kepemimpinan

14
PENTINGNYA KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN DALAM PENDIDIKAN Penulis : Mutia Khairani 8136132040 Sri Fauziah Duma Sari 8136132051 ABSTRAK Strategic management needs to be done for the development of resources in education field. This study aims to describe the management of school administration staff in terms of the planning, admission or recruitment, placement and work-assigning, guidance and development, welfare or compensation, and retirement. This was a qualitative descriptive study. The data were collected through reviews of books and observations, involving the principals as information sources. The results of the study are as follows. (1) The planning of the administration staff is made by holding meetings, proposing needs for employees, and making follow-ups for utilization. (2) The admission or recruitment of administration staff is under the local government’s authority and the admission by the schools includes the activities of determining the needs for employees, selecting job-application files, and conducting interviews and orientations. (3) The placement and work-assigning of administration staff include the workplace division, position placement, main tasks and functions, and workplace layout. (4) The guidance and development of administration staff are carried out by the schools, government institutions, self-attempts, and peers’ assistance, including the guidance for the rank promotion system. Kata kunci: kepemimpinan, manajemen, pendidikan. 1

Upload: mutia

Post on 03-Oct-2015

2 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Pentingnya kepemimpinan dalam manajemen pendidikan.

TRANSCRIPT

PENTINGNYA KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN DALAM PENDIDIKAN

Penulis: Mutia Khairani8136132040Sri Fauziah Duma Sari8136132051

ABSTRAKStrategic management needs to be done for the development of resources in education field. This study aims to describe themanagementofschool administrationstaff in terms of the planning, admission or recruitment, placement and work-assigning, guidance and development, welfare or compensation, and retirement. This was a qualitative descriptive study. The data were collected through reviews of books and observations, involving the principals as information sources. The results of the study are as follows. (1) The planning of the administration staff is made by holding meetings, proposing needs for employees, and making follow-ups for utilization. (2) The admission or recruitment of administration staff is under the local governments authority and the admission by the schools includes the activities of determining the needs for employees, selecting job-application files, and conducting interviews and orientations. (3) The placement and work-assigning of administration staff include the workplace division, position placement, main tasks and functions, and workplace layout. (4) The guidance and development of administration staff are carried out by the schools, government institutions, self-attempts, and peers assistance, including the guidance for the rank promotion system.

Kata kunci: kepemimpinan, manajemen, pendidikan.

PENDAHULUAN

9

PEMBAHASANA. Konsep Manajemen Pendidikan

Manajemen pendidikan merupakan sebuah cabang ilmu dan praktik yang berhubungan dengan penyelenggaraan organisasi pendidikan. Pada perkembangannya, manajemen pendidikan dibangun oleh beberapa disiplin ilmu, yaitu: sosiologi, ilmu politik, ekonomi, dan ilmu manajemen secara umum. Interpretasi yang tergambar dari disiplin ilmu yang berbeda tadi perlu dipertimbangkan untuk membedakan aspek-aspek manajemen pendidikan. Beragam pendekatan ini akan dibahas pada bab selanjutnya dalam buku ini.Bolam (1999) mendefinisikan manajemen sebagai sebuah fungsi eksekutif dalam mengesahkan kebijakan. Bolam juga membedakan antara manajemen dengan kepemimpinan pendidikan melalui 2 hal, yaitu tanggung jawab utama pada formulasi kebijakan dan dimana ketersesuaian sarana transformasi organisasi. Sapre (2002) menyimpulkan bahwa manajemen adalah sekumpulan kegiatan yang diarahkan untuk menggunakan sumber daya organisasi secara efektif dan efisien demi mencapai tujuan organisasi. Glatter (1979) menyatakan bahwa penelitian-penelitian manajemen terkonsentrasi pada kegiatan internal lembaga pendidikan serta pada hubungan organisasi dengan lingkungannya (meliputi komunitas dan lembaga pemerintahan serta stakeholder yang terkait). Penulis masa kini secara konsisten (Bush, 1986; 1995; 1999) menyatakan bahwa manajemen pendidikan harus dikonsentrasikan pada tujuan utama pendidikan. Manajemen diarahkan pada pencapaian konsep-konsep pendidikan yang tepat. Jika hubungan antara tujuan dan manajemen tidak jelas dan tepat, akan timbul faham manajerialisme (penekanan pada prosedur yang melebihkan nilai dan tujuan pendidikan). Pencapaiannya ada pada efisiensi manajerial, bukan pada tujuan dan standar pendidikan (Newman and Clarke, 1994; Gunter, 1997). Manajemen yang berhasil membutuhkan kaitan yang jelas antara tujuan, strategi serta pelaksanaan manajemen.Implementasi teori pendidikan dalam administrasi pendidikan banyak didiskusikan oleh para pakar pendidikan maupun ahli ilmu sosial, walaupun pada akhirnya memberi arah bahwa teori pendidikan dapat dilihat sebagai kebenaran yang universal. Reorientasi pendidikan dalam UUSPN No.20 Tahun 2003 ke arah pendidikan yang mengandung nilainilai, pembentukan manusia seutuhnya, sebagai manusia yang integral, produktif, kreatif, dan memiliki sikap-sikap kepemimpinan dan berwawasan keilmuan sebagai warga negara yang bertanggungjawab. Walaupun secara parsial dilihat bahwa nilai-nilai yang ada pada suatu organisasi merupakan bagian dari seluruh sistem nilai yang ada di masyarakat. Secara empiris administrasi pendidikan, membicarakan bidang-bidang penting berfungsinya sekolah yang dalam fokusnya membicarakan model-model pendidikan yang membuat perbedaan kinerja nilai tambah sekolah yang satu dengan yang lainya, sehingga dapat dilihat kualitas penyampaian materi pelajaran dan kegiatan pembelajaran. Hal mendasar dalam kajian administrasi pendidikan adalah memahami betul kebutuhan sumber daya manusia dan sumber daya material menempatkannya dengan benar menggunakan teknik rasional. Administrasi pendidikan adalah keseluruhan proses pendidikan yang telah mempergunakan dan mengikutsertakan semua sumber potensi baik personel maupun material yang tersedia untuk mencapai tujuan pendidikan seefektif mungkin. Pengorganisasian dalam persfektif administrasi pendidikan menggambarkan personel pelayanan siswa (tenaga pendidikan) menjaga sesuatu yang baik dari induvidu, menjamin perkembangannya, dan memperluas kesempatannya, oleh personel-personel yang profesional dan terlatih, serta mempunyai kecakapan-kecakapan hubungannya dengan pengetahuan menjadi prasyarat bagi sekolah.Dilihat dari sudut administrasi pendidikan, sekolah yang baik menggambarkan bahwa seluruh bagian di sekolah dilengkapi dengan peralatan yang memadai sesuai dengan fungsi kebutuhannya sehingga individu secara maksimum melalui program pendidikan yang terencana dan sistematis di sekolah. Pembinaan personal pelayanan siswa diarahkan pada pengembangan kemampuan tekniknya, kecakapan profesional, kemampuan administrasi dan kepemimpinan, keorganisasiannya dan pelatihan akademiknya dalam dunia pendidikan.Administrasi sekolah adalah penerapan ilmu administrasi dalam kegiatan operasional sekolah atau sebagai penerapan administrasi dalam pembinaan, pengembangan dan pengendalian usaha dan praktik-praktik pada sekolah sebagai satuan pendidikan. Administrasi sekolah sebagai suatu sistem yang terkait dengan suatu unit kerja yang didalamnya ada serangkaian kegiatan atau proses dan kerjasam sejumlah orang, mengkoordinasikan kegiatan yang saling bergantung untuk mencapai tujuan sekolah secara optimal. Administrasi sekolah sebagai manajemen ditujukan untuk melihat apakah pemanfaatan sumber-sumber daya sekolah yang ada sudah diberdayakan secara optimal dalam mencapai tujuan dan apakah sudah mencapai sasaran yang ditetapkan.Bertolak dari beberapa pengertian mengenai manajemen, dimana manajemen adalah suatu proses fungsi nyata yang terjadi dalam aktivitas perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan yang dilakukan untuk menetapkan dan mencapai sasaran melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya. Manajemen sekolah adalah seni dan ilmu mengelola sumber daya sekolah untuk mencapai tujuan sekolah secara efektif dan efisien. Efektif berarti melakukan hal yang tepat dalam rangka mencapai sasaran atau peringkat tertentu sehingga manajer mencapai tujuannya. Sementara efisien berarti melakukan hal yang tepat untuk memaksimalkan pemanfaatan sumber daya yang ada. Mengacu pada prinsip tersebut, manajemen sekolah diartikan sebagai proses pendayagunaan sumber daya sekolah melalui kegiatan fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian secara lebih efektif dan efisien. Proses tersebut melibatkan segala aspeknya dengan menggunakan semua potensi yang tersedia agar tercapai tujuan sekolah serta produktivitas sekolah yang bermutu. Setiap sekolah melaksanakan manajemen peningkatan mutu melalui: (i) merumuskan visi, misi, tujuan, dan target peningkatan mutu secara berkelanjutan; (ii) menyusun perencanaan sekolah menggunakan model perencanaan strategic; (iii) melaksanakan program sekolah sesuai formulasi perencanaan; (iv) melakukan evaluasi secara terus-menerus terhadap program kerja yang dilaksanakan untuk mengetahui tingkat efisiensi dan efektivitas serta kualitas penyelenggaraan program sekolah; (v) menyusun laporan kemajuan sekolah dan melaporkannya kepada orang tua siswa baik laporan mengenai kemajuan belajar anak-anaknya di sekolah, melaporkan kemajuan sekolah kepada masyarakat dan stakeholder sekolah serta pemerintah daerah; dan (vi) merumuskan program baru sebagai hasil evaluasi program sekolah dan lanjutan dari program yang telah dilaksanakan menggunaan manajemen strategik sekolah.

B. Manajemen Strategik Sekolah

Sebagai institusi pendidikan sekolah merupakan suatu sistem tempat proses pendidikan berlangsung di ruang kelas dan ruang belajar lainya yang memiliki berbagai perangkat, unsur yang saling berkaitan dan memerlukan pemberdayaan dengan menggunakan model manajemen sekolah yang spesifik. Mendukung manajemen yang spesifik tersebut, ide dan gagasan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan konsep yang konstruktif dan menjanjikan. Konsep MBS diasumsikan telah dimiliki oleh para pendidik dan masyarakat yang concern terhadap pendidikan. Dilihat dari aspek yuridis secara vertikal menurut Peraturan Pemerintah (PP) No. 25 Tahun 2000 kewenangan pemerintah antara lain penetapan standar kompetesi siswa dan warga belajar serta pengaturan kurikulum nasional dan penilaian hasil belajar secara nasional serta pedoman pelaksanaannya. Dengan diterbitkannya UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah yang disempurnakan oleh UU No. 32 Tahun 2004 Pemerintah Daerah, dan UU No.25 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah yang disempurnakan oleh UU No. 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, maka sistem yang selama ini dipraktikkan sentralistik diubah dengan sistem desentralisasi (pemberdayaan sekolah).Ansof, 1990 dalam Sagala (2011) berpendapat bahwa manajemen strategik sekolah adalah suatu pendekatan yang sistematis bagi suatu tanggung jawab manajemen, mengondisikan organisasi kedalam posisi yang dipastikan mencapai tujuan dengan cara yang akan meyakinkan keberhasilan yang berkelanjutan dan membuat sekolah menjamin format yang mengejutkan. Lebih lanjut, pendekatan manajemen strategik ini adalah menganalisis bagian-bagian yang dinamai formulasi startegi dan proses formulasi itu dinamai perencanaan strategis. Perencanaan strategis ini terdiri dari: (i) sekolah menyusun perencanaan sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimiliki ; (ii) sekolah mampu merespons isu-isu strategis seperti Manajemen Berbasis Sekolah, Kurikulum Berbasis Kompetensi, dan sebagainya dalam pengelolaan sekolah untuk peningkatan mutu; (iii) menekankan obyektivitas, ilmiah dan sistematis selama implementasi strategis, strategis sekolah disusun berdasarkan prinsip obyektivitas, ilmiah dan sistematis berdasarkan kehendak bersama untuk mengakomodasi kebutuhan publik. Menurut Sayid dalam laporan Bank Dunia (1996) menunjukkan adanya tiga unsur yang menjadi penghambat potensial kemajuan pendidikan di Indonesia yaitu: (1) sistem organisasi yang kompleks ditingkat sekolah, manajemen yang terlalu sentralistik; (2) terpecah belah dan kakunya proses pembiayaan sekolah; dan (3) manajemen yang tidak efektif pada tingkat kontrol pendidikan. Pada masa itu desain organisasi pendidikan yang berkaitan dengan informasi anggaran tersebar diantara lima departemen yaitu Departemen Keuangan, Bappenas, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Departemen Dalam Negeri dan Depertemen Agama. Proses manajemen pendidikan tersebut menunjukkan Desain Organisasi yang sentralistik yaitu ditandai dengan : (1) sempitnya ruang gerak organisasi pada tiap tingkat; (2) tidak ada jaminan dana dialokasikan dengan benar berdasarkan kebutuhan dan pemerataan; (3) tidak ada evaluasi secara reguler terhadap kebutuhan riil yang diperlukan; (4) peranan eksekutif sangat dominan, sementara peran legislatif di provinsi dan kabupaten/kota tidak tampak. Pentingnya kedudukan organisasi dan penempatan personal pendidikan sesuai prinsip-prinsip organisasi yang didukung oleh toeri organisasi, maka menjadi penting mendesain organisasi pendidikan di provinsi dan kabupaten/ kota yang dimungkinkan dapat lebih efektif.Pijakan teoritis untuk memahami desentralisasi persekolahan menurut Weiler (1993) dimulai dari pemerintah pusat. Alasannya para pemimpin politik nasional secara konstan memerankan lakon penting dalam mengamankan jalannya efektivitas kebijakannya dan melanggengkan peraturan-peraturannya. Sentralisasi memusatkan kontrol sementara desentralisasi menyuburkan legitimasi yang berfungsi sebagai strategi menangani konflik meskipun mengakibatkan hilangnya kontrol tertentu dari tangan negara. Otonomi sekolah dilaksanakan dalam konteks Manajemen Berbasis Sekolah dengan mengikutsertakan masyarakat dalam tanggungjawab atas kelancaran pengelolaan sekolah. Mengubah pendekatan mutu berbasis pusat menjadi manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah bukanlah merupakan proses sekali jadi dan bagus hasilnya. Strateginya perlu menetapkan penahapan penerapannya dengan mempertimbangkan prioritas waktu jangka pendek, menengah, dan panjang yang disusun dalam suatu perencanaan strategis. Strategi tersebut oleh pemerintah, pemerintah provinsi, dan kabupaten/kota adalah mengalokasikan dana secara langsung ke sekolah; mempersiapkan SDM dengan pelatihan dan memperhatikan berbagai aspek seperti partisipasi masyarakat, ketenagaan, kepala sekolah dan guru; anggaran yang mencakup sumber dan peruntukannya, kurikulum, materi dan penilaian, alat dan sarana pendidikan.Melalui sistem otonomi pemerintah daerah yang berdampak pada desentralisasi pendidikan, seharusnya menjadikan landasan konseptual administrasi dan manajemen pendidikan untuk melakukan perubahan dan penataan ulang manajemen pendidikan dengan membagi kewenangan antara pusat dengan provinsi. Kemudian provinsi dengan kabupaten/kota, dan kabupaten/kota dengan sekolah. Kebijakan desentralisasi pemerintahan mengikutsertakan desentralisasi pengelolaan pendidikan pada pemerintah kabupaten/kota maupun pada tingkat sekolah yaitu diberikannya otonomi pengelolaan sumber daya sekolah sebagai sarana peningkatan efisiensi, peningkatan mutu, dan pemerataan pendidikan.C. Jabatan Kependidikan dan Guru sebagai Profesi

Administrasi pendidikan keterkaitannya dengan suatu profesi dalam suatu organisasi dengan masyarakat dan bagaimana nilai-nilai itu berkaitan satu sama lain menjadi suatu sistem nilai sosial, yaitu melalui nilai yang disumbangkan, nilai sosial sebagai bentuk sistem nilai yang komplit, dan nilai sosial sebagai kompetisi. Administrasi pendidikan dapat diartikan secara sempit maupun secara luas, jika secara sempit dapat diartikan sebagai kegiatan teknis administrasi, tetapi secara luas administrasi mencakup semua kegiatan yang dijalankan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan.Dalam kajian administrasi pendidikan mengkondisikan pengakuan terhadap profesi guru adalah penting dan bermanfaat, meskipun selama ini dirasakan penghargaan (reward) dan penghormatan (regard) yang diberikan terhadap profesi ini agak terkebiri. Pengajaran sebagai suatu profesi dengan berbagai argumen yang masuk akal dijelaskan melalui sifat-sifat suatu profesi dan kaitanya dengan profesi lain. Pengajaran sebagai suatu profesi dapat dilihat dari dua sisi yaitu keinginan dari menerimanya dengan pikiran logis bahwa pengajaran merupakan sebuah profesi.Profesi adalah suatu tipe ideal yang terkait dengan ilmu pengetahuan dan cara penerapannya ini mengambil makna bahwa profesi selalu berkaitan dengan pengetahuan dan keterampilan yang tentu saja diperoleh melalui pendidikan dan training dalam kurun waktu yang relatif lama. Profesi guru menuntut tanggung jawab juga penghargaan dan garansi dari masyarakat maupun pemerintah, orang-orang profesional dapat bertindak secara bebas sesuai bidang keprofesiannya. Profesi guru membutuhan otonomi dalam melaksanakan tugasnya yang diberi tanggung jawab di bidang pendidikan selalu diikuti dengan akuntabilitas, sebab masyarakat menggunakan jasa pelayanan profesionalnya selalu memberikan observasinya dan kontrol, maka pengakuan akan timbulnya pada bidang keahlian keprofesian itu. Untuk menyejajarkan profesi guru dengan profesi lain dibutuhkan usaha dan kerja keras terutama dari asosiasi profesi seperti halnya PGRI.Profesi guru telah menjadi fenomena sosial, sebab profesi itu tertuju pada orang-orang dengan perilakunya atau hubungannya sesama mereka, kelompok yang mereka bentuk, aktivitas termasuk aktivitas profesi dimana mereka berpartisipasi atau lembaga dimana mereka bergelut atau malah bahasa yang mereka gunakan dan observasi yang dilakukan menjadi kenyataan hidup mereka sehari-hari. Fenomena sosial tidak hanya meliputi kata-kata tetapi lebih jauh meliputi konsep dan perpaduan antara kata dan konsep bukan saja persoalan kebahasaan tetapi juga terkait dengan fenomena fisik. Dengan demikian disimpulkan bahwa pengajaran dapat diterima sebagai suatu profesi sebagai bagian integral dari kegiatan administrasi pendidikan.Sejauh ini profesi adalah suatu tipe ideal dan tidak ada persetujuan yang mendasar untuk menyatakan bahwa profesi merupakan occupation. Selanjutnya status profesional adalah suatu status yang terkait dengan ilmu pengetahuan dengan aplikasinya, ini mengambil makna bahwa ada keterkaitan untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan dan training menjadi persyaratan penting bagi profesional untuk memperoleh pengetahuan kemudian mengaplikasikannya. Dari uraian di atas terkesan bahwa masih banyak para ahli berpendapat guru belum sepenuhnya dapat dikatakan profesi karena tidak mempunyai klien yang jelas dan belum didukung oleh latar pendidikan yang mencukupi, tetapi para ahli mengakui bahwa guru dan tenaga kependidikan harus bekerja secara profesional.Desentralisasi adalah penyerahan wewenang dari pemerintah yang lebih tinggi kepada pemerintah dibawahnya. Otonomi adalah kewenangannya untuk mengatur dan mengurus kepentingan sendiri menurut prakarsa sendiri dan aspirasi sekolah. Peran pendidik adalah pemimpin seluruh masyarakat, jika ditinjau dari keberadaan kode etik profesi guru baik yang berkembang di dunia barat maupun timur termasuk di Indonesia semuanya cenderung menunjukkan bahwa guru dan tenaga kependidikan adalah jabatan profesi. Persoalannya bagaimana semua pihak terkait dapat mematuhi isi kode etik guru secara penuh dan konsekuen sebagai wadah yang dapat melindungi profesi, dan untuk kode etik guru di Indonesia memang perlu ada penyempurnaan prinsip. Dalam rangka penyempurnaan ini diperlukan paradigma yang sama bagi kalangan profesional pendidikan maupun kalangan birokrasi yang mempunyai kewenangan mengambil kebijakan pendidikan, baik pada tingkat pemerintah, provinsi, maupun kabupaten/kota. Tentu implementasinya disesuaikan dengan semangat desentralisasi dan pemberdayaan dengan cara-cara yang manusiawi dan demokratis.Kedudukan jabatan pada Dinas Pendidikan secara struktual sesuai dengan fungsinya dalam melaksanakan tugas pokoknya termasuk kategori organisasi formal dan untuk memperlancarkan komunikasi para personalnya membentuk organisasi informal. Hal ini dikarenakan: (1) kegiatan mereka untuk membuka ruang keterbatasan komunukasi dan akses sehingga dapat mendukung kelancaran organisasi yang formal di mana mereka masing-masing bertugas; dan (2) dibentuk organisasi kemitraan (informal) tidak bertitik tolak pada pengendalian manejeman, meskipun alasan pembentukannya atas dasar kedudukan jabatan dan fungsi masing-masing pada Dinas Pendidikan dan Sekolah

PENUTUPKonsep dan makna kajian administrasi pendidikan dilihat dari aspek teori-teori administrasi, profesi dan profesionalisme tenaga kependidikan, kebijakan dan keputusan pendidikan dalam melayani kegiatan belajar siswa menggambarkan apa itu manajer yang profesional, peningkatan mutu pembelajaran melalui tindakan supervisi dan pemaknaan supervisor sebagai jabatan profesional membantu meningkatkan kualitas pengajaran. Diharapkan karya tulis ini bermanfaat bagi para guru dan profesi kependidikan lainnya, pemerhati dan peneliti pendidikan, para pengambil kebijakan pendidikan baik di pemerintahan pusat maupun daerah, komite sekolah maupun dewan pendidikan, serta mahasiswa calon guru juga mahasiswa yang tertarik pada dunia pendidikan.

KEPUSTAKAAN

Ambarita Biner, 2010. Manajemen dalam Gamitan Pendidikan. Medan: USU Press

Ambarita Biner, 2012. Manajemen dalam Kisaran Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Sagala Syaiful, 2007. Desain Organisasi Pendidikan dalam Implementasi Kebijakan Otonomi Daerah. Jakarta: Uhamka Press

Sagala Syaiful, 2011. Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Sagala Syaiful, 2012. Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung: Alfabeta