kepemimpinan-i

11
KEPEMIMPINAN, GLOBALISASI DAN KEPERAWATAN Tugas Essay Mata Kuliah Manajemen Keperawatan oleh: Tofan Agung Eka P. NIM. 062310101052

Upload: tofan

Post on 12-Jun-2015

1.849 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: KEPEMIMPINAN-i

KEPEMIMPINAN, GLOBALISASI DAN KEPERAWATAN

Tugas Essay Mata Kuliah Manajemen Keperawatan

oleh:Tofan Agung Eka P.NIM. 062310101052

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANUNIVERSITAS JEMBER

2009

Page 2: KEPEMIMPINAN-i

A. PENDAHULUAN

Sejarah mencatatkan belum pernah seorang perawat duduk dalam kepemimpinan nasional. Dalam daftar pemimpin nasional, keperawatan biasanya sangat mencolok dengan ketidakhadirannya (Swansburg, 2001). Perawat lebih identik dengan tenaga di rumah sakit, belum pernah perawat muncul sebagai tokoh pemimpin yang disegani oleh masyarakat.

Perubahan yang akan terjadi di masa depan merupakan hal mutlak yang tidak dapat dihindari. Ketidakpastian akan terus merajalela. Lama waktu suatu pekerjaan akan menjadi suatu pertanyaan besar bagi setiap orang. Dan hal ini akan berdampak pada keinginan orang untuk menemukan pekerjaan dan lebih cenderung untuk menemukan peluang membuat suatu pekerjaan baru.

Kepemimpinan akan mendominasi dalam suatu kelompok. Ketergantungan terhadap seorang pemimpin akan menjadi hal yang sangat relatif. Kontrol dan pengawasan yang dilakukan oleh seorang pemimpin akan terus mendapatkan pengawasan pula dari para pengikut dan pemberdayaan akan dijalani oleh para pengikut.

Keperawatan dimasa depan akan mendapatkan berbagai tantangan. Perawat di masa depan akan menghadapi transformasi sosial yang sangat besar. Perawat juga akan menghadapi efek dari industrilaisasi dan perkembangan teknologi dari pendidikan dan praktek keperawatan.

Konteks dan konsep Globalisasi yang saat ini sering dibicarakan memang masih menjadi euphoria yang membingungkan atau rancu dalam masyarakat luas di Indonesia. Khususnya masyarakat urban di Indonesia yang meskipun secara lebih banyak mendapat keleluasaan dalam mengakses informasi tentang Globalisasi dan mengkonsumsi konsep Globalisasi tersebut ketimbang masyarakat pesisir, pelosok, maupun pedalaman (Caroline, 2005). Globalisasi, kesehatan, dan keperawatan sangatlah berhubungan di masa depan. Pada saat Globalisasi terjadi maka tiap individu dalam proses sosial akan terhubung satu sama lain tanpa batas. Seluruh dunia akan terhubung dalam suatu sistem yang tidak terputus. Melalui sistem ini, barang, material, dan manusia akan secara regular terhubung dan terus berganti. Hal ini akan sangat mempengaruhi perawat-perawat lokal yang akan bersaing dalam globalisasai.

Pada tahun 1997, lebih dari 5000 perawat dari 120 negara bertemu dalam kongres ke-21 International Council Of Nurses (ICN) di Vancouver, British Columbia, untuk membahas arah pelayanan kesehatan internasional dan hukum dari perawat di seluruh dunia. Tema utama dari kongres tersebut adalah bagaiaman memancing para perawat untuk melatih kemampuan kepemimpinan mereka sebagai pendamping dalam memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas.

Manajemen Keperawatan di Indonesia di masa depan perlu mendapatkan prioritas utama dalam pengembangan Keperawatan di masa depan. Manajemen tidak lepas dari kepemimpinan. Hal ini bekaitan dengan tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa setiap perkembangan dan perubahan memerlukan pengelolaan secara profesional dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi di Indonesia. Oleh karena itu setiap perawat perlu menjadi seorang pemimpin. Keterampilan menejemen merupakam hal yang penting bagi perawat pemimpin. Prioritas keterampilan meliputi berkreasi dalam kebijakan dan prosedur yang dapat memberikan lapangan kerja yang aman bagi staf dan memastikan bahwa staf yang bekerja di garis depan memiliki alat dan bahan yang cukup untuk mengerjakan pekerjaan mereka dengan baik (Tellis-Nayak, 2007)

Page 3: KEPEMIMPINAN-i

Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai satu metode perlakuan asuhan keperawatan secara profesional, sehingga diharapkan keduanya dapat saling menopang. Untuk memastikan bahwa tenaga keperawatan melaksanakan tugasnya dengan baik, manajer keperawatan harus mampu memimpin, meminta, meyakinkan, mendesak dan membujuk stafnya untuk melakukan apa yang seharusnya dikerjakan, tidak bergantung kepada kapan meraka mau melakukannya tetapi pada kapan klien dan rekan kerja memerlukan bantuan mereka, tidak berdasarkan atas kesukaan mereka tetapi pada apa yang seharusnya dilakukan demi tercapainya tujuan asuhan keperawatan. Kepemimpinan dalam keperawatan tidak sekedar menggerakkan sumber daya namun menjalin kerja sama dengan sebaik-baiknya.

Kepemimpinan dalam keperawatan merupakan penerapan pengaruh dan bimbingan yang ditujukan kepada semua staf keperawatan untuk menciptakan kepercayaan dan ketaatan sehingga timbul kesediaan melaksanakan tugas dalam rangka mencapai tujuan bersama secara efektif dan efisien. Kepemimpinan menentukan arah kebijakan yang berdampak pada kejelasan gambaran tugas yang diselesaikan dan mencegah timbulnya penghalang dalam pelaksanaan tugas yang telah disusun.

B. PENGERTIAN KEPEMIMPINAN

Kepemimpinan telah dipelajari oleh beberapa ahli-ahli di berbagai Negara. Para ahli telah mendefinisikan kepemimipinan sesuai dengan keilmuan yang mereka kuasai. Keseluruhan pengertian yang diungkapkan berdasarkan apa yang terlihat dalam suatu proses kepemimpinan.

Kepemimpinan kemampuan untuk membimbing dan mempengaruhi orang lain tanpa perlu memiliki otoritas untuk mengarahkan tingkah laku mereka (Mc Eachen, 2007). Kepemimpinan dapat dikatakan sebagai suatu cara dalam menemukan jalan mencapai suatu tujuan. Tentunya pemimpin harus memiliki minimal satu orang yang harus dipimpin olehnya. Kemudian pemimpin tersebut akan menentukan hal-hal yang harus dikerjakan olehnya dan anggotanya. Seorang pemimpin juga harus sanggup membuat anggotanya mampu mengerjakan tugas yang telah diberikan. Menjadi seorang pemimpin juga harus mempertimbangkan kemampuannya dan anggotanya. Hal ini akan sangat penting, mengigat pemimpin akan menggerakkan para pengikutnya. Jika hal ini diterapkan setiap perawat maka di masa depan perawat tidak akan mengalami kesulitan dalam memberikan pelayanan.

Kelompok atau organisasi haruslah memiliki suuatu tujuan yang jelas. Arus globalisasi membawa pengaruh yang besar terhadap keperawatan. Sebagai dampak dari globalisasi, setiap perawat harus memiliki jiwa pemimpin. Suatu keharusan bagi perawat jika ingin memberikan pelayanan kesehatan yang prima bagi pasien. Pemimpin merupakan orang yang memperlihatkan cara dan telah mendpatkan gambaran jelas tentang sesuatu (Potter, 2005).

Kepemimpinan adalah sebuah hubungan dimana satu pihak memiliki kemampuan yang lebih besar untuk mempengaruhi perilaku pihak lain yang didasarkan pada perbedaan kekuasaan antara pihak-pihak tersebut. Pimpinan yang kuat adalah mereka yang percaya diri, tegas dan tenang. Hal ini sangat dibutuhkan bagi seorang perawat menghadapi tuntutan kerja dan para konsumen, staf atau rekan kerja. Pimpinan yang kuat adalah pimpinan yang memiliki filsafat manajemen yang kokoh dan tidak merasa terancam bila ada pemikiran-pemikiran lain yang menyaingi (Pickering, 2006)

Page 4: KEPEMIMPINAN-i

Berdasarkan berbagai pendapat yang terdapat pada berbagai sumber pustaka maka dapat diambi kesimpulan bahwa kepemimpinan: 1. Merupakan kemampuan mengarahkan, membimbing dan mempengaruhi perilaku

orang lain.2. Diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi.3. Kepemimpinan dapat berjalan bila ada perbedaan kekuasaan atau wewenang antara

pemimpin dan anggota organisasi yang dipimpinnya. .

C. GAYA KEPEMIMPINANGaya kepemimpinan dapat diartikan sebagai penampilan atau karakteristik

khusus dari suatu bentuk kepemimpinan. Ada 4 (empat) gaya kepemimpinan yang telah dikenal yaitu: otokratis, demokratis, partisipatif dan laissez faire. Gaya kepemimpinan merupakan suatu faktor penting dalam menjalankan efektifitas kepemimpinannya. Seorang pemimpin memiliki cirri-ciri yang dapat diobservasi oleh para pengikutnya, sehingga pengikutnya dapat memberikan penilaian bagaimana cara pemimpin tersebut memimpin. Adapau gaya kepemimpinan menurut Perry (2005) adalah:

1. Gaya Kepemimpinan Otokratis:Pemimpin autokratik mempertahankan seluruh autoritas dan tanggung jawabnya

serta perhatian utamanya pada pencapaian tugas dan tujuan. Tipe pemimpin seperti ini membuat uraian tugas secara terinci dan menegakkan komunikasi satu arah dengan kelompoknya. Pemimpin autokratik bersifat kaku, tetap, dan dominan. Pemimpin dengan gaya seperti ini menekankan ketepatan, bekerja sesuai prosedur dan menggunakan kekuasaan untuk mengintimidasi atau menekan mereka yang gagal untuk mempertahankan keberhasilan. Pemimpin ini menaruh sedikit kepercayaan dan keyakinan pada tenaga kerjanya dan oleh sebab itu ia yang membuat seluruh keputusan. Karena itu tenaga kerja secara umum takut pada tipe pemimpin seperti ini, inisiatif dan kreatifitas individu terabaiakn.

Gaya kepemimpinan otokratis adalah gaya kepemimpinan yang menggunakan kekuatan jabatan dan kekuatan pribadi secara otoriter, melakukan sendiri semua perencanaan tujuan dan pembuatan keputusan dan memotivasi bawahan dengan cara paksaan, sanjungan, kesalahan dan penghargaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Gaya kepemimpinan ini tidak sesuai denga keadaan masyarakat sekarang. Globalisasi membutuhkan para pemimpin yang dapat membuat para pengikutnya dapat bekerja secara efektif dan efisien. Dibutuhkan banyak inisiatif dan kretivitas yang tinggi dalam menghadapi persaingan global. Jika tidak maka kita akan tersingkir dan terseleksi dengan mudah.

Gaya kepemimpinan autokratik dapat diterapkan dalam beberapa situasi. Pemimpin autokratik dibutuhkan bagi staf baru, dalam situasi yang kritis dan tidak ada waktu untuk menentukan keputusan kelompok. Pemimpin autokratik bekerja denga sangat baik pada saat krisis (mis. Henti jantung) dan dalam situasi genting (musibah) mereka telah memiliki reputasi untuk mampu menyelesaikan tugas yan sulit.

2. Gaya Kepemimpinan Demokratis:Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya seorang pemimpin yang

menghargai karakteristik dan kemampuan yang dimiliki oleh setiap anggota organisasi. Pemimpin yang demokratis menggunakan kekuatan jabatan dan kekuatan pribadi untuk

Page 5: KEPEMIMPINAN-i

menggali dan mengolah gagasan bawahan dan memotivasi mereka untuk mencapai tujuan bersama.

Gaya demokrasi merupakan pendekatan yang berpusat pada orang dimana mengizinkan pekerja lebih mengontrol dan berpartisipasi secara individual dalam pembuatan keputusan. Penekanan gaya ini berada pada pengembangan tim dan keinginan untuk berkolaborasi melalui upaya bersama dari semua anggota tim. Pemimpin demokrasi berfungsi memfasilitasi pencapaian tujuan sambil menekankan nilai dari masing-masing individu. Gaya ini tidak sesuai pada tenaga yang masih baru yang membutuhkan banyak arahan.

3. Gaya Kepemimpinan Partisipatif:Menurut Suyanto (2009), kepemimpinan partisipatif merupakan gabungan

antara otokratik dan demokratik. Yaitu pimpinan menyampaikan hasil analisis dari masalah dan mengusulkan tindakannya kepada bawahan. Untuk itu staf diminta untuk saran dan kritik yang selanjutnya keputusan akhir dilakukan bersama-sama. Dengan mempertimbangkan masukan tersebut, pimpinan selanjutnya menetapkan keputusan final tentang apa yang harus dilakukan bawahannya untuk memecahkan masalah yang ada.

4. Gaya Kepemimpinan Laisses Faire:

Kepemimpinan dengan gaya seperti ini seringkali mengacu pada istilah “gaya bebas” atau kepemimpinan permisif. Tipe ini melepaskan sepenuhnya kendali dan memilih untuk menghindari tanggung jawab dengan melimpahkan seluruh pengambilan keputusan pada kelompok.

Gaya kepemimpinan laisses faire dapat diartikan sebagai gaya “membiarkan” bawahan melakukan sendiri apa yang ingin dilakukannya. Dalam hal ini, pemimpin melepaskan tanggung jawabnya, meninggalkan bawahan tanpa arah, supervisi atau koordinasi sehingga terpaksa mereka merencanakan, melakukan dan menilai pekerjaan yang menurut mereka tepat.

Selanjutnya dapat dikemukan bahwa keempat gaya kepemimpinan di atas memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri. Setiap gaya kepemimpinan bisa efektif dalam situasi tertentu tetapi tidak efektif dalam situasi lainya (Tannenbaum dan Schmit, 1973; dikutif dari Gillies, 1996). Faktor yang menetukan efektifitas gaya kepemimpinan secara situasional meliputi: kesulitan atau kompleksitas tugas yang diberikan, waktu yang tersedia untuk menyelesaikan tugas, ukuran unit organisasi, pola komunikasi dalam organisasi, latar belakang pendidikan dan pengalaman pegawai, kebutuhan pegawai dan kepribadian pemimpin (Gillies, 1996).

D. PEMIMPIN YANG EFEKTIF PADA ERA GLOBALISASI

Fisk Mastal (2007), menemukan beberapa hal yang perlu dimiliki dan diselesaiakan oleh perawat pemimpin (CNO: Chief Nursing Officer) adalah:

1. Leadership (kepemimpinan)2. Peningkatan Inisiatif Sumber daya, seperti meningkatkan program orientasi,

mentoring, dukungan pendidikan berkelanjutan,beasiswa.3. Staffing, seperti meningkatkan jumlah perawat dibandingkan jumlah pasien.4. Pendanaan, seperti peningkatan jumlah gaji perawat, gaji diluar shifi, dan

kerjasama pendanaan pendidikan ahli.

Page 6: KEPEMIMPINAN-i

5. Likngkungan kerja, seperti memperbaiki lingkungan kerja perawat dan menghilangkan pekerjaan diluar pekerjaan perawat.

6. Penjadwalan kerja, seperti penjadwalan kerja yang fleksibel.Hal diatas menunjukkan kriteria yang harus dihadapi oleh seorang perawat jika ingin menjadi pemimpin yang baik bagi pengikutnya.

Dalam sebuah studi pustaka yang dilakukan oleh Dr. Harvath seorang praktisi ahli keperawatan gerontik, seorang professor dan direktur dari school of nursing, Oregon health and science university pada tahun 2007 bersama dengan rekan-rekanya menyatakan bahwa dalam kepemimpinan di masa depan, setiap perawat perlu mendapatkan pelatihan kepemimpinan yang meliputi 4 dimensi yaitu:

1. Interpersonal skill, meliputi komunikasi, motivasi dan inspirasi, resolusi konflik2. Clinical skill, meliputi penggunaan aplikasi praktek terbaik, pemahaman riset,

dan person-centered care3. Organization Skill, meliputi strategic planning and visioning,change theory4. Management Skill, meliputi regulatory compliance, financial and budgetary

planning, employee supervision and mentoring.

Agustyan (2006), mangatakan Pemimpin sejati adalah seorang yang selalu mencintai dan memberi perhatian kepada orang lain, sehingga ia dicintai memiliki intregitas yang kuat, sehingga ia dipercaya oleh pengikutnya. Selalu membimbing dan mengajari pengikutnya. Memiliki kepribadian yang kuat dan konsisten. Dan yang terpenting adalah memimpin berlandaskan suara hati yang fitrah.

Sangatlah penting di saat globalisasi memasuki ranah dunia keperawatan lahir pemimpin-pemimpin dari profesi perawat. Para pemimpin inilah yang akan perjuangkan tema-teman sejawat dan seprofesi. Jika pemimpin-pemimpin nasional berasal dari satu profesi maka perjuangan dalam memperbaiki kualitas pelayanan melalui pembentukan kebijakan-kebijakan yang diambil lewat birokrasi nasional akan semakin mudah tercapai. Arus globalisasi tidak akan memberikan kesempatan bagi mereka yang lemah. Termasuk juga profesi-profesi yang lemah yang membutuhkan pengakuan dan dukungan dari para pemimpin nasional. Hal yang disampaikan oleh Agustyan (2006) mewakili sifat-sifat pemimpin yang dibutuhkan pada masa globalisasi.

--oo00oo--

Page 7: KEPEMIMPINAN-i

DAFTAR PUSTAKA

Agustyan, Ary Ginanjar. 2006. Rahasia Sukses Membangun kecerdasan emosi dan spiritual ESQ; Emotional Spiritual Quotient berdasarkan 6 rukun iman dan 5 rukun islam. Jakarta: Arga Wijaya Persada

Caroline, Edna dan Putu Fajar Arcana. 2005. Perlawanan Seni Kaum Urban. Jakarta: KOMPAS, Minggu 18 September 2005

Fisk mastal, Margaret dkk. 2007. Nusing Leadership; Championing Quality And Patient Safety In The Boardroom. NURSING ECONOMIC$/November-December 2007/Vol. 25/No. 6. CNE Objectives and Evaluation: 323-331

Harvat,,Theresa A, dkk. 2008. Enhancing Nursing Leadership in Long-Term Care A Review of the Literature. Research in Gerontological Nursing • Vol. 1, No. 3: 197-198

Mc Eachen, Irene dan Jim Keogh.2007. Nurse Management Demistyfied: A Self-Teaching Guide.USA: The Mc Graw Hill Companies

Potter, Patricia A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, Dan Praktik. Jakarta: EGC

Pickering, Peg. 2006. Kiat Menangani Konflik. Jakarta: Erlangga

Suyanto. 2009. Kepemimpin dan Manajemen Keperawatan di RS. Jogjakarta: Mitra Cendikia

Swansburg, Russell C & Laurell C. Swansburg. Pengembangan Staf Keperawatan: Suatu Komponen Penegembangan Sumber Daya Manusia. Alih bahasa oleh Agung Waluyo. 2001. Jakarta: EGC Press

Tellis-Nayak, V. 2007. A Person-Centered Workplace: The Foundation For Person-Centered Caregiving In Long-Term Care. Journal of the American Medical Directors Association, 8: 46-54.