kelompok 1-pendahuluan
DESCRIPTION
gelombangTRANSCRIPT
OSEANOGRAFI SEBAGAI ILMU ANTAR DISIPLIN
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Oseanografi
yang diampu oleh Bapak Bagus Setiabudi Wiwoho, S.Si, M.Si
Oleh Kelompok I
Kelas AA/K
1. Novita Anis Sholihah 110721435022
2. Nailul Holisah 110721435082
3. Nidya Novita Sari R.E 110721435092
4. Sandy Ramadani 110721435123
5. Dede Gunawan
6. Susi Setyowati N. 208821417462
7. Amidanal Hikmah 110721435028
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN GEOGRAFI
Agustus 2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat ALLAH SWT atas rahmat
dan karunia-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas makalah
yang berjudul “Oseanografi sebagai ilmu antar disiplin” dalam rangka
memenuhi tugas matakuliah Oseanografi yang diampu oleh Bapak Bagus
Setiabudi Wiwoho, S.Si, M.Si.
Dalam penyusunan makalah ini penulis telah menerima banyak
bimbingan, dorongan, semangat,dan bantuan dari berbagai pihak, dan pada
kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Bagus Setiabudi Wiwoho, S.Si, M.Si. selaku dosen mata kuliah
Oseanografi yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
2. Orangtua kami yang telah memberikan dorongan baik moril maupun
immateriil sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan baik
3. Teman-teman yang telah banyak memberikan inspirasi dan semangat
dalam pembuatan laporan ini
4. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
Tak ada gading yang tak retak, begitu pula dengan makalah ini yang
masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat penulis harapkan agar penulis dapat
menghasilkan karya-karya yang lebih baik kedepannya.
Malang, 29 Agustus 2013
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………… i
DAFTAR ISI ……………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………...........………… 1
1.2 Rumusan Masalah ……………………….......……... 2
1.3 Tujuan ...... …………………….......……………….. 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep dasar suhu ….……………………………… 4
2.2 Konsep dasar salinitas ……………………………… 6
2.3 Konsep dasar berat jenis (densitas) ……….……….. 12
2.4 Perkembangan benua sebagai pengantar
oseanografi…............................................................. 14
2.5 Oseanografi sebagai ilmu antar disiplin …………… 15
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ……………………...............………… 19
DAFTAR RUJUKAN …………………………………. 20
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Oseanografi (berasal dari bahasa Yunani oceanos yang berarti laut dan
graphos yang berarti gambaran atau deskripsi juga disebut oseanologi atau
ilmu kelautan) adalah cabang dari ilmu bumi yang mempelajari segala aspek
dari samudera dan lautan. Secara sederhana oseanografi dapat diartikan
sebagai gambaran atau deskripsi tentang laut. Dalam bahasa lain yang lebih
lengkap, oseanografi dapat diartikan sebagai studi dan penjelajahan
(eksplorasi) ilmiah mengenai laut dan segala fenomenanya. Laut sendiri
adalah bagian dari hidrosfer. Seperti diketahui bahwa bumi terdiri dari bagian
padat yang disebut litosfer, bagian cair yang disebut hidrosfer dan bagian gas
yang disebut atmosfer. Sementara itu bagian yang berkaitan dengan sistem
ekologi seluruh makhluk hidup penghuni planet Bumi dikelompokkan ke
dalam biosfer.
Studi menyeluruh (komprehensif) mengenai laut dimulai pertama kali
dengan dilakukannya ekspedisi Challenger (1872-1876) yang dipimpin oleh
naturalis bernama C.W. Thomson (yang berkebangsaan Skotlandia) dan John
Murray (yang berkebangsaan Kanada). Istilah Oseanografi sendiri digunakan
oleh mereka di dalam laporan yang diedit oleh Murray. Selanjutnya Murray
menjadi pemimpin dalam studi berikutnya mengenaisedimen laut.
Keberhasilan dari ekspedisi Challenger dan pentingnya ilmu pengetahuan
tentang laut dalam perkapalan/perhubungan laut, perikanan, kabel laut dan
studi mengenai iklim akhirnya membawa banyak negara untuk melakukan
ekspedisi-ekspedisi berikutnya. Organisasi oseanografi internasional yang
pertama kali didirikan adalah The International Council for the Exploration of
the Sea (1901).
Laut merupakan gambaran yang nyata dipermukaan bumi kira-kira 70% -
71% permukaan bumi ditutupi oleh air. Studi tentang laut sangat penting
untuk dimengerti. Disiplin ilmu yang mempelajari proses-proses kelautan
adalah Oceanografi. Tapi proses kelautan sangat banyak dan bervariasi. Laut
memiliki karakteristik yang sama di seluruh penjuru dunia. Beberapa
ekspedisi memberikan penjelasan bahwa tidak hanya laut saja yang
berhubungan tetapi proses-prosesnya juga berhubungan.
Oceanografi menjadi bagian tersendiri dari ilmu pengetahuan untuk
menjelaskan fenomena di laut. Seluruh proses-proses oceanografi dipengaruhi
prinsip2 geologi, biologi, kimia, dan fisika. Semua proses dalam oceanografi
saling berhubungan, untuk itu perlu memahami salah satu cabang ilmu yang
berhubengan dengan proses tersebut. Contohnya gelombang dan arus laut
yang terbentuk pergerakannya sesuai dengan prinsip2 fisika. Jadi para
Oceanografer fisika tertarik akan hal ini ketika gelombang dan arus
berpengaruh pada distribusi tanaman dan hewan. Ini akan sangat penting
untuk oceanographer biologi. Pengaruh2 yang sama pada gelombang saat
gelombang tersebut memecah garis pantai, sangat penting untuk para geologis
mempelajari proses2 pantai. Adanya sedimen yang berinteraksi dengan air laut
menarik perhatian oceanografi kimia untuk mempelajari. Ketika pergerakan
menyebabkan penyebaran organisme ini sangat penting bagi oceanographer
biologi.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 apa yang dimaksud dengan konsep dasar suhu dalam hubungannya dengan
oseanografi?
1.2.2 apa yang dimaksud dengan konsep dasar salinitas dalam hubungannya
dengan oseanografi?
1.2.3 apa yang dimaksud dengan konsep dasar berat jenis dalam hubungannya
dengan oseanografi?
1.2.4 Bagaimana perkembangan benua sebagai pengantar oseanografi?
1.2.5 Mengapa oseanografi sebagai ilmu antar disiplin?
1
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui konsep dasar suhu dalam hubungannya dengan
oseanografi
1.3.2 Untuk mengetahui konsep dasar salinitas dalam hubungannya dengan
oseanografi
1.3.3 Untuk mengetahui konsep dasar berat jenis dalam hubungannya dengan
oseanografi
1.3.4 Untuk mengetahui perkembangan benua sebagai pengantar oseanografi
1.3.5 Untuk mengetahui oseanografi sebagai ilmu antar disiplin
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Suhu
Suhu adalah ukuran energi gerakan molekul. Di samudera, suhu
bervariasi secara horizontal sesuai garis lintang dan juga secara vertikal
sesuai dengan kedalaman. Suhu merupakan salah satu faktor yang penting
dalam mengatur proses kehidupan dan penyebaran organisme. Proses
kehidupan yang vital yang secara kolektif disebut metabolisme, hanya
berfungsi didalam kisaran suhu yang relative sempit biasanya antara 0-40°C,
meskipun demikian bebarapa beberapa ganggang hijau biru mampu
mentolerir suhu sampai 85°C. Selain itu, suhu juga sangat penting bagi
kehidupan organisme di perairan, karena suhu mempengaruhi baik aktivitas
maupun perkembangbiakan dari organisme tersebut. Oleh karena itu, tidak
heran jika banyak dijumpai bermacam-macam jenis ikan yang terdapat di
berbagai tempat di dunia yang mempunyai toleransi tertentu terhadap suhu.
Ada yang mempunyai toleransi yang besar terhadap perubahan suhu, disebut
bersifat euryterm. Sebaliknya ada pula yang toleransinya kecil, disebut
bersifat stenoterm. Sebagai contoh ikan di daerah sub-tropis dan kutub
mampu mentolerir suhu yang rendah, sedangkan ikan di daerah tropis
menyukai suhu yang hangat. Suhu optimum dibutuhkan oleh ikan untuk
pertumbuhannya. Ikan yang berada pada suhu yang cocok, memiliki selera
makan yang lebih baik.
Beberapa ahli mengemukakan tentang suhu :
a. Nontji (1987), menyatakan suhu merupakan parameter oseanografi yang
mempunyai pengaruh sangat dominan terhadap kehidupan ikan khususnya
dan sumber daya hayati laut pada umumnya.
b. Hela dan Laevastu (1970), hampir semua populasi ikan yang hidup di laut
mempunyai suhu optimum untuk kehidupannya, maka dengan mengetahui
suhu optimum dari suatu spesies ikan, kita dapat menduga keberadaan
kelompok ikan, yang kemudian dapat digunakan untuk tujuan perikanan.
c. Nybakken (1988), sebagian besar biota laut bersifat poikilometrik (suhu
tubuh dipengaruhi lingkungan) sehingga suhu merupakan salah satu faktor
3
yang sangat penting dalam mengatur proses kehidupan dan penyebaran
organisme.
Sesuai apa yg dikatakan Nybakken pada tahun 1988 bahwa Sebagian
besar organisme laut bersifat poikilotermik (suhu tubuh sangat dipengaruhi
suhu massa air sekitarnya), oleh karenanya pola penyebaran organisme laut
sangat mengikuti perbedaan suhu laut secara geografik. Berdasarkan
penyebaran suhu permukaan laut dan penyebaran organisme secara
keseluruhan maka dapat dibedakan menjadi 4 zona biogeografik utama
yaitu:kutub,tropic,beriklim sedang panas dan beriklim sedang dingin.
Terdapat pula zona peralihan antara daerah-daerah ini, tetapi tidak
mutlak karena pembatasannya dapat agak berubah sesuai dengan musim.
Organisme perairan seperti ikan maupun udang mampu hidup baik pada
kisaran suhu 20-30°C. Perubahan suhu di bawah 20°C atau di atas 30°C
menyebabkan ikan mengalami stres yang biasanya diikuti oleh menurunnya
daya cerna (Trubus Edisi 425, 2005).
Oksigen terlarut pada air yang ideal adalah 5-7 ppm. Jika kurang dari itu
maka resiko kematian dari ikan akan semakin tinggi. Namun tidak semuanya
seperti itu, ada juga beberapa ikan yang mampu hidup suhu yang sangat
ekstrim. Dari data satelit NOAA, contoh jenis ikan yang hidup pada suhu
optimum 20-30°C adalah jenis ikan ikan pelagis. Karena keberadaan
beberapa ikan pelagis pada suatu perairan sangat dipengaruhi oleh faktor-
faktor oseanografi. Faktor oseanografis yang dominan adalah suhu perairan.
Hal ini dsebabkan karena pada umumnya setiap spesies ikan akan memilih
suhu yang sesuai dengan lingkungannya untuk makan, memijah dan aktivitas
lainnya. Seperti misalnya di daerah barat Sumatera, musim ikan cakalang di
Perairan Siberut puncaknya pada musim timur dimana SPL 24-26°C, Perairan
Sipora 25-27°C, Perairan Pagai Selatan 21-23°C.
4
2.2 Konsep Dasar Salinitas
Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air.
Salinitas juga dapat mengacu pada kandungan garam dalam tanah.Salinitas
didefinisikan sebagai jumlah berat garam yang terlarut dalam 1 liter air,
biasanya dinyatakan dalam satuan 0/00 (per mil, gram perliter).
Kandungan garam pada sebagian besar danau, sungai, dan saluran air
alami sangat kecil sehingga air di tempat ini dikategorikan sebagai air tawar.
Kandungan garam sebenarnya pada air ini, secara definisi, kurang dari 0,05%.
Jika lebih dari itu, air dikategorikan sebagai air payau atau menjadi saline bila
konsentrasinya 3 sampai 5%. Lebih dari 5%, ia disebut brine.
Air laut secara alami merupakan air saline dengan kandungan garam
sekitar 3,5%. Beberapa danau garam di daratan dan beberapa lautan memiliki
kadar garam lebih tinggi dari air laut umumnya. Sebagai contoh, Laut Mati
memiliki kadar garam sekitar 30%.
Istilah teknik untuk keasinan lautan adalah halinitas, dengan didasarkan
bahwa halida-halida—terutama klorida—adalah anion yang paling banyak
dari elemen-elemen terlarut. Dalam oseanografi, halinitas biasa dinyatakan
bukan dalam persen tetapi dalam “bagian perseribu” (parts per thousand ,
ppt) atau permil (‰), kira-kira sama dengan jumlah gram garam untuk setiap
liter larutan. Sebelum tahun 1978, salinitas atau halinitas dinyatakan sebagai
‰ dengan didasarkan pada rasio konduktivitas elektrik sampel terhadap
"Copenhagen water", air laut buatan yang digunakan sebagai standar air laut
dunia.Pada 1978, oseanografer meredifinisikan salinitas dalam Practical
Salinity Units (psu, Unit Salinitas Praktis): rasio konduktivitas sampel air laut
terhadap larutan KCL standar. Rasio tidak memiliki unit, sehingga tidak bisa
dinyatakan bahwa 35 psu sama dengan 35 gram garam per liter larutan
Air laut mengandung 3,5% garam-garaman, gas-gas terlarut, bahan-
bahan organik dan partikel-partikel tak terlarut. Keberadaan garam-garaman
mempengaruhi sifat fisis air laut (seperti: densitas, kompresibilitas, titik beku,
dan temperatur dimana densitas menjadi maksimum) beberapa tingkat, tetapi
5
tidak menentukannya. Beberapa sifat (viskositas, daya serap cahaya) tidak
terpengaruh secara signifikan oleh salinitas. Dua sifat yang sangat ditentukan
oleh jumlah garam di laut (salinitas) adalah daya hantar listrik (konduktivitas)
dan tekanan osmosis.
Garam-garaman utama yang terdapat dalam air laut adalah klorida
(55%), natrium (31%), sulfat (8%), magnesium (4%), kalsium (1%), potasium
(1%) dan sisanya (kurang dari 1%) teridiri dari bikarbonat, bromida, asam
borak, strontium dan florida. Tiga sumber utama garam-garaman di laut
adalah pelapukan batuan di darat, gas-gas vulkanik dan sirkulasi lubang-
lubang hidrotermal (hydrothermal vents) di laut dalam.
Secara ideal, salinitas merupakan jumlah dari seluruh garam-garaman
dalam gram pada setiap kilogram air laut. Secara praktis, adalah susah untuk
mengukur salinitas di laut, oleh karena itu penentuan harga salinitas
dilakukan dengan meninjau komponen yang terpenting saja yaitu klorida (Cl).
Kandungan klorida ditetapkan pada tahun 1902 sebagai jumlah dalam gram
ion klorida pada satu kilogram air laut jika semua halogen digantikan oleh
klorida. Penetapan ini mencerminkan proses kimiawi titrasi untuk
menentukan kandungan klorida.
Salinitas ditetapkan pada tahun 1902 sebagai jumlah total dalam gram
bahan-bahan terlarut dalam satu kilogram air laut jika semua karbonat
dirubah menjadi oksida, semua bromida dan yodium dirubah menjadi klorida
dan semua bahan-bahan organik dioksidasi. Selanjutnya hubungan antara
salinitas dan klorida ditentukan melalui suatu rangkaian pengukuran dasar
laboratorium berdasarkan pada sampel air laut di seluruh dunia dan
dinyatakan sebagai:
S (o/oo) = 0.03 +1.805 Cl (o/oo) (1902)
Lambang o/oo (dibaca per mil) adalah bagian per seribu. Kandungan
garam 3,5% sebanding dengan 35o/oo atau 35 gram garam di dalam satu
kilogram air laut.
6
Persamaan tahun 1902 di atas akan memberikan harga salinitas sebesar
0,03o/oo jika klorinitas sama dengan nol dan hal ini sangat menarik perhatian
dan menunjukkan adanya masalah dalam sampel air yang digunakan untuk
pengukuran laboratorium. Oleh karena itu, pada tahun 1969 UNESCO
memutuskan untuk mengulang kembali penentuan dasar hubungan antara
klorinitas dan salinitas dan memperkenalkan definisi baru yang dikenal
sebagai salinitas absolut dengan rumus:
S (o/oo) = 1.80655 Cl (o/oo) (1969)
Namun demikian, dari hasil pengulangan definisi ini ternyata didapatkan
hasil yang sama dengan definisi sebelumnya.
Definisi salinitas ditinjau kembali ketika tekhnik untuk menentukan
salinitas dari pengukuran konduktivitas, temperatur dan tekanan
dikembangkan. Sejak tahun 1978, didefinisikan suatu satuan baru yaitu
Practical Salinity Scale (Skala Salinitas Praktis) dengan simbol S, sebagai
rasio dari konduktivitas.
"Salinitas praktis dari suatu sampel air laut ditetapkan sebagai rasio dari
konduktivitas listrik (K) sampel air laut pada temperatur 15oC dan tekanan
satu standar atmosfer terhadap larutan kalium klorida (KCl), dimana bagian
massa KCl adalah 0,0324356 pada temperatur dan tekanan yang sama.
Rumus dari definisi ini adalah:
S = 0.0080 - 0.1692 K1/2 + 25.3853 K + 14.0941 K3/2 - 7.0261 K2 +
2.7081 K5/2
7
Salinitas air berdasarkan persentase garam terlarut
Air
tawar
Air
payau
Air
salineBrine
<
0.05 %
0.05 -
3 %
3 -
5 %> 5 %
Catatan:
Dari penggunaan definisi baru ini, dimana salinitas dinyatakan sebagai rasio,
maka satuan o/oo tidak lagi berlaku, nilai 35o/oo berkaitan dengan nilai 35
dalam satuan praktis. Beberapa oseanografer menggunakan satuan "psu"
dalam menuliskan harga salinitas, yang merupakan singkatan dari "practical
salinity unit". Karena salinitas praktis adalah rasio, maka sebenarnya ia tidak
memiliki satuan, jadi penggunaan satuan "psu" sebenarnya tidak mengandung
makna apapun dan tidak diperlukan. Pada kebanyakan peralatan yang ada saat
ini, pengukuran harga salinitas dilakukan berdasarkan pada hasil pengukuran
konduktivitas.
Salinitas di daerah subpolar (yaitu daerah di atas daerah subtropis hingga
mendekati kutub) rendah di permukaan dan bertambah secara tetap
(monotonik) terhadap kedalaman. Di daerah subtropis (atau semi tropis, yaitu
daerah antara 23,5o - 40oLU atau 23,5o - 40oLS), salinitas di permukaan lebih
besar daripada di kedalaman akibat besarnya evaporasi (penguapan). Di
kedalaman sekitar 500 sampai 1000 meter harga salinitasnya rendah dan
kembali bertambah secara monotonik terhadap kedalaman. Sementara itu, di
daerah tropis salinitas di permukaan lebih rendah daripada di kedalaman
akibatnya tingginya presipitasi.
Di perairan samudera, salinitas berkisar antara 340/00 – 350/00. Tidak
semua organisme laut dapat hidup di air dengan konsentrasi garam yang
berbeda. Secara mendasar, ada 2 kelompok organisme laut, yaitu organisme
8
euryhaline, yang toleran terhadap perubahan salinitas, dan organisme
stenohaline, yang memerlukan konsentrasi garam yang konstan dan tidak
berubah. Kelompok pertama misalnya adalah ikan yang bermigrasi seperti
salmon, eel, lain-lain yang beradaptasi sekaligus terhadap air laut dan air
tawar. Sedangkan kelompok kedua, seperti udang laut yang tidak dapat
bertahan hidup pada perubahan salinitas yang ekstrim.
Salinitas merupakan salah satu parameter lingkungan yang
mempengaruhi proses biologi dan secara langsung akan mempengaruhi
kehidupan organisme antara lain yaitu mempengaruhi laju pertumbuhan,
jumlah makanan yang dikonsumsi, nilai konversi makanan, dan daya
kelangsungan hidup.
Sebaran salinitas di laut
dipengaruhi oleh beberapa faktor menurut (Nontji, 1993) :
pola sirkulasi air,
penguapan,
curah hujan, dan
aliran air sungai.
Di perairan lepas pantai yang dalam, angin dapat pula melakukan
pengadukan lapisan atas hingga membentuk lapisan homogen sampai
kedalaman 50-70 meter atau lebih tergantung dari intensitas pengadukan.Di
lapisan dengan salinitas homogen suhu juga biasanya homogen, baru di
bawahnya terdapat lapisan pegat dengan degradasi densitas yang besar yang
menghambat pencampuran antara lapisan atas dengan lapisan bawah. (Nontji,
1993).
Salinitas mempunyai peran penting dan memiliki ikatan erat dengan
kehidupan organisme perairan termasuk ikan, dimana secara fisiologis
salinitas berkaitan erat dengan penyesuaian tekanan osmotik ikan tersebut.
Faktor – faktor yang mempengaruhi salinitas :
1. Penguapan, makin besar tingkat penguapan air laut di suatu wilayah,
maka salinitasnya tinggi dan sebaliknya pada daerah yang rendah tingkat
penguapan air lautnya, maka daerah itu rendah kadar garamnya.
9
2. Curah hujan, makin besar/banyak curah hujan di suatu wilayah laut maka
salinitas air laut itu akan rendah dan sebaliknya makin sedikit/kecil curah
hujan yang turun salinitas akan tinggi.
3. Banyak sedikitnya sungai yang bermuara di laut tersebut, makin banyak
sungai yang bermuara ke laut tersebut maka salinitas laut tersebut akan
rendah, dan sebaliknya makin sedikit sungai yang bermuara ke laut
tersebut maka salinitasnya akan tinggi.
Distribusi salinitas permukaan juga cenderung zonal. Air laut bersalinitas
lebih tinggi terdapat di daerah lintang tengah dimana evaporasi tinggi. Air
laut lebih tawar terdapat di dekat ekuator dimana air hujan mentawarkan air
asin di permukaan laut, sedangkan pada daerah lintang tinggi terdapat es yang
mencair akan menawarkan salinitas air permukaannya.
Di perairan lepas pantai yang dalam, angin dapat pula melakukan
pengadukan di lapisan atas hingga membentuk lapisan homogen kira-kira
setebal 50-70 m atau lebih bergantung intensitas pengadukan. Di perairan
dangkal, lapisan homogen ini berlanjut sampai ke dasar. Di lapisan dengan
salinitas homogen, suhu juga biasanya homogen. Baru di bawahnya terdapat
lapisan pegat (discontinuity layer) dengan gradasi densitas yang tajam yang
menghambat percampuran antara lapisan di atas dan di bawahnya. Di bawah
lapisan homogen, sebaran salinitas tidak banyak lagi ditentukan oleh angin
tetapi oleh pola sirkulasi massa air di lapisan massa air di lapisan dalam.
Gerakan massa air ini bisa ditelusuri antara lain dengan mengakji sifat-sifat
sebaran salinitas maksimum dan salinitas minimum dengan metode inti (core
layer method).
Volume air dan konsentrasi dalam fluida internal tubuh ikan dipengaruhi
oleh konsentrasi garam pada lingkungan lautnya. Untuk beradaptasi pada
keadaan ini ikan melakukan proses osmoregulasi, organ yang berperan dalam
proses ini adalah insang dan ginjal. Osmoregulasi memerlukan energi yang
jumlahnya tergantung pada perbedaan konsentrasi garam yang ada antara
lingkungan eksternal dan fluida dalam tubuh ikan. Toleransi dan preferensi
salinitas dari organisme laut bervariasi tergantung tahap kehidupannya, yaitu
telur, larva, juvenil, dan dewasa. Salinitas merupakan faktor penting yang
10
mempengaruhi keberhasilan reproduksi pada beberapa ikan dan distribusi
berbagai stadia hidup.
2.3 Konsep Dasar Berat Jenis (Densitas)
Berat jenis merupakan perbandingan kerapatan suatu zat terhadap
kerapatan air. Berat jenis suatu zat dapat diperoleh dengan membagi
kerapatannya dengan 103 kg/m3 (kerapatan air). Berat jenis tidak memiliki
dimensi. Apabila kerapatan suatu benda lebih kecil dari kerapatan air, maka
benda akan terapung. Berat jenis benda yang terapung lebih kecil dari 1.
Sebaliknya jika kerapatan suatu benda lebih besar dari kerapatan air, maka
berat jenisnya lebih besar dari 1. untuk kasus ini benda tersebut akan
tenggelam.
Perbedaan berat jenis dari massa air yang ada didekatnya dapat
menyebabkan penyebaran yang luas dari air laut selain itu juga karena adanya
perbedaan suhu dan salinitas. Jadi, gerakan air yang luas dapat diakibatkan
oleh perbedaan densitas dari lapisan lautan yang mempunyai kedalaman
berbeda-beda dan timbul juga terutama disebabkan oleh salinitas dan suhu.
Sebagai contoh, laut mediterania mempunyai salinitas tinggi yang
merupakan hasil dari besarnya penguapan yang tinggi pula. Akibatnya lapisan
permukaan menjadi lebih padat yang kemudian akan tenggelam ke lapisan
yang lebih dalam. Sirkulasi mata air yang ditimbulkan akibat adanya
perbedaan suhu dikenal sebagai thermohaline circulation.
Proses diatas menyebabkan timbulnya aliran massa air dari laut yang
dalam di daerah kutub selatan dan utara ke daerah tropic. Lapisan permukaan
lautan di daerah kutub utara (Artic) dan selatan (Antartic) lebih dingin, maka
mereka akan menjadi lebih padat daripada lapisan perairan yang ada
dibawahnya. Akibatnya massa air yang lebih padat ini akan tenggelam masuk
ke perairan yang lebih dalam sambil membawa massa air yang kaya akan gas
oksigen (O2) dan akan mengakibatkan timbulnya sistem arus-arus utama
lautan.
Arus merupakan gerakan air yang sangat luas yang terjadi pada seluruh
lautan di dunia. Arus-arus ini mempunyai arti yang sangat penting dalam
11
menentukan arah pelayaran bagi kapal-kapal. Peta arus pernah dibuat oleh
Mattheww Fontaine sejak tahun 1840, ia seorang ahli oseanografi kebangsaan
Amerika.
Di daerah kutub, angin yang dingin membentuk massa air yang padat
pada lapisan permukaan daerah-daerah kutub tersebut yang kemudian
tenggelam masuk ke lautan Atlantik dan dari sini massa air tersebut mengalir
kearah equator. Seperti yang sudah dijelaskan, massa air dari kutub selatan
dan utara itu padat, tetapi kutub selatan masih lebih padat daripada massa air
yang ada pada daerah kutub utara. Akibatnya massa air massa air kutub
selatan akan mengalir dibawah massa air kutub utara ketika mass air yang
berasal dari arah yang berlawanan ini bertemu di lautan atlantik utara.
2.4 Perkembangan Benua Sebagai Pengantar Oseanografi
Menurut para ahli geologi sebenarnya gerakan-gerakan benua, pelebaran
alur-alur dasar samudera, pola seismik dunia dan pola kegiatan vulkanik
merupakan bagian dari satu. Permukaan bumi ini terdiri dari enam bentangan
besar lempeng benua yang bersifat keras, tetapi sebenarnya tipis bila
dibanding dengan ukuran bola bumi. Ukuran paling tebal dari bola-bola bumi
ini tidak mencapai 150 km. lempeng-lempeng benua itu saling bergeseran.
Gerakan-gerakan pergeseran kerak bumi ini disebabkan oleh desakan hebat
dari energi yang dikeluarkan oleh perut bumi.
Suatu bukti bahwa di bawah permukaan bumi ini berlangsung aktivitas-
aktivitas yang hebat yaitu dengan terdapatnya gunung berapi dan gempa bumi
yang sering terjadi. Kegiatan hebat tersebut menyebar tidak merata pada
beberapa daerah di muka bumi. Para ahli meyakini daerah-daerah aktif
tersebut mewakili tempat-tempat dimana sering terjadi retakan-retakan besar
di kerak bumi. Retakan-retakan tersebut mencakup seluruh permukaan bumi
dank arena itu mereka membagi kerak bumi menjadi enam bagian lempengan
besar yang dinamakan tectonic plates, dimana tiap lempengan tersebut saling
bersambungan.
Sudah terbukti bahwa lempengan tektonik ini bergerak secara perlahan-
lahan melintasi dasar lautan dengan kecepatan rata-rata beberapa cm setiap
tahunnya. Kecepatan ini tampak tidak berarti bila dipandang dengan jangka
12
waktu hidup manusia, tetapi akan sangat besar artinya bila ditinjau dari sudut
sejarah bumi. Sebenarnya para ahli geologi sejak sekitar 1900 sudah
mengetahui bumi yang bergerak dengan keraknya yang disebelah luar
mengapung diatas lapisan lebih dalam dan meleleh. Akan tetapi teori-teori
mengenai gerakan-gerakan benua tersebut baru diakui secara luaas sejak
tahun 1960an.
Beberapa teori mengenai perkembangan atau pergeseran benua yaitu oleh
Alfred Lothar Wegener dengan bukti/titik tolak sebagai berikut:
1. Adanya persamaan yang mencolok antara garis kontur pantai timur Benua
Amerika utara dan selatan dengan garis kontur pantai barat Eropa dan
Afrika. Kedua garis yang sama tersebut dahulu adalah daratan yang
berimpitan, maka formasi geologi di bagian-bagian yang bertemu itu pasti
harus sama.
2. Daerah Greenland sekarang ini bergerak menjauhi daratan Eropa dengan
kecepatan 36 meter setiap tahunnya. Sedangkan kepulauan Madagaskar
menjauhi Afrika Selatan 9 meter/tahun. Menurut Wegener benua-benua
yang sekarang ini dahulunya adalah satu benua yang dahulunya adalah
pangea, benua tunggal yang mulai memecah perlahan. Dengan peristiwa
tersebut, maka terjadilah hal-hal :
a. Terjadi bentangan-bentangan samudera dan benua-benua yang
mengapung sendiri-sendiri.
b. Samudera Atlantik menjadi semakin luas karena Benua Amerika masih
terus melangsungkan gerakannya ke arah barat. Sehingga terjadi
lipatan-lipatan kulit bumi yang menjadi jajaran pegunungan utara
selatan, yang terdapat di sepanjang pantai baik Amerika Utara maupun
Selatan.
c. Adanya kegiatan seismic yang luar biasa disepanjang St. Andreas Fault,
dekat pantai Barat Amerika Serikat.
d. Batas lautan india makin mendekat ke utara. Anak benua India semula
agak panjang, tetapi karena gerakannya ke utara maka india semakin
menyempit dan makin mendekat ke benua Eurasia. Dalam proses
tersebut menimbulkan lipatan pegunungan Himalaya.
13
2.5 Oseanografi Sebagai Ilmu Antar Disiplin
Oseanografi (berasal dari bahasa Yunani oceanos yang berarti laut dan
graphos yang berarti gambaran atau deskripsi juga disebut oseanologi atau
ilmu kelautan) adalah cabang dari ilmu bumi yang mempelajari segala aspek
darisamudera dan lautan. Secara sederhana oseanografi dapat diartikan
sebagai gambaran atau deskripsi tentang laut. Dalam bahasa lain yang lebih
lengkap, oseanografi dapat diartikan sebagai studi dan penjelajahan
( eksplorasi ) ilmiah mengenai laut dan segala fenomenanya. Laut sendiri
adalah bagian dari hidrosfer seperti diketahui bahwa bumi terdiri dari bagian
padat yang disebut litosfer, bagian cair yang disebut hidrosfer dan bagian gas
yang disebut atmosfer. Sementara itu bagian yang berkaitan dengan
sistem ekologi seluruh makhluk hidup penghuniplanet Bumi dikelompokkan
ke dalam biosfer.
Para ahli oseanografi mempelajari berbagai topik, termasuk organisme
laut dan dinamika ekosistem; arus samudera,ombak, dan dinamika fluida
geofisika; tektonik lempeng dan geologi dasar laut; dan aliran berbagai zat
kimia dan sifat fisik didalam samudera dan pada batas-batasnya. Topik
beragam ini menunjukkan berbagai disiplin yang digabungkan oleh ahli
oceanografi untuk memperluas pengetahuan mengenai samudera dan
memahami proses di dalamnya: biologi, kimia, geologi,meteorologi,
dan fisika.
Beberapa sumber lain berpendapat bahwa ada perbedaan mendasar yang
membedakan antara oseanografi dan oseanologi. Oseanologi terdiri dari dua
kata (dalam bahasa Yunani) yaitu oceanos (laut) dan logos (ilmu) yang secara
sederhana dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang laut. Dalam
arti yang lebih lengkap, oseanologi adalah studi ilmiah mengenai laut dengan
cara menerapkan ilmu-ilmu pengetahuan tradisional seperti fisika, kimia,
matematika dan lain-lain kedalam segala aspek mengenai laut.
Oseanografi adalah adalah bagian dari ilmu kebumian atau earth sciences
yang mempelajari laut,samudra beserta isi dan apa yang berada di dalamnya
14
hingga ke kerak samuderanya. Secara umum, oseanografi dapat
dikelompokkan ke dalam 5 (lima) bidang ilmu utama yaitu:
1. Oseanografi kimia (chemical oceanography): mempelajari semua reaksi
kimia yang terjadi dan distribusi unsur-unsur kimia di samudera dan di
dasar laut. Dalam komposisi air laut yang menjadi objek kajian
oseanografi tentunya tak lepas dari komposisi ikatan-ikatan kimia,
komposisi kimia tersebut tak hanya ada dalam air lautnya saja, naming
juga terdapat pada lantai dasar samudra yang mana juga banyak terdapat
mineral-mineral sebagai penyusun benda tersebut. Misalnya kadar garam
yang terdapat dalam air laut, zat- zat kimia yang mencemari, dll. Garam-
garaman utama yang terdapat dalam air laut adalah klorida (55%), natrium
(31%), sulfat (8%), magnesium (4%), kalsium (1%), potasium (1%) dan
sisanya (kurang dari 1%) teridiri dari bikarbonat, bromida, asam borak,
strontium dan florida. Tiga sumber utama garam-garaman di laut adalah
pelapukan batuan di darat, gas-gas vulkanik dan sirkulasi lubang-lubang
hidrotermal (hydrothermal vents) di laut dalam.
2. Oseanografi biologi (biological oceanography): mempelajari tipe-tipe
kehidupan di laut, distribusinya, saling keterkaitannya, dan aspek
lingkungan dari kehidupan di laut itu.
3. Oseanografi fisika (physical oceanography): mempelajari berbagai aspek
fisika air laut seperti gerakan air laut, distribusi temperatur air laut,
transmisi cahaya, suara, dan berbagai tipe energi dalam air laut, dan
interaksi udara (atmosfer) dan laut (hidrosfer).
4. Oseanografi geologi (geological oceanography): Oseanografi mempelajari
tentang lautan dari segala macam sisi, baik dari segi sejarah, serta
perkembangan dari bentuk lautan yang diakibat factor-faktor
pendorongnya. Factor-faktor yang dimaksud sperti pergerakan lempeng
yang dapat megakibatkan perubahan pada lapisan kerak bumi, dari hal
inilah tentunya bentuk lapisan dasar laut akan ikut berubah, sehingganya
lautan yang ada diatasnya akan ikut berubah pula. Maka ilmu geology juga
sangat berpengaruh penting terhadap ilmu oseanografi tersebut, misalnya
15
adanya palung laut, lembah laut, lubuk laut, lembah, dll serta memelajari
terjadinya patahan- patahan yang menyebabkan gempa bumi di laut.
5. Oseanografi meteorologi (meteorological oceanography): mempelajari
fenomena atmosfer di atas samudera, pengaruhnya terhadap perairan
dangkal dan dalam, dan pengaruh permukaan samudera terhadap proses-
proses atmosfer.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Oseanografi adalah adalah bagian dari ilmu kebumian atau earth sciences
yang mempelajari laut, samudra beserta isi dan apa yang berada di dalamnya
hingga ke kerak samuderanya. Secara umum, oseanografi dapat
dikelompokkan ke dalam 5 (lima) bidang ilmu utama yaitu: Oseanografi
kimia (chemical oceanography), Oseanografi biologi (biological
oceanography), Oseanografi fisika (physical oceanography), Oseanografi
geologi (geological oceanography), Oseanografi meteorologi (meteorological
oceanography).
17
DAFTAR RUJUKAN
Hutabarat, Sahala, dan Evans, Stewart M. 1984. Pengantar Geografi. Jakarta;
Universitas Indonesia.
Tsasil, Cindy. 2012. Ruang Lingkup Oseanografi, (online),
(http://cindytsasil.blogspot.com/2012/11/ruang-lingkup-oseanografi.html),
diakses tanggal 27 Agustus 2013.
Samin. 2008. Introduction of Oceanography, (online),
(http://geoscienceum.blogspot.com/2008/11/introduction-of-oceanogrphy-
oceanografi.html), diakses tanggal 28 Agustus 2013.
Adelirusiana. 2009. Massa Jenis dan Berat Jenis, (online),
(http://aderusliana13.blogspot.com), diakses tanggal 28 Agustus 2013.
http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/03/pengertian-salinitas.html
http://mahranzaim.blogspot.com/2012/11/1.html
http://updatecampuran.blogspot.com/2013/07/oseanografi-dan-oseanologi.html
18
PERTANYAAN DAN KUNCI JAWABAN
1. Jelaskan pengetian suhu, salinitas, dan berat jenis?2. Apakah yang dimaksud dengan ikan dengan sifat eurytem dan stenoterm
dan menurut anda mana yang paling menguntungkan dan berikan contoh ikannya?
3. Sebutkan faktor yang mempengaruhi salinitas dan jelaskan perbedaan
salinitas yang ada di permukaan dan kedalaman daerah subpolar,
subtropics, dan tropis?
4. Apa yang dimaksud dengan thermohaline circulation dan mengapa bisa
menyebabkan timbulnya aliran massa air dari laut yang dalam di daerah
kutub selatan dan utara ke daerah tropic? Berikan penjelasan anda!
5. Apa perbedaan mendasar oseanografi dengan oseanologi?
Jawaban
1.
- Suhu adalah ukuran energi gerakan molekul. Suhu dilaut adalah salah
satu factor yang amat penting bagi kehidupan organisme di lautan,
karena suhu mempengaruhi baik aktivitas metabolisme maupun
perkembangbiakan dari organisme-organisme tersebut.
- salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air.
Salinitas juga dapat mengacu pada kandungan garam dalam tanah.
Salinitas didefinisikan sebagai jumlah berat garam yang terlarut dalam
1 liter air, biasanya dinyatakan dalam satuan 0/00 (per mil, gram
perliter)
- Berat jenis merupakan perbandingan kerapatan suatu zat terhadap
kerapatan air. Berat jenis tidak memiliki dimensi.
2. Sifat Euryterm : ikan yang mempunyai toleransi yang besar terhadap
perubahan suhu
sifat stenoterm : Ikan yang mempunyai toleransi kecil terhadap perubahan
suhu
yang paling menguntungkan adalah sifat Euriterm, karena toleransinya
terhadap perubahan suhu kecil. Sehingga ikan-ikan mampu bertahan jika
terjadi perubahan suhu yang ekstrim. Perubahan suhu di bawah 20°C atau
19
di atas 30°C menyebabkan ikan mengalami stres yang biasanya diikuti
oleh menurunnya daya cerna (Trubus Edisi 425, 2005). Contoh ikan yang
mampu hidup suhu yang sangat ekstrim dari data satelit NOAA adalah
jenis ikan yang hidup pada suhu optimum 20-30°C seperti ikan pelagis.
Karena keberadaan beberapa ikan pelagis pada suatu perairan sangat
dipengaruhi oleh faktor-faktor oseanografi.
Sebagai contoh ikan di daerah sub-tropis dan kutub mampu mentolerir
suhu yang rendah, sedangkan ikan di daerah tropis menyukai suhu yang
hangat. Suhu optimum dibutuhkan oleh ikan untuk pertumbuhannya. Ikan
yang berada pada suhu yang cocok, memiliki selera makan yang lebih
baik.
3. Faktor – faktor yang mempengaruhi salinitas;
- Penguapan, makin besar tingkat penguapan air laut di suatu wilayah,
maka salinitasnya tinggi dan sebaliknya pada daerah yang rendah
tingkat penguapan air lautnya, maka daerah itu rendah kadar
garamnya.
- Curah hujan, makin besar/banyak curah hujan di suatu wilayah laut
maka salinitas air laut itu akan rendah dan sebaliknya makin
sedikit/kecil curah hujan yang turun salinitas akan tinggi.
- Banyak sedikitnya sungai yang bermuara di laut tersebut, makin
banyak sungai yang bermuara ke laut tersebut maka salinitas laut
tersebut akan rendah, dan sebaliknya makin sedikit sungai yang
bermuara ke laut tersebut maka salinitasnya akan tinggi.
Salinitas di daerah subpolar (yaitu daerah di atas daerah subtropis
hingga mendekati kutub) rendah di permukaan dan bertambah secara
tetap (monotonik) terhadap kedalaman. Di daerah subtropis (atau semi
tropis, yaitu daerah antara 23,5o - 40oLU atau 23,5o - 40oLS), salinitas
di permukaan lebih besar daripada di kedalaman akibat besarnya
evaporasi (penguapan). Di kedalaman sekitar 500 sampai 1000 meter
harga salinitasnya rendah dan kembali bertambah secara monotonik
20
terhadap kedalaman. Sementara itu, di daerah tropis salinitas di
permukaan lebih rendah daripada di kedalaman akibatnya tingginya
presipitasi.
4. Sirkulasi mata air yang ditimbulkan akibat adanya perbedaan suhu dikenal
sebagai thermohaline circulation. Proses diatas menyebabkan timbulnya
aliran massa air dari laut yang dalam di daerah kutub selatan dan utara ke
daerah tropic. Lapisan permukaan lautan di daerah kutub utara (Artic) dan
selatan (Antartic) lebih dingin, maka mereka akan menjadi lebih padat
daripada lapisan perairan yang ada dibawahnya. Akibatnya massa air yang
lebih padat ini akan tenggelam masuk ke perairan yang lebih dalam sambil
membawa massa air yang kaya akan gas oksigen (O2) dan akan
mengakibatkan timbulnya sistem arus-arus utama lautan.
5. - Oseanologi adalah studi ilmiah mengenai laut dengan cara menerapkan
ilmu-ilmu pengetahuan tradisional seperti fisika, kimia, matematika dan
lain-lain kedalam segala aspek mengenai laut.
- Oseanografi adalah bagian dari ilmu kebumian atau earth sciences
yang mempelajari laut, samudra beserta isi dan apa yang berada di
dalamnya hingga ke kerak samuderanya.
21