kelpompok 9 amdal

39
PROSES PELINGKUPAN RENCANA KEGIATAN PENAMBANGAN EMAS Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) Disusun oleh : KELOMPOK 9 Annisa Nur Alillah 140410120009 Aginta Rehulina Putri Keliat 140410120037 Annisa Ekawida Putri 140410120038 Noviyanti Soleha 140410120059 M. Nasrulah Akbar 140410120087 PROGRAM STUDI SARJANA BIOLOGI i

Upload: noviyanti-soleha

Post on 09-Jul-2016

41 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

Analisis Dampak Lingkungan

TRANSCRIPT

Page 1: Kelpompok 9 AMDAL

PROSES PELINGKUPAN RENCANA KEGIATAN PENAMBANGAN

EMAS

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

(AMDAL)

Disusun oleh :

KELOMPOK 9

Annisa Nur Alillah 140410120009

Aginta Rehulina Putri Keliat 140410120037

Annisa Ekawida Putri 140410120038

Noviyanti Soleha 140410120059

M. Nasrulah Akbar 140410120087

PROGRAM STUDI SARJANA BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR

2015

DAFTAR ISI

i

Page 2: Kelpompok 9 AMDAL

DAFTAR

ISI.................................................................................................ii

BAB I

PENDAHULUAN............................................................................1

1.1 Latar

Belakang..................................................................................1

1.2 Identifikasi

Masalah..........................................................................2

1.3

Tujuan................................................................................................2

BAB II TINJAUAN

PUSTAKA…….........................................................3

2.1

Pelingkupan…………………………………………………........3

2.1.1 Pelingkupan Ekologi......................................................... 4

2.1.2 Pelingkupan Sosial............................................................ 5

2.2 Dampak Potensial dari Kegiatan Pernambangan

Emas....................6

2.3 Klasifikasi dan Prioritas Dampak Penting

Hipotetik........................9

2.4 Hasil Pelingkupan Kegiatan Pertambangan

Emas..........................13

ii

Page 3: Kelpompok 9 AMDAL

2.4.1 Tahap Pra

Konstruksi............................................................13

2.4.2 Tahap

Konstruksi...................................................................15

2.4.3 Tahap Operasi............

………………………………………16

2.4.4 Tahap Pasca

Operasi..............................................................16

2.6 Wilayah Batas

Studi........................................................................16

2.7 Contoh Kasus Dokumen Lingkungan UKL-UPL Eksploitasi

Emas DMP Blok WPR Gunung

Simbe..........................................................21

BAB III

KESIMPULAN………………………………………………….23

DAFTAR

PUSTAKA..................................................................................24

iii

Page 4: Kelpompok 9 AMDAL

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara Indonesia terdiri dari kepulauan yang terletak di garis khatulistiwa,

sehingga memiliki kekayaan flora, fauna, dan tipe ekosistem yang tergolong

tinggi di dunia. Tetapi potensi kekayaan keanekaragaman hayati yang sangat

berharga ini mendapat ancaman karena berbagai dampak pembangunan yang tidak

berwawasan lingkungan. Dalam rangka melestarikan fungsi lingkungan termasuk

melindungi flora dan fauna beserta ekosistemnya dari kegiatan pembangunan,

pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintan Republik Indonesia No. 27 tahun

1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (Syulasmi dan Tina,

2009).

Berbagai kerusakan lingkungan yang saat ini dirasakan semakin

meningkat karena laju degradasi sumberdaya alam dan lingkungan jauh lebih

tinggi jika dibandingkan dengan laju upaya kita untuk melakukan perlindungan

dan pelestarian alam. Berbagai kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan yang

sangat menonjol adalah kerusakan hutan dan ekosistemnya, kerusakan lahan

basah, dan kerusakan terumbu karang, punahnya berbagai jenis flora dan fauna,

pencemaran tanah, udara, maupun air (Syulasmi dan Tina, 2009).

Aktivitas pembangunan akan selalu memberikan dampak positif maupun

negatif terhadap lingkungan, baik lingkungan biotik maupun abiotik. Sehingga

sering menimbulkan keresahan, terjadi perselisihan antara masyarakat setempat

yang menduduki daerah asal dengan pihak proyek atau masyarakat pendatang

sebagai tenaga proyek (Syulasmi dan Tina, 2009).

Setiap kegiatan pembangunan selalu didahului oleh pembuatan suatu

perencanaan, kemudian, pembangunan proyek dan operasi proyek. Tetapi

seringkali kegiatan yang dibuat hanya ditujukan untuk mencapai sasaran yang

diinginkan oleh pemrakarsanya, kurang memperhatikan pengaruhnya terhadap

lingkungan, sehingga banyak keluhan yang muncul pada saat proyek mulai

1

Page 5: Kelpompok 9 AMDAL

dibangun atau beberapa saat setelah proyek selesai dibangun. Oleh karena itu

setiap kegiatan pembangunan yang akan mengakibatkan perubahan terhadap

lingkungan haruslah melakukan analisis mengenai dampak lingkungan terlebih

dahulu (Syulasmi dan Tina, 2009). Dampak suatu pembangunan dapat dibagi

menjadi dua kelompok, pertama adalah dampak potensial, dan kedua dampak

hipotetik. Salah satu rencana kegiatan yang memerlukan analisis mengenai

dampak lingkungan adalah penambangan emas.

1.2 Identifikasi Masalah

1. Apa saja dampak potensial dari kegiatan penambangan emas.

2. Apa saja dampak hipotetik dari kegiatan penambangan emas.

3. Data apa saja yang diperlukan untuk menentukan wilayah studi kegiatan

penambangan emas.

1.3 Tujuan

Tujuan dari pembuatan tugas ini adalah untuk mengetahui proses dan hal

apa saja yang diperlukan dalam pelingkupan rencana kegiatan penambangan emas

yang meliputi dampak potensial, dampak hipotetik dan wilayah studi. Dampak

hiopotetik yang didapat berasal dari dampak potensial.

2

Page 6: Kelpompok 9 AMDAL

BAB II

ISI

2.1 Pelingkupan

Pelingkupan merupakan suatu proses awal (dini) untuk menentukan

lingkup permasalahan dan mengidentifikasi dampak penting (hipotetis) yang

terkait dengan rencana kegiatan. Tujuan pelingkupan adalah untuk menetapkan

batas wilayah studi, mengidentifikasi dampak penting terhadap lingkungan,

menetapkan tingkat kedalaman studi, menetapkan lingkup studi, menelaah

kegiatan lain yang terkait dengan rencana kegiatan yang dikaji (Kahar, 2014).

Pelingkupan sudah harus dilaksanakan sejak awal, yaitu pada saat

pemrakarsa merencanakan proyek-proyek apa yang akan dibangun di suatu

daerah, dengan mempertimbangkan berbagai macam alternatif, pelingkupan pada

tingkat ini disebut dengan pelingkupan kebijaksanaan dan

perencanaan/planning/policy scoping. Dalam pelaksanaan AMDAL pelingkupan

sudah dilakukan sejak awal pada saat menyusun kerangka acuan atau TOR (Terms

of Reference), atau pada saat menyusun rencana penelitian lapangan yang

mendetail sampai dengan penyusunan laporan AMDAL itu selesai (Syulasmi dan

Tina, 2009).

Hasil akhir dari proses pelingkupan adalah dokumen KA-ANDAL. Saran

dan masukan masyarakat harus menjadi bahan pertimbangan dalam proses

pelingkupan. Dalam proses pelingkupan ada beberapa istilah sebagai berikut

a. Dampak potensial, yaitu proses identifikasi komponen lingkungan yang

potensial terkena dampak dan hasilnya berupa daftar potensi dampak

lingkungan terlepas apakah dampak tersebut berukuran besar atau kecil, positif

atau negatif, penting atau tidak.

b. Dampak hipotetik, yaitu dampak potensial yang telah teridentifikasi tergolong

sebagai dampak penting (hipotetik), dari hasil identifikasi keluar daftar dampak

penting hipotetik yang perlu dikaji dalam ANDAL. Pengelompokkan atau

3

Page 7: Kelpompok 9 AMDAL

klasifikasikan dampak penting hipotetik menjadi beberapa pokok-pokok

prioritas.

Cara menentukan dampak potensial dan dampak hipotetik adalah dengan

menggunakan metode daftar uji, daftar uji sederhana, daftar uji kuesioner, daftar

uji deskriptif, metode matrik sederhana, dan metode bagan alir dampak (Kahar,

2014).

Pelaksanaan pelingkupan pada waktu penyusunan kerangka acuan, sangat

memerlukan suatu keahlian dan pengalaman tim yang tinggi. Karena semakin

tinggi keahlian dan pengalaman tim maka pelingkupannyanya akan lebih tepat

dan tajam hasilnya. Kegunaan dari pelingkupan adalah agar di dalam studi

AMDAL, waktu, biaya dan tenaga dapat lebih efisien. Beanland dan Duinker

(1983) dalam Syulasmi dan Tina (2009) memberikan pengertian untuk dua

macam pelingkupan, yaitu

1. Pelingkupan ekologi (Ecological Scoping) dan

2. Pelingkupan sosial (Social Scoping).

2.1.1 Pelingkupan ekologi

Pelingkupan ekologi adalah proses dari pelingkupan yang menetapkan

dampak penting berdasarkan pada nilai-nilai ekologi atau peranan ekologinya.

Secara skematis seperti pada Gambar 1. di bawah ini.

4

Page 8: Kelpompok 9 AMDAL

Gambar 1. Diagram proses pelingkupan ekologi Beanland dan (Duinker, 1983

dalam Syulasmi dan Tina, 2009).

2.1.2 Pelingkupan sosial

Pelingkupan sosial adalah proses dari pelingkupan yang menetapkan

dampak penting berdasarkan pandangan dan penilaian masyarakat (public

hearing). Secara skematis tampak pada Gambar 2. di bawah ini.

Gambar 2. Diagram proses pelingkupan ekologi (Duinker, 1983 dalam Syulasmi

dan Tina, 2009).

5

Page 9: Kelpompok 9 AMDAL

2.2 Dampak Potensial dari Kegiatan Pernambangan Emas

Dampak potensial adalah dampak yang diduga dapat terjadi saat komponen

kegiatan berinteraksi dengan komponen lingkungan. Hasil identifikasi dampak

potensial diperoleh dampak yang dapat diabaikan dan dampak yang perlu dikaji

(dampak penting hipotetik). Hal yang perlu dikaji meliputi keberadaan dampak,

besaran dampak, karakteristik dampak, dan sifat penting dampak (Rahayu, 2013).

Menurut Rahayu (2013) dampak potensial dari kegiatan penambangan emas

adalah sebagai berikut

1. Membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat lokal, namun karena

keterbatasan keterampilan dan pendidikan masyarakat maka kebanyakan

masyrakat lokal hanya bekerja di lapangan. Juga kapasitas dari perusahaan

penambangan emas yang juga tidak mampu untuk menampung seluruh

masyarakat untuk bekerja di proyeknya.

2. Peningkatan pendapatan masyarakat, karena dalam pembangunan kegiatan

penambangan emas membutuhkan tenaga kerja dari masyarakat sekitar.

3. Kesehatan masyrakat sekitar membaik, karena dengan adanya

pembangunan kegiatan penambangan emas akan ada perbaikan untuk

MCK yang terdapat di masyarakat, jika masyarakat umumnya

melakukannya di sungai, maka kali kini dapat dibangun MCK dalam

sebuah bangunan yang layak.

4. Keamanan meningkat, karena selama 24 jam akan selalu ada penjagaan

oleh security atau pihak keamanan lainnya yang mengawasi daerah

penambangan emas tersebut, sehingga wilayah masyrakat sekitar kegiatan

penambangan emas tersebut juga terlindungi dengan lebih baik.

5. Kenyamanan beraktivitas masyarakat terganggu, karena adanya lalu lalang

angkutan besar yang membawa material dan berbagai alat besar lainnya

untuk penunjang kegiatan penambangan emas.

6. Kebisingan, kegiatan penambangan emas dapat beroperasi pada malam

hari dan kegiatan tersebut dapat mengganggu masyarakat sekitar yang

6

Page 10: Kelpompok 9 AMDAL

sedang beristirahat pada malam hari. Misalnya kegiatan pengangkutan

yang dilakukan oleh kendaraan besar yang akan menimbulkan suara

kebisingan dari kendaraan tersebut.

7. Kerusakan jalan, penambangan emas pada umumnya dilakukan di wilayah

yang belum terlalu maju, wilayah tersebut memiliki akses jalan yang kecil

yang hanya dilalui oleh kendaraan roda empat berukuran kecil dan sepeda

motor. Namun kini diperlukan pelebaran jalan guna memudahkan proses

transportasi yang dilakukan untuk berlangsungnya kegiatan penambangan

emas.

8. Berkurangnya lahan pertanian dan perkebunan, karena adanya pengalihan

fungsi dari lahan pertanian menjadi penambangan emas. Penambangan

emas memerlukan cakupan wilayah yang cukup luas.

9. Terbentuknya akumulasi modal, karena akan terjadi semakin banyak

kegiatan peredaran modal di daerah tersebut yang juga dapat membuat

wilayah tersebut kondisi ekonominya membaik. Masyarakat dapat

membangun mini market, warung nasi, usaha laundry, dan lain

sebagainya.

10. Kerusakan tanah, struktur dan komposisi tanah dapat terganggu karena

adanya pengerukan dan penggunaan cara penunjang yang berbahaya,

seperti peledak.

Sementara itu, isu-isu lingkungan akibat kegiatan pertambangan menurut

United Nations Environment Programme (UNEP, 1999) dalam Baklau dan

Parsons (1999) adalah sebagai berikut

• Kerusakan habitat dan biodiversity pada lokasi pertambangan

• Perlindungan ekosistem/habitat/biodiversity di sekitar lokasi pertambangan.

• Perubahan landskap/gangguan visual/kehilangan penggunaan lahan

• Stabilisasi site dan rehabilitasi

• Limbah tambang dan pembuangan tailing

7

Page 11: Kelpompok 9 AMDAL

• Kecelakaan/ terjadinya longsoran fasilitas tailing

• Peralatan yang tidak digunakan, seperti limbah padat, limbah rumah tangga

• Emisi Udara

• Debu

• Perubahan Iklim

• Konsumsi Energi

• Pelumpuran dan perubahan aliran sungai

• Buangan air limbah dan air asam taminasi

• Pemaparan bahan kimia di tempat kerja

• Rakat dan pemukiman tambang

• Perubahan air tanah dan kontur tanah

• Limbah B3 dan bahan kimia beserta pengelolaan bahan kimia, keamanan,

dan pekerjanya

• Kebisingan

• Radiasi

• Keselamatan dan kesehatan

• Toksisitas logam berat

• Peninggalan budaya dan situs arkeologi Kesehatan masyarakat di sekitar

tambang

8

Page 12: Kelpompok 9 AMDAL

2.3 Klasifikasi dan Prioritas Dampak Penting Hipotetik

Menurut Anto (2014), dampak potensial yang perlu dianalisis lebih lanjut

dan menjadi dampak hipotetik tertera dalam Tabel 1. di bawah ini.

Tabel 1. Dampak Hipotetik dari Rencana Penambangan Emas

No Dampak Penjelasan

1. Perubahan pola

kepemilikan lahan

(munculnya spekulan

tanah)

Kegiatan penambangan emas membutuhkan

luas lahan yang sangat luas.

2. Perubahan tata lahan dan

kerusakan tanah/lahan

Pada tahap konstruksi diperkirakan akan

terjadi penurunan produktivitas pertanian dan

perkebunan. Selain itu akan ada dampak yang

timbul pasca tahap konstruksi, yaitu aktivitas

pertambangan mengganggu aktivitas

pertanian dan perkebunan dikarenakan proses

penggalian yang berlokasi di wilayah terbuka,

serta proses ekstraksi emas hingga limbahnya

yang mencemari lahan pertanian dan

perkebunan yang akhirnya mematikan lahan-

lahan tersebut karena kondisi tanahnya sudah

tidak sesuai jika digunakan untuk bercocok

tanam. Misalnya, pH tanah menjadi lebih

asam karena penggunaan bahan kimia selama

proses penambangan, yang berujung pada

hilangnya mata pencaharian penduduk sekitar.

Dengan demikian berkurangnya lahan

pertaninan dan perkebunan akibat kegiatan

konstruksi dan operasi pertambangan emas

menjadi dampak penting hipotetik.

Perusakan tanah disini bisa berarti kandungan

9

Page 13: Kelpompok 9 AMDAL

tanah yang sudah tidak layak untuk

dpergunakan maupun kondisi secara fisik

sepeerti jalan yang biasanya hanya dilewati

oleh kendaraan beroda dua.

3. Keresahan dan persepsi

masyarakat

Munculnya spekulan tanah menyebabkan

adanya kemungkinan kehilangan mata

pencaharian yang kemudian akan

menimbulkan keresahan masyarakat.

Hilangnya mata pencaharian sebagian

penduduk yang terkena pembebasan lahan dan

munculnya spekulan tanah yang menyebabkan

harga tanah meningkat akan menimbulkan

persepsi negatif masyarakat. Adanya

kompensasi tanah dan bangunan serta ganti

rugi tanam tumbuh untuk lahan penambangan

emas apabila tidak sesuai dengan harapan

masyarakat dapat menimbulkan persepsi

negatif masyarakat. Pada tahap kontruksi

adanya penurunan kualitas udara dan

peningkatan kebisingan dapat mengganggu

kesehatan masyarakat. Timbulnya gangguan

kenyamanan dan gangguan kesehatan

masyarakat menimbulkan persepsi negatif

masyarakat.

4. Kecemburuan sosial Pada tahap konstruksi, sebagian tenaga kerja

merupakan tenaga kerja dari luar, dan

sebagian dari penduduk disekitar lokasi tapak

proyek sesuai kualifikasi yang dibutuhkan.

Kedatangan tenaga kerja dari luar akan

menimbulkan kecemburuan sosial.

Kecemburuan sosial ini dapat terjadi dari

10

Page 14: Kelpompok 9 AMDAL

kondisi persaingan untuk memperoleh

peluang kerja di proyek dan dari perbandingan

kondisi keahlian yang dimiliki oleh tenaga

luar dan tenaga sekitar.

5. Perubahan mata

pencaharian penduduk

Keberadaan penambangan emas akan

menyebabkan terjadinya perubahan mata

pencaharian sebagian penduduk yang terkena

pembebasan lahan, karena lahan yang

digunakan sebagai sumber mata pencaharian

sudah berubah

6. Perubahan kualitas udara

dan debu

Peralatan dan material yang digunakan untuk

konstruksi dilakukan dengan menggunakan

truk atau alat angkutan lain sampai posisi

terdekat dan kemudian dibawa dengan tenaga

manusia ke lokasi lainnya. Mobilisasi alat dan

material gardu induk diperkirakan

menimbulkan cemaran berupa debu

berterbangan, SO2, dan NO2.

7. Timbulnya kebisingan Kebisingan dapat bersumber dari

beroperasinya alat-alat berat pada pekerjaan

konstruksi dan juga dengan semakin

seringnya transportasi kendaraan terutama

truk besar yang mengangkut material. Kondisi

ini akan mengganggu kenyamanan dan

ketenangan masyarakat sekitar lokasi proyek.

Selain itu, pada tahap operasi akibat arus

transportasi pengangkutan batuan emas oleh

alat berat juga menimbulkan kebisingan.

Dengan demikian kebisingan akibat kegiatan

konstruksi dan operasi pertambangan emas

menjadi dampak penting hipotetik.

11

Page 15: Kelpompok 9 AMDAL

8. Penurunan kualitas air Pada tahap kegiatan kontuksi akan berpotensi

menimbulkan dampak lingkungan berupa

timbulan limbah padat domestik, seperti

kertas bekas, kardus bekas material, dll. akibat

aktivitas pekerja yang berada di lokasi

penambangan emas tersebut. Selain itu

kegiatan aktivitas pekerja di dalam

pembangunan penambangan emas selama

tahap konstruksi berpotensi menimbulkan

dampak lingkungan berupa limbah tinja,

bekas mandi, cuci, dapur dan sebagainya yang

berada di lokasi tersebut. Limbah domestik

yang dihasilkan akan menyebabkan

penurunan kualitas air disekitar tapak proyek.

Dalam kegiatan operasional, pembuangan

limbah industri ke aliran sungai,

penambangan emas yang menggunakan

merkuri untuk memisahkan emas dengan

pasir. Apabila merkuri yang jatuh ke air

melalui sisa-sisa ikatan tambang emas sampai

ke dasar sungai, sifatnya sudah beracun

(toksin). Secara bertahap kandungan ini akan

terakumulasi tingkat bahayanya bagi makhluk

hidup. Salah satunya melalui rantai makanan

di sekitar sungai. Selain itu dapat juga

mencemari sumur disekitar pemukiman

warga.

2.4 Hasil Pelingkupan Kegiatan Pertambangan Emas

12

Page 16: Kelpompok 9 AMDAL

Anto (2014), juga memberikan penjelasan mengenai hasil pelingkupan

kegiatan penambangan emas yang terbagi empat tahap, yaitu tahap pra konstruksi,

tahap kosntruksi, tahap operasi dan tahap pasca operasi. Penjelasan masing-

masing tahap tersebut sebagai berikut

2.4.1 Tahap Pra Konstruksi

a. Pengadaan Lahan Penambangan Emas

Munculnya Spekulan Tanah

Adanya rencana membeli lahan penduduk untuk jalur transmisi dan gardu

induk akan menyebabkan timbulnya spekulan tanah diantara masyarakat yang

akan berpengaruh pula pada lonjakan harga tanah di sekitar lokasi proyek

pertambangan emas.

Keresahan Masyarakat

Munculnya spekulan tanah adanya kemungkinan kehilangan mata

pencaharian akan menimbulkan keresahan masyarakat.

Perubahan Persepsi Masyarakat

Hilangnya mata pencaharian sebagian penduduk yang terkena pembebasan

lahan dan munculnya spekulan tanah yang menyebabkan harga tanah meningkat

akan menimbulkan persepsi negatif masyarakat.

b. Kompensasi Right of Way (ROW)

Perubahan Persepsi Masyarakat

Adanya kompensasi tanah dan bangunan serta ganti rugi tanam tumbuh

untuk lahan ROW apabila tidak sesuai dengan harapan masyarakat dapat

menimbulkan persepsi negatif masyarakat.

2.4.2 Tahap Konstruksi

a. Penerimaan Tenaga Kerja

Peningkatan Kesempatan Kerja

Kegiatan konstruksi penambangan emas akan menyerap tenaga kerja

konstruksi. Penyerapan tenaga kerja menimbulkan kesempatan kerja bagi

masyarakat yang diterima bekerja.

13

Page 17: Kelpompok 9 AMDAL

Perubahan Persepsi Masyarakat

Adannya peluang kesempatan kerja menimbulkan persepsi negatif dari

masyarakat dan akan berlanjut terus sampai jalur transmisi dan gardu induk

beroperasi.

b. Mobilisasi Alat dan Material

Penurunan Kualitas Udara

Peralatan dan material yang digunakan untuk konstruksi pertambangan

emas dilakukan dengan menggunakan truk atau alat angkutan lain. Mobilisasi alat

dan material penambangan emas diperkirakan menimbulkan cemaran berupa debu

berterbangan, SO2, dan NO2.

Peningkatan Kebisingan dan Getaran

Kegiatan mobilisasi alat dan material konstruksi dengan dump truck dan

kendaraan lain yang diperkirakan akan menimbulkan kebisingan dan getaran.

Gangguan terhadap Kenyamanan

Adanya gangguan kualitas udara dan kebisingan dapat mengakibatkan

gangguan kenyamanan masyarakat.

Gangguan Kesehatan Masyarakat (Peningkatan Prevalensi Penderita ISPA)

Adanya penurunan kualitas udara dan peningkatan kebisingan dapat

mengganggu kesehatan masyarakat.

Limbah Padat Domestik

Kegiatan konstruksi akan berpotensi menimbulkan dampak lingkungan

berupa timbulan limbah padat domestik bukan B3 seperti kertas bekas, kardus

bekas material dll akibat aktivitas pekerja yang berada di lokasi Penambangan

Emas.

Limbah Cair Domestik

Kegiatan aktivitas pekerja di dalam penambangan emas selama tahap

konstruksi berpotensi menimbulkan dampak lingkungan berupa limbah tinja,

bekas mandi, cuci, dapur dan sebagainya yang berada di lokasi penambangan

emas. Kemudian kegiatan aktivitas pekerja di luar penambangan emas selama

tahap konstruksi juga berpotensi menimbulkan dampak lingkungan berupa limbah

14

Page 18: Kelpompok 9 AMDAL

tinja, bekas mandi, cuci, dapur dan sebagainya yang terhadap pemukiman

disekitar pembangunan penambangan emas.

Limbah Berbahaya

Dalam pembuangan limbah industri ke aliran sungai, penambangan emas

yang menggunakan merkuri untuk memisahkan emas dengan pasir. Apabila

merkuri yang jatuh ke air melalui sisa-sisa ikatan tambang emas sampai ke dasar

sungai, sifatnya sudah beracun (toksin). Secara bertahap kandungan ini akan

terakumulasi tingkat bahayanya bagi makhluk hidup. Salah satunya melalui rantai

makanan di sekitar sungai. Selain itu dapat juga mencemari sumur disekitar

pemukiman warga.

Perubahan Sifat Fisik dan Kimia Tanah

Tingkat kerusakan tanah di lokasi penambangan emas mengalami tingkat

kerusakan berat dan menimbulkan dampak fisik lingkungan seperti degradasi

tanah. Hilangnya unsur hara yang dibutuhkan oleh pertumbuhan tanaman,

berkurangnya debit air permukaan.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Kegiatan pembangunan tahap konstruksi berpotensi menimbulkan gangguan

keselamatan dan kesehatan kerja di area kerja pada Lokasi Penambangan Emas

Perubahan Persepi Masyarakat

Timbulnya gangguan kenyamanan dan gangguan kesehatan masyarakat

menimbulkan persepsi negatif masyarakat.

2.4.3 Tahap Operasi

Dampak sosial ekonomi, banyaknya masyarakat beralih profesi dari petani

menjadi penambang emas,dan banyaknya pendatang yang ikut menambang

sehingga dapat menimbulkan konflik, adanya ketakutan sebagian masyarakat

karena penambangan emas yang berpotensi terjadinya erosi.

2.4.4 Tahap Pasca Operasi

15

Page 19: Kelpompok 9 AMDAL

Terjadi perubahan fisiografi dan morfologi tanah, perubahan sifat fisik

tanah, perubahan sifat kimia tanah yang disebabkan dari limbah penambangan

emas.

2.5 Wilayah Batas Studi

Pada pelingkupan dan menentukan lingkup batas wilayah studi pada

pertambangan, khususnya pertambangan emas, perlu disusun berdasarkan PP No.

22 tahun 2010 tentang wilayah pertambangan dan Peraturan Menteri Negara

Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 05 Tahun 2012 tentang Jenis

Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Analisis Mengenai Dampak

Lingkungan Hidup. Menurut Budirahardjo (1999) wilayah studi berkaitan sekali

dalam upaya pelingkupannya dengan:

a. Batas proyek

Sering disebut dengan tapak proyek, sebenarnya luas batas proyek bukan

hanya terbatas pada lokasi di mana proyek berada yang biasanya oleh pagar

sekeliling lokasi proyek tersebut. Tetapi batas proyek sebetulnya lebih luas lagi

dari batas tersebut karena termasuk juga jalan proyek dan juga lahan-lahan yang

akan digunakan untuk penyimpanan bahan-bahan konstruksi dan tempat dimana

alat-alat berat disimpan dan diperbaiki pada saat proyek berlangsung. Untuk

penentuan luas batas proyek perlu mempelajari secara cermat deskripsi proyek

yang bersangkutan termasuk cara pemasokan dan mobilisasi bahan-bahan

konstruksi dan peralatannya.

16

Page 20: Kelpompok 9 AMDAL

Gambar 1. Contoh batas proyek pertambangan emas-perak PT. Newmont Nusa

Tenggara

b. Batas ekologis

Batas ini sangat dipengaruhi cara penentuannya oleh komponen-komponen

lingkungan yang ada pada lokasi proyek. Kemudian berdasarkan prakiraan

dampak yang akan terjadi terhadap komponen lingkungan yang ada pada lokasi

tersebut oleh kegiatan proyek yang dapat diikuti oleh deskripsi proyek maka akan

diperoleh rancangan batas jarak dan luas komponen lingkungan dimana dampak

yang ditimbulkan tidak lagi melampaui ambang yang telah ditentukan (thresh

hold limit) dari tiap-tiap komponen lingkungan. Batas inilah yang diartikan

dengan batas ekologis. Batas ekologis akan menjadi luas bila kondisi rona awal

kualitas komponen lingkungan tersebut telah rendah atau peruntukan menurut

rencana tata ruangnya yang menuntut persyaratan yang ketat karena

peruntukannya misalnya ditentukan sebagai kawasan hunian murni.

17

Page 21: Kelpompok 9 AMDAL

Gambar 2. Contoh batas ekologi

c. Batas sosial

Batas sosial termasuk juga budaya dan ekonomi. Batas ini ditentukan

berdasarkan dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan proyek yang sedang

direncanakan terhadap aspek social, aspek budaya dan aspek ekonomi. Baik pada

tahapan pra-konstruksi maupun pada konstruksi, maupun selanjutnya pada saat

operasi atau tahap rehabilitasi.

d. Batas administrasi

Batas administrasi ini dapat dilakukan berdasarkan pembagian wilayah

administrasi yang berlaku untuk lokasi di mana rencana proyek yang akan

dilakukan. Batas administrasi ini menjadi mudah apabila lokasi proyek berada

pada batas dari 1 (satu) wilayah administrasi, tetapi sering terjadi (terutama pada

proyek-proyek besar) lokasi proyek karena besar luasnya maka keberadaannya

bias di atas 2 (dua) atau lebih dari wilayah administrasi, baik wilayah tingkat satu

atau wilayah tingkat dua. Untuk menghadapi kemungkinan ini maka perlu

18

Page 22: Kelpompok 9 AMDAL

persiapan peta standar dan meletakkan lokasi proyek di atas peta standar tersebut,

dan dari situ dapat diketahui keberadaannya dari lokasi tersebut pada batas. Untuk

mengetahui dengan pasti batas-batas wilayah administrasi dari lokasi proyek

biasanya dapat diikuti peta ijin lokasi proyek yang dikeluatkan oleh Badan

Pertanahan Nasional di daerah yang bersangkutan dan dari dinas tata kota

setempat.

Gambar 3. Contoh batas wilayah studi pembangunan kilang minyak

Dengan mengintegrasikan keempat batas wilayah tersebut di atas disertai

dengan pertimbangan keterbatasan sumber daya, seperti waktu, dana, tenaga,

tingkat penguasaan teknologi dan metoda pelaksanaan sehingga lazimnya

penentuan wilayah studi berangkat dari batas proyek yang kemudian diperluas

dengan batas ekologis, batas sosial dan batas administrasi yang dianggap relevan,

kompromi perluasan batas-batas ini menjadi pokok pembahasan pada sidang

komisi amdal yang menangani dengan proponen pada saat pembahasan kerangka

acuan amdal proyek yang bersangkutan (Budirahardjo, 1999).

19

Page 23: Kelpompok 9 AMDAL

Terkadang memang pelingkupan wilayah studi menjumpai suatu

kekhususan yang memerlukan pertimbangan sendiri. Antara lain untuk

menentukan wilayah studi dari pembangunan jalan kereta api, proyek pembangkit

tenaga listrik dengan jaringan distribusi melintasi beberapa provinsi bahkan lintas

pulau dan proyek reklamasi dengan bahan pengurugan (fill material) yang dipasok

dari penambangan lepas pantai dan dengan transportasi lewat laut dan lewat jalan

pintas provinsi (Budirahardjo, 1999).

Pelingkupan batas wilayah studi sangat berpengaruh kepada ketepatan

analisis dampak lingkungan dan rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan.

Pelingkupan yang membatasi wilayah studi yang lebih kecil dari pada seharusnya

akan menyebabkan produk dokumen amdal kurang atau tidak menggambarkan

interaksi antara komponen kegiatan dan komponen lingkungan yang

diakibatkannya. Sebaliknya pelingkupan batas wilayah studi yang terlalu luas dari

pada seharusnya dapat menyebabkan kaburnya batas-batas pengaruh dampak dan

kurang nyatanya manfaat pengelolaan lingkungan dan pemantauannya. Disamping

itu akan terjadi pemborosan biaya studi dan terlalu lamanya waktu yang

diperlukan untuk penyelesaian pembuatan dokumen amdal yang dimaksud

(Budirahardjo, 1999).

Hal yang dijadikan pegangan dalam pelingkupan kedalaman studi amdal

adalah sasaran akhir dari kegunaan dokumen amdal, yaitu bukan untuk bahan

yang digunakan sebagai rekayasa rancang bangun (engineering design). Tetapi

merupakan dokumen yang berisi prinsip-prinsip dan persyaratan-persyaratan yang

harus diterapkan dalam rencana penanganan dampak lingkungan. Sehingga

dokumen ini dapat membantu kemudahan dari proses pengambilan keputusan

oleh pejabat yang berwewenang. Pelingkupan kedalaman studi dapat

mempengaruhi kepada metoda yang dapat digunakan, mempengaruhi pula jumlah

contoh yang harus diambil serta radiusnya (lokasi pengambilan sampel) dan pula

mempengaruhi jenis tenaga ahli serta jumlahnya dan tentunya berpengaruh kepada

waktu dan dana yang diperlukan untuk penyelesaian dokumen amdal

(Budirahardjo, 1999).

20

Page 24: Kelpompok 9 AMDAL

2.6 Contoh Kasus Dokumen Lingkungan UKL-UPL Eksploitasi Emas

DMP Blok WPR Gunung Simbe

Pengelolaan lingkungan bagi industri di bidang usaha tambang mineral

logam merupakan hal terpenting dari suatu kegiatan usaha yang harus dilakukan

agar industri tetap berjalan dan berkelanjutan. Pembangunan industri yang

berkelanjutan mencakup tiga aspek yaitu lingkungan (environment), ekonomi

(economy) dan sosial/ kesempatan yang sama bagi semua orang (equity) yang

dikenal sebagai 3E. Aspek lingkungan tidak berdiri sendiri namun sangat terkait

dengan dua aspek lainnya. Dalam kegiatan internal industri, peluang untuk

memadukan aspek lingkungan dan ekonomi sangat besar, tergantung cara

mengelola lingkungan dengan bijak dan menguntungkan. Faktor sosial yang

sebagian besar menyangkut masyarakat sekitar atau di luar industri juga sangat

terkait dalam pengelolaan lingkungan. Berikut adalah contoh kasus dokumen

lingkungan UKL-UPL Eksploitasi Emas DMP Blok WPR Gunung Simbe

menurut LPPM Mataram (2013):

a. Batas proyek lokasi penambangan

Batas yang digunakan sebagai batas kegiatan penambangan diambil

berdasarkan Batas untuk setiap Blok IPR yang berada dalam Wilayah

Pertambangan Rakyat (WPR) Gunung Simba pada Dusun Rambut Petung, Desa

Pelangan Kecamatan Sekotong.

b. Batas administrasi

Batas administrasi yang termasuk dalam skala kegiatan terletak pada

Kecamatan Sekotong – Desa Pelangan.

c. Batas sosial

Kemungkinan yang akan terkena dampak dari adanya kegiatan tersebut

adalah masyarakat di sekitar proyek. Cakupan batas sosial kegiatan penambangan

adalah pada Dusun Rambut Petung, Desa Pelangan Kecamatan Sekotong serta

21

Page 25: Kelpompok 9 AMDAL

masyarakat yang terkena dampak dari kegiatan administrasi, yaitu pada

Kecamatan Sekotong – Desa Pelangan.

d. Batas ekologi

Batas ekologi adalah daerah pengaruh kegiatan yang didasarkan atas batas

dampak terhadap kegiatan yang dapat dirasakan oleh ekologi sekitarnya. Untuk itu

batas ekologi ditetapkan dengan perkiraan luas ± 450 Ha.

e. Skala usaha atau kegiatan serta batas waktu kajian

Kegiatan yang dilakukan adalah kegiatan pertambangan skala kecil sampai

menegah untuk Ijin Pertambangan Rakyat (IPR) tahap Eksploitasi mineral logam

emas dan mineral pengikutnya.

2. Luas lahan yang akan digunakan untuk kegiatan eksploitasi adalah seluas 10

hektar.

3. Luas lahan untuk sarana pendukung seluas ± 2 hektar

4. Status lahan sebagian besar merupakan kawasan hutan produksi terbatas,

sedikit hutan lindung dan sebagian didalam aral hutan produksi terbatas telah

menjadi lahan hak garap dengan objek pajak perorangan (SPPT), dimana lahan

yang digunakan, dilakukan melalui mekanisme pinjam pakaim kawasan hutan

dan mekanisme ganti rugi biaya penggarapan untuk melepas hak atas pemilik

objek pajak (SPPT) didalam kawasan hutan produksi terbatas yang diketahui

oleh aparat desa terkait.

5. Lahan yang digunakan sebagai wilayah pertambangan untuk kegiatan

eksploitasi ini termasuk kawasan hutan, berupa lahan kering dengan tumbuhan

yang didominasi oleh semak, tegalan milik penduduk yang sebagian ditanami

tanaman keras dan tahunan yang kerapatannya rendah dan tidak teratur.

6. Di sekitar Wilayah Izin Pertambangan Rakyat (IPR) yang berjarak ±1,5

kilometer terdapat permukiman penduduk.

7. Jangka waktu kegiatan sesuai dengan Ijin yang diberikan untuk Ijin

Pertambangan Rakyat (IPR) ialah melakukan penambangan, pengolahan

pemurnian dan pengangkutan penjualan selama 5 (Lima) tahun.

22

Page 26: Kelpompok 9 AMDAL

BAB III

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian yang telah dibuat, maka dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut

1. Dampak potensial dari kegiatan penambangan emas diantaranya adalah

membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat lokal, peningkatan

pendapatan masyarakat, kebisingan, berkurangnya lahan pertanian dan

perkebunan, kerusakan tanah, kerusakan habitat dan biodiversity pada

lokasi pertambangan, emisi udara, imbah B3 dan bahan kimia beserta

pengelolaan bahan kimia, keamanan, dan keselamatan pekerjanya.

2. Dampak hopotetik dari kegiatan penambangan emas diantaranya adalah

perubahan pola kepemilikan lahan (munculnya spekulan tanah), perubahan

tata lahan dan kerusakan tanah/lahan, keresahan dan persepsi masyarakat,

kecemburuan sosial, perubahan mata pencaharian penduduk, perubahan,

kebisingan, dan pnurunan kualitas air

3. Wilayah studi yang berkaitan dalam upaya pelingkupan kegiatan

penambangan emas adalah batas proyek, batas ekologis, batas sosial dan

batas administrasi.

23

Page 27: Kelpompok 9 AMDAL

DAFTAR PUSTAKA

Anto, Ahmad. 2014. Pendahuluan AMDAL (Analisis Mengenai Dampak

Lingkungan). Bhimasena.

Balkau, F. dan Parsons, A. 1999. Emerging Environmental Issues for Mining In

The Pecc Region. Paper Presented At The 1st Pacific Economic Co-

Operation Committee Minerals Forum, Lima, Peru, 22 April, 1999.

Budirahardjo, E. 1999. Metoda-metoda AMDAL. Badan Penelitian dan

Pengembangan Departemen Dalam Negeri, Jakarta.

Kahar. 2014. Konflik antara Masyarakat Kecamatan Batang Toru dan Kecamatan

Muara Batang Toru dengan PT Agincourt Resources Martabe (PT AR

Martabe) di Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan,

Provinsi Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara.

LPPM Mataram. 2013. Dokumen Lingkungan UKL-UPL Eksploitasi Emas DMP

Blok WPR Gunung Simbe.

https://lpplmataram.wordpress.com/2013/03/19/dokumen-lingkungan-ukl-

upl-eksploitasi-emas-dmp-blok-wpr-gunung-simbe/ Diakses 25 November

2015

Rahayu, Cucu. 2013. Dampak Pengelolaan Tambang Emas PT. Cibaliung

Sumberdaya dalam Peningkatan Lingkungan Sosial Ekonomi Masyarakat

Kecamatan Cimanggu Kabupaten Pandeglag. Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tritayasa.

Syulasmi, Ammi dan Tina Safaria, M.Si. 2009. Hand Out Perkuliahan Pengantar

Amdal. Jurusan Pendidikan Biologi – Fmipa, Universitas Pendidikan

Indonesia : Bandung.

24