keputusan menteri perhubungan republik indonesia...
TRANSCRIPT
MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR KM 323 TAHUN 2020
TENTANG
PENETAPAN ALUR-PELAYARAN, SISTEM RUTE, TATA CARA BERLALU
LINTAS, DAN DAERAH LABUH KAPAL SESUAI DENGAN KEPENTINGANNYA
DI ALUR-PELAYARAN MASUK PELABUHAN LABUAN BAJO, WAE KELAMBU,
DAN PERLINTASAN TAMAN NASIONAL KOMODO
MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan dalam Pasal 8 Peraturan
Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian,
Menteri Perhubungan wajib menetapkan alur-pelayaran,
sistem rute, tata cara berlalu lintas, dan daerah labuh
kapal sesuai dengan kepentingannya;
b. bahwa perlunya penambahan data dan titik koordinat
dalam Alur-Pelayaran, Sistem Rute, Tata Cara Berlalu
Lintas, dan Daerah Labuh Kapal Sesuai Dengan
Kepentingannya di Alur-Pelayaran Pelabuhan Labuhan
Bajo dan Alur-Pelayaran Pulau Komodo telah ditetapkan
dalam Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 898
Tahun 2018 tentang Penetapan Alur-Pelayaran, Sistem
Rute, Tata Cara Berlalu Lintas, dan Daerah Labuh
Kapal Sesuai Dengan Kepentingannya di Alur-Pelayaran
Pelabuhan Labuhan Bajo dan Alur-Pelayaran Pulau
Komodo, sehingga perlu dilakukan perubahan;
- 2 -
Mengingat
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan
Keputusan Menteri Perhubungan tentang Penetapan Alur-
Pelayaran, Sistem Rute, Tata Cara Berlalu Lintas, dan
Daerah Labuh Kapal Sesuai Dengan Kepentingannya di
Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Labuan Bajo, Wae
Kelambu, dan Perlintasan Taman Nasional Komodo;
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4849);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang
Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5070) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun
2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah
Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 193, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5731);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang
Kenavigasian (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2010 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5093);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang
Angkutan di Perairan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 26, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5108) sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 22
Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 20 tahun 2010 tentang Angkutan di
Perairan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5208);
-3-
5. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2010 tentang
Perlindungan Lingkungan Maritim (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 27, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5109);
6 . Keputusan Presiden Nomor 50 Tahun 1979 tentang
Pengesahan Peraturan Internasional Tentang
Pencegahan Tubrukan di Laut Collision Regulation
Tahun 1972 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1979 Nomor 53);
7. Keputusan Presiden Nomor 65 Tahun 1980 tentang
Pengesahan ”International Convention fo r The Safety o f
Life at Sea, 1974”, sebagai hasil Konferensi Internasional
tentang Keselamatan Jiwa di Laut 1974, yang telah
ditandatangani oleh Pemerintah Republik Indonesia, di
London, pada tanggal 1 November 1974, yang
merupakan pengganti ”International Convention fo r The
Safety o f Life at Sea 1960”, sebagaimana terlampir
dalam Keputusan Presiden ini (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1980 Nomor 65);
8. Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang
Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 75);
9. Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2019 tentang
Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 203);
10. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor
173/AL.401/PHB-84 tentang berlakunya The IALA
Maritime Bouyage System fo r Region-A dalam Tatanan
Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran di Indonesia;
11. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 30 Tahun
2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Distrik
Navigasi;
- 4 -
12. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 62 Tahun
2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Unit
Penyelenggara Pelabuhan sebagimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor PM 77 Tahun 2018 tentang
Perubahan Ketiga atas Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor KM 62 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1184);
13. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 25 Tahun
2011 tentang Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran;
14. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 26 Tahun
2011 tentang Telekomunikasi-Pelayaran;
15. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun
2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan Laut (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 311)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor PM 146 Tahun 2016 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor
PM 51 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan
Laut (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016
Nomor 1867);
16. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 57 Tahun
2015 tentang Pemanduan dan Penundaan Kapal (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 390);
17. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 129 Tahun
2016 tentang Alur-Pelayaran di Laut dan Bangunan
dan/atau Instalasi di Perairan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2016 Nomor 1573);
18. Peraturan Menteri Perhubugan Nomor PM 122 Tahun
2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Perhubungan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2018 Nomor 1844);
19. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 125 Tahun
2018 tentang Pengerukan dan Reklamasi (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1740);
-5-
Memperhatikan : Surat Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor
HK.203/6/l/DJPL/2020 tanggal 24 November 2020 perihal
Penyampaian Rancangan Keputusan Menteri Perhubungan
tentang Penetapan Alur-Pelayaran, Sistem Rute, Tata Cara
Berlalu Lintas, dan Daerah Labuh Kapal Sesuai Dengan
Kepentingannya di Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Labuan
Bajo, Wae Kelambu dan Perlintasan di Taman Nasional
Komodo;
Menetapkan :
MEMUTUSKAN:
KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN TENTANG
PENETAPAN ALUR-PELAYARAN, SISTEM RUTE, TATA CARA
BERLALU LINTAS, DAN DAERAH LABUH KAPAL SESUAI
DENGAN KEPENTINGANNYA DI ALUR-PELAYARAN MASUK
PELABUHAN LABUAN BAJO, WAE KELAMBU, DAN
PERLINTASAN TAMAN NASIONAL KOMODO.
PERTAMA : Menetapkan Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Labuan Bajo,
Wae Kelambu, dan Perlintasan Taman Nasional Komodo
serta Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran dibatasi oleh titik
koordinat geografis sebagaimana tercantum dalam Lampiran
I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan
Menteri ini.
KEDUA : Menetapkan Sistem Rute di Alur-Pelayaran Masuk
Pelabuhan Labuan Bajo, Wae Kelambu, dan Perlintasan
Taman Nasional Komodo sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Keputusan Menteri ini.
KETIGA : Menetapkan Tata Cara Berlalu Lintas di Alur-Pelayaran
Masuk Pelabuhan Labuan Bajo, Wae Kelambu, dan
Perlintasan Taman Nasional Komodo sebagaimana tercantum
dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Keputusan Menteri ini.
-6-
KEEMPAT : Ketentuan lebih lanjut mengenai Tata Cara Berlalu Lintas di
Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Labuan Bajo, Wae
Kelambu, dan Perlintasan Taman Nasional Komodo
sebagaimana dimaksud dalam Diktum KETIGA di atur
dengan Standar Operasional dan Prosedur (SOP) yang
ditetapkan oleh Kepala Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan
Kelas II Labuan Bajo.
KELIMA : Menetapkan Daerah Labuh Kapal Sesuai Dengan
Kepentingannya di Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Labuan
Bajo, Wae Kelambu, dan Perlintasan Taman Nasional
Komodo sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Menteri
ini.
KEENAM : Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Labuan Bajo, Wae
Kelambu, dan Perlintasan Taman Nasional Komodo serta
Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran sebagaimana dimaksud
dalam Diktum PERTAMA serta Daerah Labuh Kapal Sesuai
Dengan Kepentingannya sebagaimana dimaksud dalam
Diktum KELIMA, wajib dimuat dalam Peta Laut Indonesia
Edisi Terbaru Nomor 296 dan Nomor 297 serta Buku
Petunjuk Pelayaran sebagaimana tercantum dalam Lampiran
V yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan
Menteri ini.
KETUJUH : Pengawasan terhadap keselamatan dan keamanan pelayaran
di Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Labuan Bajo, Wae
Kelambu, dan Perlintasan Taman Nasional Komodo
dilaksanakan oleh Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan
Kelas II Labuan Bajo dan melaporkan hasil pengawasannya
kepada Direktur Jenderal Perhubungan Laut.
-7-
KEDELAPAN : Pengawasan terhadap penataan dan penyelenggaraan Alur-
Pelayaran Masuk Pelabuhan Labuan Bajo, Wae Kelambu,
dan Perlintasan Taman Nasional Komodo dilaksanakan oleh
Distrik Navigasi Kelas II Kupang dan melaporkan hasil
pengawasannya kepada Direktur Jenderal Perhubungan
Laut.
KESEMBILAN : Pemeliharaan Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Labuan
Bajo, Wae Kelambu, dan Perlintasan Taman Nasional
Komodo dilaksanakan oleh Kantor Unit Penyelenggara
Pelabuhan Kelas II Labuan Bajo secara berkala atau
sewaktu-waktu apabila diperlukan.
KESEPULUH : Laporan hasil pengawasan sebagaimana dimaksud dalam
Diktum KETUJUH dan Diktum KEDELAPAN digunakan
sebagai bahan evaluasi Direktur Jenderal Perhubungan Laut
untuk setiap perubahan terhadap Penetapan Alur-Pelayaran,
Sistem Rute, Tata Cara Berlalu Lintas, dan Daerah Labuh
Kapal sesuai dengan kepentingannya di Alur-Pelayaran
Masuk Pelabuhan Labuan Bajo, Wae Kelambu, dan
Perlintasan Taman Nasional Komodo.
KESEBELAS : Perubahan terhadap Penetapan Alur-Pelayaran, Sistem Rute,
Tata Cara Berlalu Lintas, dan Daerah Labuh Kapal Sesuai
Dengan Kepentingannya di Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan
Labuan Bajo, Wae Kelambu, dan Perlintasan Taman
Nasional Komodo sebagaimana dimaksud dalam Diktum
KESEPULUH diinformasikan melalui penerbitan Maklumat
Pelayaran (MAPEL) serta disiarkan melalui Berita Pelaut
Indonesia (Notice to Marines).
- 8 -
KEDUABELAS : Setiap perubahan Penetapan Alur-Pelayaran, Sistem Rute,
Tata Cara Berlalu Lintas dan Daerah Labuh Kapal Sesuai
Dengan Kepentingannya di Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan
Labuan Bajo, Wae Kelambu, dan Perlintasan Taman
Nasional Komodo sebagaimana dimaksud dalam Diktum
KESEBELAS ditetapkan oleh Direktur Jenderal
Perhubungan Laut dan dievaluasi paling sedikit 1 (satu) kali
dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun akan
dilakukan penyesuaian untuk mengetahui kesesuaian
terhadap Keputusan Menteri ini.
KETIGABELAS : Pada saat keputusan menteri ini mulai berlaku, Keputusan
Menteri Perhubungan Nomor KP 898 Tahun 2018 Tentang
Penetapan Alur-Pelayaran, Sistem Rute, Tata Cara Berlalu
Lintas, dan Daerah Labuh Kapal Sesuai Dengan
Kepentingannya di Alur-Pelayaran Pelabuhan Labuhan Bajo
dan Alur-Pelayaran Pulau Komodo, dicabut dan dinyatakan
tidak berlaku.
KEEMPATBELAS: Direktur Jenderal Perhubungan Laut melaksanakan
pembinaan dan pengawasan teknis terhadap pelaksanaan
Keputusan Menteri ini.
KELIMABELAS : Keputusan
ditetapkan.
Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
Ditetapkan di Jakartapada tanggal 15 Desember 2020
MENTERI PERHUBUNGAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
BUDI KARYA SUMADI
Salinan Keputusan Menteri ini disampaikan kepada:
1. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian;
2. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi;
3. Menteri Dalam Negeri;
4. Menteri Kelautan dan Perikanan;
5. Menteri Badan Usaha Milik Negara;
6. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia;
7. Kepala Staf TNI Angkatan Laut;
8. Gubernur Nusa Tenggara Timur;
9. Sekretaris Jenderal, Inspektur Jenderal, Direktur Jenderal Perhubungan
Laut Kementerian Perhubungan;
10. Bupati Manggarai Barat;
11. Kepala Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut;
12. Kepala Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas II Labuan Bajo;
13. Kepala Distrik Navigasi Kelas II Kupang.
- 10-
Lampiran IKeputusan Menteri Perhubungan tentang Penetapan Alur-Pelayaran, Sistem Rute, Tata Cara Berlalu Lintas, dan Daerah Labuh Kapal Sesuai Dengan Kepentingannya di Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Labuan Bajo, Wae Kelambu, dan Perlintasan Taman Nasional Komodo Nomor : KM 323 Tahun 2020Tanggal : 15 Desember 2020
ALUR-PELAYARAN MASUK PELABUHAN LABUAN BAJO,
WAE KELAMBU, DAN PERLINTASAN TAMAN NASIONAL KOMODO
1. Pelabuhan Labuan Bajo
a. Titik Koordinat Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Labuan Bajo:
NO K O O R D IN AT NO K O O R D IN AT
1A8° 29' 42.6284" LS /
119° 52' 21.2867" BT1B
8° 29' 49.7196" LS /
119° 52' 30.2080" BT
2A8° 30' 12.8233" LS /
119° 51' 32.3343" BT2B
8° 30' 25.9256" LS /
119° 51’ 36.0705" BT
b. Titik Koordinat Penempatan Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran di
Pelabuhan Labuan Bajo:
NO NAMA DAN JENIS SBNP NO DSI POSISI
1 Lampu Pelabuhan 426608° 29' 38.5800" LS/
119° 52' 36.8000" BT
2 Bahaya terpencil -08° 30' 26.1085" LS/
119° 50' 22.7332" BT
3 Pelsu Merah -08° 29’ 51.5000" LS/
119° 52' 04.9000" BT
4 Pelsu Hijau -08° 29' 55.0000" LS/
119° 55' 57.8740" BT
5 Kardinal Selatan -08° 29' 34.7162" LS/
119° 50' 35.4570" BT
6 Bahaya Terpencil -08° 30' 15.4130" LS/
119° 49' 54.9639" BT
- 11 -
NO NAMA DAN JENIS SBNP NO DSI POSISI
7 Pelsu Hijau -08° 30' 06.4874” LS/
119° 52' 00.4667" BT
8 Kardinal Utara -08° 29’ 41.2220” LS /
119° 49' 38.3884" BT
9 MPMT08° 30’ 18.0208" LS/
119° 51' 24.7959" BT
2. Pelabuhan Wae Kelambu
a. Titik Koordinat Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Wae Kelambu:
NO K O O R D IN AT NO K O O R D IN AT
1A8° 22' 8.7705" LS /
119° 54' 35.0113" BT1B
8° 22' 8.7839" LS /
119° 54' 15.4002" BT
2A8° 24’ 38.8964" LS /
119° 54’ 35.1164" BT2B
8° 24' 46.9664" LS /
119° 54' 16.3821" BT
3A8° 25’ 51.4873" LS /
119° 55’ 46.0314" BT3B
8° 25’ 56.5465“ LS /
119° 55' 25.0898" BT
4A8° 27’ 10.8461" LS /
119° 55' 15.8953" BT4B
8° 27' 3.5045" LS /
119° 54' 57.7188" BT
b. Titik Koordinat Penempatan Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran di
Pelabuhan Wae Kelambu:
NO NAMA DAN JENIS SBNP NO DSI POSISI
1 Lateral kanan -8° 24' 23.0408" LS /
119° 54’ 9.1688" BT
2 Lateral kiri -8° 24' 32.3669" LS /
119° 54' 47.1348" BT
3 Lateral kanan -8° 25' 51.8556" LS /
119° 54' 56.1549" BT
4 Lateral kiri -8° 26’ 31.1067" LS /
119° 55' 57.8740" BT
5 Lampu Pelabuhan -8° 27' 36.1430" LS /
119° 55’ 12.1760" BT
- 12 -
3. Pulau Padar
a. Titik Koordinat Alur-Pelayaran Masuk Pulau Padar:
NO K O O R D IN AT NO K O O R D IN AT
1A8° 39' 31.8006" LS /
119° 36' 57.7352" BT1B
8° 36' 29.3766" LS /
119° 36' 19.2573" BT
2A8° 40' 15.4514" LS /
119° 36' 29.1148" BT2B
8° 36' 55.7811" LS /
119° 36’ 19.4381" BT
3A8° 40' 35.4461" LS /
119° 35' 40.2841" BT3B
8° 37’ 46.1172" LS /
119° 36' 24.9371" BT
4A8° 40' 35.1173" LS /
119° 35' 4.7721" BT4B
8° 38' 27.4296" LS /
119° 36' 39.7287" BT
5A8° 36’ 24.0285" LS /
119° 36' 31.4191" BT5B
8° 40' 25.4312" LS /
119° 35' 4.4195" BT
6A8° 36' 51.1474" LS /
119° 36' 35.2433" BT6B
8° 40' 23.1566" LS /
119° 35' 45.6407" BT
7 A8° 37' 39.9613" LS /
119° 36' 41.4919" BT7B
8° 40' 5.8417" LS /
119° 36' 17.5941" BT
8A8° 38' 19.4774" LS /
119° 36’ 54.6634" BT8B
8° 39' 27.7747" LS /
119° 36' 42.2445" BT
b. Titik Koordinat Penempatan Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran di Pulau
Padar:
NO NAMA DAN JENIS SBNP NO DSI POSISI
1 Kardinal Barat08° 37' 46.7467 " LS /
119° 36' 27.3705" BT
2 Kardinal Timur -
08° 38' 3.9728 " LS /
119° 36' 22.0566" BT
3 Kardinal Utara -
08° 40' 36.2504 " LS /
119° 36' 23.4858" BT
- 13-
4. Pulau Komodo
a. Titik Koordinat Alur-Pelayaran Masuk Pulau Komodo:
NOK O O R D IN A T BATAS
KIRINO
K O O R D IN A T BATAS
KANAN
27A8° 37' 34.8676" LS /
119° 30' 33.4931" BT27B
8° 37’ 37.9498" LS /
119° 30’ 21.0220" BT
30A8° 38' 12.5859" LS /
119° 30' 43.2628" BT30B
8° 38’ 08.4970" LS /
119° 30' 45.4035" BT
b. Titik Koordinat Penempatan Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran Pulau
Komodo:
NO NAMA DAN JENIS SBNP NO DSI POSISI
1 Ramsu Karang Pulau 5794.108° 34’ 23.6" LS /
119° 29' 59.0" BT
2 Ramsu Pulau 570008° 36' 02.6" LS /
119° 29' 24.4" BT
3 Ramsu Pulau 5680.108° 37' 24.4" LS /
119° 31' 31.8" BT
5. Pulau Rinca
a. Titik Koordinat Alur-Pelayaran Masuk Pulau Rinca:
NOK O O R D IN A T BATAS
KIRINO
K O O R D IN A T BATAS
KANAN
1A8° 36' 5.4854" LS /
119° 4L 10.5315" BT1B
8° 36' 26.6915" LS /
119° 40' 53.2171" BT
2A8° 36' 50.4990" LS /
119° 4L 52.0762" BT2B
8° 37' 2.8088" LS /
119° 4L 43.8608" BT
3A8° 38' 26.5388" LS /
119° 42' 29.9795" BT3B
8° 38' 29.4446" LS /
119° 42' 21.9834" BT
- 14-
b. Titik Koordinat Penempatan Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran di Pulau
Rinca:
NO NAMA DAN JENIS SBNP NO DSI POSISI
1 Lateral Kanan -08° 38' 42.6620 " LS /
119° 42' 39.6634" BT
2 Lateral Kiri -08° 38’ 36.8270 " LS /
119° 42' 37.0766" BT
6. Alur Pelayaran Masuk Pelabuhan Labuan Bajo sampai Perlintasan Taman
Nasional Komodo:
NO K O O R D IN AT NO K O O R D IN AT
1A8° 30' 50.5626" LS /
119° 50' 18.4932" BT1B
8° 30' 55.9614" LS /
119° 50' 20.3453" BT
2A8° 30' 59.7004" LS /
119° 50' 02.4512" BT2B
8° 31' 04.2946" LS /
119° 50' 04.7001" BT
3A8° 31' 16.7290" LS /
119° 49' 36.3985" BT3B
8° 31' 20.5097" LS /
119° 49' 40.2523" BT
4A8° 31' 25.4079" LS /
119° 49' 24.1262" BT4B
8° 31' 30.5476" LS /
119° 49' 26.8515" BT
5A8° 31’ 33.0604" LS /
119° 49' 09.7850" BT5B
8° 31' 38.1981" LS /
119° 49- 12.7982" BT
6A8° 31' 58.2171" LS /
119° 48' 26.4884" BT6B
8° 32' 04.4910" LS /
119° 48' 30.9496" BT
7A8° 32' 01.6978" LS /
119° 48' 23.5935" BT7B
8° 32' 08.3082" LS /
119° 48' 23.6723" BT
8A8° 32' 04.0928" LS /
119° 47' 34.2638" BT8B
8° 32' 15.3339" LS /
119° 47' 34.3424" BT
9A8° 32' 04.3673" LS /
119° 46' 56.1059" BT9B
8° 32' 13.4457" LS /
119° 46' 57.2534" BT
10A8° 32’ 30.7872" LS /
119° 45' 42.8902" BT10B
8° 32’ 39.8125" LS /
119° 45' 46.6746" BT
h a8° 32' 58.0213" LS /
119° 44' 33.2383" BT11B
8° 33' 06.8530" LS /
119° 44' 35.6911" BT
- 15-
NO K O O R D IN AT NO K O O R D IN A T
12A8° 33' 19.3314" LS /
119° 43'26.3594" BT12B
8° 33' 29.1364" LS /
119° 43'30.3536" BT
13A8° 33' 43.3830" LS /
119° 42' 18.1898" BT13B
8° 33' 53.6000" LS /
119° 42' 21.1040" BT
14A8° 33' 49.5096" LS /
119° 4L 30.3262" BT14B
8° 33’ 00.5548" LS /
119° 4L 30.4039" BT
15A8° 33' 49.1788" LS /
119° 40' 52.0987" BT15B
8° 33' 58.8585" LS /
119° 40' 54.9336" BT
15A8° 34' 08.5636" LS /
119° 40' 15.2634" BT16B
8° 34' 24.5646" LS /
119° 40' 31.5645" BT
17A8° 34' 56.4789" LS /
119° 38' 09.7799" BT17B
8° 35' 07.6017" LS /
119° 38' 15.0847" BT
18A8° 35' 41.9774" LS /
119° 36' 26.9550" BT18B
8° 35' 51.1592" LS /
119° 36' 37.1576" BT
19A8° 34' 28.5378" LS /
119° 39' 25.3629" BT19B
8° 34' 38.4643" LS /
119° 39' 30.4360" BT
20A8° 36’ 44.3741" LS /
119° 35' 06.0914" BT20B
8° 36' 52.4929" LS /
119° 35’ 12.3859" BT
2 1A8° 37' 10.8540" LS /
119° 34' 31.5608" BT2 1B
8° 37' 19.1023" LS /
119° 34' 35.2023" BT
22A8° 37' 29.1154" LS /
119° 33' 45.5528" BT22B
8° 37’ 39.3742" S /
119° 33' 51.0261" T
23A8° 37' 57.4820" LS /
119° 32' 45.5255" BT23B
8° 38' 07.7370" LS /
119° 32' 51.6162" BT
24A8° 38' 16.9667" LS /
119° 32' 03.8109" BT24B
8° 38' 28.0321" LS /
119° 32’ 03.5760" BT
25 A8° 38' 06.4899" LS /
119° 31' 07.7533" BT25B
8° 38' 16.1596" LS /
119° 31’ 00.7844" BT
26A8° 37' 55.5203" LS /
119° 30' 54.5206" BT26B
8° 38' 03.5195" LS /
119° 30’ 44.0203" BT
27A8° 37’ 34.8676" LS /
119° 30’ 33.4931" BT27B
8° 37' 37.9498" LS /
119° 30' 21.0220" BT
- 16-
NO K O O R D IN AT NO K O O R D IN A T
28A8° 36' 45.5916" LS /
119° 30' 30.2605" BT28B
8° 36' 45.6661" LS /
119° 30' 18.8469" BT
29A8° 35' 20.5213" LS /
119° 30' 27.1836" BT29B
8° 35' 20.2070" LS /
119° 30' 17.0594" BT
30A8° 35' 01.4518" LS /
119° 30' 27.0572" BT30B
8° 35' 01.7111" LS /
119° 30' 16.9467" BT
31A8° 39' 48.1379" LS /
119° 30' 56.4219" BT31B
8° 39' 44.9347" LS /
119° 31' 09.6487" BT
32A8° 38' 12.5859" LS /
119° 30' 43.2628" BT32B
8° 38’ 08.4970" LS /
119° 30' 45.4035" BT
MENTERI PERHUBUNGAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
BUDI KARYA SUMADI
- 17-
Lampiran IIKeputusan Menteri Perhubungan tentang Penetapan Alur-Pelayaran, Sistem Rute, Tata Cara Berlalu Lintas, dan Daerah Labuh Kapal Sesuai Dengan Kepentingannya di Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Labuan Bajo, Wae Kelambu, dan Perlintasan Taman Nasional Komodo Nomor : KM 323 Tahun 2020Tanggal : 15 Desember 2020
SISTEM RUTE ALUR-PELAYARAN MASUK PELABUHAN LABUAN BAJO,
WAE KELAMBU, DAN PERLINTASAN TAMAN NASIONAL KOMODO
Sistem Rute yang ditetapkan di Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Labuan Bajo,
Wae Kelambu dan Perlintasan Taman Nasional Komodo dari buoy MPMT
sampai dengan pintu masuk diberlakukan rute satu arah (one way routé).
Dengan kondisi kedalaman, lebar, dan panjang Alur-Pelayaran yang terdiri
dari:
1. Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Labuan Bajo yaitu:
a. Sistem Rute di Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan
Sistem Rute yang ditetapkan di Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan
Labuan Bajo yaitu rute satu arah (one way routé] dengan lebar alur
200 m (dua ratus meter); dan
b. Kondisi Kedalaman dan Panjang Alur-Pelayaran
Kondisi kedalaman dan panjang Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan
Labuan Bajo yaitu -14 m (empat belas meter) LWS dengan panjang alur-
pelayaran dari buoy MPMT sampai Pintu masuk Pelabuhan kurang lebih
1 NM (satu Nautical Miles). Berdasarkan hai tersebut, ukuran dan sarat
(draft) kapal yang dapat melalui alur-pelayaran ini maksimum 12 m
(dua belas meter) pada kondisi air surut terendah.
- 18 -
2. Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Wae Kelambu yaitu:
a. Sistem Rute di Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan
Sistem Rute yang ditetapkan di Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Wae
Kelambu yaitu rute satu arah (one tuay routé) dengan lebar alur 500 m
(lima ratus meter); dan
b. Rondisi Kedalaman dan Panjang Alur-Pelayaran
Rondisi kedalaman dan panjang Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Wae
Kelambu yaitu -15 m (lima belas meter) LWS dengan panjang alur-
pelayaran dari buoy terluar sampai Pintu masuk pelabuhan 5,5 NM (lima
koma lima Nautical Miles). Berdasarkan hai tersebut, ukuran dan sarat
(draft) kapal yang dapat melalui alur-pelayaran ini maksimum 13 m (tiga
belas meter) pada kondisi air surut terendah.
3. Alur-Pelayaran Masuk Pulau Padar yaitu:
a. Sistem Rute di Alur-Pelayaran
Sistem Rute yang ditetapkan di Alur-Pelayaran Masuk Pulau Padar yaitu
rute satu arah (one tuay routé) dengan lebar alur 200 m (dua ratus meter)
sampai 300 m (tiga ratus meter); dan
b. Kondisi Kedalaman dan Panjang Alur-Pelayaran
Kondisi kedalaman dan panjang Alur-Pelayaran Masuk Pulau Padar
yaitu -12 m (dua belas meter) LWS dengan panjang alur-pelayaran 3,2
NM (tiga koma dua Nautical Miles).
4. Alur-Pelayaran Masuk Pulau Komodo yaitu:
a. Sistem Rute di Alur-Pelayaran
Sistem Rute yang ditetapkan di Alur-Pelayaran Masuk Pulau Komodo
yaitu rute satu arah (one tuay routé) dengan lebar alur 300 m (tiga ratus
meter); dan
b. Kondisi Kedalaman dan Panjang Alur-Pelayaran
Kondisi kedalaman dan panjang Alur-Pelayaran Masuk Pulau Komodo
yaitu -18 m (delapan belas meter) LWS dengan panjang alur-pelayaran 1
NM (satu Nautical Miles).
- 19 -
5. Alur-Pelayaran Masuk Pulau Rinca yaitu:
a. Sistem Rute di Alur-Pelayaran
Sistem Rute yang ditetapkan di Alur-Pelayaran Masuk Pulau Rinca yaitu
rute satu arah (one way routé) dengan lebar alur 200 m (dua ratus
meter);
b. Rondisi Kedalaman dan Panjang Alur-Pelayaran
Rondisi kedalaman dan panjang Alur-Pelayaran Masuk Pulau Rinca
yaitu -8 m (delapan meter) LWS dengan panjang alur-pelayaran 2,6 NM
(dua koma enam Nautical Miles).
MENTERI PERHUBUNGAN
REPUBLIR INDONESIA,
ttd.
BUDI RARYA SUMADI
- 20 -
Lampiran IIIKeputusan Menteri Perhubungan tentang Penetapan Alur-Pelayaran, Sistem Rute, Tata Cara Berlalu Lintas, dan Daerah Labuh Kapal Sesuai Dengan Kepentingannya di Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Labuan Bajo, Wae Kelambu, dan Perlintasan Taman Nasional Komodo Nomor : KM 323 Tahun 2020Tanggal : 15 Desember 2020
TATA CARA BERLALU LINTAS DI
ALUR-PELAYARAN MASUK PELABUHAN LABUAN BAJO,
WAE KELAMBU, DAN PERLINTASAN TAMAN NASIONAL KOMODO
Dalam rangka meningkatkan efisiensi dan menekan angka kecelakaan kapal
maka perlu di atur Tata Cara Berlalu Lintas di Alur-Pelayaran Masuk
Pelabuhan Labuan Bajo, Wae Kelambu, dan Perlintasan Taman Nasional
Komodo sebagai berikut:
1. Pemanduan
a. kapal dengan ukuran tonase kotor GT 500 (lima ratus Gross Tonnage)
atau lebih yang berlayar di perairan wajib pandu wajib menggunakan
pelayanan jasa pemanduan kapal;
b. mesin penggerak utama dan alat navigasi harus dalam kondisi baik dan
normal untuk olah gerak kapal;
c. mengibarkan benderà “G“ pada siang hari dan menyalakan lampu putih
merah pada malam hari apabila kapal sedang menunggu petugas pandu;
d. mengibarkan benderà “H“ pada siang hari dan menyalakan lampu putih
merah pada malam hari apabila petugas pandu berada di atas kapal; dan
e. mengibarkan benderà “Q“ pada siang hari dan menyalakan lampu putih
merah pada malam hari bagi kapal yang baru tiba dari luar negeri,
petugas pandu hanya diperbolehkan naik ke kapal untuk membawa
kapal apabila kapal telah dinyatakan bebas dari penyakit menular oleh
petugas karantina kesehatan (free practique) dan benderà kuning telah
diturunkan.
-21 -
2. Komunikasi
a. pemilik/operator kapal atau Nakhoda wajib memberitahukan rencana
kedatangan kapalnya kepada Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan
Pelabuhan Kelas II Labuan Bajo dengan mengirimkan telegram radio
Nakhoda (master cable) melalui Stasiun Radio Pantai (SROP) Reo dengan
tembusan kepada perusahaan angkutan laut atau agen umum dalam
waktu paling lama 48 (empat puluh delapan) jam sebelum kapal tiba di
pelabuhan;
b. setiap kapal yang memasuki dan keluar alur-pelayaran wajib melapor
kepada SROP melalui charmel 16;
c. komunikasi antara petugas pandu/kapal pandu dapat menggunakan
Bahasa Indonesia dan/atau Bahasa Inggris dengan radio VHF pada
charmel 12; dan
d. komunikasi dengan kapal sebelum petugas pandu di atas kapal
dilakukan Nakhoda harus memberikan keterangan kepada petugas
pandu antara lain, kondisi, sifat, cara, data, karakteristik dan lain-lain
yang berkaitan dengan kemampuan olah gerak kapal.
3. Proses Kapal Masuk
a. Dalam kondisi normal
1) setelah posisi berada di ambang luar arahkan haluan kapal
mengarah ke outer buoy;
2) kecepatan kapal di sekitar pelampung suar pengenal disarankan
dengan maneuvering speed sampai kapal pandu dapat merapat di
kapal untuk menaikkan petugas pandu;
3) setelah kapal berada di outer buoy dan kapal memasuki alur-
pelayaran masuk Pelabuhan Labuan Bajo, alur-pelayaran masuk
Pelabuhan Wae Kelambu, alur-pelayaran masuk Pulau Komodo, alur-
pelayaran masuk Pulau Padar, dan alur-pelayaran masuk Pulau
Rinca;
4) setiap kapal harus senantiasa bergerak dengan kecepatan aman
sehingga dapat mengambil tindakan yang tepat dan berhasil untuk
menghindari tubrukan dan dapat diberhentikan dalam suatu jarak
yang sesuai dengan keadaan dan suasana yang ada;
-22-
5) setiap tindakan yang dilakukan untuk menghindari tubrukan,
apabila keadaan mengijinkan harus tegas dan jelas dilakukan dalam
waktu yang cukup dan benar-benar memperhatikan persyaratan
kepelautan yang baik;
6) apabila kondisi dermaga sedang penuh atau Nakhoda memutuskan
untuk berlabuh terlebih dahulu, maka kapal dapat berlabuh di areal
labuh yang sudah disediakan; dan
7) apabila proses administrasi kelengkapan dokumen selesai dan sudah
tersedia posisi tambat untuk kapal di dermaga, maka petugas Kantor
Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas II Labuan Bajo akan
menginformasikan ke kapal bahwa petugas pandu akan naik dan
memandu kapal hingga tambat di Pelabuhan.
b. Dalam Kondisi Angin di Atas Normal/Kabut/Hujan Deras/Gelombang
Tinggi:
1) kecepatan kapal disekitar pelampung suar pengenal disarankan
menggunakan maneuvering speed; dan
2) untuk memasuki alur-pelayaran dalam kondisi kabut/hujan lebat,
kapal menggunakan sarana navigasi visual, elektronik
(radar/GPS/AIS) dan peralatan navigasi lainnya secara baik dan
tepat guna.
4. Proses Kapal Keluar
a. Nakhoda dan/atau petugas pandu melaporkan kepada Kantor Unit
Penyelenggara Pelabuhan Kelas II Labuan Bajo mengenai ukuran kapal
dan jam kapal mulai dipandu keluar;
b. meminta informasi kepada Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas II
Labuan Bajo mengenai pergerakan kapal yang keluar/masuk Alur-
Pelayaran Masuk Pelabuhan Labuan Bajo, Wae Kelambu, dan
Perlintasan Taman Nasional Komodo;
c. arahkan haluan menuju bagian tengah alur-pelayaran dan berlayar
menuju outer buoy; dan
d. sesampainya di titik naik turun petugas pandu (pilot boarding ground),
petugas pandu turun dan dijemput oleh motor atau kapal pandu.
- 23 -
5. Tindakan Menghindari Tubrukan
a. Pengaturan Tindakan Untuk Menghindari Tubrukan Meliputi:
1) setiap tindakan yang dilakukan untuk menghindari tubrukan, apabila
keadaan mengijinkan harus tegas dan jelas dilakukan dalam waktu
yang cukup dan benar-benar memperhatikan persyaratan kepelautan
yang baik;
2) setiap perubahan haluan dan/atau kecepatan untuk menghindari
tubrukan, apabila keadaan mengijinkan harus cukup besar sehingga
menjadi jelas bagi kapal lain yang sedang mengamati dengan
penglihatan atau dengan radar, serangkaian perubahan kecil dari
haluan dan/atau kecepatan hendaknya dihindari;
3) apabila ada ruang gerak yang cukup, maka perubahan haluan
merupakan tindakan yang paling berhasil untuk menghindari situasi
saling mendekati terlalu rapat, dengan ketentuan bahwa perubahan
tersebut dilakukan dalam waktu yang cukup dini dan tidak
mengakibatkan terjadinya situasi saling mendekati terlalu rapat;
4) tindakan yang dilakukan untuk menghindari tubrukan dengan kapal
lain harus sedemikian rupa sehingga menghasilkan pelewatan dengan
jarak yang aman dan hasil tindakan tersebut harus dikaji dengan
seksama sampai kapal tersebut dilewati dan bebas sama sekali; dan
5) apabila diperlukan untuk menghindari tubrukan atau memberikan
waktu yang lebih banyak untuk menilai keadaan, maka kapal harus
mengurangi kecepatannya atau menghilangkan kecepatannya sama
sekali dengan memberhentikan atau menjalankan mundur sarana
penggeraknya.
b. Pengaturan Tata Cara Berlalu Lintas Kapal Yang Menggunakan Layar
Meliputi:
1) Apabila 2 (dua) kapal sedang saling mendekat sehingga akan
mengakibatkan bahaya tubrukan, maka salah satu dari kedua kapal
itu harus menghindari kapal lain dengan ketentuan sebagai berikut:
a) apabila masing-masing mendapatkan angin di lambung yang
berlainan, maka kapal yang mendapat angin di lambung kiri harus
menghindari kapal yang lain;
b) apabila kedua-duanya mendapat angin di lambung yang kanan,
maka kapal yang ada di atas angin harus menghindari kapal yang
ada di bawah angin; dan
-24-
c) apabila kapal mendapat angin di lambung kiri melihat sebuah
kapal di atas angin dan tidak dapat menentukan dengan pasti
apakah kapal lain itu mendapat angin lambung kiri atau kanan,
maka kapal itu harus menghindari kapal lain itu.
2) Untuk memenuhi ketentuan ini, sisi atas angin harus dianggap sisi
yang berlawanan dengan sisi tempat layar utama berada, atau bagi
kapal dengan layar segi empat yaitu sisi yang berlawanan dengan sisi
tempat layar membujur itu berada.
c. Pengaturan Penyusulan Meliputi:
1) setiap kapal yang sedang menyusul kapal lain harus menghindari
kapal lain yang sedang disusui;
2) kapal harus dianggap menyusul apabila sedang mendekati kapal lain
dari arah yang lebih besar dari 22,5° (dua puluh dua koma lima
derajat) dibelakang arah melintang yaitu dalam kedudukan
sedemikian sehingga terhadap kapal yang sedang disusui itu pada
malam hari kapal hanya dapat melihat penerangan buritan, tetapi
tidak satupun dari penerangan lambungnya;
3) apabila kapal dalam keadaan ragu-ragu apakah ia sedang menyusul
kapal lain atau tidak, maka kapal itu harus beranggapan bahwa
sedang menyusul kapal lain; dan
4) setiap perubahan baringan antara kedua kapal yang terjadi kemudian
tidak akan mengakibatkan kapal yang sedang memotong dalam
pengertian aturan-aturan ini atau membebaskannya dari kewajiban
untuk menghindari kapal yang sedang disusui itu sampai kapal
tersebut dilewati dan bebas sama sekali.
d. Pengaturan Tata Cara Berlalu Lintas Kapal Dalam Situasi Berhadap-
Hadapan Meliputi:
1) apabila 2 (dua) kapal tenaga sedang bertemu dengan haluan
berlawanan atau hampir berlawanan sehingga akan mengakibatkan
bahaya tubrukan, maka masing-masing kapal harus mengubah
haluannya ke kanan sehingga masing-masing kapal akan berpapasan
di lambung kirinya;
- 2 5 -
2) keadaan sebagaimana dimaksud dalam angka 1) harus dianggap ada
apabila kapal melihat kapal lain tepat atau hampir di depan dan pada
malam hari kapal itu dapat melihat penerangan tiang kapal lain
tersebut terletak segaris atau hampir segaris dan/atau kedua
penerangan lambung serta pada siang hari kapal itu mengamati gatra
(aspek) yang sesuai mengenai kapal lain tersebut; dan
3) apabila kapal dalam keadaan ragu-ragu atas terdapatnya keadaan
sebagaimana dimaksud dalam angka (1), maka kapal itu harus
beranggapan bahwa keadaan tersebut ada dan bertindak sesuai
angka 1) dan angka 2).
e. Dalam pengaturan tata cara berlalu lintas kapal dalam situasi memotong
apabila 2 (dua) kapal tenaga sedang berlayar dengan haluan saling
memotong sehingga akan mengakibatkan bahaya tubrukan, maka kapal
yang mendekati kapal lain di sisi kanannya harus menghindar, dan
apabila keadaan mengijinkan harus dengan cara memotong didepan
kapal lain tersebut. Dalam pengaturan tata cara tindakan kapal
menghindari, maka setiap kapal yang diwajibkan menghindari kapal lain
dan sedapat mungkin melakukan tindakan secara dini dan tegas untuk
tetap bebas sama sekali.
Dalam pengaturan tanggung jawab antara kapal meliputi:
1) kapal bermesin yang sedang berlayar harus menghindari:
a) kapal yang tidak terkendalikan;
b) kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas;
c) kapal yang sedang menangkap ikan; dan
d) kapal layar.
2) kapal layar yang sedang berlayar harus menghindari:
a) kapal yang tidak terkendalikan;
b) kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas; dan
c) kapal yang sedang menangkap ikan.
3) kapal yang sedang menangkap ikan sedapat mungkin harus
menghindari:
a) kapal yang tidak terkendalikan; dan
b) kapal yang olah geraknya terbatas.
- 26 -
4) setiap kapal kecuali kapal yang tidak dapat dikendalikan atau kapal
yang kemampuan olah geraknya terbatas, apabila keadaan
mengijinkan harus menghindarkan dirinya merintangi jalan aman
sebuah kapal yang terkendala oleh saratnya; dan
5) kapal yang terkendala oleh saratnya sebagaimana dimaksud dalam
angka 4) harus berlayar dengan kewaspadaan khusus dengan benar-
benar memperhatikan keadaannya yang khusus tersebut.
6. Larangan
a. kapal dilarang memasuki alur-pelayaran dengan under keel clearance
(UKC) kurang dari 10% (sepuluh persen) dari draft, kecuali atas izin
Syahbandar;
b. kapal penangkap ikan dilarang menangkap ikan di alur-pelayaran;
c. kapal dilarang masuk perairan wajib pandu tanpa mendapat pemanduan
dari petugas pandu;
d. petugas pandu dilarang meninggalkan kapal yang dipandu dalam kondisi
dan situasi :
1) kapal kandas;
2) kapal tubrukan;
3) kerusakan mesin/kemudi; dan/atau
4) keadaan lain yang mengganggu lalu lintas kapal.
e. larangan kapal untuk menyusul kapal lain pada ukuran LOA tertentu
sesuai dengan ketentuan sistem rute;
-27-
f. kapal yang sandar/tender dengan kapal lain yang sedang sandar di
dermaga umum/khusus hanya diijinkan 1 (satu) kapal saja yang
sandar/tender di kapal yang sedang sandar di dermaga tersebut atas
pertimbangan keselamatan kapal yang akan berolah gerak
keluar/ masuk;
g. kapal berlabuh jangkar di area yang tidak ditetapkan dalam keputusan
ini; dan
h. membuang sampah, limbah, dan bahan lain dari pengoperasian kapal.
MENTERI PERHUBUNGAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
BUDI KARYA SUMADI
- 2 8 -
Lampiran IVKeputusan Menteri Perhubungan tentang Penetapan Alur-Pelayaran, Sistem Rute, Tata Cara Berlalu Lintas, dan Daerah Labuh Rapai Sesuai Dengan Kepentingannya di Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Labuan Bajo, Wae Kelambu, dan Perlintasan Taman Nasional Komodo Nomor : KM 323 Tahun 2020Tanggal : 15 Desember 2020
DAERAH LABUH KAPAL SESUAI DENGAN KEPENTINGANNYA
DI ALUR-PELAYARAN MASUK PELABUHAN LABUAN BAJO, WAE KELAMBU,
DAN PERLINTASAN TAMAN NASIONAL KOMODO
1. Daerah Labuh Rapai di Pelabuhan Labuan Bajo
a. Daerah Labuh Jangkar 1
Nomor KOORDINAT
Titik Lintang Selatan Bujur Timur
A 8° 29' 30.32" LS 119° 50’ 42.02" BT
B 8° 29' 30.32" LS 119° 51’ 03.91" BT
C 8° 29' 52.15" LS 119° 51’ 03.90" BT
D 8° 29' 52.14" LS 119° 50' 42.01" BT
b. Daerah Labuh Jangkar 2
Nomor KOORDINAT
Titik Lintang Selatan Bujur Timur
E 8° 29' 30.54" LS 119° 51' 05.41" BT
F 8° 29' 30.53" LS 119° 51' 25.01" BT
G 8° 29' 40.32" LS 119° 51' 25.02" BT
H 8° 29' 40.30" LS 119° 51' 05.42" BT
- 2 9 -
c. Daerah Labuh Jangkar 3
Nomor KOORDINAT
Titik Lintang Selatan Bujur Timur
I 8° 29' 42.18" LS 119° 51' 05.50" BT
J 8° 29' 42.17" LS 119° 51' 25.10" BT
K 8° 29' 51.93" LS 119° 51’ 25.10" BT
L 8° 29' 51.94" LS 119° 51’ 05.50" BT
d. Daerah Labuh Jangkar 4
Nomor KOORDINAT
Titik Lintang Selatan Bujur Timur
1 8° 29' 16.11" LS 119° 52' 24.17" BT
2 8° 29’ 16.94" LS 119° 52' 26.10" BT
3 8° 29' 34.44" LS 119° 52' 16.95" BT
4 8° 29' 34.03" LS 119° 52’ 15.35" BT
e. Daerah Labuh Jangkar 5
Nomor KOORDINAT
Titik Lintang Selatan Bujur Timur
9 8° 29’ 22.39" LS 119° 52' 18.20" BT
10 8° 29’ 22.97" LS 119° 52' 20.04" BT
11 8° 29' 27.11" LS 119° 52' 18.34" BT
12 8° 29' 26.76" LS 119° 52' 17.32" BT
f. Daerah Kapal Darurat
Nomor KOORDINAT
Titik Lintang Selatan Bujur Timur
1 8° 30' 17.87" LS 119° 51’ 49.24" BT
2 8° 30' 13.35" LS 119° 51' 57.64" BT
3 8° 30’ 19.28" LS 119° 52’ 00.49" BT
4 8° 30’ 23.73" LS 119° 51’ 05.50" BT
- 3 0 -
g. Daerah Kapal Mati
Nomor KOORDINAT
Titik Lintang Selatan Bujur Timur
1 8° 29' 22.05" LS 119° 50' 20.79" BT
2 8° 29' 22.08" LS 119° 50' 30.59" BT
3 8° 29' 28.45" LS 119° 50' 30.57" BT
4 8° 29' 28.46" LS 119° 50' 20.74" BT
2. Daerah Labuh Kapal di Pelabuhan Wae Kelambu
a. Daerah Kapal Curah
Nomor KOORDINAT
Titik Lintang Selatan Bujur Timur
1 8° 27’ 31.65" LS 119° 54’ 47.02" BT
2 8° 27’ 28.03" LS 119° 54’ 57.71" BT
3 8° 27’ 38.67" LS 119° 55’ 01.35" BT
4 8° 27’ 42.30" LS 119° 54’ 50.66" BT
b. Daerah Kapal General Cargo
Nomor KOORDINAT
Titik Lintang Selatan Bujur Timur
1 8° 27’ 19.85" LS 119° 55' 16.95" BT
2 8° 27' 17.39" LS 119° 55' 24.15" BT
3 8° 27' 24.56" LS 119° 55’ 26.59" BT
4 8° 27' 27.02" LS 119° 55' 19.39" BT
c. Daerah Kapal Kontainer
Nomor KOORDINAT
Titik Lintang Selatan Bujur Timur
1 8° 27' 06.98" LS 119° 55' 20.58" BT
2 8° 27' 00.99" LS 119° 55' 38.24" BT
3 8° 27' 18.58" LS 119° 55' 44.25" BT
4 8° 27' 24.56" LS 119° 55' 26.59" BT
-31 -
d. Daerah Kapal Mati
Nomor KOORDINAT
Titik Lintang Selatan Bujur Timur
1 8° 27' 11.37" LS 119° 55' 51.51" BT
2 8° 27' 11.32" LS 119° 55' 57.98" BT
3 8° 27' 17.76" LS 119° 55' 58.03" BT
4 8° 27’ 17.81" LS 119° 55' 51.56" BT
e. Daerah Kapal Darurat
Nomor KOORDINAT
Titik Lintang Selatan Bujur Timur
1 8° 26' 19.79" LS 119° 55' 42.04" BT
2 8° 26' 23.08" LS 119° 55' 50.72 BT
3 8° 26' 36.78" LS 119° 55’ 45.53" BT
4 8° 2' 33.49" LS 119° 55' 36.82" BT
3. Pulau Padar
Nomor KOORDINAT
Titik Lintang Selatan Bujur Timur
1 8° 39' 59.3351" LS 119° 33' 50.2635" BT
2 8° 40' 37.7116" LS 119° 33' 50.0147" BT
3 8° 40' 38.3291" LS H 9° 34' 48.6937" BT
4 8° 39' 59.1992" LS H 9° 34' 48.0447" BT
4. Pulau Komodo
Nomor KOORDINAT
Titik Lintang Selatan Bujur Timur
1 8° 34' 47.0882" LS 119° 30' 51.3669" BT
2 8° 34' 41.0835" LS 119° 31' 14.0131" BT
3 8° 35' 03.2151" LS 119° 31' 21.5619" BT
4 8° 35' 09.0482" LS 119° 30' 58.0578" BT
- 3 2 -
5. Pulau Rinca
Nomor KOORDINAT
Titik Lintang Selatan Bujur Timur
1 8° 37' 1.3667" LS 119° 40' 38.4782" BT
2 8° 38' 2.9182" LS 119° 40' 37.7667" BT
3 8° 38’ 4.0241" LS 119° 41' 23.2988" BT
4 8° 37' 1.6244" LS 119° 41' 23.1433" BT
MENTERI PERHUBUNGAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
BUDI KARYA SUMADI
- 3 3 -
Lampiran VKeputusan Menteri Perhubungan tentang Penetapan Alur-Pelayaran, Sistem Rute, Tata Cara Berlalu Lintas, dan Daerah Labuh Kapal Sesuai Dengan Kepentingannya di Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Labuan Bajo, Wae Kelambu, dan Perlintasan Taman Nasional Komodo Nomor : KM 323 Tahun 2020Tanggal : 15 Desember 2020
PETA ALUR-PELAYARAN MASUK PELABUHAN LABUAN BAJO, WAE
KELAMBU, DAN PERLINTASAN TAMAN NASIONAL KOMODO
1. Peta Rencana Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Labuan Bajo
- 3 4 -
2. Peta Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Wae Kelambu
- 3 5 -
3. Peta Alur-Pelayaran Masuk Pulau Padar
4. Peta Alur-Pelayaran Masuk Pulau Komodo
- 3 6 -
5. Peta Alur-Pelayaran Perlintasan di Taman Nasional Komodo
MENTERI PERHUBUNGAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
.sesuai dengan aslinya
JO HUKUM,
BUDI KARYA SUMADI
B'JI HERPRIARSONO