kementerian pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/data2/lakin balitbangtan 2018...dan kegiatan...
TRANSCRIPT
Laporan Kinerja Tahun 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 1
BAB I. PENDAHULUAN
Balitbangtan merupakan leading institution dalam penelitian dan pengembangan
pertanian menuju modern agriculture di Indonesia, yang menuntut perlunya inovasi responsif terhadap dinamika iklim dan lingkungan strategis berbasis
biosains, bioenjinering dan aplikasi IT dengan memanfaatkan advanced techonology (nanoteknologi, bioteknologi, iradiasi, bioinformatika dan
bioprosesing). Sementara, perkembangan organisasi Balitbangtan yang dilaksanakan secara berkelanjutan dan disesuaikan dengan dinamika tuntutan
perubahan lingkungan strategis, litbang pertanian berperan penting dalam
mendukung pencapaian visi dan misi Balitbangtan.
Struktur Organisasi Balitbangtan tahun 2018 yang mengacu pada Peraturan
Menteri Pertanian Nomor 43/Permentan/OT.010/8/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, terdiri atas 12 jajaran Eselon II yang meliputi:
(1) Sekretariat Badan; (2) Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan,
(3) Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, (4) Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, (5) Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan,
(6) Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, (7) Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, (8) Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, (9) Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, (10) Balai Besar Penelitian
Tanaman Padi, (11) Balai Besar Penelitian Veteriner, dan (12) Balai Besar
Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Bagan organisasi dapat dilihat pada lampiran 1.
Berkaitan dengan perkembangan lingkungan strategis, Balitbangtan juga mengalami peningkatan status eselonisasi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian
(LPTP) menjadi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) pada dua provinsi
yaitu Provinsi Sulawesi Barat dan Provinsi Kepulauan Riau sehingga jumlah BPTP Balitbangtan menjadi 33 BPTP. Hal ini ditetapkan dengan Peraturan Menteri
Pertanian Nomor 19/Permentan/OT.020/5/2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Hingga tahun 2018, Balitbangtan memiliki
64 satker yang tersebar di seluruh Provinsi di Indonesia.
Balitbangtan saat ini didukung oleh sumber daya manusia sejumlah 6.161 orang (per 31 Desember 2018). Jumlah SDM tersebut mengalami penurunan cukup
besar, dari jumlah SDM sebesar 6.548 pada tahun 2017. Data statistik mendiskripsikan bahwa dari total jumlah pegawai, sekitar 3.318 orang (53,85%)
merupakan tenaga fungsional umum dan struktural, 2.843 orang (46,15%) adalah tenaga fungsional tertentu yang terdiri dari Peneliti (26,19%), Teknisi Litkayasa
(9,45%), Penyuluh (6,40%), dan tenaga fungsional lainnya seperti Pustakawan,
Laporan Kinerja Tahun 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2
Perekayasa, Pranata Komputer, Arsiparis, Statistisi, Analis Kepegawaian, Perencana, Pranata Humas, dan Perancang Peraturan Perundang-undangan.
Keberadaan Kebun Percobaan pada Unit Kerja lingkup Balitbangtan bernilai sangat
strategis khususnya dalam mendukung mandat di bidang penelitian dan pengembangan pertanian. Upaya pendayagunaan Kebun Percobaan telah
dilakukan sejak tahun 2007 dengan memberikan pendanaan khusus untuk pengembangan sarana dan prasarana Kebun Percobaan.
Secara fungsi, Kebun Percobaan digunakan untuk kegiatan penelitian dan pengkajian (litkaji), konservasi ex-situ sumber daya genetik (SDG), produksi benih
sumber, show window inovasi teknologi. Selebihnya, Kebun Percobaan dapat
dimanfaatkan untuk kebun produksi, pendukung ketahanan pangan, media pendidikan, dan sebagai wahana agrowidyawisata. Dengan demikian, Kebun
Percobaan berperan sangat strategis sebagai sarana pelaksanaan tugas dan fungsi Unit Pengelola Teknis (UPT) dan sebagai wahana untuk menghasilkan Pendapatan
Negara Bukan Pajak (PNBP).
Pada tahun 2013 Balitbangtan memiliki 68 Kebun Percobaan dengan luas total sebesar 2.451,70 ha yang tersebar di 20 UPT. Berdasarkan Peraturan Menteri
Pertanian Nomor 12/Permentan/OT.010/4/2016 dan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 19/Permentan/OT.020/5/2017 terjadi penambahan jumlah Kebun
Percobaan menjadi 128 Kebun Percobaan di 49 UPT (lampiran 2). Hingga tahun 2018, masih terdapat Kebun Percobaan yang penetapannya masih dalam proses
di Biro Keuangan dan Perlengkapan, Kementerian Pertanian.
Secara umum kondisi dari masing–masing Kebun Percobaan sangat bervariasi, baik luas, status lahan, penggunaan dan pemanfaatan, maupun keragaannya.
Kebun-kebun tersebut tersebar di berbagai wilayah pada kondisi agroklimat yang berbeda-beda dengan ketinggian mulai dataran rendah sampai dengan dataran
tinggi.
Dalam mendukung tugas dan fungsi Balitbangtan sebagai lembaga penelitian, laboratorium merupakan salah satu sumberdaya yang sangat penting untuk
menunjang hasil kegiatan penelitian. Keberhasilan dan mutu penelitian yang dihasilkan ditunjang oleh kelengkapan laboratorium yang berstandar, baik
peralatan, SDM maupun sistem pengendalian mutu yang memenuhi persyaratan
standar baku nasional dan internasional, seperti Standar Nasional Indonesia (SNI ISO/IEC 17025:2005).
Balitbangtan memiliki 158 laboratorium yang tersebar pada Satuan Kerja (Satker) yang berlokasi di seluruh Propinsi. Jenis dan kemampuan laboratorium di masing-
masing Satker beragam. Kemampuan dan kapasitasnya pun selalu diupayakan untuk meningkat secara bertahap. Sebanyak 49 laboratorium sudah mendapatkan
sertifikat SNI ISO/IEC 17025:2005 dari Komite Akreditasi Nasional (KAN) yang
berarti telah mendapatkan pengakuan formal, baik nasional, regional maupun
Laporan Kinerja Tahun 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 3
internasional serta 11 laboratorium dalam proses akreditasi, dan 98 laboratorium belum terakreditasi (lampiran 3). Dengan demikian data analisis yang digunakan
untuk menunjang penelitian telah terjamin mutunya dan hasil penelitian
terpercaya karena berasal dari data pengujian yang akurat, handal dan bermutu serta pengelolaan yang sesuai dengan standar baku, sehingga mutu layanannya
dapat dipertahankan secara berkelanjutan.
Pada sisi lain, tantangan dan permasalahan yang masih terjadi dan perlu diatasi
dengan penciptaan teknologi dan inovasi antara lain: (1) perubahan iklim global, yang dapat menganggu ketahanan sistem pertanian baik nasional maupun global,
(2) keterbatasan dan degradasi sumberdaya lahan, karena kebutuhan di berbagai
sektor seperti sektor industri dan jasa, luasan lahan pertanian yang semakin menurun setiap tahun tidak dapat dibatasi. Oleh sebab itu, diupayakan untuk
memanfaatkan dan mengoptimalkan lahan-lahan tidur, seperti lahan kering, lahan rawa dan lahan lebak, yang selama ini belum tersentuh inovasi teknologi agar
dapat menjadi lahan pertanian. (3) Ketersediaan dan tata kelola air, dimana tata
kelola air yang terlaksana secara optimal diharapkan dapat meningkatkan produktivitas lahan dan dapat meningkatkan Indeks Pertanaman (IP). (4) Belum optimalnya pemanfaatan teknologi dan inovasi pertanian, sehingga perlu diupayakan untuk meningkatkan sinergi antara sub sektor, dimana Balitbangtan
sebagai penghasil teknologi selayaknya harus menyediakan output sesuai kebutuhan stakeholder, begitupula sebaliknya, perlu ada mekanisme komunikasi
dari stakeholder dalam menyampaikan kebutuhannya kepada Balitbangtan. (5)
Penggunaan bioenergi sebagai energi alternatif untuk mengurangi emisi GRK, yang masih memerlukan penelitian lebih lanjut, seperti standar penggunaan
bioenergi di Indoensia untuk menjaga kelestarian kualitas lingkungan, pengaruh penggunaan bioenergi terhadap komoditas pertanian maupun potensi pertanian
dalam menghasilkan bioenergi generasi kedua. (6) Ketahanan, mutu dan keamanan pangan, yang sampai saat ini belum cukup aman, meskipun swasembada pangan utama seperti padi dan jagung telah tercapai, disamping itu
mutu dan keamanan pangan harus terus ditingkatkan untuk menjawab ketatnya persaingan dalam memperoleh pangsa pasar serta perubahan pasar global,
dimana membanjirnya produk pertanian impor sehingga berdampak pada
perekenomian nasional. (7) Penurunan jumlah tenaga kerja pertanian, yang berimbas pada penurunan jumlah bahan pangan yang akan dihasilkan, serta (8)
kelancaran sistem agribisnis, yang meliputi sarana dan prasarana (infrastruktur) dalam memasok bahan pangan agar dapat didistribusikan ke pasar dengan harga
yang sesuai.
Keseluruhan potensi sumberdaya litbang (SDM, sarana dan prasarana) dikerahkan
untuk “menjawab” permasalahan di atas. Terutama bagaimana mengoptimalkan
pemanfaatan teknologi dan inovasi hasil Balitbangtan, yang saat ini merupakan strategic issue. Oleh karena itu, pada tahun 2018 Balitbangtan tetap fokus untuk
mengoperasionalkan program Balitbangtan, yaitu penciptaan teknologi dan
Laporan Kinerja Tahun 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 4
inovasi pertanian bioindustri berkelanjutan, dengan mengupayakan pencapaian sasaran-sasaran strategis yang ditetapkan di dalam Renstra. Selain
dengan teknologi dan inovasi yang diciptakan Balitbangtan, juga perlu diupayakan
untuk meningkatkan penderasan dan hilirisasi teknologi dan inovasi yang selama ini sudah dihasilkan.
Laporan Kinerja Tahun 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 5
BAB II. PERENCANAAN KINERJA
Rencana Strategis (Renstra) merupakan acuan dan arahan bagi unit kerja di
lingkup Balitbangtan dalam merencanakan dan melaksanakan penelitian dan pengembangan pertanian pertanian periode 2015 – 2019 secara menyeluruh
terintegrasi, dan sinergis, baik di dalam maupun antar sub-sektor terkait. Penyusunan renstra Balitbangtan mengacu kepada: (1) Undang-undang nasional,
(2) Rencana Pembangunan Pertanian Jangka Panjang (RPJP) 2005 – 2025, (3) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015 – 2019,
dan (4) Renstra Kementerian Pertanian Tahun 2015 – 2019.
Secara umum, Renstra Balitbangtan berisikan uraian tentang kondisi umum (struktur organisasi, sumberdaya penelitian, dan kinerja 2015-2019), potensi,
permasalahan, dan tantangan, visi, misi, tujuan, sasaran strategis, arah kebijakan, strategi, program, kerangka regulasi, kerangka kelembagaan, target kinerja dan
kerangka pendanaan yang akan dilaksanakan oleh Balitbangtan selama lima tahun
ke depan (2015-2019).
Rencana kerja Balitbangtan selama lima tahun dituangkan dalam Renstra
Balitbangtan dengan mengacu kepada Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; Rencana Pembangunan
Pertanian Jangka Panjang 2005-2025, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019, dan Renstra Kementerian Pertanian Tahun
2015-2019. Sebagai bentuk implementasi dari Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN 2015-2019) bidang penelitian dan pengembangan pertanian perencanaan kinerja diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dan
arahan bagi unit kerja di lingkup Balitbangtan dalam merencanakan dan melaksanakan penelitian dan pengembangan pertanian periode 2015-2019 secara
menyeluruh, terintegrasi, dan sinergis baik di dalam maupun antar sektor/sub-
sektor terkait. Pada tahap berikutnya, rencana kinerja yang memuat visi, misi, tujuan, sasaran strategis, kebijakan, strategi, program, dan kegiatan penelitian
dan pengembangan pembangunan pertanian yang akan dilaksanakan oleh Balitbangtan ini dituangkan dalam sebuah perjanjian kinerja antara Kepala
Balitbangtan dengan Menteri Pertanian dalam bentuk dokumen Perjanjian Kinerja
(PK) sebagai acuan penilaian terhadap akuntabilitas pelaksana kegiatan lingkup Balitbangtan.
Dengan mempertimbangkan permasalahan dan tantangan yang semakin berat, maka Balitbangtan melalui surat keputusan Kepala Badan Litbang Pertanian Nomor
385.1/Kpts/Rc.020/H/01/2018 merevisi Rentsra Balitbangtan 2015-2019 dengan merestrukturisasi program dan keiatan dalam kerangka Pengganggaran Berbasis
Kinerja (performance-based budgeting) yang dilengkapi dengan arsitektur dan
informasi kinerja (ADIK) sehingga akuntabilitas pelaksanaan kegiatan beserta
Laporan Kinerja Tahun 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 6
organisasinya dapat dievaluasi secara berkala. Perubahan Renstra ditujukan untuk meningkatkan visi, misi, tujuan, sasaran strategis, kebijakan, strategi, program
dan kegiatan penelitian dan pengembangan pertanian yang akan dilaksanakan,
dengan menganalisis potensi, peluang, tantangan dan permasalahan termasuk isu strategis terkini.
2.1 Visi
Visi Balitbangtan adalah “Menjadi Lembaga Penelitian Terkemuka Penghasil Teknologi dan Inovasi Pertanian Modern untuk Mewujudkan Kedaulatan Pangan
dan Kesejahteraan Petani”.
2.2. Misi
Misi Balitbangtan adalah: (1) menghasilkan dan mengembangkan teknologi pertanian modern yang memiliki scientific and impact recognition dengan
produktivitas dan efisiensi tinggi, dan (2) mewujudkan Badan Litbang Pertanian
sebagai Institusi yang mengedepankan transparansi, profesionalisme dan akuntabilitas.
2.3. Tujuan
Sebagai penjabaran dari Visi dan Misi Balitbangtan, maka tujuan yang ingin dicapai selama tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut: (1) menyediakan teknologi
inovasi pertanian yang produktif dan efisien serta ramah lingkungan yang siap
dimanfaatkan oleh stakeholder (pengguna), (2) mewujudkan profesionalisme dalam pelayanan jasa dan informasi teknologi kepada pengguna, dan (3)
mewujudkan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah di lingkungan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
2.4. Sasaran Program
Sasaran Program Balitbangtan adalah: (1) dimanfaatkannya hasil inovasi teknologi
pertanian, (2) meningkatnya kualitas layanan dan informasi publik Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, (3) terwujudnya akuntabilitas kinerja
instansi pemerintah di lingkungan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Keterkaitan visi, misi dan sasaran program disajikan pada Tabel 1, sedangkan keterkaitan sasaran program dan indikator kinerja program Balitbangtan 2015-
2019 disajikan pada Tabel 2.
Laporan Kinerja Tahun 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 7
Tabel 1. Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan, Indikator Tujuan dan Sasaran Program
Visi Misi Tujuan Indikator Tujuan Sasaran Program
Menjadi lembaga penelitian terkemuka penghasil teknologi dan inovasi pertanian modern untuk mewujudkan kedaulatan pangan dan kesejahteraan petani
Menghasilkan dan mengembangkan teknologi pertanian modern yang memiliki scientific and impact recognition dengan produktifitas dan efisiensi tinggi
Menyediakan teknologi inovasi pertanian yang produktif dan efisien serta ramah lingkungan yang siap dimanfaatkan oleh stakeholder (pengguna)
Rasio hasil penelitian yang dimanfaatkan (akumulasi 5 tahun terakhir) terhadap hasil penelitian yang dihasilkan (5 tahun terakhir) (%)
Dimanfaatkannya hasil inovasi teknologi pertanian
Mewujudkan Badan Litbang Pertanian sebagai institusi yang mengedepankan transparansi, profesionalisme dan akuntabilitas
Mewujudkan profesionalisme dalam pelayanan jasa dan informasi teknologi kepada pengguna
1. Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas layanan publik Balitbang Pertanian (Nilai)
2. Nilai pemeringkatan informasi publik Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Nilai)
Meningkatnya kualitas layanan dan informasi publik Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Mewujudkan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah di lingkungan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
1. Nilai AKIP Badan Penenlitian dan Pengembangan Pertanian berdasarkan penilaian Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian (Nilai)
2. Nilai Kinerja (NK) (berdasarkan PMK 249 tahun 2011) (Nilai)
Terwujudnya akuntabilitas kinerja instansi pemerintah di lingkungan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja Tahun 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 8
Tabel 2. Sasaran Program dan Indikator Kinerja Program Balitbangtan 2015-2019
No Sasaran Program Indikator Kinerja Program
1 Dimanfaatkannya inovasi teknologi pertanian
Rasio hasil penenlitian yang dimanfaatkan (akumulasi 5 tahun terakhir) terhadap hasil penelitian yang dihasilkan (5 tahun terakhir)
2 Meningkatnya kualitas layanan dan informasi publik Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas layanan publik Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Nilai pemeringkatan informasi publik Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
3. Terwujudnya akuntabilitas kinerja instansi pemerintah di lingkungan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Nilai AKIP Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian berdasarkan penilaian Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian
Nilai Kinerja (NK) (berdasarkan PMK 249 tahun 2011)
2.5. Program Balitbangtan
Program Balitbangtan pada periode 2015-2019 diarahkan untuk menghasilkan
teknologi dan inovasi pertanian bio-industri berkelanjutan. Oleh karena itu,
Balitbangtan menetapkan kebijakan alokasi sumber daya litbang menurut fokus komoditas yang terdiri 8 kelompok produk yang ditetapkan oleh Kementerian
Pertanian, yakni: (1) bahan makanan pokok nasional: padi, jagung, kedelai, gula, daging, telur dan susu, (2) bahan makanan pokok lokal: sagu, jagung, umbi-
umbian (ubi kayu, ubi jalar), (3) produk pertanian penting pengendali inflasi: cabai, bawang merah, bawang putih, (4) bahan baku industri (konvensional):
sawit, karet, kakao, kopi, lada, pala, teh, susu, ubi kayu, (5) bahan baku industri:
sorgum, gandum, tanaman obat, minyak atsiri, (6) produk industri pertanian (prospektif): aneka tepung dan jamu, (7) produk energi pertanian (prospektif):
biodiesel, bioetanol, biogas, dan (8) produk pertanian berorientasi ekspor dan subtitusi impor: buah-buahan (nanas, manggis, salak, mangga, jeruk),
kambing/domba, unggas lokal, babi, dan florikultura.
Dalam 8 kelompok produk tersebut, terdapat tujuh komoditas yang ditetapkan sebagai komoditas strategis, yakni padi, jagung, kedelai, gula, daging sapi/kerbau,
cabai merah, dan bawang merah, kemudian Kementerian Pertanian menambahkan 4 komoditas lainnya yaitu kelapa sawit, kopi, kakao, dan karet.
Laporan Kinerja Tahun 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 9
2.6. Kegiatan Balitbangtan
2.6.1. Kegiatan Litbang Tanaman Pangan
Sasaran kegiatan litbang tanaman pangan dalam upaya mempertahankan
swasembada padi dan jagung, mencapai swasembada kedelai serta peningkatan produksi tanaman pangan lainnya untuk pangan, pakan dan energi adalah: (1)
tersedianya varietas/galur/klon unggul baru tanaman pangan, (2) tersedianya teknologi dan inovasi tanaman pangan, (3) tersedianya model pengembangan
inovasi tanaman pangan, (4) tersedianya rekomendasi kebijakan tanaman pangan, dan (5) tersedianya dan terdistribusinya produk inovasi tanaman pangan.
Adapun kegiatan Litbang Tanaman Pangan diarahkan untuk mendukung: (1)
swasembada padi, (2) swasembada jagung, (3) swasembada kedelai dan (4) peningkatan produksi tanaman pangan lainnya.
2.6.2. Kegiatan Strategis Litbang Tanaman Hortikultura
Kegiatan litbang tanaman hortikultura mempunyai sasaran utama yaitu: (1)
tersedianya varietas/galur/klon unggul baru hortikultura, (2) tersedianya teknologi dan inovasi hortikultura, baik yang bersifat high technology maupun tepat guna,
(3) terlaksananya kerja sama penelitian dan pengembangan hortikultura, (4) tersedianya rekomendasi kebijakan hortikultura, dan (5) tersedia dan
terdistribusikannya produk inovasi hortikultura.
Kegiatan litbang tanaman hortikultura difokuskan untuk mendukung stabilisasi
harga dan ketersediaan produksi terutama untuk komoditas prioritas, yaitu cabai
dan bawang merah. Sementara itu, bagi komoditas hortikultura lainnya diarahkan untuk mendukung peningkatan daya saing terutama di era Masyarakat Ekonomi
ASEAN (MEA).
2.6.3. Kegiatan Litbang Tanaman Perkebunan
Sasaran kegiatan litbang tanaman perkebunan diarahkan pada: (1) tersedianya varietas/galur/klon unggul baru perkebunan, (2) tersedianya teknologi dan inovasi
perkebunan, (3) tersedianya model pengembangan inovasi perkebunan, (4) tersedianya rekomendasi kebijakan perkebunan dan (5) tersedia dan
terdistribusinya produk inovasi perkebunan.
Fokus kegiatan litbang tanaman perkebunan terletak pada penciptaan: (1) teknologi benih, (2) teknologi budidaya, (3) teknologi diversifikasi dan (4)
pengolahan untuk peningkatan nilai tambah yang berdaya saing. Analisis kebijakan tetap diperlukan baik dalam rangka evaluasi kebijakan maupun sebagai usulan
rekomendasi kebijakan pembangunan perkebunan yang bersifat responsif dan antisipatif. Rekomendasi kebijakan mencakup aspek teknologi, ekonomi, sosial
Laporan Kinerja Tahun 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 10
(kelembagaan) dan lingkungan serta fokus pada upaya untuk mendukung terwujudnya sistem usaha perkebunan berkelanjutan yang berbasis inovasi.
2.6.4. Kegiatan Litbang Peternakan
Kegiatan litbang peternakan ditujukan untuk mendukung peningkatan produksi
daging sapi dan protein hewani lainnya sesuai dengan visi, misi, tujuan dan sasaran program Balitbangtan. Untuk pencapaian sasaran program Balitbangtan
terhadap 7 komoditas utama Kementan (padi, jagung, kedelai, bawang merah, cabai, gula dan daging sapi) pada periode 2015 – 2019, maka dukungan kegiatan
strategis Litbang Peternakan adalah: (1) tersedianya galur unggul ternak baru dan
tanaman pakan ternak, (2) tersedianya teknologi dan inovasi peternakan dan veteriner, (3) tersedianya model pengembangan inovasi peternakan, (4)
tersedianya rekomendasi kebijakan pembangunan peternakan dan veteriner, dan (5) tersedianya dan terdistribusinya produk inovasi peternakan dan veteriner.
2.6.5. Corporate Program
Corporate Program merupakan kegiatan litbang yang bersifat lintas kepakaran
(keahlian) yang melibatkan berbagai institusi, baik di dalam maupun luar lingkup Balitbangtan yang disusun secara tematik, comprehensive, scientific base, dan
cross cutting issues yang dikendalikan dalam kesatuan manajemen yang tidak dibatasi oleh klasterisasi unit kerja. Kegiatan ini dicirikan dengan pelaksanaannya
yang lintas institusi dan atau lintas kepakaran. Pelaksanaan Corporate Program dikoordinasikan oleh suatu unit kerja yang mampu mengkoordinasikan penyelesaian suatu kasus tersebut sebagai leading institution.
Kegiatan dalam Corporate Program dilaksanakan terutama untuk: (1) mendukung secara langsung pencapaian target-target pembangunan pertanian yang sudah
ditetapkan oleh Kementerian Pertanian, dan (2) pengembangan iptek pertanian.
Untuk menjawab isu strategis dalam rangka mendukung pencapaian target pembangunan pertanian, kegiatan yang menjadi prioritas dalam Corporate Program adalah kegiatan yang aplikatif, praktis dan teknologi yang cenderung sudah matang, namun secara ilmiah tetap dapat dipertanggungjawabkan.
2.7. Perjanjian Kinerja Tahun 2018
Tahun 2018 merupakan tahun keempat dalam periode Pembangunan Jangka
Menengah 2015 – 2019, sehingga merupakan tahun keempat penetapan sasaran-sasaran yang akan dicapai dalam kurun 5 tahun ke depan beserta program dan
kegiatan yang mendukung pembangunan sektor pertanian. Dalam upaya mendukung pencapaian sasaran dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) 2015 – 2019 dan Strategi Induk Pembangunan Pertanian (SIPP)
Laporan Kinerja Tahun 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 11
2015 – 2045 maka disusunlah sasaran program dan indikator kinerja Balitbangtan 2018 – 2019 yang terdapat pada lampiran 4.
Untuk mempertajam rencana pencapaian target kinerja yang tertuang dalam
renstra 2015–2019, per tahunnya Badan Litbang menetapkan perjanjian kinerja yang merupakan dokumen pernyataan kinerja/kesepakatan kinerja/perjanjian
kinerja antara atasan dan bawahan untuk mewujudkan target kinerja tertentu berdasarkan pada sumber daya yang dimiliki oleh instansi. Dokumen perjanjian
kinerja memuat informasi tentang program, sasaran strategis, indikator kinerja dan target yang akan dicapai serta alokasi anggaran per tahun. Untuk tahun 2018,
Balitbangtan telah merencanakan untuk merealisasikan 5 indikator kinerja sebagai
penjabaran atas sasaran program meningkatnya inovasi dan diseminasi teknologi pertanian dan ditandatangani oleh Kepala Balitbangtan bersama dengan Menteri
Pertanian (pada bulan Januari 2018).
Namun demikian, dinamisnya perubahan kebijakan yang mempengaruhi
perubahan pagu anggaran maupun target per indikator menyebabkan berubahnya
standar kinerja lingkup Kementerian Pertanian, termasuk Balitbangtan. Pengukuran keberhasilan Balitbangtan selama ini dihitung dari keluaran kegiatan
hasil penelitian dan pengembangan misalnya VUB, teknologi, model pengembangan, benih/bibit sumber tanaman dan ternak, maupun jumlah
rekomendasi kebijakan. Pengukuran kinerja tersebut belum dapat menilai sejauh mana difungsikannya atau dimanfaatkannya keluaran tersebut, meskipun telah
banyak digunakan oleh pengguna utamanya (petani) dalam mendukung
pencapaian sasaran strategis Kementerian Pertanian. Oleh Karena itu berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 43 tahun 2017, Kementerian Pertanian
merevisi Indikator Kinerja Utama masing-masing Eselon I lingkup Kementerian Pertanian. Dengan demikian, standar kinerja yang baru diharapkan dapat melihat
gambaran kinerja Balitbangtan sampai ke tingkat outcome. Standar kinerja yang
baru telah didelegasikan secara berjenjang dari Kepala Badan (Eselon I) sampai ke tingkat Eselon V melalui penandatangan Kontrak Kinerja, sehingga dapat
terlihat keselarasan ukuran kinerja antara kinerja atasannya dengan pejabat di bawahnya. Draft revisi PK Balitbangtan TA. 2018 dapat dilihat pada lampiran 5.
Laporan Kinerja Tahun 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 12
BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA
Untuk mengukur keberhasilan kinerja ditetapkan 4 (empat) kategori keberhasilan,
yaitu (1) sangat berhasil: > 100%, (2) berhasil: 80 – 100%, (3) cukup berhasil: 60 – 79%, dan tidak berhasil: 0 – 59%. Pada tahun 2018, Balitbangtan telah
menetapkan 5 (lima) Indikator Kinerja Utama (IKU), dimana realisasi sampai akhir tahun 2018 menunjukkan bahwa sasaran telah dapat dicapai dengan rata-rata
capaian sebesar 117,15% (sangat berhasil). Uraian rincian dari hasil pengukuran capaian kinerja dilaporkan pada sub bab 3.1.1.
Keberhasilan pencapaian sasaran disebabkan oleh faktor pengawalan kegiatan
melalui monitoring dan evaluasi kegiatan penelitian yang cukup ketat, mulai dari tahap awal hingga tahap akhir kegiatan. Kegiatan pengawalan ini dilegalkan dalam
Surat Keputusan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian tentang pembentukan Tim Pelaksana Sistem Akuntabilitas Kinerja Pemerintah lingkup
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian seperti terlihat pada lampiran 6.
Keberhasilan pencapaian sasaran tersebut juga didorong oleh dukungan manajemen penelitian, baik aspek pelayanan keuangan, pengolahan data,
perpustakaan, publikasi, dan sarana penelitian.
Monitoring dan evaluasi realisasi capaian PK secara online telah difasilitasi oleh
Setjen Kementan dan mulai dilaksanakan sejak tahun 2015. Sedangkan sejak tiga
tahun yang lalu, Balitbangtan juga telah melakukan monev rutin terhadap perkembangan capaian PK dengan nama Rencana Aksi AKIP yang diakomodir juga
melalui aplikasi e-SAKIP. Pelaksanaan monev dilakukan untuk memastikan tercapainya target setiap IKU yang tercantum di dalam PK dan target kegiatan per
komponen. Metode yang dilakukan adalah dengan memantau capaian kinerja setiap bulan ataupun triwulanan beserta kendala yang dihadapi. Sehingga dengan
dilakukannya pemantauan secara periodik diharapkan bila tidak tercapainya target
suatu indikator dapat diantisipasi sejak awal. Contoh matrik renaksi AKIP triwulanan dapat dilihat pada lampiran 7.
3.1. Capaian Kinerja Balitbangtan
3.1.1. Pengukuran Capaian Kinerja Tahun 2018
Pengukuran tingkat capaian kinerja Balitbangtan tahun 2018 dilakukan dengan membandingkan antara target dengan capaiannya. Berdasarkan perjanjian kinerja
Balitbangtan mempunyai 3 (tiga) sasaran dan 5 (lima) indikator kinerja utama (IKU) dengan target dan capaian untuk tahun 2018 adalah sebagai berikut:
Laporan Kinerja Tahun 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 13
Tabel 3. Capaian Kinerja Indikator Sasaran Balitbangtan Tahun 2018
No Sasaran Indikator Kinerja Program
Uraian Target Capaian %
1 Dimanfaatkannya inovasi teknologi pertanian
Rasio hasil penelitian yang dimanfaatkan (akumulasi 5 tahun terakhir) terhadap hasil penelitian yang dihasilkan (5 tahun terakhir)
60 113,01 188,35
2 Meningkatnya kualitas layanan dan informasi publik Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas layanan publik Balitbang Pertanian (Nilai)
3 3,26 108,67
Nilai pemeringkatan informasi publik Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
90 82,41 91,57
3. Terwujudnya akuntabilitas kinerja instansi pememrintah di lingkungan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Nilai AKIP Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian berdasarkan penilaian Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian
82,75 82,29 99,44
Nilai Kinerja (NK) (berdasarkan PMK 249 tahun 2011)
93 90,86 97,70
Nilai Rata-rata 117,15
IKU berdasarkan RPJMN tersusun dari indikator kinerja yang tersebar pada kegiatan yang dilaksanakan oleh unit kerja lingkup Balitbangtan, adalah sebagai
berikut:
1. Indikator kinerja rasio hasil penelitian yang dimanfaatkan (akumulasi 5 tahun terakhir) terhadap hasil penelitian yang dihasilkan (5 tahun terakhir) (persen)
memiliki target sebesar 60 persen yang berasal dari hasil litbang tanaman pangan, hasil litbang tanaman perkebunan, hasil litbang tanaman
hortikultura, hasil litbang peternakan, hasil litbang sumberdaya lahan, hasil litbang mekanisasi pertanian, hasil litbang biogenetik penelitian, hasil litbang
pasca panen pertanian, hasil penelitian dan pengkajian pertanian.
2. Indikator kinerja Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas layanan publik Balitbangtan (Nilai) memiliki target nilai sebesar 3 berasal dari 64 satker
lingkup Balitbangtan.
3. Indikator kinerja Nilai pemeringkatan informasi publik Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian (Nilai) memiliki target sebesar 90 yang berasal dari
berita acara serah terima Tim Penilai Visitasi Kegiatan Pemeringkatan
Laporan Kinerja Tahun 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 14
Keterbukaan Informasi Publik lingkup Kementerian Pertanian tahun 2018 dan Penilaian Komitmen Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi.
4. Indikator kinerja Nilai AKIP Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
berdasarkan penilaian Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian memiliki target sebesar 82,75 yang berasal dari hasil evaluasi AKIP oleh Itjen pada
tahun 2018.
5. Indikator kinerja Nilai Kinerja (NK) (berdasarkan PMK 249 tahun 2011)
memiliki target sebesar 93, yang berasal dari nilai kinerja aplikasi SMART (berdasarkan PMK 214 tahun 2017).
Analisis Capaian Kinerja
Pengukuran tingkat capaian kinerja Balitbangtan tahun 2018 dilakukan dengan
cara membandingkan antara target IKU dengan realisasi pada tahun berjalan. Analisis dan evaluasi capaian kinerja tahun 2018 Balitbangtan dapat dijelaskan
sebagai berikut:
Pencapaian IKU pertama telah berhasil dilaksanakan melalui kompilasi data
hasil penelitian dan pengembangan yang telah didiseminasikan lingkup Badan Litbang Pertanian mulai dari tahun 2013-2017 serta kompilasi hasil penelitian dan
pengembangan yang dimanfaatkan lingkup Badan Litbang Pertanian dari tahun
2014-2018. Diseminasi dapat berupa: karya ilmiah, gelar teknologi, penyuluhan, dan temu bisnis. Hasil kompilasi ini kemudian dibandingkan sehingga
menghasilkan IKU “Rasio hasil penelitian yang dimanfaatkan (akumulasi 5 tahun terakhir) terhadap hasil penelitian yang dihasilkan (5 tahun terakhir) (persen)”
dengan rumus sebagai berikut:
(∑ 𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑒𝑙𝑖𝑡𝑖𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑚𝑎𝑛𝑓𝑎𝑎𝑡𝑘𝑎𝑛 (𝑡−5 h𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎 𝑡)
∑ 𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑒𝑙𝑖𝑡𝑖𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑙𝑎h 𝑑𝑖𝑑𝑖𝑠𝑒𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖𝑘𝑎𝑛 (𝑡−6 h𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎 𝑡−1)) x 100%
Capaian IKU pertama berupa rasio hasil penelitian yang dimanfaatkan (akumulasi
5 tahun terakhir) terhadap hasil penelitian yang dihasilkan (5 tahun terakhir) (persen) sebesar 113,01%, atau sebesar 188,35% dari target yang ditetapkan
(sangat berhasil). Dengan demikian capaian IKU pertama sebagai berikut:
Indikator Kinerja Utama (IKU) 1 :
Rasio hasil penelitian yang dimanfaatkan (akumulasi 5 tahun terakhir)
terhadap hasil penelitian yang dihasilkan (5 tahun terakhir) (persen)
Laporan Kinerja Tahun 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 15
Tabel 4. Capaian IKU ke-1
IKU Target Realisasi %
1. Rasio hasil penelitian yang dimanfaatkan (akumulasi 5 tahun terakhir) terhadap hasil penelitian yang dihasilkan (5 tahun terakhir) (persen)
60 113,01 188,35
Capaian IKU kesatu berasal dari jumlah hasil penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dan dideseminasikan selama 5 tahun lingkup Badan Litbang
Pertanian seperti terinci dalam tabel 5 di bawah ini.
Tabel 5. Jumlah Hasil Penelitian dan Pengembangan yang Dimanfaatkan dan
didesiminasikan selama 5 tahun (2013-2018)
No Unit Kerja IKU Realisasi
IKU
1 PUSLITBANGTAN Jumlah hasil penelitian dan pengembangan Tanaman Pangan yang dimanfaatkan (akumulasi 5 tahun terakhir)
16
Jumlah hasil penelitian dan pengembangan Tanaman Pangan yang didesiminasikan (t-6 sampai dengan t-1)
22
2 PUSLITBANGBUN Jumlah hasil penelitian dan pengembangan Tanaman Perkebunan yang dimanfaatkan (akumulasi 5 tahun terakhir)
68
Jumlah hasil penelitian dan pengembangan Tanaman Perkebunan yang didesiminasikan (t-6 sampai dengan t-1)
251
3 PUSLITBANGHORTI Jumlah hasil penelitian dan pengembangan hortikultura yang dimanfaatkan (akumulasi 5 tahun terakhir)
197
Jumlah hasil penelitian dan pengembangan hortikultura yang didesiminasikan (t-6 sampai dengan t-1)
192
4 PUSLITBANGNAK Jumlah hasil penelitian dan pengembangan peternakan yang dimanfaatkan (akumulasi 5 tahun terakhir)
142
Jumlah hasil penelitian dan pengembangan peternakan yang didesiminasikan (t-6 sampai dengan t-1)
148
5 BBSDLP Jumlah hasil penelitian dan pengembangan BBSDLP yang dimanfaatkan (akumulasi 5 tahun terakhir)
983
Laporan Kinerja Tahun 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 16
Jumlah hasil penelitian dan pengembangan BBSDLP yang didesiminasikan (t-6 sampai dengan t-1)
254
No Unit Kerja IKU Realisasi
IKU
6 BBP MEKTAN Jumlah hasil penelitian dan pengembangan BBP Mektan yang dimanfaatkan (akumulasi 5 tahun terakhir)
20
Jumlah hasil penelitian dan pengembangan Mektan yang didesiminasikan (t-6 sampai dengan t-1)
44
7 BBIOGEN Jumlah hasil penelitian dan pengembangan BB Biogen yang dimanfaatkan (akumulasi 5 tahun terakhir)
12
Jumlah hasil penelitian dan pengembangan BB Biogen yang didesiminasikan (t-6 sampai dengan t-1)
13
8 BB PASCAPANEN Jumlah hasil penelitian dan pengembangan paspa yang dimanfaatkan (akumulasi 5 tahun terakhir)
44
Jumlah hasil penelitian dan pengembangan paspa yang didesiminasikan (t-6 sampai dengan t-1)
68
9 BBP2TP Jumlah hasil penelitian dan pengembangan BBP2TP yang dimanfaatkan (akumulasi 5 tahun terakhir)
1.246
Jumlah hasil penelitian dan pengembangan BBP2TP yang didesiminasikan (t-6 sampai dengan t-1)
1.422
Jumlah hasil penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan (akumulasi 5 tahun terakhir)
2.728
Jumlah hasil penelitian dan pengembangan yang didesiminasikan (t-6 sampai dengan t-1)
2.414
Rasio hasil penelitian yang dimanfaatkan (akumulasi 5 tahun terakhir) terhadap hasil penelitian yang dihasilkan (5 tahun terakhir) (persen)
113,01
Pencapaian IKU kedua telah berhasil dilaksanakan melalui survei untuk mengukur Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) lingkup Badan Litbang Pertanian
Indikator Kinerja Utama (IKU) 2 :
Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas layanan publik Balitbang Pertanian (Nilai)
Laporan Kinerja Tahun 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 17
yang dilakukan dengan penyebaran kuesioner kepada responden dengan kriteria penilaian 9 unsur pelayanan sebagai berikut:
1. Persyaratan, yaitu syarat yang harus dipenuhi dalam pengurusan suatu jenis
pelayanan, baik persyaratan teknis maupun administratif;
2. Sistem, Meknisme, dan Prosedur, yaitu tata cara pelayanan yang dibakukan
bagi pemberi dan penerima pelayanan, termasuk pengaduan;
3. Waktu Penyelesaian, yaitu jangka waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan seluruh proses pelayanan dari setiap jenis pelayanan;
4. Biaya/Tarif, yaitu ongkos yang dikenakan kepada penerima layanan dalam
mengurus dan/atau memperoleh pelayanan dari penyelenggara yang
bearnya ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara penyelenggara dan masyarakat;
5. Produk Spesifikasi Jenis Pelayanan, yaitu hasil pelayanan yang diberikan dan diterima sesuai sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Produk
pelayanan ini merupakan hasil dari setiap spesifikasi jenis pelayanan;
6. Kompetensi Pelaksana, yaitu kemampuan yang harus dimiliki oleh pelaksana meliputi pengetahuan, keahlian, ketrampilan dan pengalaman;
7. Perilaku Pelaksana, yaitu sikap petugas dalam memberikan pelayanan;
8. Penanganan Pengaduan, Saran dan Masukan, yaitu tata cara pelaksanaan
penanganan pengaduan dan tindak lanjut;
9. Sarana dan Prasarana. Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai
sebagai alat dalam mencapai maksud dan tujuan. Prasarana adalah segala
sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses (usaha, pembangunan, proyek). Sarana digunakan untuk benda yang
bergerak (komputer, mesin) dan prasarana untuk benda yang tidak bergerak (gedung).
IKM merupakan salah satu instrumen untuk mengukur tingkat kinerja masing-
masing unit pelayanan, dan juga memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk menilai secara objektif dan periodik terhadap perkembangan kinerja unit
pelayanan Balitbangtan. Dengan adanya pengukuran IKM akan diperoleh data dan informasi tentang tingkat kepuasan masyarakat yang diperoleh dari hasil
pengukuran secara kualitatif dan kuantitatif atas pendapat masyarakat dalam
memperoleh pelayanan dari aparatur penyelenggara pelayanan publik dengan membandingkan antara harapan dan kebutuhan publik.
Penyusunan Survei Kepuasan Masyarakat (SKM) untuk mengukur IKM berpedoman kepada Permenpan RB Nomor : 14 Tahun 2017 tentang Pedoman
Penyusunan Survei Kepuasan Masyarakat Unit Penyelenggara Pelayanan Publik. Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner kepada responden
baik secara langsung maupun tidak langsung melalui faxsimile dan e-mail serta
Laporan Kinerja Tahun 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 18
pada saat acara pameran yang dilaksanakan oleh Balitbangtan dengan jumlah responden sebanyak 75 persen dari jumlah pengguna layanan. Responden
merupakan masyarakat pengguna jasa layanan yang dipilih secara Simple Random
dari semua pengunjung pada unit pelayanan dan diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai kualitas pelayanan yang diberikan. Responden tersebut
berasal dari lembaga pemerintah, swasta, perguruan tinggi, mahasiswa, dan masyarakat petani.
Obyek penilaian IKM Balitbangtan tahun 2018 adalah 64 (enam puluh empat) Unit Kerja dan Unit Pelayanan Teknis di lingkup Balitbangtan. Unit Kerja dan Unit
Pelayanan Teknis yang melaksanakan penilaian IKM tersebut terdiri dari : 1 (satu)
Sekretariat Kantor Pusat, 4 (empat) Puslitbang, 7 (tujuh) Balai Besar, 1 (satu) Balai PATP, 15 (lima belas) Balai Penelitian, 33 (tiga puluh tiga) Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) dan 3 (tiga) Loka Penelitian (Lolit).
Nilai IKM dihitung dengan menggunakan “nilai rata-rata tertimbang” masing-
masing unsur pelayanan. Dalam perhitungan IKM terhadap 9 (sembilan) unsur
pelayanan yang dikaji, setiap unsur pelayanan memiliki penimbang yang sama dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Bobot nilai rata-rata tertimbang = Jumlah bobot = 1/9 = 0,11 Jumlah unsur
Untuk memperoleh nilai IKM digunakan pendekatan nilai rata-rata tertimbang dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
IKM = Total dari nilai Persepsi Per Unsur x Nilai Penimbang Total Unsur yang Terisi
Untuk memudahkan interpretasi terhadap penilaian IKM yaitu antara 25 – 100
maka hasil penilaian tersebut diatas dikonversikan dengan nilai dasar 25, dengan
rumus sebagai berikut :
IKM unit pelayanan x 25 =Nilai IKM/4 x 100
Untuk memudahkan interpretasi terhadap hasil pengolahan data IKM maka
digunakan tabel 6 sebagai berikut :
Tabel 6. Nilai Persepsi, Nilai Interval, Nilai Interval Konversi dan Mutu Pelayanan
NILAI PERSEPSI
NILAI INTERVAL
NILAI INTERVAL KONVERSI
MUTU PELAYANAN
KINERJA UNIT PELAYANAN
1 1.00 – 2.5996 25.00 – 64.99 D Tidak Baik
2 2.60 – 3.064 65.00 – 76.60 C Kurang Baik
3 3.0644 – 3.532 76.61 – 88.30 B Baik
4 3.5324 - 4.00 88.31 – 100.00 A Sangat Baik
Laporan Kinerja Tahun 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 19
Capaian IKU pertama berupa nilai IKM atau nilai rata-rata tertimbang sebesar 3,26,
atau sebesar 108,67% dari target yang ditetapkan (sangat berhasil). Nilai IKM
sebesar 3,26 jika dikonversi menghasilkan nilai 81,63. Nilai tersebut masuk kategori mutu dan kinerja pelayanan baik. Dengan demikian capaian IKU kedua
sebagai berikut:
Tabel 7. Capaian IKU ke-2
IKK Target Realisasi %
1. Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas layanan publik Balitbang Pertanian (Nilai)
3 3,26 108,67
Sementara itu untuk nilai rata-rata unsur pelayanan Unit Pelayanan Publik Badan
Litbang Pertanian seperti tabel 8 berikut ini.
Tabel 8. Nilai Rata-Rata Unsur Pelayanan Unit Pelayanan Publik Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Tahun 2018
NO UNSUR PELAYANAN NILAI RATA-RATA
NILAI INTERVAL KONVERSI
U1 Persyaratan 3,22 80,51
U2 Sistem, Mekanisme dan Prosedur 3,17 79,20
U3 Waktu Penyelesaian 3,15 78,71
U4 Biaya/Tarif 3,38 84,39
U5 Produk Spesifikasi Jenis Pelayanan 3,20 79,88
U6 Kompetensi Pelaksana 3,27 81,80
U7 Perilaku Pelaksana 3,32 83,11
U8 Penanganan Pengaduan, Saran dan Masukan
3,26 81,43
U9 Sarana dan Prasarana 3,42 85,62
NILAI IKM 3,26 81,63
Catatan : hijau merupakan unsur pelayanan tertinggi dan merah merupakan unsur pelayanan terendah
Berdasarkan tabel di atas, kesembilan unsur pelayanan memiliki nilai rata-rata 3.0644 – 3.532 dengan nilai interval konversi 76.61 – 88.30 dalam kategori
pelayanan dengan mutu Baik (B). Unsur pelayanan yang dinilai responden dengan
kualitas tertinggi yaitu Sarana dan Prasarana (U9) merupakan unsur yang harus ditindaklanjuti. Sedangkan unsur pelayanan yang dinilai responden dengan
Laporan Kinerja Tahun 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 20
kualitas masih rendah dengan kategori baik adalah waktu penyelesaian (U3). Umumnya salah satu penyebab rendahnya unsur U3 ini terjadi pada unit pelayanan
uji laboratorium. Hal ini disebabkan karena kurangnya petugas pelayanan yang
ada pada unit pelayanan tersebut, dimana petugas memiliki tugas pokok dan fungsi sebagai analis laboratorium dan fungsional peneliti sehingga uji yang
dilakukan tidak dapat diselesaikan dalam waktu yang lebih pendek.
Nilai rata-rata IKM dari 64 (enam puluh empat) Unit Kerja dan Unit Pelayanan
Teknis Balitbangtan pada tahun 2018 sebesar 81,63 lebih tinggi dibandingkan dengan nilai IKM pada tahun 2017 yaitu nilai IKM 81,11 yang artinya ada
peningkatan kepuasan masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan oleh unit
pelayanan Balitbangtan.
Pencapaian IKU ketiga telah berhasil dilaksanakan melalui pengukuran Pemeringkatan Keterbukaan Informasi Publik (KIP) yang diadakan oleh Sekretariat
Jenderal, Kementerian Pertanian. Pemeringkatan merupakan pelaksanaan dari Undang-undang No. 14 tahun 2008 yang merupakan area dari Reformasi Birokrasi
dan mendukung Good Governance.
Makin membaiknya pemeringkatan diharapkan memperbaiki layanan pelanggan di lingkup Kementerian Pertanian dapat meningkat sehingga indeks kepuasan
masyarakat dalam hal pelayanan dan akses informasi mengenai pertanian akan meningkat. Adapun kriteria dari seleksi awal Penetapan Pemeringkatan
Keterbukaan Informasi publik Lingkup Kementerian Pertanian meliputi:
1. Tampilan dan Identitas Situs Web
a. Mempunyai daftar link situs web institusi lain/UK/UPT Badan Litbang
Pertanian;
b. Kemudahan dan konsistensi navigasi (user-friendly), pencarian dan
kontak pengunjung;
c. Ketersediaan Layanan Publik/Informasi Publik yang dapat di-download;
d. Terdapat Peta Situs Web (Sitemap);
e. Keterkinian data dan informasi;
f. Ketersediaan berita dan sumbernya;
g. Informasi/berita yang ada mudah dimengerti pengunjung;
Indikator Kinerja Utama (IKU) 3 :
Nilai pemeringkatan informasi publik Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Nilai)
Laporan Kinerja Tahun 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 21
h. Kesesuaian data dan informasi dengan visi dan misi UK/UPT.
2. Analisis Web
a. Banyaknya jumlah halaman pada situs web UK/UPT;
b. Tidak terdapat error pada situs web;
3. Site Performance : a. Desktop b. Smartphone Sosial Media
a. Facebook;
b. Twitter;
c. Instagram;
d. Youtube.
4. Pemanfaatan TIK
a. Pemanfaatan aplikasi Kementerian Pertanian;
b. Pengembangan aplikasi yang dibuat sendiri;
c. Pemanfaatan jaringan dan infrastruktur;
d. Inovasi teknologi lainnya.
5. Kebijakan UK/UPT
a. Anggaran Pengelolaan TIK;
b. Melakukan Pertemuan Internal TIK;
c. Pelatihan terkait pengelolaan TIK.
6. Perencanaan dan pengelolaan TIK.
Berdasarkan kriteria tersebut, dan merujuk pada Berita Acara Penetapan Peringkat
lima Besar Pemeringkatan Informasi Publik melalui Website dan Formulir Self Assement Questionaire (SAQ) lingkup Kementerian Pertanian tahun 2018 No. B-
63/BA/HM.130/A.7/07/2018, serah terima Tim Penilai Visitasi kegiatan Pemeringkatan Keterbukaan Informasi Publik lingkup Kementerian Pertanian
tahun 2018 dan Penilaian Komitmen Pejabat Pengelola Informasi dan
Dokumentasi, maka capaian IKU ke-3 Nilai pemeringkatan informasi publik Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Nilai) telah
terlaksana dengan Nilai 82,41, atau sebesar 91,57% (berhasil) dari target yang ditetapkan dengan kategori “ Menuju informatif”.
Berdasarkan Peraturan Komisi Informasi Nomor 5 Tahun 2016 tentang Metode
dan Teknik Evaluasi Keterbukaan Informasi Badan Publik, kualifikasi pemeringkatan meliputi: Kategori “Informatif” dengan nilai 97-100; Kategori
Laporan Kinerja Tahun 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 22
“Menuju Informatif” dengan nilai 80-96; Kategori “Cukup Informatif” dengan nilai 60-79; Kategori “Kurang Informatif” dengan nilai 40-59; dan Kategori “Tidak
Informatif” dengan nilai <39. Balitbangtan memperoleh peringkat ke-3 untuk
kategori Eselon I setelah Badan Karantina Pertanian (peringkat ke-1 dengan nilai 90,49) dan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan (peringkat ke-2 dengan nilai
83,27). Dengan demikian capaian IKU ke-3 dapat dilihat pada tabel 9 di bawah ini.
Tabel 9. Capaian IKU ke-3
IKK Target Realisasi %
1. Nilai pemeringkatan informasi publik Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Nilai)
90 82,41 91,57
Nilai Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) merupakan evaluasi atas
implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 12 Tahun 2015 tentang Pedoman Evaluasi atas Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Nilai AKIP terdiri dari 5 komponen yaitu:
Perencanaan kinerja (bobot 30%), Pengukuran kinerja (25%), Pelaporan kinerja
(15%), Evaluasi internal (10%), dan Capaian kinerja (20%).
Target IKU keempat dicapai dengan nilai 82,29 dari target nilai 82,75, sebesar
99,44% dari target yang ditetapkan (berhasil) dan masuk kategori “A” atau berpredikat Memuaskan. Capaian IKU ke-4 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 10. Capaian IKU ke-4
IKK Target Realisasi %
1. Nilai AKIP Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian berdasarkan penilaian Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian
82,75 82,29 99,44
Nilai AKIP merupakan akumulasi penilaian terhadap seluruh komponen manajemen kinerja yang dievaluasi di Unit Kerja Balitbangtan. Berdasarkan
Laporan Hasil Reviu Itjen Nomor: R.261/PW.160/G.4/07/2018 tanggal 18 Juli 2018
Indikator Kinerja Utama (IKU) 4:
Nilai AKIP Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian berdasarkan penilaian
Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian
Laporan Kinerja Tahun 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 23
terkait Hasil Evaluasi atas Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja pada Badan Litbang Pertanian Tahun Anggaran 2017, rincian hasil penilaian AKIP sebagai
berikut:
1. Perencanaan kinerja terdiri dari sub komponen strategis dan perencanaan kinerja tahunan. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa dari target sebesar 30%
tercapai 25,48%. Belum tercapainya target disebabkan :
a. Tujuan atau hasil program belum sepenuhnya berorientasi hasil;
b. Tujuan dalam Renstra dan target kinerja belum sepenuhnya memenuhi kriteria SMART;
c. Dokumen Renstra yang ditetapkan belum seluruhnya selaras dengan
Renstra instansi/atasannya;
d. Monitoring pencapaian Rencana Aksi belum seluruhnya memenuhi kriteria
dan dimanfaatkan dalam pengarahan serta pengorganisasian kegiatan;
e. Perjanjian kinerja belum seluruhnya selaras antara perjanjian kinerja
atasan dengan bawahannya.
2. Pengukuran kinerja terdiri dari sub komponen pemenuhan pengukuran; kualitas pengukuran; dan implementasi pengukuran. Hasil evaluasi
menunjukkan bahwa dari target sebesar 25% tercapai 21,56%. Belum tercapainya target disebabkan:
a. Mekanisme pengumpulan data kinerja yang belum memadai;
b. Ukuran (Indikator) kinerja individu belum seluruhnya mengacu pada IKU
unit kerja organisasi atau atasannya;
c. Pengumpulan data kinerja belum seluruhnya dapat diandalkan;
d. Pengukuran kinerja atas Rencana Aksi secara berkala belum seluruhnya
menjadi dasar untuk mengambil tindakan dalam rangka mencapai target kinerja yang ditetapkan maupun untuk menyesuaikan startegi untuk
mencapai tujuan dan sasaran.
3. Pelaporan kinerja terdiri dari sub komponen pemenuhan pelaporan; penyajian informasi kinerja; dan pemanfaatan informasi kinerja. Hasil evaluasi
menunjukan bahwa dari target sebesar 15% tercapai 13,08%. Belum tercapainya target disebabkan:
a. Laporan kinerja yang disajikan masih ada yang berorientasi output;
b. Sasaran yang dievaluasi dan dianalisis capaiannya ada yang bersifat proses bukan kinerja (outcome);
c. Informasi kinerja belum valid dan konsisten antara LAKIN Eselon I dengan Eselon II ataupun Eselon III;
d. Informasi yang disajikan belum seluruhnya diguankan sebagai perbaikan
Laporan Kinerja Tahun 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 24
baik dalam perencanaan maupun pengelolaan program dan kegiatan.
4. Evaluasi internal hanya terhadap Eselon I terdiri sub komponen pemenuhan
evaluasi; kualitas evaluasi; dan pemanfaatan evaluasi. Hasil evaluasi
menunnjukkan bahwa dari target sebesar 10% tercapai sebesar 6.75%. Belum tercapainya target disebabkan :
a. Pemantauan rencana aksi belum dapat diketahui setiap saat dibutuhkan tetapi hasil evaluasi telah disampaikan atau dibahas dengan pihak yang
dievaluasi;
b. Rekomendasi perbaikan serta hasil evaluasi program belum seluruhnya
disetujui dan ditindaklanjuti sebagai perencanan untuk peningkatan kinerja
di masa yang akan datang.
5. Pencapaian sasaran/kinerja organisasi terdiri atas sub komponen kinerja yang
dilaporkan output dan outcome. Hasil evaluasi menunnjukkan bahwa dari tagrget sebesar 20% tercapai 15,42%. Belum tercapaian target disebabkan
capaian kinerja lebih baik dari tahun sebelumnya yang memiliki rata-rata kinerja
sebesar 83,27% yang melebihi tahun sebelumnya dan informasi mengenai kinerja yang belum dapat diandalkan.
6. Rekomendasi evaluasi tahun 2016 telah ditindaklanjuti.
Berdasarkan hasil penilaian tersebut, Itjen memberikan rekomendasi sebagai
berikut :
a. Memperbaiki tujuan atau hasil program, laporan kinerja, serta sasaran
yang dievaluasi dan analisis capaiannya dengan berorientasi pada hasil
(outcome);
b. Memperbaiki tujuan dalam Renstra dan target kinerja dengan kriteria
SMART;
c. Menyelaraskan dokumen Renstra dan perjanjian kinerja yang ditetapkan
dengan Renstra Instansi dan atasannnya;
d. Membuat SOP Rencana Aksi dalam hal monitoring pencapaian dan pengukuran kinerja serta SOP pengumpulan data kinerja sehingga
informasi kinerja dapat diandalkan dan konsisten antara LAKIN Eselon I dengan Eselon II dan III;
e. Menyelaraskan target kinerja dalam perjanjian kinerja antara Eselon II
dengan Eselon III dan IV;
f. Melengkapi pengumpulan data kinerja dengan bukti yang memadai dan
dapat dipertanggungjawabkan serta melaksanakan pengumpulan data kinerja denga mekanisme memadai atau terstruktur;
g. Memperbaiki indikator kinerja individu yang mengacu pada IKU unit kerja organisasi atau atasannya;
Laporan Kinerja Tahun 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 25
h. Melakukan pengukuran kinerja atas Rencana Aksi sebagai dasar untuk mengambil tindakan dalam rangka mencapai target kinerja yang
ditetapkan maupun untuk menyesuaikan strategi untuk mencapai tujuan
dan sasaran;
i. Menindaklanjuti rekomendasi hasil evaluasi program sebagai bahan
perencanaan maupun peningkatan kinerja;
j. Melengkapi hasil evaluasi Renacan Aksi yang telah ditindaklanjuti dengan
langkah nyata berupa perbaikan yang dapat diidentifiaksi pada setiap periode baik bulanan, triwulanan maupun semester.
Sebelum melakukan evaluasi, pada tanggal 14 Februari 2018 Itjen telah melakukan reviu terhadap SAKIP Balitbangtan. Hasil reviu tersebut telah
ditanggapi oleh Balitbangtan dengan merumuskan tindak lanjut terhadap rekomendasi Itjen tersebut seperti terlihat dalam lampiran 8.
Indikator Kinerja Utama (IKU) 5:
Nilai Kinerja (NK) (berdasarkan PMK 249 tahun 2011)
Pada tahun 2018 telah diimplementasikan pengukuran dan evaluasi kinerja
anggaran atas pelaksanaan RKAKL mengacu pada aturan PMK Nomor 214 tahun 2017 yang sebelumnya diatur oleh PMK Nomor 249 tahun 2011. Kinerja adalah
prestasi kerja berupa keluaran dari kegiatan atau program, dan hasil dari program dengan kuantitas dan kualitas yang terukur. Evaluasi kinerja anggaran atas aspek
implementasi dilakukan dengan mengukur empat variabel, yaitu: 1) capaian
keluaran, 2) penyerapan anggaran, 3) efisiensi, dan 4) konsistensi penyerapan anggaran terhadap perencanaan. Nilai kinerja anggaran atas aspek implementasi
dihitung dengan menjumlahkan hasil perkalian setiap variabel; aspek implementasi dengan bobot masing-masing variabel pada tingkat Eselon I/Program atau satuan
kerja/kegiatan. Bobot masing-masing variabel pada aspek implementasi terdiri
atas: 1) Capaian keluaran sebesar 43,5%; 2) Efisiensi sebesar 28,6%; 3) Konsistensi penyerapan anggaran terhadap perencanaan sebesar 18,2%; dan 4)
Penyerapan anggaran sebesar 9,7%.
Nilai kinerja diukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Laporan Kinerja Tahun 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 26
Hasil perhitungan sesuai PMK 214 Tahun 2017 seperti di bawah ini:
1. 90% > NK ≤ 100% dikategorikan Sangat Baik
2. 80% > NK ≤ 90% dikategorikan Baik
3. 60% > NK ≤ 80% dikategorikan Cukup atau Normal
4. 50% > NK ≤ 60% dikategorikan Kurang
5. NK ≤ 50% dikategorikan Sangat Kurang
Target IKU kelima dicapai dengan nilai 90,86 (data per tanggal 31 Januari 2019)
dari target nilai 93, atau sebesar 97,70% dari target yang ditetapkan (berhasil dan
berkategori baik). Capaian IKU ke-5 dapat dilihat pada tabel 11 di bawah ini:
Tabel 11. Capaian IKU ke-5
IKK Target Realisasi %
1. Nilai Kinerja (NK) (berdasarkan PMK 249 tahun 2011)
93 90,86 97,70
Pencapaian target IKU kelima tidak sesuai dengan yang ditargetkan. Hal tersebut
dikarenakan perhitungan bobot kinerja pada PMK 249 tahun 2011 yang digunakan berubah sehingga kriteria penilaiannya pun berbeda, dimana pada PMK Nomor
214 tahun 2017 mempunyai perhitungan yang lebih kompleks.
3.1.2. Perbandingan Capaian antar Tahun
IKU pertama Balitbangtan yaitu rasio hasil penelitian yang dimanfaatkan
(akumulasi 5 tahun terakhir) terhadap hasil penelitian yang dihasilkan (5 tahun
terakhir) (dihitung dalam persen), didukung oleh tujuh output utama Balitbangtan yang merupakan IKU Balitbangtan di tahun-tahun sebelumnya, yaitu
varietas/galur/klon unggul baru, teknologi dan inovasi peningkatan produksi pertanian, model sistem kelembagaan dan inovasi spesifik lokasi, rekomendasi
kebijakan pembangunan pertanian, benih sumber tanaman, bibit sumber ternak
dan teknologi yang didiseminasikan ke pengguna. Capaian target ketujuh output utama tersebut di tahun 2018 terinci pada tabel 12 di bawah ini.
Laporan Kinerja Tahun 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 27
Tabel 12. Capaian Kinerja Indikator Kinerja Kegiatan Balitbangtan Tahun 2018
No. Sasaran Indikator Kinerja Kegiatan
Uraian Target Capaian %
1 Tersedianya varietas/galur/klon unggul baru
Jumlah varietas/galur/klon unggul baru (varietas/galur/klon)
78 117 150,00
2 Tersedianya teknologi dan inovasi pertanian
Jumlah teknologi dan inovasi peningkatan produksi pertanian (teknologi)
234 264 112,82
3 Tersedianya model pengembangan inovasi pertanian
Jumlah model sistem kelembagaan dan inovasi spesifik lokasi (model)
69 69 100,00
4 Tersedianya rekomendasi kebijakan pembangunan pertanian
Jumlah rekomendasi kebijakan pembangunan pertanian (rekomendasi)
62 65 104,84
5 Tersedia dan terdistribusinya produk inovasi pertanian
Jumlah benih sumber tanaman (ton)
469 483 102,94
Jumlah bibit sumber ternak (ekor)
65.181 65.181 100,00
Jumlah teknologi yang didiseminasikan ke pengguna (teknologi)
100 154 154,00
IKU berdasarkan RPJMN tersusun dari indikator kinerja yang tersebar pada
kegiatan yang dilaksanakan oleh unit kerja lingkup Balitbangtan, adalah sebagai berikut:
1. Indikator kinerja jumlah varietas memiliki target sebesar 78 varietas/galur/klon yang terdiri dari atas 12 VUB tanaman pangan, 10 VUB
tanaman perkebunan, 19 VUB tanaman hortikultura, 15
rumpun/galur/varietas unggul/harapan ternak dan TPT spesifik agro-ekosistem peternakan dan 22 galur harapan unggul bioteknologi pertanian.
2. Indikator kinerja jumlah teknologi dan inovasi peningkatan produksi pertanian memiliki target sebesar 234 teknologi yang terdiri atas 5 teknologi
bioteknologi, 20 teknologi pasca panen, 15 teknologi sumberdaya lahan
pertanian, 105 teknologi spesifik lokasi, 8 teknologi mekanisasi pertanian, 11 teknologi hortikultura, 16 teknologi perkebunan, 42 teknologi peternakan dan
12 teknologi tanaman pangan.
3. Indikator kinerja jumlah model pengembangan kelembagaan dan inovasi
pertanian memiliki target sebesar 69 model yang terdiri atas 66 model
pengembangan inovasi teknologi spesifik lokasi, 3 model pengembangan inovasi teknologi Perkebunan.
Laporan Kinerja Tahun 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 28
4. Indikator kinerja jumlah rekomendasi kebijakan pembangunan pertanian memiliki target sebesar 62 rekomendasi yang terdiri atas 2 rekomendasi
bioteknologi pertanian, 3 rekomendasi pasca panen, 5 rekomendasi
sumberdaya lahan pertanian, 34 rekomendasi diseminasi inovasi teknologi pertanian, 2 rekomendasi mekanisasi pertanian, 2 rekomendasi hortikultura,
4 rekomendasi perkebunan, 5 rekomendasi peternakan dan 5 rekomendasi tanaman pangan.
5. Indikator kinerja jumlah benih sumber tanaman memiliki target sebesar 469 ton, yang terdiri dari 162 ton dari kegiatan litbang tanaman pangan, dan 307
ton dari pengkajian teknologi pertanian.
6. Indikator kinerja jumlah bibit sumber ternak memiliki target sebesar 65.181 ekor dari kegiatan litbang peternakan.
7. Indikator kinerja jumlah teknologi yang diseminasikan ke pengguna memiliki target sebesar 100 teknologi merupakan output dari kegiatan pengkajian
teknologi pertanian.
Tahun 2018 merupakan tahun keempat Renstra, namun demikian IKU yang digunakan pada tahun 2018 ini berbasis outcome (bukan output) sehingga tidak
bisa dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Namun demikian untuk menjaga konsistensi pengumpulan data, dapat dilaporkan bahwa realisasi capaian
kinerja 5 IKU Balitbangtan selama 4 tahun terakhir (tabel 13).
Tabel 13. Perbandingan Realisasi Capaian Kinerja Lima IKU Balitbangtan selama
Empat tahun terakhir (2015-2018)
No Indikator Kinerja Utama Satuan Capaian per Tahun
2015 2016 2017 2018
1 Rasio hasil penelitian yang dimanfaatkan (akumulasi 5 tahun terakhir) terhadap hasil penelitian yang dihasilkan (5 tahun terakhir) (persen)
Persen - - 90,44 113,01
2 Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas layanan publik Balitbang Pertanian (Nilai)
Nilai 3,19 3,51 3,28 3,26
3 Nilai pemeringkatan informasi publik Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Nilai)
Nilai 47,43 73,33 53,05 82,41
4 Nilai AKIP Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian berdasarkan penilaian Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian
Nilai 78,13 78,98 82,24 82,29
Laporan Kinerja Tahun 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 29
5 Nilai Kinerja (NK) (berdasarkan PMK 249 tahun 2011)
Nilai 92,34 92,58 98,89 90,86
Dari tabel 13 terlihat bahwa IKU 1 hanya dilakukan untuk tahun berjalan dan tahun
lalu. Sementara IKU 2, 3, 4 dan 5 walaupun tidak ditargetkan sebagai IKU di tahun-tahun sebelumnya namun telah dilakukan pengukuran setiap tahunnya. Untuk
target IKU dan alokasi anggaran di tahun 2018 dan 2019 dapat di lihat pada
lampiran 4.
3.1.3. Capaian Kinerja Balitbangtan dengan Target Renstra 2015-2019
Capaian Balitbangtan untuk 5 IKU yang dimasukkan ke dalam Perjanjian Kinerja
(PK) Balitbangtan hanya dapat disandingkan dengan target Renstra 2018-2019. Hal ini dikarenakan kelima IKU tersebut merupakan IKU yang berbeda dengan
tahun-tahun sebelumnya dimana dalam kelima IKU tersebut sudah bermuatan outcome (tidak output utama). Jika membandingkan dengan target tahun 2018
yang terdapat pada Renstra Revisi tahun 2015 – 2019, secara umum capaian kinerja Balitbangtan tahun 2018 telah mencapai target (Tabel 13). Indikator yang
mencapai target sesuai dengan sasaran yang ditetapkan dengan capaian lebih dari
100% yaitu 1) Rasio hasil penelitian yang dimanfaatkan (akumulasi 5 tahun terakhir) terhadap hasil penelitian yang dihasilkan (5 tahun terakhir) dan 2) Indeks
Kepuasan Masyarakat (IKM) atas layanan publik Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Sedangkan untuk IKU yang tidak mencapai target (di
bawah 100%) yaitu 1) Nilai pemeringkatan informasi publik Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, 2) Nilai AKIP Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian berdasarkan penilaian Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian, dan
3) Nilai Kinerja (NK) (berdasarkan PMK Nomor 249 tahun 2011). Ketidakcapaian IKU 3 yaitu nilai pemeringkatan informasi publik Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian disebabkan terlalu tinggi dalam menentukan target IKU 3 di tahun 2018 (nilai 90). Sementara capaian di tahun-tahun sebelumnya nilai
tertinggi hanya mencapai 73,33. Ketidakcapaian IKU 4 yaitu nilai AKIP Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian berdasarkan penilaian Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian disebabkan terlalu tinggi dalam menentukan
target IKU 4 di tahun 2018 (nilai 82,75). Sementara di capaian tahun-tahun sebelumnya nilai tertinggi hanya mencapai 82,24. Ketidakcapaian IKU 5 yaitu nilai
Kinerja (NK) (berdasarkan PMK 249 tahun 2011) disebabkan adanya
pengembangan aplikasi PMK online yang semula mengacu PMK Nomor 249 tahun 2011 menjadi PMK Nomor 214 tahun 2017 yang lebih rumit dan belum
terkoordinasi dengan baik dengan aplikasi perencanaan lainnya seperti aplikasi KRISNA. Kondisi tersebut menyebabkan data yang di-entry-kan menjadi tidak
valid. Sementara nilai tertinggi untuk capaian kinerja berdasarkan PMK Nomor 249
tahun 2011 selama lima tahun mencapai nilai 98,89 (di tahun 2017).
Dengan adanya penyempurnaan IKU, Renstra Balitbangtan direvisi pada tahun
Laporan Kinerja Tahun 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 30
2018. Hal ini menyebabkan perbandingan nilai capaian selama tahun 2015 – 2018 dengan target Renstra Revisi tahun 2015 – 2019, tidak dapat dilakukan pada tahun
2018 dan tahun 2019.
3.1.4. Capaian Kinerja Balitbangtan TA. 2018 dengan Standar Nasional
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian pada tahun 2018 sudah terdaftar sebagai afiliasi pada portal SINTA (Science and Technology Index) dengan alamat http://SINTA2.ristekdikti.go.id/. SINTA adalah portal yang dikembangkan oleh Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi
(Kemenristekdikti) yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja suatu lembaga
penelitian maupun individu peneliti dalam pengembangan ilmu dan teknologi di Indonesia.
Sampai dengan akhir tahun 2018 posisi Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian adalah urutan 21 secara umum dan urutan 24 untuk 3 tahun terakhir
dari 4.577 lembaga penelitian maupun universitas negeri dan swasta di seluruh
Indonesia yang sudah berafiliasi dengan portal SINTA. Sedangkan posisi Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian diantara lembaga penelitian kementerian
maupun non kementerian adalah urutan kedua dibawah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Posisi ini menunjukkan bahwa Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian merupakan lembaga penelitian yang patut diperhitungkan dalam skala nasional
dan dapat dikategorikan sebagai lembaga yang mempunyai kinerja sangat baik
dilihat dari hasil karya tulis ilmiah maupun paten yang sudah dihasilkan oleh para peneliti lingkup Balitbangtan.
Gambar 1. Screenshoot Website: http://SINTA2.ristekdikti.go.id/.
Laporan Kinerja Tahun 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 31
3.1.5. Keberhasilan, Kendala dan Langkah Antisipasi
Keberhasilan
Capaian Balitbangtan tahun 2018 menunjukkan bahwa secara umum indikator
sasaran hampir seluruhnya dapat tercapai dengan berhasil (lebih dari 91,57%). Tercapainya kinerja sasaran Balitbangtan dipengaruhi oleh beberapa faktor
internal maupun ekternal. Faktor internal yang mempengaruhi antara lain:
a. Diterapkannya monitoring dan evaluasi kegiatan secara periodik, mulai tahap perencanaan hingga tahap akhir sehingga fungsi pengawasan pada setiap
tahapan kegiatan berjalan dengan baik.
b. Sarana dan prasarana penelitian serta sumberdaya anggaran cukup memadai
untuk mendukung kegiatan penelitian, seperti laboratorium, perpustakaan,
pengolah data, jaringan internet, dan lain-lain.
c. Tata kelola yang selaras dengan standar manajemen ISO 9001:2008 sebagai
acuan pelaksanaan manajemen, SNI ISO/IEC 17025:2008 untuk laboratorium, dan manajemen penelitian Komite Nasional Akreditasi Pranata
Penelitian dan Pengembangan (KNAPPP) untuk meningkatkan mutu hasil litbang.
d. Ketersediaan sumberdaya manusia, baik tenaga fungsional peneliti, teknisi
litkayasa dan tenaga administrasi yang memadai;
Faktor eksternal yang mempengaruhi keberhasilan kegiatan penelitian diantaranya
adalah telah terjalinnya komunikasi dan koordinasi dengan instansi terkait, baik di lingkup Kementerian Pertanian maupun dengan kementerian lain serta Pemerintah
Daerah. Hal ini memudahkan dalam pengumpulan data dan informasi yang
dibutuhkan dalam penelitian.
Kendala
Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pencapaian target kinerja adalah
sebagai berikut :
1. Keterbatasan SDM terampil (profesional) dalam pengoperasian peralatan Laboratorium dan pelayanan masyarakat. Adanya dampak dari PP 11/2015
dimana SDM peneliti berkurang masa kerjanya. Selain itu, SDM banyak terlibat dengan kegiatan seperti TSP, TTP, UPSUS, dan kegiatan on-top yang
bersifat insidentil.
Laporan Kinerja Tahun 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 32
2. Sarana dan prasarana baik di laboratorium maupun di lapangan yang berupa bahan baku dan alat laboratorium yang kurang memadai sehingga disaat
dibutuhkan/panen memerlukan waktu yang panjang karena menunggu
bahan baku atau alatnya siap dipakai.
3. Penumpukan kegiatan pengolahan data penelitian pada waktu bersamaan, baik
penelitian yang sumber dananya dari APBN/DIPA dan penelitian kerjasama lainnya, sementara SDM entri data dan pengolahan data relatif terbatas.
4. Adanya revisi anggaran yang berulang-ulang menyebabkan kegiatan penelitian menjadi terhambat dan perlu penyesuaian terhadap perubahan anggaran
tersebut.
5. Pada tingkat organisasi, permasalahan yang masih ditemui dalam pelaksanaan kegiatan perumusan rekomendasi kebijakan adalah masih adanya kesenjangan
kapasitas peneliti junior dengan senior karena jenjang pendidikan formal maupun pengalaman dalam kegiatan penelitian. Kesenjangan terutama
mencakup kapasitas dalam membuat proposal penelitian yang baik,
penguasaan metodologi penelitian, teknik pengumpulan dan pengolahan data, serta analisis hasil pengolahan data terutama dalam merumuskan rekomendasi
kebijakan pertanian. Pada tingkat penelusuran data di lapang, permasalahan yang kerapkali ditemui dalam pelaksanaan di lapang antara lain adalah
sebagian responden (misalnya produsen benih, pengusaha di bidang pertanian) tidak bersedia untuk mengisi kuesioner yang disiapkan, data sekunder tingkat
kecamatan yang dibutuhkan sulit diperoleh, dokumen dan informasi serta data
pendukung yang dibutuhkan di lapang tidak lengkap atau bahkan tidak tersedia di lapang. Di sisi lain, beberapa tim juga membutuhkan waktu yang relatif lama
untuk memperoleh database yang valid dan akurat. Tingkat validasi data kuesioner yang bervariasi, baik kurang akurat dalam pengisian kuesionernya
atau kesalahan entri data (human error).
6. Sebagian kegiatan pengkajian dan diseminasi teknologi pertanian, tergantung dari kebijakan sub sektor lain terutama dalam hal penentuan lokasi dan calon
petani koperator, sehingga diperlukan penyesuaian waktu pelaksanaan kegiatan di lapangan. Hal ini tercermin dalam kegiatan-kegiatan
pendampingan seperti kegiatan Bedah Kemiskinan Rakyat Sejahtera
(BEKERJA), Pengembangan Pembangunan di Wilayah Perbatasan dan lainnya.
7. Beberapa kegiatan pengadaan bangunan gedung kantor dan sarana prasarana lainnya terkendala oleh keterbatasan waktu pelaksanaan akibat
adanya kendala dalam proses pengadaan dan adanya kurangnya komitmen sebagian dari pihak ketiga pelaksana kegiatan pembangunan gedung dan
sarana prasarana lainnya sehingga tidak dapat maksimal menuntaskan
pelaksanaan kegiatannya.
8. Kurang konsistennya dalam pengumpulan evidence kegiatan perencanaan
sampai dengan pelaporan sehingga adanya perubahan kebijakan tidak diikuti
Laporan Kinerja Tahun 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 33
dengan perekaman evidence yang baik menyebabkan nilai AKIP tidak sesuai dengan target yang diharapkan. Pemahaman dan ketrampilan yang kurang
dari operator dalam pengentryan data ke dalam aplikasi PMK Nomor 214
tahun 2017 menyebabkan pencapaian nilai kinerja rendah.
9. Pelaksanaan keterbukaan informasi publik membutuhkan komitmen kuat dari
pimpinan pada badan publik dan juga dukungan fasilitas. Banyak hal dari unsur komitmen pimpinan yang menjadi dasar/ukuran dalam menetapkan
penilaian Pemeringkatan Informasi Publik, antara lain:
a. jumlah kehadiran pimpinan instansi atau minimal Pengelola Informasi
dan Dokumentasi (PPID) Pelaksana Eselon 1 pada pertemuan koordinasi
terkait (PPID);
b. kesempatan pimpinan instansi untuk menerima visitasi dari tim
Pemeringkatan Informasi Publik.
10. Belum adanya anggaran yang jelas untuk mendukung kegiatan layanan
informasi, sebagaimana dikehendaki anggaran pengelolaan Pelayanan Publik
masih melekat pada kegiatan Pengelolaan Komunikasi dan belum terpisah.
Langkah Antisipasi
Beberapa permasalahan tersebut dapat dicarikan solusinya antara lain dengan :
1. Merencanakan dan mempersiapkan pelaksanaan kegiatan secara cermat.
2. Mempertimbangkan musim panen dan memprioritaskan pendanaan pada
kegiatan penelitian yang memiliki musim panen kritis (panen awal dan akhir
tahun anggaran).
3. Meningkatkan kompetensi SDM peneliti dan teknisi dalam rangka pencapaian
sasaran mutu yang diharapkan.
4. Menyusun analisis dan penanganan risiko secara cermat untuk mengantisipasi
kendala-kendala yang mungkin terjadi selama pelaksanaan kegiatan.
5. Melakukan padu padan pola kerjasama Balit Komoditas dengan BPTP agar terjadi transfer pengetahuan dari tenaga peneliti Balit ke peneliti yang ada di
BPTP dan secara bertahap mengatasi permasalahan SDM yang belum memadai.
6. Perlunya inventarisasi teknologi atau komponen teknologi yang telah
dihasilkan Balit Komoditas secara berkala untuk mendapatkan inovasi baru dan merakit teknologi yang mengikuti berkembangnya usahatani yang
berwawasan agribisnis, bernilai tambah, serta berwawasan lingkungan.
7. Mengalokasikan anggaran yang memadai untuk pengadaan alat laboratorium
dan kegiatan layanan informasi.
Laporan Kinerja Tahun 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 34
8. Perlu disusun strategi baru untuk mengantisipasi perubahan tuntutan masyarakat sesuai dengan perkembangan global untuk memberikan layanan
informasi yang lebih baik bagi pengguna.
9. Perlunya komitmen, sosialisasi dan konsolidasi diantara para pimpinan/pejabat pembina maupun penyelenggara pelayanan publik di
bidang pertanian bahwa kepuasan masyarakat perlu dicapai sebagai salah satu tolok ukur keberhasilan pencapaian visi dan misi Badan Litbang
Pertanian. Idealnya seluruh UK dan UPT mempunyai kepekaan dalam melakukan pelayanan kepada masyarakat pengguna.
10. Perlunya peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya bagi unit pelayanan
publik, baik sumberdaya manusia pelayanan, sarana kerja pelayanan yang termasuk didalamnya teknologi pendukung pelayanan publik dan anggaran
serta pengembangan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang tepat.
11. Peningkatan disiplin kerja para pelaksana pelayanan mutlak dilakukan agar
masyarakat pengguna dapat memperoleh layanan yang pasti dan cepat serta
memberikan rasa keadilan bagi setiap pengguna.
3.1.6. Analisis atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya
Kinerja anggaran Balitbangtan yang dialokasikan untuk mencapai sasaran strategis
dan indikator kinerja telah tercapai dengan baik. Pagu anggaran yang secara khusus dialokasikan untuk memfasilitasi kegiatan mendukung ketercapaian 5
sasaran program yang diuraikan menjadi 5 IKU Balitbangtan tahun 2018 sebesar
Rp. 1,497 milyar, dengan realisasi sebesar Rp. 1,314 milyar atau sebesar 87,75%. Rincian dapat di lihat pada tabel 14, dimana realisasi anggaran masing-masing
indikator kinerja melebihi 85%, dengan kisaran capaian antara 85,35% sampai 92,36%.
Berdasarkan perhitungan efisiensi yang tercantum di dalam PMK 214/2017 tentang
Pengukuran dan Evaluasi Kinerja Atas Pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga, maka Balitbangtan dapat dikategorikan berhasil
dalam menjalankan efisisensi anggaran. Efisiensi mempunyai skala -20% sampai dengan 20%, sehingga perlu ditransformasi skala efisiensi agar diperloleh skala
nilai yang disebut dengan nilai efisiensi yang berkisar antara 0 sampai dengan
100%. Pengukuran efisiensi dilakukan dengan membandingkan selisih antara pengeluaran seharusnya dan pengeluaran sebenarnya dengan pengeluaran
seharusnya (PMK 214/2017, pasal 8 ayat 9).
Transformasi skala efisiensi menjadi kisaran antara 0 sampai dengan 100 %
digunakan rumus di bawah ini :
NE = 50 % + [𝐸
20 𝑥 50]
Keterangan :
Laporan Kinerja Tahun 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 35
NE = Nilai Efisiensi
E = Efisiensi
Untuk mencapai sasarannya, Balitbangtan menggunakan rumus tersebut dan
dihasilkan efisiensi sebesar 37,46% atau jika ditransformasi sama dengan nilai efisiensi sebesar 143,66%. Karena nilai efisiensi memiliki selang antara -20 sampai
dengan 20 maka nilai efisiensi disetarakan menjadi 100%. Hasil menyimpulkan bahwa Balitbangtan telah melakukan efisiensi sebesar 100% dari pagu anggaran
yang dialokasikan untuk mencapai 100% target kinerja.
Laporan Kinerja Tahun 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 36
Laporan Kinerja Tahun 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 37
Tabel 14. Realisasi Anggaran dan Capaian Fisik masing-masing IKU
Indikator Kinerja Satuan Anggaran (Rp Juta) IKU Harga
satuan (Rp Juta)
Harga total seharusnya (Rp Juta)
Efisiensi (%)
Nilai efisiensi (NE) (%)
Pagu Realisasi % Target Realisasi %
Rasio hasil penelitian yang dimanfaatkan (akumulasi 5 tahun terakhir) terhadap hasil penelitian yang dihasilkan (5 tahun terakhir) (persen)
Persen 824.370,5 697.157,8 84,57 60 113,01 188,35 13.739,5 1.552.701,9 55,10 ≈20,00
187,75 ≈100,00
Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas layanan publik Balitbang Pertanian (Nilai)
Nilai 1.015.240,4 962.477,7 94,80 3 3,26 108,67 338.413,5 1.103.227,9 12,76 81,90
Nilai pemeringkatan informasi publik Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Nilai)
Nilai 985 840,7 85,35 90 82,41 91,57 10,9 901,9 6,78 66,96
Nilai AKIP Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian berdasarkan penilaian Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian
Nilai 3.055,6 2.834,4 92,76 82,75 82,29 99,44 36,9 3.038,6 6,72 66,80
Nilai Kinerja (NK) (berdasarkan PMK 249 tahun 2011)
Nilai 156,7 144,7 92,36 93 90,86 97,70 1,6 153,1 5,47 63,67
Total 1.843.808,2 1.663.455,4 90,22 117,15 2.660.023,4 37,46 ≈20,00
143,66 ≈100,00
Laporan Kinerja Tahun 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 38
3.1.7. Evaluasi Program dan Kegiatan
Selain kegiatan-kegiatan yang mendukung 5 IKU Balitbangtan, Keberhasilan
pencapaian kinerja Balitbangtan juga ditunjang oleh kegiatan-kegiatan yang mendukung sasaran strategis Kementerian Pertanian diantaranya yaitu program
Bedah Kemiskinan Rakyat Sejahtera Berbasis Pertanian (BEKERJA) dan kegiatan Perkembangan Pembangunan di Wilayah Perbatasan.
Program Bedah Kemiskinan Rakyat Sejahtera Berbasis Pertanian
(BEKERJA)
Pemerintah terus berupaya untuk menurunkan angka kemiskinan di Indonesia, di
mana hal ini mencapai 26,58 juta jiwa pada September 2017 (BPS 2018). Dibandingkan dengan tahun 2016, terjadi pengurangan sekitar 1,18 juta jiwa
penduduk miskin pada tahun 2017, padahal sebelumnya rata-rata penurunan
kemiskinan hanya kurang dari 500 ribu orang per tahun. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas dalam Rencana Kerja Pemerintah
menargetkan tingkat kemiskinan di bawah 10 persen. Pemerintah melalui Kementerian Pertanian telah meluncurkan sebuah program guna mengentaskan
kemiskinan yang disebut Program BEKERJA atau Bedah Kemiskinan Rakyat Sejahtera. Program ini menjangkau 1.000 desa di 100 kabupaten dan 10 provinsi.
Program BEKERJA merupakan bagian program padat karya tunai, berbasis usaha
pertanian. Program ini diharapkan dapat menjadi solusi permanen pengentasan kemiskinan dengan 3 jenis bantuan dalam jangka pendek, jangka menengah, dan
jangka panjang. Jangka pendek, Rumah Tangga Miskin (RTM) diberikan tanaman sayuran sehingga dalam tiga bulan sudah dapat panen, sedangkan untuk jangka
menengah diberikan ayam/itik lokal, kambing/domba atau kelinci, di mana
ayam/itik lokal sudah dapat bertelur pada umur enam bulan. Dalam jangka panjang, RTM diberikan tanaman tahunan hortikultura (mangga, manggis, dll.)
dan tanaman perkebunan (kopi, kelapa dalam, dll.).
Program BEKERJA dilaksanakan berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian RI Nomor 20/PERMENTAN/RC.120/5/2018 tentang Pedoman Program Bedah
Kemiskinan Rakyat Sejahtera Berbasis Pertanian Tahun Anggaran 2018 tanggal 2 Mei 2018 dengan pelaksana yang tertuang pada Keputusan Menteri Pertanian RI
Nomor 480/Kpts/OT.050/ 7/2018 tentang Perubahan Kedua Atas Keputusan
Menteri Pertanian RI Nomor 316/Kpts/OT.050/5/2018 tentang Pembentukan Tim Pelaksana Program Bedah Kemiskinan Rakyat Sejahtera (BEKERJA) Kementerian
Pertanian tanggal 3 Juli 2018.
Program Bekerja memiliki indikator keberhasilan tersebar luasnya Ayam KUB atau Itik Master hasil teknologi Balitbangtan di tiga Propinsi (Jawa Barat, Nusa Tenggara
Barat dan Lampung). Penyebarluasan Ayam KUB atau Itik Master tersebut diharapkan dapat membantu meningkatkan pendapatan RTM melalui hasil ternak
yang diperjualbelikan. Tambahan pendapatan dari hasil Ayam KUB atau Itik Master
Laporan Kinerja Tahun 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 39
diiharapkan dapat meningkatkan pendapatan RTM. Hingga akhir tahun 2018 realisasi fisik untuk Ayam KUB dan Itik Master disajikan dalam tabel 15.
Tabel 15. Realisasi Distribusi Ayam (DOC) dan Itik (DOD) per 30 Desember 2018
di Propinsi Jawa Barat, Lampung, dan NTB
INDRAMAYU DOC 10.414 520.700 10,157 (97,77%) 507,850 (97,53%)
DOD 1.000 50.000 1,003 (100.3%) 50,150 (100,3%)
Sub Jumlah 11.414 570.700 11.160 558.000
TASIKMALAYA DOC 11.802 590.100 11.802 590.100
GARUT DOC 11.381 569.050 10.622 531.100
CIANJUR DOC 445 22.250 445 22.250
NTB DOC 12.208 610.400 12,180 (99,77%) 609,000 (99,77%)
LAMPUNG DOC 7.173 358.650 7.173 358.650
DOD 1.000 50.000 1.000 50.000
Sub Jumlah 8.173 408.650 8.173 408.650
JUMLAH 55.423 2.771.150 54.382 2.719.100 (98,12%)
KABUPATEN TERNAK
TARGET
RTM
(Org)
REALISASI
RTM s/d
DESEMBER
(Org)
REALISASI
DOC/DOD s/d
DESEMBER (EKOR)
TARGET
DOC/DOD
(Ekor)
Dari tabel diatas 1,88 % RTM yang telah terverifikasi akan tetapi dinyatakan tidak
memenuhi syarat untuk menerima bantuan karena memiliki bangunan rumah permanen, telah meningkat taraf kesejahteraannya, pindah tempat tinggal, telah
meninggal dunia dan tidak ada anggota keluarga lainnya yang menggantikan, serta tidak bersedia menerima bantuan Program Bekerja, sehingga realisasi fisik
sampai dengan akhir tahun 2018 mencapai 98,12 %.
Kegiatan Perkembangan Pembangunan di Wilayah Perbatasan
Wilayah perbatasan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang pada hakikatnya adalah "beranda terdepan dari NKRI serta memiliki arti sangat penting dan strategis, baik dari perspektif pertahanan‐keamanan, maupun perspektif ekonomi, sosial, dan
budaya, di mana masing‐masing wilayah memiliki karakteristik yang berbeda
antara satu dengan lainnya. Secara kondisional, wilayah perbatasan Indonesia
umumnya masih terisolir dan tertinggal, selain disebabkan oleh faktor geografis serta terbatasnya fasilitas pendukung pemenuhan kebutuhan dasar, khususnya
kebutuhan sosial ekonomi, juga secara demografis jumlah penduduk di wilayah perbatasan sangat minim. Oleh karena itu, arah kebijakan utama pembangunan
yang tertuang dalam Nawacita ketiga, yaitu membangun Indonesia dari pinggiran
dengan memperkuat wilayah perbatasan dalam kerangka NKRI. Di daerah perbatasan sering terjadi ancaman kekurangan pangan karena distribusi ke daerah
tersebut terkendala oleh masalah transportasi dan cuaca. Sejalan dengan itu,
Laporan Kinerja Tahun 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 40
Kementerian Pertanian membentuk Program Pengembangan Lumbung Pangan Berorientasi Ekspor di Wilayah Perbatasan (LPBE-WP) dengan membentuk Tim
Khusus Pengembangan LPBE-WP.
Sebagai langkah strategis mendorong pertumbuhan ekonomi, sekaligus mengurangi kesenjangan kesejahteraan antar wilayah, pengembangan pertanian
di wilayah perbatasan menjadi lumbung pangan berorientasi ekspor membutuhkan dukungan inovasi pertanian dan kebijakan khusus mengingat
keunikan wilayahnya dan berbagai masalah dan kendala yang cukup kompleks. Untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi serta diversifikasi produksi pangan
di wilayah perbatasan perlu didukung oleh pengembangan model atau sistem
usaha pertanian yang bersifat spesifik wilayah mengingat adanya keragaman kondisi wilayah, baik bio-fisik lahan maupun sosial budaya dan ekonomi
masyarakatnya. Melalui pengembangan model atau sistem usaha pertanian spesifik wilayah perbatasan tersebut diharapkan dapat meningkatkan
produktivitas, efisiensi produksi dan daya saing hasil pangan di wilayah
perbatasan. Kegiatan yang sudah dilaksanakan meliputi: (i) Konsolidasi dan koordinasi Tim pelaksana, (ii) Penyempurnaan dan Sosialisasi Pedoman Umum
DIP-WP, (iii) Workshop Koordinasi dan Seminar KTI Kegiatan DIP-WP, dan (iv) Advokasi dan monitoring kegiatan DIP-WP di BPTP.
Kegiatan DIP-WP yang dilakukan oleh BPTP sudah cukup sesuai dengan Pedoman Umum Kegiatan DIP-WP yang disempurnakan. Kegiatan DIP-WP yang dilakukan
oleh BPTP untuk propinsi prioritas, berupa (a) Pelatihan calon pelatih (TOT) inovasi
pertanian, (b) Diseminasi melalui pembuatan percontohan implementasi inovasi pertanian, dan (c) Advokasi dan fasilitasi penerapan inovasi pertanian pada
pengembangan LPBE-WP. Sedangkan kegiatan DIP-WP di propinsi non prioritas berupa Analisis potensi dan permasalahan wilayah perbatasan untuk penyusunan
kegiatan LPBE-WP dan DIP-WP.
Materi pelatihan calon pelatih beragam antar kabupaten prioritas, umumnya sejalan dengan komoditas yang dikembangkan pada Demfarm, yaitu berupa
teknologi budidaya termasuk komponen teknologinya untuk tanaman pangan, sayuran dan ternak (Tabel 16). Khusus materi teknologi peternakan termasuk
perkandangan dan pakan berbasis sumberdaya lokal hanya dilakukan di
Kalimantan Utara untuk kerbau dan di Nusa Tenggara Timur untuk ayam kampung. Terlihat pula ada materi pelatihan budidaya komoditas yang prospektif
dan potensial dikembangkan di wilayah perbatasan, seperti: perbanyakan benih pisang di Kalimantan Utara dan Kepri, budidaya kedelai di Kalimantan Barat dan
Papua, budidaya Tomat dan ayam KUB di Nusa Tenggara Timur.
Realisasi pelaksanaan Demfarm di tiap Propinsi dan Kabupaten Prioritas disajikan
pada Tabel 17, yang memperlihatkan adanya keragaman komoditas dan luasnya
Demfarmnya antar Kabupaten, tetapi umumnya masih sejalan dengan komoditas prioritas yang ada didalam Grand Design LPBE-WP. Luasan Demfarm untuk padi
berkisar antara 2-10 ha, sedangkan untuk jagung 2-10 ha dan kedelai 2,5 ha yang sudah cukup luas untuk dilakukan analisis usahatani dan diseminasi teknologi
budidaya tanaman melalui Demfarm. Luasan Demfarm untuk komoditas
Laporan Kinerja Tahun 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 41
hortikultura adalah 0,2-8 ha untuk cabai, sedangkan untuk bawang merah 0,2-5 ha, tomat 1-6 ha dan terong 1-4 ha. Untuk demfarm tomat, terong dan ayam
kampung hanya dilakukan di Nusa Tenggara Timur karena potensi pasarnya
cukup besar. Fase perkembangan dan keragaan komoditas pada Demfarm juga beragam, tetapi umumnya cukup baik untuk diperlihatkan kepada petani,
penyuluh dan aparat Dinas Pertanian, bahkan produktivitas tanaman yang sudah dipanen meningkat secara signifikan dari yang sebelumnya atau yang diluar
Demfarm. Pada berbagai acara panen bersama dan temu lapang, respon Pemda dan petani positif terhadap inovasi yang diperkenalkan serta mengupayakan
pengembangannya lebih lanjut.
Tabel 16. Pelaksanaan Calon Pelatih (TOT) di Kabupaten Prioritas tahun 2018
Propinsi Kabupaten Materi
Kepulauan Riau Karimun Budidaya jarwo dan perbenihan padi sawah Natuna Budidaya jarwo padi sawah Lingga Budidaya jarwo dan perbenihan padi sawah Bintan Budidaya cabai, sayuran, mangga, buah naga
dan perbanyakan benih pisang Anambas Budidaya padi sawah dan pembuatan pupuk
organik Kalimantan Barat Sambas Pengendalian penyakit Blast dan
Teknologi pasca panen padi Bengkayang Budidaya tumpangsari Padi gogo-Jagung
hibrida, Budidaya padi gogo dan jagung Sanggau Budidaya padi dengan jarwo 2:1, budidaya
tumpangsari padi gogo, jagung dan kedele Kalimantan Utara Nunukan, Malinau Budidaya padi jarwo 2:1, bawang merah dan
cabai, pembuatan pupuk organik, pestisida nabati, hijauan pakan ternak, perbanyakan benih pisang
Papua Merauke, Jayapura Budidaya jarwo padi dan jagung Pegunungan Bintan Budidaya jarwo padi Kerom Budidaya tumpangsari jagung dan kedelai Boven Digul Budidaya kedelai dan sayuran Nusa Tenggara Timur Malaka Budidaya jagung, bawang merah, tomat
Belu Budidaya padi, cabai, tomat dan ayam KUB
Laporan Kinerja Tahun 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 42
Tabel 17. Pelaksanaan Demfarm di Kabupaten Prioritas tahun 2018
Propinsi, Kabupaten Komoditas Volume (ha, unit)
Kecamatan
Kepulauan Riau Bintan Padi
Cabai Bawang merah
2 0,5 0,25
T. Sebung, T. Bintan Bintan Timur Gunung Kijang
Karimun Padi Jagung
4 2
Teluk Radang Tanjung Batu Kota
Lingga Padi 6 Lingga Timur, Pangga Darat Daik
Anambas Padi 2 Jemaja Timur Kalimantan Barat Sambas Padi 11 Paloh Cabai 0,25 Teluk Keramat Bengkayang Padi-Jagung 2 Sanggau Ledo Padi gogo 5 Seluas Padi unggul lokal 5 Jagoi Babang Sanggau Padi tadah hujan
Padi sawah irigasi Padi gogo - jagung Padi gogo - kedelai Jagung - kedelai
5 5 2
2,5 2,5
Kembayan Sekayam Sekayam Sekayam Sekayam
Kalimantan Utara Nunukan Padi Adan
Bawang merah, cabai 25
0,25; 0,20 Krayan Krayan, Sebatik
Malinau Padi gogo Padi sawah Bawang merah, cabai Kakao
4 10
0,2; 0,2 2
Kayan Selatan Malinau Kayan Selatan Kayan Selatan
Papua Merauke Padi, jagung 10; 10 Tanah Miring Jayapura Padi, jagung 5; 1 Muara Tani Boven Digoel Jagung, Kedelai 1; 1,5 Jair Kerom Jagung, bawang
merah 1; 0,2 Arso Timur, Mareem
Pengunungan Bintan Padi, kedelai 1; 1 Oksibil, Serambokan NusaTenggaraTimur Malaka Jagung
Bawang merah, cabai, tomat, terong
10 5; 8; 1; 1
Wewiku Malaka Barat
Belu Tomat, cabai, terong Ayam KUB
6; 5; 4 1 unit
Raihat, Kakuluk Mesak Raihat
Pembelajaran dan Pengembangan Kedepan
Dari pelaksanaan program dan kegiatan pengembangan LPBE-WP dan DIP-WP
dapat ditarik beberapa pelajaran untuk perbaikan program dan kegiatan kedepan,
antara lain : (1) Banyak komoditas pangan yang potensial dan prospektif bisa dikembangkan di Wilayah Perbatasan selain komoditas yang tertera dalam Grand
Design Pengembangan LPBE-WP, untuk mendukung ekspor dan pengembangan ekonomi di Wilayah Perbatasan, (2) Pemilihan komoditas dan produk yang
dikembangkan di Wilayah Perbatasan harus benar-benar disesuaikan dengan
permintaan dan kebutuhan pasar negara sasaran ekspor, (3) Untuk keberlanjutan
Laporan Kinerja Tahun 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 43
pengembangan inovasi pertanian oleh petani di Wilayah Perbatasan perlu didukung kajian ekonomi dan rekayasa sosial kelembagaan pertanian terutama
(termasuk pertanian korporasi) yang mengakar sosial budaya masyarakat
setempat, (4) Harga produk pertanian yang dikembangkan perlu diupayakan sesuai dengan negara sasaran ekspor melalui sistem produksi dengan efisiensi
tinggi melalui dukungan inovasi pertanian, (5) Kualitas dan harga produk pertanian perlu diupayakan sesuai dengan negara sasaran ekspor melalui
penerapan GAP dan GHP serta sistem produksi efisiensi tinggi, (6) Peran dan partisipasi aktif jajaran Pemda serta pelaksana program LPBE-WP baik dari sisi
produksi maupun pemasaran termasuk penjaringan eksportir dan importer.
Peran dan partisipasi aktif jajaran Pemda yang diperlukan terutama dalam hal : (a) Menggerakkan partisipasi stakeholders termasuk masyarakat pertanian di
daerah dalam peningkatan dan pemasaran termasuk ekspor produksi pangan di Wilayah Perbatasan, (b) Mendorong serta memfasilitasi investasi swasta dan
eksportir dalam pengembangan LPBE-WP, (d) Memfasilitasi dan mempercepat
pengembangan infrastruktur dan kelembagaan pertanian di Wilayah Perbatasan, (d) Menindak-lanjuti peluncuran ekspor yang sudah dilakukan dan mendorong
inisiasi ekspor komoditas pertanian lainnya, dan (e) Mengkoordinasikan institusi terkait di daerah (terutama Dinas Pertanian, PUPR, Perdagangan, Perhubungan,
Perbankan) terkait dengan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi kegiatan pengembangan LPBE-WP.
3.2. Akuntabilitas Keuangan (Unaudited)
1. Alokasi Anggaran
Untuk membiayai kegiatan penelitian dan pengembangan pertanian pada tahun 2018, Balitbangtan mendapat alokasi anggaran sebesar Rp.2.092.710.111.000,-
yang terdiri dari belanja pegawai Rp.501.269.866.000,-belanja barang
Rp.1.286.544.813.000,- dan belanja modal sebesar Rp.304.895.432.000,-.
Gambar 2. Grafik Persentase Pagu Anggaran
23,95
61,48
14,57
Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal
Laporan Kinerja Tahun 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 44
Memperhatikan komposisi penyediaan anggaran diatas memperlihatkan belanja barang menempati penyediaan pagu yang paling tinggi. Hal tersebut dapat
digunakan sebagai indikator bahwa operasional pelaksanaan kegiatan di
Balitbangtan, lebih membutuhkan belanja barang, termasuk untuk pendanaan kegiatan penelitian dan pengembangan pertanian. Sedangkan belanja modal
dibutuhkan untuk melengkapi kegiatan penelitian maupun operasional berupa peralatan dan atau bangunan.
2. Realisasi Anggaran (Unaudited)
Realisasi belanja Balitbangtan sampai 31 Desember 2018 (data dari SPAN yang
diambil pada 27 Januari 2019) adalah senilai Rp. 1.884.401.372.999,- atau sebesar 90,05%. Selengkapnya persentase realisasi per belanja dapat dilihat pada grafik
berikut.
Gambar 3. Perbandingan (Persentase) Realisasi Terhadap Pagu Anggaran
Balitbangtan TA 2018 Per Belanja
Sedangkan anggaran dan realisasi belanja per kegiatan sampai dengan 31
Desember 2018 sebagai berikut :
-
200.000.000.000
400.000.000.000
600.000.000.000
800.000.000.000
1.000.000.000.000
1.200.000.000.000
1.400.000.000.000
Pegawai Barang Modal
Pagu 501.269.866.0 1.286.544.813 304.895.432.0
Realisasi 475.648.882.4 1.122.723.547 286.028.943.5
Persentase 94,89 87,27 93,81
Rp
(Ju
ta)
Pagu Realisasi Persentase
Laporan Kinerja Tahun 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 45
Gambar 4. Perbandingan (Persentase) Realisasi Terhadap Pagu Anggaran
Balitbangtan TA 2018 Per Eselon II
Dari gambar realiasasi anggaran per kegiatan di atas, dapat dilihat bahwa
kesepuluh kegiatan Balitbangtan telah mencapai realisasi anggaran berkisar antara 82,49-99,58 %. Beberapa kendala satker masih memiliki penyerapan di bawah 90
% yaitu Litbang Peternakan (82,49%), Dukungan Manajemen dan Fasilitas (87,28%) dan Litbang Inovasi (87,96%) disebabkan adanya kurang optimalnya
penyerapan anggaran dari pengadaan pakan ternak dan vaksin untuk mendukung
kegiatan BEKERJA (realisasi pada triwulan 1 tahun 2019) dan adanya standing contractual sebesar Rp. 1,6 Milyar dan sudah diblokir sebesar Rp. 1,5 Milyar
sampai dengan akhir Desember 2018.
Belanja Pegawai
Realisasi belanja pegawai 31 Desember 2018 adalah senilai Rp.475.648.882.471,- atau sebesar 94,89% dari pagu anggaran setelah dikurangi pengembalian senilai
Rp.25.620.983.529,-.
Belanja Barang
Realisasi belanja barang sampai dengan 31 Desember 2018 adalah senilai
Rp.1.122.723.547.000,- atau sebesar 87,27% dari pagu anggaran setelah dikurangi pengembalian senilai Rp.163.821.266.000,-.
Belanja Modal
Realisasi belanja modal sampai dengan 31 Desember 2018 adalah senilai Rp.286.028.943.528,- atau sebesar 93,81% dari pagu anggaran setelah dikurangi
pengembalian senilai Rp.18.866.488.472,-.
95,99 99,58 96,2087,96 94,16 98,20 97,84
82,4996,90
87,28
0,00
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00
Kegiatan
Laporan Kinerja Tahun 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 46
3. Pengelolaan PNBP
Target PNBP lingkup Badan Litbang Pertanian TA 2018 yang tercantum dalam
DIPA AWAL total sebesar Rp. 20.850.311.000,-. Terdapat 20 satker yang
melakukan revisi penambahan target PNBP sehingga total Target PNBP 2018 setelah revisi menjadi Rp. 36.693.246.000,-. Dari target tersebut sampai dengan
tanggal 31 Desember 2018 realisasi PNBP sebesar Rp. 52.438.918.388,- atau 142,91%.
Sebagian besar realisasi pendapatan satker berasal dari penerimaan :
1. Setoran pendapatan penjualan hasil pertanian dan perkebunan.
2. Pendapatan penjualan hasil peternakan.
3. Pendapatan jasa analisa laboratorium.
4. Pendapatan sewa tanah, gedung dan bangunan.
5. Setoran pengembalian belanja tahun anggaran yang lalu.
Sesuai Surat Sekretaris Jenderal Kementan nomor B-2008/KU.030/A/05/2017
tanggal 26 Mei 2017 hal Jadual Revisi Target dan Pagu PNBP Kementan, pada
tahun 2018 telah dilakukan revisi penambahan Target dan Pagu PNBP yang dilakukan dalam 3 Tahap (Bulan April, Juli dan Oktober 2018). Satker yang
melakukan revisi penambahan target dan pagu PNBP 2018 dikarenakan realisasi penerimaan fungsionalnya sudah melebihi 100%.
Namun demikian ada beberapa satker yang sampai 31 Desember 2018 realisasinya belum mencapai 100%, yaitu BPTP Kepulauan Riau sebesar 40,67% dan Balai
Penelitian Tanaman Hias sebesar 97,35%.
4. Pengelolaan Hibah
Untuk membiayai kegiatan penelitian dan pengembangan pertanian pada tahun 2018, Balitbangtan mendapat alokasi yang bersumber dari Pendapatan Hibah
Langsung sebesar Rp. 11.057.767.730,-. Dari pendapatan tersebut sebesar
Rp. 8.581.564.853,- (77,61%) dibelanjakan sampai dengan bulan Desember 2018.
Proyek Hibah Langsung di Badan Litbang Pertanian terdiri atas 19 judul/register
yang dikelola oleh 14 satker dan berasal dari 11 pendonor, yaitu : ACIAR/Australia, Research Council of Norway, FAO, Arcadia Bioscience, Inc, OCP Maroko,
CIAT/IFPRI, Michigan University, AFACI, University of Queensland, APAARI,
NZAGRC.
Laporan Kinerja Tahun 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 47
BAB IV. PENUTUP
Pelaksanaan kegiatan Balitbangtan adalah mendukung program Eselon I lainnya
dan pencapaian visi dan misi Kementan. Bentuk dukungan utamanya adalah penyediaan teknologi, benih sumber dan rekomendasi kebijakan.
Secara umum sasaran strategis Balitbangtan yang dituangkan dalam Renstra 2015-2019 telah berhasil dicapai dalam mendukung program Kementan untuk
menghasilkan teknologi dan inovasi pertanian modern untuk mewujudkan kedaulatan pangan dan kesejahteraan petani.
Capaian sasaran Balitbangtan tahun 2018 diukur dengan 5 (lima) indikator kinerja.
Indikator kinerja sasaran yang telah ditargetkan dalam tahun 2018 sebagian besar telah tercapai (bahkan melebihi target yang ditetapkan). Secara keseluruhan rata-
rata kriteria capaian sangat berhasil (117,15%). Adapun capaian fisik masing – masing IKU berkisar antara 91,57% - 188,35%. Secara rinci, capaian kinerja
Balitbangtan dengan kriteria capaian “Sangat Berhasil” terdapat pada 2 (dua)
indikator, sedangkan 3 (tiga) indikator lainnya dengan kriteria capaian “Berhasil”.
Pagu anggaran untuk memfasilitasi kegiatan mendukung ketercapaian 3 sasaran
program yang diuraikan menjadi 5 indikator kinerja Balitbangtan tahun 2018 sebesar Rp. 1.843,81 milyar, dengan realisasi sebesar Rp. 1.663,46 milyar atau
sebesar 90,22%. Secara umum capaian keuangan masing-masing indikator kinerja melebihi 84,57%, dengan kisaran capaian antara 84,57% sampai 94,80%. Dengan
mensinkronkan ketercapaian realisasi keuangan dan fisik di atas, diperoleh nilai
efisiensi sebesar 100%. Hal ini berarti Balitbangtan telah melakukan efisiensi sebesar 100% dari pagu anggaran yang dialokasikan untuk mencapai 100% target
kinerja.
Keberhasilan pencapaian sasaran secara umum didukung oleh sumberdaya yang
ada, terutama SDM peneliti, litkayasa dan tenaga administrasi yang memadai.
Namun demikian, masih terdapat kendala-kendala yang dihadapi dalam pencapaian sasaran. Kendala teknis maupun non teknis seperti kendala musim,
pencairan dana dan proses pengadaan yang terlambat masih dialami pada pelaksanaan kegiatan di beberapa UK/UPT lingkup Balitbangtan.
Upaya perbaikan tetap dilakukan oleh seluruh jajaran Balitbangtan dalam rangka
tercapainya sasaran kegiatan, dengan meningkatkan koordinasi dengan pihak-pihak terkait, mengoptimalkan sumberdaya yang ada dan memperbaiki fungsi
manajemen, terutama pada tahap perencanaan dengan penekanan pada upaya antisipasi faktor-faktor resiko.
Laporan Kinerja Tahun 2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 48
LAMPIRAN
Lampiran 1. Struktur Organisasi Balitbangtan
SETBALITBANGTAN
BALITBANGTAN
BB PADI
BALITKAB
I
BALIT SEREAL
LOLIT TUNGRO
BALAI PATP
PUSLITBAN
G TAN
BBP MEKTAN
BB
BIOGEN BB
PASCAPANEN
PUSLITBANG HORTI
BALITSA
BALITBU TROPIKA
BALITHI
BALIT JESTRO
PUSLITBANG BUN
BALITTRO
BALITTAS
BALIT
PALMA
BALITTRI
PUSLITBANG NAK
BALITNAK
LOLITSAPI
LOLIT KAMBING
BB LITVET BBSDLP
BALITRA
BALIT TANAH
BALIT KLIMAT
BALINGTAN
33 BPTP
BB P2TP
STRUKTUR ORGANISASI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
PERTANIAN
TAHUN 2017
Lampiran 2. Data Kebun Percobaan Lingkup Balitbangtan
No. Satuan Kerja Luas KP (m²) Agroekosistem Fasilitas Yang Tersedia
Balai Besar Penelitian Tanaman Padi
1 Sukamandi 3.956.960 Sawah Irigasi, lahan kering, dan lahan rawa
Gedung kantor, perumahan negara, jalan, lahan penelitian/percobaan, dan rumah kaca
2 Kuningan 293.080 Sawah Irigasi, tadah hujan, dan lahan kering
Gedung kantor, jalan, lahan penelitian/percobaan, dan lantai jemur
3 Pusakanagara 476.800 Sawah irigasi Gedung kantor, lahan penelitian/percobaan, dan lantai jemur
4 Muara 399.237 Sawah irigasi dan lahan kering
Gedung kantor, perumahan negara, jalan, lahan penelitian/percobaan, rumah kaca, dan lantai jemur
Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi
5 Kendal Payak 282.429 Sawah irigasi dan tadah hujan
Gedung kantor, jalan, dan lahan penelitian/percobaan
6 Jambegede 111.345 Sawah irigasi Gedung kantor, jalan, dan lahan penelitian/percobaan
7 Muneng 286.500 Tadah hujan dan lahan kering
Gedung kantor, jalan, dan lahan penelitian/percobaan
8 Genteng 313.540 Sawah irigasi dan lahan kering
Gedung kantor, jalan, dan lahan penelitian/percobaan
9 Ngale 481.200 Sawah irigasi dan lahan kering
Gedung kantor, jalan, dan lahan penelitian/percobaan
Balai Penelitian Tanaman Serealia
10 Maros 1.360.169 Sawah irigasi dan lahan kering
Gedung kantor, perumahan negara, jalan, dan lahan penelitian/percobaan
11 Bajeng 500.000 Lahan kering Lahan penelitian/percobaan
12 Bontobili 209.301 Lahan kering Gedung kantor, jalan, dan lahan penelitian/percobaan
No. Satuan Kerja Luas KP (m²) Agroekosistem Fasilitas Yang Tersedia
Loka Penelitian Penyakit Tungro
13 Lanrang 416.862 Tadah hujan dan lahan kering
Gedung kantor, jalan, dan lahan penelitian/percobaan
Balai Penelitian Tanaman Sayuran
14 Margahayu/ Cikole 405.382 Lahan kering Gedung kantor, jalan, dan lahan penelitian/percobaan
15 Berastagi 259.738 Lahan kering Gedung kantor, jalan, dan lahan penelitian/percobaan
Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika
16 Aripan 968.000 Lahan kering Gedung kantor, jalan, dan lahan penelitian/percobaan
17 Sumani 250.000 Sawah irigasi dan lahan kering
Gedung kantor, jalan, dan lahan penelitian/percobaan
18 Wera 1.008.800 Lahan kering Gedung kantor, jalan, dan lahan penelitian/percobaan
19 Cukur Gondang 130.290 Lahan kering Gedung kantor, jalan, dan lahan penelitian/percobaan
20 Kraton 76.800 Lahan kering Gedung kantor, jalan, dan lahan penelitian/percobaan
21 Pandean 34.170 Lahan kering dataran rendah
Gedung kantor, gudang benih dan alat, dan kebun produksi mangga
Balai Penelitian Tanaman Hias
22 Segunung 106.000 Lahan Kering Bangunan kantor, aula, emplasemen, laboratorium, musholla, guest house, mess, rumah dinas, rumah kaca, rumah sere rumah plastik, lahan penelitian/percobaan, koleksi plasma nutfah, agro widya wisata dan lahan tanaman produksi.
No. Satuan Kerja Luas KP (m²) Agroekosistem Fasilitas Yang Tersedia
23 Cipanas 75.000 Lahan Kering Bangunan kantor, laboratorium, gudang, guest house, aula, mushola, mess, rumah dinas, emplasemen, bangunan rumah kaca/sere/plastik permanen, bangunan rumah plastik tidak permanen, lahan penelitian lapangan, dan lahan tanaman produksi.
24 Pasar Minggu 3.800 Lahan Kering Bangunan dan emplasemen kantor, laboratorium, rumah sere, rumah kaca, dan lahan penelitian lapangan.
Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Sub Tropik
25 Tlekung 129.600 Lahan kering Gedung kantor, jalan, dan lahan penelitian/percobaan
26 Punten 27.030 Lahan basah dataran tinggi
Gedung kantor, dan lahan penelitian/ percobaan
27 Banjarsari 47.600 Sawah irigasi dan lahan kering
Gedung kantor, jalan, dan lahan penelitian/percobaan
28 Banaran 12.195 Lahan basah dataran tinggi
Gedung kantor, gudang benih dan alat, sebagai koleksi pohon induk apel
29 Kliran 6.005 Lahan kering dataran tinggi
Gedung kantor, gudang benih dan alat, sebagai koleksi pohon induk apel
Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
30 Cimanggu 446.360 Lahan kering Gedung kantor, jalan, dan lahan penelitian/ percobaan
31 Manoko 207.000 Lahan kering Gedung kantor, jalan, dan lahan penelitian/ percobaan
32 Cicurug 9.515 Tadah hujan dan lahan kering
Gedung kantor, jalan, dan lahan penelitian/ percobaan
33 Laing 750.000 Lahan kering Gedung kantor, dan lahan penelitian/percobaan
No. Satuan Kerja Luas KP (m²) Agroekosistem Fasilitas Yang Tersedia
34 Sukamulya 485.600 Tadah hujan dan lahan kering
Gedung kantor, jalan, dan lahan penelitian/ percobaan
35 Cikampek 149.430 Lahan kering Gedung kantor, dan lahan penelitian/percobaan
36 Cibinong 51.200 Lahan kering Gedung kantor, rumah, dan lahan penelitian
Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat
37 Karangploso 178.975 Sawah irigasi, tadah hujan, dan lahan kering
Gedung kantor, jalan, dan lahan penelitian/ percobaan
38 Pasirian 43.865 Tadah hujan dan lahan kering
Gedung kantor, jalan, dan lahan penelitian/percobaan
39 Asembagus 400.644 Lahan kering Gedung kantor, jalan, dan lahan penelitian/ percobaan
40 Sumberrejo 265.040 Sawah irigasi, tadah hujan, dan lahan kering
Gedung kantor, jalan, dan lahan penelitian/ percobaan
41 Muktiharjo 952.102 Lahan kering Gedung kantor dan lahan penelitian/percobaan
Balai Penelitian Tanaman Palma
42 Paniki 400.800 Lahan kering Gedung kantor, jalan, dan lahan penelitian/ percobaan
43 Mapanget 475.900 Lahan kering Gedung kantor, jalan, dan lahan penelitian/ percobaan
44 Kayuwatu 392.375 Lahan kering Gedung kantor, jalan, dan lahan penelitian/ percobaan
45 Kima Atas 609.900 Lahan kering Gedung kantor, jalan, dan lahan penelitian/ percobaan
Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar
46 Pakuwon 1.596.043 Lahan kering Gedung kantor, jalan, dan lahan penelitian/ percobaan
47 Cahaya Negeri 300.000 Lahan kering Gedung kantor, perumahan, jalan, lahan penelitian
No. Satuan Kerja Luas KP (m²) Agroekosistem Fasilitas Yang Tersedia
48 Gunung Putri 67.400 Lahan kering Gedung kantor, mess, rumah kaca, jalan, dan lahan penelitian/ percobaan
Balai Besar Penelitian Veteriner
49 Cimanglid 200.000
Balai Penelitian Ternak
50 Ciawi 50.000 Lahan kering Jalan dan lahan penelitian/percobaan
51 Paseh Subang 380.300 Lahan kering Gedung kantor, perumahan negara, dan lahan penelitian/percobaan
52 Cilember 11.128 Lahan sawah Lahan penelitian pakan
53 Pasir Jambu Kaum Pandak 104.825 Lahan tadah hujan
Gedung kantor, gudang, alat-alat pertanian, dan lahan penelitian/percobaan
54 Cicadas 58.810 Lahan kering Lahan penelitian dan kandang percobaan
Loka Penelitian Kambing Potong
55 Sungei Putih 488.000 Lahan kering, tadah hujan, dan lahan rawa
Gedung kantor, dan lahan penelitian/percobaan
Loka Penelitian Sapi Potong
56 Ranuklindungan 86.700 Lahan kering, dataran rendah
Lahan penelitian dan percobaan
57 Gratitunon 100.475 Lahan kering, dataran rendah
Gudang dan lahan penelitian dan percobaan
58 Sumberagung 48.380 Lahan kering, dataran rendah
Gudang dan lahan penelitian dan percobaan
Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa
59 Banjarbaru 441.794 Tadah hujan, lahan kering, dan lahan rawa
Gedung kantor, jalan, dan lahan penelitian/percobaan
No. Satuan Kerja Luas KP (m²) Agroekosistem Fasilitas Yang Tersedia
60 Binuang 215.781 Tadah hujan, lahan kering, dan lahan rawa
Gedung kantor, jalan, dan lahan penelitian/ percobaan
61 Tanggul 490.000 Lahan rawa Gedung kantor, jalan, dan lahan penelitian/ percobaan
62 Belandean 231.831 Lahan pasang surut
Gedung kantor, jalan, dan lahan penelitian/ percobaan
63 Handil Manarap 216.145 Lahan pasang surut
Gedung kantor, jalan, dan lahan penelitian/percobaan
Balai Penelitian Tanah
64 Taman Bogo 201.400 Sawah irigasi dan lahan kering
Gedung kantor, jalan, dan lahan penelitian/ percobaan
Balai Penelitian Lingkungan Pertanian
65 Jakenan 309.050 Tadah hujan Gedung kantor, jalan, dan lahan penelitian/ percobaan
Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian
66 Pacet 28.893 Sawah irigasi dan lahan kering
Gedung kantor, jalan, dan lahan penelitian/ percobaan
67 Cikeumeuh 116.600 Lahan kering Gedung kantor, jalan, lahan penelitian/percobaan, dan rumah kaca
68 Citayam 22.800 Sawah irigasi dan lahan kering
Gedung kantor, jalan, dan lahan penelitian/ percobaan
Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian
69 Serpong 304.140 Lahan kering Bangunan kantor, lahan untuk penelitian dan percobaan
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh
No. Satuan Kerja Luas KP (m²) Agroekosistem Fasilitas Yang Tersedia
70 Paya Gajah 1.411.200 Lahan kering · Kantor, Gudang (UPBS) dan Rumah Dinas · Kebun kelapa dan kakao.
71 Gayo 198.830 Lahan kering · Kantor, Gudang/bengkel, Rumah Dinas Tanaman kopi: kebun plasma nutfah dan kebun produksi.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara
72 Gurgur 400.000 Lahan kering Kantor, rumah dinas, mess, lahan kering untuk pertanaman
73 Pasar Miring 200.000 Lahan sawah Kantor, rumah dinas, mess, gudang alat, gudang hasil, lantai jemur, lahan sawah untuk pertanaman padi
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat
74 Sukarami 1.260.300 Lahan kering/tadah hujan
Kantor, Auditorium, Laboratorium, dan Perumahan Karyawan
75 Sitiung 1.020.000 Lahan kering Perkantoran, laboratorium, perpus-takaan, rumah kaca, rumah kawat, bengkel, gudang peralatan, gudang hasil, ruang pertemuan, Guest House, stasiun Klimatologi, waduk, lantai jemur, traktor
76 Bandar Buat 12.000 Dataran rendah Kantor, Mess dan Gudang
77 Rambatan 69.477 Lahan kring Gedung kantor, stasiun klimatologi, gudang, bengkel dan lahan penelitian dan pengkajian
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau
78 Siak Hulu 122.000
79 Kubang Jaya 40.000
No. Satuan Kerja Luas KP (m²) Agroekosistem Fasilitas Yang Tersedia
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi
80 Sungai Tiga 34.000
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Selatan
81 Kayu Agung 260.600 Dataran rendah Kantor, bengkel, rumah genset, lantai jemur, rumah jabatan, rumah dinas, mess.
82 Karang Agung 200.000 Pasang Surut/ Dataran rendah
Kantor, Rumah dinas, Aula, Dormitory, Lantai jemur, gudang alat/bahan
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung
83 Tegineneng 109.500 Dataran rendah Gedung Kantor, gudang, Perumahan, embung dan lahan pertanian
84 Natar 600.000 Dataran rendah Gedung kantor, Mess, lab., show room, green house, bengkel, musholla
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Bangka Belitung
85 Petaling 240.000 Lahan Kering Dataran Rendah
Gedung kantor, penampungan air, gudang, traktor, handtraktor, greenhouse, kandang sapi, kandang ayam, dan kandang kambing.
Visitor plot dengan jenis tanaman kebun induk durian, kebun kelapa, kebun karet, koleksi lada, tanaman rempah dan obat.
86 Koba 100.000
87 Batu Betumpang 400.000
88 Gantung 150.000
No. Satuan Kerja Luas KP (m²) Agroekosistem Fasilitas Yang Tersedia
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten
89 Singamerta 69.882 Dataran rendah Kantor BPTP, kantor KP, Mess, Tempat /lantai jemur, gudang benih, rumah dinas, gudang saprodi, pagar pengaman beton berkawat, lab paengolahan hasil, saung meeting/gazebo,tower instalasi air bersih.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat
90 Cipaku 35.720 Lahan kering Gedung kantor, gudang, traktor, greenhouse dan screenhouse
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah
91 Batang 50.000
92 Magelang 20.000
93 Ungaran 23.000
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta
94 Banyakan 41.800 Lahan Kering
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur
95 Karangploso 80.300 Lahan kering · Kantor , rumah dinas, garasi, green house, rumah mesin pompa air, infrastruktur
· Koleksi buah-buahan dan tanaman semusim
96 Mojosari 299.400 Lahan sawah irigasi
· Gudang dan lantai jemur, kandang, bengkel dan peralatan
· Koleksi plasma nutfah
No. Satuan Kerja Luas KP (m²) Agroekosistem Fasilitas Yang Tersedia
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Barat
97 Sandubaya 71.000 Dataran rendah iklim kering
· Perkantoran, rumah dinas, green house, aula, lab hama, ruang prosesing, rumah kaca, sumur pompa, rumah genset, lantai jemur, kandang ternak.
· Koleksi plasma nutfah
· Koleksi hijauan makanan ternak (HMT)
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Timur
98 Naibonat 400.000 Dataran rendah iklim kering
Gedung perkantoran dan bangunan tempat tinggal
99 Maumere 59.900 Lahan kering Gedung kantor, bangunan tempat tinggal, hand tractor, dan peralatan klimatologi
100 Lili 410.000 Lahan kering Gedung kantor, bangunan tempat tinggal, alat besar/traktor dan truk roda 4
101 Waingapu 1.001.300 Lahan kering Gedung kantor, hand tractor, kandang sapi, timbangan sapi dan truk roda 4
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Barat
102 Simpang Monterado 1.599.000 Lahan kering Gedung kantor, gudang benih, gudang pupuk, gudang bengkel, bangunan rumah dinas, rumah dinas tipe 50 sebanyak 2 unit, pagar kayu dan kawat, rumah kaca, rumah dinas tipe 70 sebanyak 1 unit, rumah dinas tipe 28 kopel sebanyak 6 unit, stasiun klimatologi
No. Satuan Kerja Luas KP (m²) Agroekosistem Fasilitas Yang Tersedia
103 Selakau 493.000 Lahan pasang surut
Kantor dan laboratorium, gudang saprodi, bengkel, rumah kaca, jembatan, jalan kebun, bangunan clean drying sistem pembakaran, bangunan clean drying sistem blower, gedung serbaguna/aula, garasi mobil, reservoir/sarana air bersih, pagar kawat dan kayu, rumah jabatan
104 Sungai Kakap 125.440 Lahan pasang surut
Garasi dan gudang benih, green house, kandang sapi, kandang kambing, kandang itik, rumah pemijahan ikan dan kolam, pagar keliling kebun, rumah dinas
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Tengah
105 Unit Tatas 250.000 Lahan pasang surut
Gedung kantor, rumah dinas (terbakar oktober 2004), genset, traktor mini
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan
106 Barabai 98.866 Lahan Kering Gedung Kantor, Rumah Dinas, Lantai Jemur (rusak), Gudang, Hand Tracktor, Threser, Sepeda Motor roda 2 dan roda 3 (Kaisar)
No. Satuan Kerja Luas KP (m²) Agroekosistem Fasilitas Yang Tersedia
107 Pelaihari 125.600 Lahan Sawah Tadah Hujan dan Lahan Kering
Gedung Kantor, Rumah Dinas, Lantai Jemur, Gudang Peralatan, Gudang (UPBS), , Hand Tracktor, Threser, Sepeda Motor roda 2 dan roda 3 (Kaisar), Drier
108 Alabio 69.700 Lahan Lebak Gedung Kantor, Rumah Dinas, Lantai Jemur, Kandang Itik, Sepeda Motor roda 2
109 Banjarbaru 60.000 Lahan Kering
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Timur
110 Lempake 100.437 Lahan sawah irigasi
Bangunan kantor, perpustakaan, gudang/bengkel, bangunan penunjang, genset, rumah jabatan, lantai jemur
111 Samboja 99.996 Lahan kering Bangunan kantor, gudang, lantai jemur, kandang, rumah negara tipe C, mess
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Utara
112 Kalasey 500.000 Lahan kering Bangunan kantor dan rumah tinggal
113 Pandu 925.000 Dataran rendah Ditetapkan sebagai pusat plasma nutfah kelapa Internasional Asia Tenggara dan Timur
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah
114 Sidondo 300.000 Lahan kering Kantor/laboratorium, green house, lantai jemur, bengkel/garasi, gudang pupuk, gudang benih
No. Satuan Kerja Luas KP (m²) Agroekosistem Fasilitas Yang Tersedia
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan
115 Luwu 340.086 Lahan kering Tanah sawah, tanah tegalan, kantor, rumah type 70, gudang, lantai jemur, sepeda motor, traktor besar, traktor mini, traktor tangan, hand sprayer, pemipil jagung, perontok padi
116 Jeneponto 276.031 Lahan kering Kantor, mess, rumah tipe 70, rumah tipe 45, rumah tipe 36, rumah kaca, bangunan peneliti, rumah sere, garasi/bengkel, lantai jemur, rumah genset, mini traktor.
117 Bone - Bone 362.000 Lahan kering Tanah kebun, tanah konservasi, mess, rumah tipe 70, gardu listrik, spd motor, traktor besar, generator, power sprayer, mesin potong rumput, pompa air
118 Gowa 962.002 Lahan kering · Rencana kerjasama dengan KepMenristek untuk membangun pusat informasi dan transfer teknologi pertanian (center of excellencet)
· Gudang alat, gudang hasil, gudang sortasi, rumah tipe 70, rumah tipe 50, rumah tipe 36, mess, oven tembakau, rumah kaca, head house, rumah genset, jaringan listrik, water thank, lantai jemur, bengkel, laboratorium, kandang domba/sapi, traktor
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tenggara
119 Wawotobi 197.000 Lahan sawah irigasi
Gedung kantor, rumah dinas, gudang
120 Onembute 200.000 Lahan kering Tidak ada bangunan, tanaman jambu mete (terpelihara-plasma nutfah)
No. Satuan Kerja Luas KP (m²) Agroekosistem Fasilitas Yang Tersedia
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Gorontalo
121 Tilong Kabila 35.000 Lahan kering Lahan penelitian/percobaan
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
122 Makariki 3.069.000 Lahan kering Gedung kantor, mess, rumah dinas (rusak), alat pertanian (rusak)
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku Utara
123 Bacan 2.790.000 Lahan kering Gedung kantor, aula/rapat, gudang bahan, gedung teknisi, ruang genset, gedung bengkel dan bahan, gedung mess, instalasi air bersih dan bak penampung.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua
124 Jayawijaya 1.900 Lahan kering dataran tinggi
Rumah dinas
125 Merauke 7.420 Lahan kering dataran rendah
Kantor, rumah dinas, rumah jabatab, guest house
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua Barat
126 Manokwari 20.000 Lahan kering dataran rendah
Pagar, instalasi air, gedung kantor, rumah negara, guest house, bak air, mesin potong rumput
127 Sorong 12.000 Lahan kering dataran rendah dan rawa
Tanah bangunan kantor, menara/bak air, gedung kantor, gudang alat, rumah dinas, hand tractor, mesin sanyo
128 Andai 200.000
Total 47.126.721
Lampiran 3. Daftar Laboratorium lingkup Balitbangtan yang Sudah Berstatus Akreditasi
No. Satker Nama Laboratorium Status Akreditasi Tahun
Akreditasi
1 BB Padi Sukamandi Laboratorium Mutu Beras
SNI ISO/IEC 17025:2005 2015
2 BB Padi Sukamandi Laboratorium Plasma Nutfah/Mutu Benih
SNI ISO/IEC 17025:2005 2015
3 BB Padi Sukamandi Laboratorium Proximat SNI ISO/IEC 17025:2005 2015
4 Balitkabi Laboratorium Pemuliaan / Benih
SNI ISO/IEC 17025:2005 2012
5 Balitkabi Laboratorium Servis / Kimia
SNI ISO/IEC 17025:2005 2012
6 Balitkabi Laboratorium Tanah SNI ISO/IEC 17025:2005 2012
7 Balitsereal Laboratorium Pengujian Benih
SNI ISO/IEC 17025:2005 2012
8 Balitsa Laboratorium Ekofisiologi
SNI ISO/IEC 17025:2005 2015
9 Balitsa Laboratorium Fisiologi Hasil
SNI ISO/IEC 17025:2005 2015
10 Balitsa Laboratorium Tanah SNI ISO/IEC 17025:2005 2015
11 Balitbu Laboratorium Uji Mutu Benih
SNI ISO/IEC 17025:2005 2012
12 Balithi Laboratorium Virologi SNI ISO/IEC 17025:2005 2012
13 Balitjestro Laboratorium Fitopatologi
SNI ISO/IEC 17025:2005 2012
14 Balitjestro Laboratorium Pemuliaan SNI ISO/IEC 17025:2005 2012
15 Balittro Laboratorium Servis/Kimia
SNI ISO/IEC 17025:2005 2012
16 Balittas Laboratorium Ekofisiologi
SNI ISO/IEC 17025:2005 2015
17 Balitpalma Laboratorium Fisiologi SNI ISO/IEC 17025:2005 2015
18 Balitnak Laboratorium Fisiologi SNI ISO/IEC 17025:2005 2005
19 Balitnak Laboratorium Servis/Kimia
SNI ISO/IEC 17025:2005 2005
No. Satker Nama Laboratorium Status Akreditasi Tahun
Akreditasi
20 BB Litvet Laboratorium Bakteriologi
SNI ISO/IEC 17025:2005 2015
21 BB Litvet Laboratorium BSL3.(Biosafety Level 3 ) (Zoonosis)
SNI ISO/IEC 17025:2005 2016
22 BB Litvet Laboratorium Mikologi SNI ISO/IEC 17025:2005 2015
23 BB Litvet Laboratorium Parasitologi
SNI ISO/IEC 17025:2005 2015
24 BB Litvet Laboratorium Patologi SNI ISO/IEC 17025:2005 2015
25 BB Litvet Laboratorium Toksikologi
SNI ISO/IEC 17025:2005 2015
26 BB Litvet Laboratorium Virologi SNI ISO/IEC 17025:2005 2013
27 Lolitsapot Laboratorium Nutrisi Ternak
SNI ISO/IEC 17025:2005 2015
28 Balittra Laboratorium Tanah SNI ISO/IEC 17025:2005 2015
29 Balittanah Laboratorium Biologi dan Kesehatan Tanah
SNI ISO/IEC 17025:2005 2015
30 Balittanah Laboratorium Fisika Tanah
SNI ISO/IEC 17025:2005 2015
31 Balittanah Laboratorium Servis/Kimia Tanah
SNI ISO/IEC 17025:2005 2013
32 Balingtan Laboratorium Residu Bahan Agrokimia
SNI ISO/IEC 17025:2005 2012
33 Balingtan Laboratorium Terpadu SNI ISO/IEC 17025:2005 2012
34 BB Biogen Laboratorium Bank Gen SNI ISO/IEC 17025:2005 2012
35 BB Biogen Laboratorium Biologi Molekuler
SNI ISO/IEC 17025:2005 2005
36 BB Pascapanen Laboratorium Fisik SNI ISO/IEC 17025:2005 2015
37 BB Pascapanen Laboratorium Kimia/Biokimia
SNI ISO/IEC 17025:2005 2012
38 BB Mektan Laboratorium Pengujian SNI ISO/IEC 17025:2005 2015
No. Satker Nama Laboratorium Status Akreditasi Tahun
Akreditasi
39 BPTP Sumut Laboratorium Servis/Kimia
SNI ISO/IEC 17025:2005 2014
40 BPTP Sumbar Laboratorium Servis/Kimia
SNI ISO/IEC 17025:2005 2013
41 BPTP Riau Laboratorium Tanah SNI ISO/IEC 17025:2005 2016
42 BPTP Jabar Laboratorium
Pemuliaan/Benih
SNI ISO/IEC 17025:2005 2015
43 BPTP Jateng Laboratorium Kimia SNI ISO/IEC 17025:2005 2015
44 BPTP Yogyakarta Laboratorium Kimia Tanah
SNI ISO/IEC 17025:2005 2015
45 BPTP Jatim Laboratorium Perbenihan
SNI ISO/IEC 17025:2005 2015
46 BPTP NTB Laboratorium Servis/Kimia
SNI ISO/IEC 17025:2005 2013
47 BPTP NTT Laboratorium Tanah SNI ISO/IEC 17025:2005 2015
48 BPTP Sulsel Laboratorium BPTP Sulsel
SNI ISO/IEC 17025:2005 2015
49 BPTP Kaltim Laboratorium Tanah SNI ISO/IEC 17025:2005 2012
Lampiran 4. Target dan Alokasi Anggaran dari Sasaran Program dan Indikator Kinerja Balitbangtan 2018-2019
Sasaran Program Indikator Kinerja Target Alokasi (Milyar Rupiah)
Total 2018 2019 2018 2019
Dimanfaatkannya inovasi teknologi pertanian
Rasio hasil penenlitian yang dimanfaatkan (akumulasi 5 tahun terakhir) terhadap hasil penelitian yang dihasilkan (5 tahun terakhir)
60 70 2.757,48 2.702,36 11.776,8
Meningkatnya kualitas layanan dan informasi publik Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas layanan publik Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
3 3
Nilai pemeringkatan informasi publik Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
90 90
Terwujudnya akuntabilitas kinerja instansi pemerintah di lingkungan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Nilai AKIP Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian berdasarkan penilaian Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian
82.75 83
Nilai Kinerja (NK) (berdasarkan PMK 249 tahun 2011)
93 93.5
Lampiran 5. Revisi Perjanjian Kinerja (PK) Balitbangtan 2018 (Bulan Desember)
Lampiran 6. Surat Keputusan Kepala Balitbangtan tentang Pembentukan Tim Pelaksana Sistem Akuntabilitas Kinerja Pemerintah lingkup
Balitbangtan
Lampiran 7. Contoh Matriks Renaksi AKIP Triwulanan
NO Sasaran Program IKSP Satuan target IKSK Target IKA Target Penanggung
jawab
Ukuran Keberhasilan
B03,B06,B09,B12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 11
1 SP1 Dimanfaatkannya inovasi teknologi pertanian
1 Rasio hasil penelitian yang dimanfaatkan (akumulasi 5 tahun terakhir) terhadap hasil penelitian yang dihasilkan (5 tahun terakhir)
% 60 Jumlah hasil penelitian dan pengembangan tanaman pangan yang dimanfaatkan (akumulasi 5 tahun terakhir)
16 Jumlah Hasil Litbang Tanaman Pangan yang telah didiseminasikan
3 Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
B03 B06 B09 B12
.
IKSK Target IKA Target Penanggung
jawab
Ukuran Keberhasilan
B03,B06,B09,B12
% Capaian
Permasalahan
Tindak Lanjut
Evaluasi Tindak Lanjut
Keterangan
8 9 10 11 12 11 12 13 14 15 16
Jumlah hasil penelitian dan pengembangan tanaman pangan yang dimanfaatkan (akumulasi 5 tahun terakhir)
16
Jumlah Hasil Litbang Tanaman Pangan yang telah didiseminasikan
3
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
B03 .
B06
B09
B12
Lampiran 8. Tindak Lanjut Laporan Hasil Reviu Laporan Kinerja (LAKIN) Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian