keratitis
TRANSCRIPT
KERATITIS Oleh : dr. M. Amrullah Al Faqih (2002)
Medical Study Club (MiSC) Organ Indera fkuii.org
Pendahuluan
Mata merupakan salah satu indera dari pancaindera yang sangat penting untuk
kehidupan manusia. Terlebih lagi dengan majunya teknologi, indera penglihatan yang
baik merupakan kebutuhan yang tidak dapat diabaikan. Mata merupakan bagian yang
sangat peka, trauma sekecil apapun, seperti debu yang bila masuk mata, sudah cukup
menimbulkan gangguan yang hebat.1,2
Kornea merupakan salah satu bagian dalam anatomi mata yang sangat
berperan dalam menentukan hasil pembiasan sinar pada mata, karena kornea
berfungsi sebagai jendela bagi mata dan membiaskan berkas cahaya, sehingga bila
terjadi lesi pada kornea umumnya akan memberikan gejala penglihatan yang
menurun, terutama bila lesi tersebut letaknya di tengah.2,3,4
KORNEA
Tinjauan Anatomi dan Fisiologi Kornea
Kornea dalam bahasa latin Cornum yang berarti tanduk adalah bagian anterior
dari mata, jernih dan merupakan jendela sinar sehingga sinar dapat masuk ke dalam
bola mata. Permukaannya mempunyai lengkung teratur, mengkilap, dan licin oleh air
mata. Ketebalannya relatif sama diseluruh bagian yaitu di tepi 0.65 mm dan 0.54 mm
di pusat dengan diameter rata-rata pada dewasa 12 mm.2,3
Gambar 1. Anatomi Mata
KERATITIS, article by MiSC Organ Indera fkuii.org 1
Kornea adalah jaringan yang tranparan tidak mengandung pembuluh darah
(avaskuler). Sifat avaskuler ini penting untuk penerimaan transplantasi kornea oleh
resipien dari donor siapapun tanpa memandang kesamaan sifat genetis.4
Bentuk kornea bundar melengkung seperti kaca arloji. Pembiasan
cahaya/sinar terkuat dilakukan oleh kornea, di mana 40 dioptri dari 50 dioptri
pembiasan masuk kornea. Pembiasan cahaya terutama terjadi di permukaan anterior
dari kornea. Perubahan dalam bentuk dan kejernihan kornea akan mengganggu
pembentukan bayangan yang baik pada retina.5
Jaringan kornea terdiri atas lima lapisan, yaitu (dari luar ke dalam) : 2,3,4,5
1. Epitel Kornea
Terdiri dari 5 lapisan sel skuamosa, yang tersusun sangat rapi dan merupakan
lanjutan dari epitel konjungtiva bulbi.
2. Membran Bowman
Letaknya di bawah epitel dan terdiri dari lamel-lamel tanpa sel atau nukleus dan
merupakan modifikasi dari jaringan stroma.
3. Jaringan Stroma
Terdiri dari jaringan yang tersusun sejajar dan sangat rapi dan 90% ketebalan
kornea adalah jaringan stroma.
Karena inilah, kornea menjadi sangat jernih. Keratosit merupakan sel stroma
kornea yang merupakan fibroblast yang terletak di antara serat kolagen stroma.
4. Membran Descemet
Merupakan membran aseluler yang bersifat sangat elastik dengan ketebalan ±
40μm dan merupakan batas posterior dari stroma kornea yang dihasilkan sel
endotel dan merupakan membran basalnya.
5. Endotel
Berasal dari mesothelium, berlapis satu dengan bentuk heksagonal. Endotel
melekat pada membran descemet melalui hemidesmosom dan zonula okluden.
Kornea memperoleh nutrisi melalui difusi dari pembuluh darah di limbus
kornea yaitu batas antara sklera dan kornea, cairan akuos dan air mata. Permeabilitas
dari kornea ditentukan oleh epitel dan endotel, yang merupakan membran
KERATITIS, article by MiSC Organ Indera fkuii.org 2
semipermeabel. Keadaan kedua lapisan ini sangat penting untuk mempertahankan
kejernihan kornea. Permukaan kornea juga dapat menyerap oksigen dari atmosfer
yang larut ke dalam air mata. 2,3
Gambar 2 : Penampang Histologi Kornea
Innervasi saraf sensorik untuk kornea berasal dari percabangan pertama saraf
Trigeminus (N.V) yaitu ophtalmicus. Di epitel kornea tersebar akhiran saraf sensibel.
Bila kena paparan maka akan menghasilkan rasa sakit. Jumlah yang banyak dari
akhiran saraf dan lokasinya yang tersebar akan peka walaupun dengan
sentuhan/abrasi yang halus pada epitel kornea. 3
Epitel kornea merupakan sawar yang andal bagi mikroorganisme yang akan
masuk kornea. Tetapi kalau epitel terkena trauma dan rusak, maka membran Bowman
menjadi kultur yang sangat baik untuk bermacam-macam mikroorganisme, terutama
Pseudomonas Aeruginosa. Membran Descemet menahan mikroorganisme tetapi tidak
terhadap jamur.3,4
KERATITIS, article by MiSC Organ Indera fkuii.org 3
Pemeriksaan Pada Kornea 5
1. Uji Fluoresin
Yaitu uji untuk melihat adanya defek pada epitel kornea. Caranya, kertas
fluoresin dibasahi terlebih dahulu dengan garam fisiologis kemudian
diletakkan pada saccus konjungtiva inferior setelah terlebih dahulu penderita
diberi anestesi lokal. Penderita diminta menutup matanya selama 20 detik,
kemudian kertas diangkat. Defek kornea akan terlihat berwarna hijau dan
disebut sebagai uji fluoresin positif.
2. Uji Fistel
Yaitu uji untuk mengetahui letak dan adanya kebocoran kornea. Pada
konjungtiva inferior ditaruh kertas fluoresin. Bila terdapat fistel kornea akan
terlihat pengaliran cairan mata berwarna hijau.
3. Uji Plasido
Yaitu uji untuk melihat kelengkungan kornea. Caranya dengan memakai
papan plasido yaitu papan dengan gambaran lingkaran konsentris putih hitam
yang menghadap pada sumber cahaya, sedang pasien sendiri membelakangi
sumber cahaya. Melalui lubang di tengah dilihat gambaran bayangan plasido
pada kornea. Normal bayangan plasido pada kornea berupa lingkaran
konsentris.
Gambar 3 : Bayangan Keratoskop Placido pada Kornea. 3
4. Uji Sensibilitas kornea
Yaitu uji untuk menilai fungsi saraf trigeminus kornea. Caranya dengan
meminta penderita melihat jauh ke depan, kemudian dirangsang dengan kapas
KERATITIS, article by MiSC Organ Indera fkuii.org 4
kering dari bagian lateral kornea. Bila terdapat refleks mengedip, rasa sakit
atau mata berair berarti fungsi saraf trigeminus dan fasial baik.
KERATITIS
Definisi
Keratitis ialah peradangan pada kornea. Gejala patognomik dari keratitis ialah
terdapatnya infiltrat di kornea. Infiltrat dapat ada di seluruh lapisan kornea, dan
menetapkan diagnosis dan pengobatan keratitis.
Karena kornea merupakan bangunan yang avaskuler, maka pertahanan pada
waktu peradangan tidak bereaksi dengan cepat, seperti jaringan lain yang
mengandung banyak vaskularisasi. Sehingga badan kornea, wandering cells dan sel-
sel lainnya yang terdapat di dalam stroma kornea akan segera bekerja sebagai
makrofag yang kemudian akan disusul dengan terjadinya dilatasi dari pembuluh
darah yang terdapat di limbus dan akan tampak sebagai injeksi perikornea. Kemudian
akan terjadi infiltrasi dari sel-sel mononuklear, sel plasma dan sel polimorfonuklear
yang akan mengakibatkan timbulnya infiltrat yang selanjutnya dapat berkembang
dengan terjadinya kerusakan epitel dan timbullah ulkus (tukak) kornea. 2,3
Pada peradangan yang dalam, penyembuhan berakhir dengan pembentukan
jaringan parut (sikatrik), yang dapat berupa nebula, makula, dan leukoma.2,3
- Nebula, timbul bila ulkus tak begitu dalam dan tampak sebagai bercak seperti
awan, yang hanya dapat dilihat di kamar gelap dengan cahaya buatan.
- Makula, terjadi bila ulkus lebih dalam dan tampak sebagai bercak putih yang
tampak di kamar biasa.
- Leukoma, didapat bila ulkus lebih dalam lagi dan tampak sebagai bercak putih
seperti porselen, yang sudah tampak dari jarak jauh.
Manifestasi Klinis
Gejala patognomik dari keratitis adalah terdapatnya infitrat di kornea. Infiltrat
dapat ada di segala lapisan kornea, dan menetapkan diagnosis dan pengobatan
keratitis.3 Tanda subyektif lain yang dapat mendukung keratitis adalah fotofobia,
lakrimasi, blefarospasme dan gangguan visus. Injeksi perikornea di limbus
KERATITIS, article by MiSC Organ Indera fkuii.org 5
merupakan tanda objektif yang dapat timbul pada keratitis, selain dapat pula
terjadinya edema kornea.2,3
Klasifikasi
Pembagian keratitis ada bermacam-macam, salah satunya adalah klasifikasi
keratitis menurut kausanya (Vaughan) :
a. Bakteri
- Diplococcus pneumonia
- Streptococcus haemoliticus
- Pseudomonas aeruginosa
- Klebsiella pneumonia
b. Virus
- Herpes simpleks
- Herpes zoster
- Variola
- Vacinia
c. Jamur
- Candida
- Aspergillus
- Nocardia
- Cephalosporum
d. Alergi terhadap :
- Stafilokok (ulkus marginal)
- Tuberkuloprotein (keratitis flikten)
- Toksin (ring ulcer , ulkus anularis)
e. Defisiensi vitamin
Avitaminosis A (xeroftalmia)
f. Kerusakan N. V
Keratitis neuroparalitik
g. Tidak diketahui penyebabnya (ulkus moorens)
KERATITIS, article by MiSC Organ Indera fkuii.org 6
Menurut tempatnya (Salim cit Wiyana, 1993 )
a. Keratitis superfisial
Ulseratif
- Keratitis pungtata superfisial ulserativa
- Keratitis flikten
- Keratitis herpetika
- Keratitis sicca
- Keratitis rosasea
Non-ulseratif
- Keratitis pungtata suferfisial Fuchs
- Keratitis numularis Dimmer
- Keratitis disiformis Westhoff
- Keratokonjungtivitis epidemika
b. Keratitis profunda
Ulseratif
- Keratitis et lagoftalmus
- Keratitis neuroparalitik
- Xeroftalmia
- Trakoma dengan infeksi sekunder
- Keratitis gonore
- Ulkus serpens akut
- Ulkus serpens kronis
- Ulkus ateromatosis
Non-ulseratif
- Keratitis interstitial
- Keratitis pustuliformis profunda
- Keratiis disiformis
- Keratitis sklerotikans
KERATITIS, article by MiSC Organ Indera fkuii.org 7
Menurut Prof I. Salam, yaitu: 2
Xeroftalmia
KERATITIS
Superfisial
Non-Ulseratif
Ulseratif
Profunda
Non-Ulseratif
Ulseratif
Keratitis pungtata superfisial
Keratitis Numularis
Keratitis Disiformis
Keratokonjungtivitis Epidemika
Keratitis pungtata superfisial ulseratif
Keratitis Flikten
Keratitis Herpetika
Keratitis Sicca
Rosasea Keratitis
Keratitis Interstitial
Keratitis Pustuliformis profunda
Keratitis Disiformis
Keratitis Sklerotikans
Keratitis Lagoftalmus
Keratitis Neuroleptika
Trakoma
Gonore
Ulkus Serpens Akut dan kronis
Ulkus Ateromatous
Keratitis Superfisial Non-Ulseratif
1. Keratitis Pungtata Superfisial
Merupakan suatu peradangan akut yang mengenai satu atau kedua mata, dapat
dimulai dari konjungtivitis kataral, disertai infeksi dari traktus respiratorius.
KERATITIS, article by MiSC Organ Indera fkuii.org 8
Tampak infiltrat yang berupa titik-titik pada kedua permukaan membran
Bowman. Tes fluoresin (-), karena letaknya terjadi di subepitelial.
Gambar 4 : Keratitis Pungtata
Penyebabnya belum diketahui dengan jelas, diduga diakibatkan infeksi virus,
bakteri, parasit, neurotropik, dan nutrisional. 2,3,5
2. Keratitis Numularis
Penyebabnya diduga diakibatkan oleh virus. Pada kornea terdapat infiltrat
bulat-bulat subepitelial dan di tengahnya lebih jernih, seperti halo. Tes
fluoresinnya (-).2,3
Gambar 5 : Keratitis Numularis
3. Keratitis Diskiformis
Disebut juga sebagai keratitis sawah, karena merupakan peradangan kornea
yang banyak di negeri persawahan basah. Pada anamnesa umumnya ada riwayat
trauma dari lumpur sawah. 2,3
KERATITIS, article by MiSC Organ Indera fkuii.org 9
Gambar 6 : Keratitis Sawah
Pada kornea tampak infiltrat yang bulat-bulat-bulat, di tengahnya lebih padat
dari pada di tepi dan terletak subepitelial. Tes Fluoresin (-).2
4. Keratokonjungtivitis Epidemika
Merupakan peradangan yang mengenai kornea dan konjungtiva yang
disebabkan oleh reaksi alergi terhadap adenovirus tipe 8. 3,5
Penyakit ini dapat timbul sebagai suatu epidemia dan biasanya unilateral.
Umumnya pasien merasa demam, merasa seperti ada benda asing, kadang-kadang
disertai nyeri periorbita, dan disertai penglihatan yang menurun. 2,5
Perjalanan penyakit ini sangat cepat, dimulai dengan konjungtivitis folikularis
nontrakomatosa akut yang ditandai dengan palpebra yang bengkak, konjungtiva
bulbi khemotis dan mata terasa besar dan dapat disertai dengan adanya
pseudomembran.
Keratitis Superfisial Ulseratif
1. Keratitis Pungtata Superfisial Ulseratif
Penyakit ini didahului oleh konjungtivitis kataral, akibat stafilokok ataupun
penumokok. Tes fluoresin (+).2
2. Keratokonjungtivitis Flikten
Merupakan radang kornea dan konjungtiva akibat dari reaksi imun yang
mungkin sel mediated pada jaringan yang sudah sensitif terhadap antigen. Pada
KERATITIS, article by MiSC Organ Indera fkuii.org 10
mata terdapat flikten yaitu berupa benjolan berbatas tegas berwarna putih keabuan
yang terdapat pada lapisan superfisial kornea dan menonjol di atas permukaan
kornea. 2,5
3. Keratitis Herpetika
Merupakan keratitis yang disebabkan oleh infeksi herpes simplek dan herpes
zoster. Keratitis herpetika yang disebabkan oleh herpes simplek dibagi dalam 2
bentuk yaitu epitelial dan stromal. Perbedaan ini perlu akibat mekanisme
kerusakannya yang berbeda. 2
Pada yang epitelial kerusakan terjadi akibat pembelahan virus di dalam sel
epitel, yang akan mengakibatkan kerusakan sel dan membentuk ulkus kornea
superfisial. Sedang pada yang stromal diakibatkan reaksi imunologik tubuh pasien
sendiri terhadap virus yang menyerang. 2,5
Keratitis herpes simplek adalah penyebab ulkus kornea paling sering dan
penyebab kebutaan kornea paling umum di Amerika. Bentuk epitelnya adalah
padanan dari herpes labialis, yang memiliki ciri-ciri immunologi dan patologi
sama, juga perjalanan penyakitnya. Perbedaan satu-satunya adalah bahwa
perjalanan klinik keratitis dapat berjalan lebih lama karena stroma kornea kurang
vaskuler, sehingga menghambat migrasi limfosit dan makrofag ke tempat lesi.
Infeksi okuler HSV pada hospes imunokompeten biasanya sembuh sendiri,
namun pada hospes yang secara imunologi tidak kompeten, termasuk pasien yang
diobati dengan kortikosteroid topikal, perjalanannya mungkin dapat menahun dan
dapat merusak. Penyakit endotel dan stroma tadinya diduga hanyalah respon
imunologik terhadap partikel virus atau perubahan seluler akibat virus, namun
sekarang makin banyak bukti yang menunjukkan bahwa infeksi virus aktif dapat
timbul di dalam stroma dan mungkin juga sel-sel endotel, selain di jaringan lain
dalam segmen anterior, seperti iris dan endotel trebekel. Hal ini mengharuskan
penilaian kemungkinan peran relatif replikasi virus dan respon imun hospes
sebelum dan selama pengobatan terhadap penyakit herpes. Kortikosteroid topikal
dapat mengendalikan respon peradangan yang merusak namun memberikan
peluang terjadinya replikasi virus. Jadi setiap kali menggunakan kortikosteroid
KERATITIS, article by MiSC Organ Indera fkuii.org 11
topikal, harus ditambahkan obat anti virus. Setiap pasien yang menggunakan
kortikosteroid topikal selama pengobatan penyakit mata akibat herpes harus
dalam pengawasan ophtalmolog.
Studi serologik menunjukkan bahwa hampir setiap orang dewasa pernah
terpajan virus ini, namun tidak sampai menunjukkan gejala klinik penyakit.
Sesudah infeksi primer, virus ini menetap secara laten di ganglion trigeminum.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kambuhnya penyakit ini, termasuk lokasinya,
masih perlu diungkapkan. Makin banyak bukti menunjukkan bahwa beratnya
penyakit, sekurang-kurangnya untuk sebagian, tergantung pada jenis virusnya.
Kebanyakan infeksi HSV pada kornea disebabkan HSV tipe I (penyebab herpes
labialis), namun pada beberapa kasus pada bayi dan dewasa dilaporkan
disebabkan oleh HSV tipe II (penyebab herpes genitalis). Lesi kornea kedua jenis
ini tidak dapat dibedakan.
Gejalanya dapat menyerupai infeksi bakteri ringan. Mata agak nyeri, berair,
merah, dan sentif terhadap cahaya. Kadang infeksi dapat memburuk dan kornea
membengkak, membuat penglihatan menjadi berkabut. Seringkali infeksi awal
hanya menimbulkan perubahan ringan pada kornea dan hilang tanpa pengobatan.
Bagaimanapun juga, kadang infeksi dapat kembali terjadi dan gejalanya
memburuk. Jika terjadi reinfeksi, kerusakan permukaan kornea dapat terjadi
selanjutnya. Beberapa kekambuhan dapat menyebabkan ulkus yang dalam,
jaringan parut permanent, dan hilangnya rasa saat mata disentuh. Virus herpes
simplek juga dapat menyebabkan terjadinya neovaskularisasi di kornea dan
membuat gangguan visual yang signifikan.
Lesi-lesi paling khas adalah ulkus dendritik. Ini terjadi pada epitel kornea,
memiliki pola percabangan khas dengan tepian kabur, memiliki bulbus-bulbus
terminalis pada ujungnya. Pewarnaan flourescin memudahkan melihat dendrit,
namun sayangnya keratitis herpes dapat juga menyerupai banyak infeksi kornea
lain dan harus dimasukkan dalam diagnosis differensial pada banyak lesi kornea.
Ulserasi geografik adalah sebentuk penyakit dendritik menahun yang bentuk
lesinya lebih lebar. Tepian ulkus tidak kabur, sensasi kornea seperti halnya
KERATITIS, article by MiSC Organ Indera fkuii.org 12
penyakit kornea lain juga menurun. Lesi epitelial kornea lain yang dapat
ditimbulkan HSV adalah keratitis epitelial ‘blotchy’, deratitis epitelial stellata,
dan keratitis filamentosa. Namun semua ini umumnya bersifat sementara dan
sering menjadi dendritik khas pada satu dua hari. Kekeruhan subepitelial dapat
disebabkan infeksi HSV. Bayangan mirip hantu, yang bentuknya sesuai dengan
defek epitelial asli namun sedikit lebih besar, terlihat di daerah tepat di bawah lesi
epitel. Bayangan tersebut tetap superficial namun sering bertambah nyata akibat
pemakaian obat anti virus, khususnya Idoxuridine. Biasanya lesi subepitelial ini
tidak menetap lebih dari satu tahun.
Terapi keratitis HSV sebaiknya bertujuan menghentikan replikasi virus di
dalam kornea, sambil memperkecil efek merusak respon radang.
1. Debridement
Cara efektif mengobati keratitis dendritik adalah debridement
epitelial, karena virus berlokasi didalam epitel. Debridement juga
mengurangi beban antigenik virus pada stroma kornea. Epitel sehat
melekat erat pada kornea, namun epitel terinfeksi mudah dilepaskan.
Debridement dilakukan dengan menggunakan aplikator berujung
kapas khusus. Yodium atau eter topikal tidak banyak bermanfaat dan
dapat menimbulkan keratitis kimiawi. Obat siklopegik seperti atropin
1 % atau homatropin 5 % diteteskan ke dalam sakus konjunctiva dan
ditutupkan dengan sedikit tekanan. Pasien harus diperiksa setiap hari
dan diganti penutupnya sampai defek kornea sembuh umumnya dalam
72 jam. Pengobatan tambahan dengan antivirus topikal mempercepat
pemulihan epitel. Terapi obat topikal tanpa debridement epitel pada
keratitis epitel memberikan keuntungan karena tidak perlu ditutup,
namun kemungkinan pasien menghadapi barbagai keracunan obat.
2. Terapi Obat
Pengobatan kadang-kadang tidak diperlukan karena dapat
sembuh sendiri. Agen antivirus topikal yang dipakai pada keratitis
herpes adalah idoxuridine, trifluridine, vidarabine, dan acyclovir.
KERATITIS, article by MiSC Organ Indera fkuii.org 13
Trifluridine dan acyclovir jauh lebih efektif pada penyakit stroma
daripada yang lain. Idoxuridine dan trifluridine seringkali
menimbulkan efek toksik. Acyclovir oral ada manfaatnya untuk
pengobatan herpes mata yang berat, khususnya pada orang atopik yang
rentan terhadap penyakit herpes mata dan kulit agresif (eczema
herpetikum). Studi multicenter terhadap efektifitas acyclovir pada
keratouveitis herpes simplek dan pencegahan penyakit rekurens saat
ini sedang dilakukan (Herpes Eye Disease Study).
Replikasi virus pada pasien imunokompeten, khususnya bila
terbatas pada epitel kornea, umumnya sembuh sendiri dan
pembentukan parut minimal. Dalam hal ini, penggunaan kortikosteroid
topikal tidak diperlukan bahkan berpotensi sangat merusak. Sayangnya
klinikus kadang-kadang menekan kekebalan pasien dengan
kortikosteroid untuk mengurangi radang lokal. Ini didasarkan
anggapan yang keliru bahwa mengurangi peradangan akan
mengurangi penyakitnya. Sekalipun respon peradangan itu diduga
timbul semata-mata karena respon imunologi, seperti pada keratitis
deskiformis, penggunaan kortikosteroid topikal sebaiknya tetap
dihindarkan jika kemungkinan besar akan dapat sembuh sendiri.
Sekali dipakai kortikosteroid topikal, umumnya pasien terpaksa harus
memakai obat itu untuk menghindari episode keratitis berikutnya,
dengan kemungkinan terjadi replikasi virus yang tidak terkendali dan
efek samping lain yang berhubungan dengan steroid, seperti
superinfeksi bakteri dan fungi, glaukoma, dan katarak. Kortikosteroid
topikal dapat pula mempermudah perlunakan kornea, yang
meningkatkan resiko perforasi kornea. Jika memang perlu memakai
kortikosteroid topikal, penting sekali ditambahkan pemakaian obat
antivirus secukupnya uantuk mengendalikan replikasi virus.
3. Terapi Bedah
KERATITIS, article by MiSC Organ Indera fkuii.org 14
Keratoplasti penetrans mungkin diindikasikan untuk
rehabilitasi penglihatan pasien yang mempunyai parut kornea berat,
namun hendaknya dilakukan beberapa bulan sesudah penyakit herpes
nonaktif. Pasca bedah, penyakit herpes rekurens dapat timbul karena
trauma bedah dan korikosteroid topikal yang diperlukan untuk
mencegah penolakan transplantasi kornea. Juga sulit dibedakan
penolakan transplantasi kornea dari penyakit stroma rekurens.
Perforasi kornea akibat penyakit herpes stroma atau
superinfeksi bakteri atau fungi mungkin memerlukan keratoplasti
penetrans darurat. Perlekatan jaringan sianokrilat dapat dipakai secara
efektif untuk menutup perforasi kecil, dan graft ‘petak’ lameral
berhasil pada kasus tertentu. Keratoplasti lameral mempunyai
keuntungan dibanding keratoplasti penetrans karena lebih kecil
kemungkinan terjadi penolakan transplant. Lensa kontak lunak untuk
terapi atau tarsorafi mungkin diperlukan untuk pemulihan defek epitel
yang terdapat pada keratitis herpes simpleks.
Virus herpes zooster dapat memberikan infeksi pada ganglion
Gaseri nervus trigeminus. Bila yang terkena ganglion cabang oftalmik
maka akan terlihat gejala–gejala herpes zoster pada mata. Gejala ini
tidak akan melampaui garis median kepala. Biasanya herpes zoster
akan mengenai orang dengan usia lanjut.
Keratitis vesikuler dapat terjadi akibat herpes zoster. Gejala
yang terlihat pada mata ialah rasa sakit pada daerah yang terkena dan
badan terasa hangat. Penglihatan berkurang dan mata merah. Pada
kelopak akan terlihat adanya vesikel dan infiltrat pada kornea. Vesikel
tersebar sesuai dengan dermatom yang dipersarafi nervus trigeminus
yang dapat progresif dengan terbentuknya jaringan parut.
Pengobatan biasanya spesifik dan simtomatik. Pengobatan
dapat dengan pemberian asiklovir dan pada usia lanjut dapat diberi
KERATITIS, article by MiSC Organ Indera fkuii.org 15
kortikosteroid. Penyulit yang dapat terjadi pada herpes zoster oftalmik
ialah uveitis, parese otot penggerak mata, glaukoma dan neuritis optik.
4. Keratokonjungtivitis Sicca
Merupakan peradangan akibat keringnya permukaan kornea dan konjungtiva,
yang dapat disebabkan karena; 2,5
a) Defisiensi komponen lemak, seperti pada blefaritis kronik, distikiasis, dan
akibat pembedahan kelopak mata.
b) Defisiensi kelenjar air mata, seperti pada sjogren syndrome, sindrom relay day
dan sarkoidosis
c) Defisiensi komponen musin, seperti pada avitaminosis A, trauma kimia,
Steven-johnson syndrome
d) Akibat penguapan yang berlebihan
e) Akibat sikatrik di kornea
Gambaran klinis berupa sekret mukous, adanya tanda-tanda konjungtivitis
dengan xerosis. Pada kornea terdapat infiltrat kecil-kecil, letak epitelial sehingga
akan didapatkan tes fluoresin (+).
Secara subyektif keluhan penderita tergantung dari kelainan kornea yang
terjadi. Apabila belum ada kerusakan kornea maka keluhan penderita adalah mata
terasa pedih, kering, dan rasa seperti ada pasir, keluhan-keluhan yang lazim
disebut syndrom dry eye. Apabila terjadi kerusakan pada kornea, keluhan-keluhan
ditambah dengan silau, sakit, berair, dan kabur.
Secara obyektif pada tingkat dry-eye, kejernihan permukaan konjunctiva dan
kornea hilang, tes Schimmer berkurang, tear-film kornea mudah pecah, (tear
break-up time) berkurang, dan sukar menggerakkan bola mata.
Kelainan kornea dapat berupa erosi kornea, keratitis filamentosa, atau
punctata. Pada kerusakan kornea dapat terjadi ulkus kornea dengan segala
komplikasinya.
Tes pemeriksaan untuk keratitis sika:
1. Tes Schimmer. Apabila resapan air pada kertas Schimmer kurang dari
10 mm dalam 5 menit dianggap abnormal.
KERATITIS, article by MiSC Organ Indera fkuii.org 16
2. Tes zat warna Rose Bengal konjunctiva. Pada pemeriksaan ini terlihat
konjunctiva berwarna titik merah karena jaringan konjunctiva yang
mati menyerap zat warna.
3. Tear film break-up time. Waktu antara kedip lengkap sampai
timbulnya bercak kering sesudah mata dibuka minimal terjadi sesudah
15-20 detik, tidak pernah kurang dari 10 detik.
Pengobatan dari keratitis sika tergantung dari penyebab penyakitnya:
1. Pemberian air mata tiruan apabila yang berkurang adalah komponen
air.
2. Pemberian lensa kontak apabila komponen mukus yang berkurang.
3. Penutupan punctum lacrima bila terjadi penguapan yang berlebihan.
Penyulit keratitis sika adalah ulkus kornea, kornea tipis, infeksi
sekunder oleh bakteri, serta kekeruhan dan neovaskularisasi kornea.
5. Keratitis Rosasea
Penyakit ini biasanya didapat pada orang yang menderita acne rosacea, yaitu
penyakit dengan kemerahan di kulit, disertai adanya akne di atasnya. 2
Keratitis Profunda Non-Ulseratif
1. Keratitis Interstitial
Disebut juga sebagai keratitis parenkimatosa. Penyebab paling sering adalah
Lues kongenital dan sebagian kecil akibat Tbc. 2
Seluruh kornea keruh sehingga iris sukar dilihat. Permukaan kornea seperti
permukaan kaca. Terdapat injeksi siliar disertai dengan serbukan pembuluh darah
ke dalam sehingga memberikan gambaran merah kusam atau “Salmon patch” dari
Hutchinson. 2,5
2. Keratitis Pustuliformis Profunda
Disebut juga acute syphilitic abscess of the cornea, dan umumnya disebabkan
lues akuisita, jarang oleh TBC.
KERATITIS, article by MiSC Organ Indera fkuii.org 17
Dimulai dengan fotofobia dan injeksi perikornea yang ringan, kemudian
timbul infiltrate di lapisan dalam stroma, berbentuk segitiga dengan basis di
limbus dan apek di kornea. 2
3. Keratitis Sklerotikans
Kekeruhan berbentuk segitiga pada kornea yang menyertai radang pada sklera
(skleritis). Perkembangan kekeruhan kornea ini biasanya terjadi akibat proses
yang berulang-ulang yang selalu memberikan sisa-sisa baru sehingga defek makin
luas bahkan dapat mengenai seluruh kornea.
Keluhan dari keratitis sklerotikans adalah mata terasa sakit, fotofobia dan
timbul skleritis. 2,5
Keratitis Profunda Ulseratif
1. Keratitis Lagoftalmus
Keratitis yang terjadi akibat adanya lagoftalmus yaitu keadaan kelopak mata
tidak dapat menutup dengan sempurna sehingga terdapat kekeringan kornea.
Lagoftalmus akan mengakibatkan mata terpapar sehingga terjadi trauma pada
konjungtiva dan kornea menjadi kering dan terjadi infeksi. 5
Umumnya pada lagoftalmus yang terkena kornea bagian bawah, karena secara
refleks, pada waktu tidur bola mata bergerak ke arah temporal atas, sehingga pada
lagoftalmus, bagian bawah kornea tidak terlindung. 2
2. Keratitis Neuroparalitik
Merupakan keratitis akibat kelainan nervus trigeminus, sehingga terdapat
kekeruhan kornea yang tidak sensitif disertai kekeringan kornea. Penyakit ini
dapat terjadi akibat herpes zoster, tumor fossa posterior, dan keadaan lain
sehingga kornea menjadi anestetis. 2,5
Penderita mengeluh ketajaman penglihatannya menurun, lakrimasi, silau
tetapi tak ada rasa sakit. Uji fluoresin (+).
KERATITIS, article by MiSC Organ Indera fkuii.org 18
3. Xeroftalmia
Merupakan kelainan mata yang disebabkan oleh difisiensi vitamin A dan
sering disertai Malnutrisi Energi Protein, yang banyak dijumpai pada anak,
terutama anak di bawah 5 tahun. Keadaan ini merupakan penyebab kebutaan
utama di Indonesia. 2
Departemen kesehatan Republik Indenesia, mengklasifikasikan Xeroftalmia,
menjadi; 2
b) Stadium I = Hemeralopia
c) Stadium II = Stadium I + Xerosis konjungtiva dan kornea
d) Stadium III = Stadium I dan II + Keratomalacia yaitu mencairnya kornea.
Ulkus Kornea
Ulkus kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea akibat
kematian jaringan kornea. Terbentuknya ulkus pada kornea mungkin banyak
ditemukan oleh adanya kolagenase yang dibentuk oleh sel epitel baru dan sel radang.5
Ulserasi dapat sedalam stroma kornea. Dasar ulkus penuh dengan jaringan
nekrotik. Kadangkala ulkus berlangsung sampai ke dalam membran Descemet.
Akibat desakan tekanan inta okular, membran Descemet menonjol sehingga disebut
Descemetocel. Dengan larutan fluoresin yang menyebar di stroma maka sinar ungu
akan menunjukkan pacaran sinar hijau yang ada di stroma kornea.3
1. Ulkus Kornea Cum Hipopion
Dengan infeksi sekunder di ulkus yang tidak tembus akan memberi gambaran
pernanahan di ulkus atau juga pernanahan steril di Kamera okuli anterior dan
disebut sebagai ulkus korne cum hipopion. Terjadinya hipopion dari pengaruh
peradangan iris akibat toksin kuman infeksi sekunder. Harus dibedakan dengan
abses kornea, dimana kantong nanah berada di jaringan kornea saja. 3,4
2. Ulkus Kornea Serpiginosa
Ulkus kornea serpiginosa disebabkan oleh kuman patogen kornea. Inkubasi
hanya 24-28 jam, ulkus dengan cepat meluas ke arah sentral yang selalu tampak
KERATITIS, article by MiSC Organ Indera fkuii.org 19
jernih. Tepi sentral nampak aktif sementara tepi limbus lebih tenang. Awalnya
sering keliru dengan ulkus perifer atau ring ulcer. Di ulkus tampak keruh oleh
jaringan nekrotik yang basah seperti nanah. Dapat pula jaringan stroma luluh
semua sehingga dasar ulkus adalah Membran Descemet yang mengkilap. 2,3,4
Gambar 7 : Ulkus Serpiginosa
3. Ulkus Mooren’s
Ulkus Mooren’s adalah ulkus yang mengembang dari limbus ke sentral. Ulkus
bagian perifer selama pengembangan terjadi penyembuhan. Akhirnya seluruh
kornea keruh dan sembuh. 2,3,4
Gambar 8 : Ulkus Mooren’s
4. Ulkus Atheromatosus
Ulkus Atheromatosus adalah ulkus yang terjadi di tengah lekoma kornea.
Penyebabnya adalah degenerasi atau nekrosis akibat iskemi jaringan lekoma. 2,3
KERATITIS, article by MiSC Organ Indera fkuii.org 20
DAFTAR PUSTAKA
1. Al-Ghozie, M., 2002. Handbook of Ophthalmology : A Guide to Medical
Examination. FK UMY, Yogyakarta 2. Dinas kesehatan Propinsi Jawa Tengah., 2001. Buku Pedoman Kesehatan Mata,
Telinga, dan Jiwa. Jawa Tengah 3. Ilyas, Sidarta. dkk.,2002. Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter Umum dan
Mahasiswa Kedokteran. ed 2, Sagung Seto, Jakarta 4. Ilyas, S., 2004. Ilmu Penyakit Mata. Edisi III, Cetakan I, Fakultas Kedokteran UI,
Balai Penerbit FK UI, Jakarta 5. Mansjoer, Arif. Dkk., 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I. Media
Aesculapius, Jakarta 6. Vaughan, D.G., 2000. Oftalmologi Umum. Ed 14, Widya Medika, Jakarta
KERATITIS, article by MiSC Organ Indera fkuii.org 21