keotentikan al qur'an

14
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur`an sebagai pedoman hidup manusia. Ayat-ayat dalam al-Qu sudah menjelaskan tentang segala sesuatu di muka bumi ini, termasuk mengen bukti keotentikan dan kebenarannya mesti dikaji. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasi permas adalah bukti keotentikan dan bukti kebenaran Al Qur’an disertai b proses penjagaan terhadap keaslian Al Qur’an ini C. Tujuan 1. Umum Setelah membaca tugas ini diharapkan para pembaca dapat mengetahui seca umum gambaranmengenai bukti keotentikan dan bukti kebenaran Al Qur’an. 2. Khusus Agar pembaca dapat memahami dan meyakini akan keotentikan Al Q dari campur tangan manusia dan meyakini bahwa Al Qur’an adalah Allah SWT yang dijaikan sebagai pedoman hidup manusia D. Metode Penulisan Metode penulisan yang digunakan adalah Studi kepustakaan yaitu men literatur-literatur kepustakaan yang berhubungan dengan bukti keoten bukti kebenaran Al Qu r’an

Upload: andika-a-nagara

Post on 21-Jul-2015

729 views

Category:

Documents


31 download

TRANSCRIPT

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Al-Qur`an sebagai pedoman hidup manusia. Ayat-ayat dalam al-Qur`an sudah menjelaskan tentang segala sesuatu di muka bumi ini, termasuk mengenai bukti keotentikan dan kebenarannya mesti dikaji. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasi permasalahannya adalah bukti keotentikan dan bukti kebenaran Al Quran disertai bagai mana proses penjagaan terhadap keaslian Al Quran ini

C. Tujuan 1. Umum Setelah membaca tugas ini diharapkan para pembaca dapat mengetahui secara umum gambaran mengenai bukti keotentikan dan bukti kebenaran Al Quran. 2. Khusus Agar pembaca dapat memahami dan meyakini akan keotentikan Al Quran dari campur tangan manusia dan meyakini bahwa Al Quran adalah firman Allah SWT yang dijaikan sebagai pedoman hidup manusia D. Metode Penulisan Metode penulisan yang digunakan adalah Studi kepustakaan yaitu menggunakan literatur-literatur kepustakaan yang berhubungan dengan bukti keotentikan dan bukti kebenaran Al Quran

E. Sistematika Penulisan Sistematika yang dibuat oleh penulis adalah Pendahuluan yang terdiri dari ( Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan, Metode Penulisan, dan Sistematika Penulisan). Pokok bahasan ( bukti dari Al Quran, keajaiban angka 19 yang menjadi keotentikan Al Quran,bukti kesejarahan dan penulisan mushaf). Pada Penutup terdiri dari (Kesimpulan dan saran )

Pokok Bahasan

Al Qur'an adalah satu-satunya kitab suci di dunia ini yang tidak ada keraguan sedikitpun di dalamnya, sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa. Namun kemukjizatan Qur'an tidak hanya dibuktikan lewat kesempurnaan kandungan, keindahan bahasa, ataupun kebenaran ilmiah yang sering mengejutkan para ahli. seperti yang ditulis oleh almarhum 'Abdul-Halim Mahmud, mantan Syaikh Al-Azhar: "Para orientalis yang dari saat ke saat berusaha menunjukkan kelemahan Al-Quran, tidak mendapatkan celah untuk

meragukan keotentikannya Al-Quran Al-Karim memperkenalkan dirinya dengan berbagai ciri dan sifat. Salah satu di antaranya adalah bahwa ia merupakan kitab yang keotentikannya dijamin oleh Allah, dan ia adalah kitab yang selalu dipelihara. Inna nahnu nazzalna al-dzikra wa inna lahu lahafizhun Sesungguhnya Kami yang menurunkan Al-Quran dan Kamilah Pemelihara-pemelihara-Nya (QS 15:9).

"Yang tidak datang kepadanya (Qur'an) kesalahan atau kekeliruan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Tuhan Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji." (QS 41:42) "Sesungguhnya Al Qur'an itu benar-benar firman-Nya yang membedakan antara yang benar dan yang salah." (QS 86:13) "Dan bacakanlah apa yang diwahyukan kepadamu yaitu Kitab Tuhanmu

(Qur'an). Tidak ada seorang pun yang dapat merubah kalimat-kalimat-Nya. Dan kamu tidak akan menemukan tempat berlindung selain dari pada-Nya." (QS 18:27) Demikianlah Allah menjamin keotentikan Al-Quran, jaminan yang diberikan atas dasar Kemahakuasaan dan Kemahatahuan-Nya, serta berkat upaya-upaya yang dilakukan oleh makhluk-makhluk-Nya, terutama oleh manusia. Dengan jaminan ayat di atas, setiap Muslim percaya bahwa apa yang dibaca dan didengarnya sebagai Al-Quran tidak berbeda sedikit pun dengan apa yang pernah dibaca oleh Rasulullah saw.dan yang didengar serta dibaca oleh para sahabat Nabi saw

1. Bukti dari Al-Quran Dr. Mustafa Mahmud, mengutip pendapat Rasyad Khalifah, juga mengemukakan bahwa dalam Al-Quran sendiri terdapat bukti-bukti sekaligus jaminan akan keotentikannya Huruf-huruf hija'iyah yang terdapat pada awal beberapa surah dalam Al-Quran adalah jaminan keutuhan Al-Quran sebagaimana diterima oleh Rasulullah saw. Tidak berlebih dan atau berkurang satu huruf pun dari katakata yang digunakan oleh Al-Quran. Kesemuanya habis terbagi 19, sesuai dengan jumlah huruf-huruf B(i)sm Ali(a)h Al-R(a)hm(a)n Al-R(a)him. (Huruf a dan i dalam kurung tidak tertulis dalam aksara bahasa Arab).

Huruf (qaf) yang merupakan awal dari surah ke-50, ditemukan terulang sebanyak 57 kali atau 3 X 19.

Huruf-huruf kaf, ha', ya', 'ayn, shad, dalam surah Maryam, ditemukan sebanyak 798 kali atau 42 X 19.

Huruf (nun) yang memulai surah Al-Qalam, ditemukan sebanyak 133 atau 7 X 19. Kedua, huruf (ya') dan (sin) pada surah Yasin masing-masing ditemukan sebanyak 285 atau 15 X 19. Kedua huruf (tha') dan (ha') pada surah Thaha masing-masing berulang sebanyak 342 kali, sama dengan 19 X 18.

Huruf-huruf (ha') dan (mim) yang terdapat pada keseluruhan surah yang dimulai dengan kedua huruf ini, ha' mim, kesemuanya merupakan perkalian dari 114 X 19, yakni masing-masing berjumlah 2.166.

Bilangan-bilangan ini, yang dapat ditemukan langsung dari celah ayat Al-Quran, oleh Rasyad Khalifah, dijadikan sebagai bukti keotentikan AlQuran. Karena, seandainya ada ayat yang berkurang atau berlebih atau ditukar kata dan kalimatnya dengan kata atau kalimat yang lain, maka tentu perkalian-perkalian tersebut akan menjadi kacau.

Angka 19 di atas, yang merupakan perkalian dari jumlah-jumlah yang disebut itu, diambil dari pernyataan Al-Quran sendiri, yakni yang termuat dalam surah Al-Muddatstsir ayat 30 yang turun dalam konteks ancaman terhadap seorang yang meragukan kebenaran Al-Quran.

2. keajaiban angka 19 penjaga keotentikan Al-Quran

Suatu kode matematik yang terkandung di dalamnya misalnya, tak terungkap selama berabad-abad lamanya sampai seorang sarjana pertanian

Mesir bernama Rashad Khalifa berhasil menyingkap tabir kerahasiaan tersebut. Hasil penelitiannya yang dilakukan selama bertahun-tahun dengan bantuan komputer ternyata sangat mencengangkan. Betapa tidak, ternyata didapati bukti-bukti bahwa surat-surat/ayat-ayat di dalam Qur'an serba berkelipatan angka19. Penemuannya tersebut berkat penafsirannya pada surat ke-74 ayat: 30-31, yang artinya sebagai berikut :"Yang atasnya ada sembilan belas. ...., dan tidaklah Kami jadikan bilangan mereka itu (angka 19). melainkan untuk menjadi cobaan bagi orang-orang kafir, supaya orang-orang yang diberi Al Kitab menjadi yakin dan supaya orang yang beriman bertambah imannya, dan supaya orang-orang yang diberi Al Kitab dan orang-orang mukmin itu tidak ragu-ragu, dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir berkata: "Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai perumpamaan?" Hasil penemuannya yang sangat mengejutkan ini pada tahun 1976 telah didemonstrasikan di depan umum ketika diselenggarakan Pameran Islam Sedunia di London. Berikut cuplikan dari sebagian penemuannya tersebut: Kita mengetahui bahwa setiap surat di dalam Qur'an selalu diawali dengan bacaan 'Basmallah' sebagai statemen pembuka, yaitu "Bismillaahirrahmaanir-rahiim"(yang artinya: "Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang." Ternyata bacaan 'Basmalah' tersebut (dalam bahasa Arabnya) terdiri dari 19 huruf (atau 191):

Bacaan 'Basmalah' terdiri dari kelompok kata: Ismi - Allah Arrahman Arrahim. Penelitian menunjukkan jumlah dari masing-masing kata tersebut di dalam Qur'an ternyata selalu merupakan kelipatan angka 19. Jumlah kata Ismi di dalam Qur'an ditemukan sebanyak 19 buah (atau 191) Jumlah kata Allah di dalam Qur'an ditemukan sebanyak 2.698 buah (atau 19142) Jumlah kata Arrahman di dalam Qur'an ditemukan sebanyak 57 buah (atau 193) Jumlah kata Arrahim di dalam Qur'an ditemukan sebanyak 114 buah (atau 196) Bahkan, apabila faktor pengalinya dijumlahkan hasilnya juga akan merupakan kelipatan 19, yaitu 1 + 142 + 3 + 6 = 152 (atau 198). Jumlah total keseluruhan surat-surat di dalam Qur'an sebanyak 114 surat (atau 196).

Dalam khazanah Islam 1. Keistimewaan angka 19 dalam ilmu matematika dikenal sebagai salah satu 'Bilangan Prima' yakni bilangan yang tak habis dibagi dengan bilangan manapun kecuali dengan satu dan dirinya sendiri. Keistimewaan tersebut melambangkan bahwa sifat-Nya yang serba MAHA tidak dibagikan kepada siapapun juga kecuali bagi diri-Nya sendiri (surat ke-112 ayat 3). 2. Angka 19 terdiri dari angka 1 dan 9 di mana angka 1 merupakan bilangan pokok pertama dan angka 9 merupakan bilangan pokok terakhir dalam sistem

perhitungan kita. Keistimewaan tersebut menunjukkan sifat Allah, yakni "Maha Awal" dan "Maha Akhir" (surat ke-57 ayat 3). 3. Angka 1 melambangkan sifat-Nya yang "Maha Esa" (surat ke-112 ayat 1) sedangkan angka 9 sebagai bilangan pokok terbesar melambangkan salah satu sifat-Nya yang ke-38 (=19x2) yaitu "Maha Besar". 4. Raka'at dalam sholat wajib 5 waktu: Subuh 2, Zuhur 4, 'Asar 4, Magrib 3, Isya' 4, kalau diurut menjadi 24434. Bagilah dengan 19 hasilnya 24434 : 19 = 1286 tanpa sisa. Anehnya angka 1286 kalau dibalik menjadi 6821, kalau dibagi 19 hasilnya 359, juga tanpa sisa. Artinya, perintah sholat itu dari Allah SWT wajib untuk dilaksanakan. Otak manusia tidak akan mampu mencipta "karya literer yang tunduk pada suatu kode matematik, namun sekaligus membawa tema utamanya yang tak terbantahkan". Apalagi bila mengingat turunnya Qur'an secara berangsurangsur, dengan bagian-bagian surat yang acak tidak berurutan, disesuaikan dengan peristiwa-peristiwa yang melatar-belakanginya. 3. bukti-bukti kesejarahan Al-Quran Al-Karim turun dalam masa sekitar 22 tahun atau tepatnya, menurut sementara ulama, dua puluh dua tahun, dua bulan dan dua puluh dua hari.

Ada beberapa yang merupakan faktor-faktor pendukung bagi pembuktian otentisitas Al-Quran.

1. Masyarakat Arab, yang hidup pada masa turunnya Al-Quran, adalah

masyarakat yang tidak mengenal baca tulis. Karena itu, satu-satunya andalan mereka adalah hafalan. Dalam hal hafalan, orang Arab -bahkan sampai kini-- dikenal sangat kuat. 2. Masyarakat Arab --khususnya pada masa turunnya Al-Quran-- dikenal sebagai masyarakat sederhana dan bersahaja: Kesederhanaan ini, menjadikan mereka memiliki waktu luang yang cukup, disamping menambah ketajaman pikiran dan hafalan. 3. Masyarakat Arab sangat gandrung lagi membanggakan kesusastraan; mereka bahkan melakukan perlombaan-perlombaan dalam bidang ini pada waktu-waktu tertentu. 4. Al-Quran mencapai tingkat tertinggi dari segi keindahan bahasanya dan sangat mengagumkan bukan saja bagi orang-orang mukmin, tetapi juga orang kafir. Berbagai riwayat menyatakan bahwa tokohtokoh kaum musyrik seringkali secara sembunyi-sembunyi berupaya mendengarkan ayat-ayat Al-Quran yang dibaca oleh kaum Muslim. Kaum Muslim, disamping mengagumi keindahan bahasa Al-Quran, juga mengagumi kandungannya, serta meyakini bahwa ayat-ayat AlQuran adalah petunjuk kebahagiaan dunia dan akhirat. 5. Al-Quran, demikian pula Rasulullah saw, menganjurkan kepada kaum Muslim untuk memperbanyak membaca dan mempelajari Al-Quran dan anjuran tersebut mendapat sambutan yang hangat. 6. Ayat-ayat Al-Quran turun berdialog dengan mereka, mengomentari keadaan dan peristiwa-peristiwa yang mereka alami, bahkan

menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka. Disamping itu, ayat-ayat Al-Quran turun sedikit demi sedikit. Hal itu lebih mempermudah

pencernaan maknanya dan proses penghafalannya. 7. Dalam Al-Quran, demikian pula hadis-hadis Nabi, ditemukan petunjukpetunjuk yang mendorong para sahabatnya untuk selalu bersikap teliti dan hati-hati dalam menyampaikan berita --lebih-lebih kalau berita tersebut merupakan Firman-firman Allah atau sabda Rasul-Nya. Faktor-faktor di atas menjadi penunjang terpelihara dan dihafalkannya ayatayat Al-Quran. Itulah sebabnya, banyak riwayat sejarah yang

menginformasikan bahwa terdapat ratusan sahabat Nabi saw. yang menghafalkan Al-Quran. Bahkan dalam peperangan Yamamah, yang terjadi beberapa saat setelah wafatnya Rasul saw., telah gugur tidak kurang dari tujuh puluh orang penghafal Al-Quran. Walaupun Nabi saw. dan para sahabat menghafal ayat-ayat Al-Quran, namun guna menjamin terpeliharanya wahyu-wahyu Ilahi itu, beliau tidak hanya mengandalkan hafalan, tetapi juga tulisan. Sejarah menginformasikan bahwa setiap ada ayat yang turun, Nabi saw. lalu memanggil sahabatsahabat yang dikenal pandai menulis, untuk menuliskan ayat-ayat yang baru saja diterimanya, sambil menyampaikan tempat dan urutan setiap ayat dalam surahnya. Ayat-ayat tersebut mereka tulis dalam pelepah kurma, batu, kulitkulit atau tulang-tulang binatang. Sebagian sahabat ada juga yang menuliskan ayat-ayat tersebut secara pribadi, namun karena keterbatasan alat tulis dan kemampuan maka tidak banyak yang melakukannya disamping kemungkinan besar tidak mencakup seluruh ayat Al-Quran. Kepingan naskah tulisan yang diperintahkan oleh Rasul itu, baru dihimpun dalam bentuk "kitab" pada masa pemerintahan Khalifah Abu Bakar r.a.

4. Penulisan Mushaf Ketika terjadi peperangan Yamamah, terdapat puluhan penghafal AlQuran yang gugur. Hal ini menjadikan 'Umar ibn Al-Khaththab menjadi risau tentang "masa depan Al-Quran". Karena itu, beliau mengusulkan kepada Khalifah Abu Bakar agar mengumpulkan tulisan-tulisan yang pernah ditulis pada masa Rasul. Walaupun pada mulanya Abu Bakar ragu menerima usul tersebut dengan alasan bahwa pengumpulan semacam itu tidak dilakukan oleh Rasul saw.namun pada akhirnya 'Umar r.a. dapat meyakinkannya. Dan keduanya sepakat membentuk suatu tim yang diketuai oleh Zaid ibn Tsabit dalam rangka melaksanakan tugas suci dan besar itu.

Zaid pun pada mulanya merasa sangat berat untuk menerima tugas tersebut, tetapi akhirnya ia dapat diyakinkan. apalagi beliau termasuk salah seorang yang ditugaskan oleh Rasul pada masa hidup beliau untuk menuliskan wahyu Al-Quran. Dengan dibantu oleh beberapa orang sahabat Nabi, Zaid pun memulai tugasnya. Abu Bakar r.a. memerintahkan kepada seluruh kaum Muslim untuk membawa naskah tulisan ayat Al-Quran yang mereka miliki ke Masjid Nabawi untuk kemudian diteliti oleh Zaid dan timnya. Dalam hal ini, Abu Bakar r.a. memberi petunjuk agar tim tersebut tidak menerima satu naskah kecuali yang memenuhi dua syarat:

Pertama, harus sesuai dengan hafalan para sahabat lain.

Kedua, tulisan tersebut benar-benar adalah yang ditulis atas perintah dan di hadapan Nabi saw. Karena, seperti yang dikemukakan di atas, sebagian sahabat ada yang menulis atas inisiatif sendiri.

Untuk membuktikan syarat kedua tersebut, diharuskan adanya dua orang saksi mata.

Sejarah mencatat bahwa Zaid ketika itu menemukan kesulitan karena beliau dan sekian banyak sahabat menghafal ayat Laqad ja'akum Rasul min anfusikum 'aziz 'alayh ma 'anittun harish 'alaykum bi almu'minina Ra'uf alrahim (QS 9:128). Tetapi, naskah yang ditulis di hadapan Nabi saw. tidak ditemukan. Syukurlah pada akhirnya naskah tersebut ditemukan juga di tangan seorang sahabat yang bernama Abi Khuzaimah Al-Anshari. Demikianlah, terlihat betapa Zaid menggabungkan antara hafalan sekian banyak sahabat dan naskah yang ditulis di hadapan Nabi saw., dalam rangka memelihara keotentikan Al-Quran. Dengan demikian, dapat dibuktikan dari tata kerja dan data-data sejarah bahwa Al-Quran yang kita baca sekarang ini adalah otentik dan tidak berbeda sedikit pun dengan apa yang diterima dan dibaca oleh Rasulullah saw, lima belas abad yang lalu.

PENUTUPA. Kesimpulan

Demikianlah pembahasan bukti-bukti yang dikemukakan para ulama dan pakar, menyangkut keotentikan ayat-ayat Al-Quran baik dari proses penjagaan terhadap keaslian Al-Quran, bukti keotentikan Al-Quran itu sendiri serta bukti kesejarahannya. Kitab Suci ini, Terlihat jaminan bagaimana yang Allah menjamin atas dasar

terpeliharanya

diberikan

Kemahakuasaan dan Kemahatahuan-Nya, serta berkat upaya-upaya yang dilakukan oleh makhluk-makhluk-Nya, terutama oleh manusia. Dengan jaminan ayat di atas, setiap Muslim percaya bahwa apa yang dibaca dan didengarnya sebagai Al-Quran tidak berbeda sedikit pun dengan apa yang pernah dibaca oleh Rasulullah saw.dan yang didengar serta dibaca oleh para sahabat Nabi saw.

B. Saran

Perlunya bagi kita umat Islam untuk mengetahui lebih dalam lagi mengenai ayat-ayat al-Qur`an, bagaimana bukti keotentikan dan kebenaran Al-Quran itu sendiri. Karena al-Qur`an merupakan pegangan hidup dan di dalamnya telah tertera dengan jelas mengenai segala sesuatunya . Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan keterbatasan dalam penulisan maupun pembahasan makalah ini, untuk itu diharapkan kritik

dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan dan kelengkapan makalah ini. Harapan penulis semoga amal baik yang telah diberikan mendapatkan rahmat yang besar dari Allah SWT, semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca

Daftar PustakaHttp: // answering.wordpress.com Shihab,Quraish (1996). Membumikan Al Quran; Fungsi Dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan Masyarakat . Mizan