ker angka

7
Diagnosis, Tatalaksana dan Komplikasi Asma pada Anak BAB I : Pendahuluan I.1 Latar Belakang Asma merupakan penyakit respiratorik kronis yang paling sering dijumpai pada anak. Prevalensi asma meningkat dari waktu ke waktu baik di negara maju maupun Negara sedang berkembang. Selain upaya mencari tatalaksana asma yang terbaik, beberapa ahli membuat suatu pedoman tatalaksana asma yang bertujuan sebagai standar penanganan asma, misalnya Global Initiative for Asthma (GINA) dan Konsensus Internasional. Di Indonesia Unit Kerja Koordinasi (UKK) Pulmonologi dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) telah membuat suatu Pedoman Nasional Asma Anak (PNAA). Pada asma episodik sering dan asma persisten, selain penanganan pada saat serangan, diperlukan obat pengendali (controller) yang diberikan sebagai pencegahan terhadap serangan asma. Oleh karena itu pengertian yang lebih baik tentang peran faktor genetik, sensitisasi dini oleh alergen dan polutan, infeksi virus, serta masalah lingkungan sosioekonomi dan psikologi anak dengan asma diharapkan dapat membawa perbaikan dalam penatalaksanaan asma.

Upload: brian-pasa-nababan

Post on 12-Dec-2015

217 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

ccccc

TRANSCRIPT

Page 1: Ker Angka

Diagnosis, Tatalaksana dan Komplikasi Asma pada Anak

BAB I :

Pendahuluan

I.1 Latar Belakang

Asma merupakan penyakit respiratorik kronis yang paling sering dijumpai

pada anak. Prevalensi asma meningkat dari waktu ke waktu baik di negara maju

maupun Negara sedang berkembang. Selain upaya mencari tatalaksana asma yang

terbaik, beberapa ahli membuat suatu pedoman tatalaksana asma yang bertujuan

sebagai standar penanganan asma, misalnya Global Initiative for Asthma (GINA)

dan Konsensus Internasional. Di Indonesia Unit Kerja Koordinasi (UKK)

Pulmonologi dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) telah membuat suatu

Pedoman Nasional Asma Anak (PNAA). Pada asma episodik sering dan asma

persisten, selain penanganan pada saat serangan, diperlukan obat pengendali

(controller) yang diberikan sebagai pencegahan terhadap serangan asma. Oleh

karena itu pengertian yang lebih baik tentang peran faktor genetik, sensitisasi dini

oleh alergen dan polutan, infeksi virus, serta masalah lingkungan sosioekonomi

dan psikologi anak dengan asma diharapkan dapat membawa perbaikan dalam

penatalaksanaan asma.

BAB II :

Tinjauan Pustaka

II.1 Definisi

Asma didefinisikan sebagai gangguan inflamasi kronik saluran nafas

dengan banyak sel yang berperan, khususnya sel eosinofil dan limfosit T.

Page 2: Ker Angka

II.2 Etiologi

Penyebab asma masih belum jelas. Diduga yang memegang peranan utama

adalah reaksi yang berlebihan dari trakea dan bronkus (hiperreaktivitas bronkus). .

Asma merupakan gangguan kompleks yang melibatkan banyak faktor yang turut

menentukan derajat reaktivitas atau iritabilitas tersebut, karena itu asma disebut

penyakit multifactorial.

II.3 Patofisiologis Serangan Asma

Kejadian utama pada serangan asma akut adalah obstruksi jalan napas

secara luas yang merupakan kombinasi dari spasme otot polos bronkus, edema

mukosa karena inflamasi saluran napas, dan sumbatan mukus. Sumbatan yang

terjadi tidak seragam / merata di seluruh paru. Hiperinflasi paru menyebabkan

penurunan compliance paru, sehingga terjadi peningkatan kerja napas. Ventilasi

perfusi yang tidak padu padan, hipoventilasi alveolar, dan peningkatan kerja napas

menyebabkan perubahan dalam gas darah. Hipoksia dan vasokontriksi dapat

merusak sel alveoli sehingga produksi surfaktan berkurang atau tidak ada, dan

meningkatkan resiko terjadinya atelektasis.

II.4 Klasifikasi

KNAA ( Konsensus Nasional Asma Anak) membagi derajat serangan asma

atas :

1. Serangan ringan

2. Serangan sedang

3. Serangan berat

Page 3: Ker Angka

II.5 Diagnosis

1. Anamnesis

2. Pemeriksaan Fisik

3. Pemeriksaan Lab

4. Foto Roentgen Thoraks

5. Tes Fungsi Paru

II.6 Diagnosis Banding

Mengi tidak hanya terjadi pada asma, tapi dapat terjadi berbagai

macam keadaan yang menyebabkan obstruksi pada saluran nafas :

1. Pada bayi adanya korpus alienum di saluran nafas dan esofagus.

2. penyakit paru kronik yang berhubungan dengan bronkiektasis atau

fibrostik kistik.

3. Bronkiolitis akut, biasanya mengenai anak dibawah umur 2 tahun dan

terbanyak dibawah umur 6 bulan dan jarang berulang.

4. bronkitis, tidak ditemukan eosinofilia, suhu biasanya tinggi dan tidak

herediter, bila sering berulang dan kronik biasanya disebabkan oleh asma.

5. Tuberculosis kelenjar limfe di daerah trakheobronkial

6. Asma kardial, sangat jarang pada anak. Dispnu paroksismal terutama

malam hari dan didapatkan tanda-tanda kelainan jantung.

7. Kelainan trakea dan bronkus, misalnya trakeobronkomalasi dan stenosis

bronkus.

II.7 Penatalaksanaan

Tujuan tatalaksana asma anak secara umum adalah untuk menjamin

tercapainya potensi tubuh kembang anak secara optimal.

Page 4: Ker Angka

Tata laksana medikamentosa dibagi menjadi 2 yaitu :

- Tata laksana jangka panjang bertujuan untuk mencegah memburuknya

proses inflamasi yang ada menggunakan obat-obat pengendali

- Tata laksana jangka pendek bertujuan untuk mengatasi serangan asma

yang terjadi

Pencegahan Serangan asma pada anak

II.8 Komplikasi

Bila serangan asma sering terjadi dan telah berlangsung lama, terjadi

emfisema dan perubahan bentuk thorak yaitu thorak membungkuk

kedepan dan memanjang. Bila sekret banyak dan kental dapat terjadi

atelektasis, bila berlangsung lama terjadi bronkoektasis, bila ada infeksi

akan terjadi bronkopneumonia. Kegagalan pernafasan, kegagalan jantung

dan kematian.

II.9 Prognosis

Informasi mengenai perjalanan klinis asma menyatakan bahwa prognosis

baik ditemukan pada 50–80% pasien, khususnya pasien yang penyakitnya ringan

dan timbul pada masa kanak-kanak.

BAB III

Penutup

III.1 Kesimpulan

Klasifikasi asma adalah asma episodik jarang, asma episodik

sering, dan asma persisten. Pada asma episodik jarang hanya diberikan obat

reliever saja tanpa controller, sedangkan pada asma episodik sering dan persisten

diperlukan terapi jangka panjang (controller). Pada terapi jangka panjang setelah

Page 5: Ker Angka

diberikan kortikosteroid dosis rendah kurang memuaskan dapat diberikan terapi

kombinasi kortiksteroid dosis rendah dan LABA, atau TSR, atau antileukotrien.

Terapi kombinasi tersebut dapat memperbaiki uji fungsi paru, gejala asma, dan

aktivitas sehari-hari yang pada akhirnya meningkatkan kualitas hidup anak asma.

Dengan kombinasi di atas, dosis kortikosteroid dapat diturunkan sehingga efek

samping terhadap tumbuh kembang anak dapat dikurangi. Terapi kombinasi

tersebut merupakan suatu harapan baru dalam tatalaksana asma.