kelola sendang - kemitraan lanskapkemitraanlanskap.id/wp-content/uploads/2019/11/kelola... · 2019....
TRANSCRIPT
-
Alamat: Jalan Sumatera No. 05Sumatera, Indonesia 55596
+62 7777 [email protected]
KELOLA SENDANGKemitraan Pengelolaan Lanskap
Sembilang-Dangku
“Mengumpulkan yang terserak, bergerak bersama melestarikan yang tersisa.”
Fasilitasi oleh:
-
KELOLA SENDANG
LANSKAP zamrud katulistiwa adalah gambaran romantik yang kerap melintas ketika membayangkan hutan Sumatera. Rimba belantara, lapisan humus tebal, suara satwa bersahutan, seolah selaras dengan dongeng yang dituturkan kepada kita semasa sekolah dasar. Barangkali tak pernah terbayangkan bahwa dari udara, ‘emas hijau’ itu bukan lagi permadani tanpa lubang. Bahwa di balik tajuk-tajuk tutupan hutan, ada manusia yang perlu mencukupi kebutuhannya. Apakah hutan dan manusia bisa hidup berdampingan menciptakan harmoni?
Tahun 2015, Sumatera Selatan menjadi provinsi dengan titik api terbanyak di Indonesia. Dari 374 titik kebakaran hutan, 206 atau sekira 55% terdapat di kawasan Banyuasin dan Musi Banyuasin. Di sisi lain, prosentase penduduk miskin di kedua kabupaten tersebut terbilang tinggi. Luasnya konsesi hutan dan kebun yang diberikan kepada perusahaan swasta seolah tak mampu mengungkit masyarakat dari jurang kemiskinan. Kondisi ini memunculkan gagasan untuk menggunakan paradigma berbeda dalam memandang lanskap. Di akhir tahun 2016, gagasan ini menubuh dalam inisiatif bertajuk KELOLA Sendang (Kemitraan Pengelolaan Lanskap Sembilang Dangku).
Lanskap Sembilang-Dangku merujuk pada dua kawasan konservasi di Kabupaten Banyuasin dan Musi Banyuasin: Taman Nasional Sembilang (bagian dari TN Berbak-Sembilang) dan Suaka Margasatwa Dangku. Di antaranya, membentang kawasan hutan dengan beragam keterwakilan ekosistem. Bermacam kepentingan pun berkelindan dan saling menagih janji. Akankah habitat satwa tetap terjaga dan tidak terbelah-belah? Apakah produktivitas perusahaan-perusahaan dapat tetap dipertahankan? Dan apakah sumber penghidupan masyarakat yang hidup di kawasan ini masih tersedia hingga anak-cucu nanti?
KELOLA Sendang menjadi inisiatif yang mencoba memandang berbagai lapis kepentingan yang melekat pada lanskap secara setara. Untuk mencapainya, beragam aktor dari sektor publik, privat, dan masyarakat, perlu duduk bersama. Forum-forum yang meniadakan sekat kepentingan dibentuk dan digiatkan. Cita-cita yang tercerai-berai digodok menjadi asa bersama. Barangkali terdengar utopis. Tetapi bukan tidak mungkin terwujud, jika semua pihak bersedia memegang komitmennya. Dan jika kelak ia terwujud, kita akan menyaksikan. Bahwa kepentingan konservasi, sejatinya, bisa berdamai dengan tuntutan produktivitas dan kebutuhan hidup mendasar.
ribu jiwapenduduk
Lanskap Sembilang-Dangku meliputi:
Kabupaten2Kecamatan19
Desa223
KawasanKonservasi3
• TN Sembilang • SM Dangku• SM Bentayan
Tipe Ekosistem• Hutan tropis
dataran rendah• Gambut• Bakau
juta Ha1,6
(17,5% total luas Provinsi Sumatera Selatan)
area kelola
816
SELAMA berabad-abad, komunitas tradisional berhasil mengelola sumber daya untuk memenuhi kebutuhan mendasar secara adil dan berkelanjutan. Peradaban modern kemudian mengubah pola-pola ini. Ironisnya, tidak ke arah lebih baik.
Munculnya ragam kepentingan mengecilkan nilai alam menjadi semata-mata objek eksploitasi. Di sisi lain, kebutuhan konsumsi terus meningkat seiring meledaknya populasi manusia. Desakan isu lingkungan dunia kemudian melahirkan perspektif baru terhadap lanskap, yang lebih menyeluruh dan mempertimbangkan aspirasi berbagai pihak.
Dalam koridor itulah, KELOLA Sendang bekerja. Berlandaskan basis data dan pengetahuan yang baik, KELOLA Sendang percaya bahwa beragam pihak bisa mengelola kebutuhannya, tanpa mengesampingkan kepentingan konservasi.
Inisiatif KELOLA Sendang dirumuskan oleh Konsorsium yang dikoordinir oleh ZSL Indonesia bekerjasama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI dan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan. Sebagai dokumen perencanaan kemitraan, PSU/PIU (Project Supervisory Unit/Project Implementing Unit) sebagai representasi Pemerintah Sumsel menyusun Masterplan KELOLA Sendang. Di dalam dokumen ini, untuk 5 tahun pertama, inisiatif dikerucutkan ke dalam tiga area model. Pengerucutan fokus ke area-area model diharapkan akan mempercepat terjadinya perubahan. Forum yang mewadahi seluruh pemangku kepentingan lokal digiatkan. Dialog dihidupkan, untuk menyusun rencana bersama atas lanskap. Diharapkan, pembelajaran atas ketiga area model dengan karakter berbeda ini menjadi patron untuk mengelola lanskap secara berkelanjutan di area lain.
Menjadi Mitra, Memandang Lanskap Bersama
Institusi
Manajemen Basis Data & Pengetahuan
Kons
erva
si
Prod
uksi
Peng
hidu
pan
Kawasan Hutan Dangku-Meranti
Kawasan Hidrologis Gambut S. Merang-Ngirawan
Kawasan Penyangga Tn Sembilang
Area Model 3
• Menggunakan pendekatan batas kawasan KPH Meranti dan SM Dangku.
• Secara administratif meliputi 7 kecamatan di Kabupaten Musi Banyuasin, yaitu: Kecamatan Babat Supat, Babat Toman, Batanghari Leko, Bayung Lencir, Lais, Sanga Desa dan Tungkal Jaya.
• Menggunakan pendekatan batas kawasan hidrologis gambut Sungai Merang-Sungai Ngirawan
• Secara administratif berada di Kecamatan Bayung Lencir, Kabupaten Musi Banyuasin & Kecamatan Banyuasin II, Kabupaten Banyuasin.
• Menggunakan pendekatan kawasan masyarakat yang mengelilingi kawasan konservasi
• Secara administratif terdiri dari Kecamatan Banyuasin II & Kecamatan Karang Agung Ilir
Area Model 1 Area Model 2
1 KELOLA SENDANG 2
-
KabupatenMusi Rawas
KabupatenMusi Banyuasin
KabupatenBanyuasin
Sekayu
1AreaModel2AreaModel
3AreaModel
1AreaModel 2AreaModel 3AreaModel
ISU STRATEGIS TEMA KOLABORASI1 2 3 4 5
Pelestariankeanekaragaman
hayati danperbaikan
tutupan lahan
Penguatan aksesmasyarakat
terhadap sumberdaya lahan
Perkebunandan hutan tanaman
berkelanjutan
Pengembanganagrobisnis
dan agroindustridi pedesaan
Pengembangankehidupan sosial
dan budayamasyarakat
Degradasi ekosistemhutan & rawa
Pembalakan liar Tingkat kemiskinantinggi
Konflik pemanfaatanlahan
Pendidikan rendah Pemenuhan kebutuhaninfrastruktur dasar
Konflik antara manusia & satwa
Akses sumberdayalahan masyarakat
Ancaman kebakaran hutandan lahan gambut
Pertambangan tanpa izin
Program Prioritas Program Prioritas Program Prioritas
Peningkatan Kualitas dan Pembangunan Sarana Prasarana Dasar
3.1Penguatan Legalitas Lahan Masyarakat Gambut
2.1Perbaikan Aspek Kependudukan dan Pendidikan Masyarakat Desa Hutan
1.1
Pengurusan Akses Lahan Legal Masyarakat Desa Hutan
1.2
Penguatan Penghidupan Masyarakat Desa Hutan
1.3
Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Sungai secara Partisipatif
1.4
1.4
2.4 2.5
2.2
2.1
2.3
2.3
3.2
3.3
3.1
3.1
3.63.4
3.53.7
3.7
3.7
3.8
1.4
1.1
1.3
1.3
1.2
1.2
Pengembangan Ekonomi Masyarakat Gambut
2.2
Perbaikan Aspek Kependudukan
2.3
Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan, Pencemaran dan Kerusakan Sungai pada Ekosistem Gambut
2.4
Restorasi Gambut2.5
Peningkatan Produksi Pertanian dan Perikanan Berkelanjutan
3.2
Peningkatan Pemasaran Pertanian dan Perikanan
3.3
Perbaikan Aspek Kependudukan dan Sosial Masyarakat
3.4
Pengembangan Edu-Ekowisata dan Pendukungnya
3.5
Penguatan Kelembagaan3.6
Konservasi Sumber Daya Alam dan Rehabilitasi Ekosistem
3.7
Resolusi Konflik3.8
2.4
3 KELOLA SENDANG 4
-
Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca
Area Model 1Restorasi kawasan
Suaka Margasatwa Dangku
Area Model 2• Restorasi gambut
• Peningkatan sinergipencegahan dan
penanggulangan kebakaranhutan dan lahan
tingkat desa
Area Model 3Rehabilitasi mangrove
PelestarianKeanekaragaman
Hayati
Area Model 1• Pemberdayaan
masyarakat dalamrehabilitasi hutan dan lahan
• Monitoring sempadansungai partisipatif
Area Model 2Rehabilitasi
sempadan sungaipartisipatif
Area Model 3Pengembangan
kemitraan konservasi
Pertumbuhan ekonomi, tenaga kerja produktif, infrastruktur ekonomi
Area Model 1• Pemetaan batas desa
• Pemetaan tataguna lahan
Area Model 2Pemetaan batas desa
Area Model 3• Pengembangan
sistem pemenuhan air bersih
• Pengelolaan sampah terpadu
Kemiskinan dan Ketimpangan
Pendapatan
Area Model 2Pemanfaatan potensi rawa gambut untuk
pemenuhan kebutuhanmasyarakat
Area Model 3• Pengembangan sistem pertanian berkelanjutan
• Pengembanganedu-ekowisata Muara Musi
Area Model 1• Pengembangan usaha
berbasis Hasil Hutan Bukan Kayu
• Pengembangan pola agroforestry & integrated
farming• Penguatan akses pasar
Kesetaraan gender
Area Model 2Pengembangan produk olahan
gambut oleh kelompok perempuan
Area Model 3Pengembangan produkolahan hasil laut oleh kelompok perempuan
Kapabilitas manusia
Area Model 1Inovasi penyediaan fasilitas pendidikan
Area Model 3Pendirian sanggar baca
Perlindungan Sosial
Area Model 1
Area Model 2Perbaikan data administrasi
kependudukan
• Pendampingan pembuatan KK & KTP
• Pengurusan legalitas lahan kelola melalui skema
Perhutanan Sosial
Sasaran Program dan Rencana Aksi di Area Model
Perahu menjadi moda transportasi utama yang mewarnai keseharian masyarakat kawasan Sembilang Dangku, bagian dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Musi.
Pelibatan masyarakat lokal dalam proses perencanaan lanskap adalah salah satu proses yang coba diarusutamakan dalam perjalanan KELOLA Sendang.
5 KELOLA SENDANG 6
-
©2019
KELOLA Sendang, “Kemitraan Pengelolaan Lanskap Sembilang-Dangku”, merupakan gagasan inovasi pembangunan berkelanjutan di Sumatera Selatan. Inisiatornya adalah konsorsium
yang beranggotakan Zoological Society of London, Stichting Nederlandse Vrijwilligers (SNV), Forest for People Program (FPP), Daemeter, dan Deltares. Program rintisan ini diresmikan sejak 26 Mei 2016, bersamaan dengan penandatanganan Perjanjian Kerjasama antara Konsorsium
Pelaksana Proyek KELOLA Sendang dengan Gubernur Sumatera Selatan. Sebagai tindak lanjut, dibentuk Tim Project Supervisory Unit dan Project Implementation Unit Pengelolaan Lanskap Berkelanjutan Sembilang – Dangku, yang dikukuhkan dengan SK Gubernur Sumatera Selatan
332/KPTS/BAPPEDA/217, pada 28 April 2017.