kekuatan wanita penyintas kanker payudara: dilihat … · menambahkan bahwa dampak fisik yang dapat...
TRANSCRIPT
KEKUATAN WANITA PENYINTAS KANKER PAYUDARA: DILIHAT
DARI SUMBER-SUMBER RESILIENSI
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Rosa Ayuning Sasmita
149114124
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN MOTTO
Life is not about how fast you run or how high you climb, but how well you bounce
Vivian Komori
Manusia memikir-mikirkan jalannya tetapi Tuhan menentukan arah langkahnya
Amsal 16:9
Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kadar
kesanggupannya
Al Baqarah 286
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Penelitian ini secara khusus saya persembahkan untuk:
Tuhan Yesus yang membimbing dan menolong disetiap proses kehidupan saya
Tiga wanita hebat dan tahan banting yang dengan suka cita menyediakan diri untuk
turut ambil bagian dari proses penelitian ini
serta
Seluruh wanita penyintas kanker payudara yang sedang berjuang melawan
penyakitnya tanpa melupakan tugas sebagai ibu, istri, anak, dan teman. Percayalah
bahwa dunia bersama kita untuk melawan ketakutan, kelemahan dan kesengsaraan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
KEKUATAN WANITA PENYINTAS KANKER PAYUDARA: DILIHAT DARI
SUMBER-SUMBER RESILIENSI
Rosa Ayuning Sasmita
Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sumber-sumber resiliensi pada
penyintas kanker payudara. Sumber-sumber resiliensi meliputi I have (dukungan dari
orang lain dan lingkungan sekitar), I am (kekuatan yang berasal dari diri sendiri), dan
I can (kemampuan sosial dan hubungan interpersonal). Informan dalam penelitian ini
merupakan seorang wanita dewasa (40-60 tahun) penyintas kanker payudara yang
berjumlah tiga orang. Penelitian ini menggunakan metode wawancara semi-terstruktur.
Analisis data yang digunakan adalah analisis isi kualitatif (AIK) dengan pendekatan
deduktif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa sumber-sumber resiliensi saling
berdinamika satu sama lain.
Kata kunci: sumber-sumber resiliensi, penyintas kanker payudara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
THE STRENGTH OF WOMAN SURVIVING BREAST CANCER: LOOKING
THROUGH THEIR SOURCES OF RESILIENCE
Rosa Ayuning Sasmita
Faculty of Psychology
Sanata Dharma University
ABSTRACT
The current research was aimed to find the sources of resilience in breast
cancer survivors. The sources of resilience are; I have (external support), I am
(personal strengths), and I can (social and interpersonal skill). The participants of
the research were three women (40-60 years old) that are breast cancer survivors.
The data was collected using interview and analyzed using qualitative content
analysis with deductive approach. The result of the research showed that the sources
of resilience are mutually dynamic by each other.
Keywords: breast cancer survivor, sources of resilience.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Hal yang tidak disangka-sangka adalah berada pada titik ini. Terdengar sangat
dibuat-buat, tapi memang begitu adanya. Dan akan terdengar basa basi ketika saya
merasa baru kemarin ikut inisiasi mahasiswa baru. Suatu hari di kantin, saya merasa
kebingungan memilih topik apa yang akan saya angkat menjadi sebuah karya tulis.
Saya tidak menyangka akan menggandeng wanita hebat penyintas kanker payudara
untuk berkontribusi pada tulisan ini. Sangat beruntung bukan?
Tidak dengan jalan yang mudah saya dapat menyelesaikan tulisan ini. Selama
hampir empat semester saya lalui lika-liku perjalanan yang penuh dengan tawa, air
mata, rasa bosan, kejenuhan dan terkadang keputusasaan juga datang menyapa. Tapi
saya menyadari bahwa perjalanan yang penuh pelajaran ini memang harus terjadi pada
saya. Perjalanan yang Tuhan rancang dengan maksud membentuk saya menjadi pribadi
yang besar, sabar, mau belajar dan tidak putus asa. Keberhasilan saya melewati semua
ini adalah suatu usaha yang tidak saya lalui sendirian. Oleh sebab itu, pada kesempatan
ini saya ingin menyampaikan rasa syukur dan terima kasih kepada semua yang terlibat
dalam proses ini.
Rasa syukur saya hunjukkan pada Tuhan Yesus yang selalu menyertai dan
membimbing setiap langkah saya melalui proses kehidupan ini. Saya adalah orang
beruntung yang Tuhan pilih untuk bertemu sahabat sekaligus seorang panutan dalam
mengerjakan tulisan ini. Seseorang yang dengan sabar membimbing dan menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
terang dikegelapan saya, Diana Permata Sari, S.Psi, M.Sc. Dengan hormat saya juga
berterima kasih kepada Dr. M. Laksmi Anantasari, M.Si., selaku dosen pembimbing
akademik dan Dr. Titik Kristiyani, M. Psi., selaku dekan Fakultas Psikologi. Selain itu
saya juga berterima kasih kepada Monica E. Madyaningrum, Ph.D., selaku kepala
program studi Psikologi. Kepada yang terkasih B. Erlita Tri Anggadewi, M.Psi yang
selama perjalanan ini membantu saya menemukan sebagian diri yang hilang. Terima
kasih atas cinta tanpa syarat dan penerimaannya kepada saya.
Dapat menyelesaikan perguruan tinggi adalah kebahagiaan yang dinantikan
tiap insan. Untuk itu saya berterima kasih kepada mama dan papa karena sudah
membantu saya mewujudkan kebahagiaan ini dengan dukungan finansial dan
emosional tanpa menuntut lebih. Kepada dua adik saya yang selalu memberikan
kebahagiaan kecil setiap harinya. Perjalanan ini mungkin akan membosankan dan tidak
akan bertemu titik terang tanpa kehadiran empat orang sahabat baru. Noia, Umik, Yuka
dan Ayne yang dipertemukan saat pergulatan di perpustakaan membuat persahabatan
ini kuat dan tak terlupakan. Akhir perkuliahan yang ditutup dengan lingkaran
pertemanan yang tidak disangka-sangka, terima kasih atas waktu, canda tawa, keluh
kesah dan makan bersamanya Ridho, David, Btari, Anus, Anggung dan Yosta.
Tanpa mengurangi rasa syukur atas segala hal baik yang Tuhan berikan kepada
saya. Terima kasih saya lambungkan kepada teman-teman tercinta yang senantiasa
memberikan kenangan. Kepada kelompok perempuan yang berdiri dengan karakternya
masing-masing, Genggesh. Kepada Deo teman baik saya yang dengan tulus membantu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
sekaligus menyediakan bahu dan waktu dalam setiap kesulitan. Serta teman-teman
seperjuangan KeluhKesahSkripsi yang akhir-akhir ini sering disebut dengan
Mbokdiy’s squad terima kasih atas perjuangan kalian terlebih untuk Joste dan Dwina.
Perjalanan ini tidak melulu dikelilingi oleh penggiat 3C Sanata Dharma. Energi
dapat diperoleh dari mana saja seperti dari seorang teman yang menjelma menjadi
seorang kakak. Mas Bayu yang tidak setiap waktu dapat ditemui, terima kasih karena
sudah peduli. Kepada Arnoldus yang diam-diam membuat saya kagum dan
menyadarkan saya bahwa hidup harus berpikir kedepan walaupun sesekali dibuat
jengkel. Dalam perjalanan yang tidak mudah ini, alam raya seolah ingin
mempertemukan saya pada pribadi yang baik dan selalu ada. Kawan lama yang tak
pernah berbagi cerita sebelumnya dapat membuka tangannya dengan lebar dan
menerima saya setiap bertemu dengan keterpurukan, Hans. Sahabat sekaligus keluarga
yang tidak pernah sedikitpun berubah dari sepuluh tahun yang lalu, terima kasih atas
kesetiaannya Fransiska Wulan. Terima kasih pula kepada semua yang terlibat selama
proses ini dan tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
Tulisan ini 100% faking apabila tidak ada tiga wanita hebat yang dengan tulus
menyediakan diri untuk berbagi pengalamannya kepada saya. Mereka semua adalah
seorang penyintas kanker payudara yang selalu bersyukur atas kanker yang menjadi
bagian dari hidup mereka. Tidak ada kata yang dapat saya ucapkan selain terima kasih
atas kasih yang ibu-ibu ajarkan kepada saya. Terima kasih atas pelajaran berharga yang
ibu bagikan kepada saya sehingga membentuk saya menjadi pribadi yang selalu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
bersyukur. Semoga semangat ibu-ibu sekalian dapat membangkitkan semangat
saudara-saudara kita penyintas kanker payudara di luar sana.
Terakhir, saya mengucapkan terima kasih atas apa yang telah dilakukan.
Terima kasih karena sudah memilih untuk belajar dan berjalan hingga titik ini. Terima
kasih karena telah berjuang dan tidak menyerah begitu saja. Tanpa perjuangan itu saya
tidak akan benar-benar berada pada titik ini. Cha, thank you for not giving up. You did
it so great!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ....................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................ iii
HALAMAN MOTTO ............................................................................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ..............................................................................v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................... vi
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
ABSTRACT ........................................................................................................... viii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI................................. ix
KATA PENGANTAR .............................................................................................x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiv
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xvii
BAB I .......................................................................................................................1
PENDAHULUAN ...................................................................................................1
A. Latar Belakang .............................................................................................1
B. Pertanyaan Penelitian ...................................................................................9
C. Tujuan Penelitian .........................................................................................9
D. Manfaat Penelitian .....................................................................................10
1. Manfaat Teoritis ...................................................................................10
2. Manfaat Praktis ....................................................................................10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
BAB II ....................................................................................................................12
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................12
A. Resiliensi ....................................................................................................12
1. Pengertian Resiliensi ............................................................................12
2. Sumber-sumber Resiliensi ...................................................................13
B. Penyakit Kanker .........................................................................................19
1. Pengertian Kanker ................................................................................19
2. Jenis-jenis Kanker ................................................................................20
3. Kanker Payudara ..................................................................................20
4. Pengobatan Kanker Payudara ..............................................................21
5. Dampak Penyakit dan Pengobatan Kanker Payudara ..........................25
C. Teori Perkembangan ..................................................................................26
D. Sumber-sumber Resiliensi Penyintas Kanker Payudara ............................29
BAB III ..................................................................................................................33
METODE PENELITIAN .......................................................................................33
A. Jenis dan Desain Penelitian ........................................................................33
B. Fokus Penelitian .........................................................................................34
C. Informan Penelitian ....................................................................................34
D. Peran Peneliti .............................................................................................35
E. Metode Pengambilan Data .........................................................................37
F. Analisis dan Intepretasi Data .....................................................................39
G. Kredibilitas Hasil Penelitian ......................................................................43
BAB IV ..................................................................................................................44
HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................................................44
A. Pelaksanaan Penelitian ...............................................................................44
B. Informan Penelitian ....................................................................................48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
1. Data Informan ......................................................................................48
2. Latar Belakang Informan .....................................................................48
C. Hasil Penelitian ..........................................................................................54
1. Analisis Data Informan 1 .....................................................................54
a. Dampak Kanker .............................................................................54
b. Sumber-sumber Resiliensi Informan 1 ..........................................55
c. Dinamika Sumber-Sumber Resiliensi Informan 1 .........................61
2. Analisis Data Informan 2 .....................................................................61
a. Dampak Kanker .............................................................................61
b. Sumber-sumber Resiliensi Informan 2 ..........................................62
c. Dinamika Sumber-sumber Resiliensi Informan 2 ..........................67
3. Analisis Data Informan 3 .....................................................................68
a. Dampak Kanker .............................................................................68
b. Sumber-sumber Resiliensi Informan 3 ..........................................69
c. Dinamika Sumber-sumber Resiliensi Informan 3 ..........................73
4. Dinamika Sumber-sumber Resiliensi Tiga Informan ..........................74
5. Integrasi Tiga Informan Penelitian.......................................................74
D. Pembahasan ................................................................................................98
BAB V ..................................................................................................................116
PENUTUP ............................................................................................................116
A. Kesimpulan ..............................................................................................116
B. Keterbatasan Penelitian ............................................................................117
C. Saran .........................................................................................................118
1. Bagi Penyintas Kanker Payudara .......................................................118
2. Bagi Keluarga Penyintas Kanker Payudara .......................................118
3. Bagi Peneliti Selanjutnya ...................................................................118
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................119
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Pedoman Wawancara ............................................................................... 38
Tabel 2. Kerangka Analisis Data .......................................................................... 40
Table 3. Tanggal Pengambilan Data dan Konfirmasi ............................................ 47
Table 4. Identitas Informan .................................................................................... 48
Tabel 5. Analisis Data ............................................................................................ 97
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit kanker, jantung, stroke dan AIDS termasuk dalam kategori
high-mortality illness atau disebut juga dengan penyakit kronis yang
sangat mematikan (Sarafino, 2008). Dari keempat penyakit tersebut,
penyakit kanker merupakan penyebab kematian kedua di seluruh dunia
dan pada tahun 2018 diperkirakan mencapai 9,6 juta kematian
disebabkan oleh kanker (Cancer, 2018). Kanker sendiri memiliki empat
tipe, tipe pertama adalah karsinoma yang terjadi pada lapisan organ,
kedua adalah lipoma yang terjadi pada sistem limfalik, ketiga adalah
sarkoma yang terjadi pada otot dan tulang atau jaringan ikat dan yang
terakhir adalah leukimia yang terjadi pada organ pembentukan darah
(Sarafino, 1994). Individu yang telah dinyatakan mengidap kanker dan
masih berjuang untuk hidup disebut sebagai penyintas kanker (Putri &
Maulina, 2016).
Menurut data GLOBOCAN, International Agency for Research on
Cancer (IARC) pada tahun 2012 kanker payudara merupakan penyakit
dengan presentase paling tinggi yaitu sebesar 43,3% (Kementrian
Kesehatan, 2016). Kanker payudara berdampak pada 2,1 juta wanita
setiap tahunnya dan pada tahun 2018 diperkirakan sebanyak 627.000
wanita di dunia meninggal akibat kanker payudara (Breast Cancer,
2018). Indonesia sendiri memiliki jumlah pasien kanker payudara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
sebanyak 61.682 orang pasien (Kementrian Kesehatan, 2016).
Sementara itu, di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada
tahun 2013 mengantongi jumlah pasien terbanyak yaitu 4.325 orang
terdeteksi memiliki kanker payudara (Kanker Payudara, 2016). Kanker
payudara lebih beresiko menyerang perempuan dewasa berusia 35-50
tahun atau sedang dalam usia pra-menopause (Wagman, 1996 dalam
Dewi, Djoeniana & Melisa, 2004). Hal tersebut disebabkan oleh
terjadinya ketidakseimbangan kadar hormon estrogen dan progesteron
pada usia 35-50 tahun sehingga mengaktifkan sel kanker (Jokie, 2009
dalam Utami & Mustikasari, 2017).
Penyintas kanker payudara menjalani serangkaian pengobatan
seperti operasi, sinar radiasi dan kemoterapi (Wahyuni, Huda & Utami,
2012). Serangkaian pengobatan tersebut memiliki dampak bagi fisik
penyintas, antara lain mual, muntah dan perubahan metabolisme yang
mempengaruhi massa otot (Wahyuni, Huda, & Utami, 2015). Smeltzer
dan Bare (2002; Nisman 2011, dalam Sari, Dewi, & Utami, 2012)
menambahkan bahwa dampak fisik yang dapat terjadi adalah
kerontokan rambut, kurang nafsu makan, kulit mengering hingga
menghitam dan rasa nyeri pada tulang.
Perubahan secara fisik ini berdampak juga pada penyintas secara
psikologis seperti gangguan terkait konsep diri (Wahyuni, Huda &
Utami, 2015). Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Damayanti, Fitriyah, dan Indriani (2008) yang mengatakan bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
dampak fisik pada penyintas kanker juga memberikan permasalahan
bagi aspek psikologis dan sosial. Dampak psikologis yang dirasakan
adalah perasaan cemas, kurang percaya diri, mudah putus asa dan
rendah diri (Wijayanti, 2007 dalam Sianipar, Nurmaini, & Darti, 2015).
Hal itu didukung oleh pernyataan dari salah satu penyintas bernama
Yustin (bukan nama sebenarnya) 57 tahun, bahwa dirinya merasa
minder karena sudah tidak memiliki payudara seperti teman-temannya
akibat operasi pengangkatan payudara. Dampak psikologis tidak hanya
dialami oleh penyintas kanker payudara melainkan berdampak juga
pada keluarga penyintas. Peneliti melakukan wawancara dengan Rudi
dan Andi (bukan nama sebenarnya), anak penyintas kanker payudara.
Rudi merasa sangat sedih saat melihat ibunya kehilangan payudara.
Sementara itu, Andi merasa terpukul ketika melihat ibunya sering
muntah-muntah dan kehilangan rambutnya karena bagi Andi rambut
adalah mahkota bagi seluruh perempuan.
Dampak psikologis yang terjadi membuat penyintas mengalami
permasalahan dalam interaksi sosial seperti menarik diri dari lingkungan
(Nurmahani, 2017). Menurut pernyataan Andi saat wawancara, ibunya
sempat menarik diri dari lingkungan sosial dengan mengurangi
intensitas menghadiri pertemuan RT dan lingkungan gereja. Pratiwi dan
Budiani (2014) menambahkan bahwa penyintas kanker memiliki tiga
respon saat diberikan vonis untuk yang pertama kali yaitu penolakan
(denial), putus asa, menerima dan pasrah. Ketiganya membawa dampak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
psikologis bagi penyintas seperti kecemasan dan memiliki pandangan
terhadap kematian (Pratiwi & Budiani, 2014). Hal tersebut juga
dirasakan oleh Yustin yang mengatakan bahwa dirinya merasa akan
meninggal dalam waktu singkat ketika mengetahui vonis dari dokter.
Kondisi ini akan cukup menyulitkan bila terjadi pada penyintas yang
sedang berada pada tahap perkembangan dewasa madya. Meskipun
pada umumnya, individu dewasa merupakan individu yang matang dan
mapan karena pada usia dewasa madya, individu memiliki kemauan
yang sangat besar untuk berhasil dan akan mencapai puncak
keberhasilannya pada usia ini (Hurlock, 1980). Akan tetapi, individu
dituntut untuk menyesuaikan diri secara radikal terhadap peran dan pola
kehidupan yang baru (Hurlock, 1980). Pada usia ini, individu sedang
mengalami masa yang sepi atau emptynest. Keadaan tersebut
merupakan masa dimana kehidupan individu madya berubah dari
family-centered-home atau rumah yang berpusat pada keluarga menjadi
pair-centered-home atau rumah yang berpusat pada pasangan (Hurlock,
1980).
Dalam kondisi yang sulit ini, individu dewasa madya perlu
menyelesaikan tugas perkembangannya agar tidak terjadi dampak buruk
pada tahap perkembangan selanjutnya. Individu perlu beradaptasi secara
positif pada keadaan sengsara dalam hidupnya atau yang sering disebut
dengan resiliensi (Fleming & Ledogar, 2008). Wolin dan Wolin (1995)
menjelaskan bahwa resiliensi merupakan kondisi seseorang berhasil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
beradaptasi dengan keadaannya meskipun terdapat resiko dan kesulitan
untuk mencapainya.
Penelitian yang dilakukan oleh Prasetyo dan Kustanti (2014)
mengatakan bahwa seseorang yang dapat mencapai resiliensi tergantung
pada daya tahan adaptasinya dan gambaran kepribadian dirinya. Selain
itu, resiliensi juga berhubungan dengan bagaimana individu
memberikan respon atas resiko yang dihadapi (Prasetyo & Kustanti,
2014). Sebagian individu akan menyerah pada kesulitan yang
menyebabkan stres dan sebagian individu lain memilih untuk
menghadapi kesulitannya (Rutter, 1987). Senada dengan Rutter,
O’Leary dan Ickovics (1995, dalam Carver 1998) juga mengatakan
respon yang muncul memiliki konsekuensi terhadap kesulitan yang
dihadapi oleh individu, yaitu menyerah, hidup dengan gangguan,
menjadi resilien dan berkembang dengan baik. Kemungkinan besar,
individu akan mengalami keadaan yang sangat merugikan jika individu
memilih menyerah pada keadaan. Konsekuensi kedua menggambarkan
bahwa individu akan memilih berjuang, namun akan terganggu pada hal
tertentu. Selanjutnya, individu yang menanggapi dengan resiliensi akan
merasa kembali pada keadaan seperti semula sebelum individu jatuh
pada keadaan yang sulit dan dapat berkembang dengan baik.
Saat menghadapi kesulitan dalam kehidupan, individu rentan
dengan gangguan psikologis sehingga resiliensi merupakan faktor
penting untuk melawan perkembangan gangguan tersebut (Rutter, 1985
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
dalam Shi, Chen, Yin, Zhao, Zhao, & Yao, 2016). Tekanan psikologis
yang dapat menyebabkan gangguan tersebut bisa diperoleh dari
pasangan. Sebagai sumber dukungan utama bagi penyintas kanker,
pasangan cenderung akan memenuhi kebutuhan multidimensionalnya
sehingga hal tersebut mungkin menimbulkan tekanan (Lim, Shon, &
Paek, 2014).
Dengan adanya resiliensi, individu dapat membawa dirinya keluar
dari kesulitan dan menjadi pribadi yang kuat. Pasalnya, resiliensi
berfungsi untuk membantu individu mencegah dan mengatasi dampak
yang merusak dari kesulitan (Grotberg, 1995). Dengan demikian
individu dapat menyadari agar tidak membiarkan kesengsaraan dan
kesulitan mengganggu kesejahteraannya, melainkan untuk bangkit dan
menghadapinya. Rinaldi (2010) mengatakan, bahwa ada perbedaan
resiliensi antara laki-laki dan perempuan. Laki-laki dinyatakan memiliki
kemungkinan resiliensi yang lebih besar dari pada perempuan (Rinaldi,
2010).
Resiliensi pada perempuan penyintas kanker payudara sering kali
dikaitkan dengan dukungan sosial yang tinggi (Saputri & Valentina,
2018). Dukungan sosial tersebut mampu mengurangi tekanan psikologis
bagi penyintas kanker payudara dan menumbuhkan rasa optimisme
(Saputri & Valentina, 2018). Saputri dan Valentina (2018)
menambahkan bahwa kedua faktor tersebut dapat meningkatkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
kesejahteraan penyintas kanker payudara dan membantu untuk
meningkatkan resiliensinya.
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan Sari, Dewi, dan Utami
(2012) pada penyintas kanker payudara juga mengangkat dukungan
sosial sebagai variabelnya. Hasil penelitian tersebut mengatakan bahwa
dukungan dari keluarga merupakan suatu hal yang penting bagi
penyintas kanker payudara dalam menjalani pengobatan karena
memperoleh motivasi (Sari, Dewi, & Utami, 2012). Dengan demikian,
penyintas kanker payudara dapat merasakan perhatian, kasih sayang dan
kepedulian dari orang lain meskipun dalam keadaan sakit (Sari, Dewi &
Utami, 2012)
Penelitian serupa juga dilakukan oleh Kirana (2016), resiliensi pada
penyintas kanker payudara dikaitkan dengan dukungan sosial yang
ditampilkan dengan pemberian semangat oleh keluarga dan lingkungan
sekitar. Hal tersebut disinyalir dapat mengembangkan kemampuan
resiliensi yang ditandai dengan munculnya semangat untuk sembuh
(Kirana, 2016). Penyintas kanker payudara juga dapat lebih sabar,
percaya diri dan memiliki keyakinan besar untuk terus berusaha agar
dapat sembuh (Kirana, 2016). Hal tersebut dikarenakan penyintas
kanker payudara rentan terhadap permasalahan psikososial yang akan
mempengaruhi kualitas hidupnya (Utami & Mustikasari, 2017).
Pasalnya, kanker payudara merupakan jenis kanker yang sering
menimbulkan luka (Lund-Nielsen, 2011 dalam Utami & Mustikasari,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
2017). Luka yang muncul sering terjadi pada penyintas stadium lanjut
dan kondisi ini akan mempengaruhi psikosoial penyintas kanker
payudara seperti perubahan citra tubuh, konsep diri, hubungan sosial
dan lainnya (Costa-Requena, Rodríguez, & Fernández-Ortega, 2013;
Romito, et al, 2012; Sarafino & Smith, 2012 dalam Utami &
Mustikasari, 2017).
Berdasarkan topik-topik di atas, faktor yang telah diteliti pada
penyintas kanker payudara sebagian besar merupakan sumber-sumber
resiliensi. Dengan demikian, pada penelitian ini akan melihat dinamika
sumber-sumber resiliensi. Faktor pada penelitian sebelumnya yaitu
penelitian Kirana (2016) yang membahas tentang dukungan sosial (I
have). Penelitian tersebut menyatakan bahwa dukungan sosial membuat
penyintas kanker menjadi semangat untuk sembuh (I am). Menurut
Grotberg (1995), hal tersebut merupakan sumber-sumber resiliensi yang
saling berkesinambungan.
Sumber resiliensi pertama yaitu I have, merupakan dukungan yang
berasal dari luar diri individu yang mengembangkan perasaan aman.
Perasaan tersebut dapat membantu perkembangan sumber ketahanan
lainnya. Sumber ketahanan kedua yaitu I am, merupakan kekuatan yang
berasal dari dalam diri sendiri yang ditampilkan melalui perasaan, sikap
dan keyakinan. Dengan demikian, individu dapat mengelola
keterampilan sosialnya dan hubungan interpersonal yang menjadi
sumber resiliensi terakhir, yaitu I can.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Pada penelitian penelitian sebelumnya, sumber-sumber resiliensi
diteliti secara terpisah. Akan tetapi, menurut Grotberg (1995) sumber-
sumber resiliensi merupakan sumber yang memiliki keterkaitan. Ketiga
faktor yang lebih akrab disebut sebagai sumber-sumber resiliensi ini
saling berinteraksi satu sama lain hingga dapat membantu individu
mencapai resiliensinya. Oleh sebab itu, penelitian ini akan melihat
dinamika sumber-sumber resiliensi sebagai aspek yang membantu
penyintas kanker payudara berproses mencapai resiliensi. Setelah
resiliensi terbentuk di dalam diri penyintas kanker, maka penyintas
kanker dapat merespon kesulitannya dengan baik.
B. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, muncul pertanyaan penelitian
sebagai berikut: “Bagaimana dinamika sumber-sumber resiliensi yang
dimiliki penyintas kanker payudara?”
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk
melihat dinamika sumber-sumber resiliensi yang dimiliki oleh informan
penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan pengetahuan yang memperkaya ilmu psikologi
kesehatan terkait dinamika sumber-sumber resiliensi penyintas
kanker payudara.
2. Manfaat Praktis
a. Penyintas Kanker
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
pengetahuan dan inspirasi bagi para penyintas kanker payudara
terkait adanya dinamika sumber-sumber resiliensi yang dapat
membantu dirinya pulih dan dapat menghadapi keadaan sulit.
b. Keluarga dan Kerabat Penyintas Kanker
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan
pemahaman dan pengetahuan tentang dinamika sumber-sumber
resiliensi kepada keluarga dan kerabat penyintas kanker
payudara.
c. Instansi Rumah Sakit
Bagi dokter dan tim medis yang turut campur tangan dalam
proses pengobatan penyintas kanker. Hasil penelitian ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman
terkait dinamika sumber-sumber resiliensi sehingga tenaga
medis dapat berkontibusi dalam perkembangan resiliensi pasien.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Resiliensi
1. Pengertian Resiliensi
Menurut Werner (2003, dalam Desmita 2007), resiliensi atau
ketahanan adalah kemampuan untuk bangkit kembali, pulih, berhasil
beradaptasi dalam menghadapi kesulitan, dan mengembangkan
kompetensi sosial, akademis, dan kejuruan kendati terpapar stres atau
hanya dengan tekanan yang melekat di dunia sekarang ini.
Richardson (2002) juga mengemukakan bahwa resiliensi atau
ketahanan adalah proses mengatasi peristiwa kehidupan yang
mengganggu, penuh tekanan, atau menantang dengan cara yang
memberi individu keterampilan pelindung dan mengatasi tambahan dari
pada sebelum gangguan yang diakibatkan dari kejadian. Ryff dan Singer
(2003) mendefinisikan ketahanan sebagai pemeliharaan, pemulihan atau
perbaikan kesehatan metal atau fisik beserta tantangannya.
Grotberg (1995) mengatakan bahwa resiliensi adalah kapasitas
universal yang memungkinkan seseorang, kelompok atau masyarakat
untuk mencegah, meminimalkan atau mengatasi dampak kemalangan
yang merusak. Synder (2011) menyatakan bahwa pengertian umum dari
resiliensi adalah “bouncing back” yang artinya adalah memantul
kembali atau upaya untuk bangkit dari keterpurukan. Selain itu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
resiliensi adalah sebuah konsep yang dapat disimpulkan bahwa dua
penilaian utama harus diberikan untuk mendiagnosa ketahanan.
Pertama, ada penilaian bahwa individu setidaknya melakukan hal baik
sehubungan dengan harapan untuk berperilaku. Kedua, harus ada suatu
kesengsaraan atau resiko yang menjadi ancaman bagi invidu terkait.
Berdasarkan pengertian dari beberapa tokoh di atas dapat
disimpulkan bahwa resiliensi merupakan kemampuan dan proses
individu bangkit kembali, pulih kembali dalam mengatasi peristiwa
yang penuh tekanan dan keterpurukan sehingga dapat beradaptasi serta
mengatasi kesulitan hidup yang ada. Resiliensi dapat dikatakan juga
sebagai pemeliharaan, pemulihan dan perbaikan kesehatan mental juga
fisik serta mencegah dampak kemalangan atau keterpurukan yang
merusak.
2. Sumber-sumber Resiliensi
Grotberg (1995) menyatakan tiga sumber yang dapat membentuk
resiliensi, yaitu I have, I am, dan I can. Ketiganya harus saling
berinteraksi agar dapat menjadi resiliensi. Pasalnya, Grotberg (1995)
mengatakan bila individu hanya memiliki salah satu sumber resiliensi
maka tidak dapat dikatakan resiliensi. Adapun ketiga sumber ketahanan
sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
a. I Have
Faktor I have merupakan dukungan dari orang lain atau
lingkungan sekitar yang dapat diperoleh sejak masa anak-anak atau
sebelum mengalami keterpurukan. Hal tersebut berguna untuk
membentuk perasaan aman, sehingga dapat menjadi dasar untuk
pengembangan ketahanannya sebelum seseorang mengetahui siapa
dirinya (I am) dan apa yang bisa diperbuat (I can). Hal tersebut
terdiri dari:
1) Trusting relationship (hubungan yang dipercaya)
Individu mendapatkan penerimaan dan cinta tanpa syarat
serta dukungan secara emosional dari orang terdekatnya
seperti keluarga, anggota keluarga, dan teman.
Hubungan ini mampu memberikan dukungan emosional
dari lingkungan sekitar individu.
2) Stucture and rules (struktur dan aturan)
Adanya struktur dan aturan yang harus ditaati di dalam
keluarga dan nantinya akan digunakan sebagai kontrol
dari perilaku
3) Role models (model peran)
Model peran merupakan seseorang yang berperan
sebagai panutan dalam berperilaku. Model peran dapat
diperoleh dari orangtua, keluarga atau teman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
4) Encouragement to be autonomous (dorongan untuk
menjadi mandiri)
Dorongan dari orang terdekat kepada individu untuk
bersikap mandiri dan mencari bantuan seperlunya.
5) Access to health, education, welfare and security service
(akses masyarakat)
Adanya akses yang memadai pada layanan umum yang
diberikan oleh lingkungan sosial. Layanan tersebut
berupa layanan kesehatan, pendidikan, kesejahteraan dan
keamanan.
b. I Am
Faktor I am merupakan kekuatan yang berasal dari dalam diri
sendiri yang ditampilkan melalui perasaan, sikap, dan keyakinan
diri. I am memiliki kekuatan internal yang dapat membantu
pembentukan resiliensi yang meliputi:
1) Loveable and my temperament is appealing (perasaan
dicintai dan perilaku yang menarik)
Individu merasa dicintai dan disukai oleh orang lain.
Selain itu, individu juga melakukan hal-hal yang menarik
untuk orang lain agar disukai. Individu juga memiliki
kepekaan terhadap suasana hati orang lain dan apa yang
diharapkan oleh orang lain terhadap dirinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
2) Loving, empathic, and altruistic (cinta, empati dan
kepedulian)
Individu mampu mencintai orang lain dan
mengungkapkannya dalam banyak cara. Selain itu,
individu juga merasakan kepedulian terhadap orang lain
dan mampu mengungkapkan kepeduliannya kepada
orang lain melalui tindakan serta kata-kata. Individu
merasakan ketidaknyamanan serta penderitaan orang
lain dan ingin melakukan sesuatu untuk menghentikan
segala penderitaannya atau melakukan penghiburan.
3) Proud of myself (bangga dengan diri sendiri)
Individu memiliki keyakinan bahwa dirinya merupakan
seseorang yang penting dan berharga. Individu mampu
merasa bangga terhadap siapa dirinya dan apa yang telah
individu perbuat.
4) Autonomous and responsible (mandiri dan bertanggung
jawab)
Individu mampu melakukan segala hal sendiri dan dapat
menerima konsekuensi dan segala resiko atas
perilakunya tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
5) Filled with hope, faith, and trust (penuh dengan harapan,
iman dan kepercayaan)
Individu memiliki keyakinan dan perasaan optimis
bahwa dirinya memiliki harapan terhadap masa depan.
Individu juga memiliki keyakinan iman pada moralitas
dan kebaikan serta kepercayaan kepada Tuhan.
c. I Can
Faktor I can merupakan kemampuan individu yang
diwujudkan dari ketrampilan sosial dan hubungan interpersonal
yang biasanya dilakukan dengan berinteraksi dengan orang lain dan
lingkungan. Kemampuan tersebut meliputi hal berikut:
1) Communicate (komunikasi)
Individu mampu mengungkapkan segala pikiran dan
perasaannya kepada orang lain. Selain itu, individu
mampu mendengarkan apa yang dikatakan orang dan
memahami apa yang mereka rasakan.
2) Problem solving (memecahkan masalah)
Individu mampu mengenali permasalahannya sehingga
individu dapat memahami apa yang perlu dilakukan dan
bantuan apa yang individu butuhkan. Dengan demikian,
individu memiliki kegigihan untuk tetap berada pada
permasalahan hingga terpecahkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
3) Manage my feelings and impulses (mengelola perasaan
dan dorongan)
Individu dapat mengenali perasaannya dan
mengungkapkannya dalam kata-kata serta prilaku yang
tidak melanggar perasaan serta hak diri sendiri dan orang
lain.
4) Gauge the temperament of myself and others (memahami
karakteristik diri sendiri dan orang lain)
Individu mengetahui dan memahami karatkeristik
dirinya dan orang lain dengan baik. Dengan demikian,
individu dapat menghadapi orang lain dengan tindakan
dan komunikasi.
5) Seek trusting relationships (mencari hubungan saling
percaya)
Individu mampu menemukan seseorang yang dipercaya
untuk meminta bantuan dalam menyelesaikan masalah.
Selain itu, individu juga dapat berbagi perasaan dan
berdiskusi tentang konflik yang sedang dialami kepada
orang kepercayaannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
B. Penyakit Kanker
1. Pengertian Kanker
Kanker merupakan penyakit yang sangat ditakuti oleh sebagian
orang karena menyebabkan kematian (Sarafino, 2008). Kanker sering
dikenal sebagai tumor oleh masyarakat pada umumnya. Pada
kenyataannya, tidak semua tumor merupakan penyakit kanker. Menurut
Yayasan Kanker Indonesia (Tentang Kanker, 2017) tumor dibagi
menjadi dua golongan, yaitu tumor jinak dan tumor ganas. Kanker
merupakan istilah untuk jenis tumor yang ganas (Tentang Kanker,
2017).
Dalam istilah medis, kanker disebut dengan carcinoma yang berarti
pertumbuhan sel baru dan ganas yang terdiri dari sel-sel epithelial yang
cenderung menyusupkan jaringan sekitar dan menimbulkan metastatis
atau penyebaran (Dorland, 2002). Lebih jelasnya, kanker sendiri
merupakan penyakit pada sel-sel yang berkembang secara tidak
terkendali dan membentuk neoplasma atau jaringan baru yang ganas
(Sarafino, 2008). Neoplasma tersebut dapat menyerang jaringan-
jaringan yang berada di sekitarnya sehingga dapat terjadi penyebaran
kanker dari neoplasma utama (Prastiwi, 2012).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
kanker merupakan salah satu jenis penyakit kronis yang berarti
pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh dengan cepat dan melakukan
pembelahan tidak terkendali. Kemudian sel tersebut menyerang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
jaringan-jaringan di dekatnya sehingga menimbulkan metastatis atau
penyebaran sel kanker dari situs awal ke tempat lain di dalam tubuh.
2. Jenis-jenis Kanker
Sarafino (1994) mengungkapkan ada lebih dari 200 jenis kanker,
akan tetapi sebagian besar kanker memiliki empat tipe, yaitu:
a. Carcinomas (karsinoma) merupakan neoplasma ganas dari sel-sel
kulit dan sel-sel yang melapisi banyak organ tubuh, seperti saluran
pencernaan, pernapasan, dan reproduksi. Sebanyak 85% dari kanker
yang dimiliki manusia merupakan karsinoma.
b. Lyphomas (lipoma) seringkali dikatakan sebagai kanker yang terjadi
pada sistem limfalik.
c. Sarcomas (sarkoma) merupakan neoplasma ganas yang terjadi pada
otot, tulang atau jaringan ikat.
d. Leukimias (leukemia) atau kanker organ pembentukan darah, seperti
sumsum tulang belakang, atau mengarah pada perkembangan sel
darah putih yang ekstrem.
3. Kanker Payudara
Kanker payudara berawal saat sel-sel yang berada di payudara
bertumbuh dengan sangat pesat dan tidak terkendali (Breast Cancer,
2016). Sel-sel tersebut umumnya berawal dari tumor yang dapat terlihat
dengan x-ray dan terasa seperti benjolan (Breast Cancer, 2016).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Menurut sumber yang sama, tumor yang ganas (kanker) dapat menyebar
ke daerah yang jauh dari pusat tumor. Kanker payudara dapat dimulai
dari berbagai bagian payudara, namun sebagian besar dimulai dari
saluran yang membawa susu ke puting (Breast Cancer, 2016).
4. Pengobatan Kanker Payudara
Menurut Taghian, El-Ghamry, dan Merajver (2018), pengobatan
kanker payudara dilakukan dengan pendekatan multidisipliner atau
dengan mengunakan berbagai sudut pandang. Pengobatan tersebut
melibatkan onkologi bedah, onkologi radiasi, dan onkologi medis.
Pendekatan perawatan pasien tergantung pada tahap presentasinya.
Kanker payudara yang tidak menyebar dari tempat pertama kanker
muncul, memiliki dua kategori, yang pertama adalah Early stage. Pasien
yang berada dalam tahap ini merupakan pasien dengan stadium I, IIA,
atau subset penyakit stadium IIB (T2N1). Kategori yang kedua adalah
Locally advanced, dimana pasien yang berada dalam tahap ini
merupakan pasien yang berada pada stadium IIB (T3N0) dan pasien
dengan stadium IIIA hingga IIIC. Oleh sebab itu pengobatan yang
dilakukan pada tiap kategori berbeda-berda.
A. Early stage breast cancer
Secara umum, pasien dengan kanker payudara tahap awal
menjalani operasi utama ke kelenjar payudara dengan atau
tanpa terapi radiasi, yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
1. Breast-conserving therapy (BCT)
Terapi konsevasi payudara terdiri dari operasi
breastconserving (BCS) yaitu lumpektomi dan disertai
oleh terapi radiasi. Tujuan BCT adalah untuk
memberikan keberlangsungan hidup seperti halnya
dengan mastektomi. BCT memungkinkan pasien
dengan kanker payudara mempertahankan
payudaranya tanpa mengorbankan hasil onkologis.
2. Mastectomy
Mastektomi diindikasikan untuk pasien yang tidak
melalukan BCT. Menurut Guntari dan Suariyani
(2016), mastektomi merupakan operasi pengangkatan
payudara yang terkena kanker.
3. Evaluation of the axillary nodes
Evaluasi nodus regional tergantung pada keterlibatan
aksila atau ketiak yang sudah di curgai sebelum operasi
dilakukan. Evaluasi dilakukan untuk pasien dengan
kelenjar getah bening yang berada pada ketiak
mencurigakan secara klinis. Pemeriksaan USG pra-
operasi ditambah aspirasi jarum halus (FNA) atau
biopsi inti dapat membantu pendekatan bedah terbaik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Setelah pegobatan utama telah dilakukan, maka berbagai terapi
dapat ditawarkan berdasarkan karakteristik tumor primer (ukuran tumor,
tingkat, jumlah kelenjar getah bening yang terlibat, status estrogen dan
progesteron reseptor dan ekspresi dari growth factor 2 atau HER2
reseptor). Terapi tersebut adalah terapi sistemik yang mengacu pada
perawatan medis kanker payudara menggunakan terapi endokrin,
kemoterapi dan terapi biologis.
B. Locally advanced breast cancer
Kanker payudara pada tahap ini ditangani dengan terapi
multimodalitas menggunakan terapi sistemik dan
locoregional, seperti:
1. Neoadjuvant systematic therapy
Pasien dengan kanker payudara pada tahap ini harus
menerima terapi neoadjuvant dengan tujuan untuk
menginduksi respon tumor sebelum operasi dan
memungkinkan untuk melakukan konservasi
payudara. Terapi neoadjuvant menghasilkan
keberlangsungan hidup dengan jangka panjang
sebanding dengan pembedahan primer yang diikuti
oleh terapi sistemik adjuvant.
Pendekatan bedah setelah perawatan dengan
neoadjuvant
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Semua pasien harus menjalani operasi setelah terapi
sistem neoadjuvant, terlebih bagi pasien yang
memiliki respon klinis dan radiologis yang lengkap.
Selain itu, operasi juga dianjurkan bagi pasien yang
mengalami perkembangan sementara pada terapi
neoadjuvant dari pada harus beralih pada rejimen
kemoterapi.
2. Primary surgery
Beberapa pasien mungkin dianjurkan untuk
melakukan operasi, akan tetapi pasien pada tahap ini
memiliki resiko yang sangat tinggi dari kekambuhan
dan penyebaran penyakit yang lebih jauh. Dengan
demikian pasien pada stadium lanjut dianjurkan
diobati secara lokal dengan terapi sistemik
neoadjuvant pertama.
3. Adjuvant therapy
Penggunaan terapi sistemik pasca operasi
tergantung pada status klinis pasien dan
karakteristik tumor. Pasien diberikan kemoterapi,
terapi biologis dan terapi endokrin seperti yang
diberikan pada pengobatan untuk kanker payudara
tahap awal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
5. Dampak Penyakit dan Pengobatan Kanker Payudara
Penyintas kanker payudara mengalami beberapa dampak akibat
kanker payudara dan pengobatan yang dilakukan. Dampak penyakit dan
pengobatan kanker meliputi dampak fisik, psikologis dan sosial.
Dampak fisik yang dialami oleh penyintas kanker merupakan
kerontokan rambut hingga botak, badan kurus, perut membesar,
kelemahan anggota tubuh, serta kuku dan kulit menghitam (Wahyuni,
Huda & Utami, 2015). Waluyo (2004, dalam Wahyuni, Huda & Utami,
2015) mengatakan bahwa permasalahan di atas berhubungan dengan
gangguan kebutuhan nutrisi yang dipengaruhi oleh gangguan nutrisi,
nafsu makan dan mual.
Penyintas kanker harus menghadapi kenyataan yang tidak
diinginkan di tengah harapan hidup yang kecil (Prastiwi, 2012). Hal
tersebut memunculkan rasa putus asa dan dapat menimbulkan depresi
bagi penyintas (Prastiwi, 2012). Selain itu, dampak psikologis yang
mungkin dialami oleh penyintas kanker adalah kecemasan dan rasa takut
akan kematian (Prastiwi, 2012). Perubahan citra tubuh, konsep diri dan
hubungan sosial juga dapat mempengaruhi penyintas secara psikologis
dan mempengaruhi kualitas hidup (Costa-Requena, et al, 2013, dalam
Utami & Mustikasari, 2017).
Permasalahan yang dialami oleh penyintas kanker payudara tersebut
memunculkan permasalahan dalam melakukan interaksi sosial
(Nurmahani, 2017). Penyintas kanker payudara yang mengalami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
permasalahan fisik dan psikologis cenderung memilih untuk menarik
diri dari lingkungan sekitar seperti keluarga dan teman (Nurmahani,
2017).
C. Tugas-tugas Perkembangan Dewasa Madya
Hurlock (1980) mengatakan bahwa masalah yang muncul dalam
penyesuaian diri merupakan ciri dari usia dewasa madya pada budaya masa
kini. Beberapa dari masalah-masalah tersebut lebih menyulitkan bagi
wanita dan beberapa lebih menyulitkan bagi pria. Masalah-masalah yang
ada merupakan tugas-tugas perkembangan dalam periode ini (Hurlock,
1980). Hurlock (1980) menambahkan, sebagian besar tugas perkembangan
dalam periode ini diarahkan untuk mempersiapkan individu demi
berhasilnya penyesuaian diri menuju usia tua. Tugas perkembangan yang
harus diselesaikan oleh individu madya menurut Hurlock (1980) adalah
sebagai berikut:
1. Penyesuaian diri terhadap perubahan fisik
Penyesuaian yang sulit dari pria dan wanita pada usia dewasa madya
adalah saat harus mengubah penampilan. Individu harus menyadari
bahwa fisiknya tidak lagi berfungsi seperti pada saat mereka masih kuat.
Perubahan yang paling nyata terjadi adalah berat badan bertambah,
rambut berkurang, tumbuh uban, kulit keriput, otot yang mulai kendur,
gigi menguning dan mata yang tidak lagi bersinar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Selain itu, beberapa organ vital individu pada usai ini sudah mulai
“aus” seperti berkurangnya kemampuan pendengaran, terjadi perubahan
pada ketajaman mata dan daya cium juga perasa. Individu juga harus
dapat menerima kenyataan bahwa kemampuan memproduksi sudah
akan selesai bahkan akan kehilangan dorongan serta daya tarik seksual.
Pada perubahan kondisi kesehatan individu dewasa madya umumnya
ditandai dengan menurunnya kebugaran fisik. Individu menjadi mudah
lelah, telinga berdengung, nyeri otot, sakit kepala, terjadi masalah pada
lambung sehingga menyebabkan sendawa, selera makan berkurang dan
dapat terjadi insomnia.
2. Penilaian tentang penyesuaian terhadap perubahan fisik
Perubahan fisik yang terjadi secara bertahap dan saat terjadi
perubahan, individu cenderung mulai menyesuaikan diri dengan
perubahan tersebut. Individu dewasa madya akan lebih cepat
menyesuaikan diri ketika berhasil menutupi beberapa tanda penuaan.
Akan tetapi, rasa terkejut dan takut terhadap hilangnya keindahan di
masa muda membuat individu madya cenderung menolak dan
memberontak. Hal ini lah yang membuat penyesuaian diri menjadi
buruk, namun sejauh ini penyesuaian diri paling sulit dilakukan adalah
pada perubahan seksual.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
3. Penyesuaian diri terhadap perubahan mental
Hasil penelitian menyatakan bahwa individu dengan IQ tinggi akan
menunjukkan sedikit perubahan intelektual daripada individu dengan IQ
yang rendah. Pasalnya, kecerdasan dapat meningkat di usia madya
terutama pada mereka yang memiliki kecerdasan tinggi dan bagi pria.
Pria dituntut untuk lebih waspada dan siap bersaing dalam pekerjaan,
sementara wanita akan menunjukkan penurunan karena wanita akan
membawakan peran sebagai pengatur rumah. Hal ini menunjukkan
bahwa kegunaan kemampuan mental adalah faktor yang penting dalam
menentukan penurunan mental pada usia madya.
4. Penyesuaian diri terhadap perubahan minat
Seiring dengan perubahan tugas, tanggung jawab dan peran dalam
hidup, individu madya mengalami perubahan pada minat. Perubahan
minat yang terjadi pada individu madya bukanlah minat baru, melainkan
memantapkan minat lama yang memberikan kepuasan. Minat umum
yang biasa terjadi adalah dalam hal berpakaian dan penampilan. Baik
wanita maupun pria biasanya mulai melakukan diet, olah raga dan
menggunakan alat kecantikan agar dapat menutupi kondisi fisiknya
yang berubah.
Individu madya banyak yang tertarik dengan kegiatan yang
berhubungan dengan keagamaan, disinyalir karna individu madya
memiliki banyak waktu. Selain itu, dengan mengikuti kegiatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
keagamaan individu madya juga menemukan kesenangan dan
kebahagiaan lebih dari yang diperoleh dari masa mudanya. Tidak hanya
kegiatan keagamaan, individu madya juga cenderung merasa ingin
melayani orang lain dan memilih untuk terjun dalam organisasi
kemasyarakatan. Individu madya juga diminta untuk menggunakan
waktu luangnya dengan cara yang memuaskan diri. Oleh sebab itu,
umumnya individu madya akan menggunakannya dengan
meningkatkan kegiatan yang bersifat rekreasional.
D. Sumber-sumber Resiliensi Penyintas Kanker Payudara
Keadaan yang rumit membuat individu dewasa madya menjadi
fokus pada bagaimana dirinya harus menyesuaikan diri. Akan tetapi, hal
tersebut akan tambah menyulitkan ketika individu mengalami hal yang
menyengsarakan. Kanker salah satunya, penyakit mematikan ini merupakan
mayoritas penyebab kematian di dunia bersama dengan penyakit kronis
lainnya yaitu penyakit jantung, penyakit stroke, dan AIDS (Sarafino, 2008).
Pada wanita, kanker yang menjadi momok menakutkan adalah kanker
payudara (Maulida & Hartini, 2012). Pasalnya, payudara merupakan organ
vital yang dimiliki wanita dan menjadi identitas kesempurnaan wanita
(Maulida & Hartini, 2012). Oleh sebab itu, kanker payudara menjadi sulit
diterima bagi penyintas terlebih saat harus menjalani serangkaian
pengobatan yang menyita waktu dan tenaga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Serangkaian pengobatan yang dijalani oleh penyintas kanker
payudara adalah operasi mastektomi, kemoterapi dan radiasi (Wahyuni,
Huda, & Utami, 2015). Pengobatan yang dilakukan oleh penyintas kanker
payudara membawa dampak bagi fisik seperti kerontokan rambut, kulit
yang mengering dan menghitam (Smeltzer & Barre, 2002 dalam Sari, Dewi,
& Utami, 2012). Selain itu, mual dan muntah serta perubahan metabolisme
tubuh juga menjadi bagian dari dampak fisiknya (Huda, 2012 dalam
Wahyuni, Huda, & Utami, 2015). Penyintas kanker memiliki tiga respon
saat pertama kali diberikan vonis kanker, yang pertama adalah penolakan
(denial), putus ada (hopeless), serta menerima dan pasrah (Pratiwi &
Budiani, 2014). Pratiwi dan Budiani (2014) menambahkan bahwa ketiga
respon tersebut membawa dampak psikologis bagi penyintas seperti
kecemasan dan munculnya persepsi terhadap kematian. Kondisi tersebut
harus dihadapi oleh pasien dengan memiliki dukungan sosial, kemampuan
koping dan reaching out. Dengan demikian, penyintas mampu memaknai
hidupnya saat ini yang sejalan dengan pendapat Bastaman (1996, dalam
Pratiwi & Budiani, 2014) yang mana individu mampu merubah kondisi
penghayatan dirinya dari tidak bermakna (meaningless) menjadi lebih
bermakna (meaningfull).
Berdasarkan gambaran di atas, untuk kembali menjalani
kehidupannya seperti sedia kala, penyintas kanker payudara harus memiliki
kemampuan untuk merespon dengan positif dan berdamai dengan keadaan
sulitnya (Fleming & Ledogar, 2008). Perilaku berdamai dengan keadaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
sulit dan memberi respon positif tersebut sering dikenal dengan sebutan
resiliensi (Fleming & Ledogar, 2008). Resiliensi merupakan kemampuan
bangkit kembali dari keterpurukan dan proses mengatasi peristiwa yang
penuh tekanan sehingga dapat beradaptasi serta mengatasi kesulitan dalam
kehidupan.
Hal-hal yang dapat membantu penyintas kanker payudara
memperoleh kemampuan tersebut adalah dengan memiliki tiga sumber
resiliensi yang saling berkesinambungan. Tiga sumber resiliensi yang dapat
membantu penyintas kanker payudara dalam proses resiliensi adalah I Have,
I Am dan I Can. Dalam faktor I Have terdapat dukungan eksternal dari
keluarga, teman-teman dan lingkungan sekitar. Selain itu juga terdapat
akses mudah dalam hal kesehatan, pendidikan, kesejahteraan berupa
jaminan kesehatan serta fasilitas yang diberikan oleh lingkungan. Hal
tersebut dapat memberikan rasa aman bagi penyintas kanker payudara
sehingga tidak perlu terlalu mengkhawatirkan hal tersebut. Seperti hasil
penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa penyintas kanker
payudara memiliki hubungan sosial yang positif (Saputri & Valentina,
2018). Dampak dari hubungan tersebut membuat penyintas kanker
payudara memperoleh dukungan sosial yang mempengaruhi
keberlangsungan hidup penyintas kanker payudara dalam pembentukan
resiliensi.
Pada faktor I Am, individu memperoleh kekuatan dari dirinya sendiri
seperti perasaan bangga terhadap diri sendiri, memiliki rasa cinta dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
empati, perasaan mandiri dan memiliki tanggung jawab serta memiliki
harapan, iman dan kepercayaan. Faktor ini muncul akibat faktor I Have yang
telah terpenuhi. Misalnya, pada hasil penelitian sebelumnya penyintas
kanker payudara memiliki harapan di masa depan (Saputri & Valentina,
2018). Harapan tersebut ditampilkan dengan melakukan banyak hal untuk
mewujudkan keingianannya di masa depan (Saputri & Valentina, 2018).
Faktor terakhir merupakan faktor I Can, faktor ini merupakan
keterampilan individu dalam bersosialisas. Hal tersebut dapat dilakukan
dengan cara berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan tersebut meliputi
komunikasi dengan mengekspresikan perasaan, memecahkan
permasalahannya serta mencari hubungan saling percaya. Selain itu,
penyintas kanker payudara juga dapat mengelola dan mengenali emosi yang
muncul. Seperti pemaparan hasil penelitian yang dilakukan Saputri dan
Valentina (2018) bahwa penyintas payudara dapat mengatasi respon
emosional dengan baik sehingga dapat pulih dari kondisi sulit yang terjadi
(Saputri & Valentina, 2018). Pada penelitian ini, akan digali sumber-sumber
resiliensi yang dialami oleh penyintas kanker payudara, hal ini bertujuan
memberikan gambaran sumber-sumber resiliensi hingga dapat berproses
untuk menjadi individu yang resilien.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penenlitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian
kualitatif. Menurut Supratiknya (2015), penelitian kualitatif adalah
penelitian yang bersifat eksploratori. Penelitian tersebut lebih
menggandalkan data berupa ungkapan dari informan penelitian dalam
mengeksplorasi fenomena yang menjadi fokus penelitian (Supratiknya,
2015). Dengan demikian tujuan penelitian kualitatif adalah untuk
mendapatkan makna yang diyakini oleh informan terkait permasalahan
yang sedang dialami, sehingga penelitian ini akan menunjukkan perspektif
dari partisipan mengenai masalah tersebut dengan cara mengumpulkan data
secara langsung dengan wawancara, observasi, dokumen ataupun dengan
jenis data yang lain (Creswell, 2009 dalam Supratiknya, 2015).
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis isi kualitatif. Analisis isi kualitatif (AIK) merupakan metode
penelitian untuk menafsirkan secara subjektif isi data berupa teks dengan
proses klasifikasi yang sistematik berupa pengodean (coding) serta
mengidentifikasikan aneka tema atau pola (Hsieh & Shannon, 2005 dalam
Supratiknya, 2015). Sebagai bentuk komunikasi, AIK memanfaatkan sifat
atau ciri bahasa. Hal tersebut bertujuan untuk mengungkapkan isi dan
makna dari sebuah teks yang sesuai konteksnya (Supratiknya, 2015).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
B. Fokus penelitian
Penelitian ini berfokus pada sumber-sumber resiliensi penyintas
kanker payudara. Penelitian ini hendak mengungkapkan sumber-sumber
resiliensi penyintas kanker payudara sehingga bertahan dalam kondisi high-
mortality illness. Gambaran tersebut nantinya akan ditunjukkan dengan
bentuk sumber-sumber resiliensi yang dialami oleh informan penelitian. Hal
tersebut diperoleh berdasarkan sumber-sumber resiliensi yang telah
dikemukakan oleh Grotberg (1995), yaitu seseorang dikatakan resilien
ketika memiliki tiga sumber ketahanan. Sumber ketahanan tersebut adalah
I Have, I Am, dan I Can (Grotberg, 1995). I Have adalah dukungan eksternal
guna mengembangkan rasa aman. Rasa aman tersebut merupakan dasar dari
berkembangnya ketahanan sebelum individu mengenal siapa dirinya (I Am)
dan apa yang bisa individu perbuat (I Can) berupa keterampilan sosial dan
interpersonal (Grotberg, 1995). Ketiga sumber ketahanan tersebut saling
berinteraksi satu sama lain sehingga dapat mencapai resiliensi.
C. Informan Penelitian
Proses dalam mencari informan adalah dengan menyebarkan pesan
berantai yang berisikan tujuan mencari informan dan kriteria yang sesuai.
Pesan tersebut disebarkan dengan menggunakan sosial media instagram dan
line. Selain itu, informasi dari teman juga berperan penting dalam proses
mencari informan penelitian. Dalam memilih informan penelitian, peneliti
menggunakan teknik sampling berupa criterion sampling. Criterion
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
sampling bertujuan untuk melihat dan mempelajari semua kasus yang
berkaitan dengan kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti agar sesuai
dengan tujuan penelitian (Patton, 2002). Berdasarkan teknik sampling yang
digunakan, informan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah seorang penyintas kanker payudara yang pernah melakukan
serangkaian pengobatan kanker payudara. Pengobatan tersebut meliputi
operasi mastektomi, kemoterapi dan sinar radiasi. Selain itu, informan
penelitian yang digunakan adalah penyintas kanker payudara yang berusia
40-60 tahun.
D. Peran Peneliti
Peneliti memegang peran sebagai instrument kunci yang turun
langsung ke lokasi penelitian untuk mengumpulkan data (Supratiknya,
2015). Untuk itu, peneliti membekali diri dengan pedoman wawancara dan
tetap peneliti sendiri yang benar-benar mengumpulkan data (Supratiknya,
2015). Peneliti berperan untuk merekam kata-kata informan secermat
mungkin (Supratiknya, 2018). Hal tersebut dilakukan guna mengungkap
pengalamannya dan menangkap makna yang diucapkan oleh informan
(Supratiknya, 2018). Selain itu, peneliti memiliki tugas untuk menjadi
cermin yang merefleksikan secara akurat sesuatu yang berlangsung di dunia
luar ataupun di dalam batin dan pikiran informan penelitian (Supratiknya,
2018). Supratiknya (2018) menambahkan bahwa peneliti harus mampu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
memaparkan dengan tepat dan benar (truthfully) dunia subjektif para
informan penelitian tanpa ada subjektivitas dari peneliti.
Peneliti tidak memiliki hubungan apapun dengan informan maupun
dengan lokasi penelitian. Peneliti melakukan penelitian di rumah informan
agar informan merasa lebih nyaman menceritakan pengalamannya.
Pemilihan tempat penelitian telah disepakati oleh peneliti dan informan.
Selama proses penelitian, potensi buruk yang bisa terjadi adalah munculnya
perasaan sedih dan perasaan-perasaan yang tidak diinginkan lainnya yang
dapat menimbulkan ketidaknyamanan. Ketidaknyamanan tersebut muncul
ketika informan mengingat-ingat pengalaman yang kurang menyenangkan
yang terjadi di hidupnya. Untuk mengantisipasi ketidaknyamanan tersebut,
peneliti menggunakan informed consent dimana informan diberikan
penjelasan tentang tema penelitian, prosedur pengambilan data, dan
kemungkinan buruk yang akan terjadi selama penelitian.
Hal-hal sensitif yang mungkin terjadi terkait etika penelitian adalah
tersebarnya identitas dan data partisipan. Dengan demikian, peneliti
menggunakan inisial dalam memaparkan hasil penelitian ini seperti I-1, I-2
dan I-3. Selain itu, peneliti juga menyimpan dan mengontrol keluarnya data
verbatim dan rekaman suara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
E. Metode Pengambilan Data
Pengambilan data dalam penelitian ini utamanya menggunakan
metode wawancara semi terstruktur dengan menggunakan pedoman
wawancara. Pedoman wawancara yang dibuat berisikan pertanyaan-
pertanyaan yang tidak terstruktur dan biasanya merupakan pertanyaan
terbuka untuk memberi stimulus informan agar mengungkapkan pandangan
dan pendapatnya (Supratiknya, 2015). Sebelum wawancara dilakukan, ada
beberapa langkah yang dilakukan agar pengambilan data dapat terlaksana
dengan baik. Tahapan pelaksanaan wawancara tersebut adalah:
1. Mencari informan penelitian yang sesuai dengan
kriteria dan menyediakan waktu untuk berpartisipasi
dalam penelitian.
2. Peneliti bertemu dengan informan penelitian untuk
menjelaskan tentang penelitian yang akan dilakukan,
tujuan penelitian, dan menanyakan kesediaan
informan. Hal ini sekaligus menjadi sarana
membangun rapport.
3. Peneliti memberikan lembar persetujuan dan
menyusun jadwal serta tempat wawancara yang akan
dilakukan.
4. Melaksanakan wawancara sesuai kesepakatan waktu
dan tempat. Dalam proses wawancara, peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
menggunakan bantuan alat perekam dan mencatat
perilaku nonverbal informan.
Tabel 1
Pedoman wawancara
No. Latar Belakang
1. Siapa nama lengkap ibu?
2. Apa pekerjaan ibu dan suami?
3. Apakah dapat diceritakan, bagaimana dinamika ibu dengan
orang-orang terdekat ibu? (keluarga, teman dan lingkungan
sekitar)
4. Bagaimana kehidupan ibu sebelum dan sesudah mengalami
kanker payudara?
Sumber Resiliensi: I have
1. Apakah ibu menerima dukungan dari orang lain?
2. Apakah ada hal-hal yang ibu taati sebagai penyintas kaker?
3. Bagaimana ibu memperoleh motivasi?
4. Apakah ibu mendapat pertolongan untuk menyelesaikan tugas
ibu?
5. Apakah ibu mendapatkan dan menggunakan fasilitas dari
lingkungan sekitar?
Sumber Resiliensi: I am
1. Perilaku seperti apa yang diberikan orang lain dan membuat ibu
merasa tenang?
2. Bagaimana ibu dapat menunjukkan kepedulian terhadap orang
lain?
3. Hal apa yang ibu syukuri dengan kondisi seperti ini?
4. Bagaimana ibu dapat menyelesaikan tugas ibu?
5. Bagaimana ibu mengimani kehidupan ibu saat ini
Sumber Resiliensi: I can
1. Apakah ibu sering kali menyampaikan perasaan dan pikiran ibu?
2. Bagaimana ibu menyikapi permasalahan yang terjadi?
3. Bagaimana ibu menyikapi hal-hal yang tidak sesuai keinginan
ibu?
4. Bagaimana ibu menyikapi kehadiran orang lain yang tidak
sesuai dengan keinginan ibu?
5. Apa yang ibu lakukan ketika terjadi permasalahan?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
F. Analisis dan Intepretasi Data
Dalam penelitian ini, metode analisis data yang digunakan adalah
analisis isi kualitatif (AIK). Metode ini merupakan metode untuk
menganalisis pesan komunikasi yang bersifat tertulis, lisan maupun visual
(Supratiknya, 2015). AIK mengulik informasi dengan media bahasa secara
mendalam dengan tujuan mengelompokan sebuah teks dalam jumlah besar
kedalam sejumlah kecil kategori yang mengungkapkan makna yang sama
(Supratiknya, 2015).
Penelitian ini menggunakan analisis isi terarah (directed content
analysis) atau lebih akrab disebut dengan analisis isi deduktif (Hsieh &
Shannon, 2005 dalam Supratiknya, 2015). Hsieh dan Shannon (2005, dalam
Supratiknya, 2015) menambahkan, analisis ini bertujuan untuk memvalidasi
atau menguji kembali sebuah kerangka teoritis atau bahkan sebuah teori.
Oleh sebab itu, hasil analisis nantinya akan dibuat beberapa tema dan untuk
mempermudah pengelompokan tema dapat dilakukan dengan menggunakan
tabel analisis data.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis isi terarah yang
pertama adalah menyusun sebuah matriks kategorisasi (Elo & Kyngas, 2008
dalam Supratiknya 2015). Peneliti menyusun kategori-katogori yang sesuai
dengan tema penelitian sesuai dengan teori yang digunakan yaitu sumber-
sumber resiliensi. Terdapat tiga sumber-sumber resiliensi yang saling
berkesinambungan. Sumber pertama adalah I have, sebuah bentuk
dukungan yang diterima individu dari orang lain dan lingkungan sekitar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Sumber kedua merupakan I am yang merupakan kekuatan dari dalam diri.
Terakhir adalah I can yang merupakan sebuah kemampuan individu yang
ditampilkan melalui keterampilan sosial dan hubungan interpersonal.
Langkah kedua adalah melakukan coding atau pengodean.
Pengodean. Dalam pengodean, terdapat dua strategi yang dapat dilakukan.
Strategi pertama adalah dengan membaca keseluruhan transkrip wawancara
dan menandai setiap teks yang merepresentasikan konteks yang sedang
diteliti. Setelah itu peneliti langsung memberikan kode yang sudah
ditentukan dalam matriks kategorisasi. Setiap teks yang tidak cocok
dimasukan ke dalam salah satu kode diberi kode baru atau tambahan.
Strategi kedua dilakukan dengan cara yang sama namun saat menemukan
teks yang tidak cocok dimasukkan ke dalam kode maka dapat dianalisa
ulang. Hal tersbeut dilakukan untuk melihat apakah teks tersebut
merepresentasikan sebuah salah satu atau lebih kategori atau hanya
subkategori dari salah satu kode yang sudah ada (Hsieh & Shannon, 2005
dalam Supratiknya, 2015).
Tabel 2
Kerangka analisis data sumber-sumber resiliensi penyintas kanker
payudara
Sumber resiliensi
I Have
Dukungan dari orang
lain atau lingkungan
sekitar untuk
mengembangkan rasa
aman
Hubungan dipercaya (trusting relationship)
Mendapatkan penerimaan dan cinta tanpa syarat
serta dukungan emosional dari orang terdekat
Struktur dan aturan (structure and rules)
Adanya struktur dan aturan yng harus ditaati di
dalam keluarga sebagai kontrol perilaku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Model peran (role model)
Seseorang yang berperan sebagai panutan dalam
berperilaku
Dorongan untuk menjadi mandiri
(encouragement to be autonomous)
Dorongan dari orang terdekat kepada individu
untuk bersikap mandiri
Akses masyarakat (access to health,
education, welfare and security service)
Adanya akses yang memadai pada layanan
umum yang diberikan lingkungan sosial.
Misalnya, layanan kesehatan, pendidikan,
kesejahteraan dan keamanan
I Am
Kekuatan yang
berasal dari diri
sendiri yang
ditampilkan memlaui
perasaan, sikap, dan
keyakinan diri.
Perasaan dicintai dan perilaku menarik
(lovable and my temperament is appealing)
Individu merasa dicintai dan disukai oleh orang
lain serta melakukan hal-hal menarik
Cinta, empati dan kepedulian (loving,
empathic, and altruistic)
Individu mampu mencintai orang lain dan
mengungkapkannya dalam berbagai cara.
Bangga dengan diri sendiri (proud of myself)
Individu memiliki keyakinan bahwa dirinya
merupakan seseorang yang penting dan
berharga.
Mandiri dan bertanggug jawab (autonomous
and responsible)
Individu mampu melakukan segala hal sendiri
dan dapat menerima konsekuensi serta segala
resiko atas perilakunya tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Penuh harapan, iman dan kepercayaan (filled
with hope, faith, and trust)
Individu memiliki keyakinan dan perasaan
optimis bahwa dirinya memiliki harapan
terhadap masa depan.
I Can
Kemampuan individu
yang diwujudkan dari
keterampilan sosial
Komunikasi (communication)
Kemampuan individu dalam mengungkapkan
segala pikiran dan perasaannya kepada orang
lain.
Memecahkan masalah (problem solve)
Kemampuan individu dalam mengenali
masalahnya sehigga individu dapat memahami
apa yang perlu dilakukan dan bantuan.
Mengelola perasaan dan dorongan (manage
my feelings and impulses)
Kemampuan individu dalam mengenali
perasaannya dan mengungkapkannya dalam
kata-kata yang tidak melanggar perasaan serta
hak orang lain dan diri sendiri.
Memahami karakteristik diri sendiri dan
orang lain (gauge the temperament of myself
and others)
Individu mengetahui karakteristik dirinya dan
orang lain dengan baik, sehingga individu dapat
menghadapi orang lain dengan tindakan dan
komunikasi.
Mencari hubungan saling percaya (seek
trusting relationship)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
G. Kredibilitas Hasil Penelitian
Peneliti menggunakan beberapa cara untuk memastikan data yang
diperoleh dapat dipercaya atau kredibel. Cara pertama yang digunakan
adalah member checking. Member checking adalah upaya pemeriksaan hasil
penelitian kepada informan penelitian. Peneliti akan membawa hasil
penelitian kepada informan penelitian untuk mengetahui tema-tema yang
telah dirumuskan akurat sesuai dengan apa yang dimaksud informan. Cara
kedua adalah thick description yaitu memberikan deskripsi mendalam
dengan memaparkan deskripsi terperinci tentang setting dan lingkungan
penelitian. Dengan demikian, hasil penelitian akan menjadi lebih realistis
(Supratiknya, 2015). Selain itu, peneliti juga memaparkan latar belakang
setiap informan yang terlibat. Hal tersebut dapat membuktikan bahwa
informan penelitian benar adanya dan hasil penelitian menjadi lebih kaya.
Untuk menguji konsistensi hasil penelitian, peneliti melakukan
pemeriksaan transkrip wawancara. Hal tersebut dilakukan untuk
memastikan tidak ada kesalahan berarti yang terjadi selama proses
transkripsi. Peneliti juga memastikan tidak ada pergeseran makna pada
kode-kode selama proses pengodean berlangsung. Hal tersebut diantisipasi
dengan mendiskusikan kode-kode kepada teman sebaya dan expert.
Individu mampu menemukan seseorang yang
dipercaya untuk meminta bantuan dalam
menyelesaikan masalah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Proses pengambilan data dilakukan dengan metode wawancara secara
langsung pada tiap informan. Proses tersebut berlangsung pada bulan
Februari 2018 hingga November 2018. Sebelum pengambilan data, peneliti
meminta persetujuan pada informan untuk menjadi narasumber penelitian
dengan menandatangani lembar persetujuan. Setelah itu, peneliti
menjelaskan beberapa hal yang perlu diketahui oleh informan. Beberapa hal
tersebut juga tertera pada pernyataan persetujuan (informed consent)
sehingga informan dapat mengetahui secara garis besar terkait penelitian
yang akan dilakukan.
Peneliti mengunjungi informan 1 (I-1) sebanyak tiga kali untuk
membangun rapport, wawancara dan member checking. Pertemuan pertama
dengan I-1 dilakukan pada hari Minggu, 18 Februari 2018 pukul 10.50 WIB.
Dalam pertemuan tersebut, peneliti bermaksud untuk membangun rapport.
Peneliti mengenal I-1 dari informasi teman peneliti. Tidak banyak informasi
yang diberikan oleh teman peneliti terkait I-1 sehingga pada hari itu peneliti
banyak menggali informasi tentang latar belakang I-1. Setelah melakukan
perkenalan, peneliti membuat janji pertemuan selanjutnya.
Wawancara dengan I-1 dilakukan sebanyak dua kali. Wawancara
pertama dilakukan pada hari Minggu, 22 April 2018 pukul 10.55 WIB di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
ruang tamu kediaman I-1. Saat wawancara pertama, I-1 mengunakan
pakaian semiformal. Dalam sesi wawancara, I-1 terlihat santai dan tidak ada
perubahan ekspresi wajah yang signifikan saat bercerita. I-1 menjawab
pertanyaan dengan fokus dan sesuai dengan konteks pertanyaan. Gangguan
selama wawancara pertama datang dari pedagang keliling dan pembeli di
warungnya. Sementara itu, wawancara kedua dilakukan di tempat yang
sama pada hari Selasa, 15 Januari 2019 pukul 18.00 WIB. Wawancara
kedua dilakukan untuk menggali latar belakang dan melakukan member
checking. Pada wawancara kedua ini I-1 terlihat lebih santai saat bercerita.
Hal tersebut terlihat pakaian yang dikenakan I-1 yaitu daster.
Pada informan 2 (I-2) pertemuan juga dilakukan sebanyak tiga kali
untuk membangun rapport, wawancara dan member checking. Pertemuan
pertama dilakukan pada hari Minggu, 11 November 2018 pukul 16.00 WIB.
Peneliti mengetahui tentang I-2 dari teman peneliti yang merupakan anak
dari I-2. Dalam pertemuan itu peneliti melakukan perkenalan dan sedikit
menjelaskan maksud dan tujuan kedatangan peneliti. Dalam percakapan
tersebut kami juga membicarakan tentang pekerjaan I-2 yang bekerja di
Badan Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat. Setelah cukup mengenal
satu sama lain, kami berdua menyusun jadwal pertemuan untuk melakukan
wawancara pengambilan data.
Setelah mendapatkan waktu yang tepat akhirnya I-2 melakukan
wawancara pertamanya pada hari Rabu, 21 November 2018 pukul 18.22
WIB di teras rumah kediaman informan. Saat wawancara, I-2 mengenakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
pakaian kasual. I-2 terlihat santai dan tenang saat menceritakan kisahnya.
Akan tetapi saat menceritakan latar belakang keluarga dan masa lalunya, I-
2 terlihat lebih ekspresif. I-2 menjawab seluruh pertanyaan yang diberikan
dengan fokus dan sesuai dengan topik pembicaraan. Selama wawancara,
gangguan datang dari suara pesawat yang lewat beberapa kali dan
pegawainya yang keluar masuk rumah. Setelah itu pada hari Sabtu, 12
Januari 2019 pukul 16.00 WIB di tempat yang sama kami melakukan
member checking hasil koding. Saat itu, I-2 menggunakan baju yang rapi
dan meneliti hasil koding dengan seksama. Beberapa kali I-2 menjelaskan
ulang hasil koding dan memberikan sedikit penjelasan tambahan untuk
beberapa hasil yang dirasa kurang sesuai.
Berbeda dengan informan lain pada informan 3 (I-3) peneliti melakukan
pertemuan sebanyak dua kali karena lokasi I-3 berada di Semarang. Peneliti
mengenal I-3 dari teman dekat peneliti. Pada hari Minggu, 25 November
2018 peneliti membangun rapport dengan berkenalan dan berbagi cerita.
Pada hari Senin, 26 November 2018 pukul 10.12 WIB peneliti melakukan
wawancara di ruang makan kediaman I-3. Saat wawancara, I-3
menggunakan pakaian kasual dan terlihat santai. Dalam menjawab
pertanyaan, I-3 terlihat fokus dan menjawab sesuai konteks pembicaraan.
Hal tersebut dapat dilihat dari jawaban yang diberikan secara lengkap
dengan alur maju mundur. I-3 menunjukkan ekspresi wajah yang ekspresif
dan cukup bersemangat dalam menjawab setiap pertanyaan yang diberikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Pada saat menceritakan awal mula dirinya didiagnosa kanker payudara,
I-3 menangis tersedu-sedu. Akan tetapi, I-3 enggan menghentikan sesi
wawancara dan hanya mengatur perasaannya dengan minum segelas air.
Selama wawancara berlangsung, gangguan datang dari anak-anak I-3 yang
sedang bermain dengan temannya di ruangan yang sama. Selain itu, hujan
lebat yang tiba-tiba turun pada saat sesi wawancara berlangsung membuat
wawancara harus dihentikan sebentar untuk mengangkat pakaian yang
sedang dijemur. Pada I-3, member checking dilakukan melalui telepon pada
Jumat, 25 Januari 2019 pukul 13.00 WIB.
Tabel 3
Tanggal Pengambilan Data dan Konfirmasi
Informan Tanggal
Pengambilan
Data
Lokasi Keterangan
I-1 15 Februari 2018
Rumah Informan Perkenalan
22 April 2018 Rumah Informan Wawancara
15 Januari 2019 Rumah Informan Member
checking
I-2 11 November
2018
Rumah Informan Perkenalan
21 November
2018
Rumah Informan Wawancara
12 Januari 2019 Rumah Informan Member
checking
I-3 25 November
2018
Rumah Informan Perkenalan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
26 November
2018
Rumah Informan Wawancara
25 Januari 2019 Melalui Telepon Member
checking
B. Informan penelitian
1. Data Informan
Tabel 4
Indentitas informan penelitian
No. Keterangan Informan 1 Informan 2 Informan
3
1. Inisial VT CR TU
2. Jenis kelamin Perempuan Perempuan Perempuan
3. Usia 57 tahun 54 tahun 54 tahun
4. Pendidikan
terakhir
SMP S1 S1
5. Pekerjaan Ibu rumah
tangga
PNS Ibu asuh
6. Stadium
kanker
2B 3B 3B
2. Latar Belakang Informan
Informan pertama (I-1) adalah seorang wanita berusia 57 tahun
yang merupakan seorang ibu rumah tangga. I-1 memiliki dua orang anak
perempuan yang sudah berkeluarga. Anak pertamanya tinggal di
Yogyakarta dan anak keduanya berada di Jakarta. I-1 tinggal bersama suami
dan cucu laki-laki yang merupakan anak dari anak sulungnya. I-1
menganggap cucunya seperti anaknya sendiri karena telah merawat cucunya
sejak cucunya masih berada di Taman Kanak-kanak sehingga keduanya
menjadi sangat dekat seperti ibu dan anak. Suaminya merupakan seorang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
pensiunan dan saat ini membuka usaha warung sembako di rumah. Dalam
mengerjakan pekerjaan rumah, I-1 tidak dibantu oleh asisten rumah tangga
melainkan membagi tugas dengan suaminya. Hal tersebut merupakan hal
yang biasa dilakukan I-3 sejak masa kanak-kanak. Di masa kecilnya, I-1
sering membantu ibunya mengerjakan pekerjaan rumah seperti memasak
dan mencuci karena I-1 merupakan seorang kakak. Menjadi seorang kakak,
I-1 diberi batasan dalam bermain karena harus membantu ibunya
mengerjakan pekerjaan rumah. Saat I-1 lulus dari pendidikan Sekolah
Menengah Pertama, I-1 memutuskan untuk menikah dan membangun
rumah tangga sendiri.
I-1 bukan satu-satunya anggota keluarga yang mengidap penyakit
kanker payudara, sebelumnya ada anggota keluarga lain yaitu bude I-1 juga
mengalami kanker serupa. Sejak usia 22 tahun, I-1 sudah menjalani operasi
pengangkatan tumor pada payudaranya. Tidak hanya satu kali, I-1
melakukan operasi pengangkatan tumor di payudaranya sebanyak tiga kali
dalam rentang waktu dua tahun. Hingga benjolan itu muncul lagi saat usia
55 tahun dan pemeriksaan terakhir menunjukkan hasil bahwa dirinya positif
mengidap penyakit kanker payudara stadium 2B. Mendengar hal tersebut,
I-1 merasa sedih dan langsung pergi ke gereja untuk menenangkan diri
sebelum pulang dan memberikan kabar tersebut pada suami dan cucunya.
Setelah mengetahui hal tersebut pada tahun 2016 di usia 55 tahun, I-1
menjalani operasi pengangkatan payudara dan serangkaian pengobatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
kanker payudara yaitu kemoterapi yang dilakukan sebanyak 24 kali dan
sinar radiasi yang dilakukan sebanyak 31 kali.
Saat awal mengidap kanker payudara, I-1 merasa sangat sedih dan
tidak bersemangat. Hampir setiap hari I-1 menangis karena takut meninggal.
Akan tetapi, saat ini I-1 merasa lebih bersemangat dan bahagia. Oleh sebab
itu I-1 saat ini menyibukkan diri dengan mengikuti kegiatan di gereja dan
sering menghabiskan waktu di luar rumah. Hal tersebut dilakukan agar
dirinya tidak merasa sedih mengingat-ingat penyakitnya. I-1 mengatakan
bahwa hatinya harus merasa bahagia agar kesehatannya semakin baik.
Informan kedua (I-2) adalah wanita berusia 54 tahun yang bekerja
di Badan Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat (BPPM) Daerah
Istimewa Yogyakarta. I-2 merupakan seorang ibu dari dua orang anak yang
sedang menempuh pendidikan di salah satu universitas swasta dan di salah
satu sekolah menengah atas di Yogyakarta. Suami I-2 bekerja sebagai
seorang dosen tetap di salah satu universitas negri di Yogyakarta. I-2
merupakan anak ketiga perempuan dari enam bersaudara yang semuanya
adalah laki-laki. Di masa kecilnya, I-2 terbiasa melakukan tugas rumah
tangga dan bekerja untuk memenuhi keinginannya. Menjadi pribadi yang
mandiri sejak kecil membuat I-2 terbiasa mengatur hidupnya sendiri.
Hingga akhirnya pada usia 24 tahun I-2 memutuskan untuk menikah dan
dikaruniai putra setelah delapan tahun pernikahan. Menjadi seorang ibu
sekaligus wanita karir, I-2 dibantu oleh asisten rumah tangga untuk
mengatur pekerjaan rumahnya. Selain itu, anak-anak I-2 yang sudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
beranjak dewasa juga telah menjadi pribadi yang cukup mandiri dalam
mengatur kebutuhannya sendiri.
Pada tahun 2014 di usia 50 tahun, I-2 mendapati benjolan pada
payudaranya dan melakukan operasi pengangkatan tumor tersebut.
Meskipun tumor tersebut tidak ganas, I-2 tetap menyadari dan rutin
melakukan pengecekan. Hal tersebut dilakukan karena almarhum ibunya
pernah mengalami hal yang sama dan I-2 menyadari bahwa kanker
merupakan penyakit genetik. Pada bulan Desember tahun 2015, I-2
menyadari adanya benjolan lagi di posisi yang berbeda namun diabaikan.
Hingga pada April 2016, I-2 melakukan pemeriksaan dan mendapatkan
hasil bahwa tumor tersebut merupakan kanker payudara stadium 3B. Di
tahun yang sama, I-2 menjalani operasi pengangkatan payudara dan
memulai serangkaian pengobatan kanker payudara seperti kemoterapi yang
dilakukan sebanyak 24 kali dan sinar yang dilakukan sebanyak 31 kali.
Saat ini, I-2 masih bekerja aktif di Badan Pemberdayaan Perempuan
dan Masyarakat (BPPM). Setiap pagi sebelum pergi ke kantor, I-2
menyempatkan diri pergi ke gereja untuk mengikuti misa pagi. Sepulang
dari gereja, I-2 melakukan olah raga kecil dan berjemur untuk memperkuat
tulangnya. Setelah itu I-2 berangkat ke kantor dan melakukan kegiatannya
seperti biasa. I-2 menyadari kemampuannya semenjak mengidap kanker
payudara tidaklah maksimal seperti dulu lagi sehingga I-2 akan berhenti
bekerja ketika merasa lelah. Hal tersebut dapat diterima oleh teman-teman
dan atasannya sehingga I-2 diberikan kelonggaran dalam mengerjakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
tugasnya. I-2 melihat kanker payudara sebagai berkat yang diberikan Tuhan,
sehingga I-2 tidak larut dalam kesedihan melainkan mensyukurinya.
Melalui kanker payudara, I-2 mengatakan dapat mempersiapkan diri dengan
melakukan kebaikan sebelum menghadapi kematian.
Informan ketiga (I-3) adalah seorang wanita yang berasal dari
Yogyakarta namun saat ini I-3 berdomisili di Semarang. Wanita berusia 54
tahun ini sejak tahun 1993 di usia 29 tahun sudah memutuskan untuk tidak
menikah. Akan tetapi, di lubuk hatinya I-3 tetap ingin menjadi seorang ibu.
Hingga akhirnya saat ini I-3 bekerja sebagai ibu asuh di SOS children’s
village Indonesia yang bertempat di Semarang. SOS children’s village
merupakan organisasi sosial nirlaba non-pemerintah yang bergerak aktif
dalam mendukung hak-hak anak dan memiliki komitmen untuk
memberikan anak-anak yang beresiko atau telah kehilangan pengasuhan
orangtua kebutuhan utama mereka yaitu keluarga dan rumah yang penuh
kasih sayang. Di SOS, I-3 mengasuh tiga anak laki-laki, dua anak
perempuan dengan latar belakang dan usia yang bervariasi. Sebagai ibu
tunggal yang mengidap kanker payudara, I-3 sempat diberi fasilitas asisten
rumah tangga oleh SOS. Akan tetapi, I-3 merasa tidak nyaman karena pada
dasarnya I-3 merasa nyaman mengurus pekerjaan rumah tangganya sendiri.
Pasalnya, sejak kecil I-3 terbiasa mengurus rumah dan adik-adiknya
sehingga mudah saja bagi I-3 melakukan pekerjaan rumah tersebut. I-3 juga
sempat mengatakan bahwa pekerjaan rumah merupakan bagian dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
hidupnya sehingga sulit untuk tidak berbuat apa-apa dalam rumahnya
sendiri.
Sebelum didiagnosa mengidap kanker payudara, I-3 sering
mengalami pingsan dan mendapati lehernya bengkak. Saat memeriksakan
keadaannya ke rumah sakit, dokter yang menanganinya menanyakan perihal
benjolan pada payudara. Hal tersebut dibenarkan oleh I-3 dengan
menunjukkan keadaan benjolan pada payudaranya. Setelah itu, I-3 kembali
memeriksakan kondisinya ke rumah sakit yang lebih besar dan memperoleh
diagnosa kanker payudara stadium 3B. Di tahun yang sama, I-3 melakukan
rangkaian pengobatan yaitu operasi pengangkatan payudara, kemoterapi
yang dilakukan sebanyak 6 kali, sinar yang dilakukan sebanyak 30 kali,
kemo oral yang dilakukan selama tiga bulan dan konsumsi obat selama lima
tahun.
Awal mula didiagnosa kanker payudara, I-3 merasa sangat hancur.
I-3 berpikir usianya tidak lama lagi dan harus meninggalkan anak-anak
untuk selamanya. Akan tetapi, saat ini I-3 melihat kanker payudara adalah
berkat karunia Tuhan yang diberikan kepadanya karena dengan kanker I-3
dapat melihat cinta dan kasih sayang orang-orang kepadanya. I-3 menjalani
kegiatan sehari-hari sebagai ibu rumah tangga seperti biasa, namun I-3
menyadari bahwa kemampuannya tidak lagi sekuat dulu. Hal tersebut tidak
menghambat I-3 melakukan kegiatannya dengan memberikan waktu untuk
beristirahat. I-3 merasa saat ini dirinya lebih bahagia karena I-3 mensyukuri
keadaannya sekarang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
C. Hasil Penelitian
1. Analisis Data Informan 1
a. Dampak Kanker
Awal pertama diagnosa kanker payudara, informan 1 (I-1)
merasa sangat sedih dan hancur. I-1 langsung pergi ke gereja untuk
menenangkan diri dengan berdoa. Kejadian tersebut membuat I-1
tidak ingin keluar rumah selama beberapa bulan. I-1 mengatakan
bahwa dirinya sering menangisi keadaannya. Selain itu, I-1 merasa
minder ketika berkumpul bersama teman-temannya yang masih
memiliki payudara.
Dampak yang dialami oleh I-1 setelah menjalani pengobatan
operasi adalah kehilangan satu payudaranya. Selain operasi, I-1
menjalani kemoterapi yang sangat berdampak pada fisiknya. I-1
merasa mual dan sering muntah-muntah hal tersebut membuat I-1
menjadi lemah. Selain itu, kerontokan rambut yang cukup parah
membuat I-1 kehilangan seluruh rambutnya. Tidak hanya itu, I-1
juga merasa bahwa tulangnya rapuh. Kerapuhan tulang tersebut
membuat beberapa gigi I-1 tanggal. Pengobatan sinar radiasi juga
membawa dampak bagi fisiknya terlebih pada kulit. Setelah
melakukan sinar radiasi beberapa kali, I-1 mendapati kulitnya
muncul bercak-bercak berwarna hitam. Akan tetapi, hal tersebut
tidak menjadi masalah besar bagi I-1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
b. Sumber-sumber Resiliensi Informan 1
1. I have
Dukungan yang diterima oleh individu dari orang lain
dan lingkungan sekitar untuk mengembangkan rasa aman.
a. Hubungan yang dipercaya
Bentuk perhatian yang diterima dari I-1 adalah
sebuah nasihat atau penguatan yang diberikan oleh
anaknya. Anaknya mengatakan bahwa dengan kanker
payudara I-1 memiliki persiapan dengan memperbaiki
diri. I-1 merasa lebih bersyukur ketika anaknya
mengajak dirinya melihat hal positif dari kejadian yang
menimpa dirinya.
b. Struktur dan aturan
Di dalam rumah, I-1 sering minum jus buah dan tidak
makan daging. Hal tersebut dilakukan karena tidak
diperbolehkan oleh dokter yang merawatnya. Dengan
demikian, I-1 membentuk perilaku untuk tidak makan
daging selagi di luar rumah demi menjaga kesehatan
fisiknya.
c. Model peran
Bergabung dalam komunitas penyintas kanker
payudara atau dikenal dengan nama love pink membuat
I-1 dipertemukan dengan penyintas lain. Beberapa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
penyintas lain yang lebih lama mengalami masih
berjuang untuk tetap bertahan dan sembuh. Dengan
demikian, I-1 mencontoh semangat teman-temannya
untuk optimis dan tidak menyerah.
d. Dorongan untuk menjadi mandiri
Sejak SD I-1 dibiasakan oleh orang tuanya untuk
mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Saat bermain di
luar, I-1 hanya diperbolehkan main hingga pukul tiga
sore. Hal tersebut dikarenakan, I-1 harus menyapu
rumah, memasak air dan membuat minum. Sehingga
perilaku mandirinya saat ini merupakan sebuah
kebiasaan yang sudah dilakukan sejak kecil.
e. Akses masyarakat
Fasilitas umum yang digunakan oleh I-1 adalah
gereja. Pada saat didiagnosa mengidap kanker payudara,
I-1 merasa sangat terpukul. Setelah pulang dari rumah
sakit, I-1 langsung menuju gereja untuk berdoa dan
menenangkan diri sejenak sebelum pulang ke rumah.
2. I am
Kekuatan dari dalam diri yang ditampilkan dengan
perasaan, sikap dan keyakinan diri. Kekuatan internal ini
mampu membantu individu membentuk resiliensi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
a. Perasaan dicintai dan perilaku menarik
I-1 merasa dicintai oleh keluarganya, yaitu suami dan
cucunya. Pasalnya, cucu dan suaminya merasa takut
kehilangan I-1. Hal itu diuangkapkan I-1 bahwa
suaminya pernah mengatakan apabila I-1 meninggal
dunia, dirinya ingin ikut bersama I-1. Selain itu, cucunya
mengatkan kepada I-1 bahwa ia tidak ingin I-1
meninggal dunia karena masih ingin bersama. Hal
tersebut membuat I-1 merasa masih dibutuhkan oleh
suami dan cucunya.
b. Cinta, empati dan kepedulian
Penguatan yang diberikan anaknya membuat I-1
menjadi melakukan hal yang sama kepada orang lain.
Penyakit kanker tidak dialaminya seorang diri di dalam
keluarga. Sepupu I-1 juga sedang mengalami sakit
kanker, dengan demikian I-1 memberi semangat kepada
sepupunya yang akan melakukan kemoterapi.
c. Bangga dengan diri sendiri
Bagian ini tidak terlihat pada I-1.
d. Mandiri dan bertanggung jawab
Pengobatan yang dijalani oleh I-1 sebagai penyintas
kanker tidaklah murah. Dengan tabungan yang dimiliki
dan beberapa investasi, I-1 membiayai pengobatannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
tanpa meminta pertolongan dari orang lain. I-1 sempat
menjual salah satu tanahnya untuk membiayai
pengobatannya yang memakan banyak biaya.
e. Penuh dengan harapan, iman dan kepercayaan
Dengan penyakit kanker payudara yang dialaminya,
I-1 tergabung dalam komunitas love pink. Dalam
komunitas tersebut banyak anggota yang memiliki
tingkatan atau stadium yang lebih tinggi dan lebih lama.
Melihat penyintas lain yang masih terus berjuang, I-1
merasa yakin dan optimis bahwa dirinya juga memiliki
kekuatan yang sama. Selain itu, I-1 mengatakan bahwa
penyakitnya ini membuat dirinya menjadi lebih dekat
dengan Tuhan.
3. I can
Kemampuan individu yang ditampilkan dari
keterampilan sosial dan hubungan interpersonal. Hal
tersebut biasanya dilakukan dengan berinteraksi dengan
orang lain dan bersosialisasi.
a. Komunikasi
I-1 memiliki kemampuan untuk mengungkapkan
perasaannya kepada suaminya. I-1 cenderung tidak
mempercayai orang lain untuk mendengarkan ceritanya.
Hal tersebut dikarenakan tidak semua orang mampu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
menyimpan rahasia yang dibagikan. Dengan demikian,
I-1 lebih memilih untuk menceritakan dan diskusi
tentang banyak hal dengan suaminya.
b. Memecahkan masalah
Dalam rumah tangga, I-1 terbiasa melakukan segala
halnya sendirian. Semenjak I-1 mengalami kanker
payudara, dirinya mengaku tidak memiliki kekuatan
yang total seperti sedia kala. Sehingga untuk mengatur
pekerjaan rumah dirinya merasa cepat lelah. Dengan
demikian, I-1 membagi tugas rumah tangga dengan
suaminya. Hal tersebut cukup meringankan beban I-1
dalam mengurus rumah.
c. Mengelola perasaan dan dorongan
I-1 pernah mengatakan bahwa dirinya merasa tidak
lama lagi akan dipanggil oleh Tuhan karena penyakitnya.
Oleh sebab itu, I-1 sering kali merasa sedih bila teringat
dengan penyakitnya. Perasaan sedih yang berlebihan
akan mempengaruhi fisiknya. Bila perasaan tersebut
mulai menguasai I-1 dirinya hanya menyebut nama
Yesus berulang-ulang. I-1 mengatakan bahwa dengan
demikian dirinya akan merasa lebih tenang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
d. Memahami karakteristik diri sendiri dan orang lain
I-1 memiliki kedekatan dengan anaknya, sehingga
bila anaknya mengalami permasalahan akan
mempengaruhi perasaan dan pikirannya. Pikiran yang
berlebihan juga dapat mempengaruhi kesehatan I-1. Oleh
sebab itu, bila anaknya sedang mengalami permasalahan
rumah tangga dirinya berusaha untuk tidak
memikirkannya. Cara yang dilakukan I-1 untuk
membuang pikiran tersebut adalah dengan tidak
mengambil pikiran tersebut. Artinya, I-1 mencoba untuk
membiarkan pikiran tersebut berlalu dan berkata pada
diri sendiri bahwa anaknya mampu menyelesaikan
masalahnya sendiri.
e. Mencari hubungan dipercaya
Selain kepada suaminya, I-1 sering mencari adiknya
untuk membantu dirinya menyelesaikan masalahnya.
Meskipun hanya dengan membagikan cerita yang
menjadi beban pikirannya. I-1 mengatakan, dirinya
mencari adiknya karena rumahnya tidak begitu jauh dari
rumahnya sehingga mudah di jangkau.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
c. Dinamika Sumber-sumber Resiliensi Informan 1
Berdasarkan sumber-sumber resiliensi di atas, I-1 memiliki
dukungan dari keluarga dan komunitasnya. Dukungan tersebut
berupa hadirnya orang-orang terdekat I-1 yang salah satunya adalah
anak I-1. Anak I-1 memberikan dukungan berupa penguatan agar I-
1 tetap bersyukur atas apa yang terjadi pada I-1. Penguatan tersebut
yang kemudian membuat I-1 menjadi peduli dengan sesamanya.
Kepeduliannya itu ditunjukkan dengan memberikan semangat
kepada penyintas lainnya.
Selain itu, kehadiran penyintas lain dalam komunitas yang
memiliki tingkatan stadium lebih tinggi membuat I-1 merasa lebih
bersyukur dan kuat. I-1 melihat orang lain yang lebih parah mampu
bertahan membuat dirinya merasa lebih optimis. Perasaan optimis
tersebut didukung dengan perasaan bersyukur atas apa yang terjadi
pada dirinya. Hal tersebut membuat I-1 lebih dekat dengan Tuhan
sehingga I-1 dapat mengelola emosinya dengan berdoa pada Tuhan.
2. Analisis Data Informan 2
a. Dampak Kanker
Saat pertama kali mendapat diagnosa kanker payudara, I-2
tidak merasa kaget. Hal tersebut dikarenakan I-2 sangat menyadari
hal tersebut akan terjadi padanya. Pasalnya, almarhum ibunya juga
mengalami hal yang sama. Akan tetapi, di era yang berbeda dirinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
lebih banyak melakukan metode pengobatan. Pengobatan yang
dilakukan I-2 membawa dampak yang sangat signifikan untuk I-2.
Pengobatan kemoterapi yang sangat memberikan dampak
lebih bagi I-2. Setelah menjali kemoterapi, I-2 mengatakan bahwa
dirinya merasa mual hingga sering muntah-muntah. Hal tersebut
membuat I-2 sangat lemas dan tidak dapat berbuat apa-apa. Kejadian
tersebut membuat I-2 terpaksa tidak masuk kantor selama beberapa
minggu. Dua hari setelah kemoterapi, I-2 mengalami kerontokan
rambut yang sangat parah hingga botak. Dampak pengobatan ini
sangat menguras tenaga I-2 hingga harus mengurangi intensitas
bersosialisasi karena mudah lelah.
b. Sumber-sumber Resiliensi Informan 2
1. I have
a. Hubungan yang dipercaya
Menjadi anggota love pink membuat I-2 merasa tidak
menjalaninya seorang diri. I-2 merasa memiliki teman-
teman yang mendukung I-2 dengan memberikan informasi
terkait terapi yang telah dilakukan. Sehingga I-2 dapat
memiliki bayangan saat akan melakukan terapi.
b. Struktur dan aturan
Bagian ini tidak terlihat pada I-2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
c. Model peran
I-2 menilai ibunya adalah seseorang yang hebat.
Sehingga I-2 merasa bahwa dirinya juga mampu
menghadapi hal yang sedang terjadi. Selain itu, I-2 merasa
dirinya merupakan orang yang beriman sehingga putus asa
bukan langkah yang boleh diambil oleh I-2.
d. Dorongan untuk menjadi mandiri
I-2 tidak menerima dorongan dari orang terdekatnya.
Diduga perilaku mandirinya diperoleh dari pola asuh
orangtua yang mendidik I-2 menjadi mandiri. Sebagai anak
perempuan, I-2 dididik untuk dapat mengerjakan pekerjaan
rumahnya sejak kecil. Selain itu, I-2 juga terbiasa mengurus
segala keperluannya sendiri mulai dari mencari informasi
tentang sekolah dan mendaftarkan diri untuk sekolah. Hal
tersebut membentuk perilaku I-2 menjadi mandiri seperti
sekarang.
e. Akses masyarakat
I-2 mendapat tambahan kemoterapi sebanyak 18 kali.
I-2 harus mengeluarkan uang yang cukup banyak untuk
membayar biaya satu kali kemoterapi. Akan tetapi, I-2 tidak
merasa khawatir karena menggunakan fasilitas BPJS untuk
membantu biaya pengobatannya. BPJS membantu setengah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
biaya pengobatan kemoterapi tambahan yang diberikan oleh
dokter.
2. I am
a. Perasaan dicintai dan perilaku menarik
Perasaan dicintai yang dirasakan oleh I-2 diperoleh
dari atasan barunya di kantor yang merupakan seorang
dokter. Hal tersebut memudahkan I-2 ketika dirinya merasa
butuh waktu untuk istirahat. I-2 merasa bahwa atasannya
sangat mengerti kondisinya sehingga ketika merasa lelah
dirinya memperoleh keringanan dengan mudah.
b. Cinta, empati dan kepedulian
Melihat biaya pengobatan kanker payudara yang
mahal dan tidak seluruhnya dapat dipenuhi oleh BPJS, I-2
merasa kasihan terhadap orang yang benar-benar tidak
mampu membayar pengobatan tersebut. Tidak hanya merasa
kasihan, I-2 menunjukkan kepeduliannya dengan
memberikan bantuan berupa uang kepada sesama yang tidak
dapat membiayai pengobatan sinar radiasi kanker payudara.
c. Bangga dengan diri sendiri
I-2 merasa menjadi orang yang beruntung dengan
mengidap kanker payudara. Dengan demikian ia dapat
mempersiapkan diri apabila sewaktu-waktu dipanggil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Tuhan. Dengan mempersiapkan diri, I-2 merasa dirinya lebih
baik dari pada hari kemarin.
d. Mandiri dan bertanggung jawab
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari teman-
temannya mengenai dampak pengobatan kemoterapi, I-2
mulai mempersiapkan kebutuhannya sendiri. I-2 menyadari
bahwa kemoterapi akan membuat dirinya mual dan muntah-
muntah, sehingga dirinya membeli susu dan bubur bayi
untuk mengganti nutrisi yang hilang. Selain itu, karena
banyak kegiatan akan dihabiskan di dalam rumah I-2
menyediakan kursi yang nyaman. Kursi tersebut
diletakannya di kamar untuk membaca buku agar lebih
nyaman.
e. Penuh dengan harapan, iman dan kepercayaan
Saat ini I-2 memiliki kebiasaan membaca kitab suci.
Saat I-2 membaca kitab suci, tanpa disengaja I-2 membuka
injil yang salah. Pada injil tersebut mengatakan bahwa
dirinya sudah sembuh dan jangan berbuat dosa lagi. Hal
tersebut membuat I-2 merasa Tuhan menuntunnya melalui
penyakitnya agar tidak berbuat dosa lagi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
3. I can
a. Komunikasi
I-2 memiliki kemampuan menyampaikan
perasaannya kepada orang lain. Saat berada di kantor dan
merasa lelah, I-2 akan mengatakan kepada atasan dan teman-
temannya. Hal tersebut juga dilakukan I-2 saat sedang di
rumah. I-2 berterus terang kepada seisi rumah untuk tidak
mengganggu istirahatnya.
b. Memecahkan masalah
Efek muntah-muntah pada kemoterapi membuat HB
I-2 menjadi turun. Sementara HB yang cukup merupakan
salah satu syarat I-2 dapat melakukan kemoterapi
selanjutnya. Dengan demikian, untuk menyelesaikan
masalah tersebut I-2 memilih untuk makan makanan yang
dapat menaikan HBnya seperti bakso.
c. Mengelola perasaan dan dorongan
Mendapat diagnosa kanker payudara membuat I-2
menjadi sedih. Akan tetapi, I-2 menyadari bahwa hal
tersebut merupakan fakta yang tidak dapat dipungkiri. I-2
mengatakan bahwa meratapi kesedihannya hanya akan
menambah beban. Sehingga I-2 mengelola perasaannya
untuk menerima penyakitnya dan tidak bersedih.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
d. Memahami karakteristik diri sendiri dan orang lain
I-2 mengatakan bahwa dirinya tidak banyak
menuntut orang lain. Bila ada kekurangan pada orang lain, I-
2 mencoba untuk memahaminya dan mencoba untuk
beradaptasi dengan itu.
e. Mencari hubungan dipercaya
I-2 memiliki kemampuan untuk menemukan orang
yang dipercaya guna berdikusi. Sebelum melakukan
kemoterapi, I-2 menanyakan kepada teman-teman di
komunitas love pink terkait kemoterapi. Hal tersebut
dilakukan agar I-2 memiliki gambaran tentang kemoterapi.
c. Dinamika Sumber-sumber Resiliensi Informan 2
Berdasarkan sumber-sumber resiliensi di atas, I-2 cenderung
memperoleh dukungan dari lingkungan kerjanya. Selain dukungan
dari lingkungan tempat kerja yang membangun rasa aman,
dukungan lain diperoleh dari fasilitas sosial. Dukungan tersebut
berupa jaminan kesehatan BPJS yang membantu I-2 dalam
membiayai pengobatannya. Pengobatan kanker payudara yang
dijalani oleh I-2 tidak seluruhnya dibiayai oleh BPJS. I-2 merupakan
seorang wanita karir yang memiliki pendapatan sendiri sehingga
sebagian besar pengobatannya dibiayai dengan uang pribadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Rangkaian pengobatan kanker payudara yang memakan
banyak biaya membuat I-2 merasa kasihan terhadap penyintas lain
yang kurang mampu. Perasaan kasihan tersebut membuat I-2
tergerak untuk menolong penyintas lain yang membutuhkan.
Pertolongan yang diberikan I-2 adalah memberikan sejumlah uang
kepada penyintas kanker payudara lain yang pada saat itu tidak dapat
menjalani pengobatan sinar karena keterbatasan biaya.
3. Analisis Data Informan 3
a. Dampak Kanker
Saat pertama kali memperoleh diagnosa kanker payudara, I-
3 merasa dunianya runtuh. Hal tersebut dirasakan lantaran I-3
mengira bahwa hidupnya sudah tidak lama lagi. Setelah mengalami
pergulatan tersebut, I-3 mulai berkonsultasi dengan dokter dan
melakukan serangkaian pengobatan.
Pengobatan pertama yang dilakukan oleh I-3 adalah operasi
pengangkatan payudara. Hal tersebut tidak membuat I-3 bersedih
karena dirinya menganggap bahwa kesehatannya lebih penting dari
pada estetika tubuhnya. Setelah operasi, I-3 melakukan kemoterapi
sebanyak enam kali yang berdampak mual-mual namun tidak dapat
dimuntahkan. Selain itu, dampak kemoterapi juga membuat tulang-
tulang pada kakinya sakit. Rasa sakit yang dialami pada kakinya
membuat I-3 tidak dapat berjalan. Kerontokan rambut juga dialami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
oleh I-3. Seluruh rambut yang dimiliki rontok hingga botak.
Pengobatan sinar radiasi yang dilakukan I-3 juga membawa dampak
buruk pada kulitnya. Setelah melakukan sinar radiasi, kulit I-3
melepuh dan menghitam hingga kuku.
b. Sumber-sumber resiliensi Informan 3
1. I have
a. Hubungan yang dipercaya
Dukungan diterima I-3 dari dokter yang merawat di
rumah sakit. I-3 mengatakan bahwa dokternya sopan dan
optimis dirinya akan sembuh. Selain itu, dukungan juga
diperooleh I-3 dari seluruh SOS yang ada di Indonesia.
Selain itu kehadiran keluarga besar juga menjadi salah
satu dukungan bagi I-3
b. Struktur dan aturan
Bagian ini tidak terlihat pada I-3.
c. Model peran
Perilaku optimis I-3 dipengaruhi oleh orang-orang di
sekitarnya yang selalu mendukung. I-3 merasa bahwa
semua orang telah mendukung dirinya sehingga dirinya
tidak boleh kalah dengan penyakit melainkan harus
sembuh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
d. Dorongan untuk menjadi mandiri
Dorongan menjadi mandiri yang diterima tidak dari
orang terdekat melainkan dari kebiasaannya mengurus
adik-adiknya. Perilaku mandiri tersebut diperoleh dari
kebiasaan masa lalunya sehingga I-3 tidak mengalami
dorongan untuk menjadi mandiri saat dewasa.
e. Akses masyarakat
I-3 menggunakan fasilitas umum rumah sakit untuk
melakukan pengobatan kanker payudara.
2. I am
a. Perasaan dicintai dan perilaku menarik
I-3 merasakan cinta dari tim medis yang merawatnya
selama di rumah sakit. Perlakuan baik tim medis
membuat I-3 merasa diberikan kasih sayang sehingga I-
3 merasa bersyukur.
b. Cinta, empati dan kepedulian
Di tengah-tengah perjuangannya melawan kanker
payudara, I-3 juga memiliki rasa peduli terhadap orang
lain. kepeduliannya tersebut ditampilkan dengan fokus
mendidik anak-anaknya yang memiliki kenakalan. Hal
tersebut dilakukan agar ibu asuh selanjutnya yang akan
menggantikannya saat pensiun nanti tidak kesulitan
mengurus anak-anaknya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
c. Bangga dengan diri sendiri
Perilaku bangga terhadap siapa dirinya ditunjukkan
oleh I-3 dengan ungkapan yang tegas bahwa dokter
senang melihat sikapnya yang optimis. Selain itu, I-3
juga dengan bangga mengatakan bahwa semua dokter
dan perawat yang merawat I-3 merasa senang dengan I-
3 karena dirinya selalu bahagia.
d. Mandiri dan bertanggung jawab
Kemandiriannya tersebut ditunjukkan dengan
memberhentikan asisten rumah tangga dan mengerjakan
semua sendiri. I-3 merasa bahwa kegiatan mengurus
rumah adalah kehidupannya yang tidak dapat dihentikan.
e. Penuh dengan harapan, iman dan kepercayaan
I-3 merasa bahwa kanker payudaranya merupakan
berkat. Selain itu, I-3 juga merasa bersyukur karena
penyakit ini memang harus terjadi pada dirinya
meskipun kanker menyimpan kepahitan.
3. I can
a. Komunikasi
I-3 memiliki kemampuan dalam menyapaikan
perasaannya. Hal tersebut ditampilkan dengan
memberitahu anak-anaknya tentang keadaannya dan
meminta anak-anaknya hidup rukun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
b. Memecahkan masalah
Sebelum melakukan pemeriksaan, I-3 hanya
bertanya-tanya tentang benjolan dan perubahan bentuk
pada payudaranya. Suatu hari I-3 mengalami drop dan
dokter yang menanganinya bertanya tentang benjolan.
Saat itu juga, I-3 menunjukkan benjolan pada
payudaranya dan mendapat kemungkinan bahwa dirinya
mengidap kanker payudara. Setelah itu, I-3
memeriksakan dirinya ke rumah sakit yang lebih besar
dan memiliki fasilitas yang lebih memadai untuk kanker
payudara.
c. Mengelola perasaan dan dorongan
Awalnya, I-3 merasa tidak percaya bahwa dirinya
terkena kanker payudara. Pasalnya, I-3 bukanlah orang
yang sembarangan dalam mengonsumsi makanan. Selain
itu, seseorang meminta I-3 melakukan pertobatan setelah
terkena kanker. I-3 merasa dihakimi oleh perkataan
orang itu namun I-3 memilih untuk mengampuni orang
tersebut.
d. Memahami karakteristik diri sendiri dan orang lain
I-3 memilih tetap tertawa, mengampuni dan
mencintai orang-orang yang yang menghakimi dirinya.
Selain itu, I-3 mencoba berpikir bahwa hal ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
merupakan teguran dari Tuhan atas kesalahannya dan
berterimakasih pada orang yg terlah menghakimi
dirinya.
e. Mencari hubungan dipercaya
Bagian ini tidak terlihat pada I-3.
c. Dinamika Sumber-sumber Resiliensi Informan 3
Berdasarkan sumber-sumber resiliensi di atas, I-3
mendapatkan dukungan dari keluarga dan tim medis yang
merawatnya. Dukungan yang diterima dari lingkungan sekitar
membuat I-3 menjadi lebih optimis dan terus berjuang untuk
sembuh. Tim medis yang selalu memberi respon positif membuat I-
3 merasa senang. Di sisi lain, I-3 menganggap bahwa kanker
payudara memang harus terjadi pada dirinya karena merupakan
berkat yang ia syukuri meskipun menyimpan kepahitan. Kepahitan
yang diperoleh I-3 dari orang lain merupakan pernyataan agar I-3
segera bertobat. Hal tersebut membuat I-3 merasa dihakimi namun
I-3 memilih untuk mengampuni orang tersebut. Pengampunan yang
dilakukan I-3 karena dirinya bersyukur atas kanker payudara yang
terjadi pada dirinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
4. Dinamika Sumber-sumber Resiliensi Tiga Informan
Dukungan sosial yang diperoleh informan memunculkan emosi positif
pada setiap informan dalam bentuk yang berbeda-beda. Emosi positif yang
muncul pada informan antara lain rasa syukur atas kanker payudara yang
dialami. Selain itu, perasaan optimis untuk tetap bertahan dan berjuang
melawan penyakit serta perasaan aman untuk menghadapinya. Emosi
positif tersebut mendorong informan untuk berperilaku positif pula.
Perilaku positif ditunjukkan I-1 dan I-2 dalam komunitas love pink
(komunitas penyintas kanker payudara) adalah menyemangati penyintas
kanker payudara lainnya yang sedang berjuang. Selain itu juga menolong
dalam bentuk finansial untuk penyintas kanker payudara lain yang sedang
kesulitan biaya. Berbeda dengan I-1 dan I-2, perilaku positif yang
ditunjukkan I-3 adalah dengan mengampuni orang lain yang
menghakiminya. Hal tersebut diduga karena I-3 tidak berada di lingkungan
komunitas love pink sehingga tidak terstimulasi untuk menolong sesama
penyintas kanker payudara.
5. Integrasi Tiga Informan Penelitian
Dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian, peneliti akan
menjabarkan sumber-sumber resiliensi yang muncul pada setiap informan
penyintas kanker payudara yang telah melakukan rangkaian pengobatan.
Sumber-sumber resiliensi meliputi, I have yang terdiri dari hubungan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
dipercaya, struktur dan aturan, model peran, dorongan untuk menjadi
mandiri, dan akses masyarakat. Selanjutnya adalah I am yang terdiri dari
perasaan dicintai dan perilaku menarik, cinta, empati dan kepedulian,
bangga dengan diri sendiri, mandiri dan bertanggung jawab, serta penuh
dengan harapan, iman dan kepercayaan. Sumber ketahanan yang terakhir
adalah I can yang terdiri komunikasi, memecahkan masalah, mengelola
perasaan dan dorongan, memahami karakteristik diri sendiri dan orang lain,
dan mencari hubungan dipercaya. Untuk memperkuat hasil penelitian,
peneliti akan menyertakan kutipan yang menunjukkan adanya sumber-
sumber resiliensi yang muncul pada informan. Selain itu, pada bagian akhir
juga akan diberikan tabel yang memaparkan tentang persebaran sumber
resiliensi yang muncul pada tiap informan penelitian.
1. Dampak pengobatan kanker payudara
Dampak kanker payudara dialami oleh seluruh informan penelitian.
Dampak yang dirasakan oleh informan penelitian meliputi dampak fisik
dan psikologis. Dampak psikologis pasca pengobatan kanker payudara
hanya dirasakan oleh informan 1 (I-1). I-1 merasa minder karena dirinya
sudah tidak memiliki payudara yang lengkap seperti teman-temannya.
Hal tersebut diungkapkan oleh I-1 seperti berikut:
“Heem. ya sama kan kadang minderkan mbak ya jelas kalo
ketemu temen banyak gitukan kayak kok dia sehat saya
engga payudaranya tinggal satu kan kadang-kadang
namanya manusiakan”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Sementara pada dampak fisik, seluruh informan mengalami
perubahan fisik akibat pengobatan kanker payudara. Perubahan seperti
kerontokan rambut hingga botak disadari dan dialami oleh seluruh
informan. Hal ini disadari oleh seluruh informan seperti berikut:
“Yaa gundul habis semua, ibu tuh gundul bersih habis
semua. Kemo tuh bikin kita rontok pokoknya gak cuman
rontok, habis semua. Pokoknya ini habis”. (informan 1)
“Hm ya itu menghabiskan energi bener jadi aku udah siap
siap gitu nanti gundul gitu kan”. (informan 2)
“Jadi saya belum aku gak mau memikirkan apa apa mbak
jadi nanti saya akan gundul adek saya sudah belikan topi
sudah belikan wig jadi semuanya sudah disiapkan”.
(informan 3)
Dampak dari pengobatan lain adalah mual dan muntah-muntah.
Dampak ini hanya diungkapkan oleh I-2 dan I-3. Dampak muntah-
muntah dialami I-2 dan I-3 pasca kemoterapi dasar
“Kemo sehari dua hari tuh belum apa apa kan kebetulan
emm kebetulan aku sabtu kemo terus minggunya belum apa
apa aku masih bisa ketawa ketawa terus hari ketiga bener
langsung huek huek muntah gak karuan sebenernya udah
diantisipasi udah dikasih obat tapi ya gimana tetep aja
muntah sampe habis sampe kuning sampe pait ga keluar apa
apa jadi abis muntah minum susu muntah lagi buat lagi gitu
itu terus pokoknya pantang menyerah jangan sampe
menyerah sebelum itu”. (informan 2)
“Pulang kemo masih gagah, besokannya masih gagah juga
terus saya makan kan katanya nanti akan gak doyan makan
maka disaat saya bisa makan ya saya makan banyak
sebanyak banyaknya, kemudian dihari kemudian mual sekali
mual mual mual tapi gak bisa dimuntahkan sempat muntah
juga tapi tidak yang muntah muntah muntah gitu”.
(informan 3)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Pada pengobatan sinar radiasi, dampak fisik hanya dialami oleh I-
1 dan I-3. Perubahan fisik yang tejadi pada I-1 adalah bercak hitam
yang terjadi pada kulit dan gigi yang tanggal.
“Kalo sinar gak ada efeknya cuman hitam-hitam. Efeknya
sekarang giginya pada rontok, karna gigi saya sudah gak
kuat jadi sekarang gampang kropos kalo gigi yang kuat saya
cuman berlubang, gigi ibukan udah gak bagus jadi udah
habis”.
Pada I-3 perubahan fisik akibat dari pengobatan sinar adalah kulit
yang melepuh dan menghitam hingga pada kuku. Hal tersebut
diungkapkan oleh I-3 seperti berikut:
“Selama penyinaran dan efeknya melonyoh semua kulit dan
hitam-hitam kuku juga”.
2. I have
I have merupakan dukungan dari orang lain atau lingkungan untuk
mengembangkan perasaan aman dan hal itu mencakup hubungan yang
dipercaya, struktur dan aturan, model peran, dorongan untuk
menjadi mandiri, dan akses masyarakat.
Hubungan yang dipercaya merupakan penerimaan, cinta tanpa
syarat, dan dukungan secara emosional dari orang terdekat. Hal tersebut
dapat diperoleh dari keluarga, anggota keluarga dan teman. Komponen
ini dapat terungkap dari ketiga informan. Informan 1 (I-1) yang merasa
diberi semangat oleh anaknya, seperti yang diungkapkan oleh informan
(I-1):
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
“Anak saya yang di Jakarta itu selalu memberi semangat
katanya kalo ibu beruntung diberi sakit…anak saya selalu
mengatakan seperti itu jadi malah bersyukur harusnya”.
Komponen serupa juga muncul pada informan 2 (I-2) yang merasa
tidak sendirian karena tergabung dalam komunitas yang cukup
informatif, seperti halnya yang diungkapkan I-2:
“Ini lagi aku kan udah jadi anggota love pink jadi disitu bisa
tidak merasa sendiri terus ada informasi apa yang temen
temen udah terapi apa jadi disitu bisa dapet informasi”.
Informan 3 (I-3) juga memaparkan hal serupa. I-3 merasa banyak
kekhawatirannya hilang dalam sekejap karena diberi penguatan. Selain
itu, kehadiran orang-orang disekitarnya juga membuat I-3 merasa
memiliki banyak pendukung dalam menghadapi permasalahan ini:
“Nah saat itu sudah ketemu dokter begitu sopannya dokter
itu dan
begitu melihat dia bilang sambil ditepuk ‘haaa gapapa yang
penting
hati gembira, makan banyak diobati pasti sembuh”.
“Waktu saya sakit saya disupport SOS, SOS kan besar ya
Lembaga yang besar ada di delapan tempat semua
mensupport saya. Taruhlah ibu asuhnya ada 14 ya 14 kali
delapan berapa, anaknya 100an di kali delapan belum lagi
anak saya yang sudah mandiri, mereka yang tidak kenal
saya datang mensupport saya. Keluarga besar saya ada
kakak, adik, ipar dan ponakan-ponakan, dokter dan perawat
di rumah sakit semua mendukung saya full”.
Struktur dan aturan adalah tersedianya aturan di rumah yang harus
ditaati dan nantinya akan digunakan sebagai kontrol perilaku. Dalam
komponen ini, hanya informan 1 (I-1) yang memiliki struktur dan
aturan. I-1 merasa saat ini dirinya tidak bebas mengonsumsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
makanannya karena saat ini dirinya sudah tidak makan daging. Pasalnya
dokter meminta I-1 untuk tidak memakan daging:
“Makan sekarang gak bebas terbatas, dulu mau makan apa
dimanapun diluarpun mau makan apa bebas sekarang engga,
sekarang di rumah makan daging udah engga boleh sama
dokter, dulu juga makan gorengan sepuas-puasnya kan bebas
sekarang gak berani dan gak makan lagi”.
Model peran merupakan seseorang yang berperan sebagai panutan
dalam berperilaku. Dalam komponen ini seluruh informan penelitian
mendapatkan model peran dalam menjalani kehidupannya. Pada
informan 1 (I-1) dirinya melihat teman-teman di komunitas love pink
yang masih bertahan hidup setelah bertahun-tahun mengidap penyakit
kanker payudara. Dari situ, I-1 merasa bahwa dirinya juga harus menjadi
kuat seperti teman-temannya. Hal tersebut dikatakan oleh I-1 seperti
berikut:
“Saya tuh lihat temen-temen saya di love pink ada yang
udah bertahun-tahun tapi masih kuat bertahan jadi ya saya
harus kuat juga lah, mereka aja mampu masa aku engga”.
Melihat ibunya yang juga mengalami hal yang sama, I-2 merasa
harus mencontoh perjuangannya. Hal tersebut juga diungkapkan I-2
dalam wawancara:
“Melihat ibuku seperti itu ibuku hebatlah kenapa aku juga
engga terus itu ya aku orang beriman aku tidak boleh putus
asa menghadapi seperti itu aku belajar dari Tuhan Yesus
dan bunda Maria aja menghadapi itu aja kuat aku yang
kayak gini masa engga”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Sementara itu bagi informan 3 (I-3) merasa bahwa orang-orang di
sekitarnya merupakan sumber kekuatan bagi dirinya sehingga I-3 harus
sembuh. Hal ini diungkapkan I-3 dengan perumpamaan seperti berikut:
“Jadi sebetulnya sumber kekuatan saya itu ya mereka
orang- orang yang mensupport saya di saat saya menjalani
pengobatan terus ibaratnya mbak saya pemain sepak bola
supporter saya banyak, saya nggak ingin supporter saya
malu jadi saya harus menang dengan sembuh”.
Dorongan untuk menjadi mandiri merupakan komponen yang
berupa dorongan dari orang terdekat agar individu dapat bersikap
mandiri dan mencari bantuan seperlunya saja. Akan tetapi, seluruh
informan tidak mendapatkan dorongan untuk bersikap mandiri dari
orang terdekat saat ini. Hal tersebut diduga karena seluruh informan
penelitian mengalami pola asuh yang membentuk informan menjadi
pribadi yang mandiri. Hal itu seperti yang dikatakan oleh informan
penelitian:
I-1 mengatakan bahwa dirinya sudah mengenal pekerjaan rumah
sejak dirinya masih duduk di bangku sekolah dasar:
“Dari kecil saya udah dididik seperti itu. Dari SD saya kalo
main jam tiga suruh pulang untuk nyapu, masak air, buat
minum, dari SD saya udah tau nyuci, ke pasar. Gak kayak
anak saya yang saya didik untuk belajar dan belajar. Kalo
saya dari SD udah tau kerja. Jadi saya ya terbiasa
melakukan itu”.
Pola asuh yang diberikan orangtua I-2 serupa dengan apa yang
orangtua I-1 ajarkan. I-2 dididik menjadi mandiri oleh orangtuanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
karena I-2 merupakan anak perempuan satu-satunya di dalam keluarga
sehingga diperlakukan sedikit berbeda dengan kakak laki-lakinya.
“Dulu aku tuh bantu-bantu ibu karena aku kan anak cewek
ya harus bantu masak nyuci dan banyak pekerjaan
rumahlah pokoknya. Lah kalo kakak kakakku ya sekolah
main gitu kan mereka laki-laki. Aku tuh dulu susah ya
sampe SMA aku pengen kuliah. Aku terbiasa ngapa-
ngapain sendiri, daftar SMP daftar SMA nyari informasi
tentang sekolah aku. Sampe aku tuh pengen kuliah tapi kan
aku cewek jadi agak gak penting dianggapnya dan gak ada
biaya juga. Tapi aku gak menyerah, aku cari informasi
tentang kuliah dan beasiswa. Kebetulan kan yang biayanya
sedikit itu saat itu negri yaudah aku cari info tentang UGM
sendirian. Aku belajar mati-matian tuh…Jadi kenapa aku
seperti ini sekarang, aku bisa mandiri walaupun aku kanker
karena aku memang sudah terbiasa melakukan semua
sendiri. Jangankan kebutuhan rumah, semua aku lakukan
sendiri. Aku dididik sama ibuku untuk bisa berdikari ya
mbak jadi ya ini semua udah aku lakukan dari lama jadi ya
gak masalah sih karena sebenernya udah terbiasa”.
Memiliki banyak adik membuat I-3 turut membantu ibunya
mengurus adik-adiknya. Selain perilaku mandiri, hal itu membuat I-3
menjalin kedekatan dengan saudara-saudaranya.
“Saya kan punya banyak adek, ya saya bantu urus mereka,
bantu ibu ngurus adek adek saya. Siapin makan, ya nyuci
baju, bantuin ngerjain PR, main bareng juga sama mereka
sih. Makannya saya sama saudara-saudara saya itu dekat
sekali, ketika susah kami selalu hadapi bersama”.
Akses masyarakat merupakan komponen yang berupa layanan
umum yang diberikan lingkungan sosial berupa kesehatan, pendidikan,
kesejahteraan dan keamanan. Komponen ini muncul pada seluruh
informan penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Informan 1 (I-1) pergi ke gereja setelah mendapatkan vonis kanker
payudara dari rumah sakit. Hal ini diungkapkan I-1 dalam wawancara
pengambilan data seperti berikut:
“Saya begitu vonis dari rumah sakit saya gak langsung
pulang ke rumah saya langsung ke gereja kok mbak, gak
pulang ke rumah saya pulangnya langsung ke gereja”.
Sementara itu pada informan 2 (I-2) perilaku yang muncul adalah
penggunaan BPJS yang diberikan oleh pemerintah. I-2 melakukan
pemeriksaan kemoterapi sebanyak 24 kali yang biayanya setengah
biayanya dipenuhi oleh BPJS. Hal tersebut diungkapkan pula oleh I-2
seperti berikut:
“Yang 6 ini dari BPJS yang 18 kali yang 8 BPJS yang 10
mandiri karena mahal jadi tidak semua, aku tuh satu paket
tuh 27,5juta satu kali kemo jadi harus pesen dulu dan harus
bayar dulu baru besok dikemo…jadi ya berat sih belum lagi
kebijakan yang sekarang kemo tambahan gak dicover
BPJS”.
Serupa dengan I-2, informan 3 (I-3) juga menggunakan layanan
umum di bidang kesehatan. Selain penggunaan BPJS untuk seluruh
biaya pengobatan kanker, I-3 memilih layanan umum rumah sakit yang
memadai sebagai tempatnya berobat atas atas rekomendasi dari
pimpinannya. Hal ini diungkapkan dalam wawancara seperti berikut:
“Akhirnya di sarjito lah karena lengkap dan ada kusus
cancer jadi akan di teliti dengan tidak asal”.
3. I am
I am merupakan sumber ketahanan yang berasal dari dalam diri
sendiri dan ditampilkan melalui perasaan, sikap, dan keyakinan atas diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
sendiri. I am memiliki kekuatan internal yang membantu proses
pembentukan resiliensi yang berupa perasaan dicintai dan perilaku
menarik, cinta, empati dan kepedulian, bangga dengan diri sendiri,
mandiri dan bertanggung jawab, serta penuh harapan, iman dan
kepercayaan.
Perasaan dicintai dan perilaku menarik merupakan komponen
berupa perasaan dicintai dan disukai yang dirasakan oleh individu.
Selain itu, individu juga dapat melakukan hal-hal yang menarik agar
disukai oleh orang lain. Individu juga memiliki kepekaan hati terhadap
suasana hati orang lain dan apa yang diharapkan orang lain terhadap
dirinya. Pada komponen ini, seluruh informan menunjukkan
perilakunya.
Pada informan 1 (I-1), perasaan tersebut muncul ketika suami dan
cucunya takut kehilangan dirinya ketika mengetahui dirinya mengidap
kanker payudara. Hal tersebut sama seperti yang diungkapkan I-1
sebagai berikut:
Pertanyaan: Selain secara spiritual seperti itu ada gak bu cara
lain misalkan keluarga atau temen-temen apa sih bu yang
bisa bikin ibu bertahan sampai sekarang ini?
Jawaban:
“Cucu saya sama suami.”
Pertanyaan: kenapa bu?
Jawaban:
“Dia sangat membutuhkan saya. Wong bapak aja takut kalo
kehilangan saya katanya kalo meninggal aku diajak aja
haha bilang gitu bapak, terus cucu saya bilang “jangan
meninggal ya yang nanti aku sama siapa?”.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Sementara pada informan 2 (I-2), perasaan tersebut muncul ketika
dirinya merasa dimengerti oleh kepala atau pimpinannya di kantor.
Pimpinannya merupakan seorang dokter yang memahami proses
pengobatan ini sehinga dirinya merasa dimaklumi. Hal ini selaras
dengan pernyataan I-2 yang berbunyi:
“… kepalaku tuh baru dan dokter jadi dia paham bener ini
proses seperti apa dadi yo aku penak banget “yowis bu lina
gausah masuk”…waktu aku pamit aku bilang “ibu itu rejeki
buat saya, ya kondisi saya seperti ini, kalo kepalanya bukan
ibu tapi yang dulu mungkin akan berat banget”.”
Hal serupa dirasakan oleh informan 3 (I-3). I-3 merasa diperlakukan
dengan baik oleh tim medis yang merawatnya di rumah sakit. I-3 dapat
berinteraksi dengan baik dan bercanda bersama tim medis yang
merawatnya. Hal tersebut selaras dengan pernyataannya dalam proses
pengambilan data sebagai berikut:
“…mereka memperlakukan saya dengan sangat baik seperti
sayang gitu dan saya sudah mengenal mereka, dokter
anastesi juga datang dan sudah kenal jadi saya tuh
bersyukur sebelum operasi lama di rumah sakit terus kami
bercanda waktu mau di gambar terus saya bilang
‘gambarnya yang bagus ya kalo gak saya gak mau’ ya saya
masih begitu bercanda canda gitu”.
Cinta, empati dan kepedulian merupakan komponen yang
menunjukkan kemampuan individu dalam mencintai orang lain dan
merasakan kepedulian terhadap orang lain serta mengungkapkannya
dengan berbagai cara. Selain itu, individu juga mampu merasakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
penderitaan orang lain dan ingin melalukan sesuatu untuk membantu
menghentikan segala penderitaannya atau melakukan penghiburan.
Dalam komponen ini, ketiga informan menunjukkan perilakunya.
Pada I-1, perasaan peduli yang muncul ditampilkan melalui
memberikan dukungan kepada sesama yang sedang sakit agar tetap
semangat:
“Yak arena penguatan dan semangat dari anak saya,
sekarang kalo ada orang sakit saya memberi semangat
mbak…Nah kalo kakak sepupu saya kan ada yang lagi kemo
ke 4 saya memberi spirit dia.”
Pada I-2, perilaku ini muncul dan diungkapkan pada penyintas
kanker yang lain. I-2 merasa iba ketika mendengar cerita salah seorang
temannya sesama penyintas kanker payudara yang tidak dapat
melakukan pengobatan sinar radiasi karena keterbatasan biaya.
Mendengar cerita itu, I-2 yang saat itu memiliki uang lebih langsung
mengirimkan sejumlah uang agar temannya tersebut dapat melakukan
sinar radiasi karena I-2 merasa pengobatan itu sangat penting dilakukan.
Hal tersebut dikatakan oleh I-2 seperti berikut:
“…kebijakan yang sekarang kemo tambahan gak dicover
sama BPJS jadi kasian juga kalau yang gak mampu bener.
Terus apa yang ibu lakukan? Jadi gini waktu itu ada
temenku di love pink yang japri aku dan cerita kalo dia itu
gak punya uang buat sinar di kensaras. Waktu itu dia gak
langsung minta tapi dia cerita kesedihannya gak bisa sinar,
lalu aku tanya kenapa dan ternyata karena biaya. Dia
awalnya mau pinjam uang tapi karna aku rasa itu
pengobatan urgent jadi aku bilang ‘ibu gausah pinjam ini
untuk ibu supaya bisa sinar’ yaudah saat itu aku transfer dan
beberapa saat kemudian dia meninggal”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Pada I-3, perilaku pada komponen diperlihatkan saat menyadari
dirinya akan segera pensiun dan sedang totalitas pada kedua anaknya
yang spesial dalam artian perilakunya yang dapat dikatan nakal. Hal
tersebut dilakukan agar ibu asuh pengganti yang akan mendidik anak-
anaknya tidak kesulitan dengan kenakalan mereka:
“Nah sekarang tinggal sesaat saya pensiun mbak kan saya
udah 50 nah tinggal 5 tahun lagi, saya kan sangat totalitas
dengan kristo dan tian karena spesial karena saya tidak mau
ibu yang menggantikan saya kesulitan dengan kenakalan
mereka nanti”.
Bangga dengan diri sendiri adalah komponen lain yang
menunjukkan keyakinan bahwa dirinya adalah individu yang penting
dan berharga. Pada komponen ini perilaku hanya muncul pada informan
2 (I-2) dan informan 3 (I-3). Pada I-2, perilaku ini berupa perasaan
beruntung bahwa dirinya diberikan penyakit kanker payudara. Dengan
demikian, dirinya dapat lebih mempersiapkan diri bila sewaktu-waktu
dipanggil oleh Tuhan:
“Aku tuh beruntung, aku merasa untung aku diberi sakit jadi
aku bisa mempersiapkan diriku kalo sewaktu-waktu nanti
aku dipanggil aku siap, aku cuman itu ya kalo aku dipanggil
kan ada orang yang baru nyebrang jalan dipanggil Tuhan
kan gak siap to, dengan sakit ini aku bisa merempersiapkan
diri, hidupku bisa lebih baik dari yang kemarin, gitu”.
Sementara itu, I-3 merasa dirinya berharga dan bangga terhadap
dirinya. Hal tersebut ditunjukkan melalui ungkapan yang diungkapkan
dengan bangga bahwa semua dokter dan perawat senang dengan dirinya
yang optimis dan selalu bahagia. I-3 juga menganggap penyakitnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
adalah berkat yang bermanfaat bagi orang lain sehingga dapat
memberikan tips untuk orang lain:
“Dokter yang melakukan usg saya tuh bilang kalau saya itu
optimis dan dokter senang melihat saya optimis dan semua
dokter yang merawat saya sama perawatnya senang dengan
saya karena saya everyday happy happy”.
“Oh iya satu hal lagi sakit saya ini juga menjadi berkat bagi
banyak
orang contohnya di sesama yang sakit saya berikan tips tips
saya
karena saya selalu bahagia untuk merubah mindsetnya dari
yang
‘aduhh kemo masih 5 kali lagi’ berubah menjadi ‘ah tingal
5 lagi,
tinggal 4 lagi’ dan mereka senang baik yang sehat mau yang
sakit,
mereka itu senang kalau ketemu saya kan saya selalu ceria”.
Mandiri dan bertanggung jawab adalah komponen yang
memperlihatkan bahwa individu mampu melakukan segala hal sendiri
dan menerima segala konsekuensi atas apa yang telah dilakukan. Ketiga
informan pada komponen ini memperlihatkan perilakunya. Untuk
membiayai pengobatan kanker payudara selain menggunakan BPJS, I-1
mengandalkan tabungan dan investasi yang dimilikinya. I-1 terbiasa
hidup hemat, sehingga hal tersebut sudah menjadi kebiasaannya:
Pertanyaan: sekarang bapak udah pensiun bu terus
sekarangkan mohon maaf ibukan ee butuh biaya banyak buat
operasi dan segala macem gitu ya bu ya, itu gimana bu cara
pemenuhannya?
Jawaban:
“Ya kan ibu dari dulu hemat ya mbak ya, jadi ada tabungan
sampe saya jual tanah satu saya juga dulu sering beli tanah
kan dulu kalo jaman dulu tanah murah, tanah sama emas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
murah tanah dulu itu dan ibu suka berhemat dari dulu saya
hemat mbak”.
Pada I-2 perilakunya diperlihatkan dari melakukan persiapan atas
kemungkinan-kemungkinan yang terjadi setelah usai kemoterapi seperti
membeli susu karena dirinya mengetahui dampak kemoterapi akan
membuat dirinya akan sering muntah-muntah:
“Hm ya itu menghabiskan energi bener jadi aku udah siap
siap gitu nanti gundul gitu kan terus aku persiapan beli susu
gitu kan kalo abis kemo tuh drop kalo abis kemo sehari dua
hari tuh belum apa apa kan…terus hari ketiga bener
langsung huek huek muntah gak karuan…sebelum itu aku
udah siap siap sih aku udah siap siap kursi kan aku suka
baca terus di kamar aku beli kursi yang enak biar aku bisa
baca aku udah beli bubur, bubur bayi kan ada susunya kan
nutrisinya kan banyak, terus beli susu”.
Pada I-3 perilakunya ditunjukkan dengan kembali melakukan segala
pekerjaan rumahnya sendiri karena dirinya merasa hal tersebut adalah
hidupnya:
“… sekarang saya tidak mau pake pembantu saya tidak mau
terus menerus bergantung, saya harus beraktivitas karena
itu hidup saya kalau dihentikan saya mati saya lebih baik
lakukan sendiri toh anak-anak sudah mandiri kok saya
yakinkan mereka, anak-anak juga gemuk sekarang”.
Penuh dengan harapan, iman dan kepercayaan merupakan
keyakinan dan perasaan optimis bahwa dirinya memiliki harapan
terhadap masa depan. Ketiga informan memunculkan perilaku pada
komponen ini. I-1 percaya bahwa Tuhan masih memiliki rencana yang
indah dibalik penyakit yang diidapnya. Hal tersebut diungkapkan saat
wawancara pengambilan data seperti berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
“Saya percaya Tuhan masih ada rencana yang indah yang
tidak kita tau dengan sakit ini saya menjadi merasa dekat
dengan Tuhan, dulu saya gak ikut sekolah penginjilan gini
saya gamau menyentuh kitab suci. Sekarang tiap malam
saya harus membukanya, dulu sama sekali gak pernah
menyentuh, ke gereja ya ke gereja kegiatan ya kegiatan tapi
gak pernah”.
Sementara itu, I-2 merasa dituntun oleh Tuhan saat I-2 salah
membaca kitab suci. Hal tersebut membuat I-2 menyadari bahwa
penyakitnya merupakan sebuah anugrah yang diberikan oleh Tuhan agar
I-2 tidak berbuat dosa lagi:
“Ini kesaksian…aku baca kitab suci yang tak baca itu aku
lupa jadi aku baca pasal berapa ayat berapa ya tapi tiba-
tiba yang tak baca tuh kok beda ya jadi tau buku misa yang
di kota baru kan ada bacaan harian gitu nah…ayat yang tak
maksud ternyata aku buka dan bacanya beda dan itu aku
kaget karena ada kata-kata begini “percayalah kamu sudah
sembuh oleh karena itu jangan berbuat dosa lagi, kalau
kamu berdosa lagi kamu tau akibatnya” aku kaget terus aku
cocokin loh kok yang tak buka beda ya jadi aku mikir ya
Tuhan kok menuntun aku baca ini ya jadi aku percaya tapi
apapun yang terjadi semua kehendak-Mu, makannya aku
kayak Tuhan itu memberi aku sakit itu biar aku gak banyak
berbuat dosa lagi loh ini anugrah loh sakitku coba aku
nyebrang jalan ketabrak aku gak bisa siap siap coba pas aku
nyetir nabrak terus mati jadi ya gamungkin to aku siap
siap”.
Pada I-3 rasa syukur tersebut muncul ketika kanker payudara terjadi
pada dirinya. I-3 merasa bahwa penyakitnya ini merupakan berkat dan
memang harus terjadi pada I-3 meskipun menyimpan kepahitan seperti
dicemooh oleh orang lain. Berikut merupakan kutipan ungkapan I-3:
“Ya ini berkat mbak bersyukur bahwa ini harus terjadi pada
saya… kanker itu menyimpan kepahitan, ada loh orang wali
murid yang bilang’oh ibu kena kanker oh harus banyak
bertobat’ bukan saya merasa suci tapi diakan gatau saya…”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
4. I can
I can merupakan sebuah kemampuan yang dimiliki oleh individu
dan dapat diwujudkan dengan keterampilan sosial serta hubungan
interpersonal. Kemampuan tersebut biasanya dilakukan dengan
berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan. Kemampuan tersebut
meliputi komunikasi, memecahkan masalah, mengelola perasaan
dan dorongan, memahami karakteristik diri sendiri dan orang lain,
serta mencari hubungan saling dipercaya.
Komunikasi merupakan kemampuan individu dalam
mengungkapkan segala pikiran dan perasaannya kepada orang lain.
Individu juga mampu mendengarkan apa yang dikatakan orang dan
memahami yang mereka rasakan. Dalam komponen ini ketiga informan
menunjukkan perilakunya dalam mengungkapkan pikiran dan
perasaannya. Pada I-1 kemampuannya tersebut ditunjukkan saat dirinya
berbagi ceritanya dengan suaminya. I-1 merasa tidak ingin bercerita
dengan orang lain selain orang yang dia percayai karena dirinya merasa
tidak semua orang mau menyimpan rahasianya. Ketika ditanyai
mengapa dirinya tidak berbagi dengan orang lain, jawabnya dengan
yakin:
“Enggak lah, nanti kalo sharing malah belum tentu loh
orang tuh mau menyimpan rahasia kita mbak malahan kan
mesti nanti malah kemana-mana, paling ya ngomong dengan
suami aja di rumah”.
Sementara itu, pada I-2 komunikasi ditunjukkan dengan
menyampaikan perasaannya. Ketika merasa lelah dan ngantuk di kantor,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
I-2 akan memberitahukan kepada teman-teman dan kepala di kantornya.
Hal tersebut juga terjadi di rumah, I-2 akan menyampaikan kepada anak-
anaknya untuk tidak mengganggu I-2 jika merasa lelah:
“Ya aku biasanya terus terang sih aku jarang ya kalo di
kantor aku capek aku bilang aku capek aku ngantuk ke
kepala dan teman di kantor, kalo di rumah sama anak-anak
bilang jangan diganggu ya aku capek”.
Perilaku serupa dilakukan I-3 saat menyampaikan keadaannya
kepada anak-anaknya. I-3 yang awalnya merasa khawatir dengan anak-
anaknya karena kondisi kesehatannya akhirnya memutuskan untuk
memberitahukan kepada anak-anak kondisi kesehatannya. I-3
melakukan pendekatan kepada anak-anaknya agar saling menjaga satu
sama lain apabila I-3 harus melakukan pengobatan yang memakan
waktu lama:
“Tapi kemudian saya bicara dengan anak-anak ibu itu sakit
ini lalu saya udah mulai ke kristo tian untuk jaga adik-adik
yaa, adik-adik harus nurut sama kakak ya nanti kalo
sewaktu-waktu ibu harus ke rumah sakit operasi jadi anak-
anak udah tau kalo ibu sakit”.
Memecahkan masalah adalah kemampuan individu dalam
mengenali permasalahannya sehingga dapat memahami apa yang harus
dilakukan dan bantuan apa yang dibutuhkan. Dengan demikian, individu
dapat tetap gigih berada pada permasalahan hingga dapat terpecahkan.
Pada komponen ini ketiga informan menunjukkan perilaku
memecahkan masalah yang akan dibahas satu persatu. I-1 yang terbiasa
memasak sendiri juga melakukan pekerjaan rumahnya tanpa dibantu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
oleh asisten rumah tangga. Setelah mengalami sakit dan selama
menjalani pengobatan pekerjaan rumah tersebut dibagi dengan
suaminya di rumah:
“Saya yang masak, saya terbiasa.”
Pertanyaan: Gak ada rewang?
Jawaban:
“Enggak, saya berdua sama bapak. Bapak itu kalo pagi
udah nyiapin jus ibu buatin jus dulu bapak itu gak pernah
belanja di kranggan sekarang setiap pergi sering ke
kranggan beliin buah, buah itu bapak dulu sama sekali
engga pernah ke pasar, kita berdua aja sama bapak”.
Pemecahan masalah yang dilakukan I-2 adalah ketika dirinya
merasa mual akibat kemoterapi yang dilakukannya dan ketika HB mulai
turun. I-2 memilih untuk makan bakso ketika dirinya mual karena bakso
makanan yang panas dan dapat menaikan HBnya sekaligus. HB yang
pas adalah salah satu syarat dirinya dapat melakukan kemoterapi
lanjutan. Selain itu apa bila kondisnya kurang baik. Hal tersebut
dikatakan oleh I-2 dalam wawancara sebagai berikut:
“Nah ya udah setelah proses yang 6 kali itu selesai terus
yang 18 kali itu, nah yang 18 kali itu puji Tuhan efeknya gak
begitu yang muntah hanya mual terus kalo mual itu aku
cuman beli bakso di bakso jawi kan panas kan lagi pula gak
pake moto terus dagingnya juga bagus nah itu aku kesana
untuk naikkan HB kalo besok mau rapotan ya aku makan
bakso jawi ya gitu haha”.
Kecurigaan terhadap kondisi payudaranya yang terlihat buruk
adalah intuisi pertama yang memberitahukan I-3 bahwa dirinya terkena
kanker payudara. Hal tersebut nampaknya menjadi pertanyaan bagi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
dokter yang kala itu melayaninya ketika sakit. I-3 merasa dirinya sakit
pada bagian leher sehingga bertanya kepada dokter dan
memberitahukan semua kepada dokter sehingga I-3 dapat memperoleh
jawaban atas kecurigaannya itu. Setelah mendapat jawaban, I-3 memilih
untuk memeriksakan diri ke rumah sakit yang lebih besar dan lebih
memadai fasilitasnya:
“Jadi waktu dokter tanya ibu ada benjolan itu saya punya
benjolan tapi saya harus pastikan lagi benjolan apa yang
dimaksud… iya dok ada terus saya lihatkan kan ini udah
penyok kesini ini masuk kesini kan udah jelek gitu lah sudah
bentuknya, dokter itu menurut saya lagi melihat itu reaktif
menurut saya ‘aduh ibu ini harus mengambil tindakan, ini
hari senin ibu harus ada tindakan saya akan rujuk ke dokter
bedah’”.
“akhirnya di sarjito lah karena lengkap dan ada khusus
cancer jadi akan di teliti dengan tidak asal”.
Mengelola perasaan dan dorongan adalah kemampuan individu
dalam mengenali perasaannya. Tidak hanya mengenali, individu juga
dapat mengungkapkannya dengan kata-kata maupun perilaku yang tidak
melanggar perasaan serta hak diri sendiri dan orang lain.
Ketika mengingat penyakitnya, I-1 merasa sedih karena takut bisa
meninggal sewaktu-waktu. Supaya hal tersebut tidak lagi terasa
menakutkan, I-1 selalu menyebut nama Yesus seperti pernyataan yang
ada pada kutipan berikut:
“Ya itu kadang-kadang sedih inget penyakitnya, takut aduh
kapan kapan mati gitukan jadi saya menyebut nama Yesus
biar gak takut lagi”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Meringankan beban dirinya merupakan bentuk perilaku yang
ditunjukkan I-2 dengan cara menerima keadaan. Bagi I-2, sedih tidak
akan menyelesaikan masalah dan dengan menerima kondisi
kesehatannya merupakan cara untuk meringankan dirinya. I-2 menerima
kondisi tersebut karena memang fakta yang tidak dapat dihalang-halangi
lagi. Hal tersebut dikatakan oleh I-2 dengan yakin seperti berikut:
“Iyalah, fakta to? Nek aku sedih kan gak menyelesaikan
masalah nek aku menerima kan meringankan aku, ha nek
aku sedih kan udah gamungkin dihilangin udah tambah
sedih lagi ya udah aku coba untuk meringankan dengan
menerima”.
Awalnya, I-3 merasa aneh karena dirinya merupakan seorang yang
lebih sehat dari pada adik-adiknya, tidak sembarangan, tertata dan
sangat pilih-pilih namun terkena kanker yang kata orang menyimpan
kepahitan. Hal tersebut pula membuat I-3 merasa dihakimi oleh orang
lain yang memintanya bertobat setelah mengidap kanker. Akan tetapi,
I-3 tetap merasa harus mengampuni orang tersebut:
“Ya ini berkat mbak bersyukur bahwa ini harus terjadi pada
saya kan saya ini kan ‘masak saya kena kanker’ kan saya tuh
lebih sehat dari adek adek saya saya gak
sembarangan….kan kata orang kanker itu menyimpan
kepahitan, ada loh orang yang ada wali murid yang bilang
‘oh ibu kena kanker oh harus banyak bertobat’ bukan saya
merasa suci ya tapi dia gak tau saya baru dengar saya kena
kanker sudah menghakimi saya itu sempat seperti itu, harus
mengampuni harus mengampuni”.
Memahami karakteristik diri sendiri dan orang lain merupakan
kemampuan yang dimiliki individu untuk mengetahui dan memhami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
karakter diri sendiri dan orang lain. Dengan demikian, individu mampu
menghadapi orang lain dengan tindakan maupun komunikasi.
Pada komponen ini, ketiga informan menunjukkan perilakunya
dengan caranya masing masing. Pada I-1, ketika dirinya merasa berat
mendengar anaknya yang sedang mengalami masalah rumah tangga
dirinya menyadari bahwa anaknya sudah dewasa dan mencoba
menghilangkan pikiran tersebut karena akan membuat dirinya sakit:
“Ya saya harus menghilangkan sendiri ya udah ah luweh ah
saya gak mau mikir gitu kalo saya tak pikir-pikir nanti saya
sakit, saya gabisa mikir terus gak seperti dulu mbak jadi
saya harus udah ah dia udah rumah tangga udah dewasa
saya gamau mikir terus gamau campur tangan ah saya
begitu terus”.
Perilaku I-2 dalam komponen ini adalah dengan memahami orang
tersebut dan memilih untuk merubah dirinya karena pada dasarnya I-2
bukanlah individu yang banyak menuntut orang lain, ujarnya dalam
wawancara:
“Aku gak banyak menuntut orang kalo ada kekurangan di
orang lain ya bagaimana aku bisa memahami orang itu ya
aku aja yang berubah”.
Sedangkan I-3 memilih untuk tertawa saat merasa dihakimi oleh
orang lain dan mengampuni dengan cara mencintai. I-3 berpendapat
mungkin memang kejadian ini adalah teguran dari Tuhan karena selama
hidup I-3 telah berbuat banyak salah:
“Saya mencoba ya saya haha hehe ya saya harus banyak
mengampuni banyak mencintai mungkin saya banyak salah
selama ini Tuhan tegur saya, ya saya terima kasih aja sama
yang ngomong gitu”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Mencari hubungan saling dipercaya adalah kemampuan individu
untuk menemukan seseorang yang dipercaya untuk meminta bantuan
dalam menyelesaikan masalah, berbagi perasaan maupun berdiskusi
tentang konflik yang dialami. Pada komponen ini, perilaku hanya
ditunjukkan oleh I-1 dan I-2 saja.
I-1 hanya dapat berbagi cerita dengan suaminya yang telah
disebutkan pada komponen sebelumnya. Akan tetapi, terkadang I-1
berdiskusi dengan adiknya yang tidak tinggal jauh dari rumahnya:
Pertanyaan: Siapa orang yang paling ibu percayai untuk
diskusi?
Jawaban:
“Ya saya ngomong sama bapak aja.”
Pertanyaan: Sama suami aja ya bu?
Jawaban:
“Adek paling, kan adek perempuan di deket sini ada saya
suka cari dia buat cerita cerita.”
Sementara itu, I-2 cenderung mencari informasi dari komunitas
yang diikutinya. Sebelum melakukan pengobatan kemoterapi, I-2
mencari informasi tentang bagaimana rasanya dan efek dari kemoterapi
kepada teman-teman komunitas love pink:
“Sebelum kemo aku udah tanya tanya ke teman-teman di
love pink kemo ki piye to lewat apa ternyata lewat ini
rasanya gimana setelah kemo gimana”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Table 5
Analisis data
Sumber resiliensi Keterangan
I Have
(aku memiliki)
Hubungan dipercaya
(trusting relationship)
I-1, I-2, I-3
Struktur dan aturan
(structure and rules)
I-1
Model peran
(role model)
I-1, I-2, I-3
Dorongan untuk menjadi
mandiri
(encouragement to be
autonomous)
I-1, I-2, I-3
Akses masyarakat
(access to health, education,
welfare and security service)
I-1, I-2, I-3
I Am
(aku adalah)
Perasaan dicintai dan
perilaku menarik
(lovable and my
temperament is appealing)
I-1, I-2, I-3
Cinta, empati dan
kepedulian
(loving, empathic, and
altruistic)
I-1, I-2, I-3
Bangga dengan diri sendiri
(proud of myself)
I-2, I-3
Mandiri dan bertanggug
jawab
(autonomous and
responsible)
I-1, I-2, I-3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Penuh harapan, iman dan
kepercayaan
(filled with hope, faith, and
trust)
I-1, I-2, I-3
I Can
(aku mampu)
Komunikasi
(communication)
I-1, I-2, I-3
Memecahkan masalah
(problem solve)
I-1, I-2, I-3
Mengelola perasaan dan
dorongan
(manage my feelings and
impulses)
I-1, I-2, I-3
Memahami karakteristik diri
sendiri dan orang lain
(gauge the temperament of
myself and others)
I-1, I-2, I-3
Mencari hubungan saling
percaya
(seek trusting relationship)
I-1, I-2
D. Pembahasan
Sejatinya, kanker termasuk dalam high-mortality illness atau
penyakit dengan tingkat kematian yang tinggi. Pada perempuan, kanker
payudara telah menjadi momok mengerikan dan memiliki jumlah pasien
terbanyak. Pasien kanker payudara harus menjalani serangkaian pengobatan
yang cukup panjang. Hal tersebut tidak hanya menimbulkan permasalahan
pada fisiknya, namun menimbulkan masalah pada sosial dan psikologis bagi
penyintas kanker payudara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Permasalahan yang muncul akibat pengobatan tersebut menjadi
sebuah kesulitan yang harus dijalani oleh penyintas kanker payudara dalam
hal ini adalah informan penelitian. Kesulitan tersebut dirasakan oleh
informan penelitian saat menjalani serangkaian pengobatan yang cukup
menyita waktu dan tenaga. Informan penelitian melakukan serangkaian
pengobatan seperti operasi mastektomi atau operasi pengangkatan seluruh
jaringan payudara, kemoterapi, sinar radiasi, konsumi obat-obatan dan
pemeriksaan rutin setiap bulan. Pengobatan tersebut menimbulkan dampak
fisik, sosial dan juga psikologis bagi informan penelitian.
Selama proses pengobatan, informan penelitian mengalami dampak
fisik berupa kehilangan payudara, kerontokan rambut, mual, muntah dan
mudah lelah. Seperti yang dikatakan Perry dan Yarbro (1984, dalam
Waluyo, 2004) bahwa mual dan muntah adalah gejala yang umum terjadi
setelah kemoterapi. Selain itu pada penelitian lain, perubahan fisik yang
terjadi juga meliputi kerontokan rambut hingga botak dan anggota tubuh
yang melemah (Wahyuni, Huda & Utami, 2015). Seluruh informan
penelitian juga kehilangan satu payudaranya yang terkena kanker payudara
akibat operasi mastektomi. Hal tersebut membuat informan sempat merasa
minder karena tidak memiliki payudara seperti teman-temannya. Penyataan
tersebut sejalan dengan hasil penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa
pasien kanker payudara merasa tidak menarik akibat perubahan bentuk
payudara (Guntari & Suariyani, 2016).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Pada I-3, kehilangan payudara bukan hal yang penting karena
informan penelitian merasa bahwa kesehatannya jauh lebih penting. Hal
serupa juga dinyatakan pada penelitian sebelumnya yang mengatakan
bahwa wanita lebih mementingkan kesehatannya dari pada penampilannya
(Grogan & Mechan, 2016). Kejadian tersebut dialami oleh seluruh informan
penelitian. Pada saat kemoterapi dasar yang dilakukan sebanyak enam kali,
dampak atau efek samping seperti mual, muntah-muntah dan rambut rontok
terjadi hingga kemoterapi dasar selesai. Setelah enam kali kemoterapi dasar,
dua dari tiga informan penelitian melakukan kemoterapi tambahan sesuai
dengan penyebab kanker payudara. Akan tetapi pada kemoterapi tambahan
efek samping yang terjadi tidak lebih parah dari pada kemoterapi dasar.
Selain itu, tulang keropos juga dapat menjadi dampak dari
pengobatan. Seperti yang dialami oleh I-1, beberapa giginya tanggal akibat
kemoterapi. Pengobatan lain seperti sinar radiasi juga menyebabkan kulit I-
3 melepuh dan terbakar. Hal tersebut dialami pula oleh I-1 yang mendapati
kulitnya muncul bercak hitam setelah melakukan pengobatan sinar radiasi.
Ketiga informan juga mengatakan bahwa fisiknya tidak lagi seperti sebelum
mengalami kanker payudara dalam mengerjakan tugas. Informan penelitian
mengatakan bahwa setelah mengalami kanker payudara dirinya lebih
mudah lelah, sehingga harus banyak istirahat. Hal serupa juga tertulis pada
penelitian sebelumnya, bahwa aktifitas individu yang menderita penyakit
mematikan akan terbatasi karena operasi dan pengobatan pasca operasi
(Ngupadi & Puspitadewi, 2017).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Selain dampak fisik, dampak sosial juga terjadi pada I-2. Informan
penelitian mengatakan bahwa dirinya jarang sekali mengikuti kegiatan di
lingkungan rumahnya. Hal tersebut dikarenakan dirinya memahami
kapasitas kemampuannya, I-2 mengatakan bahwa dirinya tidak memiliki
waktu dan tenaga yang cukup. Akan tetapi di momen tertentu I-2
menyempatkan waktu untuk menjalin silahturahmi dengan lingkungan
sosialnya. Dalam kondisi ini, informan penelitian juga merasakan dampak
psikologis seperti rasa sedih dan minder. Dua informan penelitian yaitu I-1
dan I-3 merasa sangat sedih dan terpukul sejak awal mendapatkan diagnosa
kanker payudara. Keduanya merasa dalam waktu dekat akan meninggal
dunia karena mengetahui penyakit kanker yang sangat ganas. Seperti yang
dikatakan Ratih (2015, dalam Ngupadi & Puspitadewi, 2017) bahwa cemas
akan kematian merupakan salah satu dampak psikologis yang timbul dari
penyakit kanker payudara. Rasa sedih dirasakan salah satu informan ketika
menjenguk teman yang kritis atau melayat teman dari komunitas love pink
yang meninggal dunia. Akan tetapi, seluruh informan penelitian menyadari
bahwa rasa sedih yang berlarut-larut adalah hal yang sia-sia.
Dengan kondisinya yang kurang optimal tersebut, resiliensi mampu
membantu individu untuk memantul atau bouncing back dari kesulitan yang
sedang dialami (Synder, Lopes & Pedrotti 2011). Grotberg (1995)
mengatakan resiliensi dapat dibentuk dari tiga sumber yang saling
berkesinambungan, yaitu I have (aku memiliki), I am (aku adalah), dan I
can (aku mampu). Grotberg (1995) juga menyatakan bahwa sumber I have
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
yang merupakan dasar untuk mengembangkan rasa aman dapat diperoleh
individu dari adanya hubungan dipercaya, struktur dan aturan, model peran,
dorongan untuk menjadi mandiri, dan akses masyarakat yang diterima
individu dari lingkungan sekitar.
Sesuai dengan pernyataan Grotberg (1995), dalam mengalami
kesulitan yang ada informan penelitian tidak lagi merasa khawatir karena
memperoleh dukungan dari orang lain. Grotberg (1995) mengungkapkan
bahwa hubungan dipercaya merupakan bentuk dari penerimaan dengan
adanya cinta tanpa syarat serta dukungan emosional dari keluarga, teman
dan orang-orang terdekat. Dukungan tersebut dialami oleh ketiga informan
penelitian dan diterima dalam bentuk dukungan emosional dan dukungan
dalam bentuk informasi. Seperti yang dikatakan oleh Bomar (2004, dalam
Kirana, 2016) bahwa bentuk dukungan sosial dapat diperoleh dalam bentuk
dukungan emosional maupun dukungan informasi.
Bentuk dukungan emosional yang dialami dapat membantu untuk
melihat hal baik yang ada dalam kondisi yang kurang menyenangkan ini.
Informan mengungkapkan bahwa anaknya memberi semangat dengan
mengatakan bahwa dirinya masih diberikan kesempatan untuk memperbaiki
diri melalui penyakit kanker payudara ini. Selain itu, dukungan juga dapat
diperoleh dari dokter yang merawat dengan memberikan energi optimis
ketika mendapat diagnosa kanker payudara. Hal tersebut membuat informan
penelitian tidak merasa takut dan lebih tenang menghadapi kejadian tidak
menyenangkan ini. Seperti yang tertulis pada penelitian sebelumnya, bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
perawat atau tenaga medis yang dapat memuaskan pasien adalah perawat
yang dapat memahami kondisi pasien dengan sabar dan memberikan
semangat serta memperhatikan keseluruhan kondisi pasien (Wahyuni,
Huda, dan Utami, 2015).
Bentuk dukungan informasi juga diterima dari komunitas kanker
payudara yaitu komunitas love pink. Berada di dalam komunitas tersebut
informan penelitian dapat memperoleh informasi terkait terapi yang harus
dilakukan dari teman-temannya yang sudah pernah melakukan terapi.
Dengan demikian, informan penelitian dapat memperoleh gambaran tentang
pengobatan yang akan dijalani dan tidak merasa sendirian. Hasil penelitian
tersebut, selaras dengan hasil penelitian sebelumnya yang mengatakan
bahwa individu yang menerima dukungan akan merasa lebih nyaman,
diperhatikan dan merasa tidak sendirian (Kirana, 2016).
Sumber resiliensi I have lain yang muncul adalah struktur dan
aturan. Salah satu informan penelitian mengatakan bahwa dirinya merasa
sedih karena sudah tidak bebas makan. Sebagai penyintas kanker, informan
penelitian diberi aturan untuk tidak mengonsumsi daging. Aturan tersebut
diterapkan dalam rumah dan membuat informan penelitian menjalankan
peraturan tersebut di luar rumah. Seperti halnya yang dikatakan Grotberg
(1995) bahwa adanya struktur dan aturan di dalam keluarga nantinya akan
digunakan sebagai kontrol dari perilaku individu. Sikap yang terbentuk
melalui pengalaman langsung akan lebih mudah diingat dan mudah
diaktifkan (Sarwono & Meinarno, 2009). Sikap yang dilakukan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
intensi akan membentuk tingkah laku individu (Sarwono & Meinarno,
2009)
Hasil penelitian juga menunjukkan sumber resiliensi I have berupa
model peran. Seluruh informan penelitian mengungkapkan bahwa dirinya
memiliki panutan dalam bertahan menjalani kehidupan sebagai penyintas
kanker. Seperti yang ditulis Sarwono dan Meinarno (2009) bahwa perilaku
dapat dipelajari dengan cara mengamati perilaku orang lain yang nantinya
akan dicontoh dan diaplikasikan menjadi perilaku. Pernyataan tersebut
selaras dengan hasil penelitian, informan penelitian menjadikan
keluarganya yang pernah berjuang melawan kanker sebagai panutan untuk
informan dalam berjuang melawan kanker. Selain itu, orang terdekat yang
menjaganya selama sakit sebagai motivasi dalam berjuang melawan kanker.
Bentuk lain yang menunjukan adanya seorang panutan melawan kanker dan
menjadi kuat adalah komunitas love pink yang banyak anggotanya masih
terus berjuang melawan kanker. Penemuan tersebut juga sesuai dengan
pernyataan Grotberg (1995) yang mengatakan bahwa model peran
merupakan individu yang berperan sebagai panutan dalam berperilaku dam
dapat diperoleh dari orangtua, keluarga dan teman.
Berikutnya, sumber resiliensi berupa dorongan untuk menjadi
mandiri juga muncul pada penelitian ini. Dorongan dari orang terdekat
untuk membuat individu bersikap mandiri dan mencari bantuan seperlunya
(Grotberg, 1995). Dalam sumber resiliensi ini, seluruh informan penelitian
tidak menunjukkan adanya dorongan perilaku mandiri. Hal tersebut diduga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
karena pengaruh masa lalu informan penelitian yang dididik oleh orangtua
agar terbiasa melakukan banyak hal sendiri.
Sumber resiliensi berupa akses masyarakat juga didapatkan oleh
seluruh informan penelitian. Akses masyarakat yang digunakan oleh
informan penelitian seperti rumah sakit, tempat ibadah dan BPJS
memberikan dukungan dalam mempermudah proses kesembuhan dan
ketenangan batin. Hasil penelitian tersebut juga sesuai dengan pernyataan
Grotberg (1995) yang menyatakan bahwa akses masyarakat merupakan
layanan umum yang diberikan oleh lingkungan sosial seperti layanan
kesehatan, pendidikan, kesejahteraan dan keamanan.
Selain sumber resiliensi I have seluruh informan penelitian juga
mendapatkan sumber resiliensi I am. Sumber resiliensi ini merupakan
kekuatan dari dalam diri individu yang diwujudkan melalui perasaan, sikap
dan kepercayaan diri (Grotberg, 1995). Sumber resiliensi I am dapat
diperoleh dari perasaan dicintai dan perilaku menarik, cinta, empati dan
kepedulian, bangga dengan diri sendiri, mandiri dan bertanggung jawab,
serta perasaan penuh harapan, iman dan kepercayaan. Berdasarkan hasil
penelitian, seluruh informan penelitian merasa dicintai oleh orang
terdekatnya seperti pernyataan Grotberg (1995) yang mengatakan bahwa
pada sumber resiliensi I am, individu memiliki perasaan dicintai dan disukai
oleh orang lain. Selain itu, individu juga dapat melakukan hal yang menarik
agar dapat disukai oleh orang lain (Grotberg, 1995). Individu dapat
merasakan hal-hal apa saja yang diharapkan oleh orang lain terhadap dirinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
(Grotberg, 1995). Akan tetapi pada hal ini, informan penelitian cukup
menunjukkan bahwa dirinya merasa dicintai oleh orang terdekatnya.
Berdasarkan hasil penelitian, informan penelitian merasa dicintai ketika
suaminya merasa takut kehilangan dirinya. Selain itu, bentuk dukungan
yang diterima merupakan pengertian yang diberikan oleh atasannya di
kantor dan diperlakukan baik oleh tim medis di rumah sakit yang
merawatnya.
Sumber resiliensi I am lain yang muncul adalah cinta, empati dan
kepedulian. Menurut Grotberg (1995), sumber resiliensi ini merupakan
kemampuan individu dalam mencintai orang lain dan mengungkapkannya
dengan berbagai cara. Selain itu, individu juga memiliki kemampuan untuk
merasakan kepedulian terhadap orang lain serta dapat mengungkapkannya
dengan tindakan maupun kata-kata (Grotberg, 1995). Apabila orang lain
menderita maka individu mampu merasakan ketidaknyamanan dan ingin
melakukan sesuatu untuk menolong penderitanya (Grotberg, 1995).
Pernyataan tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan
bahwa informan penelitian menunjukkan rasa cinta dan kepeduliannya
dengan memberi semangat pada saudaranya yang juga mengidap kanker
saat menjalani kemoterapi dasar. Selain itu, rasa cinta dan kepeduliannya
ditunjukkan dengan memfokuskan diri pada anak-anaknya yang memiliki
kenalan. Hal tersebut dilakukan agar ibu penggantinya kelak tidak merasa
kewalahan dengan kenakalan anaknya. Perilaku serupa dilakukan informan
penelitian lain yang membantu membiayai pengobatan penyintas kanker
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
yang lain agar dapat melakukan sinar radiasi. Perilaku tersebut dilakukan
untuk mensejahterakan orang lain seperti yang dikatakan Baston (1995,
dalam Sarwono & Meinamo, 2009) bahwa perilaku menolong merupakan
tindakan atau motivasi untuk meningkatkan kesejahteraan orang lain.
Grotberg (1995) mengatakan bahwa sumber resiliensi I am juga
dapat diperoleh dengan perasaan bangga dengan diri sendiri dan apa yang
telah dilakukan. Perasaan tersebut dapat ditampilkan dengan keyakinan
bahwa individu merupakan seorang yang penting dan berharga (Grotberg,
1995). Pernyataan tersebut selaras dengan hasil penelitian dan dimiliki oleh
seluruh informan penelitian. Informan penelitian merasa bahwa dirinya
merasa beruntung karena diberi penyakit kanker payudara. Menurut
keduanya, penyakit ini merupakan berkat dari Tuhan karena dengan
penyakit kanker payudara ini berarti dirinya diberi kesempatan untuk
mempersiapkan diri bila sewaktu-waktu dipanggil Tuhan. Persiapan
tersebut dilakukan dengan cara memperbaiki sikap dan perilaku agar lebih
baik dari sebelumnya.
Selain untuk diri sendiri, penyakitnya merupakan berkat bagi bagi
orang lain juga. Informan penelitian mengatakan bahwa dirinya sering
berbagi tips pada penyintas kanker lain agar lebih ringan menjalani
rangkaian pengobatan yang cukup panjang. Informan penelitian juga
mengatakan bahwa orang lain merasa senang bila bertemu dengan dirinya
karena selalu bahagia. Hasil penelitian itu selaras dengan hasil penelitian
terdahulu yang mengatakan bahwa pada akhirnya individu dengan kanker
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
akan lebih mengerti arti kehidupan dan memaknai hidup yang dimiliki saat
ini (Pratiwi & Budiani, 2014). Pernyataan tersebut juga sesuai dengan
pernyataan Bastaman (1996, dalam Pratiwi & Budiani, 2014) yang
menyatakan bahwa individu mampu merubah kondisi dari penghayatan
hidup tidak bermakna (meaningless) menjadi lebih bermakna (meaningful).
Informan menunjukan kebanggaan terhadap dirinya adalah dengan cara
menceritakan betapa tim medis sangat senang terhadap dirinya. Informan
merasa bahwa semua dokter dan perawat yang merawatnya senang dengan
sikap optimis yang dimilikinya.
Sumber resiliensi I am berupa perilaku mandiri dan bertanggung
jawab muncul dan dimiliki oleh ketiga informan penelitian. Selain
menggunkakan BPJS untuk membiayai pengobatan, informan penelitian
memiliki kebiasaan untuk berhemat. Selain itu, informan penelitian juga
membiayai pengobatan yang tidak dicukupi oleh BPJS dengan biaya yang
didapat dari hasil usaha sendiri. Kemandirian dan tanggung jawab
ditunjukkan melalui mempersiapkan kebutuhannya setelah kemoterapi.
Informan penelitian mengetahui efek samping kemoterapi akan
merontokkan seluruh rambutnya sehingga informan penelitian sudah
menyiapkan penutup kepala dan kebutuhan lain seperti susu yang harus
diminum setelah kemoterapi. Selain itu, kemandirian ditampilkan dengan
melakukan dan menyelesaikan pekerjaan rumah sendiri sehingga harus
memberhentikan pembantu rumah tangga yang menolongnya di rumah. Hal
itu dilakukan karena informan penelitian merasa bahwa pekerjaan rumah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
adalah sebagian dari hidupnya. Hal-hal diatas sesuai dengan pernyataan
Grotberg (1995) bahwa individu mampu melakukan segala hal sendiri dan
dapat menerima konsekuensi atas perilakunya. Seperti yang dikatakan
Reivich dan Shatte (2002, dalam Smith, 2013) bahwa unsur dasar dalam
resiliensi adalah keyakinan individu dalam bertanggung jawab atas pilihan
dan keputusannya. Selain itu, individu tidak menunggu nasip untuk campur
tangan memutuskan sebuah keputusan melainkan percaya diri membuat
keputusan (Reivich & Shatte, 2002 dalam Smith, 2013)
Sumber resiliensi I am lain yang terlihat dan dialami oleh seluruh
informan penelitian adalah perasaan penuh harapan, iman dan kepercayaan.
Berdasarkan hasil penelitian, informan penelitian merasa dengan
penyakitnya ini dirinya merasa lebih dekat dengan Tuhan. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa pengalaman
kanker membawa individu lebih dekat dengan Tuhan dan memperkuat
hubungannya dengan Tuhan (Schulz, et al, 2008). Informan penelitian
memperkuat hubungan dengan Tuhan melalui membaca kitab suci dan
pernah diberi pertanda melalui kitab suci. Pada saat informan penelitian
membaca kitab suci, informan penelitian membaca ayat yang salah dan ayat
tersebut mengatakan bahwa informan penelitian akan sembuh. Hal tersebut
membuat informan penelitian merasa yakin bahwa dirinya akan sembuh dari
sakitnya.
Selain itu, informan penelitian juga mengatakan bahwa dirinya
percaya akan ada hal baik yang Tuhan rencanakan di balik penyakitnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Rasa syukur juga diungkapkan saat memperoleh efek samping pengobatan
sinar hanya membuat kulitnya yang melepuh. Hal tersebut membuat
informan penelitian yakin bahwa tubuhnya sehat. Penemuan tersebut
sejalan dengan pernyataan Grotberg (1995) yang mengatakan bahwa
individu memiliki keyakinan serta perasaan optimis bahwa dirinya memiliki
harapan di masa depan. Keyakinan tersebut dapat dilihat dari keyakinan
iman pada moralitas dan kepercayaan kepada Tuhan (Grotberg, 1995). Pada
penelitian lain juga mengatakan bahwa spiritualitas atau kerohanian
memiliki peran penting dalam mengatasi kanker (Schulz, et al, 2008). Hal
tersebut dapat dilakukan dengan pendalaman iman, merasakan kehadiran
Tuhan dalam hidup yang menghibur serta penerimaan (Schulz, et al, 2008).
Setelah mendapatkan dukungan dari orang lain dan lingkungan
sekitar, individu mampu mengembangkan kekuatan dari dalam diri
sehingga individu mampu mewujudkan perilaku-perilaku sosial. Menurut
Grotberg (1995) hal tersebut merupakan sumber resiliensi I can. I can
adalah kemampuan individu yang diwujudkan melalui ketrampilan sosial
dan hubungan interpersonal (Grotberg, 1995). Hal tersebut biasanya
dilakukan dengan cara berinteraksi dengan orang lain (Grotberg, 1995).
Sumber resiliensi I can dapat didapatkan oleh individu melalui komunikasi,
memecahkan masalah, mengelola perasaan dan dorongan, memahami
karakteristik diri sendiri dan orang lain, serta mencari hubungan saling
dipercaya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Berdasarkan hasil penelitian seluruh informan penelitan
menunjukkan bentuk komunikasi kepada orang lain. Informan penelitian
cenderung berterus terang tentang perasaan yang sedang dirasakan kepada
orang terdekat seperti kepada suami, anak-anak, dan teman-temannya. Hal
tersebut tentu selaras dengan pernyataan Grotberg (1995) yang menyatakan
bahwa komunikasi dalam sumber resiliensi I can adalah kemampuan
individu dalam mengungkapkan segala pikiran dan perasannya kepada
orang lain. Dalam penelitian sebelumnya, tertulis bahwa individu dapat
mengembangkan resiliensi melalui proses komunikasi (Buzzanell, 2010).
Adapun sumber resiliensi I can lain yang muncul adalah
memecahkan masalah. Grotberg (1995) mengatakan bahwa dalam hal ini
individu memiliki kemampuan dalam mengenali permasalahannya sehingga
individu mengetahui apa yang harus dilakukan dan bantuan seperti apa yang
dibutuhkan. Dengan demikian, individu dapat tetap bertahan dalam
permasalahannya hingga selesai (Grotberg, 1995). Ungkapan Grotberg
tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang muncul pada ketiga infoman
penelitian. Berdasarkan hasil penelitian, bentuk pemecahan masalah yang
dilakukan oleh informan penelitian dengan cara yang berbeda-beda.
Misalnya, saat informan mendapati perubahan pada payudaranya ia
memberanikan diri bertanya kepada dokter. Sehingga dirinya mengetahui
dengan pasti bahwa informan penelitian mengidap kanker payudara. Selain
itu, informan penelitian juga melakukan pemeriksaan ke rumah sakit yang
lebih memadai. Hal tersebut seperti yang dikatakan Jackson dan Watkin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
(2004) bahwa terdapat tujuh kemampuan yang dapat meningkatkan
resiliensi, salah satunya adalah proses yang panjang dan pemahaman akan
suatu peristiwa untuk membentuk perilaku memecahkan masalah. Selain itu
pada penelitian sebelumnya mengatakan bahwa dampak dari penyakit
kanker seperti dampak estetika, rasa nyeri yang dirasakan dan dampak
psikologis yang dialami memunculkan tindakan mencari pengobatan dan
kesembuhan (Notoatmodjo, 2010 dalam Patrika & Sulistyo, 2012).
Selain itu, pemecahan masalah lain ditunjukkan dengan membagi
tugas rumah tangga dengan suaminya karena kondisi fisiknya yang tidak
lagi sekuat dulu. Efek pengobatan kemoterapi yang menguras tenaga hingga
muntah-muntah membuat daya tahan tubuh informan penelitian berkurang.
Hal tersebut terkadang membuat HB menurun, sementara HB yang baik
merupakan salah satu syarat melakukan kemoterapi setiap tiga minggu
sekali. Oleh sebab itu, informan penelitian mengonsumsi makanan yang
mengandung daging untuk menaikkan HB sehingga dapat melakukan
kemoterapi. Seperti yang dikatakan dalam penelitian sebelumnya bahwa
perilaku yang akan dilakukan individu dalam mengatasi masalah fisik salah
satunya dengan makan makanan yang bergizi (Wahyuni, Huda & Utami,
2015).
Selanjutnya, sumber resiliensi I can lain yang muncul diwujudkan
dengan mengelola perasaan dan dorongan. Berdasarkan penemuan di atas,
informan penelitian mampu mengenali perasaan yang muncul ketika
teringat dengan penyakitnya. Perasaan yang muncul adalah rasa sedih dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
takut. Akan tetapi, informan penelitian berdoa agar perasaan tersebut hilang.
Perilaku tersebut menunjukkan bahwa informan penelitian mampu
mengelola perasaan yang muncul dan mengganggu. Hal tersebut juga dapat
dirasakan oleh informan penelitian lainnya.
Bagi informan penelitian, bersedih adalah suatu hal yang tidak akan
menyelesaikan masalah sehingga informan penelitian lebih meringankan
bebannya dengan menerima kejadian ini. Bagi sebagian orang, kanker
menyimpan kepahitan dan menganggap bahwa informan penelitian terkena
kanker karena berdosa dan harus bertobat. Mendengar hal itu, informan
penelitian memilih untuk mengampuni dan menerimanya. Penemuan
tersebut sesuai dengan pernyataan Grotberg (1995) yang mengatakan bahwa
hal tersebut merupakan kemampuan individu dalam mengenali perasaannya
serta dapat mengungkapkannya dalam perkataan maupun tindakan yang
tidak melukai perasaan dan hak dirinya dan orang lain. Pernyataan pada
penelitian tersebut sesuai dengan Jackson dan Watkin (2004) bahwa
individu mampu merubah pola pemikiran yang membahayakan jiwa dengan
pikiran yang realistis.
Informan dalam penelitian ini seluruhnya dapat mengenali
perasaannya sehingga terdapat temuan lain yang menunjukkan bahwa
informan penelitian mampu memahami karakteristik dirinya sendiri beserta
orang lain. Hal tersebut ditampilkan dengan berbicara pada diri sendiri
untuk tidak terlalu banyak memikirkan suatu hal. Informan penelitian
menyadari bahwa dirinya akan merasa sakit bila terlalu banyak berpikir.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
Selain itu, perilaku lain ditampilkan dengan sikap mengampuni dan tidak
banyak menuntut. Informan penelitian merasa dihakimi karena penyakit
kanker dianggap sebagai hukuman atas dosanya. Hal tersebut disikapi oleh
informan penelitian dengan tetap mencintai dan mengampuni orang itu.
Informan penelitian juga memilih untuk merubah dirinya ketika ada hal
yang kurang cocok dengan orang lain, sehinga cenderung tidak menuntut
orang lain untuk berubah dan menyesuaikan diri dengan informan
penelitian.
Penemuan di atas sesuai dengan pernyataan dalam penelitian
sebelumnya bahwa salah satu hal yang mampu membantu individu dapat
bertahan adalah kesadaran dan keyakinan individu tentang bagaimana dunia
bekerja dan dampak yang terjadi (Jackson & Watkin, 2004). Hasil penelitian
di atas sesuai dengan pernyataan Grotberg (1995) yang mengatakan bahwa
hal tersebut adalah kemampuan individu dalam memahami karakteristik
dirinya sendiri dan orang lain. Dengan demikian, individu pun mampu
menghadapi orang lain dengan komunikasi maupun dengan sebuah tindakan
(Grotberg, 1995).
Sumber resiliensi I can terakhir ditampilkan dengan mencari
hubungan saling percaya. Hal ini merupakan kemampuan individu untuk
menemukan individu lain yang dipercaya untuk membantu dalam
menyelesaikan masalah (Grotberg, 1995). Pernyataan Grotberg tersebut
diwujudkan dengan menceritakan permasalahan yang sedang dialami oleh
informan penelitian kepada orang terdekatnya seperti suami dan keluarga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
lain. Sama seperti penelitian sebelumnya yang mengatakan bahwa
perlakuan berbasis pasangan memungkinkan individu untuk berhasil
melakukan persiapan menghadapi tantangan psikososial dengan
menciptakan hal yang mendukung individu dalam menghadapi tantangan
yang memungkinkan di hadapi bersama (Lim, et al, 2014). Selain itu,
informan penelitian juga mencari teman-teman komunitas yang sudah
melakukan pengobatan yang akan dilakukan oleh informan penelitian
sehingga informan penelitian memiliki gambaran tentang pengobatan
tersebut. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan pernyataan Grotberg
(1995) yang mengatakan bahwa individu juga dapat berbagi perasaan
dengan berdiskusi tentang permasalahan yang sedang dialami kepada
individu yang dipercaya. Pada penelitian sebelumnya mengatakan bahwa
individu yang memiliki emosi positif mampu melakukan pengungkapan
dengan menceritakan perasaan dan pikirannya (Mahleda & Hartini, 2012).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil
beberapa kesimpulan terkait sumber-sumber resiliensi penyintas kanker
payudara. Pertama, adanya alur dan keterkaitan satu sama lain antara
sumber-sumber resiliensi. Hal tersebut ditunjukkan dari dukungan sosial (I
have) yang diterima oleh informan. Dukungan tersebut memicu adanya
emosi positif bagi informan yaitu rasa aman, bersyukur dan perasaan
optimis (I am), sehingga informan dapat menunjukkan perilaku positif pula.
Perilaku positif tersebut ditampilkan dengan menolong dan mendukung
sesama penyintas kanker payudara serta memberi pengampunan bagi orang
yang menyakiti hati informan (I can).
Kedua, terdapat ciri khas yang ada pada tiap sumber-sumber
resiliensi. Pada I have, dukungan dapat diperoleh dari masa lalunya dan
dapat diperkuat saat informan mengalami keterpurukan. I have dapat
diperoleh dari masa lalu melalui kehadiran dan kedekatan informan dengan
keluarga. Akan tetapi, informan juga dapat memperoleh sumber I have dari
rekan kerja dan komunitas yang dekat dengan kehidupan informan. Hal
tersebut membuat informan dapat merasa lebih aman sehingga memiliki
kekuatan dari dalam diri (I am) untuk menghadapi keterpurukannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
Pada sumber I am, informan dapat menjadi mandiri dan bertanggung
jawab saat mengalami kanker payudara. Hal tersebut dikarenakan informan
terbiasa melakukan segala hal sendiri sejak kecil. Selain itu, disaat sakit
informan tetap menjalankan tugasnya sebagai ibu di rumah, aktif
bersosialisasi di lingkungan maupun di dalam komunitas, dan masih bekerja
untuk membiayai pengobatan kanker payudara. Dengan perilaku tersebut,
individu dapat dengan mudah menunjukkan keterampilan sosial dan
hubungan interpersonal dengan berinteraksi kepada orang lain (I can).
Keterampilan tersebut ditunjukkan dengan berkomunikasi pada anggota
keluarga maupun orang lain. Informan mampu mengkomunikasikan
perasaannya dan menyampaikan keinginannya kepada orang lain.
B. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini ada pada metode yang digunakan.
Penelitian ini menggunakan metode deduktif atau analisis isi terarah yang
membuat peneliti terbatas pada kerangka penelitian yang menyesuaikan
dengan teori yang digunakan. Hal tersebut membuat penelitian ini kurang
mampu menganalisa temuan-temuan baru yang ditemukan dalam proses
pengambilan data. Selain itu, pertanyaan wawancara yang disajikan kepada
informan berbentuk leading question sehingga mengarahkan informan
untuk menjawab sesuai dengan kebutuhan penelitian. Pada penelitian ini
juga kurang mengeksplorasi pertanyaan sehingga dinamika sumber-sumber
resiliensi tidak maksimal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
C. Saran
1. Bagi Penyintas Kanker Payudara
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penyintas kanker
payudara diharapkan dapat membangun sumber-sumber resiliensi yang
ada dalam diri penyintas.
2. Bagi Keluarga Penyintas Kanker Payudara
Anggota keluarga penyintas kanker payudara baiknya memberikan
kehadiran dan penerimaan sebagai bentuk dukungan kepada penyintas
kanker payudara. Melihat pentingnya dukungan secara emosional yang
diberikan keluarga dapat membangun perasaan aman bagi penyintas
kanker dalam mengembangkan proses resiliensi.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian terkait sumber-sumber resiliensi pada penyintas kanker
payudara sebaiknya diteliti dengan metode induktif dan dengan
menyajikan pertanyaan terbuka agar hasil penelitian menjadi lebih kaya.
Bila penelitian selanjutnya memiliki resiko serupa dengan
psychological bleeding pada penelitian ini, peneliti sebaiknya
menyediakan tenaga professional. Hal tersebut dilakukan untuk
mengantisipasi resiko yang berkelanjutan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
DAFTAR PUSTAKA
Baumgardner, R. S., & Crothers, M. K. (2009). Positive psychology. London:
Pearson Education.
Breast Cancer. (2018). Retrieved April 13, 2019, from
https://www.who.int/cancer/prevention/diagnosis-screening/breast-
cancer/en/
Buzzanell, P. M. (2010). Resilience: Talking, resisting, and imagining new
normalcies into being. Journal of Communication, 60(1), 1-14.
Carver, C. S. (1998). Resilience and thriving: Issues, model, and linkages. Journal
of Social Issues, 54(2), 245-266.
Cancer. (2018). Retrieved February 4, 2019, from https://www.who.int/cancer/en/
Damayanti, A. D., Fitriyah, & Indriani. (2008). Penanganan masalah sosial dan
psikologis pasien kanker stadium lanjut dalam perawatan paliatif.
Indonesian Journal of Cancer, 2(1), 30-34.
Desmita. (2007). Psikologi perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Dewi, F. I., Djoemaina, V., & Melisa. (2004). Hubungan antara resiliensi dengan
depresi pada perempuan pasca pengangkatan payudara (mastektomi).
Jurnal Psikologi, 2(2), 101-120.
Dorland, W. A. N. (2002). Kamus kedokteran dorland. Jakarta: EGC.
Fleming, J., & Ledogar, R. J. (2008). Resilience, an evolving concept: A review of
literature relevant to aboriginal research. Candian institutes of health
research, 6(2), 7-23.
Grogan, S., & Mechan, J. (2016). Body image after mastectomy: A thematic
analysis of younger women's written accounts. Journal of health
psychology, 22(11), 1480-1490.
Grotberg, E. (1995). A Guide to promoting resilience in children: Strengthening the
human spirit. Washington DC, America: Bernard van Leer Foundation.
Guntari, G. S., & Suariyani, N. (2016). Gambaran fisik dan psikologis penderita
kanker payudara post mastektomi di RSUP Sanglah Denpasar tahun 2014.
Archive of community health, 3(1), 24-35.
Hurlock, E. B. (1980). Psikologi perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang
rentang kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Maulida, M., & Hartini, N. (2012). Post-traumatic growth pada pasien kanker
payudara pasca mastektomi usia dewasa madya. Jurnal psikologi klinis dan
kesehatan, 1(2), 67-71.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
Jackson, R., & Watkin, C. (2004). The resilience inventory: seven essential skills
for overcoming life's obstacles and determining happiness. Selection &
Development Review, 20(6), 13-17.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2016). Bulan peduli kanker payudara,
2016. Retrieved from Infodatin kanker payudara:
www.depkes.go.id/article/view/17010500002/infodatin-kanker-
payudara.html
Kirana, L. A. (2016). Dukungan sosial dan resiliensi pada pasien kanker payudara
(studi kasus pada pasien kanker payudara yang sedang menjalani
kemoterapi). Jurnal Psikologi, 4(4), 829-837.
Lim, J. W., Shon, E. J., Paek, M., & Daly, B. (2014). The dyadic effects of coping
and resilience on psychological distress for cancer survivor couples.
Support Care Cancer, 22(12), 3209-3217.
Ngupadi, F. M., & Puspitadewi, N. S. (2017). Resiliensi pada survivor kanker
payudara pasca operasi. Jurnal Psikologi Pendidikan, 4(1), 1-12.
Nurmahani, Z. D. (2017). proses koping religius pada wanita dengan kanker
payudara. Psikologika, 22(1), 14-39.
Patrika, F. J., & Sulistyo, E. (2012). Hubungan antara efikasi diri dengan perilaku
mencari pengobatan pada penderita kanker payudara di RSUD Ibnu Sina
Gresik. Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental, 1(2), 138-144.
Patton, M. Q. (2002). Qualitative research and evaluations methods. London: Sage
Publication.
Prasetyo, A. R., & Kustanti, E. R. (2014). Bertahan dengan lupus: Gambaran
resiliensi pada odapus. Jurnal Psikologi, 13(2), 139-148.
Prastiwi, T. F. (2012). Kualitas hidup penderita kanker. Developmental and Clinical
Psychology, 1(1), 21-27.
Pratiwi, N. H., & Budiani, M. S. (2014). Kebermaknaan hidup survivor kanker
payudara setelah mastektomi. Jurnal Psikologi Teori dan Terapan, 30-37.
Putri, E. P., & Maulina, V. V. (2016). Gambaran kepuasan pernikahan pada
penyintas kanker serviks pasca pengobatan kanker. Jurnal Psikogenesis,
192-205.
Richardson, G. E. (2002). The metatheory of resilience and resiliency. Journal of
Clinic Psychology, 307-321.
Rinaldi. (2010). Resiliensi pada masyarakat kota padang ditinjau dari jenis kelamin.
Jurnal Ilmiah Psikologi, 3(2), 99-105.
Rutter, M. (1987). Psychosocial resilience and protective mechanisms.
Orthopsychiat, 57(3), 316-331.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
Ryff, C. D., & Singer, B. (2003). Flourishing under fire: Resilience as a prototype
of challenged thriving. 15-36.
Saputri, A., & Valentina, T. D. (2018). Gambaran resiliensi pada perempuan
dengan kanker payudara. Jurnal psikologi, 5(2), 287-296.
Sarafino, E. P. (1994). Health Psychology: Biopsychosocial interaction. USA: John
Wiley & Son Inc.
Sarafino, E. P. (2008). Health Psychology: Biopsychosocial Interaction. USA: The
College of New Jersey.
Sari, M., Dewi, Y. I., & Utami, A. (2012). Hubungan dukungan keluarga terhadap
motivasi pasien kanker payudara dalam menjalani kemoterapi di ruang
cendrawasih I RSUD Arif Achmad Provinsi Riau. Jurnal ners Indonesia,
2(2), 158-166.
Sarwono, S. W., & Meinarno, E. A. (2009). Psikologi sosial. Jakarta: Penerbit
Salemba Humanik.
Schulz, E., Holt, C. L., Caplan, L., Blake, V., Southward, P., Buckner, A., &
Lawrence, H. (2008). Role of spirituality in cancer coping among African
Americans: a qualitative examination. Cancer Survivor, 2(2), 104-115.
Shi, J., Chen, Z., Yin, F., Zhao, J., Zhao, X., & Yao, Y. (2016). Resilience as
moderator of the relationship between left-behind experience and mental
health of Chinese adolescent. International journal of Social psychiatry,
62(4), 1-8.
Sianipar, C. M., Nurmaini, & Darti, N. A. (2015). Pengalaman pasien kanker
payudara pada suku Batak yang menjalani kemoterapi. Idea Nursing
Journal, 6(3), 34-44.
Smith, A. (2013). Excellence in Recilience Adapt Faster Work Happier. The 7
Areas of Resilience, pp. 1-3.
Supratiknya, A. (2015). Metode penelitian kuantitatif & kualitatif dalam psikologi.
Yogyakarya: USD.
Supratiknya, A. (2018). Diktat metodologi penelitian. Yogyakarta: Fakultas
Psikologi, Universitas Sanata Dharma
Synder, C. R., Lopes, S. J., & Pedrotti, J. T. (2011). Positive psychology: The
scientific and partical explorations of human strengths. New York: Sage.
Taghian, A., El-Ghamry, M. N., & Merajver, S. D. (2018). Overview of the
treatment of newly diagnosed, non-metastatic breast cancer. In D. F. Hayes.,
& S. R. Vora (Ed.), UpToDate. Retrieved from
https://www.uptodate.com/contents/overview-of-the-treatment-of-newly-
diagnosed-non-metastatic-breast-cancer
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
Utami, S. S., & Mustikasari. (2017). Aspek psikososial pada penderita kanker
payudara: studi pendahuluan. Jurnal Keperawatan Indonesia, 20(2), 65-74.
Wahyuni, D., Huda, N., & Utami, G. T. (2015). Studi fenomenologi: pengalaman
pasien kanker stadium lanjut yang menjalani kemoterapi. Jurnal
keperawatan, 2(2), 1041-1047.
Waluyo, A. (2004). Analisis masalah keperawatan pada klien keganasan
hematologi yang mendapatkan terapi medik kemoterapi. Jurnal
keperawatan, 8(1), 1-7.
Wolin, S., & Wolin, S. (1995). Resilience among youth growing up in substance
abusing families. Subtance abuse, 42(2), 415-429.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI