kelompok-pgg-acara-5

20
ACARA V KELENGKUNGAN SUNGAI / SINOUISITAS DAN FUNGSI KAWASAN I. TUJUAN 1. Agar mahasiswa dapat menentukan DAS dan sungai utama 2. Agar mahasiswa dapat menghitung panjang aliran sungai 3. Agar mahasiswa dapat menghitung panjang lembah sungai 4. Agar mahasiswa dapat menghiung sinouisitas DAS 5. Agar mahasiswa dapat menentukan fungsi kawasan DAS II. ALAT DAN BAHAN 1.Peta Rupabumi Indonesia Lembar 1507-444 Bungkal skala 1 : 25.000 2. Peta DAS Pelem 3.Kertas kalkir 4.Block millimeter 5.Penggaris 6.Benang 7.Kalkulator 8.Alat tulis menulis III. CARA KERJA 1. Menggambar DAS 2. Menghitung panjang aliran sungai 3. Menghitung panjang lembah sungai 4. Menghitung sinousitas DAS

Upload: jurig-atah

Post on 28-Oct-2015

24 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

acara

TRANSCRIPT

Page 1: kelompok-pgg-acara-5

ACARA V

KELENGKUNGAN SUNGAI / SINOUISITAS

DAN FUNGSI KAWASAN

I. TUJUAN

1. Agar mahasiswa dapat menentukan DAS dan sungai utama

2. Agar mahasiswa dapat menghitung panjang aliran sungai

3. Agar mahasiswa dapat menghitung panjang lembah sungai

4. Agar mahasiswa dapat menghiung sinouisitas DAS

5. Agar mahasiswa dapat menentukan fungsi kawasan DAS

II. ALAT DAN BAHAN

1. Peta Rupabumi Indonesia Lembar 1507-444 Bungkal skala 1 : 25.000

2. Peta DAS Pelem

3. Kertas kalkir

4. Block millimeter

5. Penggaris

6. Benang

7. Kalkulator

8. Alat tulis menulis

III. CARA KERJA

1. Menggambar DAS

2. Menghitung panjang aliran sungai

3. Menghitung panjang lembah sungai

4. Menghitung sinousitas DAS

5. Menyiapkan peta satuan lahan

6. Melakukan skoring terhadap setiap parameter penentu fungsi kawasan

7. Melakukan analisis pembahasan

Page 2: kelompok-pgg-acara-5

IV. DASAR TEORI

Daerah Aliran Sungai merupakan suatu wilayah daratan yang secara

topografi dibatasi oleh punggung – punggung ( igir – igir ) gunung yang

menampung dan menyimpan air hujan untuk kemudian menyalurkannya ( air,

sedimen, unsur hara ) ke laut melalui sungai utama ( satu outlet ). DAS bisa berarti

juga sebagai suatu daerah yang dibatasi (dikelilingi) oleh garis ketinggian di mana

setiap air yang jatuh di permukaan tanah akan dialirkan melalui satu outlet. DAS

merupakan bentuk dari kumpulan berbagai jenis sungai pada suatu tempat tertentu

dan pada kurun waktu tertentu pula. Penamaan DAS biasanya memakai nama

sungai utama atau sungai yang memiliki lebar dan panjang yang lebih dibanding

sungai yang lainnya.

Komponen yang ada di dalam sistem DAS secara umum dapat dibedakan

dalam 3 kelompok, yaitu komponen masukan yaitu curah hujan, komponen output

yaitu debit aliran dan polusi/sedimen, dan komponen proses yaitu manusia,

vegetasi, tanah, iklim, dan topografi. Sehingga pengelolaan DAS adalah

melakukan pengelolaan setiap komponen DAS sehingga dapat mencapai tujuan

yang dimaksud.

Daerah aliran sungai (DAS) berdasarkan batasan-batasannya dan fungsi

yang dimilikinya terbagi menjadi :

1. Daerah Hulu (Upperland)

Merupakan daerah konservasi yang mempunyai kerapatan drainase lebih

tinggi, daerah dengan kemiringan lereng besar(>15%), bukan daerah banjir,

pengaturan pemakaian air ditentukan oleh pola drainase dan jenis vegetasi

umumnya merupakan tegakan hutan. Daerah ini sangat peka terhadap

kerusakan, sehingga masalah utama adalah perlindungan.

2. Daerah Tengah (Middle Land)

Merupakan daerah transisi antara karakteristik biogeofisik daerah hulu dan

hilir, peka terhadap kerusakan. Kemiringan lereng di daerah ini pun merupakan

rata-rata dari kemiringan lereng bagian hulu dan hilir. Daerah ini memiliki

fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelola untuk dapat memberikan manfaat

bagi kepentingan sosial dan ekonomi, yang antara lain dapat diindikasikan dari

kuantitas air, kualitas air, kemampuan menyalurkan air, dan ketinggian muka

Page 3: kelompok-pgg-acara-5

air tanah, serta terkait pada pra sarana pengairan seperti pengelolaan sungai,

waduk, dan danau.

3. Daerah hilir (Lower Land)

Merupakan daerah yang memiliki kerapatan drinase lebih kecil, kemiringan

lereng kecil sampai dengan sangat kecil(<8%), pada beberapa tempat

merupakan daerah banjir, pengaturan pemakaian air ditentukan oleh bangunan

irigasi. Selain itu, jenis vegetasi didominasi tanaman pertanian kecuali daerah

eustaria yang didominasi oleh hutan bakau/gambut.

Panjang sungai utama merupakan alur sungai yang diukur mulai dari outlet DAS

hingga perpanjangan sungai sampai batas DAS.Kenyataannya cukup sulit

membedakan sungai utama dengan bukan sungai utama bila terdapat

percabangan sungai, untuk ini diambil suatu ketentuan bahwa sungai utama

adalah cabang sungai yang mempunyai daerah tangkapan (catchment) yang

lebih luas.

Sinousitas DAS

Kelengkungan sungai (sinousitas sungai ) adalah perbandingan antara

panjang sungai lembah sungai dengan panjang sungai.

Adapun rumus untuk mencari sinousitas DAS adalah panjang aliran sungai

panjanglembah

Page 4: kelompok-pgg-acara-5

1 – 1,4 : Lurus

1,5 – 3 : Bermeander

>3 : Arah sungai sangat berkelok

Setelah mengetahui kelengkungan sungai maka dapat diklasifikasikan

bentuk-bentuk sungai,yaitu sebagai berikut :

a. Bentuk Meandering.

Pada umumnya pengaliran di sungai adalah tidak permanen. Sungai yang

berbentuk meander adalah sungai yang mempunyai belokan yang secara

(kurang lebih) teratur membentuk fungsi sinus pada bidang datarannya.

Biasanya terdiri dari beberapa seri belokan yang dihubungkan oleh bagian

yang lurus yang disebut “crossing”. Umumnya meander sungai akan

mempunyai kemiringan dasar yang sangat landai. Dasar sungai pada sisi luar

belokan umumnya akan lebih dalam karena adanya kecepatan yang lebih

besar pada sisi belokan tersebut. Kemudian gaya centrifugal pada belokan

akan menyebabkan timbulnya arus melintang sungai yang selanjutnya

bersama-sama dengan aliran utamanya akan membentuk aliran helicoidal.

Dengan demikian erosi akan terjadi pada sisi luar belokan.

b. Bentuk Lurus

Sungai lurus biasanya juga merupakan penghubung dari meander-meander

(crossing), sehingga seolah-olah merupakan bagian transisi dari meander satu

ke meander berikutnya. Kedalaman air pada crossing relatif lebih dangkal

dibandingkan dengan kedalaman air pada bagian meander.

c.  Bentuk Braided

Bentuk sungai macam ini adalah sedemikian kompleksnya sehingga pada

debit kecil alur sungai kadang-kadang akan terdiri dari satu atau lebih alur

sungai yang dipisahkan oleh pulau-pulau kecil pada sungai tersebut. Sungai

biasanya lebar, alur-alur kecil serta formasi garis sedimen sering berubah

dengan berubahnya besar debit yang lewat,dan sulit untuk diprediksikan.

Sungai semacam ini biasanya mempunyai kemiringan yang relatif terjal serta

membawa sedimen dengan konsentrasi tinggi.

Page 5: kelompok-pgg-acara-5

Pengertian Fungsi Kawasan

Fungsi kawasan merupakan fungsi dari ruang yang merujuk pada UU No 26 Tahun

2007 yang membagi kawasan berdasarkan kriteria dan tata cara penetapan hutan

lindung dan hutan produksi yang berkaitan dengan karakteristik fisik DAS dengan

beberapa faktor seperti kemiringan lereng, jenis tanah menurut kepekaan terhadap

erosi dan curah hujan harian rata – rata.

Macam – macam fungsi kawasan

Berdasarkan hasil skoring ketiga karakteristik DAS tersebut maka dapat

diklasifikasikan bahwa :

1. Kawasan Fungsi Lindung

Satuan lahan dengan jumlah skor ketiga karakteristik fisiknya sama dengan

atau lebih besar dari 175, atau memenuhi salah satu atau beberapa kriteria

sebagai berikut :

1) Mempunyai kemiringan lereng lebih > 45 %

2) Merupakan kawasan yang mempunyai jenis tanah sangat peka terhadap erosi

(regosol, litosol, organosol,dan renzina) dan mempunyai kemiringan lereng >

15%

3) Merupakan jalur pengaman aliran sungai sekurang-kurangnya 100 meter di

kanan kiri alur sungai

4) Merupakan pelindung mataair, yaitu 200 meter dari pusat mataair.

5) Berada pada ketinggian lebih atau sama dengan 2.000 meter diatas

permukaan laut.

6) Guna kepentingan khusus dan ditetapkan oleh pemerintah sebagai kawasan

lindung.

2. Kawasan Fungsi Penyangga

Satuan lahan dengan jumlah skor ketiga karakteristik fisiknya antara 125-174

serta memenuhi kriteria umum sebagai berikut :

1) Keadaan fisik satuan lahan memungkinkan untuk dilakukan budidaya.

2) Lokasinya secara ekonomis mudah dikembangkan sebagai kawasan

penyangga.

3) Tidak merugikan segi-segi ekologi atau lingkungan hidup apabila

dikembangkan sebagai kawasan penyangga.

Page 6: kelompok-pgg-acara-5

3. Kawasan Fungsi Budidaya Tanaman Tahunan

Satuan lahan dengan jumlah skor ketiga karakteristik fisiknya < 124 serta

sesuai untuk dikembangkan usaha tani tanaman tahunan. Selain itu areal tersebut

harus memenuhi kriteria umum untuk kawasan penyangga.

4. Kawasan Fungsi Budidaya Tanaman Semusim dan Permukiman

Satuan lahan dengan kriteria seperti dalam penetapan kawasan budidaya

tanaman tahunan serta terletak di tanah milik, tanah adat dan tanah negara yang

seharusnya dikembangkan usaha tani tanaman semusim. Selain memenuhi

kreteria tersebut diatas, untuk kawasan permukiman harus berada pada lahan

yang memiliki lereng mikro tidak lebih dari 8%.

Dasar Pembagian Fungsi kawasan

Fungsi kawasan lahan dapat ditetapkan melalui analisa satuan lahan yang diperoleh

dari hasil tumpangsusun peta geologi, peta kemiringan lereng, peta tanah dan peta

penggunaan lahan. Namun parameter yang dinilai untuk menemukan fungsi

kawasan pada masing – masing satuan lahan adalah kemiringan ereng, jenis tanah

menurut kepekaannya terhadap erosi dan intensitas curah hujan harian rata – rata

pada setiap satuan lahan.

1. Kemiringan lereng

Klasifikasi kemiringan lereng berpedoman pada pedoman Penyusunan Pola

Rehabilitasi dan Konservasi Tanah. Parameter klasifikasi kemiringan lereng

dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel kemirinagn dan nilai skor kemiringan lereng

Kelas Kemiringan ( % ) Klasifikasi Skor Skor X Bobot

( 20 )

I 0-8 Datar 1 20

II 8-15 Landai 2 40

III 15-25 Agak Curam 3 60

IV 25-40 Curam 4 80

V >40 Sangat Curam 5 100

Sumber : Wiharta et al ( 1997 : 293 )

Page 7: kelompok-pgg-acara-5

2. Jenis tanah

Jenis tanah menurut kepekaannya terhadap erosi berdasarkan klasifikasinya

dapat dilakukan berdasarkan pada Pola Penyusunan Pola Rehabilitasi Lahan dan

Konservasi Tanah. Klasifikasi jenis tanah menurut kepekaannya terhadap erosi

dapa dilihat dari tabel berikut :

Tabel klasifikasi dan nilai skor enis tanah menurut kepekaannya terhadap erosi

Kelas Jenis Tanah Klasifikasi Sko

r

Skor X Bobot ( 15 )

I Aluvial, Planosol,

Hidromorf, Kelabu,

laterik

Tidak peka 1 15

II Latosol Agak peka 2 30

III Tanah hutan coklat,

tanah mediteran

Kepekaan

sedang

3 45

IV Andosol, laterik,

Grumosol, Podsol,

Podsolic

Peka 4 60

V Regosol, Litosol,

Organosol, renzina

Sangat peka 5 75

Sumber : Wiharta et al ( 1997 : 239 )

3. Intensitas Curah hujan

Intensitas curah hujan harian rata – rata diperoleh dengan menggunakan

perhitungan sebagai berikut :

Intensitas curah hujan harian = rata – rata curah hujan tahunan

Rata – rata hari hujan tahunan

Dari perhitungan tersebut diperoleh data intensitas hujan harian rata – rata,

sedangkan delineasinya dilakukan dengan menggunakan metode polygon

thiessen, yaitu dengan cara menghubungkan setiap titik stasiun hujan yang

terdekat dengan garis lurus hingga membentuk jaringan segitiga yang menutupi

seluruh DAS, kemudian pada tiap pertengahan sisi segitiga tersebut ditarik garis

Page 8: kelompok-pgg-acara-5

tegak lurus hingga berpotongan dengan garis tegak lurus yang ditarik dari sisi

segitiga yang lain, dari sisi akan terbentuk poligon – poligon yang di dalam

masing – masing poligon tersebt terdapat satu stasiun hujan. Selanjutnya

besarnya intensitas curah hujan harian pada masing – masing poligon mengacu

pada stasiun hujan yang ada di dalamnya.

Klasifikasi intensitas hujan harian rata – rata mengacu pada Pedoman

Penyusunan Pola rehabilitasi lahan dan Konservasi Tanah. Klasifikasi intensitas

curah hujan harian rata – rata dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel. Klasifikasi dan skor intensitas curah hujan harian rata – rata

Kelas Intensitas curah

hujan ( mm / hari )

Klasifikasi Sko

r

Skor X Bobot ( 10 )

I ≤ 13,6 Sangat

rendah

1 10

II 13,6-20,7 Rendah 2 20

III 20,7-27,7 Sedang 3 30

IV 27,7-34,8 Tinggi 4 40

V ≥34,8 Sangat tinggi 5 50

Sumber : Wiharta et al ( 1997 : 239 )

Table klasifikasi dan skor fungsi kawasan sebagai berikut :

KELAS FUNGSI KAWASAN SKOR / NILAI

I Lindung > 175

II Penyangga 125 – 174

III Produksi tanaman tahunan < 124 + lereng > 8%

IV Produksi tanaman musiman dan permukiman < 124 + lereng < 8%

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Menentukan batas DAS yang terdapat pada peta rupabumi Indonesia (dengan

membatasi igir)

Dalam Praktikum Geologi dan Geomorfologi acara V ini, DAS yang digunakan adalah

DAS Pelem. Adapun basemap yang digunakan adalah peta RBI lembar Bungkal tahun

Page 9: kelompok-pgg-acara-5

2001. Setelah mengamati peta maka akan ditentukan batas DAS Pelem ( dengan

membatasi igir ).

2. Menghitung Panjang aliran sungai

Diketahui : panjang peta = 33,6 cm

Ditanyakan: panjang aliran sungai... ?

Jawab :

Panjang aliran sungai = panjang pada peta x penyebut skala

= 33,6 cm x 25.000

= 840.000 cm

= 8,4 km

3. Menghitung panjang lembah sungai

Diketahui : panjang lembah sungai di peta = 27,4 cm

Ditanyakan: panjang lembah sungai ... ?

Jawab : = panjang lembah sungai x skala 27,4 cm

= 27,4 cm x 25000

= 685000 cm

= 6,85 km

4. Menghitung sinousitas sungai

Sinousitas sungai = panjang aliran sungai

panjanglembah

= 8,4 km

6,85 km

=1,2

5. Menyiapkan peta satuan lahan

Peta satuan lahan yang digunakan seperti pada peta satuan lahan pada acara III

bertema Morfometri DAS III. Peta yang digambar sesuai dengan kaidah

kartografis.

6. Menentukan Fungsi Kawasan

Untuk menentukan fungsi kawasan di DAS Pelem dapat menggunakan metode

skoring. Adapun hasil metode skoring untuk penentuan fungsi kawasan di DAS

Pelem dapat dilihat pada tabel berikut :

Page 10: kelompok-pgg-acara-5

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil praktikum di atas dapat dilakukan pembahasan sebagai

berikut:

Dalam praktikum geologi dan geomorfologi acara V ini, DAS yang digunakan

adalah DAS Pelem. DAS Pelem dapat dilihat di peta RBI Lembar 1507-444 Bungkal

tahun 2001. Peta RBI Lembar 1507-444 Bungkal dapat dijadikan sebagai basemap

dalam pembuatan peta DAS Pelem. Secara administratif, DAS Pelem terletak di Desa

Koripan, Desa Pelem, Desa Munggu, Desa Cepoko, dan Desa Ngrayun yang terletak di

Kecamatan Bungkal Kabupaten Ponorogo.

DAS Pelem mempunyai sungai utama yaitu sungai Pelem.Sungai ini merupakan

sungai yang terpanjang, sehingga untuk mengetahui panjang sungai dapat diukur mulai

dari bagian hulu hingga hilir. Untuk menghitung panjang sungai dapat digunakan

benang. Untuk menghitungnya dapat dilakukan dengan mengikuti alur sungai

terpanjang dengan menggunakan benang hingga hulu. Kemudian diukur panjang sungai

utama. Dari hasil pengukuran yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa DAS Pelem

memiliki panjang 8,4 km.

Sedangkan panjang lembah sungai diukur dengan langkah pembuatan

penampang berupa garis lurus di sepanjang aliran sungai, yaitu dari ujung pangkal

hingga ke ujung sungai. Berdasarkan metode tersebut, dapat diketahui bahwa panjang

lembah sungai sebesar 6,85 km, Adapun cara untuk mengukur panjang lembah sungai

dapat dilakukan dengan menggunakan penggaris.

Untuk menghitung sinositas sungai merupakan hasil bagi antara panjang aliran

sungai dengan panjang aliran lembah. Berdasarkan perhitungan yang ada dapat

diketahui bahwa sinaousitas sungai sebesar 1,2. Hal ini berarti bentuk sungainya

merupakan bentuk sungai lurus. Sungai lurus biasanya juga merupakan penghubung

dari meander-meander (crossing), sehingga seolah-olah merupakan bagian transisi dari

meander satu ke meander berikutnya. Kedalaman air pada crossing relatif lebih dangkal

dibandingkan dengan kedalaman air pada bagian meander. Berdasarkantahapan

perkembangannya, sungai ini tergolong sungai muda. Sungai muda memiliki ciri antara

lain : erosi vertikal, memiliki arus kencang, bentuk sungai lurus karena topografi

miring,suspensi sungai muda rendah sehingga air jernih, kecuali saat banjir (saat banjir,

Page 11: kelompok-pgg-acara-5

air menjadi keruh), tebing curam karena aliran sungai yang deras bersifat menggerus

atau mengabrasi dasar sungai.

Peta satuan lahan DAS Pelem dapat disusun dengan mengoverlaykan peta tanah,

peta kemiringan lereng, serta peta penggunaan lahan. Berdasarkan peta satuan lahan

yang ada dapat diketahui bahwa DAS Pelem memiliki 82 satuan lahan. Masing –

masing satuan lahan memiliki karakteristik tertentu.

Dalam penentuan fungsi kawasan, dapat dioverlay dengan menggunakan peta

tanah, peta penggunaan lahan serta intensitas curah hujan. Dari hasil overlay tersebut

dapat diperoleh peta satuan lahan. Dalam menentukan fungsi kawasan dapat dilakukan

dengan metode skoring. Dalam memberikan skoring harus berdasarkan hasil skor pada

setiap masing – masing parameter. Adapun parameter yang digunakan antara lain : jenis

tanah, kemiringan lereng, serta intensitas curah hujan. Berdasarkan hasil skoring yang

telah dilakukan ( tabel terlampir ) dapat diketahui bahwa DAS pelem memiliki 4 fungsi

kawasan, yaitu kawasan lindung, kawasan penyangga, kawasan produksi tanaman

tahunan, serta kawasan produksi tanaman semusim dan permukiman. Kawasan Fungsi

Lindung terletak pada satuan lahan dengan jumlah skor ketiga karakteristik fisiknya

sama dengan atau lebih besar dari 175. Kawasan Fungsi Penyangga teretak pada satuan

lahan dengan jumlah skor ketiga karakteristik fisiknya antara 125-174. Kawasan Fungsi

Budidaya Tanaman Tahunan terletak pada satuan lahan dengan jumlah skor ketiga

karakteristik fisiknya < 124 dan kemiringan lereng mikro lebih dari 8 % serta sesuai

untuk dikembangkan usaha tani tanaman tahunan. Kawasan Fungsi Budidaya Tanaman

Semusim dan Permukiman dengan jumlah ketiga skor karakteristik fisiknya <124 dan

lereng mikro tidak lebih dari 8%. Masing-masing satuan lahan menghasilkan Fungsi

Kawasan yang berbeda-beda. Perbedaan fungsi kawasan tersebut didasarkan pada tiga

parameter penentu fungsi kawasan, yaitu: kemiringan lereng, tanah, curah hujan yang

terdapat pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Pelem.

Page 12: kelompok-pgg-acara-5

VI. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. DAS Pelem secara administratif mencakup Desa Koripan, Desa Pelem, Desa

Munggu, Desa Cepoko, dan Desa Ngrayun yang terletak di Kecamatan Bungkal

Kabupaten Ponorogo

2. DAS Pelem memiliki panjang aliran sebesar 8,4 km, panjang lembah sungai

sebesar 6,85 km

3. Berdasarkan perhitungan yang ada dapat diketahui bahwa sinaousitas sungai

sebesar 1,2 dengan bentuk sungainya merupakan bentuk sungai lurus

4. DAS pelem memiliki 4 fungsi kawasan, yaitu kawasan lindung, kawasan

penyangga, kawasan produksi tanaman tahunan, serta kawasan produksi

tanaman semusim dan permukiman

5. Masing-masing satuan lahan menghasilkan Fungsi Kawasan yang berbeda-beda.

Perbedaan fungsi kawasan tersebut didasarkan pada tiga parameter penentu

fungsi kawasan, yaitu: kemiringan lereng, tanah, curah hujan yang terdapat pada

Daerah Aliran Sungai (DAS) Pelem.

VII.DAFTAR PUSTAKA

Asdak, C.2007. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press.

Bakosurtanal.2001.Peta Rupabumi Indonesia Lembar 1507-444 Bungkal skala

1 : 25.000. Cibinong : Bakosurtanal

Leo.2009. Hidrologi Dasar 1. http://leosejati.blogspot.com/2009/01/hidrologi-dasar-

1.html, dakses tanggal 21 Oktober 2012 pukul 20.56 WIB.

Lembaga Penelitian Tanah. 1966. Peta Tanah Tinjau Propinsi jawa Timur Skala

1 : 250.000.

Santosa, erwin.2012. Sinousitas DAS.

http://erwingeograf.blogspot.com/2012/02/sinousitas-das.html, diakses 24

November 2012.

Suripin. 2004. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Yogyakarta : Andi Offset

Page 13: kelompok-pgg-acara-5
Page 14: kelompok-pgg-acara-5