keterbukaan informasi pelaku usaha dalam …

123
KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM PERJANJIAN JUAL BELI APARTEMEN SECARA PRE PROJECT SELLING (Analisis Putusan No.224/Pdt.G/2017/Pn.Jkt.Sel) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Oleh : DEWI RARA PERTIWI NIM : 11150480000056 PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UINIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H / 2019 M

Upload: others

Post on 18-Nov-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM PERJANJIAN

JUAL BELI APARTEMEN SECARA PRE PROJECT SELLING

(Analisis Putusan No.224/Pdt.G/2017/Pn.Jkt.Sel)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh :

DEWI RARA PERTIWINIM : 11150480000056

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UINIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H / 2019 M

Page 2: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

ii

KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM PERJANJIAN

JUAL BELI APARTEMEN SECARA PRE PROJECT SELLING

(Analisis Putusan No.224/Pdt.G/2017/Pn.Jkt.Sel)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh :

DEWI RARA PERTIWI

NIM : 11150480000056

Pembimbing:

Drs. Hamid Farihi, M.A. Fitriyani, S.Ag., M.H.

NIP. 195811191986031001 NIP.197403212002122005

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UINIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H / 2019 M

Page 3: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

iii

Page 4: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1) di Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Sumber-sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 16 Juli 2019

Dewi Rara Pertiwi

Page 5: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

v

ABSTRAK

Dewi Rara Pertiwi. NIM 11150480000056. Keterbukaan Informasi PelakuUsaha Dalam Perjanjian Jual Beli Apartemen Secara Pre Project Selling (AnalisisPutusan No.224/Pdt.G/2017/Pn.Jkt.Sel). Program Studi Ilmu Hukum, FakultasSyariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1440H/2019 M. 1x + 81 halaman + 34 halaman lampiran.

Studi ini bertujuan untuk menjelaskan bagaiman keterbukaan informasipelaku usaha dalam perjanjian jual beli apartemen secara pre project selling gunamengetahui informasi yang harus diberikan pengembang apartemen kepadakonsumennya sesuai Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang PerlindunganKonsumen. Dan untuk mengetahui putusan Pengadilan Negeri Jakarta SelatanNomor 224/Pdt.G/2017/Pn.Jkt.Sel sudah sesuai dengan ketentuan hukum yangberlaku.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitiaan kualitatif denganmenggunakan pendekatan penelitian yuridis-normatif . penelitian yang dilakukanselain melakukan pengkajian terhaadap peraturan perundang-undangan, buku-buku, dan jurnal (library research) yang berhubungan dengan skripsi ini. Penelitijuga mengkaji studi putusan yang berkaitan dengan penelitian ini.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengembang yang tidakterbuka dan transparan terkait informasi yang diberikan pada saat pemasaran danpenjualan apartemen dalam sistem pre project selling. Terdapat jugaketidakjelasan informasi terkait perjanjian antara pelaku usaha dan konsumenyang tertuang dalam Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) yang diberikan olehpengembang. Hal ini tentu bertentangan dengan Pasal 7 Undang-Undang Nomor 8Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Dalam praktiknya, sistem preproject selling sering kali menempatkan konsumen pada situasi yang lemah danrawan terjadinya tindakan wanprestasi dari pelaku usaha. Serta hasil putusan darimajelis hakim yang menurut peneliti sudah cukup adil dan sesuai dengan aturanyang ada namun masih kurang efektifnya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011tentang Rumah Susun karena belum memilki peraturan pelaksana dalam Undang-Undang tersebut.

Kata Kunci : Keterbukaan Informasi, Perjanjian Jual Beli, Apartemen, danPre Project Selling

Pembimbing : Drs. Hamid Farihi, M.A. dan Fitriyani, S.Ag, M.H.Daftar Pustaka : Tahun 1934 sampai Tahun 2019

Page 6: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

vi

KATA PENGANTAR

حیم حمن الر بســــــــــــــــــم الله الر

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugerah dari-Nya peneliti

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “TRANSPARANSI INFORMASI

PELAKU USAHA DALAM PERJANJIAN JUAL BELI APARTEMEN

SECARA PRE PROJECT SELLING (ANALISIS PUTUSAN

NO.224/PDT.G/PN.JKT.SEL)”. Sholawat dan salam semoga senantiasa

tercurahkan kepada junjungan besar kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah

menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama Islam yang

sempurna dan menjadi anugerah serta rahmat bagi seluruh alam semesta.

Peneliti sangat bersyukur karena telah menyelesaikan skripsi yang

merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum. Disamping

itu, peneliti banyak mendapat bantuan dan bimbingan serta arahan dari berbagai

pihak. Maka dari itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., M.H., M.A., Dekan Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H., Ketua Program Studi Ilmu Hukum dan

Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum. Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berkontribusi dalam pembuatan skripsi

ini.

3. Terkhusus Drs. Hamid Farihi, M.A., dan Fitriyani S.Ag, M.H., Pembimbing

Skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, pikiran serta

kesabaran dalam memberikan bimbingan, motivasi, arahan, dan saran-saran

yang sangat berharga kepada peneliti dalam penyusunan skripsi ini.

4. Kepala dan Staff Pusat Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

telah membantu dalam menyediakan fasilitas yang memadai untuk peneliti

mengadakan studi kepustakaan guna menyelesaikan skripsi ini.

Page 7: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

vii

5. Kedua orang tua tercinta yaitu ayahanda Anwari Sutisna dan Ibunda Siti

Syarifah serta anggota keluarga lainnya yang turut serta mendoakan serta

memberikan support dan motivasi kepada peneliti.

6. Hilman Kharist Kusuma Buana yang telah memberikan dukungan dan

semangat dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini. Terimakasih sudah

menemani peneliti.

7. Kepada teman-teman seperjuangan ilmu hukum angkatan 2015 yang telah

berjuang bersama-sama dan dan saling membantu dan mendukung selama

perkuliahan dan dalam penyusunan skripsi ini.

8. Kepada sahabat-sahabat peneliti yang telah memberikan semangat, doa, dan

dukungan selama penulisan skripsi ini. Dan semua pihak yang telah

memberikan doa dan dukungan yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu

namun tidak mengurangi rasa terima kasih peneliti.

Semoga Allah SWT memberikan balasan atas bantuan yang telah

diberikan kepada peneiti sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dan

semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti maupun bagi para pembaca

khususnya di bidang hukum bisnis.

Jakarta, 01 Juni 2019

Dewi Rara Pertiwi

Page 8: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ....................................................................ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI .....................................iii

LEMBAR PERNYATAAN .....................................................................................iv

ABSTRAK ...............................................................................................................v

KATA PENGANTAR .............................................................................................vi

DAFTAR ISI ............................................................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ......................................................................1

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah .............................5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................6

D. Metode Penelitian ................................................................................7

E. Sistematika Penelitian ..........................................................................10

BAB II TINJAUAN HUKUM MENGENAI KETERBUKAAN

INFORMASI, PERJANJIAN JUAL BELI DAN APARTEMEN

A. Tinjauan terhadap Keterbukaan Informasi ...........................................12

B. Tinjauan terhadap Perjanjian dan Jual Beli ..........................................17

C. Tinjauan terhadap Apartemen...............................................................24

D. Kerangka Teori .....................................................................................29

E. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu ...................................................32

BAB III SISTEM PEMASARAN APARTEMEN SECARA PRE PROJECT

SELLING DAN PUTUSAN PERKARA NOMOR

224/PDT.G/2017/PN.JKT.SEL

A. Profil PT Spektra Properti Indonesia ....................................................35

B. Penjualan Aparatemen dengan Sistem Pre Project Selling...................36

C. Posisi Kasus ..........................................................................................39

BAB IV ANALISIS TRANSPARANSI INFORMASI PELAKU USAHA

DAN PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PUTUSAN PERKARA

N0. 224/PDT.G/2017/PN.JKT.SEL

A. Transparansi Informasi Pelaku Usaha Apartemen LA City .................45

Page 9: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

ix

B. Pertimbangan dan Putusan Hakim dalam Putusan

No.224/Pdt.G/2017/PN.Jkt.Sel .............................................................52

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ..........................................................................................72

B. Rekomendasi .......................................................................................73

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................74

LAMPIRAN .............................................................................................................81

Page 10: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara dengan total jumlah penduduk terbanyak

keempat di dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat. Dari tahun ke

tahun jumlah penduduk Indonesia semakin bertambah. Oleh karena

pertambahan jumlah penduduk yang terus meningkat, tentunya membuat

kebutuhan dasar manusia juga semakin tinggi. Kebutuhan dasar atau

kebutuhan pokok tersebut terdiri dari makanan, pakaian, dan tempat

tinggal (pangan, sandang, dan papan). Salah satu kebutuhan yang sangat

mendasar yaitu dalam bidang papan atau tempat tinggal.

Setiap manusia pasti membutuhkan tempat tinggal atau rumah

sebagai tempat untuk berteduh dan melangsungkan kehidupannya. Selama

ini pemenuhan kebutuhan akan rumah sebagai tempat tinggal atau hunian

perkotaan dilakukan melalui pembangunan perumahan secara horizontal.

Akan tetapi kebutuhan akan permukiman dan perumahan pada lokasi yang

padat terutama di daerah perkotaan yang jumlah penduduknya terus

meningkat tidak seimbang dengan luas tanah/lahan yang semakin lama

semakin terbatas. Maka dari itu dibuatlah konsep pembangunan rumah

susun untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Alternatif pemecahan masalah kebutuhan akan perumahan dan

pemukiman salah satunya yaitu dengan melakukan pembangunan rumah

susun terutama di perkotaan yang jumlah penduduknya terus meningkat,

karena pembangunan rumah susun dapat mengurangi penggunaan tanah,

membuat ruang-ruang terbuka kota yang lebih lega dan dapat digunakan

sebagai suatu cara untuk peremajaan kota bagi daerah yang kumuh.1

Sebidang tanah dapat digunakan secara optimal untuk menjadi tempat

1 Arie S. Hutagalung, Condominium dan Permasalahannya, (Jakarta: Badan PenerbitFakultas Hukum Universitas Indonesia, 1998), h. 2

Page 11: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

2

tinggal bertingkat yang dapat menampung sekian dan sebanyak mungkin

orang dengan adanya pembangunan rumah susun. Selain itu, optimasi

penggunaan tanah secara vertikal sampai beberapa tingkat akan lebih

efektif daripada optimasi penggunaan tanah secara horizontal melalui

adanya pembangunan rumah susun.2

Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern, kini

rumah susun lebih dikenal dengan sebutan apartemen. Apartemen

memiliki persamaan dengan rumah susun yaitu merupakan gedung

bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan, yang terbagi dalam

bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horizontal

dan vertikal.3

Perbedaan apartemen dengan rumah susun yaitu apartemen

dibangun untuk memenuhi kebutuhan hunian bagi kalangan menengah ke

atas sedangkan rumah susun dibangun untuk memenuhi kebutuhan hunian

bagi kalangan menengah kebawah. Fasilitas apartemen juga jauh lebih

lengkap daripada rumah susun seperti area parkir, arena bermain anak,

pusat kebugaran, pusat berbelanjaan, kolam renang, dan lain-lain. Selain

itu lokasi apartemen yang strategis yaitu dekat dengan wilayah perkotaan

dan tempat beraktivitas seperti kantor sehingga memudahkan para pekerja.

Perusahaan pengembang (developer) yaitu perusahaan yang

melakukan usaha di bidang pembangunan rumah, kawasan pemukiman

atau rumah susun. Adapun hasil pembangunan tersebut akan dijual kepada

pihak lain untuk memperoleh keuntungan (profit). Untuk dibangun suatu

konsep pengembangan properti yang kemudian unitnya dipasarkan guna

mendapatkan keuntungan, investor bertindak sebagai developer yaitu

2 Ridwan Halim, Hak Milik, Kondominium, dan Rumah Susun, (Jakarta: Puncak Karma1990), h. 299

3 Richard Eddy, Aspek Legal Properti-Teori, Contoh, dan Aplikasi, (Yogyakarta: PenerbitAndi, 2010), h. 19

Page 12: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

3

dengan mengembangkan lahan yang dia beli (atau dikerjasamakan dengan

pemilik tanah).4

Dalam hal pemasaran dikenal istilah Pre Project Selling, yaitu

penjualan properti sebelum proyek dibangun. Pre Project Selling menjadi

tren pemasaran di Indonesia saat ini dimana pengembang (developer)

hanya memasarkan berupa gambar atau konsep saja. Pemasaran secara Pre

Project Selling dilakukan oleh pengembang untuk mengetahui respons

pasar atas produk properti yang akan dibangun (test the water). 5

Pre Project Selling dilakukan sebelum pembangunan apartemen

dilaksanakan, maka segala hal yang dijanjikan oleh pengembang

(developer) mengikat dalam Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB).

Konsumen akan membayar sejumlah uang di muka kepada pengembang

(developer) kemudian diikuti pembayaran angsuran seiring dengan

berjalannya pembangunan sebagai tanda jadi untuk membeli sebuah unit

apartemen.

Dalam penelitian ini, peneliti akan menganalisis putusan perkara

nomor 224/Pdt.G/2017/Pn.Jkt.Sel yaitu mengenai kasus wanprestasi yang

dilakukan oleh pengembang Apartemen LA City kepada

pembeli/konsumennya. Dimana antara pengembang dan pembeli telah

sepakat dan menandatangani Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB)

dengan Objek Perjanjian berupa Satu Unit Apartemen LA City.

Sesuai dengan Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) tersebut,

pengembang akan melaksanakan penyerahan serah terima unit apartemen

sesuai dengan perjanjian. Namun, hingga lewat batas waktu yang telah

diperjanjikan pembangunan unit apartemen tak kunjung selesai. Sehingga

jelas pengembang telah cidera janji (wanprestasi).

4 Ida Bagus Ascharya Prabawa. Guide to Invest in Property, (Jakarta: Elex MediaKomputindo, 2016), h. 16-17

5 Luthvi Febryka Nola, 2017, Permasalahan Hukum dalam Praktik Pre-Project SellingApartemen, Majalah Info Singkat Hukum, Vol. IX, No. 18/II/Puslit/September/2017, h. 2

Page 13: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

4

Keterbukaan informasi tentunya menjadi hal yang penting dalam

keterikatan hubungan antara pelaku usaha dengan konsumennya. Dimana

perlindungan konsumen salah satunya bertujuan untuk menciptakan sistem

perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum dan

keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi.

Praktik pemasaran dengan cara Pre Project Selling ini tentunya

bisa menjadi permasalahan yang cukup signfikan, karena dapat

menempatkan konsumen dalam situasi penuh resiko akan terjadinya

wanprestasi. Menurut Pasal 1243 KUH Perdata seseorang dikatakan

melakukan wanprestasi apabila tidak terlaksananya apa yang telah

diperjanjikan; terlaksana tetapi tidak tepat waktu (terlambat); terlaksana

tetapi tidak seperti apa yang telah diperjanjikan; dan dilaksanakan akan

tetapi menurut perjanjian tidak boleh dilakukan.

Pembeli tentu memiliki hak atas informasi yang benar, jelas, dan

jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa yang tertuang

dalam Pasal 4 huruf (c) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen. Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) yang

dibuat oleh pengembang (developer) dengan pencantuman klausula di

dalam perjanian baku yang hanya ditentukan secara sepihak oleh

pengembang (developer), seringkali disalahgunakan oleh pelaku usaha

sehingga isi dari perjanjian tersebut lebih banyak menentukan kewajiban

dari konsumen dibandingkan dengan kewajiban dari pelaku usaha itu

sendiri. Bahkan tidak jarang di dalam perjanjian tersebut memuat klausula

eksonerasi yaitu klausula dengan pengecualian kewajiban dalam perjanjian

atau bisa dikatakan mengalihkan tanggungjawab pengembang (developer).

Dalam putusan perkara nomor 224/Pdt.G/2017/Pn.Jkt.Sel, dapat

terjadi dikarenakan pengembang (developer) tidak transparan dalam

memberikan informasi terkait segala hal yang berkaitan dengan apartemen

kepada konsumennya. Maka pengembang (developer) telah melanggar

kewajiban pelaku usaha yang tertuang dalam pasal 7 Undang-Undang

Page 14: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

5

Perlindungan Konsumen yaitu memberikan informasi yang benar, jelas

dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa.

Dari pemaparan masalah di atas, ada masalah yang menarik untuk

diteliti yaitu mengenai kejelasan dan keterbukaan informasi yang

diberikan pengembang (developer) kepada konsumennya. Karena posisi

konsumen yang lemah maka ia harus dilindungi oleh hukum. Karena

tujuan dari hukum adalah memberikan perlindungan (pengayoman)

kepada masyarakat. Mengacu kepada Undang-Undang Nomor 8 Tahun

1999 Tentang Perlindungan Konsumen yang merupakan payung hukum

dan menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan

kepada konsumen. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitian

dengan judul “Keterbukaan Informasi Pelaku Usaha dalam Perjanjian

Jual Beli Apartemen Secara Pre Project Selling (Analisis Putusan

No.224/Pdt.G/2017/Pn.Jkt.Sel)”.

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Permasalahan penelitian yang peneliti ajukan ini dapat

diidentifikasi permasalahannya sebagai berikut:

a. Beberapa pelaku usaha (developer) kerap kali tidak memenuhi

kewajibannya dalam membangun apartemen seperti yang sudah

diperjanjikan dengan konsumen.

b. Klausula dalam Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) apartemen

yang lebih berpihak kepada pelaku usaha.

c. Sistem Pre Project Selling yang rentan terhadap wanprestasi dari

pengembang (developer).

d. Kurangnya keterbukaan informasi dari pelaku usaha kepada

konsumennya mengenai pembangunan apartemen secara pre

project selling.

Page 15: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

6

2. Pembatasan Masalah

Untuk mempermudah pembahasan dalam penulisan skripsi ini,

peneliti membatasi masalah yang akan dibahas sehingga

pembahasannya lebih jelas dan terarah sesuai dengan yang diharapkan.

Di sini peneliti hanya akan membahas tentang keterbukaan informasi

yang diberikan oleh pelaku usaha dalam hal ini pengembang

(developer) Apartemen kepada konsumennya dengan cara pemasaran

Pre Project Selling.

3. Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah dari penelitian skripsi ini yaitu

mengenai transparansi informasi dari pelaku usaha dan batasan-batasan

dari perjanjian jual beli apartemen LA City secara Pre Project Selling.

Perumusan masalah tersebut dirinci dalam bentuk pertanyaan riset

sebagai berikut:

a. Bagaimana keterbukaan informasi pengembang apartemen LA

City kepada konsumennya?

b. Apakah putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor

224/Pdt.G/2017/Pn.Jkt.Sel sudah sesuai dengan penegakan

hukum dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini berdasarkan

uraian yang dikemukakan dalam permasalahan, tujuan dalam

penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui informasi yang harus diberikan pengembang

apartemen kepada konsumennya.

b. Untuk mengetahui putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan

Nomor 224/Pdt.G/2017/Pn.Jkt.Sel sudah sesuai dengan

penegakan hukum dalam Undang-Undang Perlindungan

Konsumen.

Page 16: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

7

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari adanya penelitian ini yaitu:

a. Manfaat Teoretis

Secara teoretis, penulis berharap karya tulis ilmiah ini dapat

menjadi bahan literatur atau tambahan informasi untuk melakukan

penelitian selanjutnya serta dapat menambah wawasan dan

pengetahuan khususnnya di bidang perlindungan konsumen

terhadap Perjanjian Pengikatan Jual Beli apartemen dengan sistem

Pre Project Selling.

b. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

informasi kepada konsumen agar lebih cermat dalam melakukan

pembelian apartemen dan agar konsumen dapat memperjuangkan

hak-haknnya seperti yang sudah diatur dalam Undang-Undang

Perlindungan Konsumen.

D. Metode Penelitian

Dalam memperoleh, mengumpulkan, serta menganalisa informasi

yang sifatnya ilmiah, diperlukan metode agar karya tulis mempunyai

susunan yang sistematis dan konsisten.

1. Pendekatan Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan

penelitian yuridis-normatif. Metode penelitian hukum normatif adalah

suatu prosedur penelitian ilmiah untuk menemukan kebenaran

berdasarkan logika keilmuan hukum dari sisi normatifnya.6 Adapun

pendekatan-pendekatan yang digunakan di dalam penelitian ini adalah

pendekatan undang-undang (statute approach) dilakukan dengan

menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut

6 Jhonny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif (Malang:Bayumedia Publishing 2007), h. 57

Page 17: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

8

dengan isu hukum yang sedang ditangani; pendekatan kasus (case

approach) dilakukan dengan cara melakukan telaah kasus-kasus yang

berkaitan dengan isu yang dihadapi yang telah menjadi putusan

pengadilan yang telah mempunyai kekuatan yang tetap; pendekatan

konseptual (conceptual approach) beranjak dari pandangan-pandangan

dan doktrin-doktrin yang berkembang di dalam ilmu hukum.7

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini yaitu penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang

dapat diartikan sebagai penelitan yang tidak mengadakan perhitungan.

Tujuan dari penelitian kualitatif ini adalah memperoleh pemahaman,

mengembangkan teori, dan menggambarkan secara kompleks.

3. Sumber Penelitian

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam suatu penelitian

dapat berwujud data yang diperoleh melalui bahan-bahan kepustakaan

dan/atau secara langsung dari masyarakat. Data yang diperoleh

langsung dari masyarakat dinamakan data primer, sedangkan data yang

diperoleh melalui bahan kepustakaan dan dokumentasi disebut data

sekunder.8 Jenis penelitian ini menggunakan data sekunder, bahan dan

sumber penelitian dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang mencakup

ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang berlaku dan

mempunyai kekuasaan hukum mengikat.9 Bahan dalam penelitian

ini yang termasuk dalam bahan hukum primer adalah analisis

terhadap putusan Nomor 224/Pdt.G/2017/Pn.Jkt.Sel.

7 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum (Jakarta: Kencana, 2007), h. 93-95

8 Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri (Jakarta: GhaliaIndonesia, 1990), h. 10

9 Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif (Suatu TinjauanSingkat), (Jakarta: Rajawali Pers, 2001), h. 14

Page 18: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

9

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang diperoleh peneliti

dari penelitian kepustakaan dan dokumentasi yang merupakan hasil

penelitian dan pengolahan orang lain, yang sudah tersedia dalam

bentuk buku-buku dan dokumentasi yang biasanya disediakan di

perpustakaan atau milik pribadi peneliti.10 Data sekunder antara

lain mencakup Undang-Undang Nomor 20 tahun 2011 Tentang

Rumah Susun, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen, KUHPerdata, buku-buku terkait, jurnal,

artikel, dan sebagainya.

c. Bahan Tersier

Bahan tersier merupakan bahan yang memberikan petunjuk

atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti

Kamus Hukum, Ensiklopedia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, dan

lain-lain.

4. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini yakni dengan

menggunakan studi kepustakaan (library research) yaitu dengan

melakukan penelitian terhadap putusan pengadilan dan literatur yang

berkaitan dengan penelitian yang kemudian dianalisis dan diambil

kesimpulannya.

5. Teknik Pengolahan Data

Dari bahan hukum yang telah peneliti peroleh baik dalam aturan

perundang-undangan sebagai bahan hukum primer, bahan hukum

sekunder, maupun bahan tersier diklasifikasikan dan dihubungkan

secara sistematis. Pengelolaan data tersebut dilakukan secara dedukif,

yaitu menarik kesimpulan dari suatu permasalahan yang bersifat umum

terhadap permasalahan yang dihadapi.11

10 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Cet.III (Jakarta: Penerbit UniversitasIndonesia, 1986), h. 112

11 Jhonny Ibrahim, Teori dan Metedologi Penelitian Hukum Normatif, ... h. 393

Page 19: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

10

6. Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif yaitu meliputi

kegiatan pengklasifikasian bahan hukum, editing, penyajian hasil

analisis dalam bentuk narasi, dan pengambilan kesimpulan.

7. Metode Penulisan

Penulisan ini mengacu kepada Buku Pedoman Penulisan Skripsi

Tahun 2017 yang disusun oleh Tim Penyusun Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

E. Sistematika Penelitian

Penelitian ini disusun secara sistematik dan terbagi dalam lima bab.

Masing-masing bab terdiri dari beberapa sub bab untuk lebih mengetahui

dan mempermudah dalam proses gambaran hasil penelitian ini. Adapun

urutan dan letak masing-masing bab serta pokok pembahasannya adalah

sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

Berisi tentang latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan

masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, metode penelitian, dan sistematika penelitian.

BAB II Tinjauan Hukum Mengenai Keterbukaan Informasi, Perjanjian

Jual Beli dan Apartemen

Pada bab ini peneliti menguraikan tentang tinjauan-tinjauan

hukum mengenai keterbukaan informasi, perjanjian jual beli dan

apartemen. Selanjutnya membahas mengenai kerangka teori dan

tinjauan (review) kajian terdahulu.

BAB III Sistem Pemasaran Apartemen Secara Pre Project Selling dan

Putusan Perkara Nomor 224/Pdt.G/2017/PN.Jkt.Sel

Berisikan hasil data penelitian. Pada bab ini peneliti

menguraikan tentang profil PT Spektra Properti Indonesia,

penjualan apartemen dengan sistem pemasaran secara pre

Page 20: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

11

project selling, dan posisi kasus pada putusan Nomor

224/Pdt.G/2017/PN.Jkt.Sel

BAB IV Analisis Transparansi Informasi Pelaku Usaha dan Pertimbangan

Hakim dalam Putusan Nomor 224/Pdt.G/2017/PN.Jkt.Sel

Bab ini memuat analisis dan interpretasi temuan. Peneliti

menyajikan analisis yang meliputi transparansi informasi pelaku

usaha Apartemen LA City, pertimbangan keputusan Hakim

terhadap putusan Nomor 224/Pdt.G/2017/PN.Jkt.Sel, dan

analisis peneliti.

BAB V Kesimpulan Hasil Penelitian dan Rekomendasi

Bab ini merupakan penutup dari penulisan hukum ini, memuat

tentang kesimpulan yang di ambil dari hasil penelitian dan

memberikan rekomendasi kepada para pihak yang terkait.

Page 21: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

12

BAB II

TINJAUAN HUKUM MENGENAI KETERBUKAAN INFORMASI,

PERJANJIAN JUAL BELI DAN APARTEMEN

A. Tinjauan Terhadap Keterbukaan Informasi

1. Pengertian Keterbukaan Informasi

Informasi Menurut Pasal 1 angka (1) Undang-Undang

Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik

ialah keterangan, pernyataan, gagasan, tanda-tanda yang

mengandung nilai, makna, dan pesan, baik data, fakta maupun

penjelasannya yang dapat dilihat, didengar dan dibaca yang

disajikan dalam berbagai kemasan dan format sesuai dengan

perkembangan teknologi informasi dan komunikasi secara

elektronik ataupun nonelektronik.

Salah satu rumusan HAM (Hak Asasi Manusia) yaitu

pengakuan hak setiap orang untuk berkomunikasi dan

mendapatkan informasi, sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 28 F

Undang-Undang Dasar 1945, yang berbunyi: “Setiap orang berhak

untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk

mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak

untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengelola,

dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis

saluran yang tersedia.”

Transparansi (Keterbukaan informasi) artinya kewajiban

bagi para pengelola untuk menjalankan prinsip keterbukaan dalam

proses keputusan dan penyampaian informasi. keterbukaan dalam

menyampaikan informasi juga mengandung arti bahwa informasi

yang disampaikan harus lengkap, benar, dan tepat waktu kepada

semua pemangku kepentingan. Tidak boleh ada hal-hal yang

Page 22: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

13

dirahasiakan, disembunyikan, ditutup-tutupi, atau ditunda-tunda

pengungkapannya.1

2. Keterbukaan Informasi dalam Perlindungan Konsumen

Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen mengatur tentang keterbukaan informasi

dimana perlindungan konsumen salah satunya bertujuan untuk

mencipatakan sistem yang mengandung unsur kepastian hukum

dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan

informasi. Jaminan adanya kepastian hukum yaitu untuk memeberi

perlindungan kepada pembeli selaku konsumen.2

Keinginan yang hendak dicapai dalam perlindungan

konsumen adalah menciptakan rasa aman bagi konsumen dalam

memenuhi kebutuhan hidup. Segala upaya yang dimaksudkan

dalam perlindungan konsumen tersebut tidak saja terhadap

tindakan preventif, akan tetapi juga tindakan represif dalam semua

bidang perlindungan yang diberikan kepada konsumen. Pengaturan

perlindungan konsumen dilakukan dengan:3

a. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung

unsur keterbukaan akses informasi, serta menjamin kepastian

hukum.

b. Melindungi kepentingan konsumen pada khususnya dan

kepentingan seluruh pelaku usaha.

c. Meningkatkan kualitas barang dan pelayanan jasa.

d. Memberikan perlindungan kepada konsumen dari praktik usaha

yang menipu dan menyesatkan.

1 Sukrisno Agoes dan I Cenik Ardana, Etika Bisnis dan Profesi, (Jakarta: Salemba Empat,2009), h. 104

2 AZ Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen, (Yogyakarta: Diadit Media, 2001), h. 18

3 Husni Syawali dan Neni Sri Imaniyati, Hukum Perlindungan Konsumen, (Bandung:Mandar Maju, 2000), h. 2

Page 23: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

14

e. Memadukan penyelenggaraan, pengembangan dan pengaturan

perlindungan konsumen dengan bidang-bidang perlindungan

pada bidang-bidang lainnya.

Istilah perlindungan konsumen berkaitan dengan

perlindungan hukum. Oleh karena itu, perlindungan konsumen

mengandung aspek hukum. Adapun materi yang mendapatkan

perlindungan tersebut bukan sekedar fisik, melainkan hak-haknya

yang bersifat abstrak. Melalui Undang-Undang Nomor 8 Tahun

1999, Pemerintah Indonesia mengatur hak-hak konsumen yang

harus dilindungi. Undang-Undang Perlindungan Konsumen

bukanlah anti terhadap produsen, namun sebaliknya malah

merupakan apresiasi terhadap hak-hak konsumen secara universal.4

Dengan kata lain, perlindungan konsumen sesungguhnya

identik dengan perlindungan yang diberikan hukum tentang hak-

hak konsumen. Secara umum dikenal 4 (empat) hak dasar

konsumen, yaitu:5

a. Hak untuk mendapatkan keamanan (the right to safety);

b. Hak untuk mendapatkan informasi (the right to be informed);

c. Hak untuk memilih (the right to choose);

d. Hak untuk didengar (the right to be heard).

Setiap produk yang diperkenalkan kepada konsumen harus

disertai informasi yang benar. Informasi ini diperlukan agar

konsumen tidak sampai mempunyai gambaran yang keliru atas

produk barang dan jasa. Informasi ini dapat disampaikan dengan

berbagai cara, seperti lisan kepada konsumen, melalui iklan di

4 Yusuf Sofie, Pelaku Usaha, Konsumen, dan Tindak Pidana Korporasi, (Jakarta: GhaliaIndonesia, 2002), h. 12

5 Inosentius Samsul, Perlindungan Konsumen, Kemungkinan Penerapan TanggungJawab Mutlak, (Jakarta: Universitas Indonesia, 2004), h. 7

Page 24: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

15

berbagai media, atau mencantumkan dalam kemasan produk

(barang).6

Setiap produk yang mengandung resiko terhadap keamanan

konsumen, wajib disertai informasi berupa petunjuk pemakaian

yang jelas. Misalnya, iklan yang sesuai standar merupakan sarana

pemberi informasi kepada konsumen, seharusnya terbebas dari

manipulasi data. Jika iklan memuat informasi yang tidak benar,

maka perbuatan itu memenuhi kriteria kejahatan yang lazim

disebut fraudulent inisreprenstation. Bentuk kejahatan ini:7

a. Pemakaian pernyataan yang jelas-jelas salah (false statement),

seperti menyebutkan diri terbaik tanpa indikator yang jelas.

b. Pernyataan yang menyesatkan (inislead), misalnya menyebutkan

adanya khasiat tertentu padahal tidak.

Konsumen pada saat ini membutuhkan banyak informasi

yang lebih relevan dibandingkan dengan saat sekitar 50 tahun lalu.

Alasannya yaitu:8

a. Terdapat lebih banyak produk, merk, dan tentu saja penjualnya.

b. Daya beli konsumen makin meningkat.

c. Lebih banyak variasi merek yang beredar di pasaran, sehingga

belum banyak diketahui semua orang.

d. Model-model produk yang cepat berubah.

e. Kemudahan transportasi dan komunikasi sehingga membuka

akses yang lebih besar kepada bermacam-macam produsen atau

penjual.

Informasi mengenai barang dan/atau jasa konsumen

memegang peranan penting. Informasi yang benar dan

6 Andi Sri R. W dan Nurdiyana Tadjuddin, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta:Mitra Wacana Media, 2018), h. 29

7 Andi Sri R. W dan Nurdiyana Tadjuddin, Hukum Perlindungan Konsumen, ... h. 29

8 Andi Sri R. W dan Nurdiyana Tadjuddin, Hukum Perlindungan Konsumen, ... h. 29

Page 25: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

16

bertanggungjawab (informative information) merupakan kebutuhan

pokok konsumen sebelum ia dapat mengambil suatu keputusan

untuk mengadakan, menunda atau tidak mengadakan transaksi bagi

kebutuhan hidupnya. Putusan pilihan konsumen yang benar

mengenai barang atau jasa yang dibutuhkan (informed choise),

sangat tergantung pada kebenaran dan pertanggungjawaban

informasi yang disediakan oleh pihak-pihak yang berkaitan dengan

barang dan/atau jasa konsumen, terutama kalangan pelaku usaha.9

Informasi yang setengah benar, menyesatkan, atau bahkan

menipu, dengan sendirinya akan menghasilkan keputusan

konsumen yang dapat menimbulkan kerugian materiil atau

mungkin membahayakan kesehatan tubuh atau jiwa konsumen.

Informasi barang dan/atau jasa konsumen dapat diperoleh

dari berbagai sumber dan dalam berbagai bentuk. Sumber utama

informasi adalah yang disediakan oleh pelaku usaha (produsen

ataupun distributor) produk konsumen tersebut. Di samping itu,

informasi dapat pula diperoleh dalam dari kalangan konsumen

sendiri, yaitu organisasi-organisasi konsumen, ataupun dari

pemerintah. Informasi tersebut dapat berbentuk beraneka ragam,

seperti:

a. Label/etiket pada produk;

b. Pamflet, brosur, leaflets, selebaran dan sebagainya, yang

berfungsi untuk meningkatkan penjualan.10

Informasi tentang mutu, berat, ukuran, saat kadaluarsa,

pernyataan halal, jaminan atau garansi dan sebagainya, yang

dinyatakan dalam label, iklan, brosur dan media lainnya, harus

9 Az. Nasution, Konsumen dan Hukum: Tinjauan Sosial, Ekonomi, dan Hukum padaPerlindungan Konsumen Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995), h. 39

10 Az. Nasution, Konsumen dan Hukum: Tinjauan Sosial, Ekonomi, dan Hukum padaPerlindungan Konsumen Indonesia, ... h. 40

Page 26: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

17

sepenuhnya benar. Hal lain yang harus diperhatikan oleh pelaku

usaha adalah bahwa informasi yang diberikan tidak boleh

bertentangan dengan perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha.

(Pasal 8-17 Undang-Undang Perlindungan Konsumen)

Informasi yang benar, jelas, dan jujur di satu sisi

merupakan kewajiban pelaku usaha (Pasal 7 huruf a dan huruf b

Undang-Undang Perlindungan Konsumen) dan di sisi lain

merupakan hak-hak konsumen (Pasal 4 jo. Pasal 3 Undang-Undang

Perlindungan Konsumen). Dalam menyelenggarakan penyediaan

komoditi kebutuhan konsumen tersebut, informasi yang disediakan

pelaku usaha haruslah benar atas materi bahan yang digunakan

dalam pembuatan produk tersebut, serta wajib jelas

pengungkapannya dan menggunakan bahasa Indonesia yang baik

dan benar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

yang berlaku. Di samping itu pelaku usaha juga wajib bersikap

jujur dalam menjalani kegiatan usahanya.

B. Tinjauan Terhadap Perjanjian dan Jual Beli

1. Pengertian Perjanjian

Burgelijk Wetboek menggunakan istilah overeenkomst dan

contract untuk pengertian yang sama. Hal ini secara jelas dapat

disimak dari judul Buku III titel Kedua Tentang “Perikatan-

Perikatan yang Lahir dari Kontrak atau Perjanjian”. Menurut Pasal

1313 BW “kontrak atau perjanjian” yaitu: “Suatu perjanjian adalah

suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan

dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.”11

11 Terjemahan BW dalam bahasa Indonesia merujuk pada hasil terjemahan Subekti danTjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakarta: Paramita, 1980)

Page 27: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

18

Subekti menyatakan bahwa “perjanjian” adalah suatu

peristiwa dimana seorang berjanji pada seorang lain atau di mana

dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal.12

Menurut KRMT Tirtodiningrat perjanjian adalah suatu

perbuatan hukum berdasarkan kata sepakat di antara dua orang

atau lebih untuk menimbulkan akibat-akibat hukum yang dapat

dipaksakan oleh undang-undang.13

Definisi mengenai apa yang dimaksud dengan perikatan

tidak dijelaskan dalam Buku III BW tentang Perikatan (van

Verbintenis). Namun justru diawali dengan Pasal 1233 BW

mengenai sumber perikatan, yaitu kontrak atau perjanjian dan

undang-undang. Dengan demikian, selain dari undang-undang,

kontrak atau perjanjian merupakan salah satu dari dua dasar hukum

yang ada yang dapat menimbulkan perikatan. Bahkan apabila

diperhatikan dalam praktik di masyarakat, perikatan yang

bersumber dari kontrak atau perjanjian begitu mendominasi.14

Menurut doktrin (para ahli), definisi “perikatan” yaitu:

“Hubungan hukum dalam bidang harta kekayaan di antara dua

orang (atau lebih), di mana pihak yang satu (debitur) wajib

melakukan suatu prestasi, sedangkan pihak yang lain (kreditor)

berhak atas prestasi itu.”15

Menurut H.F.A Vollmar, dengan menganalisis isinya

ternyata perikatan itu ada selama seseorang itu (debitur) harus

12 Subekti, Hukum Perjanjian, Cet. XVI, (Jakarta: Intermasa, 1996), h. 1

13 A. Qirom Meliala, Pokok-pokok Hukum Perikatan Beserta Perkembangannya,(Yogyakarta: Liberty, 1985), h. 8

14 Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian: Asas Proposionalitas dalam KontrakKomersial, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2010), h. 19

15 Purwahid Patrik, Dasar-dasar Hukum Perikatan, (Bandung: Mandar Maju, 1994), h. 2

Page 28: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

19

melakukan sesutau prestasi yang mungkin dapat dipaksakan

terhadap kreditor, kalau perlu dengan bantuan hakim.16

Berdasarkan pemikiran dan rumusan para ahli tersebut di

atas, maka terdapat empat unsur perikatan, yaitu:

a. Hubungan hukum, artinya perikatan yang dimaksud di sini

adalah bentuk hubungan hukum yang menimbulkan akibat

hukum;

b. Bersifat harta kekayaan, artinya sesuai dengan tempat

pengaturan perikatan di Buku III BW yang termasuk di dalam

sistematika Hukum Harta Kekayaan (vermogensrecht), maka

hubungan yang terjalin antarpara pihak tersebut berorientasi

pada harta kekayaan;

c. Para pihak, artinya dalam hubungan hukum tersebut melibatkan

pihak-pihak sebagai subjek hukum;

d. Prestasi, artinya hubungan hukum tersebut melahirkan

kewajiban-kewajiban (prestasi) kepada para pihaknya (prestasi-

kontra-prestasi), yang pada kondisi tertentu dapat dipaksakan

pemenuhannya, bahkan apabila diperlukan menggunakan alat

negara.17

2. Ketentuan Hukum Perjanjian

a. Prestasi dan Wanprestasi

Prestasi dalam hukum kontrak adalah pelaksanaan dari

isi kontrak yang telah diperjanjikan menurut tata cara yang

telah disepakati bersama. Menurut hukum Indonesia, model-

model prestasi dari suatu kontrak adalah sebagai berikut:18

16 Mariam Darus Badrulzaman, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Buku III TentangHukum Perikatan dengan Penjelasan, Ed. II, Cet I, (Bandung: Alumni,1996), h. 89

17 Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian: Asas Proposionalitas dalam KontrakKomersial, ... h. 20

18 Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis, ... h. 17

Page 29: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

20

1) Memberikan sesuatu.

2) Berbuat sesuatu.

3) Tidak berbuat sesuatu.

Sedangkan pengertian wanprestasi atau disebut juga

dengan istilah “cidera janji”, adalah kebalikan dari pengertian

prestasi. Yaitu tidak dilaksankannya suatu prestasi atau

kewajiban seperti yang terdapat dalam kontrak yang

bersangkutan sebagaimana yang telah disepakati bersama.19

Tindakan wanprestasi mengakibatkan konsekuensi

yuridis yaitu timbulnya hak dari pihak yang dirugikan dalam

kontrak tersebut untuk menuntut ganti kerugian dari pihak

yang telah merugikannya, yaitu pihak yang telah melakukan

wanprestasi tersebut.20

Macam-macam wanprestasi diantaranya sebagai

berikut:21

1) Wanprestasi berupa tidak memenuhi prestasi.

2) Wanprestasi berupa terlambat memenuhi prestasi.

3) Wanprestasi berupa tidak sempurna memenuhi prestasi.

b. Hapusnya Perjanjian

Suatu perjanjian dapat hapus atau berakhir, diantaranya yaitu:22

1) Ditentukan dalam perjanjian oleh para pihak. Misalnya,

perjanjian akan berlaku untuk waktu tertentu.

2) Undang-undang menentukan batas berlakunya suatu

perjanjian. Misal, menurut Pasal 1066 Ayat (3) KUH

19 Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis, ... h. 17

20 Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis, ... h. 17

21 Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis, ... h. 17

22 Abi Asmana, http://legalstudies71.blogspot.com/2015/09/hapusnya-suatu-perjanjian-dan-akibat.html, diunduh pada 7 Maret 2019

Page 30: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

21

Perdata, bahwa para ahli waris dapat mengadakan

perjanjian untuk selama waktu tertentu untuk tidak

melakukan pemecahan harta warisan. Akan tetapi waktu

persetujuan tersebut oleh Pasal 1066 Ayat (4) KUH

Perdata dibatasi berlakunya hanya utuk lima tahun.

3) Para pihak atau undang-undang dapat menentukan bahwa

dengan terjadinya peristiwa tertentu, maka perjanjian akan

hapus. Misalnya, jika salah satu pihak meninggal dunia,

perjanjian menjadi hapus. Hal tersebut diatur dalam Pasal

1646 Ayat 4 KUH Perdata tentang perjanjian perseroan,

Pasal 1813 KUH Perdata tentang perjanjian pemberian

kuasa, dan Pasal 1603 huruf (j) KUH Perdata tentang

perjanjian kerja.

4) Pernyataan menghentikan persetujuan (opzegging).

Opzegging dapat dilakukan oleh kedua belah pihak atau

oleh salah satu pihak. Opzegging hanya ada pada

persetujuan-persetujuan yang bersifat sementara.

Misalnya, perjanjian kerja, perjanjian sewa menyewa, dan

lain-lain.

5) Perjanjian hapus karena putusan hakim

6) Tujuan dari perjanjian telah tercapai.

7) Dengan persetujuan para pihak (herroeping).

3. Pengertian Perjanjian Jual Beli

Jual beli adalah perjanjian dimana pihak yang satu

mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu benda dan pihak

lain untuk membayar harga benda yang telah di perjanjiakan.23

23 Abdulkadir Muhamad, Hukum Perdata Indonesia, (Bandung: PT Citra Aditiya Bakti,2014), h. 317

Page 31: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

22

Menurut BW, Jual beli adalah suatu perjanjian timbal balik

yang mana pihak yang satu (si penjual) berjanji untuk

menyerahkan hak milik atas suatu barang, sedang pihak yang

lainnya (si pembeli) berjanji untuk membayar harga yang terdiri

atas sejumlah uang sebagai imbalan dari perolehan hak milik

tersebut.24

Barang yang menjadi obyek perjanjian jual beli harus

cukup tertentu, setidak-tidaknya dapat ditentukan wujud dan

jumlahnya pada saat ia akan diserahkan hak miliknya kepada si

pembeli.25

a. Unsur-unsur Pokok Perjanjian Jual Beli

Unsur-unsur pokok perjanjian jual beli adalah barang dan

harga. Perjanjian jual beli sudah terjadi pada saat tercapainya

kata sepakat mengenai barang dan harga sesuai dengan asas

“konsensualisme” yang menjiwai hukum perjanjian BW.26

Sifat konsensual dari jual beli tersebut ditegaskan dalam

Pasal 1458 yang berbunyi: “Jual-beli dianggap sudah terjadi

antara kedua belah pihak seketika setelah mereka mencapai

sepakat tentang barang dan harga, meskipun barang itu belum

diserahkan maupun harga belum dibayar”.27

b. Hak dan Kewajiban Penjual dan Pembeli

Apabila kesepakatan antara penjual dan pembeli telah

tercapai, maka akan menimbulkan hak dan kewajiban di antara

para pihak. Hak penjual yaitu menerima harga dari barang

yang telah dijualnya kepada pembeli sedangkan kewajiban

pihak penjual adalah sebagi berikut:

24 Subekti, Aneka Perjanjian, ... h.2

25 Subekti, Aneka Perjanjian, ... h.2

26 Subekti, Aneka Perjanjian, ... h.2

27 Subekti, Aneka Perjanjian, ... h.2

Page 32: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

23

1) Menyatakan dengan tegas tentang perjanjian jual beli

tersebut;

2) Menyerahkan barang;

Menurut Pasal 1457 KUH Perdata, penyerahan berarti

suatu pemindahan barang yang telah dijual ke dalam

kekuasaan dan kepunyaan si pembeli.

3) Kewajiban menanggung pembeli;

Berdasarkan Pasal 1473 KUH Perdata, kewajiban

menanggung dari si penjual adalah untuk menjamin agar

penguasaan benda yang dijual secara aman dan tenteram

serta menjamin tidak adanya cacat barang-barang tersebut

secara tersembunyi.

4) Wajib mengembalikan kepada si pembeli atau menyuruh

mengembalikan oleh orang yang mengajukan tuntutan

barang, segala apa yang telah dikeluarkan oleh pembeli,

segala biaya yang telah dikeluarkan untuk barangnya atau

semata-mata untuk perhiasan atau kesenangan;

5) Wajib menanggung terhadap cacat tersembunyi, meskipun

ia sendiri tidak mengetahui adanya cacat tersebut , kecuali

telah diperjanjikan sebelumnya;

6) Wajib mengembalikan harga pembelian yang diterimanya,

jika penjual mengetahui barang yang telah dijual

mengandung cacat, serta mengganti segala biaya, kerugian

dan bunga kepada si pembeli;

7) Wajb mengembalikan harga pembelian, apabila ia sendiri

mengetahui adanya cacat tersebut;

8) Jika barang yang dijual musnah disebabkan karena cacat

tersembunyi, maka kerugian dipikul oleh si penjual dan si

Page 33: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

24

penjual diwajibkan mengembalikan uang harga pembelian

dan kerugian.28

Menurut Subekti, ada dua kewajiban utama bagi penjual,

yaitu:29

1) Menyerahkan hak milik atas barang yang diperjual-

belikan.

2) Menanggung kenikmatan tenteram atas barang tersebut

dan menanggung terhadap cacat-cacat yang tersembunyi.

Hak pembeli adalah menerima barang yang telah dibelinya,

baik secara nyata maupun secara yuridis. Kewajiban utama si

pembeli ialah membayar harga pembelian pada waktu dan di

tempat sebagaimana ditetapkan menurut perjanjian.30 Menurut

Pasal 1513 KUH Perdata, kewajiban utama pembeli adalah

membayar harga pembelian pada waktu dan di tempat yang

telah ditetapkan melalui persetujuan. Sedangkan bila saat

peristiwa jual beli tidak ditentukan kapan dan dimana

pembayarannya, maka berdasarkan Pasal 1514 KUH Perdata,

pembayaran dilakukan di waktu dan tempat dimana peristiwa

penyerahan terjadi.31

C. Tinjauan terhadap Apartemen

1. Pengertian Apartemen

Istilah kondominium dikenal dalam sistem hukum negara

Italia. Kondominium terdiri dari kata con yang berarti bersama-

28 Salim H.S., Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, Cet. V, (Jakarta:Sinar Grafika, 2008), h. 34

29 Subekti, Aneka Perjanjian, ... h. 8

30 Subekti, Aneka Perjanjian, Cet Kesepuluh, ... h. 20

31 Kartini Mulyadi, Gunawan Widjaya, Jual Beli, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), h.189

Page 34: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

25

sama dan kata dominium yang berarti pemilikan, sehingga

kondominium berarti pemilikan bersama.32 Istilah apartemen

berasal dar negara Amerika Serikat yaitu Apartment, sedangkan

istilah flat berasal dari negara Inggris. Apartments dan flat merujuk

kepada satuan hunian yang menempati bagian tertentu dari sebuah

gedung.33

Rumah susun, apartemen, dan kondominium merupakan

istilah-istilah yang sering digunakan untuk merujuk pada hunian

bertingkat. Dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia

sebenarnya hanya mengenal istilah rumah susun. Istilah-istilah lain

seperti apartemen, kondominium, flat, dan strata title merupakan

istilah-istilah yang diserap dari bahasa asing.34

Rumah susun yang dimaksudkan dalam Undang-Undang

Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun adalah istilah yang

memberikan pengertian hukum bagi bangunan gedung bertingkat

yang senantiasa mengandung sistem pemilikan perseorangan dan

hak bersama, yang penggunannya untuk hunian atau bukan secara

mandiri atau secara terpadu sebagai satu kesatuan sistem

pembangunan.35

Membangun rumah susun di kota besar adalah

kecenderungan masa depan yang tidak dapat dihindari, yang

memang perlu dimasyarakatkan, dan perlu ada penyesuaian pada

budaya yang ada pada masyarakat Indonesia.36

32 Imam Koeswahyono, Hukum Rumah Susun: Suatu Bekal Pengantar Pemahaman,(Malang: Bayumedia, 2004), h. 5

33 Wikipedia, Apartment, http://en.wikipedia.org/wiki/Apartment diakses pada 8 Maret2019

34 Wibowo Tunady, http://www.jurnalhukum.com/istilah-rumah-susun-apartemen-dan-kondominium/, diakses pada 21 Maret 2017

35 Arie S. Hutagalung, Kondominium dan Permasalahannya, ... h. 12

36 Siswono Judohusodo, Rumah untuk Seluruh Rakyat, INKOPPOL, (Jakarta: UnitPercetakan Bharakerta, 1991), h.27

Page 35: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

26

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011 menetapkan empat

jenis rumah susun, yaitu:

a. Rumah Susun Umum

Rumah susun umum adalah rumah susun yang diselenggarakan

untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat

berpenghasilan rendah.

b. Rumah Susun Khusus

Rumah susun khusus adalah rumah susun yang

diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan khusus.

c. Rumah Susun Negara

Rumah susun negara adalah rumah susun yang dimiliki oleh

negara dan berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian,

sarana pembinaan keluarga, serta penunjang pelaksanaan tugas

pejabat dan/atau pegawai negeri.

d. Rumah Susun Komersial

Rumah susun komersial adalah rumah susun yang

diselenggarakan untuk mendapatkan keuntungan.37

Tujuan pembangunan rumah susun, yaitu:

a. Sebagai pemenuhan kebutuhan perumahan yang layak di suatu

lingkungan yang sehat;

b. Sebagai upaya untuk mewujudkan permukiman yang serasi,

selaras, dan seimbang;

c. Sebagai upaya untuk meremajakan daerah-daerah kumuh

(slums);

d. Sebagai upaya untuk mengoptimalkan sumber daya yang

berupa tanah di perkotaan;

e. Sebagai upaya untuk mendorong pembangunan pemukiman

yang berkepadatan tinggi.38

37 Urip Santoso, Hukum Perumahan, (Jakarta: Prenadamedia Grup, 2014), h. 409

38 Imam Kuswahyono, Hukum Rumah Susun Suatu Bekal Pengantar Pemahaman, ... h.22

Page 36: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

27

2. Hak Milik atas Satuan Rumah Susun

Hak milik atas Satuan Rumah Susun adalah hak milik atas

satuan yang bersifat perseorangan dan terpisah, yang meliputi juga

hak atas bagian-bersama, benda-bersama, dan tanah-bersama yang

semuanya merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan

satuan yang bersangkutan. Jika seseorang memiliki hak atas bagian

dari bangunan bertingkat yang dinamakan HMSRS, maka ia

memiliki dua jenis hak:

a. Hak yang bersifat perorangan, yaitu hak milik atas bagian dari

gedung itu atau yang dinamakan satuan rumah susun;

b. Hak yang bersifat kolektif, yaitu hak atas benda bersama,

bagian bersama, dan tanah bersama.39

Pada rumah susun juga terdapat hak bersama, yang meliputi

bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama. Pengertian

bagian bersama yaitu bagian rumah susun yang dimiliki secara

terpisah untuk pemakaian bersama dalam kesatuan fungsi dengan

satuan rumah susun. Pengertian benda bersama yaitu benda yang

bukan merupakan bagian rumah susun, melainkan bagian yang

dimiliki bersama secara tidak terpisah untuk pemakaian bersama.

Pengertian tanah bersama yaitu sebidang tanah atau tanah sewa

untuk bangunan yang digunakan atas dasar hak bersama secara

tidak terpisah yang diatasnya berdiri rumah susun dan ditetapkan

batasnya dalam persyaratan izin mendirikan bangunan.40

39 Eman Ramelan, dkk, Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Pembeli Satuan RumahSusun/Strata Title/Apartemen, (Yogyakarta: Penerbit Aswaja Presindo, 2015), h. 2

40 Urip Santoso, Hukum Perumahan, ... h. 408-209

Page 37: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

28

3. Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) Satuan Rumah Susun

Pelaku pembangunan rumah susun dapat melakukan

pemasaran sebelum pembangunan rumah susun dilaksanakan atau

disebut dengan sistem pemasaran secara pre project selling.41

Merujuk Pasal 42 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011,

disebutkan bahwa pelaku pembangunan dapat melakukan

pemasaran sebelum pembangunan rumah susun dilaksanakan.

Maka dalam hal ini pemasaran secara Pre Project Selling

diperbolehkan selama memenuhi persyaratan yaitu pelaku

pembangunan sekurang-kurangnya harus memiliki:

a. Kepastian peruntukan ruang;

b. Kepastian hak atas tanah;

c. Kepastian status penguasaan rumah susun;

d. Perizinan pembangunan rumah susun;

e. Jaminan atas pembangunan rumah susun dari lembaga

penjamin.42

Dalam hal pemasaran dilakukan sebelum pembangunan

rumah susun dilaksanakan, segala sesuatu yang dijanjikan oleh

pelaku pembangunan rumah susun dan/atau agen pemasaran

mengikat dalam Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) bagi para

pihak. Proses jual beli satuan rumah susun sebelum pembangunan

rumah susun selesai dapat dilakukan melalui Perjanjian Pengikatan

Jual Beli yang dibuat di hadapan notaris.43

41 Eman Ramelan, Perlindungan Hukum bagi Konsumen Pembeli Satuan RumahSusun/Strata Title/Apartemen, ... h. 20

42 Eman Ramelan, Perlindungan Hukum bagi Konsumen Pembeli Satuan RumahSusun/Strata Title/Apartemen, ... h. 20

43 Urip Santoso, Hukum Perumahan, ... h.428

Page 38: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

29

Perjanjian Pengikatan Jual Beli dilakukan setelah

memenuhi persyaratan kepastian atas:44

a) Status kepemilikan tanah;

b) Kepemilikan Izin Mendirikan Bangunan (IMB);

c) Ketersediaan prasarana, sarana, dan utilitas umum;

d) Keterbangunan paling sedikit 20%; dan

e) Hal yang diperjanjikan

D. Kerangka Teori

1. Teori Perlindungan Konsumen

Az. Nasution telah memberikan definisi hukum konsumen dan

hukum perlindungan konsumen secara komprehensif. Beliau

mengatakan bahwa hukum perlindungan konsumen merupakan bagian

dari hukum konsumen. Pengertian hukum konsumen adalah sebagai

keseluruhan asas dan kaidah yang mnegatur hubungan dan masalah

penyediaan dan penggunaan produk (barang dan/atau jasa) antara

penyedia dan penggunanya dalam kehidupan bermasyarakat.45

Menurut A.Z. Nasution terdapat beberapa batasan mengenai

konsumen, diantaranya:

b. Konsumen adalah setiap orang yang mendapatkan barang atau

jasa digunakan untuk tujuan tertentu;

c. Konsumen antara, adalah setiap orang yang mendapatkan

barang dan/atau jasa untuk digunakan dengan tujuan membuat

barang/jasa lain atau untuk diperdagangkan (tujuan komersial);

d. Konsumen akhir, adalah setiap orang alami yang mendapatkan

dan menggunakan barang dan/atau jasa untuk tujuan memenuhi

44 Urip Santoso, Hukum Perumahan, ... h.428

45 Az. Nasution, Hukum perlindungan Konsumen; Suatu Pengantar, (Jakarta: DiaditMedia, 2006), h. 20-21

Page 39: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

30

kebutuhan hidupnya pribadi, keluarga dan atau rumah tangga

dan tidak untuk diperdagangkan kembali (non komersial).46

Semua orang (perseorangan atau badan usaha) yang

mengkonsumsi jasa dan/atau barang disebut konsumen, bukan hanya

sekedar pembeli (buyer atau koper). Jadi, yang paling penting dari

terjadinya suatu transaksi konsumen (consumer transaction) berupa

peralihan barang dan/atau jasa, termasuk peralihan kenikmatan dalam

menggunakannya.47

Berdasarkan doktrin atau teori yang dikenal dalam perkembangan

sejarah hukum perlindungan konsumen, maka prinsip-prinsip mengenai

kedudukan konsumen dalam hubungan dengan pelaku usaha, antara

lain:

a. Let the buyer beware, asas ini berasumsi pelaku usaha dan konsumen

adalah dua pihak yang sangat seimbang sehingga tidak perlu ada

proteksi apapun bagi konsumen.

b. The Due Care Theory, teori ini menyatakan pelaku usaha

mempunyai kewajiban untuk berhati-hati dalam memasyarakatkan

produk, baik barang maupun jasa.

c. The Privity of Contract, ini menyatakan pelaku usaha mempunyai

kewajiban untuk melindungi konsumen, tetapi hal tersebut baru

dapat dilakukan jika diantara mereka telah terjalin suatu hubungan

kontraktual.48

2. Teori Pacta Sun Servanda

Teori pacta sunt servanda (secara harfiahnya artinya “kontrak itu

mengikat”) adalah suatu teori yang berasal dan berkembang dalam

tradisi hukum Eropa Kontinental, yang mengajarkan bahwa suatu

46 A.Z.Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen; Suatu Pengantar, ... h. 29

47 Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, (Jakarta: Grasindo, 2006), h. 6

48 Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, ... h. 61

Page 40: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

31

kontrak dibuat secara sah dan sesuai hukum yang berlaku, serta sesuai

pula dengan kebiasaan dan kelayakan, sehingga diasumsi sebagai

kontrak yang dibuat dengan itikad baik, maka klausula-klausula dalam

kontrak seperti itu mengikat para pihak yang membuatnya, di mana

kekuatan mengikatnya setara dengan kekuatan mengikatnya sebuah

undang-undang, dan karenanya pula pelaksanaan kontrak seperti itu

tidak boleh baik merugikan pihak lawan dalam kontrak maupun

merugikan pihak ketiga di luar para pihak dalam kontrak tersebut. Jika

kontrak seperti itu tidak dipenuhi ketentuannya oleh salah satu pihak

tanpa alasan yang dapat dibenarkan oleh hukum, maka pihak tersebut

telah melakukan wanprestasi sehingga harus mengganti kerugian

terhadap pihak lain sesuai hukum yang berlaku, hal mana dapat

dipaksakan berlakunya melalui campur tangan pengadilan atau

campur tangan pihak yang berkompeten lainnya.49

Pacta sunt Servanda diperkenalkan pertama kali oleh Grotius yang

selanjutnya mencari dasar pada sebuah hukum perikatan dengan

mengambil prinsip-prinsip hukum alam, khususnya kodrat. Bahwa

seseorang yang mengikatkan diri pada sebuah janji mutlak untuk

memenuhi janji tersebut (promissorum implendorum obligati).50

Menurut Grotius, asas pacta sunt servanda ini timbul dari premis

bahwa kontrak secara alamiah dan sudah menjadi sifatnya mengikat

berdasarkan dua alasan diantaranya:

a. Sifat kesederhanaan bahwa seseorang harus berkejasama dan

berinteraksi dengan orang lain, yang berarti orang ini harus saling

mempercayai yang pada gilirannya memberikan kejujuran dan

kesetiaan.

49 Munir Fuady, Teori-teori Besar (Grand Theory) dalam Hukum, (Jakarta: KencanaPrenadamedia Group, 2013) , h. 210- 211

50 Ryza Fardiansyah, “Pacta Sunt Servanda”,http://asashukum.blogspot.com/2012/03/pacta-sunt-servanda.html, diakses pada 05 Maret 2019

Page 41: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

32

b. Bahwa setiap individu memiliki hak, dimana yang paling mendasar

adalah hak milik yang bisa dialihkan. Apabila seseorang individu

memilik hak untuk melepaskan hak miliknya, maka tidak ada

alasan untuk mencegah dia melepaskan haknya yang kurang

penting khususnya melalui kontrak. 51

E. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

Adapun penelitian yang berkaitan dengan pembahasan penelitian

penulis, diantaranya adalah:

1. “Tanggung Jawab Pengembang (Developer) dalam Penjualan Satuan

Unit Apartemen Meikarta Secara Pre Project Selling” oleh Vinna

Khairunnisa, mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia.

Skripsi ini mengkaji mengenai keabsahan Perjanjian Pengikatan Jual

Beli (PPJB) dalam penjualan satuan unit apartemen Meikarta secara

Pre Project Selling dan tanggungjawab pengembang (developer)

dalam penjualan satuan unit apartemen Meikarta secara Pre Project

Selling. Persamaanya dengan skripsi peneliti yaitu mengkaji tentang

kewajiban yang harus diberikan oleh pelaku usaha apartemen dalam

penjualan secara pre project selling. Sedangkan perbedaannya dengan

penelitian yang yang dilakukan oleh peneliti yaitu peneliti mengkaji

mengenai keterbukaan informasi pelaku usaha dalam perjanjian jual

beli apartemen LA City secara Pre Project Selling dan batasan-batasan

dalam sistem pemasaran Pre Project Selling.

2. “Analisa Yuridis Penerapan Klausula Baku Dalam Hukum Perjanjian

Terhadap Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) Apartemen (Satuan

Rumah Susun) (Studi Kasus PT. X) oleh Achmad Setianto, mahasiswa

Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Skripsi ini mengkaji tentang

klausula baku di dalam perjanjian pengikatan jual beli PT. X diatur

51 Grotius, H., the Law of War and Peace : De Jure Bell et Paris, 1646 ed, Kesley, FW.trans., Oxford 1916-25 and Punderof,S., The Law of Nature and Nations: De Jure Naturae etGentium, 1688 ed. Oxford, 1934)

Page 42: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

33

dalam sistem hukum di Indonesia dan ketentuan hukum yang

mengatur tentang Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) satuan

rumah susun PT. X. Persamaanya dengan skripsi peneliti yaitu

mengkaji tentang Perjanjian Jual Beli (PPJB) pada apartemen.

Sedangkan perbedaannya dengan penelitian yang yang dilakukan oleh

peneliti yaitu peneliti mengkaji mengenai keterbukaan informasi

pelaku usaha dalam perjanjian jual beli apartemen LA City secara Pre

Project Selling dan batasan-batasan dalam sistem pemasaran Pre

Project Selling.

3. “Perlindungan Hukum bagi Pembeli dalam Penjualan Satuan Rumah

Susun secara Pre-Project Selling (Studi Kasus: Apartemen Dukuh

Golf (PT. Megacity Developement)) oleh Seto Darminto, mahasiswa

Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Skripsi ini membahas

mengenai perlindungan hukum bagi pembeli satuan rumah susun

(sarusun) secara pre-project selling dengan studi kasus Apartemen

Dukuh Golf. Persamaanya dengan skripsi peneliti yaitu mengkaji

tentang hak-hak konsumen dalam penjualan rumah susun/apartemen

secara pre project selling. Sedangkan perbedaannya dengan penelitian

yang yang dilakukan oleh peneliti yaitu peneliti mengkaji mengenai

keterbukaan informasi pelaku usaha dalam perjanjian jual beli

apartemen LA City secara Pre Project Selling dan batasan-batasan

dalam sistem pemasaran Pre Project Selling.

4. “Permasalahan Hukum Dalam Praktik Pre-Project Selling Apartemen”

Jurnal Ilmiah oleh Luthvi Febryka Nola, Peneliti Muda pada Bidang

Hukum, Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI. Jurnal Ilmiah ini

mengkaji tentang sistem pemasaran apartemen secara pre project

selling yang banyak bertentangan dengan aturan namun tetap lazim

dilakukan oleh banyak pengembang. Maka kelemahan aturan menjadi

celah hukum bagi pengembang untuk melakukan praktik pemasaran

yang menyimpang dan perlu adanya revisi mengenai UU Rumah

Susun.

Page 43: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

34

5. “Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Atas Perjanjian

Pendahuluan Dalam Jual Beli Atas Satuan Rumah Susun Yang

Dipasarkan Dengan Cara Pre Project Selling” Jurnal Ilmiah oleh

Triyanto dan Habib Adjie, Res Judicata, Universitas Narotama

Surabaya. Jurnal ilmiah ini mengkaji tentang kepastian hukum dari

surat konfirmasi pemesanan pembelian rumah susun dan bentuk

perlindungan hukum bagi konsumen apabila pengembang wanprestasi

sebelum dilakukan Perjanjian Perikatan Jual Beli.

Page 44: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

35

BAB III

SISTEM PEMASARAN APARTEMEN SECARA PRE PROJECT

SELLING DAN PUTUSAN PERKARA NOMOR

224/PDT.G/2017/PN.JKT.SEL

A. Profil PT Spekta Properti Indonesia

PT Spekta Properti Indonesia adalah badan hukum yang bergerak

di bidang penjualan properti dan merupakan salah satu pengembang yang

membangun apartemen LA City yang berkedudukan di Jalan Raya

Lenteng Agung Timur Nomor 39, Jagakarsa, Jakarta Selatan.

PT Spekta Properti Indonesia bekerja sama dengan PT Pancakana

Samaktha dalam membangun apartemen LA City. PT Spekta Properti

Indonesia menyatakan telah mengantongi perizinan pembangunan dan

rekomendasi analisis dampak lingkungan terkait pembangunan LA City

Apartment di Lenteng Agung, Jakarta Selatan.1

1. Apartemen LA City

Pembangunan apartemen LA City dimulai sejak tahun 2010 dan

penjualan unit apartemen dilakukan pada tahun 2012. Apartemen LA

City memiliki luas lahan 14000 m² dengan nilai investasi Rp 150

miliar yang rencananya akan dilengkapi dengan sejumlah fasilitas

layaknya apartemen pada umumnya.2 Dalam keterangan dari akun

resmi Pancakanagrup, apartemen LA City berjumlah 1000 unit, terbagi

menjadi tiga tower, masing-masing 22 lantai, 24 lantai, dan 26 lantai.

Berdasarkan regulasi yang telah di tetapkan pemerintah 40%

merupakan kawasan hijau, merupakan bangunan conecting dengan

total hunian ±1000 unit yang tersebar di masing-masing tower. PT

Spekta Properti Indonesia mengklaim bahwa 700 unit apartemen yang

1 http://infopropertyid.blogspot.com/2013/07/pengembang-la-city-apartment-siap.html,diunduh 27 April 2019

2 https://ekonomi.bisnis.com/read/20120506/45/75718/apartemen-murah-akan-dibangun-di-lenteng-agung, diunduh 27 April 2019

Page 45: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

36

dipasarkan sudah terjual. LA City terbagi menjadi dua unit kamar yaitu

tipe studio 18m2 dan tipe bedroom 30 m2, sedangkan fasilitas yang

disediakan adalah masjid, jooging track, security system, kolam

renang, taman bermain dan taman kota. Proyek ini juga diklaim ikut

mendukung program 1.000 menara rusunami yang dicanangkan

pemerintah. Pengembang proyek ini menyediakan lebih dari 30 persen

total unitnya untuk rusunami. 3

B. Penjualan Apartemen dengan Sistem Pre Project Selling

Pemasaran secara pre project selling merupakan sistem pemasaran

yang banyak diterapkan oleh pengembang (developer) khususnya

pengembang apartemen. Pre project selling itu sendiri merupakan

penjualan properti sebelum proyek dibangun atau bisa juga disebut sistem

indent. Biasanya agen pemasaran apartemen mempromosikan propertinya

3https://ekbis.sindonews.com/read/626259/36/pengembang-ajukan-700-menara-rusunami-1336533436, diunduh 27 April 2019

Page 46: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

37

melalui media cetak seperti dalam bentuk brosur, bisa juga melalui media

elektronik seperti melalui televisi atau juga melalui pameran.

Konsep pre project selling sebenarnya merupakan suatu test pasar

untuk mengetahui bagaimana reaksi konsumen terhadap produk properti

yang dipasarkan. Dalam perkembangannya, test pasar yang semula

tertutup, kemudian dalam praktek dibuat terbuka dan dimanfaatkan

langsung oleh pengembang. Dengan demikian penjualan diharapkan dapat

menjual secepat dan sebanyak mungkin produk properti itu.4

Pada penelitian ini, penulis menganalisis putusan perkara nomor

224/Pdt./G/2017/PN/Jkt.Sel mengenai tindakan wanprestasi yang

dilakukan oleh pengembang apartemen LA city kepada konsumennya.

Dimana antara kedua belah pihak telah melakukan Perjanjian Pengikatan

Jual Beli (PPJB) apartemen. Sebelum pembagunan apartemen

dilaksanakan maka segala sesuatu yang diperjanjikan oleh pengembang

mengikat dalan Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) dan berlaku bagi

kedua belah pihak. Dalam putusan juga menyatakan bahwa pihak

pengembang (developer) apartemen telah melakukan penawaran melalui

pameran. Maka dalam putusan ini, pengembang (developer) yakni

apartemen LA City telah melakukan sistem pemasaran secara pre project

selling.

Konsep pemasaran pre project selling ini memang sangat

menguntungkan pengembang karena relatif menolong perputaran uang

pengembang. Beban investasi yang harus ditanggung untuk pembangunan

konstruksi proyek tersebut terbantu dana pesanan dari konsumen, yang

besarnya berkisar antara dua puluh persen sampai dengan tiga puluh

persen. Uang indent bank untuk memberikan kredit konstruksi kepada

pengembang. Dengan adanya pesanan ini juga dapat mempermudah

perusahaan, karena pengembang tidak perlu menyediakan modal

4 Purbandari, “Kepastian dan Perlindungan Hukum pada Pemasaran Properti denganSistem Pre Project Selling”, Jurnal Fakultas Hukum Universitas Mpu Tantular, Tahun 29 Nomor320 Mei 2012, h. 12

Page 47: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

38

pengembangan didepan untuk biaya pembangunan yang cukup besar.

Selain itu keadaan pasar juga sudah pasti sehingga unsur spekulasinya

lebih kecil. Dalam hal ini terdapat kepercayaan antara penjual dan

pembeli, yaitu pengembang percaya bahwa konsumen akan melunasi

pembayaran yang disepakati sesuai dengan jadwal.

Namun dalam penerapannya, sistem pre-project selling ini sering

kali dilakukan tanpa melihat prosedur yang telah ditetapkan. Dimana

pemasaran secara Pre Project Selling diperbolehkan selama memenuhi

persyaratan yang diatur pada Pasal 42 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 20

Tahun 2011 Tentang Rumah Susun yakni pelaku pembangunan sekurang-

kurangnya harus memiliki: (a) Kepastian peruntukan ruang; (b) Kepastian

hak atas tanah; (c) Kepastian status penguasaan rumah susun; (d) Perizinan

pembangunan rumah susun; dan (e) Jaminan atas pembangunan rumah

susun dari lembaga penjamin.

Menurut data Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI),

sistem pre project selling yang dilakukan oleh banyak pengembang sering

menjadi sumber masalah bagi konsumen di kemudian hari. Sejak Tahun

2014-2016, YLKI telah menerima sekurangnya 440 pengaduan terkait

perumahan, yang mayoritas masalah tersebut terjadi akibat tidak adanya

konsistensi antara penawaran dan janji promosi pengembang dengan

realitas pembangunan yang terjadi. Bahkan di tahun 2015, sekitar 40%

pengaduan perumahan terjadi akibat adanya pre-project selling, dengan

informasi yang tidak jelas, benar, dan jujur terkait pembangunan; realisasi

fasilitas umum/fasilitas sosial yang bermasalah; serta unit berubah dari

yang ditawarkan.5

Hal ini tidak saja melanggar UU tapi juga berpotensi menempatkan

konsumen dalam situasi penuh risiko akan terjadinya wanprestasi (prestasi

buruk), berupa: tidak terlaksananya apa yang diperjanjikan; terlaksana

tetapi tidak tepat waktu (terlambat); terlaksana tetapi tidak seperti yang

5 Luthvi Febryka Nola, “Permasalahan Hukum dalam Praktik Pre Project SellingApartemen”, ... h. 2-3

Page 48: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

39

diperjanjikan; dan dilaksakan akan tetapi menurut perjanjian tidak boleh

dilakukan.

C. Posisi Kasus

1. Kronologi Kasus

Kasus yang penulis angkat dalam skripsi ini yaitu mengenai

tindakan wanprestasi atau cidera janji. Adapun pihak yang berperkara

diantaranya Kurniawansyah M., S.T., M.M sebagai Penggugat dengan

PT. Spekta Properti Indonesia sebagai Tergugat. Penggugat adalah

konsumen atau pembeli Satu Unit Apartemen LA City Nomor :

A/16/5/2 BR, luas 30 M² dan Tergugat adalah Pengembang sekaligus

penjual apartemen LA City.

Pada tanggal 06 Juli 2013, Penggugat dan Tergugat sepakat dan

menandatangani Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) Nomor

400/PPJB/LACITY/VII/2013 dengan Objek Perjanjian berupa Satu

Unit Apartemen LA City dengan harga jual Rp.269.511.482 (Dua

Ratus Enam Puluh Sembilan Juta Lima Ratus Sebelas Ribu Empat

Ratus Delapan Puluh Dua Rupiah) di hadapan Notaris.

Selaku pembeli, Penggugat telah melaksanakan kewajiban berupa

pembayarannya, dan untuk pelunasannya apabila terjadi serah terima

unit sebagaimana yang disepakati Tergugat dengan Penggugat.

Sebagaimana Pasal 15 Ayat (1) Perjanjian Pengikatan Jual Beli

(PPJB), Tergugat akan melaksanakan penyerahan serah terima unit

Apartemen LA City pada tanggal 30 Desember 2013.

Sebagaimana Pasal 11 Ayat (2), (3), dan (4) Perjanjian Pengikatan

Jual Beli (PPJB), bahwa perpanjangan waktu penyelesaian

pembangunan oleh Tergugat dibagi dalam 3 tahap:

Page 49: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

40

- Dengan waktu 120 hari kalender setelah jatuh tempo;

- Dengan waktu 90 hari kalender setelah perpanjangan waktu

pertama, dan;

- Dengan waktu 60 hari kalender setelah perpanjangan kedua.

Maka secara keseluruhan perpanjangan waktu penyelesaian

pembangunan oleh Tergugat adalah 270 hari kalender.

Sebagaimana Pasal 11 Ayat (5) Perjanjian Pengikatan Jual Beli

(PPJB), bahwa keterlambatan Tergugat menyelesaikan pembangunan

sesuai perjanjian maka dikenakan denda 0,1% dari jumlah uang yang

telah diterima dari pihak kedua untuk setiap hari dengan maksimal 5%

dari nilai jual Rp.269.511.482 yaitu sebesar Rp.13.475.574,1,- (Tiga

Belas Juta Empat Ratus Tujuh Puluh Lima Ribu Lima Ratus Tujuh

Puluh Empat Koma Satu Rupiah). Bahwa hingga Penggugat

mengajukan Gugatan ini yaitu pada tanggal 30 Maret 2017, unit

apartamen LA City yang dimaksud, belum juga diterima Penggugat.

Sebagaimana Pasal 11 Ayat (6), (7), dan (8) Perjanjian Pengikatan

Jual Beli (PPJB), bahwa dalam 90 hari kalender perpanjangan waktu

yang kedua, Penggugat dapat mengakhiri secara sepihak perjanjian ini,

dan Tergugat wajib mengembalikan seluruh uang yang diterima oleh

Pihak Kedua dengan ditambah denda maksikmal 5%.

Bahwa perbuatan Tergugat yang telah ingkar dari janjinya adalah

merupakan perbuatan wanprestasi sebagaimana yang dijelaskan dalam

Pasal 1234 KUH Perdata tiap tiap perikatan yaitu untuk memberikan

sesuatu, untuk berbuat sesuatu dan untuk tidak berbuat sesuatu.

perbuatan wanprestasi yang dilakukan oleh tergugat sebagaimana

diuraikan diatas, melahirkan hak bagi penggugat untuk menuntut

segala ganti kerugian, bunga dan biaya denda yang diakibatkan oleh

perbuatan wanprestasi tersebut.

Bahwa sesuai 1338 KUH Perdata menyatakan semua perjanjian

yang dibuat secara sah berlaku sebagai UU bagi mereka yang

Page 50: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

41

membuatnya, sehingga Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) sah dan

menjadi Undang-Undang bagi Pengguguat dan Tergugat;

Bahwa dalam Pasal 1244 dan 1245 mengatur pembebasan apabila

terjadi force majeur atau overmacht, atau karenaa keadaan yang tidak

disengaja/keadaan memaksa. Sehingga tidak ada alasan bagi Tergugat

untuk menyatakan bahwa tergugat mengalami kondisi force majeur,

maka sudah sepatutnya tergugat mengganti seluruh kerugian yang

diderita Penggugat.

Bahwa adapun kerugian-kerugian akibat perbuatan yang dilakukan

Tergugat, sebagai berikut:6

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, Penggugat mengajukan

permohonan gugatan sebagai berikut:

1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya.

2. Menyatakan sah dan mengikat PPJB antara Penggugat dan

Tergugat.

3. Menyatakan tergugat telah melalaikan kewajibannya dengan tidak

melakukan penyerahan Serah Terima Unit/Pinjam Pakai Unit dari

pada OBJEK GUGATAN kepada penggugat karena alasan

pembangunan belum selesai adalah perbuatan cidera janji

(wanprestasi).

4. Menyatakan penggugat telah melunasi seluruh kewajibannya.

5. Menyatkan sah dan mengikat pembayaran yang dilakukan oleh

penggugat dengan sistem kontan bertahap melalui tunai dan giro.

6. Menyatakan sah dan mengikat Nilai Investasi OBJEK GUGATAN

di tanggal 14 Februari 2015 yang ditawarkan oleh tergugat melalui

Pameran JCC yang penggugat kutip dari Media Online yaitu

Merdeka.com.

6 Dilihat Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No. 224/Pdt.G./2017/PN.Jkt.Sel, h.3-4

Page 51: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

42

7. Menghukum tergugat untuk membayar uang ganti kerugian kepada

penggugat secara tunai dengan rincian sebagai berikut:

Kerugian Materil:

1) Nilai Investasi OBJEK GUGATAN di tanggal 14 Februari

2015 adalah Rp.565.909.092,- (Lima Ratus Enam Puluh Lima

Juta Sembilan Ratus Sembilan Ribu Sembila Puluh Dua

Rupiah).

2) Denda keterlambatan 5% dari nilai jual yaitu sebesar

Rp.13.475.574,- (Tiga Belas Juta Empat Ratus Tujuh Puluh

Lima Ribu Lima Ratus Tujuh Puluh Empat Rupiah).

Kerugian Immateril:

Bahwa akibat perbuatan wanprestasi yang telah dilakukan oleh

tergugat tersebut, mengakibatkan keuntungan investasi penggugat

dan kepercayaan penggugat untuk berinvestasi di bidang property

khususnya apartemen menghilang, apabila dinilai dengan uang

adalah setara sebesar Rp.100.000.000,- (Seratus Juta Rupiah).

Total Kerugian:

Adalah sebesar Rp.679.384.666,- (enam ratus tujuh puluh sembilan

juta tiga ratus delapan puluh empat ribu enam ratus enam puluh

enam rupiah).

Menghukum tergugat untuk membayar uang paksa

(dwangsom) sebesar Rp1.000.000,- (Satu Juta Rupiah) setiap

harinya sejak putusan ini berkekuatan hukum tetap.

Menghukum tergugat agar membayar segala biaya yang timbul

dalam perkara ini.

Menyatakan sah dan berharga sita jaminan (conservatoir

beslag) yang telah diletakkan dalam perkara ini terhadap objek

gugatan.

Page 52: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

43

Menyatakan putusan ini dapat dijalankan lebih dahulu

meskipun ada bantahan (verzet), banding atau kasasi.

Bahwa terhadap gugatan tersebut, Tergugat mengajukan

jawabannya tertanggal 14 Juni 2017 yang pada pokoknya memuat

memuat hal-hal sebagai berikut:

Dalam Eksepsi

1. Gugatan penggugat kabur dan tidak jelas (obscuur libel) karena

penggugat telah menggabungkan antara gugatan perbutan

melawan hukum dengan gugatan wanprestasi.

2. Gugatan penggugat prematur karena tidak didahului dengan

somasi yang menyatakan bahwa tergugat telah melakukan

wanprestasi.

Dalam Pokok Perkara

1. Bahwa atas dalil 1 s/d 8 gugatan penggugat maka terdapat fakta

bahwa telah ditandatanagninya Perjanjian Pengikatan Jual Beli

(PPJB) antara penggugat dan tergugat.

2. Bahwa tergugat menolak dalil penggugat pada angka 12

gugatannya yang menyatakan bahwa tidak ada alasan bagi

tergugat untuk menyatakan bahwa tergugat mengalami force

majeur. Bahwa tidak dapat diselesaikannya Apartemen LA City

tepat waktu, alasan tergugat sebagai berikut:

a. Bahwa dalam ketentuan pasal 20 PPJB tentang force majeur

(keadaan memaksa) terdapat ketentuan yang pada intinya

apabila keterlambatan atau kegagalan pembangunan tersebut

diakibatkan oleh kejadian atau peristiwa yang secara layak

dan patut tidak dapat dihindari atau berada diluar kemampuan

pihak pertama, maka para pihak secara tegas menyetujui

bahwa pihak pertama termasuk seluruh afiliasinya tidak akan

Page 53: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

44

bertanggungjawab dan/atau dituntut baik secara perdata

maupun pidana dan/atau tuntutan ganti kerugian dalam

bentuk apapun.

b. Bahwa alasan tergugat tidak menyelesaikan secara tepat

waktu bukannya tanpa ada alasan hukum, melainkan terdapat

alasan hukum karena pada saat itu terjadi perubahan regulasi

atau peraturan dari Pemerintah Daerah DKI Jakarta, seperti:

- Perubahan Ijin Lantai yang semula 24 lantai berubah

menjadi 17 lantai

- Perubahan Peraturan Ketahanan Gempa dari SNI 2002

menjadi SNI 2012

- Adanya Gugatan pada Pengadilan TUN Nomor:

218/G/2013/PTUN-JKT

c. Bahwa atas tuduhan penggugat yang menyatakan bahwa

tergugat telah melakukan wanprestasi atas keterlambatan

pembangunan apartemen telah tergugat jelaskan yang pada

pokoknya menyatakan keterlambatan pembangunan

apartemen dikarenakan adanya faktor force majeur.

Adapun Permohonan Eksepsi Tergugat sebagai berikut:

1. Menerima dan mengabulkan eksepsi tergugat untuk

seluruhnya.

2. Menolak gugatan penggugat atau setidak-tidaknya

menyatakan gugatan tidak dapat diterima.

Dalam Pokok Perkara

1. Menolak gugatan penggugat untuk seluruhnya.

2. Menghukum penggugat untuk membayar seluruh biaya

yang timbul dalam perkara ini.

Page 54: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

45

BAB IV

ANALISIS TRANSPARANSI INFORMASI PELAKU USAHA DAN

PERTIMBANGAN HUKUM HAKIM DALAM PUTUSAN NOMOR

224/PDT.G/2017/PN.JKT.SEL

A. Transparansi Informasi Pelaku Usaha Apartemen LA City

Dalam memasarkan produknya, setiap pelaku usaha pasti akan

sangat gencar dalam melakukan promosi. Salah satunya yaitu dengan cara

menyebarkan brosur ke jalan ataupun dengan cara iklan di media

elektronik seperti televisi dengan tujuan agar mendapat perhatian dari

masyarakat luas. Sama halnya dengan memasarkan apartemen, pelaku

usaha akan memberikan penawaran dengan menyebutkan spesifikasi

dengan harga terjangkau dan segala keuntungan lain dalam pembelian

apartemen agar konsumen merasa tertarik.

Hal yang sama juga diterapkan oleh apartemen LA City yang

berada di kawasan Lenteng Agung, Jakarta Selatan. Dimana dalam

mempromosikan apartemen yang tertera di media informasi dijelaskan

bahwa apartemen LA City terletak di daerah yang asri dan mudah

dijangkau, dapat memberikan kenyamanan hidup bagi para penghuninya

karena kawasan ini menyediakan fasilitas yang lengkap baik untuk tempat

tinggal, bekerja, bermain, berbelanja, dan lain-lain, selain itu apartemen ini

juga dikabarkan akan memiliki sebuah taman kota. Berbagai keuntungan-

keuntungan ditawarkan oleh pengembang untuk menarik minat

konsumennya padahal apartemen tersebut masih belum dibangun karena

menerapkan sistem pre project selling.

Selain dalam mempromosikan atau mengiklankan apartemen,

pengembang apartemen juga harus terbuka dan transparan dalam hal

informasi yang tertuang dalam Perjanjian antara penjual dan pembeli

apartemen dimana Perjanjian Jual Beli tersebut mengikat dan menjadi

undang-undang bagi kedua belah pihak.

Page 55: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

46

Sebelum pembangunan apartemen dilaksanakan, pihak

pengembang (developer) telah membuat konsep berupa gambar yang

nantinya bangunan dan spesifikasi apartemen akan dibangun sesuai

dengan konsep tersebut. Biasanya pengembang akan membuat beberapa

unit percontohan dan kemudian barulah membuka pendaftaran pemesanan.

Setelah konsumen sudah memesan dan melakukan pembayaran atau down

payment (dp) dibuatlah Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) guna

mengikat kedua belah pihak. Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB)

merupakan sebuah perjanjian yang mengikat calon pembeli dan calon

penjual objek tanah dalam hal ini apartemen yang dibuat sebelum Akta

Jual Beli (AJB) ditandatangani.

Adapun yang harus diperhatikan dalam isi Perjanjian Pengikatan

Jual Beli (PPJB) yaitu mengenai objek pengikatan jual beli dalam hal ini

apartemen dan bangunan harus dijelaskan secara detail dan jangan sampai

ada informasi yang kurang.

Seperti yang terjadi pada kasus Apartemen LA City dalam putusan

nomor 224/Pdt./G/2017/PN/Jkt.Sel dimana menurut peneliti terdapat

ketidakjelasan informasi terkait Perjanjian antara pelaku usaha dan

konsumen dalam hal ini yaitu Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) yang

diberikan oleh pengembang dan tidak transparan kepada konsumennya.

Padahal sesuai dalam Pasal 7 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999

Tentang Perlindungan Konsumen dimana pelaku usaha wajib beritikad

baik dalam melakukan kegiatan usahanya serta wajib memberikan

informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan

barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan, dan

pemeliharaan. Atas dasar itu, penggugat dalam hal ini pembeli menuntut

adanya informasi berupa kapan akan terlaksananya serah terima unit

apartemen seperti yang sudah diperjanjikan dalam Perjanjian Pengikatan

Jual Beli (PPJB).

Sebagaimana dalam Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) yang

telah disepakati oleh Penggugat dan Tergugat (Pembeli dan Pengembang)

Page 56: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

47

didalam Pasal 15 Ayat (1) PPJB Nomor 400/PPJB/LACITY/VII/2013,

dimana Tergugat selaku pengembang akan melaksanakan penyerahan

serah terima unit Apartemen LA City pada tanggal 30 Desember 2013.

Dalam PPJB tersebut, juga diatur bahwa pengembang diberi waktu

270 hari kalender untuk memenuhi kewajibannya. Sebagaimana Pasal 11

Ayat (2), (3), dan (4) Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB).

Namun terhitung sampai tahun 2017 saat dikeluarkannya surat

gugatan, pembangunan apartemen tak kunjung selesai dan serah terima

apartemen molor dilaksanakan. Penggugat dengan Tergugat pun telah

beberapa kali mengadakan pertemuan untuk menyelesaikan masalah ini,

akan tetapi pihak developer (Tergugat) hanya menjanjikan akan

menyelesaiakan tanpa adanya kejelasan.

Penggugat tentunya meminta pertanggungjawaban dari

pengembang selaku tergugat karena tindakan dari pengembang dengan

tidak juga melakukan serah terima unit apartemen dan tidak memberikan

informasi secara transparan telah merugikan penggugat karena penggugat

telah melaksanakan kewajiban berupa pembayaran yang pelunasannya

apabila telah terjadi serah terima unit sebagaimana yang disepakati

tergugat dan penggugat.

Dasar hukum yang yang berkaitan dengan Perjanjian Pengikatan

Jual Beli terdapat dalam Pasal 1457 KUHPerdata yang berbunyi: “Jual beli

adalah persetujuan dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya

untuk menyerahkan suatu kebendaan dan pihak lain untuk membayar

harga yang telah ditetapkan”. Apabila dikaitkan dengan jual beli

apartemen bahwa jual beli apartemen merupakan sesuatu perjanjian

dengan mana penjual, yaitu developer mengikat dirinya untuk

menyerahkan hak atas rumah susun atau apartemen yang bersangkutan

Page 57: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

48

kepada pembeli dan pembeli mengikatkan dirinya untuk membayar kepada

penjual atau developer sesuai dengan harga yang telah disetujui.1

Hubungan hukum dalam lalu lintas hukum khususnya hukum

perjanjian setidak-tidaknya melibatkan 2 (dua) pihak yang terikat oleh

hubungan tersebut, yaitu kreditor dan debitor. ”Masing-masing pihak

mempunyai hak dan kewajiban yang lahir dari hubungan hukum itu berupa

prestasi dan kontra prestasi yang dapat berbentuk memberi, berbuat, dan

tidak berbuat sesuatu”.2

Selain daripada itu, melihat gugatan pada Pengadilan Tata Usaha

Negara Nomor: 218/G/2013/PTUN-JKT yang disebutkan dalam putusan,

disana menjelaskan bahwa Izin Mendirikan Bangunan (IMB) baru

dikeluarkan pada 23 Agustus 2013 tetapi Perjanjian Pengikatan Jual Beli

sudah dilaksanakan pada tanggal 6 Juli 2013 yang berarti pemasaran

apartemen sudah dilakukan sebelumnya diterbitkannya Izin Mendirikan

Bangunan (IMB). Padahal sudah jelas dalam Undang-Undang Rumah

Susun dikatakan bahwa pemasaran dan proses jual beli sebelum

pembangunan rumah susun dilaksanakan setelah memperoleh kepemilikan

Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Maka dalam hal ini, menurut peneliti,

pengembang apartemen LA City telah melanggar Undang-Undang dan

tidak transparan kepada calon konsumennya.

Hal-hal yang harus diperhatikan mengenai perlindungan hak informasi

dalam jual beli Apartemen diantaranya sebagai berikut :

1. Iktikad baik dalam menyediakan informasi

Setiap hubungan hukum harus didasari oleh adanya iktikad baik

para pihaknya. Ketentuan mengenai iktikad baik tersebut diatur dalam

1 R. Wiryono Prodjodikoro, Hukum Perdata Tentang Persetujuan-Persetujuan Tertentu,(Bandung: Sumur,1974), h. 13.

2 Roberto Mangabeira Unger, Gerakan Studi Hukum Kritis, (Jakarta: Lembaga StudiAdvokasi Masyarakat, 1999), h. 54

Page 58: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

49

Pasal 1338 ayat 3 KUHPerdata yang menyatakan bahwa : “Suatu

perjanjian harus dilaksanakan dengan iktikad baik.” Selain diatur

dalam KUH Perdata, mengenai iktikad baik juga diatur dalam Pasal 7

huruf (a) Undang-Undang Perlindungan Konsumen yang menyatakan

bahwa salah satu kewajiban pelaku usaha adalah beriktikad baik

dalam melakukan kegiatan usahanya.

Pelaku usaha seharusnya mendasari hubungan hukumnya dengan

konsumen berdasarkan iktikad baik, karena suatu perjanjian harus

dilaksanakan dengan iktikad baik para pihaknya sehingga hak dan

kewajiban pelaku usaha bertimbal balik dengan hak dan kewajiban

konsumen yang artinya bahwa hak bagi konsumen adalah kewajiban

yang harus dipenuhi oleh pelaku usaha demikan pula dengan

kewajiban konsumen merupakan hak yang akan diterima pelaku

usaha.

2. Informasi mengenai pencantuman hak dan kewajiban para pihak

Hak dan kewajiban para pihak sebenarnya telah diatur dalam KUH

Perdata dan Undang-Undang Perlindungan Konsumen, namun

demikian dalam perjanjian mengandung asas kebebasan berkontrak.

Pada asas kebebasan berkontrak para pihak bebas membuat suatu

perjanjian dan mengatur sendiri isi perjanjian itu, sepanjang

memenuhi ketentuan sebagai berikut :

a. Memenuhi syarat sebagai suatu perjanjian;

b. Tidak dilarang oleh undang-undang;

c. Sesuai dengan kebiasaan yang berlaku;

d. Sepanjang perjanjian tersebut dilaksanakan dengan iktikad baik.

Maka dalam hal ini, asas kebebasan berkontrak memiliki batasan

yaitu haruslah berdasarkan pada iktikad baik. Oleh karena itu para

pihak tidak dapat menentukan klausul-klausul yang terdapat dalam

perjanjiian sekehendak hatinya tetapi harus didasarkan dan

dilaksanakan dengan itikad baik. Perjanjian yang didasarkan pada

Page 59: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

50

itikad buruk misalnya penipuan mempunyai akibat hukum perjanjian

tersebut dapat dibatalkan.

3. Informasi mengenai barang yang dijual

Berdasarkan Pasal 7 huruf (b) Undang-Undang Perlindungan

Konsumen menyebutkan bahwa salah satu kewajiban pelaku usaha

adalah memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai

kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan

penggunaan perbaikan dan pemeliharaan. Sedangkan menurut KUH

Perdata kewajiban penjual adalah menyerahkan barangnya dan

menanggungnya. Konsumen dalam jual beli apartemen juga memiliki

hak untuk mendapatkan informasi yang rinci terkait apartemen yang

akan dibelinya.

Melihat tindakan pelaku usaha yang dalam memberikan informasi

kepada konsumen sangat terbatas, sehingga para konsumen tidak

mendapatkan hak informasi yang sesuai. Hal ini tentu bertentangan

dengan hak-hak konsumen yang seharusnya dipenuhi oleh pihak

developer sebagaimana diatur di dalam Pasal 4 huruf (c) Undang-

Undang Perlindungan Konsumen yang menyatakan bahwa konsumen

berhak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi

dan jaminan barang dan/atau jasa.

Maka menurut analisis peneliti, pengembang apartemen LA City

selaku tergugat tidak terbuka atau transparan terhadap informasi yang

harus diberikan kepada konsumen selaku penggugat. Adapun dalam

keterbukaan infomasi itu sendiri diatur dalam Undang-Undang

Perlindungan Konsumen dimana dalam Pasal 3 huruf (d) Perlindungan

Konsumen bertujuan untuk menciptakan sistem perlindungan konsumen

yang mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta

akses untuk mendapatkan informasi.

Page 60: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

51

Mengenai keterlambatan serah terima unit apartemen yang tidak

sesuai dengan Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) yang kemudian

tidak kunjung ada iktikad baik dari pengembang untuk melaksanakan

kewajibannya hingga masalah ini masuk ke dalam jalur hukum. Kemudian

pengembang beralasan tidak dapat menyelesaikan secara tepat waktu

karena terdapat perubahan regulasi atau peraturan dari Pemerintah Daerah

DKI Jakarta yang disebut pengembang merupakan keadaan memaksa

(force majeure). Padahal alasan tersebut tentu bukan termasuk ke dalam

keadaan force majeure.

Selain itu, terkait pemasaran atau bahkan pembangunan apartemen

yang dilakukan sebelum dikeluarkannya Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

sering dilakukan oleh banyak pengembang bahkan sudah dianggap lumrah

oleh beberapa pengembang. Biasanya pengembang beralasan bahwa

proses perizinan masih dalam proses pengurusan. Namun tetap saja hal

tersebut bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

Kelemahan aturan hukum yang mengatur terutama dalam pasal 42

ayat (2) Undang-Undang Rumah Susun terkait perizinan rumah susun,

dimana pengembang kerap kali melakukan pemasaran dan bahkan proses

penjualan padahal perizinan belum diterbitkan oleh pemerintah setempat

karena tidak adanya lembaga khusus untuk mengawasi tindakan

pengembang apartemen tersebut. Selain itu tidak adanya ketentuan sanksi

terhadap pelaku usaha yang melakukan pelanggaran terhadap Pasal 42

Undang-Undang Rumah Susun. Sanksi hanya dikenakan terkait dengan

pelanggaran aturan Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) yang diatur

dalam Pasal 43 ayat (2). Menurut Pasal 43 ayat (1) PPJB tersebut dibuat

dihadapan notaris. Sehingga terdapat celah hukum disini, supaya tidak

terkena ketentuan Pasal 43, pengembang tidak membuat PPJB. Hanya

menerbitkan surat pendahuluan biasanya untuk pembayaran uang muka

dan tidak dihadapan notaris. Sehingga bisa lolos dari sanksi pidana

terhadap pelanggaran Pasal 43 ayat (2) UU No. 20 Tahun 2011.

Page 61: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

52

Itulah mengapa transparansi atau keterbukaan informasi harus

diberikan pengembang kepada konsumennya agar menghindari hal-hal

yang tidak diinginkan yang akan merugikan konsumen. Akibat hukum jika

hak atas informasi jual beli tidak diberikan kepada pembeli dapat

menyebabkan kerugian terutama bagi pembeli yang belum berstatus

sebagai pemilik. Dalam perjanjian tersebut, kejelasan kepemilikan faktor

yang menentukan sejauhmana hak dan kewajiban masing-masing pihak.

Seperti dalam Firman Allah dalam surat An-Nisaa ayat 29 :

وا أموالكم بینكم بالباطل إلا أن تكون تجارة یا أیھا الذین آمنوا لا تأكل

كان بكم رحیماعن تراض منكم ولا تقتلوا أنفسكم إن اللهArtinya: “ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling

memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan

perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu dan

janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha

Penyayang kepadamu.”

Kaitannya dengan ayat diatas adalah jual beli dengan memakan,

memanfaatkan, menggunakan, (dan segala bentuk transaksi lainnya) harta

orang lain dengan jalan yang batil, yaitu yang tidak dibenarkan oleh

syari’at adalah dilarang oleh Islam. Namun Kita diperbolehkan melakukan

transaksi terhadap harta orang lain dengan jalan perdagangan dengan asas

saling ridha, saling ikhlas. Jadi haram hukumnya mendapatkan harta

dengan cara yang tidak dibolehkan syara` seperti tidak memberikan

informasi yang jelas dan benar tentang barang yang diperjualbelikan

kepada konsumen.

B. Pertimbangan Hakim dan Putusan Hakim dalam Putusan No.

224/Pdt.G/2017/PN.Jkt.Sel

Pertimbangan hakim merupakan salah satu aspek terpenting dalam

menentukan terwujudnya nilai dari suatu putusan hakim yang mengandung

keadilan (ex aequo et bono) dan mengandung kepastian hukum, disamping

Page 62: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

53

itu juga mengandung manfaat bagi para pihak yang bersangkutan sehingga

pertimbangan hakim ini harus disikapi dengan teliti, baik, dan cermat.3

Pada kasus ini Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan

telah memberikan pertimbangan hukum, yakni bahwa pada pokoknya

Penggugat dalam gugatannya memohon agar Tergugat dinayatakan telah

melalaikan kewajibannya dengan tidak melakukan penyerahan serah

terima unit/pinjam pakai unit dari pada objek gugatan kepada penggugat

sesuai waktu yang telah diperjanjikan, karena alasan pembangunan belum

selesai adalah perbuatan cidera janji (wanprestasi);

Berdasarkan surat surat bukti yang diajukan oleh pihak Penggugat

dan Tergugat serta keterangan saksi-saksi sebagaimana tersebut di atas

dalam kaitannya satu sama lain, terdapat hal-hal yang diakui atau setidak

tidaknya tidak disangkal oleh kedua belah pihak, yaitu:

- Antara Penggugat dan Tergugat ada Perjanjian Pengikatan Jual

Beli Nomor 400/PPJB/LACITY/VII/2013 tanggal 6 Juli 2013

(Bukti P-1 = Bukti T-3);

- Bahwa hingga saat ini Tergugat belum melakukan serah terima

unit/pinjam pakai unit objek gugatan kepada Penggugat;

- Penggugat telah melunasi kewajibannya total sebesar

Rp253.902.296,00 (dua ratus lima puluh tiga juta sembilan ratus

dua ribu dua ratus sembilan puluh enam rupiah) dari harga

Rp269.511.483,00 (dua ratus enam puluh sembilan juta lima ratus

sebelas ribu empat ratus delapan puluh tiga rupiah);

- Penggugat masih harus membayar sisanya sebesar

Rp15.609.187,00 (lima belas juta enam ratus sembilan ribu seratus

delapan puluh tujuh rupiah);

3 Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama, (Yogyakarta: PustakaPelajar, 2004), h. 140

Page 63: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

54

- Bahwa menurut keterangan saksi-saksi pembangunan proyek

apartemen tersebut sudah 90% progress (selesai), dari lantai 1

sampai dengan 17, namun belum ada lift, jadi masih pakai tangga;

Pertimbangan hakim selanjutnya bahwa yang menjadi petitum

pokok dari gugatan Penggugat adalah petitum poin 2, yaitu memohon agar

Majelis Hakim menyatakan sah dan mengikat Perjanjian Pengikatan Jual

Beli Nomor 400/PPJB/LACITY/VII/2013 tanggal 6 Juli 2013 antara

Penggugat dan Tergugat.

Adapun Perjanjian Pengikatan Jual Beli Nomor 400/PPJB/

LACITY/VII/2013 tanggal 6 Juli 2013 sebagaimana pada Bukti P-1 yang

sama dengan Bukti T-3 adalah hal yang dibenarkan oleh kedua belah

pihak, karenanya petitum poin 2 ini dapat dikabulkan.

Selanjutnya petitum poin 3 adalah petitum yang memohon agar

Majelis Hakim menyatakan Tergugat telah melalaikan kewajibannya

dengan tidak melakukan penyerahan Serah Terima Unit/Pinjam Pakai Unit

dari pada objek gugatan kepada Penggugat karena alasan pembangunan

belum selesai adalah perbuatan cidera janji (wanprestasi).

Sebagaimana di dalam Perjanjian Pengikatan Jual Beli Nomor

400/PPJB/LACITY/VII/2013 tanggal 6 Juli 2013 (Bukti P-1 yang sama

dengan Bukti T-3) pada Pasal 15 Perjanjian tersebut disebutkan bahwa

Pihak Pertama (Tergugat) akan melaksanakan penyerahan serah terima

unit/pinjam pakai unit pada tanggal 30 Desember 2013 kepada Pihak

Kedua (Penggugat).

Bahwa ternyata hingga saat ini serah terima apartemen dimaksud

belum juga dilaksanakan oleh Pihak Pertama, dengan alasan adanya force

majeure (keadaan memaksa), karena pada saat itu terjadi perubahan

regulasi dari Pemda DKI, seperti:

Page 64: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

55

- Perubahan ijin lantai yang semula 24 lantai berubah menjadi 17

lantai;

- Perubahan peraturan ketahanan gempa dari SNI 2002 menjadi SNI

2012;

- Adanya gugatan pada Pengadilan Tata Usaha Negara Nomor

218/G/ 2013/PTUN-JKT.;

Terhadap alasan Tergugat tersebut di atas, Majelis Hakim

berpendapat alasan tersebut tidak tepat untuk dikata force majeure

(keadaan memaksa), karena force majeure (keadaan memaksa) adalah

suatu keadaan atau kejadian yang tidak dapat dihindari, tidak dapat

diatasi dalam jangka waktu yang singkat, dan tidak dapat diperkirakan

akan terjadi, karena sifat kejadiannya tiba-tiba dan tidak terelakkan,

sedangkan alasan-alasan seperti perubahan ijin lantai yang semula 24

lantai berubah menjadi 17 lantai, dihubungkan dengan alasan

perubahan peraturan ketahanan gempa dari SNI 2002 menjadi SNI

2012, setelah Majelis Hakim meneliti Bukti T-6, ternyata awalnya

bangunan apartemen tersebut akan dibangun untuk 17 lantai, dan

Tergugat juga membangun stuktur kekuatan gempa yang dibangun

oleh Tergugat adalah untuk 17 lantai, sehingga jika Tergugat akan

merubah design struktur yang semula untuk 17 lantai, akan diubah

menjadi 24 lantai, kemudian oleh Kepala Badan Standarisasi Nasional

tidak disetujui dengan alasan stuktur kekuatan gempa yang telah

dibangun oleh Tergugat tidak memenuhi syarat untuk bangunan

setinggi 24 lantai, sedangkan apartemen yang menjadi objek perjanjian

terletak di lantai 16, menurut keterangan saksisaksi dan bukti-bukti

yang diajukan Tergugat maupun Penggugat, bangunan apartemen

tersebut telah selesai sampai lantai 17, dan menurut keterangan saksi-

saksi, sebenarnya bangunan apartemen tersebut sudah dapat ditempati,

tetapi belum dipasangi lift, yang menurut saksi Ir.Wahyu Hiendarto

yang diajukan oleh Tergugat, menerangkan bahwa lift sudah ada dan

Page 65: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

56

rencananya akan dipasang bulan September 2017, berdasarkan

pertimbanganpertimbangan tersebut di atas, Majelis Hakim

berkesimpulan bahwa alasan perubahan ijin lantai yang semula 24

lantai berubah menjadi 17 lantai dan perubahan peraturan ketahanan

gempa dari SNI 2002 menjadi SNI 2012 bukanlah merupakan force

majeure (keadaan memaksa);

Selanjutnya mengenai adanya gugatan pada Pengadilan Tata Usaha

Negara Nomor 218/G/2013/PTUN-JKT, yang telah diputus pada

tanggal 16 April 2014 dan telah mempunyai kekuatan yang mengikat

(Bukti T7), Majelis Hakim berpendapat bahwa gugatan tersebut bukan

pula keadaan yang disebut sebagai force majeure (keadaan memaksa),

sehingga dapat dijadikan sebagai alasan oleh Tergugat untuk

menyatakan belum selesai apartemen yang menjadi objek perjanjian,

mengingat putusan tersebut telah mempunyai kekuatan yang mengikat

sejak tahun 2014, sedangkan apartemen tersebut menurut perjanjian

harus diserahkan pada tanggal 30 Desember 2013 kepada Pihak Kedua

(Penggugat). Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas,

Majelis Hakim berpendapat bahwa Petitum Poin 3 ini dapat

dikabulkan.

Bahwa petitum poin 4 adalah petitum yang memohon agar Majelis

Hakim menyatakan Penggugat telah melunasi seluruh kewajibannya;

Menimbang, bahwa sebagaimana telah diuraikan di atas, bahwa telah

diakui atau setidaknya tidak disangkal oleh kedua pihak bahwa

Penggugat telah melunasi kewajibannya total sebesar

Rp253.902.296,00 (dua ratus lima puluh tiga juta sembilan ratus dua

ribu dua ratus sembilan puluh enam rupiah) dari harga

Rp269.511.483,00 (dua ratus enam puluh sembilan juta lima ratus

sebelas ribu empat ratus delapan puluh tiga rupiah), sehingga

Penggugat masih harus membayar sisanya sebesar Rp15.609.187,00

(lima belas juta enam ratus sembilan ribu seratus delapan puluh tujuh

Page 66: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

57

rupiah), berdasarkan fakta-fakta hukum ini, Majelis Hakim

berpendapat bahwa petitum poin ini harus diluruskan dengan

menyatakan Penggugat telah membayar kepada Tergugat sebesar

Rp253.902.296,00 (dua ratus lima puluh tiga juta sembilan ratus dua

ribu dua ratus sembilan puluh enam rupiah);

Selanjutnya petitum poin 5 adalah petitum yang memohon agar

Majelis Hakim menyatakan sah dan mengikat pembayaran yang

dilakukan oleh Penggugat dengan sitem Kontan bertahap melalui

Tunai dan Giro.

Bahwa terhadap petitum poin ini, sebagaimana telah

dipertimbangkan di atas, yaitu telah diakui oleh Tergugat bahwa

Penggugat telah membayar kewajibannya total sebesar

Rp253.902.296,00 (dua ratus lima puluh tiga juta sembilan ratus dua

ribu dua ratus sembilan puluh enam rupiah) dari harga

Rp269.511.483,00 (dua ratus enam puluh sembilan juta lima ratus

sebelas ribu empat ratus delapan puluh tiga rupiah), maka petitum poin

5 ini dapat dikabulkan.

Selanjutnya petitum poin 6 adalah petitum yang memohon agar

Majelis Hakim menyatakan sah dan mengikat Nilai Investasi Objek

Gugatan di tanggal 14 Febuari 2015 yang ditawarkan oleh Tergugat

melalui Pameran JCC yang Penggugat kutip dari Media Online yaitu

Merdeka.com dengan link internet

https://m.merdeka.com/uang/pameran-di-jcc-tawarkan-apartemen-

rp400-juta-di-jaksel-dan-jaktim.html.

Bahwa oleh karena Tergugat melakukan penawaran melalui

Pameran JCC yang Penggugat kutip dari Media Online yaitu

Merdeka.com dengan link internet

https://m.merdeka.com/uang/pameran-dijcc-tawarkan-apartemen-rp-

400-juta-di-jaksel-dan-jaktim.html, (Bukti P-17) adalah media yang

Page 67: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

58

resmi, sepanjang tidak bertentangan dengan undangundang, maka

Majelis Hakim berpendapat bahwa Petitum Poin 6 ini dapat

dikabulkan.

Selanjutnya bahwa petitum poin 7 adalah petitum yang memohon

agar Majelis Hakim menghukum Tergugat untuk membayar uang

ganti kerugian kepada Penggugat secara tunai dan seketika dengan

rincian sebagai berikut:

Kerugian Materil:

1. Nilai investasi objek gugatan di tanggal 14 Febuari 2015 adalah

Rp565.909.092,00 (lima ratus enam puluh lima juta sembilan ratus

sembilan ribu sembilan puluh dua rupiah);

2. Denda keterlambatan 5% dari nilai jual Rp269.511.482,00 yaitu

sebesar Rp13.475.574,00 (tiga belas juta empat ratus tujuh puluh

lima ribu lima ratustujuh puluh empat rupiah);

Kerugian Immateriil:

Bahwa akibat perbuatan ingkar janji (wanprestasi) yang telah

dilakukan oleh Tergugat, mengakibatkan keuntungan investasi

Penggugat hilang dan juga menyebabkan kepercayaan Penggugat

untuk berinvestasi di bidang property khususnya apartemen

menghilang, hal mana apabila dinilai dengan uang adalah setara dan

patut ditetapkan sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah);

Total Kerugian:

Adalah sebesar Rp679.384.666,00 (enam ratus tujuh puluh sembilan

juta tiga ratus delapan puluh empat ribu enam ratus enam puluh enam

rupiah);

Bahwa terhadap permohonan mengenai kerugian materiil

sebagaimana yang terdapat pada Pasal 11 ayat 5, jumlah denda

Page 68: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

59

maximal adalah 5% (lima persen) dari jumlah uang yang diterima oleh

Pihak Pertama (Tergugat) dari Pihak Kedua (Penggugat). Di

persidangan terbukti bahwa uang yang telah diterima oleh Tergugat

dari Penggugat adalah sebesar Rp253.902.296,00 (dua ratus lima puluh

tiga juta sembilan ratus dua ribu dua ratus sembilan puluh enam

rupiah), sehingga denda tersebut yaitu sebesar Rp12.695.115,00 (dua

belas juta enam ratus sembilan puluh lima ribu seratus lima belas

rupiah);

Mengenai nilai investasi yang dimaksud oleh Penggugat, tidak

disebutkan dalam perjanjian sebagaimana pada (Bukti P-1 yang sama

dengan Bukti T-3), meskipun demikian demi rasa keadilan Majelis

Hakim dengan memperhatikan Bukti P-17, yang menyatakan harga

termurah apartemen dimaksud sebesar Rp400 jutaan dengan luas 22

meter persegi, sedang harga termahal adalah Rp830 jutaan dengan luas

44 meter persegi, sedang tipe yang diambil oleh Penggugat adalah

yang seluas 30 meter persegi, maka harga investasi yang dimaksud

oleh Penggugat Rp565.909.092,00 sebesar (lima ratus enam puluh lima

juta sembilan ratus sembilan ribu sembilan puluh dua rupiah) adalah

pantas dan wajar, mengingat uang Penggugat yang telah diserahkan

kepada Tergugat cukup lama mengendap di tempat Tergugat yaitu

selama kurang lebih 3 tahun (sejak Tergugat harus menyerahkan

apartemen dimaksud yaitu tanggal 30 Desember 2013);

Sehingga seluruh jumlah kerugian materiil yang harus dibayar

Tergugat kepada Penggugat yaitu Rp565.909.092,00 +

Rp12.695.115,00 = Rp578.604.207,00 (lima ratus tujuh puluh delapan

juta enam ratus empat ribu dua ratus tujuh rupiah);

Mengenai kerugian immateril, karena tidak diperinci dengan jelas,

maka harus dinyatakan ditolak.

Page 69: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

60

Selanjutnya terhadap petitum yang memohon agar Majelis Hakim

menghukum Tergugat untuk membayar uang paksa (dwangsom)

sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) setiap harinya sejak putusan

ini berkuatan hukum tetap.

Bahwa dengan berpedoman pada Putusan Mahkamah Agung RI

tertanggal 26 Februari 1973 Nomor 791 K/Sip/1972, yang menyatakan

uang paksa (dwangsom) tidak berlaku terhadap tindakan untuk

membayar uang, maka terhadap petitum mengenai uang paksa

(dwangsom) ini harus dinyatakan ditolak;

Selanjutnya terhadap petitum yang memohon agar Majelis Hakim

menyatakan sah dan berharga sita jaminan (conservatoir beslag) yang

telah diletakkan dalam perkara ini terhadap objek gugatan yang

berlokasi di Jalan Raya Lenteng Agung Timur Nomor 39, Jagakarsa,

Jakarta Selatan.

Bahwa oleh karena Penggugat tidak pernah mengajukan

permohonan sita jaminan (conservatoir beslag) secara resmi di

persidangan, maka petitum poin ini harus dinyatakan ditolak.

Selanjutnya terhadap petitum yang memohon agar Majelis Hakim

menyatakan putusan ini dapat dijalankan lebih dahulu meskipun ada

bantahan (verzet), banding atau kasasi (uit voerbaar bijvoorad);

Bahwa terhadap petitum tersebut di atas, Majelis Hakim

berpendapat bahwa untuk menyatakan putusan ini dapat dijalankan

lebih dahulu meskipun ada upaya hukum, harus dipenuhi syarat-syarat

untuk penjatuhan putusan serta merta sebagaimana diatur dalam Pasal

180 HIR dan hanya dalam hal-hal yang tidak dapat dihindarkan, dan

untuk keputusan yang sangat eksepsional sifatnya, karenanya petitum

poin ini harus dinyatakan ditolak.

Dengan demikian Majelis Hakim berpendapat bahwa petitum poin

7 tersebut di atas hanya dapat dikabulkan sebagian.

Page 70: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

61

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, Majelis

Hakim menyatakan bahwa gugatan Penggugat harus dinyatakan

dikabulkan sebagian.

Bahwa meskipun gugatan Penggugat dikabulkan sebagian, namun

karena gugatan pokok dari Penggugat dinyatakan dikabulkan, maka

biaya perkara dalam perkara ini haruslah dibebankan kepada

Tergugat; Memperhatikan Kitab Undang-undang Hukum Acara

Perdata, Kitab Undang-undang Hukum Perdata dan peraturan-

peraturan lain yang bersangkutan.

MENGADILI

Dalam Eksepsi:

- Menolak eksepsi Tergugat seluruhnya;

Dalam Pokok Perkara:

1. Mengabulkan gugatan Penggugat sebagian;

2. Menyatakan sah dan mengikat Perjanjian Pengikatan Jual Beli Nomor

400/PPJB/LACITY/VII/2013 Tanggal 6 Juli 2013 antara Penggugat

dan Tergugat;

3. Menyatakan Tergugat telah melalaikan kewajibannya dengan tidak

melakukan penyerahan Serah Terima Unit/Pinjam Pakai Unit dari pada

objek gugatan kepada Penggugat karena alasan pembangunan belum

selesai adalah perbuatan cidera janji (wanprestasi);

4. Menyatakan Penggugat telah membayar kepada Tergugat sebesar

Rp253.902.296,00 (dua ratus lima puluh tiga juta sembilan ratus dua

ribu dua ratus sembilan puluh enam rupiah);

5. Menyatakan sah dan mengikat pembayaran yang dilakukan oleh

Penggugat dengan sitem kontan bertahap melalui tunai dan giro;

6. Menyatakan sah dan mengikat nilai investasi objek gugatan ditanggal

14 Februari 2015 yang ditawarkan oleh Tergugat melalui Pameran JCC

Page 71: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

62

yang Penggugat kutip dari Media Online yaitu Merdeka.com dengan

link internet https://m.merdeka.com/uang/pameran-di-jcc-tawarkan-

apartemenrp-400-juta-di-jaksel-dan-jaktim.html;

7. Menghukum Tergugat untuk membayar uang ganti kerugian kepada

Penggugat secara tunai dan seketika dengan rincian sebagai berikut:

Kerugian Materil :

- Nilai investasi objek gugatan ditanggal 14 Febuari 2015

adalahRp565.909.092,00 (lima ratus enam puluh lima juta

sembilan ratus sembilan ribu sembilan puluh dua rupiah);

- Denda keterlambatan 5% dari uang milik Penggugat yang telah

diterima oleh Tergugat yaitu sebesar Rp.253.902.296,00 (dua

ratus lima puluh tiga juta sembilan ratus dua ribu dua ratus

sembilan puluh enam rupiah), sehingga denda tersebut sebesar

Rp.12.695.115,00 (dua belas juta enam ratus sembilan puluh

lima ribu seratus lima belas rupiah);

Sehingga seluruh jumlah kerugian materil yang harus dibayar

Tergugat kepada Penggugat yaitu Rp565.909.092,00 +

Rp12.695.115,00 = Rp578.604.207,00 (lima ratus tujuh puluh delapan

juta enam ratus empat ribu dua ratus tujuh rupiah);

8. Menghukum Tergugat untuk membayar biaya perkara dalam perkara

ini sebesar Rp461.000,00 (empat ratus enam puluh satu ribu rupiah);

9. Menolak gugatan Penggugat selain dan selebihnya;

Berkenaan dengan pertimbangan-pertimbangan yang dijadikan dasar

dalam keputusan tersebut, yaitu melihat objek perkaranya penggugat

adalah konsumen atau pembeli dan tergugat adalah pengembang sekaligus

penjual apartemen LA City yang berlokasi di Jalan Raya Lenteng Agung

Timur Nomor 39, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Bahwa pada tanggal 06 Juli

2013, telah disepakati Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) Nomor

400/PPJB/LACITY/VII/2013 dengan objek perjanjian berupa satu unit

Page 72: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

63

apartemen LA City nomor: A/16/5/2 BR, luas 30 m² antara Penggugat dan

Tergugat dengan harga jual Rp.269.511.482 (Dua Ratus Enam Puluh

Sembilan Juta Lima Ratus Sebelas Ribu Empat Ratus Delapan Puluh Dua

Rupiah). Berdasarkan Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB), Tergugat

akan melaksanakan penyerahan serah terima unit apartemen pada tanggal

30 Desember 2013. Namun, sampai dengan keseluruhan perpanjangan

waktu penyelesaian pembangunan oleh Tergugat, unit apartemen yang

dimaksud belum juga diterima Penggugat sehingga Penggugat

melayangkan gugatan kepada Tergugat atas tindakan wanprestasi (cidera

janji).

Berdasarkan putusan Majelis Hakim yang menyatakan bahwa Tergugat

telah melalaikan kewajibannya dengan tidak melakukan penyerahan Serah

Terima Unit/Pinjam Pakai Unit dari pada objek gugatan kepada Penggugat

karena alasan pembangunan belum selesai adalah perbuatan cidera janji

(wanprestasi). Melihat kepada pertimbangan hakim yang juga didasari

oleh bukti-bukti yang diajukan oleh Penggugat dan Tergugat, maka

peneliti merasa sependapat dengan Majelis Hakim.

Sesuai dengan bukti yang ditunjukkan oleh penggugat dan tergugat

(Bukti P-1 yang sama dengan Bukti T-3) sebagaimana di dalam Perjanjian

Pengikatan Jual Beli Nomor 400/PPJB/LACITY/VII/2013 tanggal 6 Juli

2013 pada Pasal 15 Perjanjian tersebut disebutkan bahwa Pihak Pertama

(Tergugat) akan melaksanakan penyerahan serah terima unit/pinjam pakai

unit pada tanggal 30 Desember 2013 kepada Pihak Kedua (Penggugat).

Namun pada kenyataannya hingga saat ini serah terima unit apartemen

yang dimaksud belum juga dilaksanakan oleh Pihak Pertama, dengan

alasan adanya force majeure (keadaan memaksa), karena pada saat itu

terjadi perubahan regulasi dari Pemda DKI Jakarta, seperti:

- Perubahan ijin lantai yang semula 24 lantai berubah menjadi 17

lantai;

Page 73: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

64

- Perubahan peraturan ketahanan gempa dari SNI 2002 menjadi SNI

2012;

- Adanya gugatan pada Pengadilan Tata Usaha Negara Nomor

218/G/ 2013/PTUN-JKT.

Majelis Hakim meneliti Bukti T-6, ternyata awalnya bangunan

apartemen tersebut akan dibangun untuk 17 lantai, dan Tergugat juga

membangun stuktur kekuatan gempa yang dibangun oleh Tergugat adalah

untuk 17 lantai, sehingga jika Tergugat akan merubah design struktur yang

semula untuk 17 lantai, akan diubah menjadi 24 lantai, kemudian oleh

Kepala Badan Standarisasi Nasional tidak disetujui dengan alasan stuktur

kekuatan gempa yang telah dibangun oleh Tergugat tidak memenuhi

syarat untuk bangunan setinggi 24 lantai. Majelis Hakim berkesimpulan

bahwa alasan perubahan ijin lantai yang semula 24 lantai berubah menjadi

17 lantai dan perubahan peraturan ketahanan gempa dari SNI 2002

menjadi SNI 2012 bukanlah merupakan force majeure (keadaan

memaksa).

Menurut Peneliti, pertimbangan hukum majelis hakim sudah tepat.

Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPdt), tidak ada

pasal khusus mengenai Force Majeure. Pengaturan terkait Force Majeure

dalam KUHPdt terdapat dalam Pasal 1244 dan 1245 KUHPdt. Berikut

kutipan dari pasal 1244 dan 1245 KUHPdt :

Pasal 1244

“Debitur harus dihukum untuk mengganti biaya, kerugian dan bunga, bila

dia tidak dapat membuktikan bahwa tidak dilaksanakannya perikatan itu

atau tidak tepat waktu dalam melaksanakan perikatan itu disebabkan oleh

suatu hal yang tidak terduga, yang tidak dapat dipertanggungjawabkan

kepadanya, walaupun tidak ada iktikad buruk padanya”.

Page 74: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

65

Pasal 1245

“Tidak ada pergantian biaya, kerugian dan bunga, bila dalam keadaan

memaksa atau karena hal yang terjadi scara kebetulan, debitur terhalang

untuk memberikan atau berbuat sesuatu yang diwajibkan, atau

melaksanakan suatu perbuatan yang terlarang baginya”.

Dari pasal-pasal yang mengatur tentang Force Majeure tersebut,

terdapat persyaratan sehingga suatu kejadian dapat dikatakan sebagai

Force Majeure antara lain :

1. Force Majeure haruslah disebabkan oleh peristiwa yang tidak terduga

oleh para pihak.

2. Peristiwa yang tidak terduga tersebut tidak dapat dipertanggung

jawabkan oleh pihak yang harus melaksanakan prestasi (pihak

debitur).

3. Peristiwa yang menyebabkan terjadinya Force Majeure tersebut diluar

kesalahan pihak debitur.

4. Peristiwa yang menyebabkan terjadinya Force Majeure tersebut diluar

kesalahan para pihak.

5. Tidak ada itikad buruk dari pihak debitur .

Apabila force majeure terjadi terhadap suatu kontrak, sehingga

salah satu atau kedua pihak tidak dapat atau terhalang untuk melaksanakan

prestasinya, maka para pihak dibebaskan untuk melaksanakan prestasi dan

tidak ada 1 (satu) pihak pun yang dapat meminta ganti rugi karena tidak

dilaksanakannya kontrak yang bersangkutan.4

Maka apabila Tergugat dalam hal ini pengembang beralasan bahwa

keterlambatan pembangunan dikarenakan adanya suatu keadaan memaksa

4 Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis, ... h. 18

Page 75: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

66

(force majeure) yaitu terkait dengan perubahan regulasi Pemda DKI

Jakarta adalah suatu hal yang keliru.

Seharusnya pengembang sudah mengetahui dan memahami segala

peraturan yang berkaitan dengan perizinan dan standarisasi pembangunan

apartemen pada saat melakukan perencanaan pembangunan. Pengembang

juga harus selalu update terhadap peraturan-peraturan baru yang

dicanangkan oleh pemerintah.

Namun perlu juga diperhatikan oleh pihak pemerintah agar dapat

memberikan aturan atau regulasi yang jelas serta transparan supaya tidak

ada kesalahan dalam penafsiran. Seperti yang kita ketahui, sebelum

diberlakukannya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011, aturan

mengenai rumah susun awalnya terdapat dalam Undang-Undang Nomor

16 Tahun 1985 Tentang Rumah Susun. Namun seiring dengan

berkembang pesatnya zaman dan pengaruh globalisasi, aturan tersebut

sudah tidak mampu mengimbangi perkembangan yang terjadi di bidang

pemukiman yang dinamis, khususnya rumah susun.

Kemudian pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 20

Tahun 2011 tentang Rumah Susun tepatnya pada tanggal 10 November

2011. Undang-undang ini dibuat untuk menyempurnakan undang-undang

sebelumnya yang sudah tidak memadai. Namun undang-undang ini belum

memiliki peraturan pemerintah yang menjadi peraturan pelaksana atau

aturan lanjutan dari berbagai ketentuan yang terdapat di undang-undang

ini.

Peraturan pelaksana dari Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011

masih mengikuti peraturan pelaksana dari Undang-Undang Nomor 16

Tahun 1985. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah

Susun terdiri atas 120 (seratus dua puluh) pasal yang terbagi ke dalam 19

(sembilan belas) bab, di mana sejumlah ketentuan membutuhkan peraturan

Page 76: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

67

pelaksanaan berupa Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri, dan

Peraturan Daerah.5

Menurut Pasal 119 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang

Rumah Susun menentukan bahwa peraturan perundang-undangan yang

diamantkan dalam undang-undang tersebut harus diselesaikan paling

lambat 10 November 2012. Namun hingga saat ini peraturan yang

dimaksud belum tersedia. Hingga sampai dengan awal tahun 2016, baru

peraturan pemerintah untuk melaksanakan perintah Pasal 12 Undang-

undang Nomor 20 Tahun 2011 untuk ketentuan lebih lanjut tentang

pembinaan yang diundangkan, yaitu berupa Peraturan Pemerintah Nomor

88 Tahun 2014 tentang Pembinaan Penyelenggaraan Perumahan dan

Kawasan Pemukiman. Padahal kehadiran peraturan pelaksana sangat

diperlukan agar tidak terjadi kekacauan dan tumpang tindih dibidang

rumah susun.

Apabila dikaitkan dengan teori pacta sunt servanda dimana

menurut teori tersebut suatu kontrak dibuat secara sah dan sesuai hukum

yang berlaku, serta sesuai pula dengan kebiasaan dan kelayakan, sehingga

diasumsi sebagi kontrak yang dibuat dengan iktikad baik, maka klausula-

klausula dalam kontrak seperti itu mengikat para pihak yang membuatnya,

dimana kekuatan mengikatnya setara dengan kekuatan mengikatnya

sebuah undang-undang. Sama seperti Perjanjian Pengikatan Jual Beli

(PPJB) yang sudah disepakati oleh Penggugat dan Tergugat yang juga

sudah ditandatangani di hadapan notaris, yang berarti perjanjian tersebut

sah dan otentik di mata hukum. Menurut teori pacta sunt servanda

pelaksanaan kontrak tidak boleh pula merugikan pihak lawan ataupun

pihak ketiga dalam kontrak tersebut tetapi dalam hal ini penggugat sebagai

konsumen sangat merasa dirugikan karena pengembang telah melakukan

tindakan wanprestasi atau cidera janji. Pengembang telah melalaikan

kewajibannya dalam melakukan serah terima unit apartemen seperti yang

5 Urip Santoso, Hukum Perumahan, ... h. 404

Page 77: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

68

sudah diperjanjikan dalam Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB), padahal

penggugat sudah melakukan pembayaran. Sehingga apabila Perjanjian

Pengikatan Jual Beli (PPJB) yang dilakukan oleh Penggugat dan Tergugat

telah merugikan salah satu pihak yakni Penggugat, maka Perjanjian

tersebut telah bertentangan dengana teori Pacta Sunt Servanda.

Sebagaimana pasal 11 ayat (5) dalam Perjanjian Pengikatan Jual

Beli (PPJB) bahwa keterlambatan Tergugat menyelesaikan pembangunan

sesuai perjanjian maka dikenakan denda 0,1% dari jumlah uang yang telah

diterima dari pihak kedua untuk setiap hari dengan maksimal 5% dari nilai

jual Rp.269.511.482

Maka putusan hakim untuk menghukum Tergugat untuk membayar

uang ganti kerugian kepada Pengguggat berupa kerugian materiil yaitu

pada nilai investasi objek gugatan di tanggal 14 Februari 2015 sebesar

Rp565.909.092,00 dan denda keterlambatan yaitu 5% dari uang yang telah

diterima oleh Tergugat dari Penggugat sebesar Rp253.902.296,00

sehingga denda tersebut yaitu sebesar Rp12.695.115,00. Sehingga jumlah

seluruh kerugian yang harus dibayar oleh Tergugat adalah sebesar

Rp575.604.207,00 adalah keputusan yang tepat.

Adapun putusan hakim yang tidak mengabulkan gugatan

Pengguggat mengenai sita jaminan (conservatoir beslag) dengan

pertimbangan karena Penggugat tidak pernah mengajukan permohonan

sita jaminan (consevatoir beslaag) secara resmi di persidangan juga sudah

tepat.

Menurut peneliti apa yang dilakukan Majelis Hakim sudah tepat

karena dalam gugatan, penggugat memang sudah mengajukan kepada

Majelis Hakim untuk meletakkan sita jaminan (revindicatoir beslag) atas

objek gugatan. Namun penggugat tidak menjelaskan secara rinci mengenai

objek sita jaminan dalam surat gugatan.

Sita jaminan adalah sita terhadap barang-barang milik tergugat

yang disengketakan status kepemilikannya, atau dalam sengketa hutang

piutang atau tuntutan ganti rugi. Sita jaminan (Conservatoir Beslaag) ini

Page 78: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

69

diatur dalam pasal 227 HIR.6 Berbeda dari conservatoir beslag,

revindicatoir beslag adalah sita terhadap harta benda penggugat/pemohon

sendiri yang ada dalam kekuasaan orang lain (termohon/tergugat). Sita

jaminan ini bukanlah untuk menjamin suatu tagihan berupa uang,

melainkan untuk menjamin suatu hak kebendaan dari pemohon.

Adapun mengenai proses permohonan sita jaminan dapat diajukan

bersama-sama dengan gugatan, oleh karena itu permohonan sita jaminan

menjadi bagian dari pokok gugatan yang assesoris (diletakkan) pada

pokok gugatan. Karena itu pula permohonan sita jaminan tidak boleh

berdiri sendiri tanpa ada perkara pokok dan perkara pokok bisa ada tanpa

sita jaminan. Permohonan sita jaminan itu biasanya dicantumkan pada

bagian akhir “fundamentum petendi” (tuntutan).

Majelis Hakim dalam memeriksa mengenai permohonan sita

jaminan haruslah memenuhi unsur tentang kebenaran dalil Permohonan

mengenai sita jaminan, apabila terbukti dalil permohonan mengenai:

”Adanya persangkaan yang kuat serta beralasan bahwa Tergugat akan

menghilangkan atau bermaksud untuk memindahtangankan atau

menjauhkan barang dari kepentingan Penggugat”.

Adapun hal-hal yang penting diperhatikan oleh para hakim dalam

penanganan sita jaminan menurut SEMA RI No. 5 Tahun 1975 Tanggal 09

Desember 1975, yaitu :

1. Barang yang disita nilainya jangan melampaui nilai gugat;

2. Barang yang disita didahulukan benda yang bergerak, jika tidak

mencukupi baru benda yang tidak bergerak;

3. Barang yang disita tetap dalam penguasaan/pemeliharaan si tersita;

4. Perhatikan ketentuan pasal 198 dan 199 HIR/213 dan 214 RBg.

Dengan demikian jelaslah, bahwa setiap kreditur memiliki hak

jaminan atas piutangnya, baik yang berupa jaminan umum ataupun dapat

pula jaminan yang bersifat istimewa dan didahulukan. Kembali kepada

6 Kussunaryatun, Hukum Acara Perdata Pemeriksaan Perkara Perdata. (Surakarta : UNSPress.1995). h. 34

Page 79: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

70

tujuan dari sita jaminan adalah untuk menjaga hak bukan menciptakan

atau memberikan hak baru. Oleh karena keseluruhan harta debitur, baik

yang bergerak ataupun yang tidak bergerak, baik yang telah ada maupun

yang akan ada adalah jaminan untuk keseluruhan kreditur, maka setiap

kreditur berhak untuk mengajukan permohonan sita jaminan atas

keseluruhan harta debitur, akan tetapi dalam mengajukan permohonan sita

jaminan harus disertai dengan alasan yang jelas dan memenuhi syarat

formil di persidangan.

Jadi dari hasil analisis peneliti, melihat pertimbangan-

pertimbangan hakim yaitu mengenai putusan yang menyatakan tergugat

telah melakukan wanprestasi dan menghukum tergugat untuk membayar

ganti kerugian kepada penggugat dan seluruh biaya perkara dibebankan

kepada tergugat karena gugatan penggugat dikabulkan sebagian dan

tergugat sebagi pihak yang kalah adalah keputusan yang tepat dana adil.

Apabila dikaitkan dengan teori perlindungan konsumen, yang mana

menurut A. Z Nasution hukum perlindungan konsumen merupakan bagian

dari hukum konsumen. Diperlukan kaidah-kaidah yang mengatur dan

melindungi konsumen dalam hubungan dan masalah penyediaan dan

penggunaannya serta mencegah perbuatan-perbuatan tidak jujur dalam

bisnis. Sementara bagi konsumen akhir diperlukan kaidah-kaidah hukum

yang menjamin syarat-syarat aman setiap produk konsumen bagi konsumsi

manusia, dilengkapi dengan informasi yang benar, jelas, jujur, dan

bertanggungjawab.7 Maka Putusan Majelis Hakim telah sesuai dengan

teori perlindungan konsumen.

Dengan demikian putusan Majelis Hakim sudah cukup adil dalam

mengadili perkara. Namun pemerintah perlu lebih memperhatikan aturan

terkait rumah susun yang ada pada Undnag-Undang Nomor 20 Tahun

2011 beserta peraturan turunannya agar lebih jelas dan terarah.

ketidakjelasan aturan yang menimbulkan perbedaan penafsiran

7 Az. Nasution, Hukum perlindungan Konsumen, ... h. 20-21

Page 80: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

71

menimbulkan ketidaksinkronan antarpasal yang membuka celah terjadinya

pelanggaran dan ketiadaan aturan sanksi bagi pihak yang melanggar

sehingga tidak memberi efek jera bagi pengembang yang melanggar

aturan. Adapun kelemahan materi hukum pemasaran apartemen secara pre

project selling ini membuat penegakan hukum terhadap pengembang

menjadi sulit untuk dilakukan. Sehingga konsumen harus sangat berhati-

hati dan teliti agar tidak menempatkan dirinya dalam kerugian.

Page 81: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

72

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dari bab-bab sebelumnya

maka peneliti dapat memberi kesimpulan bahwa:

1. Menurut analisis penulis terdapat ketidakjelasan informasi terkait

Perjanjian antara pelaku usaha dan konsumen dalam hal ini yaitu

Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) yang diberikan oleh

pengembang dan tidak terbuka kepada konsumennya. Padahal sesuai

dalam Pasal 7 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen dimana pelaku usaha wajib beritikad baik

dalam melakukan kegiatan usahanya serta wajib memberikan

informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan

barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan,

perbaikan, dan pemeliharaan. Akibat hukum jika hak atas informasi

jual beli tidak diberikan kepada pembeli dapat menyebabkan kerugian

terutama bagi pembeli yang belum berstatus sebagai pemilik. Dalam

perjanjian tersebut, kejelasan kepemilikan faktor yang menentukan

sejauhmana hak dan kewajiban masing-masing pihak. Kurangnya

informasi yang diberikan kepada pembeli dapat menimbulkan

kerugian bagi pembeli.

2. Dari hasil analisis penulis, melihat pertimbangan-pertimbangan hakim

mengenai putusan yang menyatakan tergugat telah melakukan

wanprestasi dan menghukum tergugat untuk membayar ganti kerugian

kepada penggugat dan seluruh biaya perkara dibebankan kepada

tergugat karena gugatan penggugat dikabulkan sebagian dan tergugat

sebagi pihak yang kalah adalah keputusan yang tepat dan adil. Namun

perlu diperhatikan mengenai Peraturan pelaksana dari Undang-

Undang Nomor 20 Tahun 2011 yang masih mengikuti peraturan

pelaksana dari Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985. Dimana sudah

seharusnya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011 memiliki

peraturan pelaksananya sendiri agar tidak terjadi kekacauan dan

tumpang tindih dibidang rumah susun, serta dapat memberikan aturan

Page 82: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

73

atau regulasi yang jelas dan terbuka supaya tidak ada kesalahan dalam

penafsiran.

B. Rekomendasi

Adapun rekomendasi yang diberikan oleh peneliti, yaitu:

1. Bahwa setiap perjanjian yang sudah disepakati oleh kedua belah pihak

harus dilaksanakan dan dipenuhi sesuai dengan teori Pacta Sunt

Servanda bahwa perjanjian itu mengikat serta menjadi undang-undang

bagi kedua belah pihak dan harus ditepati.

2. Setiap pelaku usaha khususnya pelaku usaha atau pengembang

apartemen harus menaati peraturan dalam mendirikan dan

memasarkan apartemen sesuai Undang-Undang Nomor 20 Tahun

2011 Tentang Rumah Susun.

3. Pemerintah perlu melakukan pengawasan terhadap pengembang-

pengembang apartemen yang sewenang-wenang dan membentuk

lembaga khusus untuk mengawasi pengembang dalam mendirikan dan

memasarkan apartemen pada saat perizinan hingga tahap sertifikasi

agar permasalahan tentang apartemen dapat diminimalisir. Selain itu

perlu dibuat peraturan pelaksana yang lebih lengkap dan efektif dalam

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011 yang hingga saat ini masih

menerapkan peraturan pelaksana yang lama. Karena kehadiran

peraturan pelaksana sangat diperlukan agar tidak terjadi tumpang

tindih dibidang rumah susun.

4. Bagi konsumen yang akan membeli apartemen dengan sistem pre

project selling agar lebih berhati-hati dalam memilih dan mencari tahu

thread record dari pengembang. Konsumen juga harus memahami

betul isi dari perjanjian jual beli antara pengembang dengan konsumen

agar tidak ada klausula-klausula dari perjanjian yang justru akan

merugikan konsumen. Selanjutnya apabila pengembang melakukan

wanprestasi ataupun konsumen merasa hak-haknya dilanggar oleh

pengembang maka konsumen perlu melaporkan hal tersebut ke

lembaga yang berwenang seperti pengadilan atau badan penyelesaian

sengketa konsumen diluar pengadilan (BPKN, BPSK, dan LPKSM).

Page 83: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

74

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Agoes, Sukrisno dan I Cenik Ardana, Etika Bisnis dan Profesi, Jakarta: Salemba

Empat, 2009.

Ali, Achmad, Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis),

Jakarta: PT. Gunung Agung Tbk, 2002.

Antonio, Muhammad Syafe’i , Bank Syariah dari Teori ke Praktek, Jakarta: Gema

Insani, 2001.

Arto, Mukti, Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama, Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2004.

Asser, C., Pengajian Hukum Perdata Belanda, Jakarta: Dian Rakyat, 1991.

Badrulzaman, Mariam Darus, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Buku III

Tentang Hukum Perikatan dengan Penjelasan, Ed. II, Cet I, Bandung:

Alumni, 1996.

___________, Mariam Darus, Perjanjian Kredit Bank, Bandung: Citra Aditya

Bakti, 1991.

Eddy, Richard, Aspek Legal Properti-Teori, Contoh, dan Aplikasi. Yogyakarta:

Penerbit Andi, 2010.

Fuady, Munir, Pengantar Hukum Bisnis, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2012.

___________, Munir, Teori-teori Besar (Grand Theory) dalam Hukum, Jakarta:

Kencana Prenadamedia Group, 2013.

H, Grotius, The Law of War and Peace : De Jure Bell et Paris, 1646 ed, Kesley,

FW. trans., Oxford 1916-25 and Punderof,S., The Law of Nature and

Nations: De Jure Naturae et Gentium, 1688 ed. Oxford, 1934.

Page 84: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

75

H.S., Salim, Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, Cet. V,

Jakarta: Sinar Grafika, 2008.

Halim, Ridwan, Hak Milik, Kondominium, dan Rumah Susun. Jakarta: Puncak

Karma, 1990.

Hernoko, Agus Yudha, Hukum Perjanjian: Asas Proposionalitas dalam Kontrak

Komersial, Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2010.

Hutagalung, Arie S, Condominium dan Permasalahannya. Jakarta: Badan

Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1998.

Ibrahim, Jhonny, Teori dan Metedologi Penelitian Hukum Normatif. Malang:

Bayumedia Publishing, 2006.

Judohusodo, Siswono, Rumah untuk Seluruh Rakyat, INKOPPOL, Unit

Percetakan Bharakerta, Jakarta, 1991.

K., Wantjik Saleh, Kehakiman dan Peradilan, Jakarta: Simbur Cahaya, 1976.

Kamus Besar Bahasa Indonesia

Koeswahyono, Imam, Hukum Rumah Susun: Suatu Bekal Pengantar Pemahaman,

Malang: Bayumedia, 2004.

Kussunaryatun, Hukum Acara Perdata Pemeriksaan Perkara Perdata, Surakarta:

UNS Press, 1995.

Mamuji, Sri dan Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan

Singkat), Jakarta: Rajawali Pers, 2001.

Mashudi dan Mohammad Chidir Ali, Bab-bab Hukum Perikatan, Bandung:

Mandar Maju, 1995.

Page 85: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

76

Meliala, A. Qirom, Pokok-pokok Hukum Perikatan Beserta Perkembangannya,

Yogyakarta: Liberty, 1985.

Muhamad, Abdulkadir, Hukum Perdata Indonesia, Bandung: PT Citra Aditiya

Bakti, 2014.

Mulyadi, Kartini dan Gunawan Widjaya, Jual Beli, Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada

Nasution, Az, Hukum perlindungan Konsumen; Suatu Pengantar, Jakarta: Diadit

Media, 2006.

___________, Konsumen dan Hukum: Tinjauan Sosial, Ekonomi, dan Hukum

pada Perlindungan Konsumen Indonesia, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,

1995.

Niewenhuis, J. H., Pokok-pokok Hukum Perikatan, (Terjemahan Djasadin

Saragih), Surabaya, 1985.

Patrik, Purwahid, Dasar-dasar Hukum Perikatan, Bandung: Mandar Maju, 1994.

Prabawa, Ida B.A, Guide to Invest in Property. Jakarta: Elex Media Komputindo,

2016.

Prawirohamidjojo, Soetojo, Iktikad Baik (Goede Trouw/Good Faith), Pidato

dalam Rangka Memperingati Dies Natalis XXXVIII Universitas Airlangga

Surabaya, 11 November 1992.

Prodjodikoro, R. Wiryono, Hukum Perdata Tentang Persetujuan-Persetujuan

Tertentu, Bandung: Sumur, 1974.

R.W., Andi Sri dan Nurdiyana Tadjuddin, Hukum Perlindungan Konsumen,

Jakarta: Mitra Wacana Media, 2018.

Page 86: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

77

Raharjo, Satjipto, Ilmu Hukum, Band.ung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000

Ramelan, Eman, dkk, Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Pembeli Satuan

Rumah Susun/Strata Title/Apartemen. Yogyakarta: Penerbit Aswaja

Presindo, 2015.

Rasjidi, Lili dan I.B Wysa Putra, Hukum Sebagai Suatu Sistem. Bandung: Remaja

Rusdakarya, 1993.

Samsul, Inosentius, Perlindungan Konsumen, Kemungkinan Penerapan Tanggung

Jawab Mutlak, Jakarta: Universitas Indonesia, 2004.

Santoso, Urip, Hukum Perumahan, Jakarta: Prenadamedia Grup, 2014.

Saragih, Djasadin, Sekilas Perbandingan Hukum Kontrak Civil Law dan Common

Law, Lokakarya ELIPS Projects-Materi Perbandingan Hukum Perjanjian,

Kerjasama FH Unair dengan FH UI, Hotel Sahid Surabaya, 1993.

Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia. Jakarta: PT. Grasindo, 2006

Sjahdeini, Sutan Remy, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang

bagi para Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, Jakarta:

Institut Bankir Indonesia, 1993.

Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: Penerbit Universitas

Indonesia, 1986.

Soemitro, Ronny Hanitijo, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Jakarta,

1990.

Sofie, Yusuf, Pelaku Usaha, Konsumen, dan Tindak Pidana Korporasi, Jakarta:

Ghalia Indonesia, 2002.

Page 87: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

78

Subekti dan Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Pradnya

Jakarta: Paramita, 1980.

Subekti, Aneka Perjanjian, Cet. Keenam, Alumni, Bandung, 1995.

________, Hukum Perjanjian, Cet. XVI, Jakarta: Intermasa, 1996.

Syawali, Husni dan Neni Sri Imaniyati, Hukum Perlindungan Konsumen,

Bandung: Mandar Maju, 2000.

Unger, Roberto Mangabeira, Gerakan Studi Hukum Kritis, Jakarta: Lembaga

Studi Advokasi Masyarakat, 1999.

Perundang-undangan/Putusan Hakim

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgelijk Wetboek).

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011 Tentang Rumah Susun.

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik

Putusan No. 224/Pdt.G/2017/PN.Jkt.Sel.Putusan Mahkamah Agung.

Putusan Tingkat Banding Perkara Nomor 91/PDT/2018//PT.DKI.

Jurnal dan Internet

Asmana, Abi. http://legalstudies71.blogspot.com/2015/09/hapusnya-suatu-

perjanjian-dan-akibat.html, diunduh pada 7 Maret 2019.

Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN), Simposium Hukum Perdata

Nasional, Kerjasama Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN) –

Page 88: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

79

Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 21-23 Desember

1981.

Fardiansyah, Ryza .“Pacta Sunt Servanda”,

http://asashukum.blogspot.com/2012/03/pacta-sunt-servanda.html, diakses

pada 05 Maret 2019.

Mardiasmo, Perwujudan Transparansi dan Akuntabilitas Publik Melalui

Akuntansi Sektor Publik: Suatu Sarana Good Governance Jurnal

Akuntansi Pemerintahan, 2 : 1. (1-17), 2006.

Marzuki, Peter Mahmud, “Batas-batas Kebebasan Berkontrak”, Yuridika,

Volume 18 No.3, Mei Tahun 2003

Nola, Luthvi Febryka. “Permasalahan Hukum dalam Praktik Pre-Project Selling

Apartemen”. Majalah Info Singkat Hukum Volume 9 No. 18. (2017).

Putra, Eka Kurniawan. Penegakan Hukum Pada Bisnis Properti dengan Pola Pre

Project Selling, http://mkn.fh.unair.ac.id/penegakan-hukum-pada-bisnis-

properti-dengan-pola-pre-project-selling/?lang=id, diunduh 31 Januari

2019.

Tunady, Wibowo, http://www.jurnalhukum.com/istilah-rumah-susun-apartemen-

dan-kondominium/, diakses pada 21 Maret 2017

Wikipedia, Apartment, http://en.wikipedia.org/wiki/Apartment diakses pada 8

Maret 2019.

http://infopropertyid.blogspot.com/2013/07/pengembang-la-city-apartment-

siap.html, diunduh 27 April 2019

https://ekonomi.bisnis.com/read/20120506/45/75718/apartemen-murah-akan-

dibangun-di-lenteng-agung, diunduh 27 April 2019

Page 89: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

80

https://ekbis.sindonews.com/read/626259/36/pengembang-ajukan-700-menara-

rusunami-1336533436, diunduh 27 April 2019

http://lacity-apartment.blogspot.com/2012/04/peta-lokasi.html, diunduh 27 April

2019

http://apartemen-di-jakarta-selatan.blogspot.com/2013/07/rincian-biaya-unit-

apartment-la-city.html, diunduh 27 April 2019

Page 90: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Hal.1 dari 34 hal.Putusan Nomor 224/Pdt.G/2017/PN.Jkt.Sel.

P U T U S A N Nomor 224/Pdt.G/2017/PN.Jkt.Sel.

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Pengadilan Negeri Jakarta Selatan yang memeriksa dan memutus

perkara perdata pada tingkat pertama, telah menjatuhkan putusan sebagai

berikut dalam perkara gugatan antara:

KURNIAWANSYAH M., S.T., M.M., bertempat tinggal di Perum Jati

Jajar, Blok 22, Nomor 09, RT.06 RW.010, Jati Jajar,

Tapos, Depok, dalam hal ini memberi kuasa kepada

Ibrahim Fajri,S.H.,ME.I., Umar Said Leurima,S.H., dan

Syahjohan Wahyudin,S.H., para Advokat, beralamat

Kantor di Cilebut Garden, Blok A, Nomor 21, Cilebut

Barat, Sukaraja, Bogor, berdasarkan Surat Kuasa

Khusus, tanggal 3 Maret 2017, selanjutnya disebut

sebagai Penggugat;

Lawan:

PT. SPEKTA PROPERTY INDONESIA, beralamat di Jalan Raya

Lenteng Agung Timur Nomor 39, Jagakarsa, Jakarta

Selatan, dalam hal ini memberi kuasa kepada

R.Supramono,S.H., dan Arief Taufani,S.H., para

Advokat, yang berkantor di Jalan Tirtayasa X Nomor

3, Lantai 3, Kebayoran Baru, Jakarta, berdasarkan

Surat Kuasa Khusus tanggal 13 April 2017,

selanjutnya disebut sebagai Tergugat;

Pengadilan Negeri tersebut;

Setelah membaca berkas perkara;

Setelah mendengar kedua belah pihak;

TENTANG DUDUK PERKARA

Menimbang, bahwa Penggugat dengan surat gugatan tanggal 30

Maret 2017 yang diterima dan didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri

Jakarta Selatan pada tanggal 4 April 2017 dalam Register Nomor

224/Pdt.G/2017/ PN.Jkt.Sel., telah mengajukan gugatan sebagai berikut:

1. Bahwa Penggugat adalah konsumen atau pembeli Satu Unit

Apartemen LA City Nomor : A/16/5/2 BR, luas 30 M2 dan Tergugat

adalah Pengembang sekaligus penjual apartemen La City, yang

berlokasi di Jalan Raya Lenteng Agung Timur Nomor 39, Jagakarsa,

Jakarta Selatan ;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1

Page 91: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Hal.2 dari 34 hal.Putusan Nomor 224/Pdt.G/2017/PN.Jkt.Sel.

2. Bahwa pada tanggal 06 Juli 2013, Penggugat dan Tergugat sepakat

dan menandatangani Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) Nomor

400/PPJB/LACITY/VII/2013 dengan Objek Perjanjian berupa Satu Unit

Apartemen LA City Nomor : A/16/5/2 BR, luas 30 M2 dengan harga jual

Rp.269.511.482 (Dua Ratus Enam Puluh Sembilan Juta Lima Ratus

Sebelas Ribu Empat Ratus Delapan Puluh Dua Rupiah) di hadapan

Notaris Dr. Ir. Franz Astani., SH., M.Kn., SE., MBA., MM., MSI. di

wilayah hukum Jakarta Selatan;

3. Bahwa selaku pembeli Penggugat telah melaksanakan kewajiban

berupa pembayarannya, dan untuk pelunasannya apabila terjadi serah

terima unit sebagaimana yang disepakati Tergugat dengan Penggugat;

4. Bahwa sebagimana pasal 15 ayat (1) Perjanjian Pengikatan Jual Beli

(PPJB) nomor 400/ppjb/lacity/vii/2013 tanggal 6 juli 2013, Tergugat

akan melaksanakan penyerahan serah terima unit Apartemen LA City

Nomor: A/16/5/2 BR, luas 30 M2 pada tanggal 30 Desember 2013;

5. Sebagaimana Pasal 11 ayat (2), (3), dan (4) Perjanjian Pengikatan Jual

Beli ( PPJB ) nomor 400/ppjb/lacity/vii/2013 tanggal 6 juli 2013 , bahwa

perpanjangan waktu penyelesaian pembangunan oleh Tergugat dibagi

dalam 3 tahap;

Yaitu :

Dengan waktu 120 hari kalender setelah jatuh tempo;

Dengan waktu 90 hari kalender setelah perpanjangan waktu

pertama,dan

Dengan waktu 60 hari kalender setelah perpanjangan kedua;

Maka secara keseluruhan perpanjangan waktu penyelesaian

pembangunan oleh Tergugat adalah 270 hari kalender; sehingga

secara jelas Tergugat telah menciderai janji (Wanprestasi) sehingga

hal tersebut sangat merugikan Penggugat;

6. Sebagaimana pasal 11 ayat (5) perjanjian pengikatan jual beli nomor

400/ppjb/lacity/vii/2013 tanggal 6 juli 2013, bahwa keterlambatan

Tergugat menyelesaikan pembangunan sesuai perjanjian maka

dikenakan denda 0,1% dari jumlah uang yang telah diterima dari pihak

kedua untuk setiap hari dengan maksimal 5% dari nilai jual Rp.

269.511.482 yaitu sebesar Rp.13.475.574,1,- (tiga belas juta empat

ratus tujuh puluh lima ribu lima ratus tujuh puluh empat koma satu

rupiah);

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2

Page 92: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Hal.3 dari 34 hal.Putusan Nomor 224/Pdt.G/2017/PN.Jkt.Sel.

7. Bahwa hingga Penggugat mengajukan Gugatan ini unit apartemen LA

City Nomor : A/16/5/2 BR, luas 30 M2 yang dimaksud, belum juga

diterima Penggugat;

8. Sebagaimana Pasal 11 ayat (6), (7), dan (8) perjanjian pengikatan jual

beli (PPJB) Nomor 400/PPJB/LACITY/VII/2013 Tanggal 6 Juli 2013,

bahwa dalam 90 Hari kalender perpanjangan waktu yang kedua,

Penggugat dapat mengakhiri secara sepihak perjanjian ini, dan

Tergugat wajib mengembalikan seluruh uang yang diterima oleh Pihak

Kedua dengan ditambah denda maksimal 5%;

9. Bahwa perbuatan Tergugat yang telah ingkar dari janjinya (berupa

penyelesaian pekerjaan unit apartemen LA City Nomor : A/16/5/2 BR,

luas 30 M2 dan diserahkan kepada Penggugat selaku Konsumen/

pembeli adalah merupakan perbuatan wanprestasi sebagaimana yang

dijelaskan dalam pasal 1234 KUH Perdata tiap tiap perikatan yaitu

untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu dan untuk tidak

berbuat sesuatu;

10. Bahwa Perbuatan wanprestasi yang dilakukan oleh Tergugat

sebagaimana diuraikan diatas, melahirkan hak bagi Penggugat untuk

menuntut segala ganti kerugian, bunga dan biaya denda yang

diakibatkan oleh perbuatan wanprestasi tersebut (vide: Pasal 1243

KUHPerdata), sehingga karenanya cukup alasan bagi gugatan ini;

11. Bahwa sesuai dengan Pasal 1338 Kitab Undang-undang Hukum Perdata

menyatakan semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai

undang-undang bagi mereka yang membuatnya: sehinga perjanjian

pengikatan jual beli (PPJB) Nomor 400/PPJB/LACITY/VII/2013 Tanggal 6

Juli 2013 sah dan menjadi Undang undang bagi Penggugat dan Tergugat;

12. Bahwa dalam pasal 1244 dan 1245 mengatur pembebasan apabilah

terjadi force majeur atau overmacht, atau karena keadaan yang tidak

disengaja/keadaan memaksa. sehingga tidak ada alasan bagi Tergugat

untuk menyatakan bahwa tergugat mengalami kondisi Force Majeur,

maka sudah sepatutnya Tergugat mengganti seluruh kerugian yang di

derita Penggugat;

13. Bahwa adapun kerugian-kerugian akibat perbuatan yang dilakukan

Tergugat, sebagai berikut :

KERUGIAN MATERIL :

Bahwa Nilai Investasi objek gugatan di Tanggal 14 Febuari 2015

adalah Rp.565.909.092,- (Lima Ratus Enam Puluh Lima Juta

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3

Page 93: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Hal.4 dari 34 hal.Putusan Nomor 224/Pdt.G/2017/PN.Jkt.Sel.

Sembilan Ratus Sembilan Ribu Sembilan Puluh Dua Rupiah);

Denda Keterlambatan 5% dari Nilai Jual Rp. 269.511.482 yaitu

Sebesar Rp.13.475.574,- (Tiga Belas Juta Empat Ratus Tujuh

Puluh Lima Ribu Lima Ratus Tujuh Puluh Empat Rupiah);

Bahwa akibat perbuatan ingkar janji (wanprestasi) yang telah

dilakukan oleh Tergugat tersebut, mengakibatkan keuntungan

Investasi Penggugat hilang dan juga menyebabkan kepercayaan

Penggugat untuk berinvestasi di bidang Property Khususnya

Apartemen menghilang, hal mana apabila dinilai dengan uang

adalah setara dan patut ditetapkan sebesar Rp. 100.000.000,-

(Seratus Juta Rupiah);

Bahwa Total Kerugian Penggugat sebesar Rp.679.384.666,- (Enam

Ratus Tujuh Puluh Sembilan Juta Tiga Ratus Delapan Puluh Empat

Ribu Enam Ratus Enam Puluh Enam Rupiah);

Bahwa apabila Tergugat lalai melaksanakan putusan a quo

sangatlah beralasan kiranya agar Tergugat dihukum untuk

membayar uang paksa (dwangsom) sebesar Rp. 1.000.000,- (Satu

Juta Rupiah) setiap harinya sejak putusan ini berkuatan hukum

tetap;

Bahwa Tergugat agar dihukum membayar segala biaya yang timbul

dalam perkara ini;

Bahwa disamping itu timbul kekuatiran pada Penggugat, pada saat

perkara ini diputus oleh majelis hakim pengadilan negeri jakarta

selatan putusan nantinya akan menjadi sia-sia, mengingat tergugat

akan berupaya untuk mengalihkan dan/atau menghilangkan

dan/atau menjadikannya tidak utuh lagi baik untuk seluruhnya

maupun untuk sebagian atas objek gugatan yang berlokasi di jalan

raya lenteng agung timur nomor 39, jagakarsa, jakarta selatan,

dengan spesifikasi sebagai berikut :

tower : a

lantai : 16

nomor unit : 5

tipe : 2 br

luas : 30 m2;

sehingga dengan mengacu kepada pasal 720 reglement op de

rechtsvordering (rv) dan pasal 227 het herziene indonesisch

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4

Page 94: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Hal.5 dari 34 hal.Putusan Nomor 224/Pdt.G/2017/PN.Jkt.Sel.

reglement (hir), maka beralasan apabila Penggugat mohon kepada

majelis hakim pengadilan negeri jakarta selatan yang memeriksa

perkara ini untuk meletakkan sita jaminan (revindicatoir beslag)

atas objek gugatan dimaksud;

Bahwa untuk tidak menunggu lama di karenakan Penggugat telah

banyak, mengalami keruigian, dimohon kepada Majelis Hakim

Pemeriksa agar putusan ini dapat dijalankan lebih dahulu

meskipun ada bantahan (verzet), banding atau kasasi (uit

voerbaar bijvoorad);

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, Penggugat memohon kepada Pengadilan

Negeri Jakarta Selatan untuk memanggil para pihak yang bersengketa pada

suatu persidangan yang ditentukan untuk itu guna memeriksa dan mengadili

gugatan ini dan selanjutnya berkenan untuk memberikan putusan sebagai

berikut ;

1. Menerima dan mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya;

2. Menyatakan sah dan mengikat Perjanjian Pengikatan Jual Beli Nomor

400/PPJB/LACITY/VII/2013 Tanggal 6 Juli 2013 antara Penggugat dan

Tergugat;

3. Menyatakan Tergugat telah melalaikan kewajibannya dengan tidak

melakukan penyerahan Serah Terima Unit/Pinjam Pakai Unit dari pada

OBJEK GUGATAN kepada Penggugat karena alasan pembangunan

belum selesai adalah perbuatan cidera janji (wanprestasi);

4. Menyatakan Penggugat telah melunasi seluruh kewajibannya;

5. Menyatakan sah dan mengikat pembayaran yang dilakukan oleh

Penggugat dengan sitem Kontan bertahap melalui Tunai dan Giro;

6. Menyatakan sah dan mengikat Nilai Investasi OBJEK GUGATAN di

Tanggal 14 Febuari 2015 yang di tawarkan oleh Tergugat melalui

Pameran JCC yang Penggugat kutip dari Media Online yaitu

Merdeka.com dengan link internet https://m.merdeka.com/uang/pameran-

di-jcc-tawarkan apartemen -rp-400-juta-di-jaksel-dan-jaktim.html;

7. Menghukum Tergugat untuk membayar uang ganti kerugian kepada

Penggugat secara tunai dan seketika dengan rincian sebagai berikut:

KERUGIAN MATERIL :

1. Nilai Investasi OBJEK GUGATAN di Tanggal 14 Febuari 2015 adalah

Rp.565.909.092,- (Lima Ratus Enam Puluh Lima Juta Sembilan

Ratus Sembilan Ribu Sembilan Puluh Dua Rupiah);

2. Denda Keterlambatan 5% dari Nilai Jual Rp. 269.511.482 yaitu

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5

Page 95: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Hal.6 dari 34 hal.Putusan Nomor 224/Pdt.G/2017/PN.Jkt.Sel.

Sebesar Rp.13.475.574,- (Tiga Belas Juta Empat Ratus Tujuh Puluh

Lima Ribu Lima RatusTujuh Puluh Empat Rupiah);

KERUGIAN IMMATERIL :

Bahwa akibat perbuatan ingkar janji (wanprestasi) yang telah dilakukan

oleh Tergugat tersebut, mengakibatkan keuntungan Investasi

Penggugat Hilang dan juga menyebabkan kepercayaan Penggugat

untuk berinvestasi di bidang Property Khususnya Apartemen

menghilang, hal mana apabila dinilai dengan uang adalah setara dan

patut ditetapkan sebesar Rp. 100.000.000,- (Seratus Juta Rupiah);

TOTAL KERUGIAN:

Adalah sebesar Rp.679.384.666,- ( Enam Ratus Tujuh Puluh Sembilan Juta

Tiga Ratus Delapan Puluh Empat Ribu Enam Ratus Enam Puluh Enam

Rupiah);

Menghukum Tergugat untuk membayar uang paksa (dwangsom)

sebesar Rp. 1.000.000,- (Satu Juta Rupiah) setiap harinya sejak

putusan ini berkuatan hukum tetap;

Menghukum Tergugat agar membayar segala biaya yang timbul dalam

perkara ini;

Menyatakan sah dan berharga sita jaminan (Conservatoir Beslag) yang

telah diletakkan dalam perkara ini terhadap OBJEK GUGATAN yang

berlokasi di Jalan Raya Lenteng Agung Timur Nomor 39, Jagakarsa,

Jakarta Selatan, dengan Spesifikasi sebagai berikut :

- Tower : A - Lantai :16 - Nomor Unit : 5 - Tipe : 2 BR - Luas : 30 M2;

Menyatakan putusan ini dapat dijalankan lebih dahulu meskipun ada

bantahan (verzet), banding atau kasasi (uit voerbaar bijvoorad);

Namun apabila Yang Terhormat Bapak Ketua Pengadilan Negeri Jakarta

Selatan Cq. Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan yang

memeriksa dan mengadili perkara ini berpendapat lain, dengan mengacu pula

pada hak-hak proporsionalitas pihak-pihak terkait pada permasalahan ini,

serta dengan tetap memegang teguh prinsip-prinsip hukum yang berlaku di

Negara ini, Kami mohonkan keadilan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono);

Menimbang, bahwa pada hari persidangan yang telah ditentukan, para

pihak masing-masing untuk Penggugat dan Tergugat menghadap kuasanya

tersebut;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6

Page 96: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Hal.7 dari 34 hal.Putusan Nomor 224/Pdt.G/2017/PN.Jkt.Sel.

Menimbang, bahwa pengadilan telah mengupayakan perdamaian

diantara para pihak melalui mediasi sebagaimana diatur dalam Perma Nomor 1

Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan yang telah diperbaharui

dengan Perma Nomor 1 Tahun 2016 dengan menunjuk Sdr.Agus

Widodo,S.H.,M.H., Hakim pada Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, sebagai

Mediator;

Menimbang, bahwa berdasarkan laporan Mediator tanggal 24 Mei 2017,

upaya perdamaian tersebut tidak berhasil;

Menimbang, bahwa oleh karena itu pemeriksaan perkara dilanjutkan

dengan pembacaan surat gugatan yang isinya tetap dipertahankan oleh

Penggugat;

Menimbang, bahwa terhadap gugatan Penggugat tersebut Tergugat

memberikan jawaban sebagai berikut:

DALAM EKSEPSI

GUGATAN PENGGUGAT KABUR DAN TIDAK JELAS (OBSCUUR LIBEL)

KARENA PENGGUGAT TELAH MENGGABUNGKAN ANTARA GUGATAN

PERBUATAN MELAWAN HUKUM DENGAN GUGATAN WANPRESTASI.

1. Bahwa M. Yahya Harahap dalam Hukum Acara Perdata, cetakan ke 13,

penerbit Sinar Grafika, halaman 455 menjelaskan bahwa gugatan

wanprestasi memiliki perbedaan dengan gugatan Perbuatan Melawan

Hukum. Salah satu perbedaan tersebut dapat dilihat dari segi tuntutan

ganti rugi. Bahwa berdasarkan Pasal 1236 dan 1243 KUH Perdata

mengatur jenis ganti rugi yang dapat dituntut dalam gugatan wanprestasi

yaitu terdiri dari:

Kerugian yang dialami;

Keuntungan yang akan diperoleh;

Bunga.

Sebaliknya, Pasal 1365 KUH Perdata sebagai dasar hukum gugatan

Perbuatan Melawan Hukum :

Tidak menyebut bagaimana bentuk ganti rugi;

Tidak menyebutkan rincian ganti rugi;

Dengan demikian yang dapat dituntut:

- Kerugian materil;

- Kerugian imateril.

2. Bahwa dalam Gugatan PENGGUGAT dapat diketahui dalam posita angka

5, 9 s/d 10 PENGGUGAT mendalilkan bahwa TERGUGAT telah

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7

Page 97: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Hal.8 dari 34 hal.Putusan Nomor 224/Pdt.G/2017/PN.Jkt.Sel.

melakukan perbuatan wanprestasi. N A M U N, apa yang dituntut

PENGGUGAT dalam petitum 7 adalah kerugian materil dan immateriil

yang mana merupakan hak menuntut yang timbul akibat dari Perbuatan

Melawan Hukum. Maka dalam hal ini, PENGGUGAT telah

mencampuradukkan antara gugatan wanprestasi dengan perbuatan

melawan hukum dalam Gugatannya;

3. Bahwa M. Yahya Harahap dalam Hukum Acara Perdata, cetakan ke 13,

penerbit Sinar Grafika, halaman 455, menjelaskan bahwa tidak dibenarkan

mencampuradukan wanprestasi dengan PMH di dalam gugatan. Maka

sesuai dengan Yurisprudensi Tetap Putusan Mahkamah Agung RI

No.1875 K/Pdt/1984 tanggal 29 April 1986 menyatakan, bahwa

“penggabungan gugatan perbuatan melawan hukum dengan perbuatan

ingkar janji tidak dibenarkan dalam tertib beracara dan harus diselesaikan

tersendiri pula”. Akibat dari pencampuradukan antara gugatan wanprestasi

dengan perbuatan melawan hukum, maka gugatan menjadi kabur

(obscuurliebel). Oleh karenanya, gugatan harus dinyatakan tidak dapat

diterima (niet ontvankeijke veerklaard;

GUGATAN PENGGUGAT PREMATUR KARENA TIDAK DIDAHULUI

DENGAN SOMASI YANG MENYATAKAN BAHWA TERGUGAT TELAH

MELAKUKAN WANPRESTASI.

4. Bahwa merujuk ke Pasal 1238 KUH Perdata yang berbunyi:

“Si berutang adalah lalai, apabila ia dengan surat perintah atau dengan

sebuah akta sejenis itu telah dinyatakan lalai, atau demi perikatannya

sendiri, ialah jika ini menetapkan, bahwa si berutang harus dianggap

lalai dengan lewatnya waktu yg ditentukan”;

Dan Pasal 1243 KUH Perdata yang berbunyi:

“Penggantian biaya, kerugian dan bunga karena tak dipenuhinya suatu

perikatan mulai diwajibkan, bila debitur, walaupun telah dinyatakan

Ialai, tetap Ialai untuk memenuhi perikatan itu, atau jika sesuatu yang

harus diberikan atau dilakukannya hanya dapat diberikan atau

dilakukannya dalam waktu yang melampaui waktu yang telah

ditentukan”;

5. Berdasarkan kedua pasal tersebut, gugatan terhadap perkara wanprestasi

hanya dapat dilakukan jika telah dilakukan peringatan kepada TERGUGAT

bahwa TERGUGAT telah melakukan tindakan wanprestasi. Namun,

hingga gugatan ini diajukan, TERGUGAT sama sekali belum menerima

surat peringatan (somasi) dari PENGGUGAT yang menyatakan bahwa

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8

Page 98: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Hal.9 dari 34 hal.Putusan Nomor 224/Pdt.G/2017/PN.Jkt.Sel.

TERGUGAT telah melakukan tindakan wanprestasi. Maka sudah

sepatutnya Majelis Hakim menyatakan gugatan tidak dapat diterima (niet

ontvankelijke veerklaard);

DALAM POKOK PERKARA

6. Bahwa hal-hal yang telah TERGUGAT kemukakan didalam eksepsi,

mohon dianggap termasuk dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan

dalam pokok perkara ini;

7. Bahwa TERGUGAT menolak dengan tegas dalil-dalil dari PENGGUGAT

dalam gugatannya kecuali yang secara tegas diakui secara benar oleh

TERGUGAT;

8. Bahwa atas dalil angka 1 s/d 8 Gugatan PENGGUGAT maka terdapat

fakta bahwa telah ditandatanganinya Perjanjian Pengikatan Jual Beli

(PPJB) Nomor : 400/PPJB/LACITY/VII/2013 tertanggal 6 Juli 2013 antara

PENGGUGAT dan TERGUGAT, dimana syarat subyektif yaitu adanya

kata sepakat dari PENGGUGAT dan TERGUGAT yang dituangkan dalam

Perjanjian tersebut dan adanya kecakapan antara PENGGUGAT dan

TERGUGAT untuk mengadakan perjanjian serta syarat obyektif yaitu

adanya objek yang diperjanjikan dan objek tersebut adalah suatu yang

tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,

kesusilaan dan ketertiban umum hal ini sebagaimana yang dinyatakan

dalam ketentuan pasal 1320 KUHPerdata telah dipenuhi oleh

PENGGUGAT dan TERGUGAT oleh sebab itu, Perjanjian Pengikatan Jual

Beli (PPJB) Nomor : 400/PPJB/LACITY/VII/2013 tertanggal 6 Juli 2013

keberadaannya berlaku sah sebagai undang-undang bagi PENGGUGAT

dan TERGUGAT berdasarkan pasal 1338 paragraf (1) KUHPerdata

Perjanjian tersebut yang harus ditaati baik oleh PENGGUGAT maupun

TERGUGAT dengan berlandasan itikad baik sebagaimana yang

dinyatakan dalam pasal 1338 paragraf 3 KUH Perdata;

9. Bahwa TERGUGAT menolak dengan tegas dalil PENGGUGAT pada

angka 12 gugatannya yang pada pokoknya menyatakan bahwa tidak ada

alasan bagi TERGUGAT untuk menyatakan bahwa TERGUGAT

mengalami force majeur. Hal ini haruslah dilakukan pembuktian apakah

TERGUGAT mengalami force majeur atau tidak selama melaksanakan

pembangunan Apartemen Lenteng Agung City. Bahwa tidak dapat

diselesaikannya Apartemen Lenteng Agung City tepat waktu, TERGUGAT

punya alasan sebagai berikut:

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9

Page 99: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Hal.10 dari 34 hal.Putusan Nomor 224/Pdt.G/2017/PN.Jkt.Sel.

a. Bahwa dalam ketentuan pasal 20 Perjanjian Pengikatan Jual Beli

(PPJB) Nomor : 400/PPJB/LACITY/VII/2013 tertanggal 6 Juli 2013

tentang FORCE MAJEURE (KEADAAN MEMAKSA) terdapat

ketentuan yang pada intinya apabila keterlambatan atau kegagalan

pembangunan tersebut diakibatkan oleh kejadian atau peristiwa yang

secara layak dan patut tidak dapat dihindari atau berada diluar

kemampuan PIHAK PERTAMA, maka para pihak secara tegas

MENYETUJUI bahwa PIHAK PERTAMA termasuk seluruh afiliasinya

perusahaan PIHAK PERTAMA dan karywan-karyawannya tidak akan

bertanggung jawab dan/atau dituntut baik secara perdata maupun

pidana dan/atau tuntutan ganti kerugian dalam bentuk apapun dan

jumlah berapapun untuk bertanggung jawab atas setiap keterlambatan

atau kegagalan atau kesalahan untuk memenuhi sesuatu atau

beberapa kewajibannya, khususnya untuk meyelesaikan

pembangunan sarusun Apartemen LA City. Maka dalil PENGGUGAT

yang menyatakan tidak ada alasan bagi TERGUGAT untuk

menyatakan bahwa TERGUGAT mengalami kondisi force majeure

merupakan dalil yang tidak berdasar;

b. Bahwa alasan TERGUGAT tidak menyelesaikan secara tepat waktu

bukannya tanpa ada alasan hukum, melainkan terdapat alasan hukum

yang sangat jelas karena pada saat itu terjadi perubahan regulasi atau

peraturan dari Pemerintah Daerah DKI Jakarta, seperti:

Perubahan Ijin Lantai yang semula 24 lantai berubah menjadi 17

lantai;

- Bahwa Retribusi Persetujuan Prinsip Penyelesaian Koefisien

Lantai Bangunan (KLB) yang terdapat pada pasal 2 ayat (1) huruf

c angka 26 Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota

Jakarta Nomor : 1 tahun 2006 tentang Retribusi Daerah, dimana

diakhir masa jabatan Gubernur Fauzi Bowo, yaitu pada

tanggal 1 Oktober 2012, Peraturan Daerah Nomor : 1 tahun

2006 tersebut sudah tidak berlaku lagi;

- Bahwa Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota

Jakarta, nomer: 3 tahun 2012 tentang Retribusi Daerah. Bab

XXVI, Pasal 147, tentang Ketentuan Penutup. Pada saat

Peraturan Daerah ini berlaku, Peratuan Daerah nomer 1 tahun

2006, tentang Retribusi Daerah (lembaran Daerah-daerah Khusus

Ibu kota Jakarta tahun 2006, nomer 1) dicabut dan dinyatakan

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10

Page 100: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Hal.11 dari 34 hal.Putusan Nomor 224/Pdt.G/2017/PN.Jkt.Sel.

tidak berlaku. Dengan tidak diberlakukan kembali Perda tentang

Retribusi Daerah tersebut diatas, maka permohonan Pelampauan

Koefisien Lantai Bangunan (KLB) untuk 24 lantai tidak terealisasi;

- Sedangkan permohonan penggunaan perhitungan KLB

berdasarkan Daerah Kepemilikan Lahan (DKL), nomer: 716/-

1.711 53, tanggal 15 Juli 2014, oleh Kepala Dinas Tata Ruang

Provinsi DKI Jakarta: Ir. Gamal Sinurat, MT. Penjelasan atas

permohonan tindak lanjut penggunaan perhitungan KLB

berdasarkan Daerah Kepemilikan Lahan (DKL), nomer: 1322/-

1.711.53 tanggal 6 Nopember 2014, oleh Kepala Dinas Tata

Ruang Provinsi DKI Jakarta: Ir. Gamal Sinurat, MT.;

Perubahan Peraturan Ketahanan Gempa dari SNI 2002 menjadi

SNI 2012;

- Persetujuan Prinsip Penggunaan Perhitungan Intensitas

Pemanfaatan Ruang Berdasarkan Daerah Kepemilikan Lahan

(DKL), nomer: 135/-1.711.5 tanggal 9 Februari 2015 oleh

Gubernur Provinsi DKI Jakarta: Basuki T. Purnama.

- Bahwa sudah adanya persetujuan Design Arsitektur 24 lantai oleh

Team Ahli Independen Pemprov DKI Jakarta, yaitu Team Ahli

Bangunan Gedung Bidang Arsitektur dan Perkotaan (TABG-AP),

nomer: 35/TABG-AP/S/5/2015 tanggal 29 April 2015, Ketua

Team: Prof. Ir. Gunawan Tjahjono, M. Arch, Ph.D

- Bahwa namun Design Struktur 24 lantai tidak disetujui oleh Team

Ahli Bangunan Gedung Struktur dan Geodesi (TABG-SG) yang

tertuang dalam Lembar Penilaian Dokumen Teknis ke 2,

sidang TABG- SG tanggal 9 September 2015 oleh anggota

TABG-SG DKI: Syahril A. Rahim.

- Dengan diberlakukan Peraturan Gempa 2012 (SNI) di wilayah

Prov. DKI Jakarta, melalui Surat Edaran Kepala Dinas Tata

Ruang Prov. DKI Jakarta yang ditujukan kepada Konsultan

Struktur tanggal 1 Juni 2014 maka design struktur yang

dilaksanakan, tidak memenuhi syarat, yaitu masih ada

kekurangan pembesian/detailing karena perhitungan/design

struktur awal, masih mengikuti persyaratan Peraturan Gempa

tahun 2002 (SNI 2002) .

Adanya gugatan pada Pengadilan Tata Usaha Negara Nomor :

218/G/2013/PTUN-JKT;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11

Page 101: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Hal.12 dari 34 hal.Putusan Nomor 224/Pdt.G/2017/PN.Jkt.Sel.

- Bahwa terhadap gugatan pada Pengadilan Tata Usaha Negara

Nomor : 218/G/2013/PTUN-JKT tersebut yang menjadi objek

sengketa adalah Surat Keputusan Kepala Dinas Pengawasan dan

Penertiban Bangunan Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

Nomor : 9605/IMB/2013 tanggal 23 Agustus 2013 tentang Izin

Mendirikan Bangunan kepada PT. Spekta Properti Indonesia

sehingga telah menarik TERGUGAT sebagai Tergugat II

Intervensi dalam perkara tersebut;

- Bahwa pada diterbitkannya Surat Keputusan Kepala Dinas

Pengawasan dan Penertiban Bangunan Propinsi Daerah Khusus

Ibukota Jakarta Nomor : 9605/IMB/2013 tanggal 23 Agustus 2013

tentang Izin Mendirikan Bangunan kepada PT. Spekta Properti

Indonesia yang menjadi objek sengketa, Penggugat dalam

gugatannya mendalilkan bahwa telah bertentangan dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku dan asas-asas

umum pemerintahan yang baik sebagaimana dimaksudkan Pasal

53 ayat (2) huruf a dan b Undang-Undang Nomor : 9 Tahun 2004

tentang Peradilan Tata Usaha Negara;

- Bahwa terhadap gugatan Pengguat tersebut, Majelis Hakim

Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta telah mempertimbangkan

bahwa objek sengketa telah diterbitkan dengan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku serta sesuai

dengan Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik setelah diuji

dari segi kewenangan, prosedural dan substansi penerbitan objek

sengketa

- Bahwa dengan adanya gugatan pada Pengadilan Tata Usaha

Negara tersebut telah berakibat terhambatnya pembangunan dari

apartemen Lenteng Agung City;

c. Bahwa atas tunduhan PENGGUGAT yang menyatakan bahwa

TERGUGAT telah melakukan wanprestasi atas keterlambatan

pembangunan apartemen telah TERGUGAT jelaskan yang pada

pokoknya menyatakan keterlambatan pembangunan apartemen

dikarenakan adanya faktor Force Majeur, dengan demikian

TERGUGAT tidak dapat dikategorikan telah melakukan perbuatan

wanprestasi;

Bahwa TERGUGAT menolak dengan tegas dalil PENGGUGAT pada

angka 13 gugatannya yang pada pokoknya menyatakan bahwa

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12

Page 102: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Hal.13 dari 34 hal.Putusan Nomor 224/Pdt.G/2017/PN.Jkt.Sel.

PENGGUGAT telah mengalami kerugian materill sebesar Rp.

679.384.666,- (enam ratus tujuh puluh sembilan juta tiga ratus delapan

puluh empat ribu enam ratus enam puluh enam rupiah);

10. Bahwa TERGUGAT menolak dengan tegas dalil PENGGUGAT pada

angka 13 gugatannya yang pada pokoknya menyatakan bahwa akibat

wanprestasi (ingkar janji) yang dilakukan TERGUGAT maka PENGGUGAT

menderita kerugian materil dan immateriil sebesar Rp 679.384.666,- (enam

ratus tujuh puluh sembilan juta tiga ratus delapan puluh empat ribu enam

ratus enam puluh enam rupiah) akibat hilangnya keuntungan investasi dari

PENGGUGAT. Dengan alasan dalil PENGGUGAT yang menyatakan

menderita kerugian materiil dan immateriil sangat tidak berdasar, lagipula

tuntutan kerugian materil dan kerugian immateriil merupakan hak menuntut

yang timbul atas gugatan perbuatan melawan hukum, bukan atas gugatan

wanprestasi yang notabene yang hanya dapat menuntut biaya, rugi, dan

bunga;

11. Bahwa TERGUGAT menolak secara tegas dalil PENGGUGAT pada angka

13 Gugatan yang pada pokoknya menyatakan agar Mejelis Hakim

meletakkan sita jaminan terhadap objek gugatan berupa unit Apartemen

Lenteng Agung City milik PENGGUGAT. Dengan alasan terhadap barang

yang diajukan permohonan sita jaminan, terdapat kepentingan dari pihak

ketiga, tindakan penyitaan tersebut dapat menimbulkan kepanikan dari

Pihak Ketiga dengan demikian penyitaan tersebut tidak hanya merugikan

TERGUGAT, akan tetapi juga Pihak Ketiga, dan akan sulit untuk

mengembalikan dalam ke keadaan semula. Oleh karena itu, demi

mencegah kerugian baik material maupun sosial yang lebih besar, maka

sudah sepatutnya permohonan sita jaminan tersebut ditolak;

12. Bahwa TERGUGAT menolak dengan tegas dalil PENGGUGAT pada

angka 23 Gugatan yang meminta putusan dalam perkara a quo dinyatakan

dapat dilaksanakan terlebih dahulu secara serta merta meski ada upaya

kasasi (Uit Voerbar Bij Voorrad) karena PENGGUGAT tidak dapat

menunjukkan bukti-bukti yang sah dan otentik serta tidak terpenuhinya

syarat-syarat yang ditetapkan dalam Pasal 180 HIR dan SEMA No. 03

Tahun 1971;

Bahwa berdasarkan apa yang telah TERGUGAT uraikan di atas, dengan ini

TERGUGAT memohon kepada Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili

serta memutus perkara ini, agar kiranya menjatuhkan putusan sebagai berikut:

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13

Page 103: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Hal.14 dari 34 hal.Putusan Nomor 224/Pdt.G/2017/PN.Jkt.Sel.

DALAM EKSEPSI

1. Menerima dan mengabulkan Eksepsi TERGUGAT untuk seluruhnya;

2. Menolak gugatan PENGGUGAT atau setidak-tidaknya menyatakan

gugatan tidak dapat diterima (niet ontvankelijke verklaard);

DALAM POKOK PERKARA

1. Menolak Gugatan PENGGUGAT untuk seluruhnya;

2. Menghukum PENGGUGAT untuk membayar seluruh biaya yang timbul

dalam perkara ini;

ATAU, apabila Majelis Hakim berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-

adilnya (ex aquo et bono);

Menimbang, bahwa selanjutnya Penggugat mengajukan replik

tertanggal 21 Juni 2017, sedang Tergugat mengajukan duplik tertanggal

12 Juli 2017;

Menimbang, bahwa untuk membuktikan dalil-dalil gugatannya

Penggugat telah mengajukan bukti surat-surat berupa fotokopi yaitu Bukti P-1

sampai dengan Bukti P-18 yang telah disesuaikan dengan aslinya, kecuali

Bukti P-12 adalah fotokopi dari fotokopi, Bukti P-14, P-15, P-16. P-17 dan

P-18 adalah bukti hasil print out, bukti-bukti tersebut bermaterai cukup dan

telah dileges sebagai berikut:

1. Foto copy Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) LA City Apartemen Nomor

PPJB: 400/PPJB/LACITY/VII/2013, Nomor Unit: Tower A Lantai 16 No.5 Type

2 BR, atas nama pembeli : KURNIAWAN SYAH, tertanggal 7 Juli 2013, bukti

P-1 ;

2. Foto copy Surat pemersanan Unit (SPU), atas nama Bpk. KURNIAWAN

SYAH, M.ST., tertanggal 11 Juli 2012, bukti P-2 ;

3. Foto copy Kwitansi Nomor : TR-00994, atas nama KURNIAWAN SYAH,

M.ST., untuk pembayaran DP-1 unit Apartemen LA City, tertanggal 13 Juli

2012, sebesar Rp. 6.112.787,- (enam juta seratus dua belas ribu tujuh ratus

delapan puluh tujuh), bukti P-3 ;

4. Foto copy Kwitansi Nomor : TR-001317, atas nama KURNIAWAN SYAH,

M.ST., untuk pembayaran DP-3 unit Apartemen LA City, tertanggal 18

September 2012, sebesar Rp. 6.112.787,- (enam juta seratus dua belas ribu

tujuh ratus delapan puluh tujuh) bukti P-4 ;

5. Foto copy Kwitansi Nomor : TR-001561, atas nama KURNIAWAN SYAH,

M.ST., untuk pembayaran DP-4 unit Apartemen LA City, tertanggal 17

Oktober 2012, sebesar Rp. 6.112.787,- (enam juta seratus dua belas ribu

tujuh ratus delapan puluh tujuh) bukti P-5 ;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14

Page 104: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Hal.15 dari 34 hal.Putusan Nomor 224/Pdt.G/2017/PN.Jkt.Sel.

6. Foto copy Kwitansi Nomor : TR-001807, atas nama KURNIAWAN SYAH,

M.ST., untuk pembayaran DP-5, tertanggal 19 Nopember 2012, sebesar Rp.

6.112.787,- (enam juta seratus dua belas ribu tujuh ratus delapan puluh tujuh)

bukti P-6 ;

7. Foto copy Kwitansi Nomor : TR-05475, atas nama KURNIAWAN SYAH,

M.ST., untuk pembayaran Angsuran 4 unit LA City Apartemen, tertanggal 1

April 2014, sebesar Rp. 25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah), bukti P-7;

8. Foto copy Kwitansi Nomor : TR-05686, atas nama KURNIAWAN SYAH,

M.ST., untuk pembayaran Angsuran 5 unit LA City Apartemen, tertanggal 30

April 2014, sebesar Rp. 25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah), bukti P-8;

9. Foto copy Kwitansi Nomor : TR-05925, atas nama KURNIAWAN SYAH,

M.ST., untuk pembayaran Angsuran 6 unit LA City Apartemen, tertanggal 02

Juni 2014, sebesar Rp. 25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah), bukti P-9;

10. Foto copy Kwitansi Nomor : TR-06130, atas nama KURNIAWAN SYAH,

M.ST., untuk pembayaran Angsuran 7 unit LA City Apartemen, tertanggal 30

Juni 2014, sebesar Rp. 25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah), bukti P-10;

11. Foto copy Surat Nomor : 258/S[U-LACITY/VII/2014, Perihal : Konirmasi

Jumlah Pembayaran tertanggal 1 Juli 2014, yang ditujukan kepada Bapak/Ibu

KURNIAWAN SYAH, bukti P-11 ;

12. Foto copy potongan duplik dari Tergugat point 7, bukti P-12 ;

13. Foto copy Schedule Pembayaran Kontan Bertahap, Nama Konsumen:

KURNIAWAN SYAH, tertanggal 14 Nopember 2013, bukti P-13 ;

14. Print out Foto Screen Shoot Website Badan Standar Nasional (BSN), bukti

P-14 ;

15. Print out Tentang Pertimbangan Hukum, bukti P-15 ;

16. Print out Foto Apartemen LA City, bukti P-16 ;

17. Print out Foto Screen Shoot Website Merdeka.com., bukti P-17 ;

18. Print out Foto Kartu Tanda Penduduk atas nama KURNIAWANSYAH, M.ST,

bukti P-18 ;

Menimbang, bahwa selain mengajukan bukti surat Penggugat juga

mengajukan 2 (dua) orang saksi, masing-masing dibawah sumpah

memberikan keterangan pada pokoknya adalah sebagai berikut:

1. Saksi Samuel W.Gassing.

- Bahwa Saksi kenal dengan Penggugat karena sama-sama pernah membeli

apartemen;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15

Page 105: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Hal.16 dari 34 hal.Putusan Nomor 224/Pdt.G/2017/PN.Jkt.Sel.

- Bahwa Penggugat adalah developer yang menjual apartemen, sedangkan

Tergugat adalah pembeli/konsumen yang membeli apartemen;

- Bahwa setahu Saksi Penggugat membeli 1 (satu) unit apartemen;

- Bahwa Saksi membeli 1 (satu) unit dengan harga sekitar tiga ratus jutaan

dengan ukuran 30 m² lokasi di Lenteng Agung;

- Bahwa dalam jual beli apartemen tersebut ada berupa perjanjian pengikatan

jual beli;

- Bahwa antara Penggugat dengan Tergugat ada masalah yaitu Tergugat

telah wanprestasi dalam pembangunan apartemen, seharusnya apartemen

tersebut sudah selesai pada tahun 2013 dan diserahkan ke konsumen,

namun sampai sekarang belum selesai pembangunannya dan belum bisa

ditempati;

- Bahwa setahu Saksi, Penggugat sudah membayar lunas harga apartemen

tersebut;

- Bahwa benar, Saksi dan Penggugat adalah sama-sama konsumen

PT.Spekta Property Indonesia;

- Bahwa yang Saksi tahu pembangunan apartemen tersebut belum selesai

karena ada kendala mengenai ijin pembangunan, pendanaan dan ada

masalah manajemen PT.Spekta Property Indonesia;

- Bahwa benar apartemen yang Saksi pesan juga belum selesai

pembangunannya, apartemen yang Saksi pesan tahun 2011 seharusnya

sudah ada perijinannya, namun pada tahun 2015 ternyata perijinannya

belum ada dan unit yang Saksi pesan ternyata tidak bisa dibangun;

- Bahwa Penggugat dengan Tergugat pernah berkali-kali mengadakan

pertemuan untuk menyelesaikan masalah ini, tetapi pihak developer

(Tergugat) hanya menjanjikan akan menyelesaikan;

- Bahwa Saksi juga pernah menghadiri pertemuan tersebut sekitar 4 (empat)

kali pertemuan;

- Bahwa harga apartemen itu beda-beda kalau yang milik Saksi sekitar tiga

ratus jutaan, kalau milik Tergugat harga pastinya berapa Saksi tidak tahu;

- Bahwa Saksi tidak pernah melihat Bukti T-4 berupa fotokopi Kartu Kontrol

User Nomor Unit A/16/05/2BR dengan nilai kontrak harga apartemen milik

Penggugat adalah sebesar Rp269.511.483,00 (dua ratus enam puluh

sembilan juta lima ratus sebelas ribu empat ratus delapan puluh tiga rupiah);

- Bahwa Saksi tidak tahu isi dari perjanjian pengikatan jual beli antara

Penggugat dengan Tergugat;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 16

Page 106: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Hal.17 dari 34 hal.Putusan Nomor 224/Pdt.G/2017/PN.Jkt.Sel.

- Bahwa Saksi tahu kalau penyerahan unit itu harus melunasi pembayaran

sesuai bukti T-3 berupa fotokopi Perjanjian Pengikatan Jual Beli pada Pasal

15 (1.a) disebutkan bahwa pihak pertama akan melaksanakan penyerahan

serah terima unit/pinjam pakai unit pada tanggal 30 Desember 2013 kepada

pihak kedua dengan syarat pihak kedua melunasi seluruh nilai unit dan

penggantian biaya pertelaan kepada developer, pajak-pajak diantaranya bea

perolehan atas tanah dan bangunan (BPHTB) dan pajak lainnya yang

ditentukan oleh pemerintah, service charge dan sinking fund tahun pertama;

2. Saksi Eko Wicaksono.

- Bahwa Saksi kenal dengan Penggugat karena sama-sama pernah membeli

apartemen;

- Bahwa Penggugat adalah developer yang menjual apartemen, sedangkan

Tergugat adalah pembeli/konsumen yang membeli apartemen PT. Spekta

Property Indonesia;

- Bahwa setahu Saksi Penggugat membeli 1 (satu) unit apartemen, yang

harganya sekitar tiga ratus jutaan, dengan ukuran 30 m²;

- Bahwa dalam jual beli apartemen tersebut ada perjanjian pengikatan jual

beli;

- Bahwa masalah antara Penggugat dan Tergugat yaitu Tergugat terlalu

lama menyelesaikan pembangunan apartemen, seharusnya apartemen

tersebut sudah selesai pada tahun 2013 dan diserahkan ke konsumen,

namun sampai sekarang belum selesai pembangunannya dan belum bisa

ditempati;

- Bahwa setahu Saksi Penggugat sudah membayar lunas harga apartemen

tersebut;

- Bahwa setahu Saksi alasan pembangunan apartemen tersebut belum

selesai karena ada kendala mengenai ijin pembangunan, pendanaan dan

ada masalah manajemen PT.Spekta Property Indonesia;

- Bahwa apartemen yang Saksi pesan tahun 2011 seharusnya sudah ada

perijinannnya, namun pada tahun 2015 ternyata perijinannya belum ada

dan unit yang Saksi pesan ternyata tidak bisa dibangun;

- Bahwa antara Penggugat dengan Tergugat pernah berkali-kali

mengadakan pertemuan tetapi pihak developer (Tergugat) hanya

menjanjikan akan menyelesaikan;

- Bahwa Saksi mengetahui sesuai Bukti T-3 berupa fotokopi Perjanjian

Pengikatan Jual Beli pada Pasal 15 (1.a) disebutkan bahwa pihak pertama

akan melaksanan penyerahan serah terima unit/pinjam pakai unit pada

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 17

Page 107: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Hal.18 dari 34 hal.Putusan Nomor 224/Pdt.G/2017/PN.Jkt.Sel.

tanggal 30 Desember 2013 kepada pihak kedua dengan syarat pihak kedua

melunasi seluruh nilai unit dan penggantian biaya pertelaan kepada

developer, pajak-pajak diantaranya bea perolehan atas tanah dan

bangunan (BPHTB) dan pajak lainnya yang ditentukan oleh Pemerintah,

service charge dan sinking fund tahun pertama;

Menimbang, bahwa untuk membuktikan dalil-dalil bantahannya Kuasa

Tergugat telah mengajukan bukti surat-surat berupa fotokopi yaitu Bukti T-1

sampai dengan Bukti T-18 yang telah disesuaikan dengan aslinya, kecuali

Bukti T-1, T-2, T-6 dan T-7 adalah fotokopi dari fotokopi, bukti-bukti tersebut

bermaterai cukup dan telah dileges sebagai berikut:

1. Foto copy Surat Pemesanan Unit (SPU) No. 258/SPU-LACITY/VII/12

tertanggal 11 Juli 2012, bukti T-1 ;

2. Foto copy :

Kwitansi Nomor : TR-00994, pembayaran DP-1 (Down Payment

Kesatu) sebesar Rp. 6.112.787,- (enam juta seratus dua belas ribu

tujuh ratus delapan puluh tujuh rupiah) pada tanggal 13 Juli 2012;

Kwitansi Nomor : TR-001156, pembayaran DP-2 (Down Payment Kedua)

sebesar Rp. 6.112.787,- (enam juta seratus dua belas ribu tujuh ratus

delapan puluh tujuh rupiah) pada tanggal 15 Agustus 2012;

Kwitansi Nomor : TR-001317, pembayaran DP-3 (Down Payment Ketiga)

sebesar Rp. 6.112.787,- (enam juta seratus dua belas ribu tujuh ratus

delapan puluh tujuh rupiah) pada tanggal 18 September 2012;

Kwitansi Nomor : TR-001561, pembayaran DP-4 (Down Payment

Keempat) sebesar Rp. 6.112.787,- (enam juta seratus dua belas ribu tujuh

ratus delapan puluh tujuh rupiah) pada tanggal 17 Oktober 2012;

Kwitansi Nomor : TR-001807, pembayaran DP-5 (Down Payment Kelima)

sebesar Rp. 6.112.787,- (enam juta seratus dua belas ribu tujuh ratus

delapan puluh tujuh rupiah) pada tanggal 19 November 2012;

Kwitansi Nomor : TR-002042, pembayaran DP-6 (Down Payment

Keenam) sebesar Rp. 6.112.787,- (enam juta seratus dua belas ribu tujuh

ratus delapan puluh tujuh rupiah) pada tanggal 20 Desember 2012;

Kwitansi Nomor : TR-002056, pembayaran DP-7 (Down Payment Ketujuh)

sebesar Rp. 6.112.787,- (enam juta seratus dua belas ribu tujuh ratus

delapan puluh tujuh rupiah) pada tanggal 18 Januari 2013;

Kwitansi Nomor : TR-002616, pembayaran DP-8 (Down Payment

Kedelapan) sebesar Rp. 6.112.787,- (enam juta seratus dua belas ribu

tujuh ratus delapan puluh tujuh rupiah) pada tanggal 18 Februari 2013;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 18

Page 108: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Hal.19 dari 34 hal.Putusan Nomor 224/Pdt.G/2017/PN.Jkt.Sel.

Kwitansi Nomor : TR-04583, pembayaran Angsuran 1 (Pertama) sebesar

Rp.25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah) pada tanggal 28 November

2013;

Kwitansi Nomor : TR-04830, pembayaran Angsuran 2 (kedua) sebesar

Rp.25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah) pada tanggal 3 Januari 2014;

Kwitansi Nomor : TR-05061, pembayaran Angsuran 3 (ketiga) sebesar

Rp.25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah) pada tanggal 5 Februari

2014;

Kwitansi Nomor : TR-05475, pembayaran Angsuran 4 (keempat) sebesar

Rp.25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah) pada tanggal 1 April 2014;

Kwitansi Nomor : TR-05686, pembayaran Angsuran 5 (kelima) sebesar

Rp.25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah) pada tanggal 30 April 2014;

Kwitansi Nomor : TR-05925, pembayaran Angsuran 6 (keenam) sebesar

Rp.25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah) pada tanggal 2 Juni 2014;

Kwitansi Nomor : TR-06130, pembayaran Angsuran 7 (ketujuh) sebesar

Rp.25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah) pada tanggal 30 Juni 2014;

--------------------------------------------------------------------------------- bukti T-2 ;

3. Foto copy Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) Satuan Unit Apartemen LA

CITY No. 400/PPJB//LACITY/VII/2013 tertanggal 6 Juli 2013, bukti T-3 ;

4. Foto copy Kartu Kontrol User Nomor Unit : A/16/05/2BR dengan nilai kontrak

sebesar Rp. 269.511.483,- (dua ratus enam puluh sembilan juta lima ratus

sebelas ribu empat ratus delapan puluh tiga rupiah), butki T-4 ;

5. Foto copy Surat No. 258/SPU-LACITY/VIII/2014 tertanggal 11 Agustus 2014

perihal Konfirmasi Jumlah Pembayaran, bukti T-5 ;

6. Foto copy Surat Keputusan Kepala Badan Standarisasi Nasional Nomor :

220/KEP/BSN/12/2012 tentang Penetapan Revisi 12 (dua belas) Standar

Nasional Indonesia tanggal 28 Desember 2012, bukti T-6 ;

7. Foto copy Salinan Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara dengan Nomor

Perkara : 218/G/2013/PTUN.JKT tanggal 16 April 2014, bukti T-7;

8. Foto copy Kwitansi Nomor : TR-06354, pembayaran Angsuran 8 (kedelapan)

sebesar Rp.25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah) pada tanggal 5 Agustus

2014, bukti T-8 ;

9. Foto copy Surat dari Komando Operasi TNI AU I Pangkalan TNI AU Halim

Perdanakusuma tanggal 20 April 2017, Nomor: B/531-09/21/05/Halim, Perihal

: Rekomendasi Ketinggian Bangunan, yang ditujukan kepada Direktur Utama

PT. Spekta Properti Indonesia, bukti T-9;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 19

Page 109: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Hal.20 dari 34 hal.Putusan Nomor 224/Pdt.G/2017/PN.Jkt.Sel.

10. Foto copy Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor

1 Tahun 2006 tentang Rebribusi Daerah, bukti T-10;

11. Foto copy Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor

3 Tahun 2012 tentang Rebribusi Daerah, bukti T-11;

12. Foto copy Surat dari Tim Ahli Bangunan Gedung (TABG) Provinsi DKI Jakarta

tanggal 29 April 2015, Nomor: 35/TABG-AP/S/I/15, Hal : Persetujuan

Konsultasi TABG-AP, bukti T-12;

13. Foto copy Lembar Penilaian Dokumen Teknis, Nama Proyek : Apartemen LA

City, bukti T-13;

14. Foto copy Internal Memo No.001/HUM/X/2013, ditujukan kepada Bpk.

WAHYU HENDARTO dari SOEGIYANTO, Perihal Komplain Kebisingan

warga, tertanggal 19 Oktober 2013, bukti T-14;

15. Foto copy Surat dari PT. Spekta Properti Indonesia, tanggal 17 Februari 2017,

Nomor : 01/Dir-SPI/LAZ/II/2017, perihal: Surat Pemberitahuan Pernyataan,

yang ditujukan kepada Konsumen LA City Apartement, bukti T-15;

16. Foto copy Buletin LA City edisi 05 Juni-Agustus 2016, bukti T-16;

17. Foto copy Perjanjian Kerjasama Pemborongan Paket Pekerjaan Konstruksi

Struktur, Mekanikal Elektrikal dan Plumbing dan Finishing Proyek Apartement

LA City antara PT. Spekta Properti Indonesia dengan PT. Kaliwangi Chasasi

Dharma Putra Nomor : 003/LAC/KCDP/TEK/IV/2017, bukti T-17;

18. Foto copy Pembangunan Apartemen LA City, bukti T-18;

Menimbang, bahwa selain bukti-bukti tertulis tersebut di atas, Tergugat

juga mengajukan 3 (dua) orang saksi, yaitu Saksi Soegiyanto dibawah

sumpah, selanjutnya Saksi Bagus Nurmansyah dan Saksi Ir.Wahyu Hiendarto

tidak disumpah, yang mana masing-masing saksi tersebut menerangkan

sebagai berikut:

1. Saksi Soegiyanto.

- Bahwa Saksi kenal dengan Tergugat karena Saksi tinggal dekat dengan

PT.Spekta Property Indonesia (Tergugat) dan di tempat tinggal Saksi

tersebut Saksi bertugas sebagai Kamtib;

- Bahwa Saksi tidak tahu hubungan Penggugat dengan Tergugat;

- Bahwa yang Saksi ketahui dengan perkara ini, di Apartemen La City ada

demo warga pada tahun 2011;

- Bahwa rencana pembangunan Apartemen La City Saksi tidak tahu, yang

Saksi ketahui pada tahun 2011 ada demo, tetapi belum ada pembangunan

apartemen;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 20

Page 110: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Hal.21 dari 34 hal.Putusan Nomor 224/Pdt.G/2017/PN.Jkt.Sel.

- Bahwa yang Saksi ketahui, sudah ada pembebasan lahan wilayah dan

lokasi, akan tetapi belum ada pembangunan secara phisik dan jalan belum

dibuat;

- Bahwa warga demo karena ada pembangunan untuk dibuat apartemen,

dan demonya berlangsung dari akhir tahun 2011 sampai awal 2012, sekitar

11 bulan;

- Bahwa yang Saksi ketahui dengan pembangunan proyek Apartemen La

City akhir tahun 2012 dan ada penolakan oleh warga Lenteng Agung,

warga keberatan karena jalan yang masuk ke proyek adalah kepunyaan

warga Lenteng Agung;

- Bahwa pada tahun 2013 belum ada kegiatan, cuma ada kegiatan kecil-

kecilan seperti pemagaran lokasi, sedangkan pembangunan phisiknya oleh

warga diportal karena kendaraan berat tidak boleh masuk, alasannya

karena warga keberatan ada pembangunan proyek;

- Bahwa Saksi tidak tahu sudah ada sosialisasi antara warga Lenteng Agung

dengan PT.Spekta Property Indonesia;

- Bahwa pada tahun 2013 setelah diportal kemudian pembangunan dibuka

dan saat ini proyek sudah ada dan sudah ada 3 tower berbentuk gedung;

- Bahwa Saksi tahu ada gugatan IMB terhadap proyek tersebut karena Saksi

yang dimintai tandatangan untuk melakukan gugatan ke Pemda DKI karena

IMBnya bodong;

- Bahwa setelah ada IMB ada pembangunan jalan, tetapi ada pembatasan

waktu yaitu dari jam 08.00 Wib sampai dengan jam 18.00 Wib, waktu belum

ada IMB pembangunan proyek sampai malam kadang sampai jam 22.00

Wib;

- Bahwa Saksi tahu ada gugatan Pemda dan hasilnya dimenangkan oleh

Pemda DKI yang akhirnya warga menyetujui pembangunan proyek;

- Bahwa mengenai cara pembebasan tanah tersebut, Saksi tidak tahu;

- Bahwa IMB dipergunakan untuk proyek pembangunan;

- Bahwa benar ada pemortalan di akhir tahun 2011, kegiatan phisiknya

dibangun awal tahun 2013;

- Bahwa setahu Saksi pada waktu ada pengerjaan phisik sudah ada

penyelesaian dengan warga;

- Bahwa pada waktu pembangunan tower sudah tidak ada persoalan dengan

warga dan tidak ada warga yang keberatan/melapor;

- Bahwa sebelum ada pembangunan sudah ada sosialisasi dengan warga

dan tanggapan warga terhadap sosialisasi tersebut yaitu menyetujui;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 21

Page 111: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Hal.22 dari 34 hal.Putusan Nomor 224/Pdt.G/2017/PN.Jkt.Sel.

- Bahwa Saksi tida tahu kapan pihak Tergugat (PT.Spekta Property

Indonesia) mulai menjual apartemennya;

2. Saksi Bagus Nurmansyah.

- Bahwa Saksi bekerja di PT.Spekta Property Indonesia sejak awal tahun

2016 sebagai Manager Marketing yang salah satu tugasnya adalah

mengontrol penjualan;

- Bahwa Saksi tahu masalah jual beli Apartemen LA City antara PT.Spektra

Property Indonesia (Tergugat) dengan Kurniawansyah M.,ST.,MM.

(Penggugat);

- Bahwa setahu Saksi setiap konsumen yang membeli apartemen pasti ada

perjanjian pengikatan jual belinya (PPJB);

- Bahwa setahu Saksi Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) milik

Penggugat belum diserahkan karena belum lunas dan masih ada

tanggungan sebesar Rp15.000.000,00 (lima belas juta rupiah);

- Bahwa pembangunan proyek apartemen tersebut sudah 90% progress

(selesai), dari lantai 1 sampai dengan 17, belum ada lift, jadi masih pakai

tangga;

- Bahwa setahu Saksi pihak Apartemen selalu menginformasikan kepada

konsumen mengenai perkembangan pembangunan proyek apartemen;

- Bahwa Tergugat gagal/belum serah terima pada tahun 2013 karena

menunggu keputusan dari Pemda DKI tentang ketinggian lantai dan ada

demo dari warga;

- Bahwa akibat gagalnya serah terima ketentuan penggantiannya sudah

diatur dalam Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) paling besar 5%;

- Bahwa pembangunan apartemen sudah 90% selesai, namun liftnya belum

ada;

- Bahwa apabila sampai 10 tahun lagi belum selesai, tetap ada penggantian

sesuai dengan peraturan dalam PPJB tetap diganti 5% walaupun terjadi 10

tahun lagi;

- Bahwa cara menjual unit apartemen tersebut mengikuti aturan dari

PT.Spekta Property Indonesia;

- Bahwa pihak PT.Spekta Property Indonesia memberitahukan kepada

konsumen mengenai keterlambatan pembangunan dari pihak PT.Spekta

Property Indonesia memberikan semacam surat dan juga sudah tertuang di

dalam Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB);

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 22

Page 112: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Hal.23 dari 34 hal.Putusan Nomor 224/Pdt.G/2017/PN.Jkt.Sel.

- Bahwa pihak Tergugat belum melakukan serah terima kepada Penggugat

karena masih ada sisa pembayaran sebesar Rp15.000.000,00 (lima belas

juta rupiah);

3. Saksi Ir.Wahyu Hiendarto.

- Bahwa Saksi bekerja di PT.Spekta Property Indonesia sebagai Manager

sejak tahun 2011;

- Bahwa PT.Spekta Property Indonesia sudah memproses ijin membangun

Apartemen LA City, yaitu proses perijinan untuk ketinggian lantai bangunan

pada tanggal 21 April 2011 dan bisa membangun bangunan setinggal 95

meter sama dengan 30 lantai, dan untuk peningkatan bangunan baru

disetujui pada tanggal 9 Februari 2015 diajukan pada tahun 2012, tetapi

pada tanggal 29 April 2015 ada siding struktur untuk pembangunan 24

lantai dinyatakan tidak lulus dikarenakan tidak memenuhi syarat terikat

dengan peraturan gempa;

- Bahwa benar pada waktu pembangunan apartemen ada pemblokiran jalan

pada tahun 2012 alasannya karena warga tidak setuju yang akhirnya warga

membuat portal dan warga meminta dari jam 08.00 Wib sampai dengan

jam 18.00 Wib biasanya kalau untuk pengecoran bisa sampai malam;

- Bahwa pembangunan sudah hampir selesai 90% tinggal finishing luar dan

pengecatan, belum dipasang lift, tetapi lift sudah dipesan;

- Bahwa rencananya lift akan dipasang sekitar bulan September 2017;

- Bahwa mengenai pengerjaan di lapangan didahulukan ijinnya dahulu

setelah ijin keluar baru pengerjaan bangunan dilaksanakan;

- Bahwa untuk pembangunan Apartemen La City mendapat ijin dari gubernur

dan mengacu untuk 17 lantai;

- Bahwa pengerjaan pembangunan berhenti di lantai 17;

- Bahwa masalah pendanaan untuk pengerjaan apartemen tersebut tidak

ada;

Menimbang, bahwa selanjutnya masing-masing pihak mengajukan

kesimpulan pada tanggal 14 September 2017;

Menimbang, bahwa selanjutnya segala sesuatu yang termuat dalam

berita acara persidangan perkara ini, untuk menyingkat putusan ini dianggap

telah termuat dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dengan putusan ini;

Menimbang, bahwa akhirnya para pihak menyatakan tidak ada hal-hal

yang diajukan lagi dan mohon putusan;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 23

Page 113: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Hal.24 dari 34 hal.Putusan Nomor 224/Pdt.G/2017/PN.Jkt.Sel.

TENTANG PERTIMBANGAN HUKUM

Menimbang, bahwa maksud dan tujuan gugatan Penggugat pada

pokoknya sebagaimana tersebut di atas;

Dalam Eksepsi:

Menimbang, bahwa atas gugatan Penggugat tersebut, Tergugat

mengajukan eksepsi pada pokoknya:

13. Gugatan Penggugat kabur dan tidak jelas (obscuur libel) karena

Penggugat telah menggabungkan antara gugatan perbuatan melawan

hukum dengan gugatan wanprestasi;

14. Gugatan Penggugat prematur karena tidak didahului dengan somasi yang

menyatakan bahwa Tergugat telah melakukan wanprestasi;

Menimbang, terhadap eksepsi-eksepsi Tergugat tersebut, Majelis

Hakim berpendapat:

1. Bahwa terhadap eksepsi poin 1, setelah Majelis Hakim membaca dan

meneliti gugatan Penggugat, tidak terdapat hal yang kabur dan tidak jelas

(obscuur libel), karena gugatan Penggugat mengenai perihal gugatan

wanprestasi dan sesuai pula dalam posita serta dalam petitum yang

memohon agar menyatakan Tergugat telah melakukan cidera janji

(wanprestasi);

Adapun hal mengenai tuntutan kerugian materiil dan immateril yang

menurut Tergugat merupakan hak menuntut yang timbul dari akibat

perbuatan melawan hukum, menurut Majelis Hakim adalah suatu pemikiran

yang berpandangan sempit, karena kerugian itu bukan hanya dalam bentuk

kerugian materiil, dapat juga merupakan kerugian materiil dan immateril,

tinggal bagaimana pihak yang dirugikan dapat membuktikan kerugiannya di

persidangan;

Menimbang, bahwa untuk menentukan ada tidaknya kerugian baik materiil

dan immateril, menurut Majelis Hakim hal ini telah masuk ke dalam pokok

perkara, karenanya untuk menilainya haruslah memeriksa pokok perkara,

sehingga eksepsi poin 1 ini harus dinyatakan ditolak;

2. Bahwa terhadap eksepsi poin 2, Majelis Hakim berpendapat bahwa untuk

menilai perlu atau tidaknya somasi dilakukan, haruslah melihat bukti-bukti

yang diajukan oleh para pihak, karena harus dilihat dan diteliti apakah di

dalam bukti perjanjian dimaksud ada disebutkan mengenai tenggang waktu

untuk dinyatakan wanprestasi, karena harus meneliti bukti-bukti, maka

terhadap eksepsi ini dianggap telah masuk dalam pokok perkara, oleh

karenanya eksepsi poin 2 ini harus pula dinyatakan ditolak;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 24

Page 114: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Hal.25 dari 34 hal.Putusan Nomor 224/Pdt.G/2017/PN.Jkt.Sel.

Dalam Pokok Perkara:

Menimbang, bahwa maksud dan tujuan gugatan Penggugat adalah

sebagaimana yang terdapat dalam gugatan Penggugat;

Menimbang, bahwa pada pokoknya Penggugat dalam gugatannya

memohon agar Tergugat dinyatakan telah melalaikan kewajibannya dengan

tidak melakukan penyerahan serah terima unit/pinjam pakai unit dari pada

objek gugatan kepada Penggugat sesuai waktu yang telah diperjanjikan,

karena alasan pembangunan belum selesai adalah perbuatan cidera janji

(wanprestasi);

Menimbang, bahwa terhadap gugatan Penggugat tersebut Tergugat

memberikan jawaban pada pokoknya sebagai berikut:

1. Bahwa Tergugat menolak dengan tegas dalil Penggugat pada angka 12

gugatan Penggugat yang pada pokoknya menyatakan bahwa tidak ada

alasan bagi Tergugat untuk menyatakan Tergugat mengalami force majeur;

Bahwa tidak dapat diselesaikannya Apartemen Lenteng Agung City tepat

waktu, Tergugat punya alasan hukum sebagai berikut:

c. Bahwa dalam ketentuan Pasal 20 Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB)

Nomor 400/PPJB/LACITY/VII/2013 tertanggal 6 Juli 2013 tentang force

majeure (keadaan memaksa) terdapat ketentuan yang pada intinya

apabila keterlambatan atau kegagalan pembangunan tersebut

diakibatkan oleh kejadian atau peristiwa yang secara layak dan patut

tidak dapat dihindari atau berada diluar kemampuan Pihak Pertama,

maka para pihak secara tegas menyetujui bahwa Pihak Pertama

termasuk seluruh afiliasinya perusahaan Pihak Pertama dan karyawan-

karyawannya tidak akan bertanggung jawab dan/atau dituntut baik

secara perdata maupun pidana dan/atau tuntutan ganti kerugian dalam

bentuk apapun dan jumlah berapapun untuk bertanggung jawab atas

setiap keterlambatan atau kegagalan atau kesalahan untuk memenuhi

sesuatu atau beberapa kewajibannya, khususnya untuk meyelesaikan

pembangunan sarusun Apartemen LA City. Maka dalil Penggugat yang

menyatakan tidak ada alasan bagi Tergugat untuk menyatakan bahwa

Tergugat mengalami kondisi force majeure merupakan dalil yang tidak

berdasar;

d. Bahwa alasan hukum Tergugat tidak dapat menyelesaikan secara tepat

waktu, karena pada saat itu terjadi perubahan regulasi dari Pemda DKI,

seperti:

- Perubahan ijin lantai yang semula 24 lantai berubah menjadi 17 lantai;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 25

Page 115: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Hal.26 dari 34 hal.Putusan Nomor 224/Pdt.G/2017/PN.Jkt.Sel.

- Perubahan peraturan ketahanan gempa dari SNI 2002 menjadi SNI

2012;

- Adanya gugatan pada Pengadilan Tata Usaha Negara Nomor 218/G/

2013/PTUN-JKT.;

2. Bahwa Tergugat menolak dalil Penggugat menyatakan akibat wanprestasi

yang dilakukan Tergugat, maka Penggugat menderita kerugian materiil

sebesar Rp679.384.666,00 (enam ratus tujuh puluh sembilan juta tiga ratus

delapan puluh empat ribu enam ratus enam puluh enam rupiah) dan

immateril sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) akibat hilangnya

keuntungan investasi dari Penggugat. Dengan alasan dalil Penggugat yang

menyatakan menderita kerugian materiil dan immateril sangat tidak

berdasar, lagipula tuntutan kerugian materiil dan kerugian immateril

merupakan hak menuntut yang timbul atas gugatan perbuatan melawan

hukum, bukan atas gugatan wanprestasi yang notabene yang hanya dapat

menuntut biaya, rugi dan bunga;

Menimbang, bahwa berdasarkan Pasal 163 HIR/283 RBg., Penggugat

berkewajiban untuk membuktikan dalilnya tersebut di atas;

Menimbang, bahwa untuk membuktikan dalil gugatannya Penggugat

telah mengajukan 18 (delapan belas) bukti surat, bukti-bukti surat Penggugat

yang diberi tanda P-1 sampai dengan P-18 adalah berupa fotokopi yang telah

disesuaikan dengan aslinya dan telah diberi meterai secukupnya, kecuali bukti

surat P-12 adalah berupa bukti fotokopi dari fotokopi, sedang bukti surat P-14,

P-15, P-16, P-17 dan P-18 adalah hasil print out dan 2 (dua) orang saksi;

Menimbang, bahwa untuk membuktikan dalil sangkalannya Tergugat

telah mengajukan 18 (delapan belas) bukti surat, bukti-bukti surat Tergugat

yang diberi tanda T-1 sampai dengan T-18 adalah berupa fotokopi yang telah

disesuaikan dengan aslinya dan telah diberi meterai secukupnya, kecuali bukti

surat T-1, T-2, T-6, T-7 dan T-9 sampai dengan T-18 adalah berupa bukti

fotokopi dari fotokopi, dan 3 (tiga) orang saksi;

Menimbang, bahwa berdasarkan surat surat bukti yang diajukan oleh

pihak Penggugat dan Tergugat serta keterangan saksi-saksi sebagaimana

tersebut di atas dalam kaitannya satu sama lain, terdapat hal-hal yang diakui

atau setidak tidaknya tidak disangkal oleh kedua belah pihak, yaitu:

- Antara Penggugat dan Tergugat ada Perjanjian Pengikatan Jual Beli Nomor

400/PPJB/LACITY/VII/2013 tanggal 6 Juli 2013 (Bukti P-1 = Bukti T-3);

- Bahwa hingga saat ini Tergugat belum melakukan serah terima unit/pinjam

pakai unit objek gugatan kepada Penggugat;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 26

Page 116: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Hal.27 dari 34 hal.Putusan Nomor 224/Pdt.G/2017/PN.Jkt.Sel.

- Penggugat telah melunasi kewajibannya total sebesar Rp253.902.296,00

(dua ratus lima puluh tiga juta sembilan ratus dua ribu dua ratus sembilan

puluh enam rupiah) dari harga Rp269.511.483,00 (dua ratus enam puluh

sembilan juta lima ratus sebelas ribu empat ratus delapan puluh tiga

rupiah);

- Penggugat masih harus membayar sisanya sebesar Rp15.609.187,00 (lima

belas juta enam ratus sembilan ribu seratus delapan puluh tujuh rupiah);

- Bahwa menurut keterangan saksi-saksi pembangunan proyek apartemen

tersebut sudah 90% progress (selesai), dari lantai 1 sampai dengan 17,

namun belum ada lift, jadi masih pakai tangga;

Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan

mempertimbangkan petitum demi petitum dari gugatan Penggugat:

Menimbang, bahwa yang menjadi petitum pokok dari gugatan

Penggugat adalah petitum poin 2, yaitu memohon agar Majelis Hakim

menyatakan sah dan mengikat Perjanjian Pengikatan Jual Beli Nomor

400/PPJB/LACITY/VII/2013 tanggal 6 Juli 2013 antara Penggugat dan

Tergugat;

Menimbang, bahwa Perjanjian Pengikatan Jual Beli Nomor 400/PPJB/

LACITY/VII/2013 tanggal 6 Juli 2013 sebagaimana pada Bukti P-1 yang sama

dengan Bukti T-3 adalah hal yang dibenarkan oleh kedua belah pihak,

karenanya petitum poin 2 ini dapat dikabulkan;

Menimbang, bahwa petitum poin 3 adalah petitum yang memohon agar

Majelis Hakim menyatakan Tergugat telah melalaikan kewajibannya dengan

tidak melakukan penyerahan Serah Terima Unit/Pinjam Pakai Unit dari pada

objek gugatan kepada Penggugat karena alasan pembangunan belum selesai

adalah perbuatan cidera janji (wanprestasi);

Menimbang, bahwa sebagaimana di dalam Perjanjian Pengikatan Jual

Beli Nomor 400/PPJB/LACITY/VII/2013 tanggal 6 Juli 2013 (Bukti P-1 yang

sama dengan Bukti T-3) pada Pasal 15 Perjanjian tersebut disebutkan bahwa

Pihak Pertama (Tergugat) akan melaksanakan penyerahan serah terima

unit/pinjam pakai unit pada tanggal 30 Desember 2013 kepada Pihak Kedua

(Penggugat);

Menimbang, bahwa ternyata hingga saat ini serah terima apartemen

dimaksud belum juga dilaksanakan oleh Pihak Pertama, dengan alasan

adanya force majeure (keadaan memaksa), karena pada saat itu terjadi

perubahan regulasi dari Pemda DKI, seperti:

- Perubahan ijin lantai yang semula 24 lantai berubah menjadi 17 lantai;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 27

Page 117: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Hal.28 dari 34 hal.Putusan Nomor 224/Pdt.G/2017/PN.Jkt.Sel.

- Perubahan peraturan ketahanan gempa dari SNI 2002 menjadi SNI

2012;

- Adanya gugatan pada Pengadilan Tata Usaha Negara Nomor 218/G/

2013/PTUN-JKT.;

Menimbang, bahwa terhadap alasan Tergugat tersebut di atas, Majelis

Hakim berpendapat alasan tersebut tidak tepat untuk dikata force majeure

(keadaan memaksa), karena force majeure (keadaan memaksa) adalah suatu

keadaan atau kejadian yang tidak dapat dihindari, tidak dapat diatasi dalam

jangka waktu yang singkat, dan tidak dapat diperkirakan akan terjadi, karena

sifat kejadiannya tiba-tiba dan tidak terelakkan, sedangkan alasan-alasan

seperti perubahan ijin lantai yang semula 24 lantai berubah menjadi 17 lantai,

dihubungkan dengan alasan perubahan peraturan ketahanan gempa dari SNI

2002 menjadi SNI 2012, setelah Majelis Hakim meneliti Bukti T-6, ternyata

awalnya bangunan apartemen tersebut akan dibangun untuk 17 lantai, dan

Tergugat juga membangun stuktur kekuatan gempa yang dibangun oleh

Tergugat adalah untuk 17 lantai, sehingga jika Tergugat akan merubah design

struktur yang semula untuk 17 lantai, akan diubah menjadi 24 lantai,

kemudian oleh Kepala Badan Standarisasi Nasional tidak disetujui dengan

alasan stuktur kekuatan gempa yang telah dibangun oleh Tergugat tidak

memenuhi syarat untuk bangunan setinggi 24 lantai, sedangkan apartemen

yang menjadi objek perjanjian terletak di lantai 16, menurut keterangan saksi-

saksi dan bukti-bukti yang diajukan Tergugat maupun Penggugat, bangunan

apartemen tersebut telah selesai sampai lantai 17, dan menurut keterangan

saksi-saksi, sebenarnya bangunan apartemen tersebut sudah dapat ditempati,

tetapi belum dipasangi lift, yang menurut saksi Ir.Wahyu Hiendarto yang

diajukan oleh Tergugat, menerangkan bahwa lift sudah ada dan rencananya

akan dipasang bulan September 2017, berdasarkan pertimbangan-

pertimbangan tersebut di atas, Majelis Hakim berkesimpulan bahwa alasan

perubahan ijin lantai yang semula 24 lantai berubah menjadi 17 lantai dan

perubahan peraturan ketahanan gempa dari SNI 2002 menjadi SNI 2012

bukanlah merupakan force majeure (keadaan memaksa);

Menimbang, bahwa mengenai adanya gugatan pada Pengadilan Tata

Usaha Negara Nomor 218/G/2013/PTUN-JKT., yang telah diputus pada

tanggal 16 April 2014 dan telah mempunyai kekuatan yang mengikat (Bukti T-

7), Majelis Hakim berpendapat bahwa gugatan tersebut bukan pula keadaan

yang disebut sebagai force majeure (keadaan memaksa), sehingga dapat

dijadikan sebagai alasan oleh Tergugat untuk menyatakan belum selesai

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 28

Page 118: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Hal.29 dari 34 hal.Putusan Nomor 224/Pdt.G/2017/PN.Jkt.Sel.

apartemen yang menjadi objek perjanjian, mengingat putusan tersebut telah

mempunyai kekuatan yang mengikat sejak tahun 2014, sedangkan apartemen

tersebut menurut perjanjian harus diserahkan pada tanggal 30 Desember

2013 kepada Pihak Kedua (Penggugat);

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut

di atas, Majelis Hakim berpendapat bahwa Petitum Poin 3 ini dapat

dikabulkan;

Menimbang, bahwa petitum poin 4 adalah petitum yang memohon agar

Majelis Hakim menyatakan Penggugat telah melunasi seluruh kewajibannya;

Menimbang, bahwa sebagaimana telah diuraikan di atas, bahwa telah

diakui atau setidaknya tidak disangkal oleh kedua pihak bahwa Penggugat

telah melunasi kewajibannya total sebesar Rp253.902.296,00 (dua ratus lima

puluh tiga juta sembilan ratus dua ribu dua ratus sembilan puluh enam rupiah)

dari harga Rp269.511.483,00 (dua ratus enam puluh sembilan juta lima ratus

sebelas ribu empat ratus delapan puluh tiga rupiah), sehingga Penggugat

masih harus membayar sisanya sebesar Rp15.609.187,00 (lima belas juta

enam ratus sembilan ribu seratus delapan puluh tujuh rupiah), berdasarkan

fakta-fakta hukum ini, Majelis Hakim berpendapat bahwa petitum poin ini

harus diluruskan dengan menyatakan Penggugat telah membayar kepada

Tergugat sebesar Rp253.902.296,00 (dua ratus lima puluh tiga juta sembilan

ratus dua ribu dua ratus sembilan puluh enam rupiah);

Menimbang, bahwa petitum poin 5 adalah petitum yang memohon agar

Majelis Hakim menyatakan sah dan mengikat pembayaran yang dilakukan

oleh Penggugat dengan sitem Kontan bertahap melalui Tunai dan Giro;

Menimbang, bahwa terhadap petitum poin ini, sebagaimana telah

dipertimbangkan di atas, yaitu telah diakui oleh Tergugat bahwa Penggugat

telah membayar kewajibannya total sebesar Rp253.902.296,00 (dua ratus

lima puluh tiga juta sembilan ratus dua ribu dua ratus sembilan puluh enam

rupiah) dari harga Rp269.511.483,00 (dua ratus enam puluh sembilan juta

lima ratus sebelas ribu empat ratus delapan puluh tiga rupiah), maka petitum

poin 5 ini dapat dikabulkan;

Menimbang, bahwa petitum poin 6 adalah petitum yang memohon agar

Majelis Hakim menyatakan sah dan mengikat Nilai Investasi Objek Gugatan di

tanggal 14 Febuari 2015 yang ditawarkan oleh Tergugat melalui Pameran

JCC yang Penggugat kutip dari Media Online yaitu Merdeka.com dengan link

internet https://m.merdeka.com/uang/pameran-di-jcc-tawarkan-apartemen-rp-

400-juta-di-jaksel-dan-jaktim.html;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 29

Page 119: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Hal.30 dari 34 hal.Putusan Nomor 224/Pdt.G/2017/PN.Jkt.Sel.

Menimbang, bahwa oleh karena Tergugat melakukan penawaran

melalui Pameran JCC yang Penggugat kutip dari Media Online yaitu

Merdeka.com dengan link internet https://m.merdeka.com/uang/pameran-di-

jcc-tawarkan-apartemen-rp-400-juta-di-jaksel-dan-jaktim.html, (Bukti P-17)

adalah media yang resmi, sepanjang tidak bertentangan dengan undang-

undang, maka Majelis Hakim berpendapat bahwa Petitum Poin 6 ini dapat

dikabulkan;

Menimbang, bahwa petitum poin 7 adalah petitum yang memohon agar

Majelis Hakim menghukum Tergugat untuk membayar uang ganti kerugian

kepada Penggugat secara tunai dan seketika dengan rincian sebagai berikut:

Kerugian Materil:

3. Nilai investasi objek gugatan di tanggal 14 Febuari 2015 adalah

Rp565.909.092,00 (lima ratus enam puluh lima juta sembilan ratus

sembilan ribu sembilan puluh dua rupiah);

4. Denda keterlambatan 5% dari nilai jual Rp269.511.482,00 yaitu sebesar

Rp13.475.574,00 (tiga belas juta empat ratus tujuh puluh lima ribu lima

ratustujuh puluh empat rupiah);

Kerugian Immateriil:

Bahwa akibat perbuatan ingkar janji (wanprestasi) yang telah dilakukan oleh

Tergugat tersebut, mengakibatkan keuntungan investasi Penggugat hilang

dan juga menyebabkan kepercayaan Penggugat untuk berinvestasi di bidang

property khususnya apartemen menghilang, hal mana apabila dinilai dengan

uang adalah setara dan patut ditetapkan sebesar Rp100.000.000,00 (seratus

juta rupiah);

Total Kerugian:

Adalah sebesar Rp679.384.666,00 (enam ratus tujuh puluh sembilan juta tiga

ratus delapan puluh empat ribu enam ratus enam puluh enam rupiah);

Menimbang, bahwa terhadap permohonan mengenai kerugian materiil

sebagaimana yang terdapat pada Pasal 11 ayat 5, jumlah denda maximal

adalah 5% (lima persen) dari jumlah uang yang diterima oleh Pihak Pertama

(Tergugat) dari Pihak Kedua (Penggugat). Di persidangan terbukti bahwa

uang yang telah diterima oleh Tergugat dari Penggugat adalah sebesar

Rp253.902.296,00 (dua ratus lima puluh tiga juta sembilan ratus dua ribu dua

ratus sembilan puluh enam rupiah), sehingga denda tersebut yaitu sebesar

Rp12.695.115,00 (dua belas juta enam ratus sembilan puluh lima ribu seratus

lima belas rupiah);

Mengenai nilai investasi yang dimaksud oleh Penggugat, tidak disebutkan

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 30

Page 120: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Hal.31 dari 34 hal.Putusan Nomor 224/Pdt.G/2017/PN.Jkt.Sel.

dalam perjanjian sebagaimana pada (Bukti P-1 yang sama dengan Bukti T-3),

meskipun demikian demi rasa keadilan Majelis Hakim dengan memperhatikan

Bukti P-17, yang menyatakan harga termurah apartemen dimaksud sebesar

Rp400 jutaan dengan luas 22 meter persegi, sedang harga termahal adalah

Rp830 jutaan dengan luas 44 meter persegi, sedang tipe yang diambil oleh

Penggugat adalah yang seluas 30 meter persegi, maka harga investasi yang

dimaksud oleh Penggugat Rp565.909.092,00 sebesar (lima ratus enam puluh

lima juta sembilan ratus sembilan ribu sembilan puluh dua rupiah) adalah

pantas dan wajar, mengingat uang Penggugat yang telah diserahkan kepada

Tergugat cukup lama mengendap di tempat Tergugat yaitu selama kurang

lebih 3 tahun (sejak Tergugat harus menyerahkan apartemen dimaksud yaitu

tanggal 30 Desember 2013);

Sehingga seluruh jumlah kerugian materiil yang harus dibayar Tergugat

kepada Penggugat yaitu Rp565.909.092,00 + Rp12.695.115,00 =

Rp578.604.207,00 (lima ratus tujuh puluh delapan juta enam ratus empat ribu

dua ratus tujuh rupiah);

Menimbang, bahwa mengenai kerugian immateril, karena tidak

diperinci dengan jelas, maka harus dinyatakan ditolak;

Menimbang, bahwa terhadap petitum yang memohon agar Majelis

Hakim menghukum Tergugat untuk membayar uang paksa (dwangsom)

sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) setiap harinya sejak putusan ini

berkuatan hukum tetap;

Menimbang, bahwa dengan berpedoman pada Putusan Mahkamah

Agung RI tertanggal 26 Februari 1973 Nomor 791 K/Sip/1972, yang

menyatakan uang paksa (dwangsom) tidak berlaku terhadap tindakan untuk

membayar uang, maka terhadap petitum mengenai uang paksa (dwangsom)

ini harus dinyatakan ditolak;

Menimbang, bahwa terhadap petitum yang memohon agar Majelis

Hakim menyatakan sah dan berharga sita jaminan (conservatoir beslag) yang

telah diletakkan dalam perkara ini terhadap objek gugatan yang berlokasi di

Jalan Raya Lenteng Agung Timur Nomor 39, Jagakarsa, Jakarta Selatan,

dengan Spesifikasi sebagai berikut :

Tower : A

Lantai :16

Nomor Unit : 5

Tipe : 2 BR

Luas : 30 M2;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 31

Page 121: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Hal.32 dari 34 hal.Putusan Nomor 224/Pdt.G/2017/PN.Jkt.Sel.

Menimbang, bahwa oleh karena Penggugat tidak pernah mengajukan

permohonan sita jaminan (conservatoir beslag) secara resmi di persidangan,

maka petitum poin ini harus dinyatakan ditolak;

Menimbang, bahwa terhadap petitum yang memohon agar Majelis

Hakim menyatakan putusan ini dapat dijalankan lebih dahulu meskipun ada

bantahan (verzet), banding atau kasasi (uit voerbaar bijvoorad);

Menimbang, bahwa terhadap petitum tersebut di atas, Majelis Hakim

berpendapat bahwa untuk menyatakan putusan ini dapat dijalankan lebih

dahulu meskipun ada upaya hukum, harus dipenuhi syarat-syarat untuk

penjatuhan putusan serta merta sebagaimana diatur dalam Pasal 180 HIR

dan hanya dalam hal-hal yang tidak dapat dihindarkan, dan untuk keputusan

yang sangat eksepsional sifatnya, karenanya petitum poin ini harus

dinyatakan ditolak;

Dengan demikian Majelis Hakim berpendapat bahwa petitum poin 7 tersebut

di atas hanya dapat dikabulkan sebagian;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut

di atas, Majelis Hakim menyatakan bahwa gugatan Penggugat harus

dinyatakan dikabulkan sebagian;

Menimbang, bahwa meskipun gugatan Penggugat dikabulkan

sebagian, namun karena gugatan pokok dari Penggugat dinyatakan

dikabulkan, maka biaya perkara dalam perkara ini haruslah dibebankan

kepada Tergugat;

Memperhatikan Kitab Undang-undang Hukum Acara Perdata, Kitab

Undang-undang Hukum Perdata dan peraturan-peraturan lain yang

bersangkutan;

MENGADILI:

Dalam Eksepsi:

- Menolak eksepsi Tergugat seluruhnya;

Dalam Pokok Perkara:

1. Mengabulkan gugatan Penggugat sebagian;

2. Menyatakan sah dan mengikat Perjanjian Pengikatan Jual Beli Nomor

400/PPJB/LACITY/VII/2013 Tanggal 6 Juli 2013 antara Penggugat dan

Tergugat;

3. Menyatakan Tergugat telah melalaikan kewajibannya dengan tidak

melakukan penyerahan Serah Terima Unit/Pinjam Pakai Unit dari pada

objek gugatan kepada Penggugat karena alasan pembangunan belum

selesai adalah perbuatan cidera janji (wanprestasi);

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 32

Page 122: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Hal.33 dari 34 hal.Putusan Nomor 224/Pdt.G/2017/PN.Jkt.Sel.

4. Menyatakan Penggugat telah membayar kepada Tergugat sebesar

Rp253.902.296,00 (dua ratus lima puluh tiga juta sembilan ratus dua ribu

dua ratus sembilan puluh enam rupiah);

5. Menyatakan sah dan mengikat pembayaran yang dilakukan oleh

Penggugat dengan sitem kontan bertahap melalui tunai dan giro;

6. Menyatakan sah dan mengikat nilai investasi objek gugatan ditanggal

14 Februari 2015 yang ditawarkan oleh Tergugat melalui Pameran JCC

yang Penggugat kutip dari Media Online yaitu Merdeka.com dengan link

internet https://m.merdeka.com/uang/pameran-di-jcc-tawarkan-apartemen-

rp-400-juta-di-jaksel-dan-jaktim.html;

7. Menghukum Tergugat untuk membayar uang ganti kerugian kepada

Penggugat secara tunai dan seketika dengan rincian sebagai berikut:

Kerugian Materil :

- Nilai investasi objek gugatan ditanggal 14 Febuari 2015 adalah

Rp565.909.092,00 (lima ratus enam puluh lima juta sembilan ratus

sembilan ribu sembilan puluh dua rupiah);

- Denda keterlambatan 5% dari uang milik Penggugat yang telah diterima

oleh Tergugat yaitu sebesar Rp.253.902.296,00 (dua ratus lima puluh

tiga juta sembilan ratus dua ribu dua ratus sembilan puluh enam

rupiah), sehingga denda tersebut sebesar Rp.12.695.115,00 (dua

belas juta enam ratus sembilan puluh lima ribu seratus lima belas

rupiah);

Sehingga seluruh jumlah kerugian materil yang harus dibayar Tergugat

kepada Penggugat yaitu Rp565.909.092,00 + Rp12.695.115,00 =

Rp578.604.207,00 (lima ratus tujuh puluh delapan juta enam ratus empat

ribu dua ratus tujuh rupiah);

8. Menghukum Tergugat untuk membayar biaya perkara dalam perkara ini

sebesar Rp461.000,00 (empat ratus enam puluh satu ribu rupiah);

9. Menolak gugatan Penggugat selain dan selebihnya;

Demikian diputuskan dalam sidang permusyawaratan Majelis Hakim

Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, pada hari Selasa, tanggal 24 Oktober

2017, oleh kami, Florensani Kendenan, S.H.,M.H., sebagai Hakim Ketua,

Made Sutrisna, S.H.,M.Hum., dan Krisnugroho,Sp.,S.H.,M.H., masing-masing

sebagai Hakim Anggota, yang ditunjuk berdasarkan Surat Penetapan Ketua

Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor 224/Pdt.G/2017/PN Jkt.Sel.,

tanggal 5 April 2017, putusan tersebut pada hari Selasa, tanggal 31 Oktober

2017, diucapkan dalam persidangan terbuka untuk umum oleh Hakim Ketua

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 33

Page 123: KETERBUKAAN INFORMASI PELAKU USAHA DALAM …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Hal.34 dari 34 hal.Putusan Nomor 224/Pdt.G/2017/PN.Jkt.Sel.

dengan dihadiri oleh para Hakim Anggota tersebut, dan Juliastuti

Setyaningsih,S.H.,M.H., sebagai Panitera Pengganti serta dihadiri oleh Kuasa

Penggugat dan Kuasa Tergugat;

Hakim-hakim Anggota: Hakim Ketua,

Made Sutrisna,S.H.,M.Hum. Florensani Kendenan,S.H.,M.H.

Krisnugroho,Sp.,S.H.,M.H.

Panitera Pengganti,

Juliastuti Setyaningsih,S.H.,M.H.

Perincian biaya :

1. Biaya pendaftaran/PNBP Rp 6.000,00 2. Biaya Proses Rp 75.000,00 3. Panggilan Rp335.000,00 4. PNBP Panggilan Rp 10.000,00 5. Meterai Rp 6.000,00 6. Redaksi Rp 5.000,-_ Jumlah ……………........... Rp461.000,00 (empat ratus enam puluh satu ribu rupiah).

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 34