kerjasama militer tentara nasional indonesia (tni) …
TRANSCRIPT
i
KERJASAMA MILITER TENTARA NASIONAL INDONESIA (TNI) DAN
ARMED FORCES OF THE PHILIPPINES (AFP) DI DAERAH
PERBATASAN MIANGAS-INDONESIA DAN DAVAO-FILIPINA
ANDI SITI CHADIJAH FITRIAHNINGSIH
E13111257
DiajukansebagaisyaratuntukmemperolehgelarsarjanapadaJurusanIlmuHubun
ganInternasionalFakultasIlmuSosialdanIlmuPolitik
UniversitasHasanuddin
JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2015
iv
ABSTRAKSI
ANDI SITI CHADIJAH FITRIANINGSIH., E13111257 “Kerjasama Militer
Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan The Armed Forces of the Philippines
(AFP) Di Daerah Perbatasan Miangas Indonesia dan Davao Filipina”, di
bawah bimbingan J Salusu selaku pembimbing I dan Nur Isdah Selaku
pembimbing II, Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin, Makassar
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peluang, tantangan dan dampak
pelaksanaan kerjasama militer Tentara Nasional Indonesia dan Armed Forces of
The Philippines di perbatasan Miangas Indonesia dan Davao Filipina.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1)Kerjasama militer antara TNI dan
AFP menunjukan peluang dan manfaat sebagai berikut (a) Disepakatinya ZEE
antara Indonesia Filipina akan lebih meningkatkan kerjasama TNI dan AFP dalam
menangkal kejahatan transnasional, penyelundupan, illegal fishing, pelanggaran
perikanan maupun kelautan lainnya serta upaya melakukan konektifitas dan
eksplorasi sumber daya laut untuk dapat dilakukan dengan lebih baik (b)
Konsep First Island Chain dan Second Island Chain yang dijalankan Cina
berdasarkan sejarah kepemilikan wilayah Tiongkok tua menjadi penyebab
munculnya konflik di Laut Cina Selatan, bahkan ternyata garis parimeter yang
dibangun Cina menyentuh sejumlah wilayah laut Indonesia (2) Dampak dari
kerjasama militer TNI dan AFP, yaitu: (a) Situasi keamanan di perairan Davao
dan Laut Sulawesi dapat termonitor dengan baik sehingga memudahkan
melakukan tindakan antisipasi terjadinya pelanggaran wilayah di Indonesia dan
Philippina (b) Pelanggaran berupa peredaran narkoba di daerah perbatasan pada
tahun 2014 dapat ditekan hingga 70% dibanding pelanggaran di tahun 2010 (c)
Pelanggaran berupa pelintas batas tanpa dokumen resmi pada tahun 2014 dapat
ditekan hingga 75% dibanding pelanggaran di tahun 2010 (d) Terjadinya
penurunan pelanggaran yang signifikan pada illegal fishing (dari 10 kasus
menjadi 1 kasus) dan pelanggaran peraturan perikanan (dari 16 kasus menjadi 3
v
kasus) dalam 3 tahun terakhir (e) Dalam dua tahun terakhir tidak ada muslim
Moro yang lolos masuk ke Indonesia secara illegal.
vi
ABSTRACT
ANDI SITI CHADIJAH FITRIANINGSIH., E 13111257 “Millitary
Cooperation of The Indonesian National Defence Forces (TNI) and The
Armed Forces of the Philippines (AFP) at border area Miangas Indonesian
and Davao Philippines”, Under the guidance of J Salusu as advisor I and Nur
Isdah as Advisor II, Department of International Relations, Faculty of Social and
Political Sciences, Hasanuddin University.
This study was aimed to know the opportunity, threat and also the impact
of military The Indonesia National Defence Forces and The Armed Forces of The
Philippines in border area Miangas Indonesian and Davao Philippines .
The results of this study are: (1) The opportunity dan benefit of Millitary
cooperation between TNI and AFP are (a) ZEE understanding between Indonesia
and Philippina will be increase TNI-AFP cooperation in anticipating
transnastional crime, smuggling, illegal fishing, fishing and marine violation also
connectivity and exploration effort of marine source to be more better (b) First
island chain and second island chain concept that implemented by China based on
history of old Tiongkok territory is the cause of conflict at south China sea, even
the perimeter line whom claimed by China was touched several Indonesia
territory (2) The Impact of millItary cooperation TNI and AFP were: (a) Security
situation at Davao territorial and Sulawesi Sea will be monitored, so if there any
violation at Indonesia and Philippina territory the anticipation procedure will be
take by easily (b) The violation of narcotics distribution in border area at 2014
will be reduce until 70% than the violation at 2010 (c) The violation of border
crossing without document at 2014 will be reduce until 75% than the violation at
2010 (d) The significant violation reduce at illegal fishing (from 10 cases to 1
case) and the violation of fishing regulation (from 16 cases to 3 cases) in the last 3
years (e) There is no illegal entrance Moeslem of Moro to Indonesia at the last
two years.
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan keridhaan-
Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Salawat
dan salam juga penulis panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya.
Penulis telah mengakhiri kegiatan akademiknya dan menyelesaikan penulisan skripsi ini
yang berjudul “Kerjasama Militer Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Armed Forces
of The Philippines (AFP) di Daerah Perbatasan Miangas Indonesia dan Davao Filipina
” guna memperoleh gelar sarjana dalam Jurusan Ilmu Hubungan Internasional di Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin.
Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan serta
dukungan dari berbagai pihak. Dan juga bantuan kepada penulis saat masih berada di
bangku perkuliahan dalam menjalani proses pembelajaran. Maka dari itu penulis ingin
mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Untuk kedua orang tua terkasih Mayjend TNI H. Hasan Saleh, S.IP dan
Dra. Hj. Andi Darmawati yang telah mencurahkan segala kasih sayang dan
waktunya, yang tak henti-hentinya memberikan dukungan, doa, materi dan
nasihat kepada saya. Akhirnya anakmu ini sarjana ☺. Andi Muhammad
Ramadhan, adik tersayangnya kakak fitri yang ganteng terima kasih banyak
dek doanya, semoga kita berdua tetap kompak yah.
2. Semua keluarga, nenek, puang tati yang selalu buatkan penulis makanan
enak, selalu mengomel kalau saya pulang kemalaman, rajin sekali bikin kue
sehingga berat badan penulis selalu naik, terima kasih doa dan bantuannya,
Rahmat, sepupu yang selalu saya repotkan, teman selfie di rumah . Semoga
kuliahmu lancar. Fatwa, keponakan yang senantiasa mengantar kemana
viii
penulis pergi, sedia selalu, tidak pernah mengeluh. Semoga lulus di Akmil
yah.
3. Kepada kedua dosen pembimbing Prof.Dr. J. Salusu, MA selaku
pembimbing 1 terimakasih atas arahan dan bantuan bapak selama ini. Kepada
pembimbing II, Nur Isdah,S.IP, MA yang baik hati, terima kasih banyak
atas arahannya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsinya tepat
waktu. Seluruh dosen, staf Jurusan Ilmu Hubungan Internasional dan para
pejabat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Kepada Prof. Dr. H. Mappa
Nasrun, MA, Dr. Adi Suryadi B, MA. Muh. Nasir Badu Ph.D, H.
Darwis, MA, Ph.D, Seniwati PhD, Pusparida Syahdan, S.sos, M.si, Ishaq
Rahman, S.IP, M.si. Drs. Aspiannor Masrie, Agussalim, S.IP, MIRAP,
Drs.H. Husain Abdullah, M.si, Drs. Munjin Syafik Asy’ari, M.Si, Ashry
Sallatu, S.IP, M.Si, Burhanuddin S.IP, M.Si dan juga Drs. Partice
Lumumba, MA yang penulis hormati. Terima kasih bapak dan ibu dosen
telah membagi ilmunya hampir 4 tahun yang saya lewati di ruang kuliah.
Staff jurusan Hubungan Internasional, Bunda baik hati selalu sabar
mendengar curhahan hati penulis selama menulis skripsi, dan selalu
menberikan nasihat dan menyemangati penulis hingga selasai, terima kasih
banyak bunda,Kak Rahma, yang sangat rapih dan teratur, yang selalu
penulis repotkan dalam pengurusan berkas, terima kasih kak atas bantuannya
selama ini.
4. Omnivore, kumpulan mahasiswa ribut, tidak pernah berhenti mengoceh,
selalu gaduh dimanapun keberadaanya entah di dunia nyata ataupun di dunia
maya, paling kuat makan, paling pintar sulo, jago kanpas. Yang terdiri dari,
Danty Julianty (panjul/danjul/jamur), pliss selesaikan mi skripsi mu supaya
ix
terwujud keinginanmu nikah secepatnya dengan pujaan hati, paling jago edit
foto, biksus sekali tapi penulis sayang kok, partner makan sayap ayam,
partner kanpas anggota lain, Rismawati (ima, ina, wati) wanita yang paling
lama di tunggui kalau mau jalan, tidak mau keluar rumah kalau tidak catokan
, jago dandan, sekarang lagi fokus menjahit sampai-sampai skripsinya dia
lupakan, paling kuat makan durian, sekarang jadi partner pilates karena mau
skli kurus tapi sebenarnya bagus sekali mi badannya, Dwi Arie
Nugraha(Ari/ati) lelaki keprincess-an saingan lamanya di tunggu sama ima,
tidak pernah mau keluar kalau tidak pake pomade, suka menganiaya anggota
lain tapi kalau sama cewek lain sok lembut, Raja PHP cewek, Kurus sekali,
selalu mau di antar jemput, sekarang lagi suka sama ariana grande, agak
plinplan, Tiswan Tri Arisandi (tiswan/ wawan, Jackie) susah mu di dapat,
anti sosmed, mirip dengan rafael personil Smash, paling bisa mengeluarkan
kata-kata mutiara, jadi anak Briton mi sekarang, mau sekali ke Santorini,
agak kalem tapi menusuk hihihi. Terima kasih sekali yah sudah rela membagi
waktunya, terima kasih telah mau saya repotin selama ini,terima kasih telah
hadir dan membawa keceriaan,tanpa kalian apalah artinya saya, Love you
Omnivoreku semoga kita semua sukses yah.
5. Keluarga Besar SMA 21 Makassar, Dyah Auliah Rahma, cewek imut,kecil
menggemaskan, paling banyak gosipnya, sekarang pakai hijab mi tawwa, lagi
menunggu dilamar dengan pujaan hatinya, Dwi Agusdianti, always on,
rambut badai, putih sekali, pacarnya redit, sekarang lagi fokus nulis skripsi,
Ridha Astuti Rizal, cewek tomboy tapi suka sekali dengan Korea,
penggemar beratnya SUJU, agak rapuh setitik hihihi, Khairunnisa Amran,
cewek IPDN ku, yang jauh sekali keberadaannya sekarang, akhirnya punya
x
mi pacar sekarang, tinggi sekali, paling rapi tulisannya, teman duduk ku, ke
Makassar mi cepat saja , Eka mara Ananami Putra, Sang ketua osis yang
bercita-cita menjadi Presiden Indonesia tahun 2045, jago bicara, berhasil
taklukan UGM dengan kecetaran bibirnya. Muh.Fadel Fahmi, yang selalu
penulis repotkan, kalau ada gratisan pasti dia mi yang paling depan, banyak
mantannya, lelaki banyak gossip, sabar menghadapi penulis kalau lagi galau.
6. Kuat Harimau, sangat bersyukur dipertemukan dengan kalian pada saat
KKN, tanpa kalian kehidupanku pasti sepi dan suram. Nenek, wanita
pencinta suju, selalu mau kurus tapi banyak makan, tidak pernah menolak
kalau di suruh antar jemput, Mamdit, ini mi yang selalu bikin gagal move on
ka, calon Rektor Unhas, paling padat jadwalnya, tegar sekali menjadi wanita,
partner makan Oreo, Kakak Ayy, selalu bermimpi menjadi pacar Justin
Bieber, jago diet tapi gagal kurus, partner makan gelato sama sushi, sekarang
lagi suka pilates, Kakak Nabi, bagus suaranya, suka sekali juga sama suju,
Au, jago bawa mobil, Mbak dian, owner nya my laundry, sekarang lagi
sibuk kerja hingga melupakan skripsinya,Dina, si kecil yang satu ini sangat
pintar,lagi bertarung dengan skripsinya, pacarnya Hujan deras, Ila, paling
pertama lulus di Kuat Harimau,Lulusan Terbaik Unhas,Ida, Pintar Masak,
Pintar di pelajaran, Calon menteri, Sulli, doyan nge-gym, paling selalu
ingatkan soal arisan.
7. untuk Adriansyah Wijaya, yang selalu janji dirinnya sendiri,
kebanggaannya masyarakat Enrekang,akhirnya selesai ma weh, cepat mko
dapat kerja nah supaya kau yang teraktirka bukan saya terus hihihi , Basri
Hasanuddin Latief, kalau tidak ada basri tidak tau ka mau tulis apa di
skripsiku hahahaha, jago debat, selalu lapar, tidak pernah bilang tidak, rajin
xi
menolong, cepat sarjana yah bas.
8. Halo History , terima kasih banyak yah untuk 4 tahun yang sangat berkesan
ini, Sukses yah teman-teman. ☺
Makassar,19 September 2015
Andi Siti Chadijah Fitriahningsih
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………… ........................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………… ..................................................... ii
HALAMAN PENERIMAAN TIM EVALUASI …………………… ...................................... iii
ABSTRAKSI ……………………………………………………………………… ............................... iv
ABSTRACT ………………………………………………………………………… ............................. v
KATA PENGANTAR ………………………………………………… ............................................ vi
DAFTAR ISI ……………………………………………………………… .......................................... xiii
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………… ................................ xv
DAFTAR TABEL ………………………………………………………… ........................................ xvi
BAB I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG ………………………………… ............................................. 1
B. BATASAN DAN RUMUSAN MASALAH ……………… ................................. 7
C. TUJUAN DAN PEMANFAATAN PENELITIAN …………… ........................... 9
D. KERANGKA KONSEPTUAL ……………………………………… ............................ 9
E. METODE PENELITIAN ………………………………………… ................................ 19
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. KEPENTINGAN NASIONAL …… ......................................................................... .21
B. HUBUNGAN BILATERAL ……… .................................................................... 26
C. KERJASAMA MILITER ……… ............................................................................... 28
BAB III. GAMBARAN UMUM PERBATASAN MIANGAS- INDONESIA DAN
DAVAO- FILIPINA
A. KONDISI GEOGRAFI ………… ............................................................................... 34
B. POTENSI MIANGAS DAN DAVAO ………………… .......................................... 41
C. POTENSI KONFLIK/MASALAH ………………… .............................................. 42
D. BENTUK-BENTUK KERJASAMA MILITER TNI- AFP … ......................... 51
xiii
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. PELUANG DAN TANTANGAN KERJASAMA MILITER TNI-AFP ........ 76
B. DAMPAK PELAKSANAAN KERJASAMA MILITER …… ........................... 88
BAB V. PENUTUP
A. KESIMPULAN ……………… ...................................................................................... 92
B. SARAN ………………………………………………………… .......................................... 92
DAFTAR PUSTAKA …………………… ..................................................................................... 94
xiv
Daftar Gambar
No. Teks Halaman
1 Peta Letak Pulau Miangas 36
2 Peta Wilayah dan Provinsi Filipina 39
3 Strukrur Philindo MC 58
4 First and Second Island of China 84
xv
Daftar Tabel
No. Teks Halaman
1 Jumlah Kasus Pelanggaran Narkoba di Perbatasan
Indonesia-Filipina
77
2 Pelintas Batas Moro yang masuk ke Indonesia 78
3 Pelanggaran Hukum di Laut Perairan Miangas 80
4 Titik Dasar dan Garis Pangkal Penetapan Median Line
Indonesia- Filipina
82
5 Jum;ah Personil yang Mengikuti Pelatihan / Pendidikan 83
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hubungan internasional (international relations) diartikan oleh Budiono
sebagai suatu hubungan antar bangsa (politik, hukum, ekonomi, diplomasi).1Salah
satu bentuk hubungan internasional adalah kerjasama militer. Kerjasama militer
adalah suatu kerjasama yang dimungkinkan apabila terdapat dua kekuatan yang
satu dengan lainnya memiliki kesamaan dalam masalah keamanan. Kerjasama
militer merupakan bentuk asosiasi mengikat yang dapat disesuaikan dengan
kepentingan-kepeningan suatu negara dalam menghadapi persoalan tersentu
sehingga dimungkinkan apabila dalam kerjasama ini akan melemah jika negara
bersangkutan dihadapkan dengan permasalahan baru.
Menurut Joshua, kerjasama atau aliansi merupakan koalisi dari beberapa
negara yang mengkoordinir tindakan mereka untuk memenuhi beberapa tujuan
akhir.2 Kerjasama atau aliansi militer memiliki bentuk yang berbeda. Menurut
Craig Synder dibagi dalam dua yaitu: (1) Collective Security dimana bentuk
perjanjian tidak memasukkan suatu perjanjian dimana satu negara akan diserang
oleh negara lain maka negara lain akan ikut melakukan pembelaan. (2) Collective
Defense yaitu kerjasama militer yang memasukkan perjanjian untuk menghadapi
musuh.
1 Budiono Kusumohamidjoyo, 1987. Hubungan Internasional Kerangka Studi Analisis. Bandung: Binacipta, halaman 78
2 Joshua S. Goldstein 1994. International Relations. Washington: Harper Collin College and Publisher, halaman 46
2
Jumlah perbatasan baik darat maupun laut yang cukup banyak dengan
negara lain menyebabkan adanya masalah yang tidak hanya mengenai tapal batas
tetapi juga lalu lintas manusia dan barang. Indonesia mempunyai 92 pulau yang
berbatasan langsung dengan negara tetangga.3Negara yang berbatasan darat
dengan NKRI yaitu Malaysia, Papua Nugini dan Timor Leste, sementara yang
berbatasan laut yaitu Malaysia, Singapura, Thailand, India, Singapura, Papua
Nugini, Republik Palau, Australia, Vietnam dan Filipina.
Filipina sebagai salah satu negara yang berbatasan laut dengan Indonesia
juga mengalami masa pasang surut permasalahan menyangkut perbatasan.
Permasalahan yang sempat mengemuka antara ke dua negara ini adalah mengenai
Pulau Miangas yang berada di perbatasan Indonesia dan Filipina, karena diakui
sebagai bagian wilayah Filipina. Orang Filipina menyebut pulau tersebut dengan
nama La Palmas.
Masyarakat Talaud juga mempunyai penamaan untuk Pulau Miangas,
yaitu juga disebut Tinonda. Pulau ini letaknya terpencil di tepi Samudera Pasifik
dan berhadapan langsung dengan Pulau Mindanao Filipina. Luasnya, pulau ini
hanya sekitar 3,5 kilometer persegi. Beberapa waktu yang lalu secara administratif
Pulau Miangas termasuk dalam wilayah Kecamatan Nanusa Kabupaten Sangihe
Talaud, sekarang Pulau Miangas sudah merupakan kecamatan sendiri yang
bersifat khusus karena hanya membawahi satu desa yakni Desa Miangas.
Luas Pulau Miangas, hanya sekitar 2,39 kilometer persegi, dan sejak
awal kemerdekaan terus didera kemiskinan. Tidak hanya itu, pulau yang berada
3Wanadri, 2014, Tepian tanah air II – 92 pulau terluar Indonesia: Indonesia bagian tengah. Kompas – Jakarta. Halaman 22
3
di Kecamatan Nanusa, Kabupaten Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara (Sulut), ini
sangat berpotensi terhadap berbagai kejahatan antarnegara, seperti pencurian ikan
penyelundupan berbagai jenis barang seperti minuman keras, narkoba dan senjata
api, dari negara tetangga, Filipina.4Pulau Miangas memang sudah jadi biang
sengketa dua negara sejak kolonialisme Belanda. Dulu, sengketa tersebut sudah
dibawa ke Mahkamah Internasional Arbitrase dan Belanda memenangkan hak
wilayah atas daerah tersebut. Namun kemudian, pada 1979 Filipina kembali
mempermasalahkan status Miangas.
Berdasarkan dokumen perjanjianbatas-batas maritim Indonesia dan
Filipina sudah beberapa kali melakukan perundingan, khususnya mengenai garis
batas maritim di Laut Sulawesi dan sebelah selatan Mindanao (sejak 1973).5
Namun sampai sekarang belum ada kesepakatan karena salah satu pulau milik
Indonesia (Pulau Miangas) yang terletak dekat Filipina, diklaim miliknya. Hal itu
didasarkan atas ketentuan konstitusi Filipina yang masih mengacu pada treaty of
paris 1898. Sementara Indonesia berpegang pada wawasan nusantara (the
archipelagic principles) sesuai dengan ketentuan Konvensi PBB tentang hukum
laut (UNCLOS 1982).
Posisi Pulau Miangas yang lebih dekat ke Filipina (hanya 48 mil laut) dari
pada ke Manado (320 mil laut) ataupun ke Melonguane ibu kota Kabupaten
Talaud (110 mil laut).Posisi pulau ini yang terluar, kondisi perbatasan berupa
lautan serta jumlah personil penjaga perbatasan yang terbatas membuat
4 http://www.talaukab.bps.go.id (diakses 28 November 2014)
5 Samiyono. 2002. Penyelesaian masalah perbatasan Indonesia-filipina dan implikasinya
terhadap pemanfaatan sumber daya kelautan. Mabes TNI AL. Sekolah staf dan komando. Bumi Cipulir. Hal 47.
4
kemungkinan terjadinya pelanggaran (pelintas batas illegal maupun
penyelundupan barang) dapat dengan mudah terjadi. Adapun Davao merupakan
kota terbesar dan ibu kota utama di Pulau Mindanao. Kota ini merupakan pusat
regional Region Davao (Region XI). Kota ini memiliki luas wilayah 2.444 km²
dengan memiliki jumlah penduduk sebanyak 1.464.301 jiwa (2010) atau 325.400
rumah tangga dengan memiliki angka kepadatan penduduk sebanyak 599
jiwa/km².
Berikut ini adalah beberapa kondisi yang membahayakan keutuhan
wilayah jika terjadi pada pulau-pulau terluar, diantaranya:6
1. Hilangnya pulau secara fisik akibat abrasi, tenggelam, atau karena
kesengajaan manusia.
2. Hilangnya pulau secara kepemilikan, akibat perubahan status kepemilikan
akibat pemaksaan militer atau sebagai sebuah ketaatan pada keputusan hukum
seperti yang terjadi pada kasus berpindahnya status kepemilikan Sipadan dan
Ligitan dari Indonesia ke Malaysia
3. Hilang secara sosial dan ekonomi, akibat praktek ekonomi dan sosial dari
masyarakat di pulau tersebut. Misalnya pulau yang secara turun temurun
didiami oleh masyarakat dari negara lain.
Faktor alam membuat Miangas menjadi pulau terisolasi. Tak heran
penduduknya sering kekurangan beras, dan bahan bakar. Solusinya masyarakat di
sana hanya makan kelapa yang dikeringkan. Di Miangas, lampu penerangan juga
6 http://www.geomatika.its.ac.id , pulau-pulau terluar dan batas NKRI (Diakses pada 27
November 2014).
5
terbatas, hanya menyala dari pukul 18.00 Wita hingga pukul 02.00 Wita, setelah
itu sampai pagi Miangas gelap gulita.
Saat ini Miangas termasuk ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) di mana penduduknya menggunakan bahasa Talaud sekalipun
begitu mereka juga mengerti bahasa Tagalog yang menjadi bahasa nasional
Filipina. Dalam hukum internasional dikenal istilah “uti possidetis juris” atau
wilayah suatu negara mengikuti wilayah kekuasaan penjajah atau pendahulunya.
Berdasarkan prinsip hukum internasional tersebut maka Indonesia mewarisi
wilayah nusantara yang sama dengan yang dikuasai oleh Belanda. Ini berarti
termasuk Pulau Miangas. Kepemilikan Belanda atas pulau Miangas ditetapkan
oleh Mahkamah Arbitrase Internasional di Den Haag pada tanggal 4 April 1928.
Keputusan tersebut mengakhiri sengketa antara Belanda dengan Amerika Serikat
terkait kepemilikan sah pulau Miangas. Keputusan ini pulalah yang menjadi dasar
hukum bahwa Miangas adalah milik Indonesia, sebagai penerus dari penguasaan
Belanda di wilayah nusantara. Dengan adanya dasar hukum internasional yang
kuat ini maka tindakan fisik negara lain seperti kunjungan, aktivitas bisnis,
memasukkan dalam peta dan sejenisnya, tidak akan berarti apa-apa terhadap
status kedaulatan Indonesia atas Pulau Miangas.
Klaim kepemilikan Indonesia atas Miangas telah tercantum dalam
Undang-Undang No. 4/Prp/1960, dan klaim tersebut tidak pernah mendapatkan
protes dari negara manapun, termasuk Filipina.Penegasan kepemilikan atas
Miangas lebih lanjut dinyatakan dalam Protokol Perjanjian Ekstradisi Indonesia-
Filipina mengenai definisi Wilayah Indonesia. Protokol perjanjian yang
6
ditandatangani oleh Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Adam Malik dan
Menteri Luar Negeri Filipina, Carlos P. Romulo pada tanggal 10 Februari 1976
tersebut menegaskan bahwa Indonesia adalah pemilik tunggal dari pulau yang
dikenal dengan nama Pulau Miangas atau Las Palmas sebagai hasil putusan
Mahkamah Arbitrase Internasional pada tanggal 4 April 1928.
Status kepemilikan Miangas belum dianggap selesai oleh pemerintah
Filipina karena negara tetangga itu mengklaim Miangas sebagai bagian
teritorialnya. Adapun klaim itu mereka dasarkan pada Traktat Paris tahun 1898.
Indonesia dan Filipina belum mengikat perjanjian batas wilayah laut bilateral.
Menyadari permasalahan dan ancaman pada pulau terluar khususnya Pulau
Miangas, maka Tentara Nasional Indonesia (TNI) melaksanakan kerja sama
militer dengan Armed Forces of the Philippines (AFP). Kerja sama ini
berlangsung sejak tahun1975 melalui perjanjian kerjasama Indonesia Filipina
Border Crossing Agreement (RI-RP BC). Salah satu tujuan dari kerja sama
Philindo MC adalah mencakup kegiatan-kegiatan dan interaksi kedua negara
dengan membangun kapasitas, memelihara, mencegah konflik serta meningkatkan
kemakmuran masyarakat yang tinggal di perbatasan kedua negara.
Dalam kemiliteran Indonesia, maka kerjasama militer tersebut termasuk ke
dalam kategori Operasi Militer Selain Perang (OMSP). OMSP antara lain terdiri
dari:7
1. Mengatasi gerakan separatis bersenjata
2. Mengatasi pemberontakan bersenjata.
7 Kementerian Pertahanan dan Keamanan RI, 2004. Undang-Undang No. 34 tahun 2004 tentang
TNI hal 43.
7
3. Mengatasi aksi terorisme.
4. Mengamankan wilayah perbatasan.
5. Mengamankan objek vital nasional yang bersifat strategis.
6. Memberdayakan wilayah pertahanan dan kekuatan pendukungnya secara dini
sesuai dengan sistem pertahanan semesta.
7. Membantu menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian, dan pemberian
bantuan kemanusiaan.
8. Membantu pencarian dan pertolongan dalam kecelakaan (search and rescue).
Berdasarkan fakta-fakta diperbatasan Miangas-Davao, terdapat masalah-
masalah pokok, yaitu:8
1. Transit poin bagi teroris internasional dari Filipina ke Indonesia.
2. Penyelundupan barang, narkotik, dan manusia.
3. Pencurian ikan diwilayah perbatasan perairan Indonesia oleh nelayan Filipina.
4. Pelanggaran lintas batas tanpa izin.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Eksistensi Pulau Miangas sebagai pulau terluar dan posisinya sangat dekat
dengan Filipina dibanding dengan Indonesiaserta ditambah lagi kondisi
perbatasan adalah berupa laut, maka kondisi ini berpotensi untuk timbul masalah-
masalahyang berkaitan dengan penyelundupan, pencurian, penyusupan yang
merugikan dan mengancam kepentingan nasional.
8 Dwi Prasetyo, 2010. Konsepsi Pemberdayaan Pulau Miangas Guna Mendukung Tumpuan
Ketahanan Nasional Dalam Rangka Mewujudkan Wilayah Pertahanan Negara Bidang Maritim, Mabes Angkatan Laut Sekolah Staf dan Komando, hal 35.
8
Kondisi daerah perbatasan Indonesia Filipina yang luas dan berupa laut
sehingga dirasakan perlu untuk diadakan suatu kerjasama militer dalam hal ini
antara TNI dan AFP. Hal ini dilakukan agar alokasi sumber daya, waktu dan biaya
dapat dilakukan secara efektif dan efisien serta mencapai hasil yang optimal.
Penelitian ini membahas tentang kerjasama militer yang dilakukan antara
TNI dan AFPyang terdiri dari 3 bagian, yaitu:
1. Joint Intelligence Sub-Committee (JISC), merupakan kerjasama militer di
bidang intelijen.
2. Joint Operations and Exercise Sub-Committee (JOESC), merupakan
kerjasama militer di bidang operasi dan latihan.
3. Joint Training and Education Sub-Committee (JTESC), merupakan kerjasama
militer di bidang pelatihan dan pendidikan.
Pengamatan yang dilakukan pada ketiga bagian kerjasama militer ini
adalah mencakup pelaksanaan kerja sama militer dalam rentang waktu tahun 2009
sampai dengan 2014. Pengamatan yang dilakukan mencakup aspek pelaksanaan,
capaian serta dampak dari pelaksanaan masing-masing kerjasama militer.
Penelitian ini dilakukan untuk dapat membahas dan menjelaskan rumusan
masalah berikut ini:
1. Bagaimana peluang dan tantangan kerjasama militer antara TNI – AFP di
perbatasan Miangas-indonesia dan Davao-Filipina?
2. Bagaimana dampak dari kerjasama Militer TNI dan AFP terhadap wilayah
perbatasan Indonesia ?
9
C. Tujuan Dan ManfaatPenelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui peluang dan tantangan kerjasama militer TNI - AFP.
2. Untuk mengetahui dampak dari kerjasama militer TNI - AFP.
2. Manfaat Penelitian:
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Diharapkan dapat menjadi bahan referensi dalam pengembangan studi
Hubungan Internasional khususnya mengenai kerjasama militer TNI -
AFP.
2. Diharapkan dapat menjadi bahan referensi untuk pihak berwenang dalam
membuat kebijakan mengenai kerjasama militer TNI - AFP.
D. Kerangka Konseptual
Kerjasama yang melibatkan antar negara dinamakan hubungan
internasional, berikut ini penjelasan tentang Hubungan Internasional:
“ Hubungan Internasional meliputi seluruh aspek internasional dari
kehidupan sosial manusia dijabarkan kembali bahwa hubungan
internasional mencakup segala macam hubungan antar bangsa dan
kelompok-kelompok bangsa dalam dunia, kekuatan-kekuatan, tekanan-
tekanan, proses-proses yang menentukan cara hidup, cara bertindak, dan
cara berfikir dari manusia.” (Wiriadmadja, 1994:46) Hubungan Internasional menyangkut berbagai aspek
kehidupanmanusia.Pada hakekatnya akan membentuk tiga pola hubungan, yaitu:
kerjasama(cooperation), persaingan (competition) dan konflik (conflict) antar
10
negara yangsatu dengan negara yang lainnya.Indonesia sangat menghargai
kedaulatan negara lain dan mendukung terciptanya perdamaian dunia, seperti
ditegaskan dalampembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang
menyebutkan“Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa
maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan … “9
dan pada bagian lainnya juga menyebutkan “… dan ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial
…”10
Pemahaman inilah yang mengarahkan kebijakan pemerintah Indonesia
dalam mengatasi masalah terhadap negara tetangga dengan melakukan kerjasama,
negosiasi dan perundingan dari pada menempuh konfrontasi. Permasalahan yang
ada di perbatasan dengan Filipina diselesaikan melalui perundingan maupun
kerjasama militer (military cooperation).
Negara, menurut realisme menjadi aktor yang memainkan peran utama
pada panggung internasional.11 Kedaulatan menjadi simbol utama mengapa kaum
realis menolak adanya suprastate atau kekuasaan diatas negara. Oleh karena itu,
realisme memandang ranah hubungan internasional pada state centric approach.
Non-state actor seperti organisasi internasional dianggap hanya memiliki
pengaruh yang sangat kecil dalam sistem internasional, bahkan tidak ada sama
sekali.
9 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Edisi Revisi, Jakarta.
10 Kementerian Pendidikandan Kebudayaan, ibid, hal 45. 11 Suwardi Wiriadmadja, 1994. “Pengantar Ilmu Hubungan Internasional”, (Surabaya: Pustaka Tinta Mas , hal 36.
11
Kedua, negara itu unitary dan rasional, yang berarti bahwa negara akan
senantiasa mengejar kepentingan nasional mereka dalam rangka survival dan terus
mencari power. Ketiga, negara adalah aktor prinsipal yang menjunjung tinggi
keamanan negara. Selain itu, negara juga bertindak sesuai dengan kepentingan
nasional dan salah satu tujuannya yang paling krusial ialah gaining power yang
digunakan sebagai modal mendapatkan interest dan secara potensial menjadi
negara yang mampu mempengaruhi negara lain. Keempat, perhatian dasar
realisme adalah survival yang merupakan kebutuhan paling mendasar bagi negara
untuk terus eksis.
Kekayaan laut Pulau Miangas maupun letak strategisnya adalah
merupakan kekayaan negara, kekayaan ini dapat berpindah kepada negara lain
jika tidak dijaga/dilindungi dengan sebaik-baiknya. Langkah upaya nyata yang
telah dijalankan oleh pemerintah Indonesia untuk menjaga pulau Miangas dan
kekayaan lautnya adalah dengan menempatkan Polsek, Pos Angkatan Laut
(POSAL) dan Pos Angkatan Darat (POSAD) dari Batalyon 712.
Menurut kaum realis radikal, segala hal akan masuk akal jika dilakukan
untuk memenuhi kepentingan nasional. Sebagaimana diungkapkan oleh
Machiavelli, kekuasaan (singa) dan penipuan (rubah) menjadi dua alat penting
dalam melaksanakan kebijakan luar negeri.12
Tanpa adanya saling pengertian dan kesepahaman yang baik dalam
menyelesaikan permasalahan perbatasan, maka pengaruh aspek kekuasaan dan
penipuan dalam pelaksanaan kebijakan luar negeri akan menjadi hal yang sangat
12
Jackson. R., &. Sorensen. G. 1999. Introduction to International Relations, Oxford University
Press, (terjemahan), hal 64.
12
mungkin terjadi. Oleh karena itu agar hal terebut tidak terjadi baik di Indonesia
maupun Filipina, maka dilakukan pendekatan melalui kerjasama militer yang
saling menghargai kedaulatan masing-masing.
Gangguan keamanan yang terjadi khususnya di perbatasan dapat
membawa dampak pada sikap politik suatu negara, dan sikap politik itu sendiri
akan membawa konsekuensi terhadap kegiatan ekonomi, konsep ekonomi politik
internasional sebagai dinamika interaksi global antara pengejaran kekuasaan
(politik) dan pengejaran kekayaan (ekonomi), yang mana dalam definisi ini
terdapat hubungan timbal balik antara politik dan ekonomi.13
Dari kerja sama yang dilakukan maka tidak terlepas dari keuntungan
relatif dan absolut yang diterima masing-masing negara, Negara tertarik untuk
meningkatkan kekuasaan dan pengaruhnya (keuntungan absolut) sehingga mereka
akan bekerja sama untuk meningkatkan kemampuannya.Negara juga tertarik
dengan berapa besar kekuasaan dan pengaruh yang diterima negara (keuntungan
relatif) dalam setiap kerjasama.14
Kerja sama Indonesia Filipina juga tidak terlepas dari hal tersebut, dengan
bekerja sama maka manfaat peningkatan kemampuan maupun pengaruh masing-
masing negara dapat meningkat sepanjang kerja sama tersebut dapat mencapai
hal-hal positif terkait masalah pada perbatasan negara.Menurut E.H Carr, mustahil
13
Robert Gilpin, 2001. “The Nature of Political Economy”, dalam Global Political Economy:
Understanding the International Economic Order. Princeton: Princeton University Press, hal 89.
14 Joseph M. Grieco and John Ikenberry, G. 2003. State power and world markets: the international political economy. New York: W. W Norton & Company, Inc, hal 112.
13
bagi liberalisme dalam mewujudkan perdamaian dunia yang disebutnya sebagai
harapan imajiner tanpa melihat realita yang ada di lapangan.15
Realisme yang memandang sistem internasional sebagai sebuah sistem
yang identik dengan hal-hal bersifat kompetitif dan konfliktual. Hal ini mendasari
pemikiran dan asumsi utamanya yakni adanya sistem anarki, negara rasional,
negara aktor prinsipal, survival, keterbatasan kepercayaan terhadap moralitas,
nilai relatif terhadap kemenangan mutlak, dan mementingkan politik
internasional.16
Upaya mempertahankan kedaulatan negara khususnya terhadap serangan
dari negara lain antara lain dengan memperkuat persenjataan dan personil militer.
Persaingan dalam memperkuat militer yang tak terkendali dapat dengan mudah
mengarah kepada terjadinya konflik antar negara. Padahal untuk memenuhi hal
tersebut menyerap biaya yang tidak sedikit, di sinilah kedewasaan dan
kebijaksanaan pemimpin negara diperlukan bukan hanya bermodal
power/kekuasaan saja.
Kenneth Waltz menjelaskan power lebih dari sekedar akumulasi sumber-
sumber militer dan kemampuan untuk menggunakan power untuk memaksa dan
mengontrol negara lain dalam sistem.Power adalah kemampuan gabungan dari
sebuah negara.Dalam sistem, negara dibedakan dari kekuasaannya, bukan
15 Scott Burchill & Andrew Linklater, 1996. Theories of International Relations, New York, St Martin Press, hal 93.
16 Wardhani, Baiq.L.S, 2013. Realism, materi disampaikan pada kuliah Teori Hubungan Internasional, Departemen Hubungan Internasional, Universitas Airlangga, hal 31.
14
fungsi.Power memberi sebuah negara tempat atau posisi dalam sistem
internasional dan membentuk perilaku negara.17
Lebih lanjut disebutkan bahwa bentuk dasar hubungan internasional ialah
struktur anarki yang tersebar di antara negara-negara. Negara–negara serupa
dalam semua hal atau seluruh aspek dasarnya yaitu mereka memiliki tugas-tugas
dasar yang sama baik itu tentang perbedaan budaya, konstitusi atau ideologi.
Seperti diketahu negara merupakan aspek yang sangat penting dalam menentukan
perubahan-perubahan dalam struktur internasional terutama negara-negara yang
memiliki kekuatan besar seperti Amerika Serikat, meskipun perimbangan-
perimbangan kekuatan dapat dicapai, tetapi tidak menutup kemungkinan akan
masih terjadinya perang karena memang dunia ini merupakan sistem yang anarki
yang tidak dapat dihindarkan.
Pada kerja sama militer TNI-AFP tidak saja akan menuju kepada
pembagian tugas masing-masing negara tetapi akan tercipta juga kondisi yang
saling mnelengkapi kekurangan yang ada. Krasner menyebut sistem hubungan
antar negara sebagai “Tectonic Plate”Pandangan alternatif ini menitik-beratkan
kepada interaksi antar negara yang berjumlah nol, atau dalam kalimat lain selalu
melengkapi satu sama lain dalam masalah distribusi power.
Apabila pada masa perang dingin,perkembangan pemikiran tentang
keamanan bertumpu pada masalah“kompetisi keamanan” berdasarkan
kepemilikan kapabilitas militer danpemikiran realis tentang dunia internasional
yang anarki (dampak dari strukturBipolar yang diwarnai dengan fenomena
17
Waltz Kenneth. 1979. Theory of International Politics, Reading: Addison-Wesley, hal 67.
15
persaingan adikuasa khususnya dalammasalah militer), maka pada masa pasca
perang dingin berkembang teori-teorikeamanan yang bertumpu pada Common
Security, Cooperative Security danComprehensive Security.18
Menurut Buzan dalam artikelnyaSecurity, keamanan menjadikonsep
yangdebatable karena konsepsi mengenainya berbeda-beda dari satu individuke
individu lainnya, dari satu kelompok ke kelompok lainnya.Apa yang disebut
amanbersifatrelatif dari satu kelompok ke kelompok lainnyasehingga
memunculkanpertanyaan, ‘security for whom ?’dengan kata lain, makna
keamanan berbeda-bedabagi aktor yang berbeda.19
Kerja sama militer Filipina Indonesia atau yang biasa dikenal dengan
sebutan The Philippines Indonesia Military Cooperation (Philindo MC) telah
dimulai sejak tahun 1975 dalam bentuk Border Crossing Agreement, tahun 1997
dalam bentuk Agreement on Cooperative Activities in the Field of Defense.
Teori Kepentingan Nasional (National Interest), dalam teori ini
menjelasakan bahwa untuk kelangsungan hidup suatu negara maka negara harus
memenuhi kebutuhan negaranya dengan kata lain yaitu mencapai kepentingan
nasionalnya. Dengan tercapainya kepentingan nasional makanegara akan berjalan
dengan stabil baik dari segi politik, ekonomi, sosial, maupun pertahanan
keamanan dengan kata lain jika kepentingan nasional terpenuhi maka negara akan
tetapsurvive. Kepentingan nasional merupakan tujuan mendasar dan faktor paling
18
Common David Dewitt, Comprehensive and Cooperative Security, The Pacific Review Vol 7 No.1 Tahun 1994, hal 72.
19 A. A. B. Perwita dan Y. M. Yani, 2005. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional .Bandung: Remaja Rosdakarya, hal 82.
16
menentukan yang memadu para pembuat keputusan dalam merumuskan politik
luar negeri.20
Teori Kepentingan Nasional (National Interest) Daniel S. Papp yang
mengatakan bahwa dalam kepentingan nasional terdapat beberapa aspek, seperti
ekonomi, ideologi, kekuatan dan keamanan militer, moralitas dan legalitas. Dalam
hal ini, aspek pertimbangan faktor ekonomi pada setiap kebijakan yang diambil
oleh suatu negara selalu berusaha untuk meningkatkanperekonomiannya sebagai
suatu kepentingan nasional. Suatu kepentingan nasional dalam aspek ekonomi
diantaranya adalah untuk meningkatkan keseimbangan kerjasama perdagangan
suatu negara dalam memperkuat sektor industri, dan sebagainya.21
Terjaminnya stabilitas keamanan maupun adanya peraturan yang kondusif
menunjang berkembangnya pengolahan potensi (khususnya di wilayah
perbatasan) yang dimiliki Indonesia Filipina. Untuk mencapai itu maka kerjasama
militer sangat dibutuhkan karena dalam kerjasama militer Filipina Indonesia
mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. Intelligence
2. Border Patrol Cooperation
3. Opeations and Exercises
4. Training, education and courses
5. Service to service working group
6. Other matters as agreed upon by both parties
20 http://priska.p.ht/2013/01/kepentingan-nasional/Wibowo, P. Y. Indonesia Cerdas, from
Kepentingan Nasional (Diakses 27 November 2014). 21
Papp, D. S. 1988. "Contemporary International Relation": A Framework for Understanding,
Second Editions. New York: MacMillan Publishing Company, hal 68.
17
Suatu aliansi regional yang tidak betul-betul memenuhi kepentingan
negara yang ikut serta, tidak mungkin bertahan atau tidak akan efektif dalam
jangka panjang.Kepentingan nasional sering dijadikan tolok ukur atau kriteria
pokok bagi para pengambil keputusan (decision makers) masing-masing negara
sebelum merumuskan dan menetapkan sikap atau tindakan. Bahkan setiap
langkah kebijakan luar negeri (Foreign Policy) perlu dilandaskan kepada
kepentingan nasional.22
Kepentingan nasional Indonesia akan terancam dengan munculnya
masalah perbatasan seperti:23
1. Transit point bagi teroris internasional dari Filipina ke Indonesia
2. Penyelundupan barang, narkotik dan manusia
3. Pencurian ikan
4. Pelanggaran lintas batas
Didalam Hubungan Internasional, kerjasama yang terjadi di antara dua
negara yang sifatnya saling menguntungkan secara umum dikenal dengan
hubungan bilateral. Hubungan bilateral adalah keadaan yang menggambarkan
adanya hubungan yang saling mempengaruhi atau terjadinya timbal balik antara
dua pihak. Rangkaian pola hubungan aksi reaksi ini meliputi proses sebagai
berikut:24
1. Rangsangan atau kebijakan aktual dari negara yang memprakarsai.
22Rudy, T. 2002. Studi Strategis dalam transformasi sistem Internasional Pasca Perang dingin.
Bandung: Refika Aditama, hal 81. 23
Prasetyo, op.cit.halaman 63. 24
Perwita dan Yani. 2005. Pengantar Hubungan Internasional, Bandung: Remaja Rosda Karya,
hal 65.
18
2. Presepsi dari rangsangan tersebut oleh pembuat keputusan di negara
penerima.
3. Respon atau aksi timbal balik dari negara penerima.
4. Presepsi atau respon oleh pembuat keputusan dari negara pemrakarsa.
Hubungan bilateral merupakan perjanjian yang didalamnya terlibat dua
negara yang membicarakan kelanjutan masa depan dari hubungan perjanjian yang
telah disepakati oleh keduanya. Hubungan bilateral terjadi diantara state-to-state,
dimana didalamnya terdapat pula aktor-aktor negara sebagai pelayan pembuat
keputusan. Dalam perjanjian bilateral ini terdapat kesepakatan-kesepakatan yang
timbul antara lain meliputi bidang-bidang diantaranya bidang politik, ekonomi
perdagangan, kebudayaan, pendidikan, keamanan dan pertahanan.
Perjanjian yang dihasilkan dalam hubungan bilateral ini, memiliki peran
penting dan beberapa keuntungan didalam berbagai negosiasi dan dapat
memberikan sebuah pertukaran atas fasilitas-fasilitas yang dimiliki olehkedua
negara yang bersepakat tercapainya tujuan kedua Negara.25
Salah satu tujuan dari Philindo MC adalah mencakup kegiatan-kegiatan
dan interaksi kedua negara dengan membangun kapsitas, memelihara, mencegah
konflik serta meningkatkan kemakmuran masyarakat yang tinggal di perbatasan
kedua negara.
25
Josua S. Goldstein, 2007. International Relations: 2006-2007 edition. New York : Pearson
Longman, hal 49.
19
E. Metode Penelitian
1. Tipe Penelitian
Metode deskriptif analsis adalah metode yang menggambarkan
secarasistematik suatu peristiwa atau masalah menjadi topik kajian dan
mengandalkan analisa terhadap peristiwa-peristiwatersebut dari sudut sebab-
akibat dan penyusunan data. Dalam metodeini dipelajari masalah-masalah
yang berlaku dalam hubunganinternasional termasuk dalam hubungan,
kegiatan, sikap, pandanganserta proses yang sedang berlangsung. Dalamhal
ini menggambarkan dan menganalisis kerjasama militer TNI dan AFP di
perbatasan Miangas dan Davao.
2. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang penulis gunakan adalah data primer dan sekunder. Data
tersebut antara lain diperoleh dari wawancara maupun studi pustaka pada
berbagai literatur dan hasil olahan yang diperoleh dari berbagai sumber.
3. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data pada penelitian ini yaitu:
a. Studi pustaka (library research) adalah suatu pembahasan yang
berdasarkan pada buku-buku referensi yang bertujuan untuk memperkuat
materi pembahasan. Studi pustaka digunakan untuk memecahkan masalah
yang ada, baik untuk menganalisa hal-hal dan data pendukung untuk
memecahkan masalah yang ada dengan mempelajari dan menelaah data
dari dokumen-dokumen yang berkenaan dengan masalah penelitian seperti
20
buku-buku, dokumen, laporan maupun situs-situs internet. Bahan-bahan di
atas akan dikumpulkan dari tempat-tempat berikut:
1) Mabes TNI – AD Cilangkap
2) Kementerian Pertahanan Republik Indonesia
3) Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia
4) Lantamal VII Manado
5) Perpustakaan Pusat Universitas Hasanuddin
6) Perpustakaan Fisip Universitas Hasanuddin
b. Wawancara, adalah tanya jawab antara dua pihak yaitu pewawancara dan
narasumber untuk memperoleh data, keterangan atau pendapat tentang
suatu hal.Tujuan dari wawancara adalah untuk mendapatkan informasi di
mana sang pewawancara melontarkan pertanyaan-pertanyaan untuk
dijawab oleh orang yang diwawancarai.
4. Teknik Analisis Data
Teknik Analisis yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah analisis
data kualitatif dengan menganalisa kemudian disimpulkan, sedangkan data
kuantitatif digunakan sebagai data pelengkap untuk menjelaskan data
kualitatif.
5. Metode Penulisan
Metode penulisan yang penulis gunakan adalah metode deduktif, dimana
penulis terlebih dahulu akan menggambarkan permasalahan secara umum,
lalu kemudian menarik kesimpulan yang bersifat khusus.
21
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kepentingan Nasional
Kepentingan nasional (National interest) sering digunakan sebagai bahan acuan
dasar untuk melakukan aktivitas dalam interaksi internasional. Menurut Nincic
terdapat tiga asumsi dasar yang harus dipenuhi dalam mendefinisikan kepentingan
nasional. Pertama, kepentingan itu harus bersifat vital sehingga pencapaiannya
menjadi prioritas utama dari pemerintah dan masyarakat. Kedua, kepentingan
tersebut harus berkaitan dengan lingkungan internasional. Ketiga, kepentingan
nasional haruslah bersifat partikularistik dari individu, kelompok, atau lembaga
pemerintahan sehingga menjadi kepedulian masyarakat secara keseluruhan.26
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, dengan dipertimbangkannya
ketiga hal utama tersebut maka aktor-aktor hubungan internasional baik state-
actor maupun non-state actors akan mempunyai tendensi untuk melakukan yang
terbaik demi mencapai tujuan negara dan tujuan-tujuan lain yang ada di dalamnya
melalui fokus perimbangan kepentingan nasional.
Pendapat selanjutnya dikemukakan oleh Lamy bahwa segala sesuatu yang
dibutuhkan oleh negara tersebut dirangkum dalam sebuah kebijakan yang di
dalamnya terdapat kepentingan nasional (national interest).27 Hal tersebut terkait
26Jemadu. Aleksius. 2008. Politik Global dalam Teori dan Praktik. Graha Ilmu: Yogyakarta.
halaman 21-22.
27 BJohn Baylis, and Steve Smith, 2001. The Globalization of World Politics, 2nd Edition.
London: Oxford University Press, hal 91.
22
dengan eksistensi negara dan bagaimana negara dapat melangsungkan
kehidupannya agar kesejahteraan umum tercakupi, dengan demikian segala
bidang yang mengambil bagian dalam berdirinya sebuah negara harus dicapai,
diseimbangkan, bahkan ditingkatkan agar keberadaannya diakui di kancah
internasional yang itu berarti juga memberi banyak pintu untuk kemudahan
interaksi-interaksi internasional yang selalu menjadi kebutuhan primer sebuah
negara.
Dalam buku Ilmu Hubungan Internasional : Disiplin dan Metodologi
karya Mochtar Mas’oed, Morgenthau berpendapat bahwa :
Kepentingan nasional merupakan kemampuan minimum Negara-negara untuk melindungi dan mempertahankan identitas fisik, politik dan kulturnya dari gangguan Negara-negara lain.28 Menurut Frankel, hakikat kepentingan nasional merupakan keseluruhan
nilai yang hendak ditegakkan oleh suatu bangsa.29 Kepentingan nasional tersebut
mampu menggambarkan aspirasi negara dan aplikasinya dapat dilihat melalui
kebijakan negara yang dituju. Namun dalam aplikasinya, kepentingan nasional
tersebut menjadi justifikasi dalam tindakan negara.
Daniel S. Papp mengatakan bahwa dalam national interest terdapat
beberapa aspek, seperti ekonomi, ideologi, kekuatan dan keamanan militer,
moralitasdan legalitas.30Adapun mengenai jenis-jenis kepentingan nasional juga
28
Mochtar Mas’oed. 1990. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi. Jakarta :
LP3ES.hal.141.
29Budiono Kusumohamidjojo. 1987. Hubungan Internasional kerangka studi Analisis. Bandung:
Bina Cipta.hal.35.
30 Daniel S. Papp, 1988. Contemporary International Relation: A Framework for Understanding,
2nd edn, MacMillan Publishing Company , New York, hal 122.
23
terdapat identifikasi yang beragam. Dalam pada itu K.J Holsti
mengidentifikasikan kepentingan nasional dalam 3 klasifikasi yaitu core values
atau sesuatu yang dianggap paling vital bagi negara dan menyangkut eksistensi
suatu negara, Middle-range objectives, biasanya menyangkut kebutuhan
memperbaiki derajat perekonomian. Long-range goals, merupakan sesuatu yang
bersifat ideal, misalnya keinginan mewujudkan perdamaian dan ketertiban
dunia.31 Menurut Padelford dan Lincoln jenis-jenis kepentingan nasional terdiri
dari Kepentingan keamanan nasional, Kepentingan pengembangan ekonomi,
Kepentingan peningkatan kekuatan nasional, Kepentingan prestise nasional.32
Kepentingan nasional diidentifikasikan ke dalam dua sifat yaitu, bersifat
primer dan sekunder.33 Kepentingan nasional yang berkaitan dengan pertahanan
suatu negara merupakan kepentingan nasional yang bersifat primer. Contohnya
adalah hal-hal yang berkaitan dengan batas wilayah negara. Sedangkan contoh
konkret mengenai kepentingan sekunder adalah jaminan dan perlindungan atas
para pelajar Indonesia yang sekolah di luar negeri.
Pada dasarnya ada 2 fungsi dari national interest. Yang pertama adalah
menentukan arah para pemimpin negara dalam politik luar negeri. Dan juga
sebagai ukuran keberhasilan pemimpin negara menjalankan politik luar
31 K.J. Holsti, 1992. Politik International: Suatu Kerangka Analisis. Bandung: Bina Cipta, hal 94.
32 Norman J. Padelford, 1960, International Politics. New York: The Macmillan Company, hal 80.
33 Michael G. Roskin, 1994. National Interest : From Abstraction to Strategy. USA : US Army
War College, hal 76.
24
negerinya.34 Fungsi lain dari national interest adalah agar negara bisa tetap
survive dan menjaga eksistensi negara. Dengan kepentingan nasional maka negara
akan mempunyai sebuah power, mempunyai bargaining position terhadap negara
lain. Sehingga dengan power yang dimiliki ini negara akan tetap terjaga
eksistensinya dalam kancah politik internasional.
Kepentingan nasional Indonesia diterjemahkan kedalam visi Departemen
luar negeri yang disebut sebagai “Sapta Dharma Caraka”, yaitu: (1) Memelihara
dan meningkatkan dukungan internasional terhadap keutuhan wilayah dan
kedaulatan Indonesia; (2) membantu pencapaian Indonesia sejahtera melalui kerja
sama pembangunan dan ekonomi, promosi dagang dan investasi, kesempatan
kerja dan alih tekonologi; (3) meningkatkan peranan dan kepemimpinan Indonesia
dalam proses integrasi ASEAN, peran aktif di Asia-Pasifik, membangun
kemitraan strategis baru Asia-Afrika serta hubungan antar sesama negara
berkembang; (4) memperkuat hubungan dan kerja sama bilateral, regional dan
internasional di segala bidang dan meningkatkan prakarsa dan kontribusi
Indonesia dalam pencapaian keamanan dan perdamaian internasional serta
memperkuat multilateralisme; (5) meningkatkan citra Indonesia di masyarakat
internasional sebagai negara demokratis, pluralis, menghormati hal asasi manusia,
dan memajukan perdamaian dunia; (6) meningkatkan pelayanan dan perlindungan
Warga Negara Indonesia (WNI) di luar negeri serta melancarkan diplomasi
kemanusiaan guna mendukung tanggap darurat dan rekontruksi Aceh dan Nias
34 Anth Anthonius P. Sitepu, 2011. Studi Hubungan Internasional. Yogyakarta: Graha Ilmu, hal
115.
25
dari bencana gempa dan tsunami; (7) melanjutkan benah diri untuk peningkatan
kapasitas kelembagaan, budaya kerja dan profesionalisme pelaku diplomasi serta
peranan utama dalam koordinasi penyelenggaraan kebijakan dan hubungan luar
negeri.35
Dalam penelitian ini, penulis menekankan dua poin kepentingan nasional
yang dijabarkan dalam “Sapta Dharma Caraka” yakni pada poin pertama dan
keempat. Pada poin pertama yaitu memelihara dan meningkatkan dukungan
internasional terhadap keutuhan wilayah dan kedaulatan Indonesia. Indonesia
melalui lembaga militernya yakni TNI berusaha menjalin kerjasama dengan pihak
militer Filipina. Kerjasama ini berupa kerjasama dibidang perbatasan yang
berusaha memelihara dari berbagai ancaman yang kemungkinan mengganggu
stabilitas Indonesia maupun Filipina. Kerjasama ini juga mengindikasikan bahwa
kedaulatan Indonesia dalam hal penentuan batas khususnya batas dengan Filipina
telah diakui oleh Filipina sekaligus mengindikasikan bahwa kedaulatan Indonesia
ini mendapat dukungan internasional. Pada poin keempat yaitu memperkuat
hubungan dan kerja sama bilateral, regional dan internasional di segala bidang dan
meningkatkan prakarsa dan kontribusi Indonesia dalam pencapaian keamanan dan
perdamaian internasional serta memperkuat multilateralisme. Pada poin ini
penulis menekankan bahwa kerjasama yang terjalin antara kedua lembaga militer
yaitu Tentara Nasional Indonesia dan Armed Forces of the Philipines
menunjukkan adanya komunikasi aktif antara kedua negara yang diwakilkan oleh
lembaga militernya masing-masing untuk mencapai keamanan dan perdamaian
35
http://ditpolkom.bappenas.go.id. Diakses tanggal 21 april 2015.
26
bersama. Kerjasama dalam bidang militer ini menunjukkan kedua Negara telah
sepakat untuk saling menjaga stabilitas kedaulatan masing-masing dari berbagai
ancaman.
B. Hubungan Bilateral
Pola hubungan internasional tidak dapat dipisahkan dengan segala bentuk
interaksi yang berlangsung dalam pergaulan masyarakat internasional, baik oleh
pelaku negara-negara maupun oleh pelaku-pelaku non negara. Pola hubungan atau
interaksi dapat berupa kerjasama, persaingan, dan pertentangan. Hubungan antar
bangsa terbagi dua berdasarkan aktor yang terlibat yaitu hubungan bilateral (dua
negara), dan hubungan multilateral (beberapa negara). Dalam penelitian ini
penulis memfokuskan pada hubungan bilateral. Hubungan antara Indonesia dan
Filipina merupakan contoh dari hubungan bilateral.
Hubungan bilateral dalam hubungan internasional selalu berada dalam dua
konteks yaitu kerjasama dan konflik. Kedua konteks hubungan internasional ini
berubah dari waktu ke waktu sesuai dengan dinamika hubungan internasional itu
sendiri. Kerangka pemahaman Holsti menjelaskan bahwa terbentuknya suatu
kerjasama berdasar pada:
“ Dalam kebanyakan kasus, sejumlah pemerintah saling mendekati dengan penyelesaian yang diusulkan atau membahas masalah, mengemukakan bukti-bukti teknis untuk menyetujui suatu penyelesaian atau lainnya dan
27
mengakhiri perundingan dengan perjanjian atau pengertian tertentu yang memuaskan kedua belah pihak. Proses ini disebut kerjasama”. 36 Pendapat Holsti tersebut memberikan batasan konsepsi yang jelas antara
dua bentuk interaksi dalam hubungan internasional, yaitu konflik dan kerjasama.
Apabila dalam menghadapi satu kasus atau lebih dan pihak-pihak yang terlibat
gagal mencapai kesepakatan, maka interaksi antar aktor tersebut akan berujung
konflik. Namun apabila kedua pihak yang terlibat berhasil mencapai suatu
kesepakatan bersama, maka interaksi antar aktor tersebut akan menghasilkan
suatu bentuk kerjasama.
Dari pendapat Holsti tersebut penulis memfokuskan hubungan bilateral
dalam pemaknaan kerjasama. Konsep hubungan bilateral digunakan untuk
memperkokoh kerjasama antara dua negara dengan menggunakan pengaruhnya
sehingga kepentingan nasionalnya dapat terpenuhi. Didi kresna dalam kamus
politik internasionalnya mengatakan bahwa: “hubungan bilateral adalah keadaan
yang menggambarkan adanya hubungan yang saling mempengaruhi atau terjadi
hubungan timbal balik antar dua pihak atau dua negara.”37 Pernyataan ini
mengandung arti bahwa hubungan bilateral merupakan hubungan timbal balik dan
saling mempengaruhi antara dua negara yang saling melakukan interaksi, dalam
hal ini hubungan tersebut terjalin antara Indonesia dan Filipina, terjalinnya
kerjasama di bidang militer sebagai bagian dari hubungan bilateral yang terjalin
antar keduanya.
36K.JHolsti,1998,Politik Internasional:Kerangka Untuk Analisis,Erlangga,jakarta.hal 209
37Didi Krisna,1993,Kamus Politik Internasional,Grasindo:Jakarta
28
Penggambaran tentang hubungan bilateral tersebut tidak terlepas dari
kepentingan nasional masing-masing negara untuk mengadakan hubungan dan
menjalin kerjasama antar kedua negara, dengan adanya tujuan-tujuan tertentu
untuk menciptakan perdamaian dan saling menopang dalam membangun
keamanan di negara masing-masing dengan tetap memperhatikan kerjasama
politik, kebudayaan, dan struktur ekonomi sehingga menghasilkan suatu
hubungan yang lebih harmonis di antara kedua negara.
Dalam perjanjian bilateralini, kesepakatan-kesepakatan yang timbul dapat
meliputi bidang-bidangdiantaranya bidang politik, ekonomi perdagangan,
kebudayaan, pendidikan,keamanan dan pertahanan. Perjanjian yang dihasilkan
dalam hubungan bilateralini, memiliki peran penting dan beberapa keuntungan
didalam berbagai negosiasidan dapat memberikan sebuah pertukaran atas fasilitas-
fasilitas yang dimiliki oleh kedua negara yang bersepakat tercapainya tujuan
kedua negara.38
Terselenggaranya hubungan bilateral juga tidak terlepas dari tercapainya
beberapa kesepahaman antara dua negara yang melakukan hubungan yang mana
mereka mengabdi pada kepentingan nasionalnya dalam usaha untuk
menyelenggarakan politik luar negerinya masing-masing. Dengan tujuan nasional
yang ingin dicapai suatu bangsa dapat terlihat dari kepentingan nasional yang
dirumuskan oleh elit suatu negara. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Plano
38Joshua S. Joshua 1999. International Relation. New York : Longman, hal 103.
29
dan Olton bahwa hubungan kerjasama yang terjadi antara dua negara didunia ini
pada dasarnya tidak terlepas dari kepentingan nasional masing-masing negara.39
c. Kerjasama Militer
Hubungan bilateral yang didasari atas kepentingan nasional menjadi prasyarat
agar negara bisa mencapai tujuan nasionalnya. Hubungan bilateral yang penulis
fokuskan adalah kerjasama. Dalam penelitian ini kerjasama yang dimaksud adalah
kerjasama militer. Sebelum mendefenisikan kerjasama militer, penulis perlu untuk
mendefenisikan kata perkata agar penjelasan lebih mudah.
Kerjasama pada hakekatnya mengindikasikan adanya dua pihak atau lebih
yang berinteraksi secara dinamis untuk mencapai suatu tujuan bersama. Dalam
pengertian itu terkandung tiga unsur pokok yang melekat pada suatu kerangka
kerjasama, yaitu unsur dua pihak atau lebih, unsur interaksi dan unsur tujuan
bersama. Jika satu unsur tersebut tidak termuat dalam satu obyek yang dikaji,
dapat dianggap bahwa pada obyek itu tidak terdapat kerjasama.40Unsur dua pihak,
selalu menggambarkan suatu himpunan yang satu sama lain saling mempengaruhi
sehingga interaksi untuk mewujudkan tujuan bersama penting dilakukan.
Fungsi Kerjasama digambarkan oleh Charles H.Cooley, bahwa kerjasama
timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-
kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup
pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi
kepentingan-kepentingan tersebut; kesadaran akan adanya kepentingan-
39Jack C Plano & Roy Olton. 1982. The International Relations Dictionary, Third Edition. Santa
Barbara: Western Michigan University, hal 77.
40Pamudji, 1985,Ekologi Administrasi Negara, Jakarta: Bina Aksara, Hal 83.
30
kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta penting
dalam kerjasama yang berguna. Beberapa bentuk kerjasama (cooperation) dapat
dibedakan menjadi:41
1. Kerjasama Spontan (Spontaneous Cooperation) : Kerjasama yang sertamerta
2. Kerjasama Langsung (Directed Cooperation) : Kerjasama yang merupakan
hasil perintah atasan atau penguasa
3. Kerjasama Kontrak (Contractual Cooperation) : Kerjasama atas dasar tertentu
4. Kerjasama Tradisional (Traditional Cooperation) : Kerjasama sebagai bagian
atau unsur dari sistem sosial.
Menurut Syahril Sabaini bentuk-bentuk kerjasama adalah sebagai berikut
:42
1. Bargaining, yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang dan
jasa antara dua organisasi.
2. Cooptation, yaitu proses penerimaan unsur baru dalam kepemimpinan suatu
organisasi guna menghindari goncangan stabilitas organisasi tersebut (saling
mendukung)
3. Coalition, yaitu kombinasi dari dua organisasi yang mempunyai tujuan sama,
sehingga bersifat kooperatif, jika kerja sama tresebut berdasarkan bagi hasil
disebut joint-venture.
Menurut Thomson dan Perry, kerjasama memiliki derajat yang berbeda, mulai
41Soleman, Taneko, 1990, Struktur Dan Proses Sosial: Suatu Pengantar Sosiologi
Pembangaunan, Jakarta : CV Raja Wali, Hal 124.
42Sarbaini, Syahril,2004.Sosiologi dan Politik. Bogor : Ghalia Indonesia.
31
dari koordinasi dan kooperasi (cooperation) sampai pada derajat yang lebih tinggi
yaitu collaboration. “Para ahli pada dasarnya menyetujui bahwa perbedaan
terletak pada kedalaman interaksi, integrasi, komitmen dan kompleksitas dimana
cooperation terletak pada tingkatan yang paling rendah. Sedangkan collaboration
pada tingkatan yang paling tinggi”.43
Pengamat hubungan sipil-militer dalam negeri seperti Letjen TNI (Purn)
Sayidiman Suryahardiprojo mendefinisikan militer berkaitan dengan kekuatan
bersenjata yaitu TNI sebagai organisasi kekuatan bersenjata yang bertugas
menjaga kedaulatan negara. Sedangkan Hardito membatasi pihak militer
ditekankan pada perwira professional.44
Dari pengertian yang dikemukakan diatas, dapat dikatakan bahwa pengertian
militer secara universal adalah institusi bukan sipil yang mempunyai tugas dalam
bidang pertahanan dan keamanan, dalam hal ini militer merupakan suatu lembaga,
bukan individu yang menduduki posisi dalam organisasi militer.
Dapat dicermati bahwa militer merupakan salah satu alat yang digunakan
negara untuk terus mempertahankan dan memperbesar pengaruh serta kekuatan
negara tersebut. Masalah militer sebagai bagian dari keamanan negara yaitu
militer digunakan sebagai kekuatan untuk menangkal atau mengalahkan serangan
dari pihak luar.
43 Keban, Y. T. 2009, Membangun Kerja Sama Pemerintah Daerah dalam Era Otonomi, Artikel
ilmiah dimuat di Buku “Pemerintahan Daerah di Indonesia”, Diterbitkan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan MIPI, Jakarta.
44Sayidiman Suryohadiprojo, 1999,Hubungan-Sipil Militer di Indonesia: Suatu Pembahasan,
sebuah makalah yang disajikan dalam Seminar Nasional Mencari Format Baru Hubungan Sipil-Militer, Jakarta: FISIP UI, Hal 59.
32
Pada era globalisasi dewasa ini, ancaman dalam bidang keamanan menjadi
semakin kompleks dan berkembang, diantaranya: terorisme internasional,
pengembangan senjata pemusnah massal, kriminal terorganisasi, cybercrime,
kelangkaan energi, degradasi lingkungan dan berbagai resiko keamanan yang
terkait dengannya, bencana alam ataupun bencana yang disebabkan oleh manusia
sendiri, dan lain sebagainya.45
Untuk menghadapi ancaman-ancaman seperti tersebut di atas, akan
dibutuhkan interaksi dalam bentuk kerjasama yang luas dengan sinergisitas yang
mantap antar negara-negara di dunia, sehingga diharapkan mampu melakukan
langkah-langkah pendekatan terhadap isu-isu keamanan internasional melalui
kerjasama dalam bidang pertahanan keamanan. Berbicara tentang pertahanan dan
keamanan tentunya tidak dapat dilepaskan dari kekuatan militer sebagai subjek
pertahanan dan keamanan. Kerjasama militer merupakan bentuk pertahanan dan
keamanan dari sebuah bangsa yang berdaulat dalam penelitian ini merujuk kepada
Indonesia.
Kerjasama militer adalah suatu kerjasama yang dimungkinkan apabila terdapat
dua kekuatan yang satu dengan lainnya memiliki kesamaan dalam masalah
keamanan. Kerjasama militer merupakan bentuk asosiasi mengikat yang dapat
disesuaikan dengan kepentingan-kepeningan suatu negara dalam menghadapi
persoalan tersentu sehingga dimungkinkan apabila dalam kerjasama ini akan
melemah jika negara bersangkutan dihadapkan dengan permasalahan baru.
Kerjasama militer juga merupakan suatu cara yang paling umum dalam
45Buku Putih Pertahanan,Kementerian pertahanan, 2009, Hal 25.
33
mengembangkan kekuatan negara. Upaya tersebut merupakan upaya
pengembangan kekuatan yang dilakukan secara eksternal. Menurut M Waltz,
pengembangan kekuatan negara dilakukan dalam dua kategori yakni usaha
internal seperti meningkatkan kemampuan ekonomi, kekuatan militer,
mengembangkan strategi yang lebih pintar serta usaha eksternal seperti
memperkuat dan memperluas aliansi atau memperlemah dan membubarkan
aliansi musuhnya.
Kerjasama atau aliansi militer memiliki bentuk yang berbeda. Menurut Craig
Synder dibagi dalam dua yaitu: (1) Collective Security dimana bentuk
perjanjian tidak memasukkan suatu perjanjian dimana satu negara akan diserang
oleh negara lain maka negara lain akan ikut melakukan pembelaan. (2)
CollectiveDefense yaitu kerjasama militer yang memasukkan perjanjian untuk
menghadapi musuh. Dalam penelitian ini penulis memfokuskan pada poin kedua
berdasarkan pendapat Craig Synder yaitu collective defense, dimana dilakukan
perjanjian untuk menghadapi musuh. Musuh yang dimaksud adalah hal yang
kemungkinan mengganggu kestabilan daerah perbatasan antara Indonesia dan
Filipina.
34
BAB III
PERBATASAN INDONESIA MIANGAS DAN DAVAO FILIPINA
A. Kondisi Geografi
Pulau Miangas merupakan salah satu pulau terluar yang ada di Sulawesi
Utara, disebut khusus karena posisinya terletak diujung paling utara dari wilayah
Negara Republik Indonesia yang berbatasan dengan Filipina sehingga pulau
Miangas disebut sebagai pulau perbatasan dan berfungsi sebagai pos pelintas
batas Indonesia dengan Filipina yang dikenal dengan sebutan Border Crossing
Agreement (BCA). Pulau ini mempunyai Titik Dasar (TD) No. TD. 056dan pilar
pendekat No. TR.056.
Secara geografis Pulau Miangas terletak pada 5033’15” LU /
126035’18”BT. Pulau Miangas adalah adalah salah satu pulau yang tergabung
dalam gugusan Kepulauan Nannusa dan merupakan pulau terluar di sebelah Utara
Indonesia, berbatasan dengan Filipina.Dalam administrasi Pemerintah Republik
Indonesia, Pulau Miangas hanya mempunyai 1 desa (Desa Miangas) dan
kecamatan khusus Miangas, Kabupaten Kepulauan Talaud, Provinsi Sulawesi
Utara.Pulau ini merupakan salah satu pulau terluar di Kabupaten Kepulauan
Talaud, Provinsi Sulawesi Utara.
Luas Miangas sekitar 3,15 km², dengan panjang keliling pulau adalah 6,0
Km, adapun sisi jarak terdekat Pulau Miangas dengan Filipina (Pulau Davao)
hanya 48 mil laut, bandingkan dengan ke Manado (Ibu Kota Provinsi Sulawesi
35
Utara) sekitar 320 mil laut, atau ke Melonguane (Ibu Kota Kabupaten Kepulauan
Talaud) ± 110 mil laut.
Secara geologi, Pulau Miangas tersusun dari batuan sedimen dan batuan
gunung api yang beralaskan batuan ultramafik dan mélange (bancuh). Batuan ini
terbentuk dari lapisan bumi yang terangkat karena tabrakan antara lempeng
Halmahera yang bergerak dari timur dengan lempeng Sangihe yang bergerak dari
barat. Sedang iklim di Pulau Miangas tergolong basah, dengan suhu rata-rata
sekitar 27°C.
Jumlah penduduk Miangas lebih dari 797 jiwa, yang terdiri laki-laki 409
jiwa dan perempuan sebanyak 388 jiwa, dan mayoritasnya adalah dari Suku
Talaud. Penduduk Pulau Miangas tersebar di tiga desa, yaitu Karutung Utara,
Karutung Tengan dan Karutung Selatan yang sebagian besar berpendidikan
Sekolah Dasar. 46Kondisi yang berdekatan dan seringnya interaksi dengan
penduduk di wilayah Filipina membuat perkawinan dengan warga Filipina tidak
bisa dihindarkan (faktor jarak), dan mata uang yang sering digunakan adalah Peso
(mata uang resmi Filipina).
Masyarakat Pulau Miangas pada umumnya mengandalkan hidup dari
penjualan hasil perkebunan dan hasil laut. Untuk mengisi waktu luang masyarakat
Pulau Miangas melakukan aktifitas industri kecil atau kerajinan rumah tangga,
yakni pembuatan kerajinan daun pandan (dapat dibuat topi, hiasan dinding, tikar,
dan hiasan lainnya).
46 BPS, 2010, Kabupaten Kepulauan Talaud Dalam Angka.
36
Gambar 3.1 Peta Letak Pulau Miangas
.
Sumber: Departemen Pertahanan Republik Indonesia, 2014.
125
125
5 5
GENERAL SANTOS
(PHILIPINA)
= Klaim ZEE Indonesia = Garis Pangkal Indonesia = Garis Batas Laut Teritorial Indonesia = ALKI
Jarak Kep. Sangihe (P. Tahuna) – General Santos = + 142 Mil Jarak Kep. Talaud (P. Karakelong) – General Santos = + 132 Mil Jarak P. Miangas – General Santos = + 90 Mil
37
Potensi sumber daya ikan tuna dan cakalang di perairan utara barat
Sulawesi dan Zone Ekonomi Ekseklusif (ZEE) Indonesia di utara Sulawesi sekitar
99.068 ton, akan tetapi pemanfaatannya hanya mencapai 12,4%. Cara
penangkapan ikan banyak menggunakan kapal pukat cincin, dan tangkapan ini
langsung didaratkan di Filipina. Perairan Miangas banyak ditemukan berbagai
jenis ikanlaut, cakalang, ikan kulit pasir, lobster, teripang dan ikan laut dalam.
Selain itu, juga ada ketang kenari (sejenis lepiting) yang secara ekonomi lebh
mahal dibandingkan lobster.47
Akses menuju Pulau Miangas dapat dilakukan dengan menggunakan kapal
angkutan dari Pelabuhan Karatung.Kapal ini melayani trayek Bitung-Karatung
sebanyak 2 kali sebulan dengan lama perjalanan 15 hari, melewati beberapa
pelabuhan seperti Tahuna, Siau dan Lirung.
Pelabuhan Karatung dapat dicapai melalui rute dari Manado (Bandara Sam
Ratulangi) ke Melonguane (Bandara Melonguane) dengan pesawat Merpati 2 kali
seminggu dengan lama perjalanan sekitar 3 jam. Selain itu dapat ditempuh
melalui jalur laut dari Pelabuhan Manado ke Pelabuhan Lirung atau Melonguane
dengan kapal reguler dan kapal angkut lainnya yang berangkat dengan frekuensi
pelayaran seminggu sekali dengan lama perjalanan 24 jam.
Perjalanan dari Pelabuhan Bitung ke Pelabuhan Lirung dapat
menggunakan kapal milik PT Pelni dengan melewati kota-kota besar seperti
Surabaya, Flores dan Buton. Fasilitas kapal ini sangat memadai seperti air bersih,
47Bachtiar Gafa, 1993,Penurunan hasil tangkapan ikan tuna dan cakalang di perairan Sulawesi
Utara dan factor-faktor yang mempengaruhi,Balai Penelitian Perikanan Laut, Jakarta, hal 48.
38
tempat tidur, kantin dan lain-lain. Dengan lama perjalanan 10 jam, karenanya
penumpang perlu membawa perbekalan yang cukup. Selama singgah di Lirung
ataupun Melonguane tersedia penginapan sederhana dan fasilitas terbatas.
Alternatif lainnya dengan pesawat dari Bandara Sam Ratulangi menuju
Melonguane (Talaud), dilanjutkan dengan menyewa perahu nelayan menuju Pulau
Miangas.
Walaupun pulau terluar, alam Miangas masih asri dan indah sebagai
potensi wisata yang bias dikembangkan. Pada beberapa tempat terdapat rawa-
rawa yang banyak ditumbuhi sejenis tanaman talas ataubentul (laluga) dan sagu.
Sebelum mengenal beras, tanaman alami ini menjadi makanan asli penduduk
Miangas. Laluga juga menjadi cadangan pangan saat kapal laut tidak dapat
mencapai Miangas karena cuaca buruk (September – Januari). Penduduk Miangas
juga mengonsumsi sagu tanah yang banyak tumbuh alami.
Kondisi alam Miangas pada sisi sebelah barat pada umunya berupa dataran
rendah dengan gundukan batu karang/kapur di beberapa tempat serta goa. Pada
daerah ini didominasi oleh tanaman kelapa sedangkan pada sisi sebelah timur
berupa dataran tinggi dan bukit dengan ketinggian antara 30 – 200 m dpl. Pada
sisi ini bagian pantainya langsung berhubungan dengan lereng bukit sehingga
keadaan pantainya pada umumnya berupa pantai berbatu karang. Bentuk Pulau
Miangas hamper bulat dan agak lonjong pada utara dan selatan.
Pos penjagaan di perbatasan tersebar di beberapa tempat baik Indonesia
maupun Philipina, gambarannya adalah sebagai berikut:
39
1. Indonesian Liaison Officer (ILO) merupakan pos TNI yang berada di lokasi
wilayah Philipina Selatan seperti di Batugandung dan Davao yang diawaki
oleh prajurit TNI berpangkat letnan kolonel sedangkan di Tibanban dan
Bungau diawaki oleh prajurit TNI berpangkat bintara.
2. Philippines Liaison Officer (PLO) merupakan pos AFP di wilayah Indonesia
seperti di Manado yang diawaki oleh prajurit AFP berpangkat letnan kolonel
sedangkan di Tarakan, Miangas dan Marore diawaki oleh prajurit AFP
berpangkat bintara.
Gambar 3.2 Peta Wilayah dan Propinsi Davao
Sumber: Konsulat Filipina di Manado, 2014.
Davao merupakan salah satu dari wilayah Filipina, Davao yang dalam
Bahasa Tagalog dikenal dengan nama Lungsod ng Dabaw merupakan kota
terbesar dan ibu kota utama di Pulau Mindanao. Kota ini merupakan pusat
40
regional Region Davao (Region XI). Kota ini memiliki luas wilayah 2.444 km²
dengan memiliki jumlah penduduk sebanyak 1.464.301 jiwa (2010) atau 325.400
rumah tangga dengan memiliki angka kepadatan penduduk sebanyak 599
jiwa/km², kota ini didirikan pada tahun 1848. Secara administratif,Davao City
terdiri dari 182 barangay atau desa. Di kota ini terdapat Konsulat Jenderal
Republik Indonesia yang mana turut serta dalam mengatasi permasalahan WNI di
Filipina.
Salah satu daerah perbatasan antara Indonesia dan Filipina adalah Filipina
Selatan. Wilayah Filipina Selatan adalah sebagai wilayah akreditasi Konsulat
Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Davao City yang terdiri dari Pulau Mindanao,
Kepulauan Sulu dan Kepulauan Tawi-Tawi dengan luas daratan ± 102.043 km
atau 34% dari seluruh luas daratan Filipina.
Daerah perbatasan akreditasi KJRI Davao City adalah sebagai berikut:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah Filipina Tengah (Visayas),
2. Sebelah Timur dibatasi oleh Samudera Pasifik sampai ke Kepulauan
Palau,
3. Sebelah Selatan dibatasi oleh Laut Sulawesi dan Kepulauan Miangas dan
Marore Indonesia, sedangkan,
4. Sebelah Barat dengan Laut Cina Selatan, Kepulauan Sulu dan Tawi-Tawi
yang mana merupakan kepulauan yang memanjang dari semenanjung
Zambonga, di Mindanao Barat ke arah Sabah, Malaysia dan Kalimantan
Timur, Indonesia.
41
B. Potensi Miangas dan Davao
Di perairan Pulau Miangas banyak ditemukan berbagai jenis ikan laut,
seperti ikan layar, cakalang, ikan kulit pasir, lobster, teripang, dan ikan laut dalam.
Selain itu juga ada ketang kenari (sejenis kepiting) yang secara ekonomi lebih
mahal dibandingkan lobster.
Pulau Miangas sebagai bagian dari NKRI dan sebagai salah satu pulau
terluar memegang peranan yang penting dalam menjaga keutuhan NKRI. Disebut
penting karena pulau ini menjadi dasar penentuan batas wilayah Indonesia
terhadap Filipina. Oleh karenanya pertahanan, keamanan, kesejahteraan
masyarakat dan pembangunan infrastrukturnya sangat perlu diperhatikan dan
ditingkatkan untuk mengejar keterisolasian dan keterbelakangan dengan daerah
lainnya.
Saat ini berbagai sarana pemerintahan telah ada di pulau ini seperti kantor
kecamatan, pos lintas batas, kantor apitalao, pos angkatan laut, pos angkatan
darat, pos polisis, koramil, imigrasi, bea cukai, puskesmas, distrik navigasi PLN,
SMA, SMP, SD, dermaga maupun jalan beton sepanjang 3 km.
Berbagai potensi dimiliki Pulau Miangas seperti perikan tangkap, karena
daerah ini di kelilingi oleh laut yang memiliki sumberdaya kelautan dan perikanan
yang sangat potensial serta pengembangan wisata bahari karena kondisi alamnya
yang indah.
Filipina ternyata memiliki keunggulan dalam pengembangan teknologi,
terutama di bidang teknologi informasi. Filipina sebenarnya sudah sejak dekade
1990an memiliki reputasi yang cukup baik di bidang teknologi informasi untuk
42
level internasional. Keunggulan tersebut mendorong didirikannya kawasan di
Davao City sebagai pusat pengembangan teknologi informasi di awal dekade
2000an. Terdapat sebanyak 11 perguruan tinggi yang terdiri atas 6 universitas dan
5 kolese yang dilibatkan. Mirip dengan Silicon Valley di Amerika Serikat, tetapi
Silicon Gulf di Davao City lebih difokuskan pada teknologi informasi.
Di kawasan Asia Tenggara bisa dikatatakan hanya Filipina yang memiliki
pusat pengembangan teknologi terpadu yang disebut Silicon Gulf. Malaysia dan
Thailand belum memiliki pemusatan pengembangan teknologi, seperti di Davao
City, sekalipun mereka telah menghasilkan cukup banyak produk teknologi
dengan orientasi ekspor.
Kota Davao merupakah sebuah kota yang pembangunan ekonominya
berfokus kepada keunggulan lokal seperti pada bidang-bidang pertanian, industri
perikanan, manajemen, perancangan kegiatan sampai pada kemampuan sumber
daya manusia. Sebagai contoh Davao lebih fokus dalam mengembangkan
komoditi unggulannya, terutama untuk ekspor. Seperti halnya pisang, durian dan
komoditi pertanian atau buah lainnya.
Selain itu keunggulan sumber daya manusia terhadap penguasaan bahasa
Inggris sebagai bahasa internasional atau bahasa Mandarin dihubungkan dengan
Cina sebagai penguasa perekonomian dunia saat ini.
C. Potensi Konflik / Masalah
1. Kelompok Pendatang.
Menurut sensus Filipina padatahun 2000, terdapat 43.871 WNI di
Filipina yang merupakan kelompokpendatang dari negara asing terbesar di
43
Filipina. Beberapa WNI datang keMindanao pada awal 1970, menetap dan
menikah dengan wanita lokal. Tetapipada awal 1980 status WNI mulai
menjadi ilegal, mereka diantaranya adalahnelayan dan pedagang kecil-
kecilan.
Para pendatang ini tetap mempertahankanidentitas mereka,
sehingga pemerintah Filipina pada awal 1999 mencobamembantu
menyelesaikan masalah ini. Pada tahun berikutnya atau pada tahun2000,
WNI yang ada di Mindanao Selatan terhitung berjumlah 7.200
orangtinggal atau menetap sebagai WNI ilegal. Dimana ditemukan hasil
beberapaingin melakukan naturalisasi menjadi warga negara Filipina tetapi
terdapat 30% - 35% yang berharap dapat dipulangkan ke Indonesia atau
menjadi WNI yanglegal.48
Pada tahun 2004 jumlah WNI yang berasal dari Sangir danTalaud
yang ada di Mindanao Selatan ini berkisar 7.946 orang.Para WNI ini
tersebar wilayah pantai danpulau, tetapi dari jumlah tersebut tidak
seluruhnya masih asli Sangir danTalaud, sebagian adalah keturunan
campuran sebagai hasil perkawinan denganwarga negara Filipina, baik
laki-laki maupun perempuan.
Keberadaanmasyarakat Indonesia asal Sangir dan Talaud di
Mindanao, Filipina Selatantelah berlangsung lama sebelum Perang Dunia
II sehingga diperkirakan saatini sudah generasi ketiga.Dari total jumlah
masyarakat Indonesia yangberdarah Sangir dan Talaud, menurut tempat
48 Konsulat Jenderal Republik Indonesia Davao City Filipina, 2006, Menyibak Tabir WNI II, Hal. 2.
44
kelahiran didapatkan data bahwa897 orang lahir di Indonesia, sedangkan
yang 7.049 lahir di Filipina.49
Kegiatan lintas batas di wilayah Border Crossing Area (BCA) pada
Border Crossing Station (BCS)-RI Tibanban ke Miangas maupun
sebaliknya masih sangat kecil, namun disinyalir banyak penyeberangan
yang dibantu oleh oknum tertentu tanpa menggunakan dokumen.
Informasi ini diperoleh dari penghubung Warga Negara Indonesia (WNI)
yaitu Ibu Liliana Bawole dan beberapa masyarakat Indonesia yang
berdomisili di Tibanban.
Penghubung WNI sangat diperlukan oleh petugas BCS RI karena
berfungsi sebagai jembatan antara petugas BCS RI dengan sebaran
masyarakat keturunan WNI yang berada di wilayahnya. Selain itu, dari
penghubung WNI ini juga dapat diketahui secara detail situasi, kondisi
sebaran WNI dan kerawanan lainnya termasuk kelompok garis keras di
wilayah Governor Generoso dan sekitarnya.
Isu mengenai ribuan warga Sulawesi Utara (Sulut) yang tinggal
secara ilegal di wilayah Filipina Selatan kembali mengemuka pada Tahun
2014. Status kewarganegaraan mereka tidak jelas. Data dari Konsulat
Jenderal RI di Davao menyebutkan bahwa sebanyak 5.300 warga Talaud
dan Sangihe, Sulut, selama bertahun-tahun telah tinggal secara ilegal di
Davao City dan General Santos City, wilayah Pulau Mindanao, Filipina
Selatan.
49ibid, hal. 34.
45
Konsulat Jenderal RI di Davao saat ini sedang melakukan
sosialisasi berkaitan dengan kewarganegaraan, karena terhitung Januari
2015 mereka harus menentukan sikap, menjadi warga negara Indonesia
atau Filipina. Warga yang status kewarganegaraan belum jelas umunya
berasal dari Kabupaten Kepulauan Talaud dan Sangihe. Mereka telah
mendiami Pulau Mindanao sejak puluhan tahun silam, bahkan ada yang
mengaku lahir di Mindanao, Filipina Selatan.
Selama ini warga yang status kewarga negaraan belum jelas itu
bekerja sebagai buruh, tani, dan nelayan. Pemerintah Filipinatidak akan
bertindak semena-mena melakukan deportasi, sebab ada kesepakatan
warga yang status kewarganegaraan belum jelas diberikan kesempatan
untuk menentukan sikap memilih menjadi warga negara Indonesia atau
Filipina. Diharapkan pada 2015 setelah tahap sosialisasi selesai, sudah ada
kejelasan tentang status kewarganeraan 5.300 warga tersebut.
2. Pelintas Batas
Pos lintas batas Indonesia berlokasi di Miangas (untuk kepulauan
Talaud), Marore (untuk kepulauan Sangihe) dan Tarakan (untuk kepulauan
Nunukan), sementara pos lintas batas Filipina berlokasi di Batuganding
pulau Balut merupakan reciprocal Marore, Bungao merupakan reciprocal
Tarakan dan Tibanban merupakan reciprocal Miangas. Hal ini sesuai
dengan kesepakatan Border Crossing Agreement, kedua negara
mendirikan reciprocal building dimana Indonesia memiliki 3 (tiga) pos
perbatasan di Filipina, yaitu di Bongao, Tawi-Tawi; Batu Ganding, Pulau
46
Balut; dan Tibanban. Sedangkan Filipina memiliki 3 (tiga) pos perbatasan
di Indonesia, yaitu di Tarakan, Marore dan Miangas.
Mobilitas penduduk di perbatasan Indonesia dan Filipina sudah
berlangsung sejak lama, berbagai faktor yang menyebabkan mereka
melakukan lintas batas seperti faktor berikut ini:50
a. Faktor Kekerabatan.
Alasan menjenguk keluarga yang tinggal/menetap di wilayah
Philipina Selatan (Balut, Sarangani, General Santos sampai Davao)
banyak diungkapkan oleh WNI yang tinggal di sekitar Miangas.
Meskipun secara admnistratif ada batas negara, umumnya penduduk
yang tinggal di wilayah perbatasan mempunyai hubungan kekerabatan
seperti penduduk Sangir yang mendiami perbatasan Indonesia –
Filipina di kepulauan Sangihe Talaud mempunyai ikatan kekerabatan
dengan penduduk di wilayah Filipina Selatan.
b. Faktor Jarak.
Jarak yang relatif dekat dari Miangas ke General Santos dibandingkan
harus ke Tahuna dan Manado adalah salah satu penyebab warga
perbatasan melakukan lintas batas. Selain jarak berbagai kemudahan
juga bisa di dapatkan di kota General Santos seperti rumah sakit, pusar
perbelanjaan serta harga yang relatif lebih murah.
c. Faktor Ekonomi.
50
Aswatini Raharto, 1995, Migrasi kembalo orang Sangir-Talaud dari pulau-pulau di wilayah
Philipina, PPT-LIPI, Jakarta, hal 85.
47
Warga dari Miangas dan pulau terdekat lainnya seperti Marore
membawa ikan atau sirip ikan hiu untuk dijual ke General Santos
maupun ditampung oleh para pemodal dari Philipina. Saat kembali
dari Filipina mereka (pelintas batas dari Indonesia) membawa
minuman ringan atau alat-alat elektronik untuk dijual kembali di
wilayah Marore dan sekitarnya.
3. Ancaman Teroris
Di daerah Balut Saranggani terdapat kelompok bersenjata, yaitu
Moro National Liberal Front (MNLF) dan Moro Islamic Liberal Front
(MILF). MNLF berdiam di daerah pegunungan di dusun Kawayan dan
Kepinggan Barangbay yang berjumlah sekitar 100 orang, sementara MILF
berbasis di wilayah Barangay Balibo dengan jumlah personil sekitar 500
orang.
Informasi dari Polda Sulawesi Utara pada masa kerusuhan di
Maluku dan juga rangkaian aksi bom di Bali dan Jakarta, diketahui
sejumlah orang yang diduga teroris kerap melintas di Filipina Selatan dari
Balut, Sarangani, General Santos, dan transit di sekitar Talaud seperti di
Pulau Miangas maupun Marore sebelum melanjutkan perjalanan ke
Maluku Utara dan Maluku. Jarak itu membentang sekitar 550 kilometer
atau setara Jakarta-Semarang di Pulau Jawa.Ada sejumlah orang yang
dicurigai yang kemudian menghilang dari Sangihe dan Talaud
pascarangkaian aksi teroris di Jawa dan Bali.
48
Aktifnya kegiatan lintas batas yang melalui Batuganding membuat
Pemerintah Filipina melakukan penambahan berkas kelengkapan yang
harus disiapkan oleh para pelintas batas dengan diadakannya security
clearance. Hal ini dilakukan karena kekhawatiran adanya penyimpangan
atau pemanfaatan kemudahan melintas bagi orang-orang yang memiliki
kepentingan family visit.
4. Illegal Fishing
Mengingat luasnya perbatasan wilayah laut antara Indonesia dan
Filipina serta berlimpahnya kekayaan laut di wilayah tersebut
menyebabkan sangat dimungkinkannya masuknya kapal asing di perairan
Indonesia untuk melakukan aktivitas illegal dalam mengambil hasil laut
Indonesia.
Beberapa pemilik kapal ikan / pump boat seperti Mr. Maymaygo
(KM Christa, KM Christa 02, dan KM Christa 03), Mr. Bibot Villaceram
(KM Grasio-01, KM Grasio-02, KM Grasio-05) dan Christin (KM.
Karisma Jaya) memberi penjelasan bahwa ketatnya aturan tentang
perikanan di Indonesia maka mereka masuk ke wilayah perairan Indonesia
lewat jalur illegal untuk mencuri ikan dan selanjutnya ikan hasil
tangkapannya dijual kepada General Santos (Gensan) di Filipina.51
Komandan Lantamal VIII TNI AL Laksma Sugiharto menjelaskan,
kapal-kapal di sekitar perbatasan Indonesia dan Filipina masih ada
pelanggaran-pelanggaran, mulai dari kapal kecil atau nelayan tradasional
51 Buku panduan delegasi RI, 2011.sidang tingkat ketua RI – RPBC XXX TA 2011 di Manado.
49
sampai kapal besar.52 Kapal-kapal kecil ini mendapat dukungan dari kapal
besar yang menjadi induknya. Setiap tahun Indonesia menderita kerugian
sekitar Rp. 300 triliun akibat kasus pencurian oleh kapal asing. Jumlah itu
sangat jauh dari pendapatan negara yang masuk dari sektor kelautan yang
hanya Rp300 miliar per tahun.Hitungan kerugian negara akibat illegal
fishing yang mencapai Rp300 triliun itu agaknya bukan sekedar isapan
jempol, sebab menurut laporan tidak kurang dari 5.400 kapal asing
beroperasi mencuri ikan di perairan laut Indoensia.
5. Penyelundupan
Ketatnya pengawasan terhadap masuknya narkoba melalui pintu
udara menyebabkan penyelundup banyak mengalihkan jalur distribusinya
melalui laut dengan menyamar sebagai kapal nelayan maupun kapal
dagang. Walaupun patroli laut dilakukan, namun tidak semua semua
wilayah laut dapat diawasi dengan baik karena kapal patrol yang terbatas.
Hal ini yang menyebabkan penyelundupan lewat laut memungkinkan
untuk dilakukan.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT)
Ansyaad Mbai mengungkapkan, maraknya aksi teror di Indonesia
disebabkan daerah perbatasan Indonesia dengan negara tetangga, terutama
Filipina, tidak dijaga secara ketat. Longgarnya penjagaan daerah
perbatasan memudahkan para pemasok senjata dari daerah basis kelompok
Abu Sayyaf di Filipana untuk kegiatan teror di Indonesia tetap merajalela. 52
Hasil wawancara dengan Komandan Lantamal VIII TNI AL Laksmana Sugiharto,Manado, 7
Januari 2015.
50
Pasokan senjata untuk para teroris itu lewat perbatasan Indonesia. Tim
Gegana berhasil mengamankan sejumlah barang bukti yaitu tiga granat
nanas, manggis, dan asap, satu senjata api berjenis bareta dengan 17 butir
peluru, 2 senjata enggran jenis serbu dalam bentuk masih rangkaian, satu
alat peredam senjata, 50 butir peluru kaliber 9,9 mm, 30 butir peluru 2,2
mm buatan Pindad, dan 5 buah baterai 9 volt.Selain itu juga ditemukan 1
laptop, 1 telepon genggam, 6 switching dalam rangkaian, 6 buah paralon
1/4 inch sudah terisi peledak, bahan peledak jenis serbuk potassium, HP
ledak, detonator elektrik, kabel serabut tunggal, dan surat wasiat.
Kemiripan dengan kelompok Solo adalah adanya senjata api berjenis
Bareta.
6. Penetapan Batas Wilayah
Indonesia dan Filipina saling berbatasan laut, di sekitar perbatasan
ini terdapat beberapa pulau kecil milik Indonesia. Salah satu pulau tersebut
adalah Pulau Miangas. Berdasarkan argument masing-masing negara,
maka keberadaan pulau ini diakui sebagai milik dari masing-masing
negara.
Indonesia berpegang pada wawasan nusantara (the archipelagic
principles) sesuai dengan ketentuan Konvensi PBB tentang hukum laut
(UNCLOS 1982) sedangkan Filipina berpegang pada treaty of paris 1898.
D. Bentuk-Bentuk Kerjasama Militer TNI-AFP
51
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri
dari 17.504 pulau (termasuk 9.634 pulau yang belum diberi nama dan 6.000
pulau yang tidak berpenghuni). Luas daerah perairan seluas 93 ribu km2 dan
panjang pantai sekitar 81 ribu km2 atau hampir 25% panjang pantai di dunia.53
Wilayah laut Indonesia sebelah utara berbatasan langsung dengan laut
lima negara, yaitu Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam dan Filipina.
Sebelah barat wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia berbatasan
langsung dengan samudera hindia dan perairan negara india. Wilayah timur
indonesia berbatasan langsung dengan daratan Papua New Guinea dan
perairan Samudera Pasifik. Indonesia sebelah selatan berbatasan langsung
dengan wilayah darat Timor Leste, perairan Australia dan Samudera Hindia.
Pulau-pulau Indonesia yang berbatasan dengan Filipina adalah Pulau
Bangkit, Batu Bawaikang, Dolangan, Intata, Kawalusu, Kawio, Makalehi,
Manterawu, Marampit, Marore, Salando, Kakarutan dan Miangas. Keberadaan
pulau-pulau ini sangat strategis karena menjadi dasar penetapan batas wilayah
Indonesia.
Salah satu wilayah yang menjadi fokus dari Indonesia adalah wilayah
Miangas. Wilayah ini menjadi fokus dikarenakan berbatasan langsung dengan
Filipina. Wilayah perbatasan merupakan wilayah yang dianggap cukup rawan
dan kemungkinan akan mengganggu kedaulatan dan keamanan
Indonesia.Morgenthau memandang kepentingan nasional merupakan
kemampuan minimum negara-negara untuk melindungi dan mempertahankan
53 Direktorat Wilayah Pertahanan, 2014,Pengelolaan Perbatasan Laut dan PPKT Ditinjau dari
Aspek Hankam, Ditjen Strahan Kemhan, hal 5.
52
identitas fisik, politik, dan kultur dari gangguan negara lain. Pendapat
Morgenthau ini selaras dengan kebijakan yang dikeluarkan Indonesia yang
fokus untuk menjaga wilayah perbatasan sesuai dengan kata Morgenthau
tentang “melindungi dan mempertahankan identitas fisik”.
Melindungi dan mempertahankan identitas fisik merupakan kewajiban
bagi negara berdaulat seperti Indonesia. Ada berbagai macam ancaman yang
dapat terjadi di wilayah perbatasan antara lain terorisme, illegal fishing,
people smuggling, dan perdagangan narkoba. Ancaman-ancaman ini menjadi
perhatian dari Indonesia dan Filipina.
Hasil wawancara yang penulis lakukan dengan Dirjen Strategi
Pertahanan Kementerian Pertahanan Mayjen TNI Yoedhi Swastanto
menyatakan bahwa kerjasama militer yang dilaksanakan oleh pihak TNI
dengan negara manapun dimaksudkan untuk melindungi dan mempertahankan
kedaulatan NKRI, Yoedhi Swastanto juga menyatakan bahwa pihak Indonesia
mengusulkan diadakannya kerjasama militer dengan pihak Filipina guna
meningkatkan penjagaan keamanan di garis perbatasan Indonesia dan Filipina
dimana pada saat itu pihak Filipina mengklaim bahwa kepulauan Miangas
merupakan bagian dari Filipina oleh sebab itu pihak Indonesia mengadakan
kerjasama militer yang dilaksanakan oleh Pihak TNI dengan melindungi
wilayah NKRI dan menunjukkan eksistensi di kawasan serta mengawasi
perbatasan kedua negara.54
54 Wawancara dengan Direktorat jenderal Strategi pertahanan Kementerian pertahanan Mayjen
TNI Yoedhi Swastanto di Kementerin pertahanan, Medan Merdeka Barat, Jakarta, 27 Januari 2015.
53
Kepentingan Indonesia untuk melindungi wilayah NKRI dan
menunjukkan eksistensi dikawasan serta mengawasi perbatasan kedua negara
disambut baik oleh Pemerintah Filipina yang melihat wilayah perbatasan
sebagai hal yang penting juga. Kesamaan kepentingan ini yang membuat
Indonesia dan Filipina melakukan hubungan lebih intens terkait wilayah
perbatasan. Hal ini sesuai dengan konsep hubungan bilateral yang
menekankan bahwa kepentingan mendasari kesepakatan antar kedua negara
untuk berinteraksi dalam suatu bidang tertentu dengan cara dan tujuan yang
telah disepakati bersama. Maka dari itu Indonesia menjalin hubungan
kerjasama dengan Filipina di bidang pertahanan khususnya di garis perbatasan
kedua negara.
Kerjasama militer Filipina Indonesia dikenal dengan sebutan The
Philippines Indonesia Military Cooperation (Philindo MC), kerjasama ini
diawali pada tahun 1975 dalam bentuk Border Crossing Agreement. Hal ini
sesuai dengan Surat Keputusan Menhankam dan Pangab Nomor:
SKEP/1055/IX/1975 tanggal 29 September 1975.
Pada tanggal 27 Agustus 1997 menjadi Agreement between
Government of Republic of Indonesia and the Government of Republic of
Philippines on the activity of field Defence and Security.
Hasil rapat Steering Committee dan Vice Chairman BCA antara pihak
RI-RPBC pada tanggal 8-11 November 2010 di Davao Filipina, sebagai
berikut:
1. Usulan Republic Indonesia Boreder Crossing (RIBC):
54
a. Perluasan daerah operasi dan patroli perbatasan terkoordinasi (patkor)
Philindo (Sub komisi A).
b. Implementasi pelaksanaan operasi SAR dari latihan bersama pada saat
patkor Philindo (Sub komisi A).
c. Meningkatkan pertukaran informasi intelijen (Sub komisi B).
d. Melaksanakan pengawasan intensif para pelintas batas dan anak buah
kapal/ABK (Sub komisi B).
e. Permintaan salinan kartu pelintas batas Filipina dan biaya standar
(Sub komisi B).
2. Usulan Republic Filipina Border Crossing (RPBC):
a. Implementasi patroli udara yang terkoordinasi selama pelaksanan
patkor.
b. Permintaan salinan kartu pelintas batas Indonesia, kartu ABK dan
biaya standar bagi pelintas batas.
c. Meningkatkan pertukaran informasi intelijen.
d. Peraturan atas kepabeanan dan biaya bagi pelintas batas.
3. Kesepakatan RI-RPBC:
a. Peninjauan ulang daerah operasi patkor sesuai yang telah diatur dalam
perjanjian patrol perbatasan Philindo dan juga melihat serta
mempelajari kemungkinan untuk memperluas daerah operasi patrol
dalam menghadapi tantangan/ancaman potensial sepanjang perbatasan
maritim ke dua negara.
b. Pelaksanaan latihan SAR pada saat patkor.
55
c. Pelaksanaan patroli udara terkoordinasi pada saat pelaksanaan patkor,
sebagaimana konsep operasi patkor perbatasan pada Border Crossing
Area (BCA) yang telah disetujui pada pertemuan tanggal 31 Januari
1983 dalam rangka mencoba, mengevaluasi dan merevisi prosedur
operasional bagi kedua negara bila diperlukan.
d. Mengusulkan topik peningkatan petukaran intelijen sebagai agenda
bersama.
e. Menyebarluaskan informasi dan peraturan kepada petugas pos lintas
batas dalam upaya pengawasan intensif terhadap pelintas batas dan
ABK.
f. Filipina akan menyediakan kartu pelintas batas dan biaya standar bagi
pelintas batas Filipina dalam suatu penetapan.
g. Indonesia akan menyerahkan salinan kartu pelintas batas (jenis paspor
warna hijau), kartu ABK dan biaya standar bagi pelintas batas
Indonesia.
h. Kedua pihak sepakat untuk menduskusikan lebih lanjut tentang joint
area intelegence meeting (JAIM) sebagai upaya untuk meningkatkan
pertukaran informasi intelijen.
i. Pihak Filipina sepakat menyerahkan salinan contoh kartu deklarasi
kepabeanan yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
kepada pihak Indonesia.
j. Kedua pihak sepakat saling tukar informasi terkait biaya keluar masuk
barang dan bawaan bagi pelintas batas.
56
Implementasi kerjasama militer dari MoU bidang pertahanan ke dua
negara dalam rangka meningkatkan kerjasama militer, maka pada tanggal 10
Desember 2012 di Davao Filipina telah ditandatangani The Joint
Understanding between the Indonesian National Defense Forces (TNI) and
the Armed Forces of the Philippines (AFP) on the Philippines-Indonesia
Military Cooperation (Philindo MC) oleh Panglima TNI Jend. Moeldoko
danGeneral Emanuel Trinidad Bautista kepala Angkatan Bersenjata kedua
Negara.
Adapun tujuan kerja sama militer Indonesia - Filipina adalah pihak TNI
dan AFP mendiskusikan, mengevaluasi, merekomendasikan dan melaksanakan
kerja sama di antara kedua angkatan bersenjata sebagai perwujudan dari
Agreement Between the Government of RP and RI on Cooperative Activities in
the Field of Defense and Security. Selain itu juga mencakup kegiatan-kegiatan
dan interaksi kedua negara yang membangun kapasitas, memelihara, mencegah
konflik serta meningkatkan kemakmuran masyarakat yang tinggal di
perbatasan kedua Negara.
Beberapa pelaksanaan kegiatan kerjasama militer TNI – AFP:55
1. Melaksanakan patroli bersama baik terjadwal maupun tidak dan upaya
memaksimalkan terhadap petugas perbatasan untuk menjadi contact person
bila ada operasi penangkapan.
55 Samiyono, op. cit, hal 68.
57
2. Mengikut sertakan taruna Akademi Maritim Bitung Sulawesi Utara untuk
praktek kerja lapangan selama 2 bulan di Akademi Maritim Davao City
dengan biaya pemerintah daerah Davao City.
3. Kerjasama menanggulangi perompakan meliputi patroli pantai, pertukaran
intelijen dan pertukaran siswa SESKO.
Hasil rapat Philindo MC pada tanggal 4-7 Februari 2014 yang
dilaksanakan di Davao Filipina, sebagai berikut:
1. Usulan Indonesia
a. Tersedianya pedoman yang berhubungan dengan jenis dan ukuran kapal
serta peralatan keamanan yang wajib dibawa di atas kapal pada saat
melintasi perbatasan.
b. Perluasan wilayah operasi patkor ke sekitar Border Crossing Station
(BCS) Tarakan dan Bongao dekat kepulauan Sulu.
c. Perubahan konsep operasi patroli bersama yaitu dengan diawali
pembentukan kelompok kerja teknis, baik dari pihak Indonesia maupun
Filipina dilanjutkan pertemuan pra-perencanaan yang disesuaikan
dengan jadwal pertemuan wakil ketua dan ketua.
d. Penyelarasan pos pelintas batas dan operasi pelayanan pelintas batas
antara Republik Indonesia dan Republik Philipina serta mengkaji ulang
aturan pelaksanaan dan peraturan perbatasan yang telah ada.
e. Penempatan personil bea cukai di pos perbatasan dan pelintas batas
untuk membatasi masuknya minuman keras melewati perbatasan.
2. Usulan Filipina
58
a. Terjaminnya jalur navigasi dan mengizinkan kapal ikan berbendera
Philipina untuk melintas, berlayar melalui laut ZEE Indonesia saat menuju
daerah tangkapan di laut Tinggi Padakantung 1 (laut bebas) untuk
menghemat waktu dan pengeluaran.
3. Kesepakatan kedua pihak
Mengesahkan penyusunan standard operating procedure (SOP) yang
berhubungan dengan jenis dan ukuran kapal serta peralatan keamanan yang
wajib dibawa di atas kapal pada saat melintasi perbatasan.
Berikut ini adalah beberapa hasil pelasanaan kerjasama antara TNI
dan AFP sampai tahun 2014:56
1. Area / daerah operasi patroli bersama yang semula sebatas wilayah laut
Sulawesi diperluas hingga di sekitar pulau Sulu.
2. Kedua pihak telah menggunakan sarana pesawat udara dalam patrol udara
dan mekanismenya diatur dalam SOP patkor Philindo.
3. Aksi pertukaran informasi/komunikasi menggunakan e-mail resmi yang
telah disepakati bersama sehingga seluruh aktifitas dapat tercatat dengan
baik.
4. Pelaksanaan kegiatan Tim Searh and Rescue (SAR) Indonesia-Filipina di
wilayah perbatasan berkoordinasi dan berkomunikasi dengan Basarnas.
5. Memperluas kegiatan latihan selama Corpat Philindo dengan memasukkan
bantuan kemanusiaan dan bantuan bencana pada scenario search and
rescue.
56Bastomi, 2014,Laporan kemajuan kerjasama militer Indonesia (TNI) dan Philipina (AFP) pada
tahun 2014, Jakarta, hal 59.
Sidang pertama
2014 di Jakarta. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Pan
Moeldoko dan delegasi
hal penting yang dibahas dalam sidang itu adalah membahas laporan kemajuan
pada badan-badan di bawah Philindo MC yaitu JISC, JOESC dan JTESC.
Gambar 4.1
Kerjasama militer (Philindo MC) di sekitar wilayah perbatasan.
Kerjasama militer yang dilakukan mencakup bidang
1. Joint Intelligence Sub
pertukaran informasi maupun analis intelijen,
2. Joint Operations and Exercises Sub Committee (JOESC), merupakan forum
kerja sama operasi dan latihan seperti aktifitas patrol perbatasan, dan
3. Joint Training and Education Sub
kerja sama untuk aspek pelatihan dan pendidikan.
pertama Philindo MC dilaksanakan pada tanggal 23
2014 di Jakarta. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Panglima TNI Jenderal TNI
Moeldoko dan delegasi Filipina oleh General Emanuel Trinidad Bautista. Hal
hal penting yang dibahas dalam sidang itu adalah membahas laporan kemajuan
badan di bawah Philindo MC yaitu JISC, JOESC dan JTESC.
Gambar 4.1 Struktur Philindo MC
erjasama militer (Philindo MC) di sekitar wilayah perbatasan.
Kerjasama militer yang dilakukan mencakup bidang-bidang sebagai berikut:
Joint Intelligence Sub-committee (JISC), merupakan forum kerja sama untuk
pertukaran informasi maupun analis intelijen,
Joint Operations and Exercises Sub Committee (JOESC), merupakan forum
kerja sama operasi dan latihan seperti aktifitas patrol perbatasan, dan
Joint Training and Education Sub-Committee (JTESC), merupakan forum
kerja sama untuk aspek pelatihan dan pendidikan.
59
Philindo MC dilaksanakan pada tanggal 23-24 April
glima TNI Jenderal TNI
oleh General Emanuel Trinidad Bautista. Hal-
hal penting yang dibahas dalam sidang itu adalah membahas laporan kemajuan
badan di bawah Philindo MC yaitu JISC, JOESC dan JTESC.
erjasama militer (Philindo MC) di sekitar wilayah perbatasan.
bidang sebagai berikut:
merupakan forum kerja sama untuk
Joint Operations and Exercises Sub Committee (JOESC), merupakan forum
kerja sama operasi dan latihan seperti aktifitas patrol perbatasan, dan
Committee (JTESC), merupakan forum
60
Jenis kegiatan dari kerjasama militer sebagaimana tersebut di atas
mencakup beberapa kegiatan seperti rapat, magang, latihan bersama dan patroli
bersama. Kegiatan-kegiatan ini rutin dilaksanakan tiap tahunnya.
Pada dokumen laporan kemajuan bersama JISC Tahun 2014 memuat hal-
hal sebagai berikut:57
1. Kegiatan yang telah dilaksanakan:
a. SINTEL TNI-J2 AFP, kegiatan ini dilaksankan di Manila berupa
pertemuan yang dilaksanakan secara back to back:
(1). Analyst to analyst exchange (ATAX) Sintel TNI-J2 AFP
membahas dua topik, yaitu “ Optimalisasi pertukaran intelijen
antara TNI-AFP guna mencegah berkembangnya terorisme di
wilayah perbatasan Indonesia-Filipina” dan “ Optimalisasi
pengawasan wilayah perbatasan Indonesia-Filipina melalui patrol
terkoordinasi TNI AL-AL AFP”.
(2). Pertemuan JISC ke-3, di mana pada pertemuan ini masing-masing
pihak menyampaikan dan membahas :
a) Delegasi J2 AFP menyampaikan topik “Recent developments
in the west Philippine sea”
b) Delegasi Sintel TNI menyampaikan topik “Dampak krisis
laut China Selatan terhadap rencana pembentukan ASEAN
community tahun 2015”.
57Departemen Pertahanan Republik Indonesia, 2014,Laporan kemajuan bersama Joint Intelligence
Sub Committee (JISC),Hal 69.
61
b. BAIS TNI-ISAFP dilaksanakan di Jakarta, topik yang dibahas adalah:
(1). BAIS TNI membawakan topik “Update on terrorism in Indonesia”
dan “Current deradicalization program in Indonesia”.
(2). ISAFP membawakan topik “Update on the terrorist threat in the
Philippines” dan “Intelligence support to the peace process in
south Philippines”.
2. Hasil yang telah dicapai:
SINTEL TNI-J2 AFP
(1). Pertemuan JISC:
a) Ke dua pihak memahami posisi negara masig-masing dalam
menyikapi permasalahan laut China Selatan/laut Filipina Barat dan
mendorong dikedepankannya upaya damai dalam penyelesaian
sengketa serta mendorong terwujudnya code of conduct guna
mencegah timbulnya konflik bersenjata di Laut China Selatan
sehingga rencana pembentukan ASEAN Community tahun 2015
dapat terwujud.
b) Pihak AFP mengapresiasi peran Indonesia dalam mendorong
terwujudnya perjanjian damai antara GPF-MILF di Filipina Selatan
melalui pengiriman personil TNI dalam International Monitoring
Team (IMT)
c) Kedua pihak sepakat untuk menuntaskan draft TOR yang mengatur
kerja sama di bidang intelijen seperti yang telah disepakati oleh
Panglima Angkatan Bersenjata kedua Negara.
62
(2). Kegiatan ATAX:
(a) Kedua pihak dapat menyetujui untuk meningkatkan pertukaran
informasi intelijen dalam rangka penanggulangan terorisme di
wilayah perbatasan ke dua Negara.
(b) Kedua pihak menyetujui pembentukan point of contact (POC)
sesuai tingkatan di angkatan bersenjata masing-masing J2 AFP
dengan Sintel TNI, Intelligence Service AFP (ISAFP) dengan
BAIS TNI, East Mindanao Command (EMC) dengan Kodam VII
Wirabuana dan Naval Fleet East Mindanao (NFEM) dengan
Lantamal VIII Manado.
(c) Ke dua pihak menyetujui untuk memperluas wilayah operasi
terkoordinasi kea arah barat dan meningkatkan menjadi dua kali
dalam setahun, serta memasukan kegiatan bantuan kemanusiaan
bagi masyarakat wilayah perbatasan dalam patkor tersebut.
3. BAIS TNI-ISAFP
(1). BAIS TNI menyampaikan tentang perkembangan terakhir kelompok
teroris di Indonesia ditinjau dari kepemimpinan, group yang ada dan
beroperasi saat ini, metode rekrutmen, struktur organisasi, strategi
dan taktik serta tantangan yang dihadapi.
(2). ISAFP menyampaikan permasalahan tentang adanta infitrasi teroris
melalui perbatasan dan serangan kelompok separatis di Mindanao.
63
(3). ISAFP juga menyampaikan tentang peran intelijen dalam proses
perdamaian di Filipina Selatan antara Government of the Philippines
(GPH) - Moro Islamic Liberation Front (MILF) yang ditandai
dengan panandatanganan Framework Agreement on the Bangsamoro
(FAB) pada tanggal 15 Oktober 2012 di Manila.
Dari apa yang telah diuraikan di atas terlihat bahwa kerja sama militer
di bidang intelijen menyepakati untuk dibentuknya code of conduct guna
mencegah konflik bersenjata di Laut Cina Selatan dan pengiriman personil TNI
dalam MIT dalam rangka terwujudnya kesepakatan damai antara GMF dan
MILF.
Bentuk kerjasama militer di bidang intelijen sama sekali tidak
mengarah kepada terbentuknya blok kekuatan baru ataupun masuk ke dalam
peraturan yang bersifat bawaan dari masing-masing Negara, melainkan
memposisikan ke dua Negara dalam posisi yang seimbang saling menghargai
kedaulatan masing-masing serta menjaga timbulnya konflik antara ke dua
Negara maupun hadirnya pihak ke tiga yang dapat berpotensi menyebabkan
terjadinya konflik antara Indonesia dan Filipina.
Kerjasama militer bidang intelijen berisi kegiatan-kegiatan yang pada
pokoknya berupa rapat, pertukaran informasi intelijen maupun pertukaran
perwira untuk pendidikan. Kegiatan ini merupakan kegiatan rutin yang intensitas
penekanannya tergantung dengan kondisi yang dihadapi. Informasi intelijen
perlu dikelola dan dijaga dengan baik.
64
Indonesia masih harus lebih meningkatkan keamanan akses data
intelijennya, kasus penyadapan terhadap Indonesia yang dilakukan oleh
Australia pada tahun 2014 yang lalu merupakan warning bagi Indonesia agar
dapat lebih meningkatkan keamanan data intelijennya. Peningkatan kemanan
data intelijen ini akan labih efektif bila sertai sikap yang tegas terhadap negara
yang melakukan penyadapan tersebut.
Kondisi Indonesia yang sebagian besar penduduknya beragama Islam
menjadi pertimbangan tersendiri bagi Filipina untuk menjadikannya sebagai
fasilitator dalam membantu terwujudnya perdamaian antara pemerintah Filipina
dan MILF. Indonesia senantiasa mendukung upaya Pemerintah Filipina
menciptakan perdamaian dengan masyarakat Moro di Filipina Selatan."
Terkait ini, Pemerintah Indonesia selama hampir 20 tahun telah
berperan sebagai fasilitator proses perdamaian antara Pemerintah Filipina
dengan MNLF. Implementasi dari kesepakatan itu adalah akan dibentuk
kawasan otonomi baru yang diberi nama Bangsamoro. Kawasan otonomi ini
akan meliputi lima provinsi termasuk sebagian wilayah Lanao del Norte dan
Utara Provinsi Cotabato.
Berikut ini adalah hasil-hasil kerjasama militer di bidang intelijen
dalam rangka JISC antara Indonesia dan Filipina:58
1. Tahun 2009:
58Ibid, hal 71.
65
a. Bahwa dengan mengetahui dan mengerti tentang sistem dan organisasi
pertahanan kedua Negara akan sangat bermanfaat untuk mengidentifikasi
dan koordinasi lingkup kerja sama di masa yang akan datang.
b. Pihak Indonesia mengajukan Term of Refference (TOR) untuk Joint
Defense Security Coopration Committee (JDSCC) dan pihak Filipina
meminta waktu untuk mempelajari dan mengklarifikasi beberapa point
yang dituangkan dalam TOR meliputi komposisi, organisasi, fungsi dan
sasaran. Delegasi Filipina selanjutnya akan memberikan counter draft
terhadap usulan pihak Indonesia.
2. Tahun 2010:
a. Ke dua pihak sepakat untuk meningkatkan hubungan bidang pertahanan
melalui beberapa kegiatan praktis pada tingkat angkatan TNI maupun
antar Kementerian Pertahanan dengan membuka peluang seluas-luasnya
bagi peningkatan profesionalisme prajurit melalui pendidikan dan
pelatihan (intelijen).
b. Kedua pihak sependapat untuk memanfaatkan setiap pertemuan bilateral
maupun regional guna meningkatkan kerjasama antar sesama anggota
ASEAN maupun dalam konteks kerjasama regional untuk memelihara
stabilitas keamanan di kawasan.
c. Kedua sekretariat segera menyelesaikan TOR bagi penyelenggaraan
sidang JDSCC RI-GRP yang diperlukan dan disesuaikan dengan
kebutuhan organisasi dan perkembangan yang cukup pesat antara kedua
66
angkatan bersenjata dengan memasukan badan-badan baru terkait agar
diperoleh struktur kerjasama yang komprehensif.
3. Tahun 2011:
Kerjasama bilateral antara RI-RP dibicarakan dalam forum JDSCC dan
mengangkat isu-isu aktual dan mengakomodasi semua kepentingan kerjasama
di wilayah perbatasan kedua Negara.
4. Tahun 2012:
Kedua Negara telah menanda tangani The Joint Understanding Between The
Indonesia National Forces (TNI) and The Armed Forces of The Philippines
(AFP) oleh panglima angkatan bersenjata kedua negara lingkup bidang
intelijen, patkor perbatasan opslat dan diklat service to service group.
5. Tahun 2013:
Pihak TNI mengundang CoS AFP beserta delegasi AFP ke Jakarta dalam
rangka sidang pertama Philindo MC pada awal tahun 2014 termasuk
mengunjungi berbagai fasilitas di PMPP TNI khususnya dalam rangka
peningkatan kerjasama TNI-AFP di bidang anti terorisme (counter
terrorism) dan bantuan kemanusiaan.
6. Tahun 2014:
a. Mempertimbangkan kemungkinan penjadwalan kegiatan sub komite
selaras dengan penyelenggaraan Philindo MC khususnya yang terkait
dengan implementasi pertukaran informasi dan intelijen antara kedua
Negara.
67
b. Meningkatkan dan mengembangkan lingkup kerja sama bidang intelijen
seperti diskusi intelijen (ATAX), pertukaran intelijen yang bersifat day to
day dalam mendukung keberhasilan pelaksanaan patroli terkoordinasi
Philindo dan operasi penanganan terorisme serta kunjungan timbal balik
antara komunitas intelijen kedua Negara.
c. Menyusun TOR untuk JISC dan kemudian menyelenggarakan pertemuan
JISC ke-4 secara berkelanjutan (back to back) dengan penyelenggaraan
sidang ke -2 Philindo MC Tahun 2015.
Satu hal yang mencolok adalah penyusunan TOR untuk JISC yang dimulai
sejak tahun 2009 hingga tahun 2014 ternyata belum tuntas, namun demikian
pertukaran informasi intelijen tetap berjalan dengan baik khususnya untuk patroli
terkoordinasi dan penanganan terorisme.
Bagian kedua dari Philindo MC adalah JOESC. Pada dokumen laporan
kemajuan bersama bidang operasi dan latihan (JOESC) di sidang I Philindo MC
Tahun 2014 juga memuat point-point yang ada pada hasil sidang tingkat ketua RI-
PHBC (Repbublic of Indonesia – Philippines Border Committee) XXXII TA 2013
pada tanggal 4-7 Februari 2014, yaitu:59
1. Kegiatan yang telah dilaksanakan:
a. Kegiatan pertemuan/rapat bidang operasi bersama tingkat Mabes TNI-
AFP (military to military) seperti pertemuan Republik Indonesia-
Philippines Border Committee (RI-PHBC) pada 4-7 Februari di Davao.
59Ibid, hal 83.
68
b. Kegiatan pertemuan/rapat bidang latihan bersama yang telah dilaksanakan
oleh tingkat Mabes angkatan (service to service) seperti rapat Indonesia-
Philippines Army working group (Indophil AWG) pada November 2013 di
Manila, Subject Matter Expert Exchange Humanitarian
Assistance/Disaster Relief (SMEE HA/DR) pada April 2014 di Bali dan
Initial Planning Conference Search and Rescue Training Activity (IPC
SARTA/SAREX) pada Januari 2014 di Davao.
c. Patroli terkoordinasi di perairan perbatasan ke dua negara dan latihan
bersama:
(1). Subject Matter Expert Exchange Humanitarian Assistance / Disaster
Relief (SMEE HA/DR) 2013 pada tanggal 1-5 Juli 2013 di Manila
Philipina.
(2). Latma Dolphine Training Activity TA 2013 pada tanggal 16-29
September 2013 di Difif-2 Kostrad Malang Jawa Timur.
(3). Patroli terkoordinasi Philindo XXVII/13.
2. Hasil yang telah dicapai:
a. Perkembangan situasi keamanan di perairan Davao dan Laut Sulawesi
dapat termonitor khususnya oleh ke dua angkatan laut, hal ini
memudahkan antisipasi terjadinya pelanggaran wilayah di Indonesia dan
Filipina.
b. Terjalinnya komunikasi taktis antar unsur dari ke dua belah pihak di
daerah operasi.
69
c. Meningkatnya rasa saling pengertian, persahabatan di antara ke dua
angkatan bersenjata.
d. Meningkatkan pengetahuan dan profesionalisme prajurit ke dua angkatan
bersenjata.
3. Masalah yang dihadapi:
a. Belum adanya Standard Operting Procedure (SOP) patkor Philindo.
Patkor yang digunakan masih mengunakan SOP masing-masing negara.
Hal ini menjadi kendala pada pelaksanaan di lapangan.
b. Belum ada dokumen kesepakatan yang menjabarkan dan mengatur secara
terinci koordinasi badan-badan di bawah Philindo MC yaitu berupa
kerangka acuan kerjasama atau terms of reference tentang JOESC. Hal ini
menyebabkan koordinasi menjadi tidak optimal.
Berikut ini adalah hasil-hasil kerjasama militer di bidang operasi dan
latihan (JOESC) antara Indonesia dan Filipina tahun 2009 – 2014:60
1. Tahun 2009:
a. Mengkaji secara komprehensif kegiatan dan frekuensi sidang RI-PHBC
agar menjadi lebih fokus pada masalah-masalah lintas batas tradisional
dan kegiatan teknis operasional tentang patrol terkoordinasi Philindo
(Philindo Corpat) di lapangan sesuai dengan kesepakatan yang telah
dibuat dalam forum JOESC.
b. Merevisi SOP tentang Patkor Philindo sebagai pedoman bagi pelaksanaan
tugas di lapangan Angkatan Laut kedua Negara.
60ibid, hal 98.
70
c. Menyusun TOR tentang JOESC dan menyelenggarakan pertemuan
pertama JOESC secara berkelanjutan dengan sidang ke-2 Philindo MC.
2. Tahun 2010:
a. Mengkaji secara komprehensif kegiatan dan frekuensi sidang RI-PHBC
agar menjadi lebih fokus pada masalah-masalah lintas batas tradional dan
kegiatan teknis operasional tentang Philindo Corpat di lapangan sesuai
dengan kesepakatan yang telah dibuat dalam forum JOESC.
b. Menyelesaikan penyusunan TOR tentang JOESC
3. Tahun 2011:
a. Mengkaji secara komprehensif kegiatan dan frekuensi sidang RI-PHBC
agar menjadi lebih fokus pada masalah-masalah patroli di Laut Cina
Selatan, khusus TNI untuk aktif melaksanakan patroli kapal laut di
perairan blok A kepulauan Natuna.
b. Merevisi SOP tentang Patkor Philindo sebagai pedoman bagi pelaksanaan
tugas di lapangan bagi angkatan laut kedua Negara.
4. Tahun 2012:
a. Mengkaji secara komprehensif kegiatan dan frekuensi sidang RI-PHBC
agar menjadi lebih fokus pada masalah-masalah illegal loging dan illegal
fishing.
b. Merevisi SOP tentang Patkor Philindo sebagai pedoman bagi pelaksana
tugas di lapangan angkatan laut kedua Negara dan memedomani SOP
2012
71
c. Meningkatkan latihan di perairan masing-masing untuk mengantisipasi
kegiatan teroris di Indonesia (Poso) dan kegiatan gerilya Abusayaf di
Filipina.
5. Tahun 2013:
a. Mengkaji secara komprehensif kegiatan dan melaksanakan patrol di
wilayah masing-masing selanjutnya memberi laporan ke komando ataasan
masing-masing.
b. Merevisi SOP tentang Patkor Philindo sebagai pedoman bagi pelaksana
tugas.
6. Tahun 2014:
a. Mengkaji secara komprehensif kegiatan dan frekuensi sidang RI-PHBC
agar menjadi lebih fokus pada masalah-masalah lintas batas tardisional
dan kegiatan teknis operasional tantang patrol terkoordinasi Philindo
Corpat di lapangan sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat dalam
forum JOESC.
b. Menyusun TOR tentang JOESC.
Kerjasama di bidang operasi dan latihan secara garis besar dilaksanakan
dengan kegiatan rapat/pertemuan, patroli dan operasi bantuan kemanusiaan/sosial.
Kegiatan-kegiatan ini rutin dilaksanakan setiap tahunnya. Kondisi perbatasan
yang berupa lautan membuat kerjasama patroli merupakan hal yang sangat
dibutuhkan.
Keterbatasan kapal maupun personil kedua negara bukan menjadi
penghalang dalam mengamankan daerah perbatasan. Hal ini dapat dilihat dari
72
capaian hasil yang diperoleh dari kerjasama ini sebagaimana yang telah diuraikan
terdahulu.
Pelaksanaan kerjasama di bidang operasi dan latihan masih menggunakan
TOR masing-masing Negara. Kondisi ini sama seperti kerjasama di bidang
intelijen, yaitu penyelesaian TOR yang tak kunjung selesai sejak tahan 2009
hingga 2014, namun kegiatan yang berhubungan dengan operasi dan latihan
berjalan dapat berjalan dengan baik sebagaimana yang disepakati.
Pada bagian ketiga adalah JTESC. Pada dokumen laporan kemajuan
bersama bidang pendidikan joint training and education sub committee (JTESC)
pada sidang ke-1 Philindo MC tahun 2014 memuat garis besar kegiatan yang
dilaksanakan JTESC pada periode Maret 2013 – Maret 2014 sebagai berikut:61
1. Pendidikan:
a. Squadron officer course pada tanggal 21 Januari – 31 Mei 2013.
b. AFP command and general staf course pada tanggal 10 Maret – 17
Desember 2013.
c. Command and general staff course class pada 18 Maret – 17 Desember
2013.
d. The armed forces of the Philippines command and general staff course
class pada tanggal 18 Maret – 16 Desember 2013.
e. Infantry officer advanced course pada tanggal 3 November 2013 – 5 Maret
2014.
f. Basic airborne course pada tanggal 7 Juli – 17 Agustus2013.
61 Ibid, hal 115.
73
2. Program pertukaran personil:
a. Pertukaran personil dari TNI AD ke soldier development centre (SDC)
training and coctrine command (TRADOC) Philippine army pada tanggal
13 – 17 Mei 2013.
b. Pertukaran personil dari AD Philipina ke Kodam III siliwangi pada
tanggal 27 – 31 Mei 2013.
3. Program kunjungan Pa senior:
a. Kunjungan Pangdam V Brawijaya ke 3rd infantry division AD Philipina
pada /tanggal 4 – 7 Juni 2013.
b. Kunjungan commander 3rd infantry division AD Philipina ke Kodam V
Brawijaya pada tanggal 26 – 30 agustus 2013.
Berikut ini adalah hasil-hasil kerjasama militer di bidang training dan
pendidikan (JTESC) antara Indonesia dan Filipina tahun 2009 – 2014:62
1. Tahun 2009:
Memfokuskan kegiatan kerjasama di bidang pendidikan dan pelatihan
khususnya kursus-kursus di bidang teknis persenjataan yang dimiliki kedua
Negara, serta pertukaran para perwira muda sebagai generasi penerus kerja
sama militer.
2. Tahun 2010:
Memfokuskan kegiatan kerjasama di bidang pendidikan dan pelatihan
khususnya kursus-kursus di bidang teknis persenjataan yang dimiliki kedua
Negara, serta pertukaran para perwira muda sebagai generasi penerus kerja
62Ibid, hal 117
74
sama militer ke dua Negara dalam bentuk pendidikan Susiapa dan Seskoad
Angkatan di Indonesia dan Filipina.
3. Tahun 2011:
a. Memfokuskan kegiatan kerja sama di bidang pendidikan dan pelatihan
khususnya pelatihan tingkat bintara dan tamtama di kedua Negara dan
saling mengirimkan tenaga tehnisi yang bersifat pelatih ke daerah latihan
masing-masing.
b. Menyusun TOR tentang JTESC dan menyelenggarakan pertemuan
pertama JTESC secara back to back dengan sidang Philindo MC.
4. Tahun 2012:
a. Memfokuskan kegiatan kerja sama di bidang pendidikan dan pelatihan
khususnya kursus-kursus di bidang teknis persenjataan dan patrol kapal
laut di perairan masing-masing dan memantau perkembangan laut Cina
Selatan yang semakin memanas.
b. Menyusun TOR tentang JTESC.
5. Tahun 2013:
a. Mengevaluasi kegiatan kerja sama di bidang pendidikan dan pelatihan
khususnya kursus-kursus di bidang persenjataan yang dimiliki kedua
Negara serta pertukaran para perwira muda sebagai generasi penerus kerja
sama militer kedua Negara.
75
b. Menyusun TOR tentang JTESC dan menyelenggarakan pertemuan JTESC
secara back to back dengan sidang Philindo MC.
6. Tahun 2014:
a. Memfokuskan legiatan kerja sama di bidang pendidikan dan pelatihan
khususnya kursus-kursus di bidang teknis persenjataan yang dimiliki
kedua Negara serta petukaran para perwira muda.
b. Menyusun TOR tentang JTESC dan menyelenggarakan pertemuan JTESC
secara back to back dengan sidang Philindo MC.
Kerjasama di bidang pelatihan dan pendidikan berupa pendidikan,
pertukaran personil dan kunjungan perwira senior. Kegiatan pendidikan
dilaksanakan untuk meningkatkan pengetahuan maupun wawasan personil kedua
negara.
Kerjasama di bidang ini cukup penting, karena cara pandang masing-
masing negara berbeda dalam hal militer. Ketagangan kerap terjadi manakala
masing-masing negara hanya memandang dari sudut pandangnya saja dan tidak
memahami cara pandang Negara lainnya.
76
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Peluang dan Tantangan Kerja sama Militer TNI dan AFP
Kerja sama militer Filipina Indonesia dikenal dengan sebutan The
Philippines Indonesia Military Cooperation (Philindo MC), kerjasama ini diawali
pada tahun 1975 dalam bentuk Border Crossing Agreement. Implementasi
kerjasama militer dari MoU bidang pertahanan ke dua negara dalam rangka
meningkatkan kerjasama militer, maka pada tanggal 10 Desember 2012 di Davao
Filipina telah ditandatangani The Joint Understanding between the Indonesian
National Defense Forces (TNI) and the Armed Forces of the Philippines (AFP)
on the Philippines-Indonesia Military Cooperation (Philindo MC).
Penandatanganan kesepakatan Zona Ekonomi Ekseklusif (ZEE) yang
dilakukan pada 22 Mei 2014 di Manila Filipina merupakan kemajuan baru bagi
Indonesia dan Filipina. Hal ini sangat penting mengingat Indonesia dan Filipina
memiliki perbatasan maritim di perairan sekitar Laut Sulawesi dan Samudera
Pasifik.
Kesepakatan ZEE ini merupakan peluang yang baik terhadap pelaksanaan
kerjasama militer TNI-AFP. Hal-hal yang dicapai akan dapat lebih ditingkatkan
dalam menangkal kejahatan transnasional, penyelundupan, illegal fishing,
pelanggaran perikanan maupun kelautan lainnya.
77
Penanggulangan Pengendalian Pencegahan Peredaran Gelap Narkoba
(P4GN) di perbatasan yang telah telah dapat meminimalisir dan dicapai hasil
penurunan pelanggaran sekitar 70% dibanding data pada tahun 2010. Hal ini
membuat badan narkotika Filipina tertarik untuk lebih mengintensifkan kerjasama
dengan P4GN.
Tabel 4.1
Jumlah Kasus Pelanggaran Narkoba
di Perbatasan Indonesia – Filipina
Tahun Jumlah Kasus Keterangan
2010 20 Penyelundupan (16) Penggunaan (4)
2011 18 Penyelundupan (11) Penggunaan (7)
2012 16 Penyelundupan (10) Penggunaan (6)
2013 15 Penyelundupan (8) Penggunaan (7)
2014 14 Penyelundupan (5) Penggunaan (9)
Sumber: Departemen Pertahanan RI, 2015.
Pelanggaran narkoba di perbatasan Indonesia Filipina menunjukan adanya
pergeseran dari segi jumlahnya, di mana kasus penyelundupan makin menurun
sedangkan kasus penggunaan justru makin meningkat. Jumlah kasus terbanyak
adalah pada tahun 2010 yaitu 20 kasus yang terdiri dari 16 kasus penyelundupan
dan 4 kasus penggunaan. Kasus penyelundupan yang terjadi adalah
penyelundupan kokain dan sabu dari Filipina ke Indonesia, sedangkan kasus
pengguna adalah pelanggaran dalam penggunaan maupun jual beli narkoba yang
terjadi di daerah perbatasan Indonesia Filipina.
78
Intensitas informasi intelijen dan patroli perbatasan praktis membuat ruang
gerak penyelundupan barang maupun manusia semakin sempit. Hal ini bukan
merupakan saat untuk berpuas diri dengan capaian yang ada, karena gembong
narkoba memiliki organisasi internasional yang rapih, tertutup dan memiliki dana
yang banyak untuk bekerjasama dengan aparat pemerintah maupun militer untuk
melancarkan bisnis narkoba. Besarnya pengaruh tersebut menyebabkan jika
seorang Bandar narkoba tertangkap, maka putusan hukuman yang diterima bukan
putusan maksimal bahkan di dalam penjarapun masih dapat dengan leluasa
mengatur peredaran narkoba.
Peningkatan pengawasan terhadap orang yang tidak memiliki dokumen
yang lengkap yang akan masuk ke Indonesia. Dapat dipastikan bahwa dalam
kurun waktu dua tahun terakhir ini tidak ada muslim Moro yang lolos masuk ke
Indonesia secara ilegal. Ketika kerusuhan tahun 1999 terjadi di Ambon dan Poso,
pelintas batas Moro di perbatasan Indonesia dan Filipina meningkat. Pada satu sisi
mereka ingin membantu sesama muslim yang ada di Ambon dan Poso dan di sisi
lain juga menyebabkan kerusuhan akan semakin berlarut-larut.
Tabel 4.2
Pelintas Batas Moro yang Masuk ke Indonesia
Tahun Jumlah Pelintas Keterangan
Legal Ilegal
2010 42 20 Ilegal (penyelundupan senjata)
2011 59 27 Ilegal (senjata rakitan)
2012 39 19 Ilegal (senjata& granat)
2013 42 0 Legal
2014 40 0 Legal
79
Sumber: Departemen Pertahanan RI, 2015.
Jumlah pelintas batas illegal Moro menunjukkan kecenderungan yang kian
menurun, di mana pelanggaran tertinggi terjadi pada tahun 2011 (27 orang) dan
yang terendah pada tahun 2013 dan 2014 (nihil). Peningkatan penjagaan
perbatasan dapat menekan secara efektif jumah pelintas batas illegal. Jumlah
pelintas batas legal justru menunjukan jumlah yang relatif stabil, jumlah pelintas
legal tertinggi terjadi pada tahun 2011 (59 orang) dan terendah tahun 2014 (40
orang).
Terwujudnya proses perdamaian di Filipina Selatan antara Government of
the Philippines (GPH) - Moro Islamic Liberation Front (MILF) yang ditandai
dengan panandatanganan Framework Agreement on the Bangsamoro (FAB) pada
tanggal 15 Oktober 2012 di Manila. Hal ini tidak lepas dari peran TNI sebagai
mediator antara GPH dan MILF.
Peluang lainnya yang dirasakan signifikan adalah perbaikan administrasi
untuk pelintas batas. Pihak imigrasi telah mengeluarkan ketentuan bahwa yang
diijinkan melaksanakan lintas batas adalah penduduk yang tinggal di 3 pulau yaitu
Nanusa, Bukide dan Kawio (Indonesia) sedangkan di Filipina yaitu Balut dan
Saranggani. Pelabuhan yang diijinkan untuk melakukan perdagangan (border
trade area) adalah Miangas dan Marore (Indonesia) Mabila Balut (Filipina).
Saat ini pelabuhan yang aktif melakukan kegiatan lintas batas adalah
Marore dan Batuganding yang ada di pulau Balut. Penduduk yang melakukan
kegiatan lintas batas juga terlihat dari pulau-pulau sekitar Marore seperti dari
Matutuang yang sering melakukan perdagangan ikan dengan pihak pembeli di
80
Filipina (General Santos). Pelintas batas diberi toleransi untuk membawa barang
bawaan senilai $ 250 per orang atau $ 1.000 per keluarga, namun dalam
kenyataannya pelintas batas sering membawa barang melebihi batas ketentuan
utamanya ikan yang dibawa ke General Santos.
Penetapan dua pelabuhan di Indonesia dan di Filipina menyebabkan fokus
dalam melakukan pengawasan terhadap pelintas batas resmi hanya pada
pelabuhan-pelabuhan tersebut saja, sehingga jika saat patroli ditemukan adanya
pelintas batas di luar dari pelabuhan-pelabuhan tersebut maka patut dapat
dicurigai sebagai pelintas batas illegal.
Penetapan dua pelabuhan di Indonesia membawa dampak bagi lokasi di
mana pelabuhan tersebut berada, karena fasilitas yang berhubungan dengan
kegiatan lintas batas seperti personil bea cukai, polisi, militer maupun sarana
prasarana perlu disiapkan dengan baik. Perputaran ekonomi dari keluar masuknya
barang membantu akselerasi perputaran ekonomi masyarakat setempat.
Imigrasi Filipina telah mengoptimalkan pemeriksaan di setiap pintu keluar
agar dapat meminimalisir pelintas batas tanpa dokumen resmi, hasilnya pada
tahun 2014 telah terjadi penurunan pelanggaran sampai 75% dibanding tahun
2010. Harga jual hasil perikanan di Filipina lebih tinggi dibanding dijual di
Indonesia. Petugas pelintas batas melakukan kampanye informasi tentang pos
pelintas batas Filipina – Indonesia dan sistem dan hukum yang berlaku serta
menjatuhkan denda bagi pelintas batas yang tertangkap tidak memiliki dokumen
yang lengkap.
81
Hal ini telah meningkatkan kesadaran pelintas batas bahwa setiap melintas
batas di kedua negara, maka mereka harus melapor kepada petugas di pos-pos
perbatasan bahkan lebih dari itu mereka juga menjadi tahu batas-batas wilayah
dari ke dua negara.Jarak yang lebih dekat dan jenis barang yang lebih banyak di
Filipina daripada di Manado menjadi daya tarik yang kuat bagi nelayan Indonesia.
Hal ini menyebabkan lebih banyak nelayan Indonesia ke Filipina untuk menjual
hasil perikanannya.Keterbatasan anggaran pemerintah Indonesia dalam
membangun daerah perbatasan menjadi salah satu penyebab kurang optimalnya
pergerakan ekonomi di daerah perbatasan.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan Muhammad Kepala
Badan Pengelola Perbatasan Provinsi Sulawesi Utara Muhammad mokoginta
terungkap bahwa isu strategis wilayah perbatasan pada aspek pertahanan,
keamanan dan hukum meliputi lokasi yang terisolir, lemahnya pengawasan,
minimnya sarana dan prasarana pertahanan keamanan dan terbatasnya personil
maupun peralatan pendukung.63 Segala keterbatasan dan kekurangan itu dapat
dikurangi dengan melakukan kerja sama. Berikut ini hasil yang di dapat dengan
melakukan kerja sama seperti peningkatan pengawasan terhadap kapal asing
penangkap ikan (illegal fishing) yang memasuki wilayah perairan Indonesia,
kalaupun ada yang lolos hal ini disebabkan tidak terjangkau oleh sarana dan
prasarana yang dimiliki.
63Hasil Wawancara dengan Kepala Badan Pengelola Perbatasan Provinsi Sulawesi Utara
Muhammad Mokoginta, Manado,27 Juli 2015.
82
Tabel 4.3 Pelanggaran Hukum
di LautPerairan Miangas
Jenis Pelanggaran Tahun
2011 2012 2013 2014
Illegal Fishing 10 11 1 0
Pelanggaran Peraturan Perikanan 16 2 3 2
Penyelundupan Kayu 1 0 0 0
Penyelundupan Barang Tambang 1 1 1 0
Penyelundupan Barang Campuran 1 3 0 1
Sumber: Departemen Pertahanan Republik Indonesia, 2014.
Data pelanggaran hukum di laut di perairan Marore-Miangas dan Sulawesi
Utara dapat dilihat pada table di atas. Data pada tabel di atas menunjukan bahwa
jenis pelanggaran yang dominan pada Tahun 2011 adalah illegal fishing dan
pelanggaran peraturan perikanan masing-masing sebanyak 10 kejadian dan 16
kejadian. Berkat kerjasama militer yang baik, maka jumlah pelanggaran tersebut
menurun menjadi 1 kejadian untuk illegal fishing dan 3 kejadian untuk
pelanggaran peraturan perikanan.
Kesepakatan ZEE antara Indonesia dan Filipina juga berarti memberi
kepastian batas perbatasan ke dua negara, dengan demikian ekstensifikasi upaya
pengamanan perbatasan ke dua negara dapat dilakukan dengan lebih optimal.
Ekstensifikasi ini merupakan hal yang positif dalam menunjang pengamanan
kekayaan laut di perbatasan Indonesia dan Filipina, mengingat selama ini belum
terdapat kejelasan perbatasan sehingga dimanfaatkan oleh kapal penangkap ikan
untuk beraktifitas di daerah tersebut. Ekstensifikasi yang dilakukan adalahberupa
perluasan area / daerah operasi patroli bersama yang semula batas wilayah laut
Sulawesi diperluas hingga di sekitar pulau Sulu.
83
Kesepakatan ZEE antara TNI dan AFP terlihat dalam penentuan titik dasar
dan garis pangkal penetapan median line Indonesia Filipina.
Tabel 4.4 Titik Dasar dan Garis Pangkal
Penetapan Median Line Indonesia - Filipina
No. Perairan, Lintang bujur Data Petunjuk, Jenis Garis
Pangkal, dan Jarak
Nomor Peta, Skala dan Referensi
1. Laut : Sulawesi 00059’55”U 120012’50”T
Pulau Lingian Titik Dasar No.TD.043 Pilar Pendekat No.TR.043 Jarak TD.043-TD.044= 4021nm Garis Pangkal Lurus Kepulauan
No.487 1:200.000 WGS’84
2. Laut : Sulawesi 01020’16”U 120047’31T
Pulau Salando Titik Dasar No.TD.044 Pilar Pendekat No.TR.044 Jarak TD.044-TD.044A= 6,05nm Garis Pangkal Lurus Kepulauan
No.487 1:200.000 WGS’84
3. Laut : Sulawesi 01022’40”U 120053’04”T
Pulau Dolangan Titik Dasar No.TD.044A Pilar Pendekat No.TR.044A Jarak TD.044A-TD.044B Garis Pangkal Biasa
No.486, 487 1:200.000 WGS’84
4. Laut : Sulawesi 01022’41”U 120053’07T
Pulau Dolangan Titik Dasar No.TD.044 Pilar Pendekat No.TR.044A Jarak TD.044B-TD.045= 33,70nm Garis Pangkal Lurus Kepulauan
No.486, 487 1:200.000 WGS’84
5. Laut : Sulawesi 01018’48”U 121026’36T
Tg. Kramat Titik Dasar No.TD.045 Pilar Pendekat No.TR.045 Jarak TD.045-TD.046A= 60,10nm Garis Pangkal Lurus Kepulauan
No.486 1:200.000 WGS’84
Sumber: Departemen Pertahan Republik Indonesia, 2015.
Indonesia dan Filipina menyikapi kondisi ini dengan kerjasama militer,
yang diyakini akan membawa dampak yang lebih baik bagi msing-masing.
Pemahaman disertai dengan itikad yang baik dari ke dua negara membawa pada
disepakatinya lokasi yang mejadi titik dasar dan garis pangkal dari perbatasan ke
84
dua negara. Kesepakatan ini dilakukan dalam perundingan bilateral tanpa
melibatkan pihak lain.
Serangkaian pendidikan yang dilaksanakan baik oleh TNI maupun AFP
telah menambah pengetahuan, kemampuan maupun wawasan prajurit TNI
maupun AFP pada bidang (1) Squadron Officer (2) Infantry Officer (3) Basic
Airborne. Dampak yang dicapai pada kerjasama bidang intelijen, operasi dan
latihan tidak dapat dilepaskan dari pelaksanaan kegiatan kerjasama bidang
pendidikan dan pelatihan
Tabel 4.5
Jumlah Personil yang Mengikuti Pelatihan / Pendidikan
Tahun Jumlah Personil yg Dilatih
TNI AFP
2010 30 25
2011 42 40
2012 45 50
2013 50 55
2014 60 55
Sumber: Departemen Pertahanan RI, 2015.
Berdasarkan data pada tabel di atas terlihat bahwa setiap tahunnya jumlah
personil TNI maupun AFP dilatih semakin meningkat jumlahnya. Program
pertukaran personil dan kunjungan perwira senior dilaksanakan dengan harapan
agar TNI dan AFP menjadi saling memahami aturan, prosedur, persenjataan yang
dimiliki ke dua negara dan patroli kapal laut sehingga tingkat kesalahpahaman
dapat diminimalisir ataupun rasa ego masing-masing dapat ditempatkan
sebagaimana mestinya.
85
Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan Kasubag Prog Setum
TNI Letkol Caj Bastomi mendukung peningkatan sumber daya manusia di
manaSecretary of National Defense (SND) Filipina mengundang para Perwira
TNI atau komunitas pertahanan untuk mengikuti program S-2 di Philipina.
Sementara Indonesia menyiapkan Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian (PMPP
TNI) di Sentul Bogor, yang dilengkapi berbagai fasilitas yang dapat digunakan
bersama dalam rangka peningkatan kerja sama di bidang latihan kedua angkatan
bersenjata.64
Perkembangan konflik di Laut Cina Selatan merupakan tantangan terhadap
kerjasama militer TNI AFP. Cina terlihat agresif untuk memperluas klaim
teritorial mereka dan secara terang menyiapkan diri untuk berkonflik dengan
sejumlah Negara dalam beberapa tahun terakhir ini, dengan alasan sejarah
kepemilikan wilayah tiongkok tua, Cina mengklaim hampir 90 persen wilayah
Laut Cina Selatan yang kaya sumber daya alam.
Gambar 4.1 First & Second Island Chain of China
Sumber: mil.huanqiu.com
Dalam tahun tahun terakhir, strategi Angkatan laut Cina difokuskan untuk
menjelajahi daerah yang disebut first island chain, yang meliputi Laut Cina
64Hasil Wawancara dengan Kasubag Prog Setum TNI letkol Caj Bastomi, Jakarta, 5 agustus 2015.
86
Selatan hingga ke Selat Malaka, Laut Philipina di atas Okinawa, hingga ke Laut
Jepang.Adapun strategi second island chain lebih mengerikan lagi. Angkatan Laut
Cina memilliki dua tujuan strategis dari second island chain: Penyatuan /
reunifikasi dengan Taiwan dan membuat garis pertahanan di jalur perdagangan
laut.
Angkatan Laut Cina telah memperkuat kemampuan mereka, apabila pada
masa depan harus berkonflik dengan Amerika Serikat atas kasus Taiwan.
Angkatan laut Cina (PLA Navy) telah melakukan program anti-access and anti-
surface warfare dan secara simultan menyusun struktur “the command, control,
communications, computers, intelligence, surveillance, and reconnaissance
(C4ISR)”, untuk keperluan joint operation.
Jika kita perhatikan First Island Chain dan Second Island Chain di atas,
maka garis parimeter yang dibangun Cina masih menyentuh sejumlah wilayah
laut Indonesia. Untuk mengimbangi perkembangan ini maka Indonesia
menempatkan pangkalan untuk Apache di dekat Perairan Laut Cina Selatan.
Segala sumber daya yang dicurahkan untuk kerjasama militer TNI-AFP tentunya
akan teralihkan kepada konflik Laut Cina Selatan jika Cina terus menerus
melakukan aksi untuk memperluas wilayahnya.
Saat ini Cina belum secara frontal mengerahkan kekuatan militernya
khususnya pada wilayah perbatasan Indonesia Filipina yang masuk ke dalam
Second Island Chain, meskipun demikian kondisi ini setidaknya merupakan
ancaman potensial. Ancaman potensial ini disikapi dengan rutin melakukan
patroli bersama TNI dan AFP di perbatasan serta meningkat kerjasama bidang
87
intelijen terhadap sepak terjang Cina agar dapat disikapi dengan tepat khususnya
mengenai sistem persenjataan dan kekuatan personil Cina. Selain faktor
kemampuan persejataan, maka jenis dari negara perlu diperhitungkan oleh Cina.
Negara persemakmuran seperti Malaysia tentunya akan mendapat dukungan dari
Inggris apabila ada yang mencoba untuk mengganggu kedaulatannya. Hal ini
tentunya tidak bisa dianggap remeh oleh Cina karena Inggris mempunyai
kekuatan militer yang kuat.
Tantangan selanjutnya adalah adanya segelitir oknum TNI yang
seharusnya mengamankan perbatasan, namun justru membiarkan masuknya
barang secara illegal maupun terjadinya illegal fishing dengan kompensasi
sejumlah uang. Pelanggaran seperti ini disikapi dengan menjatuhkan hukuman
sesuai aturan militer dan meningkatkan sistem pengawasan dan koordinasi rantai
komando.
Tantangan lain dalam pelaksanaan kerjasama militer TNI-AFP antara lain
TOR pada masing-masing bidang kerja sama masih belum dapat dirampungkan
hingga saat ini. Saat ini dalam melaksanakan kerjasama masih menggunakan TOR
Negara masing-masing. Pentingnya untuk dapat digunakan TOR yang disepakati
ke dua negara adalah agar pelaksanaan kerjasama militer dilakukan dalam satu
prosedur dan cara yang sama sehingga kecepatan penanganan dapat ditingkatkan
serta kesalah pahaman dapat diminimalkan.
Tantangan lainnya yang dirasakan adalah jenis pelatihan/pendidikan dan
personil yang mengikuti pelatihan/pendidikan masih terbatas mengingat cukup
pentingnya pelatihan/pendidikan ini agar personil masing-masing dapat memiliki
88
wawasan dan pengetahuan yang memadai sehingga kerjasama militer yang
dilakukan dapat membawa manfaat yang lebih optimal lagi.
Saat penulis mengkonfirmasi tentang frekwensi pelatihan dan jumlah
personil yang dilibatkan dalam kerjasama militer TNI-AFP ini maka diperoleh
informasi dari Dirjen Strahan Kemhan Mayjen TNI Yoedhi Swastanto bahwa
jenis pelatihan serta jumlah personil yang diikutkan sesuai dengan kebutuhan
bukan karena kendala anggaran.65
B. Dampak Pelaksanaan Kerja Sama Militer
Kerja sama militer TNI-AFP dilakukan dengan memperhatikan hal-hal
berikut sebagaimana terungkap dari wawancara yang penulis lakukan. Letkol Laut
(KH) Yakobus menyebutkan bahwa kerjasama militer Indonesia - Filipina
merupakan hal yang positif dalam membantu penyelesaian permasalahan
perbatasan ke dua Negara.
Kerja sama militer dilakukan dengan prinsip kesetaraan dan untuk suatu
tujuan tertentu seperti penyelesaian permasalahan yang ada di perbatasan.
Demikian pula halnya dengan kerja sama militer TNI-AFP yang mana dalam
pelaksanaannya terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu JISC, JOESC dan JTESC.
Selama kerja sama militer antara TNI-AFP membawa manfaat bagi
kepentingan nasional masing-masing negara, maka keduanya akan bersungguh-
sungguh melaksanakan hal-hal yang disepakati dalam kerja sama militer tersebut.
Kerja sama militer hanya merupakan bagian dari kerja sama bilateral, apabila
65 Wawancara dengan Dirjen Strahan Kemhan Mayjen TNI Yoedhi Swastanto, Jakarta, 28 januari
2015
89
hubungan ke dua negara menegang, maka kerja sama bilateral termasuk kerja
sama militer akan terancam bubar.
Kerja sama militer dilakukan dengan lebih banyak mengeksplore
kesamaan dari pada perbedaan. Kesamaan yang dimaksud adalah kedua negara
menginginkan adanya kestabilan keamanan diperbatasan Indonesia Filipina
khususnya di pulau terdepan seperti Miangas. Posisi Miangas sangat penting baik
bagi Indonesia maupun Filipina, karena akan mempengaruhi garis perbatasan ke
dua negara. Keamanan di sini berarti keamanan dari adanya pelintas batas illegal,
pencurian ikan, penyelundupan narkoba dan penyusupan teroris bahkan bagi
Filipina keamanan di Filipina Selatan dari gejolak kelompok Moro merupakan hal
berarti dalam menjaga keutuhan Filipina.
Selain peluang yang telah disebut di atas, maka tantangan dalam
pelaksanaan kerjasama militer TNI-AFP dapat diidentifikasi sebagai berikut: (1)
teralihkannya sumber daya dalam pelaksanaan kerjasama militer TNI-AFP untuk
mengantisipasi perkembangan konflik Laut Cina Selatan (2) TOR pada seluruh
bidang kerjasama (JISC, JOESC dan JTESC) yang belum kunjung diselesaikan,
dan (3) Keterbatasan jenis pelatihan dan jumlah personil baik dari TNI maupun
AFP yang mengikuti pelatihan.
Sejauh ini peluang yang kondusif untuk dilanjutkannya kerjasama militer
TNI-AFP jauh lebih banyak dibandingkan tantangannya meskipun demikian
sinergitas dari ke tiga bidang kerja sama militer yaitu JISC, JOESC dan JTESC
perlu untuk lebih ditingkatkan baik dari segi dukungan peralatan militer maupun
kesempatan pendidikan dan pelatihan bagi personil ke dua negara. Hal ini
90
merupakan langkah antisipasi dalam menghadapi dinamika baik yang terjadi di ke
dua negara maupun di sekitar ke dua negara.
Berdasarkan yang telah diuaraikan di atas, maka kesepakatan ZEE antara
Indonesia dan Filipina memberi peluang yang baik terhadap kerjasama militer
TNI dan AFP. Adapun hal-hal yang mendukung kerjasama militer TNI-AFP
adalah sebagai berikut: (1) Penekanan peredaran gelap narkoba (2) Tidak ada
muslim Moro yang masuk ke Indonesia secara illegal (3) Perdamaian antara GPF
dan MILF (4) Penetapan dua pelabuhan di Indonesia dan di Filipina menyebabkan
fokus dalam melakukan pengawasan terhadap pelintas batas (5) Peningkatan
pengawasan terhadap kapal asing penangkap ikan (illegal fishing) (6)
Ekstensifikasi yang dilakukan adalah berupa perluasan area / daerah operasi
patroli bersama yang semula batas wilayah laut Sulawesi diperluas hingga di
sekitar pulau Sulu (7) Serangkaian pendidikan yang dilaksanakan baik oleh TNI
maupun AFP telah menambah pengetahuan, kemampuan maupun wawasan
prajurit TNI maupun AFP (8) Program pertukaran personil dan kunjungan perwira
senior dilaksanakan membuat TNI dan AFP menjadi saling memahami aturan,
prosedur, persenjataan yang dimiliki ke dua Negara. Adapun tantangan kerjasama
militer TNI-AFP adalah sebagai berikut: (1) Dinamika konflik Laut Cina Selatan
(2) TOR pada masing-masing bidang kerjasama (JISC, JOESC dan JTESC) masih
belum dapat dirampungkan (3) Terbatasnya jenis pelatihan/pendidikan maupun
personil yang mengikuti pelatihan/pendidikan.
Berdasarkan uraian di atas, maka peluang kerjasama militer TNI-AFP
menunjukan hal-hal positif yang lebih banyak dibandingkan hal-hal yang
91
dimunculkan dari tantangan kerja sama militer TNI-AFP, oleh karena itu kerja
sama militer TNI-AFP perlu untuk dilanjutkan.
92
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan yang telah diuraikan pada
bab terdahulu adalah sebagai berikut:
1. Kerjasama militer antara TNI dan AFP menunjukan peluang dan tantangan,
yaitu : (a) Disepakatinya ZEE antara Indonesia Filipina akan lebih
meningkatkan kerjasama TNI dan AFP sesuai dengan kebutuhanke dua negara
(b) Konsep First Island Chain dan Second Island Chain yang dijalankan Cina
merupakan ancaman terhadap kerja sama TNI dan AFP.
2. Dampak kerja sama militer yang dilakukan oleh TNI dan AFP, yaitu: (a)
Adanya batas yang jelas bagi nelayan untuk menangkap ikan (b) Peningkatan
pengetahuan maupun keahlian prajurit ke dua Negara (c) Situasi keamanan di
perairan Davao dan Laut Sulawesi dapat termonitor dengan lebih baik (c)
Terjalinnya komunikasi taktis antar unsur dari kedua belah pihak di daerah
operasi (d) Terwujudnya proses perdamaian di Filipina Selatan antara
Government of the Philippines (GPH) - Moro Islamic Liberation Front
(MILF).
B. Saran
1. Kerjasama militer TNI-AFP agar tetap diteruskan dan segera melakukan
percepatan penyelesaian Term of Refference (TOR) masing-masing (JISC,
JOESC dan JTESC).
93
2. Perlu tindakan antisipasi strategis pada kerja sama militer TNI AFP dalam
menghadapi aksi Cina (first island chain and second island chain) di Laut
Cina Selatan.
94
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Baylis, John and Smith, Steve, 2001,The Globalization of World Politics, 2nd Edition, London: Oxford University Press.
BPS, 2010,Kabupaten Kepulauan Talaud Dalam Angka. Burchill, Scott, & Linklater, Andrew, 1996Theories of International Relations,
New York, St Martin Press Coplin, Willian D, 1992, Pengantar politik internasional: suatu telaah teoritis.
Bandung. Sinar Baru. --------------------- 2003 Pengantar Politik Internasional Suatu Telaah Teoritis.
Bandung : Sinar Baru Algensindo Didi Krisna,1993,Kamus Politik Internasional,Grasindo:Jakarta David Dewitt, 1994 Common, Comprehensive and Cooperative Security, The
Pacific Review Vol 7 No.1 Tahun 1994 Gilpin, Robert, 2001, “The Nature of Political Economy”, dalam Global Political
Economy: Understanding the International Economic Order. Princeton: Princeton University Press
Grieco, Joseph M. and Ikenberry, G. John, 2003. State power and world markets:
the international political economy. New York: W. W Norton & Company, Inc.
Holsti, K.J, 1992, Politik International: Suatu Kerangka Analisis. Bandung: Bina
Cipta. Jackson, R., &. Sorensen, G, 1999Introduction to International Relations, Oxford
University Press. Jemadu, Aleksius, 2008,Politik Global dalam Teori dan Praktik. Graha Ilmu:
Yogyakarta Josua S. Goldstein, 2007,International Relations: 2006-2007 edition. New York :
Pearson Longman
95
------------------------ 1994,International Relations. Washington: Harper Collin College and Publisher
----------------------- 1999,International Relation. New York : Longman. Kusumohamidjoyo, Budiono, 1987, Hubungan Internasional Kerangka Studi
Analisis, Bandung: Binacipta. Padelford, Norman J, 1960, International Politics. New York: The Macmillan
Company Pamudji, 1985, Ekologi Administrasi Negara. Jakarta: Bina Aksara Papp, D. S, 1988, "Contemporary International Relation": A Framework for
Understanding, Second Editions. New York: MacMillan Publishing Company.
Perwita dan Yani, 2005,Pengantar Hubungan Internasional, Bandung: Remaja
Rosda Karya. Plano, Jack C & Roy Olton, 1982,The International Relations Dictionary, Third
Edition. Santa Barbara: Western Michigan University. Raharto, Aswatini, 1995, Migrasi kembalo orang Sangir-Talaud dari pulau-pulau
di wilayah Philipina. PPT-LIPI. Jakarta. Roskin, Michael G, 1994,National Interest : From Abstraction to Strategy. USA :
US Army War College Rudy, T, 2002,Study Strategis dalam transformasi sistem Internasional Pasca
Perang dingin. Bandung: Refika Aditama Samiyono, 2002,Penyelesaian masalah perbatasan Indonesia-Filipina dan
implikasinya terhadap pemanfaatan sumber daya kelautan. Mabes TNI AL. Sekolah staf dan komando. Bumi Cipulir
Sarbaini, Syahril, 2004,Sosiologi dan Politik. Bogor : Ghalia Indonesia. Sitepu, Anthonius P, 2011, Studi Hubungan Internasional. Yogyakarta: Graha
Ilmu Soeprapto, R, 1997, Hubungan Internasional : Sistem, Interaksi dan Pelaku.
Jakarta : Raja Wali Pers.
96
Soleman, Taneko, 1990,Struktur Dan Proses Sosial: Suatu Pengantar Sosiologi Pembangunan. Jakarta : CV Raja Wali
Suwardi Wiriadmadja, 1994, “Pengantar Ilmu Hubungan Internasional”
(Surabaya: Pustaka Tinta Mas) Waltz Kenneth, 1979, Theory of International Politics, Reading: Addison-
Wesley.
Laporan
Raharto Aswinti, 1995, Migrasi Kembali orang Sangir Talaud dari Pulau-pulau di wilayah Filipina,PPT-LIPI,Jakarta.
Bastomi, Drs. MA. 2014. Laporan kemajuan kerjasama militer Indonesia (TNI) dan Philipina (AFP) pada tahun 2014, Jakarta.
Buku panduan delegasi RI, 2011 sidang tingkat ketua RI – RPBC XXX TA 2011
di Manado. Departemen Pertahanan Republik Indonesia, 2014,Laporan kemajuan bersama
Joint Intelligence sub committee (JISC). Departemen Pertahanan Republik Indonesia 2014, Laporan Kemajuan Bersama.
Joint Operations and Exercise Sub Committee (JOESC) Departemen Pertahanan Republik Indonesia, 2014,Laporan kemajuan bersama
Joint training and education sub committee (JTESC).
Departemen PertahananRepublik Indonesia, 2014, Laporan kemajuan kerjasama
militer Indonesia (TNI) dan Filipina (AFP) Tahun 2014. Gafa, Bachtiar, 1993,Penurunan hasil tangkapan ikan tuna dan cakalang di
perairan Sulawesi Utara dan factor-faktor yang mempengaruhi. Balai Penelitian Perikanan Laut. Jakarta.
Keban, Y. T. , 2009,Membangun Kerja Sama Pemerintah Daerah dalam Era
Otonomi, Artikel ilmiah dimuat di Buku “Pemerintahan Daerah di Indonesia”, Diterbitkan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan MIPI, Jakarta
Konsulat Jenderal Republik Indonesia Davao City Filipina, 2006, Menyibak Tabir
WNI II.
97
Prasetyo, Dwi, Mayor Laut, Konsepsi Pemberdayaan Pulau Miangas Guna
Mendukung Tumpuan Ketahanan Nasional Dalam Rangka Mewujudkan
Wilayah Pertahanan Negara Bidang Maritim, Mabes Angkatan Laut Sekolah Staf dan Komando, 2010.
Sayidiman Suryohadiprojo, 1999, Hubungan-Sipil Militer di Indonesia: Suatu
Pembahasan, sebuah makalah yang disajikan dalam Seminar Nasional Mencari Format Baru Hubungan Sipil-Militer, Jakarta: FISIP UI.
Wardhani, Baiq.L.S, 2013Realism, materi disampaikan pada kuliah Teori
Hubungan Internasional, Departemen Hubungan Internasional, Universitas Airlangga.
Website
http://ditpolkom.bappenas.go.id. (Diakses tanggal 21 april 2015.) http://www.talaukab.bps.go.id (diakses 28 November 2014)
http://www.geomatika.its.ac.id , pulau-pulau terluar dan batas NKRI (Diakses pada 27 November 2014).
Wawancara Hasil wawancara dengan Direktorat jenderal Strategi pertahanan Kementerian
pertahanan Mayjen TNI Yoedhi Swastanto di Kementerin pertahanan, Medan Merdeka Barat, Jakarta, Jam 09.30.
Hasil wawancara dengan Komandan Lantamal VIII TNI AL Laksmana
Sugiharto,Manado, 7 Januari 2015.
Hasil Wawancara dengan Letkol Laut Yacobus,Manado,13 januari 2015.
Hasil Wawancara dengan Kepala Badan Pengelola Perbatasan Provinsi Sulawesi
Utara Muhammad Mokoginta, Manado,27 Juli 2015.
Hasil Wawancara dengan Kasubag Prog Setum TNI letkol Caj Bastomi, Jakarta,
5 agustus 2015.
Wawancara dengan Dirjen Strahan Kemhan Mayjen TNI Yoedhi Swastanto, Jakarta, 28 januari 2015