kelompok 1
TRANSCRIPT
LAPORAN DISKUSI KELOMPOK
BLOK 7 : PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN SEL
MODUL 1 : RADANG DAN PENYEMBUHAN
Disusun oleh : Kelompok I
M . Azhadi Ramadhani (0808015018)
M . Farlyzhar Yusuf (0808015016)
Harry Hamyasa (0808015017)
Wahyuni Balisa (0808015048)
Ghea Ananta (0808015038)
Gina Maga Riana (0808015021)
Rina Zubaidah (0808015020)
Sari Hestiyarini (0808015043)
Surya Azhari (0808015052)
Tutor : dr. Nurul Hasanah , M.Kes
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN UMUMFAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MULAWARMANSAMARINDA
2009/2010
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nyalah
makalah Radang dan Penyembuhan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini disusun
dari berbagai sumber ilmiah sebagai hasil dari diskusi kelompok kecil (DKK) kami. Makalah ini secara
menyeluruh membahas mengenai memori manusia beserta mekanismenya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
terselesaikannya makalah ini, antara lain :
1. dr. Nurul Hasanah, M. Kes selaku tutor kelompok I yang telah membimbing kami dalam
melaksanakan diskusi kelompok kecil (DKK) dalam martikulasi skenario modul 1.
2. Teman-teman kelompok I yang telah mencurahkan pikiran dan tenaganya sehingga
diskusi kelompok kecil (DKK) 1 dan 2 dapat berjalan dengan baik dan dapat menyelesaikan
makalah hasil diskusi kelompok kecil (DKK) kelompok I.
3. Teman-teman mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman angkatan 2008
dan pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Akhirnya, tiada gading yang tak retak, tentunya makalah ini sangat jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, saran serta kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi tercapainya
kesempurnaan dari isi makalah hasil diskusi kelompok kecil (DKK) ini.
Samarinda, 4 September 2009
Kelompok 1
DAFTAR ISI
Halaman judul
Kata pengantar
Daftar isi
I. Pendahuluan
Latar belakang…………………………………………………….....................1
Manfaat………………………………………………………………...............1
II. Isi
Step 1 …………………………………………………………………………..2
Step 2……………………………………………….…………………………..3
Step 3……………………………………………….….…………………….....3
Step 4……………………………………….………………….…………….....5
Step 5…………………………………….………………….……………....….5
Step 6…………………………………………….………….……………….....5
Step 7…………………………………..…………………………………….....6
III. Penutup
Kesimpulan…………………………………………………………………….18
Daftar pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Manusia merupakan makhluk hidup multi seluler,yaitu makhluk hidup yang terdiri dari
banyak sel untuk menyusun tubuhnya , sehingga manusia dapat bertahan
hidup,bernapas,bergerak,bereproduksi,dan menyembuhkan lukanya . sel merupkan bagian yang
menyusun suatu organ tiap makhluk hidup , dan terdiri atas berbagai komponen.
Pada makalah ini, kami akan secara khusus membahas tentang bagaimana sel tubuh
manusia melakukan perbaikan dan bagaimana respon sel terhadap peradangan, dengan skenario
tentang radang dan penyembuhannya. Dari skenario tersebut, kita dapat mempelajari jenis-jenis
inflamasi dan mekanismenya,tanda-tanda peradangan dan proses perbaikannya.
B. Manfaat modul
Adapun manfaat modul ini ialah diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan tentang definisi
Inflamasi , jenis-jenis dari inflamasi dari akut maupun kronis,serta bagaimana sel tubuh melakukan
perbaikan untuk melakukan penyembuhan. Dengan demikian, setelah kita mampelajari tentang
radang dan penyembuhannya, diharapkan kita mampu sebagai seorang dokter untuk bisa
mendiagnosis keluhan-keluhan pasien sesuai dengan skenario ini tentang radang dan
penyembuhannya.
BABII
ISI
Skenario
Adikku Sakit Amandel
Adikku, Salsa (10 tahun) tiba – tiba mengeluh nyeri sekali dikerongkongannya sehingga tidak
bisa makan dan minum pun terasa susah. Keluhan ini baru dirasakan 1 hari disertai panas badan
yang tinggi (40o C) dan badan terlihat lemah. Satu hari sebelumnya Salsa mengalami batuk pilek. Ibu
sudah mencoba memberi obat penurun panas tetapi keluhan tidak berkurang. Kemudian Salsa
diperiksa ke dkter Anak, dan dilakukan pemeriksaan kerongkongan, ternyata amandelnya bengkak
dan merah. Dokter memberi resep antibiotik dan anti radang dengan harapan terjadi resolusi dari
amandel Salsa
Step 1
1. Amandel : Tonsil; Sistem pertahanan tubuh yang ada di kerongkongan
2. Antibiotik : Obat yang diberikan untuk membunuh bakteri (membantu sistem imun
tubuh)
3. Radang : Suatu reaksi pertahanan tubuh dari zat asing dan jejas ditandai dengan
kalor(panas), dolor(nyeri), ruber(kemerahan), tumor(bengkak) dan functio leasa(kehilangan
fungsi)
4. Resolusi : Pemulihan
5. Bengkak : Suatu tanda peradangan yang ditandai dengan membesar suatu jaringan
6. Nyeri : Suatu tanda peradangan dimana penderita merasakan sakit
7. Batuk : Suatu sistem pertahanan pada sistem pernafasan bawah
8. Pilek : Sistem pertahanan pada pernafasan atas
Step 2
1. Apa penyebab nyeri pada kerongkongan Salsa?
2. Apakah disetiap peradangan disertai panas?
3. Apa penyebab bengkak dan merah?
4. Kenapa keluhan ini diikuti suhu tubuh meningkat dan lemah? Apa hubungan dari panas
meningkat, batuk, pilek dan lain – lain?
5. Bagaimana pengaruh pemberian obat antibiotik dan antiradang terhadap resolusi amandel
Salsa?
6. Mengapa setelah diberi obat penurun atas tetapi suhu tubh salsa tetap belum menurun?
Step 3
1. Salah satu tanda – tanda peradangan adalah nyeri (dolor). Mekanisme terjadi nyeri adalah
dilepaskannnya mediator kimia peradangan yang dapat memicu terjadinya nyeri seperti
prostaglandin dan bradikinin. Edema yang terjadi karena peningkatan tekanan hidrostatik
dan penurunan tekanan osmotik pada daerah yang mengalami inflamasi juga dapat
menyebabkan nyeri karena penekanan reseptor nyeri yaitu ujung saraf bebas (free nerve
ending) oleh jaringan yang mengalami edema.
2. Panas disebabkan oleh terakumulasinya darah pada daerah yang meradang. Hal ini
disebabkan oleh vasodilatasi pembuluh daerah pada daerah yang mengalami inflamasi.
3. Bengkak (tumor) disebabkan peningkatan tekanan hidrostatik darah dan penurunan tekanan
osmotik koloid plasma. Hal ini menyebabkan banyak cairan yang masuk ke jaringan ekstra
vaskular, sehingga menyebabkan sel-sel pada jaringan interstitial gemuk berisi air.
Sedangkan merah (ruber) dikarenakan vasodilatasi pembuluh darah. Darah yang
terakumulasi pada daerah yang meradang mengakibatkan warna daerah tersebut menjadi
kemerahan karena banyak hemoglobin yang berkumpul pada daerah tersebut.
4. Mekanisme Hubungan Antara Sistem Pertahanan Awal (Batu dan Pilek) Terhadap Pembengkakan Tonsil (reaksi peradangan)
Bakteri Masuk
Bakteri dibawa Monosit ke Tonsil
Sistem Pertahanan Awal (Batuk dan Pilek)
Terjadi Infeksi Bakteri
Tonsil Bengkak
Memungkinkan ↑ Sekret dan Mukus
5. Karena pada obat penurun panas sasarannya adalah untuk meningkatkan prostaglandin
tetapi tidak menyebabkan bakteri penyebab radangnya berkurang atau bahkan hilang. Hal
ini menyebabkan penyebab peradangan tidak teratasi dan hanya mengatasi akibat dari
peradangan tersebut.
6. Obat anti radang berfungsi untuk proses resolusi dan antibiotik untuk menghancurkan
bakteri penyebab inflamasi.
Step 4
Bakteri Patogen Masuk
Pertahanan Pertama Tubuh
Inflamasi Akut
Resolusi
Scarring
Inflamasi Kronik
Step 5
1. Mempelajari Jenis dan Mekanisme Inflamasi.
2. Mempelajari Tanda – Tanda Inflamasi.
3. Mempelajari Proses Resolusi (Penyembuhan) dari Jaringan yang Mengalami Peradangan.
Step 6
Belajar mandiri
RADANG DAN PERBAIKAN
Radang adalah reaksi dari suatu jaringan hidup yang mempunyai vaskularisasi terhadap trauma
(injury) lokal. Reaksi ini dapat disebabkan oleh infeksi mikrobial, zat fisik, zat kimia, jaringan nekrotik,
dan reaksi imunologik. Peran proses radang adalah untuk membawa dan mengisolasi trauma,
memusnahkan mikroorganisme penginfeksi dan menginaktifkan toksin, serta untuk mencapai
penyembuhan dan perbaikan. Namun, radang dan perbaikan berpotensi merugikan, menyebabkan
reaksi hipersensitif yang mengancam jiwa, kerusakan organ progresif dan jaringan parut.
RADANG AKUT
1. Tanda Klasik
a. Panas (kalor)
b. Kemerahan (rubor)
c. Edema (tumor)
d. Nyeri (dolor)
e. Penurunan fungsi (functio laesa)
2. Perubahan Utama Dalam Proses Radang
a. Perubahan Diameter dan Arus Vaskuler
Awalnya terjadi vasokonstriksi arteriol yang sementara.
Lalu terjadi vasodilatasi sehingga arus bertambah. Ini menyebabkan panas
(kalor) dan warna kemerahan (rubor).
Perlambatan sirkulasi karena peningkatan permeabilitas vaskuler menyebabkan
stasis. Peningkatan permeabilitas inilah yang menyebakan edema (tumor).
Adanya perlambatan menyebabkan terjadinya marginasi leukosit, yang
merupakan awal dari peristiwa seluler.
b. Peningkatan Permeabilitas Vaskuler
Pertukaran cairan yang normal tergantung pada Hukum Starling dan adanya
endotel utuh. Hukum Starling menyatakan bahwa keseimbangan cairan yang
normal diatur terutama oleh dua gaya yang berlawanan : tekanan hidrostatik
yang menyebabkan cairan keluar dari sirkulasi, dan tekanan osmotik koloid
plasma yang menyebabkan cairan bergerak ke dalam kapiler.
Pada radang, terdapat kenaikan tekanan hidrostatik yang disebabkan oleh
vasodilatasi dan penurunan tekanan osmotik yang disebabkan bocornya cairan
berkadar protein tinggi keluar endotel yang hiperpermeabel, menghasilkan
pengeluaran cairan dalam jumlah yang banyak dan edema.
Ada lima kemungkinan mekanisme meningkatnya permeabilitas endotel :
a) Kontraksi sel endotel yang mengakibatkan pelebaran taut (junction)
interseluler atau jarak antar sel. Sering terjadi karena adanya mediator kimia
(seperti histamin), terjadi segera setelah injeksi mediator tersebut. Berlangsung
cepat (respon sementara-segera) dan hanya melibatkan venula berdiameter 20
µM sampai 60 µM tanpa mengenai kapiler dan arteriol.
b) Retraksi endotelial karena reorganisasi sitoskeleton dan tautan yang juga
memperlebar taut interendotelial. Efek ini agak terlambat terjadi, dapat
berlangsung lama, dan diinduksi oleh mediator sitokin, seperti interleukin-1
(IL-1) dan tumor necrosis factor (TNF).
c) Trauma endotelial langsung yang diakibatkan nekrosis dan terlepasnya sel
endotel. Peristiwa ini disebabkan oleh proses nekrosis yang parah dan
mengenai venula, kapiler, serta arteriol. Kerusakan yang biasanya terjadi
segera dan bertahan untuk waktu yang lama.
d) Trauma endotelial diperantarai-leukosit yang terjadi akibat agregasi, adhesi
dan emigrasi leukosit melintasi endotel. Leukosit-leukosit ini melepaskan
sejenis oksigen toksik dan enzim proteolitik, yang menyebabkan trauma
endotelial atau robeknya endotel, sehingga meningkatkan permeabilitas.
e) Kebocoran dari kapiler yang sedang beregenerasi, yaitu selama penyembuhan
luka ketika kapiler yang baru terbentuk bocor.
3. Peristiwa Seluler
a. Ekstravasasi dan Fagositosis Leukosit
Salah satu fungsi penting proses radang adalah pengiriman leukosit ke tempat
terjadinya trauma. Urutan kejadian dalam ekstravasasi meliputi :
Di dalam lumen pembuluh darah : marginasi, perputaran (rolling), dan
penempelan (adhesi).
Transmigrasi melintasi endotelium (diapedesis)
Migrasi ke jaringan interstisial ke arah rangsang kemotaktik.
Adhesi dan Transmigrasi
Peristiwa-peristiwa ini sebagian besar terjadi karena interaksi adhesi komplementer
molekul pada leukosit dengan molekul di endotelium. Mediator kimia yang
dihasilkan selama proses radang mengatur adhesi ini. Pasangan adhesi ligan-reseptor
yang utama meliputi selektin (E, P dan L) serta imunoglobulin.
Mediator kimia menstimulasi adhesi dengan tiga mekanisme :
a) Redistribusi molekul adhesi yang sudah terbentuk ke permukaan sel.
b) Induksi molekul adhesi di endotelium.
c) Meningkatnya aviditas (keinginan) untuk berikatan.
4. Mediator Kimia
Peristiwa vaskuler dan sel darah putih yang dijelaskan di atas berlangsung karena
sejumlah mediator kimia, yang berasal baik dari plasma atau dari sel. Sebagian besar
mulai melakukan aktivitas biologisnya dengan pengikatan reseptor spesifik di sel target,
meskipun beberapa di antaranya mempunyai aktivitas enzimatik langsung (misalnya
protease) dan yang lainnya memerantarai terjadinya kerusakan oksidatif (misalnya
metabolit oksigen). Sebuah mediator dapat menstimulasi penglepasan mediator lain dari
sel target itu sendiri, sehingga tercipta suatu mekanisme amplifikasi, atau pada contoh
tertentu menghambat kerja mediator awal tersebut. Begitu teraktivasi dan dilepaskan,
sebagian besar mediator tidak berusia lama, langsung meluruh atau diinaktifkan oleh
enzim atau dihambat oleh inhibitor. Jadi, ada suatu sistem pengawasan dan
keseimbangan dalam pengaturan kerja mediator, karena sebagian besar mediator juga
mempunyai pengaruh yang potensial merugikan.
Ringkasan Mediator Akibat Radang Akut
Mediator Sumber
Aksi
Kebocoran
VaskulerKemotaksis Lain-lain
Histamin dan
serotoninSel mast, trombosit + -
Bradikinin Substrat plasma + - Nyeri
C3a
Protein plasma
melalui hati;
makrofag
+ -Fragmen opsonik
(C3b)
C5a + +Adhesi, aktivitas
leukosit
ProstaglandinSel mast, dari
fosfolipid membran
Mediator
potensial
lainnya
-Vasodilatasi, demam,
nyeri
Leukotrien B4 Leukosit - +Adhesi, aktivitas
leukosit
Leukotrien C4,
D4, E4 Leukosit, sel mast + -
Bronkokontriksi,
vasokonstriksi
Metabolit
oksigenLeukosit + ±
Kerusakan endotelial,
kerusakan jaringan
PAF Leukosit, sel mast + +
Bronkokonstriksi
Memancing leukosit
IL-1 dan TNF Makrofag; lainnya - +
Reaksi fase akut
Aktifasi endotelial
IL-8
Makrofag
Endotelium- + Aktifasi leukosit
Nitrat oksida
Makrofag
Endotelium
Vasodilatasi
sitotoksisitas
5. Akibat Radang Akut
Radang akut dapat mengakibatkan :
a. Resolusi lengkap, dengan regenerasi sel asli dan pemulihan daerah yang
mengalami radang akut menjadi normal kembali.
b. Penyembuhan dengan penggantian oleh jaringan ikat dan pembentukan jaringan
parut, yang terjadi setelah kerusakan jaringan yang parah, yaitu pada jaringan
yang mengalami radang tanpa regenerasi jaringan atau bila terjadi eksudasi fibrin
yang berlebihan.
c. Pembentukan abses.
d. Berlanjut menjadi radang kronik.
KEMOTAKSIS DAN AKTIVASI LEUKOSIT
Leukosit yang sudah menempel beremigrasi melalui teutan interseluler, melintasi membrane
basal, dan bergerak ke arah lokasi trauma sesuai dengan gradien zat kemotaktik. Neutrofil
beremigrasi lebih dulu, kemudian diikuti oleh monosit. Zat kemotaktik untuk neutrofil meliputi
produk bacterial, fragmen komplemen, meabolit asam arkidonat, dan sitokin tertentu.
Kemotaksis meliputi pengikatan zat kemotaktik kepada reseptor-reseptor di leukosit, aktivasi
fosfolipase C, peningkatan kalsium intrasel, aktivasi protein kinase C, pfosforilasi protein yang
akhirnya mengaktifkan protein kontraktil sel. Gerak maju ini dikontrol oleh pengaruh ion kalsium dan
fosfoinositol pada protein regulator aktin seperti gelsolin dan filamin.
Zat kemotaktik juga menyababkan aktivasi leukosit, yang ditandai oleh :
Produksi metabolit asam arakidonat
Degranulasi dan sekresi enzim
Aktivasi hasil pembakaran oksidatif
Modulasi molekul adhesi leukosit
FAGOSITOSIS
Terdiri dari :
Perlekatan partikel teropsonisasi pada reseptor Fc dan C3b di permukaan leukosit
Penyelubungan oleh pseudopoda yang mengelilingi partikel yang difagositosis membentuk suatu
fagosom
Penyatuan granula lisosomal dengan fagosom, yang mengakibatkan degranulasi
Pemusnahan dan degradasi bakteri
Ada 2 jenis mekanisme bakterisidal :
1. Mekanisme tergantung oksigen. Mekanisme ini dipicu oleh aktivasi NADPH oksidase dengan
proses reduksi O2 menjadi superoksida dan membentuk H2O2. Mieloperoksidase dari granula
spesifik kemudian mengkonversi H2O2, bila terdapat Cl-, menjadi senyawa HOCl yang sangat
bakterisidal
2. Mekanisme yang tidak tergantung oksigen, termasuk BPIP, lisozim, laktoferin, protein dasar
utama eosinofil, dan defisin kaya-arginin. Organisme yang meti kemudian dihancurkan oleh
enzim hidrolase dan enzim lain dalam lisosom.
Selama fagositosis, leukosit melepaskan :
o Enzim lisosomal, dengan cara regurgitasi selama feeding, endositosis kebalikan, dan pelepasan
sitotoksik
o Metabolit aktif yang berasal dari oksigen
o Hasil dari metabolisme asam arakidonat
Manifestasi lokal radang akut dan kronik aktif telah lama dikenal sebagai tanda-tanda
kardinal (utama) radang, yaitu rubor (warna merah), kalor (panas), tumor (pembengkakan),
dolor (rasa nyeri) dan functio laesa (gangguan fungsi). Patofisiologi beberapa tanda utama ini
telah jelas. Panas lokal dan warna merah disebabkan oleh meningkatnya aliran darah dalam
sirkulasi-mikro di tempat jejas. Pembengkakan nyata merupakan akibat eksudasi disertai
peningkatan cairan interdtisial. Rasa nyeri tidak begitu mudah penjelasannya. Secara
sederhana dikaitkan dengan tekanan pada ujung-ujung saraf sebagai akibat eksudasi.
Meskipun alasan dapat benar, tetapi ada alasan untuk dipercaya bahwa mediator kimia seperti
bradikinin dan prostaglandin juga memegang peran. Hilangnya fungsi dapat dijelaskan atas
dasar mekanik. Infeksi pada dan di sekitar sendi siku yang dirasa nyeri dapat membatasi
gerak bebas sendi tersebut, tetapi penjelasan demikian tidak cukup menerangkan ganggguan
fungsi hati pada hepatitis difus. Dapat dibayangkan bahwa hiperemi pada radang akan
meningkatkan suhu lingkungan mikro sel-sel, yang mengganggu fungsi enzim, atau
meningkatnya aktivitas metabolisme pada lokasi radang akan menurunkan pH dan
mengganggu fungsi dengan cara tersebut, tetapi dugaan tersebut masih bersifat hipotesis. Kita
belum dapat memahami tentang functio laesa. Tanda-tanda kardinal klasik ditimbulkan oleh
semua radang akut yang penting. Tanda-tanda ini juga dapat dijumpai pada radang kronik
aktif, dalam keadaan ini masih dijumpai nekrosis sel dalam fokus radang. Bila fokus radang
tidak lagi membara, tanda-tanda kardinal berkurang dan menghilang. Pertama-tama warna
merah dan panas lokal berkurang, selanjutnya rasa nyeri, tetapi pembengkakan dan functio
laesa masih dapat bertahan sampai beberapa waktu, bahkan masih dapat dijumpai pada
respon radang kronik yang berlanjut sampai beberapa bulan. Akhirnya semua tanda-tanda
kardinal hilang, hanya meninggalkan beberapa indurasi (konsistensi bertambah) sebagai
tanda proliferasi fibroblast radang kronik.
AKIBAT INFLAMASI AKUT
Walaupun akibat yang ditimbulkan oleh inflamasi akut akan diubah oleh sifat dan intensitas
jejas, tempat dan jaringan yang terkena, serta kemampuan pejamu untuk meningkarkan suatu
respons, pada umumnya inflamisi akut memiliki tiga akibat yakni :
1. Resolusi
Jika cedera bersifat terbatas atau berlangsung singkat, tidak terdapat kerusakan jaringan ataupun
kerusakan kecil, dan jika jaringan mampu mengganti sel yang cedera secara irreversible, biasanya
akan terjadi perbaikan terhadap normalitas histologist dan fungsional. Proses ini meliputi
netralasi atau pembuangan mediator kimiawi, normalisasi permeabilitas vascular, dan
penghentian emigrasi leukosit diikuti kematian (melalui apoptosis) neutrofil yang mengalami
ektravasasi. Akhirnya usaha gabungan antara drainase limfatik dan penelanan makrofag pada
debris nekrotik menyebabkan pembersihan cairan edema, sel radang, dan sisa sel yang rusak dari
medan pertemputan.
2. Pembentuka Jaringan Parut
Terjadi setelah destruksi jaringan yang substansial atau ketika terjadi inflamasi pada jaringan yang
tidak bergenerasi. Selain itu, eksudat fibrinosa meluas tidak bisa diabsorbsi sempurna dan terjadi
organisasi dengan pertumbuhan ke dalam jaringan ikat yang menimbulkan fibrosis.
3. Kemajuan ke Arah Inflamasi Kronik
Inflamasi kronik bisa terjadi setelah inflamasi akut, walaupun tanda inflamasi kronik dapat muncul
pada awal jejas. Inflamasi kronik dapat diikuti oleh regenerasi pada struktur dan fungsi normal atau
bisa menimbulkan jaringan parut, berganting pada luasnya jejas jaringan awal, dan jejas yang terus
berlangsung, serta kemampuan jaringan yang terinfeksi untuk tumbuh kembali.
EFEK SISTEMIK INFLAMASI
Setiap orang yang menderita penyakit virus berat telah mengalami efek sistemik inflamasi,
yang secara bersama-sama disebut reaksi fase akut.
Sitokin IL-1, IL-6 dan TNF merupakan mediator reaksi fse akut yang paling penting. Sitokin
dihasilkan oleh leukosit sebagai respon imun terhadap infeksi, atu terhadap cedera imun dan toksik,
yang dilepaskan secara sitemik, yang sering kali dalam bentuk kaskade sitokin. Oleh karena itu, TNF
menginduksi produksi IL-1, yang selanjutnya merangsang IL-6. Walaupun terdapat perbedaan, TNF
dan IL-1 menyebabkan efek yang serupa, misalnya keduanya bekerja pada pusat pengatur suhu
(termoregulator) hypothalamus, melalui produksi PGE local untuk menginduksi demam. IL-6
merangsang sintesis hepatic beberapa protein plasma, yang terbanyak khususnya fibrinogen.
Peningkatan kadar fibrinogen yang menyebabkan eritrosit beraglutinasi, menjelaskan mengapa
inflamasi akan disertai dengan laju endapdarah yang meningkat melalui pemeriksaan objektif.
Leukositosis (peningkatan jumlah sel darah putih) merupakan gambaran umum reaksi radang,
khususnya yang diinduksi oleh bakteri. Leukositosis awalnya terjadi karena pelepasan sel dari
sumsum tulang (disebabkan oleh TNF dan IL-1) dan disertai peningkatan neutrofil yang relatif imatur
dalam darah. Namun, infeksi yang memanjang menginduksi proliferasi precursor dalam sumsum
tulang, yang disebabkan oleh peningkatan produksi faktor perangsang koloni yang dikendalikan oleh
IL-1 dan TNF.
Sebagian besar infeksi bakteri menginduksi peningkatan sel PMN (neutrofilia) yang relative
selektif, sementara infeksi parasit (dan juga respon alergi) secara khusus menginduksi eosinofilia.
Virus tertentu menimbulkan peningkatan selektif pada lomfosit (limfositosis). Namun demikian,
sebagian infeksi virus, riketsia, protozoa, serta jenis bakteri tertentu, disertai dengan penurunan sel
darah putih (leukopeni). Leukopeni juga ditemukan pada infeksi yang sangat banyakterdapat pada
pasien yang tidak berdaya, akibat misalnya kanker yang menyebar.
Pemulihan Jaringan
Pemulihan jaringan dapat dipandang sebagai proses tingkat akhir radang yang menuju
penyembuhan.
Kemampuan Proliferasi jaringan yang tinggi diferensiasinya seperti sel saraf, boleh dikatakan tidak
ada. Karena itu sel saraf yang musnah tidak dapat diganti oleh sel saraf yang baru. Sebaliknya, epitel
kulit atau sel mukosa mudah sekali berproliferasi sehingga bila sebagian epitel ini rusak, maka akan
diganti oleh sel epitel yang baru. Epitel baru ini tidak akan berkelenjar atau berambut karena
struktur-struktur kelenjar sukar diganti dengan yang baru. Fibroblas mudah sekali berproliferasi,
karena itu bila jaringan hati musnah, maka sel-sel hati akan diganti oleh jaringan ikat.
Proliferasi ini harus dimulai oleh suatu stimulans. Bila terjadi luka steril maka proliferasi tidak akan
dimulai dan luka tidak akan menyembuh. Akan tetapi, bila luka ini kemasukan sedikit kuman atau
bila tersentuh oleh kapas, maka proliferasi dan penyembuhan akan dimulai.
Radang merupakan iritans/stimulans yang menyebabkan proses pemulihan dimulai. Kekurangan
vitamin C akan menghambat pembentukan serabut kolagen hingga pemulihan jaringan terhambat.
Kekurangan protein dalam diet pun menghambat proses pembentukan jaringan.
Pemulihan pada Luka
Dasar proses pemulihan jaringan pada semua jenis luka, yaitu terjadi organisasi yang menghasilkan
jaringan ikat, dapat mengalami modifikasi, tergantung pada jumlah nekrosis, infeksi dan keadaan
kesehatan pada umumnya, misalnya keadaan gizi. Terdapat dua jenis pemulihan luka, yakni :
1. Pemulihan Luka yang Bersih (Primer)
Luka yang bersih misalnya luka yang disebabkan pisau, akan terisi oleh serum dan darah. Pisau
dan sejumlah stafilokok merupakan irutans yang menyebabkan proliferasi fibroblast. Fibroblas ini
akan masuk ke dalam serum dan kemudian saling berhubungan.
Fibroblas-fibroblas ini kemudian mengendapkan kolagen hingga terjadi jaringan ikat yang
menghubungkan erat tepi-tepi luka. Jaringan ikat inilah yang dinamakan jaringan parut. Bersama
dengan proliferasi fibroblast, maka sel-sel endotel kapiler juga akan berproliferasi, terjadi tunas-
tunas sel endotel yan kemudian membentuk lumen.
Kolagen makin banyak dan setelah beberapa waktu akan mengadakan kontraksi menyebabkan
jaringan parut yang tadinya menonjol, menjadi cekung. Begitu pula kepiler-kapiler akan
menghilang dan jaringan parut yang tdinya merah karena banyak mengandung kapiler kemudian
menjadi pucat.
Kapiler-kapiler pada jaringan parut muda diperlukan sekali karena proliferasi sel memerlukan
banyak energi dan bahan yang berasal dari darah, seperti makrofag. Selain kapiler juga terbentuk
saluran-saluran limfe. Dari tepi luka timbuh sel epitel, hingga akan dilapisi oleh epitel. Epitel ini
tidak berkelenjar dan tidak berfolikel rambut, karena kelenjar-kelenjar ini tidak dibentuk lagi. Bila
luka mengalami infeksi, maka jaringan parut akan menjadi lebih tebal.
2. Pemulihan Luka yang Luas (Sekunder)
Bila luka luas akibat trauma luas atau akibat nekrosis karena infeksi, maka proses pemulihannya
pada dasarnya sama dengan pemulihan luka yang bersih, hanya mencakup daerah yang lebih
luas. Luka akan terisi oleh darah, eksudat radang, dan radang. Fibroblas dan sel-sel endotel
kapiler akan berproliferasi dan membentuk jaringan granulosa, yakni jaringan ikat muda yang
kaya kapiler. Jaringan muda ini berwarna merah dan berbutir-butir halus, karena itulah
dinamakan jaringan granulosa. Proses ini dimulai pada dasar luka dan menuju ke atas hingga
kapiler-kapiler muda tampak memanjang ke atas. Mula-mula jaringan granulasi ini dipenuhi oleh
sel radang, lekosit, limposit, makrofag, dan sebagainya, dan permukaannya dilapisi pus. Tetapi
lambat launsel-sel radang menghilang dan permukaan jaringan granulosa menjadi merah berbutir
halus. Sel epitel akan tumbuh dari tepi luka dan melapisi permukaan jaringan granulasi. Jaringan
granulasi semakin banyak terisi dengan kolagen, sehingga jaringan tersebut kemudian akan
melisut., kapiler-kpailer akan berkurang hingga jaringan parut menjadi cekung dan pucat.
Skema Perbaikan Jaringan :
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah kami melewati DKK I dan DKK II , serta membuat makalah ini tentang
Radang dan Penyembuhan , bahwa terdapat beberapa jenis inflamasi dan
mekanisme yang berantai hingga menimbulkan penyembuhan jaringan dan
perbaikannya
B. Saran
Kami sangat memohon saran dari anda sekalian
DAFTAR PUSTAKA
Dorland, W.A. Newman. 2006. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC
Guyton & Hall. 2005. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
Sherwood.2001. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Jakarta: EGC
Martini, Frederic H.
Ganong, W.F. 1983. Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
Highbee.L.Kenneth.1991.Memori Anda.Semarang.:Dahara prize
Omrod, Jeanne.E, Human Learning, 5th ed., Pearson Education Inc., New Jersey , 2008, p : 149-307