keputusan cina melakukan normalisasi hubungan...
TRANSCRIPT
KEPUTUSAN CINA MELAKUKAN NORMALISASI
HUBUNGAN DIPLOMATIK DENGAN NORWEGIA 2016
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Arlinda Ayuningtyas
1112113000040
PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
ii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Skripsi yang berjudul:
KEPUTUSAN CINA MELAKUKAN NORMALISASI HUBUNGAN
DIPLOMATIK DENGAN NORWEGIA 2016
1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua Sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli
saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya
bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tangerang Selatan, 03 Mei 2019
Arlinda Ayuningtyas
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI
Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:
Nama : Arlinda Ayuningtyas
NIM : 1112113000040
Program Studi : Ilmu Hubungan Internasional
Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul
KEPUTUSAN CINA MELAKUKAN NORMALISASI HUBUNGAN
DIPLOMATIK DENGAN NORWEGIA 2016
dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji
Mengetahui,
Ketua Program Studi
Ahmad Alfajri, MA
NIP.-
Tangerang Selatan, 02 Mei 2019
Menyetujui,
Pembimbing,
Febri Dirgantara Hasibuan, M.M.
NIP.-
iv
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
SKRIPSI
KEPUTUSAN CINA MELAKUKAN NORMALISASI HUBUNGAN
DIPLOMATIK DENGAN NORWEGIA 2016
oleh
Arlinda Ayuningtyas
1112113000040
Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 22 Mei
2019. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Hubungan Internasional.
Ketua, Sekretaris,
Ahmad Alfajri, MA Eva Mushoffa, MHSPS
NIP- NIP-
Penguji I, Penguji II,
M.Adian Firnas, M.Si Robi Sugara, M.Sc
NIP- NIP-
Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 22 Mei 2019
Ketua Program Studi
Ahmad Alfajri, MA
v
ABSTRAKSI
Skripsi ini menganalisa keputusan Cina melakukan normalisasi hubungan
diplomatik dengan Norwegia pada 2016. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui alasan Cina memutuskan untuk melakukan normalisasi hubungan
diplomatik dengan Norwegia setelah enam tahun Cina membekukan hubungan
diplomatiknya terhadap Norwegia. Penelitian skripsi ini menggunakan metode
penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif analitis dengan tekhnik pengumpulan
dan pengolahan data sekunder (studi pustaka). Kerangka pemikiran yang
digunakan adalah kepentingan nasional dan kebijakan luar negeri. Pada penelitian
ini dapat disimpulkan bahwa keputusan Cina melakukan normalisasi hubungan
diplomatik dengan Norwegia pada 2016 adalah untuk melindungi dan
menunjukkan kepentingan inti Cina, melanjutkan kembali perjanjian perdagangan
bebas dengan Norwegia, akses teknologi untuk eksplorasi energi dan akses
menuju kawasan Arktik. Kebijakan untuk melakukan normalisasi diplomatik
dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor Internal yaitu kondisi
sosio-ekonomi Cina dan dokumen rencana lima tahunan Cina ke-13 sedangkan
untuk faktor eksternalnya adalah langkah diplomatik Norwegia melalui tindakan
dan dukungannya terhadap berbagai kepentingan Cina.
Kata kunci : Cina, Norwegia, Kebijakan Luar Negeri, Kepentingan Nasional
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT
atas berkat, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi
ini sebagai salah satu syarat akademis di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidyatullah Jakarta untuk mendapatkan gelar sarjana pada program studi
Hubungan Internasional. Shalawat beserta salam semoga selalu tercurah kepada
junjungan kita, Nabi Muhammad SAW. beserta para keluarga, sahabat, dan
pengikutnya hingga akhir zaman. Penyelesaian skripsi ini juga tidak lepas dari
peran dan dukungan dari berbagai pihak yang terlibat selama proses pembuatan
skripsi. Sehubungan dengan itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Keluarga tercinta terutama kepada Bapak dan Ibu penulis yaitu Bapak
Iman Sujatman dan Ibu Sulastri atas do’a dan dukungannya yang selalu
diberikan untuk kelancaran skripsi ini. Untuk dua adik penulis, Arlita
Alistia dan Artria Alifia yang selalu mendukung baik disaat suka maupun
sulit dengan canda dan nyanyiannya agar penulis terus bersemangat dalam
menyelesaikan skripsi.
2. Bapak Febri Dirgantara Hasibuan, M.M selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah meluangkan waktu, pemikiran, dan tenaga untuk membantu
pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
3. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Bapak Dr. Ali Munhanif, M.A., Ketua Program Studi Hubungan
vii
Internasional Bapak Ahmad Alfajri, M.A., dan Sekretaris Program Studi
Hubungan Internasional Ibu Eva Mushafa, MHSPS.
4. Jajaran dosen Program Studi Hubungan Internasional UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah menyalurkan ilmunya yang sangat
bermanfaat kepada penulis selama menempuh perkuliahan beserta seluruh
staf administrasi FISIP yang telah membantu kelancaran penulis dalam
menyelesaikan studi
5. Sahabat-sahabat penulis semasa perkuliahan Dita Kirana, Tasya Safirah
Ghassani, Dinda Cipta Savitry, Hani Samantha M., dan Ratna Widya Laily
yang selalu memberikan dukungan pada penulis.
6. Sahabat-sahabat penulis sejak masa SMA, Dwi Menur Mandriati S.,
Rahmawati Budi Utami, Arieta Dwi Rahayu, Dian Dianti Avoressi,
Natasha Rahadianita dan Lulu Adilla Latifah yang selalu menyemangati,
memotivasi dan menjadi pendengar yang baik bagi penulis.
7. Seluruh teman HI angkatan 2012 yang telah memberikan dukungan dan
keceriaan selama masa perkuliahan.
8. Para fighter akhir, Irma, Tasya, Dinda, Sakina, Putri, Aisyah, Mugi,
Djordi, Indra, Gusti, Niyomi, Farah, Eufrat, Fahri, Luthfi, Nurul, Ijul,
Ismail dan Zaky yang selalu menumbuhkan optimisme dan saling support
bahwa kita bisa menyelesaikan ini.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
banyak membantu selama proses penyusunan skripsi ini.
viii
Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan maka saran dan kritik sangat
diharapkan untuk mengisi kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam skripsi
ini. Semoga skripsi ini membawa manfaat dan menambah wawasan bagi para
pembaca.
Jakarta, 03 Mei 2019
Arlinda Ayuningtyas
ix
DAFTAR ISI
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME .................................................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ............................................... iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SIDANG SKRIPSI ............................. iv
ABSTRAK .................................... ................................................................. v
KATA PENGANTAR .................. ................................................................. vi
DAFTAR ISI ................................. ................................................................. ix
DAFTAR SINGKATAN .............. ................................................................. xii
DAFTAR GRAFIK ...................... ................................................................. xiii
DAFTAR TABEL ........................ ................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah ................ ................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ................... ................................................................. 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................. 7
D. Tinjauan Pustaka ..................... ................................................................. 8
E. Kerangka Pemikiran
1. Kepentingan Nasional ........ ................................................................. 12
2. Kebijakan Luar Negeri ....... ................................................................. 14
F. Metode Penelitian ................... ................................................................. 16
G. Sistematika Penulisan ............. ................................................................. 17
x
BAB II ALASAN CINA MELAKUKAN PEMBEKUAN HUBUNGAN
DIPLOMATIK DENGAN NORWEGIA
A. Pemberian Penghargaan Nobel Perdamaian Norwegia
pada Liu Xiaobo ...................... ................................................................. 19
B. Respon Cina kepada Norwegia atas Penghargaan Nobel Perdamaian ..... 24
C. Dampak Pemberian Penghargaan Nobel Perdamaian Pada Hubungan
Diplomatik Cina-Norwegia ..... ................................................................. 33
BAB III DINAMIKA HUBUNGAN DIPLOMATIK CINA - NORWEGIA
A. Hubungan Diplomatik Cina Norwegia sebelum 2010 .............................. 39
B. Hubungan Diplomatik Cina-Norwegia 2010-2016 ................................... 47
BAB IV KEPUTUSAN CINA MELAKUKAN NORMALISASI
HUBUNGAN DIPLOMATIK DENGAN NORWEGIA 2016
A. Aspek Kepentingan yang Mempengaruhi Normalisasi Hubungan Diplomatik
Cina dan Norwegia ................. ................................................................. 50
1. Aspek Politik
1.1 Melindungi dan Menunjukkan Kepentingan Inti Cina ................. 51
2. Aspek Ekonomi
2.1 Melanjutkan Kembali Negosiasi Perjanjian Perdagangan Bebas
Dengan Norwegia ....... ................................................................. 53
2.2 Akses Teknologi untuk Melakukan Eksplorasi Energi ................. 57
2.3 Akses Cina Menuju Kawasan Arktik ............................................ 58
B. Faktor Internal dan Eksternal yang Mempengaruhi
Kebijakan Luar Negeri Cina Melakukan Normalisasi Hubungan Diplomatik
Dengan Norwegia..................... ................................................................. 59
xi
1. Faktor Internal
1.1 Kondisi Sosio-Ekonomi Cina ......................................................... 60
1.2 Dokumen Rencana Lima Tahunan Cina ........................................ 62
2. Faktor Eksternal
2.1 Dukungan Norwegia Terhadap Cina Sebagai Permanen Observer
Di Dewan Arktik .......... ................................................................. 62
2.2 Keikutsertaan Norwegia sebagai founding member dalam AIIB .. 63
2.3 Norwegia Tidak Melakukan Pertemuan Dengan Dalai Lama
Saat Kunjungannya di Norwegia ................................................... 65
2.4 Kedatangan Menteri Luar Negeri Norwegia di Beijing ................ 66
BAB V PENUTUP
KESIMPULAN ............................. ................................................................. 68
DAFTAR PUSTAKA ................... ................................................................. xv
LAMPIRAN LAMPIRAN ........... ................................................................. xxvi
xii
DAFTAR SINGKATAN
AIIB Asian Infrastructure Investment Bank
EEA European Economic Area
EFTA European Free Trade Association
FTA Free Trade Agreement
HAM Hak Asasi Manusia
NPC National People’s Congress
PBB Persatuan Bangsa- Bangsa
PKC Partai Komunis Cina
RRC Republik Rakyat Cina
xiii
DAFTAR GRAFIK
GRAFIK II.C.I Data Impor Salmon Segar dan Beku Cina
Asal Norwegia dan Dunia ....................................................... 36
GRAFIK II.C.2 Pangsa Pasar Keseluruhan Salmon Segar dan Beku Cina ..... 37
xiv
DAFTAR TABEL
TABEL IV.A.2.2.1 Wilayah Sumber Cadangan Gas Alam ............................ 57
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
Terjalinnya hubungan diplomatik diantara negara merupakan penanda telah
diakuinya kedaulatan suatu negara serta menjadi pintu gerbang terbukanya
hubungan bilateral. Kunjungan tingkat tinggi menjadi salah satu langkah yang
ditempuh dalam menjalin hubungan diplomatik antar negara. Kunjungan tingkat
tinggi juga menjadi pendorong terjalinnya kesepahaman bersama, kepercayaan
politik serta meningkatkan kerjasama bilateral dalam berbagai bidang. Setelah
pendirian Republik Rakyat Cina pada 1 Oktober 1945, pengakuan diplomatik
terhadap kedaulatan Cina pun datang dari beberapa negara. Salah satu negara
pertama yang membangun hubungan diplomatik dengan Cina adalah Norwegia.1
Norwegia dan negara-negara yang berada yang di kawasan Eropa Utara
menjadi sekelompok negara barat pertama yang membangun hubungan
diplomatik dengan Cina.2 Pengakuan atas pendirian negara Republik Rakyat Cina
(RRC) dilakukan Norwegia pada 7 Januari 1950. Namun keduanya tidak langsung
mendirikan hubungan diplomatik secara penuh. Barulah pada 5 Oktober 1954
1 Kristin Huang dan Liu Zhen, “Let‟s put Nobel spat behind us : a look back at China and
Norway‟s ties”, South China Morning Post, 2016 [Artikel Online]; tersedia dalam
https://www.scmp.com/news/china/diplomacy-defence/article/2055980/lets-put-nobel-spat-
behind-us-look-back-china-and;internet; 28 Maret 2019. 2 Jerker Hellstrom, China’s Political Priorities in the Nordic Countries, (FOI-R-3879-
SE,2014),11.
2
hubungan diplomatik Cina-Norwegia terbangun secara formal. Pertukaran duta
besar baru dilakukan setahun setelahnya.
Sepanjang tahun 1950-an hingga 1960-an intensitas hubungan diantara
Cina-Norwegia relatif kecil. Intensitas hubungan diplomatik keduanya baru
mengalami peningkatan pada 1970-an.3 Hal tersebut terlihat dari meningkatnya
kunjungan tingkat tinggi yang dilakukan kedua negara. Pada 1973, Menteri Luar
Negeri Norwegia, Dagfinn Vaarvik, mengunjungi Cina dan selama kunjungannya
tersebut Cina dan Norwegia menandatangani perjanjian mengenai angkutan udara
sipil. Pada 1980-an hubungan Cina dan Norwegia semakin berkembang seiring
dengan meningkatnya pertukaran kunjungan tingkat tinggi. Kesuksesan tersebut
terlihat dari kunjungan Perdana Menteri Cina, Wakil Perdana Menteri dan Wakil
Ketua Komite tetap NPC telah mengunjungi Norwegia. Sebaliknya, Perdana
Menteri Norwegia dan Presiden Parlemen Norwegia juga telah bertandang ke
Cina.
Hubungan bilateral Cina dan Norwegia diperkuat dengan disepakatinya
berbagai jenis perjanjian dan kerjasama. Dalam bidang kebudayaan, Cina dan
Norwegia secara aktif mendukung berbagai inisiatif terkait pertukaran budaya dan
artistik.4 Ketertarikan akan budaya terlihat dari bagaimana kalangan atas
Norwegia tertarik dengan seni dan artefak Cina sedangkan masyarakat Cina
3 Embassy of the People‟s Republic of china in the Kingdom of Norway, “China and
Norway”, [Database Online]; tersedia di
https://www.fmprc.gov.cn/ce/ceno/eng/zngx/t110722.htm#6; internet; 15 April 2019. 4 Bjornar Sverdrup,”Norway and China : Crime and Punishment” dalam buku Dragon in
the North : The Nordic Countries’ Relations with China, (Norway : Norwegian Institute of
International Affairs, 2016), 46.
3
mengagumi karya drama dari Henrik Ibsen.5 Bahkan koran Partai Komunis Cina
(PKC), People’s Daily, mencantumkan nama Henrik Ibsen sebagai salah satu
nama dari 50 daftar nama orang asing yang berpengaruh dalam membentuk
perkembangan moderen Cina.6 Tak hanya dalam seni, Cina dan Norwegia juga
saling mendukung di bidang ilmu pengetahuan. Pada 28 Juli 2004, secara resmi
Cina membuka stasiun penelitian pertamanya di kutub utara yaitu Stasiun Yellow
River yang terletak di Ny-Alesund, Kepulauan Svalbard Norwegia.7
Hubungan harmonis yang telah terjalin tersebut tercederai dengan adanya
insiden pemberian Penghargaan Nobel Perdamaian. Institusi Penghargaan Nobel
Norwegia memasukkan nama Liu Xiaobo sebagai salah satu kandidat penerima
penghargaan Nobel Perdamaian untuk tahun 2010. Menanggapi hal tersebut,
sebelum pengumuman pemenang Penghargaan Nobel Perdamaian diumumkan
pada 8 Oktober 2010, Cina telah terlebih dahulu melayangkan peringatan melalui
Deputi Kementerian Luar Negeri Cina, Fu Ying, kepada pemimpin Institusi Nobel
Norwegia, Geir Lundestad, bahwa pemberian Nobel perdamaian ini akan
berdampak pada hubungan diantara kedua negara.8
5 Bjornar Sverdrup,”Norway and China : Crime and Punishment”, 46.
6 Sheila Melvin, “A root of moderenism in China : Ibsen-Asia- Pasific- International Herald
Tribune”, New York Times, 2006 [Artikel Online]; tersedia di
https://www.nytimes.com/2006/09/15/world/asia/15iht-ibsen.2822242.html;
internet;28Maret2019. 7 Embassy of the People‟s Republic of china in the Kingdom of Norway, “Chinese North
Pole Research Station launched in Norway”, 2004 [Database Online]; tersedia di
http://www.chinese-embassy.no/eng/dtxw/t145358.htm; internet;28 Maret 2019. 8 Tania Branigan, “Nobel Committe warned not to a award peace prize to Chinese
dissident”, The Guardian, 2010 [Artikel online]; tersedia di
http://www.theguardian.com/world/2010/sep/28/nobel-peace-prize-liu-xiaobo; internet;30 Maret
2019.
4
Liu Xiabao merupakan seorang intelektual Cina yang menginginkan
perubahan politik dan demokrasi di Cina.9 Dirinya juga merupakan aktivis pada
saat peristiwa Tiananment pada tahun 1989. Selain itu, Liu juga inisiator
penulisan sebuah manifesto yang disebut dengan “Piagam 08”. Isi dari piagam
tersebut menginginkan berakhirnya kepemimpinan satu partai Cina, reformasi
politik yang demokratis, menjamin Hak Asasi Manusia, kebebasan berekspresi
dan pengadilan yang independen.10
Akibat tindakannya tersebut Liu Xiaobo ditahan pada Desember 2008
karena upaya aktivitas penghasutan yang bertujuan untuk menggulingkan
pemerintahan. Sebagaimana pernyataan yang disampaikan oleh Biro Keamanan
Kota Beijing bahwa penahanan Liu terkait dengan aktivitas agitasi (penghasutan)
seperti menyebarkan rumor dan memfitnah pemerintah dengan tujuan untuk
menjatuhkan kekuasaan negara dan menggulingkan sistem negara.11
Setahun
kemudian pengadilan Cina memutuskan untuk menjatuhi hukuman 11 tahun
penjara dengan vonis “penghasutan untuk menjatuhkan kekuasaan yang sah”.12
Meskipun pemerintah Cina telah melayangkan peringatan untuk tidak
memberikan Penghargaan Nobel Perdamaian kepada Liu Xiaobo, Komite Nobel
9 Anonim, ”Profile of Liu Xiaobo, the jailed Chinese intellectual”, Telegraph, 2010 [Artikel
Online]; tersedia di https://www.telegraph.co.uk/expat/expatnews/7213748/Profile-of-Liu-Xiaobo-
the-jailed-Chinese-intellectual.html; internet;28 Maret 2019. 10
David Eimer,” Liu Xiaobo wins Nobel Peace Prize: a profile”, Telegraph, 2010 [Artikel
Online]; tersedia di https://www.telegraph.co.uk/news/worldnews/asia/china/8050873/Liu-Xiaobo-
wins-Nobel-Peace-Prize-a-profile.html; internet; 28 Maret 2019. 11
Anonim, “Liu Xiaobo Arrested for Subversion”, China Daily, 24 Juni 2009, [Artikel
Online]; tersedia di http://www.chinadaily.com.cn/china/2009-06/24/content_8318518.htm;
internet; 28 Maret 2019. 12
Anonim, “China's Nobel anger as Liu Xiaobo awarded peace prize” , BBC, 2010 [Artikel
online]; tersedia di https://www.bbc.com/news/world-asia-pacific-11505164;internet; 28 Maret
2019.
5
Norwegia tetap melanjutkan dan menetapkan Liu Xiaobo sebagai pemenang
Penghargaan untuk tahun 2010. Komite Nobel Norwegia berkomentar bahwa
keputusan Liu Xiaobo sebagai pemenang Penghargaan Nobel Perdamaian
merupakan bentuk penghargaan atas upaya panjangnya dalam memperjuangkan
Hak Asasi Manusia tanpa menggunakan cara kekerasan.13
Tak hanya itu Liu juga
dideskripsikan sebagai “simbol terpenting dari upaya memperjuangkan Hak Asasi
Manusia di Cina”.
Jiang Yu, selaku juru bicara Kementrian Luar Negeri Cina di Beijing,
menyatakan bahwa tindakan yang dilakukan oleh Liu Xiaobo bertentangan
dengan tujuan dari penghargaan Nobel itu sendiri dimana Nobel menginginkan
bahwa Penghargaan Nobel Perdamaian diberikan kepada orang yang
mempromosikan perdamaian antar manusia, mempromosikan persahabatan
internasional dan perlucutan senjata.14
Sedangkan apa yang dilakukan oleh Liu
Xiaobo merupakan kebalikan dari tujuan pemberian Penghargaan Nobel
Perdamaian. Terlebih statusnya sebagai terpidana berdasarkan pada putusan
pengadilan Cina menandakan bahwa Liu Xiaobo terbukti bersalah atas
tindakannya yang berusaha untuk menggulingkan pemerintahan yang sah.
Menyikapi keputusan dari Komite Nobel Norwegia, Beijing segera
memanggil Duta Besar Norwegia di Beijing untuk datang ke Kementerian Luar
Negeri Cina. Dalam pertemuan tersebut Beijing mengajukan protes
13
Tania Branigan,”Liu Xiaobo Nobel win prompts Chinese Fury”, The Guardian [Artikel
Online]; tersedia di https://www.theguardian.com/world/2010/oct/08/liu-xiaobo-nobel-chinese-
fury;internet;25 April 2019 14
Tania Branigan, “Nobel Committe warned not to a award peace prize to Chinese
dissident”.
6
ketidaksetujuannya atas pemberian Penghargaan Nobel Perdamaian yang
dilakukan oleh Komite Nobel Norwegia namun pihak Norwegia menyatakan
bahwa Komite Nobel merupakan institusi independen dan tidak berkaitan dengan
pemerintah Norwegia.15
Meskipun Norwegia menyatakan bahwa Komite Nobel adalah sebuah
institusi independen dan keputusan kepada siapa Penghargaan Nobel Perdamaian
itu ditujukan sepenuhnya merupakan keputusan mutlak Komite Nobel tanpa
adanya campur tangan dari pemerintah Norwegia. Namun pada acara pemberian
Penghargaan Nobel Perdamaian, para petinggi resmi pemerintahan Norwegia
turut hadir di dalamnya. Sikap yang ditunjukkan Norwegia tersebut menunjukkan
bahwa Norwegia juga mendukung hasil putusan dari Komite Nobel Norwegia.
Perdana Menteri Cina di Beijing menyatakan bahwa Cina menentang negara
manapun atau siapapun menggunakan Penghargaan Nobel Perdamaian untuk
mengintervensi urusan dalam negeri Cina atau melanggar hukum kedaulatan
Cina.16
Insiden pemberian Penghargaan Nobel Perdamaian ini menjadi titik
perubahan hubungan Cina terhadap Norwegia. Atas insiden tersebut Cina
mengeluarkan sikap tegas baik melalui pernyataan tegas, tindakan dan kebijakan
15
Anonim, “Chinese dissident wins Nobel Prize”, Al Jazeera [Artikel Online]; tersedia di
https://www.aljazeera.com/news/europe/2010/10/20101081305576754.html;internet; 30 April
2019. 16
Anonim,”China anger at „farce‟ of Liu Xiaobo Nobel Peace Prize”, BBC, 2010 [Artikel
Online]; tersedia di https://www.bbc.com/news/world-asia-pacific-11974187; internet;30 Maret
2019.
7
sebagai bentuk balasan atas sikap yang telah dilakukan oleh Norwegia. Selama
enam tahun Cina tidak melakukan kontak diplomatik resmi kepada Norwegia.
Namun, pada tahun 2016 untuk pertama kalinya Cina dan Norwegia
kembali melakukan pertemuan diplomatik. Pertemuan tersebut diwakili Menteri
Luar Negeri Norwegia, Borge Brende, dan Perdana Menteri Cina, Li Keqiang di
Cina. Agenda pembahasan dalam pertemuan tersebut adalah untuk melakukan
normalisasi hubungan diplomatik antara Cina-Norwegia. Hal ini menarik untuk
diteliti karena Cina yang bersikap tegas atas insiden pemberian penghargaan
Nobel perdamaian hingga melakukan pembekuan hubungan diplomatik selama
enam tahun akhirnya merubah sikapnya dengan bersedia melakukan normalisasi
hubungan diplomatik terhadap Norwegia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pernyataan diatas, skripsi ini mengangkat rumusan masalah
Mengapa Cina memutuskan untuk melakukan normalisasi hubungan diplomatik
dengan Norwegia pada 2016?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai
berikut :
1. Mengetahui kepentingan Cina atas terhadap Norwegia atas
normalisasinya kembali hubungan diplomatik
8
2. Menjelaskan faktor-faktor yang mendorong Cina melakukan
normalisasi hubungan diplomatik dengan Norwegia pada 2016
Adapun manfaat penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai
berikut:
1. Pengembangan serta pengaplikasian ilmu pengetahuan yang telah
dipelajari di jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Politik
dan Ilmu Sosial
2. Sebagai sumber referensi bagi penelitian selanjutnya
D. Tinjauan Pustaka
Skripsi ini bertujuan untuk menganalisa kepentingan Cina yang
memutuskan untuk melakukan normalisasi hubungan diplomatik dengan
Norwegia. Sebagai peninjau skripsi, penulis menemukan beberapa artikel jurnal
penelitian yang telah dilakukan yang terkait dengan tema skripsi. Penulis
menemukan terdapat tiga penelitian yang memiliki kaitan dengan tema penelitian
yang tengah penulis lakukan. Berikut ini hasil penelitian dan artikel jurnal yang
terkait dengan topik.
Penelitian pertama ditulis oleh Jingchao Peng dan Njord Wegge dalam
artikel jurnal yang berjudul China’s Bilateral Diplomacy in the Arctic.17
Artikel
ini menjelaskan mengenai diplomasi bilateral Cina kepada negara-negara di
17
Jingchao Peng dan Nojord Wegge, “China‟s bilateral diplomacy in the Arctic,” Polar
Geography (Vol.38,No.3, Juli 2015): 233.
9
wilayah Arktik. Terdapat enam negara yang menjadi bahasan yaitu Amerika
Serikat, Kanada, Denmark/Greenland, Norwegia, Rusia dan Islandia. Dalam
menjelaskan penelitiannya, kedua penulis menggunakan konsep diplomasi. Secara
keseluruhan kebijakan luar negeri Cina masih berpusat pada keuntungan ekonomi
dan menempatkan diri di kancah global guna mendukung pertumbuhan
perekonomiannya. Namun di Arktik, keberadaan Cina lebih berfokus kepada area
penelitian sedangkan perdagangan dan keikutsertaan dalam kerjasama multilateral
menempati posisi kedua. Selain itu membangun hubungan bilateral menjadi
prioritas Cina di kawasan Arktik. Berbeda dengan penelitian tersebut, skripsi ini
berfokus pada hubungan Cina dan Norwegia terkait dengan kepentingan Cina
melakukan normalisasi hubungan diplomatik.
Artikel jurnal selanjutnya berjudul Emerging interests of non-Arctic
countries in the Arctic : a Chinese perspective yang ditulis oleh Nong Hong.18
Geopolitik yang terjadi di kawasan Arktik saat ini tidak terlepas dari masa perang
dingin dimana keberadaan militer dan kemanan tergantikan dengan kepentingan
politik yang beragam dari negara-negara di kawasan Arktik. Terdapat lima negara
inti di kawasan Arktik yaitu Rusia, Kanada, Amerika Serikat, Norwegia dan
Denmark. Kelimanya terlibat dalam permasalahan teritori dan klaim atas
kandungan sumber daya yang berada di Arktik. Kawasan Arktik tak hanya
menarik bagi negara-negara di kawasan tersebut saja namun juga menarik negara
non-Arktik untuk ikut berperan disana. Cina menjadi salah satunya. Artikel ini
mencoba menjelaskan apa yang menjadi kepentingan dan motivasi Cina dalam
18
Nong Hong, ”Emerging interests of non-Arctic countries in the Arctic: a chinese
perspective,” The Polar Journal (Vol.4, No.2, November 2014): 271.
10
keikutsertaan serta kehadirannya di kawasan. Berbeda dari penelitian ini, skripsi
ini fokus kepada keputusan Cina yang melakukan normalisasi hubungan
diplomatiknya dengan Norwegia.
Artikel jurnal terakhir ditulis oleh Xianwen Chen dan Roberto Javier Garcia
yang berjudul Economic sanctions and trade diplomacy: Sanction-busting
strategies, market distortion and efficacy of China’s restrictions on Norwegian
salmon imports.19
Dalam tulisannya, kedua penulis menyatakan bahwa sanksi
ekonomi dalam bentuk pelarangan impor salmon dari Norwegia merupakan
bentuk balasan atas penghargaan Nobel perdamaian pada 2010 yang ditujukan
untuk pembangkang Cina. Penelitian dilakukan melalui interview secara personal
kepada pemangku kewenangan dalam lingkar perdagangan salmon Norwegia-
Cina serta pengujian pada data perdagangan.
Penulis dalam artikel jurnal tersebut menemukan bukti bahwa telah terjadi
perubahan pola perdagangan pada salmon Norwegia baik kategori beku maupun
segar melalui langkah-langkah pembatasan sebagai bentuk respon atas
penghargaan Nobel perdamaian. Pemberlakuan custom practice dan regulatory
border menjadi cara yang dipergunakan sehingga menyebabkan turunnya impor
salmon asal Norwegia. Kedua praktek tersebut meliputi ketatnya pengujian pada
produk dan prosedur inspeksi serta lamanya waktu perizinan yang dibutuhkan
bagi salmon Norwegia untuk memasuki pasar Cina. Prosedur terkait izin impor
pembatasan hanya berlaku pada salmon Norwegia.
19
Xianwen Chen dan Roberto Javier Garcia, “Economic sanctions and trade diplomacy :
Sanction-busting strategies, market distortion and efficacy of China‟s restrictions on Norwegian
salmon imports”, SAGE; 1.
11
Langkah-langkah pembatasan yang ditujukan pada salmon asal Norwegia
ini menyebabkan distorsi pada pasar Cina sejak 2011. Para pelaku usaha yang
berada di Cina yang bergerak di bidang impor salmon asal Norwegia harus
mengalami kerugian karena harus mengeluarkan biaya tambahan untuk perizinan
serta produk ikan salmon yang mengalami pembusukan sebagai akibat dari
lamanya proses pengujian serta inspeksi. Kondisi ini menyebabkan para pelaku
usaha melakukan berbagai usaha guna meminimalisir kerugian. Usaha-usaha
tersebut adalah dengan menjual salmon yang sudah berkualitas tidak bagus
kepada pabrik pengolah, mengubah sumber impor salmon kepada negara-negara
yang juga memproduksi salmon selain Norwegia, mempalsukan asal negara dari
salmon tersebut di pasar retail dan usaha-usaha lainnya. Hingga upaya
penyelundupan pun dilakukan melalui negara ketiga seperti Hong Kong dan
Vietnam.
Penekanan pada salmon Norwegia dikarenakan salmon merupakan ikon
bagi Norwegia. Kondisi ini akan merusak citra Norwegia sebagai pelaku ekspor
salmon terbesar dengan kualitas terbaik di dunia. Selain itu, dengan turunnya
penjualan salmon asal Norwegia akan membahayakan investasi Norwegia di pasar
Cina. Tekanan yang dilakukan Cina terhadap impor salmon asal Norwegia
menunjukkan terjadinya penerapan sanksi ekonomi yang dilakukan Cina pada
Norwegia.
Cina telah menjadikan ekonomi sebagai alat untuk mempengaruhi
hubungan internasional. Sanksi yang diterapkan Cina merupakan sanksi halus dan
12
tidak di deklarasikan secara resmi. Keperluan penggunaan sanksi ekonomi yang
dilakukan Cina melihat pada sejauh mana efektivitas sanksi tersebut berdampak
pada sikap dan tindakan negara target. Dalam hal ini, sanksi yang diberikan Cina
telah berdampak pada sikap Norwegia. Hal tersebut ditunjukkan dengan sikap
pemerintah Norwegia yang tidak bertemu dengan Dalai Lama dalam
kunjungannya ke Norwegia. Berbeda dengan penelitian ini yang fokus pada
penekanan sanksi ekonomi yang dilakukan Cina atas sikap Norwegia terkait
dengan pemeberian Nobel Perdamaian pada 2010, skripsi ini berupaya untuk
mencari kepentingan Cina dengan dinormalisasikanya kembali hubungan
diplomatik Cina dan Norwegia.
E. Kerangka Pemikiran
1. Kepentingan Nasional
Setiap negara memiliki kepentingan nasional yang berbeda-beda, namun
kepentingan nasional yang paling mendasar bagi suatu negara adalah
mempertahankan kelangsungan hidup negara. Negara merupakan aktor rasional,
dimana akan melakukan pemilihan strategi untuk memaksimalkan keuntungan
dan meminimalisir kerugian. Segala sesuatu yang dibutuhkan oleh negara tersebut
dirangkum dalam sebuah kebijakan yang di dalamnya terdapat kepentingan
nasional.20
Kepentingan nasional mempengaruhi jalur kebijakan yang akan
diambil oleh setiap negara.
20
John baylis dan Steve Smith, The Globalization of World Politics, 2nd
Edition, (London:
Oxford University Press, 2001), 210.
13
Menurut Hans J. Morgenthau kepentingan nasional adalah kemampuan
negara untuk melindungi identitas fisik, ekonomi dan politik serta kulturnya dari
gangguan negara lain. Secara lebih mendalam, negara harus dapat
mempertahankan integritas teritorialnya (identitas fisiknya), mempertahankan
rezim ekonomi dan politiknya (identitas politiknya) baik demokratis, otoriter,
sosialis atau komunis serta memelihara norma-norma etnis, religius dan sejarah.21
Oleh karena itu, negara selalu mengejar kepentingan nasional demi menjaga
kedaulatan wilayahnya.
Nuechterlein menyimpulkan bahwa kepentingan nasional adalah kebutuhan
dan keinginan yang dirasakan suatu negara terhadap negara berdaulat lainnya
yang terdiri dari lingkungan eksternal.22
Dirinya juga mengelompokkan
kepentingan nasional ke dalam empat bagian. Pertama, kepentingan pertahanan,
yaitu perlindungan negara dan warganegaranya melawan ancaman dan kejahatan
fisik dari negara lain. Kedua, kepentingan ekonomi, yaitu peningkatan ekonomi
demi kesejahteraan masyarakatnya dengan melakukan hubungan kerjasama
dengan negara lain. Ketiga, tatanan dunia, yaitu menjaga sistem ekonomi politik
internasional dimana negara dan masyarakatnya merasa aman serta
perdagangannya dapat beroperasi secara damai diluar batas wilayahnya. Keempat,
kepentingan ideologi, yaitu bentuk perlindungan dan memajukkan seperangkat
nilai yang dianut dan dipercayai baik oleh warga negaranya secara universal.
21
Hans J. Morgenthau, The Concept of National Interests in Foreign Policy, (New Jersey:
Nrentice Hall, 1999), 26. 22
Donald E.Nuechterlein, “National Interests and Foreign Policy: A Conceptual
Framework For Analysis and Decision Making”, British Journal of International Studies (Vol.2,
No.3, Oct.1976), 247.
14
Dalam mengidentifikasikan keempat kelompok kepentingan tersebut, hal
terpenting yang harus dilakukan adalah menentukan seakurat mungkin apa yang
menjadi intensitas kepentingan suatu negara dalam melihat suatu isu internasional
yang spesifik.23
Untuk membantu proses analisa dalam menentukan intensitas
kepentingan dapat digunakan seperangkat definisi yang akan membantu
pengambil kebijakan memprioritaskan pilihannya. Keempat definisi tingkatan
yang dapat dipergunakan : survival, vital, major, dan peripheral.
2. Kebijakan Luar Negeri
Kebijakan luar negeri merupakan alat yang digunakan suatu negara untuk
mendapatkan tujuan-tujuan demi kelangsungan hidup seluruh entitas di dalamnya.
Senada dengan hal tersebut, Willian Wallace menuturkan bahwa kebijakan luar
negeri merupakan arena politik yang menjadi jembatan penting terhadap semua
masalah (hambatan) yang terjadi diantara negara bangsa dan lingkungan
internasional.24
Menurut K.J. Holsti kebijakan luar negeri adalah tindakan atau gagasan
yang dirancang oleh pembuat kebijakan untuk memecahkan masalah atau
mempromosikan suatu perubahan dalam lingkungan baik dalam bentuk kebijakan,
sikap, maupun tindakan kepada negara lain.25
Holsti menjelaskan bahwa tingkat
keterlibatan suatu negara dalam berbagai bidang isu internasional paling sedikit
23
Donald E.Nuechterlein, “National Interests and Foreign Policy:...”250. 24
William Wallace, dalam Michael Clarke & Brian White, Understanding Foreign Policy
“The Foreign Policy System Approach”, (USA: Edward elgarPublishing Limited, 1995),5. 25
K.J. Holsti, International Politics terdapat dalam karya terjemahan M.Tahir Azhary,
Politik Internasional Kerangka Untuk Analisis, (Jakarta : Erlangga, 1988), 107.
15
merupakan suatu ungkapan orientasi umumnya terhadap bagian dunia lain. Holsti
juga meyatakan bahwa keputusan dan tindakan yang diambil dalam menentukan
kebijakan luar negeri dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari kondisi
eksternal dan internal negara itu sendiri.26
Faktor internal tersebut adalah
kebutuhan sosio-ekonomi, sedangkan faktor eksternal adalah kebijakan dan
tindakan yang dilakukan oleh negara lain.
Normalisasi hubungan diplomatik yang dilakukan Cina terhadap Norwegia
tidak terlepas dari adanya faktor internal dan eksternal yang menjadi
pendorongnya. Keadaan sosio-ekonomi dan dokumen rencana lima tahunan Cina
(China‟s Five Year Plan) menjadi faktor internal yang mendorong terjalinnya
kembali hubungan diplomatik diantara Cina-Norwegia. Selain itu, sikap Norwegia
yang mendukung peran Cina di kancah internasional menjadi faktor eksternal
yang turut mempengaruhi kebijakan Cina dalam menormalisasi hubungan
diplomatiknya terhadap Norwegia.
26
K.J.Holsti, “Politik internasional”, 108.
16
F. Metode Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan penulis adalah tipe penelitian kualitatif
deskriptif analitis. Metode kualitatif didefinisikan sebagai prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
orang dan perilaku yang diamati.27
Desktiptif analitis digunakan untuk
memberikan gambaran mengenai fakta yang berhubungan dengan masalah yang
diteliti. Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif meliputi tiga tipe, yaitu
observasi, interview, dan dokumen yang masing-masing mempunyai fungsi dan
keterbatasan.28
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sekunder,yaitu
telaah pustaka (library research). Ini dilakukan dengan menelusuri berbagai
dokumen tertulis yang berkaitan dengan fokus penelitian seperti jurnal, buku,
artikel serta pembertitaan dari media elektronik dan cetak yang berhubungan
dengan permasalahan yang akan dibahas. Adapun, tempat-tempat yang menjadi
sumber literatur selama dilakukannya pengumpulan data yaitu Perpustakaan
Utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan FISIP
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Pasca
Sarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
27
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 2002 (Bandung : Remaja
Rosdakarya), 3. 28
John W. Creswell, Research Design: Qualitative and Quantitative Approaches, 1994
(SAGE Publications, Inc, Thousnd Oaks), 149.
17
G. Sistematika Penulisan
BAB I
Pendahuluan
Berisikan mengenai penjelasan dari pendahuluan seperti pernyataan masalah,
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka
pemikiran, dan metode penelitian.
BAB II
Alasan Cina Melakukan Pembekuan Hubungan Diplomatik Dengan
Norwegia
Pada bab ini, penulis akan menjelaskan mengenai latar belakang Cina melakukan
pembekuan hubungan diplomatik dengan Norwegia. Terdapat tiga bagian dalam
bab ini yaitu mengenai kronologi pemberian penghargaan Nobel perdamaian
kepada Liu Xiaobo, respon yang diberikan Cina kepada Norwegia atas
penghargaan Nobel perdamaian tersebut dan dampak dari pemberian hubungan
penghargaan Nobel terhadap hubungan diplomatik Cina-Norwegia.
BAB III
Dinamika Hubungan Diplomatik Cina-Norwegia
Pada bab ini, penulis akan menjelaskan mengenai hubungan diplomatik Cina-
Norwegia sebelum 2010 dan hubungan diplomatik Cina-Norwegia pada 2010-
2016
18
BAB IV
Keputusan Cina Melakukan Normalisasi Hubungan Diplomatik dengan
Norwegia 2016
Pada bab ini, penulis akan menjelaskan mengenai alasan dan kepentingan yang
melatabelakangi Cina memutuskan melakukan normalisasi serta faktor internal
dan eksternal yang mempengaruhi dikeluarkannya kebijakan normalisasi tersebut.
BAB V
Kesimpulan
Pada bab ini berisikan kesimpulan analisis terkait keputusan Cina melakukan
normalisasi hubungan diplomatik dengan Norwegia 2016.
19
BAB II
ALASAN CINA MELAKUKAN PEMBEKUAN HUBUNGAN
DIPLOMATIK DENGAN NORWEGIA
Pada bab ini membahas alasan yang melatarbelakangi Cina melakukan
pembekuan hubungan diplomatik dengan Norwegia. Bab ini terdiri dari tiga
bagian. Bagian pertama menjelaskan mengenai kronologi pemberian penghargaan
Nobel perdamaian kepada Liu Xiaobo. Bagian kedua, menjelaskan mengenai
respon yang diberikan Cina kepada Norwegia atas pemberian penghargaan Nobel
perdamaian. Bagian ketiga menjelaskan mengenai dampak dari pemberian
penghargaan Nobel terhadap hubungan diplomatik Cina-Norwegia.
A. Pemberian Penghargaan Nobel Perdamaian Norwegia pada Liu Xiaobo
Penghargaan Nobel merupakan bentuk penghargaan yang diberikan kepada
orang yang telah berjasa dalam kehidupan masyarakat melalui bidang ilmu
pengetahuan, sains dan kemanusiaan.29
Penghargaan ini diinisiasi oleh Alfred
Nobel. Alfred Nobel adalah seorang inventor asal Swedia yang juga seorang
pebisnis, ilmuwan serta juga seorang penulis puisi dan drama. Institusi Nobel
didirikan pada 1895 yang didirikan berlandaskan pada wasiat terakhir Nobel serta
dirinya juga menyumbangkan seluruh harta kekayaannya guna pendirian institusi
tersebut. Sejak 1901, penghargaan Nobel telah memberikan apresiasinya kepada
pria dan wanita dari seluruh dunia atas dedikasi dan pencapaiannya dalam bidang
29
Nobel Prize Organization, “who we are and what we do” [Database on-line]; tersedia di
https://www.nobelprize.org/the-nobel-prize-organisation/;internet;20 April 2019.
20
fisika, kimia, psikologi atau kesehatan, sastra dan upaya untuk membangun
perdamaian dunia.
Sesuai dengan permintaan Nobel, Penghargaan Nobel Perdamaian diberikan
kepada seseorang yang paling atau yang telah berjasa bagi persaudaraan antar
bangsa atas penghapusan ataupun penurunan keberadaan tentara serta berupaya
mendirikan dan mempromosikan kongres perdamaian.30
Berbeda dengan
pemberian penghargaan Nobel yang biasanya dilakukan di Swedia, khusus
pemberian Penghargaan Nobel Perdamaian dilakukan di Norwegia. Pemberian
Penghargaan Nobel Perdamaian dilakukan oleh komite yang beranggotakan lima
orang yang sebelumnya telah ditunjuk oleh Parlemen Norwegia. Anggota dari
komite ini memiliki masa jabatan enam tahun dan dapat dipilih kembali jika telah
usai masa jabatannya.
Pada 2010, institusi Penghargaan Nobel Perdamaian memasukkan nama Liu
Xiaobo sebagai salah satu kandidat yang masuk dalam daftar penerima
Penghargaan Nobel Perdamaian. Liu Xiaobo merupakan aktivitis Cina yang
menyuarakan perubahan dalam sistem perpolitikan Cina dan menginginkan
pelaksanaan demokrasi di Cina.31
Liu juga merupakan seorang dosen sastra di
Universitas Normal Beijing. Dirinya juga dikenal atas upayanya yang membantu
menegosiasikan jalan keluar aman dari lapangan Tiananmen pada ribuan
30
Norwegian Nobel Institute, [Database on-line]; tersedia di
https://www.nobelpeaceprize.org/History;internet;20 April 2019 31
AFP, “Profile of Liu Xiaobo, the jailed Chinese intellectual”, 2010 [Artikel Online];
tersedia di https://www.telegraph.co.uk/expat/expatnews/7213748/Profile-of-Liu-Xiaobo-the-
jailed-Chinese-intellectual.html diakses pada 25 April 2019;internet;25 April 2019
21
demontrator mahasiswa di malam 3 Juni 1989 saat militer memadamkan protes di
jantung kota Beijing.
Atas aksi protesnya di lapangan Tiananmen tersebut Liu harus mendekam
selama dua puluh bulan dan setelahnya menghabiskan tiga tahun dalam kamp
yang memiliki program “mengedukasi kembali para pekerja” (labor re-
education).32
Setelah gerakan protesnya pada 1989, Liu dilarang untuk mengajar
kembali di Universitas Normal Beijing. Selain pengajar, Liu juga merupakan
seorang penulis. Tulisannya yang mendukung demokrasi dan menghormati HAM
dilarang terbit di Cina. Meski begitu, tulisannya dipublikasikan di Hong Kong
dan luar Cina. Liu juga mendapat penghargaan dari Human Rights Watch,
Reporters Without Borders dan grup pengusung HAM lainnya.33
Pada 2004
tulisan essaynya yang berjudul The Noble Paradise of Power, the Hell for the
Meek memenangkan juara dalam Hong Kong Human Rights News.
Upayanya untuk mengkritisi pemerintah Cina terus digelorakan. Dirinya
bersama aktivis Cina lainnya membuat sebuah petisi yang disebut dengan piagam
08. Isi dari piagam 08 berisi tuntutan yang menginginkan berakhirnya
kepemimpinan satu partai Cina, reformasi politik yang demokratis, menjamin Hak
Asasi Manusia, kebebasan berekspresi dan pengadilan yang independen.34
Piagam
32
Wojciech Moskwa dan Ben Blanchard,”China livid as dissident Liu wins Nobel Peace
Prize”, 2010 [Artikel Online]; tersedia di https://www.reuters.com/article/us-nobel-peace/china-
livid-as-dissident-liu-wins-nobel-peace-prize-idUSTRE6964LP20101008;internet;25 April 2019. 33
Anonim, “Profile of Liu Xiaobo, the jailed Chinese intellectual”, Telegraph [Artikel
Online]; tersedia di https://www.telegraph.co.uk/expat/expatnews/7213748/Profile-of-Liu-Xiaobo-
the-jailed-Chinese-intellectual.html;internet;25 April 2019 34
David Eimer, “Liu Xiaobo wins Nobel Peace Prize: a profile”, 2010 [Artikel Online];
tersedia di https://www.telegraph.co.uk/news/worldnews/asia/china/8050873/Liu-Xiaobo-wins-
Nobel-Peace-Prize-a-profile.html; internet; 28 Maret 2019.
22
08 sendiri telah mendapat 10,000 tanda tangan dalam forum daring. Inti dalam
piagam tersebut adalah meminta penghapusan atas pasal hukum Cina yang
merujuk pada aturan “ancaman penggulingan pada pemerintahan yang sah”
dimana pasal inilah yang menjerat banyak aktivis yang melakukan protes pada
pemerintah Cina. Atas petisi yang dibuatnya tersebut, Liu ditangkap oleh
pemerintah Cina atas tuduhan menggulingkan pemerintahan yang sah. Dirinya
mendapatkan hukuman kurungan penjara selama 11 tahun terhitung mulai dari
tahun 2009.
Pada 8 Oktober 2010 ketua Komite Nobel Norwegia, Thorbjorn Jagland,
mengumumkan nama Liu Xiaobo sebagai pemenang Penghargaan Nobel
Perdamaian untuk tahun 2010. Jagland juga menyebutkan bahwa Liu adalah
“simbol terpenting” bagi upaya perjuangan HAM di Cina.35
Dirinya juga berujar
bahwa pada prakteknya, kebebasan yang diagungkan dalam konstitusi Cina
“terbukti secara jelas tertutup bagi rakyat Cina”. Jagland juga menambahkan
bahwa sebagai negara besar Cina harus siap menghadapi kritik yang mengkritisi
pemerintahan Cina dan pihak yang menginginkan demokrasi.36
Pemberian Penghargaan Nobel Perdamaian yang diberikan oleh Komite
Nobel Norwegia merupakan bentuk apresiasi pada Liu Xiaobo atas upaya panjang
dan perjuangannya yang tanpa menggunakan kekerasan dalam penegakkan HAM
35
Anonim, “Nobel Peace Prize awarded to China dissident Liu Xiaobo”, BBC, [Artikel
Online]; tersedia di https://www.bbc.com/news/world-europe-11499098;internet;25 April 2019. 36
Tania Branigan,”Liu Xiaobo Nobel win prompts Chinese Fury”.
23
di Cina.37
Komite Nobel juga percaya bahwa terdapat hubungan yang erat antara
HAM dan perdamaian.38
Menanggapi pengumuman tersebut salah seorang
penandatangan piagam 08, Xu Youyu, menyatakan dukungannya dan mengatakan
bahwa penghargaan tersebut merupakan bayaran atas “pengorbanan besar” yang
telah dilakukan Liu Xiaobo untuk mewujudkan demokrasi dan HAM di Cina.
Dirinya juga menambahkan bahwa Liu Xiaobo bukanlah satu-satunya yang
berjuang karena dibelakangnya terdapat banyak orang yang turut mendukung.
Penghargaan tersebut bukanlah hanya tertuju pada Liu Xiaobo saja namun juga
pada kelompok - kelompok yang juga telah turut berjuang. Ribuan orang yang
menderita akan terinspirasi atas berita ini. Penghargaan tersebut juga menandakan
bahwa pengejaran nilai-nilai masyarakat Cina seperti perdamaian, kebebasan dan
demokrasi telah diakui. Kerabat Liu Xiaobo yang lain, Liao Yiwu juga
mengatakan bahwa sebagai salah satu teman baiknya dirinya mengaku senang dan
hal ini menjadi momen besar dalam sejarah Cina. Hal ini akan mendorong
perkembangan demokrasi di Cina dan menjadi semangat penguat bagi dirinya dan
teman-teman pejuang lainnya.
Dukungan atas pemberian Penghargaan Nobel Perdamaian kepada Liu
Xiaobo juga datang dari Dalai Lama. Dalai Lama memberikan pernyataan bahwa
dirinya percaya di masa mendatang, generasi Cina berikutnya dapat menikmati
kenikmatan atas upaya yang telah dilakukan masyarakat Cina saat ini menuju
pada pemerinahan yang bertanggung jawab. Dalai Lama juga menyatakan bahwa
37
Tania Branigan,”Liu Xiaobo Nobel win prompts Chinese Fury”, The Guardian [Artikel
Online]; tersedia di https://www.theguardian.com/world/2010/oct/08/liu-xiaobo-nobel-chinese-
fury;internet; 25 April 2019. 38
Tania Branigan,”Liu Xiaobo Nobel win prompts Chinese Fury”.
24
pemberian Penghargaan Nobel Perdamaian merepresentasikan dukungan
internasional atas upaya aktivis pro-demokrasi Cina dan meminta Cina untuk
melepaskan Liu dan aktivis lain yang terpenjara atas upayanya mengekspresikan
kebebasan mereka.39
Dukungan juga diberikan oleh presiden Cekoslovakia
Vaclav Havel dan Desmond Tutu.
B. Respon Cina kepada Norwegia atas Penghargaan Nobel Perdamaian
Menanggapi masuknya nama Liu Xiaobo dalam jajaran nama kandidat
penerima penghargaan Nobel Perdamaian, pemerintah Cina langsung merespon
melalui Deputi Kementerian Luar Negeri Cina, Fu Ying. Dalam kunjungannya di
Oslo, beberapa hari sebelum pengumuman keputusan pemenang, dirinya bertemu
langsung dengan Direktur Institusi Nobel, Geir Lundestad. Dalam pertemuan
yang bertempat di Kedutaan Besar Cina di Norwegia tersebut, Cina mengeluarkan
pernyataan bahwa keputusan yang akan diambil tersebut akan berpengaruh buruk
pada hubungan Cina dan Norwegia, dan Cina melihat tindakan tersebut sebagai
tindakan tidak bersahabat.40
Peringatan yang telah diberikan oleh Cina tidak ditanggapi secara serius
oleh pihak Komite Nobel Norwegia. Pada 8 Oktober 2010, Komite Nobel
Norwegia tetap mengumumkan Liu Xiaobo sebagai pemenang penerima
Penghargaan Nobel Perdamaian 2010. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina,
39
Tania Branigan,”Liu Xiaobo Nobel win prompts Chinese Fury”, The Guardian [Artikel
Online]; tersedia di https://www.theguardian.com/world/2010/oct/08/liu-xiaobo-nobel-chinese-
fury;internet;25 April 2019. 40
Wijciech Moskwa,”China warns Norway against peace Nobel for dissident”, Reuters
[Artikel Online]; tersedia di
https://af.reuters.com/article/worldNews/idAFTRE68Q5VF20100927;internet; 25 April 2019.
25
Ma Zhaoxu, langsung merespon dengan menyatakan bahwa Liu Xiaobo
merupakan seorang kriminal yang telah dijatuhi hukuman 11 tahun penjara pada
25 Desember 2009 setelah pengadilan setempat di Beijing memutuskan bahwa
dirinya dinyatakan bersalah atas upaya hasutan yang dilakukannya dengan tujuan
untuk menjatuhkan pemerintah.41
Penghargaan Nobel Perdamaian seharusnya
diberikan kepada orang yang telah berkontribusi dalam membangun harmonisasi
nasional, membangun pertemanan antar negara, upaya perlucutan senjata, dan
melakukan serta mempropagandakan konferensi perdamaian sebagaimana
harapan dari pendiri Penghargaan Nobel itu sendiri, Alfred Nobel. Namun,
keputusan yang dilakukan oleh Komite Nobel dengan memberikan penghargaan
pada Liu Xiaobo merupakan hal yang kontradiksi dan menodai citra Penghargaan
Nobel Perdamaian. Ma juga menambahkan bahwa apa yang telah dilakukan oleh
Liu Xiaobo berkebalikan dengan tujuan dari Penghargaan Nobel Perdamaian itu
sendiri.
Atas keputusan Komite Nobel Norwegia tersebut, Cina memanggil Duta
Besar Norwegia di Beijing untuk datang ke Kementerian Luar Negeri Cina guna
mengajukan protes ketidaksetujuannya. Namun, juru bicara Kementerian Luar
Negeri Norwegia, Ragnhild Imerslund, menyatakan bahwa Komite Nobel
merupakan institusi independen yang dalam memutuskan keputusannya tidak ada
campur tangan dari pemerintah Norwegia dan segala bentuk keputusan yang
dibuat oleh komite jangan dilihat sebagai reaksi atau komen resmi atas apa yang
41
Anonim, “Liu Xiaobo‟s Nobel Peace Prize could harm China-Norway Ties”, China Daily
[Artikel Online];tersedia di http://www.chinadaily.com.cn/china/2010-
10/08/content_11386646.htm; internet; 21 April 2019.
26
terjadi di Cina.42
Namun, meskipun Komite Nobel Norwegia mengklaim diri
sebagai institusi independen yang terlepas dari pemerintah dan parlemen
Norwegia, faktanya pemilihan kelima anggota Komite Nobel Norwegia dipilih
oleh parlemen Norwegia itu sendiri. Selain itu, kelima orang tersebut merupakan
orang pilihan. Mereka adalah orang-orang yang sebelumnya pernah menduduki
posisi penting dalam pemerintahan Norwegia. Ketua Komite Nobel, Thorbjon
Jagland, sebelumnya telah memangku jabatan sebagai Menteri Luar Negeri
Norwegia dan Perdana Menteri. Disaat yang bersamaan dimana dirinya menjadi
ketua komite Nobel Norwegia, dirinya juga menjabat sebagai Sekretaris Jendral
Dewan Eropa. Anggota komite lainnya juga masih memiliki keterkaitan dengan
NATO dan juga Amerika Serikat. Fakta ini menunjukkan bahwa penerima
penghargaan Nobel perdamaian dari dulu hingga sekarang merupakan kandidat
yang memiliki frekuensi yang sama dengan strategi global Amerika Serikat.43
Pemberian Penghargaan Nobel Perdamaian Norwegia ini merupakan
pemberian kali kedua yang diberikan oleh Komite Nobel Norwegia yang
ditujukkan kepada Cina. Keduanya diberikan kepada orang yang tidak berdamai
dengan politik Beijing.44
Pemberian penghargaan Nobel Perdamaian pada 2010
seperti mengulang kejadian saat Komite Nobel Norwegia memberikanya kepada
Dalai Lama pada 1989. Kedua insiden telah menimbulkan kemarahan pemerintah
Cina karena tindakan ini dianggap sebagai upaya yang dilakukan oleh pihak Barat
42
Anonim, “Chinese dissident wins Nobel Prize”, Al Jazeera. 43
Guo Ping,”Award goes against peace”, China Daily [Artikel Online]; tersedia di
www.chinadaily.com.cn/thinktank/2010-11/05/content_11505543.htm; internet; 28 April 2019 44
Anonim, “Part of the plot to contain China”, China Daily [Artikel Online]; tersedia di
ee.china-embassy.org/eng/zytz/t762748.htm; internet; 20 April 2019.
27
dalam mengintervensi isu domestik Cina. Bagi Cina kedua orang yang dipilih
sebagai penerima Nobel Perdamaian bukanlah pihak yang dianggap berkontribusi
dalam membangun perdamaian dan pembangunan di Cina. Pemberian ini
menunjukkan arogansi dan prasangka yang dilakukan oleh komite Nobel terhadap
negara yang telah membangun kemajuan luar biasa dalam bidang ekonomi dan
sosial selama tiga dekade.
Pernyataan resmi dikeluarkan Cina melalui juru bicara Kementerian Luar
Negeri Cina, Jiang Yu, menjelang upacara pemberian penghargaan. Cina secara
tegas menolak segala upaya dari negara manapun atau individu yang
menggunakan Penghargaan Nobel Perdamaian untuk mengintervensi hubungan
dalam negeri dan melanggar kedaulatan hukum Cina.45
Dirinya juga menegaskan
bahwa apa yang dilakukan oleh Liu Xiaobo telah melanggar pasal 105 hukum
pidana Republik Rakyat Cina atas tindakannya yang menulis serta
mempublikasikan artikel penghasutan di internet, mengordinasi dan mengajak
masyarakat untuk menandatangani, serta menghasut untuk menggulingkan
pemerintah dan sistem sosial. Menghadapi kondisi ini sudah menjadi hal yang
umum bagi negara untuk memberikan hukuman kepada pihak-pihak yang
membahayakan kekuatan politik nasional dan sistem sosial.46
Cina berharap agar
negara-negara yang menerima undangan untuk dapat membedakan mana yang
benar dan salah karena ini bukanlah tentang HAM melainkan bentuk intervensi
45
Embassy of the People‟s Republic of China in the United States, “Decision of Norwegian
Nobel Committee does not represent wish of majority of people : experts” [Database Online]
tersedia di www.china-embassy.org/eng/gdxw/t777551.htm; internet; 20 April 2019. 46
Jiang Yu, “Foreign Ministry Spokesperson Jiang Yu‟s Remarks on the Nobel Peace Prize
Awarding Ceremony on December 9, 2010”, [Database Online]; tersedia di www.chinese-
embassy.no/chn/zjsg/sgxw/t775762.htm; internet; 30 April 2019.
28
domestik suatu negara. Terkait dengan hal ini, Cina telah mendapatkan pengertian
dan dukungan dari lebih 100 negara dan organisasi internasional besar.
Pada upacara pemberian Penghargaan Nobel Perdamaian, 10 Desember
2010, Cina melarang secara tegas seluruh instansi resmi pemerintah untuk
menghadiri acara pemberian penghargaan setelah sebelumnya Cina juga
mengembalikan undangan acara. Pelarangan hadir juga berlaku untuk keluarga,
kerabat dan kelompok pendukung dengan ditutupnya akses keluar dari Cina
menuju Norwegia. Perhelatan acara tersebut dihadiri oleh duta besar sejumlah
negara, Raja dan Ratu Norwegia serta perwakilan tinggi Norwegia lainnya.47
Dengan adanya kehadiran para petinggi pemerintahan Norwegia menunjukkan
bahwa Norwegia secara resmi mendukung pemberian Penghargaan Nobel
Perdamaian kepada Liu Xiaobo. Sebagai bentuk protes dan kemarahan Cina, kursi
yang seharusnya menjadi tempat Liu untuk menerima Penghargaan Nobel
Perdamaian dibiarkan kosong dan menjadi bukti keseriusan Cina memandang
insiden ini.
Juru bicara Kementrian Luar Negeri Cina, Jiang Yu, menyatakan bahwa
sulit bagi Cina dan Norwegia untuk kembali menjalin hubungan seperti di masa
lalu, karena Komite Nobel Norwegia memutuskan untuk memberikan
penghargaan Nobel perdamaian pada terpidana kriminal Cina dan pemerintah
Norwegia telah secara terang-terangan menunjukkan dukungannya pada
47
Anonim, “Nobel Peace Prize: empty chair represents Liu Xiaobo at ceremony”, The
Telegraph [Artikel Online]; tersedia di
https://www.telegraph.co.uk/news/worldnews/asia/china/8193908/Nobel-Peace-Prize-empty-chair-
represents-Liu-Xiaobo-at-ceremony.html; internet; 20 April 2019.
29
keputusan tersebut.48
Keputusan komite Nobel serupa dengan mendukung
aktivitas kriminal di Cina, “menentang secara jelas” dan “intervensi nyata” atas
sistem peradilan Cina. Liu Xiaobo secara jelas merupakan terpidana yang telah
dijatuhi hukum penjara selama 11 tahun oleh pengadilan Cina dan dengan
pemberian Penghargaan Nobel Perdamaian menunjukkan komite Nobel Norwegia
tidak menghormati sistem peradilan di negara lain.
Duta Besar Cina untuk Barbados, Qiang Wei, menyatakan sudut
pandangnya.49
Menurutnya inilah pertama kalinya pemberian penghargaan Nobel
perdamaian diberikan kepada seorang narapidana yang menjalani hukuman
penjara setelah diadili dengan adil dan dinyatakan bersalah karena telah
melanggar hukum di negara berdaulat. Liu Xiaobo merupakan seorang pelanggar
hukum yang telah melanggar pasal 105 hukum kriminal Republik Rakyat Cina.
Permasalahannya adalah hukum suatu negara harus dipatuhi. Keputusan
pemberian Nobel Norwegia merupakan suatu bentuk penghinaan serta ekspresi
tidak menghormati aturan hukum Cina. Selain itu, dengan adanya pemberian ini
juga bisa dijadikan bentuk dorongan pada pembangkang negara lainnya untuk
tidak mengindahkan dan mematuhi aturan hukum negaranya. Negara manapun
tentu akan mengambil tindakan yang sama apabila terdapat orang yang
mengkonfrontasi kedaulatan dengan cara-cara tidak sopan dan merupakan
ancaman nasional. Apa yang dilakukan Cina merupakan tindakan untuk
48
Anonim,”FM: China ties with Norway affected by Nobel”, China Daily [Artikel Online];
tersedia di www.chinadaily.com.cn/china/2010-12/02/content_11645313.htm; internet; 28 April
2019. 49
Qiang Wei, “China Akin to Nazi Germany?”, Barbados Newspaper Nation [Artikel
Online]; tersedia di bb.china-embassy.org/eng/sgxw/t778034.htm; internet; 28 April 2019
30
melindungi kedaulatan serta keutuhan negara Cina dari ancaman-ancaman yang
berpotensi mengganggu keamanan nasionalnya. Sistem yang berlaku di Cina tentu
saja belum sempurna dan masih terus berkembang. Cina juga tidak antipati
dengan nilai-nilai Barat. Banyak hal yang Cina pelajari dari Barat. Cina juga
berkomitmen untuk membangun demokrasi dan HAM. Kondisi ini bukan untuk
mengakomodasi kepentingan barat namun kebutuhan bagi Cina itu sendiri.
Bagaimanapun setiap negara pasti mengatur aturannya sendiri dan tentu saja ada
perbedaan antara mengatur negara berkembang dengan jumlah penduduk 1,3
milyar dengan negara yang sudah maju yang hanya memiliki penduduk kurang
dari lima juta orang.
Anggota komite Nobel Norwegia juga mengakui bahwa pemberian
penghargaan Nobel perdamaian ini merupakan „keputusan politik‟ dan berharap
dapat memberikan „perlindungan‟bagi penerimanya serta mendorong perubahan
di Cina. Menurut Wei, ini adalah taktik yang sama yang dipergunakan pada masa
perang dingin dahulu dan taktik ini tidak berlaku untuk menekan Cina melakukan
perubahan begitu saja.50
Duta Besar Cina untuk Norwegia, Tang Guoqiang, membagikan
pendapatnya pada pihak komite Nobel perdamaian Norwegia serta dunia yang
mengkrikitik sikap Cina terkait pemberian penghargaan Nobel perdamaian dalam
tulisannya yang berjudul “My Rethinking”.51
Tang menganggap tindakan yang
dilakukan oleh Komite Nobel perdamaian Norwegia tidak menilik pada situasi
50
Qiang Wei, “China Akin to Nazi Germany?”, 3. 51
Tang Guoqiang, “My Rethinking”, 2010 [Artikel Online]; tersedia di www.chinese-
embassy.no/eng/zjsg_2/sgxw/t777593.htm; internet; 28 April 2019.
31
yang sebenarnya terjadi serta tidak memahami secara tepat struktur perpolitikan di
Cina itu sendiri. Cina merupakan negara berkembang dengan peradaban 5000
tahun. Selain itu, Cina memiliki jumlah penduduk 1,3 milyar dan 56 kelompok
etnis. Cina merupakan negara besar yang tengah mempercepat laju pembangunan
serta perbaikan. Keadaan ini tidaklah mudah bagi Cina secara objektif, mendalam
dan murni dalam memahami Cina itu sendiri. Tidak mengganggap rendah diri
sendiri serta sombong adalah pendekatan yang tepat.
Kesuksesan Cina dalam membangun negaranya terlihat dengan menurunnya
tingkat buta huruf dari 80% hingga 3,6%, angka kehidupan juga meningkat dari
yang sebelumnya kurang dari 35 tahun hingga kini dapat mencapai 70 tahun, dan
pertumbuhan perekonomian Cina yang tumbuh pertahunnya rata-rata 10% dari
tiga dekade yang lalu. Semua capaian ini tidak luput dari peran sistem
perpolitikan Cina. Seperti yang telah diatur dalam konstitusi Cina, Cina
mempraktekan sistem kongres rakyat, sistem otonomi wilayah etnis minoritas,
sistem manajemen diri sendiri di tingkat akar rumput dan sistem kerjasama
multipartai dan konsultasi politik yang secara keseluruhan berujung pada
kepemimpinan Partai Komunis Cina (PKC). Sistem perpolitikan tersebut telah
membuktikan jaminan kesuksesan Cina di bidang sosial dan ekonomi.52
Filosofi politik berakar dari realitas kehidupan yang dihadapi suatu negara
dan sejarah yang dialami oleh negara tersebut.53
Ini adalah elemen yang tidak
mudah begitu saja ditransplantasikan. Sistem politik suatu negara didasarkan pada
52
Tang Guoqiang, “My Rethinking”. 53
Tang Guoqiang, “My Rethinking”.
32
kenyataan sejarah dan sosial ekonomi negara itu sendiri. Sukses tidaknya sistem
politik tercermin dari apakah sistem tersebut mampu memenuhi kebutuhan
pembangunan yang produktif serta mengimbangi perubahan ekonomi. Menjawab
hal tersebut, Cina mampu menghadapi kondisi tantangan tersebut. Menjamin
stabilitas negara, meningkatkan kehidupan masyarakat Cina, menyelesaikan
masalah sosial dan mendapatkan dukungan rakyat menjadi bukti konkrit
keberhasilan sistem politik Cina. Jika sistem politik barat menjadi acuan utama,
maka apapun yang dilakukan oleh Cina selama itu tidak memiliki jalur yang sama
akan tetap dinilai tidak sesuai dengan standar yang berlaku dan ketinggalan
jaman.
Masyarakat Cina berkeyakinan bahwa jalur yang ditempuh haruslah
berlandaskan pada kondisi nasional dan berakar pada realitas.54
Apapun yang
telah dialami Cina tidak dapat begitu saja diekspor. Begitupun sebaliknya, apapun
yang dialami oleh negara-negara Barat belum tentu sesuai dengan kondisi Cina.
Cina tidak menutup diri akan ilmu dari Barat. Di saat bersamaan Cina belajar serta
mengeksplor bentuk dan jalan baru guna mempertemukan tuntutan akan
pembangunan berkelanjutan di Cina dan pembangunan peradaban politik di dunia.
Di era globalisasi saat ini, sudah sepatutnya setiap negara saling
mengetahui, memahami dan menghormati perbedaan yang ada melalui pemikiran
yang terbuka dan inklusif.55
Norwegia sebagai negara pertama yang mengakui
kedaulatan Cina seharusnya bersikap demikian sebab pengakuan kedaulatan yang
54
Tang Guoqiang, “My Rethinking”. 55
Tang Guoqiang, “My Rethinking”.
33
dilakukan oleh Norwegia menunjukkan bahwa Norwegia terlepas dari pengaruh
mentalitas perang dingin yang saat itu tengah terjadi. Sesuai dengan apa yang
dikatakan oleh konfusius, “dalam sebuah kelompok berisi tiga orang, saya akan
menemukan seorang guru” bermakna bahwa Cina yang tengah dalam proses
pembangunan akan belajar dan terlibat dalam pertukaran yang sama di dunia serta
membuka diri terhadap kritik konstruktif dari dunia luar guna menuju kemajuan
bersama. Namun jika peribahasa tersebut dimaknai “dalam sebuah kelompok
berisi tiga orang, saya haruslah menjadi gurunya” sebagai upaya untuk merusak
stabilitas dan pembangunan Cina dengan dalih “kritik” maka akan dijawab “tidak,
terimakasih”.
C. Dampak Pemberian Penghargaan Nobel Perdamaian Pada Hubungan
Diplomatik Cina-Norwegia
Cina sebelumnya telah memberi peringatan jika penghargaan Nobel
perdamaian tersebut diberikan pada narapidana Liu Xiaobo maka hal tersebut
akan merusak hubungan bilateral yang telah berjalan baik selama ini antara Cina
dan Norwegia. Peringatan tersebut diwujudkan Cina dalam bentuk pembatalan
pertemuan antara Menteri Perikanan Norwegia, Lisbeth Berg-Hansen, dengan
Wakil Menteri Keamanan Pangan Cina, Sun Dawei. Di waktu yang bersamaan
pembatalan pertemuan juga dilakukan antara Berg Hansen dengan Waktil Menteri
Perikanan Cina, Niu Dum. Pembatalan pertemuan politik tingkat tinggi yang
dilakukan secara sepihak oleh Cina menjadi langkah awal yang dipergunakan
34
Cina terhadap Norwegia.56
Cina juga membatalkan pagelaran musik asal
Norwegia, Some Sunny Night, yang dijadwalkan akan digelar di Cina.
Pada Desember 2012, Cina mengeluarkan kebijakan kunjungan bebas visa
kepada pengunjung yang berasal dari seluruh negara-negara di Eropa kecuali
Nowegia.57
Pemerintah kota Beijing membuka daftar 45 negara dimana warga
negara yang berasal dari negara-negara tersebut diizinkan memasuki kota saat
transit selama 72 jam tanpa visa. Kebijakan ini mulai berlaku 1 Januari 2012.
Kebijakan diperuntukkan bagi negara-negara yang memiliki jumlah kunjungan
wisatawan terbanyak ke Beijing antara tahun 2009 – 2011. Wisatawan yang
berasal dari 27 negara anggota Uni Eropa, termasuk Islandia dan Swiss, bisa
menikmati keuntungan dari kebijakan ini. Wisatawan asal Amerika Serikat, Rusia,
Jepang, Australia dan negara-negara di kawasan Amerika Latin juga mendapat
perlakuan kebijakan bebas. Namun, kebijakan kunjungan bebas Visa ini tidak
berlaku bagi Norwegia. Menurut Wang Qin, salah satu pejabat senior di Beijing
administrasi perjalanan pemerintah, beberapa negara tidak memenuhi syarat
karena warga negara atau pemerintah mereka “berkualitas rendah” dan
“berperilaku buruk. Meskipun dalam pernyatannya tidak disebutkan nama-nama
dari negara tersebut. Hal yang menarik adalah berdasarkan data statistik Cina,
pada semester pertama tahun 2012 jumlah wisatawan asal Norwegia merupakan
salah satu yang terbesar dari sepuluh negara teratas jumlah kunjungan wisatawan
56
Walter Gibbs dan Gwladys Fouche, “China Steps up Retaliation against Norway for
Nobel”, Reuters [Artikel Online]; tersedia di https://www.reuters.com/article/us-nobel-peace-
china-idUSTRE6971XY20101012; internet; 25 April 2019. 57
Jamil Anderlini dan Clare MacCarthy, “China Snubs Norway in Visa Reforms”,Financial
Times [Artikel Online]; tersedia di https://www.ft.com/content/7aa84f82-3f6a-11e2-b0ce-
00144feabdc0; internet; 20 April 2019.
35
menuju Cina. Daftar nama negara penerima kunjungan bebas visa ini diatur oleh
menteri luar negeri Cina. Sebelum dikeluarkannya kebijakan ini, Cina menolak
visa sejumlah wartawan, ilmuwan dan pebisnis Norwegia yang akan berkunjung
Cina.
Selain pembatalan pertemuan diplomatik tingkat tinggi, penolakan visa,
Cina juga mengenakan sanksi pada sektor perikanan. Berdasarkan pada data
dibawah terlihat bahwa terjadi perubahan jumlah total impor Cina terhadap
salmon segar dan beku asal Norwegia dan jumlah total impor Cina secara
keseluruhan / dunia. Impor salmon asal Norwegia mengalami penurunan pada
2011, kembali naik pada 2012, namun jarak jumlah total impor Cina secara
keseluruhan dan jumlah total impor Cina dari Norwegia semakin melebar.
36
Grafik II.C.1. Data Impor Salmon Segar dan Beku Cina
Asal Norwegia dan Dunia
Sumber : UN Comtrade Database and Norwegian Seafood Council
58
Hal ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan permintaan impor salmon
Norwegia oleh Cina sedangkan jumlah impor salmon Cina secara keseluruhan
terus mengalami peningkatan. Terlihat sejak 2007 – 2010 rata-rata impor salmon
yang dilakukan Cina secara keseluruhan hanya mencapai 6.900 ton sedangkan
pada 2011- 2014 mencapai 25,180 pertahunnya. Penurunan terhadap impor
salmon Norwegia secara mendadak ini adalah hal yang tidak diduga sebab
konsumen Cina lebih memilih salmon asal Norwegia dibandingkan dari kawasan
lain. Momen penurunan tersebut terjadi tepat pada tahun 2011, sebagai akibat dari
insiden pemberian penghargaan Nobel perdamaian.
58
UN Comtrade Database and Norwegian Seafood Council dalam Xianwen Chen dan
Roberto Javier Garcia, “Economic Sanction and Trade Diplomacy : Sanction-Busting Stategies,
Market Distortion and Efficacy of China‟s Restrictions on Norwegian Salmon Imports”, Sage : 4.
37
Grafik II.C.2. Pangsa Pasar Keseluruhan Salmon Segar dan Beku Cina
Sumber : UN Comtrade Database, Norwegian Seafood Council, and Census and
Statistics Departmentof the Government of Hong Kong.59
Sepanjang 1997-2010, impor salmon segar dan beku asal Norwegia
mendominasi pangsa pasar impor salmon Cina secara keseluruhan. Tercatat
pangsa pasar salmon asal Norwegia mencapai 80% dalam beberapa tahun. Namun
terlihat mulai pada tahun 2011, Inggris dan Kepulauan Faroe menjadi penyuplai
baru bagi pangsa pasar impor salmon Cina dan disaat bersamaan terjadi
penurunan impor salmon asal Norwegia. Berdasarkan data dari kedua grafik,
meskipun impor salmon Norwegia mengalami penurunan, pangsa pasar impor
salmon tetap terjaga dengan adanya peningkatan impor salmon dari wilayah lain.
Penurunan impor salmon asal Norwegia terkait dengan adanya pemberlakuan
59
UN Comtrade Database, Norwegian Seafood Council, and Census and Statistics
Departmentof the Government of Hong Kong dalam Xianwen Chen dan Roberto Javier Garcia,
“Economic Sanction and Trade Diplomacy :...”, 5.
38
custom practice dan regulatory border yang diterapkan Cina hanya kepada
salmon asal Norwegia serta isu virus yang terdapat pada ikan salmon asal
Norwegia.60
Dampak selanjutnya dari insiden pemberian penghargaan Nobel perdamaian
tersebut adalah penundaan negosiasi perjanjian perdagangan bebas. Negosiasi
perjanjian perdagangan bebas Cina-Norwegia yang telah berlangsung selama dua
tahun mengalami penundaan pembahasan hingga waktu yang tidak di tentukan.
Cina menyatakan harus memikirkan kembali negoasiasi perjanjian perdagangan
bebas tersebut dengan para ahli.
Sikap dan tindakan tegas Cina menunjukkan bahwa apa yang telah
dilakukan Norwegia merupakan kesalahan besar. Sebagi bentuk “pembalasan”
atas tindakan Norwegia tersebut, Cina menggunakan langkah – langkah strategis
agar Norwegia dapat merefleksikan tindakan yang telah dilakukannya.
60
Xianwen Chen dan Roberto Javier Garcia, “Economic Sanction and Trade Diplomacy
:...”, 11.
39
BAB III
DINAMIKA HUBUNGAN DIPLOMATIK CINA – NORWEGIA
Bab ini membahas mengenai hubungan diplomatik antara Cina dan
Norwegia. Bab ini terbagi menjadi dua bagian. Bagian pertama menjelaskan
mengenai hubungan diplomatik antara Cina dan Norwegia sebelum tahun 2010.
Bagian kedua menjelaskan mengenai hubungan diplomatik antara Cina dan
Norwegia diantara tahun 2010-2016.
A. Hubungan Diplomatik Cina-Norwegia sebelum 2010
Negara-negara di kawasan Nordik atau Negara-negara di kawasan Eropa
Utara merupakan kelompok negara pertama yang membentuk hubungan
diplomatik dengan Republik Rakyat Cina (RRC) tidak lama setelah Cina
mendeklarasikan kedaulatannya pada 1 Oktober 1949.61
Salah satu negara nordik
yang turut membentuk hubungan diplomatik dengan Cina adalah Norwegia.
Hubungan diplomatik Cina dan Norwegia telah terbangun sejak 1851, dimana saat
itu Norwegia masih bergabung dengan Swedia, dengan didirikannya Konsulat
Jendral di Guangzhou.62
Pada 1853 perwakilan konsulat didirikan di Shanghai dan
10 tahun kemudian Shanghai menjadi Konsulat Jendral dan kantor Guangzhou
berubah menjadi perwakilan konsulat.
61
Jerker Hellstrom, “China‟s Political Priorities in the Nordic”, 11. 62
Kristin Huang dan Liu Zhen, “Let‟s putNobel spat behind us: a look back at China and
Norway‟s ties” [Artikel Online]; tersedia di https://www.scmp.com/news/china/diplomacy-
defence/article/2055980/lets-put-nobel-spat-behind-us-look-back-china-and;internet; 28 Maret
2019.
40
Pada 1905 Thorvald Hansen ditunjuk menjadi perwakilan Norwegia di
Shanghai setelah secara resmi Norwegia memisahkan diri dari Swedia pada 1905.
Setelah deklarasi kemerdekaan serta pendirian Republik Rakyat Cina oleh Mao
Zedong pada 1949, Norwegia beserta dengan Swedia, Denmark dan Finland
menjadi kelompok negara barat pertama yang merespon pendirian Republik
Rakyat Cina pada Januari 1950. Hubungan diplomatik formal antara Cina dan
Norwegia sendiri baru terbangun pada 5 Oktober 1954. Pertukaran Duta Besar
baru dilakukan setahun setelahnya. Pada saat itu intensitas hubungan Cina –
Norwegia terbilang kecil sebagai akibat dari perang dingin.
Sepanjang tahun 1950-an hingga 1960-an frekuensi hubungan diantara
Cina-Norwegia relatif kecil. Frekuensi hubungan diplomatik keduanya mengalami
peningkatan pada 1970-an. Hal tersebut terlihat dari meningkatnya kunjungan
tingkat tinggi yang dilakukan kedua negara. Hubungan Cina-Norwegia tidak
hanya tercakup pada hubungan bilateral saja melainkan juga dukungan Norwegia
terhadap Cina untuk menjadi anggota dalam Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB)
pada 1971.
Pada 1973, Menteri Luar Negeri Norwegi, Dagfinn Vaarvik, mengunjungi
Cina dan selama kunjungannya tersebut Cina dan Norwegia menandatangani
perjanjian mengenai angkutan udara sipil. Pada 1980-an hubungan Cina dan
Norwegia semakin berkembang seiring dengan meningkatnya pertukaran
kunjungan tingkat tinggi. Kesuksesan tersebut terlihat dari kunjungan Perdana
Menteri Cina, Wakil Perdana Menteri dan Wakil Ketua Komite tetap NPC telah
41
mengunjungi Norwegia. Sebaliknya, Perdana Menteri Norwegia dan Presiden
Parlemen Norwegia juga telah bertandang ke Cina.
Pada 1989, tensi hubungan kedua negara meningkat saat Komite Nobel
Perdamaian Norwegia memberikan penghargaan kepada Dalai Lama.
Penghargaan tersebut diberikan atas upaya Dalai Lama yang menggunakan
langkah damai dalam membebaskan wilayahnya dari kekuasaan Cina.
Menghadapi situasi tersebut, pemerintah Cina melalui perwakilannya, Wang
Guisheng, penasihat dari kedutaan besar Cina, menyatakan kemarahannya dan
menganggap bentuk penghargaan tersebut telat mencampuri urusan dalam negeri
Cina. Wang menambahkan bahwa penghargaan tersebut telah melukai perasaan
rakyat Cina dan Dalai Lama bukanlah hanya sekadar pemimpin keagamaan
melainkan juga tokoh politik yang memiliki tujuan untuk memisahkan Tibet dari
Cina serta meruntuhkan kesatuan politik.63
Meski terjadi peningkatan tensi antara Cina dan Norwegia akibat dari
pemberian penghargaan Nobel perdamaian, hubungan diplomatik Cina-Norwegia
masih tetap berjalan baik. Sejak pendirian hubungan diplomatik, hubungan
perdagangan keduanya juga mengalami peningkatan. Berdasarkan data statistik
Cina, perdagangan bilateral Cina dan Norwegia rata-rata tumbuh pertahunnya.64
Pada 1950-an,nilai perdagangan mencapai US$ 2 juta, US$ 6 juta pada 1960-an,
63
Glenn Frankel, “Dalai Lama Wins Nobel Peace Prize”, The Washington Post, 6 Oktober
1989, [Artikel Online]; tersedia di
https://www.washingtonpost.com/archive/politics/1989/10/06/dalai-lama-wins-nobel-peace-
prize/eee3bf56-18e1-4f28-abc2-fe766d39cc17/?utm_term=.45a0e095784e; internet; diakses pada
25 April 2019. 64
Embassy of the People‟s Republic of China in Norway, “Economic Trade and Tradae
Relations between China and Norway”[Database Online]; tersedia di
www.chineseembassy.no/eng/jm/t111023.htm; internet; 25 April 2019.
42
US$29 juta pada 1970-an dan US$114 juta pada 1980-an. Pada tahun 2000, total
perdagangan Cina-Norwegia mencapai US$ 1.097 juta meningkat 32,7%. Dimana
jumlah tersebut didasarkan pada jumlah ekspor Cina menuju norwegia yang
mencapai US$ 487 juta dan nilai impor yang berjumlah US$610 juta, masing-
masing meningkat 41,9% dan 26,1%.
Hubungan baik Cina – Norwegia tidak hanya tercermin dalam bidang
politik dan ekonomi saja melainkan bidang budaya juga turut mempengaruhi
hubungan bilateral keduanya. Hal tersebut ditandai dengan adanya perjanjian
kebudayaan antara Cina dan Norwegia pada 1963. Dalam bidang kebudayaan,
kedua negara secara aktif mendorong pada pertukaran budaya dan artistik.65
Sejak
abad ke-20 masyarakat atas Norwegia tertarik pada artefak Cina dan seni,
sedangkan bagi Cina seorang ahli drama teater, Henrik Ibsen, menjadi salah
seorang orang asing yang masuk dalam kelompok 50 orang asing berpengaruh
dalam membentuk budaya moderen Cina. Institut konfusius Cina juga dibukadi
Bergen pada 2008, sebagai pusat perkembangan bahasa Cina, budaya dan seni
tradisional Cina. Bukan hanya itu saja, pertukaran budaya juga dilakukan oleh
perwakilan diplomatik Norwegia di Cina dengan melakukan pameran arsitektur
serta konser.
65
Bjornar Sverdrup-Thygeson,”The Norway-China Relationship: For Better, For Worse,
For Richer,For Poorer”, dalam Bjornar Sverdup Thygeson, Wrenn Yennie Lindgren, Marc
Lanteigne, China and Nordic Diplomacy (Oxon : Routledge, 2018), 79.
43
Ketertarikan Cina pada sains dan penelitian di kawasan Kutub Utara juga
mendorong Cina untuk mendirikan stasiun penelitian pertamanya.66
Stasiun
Yellow River dibuka secara resmi di Ny-Alesund kepulauan Svalbard, Norwegia.
Yang Huigen, kepala deputi Pusat Penelitian Kutub Cina yang bermarkas di
Shanghai, menjadi kepala deputi pertama di stasiun tersebut. Pendirian stasiun di
kutub utara tersebut merupakan langkah integral Cina untuk lebih memahami
tentang perubahan iklim di Arktik dan wilayah sekitarnya.
Hubungan bilateral Cina – Norwegia tidak hanya berpusat pada politik,
ekonomi dan budaya saja namun juga dari sisi sosial yaitu mengenai Hak Asasi
Manusia. Pembahasan mengenai Hak Asasi Manusia (HAM) yang dimulai sejak
1997 juga menjadi salah satu agenda tahunan yang turut diperbincangkan antara
Cina dan Norwegia. Bagi Cina, pembahasan mengenai HAM perlu untuk
dilakukan dengan negara lain sebagai pondasi untuk saling menghormati guna
memajukan pembangunan manusia secara internasional.67
Disisi lain, Cina
menentang intervensi terhadap kondisi internal Cina dari negara manapun dengan
mengatasnamakan isu HAM. Cina juga percaya jika kedua belah saling
menghormati, tidak akan mungkin ada hambatan yang terlibat dalam pembicaraan
HAM.
66
Embassy of the People‟s Republic of China in Norway,”Chinese North Pole Research
Station Launched in Norway”, 2004 [Database Online]; tersedia di http://www.chinese-
embassy.no/eng/zngx/t145358.htm;internet;20 Maret 2019. 67
Anonim, “Sino-Norway face no barrier on human rights dialogue”, China Human
Rights.CN, 2017 [Artikel Online]; tersedia di
http://www.chinahumanrights.org/html/2017/POLITICS_0401/7793.html;internet; 30 April 2019.
44
Untuk memperingati hubungan diplomatik Cina-Norwegia yang telah
mencapai usia 50 tahun, kedua negara saling memberikan ucapan selamat dengan
disertai kunjungan diplomatik. Perayaan 50 tahun terjalinnya hubungan
diplomatik Cina-Norwegia ditandai dengan kunjungan Wu Bangguo, Ketua
Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional Cina (NPC), atas undangan Presiden
Parlemen Norwegia, Jorgen Kosmo, ke Norwegia.68
Dalam pernyataannya, Wu
Bangguo, menyatakan bahwa hubungan diplomatik antara Cina dan Norwegia
telah berjalan mulus dan juga telah membangun hubungan bilateral yang
komprehensif.69
Hal tersebut dikarakteristikan dengan kepercayaan yang terjalin
diantara kedua belah pihak dan kerjasama ekonomi yang saling menguntungkan.
Wu juga menambahkan, kedekatan kerjasama diantara kedua negara tidak hanya
menunjukkan kepentingan masing-masing pihak namun juga berkonribusi pada
perdamaian dan pembangunan dunia. Kosmo juga mengatakan cepatnya
pembangunan ekonomi di Cina telah menjadi sorotan dunia sehingga lingkaran
bisnis dan finasial Norwegia menunjukkan keinginan yang kuat untuk berinvestasi
di Cina.
Ucapan selamat atas terjalinnya hubungan diplomatik selama 50 tahun Cina
dan Norwegia juga disampaikan secara resmi oleh Presiden Cina, Hu Jintao, dan
Raja Norwegia, Raja Harald V, melalui pertukaran telegram.70
Dalam pesannya,
68
Embassy of the People‟s Republic of China in Norway, “Wu Bangguo's Visit to
Norway”, 2004 [Database Online]; tersedia di http://no.china-
embassy.org/eng/ztxw/cn50/t141744.htm; internet; 20 Maret 2019. 69
Anonim, “Better Ties with Norway Called For”, Xinhua News Agency, 2004 [Artikel
Online]; tersedia di http://www.china.org.cn/english/2004/Jun/97264.htm;internet;20 Maret2019. 70
Embassy of the People‟s Republic of China in Norway, “Chinese President Hu Jintao and
Norwegian King Harald V exchange congratulations on the 50th anniversary of the establishment
45
Hu Jintao menyampaikan bahwa selama 50 tahun hubungan Cina-Norwegia telah
terbangun hubungan bilateral yang stabil. Kondisi tersebut berkat meningkatkanya
kedekatan hubungan bilateral di semua level, pemahaman yang sama dan
kepercayaan yang terbangun diantara keduanya. Hasil yang luar biasa juga dicapai
dalam pertukaran dan kerjasama dalam sektor ekonomi dan perdagangan, sains
dan teknologi serta kebudayaan. Hu Jintao dan Raja Harald V juga berharap agar
hubungan yang telah terjalin baik ini akan terus berkembang dan semakin
menguat di tahun-tahun kedepannya.
Pada 28 Maret 2005 Menteri Luar Negeri Norwegia, Jan Petersen, disambut
oleh Wakil Presiden Cina, Zeng Qinghong, di Great Hall, Cina. Dalam pertemuan
tersebut kedua negara saling memuji atas perkembangan hubungan bilateral
keduanya yang berjalan lancar. Cina juga mengapresiasi Norwegia yang telah
menghargai kebijakan One China Policy. Cina dan Norwegia berharap bahwa
kerjasama bilateral keduanya dapat terus berjalan lancar baik dibidang ekonomi,
sains, teknologi dan budaya. Norwegia juga berharap dengan pertukaran tingkat
tinggi, kepercayaan politik dan eratnya kerjasama dua arah keduanya dapat
menguntungkan hubungan kerjasama keduanya.
Kelancaran serta stabilnya hubungan bilateral antara Cina dan Norwegia
membuat Cina mengajukan proposal kerjasama perdagangan bebas. Inisiasi Free
Trade Agreement (FTA) atau perjanjian perdagangan bebas dimulai pada 2007.
Pelaksanaan perjanjian perdagangan bebas tersebut dianggap dapat memperat
of Diplomatic Relations between China and Norway”, 2004 [Database Online]; tersedia di
http://no.china-embassy.org/eng/ztxw/cn50/t163332.htm;internet;20 Maret 2019.
46
hubungan bilateral Cina-Norwegia, meningkatkan kerjasama ekonomi dan
perdagangan, meningkatkan pembangunan ekonomi dan meningkatkan standar
hidup bagi dua negara.71
Putaran negosiasi pertama dilakukan pada 18 September
2008 di Oslo, Norwegia.
Norwegia merupakan kelompok negara pertama dan negara eropa pertama
yang dipilih Cina untuk menjadi partner dalam melakukan perjanjian
perdagangan bebas.72
Pelaksanaan perjanjian perdagangan bebas secara bilateral
merupakan langkah baru yang dilakukan Cina. Sebelumnya Cina lebih
mengutamakan keikutsertannya dalam perjanjian perdagangan bebas di tingkat
multilateral. Inti dari pelaksanaan FTA sendiri adalah untuk menurunkan tarif
perdagangan dan mengaplikasikan aturan perdagangan yang lebih fair terhadap
negara-negara yang ikut serta.
Umumnya Cina akan mengawali perjanjian dengan fokus pada barang,
pembahasan mengenai perluasan sektor lain akan mengikuti seiring dengan
terimplementasinya komitmen pada liberalisasi barang yang telah terlaksana.73
Isu
yang berkaitan dengan dengan lingkungan, kebijakan kompetisi dan buruh tidak
menjadi hal utama yang dinegosiasikan dalam perjanjian. Kebutuhan pembahasan
pada isu tersebut akan dibahas secara terpisah atau dalam dokumen pendamping.74
71
Ministry of Commerce of The People‟s Republic of China, “China FTA Network“
[Database Online]; tersedia di http://fta.mofcom.gov.cn/topic/ennorway.shtml;internet; 30 Maret
2019. 72
Jun Zhao dan Timothy Webster, “Taking Stock: China‟s First Decade of FreeTrade”,
Faculty Publications (Paper 41, 2011), 68. 73
Henry Gao, ”China‟s Strategy for Free Trade Agreements”, 7. 74
Henry Gao, “China‟s Strategy for Free Trade Agreements”, 7.
47
B. Hubungan Diplomatik Cina-Norwegia 2010-2016
Paska pemberian penghargaan Nobel perdamaian pada 2010, hubungan
diplomatik Cina-Norwegia mulai mengalami kerenggangan. Cina sebelumnya
telah memperingatkan Norwegia bahwa pemberian Penghargaan Nobel
Perdamaian akan berdampak pada hubungan diplomatik keduanya. Bagi Cina,
pemberian penghargaan tersebut tidak seharusnya dilakukan dan diberikan kepada
orang yang telah dilabeli sebagai seorang pembangkang serta tengah menjalani
hukuman penjara atas tuduhan subversi terhadap pemerintahan Cina.
Sebagaimana disampaikan oleh juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina,
Jiang Yu, bahwa sulit bagi Cina untuk tetap menjaga hubungan baik dengan
Norwegia seperti sebelumnya karena Komite Nobel memutuskan untuk
memberikan Penghargaan Nobel Perdamaian kepada seorang narapidana yang
jelas telah melanggar hukum Cina dan pemerintah Norwegia menyatakan
dukungannya atas keputusan tersebut di depan umum.75
Dirinya juga
menambahkan bahwa menjadi masuk akal dan dapat dipahami apabila sebagian
kementerian meragukan pertukaran bilateral dan kerjasama dengan Norwegia.
Ketidakhadiran satupun perwakilan resmi Cina saat upacara pemberian
Penghargaan Nobel Perdamaian pada Desember 2010 menjadi sinyal ketegasan
Cina kepada Norwegia. Cina menghentikan seluruh pertemuan tingkat tinggi yang
sebelumnya sudah diagendakan oleh kedua negara. Kunjungan tingkat tinggi yang
biasa dilakukan tidak lagi dilakukan setelah peristiwa pemberian penghargaan
75
Anonim, “FM: China ties withNorway affected by Nobel”, China Daily [Artikel Online];
tersedia di www.chinadaily.com.cn/china/2010-12/02/content_11645313.htm; internet; 20 April
2019.
48
Nobel perdamaian tersebut dilakukan. Tidak hanya penghentian kunjungan
tingkat tinggi, pertemuan formal dan penghentian sementara kerjasama terutama
negosiasi perjanjian perdagangan bebas juga turut dalam sanksi yang diberikan
kepada Norwegia.
Meskipun Cina tidak mengeluarkan pernyataan resmi namun melalui
tindakan-tindakan tersebut jelas menjadi sinyal Cina dalam melihat insiden
tersebut. Sikap yang ditampilkan oleh suatu negara dalam menghadapi suatu
peristiwa merupakan bentuk respon atas peristiwa yang tengah dihadapinya. Sikap
saling menghormati dan percaya yang tertuang dalam berbagai pernyataan sikap
diplomatik Cina-Norwegia dalam berbagai aspek selama ini, nyatanya tidak
dijunjung tinggi oleh Norwegia sebagai tuan rumah penyelenggara acara
penghargaan Nobel perdamaian.
Cina yang memegang prinsip untuk tidak ikut campur dalam urusan
domestik suatu negara menjadikannya untuk tidak terlibat dalam urusan apapun
karena Cina sendiri tidak ingin urusan dalam negerinya mendapat intervensi dari
negara lain. Sikap Norwegia yang mendukung pelaksanaan acara dengan turut
hadir dalam upacara pemberian Penghargaan Nobel Perdamaian ditambah dengan
adanya relasi antara komite Nobel perdamaian dengan pemerintah Norwegia
menjadikan keadaan tersebut sebagai bentuk upaya yang dilakukan oleh pihak
Norwegia untuk menekan Cina melakukan perubahan pada pondasi negara dan
sistem perpolitikan Cina dengan menggunakan dalih pemberian penghargaan
Nobel perdamaian. Karena itulah, sepanjang 2010 hingga 2016 Cina melakukan
49
kontak formal apapun dengan Norwegia. Sebagai sebuah negara yang berdaulat
Cina akan melakukan usaha semaksimal mungkin dalam melindungi kedaulatan
dan keutuhan negaranya.
50
BAB IV
KEPUTUSAN CINA MELAKUKAN NORMALISASI HUBUNGAN
DIPLOMATIK DENGAN NORWEGIA 2016
Pada bab ini dijelaskan hal-hal yang kepentingan dan alasan keputusan Cina
melakukan normalisasi hubungan diplomatik dengan Norwegia. Bab ini terbagi
dalam tiga bagian. Bagian pertama menjelaskan mengenai keputusan Cina
melakukan normalisasi hubungan diplomatik termasuk kepentingan politik dan
ekonomi yang ingin didapatkan oleh Cina. Bagian Kedua menjelaskan mengenai
faktor internal yang mempengaruhi keputusan Cina melakukan normalisasi.
Bagian ketiga menjelaskan mengenai faktor eksternal yang turut mempengaruhi
keputusan Cina.
A. Aspek Kepentingan yang Mempengaruhi Normalisasi Hubungan
Diplomatik Cina dan Norwegia
Setelah enam tahun mengalami pembekuan hubungan diplomatik, akhirnya
pada 19 Desember 2016 Cina dan Norwegia sepakat untuk melakukan normalisasi
hubungan diplomatik dengan ditandai adanya nota kesepakatan yang merupakan
hasil dari pertemuan antara Perdana Menteri Cina, Li Keqiang, dan Menteri Luar
Negeri Norwegia, Borge Brende, di Beijing.
Keputusan untuk melakukan normalisasi hubungan diplomatik yang
dilakukan Cina terhadap Norwegia tidak terlepas adanya kepentingan nasional
51
yang ingin diraih oleh Cina. Menurut Donald E. Nuechterlein, kepentingan
nasional adalah kebutuhan dan keinginan yang dirasakan suatu negara terhadap
negara berdaulat lainnya yang terdiri dari lingkungan eksternal.76
Nuechterlein
membagi kepentingan nasional menjadi empat bagian yaitu kepentingan
pertahanan, kepentingan ekonomi, kepentingan tata dunia dan kepentingan
ideologi. Dalam mengidentifikasikan apa yang menjadi prioritas kepentingan
suatu negara harus dilihat sejauh mana intensitas atau fokus dari negara tersebut
dalam melihat suatu isu internasional yang spesifik.77
1. Aspek Politik
1.1Melindungi dan Menunjukkan Kepentingan Inti Cina
Berdasarkan penjelasan kepentingan nasional yang dipaparkan oleh
Nuechterlein, normalisasi hubungan diplomatik yang dilakukan oleh Cina
terhadap Norwegia berkaitan dengan kepentingan Cina untuk melindungi dan
menunjukkan apa yang menjadi kepentingan utama Cina. Terkait dengan
peristiwa pemberian Penghargaan Nobel Perdamaian, Norwegia secara tidak
langsung menargetkan agar terjadinya perubahan pada hal yang menjadi
kepentingan inti Cina yaitu pondasi sistem negara dan partai politik.78
Hal ini juga
dilihat sebagai bentuk upaya yang dilakukan oleh pihak barat untuk merubah
ideologi Cina. Alat yang masih dipergunakan pihak barat untuk mendistribusikan
76
Donald E. Nuechterlein, “National Interests and Foreign Policy: A Conceptual
Framework For Analysis and Decision-Making”, British Journal of International Studies (Vol.2,
No.3, Oct.1976), 247 77
Donald E. Nuechterlein, “National Interests and Foreign Policy...”, 248. 78
Michael D. Swaine, “China Assertive Behaviour Part One : Core Interests”.
52
nilai-nilai demokrasi dengan mendukung pihak-pihak yang berkontribusi
menyebarkannya demokrasi dan penegakkan HAM.
Pondasi sistem negara dan partai politik merupakan bagian dari
kepentingan inti yang vital bagi Cina dan menjadi hal yang tidak dapat
dinegosiasikan. Ideologi komunis Cina dan otoritas Partai Komunis Cina dalam
menjalankan pemerintahan merupakan hal utama yang tidak dapat dirubah dan
harus dipertahankan dalam kondisi apapun. Pernyataan tegas disampaikan oleh Xi
Jinping dalam pidatonya yang menyatakan bahwa Cina akan berada pada jalan
pembangunan yang damai, namun tidak mengabaikan pada hak dan kepentingan
yang sah serta tidak mengorbankan kepentingan inti Cina.79
Xi Jinping juga
menegaskan bahwa tidak ada satupun negara yang dapat membuat Cina
melakukan kesepakatan atas apa yang menjadi kepentingan inti Cina dan tidak
ada satupun negara yang dapat membuat Cina menelan pil pahit dengan upayanya
untuk merusak kedaulatan, keamanan dan pembangunan Cina.
Dengan tetap bertahannya ideologi komunis dan eksistensi Partai Komunis
Cina dalam tampuk kekuasaan akan menciptakan stabilitas politik yang
selanjutnya akan memudahkan Cina dalam mengkoordinasikan tujuan
selanjutnya. Hal yang terkait dengan tujuan Cina adalah pembangunan,
menghindarkan ketertinggalan dalam upaya mempertahankan negara, dan secara
bertahap meningkatkan kehidupan masyarakat.80
79
Jian Zhang, “China‟s New Foreign Policy under Xi Jinping: Towards „Peaceful Rise
2.0‟”, Global Change,Peace & Security (vol.27, No.1, 2015), 9. 80
China national interest, 164
53
Normalisasi yang dilakukan Cina terhadap Norwegia merupakan bentuk
timbal balik dari sikap yang ditunjukkan oleh Norwegia terhadap Cina. Cina akan
bersikap baik terhadap negara yang berlaku sama dengan cara menghormati dan
tidak mengganggu prinsip-prinsip yang tercantum dalam kepentingan inti Cina.81
Normalisasi yang dilakukan Cina terhadap Norwegia terjadi karena adanya
komitmen Norwegia yang tercantum dalam kesepakatan diantara Cina dan
Norwegia bahwa Norwegia akan menghormati pada hal-hal yang menjadi
kepentingan inti Cina dan menghindari keterlibatan dari hal-hal yang berpotensi
mengganggu hubungan bilateral antara Cina dan Norwegia.82
Melalui peristiwa
ini Cina ingin menunjukkan bahwa Cina tidak segan bersikap tegas pada hal-hal
yang berupaya untuk mengganggu kepentingan intinya dan akan bersikap
sebaliknya jika negara tersebut menghormati pada prinsip–prinsip yang tercantum
dalam kepentingan intinya. Penghormatan terhadap hal-hal yang menjadi bagian
dari kepentingan inti Cina menjadi pondasi terbukanya peluang kerjasama.
2. Aspek Ekonomi
2.1. Melanjutkan kembali negosiasi perjanjian perdagangan bebas
Dengan Norwegia
Normalisasinya kembali hubungan diplomatik antara Cina dan Norwegia
membuka jalan bagi kedua negara untuk kembali bernegosiasi terkait dengan
perjanjian perdagangan bebas (free trade agreement/ FTA). Pemilihan Norwegia
81
Jian Zhang, “China‟s New Foreign Policy under Xi Jinping..”,10. 82
Anonim, “Full Text: Statement of China and Norway on Normalization of Bilateral
Relations”, China Daily [Artikel Online]; tersedia di
http://www.chinadaily.com.cn/world/cn_eu/2016-12/19/content_27714255.htm;internet; diakses
pada 5 April 2019.
54
sebagai negara partner dalam melakukan perjanjian perdagangan bebas oleh Cina
dikarenakan Norwegia merupakan yang berada di kawasan Eropa namun
Norwegia tidak bergabung dalam Uni Eropa (UE). Kompleksitas hubungan
ekonomi-politik yang dihadapi Cina terhadap Uni Eropa menyebabkan Cina harus
melakukan strategi “side-door” sebagai upaya Cina dalam memperluas pasarnya
menuju Eropa dengan memilih negara yang tidak masuk menjadi anggota dalam
Uni Eropa.83
Hal lain yang menjadi alasan pemilihan Norwegia adalah karena Norwegia
terbuka dengan perjanjian perdagangan bebas. Norwegia merupakan salah satu
negara anggota EFTA dan tergabung dalam EEA. Keduanya merupakan bentuk
kerjasama ekonomi yang memiliki akses untuk melakukan perdagangan dengan
Uni Eropa. Posisi ini menguntungkan Cina karena Cina dapat melihat serta
mempelajari bagaimana jalannya liberalisasi dalam perekonomian di Eropa dan
dapat menemukan cara bagaimana Cina harus menghadapi hambatan potensial
dalam membangun perjanjian perdagangan bebas dengan Uni Eropa.84
Perjanjian perdagangan bebas menjadi jalan Cina untuk mendapatkan status
sebagai ekonomi pasar serta memberi kemudahan akses pada bahan baku atau
sumber daya alam yang dimiliki oleh negara partnernya.85
Perjanjian perdagangan
bebas yang dilakukan secara bilateral menjadi langkah-langkah penyusun Cina
untuk mendapatkan kepercayaan dari negara yang menjadi partnernya tentang
83
Marc Lanteigne, “Northern Exposure: Cross-Regionalism and the China-Iceland
Preferential Trade Negosiations”, The China Quarterly (No.202, Juni 2010), 364. 84
Marc Lanteigne, “Northern Exposure:...”, 371. 85
John Ravenhill dan Yang Jiang, “China‟s Move to Preferential Trading...”, 33.
55
sistem perekonomian yang dijalankannya. Perlahan namun pasti langkah ini
menjadi jalan untuk diakuinya sistem perekonomian Cina di tingkat multilateral
Terlaksananya perjanjian perdagangan bebas dengan Norwegia akan
membantu Cina dalam mendapatkan akses terhadap sumber daya alam, energi,
serta membuka akses di bidang agrikultur. Keberadaan perjanjian tersebut akan
menjadi jalan bagi terbukanya liberalisasi perdagangan salmon.
Pembangunan ekonomi merupakan salah satu inti dari kepentingan jangka
panjang Cina. Perjanjian perdagangan bebas merupakan salah satu langkah untuk
memujudkan pembangunan tersebut. Sebagaimana pernyataan yang disampaikan
oleh Perdana Menteri Cina Wen Jiabao bahwa pembangunan adalah kata terakhir;
namun hal tersebut bukan hanya dasar guna menyelesaikan semua permasalahan
internal namun pembangunan ekonomi juga merupakan pondasi untuk
meningkatkan kekuatan diplomasi Cina. Inti kompetisi antar negara terletak pada
kekuatan (Power). 86
Keberlanjutan pembangunan ekonomi juga menjadi titik
kekuatan bagi keberlangsungan Partai Komunis Cina. Selama Partai Komunis
Cina mampu memberikan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat Cina maka
kepemimpinannya masih akan terus bertahan.87
86
Wen Jiabao, “A Number of Issues Regarding the Historic Tasks in the Initial Stage of
Socialism and China‟s Foreign Policy” dalam China’s International Behaviour : Activism,
Opportunism and Diversification, (Santa Monica: RAND Corporation, 2009): 15 87
Evan S. Medeiros, China’s International Behaviour : Activism, Opportunism and
Diversification, (Santa Monica: RAND Corporation, 2009): 16
56
2.2. Akses Teknologi untuk Melakukan Eksplorasi Energi
Kebutuhan terhadap energi menjadi alasan Cina untuk terus melakukan
pencarian sumber energi guna menunjang pembangunan perkonomiannya. Salah
satu sumber energi yang menjadi pilihan Cina adalah gas alam. Pada akhir 2004,
proyek pipa gas yang diberi nama “West-to-east” telah rampung dan secara resmi
mulai beroperasi, hal ini menjadi penanda cepatnya periode pembangunan dalam
industri gas alam di Cina.88
Secara keseluruhan pada 2007, konsumsi gas alam di
Cina meningkat 23,8% dan mencapai 69,5 milyar kubik meter (bcm).89
Peningkatan tersebut menjadikan Cina masuk ke dalam sepuluh negara terbesar
dalam konsumsi gas alam. Meski begitu, meningkatnya konsumsi penggunaan gas
alam masih belum menggeser penggunaan batubara yang tetap menduduki
peringkat pertama sebagai sumber energi yang masih banyak dipergunakan di
Cina. Ketergantungan Cina pada penggunaan batubara telah menimbulkan
dampak polusi yang cukup parah di Cina.
Menghadapi kondisi tersebut pemerintah Cina mengupayakan peralihan
dengan mengganti penggunaan batubara menjadi gas alam. Selain itu, penggunaan
gas alam menjadi langkah Cina dalam pengurangan emisi. Hal ini berkaitan
dengan kebijakan pemerintah Cina pada 2014 yang menginginkan arah
pembangunan Cina tetap berlanjut namun berlandakan pada pembangunan yang
88
Lu Jialiang dan Zhao Suping, “China‟s natural gas exploration and development
strategies under the new normal”, Science Direct (2015): 1. 89
Nobuyuki Higashi, “Natural Gas in China, Market Evolution and Strategy”, International
Energy Agency (Juni 2009), 4..
57
memperhatikan lingkungan. Berikut merupakan wilayah-wilayah di Cina yang
memiliki cadangan gas alam90
:
Tabel IV.A.2.2.1 Wilayah Sumber Cadangan Gas Alam
Wilayah Tarim, Ordos dan Sihuan merupakan tiga wilayah dengan
cadangan gas alam terbesar di daratan Cina. Besarnya cadangan gas alam yang
dikandung tidak dibarengi dengan eksplorasi yang maksimal. Sehingga potensi
cadangan gas alam yang besar tersebut belum dapat memenuhi kebutuhan energi
Cina. Ketiadaan teknologi menjadi penghambat eksplorasi gas alam di Cina.
Melalui normalisasinya kembali hubungan Cina dan Norwegia dapat
menjadi akses bagi Cina untuk mendapatkan teknologi eksplorasi gas alam yang
dimiliki oleh Norwegia. Norwegia merupakan negara yang menguasai teknologi
pengeboran terbaik dalam eksplorasi gas dan minyak bumi. Keberadaan teknologi
yang mampu untuk mengeksplorasi gas alam menjadi hal yang dibutuhkan Cina
90
Nobuyuki Higashi, “Natural Gas in China, Market Evolution and Strategy”, 7.
58
guna meningkatkan produksi gas alamnya yang selanjutnya menjadi pendorong
bagi pembangunan perekonomian Cina.
2.3. Akses Cina Menuju Kawasan Arktik
Posisi geografis Norwegia yang memiliki batas langsung dengan wilayah
Arktik di bagian utara menjadikan Norwegia menjadi salah satu negara penting
bagi Cina dalam mengakomodir akan kepentingan ekonomi dan politiknya
terhadap kawasan Arktik. Mencairnya es yang menyelimuti kawasan Arktik
menyebabkan terbukanya peluang untuk melakukan eksplorasi terhadap sumber
daya alam yang terkandung di dalamnya serta terbukanya peluang jalur
perdagangan baru lintas laut utara.
Program One belt, One Road yang dikeluarkan Cina pada 2013, terbagi
dalam dua kebijakan yaitu jalur sutera sabuk ekonomi dan jalur sutera laut abad
21. Keduanya merupakan kebijakan yang berupaya untuk membentuk integrasi
yang tinggi, membangun keuntungan dan kooperatif ekonomi baik itu di darat
maupun di laut yang secara keseluruhan dapat menghubungkan Cina dengan pasar
Eropa.91
Sejalan dengan waktu, program tersebut semakin diperluas ke berbagai
wilayah hingga kawasan Arktik juga masuk di dalamnya.
Konsern Cina terhadap Arktik dibuktikan dengan berlayarnya kapal
Xuelong mengarungi rute lautan Arktik. Bukan hanya perjalanan mengarungi
lautan, Cina juga melakukan investasi di wilayah-wilayah yang memiliki potensi
91
Martin Kosaa, “The Rise of China in the Arctic? Domestic motives, actors and
international context”, 15.
59
yaitu dengan melakukan pembangunan infrastruktur seperti jembatan, jalan kereta
dan proyek infrastruktur lainnya yang dapat menghubungkan setiap wilayah di
kawasan Arktik. Untuk itulah Cina membutuhkan terjalinnya hubungan
diplomatik yang baik dengan seluruh negara kawasan di Arktik agar bisa
terhubungnya akses Cina menuju daerah yang kaya akan sumber daya alam
tersebut .
B. Faktor Internal dan Eksternal yang Mempengaruhi Kebijakan Luar
Negeri Cina Melakukan Normalisasi Hubungan Diplomatik dengan
Norwegia
Menurut K.J. Holsti kebijakan luar negeri adalah tindakan atau gagasan
yang dirancang oleh pembuat kebijakan untuk memecahkan masalah atau
mempromosikan suatu perubahan dalam lingkungan baik dalam bentuk kebijakan,
sikap, maupun tindakan kepada negara lain.92
Holsti juga meyatakan bahwa
keputusan dan tindakan yang diambil dalam menentukan kebijakan luar negeri
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari kondisi eksternal dan internal
negara itu sendiri.93
Keputusan Cina untuk melakukan normalisasi hubungan diplomatik
dengan Norwegia tidak terlepas dengan adanya pengaruh dari faktor internal dan
faktor eksternal. Terkait dengan hal tersebut beberapa faktor internal menjadi hal
yang mempengaruhi keputusan Cina yaitu kondisi sosio-ekonomi Cina dan
dokumen China’s 13th
Five-Year Plan. Sedangkan faktor eksternalnya adalah
92
K.J. Holsti, International Politics terdapat dalam karya terjemahan M.Tahir Azhary,
Politik Internasional Kerangka Untuk Analisis, (Jakarta : Erlangga, 1988), 107. 93
K.J.Holsti, “Politik internasional”, 108.
60
kebijakan dan tindakan dari negara lain yaitu berupa tindakan yang dilakukan oleh
Norwegia sebagai upayanya dalam menormalisasi hubungan diplomatik dengan
Cina.
1. Faktor Internal
1.1 Kondisi Sosio-Ekonomi Cina
Meningkatnya kelas menengah di Cina telah membawa perubahan ekonomi
dan transformasi sosial.94
Evolusi pada kelas menengah selama lebih dari dua
dekade memunculkan konsumen yang hebat dan berpengalaman yang mampu dan
bersedia membayar harga mahal untuk mendapatkan produk berkualitas. Hal
tersebut juga mempengaruhi pilihan pada makanan yang akan dikonsumsi.
Menurut Kementrian Agrikultur Cina, konsumsi masyarakat atas makanan laut
(seafood) telah melampaui konsumsi daging babi dan keadaan ini berdampak pada
ekosistem di dalam maupun di luar kawasan Cina.95
Di Cina, manfaat kesehatan dari mengonsumsi produk ikan
dilatarbelakangi oleh tradisi dan ketersediaan. Menurut tradisi Cina, ikan
menyimbolkan kaya dan kemakmuran.96
Konsumsi perkapita produk ikan dan
hasil laut di Cina adalah yang tertinggi di dunia. Konsumsi masyarakat Cina
94
Karim Zarrouki, “Sector Trend Analysis : Fish trends in China”, Global Analysis Report
[Database Online]; tersedia di http://www.agr.gc.ca/resources/prod/Internet-Internet/MISB-
DGSIM/ATS-SEA/PDF/sta_fish_trends_china_ats_tendances_poisson_chine_2017a-eng.pdf;
internet; 5 Mei 2019. 95
Erica Gies,”The Consequencesof China‟s Booming Demand for Seafood”, Hakai
Magazine [Artikel Online] tersedia di https://www.hakaimagazine.com/news/the-consequences-of-
chinas-booming-demand-for-seafood/; internet; 5 Mei 2019. 96
Laine Weich, “Salmon Prospects Bright Among China‟s Growing Middle Class”,
Anchorage Daily News [Artikel Online]; tersedia di https://www.adn.com/business-
economy/2017/06/17/salmon-prospects-bright-among-chinas-growing-middle-class/; internet; 5
Mei 2019.
61
terhadap makanan laut juga didorong adanya kampanye kesehatan publik yang
menyatakan bahwa makanan laut lebih sehat karena memiliki kandungan asam
lemak tak jenuh yang lebih kaya. Seiring dengan meningkatnya kelas menengah
yang memiliki kemampuan untuk membeli produk berkualitas, pilihan untuk
mengonsumsi produk hasil laut juga bergeser. Pilihan tersebut jatuh pada Salmon
segar. Memakan makanan laut segar juga menjadi sebuah trend internasional.
Salmon segar sangat populer di Cina karena warnanya yang merah yang
berarti menandakan keberuntungan. Selain itu, tekturnya yang kencang, lembut
dan berair serta motif daging salmon yang seperti kelereng menjadi kombinasi
yang pas untuk memberikan kenikmatan saat disantap. Hal ini menjadi daya tarik
tersendiri bagi kelas menengah untuk mencicipinya. Bukan hanya itu,
mengonsumsi salmon segar juga menjadi simbol status sosial karena termasuk
kelompok makanan hasil laut mahal yang penyajiannya hanya dilakukan di
restoran.97
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, Cina harus melakukan impor salmon
dari berbagai negara. Tercatat pada 2011, konsumsi Cina terhadap impor salmon,
dengan kategori segar (fresh), berjumlah 50.000 ton dari seluruh negara. Kondisi
ini akan semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan masyarakat Cina
sehingga Cina perlu untuk melakukan kolaborasi dengan berbagai pihak agar
pasokan terhadap produk salmon tetap terjaga.
97
Anonim, “Norway Increases Salmon Exports to China”, World Fishing & Aquaculture
[Artikel Online]; tersedia di https://www.worldfishing.net/news101/Comment/analysis/norway-
increases-salmon-exports-to-china; internet; 5 Mei 2019.
62
1.2. Dokumen Rencana Lima Tahunan Cina
Dokumen rencana lima tahunan Cina (China‟s Five-Year Plan) merupakan
blueprint yang menjadi pedoman bagi Cina dalam mengarahkan kebijakan sosial
dan ekonominya. Rencana Lima Tahun ke-13 (2016-2020), disetujui pada Maret
2016 oleh Majelis Nasional Rakyat Cina, adalah dokumen yang paling jelas
hingga saat ini dalam menjelaskan tujuan dan implementasi Cina selama lima
tahun ke depan.98
Dalam dokumen tersebut juga mengandung keinginan Cina
untuk membangun masyarakat yang cukup makmur dalam segala hal yang
menjadi representasi satu dari dua tujuan utama dari peringatan 100 tahun
berdirinya Partai Komunis Cina. Usulan Rencana Lima Tahun ke-13
mengedepankan filosofi yang menyerukan pengembangan yang didorong oleh
inovasi, keseimbangan, lingkup hijau / lingkungan, keterbukaan dan
pembangunan yang inklusif.99
2. Faktor Eksternal
2.1. Dukungan Norwegia terhadap Cina sebagai permanen observer di
Dewan Arktik
Pada Mei 2013 dalam Pertemuan Dewan Tingkat Menteri kedelapan di
Kiruna, Swedia, Cina resmi ditetapkan sebagai observer permanen di Dewan
Arktik. Keinginan Cina untuk mendapatkan status sebagai observer dalam Dewan
98
Michel Aglietta dan Guo Bai,”China‟s 13th
Five-Year Plan. In Pursuit of a “Moderately
Prosperous Society””, CEPII (No.12, September 2016), 1. 99
Anonim, “Interpreting China‟s Proposed 13th Five-YearPlan”, Beijing Review [Artikel
Online]; tersedia di
http://www.bjreview.com/Beijing_Review_and_Kings_College_London_Joint_Translation_Projec
t/2016/201703/t20170321_800091795.html;internet;15 Mei 2019
63
Arktik sudah terlihat sejak 2007 saat dimulainya pertemuan Senior Arctic
Officials (SAO) di Tromso, Norwegia pada April 2007.100
Dewan Arktik
merupakan forum antar pemerintah di kawasan Arktik yang mengedepankan
kerjasama khususnya mengenai isu pembangunan berkelanjutan dan perlindungan
terhadap lingkungan Arktik.101
Terdiri dari delapan anggota tetap yaitu Kanada,
Denmark, Finlandia, Islandia, Swiss, Norwegia, Rusia dan Amerika Serikat.
Meskipun Cina telah diberikan status sebagai observer permanen di Dewan
Arktik, Cina tidak memiliki hak untuk melakukan Voting dikala Dewan Arktik
menetapkan suatu kebijakan. Hak suara hanya diberikan kepada negara-negara
yang memiliki batas wilayah langsung terhadap Laut Arktik. Masuknya Cina
menjadi salah satu observer permanen di Dewan Arktik tidak terlepas dari
dukungan Norwegia. Hanya negara-negara yang mendapatkan dukungan penuh
dari kedelapan anggota tetap Arktiklah yang bisa mendapatkan status tersebut.
Dukungan Norwegia terkait status keanggotan ini juga menunjukkan langkah
Norwegia untuk bisa kembali menormalisasi hubungan diplomatik dengan Cina.
2.2. Keikutsertaan Norwegia sebagai founding member dalam AIIB
(Asian Infrastucture Investment Bank)
AIIB (Asian Infrastucture Investment Bank) merupakan bank multilateral
yang didirikan atas prakarsa Republik Rakyat Cina (RRC). Tujuan pembangunan
bank tersebut adalah sebagai institusi finansial regional yang berfokus pada
100
Marc Lanteigne, China’s Emerging Arctic Strategies : Economics and Institution
(Islandia: University of Iceland), 11. 101
Linda Jakobson,”China Prepares For an Ice-Free Arctic”, SIPRI (No.2010/2, Maret
2010), 10.
64
investasi inrastuktur guna mendukung pembangunan perekonomian berkelanjutan
di Asia.102
Investasi infrastruktur tersebut meliputi jalan, pelabuhan, kereta api
dan proyek infrastruktur lainnya di kawasan Asia. Pada 2015, Cina membuka
kesempatan bagi negara manapun untuk bergabung dalam institusi keuangan
multilateral tersebut. Negara yang mengajukan diri sebagai anggota sebelum 31
Maret 2015 disebut sebagai founding member serta akan mendapatkan hak untuk
merancang aturan perbankan namun apabila melewati batas tanggal tersebut,
hanya akan mendapatkan status sebagai anggota biasa dan hak voting tanpa bisa
ikut serta merancang berbagai aturan.103
Keikutsertaan Norwegia terlihat dalam pernyataan Perdana Menteri
Norwegia, Borge Brende, bahwa Norwegia merupakan kontributor substansial
dalam upaya pembangunan global dan berharap untuk bergabung dengan negara-
negara di Asia beserta negara wilayah lainnya dalam membantu membangun
struktur dan misi dari AIIB.104
Norwegia dalam Pada 1 April 2015, aplikasi
keanggotaan Norwegia diterima oleh Cina dan menjadikan Norwegia menjadi
salah satu negara founding member pendirian AIIB. Dalam pernyataannya juru
bicara Cina Hua Chunying menyatakan bahwa Cina telah menerima aplikasi
keanggotaan dan AIIB merupakan institusi multilateral terbuka yang menerima
102
Swiss Agency for Development and Cooperation (SDC), “Asian Infrastucture Investment
Bank”[Artikel Online]; tersedia di https://www.eda.admin.ch/deza/en/home/partnerships-
mandates/partnerships-multilateral-organisations/international-financial-institutions/aiib.html;
internet; 9 Mei 2019. 103
Anonim, “Norway „very pleased‟ to be founding member of AIIB”, China Daily, 17
April 2015, [Artikel Online]; tersedia di http://www.chinadaily.com.cn/business/2015-
04/17/content_20456515.htm; internet; 1 Mei 2019. 104
Kementrian Luar Negeri Norwegia, “Norway confirms intention to join Asian
Infrastucture Investment Bank”, Press Release, 31 Maret 2015 [Artikel Online]; tersedia di
https://www.regjeringen.no/en/aktuelt/Norway_intends_AIIB/id2404331/; internet; 5 Mei 2019.
65
baik negara Asia maupun diluar Asia untuk bergabung di dalamnya.105
Keikutsertaan Norwegia menjadi salah satu founding member mengindikasikan
bahwa Norwegia menghargai institusi keuangan yang dibangun oleh Cina
tersebut.
2.3 Norwegia Tidak Melakukan Pertemuan Dengan Dalai Lama Saat
Kunjungannya di Norwegia
Pada Mei 2014, Dalai Lama melakukan kunjungan selama tiga hari di
Norwegia. Kunjungannya tersebut dilakukan atas undangan yang diberikan oleh
Komite Nobel menandai perayaan 25 tahunnya Penghargaan Nobel Perdamaian
yang diberikan kepada dirinya. Selama kunjungannya tersebut, tidak ada satupun
perwakilan resmi dari pemerintah Norwegia yang menemuinya. Menteri Luar
Negeri Norwegia meyatakan bahwa memang tidak ada satupun perwakilan resmi
yang menemui Dalai Lama karena Norwegia menghadapi situasi luar biasa
sebagai akibat dari ketiadaan hubungan politik antara Cina dan Norwegia.106
Senada dengan pernyataan Menteri Luar Negerinya, Perdana Menteri Norwegia
juga menyatakan bahwa ada hal yang lebih penting yang harus dilakukan oleh
Norwegia yaitu dengan menjaga tetap terbukanya pintu dialog dengan
Norwegia.Seperti diketahui, Cina akan memberikan “sanksi” kepada negara-
negara yang mendukung Dalai Lama.
105
Anonim,”China receives Norway‟s application to join AIIB”, Xinhua, 1 April 2015
[Artikel Online]; tersedia di
http://english.gov.cn/news/top_news/2015/04/01/content_281475081440424.htm; internet; 10 Mei
2019. 106
Tone Sutterud dan Elisabeth Ulven, “Norway Criticised Over Snub to Dalai Lama
during Nobel Committee Visit”, The Guardian [Artikel Online]; tersedia di
http://amp.theguardian.com/world/2014/may/06/norway-snub-dalai-lama-nobel-visit; internet; 5
Mei 2019.
66
2.4. Kedatangan Menteri Luar Negeri Norwegia di Beijing
Kedatangan Menteri Luar Negeri Norwegia di Beijing, Cina menunjukkan
upaya serius yang dilakukan oleh Norwegia untuk menormalisasi hubungan
diplomatiknya terhadap Cina. Dalam kunjungannya tersebut akhirnya baik Cina
dan Norwegia menyepakati nota kesepakatan yang inti utamanya adalah kedua
pihak akan saling menghormati pada kepentingan masing-masing pihak dan
adanya pernyataan dari pihak Norwegia yang menyadari atas permasalahan terjadi
serta berupaya untuk mengembalikan hubungan tersebut.107
Disebutkan pula bahwa Norwegia menyatakan sikapnya dengan menghormati
kebijakan satu Cina, menghormati kedaulatan dan keutuhan teritorial Cina dan
menaruh perhatian tinggi pada hal yang terkait dengan kepentingan inti serta hal
yang menjadi fokus utama Cina. Norwegia tidak akan mendukung aksi-aksi yang
dapat mengganggu itu semua serta melakukan yang terbaik untuk menghindari
kerusakan hubungan bilateral keduanya di masa mendatang. Baik Cina dan
Norwegia akan membangun hubungan persahabatan yang berlandaskan pada
sikap saling menghormati, persamaan dan saling menguntungkan.
Perubahan sikap Cina yang bersedia melakukan normalisasi hubungan
diplomatik disebabkan oleh sikap Norwegia yang secara terus menerus melakukan
diplomasi sebagai bentuk perwujudan dari keseriusan Norwegia untuk kembali
membangun hubungan diplomatik dengan Cina. Tindakan Norwegia yang
107
Anonim, “Full Text: Statement of China and Norway on normalization of bilateral
relations”, China Daily [Artikel Online]; tersedia di
http://www.chinadaily.com.cn/world/cn_eu/2016-12/19/content_27714255.htm; internet; 5 April
2019.
67
mendukung eksistensi Cina di kancah internasional menjadi perhatian Cina.
Kebutuhan Cina untuk memenuhi sosial ekonominya dan pedoman kebijakan
yang tercantum dalam dokumen rencana lima tahunannya menjadi faktor internal
Cina yang membutuhkan kolaborasi dengan negara yang mampu memenuhi
tujuan-tujuannya.
68
BAB V
KESIMPULAN
Keputusan Cina melakukan normalisasi hubungan diplomatik dengan
Norwegia pada 2016 karena Cina ingin mengejar dan memenuhi kepentingan
nasionalnya. Di dalam merumuskan apa saja yang menjadi kepentingan nasional
terdapat tingkatan sesuai dengan urgensi dari kepentingan itu sendiri. Bagi Cina,
menjaga dan melindungi kepentingan inti termasuk dalam kategori kepentingan
yang vital. Kepentingan inti itu sendiri adalah menjaga dan melindungi pondasi
sistem negara yaitu ideologi komunis dan stabilitas Partai Komunis Cina. Dengan
tetap terjaganya nilai-nilai ideologi komunis menjadi pondasi terjaminnya
stabilitas politik dan pemerintahan Cina yang selanjutnya akan memudahkan Cina
untuk mendapatkan kepentingan – kepentingan lainnya. Normalisasi yang
dilakukan Cina terhadap Norwegia merupakan bentuk timbal balik dari sikap yang
ditunjukkan oleh Norwegia terhadap Cina. Cina akan bersikap baik terhadap
negara yang berlaku sama dengan cara menghormati dan tidak mengganggu
prinsip-prinsip yang tercantum dalam kepentingan inti Cina. Selain itu, Cina juga
ingin menunjukkan bahwa gangguan apapun yang ditujukkan kepada kepentingan
inti, Cina tidak segan untuk melakukan tindakan tegas. Cina menginginkan agar
negara lain menghormati dan mengakui prinsip-prinsip yang menjadi bagian dari
kepentingan inti Cina.
Setelah kepentingan vital terpenuhi, kepentingan-kepentingan masuk
dalam kelompok kepentingan major. Kepentingan tersebut adalah keinginan Cina
69
untuk melanjutkan kembali negosiasi perjanjian perdagangan bebas, akses
teknologi untuk melakukan eksplorasi energi dan akses menuju kawasan Arktik.
Ketiga hal tersebut masuk dalam kepentingan ekonomi yang ingin didapatkan
Cina dari dinormalisasikannya kembali hubungan diplomatiknya dengan
Norwegia.
Secara keseluruhan kepentingan nasional yang ingin dicapai oleh Cina
tidak terlepas karena adanya dorongan dari faktor internal dan faktor eksternal
yang menjadi landasan dikeluarkannya kebijakan normalisasi tersebut. Faktor
sosial ekonomi dan dokumen rencana 5 tahunan Cina ke-13 menjadi faktor
internal yang mempengaruhi Cina untuk melakukan normalisasi diplomatik
terhadap Norwegia. Sedangkan tindakan dan langkah diplomatik yang dilakukan
oleh Norwegia yang berupaya untuk melakukan normalisasi hubungan diplomatik
terhadap Cina menjadi faktor eksternal yang mendukung terwujudnya normalisasi
hubungan diplomatik.
Upaya terus menerus yang dilakukan oleh Norwegia melalui berbagai
tindakannya agar tercipta normalisasi diplomatik menjadi perhatian Cina dalam
perubahan sikapnya terhadap norwegia. Merujuk pada pepatah Cina siapa yang
mengikatkan tali pada leher harimau dialah yang harus melepaskannya. Cina
menginginkan tindakan dan komitmen Norwegia atas apa yang telah
dilakukannya. Cina akan bertindak timbal balik terhadap berbagai sikap dan
tindakan yang dilakukan oleh negara lain terhadap dirinya. Komitmen yang
tercantum dalam kesepakatan normalisasi Cina dan Norwegia, menunjukkan
70
komitmen Norwegia untuk menghormati pada prinsip yang termasuk dalam
kepentingan inti Cina dan menjaga hubungan baik dengan tidak terlibat dengan
hal-hal yang berpotensi mengganggu hubungan diplomatik keduanya.
xv
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Anonim. 2009. China’s International Behaviour : Activism, Opportunism and
Diversification, (Santa Monica: RAND Corporation).
Azhary, M. Tahir. 1988. Politik Internasional Kerangka Untuk Analisis, (Jakarta :
Erlangga.
Baylis, John dan Steve Smith. 2001. The Globalization of World Politics, 2nd
Edition, London: Oxford University Press.
Clarke, Michael dan Brian White. 1995. Understanding Foreign Policy “The
Foreign Policy System Approach:. (USA: Edward elgarPublishing Limited)
Creswell, John W. 1994. Research Design: Qualitative and Quantitative
Approaches, Thousand Oaks SAGE Publications Inc.
Hellstrom, Jerker. 2014. China’s Political Priorities in the Nordic Countries. FOI-
R-3879-SE.
KPMG Global China Practice. 2016. The 13th Five-Year Plan China’s
Transformation and Integration with the World Economy: Opportunities for
Chinese and Foreign Business (China: KPMG).
Lanteigne, Marc. 2009. Chinese Foreign Policy. Oxon: Routledge.
Medeiros, Evan S. 2009. China’s International Behaviour : Activism,
Opportunism and Diversification, (Santa Monica: RAND Corporation)
Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
xvi
Morgenthau, Hans J. 1999. The Concept of National Interests in Foreign Policy.
(New Jersey: Nrentice Hall.
S. Medeiros, Evan. 2009. China’s International Behaviour : Activism,
Opportunism and Diversification. Santa Monica: RAND Corporation.
Thygeson, Bjornar Sverdrup. 2016. Dragon in the North : The Nordic Countries’
Relations with China. Norway : Norwegian Institute of International Affairs.
Thygeson, Bjornar Sverdup, Wrenn Yennie Lindgren dan Marc Lanteigne. 2018.
China and Nordic Diplomacy. Oxon : Routledge.
Williams, Simon . 2012. The Role of the National Interest in the National Security
Debate. United Kingdom : Royal College of Defence Studies.
JURNAL
A.Carter, Colin , Funing Zhong dan Jing Zhu. 2012. “Advance in Chinese
Agriculture and its Global Implication, Applied Economic Perspective and
Policy. (Vol.34, No.1).
Aglietta, Michel dan Guo Bai,. 2016. “China‟s 13th
Five-Year Plan. In Pursuit of a
“Moderately Prosperous Society””, CEPII (No.12, September 2016).
Chen, Xianwen dan Roberto Javier Garcia, “Economic sanctions and trade
diplomacy : Sanction-busting strategies, market distortion and efficacy of
China‟s restrictions on Norwegian salmon imports”. SAGE.
D.Swaine, Michael. ”China‟s Assertive Behaviour Part One: Core Interests”.
Gao, Henry. “China‟s Strategy for Free Trade Agreements”.
Higashi, Nobuyuki. 2009. “Natural Gas in China, Market Evolution and
Strategy”, International Energy Agency.
Hong, Nong. 2014. ”Emerging interests of non-Arctic countries in the Arctic: a
chinese perspective.” The Polar Journal. (Vol.4, No.2, November 2014).
xvii
Jakobson, Linda dan Jingchao Peng. 2012. ”China ArcticAspirations”. SIPRI
Policy Paper 34.
Jakobson, Linda. 2010. “China Prepares For an Ice-Free Arctic”. SIPRI
(No.2010/2, Maret 2010).
Jialiang, Lu dan Zhao Suping. 2015. “China‟s natural gas exploration and
development strategies under the new normal”. Science Direct.
Ji-kun, Huang ,Wei Wei, Cui Qi dan Xie Wei. 2017. ”The Prospect for China‟s
food security and imports: will China starve the world via imports?”.
Journal of Integrative Agriculture.
Lanteigne, Marc. 2010. “Northern Exposure: Cross-Regionalism and the China-
Iceland Preferential Trade Negosiations”, The China Quarterly (No.202,
Juni 2010).
Lanteigne, Marc. China’s Emerging Arctic Strategies : Economics and Institution
(Islandia: University of Iceland),
Nuechterlein, Donald E. “National Interests and Foreign Policy: A Conceptual
Framework For Analysis and Decision Making”, British Journal of
International Studies (Vol.2, No.3, Oct.1976).
Ravenhill, John dan Yang Jiang. 2009. ”China‟s Move to Preferential Trading : a
new direction in China‟s diplomacy”, Journal of Contemporary China.
Peng, Jingchao dan Nojord Wegge. 2015. “China‟s bilateral diplomacy in the
Arctic”. Polar Geography. (Vol.38.No.3, Juli 2015).
Zarrouki, Karim. “Sector Trend Analysis : Fish trends in China”. Global Analysis
Report [Jurnal Online]; tersedia di
http://www.agr.gc.ca/resources/prod/Internet-Internet/MISB-DGSIM/ATS-
SEA/PDF/sta_fish_trends_china_ats_tendances_poisson_chine_2017a-
eng.pdf; internet; dikases pada 5 Mei 2019.
Zhao, Jun dan Timothy Webster, “Taking Stock: China‟s First Decade of
FreeTrade”,2011. Faculty Publications. Paper 41.
xviii
Zhang, Jian. “China‟s New Foreign Policy under Xi Jinping: Towards „Peaceful
Rise 2.0”. Global Change,Peace & Security (vol.27, No.1, 2015).
WEBSITE
AFP. “Profile of Liu Xiaobo, the jailed Chinese intellectual”. Telegraph (2010)
[Artikel Online]; tersedia di
https://www.telegraph.co.uk/expat/expatnews/7213748/Profile-of-Liu-
Xiaobo-the-jailed-Chinese-intellectual.html diakses pada 25 April 2019;
internet; diakses pada 25 April 2019.
Anderlini, Jamil dan Clare MacCarthy. “China Snubs Norway in Visa Reforms”.
Financial Times [Artikel Online]; tersedia di
https://www.ft.com/content/7aa84f82-3f6a-11e2-b0ce-00144feabdc0;
internet; diakses pada 20 April 2019.
Anonim. ”Profile of Liu Xiaobo, the jailed Chinese intellectual”. Telegraph
(2010) [Artikel Online]; tersedia di
https://www.telegraph.co.uk/expat/expatnews/7213748/Profile-of-Liu-
Xiaobo-the-jailed-Chinese-intellectual.html; internet; diakse pada 28 Maret
2019.
Anonim. “Liu Xiaobo Arrested for Subversion”. China Daily (24 Juni 2009).
[Artikel Online]; tersedia di http://www.chinadaily.com.cn/china/2009-
06/24/content_8318518.htm; internet; diakses pada 28 Maret 2019.
Anonim. “China's Nobel anger as Liu Xiaobo awarded peace prize”. BBC (2010)
[Artikel online]; tersedia di https://www.bbc.com/news/world-asia-pacific-
11505164; internet; diakses pada 28 Maret 2019.
xix
Anonim. “Nobel Peace Prize awarded to China dissident Liu Xiaobo”, BBC.
[Artikel Online]; tersedia di https://www.bbc.com/news/world-europe-
11499098; internet; diakses pada 25 April 2019.
Anonim. “Chinese dissident wins Nobel Prize”. Al Jazeera [Artikel Online];
tersedia di
https://www.aljazeera.com/news/europe/2010/10/20101081305576754.ht
ml; internet; diakses pada 30 April 2019.
Anonim. “China anger at „farce‟ of Liu Xiaobo Nobel Peace Prize”. BBC (2010)
[Artikel Online]; tersedia di https://www.bbc.com/news/world-asia-pacific-
11974187; internet; diakses pada 30 Maret 2019.
Anonim. “Liu Xiaobo‟s Nobel Peace Prize could harm China-Norway Ties”,
China Daily [Artikel Online];tersedia di
http://www.chinadaily.com.cn/china/2010-10/08/content_11386646.htm;
internet; diakses pada 21 April 2019.
Anonim. “Part of the plot to contain China”. China Daily [Artikel Online];
tersedia di ee.china-embassy.org/eng/zytz/t762748.htm; internet; diakses
pada 20 April 2019.
Anonim. “Nobel Peace Prize: empty chair represents Liu Xiaobo at ceremony”,
The Telegraph [Artikel Online]; tersedia di
https://www.telegraph.co.uk/news/worldnews/asia/china/8193908/Nobel-
Peace-Prize-empty-chair-represents-Liu-Xiaobo-at-ceremony.html; internet;
diakses pada 20 April 2019.
Anonim. “FM: China ties with Norway affected by Nobel”. China Daily [Artikel
Online]; tersedia di www.chinadaily.com.cn/china/2010-
12/02/content_11645313.htm; internet; diakses pada 28 April 2019.
Anonim. “Sino-Norway face no barrier on human rights dialogue”. China Human
Rights.CN, (2017) [Artikel Online]; tersedia di
xx
http://www.chinahumanrights.org/html/2017/POLITICS_0401/7793.html;in
ternet; diakses pada 30 April 2019.
Anonim. “Better Ties with Norway Called For”. Xinhua News Agency, 2004
[Artikel Online]; tersedia di
http://www.china.org.cn/english/2004/Jun/97264.htm;internet; diakses pada
20 Maret2019.
Anonim. “FM: China ties withNorway affected by Nobel”. China Daily [Artikel
Online]; tersedia di www.chinadaily.com.cn/china/2010-
12/02/content_11645313.htm; internet; diakses pada 20 April 2019.
Anonim. “Full Text: Statement of China and Norway on Normalization of
Bilateral Relations”, China Daily [Artikel Online]; tersedia di
http://www.chinadaily.com.cn/world/cn_eu/2016-
12/19/content_27714255.htm;internet; diakses pada 5 April 2019.
Anonim. “Norway Increases Salmon Exports to China”. World Fishing &
Aquaculture [Artikel Online]; tersedia di
https://www.worldfishing.net/news101/Comment/analysis/norway-
increases-salmon-exports-to-china; internet; diakses pada 5 Mei 2019.
Anonim. “Interpretng China‟s Proposed 13th Five-YearPlan”. Beijing Review
[Artikel Online]; tersedia di
http://www.bjreview.com/Beijing_Review_and_Kings_College_London_Jo
int_Translation_Project/2016/201703/t20170321_800091795.html; internet;
diakss pada 15 Mei 2019.
Anonim. “Norway „very pleased‟ to be founding member of AIIB”. China Daily
(17 April 2015) [Artikel Online]; tersedia di
xxi
http://www.chinadaily.com.cn/business/2015-04/17/content_20456515.htm;
internet; diakses pada 1 Mei 2019.
Anonim. “China receives Norway‟s application to join AIIB”, Xinhua (1 April
2015) [Artikel Online]; tersedia di
http://english.gov.cn/news/top_news/2015/04/01/content_28147508144042
4.htm; internet; diakses pada 10 Mei 2019.
Branigan, Tania. “Nobel Committe warned not to a award peace prize to Chinese
dissident”. The Guardian. 2010 [Artikel online]; tersedia di
http://www.theguardian.com/world/2010/sep/28/nobel-peace-prize-liu-
xiaobo; internet; diakses pada 30 Maret 2019.
Branigan, Tania. ”Liu Xiaobo Nobel win prompts Chinese Fury”. The Guardian
[Artikel Online]; tersedia di
https://www.theguardian.com/world/2010/oct/08/liu-xiaobo-nobel-chinese-
fury; internet; diakses pada 25 April 2019.
Eimer, David. “Liu Xiaobo wins Nobel Peace Prize: a profile”. Telegraph. 2010
[Artikel Online]; tersedia di
https://www.telegraph.co.uk/news/worldnews/asia/china/8050873/Liu-
Xiaobo-wins-Nobel-Peace-Prize-a-profile.html; internet; diakses pada 28
Maret 2019.
Embassy of the People‟s Republic of China in Norway. “Wu Bangguo's Visit to
Norway” ( 2004) [Database Online]; tersedia di http://no.china-
embassy.org/eng/ztxw/cn50/t141744.htm; internet; diakses pada 20 Maret
2019.
Embassy of the People‟s Republic of China in Norway. “Chinese President Hu
Jintao and Norwegian King Harald V exchange congratulations on the 50th
anniversary of the establishment of Diplomatic Relations between China
and Norway”. (2004) [Database Online]; tersedia di http://no.china-
embassy.org/eng/ztxw/cn50/t163332.htm; internet; diakses pada 20 Maret
2019.
xxii
Embassy of the People‟s Republic of china in the Kingdom of Norway. “China
and Norway”. [Database Online]; tersedia di
https://www.fmprc.gov.cn/ce/ceno/eng/zngx/t110722.htm#6; internet;
diakses pada 15 April 2019.
Embassy of the People‟s Republic of china in the Kingdom of Norway. “Chinese
North Pole Research Station launched in Norway”. 2004 [Database Online];
tersedia di http://www.chinese-embassy.no/eng/dtxw/t145358.htm; internet ;
diakses pada 28 Maret 2019.
Embassy of the People‟s Republic of China in the United States. “Decision of
Norwegian Nobel Committee does not represent wish of majority of people
: experts” [Database Online] tersedia di www.china-
embassy.org/eng/gdxw/t777551.htm; internet; diakses pada 20 April 2019.
Embassy of the People‟s Republic of China in Norway. “Economic Trade and
Tradae Relations between China and Norway”[Database Online]; tersedia di
www.chineseembassy.no/eng/jm/t111023.htm; internet; diakses pada 25
April 2019.
Frankel, Glenn. “Dalai Lama Wins Nobel Peace Prize”. The Washington Post (6
Oktober 1989). [Artikel Online]; tersedia di
https://www.washingtonpost.com/archive/politics/1989/10/06/dalai-lama-
wins-nobel-peace-prize/eee3bf56-18e1-4f28-abc2-
fe766d39cc17/?utm_term=.45a0e095784e; internet; diakses pada 25 April
2019.
Gibbs, Walter dan Gwladys Fouche, “China Steps up Retaliation against Norway
for Nobel”. Reuter.s [Artikel Online]; tersedia di
https://www.reuters.com/article/us-nobel-peace-china-
idUSTRE6971XY20101012; internet; diakses pada 25 April 2019.
Gies, Erica. “The Consequencesof China‟s Booming Demand for Seafood”. Hakai
Magazine [Artikel Online] tersedia di
xxiii
https://www.hakaimagazine.com/news/the-consequences-of-chinas-
booming-demand-for-seafood/; internet; tersedia di 5 Mei 2019.
Guoqiang, Tang. “My Rethinking”. 2010 [Artikel Online]; tersedia di
www.chinese-embassy.no/eng/zjsg_2/sgxw/t777593.htm; internet; diakses
pada 28 April 2019.
Huang, Kristin dan Liu Zhen. “Let‟s put Nobel spat behind us : a look back at
China and Norway‟s ties”. South China Morning Post. [Artikel Online];
tersedia di https://www.scmp.com/news/china/diplomacy-
defence/article/2055980/lets-put-nobel-spat-behind-us-look-back-china-
and;internet; diakses pada 28 Maret 2019.
Kementrian Luar Negeri Norwegia, “Norway confirms intention to join Asian
Infrastucture Investment Bank”, Press Release (31 Maret 2015) [Artikel
Online]; tersedia di
https://www.regjeringen.no/en/aktuelt/Norway_intends_AIIB/id2404331/;
internet; diakses pada 5 Mei 2019.
Melvin, Sheila. “A root of moderenism in China : Ibsen-Asia- Pasific-
International Herald Tribune”. New York Times. 2006 [Artikel Online];
tersedia di https://www.nytimes.com/2006/09/15/world/asia/15iht-
ibsen.2822242.html; internet; diakses pada 28 Maret 2019.
Ministry of Commerce of The People‟s Republic of China. “China FTA Network“
[Database Online]; tersedia di
http://fta.mofcom.gov.cn/topic/ennorway.shtml; internet; diakses pada 30
Maret 2019.
Moskwa, Wijciech. “China warns Norway against peace Nobel for dissident”,
Reuters [Artikel Online]; tersedia di
https://af.reuters.com/article/worldNews/idAFTRE68Q5VF20100927;
internet; diakses pada 25 April 2019.
Moskwa, Wojciech dan Ben Blanchard. “China livid as dissident Liu wins Nobel
Peace Prize”. Reuters (2010) [Artikel Online]; tersedia di
xxiv
https://www.reuters.com/article/us-nobel-peace/china-livid-as-dissident-liu-
wins-nobel-peace-prize-idUSTRE6964LP20101008; internet; diakses pada
25 April 2019.
Nobel Prize Organization. “who we are and what we do”. [Database on-line];
tersedia di https://www.nobelprize.org/the-nobel-prize-organisation/;
internet; diakses pada 20 April 2019.
Norwegian Nobel Institute. [Database on-line]; tersedia di
https://www.nobelpeaceprize.org/History; internet; diakses pada 20 April
2019.
Ping, Guo. “Award goes against peace”. China Daily [Artikel Online]; tersedia di
www.chinadaily.com.cn/thinktank/2010-11/05/content_11505543.htm;
internet; diakses pada 28 April 2019.
Sutterud, Tone dan Elisabeth Ulven. “Norway Criticised Over Snub to Dalai
Lama during Nobel Committee Visit”, The Guardian [Artikel Online];
tersedia di http://amp.theguardian.com/world/2014/may/06/norway-snub-
dalai-lama-nobel-visit; internet; diakses pada 5 Mei 2019.
Swiss Agency for Development and Cooperation (SDC). “Asian Infrastucture
Investment Bank”[Artikel Online]; tersedia di
https://www.eda.admin.ch/deza/en/home/partnerships-
mandates/partnerships-multilateral-organisations/international-financial-
institutions/aiib.html; internet; diakses pada 9 Mei 2019
Wei, Qiang. “China Akin to Nazi Germany?”. Barbados Newspaper Nation
[Artikel Online]; tersedia di bb.china-embassy.org/eng/sgxw/t778034.htm;
internet; diakses pada 28 April 2019.
Weich, Laine. “Salmon Prospects Bright Among China‟s Growing Middle Class”,
Anchorage Daily News [Artikel Online]; tersedia di
https://www.adn.com/business-economy/2017/06/17/salmon-prospects-
bright-among-chinas-growing-middle-class/; internet; diakses pada 5 Mei
2019.
xxv
Yu, Jiang. “Foreign Ministry Spokesperson Jiang Yu‟s Remarks on the Nobel
Peace Prize Awarding Ceremony on December 9, 2010”. [Database Online];
tersedia di www.chinese-embassy.no/chn/zjsg/sgxw/t775762.htm; internet;
diakses pada 30 April 2019.
xxvi
Lampiran I
xxvii