8.2.3 Uji N Gain ...................................................................... 75
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 77
4.1 Hasil Penelitian ...................................................................................... 77
4.1.1 Analisis Data Awal ....................................................................... 77
4.1.1.1 Uji Prasyarat Analisis Data Awal .................................. 77
4.1.1.2 Uji Kesamaan Rata-Rata ................................................ 80
4.1.2 Analisis Data Akhir ....................................................................... 82
4.1.2.1 Uji Prasyarat Analisis Data Akhir .................................. 82
4.1.2.2 Uji Hipotesis .................................................................. 85
4.1.2.3 Uji N Gain ...................................................................... 87
4.2 Pembahasan ............................................................................................ 89
4.2.1 Pemaknaan Temuan Penelitian ..................................................... 89
4.2.2 Implikasi Hasil Penelitian ............................................................. 96
4.2.2.1 Implikasi Teoretis ........................................................... 96
4.2.2.2 Implikasi Praktis ............................................................ 97
4.2.2.3 Implikasi Pedagogis ....................................................... 98
BAB V PENUTUP ............................................................................................ 100
5.1 Simpulan ................................................................................................ 100
5.2 Saran ....................................................................................................... 100
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 102
LAMPIRAN ...................................................................................................... 105
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Data Populasi SD Negeri Gugus Kaliyitno ........................................ 45
Tabel 3.2 Kriteria Kemampuan Menulis ............................................................ 50
Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Instrumen Soal Uji Coba Pilihan Ganda ............. 55
Tabel 3.4 Kriteria Reliabilitas Instrumen ........................................................... 58
Tabel 3.5 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Soal Pilihan Ganda ......................... 58
Tabel 3.6 Hasil Uji Reliabilitas Tes Kinerja ...................................................... 59
Tabel 3.7 Pengelompokan Taraf Kesukaran Soal Pilihan Ganda ...................... 60
Tabel 3.8 Hasil Perhitungan Taraf Kesukaran Tes Kinerja ............................... 61
Tabel 3.9 Klasifikasi Daya Pembeda ................................................................. 62
Tabel 3.10 Pengelompokan Uji Daya Pembeda Soal Pilihan Ganda ................. 63
Tabel 3.11 Hasil Perhitungan Daya Pembeda Tes Kinerja ................................ 64
Tabel 3.12 Instrumen Soal Penelitian ................................................................ 65
Tabel 3.13 Normalitas Data Nilai Pretest .......................................................... 66
Tabel 3.14 Hasil Uji Homogenitas Data Nilai Pretest ....................................... 68
Tabel 3.15 Normalitas Data Nilai Posttest ......................................................... 71
Tabel 3.16 Hasil Uji Homogenitas Data Nilai Posttest ..................................... 73
Tabel 3.17 Interpretasi Indeks Gain ................................................................... 76
Tabel 4.1 Data Awal Kelompok Eksperimen dan Kontrol ................................ 77
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Data Awal ........................................................ 79
Tabel 4.3 Hasil Uji Homogenitas Data Awal .................................................... 80
Tabel 4.4 Hasil Uji Kesamaan Rata-Rata Data Awal ........................................ 81
Tabel 4.5 Data Akhir Kelompok Eksperimen dan Kontrol ................................ 82
Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Data Akhir ....................................................... 84
Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas Data Akhir .................................................... 85
Tabel 4.8 Uji Perbedaan Rata-Rata Data Akhir ................................................. 86
Tabel 4.9 Data Skor Pretest dan Posttest ........................................................... 88
Tabel 4.10 Data Peningkatan Skor Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen
dan Kontrol ...................................................................................... 88
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian ......................................................... 41
Gambar 3.1 Desain Nonequivalent Control Group Design ............................... 43
Gambar 3.2 Hubungan Variabel Independen dan Variabel Dependen .............. 47
xiv
DAFTAR GRAFIK
Diagram 3.1 Hasil Uji Validitas Instrumen Soal Uji Coba ................................ 56
Diagram 3.2 Perhitungan Taraf Kesukaran Soal Pilihan Ganda ........................ 60
Diagram 3.3 Hasil Uji Daya Pembeda Soal Pilihan Ganda ............................... 63
Diagram 4.1 Data Awal Kelompok Eksperimen dan Kontrol ........................... 78
Diagram 4.2 Data Akhir Kelompok Eksperimen dan Kontrol ........................... 83
Diagram 4.3 Peningkatan Nilai Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen
dan Kelompok Kontrol .................................................................. 92
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Nama Siswa Kelas V SD Negeri Gugus Kaliyitno ............. 106
Lampiran 2 Daftar Nilai Tes Tertulis Bentuk Pilihan Ganda Kelompok
Uji Coba .......................................................................................... 107
Lampiran 3 Daftar Nilai Tes Kinerja Kelompok Uji Coba ................................ 108
Lampiran 4 Daftar Nilai Pretest ......................................................................... 109
Lampiran 5 Daftar Nilai Posttest ....................................................................... 111
Lampiran 6 Kisi-Kisi Instrumen Pengambilan Data .......................................... 113
Lampiran 7 Kisi-Kisi Instrumen Soal Uji Coba Menulis Huruf Kapital ........... 114
Lampiran 8 Soal Uji Coba .................................................................................. 116
Lampiran 9 Kunci Jawaban dan Pedoman Penilaian Soal Uji Coba ................. 124
Lampiran 10 Analisis Validitas, Daya Pembeda, Tingkat Kesukaran, dan
Reliabilitas Soal Uji Coba ............................................................. 127
Lampiran 11 Kisi-Kisi Instrumen Soal Pretest dan Posttest ............................. 131
Lampiran 12 Soal Pretest Posttest ..................................................................... 133
Lampiran 13 Uji Normalitas Data Nilai UH Gugus Kaliyitno .......................... 137
Lampiran 14 Uji Normalitas Data Pretest ......................................................... 138
Lampiran 15 Uji Homogenitas SD Negeri Gugus Kaliyitno Kudus .................. 140
Lampiran 16 Uji Homogenitas Data Pretest ...................................................... 141
Lampiran 17 Uji Normalitas Data Posttest ........................................................ 142
Lampiran 18 Uji Homogenitas Data Posttest .................................................... 143
Lampiran 19 Perhitungan Peningkatan Skor Rata-Rata (Uji N Gain) ............... 144
Lampiran 20 Perangkat Pembelajaran ............................................................... 146
Lampiran 21 Lembar Pengamatan Penggunaan Model Talking Stick ............... 206
Lampiran 22 Lembar Pengamatan Penggunaan Model Direct Instruction ....... 210
Lampiran 23 Hasil Kemampuan Menulis Huruf Kapital Kelompok
Eksperimen .................................................................................... 213
Lampiran 24 Hasil Kemampuan Menulis Huruf Kapital Kelompok Kontrol .... 215
Lampiran 25 Surat Keterangan Validasi Instrumen ........................................... 217
Lampiran 26 Surat Penetapan Dosen Pembimbing ............................................ 219
xvi
Lampiran 27 Surat Ijin Penelitian Kelompok Eksperimen ................................ 220
Lampiran 28 Surat Ijin Penelitian Kelompok Kontrol ....................................... 221
Lampiran 29 Surat Keterangan Penelitian Kelompok Eksperimen ................... 222
Lampiran 30 Surat Keterangan Penelitian Kelompok Kontrol .......................... 223
Lampiran 31 Dokumentasi ................................................................................. 224
Lampiran 32 Organisasi Penelitian .................................................................... 228
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia
dikarenakan pendidikan menjadi salah satu sarana dalam upaya menciptakan dan
mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh sebab itu,
pendidikan di Indonesia hendaknya dikelola dengan baik. Dalam Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab I Pasal 1
disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Selain itu
pada Bab III Pasal 4 disebutkan bahwa pendidikan diselenggarakan dengan
memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreatifitas
peserta didik dalam proses pembelajaran.
Selanjutnya dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pada Pasal 13 menyatakan bahwa jalur pendidikan terdiri
atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi
dan memperkaya. Dalam pasal 14 disebutkan bahwa jenjang pendidikan formal
terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pada
pasal 37 menyatakan bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib
2
memuat bahasa. Bahan kajian bahasa mencakup salah satunya adalah Bahasa
Indonesia dengan pertimbangan Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional.
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang
standar isi juga disebutkan bahwa kurikulum SD/ MI memuat delapan mata
pelajaran yang salah satunya adalah Bahasa Indonesia.
Salah satu keterampilan yang diharapkan dimiliki oleh siswa dari sekolah
dasar adalah keterampilan berbahasa yang baik, karena bahasa merupakan modal
terpenting bagi manusia. Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP),
standar isi bahasa Indonesia sebagai berikut: “pembelajaran bahasa Indonesia
diarahkan untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar,
baik secara lisan maupun tulis” (Susanto, 2016:241-245).
Tujuan pelajaran bahasa Indonesia di SD antara lain agar siswa mampu
memperluas wawasan kehidupan serta meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan berbahasa. Tujuan khusus pengajaran bahasa Indonesia antara lain
agar siswa memiliki kegemaran membaca, meningkatkan kepribadian,
mempertajam kepekaan, perasaan, dan memperluas wawasan kehidupannya, serta
melatih keterampilan mendengar, berbicara, membaca, dan menulis yang masing-
masing erat hubungannya (Susanto, 2016:245). Kemampuan menulis perlu
dikembangkan secara sungguh-sungguh dikarenakan pada era modern sekarang
ini menuntut kemampuan menulis yang memadai.
Standar kompetensi pembelajaran bahasa Indonesia di SD merupakan
kualifikasi minimal peserta didik, yang menggambarkan penguasaan keterampilan
berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa Indonesia. Atas dasar standar
3
kompetensi tersebut, maka tujuan yang diharapkan dapat dicapai dalam
pembelajaran bahasa Indonesia adalah peserta didik dapat: (1) berkomunikasi
secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan
maupun tulisan; (2) menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia
sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara; (3) memahami bahasa Indonesia dan
dapat menggunakan dengan tepat dan efektif dalam berbagai tujuan; (4)
menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual,
serta kematangan emosional dan sosial; dan (5) memperluas wawasan,
menghaluskan budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
berbahasa. Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) saat ini,
pembelajaran bahasa Indonesia pada jenjang SD/ MI, mencakup komponen
kemampuan berbahasa yang meliputi empat aspek yaitu menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis (Zulela, 2013:4-5).
Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang diperlukan untuk
berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain
(Tarigan, 2008:3). Menulis merupakan kegiatan yang paling sering dilakukan oleh
setiap orang. Menulis membutuhkan keterampilan khusus yang harus dipelajari
dan senantiasa dilatih (Susanto, 2016:246). Dalam kegiatan menulis harus
memperhatikan pedoman umum ejaan bahasa Indonesia agar tulisan yang dibuat
terstruktur dan rapi. Salah satu pedoman umum ejaan bahasa Indonesia dalam
penggunaan huruf adalah penggunaan huruf kapital. Huruf kapital dipakai sebagai
huruf pertama awal kalimat; huruf pertama unsur nama orang; awal kalimat dalam
petikan langsung; huruf pertama kata nama agama, kitab suci, dan Tuhan,
4
termasuk sebutan dan kata ganti untuk Tuhan; huruf pertama unsur nama gelar
yang diikuti nama orang; huruf pertama unsur nama jabatan; dan seterusnya
(Kemendikbud, 2016:5-13).
Pembelajaran bahasa Indonesia khususnya kemampuan menulis huruf
kapital yang dalam hal ini dimulai dari Sekolah Dasar harus dilaksanakan dengan
benar. Namun berdasarkan wawancara dengan guru di SD Negeri Gugus
Kaliyitno Kudus, menjelaskan bahwa guru mengalami kesulitan dalam
melaksanakan pembelajaran huruf kapital. Akibatnya masih banyak siswa SD
yang belum memahami dengan benar tentang penggunaan huruf kapital. Selain
itu, berdasarkan observasi saat pembelajaran di kelas, guru terlihat sebagai pusat
pembelajaran dan siswa hanya sebagai pendengar. Menurut hasil penelitian
internasional, Programme for International Student Assessment (PISA) tahun
2015 tentang kemampuan membaca siswa di Indonesia menduduki urutan ke-69
dari 76 negara yang disurvei. Hasil itu lebih rendah dari Vietnam yang menduduki
urutan ke-12 dari total negara yang disurvei. Antara membaca dan menulis
terdapat hubungan yang sangat erat. Oleh sebab itu, jika kemampuan membaca
siswa rendah maka akan berpengaruh juga pada kemampuan menulis siswa, sebab
dengan membaca siswa dapat menambah perbendaharaan kata sedangkan dalam
menulis diperlukan pemahaman ejaan dan kosakata.
Berdasarkan pengamatan peneliti melalui observasi secara langsung dalam
kegiatan pembelajaran di kelas menjelaskan bahwa dalam mata pelajaran bahasa
Indonesia di kelas V SD Negeri Gugus Kaliyitno Kabupaten Kudus belum
berjalan optimal. Siswa terlihat kurang berkonsentrasi saat proses pembelajaran
5
dikarenakan pembelajaran bersifat monoton sehingga membosankan. Guru masih
menggunakan model pembelajaran yang berpusat pada guru dan guru memainkan
peranan pusat sehingga pembelajaran sangat bergantung pada guru. Pembelajaran
bersifat satu arah, dimana guru yang aktif (berbicara) sedangkan siswa pasif
(mendengarkan). Berdasarkan ciri model pembelajaran yang digunakan guru
tersebut, model pembelajaran yang digunakan guru hampir sama dengan model
Direct Instruction. Selain itu, guru belum menggunakan model pembelajaran yang
kreatif serta inovatif. Dalam pembelajaran, saat guru memberikan pertanyaan,
siswa hanya diam dan tidak berani mengungkapkan pendapatnya. Peran siswa
tampak belum optimal, siswa masih dalam situasi dan kondisi belajar pasif. Hal
ini berdampak pada kurangnya minat dan motivasi siswa di dalam pembelajaran.
Peneliti melaksanakan observasi di SD Negeri Gugus Kaliyitno Kabupaten
Kudus. Di Gugus Kaliyitno ini, terdapat 6 SD Negeri yaitu SD Negeri 01 Piji, SD
Negeri 02 Piji, SD Negeri 03 Piji, SD Negeri 04 Piji, SD Negeri 01 Ternadi, dan
SD Negeri 02 Ternadi. Permasalahan yang peneliti hadapi setelah melaksanakan
observasi yaitu rendahnya kemampuan menulis huruf kapital pada siswa kelas V.
Ditunjukkan dengan data nilai ulangan harian mata pelajaran Bahasa Indonesia
pada materi menulis huruf kapital siswa kelas V SD Negeri Gugus Kaliyitno
masih rendah karena masih banyak siswa yang tidak tuntas Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM). Nilai ulangan harian mata pelajaran Bahasa Indonesia pada
materi menulis huruf kapital dari seluruh siswa kelas V di SD Negeri Gugus
Kaliyitno yaitu dari 123 siswa hanya 55 siswa (45%) yang mendapatkan nilai di
atas KKM yaitu 75, sedangkan sisanya 68 siswa (55%) mendapatkan nilai di
6
bawah KKM. Dengan rincian, SD Negeri 01 Piji dari 28 siswa, terdapat 15 siswa
(54%) yang tidak tuntas dan 13 siswa (46%) tuntas; SD Negeri 02 Piji dari 11
siswa, terdapat 6 siswa (55%) yang tidak tuntas dan 5 siswa (45%) tuntas; SD
Negeri 03 Piji dari 20 siswa, terdapat 12 siswa (60%) yang tidak tuntas dan 8
siswa (40%) tuntas; SD Negeri 04 Piji dari 23 siswa, terdapat 11 siswa (48%)
yang tidak tuntas dan 12 siswa (52%) tuntas; SD Negeri 01 Ternadi dari 22 siswa,
terdapat 12 siswa (55%) yang tidak tuntas dan 10 siswa (45%) tuntas; dan SD
Negeri 02 Ternadi dari 19 siswa, terdapat 12 siswa (63%) yang tidak tuntas dan 7
siswa (37%) tuntas. Dengan demikian proses pembelajaran sangat perlu untuk
ditingkatkan.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan upaya untuk
memperbaiki kualitas pembelajaran supaya keaktifan dan partisipasi siswa dalam
pembelajaran meningkat. Salah satu alternatif pemecahan masalah dalam
pembelajaran adalah penerapan model pembelajaran. Salah satu model
pembelajaran adalah model Talking Stick.
Menurut Carol Locust (dalam Huda, 2014:224), model Talking Stick
(tongkat berbicara) adalah model yang digunakan oleh penduduk asli Amerika
untuk mengajak semua orang berbicara atau menyampaikan pendapat dalam suatu
forum. Sebagaimana namanya, model Talking Stick merupakan model
pembelajaran dengan bantuan tongkat sebagai medianya. Model Talking Stick
bermanfaat karena mampu menguji kesiapan siswa dan mengajak siswa untuk
terus siap dalam situasi apapun dalam pembelajaran. Dengan model Talking Stick
ini diharapkan siswa dapat belajar sambil bermain dengan suasana menyenangkan
7
sehingga tercipta minat dan ketertarikan siswa terhadap pembelajaran. Selain itu,
siswa juga aktif dalam pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran tercapai secara
optimal.
Penelitian yang mendukung pemecahan masalah tersebut adalah penelitian
yang dilakukan oleh Ni Putu Ayu Samiasih, Tegeh, dan Sudarma pada tahun 2015
yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Talking Stick Berbantuan Video
Pembelajaran terhadap Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas VIII. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa (1) deskripsi data dengan model pembelajaran
Talking Stick berbantuan video pembelajaran berada pada kategori sangat tinggi,
(2) deskripsi data dengan model pembelajaran konvensional berada pada kategori
tinggi, dan (3) terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar bahasa Indonesia
antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Talking
Stick dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran
konvensional dengan thitung = 18,60 > ttabel = 2,000. (diambil dari e-Journal
Edutech Universitas Pendidikan Ganesha).
Penelitian yang dilakukan oleh Ajat Sudrajat dan Elah Nurelah pada tahun
2015 yang berjudul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Metode
Cooperative Learning Type Talking Stick pada Siswa Kelas IV SDN Pisangan
Timur 12 Pagi Pulogadung Jakarta Timur. Hasil penelitian menunjukkan data
yang diperoleh saat proses pembelajaran melalui metode cooperative learning
type talking stick pada siklus I menunjukkan hasil belajar diperoleh sebesar 71%
dari keseluruhan siswa yang memperoleh nilai di atas KKM dan pada siklus II
sebesar 89%. (diambil dari Jurnal INDI-Inovasi Didaktik).
8
Penerapan model Talking Stick diharapkan dapat secara efektif untuk
diterapkan di SD Negeri Gugus Kaliyitno Kudus daripada model pembelajaran
yang berpusat pada guru sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara
optimal. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti akan mengkaji
melalui penelitian eksperimen yang berjudul Keefektifan Model Talking Stick
terhadap Kemampuan Menulis Huruf Kapital Kelas V SD Negeri Gugus Kaliyitno
Kudus.
1.2 IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, dapat dirumuskan
identifikasi masalah sebagai berikut:
1. Guru belum menerapkan model pembelajaran yang kreatif dan inovatif.
2. Kemampuan menulis huruf kapital, minat, dan motivasi siswa dalam belajar
masih rendah.
3. Penggunaan media pembelajaran sebagai pendukung dalam kegiatan
pembelajaran kurang optimal sehingga siswa kurang tertarik dalam
pembelajaran.
4. Kegiatan pembelajaran yang monoton dan berlangsung satu arah (guru
kurang terfokus pada siswa).
5. Hanya sebagian kecil siswa yang aktif dalam mengikuti pembelajaran.
6. Belum tercipta pembelajaran yang interaktif dan komunikatif.
9
1.3 PEMBATASAN MASALAH
Berdasarkan permasalahan dan identifikasi masalah, penelitian ini hanya
dibatasi pada permasalahan model pembelajaran yang kurang inovatif dan kreatif
sehingga kemampuan menulis huruf kapital siswa rendah. Peneliti ingin
mengetahui keefektifan model Talking Stick terhadap kemampuan menulis huruf
kapital siswa kelas V SD Negeri Gugus Kaliyitno Kudus.
1.4 RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “apakah model Talking
Stick efektif terhadap kemampuan menulis huruf kapital siswa kelas V SD Negeri
Gugus Kaliyitno Kudus?”.
1.5 TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menguji keefektifan model
Talking Stick terhadap kemampuan menulis huruf kapital siswa kelas V SD
Negeri Gugus Kaliyitno Kudus.
1.6 MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoretis
Secara teoretis, hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan yang
bermanfaat bagi dunia pendidikan dan menambah kajian ilmu pengetahuan dalam
menerapkan model pembelajaran yang efektif sebagai bahan referensi atau
pendukung penelitian selanjutnya dalam pembelajaran bahasa Indonesia
khususnya kemampuan menulis huruf kapital.
10
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Menambah wawasan dan pengetahuan tentang model-model
pembelajaran yang tepat dalam proses pembelajaran khususnya pada mata
pelajaran bahasa Indonesia serta untuk mengetahui keefektifan model Talking
Stick terhadap kemampuan menulis huruf kapital siswa kelas V SD Negeri
Gugus Kaliyitno Kudus.
b. Bagi Siswa
Menumbuhkan motivasi siswa dan meningkatkan aktivitas siswa
dalam pembelajaran. Selain itu, meningkatkan pemahaman siswa dan
menggali potensi-potensi siswa dalam pembelajaran menulis huruf kapital.
c. Bagi Guru
Memberikan wawasan bagi guru tentang variasi model pembelajaran
yang dapat digunakan dalam pembelajaran menulis huruf kapital. Selain itu,
meningkatkan kemampuan dan keterampilan guru dalam mengajar sehingga
guru dapat meningkatkan profesionalismenya dalam proses pembelajaran
yang kreatif, inovatif, dan menyenangkan.
d. Bagi Sekolah
Sebagai tolok ukur pengambilan kebijakan dalam rangka perbaikan
kualitas pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya pada menulis huruf
kapital dengan menerapkan model pembelajaran yang inovatif sehingga
tujuan penyelenggaraan pendidikan di sekolah dapat tercapai secara optimal.
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Model Pembelajaran
2.1.1.1 Pengertian Model Pembelajaran
Joyce dan Weil berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu
rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana
pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan
membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Model pembelajaran dapat
dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang
sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya (Rusman, 2014:133).
Adapun Soekamto (dalam Shoimin, 2014:23-24) mengemukakan maksud
dari model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur
yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan belajar tententu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang
pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.
Hal ini berarti model pembelajaran memberikan kerangka dan arah bagi guru
untuk mengajar. Sedangkan menurut Arends, model pengajaran mengarah pada
suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuan, sintaks, lingkungan, dan
sistem pengelolaannya.
12
Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah
suatu konsep yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan dan
melaksanakan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
2.1.1.2 Ciri-Ciri Model Pembelajaran
Ciri-ciri model pembelajaran menurut Rusman (2014:136) yaitu:
1. Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu.
2. Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu.
3. Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di kelas.
4. Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan: (1) urutan langkah-langkah
pembelajaran (syntax); (2) adanya prinsip-prinsip reaksi; (3) sistem sosial; dan
(4) sistem pendukung.
5. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran.
6. Membuat persiapan mengajar dengan pedoman model pembelajaran yang
dipilihnya.
Disimpulkan bahwa model pembelajaran memiliki ciri-ciri yang
diantaranya yaitu mempunyai tujuan pendidikan tertentu. Jadi, dengan
diterapkannya model pembelajaran, diharapkan dapat mencapai tujuan
pembelajaran yang diharapkan.
2.1.1.3 Model Talking Stick
Model pembelajaran banyak jenisnya. Salah satu model pembelajaran
adalah model Talking Stick. Berikut adalah penjelasan mengenai model Talking
Stick.
13
A. Pengertian Model Talking Stick
Talking Stick (tongkat berbicara) adalah model yang pada mulanya
digunakan oleh penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang
berbicara atau menyampaikan pendapat dalam suatu forum. Tongkat berbicara
sering digunakan untuk memutuskan siapa yang mempunyai hak berbicara.
Pada saat pimpinan rapat mulai berdiskusi dan membahas masalah, ia harus
memegang tongkat. Tongkat akan pindah ke orang lain apabila ingin berbicara
atau menanggapi. Dengan cara ini tongkat akan berpindah dari satu orang ke
orang lain jika orang tersebut ingin mengemukakan pendapat. Apabila semua
telah mendapat giliran berbicara, maka tongkat dikembalikan lagi ke pimpinan
rapat. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa Talking Stick dipakai
sebagai tanda seseorang mempunyai hak berbicara yang diberikan secara
bergantian (Shoimin, 2014:197-198).
Sebagaimana namanya, model Talking Stick merupakan model
pembelajaran dengan bantuan tongkat (Huda, 2014:224). Model pembelajaran
Talking Stick termasuk salah satu model pembelajaran kooperatif. Model
Talking Stick sangat cocok diterapkan bagi peserta didik SD, SMP, dan SMA/
SMK. Selain untuk melatih berbicara, model pembelajaran ini akan
menciptakan suasana yang menyenangkan dan membuat peserta didik aktif.
Pembelajaran dengan model Talking Stick mendorong peserta didik untuk
berani mengemukakan pendapat (Shoimin, 2014:198).
Berdasarkan pengertian model Talking Stick tersebut, dapat
disimpulkan bahwa model Talking Stick adalah model pembelajaran dengan
14
bantuan tongkat yang bertujuan untuk menciptakan suasana menyenangkan
serta membuat siswa aktif dalam pembelajaran.
B. Kelebihan dan Kekurangan Model Talking Stick
Kelebihan model Talking Stick, menurut Shoimin (2014:199), yaitu:
1. Menguji kesiapan peserta didik dalam pembelajaran.
2. Melatih peserta didik memahami materi dengan cepat.
3. Memacu agar peserta didik lebih giat belajar (belajar dahulu sebelum
pelajaran dimulai).
4. Peserta didik berani untuk mengemukakan pendapatnya.
Disamping adanya kelebihan, model Talking Stick juga memiliki
beberapa kekurangan. Menurut Shoimin (2014:199) terdapat beberapa
kekurangan model Talking Stick yaitu:
1. Membuat siswa senam jantung karena tegang.
2. Siswa yang tidak siap tidak bisa menjawab.
3. Siswa ketakutan akan pertanyaan yang akan diberikan oleh guru.
Untuk mengatasi beberapa kekurangan tersebut, beberapa hal yang
dilakukan peneliti dalam penerapan model Talking Stick yaitu:
1. Melaksanakan pembelajaran dengan santai dan menyenangkan sehingga
siswa tidak tegang.
2. Sebagai guru hendaknya menampilkan wajah yang bersahabat kepada
siswa sehingga siswa tidak takut dengan guru serta tidak takut jika
jawabannya salah.
15
2.1.1.4 Implementasi Model Talking Stick dalam Pembelajaran Menulis
Huruf Kapital
Implementasi/ penerapan model Talking Stick didasarkan pada
permasalahan yang terjadi saat pembelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas
V SD Negeri Gugus Kaliyitno Kudus. Adapun langkah-langkah penerapan model
Talking Stick menurut Huda (2014:225) yang dimodifikasi dengan Shoimin
(2014:199) adalah sebagai berikut:
1. Guru membuka pelajaran dilanjutkan apersepsi dan penyampaian tujuan
pembelajaran, kompetensi dasar (KD), serta indikator pencapaian kompetensi.
2. Siswa mendengarkan motivasi dari guru untuk memulai pembelajaran.
3. Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya kurang lebih 20 cm.
4. Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok heterogen.
5. Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai maksud pembelajaran dan
tugas kelompok.
6. Guru memanggil ketua-ketua kelompok untuk menerima materi tugas yaitu
tentang huruf kapital.
7. Guru memberikan kesempatan kepada kelompok untuk membaca dan
mempelajari materi pelajaran huruf kapital tersebut.
8. Masing-masing kelompok berdiskusi membahas materi huruf kapital yang
terdapat dalam materi tugas secara kooperatif.
9. Setelah selesai berdiskusi, guru meminta seluruh siswa untuk menutup materi
pelajaran, baik materi huruf kapital dari guru maupun buku pelajaran dan buku
catatan siswa.
16
10. Guru mengambil tongkat dan memberikannya kepada salah satu siswa di
dalam kelompok, setelah itu guru meminta siswa membuka pernyataan dalam
selembar kertas yang digulung di tongkat tersebut dan siswa yang memegang
tongkat tersebut harus memberikan penjelasan berdasarkan pemahamannya
sendiri. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian
untuk menyampaikan pendapatnya berdasarkan materi dari guru. Tongkat
dapat digilir menggunakan menyanyi bersama-sama ataupun kehendak guru/
siswa.
11. Guru memberikan umpan balik kepada jawaban atau penjelasan siswa
sekaligus memberi kesimpulan.
12. Siswa mengerjakan soal evaluasi yang diberikan oleh guru tentang materi
huruf kapital yang telah dipelajari.
13. Guru menutup pembelajaran.
2.1.2 Pengertian Menulis
Tarigan (dalam Susanto, 2016:247), berpendapat bahwa menulis
merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis,
penulis harus terampil memanfaatkan struktur bahasa dan kosakata. Keterampilan
menulis tidak datang secara otomatis, tetapi harus melalui latihan dan praktik
yang banyak dan teratur.
Definisi menulis yang dikemukakan Rusyana (dalam Susanto, 2016:247),
berpendapat bahwa menulis merupakan kemampuan menggunakan pola-pola
bahasa dalam penyampaiannya secara tertulis untuk mengungkapkan suatu
gagasan/ pesan. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, kemampuan menulis
17
memiliki arti yang sangat penting, yaitu: (1) menulis dalam arti mengekspresikan
atau mengemukakan pikiran, perasaan dalam bahasa tulis; (2) menulis dalam arti
melahirkan bunyi-bunyi bahasa, ucapan dalam bentuk tulisan untuk menyam-
paikan pesan berupa pikiran dan perasaan.
Selanjutnya Susanto (2016:248-249) menyimpulkan bahwa menulis
merupakan kegiatan yang sangat menakjubkan. Dengan menulis, dapat
menuangkan ide atau gagasan, menuangkan isi hati melalui bahasa tulisan
sehingga dapat dibaca dan dipahami orang lain. Menulis juga merupakan
aktualisasi diri. Mengacu pada proses pelaksanaannya, menulis merupakan
kegiatan yang dipandang sebagai suatu proses, suatu keterampilan, proses
berpikir, kegiatan informasi, dan kegiatan berkomunikasi.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan suatu
kegiatan yang sangat penting bagi kehidupan sehari-hari. Dengan menulis, kita
dapat menuangkan ide dan pikiran ke dalam bentuk tulisan untuk memberikan
pemahaman kepada orang lain. Namun, dalam menulis kita juga harus
memperhatikan pedoman umum ejaan bahasa Indonesia dalam menulis huruf
kapital agar tulisan yang dibuat terstuktur dan rapi.
2.1.3 Huruf Kapital
A. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama awal kalimat.
Misalnya:
Dia membaca buku.
Apa maksudnya?
Kita harus bekerja keras.
18
Pekerjaan itu akan selesai dalam satu jam.
B. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang, termasuk
julukan.
Misalnya:
Amir Hamzah
Dewi Sartika
Wage Rudolf Supratman
Jenderal Kancil
Dewa Pedang
Alessandro Volta
Andre-Marie Ampere
Mujair
Rudolf Diesel
Catatan:
(1) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang
merupakan nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya:
ikan mujair
mesin diesel
5 ampere
10 volt
19
(2) Huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan huruf pertama kata yang
bermakna „anak dari‟, seperti bin, binti, boru, dan van, atau huruf pertama
kata tugas.
Misalnya:
Abdul Rahman bin Zaini
Siti Fatimah binti Salim
Indani boru Sitanggang
Charles Adriaan van Ophuijsen
Ayam Jantan dari Timur
Mutiara dari Selatan
C. Huruf kapital dipakai pada awal kalimat dalam petikan langsung.
Misalnya:
Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”
Orang itu menasihati anaknya, “Berhati-hatilah, Nak!”
“Mereka berhasil meraih medali emas,” katanya.
“Besok pagi,” kata Ibu, “mereka akan berangkat.”
D. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata nama agama, kitab suci, dan
Tuhan, termasuk sebutan dan kata ganti untuk Tuhan.
Misalnya:
Islam Alquran
Kristen Alkitab
Hindu Weda
Allah
20
Tuhan
Allah akan menunjukkan jalan kepada hamba-Nya.
Ya, Tuhan, bimbinglah hamba-Mu ke jalan yang Engkau beri rahmat.
E. 1. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan,
keturunan, keagamaan, atau akademik yang diikuti nama orang, termasuk
gelar akademik yang mengikuti nama orang.
Misalnya:
Mahaputra Yamin
Sultan Hasanuddin
Haji Agus Salim
Imam Hambali
Nabi Ibrahim
Raden Ajeng Kartini
Doktor Mohammad Hatta
Agung Permana, Sarjana Hukum
Irwansyah, Magister Humaniora
2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan,
keturunan, keagamaan, profesi, serta nama jabatan dan kepangkatan yang
dipakai sebagai sapaan.
Misalnya:
Selamat datang, Yang Mulia.
Semoga berbahagia, Sultan.
Terima kasih, Kiai.
21
Selamat pagi, Dokter.
Silakan duduk, Prof.
Mohon izin, Jenderal.
F. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat
yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang
tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
Wakil Presiden Adam Malik
Perdana Menteri Nehru
Profesor Supomo
Laksamana Muda Udara Husein Sastranegara
Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Gubernur Papua Barat
G. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan
bahasa.
Misalnya:
bangsa Indonesia
suku Dani
bahasa Bali
Catatan:
Nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar
kata turunan tidak ditulis dengan huruf awal kapital.
Misalnya:
22
pengindonesiaan kata asing
keinggris-inggrisan
kejawa-jawaan
H. 1. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan
hari besar atau hari raya.
Misalnya:
tahun Hijriah tarikh Masehi
bulan Agustus bulan Maulid
hari Jumat hari Galungan
hari Lebaran hari Natal
2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama peristiwa sejarah.
Misalnya:
Konferensi Asia Afrika
Perang Dunia II
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Catatan:
Huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama tidak ditulis
dengan huruf kapital.
Misalnya:
Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.
I. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
Misalnya:
23
Jakarta Asia Tenggara
Pulau Miangas Amerika Serikat
Bukit Barisan Jawa Barat
Dataran Tinggi Dieng Danau Toba
Jalan Sulawesi Gunung Semeru
Ngarai Sianok Jazirah Arab
Selat Lombok Lembah Baliem
Sungai Musi Pegunungan Himalaya
Teluk Benggala Tanjung Harapan
Terusan Suez Kecamatan Cicadas
Gang Kelinci Kelurahan Rawamangun
Catatan:
(1) Huruf pertama nama geografi yang bukan nama diri tidak ditulis dengan
huruf kapital.
Misalnya:
berlayar ke teluk mandi di sungai
menyeberang selat berenang di danau
(2) Huruf pertama nama diri geografi yang dipakai sebagai nama jenis tidak
ditulis dengan huruf kapital.
Misalnya:
jeruk bali (Citrus maxima)
kacang bogor (Voandzeia subterranea)
nangka belanda (Anona muricata)
24
petai cina (Leucaena glauca)
Nama yang disertai nama geografi dan merupakan nama jenis dapat
dikontraskan atau disejajarkan dengan nama jenis lain dalam
kelompoknya.
Misalnya:
Kita mengenal berbagai macam gula, seperti gula jawa, gula pasir, gula
tebu, gula aren, dan gula anggur.
Kunci inggris, kunci tolak, kunci ring mempunyai fungsi yang berbeda.
Contoh berikut bukan nama jenis.
Dia mengoleksi batik Cirebon, batik Pekalongan, batik Solo, batik
Yogyakarta, dan batik Madura.
Selain film Hongkong, juga akan diputar film India, film Korea, dan film
Jepang.
Murid-murid sekolah dasar itu menampilkan tarian Sumatra Selatan, tarian
Kalimantan Timur, dan tarian Sulawesi Selatan.
J. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua
unsur bentuk ulang sempurna) dalam nama negara, lembaga, badan,
organisasi, atau dokumen, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, yang, dan
untuk.
Misalnya:
Republik Indonesia
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia
25
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2010 tentang
Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Pidato Presiden dan/ atau Wakil
Presiden serta Pejabat Lainnya
Perserikatan Bangsa-Bangsa
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
K. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata (termasuk unsur kata
ulang sempurna) di dalam judul buku, karangan, artikel, dan makalah serta
nama majalah dan surat kabar, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, dan,
yang, dan untuk, yang tidak terletak pada posisi awal.
Misalnya:
Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
Tulisan itu dimuat dalam majalah Bahasa dan Sastra.
Dia agen surat kabar Sinar Pembangunan.
Ia menyajikan makalah “Penerapan Asas-Asas Hukum Perdata”.
L. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar,
pangkat, dan sapaan.
Misalnya:
S.H. sarjana hukum
S.K.M. sarjana kesehatan masyarakat
S.S. sarjana sastra
M.A. master of arts
M.Hum. magister humaniora
M.Si. magister sains
26
K.H. kiai haji
Hj. hajah
Mgr. monseigneur
Pdt. pendeta
Dg. daeng
Dt. datuk
R.A. raden ayu
St. sutan
Tb. tubagus
Dr. doktor
Prof. profesor
Tn. tuan
Ny. nyonya
Sdr. saudara
M. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan, seperti bapak, ibu, kakak, adik, dan paman, serta kata atau
ungkapan lain yang dipakai dalam penyapaan atau pengacuan.
Misalnya:
“Kapan Bapak berangkat?” tanya Hasan.
Dendi bertanya, “Itu apa, Bu?”
“Silakan duduk, Dik!” kata orang itu.
Surat Saudara telah kami terima dengan baik.
“Hai, Kutu Buku, sedang membaca apa?”
27
“Bu, saya sudah melaporkan hal ini kepada Bapak.”
Catatan:
(1) Istilah kekerabatan berikut bukan merupakan penyapaan atau pengacuan.
Misalnya:
Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
(2) Kata ganti Anda ditulis dengan huruf awal kapital.
Misalnya:
Sudahkah Anda tahu?
Siapa nama Anda? (Kemendikbud, 2016:5-13).
2.1.4 Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar
Pembelajaran bahasa Indonesia, terutama di sekolah dasar tidak akan
terlepas dari empat keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis. Kemampuan berbahasa sangat penting bagi manusia.
Sebagai makhluk sosial, manusia berinteraksi, berkomunikasi menggunakan
bahasa sebagai media, baik dengan bahasa lisan maupun bahasa tulis.
Kemampuan berbahasa lisan meliputi kemampuan berbicara dan menyimak,
sedangkan kemampuan bahasa tulis meliputi kemampuan membaca dan menulis
(Susanto, 2016:242-243).
Standar kompetensi pembelajaran bahasa Indonesia di SD merupakan
kualifikasi minimal peserta didik, yang menggambarkan penguasaan keterampilan
berbahasa dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Atas dasar
standar kompetensi tersebut, maka tujuan yang diharapkan dapat dicapai dalam
28
pembelajaran bahasa Indonesia adalah agar peserta didik dapat: (1) berkomunikasi
secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan
maupun tulisan; (2) menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia
sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara; (3) memahami bahasa Indonesia dan
dapat menggunakan dengan tepat dan efektif dalam berbagai tujuan; (4) meng-
gunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta
kematangan emosional dan sosial; dan (5) memperluas wawasan, menghaluskan
budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa (Zulela,
2013:4-5).
Disimpulkan bahwa dalam pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah
Dasar, mencakup empat keterampilan berbahasa yaitu menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis. Keterampilan berbahasa sangat penting dalam kehidupan
sehari-hari. Oleh sebab itu, guru sebagai perencana pembelajaran diharapkan
dapat mengembangkan dan melaksanakan pembelajaran bahasa Indonesia yang
inovatif agar peserta didik mendapat kemudahan dalam menerima materi
pembelajaran.
2.1.5 Siswa
2.1.5.1 Karakteristik Siswa Sekolah Dasar
Satu hal yang tidak boleh dilupakan oleh guru atau pendidik di sekolah
dasar adalah guru hendaknya memahami karakteristik siswa yang akan diajarnya.
Siswa sekolah dasar merupakan masa transisi dari sekolah taman kanak-kanak
(TK) ke sekolah dasar. Dengan mengacu pada teori penahapan perkembangan
kognitif Piaget (Susanto, 2016:78-79), dapat diketahui bahwa anak usia sekolah
29
dasar berada pada tahapan operasional konkret (usia 7-11 tahun). Dimana pada
rentang usia ini anak mulai menunjukkan perilaku belajar yang berkembang, yang
ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Anak mulai memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu aspek situasi
ke aspek lain secara reflektif dan memandang unsur-unsur secara serentak.
2. Anak mulai berpikir secara operasional, yakni anak mampu memahami aspek-
aspek kumulatif materi, seperti volume, jumlah, berat, luas, panjang, dan
pendek.
3. Anak dapat menggunakan cara berpikir operasional untuk mengklasifikasi
benda-benda yang bervariasi beserta tingkatannya.
4. Anak mampu membentuk dan menggunakan keterhubungan aturan-aturan,
prinsip ilmiah sederhana, dan menggunakan hubungan sebab akibat.
5. Anak mampu memahami konsep substansi, volume zat cair, panjang, pendek,
lebar, luas, sempit, ringan, dan berat.
Berdasarkan uraian tersebut, disimpulkan bahwa sebagai seorang guru
atau pendidik hendaknya memahami karakteristik siswanya. Dengan demikian,
guru mampu menyimpulkan langkah yang sesuai untuk mencapai pembelajaran
yang optimal.
2.1.5.2 Tugas Perkembangan Siswa
Tugas perkembangan (development tasks) menurut Havighurst adalah
“tugas-tugas yang harus dipecahkan dan diselesaikan oleh setiap individu pada
setiap periode perkembangannya agar individu tersebut menjadi berbahagia”.
Menurut Hurlock, tujuan mempelajari tugas perkembangan ialah: (1) mendapat-
30
kan petunjuk bagi individu untuk mengetahui apa yang diharapkan masyarakat;
(2) memberikan motivasi kepada individu; serta (3) menunjukkan kepada individu
tentang apa yang akan dihadapi dan tindakan apa yang diharapkan. Tugas
perkembangan peserta didik usia SD/ MI, yaitu: (1) mempelajari keterampilan
fisik yang diperlukan untuk permainan-permainan yang umum; (2) membangun
sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai makhluk yang sedang tumbuh; (3)
belajar menyesuaikan diri dengan teman sebaya; (4) mulai mengembangkan peran
sosial dengan tepat; (5) mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk
membaca, menulis, dan berhitung; (6) mengembangkan pengertian-pengertian
yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari; (7) mengembangkan hati nurani,
pengertian moral, serta tata dan tingkatan nilai; (8) mengembangkan sikap
terhadap kelompok-kelompok sosial dan lembaga-lembaga; dan (9) mencapai
kebebasan (Ingridwati, 2007:1.28-1.33).
Dari uraian tersebut, maka disimpulkan bahwa setiap peserta didik
memiliki tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhi dan diselesaikan.
Berdasarkan tugas-tugas perkembangan tersebut, peserta didik memerlukan
bimbingan guru melalui kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan dari
pembelajaran.
2.1.5.3 Motivasi Belajar Siswa
A. Pengertian Motivasi
Sebagian besar pakar psikologi menyatakan bahwa motivasi merupakan
konsep yang menjelaskan alasan seseorang berperilaku. Motivasi merupakan
komponen paling penting dalam belajar dan merupakan komponen yang paling
31
sukar untuk diukur. Menurut Slavin, motivasi merupakan proses internal yang
mengaktifkan, memandu, dan memelihara perilaku seseorang secara terus-
menerus. Sedangkan Gage Berliner memadankan motivasi dengan mesin mobil
sebagai intensitasnya dan setir mobil sebagai pengarahnya (direction). Walaupun
demikian, dalam kenyataannya, antara intensitas dan arah sering kali sulit
dipisahkan. Intensitas motivasi pada suatu kegiatan tergantung pada intensitas dan
arah motivasi pada berbagai kegiatan (Rifa‟i, 2012:133-135).
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi
merupakan komponen yang paling penting di dalam pembelajaran untuk
mendorong peserta didik belajar.
B. Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
Pembelajaran hendaknya mampu meningkatkan motivasi siswa. Menurut
Rifa‟i (2012:155-156), beberapa cara meningkatkan motivasi siswa, yaitu:
1. Membangkitkan minat belajar
Membangkitkan hasrat ingin tahu siswa mengenai pelajaran akan
mampu meningkatkan motivasi siswa untuk mempelajari materi pembelajaran
yang disajikan oleh pendidik.
2. Mendorong rasa ingin tahu
Kegiatan yang dapat membangkitkan rasa ingin tahu peserta didik
dapat dilakukan dengan model pembelajaran yang inovatif.
3. Menggunakan variasi metode penyajian yang menarik
Motivasi untuk belajar sesuatu dapat ditingkatkan melalui penggunaan
materi pembelajaran yang menarik dan penggunaan variasi metode penyajian.
32
4. Membantu peserta didik dalam merumuskan tujuan belajar
Anak akan belajar keras untuk mencapai tujuan apabila tujuan itu
dirumuskan atau ditetapkan oleh dirinya sendiri, bukan dirumuskan atau
ditetapkan oleh orang lain.
Berdasarkan uraian tersebut, disimpulkan bahwa untuk meningkatkan
motivasi belajar siswa, guru dapat melakukan macam-macam alternatif cara yang
tepat sehingga pembelajaran yang berlangsung menarik dan mampu menambah
minat siswa dalam belajar.
C. Teknik-Teknik Motivasi dalam Pembelajaran
Beberapa teknik motivasi menurut Uno (2015:34-37) dapat dilakukan
dalam pembelajaran sebagai berikut:
1. Pernyataan penghargaan secara verbal. Pernyataan verbal terhadap perilaku
dan hasil belajar yang baik merupakan cara paling mudah dan efektif untuk
meningkatkan motif belajar siswa. Pernyataan verbal seperti “bagus sekali”,
“hebat”, “menakjubkan” yang menyenangkan siswa.
2. Menggunakan nilai ulangan sebagai pemacu keberhasilan.
3. Menimbulkan rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu merupakan daya untuk
meningkatkan motif belajar siswa.
4. Memunculkan sesuatu yang tidak terduga oleh siswa untuk menimbulkan rasa
ingin tahu siswa.
5. Menggunakan materi yang dikenal siswa sebagai contoh dalam belajar.
Sesuatu yang telah dikenal siswa dapat diingat lebih mudah.
6. Menuntut siswa menggunakan hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya.
33
7. Menggunakan simulasi dan permainan. Simulasi dan permainan merupakan
proses belajar yang sangat menarik bagi siswa. Suasana yang menarik
menyebabkan proses belajar menjadi bermakna.
8. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperlihatkan kemahirannya
di depan umum agar siswa merasa bangga dan dihargai oleh umum.
9. Membuat suasana persaingan yang sehat di antara para siswa untuk mengukur
kemampuan siswa melalui kemampuan siswa lainnya.
10. Memberikan contoh yang positif.
Berdasarkan uraian tersebut, guru hendaknya memiliki berbagai cara
untuk meningkatkan motif belajar siswa karena pada dasarnya motif adalah modal
utama untuk meraih keberhasilan dalam kegiatan belajar mengajar.
2.1.5.4 Gaya Belajar Siswa
Masing-masing siswa memiliki perbedaan dalam cara belajar yang disebut
gaya belajar. Ellis (dalam Suranto, 2015:118), membagi gaya belajar menjadi 4
kelompok, yaitu gaya belajar auditori, visual, kinestetik, dan taktil.
a. Untuk pembelajar auditori, dapat belajar dengan baik ketika mendengarkan
dan berbicara, dengan menyediakan banyak aktivitas kelompok dan diskusi di
kelas.
b. Untuk pembelajar visual, yang belajar paling baik dengan mengobservasi atau
melihat benda.
c. Untuk pembelajar kinestetik, belajar paling baik dengan aktivitas fisik.
d. Untuk pembelajar taktil, yang belajar paling baik melalui sentuhan.
34
Dari uraian tentang gaya belajar tersebut, dapat disimpulkan bahwa setiap
peserta didik memiliki gaya belajarnya masing-masing bergantung pada
karakteristik peserta didik tersebut. Ada yang suka belajar sendiri, ada yang suka
belajar kelompok. Ada yang suka belajar di tempat ramai, ada yang suka belajar
di tempat sepi. Sebagai guru, hendaknya merencanakan pembelajaran yang sesuai
dengan gaya belajar masing-masing siswa supaya tercapai tujuan pembelajaran
yang optimal.
2.1.5.5 Kesulitan Belajar Siswa dan Cara Mengatasinya
Menurut Wanei (dalam Ingridwati, 2007:6.15), ada tiga jenis kesulitan
belajar yang seringkali ditemui dalam perkembangan siswa, yaitu:
1. Kesulitan belajar akademis yang sering dinamakan kesulitan “CALISTUNG”
(membaca, menulis, berhitung).
a. Kesulitan membaca dapat disebabkan karena gangguan pertumbuhan
psikologis dan hambatan didaktik-metodik. Gangguan dalam membaca
disebut aphasia.
b. Kesulitan menulis dapat disebabkan karena kemampuan psikomotor
kurang terlatih.
c. Kesulitan berhitung berkaitan dengan penerapan konsep-konsep
kuantitatif.
2. Kesulitan belajar karena gangguan simbolik antara lain siswa mampu
mendengar, tetapi tidak mengerti apa yang didengar; siswa mampu
mengaitkan objek yang dilihat, namun mengalami gangguan pengamatan
(visual reseptive); siswa mengalami gangguan gerak-gerik (motoraphasia)
35
yang sulit untuk dapat memahami suatu objek sekalipun memiliki
pendengaran yang normal.
3. Gangguan nonsimbolik adalah ketidakmampuan anak memahami isi pelajaran
karena mengalami kesulitan untuk mengenal kembali apa yang telah
dipelajarinya pada pelajaran sebelumnya.
Apabila ada siswa Sekolah Dasar yang mengalami kesulitan belajar
tersebut, cara mengatasi kesulitan belajar pada siswa menurut Wanei (dalam
Ingridwati, 2007:6.16) agar proses pembelajaran berjalan dengan optimal yaitu:
(1) langkah awal yang perlu dilakukan adalah berbicara dengan kepala sekolah,
(2) melakukan pengamatan yang cermat dan mendalam, (3) membuat
Cummulative Records (Anecdotal Records) setelah memperoleh informasi dan
memahami permasalahan belajar siswa tersebut, dan (4) mencari penyuluhan
untuk membuat program-program Therapy atau Treatment.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa setiap siswa
memiliki keterbatasan yang berbeda-beda mulai dari keterbatasan fisik,
intelektual, lingkungan tempat tinggal, dan sebagainya. Hal tersebut memengaruhi
proses belajar siswa. Oleh sebab itu, diperlukan peran serta guru untuk
meminimalisir kesulitan belajar siswa.
2.2 Kajian Empiris
Penelitian ini didasarkan pada penelitian sebelumnya tentang model
Talking Stick dalam berbagai mata pelajaran, namun dilakukan pada subjek dan
tempat yang berbeda. Berikut adalah penelitian tentang model Talking Stick:
36
1. Penelitian yang dilakukan oleh Rindawati Noviasari, Ernati, dan Welya Roza
(2014) dengan judul “Teaching Speaking Through Talking Stick Method”.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pengajaran berbicara
melalui metode Talking Stick. Hasil penelitian menyatakan bahwa metode
Talking Stick adalah metode bagus yang memberi kesempatan kepada siswa
untuk mengungkapkan pendapat atau gagasan secara bebas.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Ludi Wishnu Wardana (2016) dengan judul
“Paper Airplane and Talking Stick Learning Methods to Increase Students
Understanding about Management Information System Courses”. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang Sistem
Informasi Manajemen dengan pesawat kertas dan Talking Stick untuk siswa
kelas H tahun ajaran 2015/ 2016. Hasil penelitian menyatakan bahwa
penerapan model pembelajaran pesawat kertas dan Talking Stick dapat
meningkatkan pemahaman siswa.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Febrina Wulandari (2016) dengan judul
“Talking Stick Method for Improving Activeness and Achievement in SMKN 3
Magelang”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menerapkan metode
pembelajaran talking stick untuk meningkatkan keaktifan belajar dan
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Boga Dasar di SMK
Negeri 3 Magelang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model
pembelajaran talking stick mampu: (1) meningkatkan keaktifan belajar siswa,
dan (2) meningkatkan hasil belajar siswa.
37
4. Penelitian yang dilakukan oleh Ida Bagus Ngurah Manuaba, Nym
Kusmariyatni, dan Citra Wibawa (2014) dengan judul “Pengaruh Metode
Talking Stick terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri 1
Karangasem Tahun Pelajaran 2013/ 2014”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang
dibelajarkan dengan metode Talking Stick berbantuan media audio visual dan
kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa (1) hasil belajar siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan metode Talking Stick dengan mean (M) = 48,18
termasuk dalam kategori tinggi, (2) hasil belajar siswa yang mengikuti
pembelajaran konvensional dengan mean (M) = 38,67 termasuk dalam
kategori sedang, (3) terdapat perbedaan hasil belajar secara signifikan antara
kelompok siswa yang belajar mengikuti pembelajaran dengan metode Talking
Stick berbantuan media audio visual dengan kelompok siswa yang belajar
mengikuti pembelajaran konvensional (thitung = 6,99 > ttabel = 2,000).
5. Penelitian yang dilakukan oleh Ni Made Pranyandari, I Gusti Agung Oka
Negara, dan I Wayan Rinda Suardika (2014) dengan judul “Pengaruh Model
Pembelajaran Talking Stick Berbasis Concept Mapping terhadap Hasil Belajar
IPA Siswa Kelas V Sekolah Dasar Gugus IV Kuta Utara Tahun Ajaran 2013/
2014”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan
hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran
Talking Stick berbasis Concept Mapping dengan yang dibelajarkan melalui
38
konvensional. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh rata-rata kelompok
eksperimen = 87,86 > rata-rata kelompok kontrol = 74,44.
6. Penelitian yang dilakukan oleh Lidya Yanuarta, Joko Waluyo, dan Suratno
(2014) dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think
Talk Write (TTW) dengan Teknik Talking Stick dalam Meningkatkan Karakter
dan Hasil Belajar IPA Biologi”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
peningkatan pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk
Write (TTW) dengan teknik Talking Stick.
7. Penelitian yang dilakukan oleh Ni Putu Lisdayanti, Ardana, dan Suryaabadi
(2014) dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Talking Stick
Berbantuan Media Gambar terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD
Gugus 4 Baturiti”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan
yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti model
pembelajaran kooperatif talking stick berbantuan media gambar dengan siswa
yang mengikuti pembelajaran konvensional. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa ada perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA siswa yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif talking stick berbantuan media
gambar dengan siswa yang melaksanakan pembelajaran menggunakan
pembelajaran konvensional (thitung > ttabel) yang artinya Ha diterima
(thitung = 3,714; ttabel = 2,000).
8. Penelitian yang dilakukan oleh Ni Made Ayu Julia Martha, I Wayan Wiarta, I
Nengah Suadnyana (2015) dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran
Talking Stick Berbantuan Media Flip Chart untuk Meningkatkan Kemampuan
39
Berbahasa Lisan Anak Kelompok B3 PAUD Kusuma 2 Denpasar”. Penelitian
ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa lisan melalui
penerapan model pembelajaran Talking Stick berbantuan media flip chart pada
anak kelompok B3 semester II PAUD Kusuma 2 Denpasar. Hasil analisis data
menunjukkan bahwa kemampuan berbahasa lisan anak pada kelompok B3
meningkat setelah diterapkan model pembelajaran talking stick = 18,55%.
9. Penelitian yang dilakukan oleh Dovan Julinur Rahsyaputra (2015) dengan
judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Sosiologi Kelas XI IIS 2 SMA
Negeri 1 Boyolali Tahun Pelajaran 2014/ 2015”. Penelitian ini bertujuan untuk
meningkatkan hasil belajar mata pelajaran sosiologi siswa kelas XI IIS 2 SMA
Negeri 1 Boyolali tahun pelajaran 2014/ 2015 melalui penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IIS 2 SMA Negeri 1 Boyolali.
10. Penelitian yang dilakukan oleh Wahyudiantari, Parmiti, dan Wayan Romi
Sudhita (2015) dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Talking Stick Berbantuan Multimedia Pembelajaran Interaktif dalam
Meningkatkan Hasil Belajar IPA”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti
model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick berbantuan multimedia
pembelajaran interaktif dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran
konvensional di kelas VIII SMP Negeri 7 Singaraja. Hasil penelitian
40
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA
antara siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick
berbantuan multimedia pembelajaran interaktif dengan siswa yang mengikuti
model pembelajaran konvensional (tA = 27,6 > tt = 2,000).
Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut, disimpulkan bahwa penelitian
dengan model Talking Stick berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa. Oleh
sebab itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh model
Talking Stick pada mata pelajaran bahasa Indonesia materi huruf kapital.
2.3 Kerangka Berpikir
Berdasarkan hasil observasi pada kelas V SD Negeri Gugus Kaliyitno
menunjukkan bahwa dari 123 siswa terdapat 68 siswa (55%) mendapat nilai
ulangan harian mata pelajaran Bahasa Indonesia pada materi menulis huruf kapital
di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Hal ini membuktikan bahwa
kualitas pembelajaran Bahasa Indonesia belum optimal. Faktor-faktor penyebab
belum optimalnya kualitas pembelajaran yaitu penggunaan model pembelajaran
yang kurang kreatif dan inovatif sehingga pembelajaran terasa monoton, guru
masih mendominasi kegiatan pembelajaran sehingga pembelajaran berjalan satu
arah, siswa kurang antusias dalam memperhatikan penjelasan dari guru dan masih
banyak siswa yang bermain sendiri saat pembelajaran. Hal tersebut menjadikan
suasana kelas menjadi gaduh dan pembelajaran tidak kondusif.
Model pembelajaran yang digunakan hendaknya dapat membuat siswa
aktif dalam pembelajaran serta terjadi interaksi antara guru dengan siswa dan juga
siswa dengan siswa. Dalam penelitian ini, menggunakan model Talking Stick
41
untuk meningkatkan kemampuan menulis huruf kapital siswa kelas V. Penelitian
ini bertujuan untuk menguji keefektifan model Talking Stick di kelas eksperimen
pada materi menulis huruf kapital, sedangkan kelas kontrol menggunakan model
Direct Instruction dengan materi yang sama. Sebelum pelaksanaan treatment,
kedua kelas terlebih dahulu diberikan pretest untuk mengetahui kemampuan awal
siswa. Langkah selanjutnya adalah pemberian treatment. Siswa diberikan posttest
untuk mengetahui perbedaan kemampuan menulis huruf kapital pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan uraian tersebut, maka kerangka
berpikir dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian
Permasalahan dalam menulis huruf kapital kelas V
Kelas Eksperimen
Model Talking
Stick
Kelas Kontrol
Model Direct
Instruction
Kemampuan Awal Siswa
Kelas Eksperimen
Model Talking
Stick
Kelas Kontrol
Model Direct
Instruction
posttest
Hasil Belajar
dianalisis
1. Keefektifan model Talking Stick
2. Perbedaan hasil belajar (kemampuan menulis huruf kapital)
pretest pretest
treatment
42
2.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Ho : Model Talking Stick tidak efektif terhadap kemampuan menulis huruf kapital
siswa kelas V SD Negeri Gugus Kaliyitno Kudus.
Ha : Model Talking Stick efektif terhadap kemampuan menulis huruf kapital siswa
kelas V SD Negeri Gugus Kaliyitno Kudus.
100
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan yaitu
kelompok eksperimen memiliki rata-rata (mean) nilai posttest lebih besar dari
kelompok kontrol. Hal tersebut dibuktikan dengan kelompok eksperimen
memiliki rata-rata (mean) nilai posttest sebesar 90,87 dan kelompok kontrol
memiliki rata-rata (mean) nilai posttest sebesar 77,11. Perbedaan kedua kelompok
yaitu 13,76. Diperkuat dengan hasil perhitungan Independent-Samples T Test atau
uji t yang memperoleh Sig. (2-tailed) sebesar 0,000. Nilai Sig. (2-tailed) < 0,05
(0,000 < 0,05) maka Ha diterima dan Ho ditolak. Hal tersebut menunjukkan
bahwa model Talking Stick efektif terhadap kemampuan menulis huruf kapital
siswa kelas V SD Negeri Gugus Kaliyitno Kudus.
Simpulan yang dapat diambil berdasarkan uraian tersebut adalah
pembelajaran dengan model Talking Stick efektif terhadap kemampuan menulis
huruf kapital siswa kelas V SD Negeri Gugus Kaliyitno Kudus tahun ajaran 2016/
2017.
5.2 Saran
Berdasarkan simpulan tersebut, saran yang direkomendasikan oleh peneliti
adalah sebagai berikut:
1. Guru hendaknya dapat menggunakan model pembelajaran yang lebih kreatif
dan inovatif dalam kegiatan belajar mengajar sehingga tidak membuat siswa
101
bosan saat pembelajaran berlangsung. Selain itu, dengan model pembelajaran
yang kreatif dan inovatif dapat menciptakan peran aktif dan keterlibatan siswa
dalam pembelajaran. Guru dapat menggunakan model Talking Stick pada mata
pelajaran bahasa Indonesia khususnya pada materi menulis huruf kapital.
Namun, model pembelajaran Talking Stick hendaknya tidak hanya digunakan
pada mata pelajaran bahasa Indonesia saja melainkan juga digunakan pada
mata pelajaran lain yang sesuai. Pengelolaan waktu perlu diperhatikan oleh
guru agar materi dapat tersampaikan secara optimal.
2. Siswa hendaknya terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Terciptanya
suasana kelas yang aktif dan menyenangkan dapat memunculkan semangat
dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran sehingga siswa akan lebih
mudah untuk memahami informasi dan materi pelajaran yang disampaikan.
3. Sekolah hendaknya mengoptimalkan tersedianya fasilitas penunjang
pembelajaran sehingga pembelajaran dapat berlangsung secara optimal dan
tujuan pembelajaran dapat tercapai.
102
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2. Jakarta:
Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Gurria, Angel. 2016. “PISA 2015 PISA Results in Focus. Laporan Penelitian. –:
OECD.
Huda, Miftahul. 2014. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran: Isu-Isu
Metodis dan Paradigmatis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kemendikbud. 2016. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Jakarta: Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
Kurnia, Ingridwati, dkk. 2007. Perkembangan Belajar Peserta Didik. –:
Departemen Pendidikan Nasional.
Lisdayanti, NP., Ardana, & Suryaabadi. 2014. “Pengaruh Model Pembelajaran
Kooperatif Talking Stick Berbantuan Media Gambar terhadap Hasil
Belajar IPA Siswa Kelas V SD Gugus 4 Baturiti”. e-Journal Mimbar
PGSD Universitas Pendidikan Ganesha. 2 (1). (diunduh pada tanggal 7
September 2017).
Manuaba, Ida B. N., Kusmariyatni, Nym, & Wibawa, Citra. 2014. “Pengaruh
Metode Talking Stick terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD
Negeri 1 Karangasem Tahun Pelajaran 2013/ 2014”. Jurnal Mimbar
PGSD Universitas Pendidikan Ganesha. 2 (1). (diunduh pada tanggal 26
Januari 2017).
Martha, Ni MAJ., Wiarta, IW., & Suadnyana, IN. 2015. “Penerapan Model
Pembelajaran Talking Stick Berbantuan Media Flip Chart untuk
Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Lisan Anak Kelompok B3 PAUD
Kusuma 2 Denpasar”. e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan
Ganesha. 3 (1). (diunduh pada tanggal 15 Februari 2017).
Noviasari, R., Ernati, & Roza W. 2014. “Teaching Speaking Through Talking
Stick Method”. Jurnal Bung Hatta University. 1 (1): hlm. 1-12. (diunduh
pada tanggal 6 September 2017).
103
Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis
Kompetensi. Yogyakarta: Bpfe.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun
2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
2006. Jakarta: Menteri Pendidikan Nasional. (diunduh pada tanggal 6
Januari 2016).
Prayandari, Ni M., Negara, IGAO., & Suardika, IWR. 2014. “Pengaruh Model
Pembelajaran Talking Stick Berbasis Concept Mapping terhadap Hasil
Belajar IPA Siswa Kelas V Sekolah Dasar Gugus IV Kuta Utara Tahun
Ajaran 2013/ 2014”. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan
Ganesha. 2 (1). (diunduh pada tanggal 26 Januari 2017).
Priyatno, Duwi. 2016. Belajar Alat Analisis Data dan Cara Pengolahannya
dengan SPSS. Yogyakarta: Gava Media.
Rahsyaputra, Dovan J. 2015. “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Talking Stick untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Sosiologi
Kelas XI IIS 2 SMA Negeri 1 Boyolali Tahun Pelajaran 2014/ 2015”.
Skripsi. 1 (1). (diunduh pada tanggal 6 September 2017).
Rifa‟i, Achmad & Anni, Catharina T. 2012. Psikologi Pendidikan. Semarang:
Unnes Press.
Rusman. 2014. Seri Manajemen Sekolah Bermutu Model-Model Pembelajaran:
Mengembangkan Profesionalisme Guru Edisi Kedua. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Samiasih, Ni Putu A., Tegeh, & Sudarma. 2015. “Pengaruh Model Pembelajaran
Talking Stick Berbantuan Video Pembelajaran terhadap Hasil Belajar
Bahasa Indonesia Kelas VIII”. e-Journal Edutech Universitas Pendidikan
Ganesha, 3 (1). (diunduh pada tanggal 22 Januari 2017).
Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Slameto. 2013. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sudrajat, Ajat & Elah Nurelah. 2015. “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPS
Melalui Metode Cooperative Learning Type Talking Stick pada Siswa
Kelas IV SDN Pisangan Timur 12 Pagi Pulogadung Jakarta Timur”.
Jurnal INDI-Inovasi Didaktik, 1 (1): hlm. 79-90. (diunduh pada tanggal 27
Januari 2017).
104
Sugiyono. 2012. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung:
Alfabeta.
Suranto. 2015. Teori Belajar & Pembelajaran Kontemporer. Yogyakarta:
LaksBang PRESSindo.
Susanto, Ahmad. 2016. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:
Prenadamedia Group.
Tarigan, Henry G. 2008. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa Bandung.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. 2003. Jakarta: Departemen Agama.
Uno, Hamzah B. 2015. Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang
Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Wahyudiantari, Parmiti, & Wayan Romi Sudhita. 2015. “Pengaruh Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick Berbantuan Multimedia
Pembelajaran Interaktif dalam Meningkatkan Hasil Belajar IPA”. e-
Journal Edutech Universitas Pendidikan Ganesha. 3 (1). (diunduh pada
tanggal 6 September 2017).
Wardana, Ludi W. 2016. “Paper Airplane and Talking Stick Learning Methods to
Increase Students Understanding about Management Information System
Courses”. IOSR Journal of Business and Management. 18 (9): hlm. 164-
169. (diunduh pada tanggal 15 Februari 2017).
Wulandari, DF. 2016. “Talking Stick Method for Improving Activeness and
Achievement in SMKN 3 Magelang”. Jurnal. 3 (1). (diunduh pada tanggal
6 September 2017).
Yanuarta, Lidya, Waluyo, Joko, & Suratno. 2014. “Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write (TTW) dengan Teknik
Talking Stick dalam Meningkatkan Karakter dan Hasil Belajar IPA
Biologi”. Jurnal Universitas Jember. 3 (3): hlm. 69-78. (diunduh pada
tanggal 19 Januari 2017).
Zulela. 2013. Pembelajaran Bahasa Indonesia Apresiasi Sastra di Sekolah Dasar.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.