kemampuan menulis eksposisi

14
ISSN 2337-6384 Jurnal Pendidikan Volume 1 Nomor 3, Agustus 201 3 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN EKSPOSISI DENGAN MODEL PERBANDINGAN TEKS BERITA SISWA KELAS X SMA ISLAM ADDASUQI PROBOLINGGO Budi Sugeng Yuliawan Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Email: [email protected] ABSTRAK: Penelitian ini dilaksanakan untuk memecahkan masalah dalam pembelajaran eksposisi di kelas X SMA Islam Addasuqi Probolinggo, khususnya yang berkaitan dengan hasil belajar sehingga hasil belajar siswa dalam menulis karangan eksposisi dapat meningkat. Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan kemampuan menulis karangan eksposisi dengan menggunakan model perbandingan teks berita pada siswa. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu rancangan penelitian tindakan kelas (PTK). Instrumen penelitian ini terdiri dari instrumen utama dan instrumen penunjang. Instrumen utama dalam penelitian ini yaitu peneliti, sedangkan instrumen penunjang dalam penelitian ini adalah lembar observasi dan pedoman penilaian hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil penelitian proses pembelajaran (observasi) pada siklus I, jumlah siswa yang berhasil 22 (70,46). Bahkan setelah dilakukan tindakan pada siklus II, jumlah siswa yang berhasil meningkat menjadi 31 (100%), di mana semua siswa memperoleh nilai di atas 70%. Berdasarkan hasil penelitian pada tindakan siklus I diketahui bahwa kemampuan siswa 30

Upload: nasrul-amin

Post on 13-Jul-2016

9 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Bahasa Indonesia

TRANSCRIPT

Page 1: Kemampuan Menulis Eksposisi

ISSN 2337-6384 Jurnal Pendidikan Volume 1 Nomor 3, Agustus 2013

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN EKSPOSISI DENGAN MODEL PERBANDINGAN TEKS BERITA SISWA KELAS X SMA ISLAM

ADDASUQI PROBOLINGGO

Budi Sugeng YuliawanJurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Email: [email protected]

ABSTRAK: Penelitian ini dilaksanakan untuk memecahkan masalah dalam pembelajaran eksposisi di kelas X SMA Islam Addasuqi Probolinggo, khususnya yang berkaitan dengan hasil belajar sehingga hasil belajar siswa dalam menulis karangan eksposisi dapat meningkat. Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan kemampuan menulis karangan eksposisi dengan menggunakan model perbandingan teks berita pada siswa. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu rancangan penelitian tindakan kelas (PTK). Instrumen penelitian ini terdiri dari instrumen utama dan instrumen penunjang. Instrumen utama dalam penelitian ini yaitu peneliti, sedangkan instrumen penunjang dalam penelitian ini adalah lembar observasi dan pedoman penilaian hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil penelitian proses pembelajaran (observasi) pada siklus I, jumlah siswa yang berhasil 22 (70,46). Bahkan setelah dilakukan tindakan pada siklus II, jumlah siswa yang berhasil meningkat menjadi 31 (100%), di mana semua siswa memperoleh nilai di atas 70%. Berdasarkan hasil penelitian pada tindakan siklus I diketahui bahwa kemampuan siswa dalam menulis karangan eksposisi yaitu 76,07% dengan tingkat keberhasilan 74,19. Setelah dilakukan perbaikan dalam proses pembelajaran menulis karangan eksposisi dengan menggunakan model perbandingan teks berita, maka dilakukan tindakan siklus II. Hasil postes siklus II ini ada peningkatan. Rata-rata kelas mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 84,57% dengan tingkat keberhasilan sebesar 100%.

Kata-kata kunci: kemampuan menulis, eksposisi, model perbandingan

Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang semakin maju dengan pesat membawa pengaruh yang besar terhadap semua aspek kehidupan bermasyarakat. Perkembangan ini menuntut adanya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Salah satu cara

untuk meningkatkan kualitas SDM adalah dengan meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu cara untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia adalah dengan menyempurnakan kurikulum pendidikan. Penyempurnaan kurikulum yang berkelanjutan merupakan keharusan agar

30

Page 2: Kemampuan Menulis Eksposisi

ISSN 2337-6384 Jurnal Pendidikan Volume 1 Nomor 3, Agustus 2013

sistem pendidikan nasional selalu relevan dan kompetitif. Penyempurnaan kurikulum yang berkelanjutan sejalan dengan Undang-Undang Nomor 20/2003 tentang Sisdiknas pasal 35 dan 36 yang menekankan perlunya peningkatan standar nasional pendidikan sebagai acuan kurikulum secara berencana dan berkala dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP Pasal 1, ayat 15) dikemukakan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Penyusunan KTSP dilaksanakan oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi serta kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). KTSP merupakan revisi atau penyempurnaan dari Kurikulum 2004 atau Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). (Mulyasa 2006:9) juga mengatakan bahwa KTSP merupakan upaya untuk menyempurnakan kurikulum agar lebih familiar dengan guru karena mereka banyak dilibatkan sehingga diharapkan memiliki tanggung jawab yang memadai. Dengan demikian, guru adalah pemilik proses dan pengendali proses pendidikan bersama-sama dengan para siswanya. Unsur-unsur di luar itu merupakan support (dukungan), bukan assurance (penjamin) karena mereka tidak terlibat langsung dalam proses pembelajaran.

Keterampilan menyampaikan ide, pikiran, gagasan, dan perasaan secara tertulis merupakan salah satu keterampilan yang harus dikuasai siswa dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia sejak jenjang Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) hingga jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA). Siswa SD/MI hingga SMA/MA diharapkan dapat memiliki keterampilan menulis dalam berbagai bentuk, termasuk dalam bentuk karangan eksposisi. Pembelajaran menulis karangan eksposisi khususnya

pada siswa kelas X tertuang dalam kurikulum bidang studi Bahasa Indonesia untuk SMA/MA kelas X dengan kompetensi dasar yang berbunyi Menulis gagasan secara logis dan sistematis dalam bentuk paragraf eksposisi (BSNP, 2006:262). Pembelajaran menulis karangan eksposisi juga dilaksanakan di SMA Islam Addasuqi Liprak Kulon Banyuanyar Probolinggo.

Meski telah dilaksanakan di sekolah, pembelajaran menulis karangan eksposisi belum dilaksanakan secara maksimal. Hal ini berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan melalui wawancara dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas X. SMA Islam Addasuqi Liprak Kulon Banyuanyar Probolinggo. Hasil dari studi pendahuluan yaitu: (1) pembelajaran menulis karangan eksposisi masih dilaksanakan secara tradisional, (2) guru tidak menggunakan model selama pembelajaran berlangsung, dan (3) guru tidak memberikan rubrik penilaian pada KD menulis karangan eksposisi. Dalam hal ini guru hanya mengajarkan pengertian karangan eksposisi tanpa memberikan panduan kepada siswa bagaimana cara menulis karangan eksposisi yang baik. Hal inilah yang antara lain menyebabkan kemampuan siswa kelas X SMA Islam Addasuqi Liprak Kulon Banyuanyar Probolinggo dalam menulis karangan eksposisi masih kurang.

Dengan tidak maksimalnya pembelajaran menulis karangan eksposisi, maka akan berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran menulis karangan eksposisi. Maksudnya adalah interaksi antara guru, siswa, dan materi menulis karangan eksposisi tidak dapat berlangsung secara positif. Indikasi bahwa tidak terciptanya interaksi positif antara guru dan siswa yaitu setelah guru menyajikan materi, siswa tidak memberikan respon positif. Contoh tidak terciptanya interaksi positif misalnya siswa hanya diam dan terkesan malas serta bosan dengan materi yang diberikan. Tidak adanya interaksi yang positif antara guru dan siswa seperti siswa hanya diam dan

2

Page 3: Kemampuan Menulis Eksposisi

ISSN 2337-6384 Jurnal Pendidikan Volume 1 Nomor 3, Agustus 2013

terkesan malas akan berdampak terhadap kemampuan siswa dalam menulis karangan eksposisi. Maka dari itu, langkah awal yang harus segera dicarikan pemecahannya yaitu bagaimana dan apa yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran menulis karangan eksposisi sehingga hasil belajar siswa dapat ditingkatkan.

Penggunaan model perbandingan teks berita sebagai model pembelajaran lebih sederhana dan efisien. Oleh karena itu, sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan menulis karangan eksposisi pada siswa kelas X SMA Islam Addasuqi Liprak Kulon Banyuanyar Probolinggo, maka dilaksanakan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan judul Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Eksposisi Dengan Model Perbandingan Teks Berita Siswa Kelas X SMA Islam Addasuqi Liprak Kulon Banyuanyar Probolinggo.

Secara umum, rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “Bagaimanakah peningkatan kemampuan menulis eksposisi pada siswa kelas X SMA Islam Addasuqi Liprak Kulon Banyuanyar Probolinggo dengan menggunakan model pebandingan teks berita

Sesuai dengan masalah umum, maka penelitian ini juga memiliki tujuan untuk mengetahui proses dan hasil dalam Meningkatkan kemampuan menulis karangan eksposisi siswa kelas X SMA Islam Addasuqi Liprak Kulon Banyuanyar Probolinggo model perbandingan teks berita.

Penelitian ini diharapkan bermanfaat dapat dijadikan dasar untuk pengembangan teori pembelajaran menulis karangan eksposisi agar karangan eksposisi yang dihasilkan oleh siswa mempunyai gagasan yang logis dan sistematis

METODEPenelitian yang berjudul

Peningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Eksposisi dengan Model Perbandingan Teks Berita Siswa Kelas X.SMA Islam Addasuqi Liprak Kulon

Banyuanyar Probolinggo ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK).

Ancangan penelitian yang akan dilaksanakan ini menggunakan penelitian tindakan kelas karena memiliki beberapa karakteristik yaitu sebagai berikut. Pertama, adanya permasalahan praktis yang ditemui oleh guru pengajar pelajaran Bahasa Indonesia yaitu masalah menulis karangan eksposisi. Kedua, penelitian ini dilakukan secara kolaboratif antara guru dan peneliti dalam kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan penilaian pembelajaran. Ketiga, dapat digunakan sebagai refleksi oleh publik.

Tahap-tahap penelitian ini dibagi menjadi lima tahap yaitu (1) studi pendahuluan, (2) perencanaan tindakan, (3) pelaksanaan tindakan, (4) pengamatan, dan (5) refleksi. Studi pendahuluan dilaksanakan dengan mengidentifikasi masalah yang sedang dihadapi dalam pembelajaran menulis karangan eksposisi di kelas X. Pada tahap perencanaan tindakan, peneliti bersama guru secara kolaboratif berdiskusi untuk merancang, menetapkan, dan menyusun rancangan perbaikan terhadap pembelajaran menulis karangan eksposisi dengan menggunakan model perbandingan teks berita. Pelaksanaan tindakan mengacu pada perencanaan yang telah disusun sebelumnya. Tindakan dilaksanakan dengan berpedoman pada rambu-rambu yang telah ditetapkan pada tahap perencanaan yaitu setiap siklus terdiri dari tiga fase yang harus ditempuh oleh siswa yaitu meliputi fase prapenulis, menulis, dan pascamenulis. Pengamatan (observasi) dilaksanakan pada saat pelaksanaan pembelajaran dengan tujuan agar diperoleh informasi yang lebih mendalam tentang data aktivitas siswa dan data hasil belajar siswa. Refleksi dilakukan oleh guru dan peneliti untuk intropeksi dan evaluasi secara total tentang tindakan yang telah dilakukan untuk menjawab pertanyaan, apakah tindakan yang telah dilakukan sudah berhasil apa masih membutuhkan perbaikan.

3

Page 4: Kemampuan Menulis Eksposisi

ISSN 2337-6384 Jurnal Pendidikan Volume 1 Nomor 3, Agustus 2013

Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis instrumen, yaitu instrumen utama dan instrumen penunjang. Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti, sedangkan instrumen penunjangnya berupa hasil pengamatan dengan lembar observasi, wawancara, dan dokumentasi hasil karangan siswa. Data penelitian ini terdiri dari data awal (pratindakan) atau data pretes, data pelaksanaan tindakan, dan data hasil tindakan (postes).

Seperti yang telah dijelaskan di atas, instrumen dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis instrumen, yaitu instrumen utama dan instrumen penunjang. Instrumen utama dalam penelitian ini yaitu peneliti, sedangkan instrumen penunjangnya berupa hasil pengamatan dengan lembar observasi, wawancara, dan dokumentasi hasil karangan siswa. Kegiatan observasi, wawancara, dan dokumentasi dilaksanakan pada saat pengumpulan data yaitu ketika pelaksanaan penelitian kelas, khususnya ketika sebelum, saat, dan sesudah proses pembelajaran berlangsung.

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis data secara induktif. Setelah ditemukan skor masing-masing subaspek yang diperoleh siswa, kemudian dihitung persentasenya dengan rumus sebagai berikut.

N= Skor yangdiperolehSkor Maksimal

X 100

Peningkatan kemampuan menulis karangan eksposisi dengan menggunakan model perbandingan teks berita pada siswa kelas X SMA Islam Addasuqi dikatakan berhasil apabila tingkat penguasaan siswa mencapai 70 – 84 dengan kategori baik atau 85-100 dengan kategori sangat baik.

Akan tetapi jika siswa memperoleh tingkat penguasaan di bawah 70, maka siswa belum dikatakan berhasil. Data yang sudah diperoleh peneliti dalam penelitian ini harus diperiksa keabsahannya. Tenik pengecekan ulang ini biasa disebut dengan triangulasi data. Pengecekan keabsahan data ini bertujuan untuk memperoleh data yang sahih dan absah yang diperoleh dari

hasil wawancara, observasi, dan studi dokumentasi.

Pengecekan keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan dua cara yaitu ketekunan pengamatan dan pemeriksaan mitra peneliti (kolaborator). Ketekunan pengamatan maksudnya adalah pengecekan keabsahan data dengan cara menyesuaikan antara tahapan yang harus ditempuh dengan tindakan yang dilakukan dalam proses pembelajaran. Pengecekan keabsahan data dengan mitra peneliti maksudnya yaitu berdiskusi dengan mitra peneliti karena ketika pelaksanakan penelitian, peneliti dibantu oleh mitra untuk memperoleh data sebanyak mungkin saat proses pembelajaran berlangsung.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kriteria ketuntasan minimum (KKM) untuk kompetensi dasar menulis karangan eksposisi di SMA Islam Addasuqi yaitu 70%. Ada tiga aspek yang dinilai dalam pembelajaran menulis karangan eksposisi ini yaitu aspek judul, pengembangan paragraf, serta penggunaan ejaan dan tanda baca. Untuk aspek judul, terdiri dari satu subaspek yaitu kesesuaian antara judul dengan isi karangan dan tujuan penulisan. Untuk aspek pengembangan paragraf eksposisi terdapat empat subaspek yaitu: (1) pemaparan informsi, (2) kepaduan atau kekoherensian setiap unsur karangan dengan gagasan utama, (3) keterpautan atau ketepatan penggunaan piranti kohesi, dan (4) ketegasan isi karangan. Sedangkan untuk aspek ejaaan dan tanda baca hanya terdiri satu subaspek yaitu kesesuaian penggunaan EYD dan tanda baca pada karangan eksposisi.

Analisis kemampuan awal (pretes) siswa dilakukan dengan menilai karangan siswa yang ditugaskan pada pretes berdasarkan rubrik penilaian menulis karangan eksposisi yang telah dibuat. Ada enam hal yang dinilai dalam sebuah karangan eksposisi, yaitu (1) judul, (2) pemaparan informasi, (3) kesatupaduan, (4) keterpautan, (5) ketegasan, serta (6)

4

Page 5: Kemampuan Menulis Eksposisi

ISSN 2337-6384 Jurnal Pendidikan Volume 1 Nomor 3, Agustus 2013

ejaan dan tanda baca. Setelah dilakukan penilaian terhadap karangan eksposisi tahap pretes ternyata diperoleh hasil bahwa kemampuan siswa dalam menulis karangan eksposisi menunjukkan hanya 9 siswa atau 29,02 % yang mampu (berhasil) menulis karangan eksposisi dengan nilai A dan B. Sedangkan siswa yang belum berhasil mencapai kriteria ketuntasan belajar (KKM) sebanyak 22 siswa atau 70,46%. Rata-rata skor kelas yaitu 63,73 % dengan nilai C (cukup). Hal ini menunjukkan bahwa taraf kemampuan siswa dalam menulis karangan eksposisi masih di bawah KKM.

Hasil pretes siswa yang dilakukan pada 23 Mei 2013 menunjukkan bahwa siswa masih belum memahami unsur-unsur dalam sebuah karangan eksposisi dan siswa cenderung bingung mau menulis apa. Hal ini terbukti dari kemampuan siswa dalam membuat judul dan memaparkan informasi yang tergolong kurang. Bahkan ada tulisan yang berupa narasi. Untuk pengembangan paragraf (isi), juga masih kurang. Hal ini terbukti dari hasil tulisan siswa yang hanya satu paragraf. Padahal sebuah karangan eksposisi menuntut adanya kejelasan sehingga paling tidak terdapat tiga paragraf yaitu paragraf pembuka, paragraf penjelas, dan paragraf penutup. Maka dari itu, dipilihlah model perbandingan teks berita sebagai rangsangan munculnya ide-ide yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran menulis karangan eksposisi secara logis dan sistematis di SMA Islam Addasuqi pada tindakan siklus I.

Siklus PertamaKegiatan penelitian siklus I dimulai

dengan merencanakan tindakan yang dilakukan oleh peneliti di bantu oleh guru bidang studi Bahasa Indonesia. Peneliti merencanakan 5 x 45 menit ( tiga pertemuan). Pelaksanaan tindakan mengacu pada perencanaan yang telah disusun sebelumnya. Tindakan dilaksanakan dengan berpedoman pada rambu-rambu yang telah ditetapkan pada tahap perencanaan yaitu setiap siklus

terdiri dari tiga fase yang harus ditempuh oleh siswa yaitu meliputi fase: (1) pramenulis, (2) menulis, dan (3) pascamenulis.

Observasi dilakukan pada waktu pembelajaran berlangsung pada siklus I . kegiatan ini diarahkan pada penngamatan yang ada di lapangan pada saat pelaksanaan tindakan sedang berlangsung. Pengambilan data melalui observasi ini bertujuan untuk mengetahui potret perilaku siswa selama pembelajaran berlangsung. Dengan demikian observasi ini dilakukan peneliti dan dipertajam oleh pengamatan rekan peneliti bersamaan proses pembelajaran ada lima aspek yang dinilai dalam pembelajaran menulis karangan eksposisi dengan menggunakan model perbandingan teks berita yaitu kegiatan pendahuluan, fase pramenulis, fase menulis, fase pascamenulis dan fase pascamenulis.

Setelah dilakukan penilaian terhadap proses kemampuan siswa dalam menulis karangan eksposisi pada siklus I ternyata kemampuan siswa dalam menulis karangan eksposisi menunjukkan 22 siswa (70,46%) telah berhasil menulis karangan eksposisi dengan nilai di atas 70, sedangkan 6 siswa (19,36) masih memperoleh nilai di bawah 70.

Sedangkan untuk hasil penilaian kemampuan siswa dalam menulis karangan eksposisi dengan menggunakan model perbandingan teks berita menunjukkan 23 siswa (74,19%) telah berhasil menulis karangan eksposisi dengan nilai di atas 70, sedangkan 8 siswa lainnya masih memperoleh nilai di bawah 70. Rata-rata nilai kelas yaitu 76,07% dengan kualifikasi B (baik). Kegiatan analisis dilakukan untuk menemukan masalah yang dihadapi pada siklus I.

Permasalahan-permasalahan yang ada dijadikan acuan bagi guru dan peneliti untuk merencanakan pembelajaran menulis karangan eksposisi pada siklus II. Rencana pembelajaran siklus II merupakan perbaikan dari permasalahan yang ada pada siklus I. Berikut hasil analisis dari perolehan nilai hasil belajar. Pada siklus I,

5

Page 6: Kemampuan Menulis Eksposisi

ISSN 2337-6384 Jurnal Pendidikan Volume 1 Nomor 3, Agustus 2013

ada siswa masih belum memperhatikan perumusan judul untuk karangan sehingga ada judul yang menggunakan bahasa tidak baku. Pada siklus I, siswa belum memperhatikan subaspek kesatupaduan dan keterpautan. Pada siklus I, masih ada paragraf yang terdiri dari satu kalimat. Pada siklus I ada beberapa siswa masih mengulang kata, kalimat, atau gagasan yang pernah ditulis. Pada siklus I ada beberapa siswa masih salah dalam menggunakan tanda baca dan ejaan.

Dari hasil refleksi dan hasil belajar siswa, kesulitan siswa dalam menulis karangan eksposisi yaitu ketika mengembangkan tulisan dalam kalimat-kalimat. Ada siswa yang belum mampu menciptakan kekoherensian dan kekohesifan dalam karangan eksposisinya. Untuk itu, pada siklus II ini akan lebih ditekankan pada bagaimana menyusun kalimat-kalimat dalam karangan dan bagaimana penggunaan piranti kohesi yang tepat. Untuk itu, pada pembelajaran siklus II ini siswa akan membuat draf awal untuk disunting dan direvisi.

Siklus KeduaKegiatan penelitian siklus II

dimulai dengan merencanakan tindakan yang dilakukan oleh peneliti dengan dibantu oleh guru bidang studi Bahasa Indonesia. Peneliti menyusun RPP menulis karangan eksposisi secara logis dan sistematis dengan menggunakan model perbandingan teks berita untuk siklus II berdasarkan refleksi dan identifikasi masalah hasil tindakan pada siklus I.

Dari hasil refleksi dan hasil belajar siswa, kesulitan siswa dalam menulis karangan eksposisi yaitu ketika mengembangkan tulisan dalam kalimat-kalimat. Ada siswa yang belum mampu menciptakan kekoherensian dan kekohesifan dalam karangan eksposisinya. Untuk itu, pada siklus II ini akan lebih ditekankan pada bagaimana menyusun kalimat-kalimat dalam karangan dan bagaimana penggunaan piranti kohesi yang tepat. Untuk itu, pada pembelajaran siklus

II ini siswa akan membuat draf awal untuk disunting dan direvisi.

Pada siklus II ini, alokasi waktu pembelajaran menulis karangan eksposisi dengan menggunakan model perbandingan teks berita yaitu 5 x 45 menit (tiga kali pertemuan). Berbeda dengan siklus I, pada siklus II ini tidak dibentuk kelompok. Hal ini supaya siswa mempunyai usaha sendiri dalam mencari sumber bahan sehingga informasi yang diperoleh akan bervariasi. Kerjasama antarsiswa dilakukan ketika proses perbandingan, revisi dan penyuntingan pada draf awal. Berikut skenario pembelajaran siklus II.

Seperti pada siklus I observasi dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung di siklus II . Pelaksanaan observasi mengacu pada perencanaan yang telah disusun sebelumnya, observasi dilakukan dengan berpedoman pada rambu-rambu yang telah ditetapkan pada tahap perencanaan yaitu setiap siklus terdiri dari 5 aspek yaitu meliputi: (1), kegiatan pendahuluan, (2), fase Pramenulis, (3), fase menulis, (4), fase Pascamenulis, dan (5), kegiatan Penutup.

Setelah dilakukan penilaian terhadap proses pembelajaran menulis karangan eksposisidengan model perbandingan teks ternyata kemampuan siswa dalam proses pembelajaran menulis karangan eksposisi dengan menggunakan model perbandingan teks menunjukkan 31 siswa (100%) telah berhasil dalam proses pembelajaran dengan nilai diatas 70.

Selanjutnya Setelah dilakukan penilaian terhadap karangan siswa pada siklus II ternyata diketahui ada 31 siswa (100%) telah berhasil menulis karangan eksposisi dengan logis dan sistematis. Hal ini ditandai dengan nilai yang diperoleh siswa dalam menulis karangan eksposisi. Semua siswa (31 siswa) memperoleh nilai di atas 70. Rata-rata kelas pun mengalami peningkatan pada siklus II ini. Rata-rata kelas dalam menulis karangan eksposisi pada siklus II yaitu 84,57%.

Untuk mengetahui ada peningkatan atau tidak ada peningkatan, maka perlu dilihat hasil belajar dari pretes, siklus I,

6

Page 7: Kemampuan Menulis Eksposisi

ISSN 2337-6384 Jurnal Pendidikan Volume 1 Nomor 3, Agustus 2013

hingga siklus II. Dan hasil observasi siklus I dan siklus II. Tabel 1 di bawah ini merupakan tabel hasil observasi siklus I.

Dari Tabel 3 dapat diketahui seberapa besar peningkatan untuk tiap aspek maupun subaspek penilaian dari pretes ke postes siklus I. Untuk aspek perumusan judul, subaspek pemaparan informasi, subaspek keterpautandan subaspek ketegasan mengalami peningkatan. Kemudian untuk aspek ejaan dan tanda baca mengalami penurunan sebesar 22,6%.

Peningkatan untuk setiap aspek maupun subaspek dari postes siklus I ke postes siklus II dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini.

Dari tabel 3 di atas dapat diketahui peningkatan untuk tiap aspek maupun subaspek penilaian dari siklus I ke siklus II, kecuali pemaparan informasi tidak ada kenaikan.

Dalam penelitian ini telah dilaksanakan proses menulis karangan eksposisi dari fase pramenulis hingga fase pascamenulis. Pada fase pramenulis, siswa diarahkan untuk mengungkapkan pengetahuan mereka mengenai karangan eksposisi. Selanjutnya, siswa ditugaskan untuk membaca teks berita. Hal ini bertujuan supaya siswa memperoleh informasi tambahan yang nantinya dapat digunakan sebagai model untuk memperoleh ide. Hal ini sejalan dengan pendapat Cleary dan Linn (dalam Rahaor, 2006:34) bahwa temuan yang paling mengejutkan dari penelitian mutakhir tentang tulisan adalah adanya korelasi antara membaca luas yang baik dengan menulis yang baik. Untuk itu, agar siswa mampu menulis karangan eksposisi dengan baik maka siswa perlu membaca sebuah informasi. Salah satu sumber informasi yaitu dari koran, bahkan dari internet.

Pelaksanaan penelitian dalam pembelajaran menulis karangan eksposisi ini berdasarkan urutan yang telah direncanakan di awal pada setiap siklus. Pada masing-masing siklus, yaitu siklus I dan siklus II terdapat beberapa tahapan, mulai dari perencanaan hingga refleksi.

Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto (2007:16) bahwa secara garis besar, PTK dibagi ke dalam empat tahap yang meliputi tahap: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi.

Kemampuan menulis karangan eksposisi pada fase penulisan merupakan kegiatan lanjutan yang berkaitan erat dengan kegiatan prapenulisan. Pada fase menulis ini, siswa mengembangkan kerangka karangan yang telah dibuat pada fase pramenulis. Kegiatan menulis karangan eksposisi terdiri atas aspek pembuatan judul, pengembangan paragraf dan aspek tata bahasa. Untuk aspek pengembangan paragraf ini, terdapat subaspek yang terdiri dari pemaparan informasi, kesatupaduan, keterpautan, dan ketegasan (Gie, 2002:62-63).

Bahasan hasil temuan penelitian ini tentang hasil observasi siklus I, hasil observasi siklus II , hasil belajar sebelum tindakan (pretes), hasil belajar tindakan siklus I, dan hasil belajar tindakan siklus II. Kemampuan siswa dalam menulis karangan eksposisi sebelum tindakan hasilnya dinilai rendah. Hal ini dapat terlihat dari peningkatan yang signifikan pada proses pembelajaran siswa dalam menulis karangan eksposisi. Pada siklus I, jumlah siswa yang berhasil 22 (70,46) atau dengan tingkat keberhasilan siswa dalam satu kelas (74,19%). Bahkan setelah dilakukan tindakan pada siklus II, jumlah siswa yang berhasil meningkat menjadi 31 (100%), atau dengan tingkat keberhsilan siswa dalam satu kelas (100%), di mana semua siswa memperoleh nilai di atas 70%. Jadi terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II yaitu sebesar 9,68% dan tingkat keberhasilan siswa dalam satu kelas mengalami peningkatan sebesar 25,81%.

Untuk hasil pembelajaran hal ini terbukti dengan nilai rata-rata yang hanya 63,73% (kualifikasi C) yang terdiri dari 1 siswa memperoleh kualifikasi A, 8 siswa memperoleh kualifikasi B, 21siswa memperoleh kualifikasi C, dan 1 siswa memperoleh kualifikasi D. Sedangkan pada siklus I, kemampuan kelas mengalami peningkatan dalam menulis

7

Page 8: Kemampuan Menulis Eksposisi

ISSN 2337-6384 Jurnal Pendidikan Volume 1 Nomor 3, Agustus 2013

eksposisi. Hal ini terbukti dengan naiknya nilai rata-rata menjadi 76,07% yang terdiri dari 10 siswa memperoleh kualifikasi A, 13 siswa memperoleh kualifikasi B, dan 8 siswa memperoleh kualifikasi C. Kemudian untuk siklus II, rata-rata menjadi 84,57% yang terdiri dari 14 siswa memperoleh kualifikasi A dan 17 siswa memperoleh kualifikasi B. Dengan demikian, pencapaian tingkat keberhasilan siswa dalam satu kelas yaitu 100% berhasil.

SIMPULAN DAN SARANBerdasarkan paparan data dan

pembahasan, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menulis karangan eksposisi dengan menggunakan model perbandingan teks berita dapat meningkatkan proses pembelajaran siswa. Hal ini dapat terlihat dari peningkatan yang signifikan pada proses pembelajaran siswa dalam menulis karangan eksposisi. Pada siklus I, jumlah siswa yang berhasil 22 (70,46) atau dengan tingkat keberhasilan siswa dalam satu kelas (74,19%). Bahkan setelah dilakukan tindakan pada siklus II, jumlah siswa yang berhasil meningkat menjadi 31 (100%), atau dengan tingkat keberhsilan siswa dalam satu kelas (100%), di mana semua siswa memperoleh nilai di atas 70%. Jadi terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II yaitu sebesar 29,54% dan tingkat keberhasilan siswa dalam satu kelas mengalami peningkatan sebesar 25,81%.

Untuk hasil penilaian kemampuan siswa kemampuan rata-rata siswa dalam menulis karangan eksposisi meningkat dari 66,06% menjadi 78,56% pada siklus I dan meningkat sebesar 4,65% menjadi 83,21% pada siklus II. Pencapaian tingkat keberhasilan pun mengalami peningkatan yang signifikan. Tingkat keberhasilan siswa dalam menulis karangan eksposisi pada siklus I meningkat dari 41,18% menjadi 79,41% dan meningkat sebesar 20,59% menjadi 100% pada siklus II.

Adapun beberapa saran yang bisa peneliti sampaikan sehubungan dengan pembelajaran menulis eksposisi dengan menggunakan model perbandingan teks berita yang dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk perbaikan proses pembelajaran. Bagi guru sebaiknya menggunakan model perbandingan teks berita dengan topik yang sesuai dengan minat siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya pembelajaran menulis karangan eksposisi, alokasi waktu untuk pembelajaran menulis perlu dipertimbangkan mengingat pembelajaran menulis karangan eksposisi merupakan kompetensi dasar yang membutuhkan proses. Bagi siswa sebaiknya untuk melakukan penilaian terhadap tugas yang telah dikerjakan sehingga siswa mengetahui dan lebih memperhatikan aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam menulis.

DAFTAR RUJUKANArikunto, Suharsimi. 2003. Dasar-dasar

Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

BSNP. 2006. Standar Isi: Keputusan Menteri No. 22, 23, 24 Tahun 2006.

Gie, The Liang. 2002. Terampil Mengarang. Yogyakarta: Andi.

Mulyasa. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Rahor, Petrus P. 2006. Upaya Peningkatan Kemampuan Menulis Eksposisi melalu

STAD dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SDN Sumbersari II Malang. Tesis tidak diterbitkan. Malang: Program Pasca

Sarjana Universitas Negeri Malang.

8