kementerian pertanian direktorat jenderal tanaman pangan...
TRANSCRIPT
KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN
DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN
NOMOR : 031a/RC.020/C.5.3.1/10/2018
TENTANG
REVISI RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN
TAHUN 2015-2019
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN,
Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan capaian pembangunan pertanian melalui peningkatan kualitas, akuntabilitas kinerja Kementerian Pertanian telah ditetapkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 09/Permentan/RC.020/3/2016 tentang Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2015-2019 dan telah dilakukan perubahan dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 42/Permentan/RC.020/11/2017;
b. bahwa untuk meningkatkan capaian pembangunan pertanian melalui peningkatan kualitas, akuntabilitas kinerja di lingkungan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan telah ditetapkan Keputusan Direktur Jenderal Tanaman Pangan Nomor 86/HK.310/C/9/2018 tentang Perubahan Atas Keputusan Direktur Jenderal Tanaman Pangan Nomor 59.a/HK.310/C/4/2016 tentang Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2015-2019;
d. bahwa sesuai dengan huruf a dan b diatas dan untuk memberikan efektivitas kinerja di lingkungan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, perlu ditetapkan Keputusan Direktur Jenderal Tanaman Pangan tentang revisi Rencana Strategis Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2015-2019.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang
Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3478);
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan, Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);
5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
6. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 227, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5360);
7. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5433);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1995 tentang Perlindungan Tanaman Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3586);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1995 tentang Perbenihan Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3616);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4816);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4890);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 103, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5423);
15. Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2015 tentang Kementerian Pertanian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 85);
16. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 156/PMK.07/2008 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 248/PMK.07/2010 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 156/PMK.07/2008 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 660);
17. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 249/PMK. 02/2011 tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja atas Pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara dan Lembaga (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 938);
18. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK. 05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 No 1191);
19. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 48/Permentan/OT.140/10/2006 tentang Pedoman Budidaya Tanaman Pangan Yang Baik dan Benar (Good Agriculture Practices);
20. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 64/Permentan/OT.130/12/2013 Sistem Pertanian Organik;
21. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 41/Permentan/ OT.140/3/2014 Pedoman Perencanaan Pembangunan Pertanian Berbasis e-Planning;
22. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43/Permentan/OT.010/8/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian;
23. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 42/Permentan/RC.020/11/2017 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Pertanian Nomor 09/Permentan/RC.020/3/2016 tentang Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2015-2019;
24. Peraturan Menteri Pertanian RI Nomor 43/Permentan/RC.020/11/2017 tentang perubahan atas peraturan Menteri Pertanian Nomor 68/Permentan/RC.020/12/2016 tentang Indikator Kinerja Utama di lingkungan Kementerian Pertanian Tahun 2015 – 2019;
25. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 33/PER/SM.060/I/7/2017 tentang penumbuhan dan pengembangan Kelompok Usaha Bersama Petani Muda;
26. Peraturan Menteri Menteri Pertanian Nomor 18/Permentan/RC.040/4/2018 Tentang Pedoman Pengembangan Kawasan Pertanian Berbasis Korporasi Petani;
27. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 472/Kpts/RC.040/6/2018 tentang Lokasi Kawasan Pertanian Nasional.
28. Keputusan Direktur Jenderal Tanaman Pangan Nomor 59.a/HK.310/C/2016 tentang Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2015 – 2019;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KESATU : Mengubah sebagian Rencana Strategis Direktorat
Perlindungan Tanaman Pangan tahun 2015-2019, yaitu sebagai berikut:
1. Bab II sehingga menjadi seperti tercantum pada lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keputusan ini;
2. Bab IV sehingga menjadi seperti tercantum pada lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keputusan ini.
KEDUA : Ketentuan lain dalam Rencana Strategis Direktorat
Perlindungan Tanaman Pangan tahun 2015-2019 sebelumnya dinyatakan masih tetap berlaku.
KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : Jakarta pada tanggal : 03 Oktober 2018
a.n. DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN Direktur Perlindungan Tanaman Pangan,
Yanuardi NIP 195810131986031001
SALINAN Keputusan ini disampaikan kepada Yth.: 1. Direktur Jenderal Tanaman Pangan; 2. Sekretaris Direktorat Jenderal Tanaman Pangan; 3. Kepala Bagian Perencanaan Sekretariat Ditjen Tanaman Pangan; 4. Kepala Bagian Evaluasi dan Layanan Rekomendasi Sekretariat
Ditjen Tanaman Pangan.
Rencana Strategis Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2015 – 2019 (Revisi)
D i r e k t o r a t P e r l i n d u n g a n T a n a m a n P a n g a n , 2 0 1 8 i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ............................................................................................................ i
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Kondisi Umum Tahun 2010-2014 ................................................ 2
1.2 Permasalahan dan Tantangan ................................................... 10
1.3 Peluang ...................................................................................... 11
BAB II. MISI, TUJUAN DAN SASARAN DIREKTORAT PERLINDUNGAN
TANAMAN PANGAN ......................................................................... 13
2.1 Visi ............................................................................................. 13
2.2 Misi ............................................................................................ 13
2.3 Tujuan ........................................................................................ 13
2.4 Sasaran ...................................................................................... 13
BAB III. ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN
KERANGKA KELEMBAGAAN .............................................................. 15
3.1 Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian Pertanian dan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ....................................... 15
3.2 Arah Kebijakan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan ...... 16
3.3 Langkah dan Strategi Operasional Direktorat Perlindungan
Tanaman Pangan ....................................................................... 16
3.4 Kerangka Regulasi...................................................................... 18
3.5 Kerangka Kelembagaan dan Kewenangannya .......................... 22
BAB IV. TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN .............................. 27
4.1 Target Kinerja ............................................................................ 27
4.2 Program ..................................................................................... 27
4.3 Kegiatan ..................................................................................... 27
4.4 Kerangka Pendanaan ................................................................ 30
BAB V. PENUTUP .......................................................................................... 31
Rencana Strategis Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2015 – 2019 (Revisi)
D i r e k t o r a t P e r l i n d u n g a n T a n a m a n P a n g a n , 2 0 1 8 ii
DAFTAR TABEL
1. Rasio luas serangan OPT terhadap luas tanam dan Areal Aman Tahun
2010-2014 .................................................................................................... 2
2. Rasio luas terkena banjir dan kekeringan terhadap luas tanam dan
Areal Aman Tahun 2010-2014 ..................................................................... 4
3. Rekapitulasi luas pengendalian Tahun 2010-2014 ...................................... 5
4. Pelaksanaan SLPHT Tahun 2010-2014 ......................................................... 6
5. Pelaksanaan SLI Tahun 2010-2014 .............................................................. 7
6. Pelaksanaan Gerakan Pengendalian Tahun 2010-2014 .............................. 7
7. Kelembagaan Perlindungan Tanaman Tahun 2010-2014 ............................ 8
8. SDM Perlindungan Tanaman Tahun 2010-2014 .......................................... 9
9. Laporan Hasil Pengujian (LHP) yang Diterbitkan ....................................... 10
10. Target Kinerja Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan ........................ 27
Rencana Strategis Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2015 – 2019 (Revisi II)
1
BAB I.
PENDAHULUAN
Tanaman pangan sebagai salah satu subsektor pertanian memiliki posisi
strategis dalam penyediaan kebutuhan pangan, sumber lapangan kerja dan
pendapatan, serta sumber devisa. Tantangan pemenuhan kebutuhan
pangan akan semakin kompleks dan dinamis karena dihadapkan pada
perubahan lingkungan strategis, seperti globalisasi perdagangan,
perubahan iklim, tuntutan kelestarian lingkungan, keterbatasan sumber
daya lahan, perubahan perilaku konsumen, dan kesejahteraan masyarakat.
Menjawab tantangan tersebut, Pemerintah mengarahkan pembangunan
pertanian ke depan menjadi agenda prioritas untuk mewujudkan
kedaulatan pangan agar Indonesia sebagai bangsa dapat mengatur dan
memenuhi kebutuhan pangan rakyatnya secara berdaulat. Kedaulatan
pangan diterjemahkan dalam bentuk kemampuan bangsa dalam hal: (1)
mencukupi kebutuhan pangan dari produksi dalam negeri, (2) mengatur
kebijakan pangan secara mandiri, serta (3) melindungi dan
menyejahterakan petani sebagai pelaku utama usaha pertanian pangan.
Peningkatan kedaulatan merupakan salah satu bagian dari Agenda Nawa
Cita yaitu Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan
sektor-sektor strategis ekonomi domestik.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan sebagai salah satu unit kerja Eselon I
Kementerian Pertanian memiliki tugas mewujudkan kedaulatan pangan
melalu swasembada pangan utama (padi, jagung dan kedelai). Oleh karena
itu, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan merumuskan Rencana Strategis
(Renstra) program dan kegiatan pembangunan tanaman pangan selama
lima tahun (2015-2019). Renstra tersebut menjadi acuan bagi seluruh unit
kerja eselon II termasuk Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan dalam
menyusun Renstra tahun 2015-2019.
Tugas, pokok dan fungsi Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan adalah
mengamankan areal tanaman pangan dari serangan OPT dan DPI. Target
Rencana Strategis Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2015 – 2019 (Revisi II)
2
pengamanan produksi yang ditetapkan adalah sebesar 95% areal tanaman
pangan aman dari serangan OPT dan DPI atau serangan OPT dan DPI
maksimal 5% dari luas tanam. Dalam mencapai target sasaran tersebut,
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan melaksanakan kegiatan
Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PPHT), Penerapan Penanganan
Dampak Perubahan Iklim (PPDPI), Gerakan Pengendalian OPT, fasilitasi
sarana pengendalian OPT dan Dem Area Budidaya Tanaman Sehat (BTS).
1.1 Kondisi Umum Tahun 2010-2014
Serangan OPT dan DPI dapat menyebabkan kehilangan produksi yang
berpotensi mengganggu ketahanan pangan. Sesuai Renstra Direktorat
Perlindungan Tanaman Pangan tahun 2010-2014, sasaran areal
pertanaman tanaman pangan yang aman dari gangguan OPT dan DPI
adalah 95%.
1) Luas Serangan OPT
Data serangan OPT tanaman pangan periode tahun 2010-2014
dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Rasio luas serangan OPT terhadap luas tanam dan Areal Aman Tahun
2010-2014.
T P T P T P
I Padi
1 Tahun 2010 14.367.943 682.683 10.166 4,75 0,07 95,25 99,93
2 Tahun 2011 13.404.846 712.642 40.526 5,32 0,30 94,68 99,70
3 Tahun 2012 13.592.309 461.821 2.225 3,40 0,02 96,60 99,98
4 Tahun 2013 14.494.648 510.090 4.422 3,52 0,03 96,48 99,97
5 Tahun 2014 13.569.481 445.001 2.424 3,28 0,02 96,72 99,98
13.885.845 562.447 11.953 4,05 0,09 95,95 99,91
II Jagung
1 Tahun 2010 4.189.048 16.315 42 0,39 0,00 99,61 100,00
2 Tahun 2011 4.253.714 38.852 236 0,91 0,01 99,09 99,99
3 Tahun 2012 3.994.370 26.195 52 0,66 0,00 99,34 100,00
4 Tahun 2013 3.939.471 26.302 127 0,67 0,00 99,33 100,00
5 Tahun 2014 4.483.354 24.971 42 0,56 0,00 99,44 100,00
4.171.991 26.527 100 0,64 0,00 99,36 100,00
III Kedelai
1 Tahun 2010 719.564 5.246,51 8 0,73 0,00 99,27 100,00
2 Tahun 2011 645.173 9.955,59 0 1,54 0,00 98,46 100,00
3 Tahun 2012 613.825 6.182,62 15 1,01 0,00 98,99 100,00
4 Tahun 2013 587.485 8.336,07 1 1,42 0,00 98,58 100,00
5 Tahun 2014 1.073.511 9.444,31 28,75 0,88 0,00 99,12 100,00
727.912 7.833 11 1,12 0,00 98,88 100,00
Rerata
Rerata
Rerata
Luas SeranganNo. Komoditi
Luas
Tanam
% Thd Luas Tanam Areal Aman (%)
Rencana Strategis Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2015 – 2019 (Revisi II)
3
Lanjutan
Rerata luas serangan OPT periode 2010-2014 pada tanaman padi
mencapai 562.447 ha atau 4,05% dari luas tanam. Pada tanaman
jagung dan kedelai rerata luas serangan OPT masing-masing seluas
26.527 ha (0,64%) dan 7.833 ha (1,12%) dari luas tanam. Hal ini
menunjukkan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan berhasil
mengamankan 95,95% areal tanam padi, 99,46% areal tanam
jagung dan 98,88% areal tanam kedelai.
Untuk komoditas tanaman pangan lainnya sebagai berikut:
a) Rerata serangan OPT kacang tanah seluas 4.759 ha atau 0,82% dari luas tanam
b) Rerata serangan OPT kacang hijau seluas 1.204 ha atau 0,44% dari luas tanam
T P T P T P
IV Kacang Tanah
1 Tahun 2010 593.241 4.210 - 0,71 0,00 99,29 100,00
2 Tahun 2011 553.048 7.567 13 1,37 0,00 98,63 100,00
3 Tahun 2012 548.024 5.187 7 0,95 0,00 99,05 100,00
4 Tahun 2013 509.406 3.728 2 0,73 0,00 99,27 100,00
5 Tahun 2014 910.000 3.104 3 0,34 0,00 99,66 100,00
622.744 4.759 5 0,82 0,00 99,18 100,00
V Kacang Hijau
1 Tahun 2010 272.194 555 - 0,20 0,00 99,80 100,00
2 Tahun 2011 315.414 2.312 2 0,73 0,00 99,27 100,00
3 Tahun 2012 244.004 1.077 - 0,44 0,00 99,56 100,00
4 Tahun 2013 183.378 997 - 0,54 0,00 99,46 100,00
5 Tahun 2014 359.700 1.077 - 0,30 0,00 99,70 100,00
274.938 1.204 0 0,44 0,00 99,56 100,00
VI Ubi Kayu
1 Tahun 2010 1.272.669 4.958 12 0,39 0,00 99,61 100,00
2 Tahun 2011 1.116.312 2.740 16 0,25 0,00 99,75 100,00
3 Tahun 2012 1.092.830 3.055 8 0,28 0,00 99,72 100,00
4 Tahun 2013 1.067.321 10.250 144 0,96 0,01 99,04 99,99
5 Tahun 2014 1.396.500 2.740 16 0,20 0,00 99,80 100,00
1.189.126 4.749 39 0,41 0,00 99,59 100,00
VII Ubi Jalar
1 Tahun 2010 139.269 528 - 0,38 0,00 99,62 100,00
2 Tahun 2011 180.100 729 5 0,40 0,00 99,60 100,00
3 Tahun 2012 163.993 538 - 0,33 0,00 99,67 100,00
4 Tahun 2013 158.662 536 - 0,34 0,00 99,66 100,00
5 Tahun 2014 134.232 538 - 0,40 0,00 99,60 100,00
155.251 574 1 0,37 0,00 99,63 100,00 Rerata
Rerata
Rerata
Rerata
Luas SeranganNo Komoditi
Luas
Tanam
% Thd Luas Tanam Areal Aman (%)
Rencana Strategis Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2015 – 2019 (Revisi II)
4
c) Rerata serangan OPT ubi kayu seluas 4.749 ha atau 0,41% dari luas tanam
d) Rerata serangan OPT ubi jalar seluas 574 ha atau 0,37% dari luas tanam
Berdasarkan capaian tersebut, tahun 2010-2014 Direktorat
Perlindungan Tanaman Pangan berhasil mengamankan areal
tanaman pangan sesuai target yang ditetapkan.
2) Luas Terkena Banjir dan Kekeringan
Data terkena banjir dan kekeringan periode tahun 2010-2014 dapat
dilihat pada tabel 2.
Tabel 2 : Rasio luas terkena banjir dan kekeringan terhadap luas tanam dan
Areal Aman Tahun 2010-2014.
Rerata luas terkena banjir dan kekeringan periode 2010-2014 pada
tanaman padi mencapai 459.903 ha atau 3,32% dari luas tanam.
Pada tanaman jagung dan kedelai rerata luas serangan OPT masing-
T P T P T P T P T P
I Padi
1 Tahun 2010 14.367.943 307.810 93.929 96.721 20.856 404.531 114.785 2,82 0,80 97,18 99,20
2 Tahun 2011 13.404.846 169.464 29.383 250.836 53.127 420.300 82.510 3,14 0,62 96,86 99,38
3 Tahun 2012 13.592.309 177.861 40.866 282.795 47.573 460.656 88.439 3,39 0,65 96,61 99,35
4 Tahun 2013 14.494.648 408.962 88.265 50.342 4.067 459.304 92.332 3,17 0,64 96,83 99,36
5 Tahun 2014 13.569.481 338.378 141.045 216.345 35.423 554.723 176.468 4,09 1,30 95,91 98,70
13.885.845 280.495 78.698 179.408 32.209 459.903 110.907 3,32 0,80 96,68 99,20
II Jagung
1 Tahun 2010 4.189.048 40.463 17.778 82.875 20.724 123.338 38.502 2,94 0,92 97,06 99,08
2 Tahun 2011 4.253.714 16.462 8.045 22.644 1.441 39.106 9.486 0,92 0,22 99,08 99,78
3 Tahun 2012 3.994.370 11.661 2.828 21.686 1.508 33.347 4.336 0,83 0,11 99,17 99,89
4 Tahun 2013 3.939.471 18.097 8.136 11.731 365 29.828 8.501 0,76 0,22 99,24 99,78
5 Tahun 2014 4.483.354 10.693 3.300 20.581 2.306 31.274 5.606 0,70 0,13 99,30 99,87
4.171.991 19.475 8.017 31.903 5.269 51.379 13.286 1,23 0,32 98,77 99,68
III Kedelai
1 Tahun 2010 719.564 17.012 11.872 5.014 643 22.026 12.425 3,06 1,73 96,94 98,27
2 Tahun 2011 645.173 7.674 3.751 2.229 154 9.903 3.905 1,53 0,61 98,47 99,39
3 Tahun 2012 613.825 2.396 1.344 1.546 130 3.941 1.474 0,64 0,24 99,36 99,76
4 Tahun 2013 587.485 5.112 1.790 123 10 5.234 1.800 0,89 0,31 99,11 99,69
5 Tahun 2014 1.073.511 3.523 2.031 4.969 395 8.492 2.426 0,79 0,23 99,21 99,77
727.912 7.143 4.158 2.776 266 9.919 4.406 1,38 0,62 98,62 99,38
Rerata
Rerata
Rerata
Areal Aman (%)% Thd Luas TanamNo. Komoditi
Luas
Tanam
Banjir Kering Jumlah
Rencana Strategis Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2015 – 2019 (Revisi II)
5
masing seluas 51.379 ha (1,23%) dan 9.919 ha (1,38%) dari luas
tanam. Hal ini menunjukkan Direktorat Perlindungan Tanaman
Pangan berhasil mengamankan 96,68% areal tanam padi, 98,7%
areal tanam jagung dan 99,38% areal tanam kedelai dari DPI (banjir
dan kekeringan).
3) Luas Pengendalian
Pengendalian OPT dilakukan oleh petani baik secara swadaya
maupun dengan bantuan pemerintah. Teknik pengendalian OPT
yang diterapkan di lapangan antara lain fisik mekanis, hayati, kimia
dan spesifik lokasi. Luas pengendalian OPT pada komoditas utama
dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3 : Rekapitulasi luas pengendalian Tahun 2010-2014.
Padi Jagung Kedelai
1 Tahun 2010 1,172,969 20,851 10,938 1,204,758
2 Tahun 2011 1,480,358 21,865 7,606 1,509,829
3 Tahun 2012 1,152,798 17,134 7,010 1,176,942
4 Tahun 2013 1,046,359 21,370 3,881 1,071,610
5 Tahun 2014 1,315,308 30,659 15,375 1,361,342
1,233,558 22,376 8,962 1,264,896
No. KomoditiLuas Pengendalian (ha)
Jumlah
Rerata 5 tahun
4) Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT)
Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) merupakan
suatu pendekatan pengelolaan OPT yang dikembangkan dan
diterapkan melalui Program Nasional PHT sejak awal tahun 1990,
untuk menjadikan petani sebagai ahli PHT dan mampu
menerapkannya di lahan masing-masing. Program SLPHT
merupakan program yang terbukti mampu mendorong petani
menjadi ahli PHT sehingga penerapannya terus berkembang, yang
semula hanya pada komoditas padi, meluas ke komoditas palawija,
sayuran dataran rendah dan tinggi, buah-buahan dan perkebunan.
Rencana Strategis Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2015 – 2019 (Revisi II)
6
Tabel 4 : Pelaksanaan SLPHT Tahun 2010-2014.
Padi Jagung Kedelai Kc. Tanah Kc. Hijau
1 2010 241 98 32 - -
2 2011 369 72 49 12 3
3 2012 1,583 190 140 32 5
4 2013 2,020 315 165 - -
5 2014 848 57 49 - -
5,061 732 435 44 8
Padi Jagung Kedelai Kc. Tanah Kc. Hijau
1 2,010 241 98 32 - -
2 2,011 366 73 48 12 3
3 2,012 1,582 182 136 32 5
4 2,013 1,957 307 157 - -
5 2,014 806 56 48 - -
4,952 716 421 44 8 Jumlah
Rencana (unit)No Tahun
Jumlah
No TahunRealisasi (unit)
Sejak tahun 2010-2014, jumlah SLPHT yang dilaksanakan mencapai
6.141 unit terbagi menjadi 4.952 unit SLPHT padi, 716 unit SLPHT
jagung, 421 unit SLPHT kedelai, 44 unit SLPHT kacang tanah dan 8
unit SLPHT kacang hijau.
Berdasarkan evaluasi pelaksanaan SLPHT tahun 2010 - 2014
diperoleh hasil sebagai berikut :
a) SLPHT meningkatkan kemampuan peserta dalam melaksanakan
pengamatan dan pengendalian OPT
b) Intensitas serangan OPT menurun sehingga produksi meningkat
c) Frekuensi penggunaan pestisida mengalami penurunan
dibandingkan musim sebelumnya
d) Pendapatan petani meningkat
5) Sekolah Lapang Iklim (SLI)
Sekolah Lapang Iklim (SLI) merupakan pemberdayaan petani pada
areal pertanaman padi yang rawan mengalami DPI
(banjir/kekeringan) untuk melakukan budidaya sesuai kondisi iklim
secara tepat. SLI bertujuan meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan petani dalam penerapan informasi iklim pada kegiatan
Rencana Strategis Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2015 – 2019 (Revisi II)
7
usahataninya. Sejak tahun 2010-2014, jumlah SLI yang dilaksanakan
mencapai 868 unit (tabel 5).
Tabel 5. Pelaksanaan SLI Tahun 2010-2014
No Tahun Rencana Realisasi %
1 2010 200 200 100
2 2011 247 247 100
3 2012 130 130 100
4 2013 192 188 98
5 2014 107 103 96
876 868Jumlah
6) Gerakan Pengendalian OPT
Gerakan pengendalian OPT merupakan upaya pengamanan
pertanaman dari serangan OPT. Pelaksanaannya dilakukan
berdasarkan analisis kondisi agroekosistem dan memperhatikan
kondisi setempat serta dilaksanakan secara bersama-sama dan
terus menerus pada areal yang luas. Pengendalian OPT merupakan
tanggung jawab masyarakat dan pemerintah. Apabila terjadi
eksplosi, pemerintah melakukan pengendalian OPT bersama
masyarakat dengan menyediakan bantuan berupa sarana dan
operasional pengendalian
Untuk memperoleh hasil produksi yang berkualitas dengan tetap
mempertahankan kelestarian lingkungan, maka pengendalian OPT
dengan menggunakan teknologi ramah lingkungan, sedangkan
aplikasi pestisida merupakan alternatif terakhir apabila populasi
melebihi ambang pengendalian. Jumlah pelaksanaan gerakan
pengendalian tahun 2010-2014 dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Pelaksanaan Gerakan Pengendalian Tahun 2010-2014.
No Tahun Alokasi (Kali)
1 2010
2 2011
3 2012 158
4 2013 258
5 2014 114
Rencana Strategis Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2015 – 2019 (Revisi II)
8
7) Kelembagaan Perlindungan Tanaman
a) Pusat
Kelembagaan dan kewenangan perlindungan tanaman di
tingkat pusat terdiri dari :
1. Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, melaksanakan
bimbingan teknis serta monitoring dan evaluasi kegiatan.
2. Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan,
melaksanakan pengembangan model peramalan OPT.
3. Balai Pengujian Mutu Produk Tanaman (BPMPT),
melaksanakan pengujian mutu pestisida, pupuk dan produk
tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan.
b) Daerah
Kelembagaan perlindungan tanaman di tingkat provinsi adalah
Balai Perlindungan/Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura
(BPTPH). BPTPH didukung oleh Laboratorium Pengamatan
Hama dan Penyakit (LPHP) dan Brigade Proteksi Tanaman
(BPT). Dalam mendukung kegiatan perlindungan tanaman,
kelembagaan di tingkat daerah bertanggungjawab untuk
melaksanakan tindakan pengendalian OPT/DPI di wilayah
masing-masing sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan.
Keragaan kelembagaan perlindungan di tingkat pusat dan dearah
dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Kelembagaan Perlindungan Tanaman Tahun 2010-2014
Ditlin TP BBPOPT BPMPT BPTPH LPHP/LAH Lab. Pest. BPT PPAH
1 2010 1 1 1 32 87 6 86
2 2011 1 1 1 32 87 6 86
3 2012 1 1 1 32 95 6 86 620
4 2013 1 1 1 32 94 6 82 415
5 2014 1 1 1 32 98 10 72 271
No Tahun Pusat
Kelembagaan
Daerah
Rencana Strategis Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2015 – 2019 (Revisi II)
9
c) SDM Perlindungan Tanaman
Sumber Daya Manusia baik petugas maupun petani merupakan
faktor pendukung pelaksanaan perlindungan tanaman pangan.
Secara bertahap dan berkelanjutan terus diupayakan
peningkatan kuantitas dan kualitasnya melalui pelatihan,
sosialisasi, pendidikan formal dan non formal, rekruitmen tenaga
baru, dan bimbingan.
SDM perlindungan tanaman yang ada di daerah baik jumlah
maupun kemampuannya belum memadai dibandingkan dengan
kebutuhan ideal POPT yaitu satu orang per kecamatan. Kondisi
tersebut dikarenakan ada yang meninggal, purna tugas, mutasi,
maupun promosi, selain itu penerimaan SDM perlindungan
kurang memperhatikan latar belakang pendidikan dan
kemampuan teknis sehingga pelaksanaan perlindungan belum
sepenuhnya optimal.
Untuk memenuhi kekurangan petugas di lapangan, Direktorat
Perlindungan Tanaman Pangan melakukan perekrutan petugas
THL-TB POPT dan Petani Pengamat sebagaimana pada tabel 8.
Tabel 8. SDM Perlindungan Tanaman Tahun 2010-2014
8) Pengujian Mutu
Untuk menjamin kualitas sarana pengendali OPT khususnya
pestisida serta menjamin mutu produk tanaman, Direktorat
Perlindungan Tanaman Pangan melalui BPMPT mempunyai peranan
sangat penting dalam memastikan keamanan produk tanaman dari
cemaran pestisida, aflatoksin atau logam berat. Selain itu, pengujian
POPT-PHP HonorerTHL-TB
POPT-PHP
Petani
Pengamat
1 2010 2.850 58 1.167 -
2 2011 2.850 58 1.167 -
3 2012 2.850 58 1.167 3.360
4 2013 2.690 61 1.172 2.815
5 2014 2.556 - 1.174 2.949
No Tahun
SDM Perlindungan Tanaman (orang)
Rencana Strategis Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2015 – 2019 (Revisi II)
10
mutu pestisida dan pupuk dilakukan untuk mengetahui kesesuaian
kandungan dengan tercantum dalam izin kemasan. Laporan hasil
pengujian tahun 2010-2014 dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 9. Laporan Hasil Pengujian (LHP) yang Diterbitkan
2010 2011 2012 2013 2014
1 540 1,024 1,126 1,167 1,074
2 190 313 340 321 704
a Residu Pestisida 263 250 284 511
b Aflatoksin 20 40 51 37 135
c Cemaran Logam 10 39 58
3 100 230 179 215 340
830 1,567 1,645 1,703 2,118
No Kegiatan
Jumlah
Tahun
Jumlah LHP yang
Diterbitkan
Mutu Pestisida
Mutu Produk Tanaman
Mutu Pupuk
1.2 Permasalahan dan Tantangan
Beberapa permasalahan yang menjadi kendala dalam meningkatkan
kinerja perlindungan tanaman pangan antara lain :
1) Belum adanya sinkronisasi kewenangan penanganan OPT dan
DPI antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
2) Keadaan SDM perlindungan tanaman pangan di daerah belum
memadai baik secara kualitas maupun kuantitas. Kondisi
tersebut diakibatkan banyaknya petugas yang pensiun,
meninggal dunia dan promosi serta pembatasan rekrutmen
pegawai di bidang perlindungan tanaman. Kebutuhan ideal
POPT-PHP yaitu satu orang per Kecamatan.
3) Sarana pendukung pelaksanaan kegiatan perlindungan tanaman
pangan di pusat dan daerah belum memadai.
Selain permasalahan yang dihadapi tersebut, perlindungan tanaman
pangan dihadapkan pada tantangan antara lain :
1) Perubahan Iklim dan Gangguan OPT
Perubahan iklim berpengaruh secara langsung menyebabkan
banjir dan kekeringan dan secara tidak langsung memicu
peningkatan serangan OPT.
Rencana Strategis Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2015 – 2019 (Revisi II)
11
2) Keamanan produk tanaman pangan
Saat ini, isu keamanan produk pertanian merupakan salah satu
tuntutan dalam penyediaan kebutuhan pangan aman konsumsi.
Oleh karena itu, teknologi pengendalian OPT yang dikembangkan
harus aman dari bahan berbahaya, memenuhi standar
kesehatan dan ramah lingkungan.
3) Sistem Budidaya Intensif
Penerapan budidaya tanaman pangan yang intensif dan luas
menyebabkan peningkatan risiko terjadinya serangan OPT
karena ketersediaan makanan OPT secara terus menerus. Oleh
karena itu, dibutuhkan pengawalan semakin ketat dan
penambahan SDM di lapangan.
1.3 Peluang
Untuk mengatasi permasalahan dan menjawab tantangan yang
dihadapi perlindungan tanaman pangan, beberapa peluang yang
dapat dimanfaatkan antara lain :
1) Kebijakan Pengelolaan Anggaran
Alokasi anggaran melalui dana Dekonsentrasi, Tugas
Pembantuan (TP) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) memberikan
peluang pemerintah pusat untuk mengarahkan pelaksanaan
program dan kegiatan sesuai dengan sasaran kinerja Direktorat
Perlindungan Tanaman Pangan yang telah ditetapkan.
2) Kemajuan Teknologi Informasi
Kemudahan dalam mengakses serta menyebarluaskan data dan
informasi perlindungan tanaman pangan memungkinkan
percepatan tindakan pengendalian OPT serta penanganan DPI.
3) Permintaan Produk yang Bermutu dan Aman Konsumsi
Meningkatnya permintaan konsumen akan produk yang bermutu
dan aman konsumsi merupakan peluang untuk menerapkan dan
mengembangkan budidaya tanaman sehat yang berbasis PHT.
Rencana Strategis Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2015 – 2019 (Revisi II)
12
4) Kerjasama Internasional
Kerjasama internasional mendukung penerapan dan
pengembangan teknologi budidaya yang berbasis PHT.
Rencana Strategis Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2015 – 2019 (Revisi II)
13
BAB II.
VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN
2.1 VISI
Visi Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan adalah terwujudnya
sistem pengamanan areal tanaman pangan dari serangan OPT dan
terkena DPI (banjir dan kekeringan) melalui penerapan sistem
Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dan adaptasi perubahan iklim.
2.2 MISI
Misi Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan yaitu:
1) Meningkatkan pengamatan dan sistem peringatan dini OPT dan
DPI.
2) Meningkatkan penanggulangan OPT dan DPI.
3) Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia
perlindungan tanaman.
4) Meningkatkan peran dan fungsi kelembagaan perlindungan
tanaman.
5) Meningkatkan penerapan teknologi pengendalian OPT ramah
lingkungan sesuai prinsip PHT.
6) Meningkatkan mutu dan daya saing produk tanaman pangan
7) Meningkatkan penyediaan sarana penanggulangan OPT dan DPI
2.3 TUJUAN
Meningkatkan kinerja perlindungan tanaman pangan dalam
pengamanan pertanaman dari gangguan OPT dan DPI dalam rangka
mendukung upaya pencapaian sasaran produksi tanaman pangan.
2.4 SASARAN
Sasaran kegiatan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan yaitu
meningkatnya penanggulangan OPT dan DPI terhadap luas tanam
Rencana Strategis Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2015 – 2019 (Revisi II)
14
tanaman pangan dengan Indikator Kinerja Utama (IKU) yang
ditetapkan yaitu :
1) Rasio luas serangan OPT yang dapat dikendalikan dibanding luas
tanam tanaman pangan 3%
2) Rasio luas area terkena DPI yang dapat ditanggulangi disbanding
luas tanam tanaman pangan 2%.
Rencana Strategis Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2015 – 2019 (Revisi II)
15
BAB III.
ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN
KERANGKA KELEMBAGAAN
3.1 Arah Kebijakan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Arah kebijakan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan yang berkaitan
langsung dengan pembangunan pertanian tahun 2015-2019 yaitu :
1) Pengembangan gerakan penerapan (adopsi) teknologi dengan
memberikan fasilitas sesuai kebutuhan lapangan
2) Penguatan basis-basis penangkaran benih dengan memantapkan
hubungan penyediaan benih berdasarkan kelas benih dan tata
kelembagaan perbenihan yang baik
3) Penguatan gerakan pengendalian OPT dan DPI dengan dukungan
sarana pengendalian yang kondusif
4) Pengembangan penanganan pascapanen sesuai kebutuhan
lapangan
5) Inovasi pendukung lainnya yang mengikuti perkembangan terkini
antara lain :
a) Mendukung program tematik
- Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia (MP3EI)
- Masterplan Percepatan Dan Perluasan Pengurangan
Kemiskinan Di Indonesia (MP3KI)
- Pengarustamaan Gender (PUG)
- Kerjasama Selatan-Selatan (KSS)
- Ketenaga kerjaan disektor pertanian
- Pengembangan daerah tertinggal dan kawasan perbatasan.
Kawasan khusus dan daerah perbatasan
- Pengembangan Papua dan Papua Barat
Rencana Strategis Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2015 – 2019 (Revisi II)
16
b) Tata kelola kepemerintahan yang baik dan reformasi
birokrasi
3.2 Arah Kebijakan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Arah kebijakan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan tahun
2015-2019 yaitu penguatan pengamanan OPT dan penanggulangan
DPI dengan dukungan sarana pengendalian yang kondusif melalui
perencanaan agroekosistem berdasarkan sistem PHT. Prinsip PHT
meliputi penerapan budidaya tanaman sehat, pengamatan rutin,
pemanfaatan musuh alami dan petani sebagai ahli PHT.
Pengendalian OPT dilakukan dengan mengutamakan strategi
preemptif (pencegahan) yang memanfaatkan teknologi pengendalian
OPT ramah lingkungan. Apabila terjadi peningkatan
populasi/intensitas serangan OPT maka pengendalian dilakukan
dengan strategi responsif menggunakan bahan pengendali kimia
secara bijaksana dan tepat (sasaran, jenis, dosis, cara, waktu, dan
mutu). Beberapa program yang dilaksanakan antara lain Penerapan
Pengendalian Hama Terpadu (PPHT), Penerapan Penanganan
Dampak Perubahan Iklim (PPDPI), Gerakan Pengendalian OPT,
fasilitasi sarana pengendalian OPT dan Dem Area Budidaya Tanaman
Sehat (BTS).
3.3 Langkah dan Strategi Operasional Direktorat Perlindungan Tanaman
Pangan
Langkah operasional perlindungan tanaman pangan yang ditetapkan
meliputi :
1) Pengembangan sistem deteksi dan peringatan dini gangguan OPT
dan terkena DPI untuk menekan tingkat kerusakan dan
kerugian/kehilangan hasil.
2) Peningkatan kemampuan teknis SDM perlindungan tanaman
pangan sesuai perkembangan teknologi pengendalian OPT dan
penanggulangan DPI.
Rencana Strategis Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2015 – 2019 (Revisi II)
17
3) Penyediaan sarana dan prasarana pengendalian OPT dan
penanggulangan DPI yang memadai.
4) Peningkatan kemandirian petani dalam mengatasi permasalahan
OPT dan DPI.
5) Peningkatan sinergitas antar kelembagaan perlindungan
tanaman pangan di tingkat pusat dan daerah.
Strategi yang digunakan oleh Direktorat Perlindungan Tanaman
Pangan dalam mengamankan pertanaman tanaman pangan adalah
melalui 5 (lima) subsistem pengendalian, yaitu:
1) Penguatan Pengamatan Pengendalian Dini
a) Peningkatan sistem pelaporan melalui penerapan teknologi
informasi.
b) Penyediaan informasi hasil peramalan dan hasil pengamatan
secara cepat dan akurat.
c) Pemetaan daerah endemis OPT, rawan banjir dan kekeringan.
2) Penerapan Teknologi
a) Gerakan pengendalian OPT secara dini merespon cepat hasil
pengamatan POPT. Koordinasi antara POPT, Penyuluh dan
mantri tani sangat diperlukan.
b) Pembentukan posko-posko pengendalian di tingkat
kecamatan, kabupaten dan provinsi apabila
populasi/intensitas serangannya meningkat melebihi ambang
pengendalian dan berpotensi menjadi sumber serangan.
c) Antisipasi dan adaptasi DPI di daerah rawan
banjir/kekeringan.
3) Penguatan Kelembagaan
a) Peningkatan peran BBPOPT Jatisari
b) Peningkatan peran UPTD-BPTPH
c) Peningkatan peran LPHP/LAH
d) Peningkatan peran laboratorium pestisida
Rencana Strategis Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2015 – 2019 (Revisi II)
18
e) Peningkatan peran POPT
f) Peningkatan peran Brigade Proteksi Tanaman (BPT)
g) Peningkatan peran Regu Pengendali Hama (RPH)
4) Penguatan SDM
a) Penambahan jumlah POPT, Petugas LPHP/LAH, petugas
Laboratorium Pestisida, BPT.
b) Peningkatan pengetahuan dan kemampuan SDM
perlindungan tanaman pangan (POPT dan Petani).
5) Penyediaan prasarana dan sarana pengendalian OPT berupa :
a) Pembangunan dan rehabilitasi gudang penyimpanan,
b) Penyediaan bahan pengendali OPT dan kendaraan
operasional.
c) Penyediaan alat dan bahan LPHP/LAH serta laboratorium
pestisida.
d) Penyediaan alat dan bahan pengembangan agens pengendali
hayati untuk PPAH.
e) Penyediaan sarana pengendalian untuk RPH.
3.4 Kerangka Regulasi
Peraturan perundangan yang dijadikan landasan hukum kegiatan
perlindungan tanaman pangan sebagai berikut :
1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem
Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3478);
2) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4286);
Rencana Strategis Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2015 – 2019 (Revisi II)
19
3) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4355);
4) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan,
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);
5) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
6) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 227,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5360);
7) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan
dan Pemberdayaan Petani (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2013 Nomor 131, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5433);
8) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1995 tentang
Perlindungan Tanaman Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1995 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3586);
9) Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1995 tentang
Perbenihan Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1995 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3616);
10) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan
Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614);
Rencana Strategis Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2015 – 2019 (Revisi II)
20
11) Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4816);
12) Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 127, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4890);
13) Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2010 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5165);
14) Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 Tentang Tata
Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 103,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5423);
15) Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2015 tentang
Kementerian Pertanian (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 85);
16) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 156/PMK.07/2008
tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 248/PMK.07/2010 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor
156/PMK.07/2008 tentang Pedoman Pengelolaan Dana
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 660);
17) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 249/PMK. 02/2011
tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja atas Pelaksanaan
Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara dan Lembaga
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 938);
Rencana Strategis Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2015 – 2019 (Revisi II)
21
18) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK. 05/2012
tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 No 1191);
19) Peraturan Menteri Pertanian Nomor
48/Permentan/OT.140/10/2006 tentang Pedoman Budidaya
Tanaman Pangan Yang Baik dan Benar (Good Agriculture
Practices);
20) Peraturan Menteri Pertanian Nomor
64/Permentan/OT.130/12/2013 Sistem Pertanian Organik;
21) Peraturan Menteri Pertanian Nomor 41/Permentan/
OT.140/3/2014 Pedoman Perencanaan Pembangunan
Pertanian Berbasis e-Planning;
22) Peraturan Menteri Pertanian Nomor
43/Permentan/OT.010/8/2015 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Pertanian;
23) Peraturan Menteri Pertanian Nomor
42/Permentan/RC.020/11/2017 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Pertanian Nomor
09/Permentan/RC.020/3/2016 tentang Rencana Strategis
Kementerian Pertanian Tahun 2015-2019;
24) Peraturan Menteri Pertanian RI Nomor
43/Permentan/RC.020/11/2017 tentang perubahan atas
peraturan Menteri Pertanian Nomor
68/Permentan/RC.020/12/2016 tentang Indikator Kinerja
Utama di lingkungan Kementerian Pertanian Tahun 2015 –
2019;
25) Peraturan Menteri Pertanian Nomor 33/PER/SM.060/I/7/2017
tentang penumbuhan dan pengembangan Kelompok Usaha
Bersama Petani Muda;
Rencana Strategis Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2015 – 2019 (Revisi II)
22
26) Peraturan Menteri Menteri Pertanian Nomor
18/Permentan/RC.040/4/2018 Tentang Pedoman
Pengembangan Kawasan Pertanian Berbasis Korporasi Petani;
27) Keputusan Menteri Pertanian Nomor 472/Kpts/RC.040/6/2018
tentang Lokasi Kawasan Pertanian Nasional.
28) Keputusan Direktur Jenderal Tanaman Pangan Nomor
59.a/HK.310/C/2016 tentang Rencana Strategis Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2015 – 2019;
3.5 Kerangka Kelembagaan dan Kewenangannya
Pada era otonomi daerah, kelembagaan pemerintah di bidang
perlindungan tanaman, baik di pusat maupun daerah telah
mengalami perubahan. Kelembagaan perlindungan tanaman pangan
baik di pusat maupun di daerah serta kewenangannya adalah sebagai
berikut:
1) Pusat
Kelembagaan perlindungan tanaman di tingkat pusat, terdiri dari
:
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, melaksanakan
bimbingan teknis serta monitoring dan evaluasi kegiatan. Sesuai
dengan Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor:
43/Permentan/OT.010/8/2015 Tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Pertanian, terdapat perubahan struktur
organisasi lingkup Eselon III menjadi Pengendalian OPT Serealia,
Pengendalian OPT Aneka Kacang dan Umbi, Data dan
Kelembagaan Pengendalian OPT dan Penanggulangan Dampak
Perubahan Iklim.
Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan
(BBPOPT), melaksanakan pengembangan model peramalan OPT.
Balai Pengujian Mutu Produk Tanaman (BPMPT), melaksanakan
pengujian mutu pestisida, pupuk dan produk tanaman pangan,
hortikultura dan perkebunan.
Rencana Strategis Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2015 – 2019 (Revisi II)
23
2) Provinsi
Kelembagaan perlindungan tanaman di tingkat provinsi, terdiri
dari :
Dinas Pertanian yang di dalamnya terdapat unit kerja
Perlindungan Tanaman Pangan.
a) Unit Pelaksana Teknis Dinas/Balai Proteksi Tanaman Pangan
dan Hortikultura (UPTD- BPTPH)
b) Laboratorium Pestisida
c) Laboratorium Pengamatan Hama Penyakit / Laboratorium
Agens Hayati (LPHP/LAH).
d) Brigade Proteksi Tanaman (BPT)
Kewenangan provinsi dalam bidang perlindungan tanaman
pangan secara garis besar adalah :
a) Pengaturan pelaksanaan pengendalian OPT dan penanganan
DPI di bidang pertanian lintas Kabupaten/Kota
b) Penyediaan dukungan pengendalian/eradikasi OPT dibidang
pertanian lintas Kabupaten/Kota
c) Pemantauan, peramalan dan pengendalian serta
penanggulangan eksplosi OPT di bidang pertanian.
3) Kabupaten/Kota
Kelembagaan perlindungan tanaman di tingkat kabupaten/kota,
terdiri dari :
a) Dinas Pertanian yang membidangi Tanaman Pangan
b) Koordinator Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan
(POPT).
c) Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT).
Rencana Strategis Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2015 – 2019 (Revisi II)
24
Kewenangan Kabupaten/Kota di bidang perlindungan tanaman,
sebagai berikut:
a) Pengamatan, identifikasi, pemetaan, pengendalian, dan
analisis dampak kerugian produksi tanaman pangan karena
OPT.
b) Bimbingan pengamatan, peramalan, dan pengendalian OPT.
c) Pengumpulan dan pengolahan data OPT dan DPI.
d) Penyebaran informasi keadaan gangguan OPT dan
peringatan dini serta rekomendasi pengendaliannya.
e) Melakukan pengamatan dan pemberian tanda/petunjuk
terhadap lokasi yang ditetapkan sebagai sumber serangan
untuk dilakukan pengendalian.
f) Pengendalian daerah sumber serangan dan eksplosi OPT.
g) Bimbingan pemanfaatan dan pemantauan penggunaan APH
atau pestisida nabati.
h) Penyediaan dukungan sarana pengendalian untuk eradikasi
tanaman atau bagian tanaman terserang.
i) Pembinaan dan bimbingan teknis pelaksanaan pengendalian
OPT dan adaptasi DPI terhadap petugas dan masyarakat
tani.
4) Kecamatan
Kelembagaan Perlindungan Tanaman Pangan di tingkat lapangan
(kecamatan) meliputi:
a) Pos Pelayanan Agens Hayati (PPAH)
b) Regu Pengendalian Hama (RPH)
Masing-masing kelembagaan perlindungan tanaman mempunyai
fungsi dan kewenangan serta hubungan tata kerja dan
mekanisme satu sama lain yang saling terkait dan bersinergi.
Hubungan kelembagaan pemerintah di tingkat pusat-provinsi-
kabupaten/kota tidak lagi bersifat hirarki antara atasan-
Rencana Strategis Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2015 – 2019 (Revisi II)
25
bawahan, tetapi bersifat komplementer dengan adanya
pembagian tugas dan wewenang, sehingga bersifat koordinasi,
hubungan teknis fungsional dan hubungan konsultatif.
Sesuai dengan Sistem PHT yang ditetapkan dalam Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 1992, pada keadaan biasa petani
sebagai manajer di lahan usahataninya melakukan pengamatan
secara rutin terhadap gangguan OPT, banjir, dan kekeringan
akibat dampak perubahan iklim serta menentukan dan
melaksanakan penanggulanggan secara mandiri atau
berkelompok. Sedangkan pada keadaan luar biasa (eksplosi) yang
dicirikan dengan gangguan yang terjadi secara cepat dan meluas,
petani perorangan atau berkelompok tidak mampu menangani,
pemerintah perlu memberikan bantuan. Bantuan tersebut
berupa informasi, teknologi, fisik sarana pengendalian, biaya,
tenaga dan sebagainya dalam gerakan bersama antara
pemerintah dan petani.
5) SDM Perlindungan Tanaman
SDM baik petugas maupun petani merupakan faktor penentu
keberhasilan perlindungan tanaman pangan yang muaranya
terhadap tercapainya sasaran produksi. Secara bertahap dan
berkelanjutan terus diupayakan peningkatan kuantitas dan
kualitasnya melalui pelatihan, sosialisasi, pendidikan formal dan
non formal, rekruitmen tenaga baru, dan penyuluhan serta
bimbingan.
Dalam rangka pengembangan karir petugas, diupayakan melalui
penetapan Jabatan Fungsional Pengendali Organisme
Pengganggu Tumbuhan (POPT). Sampai saat ini, jumlah POPT
dan POPT-PHP sebanyak 2.914 orang (keadaan s.d. November
2016) yang tersebar di 6.793 Kecamatan, 514 Kabupaten/Kota,
34 Provinsi.
Rencana Strategis Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2015 – 2019 (Revisi II)
26
6) Teknologi Perlindungan Tanaman Pangan
Teknologi Pengendalian OPT dan Penanganan DPI terus
dikembangkan dan dimasyarakatkan. Teknologi pengendalian
OPT berkembang secara dinamis yang semula menggunakan
pestisida dengan sistem kalender, saat ini telah mengacu pada
penerapan sistem PHT. Penerapan PHT lebih menekankan pada
pengamatan agroekosistem dan pemanfaatan APH/pestisida
nabati.
Pemanfaatan musuh alami berupa parasitoid, predator dan
patogen sebagai sarana pengendalian OPT, cukup efektif dalam
menekan luas dan intensitas serangan OPT. Pemanfaatan
beberapa APH berupa jamur entomopatogen seperti Beauveria
bassiana, Metarrhizium anisopliae dan parasitoid Trichogramma
serta predator (ular, burung hantu, anjing pemburu dan lain-
lainnya) layak untuk dikembangkan dan dimasyarakatkan secara
luas.
Penanganan DPI seperti banjir dan kekeringan dilakukan melalui
upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Salah satu upaya
adaptasi dan mitigasi dilaksanakan melalui Penerapan
Penanganan Dampak Perubahan Iklim (PPDPI).
7) Pendanaan
Untuk mendukung operasional perlindungan tanaman pangan,
setiap tahun disediakan dana melalui anggaran rutin maupun
anggaran perubahan. Anggaran tersebut dimanfaatkan dalam
rangka meningkatkan kinerja perlindungan tanaman pangan.
Rencana Strategis Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2015 – 2019 (Revisi II)
27
2450
BAB IV
TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN
4.1 Target Kinerja
Target kinerja Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan periode
2015-2019 sebagai berikut :
Tabel 10. Target Kinerja Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
1 Penerapan Pengendalian Hama
Terpadu (PPHT)12,165 14,425 16,750 10,845 2,325 Ha
2 Penerapan Penanganan Dampak
Perubahan Iklim (PPDPI)250 300 360 400 500 Ha
3 Gerakan Pengendalian OPT 500 558 768 863 772 Unit
4 Sarana Pengendalian OPT 1 1 1 1 1 Paket
5 Pengujian Mutu 2350 2350 2350 2385 2450 LHP/Sert
Tahun
2016 2017 2018 2019SatuanNo Kegiatan
2015
4.2 Program
Program yang menjadi tugas dan tanggungjawab Direktorat
Perlindungan Tanaman Pangan yaitu Penguatan Perlindungan
Tanaman Pangan dari Gangguan OPT dan DPI. Sasaran kegiatan
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan yang ditetapkan pada
Indikator Kinerja Utama (IKU) yaitu meningkatnya penanggulangan
OPT dan DPI terhadap luas tanam tanaman pangan.
4.3 Kegiatan
Kegiatan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan periode 2015-
2019 sebagai berikut :
1) Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PPHT)
Kegiatan PPHT merupakan salah satu bentuk pemberdayaan
petani untuk mengendalikan serangan OPT sesuai prinsip PHT.
Rencana Strategis Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2015 – 2019 (Revisi II)
28
Tujuan kegiatan ini adalah sebagai berikut :
a) Menumbuhkan prakarsa, motivasi dan kemampuan
petani/kelompok tani untuk mengelola agroekosistem dalam
satu hamparan.
b) Menerapkan prinsip-prinsip PHT secara bersama-sama dalam
skala luas (hamparan) sebagai upaya pengamanan
pertanaman dari serangan OPT
2) Penerapan Penanganan Dampak Perubahan Iklim (PPDPI)
Kegiatan PPDPI merupakan pemberdayaan petani dalam
penerapan upaya antisipasi kerusakan tanaman akibat perubahan
iklim (banjir/kekeringan) di lahan usaha taninya.
Tujuan kegiatan ini adalah sebagai berikut :
a) Memberdayakan petani dalam pengamanan areal
pertanaman padi dari DPI melalui penerapan teknologi adaptif
di lahan usahataninya terutama pada daerah rawan terkena
banjir/kekeringan
b) Mengurangi resiko kehilangan hasil akibat DPI
(banjir/kekeringan).
3) Gerakan Pengendalian OPT
Kegiatan Gerakan Pengendalian OPT adalah upaya pengendalian
responsif yang dilaksanakan secara bersama-sama
dalamhamparan yang luas berdasarkan hasil pengamatan OPT
yang dilakukan oleh POPT.
Tujuan kegiatan ini adalah sebagai berikut :
a) Mengendalikan serangan OPT di lokasi sumber serangan.
b) Menurunkan intensitas serangan OPT pada hamparan yang
luas.
4) Sarana Pengendalian OPT
Perlindungan tanaman merupakan tanggung jawab masyarakat
dan Pemerintah sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-
Rencana Strategis Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2015 – 2019 (Revisi II)
29
Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman.
Masyarakat (perorangan ataupun berkelompok) perlu memahami
pentingnya perlindungan tanaman, sehingga mampu mengambil
keputusan tindakan yang tepat dan sedini mungkin dalam
penanggulangan OPT tanaman, sehingga tidak berkembang
menjadi eksplosi. Apabila terjadi eksplosi OPT, maka pemerintah
turut serta bersama masyarakat mengendalikan gangguan OPT
tersebut.
Dalam pelaksanaan pengendalian OPT harus memenuhi kaidah
enam tepat. Ketersediaan sarana berpengaruh terhadap
keberhasilan pengendalian OPT sehingga dapat mendukung
pelaksanaan pengendalian OPT yang efektif dan efisien dalam
areal yang lebih luas. Saat ini, kondisi sarana pengendalian di
lapangan belum mencukupi sehingga upaya pengendalian OPT
tidak berjalan secara berkesinambungan dan tidak dapat
menjangkau areal yang luas.
Untuk menunjang pelaksanaan pengendalian OPT tersebut,
diperlukan penyediaan bahan dan sarana pengendalian OPT
berupa pestisida, kendaraan operasional pengamatan dan
mobilisasi bahan pengendali OPT yang menjangkau di setiap
wilayah provinsi.
5) Dem Area Budidaya Tanaman Sehat (BTS)
Dem Area BTS yang dimulai pada tahun 2017-2019 merupakan
kegiatan yang mendukung kegiatan pengembangan kawasan
produksi dan diterapkan untuk komoditas padi serta penanganan
DPI yang dilaksanakan oleh Poktan/Gapoktan yang berada pada
lokasi potensial/endemis OPT dan DPI. Penerapan pada
komoditas padi yaitu mengaplikasikan sarana pendukung kegiatan
di lahan pertanaman berupa dolomit/kapur pertanian, bahan
pupuk organik/pupuk organik, benih refugia dan bahan
perbanyakan APH pada luasan paling kurang 25 ha. Penerapan
untuk penanganan DPI yaitu aplikasi pada penggunaan benih padi
Rencana Strategis Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2015 – 2019 (Revisi II)
30
toleran genangan/kekeringan, pembenah tanah, bahan pupuk
organik/pupuk organik dan sara pendukung sumur pantek atau
biopori.
6) Pengujian Mutu
Penggunaan pestisida dan pupuk sebagai sarana produksi dalam
upaya pengamanan pertanaman dari gangguan OPT harus
bermutu baik dengan aplikasi yang tepat sehingga produk
tanaman yang dihasilkan akan bermutu baik dan aman
dikonsumsi. Untuk mengetahui mutu pestisida, pupuk dan produk
tanaman, laboratorium pengujian mutu mempunyai peranan
sangat penting dalam menerbitkan Laporan Hasil Pengujian
(LHP)/Sertifikat yang berisi data hasil pengujian. Berdasarkan hasil
pengujian mutu produk tanaman dapat diketahui apakah produk
tanaman aman dikonsumsi dari cemaran pestisida, aflatoksin atau
logam berat sedangkan data hasil pengujian mutu pestisida dan
pupuk untuk mengetahui kesesuaian kandungan yang tercantum
dalam kemasan.
4.4 Kerangka Pendanaan
Sumber anggaran kegiatan perlindungan tanaman pangan berasal
dari APBN, APBD Provinsi/Kabupaten/Kota, pinjaman/hibah luar
negeri serta swadaya masyarakat. Dukungan anggaran tersebut
digunakan untuk memperluas cakupan kegiatan-kegiatan dalam
program yang dicanangkan. Pendanaan lain yang perlu digali dan
disinergikan dalam mendukung program perlindungan tanaman
pangan bersumber dari lembaga keuangan seperti asuransi, koperasi
dan Bank.
Rencana Strategis Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2015 – 2019 (Revisi II)
31
BAB V
PENUTUP
Sasaran pembangunan subsektor perlindungan tanaman pangan tahun
2015-2019 akan diwujudkan melalui pengamanan pertanaman pangan dari
gangguan OPT dan DPI paling kurang 95% dari luas tanam. Sasaran tersebut
ditentukan untuk mendukung pencapaian swasembada dan swasembada
pangan berkelanjutan.
Kerjasama semua pemangku kepentingan di bidang perlindungan tanaman
pangan, baik Pusat maupun Daerah menentukan keberhasilan pencapaian
sasaran yang telah ditetapkan. Rencana Strategis Direktorat Perlindungan
Tanaman Pangan ini merupakan acuan dalam pelaksanaan program dan
kegiatan perlindungan tanaman pangan demi terwujudnya kedaulatan
pangan dan meningkatnya pendapatan serta kesejahteraan petani.