kelompok 5.fsika zp
DESCRIPTION
efek hall dan smabungan p-nTRANSCRIPT
1
EFEK HALL DAN SAMBUNGAN P-N
1. Efek Hall
a) Medan Magnet
Medan magnet dalam ilmu Fisika adalah suatu medan yang dibentuk dengan
menggerakan muatan listrik (arus listrik) yang menyebabkan munculnya gaya di muatan listrik
yang bergerak lainnya (Putaran mekanika kuantum dari satu partikel membentuk medan magnet
dan putaran itu dipengaruhi oleh dirinya sendiri seperti arus listrik; inilah yang menyebabkan
medan magnet dari ferromagnet "permanen"). Sebuah medan magnet adalah medan vektor: yaitu
berhubungan dengan setiap titik dalam ruang vektor yang dapat berubah menurut waktu. Arah
dari medan ini adalah seimbang dengan arah jarum kompas yang diletakkan di dalam medan
tersebut.
Gambar 1. Aliran Arus Melalui Kawat Penghantar Pembentuk Medan Magnet
Hasil kerja Maxwell telah banyak menyatukan listrik statis dengan kemagnetan, yang
menghasilkan sekumpulan empat persamaan mengenai kedua medan tersebut. Namun,
berdasarkan rumus Maxwell, masih terdapat dua medan yang berbeda yang menjelaskan gejala
yang berbeda. Einsteinlah yang berhasil menunjukkannya dengan relativitas khusus,
bahwa medan listrik dan medan magnet adalah dua aspek dari hal yang sama (tensor tingkat 2),
dan seorang pengamat bisa merasakan gaya magnet di mana seorang pengamat bergerak hanya
merasakan gaya elektrostatik. Jadi, dengan menggunakan relativitas khusus, gaya magnet adalah
manifestasi dari gaya elektrostatik dari muatan listrik yang bergerak, dan bisa diprakirakan dari
2
pengetahuan tentang gaya elektrostatik dan gerakan muatan tersebut (relatif terhadap seorang
pengamat).
Magnetisme adalah salah satu fenomena dimana material mengeluarkan gaya menarik
atau menolak pada material lainnya. Beberapa material yang memiliki sifat magnet adalah besi,
dan beberapa baja, dan mineral lodestone; namun, seluruh material pasti terpengaruh walaupun
sedikit saja oleh kehadiran medan magnet, meskipun dalam kebanyakan kasus pengaruhnya
sangat kecil untuk dideteksi tanpa alat khusus.
Gaya magnet (gaya Lorentz) adalah gaya dasar yang terjadi karena gerakan muatan
listrik. Persamaan Maxwell menjelaskan awal dan sifat dari medan yang mengatur gaya-gaya
tersebut (lihat hukum Biot-Savart). Oleh karena itu, magnetisme terlihat ketika partikel
bermuatan dalam gerak. Ini dapat terjadi baik dari gerakan elektron dalam sebuah arus listrik,
menghasilkan "elektromagnetisme", atau dari gerakan orbitalmekanika-kuantum (tidak
ada gerakan orbital elektron sekitar nukleus seperti planet sekitar matahari, tetapi ada "kecepatan
elektron efektiv") dan spin dari elektron, menghasilkan apa yang dikenal sebagai "magnet
permanen".
Gambar 2. Garis Medan Magnet di atas Selembar Kertas.
Ketika sebuah partikel bermuatan bergerak melalui sebuah medan magnet B, akan menimbulkan
sebuah gaya F diberikan oleh perkalian silang yaitu sebagai berikut :
Keterangan :
adalah muatan listrik dari partikel tersebut
adalah vektor kecepatan partikel
adalah medan magnet
3
Karena ini adalah sebuah perkalian silang atau cross product, gaya ini tegak
lurus terhadap gerakan partikel dan medan magnet. Namun, gaya magnetik tidak bekerja pada
partikel melainkan mengganti arah gerakan partikel, tetapi tidak dapat menyebabkan dia untuk
menambah atau mengurangi kecepatan.
Untuk muatan yang bergerak dalam medan magnet akan mengalami gaya Lorentz
sebesar:
F = q v B sin θ
Keterangan :
q = besarnya muatan (C)
v = kecepatan muatan
B = medan magnet
θ = sudut antara arah gerakan muatan terhadap medan B
Gaya Lorentz akan tibul pada kawat penghatar dengan panjang L yang dialiri arus listrik
sebesar I, kemudian kawat tersebut diletakkan pada daerah yang dipengaruhi medan magnet B.
Adapun besarnya gaya lorentz dipengaruhi oleh besar medan magnet, kuat arus, dan sudut yang
dibentuk oleh medan magnet. Gaya Lorentz sebagai berikut :
Florentz = B I L sin α
Keterangan :
B = kuat medan magnet (Tesla)
I = kuat arus yang mengalir pada kawat (ampere)
l = panjang kawat (meter)
α = sudut yang dibentuk oleh B dan I
Arah gaya Lorentz dapat ditentukan dengan menggunakan kaidah tangan kanan kedua yaitu :
Telapak tangan kanan dibuka, jari-jari dirapatkan kecuali ibu jari.
Ibu jari sebagai arah arus, jari-jari lainnya adalah arah induksi magnet
Arah telapak tangan menunjukkan arah gaya Lorentz
Sudut θ adalah sudut yang dibentuk oleh ibu jari dengan jari-jari lainnya.
4
Gambar 3. Kaidah tangan kanan.
b) Efek Hall
Efek hall adalah peristiwa membeloknya arus listrik dalam pelat konduktor karena
adanya pengaruh medan magnet. Peristiwa ini pertama kali ditemukan oleh ilmuwan bernama Dr
Edwin Hall pada tahun 1879. Beliau menemukan bahwa jika medan magnet sebuah magnet akan
tegak lurus dengan suatu permukaan pelat emas yang dialiri arus. Sehingga terbentuk beda
potensial pada ujung-ujung pelat yang saling berlawanan.
Prinsip utama efek Hall adalah gaya Lorentz. Gaya Lorentz akan terjadi ketika sebuah
bahan konduktor berbentuk pelat dan diberi medan magnet yang dialiri arus listrik. Permukaan
atas pelat konduktor tersebut akan sejajar dengan muatan positif yang arahnya ke atas.,sedangkan
bagian bawah konduktor akan sejajar dengan muatan negative yang mengarah ke bawah. Oleh
karena itu akan timbul medan listrik dan beda potensial pada penghantar.
Setiap bahan konduktor dan semikonduktor akan memiliki konstanta Hall yang berbeda.
Hal ini dikarenakan jenis pembawa muatan yang berbeda. Dalam praktikum ini akan ditentukan
koefisien bahan semikonduktor yaitu Germanium (semikonduktor intrinsic) dan n
Germanium(semikonduktor ekstrinsik).
Jika medan magnet B diletakkan tegak lurus pada suatu pelat logam (konduktor atau
semikonduktor) dengan cara menempatkan plat tersebut diantara muka-muka kutub sebuah
elektromagnet. Medan ini akan mengarahkan gaya pembelok F pada plat sebagaimana
dirumuskan dalam il x B , yang menunjukkan ke arah kanan seperti pada Gambar 1.
Gambar 4. Model Percobaan Efek Hall
5
Oleh karena gaya yang mengarah ke samping pada plat tersebut adalah disebabkan oleh
gaya pembawa muatan, yaitu qv x B. Pembawa-pembawa muatan positif (hole) atau negatif
(electron) akan cenderung mengarah ke kanan ketika pembawa muatan ini hanyut (drift)
sepanjang plat logam. Hal inilah yang menyebabkan beda-beda potensial kecil V di antara
sumbu x dan y. Secara keseluruhan fenomena ini disebut dengan Efek Hall.
Gambar 5. Beda Potensial Pada Plat Sumbu X dan Y
Adapun pembentuk potensial dan medan listrik pada efek hall dijabarkan sebagai berikut :
𝑞𝑣𝐵 = 𝑞𝐸𝐻 → 𝑣𝐵 = 𝐸𝐻
𝐼 = 𝑛𝑞𝑣𝐴 → 𝑣 = 𝐼
𝑛𝑞𝐴=
𝐼
𝑛𝑞𝑑𝑡
Potensila Hall : 𝑉𝐻 = 𝐸𝐻𝑑 = 𝑣𝐵𝑑 =𝐼𝐵𝑅𝐻
𝑡
Koefisien Hall : 𝑅𝐻 =𝐼
𝑛𝑞
The number of conduction electrons per unit volume H
zx
edV
BIN
Apabila suatu medan listrik E diaplikasikan sepanjang sumbu x positif (mendatar) pada
keping semikonduktor jenis-p, dan suatu medan magnet diaplikasikan sepanjang sumbu z (masuk
dalam bidang gambar), maka medan magnet akan timbul gaya Lorentz pada lubang yang arahnya
dari bawah ke atas sebesar F = qv x B (= qvxBz).
Gaya Lorentz ini menyebabkan terjadi penumpukan lubang pada sisi atas sehingga timbul
medan listrik yang arahnya dari sisi atas ke bawah Ey (= qEy).
Selama tidak ada arus mengalir sepanjang arah y pada keadaan setimbang, gaya listrik
sepanjang arah y sama dengan gaya Lorentz.
qEy= qvxBz
Ey= vxBz
6
Pada keadaan seperti ini, medan listrik diketahui sebagai efek Hall disebut medan Hall,
dan tegangan terminal disebut tegangan Hall,
VH= Ey d
dengan d adalah tebal semikonduktor jenis-p di atas.
• Untuk kerapatan arus lubang
Jp = Ip/A = qpvp= qppE
dengan A adalah luas penampang semikonduktor dan p menyatakan mobilitas lubang, maka
terdapat hubungan
Ey= [Jp/qp] Bz= RH Jp Bz
RH= 1/qp
disebut koefisien Hall.
• Untuk semikonduktor jenis-n dihasilkan
RH= -1/qn
• Penghitungan tegangan Hall untuk arus dan medan magnet yang diketahui dihasilkan:
p = 1/qRH = Jp Bz /qEy = [(I/A)Bz/q(VH/d)] =[Ibzd/qVHA]
2. Sambungan P-N Semikonduktor dan Dioda sambungan P-N
Semikonduktor adalah bahan yang sifat-sifat kelistrikannya terletak diantara
konduktor dan isolator. Sifat semikonduktor sensitif terhadap temperatur, cahaya, dan medan
magnit. Pada semikonduktor terdapat sambungan p-n. Adapun sambungan p-n terdapat pada
dioda, transistor, dan Integrated Circuit (IC).
Dioda
Dioda adalah komponen elektronika aktif yang memiliki dua kutub sambungan p-n yaitu
P (positif) dan N (negatif). Dioda terdiri dari gabungan dua elektroda yaitu anoda dan
katoda. Sifat lain dari dioda adalah menghantarkan arus pada tegangan maju dan
menghambat arus pada aliran tegangan balik. Fungsi pada dioda bermacam disesuaikan
jenis dioda yaitu sebagai penyearah untuk dioda bridge, penstabil tegangan untuk dioda
zener, sebagai pembuang level sinyal di atas atau di bawah untuk clipper, sebagai sensor
cahaya untuk photodioda, sebagai indikator untuk LED.
7
Transistor
Transistor adalah komponen elektronika aktif yang bersifat semikonduktor serta memiliki
tiga kaki elektroda yaitu Basis (dasar), Kolektor (pengumpul), Emitor (pemancar).
Transistor memiliki dua jenis yaitu tipe NPN dan tipe PNP. Pada transistor juga terdapat
seperti dioda untuk sambungan p-n pada transistor NPN yaitu emitor-basis berpanjar
maju dan kolektor-basis berpanjar mundur. Transistor berfungsi sebagai penguat,
pemutus dan penyambung (switching), stabilitasi tegangan, modulasi sinyal, dan
sebagainya.
Gambar 6. Transistor tipe NPN
Gambar 7.Transistor tipe PNP
Integrated Circuit (IC)
Integrated Circuit (IC) yaitu komponen elektronika berupa bahan semikonduktor yang
terdiri dari gabungan komponen aktif dengan komponen pasif yang berukuran kecil.
Adapun komponen aktif seperti dioda, dan transistor. Sedangkan komponen pasif berupa
kapasitor dan resisitor. Komponen ini berfungsi sebgai decoder, encoder, dan memory.
Gambar 8. Integrated Circuit (IC)
8
a) Semikonduktor Tipe-n
Pada semikonduktor instrinsik jumlah elektron bebas dan hole nya sama.
Konduktivitas pada semikonduktor intrinsik sangat rendah, dikarenakan terbatasnya
jumlah pembawa muatan yaitu hole dan elektron bebas. Oleh karena itu, jika bahan
silikon (semikonduktor intrinsik) ini diberi doping dengan bahan ketidakmurnian
bervalensi lima, maka diperoleh semikonduktor tipe n. Adapun bahan doping bervalensi
lima ada antimoni (Sb), fosfor, dan arsenik.
Gambar 10. Struktur Kristal Semikonduktor (Silikon) Tipe-n
Pada struktur kristal tersebut bahan semikonduktor silikon yang bervalensi empat
saling berpasangan satu dengan lainnya. Namun, dari doping bahan antimoni (Sb) yang
bervalensi lima atom donor) maka terdapat elektron bebas pada tipe-n. Oleh karena itu
pada tipe-n jumlah elektron bebasnya meningkat dan hole nya menurun, disebabkan
bergabungnya elektron dengan hole (rekombinasi).
Selain itu dalam ini dikarenakan atom donor (Sb) telah ditinggalkan elektron
valensinya maka menjadi ion bermuatan positif. Sedangkan elektron bebasnya menjadi
pembawa mayoritas, dan hole nya menjadi pembawa minoritas. Adapun gambar bahan
semikonduktor tipe-n sebagai berikut :
9
Gambar 11. Bahan Semikonduktor Tipe-n
b) Semikonduktor Tipe-p
Pada semikonduktor intrinsik yang di doping dengan atom dengan valensi tiga
akan diperoleh semikonduktor tipe-p. Adapun bahan doping yang bervalensi tiga yaitu
boron (B), galium, dan indium. Oleh karen bahan semikonduktor silikon bervalensi
empat maka jika di doping dengan valensi tiga, maka terdapat ruang kosong dari valensi
empat yang tidak ditempati (membentuk hole). Sehingga atom bervalensi tiga disebut
sebagai akseptor dikarenakan membentuk hole yang siap menerima elektron.
Gambar 12. Struktur Kristal Semikonduktor Tipe-p
Selain itu pada semikonduktor tipe-p ini terdapat banyak hole sebagai pembawa
mayoritas, sedangkan pembawa minoritasnya berupa elektron. Karena atom akseptor
telah menerima elektron maka akan bermuatan negatif. Adapun gambar bahan
semikonduktor tipe-p sebagai berikut :
10
Gambar 13. Bahan Semikonduktor Tipe-p
c) Semikonduktor sambungan p-n
Semikonduktor pada sambungan p-n itu terjadi semikonduktor tipe-p yang
disambungkan dengan tipe-n yang menimbulkan reaksi antara titik sambungan p-n.
Pada tipe-n memiliki sejumlah elektron yang akan lepas atau sebagai ion donor,
sedangkan pada tipe-p memiliki hole yang siap menerima elektron atau sebagai akseptor.
Oleh karena itu perbatasan titik sambungan terjadi difusi elektron dari tipe-n ke tipe-p
dan distribusi hole dari tipe-p ke tipe-n. Proses difusi elektron ini mengakibatkan medan
listrik dan terjadi deplesi (daerah pengosongan) antara hole dan elektron yang saling
meniadakan.
Gambar 14. Hole dan Elektron berkombinasi Membentuk Daerah Pengosongan (Deplesi)
Tebal dari lapisan deplesi keadaan ini beberapa mikron dan medan listrik di
daerah ini sebesar 104 sampai 106 V/cm.
Gambar 15. Daerah Pengosongan (Deplesi) pada Sambungan p-n
11
d) Langkah sambungan p-n dari keadan awal sampai keadaan setimbang
Keadaan Awal
Gambar 16. Semikonduktor Tipe-p dan Tipe-n
Keadaan awal ini terdapat semikonduktor tipe-p yang merupakan atom
akseptor dikarenakan siap menerima elektron maka disebut muatan negatif.
Sedangkan tipe-n merupakan semikonduktor sebagai atom donor dikarenakan
mengeluarkan elektronnya sehingga disebut muatan positif. Dari keadaan awal
ini semikonduktor tipe-p dan tipe-n disambungkan menjadi sambungan tipe
p-n. Titik sambungan antara tipe-p dan tipe-n akan terjadi suatu reaksi yang
disebut difusi.
Peristiwa Difusi
Gambar 17. Difusi pada Sambungan p-n
Pada sambungan p-n ini terjadi reaksi difusi yaitu difusi elektron dari
tipe-n ke tipe-p dikarenakan ion donor mengalirkan elektron ke ion akseptor
secara terus menerus sampai muatan elektron tidak cukup energi untuk
mengalir. Selain itu terdapat distribusi hole dari tipe-p ke tipe-n yang saling
meniadakan sehingga kosong dari pembawa muatan dan terbentuk daerah
pengosongan atau deplesi (keadaan setimbang).
12
Keadaan Setimbang
Gambar 18. Daerah Pengosongan (Deplesi) Sambungan p-n
Proses difusi elektron dan distribusi hole yang terus menerus saling
meniadakan , sehingga pada sekitar daerah sambungan kosong dari muatan dan
terbentuk daerah pengosongan (deplesi) . Hilangnya pembawa muatan di
daerah ini meninggalkan lapisan muatan positif di daerah tipe-n dan lapisan
muatan negatif di daerah tipe-p yang terbentuk layar tipis di daerah deplesi
sebagai insulator.
Pada sisi p tinggal ion akseptor yang bermuatan negatif dan pada sisi n
tinggal ion donor yang bermuatan positif. Namun, proses ini tidak berlangsung
secara terus menerus, karena potensial dari ion positif dan negatif akan
menghalanginya.Tegangan atau potensial ekivalen pada daerah pengosongan
ini disebut tegangan penghalang. Adapun besarnya tegangan penghalang untuk
jenis germanium yaitu 0,2 volt, sedangkan untuk jenis silikon tegangan
penghalang sebesar 0,6 volt.
2.1 Bias mundur pada sambungan P-N
Gambar 19. Bias Mundur Semikonduktor Tipe P-N
13
Ketika P-N Junction diberikan sumber tegangan dimana semikonduktor tipe p
dihubungkan dengan tegangan negatif dan semikonduktor tipe n dihubungkan dengan
tegangan positif, maka keadaan seperti ini disebut dengan bias mundur (reverse bias)
sambungan P-N.
Bias mundur menyebabkan elektron dari tipe n akan bergerak menjauhi lapisan
deplesi. Begitu pula dengan hole dari tipe p akan bergerak menjauhi lapisan deplesi. Hal ini
menyebabkan lapisan deplesi melebar sehingga medan listrik makin besar. Medan listrik
inilah yang nantinya mencegah mengalirnya arus pada rangkaian. Walaupun tegangan terus
diperbesar namun arus tetap sangat kecil.
Gambar 20. Aliran Lubang dan Elektron Pada Bias Mundur Sambungan P-N
2.2 Bias Maju Pada Sambungan P-N
Gambar 21. Bias Maju Semikonduktor Sambungan P-N
Ketika P-N Junction diberikan tegangan dari luar, dengan semikonduktor tipe p
dihubungkan pada tegangan positif sedangkan semikonduktor tipe n dihubungkan dengan
tegangan negative, maka keadaan seperti ini disebut dengan bias maju (forward bias)
sambungan P-N.
14
Bias maju menyebabkan elektron dari tipe n akan bergerak menuju lapisan deplesi.
Begitu pula dengan hole dari tipe p akan bergerak menuju lapisan deplesi. Hal ini
menyebabkan terjadinya arus pada P-N junction. Semakin besar tegangan yang diberikan
maka semakin besar pula arus yang dihasilkan.
Gambar 22. Aliran Lubang dan Elektron Pada Bias Maju
Sambungan P-N jika diberi :
Bias maju : akan ada arus yang mengalir pada rangkaian (menghantar arus)
Bias mundur : arus yang mengalir sangat kecil (hamper nol) atau menghambat arus
Dengan sifat-sifat tersebut, sambungan P-N digunakan sebagai diode (alat untuk membuat arus
mengalir pada satu arah saja).
3. Dioda Sambungan P-N
Dioda adalah komponen elektronika yang hanya memperbolehkan arus listrik mengalir
dalam satu arah sehingga dioda biasa disebut juga sebagai “Penyearah” (Rectifier). Dioda terbuat
dari bahan semikonduktor jenis silicon dan germanium. Simbol dioda dalam rangkaian
elektronika diperlihatkan pada gambar berikut :
Gambar 23. Dioda
Semikonduktor merupakan elemen dasar dari komponen elektronika seperti dioda,
transistor dan sebuah IC (integrated circuit). Semikonduktor adalah unsur yang susunan atomnya
memiliki elektron valensi lebih dari 1 dan kurang dari 8. Tentu saja yang paling "semikonduktor"
15
adalah unsur yang atomnya memiliki 4 elektron valensi. Disebut semi atau setengah konduktor,
karena bahan ini memang bukan konduktor murni.
Dioda PN Jika dua tipe bahan semikonduktor ini dilekatkan, maka akan didapat
sambungan P-N (p-n junction) yang dikenal sebagai diode Pada pembuatannya memang material
tipe P dan tipe N bukan disambung secara harpiah, melainkan dari satu bahan (monolitic) dengan
memberi doping (impurity material) yang berbeda.
Jika diberi tegangan maju (forward bias), dimana tegangan sisi P lebih besar dari sisi N,
elektron dengan mudah dapat mengalir dari sisi N mengisi kekosongan elektron (hole) di sisi P.
Potensial luar dari sumber tegangan memberikan gaya tarik terhadap elektron dan hole, sehingga
elektron dan hole pada dipole bergerak mengarah ke sumber tegangan. Akibatnya depletion
region menyusut. Hal ini membuka kembalikemungkinan bagi carrier untuk menyeberangi
junction, dan bergerak mengelilingi rangkaian. Pada rangkaian timbul arus listrik.
Sebaliknya jika diberi tegangan balik (reverse bias), dapat dipahami tidak ada elektron
yang dapat mengalir dari sisi N mengisi hole di sisi P, karena tegangan potensial di sisi N lebih
tinggi. Dioda akan hanya dapat mengalirkan arus satu arah saja, sehingga dipakai untuk aplikasi
rangkaian penyearah Potensial luar dari sumber tegangan memberikangaya tolak terhadap
elektrondan hole, sehingga elektron dan hole pada dipole bergerak menjauhi sumber tegangan.
Akibatnya depletion region melebar dan potential barrier meningkat Pada rangkaian tidak
timbul arus listrik.
4. LED
LED adalah dioda sambungan semikonduktor P-N yang jika diberi prasikap maju akan
mengeluarkan cahaya tampak. Simbol dioda ini adalah dan rangkaiannya dapat ditunjukkan
pada gambar V-5
Gambar 24. Rangkaian LED
16
Jika elektron bebas pada semikonduktor tipe N terletak pada pita energi yang lebih tinggi
daripada hole didaerah semikonduktor tipe P maka jika elektron bebas berkombinasi dengan hole
perbedaan (kelebihan) energi ini akan diubah menjadi panas atau cahaya. Pada Ge dan Si energi
tersebut sebagian besar tidak ada. Tetapi pada Ga As atau Ga P atau Ga As P sebagian besar
energi diubah menjadi cahaya. LED tidak akan mengeluarkan cahaya jika dipasang pada
prasikap balik. Operasi LED pada arah balik akan menyebabkan LED cepat rusak. Penggunaan
LED adalah untuk indikator, memasukkan informasi ke memori komputer optik, untuk
penggunaan dalam komunikasi yang menggunakan kabel serat optik dan lain-lain.
5. Kurva Karakteristik Dioda
Gambar 25. Kurva Karakteristik Dioda
Hubungan antara besarnya arus yang mengalir melalui diode dengan tegangan VA-K
dapat dilihat pada kurva karakteristik diode. Pada gambar tesebut menunjukkan dua macam
kurva, yakni diode germanium dan diode silicon. Pada saat diode diberi bias maju, yakni bila
VA-K positip, maka arus ID akan naik dengan cepat setelah VA-K mencapai tegangan cut in
(Vᵧ). Tegangan cut-in (Vᵧ) ini kira-kira sebesar 0,2 Volt untuk diode germanium dan 0,6 V untuk
diode silicon. Dengan pemberian tegangan baterai sebesar ini, maka potensial penghalang pada
persambungan akan teratasi, sehingga arus diode mulai mengalir dengan cepat.
Bagian kiri bawah dari grafik pada gambar merupakan kurva karakteristik diode saat
mendapatkan bias mundur. Disini juga terdapat dua kurva, yaitu untuk diode germanium dan
silicon. Besarnya arus jenuh mundur (reverse saturation current) Is untuk diode germanium
17
adalah dalam orde mikro amper dalam contoh ini adalah 1 µA. Sedangkan untuk diode silicon Is
adalah dalam orde nano amper dalam hal ini adalah 10 nA.
Apabila tegangan VA-K yang berpolaritas negative tersebut dinaikkan terus, maka suatu
saat akan mencapai tegangan bresk-down dimana arus Is akan naik dengan tiba-tiba. Pada saat
mencapai tegangan break-down ini, pembawa minoritas dipercepat hingga mencapai kecepatan
yang cukup tinggi untuk mengeluarkan electron va;lensi dari atom. Kemudian electron ini juga
dipercepat untuk membebaskan yang lainnya sehingga arusnya semakin besar. Pada diode biasa
pencapaian tegangan break down ini selalu dihindari karena diode bisa rusak.
6. Sambungan p-n dihubungkan dengan baterai/tegangan
Kutub + pada tipe-p dan kutub – pada tipe-n
Gambar 26. Rangkaian dan Kurva pada Bias Maju Dioda.
Semakin besar tegangan semakin besar arus yang dihasilkan. Tegangan seperti ini dinamakan
tegangan maju/bias maju ( forward bias)
Kutub positif (+) pada tipe-n dan kutub negatif (–) pada tipe-p yang dihubungkan batre kutub
positif menuju ke tipe-p (negatif)
Gambar 27. Rangkaian Bias Mundur Dioda
18
Elektron-elektron pada tipe-n dipaksa meninggalkan tipe-n tanpa melewati tipe-p, sehingga
daerah deplesi makin besar menjadi Medan listrik makin besar
Gambar 28. Kurva Karakteristik Dioda.
Medan listrik akan mencegah mengalirnya arus pada rangkaian. Walaupun tegangan terus
diperbesar namun arus tetap sangat kecil. Tegangan ini dinamakan tegangan mundur/bias
mundur (backward bias)
Jika tegangan mundur terus diperbesar maka suatu saat arus mundurnya bertambah secara tajam.
Keadaan ini dikatakan sambungan p-n bocor. Potensial pada keadaan ini dinamakan potensial
rusak (breakdown voltage)
7. Rangkaian Penyearah Gelombang
Rangkaian arus bolak-balik :
Gambar 29. Rangkaian dan Bentuk Gelombang Penyearah Penuh
19
Jika rangkaian diberi dioda : Pada V + dapat melewati dioda karena ketika V – terbentuk lapisan
deplesi yang menghambat arus.
Gambar 30. Rangkaian dan Bentuk Gelombang Penyearah Setengah Gelombang
9. Rangkaian Penyearah Gelombang Penuh
Susunan rangkaian 4 dioda :
Gambar 31. Penyearah Gelombang Penuh Dengan 4 Dioda.
Terjadinya gelombang tersebut, perhatikan :
Gambar 32. Penyearah Setengah Gelombang pada 2 Dioda
20
Ketika titik P lebih negatip dari titik S, 20iode yang dapat dialiri arus adalah D2 dan D4
Gambar 33. Penyearah Setengah Gelombang pada 2 Dioda.
Dapat disimpulkan bahwa bagaimanapun tanda tegangan input, tegangan outputnya selalu
bernilai positip
10. Prinsip Perataan Gelombang
Seringkali diperlukan tegangan searah yang nilainya tidak berubah-ubah untuk menjadikan
tegangan penyearah gelombang AC menjadi lebih rata, maka digunakan rangkaian sebagai
berikut :
Gambar 34. Rangkaian Penyearah Gelombang
Pada rangkaian diatas terdapat filter kapasitor pada bagian output, hal ini karena fungsi kapasitor
pada rangkaian diatas adalah untuk menekan riak yang terjadi dari proses penyearah gelombang
21
AC. Setelah dipasang kapasitor maka output dari rangkaian penyearah gelombang penuh ini akan
menjadi tegangan DC.
Dihasilkan arus searah yang rata
Gambar 35. Bentuk Gelombang dan Arah Aliran Arus Setengah Gelombang
Gelombang a-b : Arus mengalir melalui D1 , R dan D3, saat itu kapasitor mulai terisi
sampai penuh dan timbul tegangan yang besarnya sama dengan tegangan hambatan.
Gelombang b-c : Arus mengalir mulai berkurang, namun tegangan 21elative tetap
(mungkin berkurang sedikit akibat arus bocor), akibatnya tegangan hambatan tidak
berubah banyak.
Gelombang c-d : Arus mengalir melalui D2 , R dan D4. Pada saat arus mulai naik
kapasitor akan tetap mempertahankan tegangan sehingga besarnya sama dengan tegangan
hambatan. Tegangan yang berkurang sedikit akibat arus bocor dapat dipulihkan kembali
dan dapat mencapai maksimum. Selanjutnya proses seperti sebuah siklus