kelarutan asetaminofen di dalam sistem …repository.unair.ac.id/10055/2/16.pdfkelarutan...
TRANSCRIPT
SKRfPSi
KUNCORO FOE
KELARUTAN ASETAMINOFEN DI DALAM
SISTEM PROPILENGLIKOL — GLISEROL — AIR
\
‘■ U l j K 1.Ivi V. , » . , . . , .
u r a b a y a
TAKULTAS FARMASI UNI VI RSITAS A1RLANCCASURABAYA
IVS9
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KELARUTAN ASETAMINOFEN DI DALAM SISTEM.... KUNCORO FOE
KELARUTAN ASETAMINOFEN DI DALAM SISTEM PROPILENGLIKOL - GLISEROL - AIR
SKRIPSIDIBUAT UNTUK MEMENUHI SYARAT-SYARAT MENCAPAI GELAR SARJANA FARMASI PADA FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA 1989
O l e hKUNCORO FOE058W>6Uf
Pembimbing; Utama Pembimbing Serta
i
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KELARUTAN ASETAMINOFEN DI DALAM SISTEM.... KUNCORO FOE
KATA PENGANTAR
Segala puji 6yukur saya panjatkan ke hadirat Allah Tang Maha Kuasa atas limpahan rahmat-Nya sehingga sole- sailah tugas saya dalam. menyusun skripsi ini untuk meme- nuhi tugas akhir saya mencapai gelar aarjana farmasi di Fakultae Farmasi Universitas Airlangga*
Dengan selesalnya tugas saya dalam menyusun skilpsi ini telah banyak budi baik dan bantuan berupa apapun yang saya terima, maka pada kesempatan ini perkenankan- lah saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya ke- pada Bapak Drs. Sadono sebagal pembimbing utama dan Ba- pak Drs* Soegiharto H. sebagal pembimbing serta yang telah sudi memberikan birabingan, pengarahan, bantuan dan dukungan moril dalam menyelesaikan skripsi ini* Begitu pula kepada Ibu Dra. Ina Agustin L. sebagal apoteker PT Bernofarm Lab yang telah memberikan bahan baku yang di- perlukan untuk penelitian dalam penyusunan skripsi ini*
Demikian pula saya ucapkan terima kasih kepada Ke- pala Laboratorium Preskripsi-Formulasi atas segala fasi- litas yang telah diberikan, juga kepada seluruh staf pengajar dan karyawan di Laboratorium Preskripsi-Formulasi dan rekan-rekan mahasiswa atas segala saran serta bantuan yang telah diberikan kepada saya*
Saya ucapkan terima kasih pula yang sebesar-besar*- nya kepada Ibu serta kakak dan adik yang telah member!-
ii
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KELARUTAN ASETAMINOFEN DI DALAM SISTEM.... KUNCORO FOE
lii
kan bantuan moril dan materlll dalam membantu saya menun- tut ilmu sampai selesainya skripsi ini.
Tidak lupa pula saya ucapkan terima kasih kepada Panitia Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Airlangga yang berkenan memerikaa dan menilai skripsi Ini* Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan rahmat-Nya atas segala kebaikan dan bantuan yang telah diberikan*
Akhimya skripsi ini saya persembahkan kepadamu Al- mamater Fakultas Farmasi Universitas Airlangga yang ter- clnta dengan harapan semoga dapat member! maafaat bag! masyarakat umumnya dan masyarakat farmasi khususnya*
Surabaya, Juni 1989*
Penyusun
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KELARUTAN ASETAMINOFEN DI DALAM SISTEM.... KUNCORO FOE
halamanKATA PENGAKTAR............................... 11DAFTAP ISI ................................... IVDAFTAR GAMBAR ................................ vliiDAFTAR TABEL ................................. X11BAB I. PENDAHULUAN .......................... 1BAB II. TINJAUAN PO'STAKA ..................... ...51. Tinjauan tentang kelarutan... ..... •••••••• 51.1* Definisi kelarutan dan larutan ..............51.2* Teorl kelarutan . •...................... ...61.3* Pengaruh penambahan kosolven untuk solubili-
eaei terhadap kelarutan................. 91.4- Penentuan kelarutan secara penaikan suhu 152. Tinjauan tentang asetaminofen, propilenglikol,
gliserol dan air............ *........... 202.1. Asetaminofen..........................* 202.1.1. Gambaran umum .............. ......... 202.1.2# Sifat fisika......................... 212.1.3. Sifat kimia .......................... 212*l*it« Farmakologi ............. ............ 222.1.5. Macam-macam bentuk sedlaan ............ 232.2* Propilenglikol, gliserol dan air......... 233* Tinjauan tentang karakteristik sistem kosolven
propilenglikol - air dan gliserol - air terhadap kelarutan asetaminofen ................. 25
DAFTAR ISI
iv
*
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KELARUTAN ASETAMINOFEN DI DALAM SISTEM.... KUNCORO FOE
V
DAFTAR ISI (lanjutan)
halamanBAB III. BAHAN, ALAT DAN METODE PENELITIAN...... ..291. Bahan dan alat yang digunakan............. ..291.1. Bahan ...................................291.2. Alat....................................292. Metode penelitian ........................ ..292.1. Uji kualitatif...........................29
2.1.1. Asetaminofen ...........................292.1.2. Propilenglikol ....................... ..302.1.3* Gliserol . ............................ ..302.2..UJi kuantitatif asetaminofen ............ ..302.3. Analisa kuantitatif ................ ...... 302.3*1* Pembuatan larutan standard aeetaminofen .« 302.3.2. Penentuan panjang gelombang maksimum ... ..302.if, Penentuan kelarutan asetaminofen di dalam
berbagal macam komposisi sistem koftolvcnpropilenglikol - gliserol - air .......... ..31
2.^.1. Pembuatan sistem kosolven propilenglikol - gliserol - air dalam berbagal macam komposisi ................................ ..31
2.if.2. Penentuan kelarutan asetaminofen....... ..322.3* Pengolahan data........................ ..33
BAB IV. HASIL PENELITIAN..................... ..3*f1. trjl kualitatif asetaminofen, propilenglikol
dan gliserol ........ ................. .....3k
FTTTT k "X
"CK . ' 1 M UANOOA*u J A ‘‘A A _
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KELARUTAN ASETAMINOFEN DI DALAM SISTEM.... KUNCORO FOE
DAFTAR ISI (lanjutan)
halaman2* Uji kuantitatif asetaminofen .............. 35
3* Analisa kuantitatif ...................... 36
3.1* Pengamatan serapan larutan standard asetaai-nofen.........................*....... 36
3*2. Penentuan panjang gelombang maksimum ..... 36
Penentuan kelarutan asetaminofen di dalam. ber- bagai macam komposisi sistem kosolven propilenglikol - gliserol - air................ 39
i+.l* Kelarutan asetaminofen.................. 39J+*2, Derajat keasaman (pH) sietem kosolven propi-
lenglikol-gliserol-air dalam berbagai macamkomposisi ..........*••••••••....... k3
5. Pengolahan data.......................... 44.5*1* Hubungan antara log kelarutan asetaminofen
di dalam macam-macam perbandingan sistem kosolven propilenglikol-gliserol-air versussuhu ( i x lCp ) ....................... Mf
5*2. Hubungan antara log kelarutan asetaminofen pada suhu kamar versus fraksi volume kosolven dari macam-macam perbandingan sistem kosolven propilenglikol-gliserol-air ........ 53
5*3* Tabel kelarutan asetaminofen pada suhu kamar di dalam macam-macam perbandingan slstem ko- solven propilenglikol-gliserol-air ....... 61
vi
*
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KELARUTAN ASETAMINOFEN DI DALAM SISTEM.... KUNCORO FOE
DAFTAR ISI (lanjutan) halaman
BAB V. PEMBAHASAN .......................... 62BAB VI. KESIMPULAN........ .................. 6?■ BAB VII. SARAN - SARAN........................ 68............................................. 6*DAFTAR PUSTAKA.............. ............ . 71L A M P I R A N ...................... ........ 7k
viiADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KELARUTAN ASETAMINOFEN DI DALAM SISTEM.... KUNCORO FOE
BAB I PENDAHULUAN
Pada saat ini, hanyak obat influenaa yang beredar dalam masyarakat mengandung asetaminofen yang mempunyai kha- siat analgesik dan antipiretik* Salah satu penyebato asetaminofen digunakan sebagai obat pilihan untuk analgesik dan antipiretik adalah efek sampingnya yang relatif keoil di- bandingkan dengan obat-obat derivat pirascolon (antipirina, aminopirina)• (1)
Asetaminofen banyak diproduksi dan diedarkan baik sebagai sediaan tunggal maupun campuran* Untuk orang devasa dibuat sediaan dalam bentuk tablet atau kapsul, sedangkan untuk anak-anak dan pasien yang tidak dapat menelan tablet atau kapsul dibuat sediaan dalam bentuk sirup atau eliksir. Keuntungan bentuk sediaan sirup atau eliksir adalah : (2)
- mudah digunakan oleh anak-anak atau pasien yang tidak dapat menelan tablet atau kapsul*
- menghasilkan efek terapi yang leblh cepat, karena absorpsi obat dalam. bentuk terlarut lebih cepat*
- merupakan campuran yang homogen sehingga bah an obat terdistribusi secara taerata dalam sediaan*
- pengaturan dosis dapat lebih bervariasi*- mudah diberi pemanis, pewama dan aroma*Asetaminofen agak sukar larut dalam air (3L : 70) se
dangkan dosis lazim penggunaannya dalam sirup cukup tinggi yaitu 120 mg/5 ml, sehingga dengan hanya menggunakan pela-
1
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KELARUTAN ASETAMINOFEN DI DALAM SISTEM.... KUNCORO FOE
2
rut air saja tidak akan dapat melarutkan eeluruh asetaminofen yang ada dalam sediaan tersebut; padahal sediaan yang diinginkan adalah sediaan berbentuk larutan (solutio) dengan mempertimbangkan kecepatan melarut* kemampuan die- trlbusi, partisi dan adsorpsi pada peraukaan membran bio- logie dan bioavailabilitas yang lebih balk. (3)
Untuk bahan-bahan yang sukar larut dalam air dapat ditingkatkan kelarutannya dengan bermacam-macam tehnik solubilisasl, antara lain : (/*.)
- manipulasi bentuk padat, antara lain peruhahan bentuk poliaorf, pembentukan hidrat, campuran eutek- tik dan disperei solida.
- pembentukan kompleks yang mudah larut.- penambahan surfaktan.- penggunaan sistem kosolven (pelarut campuran).Penggunaan kosolven (cosolvent) memberikan bantuan
yang sangat besar dalam merancang macam-macam bentuk ee- dlaan cair dan terutama sangat penting untuk sediaan parenteral* Keuntungan penggunaan kosolven, antara lain : U)
- mempunyai kemampuan solubilisasi yang besar.- toksisitasnya rendah.- tidak menimbulkan iritasl seperti pada penggunaan surfaktan.
Macam-macam kosolven yang umum digunakan pada sedi-an farmasi, antara lain propilenglikol, gliserol dan al- kohol• (k)
S. L I tC \AN
■ '.ANGa*" A Y A
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KELARUTAN ASETAMINOFEN DI DALAM SISTEM.... KUNCORO FOE
3
Penggunaan sistem, kosolven alkohol dengan air dalam berbagai macam perbandingan telah digunakan secara luas* Akan tetapi penggunaan alkohol sebagai kosolven mempunyai beberapa keberatan antara lain sifat-sifat alkohol yang tidak disukai, pemakaiannya dilarang untuk anak-anak dan agama serta pasien yang menderita tukak lambung, Di samping Itu alkohol dapat mengadakan interaksi dengan bermacam-macam obat* (5) Oleh karena keberatan-keberat- an yang telah disebutkan di atas maka dalam penelitian ini digunakan slstem pelarut non aqu'a lalnnya seperti gliserol dan propilenglikol yang diharapkan dapat meng- gantl fungsl alkohol sebagai pelarut sehingga dalam formulas! dapat dikembangkan lebih lanjut aenjadi sediaan- oediaan dengan menggunakan pelarut kosolven yang bebas alkohol*
Dari berbagai alternatlf dl atas, maka sebagai po- kok penelitian ini adalah penggunaan sistem kosolven untuk menlngkatkan kelarutan asetaminofen dengan membuat slstem kosolven yang masih jarang digunakan yaltu propilenglikol - gliserol - air. Kombinasi pelarut tersebut sudah pemah digunakan oleh Mamdouh A* Moustafa, Abdulla M. Molokhla dan M* Waflk Gouda (5) untuk membantu kelarutan fenobarbital dan secara perhitungan konstanta dielektrik pelarut tersebut setara dengan sistem kosolven alkohol - gliserol - air*
Dari permasalahan dl atas, maka sebagai tugaa akhir dilakukan penelitian tentang kelarutan asetamino-
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KELARUTAN ASETAMINOFEN DI DALAM SISTEM.... KUNCORO FOE
k
fen di dalam sistem campuran propilenglikol - gliserol - air dengan metode penentuan kelarutan secara penaikan suhu (elevated temperature) menurut Mamdouh A* Moustafa, Abdulla M. Molokhia dan M« Wafik Gouda. (5)
penelitian ini bdrtujuan untuk menentukan beoarnya kelarutan asetaminofen di dalam sistem campuran propilenglikol * gliserol - air dalam berraacam-macam perbandingan.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pada pemllihan komposisi sistem kosolven yang dapat digunakan untuk asetaminofen dengan dosls tertentu dalam merancang suatu formulasi sediaan obat bentuk sirup atau eliksir non alkohollk.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KELARUTAN ASETAMINOFEN DI DALAM SISTEM.... KUNCORO FOE
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1* Tinjauan tentang kelarutan.1.1* Deflnisi kelarutan dan larutan.
Kelarutan dalam arti kuantitatif menyatakan konsentrasl zat terlarut dalam larutan jenuh pada suhu tertentu, sedangkan dalam art! kualltatif menyatakan interaksi spontan yang terjadi antara dua bahan atau lebih untuk membentuk diapersi mo- lekular yang homogen. Menurut Farmakope Indonesia pemyataan kelarutan zat dalam baglan tertentu pelarut kecuali dlnyatakan lain menunjukkan bah- va 1 baglan bobot zat padat atau 1 baglan volume zat calr larut dalam baglan volume tertentu pelarut* Menurut USP dan National Formulary, daftar kelarutan obat yang dibuat dlnyatakan dalam bentuk satu gram zat terlarut yang dapat larut dalam sejumlah volume pelarut. Dl samping itu, secara kuantitatif kelarutan dapat pula dlnyatakan dalam eatuan molalitae, molarltas dan person. (6)
Larutan (solutio) adalah sediaan calr yang mengandung bahan kimia terlarut. Kecuali dlnyatakan lain* sebagai pelarut digunakan air 6ullng.(?) Syarat larutan berdasarkan sistem terdispers bahwa ukuran partikel zat terlarut harus lebih kecil dari 1,0 mM,. (6)
5
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KELARUTAN ASETAMINOFEN DI DALAM SISTEM.... KUNCORO FOE
6
1*2. Teori kelarutan* (8)Agar terjadi perietiwa aelarut, aaka molekul
zat terlarut harus terlepas darl permukaannya ke- mudian mengadakan proses transpor untuk. masuk ke dalam pelarutnya* sementara molekul pelarut taeng- atur dlrl. Secara skematis, tahapan proses mela- rut dapat digambarkan sebagal berlkut :
• • • •• • + * • • + •
• • • • suit terlarut pelepasan molekul
darl fasa zat terlarutEnergi yang terllbat = 2 »22 - *22 " *22
■ ■ ■ ■■ ■ — * ■ ■■ ■ ■ ■
pelarut pembentukan lubangpada pelarut
Energi yang terllbat = 2 w-q - w-^ =.■ ■ m m
• + ■ ■ ----* a • ■■ ■ mm
zat terlarut pelarut larutEnergi yang terllbat a - 2 w12 Jadi total energi = w22 + - 2 w^2
Berdasarkan pada tahapan proses melarut, dibuat pendekatan model flslka untuk menjelaskan perllaku proses melarut, sehingga dlkenal tlga teori yang menggambarkan proses melarutnya zat terlarut dalam medium, dimana zat dapat terlarut
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KELARUTAN ASETAMINOFEN DI DALAM SISTEM.... KUNCORO FOE
7
dengan ealah satu cara atau merupakan gabungan dariketlga teorl tersebut*a. Teorl film (model laplsan difusi)
- merupakan pendekatan paling sederfaana- merupakan prinsip dasar proses melarutnya zat terlarut dalam media.
- asumsi : setelah zat terlarut kontak dengan pelarut terjadi laplsan tipis (film) setebal h cm mengelilingi zat terlarut dan film tersebut ber- eifat statis (stagnant).
- proses melarut ditentukan oleh terjadinya trans- por secara difusi dan kemampuan molekul menem- bus laplsan difusi.
Gambar 1. Proses melarut menurut teorl film
h m tebal laplsan tipis (film)D = koefisien difusi untuk molekul zat
terlarutA a luas permukaan laplsan tipis (film) V » volume media disolusl
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KELARUTAN ASETAMINOFEN DI DALAM SISTEM.... KUNCORO FOE
8
Cs a konsentrasi zat terlarut yang dibu- tuhkan untuk menjenuhkan pelarut
Cb a konsentrasi zat terlarut yang sebe- narnya di dalam larutan
b. Model "interfacial barrier11- asumsi : pada permukaan zat terlarut terjadi laplsan film larutan jenuh Cfl.
- kecepatan melarut tergantung :* keadaan tunak a jenuh* D tidak tergantung pada konsentraai
Gambar 2. Proees melarut menurut model "Interracial barrier*'
Humus : G = (Cfi - Cb)G = kecepatan melarut per satuan luas k^ s konstanta kecepatan "transpor in-
terfasial11 efektifc. Teori penetrasi (model Dankwert)
- asumsi : transpor molekul zat terlarut dari permukaan ke dalam larutan dicapai dengan ada- nya kantong-kantong makroskopik pelarut.
- reaksi permukaan dianggap cepat.- kecepatan melarut tergantung pada kecepatan pembentukan permukaan baru (kantong pelarut).
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KELARUTAN ASETAMINOFEN DI DALAM SISTEM.... KUNCORO FOE
9
Gaabar 3* Proses melarut menurut model Danktrert Rumue : G = (Ce - Cb)
G = kecepatan melarut per satuan luasS a kecepatan rata-rata pembentukan
permukaan baru D a koefisien difusi untuk molekul zat
terlarut1*3* Pengaruh penambahan kosolven uqtuk solubilisaBl
terhadap kelarutan*Untuk bahan-bahan yang sukar larut dalam air
dapat ditlngkatkan kelarutannya dengan bermacam- macam tehnlk solubilisasi* Untuk mengetahul teh- nlk solublllsasl yang tepat bagl suatu obat yang sukar larut, maka harus diketahul faktor-faktor yang menjadi penyebab obat tersebut tidak larut. Faktor-faktor yang perlu dlpertlmbangkan dalam me- nlngkatkan kelarutan, antara lain slfat-sifat zat terlarut dan derajat solublllsasl yang dibutuh- kan. (if)
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan o- bat dalam air adalah : (l+)- Entropi pencampuran yang berpengaruh pada pen-
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KELARUTAN ASETAMINOFEN DI DALAM SISTEM.... KUNCORO FOE
10
campuran eempurna dari semua komponen.- Perbedaan antara jumlah interaksi obat-obat (DD) dengan air-air (WW) dan interaksi obat-air (DW)*
Bila DD + WW - 2 DW > 0, biasanya untuk non elek- trollt dalam air maka pencampuran yang terjadi kurang eempurna dan obat mempunyal kelarutan ter- batas dalam air. Semakin besar perbedaan antara interaksi gaya adesi dan kohesi maka kelarutan o- bat tersebut dalam air akan semakin kecil* Untuk calran dan obat dengan tltik lebur rendah, tehnlk solubillsasi yang serlng digunakan untuk mening- katkan kelarutan adalah dengan penambah&n kosolven yang berguna untuk menurunkan harga W'W* dan meningkatkan harga DW* sehingga harga total DD + W W 1 - 2 DW' akan aenjadl kecil*
Kelarutan suatu senyawa tergantung pada si- fat-sifat fisika dan kimla zat terlarut dan pelarut serta bermacam-macam faktor, antara lain: (6)
- suhu- tekanan- pH larutan- derajat kehalusan zat terlarut- macam pelarut Kadang-kadang suatu bahan lebih larut dalam
campuran pelarut dlbandlngkan dalam pelarut tung- gal* (6, 8) Gejala ini disebut kosolvensi (cosolvency) dan kombinasl pelarut yang digunakan
i
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KELARUTAN ASETAMINOFEN DI DALAM SISTEM.... KUNCORO FOE
11
untuk menlngkatkan kelarutan dlsebut si8tern ko- solven (cosolvents) dan mekanlsme penlngkatan kelarutan darl senyawa elektrollt lemah oleh karena pengaruh pelarut antara lain memperbanyak Jumlah bentuk tak terlonkan darl hahan dengan mengatur polarltas pelarut. (6)
Konsep pentlng yang harus dltolcarakan pada solubilieaei dengan cara penambahan kosolTen ada- lah derajat polarltas. Akan tetapi polarltas bu- kanlah ukuran absolut untuk suatu molekul, tetapi hanya merupakan Istllah relatif untuk menggambar- kan suatu slat era. pelarut. Dalam menyatakan ukuran polarltas, dlgunakan ietilah-lstilah sebagal be- rlkut : konstanta dlelektrlk (e), parameter kelarutan (&), tegangan permukaan (£■). Ukuran polarl- tas yang serlng dljumpal Juga adalah HLB (Hydro- phyllc Lipophyllc Balance), akan tetapi peagguna- annya untuk surfaktan dam bukan untuk zat terla- rut atau pelarut mural. (i*)
Pelarut yang terbalk sebagal kosolven untuk suatu sat tertentu adalah pelarut yang oempunyal derajat polarltas terdekat dengaa zat tersebut.(9)
Berdasarkan polarltas zat terlarut terhadap komponen pelarut, maka dapat dlbagl menjadl tlga golongan zat terlarut, yaltu : (k)
- polarltas zat terlarut leblh kecll dibandlngkan polarltas komponen sifctom pelarut sehlngga zat
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KELARUTAN ASETAMINOFEN DI DALAM SISTEM.... KUNCORO FOE
12
terlarut bersifat non polar.- polaritas zat terlarut lebih besar diban- dingkan polaritae komponen slstem pelarut sehingga zat terlarut bersifat polar.
- polaritas zat terlarut berada di antara po« larltas pelarut dan kosolven sehingga zat terlarut bersifat semi polar.
Kelarutan aakeimum suatu zat terlarut dalam pelarut campuran terjadi apablla polaritas obat (P ) sama dengan polaritas slstem kosol- ven (Pc). (4)
PD 3 fc,Pc + V Pw ....... persamaan 1dimana : f a fraksi kosolven c
Pc = polaritae kosolvenf = fraksi air wPw = polaritas air
Secara skematis, dapat dlramalkan peranan kosolven dalam solubillsasl dengan mengasumsi- kan bahwa ada hubungan linier antara kelarutan suatu bahan dalam sistem kosolven dengan kelarutan bahan tersebut pada masing-masing komponen sistem kosolven tersebut. (if)- untuk air murni, kelarutan molar (sw) dapat dlnyatakan dengan rumus :log Sw = r..A"fif MP -. £5), _ iog^w persamaan 2 dimana ; A S^ * entropi peleburan (fuel) zat
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KELARUTAN ASETAMINOFEN DI DALAM SISTEM.... KUNCORO FOE
13
terlarut (AS^ = 0 bila zat ter- larut dalam bentuk cairan )
MP » titik leleh obat Tf = koefieien aktivitas molar zat
terlarut dalam air- untuk kosolven mural, kelarutan molar dalam kosolven (sj dapat dlnyatakan dengan rumus :clog Sc = ^ P0reamaan 3dimana : A = entropl peleburan (fuel) zat
terlarutMP = tltlk leleh obatS'* a koeflslen aktivitae molar zat c
terlarut dalam kosolven- untuk pelarut campuran dengan fraksi volume kosolven (f.), maka kelarutan molar dalam sistemckosolven (Sa) dapat dlnyatakan dengan rumus :log Sm = fc . log Sc + (1 - fc) log Sw
.... persamaan kdimana : Sm = kelarutan molar dalam sistem ko- m
solvenfc = fraksi volume kosolvenSc a kelarutan molar dalam kosolvenSw = kelarutan molar dalam air
kemudlan :sm = - *»**; + fc(io6v i o ^ w)
• ••• persamaan 5
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KELARUTAN ASETAMINOFEN DI DALAM SISTEM.... KUNCORO FOE
Ik
dengan mengurangi persamaan 5 dengan persamaan 2,maka didapatkan persamaan berlkut :lQg Sffl » log Sw + (logfl - lotf) tc persamaan 6
Kekuatan solubilieasi kosolven terhadap zat terlarut dapat didefinisikan sebagai CT yang merupakan harga slop (koefisien arah) dari plot persamaan log versus f„* (k)01 c
log Sm = log Sw + CT . fc ....*• persamaan 7dimana : Sm a kelarutan molar zoX terlarut dalam
slstem kosolvenf„ * fraksi volume kosolven cS_ = kelarutan molar sat terlarut dalam w
air(T = konstanta yang karakteristik dari
sistem tertentu (s logT. - log 3 0c vBerdasarkan persamaan 7 di atas* dapat dill-
hat hahwa penambahan kosolven dalam penggunaan slstem kosolven akan nteningkatkan harga fraksi volume kosolven ( O sehingga terjadi penin featan kelarutan suatu bahan obat yang sukar larut* Dengan makln menlngkatnya kelarutan. bahan obat* maka diharapkan bloavailabilltas obat tersebut juga menlngkat dan efek terapi yang diharapkan juga dapat cepat tercapal*
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KELARUTAN ASETAMINOFEN DI DALAM SISTEM.... KUNCORO FOE
1.J+* Penentuan kelarutan aecara penalkani giihu (elevatedtemperature) menurut Mamdouh A* Moustafa» Abdulla M, Molokhia dan M» Waflk gouda» (5)
Penentuan kelarutan tidak hanya dipengaruhi oleh karakteristik fisika dan klmia zat terlarut dan pelarut, tetapi Juga oleh suhu dimana kelarutan teraetout ditentukan* Ada beberapa hal yang per- lu dlperhatikan dalafc menentukan kelarutan» yai- tu : (10)
- kemurnian, balk bahan yang terlarut maupun pelarutnya.
- suhu harus dijaga konstan selama penentuan kelarutan*
- harus tercapai suatu slstem yang Jenuh sem- purna.
- analisa yang tepat darl larutan jenuh*- metode pemieahan slstem yang j.enuh sempuma dari partikel-partikel yang tidak larut harus memuaskan* (11)
Mamdouh A. Moustafa, Abdulla M. Molokhia dan M. Wafik Gouda (5) menentukan kelarutan fenobarbi- taj. di dalam si6tem propilenglikol - gliserol - air dengan cara melarutkan sejumlah berlebih bahan ke dalam slstem pelarut, kemudian dladuk dalam pe- nangas air sampai terjadl kejenuhan. Penentuan kelarutan untuk masing-masing slstem pelarut dilaku-
15ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KELARUTAN ASETAMINOFEN DI DALAM SISTEM.... KUNCORO FOE
16
kan pada empat macam suhu yang berbeda (23°, 32°,40°, 45° C + 0,2° C). Sampel dari larutan jenuh di- pipet, disaring melalui membran filter dengan ukuran pori 0,8-^, kemudian segera diencerkan dengan pela- rut yang sama dan. dllakukan anallsa k&dar dal am se- nua sistera pelarut dan pengolahan datanya dihitung dengan metode least squares atau analisa regresl me* nurut persamaan Arrhenius :
log X = • ip ...... pereamaan fi
dimana : X = frakei mol fenobarbltal dalam larutan R = konstanta molar gas T ss suhu mutlak b = konstanta
Kemampuan propilenglikol untuk menlngkatkan ke- larutan fenobarbltal lebih besar dibandingkan glise- rol. Hubungan antara log kelarutan fenobarbltal versus komposisi pelarut propilenglikol * air dan gli- serol - air menghasilkan suatu garis lurus (gambar A-) dan dapat dinyatakan dengan persamaan berikut :
log St » log SQ + <*♦ f ..........persamaan 9
dimana : = kelarutan obat dalam sistem kosolvenf = fraksi volume propilenglikol atau gli-
serol
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KELARUTAN ASETAMINOFEN DI DALAM SISTEM.... KUNCORO FOE
17
d* s konstanta yang karakteristik darislstem tersebut (slop dari persamaan garis)
Persentase propilenglikol atau gliserol dalam airGambar if. Kelarutan fenobarbital dalam sistem bi-
ner propilenglikol-air dan gliserol-air pada suhu 32 C. (5) a gliserol - air• propilenglikol - air
Hubungan antara log kelarutan fenobarbital versus komposisi pelarut propilenglikol - gliserol - air Juga menghasllkan suatu garis lurus (gambar 5) dan dapat dinyatakan dengan persamaan berikut :
log st a log SQ +oC2f2 + f fl2f2»* • •» persamaan 10
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KELARUTAN ASETAMINOFEN DI DALAM SISTEM.... KUNCORO FOE
18
dimana dancLg 33 konstanta untuk propilenglikol dan gliserol
dan B ^aksl volume propilenglikol dan gliserol
Gambar 5* Kelarutan fenobarbltal dalam sistemterner propilenglikol-gliserol-air (5) a 10 % propilenglikol A 20 % propilenglikol• 30 % propilenglikol a. 50 % propilenglikol
Menurut Gorman dan Hall (12) ada hubungan linier antara logaritma kelarutan Secobarbital dengan konstanta dlelektrik darl sistem pelarut biner yang mempunyai karakteristik ikatan yang
p^ f2 ditentukan dengan mencocokkan beberapa data kelarutan darl percobaan pada persamaan 10.
oH
20 40 (Q 60 % v/v gliaerol
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KELARUTAN ASETAMINOFEN DI DALAM SISTEM.... KUNCORO FOE
19
earaa yaitu etanol-air, gliserol-air dan propilen-. glikol-air. Dalam gambar 6 Jelas terlibat bahwa hubungan antara logaritma kelarutan fenobarbital versus konstanta dielektrik untuk sistem propilenglikol - gliserol - air adalah linler* (5)
Konstanta dielektrik sistem pelarut
Gambar 6« Hubungan antara kelarutan fenobarbital dengan harga konstanta dielektrik sistem kosolven (5) o gliserol - air □ propilenglikol - air& propilenglikol - gliserol - air
Pengaruh suhu pada kelarutaA fenobarbital dl dalam bermacam-macam sistem kosolven telah dipe- lajarl dan kelarutannya ditentukan pada suhu 23°, 32° f 0° dan i*5°C + 0,2°C dan hubungan logaritma kelarutan versus suhu ( ) dapat dlalurkan seperfcl
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KELARUTAN ASETAMINOFEN DI DALAM SISTEM.... KUNCORO FOE
20
terlihat pada gambar 7.
Gambar 7, Pengaruh suhu pada kelarutan. fenobarbi- tal di dalam beraacam-macam sistem ko- solven (5)o 50# PS - 26# G - 24# Wo 30# PG - 52# g - 1 a# wA 30# PG - 39# G - 31# w• 30# PG - 26# G - M*# W■ 20# PG - 26# G - 5**# Wt 44# G - 56# WPG » propilenglikolG s gliserolW a air
2# Tinjauan tentang asetaminofen» propilenglikol» gliserol dan air,2.1. Asetamlnofea (13, 14)2.1.1. Gaabaran unua
Aeet amino fen aerupakan derlvat asetanllida
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KELARUTAN ASETAMINOFEN DI DALAM SISTEM.... KUNCORO FOE
21
dan merupakan-aenyawa golongan para anlno fenol. Kama lain dari aeetaminofen adalah parasetanol, asetafenum, N-asetil para amino fenol, !f-asefcil- if-amino fenol, para asetaminofenol, para aseta- midofenol, para hidroksi asetanilida, i*-hidroksi asetanillda. Asetaminofen adalah teetabolit utama fenasetina yang mempunyal epektrum farmakologis sama dengan fenasetina. Efek farmakologik dari asetaminofen adalah analgeslk dan antipiretik. Rumus bangun : 0
2.1.2. Sifat fislka (13, 1*0Asetaminofen adalah serbuk atau hablur
yang bervama putih, tidak berbau, rasa pahlt, berat molekul 151>17 > aempunyai titik lebur 169°C - l?2°c. indeks bias ( d2] ) s 1,293. Asetaminofen larut dalam 70 baglan air, dalam 20 baglan air panas, dalam 7 baglan etanol 95#P> dalam 13 baglan aeeton P, dalam 30 baglan klo- roform, dalam ifO baglan gliserol P, dalam 9 baglan propilenglikol P dan larut dalam alkali hidrokslda.
2.1.3. Sifat klmia (7)- reaksi warna dengan larutan besi (III) klorl- da memberikan warna biru violet.
- serbuk asetaminofen didldihkan dengan asamklorlda P selama 3 aenit, kemudian dltambah
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KELARUTAN ASETAMINOFEN DI DALAM SISTEM.... KUNCORO FOE
2 2
air suling, didinginkan tidak terbentuk en- dapan, kemudian ditambah larutan kalium bi- kromat terjadi perlahan-lahan varna violet yang tidak berubah menjadi merah* ( perbedaan darl fenasetina )
2*1*4. FarmakologiAsetaminofen aerupakan obat golongan para
amino fenol* Khaslat antipiretik ditimbulkan o- leh gugus amino benzena* Efek analgesik asetaminofen eerupa dengan salisilat, dapat menghi- langkan atau mengurangi nyeri ringan sampai yang sedang. Asetaminofen juga dapat menurunkan suhu demam* Mekanismenya diduga juga berdasarkan e- fek central mirip salisilat. Efek anti inflama- einya sangat lemah, oleh karena itu asetamino- fen tidak digunakan sebagai anti reumatik se- perti salisilat* (1)
Asetaminofen diabsorpsi dengan cepatdan sempurna melalui ealuran cerna dengan konsen- trasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam wak- tu kurang lebih 30 menit sampai 2 jam* Dimeta- bolisme di dalam hati dan diekskresi melalui u- rin dalam bentuk konjugat glukoronida dan sul- fat* Kurang dari % terekskresi dalam bentuk tak berubah* Waktu paruh eliminasi bervariasi antara 1 sampai 4 jam* Xkatan dengan protein
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KELARUTAN ASETAMINOFEN DI DALAM SISTEM.... KUNCORO FOE
23
plasma dapat diabaikan pada konsentrasl terapeu- tlk blasa tetapi akan nenlngkat dengan adanya penlngkatan konsentrasl asetaminofen. (13) * -
Asetaminofen banyak terdapat sebagai obat tunggal, berbentuk tablet yang mengandung $00 ng/tablet atau berbentuk calran (sirup) yang mengandung 120 mg/3 ml. Di eamping itu asetaminofen terdapat dalam berbagal obat komblnasi te- tap, balk dalam bentuk tablet maupun dalam ben- tuk calran. (1)
2.1.5* Macam-macan bentuk sedlaan (15 )Bentuk-bentuk sedlaan yang ada adalah si
rup, ellksir, obat tetes, tablet dan kapsul. Contoh beberapa preparat paten, antara lain :
- Dapyrln (ellkslr) - Dankos- Dumin (sirup, tablet) - Dumex- Lukutan (kapsul) - Bison- Tempra (sirup, obat tetes) - Bristol-Myers
2.2. Propilenglikol. gliserol dan airBeberapa data pentlngyang meliputi peaeri-
an, rumus kimla, bobot molekul, aifat-sifat dan kegunaan propilenglikol, gliserol, air dijabarkan dalam tabel I berikut.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KELARUTAN ASETAMINOFEN DI DALAM SISTEM.... KUNCORO FOE
Tabel I. Beberapa data penting tentang propilen glikol, gliserol dan air
IISSBBCSBSB««SSBBSSllCSSBSISSB8BSMa8BMS8 afD8 B8 SSS8 BB&S8 8 3 CSUSSB
I D A T A I (1)
PROPILENGLIKOL ! (2)
GLISEROL(3)
A I R I(4) !
! Pemerian (7) !!1t1!t
cairan kental, t jernih, tidak \ berwarna, ti- 1 dak berbau, ra- ! sa agak manis t dan higrosko- 1 pik I
cairan eeper- ti sirop, Jer- nih, kental| tak berwarna, tak berbau, manis diikutl rasa hangat, higroskopik
cairan encer, I Jernih, tidak ! berwarna, ti- ! dak berbau I dan tidak be- t rasa t
1 !
!. Ramus kimia, (16)i
1 OH I CHj.CH.CH20H )•
ch2ohCHOHch2oh
H20 !!
! Bobot molekul1 76,10 92,09 18,0 I
! Sifat-sifat ! (10;1?)!t!!1!!!!
! sangat stabil ! pada suhu ka~1 mar tetapi pa- 1 da suhu tinggi ! teroksidasi,1 dapat bercam- I pur dengan air* ! aseton dan klo- ! roform dalam I segala perban- I dingan
pelarut yang balk sekall, dapat bercam- pur dengan a- ir dan alko- hol, toksisi- tasnya rendah
pelarut yang ! paling bergu- I na / penting, ! dapat bercam- t pur dengan ! alkohol, gli- ! serol dan ! propllengli- ! kol t
! f
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KELARUTAN ASETAMINOFEN DI DALAM SISTEM.... KUNCORO FOE
25
* (1) * (2) * (3) * U) *
! Uk.polaritas:(lf)! ! J !! teg. perm. ($T) ! 37,1 ! 6^,9 t 72,0 !! par. kel. (b) ! 12,6 ! 16,5 ! 23,if !! kons. diel. (e) ! 32,0 ! If2,5 ! 61,0 !! log PC t - 1,1*0 I - 2,60 ! - if,00 !
! Kegunaan lain ! dapat mengham-i mempunyal ak~ ( !! (10;17) ! bat perturabuh-! tivitas seba- ! !! ! an jamur, me-I gal pengawet ! t! ! ningkatkan ak**! pada konsen- ! !i ! tivitas peng- ! trael tinggi ! !! ! awet senyawa ! t !! ! golongan pa- ! ! !t ! raben ! ! !
3. Tinjauan tentang karakteristik sistem kosolven propilenglikol - air dan gliserol - air terhadap kelarutan asetaminofen. (18)
Mekanlsme penlngkatan kelarutan pada penambahan kosolven sepertl propilenglikol dan gliserol adalah dengan mengubah "derajat polarltas" llngkungan pelarut.
Konstanta dielektrik larutan asetaminofen dengan bermacam-macam konsentrasl telah ditentukan dan hasil- nya dapat dillhat pada gambar 8. Pada keadaan Jenuh, yaitu larutan asetaminofen dalam air dengan koneentra-
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KELARUTAN ASETAMINOFEN DI DALAM SISTEM.... KUNCORO FOE
26
si Ik mg/ml harga konstanta dielektrik air akan menu- run dari 78,5 menjadi 70,1. Bila konsentrasl asetami- nofen semakin menurun, maka konstanta dielektriknya semakin meningkat dan pada konsentrasl yang sangat rendah menjadi asimtot dan mendekatl harga konstanta dielektrik air mural.
Kons* asetaminofen (mg/ml)
Gambar 8* Pengaruh berraacam-macam konsentrasl asetaminofen pada harga konstanta dielektrik air.(18)
Harga konstanta dielektrik masing-masing untuk air adalah 81,0 ; gliserol adalah k2,5 i propilengli- kol adalah 32*0. Pada tabel II terlihat bahwa harga konstanta dielektrik sistem kosolven propilenglikol -
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KELARUTAN ASETAMINOFEN DI DALAM SISTEM.... KUNCORO FOE
27
air dan gliserol - air menurun dengan menalknya konsentrasi kosolven dan adanya asetaminofen di dalam sls- tem tersebut menurunkan harga konstanta dielektrik da- ri sistem propilenglikol - air dan gliserol - air pada konsentrasi 20, 30 dan tfi% w/v.Tabel II* Harga konstanta dielektrik sistem kosolven
di dalam. sistem pelarut tersebut. (l&)CSA = kosolven D = asetaminofen
! Kons. kosolven ! CSA/H20 1 CSA/H20/D 1! (# w/v) t t I
! Propilenglikol 20 ! 70,1 1 6a,i i! 30 ! 65,2 ! 63,2 !1 ko ! 60,0 J 59,3 1
1 Qliserol 20 ! 72,0 J 71,3 t1 30 ! 68,1 t 66,2 t! 40 1 64,0 J 62,1 1===xa==================SBSSBSSSSSSSISssseesssssssss
Gambar 9 dan 10 memperllhatkan hubungan antara konstanta dielektrik sistem kosolven bluer ( propilenglikol - air dan gliserol - air ) dengan konsentrasi kosolven (propilenglikol atau gliserol) dimana harga konstanta dielektrik sistem kosolven menurun dengan menalknya konsentrasi kosolven dan adanya asetaminofen di dalam sistem tersebut menurunkan harga
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KELARUTAN ASETAMINOFEN DI DALAM SISTEM.... KUNCORO FOE
28
konstanta dielektrik sistem kosolven tersebut.
Gambar 9» Hubungan antara konstanta dielektrik sistem vs kons. propilenglikol - air (18)
A ; propilenglikol/air B : propilenglikol/air/obat
Obat * asetaminofen
Gambar 10• Hubungan antara konstanta di- elektrlk sistem vs kons* gliserol - air (18)
C : glieerol/air D : gliserol/air/obat Obat s asetaminofen
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KELARUTAN ASETAMINOFEN DI DALAM SISTEM.... KUNCORO FOE
BAHAN , ALAT DAN METODE PENELITIAN
1. Bahan dan alat yanic digunakan 1.1* Bahan
- Asetaminofen pharmaceutical grade PT Rlasima A- badi
• Gliserol pharmaceutical grade Dov Chemical Pacific Ltd.
- Propilenglikol pharmaceutical grade Dow Chemical Pacific Ltd.
- Metanol pro analysa E* Merck1.2. Alat
- ADVANTEC Cold Plate ; COP - 120 W- Double Beam Spectrophotometer UV li*0-02 ; Shi- mad zu
- pH meter Hanna instruments 8/*2if microcomputer- Melting point apparatus Electrothermal- Millipore Membrane Filter Type HA, No. HJP 77876 A, ukuraa pori 0,45 Xm.
2. Metode penelitian2.1. P.1i kualitatif2.1.1. Asetaminofen (7)
A. Reakei -warna dengan larutan beei (III) klo- rida, larutan kalium bikromat 0,1 N.
B. Suhu lebur hablur.
BAB III
29
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KELARUTAN ASETAMINOFEN DI DALAM SISTEM.... KUNCORO FOE
30
2.1.2. Propilenglikol (?)Reaksi dengan Kallum bisulfat terjadi uap yang berbau enak.
2.1.3* Gliserol (7)A. Peaks! dengan Kalium bisulfat terjadi uap
merangsang.B. Reaksi nyala dengan Natrium tetraborat.
2.2. ITli kuantitatif asetaminofen (19)Menurut metode spektrofotometri USP XXI dengan ca- ra sebagal berikut : serapan asetaminofen sampel dalam aquadest dibandingkan dengan asetaminofen baku dalam pelarut yang sama pada panjang gelom- bang maksimum 2^0 nm. Sebagal blangko digunakan aquadest.
2.3. Analisa kuantitatif2.3-1. Pembuatan larutan standard asetaminofen. (19)
Dlbuat larutan standard asetaminofen dalam pelarut metanol yang mengandung 1 ml larutan HC1 0,1 N tiap 100 ml metanol dengan konsentrasi 8 «<ig/ml menurut metode USP XXI.
2.3*2. Penentuan panjang geloabang maksimum. (19)Digunakan larutan asetaminofen dalam air, metanol, sistem 20#PG-80#W, sistem 25#G~750W-dan sistem 20#PG-25#G-55#W yang masing-masing di- encerkan dengan pelarut metanol yang mengandung
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KELARUTAN ASETAMINOFEN DI DALAM SISTEM.... KUNCORO FOE
31
X ol larutan HCX 0,1 N tiap X00 ml metanol earn- pal konsentrasl if,X5 ; 5,22 ; 6,00 ; 7tXlf ; 8,00 dan 9,07-Mg/mX. Masing-masing Xarutan dlamatl serapannya pada rentang panjang gelombang 21*0 - 250 nm dengan bXangko masing-maslng peXarut ter- sebut yang telah diencerkan dengan peXarut aeta- noX yang mengandung X mX Xarutan HCX 0»X N tiap X00 mX metanoX* Dari data yang didapat dibuat tabeX dan kurva niXai serapan versus panjang ge- Xombang.
2*lf. Penentuan keXarutan asetaminofen dl dalan-harhjfojri macam kompoaisi sistem kosolven propilenglikol - gliserol - air,
2*4*1. Pembuatan sistem kosolven propiXengXikol - gli- seroX - air dalam berbagai macam komposisi* (5) Dibuat bermacam-macam komposlsl slstem kosolven propilenglikol-air, gliaerol-air dan propilen- gXlkol-gXiseroX-air dengan perbandingan jumlah peXarut dlnyatakan dalam satuan person volume/ voXume (% v/v) seperti terXihat dl bawah ini :
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KELARUTAN ASETAMINOFEN DI DALAM SISTEM.... KUNCORO FOE
52.
Catatan : Bila jumlah persentase campuran propilenglikol dan gliserol tidak sama dengan 100 , maka sisanya adalah air. Bila Jumlahnya sama dengan 100, maka tidak ada air di dalam campuran tersebut.
'2.4*2. Penentuan kelarutan asetaminofen, (5, 20, 21)Metode yang dlgunakan adalah metode penaikan suhu (elevated temperature).Cara kerja :A. Pembuatan larutan .jenuh*
Masukkan 6ejumlah berlebih asetaminofen ke dalam 25 ml slstem kosolven; aduk dengan ke- cepatan konstan (300 rpm) dalam penangas air pada suhu yang terkontrol sampai terjadi ke- jenuhan.
B- Pemanasan.Masing-masing larutan jenuh dalam slstem kosolven dlamatl pada empat macam suhu 35°C, *tO°C, 45°C dan 50°C dengan deviasi 0t2°C.
C. Pengambilan sampel,Tiap waktu 4 dan 6 jam sampel sebanyak 1,0 ml dlambll dengan spat injeksi tuberkulln (tuberculin syringe) yang diperlengkapi dengan millipore membrane filter ukuran pori 0,45- n, dan segera dlencerkan dengan eie- tem kosolven yang sauna sampai volume tepat 100 ml*
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KELARUTAN ASETAMINOFEN DI DALAM SISTEM.... KUNCORO FOE
33
D* Analisa kuantitatif.Dilakukan dengan mengamati serapan sampel basil pengenceran oleh pelarut metanol yang mengandung 1 ml larutan HC1 0,1 N tiap 100 nl metanol*
2*5* Pengolahan data* (5)Bari hasil percobaan kelarutan asetaminofen
pada masing-masing suhu dibuat :A* Grafik hubungan antara logaritma kelarutan a-
setaminofen di dalam macam-macam perbandingan sistem kosolven propilenglikol-gliserol-air versus suhu ( ^ x 10^ ) • Kelarutan asetaminofen pada suhu kamar ditentukan dengan cara ekstrapolasi.
B. Dari hasil kelarutan asetaminofen pada suhu kamar (A) dibuat grafik hubungan antara logaritma kelarutan asetaminofen pada suhu kamar versus fraksi volume kosolven darl macam-macam perbandingan sistem kosolven propilenglikol » gliserol-alr.
C* Darl hasil kelarutan asetaminofen pada suhu kamar (A) dibuat tabel kelarutan asetaminofen pada suhu kamar di dalam macam-macam perbandingan sistem kosolven propilengllkol-gllserol-alr*
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KELARUTAN ASETAMINOFEN DI DALAM SISTEM.... KUNCORO FOE
BAB IV HASIL PENELITIAN
1 * flji kualitatif asetaminofen. propilenglikol dan gli-eerol.Dari identifikaei kualitatif yang dilakukan, hasil yang didapat menunjukkan bahwa asetaminofen, propilenglikol dan gliserol raemenuhi persyaratan Farmakope Indonesia Edisi Ketiga.Cara identifikasi kualitatif sebagai berikut :
s&ssssrss&ssascsssBsssssssBsaarassBssssseasattsaBSiBBSssiKBBscssaaCara(2) I
Hasil t Keterangan( 3 ) t (4 )
■reaksi warna 1 dengan larut-! an FeClj ! •reaksi warna ! dengan larut-! an kalium bi-! kromat 0,1 N !
•p en en tu an s u - !
hu lebur !!!
-timbul warna I biru violet t
!-timbul warna I violet yang I tidak berubah! menjadi merahja. X69OC-170°CIb . 1 7 0 ° C - 1 7 1 ° C !
c. 169°C-170°C! rata-rata : !
I 1 6 9 , 3 °C - ! ! 1 7 0 , 3 °C !
sesuai dengan FI edisi III
sesuai dengan FI edisi III
e t s u & i dengan
FI ediei III
34
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KELARUTAN ASETAMINOFEN DI DALAM SISTEM.... KUNCORO FOE
35
ssass8ssasssBtSBsa=ssfl8SBaBaa&=ssas:«8«lB8SBSHBisssiiSMaBs:ss8ss3ssss8! (1) I (2) t (3) ! U) !
(Propilenglikol! -reaksi de- I -timbul uap ! sesual dengan! ! ngan Kalium ! berbau enak ! FI edisi III! ! bisulfat !
! Gliserol ! -reaksi de- ! -timbul uap sesual dengan! ! ngan Kalium I merangsang FI edisi III! ! bisulfat !I 1 -reaksi nyala! -timbul nyala sesual dengan! ! dengan Na- ! berwama hl- FI edisi III\ ! trium tetra-! jau! ! borat ! t
2. U.1i kuantitatif asetaminofen,Sebagai contoh perhltungan uji kuantitatif djlgunakan sampel untuk repllkasl 1 :
x 116 *9Kadar asetaminofen dalam sampel a 165 2 x ^=* 99*?5 %
ffasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel III.Tabel 1X1. Sarapan larutan asetaminofen baku dan la
rutan asetaminofen sampel pada ** 21 0 nm
B S B S a S S « C B S S S = l = = 8 S S S s S C S S S S S S e 8 B S B S S S R S S S S a 3 a i S H B S S 3 8 S S
! R ! W baku f A baku \ W sampel ! A sampel t Kadar !
I 1 ! 116,9 mg t 0,7k3 ! 108,2 mg I 0,686 ! 99,75 * ! ! 2 ! 119,9 mg ! 0,758 I 121,5 mg I 0,768 I 99,98 % ! t 3 ! 122,9 mg ! 0,780 I 125,6 mg l 0,795 ! 99,73 % !BCSBSSBSSSaS:
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KELARUTAN ASETAMINOFEN DI DALAM SISTEM.... KUNCORO FOE
36
R adalah replikasi, W adalah berat dan A adalah eerap- aa.Jadl kadar rata-rata asetaminofen dalam sampel
« 99,75 * * -99f 6 * + " * 73 * =Kadar asetaminofen yang didapat memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia Edisi Ketlga*
3* Analisa kuantitatif.3*1* Pengamatan serapaa larutan standard asetaminofen.
Basil penimbangan dan pengamatan serapan larutanstandard asetaminofen dapat dilihat pada tabel IV.Tabel IV. Serapan larutan standard asetaminofen
Pada ^maks - *46 nm.BSssssss£ssss=ssssss5sa8BSssaasBSssaiseeasessass8B! R ! W asetaminofen J G lar. standard t Serapan !
I 1 I 80,0 mg ! 8,00 -4g/ml ! 0,674 ! ! 2 ! 80,0 mg ! 8,00 -«g/ml ! 0,675 ! ! 3 1 80,0 mg I 8,00 -«*/ml t 0,673 1asss=sssssBssr=£sassssssssssssassssssss:sassassasaR adalah replikasi, W adalah berat dan C adalah konsentrasi.Jadi serapan rata-rata larutan standard asetamino fen dengan konsentrasi 8,00 -4g/ml adalah 0,674*
3*2* Penentuan panjang gelombang maksimum.Panjang gelombang maksimum (7 ma^s) larutan asetaminofen dalam air, metanol, sistem 20#PG**8G#W,
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KELARUTAN ASETAMINOFEN DI DALAM SISTEM.... KUNCORO FOE
37
si6tem 25#G“75#W dan sistem 20#PG-25#G-2 ?$gW dapa£ dilihat pada tabel V dan gambar 11.
3&2®
B
c....240 20 Ml t<« 24ft »0
7 (nn)Gambar 11. ICttrra nilai aerapan larutan asetaminofen
dal an nacaa-raacaa pelarut Td X (an)A. dalam la r . 20#Pa-25#J-55#W kona. 9»07^6/m lB. dalam metanol kone. 6,00 -*tg/nlC* dalam lar. 20#Pa-80#W kona, 7»lt|<*lg/al D« dalam notanol kona* 6,00 Jlg/ral E. dalam lar. 25/ta-75#W kona. 5>22 J-g/ml F* dalam air kona, <|»1<> 4g/ml
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KELARUTAN ASETAMINOFEN DI DALAM SISTEM.... KUNCORO FOE
?*be
l V.
Se
rapa
a la
ruta
b as
etaa
lnof
en
pada
r«
nt^i
L£
p&n^
aas
gelo
nbau
g 2
0 -
250
38
i H 99 I 3 J3
3 3 * •o o
-f <o 3- lf\o
•«f$ $ J t O s - t
JR4 -
u > o •AvO vO vD U>ft » *o o o o o
f t i f y { H c o a i Q K > e - o o ^u s n n S k no o o o o
oSjj o UNAo a O
a »
5
0 \
s
l A
ftVO
R
r »
R
to
R 8
J f
R
o o o o o o o “ o
■I
!
3 3 S 5 « 5 ! 5 § 3 d
f t s s t s s a - R a s s R
<4 9 S s f S j S i S S S S S R
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KELARUTAN ASETAMINOFEN DI DALAM SISTEM.... KUNCORO FOE
39
4. Penentuan kelarutan asetaminofen di dalam berbagai macam komposisi sistem kosolven propilenglikol - gliserol - air.
4.1. Kelarutan asetaminofen.Hasil perhitungan kelarutan asetaminofen di dalam bermacam-macam komposisi sistem kosol- ven pada empat macam suhu (35°Cf 40°C, 45° C dan 50°C) didapatkan dari rumus :
* C standard seperti terlihat pada tabel VIf halaman 1*0 s/d
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KELARUTAN ASETAMINOFEN DI DALAM SISTEM.... KUNCORO FOE
¥>
S 5 5 S S S S S It h O ' I A Q o O ' ct\
-a- j - ooo> o\ u\
lA i/\
OJ O' u\ OH4 OO f\J <\J H rl H
& &JXK33RISI ft ft K « $ £ £ R
R 9\ (VI N IT\ IT\ a) to |fi K\ IIR « 3 3 IX K K K ii
R f tr iO s
4 -« 0
j -CO
K\- t f 3 d $ 3 3
1^ N\ o O vti U l N N
KN K\ Ift 1ft j * «r
•a I
- - n
K \ K \ t o t p 4 4 “ lT\OOHr4rgN'6vOi i u s i i i
O O On D\ ir\ iM co m Nt^NNIT\l/Nr>.r>.0'0\Ai f \ JvOvJ)noHHfyrvN<\jr<SJ>S
cr>H »
<oC\
COO ' IH IX
a )H
COH
i j f j <\JJ 1N 8 » A
■ it VD J - VO •J" u>
ir\ ir\ o o KN 3 3 3 3 R ft fliih
- - - ~ ii
R R 3 S S 5 U
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KELARUTAN ASETAMINOFEN DI DALAM SISTEM.... KUNCORO FOE
Ifl
ii «jII V
II aII(I V)
a* £-v iR i
•a
n •-'Hii ts 9 iiII V)
5 i !\ 3> lUt <\Ja i
i n t i
8-d
Ii
AI
v. u rII V , O '-
i i &ii » « «II U)
O O iA lA <-1 f-t <J> &\0 \o \o ta to (\i <\j cocooqivMi^A
*-• r l <H r-1 «h f t
S S 3 <vi rv \J3 if\ a •A Lf\
vO SJ3
I A l f \ v £ l s 0 N N 1 0 ( 0
(J> O ' K\ rA C>- c*- H i CQ -3" «T N O (Oi 3 R R S 8 K K
SSiArtRIRjy^w> W. J ift 3\
a a * ^ a & *\O J¥ 3a a s R R i* &
$ f t S 3 2 3 R R
ft ftftT f\JorA or*
•tfIA 3 3
J ? sO M33 3 a ?! * M3*Ar*l
c».CO 5R R
3 -tf yj \0* * •> 4 • *
U> t o (O *A KS10 kO C» P>- Q\ O '
r - r » y i •* •* i/\
•» -» fi H C*- c*. S '- CN. £ fj
* >U) vO O O vO vO 00 00
IA lA VO vO (u M i\i m
i A l A ( A K>
0J (M cO CO
* A f A o> O l 0 \ 4
<£ H <H K\ K\ ^ lO K) ^
•4- sP
« « S 9 - » $ R R
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KELARUTAN ASETAMINOFEN DI DALAM SISTEM.... KUNCORO FOE
Tabe
l V
ie
42
li <d
V£o voo o-c- t». 5 -Tv£ 3l‘>Pi
rA?■{ s Oa r-1 tift Krl
J X £ £ 3 3 21f\JvO a a
oCO*oCO £
«r»cr<
34-1£
S 3 3 $ & g gr l d j 05 vflvO w V0 lO S )£ 3
q o o oH H C* C <D VO co <0» ft
HP.•>CO33•tJ«
ITV lA CO CO
VD J T VO -J - <J5
II «iII «IiM CSII O,IIIIII 3ii -**ii bi i hM d
— - U
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KELARUTAN ASETAMINOFEN DI DALAM SISTEM.... KUNCORO FOE
Derajat keasaman (pH) sistem kosolven propilenglikol - gliserol - air dalam berbagai macam komposisi.Hasil pengamatan harga pH sistem kosolven propilenglikol - gliserol - air pada suhu 30°C dapat dilihat pada tabel VII di bawah ini.
Tabel VII. Harga pH sistem kosolven propilenglikol - gliserol - air pada suhu 30 c
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KELARUTAN ASETAMINOFEN DI DALAM SISTEM.... KUNCORO FOE
4*
5* Pengolahan data*5«1* Hubungan antara logaritma kelarutan asetaminofen
di dalam macam-macam perbandingan sistem kosolven propilenglikol-gliserol-air versus suhu ( xlO ) Perhitungan kelarutan asetaminofen pada suhu kamar sebagal hasil ekstrapolasi kelarutan aseta- minofen pada suhu 35°C, 40°C, k5°C dan 50°C ae- bagai berlkut :-
Data untuk membuktikan adanya korelasl llnler antara log kelarutan asetaminofen di dalam air versus suhu ( ^ x 10^ ) sebagal berikut ;
! x(|xl03)! y(log S)! (x-x)2 ! (y-y)2 ! (x-x)(y-y) !
! 3*2466 I 1,2945 !5,8064.10"3!9,3510.10“3! - 7,36a5.10”3!t 3,1949 1 1,3577 !5,9049.10*‘if!l,1222.10~3l - 8,1405.10‘S! 3,1446 ! 1,4241 !6,7600.10"^!!,0824.10-3! - 8,5540.10"il!! 3,0960 ! 1,4883 !5,5652.10"3!9,4284.10“3t - 7.2437.10-3!
lx=3,1706 !y=l,3912 I £*0,0126 ! 2. »0,0210 ! tm -0,0163 !
r = koeflsien korelaei = ... ~0»P r6? , = -1,0021v/0,0126.0,Q£l0
Harga r tabel untuk d.f = n-2 (4-2=2) adalah0,95000 pada d. = 0,05, sedang harga r hasil per-hltungan adalah 1,0021; berarti ada korelasl 11-
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KELARUTAN ASETAMINOFEN DI DALAM SISTEM.... KUNCORO FOE
nier antara log kelarutan asetaminofen dl dalam 1 5air versus * x 10-% Dengan analisa regresi di-
dapatkan persamaan garis log kelarutan asetami-1 %nofen di dalam air versus x 1(K sebagai berl-
kut: b * ■ - 1»2” ? y = y + b(x-x) y * 1,3912 - 1,2937 U - 3,1706)1
y = - 1*2937 x + 5,4930 (lih. gb. 12-a) Kelarutan asetaminofen di dalam air pada suhu kamar (30°C) dengan cara ekstrapolasi : x = 3*3003 — + y = -4,2696 ♦ 5,4930
= 1,2234 (= log S)Jadi kelarutan asetaminofen dl dalam air pada suhu kamar adalah 16 ,73 mg/ml (1 : 60).Dengan cara perhitungan yang sama, didapatkan kelarutan asetaminofen di dalam macam-m&caa perbandingan slstem kosolven pada suhu kamar sebagai hasiX ekstrapolasi pada persamaan garis logaritma kelarutan asetaminofen versus ^ x 10^ seperti terlihat pada tabel VIII*Harga r tabel untuk d.f =* n-2 (4-2=2) adalah0,95000 pada = 0,05; berarti semua harga r hitung lebih besar dari r tabel. Jadi dapat dieimpulkan adanya korelasi linier antara log kelarutan asetaminofen di dalam macam-macam perbandingan sistem kosolven versus x 10 .
45ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KELARUTAN ASETAMINOFEN DI DALAM SISTEM.... KUNCORO FOE
*6
f t
HG <0 ©
S-S
a *p ® © > 83
to
*P ? 0 H 0) cd -P H (0 ©iH W <0 •
(0HM
rH0)
t
ia
a
da>>HOCOoX
§+>CO•HCO
•»* «»• »■ **• ~ to*
CO ON o i—1 -4* iA vO e* eo ON o <\lH rH M (VI rH rH rH H rH H (NJ• **<MH
• MfvjH
• A<MrH
• *a
« AKSH
• AIArH
• AfAH
• AS
• A3
• ArH
• AofH H
i £ 3 ! ? 3 £ 3 s i g
H
l3 f t
8P H H rHV / w w
+» 00 VO rA0) O rH O(0 * « •»05 C v K>
(VI <\J K \CO I
»«
1
3 3 3ON
+> CTN on v o•d O n o\ ONJ3 <* * *
O o oh I 1
QO c^ -4*l>- c - rHf\J H fA
09 On rH CO
t
to
alA
«Cv
0t
C^+ + +
§X X X
MlO n <M r*-
§00 CVJ OJ
P *OJIN
HON
H A * 0k0) H rH r lcu 1 1 i
II II i i
►* S >»«»•
pH
■* M
r-lvoVOO nAo
*00
+W
VO
&0Ao j1i i
>»
Rr sd » £8 0 0 0© on o* Ml « It
H H O H
& £ONon on osA A A
o o o
CO if \ lAO n VO rHO ONCO (Mft A
i a tr\
j -VO tf\GO
A A ALA lA IA3
VOC^5
rA vo *4* OnI A VO
+X
+K
+X
+X
+X
VO+X
f c*D-+X
CO00f cAtN■*•X
» N rl N VO IA lA co C\JVOrH f t
HIII
>%
rHIN
r lIIIs
HIII
HIII W
ia ov tA VO ITSAIII ►>
ON
C"- tA AH rH I IU►»
II►»
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KELARUTAN ASETAMINOFEN DI DALAM SISTEM.... KUNCORO FOE
Eabel
Vlllb. (lanjutan)
4?
Its
r—*
!+»0(0Wto
a
COTl(0bo
g4>Ph
aa>>HOtooJdS0)4J(0«rHW
•* ** «•» »• —*
oOH Rl 00
HONH id oO
H• * • * • A • * • «k »A • A • a • *lA lA lA lA VO VO VO vOpH H rH r l H rH H H rH
C-H
8•*tNH
On -4* nj <\j rArH♦ ♦
oO cO CO D*
fA <\j*4 #H
LA O d aH rH rH rH
-if(\J onrH••Hw
CS<\l 4“KN<VI•» sdfA O «t «
tA on C* ruSO § 8 R fX K* A * * A A
% R fA % «OxfA
lA ^ lA NN 41 00 IAON On On Ch ON ONOn On On
OON ONA *o o
INCOON
» rA H OOntr> vo+ +M MQ USkS us* *
b s ICN H 3 ’A A MVfi <0
csVOOnlA
On VO H 00
rlI HIii n s s
+ +M M
INOn IAK\ ONLA (\J
* *H Hi iii n>% ►>
+MON
RAHIIi
VO VO
+ +H HOn CJlA On HLA K>* *rHIIIS
rHIII
rHD**-4*+X
KS»AcO*01IIt>>
c>»a
•*£ NS4 * GOIN O•4* O
VO VO VO+ + 4-X M K
K\ 1^ VOS 8 g4* 4* kSA * AH H fHI I III►»
II II ►» >>
VO lf\ 4* f\l R R
4 4 4 4 k 4 4« K 8S K O Q Q<\j oj f\i <\j 3* 4* 3*A AA 04§ *o
C\J
— I —
’G-50£G-
0#W
! y = -0,6269
x + 4.0882
! 0,9961
! 10lf,52
(1:10)
! 17;21
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KELARUTAN ASETAMINOFEN DI DALAM SISTEM.... KUNCORO FOE
900
‘ *0
0ao
o 60
0 TO
O 70
0
W
HHJfri
T g T T■*» 8 RSS s n s 2 * ,«> r « u>
I 9 \ N
T
H
t r r t r §88 2S"8 «
>VM
\k
cvjrH
5(X«/8w) UejOUpaUeSU W0tU'0t*il
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KELARUTAN ASETAMINOFEN DI DALAM SISTEM.... KUNCORO FOE
49ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KELARUTAN ASETAMINOFEN DI DALAM SISTEM.... KUNCORO FOE
oos
50
8 8 8 8 8 8 T«* /- t* S # ■> *§ 8 S S 8 a 9 8 __R_ »<*«>- u. «
(■pa/Sw) uojoupuu;*fi« u » ;n ao t#H
8888 8 8 8 8 T0«« ii w) 9 A Kgags s s ? a__a e„**. *
(Tu/9o) uejoopiraeDB UBjnjexoi
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KELARUTAN ASETAMINOFEN DI DALAM SISTEM.... KUNCORO FOE
51ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KELARUTAN ASETAMINOFEN DI DALAM SISTEM.... KUNCORO FOE
52
« ** oD ffl rl
23*4 • m
<IQD
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KELARUTAN ASETAMINOFEN DI DALAM SISTEM.... KUNCORO FOE
53
5*2« Hubungan antara logaritma kelarutan asetaminofen pada suhu kamar versus fraksl volume kosolven darl macam-macam perbandingan sistem kosolven pro- pilenglikol-gliserol-air.Darl hasil kelarutan asetaminofen pada suhu kamar (5*1) dibuat grafik hubungan antara log kelarutan asetaminofen pada suhu kamar versus fraksl volume kosolven.A* Sistem biner.
Macam-macam pelarut sistem blner yang dapat dibuat korelasinya antara log kelarutan asetaminofen pada suhu kamar versus fraksl volume kosolven masing-masing adalah sistem propllen- glikol-air dan gliserol-air." Sistem propilenglikol-air (PG-W).Kelarutan asetaminofen di dalam sistem propilenglikol-air pada suhu kamar sebagal be- rlkut : (lihat gambar 22, 2if)
ss=s===:=Sss:sss=ss=:=sssBsesssssssKa8t Sistem PG-W ! S asetaminofen (mg/ml) !
0#PG-1005tav t10#PG-90#W !
20#PG-80#W I
30^PG*70^W !50#PG-50#W !
16,7322,0827,16
33,0350,20
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KELARUTAN ASETAMINOFEN DI DALAM SISTEM.... KUNCORO FOE
54
Data untuk membuktikan adanya korelasi lini- er antara log kelarutan asetaminofen pada euhu kamar versus fraksi volume kosolven (f ) dalara sistem propilenglikol-air sebagai berikut : (lihat gambar 23, 25)
! x(fc) ! y(log S) ! (x-x)2 ! (y-y)2 ! (x-x)(y-y) !
I 0 1,2235 ! 484 ! 0,0487 ! 4,8554I 10 1,3440 ! 144 ! 0,0100 1 1,2024
! 20 1,4339 ! 4 ! 1 ,0609.10"1* ! 0,0206! 30 1,5189 ! 64 ! 5,5801.10“3 I 0,5976! 50 1,7007 ! 784 I 0,0658 ! 7,1820
1 x=22 t y=l,JM2 E=l<t80 ! £=0,1302 ! I =13,8580 !
r = koefisien korelasi = ■L3ii97QU..V1480.0,1302
= 0,9983Harga r tabel untuk d.f = n-2 (5-2*3) adalah 0,8783 pada oi = 0,05 eedang harga r ha- sil perhitungan adalah 0,9983; berarti ada korelasi linier antara log kelarutan asetaminofen pada suhu kamar versus fraksi volume propilenglikol dalam sistem propilengli- kol-air.Kekuatan eolubilisaei sistem PG-W W ) t e r -
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KELARUTAN ASETAMINOFEN DI DALAM SISTEM.... KUNCORO FOE
55
hadap zat terlarut merupakan harga slop (koefisien arah) persamaan garis yaitu :
- Sistem gliserol-air (G-W)>Kelarutan asetaminofen di dalam eistem gli- serol-air pada suhu kamar sebagai berikut : (lihat gambar 22, 26)
I Sistem G-W t S asetaminofen (mg/ml) !
Data untuk membuktikan adanya korelasi linier antara log kelarutan asetaminofen pada suhu kamar versus fraksi volume ko- solven (f ) dalam sistem gliserol-airv
sebagai berikut :(lihat gambar 23* 27)
:ass=ssssss&sBsasas
! 0#G-1003$W I! 10%<3-90%H !! 25#G-75#W I! 1+0%G-60^W !
! 50^G-50^W I
16,7317,8719.45 21,4322.45
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KELARUTAN ASETAMINOFEN DI DALAM SISTEM.... KUNCORO FOE
56
1 *< fc ) ! y(log s) t (x -x )2 t (y -y)2 1 (x -x )(y -y ) !
1 0 1 1.2235 1 625 1 i*,3296. 10“? t 1,6^50 !! 10 ! 1,2521 ! 225 ! 1 ,3838.10”? I 0,5580 t
I 25 ! 1,2889 J 0 t 1 ,6000.10“7 1 0 !
! It0 ! 1,3310 ! 225 ! 1,7389*10“? ! 0,6255 t! 50 ! 1,3512 ! 625 ! 3 .8316 .10"3 I 1,5475 1
! x=25 I y=l,2893 t £ =1700 t 2, =0 ,0 113 ! £=4,3760 !
r = koefisien korelasi = ■■ *ti 76Q — -^1700.0,0113
b 0,9984Harga r tabel untuk d.f = n-2 (5-2=3) adalah 0,8783 pada = 0,05 eedang harga r ha- sil perhitungan adalah 0,9984; berarti ada korelasi linier antara log kelarutan asetaminofen pada suhu kamar versus fraksi volume gliserol dalam sistem gliserol-air* Kekuatan solubllieasi eistem G-W (O') ter- hadap zat terlarut merupakan harga slop (koefisien arah) persamaan garis yaitu :
e 2,57ifl.l0~3
B* Sistem terner.Macam-macam pelarut sistem terner yang, dapat dibuat korelasinya antara log kelarutan ase-
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KELARUTAN ASETAMINOFEN DI DALAM SISTEM.... KUNCORO FOE
57
taminofen pada suhu kamar versus fraksl volume kosolven (ffi) dengan cara perhitungan yang sama seperti pada sistem biner dapat dilihat pada tabel IX♦
Tabel IX* Persamaan garis dan harga koefisien korelasi (r)dari hubungan antara log kelarutan asetaminofendi dalam sistem terner pada suhu 30 C versusfraksi volume kosolven (f )*c
Bi8iiBtiiiBaisesBfi8Ks8ssas(ssBecaBsB8saet>:s&Bs»«aoBeBiesssssaBSiBsss! Sistem temer t Persamaan garis I r hitung ! Gambar t
! PG-a-W (G=10$) ! y=9,8135.10"5x + 1,2800 I! PG-G-W (G=2590 ! J = 0,01H*x ♦ 1,3055 »1 PG-G-W (G=40#) ! y = 0,0126x + 1,3324 !t PG-G-W (a=50#) 1 y = 0,0130x + 1,3568 !! PG-G-W (PG*<10#)! y=2,8679.10“3X + 1,3606 tt PG-G-W (PG-20#)! y=3,71*12.10_3x + 1,4449 1l PG-G-w (PG=30 )! y=3»9453.l0"3x + 1,5236 1
! PG-G-W (PG=50g)l y=6,4882.10"3x + 1,7044 !
0,9935 » 24125 I0,9964 ! 24,25 !0,9986 ! 2V.25 !0,9966 t 24J25 !0,9720 ! 26J2? !0,9936 t 26;2? !0,9955 ! 26J27 !0,9977 ! 26;27 !
Harga r tabel untuk d.f a a-2 (5-2o3) adalah 0,8783 pada ot = 0,05; berarti semua harga r hitung lebih besar dari r tabel* Jadi dapat disimpulkan adanya korelasi linier antara log kelarutan asetaminofen di dalam sistem terner pada suhu kamar versus fraksivolume kosolven (f0).c
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KELARUTAN ASETAMINOFEN DI DALAM SISTEM.... KUNCORO FOE
58
►w
9*3uR rH
80)
•U
o-Sa;+jn i tin gK3 vH n3 g a u
• MS ft U>
(OoOf) Jwown nqns *p»d (tw /So ) u»jon-pw»^#B» tiD^njvf*))
f'j«M
9u
M I L I K .
rPUH-'W KAAtf.. * A
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KELARUTAN ASETAMINOFEN DI DALAM SISTEM.... KUNCORO FOE
59
z zH M « «U-H H (03 : aaas §£ •as
n 1 —«HU «M O OOJiQHHH5^5E22
4 •
SW « tt «lo u (0 ID IQ
® H f l H r l r luh itn iitgE*.88Kjj o, Hro £ *J * 4 o q« *> 4k<2+* P .
lf\njS
,o
►>Vi
9 tT| *8
p .
c §r l ?
uTl •_ H
ee ««10 <0 S3w w
I I13 o , j,
^ !1* ! 1rt 1 '**' i i* > H t> 1 1
** Q OO .'.0222 Hit «> V •3 a t] » o ieS.3|S;WO-H 3«UU
a£«mM *) I i
2 &i ij -M
I
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KELARUTAN ASETAMINOFEN DI DALAM SISTEM.... KUNCORO FOE
60
ViH8wa
H%
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KELARUTAN ASETAMINOFEN DI DALAM SISTEM.... KUNCORO FOE
61
5#3* Tabel kelarutan asetaminofen pada suhu kamar dl dalam macam-macam perbandingan sistem kosolven propilenglikol - gliserol - air*Dari hasil kelarutan asetaminofen pada suhu kamar (5*1 ) dibuat tabel kelarutan asetaminofen pada suhu kamar di dalam macam-macam perbandingan sistem kosolven propilenglikol-gliserol-air.
Tabel X. Kelarutan asetaminofen (ag/nti,) di dalam sistem kosolven PG-G-W pada suhu 30*2*
'~~'"~'~ PropilenglikolGliserol
0 10 20 30 50
0 16,73 22,08 27,16 33,03 50,20
10 17,87 25,37 31,21 36,71 58,0825 19,45 27,88 34,78 42,24 75,93¥> 21,43 29,21 39,25 48,88 93,0050 22,45 31,79 42,52 51,59 104,52
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KELARUTAN ASETAMINOFEN DI DALAM SISTEM.... KUNCORO FOE
BAB V PEMBAHASAN
Dilakukan penelitian tentang kelarutan asetaminofen di dalam sistem kosolven propilenglikol-gllserol-air da- lam berbagai macam komposiei. Pada penelitian digunakan asetaminofen (bersertifikat analisa PT Riasima Abadi) , propilenglikol dan gliserol (bersertifikat analisa Dow Chemical Pacific Ltd.) yang didapatkan dari PT Bemofarm Lab* Uji kuantitatif asetaminofen dilakukan dengan mem- bandingkan harga serapan asetaminofen sampel terhadap a- setaminofen baku (PT Kimia Farma) pada k = 24P nm.
Penentuan kelarutan yang digunakan adalah secara penaikan suhu (elevated temperature) menurut Mamdouh A. Moustafa, Abdulla M. Molokhia dan M. Wafik Gouda (5)* Pemilihan metode ini dldasarkan pada ketepatan hasil (akurasl) yang sama tetapi waktu yang dibutuhkan untuk mencapai suatu larutan jenuh lebih singkat dibandingkan dengan cara konvenslonal yang membutuhkan waktu sampai 48 jam. (22)
Batas waktu 4 Jam untuk pengambilan sampel pada penelitian ini ditetapkan berdasarkan hasil orlentasi, dimana pengambilan sampel setelah batae waktu tersebut tidak lagi menunjukkan peningkatan kelarutan berarti da- pat dlasumslkan bahwa sistem tersebut sudah jenuh* Sebagai contoh larutan asetaminofen dalam air pada pengambilan sampel 2 Jam memberikan serapan 0,485 » 4 jam
62
fu i L I K.- r .
I
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KELARUTAN ASETAMINOFEN DI DALAM SISTEM.... KUNCORO FOE
*3
memberikan serapan 0,Jf98 dan selanjutnya 6 jam, 8 jam dan 10 jam tetap memberikan serapan 0,if98. Akan tetapi pada setiap kali perlakuan, pengambilan sampel tetap dilakukan sampai 6 jam untuk lebih meyakinkan bahwa sistem yang terjadi sudah benar-benar jenuh.
Penentuan kelarutan asetaminofen dengan metode pe- naikan suhu dilakukan melalui empat tahap, yaitu : pern- buatan larutan jenuh, pemanasan pada bermacam-macaa suhu, pengambllan sampel dan anallsa kuantltatif.
Pengolahan datanya dihitung dengan metode leastsquares atau analisa regresi menurut persamaan Arrhenius:
i n et v — & H lar > 1 v S X " 5,363 R * T
Dari pembandingan harga r yang dlperoleh dari hasil per- hitungan terhadap harga r tabel dapat dlperoleh adanya korelasi linier antara logaritma kelarutan asetaminofen di dalam macam-macam perbandingan sistem kosolven versus suhu ( i ) sehingga kelarutan asetaminofen di dalam macam-macam perbandingan sistem kosolven pada suhu kamar (30°C) didapatkan sebagal hasil ekstrapolasi* *Femyata ha6il ekstrapolasi kelarutan asetaminofen di dalam air pada euhu 25°C (l*f,18 mg/ml) sesuai dengan kelarutan a- setaminofen di dalam air yang tertera pada Farmakope Indonesia Edisi Ketiga (kelarutan 1:70).
Dengan bertambahnya fraksi volume propilenglikol atau gliserol dalam sistem pelarut, maka kelarutan asetaminofen juga meningkat serta didapatkan korelasi 1 1 -
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KELARUTAN ASETAMINOFEN DI DALAM SISTEM.... KUNCORO FOE
nier antara log kelarutan asetaminofen di dalam macam- macam perbandingan sistem kosolven versus fraksi volume propilenglikol atau gliserol dalam sistem kosolven propilenglikol - gliserol - air. Ini sesuai dengan persamaan : log Sm a log Sw + O’. f dimana kekuatan eolubili- sasi propilenglikol atau gliserol didefinisikan sebagai(T yang merupakan harga 6lop dari log S vs f • Jadi bi-m cla fraksi volume kosolven meningkat, maka kelarutan suatu zat di dalam sistem tersebut akan meningkat pula. Me- nurut Hamza (18) pada keadaan jenuh yaitu larutan asetaminofen dalam air (konsentrasi 14 mg/ml) harga konstanta dielektrik menurun dari 78,5 menjadi 70 ,1 (lihat gambar 8). Harga konstanta dielektrik sistem propilenglikol - air dan gliserol - air menurun dengan menaiknya konsentrasi kosolven. Hal ini dapat diterangkan sebagai berl- kut : bertambahnya fraksi volume propilenglikol atau gliserol akan semakin mendekatkan polaritas sistem pelarut dengan polaritas obat. Harga konstanta dielektrik larutan Jenuh asetaminofen dalam air (konsentrasi 14 mg/ml) adalah 70,1 ; sedangkan air 81,0. Adanya perbedaan polaritas yang cukup besar antara zat terlarut (asetaminofen) dengan pelarut (air) menyebabkan asetaminofen agak sukar larut dalam air. Harga konstanta dielektrik sistem 20#PG- 80#W adalah 70,1 (lihat tabel II dan gambar 9) ; sedangkan sistem H0^G-80^W adalah 72,0 (lihat tabel II dan gambar 10) yang mempunyai polaritas dekat atau bahkan
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KELARUTAN ASETAMINOFEN DI DALAM SISTEM.... KUNCORO FOE
65
sama dengan polaritas asetaminofen sehingga kelarutan a- setamlnofen dengan penambahan kosolven akan mengalami peningkatan yang cukup besar. Kekuatan solubilisasi propilenglikol lebih besar daripada gliserol. Hal ini ter- lihat jelas pada persamaan garis log Sm vs denganmengamati harga slop persamaan garis tersebut, dimana untuk propilenglikol (9»3635«10~^) lebih besar daripada gliserol (2,57*fl«10“ ) (lihat gambar 23)• Hal ini dapat diterangkan sebagai berikut : harga konstanta dielektrik propilenglikol (32,0) lebih kecil daripada gliserol (42,5) sehingga kemampuan propilenglikol untuk menurunkan pola- ritae sistem pelarut lebih besar daripada gliserol (lihat tabel I). Dengan penambahan fraksi volume kosolven yang sama yaitu 20#, propilenglikol dapat menurunkan konstanta dielektrik air dari 81,0 menjadi 70 ,1 (lihat tabel II dan gambar 9) ; sedangkan gliserol hanya mampu menurunkan sampai 72,0 (lihat tabel II dan gambar 10). Jadi kemampuan propilenglikol untuk mendekatkan atau membuat polaritas sistem pelarut sama dengan polaritas zat terlarut lebih besar daripada gliserol (18)* Akan tetapi pada penelitian ini tidak dilakukan pengukuran harga konstanta dielektrik maeing-oasing, sistem pelarut karena keterbatasan alat.
Bila dilihat dari tabel kelarutan asetaminofen pada suhu kamar 30°C (lihat tabel .X), maka untuk mela- rutkan asetaminofen dengan dosis lazim 120 mg/5 ml atau
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KELARUTAN ASETAMINOFEN DI DALAM SISTEM.... KUNCORO FOE
24 mg/ml dapat digunakan slstem. kosolven propilenglikol - gliserol - air dengan konsentrasi propilenglikol antara 10 - 20# dan gliserol antara 10 - Z5% yang bila ditinjau dari viskosltasnya tldak terlalu kental dan rasanya ma-
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KELARUTAN ASETAMINOFEN DI DALAM SISTEM.... KUNCORO FOE
KESIMPULAN
Darl hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat dlambil keeimpulan sebagal berikut :1* Ada korelasl linier antara logaritma kelarutan aseta
minofen versus ^ di dalam macam-macam perbandingan sistem kosolven propilenglikol-gliserol-air*
2* Bertambahnya fraksi volume propilenglikol atau gliserol berbanding luru6 dengan logaritma kelarutan asetaminofen di dalam macam-macam perbandingan sistem kosolven propilenglikol-gliserol-air.
3. Kekuatan solubilisaei propilenglikol CpG a 9>3635*10"^ lebih besar daripada gliserol = 2»57 1 *10" .
BAB VI
67
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KELARUTAN ASETAMINOFEN DI DALAM SISTEM.... KUNCORO FOE
RINGKASAN
Dilakukan penelitian tentang kelarutan asetaminofen di dalam sistem kosolven propilenglikol - gliserol - air dalam berbagai macam komposisi dengan metode penaikan suhu (elevated temperature) menurut Mamdouh A. Mouetafa, Abdulla M. Molokhia dan M. Wafik Gouda, (5)
Dipilihnya sistem kosolven propilenglikol - gliserol - air untuk menghindari keberatan pemakaian alkohol dan untuk mendapatkan sedlaan asetaminofen eliksir non alko- holik.
Asetaminofen (kelarutan 1 : 70) berasal dari PT Ri- asima Abadi, propilenglikol berasal dari Dow Chemical Pacific Ltd., gliserol berasal dari Dow Chemical Pacific Ltd. yang kesemuanya memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia Edisi Ketiga.
/
Analisa kuantitatif untuk penetapan kadar guna aengetahui kelarutan asetaminofen dilakukan dengan apektrofotometer pada panjang gelombang maksimum 2lf6 nm.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa :- ada korelasi linier antara logaritma kelarutan aeeta- minofen versus ^ di dalam macam-macam perbandingan sistem kosolven propilenglikol - gliserol - air*
- bertambahnya fraksi volume propilenglikol atau gliserol berbanding lurus dengan logaritma kelarutan asetaminofen di dalam macam-macam perbandingan sistem kosolven propilenglikol - gliserol - air.
69
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KELARUTAN ASETAMINOFEN DI DALAM SISTEM.... KUNCORO FOE
70
- kekuatan solubilisasi propilenglikol (Tp s 9
lebih besar daripada gliserol CTQ = 2,57 1*10
3635.10"33
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KELARUTAN ASETAMINOFEN DI DALAM SISTEM.... KUNCORO FOE
DAFTAR PUSTAKA
1* Gan, Sulistia, dkk., 1980, Farroakologj dan Terapi. Edi- ei Kedua, Bagian Farmakologi Fakultae Kedokteran Uni- versitas Indonesia, Jakarta, pp. 166 - 168.
2. Martin E.W., 1966, Husa»s Pharmaceutical Dispensing,6^ edition, Mack Publishing Company, Easton, Pennsylvania, pp. 171 - 180, 709.
3* Yalkowsky S.H., et al, 1975, Solubility of Nonelectrolytes in Polar Solvents III : Alkyl p-Aminobenzoates in Polar and Mixed Solvents, J. Pharm. Sci.. 64, p. 4&.
if. Yalkowsky S.H., et al, 1981, Solubility and Solubilization of Nonelectrolytes and Solubilization of Drugs by Cosolvents, in Techniques of Solubilization of Drugs. Marcel Dekker, Inc., New York and Basel, pp. 1 - 14,91 - 134.
5* Moustafa M.A., et al, 1981, Phenobarbital Solubility in Propylene Glycol - Glycerol - Water . Systems ,J. Pharm. Sci*. 70, pp. 1172 - 1174.
6. Martin A.N., J. Swarbrick, A. Cammarata, 1969, Physicaln APharmacy, 2 edition, Lea and Febiger, Philadelphia,
pp. 24 - 23, 289 - 324, 444.7. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979, Farma-
kope Indonesia, Edisi Ketiga, Jakarta, pp. 32, 37, 271, 534, 827.
8. Swarbrick J., 1970, In Vitro Models of Drug Dissolution, Current Concepts in The Pharmaceutical Sciences :
7 1
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KELARUTAN ASETAMINOFEN DI DALAM SISTEM.... KUNCORO FOE
72
Biopharmaceutic. Chapter 6, Lea and Febiger, Philadelphia, pp. 268 - 270.
9* Paruta A.N., et al, 1964* Solubility of Salicylic Acid ae a Function of Dielectric Constant, J. Pharm. Sci.. 53* P. 1353*
10. Martin E.W. and E.F. Cook, 1961, Remington*e Practice^ Viof Pharmacy. 11 edition, Mack Publishing Company ,
Easton, Pennsylvania, pp. 175 - 182.11. Cooper and Gunn’s, 1972, Tutorial Pharmacy. 6th edi -
tion, Pitman Medical Publishing Company Limited, pp.8 - 12.
12. Gorman W.G* and G.D. Hall, 1964* Dielectric Constant Correlations with Solubility and Solubility Parameter* J. Pharm. Sci.. 53, pp. 101? - 1020.
13. The Council of The Pharmaceutical Society of Great Britain, 1982, Martindale The Extra Pharmacopoeia.
JtU28 edition, The Pharmaceutical Press., London, pp. 268 - 271.
1/f Stecher P.O., et al* 1976, The Merck Index. An Encyclopedia of Chemical and Drugs, 9 ^ edition, Merck and Co., New York, pp. 36 - 62.
15* Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia, 1984* Informasi Speslalite Obat Indonesia. Edisi Farmakoterapi, Volume if, P.T• Anem Kosong Anem, Jakarta, pp. 144 - 155*
16. Department of Health and Social Security, Ministry of Health and Social Services for Northern Ireland, 1980,
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KELARUTAN ASETAMINOFEN DI DALAM SISTEM.... KUNCORO FOE
73
British Pharmacopoeia* Volume I, Published on the recommendation of the Medicines Commission, London, pp. 212, 375.
17, Spiegel A.J. and M.M. Noseworthy, 1963, Use of Non- aqueous Solvents in Parenteral Products, J, Pharm. £3ci«* 52, pp. 923 - 926.
18. Hamza Y,E. and A.Ni Paruta, 1985, Solubilization of Paracetamol using Non-ionic Surfactants and Co-solu- bilizere, Drug Development and Industrial Pharmacy.11, Marcel Dekker, Inc., pp. 187 - 206.
19* United States pharmacopeial Convention Inc., The Pharmacopeia of the United States of America. 21st revision, 12601 Twinbrook Parkway, Rockville, Md 20852,pp. U, 1 2 .
20. Paruta A*N. and J.W. Mauger, 1971# Solubility of Sodium Salicylate in Mixed Solvent Systems, J. Pharm. £ci*, 60, pp. 433 - 434.
21. Mattok G.L., 1971, Acetaminophen III : Dissolution Studies of Commercial Tablets of Acetaminophen and Comparison with In Vivo Absorption Parameters,J. Pharm. Sci.. 60, p. 561.
22. Restaino F.A. and A.N. Martin, 1964, Solubility of Benzoic Acid and Related Compounds in a Series of n-Alkanols, J. Pharm. Sci.. 53, p. 637.
23. Mills F.C., 1955, Statistical Methods, 3rd edition , Holt, Rinehart and Winston, New York, p. 305*
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KELARUTAN ASETAMINOFEN DI DALAM SISTEM.... KUNCORO FOE