kelompok 4 - ham

44
MAKALAH KEWARGANEGARAAN Hak Asasi Manusia OLEH : KELOMPOK 4 FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS BENGKULU 2013

Upload: irfana-efendi

Post on 25-Nov-2015

6 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

makalah tentang ham

TRANSCRIPT

MAKALAH KEWARGANEGARAAN

Hak Asasi Manusia

OLEH :

KELOMPOK 4FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS BENGKULU

2013KEWARGANEGARAAN

Kelompok 4Pembimbing: Muhammad Fauzi, ST, MT

Anggota:Orin Alfhonso Karlina

(H1A013028)

Akbar Muhammad Ramadhan

(H1A013029)

Titip Elia Gustami

(H1A013030)

Razanova Triana Putri

(H1A013031)

Irfana Efendi

(H1A013032)

Meisa Anastaya

(H1A013033)

Angga Syafari

(H1A013034)

Dinda Fitriana Setia

(H1A013035)

Nandawan Syafitra

(H1A013036)

Kata Pengantar

Puji syukur atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan pentunjuk nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul HAK ASASI MANUSIA. .

Terimakasih kami ucapkan kepada dosen pembimbing yang telah membimbing kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam penyajian data dalam makalah ini, karena kurangnya pengalaman dan pengetahuan penulis. Untuk itu kritik dan saran penulis harapkan dari pembaca ke alamat [email protected]

Akhir kata, penulis berharap mekalah ini dapat menjadi salah satu sumber atau bahan rujukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Bengkulu, 17 November 2013

Penulis

Daftar isi2Kata Pengantar

3Daftar isi

4BAB 1

4Latar Belakang

5BAB 2

5Pengertian HAM

6Masalah HAM Di Indonesia

7Penyelesaian Pelanggaran HAM Di Indonesia

13Kesehatan Sebagai Hak Asasi Manusia

14Pengaruh Globalisasi Terhadap HAM Dalam Bidang Kesehatan

15Lembaga Perlindungan dan Penegakan Ham di Indonesia

16Faktor faktor Yang Mempengaruhi Pelanggaran HAM Dalam Bidang Kesehatan.

19Intervensi Tenaga Kesehatan Dalam Mengatasi Pelanggaran HAM Di Bidang Kesehatan.

20BAB 3

20Kesimpulan

21Daftar pustaka

BAB 1

Latar Belakang

Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia yang dalam penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak kebebasan yang terkait dengan interaksinya antara individu atau dengan instansi. Hak juga merupakan sesuatu yang harus diperoleh. Masalah HAM adalah sesuatu hal yang sering kali dibicarakan dan dibahas terutama dalam era reformasi ini. HAM lebih dijunjung tinggi dan lebih diperhatikan dalam era reformasi dari pada era sebelum reformasi. Perlu diingat bahwa dalam hal pemenuhan hak, kita hidup tidak sendiri dan kita hidup bersosialisasi dengan oranglain. Jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM terhadap orang lain dalam usaha perolehan atau pemenuhan HAM pada diri kita sendiri. Dalam hal ini penulis merasa tertarik untuk membuat makalah tentang HAM. Maka dengan ini penulis mengambil judul Hak Asasi Manusia.

BAB 2Pengertian HAM

UDHR (Universal Declaration of Human Rights) memberikan pengertian hak asasi manusia (HAM) sebagai perangkat hak-hak dasar manusia yang tidak boleh dipisahkan dari keberadaanya sebagai manusia. Dengan demikian, martabat manusia merupakan sumber dari seluruh HAM. Martabat manusia akan berkembang jika hak yang paling dasar yaitu kemerdekaan dan persamaan dapat dikembangkan.

Di Indonesia, misalnya konsep HAM dapat ditemukan antara lain dalam UURI No.39 Tahun 1999 tentang HAM. Dalam UU tersebut dikemukakan pengertian hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerahNya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan dan perlindungan harkat dan martabat manusia. UURI No.39 Tahun 1999 juga mendefinisikan kewajiban dasar manusia adalah seperangkat kewajiban yang apabila tidak dilaksanakan tidak memungkinkan terlaksana dan tegaknya hak asasi manusia.

Dengan demikian hakekat HAM dapat dinyatakan merupakan hak yang dimiliki setiap orang untuk menjamin harkat dan martabatnya sebagai manusia dan merupakan pemeberian Tuhan Yang Maha Esa bukan merupakan pemberian negara atau pihak lain, tidak dapat dipindahkan dan dihapus dengan alasan apapun dan kewajiban semua pihak terutama negara untuk melindungi dan menegakan HAM.

Masalah HAM Di Indonesia1. Menghargai Integritas Seseorang, Termasuk Kebebasan dari:a. Perampasan Hak Hidup Sewenang-Wenang atau Melanggar Hukumb. Siksaan dan Kekejaman Lain, Ketidakmanusiawian, atau Perlakuan atau Hukuman yang Merendahkanc. Penangkapan atau Penahanan Secara Sewenang-Wenangd. Pengabaian akan Pengadilan yang jujure. Intervensi Sewenang-Wenang Terhadap Privasi, Keluarga, Rumah atau Korespondensi2. Menghargai Kebebasan Sipil, Termasuk:a. Kebebasan Berpendapat dan Persb. Kebebasan Akademis dan Kegiatan Kebudayaan

c. Kebebasan Berkumpul dan Berserikat dengan Damaid. Kebebasan Beragamae. Kebebasan Gerakan, Pengungsi Internal, Perlindungan Pengungsi, dan Tanpa Kewarganegaraanf. Pengungsi Internal (IDP)

g. Perlindungan Pengungsi

3. Menghargai Hak Berpolitik: Hak Warga Negara untuk Mengubah Pemerintah Mereka

Pemilihan Umum dan Partisipasi Politik

4. Korupsi dan Kurangnya Transparansi di Pemerintahan

5. Sikap Pemerintah Terhadap Investigasi Internasional dan Non-Pemerintahan atas Dugaan Pelanggaran HAM

6. Diskriminasi, Pelecehan Sosial, dan Perdagangan Manusia

Perempuan

Anak-Anak

Antisemitisme

Perdagangan manusia

Penyandang Cacat Nasional/Rasial/Etnis Minoritas

PribumiPenyelesaian Pelanggaran HAM Di Indonesia 1. Kompetensi Absolut Pengadilan HAMMenyikapi Resolusi Dewan Keamanan PBB terhadap pelanggaran berat HAM yang terjadi di Timor-Timur Pasca jajak pendapat, maka Pemerintah Indonesia membentuk Pengadilan Hak Asasi Manusia dengan mengundangkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM. Pengadilan HAM adalah pengadilan khusus terhadap pelanggaran berat HAM.

Definisi pelanggaran berat HAM terdapat pada Pasal 104 UU No.39 Tahun 1999 tentang HAM, yang menyatakan pelanggaran berat HAM adalah :

Pembunuhan massal (genocide), pembunuhan sewenang-wenang atau di luar putusan pengadilan (arbitrary/extra judicial killing), penyiksaan, penghilangan hilang orang secara paksa, perbudakan atau diskriminasi yang dilakukan secara sistematis (systematic discrimination)

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tidak memberikan definisi tentang pelanggaran berat HAM, tetapi hanya menyebut kategori pelanggaran berat HAM, yang terdiri dari kejahatan kemanusiaan dan kejahatan genosida. Kejahatan kemanusiaan adalah :

Salah satu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa serangan tersebut ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil, berupa:1. Pembunuhan

2. Pemusnahan

3. Perbudakan

4. Pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa

5. Perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara sewenang-wenang yang melanggar ketentuan hukum internasional

6. Penyiksaan

7. Perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa, pemaksaan kehamilan, pemandulan atau sterilisasi secara paksa tau bentuk-bentuk kekerasan seksual lain yang setara

8. Penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang didasari persamaan paham politik, ras, kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis kelamin atau alasan lai yang telah diakui secara universal sebagai hal yang dilarang menurut hukum internasional

9. Penghilangan orang secara paksa atau

10. Kejahatan apartheid

Sedangkan kejahatan genosida, yaitu :

a. Setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok etnis, kelompok agama dengan cara:

1. Membunuh anggota kelompok

2. Mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggota-anggota kelompok

3. Menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan kemusnahan secara fisik baik seluruh atau sebagiannya

4. Memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan untuk mencegah kelahiran didalam kelompok

5. Memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke kelompok lainb. Pembatasan jenis kejahatan yang diatur oleh undang-undang tersebut, mengakibatkan tidak semua pelanggaran HAM dapat diadili oleh pengadilan ini. Definisi kedua kejahatan di atas merupakan pengadopsian dari kejahatan yang merupakan yurisdiksi International Criminal Court ( ICC) yang diatur pada Pasal 6 dan 7 Statuta Roma.

c. Selain cakupan kejahatan yang dapat diproses oleh pengadilan HAM, masalah retroaktif juga menjadi perbincangan hangat dalam penyelesaian pelanggaran berat HAM. Pengadilan HAM Indonesia berwenang untuk mengadili pelanggaran berat HAM setelah Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 berlaku. Bagi pelanggaran berat HAM yang terjadi sebelum undang-undang ini diundangkan, maka dilaksanakan oleh Pengadilan HAM Ad hoc, yang dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden melalui usul Dewan Perwakilan Rakyat ( DPR).

d. Hal ini sering disalahtafsirkan bahwa DPR-lah yang berwenang untuk menentukan bahwa suatu peristiwa merupakan pelanggaran berat HAM atau bukan, padahal sebagai lembaga politik DPR tidak memiliki kewenangan sebagai penyelidik yang merupakan tindakan yudisial dan merupakan kewenangan Komnas HAM seperti yang diatur undang-undang.2. Penyelesaian Pelanggaran HAM Di Pengadilan HAMHukum acara yang digunakan dalam Pengadilan HAM adalah Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP ) sepanjang tidak diatur secara khusus oleh UU No.26 Tahun 2000 (lex specialis derogat lex generalis). Adapun proses penyelesaian pelanggaran berat HAM menurut UU No.26 Tahun 2000 adalah sebagai berikut :

a) Penyelidikan

Penyelidikan dilakukan oleh Komisi Nasional Hak Asasi Manusia ( Komnas HAM). Hal ini bertujuan adanya objektifitas hasil penyelidikan, apabila dilakukan oleh lembaga independen. Dalam penyelidikan, penyelidik berwenang:

Melakukan penyelidikan dan pemeriksaan terhadap peristiwa yang timbul dalam masyarakat yang berdasarkan sifat atau lingkupnya patut diduga terdapat pelanggaran berat HAM

Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang atau kelompok orang tentang terjadinya pelanggaran berat HAM serta mencari keterangan dan barang bukti Memanggil pihak pengadu, korban atau pihak yang diadukan untuk diminta dan didengar keterangannya Memanggil saksi untuk dimintai kesaksiannya Meninjau dan mengumpulkan keterangan di tempat kejadian dan tempat lainnya jika dianggap perlu Memanggil pihak terkait untuk melakukan keterangan secara tertulis atau menyerahkan dokumen yang diperlukan sesuai dengan aslinya Atas perintah penyidik dapat melakukan tindakan berupa pemeriksaan surat, penggeledahan dan penyitaan, pemeriksaan setempat, mendatangkan ahli dalam hubungan dengan penyelidikanb) Penyidikan

Penyidikan pelanggaran berat HAM dilakukan oleh Jaksa Agung. Dalam pelaksanaan tugasnya Jaksa Agung dapat mengangkat penyidik ad hoc yang terdiri atas unsur pemerintah dan masyarakat. Sebelum melaksanakan tugasnya, penyidik ad hoc mengucapkan sumpah atau janji menurut agamanya masing-masing. Syarat-syarat yang harus dipenuhi sebagai penyidik ad hoc, yaitu :

Warga Negara Indonesia Berumur sekurang-kurangnya 40 tahun dan paling tinggi 65 tahun Berpendidikan Sarjana Hukum atau sarjana lain yang mempunyai keahlian dibidang hukum Sehat jasmani dan rohani Berwibawa, jujur, adil dan berkelakuan baik Setia kepada Pancasila dan UUD 1945 Memiliki pengetahuan dan kepedulian dibidang hak asasi manusia

Penyidikan diselesaikan paling lambat 90 hari terhitung sejak tanggal hasil penyelidikan diterima dan dinyatakan lengkap oleh penyidik. Penyidikan dapat diperpanjang 90 hari oleh Ketua Pengadilan HAM sesuai daerah hukumnya dan dapat diperpanjang lagi 60 hari. Jika dalam waktu tersebut, penyidikan tidak juga terselesaikan, maka dikeluarkan surat perintah penghentian penyidikan oleh Jaksa Agung.

c) Penuntutan

Penuntutan dilakukan oleh Jaksa Agung. Jaksa Agung dapat mengangkat penuntut umum ad hoc yang terdiri dari unsur pemerintah dan masyarakat. Syarat untuk diangkat menjadi penuntut umum sama halnya dengan syarat diangkat menjadi penyidik ad hoc. Penuntutan dilakukan paling lama 70 hari sejak tanggal hasil penyidikan diterima.

d) Pemeriksaan di Pengadilan

Pemeriksaan perkara pelanggaran berat HAM dilakukan oleh majelis hakim Pengadilan HAM berjumlah 5 orang, terdiri atas 2 orang hakim pada Pengadilan HAM dan 3 orang hakim ad hoc.

Syarat-syarat menjadi Hakim Ad Hoc :

Warga Negara Indonesia Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa Berumur sekurang-kurangnya 45 tahun dan paling tinggi 65 tahun Berpendidikan sarjana hukum atau sarjana lain yang mempunyai keahlian dibidang hukum Sehat jasmani dan rohani Berwibawa, jujur, adil dan berkelakuan baik Setia kepada Pancasila dan UUD 1945 Memiliki pengetahuan dan kepedulian dibidang Hak asasi manusia

Perkara paling lama 180 hari diperiksa dan diputus sejak perkara dilimpahkan ke Pengadilan HAM. Banding pada Pengadilan Tinggi dilakukan paling lama 90 hari terhitung sejak perkara dilimpahkan ke Pengadilan Tinggi. Kasasi paling lama 90 hari sejak perkara dilimpahkan ke Mahkamah Agung.3. Permasalahan dalam Penyelesaian Pelanggaran Berat HAM Harapan besar lahirnya UU No.26 Tahun 2000 dalam penegakan Hak Asasi Manusia, namun kenyataannya hal tersebut belum bisa terlaksana secara maksimal sampai sekarang. Adapun salah satu penyebabnya adalah ditemukan beberapa kelemahan dalam undang-undang ini dan pelaksanaannya.

Kelemahan-kelemahan yang dimaksud, yaitu :

a. Penempatan pengadilan HAM didalam lingkungan Peradilan Umum menjadikannya sangat bergantung pada mekanisme birokrasi dan administrasi peradilan umum yang ditempatinya.b. Adanya Pasal dalam UU No.26 Tahun 2000 yang disalahartikan sehingga memungkinkan para pelaku untuk bebas. Contoh Pasal 35 ayat 1 yang berbunyi: Setiap korban pelanggaran HAM dan atau ahli warisnya dapat memperoleh kompensasi, restitusi dan rehabilitasi. Sehingga timbul anggapan bahwa pelaku pelanggaran hak asasi manusia dapat bebas dengan membayar kompensasi.c. Kurangnya keseriusan pemerintah dalam menyelesaikan pelanggaran HAM . Hal ini terlihat, banyaknya kasus-kasus HAM yang belum terselesaikan, bahkan hilang begitu saja.d. Adanya intervensi politik dalam penyelesaian pelanggaran berat HAM, karena terkadang kasus tersebut melibatkan penguasa. Dengan kata lain, tidak adanya objektifitas dalam penyelesaian pelanggaran berat HAM.

Setiap pelanggaran hak asasi manusia, baik itu berat ataupun tidak, senantiasa menerbitkan kewajiban bagi negara untuk mengupayakan penyelesaiannya. Penyelesaian tersebut bukan hanya penting bagi pemulihan hak-hak korban, tetapi juga bagi tidak terulangnya pelanggaran serupa di masa depan. Pendirian Pengadilan HAM Indonesia merupakan salahsatu wujud dari tanggung jawab negara dalam penegakan dan perlindungan hak asasi manusia. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa masih terdapat banyak sekali kekurangan dalam Pengadilan HAM, baik dari instrumen hukum, infrastruktur serta sumber daya manusianya yang bermuara pada ketidakpastian hukum. Hal ini tentu saja harus segera dibenahi selain untuk pengefektifan sistem hukum nasional Indonesia, juga untuk meminimalkan adanya celah mekanisme Internasional untuk mengintervensi penyelesaian pelanggaran HAM di Indonesia. Sehingga tidak menutup kemungkinan dibentuknya Pengadilan HAM Internasional Ad hoc, jika Pengadilan HAM Indonesia tidak terlaksana sesuai dengan standar internasional. Oleh karena itu, perlu adanya political will dari pemerintah serta adanya dukungan yang kuat dari masyarakat.Kesehatan Sebagai Hak Asasi Manusia

Kesehatan mencerminkan komitmen masyarakat terhadap kesetaraan dan keadilan. Kesehatan dan HAM seharusnya diprioritaskan diatas kepentingan ekonomi dan politik.Namun laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO) dalamThe World Health Report 2001kembali menyatakan, kondisi kesehatan di Indonesia belum menunjukkan kemajuan berarti. Masih jauh tertinggal bila dibanding sejumlah negara Asia seperti Thailand, Malaysia, Brunei Darussalam, India, Cina, bahkan Sri Lanka. Mantan Menteri Kesehatan di era Presiden Megawati, Achmad Sujudi sendiri mengakui, meski derajat kesehatan masyarakat Indonesia meningkat dalam 30 tahun terakhir, namun peningkatan itu belum cukup untuk mengejar ketertinggalan kita. Beresford (1995) menegaskan, derajat kesehatan bukan semata masalah biomedis, tetapi justru lebih banyak dipengaruhi faktor sosial, ekonomi, dan politik. Purcal dan Cohen menjelaskan lebih lanjut, derajat kesehatan masyarakat di suatu negara amat ditentukan oleh cara pandang atau paradigma sosial-ekonomi-politik yang dianut pemerintah dan masyarakat di negara itu dalam melihat masalah kesehatan (The Political Economy of Health and Development in South East Asia, 1995). Pemerintah dan masyarakat yang memandang masalah kesehatan sebagai "investasi" dan hak asasi manusia (HAM) secara signifikan akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di negara itu. Karena paradigma investasi dan HAM dengan sendirinya akan amat mempengaruhi kualitas desain kebijakan, implementasi, monitoring, dan evaluasi program kesehatan di suatu negara, sekaligus akan sangat menentukan besaran anggaran kesehatan beserta efektivitas-efisiensi penggunaan anggaran itu. Paradigma ini juga akan meningkatkan akses, partisipasi, dan kontrol masyarakat terhadap program dan pelayanan kesehatan.

Konsekuensi dari paradigma usang kesehatan sebagai konsumsi itu antara lain berupa pengabaian masalah kesehatan dalam prioritas anggaran pembangunan. Anggaran kesehatan di Indonesia terbilang rendah dibanding sejumlah negara di kawasan Asia. Data alokasi anggaran kesehatan regional yang dikeluarkan UNDP tahun 1994 menunjukkan, Indonesia sepanjang dekade tahun 1990-an hanya menganggarkan dua persen belanja kesehatan dariGross Domestik Product(GDP)-nya. Ini amat rendah dibanding Thailand yang menganggarkan lima persen dari GDP, India enam persen, Srilanka 3,7 persen, bahkan dibanding Vietnam yang menyediakan 2,1 persen dari GDP.Fakta dan data pengabaian masalah kesehatan di Indonesia seperti telah dipaparkan di atas menunjukkan makin pentingnya kampanye paradigma kesehatan sebagai investasi dan HAM, terhadap masyarakat dan terlebih bagi para pengambil kebijakan. Perkembangan wacana HAM sendiri sebenarnya amat potensil digunakan mengadvokasi masalah kesehatan ini[5].

Saat ini penekanan wacana HAM telah beranjak dari HAM generasi pertama yakni HAM di bidang sipil dan politik (Covenant on Civil and Political Rights), ke HAM generasi kedua yang berupa HAM di bidang sosial-ekonomi dan kebudayaan (Covenant on Economic, Social, and Cultural Rights). Pengaruh Globalisasi Terhadap HAM Dalam Bidang Kesehatan

Pada era globalisasi seperti sekarang ini banyak pelanggaran pelanggaran HAM yang terjadi dalam dunia kesehatan. Misalnya dana JAMKESMAS untuk untuk masyarakat prasejaterah yang tidak tersalurkan dengan baik atau ada yang harus ditolak oleh pihak rumah sakit karena mengalami masalah administrasi. Selain itu kasus gizi buruk juga masih di temukan di berbagai daerah serta adanya peningkatan penyakit menular seperti HIV/AIDS, malpraktek, aborsi, lingkungan yang tercemar dan penyalagunaan dana program kesehatan yang semuanya itu masih di temukan di Indonesia.

Hak untuk hidup sehat, secara khusus ada di dalam Deklarasi Universal tentang Hak-hak Asasi Manusia. Yang dimuat di dalam artikel 25 yang menyebutkan bahwa: tiap orang mempunyai hak untuk hidup pada standar yang layak untuk kesehatan dan kesejahteraan mereka, dan keluarga mereka, termasuk hak untuk mendapat makanan, perumahan, dan pelayanan kesehatan (everyone has the right to a standard of living adequate for the health and well-being of himself and of his family, including food, clothing, housing, and medical care). Artikel ini kemudian digemakan di dalam konstitusi WHO, dan diratifilkasi oleh banyak konvensi internasional lainnya.Sedangkan Human Development Index (HDI) yang diterbitkan oleh United Nation Development Program setiap tahunnya, menempatkan Indonesia pada ranking yang ke 105 di antara 180 negara di dunia (1999). Saat ini Indonesia berada di ranking ke 110 di antara 162 negara (2002). Sedangkan Vietnam yang pada tahun 1995 berada di ranking ke 117, Sekarang berada di ranking ke 95 di antara 162 negara. HDI Vietnam saat ini lebih baik dari Indonesia.

Di era globalisasi sekarang ini, batasan tentang hak manusia di dalam kesehatan telah berkembang, termasuk tentang hak-hak anak, hak-hak perempuan, dan pemuda, hak untuk mendapat makanan dan lingkungan sehat, hak untuk mendapat air bersih, hak untuk mendapat standar yang layak dalam kesehatan fisik dan jiwa, termasuk hak kesehatan, reproduksi dan kesehatan seksual. Di dalam 1 dekade belakangan ini, hak asasi manusia pun menjadi lebih

Kompleks, karena harus berhadapan dengan hal-hal seperti pemanfaatan anak-anak dalam peperangan, masalah pekerja anak, kondisi kerja, dan hal-hal lain yang berhubungan dengan perdagangan (bisnis) dalarn kesehatan. Dengan wacana di atas jelas bahwa kesehatan merupakan dan harus dapat menjadi salah satu tolak ukur utama dari pembangunan dan kesejahteraan nasional suatu bangsa.Lembaga Perlindungan dan Penegakan Ham di Indonesia

1. KOMNAS HAMKomisi nasional HAM pada awalnya dibentuk dengan KEPPRES No. 50 Tahun 1993 pada Tanggal 17 Juni 1993 dan kemudian di kukuhkan melalui UU RI No. 39 Tahun 1999 tentang HAM. KOMNAS HAM berkedudukan di Ibu Kota Negara dengan 1 orang ketua dan 2 wakil ketua, anggotanya berjumlah 35 orang dengan massa jabatan 5 Tahun.

2. Pengadilan HAM

Pengadilan hak asasi manusia di Indonesia dibentuk berdasarkan UU RI No. 26 Tahun 2000 tentang pengadilan hak asasi manusia. Pengadilan hak asasi manusia merupakan pengadilan khusus yang berada dilingkungan pengadilan umum dan berkedudukan di daerah kabupaten atau kota. Untuk daerah khusus ibu kota Jakarta, pengadilan HAM berkedudukan di setiap wilayah pengadilan negeri yang bersangkutan. Kejahatan Apartheid ( Perbedaan Ras )

3. Lembaga Bantuan Hukum (LBH)

Lembaga bantuan hukum adalah organisasi independen yang memberi bantuan dan pelayanan hukum kepada masyarakat.lembagai ini di kelola secara mandiri oleh para aktifis.

4. Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (KKR)

Komisi kebenaran dan rekonsiliasi adalah lembaga yang melakukan penyelesaian terhadap kasus pelanggaran HAM di luar pengadilan HAM. komisi ini di bentuk berdasarkan UU RI nomor 27 tahun 2004. Menurut pasal 43 UU No. 26 tahun 2000 menyatakan bahwa kasus pelanggaran HAM Berat yang tidak dapat di selesaikan melalui pengadilan HAM akan ditangani oleh KKR.

5. Komisi Perlindungan Anak Indonesia

Dalam rangka melindungi anal-anak Indonesia dibentuklah komisi nasional perlindungan anak Indonesia. Di bentuk sesuai dengan UU RI No. 23 Tahun 2002 ( tentang perlindungan anak. Komisi perlindungan anak Indonesia diketuai oleh seto mulyadi.

6. Beberapa Contoh LSM yang bergerak dalam penegakan HAM sebagai berikut.a. KONTRAS (Komisi Untuk Orang Hilang dan Tindakan Kekerasan)b. ELSAM ( Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat )c. LPHSN ( Lembaga Penegakan Hukum dan Strategi Nasional )

7. Kepolisian Negara Republik Indonesia

Faktor faktor Yang Mempengaruhi Pelanggaran HAM Dalam Bidang Kesehatan

A. Anggaran Dari Pemerintah ( APBN dan APBD)

Apabila kita teliti dari APBN selama lebih dari 65 tahun Indonesia merdeka saja, dana yang dialokasikan untuk pembangunan kesehatan masyarakat tidak pernah melebihi angka 4.0% (sekitar 3.0-3.5%, sedangkan WHO menganjurkan minimal 5.0-6.0% dari dana APBN). Pada awal tahun 2009 saja APBN untuk kesehatan hanya mencapai 2,8% dari APBN. Kemudian pada akhir 2009 atas desakan publik dan parlemen akhirnya pemerintah mengesahkan UU RI No.36 Tahun 2009 Tentang kesehatan yang di dalamnya termasuk menaikan anggaran kesehatan di tahun 2010 menjadi 5% dari APBN dan 10% dari APBD.

Pada tahun 2011 masyarakat hanya menanti janji presiden tentang kenaikan anggaran kesehatan sebesar 20%. Dalam pidatonya pada acara temu ilmiah Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) untuk memperingati Hari Kebangkitan Nasional di aula FKUI, Jakarta, beberapa waktu lalu, Presiden menginginkan porsi anggaran kesehatan naik secara signifikan seperti anggaran pendidikan sebanyak 20 persen dari APBN.

B. Konsep Kesehatan Yang Salah

Konsep kesehatan yang selama ini seakan-akan masih dikonotasikan oleh sementara masyarakat banyak dan para pengambil keputusan, dan tidak jarang oleh masyarakat kesehatan yakni perwat dan kedokteran sendiri, masih sebagai sebuah konsep sakit. Apabila telah jatuh sakit, barulah kemudian mereka memikirkan tentang sehat. Orang Sakit adalah obyek program kesehatan. Proyek bagi pemasukan kas negara atau daerah. Masih sering diidentikkan atau dibayangkan bahwa kesehatandan pelayanan kesehatan untuk masyarakat adalah semata-mata pelayanan Rumah Sakit atau Puskesmas yang sarat dengan orang sakit yang akan di operasi jantung, atau penderita diabetes, darah tinggi, penyakit TB, atsma dan lain lain.

Sementara itu masyarakat banyak masyarakat salah mengartiakan ksesehatan yang sesungguhnya dasar kesehatan itu adalah mencuci tangan sebelum makan, sikat gigi setiap hari, gizi yang baik, air bersih dengan sanitasi lingkungan yang baik, udara bersih langit biru, dengan kesadaran masyarakat akan green industry, bensin tanpa timah hitam karena bensin dengan kadar timah hitam yang tinggi dapat membuat kerusakan otak permanen dari anak-anak kita, yang miskin maupun yang kaya. Yang dapat mengakibatkan kebodohan generasi yang akan datang), income generating masyarakat yang memadai atau baik, tata-ruang wilayah yang baik, perumahan yang sehat dan baik dengan jendela yang cukup agar sinar matahari senantiasa masuk ke seluruh ruang yang ada, dengan lantai yang disemen bukan berlantai tanah, masyarakat yang berdisiplin berlalu-lintas di jalan raya, masyarakatnya tidak keranjingan narkoba dan alkohol dan tidak perokok serta bukan penjaja seks, anak-anak mereka bersekolah, anak-anak mereka dan masyarakat yang tidak tawuran, taman kota dan tempat rekreasi keluarga dimana-mana, tata-ruang dan tata-kota yang teratur rapih, semua masyarakat mendapatkan air bersih, berpakaian rapih, bertegur sapa penuh santun, dengan tempat-tempat ibadah yang selalu padat dikunjungi oleh penduduk / masyarakat untuk berdoa akan keselamatannya dan kebahagiaannya dunia dan akhirat. Inilah yang disebut sebagai gambaran penduduk atau masyarakat sehat; mereka sehat fisik dan sehat pula perilaku, sosial-ekonomi dan sosial-budayanya. Gambaran ini melukiskan masyarakat yang tidak sakit, masyarakat yang sehat!. Program-program, upaya dan usaha untuk mewujudkan masyarakat sehat seperti gambaran di atas itulah yang sesungguhnya disebut program upaya-usaha kesehatan.

C. Ekonomi Dan Budaya

Program Kesehatan harus pula dapat dilaksanakan oleh masyarakat sendiri dengan kemandiriannya; advocacy,fasilitasi, dan technical assistant dibantu oleh multi sektoral termasuk masyarakat bisnis yang sesui dengan kultur dari masyarakat. Pemerintah harus menyeimbangkan antara budaya dan perkembangan ilmu pengatahuan. Misalnya di suatu daerah yang lebih percaya pada dukun beranak daripada kepada tenaga kesehatan yang profesional, untuk itu pemerintah harus mempunyai suatu rencana program yang memperhatikan budaya setiap daerah. Disadari sekali lagi bahwa demografi, sosial, ekonomi dan budaya, serta taraf pendidikan masyarakat sendiri masih merupakan kendala yang harus tetap dapat di atasi. Disinilah peran penting yang harus dapat dimanfaatkan oleh para ahli di bidangnya masing-masing dalam mewujudkan masyarakat sehat itu.

D. Sosial Dan Politik

Pembangunan berwawasan kesehatan merupakan hak asasi manusia. Pembangunan yang tidak mengindahkan dampak positif dan dampak negatif terhadap kesehatan manusia, kesehatan lingkungan, kesehatan sosial, dan kesehatan budaya merupakan bentuk dari pelanggaran hak asasi manusia. Paradigma Sehat sebagai sebuah konsep pemikiran tidak hanya dapat dicapai oleh tenaga / ahli kesehatan atau kedokteran saja. Paradigma sehat merupakan konsep pemikiran yang diperlukan banyak disiplin keilmuan, ahli ilmu-ilmu sosial, ilmu pengetahuan budaya, ilmu teknik, ilmu gizi, ilmu-ilmu perilaku, ilmu-ilmu agama, dan tidak kalah penting yaitu pengambil keputusan politik pembangunan ksehatan. Penegakan dan perlindungan hukum yang jelas terhadap proses pembangunan kesehatan merupakan hak dari setiap masyarakat sehingga oknum oknum yang salah sasaran dalam menjalankan promkes akibat kelalaian atau korupsi harus medapat perlakuan hukum yang sesuai.Intervensi Tenaga Kesehatan Dalam Mengatasi Pelanggaran HAM Di Bidang Kesehatan

Sebagai pelajaran untuk kita, di saat ini, di saat kesenjangan keadilan sosial melebar, penderitaan manusia meningkat; maka kesadaran kaum muda untuk senantiasa menghormati (respect) terhadap hak manusia, hak asasinya, harga dirinya sebagai manusia (human dignity) perlu kita tingkatkan bersama. Kita harus memberikan pengertian, advokasi, mendorong, dan meminta semua pihak, para pengambil keputusan, baik dari sektor privat dan publik (private sector dan public sector), untuk menindak lanjuti konsensus ini. Kita harus dan perlu untuk memberikan pelajaran, pelatihan, pada setiap kesempatan kepada anak-anak didik kita, formal, informal, terstruktur atau tidak terstruktur, dan kepada semua pihak yang berkaitan dengan hal dan apa saja yang berhubungan dengan keadilan sosial dan yang melekat pada hak-hak asasi manusia. Kita harus dan perlu mengambil posisi moral ini, kita harus bicara terbuka tentang hal dan faktor faktor yang jelas-jelas melanggar hak-hak mereka, hak-hak kemanusiaan mereka, dalam bentuk apapun dalam bahasa yang dimengerti dan dapat ditangkap oleh mereka. Sebagai profesional, kita harus dan perlu mengambil langkah-langkah aktif seperti:

Menerima dan mengajarkan dasar-dasar hak-hak manusia secara universal, hakhak manusia dalam keadilan sosial, kesehatan, dan kesejahteraan masyarakat, pada setiap kesempatan, dan pada tiap tingkat dalam pendidikan dan pelatihan.

Menyampaikan dan untuk mengambil langkah aktif kepada para pengambil keputusan, dalam hal dan penegakan hak-hak manusia secara universial, hak-hak manusia dalam keadilan sosial, kesehatan, dan kesejahteraan masyarakat, dengan kepastian hukumnya.

Menyadarkan masyarakat untuk turut aktif dalam semua aktifitas dalam mencegah penderitaan umat manusia dan ketidakadilan sosial, termasuk kesehatan dan kesejahteraan mereka. Sebagai tujuan akhir untuk tidak hanya meningkatkan status kesehatan masyarakat, tetapi juga dalam pembangunan sumber daya manusia, yang bermoral, beretika, beragama, dengan penekanannya pada keadilan sosial, solidaritas, hak-hak manusia, dan hukum yang berkeadilan. Waktunya telah tiba untuk kita semua untuk mengambil langkah-langkah positif ke arah kemanusiaan yang beradab dan berkeadilan, seperti yang diamanahkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tercinta.HAK ASASI MANUSIA DALAM ISLAMPada dasarnya, semua Rasul dan Nabi Allah adalah pejuang-pejuang penegak hak asasi manusia yang paling gigih. Mereka tidak hanya sekedar membawa serangkaian pernyataan akan hak-hak asasi manusia sebagaimana termuat dalam Kitab-kitab Suci, seperti Zabur, Taurat, Injil, dan al-Quran, akan tetapi sekaligus memperjuangkannya dengan penuh kesungguhan dan pengorbanan.

AI-Quran menegaskan bahwa Islam adalah agama yang sempurna (QS. 5:3). Di samping mengajarkan hubungannya dengan sang Pencipta (Hablummin Allah)juga menegaskan tentang pentingnya hubungan antar manusia(hablum min al-nas) (QS.3:112). Pengakuan ini bukan hanya berdasarkan truth claimumat Islam, tetapi kaum orientalis pun mengakui kesempurnaan yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia itu, sebagaimana V.N. Deanmenyatakan bahwa Islam adalah perpaduan yang sangat sempu. agama, sistem politik, pandangan hidup, dan penafsiran sejarah. Demikian pula Gibb menyatakan bahwa, Sungguh ajaran Islam jauh lebih bany sebuah sistem teologi. Islam adalah peradaban yang sangat sempurna.

Dalam hubungan dengan HAM, dari ajaran pokok tentang hablum min Alllahdanhablum min al-nas,muncul dua konsep hak, yakni a manusia (haq a -insan)danhak Allah. Setiap hak saling melandasi satu sama lain. Hak Allah melandasi hak manusia dan juga sebaliknya. Konsep Islam mengenai kehidupan manusia ini didasarkan pada pendekatan teosentris atau yang menempatkan Allah melalui ketentuan syari at-Nya sebagai tolok ukur tentang baik buruk tatanan kehidupan manusia baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat atau warga negara.

Oleh karena itu, konsep Islam tentang HAM berpijak pada Tauhid,yangpada dasarnya; didilamnya mengandung ide persamaan dan persaudaraan manusia yang oleh Harun Nasution disebut sebagai ideperkemaklukan.Ideperikemakhlukanmemuat nilai-nilai kemanusiaan dalam arti sempit. Ide perikemakhlukan mengandung makna bahwa manusia tidak boleh sewenangwenang terhadap sesama makhluk termasuk juga pada binatang dan alam sekitar.

Berdasarkan tingkatannya, Islam mengajarkan tiga bentuk hak asasi manusia, yaitu:1. hakdarury(hak dasar). Sesuatu dianggap hak dasar apabila hak tersebut dilanggar, bukan hanya mernbuat manusia sengsara, tetapi juga hilang eksistensinya, bahkan hilang harkat kemanusiaannya, misalnya mati.2. hak hajy (haksekunder),yakni hak-hakyang bila tidak dipenuhi akan berakibat pada hilangnya hak-hak elementer, misalnyahak seseoranguntuk memperoleh sandang pangan yang layak, maka akan mengakibatkan hilangnya hak hidup.3. haktahsiny,yakni hak yang tingkatannya lebih rendah dari hak primer dan sekunder.

Dengan demikian, HAM dalam Islam lebih dulu muncul. Tepatnya,Magna Chartatercipta 600 tahun setelah kedatangan Islam. Di samping nilainilai dasar dan prinsip-prinsip HAM itu ada dalam sumber ajaran Islam, yakni Al-Quran dan Hadist, juga terdapat dalam praktik-praktik kehidupan Islam. Tonggak sejarah keberpihakan Islam terhadap HAM yaitu pendeklarasian Piagam Madinah yang dilanjutkan dengan deklarasi Kairo.

Dalam Piagam Madinah, paling tidak ada dua ajaran pokok yang berhubungan dengan HAM, yaitu pemeluk Islam adalah satu umat walaupun mereka berbeda suku bangsa; dan hubungan antara komunitas muslim dengan nonmuslim didasarkan pada prinsip:

a. berinteraksi secara baik dengan sesama tetangga;b. saling membantu dalam menghadapi musuh bersama;c. membela mereka yang teraniaya;d. saling menasehati;e. menghormati kebebasan beragama.

Adapun ketentuan HAM yang terdapat dalam Deklarasi Kairo adalah sebagai berikut:

1. Hak persamaan dan kebebasan (QS. al-Isra [17]:70; al-Nisa [4]:58,dan al-Mumtahanah [60]:8);2. Hak hidup (QS. al-Maidah [5]:45 dan al-Isra [17]:33);3. Hak perlindungan diri (QS. al-Balad [90]:12-17 clan al-Taubah [9]:6]4. Hak kehormatan pribadi (QS. al-Taubah [9]:6);5. Hak berkeluarga (QS. al-Baqarah [2]:221; a]-Rum [30]:21; al-Nisa [4: al-Tahrim [66]:6);6. Hak kesetaraan wanita dengan pria (QS. al-Baqarah [2]:228 clan al [49]:13);7. Hak anak dari orang tua (QS. al-Baqarah [2]:233; al-Isra [17]:23-24);8. Hak mendapatkan pendidikan (QS. al-Taubah [9]:122 clan al-Alaq 5);9. Hak kebebasan beragama (QS. al-Kafirun [109]:1-6; al-Baqarah [2]:1 al-Kahfi [18]:29);10. Hak kebebasan mencari suaka (QS. al-Nisa [4]:97; al-Mumtahanah11. Hak memperoleh pekerjaan (QS. al-Taubah [9]:105; al-Baqarah [2]:. al-Mulk [67]:15);12. Hak memperoleh perlakuan sama (QS. al-Baqarah [2]:275-278; [4]:161, dan Ali-Imran [3]:130);13. Hak kepemilikan (QS. al-Baqarah [2]:29; al-Nisa [4]:29);14. Hak tahanan (QS. al-Mumtahanah [60]:8).

Atas dasar itu, Islam sejak jauh-jauh hari mengajarkan bahwa pandangan Allah semua manusia adalah sama derajat.Yang membedakan manusia adalah tingkat kesadaran moralitasnya, yang dalam perspektif Islam disebut nilai ketaqwaannya. Apalagi, manusia diciptakan untuk merepresentasikan dan melaksanakan ajaran Allah di muka bumi, sudah barang tentu akan semakin memperkuat pelaksanaan HAM.

Oleh karena itu, jika harkat dan martabat setiap perorangan atau manusia harus dipandang dan dinilai sebagai cermin, wakil, atau representasi harkat martabat seluruh umat manusia, maka penghargaan dan penghormatan kepada harkat masing-masing manusia secara pribadi adalah suatu amal kebajikan yang memiliki nilai kemanusiaan universal. Demikian pula sebaliknya pelanggaran dan penindasan kepada harkat dan martabat seorang pribadi adalah tindak kejahatan kepada kemanusiaan universal, suatu dosa kosmis (kemanusiaan) yang amat besar

Harkat dan martabat itu merupakan hak dasar manusia, tentu dengan pemenuhan keperluan hidup primerya berupa sandang, pangan, papan. Tetapi, terpenuhinya segi kehidupan lahiri tidaklah akan dengan senrinya berarti menghantar manusia kepada dataran kehidupan yang lebih tinggi. Kehidupan material dan kemakmuran hanyalah salah satu prasarana meskipun amat penting, jika bukannya yang paling penting, bagi pencapaian kehidupan yang lebih tinggi.

Meminjam adagium kaum sufi,Hanya orang yang mampu berjalan di tanah datar yang bakal mampu menendaki bukit. Namun Justeru ibarat orang yang mampu berlari di tanah datar tapi belum tentu tertarik untuk mendaki bukit, demikian pula halnya dengan orang yang telah terpenuhi kehidupan lahiriahnya, belum tentu ia tertarik meningkatkan dirinya kedataran kehidupan yang lebih tinggi. Mungkin ia sudah puas hanya berlari-lari dan berputar-putar di tanah datar. Maka tidak sedikit orang yang memandang pemenuhan kehidupan lahiri sebagai tujuan akhir dan menadi titik ujung cita-cita hidupnya.

Mengenai Hak Asasi manusia yang berkaitan dengan hak-hak warga Negara, al-Maududi menjelaskan bahwa dalam Islam, hak asasi pertama dan utama warga Negara adalah :

1. Melindungi nyawa, harta dan martabat mereka bersama sama dengan jaminan bahwa hak ini tidak akan dicampuri, kecuali dengan alasan-alasan yang sah dan legal.

2. Perlindungan atas kebebasan pribadi. Kebebasan pribadi tidak bias dilanggar , kecuali setelah melalu proses pembuktian yang meyakinkan secara hokum dan memberi kesempatan kepada tertuduh untuk mengajukan pembelaan.3. Kemerdekaan mengemukakan pendapat serta menganut keyakinan masing-masing.4. Jaminan pemenuhan kebutuhan pokok bagi semua warga Negara tanpa membedakan kasta atau keyakinan. Salah satu diwajibkan zakat kepada umat Islam, salah satunya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pokok warganegara.

Perlindungan Islam terhadap Hak Asasi Manusia

Adapun hak-hak asasi manusia yang dilindungi oleh hukum islam, sebagai berikut.1. Hak Hidup

Allah menjamin kehidupan, diantaranya dengan melarang pembunuhan dan meng-qishas pembunuh (lihat QS. 5: 32, QS. 2: 179). Bahkan hak mayit pun dijaga oleh Allah. Misalnya hadistt nabi: "Apabila seseorang mengkafani mayat saudaranya, hendaklah ia mengkafani dengan baik." Atau "Janganlah kamu mencaci-maki orang yang sudah mati. Sebab mereka telah melewati apa yang mereka kerjakan." (Keduanya HR. Bukhari).

Hak hidup dibagi atas beberapa hak antara lain:

a. Hak Pemilikan

Islam menjamin hak pemilikan yang sah dan mengharamkan penggunaan cara apapun untuk mendapatkan harta orang lain yang bukan haknya, sebagaimana firman Allah: "Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain diantara kamu dengan jalan bathil dan janganlah kamu bawa urusan harta itu kepada hakim agar kamu dapat memakan sebagian harta benda orang lain itu dengan jalan berbuat dosa padahal kamu mengetahuinya." (QS. 2: 188). Oleh karena itulah Islam melarang riba dan setiap upaya yang merugikan hajat manusia.

b. Hak Berkeluarga

Allah menjadikan perkawinan sebagai sarana mendapatkan ketentraman. Bahkan Allah memerintahkan para wali mengawinkan orang-orang yang bujangan di bawah perwaliannya (QS. 24: 32). Allah menentukan hak dan kewajiban sesuai dengan fitrah yang telah diberikan pada diri manusia dan sesuai dengan beban yang dipikul individu.

Pada tingkat negara dan keluarga menjadi kepemimpinan pada kepala keluarga yaitu kaum laki-laki. Inilah yang dimaksudkan sebagai kelebihan laki-laki atas wanita (QS. 4: 34). Tetapi dalam hak dan kewajiban masing-masing memiliki beban yang sama. "Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang maruf, akan tetapi para suami mempunyai satu tingkatan kelebihan dari istrinya." (QS. 2: 228)

c. Hak Keamanan

Dalam Islam, keamanan tercermin dalam jaminan keamanan mata pencaharian dan jaminan keamanan jiwa serta harta benda. Firman Allah: "Allah yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan." (QS. Quraisy: 3-4).

Diantara jenis keamanan adalah dilarangnya memasuki rumah tanpa izin (QS. 24: 27). Jika warga negara tidak memiliki tempat tinggal, negara berkewajiban menyediakan baginya. Termasuk keamanan dalam Islam adalah memberi tunjangan kepada fakir miskin, anak yatim dan yang membutuhkannya. Oleh karena itulah, Umar bin Khattab menerapkan tunjangan sosial kepada setiap bayi yang lahir dalam Islam baik miskin ataupun kaya. Dia berkata: "Demi Allah yang tidak ada sembahan selain Dia, setiap orang mempunyai hak dalam harta negara ini, aku beri atau tidak aku beri." (Abu Yusuf dalam Al-Kharaj).

d. Hak Keadilan

Diantara hak setiap orang adalah hak mengikuti aturan syariah dan diberi putusan hukum sesuai dengan syariah (QS. 4: 79). Dalam hal ini juga hak setiap orang untuk membela diri dari tindakan tidak adil yang dia terima. Firman Allah swt: "Allah tidak menyukai ucapan yang diucapkan terus-terang kecuali oleh orang yang dianiaya." (QS. 4: 148).

Merupakan hak setiap orang untuk meminta perlindungan kepada penguasa yang sah yang dapat memberikan perlindungan dan membelanya dari bahaya atau kesewenang-wenangan. Bagi penguasa muslim wajib menegakkan keadilan dan memberikan jaminan keamanan yang cukup. Sabda nabi saw: "Pemimpin itu sebuah tameng, berperang dibaliknya dan berlindung dengannya." (HR. Bukhari dan Muslim). e. Hak Saling Membela dan Mendukung

Kesempurnaan iman diantaranya ditunjukkan dengan menyampaikan hak kepada pemiliknya sebaik mungkin, dan saling tolong-menolong dalam membela hak dan mencegah kedzaliman. Bahkan rasul melarang sikap mendiamkan sesama muslim, memutus hubungan relasi dan saling berpaling muka. Sabda nabi saw: "Hak muslim terhadap muslim ada lima: menjawab salam, menjenguk yang sakit, mengantar ke kubur, memenuhi undangan dan mendoakan bila bersin." (HR. Bukhari).

f. Hak Keadilan dan Persamaan

Allah mengutus rasulullah untuk melakukan perubahan sosial dengan mendeklarasikan persamaan dan keadilan bagi seluruh umat manusia (lihat QS. Al-Hadid: 25, Al-Araf: 157 dan An-Nisa: 5). Manusia seluruhnya sama di mata hukum. Sabda nabi saw: "Seandainya Fathimah anak Muhammad mencuri, pasti aku potong tangannya." (HR. Bukhari dan Muslim).

Pada masa rasulullah banyak kisah tentang kesamaan dan keadilan hukum ini. Misalnya kasus putri bangsawan dari suku Makhzum yang mencuri lalu dimintai keringanan hukum oleh Usamah bin Zaid, sampai kemudian rasul menegur dengan: "... Apabila orang yang berkedudukan di antara kalian melakukan pencurian, dia dibiarkan. Akan tetapi bila orang lemah yang melakukan pencurian, mereka memberlakukan hukum kriminal..."

2. Hak Kebebasan Beragama dan Kebebasan Pribadi

Kebebasan pribadi adalah hak paling asasi bagi manusia, dan kebebasan paling suci adalah kebebasan beragama dan menjalankan agamanya, selama tidak mengganggu hak-hak orang lain. Firman Allah: "Dan seandainya Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman orang di muka bumi seluruhnya. Apakah kamu memaksa manusia supaya mereka menjadi orang beriman semuanya?" (QS. 10: 99).

Untuk menjamin kebebasan kelompok, masyarakat dan antara negara, Allah memerintahkan memerangi kelompok yang berbuat aniaya terhadap kelompok lain (QS. 49: 9). Begitu pula hak beribadah kalangan non-muslim. Khalifah Abu Bakar menasehati Yazid ketika akan memimpin pasukan: "Kamu akan menemukan kaum yang mempunyai keyakinan bahwa mereka tenggelam dalam kesendirian beribadah kepada Allah di biara-biara, maka biarkanlah mereka." Khalid bin Walid melakukan kesepakatan dengan penduduk Hirah untuk tidak mengganggu tempat peribadahan (gereja dan sinagog) serta tidak melarang upacara-upacaranya.

3. Hak Bekerja

Islam tidak hanya menempatkan bekerja sebagai hak tetapi juga kewajiban. Bekerja merupakan kehormatan yang perlu dijamin. Nabi saw bersabda: "Tidak ada makanan yang lebih baik yang dimakan seseorang daripada makanan yang dihasilkan dari usaha tangannya sendiri." (HR. Bukhari). Dan Islam juga menjamin hak pekerja, seperti terlihat dalam hadistt: "Berilah pekerja itu upahnya sebelum kering keringatnya." (HR. Ibnu Majah).

BAB 3Kesimpulan

HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan kiprahnya. Setiap individu mempunyai keinginan agar HAM-nya terpenuhi, tapi satu hal yang perlu kita ingat bahwa Jangan pernah melanggar atau menindas HAM orang lain.

HAM setiap individu dibatasi oleh HAM orang lain. Dalam Islam, Islam sudah lebih dulu memperhatikan HAM. Ajaran Islam tentang Islam dapat dijumpai dalam sumber utama ajaran Islam itu yaitu Al-Quran dan Hadits yang merupakan sumber ajaran normatif, juga terdapat dalam praktik kehidupan umat Islam.

Dalam kehidupan bernegara HAM diatur dan dilindungi oleh perundang-undangan RI, dimana setiap bentuk pelanggaran HAM baik yang dilakukan oleh seseorang, kelompok atau suatu instansi atau bahkan suatu Negara akan diadili dalam pelaksanaan peradilan HAM, pengadilan HAM menempuh proses pengadilan melalui hukum acara peradilan HAM sebagaimana terdapat dalam Undang-Undang pengadilan HAM.

Daftar pustakaGultom, B. (2010). Pelanggaran HAM dalam hukum keadaan darurat di Indonesia: mengapa pengadilan HAM Ad Hoc Indonesia kurang efektif? Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Kosasih, A. (2003). HAM dalam perspektif Islam: menyingkap persamaan dan perbedaan antara Islam dan barat. Jakarta: Salemba Diniyah.

Kurniati, A., & Efendi, F. (2012). Kajian Sumber Daya Manusia Kesehatan Di Indonesia. Jakarta: Salemba Medika.

Muladi. (2005). Hak asasi manusia: hakekat, konsep, dan implikasinya dalam perspektif hukum dan masyarakat. Bandung: Refika Aditama.

Sudjana, E. (2002). HAM dalam perspektif Islam. Jakarta: Nuansa Madani.www.state.gov/j/drl/irf/rpt.http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_39_99.htmhttp://travel.state.gov/abduction/country/country_3781.html.http://indonesian.jakarta.usembassy.gov/news/keyreports_hrr2012.htmlhttp://fhuk.unand.ac.id/in/kerjasama-hukum/menuartikeldosen-category/930-penyelesaian-pelanggaran-ham-di-indonesia-menurut-uu-no-26-tahun-2000-tentang-pengadilan-ham-article.html

ii