keperawatan medikal bedah tetanus
TRANSCRIPT
-
8/3/2019 Keperawatan Medikal Bedah Tetanus
1/26
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
Tetanus
Disusun oleh
Kelompok 7
Arianti Kinanti
Deni Hidayatus
Moch Aji Dwi W
Sefrina Fauziah
STIKES WIJAYA HUSADA BOGOR
PROGRAM STUDI S1 Ilmu Keperawatan
2011/2012
-
8/3/2019 Keperawatan Medikal Bedah Tetanus
2/26
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karuniaNya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini .Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas
mata kuliah keperawatan medikal bedah, dan kami menyusun makalah ini bertujuan untuk
penambahan wawasan dan sebagai pengetahuan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini. Dan juga kepada pembimbing yang telah membantu untuk
mengajarkan mata kuliah keperawatan medikal bedah.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kami dan para pembaca untuk
memberikan tambahan pengetahuan, dan wawasan khususnya dalam bidang keperawatan
medikal bedah. Apabila ada kesalahan dalam makalah ini kami mohon maaf.
Bogor, November 2011
Penulis
-
8/3/2019 Keperawatan Medikal Bedah Tetanus
3/26
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan toksin kuman Clostridium tetani,
bermanifestasi sebagai kejang otot paroksismal, diikuti kekakuan otot seluruh badan.
Kekakuan tonus otot ini selalu tampak pada otot masseter dan otot-otot rangka.
Kata tetanus diambil dari bahasa Yunani yaitu tetanos dari teinein yang berarti
menegang. Penyakit ini adalah penyakit infeksi di saat spasme otot tonik dan hiperrefleksia
menyebabkan trismus (lockjaw), spasme otot umum, melengkungnya punggung
(opistotonus), spasme glotal, kejang, dan paralisis pernapasan.
Tetanus adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh toksin kuman clostiridium
tetani yang dimanefestasikan dengan kejang otot secara proksimal dan diikuti kekakuan
seluruh badan. Kekakuan tonus otot ini selalu nampak pada otot masester dan otot rangka.
Clostridium tetani adalah kuman berbentuk batang, ramping, berukuran 2-5 x 0,4
0,5 milimikron. Kuman ini berspora termasuk golongan Gram positif dan hidupnya anaerob.
Spora dewasa mempunyai bagian yang ber bentuk bulat yang letaknya di ujung, penabuh
genderang (drum stick). Kuman mengeluarkan toksin yang bersifat neurotoksik. Toksin ini
(tetanospasmin) mula-mula akan menyebabkan kejang otot dan saraf perifer setempat. Toksin
mi labil pada pemaanasan, pada suhu 650C akan hancur dalam 5 menit. Di samping itu
dikenai pula tetanolisin yang bersifat hemolisis, yang perannya kurang berarti dalam proses
penyakit
-
8/3/2019 Keperawatan Medikal Bedah Tetanus
4/26
BAB II
PEMBAHASAN
PENGERTIAN TETANUS
Penyakit tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan toksin kuman Clostridium
tetani, bermanisfestasi dengan kejang otot secara proksimal dan diikuti kekakuan otot seluruh
badan, Kekakuan tonus otot massater dan otot-otot rangka.
Tetanus adalah penyakit dengan tanda utama kekakuan otot (spasme) tanpa disertai
gangguan kesadaran. Gejala ini bukan disebabkan oleh kuman clostridium tetani, tetapi
akibat toksin (tetanospasmin) yang dihasilkan kuman. Tetanus adalah penyakit infeksi yang
ditandai oleh kekakuan dan kejang otot, tanpa disertai gangguan kesadaran, sebagai akibat
dari toksin kuman closteridium tetani
Penyakit tetanus merupakan salah satu infeksi yang berbahaya karena mempengaruhi
sistem urat saraf dan otot. Kata tetanus diambil dari bahasa Yunani yaitu tetanos dari teinein
yang berarti menegang. Penyakit ini adalah penyakit infeksi di mana spasme otot tonik dan
hiperrefleksia menyebabkan trismus (lockjaw), spasme otot umum, melengkungnya
punggung (opistotonus), spasme glotal, kejang dan spasme dan paralisis pernapasan.
Clostridium tetani termasuk dalam bakteri Gram positif, anaerob obligat, dapat
membentuk spora, dan berbentuk drumstick. Spora yang dibentuk oleh C. tetani ini sangat
resisten terhadap panas dan antiseptik. Ia dapat tahan walaupun telah diautoklaf (1210C, 10-
15 menit) dan juga resisten terhadap fenol dan agen kimia lainnya. Bakteri Clostridium tetani
ini banyak ditemukan di tanah, kotoran manusia dan hewan peliharaan dan di daerah
-
8/3/2019 Keperawatan Medikal Bedah Tetanus
5/26
pertanian. Umumnya, spora bakteri ini terdistribusi pada tanah dan saluran penceranaan serta
feses dari kuda, domba, anjing, kucing, tikus, babi, dan ayam. Ketika bakteri tersebut berada
di dalam tubuh, ia akan menghasilkan neurotoksin (sejenis protein yang bertindak sebagai
racun yang menyerang bagian sistem saraf). C. tetani menghasilkan dua buah eksotoksin,
yaitu tetanolysin dan tetanospasmin. Fungsi dari tetanoysin tidak diketahui dengan pasti,
namun juga dapat memengaruhi tetanus. Tetanospasmin merupakan toksin yang cukup kuat.
Penyakit tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan toksin (racun) kuman
Clostridium tetani. Jadi yang berbahaya adalah toksin yang dihasilkan, dan bukan kumannya
itu sendiri. Kuman ini hidupnya anaerob: artinya hidup di lingkungan yang miskin oksigen.
Bakteri Clostridium tetani ini banyak ditemukan di tanah, kotoran manusia dan hewan
peliharaan serta di daerah pertanian.
ETIOLOGI
Kuman tetanus yang dikenal sebagai Clostridium Tetani; berbentuk batang yang
langsing dengan ukuran panjang 25 um dan lebar 0,30,5 um, termasuk gram positif dan
bersifat anaerob. Clostridium Tetani dapat dibedakan dari tipe lain berdasarkan flagella
antigen.
Kuman tetanus ini membentuk spora yang berbentuk lonjong dengan ujung yang
butat, khas seperti batang korek api (drum stick) Sifat spora ini tahan dalam air mendidih
selama 4 jam, obat antiseptik tetapi mati dalam autoclaf bila dipanaskan selama 1520 menit
pada suhu 121C. Bila tidak kena cahaya, maka spora dapat hidup di tanah berbulanbulan
bahkan sampai tahunan. Juga dapat merupakanflora usus normal dari kuda, sapi, babi,
-
8/3/2019 Keperawatan Medikal Bedah Tetanus
6/26
domba, anjing, kucing, tikus, ayam dan manusia. Spora akan berubah menjadi bentuk
vegetatif dalam anaerob dan kemudian berkembang biak.
Bentuk vegetatif tidak tahan terhadap panas dan beberapa antiseptik Kuman tetanus
tumbuh subur pads suhu 17C dalam media kaldu daging dan media agar darah. Demikian
pula dalam media bebas gula karena kuman tetanus tidak dapat mengfermentasikan glukosa.
Kuman tetanus tidak invasif. tetapi kuman ini memproduksi 2 macam eksotoksin
yaitu tetanospasmin dan tetanolisin. Tetanospasmis merupakan protein dengan berat molekul
150.000 Dalton, larut dalam air labil pada panas dan cahaya, rusak dengan enzim proteolitik.
tetapi stabil dalam bentuk murni dan kering. Tetanospasmin disebut juga neurotoksin karena
toksin ini melalui beberapa jalan dapat mencapai susunan saraf pusat dan menimbulkan
gejala berupa kekakuan (rigiditas), spasme otot dan kejangkejang, Tetanolisin menyebabkan
lisis dari selsel darah merah.
Berbagai keadaan yang dapat menyebabkan timbulnya suasana anaerob antara lain:
(1) luka dalam, misalnya luka tusuk karena paku, pecahan kaca, pisau dan benda tajam
lainnya; (2) luka karena tabrakan, kecelakaan kerja ataupun karena perang; (3) luka-luka
ringan seperti luka gores atau gigitan serangga.
Masuknya kuman hingga timbul gejala tetanus membutuhkan waktu antara 2-21 hari.
Timbulnya gejala klinis biasanya mendadak, didahului oleh ketegangan otot terutama pada
rahang dan leher. Kemudian timbul juga kesukaran membuka mulut.
Pasien harus segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan yang
lebih memadai. Penatalaksanaan meliputi perawatan luka serta pemberian anti toksin, anti
kejang dan antibiotik.
Faktor predisposisi
-
8/3/2019 Keperawatan Medikal Bedah Tetanus
7/26
y Umur tua atau anak-anaky Luka yang dalam dan kotory Belum terimunisasiy Luka tusuk, gigitan binatang, luka bakary Luka operasi yang tidak dirawat dan dibersihkan dengan baiky OMP, caries gigiy Pemotongan tali pusat yang tidak steril.y Penjahitan luka robek yang tidak steril.
PATOFISIOLOGI
Bentuk spora dalam suasana anaerob dapat berubah menjadi kuman vegetatif yang
menghasilkan eksotoksin. Toksin ini menjalar intrakasonal sampai ganglin/simpul saraf dan
menyebabkan hilangnya keseimbanngan tonus otot sehingga terjadi kekakuan otot baik lokal
maupun mnyeluruh. Bila toksin banyak, selain otot bergaris, otot polos dan saraf otak juga
terpengaruh.
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi
CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan
permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan
mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na
+) dan elektrolit
lainnya, kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi ion K
+dalam sel neuron tinggi dan
konsentrasi Na+
rendah, sedang di luar sel neuron terdapat keadaan sebalikya. Karena
perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan
-
8/3/2019 Keperawatan Medikal Bedah Tetanus
8/26
potensial membran yang disebut potensial membran dari neuron. Untuk menjaga
keseimbangan potensial membran diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang
terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh :
y Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraselulary Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau aliran listrik
dari sekitarnya
y Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan metabolisme
basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada orang dewasa sirkulasi
otak mencapai 15 % dari seluruh tubuh. Oleh karena itu kenaikan suhu tubuh dapat
mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi
difusi dari ion kalium maupun ion natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas
muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke
membran sel sekitarnya dengan bantuan neurotransmitter dan terjadi kejang. Kejang yang
berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan
oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia,
asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme anerobik, hipotensi artenal disertai denyut
jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan makin meningkatnya
aktifitas otot dan mengakibatkan metabolisme otak meningkat.
-
8/3/2019 Keperawatan Medikal Bedah Tetanus
9/26
TANDA DAN GEJALA
Masa inkubasi tetanus berkisar antara 2-21 hari. Ketegangan otot rahang dan leher (mendadak). Kesukaran membuka mulut (trismus). Kaku kuduk (epistotonus), kaku dinding perut dan tulang belakang. Saat kejang tonik tampak risus sardonikus.
GEJALA KELINIS
Timbulnya gejala klinis biasanya mendadak, didahului dengan ketgangan otot
terutama pada rahang dan leher. Kemudian timbul kesukaran membuka mulut (trismus)
karena spsme otot massater. Kejang otot ini akan berlanjut ke kuduk (opistotonus) dinding
-
8/3/2019 Keperawatan Medikal Bedah Tetanus
10/26
perut dan sepanjang tulang belakang. Bila serangan kejang tonik sedang berlangsung serimng
tampak risus sardonukus karena spsme otot muka dengan gambaran alsi tertarik ke atas, sudut
mulut tertarik ke luar dan ke bawah, bibir tertekan kuat pada gigi. Gambaran umum yang
khas pada tetanus adalah berupa badan kaku dengan epistotonus, tungkai dalam ekstrensi
lengan kaku dan tangan mengapal biasanya kesadaran tetap baik. Serangan timbul
paroksimal, dapat dicetus oleh rangsangan suara, cahaya maupun sentuhan, akan tetapi dapat
pula timbul spontan. Karena kontraksi otot sangat kuat dapat terjadi asfiksia dan sianosis,
retensi urin bahkan dapat terjadi fraktur collumna vertebralis (pada anak). Kadang dijumpai
demam yang ringan dan biasanya pada stadium akhir
Gambaran umum yang khas pada tetanus
y Badan kaku dengan epistotonusy Tungkai dalam ekstensiy Lengan kaku dan tangan mengepaly Biasanya keasadaran tetap baiky Serangan timbul proksimal dan dapat dicetuskan oleh karena :
Rangsang suara, rangsang cahaya, rangsang sentuhan, spontan Karena kontriksi sangat kuat dapat terjadi aspiksia, sianosis, retensi
urine, fraktur
vertebralis (pada anak-anak), demam ringan dengan stadium akhir. Pada saat kejang
suhu dapat naik 2-4 derakat celsius dari normal, diaphoresis, takikardia dan sulit menelan.
Gejala penyakit tetanus bisa dibagi dalam tiga tahap, yaitu:
y Tahap awal
-
8/3/2019 Keperawatan Medikal Bedah Tetanus
11/26
Rasa nyeri punggung dan perasaan tidak nyaman di seluruh tubuh merupakan gejala
awal penyakit ini. Satu hari kemudian baru terjadi kekakuan otot. Beberapa penderita juga
mengalami kesulitan menelan. Gangguan terus dialami penderita selama infeksi tetanus
masih berlangsung.
y Tahap keduaGejala awal berlanjut dengan kejang yang disertai nyeri otot pengunyah (Trismus).
Gejala tahap kedua ini disertai sedikit rasa kaku di rahang, yang meningkat sampai gigi
mengatup dengan ketat, dan mulut tidak bisa dibuka sama sekali. Kekakuan ini bisa menjalar
ke otot-otot wajah, sehingga wajah penderita akan terlihat menyeringai (Risus Sardonisus),
karena tarikan dari otot-otot di sudut mulut.
Selain itu, otot-otot perut pun menjadi kaku tanpa disertai rasa nyeri. Kekakuan
tersebut akan semakin meningkat hingga kepala penderita akan tertarik ke belakang.
(Ophistotonus). Keadaan ini dapat terjadi 48 jam setelah mengalami luka.
Pada tahap ini, gejala lain yang sering timbul yaitu penderita menjadi lambat dan sulit
bergerak, termasuk bernafas dan menelan makanan. Penderita mengalami tekanan di daerah
dada, suara berubah karena berbicara melalui mulut atau gigi yang terkatub erat, dan gerakan
dari langit-langit mulut menjadi terbatas.
Tahap ketigaDaya rangsang dari sel-sel saraf otot semakin meningkat, maka terjadilah kejang
refleks. Biasanya hal ini terjasi beberapa jam setelah adanya kekakuan otot. Kejang otot ini
bisa terjadi spontan tanpa rangsangan dari luar, bisa pula karena adanya rangsangan dari luar.
Misalnya cahaya, sentuhan, bunyi-bunyian dan sebagainya. Pada awalnya, kejang ini hanya
berlangsung singkat, tapi semakin lama akan berlangsung lebih lama dan dengan frekuensi
yang lebih sering.
-
8/3/2019 Keperawatan Medikal Bedah Tetanus
12/26
Selain dapat menyebabkan radang otot jantung (mycarditis), tetanus dapat
menyebabkan sulit buang air kecil dan sembelit. Pelukaan lidah, bahkan patah tulang
belakang dapat terjadi akibat adanya kejang otot hebat. Pernafasan pun juga dapat terhenti
karena kejang otot ini, sehingga beresiko kematian. Hal ini disebabkan karena sumbatan
saluran nafas, akibat kolapsnya saluran nafas, sehingga refleks batuk tidak memadai, dan
penderita tidak dapat menelan.
Secara klinis, tetanus dibedakan atas :
Tetanus lokalDitandai dengan rasa nyeri dan spasmus otot di bagian proksimal luka; gejala ini
dapat terjadi selama beberapa minggu dan menghilang tanpa gejala sisa. Bentuk ini dapat
berkembang menjadi bentuk umum; kasus fatal kira-kira 1%.
Tetanus umumMerupakan bentuk tetanus yang paling banyak dijumpai, dapat timbul mendadak,
trismus merupakan gejala awal yang paling sering dijumpai. Spasmus otot maseter dapat
terjadi bersamaan dengan kekakuan otot leher dan kesukaran menelan, biasanya disertai
kegelisahan dan iritabilitas. Trismus yang menetap menyebabkan ekspresi wajah yang
karakteristik berupa risus sardonicus. Kontraksi otot meluas, pada otot-otot perut
menyebabkan perut papan dan kontraksi otot punggung yang menetap menyebabkan
opistotonus; dapat timbul kejang tetani bermacam grup otot, menimbulkan aduksi lengan dan
ekstensi ekstremitas bawah. Selama periode ini penderita berada dalam kesadaran penuh.
Tetanus sefalikJenis ini jarang dijumpai; masa inkubasi 1-2 hari, biasanya setelah luka di kepala,
wajah atau otitis media; banyak kasus berkembang menjadi tipe umum. Tetanus tipe ini
mempunyai prognosis buruk.
-
8/3/2019 Keperawatan Medikal Bedah Tetanus
13/26
PEMERIKSAAN DIANOSTIK
Pemeriksaan fisik : adanya luka dan ketegangan otot yang khas terutama pada rahang Pemeriksaan darah leukosit 8.000-12.000 m/L Diagnosa didasarkan pada riwayat perlukaan disertai keadaan klinis kekakuan otot
rahang.
Laboratorium ; leukositosis ringan, peninggian tekanan otak, deteksi kuman sulit Pemeriksaan Ecg dapat terlihat gambaran aritmia ventrikuler
KOMPLIKASI TETANUS
y BronkopneumoniBronchopneumoni adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola
penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronchi dan
meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya.(Smeltzer ; Suzanne C, 2002 : 572)
Bronchopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas yang disebabkan
oleh bakteri staphylococcus, Haemophillus influenzae atau karena aspirasi makanan dan
minuman. Dari saluran pernafasan kemudian sebagian kuman tersebut masukl ke saluran
pernafasan bagian bawah dan menyebabkan terjadinya infeksi kuman di tempat tersebut,
sebagian lagi masuk ke pembuluh darah dan menginfeksi saluran pernafasan.
y Asfiksia dan sianosisSuatu keadaan dimana sekatan atau halangan pernafasan berlaku hingga
memyebabkan berlakunya kekurangan oksigen pada sel-sel badan.
-
8/3/2019 Keperawatan Medikal Bedah Tetanus
14/26
PENCEGAHAN TETANUS
Pencegahan penyakit tetanus meliputi :
Anak mendapatkan imunisasi DPT diusia 3-11 Bulan Ibu hamil mendapatkan suntikan TT minimal 2 X Pencegahan terjadinya luka & merawat luka secara adekuat Pemberian anti tetanus serum.
PENATALAKSANAAN MEDIS
A. UmumTetanus merupakan keadaan darurat, sehingga pengobatan dan perawatan harus segera
diberikan :
1. Netralisasi toksin dengan injeksi 3000-6000 iu immunoglobulin tetanusdisekitar luka 9tidak boleh diberikan IV).
2. Sedativa-terapi relaksan ; Thiopental sodium (Penthotal sodium) 0,4% IV drip;Phenobarbital (luminal) 3-5 mg/kg BB diberikan secara IM, iV atau PO tiap 3-
6 jam, paraldehyde 9panal) 0,15 mg/kg BB Per-im tiap 4-6 jam.
3. Agen anti cemas ; Diazepam (valium) 0,2 mg/kg BB IM atau IV tiap 3-4 jam,dosis ditingkatkan dengan beratnya kejang sampai 9,5 mg/kg BB/24 jam untuk
dewasa.
4. Beta-adrenergik bolcker; propanolol 9inderal) 0,2 mg aliquots, untuk total dari2 mg IV untuk dewasa atau 10 mg tiap 8 jam intragastrik, digunakan untuk
pengobatan sindroma overaktivitas sempatis jantung.
-
8/3/2019 Keperawatan Medikal Bedah Tetanus
15/26
5. Penanggulangan kejang; isolasi penderita pada tempat yang tenang, kurangirangsangan yang membuat kejang, kolaborasi pemeberian obat penenang.
6. Pemberian Penisilin G cair 10-20 juta iu (dosis terbagi0 dapat diganti dengantetraciklin atau klinamisin untuk membunuh klostirida vegetatif.
7. Pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit.8. Diit tKTP melalui oral/ sounde/parenteral9. Intermittent positive pressure breathing (IPPB) sesuai dengan kondisi klien.10.Indwelling cateter untuk mengontrol retensi urine.11.Terapi fisik untuk mencegah kontraktur dan untuk fasilitas kembali fungsi
optot dan ambulasi selama penyembuhan.
B. Pembedahan1. Problema pernafasan ; Trakeostomi (k/p) dipertahankan beberapa minggu;
intubasi trakeostomi atau laringostomi untuk bantuan nafas.
2. Debridemen atau amputasi pada lokasi infeksi yang tidak terdeteksi.
-
8/3/2019 Keperawatan Medikal Bedah Tetanus
16/26
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN TETANUS
PENGKAJIAN
1. Identitas pasien : nama, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, tanggal masuk,tanggal pengkajian, diagnosa medik, rencana terapi.
2. Identitas orang tua Ayah : nama, usia, pendidikan, pekerjaan, agama, alamat. Ibu : nama, usia, pendidikan, pekerjaan, agama, alamat
3. Identitas sudara kandung.4. Keluhan utama/alasan masuk RS.5. Riwayat Kesehatan6. Riwayat kesehatan sekarang.7. Riwayat kesehatan masa lalu.
Ante natal care Natal Post natal care
8. Riwayat kesehatan keluarga.9. Riwayat imunisasi10. Riwayat tumbuh kembang
Pertumbuhan fisik Perkembangan tiap tahap
-
8/3/2019 Keperawatan Medikal Bedah Tetanus
17/26
11.Riwayat Nutrisi Pemberian asi Susu Formula Pemberian makanan tambahan Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini Riwayat Psikososial Riwayat Spiritual
12.Reaksi HospitalisasiPemahaman keluarga tentang sakit yang rawat nginap.
13.Aktifitas sehari-hari Nutrisi Cairan Eliminasi BAB/BAK Istirahat tidur Olahraga Personal Hygiene Aktifitas/mobilitas fisik Rekreasi
14.Pemeriksaan Fisik keadaan umum klien Tanda-tanda vital Antropometri Sistem pernafasan Sistem Cardio Vaskuler Sistem Pencernaan
-
8/3/2019 Keperawatan Medikal Bedah Tetanus
18/26
Sistem Indra Sistem muskulo skeletal Sistem integument Sistem Endokrin istem perkemihan Sistem reproduksi Sistem imun Sistem saraf : Fungsi cerebral, fungsi kranial, fungsi motorik, fungsi
sensorik, fungsi cerebelum, refleks, iritasi meningen
15.Pemeriksaan tingkat perkembangan 0 6 tahun dengan menggunakan DDST (motorik kasar, motorik halus,
bahasa, personal sosial).
6 tahun keatas (perkembangan kognitif, Psikoseksual, Psikososial). Tes Diagnostik Terapi
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sputumpada trakea dan spasme otot pernafasan.
2. Gangguan pola nafas berhubungan dengan jalan nafas terganggu akibat spasmeotot-otot pernafasan
3. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan efek toksin (bakterimia )
-
8/3/2019 Keperawatan Medikal Bedah Tetanus
19/26
4. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kekakuanotot pengunyah
5. Hubungan interpersonal terganggu berhubungan dengan kesulitan bicara6. Gangguan kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan kondisi lemah dan sering
kejang
7. Resiko terjadi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan intakeyang kurang dan oliguria
8. Resiko terjadi cedera berhubungan dengan sering kejang9. Kurangnya pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakit tetanus dan
penanggulangannya berhubungan dengan kurangnya informasi
10.Kurangnya kebutuhan istirahat berhubungan dengan sering kejang
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sputum padatrakea dan spasme otot pernafasan
Ditandai dengan :
Ronchi, sianosis, dyspnea, batuk tidak efektif disertai dengan sputum atau lender,
hasil pemeriksaan laboratorium menunjukan : AGD abnormal (asidosis respiratotik)
Tujuan:
Jalan nafas efektif
Kriteria:
y Klien tidak sesak, lender atau sleam tidak aday Pernafasan 16 18 kali/menit
-
8/3/2019 Keperawatan Medikal Bedah Tetanus
20/26
y Tidak ada pernafasan cuping hidunGy Tidak ada tambahan otot pernafasany Hasil pemeriksaan laboratorium darah AGD dalam batas normal ( pH=7,35 7,45 ;
PCO2= 35 45 mmHg, PO2 = 80 100 mmHg )
Intervensi dan rasional
y Bebaskan jalan nafas dengan mengatur posisi kepala ekstensi. Rasional : secaraanatomi posisi kepala ekstensi merupakan cara untuk meluruskan rongga
pernafasan sehingga proses respirasi tetap berjalan lancar dengan menyingkirkan
pembuntuan jalan nafas.
y Pemeriksaan fisik dengan cara auskultasi mendengar suara nafas (adakah ronchi)tiap 2 4 jam sekali. Rasional : ronchi menunjukan adanya gangguan pernafasan
akibat atas cairan atau secret yang menutupi sebagian dari saluran pernafasan
sehingga perlu dikeluarkan untuk mengoptimalkan jalan nafas.
y Bersihkan mulut dan saluran nafas dari secret dan lendir dengan melakukansection. Rasional : section merupakan tindakan bantuan untuk mengeluarkan
secret, sehingga mempermudah proses respirasi.
y Oksigenisasi sesuai intruksi dokter. Rasional : pemberian oksigen secara adekuatdapat mensuplai dan memberikan cadangan oksigen, sehingga mencegah terjadi
hipoksia
y Observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam. Rasional : dyspnea, sianosis merupakantanda terjadinya gangguan nafas disertai dengan kerja jantung yang menurun
timbul tacikardi dan capillary reffil time yang memanjang/lama.
y Observasi timbulnay gagal nafas/apnea. Rasional : ketidakmampuan tubuh dalamproses respirasi diperlukan intervensi yang kritis dengan menggunakan alat bantu
pernafasan (mechanical ventilation)
-
8/3/2019 Keperawatan Medikal Bedah Tetanus
21/26
y Kolaborasi dalam pemberian obat pengencer secret (mukolotik). Rasional : obatmukolitik dapat mengencerkan secret yang kental sehingga mudah mengeluarkan
dan mencegah kekentalan.
2. Gangguan pola nafas berhubungan dengan jalan nafas terganggu akibat spasme otot-otot pernafasan
Ditandai dengan :
Kejang rangsangan, kontraksi otot-otot pernafasan, adanya lender dan secret yang
menumpuk.
Tujuan :
Pola nafas teratur dan normal
Kriteria :
y Hipoksemia teratasi, mengalami perbaikan pemenuhan kebutuhan oksigeny Tidak sesak, pernafasan normal 16 18 kali/menity Tidak sianosis
Intervensi dan rasional :
y Monitor irama pernafasan dan respirasi rate. Rasional : indikasi adanya penyimpangan atau kelainan dari pernafasan dapat dilihat dari frekuensi, jenis
pernafasan, kemampuan dan irama nafas.
y Atur posisi luruskan jalan nafas. Rasional : jalan nafas yang longgar tidak adasumbatan proses respirasi dapat berjalan dengan lancar.
y Observasi tanda dan gejala sianosis. Rasional : sianosis merupakan salah satutanda manifestasi klinik ketidakadekuatan suplai O2 pada jaringan tubuh perifer.
-
8/3/2019 Keperawatan Medikal Bedah Tetanus
22/26
y Berikan oksigenasi sesuai dengan intruksi dokter. Rasional : pemberian oksigensecara adekuat dapat mensuplai dan memberikan cadangan oksigen, sehingga
mncegah terjadinya hipoksia.
y Observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam. Rasional : dyspnea, sianosis merupan tandaterjadinya gangguan nafas disertai dengan kerja jantung yang menurun timbul
tacikardi dan capillary reffil time yang memanjang/lama.
y Observasi timbulnya gagal nafas. Rasional : ketidakmampuan tubuh dalam prosesrespirasi diperlukan intervensi yang kritis dengan menggunakan alat bantu
pernafasan (mechanical ventilato)
y Kolaborasi dalam pemeriksaan analisa gas darah. Rasional : kompensasi tubuhterhadap gangguan proses difusi dan perfusi jaringan dapat mengakibatkan
terjadinya asidosis respiratory.
3. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan efek toksin (bakterimia)Ditandai dengan :
Suhu tubuh meningkat menjadi 38 40 C, hiperhidrasi, sel darah putih lebih dari
10.000/mm3
Tujuan :
Suhu tubuh normal
kriteria :
y Suhu kembali normal 36 37 Cy Hasil laboratorium sel darah putih (leukosit) antara 5.000 10.000/mm3
Intervensi dan rasional :
-
8/3/2019 Keperawatan Medikal Bedah Tetanus
23/26
y Atur suhu lingkungan yang nyaman. Rasional : iklim lingkungan dapatmempengaruhi kondisi dan suhu tubuh individu sebagai suatu proses adaptasi
melalui proses evaporasi dan konveksi
y Pantau suhu tubuh tiap 2 jam. Rasional : identifikasi perkembangan gejala-gejalakearah syok exhaustion
y Berikan hidrasi atau minum yang adekuat. Rasional : cairan-cairan membantumenyegarkan badan dan merupakan kompresi badan dari demam.
y Lakukan tindakan teknik aseptic dan antiseptic pada perawatan luka. Rasional:perawatan luka mengeleminasi kemungkinan toksin yang masih berada disekitar
luka.
y Berikan kompres dingin bila tidak terjadi eksternal rangsangan kejang. Rasional :kompres dingin merupakan salah satu cara untuk menurunkan suhu tubuh dengan
cara proses konduksi.
y Laksanakan program pengobatan antibiotic dan antipiretik. Rasional : obat-obatanantibacterial dapat mempunyai spectrum untuk mengobati bakteri gram positif,
atau bakteri gram negative, antipiretik bekerja sebagai proses termoregulasi untuk
mengantisipasi panas.
y Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium leukosit. Rasional : hasil pemeriksaan leukosit yang meningkat lebih dari 100.000/mm3
mengidentifikasikan adanya infeksi dan atau untuk mengikuti perkembangan
pengobatan yang diprogramkan.
4. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kekakuan ototpengunyah
Ditandai dengan :
-
8/3/2019 Keperawatan Medikal Bedah Tetanus
24/26
Intake kurang, makan dan minuman yang masuk lewat mulut kembali lagi dapat
melalui hidung dan berat badan menurun disertai hasil pemeriksaan protein atau albumin
kurang dari 3,5 mg%
Tujuan :
Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria :
y Berat badan optimaly Intake adekuaty Hasil pemeriksaan albumin 3,5 5 mg%
Intervensi dan rasional :
y Jelaskan faktor yang mempengaruhi kesuliatan dalam makan dan pentingnyamakanan bagi tubuh. Rasional : dampak dari tetanus adalah adanya kekakuan dari otot
pengunyah sehingga klien mengalami kesuliatan menelan dan kadang timbul reflex
balik atau kesedak. Dengan tingkat pengetahuan yang adekuat diharapkan klien dapat
berpartisipasi dan kooperatif dalam program diet.
y Kolaborasi dengan tim gizi untuk pemberian diet TKTP cair, lunak, dan bubur kasar.Rasional : diet yang diberikan sesuai dengan keadaan klien dari tingkat membuka
mulut dan proses mengunyah
y Kolaborasi untuk memberikan caiaran IV line. Rasioanal : pemberian cairan perinfusdiberikan pada klien dengan ketidakmampuan mengunyah atau tidak bisa makan
lewat mulut sehingga kebutuhan nutrisi terpenuhi.
y Kolaborasikan untuk pemasangan NGT bila perlu. Rasional : NGT dapat berfungsisebagai masuknya makanan juga untuk memberikan obat
-
8/3/2019 Keperawatan Medikal Bedah Tetanus
25/26
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan toksin kuman Clostridium tetani.
Etiologi tetanus disebabkan oleh bakteri clostiridium tetani yang didukung oleh adanya luka
yang dalam dengan perawatan yang salah. Tanda dan gejala tetanus antara lain : a. Masa
inkubasi tetanus berkisar antara 2-21 hari, ketegangan otot rahang dan leher (mendadak),
kesukaran membuka mulut (trismus), kaku kuduk (epistotonus), kaku dinding perut dan
tulang belakang, dan saat kejang tonik tampak risus sardonikus. Gambaran umum yang khas
pada tetanus antara lain : Badan kaku dengan epistotonus, tungkai dalam ekstensi, lengan
kaku dan tangan mengepal, dan biasanya keasadaran tetap baik. Pemeriksaan diagnostic pada
tetanus antara lain : Pemeriksaan fisik yaitu adanya luka dan ketegangan otot yang khas
terutama pada rahang, Pemeriksaan darah leukosit 8.000-12.000 m/L, peninggian tekanan
otak, deteksi kuman sulit, dan Pemeriksaan ECG dapat terlihat gambaran aritmia ventrikuler.
Pencegahan agar tidak terkena tetanus antara lain : Anak mendapatkan imunisasi DPT diusia
3-11 Bulan, Ibu hamil mendapatkan suntikan TT minimal 2 X, Pencegahan terjadinya luka &
merawat luka secara adekuat, dan Pemberian anti tetanus serum.
-
8/3/2019 Keperawatan Medikal Bedah Tetanus
26/26
DAFTARPUSTAKA
Suddart, & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Doenges, ME. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi.3.Jakarta: EGC http://yoedhasflyingdutchman.blogspot.com/2010/04/asuhan-keperawatan-pasien-
dengan_9221.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Tetanus