kemiskinan multi-dimensi anak di indonesia: pola
TRANSCRIPT
Kemiskinan Multi-Dimensi Anak di Indonesia: Pola, Perbedaan
dan Asosiasi
Gracia Hadiwidjaja, Cindy Paladines, danMatthew Wai-Poi
Child Poverty and Social Protection Conference
10–11 September 2013
Pertanyaan Penelitian:
• I: Bagaimana tren kemiskinan anak dalam berbagai dimensi di Indonesia?
• II: Apakah ada perbedaan antara kota-desa, daerah, rumah tangga yang dikepalai laki-laki/perempuan?
• III: Apa yang dapat kita pelajari dari metode “asosiasi”tentang kemiskinan multi-dimensi anak di Indonesia?
2
Ok deh, kemiskinan bersifat multi-dimensi
• tapi ………..• apa cara terbaik untuk mengukurnya?
Kemiskinan bersifat multi-dimensi ..…terdapat berbagai jenis deprivasi non-moneter
3
Metode Index (MPI)
vs.
Metode Dashboard
4
HealthEducationLiving Standards
Nu
trition
Ch
ild M
ortality
Yrs of Sch
oo
ling
Scho
ol atten
dan
ce
Electricity
Sanitatio
n
Drin
king W
ater
Floo
r
Co
okin
g Fuel
Assets
Multidimensional Poverty Index (MPI)(Alkire and Foster, 2011)
Membuat sistim skor dari gabungan10 indikator
• Skor tidak memiliki kegunaan praktis dalampembuatan kebijakan(Contoh: Papua 0.22)
5
Dashboard Approach (Ravallion, 2011) Fokus pada masing-masing indikator secara terpisah
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
Without easy access to primary care
Without easy access to a hospital
Without easy access to a delivery facility
Living in villages where puskesmas does not
have doctor
Living in villages where puskesmas does not
have water in the building
Living in villages where puskesmas does not
have electricity
Shar
e o
f ch
ildre
n
Beberapa contoh indikator kesehatan, 2011
Rural
Urban
Region: Maluku
Region: Papua
• Tidak dapat melihat distribusi gabungan dari berbagai dimensi
6
Skenario 1: Korelasi tinggi antar dimensi Scenario 2: Lower correlation between dimensions of poverty
MiskinGanda
KemiskinanKonsumsi
KemiskinanKesehatan
Kemiskinan Pendidikan
KemiskinanKonsumsi Kemiskinan
Kesehatan
KemiskinanPendidikanImplikasi Kebijakan:
Meningkatkan pendapatan dapatmeningkatkan capaian non-konsumsi
Berikan program bantuan sosial untuk orangmiskin multi-dimensi Implikasi Kebijakan :
Penargetan bantuan harus diberikan sesuai jenisdeprivasi kepada kelompok yang berbeda
Ferreira and Lugo (2012) beragumen bahwa asosiasi antar dimensilah yang akan berdampak padadesain dan penargetan kebijakan
• Apakah kemiskinan pada dimensi yang berbeda dialami oleh orang yang sama?
Langkah-langkah dalam melakukan metode asosiatif :
1. Menghitung indikator kemiskinan secara terpisah dari berbagai dimensi (pendekatan dashboard)• SUSENAS 2002, SUSENAS 2011, PODES 2011
2. Pilih 2, 3, atau lebih dimensi dan identifikasilah asosiasi/tumpang tindih untukjenis deprivasi berbeda• Indikator harus dibuat dari satu sampel populasi
3. Pilih alat visual untuk mempresentasikan (diagram Venn)• Diagram Venn harus proporsional dengan angka hasil perhitungan indikator
8
Dari metode dashboard,
Capaian
Konsumsi
Kesehatan
Pendidikan
Perumahan
Ketahanan Pangan
Peluang
Akses Kesehatan
Akses Pendidikan
Akses Transportasi
Akses Bantuan Sosial
Kemiskinan anak telah menurun dalam seluruh dimensi sejak 2002,terkecuali … kurangnya akses perumahan berkualitas dan sanitasi layak yang masih tinggi
9
Pendapatan rumah tangga mempengaruhi peluang dan capaiananak-anak …
Anak-anak dari rumah tangga berpenghasilan lebih rendah cenderunglebih miskin
Jumlah tempat belajar anak usia dini berjarak 1 km dari tempat tinggal
10
Anak-anak di pedesaan dan Indonesia bagian Timur lebihcenderung mengalami kemiskinan multi-dimensi, namun tidakterdapat kesenjangan antara anak-anak yang tinggal dirumah tangga yang dikepalai laki-laki / perempuan
Cakupan Jamkesmas (2009) berdasar decil pendapatan per capita rumah tangga
11
Mari kita melihat …
Beberapa
Contoh Kasus
Asosiasi
12
Apakah keluarga miskin kekurangan kalori?
• Tiga perempat dari anak-anak yang tinggal di rumah tangga yang kekurangan kalori ternyatatidak miskin• Apakah kita mendefinisikan “kebutuhan dasar” kelompok miskin dengan benar?• Haruskah kekurangan gizi ditanggulangi tidak melalui pendapatan?
Miskin dan Kekurangan Kalori Ekonomi di bawah 40% (nasional) dan kekurangan kalori
Miskin11%
Kekurangan kalori(Sedang) 20%
KekuranganKalori(Ringan) 7%
6 %
3%
10%
5 %
2%
45Miskin dibawah 40%
Kekurangan Kalori(Sedang) 20%
Kekurangan Kalori(Ringan) 7%
33%
8%
4%
5%1%
• BPS menghitung garis kemiskinanberdasarkan pengeluaran untukmemenuhi 2,100 kalori per orangper hari – sama untuk seluruh umurdan jenis kelamin
• Kekurangan kalori diukur berdasarkanstandar WHO yang bervariasi antarumur dan jenis kelamin
• Individu dianggap kurang kalori jika diatidak mengkonsumsi cukup kalori untukmelakukan aktivitas ringan/sedang
• Penjelasan: skalapengukuran
13
14
Pendekatan apa yang harus kita gunakan dalammembangun infrastruktur perkotaan
dan pedesaan?
Infrastruktur pedesaanInfrastruktur perkotaan
Miskin Transportasi26%
21%
MiskinAksesPendidikan7%1%
MiskinAksesKesehatan8%
3% 2%
2%
2%
2%
MiskinTransportasi50%
19%
MiskinAksesPendidikan41%
20%
MiskinAksesKesehatan40%
6%9%
5%
6%
6%
• Anak-anak pedesaan cenderung mengalami kemiskinan multi-dimensi, sehingga memerlukaninvestasi yang signifikan dan terkoordinasi• Anak-anak perkotaan cenderung hanya miskin pada salah satu dimensi, sehingga investasi akan harus dibedakan antar tempat sesuai kebutuhan
15
Bagaimana situasi anak-anak di Indonesia Timur?
Sub-nasional: Maluku
Sub-nasional: Papua
Di Maluku, miskinhanyamenjelaskansebagian darikurangnya aksesair minum bersih
Di Papua, tingkatkemiskinanlebih tinggi danlebih salingberkaitan
… anak-anakyang
samatidak
punyaPLN
Sanitasitidak layak
37%10%
Air minum
tidakbersih
20%
5%
Miskin 40% terbawah45%
18%
7%
16%
4%
4% Sanitasitidaklayak37%
13%
Air minumtidak bersih
20%6%
Tanpa PLN33% 9%
8%13%
3%
4%
Sanitasitidak layak
64%6%
Air minumtidak bersih
56%3%
Miskin 40% terbawah60% 7%
39%
10%
4%
11%Sanitasi
tidak layak64%5%
Air minumtidak
bersih 56%
4%
Tanpa PLN62% 3%
46%11%
3%
4%
16
Mengapa kelahiran tanpa bantuan tenagaterlatih sangat banyak di Indonesia?
Tingkat Pendidikan, Bidan , dan Kelahiran tanpatenaga terlatih
Kemiskinan, Bidan, dan Kelahiran tanpatenaga terlatih
Miskin13%
Kelahiran tanpabantuan tenagaterlatih 24%
1%1%
1%8%
4%
Tanpa bidandi desa5%
2%
18%
Orang tuatidak lulus SD21%
Kelahiran tanpabantuan tenagaterlatih24%
1%1%1%
13%
6%
Tanpabidan didesa5% 2%
16%
• Kelahiran tanpa bantuan tenaga terlatih tidak berasosiasi tinggi dengan tingkatkemiskinan
• Tingkat kurangnya akses ke bidan rendah• Juga tidak berasosiasi kuat dengan tingkat pendidikan orang tua
•Kelahiran tanpa bantuan tenaga terlatih merupakan salah satu penyebab utama tingginya angkakematian ibu di Indonesia
Apa yang kita pelajari……
Asosiasi menantang cara berfikir kita sebelumnya tentang kemiskinan multi-dimensi:
• Sebelum: kemiskinan moneter dan non-moneter selalu menjadi satu kesatuan paket
• Sesudah: kemiskinan bervariasi antar dimensi dan kelompok
Asosiasi kemiskinan akan berdampak pada desain dan penargetan program :
• Asosiasi kuat antar dimensi kemikiskinan mengharuskan investasi diberikan dalamsebuah paket kesatuan
• Mengatasi satu dimensi saja dapat mengakibatkan anak-anak tidak dapat mengambilmanfaat dari investasi di dimensi lain secara optimal
Metode asosiasi sangat sederhana, namun dapat memperkuat wawasan dalammengeksplorasi pertanyaan-pertanyaan baru untuk mendukung pembuatankebijakan
17
Makasi !
18