kesehatan mental perspektif zakiah daradjat skripsi
TRANSCRIPT
KESEHATAN MENTAL PERSPEKTIF
ZAKIAH DARADJAT
SKRIPSI
Disusun Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan(S.Pd)
Oleh :
NUR HENI
NIM : 111-13-010
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2017
ii
iii
iv
v
vi
MOTTO
تطمئن ٱٱلذين ءامنوا وتطمئن قلوبهم بذكر ٱلل لقلوب ألا بذكر ٱلل
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan
mengingati Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi
tenteram.
(Q.S Ar-Ra’d : 28)
vii
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobbil’alamin dengan rahmat Allah yang Maha Kuasa, penulisan
skripsi ini telah selesai. Skripsi ini saya persembahkan kepada:
1. Kedua orangtua saya, Bapak Ngatimin dan Ibu Suyatmi, yang telah mendidik
serta membesarkan penulis dan selalu memberikan doa tanpa henti untuk
menjadi pribadi yang lebih baik dari hari ke hari .
2. Saudara – Saudaraku tercinta, Mas Heri Kiswanto, Mbk Ani Hapsari, Dek
Adji Laksono, yang selalu mendoakan dan memberikan motivasi sehingga
skripsi ini bisa selesai tepat waktu.
3. Ibu Dra. Djami’atul Islamiyah, M.Ag yang selalu membimbing dan
memotivasi penulis.
4. Sahabat-sahabatku seperjuangan yang selalu saling memberikan dukungan
semangat dan doa: Mbk Siti Yulianah, Khoirotuz Zainiyah, Istifarini R,
keluarga Sian’s Hostel ( Mbk Kunni, Reni, Hani, Rani, Anggun, Helmi,
Rumi, Dek Mela) Teman – teman PPL( Najmi, Bella, Islamiyah, Rini, Khoir,
Ana, Nurul, Novita) Teman – teman KKN Posko 76 ( Sabar, Jhudin, Zahid,
Teti, Khumay, Eka, Demi, Alfrida) dan Keluarga besar PAI Angkatan 2013.
5. Dan semua pihak yang membantu dalam terselesaikannya skripsi ini serta
para pembaca yang budiman.
viii
KATA PENGANTAR
Assalammu’alaikum wr.wb.
Segala puji bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufik,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kita semua. Sehingga penulis bisa menjalani
kehidupan ini sesuai dengan ridho-Nya. Sholawat dan salam semoga tercurahkan
kepada nabi besar kita Nabi Muhammad SAW. Atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi hasil analisis ini yang berjudul
“Kesehatan Mental Perspektif Zakiah Daradjat” sesuai dengan rencana.
Selanjutnya penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah membantu pembuatan skripsi ini, kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
IAIN Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
IAIN Salatiga.
4. Ibu Dra. Djami’atul Islamiyah M.Ag selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang
telah dengan sabarnya memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis
dalam penyusunan skripsi ini.
Atas jasa mereka penulis hanya dapat memohon doa semoga amal mereka
mendapatkan balasan yang lebih serta mendapatkan kesuksesan baik di dunia dan
di akhirat.
ix
Semoga skripsi ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas bagi kita
semua dan dapat menjadi sumbangan pemikiran kepada para pembaca khususnya
para mahasiswa-mahasiswi IAIN Salatiga. Penulis sadar bahwa skripsi ini masih
banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kritik dan saran yang
membangun sangat diharapkan untuk perbaikan skripsi ini.
Wassalammu’alaikum wr.wb.
Salatiga, 29 Agustus 2017
Penulis
Nur Heni
NIM. 111-13-010
x
ABSTRAK
Heni, Nur. 2017. Kesehatan Mental Perspektif Zakiah Daradjat. Skripsi.
Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Dra. Djami’atul
Islamiyah M. Ag.
Kata Kunci : Kesehatan Mental, Agama dan Pendidikan
Zakiah Daradjat adalah sosok ilmuwan perempuan yang multidimensi. Ia
tidak hanya dikenal sebagai psikolog agama, tetapi ia juga muballigh dan pendidik
sekaligus. Salah satu tulisanya adalah tentang konsep kesehatan mental yang
kemudian menjadi judul dalam penelitian ini. Oleh karena itu penelitian ini adalah
jenis penelitian bibliografi, karena penelitian ini dilakukan untuk mencari,
menganalisa, membuat, intepretasi, serta generalisasi dari fakta-fakta hasil
pemikiran ide-ide yang telah ditulis oleh pemikir dan ahli, Teknik Analisis data
meliputi Content Analisis dan Analisis Historis.
Kesehatan mental menurut Zakiah Daradjat yaitu terwujudnya keserasian
yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuaian
diri antara manusia dengan dirinya dan lingkungannya, berlandaskan keimanan
dan ketakwaan serta bertujuan untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di
akhirat. Ciri-ciri dan penerapan orang yang sehat mental, ciri-ciri: Gambaran dan
sikap yang baik terhadap diri sendiri (self image), Keterpaduan antara Integrasi
diri, Perwujudan diri (aktualisasi diri), Mau menerima orang lain, mampu
melakukan aktifitas sosial dan menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat
tinggal, Berminat dalam tugas dan pekerjaan, Agama, cita-cita, dan falsafah hidup,
Pengawasan diri, dan Rasa benar dan tanggung jawab. Penerapanya:Problem focus
coping: Instrumental action, Cautiousness, Negotiatio, Seeking for instrumental
social support, Emotion Focused Coping : Escapism, Minimalization, Seeking
meaning, Seeking for social emoptional support, Turning to religion. Sementara
itu hal-hal yang menyebabkan gangguan mental Zakiah Daradjat menyebutkan:
Rasa cemas (gelisah), iri hati, rasa sedih, rasa rendah diri dan hilangnya rasa
kepercayaan kepada diri dan pemarah. Terkait dengan peran agama dalam
pembinaan kesehatan mental menurut Zakiah Daradjat agama berfungsi sebagai
therapi bagi jiwa yang gelisah dan terganggu, berperan sebagai alat pencegah
(preventif) terhadap kemungkinan gangguan kejiwaan dan merupakan faktor
pembinaan (konstruktif) bagi kesehatan mental pada umumnya. Dua Aspek
pendidikan yang berpengaruh terhadap kesehatan mental yaitu pendidikan
keluarga dan pendidikan sekolah.
xi
DAFTAR ISI
JUDUL ......................................................................................................... i
LEMBAR BERLOGO ................................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ iii
PENGESAHAN .............................................................................................. iv
PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................ v
MOTTO .......................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ........................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
ABSTRAK ...................................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 6
D. Kegunaan Penelitian............................................................................. 6
E. Kajian Pustaka ...................................................................................... 7
xii
F. Metode Penelitian................................................................................. 10
G. Penegasan Istilah .................................................................................. 13
H. Sistematika Penulisan .......................................................................... 14
BAB II BIOGRAFI ZAKIAH DARADJAT ................................................ 16
A. Riwayat Hidup ..................................................................................... 16
B. Karya-karyanya .................................................................................... 19
C. Kiprahnya dalam bidang Psikologi ...................................................... 24
BAB III KONSEP KESEHATAN MENTAL MENURUT ZAKIAH
DARADJAT .................................................................................................... 28
A. Pengertian Kesehatan Mental ............................................................... 29
B. Ciri-ciri dan penerapan orang yang memiliki Kesehatan Mental ........ 33
C. Hal-hal yang menyebabkan gangguan Kesehatan Mental ................... 36
D. Peranan Agama dalam Pembinaan Kesehatan Mental ......................... 40
E. Pengaruh Pendidikan terhadap Kesehatan Mental ............................... 44
1. Pendidikan dalam Keluarga ........................................................... 44
2. Pendidikan Sekolah ........................................................................ 47
F. Peranan Psikoterapi dalam Pembinaan Mentral ................................... 53
BAB IV ANALISIS TERHADAP KONSEP KESEHATAN MENTAL
MENURUT ZAKIAH DARDAJAT ............................................................. 57
A. Signifikansi Pemikiran ................................................................... 57
xiii
1. Secara Teoritik ......................................................................... 57
2. Secara Praktik........................................................................... 65
B. Relevansi Pemikiran Zakiah Daradjat pada Masa Sekarang.......... 69
1. Pengaruh Budaya terhadap konsep Kesehatan ......................... 69
2. Masyarakat Modern, Akhlak Tasawuf dan Konsep Kesehatan
Mental Zakiah Daradjat............................................................ 71
C. Implikasi ......................................................................................... 78
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 82
A. Kesimpulan .................................................................................... 82
B. Saran-saran ..................................................................................... 83
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kesehatan Mental adalah terhindarnya orang dari gejala-gejala
gangguan jiwa dan dari gejala-gejala penyakit jiwa. Seseorang dikatakan
bermental sehat bila terhindar dari gangguan atau penyakit jiwa, yaitu adanya
perasaan cemas tanpa diketahui sebabnya, malas, hilangnya kegairahan
bekerja pada diri seseorang dan bila gejala ini meningkat akan menyebabkan
penyakit. Bahkan yang tampak mewarnai zaman modern ini adalah
kecemasan, kegelisahan dan kehilangan ketentraman batin, yang
menimbulkan bermacam-macam problema dan kontrakdisi-kontrakdisi.
Diantaranya terjadilah kemerosotan moral, kenakalan anak dan remaja,
kehilangan semangat kerja, kemunduran kemampuan berfikir dan konsentrasi
serta timbulnya berbagai penyakit yang tidak dapat disembuhakan dengan
obat-obatan. Dan tidak jarang pula terjadi konflik, perselisihan, permusuhan
dan pertengkaran.
Keadaan-keadaan yang seperti itu telah mendorong para ahli untuk
meneliti manusia itu sendiri, mencari sebab-sebab dan faktor-faktor yang
menjadi pengerak dari segala sikap tindakan dan cara berfikirnya. Maka
timbullah suatu cabang baru dalam ilmu Psikologi, yaitu Mental-Hyigiene.
Dengan ilmu baru itu dapatlah dimengerti tingkah laku seseorang, dan dapat
dipelajari mekanisme Mental, yang menimbulkan segala problema dan
kelainan-kelainan tersebut.
2
Dengan ilmu Kesehatan Mental itu dapat diadakan diagnose terhadap
penyakit atau gangguan-gangguan Mental yang menimbulkan berbagai
problema dan kontadiksi-kontradiksi hidup, selanjutnya dapat pula dilakukan
perawatan atau therapynya bahkan mungkin pula diadakan pencegahan atau
preventif terhadap gangguan dan penyakit-penyakit jiwa itu (Musthafa
Fahmi, 1997: 74).
Menurut Zakiah Daradjat (1982: 100) dengan perkembangan ilmu
Kesehatan Mental itu, dapatilah diusahakan mengurangi penderitaan
penderitaan umat manusia. Namun sebegitu jauh usaha Kesehatan Mental
dengan Psycho Therapynya belum dapat membendung kemerosotan moral
dan penderitaan jiwa secara menyeluruh. Karena terapi, secara masal sukar
dilaksanakan, yang pada umumnya dilaksanakan secara individual. Jika kita
ingin mencari ayat-ayat yang berbicara tentang ilmu Jiwa dengan segala
cabang-cabangnya, akan kita dapatilah beratus-ratus ayat. Misalnya salah
satu hal baru yang sedang hangat digunakan orang dalam masyarakat kita
ialah Psycho-tes. Di mana-mana kita menggunakan Psycho-tes, masuk
sekolah, bekerja, terutama dalam perawatan Jiwa (Psycho-therapy). Bahkan
dengan satu ayat saja telah dapat dicakup pokok-pokok yang terkandung
dalam pertanyaan-pertanyaan atau gambaran-gambaran yang banyak itu,
salah satunya ayat 155 Surat Al-Baqarah yang berbunyi :
ر ولنبلونكم بشيء من الخوف والجوع ونقص من الموال وال نفس والثمرات وبش
ابرين الص
3
“Dan sungguh akan Kami uji kami dengan sedikit kelaparan, kekurangan
harta, jiwa dan buah – buhan. Dan beri kabar gembiralah orang – orang
yang sabar.”
Berbicara tentang gangguan dan penyakit jiwa, kitapun akan
menemukan berbilang ayat tentang itu, tentang kecemasan (anxiety),
keabnormalan kelakuan (behavior disorders) yang antara lain telah mulai
berkembang pula dinegara kita adalah penyakit homo-sek dan lesbian, Al-
Qur’an telah menceritakan bagaimana umat Nabi Luth dahulu yang ingkar
dan melakukan keabnormalan-keabnormalan seksual itu, yang akhirnya
dihukum Tuhan dengan menghancurkan mereka dengan hujan batu seperti
tersebut dalam Q.S A’raaf ayat 80 dan 81.
ها من أحد من العالمين ولوطا إذ قال لقومه أتأتون الفاحشة ما سبقكم ب
جال شهوة من دون الن ساء بل أن تم قوم مسرفون إنكم لتأتون الر
“Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah)
tatkala dia berkata kepada mereka, "Mengapa kalian mengerjakan
perbuatan fahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorang pun
(di dunia ini) sebelum kalian?" Sesungguhnya kalian mendatangi lelaki
untuk melepaskan nafsu kalian (kepada mereka), bukan kepada wanita,
bahkan kalian ini adalah kaum yang melampaui batas."
Dalam perawatan jiwa dirasakan bahwa menolong orang-orang yang
telah tengelam dalam kebiasaan-kebiasaan homo seks itu sangat sukar,
bahkan banyak yang berakhir dengan putus asa atau bunuh diri. Itulah
barangkali hikmahnya maka umat Nabi Luth dahulu dihancurkan Tuhan
dengan hujan batu, karena penyakit itu telah meluas dalam masyarakat, serta
sukar
4
menyembuhkannya. Jika ahli Jiwa secara umum berkesimpulan,
bahwa di antara penyebab gangguan dan penyakit jiwa adalah kehilangan
ketentraman batin, maka Al Qur’an menyuruh orang menentramkan batinnya
dengan mengingat Allah.
Kehilangan ketentraman batin itu, ada yang disebabkan oleh ketidak-
mampuan menyesuaikan diri, kegagalan, tekanan perasaan baik yang terjadi
di rumah tangga, di kantor ataupun dalam masyarakat. Memang, dalam
perawatan jiwa semua faktor-faktor yang bertanggung jawab atas terjadinya
gangguan – gangguan kejiwaan itu diteliti, supaya dapat dicarikan cara
penyembuhanya yang tepat, kalau perlu faktor-faktor penyebab itu diganti,
dirubah atau dihilangkan. Tapi yang sangat penting adalah mengubah dan
membina kembali. Mental yang telah rusak atau terganggu itu, agar dapat
melihat persoalan, yang mengecewakan dia atau mencemaskan itu dengan
cara baru. Dalam Al Quran banyak pula ayat yang berhubungan dengan itu,
misalnya Q.S An Nisa ayat 19.
فيه خيا كث ئا ويعل الله ياف عسى أن تكرهوا شي
“Mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal banyak kebaikan yang
dijadikan Allah didalmnya.”
5
Di antara penyebab gangguan kejiwaan yang terpenting adalah rasa
dosa. Maka dalam Al Quran banyak sekali, ayat yang menyuruh orang
menghindari hal-hal dan tindakan-tindakan yang menimbulkan penyesalan
dan rasa dosa, namun jika terlanjur bersalah, Tuhan menyuruh kita
melepaskan diri dari rasa salah itu dengan minta ampun dan bertaubat
kepadaNya, dan jika bersalah kepada manusia minta maaflah dan sukalah
memaafkan. Karena merasa di ampuni oleh Tuhan dan di maafkan oleh
manusia akan melegakan batin. Dan Tuhan juga menyuruh orang suka
memaafkan kesalahan orang lain, karena tidak mau memaafkan berarti
mendendam, sedangkan dendam adalah beban batin yang dapat menimbulkan
gangguan kejiwaan (Zakiah Daradjat, 2015: 6).
Jika Tuhan dengan tegas melarang berdusta, mencuri, berlangkah
serong, menganiaya orang dan sebagainya bukanlah untuk mempersempit
langkah, memberatkan hidup seperti disangka oleh orang yang tidak mengerti
adalah untuk menjamin ketentraman batin, menghindarkan kegelisahan dan
rasa dosa. Maka dalam Al Qur’an terdapat banyak sekali ayat-ayat yang
dipatuhi demi untuk menghindarkan kegelisahan dan ketegangan batin itu
dan banyak pula ayat-ayat yang memberikan petunjuk bagaimana caranya
mencapai ketentraman batin dan rasa lega. Dalam soal penyesuain diri, baik
terhadap diri sendiri, maupun terhadap orang lain dan suasana, banyak ayat-
ayat yang menujukkan cara menghadapi kecemasan dan kegagalan, cara
6
mencari hikmah larangan-larangan dan suruhan-suruhan Allah, akan
terasalah bahwa semuanya bertujuan untuk membina mental yang sehat.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk meneliti
pemikiran Zakiyah Daradjat tentang Pendidikan Agama Dalam Kesehatan
Mental, khususnya Kesehatan Mental. Oleh karena itu skripsi ini saya beri
judul
Kesehatan Mental Perspektif Zakiah Daradjat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti merumuskan masalah
penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana konsep tentang kesehatan mental perspektif Zakiah Daradjat?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui :
1. Untuk mengetahui konsep tentang kesehatan mental perspektif Zakiah
Daradjat.
D. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah :
1. Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah keilmuan
di bidang pendidikan Islam. Bagi kalangan akademik yang ingin
meneliti masalah pendidikan dalam Islam, penelitian ini dapat
dijadikan referensi dan pedoman berupa sumbangan teoritis.
7
2. Praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat khususnya bagi
para pendidik atau lembaga pendidikan Islam serta pihak lain
yang berkepentingan untuk menambah khazanah pengetahuan
tentang pendidikan.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran
serta wawasan kepada kaum muslimin, para pendidik atau
lembaga pendidikan islam tentang perlunya pendidikan
kesehatan mental bagi peserta didik ketika melakukan
pembelajran sehingga pendidik dapat melakukan pembelajaran
dengan baik dan dapat membimbing peserta didik dengan
akhlaq yang baik, dengan harapan pendidikan yang
dilaksanakan sesuai dengan ajaran Islam.
c. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran dalam bidang pendidikan Islam.
E. Kajian Pustaka
Zakiah Daradjat adalah tokoh psikolog Islam. Sebagai seorang
intelektual yang agamis beliau mempunyai komitmen serta pengetahuan
keislaman yang memadai. Hal ini nampak dalam pandangan-pandangannya
dalam berbagai jabatan yang pernah diembanya, yang selalu mengeluarkan
ide-ide yang bersifat religious.
8
Pemikiran Zakiah Daradjat sesungguhnya telah banyak ditulis orang
baik dalam bentuk skripsi maupun tesis. Hal itu dapat dilihat dalam paparan
(diantaranya) berikut ini :
Dari Dwi Anita Alfiani yang menulis tentang “Keberagamaan Dalam
Kesehatan Mental Sebagi Psikoterapi” (studi analisis pemikiran prof. Dr. Hj.
Zakiah Daradjat), Tesis Tahun 2011 IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Hasil
penelitian ini menyimpulkan agama merupakan faktor penting dalam
memelihara dan memperbaiki kesehatan mental. Agama memberikan suasana
psikologis tertentu dalam mengurangi konflik, frustasi dan ketegangan
lainnya, dan memberikan suasana damai dan tenang. Agama merupakan
sumber nilai kepercayaan dan pola-pola tingkah laku yang akan memberikan
tuntunan bagi arti,tujuan dan kesetabilan hidup umat manusia. Kehidupan
yang efektif menuntut adanya tuntunan hidup yang mutlak. Sholat dan do’a
merupakan medium dalam agama untuk menuju kearah kehidupan yang
berarti.
”Perawatan Kesehatan Jiwa Menurut Zakiah Daradjat Dan Dadang
Hawari” oleh Maslihun, Skripsi Tahun 2013 UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Hasil penelitian menyimpulkan menurut Zakiah Daradjat perawatan
dan ganguan jiwa adalah dengan memaksimalkan terapi psikologis melalui
aspek kognitif, afektif dan konasi. Sementara Dadang Hawari memberikan
empat langkah penangulangan gangguan jiwa yaitu terapi psiko farmaka
dengan memberikan obat-obatan secara medis, terapi sosial (psikoterapi)
yang berupa suportif, re-edukatif, re-konstruktif, kognitif, psiko dinamik,
9
perilaku dan keluarga. Terapi sosial (psiko terapi) dengan menggunakan
SWOT(Strengh, Weakness Opportunity dan Threat). Terapi psikoreligius
dengan tujuan memperkuat iman pasien yang dapat berupa kegiatan ritual
keagamaan dengan memperdalam rukun iman.
Ilham dari UIN Sunan Kalijaga menulis “Pembinaan Mental Peserta
Didik Melalui Pendidikan Agama Islam” (studi pemikiran Zakiah Daradjat),
Skripsi Tahun 2014. Penelitian ini menyimpulkan pembinaan mental peserta
didik melalui pendidikan Agama Islam sangat tepat karena pembinaan mental
membutuhkan pembinaan moral dan juga pembinaan jiwa taqwa. Pendidikan
Agama Islam banyak membekali siswa dengan pembinaan moral dan
pembinaan jiwa taqwa.
Penelitian Haryanto “Studi Pemikiran Zakiah Daradjat Tentang
Menumbuhkan Minat Anak Terhadap Pendidikan Agama” Skripsi Tahun
2015 dari UIN Walisongo Semarang. Haryanto menyimpulkan dalam
menumbuhkan minat agama pada anak dapat dilakukan dengan: Memberikan
bimbingan keagamaan secara kontinyu, sehingga nantinya anak dapat
terbiasa karena terpengaruh dengan hal-hal yang positif. Memberikan
pengalaman-pengalaman yang baik, nilai-nilai moral yang tinggi, serta
kebiasaan-kebiasaan yang sesuai dengan ajaran agama.
Sementara itu Khairilah dari IAIN Antasari Banjarmasin menulis
tentang “Pendidikan Karakter Dan Kecerdasan Emosi” (perspektif pemikiran
Zakiah Daradjat). Tesis Tahun 2014, hasil studi ini menyimpulkan
pembentukan karakter dan kecerdasan emosi mengimplikasikan bahwa fitrah
10
manusia yang sebenarnya adalah karakter yang baik bila dipupuk dengan
baik bisa berkembang dengan baik pula yaitu untuk membentuk karakter
idealnya tersinergi antara unsur figur, kultur dan tekstur dan saling
mendukung dan melengkapi, karakter yang baik akan menghasilkan
kesehatan mental yang baik yang implikasinya akan melesatkan kecerdasan
emosi mampu mengambil langkah langkah konstruktif, instrospektif,
preventif, kuratif dan adaptif.
Berdasarkan uraian tersebut maka sejauh penelusuran penulis,
penelitian tentang konsep kesehatan mental Zakiah Daradjat belum dilakukan
orang.
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian bibliografi, karena
penelitian ini dilakukan untuk mencari, menganalisa,
membuat intepretasi, serta generalisasi dari fakta-fakta hasil
pemikiran, ide-ide yang telah ditulis oleh pemikir dan ahli
(Moh. Nazir, 1988: 62). Dalam hal ini adalah kesehatan
mental perspektif Zakiyah Daradjat. Apabila di lihat dari
tempat dimana penelitian ini di lakukan, maka penelitian ini
termasuk jenis penelitian kepustakaan ( Library research),
yaitu penelitian yang memfokuskan pembahasan pada lituratur-
11
literatur baik berupa buku, jurnal, makalah, maupun tulisan-tulisan
lainnya.
2. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode
dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable yang
berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah dan sebagaianya
(Suharsimin Arikunto, 2006: 231). Namu dalam penelitian ini
dilakukan dengan mencari data mengenai hal-hal yang berupa buku
saja, yaitu buku Zakiah Daradjat dan buku lain yang berhubungan
dengan subyek penelitian.
3. Sumber Data
Sumber data dalam penulisan ini dari sumber data primer dan skunder.
a. Data primer
Berupa buku-buku karya Zakiyah Daradjat yang menyangkut tentang
kesehatan mental. Dan buku lain yang berhubungan. contoh :
Musthafa Fahmi (kesehatan jiwa dalam keluarga, sekolah dan
masyarakat), Jallaludin (Psikologi Agama), Yusinus Semiun
(Kesehatan Mental) dan lain sebagainya.
4. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan penulisan skripsi ini adalah:
a. Metode Analisis Isi (Content Analysis)
12
Analisis isi (Content Analysis) adalah teknik penelitian untuk
membuat inferensi – inferensi yang dapat ditiru (repicable), dan
shahih data dengan memperhatikan konteknya.
Dengan metode analisis ini, penulis akan mengkaji dan menafsirkan
pokok – pokok pikiran yang terdapat dalam buku, teks atau naskah
yang berhubungan dengan kesehatan mental menurut pemikiran
Zakiyah Daradjat. Satuan makna dan kategori dianalisis, dicari
hubungan satu dan lainnya untuk menemukan makna, arti, tujuan dan
isi dari kata yang secara eksplisit maupun implisit berhubungan
dengan kesehatan mental menurut pemikiran Zakiyah Daradjat. Hasil
analisis ini kemudian dideskripsikan dalam bentuk laporan penelitian
sebagaimana pada umumnya.
b. Analisis Historis
Yaitu metode yang digunakan untuk mengetahui perkembangan
pemikiran tokoh dan pengaruh didalamanya maupun dalam kehidupan
(Winarno, 1989: 132).
c. Interprestasi
Isi buku diselami untuk dapat setepat mungkin menangkap arti dari
nuansa uraian yang disajikan (Soemargono, 1983: 21)
Karena dalam penelitian ini objeknya pemikiran Zakiyah Daradjat
tentang kesehatan mental maka penulis akan menyelami dan
memahami
13
pemikiran Zakiyah Daradjat dalam buku yang menjadi rujukan,
disamping itu penulis memilih sumber-sumber lain yang penulis
anggap representatif terhadap penelitian ini.
G. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam mengartikan. Maka penulis akan
mencoba memberikan sebuah penegasan istilah yang digunakan dalam
penelitian ini. Beberapa istilah yang perlu ditegaskan adalah sebagai berikut:
1. Kesehatan Mental adalah suatu kondisi batin yang senantiasa berada
dalam keadaan tenang, aman dan tentram, dan upaya untuk menemukan
ketenangan batin dapat dilakukan antara lain melalui penyesuaian diri
secara resignasi (penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan) (Jalaluddin,
2001: 143).
2. Prof.Dr.Hj. Zakiah Daradjat (lahir di Jorong Koto Marapak, Nagari
Lambah, Ampek Angkek, Agam, Sumatera Barat, 6 November 1929,
meninggal di Jakarta, 15 Januari 2013 pada umur 83 tahun) adalah pakar
psikologi Islam. Berkarier di Departeman Agama Indonesia selama 30
tahun sejak 1964, ia menghabiskan sisa umurnya sebagai pendidik dan
guru besar ilmu psikologi di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta. Setelah menyelesaikan pendidikan doktor di Mesir
pada 1964, Zakiah membagi waktu bekerja dan membuka praktik
konsultasi psikologi. Ia pernah dipercaya sebagai Direktur Pendidikan
Agama dan Direktur Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam,
bertanggung jawab atas kebijakan dan eksistensi lembaga-lembaga
14
pendidikan Islam. Ia duduk di Dewan Pertimbangan Agung periode
1983–1988, satu-satunya perempuan dalam keanggotaan DPA. Pada saat
yang sama, ia adalah anggota Dewan Riset Nasional dan mengurusi
bidang masalah keluarga dan anak pada Majelis Ulama Indonesia (MUI)
dibawahkepimpinanHasanBasr
(http://bimasislam.kemenang.go.id/informasi/artikel/624-menggenang-
prof-drzakiah-daradjad-tokoh-kementrian-agama-di-indonesia-
html)diakses tanggal 10 april 2017, 22:22).
H. Sistematika Penulisan
Sistematika di sini yang penulis maksud adalah sistematika penyusunan karya
ilmiah dari bab ke bab. Sehingga karya ilmiah ini menjadi satu kesatuan yang
utuh dan tidak dapat di pisah-pisahkan. Hal ini bertujuan agar tidak ada
pemahaman yang menyimpang dari maksud penulis terhadap skripsi ini.
Adapun sistematika penulisan karya ilmiah ini sebagai berikut:
Bab I, Pendahuluan berisi: Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah,
Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Kajian Pustaka, Metode Penelitian,
Penegasan Istilah dan Sistematika Penulisan Skripsi.
Bab II, Biografi Zakiah Daradjat, berisi: Riwayat Hidup, Karya-
karyanya, Kiprahnya dalam bidang Psikologi.
Bab III, Deskripsi pemikiran Konsep Kesehatan Mental menurut Zakiah
Daradjat: Pengertian tentang Kesehatan Mental. Ciri-ciri dan penerapan
orang yang memiliki Kesehatan Mental. Hal-hal yang menyebabkan
gangguan Kesehatan Mental. Peranan Agama Dalam Pembinaan Kesehatan
15
Mental. Pengaruh Pendidikan terhadap Kesehatan Mental. Peranan
Psikoterapi dalam Pembinaan Mental.
Bab IV, Analisis Terhadap Konsep Kesehatan Mental menurut Zakiah
Daradjat: Signifikansi Pemikiran. Relevansi. Implikasi.
Bab V, Penutup berisi Kesimpulan dan Saran – saran.
16
BAB II
BIOGRAFI ZAKIAH DARADJAT
A. Riwayat Hidup
Prof. Dr. Zakiah Daradjat dilahirkan pada 6 November 1926 di
tanah Minang, tepatnya di kampung tanah Marapak, kecamatan Ampek
Angkek, bukit tinggi. Ayahnya Haji Daradjat Ibnu Husain yang bergelar
Raja Ameh (Raja Emas) dan ibunya Hj. Rofi’ah binti Abdul Karim. Prof.
Dr. Zakiah Daradjat dilahirkan sebagai anak pertama dari sebelas
bersaudara. Dan satu hal yang sudah dipastikan bahwa beliau mendapat
bekal pendidikan awal (keluarga) secara memuaskan, baik di bidang
umum, terlebih lagi di bidang agama, sehingga mengatarkan beliau pada
kesuksesan seperti sekarang ini. Disamping dikenal sebagai konselor,
psikolog maupun psikoterapis, khususnya dunia terapi yang dijiwai nilai-
nilai Islam yang berpijak pada Al-Qur’an (Arif Subhan, 1999: 4).
Pendidikan Prof. Dr. Zakiah Daradjat diawali periode 1944 dengan
menamatkan pendidikan Standar School (SD) Muhammadiyah yang
masuk pagi, sementara sorenya mengikuti sekolah Diniyah (SD khusus
agama), setelah menamatkan, beliau melanjutkan pendidikan pada Kuliah
Muballinghoh di padang panjang, lalu setelah itu melanjutkan ke tingkat
SMP dan lulus pada tahun 1947. Dan pada tahun 1951 beliau dari SMA di
Bukit Tinggi.
17
Pada tahun 1951, Prof. Dr. Zakiah Daradjat melanjutkan
pendidikannya ke Fakultas Tarbiyah di PTAIN Yogyakarta dan
menyelesaikan lima tahun dengan gelar Doktoral Satu (BA) pada tahun
1956. Setelah Prof. Dr. Zakiah Daradjat mencapai tingkat Doktoral Satu
(BA), Beliau mendapatkan beasiswa dari Depag untuk melanjutkan studi
di Ein Shame University Cairo Mesir. Dan kesempatan ini tidak beliau sia-
siakan, terbukti dua tahun kemudian yaitu pada tahun 1958 berhasil
menyelesaikan program Ein Shame University. Dan berhasil meraih gelar
MA dengan Thesis tentang Problem Remaja dengan Spesialisasi Mental
Hygine dari Universitas ‘Ains Shams. Selama menempuh S2 inilah beliau
mulai mengenal klinik kejiwaan. Beliau bahkan sudah sering berlatih
praktik konsultasi psikologi di klinik Universitas.
Dalam kalangan pemikir Islam Indonesia, beliau termasuk salah
seorang generasi pertama Indonesia “dari kalangan santri” yang berhasil
meraih gelar sarjana di luar negeri dalam bidang psikologi. Di antara
jabatan penting yang pernah dijabatnya yaitu :
- Direktur Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam tahun 1972
– 1984.
- Anggota Dewan Pertimbangan Agung tahun 1983 – 1988.
- Direktur Pasca Sarjana IAIN Sunan Kalijogo Yogyakarta sejak
1986
18
Sebagai seorang intelektual yang agamis beliau mempunyai
komitmen serta pengetahuan keislaman yang memadai. Hal ini Nampak
dalam pandangan-pandangannya dalam berbagai jabatan yang pernah
diembanya, yang selalu mengeluarkan ide-ide yang bersifat religious.
Adapun aktifitasnya beliau dalam kegiatan ilmiah lebih dari 140 kali yang
berskala nasional 22 kali yang berskala internasional mengenai aktifitas
dalam bidang kemasyarakatan diantaranya yaitu :
a. Salah seorang pendiri dan ketua lembaga pendidikan
kesejahteraan jiwa di Universitas Islam Jakarta tahun 1969-
1989.
b. Pendiri dan Ketua Yayasan Islam “Ruhama” di Jakarta tahun
1983.
c. Salah seorang pendiri dan ketua yayasan kesejahteraan
mental Binah Amalah di Jakarta tahun 1990.
Beberapa aktifitas lainnya adalah berupa pengisian acara kuliah
subuh di RRI (1960), pengisian mimbar agama Islam (1969). Dan
keagamaan di beberapa radio swasta, yaitu radio El-sinta Jakarta, radio PBB
serang, radio Famor Bandung dan Radio Merkurius Padang. Beliau
meninggal dunia pada hari Selasa 15 Januari 2013, pukul 09.00 WIB dalam
perawatan di Rumah Sakit UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam usia 83
tahun. Jenazah Pendiri dan
19
Ketua Yayasan Pendidikan Islam “RUHAMA” itu dimakamkan di
kompleks pemakaman UIN di Ciputat.
B. Karya-karyanya
Sebagai salah seorang intelektual beliau banyak mengadakan
penelitian tentang kesehatan mental dan pembinaan pendidikan agama di
Indonesia (Musthafa Fahmi, 1997 : 1).
Adapun Karangan-karangan dan terjemahan-terjemahan beliau yang
sudah diterbitkan oleh Penerbit N.V “Bulan Bintang” adalah :
a. Ilmu Jiwa Agama
b. Ketenangan Dan Kebahagiaan Dalam Keluarga
c. Menghadapi Masa Menopause (Mendekati Usia Tua)
d. Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia
e. Pendidikan Agama Dalam Pembinaan Mental
f. Pembinaan Jiwa / Mental
g. Perawatan Jiwa Untuk Anak-Anak
h. Problema Remaja di Indonesia
i. Pembinaan Remaja
j. Pendidikan Orang Dewasa
k. Perkawinan Yang Bertanggung Jawab
l. Membangun Manusia Indonesia Yang Bertakwa
m. Pokok – Pokok Kesehatan Jiwa / Mental (judul aslinya : Ususus
Shihah An-Nafsiyyah) oleh : Prof. Dr. Abdul Aziz El-Quussy.
20
n. Ilmu Jiwa (judul aslinya : Ilmu Nafs, Ususuhu wa Tathbiqatuha At-
Tarbawiyah) oleh : Prof. Dr. Abdul Aziz El-Quussy.
o. Kesehatan Jiwa Dalam Keluarga, Sekolah Dan Masyarakat (judul
aslinya : Ash-Shihah An-Nafsiyyah fil Usrati wal Madrasati wal
Mujtama’i) oleh : Prof. Dr. Musthafa Fahmi.
p. Kunci Kebahagian
q. Pelajaran Tafsir al-Qur-an untuk MIN, jilid-jilid : I, II dan III
(bersama- sama dengan H.M . Nur Asjik M.A) (Musthafa Fahmi,
1997).
Selain buku tersebut beliau juga menulis buku tentang Problema
Remaja di Indonesia, Kepribadian Guru, Peranan Agama Dalam
Kesehatan Mental, Islam dan Kesehatan Mental, Shalat Menjadikan
Hidup Bermakna, Zakat Pembersih Harta dan Jiwa, Puasa Meningkatkan
Kesehatan Mental, Haji Ibadah Yang Unik, Doa Menunjang Semangat
Hidup, Kesehatan Mental Dalam Keluarga, Remaja Harapan dan
Tantangan dan lain-lain.
Di samping itu, Zakiah menterjemahkan puluhan buku berbahasa
Arab dan Inggris mengenai ilmu jiwa dan pendidikan, seperti Anda dan
Kemampuan Anda (Virgina Bailard), Dendam Anak-Anak (Prof. Dr.
Mustafa Fahmi), Anak-Anak Yang Cemerlang (Prof. Dr. Paul Wetty),
Bimbingan Pendidikan dan Pekerjaan (Prof. Dr. Attia Mahmoud Hana),
dan beberapa judul lain yang merupakan sumbangan sangat besar bagi
pembangunan kualitas sumber daya manusia Indonesia.
21
Dalam buku Kesehatan Mental yang telah mengalami cetak ulang
ke-23 tahun 2001, Zakiah Daradjat menulis bahwa yang menentukan
ketenangan dan kebahagiaan hidup adalah kesehatan mental. Kesehatan
mental pulalah yang menentukan apakah orang akan mempunyai
kegairahan untuk hidup, atau akan pasif dan tidak bersemangat. Orang
yang sehat mentalnya tidak akan lekas merasa putus asa, pesimis atau
apatis, karena ia dapat menghadapi semua rintangan atau kegagalan dalam
hidup dengan tenang dan wajar dan menerima kegagalan itu sebagai suatu
pelajaran yang akan membawa sukses nantinya. Pentingnya pendidikan
agama sebagai wahana untuk membentuk kesehatan mental menjadi tema
terpenting pemikiran Zakiah Daradjat.
Pendidikan dalam hubungannya dengan kesehatan mental, kata
Zakiah, bukanlah hanya pendidikan yang disengaja, yang ditujukan kepada
objek yang dididik, yaitu anak. Akan tetapi yang lebih penting adalah
keadaan rumah tangga, keadaan jiwa ibu bapak, hubungan antara satu
dengan lainnya, dan sikap jiwa mereka terhadap rumah tangga dan anak-
anak. Segala persoalan orangtua, lanjut Zakiah, akan mempengaruhi si
anak.
Kebanyakan anak nakal karena di rumah kurang mendapat kasih
sayang orangtuanya. Karena itu, Zakiah mengaku selalu mengelus dada
bila mendengarkan orangtua yang selalu menyalahkan anak-anaknya yang
nakal. ”Kita hanya tahunya mereka nakal. Tapi kita tidak mau tahu apa
22
penyebabnya. Padahal para remaja yang kita anggap nakal dan tidak baik
itu, mereka sebenarnya adalah orang-orang yang menderita,” ujarnya.
Zakiah Daradjat memandang kebahagiaan hidup dalam rumah
tangga adalah modal utama untuk dapat merasakan dan menikmati
kebahagiaan pada umumnya. Dalam buku Ketenangan dan Kebahagiaan
dalam Keluarga (1974), Zakiah menuturkan sebagai berikut, “Dari sekian
banyak kasus keluarga, yang pernah datang kepada penulis untuk minta
bantuan, agar keluarganya dapat diselamatkan, atau untuk minta
pertimbangan terakhir sebelum mengambil keputusan drastis, dapat
dikumpulkan beberapa kesimpulan dan pokok-pokok usaha, yang perlu
dilakukan oleh suami-istri guna menyelamatkan keluarganya dari
kekacauan. Menurutnya, beberapa persyaratan yang perlu diketahui dan
dilakukan oleh setiap pasangan suami istri agar dapat tercapai kebahagiaan
dan ketenteraman dalam keluarga, ialah saling mengerti, saling menerima,
saling menghargai, saling mempercayai, dan saling mencintai.
Sebuah buku berjudul “Kebahagiaan” yang diterbitkan tahun
1988, memaparkan tinjauan Zakiah Daradjat tentang beberapa penyakit
kejiwaan
23
yang menjadi penyebab hilangnya kebahagiaan, yaitu iri, dendam,
cemas, dan stress. Pengendalian diri adalah kunci kebahagiaan. Berapa
banyak rumah tangga yang dulu hidup rukun, tenang dan bahagia, berubah
menjadi pecah berantakan, tegang dan bermusuhan, akibat tidak
mampunya suami istri mengendalikan diri, tegasnya.
Salah satu cabang ilmu jiwa yang masih muda, Ilmu Jiwa Agama
sampai sekarang masih belum mendapat tempat yang wajar. Masih banyak
ahli ilmu jiwa yang tidak mengakui adanya satu cabang Ilmu Jiwa yang
berdiri sendiri, yang meneliti secara ilmiah dan menyoroti masalah agama.
Mengingat pentingnya peran Ilmu Jiwa Agama untuk menjawab berbagai
persoalan kemanusiaan, Zakiah Daradjat secara konsisten dan tidak
mengenal lelah merintis dan memperkenalkan cabang ilmu jiwa yang
masih muda ini kepada publik Indonesia. Ia mengembangkan Ilmu Jiwa
Agama atau disebut juga Ilmu Psikologi Islam melalui mata kuliah di
perguruan tinggi, seminar, ceramah-ceramah, penataran, kursus-kursus,
konsultasi, artikel dan puluhan buku yang ditulis dan diterjemahkannya.
Menarik disimak Ibu Aisyah Amini dalam buku 70 Tahun Prof. Dr.
Zakiah Daradjat (1999) menulis, “Apa yang dilakukan Zakiah ini sangat
besar artinya bagi kehidupan keluarga-keluarga di tanah air. Meskipun
keluarga merupakan komponen kecil dalam struktur kenegaraan, tetapi
memiliki peran yang signifikan dalam menciptakan dan mempersiapkan
generasi penerus yang akan menentukan masa depan bangsa. Andaikata
24
jumlah orang yang mempunyai ilmu seperti Zakiah mampu
mengamalkannya banyak, saya kira masalah-masalah seperti munculnya
anak-anak yang menyimpang tingkah lakunya atau semacamnya tidak
akan banyak terjadi seperti yang sering kita saksikan di masa sekarang.
Ilmu yang dimiliki Zakiah itu adalah obat yang sangat mujarab. Namun
sayang apa yang dimiliki Zakiah tidak cukup luas dikuasai oleh anggota-
anggota masyarakat.”( Fuad Nasar , 2013.
(http://bimasislam.kemenag.go.id/informasi/artikel/624-mengenang-prof-dr-
zakiah-daradjat-tokoh-kementerian-agama-dan-pelopor-psikologi-islam-di-
indonesia-.html) 10/4/2017, 22:22)
C. Kiprahnya dalam bidang Psikologi
Dari sekian banyak kiprahnya dalam berbagai kegiatan, kehadiran
Prof. Dr. Zakiah Daradjat tampaknya lebih dikenal dan tak bisa lepas dari
psikologi agama atau kesehatan mental. Kesehatan mental dan psikologi
agama adalah disiplin ilmu yang keahlianya ditekuni dan
disosialisasikannya secara konsisten, tak kenal lelah dan bosan melalui
berbagai forum, kemudian melalui radio dan televisi, serta dalam mengajar
di berbagai lembaga pendidikan ( Abdul ‘Azis El Quusy, 1974: 36).
25
Prof. Dr. Zakiah Daradjat adalah orang yang pertama kali merintis
dan memperkenalkan psikologi agama di lingkungan Perguruan Tinggi
Islam di Indonesia. Buku karangan beliau bukan saja menjadi bacaan
wajib di perguruan tinggi terutama mengenai Pendidikan Agama dan
Psikologi Agama, tetapi juga menjadi rujukan bagi kalangan perguruan
tinggi, para pendidik, dan pengambil kebijakan di bidang pendidikan dan
sosial keagamaan bahkan menjadi bacaan populer masyarakat umum
(Jalaluddin, 2001: 143).
Prof. Dr. Zakiah Daradjat di bidang psikologi sepanjang karier
akademik dan intelektualnya berusaha mencari kaitan antara terapi
pendidikan dengan nilai-nilai agama. Dalam kaitan ini beliau menjadi
fenomena menarik. Ia ingin mengintegrasikan pendekatan agama dengan
ilmu modern. Dengan merujuk berbagai literatur, baik berasal dari barat
maupun dari islam, ditemukan sintesa baru: agama memiliki peran yang
sangat fundamental dalam memahami esensi kejiwaan manusia. Karena itu
agama dapat dijadikan pijakan psikologi. Sebagai seorang psikologi religi
Prof. Dr. Zakiah Daradjat berusaha meneliti pengaruh agama terhadap
sikap dan tingkah laku atau mekanisme yang bekerja dalam diri seseorang.
Menurutnya cara berpikir, bersikap, bereaksi, dan bertingkah laku tidak
bisa dipisahankan dari keyakinan agama. Sebab, keyakinan itu masuk
dalam konstruksi kepribadian manusia (Abdul ‘Azis El Quusy, 1974: 36).
26
Sebagai seorang psikologi Prof. Dr. Zakiah Daradjat juga melihat
doa sebagai terapi mental. Menurutnya, doa sangat berperan sebagai
ketentraman batin. Dengan berdoa kita memupuk rasa optimis. Doa
bahkan mempunyai manfaat bagi pembinaan dan peningkatan semangat
hidup. Doa mampu menyembuhkan stress dan gangguan jiwa. Dengan
kata lain, doa mempunyai fungsi kuratif, preventif, dan konstruktif bagi
kesehatan mental (Zakiah Daradjat, 2015: 3).
Dalam praktek konsultasinya, dalam rangka membantu
penyembuhan terhadap gangguan kejiwaan yang diderita seorang pasien,
Prof. Dr. Zakiah Daradjat pada umumnya menggunakan metode non-
directive psycho therapy dengan menyisipkan ajaran agama yang relevan
dengan kondisi atau bentuk gangguan jiwa yang dialami oleh seorang
pasien. Sisipan agama itu sendiri dilakukan dengan metode dialog
sehingga tidak menimbulkan kesan bahwa si pasien merasa digurui. Dalam
metode ini tidak diperlukan penganalisaan lebih dalam terhadap semua
pengalaman yang telah dilalui oleh penderita. Ahli jiwa menerima
penderita sebagaimana adanya dan mulai perawatan langsung, atau dapat
dikatakan bahwa tiap – tiap individu maupu menolong dirinya apabila ia
mendapat kesempatan itu. Maka perawatan jiwa merupakan pemberian
kesempat bagi penderita untuk mengenal dirinya dan problema – problema
yang dideritanya serta kemudian mencari jalan untuk mengatasinya
(Zakiah Daradjat, 1970: 76).
27
Prof. Dr. Zakiah Daradjat juga menggunakan metode clien
contered therapy dari Carls Rogers yang memberikan kesempatan
sepenuhnya kepada pasien untuk mengungkapkan penderitaan yang
dialaminya. Pasien menjadi center dari perawatan, sedang beliau aktif
mendengarkan semua ungkapan pasien itu kemudian memantulkan atau
merelaksasikan perasaan yang terkandung dalam ungkapan si pasien.
Dengan demikian terjadi proses pencerahan pada diri si pasien yang
membawanya kepada kesadaran terhadap masalah yang dihadapi dan
mampu mengatasinya (Zakiah Daradjat, 1985: 11).
Disinilah pentingnya peran pribadi Prof . Dr. Zakiah Daradjat
sebagai pribadi yang ramah, lemah lembut, mau mendengarkan orang lain,
tidak sombong atau angkuh, gemar menolong orang lain penyanyang,
mempunyai kepribadian menarik ditambah keahlian psikologi dan ilmu
agama yang dimilikinya.
28
BAB III
KONSEP KESEHATAN MENTAL MENURUT ZAKIAH DARADJAT
Zakiah Daradjat adalah sosok ilmuwan perempuan yang multidimensi. Ia
tidak hanya dikenal sebagai psikolog agama, tetapi ia juga muballigh dan pendidik
sekaligus. Menurut beliau membangun kesehatan mental manusia jelas menjadi
tema terpenting. Sebagai seorang psikolog agama yang berpegang teguh kepada
ajaran Al Qur’an dan Al Sunnah Zakiah Daradjat juga seorang pemikir dalam
bidang pendidikan Agama Islam yang berlandasan Al Qur’an dan Al Sunnah.
Beliau juga membuka terapi untuk orang-orang yang mengalami kesukaran-
kesukaran dalam hidupnya atau gangguan kesehatan mental.
Menurut Zakiah Daradjat (1985: 13) kesehatan mental adalah terwujudnya
keharmonisan yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi jiwa, serta mempunyai
kesanggupan untuk menghadapi problem-problem biasa yang terjadi, dan
merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya.
Pada umummnya kesukaran-kesukaran itu timbul disebabkan oleh dua hal
pokok, yaitu pertama: pendidikan dan perlakuan orangtua yang di terima di waktu
kecil, tidak membawa pertumbuhan mental yang sehat, karena kurangnya
pengertian orang tua akan dasar-dasar kesehatan mental dalam pendidikan.
Kedua: ketidakmampuan seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan
dengan wajar.
29
Sebagaimana tertera dalam penelitian ini, maka topik ini yang akan
dibahas adalah pemikiran Zakiah Daradjat tentang konsep kesehatan mental.
Konsep tersebut penulis sarikan dari beberapa buku yang ditulis oleh beliau.
Setelah mencermati struktur pemikiran Zakiah Daradjat dalam hal tersebut,
penulis akan mendriskripsikan konsep kesehatan mental yang meliputi: pengertian
kesehatan mental, ciri-ciri orang yang memiliki kesehatan mental, hal-hal yang
menyebabkan gangguan kesehatan mental, peranan agama dalam pembinaan
kesehatan mental, pengaruh pendidikan terhadap kesehatan mental dan
penyesuain diri dan kesehatan mental. sebagaimana yang akan di uraikan berikut
ini.
A. Pengertian Kesehatan Mental
Menurut Zakiah Daradjat ada empat batasan tentang konsep kesehatan
mental. Konsep pertama atau konsep sederhana menurut Zakiah Daradjat,
kesehatan mental adalah terhindarnya orang dari gejala-gejala gangguan
mental/jiwa (neurose) dan dari gejala-gejala penyakit mental/jiwa (psychose).
Konsep pertama: orang yang sehat mentalnya adalah orang yang terhindar dari
segala gangguan dan penyakit mental/jiwa. Yang dimaksud dengan gangguan
mental/jiwa misalnya: sering cemas tanpa diketahui sebabnya, tidak ada
kegairahan untuk bekerja, rasa badan lesu dan sebagainya. Konsep kedua:
Zakiah Daradjat berpendapat bahwa kesehatan mental adalah kemampuan
untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri, dengan orang lain dan
masyarakat serta
30
lingkungan di mana ia hidup. Konsep kedua ini lebih luas dan bersifat
umum karena dihubungkan dengan kehidupan secara keseluruhan.
Kesanggupan untuk menyesuaikan diri itu akan membawa orang kepada
kenikmatan hidup dan terhindar dari kecemasan, kegelisahan dan
ketidakpuasan. Selain itu, orang akan penuh semangat dalam menghadapi
hidup untuk meraih kebahagiaan (Zakiah Daradjat, 1985: 10).
Konsep ketiga: menurut Zakiah disebut dengan pola pengembangan
potensi secara maksimal. Beliau menjelaskan: “Kesehatan mental adalah
pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan dan
memanfaatkan segala potensi, bakat dan pembawaan yang ada semaksimal
mungkin, sehingga membawa kepada kebahagiaan diri dan orang lain, serta
terhindar dari gangguan-gangguan dan penyakit jiwa”.
Konsep tersebut mendorong orang untuk mengembangkan dan
memanfaatkan segala potensi yang ada. Bakat yang tidak dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik akan membawa kepada kegelisahan dan
pertentangan batin. Mungkin pula orang mendapat kesempatan untuk
mengembangkan bakat dan potensi yang ada pada dirinya dengan baik, akan
tetapi hal itu digunakannya untuk mengambil hak orang lain atau
menyengsarakan orang, maka itu termasuk orang yang kurang sehat
mentalnya. Konsep yang ketiga tersebut lebih menekankan pada
pengembangan dan pemanfaatan segala daya dan
31
pembawaan yang dibawa sejak lahir, sehingga benar-benar membawa
manfaat dan kebaikan bagi dirinya sendiri maupun orang lain.
Konsep keempat: Zakiah mengungkapkan bahwa:”kesehatan mental
adalah terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi
jiwa serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problem-problem biasa
yang terjadi dan merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan
dirinya.
Fungsi-fungsi jiwa seperti pikiran, perasaan, sikap, pandangan dan
keyakinan hidup harus dapat saling membantu dan bekerjasama satu sama
lain, sehingga tecapai keharmonisan yang menjauhkan seseorang dari perasaan
ragu dan bimbang, serta terhindar dari kegelisahan dan pertentangan batin
(konflik).
Empat konsep kesehatan jiwa tersebut disempurnakan oleh Zakiah
dalam pidato pengukuhan beliau sebagai guru besar untuk Kesehatan
jiwa/mental di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 1984, beliau
menyempurnakan definisi kesehatan mental sebagai berikut: ”kesehatan
mental adalah terwujudnya keserasian yang sungguh-sungguh antara fungsi-
fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuaian diri antara manusia dengan
dirinya dan lingkungannya, berlandaskan keimanan dan ketakwaan serta
bertujuan untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat”.
Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: terwujudnya keserasian
yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi kejiwaan ialah berkembangnya
32
seluruh potensi kejiwaan secara seimbang sehingga manusia dapat mencapai
kesehatannya secara lahiriah maupun batiniah. Selanjutnya terciptanya
penyesuaian diri antara manusia dengan dirinya sendiri merupakan usaha
untuk menyesuaikan diri secara sehat terhadap diri sendiri serta memanfaatkan
potensi dan daya seoptimal mungkin sehingga penyesuaian diri membawa
kesejahteraan dan kebahagiaan bagi diri sendiri maupun orang lain.
Penyesuaian diri yang sehat terhadap lingkungan dan masyarakat merupakan
tuntunan untuk meningkatkan keadaan masyarakatnya dan dirinya sendiri
sebagai anggotanya. Artinya, manusia tidak hanya memenuhi tuntutan
masyarakat dan mengadakan perbaikan di dalamnya tetapi juga dapat
membangun dan mengembangkan dirinya sendiri secara serasi dalam
masyarakat. Hal ini hanya bisa dicapai apabila masing-masing individu dalam
masyarakat sama-sama berusaha meningkatkan diri secara terus menerus
dalam batas-batas yang diridhoi Allah. Berlandaskan keimanan dan ketakwaan
adalah masalah keserasian yang sungguh-sungguh antar fungsi-fungsi
kejiwaan dan penyesuaian diri antara manusia dengan dirinya sendiri dan
lingkungannya hanya dapat terwujud secara baik dan sempurna apabila usaha
ini didasarkan atas keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Dengan
demikian, faktor agama memainkan peranan yang besar dalam pengertian
kesehatan mental (Zakiah Daradjat, 1985: 13).
Konsep tersebut memasukkan unsur agama yang sangat penting dan
harus diupayakan penerapannya dalam kehidupan manusia. Selain itu konsep
33
tersebut juga sejalan dengan penerapan prinsip-prinsip kesehatan mental dan
pengembangan hubungan baik dengan sesama manusia.
B. Ciri-ciri dan penerapan orang yang memiliki Kesehatan Mental
Adapun cirri-ciri orang yang memiliki kesehatan mental :
1. Gambaran dan sikap yang baik terhadap diri sendiri (self image)
Hal ini dapat dicapai dengan penerimaan diri, keyakinan diri dan
kepercayaan pada diri sendiri. Citra diri positif akan mewarnai pola hidup,
sikap, cara pikir dan corak penghayatan, serta ragam perbuatan yang
positif pula.
2. Keterpaduan antara Integrasi Diri. Adanya keseimbangan antara kekuatan-
kekuatan jiwa dalam diri, kesatuan pandangan (falsafah) dalam hidup dan
kesanggupan mengatasi stress.
3. Perwujudan Diri (aktualisasi diri). Inilah proses pematangan diri. Menurut
Reiff, orang yang sehat mentalnya adalah orang yang mampu
mengaktualisasikan diri atau mampu mewujudkan potensi yang
dimilikinya, serta memenuhi kebutuhan-kebutuhannya dengan cara yang
baik dan memuaskan.
4. Mau menerima orang lain, mampu melakukan aktifitas sosial dan
menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat tinggal.
5. Berminat dalam tugas dan pekerjaan. Suka pada pekerjaan tertentu
walaupun berat maka akan mudah dilakukan dibandingkan dengan
pekerjaan yang kurang diminati.
34
6. Agama, cita-cita, dan falsafah hidup. Demi menggapai ketenangan dan
kebahagiaan dalam kehidupan.
7. Pengawasan diri. Hal ini dapat dilakukan terhadap keinginan-keinginan
dari ego yang bersifat biologis murni. Sehingga dapat dikendalikan secara
sehat dan terarah.
8. Rasa benar dan tanggung jawab. Ini penting bagi tingkah laku. Dengan
demikian muncul rasa percaya diri dan bertanggung jawab penuh atas
segala tindakan sehingga tidak menutup kemungkinan kesuksesan diri
akan diraih.
Penerapanya yaitu sebagai berikut:
1. Problem focus coping (Fokus mengatasi masalah):
a. Instrumental action (menyusun rencana guna penyelesaian
masalah)
b. Cautiousness (menganalisis secara detail dalam memecahkan
masalah)
c. Negotiation (memecahkan masalah dengan cara mendiskusikan
pada orang lain yang terlibat)
d. Seeking for instrumental social support (mencari nasehat orang
lain)
2. Emotion Focused Coping (emosi terfokus mengatasi)
35
a. Escapism (menyelesaikan masalah dengan cara membayangkan
situasi yang lebih baik)
b. Minimalization (menganggap masalah seringan mungkin)
c. Seeking meaning (mencari makna yang terjadi dalam permasalahan)
d. Seeking for social emoptional support (mencari simpati orang lain)
e. Turning to religion (mendekatkan diri pada Tuhan)
(Notosoedirjo,M. & Latipun. (2005). Kesehatan Mental; Konsep dan
penerapan.Malang. UMM Press)5/9/2017,9:43).
Agama dapat memberi dampak yang cukup berarti dalam kehidupan
manusia, termasuk terhadap kesehatan. Orang yang sehat mental akan
senantiasa merasa aman dan bahagia dalam kondisi apapun, ia juga akan
melakukan introspeksi atas segala hal yang dilakukannya sehingga ia akan
mampu mengontrol dan mengendalikan dirinya sendiri. Solusi terbaik untuk
dapat mengatasi masalah-masalah kesehatan mental adalah dengan
mengamalkan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari, kesehatan
mental seseorang dapat ditandai dengan kemampuan orang tersebut dalam
penyesuaian diri dengan lingkungannya, mampu mengembangkan potensi
yang terdapat dalam dirinya sendiri semaksimal mungkin untuk menggapai
ridho Allah SWT, serta dengan mengembangkan seluruh aspek kecerdasan,
baik kesehatan spiritual, emosi maupun kecerdasan intelektual (Zakiah
Daradjat, 1985: 12).
Pada dasarnya hidup adalah proses penyesuaian diri terhadap seluruh
aspek kehidupan, orang yang tidak mampu beradaptasi dengan
36
lingkungannya akan gagal dalam menjalani kehidupannya. Manusia
diciptakan untuk hidup bersama, bermasyarakat, saling membutuhkan satu
sama lain dan selalu berinteraksi.
C. Hal – hal yang menyebabkan gangguan Kesehatan Mental
Menurut Zakiah Daradjat (1985: 17), diantara gangguan perasaan
yang disebabkan oleh karena terganggunnya kesehatan mental ialah: rasa
cemas (gelisah), iri hati, sedih, merasa rendah diri, pemarah, dan ragu
(bimbang). Macam-macam perasaan itu mungkin satu saja yang menonjol,
mungkin pula dua atau lebih, bahkan mungkin semuanya terdapat dalam satu
orang.
Untuk jelasnya akan dijabarkan sebagai berikut :
1. Rasa cemas (gelisah)
Perasaan tidak menentu, panik, takut tanpa mengetahui apa yang
ditakutkan dan tidak dapat menghilangkan perasaan gelisah dan
mencemaskan itu. Seorang ibu akan gelisah, karena anaknya terlambat
pulang sekolah. Pikirannya sudah bermacam-macam, takut kalau anak
ditabrak mobil, diculik orang dan sebagaianya. Karena harga makanan
nail si ibuk bingung, keluh kesah, tidak tahu apa yang akan dibuat,
mengeluh ke sana ke sini, dan lekas pusing. Pendek kata, terlalu banyak
hal-hal yang menyebabkan gelisah yang tidak pada tempatnya, bila
tidak berusaha memikirkan bagaimana mengatasi kesukaran itu.
37
2. Iri hati
Seringkali orang merasa iri hati atas kebahagiaan orang lain.
Perasaan ini bukan karena kebusukan hatinya seperti biasa disangka
orang, akan tetapi karena ia sendiri tidak merasakan bahagia dalam
hidupnya. Seseorang ibu yang masih muda, cantik dan kaya, merasa iri
kepada suaminya, karena anak-anaknya semua lebih senang kepada
bapaknya daripada ibunya. Ia merasa bahwa suaminya kurang
memperhatikannya atau tidak mengindahkan perasaannya. Antara
suami istri itu sering terjadi pertengkaran dan perselisihan yang
disebabkan kecurigaan istri kepada suami dan selalu membanding-
bandingkan rumahtangganya dengan rumahtangga orang lain.
Kegelisahan dan iri hatinya makin memuncak, sehingga merasa
bosen tinggal di rumahnya. Ia tak ingin lagi melihat anak-anak dan
suaminnya, kemudian lari dari rumahnya untuk melepaskan diri dari
kegelisahan dan iri hatinya, pergi mencari tempat menumpang tidur. Si
ibu tersebut lari hanya karena rasa iri hati, yang ditimbulkan oleh
adanya gangguan kesehatan mentalnya (Zakiah Daradjat, 1985: 18).
3. Rasa Sedih
Rasa sedih yang tidak beralasan, atau terlalu banyak hal-hal yang
menyedihkannya sehingga air mukanya selalu membayangkan
kesedihan, kendatipun ia seorang yang mampu, berpangkat, dihargai
orang dan sebagainya. Sesungguhnya perasaan sedih ini banyak sekali
terjadi. Banyak kita melihat orang yang tidak pernah gembira dalam
38
hidupnya. Sebabnya bermacam-macam, ada ibu yang merasa kesepian
karena anak-anaknya sudah besar, tidak banyak memerlukannya lagi,
sedang bapak tidak lagi seperti dulu. Sebaliknya ada bapak yang merasa
sedih, karena istrinya yang dulu selalu memperhatikan makanan dan
minumannya, sekarang telah sibuk mengurus rumahtangga dan
anaknya.
Pemuda pemudi yang baru meningkat remaja, banyak sekali yang
menderita rasa sedih dan murung yang tidak diketahui sebab
sesungguhnya. Banyak anak muda yang ketika berada sendirian
menangis dan meratapi, tapi kalau di tengah-tengah orang tuanya,
saudara-saudara atau kawan-kawanya berbuat seolah-olah gembira, dan
menutupi kesedihan yang ada dalam hatinya. Hal ini seingkali
mengakibatkan terganggunya pelajaran dan aktivitasnya dalam
pekerjaan dan pergaulanya. Kesedihan-kesedihan yang seperti itu, tidak
disebabkan oleh sesuatu hal atau persoalan secara langsug, akan tetapi
oleh kesehatan mental.
4. Rasa rendah diri dan hilangnya rasaa kepercayaan kepada diri
Rasa rendah diri dan tidak percaya dengan diri sendiri banyak
sekali terjadi pada pemuda-pemudi remaja. Hal ini disebabkan oleh
banyaknya problem yang mereka hadapi yang tidak, mendapat
penyelesaian dan pengertian dari orang tua dan dewasa lainnya.
Disamping itu mungkin pula akibat pengaruh pendidikan dan perlakuan
yang diterimanya waktu masih kecil. Rasa rendah diri ini menyebabkan
39
orang lekas tersinggung. Karena itu ia mungkin akan menjauhi
pergaulan dengan orang banyak, menyendiri, tidak berani
mengemukakan pendapat (karena takut salah), tidak berani bertindak
atau mengambil suatu inisiatif (takut tidak diterima orang). Lama
kelamaan akan hilanglah kepercayaan kepada dirinya, dan selanjutnya
ia juga kurang percaya kepada orang. Ia akan lekas marah atau sedih
hati, menjadi apatis dan psimis (Zakiah Daradjat, 1985: 19).
Bahkan rasa rendah diri itu mungkin akan menyebabkan ia suka
mengeritik orang lain, dan tingkah lakunya mungkin akan terlihat
sombong. Dalam pergaulan ia menjadi kaku, kurang disenangi oleh
kawan-kawannya, karena mudah tersinggung dan tidak banyak ikut
aktif dalam pergaulan atau pekerjaan.
5. Pemarah
Sesungguhnya orang dalam suasana tertentu kadang-kadang
perlu marah, akan tetapi kalau ia sering-sering marah yang tidak pada
tempatnya atau tidak seimbang dengan sebab yang menimbulkan marah
itu, maka yang demikian ada hubungannya dengan kesehatan mental.
Marah, sebenarnya adalah ungkapan dari rasa hati yang tidak enak,
biasanya akibat kekecewaan, ketidakpuasan atau tidak tercapai yang
diingininya. Apabila orang sedang merasa tidak enak, tidak puas
terhadap dirinya, maka sedikit saja suasana luar mengganggu ia akan
menjadi marah. Mungkin anak, istri atau siapapun akan menjadi sasaran
kemarahan yang telah lama ditumpuknya itu.
40
Ragu dan bimbang adalah akibat dari kurang sehatnya mental,
yang lambat laun mungkin menimbulkan pertentangan batin. Disamping
itu, banyak lagi perasaan-perasaan yang tidak membawa kepada
penyesuaian diri sendiri, dengan orang lain dan dengan situasi dan
lingkuangannya. Semuanya dapat dikatakan bahwa sebabnya terletak
pada kurang sehatnya mental (Zakiah Daradjat, 1985: 20).
D. Peranan Agama dalam Pembinaan Kesehatan Mental
Pembinaan mental seseorang muali sejak ia kecil, semua pengalaman
yang dilalui, baik yang disadari atau tidak, ikut menjadi unsur-unsur
menggabungkan dalam kepribadian seseorang. Di antara unsur-unsur
terpenting yang akan menentukan corak kepribadian seseorang dikemudian
hari adalah nilai-nilai yang dimaksud adalah nilai-nilai agama, moral dan
sosial. Apabila dalam pengalaman di waktu kecil itu, banyak didapat nilai-
nilai agama, maka kepribadiannya akan mempunyai unsur-unsur yang baik.
Demikian sebaliknya, jika nilai-nilai yang di terimanya itu jauh dari agama,
maka unsur-unsur kepribadiannya akan jauh pula dari agama dan akan
menjadi goncang. Karena nilai-nilai positif yang tetap dan tidak berubah-
ubah adalah nilai-nilai agama, sedangkan nilai-nilai sosial dan moral yang
didasarkan bukan kepada agama, akan sering mengalami perubahan, sesuai
dengan perkembangan masyarakat itu sendiri. Karena itulah maka mental
(kepribadian) yang hanya terbina dari nilai-nilai sosial dan moral yang
mungkin berubah dan goncang itu, akan membawa kepada kegoncangan
jiwa, apabila perubahan kemudian terjadi (Zakiah Daradjat, 1994: 90).
41
Menurut Zakiah Daradjat (1982: 88) Ilmu jiwa banyak berbicara
tentang perasaan dan ketentraman jiwa, maka agama memberikan berbagai
pedoman dan petunjuk agar ketentraman jiwa tercapai, dalam Al –Qur’an
banyak sekali ayat –ayat tentang itu misalnya surat Ar Ra’du ayat 29 :
الحات طوبى لهم وحسن م آب الذين آمنوا وعملوا الص
“(Adapun) orang – orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka
kebahagiaan dan tempat kembali yang baik.”
Adapula ayat yang menunjukan tentang kecemaasan dalam hidup.
Yaitu Surah Al-Baqaraah : 112
وهو محسن فله أجره عند رب ه ولا خوف عليهم ولا هم بلى من أسلم وجهه لل
يحزنون
“(Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada
Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi
Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula)
mereka bersedih hati.”
Di antara sikap yang menyebabkan orang lain merana, adalah rasa
sombong, congkak atau kasar, hal mana sangat penting diketahui oleh
seorang manager, agar ia jangan meganggap karyawan atau buruhnya
sebagai seorang yang tidak punya harga diri, yang harus dibentak atau
diperintah supaya bekerja rajin. Al Qur’an berkali-kali memperingatkan itu,
antara lain dalam surat Lukman ayat 18 :
42
لا يحب كل مختال ر خدك للناس ولا تمش في الرض مرحا إن الل ولا تصع
فخور
“Dan janganlah kamu memalingkan muka dari manusia (karena sombong)
dan jangan kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang yang sombong lagi membanggakan diri.”
Apabila ketentraman batin terganggu, orang mungkin menjadi lesu,
malas bekerja, bahkan akan seing merasakan sakit. Gangguan itu kadang-
kadang disebabkan oleh karena kegagalan, baik dirumah tangga, dalam
pekerjaan atau masyarakat. Bagi seorang yang beriman dan mampu
menggunakan keyakinannya kepada Tuhan itu dalam menghadapi segala
persoalan hidup ia tidak akan sampai patah semangat, malas atau kesasar.
Karena ia yakin bahwa dibalik kesukarannya itu ada kelapangan yang
tersembunyi (Zakiah Daradjat, 1982 : 89).
Kesukaran atau problema itu tidak tepat atau kekal. Seperti Firman
Tuhan dalam surat Al Insirah ayat 5 – 8 :
ب ت فانصب * وإلى رب ك فارغ ذا فرغ فإن مع العسر يسرا * إن مع العسر يسرا * فإ
“Maka sesungguhnya di samping kesulitan itu ada kemudahan.
Sesungguhnya di samping kesulitan itu ada kemudahan.
Maka apabila kamu telah selesai dari satu unsur maka kerjaknlah yang lain
dengan sungguh – sungguh.
Dan kepada Tuhan hendaknya kamu berharap.”
Kegagalan kekecewaan dan kesulitan apapun akan dapat dihadapinya
dengan tenang, sehingga tidak membawanya kepada gejala-gejala mental
yang tidak sehat.
43
Agama memberikan penyelesaian terhadap kesukaran-kesukaran dan
memberikan pedoman dan bimbingan hidup di segala bidang, baik terhadap
orang kecil, buruh atau pekerja kasar, maupun bagi orang-orang besar,
pemimpin dan majikan, bahkan bagi kehidupan keluarga, bertetangga dan
sebagai pengendali moral bagi tiap dari pribadi, sehingga selalu selamat dari
godaan-godaan luar. Rumah tangganya akan aman tentram, pekerjaan
menyenangkan dan orang akan hidup penuh gairah dan semangat. Jadi,
agama berfungsi sebagai terapi bagi jiwa yang gelisah dan terganggu,
berperanan sebagi alat pencegah (preventif) terhadap kemungkinan
gangguan kejiwaan dan merupakan faktor pembinaan (konstruktif) bagi
kesehatan mental pada umumnya (Zakiah Daradjat, 1982 : 93).
Dengan keyakinan beragama, hidup yang dekat dengan Tuhan serta
tekun menjalankan agama, kesehatan mental dapat terbina. Dengan mental
yang sehat, effisensi dan produksi dapat dipercepat. Perusahaan akan
semakin maju dalam segala bidang apabila setiap anggotanya tekun
beragama. Disamping semangat kerja dapat di pelihara, hubungan sosial
dalam perusahaan pun dapat dijamin, karena semua akan bekerja dengan
ikhlas, jauh dari masa iri dan dengki. Mental yang tumbuh tanpa agama
belum tentu akan mencapai integritas, karena kurangnya ketenangan dan
ketentraman jiwa (Zakiah Daradjat, 1994: 94).
44
E. Pengaruh Pendidikan terhadap Kesehatan Mental
1. Pendidikan dalam Keluarga
Penelitian yang dilakukan terhadap pasien-pasien yang
menderita gangguan dan penyakit jiwa, dan terhadap orang-orang
yang tidak dapat merasakan kebahagiaan dalam hidup, terbukti
bahwa sebab-sebab yang terbesar terletak pada pendidikan yang
diterimanya, terutama pendidikan waktu kecil. Dapat dikatakan,
bahwa pendidikan itulah yang banyak menentukan hari depan
seseorang: apakah ia akan bahagia atau menderita, apakah ia akan
bahagia atau menderita, apakah ia akan menjadi orang baik,
ataukah akan menjadi masyarakat yang kurang baik (Zakiah
Daradjat, 1985: 64).
Pendidikan pula yang akan menentukan apakah si anak
nantinya akan menjadi orang yang cinta kepada tanah air dan
bangsanya ataukah menjadi pengkhianat bangsa dan negara.
Demikian pula tentang kepercayaan kepada Tuhan dan ketekunan
beragama, ditentukan pula oleh macam pendidikan yang dilaluinya
sejak kecil. Karena itu, hubungan antara pendidikan dan kesehatan
mental sangat erat. Yang dimaksud dengan pendidikan dalam hal
ini, ialah yang diterima si anak di rumahtangga, sekolah dan
masyarakat. Akan kita lihat betapa besar pengaruh pendidikan itu
atas kelakuan anak-anak, ada yang jadi nakal, karena keras kepala
dan sebagainya. Dalam hal ini akan terlihat pula betapa pentingnya
45
pendidikan agama dalam pembinaan kepribadian si anak (Zakiah
Daradjat, 1985: 65).
Tidak dapat disangkal, bahwa setiap orangtua ingin supaya
anaknya sehat, lekas besar, lekas pandai, sopan dan menjadi orang
yang baik nantinya. Akan tetapi, banyak anak-anak yang merasa
seolah-olah mereka tidak dapat perhatian dari orangtuanya, atau
perlu diikat dan dibatasi kemerdekaanya, bahkan ada anak-anak
yang merasa tidak disayangi oleh orangtuanya. Perasaan-perasaan
yang tidak menyenangkan itulah yang banyak mempengaruhi
kelakuan, perasaan dan kesehatan mereka, yang oleh orangtuanya
sendiri dipandang sebagai kesukaran-kesukaran yang harus mereka
atasi.
Orang yang menyangka bahwa pendidikan itu adalah
penanaman sifat-sifat yang baik kepada si anak, seperti sopan
santun, budi pekerti, tata tertib, agama dan sebagainya, yang
semuanya ditunjukan kepada anak, tanpa menyadari peranan
orangtua sendiri. Padahal pendidikan itu adalah jauh lebih luas
daripada itu.
Yang dimaksud dengan pendidikan dalam hubungannya
dengan kesehatan mental, bukanlah pendidikan yang disengaja,
yang ditunjukan kepada obyek yang dididik, yaitu anak, akan tetapi
yang lebih penting dari pada itu adalah keadaan dan suasana
rumahtangga, keadaan jiwa ibu bapak, hubungan antara satu
46
dengan yang lainnya, dan sikap jiwa mereka terhadap rumahtangga
dan anak-anak. Segala persoalan orang tua itu akan mempengaruhi
si anak, karena apa yang mereka rasakan akan terjermin dalam
tindakan-tindakan mereka.
Saling pengertian itu perlu sekali, karena suami istri adalah
dua pribadi yang tumbuh terpisah satu dari lainya dan mempunyai
pengalaman yang berbeda waktu kecil yang membawa kepada
berbeda pula kepribadian, sikap jiwa dan pandangan hidupnya. Si
suami atau istri, harus cepat berusaha memahami sungguh-sungguh
pasangan hidupnya itu dan selanjutnya menyesuaikan diri, dengan
saling menghargai dan saling membantu satu sama lain. Kalau
salah satunya berkeras pada pendirianya, tidak mau menghargai
pihak lain, maka akan hilanglah kebahagian rumahtangga, karena
salah satunya terpaksa menekan perasaan yang selanjutnya akan
mempengaruhi kesehatan mental anak-anaknya.
Banyak sekali kita temui dalam hidup, di mana anak-anak
menderita bukan karena kurang pemeliharaan, makan, pakaian,
jajan dan sebagainya. Tapi mereka menderita karena melihat salah
seorang dari orangtuanya menderita, kedatipun mereka tetap
diperlakukan dengan baik oleh kedua orangtuanya (Zakiah
Daradjat, 1985 : 67).
Jadi yang dimaksud dengan pendidikan yang baik,
bukanlah hanya pendidikan yang disengaja, latihan kebiasaan-
47
kebiasaan yang baik, seperti kebiasaan waktu makn, tidur, main
atau latihan-latihan sopan-santun yang harus dibiasakan oleh si
anak sejak kecil atau kebiasaan belajar yang baik. Tapi yang jauh
lebih penting dari itu adalah sikap dan cara orangtua menghadapi
hidup pada umumnya dan cara memerlakukan si anak. Orangtua
terutama ibu, haruslah dapat memperlakukan si anak demikian
rupa, sehingga ia merasa diperhatikan dan disayangi oleh ibunya,
walaupun ia dimarahi sewaktu bersalah, tetapi dengan marahnya
ibu itu, masih dapat ia merasakan kesayangan ibunya dan dapat
menyadari bahwaa ia salah dan patut di marahi. Disamping si anak
merasa bahwa ia disayangi, harus pula dapat merasakan bahwa
tidak ada yang menakutkan atau yang membingungkan dalam
keluarga.
2. Pendidikan Sekolah
Sekolah adalah lingkungan kedua tempat anak-anak
berlatih dan menumbuhkan kepribadiannya. Sekolah bukanlah
sekedar tempat untuk menuangkan ilmu pengetahuan ke otak
murid, tetapi sekolah juga harus dapat mendidik dan membina
kepribadian si anak, disamping memberikan pengetahuanya
kepadanya. Karena itu, adalah menjadi kewajiban sekolah pula
untuk ikut membimbing si anak dalam menyelesaikan dan
menghadapi kesukaran-kesukaran dalam hidup.
48
Pendidikan dan pembinaan kepribadian anak-anak yang
telah dimuali dari rumahtangga, harus dapat dilanjutkan dan
disempurnakan oleh sekolah. Banyak kesukaran-kesukaran yang
dihadapi oleh anak-anak ketika mulai masuk sekolah, masuk ke
dalam lingkungan baru, yang sudah mulai berbeda dari rumah.
Sekolah mempunyai peraturan-peraturan yang harus dipatuhi dan
mempunyai larangan-larangan yang perlu diindahkan. Jika guru
tidak berusaha memahami kesukaran-kesukaran yang dihadapi oleh
si anak ketika pertama kali ia masuk sekolah, mungkin akan
menyebabkan si anak benci kepada suasana sekolah, terutama
apabila ia datang dari rumahtangga yang memanjakannya. Amatlah
sukar baginya untuk menerima peraturan-peraturan dan perlakuan
guru-gurunya. Mungkin ia akan mempunyai rasa negatif terhadap
sekolah dan guru-gurunya untuk selama-lamanya. Orangtua harus
diajak berdiskusi, barangkali kebodohan dan kenakalan anak-anak
itu adalah akibat kegelisahan batin yang dideritanya dalam
perlakuan di rumah. Dan mungkin pula ia anak tunggal atau anak
manja yang jarang mendapat kesempatan bergaul dengan anak –
anak lain. Dalam hal ini, guru-gurulah yang harus mengatur ekstra
kurikulum yang dapat mendekatkan satu anak dengan lainnya.
Karena ketidakmampuan bergaul juga menyebabkan anak-anak
gelisah dan tidak bisa tenang mendengar pelajaran, bahkan
mungkin pula ia akan berusaha menjauhakan diri dari pergaulan
49
dengan anak-anak lain, karena takut akan dicela atau diolok-
olokkan oleh kawan-kawannya (Zakiah Daradjat, 1985: 71).
Apabila si anak telah meningkat usia remaja, guru dan
orangtua juga harus menolong si anak untuk menhadapi kesukaran-
kesukaran pribadinya. Pada fase peralihan dari anak-anak menjadi
remaja, ia menjadi agak pemalas, perhatian berubah, dan gelisah
melihat perubahan-perubahan dirinya yang cepat sekali. Ia ingin
tahu apakah perubahan-perubahan itu wajar atau tidak, mengingat
pertumbuhan badannya tidak seimbang, tidak ada keharmonisan
gerak dan sebagaianya.
Jika orangtua tidak dapat menolong si anak dalm memberi
pengertian bahwa perubahan-perubahan yang dirasakannya itu
adalah wajar, maka guru-guru dapat memberikan penjelasan-
penjelasan itu kepada anak-anak yang meningkat masa remaja itu,
tentang ciri-ciri dari pertumbuhan yang sedang mereka alami, baik
dalam mata pelajaran, maupun dalam ekstra kurikulum. Disamping
persoalan pertumbuhan badaniah yang dialami oleh anak-anak
yang meningkat remaja itu, banyak pula problem-problem lain
yang dahulu ketika ia masih kecil belum terasa. Ada problem yang
berhubungan dengan pelajaran, cara belajar dan menghadapi ujian,
disamping persoalan-persoalan yang dihadapinya karena
pertumbuhan minat dan kecenderungan dalam pergaulan sosial.
50
Persoalan hari depanpun tidak sedikit mengambil perhatian
mereka. Yang terpenting pula adalah persolan-persoalan seksuil,
yang oleh masyarakatseingkali dipandang tabu membicarakannya.
Jarang sekali orangtua yang mau mendiskusikan hal tersebut denga
anak-anaknya. Anak-anak mengalami perubahan-perubahan dalam
dirinya sendiri, kesehatan, perasaan dan sebagainya, yang sudah
tentu membawa akibat yang tidak sedikit pada perhatiannya,
karena ia ingin tahu, ingin penjelasan.
Jika problema anak-anak remaja itu tidak selesai sebelum
mereka masuk kepada usia dewasa, maka kegoncangan jiwanya
akan tetap terasa, sebelum dapat didasari dan diusahakannya
penyelesain untuk itu. Perasaan yang demikian akan
mempengaruhi pikiran, kelakuan dan kesehatan atau kebahagiaan
pada umumnya.
Selanjutnya pendidikan Agama dalam sekolah itu juga
penting karena untuk pembinaan dan penyempurnaan pertumbuhan
kepribadian anak didik, karena pendidikan agama mempunyai dua
aspek terpenting.
Aspek pertama: dari pendidikian agama adalah yang
ditujukan kepada jiwa atau pembentukan kepribadian. Anak didik
diberi kesadaran kepada adanya Tuhan, lalu dibiasakan melakukan
perintah-perintah Tuhan dan meninggalkan larangan-laranganNya.
Dalam hal ini anak didik dibimbing agar terbiasa kepada peraturan
51
yang baik, yang sesuai dengan ajaran agama, seperti yang
diberikan oleh keluarga yang berjiwa agama. Pendidikan agama
disekolah, harus juga melatih anak didik untuk melakukan ibadah
yang menghubungkan manusia dengan Tuhan yang dipercayainya
itu. Karena praktek-praktek ibadah itulah yang akan membawa
dekatnya jiwa si anak kepada Tuhan. Semakin sering dilakukannya
ibadah, semakin tertanam kepercayaan kepada Tuhan yang
semakin dekat pula jiwanya kepada Tuhan (Zakiah Daradjat, 1985:
129).
Aspek kedua: dari pendidikan agama adalah yang
ditunjukan kepada pikiran yaitu pengajaran agama itu sendiri,
kepercayaan kepada Tuhan tidak akan sempurna bila isi dari
ajaran-ajaran Tuhan itu tidak diketahui betul-betul. Anak didik
harus ditunjukan apa yang di suruh, apa yang dilarang, apa yang
boleh, apa yang dianjurkan melakukan dan apa yang dianjurkan
meninggalkannya menurut ajaran agama. Moralitas agama adalah
sangat penting dalam pendidikan di negara yang mengakui bahwa
dasarnya adalah ke Tuhanan. Dalam hal ini, maka sejolah sebagi
tempat pembina dan mempersipakan anak didik menjadi
warganegara yang baik, harus dapat memberikan pendidikan
sedemikian rupa, sehingga anak didik diajar hidup menurut cara-
cara yang dikehendaki pancasila. Dalam perkataan lain, pendidikan
52
di sekolah harus di tunjukan untuk menimbulkan pada anak didik
kesadaran sebagai berikut :
a. Kepercayaan dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta
membiasakan kepada tingkah laku, sikap dan pandangan hidup
sesuai dengan ajaran-ajaran Tuhan (sila pertama)
b. Dalam pergaulan dengan orang lain, sikap dan tindakannya
harus nenunjukkan sopan-santun dan perikemanusiaan (sila
kedua)
c. Kecintaan bangsa dan tanah air (Sila ketiga)
d. Penghargaan kepada pendapat dan pikiran orang lain, tidak
merasa bahwa hanya dia yang pandai atau dalam perkataan lain
menumbuhkan jiwa demokrasi padanya (Sila keempat)
e. Rasa keadilan, kebenaran, kejujuran, dan suka menolong orang
(Sila kelima)
Itulah arah dan tujuan pendidikan Indonesia berdasarkan
pancasila. Arah dan tujuan-tujuan itu hanya dapat dicapai bila
pendidikan itu mencakup juga pendidikan agama (Zakiah Daradjat,
1985: 127).
53
F. Peranan Psikoterapi dalam Pembinaan Mental
Psikoterapi (perawatan jiwa) tidak ditunjukan kepada orang-orang
yang menderita penyakit jiwa saja, akan tetapi lebih banyak diperlukan oleh
orang-orang yang sebenarnya tidak sakit, akan tetapi tidak mampu
menghadapi kesukaran-kesukaran hidup sehari-hari dan tidak pandai
menyelesaikan persoalan-persoalan yang disangkanya rumit. Karena
kesukaran-kesukaran dan persoalan-persolan yang tidak selesai itulah yang
banyak menghilangkan rasa bahagia. Di negara kita orang pada umumnya
belum mempunyai kesadaran akan pentingnya konsultasi jiwa, bahkan
banyak orang yang merasa takut bertemu dengan ahli jiwa, karena takut akan
disangka sakit jiwa. Di indonesia sekarang ini usaha-usaha dan manfaat
psikoterapi masih sangat terbatas, karena kesadaran orang masih sangat
sedikit terhadap kesanggupan ahli jiwa dalam menolong kesukaran-kesukaran
yang dihadapinya. Perawatan jiwa (psikoterapi) dan kedokteran jiwa
(psikiatri) di negara kita baru bekerja dalam bidang curative (penyembuhan)
orang-orang yang sakit jiwa, dan sedikit sekali terhadap gangguan-gangguan
jiwa. Sedangkan di negara-negara yang telah maju seperti Amerika,
psikoterapi dan psikiatri telah bekerja jauh dari itu, di mana mereka telah
sampai kepada usaha-usaha preventive (pencegahan) terhadap penyakit-
penyakit dan gangguan jiwa (Zakiah Daradjat, 1994: 80).
Sesungguhnya masyarakat kita masih jauh dari pengertian sakit jiwa
dan gangguan jiwa. Orang-orang takut berhubungan dengan ahli jiwa,
betapapun besarnya kesukaran-kesukaran hidup yang tidak terselesaikan,
54
karena disangkanya bahwa orang-orang yang sakit jiwa saja. Pada umumnya
sakit jiwa dianggap orang sebagai suatu cacat yang memalukan keluarga dan
penyakit yang tidak bisa sembuh kembali. Itulah sebabnya maka pasien
pasien yang masuk rumah sakit jiwa, biasanya ditinggalkan saja oleh
kelurganya tanpa dijenguk lagi. Sering terjadi pasien-pasien yang dibawa ke
rumah sakit itu, setelah beberapa hari atau beberapa minggu sudah dapat
pulang, untuk diteruskan perawatannya dengan psikoterapi guna
mengembalikan ketenangan jiwanya. Akan tetapi banyak keluarga yang tidak
mau menerimnya kembali, takut akan kambuh penyakitnya di rumah. Dan
biasanya keluarga pasien-pasien itu betul-betul takut untuk menerimanya,
bahkan ada keluarga yang merasa malu untuk mengakui pasien itu sebagai
salah seorang anggota kelurganya (Zakiah Daradjat, 1994: 81).
Memang psikoterapi secara intensif tidak dibutuhkan oleh semua
orang, akan tetapi banyak orang yang membutuhkan sekedar bantuan yang
merupakan psikoterapi ringan untuk mencapi ketenangan jiwa dan
kebahagiaan dalam hidup. Tetapi perawatan jiwa tidak seluruhnya tergantung
pada bantuan atau pertolongan para ahli jiwa. Perawatan jiwa, pengembaliaan
ketenangan jiwa dapat pula dilakukan dengan beragama sungguh-sungguh,
karena agama itu sendiri merupakan psikoterapi. Hanya saja banyak sekali
terdapat orang yang beragama setengah-setengah. Artinya kepercayaannya
kepada Tuhan kurang dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri, di mana
agamanya tidak digunakan untuk mengatur dan mengendalikan sikap dan
tindakannya. Banyak pula orang-orang yang menggunakan agama untuk
55
mencari kekayaan, pengaruh, pangkat dan memenuhi keinginan-keinginan
yang sebenarnya kurang baik menurut ajaran agama itu sendiri (Zakiah
Daradjat, 1994: 88).
Disamping adanya orang yang menggunakan agama untuk
kepentingan-kepentingan yang tidak sesuai dengan agama, ada pula orang
yang tidak mengerti ajaran agama yang dianutnya. Atau pengertiannya
tentang agama sangat dangkal tetapi ia mengakui seolah-olah telah
mendalami segala isi dari ajaranya agama itu. Karena dangkalnya
pengetahuan tentang agama, ada orang yang menyangka bahwa agama itu
adalah ibadah saja seperti sembahyang, puasa, naik haji dan sebagainya,
tanpa mengindahkan larangan-larangan Tuhan seperti penyelewengan hak
orang lain, hak masyarakat atau negara. Karena rajin melakukan ibadat, ia
menyangka bahwa dirinya telah betul-betul beragama. Orang yang beragama
dengan cara ini tidak akan dapat memanfaatkan agamanya untuk
menenangkan jiwa atau menjadi psikoterapi baginya.
Dan ada pula orang yang merasa malu mempelajarinya agama, karena
bangga dengan keadaannya yang hanya mengerti sedikit saja tentang agama.
Orang yang begini pun tak akan dapat memanfaatkan agamanya dalam hidup,
bahkan sikap yang demikian adalah tanda dari kurang dapatnya ia mengenal
sesuatu dengan obyektif, yang bearti selanjutnya kesehatan mentalnya kurang
sempurna (Zakiah Daradjat, 1994: 89).
Sebagai kesimpulan dapat dikatakan bahwa dalam pembinaan bangsa,
pembinaan di segala bidang untuk semua umur dan tingkat sosial, maka
56
psikoterapi adalah sangat penting karena semua atau sebagian besar dari
kebobrokan di bidang-bidang sosial, ekonomi, politik dan moral bukan
terletak pada pelaku-pelaku sosial, ekonomi dan demikian pula persoalan
moral yang juga jelas terletak pada sikap dan tingkah laku orangnya.
Apabila kita ingin memperbaiki segala sesuatu dalam bangsa dan
negara kita, maka yang terpokok dan terutama diperbaiki adalah mental
orang-orang dalam negara ini. karena merekalah yang menentukan buruk
baiknya segala sesuatu, baik di bidang sosial, ekonomi dan politik, terutama
moral. Untuk memperbaiki mental yang telah rusak itu perlu sekali perawatan
jiwa yang dilakukan pula dengan beragama secara murni, yaitu mengetahui
betul-betul ajaran agama, terutama dasar-dasar kepercayaan, hukum-hukum
dan peraturan-peraturan pokok serta selanjutnya melaksanakan ajaran agama
itu sebaik-baiknya dan tidak dipengaruhi oleh keinginan -keinginan hawa
nafsu.
57
BAB IV
ANALISIS TERHADAP KONSEP KESEHATAN MENTAL MENURUT
ZAKIAH DARADJAT
A. Signifikansi Pemikiran
1. Secara Teoritik
Menurut Zakiah Daradjat (1985: 13) kesehatan mental
adalah terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antara
fungsi-fungsi jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk
menghadapi problem-problem biasa yang terjadi, dan merasakan
secara positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya.
Maka orang yang sehat mentalnya, tidak akan merasa
ambisius, sombong, rendah diri dan apatis, tapi ia adalah wajar,
menghargai orang lain, merasa percaya kepada diri dan selalu
gesit. Setiap tindak dan tingkah lakunya, ditunjukan untuk mencari
kebahagiaan bersama, bukan kesenagan dirinya sendiri, kepandaian
dan pengetahuan yang dimilikinya digunakan untuk manfaat dan
kebahagiaan bersama. Kekayaan dan kekuasaan yang ada padanya,
bukan untuk bermegah-megah dan mencari kesenangan diri
sendiri, tanpa mengindahkan orang lain, akan tetapi, akan
digunakan untuk menolong orang yang miskin dan melindungi
orang lemah. Seandainya semua orang sehat mentalnya, tidak akan
ada penipuan, penyelewengan, pemerasan, pertentangan dan
perkelahian dalam masyarakat, karena mereka menginginkan dan
58
mengusahakan supaya semua orang dapat merasa bahagia, aman,
tentram, cinta mencintai dan tolong-menolong (Zakiah Daradjat,
1982: 40)
Menurut Zakiah Daradjat (1982: 12) pada kenyataannya,
nilai-nilai dan ajaran agama sebagai berpengaruh pada kesehatan
mental seseorang, karena seperti dibahas di atas, jika seseorang
memiliki pemahaman yang baik terhadap ajaran agama, maka
kesehatan mentalnya pun akan terjaga. Dan pada kenyataannya,
terapi agama ini sangat efektif dilakukan pada seseorang yang
mengalami gangguan mental maupun yang tidak memiliki
gangguan mental karena nilai-nilai agama tersebut dapat
menenangkan jiwa seseorang :
a. Agama adalah sistem yang mengatur tata keimanan
(kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa
serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia
dan manusia serta lingkungannya. Kesehatan mental adalah
terhindarnya seseorang dari keluhan dan gangguan mental baik
berupa neurosis (saraf) maupun psikosis (jiwa).
b. Di jaman modern seperti saat ini, perkembangan berbagai
aspek kehidupan seringkali memicu masalah yang dapat
menyebabkan stress dan gangguan mental pada seseorang. Jadi,
agar seseorang memiliki kesehatan mental yang baik, maka
59
seseorang harus memahami ajaran agama dengan baik karena
di dalam ajaran agama, terdapat nilai-nilai yang menuntun
bagaimana seharusnya manusia bertindak, berpikir, berkata,
termasuk cara menyelesaikan masalah dalam hidupnya.
c. Gangguan jiwa dapat disembuhkan dengan terapi agama dan
memperdalam pengetahuan tentang agama, karena nilai-nilai
agama dapat mengendalikan kesadaran manusia yang hilang
akibat gangguan jiwa tersebut.
Mental sehat tidak dapat lepas dari pemahaman mengenai
sehat dan sakit secara fisik. Golongan orang yang sehat mentalnya
adalah orang-orang yang mampu merasakan kebahagiaan dalam
hidup, karena orang-orang inilah yang dapat merasakan bahwa
dirinya berguna, berharga dan mampu menggunakan segala potensi
dan bakatnya semaksimal mungkin dengan cara yang membawa
kepada kebahagiaan dirinya dan orang lain. Disamping itu ia
mampu menyesuikan diri dalam arti yang luas terhindar dari
kegelisahan-kegelisahan dan gangguan jiwa, serta tetap terpelihara
moralnya (Zakiah Daradjat, 189: 39).
Yang menentukan ketenangan dan kebahagiaan hidup
adalah kesehatan mental. Kesehatan mental itulah yang
menentukan tanggapan seseorang terhadap suatu persoalan, dan
kemampunnya menyesuaikan diri (Zakiah Daradjat, 1985: 16).
60
Sementara itu Abraham Maslow mengenai manusia bahwa
manusia dengan optimis, memiliki kecenderungan alamiah untuk
bergerak menuju aktualisasi diri. Manusia memiliki kebebasan
untuk berkehendak, memilki kesadaran untuk memilih serta
memiliki harapan. Maslow percaya bahwa kesempurnaan
manusia tidak akan tercapai, tetapi ia menyakini bahwa manusia
mampu untuk terus berkembang dengan luar biasa. Manusia
mempunyai potensi untuk menjadi aktual, karena kebanyakan
manusia akan berjuang hidupnya untuk memperoleh makan, rasa
aman, ataupun cinta (Dede Rahmat, 165).
Sebelum lebih jauh membahas kesehatn mental menurut
Abraham Maslow. Akan sedikit paparkan tentang kebutuhan
manusia menurut Maslow. Kebutuhan manusia dapat diartikan
sesuatu yang diinginkan atau diperlakukan dalam kehidupan
manusia. Ada kebutuhan berti ada kekurangan kebutuhan tersebut
(Siti Sundari, 2005: 28).
Kebutuhan manusia menurut Abraham Maslow terdiri dari
a. Kebutuhan biologis
b. Kebutuhan psikologis
c. Kebutuhan sosiologis
d. Kebutuhan metafisis
61
Kebutuhan biologis berarti sesuatu yang diperlukan untuk
hidup, kebutuhan fisiologis sesuatu yang diperlukan untuk
tumbuhnya organisme terutama diawal kehidupan sehingga
mencapai bentuk yang khas. Untuk mencapai fisik yang sehat
membutuhkan berbagai sarana yang seimbang.
Kebutuhan psikologis berarti yang diushakan individu
untuk memenuhi dorongan-dorongan yang sesuai dengan
keingianan, selera, sehingga, memuaskan jiwa/mentalnya.
Kebutuhan sosiologis berarti manusia sebagai makhluk
individu sebagai makhluk sosia, maka terjadi interaksi sosial,
saling membutuhkan tolong menolong, bersahabat, bercinta,
mereka saling mengutamkan kerukunan. Bagi Individu yang sehat
mentalnya dalam berinteraksi menerima pengaruh-pengaruh
secara selektif, bahkan dapat memberi andil dalam menegakkan
kerukunan yang positif dan inovatif.
Kebutuhan metafisis berarti manusia mempunyai sifat
dinamis, otonomi kemerdekaan. Dengan kemampuan itu manusia
membuat kemungkinan masa mendatang, membuat rencana yang
berarti. Empat kebutuahan itu dalam pelaksanakanya jalin-
menjalin yang mempengaruhi pembentukan kepribadian (Siti
Sundari, 2005: 28).
62
Berkenaan dengan pribadi normal dan sehat, Dr. Kartini
kartono mengutip principles of Abnormal Psychology karangan
Maslow dan Mittlema, yaitu sebagai berikut:
a. Memiliki rasa aman (sense of security) yang tepat, mamapu
berhubungan orang lain dalam bidang kerja, pergaulan, dan
dalam lingkungan keluarga.
b. Memiliki penilaian (self Evaluation) dan wawasan diri yang
rasional dengan harga diri yang berlebihan, memilki kesehatan
secara moral dan tidak dihinggapi rasa bersalah.
c. Mempunyai spontanitas dan emosional yang tepat. Dia mampu
menjalin relasi yang erat, kuat dan lama seperti persahabatan
komunikasi sosial dan menguasai diri sendiri. Penuh tenggang
rasa terhadap orang lain.
d. Mempunyai kontak dengan realtas secara efisien tanpa ada
fantasi dan angan-angan yang berlebihan.
e. Memilki dorongan dan nafsu jasmaniah yang sehat dan
mamapu memuaskannya dengan cara sehat, namun tidak
dipermudak nafsu sendiri.
f. Mempunyai pengetahuan diri yang cukup dengan memiliki
motif hidup sehat dan kesadaran yang tinggi.
g. Memilki tujuan hidup yang tepat, wajar, dan realistis sehingga
bisa dicapai dengan kemamapuan sendiri serta memiliki
63
keuletan dalam mengejar tujuan hidupnya agar bermanfaat
bagi dirisendiri maupun bagi masyarakat pada umumunya.
h. Memiliki kemampuan belajar dari pengalaman hidup dalam
mengolah dan menerima pengalamnay dengan sikap luwes.
i. Memiliki kesanggupan untuk mengekang tuntutan-tuntutan
dan kebutuhan-kebutuhan dari kelompoknya sebab dia
memeiliki kesamaan kebutuhan dengan orang lain.
j. Memiliki sikap emansipasi yang sehat terhadap kelompok dan
kebudayaan.
k. Memeiliki integritas dalam kepribadianya, yaitu kebulatan
jasmaniah dan rohaniahnya.
Sehingga Kesehatan mental menurut Maslow adalah pribadi
yang sehat adalah pribadi yang tingkat kebutuhanya terpenuhi
baik kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan
ingin memiliki dan cinta, kebutahan akan penghargaan dan
kebutuhan akan aktualisasi diri (Fajar Nur Rohmad,
http://fajarnurrohmad91.blogspot.co.id/2015/01/kesehatan-
mental-dalam-perspektif-tokoh.html, 26/7/2017).
64
Jadi, dapat dikatakan orang yang memilki mental sehat
ditandai dengan sifat-sifat yang khas. Mempunyai kemampuan-
kemampuan untuk bertindak secara efisien, memilki tujuan-tujuan
hidup yang jelas, punya konsep diri yang sehat, ada koordinasi
anatara segenap potensi dengan usaha-usahanya, memilki regulasi
diri dan integrasi kepribadian, dan batinya selalau tenang.
Dalam hal ini Maslow tidak secara eksplisit menyebut
peran agama dalam kaitanya dengan kesehatan mental
sebagaimana konsepnya Zakiah Daradjat.
2. Secara Praktik
Sebagai seorang psikolog Zakiah Daradjat juga melihat doa
sebagai terapi mental. Menurutnya, doa sangat berperan sebagai
ketentraman batin. Dengan berdoa kita memupuk rasa optimis. Doa
bahkan mempunyai manfaat bagi pembinaan dan peningkatan
semangat hidup. Doa mampu menyembuhkan stress dan gangguan
jiwa. Dengan kata lain, doa mempunyai fungsi kuratif, preventif,
dan konstruktif bagi kesehatan mental (Zakiah Daradjat, 2015: 3).
Dalam praktek konsultasinya, dalam rangka membantu
penyembuhan terhadap gangguan kejiwaan yang diderita seorang
pasien, Zakiah Daradjat pada umumnya menggunakan metode non-
directive psycho therapy dengan menyisipkan ajaran agama yang
relevan dengan kondisi atau bentuk gangguan jiwa yang dialami
65
oleh seorang pasien. Sisipan agama itu sendiri dilakukan dengan
metode dialog sehingga tidak menimbulkan kesan bahwa si pasien
merasa digurui. Dalam metode ini tidak diperlukan penganalisaan
lebih dalam terhadap semua pengalaman yang telah dilalui oleh
penderita. Ahli jiwa menerima penderita sebagaimana adanya dan
mulai perawatan langsung, atau dapat dikatakan bahwa tiap-tiap
individu maupu menolong dirinya apabila ia mendapat kesempatan
itu. Maka perawatan jiwa merupakan pemberian kesempat bagi
penderita untuk mengenal dirinya dan problema-problema yang
dideritanya serta kemudian mencari jalan untuk menngatasinya
(Zakiah Daradjat, 1970: 76).
Psikoterapi (perawatan jiwa) tidak ditunjukan kepada
orang-orang yang menderita penyakit saja, akan tetapi lebih
banyak diperlukan oleh orang-orang yang sebenarnya tidak sakit,
akan tetapi tidak mampu menghadapi kesukaran-kesukaran hidup
sehari-hari dan tidak pandai menyelesaikan persoalan-persoalan
yang disangkanya rumit. Karena kesukaran-kesukaran dan
persolan-persolan yang tidak selesai itulah yang banyak
menghilangkan rasa bahagia (Zakiah Daradjat, 1994: 80).
Di negara kita orang pada umumnya belum mempunyai
kesadran akan pentingnya konsultasi jiwa, bahkan banyak orang
yang merasa takut bertemu ahli jiwa, bahkan banyak orang yang
merasa takut akan disangka sakit jiwa. Di indonesia sekarang ini
66
usaha-usaha dan manfaat psikoterapi masih sangat terbatas, karena
kesadaran orang masih sangat sedih terhadap gangguan-gangguan
jiwa. Sedangkan di negara-negara yang telah maju seperti
Amerika, psikoterapi dan psikiatri telah bekerja jauh dari itu, di
mana mereka telah sampai kepada usaha-usaha preventive
(pencegahan) terhadap penyakit-penyakit dan gangguan jiwa
(Zakiah Daradjat, 1994: 80).
Orang yang sehat mentalnya akan berusaha selalu mencari
ketenagan dan kebahagian bersama, bukan untuk dirinya saja,
tetapi juga orang lain. Tingkah lakunya akan diatur dan
dikendalikannya sedemikian rupa, supaya tidak ada orang yang
merasa kecil hati olehnya. Maka orang yang sehat, merasa bahwa
ia harus menghindari akhlak yang tidak baik, seperti
penyelewengan-penyelewengan, merusak hak atau kepentingan
dan orang lain. Kenakalan anak-anak, kerusakan moral orang-
orang dewasa yang membawa akibat yang tidak baik atas suasana
rumahtangganya sendiri dan rumahtangga orang lain adalah karena
ketenangan jiwanya terganggu. Kekacauan dalam masyarakat,
pertentangan, perselisihan, persaingan hidup, perlombaan-
perlombaan dalam mencapai yang diinginkan dan sebagainya,
biasanya timbul akibat tidak mampunya orang menghadapi dirinya,
masyarakat dan suasana dengan obyektif dan cara yang sehat
(Zakiah Daradjat, 1994: 86).
67
Bagi mental-mental yang telah terganggu, telah terlalu jauh
dari ketenangan dan kebahagiaan, perlu bantuan ahli di bidang itu.
Akan tetapi tidak berarti bahwa ketenangan jiwa dan kesehatan
mental itu hanya dicapai dengan psikoterapi yang bersifat khusus
di klinik jiwa saja. Hal itu dapat pula dilakukan secara massal dan
tidak langsung, dengan syarat bahwa tiap-tiap orang dengan
caranya sendiri-sendiri berusaha menerima dirinya dan bertindak
sesuai dengan kemampuan yang ada padanya. Ia harus berusaha
mengurangkan atau menghilangkan sama sekali ambisi-ambisi
yang terlalu tinggi dan berbeda dengan kemampuan yang ada
padanya (Zakiah Daradjat, 1994: 87).
Akan tetapi dalam kenyataanya sedikit sekali orang yang
mampu mengenal dirinya secara objektif, bahkan ada orang yang
menyangka bahwa mengenal diri sendiri secara objektif tidak
mungkin. Karena terpengaruh oleh rasa subjektivitasnya dan rasa
harga diri. Dengan usaha yang sungguh-sungguh dan latihan yang
berulang-ulang, sedikit demi sedikit orang dapat mengenal dan
menerima dirinya. Selanjutnya apabila orang sudah dapat
merasakan kekurangan-kekurangan yang ada padanya dan
menerima atau mengakuinya, tentu ia akan berusaha memperbaiki,
sejauh yang dapat diusahakannya. Dalam usaha itu, seringkali
orang membutuhkan seorang ahli bidang itu, biasanya ahli jiwa.
Memang psikoterapi secara intensif tidak dibutuhkan oleh semua
68
orang, akan tetapi banyak orang yang membutuhkan sekedar
bantuan yang merupakan psikoterapi ringan untuk ketenagan jiwa
dan kebahagiaan dalam hidup. Akan tetapi perawatan jiwa tidak
seluruhnya tergantung pada bantuan atau pertolongan para ahli
jiwa.
Jadi, dapat dikatakan bahwa untuk memperbaiki mental
yang rusak itu perlu sekali perawatan jiwa yang dilakukan dengan
bantuan ahli-ahli di bidang itu, dan dapat dilakukan pula dengan
beragama secara murni, yaitu mengetahui betul-betul ajaran agama,
terutama dasar-dasar kepercayaan, hukum-hukum dan peraturan-
peraturan pokok serta selanjutnya melaksanakan ajaran agama itu
sebaik-baiknya dan tidak dipengaruhi oleh keinginan-keinginan
hawa nafsu.
B. Relevansi Pemikiran Zakiah Daradjat Pada Masa Sekarang
1. Pengaruh Budaya terhadap konsep Kesehatan
Pengertian kesehatan menurut WHO tampaknya juga
mengalami perkembangan menjadi semakin kompleks. WHO
mendefinisikan kesehatan sebagai : “...keadaan (status) sehat
untuh secara fisik, mental (rohani) dan sosial, dan bukan hanya
suatu keadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan ...”
(Smet, 1994). Pengertian tersebut menyebabkan kebijakan di
bidang kesehatan mengalami perubahan. Dulu segala upaya
69
dilakukan dengan tujuan untuk menyembuhkan/mengobati
penyakit. Penelitian dan temuan-temuan teknologi diupayakan ke
arah penyembuhan (Siswanto, 2006: 15).
Akibatnya berbagai teknologi modern ditemukan sehingga
berbagai macam penyakit dan gangguan lainnya bisa diatasi.
Sekarang ini usaha-usaha tersebut mengalami pergeseran. Upaya
kesehatan saat ini mengarah kepada usaha pencegahan terhadap
kemungkinan menurunnya kualitas hidup individu sehingga
kondisi sehat bisa dijaga sedemikian rupa dan penyakit tidak
sampai dialami oleh individu. Pergeseran tersebut membuka
peluang bagi ilmu-ilmu sosial umumnya dan ilmu-ilmu perilaku,
khususnya untuk memberikan sumbangan bagi upaya-upaya
tersebut. Bidang-bidang baru mulai bermunculan, seperti sosiologi
kesehatan, antropologi kesehatan, psikologi kesehatan, dan lain-
lainnya. Perhatian mengenai kesehatan dalam kaitannya dengan
keanekaragaman budaya juga menjadi salah satu bidang kajian
yang diminati oleh psikologi lintas budaya (Berry, 1999).
Sebagai perbandingan, bidang psikologi (kepribadian)
sekarang ini mengembangkan pandangan yang baru mengenai apa
yang disebut sebagai “kepribadian yang sehat”. Pandangan ini
berbeda dengan pandangan psikologi yang tradisionalis (misalnya
psikonalisa dan behaviorisme), dalam cara memandang kodrat
manusia. Pada psikologi tradisionalis, konsep tentang sehat kurang
70
lebih mirip dengan konsep mengenai kesehatan seperti yang
dikemukakan di atas, yaitu tidak adanya gejala – gejala yang cukup
untuk memasukkan individu ke dalam kategori gangguan
(kepribadian) tertentu (Schultz, 1991).
Atau dengan kata lain, kepribadian sehat bertitik tolak dari
apakah individu tersebut berbeda dari mereka yang nyata-nyata
terganggu atau tidak. Dilihat dari sudut pandang statistik,
kepribadian sehat adalah kepribadian individu umumnya, yang
sehat bukan hanya dari segi apakah pribadi tersebut berfungsi
secara normal seperti pada umumnya, tapi lebih menekankan pada
apakah potensi-potensi yang dimiliki bisa dikembangkan secara
optimal ataukah tidak. Oleh karena itu untuk membedakan
pengertian sehat yang dipakai oleh umum dengan sehat yang betul-
betul sehat, pandangan ini memperkenalkan istilah “adisehat” atau
adinormal untuk mengelompokkan orang-orang yang berbeda dari
masyarakat umumnya tetapi yang betul-betul mampu
mengaktualkan segenap potensi yang dimilikinya (Schultz, 1993).
2. Masyarakat Modern, Akhlak Tasawuf dan Konsep Kesehatan
Mental Zakiah Daradjat
Menurut Alfin Toffler, sebagimana dijelaskan Jalaluddin
Rakhmat, masyarakat bisa dikelompokkan menjadi tiga.
71
Pertama, masyarakat pertanian (agricultural society), yakni
masyarakat yang mendasarkan perekonominaya pada sumber daya
alam. Mereka masih sangat sederhana dan tradisional, informasi
terpusat pada seseorang yang ditokohkan, kekeluargaan mereka
menganut sistem batin, yaitu menganut ikatan darah dan keturunan,
mereka selalu berkomitmen dengan lingkungan dan masa lalunya
serta banyak menggunakan kekuatan irasional (Solihin, 2005: 256).
Kedua, masyarakat industri (Industrial society). Masyarakat
ini sudah maju dibandingkan dengan masyarakat pertanian, mereka
sudah menggunakan mesin-mesin dan teknologi tinggi untuk
memproduksi berbagai hal, efektif dan efisien, informasinya
bersifat nasional dan terus berkembang bahkan lebih luas lagi
jangkauannya, kekeluargaan yang dibangun lebih sempit yakni
keluarga inti (orang tua, suami, istri, dan anak) yang hanya
mengandalkan peran dan fungsi sosial ekonominya. Karena
persaingan yang ketat dalam masyarakat industri, maka yang
sangat diperlukan adalah jiwa yang cerdas serta menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi canggih.
Dan Ketiga, masyarakat informasi (informatical society).
Masyarakat informasi berkembang lebih maju dibanding
masyarakat industri, dari segi teknologi, ekonomi dan industri lebih
bersifat pasti. Bukan pada kekayaan materi seperti pada
72
masyarakat pertanian dan masyarakat industri. Bagi masyarakat
ini, informasi lebih penting dari segalanya. Pada masyarakat
informasi, yang akan bertahan adalah mereka yang berorientasi ke
depan dan bijak sehingga mampu membangkitkan kepribadian
yang suprareligius. Mereka menganggap alam sebagai teman,
bukan musuh.
Seorang ahli psikologi internasional bernama Dr. Donald F.
Klein menjelaskan bahwa masyarakat informasi adalah masyarakat
yang haus akan informasi, selalu ingin tahu, dan imajinatif. Kita
sekarang bearda di abad modern (ada juga yang menyebutkan post
modern) yang dicirikan dengan melimpahnya informasi. Indonesia
juga telah menuju era informasi di abad modern. Dalam menyikapi
era informasi, masyarakat indonesia terbagai menjadi tiga, yaitu
masyarakat yang optimis, psimis, dan mengambil jalan tengah.
Masyarakat yang optimis biasanya tergantang untuk lebih maju,
sementara itu masyarakat yang psimis akan menerima dampak
buruk karena mereka tidak siap dalam iklim persaingan, bahkan
mungkin akan tersingkir. Sedangkan masyarakat yang mengambil
jalan tengah mencoba mempertimbangkan dampak baik dan buruk
era informasi dan kemodernan.
Setidaknya, ada beberapa ekses dunia modern atau
postmodern menurut Harun Nasution :
73
Pertama, ada spesialisasi di bidang keilmuwan di satu sisi,
dan terjadi disintegrasi ilmu pengetahuan di sisi yang lain. Di sini,
ilmu pengetahuan terpisah atau dipisahkan sama sekali dengan
unsur spiritual. Ilmu pengetahuan mempunyai paradigma sendiri-
sendiri yang kadang saling bertolak belakang sehingga
membingungkan manusia pada umumnya. Hal ini diakui oleh Max
Scheler. Menurut Sayyed Hossein Nasr, manusia modern beada
pada tepi kehancuran karena tidak lagi memiliki etika dan estetika
yang bersumber dari spiritualitas ilahiah. Di era modern, ilmu
pengetahuan dan teknologi dipisahkan dari unsur spiritual. Alih-
alih menjawab problem kemaanusiaan, ilmu pengetahuan dan
teknologi pun justru menindas manusia dan mengasingkan manusia
dari dirinya sendiri. Manusia modern mengalami apa yang disebut
sebagai gejala split personality, yaitu pribadi yang terpecah dan
terbelah.
Kedua, akibat terpisahnya ilmu pengetahuan dan teknologi
dari unsur spiritual, maka ilmu pengetahuan dan teknologi sangat
potensial untuk disalahgunakan sesuai kepentingan pragmatis para
penguasanya. Ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa di barengi
dimensi spiritual justru bisa merusak dan menghancurkan manusia
dan kehidupan, baik secara fisik maupun moral.
74
Ketiga, perpisahan ilmu pengetahuan dan teknologi dari
unsur spiritual tentunya akan mendangkalkan nilai keimanan
seseorang dan akan membentuk pola hidup materialisme yang
tidak sehat. Di sini, individu menjalin hubungan hanya berdasarkan
kalkulasi keuntungan material yang akan diperoleh, tidak memakai
pertimbangan material yang akan diperoleh, tidak memakai
pertimbangan akal sehat, hati nurani, rasa kemanusiaan, dan
keimanan. Manusia modern pun lalu menghalalkan segala cara
untuk mencapai tujuannya.
Keempat, akibat kehidupan modern yang demikian
kompetitif, maka manusia harus bekerja keras dengan cara
mengerahkan seluruh tenaga, pikiran, dan kemampuan tanpa
mengenal batas dan kepuasan. Manusia modern sangat ambisius,
mereka selalu kekurangan, dan tidak pernah mau mensyukuri
nikmat Tuhan. Manusia modern pun banyak mengalami stres,
frustasi, depresi berat, dan kegilaan.
Kelima, manusia modern yang sangat ambisius, tidak mau
bersyukur, dan kerasukan ideologi matrealisme lalu
mempergunakan aji mumpung. Sewaktu masih muda, mereka
bersenang-senang, berfoya-foya, dan menuruti hawa nafsunya.
Saat tubuh telah digerogoti usia dan terus menua, mereka baru
menyesal dan terhenyak. Segala yang telah mereka dapatkan dan
75
kumpulkan ternyata tidak mempunyai arti apa – apa. Manusia
modern lalu merasakan bahwa dirinya tidak berharga, tidak
mempunyai masa depan, merasakan kekosongan batin, dan
kehampaan spiritual.(Solihin, 2005: 256 – 257)
Karena masyarakat modern menghadapi problematika yang
kompleks, carut – marut, dan berbahaya, maka perlu dicari solusi
yang sangat tepat. Masyarakat modern harus menumbuhkan (lagi)
spiritualitas diri. Menurut para ahli, inilah satu – satunya obat yang
sangat tepat dan ampuh (Solihin, 2005: 257).
Sayyed Hossein Nasr adalah salah satu pengajur
spiritulalitas yang gigih. Menurutnya, paham sufisme mulai
mendapat tempat di kalangan masyarakat (termasuk masyarakat
Barat) karena mereka merasa kering batinnya. Masyarakat modern
yang terdera problematika hidup yang kompleks dan carut-marut
mencoba lari ke spiritualitas dan sufisme . mereka mencoba
membangun akhlak tasawuf.
Selama ini, masyarakat Barat, masih sangat asing dengan
sosok Muhammad sang tokoh spiritual terbesar. Mereka juga tidak
tahu bahwa Islam memiliki kekayaan rohani luar biasa yang bisa
memuaskan dahaga mereka. Masyarakat barat seringkali
memandang islam secara legal formal belaka dan tidak tahu bahwa
islam memiliki dimensi esoteris (batiniah) yang kaya. Karenanya,
76
sisi esoteris islam dan dimensi tasawufnya perlu diperkenlkan
kepada masyarakat Barat secara segar dan kontekstual sesuai
dengan kondisi zaman. Ironisnya, selama ini, masyarakat barat
menganggap bahwa sufisme merupakan salah satu penyebab
melemahnya daya juang umat islam sendiri (Rosyid Anwar, 2005:
258).
Menurut komaruddin Hidayat, sufisme perlu
dimasyarakatkan setidaknya karena tiga hal. Pertama, sufisme
mampu mengatasi kebingungan manusia akibat hilangnya nilai –
nilai spiritualitas. Kedua, sufisme memberikan referensi dan
pemahaman tentang aspek esoteris islam kepada masyarakat.
Ketiga, sufisme menegaskan kembali akan pentingnya aspek
esoteris islam sebagai jantung ajaran islam itu sendiri.
Sayyed Hossein Nasr menegaskan bahwa tasawuf, sufisme,
dan kerahasiaan (esoteris) dari islam itu sendiri yang menjadi jiwa
dan Al Sunnah. Untuk itu, tasawuf, sufisme, dan tharikat mampu
mengintegrasikan seluruh ilmu pengetahuan yang tampaknya
berserakan (Solihin, 2005: 258).
Disinilah pentingnya integrasi antara ilmu pengetahuan,
dalam hal ini yaitu Psikologi dengn agama. Hal itu secara tidak
langsung nampak dalam pemikiran Zakiah Daradjat tentang
kesehatan mental yang mengintegrasikan keduanya. Menurut
77
Zakiah Daradjat kesehatan mental adalah terwujudnya
keharmonisan yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi jiwa,
serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problem-
problem biasa yang terjadi, dan merasakan secara positif
klebahagiaan dan kemampuan dirinya (Zakiah Daradjat, 1985: 13).
Mencermati ekses dari masyarakat modern sebagaimana
ditulis oleh Harun Nasution tersebut maka akan nampak relevansi
pemikiran Zakiah Daradjat tersebut dalam kontek sekarang baik
secara kuratif maupun preventif.
C. Implikasi
Kesehatan mental, sebagai disiplin ilmu yang merupakan bagian dari
psikologi agama, terus berkembang dengan pesat. Hal ini tidak terlepas dari
masyarakat yang selalu membutuhkan solusi-solusi dari berbagai problema
kehidupan. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi belum mampu
memenuhi kebutuhan ruhani, bahkan menambah permasalahan-permasalahan
baru, seperti kecemasan dengan kemewahan hidup. Akibat lain adalah
rasionalitas teknologi lebih diutamakan sehingga nilai kemanusiaan diabaikan.
78
Di samping itu, adanya perhatian manusia yang besar terhadap
kesejahteraan hidupnya, serta adanya kesadaran masyarakat akan pentingnya
dilakukan pembinaan kesejahteraan hidup bersama ikut mempercepat
perkembangan ilmu kesehatan mental. Kesehatan mental merupakan ilmu
pengetahuan yang praktis, sebagai pengetrapan ilmu jiwa di dalam pergaulan
hidup. Kesehatan mental adalah pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan
untuk mengembangkan dan memanfaatkan potensi, bakat dan pembawaan
yang ada semaksimal mungkin, sehingga membawa kepada kebahagiaan diri
dan orang lain, serta terhindar dari gangguan dan penyakit jiwa.
Kesehatan mental merupakan hal yang sangat penting untuk
menjalankan aspek kesehatan, kesehatan mental merupakan kesehatan jiwa
pada seseorang, sehingga kesehatan mental memiliki pengaruh khusus
terhadap pertumbuhan kejiwaan manusia. Keadaan mental yang buruk akan
menyebabkan gangguan kejiwaan pada orang tersebut. Hal ini biasanya di
picu dengan berbagai faktor yang terjadi misalnya terlalu stres, terlalu
berambisi, terlalu banyak memikirkan masalah dan lain – lain. Secara teoritik
maupun praktik menurut Zakiah Daradjat konsep kesehatan mental itu harus
dikaitan dengan keagamaan karena agama sebagai alat terapi yang baik.
Kareana itu, setiap orang harus dibekali iman dan takwa sebagai tanggung
jawab dalam pendidikan baik di rumah tangga, di sekolah maupun di
masyarakat (Zakiah Daradjat, 1985: 135).
79
Disinilah nampak relevansi pemikiran Zakiah Daradjat tentang konsep
kesehatan mental. Menghadapi tantangan globalisasi yang sangat berat ini,
masyarakat Negara berkembang mau tidak mau dan suka tidak suka harus
menyiapkan diri baik secara fisik, mental, sosial, emosional, maupun spiritual.
Untuk itu, diperlukan manusia – manusia yang memiliki kualitas sumber daya
yang prima, baik dari segi kecerdasan maupun dari sikap mental, di samping
memiliki motivasi yang kuat dan visi ke depan yang jelas. Karena masyarakat
modern menghadapi problematika yang kompleks, carut – marut, dan
berbahaya, maka perlu dicari solusinya yang sangat tepat. Masyarakat modern
harus menumbuhkan (lagi) spiritualitas diri (Solihin, 2005: 255).
Yang menentukan ketenangan dan kebahagiaan hidup adalah
kesehatan mental. Kesehatan mental itulah yang menentukan tanggapan
seseorang terhadap suatu persoalan, dan kemampunya menyesuikan diri.
Kesehatan mental pulalah yang menentukan apakah orang akan mempunyai
kegairahan untuk hidup, atau akan pasif dan semangat.
Jadi kesimpulanya, kesehatan mental dalam kehidupan manusia
merupakan masalah yang amat penting karena menyangkut soal kualitas dan
kebahagian manusia. Tanpa kesehatan yang baik orang tidak akan mungkin
mendapatkan kebahagian dan kualitas sumber daya manusia yang tinggi.
Hal itu karena yang bisa menjamin kebahagian manusia tersebut
adalah kejiwaan, kesehatan dan keberagamaan yang dimiliki manusia. Tiga
faktor tersebut sangat sejalan sekali dalam mencapai kebahagian hidup
80
manusia didunia dan akhirat, karena kebahagian yang harus dicapai itu tidak
hanya kebahagian didunia melainkan juga kebahagian diakhirat kelak.
Menurut Pandangan Islam kebahagiaan terbagi kepada dua hal, duniawi dan
ukhrawi. Disini perlu diperhatikan bahwa, menurut pandangan Islam kedua
kebahagiaan itu tidak dapat dipisahkan, sebab kebahagiaan dunia hanyalah
jalan kearah kebahagiaan akhirat, sedangkan kebahagiaan akhirat tidak dapat
dicapai tanpa usaha didunia. Namun memang tumpuan pembicaraan ini adalah
kebahagiaan di dunia, dan inilah yang biasanya diberi nama dengan kesehatan
mental.
81
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dari bab-bab sebelumnya, maka penelitian ini
menyimpulkan sebagai berikut :
1. Menurut Zakiah Daradjat Kesehatan mental adalah kesehatan mental
adalah terwujudnya keserasian yang sungguh-sungguh antara fungsi-
fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuaian diri antara manusia dengan
dirinya dan lingkungannya, berlandaskan keimanan dan ketakwaan serta
bertujuan untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Ciri-ciri dan penerapan orang yang sehat mental, cirri- cirinya : gambaran
dan sikap yang baik terhadap diri sendiri (self image), Keterpaduan antara
Integrasi Diri, Perwujudan Diri (aktualisasi diri), Mau menerima orang
lain, mampu melakukan aktifitas sosial dan menyesuaikan diri dengan
lingkungan tempat tinggal, Berminat dalam tugas dan pekerjaan, Agama,
cita-cita, dan falsafah hidup, Pengawasan diri, dan Rasa benar dan tanggung
jawab. Penerapanya : Problem focus coping : Instrumental action,
Cautiousness, Negotiatio, Seeking for instrumental social support,
Emotion Focused Coping : Escapism, Minimalization, Seeking meaning,
Seeking for social emoptional support, Turning to religion.
82
Hal-hal yang menyebabkan gangguan mental Zakiah Daradjat
menyebutkan:rasa cemas (gelisah), iri hati, rasa sedih, rasa rendah diri dan
hilangnya rasa kepercayaan kepada diri dan pemarah.
Peran agama dalam pembinaan kesehatan mental menurut Zakiah Daradjat
agama berfungsi sebagai therapy bagi jiwa yang gelisah dan terganggu,
berperan sebagai alat pencegah (preventif) terhadap kemungkinan
gangguan kejiwaan dan merupakan faktor pembinaan (konstruktif) bagi
kesehatan mental pada umumnya. Dua Aspek pendidikan yang
berpengaruh terhadap kesehatan mental yaitu pendidikan keluarga dan
pendidikan sekolah.
B. Saran – saran
Penelitian tentang konsep kesehatan mental me nurut Zakiah Daradjat
ini belum menjangkau terapan dan aplikasinya, oleh karenanya bagi siapa
saja yang tertarik dengan masalah yang berhubungan dengan kesehatan
mental perlu terus mengembangkan aplikasi pada tataran tindakan (penelitian
lapangan) misalnyaoleh lembaga IAIN Salatiga yang di wakili biro tazkia
agar dapat semakin meningkatkan kualitas kesehatan mental masyarakat
kampus dan sekitarnya.
83
DAFTAR PUSTAKA
Almasdi, 2006. Aspek Mental Dalam Manajemen Sumber Daya Manusia. Bogor
:Galia Indonesia.
Arifin, Bey dan Abdullah Said, 1981. Rahasia Ketahanan Mental Dan Bina
Dalam Islam. Surabaya : Usana Offset Printing.
Arikunto, Suharsimi, 2006. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta : Rineka Cipta.
Daradjat, Zakiah, 2015. Pengantar Ilmu Jiwa Agama. Jakarta : PT. Bulan
Bintang.
, 1982. Pendidikan Agama Dalam Pembinaan Mental. Jakarta : PT.
Bulan Bintang.
, 1985. Kesehatan Mental. Jakarta : PT. Gunung Agung.
, 1994. Peranan Agama Dalam Kesehatan Mental. Jakarta : PT.
Gunung Agung.
, 1996. Puasa Meningkatkan Kesehatan Mental. Jakarta : Ruhama.
, 2014. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi Aksara.
Departemen Agama Republik Indonesia Al-Qur’an dan Terjemahnya, Tahun
Tidak Tercantum. Jaksel : PT. Pantja Cemerlang.
84
El Quussy, Abdul Aziz, Terjemah : Zakiah Daradjat, 1976. Ilmu Jiwa Prinsip-
Prinsip Dan Implementasnya Dalam Pendidikan. Jakarta : PT. Bulan
Bintang.
, Terjemah : Zakiah Daradjat, 1974. Pokok – pokok
Kesehatan Jiwa/Mental. Jakarta : PT. Bulan Bintang.
Fahmy, Musthafa, Terjemah : Zakiah Daradjat, 1977. Kesehatan Jiwa Dalam
Keluarga, Sekolah Dan Masyarakat. Jakarta : PT. Bulan Bintang.
Fahmy, Musthafa, Terjemah : Zakiah Daradjat, 1982. Penyesuaian Diri
“Pengertian dan Perannya Dalam Kesehatan Mental, Jakarta : PT. Bulan
Bintang.
Jalaluddin dan Ramayulis, 1987. Pengantar Ilmu Jiwa Agama. Jakarta : Kalam
Mulia.
Jallaluddin, 2001. Psikologi Agama. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Kartono, Kartini dan Jenny Andari, 1989. Hygiene Mental Dan Kesehatan Mental
dalam Islam. Bandung : CV. Mandar Manju.
Nasir, Muhammad, 1988. Metode Penelitian. Jakarta : Galia Indonesia.
Semiun, Yusinus, 2006. Kesehatan Mental. Yogyakarta : Kanisius.
Sholihin dan Rosyid Anwar, 2005. Akhalak Tasawuf Manusia, Etika, Dan Makna
Hidup. Bandung : Nuansa.
85
Siswanto, 2007. Kesehatan Mental “Konsep, Cakupan, Dan Perkembangannya.
Yogyakarta : Andi Offset.
Sundari, Siti, 2005. Kesehatan Mental Dalam Kehidupan. Jakarta : PT. Asdi
Mahasatya.
Surakhmad, Winarno, 1989. Pengantar Penelitian Ilmiah, Dasar, Metode, Tehnik.
Bandung : Tarsito.
Thoules, Robert H, Terjemah : Macnun Husein. 1995. Psikologi Agama. Jakarta :
PT. Raja Grafindo Persada.
Fuad Nasar, 2013. Mengenang Prof. Dr. Zakiah Daradjat tokoh kementrian agama
dan pelopor psikologi islam di Indonesia online
(http://bimasislam.kemenang.go.id/informasi/artikel/624-mengenang-prof-
drzakiah-daradjat-tokoh-kementerian-agama-di-indonesia-html) diakses
pada tanggal 10 April 2017, 22:22)
http://fajarnurrohmad91.blogspot.co.id/2015/01/kesehatan-mental-dalam-
perspektif-tokoh.html, diakses pada tanggal 26 Juli 2017, 9.10.
Notosoedirjo,M. & Latipun. (2005). Kesehatan Mental; Konsep dan
penerapan.Malang. UMM Press. 5/9/2017,9:43).
LAMPIRAN-LAMPIRAN
FOTO ZAKIAH DARADJAT
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Nama : Nur Heni
2. Tempat, Tanggal Lahir : Boyolali, 28 Nopember 1994
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Warga Negara : Indonesia
5. Agama : Islam
6. Alamat : Dk. Dukuh, Rt 02/06, Ngargosari, Ampel,
Boyolali.
7. No Hp/ Email : 085729451093 / [email protected]
8. Riwayat Pendidikan :
a. SD N Ngargosari 3, Kab. Boyolali
b. MTs N 1 Boyolali, Kab. Boyolali
c. MA N 1 Boyolali, Kab. Boyolali
Demikian daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenar-benarnya.
Salatiga, 29 September 2016
Penulis
Nur Heni
NIM. 111-13-010
2
2