kerangka teori gizi
DESCRIPTION
giziTRANSCRIPT
Kerangka Teori
2.1.1 Nutrisi (Gizi)
Gizi adalah suatu proses orga
nisme menggunakan
makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses
digesti, absorpsi, transportasi,
penyimpanan, metabolisme dan pengeluar
an zat-zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ,
serta menghasilkan energi (Supriasa, 2001).
Makanan merupakan substansi yang
kompleks. Sebuah makanan yang
optimal mengandung, di samping air yang
cukup, juga kalori yang adekuat,
protein, lemak, mineral da
n vitamin. Nutrisi penti
ng tersebut dikelompokkan
menjadi beberapa kelompok utama menurut senyawanya. Kelompok pertama
disebut sebagai makronutrien, yang dibut
uhkan dalam jumlah besar untuk energi
dan perawatan tubuh, yaitu karbohidrat, lemak dan protein. Kelompok kedua
adalah mikronutrien, dibutuhkan dalam jumlah kecil untuk membantu proses
metabolisme tubuh agar dapat berlangsung
dengan baik yaitu vitamin, mineral,
enzim, asam lemak esensial, asam ami
no dan senyawa penting lainnya (Ganong,
2002).
2.1.2
Karbohidrat
Karbohidrat adalah sumber energi
utama bagi tubuh. Karbohidrat
digunakan dalam bentuk gula bersama oksigen menghasilkan energi dalam ukuran
satuan kalori. Dari bentuk senyawa
nya, karbohidrat dibedakan menjadi
karbohidrat sederhana yang langsung di
gunakan sebagai sumber energi, dan
karbohidrat kompleks, yang dipecah menj
adi gula melalui proses pencernaan,
serta serat yang tidak dicerna
dan diserap tubuh (Nix, 2005).
Selain sebagai sumber energi, kar
bohidrat memberi rasa manis pada
makanan, sedangkan fungsi penting karbohi
drat (kelompok polis
akarida) adalah
sebagai pelindung lemak dari oksidasi tak sempurna menjadi senyawa keton yang
beracun bagi tubuh. Senyawa racun terse
but dikeluarkan melalui urin dengan
5
mengikat ion natrium, sehingga pH cai
ran tubuh akan turun dengan akibat
terjadinya ketosis dan asidosis yang
berbahaya bagi kesehatan. Karbohidrat
(kelompok serat) juga membantu member
sihkan sampah hasil pencernaan yang
dikeluarkan sebagai feses (Nix, 2005).
Satu gram karbohidrat
dihasilkan sebesar 4 kka
l. Anjuran dari WHO
(1990) untuk mengkonsumsi karbohidrat
adalah sekitar 55-75% dari total
kebutuhan energi. Dengan lebih banya
k asupan karbohidrat, kita dapat
menghemat penggunaan protein sebagai sumb
er energi. Sebali
knya, protein itu
akan digunakan sebagai unsur pe
mbangun jaringan (Olivia, 2004).
Metabolisme konversi glukosa menjad
i energi di dalam tubuh akan
berlangsung melalui proses glikolisis, resp
irasi selular, siklus asam sitrat, dan
rantai transpor elek
tron (Marks, 2000).
Secara keseluruhan proses metabolisme glukosa akan menghasilkan
produk samping berupa CO
2
dan H
2
O. Karbon dioksida diha
silkan dari siklus
asam sitrat sedangkan H
2
O dihasilkan dari proses
rantai transport elektron.
Melalui proses metabolisme, energi kem
udian akan dihasilkan dalam bentuk ATP
dan kalor panas. Terbentuknya ATP dan
kalor panas ini merupakan inti dari
proses metabolisme energi. Melalui proses g
likolisis, siklus asam sitrat dan proses
rantai transpor elektron,
sel-sel yang tedapat di dalam tubuh akan mampu untuk
mengunakan dan menyimpan energi
yang dikandung dalam bahan makanan
sebagai energi ATP. Secara umum proses metabolisme secara aerobik akan
mampu untuk menghasilkan energi yang le
bih besar dibandingkan dengan proses
secara anaerobik. Dalam proses metabolisme secara aerobik, ATP akan terbentuk
sebanyak 36 buah sedangkan proses anaerobik hanya akan menghasilkan 2 buah
ATP. Ikatan yang terdapat dalam
molekul ATP ini akan mampu untuk
menghasilkan energi sebesar 7.3 kilokalor per molnya
(Marks, 2000).
2.1.3
Protein
Seperlima dari jaringan t
ubuh (otot, tulang, kulit
dan jaringan yang lain)
adalah protein. Protein adalah unit
pembangun yang dikenal dengan asam amino.
Asam amino adalah rantai sekuense
untuk membentuk protein yang spesifik.
Setiap asam amino berikatan de
ngan sebuah peptida (Nix, 2005).
6
Fungsi protein adalah sebagai
bahan pembentuk enzim, hormon,
hemoglobin, sel antibodi, jaringan sist
em saraf (neurotransmiter), jaringan
pembangun dan sel tubuh, memperbaiki dan
menjaganya dari kerusakan. Protein
juga menjaga keseimbangan cairan tubuh, dan sebagai penyangga (
buffer
) pH
tubuh (Nix, 2005).
Bila keadaan darurat te
rjadi (tubuh kekurangan ka
rbohidrat dan lemak),
protein juga digunakan sebagai baha
n energi dengan resiko terganggunya
perawatan jaringan tubuh. Sebagai sumb
er energi, setiap gram protein
menghasilkan 4 kkal (Olivia, 2004).
Karena masing-masing dari ke dua
puluh asam amino memiliki struktur
tersendiri, maka jalur metabolismenya pun
berbeda-beda. Sebelas di antara 20
asam amino tersebut dapat dibentuk di
dalam tubuh (aa non esensial), sedangkan
sembilan asam amino harus tersedia dalam makanan (aa esensial). Ketika asam
amino mengalami penguraian, karbonnya diubah menjadi: CO
2,
senyawa yang
menghasilkan glukosa di hati, dan badan
keton atau prekursornya. Ketika karbon
asam amino diubah menjadi glukosa, nitr
ogen asam amino diubah menjadi urea
melalui siklus urea (Marks, 2000).
2.1.4
Lemak
Di dalam makanan, lemak memberikan
rasa kenyang lebih lama, rasa
lezat, bentuk persediaan makanan
yang ada didalam tubuh. Sebagai sumber
energi, setiap gram lemak memberikan en
ergi sebesar 9 kkal
. Seperti halnya
karbohidrat, lemak menghemat protein
daripada digunakan sebagai energi.
Anjuran dari WHO untuk konsumsi lemak ad
alah sekitar 15-30% dari kebutuhan
energi total dengan dua pertiganya ad
alah lemak jenuh dan sisanya lemak tak
jenuh
(Olivia, 2004).
Fungsi lemak yang terpenting adalah
sebagai bahan pembentuk jaringan
dan senyawa lain dalam proses metabo
lisme tubuh. Lemak juga dapat berfungsi
sebagai pelindung organ penting (jantung, hati dan ginjal) dari goncangan,
benturan dan bahaya lainnya, juga memelihara suhu tubuh dengan menjaga
kehilangan panas tubuh. Sela
in itu, lemak juga seba
gai alat pengangkut nutisi
7
larut lemak (vitamin A, D, E, dan K) dan pelumas untuk membantu pengeluaran
sampah makanan hasil pencernaan
(Olivia, 2004).
Asam lemak dibentuk apabila terjad
i kelebihan kalori dalam makanan.
Sumber karbon utama untuk pembentuka
n asam lemak adalah karbohidrat
makanan. Kelebihan kalori dari protein makanan juga dapat mendorong
pembentukan asam lemak (Olivia, 2004).
Lemak dari makanan dipecah dalam proses pencernaan menjadi asam
lemak, yang dari sifatnya
dibedakan menjadi asam lemakjenuh dan asam lemak
tak jenuh (Nix, 2005).
Asam lemak yang disimpan sebagai triasilgliserol, berfungsi sebagai
bahan bakar dan merupakan sumber ener
gi utama bagi t
ubuh. Triasilgliserol,
lemak utama dalam makanan terutama
dicerna didalam lumen usus. Produk-
produk pencernaan tersebut
diubah kembali menjadi triasilgliserol didalam sel
epitel usus, yang dikemudian dikemas
dalam lipoprotein yang dikenal sebagai
kilomikron, dan disekresikan kedalam limfe. Akhirnya, kilomikron masuk
kedalam darah dan berfungsi sebagai salah satu lipoprotein dalam darah (Nix,
2005).
2.1.5
Sistem Energi Manusia
Tubuh manusia memerlukan energi ya
ng tetap untuk menunjang aktivitas
hidup dan kesehatan (Olivia, 2004).
Pada umumnya kata yang digunakan
untuk mengukur energi adalah kalori.
Kalori berarti jumlah energi yang dimakan
atau dikeluarkan pada
aktivitas fisik.
Nutrisi pada manusia sering dalam istilah kilokalori (1000 kalori
). Satu kilokalori
adalah jumlah panas yang dibutuhkan
untuk meningkatkan 1 kg air pada 1
0
C.
Satuan internasional untuk energi adalah
joule (J). Satu kilokalori sama dengan
4.184 kJ (Olivia, 2004).
Untuk menghitung kebutuhan kalori
dapat ditentukan dengan rumus
sebagai berikut:
Kebutuhan kalori untuk laki-laki
= Berat badan ideal x 25 kal
Kebutuhan kalori untuk perempuan
= Berat badan ideal x 30 kal
8
Sedangkan berat badan ideal dihitung de
ngan rums Broca, yaitu : (tinggi
badan – 100) – 10%.
Dengan perhitungan seperti cara di at
as, maka baik kelebihan maupun
kekurangan berat badan dapat diatasi
dengan mengkonsumsi makanan sesuai
dengan kebutuhan kalorinya untuk be
rat badan yang ideal (Olivia, 2004).
Masalah kekurangan dan kelebihan gizi
pada orang dewasa (usia 18 tahun
keatas) merupakan masalah penting, ka
rena selain mempunyai resiko penyakit-
penyakit tertentu, juga dapat mempengar
uhi produktifitas kerjan
ya. Oleh karena
itu pemantauan keadaan tersebut perlu dilakukan oleh setiap orang secara
berkesinambungan (
www.
artikel-kesehatan-online.com
).
Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body
Mass Index (BMI) merupakan alat
atau cara yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya
yang berkaitan dengan kekurangan dan kele
bihan berat badan. Berat badan kurang
dapat meningkatkan resiko terhadap penyaki
t infeksi, sedangkan berat badan lebih
akan meningkatkan resiko terhadap pe
nyakit degeneratif. Oleh karena itu,
mempertahankan berat badan normal mem
ungkinkan seseorang dapat mencapai
usia harapan hidup yang lebi
h panjang. Dengan IMT akan diketahui apakah berat
badan seseorang dinyatakan normal, kurus
atau gemuk. Penggunaan IMT hanya
untuk orang dewasa berumur > 18 tahun da
n tidak dapat diterapkan pada bayi,
anak, remaja, ibu hamil, dan olahragawan (
www.
artikel-kesehatan-online.com
).
Untuk mengetahui nilai IMT ini, da
pat dihitung dengan rumus berikut:
Berat Badan (Kg)
IMT = _________________________________
Tinggi Badan (m) X Tinggi Badan (m)
Sebagai acuan dipakai klasifikas
i IMT untuk orang dewasa menurut
WHO-
Regional Office for the Western
Pasific 2000 (WHO-WPRO 2000).
9
Tabel 2.1 Klasifikasi Berat Badan b
erdasarkan IMT untuk orang Asia
Dewasa menurut WHO-
Regional Office for the Western
Pasific 2000 (WHO-
WPRO 2000)
Kategori
IMT
BB kurang
BB normal
BB lebih
Obesitas 1
Obesitas 2
< 18,5
18,5 – 22,9
23,0 – 24,9
25,0 – 29,9
> 30,0
2.1.6
Kebiasaan Makan
Kebiasan makan adalah cara individu atau kelompok individu memilih
pangan apa yang dikonsumsi sebagai r
eaksi terhadap pengaruh fisiologis,
psikologis, dan social budaya (Suhardj
o, 1989). Perubahan kebi
asaan makan dapat
disebabkan oleh factor pe
ndidikan gizi dan kesehata
n serta aktivitas pemasaran
atau distribusi pangan. Kebi
asaan makan remaja dipengaruhi oleh banyak faktor.
Pertumbuhan remaja meningkatkan part
isipasi dalam kehidupan sosial dan
aktivitas remaja sehingga dapat menimbulkan dampak terhadap apa yang dimakan
remaja tersebut. Remaja mulai dapat me
milih dan mempersiapkan makanan untuk
mereka sendiri, dan biasanya remaja lebih
suka makanan serba instan yang berasal
dari luar rumah seperti
fast food (Worthington, 2000).
2.1.7
Fast food
Fast food
adalah makanan cepat saji ya
ng dikonsumsi secara instan.
Fast
food
memiliki ciri kandungan gizi tidak seimbang. Kebanyakan mengandung
kalori tinggi, tetapi sangat rendah serat. Juga, tinggi kandungan lemak (termasuk
kolesterol), gula dan garam (Hermina, 1997).
10
Fast food
merupakan makanan yang disi
apkan dalam waktu singkat
(kurang dari 1 menit setelah pemesanan)
. Menu yang ditawarkan dalam restoran
fast food
umumnya terbatas, dan sebagian
besar sistem pelayanannya berupa
self-
service by costumer
. Selain itu,
fast food
didefinisikan sebagai makanan yang
dapat dikonsumsi secara cepat (Yuliati, 1998).
Secara umum,
fast food
dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
fast
food
yang berasal dari luar negeri
yang lebih dikenal dengan sebutan
fast food
modern seperti McDonald’s, KFC, Texas fried chicken, pizza hut, A&W, serta
fast food tradisional (lokal) seperti
rumah makan padang, warung tegal, bakul
sunda dan lainnya yang biasa menyediak
an makanan seperti pecel lele, ayam
bakar, baso, somay dan lainnya (Karnaeni, 2005).
Fast food
biasanya mengandung zat gizi
yang terbatas atau rendah,
diantaranya adalah kalsium, riboflavin,
vitamin A, magnesium, vitamin C, folat
dan serat. Selain itu, kandungan lemak da
n natrium cukup tinggi dalam berbagai
fast food
(Worthington, 2000). Sebagai contoh, ko
mposisi nutrisi pada hamburger
McDonald’s mengandung 250 kalori, lemak
total 9 g, kolesterol 25 mg, garam
520 mg, karbohidrat 31 g, serat 2 g, gula
6 g, protein 12 g, vitamin A 0 mg,
vitamin C 2 mg, kalsium 10 mg, zat besi
15 mg. Kebutuhan kolesterol harian
sebesar 9 mg sedangkan kolesterol ya
ng terkandung dalam hamburger 25 mg,
kebutuhan garam harian sebesar 22 mg
sedangkan garam dalam hamburger 520
mg, kebutuhan serat harian sebesar 6 g
sedangkan serat dalam hamburger 2 g.
Dari data tersebut dapat dilihat, hamburger memiliki kandungan kolesterol dan
garam yang tinggi, sedangkan kandungan seratnya rendah
(http://nutrition.mcdonalds.com).
Fast food
yang berasal dari pangan hewa
ni ternak sebagai menu utama
merupakan pangan sumber lemak dan kolesterol.
Fried chicken
yang umumnya
digoreng dengan kulitnya mengandung kol
esterol cukup tinggi (Khomsan, 2004).
Sepotong ayam goreng bagian paha bawah (
drumstick)
KFC mengandung 130
kalori, lemak total 21 g, karbohidrat 1
g dan serat 0 g (http://mobile.kfc.com).
Lemak dan kolesterol memang dibutuhka
n oleh tubuh kita, namun bila
dikonsumsi berlebihan akan mendatangkan
gangguan kesehatan seperti terjadinya
11
penyumbatan pembuluh darah. Konsumsi lemak sebaiknya dibatasi maksimum
25% dari kebutuhan kalori total atau
sekitar 500-550 kal da
n 300 mg/orang/hari
untuk kolesterol (Khomsan, 2004).
Ketidakseimbangan gizi dala
m tubuh dapat terjadi jika
fast food
dijadikan
sebagai pola makan setiap hari. Kelebi
han kalori, lemak dan natrium akan
terakumulasi di dalam tubuh sehingga
dapat menimbulkan berbagai penyakit
seperti tekanan darah tinggi, jantung kor
oner, aterosklerosis dan DM serta
obesitas. Namun konsumsi pangan tersebut
tidak akan merugikan jika disertai
dengan menu seimbang, frekuensi yang rendah
dan disertai dengan aktivitas fisik/
olahraga yang teratur dan disesuaikan denga
n usia (Mahdiyah, Zulaikah dan Asih,
2004).
Serat yang rendah dapat menimbul
kan masalah pencernaan. Serat
dibutuhkan tubuh untuk membantu fungs
i pencernaan dengan mengurangi
kemungkinanan sulit buang air besar, selain peran lainnya dalam menurunkan
kadar kolesterol dan gula
darah (Siswono, 2002).
Akibat tingginya kandungan kalori dalam
fast food
(terutama dalam
bentuk karbohidrat, lemak dan protein)
, menyebabkan bila dikonsumsi secara
sering dan dalam jumlah yang banyak dapa
t menimbulkan masalah obesitas atau
kegemukan. Dalam jangka panjang, obesitas ini memicu timbulnya berbagai
penyakit, seperti diabetes dan jantung kor
oner. Selain itu, kadar garam yang tinggi
(kadar natrium yang tinggi) dalam fast f
ood akan memicu terjadinya hipertensi.
Berdasarkan rekomendasi pemerintah I
nggris, kadar maksimal garam yang boleh
dikonsumsi setiap harinya adalah 6 gr
am untuk dewasa, 5 gram untuk anak
berusia 7-10 tahun, serta 3 gram untuk
anak berusia 4-6 tahun (Siswono, 2002).
Fast food
tidak harus dihindari, tapi diba
tasi. Tidak dikonsumsi setiap hari,
tetapi sebaiknya cukup sekali atau 2 kali se
bulan. Pada prinsipnya, segala sesuatu
bila dikonsumsi secara seimbang dan tidak berlebihan, termasuk
fast food
, akan
aman bagi kesehatan tubuh. Kita perlu le
bih selektif dalam memilih makanan, lalu
dikombinasikan dengan kebi
asaan hidup sehat lainnya.
Misalnya, berolahraga
12
secara teratur akan memberikan hasil
lebih optimal pada kesehatan tubuh
(Siswono, 2002).
2.1.8 Survey konsumsi makanan
Survei konsumsi makanan dilakukan
untuk mengetahui kebiasaan makan
dan gambaran tingkat kecukupan bahan
makanan dan zat gizi pada tingkat
kelompok, rumah tangga dan perorangan se
rta faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap konsumsi makana
n tersebut (Supriasa, 2001).
Metode
Food Frequency Questionnaire
(FFQ) merupakan kuesioner yang
menggambarkan frekuensi responden dalam mengkonsumsi beberapa jenis
makanan dan minuman. Frekuensi konsumsi
makanan dilihat dalam satu bulan.
Kelebihan FFQ yaitu dapat diisi sendiri oleh responden, relatif murah, data
usual
intake
lebih representatif dibandingkan
diet record
beberapa hari. Keterbatasan
FFQ yaitu kemungkinan tidak menggambarkan
usual food
atau porsi yang dipilih
oleh responden, dan tergantung
pada kemampuan responden untuk
mendeskripsikan dietnya (Supriasa, 2001).