keputusan menteri negara riset dan teknologi … · penelitian, pengembangan dan rekayasa...
TRANSCRIPT
MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGIREPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI
REPUBLIK INDONESIANOMOR 108/M/Kp/VIII/2006
TENTANGRENCANA STRATEGIS
KEMENTERIAN NEGARA RISET DAN TEKNOOLOGITAHUN 2005-2009
MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa pembangunan Iptek merupakan proses yang berkelanjutan, dan dalam pelaksanaannya bersifat lintas instansi/lembaga melalui koordinasi Kementerian Negara Riset dan Teknologi;
b. bahwa guna memberikan arah dan sasaran yang jelas serta sebagai pedoman dan tolok ukur kinerja dalam pelaksanaan pembangunan Iptek yang berkelanjutan tersebut, dipandang perlu menyusun Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Negara Riset dan Teknologi 2005-2009;
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 84; Tambahan Lembaran Negara Nomor 4219);
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104; Tambahan Lembaran Negara Nomor 4421);
3. Peraturan pemerintah nomor 7 Tahun 2005 tentang Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004-2009;
4. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Menteri Negara Republik Indonesia, sebagaimana
DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS
telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden RI Nomor 62 tahun 2005;
5. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M Tahun 2004 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu;
6. Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP);
7. Peraturan Menteri Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia Nomor 02/M/PER/III/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Riset dan Teknologi;
M E M U T U S K A N :
Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI TENTANG RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI 2005-2009.
PERTAMA : Rencana Strategis Kementerian Negara Riset dan Teknologi Tahun 2005-2009 yang selanjutnya disebur RENSTRA KEMENTERIAN NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI 2005-2009 sebagaimana terdapat dalam lampiran ini dan merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dalam keputusan ini.
KEDUA : Renstra Kementerian Negara Riset dan Teknologi 2005-2009 merupakan panduan dalam melaksanakan penyusunan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan, program dan kegiatan Kementerian Negara Riset dan Teknologi.
KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : JakartaPada tanggal : 08 Agustus 2006MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGIREPUBLIK INDONESIA,
KUSMAYANTO KADIMAN
RENCANA STRATEGISRENCANA STRATEGIS
(RENSTRA)(RENSTRA)
KEMENTERIAN KEMENTERIAN NEGARA RISET DAN TEKNOLOGINEGARA RISET DAN TEKNOLOGI
2005 - 20092005 - 2009
Jakarta 2006
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan sejarah kemanusiaan membuktikan bahwa dari sejak dahulu
kala hanya bangsa-bangsa yang dapat menguasai dan memberdayakan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) lah yang dapat mempertahankan harkat
hidup dan harga diri kebangsaan dan kenegaraannya. Penguasaan dan
pemberdayaan Riset Iptek mensyaratkan pandangan yang jauh ke depan.
Riset Iptek hanya akan dapat dikuasai dan diberdayakan jika aspek-aspek
persyaratan sustainabilitas rantai-aktifitas dan kondusifitas lingkungan
pertumbuhannya mendukung.
Aktifitas Riset Iptek sangat rentan pada jebakan yang dapat memutus seluruh
kegiatan jika aktifitas penguasaan tidak menciptakan keterhubungan dengan
aktifitas pemberdayaan. Dan, pada gilirannya menumbuhkan kesan
pemborosan sumberdaya. Transformasi penguasaan Riset Iptek perlu
diupayakan agar dapat mencapai nilai ambang batas yang dapat memicu dan
memacu tumbuhnya kemandirian dalam upaya menciptakan pembaharuan
sumber-sumberdaya Riset Iptek secara keseluruhan. Untuk mencapai tingkat
itu memang dibutuhkan peningkatan kapasitas dan kapabailitas yang dapat
“membuktikan” bahwa aktifitas penguasaan dan pemberdayaan Riset Iptek
akan memberikan sumbangsih bagi kehidupan bangsa.
Pada ranah ini diperlukan penyadaran pada seluruh elemen bahwa eksistensi
dan harga diri bangsa ini hanya akan bisa dipertahankan jika Riset Iptek
sebagai elemen dasar kehidupan berbangsa di masa depan terkuasai dan
dapat diberdayakan. Untuk mencapai tingkat penyadaran pada seluruh elemen
masyarakat bangsa, maka persoalan Riset Iptek perlu digeser menjadi
DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS
persoalan politik bangsa. Dalam konteks ini, Soekarno sebagai Presiden
pertama menyebutnya sebagai Politik Teknologi.
Perkembangan di masa mendatang akan semakin membuktikan bahwa Riset
Iptek akan merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam derap
pembangunan bangsa Indonesia. Beberapa faktor yang dapat disebut sebagai
kendala dalam mewujudkan hal tersebut antara lain: rendahnya perhatian
pemerintah terhadap Riset Iptek dalam kurun empat tahun terakhir ini, tidak
adanya mekanisme intermediasi Riset Iptek, kerangka konsep pembangunan
jangka panjang baik sebagai visi maupun kebijakan strategis, dan lemahnya
tingkat sinergi berbagai kelembagaan Riset Iptek, sedikitnya produk legislasi
dalam kaitannya dengan Riset Iptek.
Di dalam berbagai pertemuan internasional maupun pada tingkat regional
sangat diakui bahwa peran pemerintah menjadi sangat penting dalam
mendorong Iptek menjadi pilar pembangunan nasional. Peran “key driver” di
dalam mempertahankan dan memfasilitasi keterhubungan antara riset dan
inovasi tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk: insentif (fiskal maupun
penelitian), pendorong “purchasing power” bagi produk-produk riset di dalam
negeri, pemberi “seed funding” dan fasilitator proses “spinning-off”.
Oleh karenanya, penting peran Iptek dalam penumbuhan keunggulan
kompetitif, ditujukan pada, paling tidak ada tiga hal: (1) penumbuhan aset dan
kapabilitas masyarakat agar secara kolektif dapat menjadi sumber keunggulan
negara bangsa (resource advantage), (2) penguatan rantai pertambahan nilai
produksi agar citra dan pangsa pasar produk dalam negeri meningkat ditopang
oleh hasil penelitian anak bangsa yang mampu berdaya saing di pasar global
(positional advantage) dan dapat meningkatkan pendapatan negara, (3) upaya
untuk mengatasi berbagai bentuk persaingan yang melemahkan posisi tawar
bangsa, sehingga secara berkelanjutan memperbaharui sumber-sumber
keunggulan bangsa (regenerating advantage).
1.2. Landasan
Beberapa referensi yang melandasi kebijakan pembangunan di bidang Iptek
secara ringkas mengamanatkan beberapa hal sebagai berikut :
UUD 1945 Pasal 31 Ayat 5
Iptek merupakan salah satu amanah yang tertuang di dalam Undang-undang
Dasar Republik Indonesia (UUD 1945) Amandemen 4 pada pasal 31 ayat 5
menyatakan “Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan
peradaban serta kesejahteraan umat manusia”
UU No. 18/2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan
dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Sinas P3 IPTEK)
Agar usaha-usaha pengembangan Iptek lebih efektif, berorientasi pada
kepentingan masyarakat, menghasilkan kemanfaatan yang nyata, serta tidak
hanya terpusat di daerah-daerah tertentu, maka telah di sahkan Undang-
undang tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Sisnas P3 IPTEK). Tujuan undang-undang
ini adalah membentuk kerangka hukum yang diperlukan untuk menanamkan
pemahaman kepada seluruh lapisan masyarakat bahwa perkembangan
kemampuan Iptek hanya dapat terjadi secara berkelanjutan apabila semua
elemen sistem nasional Iptek dapat tumbuh dengan baik dan berinteraksi
membentuk jaringan yang memungkinkan terjadi pendayagunaan sumber
daya Iptek secara lebih efisien dan efektif. Oleh karena itu perkembangan
kemampuan Iptek tidak dapat hanya dibebankan kepada para pelaku
pendidikan dan pelaku Litbang, namun juga merupakan tanggung jawab
Berdasarkan tujuan tersebut, maka sasaran yang ingin dicapai melalui undang-
undang No. 18/2002 adalah :
Membentuk kerangka hukum bagi perkembangan tatanan kelembagaan
yang diperlukan untuk memperkuat kemampuan Iptek.
Membangun kesadaran tentang pentingnya peran serta masyarakat,
khususnya dunia usaha, dalam memperkuat sistem nasional Iptek,
sehingga akan terbentuk kemampuan yang berakar dikalangan masyarakat
dan dapat secara nyata mendorong peningkatan kesejahteraan rakyat dan
peradaban bangsa, serta memperkuat posisi negara kita dalam
perkembangan global.
Meletakkan rambu-rambu tentang hak dan kewajiban yang dapat
menjamin perimbangan antara perlunya perlindungan kepentingan
perorangan dan badan usaha dalam melakukan upaya di bidang Iptek,
dengan perlunya jaminan bahwa kepentingan perorangan dan badan usaha
tersebut harus merupakan bagian dari kepentingan masyarakat luas.
Memberikan landasan hukum bagi pemerintah untuk membentuk
lingkungan yang kompetitif, memacu perkembangan dan sinergi elemen-
elemen sistem nasional Iptek, serta mengatasi berbagai bentuk hambatan
dan kesenjangan yang tidak dapat diatasi secara sendiri-sendiri oleh setiap
elemennya.
Untuk segera mengefektifkan UU No. 18/2002 tersebut saat ini sedang
dipersiapkan 4 (empat) Peraturan Pemerintah yang akan memberikan dasar-
dasar operasionalisasi kegiatan Iptek yaitu :
1. Penggunaan Pendapatan Perguruan Tinggi, Lembaga Litbang dari Hasil Alih
Teknologi dan Jasa Pelayanan Iptek;
2. Perizinan bagi Perguruan Tinggi Asing, Lembaga Litbang Asing, dan Orang
Asing dalam melakukan Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Iptek di
Indonesia;
3. Perizinan untuk Kegiatan Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Iptek
yang Berisiko Tinggi;
4. Alokasi Pendapatan Badan Usaha untuk Peningkatan Kemampuan dan
Kinerja Produksi serta Kemitraan dengan Lembaga Litbang.
Arah kebijakan Peningkatan kemampuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
difokuskan pada enam bidang prioritas yaitu : (i) pembangunan ketahanan
pangan, (ii) penciptaan dan pemanfaatan sumber energi baru dan terbarukan,
(iii) pengembangan teknologi dan manajemen transportasi, (iv)
pengembangan teknologi informasi dan komunikasi, (v) pengembangan
teknologi pertahanan, dan (vi) pengembangan teknologi kesehatan dan obat-
obatan; yang dijabarkan ke dalam program-porgram pembangunan sebagai
berikut :
1. Program Penelitian dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
2. Program Difusi dan Pemanfaatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
3. Program Penguatan Kelembagaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
4. Program Peningkatan Kapasitas Ilmu Pengetahun dan Teknologi Sistem
Produksi
Inpres No.4 tahun 2003 Kebijaksanaan Strategis Pembangunan
Nasional IPTEK
Kebijakan Strategis Pembangunan Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(Jakstranas Iptek), berfungsi sebagai pedoman nasional dalam implementasi
program riset dan perakitan teknologi di semua sektor. Jakstranas Iptek
diformulasikan guna memfasilitasi pencapaian pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan melalui pemanfaatan dan pendayagunaan Iptek dalam pola
kemitraan antara pemerintah sebagai fasilitator dan masyarakat sebagai
pengguna Iptek, untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera.
Jakstranas Iptek menggariskan bahwa Tujuan Strategis Pembangunan Iptek
ditujukan sebagai landasan untuk menjamin efektivitas dan efisiensi program,
seperti dibawah ini :
1. Pemberdayaan Ekonomi Nasional Yang Berkelanjutan: Memperkuat dan
meningkatkan keefektifan dukungan iptek untuk mendukung upaya
mengatasi dampak krisis serta memanfaatkan peluang yang terbuka untuk
memulihkan kegiatan ekonomi nasional; serta meningkatkan insentif bagi
industri, dunia usaha dan masyarakat di pusat dan daerah untuk
memperkuat sistem produksi nasional secara konsisten dan berkelanjutan.
2. Pemantapan Tatanan Sosial Politik : mengkaji kelemahan struktural dan
kelembagaan yang perlu dalam rangka mengurangi dampak kesenjangan
sosial politik serta mendukung upaya kesetaraan jender dalam suasana
harmonis untuk memperkokoh landasan pemberdayaan masyarakat secara
berkelanjutan.
3. Reposisi Kelembagaan Iptek : Memfungsikan lembaga iptek agar dapat
memiliki posisi strategis dalam pembangunan nasional.
4. Pembentukan Kemandirian dan Keunggulan: Meningkatkan daya serap
kemajuan iptek dan menumbuh-kembangkan kemampuan inovasi sebagai
landasan pembentukan kemandirian dan keunggulan iptek yang
menjunjung tinggi hukum dan menghormati hak atas kekayaan intelektual.
5. Penyelarasan dengan Perkembangan Global: Menyediakan dukungan iptek
untuk meningkatkan kompatibilitas pembangunan nasional dengan
perkembangan global.
1.3. Tujuan Renstra
Menjadi panduan dan arah kegiatan bagi segenap unit organisasi di
lingkungan Kementerian Negara Riset dan Teknologi dalam menyusun dan
melaksanakan program-program secara terpadu dan komprehensif dalam
rangka peningkatan peran Kemenneg. Ristek di masa yang akan datang.
Sebagai instrumen dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi dalam rangka
pengukuran kinerja Kementerian Negra Riset dan Teknologi baik dalam bentuk
laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (LAKIP) maupun peningkatan
pengawasan internal.
1.4. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penulisan Renstra mencakup latar belakang, landasan (referensi
dasar kebijakan Iptek), analisis faktor internal dan eksternal, tantangan dan
peluang, tupoksi, visi, misi, nilai-nilai, tujuan, sasaran, kebijakan, program dan
kegiatan.
BAB II
ANALISIS LINGKUNGAN DAN FAKTOR KUNCI KEBERHASILAN
2.1. Perkembangan Lingkungan Strategis
Adanya tuntutan perubahan yakni bergesernya peran pemerintah dari pelaku
utama menjadi fasilitator dalam pembangunan di bidang Iptek. Hal itu berarti,
peran pemerintah lebih diarahkan untuk menumbuhkan kesadaran dan
pemahaman, serta menekankan pada upaya-upaya yang dapat menciptakan
iklim yang kondusif bagi berkembangnya kegiatan inovasi dan difusi teknologi,
terutama untuk dunia usaha, dengan memperbesar masukan, mengayomi
penjalinan kemitraan, memodali pencetusan pengetahuan baru, memperlancar
arus informasi, menyediakan kemudahan dan apabila diperlukan akan menata
rambu-rambu. Sekalipun hal ini merupakan aspirasi yang sudah lama
dicetuskan dari pihak pemerintah namun dorongan perubahan kali ini adalah
akibat dari meningkatnya tuntutan terhadap transparansi pemerintahan serta
semakin terbatasnya anggaran pemerintah untuk pembiayaan di bidang Iptek.
Konsekuensi dari tuntutan ini adalah perlunya pendekatan kebijakan baru,
yang lebih banyak menerapkan skema-skema insentif yang dapat
memperbesar masukan, mengayomi penjalinan kemitraan, memodali
pencetusan pengetahuan baru dan memperlancar arus informasi, serta
menyediakan kemudahan, di samping instrumen anggaran untuk membiayai
penelitian, pengembangan dan rekayasa (Litbangyasa) di lembaga-lembaga
penelitian dan pengembangan (Litbang).
Semangat Reformasi
Semangat reformasi dapat dijadikan momentum yang tepat untuk
mengadakan perubahan mendasar di segala bidang, termasuk dalam upaya
pemanfaatan, pengembangan dan penguasaan Iptek.
Penerapan Otonomi Daerah
Penerapan undang-undang tentang otonomi daerah memberikan kewenangan
yang lebih besar kepada masyarakat setempat untuk mengelola potensi yang
ada di daerahnya. Hal ini tidak hanya membuka kesempatan luas bagi
pemanfaatan, pengembangan dan penguasaan Iptek, tetapi juga dapat
mendorong perkembangan kelembagaan Iptek di daerah serta menumbuhkan
jaringan Iptek yang lebih merata di seluruh wilayah nusantara.
Perkembangan Iptek
Kepesatan kemajuan iptek pada dua dasawarsa terakhir memberikan
sumbangan berharga dalam bentuk banyaknya pilihan Iptek yang bisa
didayagunakan dalam rangka mendukung penguatan ekonomi, industri dan
peningkatan kesejahteraan di Indonesia (lihat Lampiran A untuk beberapa
bidang pilihan utama di berbagai negara).
Kecenderungan global perkembangan Iptek perlu secara terus menerus
dipantau dan diantisipasi melalui teknik-teknik pengkajian, pemantauan dan
peramalan teknologi. Hal ini diperlukan agar bangsa Indonesia dapat
menyeleksi, mengadaptasi, dan memfokuskan program-program Iptek dalam
rangka penerapan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, dan
kondisi sosial budaya masyarakat.
Meningkatnya Tuntutan Konsumen
Dengan terbukanya sumber informasi modern, masyarakat Indonesia telah
dapat mengikuti perkembangan yang terjadi di luar negaranya. Sebagai
akibatnya tuntutan untuk dapat menikmati barang dan jasa yang diproduksi
dengan teknologi modern ikut pula meningkat. Disamping itu dorongan
liberalisasi sistem perdagangan telah menciptakan insentif pasar bagi
pendayagunaan kemajuan teknologi untuk memperbaiki QCD (Quality, Cost &
Delivery) kegiatan produksi dengan nilai tambah optimum.
2.2. Lingkungan Internal
a. Kekuatan :
Visi dan misi yang jelas;
Jumlah SDM, anggaran, sarana dan prasarana yang
mendukung kewenangan merumuskan kebijakan bidang riset
Iptek;
Kewenangan perumusan kebijakan bidang riset Iptek;
Kewenangan koordinasi antar Lembaga Pemerintah Non
Departemen (LPND) di lingkungan riset dan Teknologi;
Kewenangan koordinasi kebijakan pelaksanaan pengawasan;
Komitmen dan kemauan politik pimpinan.
b. Kelemahan :
Kelembagaan yang belum sepenuhnya mendukung kebijakan
di bidang riset Iptek;
Pembinaan dan pengembangan kualitas sumber daya manusia
masih terbatas;
Inkonsistensi dan dukungan dalam penerapan kebijakan;
Belum lengkapnya prosedur operasi baku (Standard
Operating Procedure);
Belum optimalnya perumusan kebijakan;
Lemahnya pelaksanaan koordinasi.
2.3. Lingkungan Eksternal
a. Peluang :
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
2004-2009;
Agenda Pembangunan Nasional Kabinet Indonesia Bersatu;
Tuntutan kebutuhan adanya sistem inovasi Iptek;
Kerjasama Kementerian Negara Riset dan Teknologi dengan
LPND di lingkungan riset dan teknologi.
Tuntutan kebijakan di bidang riset Iptek;
Dukungan kerjasama dengan berbagai pihak (lembaga
penelitian dan pengembangan (Litbang), masyarakat dan
dunia usaha) dalam negeri dan luar negeri.
b. Ancaman :
Lemahnya peraturan perundang-undangan mengenai
pengembangan, pengusaan dan penerapan Iptek;
Rendahnya kemampuan SDM Iptek;
Kebijakan yang sering berubah (tidak konsisten dan tidak
selaras).
2.4. Tantangan
Kementerian Negara Riset dan Teknologi (Kemenneg Ristek) merupakan unsur
pemerintah yang memiliki fungsi utama merumuskan kebijakan dan
mengkoordinasikan program-program pembangunan Riset, Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi (Riset Iptek). Keberhasilan Kemenneg Ristek diukur dari
kemampuannya dalam membentuk iklim dan meningkatkan program-program
yang memungkinkan setiap elemen yang terkait dengan kegiatan Riset Iptek
berkembang dan berinteraksi secara produktif untuk mempercepat
pelaksanaan pembangunan melalui produk-produk kebijakan dan aktifitas
koordinasi.
Sesuai dengan UU No. 18/2002, stakeholders Kemenneg Ristek adalah
masyarakat pelaksana dan pengguna Riset Iptek baik yang berada di
lingkungan lembaga penelitian dan pengembangan, pendidikan tinggi, dunia
usaha/industri, dan lembaga pendukung termasuk pemerintah daerah. Ke-
empat lembaga Iptek tersebut perlu diupayakan agar secara sinergis mampu
mendorong percepatan perubahan dalam masyarakat terutama dalam
kaitannya dengan penerimaan Iptek sebagai mind-set bangsa.
Dalam era globalisasi maka mekanisme pasar menjadi dasar pengaturan
berbagai aspek hubungan antar bangsa. Dalam hal ini, kemampuan inovasi
dan mendifusikan hasil-hasil Riset Iptek merupakan aset yang sangat berharga
ketimbang pemilikan sumber daya alam yang berlimpah. Perkembangan
teknologi informasi yang mendasari perkembangan global tersebut
memunculkan berbagai isu, antara lain: bentuk kerjasama antara pelaku Iptek,
pengguna Iptek dan pembuat kebijakan harus difasilitasi, ketersediaan dan
pemanfaatan teknologi informasi dalam menjaga keseimbangan antara
perlindungan kekayaan intelektual dan kebebasan dalam mengakses informasi
yang dihasilkan oleh aktifitas Riset Iptek.
Perkembangan akhir-akhir ini menunjukkan bahwa lemahnya kemampuan
Riset Iptek merupakan salah satu faktor penyebab dangkalnya struktur
kegiatan produksi dan tingginya terhadap ketergantungan impor, yang
berakibat rapuhnya perekonomian nasional. Kompleksitas persoalan semakin
rumit mengingat terbatasnya anggaran dan cepatnya laju perkembangan
Iptek. Terlebih lagi di dalam kaitannya dengan laju perkembangan Iptek yang
membutuhkan fasilitas penelitian dan pengembangan. Tantangan tersebut
meningkatkan ketergantungan dalam sistem inovasi dan memerlukan adanya
suatu arah yang jelas bagaimana Iptek dapat menunjang pertumbuhan dalam
pembangunan yang berkelanjutan.
Sementara itu pada umumnya pelaku ekonomi nasional belum terdorong
untuk melakukan investasi yang bermakna untuk mengakumulasikan
kemampuan Riset Iptek bagi pembentukan kemandirian dan keunggulan
bangsa. Sering hal itu terkait dengan ketidaktersediaan mekanisme
intermediasi baik dalam bentuk kebijakan, insentif maupun kelembagaan yang
menjembatani antara riset dan inovasi. Oleh karenanya, secara makro
orientasi kebijakan dan koordinasi yang dilakukan oleh Kemenneg Ristek perlu
mempertimbangkan unsur-unsur: teknologi, modal, informasi dan birokrasi.
Lebih jauh lagi, dapat dicatat pula keengganan pihak praktisi untuk
mengalokasikan pendanaan litbang.
Investasi pemerintah di bidang Riptek sampai saat ini pada umumnya belum
dirasakan manfaatnya secara nyata bagi pelaku ekonomi yang
mentransformasi kemampuan Riset Iptek ke dalam berbagai aplikasi yang
bermanfaat bagi kehidupan bangsa.
2.5. Peluang
Disadari bahwa pemerintah terutama di negara-negara berkembang
merupakan unsur utama dalam mendorong dan meningkatkan keterhubungan
antara penelitian dan pengembangan (Litbang) dengan inovasi untuk dunia
usaha/industri dan masyarakat. Fasilitasi pemerintah dapat berupa: peraturan,
regulasi, kebijakan, jaminan pembelian, insentif, dlsb.
Saat ini aktifitas Riptek telah mempunyai dasar konstitusional yang cukup
kokoh di dalam UUD’45 Pasal 31 Ayat 5 berkaitan dengan peran Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi. Pada tingkat perundang-undangan yang lebih
rendah telah dikeluarkan pula UU No. 18/2002 tentang Sistem Nasional
Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
Presiden melalui INPRES No. 4/2003 telah pula menginstruksikan agar Menteri
Negara Riset dan Teknologi mengkoordinasikan perumusan dan pelaksanaan
Kebijakan Strategis Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Landasan
konstitusional dan hukum seperti tersebut di atas diperlukan untuk
memperkuat langkah-langkah pembangunan di bidang Riset Iptek.
Memang, perlu disadari pula bahwa Kemenneg Ristek belum sepenuhnya
berperan selaku arsitek kebijakan Riset Iptek nasional yang manfaatnya dapat
dirasakan secara nyata oleh masyarakat luas. Perhatian Kemenneg Ristek
masih terfokus pada program-program Riset Iptek yang dibiayai oleh
pemerintah dan kurang memperhatikan instrumen insentif yang diperlukan
untuk membentuk iklim dan suasana yang kondusif bagi para pelaku Riset
Iptek. Masih lemahnya kelembagaan sistem nasional inovasi, memperlemah
determinasi aktifitas Riset Iptek ke dalam skala ekonomi.
Kelompok kerja regional seperti APEC, ASEAN dan NAM banyak sekali memberi
perhatian tentang lemahnya mekanisme intermediasi di negara-negara
anggotanya. ”Science and Technology Intermediary Mechanism (STIM)” ini
dirasakan sangat penting oleh negara-negara tersebut dengan pertimbangan :
Di dalam era globalisasi dan knowledge based economy, penyebab terjadinya
kegagalan tidak diperolehnya dukungan program-program kegiatan Iptek di
suatu negara pada umumnya terletak pada ketidakmampuan masyarakat Iptek
(policy makers dan peneliti) mengartikulasikan hasil-hasil kegiatan Iptek ke
dalam aktifitas berskala nilai ekonomi;
Aktifitas penelitian, pengembangan dan rekayasa serta komersialisasi ternyata
bukan tahap yang mudah untuk dilalui karena munculnya fenomena death
valley. Fenomena ini terjadi karena seringnya terjadi kemandekan ketika
aktifitas penelitian hanya berhenti pada laporan dan tidak berdampak pada di
sisi komersial atau pemanfaatan lanjut (sustain);
a. Di sepakati bahwa fungsi utama STIM di suatu negara:
i. Transformer – dalam konteks komersialisasi dan produktivitas;
ii.
Catalyst or enzyme – mendorong dan mempercepat proses
pengembangan;
iii. Impartial assessor or evaluator – melakukan kajian yang tidak
memihak, teliti dan adil;
iv. Productivity Enhancer – meningkatkan produktifitas agar produk
Iptek dapat dipasarkan secara efektif;
v. Market Enabler – mengembangkan platform agar terjadi
transaksi;
vi. Agar industri melakukan R&D
vii. Cluster Builder – mendorong agar tumbuh kluster yang
menggabungkan: jaringan industri, pakar, perusahaan dan
lembaga penelitian yang terkait.
Kementerian Negara Riset dan Teknologi, sesuai dengan tugas dan fungsinya,
diharapkan oleh berbagai pihak agar lebih proaktif mengambil prakarsa yang
dapat menstimulasi perkembangan dan meningkatkan efektifitas
pendayagunaan sumberdaya Riset Iptek. Berbagai prakarsa yang dilakukan
oleh Kemenneg Ristek, dalam sistem insentif seperti Insentif Penelitian Dasar,
Insentif Penelitian Terapan, Insentif Percepatan Difusi dan Pemanfaatan
Teknologi, Insentif Riset Unggulan Strategis Nasional (RUSNAS), Insentif
Peningkatan Inovasi dan Kapasitas Iptek Sistem Produksi.
Untuk itu Kemenneg Ristek perlu memiliki SDM dan Sistem Kerja yang lebih
memadai untuk menganalisis perkembangan Riset Iptek, dinamika masyarakat
serta merumuskan kebijakan Riset Iptek yang selaras dengan dinamika
masyarakat diperlukan untuk mengatasi permasalahan dan hambatan yang
ada. Sehingga kesepakatan pimpinan Kemenneg Ristek yang telah terbentuk
tentang berbagai aspek keberhasilan yang mendasar, dapat ditindaklanjuti
secara efektif.
2.6. Faktor Kunci Keberhasilan
Faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihimpun dari
kondisi internal dan eksternal Kementerian Negara Riset dan Teknologi
merupakan kondisi yang mungkin berkembang dan timbul di kemudian
hari yang akan mempengaruhi eksistensi Kementerian Negara Riset dan
Teknologi.
Dengan diketahuinya faktor yang paling berpengaruh baik positif maupun
negatif terhadap perkembangan Kementerian Negara Riset dan eknologi,
dari Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman (SWOT
Analysis) ditentukan asumsi strategis, yaitu: a) menggunakan kekuatan yang
ada pada organisasi untuk memanfaatkan peluang; b) memanfaatkan peluang
untuk mengatasi ancaman; c) mengatasi kelemahan yang ada dengan
memanfaatkan peluang; dan d) mewaspadai dan mencegah ancaman
kelemahan yang menjadi ancaman terwujudnya visi dan misi.
Dengan melihat keterkaitan masing-masing faktor (aspek kekuatan dan
kelemahan) dengan visi, misi yang hendak dicapai, maka rumusan hasil
analisis strategis yang menjadi prioritas Faktor Kunci Keberhasilan (FKK)
adalah :
1.Peningkatan profesionalisme SDM Kementerian Negara Riset dan Teknologi;
2.Peningkatan sarana dan prasarana yang mendukung kebijakan Kementerian
Negara Riset dan Teknologi;
3.Peningkatan kinerja organisasi;
4.Peningkatan perumusan kebijakan Iptek dan sosialisasinya.
Selanjutnya untuk memberi fokus dan memperkuat rencana yang memperjelas
hubungan antara misi dan tujuan disusun faktor kunci keberhasilan sebagai
berikut :
1. Adanya pembinaan dan pengembangan SDM Kementerian Negara Riset
dan Teknologi agar menjadi profesional;
2. Dukungan sumber daya yang memadai;
3. Adanya struktur organisasi dan prosedur operasi baku (standard
operating procedure) yang mendukung kebijakan Kementerian Negara
Riset dan Teknologi;
4. Adanya perumusan dan penerapan kebijakan riset Iptek yang konsisten.
BAB III
VISI DAN MISI
3.1. Tugas Pokok dan Fungsi
Tugas Pokok Kementerian Negara Riset dan Teknologi adalah membantu
Presiden dalam merumuskan kebijakan dan koordinasi di bidang riset, ilmu
pengetahuan, dan teknologi. Dalam melaksanakan tugas dimaksud, Menteri
Negara Riset dan Teknologi menyelenggarakan fungsi :
a. Perumusan kebijakan nasional di bidang riset, ilmu pengetahuan, dan
teknologi;
b. Koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang riset, ilmu pengetahuan dan
teknologi;
c. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi
tanggungjawabnya;
d. Pengawasan atas pelaksanaan tugasnya;
e. Penyampai laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangan di bidang
tugas dan fungsinya kepada Presiden.
3.2.1. Visi
Untuk menyatukan persepsi dan fokus arah pembangunan kemampuan Iptek
nasional, maka pelaksanaan tugas dan fungsi Kementerian Negara Riset dan
Teknologi dilandasi suatu visi dan misi yang ingin diwujudkan. Visi dan misi
tersebut merupakan panduan yang memberikan pandangan dan arah kedepan
sebagai dasar acuan dalam menjalankan tugas dan fungsi dalam mencapai
sasaran atau target yang ditetapkan.
Visi Kementerian Negara Riset dan Teknologi dirumuskan sebagai berikut :
Menjadi lembaga yang efektif untuk mewujudkan Iptek sebagai kekuatan
utama kesejahteraan berkelanjutan dan peradaban bangsa.
3.2.2. Misi
Untuk mencapai visi tersebut diatas, ditetapkan misi Kementerian Negara Riset
dan Teknologi yang menggambarkan hal yang harus dilaksanakan, yaitu :
1. Menetapkan arah, prioritas utama dan kebijakan bagi perkembangan riset,
ilmu pengetahuan dan teknologi:
2. Meningkatkan efektivitas koordinasi lembaga penelitian, pengembangan
dan rekayasa (Litbangyasa) dengan dunia usaha dan masyarakat
3. Mendorong peningkatan kapasitas dan kapabilitas lembaga penelitian,
pengembangan dan rekayasa (Litbangyasa);
4. Mengembangkan sistem inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi nasional.
3.4. Nilai-nilai
Sesuai karakteristik tugas dan kegiatan yang dilaksanakan, maka nilai-nilai
kehidupan organisasi Kementerian Negara Riset dan Teknologi yang harus
dikembangkan, adalah :
1. Visionary (berpandangan jauh kedepan)
Pembangunan Iptek senantiasa dimaksudkan untuk memberikan solusi
yang bersifat strategis atau jangka panjang, menyeluruh dan holistik
(atau kait mengait). Pembangunan Iptek akan diupayakan untuk tidak
bersifat sektoral dan hanya memberikan implikasi yang terbatas. Lebih
lanjut visionary juga berarti bahwa pembangunan Iptek dimasa kini
akan diupayakan sebagai solusi taktis di masa kini sekaligus bagian
integral dari solusi permasalahan dimasa depan. Atau dengan kata lain
solusi pembangunan Iptek di masa kini jangan sampai menjadi sumber
permasalahan baru di masa datang.
2. Accountable (dapat dipertanggung jawabkan)
Hal ini berarti bahwa seluruh denyut nadi pembangunan Iptek berikut
seluruh aspek di dalamnya dapat dipertanggung jawabkan kepada
semua pihak. Pertanggungjawaban disini tidak hanya terbatas pada
aspek finansial (seperti anggaran pembangunan Iptek) akan tetapi lebih
dari itu, pertanggungjawaban disini mencakup aspek moralitas, dampak
lingkungan, dampak budaya, dampak sosio-kemasyarakatan, dampak
politis dan dampak ekonomis pada pembangunan nasional.
3. Excellent (prima)
Kata ini dapat diartikulasikan sebagai terbaik, yang terbaik atau
berusaha untuk menjadi yang terbaik. Pembangunan Iptek yang
excellent dapat diartikan bahwa keseluruhan tahapan pembangunan
Iptek mulai dari fase inisiasi, perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,
evaluasi dan implikasinya pada masyarakat maupun bangsa ini, harus
yang terbaik. Pembangunan Iptek, terutama perencanaan, pelaksanaan
dan dampaknya tidak boleh berkesan serampangan, akan tetapi harus
berlandaskan pada tataran yang terbaik (excellent platform) guna
memberikan hasil yang sempurna.
4. Innovative (inovatif)
Kata inovatif berasal dari bahasa Latin ‘innovare’ yang artinya temuan
baru. Nilai luhur Inovatif dalam pembangunan Iptek berarti bahwa
pembangunan Iptek senantiasa berorientasi pada segala sesuatu yang
baru, mulai dari konteks upaya untuk perolehan temuan-temuan baru
sampai dengan upaya untuk menginduksikan proses pembaharuan
dalam dinamika kehidupan masyarakat, tentunya pembaharuan yang
dimaksud di sini adalah dalam tataran yang positif dan bertanggung
jawab. Lebih lanjut inovatif juga berarti bahwa pembangunan Iptek
memberikan apresiasi yang tinggi pada segala bentuk upaya untuk
memproduksi inovasi-inovasi baru serta segala aktifitas inovatif untuk
meningkatkan produktifitas.
3.5. Tujuan dan Sasaran Strategis
Untuk mencapai visi dan misi Kementerian Negara Riset dan Teknologi
seperti yang dikemukakan diatas, maka visi dan misi tersebut harus
dirumuskan ke dalam bentuk yang lebih terarah dan operasional berupa
perumusanan tujuan strategis (strategic goals) organisasi.
Tujuan strategis merupakan penjabaran atau implementasi dari
pernyataan misi yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu 1
(satu) sampai 5 (lima) tahun. Kementerian Negara Riset dan Teknologi
dapat secara tepat mengetahui apa yang harus dilaksanakan oleh
organisasi dalam memenuhi visi misinya untuk kurun waktu satu sampai
lima tahun ke depan dengan diformulasikannya tujuan strategis ini dalam
mempertimbangkan sumber daya dan kemampuan yang dimiliki. Lebih
dari itu, perumusan tujuan strategis ini juga akan memungkinkan
Kementerian Negara Riset dan Teknologi untuk mengukur sejauh mana
visi misi organisasi telah dicapai mengingat tujuan strategis dirumuskan
berdasarkan visi misi organisasi. Untuk itu, agar dapat diukur
keberhasilan organisasi di dalam mencapai tujuan strategisnya, setiap
tujuan strategis yang ditetapkan akan memiliki indikator kinerja
(performance indicator) yang terukur. Rumusan tujuan strategis tersebut
dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Memberikan arah program penelitian, pengembangan dan rekayasa
(Litbangyasa) ilmu pengetahuan dan teknologi nasional;
2. Meningkatkan kemitraan lembaga penelitian, pengembangan dan rekayasa
(Litbangyasa) dengan dunia usaha dan masyarakat;
3. Meningkatkan kapasitas dan kapabilitas lembaga penelitian,
pengembangan dan rekayasa (Litbangyasa);
4. Meningkatkan sistem inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi nasional.
Sedangkan sasaran strategis merupakan rumusan yang lebih spesifik, terukur,
dan dlam kurun waktu yang lebih pendek dari tujuan strategis. Sasaran
strategis Kementerian Negara Riset dan teknologi, adalah :
1. Meningkatnya kemampuan dan penemuan baru dalam dalam penguasaan,
pemanfaatan dan pemajauan Iptek;
2. Meningkatnya sinergi, kerjasama, jejaring antar lembaga, komunitas dan
pengguna ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mobilitas sumber daya
ilmu pengetahuan dan teknologi;
3. Menguatnya kompetensi inti lembaga penelitian, pengembangan dan
rekayasa (Litbangyasa);
4. Meningkatnya produktivitas dan nilai tambah produk nasional.
BAB IV
STRATEGI PENCAPAIAN
(KEBIJAKAN, PROGRAM DAN KEGIATAN)
Untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi Kementerian Negara Riset dan
Teknologi, maka strategi organisasi yang dikembangkan memerlukan persepsi
dan tekanan khusus dalam bentuk kebijakan. Kebijakan sebagai pedoman
pelaksanaan tindakan tertentu merupakan kumpulan keputusan untuk
menentukan bagaimana strategi dilaksanakan, dan mengatur suatu
mekanisme tindakan lanjutan untuk pelaksanaan pencapaian tujuan dan
sasaran.
4.1. Kebijakan
Secara umum, kebijakan Kementerian Negara Riset dan Teknologi mencakup
kebijakan utama dan kebijakan operasional.
Kebijakan utama Kementerian Negara Riset dan Teknologi diarahkan untuk
peningkatan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang meliputi :
Penetapan kebijakan bidang prioritas, Roadmapping, Komersialisasi, Apresiasi,
Resource Sharing, Sistem insentif, Pengembangan Open Source, Peningkatan
Kandungan Local (Local Content).
Sedangkan kebijakan operasional Kementerian Negara Riset dan Teknologi
berkaitan dengan pelaksanaan teknis organisasi, pengelolaan sumber daya
organisasi (sarana dan prasarana), keuangan (penggunaan sumber dana),
SDM (personalia) yang diperlukan untuk menunjang implementasi kebijakan
utama.
4.2. Program dan Kegiatan
Sejalan dengan arah kebijakan strategis Kementerian Negara Riset dan
Teknologi tang telah disebutkan diatas, dan mengacu pada Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) yang telah ditetapkan melalui
Peraturan Presiden Nomor 7 tahun 2005, maka ditetapkan serangkaian
program dan kegiatan untuk dapat mewujudkan tujuan dan sasaran strategis
yang telah ditetapkan, sebagai berikut :
1. Program Penelitian dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Tujuan program ini adalah meningkatkan fokus dan mutu kegiatan
penelitian dan pengembangan di bidang ilmu pengetahuan dasar,
terapan, dan teknologi sesuai dengan kompetensi inti dan kebutuhan
pengguna.
Kegiatan yang dilakukan meliputi :
a. Penyusunan dan Penyelenggaraan Kebijakan Riset Dasar.
b. Penyusunan dan Penyelenggaraan Kebijakan Program Utama Ristek
(Fokus Program).
c. Penyusunan dan Penyelengaraan Kebijakan Pengukuran,
Standardisasi, Pengujian dan Mutu.
d. Penyusunan dan Penyelenggaraan Kebijakan Pengembangan Iptek
Tepat Guna.
e. Penyusunan dan Penyelenggaran Kebijakan Dukungan Iptek Untuk
Kebijakan Pemerintah.
f. Insentif Penelitian Dasar.
g. Insentif Penelitian Terapan.
2. Program Difusi dan Pemanfaatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Tujuan program ini adalah mendorong proses diseminasi hasil litbang
serta pemanfaatannya oleh dunia usaha, industri, dan masyarakat.
Kegiatan yang dilakukan meliputi :
a. Penyusunan dan Penyelenggaraan Kebijakan Diseminasi Hasil
Litbang.
b. Penyusunan dan Penyelenggaraan Kebijakan Kemitraan dan
Jaringan Kelembagaan Iptek.
c. Penyusunan dan Penyelenggaraan Kebijakan Pembudayaan Iptek.
d. Insentif Percepatan Difusi dan Pemanfaatan Teknologi.
e. Penyusunan dan Penyelenggaraan Pendukung Kebijakan Difusi dan
Pemanfaatan Teknologi.
3. Program Penguatan Kelembagaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Tujuan program ini adalah meningkatkan kapasitas dan kapabilitas
lembaga iptek dalam pertumbuhan ekonomi nasional.
Kegiatan yang dilakukan meliputi:
a. Penyusunan dan Penyelenggaraan Kebijakan Revitalisasi
Kelembagaan Iptek.
b. Penyusunan dan Penyelenggaraan Kebijakan serta Pengelolaan &
Pengembangan Pusat-Pusat Iptek.
c. Penyusunan dan Penyelenggaraan Kebijakan Sistem Manajemen
Iptek Terpadu.
d. Penyusunan dan Penyelenggaraan Kebijakan Sistem Insentif dan
Pembiayaan Iptek.
e. Penyusunan dan Penyelenggaraan Kebijakan Partisipasi Profesi
Ilmiah Dalam Perumusan Iptek.
f. Penyusunan dan Penyelenggaraan Kebijakan Sistem Insentif dan
Pembiayaan Iptek.
g. Insentif Riset Unggulan Strategis Nasional (RUSNAS)
4. Program Peningkatan Kapasitas Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Sistem Produksi
Tujuan program ini adalah mendorong peningkatan kapasitas teknologi
pada sistem produksi di dunia usaha dan industri serta peningkatan
sinergi antar berbagai komponen sistem inovasi.
Kegiatan yang dilakukan meliputi :
a. Penyusunan dan Penyelenggaraan Kebijakan Iptek Untuk Dunia
Usaha.
b. Penyusunan dan Penyelenggaraan Kebijakan Pengembangan
Technopreneur.
c. Penyusunan dan Penyelenggaraan Kebijakan Peningkatan
Kemampuan IKMK Berbasis Teknologi.
d. Penyusunan dan Penyelenggaraan Kebijakan Pelayanan Jasa Iptek.
Insentif Peningkatan Inovasi dan Kapasitas Iptek Sistem Produksi.
e. Penyusunan dan Penyelenggaraan Kebijakan Proses Transformasi
Industri.
5. Program Peningkatan Sarana Dan Prasarana Aparatur Negara
Program ini bertujuan untuk mendukung pelaksanaan tugas dan
administrasi pemerintahan secara efektif dan efisien. Sedangkan sasaran
program adalah tersedianya sarana dan prasarana pendukung
pelaksanaan tugas dan administrasi pemerintahan yang memadai pada
unit kerja.
Kegiatan yang dilakukan meliputi :
a. Pengembangan SDM dan administrasi kepegawaian
b. Pemberdayaan orsos/lsm dan organisasi profesi
c. Pengumpulan, pengembangan informasi data dan statistik
d. Pembinaan, perancangan, harmonisasi, kerjasama & publikasi,
litigasi & fasilitasi perancangan Perda perUU
e. Penyelenggaraan pengawasan dan pemeriksaan akuntabilitas
pemerintah pusat dan daerah
f. Peningkatan arus informasi antar lembaga negara dan pemerintah
pusat
g. Pengembangan sistem
h. Pengadaan peralatan perlengkapan gedung
i. Pengadaan kendaraan berat/alat besar
j. Monitoring, evaluasi dan pelaporan
k. Kajian manajemen kebijaksanaan dan pelayanan
l. Pembinaan Pelaksanaan Anggaran
m. Pengelolaan keuangan negara
n. Pembinaan dan pengembangan jaringan komunikasi dan informasi
o. Perencanaan dan penyusunan program
p. Peningkatan pengawasan barang beredar
q. Sistem Pengelolaan Administrasi Keuangan
r. Penyelenggaraan diklat aparatur negara
s. Peningkatan kapasitas manajemen sarana dan prasarana aparatur
negara
t. Pembinaan informasi publik
6. Program Pengembangan Sumber Daya Manusia Aparatur
Program ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas sumber daya
aparatur sesuai dengan kebutuhan dalam melaksanakan tugas
pemerintahan. Sedangkan sasaran program adalah terwujudnya
aparatur negara yang profesional dan berkualitas, jumlah dan
kompetensi serta distribusi PNS sesuai dengan kebutuhan dalam
melaksanakan pemerintahan.
Program ini akan dilaksanakan melalui beberapa kegiatan penting
seperti penyusunan kebijakan dan berbagai peraturan perundang-
undangan dalam rangka meningkatkan remunerasi, kinerja dan
pengelolaan SDM aparatur, penyusunan kajian dan pedoman dalam
rangka meningkatkan pengelolaan SDM aparatur, meningkatkan
budaya kerja aparatur.
Kegiatan yang dilakukan meliputi :
a. Pengembangan SDM dan Administrasi Kepegawaian
7. Program Penyelenggaraan Pimpinan Kenegaraan
Program ini bertujuan untuk membantu kelancaran pelaksanaan tugas
pimpinan dan fungsi manajemen dalam penyelenggaraan kenegaraan
dan kepemerintahan. Sedangkan sasaran program ini adalah
terselenggaranya pelaksanaan tugas dan fungsi manajemen dengan
lancar.
Kegiatan yang dilakukan meliputi :
a. Peningkatan Manajemen, Perangkat Hukum Profesionalisme
Sumberdaya Manusia dan Sarana
b. Pembinaan dan pelaksanaan tatausaha, rumah tangga, dan
pengolahan perlengkapan departemen
c. Penyelenggaraan dan Pengkorordinasian Pendidikan dan Pelatihan
Pegawai Negeri
d. Administrasi Umum
e. Penyelenggaraan Pengawasan dan Pemeriksaan Keuangan Negara
yang Berasal Dari APBN dan APBD
f. Pembinaan Pendapat Umum dan Koordinasi Humas-Humas antar
Departemen/Lembaga Tinggi/Tertinggi Negara
g. Penyelenggaraan Pembinaan Jabatan
h. Pemantauan dan Evaluasi
i. Pengembangan Sistem Informasi
j. Pembinaan Administrasi dan Pengolahan Keuangan
k. Perencanaan Program, Rencana Kerja dan Anggaran
l. Penyusunan dan Penyelenggaran Kebudayaan Iptek
m. Penyusunan dan Pengembangan Indikator dan Statistik Iptek
Nasional
n. Pembinaan dan Penguatan Kelembagaan Iptek
8. Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Negara
Program ini bertujuan untuk menyempurnakan dan mengefektifkan
sistem pengawasan, meningkatkan transparansi, akuntabilitas dan
kinerja aparatur dalam kerangka mewujudkan kepemerintahan yang
baik atau penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas KKN.
Sedangkan sasaran program adalah terwujudnya sistem pengawasan
yang efektif serta mewujudkan aparatur yang akuntabel di lingkungan
instansi pemerintah.
Beberapa kegiatan penting yang terkait dengan program ini antara lain
adalah penyusunan kebijakan dan peraturan perundang-undangan
tentang pengawasan dan peningkatan akuntabilitas, pelaksanaan
koordinasi pengawasan, pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan
percepatan pemberantasan korupsi, penyusunan berbagai pedoman
yang diperlukan dalam rangka meningkatkan akuntabilitas dan kinerja
instansi pemerintah serta melakukan evaluasi dalam rangka
meningkatkan penerapan manajemen kinerja di instansi pemerintah.
Kegiatan yang dilakukan meliputi :
a. Pemeriksaan Tanggung Jawab Atas Keuangan Negara
BAB V
PENUTUP
Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Negara Riset dan Teknologi tahun
2005 - 2009 disusun dengan mengacu kepada Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2004 - 2009 dan Agenda Pembangunan
Nasional Kabinet Indonesia Bersatu dengan memperhatikan perkembangan
lingkungan strategis yang terjadi dan diperhitungkan akan berpengaruh
terhadap bidang peningkatan kapasitas ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dokumen rencana strategis tersebut memuat visi, misi, nilai-nilai, tujuan,
sasaran dan strategi (cara mencapai tujuan dan sasaran) yang dijabarkan ke
dalam kebijakan dan program. Sasaran dan program yang telah ditetapkan
dalam rencana strategis ini kemudian akan dijabarkan lebih lanjut kedalam
suatu rencana kinerja tahunan (RKT). Rencana strategis ini merupakan
langkah awal untuk melakukan pengukuran kinerja dan pelaporan
akuntabilitas kinerja Kementerian Negara Riset dan Teknologi.
Dokumen rencana strategis Kementerian Negara Riset dan Teknologi tahun
2005 - 2009 ini, telah memuat kebijakan dan program yang sejalan dengan
pelaksanaan transformasi iptek sesuai dengan perubahan paradigma yang
terjadi. Dengan demikian diharapkan berbagai kebijakan dapat dihasilkan baik
dalam bentuk peraturan perundang-undangan yang meliputi: Penetapan
kebijakan bidang prioritas, Roadmapping, Komersialisasi, Apresiasi, Resource
Sharing, Sistem insentif, Pengembangan Open Source, Peningkatan
Kandungan Local (Local Content), serta kebijakan operasional yang berkaitan
dengan pelaksanaan teknis organisasi, pengelolaan sumber daya organisasi
(sarana dan prasarana), keuangan (penggunaan sumber dana), SDM
(personalia) yang diperlukan untuk menunjang implementasi kebijakan utama.
Untuk mewujudkan berbagai perubahan sesuai paradigma tersebut, diperlukan
proses, waktu dan konsistensi dalam pelaksanaannya. Oleh karena itu, dengan
adanya perencanaan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) yang lebih
terarah dan didukung iklim yang kondusif, transformasi penguasaan riset Iptek
perlu diupayakan agar dapat mencapai nilai ambang batas yang dapat memicu
dan memacu tumbuhnya kemandirian dalam upaya menciptakan
pembaharuan sumber-sumber daya riset Iptek secara keseluruhan. Untuk
mencapai tingkat itu memang dibutuhkan peningkatan kapasitas dan
kapabilitas yang dapat “membuktikan” bahwa aktifitas penguasaan dan
pemberdayaan riset Iptek akan memberikan sumbangsih bagi kehidupan
bangsa.