keputusan direktur jenderal tanaman pangan …sakip.pertanian.go.id/admin/file/rencana...
TRANSCRIPT
1
1
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN
DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN
NOMOR :
TENTANG
REVISI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DIREKTORAT SEREALIA TAHUN 2015 - 2019
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN, ,
Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan capaian
pembangunan pertanian melalui
peningkatan kualitas akuntabilitas kinerja
Kementerian Pertanian telah ditetapkan
Peraturan Menteri Pertanian Nomor
09/Permentan/RC.020/3/2016 Tentang
Rencana Strategis Kementerian Pertanian
Tahun 2015-2019 dan telah dilakukan
perubahan dengan Peraturan Menteri
Pertanian Nomor
42/Permentan/RC.020/11/2017;
b. bahwa untuk meningkatkan capaian
pembangunan pertanian melalui
peningkatan kualitas, akuntabilitas
kinerja di lingkungan Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan telah ditetapkan
Keputusan Direktur Jenderal Tanaman
Pangan Nomor 86/HK.310/C/9/2018
tentang Perubahan Atas Keputusan
2
Direktur Jenderal Tanaman Pangan Nomor
59.a/HK.310/C/4/2016 tentang Rencana
Strategis Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan Tahun 2015-2019;
c. bahwa sesuai dengan huruf a dan b di atas
dan untuk memberikan efektivitas kinerja
di lingkungan Direktorat Serealia, perlu
ditetapkan Keputusan Direktur Jenderal
Tanaman Pangan tentang revisi Rencana
Strategis Direktorat Serealia Tahun 2015-
2019;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992
tentang Sistem Budidaya
Tanaman (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1992 Nomor 46,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3478);
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4286);
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004
tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4355);
4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004
tentang Pemeriksaan, Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4400);
3
5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 104,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4421);
6. Undang-UndangNomor 18 Tahun 2012
tentang Pangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 227,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5360);
7. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013
tentang Perlindungan dan Pemberdayaan
Petani (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2013 Nomor 131,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5433);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1995
tentang Perlindungan Tanaman Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1995
Nomor 12, TambahanLembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3586);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun
1995 tentang Perbenihan Tanaman
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1995 Nomor 85, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3616);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006
tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja
Instansi Pemerintah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4614);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008
tentang Dekonsentrasi dan Tugas
4
Pembantuan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 20,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4816);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun
2008 tentang Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 127,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4890);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun
2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 123,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5165);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun
2013 Tentang Tata Cara Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2013 Nomor 103, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5423);
15. Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2015
tentang Kementerian Pertanian (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 85);
16. Keputusan Presiden Nomor 7/TPA Tahun
2017 tentang Pemberhentian dan
Pengangkatan dari dan dalam Jabatan
Pimpinan Tinggi Madya di Lingkungan
Kementerian Pertanian;
17. Peraturan Menteri Keuangan Nomor
249/PMK. 02/2011 tentang Pengukuran
dan Evaluasi Kinerja atas Pelaksanaan
Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian
5
Negara dan Lembaga (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor
938);
18. Peraturan Menteri Keuangan Nomor
190/PMK. 05/2012 tentang Tata Cara
Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2012 No 1191);
19. Peraturan Menteri Pertanian Nomor
48/Permentan/OT.140/10/2006 tentang
Pedoman Budidaya Tanaman Pangan Yang
Baik dan Benar (Good Agriculture
Practices);
20. Peraturan Menteri Pertanian Nomor
64/Permentan/OT.130/12/2013 Sistem
Pertanian Organik;
21. Peraturan Menteri Pertanian Nomor
41/Permentan/ OT.140/3/2014 Pedoman
Perencanaan Pembangunan Pertanian
Berbasis e-Planning;
22. Peraturan Menteri Pertanian Nomor
43/Permentan/OT.010/8/2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Pertanian;
23. Peraturan Menteri Pertanian
Nomor 42/Permentan/RC.020/11/2017
tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Pertanian Nomor
09/Permentan/RC.020/3/2016 tentang
Rencana Strategis Kementerian Pertanian
Tahun 2015-2019;
24. Peraturan Menteri Pertanian RI Nomor
43/Permentan/RC.020/11/2017 tentang
perubahan atas peraturan Menteri
Pertanian Nomor
6
68/Permentan/RC.020/12/2016 tentang
Indikator Kinerja Utama di lingkungan
Kementerian Pertanian Tahun 2015 – 2019;
25. Peraturan Menteri Pertanian Nomor
33/PER/SM.060/I/7/2017 tentang
penumbuhan dan pengembangan Kelompok
Usaha Bersama Petani Muda;
26. Peraturan Menteri Menteri Pertanian Nomor
18/Permentan/RC.040/4/2018 Tentang
Pedoman Pengembangan Kawasan
Pertanian Berbasis Korporasi Petani;
27. Keputusan Menteri Pertanian Nomor
472/Kpts/RC.040/6/2018 tentang Lokasi
Kawasan Pertanian Nasional.
28. Keputusan Direktur Jenderal Tanaman
Pangan Nomor 59.a/HK.310/C/2016
tentang Rencana Strategis Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2015 –
2019;
29. Direktur Jenderal Tanaman Pangan Nomor
86/HK.310/C/9/2018 tentang Perubahan
atas Keputusan Direktur Jenderal Tanaman
Pangan Nomor 59.a/HK.310/C/4/2016
tentang Rencana Strategis Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2015-
2019.
7
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal
a.n. DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN, DIREKTUR SEREALIA
BAMBANG SUGIHARTO NIP 196410161989031002
SALINAN Keputusan ini disampaikan kepada Yth.:
1. Direktur Jenderal Tanaman Pangan;
2. Sekretaris Direktorat Jenderal Tanaman Pangan;
3. Kepala Bagian Perencanaan Sekretariat Ditjen Tanaman Pangan;
4. Kepala Bagian Evaluasi dan Layanan Rekomendasi Sekretariat
Ditjen Tanaman Pangan
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
KESATU : Mengubah sebagian Rencana Strategis Direktorat
Serealia Tahun 2015 – 2019, sebagai berikut:
1. BAB II sehingga menjadi seperti tercantum
pada lampiran yang merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Keputusan Direktur
Jenderal ini.
2. BAB III sehingga menjadi seperti tercantum
pada lampiran yang merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Keputusan Direktur
Jenderal ini;
KEDUA
KETIGA
:
:
Ketentuan lain dalam Rencana Strategis
Direktorat Serealia tahun 2015-2019 sebelumnya
dinyatakan masih tetap berlaku.
Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal
ditetapkan.
8
i
Kata Pengantar
Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Serealia 2015-2019 merupakan acuan
dan arah dalam melaksanakan upaya pengembangan komoditi serealia selama
lima tahun ke depan (2015-2019).
Guna mencapai target yang telah ditetapkan tentunya tidak mudah, karena
dihadapkan pada kondisi permasalahan dan tantangan yang tidak ringan,
disamping itu gerak dinamika lingkungan strategis baik internasional, regional dan
lokal semakin kompleks. Guna menghadapi kondisi tersebut maka diperlukan
penerapan budidaya yang lebih baik, baik terkait pengolahan / pengelolaan lahan,
perbenihan, infrastuktur dan sarana pendukung, introduksi teknologi budidaya
yang terbaru serta kelembagaan, dll. Dalam implementasinya di lapangan
tentunya membutuhkan kerjasama dan komitmen dari para pelaku di lapangan
dan disesuaikan dengan karakteristik dan potensi di daerah masing-masing.
Renstra serealia ini merupakan revisi pertama dari renstra serealia sebelumnya.
Revisi ini merupakan penyesuaian terhadap struktur organisasi Direktorat
Serealia yang baru, sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor
:43/Permentan/ OT.010/ 8/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Pertanian, Pasal 300 menyebutkan bahwa Direktorat Serealia mempunyai tugas
Melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang
peningkatan produksi padi, jagung, dan serealia lain. Perubahan mendasar dari
renstra sebelumnya adalah pada aspek fokus/sistem pengelolaan produksi
serealia, dimana akan dikelompokkan pada dua kelompok yaitu kelompok
intensifikasi dan ekstensifikasi. Diharapkan dengan perubahan ini maka dapat
lebih mendorong dan mengakselerasi gerak dan langkah para pelaku
pembangun pertanian di lapangan guna mendukung pencapaian target produksi
komoditi serealia.
Akhirnya semoga dokumen Renstra Serealia 2015-2019 ini dapat bermanfaat
untuk mendorong pencapaian target produksi yang telah ditetapkan. Semoga
Tuhan YME berkenan memberikan perlindungan dan ridho-Nya atas semua
upaya yang telah kita kerjakan.
Direktorat Serealia
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ............................................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang .................................................................. 1
1.2.Potensi dan Permasalahan ................................................ 3
BAB II VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN ORGANISASI
2.1.Visi ..................................................................................... 6
2.2.Misi .................................................................................... 6
2.3.Indikator Tujuan ................................................................. 7
2.4.Kinerja Produksi Padi Jagung Tahun 2005-2014 .............. 8
2.5.Sasaran Produksi Padi dan Jagung Tahun 2015-2019 ..... 9
2.6.Organisasi ......................................................................... 11
BAB III ARAHAN KEBIJAKAN DAN STRATEGI
3.1.Arah Kebijakan dan Strategi Nasional ............................... 16
3.2.Arah Kebijakan Pengembangan Serealia .......................... 18
3.3. Strategi dan Langkah Operasional Peningkatan Produksi
Serealia ............................................................................. 26
BAB IV PROGRAM DAN KEGIATAN DIREKTORAT SEREALIA
4.1.Program dan Kegiatan Direktorat Serealia ........................ 32
4.2.Dukungan Pendanaan ....................................................... 34
BAB V MANAJEMEN BERBASIS KINERJA
5.1.Perencanaan ..................................................................... 36
5.2.Pengorganisasian .............................................................. 36
5.3.Monitoring, Evaluasi, Pengawasan dan Pengendalian ...... 39
BAB VI PENUTUP ............................................................................. 41
LAMPIRAN ...................................................................................... 42
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.Perkembangan Produksi Padi dan Jagung dari Tahun
2005-2014 ................................................................................. 8
Tabel 2.Perkembangan Luas Panen Padi dan Jagung Tahun
2005-2014 ................................................................................. 9
Tabel 3.Perkembangan Produktivitas Padi dan Jagung Tahun
2005-2014 ................................................................................. 9
Tabel 4.Sasaran Produksi Padi dan Jagung Tahun 2015-2019 ........ 10
Tabel 5.Sasaran Strategis Luas Tanam, Luas Panen,
Produktivitas dan Produksi Padi dan Jagung
Tahun 2015-2019 ..................................................................... 11
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Struktur Organisasi Budidaya Serealia ......................... 34
Lampiran 2. Sasaran Luas Tanam, Panen, Produktivitas
dan produksi Padi Tahun 2015 .................................... 35
Lampiran 3. Sasaran Luas Tanam, Panen, Produktivitas
dan produksi Padi Tahun 2016 .................................... 36
Lampiran 4. Sasaran Luas Tanam, Panen, Produktivitas
dan produksi Padi Tahun 2017 .................................... 37
Lampiran 5. Sasaran Luas Tanam, Panen, Produktivitas
dan produksi Padi Tahun 2018 .................................... 38
Lampiran 6. Sasaran Luas Tanam, Panen, Produktivitas
dan produksi Padi Tahun 2019 .................................... 39
Lampiran 7. Sasaran Luas Tanam, Panen, Produktivitas
dan produksi Jagung Tahun 2015 ............................... 40
Lampiran 8. Sasaran Luas Tanam, Panen, Produktivitas
dan produksi Jagung Tahun 2016 ............................... 41
Lampiran 9. Sasaran Luas Tanam, Panen, Produktivitas
dan produksi Jagung Tahun 2017 ............................... 42
Lampiran 10.Sasaran Luas Tanam, Panen, Produktivitas
dan produksi Jagung Tahun 2018 ................................ 43
Lampiran 11.Sasaran Luas Tanam, Panen, Produktivitas
dan produksi Jagung Tahun 2019 ................................ 44
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Rencana Strategis Direktorat Serealia 2015 – 2019 edisi Revisi merupakan
turunan dari Renstra Ditjen Tanaman Pangan serta Renstra Kementerian
Pertanian sebagai wujud dari Permentan Nomor 19/Permentan/HK.140/4/2015
tanggal 6 April 2015 khususnya Pasal 2 Ayat 1 bahwa Renstra Kementerian
Pertanian merupakan dasar dari renstra unit kerja eselon I dan eselon II.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 yang
saat ini memasuki tahap ke-3 (2015-2019) sebagai kelanjutan dari RPJMN tahap
ke-2 (2010-2014) yang telah berakhir. RPJMN tahap ke-3 (2015-2019) sektor
pertanian masih menjadi sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional.
Peran strategis sektor pertanian tersebut digambarkan dalam kontribusi sektor
pertanian dalam penyedia bahan pangan dan bahan baku industri, penyumbang
PDB, penghasil devisa negara, penyerap tenaga kerja, sumber utama
pendapatan rumah tangga perdesaan, serta penyedia bahan pakan dan
bioenergi.
Upaya mencapai target sukses pembangunan pertanian pada RPJMN tahap-2
(2010-2014) yang meliputi (1) peningkatan swasembada berkelanjutan padi dan
jagung dan swasembada kedelai, gula dan daging sapi, (2) peningkatan
diversifikasi pangan, (3) peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor, dan
(4) peningkatan kesejahteraan petani melalui strategi yang dikemas dalam 7
Gema Revitalisasi yang meliputi (1) revitalisasi lahan, (2) revitalisasi perbenihan
dan perbibitan, (3) revitalisasi infrastruktur pertanian, (4) revitalisasi SDM petani,
(5) revitalisasi permodalan petani, (6) revitalisasi kelembagaan petani, dan (7)
revitalisasi teknologi dan industri hilir. Sampai saat ini telah banyak capaian yang
diwujudkan meskipun masih perlu ditingkatkan.
Dalam lima tahun terakhir, kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian
nasional semakin nyata. Selama periode 2010-2014, rata-rata kontribusi sektor
pertanian terhadap PDB mencapai 10,26 % dengan pertumbuhan sekitar 3,90 %.
2
Pada periode yang sama, sektor pertanian menyerap angkatan kerja terbesar
walaupun ada kecenderungan menurun. Pada tahun 2014 sektor pertanian
menyerap sekitar 35,76 juta atau sekitar 30,2 % dari total tenaga kerja. Nilai Tukar
Petani (NTP) meningkat sangat pesat. Walaupun sempat menurun pada tahun
2013, namun NTP melonjak dari sebesar 101,78 pada tahun 2010 menjadi
106,52 pada tahun 2014. Pada periode yang sama, jumlah penduduk miskin di
perdesaan yang sebagian besar bergerak di sektor pertanian menurun dari
sekitar 19,93 juta pada tahun 2010 menjadi 17,14 juta pada tahun 2014.
NAWA CITA atau agenda prioritas Kabinet Kerja mengarahkan pembangunan
pertanian ke depan untuk mewujudkan kedaulatan pangan, agar Indonesia
sebagai bangsa dapat mengatur dan memenuhi kebutuhan pangan rakyatnya
secara berdaulat. Kedaulatan pangan diterjemahkan dalam bentuk kemampuan
bangsa dalam hal: (1) mencukupi kebutuhan pangan dari produksi dalam negeri,
(2) mengatur kebijakan pangan secara mandiri, serta (3) melindungi dan
menyejahterakan petani sebagai pelaku utama usaha pertanian pangan. Dengan
kata lain, kedaulatan pangan harus dimulai dari swasembada pangan yang
secara bertahap diikuti dengan peningkatan nilai tambah usaha pertanian secara
luas untuk meningkatkan kesejahteraan petani.
Sasaran pembangunan pertanian ke depan perlu disesuaikan terkait dengan
cakupan pembangunan pertanian yang lebih luas dan skala yang lebih besar
guna mengungkit peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani. Dengan
mencermati hasil evaluasi selama periode lima tahun terakhir dan perubahan
paradigma sebagaimana tertuang dalam SIPP 2015-2045, maka sasaran
strategis Kementerian Pertanian tahun 2015-2019 adalah (1) Pencapaian
swasembada padi, jagung dan kedelai serta peningkatan produksi gula dan
daging , (2) peningkatan diversifikasi pangan, (3) peningkatan komoditas bernilai
tambah dan berdaya saing dalam memenuhi pasar ekspor dan substitusi impor,
(4) penyediaan bahan baku bioindustri dan bioenergi, (5) peningkatan
pendapatan keluarga petani, serta (6) akuntabilitas kinerja aparatur pemerintah
yang baik.
3
Dengan sasaran strategis tersebut, maka Kementerian Pertanian menyusun dan
melaksanakan 7 Strategi Utama Penguatan Pembangunan Pertanian untuk
Kedaulatan Pangan (P3KP) meliputi (1) peningkatan ketersediaan dan
pemanfaatan lahan, (2) peningkatan infrastruktur dan sarana pertanian, (3)
pengembangan dan perluasan logistik benih/bibit, (4) penguatan kelembagaan
petani, (5) pengembangan dan penguatan pembiayaan, (6) pengembangan dan
penguatan bioindustri dan bioenergi, serta (7) penguatan jaringan pasar produk
pertanian.
Sebagai salah satu bagian dari pembangunan pertanian, komoditi tanaman
pangan khsusunya padi dan jagung memegang peranan yang sangat penting dan
strategis, oleh karena itu dalam upaya pengamanan komoditas tanaman pangan,
pemerintah setiap tahunnya selalu menempatkan sebagai hal utama dalam
setiap perencanaan pembangunan. Komoditas tanaman pangan diupayakan
selalu tersedia dalam keadaan cukup, hal ini untuk memenuhi kebutuhan pangan,
pakan, dan industri dalam negeri, dimana setiap tahunnya cenderung meningkat
seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan berkembangnya industri.
Pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup merupakan salah satu hak bagi
manusia yang paling azasi dan juga menjadi salah satu faktor penentu bagi
perwujudan ketahanan nasional. Sehubungan dengan itu, kekurangan pangan
yang terjadi secara meluas di suatu negara akan menyebabkan kerawanan
ekonomi, sosial, dan politik yang dapat menggoyahkan stabilitas suatu negara.
1.2. Potensi dan Permasalahan
Pembangunan periode 2015-2019 pada dasarnya merupakan kelanjutan dan
peningkatan pelaksanaan pembangunan pada periode sebelumnya. Agar
pembangunan dapat berjalan sesuai dengan yang direncanakan dan memenuhi
target sasaran yang ditetapkan.
Potensi pengembangan padi dan jagung masih sangat besar. Masih tersedia
areal pertanian dan lahan potensial belum termanfaatkan secara optimal seperti
lahan kering/rawa/lebak/pasang surut/gambut yang merupakan peluang bagi
4
peningkatan produksi padi dan jagung. Potensi sumberdaya ini harus dirancang
dengan baik pemanfaatannya untuk meningkatkan produksi dan pendapatan
petani. Disamping itu, kondisi lahan yang secara umum subur dan iklim yang
mendukung merupakan peluang yang sangat menguntungkan untuk
pembangunan tanaman pangan.
Indonesia dengan luas wilayah daratan 192 juta hektar mempunyai potensi yang
sangat besar disektor pertanian terutama tanaman pangan, khususnya
pengembangan padi dan jagung. Luas kawasan budidaya sekitar 123 juta hektar
(64,6 persen dari luas daratan) berpotensi sebagai kawasan pertanian sebesar
101 juta hektar. Dari areal tersebut yang sudah terolah sampai saat ini sebesar
25,6 juta ha lahan sawah, dan untuk lahan kering tanam semusim 25,3 juta ha
dan lahan kering tanaman tahunan 50,9 juta ha. Dengan demikian potensi
perluasan untuk kawasan pertanian adalah sebesar 54 juta hektar dengan
komposisi; 36 juta hektar dapat digunakan untuk tanaman pangan/perkebunan
dan merupakan lahan kering, 15 juta hektar sesuai untuk areal persawahan dan
3 juta hektar untuk lahan peternakan. (Siswono Yudo Husodo, 2006)
Berdasarkan data BPS tahun 2013, data luas baku Indonesia untuk lahan sawah
seluas 8,112 juta hektar. Berdasarkan jenis pengairan adalah 1) irigasi seluas
4,819 juta hektar, yaitu di pulau Jawa seluas 2,442 juta hektar dan luar Jawa
seluas 2,377 juta hektar; 2) non irigasi seluas 3,292 juta hektar, yaitu di pulau
Jawa seluas 789 ribu hektar dan luar Jawa seluas 2,503 juta hektar. Di Indonesia
luas lahan tegal/kebun yaitu 11,877 juta hektar, lahan ladang/huma seluas 5,273
juta hektar, dan lahan yang sementara tidak diusahakan seluas 14,214 juta
hektar.
Kondisi ini mengindikasikan untuk pengembangan sub sektor tanaman pangan
khususnya pengembangan padi dan jagung dengan program penambahan baku
lahan dapat diarahkan ke daerah-daerah di luar pulau Jawa. Potensi
pengembangan untuk areal irigasi memungkinkan di pulau Sumatera dan
Sulawesi. Selain itu untuk penumbuhan kantong-kantong produksi dapat juga
dikembangkan pada lahan non irigasi (tadah hujan, pasang surut, lebak dan
polder) yang banyak terdapat di pulau Sumatera dan Kalimantan. Sedangkan
5
untuk lahan yang sementara tidak diusahakan masih banyak terdapat di Papua
seluas 5,329 juta hektar.
Berdasarkan hasil evaluasi atas pembangunan pertanian tanaman pangan
khususnya Direktorat Budidaya Serealia yang telah dilaksanakan sampai saat ini,
persoalan mendasar yang diperkirakan masih dihadapi sektor pertanian di masa
yang akan datang, khususnya jangka waktu 2014 -2019, mencakup aspek
seperti: kerusakan lingkungan dan perubahan iklim, infrastruktur, sarana
prasarana, lahan dan air; kepemilikan lahan; sistem perbenihan dan perbibitan
nasional; akses petani terhadap permodalan kelembagaan petani dan penyuluh;
keterpaduan antar sektor, dan kinerja pelayanan birokrasi pertanian. Secara lebih
lengkap, permasalahan mendasar tersebut di atas diuraikan sebagai berikut:
1. Meningkatnya kerusakan lingkungan dan perubahan iklim global
2. Ketersediaan infrastruktur, sarana prasarana, lahan, dan air
3. Status dan luas kepemilikan lahan (17,62 juta KK < 0.5 Ha)
4. Sistem perbenihan dan perbibitan nasional belum berjalan optimal
5. Keterbatasan akses petani terhadap permodalan dan masih tingginya suku
bunga usahatani
6. Belum padunya antar sektor dalam menunjang pembangunan pertanian
7. Kurang optimalnya kinerja dan pelayanan birokrasi pertanian.
6
II. VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN ORGANISASI
2.1. Visi
Visi Direktorat Serealia tahun 2015 - 2019, yaitu ”Tercapainya Target Produksi
Komoditi Serealia khususnya Padi dan Jagung yang cukup dan
berkelanjutan”
Makna produksi dapat dilihat dari dua pespektif yaitu jumlah (kuantitas) dan mutu
(kualitas). Produksi dalam arti jumlah merupakan hasil (dalam satuan ton) yang
dicapai melalui pemanfatan lahan pertanaman, peningkatan produktivitas, dan
pengamanan potensi kehilangan hasil produksi. Sedangkan produksi dalam arti
mutu merupakan standar tertentu yang dapat dikonsumsi secara layak bagi
manusia maupun kebutuhan industri. Cukup berarti jumlah yang dapat disediakan
setelah mempertimbangkan kebutuhan konsumsi, kebutuhan perdagangan, dan
kebutuhan cadangan (stok). Dalam hal ini, jika kebutuhan dapat dipenuhi secara
total dari produksi dalam negeri maka disebut sebagai swasembada.
Berkelanjutan berarti memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan
kebutuhan generasi masa depan.
Untuk mewujudkan visi ini, Direktorat Serealia diupayakan sebagai penggerak
sesuai dengan tugas dan fungsi yang dimiliki. Upaya sinkronisasi, mobilisasi,
koordinasi, dan integrasi menjadi sangat penting dilakukan untuk mendorong
pencapaian visi sesuai dengan sasaran (target) yang ditetapkan.
2.2. Misi
Direktorat Serealia mengemban misi yang harus dilaksanakan yaitu :
”Meningkatkan perluasan penerapan budidaya komoditi serealia yang tepat
dan berkelanjutan”. Terkait hal tersebut, maka beberapa hal yang harus
dilakukan oleh Direktorat Serealia adalah :
1. mewujudkan birokrasi Direktorat Serealia yang profesional dan
berintegritas,
7
2. meningkatkan perluasan penerapan budidaya komoditi serealia yang tepat
dan berkelanjutan,
3. mendorong dan berkoordinasi terkait mengembangkan sistem penyediaan
benih yang efisien, efektif, dan berkelanjutan,
4. mendorong dan berkoordinasi penanganan pascapanen tanaman
pangan,
5. mendorong dan berkoordinasi pengamanan produksi tanaman pangan
berkelanjutan, dan
6. berkoordinasi dan mendorong peran serta instansi dan stakeholder terkait
serta masyarakat dalam pembangunan komoditi serealia yang
berkelanjutan.
2.3. Indikator Tujuan
Dalam melaksanakan koordinasi pembangunan komoditas Serealia, Direktorat
Serealia mempunyai tugas mensukseskan pencapaian visi dan misi dengan
tujuan : Meningkatkan produktivitas melalui peningkatan luas areal penerapan
budidaya tanaman pangan khususnya padi dan jagung yang tepat dan
berkelanjutan untuk peningkatan produksi dalam rangka mencapai kemandirian
pangan.
Berkaitan dengan implementasi visi dan misi tersebut, Direktorat Serealia
menetapkan tujuan dan indikatornya sebagai berikut :
8
Tabel 1. Tujuan dan Indikator Tujuan Direktorat Serealia
Ket : Sesuai Indikator Kinerja Utama
Penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Serealia dimaksudkan untuk
memberikan arah kegiatan Direktorat Serealia secara sistimatis dan terencana
sampai dengan lima tahun kedepan, dan juga sebagai dasar perencanaan
tahunan, sehingga di harapkan dapat menghasilkan perencanaan yang
berkesinambungan, sinergis, terpadu dan akuntabel. Sebagai suatu dokumen
perencanaan resmi, Renstra disusun dengan tujuan sebagai berikut:
a. Merumuskan kebijakan strategis, program dan kegiatan sub-sektor
pertanian tanaman pangan khususnya Direktorat Serealia yang akan
dilaksanakan dalam kurun waktu lima tahun (2015-2019);
b. Menjabarkan kebijakan strategis sub-sektor pertanian tanaman pangan
khususnya Direktorat Serealia ke dalam program dan kegiatan
berdasarkan indikator dan sasaran yang akan dicapai;
2.4. Kinerja Produksi Padi Jagung Tahun 2005-2014
Capaian produksi komoditas pertanian selama tahun 2005-2014 telah
menunjukkan prestasi yang baik, antara lain : peningkatan produksi padi dari
54,15 juta ton GKG pada tahun 2005 menjadi 70,85 Juta ton GKG tahun 2014,
No TujuanIndikator
TujuanTarget 2017 Target 2018 Target 2019
1 Meningkatkan
produktivitas tanaman
pangan khususnya padi
dan jagung
Angka
produktivitas
padi dan
jagung
-Produktivitas
padi ton/ha
-Produktivitas
jagung 5,156
ton/ha
-Produktivitas
padi 5,272 ton/ha
-Produktivitas
jagung 5,19
ton/ha
-Produktivitas
padi ton/ha
-Produktivitas
jagung 5,19
ton/ha
2 Meningkatkan luas
areal penerapan
budidaya tanaman
khususnya padi dan
jagung yang tepat dan
berkelanjutan
Angka luas
panen
-Luas panen padi
15,50 juta ha
-Luas panen
5,042 juta ha
jagung
-Luas panen padi
15,65 juta ha
-Luas panen
jagung 5,78 juta
ha
-Luas panen padi
15,85 juta ha
-Luas panen
jagung 6,346 juta
ha
3 Peningkatan produksi
dalam rangka mencapai
kemandirian pangan
Angka
Produksi padi
dan jagung
Produksi padi
81,2 juta ton
Produksi Jagung
26 juta ton
Produksi padi
82,50 juta ton
Produksi Jagung
30 juta ton
Produksi padi 84
juta ton
Produksi Jagung
33 juta ton
9
rata-rata peningkatan produksi padi tahun 2015-2014 mencpai 3,07% per tahun.
Produksi jagung juga memperlihatkan peningkatan yang cukup baik khususnya
pada periode 2005-2014 yaitu mencapai 5,22%. Produksi jagung tahun 2005
mencapai 12,43 juta ton pipilan kering menjadi 19,01 juta ton.
Tabel 1. Perkembangan Produksi Padi dan Jagung dari Tahun 2005 - 2014
Peningkatan produksi padi terjadi karena selama periode tahun 2005-2014
didorong oleh peningkatan luas panen setiap tahunnya 1,55 % yaitu dari luas
panen 11.84 Juta ha pada tahun 2005 meningkat menjadi 13.57 Juta ha pada
tahun 2014. Selain peningkatan luas panen sebagai salah satu pendorong
peningkatan produksi padi, juga didukung oleh peningkatan produktivitas padi.
Selama kurun waktu 2005-2014 terjadi peningkatan produktivitas pada periode
tersebut dengan peningkatan setiap tahunnya sebesar 1,49%, yaitu dari
produktivitas 45,74 ku/ha pada tahun 2005 meningkat menjadi 52,21 ku/ha pada
tahun 2014.
Sementara peningkatan produksi jagung terjadi karena luas panen selama
periode 2005-2014 dengan peningkatan setiap tahunnya 0,68% yaitu dari luas
panen 3.67 juta ha pada tahun 2005 meningkat menjadi 3.84 juta ha pada tahun
2014.Selain peningkatan luas panen, juga didukung oleh peningkatan
produktivitas jagung pada periode tersebut dengan peningkatan setiap tahunnya
sebesar 4,36 %, yaitu dari produktivitas 33,88 ku/ha pada tahun 2005 meningkat
menjadi 49,54 ku/ha pada tahun 2014.
10
Tabel 2. Perkembangan Luas Panen Padi dan Jagung, Tahun 2005 - 2014
Tabel 3. Perkembangan Produktivitas Padi dan Jagung, Tahun 2005 - 2014
1.3. Sasaran Produksi Padi dan Jagung Tahun 2015-2019
Empat Sukses Keberhasilan Kementerian Pertanian adalah: a) mewujudkan
pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan; b) mewujudkan
peningkatan diversifikasi pangan; c) mewujudkan peningkatan nilai tambah; serta
d) mewujudkan peningkatan kesejahteraan petani. Pencapaian keempat sasaran
(target) tersebut diharapkan dapat memberikan dampak kinerja yang signifikan
bagi pemenuhan kebutuhan nasional terutama ketahanan pangan nasional.
Selain itu dampak kinerja pembangunan tanaman pangan juga diharapkan dapat
mengurangi jumlah kemiskinan dan meningkatkan pendapatan bagi negara.
Fungsi dari program pemerintah hanya berupa stimulan untuk menggerakkan
kekuatan ekonomi tanaman pangan secara nasional. Mengacu pada Empat
Sukses Keberhasilan Pembangunan Pertanian, ditetapkan sasaran
pembangunan tanaman pangan sebagai berikut:
11
a) Mewujudkan swasembada padi secara berkelanjutan
b) Mewujudkan swasembada jagung secara berkelanjutan
Dari Empat Sukses Keberhasilan Pembangunan Pertanian yang berhubungan
secara langsung dan menjadi tanggungjawab Direktorat Serealia adalah:
Mewujudkan swasembada padi secara berkelanjutan dan mewujudkan
swasembada jagung secara berkelanjutan. Pendekatan yang dilakukan dalam
rangka mencapai sasaran tersebut adalah melalui Penerapan Pengelolaan
Tanaman dan Sumberdaya Terpadu. Dalam pelaksanaan gerakan ini diharapkan
nantinya dilakukan pengawalan yang ketat dengan memberdayakan seluruh
petugas dilapangan serta koordinasi instansi terkait.
Tabel 4. Sasaran Produksi Padi dan Jagung Tahun 2015-2019
*) Sesuai angka RPJMN
Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan serealia maka ditetapkan sasaran
strategis berupa target luas tanam, luas panen, produktivitas dan produksi padi
dan jagung tahun 2015-2019 sebagai berikut :
2015 2016 2017 2018 2019
1 Padi 73.445 76.226 78.132 80.085 82.078 3,06
2 Jagung 20.314 21.354 22.360 23.485 24.700 5,25
Sasaran Produksi (Ribu Ton)No Komoditas
Pertumbuhan
(%/tahun)
12
Tabel 5. Sasaran Strategis Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi dan Jagung Tahun 2015-2019
Dari hasil revisi ini, selama periode 2015-2019 tersebut produksi padi dan jagung
diharapkan naik rata-rata 2,82 persen dan 8,30 persen. Sasaran tersebut
ditetapkan dengan terjadinya swasembada padi dan jagung.
Agar posisi swasembada dapat berkelanjutan, maka target peningkatan
produksinya harus dipertahankan minimal sama dengan pertumbuhan
permintaan dalam negeri. Dengan kondisi pertambahan jumlah penduduk secara
nasional rata-rata sebesar 1,49 persen per tahun, permintaan bahan baku industri
dalam negeri, kebutuhan stok nasional dalam rangka stabilitas harga,
pemenuhan peluang ekspor, serta pertumbuhan industri hilir dalam negeri yang
semakin pesat maka target produksi sebagaimana tersebut di atas dianggap
relevan.
Strategi untuk mencapai swasembada padi secara berkelanjutan, yaitu akan
dilakukan melalui: 1) percepatan peningkatan produktivitas padi sawah, padi
rawa/lebak dan padi gogo dengan fokus pada lokasi yang masih mempunyai
produktivitas dibawah rata-rata nasional/provinsi/kabupaten, dan 2) perluasan
areal tanam terutama untuk padi gogo dan padi rawa/lebak melalui pemanfaatan
lahan peremajaan Perhutani dan Inhutani maupun pembukaan lahan/cetak
sawah. Adapun untuk mencapai swasembada jagung secara berkelanjutan,
2015 2016 2017 2018 2019
1 Padi 14,804 14,782 15,065 15,365 15,670 15,980 1,97
2 Jagung 4,136 4,245 4,800 5,308 6,084 6,680 12,02
1 Padi 14,309 14,288 14,561 15,500 15,649 15,850 2,65
2 Jagung 3,997 4,019 4,561 5,042 5,780 6,346 12,12
1 Padi 52,80 51,40 52,35 52,39 52,72 53,00 0,77
2 Jagung 51,70 50,54 52,62 51,56 51,9 52,00 0,74
1 Padi 75,551 73,445 76,226 81,200 82,500 84,000 3,43
2 Jagung 20,667 20,314 24,000 26,000 30,000 33,000 12,97
Produktivitas (Ku/ Ha)
No Uraian Baseline
ARAM I 2015
Tahun Rerata per
Tahun
Luas Tanam (Juta Ha)
Luas Panen (Juta Ha)
Produksi (Juta Ha)
Ket = Sasaran 2017-2019 sesuai IKU
13
maka strategi yang akan dikembangkan utamanya adalah meningkatkan
komposisi pertanaman jagung hibrida.
1.4. Organisasi
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor :43/Permentan/ OT.010/
8/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, Pasal 300
menyebutkan bahwa Direktorat Serealia mempunyai tugas Melaksanakan
penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan
produksi padi, jagung, dan serealia lain (Struktur Organisasi Direktorat Serealia
terlampir).
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 300, Direktorat
Serealia menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan perumusan kebijakan di bidang peningkatan produksi padi irigasi
dan rawa, padi tadah hujan dan lahan kering serta jagung dan serealia lain;
b. pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan produksi padi irigasi dan rawa,
padi tadah hujan dan lahan kering serta jagung dan serealia lain;
c. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang peningkatan
produksi padi irigasi dan rawa, padi tadah hujan dan lahan kering serta jagung
dan serealia lain;
d. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang peningkatan produksi
padi irigasi dan rawa, padi tadah hujan dan lahan kering serta jagung dan
serealia lain;
e. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang peningkatan
produksi padi irigasi dan rawa, padi tadah hujan dan lahan kering serta jagung
dan serealia lain; dan
f. pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Serealia.
Pelaksanaan tugas dan fungsi tersebut dilakukan dalam Direktorat Serealia yang
terdiri dari 3 Sub Direktorat dan ditambah Subbagian Tata Usaha dan Kelompok
Jabatan Fungsional, yaitu:
a. Subdirektorat Padi Irigasi dan Rawa;
b. Subdirektorat Padi Tadah Hujan dan Lahan Kering;
c. Subdirektorat Jagung dan Serealia Lain;
14
d. Subbagian Tata Usaha; dan
e. Kelompok Jabatan Fungsional.
Secara rinci pelaksanaan tugas dan fungsi dari masing-masing Subdirektorat
terdiri dari :
1. Subdirektorat Padi Irigasi dan Rawa
Tugas dan fungsinya :
a. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang peningkatan intensifikasi
dan ekstensifikasi padi irigasi dan rawa, serta pemberdayaan;
b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan intensifikasi
dan ekstensifikasi padi irigasi dan rawa, serta pemberdayaan;
c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di
bidang peningkatan intensifikasi dan ekstensifikasi padi irigasi dan
rawa, serta pemberdayaan;
d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang peningkatan
intensifikasi dan ekstensifikasi padi irigasi dan rawa, serta
pemberdayaan; dan
e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang peningkatan
intensifikasi dan ekstensifikasi padi irigasi dan rawa, serta
pemberdayaan.
1.1. Seksi Intensifikasi Padi Irigasi dan Rawa mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan penyusun dan pelaksanaan
kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria,
serta bimbingan teknis, supervisi, evaluasi dan pelaporan
kegiatan di bidang peningkatan intensifikasi padi irigasi dan
rawa.
1.2. Seksi Ekstensifikasi Padi Irigasi dan Rawa, dan Pemberdayaan
mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan
kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria,
serta bimbingan teknis, supervisi, evaluasi, dan pelaporan
kegiatan di bidang peningkatan ekstensifikasi Padi Irigasi dan
Rawa, serta pemberdayaan.
2. Subdirektorat Padi Tadah Hujan dan Lahan Kering
15
Tugas dan fungsinya :
a. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang peningkatan intensifikasi
dan ekstensifikasi padi tadah hujan dan lahan kering, serta
pemberdayaan;
b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan intensifikasi
dan ekstensifikasi padi tadah hujan dan lahan kering, serta
pemberdayaan;
c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di
bidang peningkatan intensifikasi dan ekstensifikasi padi tadah hujan
dan lahan kering, serta pemberdayaan;
d. Pemberi bimbingan teknis dan supervisi di bidang peningkatan
intensifikasi dan ekstensifikasi padi tadah hujan dan lahan kering, serta
pemberdayaan; dan
e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang peningkatan
intensifikasi dan ekstensifikasi padi tadah hujan dan lahan kering, serta
pemberdayaan.
2.1. Seksi Intensifikasi Padi Tadah Hujan dan Lahan Kering
mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan dan
pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur,
dan kriteria, serta bimbingan teknijs, supervisi, evaluasi dan
oelaporan kegiatan di bidang peningkatan intensifikasi padi tadah
hujan dan lahan kering.
2.2. Seksi Ekstensifikasi Padi Tadah Hujan dan Lahan Kering, dan
Pemberdayaan mempuntai tugas melakukan penyiapan bahan
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,
standar, prosedur, dan kriteria, serta bimbingan teknis, supervisi,
evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang peningkatan
ekstensifikasi padi tadah hujan dan lahan kering, serta
pemberdayaan.
3. Subdirektorat Jagung dan Serealia Lain
Tugas dan fungsinya :
a. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang peningkatan intensifikasi
dan ekstensifikasi jagung dan serealia lain, serta pemberdayaan;
16
b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan intensifikasi
dan ekstensifikasi jagung dan serealia lain, serta pemberdayaan;
c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di
bidang peningkatan intensifikasi dan ekstensifikasi jagung dan
serealia lain, serta pemberdayaan;
d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang peningkatan
intensifikasi dan ekstensifikasi jagung dan serealia lain, serta
pemberdayaan; dan
e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bigang peningkatan
intensifikasi dan ekstensifikasi jagung dan serealia lain, serta
pemberdayaan.
3.1.Seksi Intensifikasi Jagung dan Serealia Lain mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan penyusunan kebijakan,
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta
bimbingan teknis, supervisi, evaluasi dan pelaporan kegiatan di
bidang peningkatan intensifikasi jagung dan serealia lain.
3.2.Seksi Ekstensifikasi Jagung dan Serealia Lain, dan
Pemberdayaan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,
standar, prosedur, dan kriteria, serta bimbingan teknis, sipervisi,
evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang peningkatan
ekstensifikasi jagung dan serealia lain, serta pemberdayaan.
4. Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan
kepegawaian, keuangan, perlengkapan, rumah tangga, dan surat
menyurat, serta kearsipan Direktorat Serealia.
5. Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan
sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan
perundang-undangan.
a. Kelompok Jabatan Fungsional tediri atas jabatan fungsional
Pengawas Mutu Hasil Pertanian dikoordinasikan oleh pejabat
fungsional senior yang ditujukan Direktur Serealia.
17
b. Direktur Serealia menempatkan pejabat fungsional Pengawas Mutu
Hasil Pertanian pada unit kerja eselon III sesuai tugas jabatan
fungsional.
c. Jumlah pejabat fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja.
d. Jenjang jabatan fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan.
18
III. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
3.1. Arah Kebijakan dan Strategi Nasional
Untuk mencapai program peningkatan produksi produktivitas dan mutu hasil
tanaman pangan yang telah ditetapkan, maka arah kebijakan difokuskan pada:
(1) peningkatan produktivitas dan mutu hasil pertanian komoditi andalan ekspor,
potensial untuk ekspor dan substitusi impor; dan (2) mendorong pengembangan
industri pengolahan terutama di perdesaan serta peningkatan ekspor hasil
pertanian. Terkait hal tersebut, maka Kementerian Pertanian menyusun dan
melaksanakan Tujuh Strategi Utama Penguatan Pembangunan Pertanian
untuk Kedaulatan Pangan (P3KP) sebagai berikut :
1. Peningkatan ketersediaan dan pemanfaatan lahan
2. Peningkatan infrastruktur dan sarana pertanian
3. Pengembangan dan perluasan logistik benih/bibit
4. Penguatan kelembagaan petani
5. Pengembangan dan penguatan pembiayaan pertanian
6. Pengembangan dan penguatan bioindustri dan bioenergi
7. Penguatan jaringan pasar produk pertanian
Selain tujuh strategi utama, terdapat Sembilan Strategi Pendukung sebagai
berikut :
1. Penguatan dan peningkatan kapasitas SDM pertanian
2. Peningkatan dukungan perkarantinaan
3. Peningkatan dukungan inovasi dan teknologi
4. Pelayanan informasi publik
5. Pengelolaan regulasi
6. Pengelolaan teknologi informasi dan komunikasi
7. Pengelolaan perencanaan
8. Penataan dan penguatan organisasi
9. Pengelolaan sistem pengawasan
19
Kedaulatan pangan dicerminkan pada kekuatan untuk mengatur masalah pangan
secara mandiri, yang perlu didukung dengan: (i) ketahanan pangan, terutama
kemampuan mencukupi pangan dari produksi dalam negeri; (ii) pengaturan
kebijakan pangan yang dirumuskan dan ditentukan oleh bangsa sendiri; dan (iii)
mampu melindungi dan mensejahterakan pelaku utama pangan, terutama petani
dan nelayan. Untuk tetap meningkatkan dan memperkuat kedaulatan pangan,
sasaran utama prioritas nasional bidang pangan pertanian periode 2015-2019
adalah:
1. Tercapainya peningkatan ketersediaan pangan yang bersumber dari
produksi dalam negeri. Produksi padi diutamakan ditingkatkan dalam rangka
swasembada agar kemandirian dapat dijaga. Produksi jagung ditargetkan
untuk memenuhi kebutuhan keragaman pangan dan pakan lokal.
2. Terwujudnya peningkatan distribusi dan aksesibilitas pangan yang didukung
dengan pengawasan distribusi pangan untuk mencegah spekulasi, serta
didukung peningkatan cadangan beras pemerintah dalam rangka
memperkuat stabilitas harga.
3. Tercapainya peningkatan kualitas konsumsi pangan sehingga mencapai skor
Pola Pangan Harapan (PPH) sebesar 92,5 (2019).
4. Terbangunnya dan meningkatnya layanan jaringan irigasi untuk
menggantikan alih fungsi lahan.
Arah kebijakan umum kedaulatan pangan dalam RPJMN 2015-2019 adalah:
pemantapan ketahanan pangan menuju kemandirian pangan dengan
peningkatan produksi pangan pokok, stabilisasi harga bahan pangan,
terjaminnya bahan pangan yang aman dan berkualitas dengan nilai gizi yang
meningkat serta meningkatnya kesejahteraan pelaku usaha pangan. Arah
kebijakan Pemantapan Kedaulatan Pangan tersebut dilakukan dengan 5 strategi
utama, meliputi:
1. Peningkatan ketersediaan pangan melalui penguatan kapasitas produksi
dalam negeri, yang meliputi komoditas padi, jagung, kedelai, daging, gula,
cabai dan bawang merah.
20
2. Peningkatan kualitas Distribusi Pangan dan Aksesibilitas Masyarakat
terhadap Pangan.
3. Perbaikan kualitas Konsumsi Pangan dan Gizi Masyarakat
4. Mitigasi gangguan terhadap ketahanan pangan dilakukan terutama
mengantisipasi bencana alam dan dampak perubahan iklim dan serangan
organisme tanaman dan penyakit hewan.
5. Peningkatan kesejahteraan pelaku utama penghasil bahan pangan.
3.2. Arah Kebijakan Pengembangan Serealia
Komoditi serealia khususnya beras dan jagung merupakan komoditas pangan
strategis yang masih terus mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah
mengingat merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia.
Meskipun upaya meningkatkan produksi dan produktivitas padi terus dilakukan
oleh pemerintah, permasalahan ketersediaannya belum teratasi dengan baik.
Pemecahan masalah terhadap peningkatan produksi padi dilakukan melalui
program intensifikasi dan ekstensifikasi. Program tersebut dilakukan melalui
penyediaan input, penyediaan teknologi, sarana air, pemasaran hasil dan lain
sebagainya yang memungkinkan untuk lebih menggairahkan para petani
berusahatani yang lebih optimal, sehingga pada akhirnya peningkatan produksi
dan produktivitas padi dan jagung akan terjadi.
3.2.1. Intensifikasi Pertanian
Intensifikasi pertanian merupakan usaha yang dilakukan untuk
meningkatkan hasil pertanian dengan cara mengoptimalkan lahan
pertanian yang sudah tersedia. Dalam pelaksanaan intensifikasi pertanian
akan fokus pada upaya panangan masalah terkait pengelolaan tanah,
pengadaan bibit unggul, penanaman, pemupukkan, pemberantasan hama
serta penyakit pada tanaman, pemanenan dan kegiatan selama pasca
panen.
21
1. Perbenihan
Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas dan mutu hasil
ditempuh melalui penggunaan benih varietas unggul bersertifikat.
Penggunaan benih varietas unggul bersertifikat diharapkan selalu
meningkat dari tahun ke tahun.
Permasalahan yang mendasar adalah ketersediaan benih unggul
bersertifikat belum mencukupi apabila hanya mengandalkan potensi
aktual sumber benih yang ada saat ini. Untuk memenuhi kebutuhan
akan varietas unggul bersertifikat selain dipenuhi oleh kelembagaan
perbenihan milik pemerintah/BUMN, juga dipenuhi oleh produsen benih
milik swasta baik dalam bentuk Badan Hukum maupun perseorangan
serta penangkar benih.
Terkait perbenihan, maka beberapa upaya yang perlu dilakukan antara
lain : a) perbaikan/penataan kelembagaan perbenihan mulai dari tingkat
pusat sampai daerah; b) melindungi dan memelihara sumberdaya
genetik nasional untuk pengembangan varietas unggul baik nasional
maupun lokal; c) memperkuat pengawasan benih; d) pemberdayaan
penangkar benih di daerah guna pemenuhan kebutuhan benih pada
daerah tersebut; e) mendorong peran swasta dalam pengembangan
industri perbenihan
2. Pengelolaan Lahan Secara Tepat dan Terencana
Setelah memperoleh bibit unggul, langkah selanjutnya yakni mengelola
tanah untuk dipakai dalam penyemaian bibit dan media tumbuh
kembang bibit hingga proses pemanenan. Untuk mengelola lahan
pertanian dapat ditempuh melalui cara modern dan konvensional
(tradisional/manual). Cara modern dapat ditempuh dengan
menggunakan cara mekanik yakni menggunakan traktor yang sudah
modern, sedangkan cara manual/konvensional dapat dilakukan dengan
menggunakan alat seperti cangkul. Metode tradisonal menggunakan
22
cangkul memiliki kelemahan yakni sangat tidak efisien dan
membutuhkan waktu cukup lama untuk menggarap lahan pertanian.
Terkait upaya pengelolaan lahan maka upaya yang dapat dilakukan
antara lain ; a) membangun database yang lengkap dan akurat terkait
dengan potensi sumberdaya lahan yang ada; b) perlindungan terhadap
lahan pangan produktiv dan menekan laju konversi lahan pertanian
dengan mengefektifkan Undang-Undang No 41/2009 tentang
Perlindungan Lahan Pertanian Berkelanjutan; c) upaya
mengoptimalkan lahan terlantar/ lahan tidak diusahakan/ lahan tidur,
kawasan hutan yang telah dilepas dan belum dimanfaatkan, atau izin
pemanfaatan lahan hutan yang masih dalam kawasan hutan; d) upaya
mempertahankan kesuburan tanah maupun memperbaiki kondisi lahan
marginal melalui penerapan sistem pemupukan beribang dan
diintegrasikan dengan pupuk organik.
3. Pengelolaan Air
Pengaturan pasokan air yang dialirkan ke lahan-lahan pertanian sangat
penting untuk membuat struktur dan komponen tanah menjadi lembab
dan berair sehingga akan memberikan nutrisi dan menjaga tanaman
agar tetap sehat, tidak layu, dan kelangsungan hidupnya terjaga dengan
baik. Sebaiknya gunakan air secukupnya dan berdasarkan kebutuhan
untuk dialiri di lahan pertanian. Umumnya pemberian air tidak boleh
melebih titik layu lahan. Dan pasokan air yang cukup di atas lahan
sangat penting untuk kelangsungan pertumbuhan dan perkembangan
tanaman, serta meningkatkan produktivitas panen nantinya.
Terkait upaya pembangunan infrastruktur sarana pengairan, maka
Kementerian Pertanian akan memprioritaskan pada pembangunan
jaringan irigasi tingkat usahatani, jaringan irigasi desa, jaringan irigasi
tersier dan kuarter guna mendukunga upaya perluasan areal tanam.
Sementara untuk infrastruktur jaringan irigasi primer dan sekunder
23
diharapkan Kementerian Pekerjaan Umum dapa menyediakan
infrastruktur tersebut.
4. Pemberian Pupuk Sesuai Dosis Yang Tepat
Penggunaan pupuk merupakan salah satu input yang sangat penting
dalam peningkatan produktivitas hasil tanaman pangan. Pupuk yang
digunakan oleh rumah tangga petani antara lain adalah pupuk
anorganik, pupuk organik, kombinasi pupuk anorganik dan organik.
Peluang untuk meningkatkan produksi dan produktivitas komoditi
tanaman pangan khususnya padi dan jagung masih bisa ditingkatkan
bila rumah tangga petani yang belum menggunakan pupuk tersebut bisa
dikurangi jumlahnya.
Beberapa hal yang penting terkait dengan pelaksanaan kebijakan
subsidi pupuk berperan penting adalah: (1) penetapan alokasi
kebutuhan pupuk dan Harga Eceran Tertinggi Pupuk (HET) bersubsidi
per tahunnya; (2) penetapan produsen pupuk bersubsidi (bersama
kementerian BUMN) dan menilai kebenaran data/dokumen
pembayaran subsidi pupuk yang diajukan oleh produsen; dan (3)
penyaluran dana subsidi kepada produsen pupuk. Sementara itu, di
dalam distribusi pupuk, Kementerian Perdagangan sangat berperan di
dalam menetapkan mekanisme pengadaan dan penyaluran pupuk
bersubsidi, serta melakukan pengawasan di dalam pengadaan dan
penyaluran pupuk bersubsidi.
Beberapa permasalahan dalam penyaluran pupuk bersubsidi adalah
pada Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) yang belum valid,
di mana terdapat indikasi penggelembungan (mark- up) luas lahan dan
jumlah petani. Pada aspek penyaluran/distribusi, penjualan pupuk
dengan harga di atas HET, penjualan pupuk kepada petani yang tidak
terdaftar dalam RDKK, tidak dipasangnya spanduk pengumuman harga,
penyaluran pupuk yang tidak sesuai dengan DO (Delivery order),
keterlambatan distribusi, kelangkaan, penggantian kemasan,
24
penimbunan, penjualan di luar wilayah distribusi, dan terdapat pengecer
yang tidak resmi. Sedangkan terkait aspek pengawasan, Komisi
Pengawas Pupuk dan Pestisida (KPPP) di tingkat
Berbagai upaya telah dikembangkan Kementerian Pertanian untuk
memecahkan masalah yang terkait dengan pupuk. Untuk peredaran
pupuk, dengan pengembangan sistem penyaluran tertutup terus
diupayakan perbaikan dalam distribusi. Terkait dengan bentuk subsidi
kepada petani, selama tahun 2010-2011 telah dilakukan pengkajian
yang komprehensif terhadap pemberian subsidi pupuk. Uji coba
pemberian subsidi langsung kepada petani sebagai pengganti subsidi
kepada pabrik pupuk belum sepenuhnya berhasil dengan baik,
sehingga subsidi kepada pabrikan terus dilakukan.
5. Perlindungan dari OPT dan DPI
Perlindungan tanaman pangan merupakan bagian penting dalam
pengamanan produksi untuk menjaga kuantitas, kualitas dan kontinuitas
hasil yang berkaitan erat dengan penanganan gangguan Organisme
Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan pengaruh Dampak Perubahan Iklim
(DPI) mulai pra panen sampai dengan pascapanen.
Seiring dengan semakin berkembangnya teknologi perlindungan
tanaman dan kompleksnya permasalahan di lapangan, operasional
pengendalian OPT di lapangan mengacu pada sistem Pengendalian
Hama Terpadu (PHT). Agar strategi pengendalian OPT dapat
terlaksana dengan baik, salah satu faktor yang mendapat perhatian
adalah pemberdayaan sumberdaya manusia melalui Sekolah Lapangan
Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT). Dari SLPHT ini diharapkan
dapat diwujudkan kemandirian petani dalam pengambilan keputusan di
lahan usahataninya.
Proses usahatani tanaman pangan sangat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, di antaranya adalah iklim/cuaca. Unsur iklim/cuaca yang sangat
25
penting pengaruhnya terhadap keberhasilan sistem usahatani di daerah
tropis (Indonesia khususnya) adalah curah hujan sebagai sumber air
utama. Tetapi pada keadaan ekstrim, curah hujan yang sangat
berlebihan pada musim hujan dapat menimbulkan bencana alam banjir,
dan sebaliknya jumlah curah hujan yang sangat kurang pada musim
kemarau dapat menimbulkan bencana alam kekeringan. Kedua jenis
bencana alam tersebut, dapat menimbulkan penurunan produksi
dengan intensitas dan luasan yang berbeda-beda pada setiap
tahunnya. Secara umum, petani melakukan usahataninya hanya
berdasarkan kebiasaan pada kondisi iklim yang normal.Mereka
umumnya tidak memiliki kemampuan menganalisa serta memanfaatkan
data informasi iklim. Sehingga bila terjadi perubahan iklim secara
ekstrim seperti curah hujan kurang atau lebih dari normal, petani tidak
mampu berbuat banyak. Kondisi iklim/cuaca yang sangat
fluktuatif/ekstrim saat ini dipengaruh perubahan iklim global, selain
perubahan agroekosistem yang mempengaruhi keadaan iklim mikro.
OPT dan DPI merupakan faktor pembatas produksi tanaman pangan.
Gangguan OPT dan DPI berupa banjir dan kekeringan baik secara
langsung maupun tidak langsung berpotensi dapat menurunkan
kuantitas dan kualitas hasil.Perkembangan OPT di lapangan berkorelasi
positif dengan penerapan teknologi budidaya tanaman yang kurang
tepat, seperti penggunaan verietas yang tidak tepat, pemupukan tidak
berimbang dan penggunaan pestisida kurang bijaksana. Selain itu,
kondisi perubahan iklim global menyebabkan sulitnya menentukan
waktu dan pola tanam yang secara tidak langsung berpengaruh
terhadap perkembangan OPT. Tingkat kerusakan tanaman
berdasarkan intensitas serangan dari ringan sampai dengan puso
adalah hama (16-90 persen), dan penyakit (11-75 persen).
3.2.2. Ekstensifikasi Pertanian
26
Ekstensifikasi pertanian adalah perluasan areal pertanian ke wilayah yang
sebelumnya belum pernah dimanfaatkan. Program ekstensifikasi memiliki
sasaran terhadap lahan-lahan seperti lahan hutan, lahan gambut, lahan
rawa, serta lahan marginal lainnya. Dalam peristilahan internasional
dikenal dengan “agricultural (land) espansion”. Ekstensifikasi pertanian
bertujuan untuk mengatasi permasalahan kurangnya lahan produktif.
Berikut beberapa upaya ekstensifikai yang dapat diterapkan dalam upaya
mendukung peningkatan produksi komoditas serealia, antara lain ;
1. Perluasan Lahan Pertanian dengan pemanfaatan areal hutan
2. Perluasan lahan pertanian dengan pemanfaatan lahan kering atau
lahan marginal
3. Perluasan lahan pertanian dengan pemanfaatan lahan gambut / rawa
Dalam pelaksanaan program dan kegiatan pengelokaan produksi serealia guna
mencapai Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan. Khususnya komoditi
serealia berupa padi dan jagung, maka Direktorat Serealia Tentunya tidak dapat
dipisahkan dengan dukungngan program dankegiatan dari unit eselon II lingkup
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan seperti : program dan kegiatan
Pengelolaan Sistem Penyediaan Benih Tanaman Pangan dari Direktorat
Perbenihan. Program dan kegiatan Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan
dari Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan, program dan kegiatan Penguatan
Perlindungan Tanaman Pangan dari Gangguan Organisme Pengganggu
Tumbuhan (OPT) dan Dampak Perubahan Iklim (DPI) dari Direktorat
Perlindungan Tanaman Pangan, program dan kegiatan Dukungan Manajemen
dan Teknis dari Sekretariat Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Program dan
kegiatan Pengembangan Metode Pengujian Mutu Benih dan Penerapan Sistem
Mutu Laboratorium Pengujian Benih oleh Balai Besar Pengembangan Pengujian
Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BBPPMBTPH): serta kegiatan
Pengembangan Peramalan Serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan oleh
Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT):
Seluruh kegiatan utama di atas dikemas ke dalam suatu bentuk pendekatan
berupa Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Pengelolaan Tanaman Terpadu
adalah suatu pendekatan dalam budidaya tanaman yang menekankan pada
pengelolaan tanaman, lahan, air dan organisme pengganggu tumbuhan secara
27
terpadu yang bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan produktivitas
tanaman secara berkelanjutan dan efisiensi produksi dengan memperhatikan
sumber daya, dan kemampuan yang ada. PTT menekankan pada prinsip
partisipatori yang menempatkanpengalaman, keinginan, dan kemampuan petani
dalam menerapkan suatu teknologi. Adapun komponen teknologi dalam PTT
tersebut adalah terkait dengan :
1) Benih varietas unggul bermutu dan bersertifikat.
2) Pengelolaan tanah secara sempurna sesuai dengan kondisi tanah.
3) Penanaman tepat waktu serta cara tanam dengan tepat.
4) Pengaturan tata air dengan baik.
5) Penggunaan pupuk secara berimbang.
6) Pengendalian OPT dengan Pengendalian Hama Terpadu (PHT).
7) Penanganan panen dan pascapanen dengan baik.
Pelaksanaan program dan kegiatan dalam upaya peningkatan produktivitas yang
merupakan tugas dan fungsi pokok Direktorat Serealia dan salah satu upaya
untuk muwujudkannya adalah melalui penerapan teknologi yang sesuai dengan
spesifik lokasi. Teknologi pertanian di tingkat petani harus berbasis teknologi
modern, dengan teknologi yang baik maka diharapkan terjadi efisiensi tenaga
kerja, penghematan biaya produksi, percepatan dalam pelaksanaan usaha tani
(pengolahan tanah, penanaman, pengendalian hama sampai dengan pasca
panen) dan mutu hasil yang baik sehingga dapat bersaing di pasar.
Spesifik lokasi merupakan metode dalam menyikapi keberagaman geografis
wilayah Indonesia. Dengan mengacu pada spesifik lokasi diharapkan dapat
meminimalisir kendala-kendala yang ada dilapangan, misalnya cuaca/iklim, jenis
tanah, karakteristik air, faktor sumberdaya manusia.
Dengan keterpaduan teknologi modern dan spesifik lokasi diharapkan seluruh
permasalahan dan kendala dapat tertangani secara cepat dan tepat. Efek yang
sangat diharapkan adalah dengan meningkatnya kesejahteraan petani sebagai
tujuan/goal dalam pembangunan pertanian secara umum.
3.3. Strategi dan Langkah Operasional Peningkatan Produksi Serealia
28
Tugas pokok dan fungsi Direktorat Budidaya Serealia yaitu: Peningkatan
Produksi dan Produktivitas komoditas serealia. Kebijakan dan strategi Program
Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Tanaman Pangan untuk
Mencapai Swasembada padi dan jagung Tahun 2015 - 2019 secara rinci dapat
dijabarkan sebagai berikut.
1). Peningkatan Produktivitas
Saat ini, sudah cukup banyak tersedia paket teknologi tepat guna yang
dapat dimanfaatkan oleh petani untuk meningkatkan kuantitas, kualitas dan
produktifitas aneka produk pertanian.Berbagai varietas berdaya produksi
tinggi; teknologi produksi pupuk dan produk bio; alat dan mesin pertanian;
serta aneka teknologi budidaya, pasca panen dan pengolahan hasil
pertanian sudah banyak dihasilkan para peneliti di lembaga penelitian,
masyarakat petani dan swasta. Namun demikian, berbagai paket teknologi
ini masih belum sepenuhnya dapat diadopsi oleh masyarakat petani, karena
berbagai keterbatasan yang dihadapi dan dimiliki petani seperti: proses
diseminasi, kelembagaan dan skala usaha, keterampilan serta tingginya
biaya untuk menerapkan teknologi.
Para petani didorong untuk meningkatkan produktivitas yang dilaksanakan
secara terencana dan berkelanjutan melalui peningkatan mutu intensifikasi
dengan menerapkan rekayasa ekonomi, rekayasa sosial dan teknologi maju
yang efisien dan spesifik lokasi, serta didukung oleh penerapan alat dan
mesin pertanian dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan.
Dalam mengembangkan penerapan teknologi dilakukan pewilayahan
berdasarkan tingkat produktivitas dan penerapan teknologi yang ada.
Akselerasi penerapan teknologi diarahkan pada daerah-daerah yang tingkat
produktivitasnya relatif rendah. Bagi daerah-daerah yang produktivitasnya
telah relatif tinggi dimantapkan dengan fokus pengembangan diarahkan
kepada aspek rekayasa sosial, ekonomi dan kelembagaan.
Peningkatan produktivitas tersebut dilakukan melalui penggunaan benih
bermutu dari varietas unggul, pemupukan berimbang dan penggunaan
29
pupuk organik, pengaturan pengairan dan tata guna air, penggunaan alat
mesin pertanian, dan perbaikan budidaya
Benih Bermutu dari Varietas Unggul
Penggunaan benih bermutu dari varietas unggul difasilitasi melalui
pembinaan produsen benih untuk dapat menghasilkan benih secara 6
(enam) tepat, yaitu tepat waktu, mutu, varietas, jumlah, lokasi dan harga.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk meningkatkan ketersediaan
benih bermutu dari varietas unggul adalah: (a) inventarisasi stok dan
penangkaran benih yang terdapat di masing-masing daerah dalam setiap
skala waktu tertentu, (b) pemanfaatan stok benih yang ada secara optimal,
(c) pembinaan kepada produsen/penangkar benih agar proses produksi
benih terlaksana secara berkelanjutan.
Pemupukan Berimbang dan Pupuk Organik
Untuk meningkatkan produktivitas tanaman pangan dan kualitas hasil
dilakukan pemupukan berimbang, baik antara pupuk anorganik maupun
dengan pupuk organik, sehingga perbandingan penyerapan unsur hara oleh
tanaman dilakukan secara seimbang. Rekomendasi dosis pemupukan
berimbang berpedoman kepada dosis anjuran spesifik lokasi yang dinamis.
Perhatian perlu pula diberikan kepada tanah yang mengalami kekurangan
(defisiensi) unsur seperti Zn, Mg, Ca dan laln-lain, yaitu dengan
memanfaatkan potensi pupuk organik seperti limbah pertanian/kompos,
kotoran hewan, dan pupuk hayati lainnya, sehingga struktur, tekstur dan pH
tanah menjadi lebih baik dan tanaman dapat tumbuh dengan subur.
Pengairan
Pengembangan jaringan irigasi dan tata guna air sesuai kebutuhan
pengairan usahatani, dilakukan berkoordinasi dengan Kementerian
Pekerjaan Umum, dan instansi terkait lainnya sehingga penyediaan air bagi
30
pertanaman dapat terjamin sesuai dengan kebutuhan. Penyediaan air
irigasi/pengairan sangat penting untuk meningkatkan produktivitas tanaman
pangan, yang dilakukan melalui perbaikan saluran-saluran yang
rusak/bocor maupun melalui penerapan sistem hemat air seperti sistem leb,
pengairan bertahap (intermittent irigation) serta meningkatkan kerjasama
dengan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A). Pengembangan bangunan
konservasi dan pengelolaan sumberdaya air seperti embung, sumur
resapan, bendung, cekdam dan lainnya dapat dimanfaatkan secara merata
sepanjang tahun.
Alat dan Mesin Pertanian (Alsintan)
Pengembangan alat mesin pertanian (termasuk didalamnya peningkatan
SDM pengguna alsintan dalam menerapkan teknologi alsintan) dan
pengembangan usaha pelayanan jasa alsintan dari prapanen sampai
dengan pascapanen dilakukan untuk mendorong percepatan pengolahan
lahan, efisiensi usaha tani, peningkatan kualitas dan peningkatan nilai
tambah dan daya saing produk pertanian tanaman pangan yang dihasilkan.
Penyediaan traktor dan pompa air perlu dilanjutkan dengan penyediaan
alsin penanam karena percepatan pengolahan lahan juga harus diikuti
dengan percepatan proses tanam. Dalam hal ini termasuk fasilitasi
penyediaan alat pascapanen yang dapat mengurangi kehilangan hasil dan
meningkatkan mutu hasil tanaman pangan.
Perbaikan Budidaya
Perbaikan budidaya dilakukan dalam upaya penanggulangan fluktuasi
produksi yang terjadi selama ini yang bersifat musiman, dan ditempuh
dengan pembinaan terhadap pengaturan pola, waktu dan cara tanam yang
sesuai untuk mengatur distribusi panen yang lebih merata sepanjang tahun.
Ini akan menjamin penyediaan produksi secara merata sepanjang tahun
dan peningkatan produktivitas, sehingga mengurangi fluktuasi harga dan
menyediakan lapangan kerja yang merata. Upaya-upaya yang perlu
dilakukan dalam perbaikan budidaya antara lain: (a) perencanaan pola, tata,
31
waktu dan cara tanam yang tepat sesuai dengan rekomendasi BPTP
setempat, (b) pengaturan distribusi panen yang lebih merata, (c) penerapan
cara tanam yang sesuai anjuran teknologi baru, (d) peningkatan populasi
tanaman dengan pengaturan jarak tanam, (e) penerapan pemupukan
berimbang, (f) perluasan penggunaan benih padi/jagung hibrida bermutu,
dan (g) penyiapan lahan dengan teknologi tanpa olah tanah (TOT).
2). Perluasan Areal Tanam
Pengembangan tanaman pangan terutama jagung dengan pelaksanaan
Perluasan Areal Tanam, dilakukan melalui: (1) optimalisasi pemanfaatan
lahan; (2) cetak sawah baru;
Optimalisasi Lahan
Optimalisasi pemanfaatan lahan dilaksanakan melalui upaya :
a. peningkatan indeks pertanaman (IP) baik IP 100 menjadi IP 200 atau IP 200
menjadi IP 300, maupun IP 0 menjadi IP 100 atau IP 200 pada sawah irigasi,
tadah hujan, lahan kering maupun lahan lebak serta pasang surut;
b. penanaman tanaman sela/intercropping di lahan perkebunan, kehutanan
maupun hortikultura. Tanaman sela dapat diusahakan 3-5 tahun atau lebih,
sepanjang tajuk tanaman pokok belum menaungi. Sedangkan pada tanaman
pokok sejenis kelapa rakyat, tanaman sela dapat dilakukan sepanjang tahun.
Untuk lahan transmigrasi, tanaman pangan dapat diusahakan pada lahan
pekarangan, lahan usaha utama maupun lahan usaha ke dua baik secara
monokultur maupun tumpang sari.
Cetak Sawah Baru
Cetak sawah baru, dilakukan melalui pembukaan lahan pada berbagai
tipologi lahan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam cetak sawah baru
adalah: (1) ada inisiatif dari petani/pemuka masyarakat, (2) melakukan
survai, investigasi dan desain, (3) status kepemilikan lahan jelas, (4)
menghindari vegetasi hutan berat/hutan lindung, (5) pengairan/ketersediaan
air terjamin, dan (6) mendapat dukungan penuh dari pemerintah setempat.
32
Dalam rangka pencapaian sasaran produksi komoditas serealia sebagai bagian
dari kedaulatan pangan nasional, maka disusun langkah operasional peningkatan
produksi padi dan jagung. Target swasembada dari komoditas serealia tersebut
menjadi penting dalam rangka pemenuhan kebutuhan nasional dengan
mengedepankan produksi dalam negeri dan kemandirian didalam menentukan
kebijakan nasional di bidang pangan.
Dalam Permentan No. 48/Permentan/ OT.140/10/2006 tentang Budidaya
Tanaman Pangan yang Baik dan Benar, Budidaya Tanaman Pangan yang Baik
dan Benar atau Good Agriculture Practices (GAP). Tujuan GAP adalah (1)
Meningkatkan mutu hasil tanaman pangan termasuk keamanan konsumsi
tanaman pangan; (2) Meningkatkan efisiensi produksi dan daya saing tanaman
pangan; (3) Memperbaiki efisiensi penggunaan sumber daya alam; (4)
Mempertahankan kesuburan lahan, kelestarian lingkungan dan sistem produksi
yang berkelanjutan; (5) Mendorong petani dan kelompok tani untuk memiliki sikap
mental yang bertanggung jawab terhadap produk yang dihasilkan, kesehatan dan
keamanan diri dan lingkungan; (6) Meningkatkan peluang dan daya saing
penerimaan oleh pasar internasional maupun domestik; (7) Memberi jaminan
keamanan terhadap konsumen.
Langkah operasional peningkatan produksi komoditas serealia terbagi dua yaitu
peningkatan luas tanam dan peningkatan produktivitas.
a. Peningkatan luas penanaman, melalui:
• Pencetakan lahan baku sawah baru dan pemanfaatannya/Optimasi
lahan;
• Pemanfaatan lahan kering dan lahan terlantar;
• Peningkatan indeks pertanaman (IP);
• Penerapan pola tumpangsari.
b. Peningkatan produktivitas, melalui:
• Penerapan pengelolaan tanaman terpadu padi dan jagung;
• Penyediaan benih unggul padi dan jagung
33
• Subsidi dan penyediaan pupuk
• Bantuan pengolahan pupuk
• Pemberdayaan penangkar menuju kemandirian benih
• Bantuan alat dan mesin
• Pengembangan jaringan
• Dukungan peralatan pasca panen
• Penerapan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim
• Penerapan pengendalian hama dan penyakit
• Pemanfaatan kalender tanam
34
IV. PROGRAM DAN KEGIATAN DIREKTORAT SEREALIA
4.1. Program dan Kegiatan
Program Direktorat Jenderal Tanaman Pangan yaitu Program Peningkatan
Produksi, Produktivitas, dan Mutu Hasil Tanaman Pangan.
Upaya peningkatan produktivitas dan produksi tanaman serealia (padi, jagung,
gandum, sorgum dan komoditas alternatif lainnya) dilakukan dengan upaya
mendorong peningkatan produktivitas maupun perluasan areal tanam
(peningkatan indeks pertanaman) Indikator yang hendak dicapai adalah: (1) Luas
pengembangan padi dan jagung yang meningkat produksi dan produktivitasnya,
pengembangan, pembinaan dan pengawalan. Kegiatan tersebut dilakukan
melalui penggunaan benih varietas unggul bersertifikat, peningkatan populasi
tanaman, penerapan teknologi yang memicu peningkatan produksi seperti
teknologi pengaturan jarak tanam, pemupukan berimbang dan organik, perbaikan
tataguna air/system pengairan, serta pemeliharaan yang lebih intensif.
Seluruh kegiatan utama di atas dikemas ke dalam suatu bentuk pendekatan
Pengelolaan Tanaman dan sumberdaya Terpadu (PTT). Pengelolaan Tanaman
Terpadu adalah suatu pendekatan dalam budidaya tanaman yang menekankan
pada pengelolaan tanaman, lahan, air dan organisme pengganggu tumbuhan
secara terpaduyang bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan
produktivitas tanaman secara berkelanjutan dan efisiensi produksi dengan
memperhatikan sumber daya, dan kemampuan yang ada. PTT menekankan
pada prinsip partisipatori yang menempatkan pengalaman, keinginan, dan
kemampuan petani dalam menerapkan suatu teknologi.Adapun komponen
teknologi dalam PTT tersebut adalah terkait dengan :
a. Benih varietas unggul bermutu dan bersertifikat.
b. Pengelolaan tanah secara sempurna sesuai dengan kondisi tanah.
c. Penanaman dengan teknologi Jarwo (jajar legowo) tepat waktu serta cara
tanam dengan tepat.
d. Pengaturan tata air dengan baik.
e. Penggunaan pupuk secara berimbang.
35
f. Pengendalian OPT dengan Pengendalian Hama Terpadu (PHT).
g. Penanganan panen dan pascapanen dengan baik.
Operasional peningkatan produktivitas dan produksi komoditi padi maupun
dilapangan, selain dilakukan melalui pelaksanaan Gerakan Pengembangan
Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu, maka untuk
mempertahankan pencapaian sasaran produksi, pembinaan melalui gerakan
peningkatan produksi dan produktivitas juga dilakukan pada areal-areal di luar
areal program PTT padi dan jagung. Areal peningkatan produksi difokuskan pada
areal yang produktivitasnya masih lebih rendah dari rata-rata produktivitas
nasional. Dengan Gerakan Pengembangan PTT diharapkan terbina kawasan-
kawasan andalan untuk pengembangan padi dan jagung, yang berfungsi sebagai
pusat belajar pengambilan keputusan para petani/kelompok tani, sekaligus
sebagai tempat tukar menukar informasi dan pengalaman lapangan, pembinaan
manajemen kelompok, sertasebagai percontohan bagi kawasan lainnya.
Untuk menjamin keberhasilan penerapan di lapangan perlu dilakukan
pengawalan dan pendampingan secara intensif oleh Penyuluh Pertanian,
Peneliti, POPT,PBT dan Mantri Tani. Penguatan kelembagaan ditumbuh
kembangkan berdasarkan semangat untuk memajukan usaha dan
mensejahterakan masyarakat di perdesaan, baik untuk kegiatan produktif
maupun konsumtif. Materi yang dibahas pertemuan kelompopk terkait penguatan
kelembangaan kelompok sehingga mengarah ke perkembangan manajemen
usaha tani yang baru antara lain: 1) pemakaian benih/bibit unggul bermutu, 2)
pemupukan berimbang, 3) pengendalian hama terpadu, 4) penerapan teknologi
alsin, 5) pengairan, dan 6) hal-hal lain yang berkaitan dengan peningkatan
produktivitas.
4.2. Dukungan Pendanaan
Dukungan pembiayaan berasal dari berbagai sumber seperti APBN, APBD,
pinjaman/hibah luar negeri, swasta, kredit (perbankan, koperasi), swadaya
petani/kelompok tani, serta pembiayaan lainnya. Dukungan dana dari berbagai
36
sumber tersebut, diperlukan guna memperluas cakupan kegiatan-kegiatan dalam
program yang telah ditetapkan.
Sumber anggaran yang tersedia dari APBN tidak hanya mengandalkan dari dana
yang disediakan oleh Eselon I lingkup Kementerian Pertanian saja, tetapi harus
menggali dan disinkronkan dengan sumber pendanaan APBN dari Kementerian
dan lembaga lain seperti Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Tenaga
Kerja danTransmigrasi, Kementerian Kehutanan, Kementerian Koperasi Usaha
Kecil danMenengah, Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan dan
Lembaga terkaitlainnya.
Pemanfaatan anggaran yang berasal dari APBD provinsi maupun kabupaten/kota
juga tidak hanya mengandalkan anggaran yang dialokasikan untuk sektor
pertanian (sub sektor tanaman pangan) saja, tetapi harus menggali dan
disinergikan dengan sumber pembiayaan dari instansi dan lembaga terkait lain
yang ada di daerah.Terlebih lagi pada era otonomi daerah saat ini. Sumber-
sumber pembiayaan pembangunan sebagian besar telah dialokasikan ke daerah
baik melalui Dana AlokasiUmum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), Dana
Perimbangan maupun Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Sumber pendanaan lain yang perlu digali dan disinergikan dalam mendukung
program pembangunan adalah dana yang berasal dari swasta dan lembaga
keuangan/perkreditan termasuk swadaya petani. Sumber pendanaan ini memiliki
potensi yang sangat besar untuk mendukung pelaksanaan pembangunan. Oleh
sebab itu Pemda harus mampu menggali dan memanfaakan sumber dana
tersebut untuk mendukung pelaksanaan pembangunan seoptimal mungkin.
Sumber pendanaan yang tersedia pada lembaga keuangan/perkreditan seperti
KKP, KUK, KIK, kredit koperasi, micro finance, dan skimkredit lainnya dapat
memfasilitasi agar para petani/kelompok tani dapat dengan mudah mengakses
dan memanfaatkan sumber pendanaan tersebut. Disamping itu, sumber
pendanaan pembangunan lainnya yang cukup potensial adalah yang berasal dari
swasta dalam bentuk kerjasama kemitraan atau sistem avalis.
37
Pendanaan swasta baik yang bersumber dari kredit usaha komersial perbankan,
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing
(PMA) seyogyanya dapat ditingkatkan melalui promosi investasi oleh instansi
pertanian di pusat, provinsidan atau kabupaten/kota.Promosi tersebut didasarkan
pada potensi dan prospek pembangunan pertanian di daerah. Kredit usaha
komersial perbankan sepenuhnya tergantung pada kelayakan kredit setiap unit
usaha. Prinsip yang harus dianut dalam pendanaan swasta adalah public private
partnership, yaitu kerjasama usaha yang saling memperkuat, saling
membesarkan dansaling menguntungkan antara industri besar dengan petani
dalam membentuk manajemen rantai pasokan (supply chain management).
Sumber pendanaan lain yang dapat dimanfaatkan untuk pembangunan pertanian
adalah yang bersumber dari CoorporateSocial Responsibility (CSR), yaitu bagian
dari keuntungan usaha
swasta dan BUMN/BUMD.
Peran yang lebih besar dalam pembangunan pertanian seyogyanya menjadi
kewenangan pemerintah daerah provinsi/kabupaten/kotamelalui APBD
Provinsi/Kabupaten/Kota (termasuk di dalamnya Dana Alokasi Khusus) yang
diperuntukkan bagi: (1) penyediaan infrastruktur dasar dan infrastruktur pertanian
yang tidak diminati swasta dan tidak mampu dibangun dan dipelihara oleh
masyarakat petani; (2)pengembangan kapasitas kelembagaan pelayanan dasar
di bidang pertanian yang meliputi pelayanan pengembangan sumberdaya
manusia, teknologi, permodalan, pasar dan informasi pasar; dan (3)mengatasi
hambatan dalam pemasaran produk pertanian.Penyediaan infrastruktur dasar
dan infrastruktur pertanian dari hulu sampai hilir meliputi: jaringan irigasi,
embungembung,sumur dalam (artesis), jaringan jalan produksi dan jalan
pemasaran ke industri pengolahan, pusat perbibitan masyarakat, laboratorium
serifikasi benih/bibit, peralatan pengolah tanah serta gudang/silo.
38
V. MANAJEMEN BERBASIS KINERJA
5.1. Perencanaan
Dalam manajemen pelaksanaanprogram dan kegiatan pada Direktorat Budidaya
Serealia, maka proses perencanaan yang dilakukan melalui tahap-tahap sebagai
berikut: (1) Identifikasi permasalahan, (2) perumusan alternatif kebijakan, (3)
pengkajian alternatif, (4) penentuan alternatif dan rencana, (5) pengendalian
pelaksanaan program dan kegiatan, dan (6) penilaian hasil pelaksanaan program
dan kegiatan.
5.2. Pengorganisasian
Untuk pembangunan komoditas serealia, Direktorat Serealia mendukung Dirjen
Tanaman Pangan. Dalam Pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran
dilakukan oleh satuan kerja, berupa :Satuan Kerja Pusat yaitu satuan kerja yang
kewenangan dan tanggung jawabnya melakukan kegiatan pengelolaan anggaran
dalam rangka pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) adalah satuan kerja di
provinsi yang melaksanakan tugas dekonsentrasi dan satuan kerja di
provinsi/kabupaten/kota yang melaksanakan tugas pembantuan.
Tugas Pemerintah Pusat adalah memfasilitasi, menyusun pedoman, standar,
criteria dan prosedur penyelenggaraan pengembangan komoditas serealia, serta
melakukan kegiatan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan.
Sedangkan tugas Pemerintah Daerah di provinsi adalah melakukan pembinaan,
pengawasan dan penyusunan petunjuk pelaksanaan (Juklak) serta
mengkoordinasi kegiatan pengembangan serealia antar kabupaten/kota
diwilayahnya. Sementara Kabupaten/Kota tugasnya adalah menyusun Petunjuk
Teknis(Juknis) dan menyelenggarakan pengembangan komoditas serealia di
wilayah kerjanya.
Guna mendukung pelaksanaan kegiatan utama pengembangan komoditas
serealia baik untuk tingkatpusat, provinsi, dan kabupaten/kota, maka
Kewenangan pemerintah pusat adalah menetapkan kebijakan, menyusun
39
perencanaan nasional, sebagai sumber penyediaan data dan informasi, norma,
kriteria, strategi, standar teknis, kajian serta pengembangan model. Peran
pemerintah pusat juga melakukan koordinasi lintas sektor dan lintas sub sektor di
tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/kota, serta melakukan monotoring evaluasi
pelaksanaan program dan kegiatan.Pemerintah provinsi mempunyai
kewenangan menetapkan kebijakan yangdilaksanakan, menyusun
perencananan dan petunjuk pelaksanaan serta melakukan koordinasi lintas
sektor, lintas sub sektor dan lintas wilayah tingkat provinsi serta melakukan
monitoring evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan.Kewenangan dari
pemerintah kabupaten/kota adalah menyusun perencanaan, petunjuk teknis
pelaksanaan, menyediakan fasilitas penunjang, melakukan koordinasi dan
pelaksanaan di tingkat kabupaten/kota, serta melakukan monitoring evalusi
pelaksanaan program dan kegiatan.
Peran serta masyarakat, petani, kelompok tani, maupun dunia usaha
pengembangan komoditi serealian sangat penting untuk keberhasilan
pengembangan komoditi serealia.
Dalam melaksanakan kegiatan guna pengembangan komoditas serealia,
Direktorat serealia peran serta masyarakat, petani/kelompok tani maupun dunia
usaha menjadi sangat penting, selain itu memerlukan pula dukungan dan
kerjasama dari instansi di lingkup Kementerian Pertanian maupun di luar
Kementerian Pertanian.
Dukungan dari lingkup kementerian pertanian seperti Direktorat Jenderal
Prasarana dan Sarana Pertanian berupa Perbaikan dan penyediaan infrastruktur
pertanian (pengelolaan jaringan irigasi dan jalan produksi), Perluasan dan
pengelolaan lahan pengembangan komoditi serealia, Pembiayaan pertanian
agribisnis, pupuk, pestisida, serta alat mesin pertanian panen dan pascapanen.
Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian berupa dukungan subsidi bunga
modal investasi, penjaminan kredit pertanian, koordinasi dan
penyiapankebijakan, rencana dan program pembangunan pertanian, koordinasi
dan penyusunan anggaran pembangunan pertanian, pelaksanaan reformasi
birokrasi, pelaksanaan penyusunan regulasi, bantuan hukum, informasi publik.
40
Direktorat Perbeniihan Ditjen Tanaman Pangan berupa penguatan kelembagaan
perbenihan komoditas tanaman pangan, penyediaan varietas unggul bermutu,
pengembangan teknologi tepat guna dibidang budidaya, perbenihan. Pusat Data
dan Sistem Informasi Pertanian berupa dukungan penyediaan sistem informasi
pertanian, dan penyediaan data informasi pertanian serta data dukung lainnya
yang diperlukan. Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Pertanian berupa dukungan pengembangan sumber daya manusia melalui
pelatihan, magang kepada pemandu lapang, kontak tani atau petani komoditas
serealia dan dukungan eselon I dan II lingkup Kementerian Pertanian lainnya.
Selain dukungan yang berasal dari lingkup Kementerian Pertanian,
pengembangan komoditi serealian juga memerlukan dukungan dari luar
Kementerian Pertanian. Seperti Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
dan Kementerian Keuangan terkait perumusan kebijakan makro yang berpihak
pada sub sektor tanaman pangan khususnya, seperti subsidi benih, bunga kredit,
penjaminan, perpajakan, investasi serta kebijakan lain yang berpihak kepada
petani. Kementerian Dalam Negeri terkait mengkoordinasikan program yang
didanai dari Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan dengan program yang
didanai APBN. Kementerian Pekerjaan Umum terkait pengawasan penetapan
Rencana Tata Ruang dan Wilayah dan tata guna lahan pertanian,
pengembangan dan rehabilitasi infrastruktur jaringan jalan, waduk, embung,
jaringan irigasi primer dan sekunder serta infrastruktur sumberdaya air.
Kementerian Perdagangan terkait kebijakan penetapan aturan non tariff
komoditas pertanian impor, pengawasan terhadap penerapan izindistribusi dan
peredaran/ penggunaan pupuk an-organik, pestisida dan alat mesin pertanian,
menjamin efisiensi distribusi pangan dan sarana produksi, penataan kerjasama
pemasaran internasional di Negara tujuan ekspor, mengantisipasi gejolak harga
pangan menjelang panen raya, musim kemarau dan hari-hari besar, Pengawasan
terhadap perdagangan illegal, Penyebaran informasi perkembangan hargaharian
komoditas sub-sektor tanaman pangan, pemasaran serta pengawasan distribusi
pupuk dan pestisida. Badan Meteorologi, Klimatologi danGeofisika (BMKG)
terkait Kebijakan untuk menata jaringan dan melayani penyediaan informasi
prakiraan perubahan dan anomali iklim serta bencana alam yang berpotensi
41
mengancam produksi komoditas serealia. Perum BULOG terkait kebijakan
penyerapan hasil panen petani (terutama gabah di saat panen raya) secara
maksimal, menyiapkan cadangan pangan yang cukup, stabilisasi harga pangan
pada tingkatan harga yang wajar bagi petani produsen dan masyarakat
konsumen, memberdayakan usaha kelompok tani yang mampu bekerja sama
langsung dalam pemasaran produk pertanian yang dihasilkannya. Serta
dukungan dari kementerian lainnya, termasuk perguruan tinggi.
5.3. Monitoring, Evaluasi, Pengawasan, dan Pengendalian
Dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan komoditas serealia, Direktorat
Serealia akan menyusun standar dan prosedur monitoring, evaluasi,
pengawasan, dan pengendalian. Monitoring, evaluasi, pengawasan dan
pengendalian wajib dilakukan oleh pemerintah Pusat dalam hal ini DIrektorat
Serealia, maupun oleh Provinsi dan Kabupaten/Kota.
Monitoring ditujukan untuk memantau proses pelaksanaan dan kemajuan yang
telah dicapai dari setiap kegiatan. Kegiatan monitoring dilakukan secara berkala
dan berjenjang sesuai dengan tahapan kegiatan. Monitoring bisa dilakukan
sebelum kegiatan di mulai (ex-ante), saat dilakukan kegiatan (on-going), dan
setelah dilakukan kegiatan (ex-post). Ketaatan, kelengkapan, dan kelancaran
pelaporan akan dijadikan pertimbangan pengalokasian anggaran pada tahun
berikutnya.
Evaluasi pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran dilakukan dengan
pendekatan indikator kinerja menggunakan alat ukur kerangka kerja logis
(masukan, keluaran, hasil, manfaat dan dampak). Indikator kinerja ini digunakan
untuk meyakinkan apakah kinerja organisasi menunjukkan kemajuan dalam
rangka mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
Pada sistem penganggaran berbasis kinerja, kegiatan pengawasan fungsional
pembangunan pertanian masih tetap dilaksanakan oleh Inspektorat Jenderal
Kementerian Pertanian.Sedangkan pengawasan melekat dilakukan Pejabat di
lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Pengawasan ini dapat dilakukan
42
setiap saat selama proses manajemen berlangsung. Pengawasan fungsional
terhadap program, kegiatan dan anggaran pembangunan tanaman pangan juga
dilakukan secara eksternal oleh aparatur pengawasan seperti BPK, BPKP dan
Bawasda.Pengawasan yang dilakukan berupa pemeriksaan, pengujian,
pengusutan dan penilaian terhadap pengelolaan program, kegiatan dan
anggaran yang telah dialokasikan.
43
VI. PENUTUP
Peningkatan produksi komoditas serealia pada periode lima tahun ke depan
(2015 -2019), harus didukung dengan seluruh instansi lain baik dalam lingkup
pertanian ataupun di luar pertanian, stakeholder serta masyarakat petani secara
keseluruhan. Upaya yang dilakukan adalah dengan mebuat/menetapkan suatu
kebijakan yang mengakomodir seluruh masyarakat pertanian untuk dapat
bersama-sama mendukung tercapainya swasembada padi dan jagung
Rencana strategis budidaya serealia diharapkan dapat menjadi acuan untuk
seluruh pemangku kepentingan dalam melaksanakan, mengkoordinasikan dan
mensinergikan serta mengimplementasikan kegiatan secara tepat dan cepat
untuk terwujudnya tujuan yang ditetapkan
Keberhasilan seluruh kegiatan Budidaya Serealia untuk meningkatkan
produktivitas perlu adanya keselarasan dari stakeholder dalam pelaksanaan
kegiatan, maka dari itu diperlukan perencanaan yang strategis untuk dapat
diimplementasikan pada setiap lini/level kepentingan.