kels xi bab5

9
SISTEM HUKUM DAN PERADILAN INTERNASIONAL A. Makna Hukum Internasional Menurut Mochtar Kusumaatmaja, Hukum Internasional adalah keseluruhan kaidah dan asas yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas Negara, antara Negara dengan Negara, dan Negara dengan subyek hukum internasional bukan Negara, atau antar subyek hukum internasional bukan Negara satu sama lain. Hukum Internasional digolngkan menjadi hukum Internasional Publik dengan hukum perdata internasional. Hukum Internasional Publik atau hukum antar negara, adalah asas dan kaidah hukum yang mengatur hubungan atau persoalan yang bersifat pidana, sedangkan hukuk perdata internasional atau hukum antar bangsa, yang mengatur masalah perdata lintas Negara (perkawinan antar warga Negara suatu Negara dengan warga Negara lain). Wiryono Prodjodikoro, Hukum Internasional adalah hukum yang mengatur prthubungan hukum antara berbagai bangsa di berbagai Negara. J.G.Starke menyatakan, Hukum Internasional adalah sekumpulan hukum (body of low) yang sebagian besar terdiri dari asas-asas dank arena itu biasanya ditaati dalam hubungan antar Negara. B. Asas – asas hukum Internasional Menurut Resolusi majelis Umum PBB No. 2625 tahun 1970, ada tujuh asas, yaitu : 1. Setiap Negara tidak melakukan ancaman agresi terhadap keutuhan wilayah dan kemerdekaan Negara lain. Dalam asas ini ditekankan bahwa setiap Negara tidak memberikan ancaman dengan kekuatan militer dan tidak melakukan sesuatu yang bertentangan dengan piagam PBB. 2. setiap Negara harus menyelesaikan masalah internasional dengan cara damai, Dalam asas ini setiap Negara harus mencari solusi damai, menghendalikan diri dari tindakan yang dapat membahayakan perdamaian internasional. 3. Tidak melakukan intervensi terhadap urusan dalam negeri Negara lain, Dalam asas ini menekankan setip Negara memiliki hak untuk memilih sendiri keputusan politiknya, ekonomi, social dan system budaya tanpa intervensi pihak lain.

Upload: fatimaharyenfa

Post on 13-Jul-2015

54 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kels xi bab5

SISTEM HUKUM DAN PERADILAN INTERNASIONAL

A. Makna Hukum Internasional

Menurut Mochtar Kusumaatmaja, Hukum Internasional adalah keseluruhan

kaidah dan asas yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas

Negara, antara Negara dengan Negara, dan Negara dengan subyek hukum

internasional bukan Negara, atau antar subyek hukum internasional bukan Negara

satu sama lain.

Hukum Internasional digolngkan menjadi hukum Internasional Publik dengan

hukum perdata internasional. Hukum Internasional Publik atau hukum antar negara,

adalah asas dan kaidah hukum yang mengatur hubungan atau persoalan yang bersifat

pidana, sedangkan hukuk perdata internasional atau hukum antar bangsa, yang

mengatur masalah perdata lintas Negara (perkawinan antar warga Negara suatu

Negara dengan warga Negara lain).

Wiryono Prodjodikoro, Hukum Internasional adalah hukum yang mengatur

prthubungan hukum antara berbagai bangsa di berbagai Negara.

J.G.Starke menyatakan, Hukum Internasional adalah sekumpulan hukum (body

of low) yang sebagian besar terdiri dari asas-asas dank arena itu biasanya ditaati

dalam hubungan antar Negara.

B. Asas – asas hukum Internasional

Menurut Resolusi majelis Umum PBB No. 2625 tahun 1970, ada tujuh asas,

yaitu :

1. Setiap Negara tidak melakukan ancaman agresi terhadap keutuhan wilayah dan

kemerdekaan Negara lain. Dalam asas ini ditekankan bahwa setiap Negara tidak

memberikan ancaman dengan kekuatan militer dan tidak melakukan sesuatu yang

bertentangan dengan piagam PBB.

2. setiap Negara harus menyelesaikan masalah internasional dengan cara damai,

Dalam asas ini setiap Negara harus mencari solusi damai, menghendalikan diri dari

tindakan yang dapat membahayakan perdamaian internasional.

3. Tidak melakukan intervensi terhadap urusan dalam negeri Negara lain, Dalam asas

ini menekankan setip Negara memiliki hak untuk memilih sendiri keputusan

politiknya, ekonomi, social dan system budaya tanpa intervensi pihak lain.

Page 2: Kels xi bab5

4. Negara wajib menjalin kerjasama dengan Negara lain berdasar pada piagam PBB,

kerjasama itu dimaksudkan untuk menciptakan perdamaian dan keamanan

internasional di bidang Hak asasi manusia, politik, ekonomi, social budaya, tekhnik,

perdagangan.

5. Asas persaman hak dan penentuan nasib sendiri, kemerdekaan dan perwujudan

kedaulatan suatu Negara ditentukan oleh rakyat.

6. Asas persamaan kedaulatan dari Negara, Setiap Negara memiliki persamaan

kedaulatan secara umum sebagai berikut :

a. Memilki persamaan Yudisial (perlakuan Hukum).

b. Memilikimhak penuh terhadap kedaulatan

c. Setiap Negara menghormati kepribadian Negara lain.

d. Teritorial dan kemerdekanan politi suatu Negara adalah tidak dapat

diganggu gugat.

e. Setap Negara bebas untuk membangun system politik, soaial, ekonomi dan

sejarah

bansanya.

f. Seiap Negara wajib untuk hidup damai dengan Negara lain.

7. Setiap Negara harus dapat dipercaya dalam memenuhi kewajibannya, pemenuhan

kewajiban itu harus sesuai dengan ketentuan hukum internasional.

B. Subyek Hukum Internasional

Adalah pihak-pihak yang membawa hak dan kewajiban hukum dalam pergaulan

internasional. Menurut Starke, subyek internasional termasuk Negara, tahta suci,

Palang merah Internasional, Organisasi internasional, Orang perseorangan

(individu), Pemberontak dan pihak-pihak yang bersengketa.

Negara, negara sudah diakui sebagi subyek hukum internasional sejak adanya

hukum international, bahkan hukum international itu disebut sebagai hukum

antarnegara.

Tahta Suci (Vatikan) Roma Italia, Paus bukan saja kepoala gereja tetapi memiliki

kekuasaan duniawi, Tahta Suci menjadi subyek hukum Internasional dalam arti

penuh karena itu satusnya setara dengan Negara dan memiliki perwakilan diplomatic

diberbagai Negara termasuk di Indonesia.

Palang Merah Internasional, berkedudukan di jenewa dan menjadi subyek hukum

internasional dalam arti terbatas, karena misi kemanusiaan yang diembannya.

Organisasi Internasional, PBB, ILO memiliki hak dan kewajiban yang ditetapkan

dalam konvensi-konvensi internasional, sehingga menjadi subyek hukum

internasional.

Page 3: Kels xi bab5

Orang persorangan (Individu), dapat menjadi subyek internasional dalam arti

terbatas, sebab telah diatur dalam perdamaian Persailes 1919 yang memungkinkan

orang perseorangan dapat mengajukan perkara ke hadapat Mahkamah Arbitrase

Internasional.

Pemberontak dan pihak yang bersengketa, dalam keadaan tertentu pemberontak

dapat memperoleh kedudukan dan hak sebagai pihak yang bersengketa dan

mendapat pengakuan sedbagai gerakan pembebasan dalam memuntut hak

kemerdekaannya. Contoh PLO (Palestine Liberalism Organization) atau Gerakan

Pembebasan Palestina.

C. Sumber-Sumber Internasional

Adalah sumber-sumber yang digunakan oleh Mahkamah

Internasional dalam memutuskan masalah-masalah hubungan internasional. Sumber

hukum internasional dibedakan menjadi sumber hukumdalam arti materil dan

formal. Dalam arti materil, adalah sumber hukum internasional yang membahas

dasar berlakunya hukum suatu Negara. Sedangkan sumber hukum formal, adalah

sumber dari mana untuk mendapatkan atau menemukan ketentuan-ketentuan hukum

internasional.

Menurut Brierly, sumber hukum internasional dalam arti formal merupakan

sumber yang paling utama dan memiliki otoritas tertinggi dan otentik yang dipakai

Mahkamah internasional dalam memutuskan suatu sengketa internasional.

Sumber hukum internasional formal terdapat dalam pasal 38 Piagam

Mahkamah Internasional Permanen 1920, sebagai berikut :

1. Perjanjian Internasional (traktat), adalah perjanjian yang diadakan antaranggota

masyarakat bangsa-bangsa dan mengakibatkan hukum baru.

2. Kebiasaan Internasional yang diterima sebagai hukum, jadi tidak semua kebiasaan

internasional menjadi sumber hukum. Syaratnya adalah kebiasann itu harus

bersifat umum dan diterima sebagi hukum.

3. Asas-asas hukum umum yang diakui oleh bangsa beradab, adalah asas hukum yang

mendasari system hukum modern. Sistem hukum modern, adalah system hukum

positif yang didasarkan pada lembagaa hukum barat yang berdasarkan sebagaian

besar pada asas hukum Romawi.

4. Keputusan-keputusan hakim dan ajaran para ahli hukum Internasional,adalah sumber

hukum tambahan (subsider), artinya dapat dipakai untuk membuktikan adanya

kaidah hukum internasional mengenai suatu persoalan yang didasarkan pada sumber

hukum primer atau utama yaitu Perjanjian internasional, kebiasaan internasional,

dan asas hukum umum.

Page 4: Kels xi bab5

Yang disebut denga keputusan hakim, adalah keputusan pengadilan dalam arti

luas yang meliputi segala macam peradilan internasional dan nasional, termasuk

mahkamah arbitrase. Ajaran para ahli hukum internasional itu tidak bersifat

mengikat, artinya tidak dapat menimbulkan suatu kaidah hukum.

D. Lembaga Peradilan Internasional

1. Mahkamah Internasional :

Mahkamah internasional adalah lembaga kehakiman PBB berkedudukan

di Den Haag, Belanda. Didirikan pada tahun 1945 berdasarkan piagam PBB,

berfungsi sejak tahun 1946 sebagai pengganti dari Mahkamah Internasional

Permanen.

Mahkamah Internasional terdiri dari 15 hakim, dua merangkap ketua dan wakil

ketua, masa jabatan 9 tahun. Anggotanya direkrut dari warga Negara anggota yang

dinilai cakap di bidang hukum internasional. Lima berasal dari Negara anggota tetap

Dewan Keamanan PBB seperti Cina, Rusia, Amerika serikat, Inggris dan Prancis.

Fungsi Mahkamah Internasional:

Adalah menyelesaikan kasus-kasus persengketaan internasional yang

subyeknya adalah Negara. Ada 3 kategori Negara, yaitu :

Negara anggota PBB, otomatis dapat mengajukan kasusnya ke Mahkamah

Internasional.

Negara bukan anggota PBB yang menjadi wilayah kerja Mahkamah

intyernasional. Dan yang bukan wilayah kerja Mahkamah Internasional boleh

mengajukan kasusnya ke Mahkamah internasional dengan syarat yang ditentukan

dewan keamanan PBB.

Negara bukan wilayah kerja (statute) Mahkamah internasional, harus membuat

deklarasi untuk tunduk pada ketentuan Mahjkamah internasional dan Piagam PBB.

Yuridikasi Mahkamah Internasional :

Adalah kewenangan yang dimilki oleh Mahkamah Internasional yang

bersumber pada hukum internasional untuk meentukan dan menegakkan sebuah

aturan hukum. Kewenangan atau Yuridiksi ini meliputi:

Memutuskan perkara-perkara pertikaian (Contentious Case).

Memberikan opini-opini yang bersifat nasehat (Advisory Opinion).

Page 5: Kels xi bab5

Yuridikasi menjadi dasar Mahkamah internasional dalam menyelesaikan

sengketa Internasional. Beberapa kemungkinan Cara penerimaan Yuridikasi sbb :

Perjanjian khusus, dalam mhal ini para pihak yang bersengketa perjanjian khusus

yang berisi subyek sengketa dan pihak yang bersengketa. Contoh kasus Indonesia

degan Malaysia mengenai Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan.

Penundukan diri dalam perjanjian internasional, Para pihak yang sengketa

menundukkan diri pada perjanjian internasional diantara mereka, bila terjadi

sengketa diantara para peserta perjanjian.

Pernyataan penundukan diri Negara peserta statute Mahkamah internasional,

mereka tunduk pada Mahkamah internasional, tanpa perlu membuat

perjanjiankhusus.

Keputusan Mahkamah internasional Mengenai yuriduksinya, bila terjadi sengketa

mengenai yuridikasi Mahkamah Internasional maka sengketa tersebut diselesaikan

dengan keputusan Mahkamah Internasional sendiri.

Penafsiran Putusan, dilakukan jika dimainta oleh salah satu atau pihak yang

bersengketa. Penapsiran dilakukan dalambentuk perjanjian pihak bersengketa.

Perbaikan putusan, adanya permintaan dari pihak yang bersengketa karena

adanya fakta baru (novum) yang belum duiketahui oleh Mahkamah Internasional.

2. Mahkamah Pidana Internasional :

Bertujuan untuk mewujudkan supremasi hukum internasional dan memastikan

pelaku kejahatan internasional. Terdiri dari 18 hakim dengan masa jabatan 9 tahun

dan ahli dibidang hukum pidana internasional. Yuridiksi atau kewenangan yang

dimiliki oleh Mahkamah Pidana Internasional adalah memutus perkara terhadap

pelaku kejahatan berat oleh warga Negara dari Negara yang telah meratifikasi

Statuta Mahkamah.

3. Panel Khusus dan Spesial Pidana internasional :

Adalah lembaga peradilan internasional yang berwenang mengadili para

tersangka kejahatan berat internasional yang bersifat tidak permanen atau

sementara (ad hoc) dalam arti setelah selesai mengadili maka peradilan ini

dibubarkan. Yuridiksi atau kewenangan darai Panel khusus dan special pidana

internasional ini, adalah menyangkut tindak kejahatan perang dan genosida

(pembersihan etnis) tanpa melihat apakah Negara dari si pelaku itu telah

meratifikasi atau belum terhadap statute panel khusus dan special pidana

internasional ini. Contoh Special Court for East Timor dan Indonesia membentuk

Peradilan HAM dengan UU No. 26 tahun 2000.

Page 6: Kels xi bab5

D. Sebab-sebab terjadinya Sengketa Internasional

Sengketa internasional (International despute), adalah perselisihan yang

terjadi antara Negara dengan Negara, Negara dengan individu-individu, atau

Negara dengan lembaga internasional yang menjadi subyek hukum internasional.

Sebab-sebab sengketa internasional :

1. Salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya dalam mperjanjiann internasional.

2. Perbedaan penafsiran mengenai isi perjanjian internasional

3. Perebutan sumber-sumber ekonomi

4. Perebutan pengaruh ekonomi, politik, atau keamanan regional dan internasional.

5. Adanya intervensi terhadap kedayulatan Negara lain.

6. Penghinaan terhadap harga diri bangsa.

E. Cara penyelesaian Sengketa internasional

Ada dua cara penyelesaian segketa internasional, yaitu secara damai dan

paksa, kekerasan atau perang.

Penyelesaian secara damai, meliputi :

Arbitrase, yaitu penyelesaian sengketa internasional dengan cara

menyerahkannya kepada orang tertentu atau Arbitrator, yang dipilih secara bebas

oleh mereka yang bersengketa, namun keputusannya harus sesuai dengan kepatutan

dan keadilan ( ex aequo et bono).

Prosedur penyelesaiannya, adalah :

1. Masing-masing Negara yang bersengketa menunjuk dua

arbitrator, satu boleh

berasal dari warga negaranya sendiri.

2. Para arbitrator tersebut memilih seorang wasit sebagai ketua

dari pengadilan

Arbitrase tersebut.

3. Putusan melalui suara terbanyak.

Penyelesaian Yudisial, adalah penyelesaian sengketa internasional melalui suatu

pengadilan internasional dengan memberlakukan kaidah-kaidah hukum.

Negosiasi, tidak seformal arbitrase dan Yudisial. Terlebih dahulu dilakukan

konsultasi dan komunikasi agar negosiasi dapat berjalan semestinya.

Jasa-jasa baik atau mediasi, yaitu cara penyelesaian sengketa internasional

dimana Negara mediator bersahabat dengan para pihak yang bersengketa, dan

membantu penyelesaian sengketanya secara damai. Contoh Dewan Keamanan PBB

dalam penyelesaian konplik Indonesia Belanda tahu 1947. Dalam penyelesaina dengan

Jasa baik pihak ketiga menawarkan penyelesaian, tapi dalam Penyelesaian secara

Page 7: Kels xi bab5

Mediasi, pihak mediator berperan lebih aktif dan mengarahkan pihak yang

bersengketa agar penyelesaian dapat tercapai.

Konsiliasi, dalam arti luas adalah penyelesaian sengketa denga bantuan Negara-

negara lain atau badan-badan penyelidik dan komite-komite penasehat yang tidak

berpihak. Konsiliasi dalam arti sempit, adalah suatu penyelesaian sengketa

internasional melalui komisi atau komite dengan membuat laporan atau ussul

penyelesaian kepada pihak sengketa dan tidak mengikat.

Penyelidikan, adalah biasanya dipakai dalam perselisioshan batas wilayah suatu

Negara dengan menggunakan fakta-fakta untuk memperlancar perundingan.

Penyelesian PBB, Dididrikan pada tanggal 24 Oktober 1945 sebagai pengganti dari

LBB (liga Bangsa-Bangsa), tujuan PBB adalah menyelesaikan sengketa internasional

secara damai dan menghindari ancaman perang.

Penyelesaian secara pakasa, kekerasan atau perang :

Perang dan tindakan bersenjata non perang, bertujuan untuk menaklukkan Negara

lawan dan membebankan syarat penyelesaian kepada Negara lawan.

Retorsi, adalah pembalasan dendam oleh suatu Negara terhadap tindakan –

tindakan tidak pantas yang dilakukan Negara lain. Contoh menurunkan status

hubungan diplomatic, atau penarika diri dari kesepakatan-kresepakatan fiscal dan

bea masuk.

Tindakan-tindakan pembalasan, adalah cara penyelesaian sengketa internasional

yang digunakan suatu Negara untuk mengupayakan memperoleh ganti rugi dari

Negara lain. Adanya pemaksaan terhadap suatu Negara.

Blokade secara damai. Adalah tindakan yang dilakukan pada waktu damai, tapi

merupakan suartu pembalasan. Misalnya permintaan ganti rugi atas pelabuhan yang

di blockade oleh Negara lain.

Intervensi (campur tangan),adalah campur tanagn terhadap kemerdekaan politik

tertentu secara sah dan tidak melanggar hukum internasional. Contohnya :

1. Intervensi kolektif sesuai dengan piagam PBB.

2. Intervesi untuk melindungi hak-hak dan kepentingan warga negaranya.

3. Pertahanan diri.

4. Negara yang menjadi obyek intervensi dipersalahkan melakukan pelanggaran

berat terhadap hukum internasional.

F. Penyelesaian melalui Mahkamah internasional

Ada dua mekanisme penyelesaian sengketa internasional melalui Mahkamah

internasional, yaitu mekanisme normal dan khusus.

Mekanisme Normal :

Page 8: Kels xi bab5

1. Penyerahan perjanjian khusus yng berisi tdentitas para pihak dan pokok persoalan

sengketa.

2. Pembelaan tertulis, berisi fakta, hukum yang relevan, tambahan fakta baru,

penilakan atas fakta yang disebutkan dan berisi dokumen pendukung.

3. Presentasi pembelaan bersifat terbuka dan umum atautertutup tergantung pihak

sengketa.

4. Keputusan bersifat menyetujui dan penolakan. Kasus internasional dianggap

selesai apa bila :

Para pihak mencapai kesepakatan

Para pihak menarik diri dari prose persidangan Mahkamah internasional.

Mahkamah internasional telah memutus kasus tersebut berdasarkan

pertimbangan dan telah dilakukan ssuai proses hukum internasional yang berlaku.

Mekanisme Khusus :

1. Keberatan awal karena ada keberatan dari pihak sengketa Karen mahkamah

intrnasional dianggap tidak memiliki yusidiksi atau kewenangan atas kasus tersebut.

2. Ketidak hadiran salah satu pihak yang bersengketa, biasanya dilakukan oleh

Negara tergugat atau respondent karena menolak yuridiksi Mahkamah

Internasional.

3. Keputusan sela, untuk memberikan perlindungan terhadap subyek persidangan,

supaya pihak sengketa tidak melakukan hal-hal yang mengancah efektivitas

persidangan Mahkamah internasional.

4. Beracara bersama, beberapa pihak disatukan untuk mengadakan sidang bersama

karena materi sama terhadap lawan yang sama.

5. Intervensi, mahkamah internasional memberikan hak kepada Negara lain yang

tidak terlibat dalam sengketa untuk me;lakkan intervensi atas sengketa yangsedang

disidangkan bahwa dengan keputusan Mahkamah internasional ada kemungkinan

Negara tersebut dirugikan.

G. Contoh Keputusan/kasus Mahkamah Internasioanal

Amerika serikat di Filipina : tahun 1906 tentara AS melakukan pembunuhan

warga Filipina, membunuh dan membakar 600 rakyat desa itu. Para pelakunya telah

di sidang di pengadilan militer amun banyak yang dibebaskan.

Amerika serikat di Cina : pada tahun 1968 terjadi pristiwa My lai Massacre.

Kompi Amerika menyapu warga desa denga senjata otomatis dan menewaskan 500

orang. Pra pelakunya telah disidang dan dihukum.

Amerika serikat di Jepang : pada tahun 1945 lebih dari 40.000 rakyat Jepang

meninggal akibat Bom Atom.

Page 9: Kels xi bab5

Pembersihan etnis yahudi oleh Nazi Di jerman atas pimpinan Adolf Hitler,

Mahkamah Internasional telah mengadili dan menhukum pelaku.

Jepang banyak membunuh rakyat Indonesia dengan Kerja paksa dan 10.000

rakyat Indonesia hilang. Pengadilan internasional telah dijalankan dan menghukum

para penjahatnya.

Serbia di Bosnia dan Kroasia: anatar 1992-1995 pembersihan etnis kroasia dan

Bosnia oleh Kroasia danmembunuh sekitar 700.000 warga Bosnia dan Kroasia. Para

penjahat perangnya sampai sekarang masih menjalani proses persidangan di Den

Haag,Belanda.

Pemerintah Rwanda terhadap etniks Hutu : Selama tiga bulan di tahu 1994

antara 500 samapai 1 juta orang etnis Hutu dan Tutsi telah dibunuh ioleh

pemerintah Rwanda. PBB menggelar pengadilan kejahatan perang di Arusha

Tanzania dan hanya menyeret 29 penjahat perangnya.

Indonesia dengan Malaysia terhadap kasus Pulau sipadan dan Ligitan, dan

Mahkamah internasional memenangkan pihak Malaysia pada ahun 2003. Malaysia

adalah pemilik ke dua pulau tersebut. Indonesia menghormatikeputusan tersebut.

Kasaus Timor TImur diselesaikan secara Intrnasional dengan referendum. Dan

sejak tahun 1999 Timor-Timur berdiri sebagai sebuah Negara bernama Republik

Tomor Lorosae /Timor Leste.