ketidak-komplitan geodesik sebagai · pdf filekongruensi dan derivatif lie ... sifat...
TRANSCRIPT
SKRIPSI
KETIDAK-KOMPLITAN GEODESIK SEBAGAI INDIKATOR
SINGULARITAS RUANG - WAKTU
Romy Hanang Setya Budhi
99/128946/PA/07864
Departemen Pendidikan Nasional
Universitas Gadjah Mada
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan AlamYogyakarta
2005
SKRIPSI
KETIDAK-KOMPLITAN GEODESIK SEBAGAI INDIKATOR
SINGULARITAS RUANG - WAKTU
Romy Hanang Setya Budhi
99/128946/PA/07864
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
derajat Sarjana S1 Program Studi Fisika pada Jurusan Fisika
Departemen Pendidikan Nasional
Universitas Gadjah Mada
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan AlamYogyakarta
2005
SKRIPSI
KETIDAK-KOMPLITAN GEODESIK SEBAGAI INDIKATORSINGULARITAS RUANG - WAKTU
Romy Hanang Setya Budhi
99/128946/PA/07864
Dinyatakan lulus ujian skripsi oleh tim penguji
pada tanggal 11 Juli 2005
Tim Penguji
Dr.rer.nat. M. Farchani Rosyid Dr. H. Karyono, SU.
Pembimbing I Penguji I
Dr. Mirza Satriawan
Penguji II
Karya ini kupersembahkan
buat Robb-ku tercinta
yang menjanjikan kejayaan bagi orang - orang yang berjalan di
jalannya.
Juga kepada ’para sahabatku’
yang telah terbang di seberang jalan.
Hari ini kuturut langkah kalian, tapi suatu saat kelak akan kuretas
jalan baru yang lebih baik dari sekarang.
iii
(Al Quran) ini adalah penerang bagi seluruh manusia dan petunjuk serta
pelajaran bagi orang - orang yang bertakwa. Janganlah kamu bersikap lemah dan
janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang - orang yang paling
tinggi (derajatnya) jika kamu orang - orang yang beriman.
(Ali Imran : 138 - 139)
Hai orang - orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik yang
membawa berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu
musibah pada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu
menyesal atas perbuatan itu.
(Al-Hujurat : 6)
iv
PRAKATA
Segala puji bagi Allah robb sekalian alam yang tiada ilah selain-Nya, yang
menciptakan dan mengatur segala sesuatu sesuai dengan kehendak-Nya. Dia lah yang
menganugerahkan nikmat akal kepada manusia agar dengannya digunakan sebagai
penimbang. Juga semoga kesejahteraan dan keselamatan terlimpah kepada hamba
dan Rasul-Nya yaitu Rasullullah SAW dan keluarganya, beserta sahabat dan orang-
orang yang mengikuti Beliau sampai akhir jaman.
Penulis patut bersyukur kepada Allahta’ala, karena hanya atas kehendak-
Nya saja tulisan ini dapat diselesaikan. Juga atas bantuan berbagai pihak yang telah
memberikan dukungan kepada kami, tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih
yang sedalam-dalamnya. Ucapan terima kasih ini kami tujukan kepada:
1. Ayah dan Ibu tercinta, yang selalu memberikan kepercayaan penuh dan selalu
mendukung setiap langkah kami.
2. Dr. rer. nat. M. Farchani Rosyid, yang telah dengan sabar membimbing kami
sedari awal. Membukakan wacana - wacana baru dan memulihkan warna dasar
yang hampir hilang pada diri kami dan memberikan ruang seluas - luasnya
untuk mengekspresikan diri.
3. Dra, Dwi Satya Palupi, M.Si, yang telah banyak memberikan dorongan moril
kepada kami terutama pada awal - awal penulisan.
4. Semua staf program studi fisika yang telah membimbing selama masa perkuli-
ahan.
5. Teman-teman kami fisika angkatan 1999 dan teman-teman diskusi pada kelas-
kelas teori dan kelas matematik yang telah berkenan berbagi pustaka dan men–
diskusikan banyak hal dengan kami.
v
vi
6. Dan semua pihak yang belum disebutkan di atas tetapi telah terlibat dalam pro–
ses penulisan ini.
Akhirnya, penulis berharap agar tulisan ini dapat menyumbangkan sesuatu
pada dunia fisika teori. Penulis menyadari bahwa tidak ada manusia yang lepas dari
kealpaan, oleh karena itu kami mohon maaf atas kesalahan yang ada dalam tulisan
ini.
Yogyakarta, 4 Juli 2005
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Halaman Pengesahan ii
Halaman Persembahan iii
Halaman Motto iv
PRAKATA v
INTISARI xi
I PENDAHULUAN 1
1. Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
2. Tujuan Penulisan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
3. Ruang Lingkup Kajian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
II ANALISIS PADA MANIFOLD LICIN 4
1. Manifold Licin . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
2. Vektor Singgung, Kovektor dan Tensor Pada Manifold . . . . . . . . 8
3. Kongruensi dan Derivatif Lie . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 22
4. Koneksi dan Kelengkungan Pada Manifold . . . . . . . . . . . . . . . 24
5. Manifold Pseudo-Riemannan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 32
6. Submanifold . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 37
7. Teorema Frobenius . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 41
8. Integrasi Pada Manifold . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 43
vii
viii
III TEORI RELATIVITAS UMUM 48
1. Manifold Ruang-Waktu . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 48
2. Medan - Medan Materi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 49
3. Syarat Energi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 53
4. Sedikit Tentang Singularitas . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 53
5. Contoh Singularitas Pada Beberapa Solusi Medan Einstein . . . . . . 54
a. Ruang Schwarzschild . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 54
b. Ruang Robertson - Walker . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 58
6. Singularitas: Pendefinisian dan Pemecahannya . . . . . . . . . . . . 61
IV SIGNIFIKANSI KELENGKUNGAN 64
1. Variasi Geodesik . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 64
2. Titik - Titik Berkonjugasi Pada geodesik . . . . . . . . . . . . . . . . 67
3. Titik Fokal Submanifold Sepanjang Geodesik . . . . . . . . . . . . . 80
4. Variasi Fungsional Panjang dan Energi Kurva . . . . . . . . . . . . . 86
5. Titik Konjugasi Pada Geodesik Komplit . . . . . . . . . . . . . . . . 99
V STRUKTUR KAUSAL PADA RUANG-WAKTU 107
1. Orientabilitas Waktu . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 107
2. Kondisi - Kondisi Kausalitas . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 114
3. Wilayah Kegayutan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 119
4. Sifat Kausalitas Stabil Pada Ruang waktu Yang Hiperbolis Global . . 128
5. Eksistensi Geodesik Pada Ruang-waktu yang Kausal . . . . . . . . . 132
VI SINGULARITAS RUANG - WAKTU 136
VIIPENUTUP 147
1. Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 147
ix
2. Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 150
A RUANG TOPOLOGIS 156
1. Identifikasi Topologi dan Pemetaan Kontinyu . . . . . . . . . . . . . 156
2. Interior, Klosure dan Bounderi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 157
3. Ruang Hausdorff . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 158
4. Ketersambungan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 158
5. Kekompakan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 159
DAFTAR GAMBAR
II.1 (Uα, φα) dan(Uβ, φβ) salingC∞ - rukun apabilaφα φ−1β dan
φβ φ−1α masing - masing merupakan pemetaan licin. . . . . . . . . . 6
III.1 Perluasan Kruskal untuk ruang-waktu Schwarzschild . . . . . . . . . 57
IV.1 Lingkaran besar (great circle) atau lingkaran yang melalui kutub -
kutub permukaan bolaS2 merupakan geodesik. Geodesik - geodesik
yang berasal dari suatu titik akan bertemu kembali pada kutub yang
berlawanan dengannya. Oleh karena itu, kutub-kutubS2 merupakan
dua titik yang saling berkonjugasi. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 68
IV.2 Titik γ(b) menjadi titik fokal dari submanifoldΣ di bawah medan
variasiξ . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 83
V.1 Sifat Lipschitzan setiap kurva kausal. . . . . . . . . . . . . . . . . . 112
V.2 Bidang ruang Minkowski(R2,−dx0 ⊗ dx0 + dx1 ⊗ dx1) yang dibatasi
oleh batas-batasx0 = 1 danx0 = 0 dapat mempunyai kurva bak-
waktu tertutup ketika batas - batasnya saling disambung membentuk
ruang-waktuS1 × R . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 115
V.3 D+S danH+(S) dari himpunan akronalS yang mengandung bagian
null dan bagian bak-ruang pada ruang Minkowski yang sebagian daer-
ahnya dibuang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 125
x
INTISARI
KETIDAK-KOMPLITAN GEODESIK SEBAGAI INDIKATOR
SINGULARITAS RUANG - WAKTU
Oleh :
Romy Hanang Setya Budhi
99/128946/PA/07864
Telah dilakukan kajiansingularitas pada ruang-waktu relativitas umummelalui studi ketidak-komplitan geodesik pada sembarang manifold Lorentzian. Di-tunjukkan bahwa ruang-waktu yang memenuhi syarat energi tertentu, mempunyaistruktur kausalitas global yang realistis secara fisis dan mempunyai subhimpunanyang memenuhi syarat topologis tertentu akan selalu mengijinkan geodesik kausalyang tidak komplit. Kajian singularitas pada manifold Lorentzian berdimensi empatakan menghasilkan singularitas pada ruang-waktu relativitas umum.
xi
xii
ABSTRACT
GEODESICS INCOMPLETENESS AS INDICATION OF THE
SPACETIME SINGULARITY
By
Romy Hanang Setya Budhi
99/128946/PA/07864
The spacetime singularity of general relativity in the general Lorentzianmanifolds has been studied through thegeodesics incompletenessconcept. Everyspacetime which is required to satisfy certain energy condition, having realistic glob-al causality structure and contain subset which is required by certain topological con-dition will admit incomplete causal geodesics. So, the dimension restriction on thefour is just singularity in the general relativity spacetime.
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dalam upaya menyingkap kaidah yang dianut oleh fenomena - fenomena
alamiah, kalangan fisikawan teori mengajukan berbagai macam model hukum alam
berdasarkan data - data empiris yang telah dimiliki. Sejauh ini dikenal tiga macam
pemodelan yaitu model fisis, model matematis dan model metafisis. Dalam prak-
teknya, model - model matematis lebih operasional sehingga lebih banyak diman-
faatkan dalam sains daripada model lainnya.
Model - model hukum alam sesungguhnya tidak identik dengan hukum alam
sendiri. Model - model tersebut hanyalah merupakan pendekatan (aproksimasi),
oleh karena itu derajat akurasi suatu model sangat berkaitan dengan kedekatannya
terhadap hukum alam yang dimodelkan. Gejala alamiah mempunyai struktur yang
sangat kompleks sehingga sangat sulit menyajikan gambaran fenomena - fenome-
na alamiah secara utuh. Diperlukan proses eleminasi terhadap hal - hal yang tidak
relefan pada fenomena alamiah yang akan dimodelkan. Proses eleminasi tersebut
disebut sebagai prosesidealisasi. Idealisasi suatu gejala alamiah akan menghasilkan
sistem fisis, yaitu gejala alamiah yang telah mengalami pereduksian secara propor-
sional. Selanjutnya yang dimaksud dengan model matematik adalah hasil penafsiran
terhadap suatu sistem fisis secara matematis sebagai proses semantika matematisnya.
Kedekatan suatu model dengan gejala - gejalah alamiah yang diwakili tentu saja sa–
ngat bergantung dengan proses idealisasi yang dilakukan. Makin sedikit hal - hal yang
dieleminasi, semakin akurat model tersebut. Hanya saja hal ini harus dibayar mahal
dengan kompleksitas matematis (Mathematical Complexity) yang lebih abstrak, lebih
1
2
general dan lebih formal.
Relasi yang sangat kuat antara matematika dengan fisika dapat dilihat pada
penggunaan geometri differensial pada relativitas umum, hampir - hampir antara ke-
duanya tidak dapat saling dibedakan. Postulat-postulat dalam fisika dalam pemodelan
dapat dianggap sebagai aksioma - aksioma dalam cabang matematika yang digunakan
sebagai model [Kriele , 2001]. Hanya saja penggunaan geometri differensial dalam
relativitas umum masih terlihat kurang optimal. Seperti dapat dilihat pada buku-buku
teks relativitas yang ditemukan pada perpustakaan - perpustakaan di lingkungan kam-
pus UGM, sebagian besar masih membatasi pada penggunaan geometri differensial
berbasis koordinat atau berbahasa lokal sehingga sering melibatkan diskusi tentang
efek perubahan sistem koordinat pada objek - objek tensor yang sebenarnya hanya
dapat dilakukan pada saat domain antara kedua sistem koordinat saling bersesuaian
yaitu saat jacobian transformasinya tidak lenyap [Isham , 1999]. Oleh karena itu,
seringkali sifat-sifat global suatu model tidak dapat dilihat secara memadai. Untuk
mengantisipasi masalah tersebut, diperlukan pembahasan yang tidak gayut terhadap
sistem koordinat yang dipakai. Geometri diffferensial yang memakai sudut pandang
ini biasa disebut sebagai geometri differensial modern atau analisa global. Analisa
global, sekarang ini mempunyai lapangan aplikasi yang luas. Semisal dalam mekani-
ka klasik, medan Yang - Mills, model sigma nonlinear, teori supersting,quantum
gravitydan sistem medan nonlinear pada teori partikel elementer modern.
Berkaitan dengan masalah singularitas dan eksistensinya dalam teori relati–
vitas umum, Hawking dan Ellis telah mendiskusikannya secara panjang lebar dalam
bukunya: "The large scale structure of space-time". Pengaruh analisa global dalam
buku tersebut terasa sangat kental. Hanya saja, pembatasan pembahasan hanya pa-
da manifold Lorentzian berdimensi empat agak mengurangi selera pada penikmat
matematika. Oleh karena itu, dengan tetap mengikuti ide utama dalam pendefinisian
3
singularitas: ketidak-komplitan geodesik, penulis berusaha menyajikan ulang per-
masalahan singularitas pada manifold Lorentzian berdimensi sembarang yang meme–
nuhi syarat - syarat ruang-waktu relativitas umum.
2. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam skripsi ini adalah :
1. Merumuskan model ruang-waktu relativitas umum dalam geometri differensial
global.
2. Mendiskusikan kemungkinan menunjukkan eksistensi singularitas melalui kon-
sep ketidak-komplitan geodesik kausal pada ruang-waktu relativitas umum.
3. Mendiskusikan kemungkinan perluasan topik - topik bahasan ke sembarang
manifold Lorentzian sehingga dengan demikian dapat diterapkan pada bidang
lain yang memakai area matematik yang sama. Memakai sudut pandang ini,
singularitas pada ruang-waktu relativitas umum hanyalah merupakan pemba–
tasan bidang kajian pada manifold lorentzian yang berdimensi empat.
3. Ruang Lingkup Kajian
Kajian skripsi ini dititikberatkan pada aplikasi analisa global dalam memo-
delkan singularitas dalam ruang-waktu. Oleh karenanya bahasa penyampaian yang
digunakan akan lebih banyak menggunakan bahasa formal matematika. Untuk be-
berapa kajian yang sudah terlalu familiar dalam buku -buku teks geometri diffe–
rensial modern, pembuktian - pembuktian akan sesedikit mungkin diberikan. Perlu
ditekankan pula bahwa topik kajian ini adalah ruang-waktu yang masih diasumsikan
kontinyu dan tidak memperhitungkan efek kuantum padanya.
BAB II
ANALISIS PADA MANIFOLD LICIN
Pada bab ini akan dipaparkan fakta - fakta geometri differensial secukupnya
yang diperlukan dalam pembahasan manifold ruang-waktu. Fakta - fakta geometris
ini muncul secara alamiah sebagai akibat bahwa ruang-waktu merupakan manifold
licin. Sebagian besar notasi pada bab ini diambil dari [Kriele , 2001]. Karena topik
- topik ini sangat umum dijumpai pada buku - buku teks geometri differensial maka
bukti - bukti sesedikit mungkin ditampilkan.
1. Manifold Licin
Sebelumnya akan diperkenalkan pemetaan proyeksi dariRn keR yang dilam-
bangkan denganP i.
P i(x1, · · · , xn
):= xi (II.1)
Untuk setiap(x1, · · · , xn) ∈ Rn.
Definisi II.1 ( Fungsi licin)
Pemetaanf :U ⊂ Rn → Rm dikatakan kontinyu jikaf i(p) := P i f(p); i =
1, 2, · · · ,m semuanya kontinyu untuk setiapp ∈ U . f dikatakanlicin atauC∞ -
differentiabel padaU jika setiapf i mempunyai turunan parsial untuk semua orde
padaU terhadap sistem koordinat padaRn.
Definisi II.1 di atas sama saja dengan mengatakan bahwaf licin jika determi-
nan Jacobiannya pada setiap titikp ∈ U yang didefinisikan sebagai
4
5
f ′(p) = [Difj(p)] =
D1f
1 · · · Dnf1
. . . . . . . . . . . . . . . . .
D1fm · · · Dnf
m
(p)
(II.2)
denganDifj := ∂fj
∂xi , tidak lenyap untuk1 ≤ i ≤ n dan1 ≤ j ≤ m.
SelanjutnyaC∞ - differentiabel akan disebut licin atau differensiabel saja.
Definisi II.2 (Manifold topologis berdimensi m )
Manifold X adalah ruang topologis yang Hausdorff, tersambung dan berbasis ter-
cacah(countable basis) serta terdapat homeomorfismeφp:Ux → W ⊂ Rm, ∀p ∈ X
denganUp ⊂ X adalah lingkungan bagip danW subhimpunan terbuka diRm.
Selanjutnyaφ disebutpemetaan koordinat, xi = P iφ(p) disebutfungsi koordinat
di p dan pasangan(Up, φp) disebutsistem koordinatdi p ∈ X
Definisi II.3 (Struktur licin)
Struktur licin (C∞ - structure) pada manifold topologisX adalah himpunan semua
sistem koordinatU = (Uα, φα) sedemikian rupa memenuhi
1. Uα merupakan liput (cover) bagiX , yaitu dipenuhi⋃
α Uα = X ,∀α ∈ A,A =
1, 2, . . .
2. Untuk setiap pasanganα, β ∈ A ,(Uα, φα) dan (Uβ, φβ) salingC∞ - rukun
(C∞-compatible), yaituφα φ−1β dan φβ φ−1
α masing - masing merupakan
pemetaan licin.
3. U maksimal menurut kriteria 2, dalam artian jika(U, φ) suatu sistem koordi-
nat padaX yang memenuhi sifatC∞ - rukun dengan setiap unsur diU maka
(U, φ) ∈ U
6
Gambar II.1: (Uα, φα) dan(Uβ, φβ) salingC∞ - rukun apabilaφα φ−1β dan
φβ φ−1α masing - masing merupakan pemetaan licin.
Definisi II.4 ( Manifold licin )
Manifold licin adalah manifold topologis yang dilengkapi dengan suatu struktur
licin. Selanjutnya, manifold licin akan cukup disebut sebagai manifold saja dan akan
dilambangkan denganM.
Dengan demikian suatu manifold topologis dapat mempunyai lebih dari satu
manifold licin atau tidak ada sama sekali, tergantung dari seberapa banyak struktur
licin yang bisa dibangun padanya. Sebagai contoh, permukaan bola di ruangRn+1
yaitu Sn, (ditunjukkan oleh John Milnor) mempunyai28 struktur licin yang berbeda
untukn = 7, 2 struktur untukn = 10 dan 992 struktur untukn = 11 [Qoquereauex
, 1988]. Berikut ini akan diberikan beberapa contoh untuk menentukan suatu him-
punan adalah suatu manifold atau bukan
1. Ruang EucledianRn dilengkapi sruktur licinU = (Rn, Id) denganId: Rn →
Rn pemetaan identitas adalah suatu manifold.
7
2. Titik - titik (x, y) di R2 yang memenuhi
y =
a x ≥ 0
0 x ≤ 0
−b x ≥ o
adalah himpunan yang bukan manifold karena tidak tersambung dan tidak Haus-
dorff di x = 0.
3. Permukaan bola berjari - jari satu satuanSm dilengkapi dengan struktur licin
(Sm − n , Pn) , (Sm − s , Ps) dengann = (0, 0, · · · , 1) dans =
(0, 0, · · · ,−1) danPn, Ps masing - masing projeksi stereografik darin dan
s, merupakan manifold.
4. Permukaan kubus diRn yang dibangkitkan oleh metrikdk =∑n
i=i |xi| bukan-
lah manifold licin karena tidak terdapat homeomorfisme denganRm saat diam-
bil xj = dk.
5. Subhimpunan terbukaV dariM dengan struktur licin
UV =(V ∩ Uα, φα|V ∩Uα
)|(Uα, φα) ∈ U
denganφα|V ∩Uα
pemetaanφα yang dibatasi padaV ∩Uα danU adalah struktur
licin padaM, merupakan manifold yang disebutsubmanifold terbuka dari
M.
6. Grup linier umum yaitu himpunanGl (n,R) yang beranggotakan semua ma-
triksn×n nonsingular berunsur riil merupakan manifold sebagai akibat adanya
diffeomorfisme denganR− 0 melalui fungsi determinan.
8
Definisi II.5 ( Pemetaan licin)
DiandaikanM danN manifold licin. JikaF :M→N adalah pemetaan dari mani–
foldM ke manifoldN , makawakilan lokal menurut sistem koordinat(U, φ) di M
dan (V, ψ) di N adalahψ F φ−1:φ (U) → ψ (V ). F dikatakan licin dip ∈ M
jika terdapat wakilan lokal bagiF yang licin dip. F dikatakan licin jikaF licin pada
setiap titikp ∈M.
Keberadaan struktur licin menjamin differensiabilitas pemetaan antar mani-
fold terjadi secara global sebagai akibat sifat maksimal yang dimiliki oleh struktur
licin pada kedua manifold. Dalam hal ini jikaF licin, bijektif dan F−1 juga licin,
makaF disebutdiffeomorfisme dan kedua manifold dikatakan saling salingdiffeo-
morfis. Diffeomorfisme adalah relasi ekuivalen antar manifold, dalam artian setiap
manifold yang saling diffeomorfis mempunyai struktur yang sama dan bisa saling
menggantikan.
2. Vektor Singgung, Kovektor dan Tensor Pada Manifold
Konsep vektor singgung (tangent vector) erat kaitannya dengan pendefinisian
’pergeseran infinitisimal’ pada suatu titik suatu manifold. Pada permukaan di ruang
Rn, ruang singgung adalah subruang linier dariRn yang ortogonal dengan vektor
normal permukaan. Hanya saja manifold tidak selalu ’ terbenam ’ dalam ruangRn,
dengan demikian pendefinisian ruang singgung perlu mengambil esensi yang lebih
dalam dari ruang vektor. Pendefinisian ini biasanya diambil dari konsep ’ turunan
berarah dari suatu fungsi’ dan ’vektor kecepatan dari kurva singgung’. Dari konsep
turunan berarah (directional derivative) dari fungsi bernilai riil,v dikatakan turunan
berarah darif di titik p jika dipenuhiv(f) = ∇f(p) • v sehingga dapat dikatakan
vektor singgung adalah fungsional licin bernilai riil yang bekerja pada fungsif .
JikaM manifold, himpunan fungsi bernilai riil licin padaM hendak ditu–
9
liskan sebagaiC∞ (M). Dilengkapi perkalian dan penjumlahan fungsi yaituf +
g (p) := f(p) + g(p) danf · g(p) := f(p)g(p), C∞ (M) membentuk aljabar komu-
tatif di atas lapangan riil.C∞ (M) bisa dipersempit menjadiC∞(p) yaitu himpunan
semua kelas ekuivalensi dariC∞ (M) di suatu lingkunganp yaituUp melalui relasi
ekuivalenf ∼= g ⇐⇒ f(q) = g(q),∀q ∈ Up. Kelas - kelas ekuivalensi ini biasa
disebut sebagaibenih ( germ).
Definisi II.6 ( Vektor singgung )
JikaMmanifold danp ∈M , yang disebut sebagaivektor singgungpadap adalah
fungsional bernilai riilv:C∞(p) → R sedemikian rupa memenuhi sifat
1. ( Linieritas) v(af + bg) = av(f) + bv(g)
2. (Leibnizan) v(fg)(p) = v(f)g(p) + f(p)v(g)
∀a, b ∈ R;∀f, g ∈ C∞ (p)
Vektor singgung padap ∈ M membentuk ruang vektor di atas lapangan riil
dengan operasi penjumlahan dan perkalian yang didefinisikan sebagai(v + w)(f) =
v(f) + w(f), (av)(f) = av(f);∀a ∈ R, f ∈ C∞(p). Selanjutnya ruang vektor
singgung padap akan ditulis sebagaiTpM.
Definisi II.7 MisalkanI adalah interval terbuka padaR. Pemetaan licinα: I →M
disebutkurva licin padaM . Jika diambilt ∈ I danp ∈ α(t0) dapat didefinisikan
pemetaanα(t0):C∞(p) → R sebagaiα(t0)(f) := d
dt(f α)(t0);∀f ∈ C∞(p). α(t0)
menyatakan vektor kecepatanα di t0 atau vektor singgung kurvaα di titik t0.
Karenaα(t0) memenuhi syarat Leibnizan dan linearitas terhadap aljabarC∞(p)
maka jelas bahwaα′(t0) ∈ TpM
10
Teorema II.1 Jika (U, φ) adalah sistem koordinat padap ∈ M, dengan fungsi ko-
ordinat xi = P i φ; i = 1, 2, · · · ,m maka∂/∂xi |p yang didefinisikan sebagai
∂/∂xi |p(f) = ∂/∂xi(f φ−1)(φ(p)) merupakan basis bagiTpM, sehingga dimensi
TpM = dimensiM. Basis ruang singgung yang berhubungan sistem koordinat ini
disebut sebagai basis Gaussan.
Selanjutnya dapat difahami bahwa ruang singgung yang dibangun oleh derivatif
pada aljabarC∞(p) dan vektor singgung kurva - kurva licin di suatu titik tak bisa
dibedakan melalui kaitan isomorfismev(f)(p) := d/dt(f α) |t=t0 = α(to)(f)
Teorema II.2 Jika F pemetaan licin dari manifoldM danN maka dapat diim-
bas suatu pemetaanF∗p:TpM → TF (p)N yang didefinisikan olehF∗p(v)(g) :=
v(g F ); g ∈ C∞(F (p)) dan merupakan isomorfisme jika dan hanya jika dapat dite-
mukan diffeomorfisme lokal antara lingkunganp dan lingkunganF (p). Pemetaan
yang diimbas ini biasa disebut sebagaidifferensial dari pemetaanF di p ataupush
forward. Jika kemudian terdapat pemetaan licinG dari manifoldN ke manifoldO
maka akan dipenuhi aturan komposisi atau dalil rantai(G F )∗p = G∗F (p) F∗p
Tentu saja apabila terdapat diffeomorfisme diantaraM danN , differensial
pemetaanF akan menyebabkan ruang singgung padaM diimpor keseluruhan keN
sehingga yang mungkin adalah bahwa jika dua manifold saling diffeomorfis maka
dimensi keduanya sama tetapi tidak selalu sebaliknya.
Misalkan pada titikp ∈ M ditemukan sistem koordinat(U, φ) dan (V, ψ),
berdasarkan teorema II.1 dapat disusun basis padaTpM yang berbentuk∂/∂xi
menurut(U, φ) dan∂/∂x′j
menurut(V, ψ). Untuk setiapv ∈ TpM dapat di–
nyatakan sebagai kombinasi linier kedua basis
v =m∑
i=1
vi∂/∂xi =m∑
j=1
v′j∂/∂x′j (II.3)
11
Dengan menganggapψ φ−1 sebagai pemetaan antar manifold, maka dapat ditun-
jukkan adanya aturan transformasi komponen vektor singgung yang berbentuk
v′j =m∑
i=1
vi∂x′j/∂xi (II.4)
Vektor singgung dalam buku - buku teks fisika biasa disebut sebagaivektor kontrava–
rian .
Jikaf ∈ C∞(p) maka dengan menggunakan teorema II.2 dapat disusun pemetaan
f∗p:TpM→ Tf(p)R, v 7→ f∗p(v)
yang diberikan oleh
f∗p(v)(x) = v(x f) (II.5)
∀v ∈ TpM. KarenaTf(p)R dibentang oleh basis tunggal∂/∂x|f(p) diperoleh
f∗p(v) = v(f) ∂/∂x|f(p) (II.6)
Melalui pemetaan ini dapat disusun fungsional linier yang bekerja padaTpM
dfp:TpM→ R
dfp(v) := v(f);∀v ∈ TpM
yang linier padaTpM .
Definisi II.8 Kovektor atau vektor kovarian adalah suatu pemetaan linierω:TpM→
R. Himpunan semua kovektor padapmerupakan ruang jodoh (dual space) dariTpM
dan dinyatakan denganT ∗pM.
12
Dapat mudah dilihat bahwadf adalah unsur dariT ∗pM. Jikadf dandg elemen
T ∗pM, maka dapat didefinisikan operasi(αdf + βdg) (v) := αv(f) + βv(g);α, β ∈
R; v ∈ TpM. Dalam suatu sistem koordinat lokalx1, . . . , xn, dapat ditemukan
∂/∂xi|p ∈ TpM yang tindakannya terhadapxj dinyatakan sebagai∂/∂xi|p (xj) =
dxi(∂/∂xi|p
)= δj
i . Hal ini menunjukkan bahwadxi|p membentuk basis padaT ∗pM
yang disebutbasis jodoh(dual basis) bagi basis∂/∂xi|p.
Simpulan II.1 T ∗pM merupakan ruang vektor riil dengan basis pada suatu koordi-
nat lokalx1, . . . , xn, mempunyai basisdxi|p
. Dengan demikian dimensi(TpM)
= dimensi(T ∗pM
)= dimensi(M).
Perilaku unsur - unsur diT ∗pM yang diimbas oleh pemetaan kontinyu antar
manifold dinyatakan oleh teorema berikut
Teorema II.3 JikaF :M→Nsuatu pemetaan licin, dapat diimbas suatu pemetaan
F ∗f(p):T
∗f(p)N → T ∗pM yang disebutpull backberikut
F ∗f(p) (θ) (v)|p := θ (F∗pv)|F (p)
∀θ ∈ T ∗f(p)N ; v ∈ TpM. ApabilaG:N → O licin, maka pemetaan licinG F
mengimbas komposisi
(G F )∗GF (p) = F ∗F (p) G∗
GF (p)
Seperti halnya pada sembarang ruang vektorV yang bersama ruang vektor
jodohnya dapat disusun ruang tensor pada ruang vektor tersebut, maka padaTpM
dapat disusun ruang tensor padanya. Berikut ini didefinisikan tensor pada sembarang
ruang vektorV , jadi untuk mengetahui tensor padap ∈ M cukup dilakukan pergan-
tianV = TpM.
13
Definisi II.9 (Tensor)
Misalkan V ruang vektor di atas lapanganK dan V ∗ menyatakan ruang vektor
jodohnya. Tensor -(s, r) pada ruang vektorV adalah suatu pemetaan
θ:V × . . .× V︸ ︷︷ ︸s − faktor
×V ∗ × . . .× V ∗︸ ︷︷ ︸r − faktor
→ K
yang linier pada setiap argumennya.θ disebut sebagai tensor tipe(s, r) atau tensor
r kontravarian dans kovarian. Ruang yang beranggotakan semua tensor(s, r) di–
nyatakan sebagaiT rs (V ). Didefinisikan untuk kondisi khususT 0
0 (V ) := K.
Sebagai contoh ruang tensor adalahT 01 (V ) = V ∗ danT 1
0 (V ) = V . Oleh
karena itu dalam konteks ruang tensor, kadang ruang singgung dan jodohnya masing
- masing biasa dinyatakan denganT 01 (V ) danT 1
0 (V ). Di antara dua tensor dengan
tipe berbeda mungkin untuk dikombinasikan menjadi tensor tipe yang lebih tinggi
melalui operasi produk tensor
Definisi II.10 (Produk tensor)
Andaikanθ ∈ T rs (V ) danψ ∈ T q
p (V ). Produk tensorθ ⊗ ψ adalah tensorθ ⊗ ψ ∈
T r+qs+p (V ) yang memenuhi
θ ⊗ ψ(v1, . . . , vs, w1, . . . , wp, υ
1, . . . , υr, ω1, . . . , ωq)
:= θ(v1, . . . , vs, υ
1, . . . , υr)ψ(w1, . . . , wp, ω
1, . . . , ωq)
untuk semuav, w ∈ V danυ, ω ∈ V ∗. Dapat dibuktikan bahwa produk tensor ini
bersifat assosiatif.
Berbekal operasi perkalian terhadap skalar
(aθ)(v1, . . . , vs, υ
1, . . . , υr)
:= a.θ(v1, . . . , vs, υ
1, . . . , υr)
14
serta jumlahan
θ+ψ(v1, . . . , vs, υ
1, . . . , υr)
:= θ(v1, . . . , vs, υ
1, . . . , υr)+ψ
(v1, . . . , vs, υ
1, . . . , υr)
maka jelas bahwaT rs (V ) merupakan ruang vektor diatas lapanganK. Jikae1, . . . , en
basis padaV dan θ1, . . . , θn basis jodohnya, maka basis padaT rs (V ) dapat di-
ungkapkan sebagai
θi1 ⊗ . . .⊗ θis ⊗ ej1 ⊗ . . .⊗ ejr
(II.7)
∀i1, . . . , is, j1, . . . , jr ∈ 1, . . . , n ;n = dimensi(V )
Setiap unsurψ ∈ T rs (v) dapat dinyatakan dalam jumlahan linier basis di atas
ψ = ψj1...jr
i1...jsθi1 ⊗ . . .⊗ θis ⊗ ej1 ⊗ . . .⊗ ejr (II.8)
dengan
ψj1...jr
i1...js:= ψ
(ei1 , . . . , eis , θ
j1 , . . . , θjr)
(II.9)
Hal ini berartiT rs (V ) merupakan ruang vektor di atasK dengan dimensinr+s. Ungka-
pan pada persamaan II.9 biasa disebut sebagai komponen tensor menurut basis II.7.
Berikut ini didefinisikan beberapa operasi penting pada tensor
1. Kontraksi
Misalkan ψ ∈ T rs (V ) dan e1, . . . , en,θ1, . . . , θn pasangan basis, dapat
didefinisikan operasi kontraksi antarar kontravarian dans kovarian padaψ
sebagai
C rsψ(v1, . . . , vs−1, υ
1, . . . , υr−1)
15
:= ψ
v1, . . . , ei︸︷︷︸argumen ke−s
, . . . , vs−1, υ1, . . . , θi︸︷︷︸
argumen ke−r
, . . . , υr−1
(II.10)
Operasi ini bebas terhadap pemilihan basis. Dapat dilihat, aksi operasi kon-
traksi pada suatu tensor adalah menurunkan indeks atas dan indeks bawahnya
masing - masing satu. Misalkanφ ∈ T rs (V ) danψ ∈ T p
q (V ), terhadap produk
tensor kontraksi bersifat
(C r
sφ)⊗ ψ = C r
s (φ⊗ ψ)
φ⊗(C p
qψ)
= Cr+ps+q (φ⊗ ψ)
2. Simetrisasi dan antisimetrisasi
Misalkanψ ∈ T 0p (V ) sembarang permutasi1 σp ∈ Sp didefinisikan
σpψ (v1, . . . , vp) := ψ(vσp(1), . . . , vσp(p)
)kemudian
(a) SimetrisasidariT 0p (V ) dinyatakan sebagai
Sym:T 0p (V ) → T 0
p (V )
1Permutasi merupakan pemetaanσp: i1, . . . , ip → i1, . . . , ip;σp i1, . . . , ip =
iσp(1), . . . , iσp(p)
. himpunan semua permutasi seperti ini membentuk struktur
grupSp yang homeomorfis dengan grup(−1, 1 , .) melalui
Sign(σp) = 1
untuk permutasi genap danSign(σp) = −1
untuk permutasi ganjil
16
Sym(ψ) = 1/p!∑
σp∈Sp
σpψ (II.11)
(b) AntisimetrisasidariT 0p (V ) dinyatakan sebagai
Alt:T 0p (V ) → T 0
p (V )
Alt(ψ) = 1/p!∑
σp∈Sp
Sign(σp)σpψ (II.12)
Tensorψ ∈ T 0p (V ) dikatakan simetris jikaψ = Symψ dan antisimetris jika
ψ = Altψ. Pendefinisian yang sama dapat dilakukan untuk simetrisasi dan
antisimetrisasi padaψ ∈ T p0 . Simetrisasiψ ∈ T 0
p bila diungkapkan dalam kom-
ponen basis dinyatakan dengan lambangψ(i1,...,ip) dan untuk antrisimetrisasinya
dinyatakan denganψ[i1,...,ip]. Jika diinginkan beberapa suku tidak diikutkan
dalam permutasi, bisa diberikan tanda|| pada suku tersebut. Cacah permu-
tasinya berkurang menurut beberapa banyak suku tetap tersebut. Sebagai con-
toh misalkanψ ∈ T 04 makaψ(i,|j|,|k|,l) = 1/2! [ψijkl + ψljki] .
Ruang tensorT 0p (V ) antisimetris memegang peranan penting dalam analisis
manifold licin, di antaranya dalam teori integrasi dan teori sistem differensial.
Definisi II.11 (Forma-p)
Tensorψ ∈ T 0p (V ) dengan sifatAltψ = ψ akan disebut dengan forma-p. Ruang vek-
tor yang beranggotakan semua forma-p dinyatakan denganΛp(V ) = Alt(T 0
p (V )).
Produk tensor⊗mengimbas produk∧ yang disebut sebagaiproduk eksterior
( wedge product)
∧: Λp(V )× Λq(V ) → Λp+q(V )
(ω, η) 7→ ω ∧ η :=(p+ q)!
p!q!Alt (ω ⊗ η)
17
yang bersifat bilinear assosiatif dan antisimetris. Dengan memakai produk eksterior
dimungkinkan untuk menyusun basis pada ruangΛp(V ) menggunakan unsur - un-
surV ∗. Berikut ini disajikan lemma yang memudahkan pengungkapan unsur ruang
Λp(V ) dalam basisnya.
Lemma II.1 Misalkanω1, · · · , ωp ∈ V ∗ danσp ∈ Sp
1. ω1 ∧ · · · ∧ ωp = sign(σp)ωσp(1) ∧ · · · ∧ ωσp(p)
2. ω1 ∧ · · · ∧ ωp =∑
σp∈Spsign(σp)ω
σp(1) ⊗ · · · ⊗ ωσp(p)
3. ω1 ∧ · · · ∧ ωp = 0 jika dan hanya jikaω1, · · · , ωp gayut linier.
Teorema II.4 Jikae1, · · · , en , θ1, · · · , θn pasangan basis jodoh maka himpunan
θi1 ∧ · · · ∧ θip
1≤i1<···<ip≤n
membentuk basis pada ruangΛp(V ). Dengan demikian dimensiΛp(V ) =(
np
)=
n!(n−p)!p!
Di samping produk eksterior yang berguna untuk mengkombinasikan bebera-
pa forma, dapat disusun operasi yang menurunkan indeks jenisnya. Operasi ini dise-
butproduk interior (interior product) yang merupakan pemetaan
y:V × Λp(V ) → Λp−1(V )
(v, ω) 7→ vyω : (ω1, · · · , ωp−1) 7→ ω(v, ω1, · · · , ωp−1)
dan didefinisikan untukp = 0, vyω = 0.
Kemudian akan dikenalkan medan tensor pada manifold yaitu suatu pemetaan
yang bernilai tensor. Berbagai struktur geometris dan fisis dapat memakai konsep ini
sebagai model.
18
Definisi II.12 (Medan tensor)
Ruang vektor yang beranggotakan semua pemetaan licin
φ:M→⋃
p∈M
T rs (TpM)
denganφ(p) ∈ T rs (TpM) ; ∀p ∈ M disebut sebagai medan tensor -(r, s) dan akan
dinyatakan denganT rs (M).
Suatu medan tensorT 10 (M) biasa disebut sebagai medan vektor karena perti-
tiknya berhubungan dengan vektor singgung, kemudian medan tensorT 01 (M) biasa
disebut sebagai medan kovektor karena pertitiknya berhubungan dengan kovektor,
sedangkan medan tensorT 0p (M) yang antisimetris pada setiap pertukaran indeksnya
biasa disebut sebagai forma differensial tipe-p atau cukup disebut forma-p, dengan
forma-0 sebagai fungsi pada manifold dan forma-1 sebagai medan kovektor. Suatu
U ⊂M yang berhubungan dengan sistem koordinatximenyebabkan ruang tensor
T rs (TpM) dibentang oleh basis yang diperoleh dari produk tensor∂/∂xi dandxi
pada setiapp ∈ U . Dengan demikian jelas dapat dibentuk medan vektor basis yang
dihasilkan dari sistem koordinat Gaussan padaU . Misalkanφ suatu medan tensor,
maka ungkapannya dalam sistem koordinat lokal dapat dituliskan sebagai
φ(p) = φi1...irj1...js
(p)dxj1 ⊗ . . .⊗ dxjs ⊗ ∂/∂xi1 ⊗ . . .⊗ ∂/∂xir (II.13)
Berikut ini disajikan lemma yang memudahkan identifikasi medan tensor pada mani-
fold [Lee , 1997]
Lemma II.2 (Lemma karakterisasi medan tensor)
19
Suatu pemetaan
φ: T 10 (M)× . . .× T 1
0 (M)︸ ︷︷ ︸s−faktor
×T 01 (M)× . . .× T 0
1 (M)︸ ︷︷ ︸r−faktor
→ C∞ (M)
merupakan medan tensor anggotaT rs (M) jika dan hanya jika multilinier atasC∞ (M).
Juga pemetaan
φ: T 10 (M)× . . .× T 1
0 (M)︸ ︷︷ ︸s−faktor
×T 01 (M)× . . .× T 0
1 (M)︸ ︷︷ ︸r−faktor
→ T 10 (M)
diimbas oleh medan tensor anggotaT r+1s (M) jika dan hanya jika multilinier atas
C∞ (M)
Teorema II.2 dan II.3 dapat diperluas pemakaiannya pada tensor sembarang.
Misalkan g:M → N suatu diffeomorfisme lokal danψ ∈ T rs (N ), didefinisikan
pemetaanpull backyang memetakan setiap elemenT rs (N ) keT r
s (M) sebagai
g∗ψ(v1, . . . , vs, ω1, . . . , ωs) := ψ
((g∗(v1)), . . . , (g∗(vs)), (g
−1)∗(ω1), . . . , (g−1)∗(ωs))
(II.14)
sedangkanpush forwardpadaψ ∈ T rs (M) untuk dibawa keT r
s (N ) didefinisikan
sebagai
g∗ψ =(g−1)∗ψ (II.15)
Lemma II.3 Untuk setiap diffeomorfisme lokalg:M→N dan semua medan tensor
φ, ψ ∈ T rs (M) dipenuhi sifat
g∗(αψ + βφ) = αg∗ψ + βg∗φ
g∗(φ⊗ ψ) = g∗φ⊗ g∗ψ
20
g∗C rsψ = C r
sg∗ψ
MisalkanMmanifold licin berdimensi-n, himpunanT rsM =
⋃p∈M T r
s (TpM)
secara alamiah membawa struktur licin yang diimbas dariM. Andaikan(Uα, ϕα)
sitim koordinat pada titikp, dapat didefinisikan pemetaan
ψα:⋃
p∈M
T rs (TpM) → ϕα(U)× Rnrns
φp 7−→ (ϕα(p), (φi1,···,ir(α)j1,···,js
))
di manaφi1,···,ir(α)j1,···,js
merupakan komponen tensorφp menurutϕα(p). Jelas bahwa se-
tiapψq ∈ T rs (TqM) berada pada paling sedikit satu di antara himpunan - himpunan
T rs U =
⋃p∈Uα
T rs (TpM). Apabila sistem koordinat(Uα, ϕα) dinyatakan dengan
(x1, · · · , xn) dan(Uβ, ϕβ) dengan(y1, · · · , yn), setiap vektor singgungv ∈ TpM da-
pat dituliskan denganv =∑n
i=1 viα∂
ix =
∑ni=1 v
iβ∂
iy dengan transformasi antar kom-
ponen kooardinatvjα =
∑ni=1 v
iβ
∂(ϕα(ϕβ)−1)j
∂iy
atau dengan kata lainvα = Dϕαβ(vβ)
denganDϕαβ menyatakan(ϕα (ϕβ)−1)∗. Begitu juga dengan forma-1 ω, komponen
- komponennya akan terhubung melaluiωα = ωβD(ϕαβ)−1. Dengan argumentasi
yang sama, komponen komponen tensorφi1,···,ir(α)j1,···,js
danφi1,···,ir(β)j1,···,js
terhubung melalui
φk1,···,kr
(α)l1,···,ls =∑
1≤i1,···,ir≤n1≤j1,···,js≤n
φi1,···,ir(β)j1,···,js
(Dϕαβ)k1i1· · · (Dϕαβ)kr
ir
× (D(ϕαβ)−1)j1l1· · · (D(ϕαβ)−1)js
ls
Oleh karena itu komponen - komponenφα danφβ dari tensorφp menurut(Uα, ϕα)
dan(Uβ, ϕβ) terhubung oleh isomorphisme linierDαβ. Dengan demikian pemetaan
ψα ψ−1β :ψβ(T r
s Uα ∩ T rs Uβ) → ψα(T r
s Uα ∩ T rs Uβ)
21
(y, (φβ)) 7−→ ψα ψ−1β (y, (φβ)) = (ϕαβ(y),Dαβ(ϕβ))
merupakan diffeomorfisme. Hal ini berarti himpunanT rsM secara alamiah meru-
pakan manifold licin berdimensinr+s. Manifold ini biasa disebut sebagai bundel
tensor (tensor bundle). Bundel tensorTM = T 10M disebut sebagai bundel singgung
(tangent bundle), sedangkan bundel tensorT ∗M = T 01M disebut sebagai bundel
kotangen (cotangent bundle).
Bundel tensor adalah salah satu contoh dari suatu bundel vektor atas suatu
manifold, yaitu manifold licinE bersama dengan pemetaan surjektif licinπ: E →M
yang memenuhi:
1. Untuk setiapp ∈ M, himpunanEp = π−1(p) ⊂ E (disebutfiber E atasp)
memiliki suatu struktur ruang vektor riil.
2. Untuk setiapp ∈ M, terdapat lingkunganU dari p di M dan suatu diffeo-
morfismeΦ: π−1(U) → U × Rk sedemikian rupa sehingga diagram berikut
komutatif:
U
π−1(U)Φ
U × Rk
π π1
-
+
QQQs
denganπ1 menyatakan proyeksi ke faktor pertamaπ1(p, v) = p. PembatasanΦ
atasEp merupakan isomorfisme linier dariEp kep × Rk ∼= Rk
Manifold E biasa disebut sebagai ruang total dari bundel,M sebagai basis
danπ sebagai proyeksinya. Untuk lebih ringkasnya, bundel vektorE atas basisM
dengan proyeksiπ akan dilambangkan dengan(E , π,M). Setiap pemetaanΦ seper-
ti yang terdefinisi diatas disebut sebagai trivialisasi lokal atasU , Jika terdapat suatu
trivialisasi lokal yang terdefinisi pada seluruh manifold basisM (disebut trivialisasi
22
global), dikatakanE menjadi bundel trivial. JikaU ⊂ M terbuka, dapat dibuktikan
pembatasan proyeksiE|U = π−1(U) juga merupakan bundel vektor. Pemetaan kon-
tinyu σ:M→ E sedemikian rupa sehinggaπ σ = IdM disebut sebagaisectiondari
E . Zero sectionmerupakanζ:M→ E yang didefinisikan olehζ(p) = 0 ∈ Ep untuk
setiapp ∈ M. Sebagai suatu pemetaan,supportdari sectionσ didefinisikan sebagai
klosure dari himpunanp ∈M|σ(p) 6= 0. Pada bundel tensor,sectionmerupakan
bahasa lain untuk mengungkapkan medan tensor pada manifold basis. Himpunan
sectionσ1, · · · , σk sedemikian rupa sehinggaspan σ1(p), · · · , σk(p) = Ep untuk
setiapp ∈ U ⊂M dikatakan sebagai suatu kerangka (frame) padaE .
3. Kongruensi dan Derivatif Lie
Pada setiap kurva licin, dapat selalu dibangun medan vektor sepanjang kur-
va dengan nilai - nilainya pada titik sepanjang kurva berupa vektor singgung. Hal
sebaliknya apakah bisa terjadi?. Teorema berikut menjamin keberadaannya [Kriele ,
2001].
Teorema II.5 MisalkanM manifold licin,V medan vektor padaM. Pada setiap
p ∈ M terdapat suatuI ⊂ R dan kurva licinγp: I → M yang memenuhi kondisi
γp(0) = p dan γ(t) = Vγ(t)
JikaVp 6= 0 maka terdapat suatu lingkunganU dari (0, p) ∈ R×M sedemikian rupa
sehingga pemetaanF :U → M; (t, q) → Ft(q) = γq(t) dapat didefinisikan dengan
baik.
Pemetaanq → Ft(q) merupakan suatu diffeomorfisme lokal untuk setiapt dengan
inverse diberikan olehF−t.
Jika t, s cukup kecil akan dipenuhiFt Fs = Fts.
Kurva γ seperti di atas disebut sebagaikurva integral dari medan vektor
V , sedangkanFt disebut sebagaialiran (flow) ataukongruensi dari V . Dengan
23
demikian, dapat dikatakan bahwa setiap medan vektor dapat selalu membangkitkan
kongruansi atau himpunan kurva licin yang tidak saling beririsan dan melalui setiap
titik pada lingkungan lokal tertentu.
Diffeomorphime lokal pada aliran suatu medan vektor dapat digunakan untuk
membangun derivasi suatu medan tensor2.
Definisi II.13 ( Derivatif Lie)
Misalkanp ∈ M, ψ medan tensor,U medan vektor danFt aliran dari U , derivatif
Lie ψ olehU dinyatakan dalam
LUψ(x) :=
((d
dt
)t=0
F ∗t ψ
)(p)
dengan(d/dt)t=0 menyatakan derivatif biasa .
Derivatif lie berguna dalam mengukur perubahanψ sepanjangU . Dengan
memakai lemma II.3 dapat mudah dibuktikan bahwa derivatif lie merupakan suatu
derivasi. Apabila diterapkan pada fungsi licinf dan medan vektorV diperoleh
LUf = U(f) (II.16)
2 Derivasi adalah suatu pemetaanD yang memetakan medan - medan tensor ke medan - medantensor dengan sifat - sifat
• D (T rs (M)) ⊂ T r
s (M)
• D (φ⊗ ψ) = D (φ)⊗ ψ + φ⊗D (ψ)
• D komut terhadap kontraksi.
Dua derivasi dikatakan bersesuaian jika mereka bersesuaian terhadap medan - medan vektor danfungsi. JikaD, D, D derivasi maka komutator[
D, D]
:= D D − D D
juga merupakan derivasi. Dipenuhi pula identitas Jacobi[D,[D, D
]]+[D,[D, D
]]+[D,[D,D
]]= 0
24
(LUV )(f) = U V (f)f − V U(f) (II.17)
Mengingat medan vektor dapat dipandang sebagai derivasi di atas fungsi licin, maka
persamaan II.17 bisa dipandang sebagai komutator pada medan vektor. Kita nyatakan
[U, V ] = LUV . Identitas Jacobi pada medan vektor berakibat dipenuhinya relasi
L[U,V ] = [LU ,LV ]. Dua medan vektorU danV dikatakan rukun jika derivatif lie-nya
lenyap, secara geometri dapat ditafsirkan bahwa aliran antara keduanya saling rukun.
Sebagai contoh, medan basis koordinat yaitu himpunan medan vektor yang menjadi
basis ortogonal bagi sembarang medan vektor pada suatu lingkungan, merupakan
salah satu himpunan medan vektor yang saling rukun. Pada teori fisika konsep tentang
derivatif Lie berguna untuk menyatakan konsep tentang invariansi medan tensor di
bawah aksi medan vektor tertentu [Schutz , 1980]. Medan tensorψ invarian di bawah
U jika LUψ = 0 yaitu saatF ∗t ψ = ψ. Yang menarik di sini, himpunan semua medan
vektor yang menyebabkan medan tensorψ ternyata membentukaljabar Lie yaitu
ruang vektor yang tunduk di bawah operasi komutasi. Kita bisa memilih unsur-unsur
pada aljabar Lie tersebut yang saling bebas linier. Karena pada setiap aljabar Lie dapat
ditemukan subset medan koordinat Gaussan yang membentangnya, maka penentuan
medan vektor bebas linier dari aljabar Lie tersebut sama saja dengan menentukan
sistem koordinat yang medan basis koordinatnya membuatψ invarian.
4. Koneksi dan Kelengkungan Pada Manifold
Dalam sembarang manifold, untuk menentukan turunan suatu medan vektor
dilakukan dengan membandingkan nilai medan vektor tersebut di suatu titik dengan
nilainya di titik yang lain. Oleh karena itu masalahnya adalah bagaimana memband-
ingkan dua vektor singgung yang hidup dalam ruang singgung yang berbeda. Diper-
lukan suatu cara untuk membandingkan nilai medan vektor pada tempat yang berbeda
atau secara mudahnya diperlukan suatu koneksi (connection) antara ruang singgung.
25
Definisi II.14 (Koneksi)
Koneksi adalah suatu pemetaan
∇: T 10 (M)× T 1
0 (M) → T 10 (M)
∇ (U, V ) = ∇UV
sedemikian rupa sehingga memenuhi sifat - sifat :
1. ∇UV linier atasC∞ (M) padaU
∇fU+gWV = f∇UV + g∇WV ; f, g ∈ C∞ (M)
2. ∇UV linier atasR padaV
∇U (aV + bW ) = a∇UV + b∇UW ; a, b ∈ R
3. ∇ memenuhi aturan produk
∇UfV = U(f)V + f∇UV ; f ∈ C∞ (M)
Torsi dari∇ adalah medan tensor
(U, V ) → Tor(U, V ) = ∇UV −∇VU − [U, V ]
koneksi∇ dikatakan bebas torsi jika dipenuhiTor = 0.
Biasanya∇UV disebut turunan kovarianV sepanjangU . Pada suatu titikp,
nilai∇UV hanya bergantung pada nilaiU di p dan nilaiV di sekitarp yaitu∇UV |p =
26
∇UpV . Oleh karena itu dapat ditafsirkan sebagai turunanV sepanjang arah vektor
singgungUp. Dalam sistem koordinat lokal, misalkan kita nyatakan∂/∂xi := ∂xi
dan∇∂xi∂xj
:= Γkij∂xk
maka suatu koneksi yang bebas torsi memenuhi sifatΓkij =
Γkji. Komponen koneksiΓa
bc biasa disebut simbol Christoffel. TransformasiΓcab antar
sistem koordinat koordinat lokalxi kexi memenuhi
Γedf =
∂xe
∂xh
∂2xh
∂xf∂xd+∂xe
∂xh
∂xa
∂xd
∂xb
∂xfΓc
ab (II.18)
Dengan memakai persamaan ini apabila diketahui suatu sistem koordinat tertentu pa-
da manifold, dapat selalu ditemukan sistem koordinat lokal lain denganΓcab = 0.
Misalnya saja apabila suatu sistem koordinat lokalxamempunyaiΓcab, transformasi
sistem koordinat kuadratik berbentukxa = xa+1/2Aabcx
bxc denganAabc simetris pada
b danc akan menyebabkan dipenuhinya persamaanΓcab = Γc
ab+Acab, dengan demikian
pemiliahanAcab = −
(Γc
ab
)akan menyebabkanΓc
ab = 0 pada sistem koordinat lokal
xa.
Sembarang medan vektorU, V akan memenuhi
∇UV = ∇U i∂xi
(V j∂xj
)= U i∇∂xi
(V j∂xj
)= U i
[(∂xiV j)∂xj
+ V jΓkij∂xk
]= U i
[∂xiV k + V jΓk
ij
]∂xk
(II.19)
Menggunakan lemma karakterisasi tensor,∇UV dapat dipandang sebagai∇V (U, .)
dengan∇V ∈ T 11 (M). Oleh karena itu,∇ merupakan pemetaanT 1
0 M → T 11 M.
Pemetaan ini disebut sebagai turunan kovarian pada medan vektor. Secara lokal,
∇V dapat dituliskan sebagai∇V = V i;j dx
j ⊗ ∂xidenganV i
;j = ∂xiV k + V jΓk
ij.
Karena∇f = df , maka turunan kovarian pada suatu medan kovektor juga dapat
27
didefinisikan. Misalkan diambilω ∈ T 01 denganω(V ) = f , maka diperoleh∇Uf =
∇Uω(V ) = ∇ω(V, U). Ungkapan lokalnya dinyatakan dengan∇ω = ωi;j dxi⊗ dxj
denganωi;j = ∂xiωj + ωkΓ
kij. Adanya turunan kovarian pada fungsi, medan vek-
tor dan medan kovektor memungkinkan untuk mendefinisikan turunan kovarian pada
sembarang medan tensor. Perluasan∇ sebagai turunan kovarian pada sembarang
medan tensor dapat dilakukan dengan memakai sifat - sifat derivasi pada catatan kaki
(2)
Lemma II.4 (Tindakan koneksi atas medan tensor)
Misalkan(M,∇) manifold dengan koneksi, akan terdapat perluasan tunggal untuk
∇ jika dikenakan pada medan tensor sembarang
∇: T rs (M) → T r
s+1 (M) ; ψ → ∇ψ
yang diberikan oleh
∇ψ(U, V 1, · · · , V s, ω1, · · · , ωr) = ∇Uψ(V 1, · · · , V s, ω1, · · · , ωr)
Pada ruang medan forma-p, yaitu Ωp(M∣∣ω ∈ T 0
p (M), Alt(ω) = ω ) dapat
disusun pemetaan tunggal yang dapat digunakan untuk menaikkan indek medan for-
ma. Pemetaan ini disebut turunan eksterior (exterior derivative).
d: Ωp(M→ Ωp+1(M; ω 7→ dω
yang secara lokal dinyatakan dengan
dω =∑
1≤i1<···<ip≤n
d(ωi1···ip) ∧ dxi1 ∧ · · · ∧ dxip
28
yang memenuhi sifat
1. d d = 0,
2. d(ω ∧ η) = dω ∧ η + (−1)pω ∧ dη untuk semuaω ∈ Ωp(M) danη ∈ Ωq(M),
3. Untukf ∈ Ω0(M), df berhubungan dengan differensial biasa pada fungsi
4. Komutatif terhadappull back: F ∗(dω) = d(F ∗ω).
Dari sifat terakhir berakibat dipenuhinya hubunganLV dω = dLV ω. Oleh karena
itu, derivatif Lie sembarang medan forma dapat dinyatakan sebagaiLV ω = V ydω +
d(V ydω). Hubungan ini memungkinkan untuk mengungkapkan turunan eksterior
dalam bahasa yang bebas koordinat.
Proposisi II.1 Misalkanω ∈ Ωp(M) danV0, · · · , Vp medan vektor. Maka turunan
eksterior dariω dapat dinyatakan dengan
dω(V0, · · · , Vp) =
p∑i=0
(−1)iLVi(ω(V0, · · · , Vi, · · · , Vp))
+∑
0≤i<j≤p
(−1)i+jω(LViVj, V0, Vi, · · · , Vj, · · · , Vp)
=
p∑i=0
(−1)iVi(ω(V0, · · · , Vi, · · · , Vp))
+∑
0≤i<j≤p
(−1)i+jω([Vi, Vj], V0, Vi, · · · , Vj, · · · , Vp)
dimana tanda(.) menyatakan medan vektor dibuang.
Telah disebutkan di atas bahwa nilai turunan kovarian pada suatu titik hanya
bergantung pada nilai medan vektor pada lingkungan titik tersebut. Dapat dilakukan
pembatasan lingkungan pada medan vektor, misalnya saja pembatasan hanya pada
sepanjang kurva . Pada kondisi tersebut, medan vektor yang bersesuaian dikatakan
29
sebagai medan vektor sepanjang kurva. selanjutnya didefinisikan turunan kovarian
sepanjang kurva.
Definisi II.15 Misalkan∇ koneksi,t → γ(t) suatu kurva dant → V (t) medan
vektor sepanjang kurvaγ didefinisikan
1. Turunan kovarianV sepanjang kurvaγ dinyatakan sebagaiV (t) = ∇γ(t)V (t) =(ddtV a(t) + Γa
bcVc(t)γb(t)
)∂a. Medan vektorV (t) dikatakan mengalami trans-
port paralel sepanjangγ jika ∇γ(t)V (t) = 0
2. Kurva prageodesik merupakan kurvaγ yang memenuhi sifat∇γ γ || γ, suatu
prageodesik dikatakan geodesik apabila∇γ γ = 0
3. Geodesik dikatakan komplit jika didefinisikan pada semuat ∈ R
Setiap prageodesik dapat dijadikan geodesik dengan mengganti parameter kur-
vanya. Misalkan parameter prageodesik dinyatakan dengant, maka dengan menggan-
ti parameter menjadit′ = at + b akan diperoleh geodesik. parameter pengganti ini
disebut sebagai parameter affine (affine parameter). Poin 1 pada definisi di atas me-
nunjukkan bahwa pada setiap medan vektor selalu bisa ditemukan suatu kurva menu-
rut suatu koneksi sedemikian rupa menurut kurva tersebut medan vektor sepanjang
kurva terlihat parallel.
Simpulan II.2 Geodesik merupakan kurva paling ’lurus’ menurut koneksinya.
Karena kelurusan geodesik tersebut, maka pada teori relativitas, geodesik di-
gunakan untuk model lintasan gerak materi yang tidak dipercepat atau bebar dari
pengaruh luar.
Secara lokal persamaan geodesik dapat dinyatakan dengan sistem persamaan
orde duaγa + Γabcγ
bγc = 0, yang penyelesaiannya dapat diperoleh dengan mereduksi
30
persaman tersebut menjadi dua sistem persamaan differensial orde satuddtγa = va dan
ddtva = −Γa
bcvbvc. Dengan demikian penyelesaiannya ditentukan dengan syarat batas
(p, v) |p ∈M, v ∈ TpM. Hal ini berarti, pada setiap titik pada manifold dapat
dibangun berkas - berkas geodesik yang secara tepat ditentukan oleh setiap vektor
singgung pada titik tersebut. Masing - masing berkas geodesik ini dilambangkanγv
denganv menyatakan kecepatan geodesik pada titikp.
Definisi II.16 Misalkan(M,∇) manifold dengan koneksi. Pemetaan
expp:TpM→M; v 7→ expp(v) := γv(1)
disebut sebagai pemetaan eksponensial dari∇.
Pemetaan ini bersifat licin dan homogen:expp(tv) = γtv(1) = γv(t). Pemetaan
ini merupakan diffeomorfisme antara lingkungan terbuka padaTpM yang memuat
vektor nol dan suatu lingkungan terbuka diM. Ambil U lingkungan terbuka titik0
di TpM danU lingkungan terbuka titikp, misalkanv = ddt
(tv) |t=0 ∈ T0TpM maka
(expp)∗(v) =
(d
dtexpp(tv)
)∣∣∣∣t=0
=
(d
dtγtv(1)
)∣∣∣∣t=0
=
(d
dtγv(t)
)∣∣∣∣t=0
= v
Dengan demikian(expp)∗ isomorfis, karena ituexpp suatu diffeomorfisme. Jika di-
ambil e1, · · · , en sebagai basis padaTpM dan menyatakanv = viei, dapat diper-
oleh lingkungan dari0 ∈ TpM yang berbentukBr(0) =v∣∣∣√∑n
a=1(va)2 < r
.
Pemetaanexpp: Br(0) → Br(p) := expp(Br(0)) merupakan diffeomorfisme untukr
yang cukup kecil. Menggunakan diffeomorfisme ini, dapat didefinisikan suatu sistem
koordinatxa(q) := (exp−1p (q))a padaBr(p). Koordinat ini disebut sebagai sistem
koordinat normal. Bersama dengan sistem koordinat normal,Br(p) disebut sebagai
lingkungan normal dari titikp. Dapat dilihat, karenaγ = 0 pada lingkungan normal,
maka komponen simbol ChristoffelΓabc = 0. Karena pada setiap titik selalu dapat
31
ditemukan lingkungan normalnya, maka dapat diatur suatu lingkungan yang menye-
babkan setiap titiknya dihubungkan oleh geodesik tunggal yang sepenuhnya berada
di dalam lingkungan tersebut. Lingkungan seperti ini disebut sebagai lingkungan
normal konvek atau cukup disebut sebagai lingkungan konvek. Dalam lingkungan
konvek, geodesik berperan sebagai ’garis lurus’ tunggal yang menghubungkan setiap
titik dalam lingkungan tersebut dan tetap di dalamnya sehingga bersesuaian dengan
ide tentang lingkungan konvek yang dikenal dalam ruangRn.
Jika didefinisikan∇VW = ∇VW − 12
˜Tor(V,W ) dengan∇ koneksi sem-
barang dan ˜Tor adalah torsi dari∇. Dapat diketahui bahwa˜Tor(W,W ) = 0 untuk
semuaW , sehingga∇ dan∇ mempunyai geodesik yang sama. Tapi jika kita tam-
bahkan sembarangS ∈ T 12 (M) yang anti simetris pada bagian kovariannya pada
∇, ¯Tor menurut∇ + S memenuhi ¯Tor = 2S 6= 0. Oleh karena itu dapat disim-
pulkan bahwa untuk setiap koneksi, selalu terdapat koneksi bebas torsi tunggal yang
mempunyai geodesik yang sama dengannya.
Berikutnya didefinisikan kuantitas pada sembarang manifold yang memberikan
ukuran yang membedakannya dengan ruangRn. Pada manifoldRn dipenuhi hubun-
gan
∇X∇YZ −∇Y∇XZ = ∇[X,Y ]Z
untukX, Y, Z sembarang medan vektor. Dengan hubungan seperti ini kita nyatakan
bahwaRn bersifat datar dan persamaan diatas dianggap sebagai kriteria ’kedataran’.
Secara umum tidak setiap manifold memenuhi kriteria kedataran, sehingga tidak da-
pat dikatakan datar. Akan terdapat suatu medan tensorR: T 01 (M) × T 0
1 (M) ×
T 01 (M) → T 0
1 (M) yang didefinisikan sebagai
R (U, V )W = ∇U∇VW −∇V∇UW −∇[U,V ]W (II.20)
32
Medan tensor ini disebut sebagai medan tensor kelengkungan atau medan tensor Rie-
mann. Medan tensor ini memenuhi sifat -sifat
1. Identitas Bianchi kedua
(∇UR)(V,W ) + (∇VR)(W,U) + (∇WR)(U, V ) = 0
2. Jika∇ bebas torsi, makaR memenuhi pula identitas Bianchi Pertama
R(U, V )W +R(V,W )U +R(W,U)V = 0
3. Serta simetriR(U, V ) = −R(V, U)
5. Manifold Pseudo-Riemannan
Untuk dapat mendefinisikan panjang suatu kurva maupun sudut di antara dua
buah vektor, manifold memerlukan struktur tambahan. Struktur tambahan ini harus
bersifat sepertiinner productpada ruangRn. Berhubungan dengan setiap ruang
singgung pada manifold struktur ini merupakaninner productantar vektor - vektor,
sehingga merupakan tensor tipe-(0, 2). Medan tensor yang berhubungan dengannya
biasa disebut sebagai medan metrik atau cukup disebut metrik saja dan akan dilam-
bangkan dengang .
Definisi II.17 Manifold pseudo-Riemannan(M, g) merupakan manifold riilM yang
dilengkapi dengan medan tensorg yang simetris dan tak merosot non-degenerate di
mana - mana.g(U, V ) akan dilambangkan pula sebagai〈U, V 〉.
33
Jika(M, g) berdimensin dan diambili, j, v ∈ 1, · · · , n dan didefinisikan
(ηv)ij =
−1 jika i = j ≤ v
1 jika i = j > v
0 lainnya
maka terdapatv sedemikian rupa sehingga pada setiapx ∈M dapat ditemukan basis
e1, · · · , en padaTxM yang memenuhi
g(ei, ej) = (ηv)ij (II.21)
dikatakang mempunyaisignature(
r suku︷ ︸︸ ︷−, · · · ,−,
(n−v) suku︷ ︸︸ ︷+, · · · ,+) dan menyebutr sebagai in-
deks darig. Basise1, · · · , en yang menyebabkan dipenuhinya persamaan II.21
disebut sebagai basis ortonormal dan medan basis koordinat lokalE1, · · · , En yang
berhubungan dengan basis ortonormal pada setiap titiknya disebut sebagai kerangka
ortonormal. Dengan menggunakan prosedur ortogonalisasi Schmidt pada medan ba-
sis lokal dapat dibuktikan kerangka lokal ortonormal ini selalu ada pada setiap titik
pada manifold. Manifold pseudo-Riemannan berindeks satu biasa disebut dengan
manifold Lorentzian. Manifold ini merupakan model ruang-waktu dalam teori rela-
tivitas.
Semisal terdapat dua manifold pseudo-Riemannan(M, g) dan(M, g
). Su-
atu diffeomorfismeϕ dariM keM dikatakan isometri jikaϕ∗g = g. Ditinjau suatu
kurvaγ, jika transport paralel sepanjangγ merupakan isometri maka dipenuhi
0 = ∇γ(t)(g(U, V ))
= (∇γ(t)g)((U, V ))−⟨∇γ(t)U, V (t)
⟩−⟨U(t),∇γ(t)V
⟩= (∇γ(t)g)((U, V ))
34
berakibat∇γ(t)g = ∇g(γ(t)) = 0 atau∇g = 0, sebaliknya jika∇g = 0 maka
dipenuhi∇γ(t) 〈U(t), V (t)〉 =⟨∇γ(t)U, V (t)
⟩+⟨U(t),∇γ(t)V
⟩= 0 yang berarti
〈U, V 〉 bebas terhadapt, oleh karena itu dapat disusun teorema berikut ini
Proposisi II.2 Misalkan (M, g) manifold pseudo-Riemannan, maka∇g = 0 jika
dan hanya jika transport paralel merupakan isometri.
∇g = 0 berakibat untukU, V,W medan vektor dipenuhi
U 〈V,W 〉 = 〈∇UV,W 〉+ 〈V,∇UW 〉 . (II.22)
Bersama dengan permutasi siklisnya, koneksi bebas torsi∇ akan dipenuhi persamaan
Koszul
〈∇UV,W 〉 =1
2(U 〈V,W 〉+ V 〈U,W 〉 −W 〈U, V 〉
− 〈U, [V,W ]〉+ 〈V, [W,U ]〉 − 〈W, [V, U ]〉) (II.23)
Dapat dilihat bahwa suku bagian kanan persamaan di atas tidak gayut terhadap konek-
si, dengan demikian dapat disajikan teorema berikut
Teorema II.6 Misalkan(M, g) manifold pseudo-Riemannan riil, maka terdapat su-
atu koneksi∇ bebas torsi tunggal yang memenuhi∇g = 0. Koneksi seperti ini
disebut sebagai koneksi Levi - Cevita.
Secara lokal dengan mengambil〈∂i, ∂j〉 = gij dan∇∂i∂j = Γm
ij∂m akan dipenuhi
[∂i, ∂j] = 0 dan mengakibatkan persamaan Koszul menjadi
〈∇∂i∂j, ∂l〉 =
1
2(∂i 〈∂j, ∂l〉+ ∂j 〈∂l, ∂i〉)− ∂l 〈∂i, ∂j〉 (II.24)
35
atau
Γmijgml =
1
2(∂igjl + ∂jgil − ∂lgij) (II.25)
karenag non-degeneratif maka dapat disusun invers darinya. Semisal inversgij di–
nyatakan dengangij maka dapat diperoleh
Γkij =
1
2gkl (∂igjl + ∂jgil − ∂lgij) (II.26)
SukuΓkij biasa disebut sebagai simbol Christoffel yang merupakan komponen koneksi
Levi - Cevita pada sistem koordinat lokal.
Berhubungan dengan tensor kelengkunganR, dapat didefinisikan beberapa
jenis tensor kelengkungan:Ric(u, v) := tr(R(., u)v) yang disebut dengan tensor
Ricci dan bagian antisimetrisnyaF (u, v) = 1n(Ric(u, v)− Ric(v, u)). Jika∇ meru-
pakan koneksi bebas torsi, keduanya terkait melalui hubunganF = − 1ntr(R(., .)).
Kelengkungan skalar darig dinyatakan sebagai fungsiScal := tr(Ric). Dan ke-
lengkungan sektional di titikp sebagai fungsi
K:G2(TpM) → R, span ux, vx 7→〈R(ux, vx)ux, vx〉〈ux, ux〉 〈vx, vx〉
− 〈ux, vx〉2
denganG2(TpM) menyatakan himpunan semua subruang berdimensi dua dariTpM.
Kelengkungan seksional bebas dari pemilihan basis pada subruang.
Di bawah metrikg, tensor kelengkunganR memenuhi beberapa simetri
1. 〈R(U, V )W,T 〉 = −〈R(U, V )T,W 〉
2. 〈R(U, V )W,T 〉 = 〈R(W,T )U, V 〉
Karena metrik pada manifold pseudo-Riemannian nondegeneratif di mana-
mana, maka dapat didefinisikan suatu isomorphisme kanonis antara vektor dan forma-
36
1. Misalkan padaTpM, dapat didefinisikangp(v, w) = v[(w). Ini menunjukkan
pemetaan(.)[:TpM→ T ∗pM merupakan suatu isomorphisme. Dengan menyatakan
invers isomorphisme dengan(.)]:T ∗pM → TpM, isomorphisme ini dapat diperluas
pada sembarang medan tensor. Sebelumnya dapat diperoleh identitas(v[)] = v dan
(ϕ])[ = ϕ untuk semuav ∈ TpM danϕ ∈ T ∗pM. Untuk sembarangψ ∈ T rs (TpM)
dapat didefinisikan :
(.)[jk :T rs (TpM) → T r−1
s+1 (TpM), ψ 7→ ψ[jk
ψ[jk (vi1 , · · · , vis , ϕj1 , · · · , vjk
, · · ·ϕjr) := ψ(vi1 , · · · , vis , ϕj1 , · · · , (vjk
)[jk , · · ·ϕjr)
Juga
(.)]ik :T rs (TpM) → T r+1
s−1 (TpM), ψ 7→ ψ]ik
ψ]ik (vi1 , · · · , ϕik , · · · , vis , ϕj1 , · · · , ϕjr) := ψ(vi1 , · · · , (ϕik)]ik , · · · , vis , ϕ
j1 , · · · , ϕjr)
menggunakan identitas(v[)] = v dan(ϕ])[ = ϕ, dapat disimpulkan
ψ(vi1 , · · · , vis , ϕj1 , · · · , ϕjr) = ψ[jk (vi1 , · · · , vis , ϕ
j1 , · · · , (ϕjk)]jk , · · ·ϕjr)
= ψ]ik (vi1 , · · · , (vik)[ik , · · · , vis , ϕ
j1 , · · · , ϕjr)
Dapat dilihat, komposisi dua operasi] saling komutatif :(ψ]ik )]il = (ψ]il )]ik begi-
tu juga untuk operasi[. Tetapi komposisi kedua jenis operasi tersebut tidak saling
komutatif. Mengingat sifat operasi ini, dapat didefinisikan tensor kovarian total dari
ψ ∈ T rs (TpM) sebagaiψ[ ∈ T 0
r+s(TpM), yaitu tensorψ yang dikenai seluruh operasi
]ik yang mungkin padanya tanpa membedakan urutannya. Juga tensor kontravarian
total dariψ sebagaiψ[ ∈∈ T r+s0 (TpM), yaitu tensorψ yang mendapatkan seluruh
operasi]jkyang mungkin padanya. Isomorphisme(.)] dan(.)[ biasa disebut sebagai
37
"menaikkan dan menurunkan indeks". Istilah ini dimotivasi oleh ungkapannya dalam
notasi indeks abstrak. Dalam notasi ini, dituliskan(g])ab = gab, (v[)a = gabva := va,
dan (ϕ])a = gabϕb := ϕa. Pendefinisian tensor kovarian dan kontravarian total
memungkinkan untuk mendefinisikan forma bilinier padaT rs (TpM) yang bersifat
simetrik dan nondegeneratif
g[rs
]:T r
s (TpM)× T rs (TpM) → R
(ψ, φ) 7−→ C11 · · ·Cr+s
r+sψ] ⊗ φ[
6. Submanifold
Karenapush-forwardsuatu pemetaan licinF pada suatu titik adalah " pen-
dekatan linier terbaik"F di dekat titik tersebut, Beberapa sifat tertentu dariF dapat
dipelajari dari struktur tersebut. Di antaranya adalah sifat - sifat bayangan pemetaan
berdasarkan rank (dimensi bayangan) pemetaan. Rank pemetaan licinF :M→N di
p ∈ M adalah rank dari pemetaan linierF∗:TpM→ TpN . JikaF mempunyai rank
yang sama di setiap titik, dikatakan rank pemetaanF konstan. PemetaanF dengan
rank yang konstan dikatakan sebagaiimmersionjika F∗ injektif di setiap titik (atau
ekuivalen dengan rankF= dim(M)), atau dikatakansubmersionjika F∗ surjektif di
setiap titik (atau ekuivalen dengan rankF= dim(N )). Bayangan pemetaanimmer-
sion M = F (M) yang dilengkapi dengan topologi dan struktur licin sedemikian
rupa sehingga pemetaanF :M→ M suatu diffeomorfis dikatakan sebagaiimmersed
submanifold. Suatu jenis pemetaanimmersionyang penting adalahimbedding, yaitu
immersioninjektif yang juga merupakan homeomorfisme antaraM denganM se-
bagai subruang topologis dariN . Bayangan pemetaanimbeddingdisebut sebagai
imbeddedsubmanifold. ApabilaM⊂ N , pemetaan inklusi menjadiimbeddinglicin
38
yang menyebabkanM menjadiimbeddedsubmanifold dariN . Secara lokal, pada
setiap titik padaM terdapat lingkungan yang menyebabkanF menjadiimbedding
pada lingkungan tersebut.
Diberikan sebuah manifold pseudo - Riemannan(M, g) dan submanifold (im-
mersed) f : Σ →M. JikaT 01 (f) menyatakan himpunan medan vektor padaf(Σ) dan
T 01 (Σ) menyatakan himpunan medan vektor padaΣ, maka untukU, V ∈ T 0
1 (Σ) ,
X, Y ∈ T 01 (f) dan∇ koneksi Levi - Cevita padaM akan dipenuhi
1. ∇f∗Uf∗V −∇f∗V f∗U = f∗ [U, V ]
2. d 〈X,Y 〉 (U) = 〈∇f∗UX, Y 〉+ 〈X,∇f∗UY 〉.
Pada setiap titikf(x) ∈ M , ruangTf(x)M akan terpecah menjadi jumlahan
langsung ortogonalTf(x)M = f∗TxΣ⊕ (TxΣ)⊥ dengan(TxΣ)⊥ :=v ∈ Tf(x)M
|g(v, w) = 0,∀w ∈ f∗TxΣ melalui proyeksiv 7→ v> ∈ f∗TxΣ dan v 7→ v⊥ ∈
(TxΣ)⊥ s.r.sv = v> + v⊥. Secara alamiahΣ memperoleh medan metrik warisan
dari (M, g) yang berbentukf ∗g. Apabila f ∗g nondegeneratif, submanifold yang
dibangkitkan olehf akan disebut sebagai submanifold nondegeneratif.Hypersurface
nondegeneratif merupakan submanifold nondegeneratif berkodimensi satu.
Melalui pemecahan ruang, maka untukU, V ∈ T 01 (Σ) memenuhi∇f∗Uf∗V =
(∇f∗Uf∗V )> + (∇f∗Uf∗V )⊥. Dapat dibuktikan bahwa koneksi∇ yang diperoleh
melaluif∗∇UV := (∇f∗Uf∗V )> merupakan koneksi Levi - Cevita pada(Σ, f∗g) dan
tensorII(U, V ) := (∇f∗Uf∗V )⊥ yang disebut sebagai tensorshapemerupakan tensor
simetris. Melalui keduanya dapat diperoleh beberapa hubungan
1. Persamaan Gauss
f ∗(RΣ(U, V )W,X
)= 〈R(U, V )W,X〉+ 〈II(U,X), II(V,W )〉
− 〈II(U,W ), II(V,X)〉
39
2. Persamaan Codazzi
(R(f∗U, f∗V )f∗W )⊥ = (∇f∗UII)⊥ (V,W )− (∇f∗V II)
⊥ (U,W )
Untuk U, V,W,X ∈ T 01 (Σ) , R tensor kelengkungan pada(M, g) danRΣ tensor
kelengkungan pada(Σ, f∗g). Terhadap senbarangN medan vektor sepanjangΣ
sedemikian rupa sehinggaNx ∈ (Tf(x)Σ)⊥, dipenuhi persamaan Weingarten
∇f∗VN = (∇f∗VN)⊥ − 〈II(V, .), N〉]
untuk semuaU medan vektor padaΣ an]menyatakan operasi kenaikan indeks menu-
rut metrik imbasf ∗g.
Rata - rata tensorshapepada suatu titik diberikan oleh medan vektor ke-
lengkungan rata - rataH yang didefinisikan oleh
Hp :=1
dim(Σ)
dim(Σ)∑i=1
f ∗g(ei, ei)II(ei, ei)
dengane1, · · · , edim(Σ)
basis ortonormal padaTpM. Tentu saja medan vektor ini
bebas terhadap pemilihan basis.
Untuk setiap kurvaγ: [a, b] → Σ dann ∈ (Tγ(a)Σ)⊥, akan terdapat medan
vektorN sepanjangf γ yang berhubungan dengan transport paralel normal vektor
n dengan sifat
1. N(a) = n,
2. N(t) ∈ (Tγ(t)Σ)⊥ untuk setiapt ∈ [a, b],
3. dan(∇f∗γN)⊥ = 0.
N ini dapat ditulis sebagaiN(t) = P⊥γ|[a,t)n. Ini menunjukkan eksistensi medan vek-
tor yang normal sepanjangΣ. Medan vektor semacam ini dengan panjang satu satuan
40
akan disebut dengan medan vektor normal atau normal saja. Misalkan terdapat medan
vektor normaln dengan〈n,n〉 = ±1, operator yang berhubungan dengan komponen
tensorshapesepanjangn yaitu Sn dengan tindakan〈Snu, v〉 = 〈II(u, v),n〉 dise-
but akan sebagai operatorshapedan dengan proyeksi ortogonalπn: (TpΣ)⊥ → Rn
didefinisikan bentuk dasar kedua (second fundamental form) kn menurutn sebagai
πn(II(u, v)) = k(u, v)n. Karena padaimmersed hypersurfacemedann bersifat
tunggal, operatorshapedan bentuk dasar kedua menjadi berbentuk sederhana, yaitu
Snu = ∇f∗un yang self adjoint terhadapg dank(u, v) = −〈∇f∗un, f∗v〉 〈n,n〉. Be-
gitu juga kelengkungan rata - ratanya menjadiHp = 1n−1
tr(kp). Dalam kasusΣ ⊂M
suatuimmersedatau imbeddedsubmanifold, analisis menjadi lebih mudah karena
medan vektor padaΣ adalah medan vektor padaM yang dibatasi padaΣ melalui
push-forwardpemetaan inklusi, sedangkan forma-1 padaΣ hanyalah forma-1 pada
M yang dibatasi aksinya pada ruang singgungΣ.
Salah satuimbeddedsubmanifold yang menarik adalah manifold dengan batas
(boundary). Secara formal didefinisikan sebagai berikut:
Definisi II.18 Pasangan(M, ∂M) dikatakan sebagai manifold dengan batas apa-
bila terdapat suatu manifoldM berdimensin dan suatu imbeddingi:M → M
sedemikian rupa sehingga
1. Batas topologis∂i(M) adalah submanifold berdimensin − 1 dari M yang
diffeomorfis terhadap∂M)
2. Sistem koordinat(U , ϕ) di M denganU ∩ i(M) 6= 0 memenuhi
ϕ(U ∩ i(M)) = y ∈ ϕ(U) |yn > 0
Mudahnya dikatakan, manifold berbatas adalahimbeddedsubmanifold tertutup yang
secara lokal homeomorfis denganHn := (x1, · · · , xn) ∈ Rn |xn ≥ 0. Manifold
41
jenis ini muncul dalam masalah integrasi permukaan suatu forma differensial.
7. Teorema Frobenius
JikaN merupakan submanifold dariM, TpN ⊂ TpM untuk setiapp ∈ N .
Oleh karena ituTN ⊂ TM sehinggaTN dikatakan sebagai subbundel dariTM.
Difinisi subbundel vektor yang lebih tepat diberikan sebagai berikut
Definisi II.19 MisalkanE bundel vektor atasM dengan proyeksiπ. Suatu bundel
vektorF atasN dikatakan sebagai subbundel vektor dariE jika F merupakan sub-
manifold dariE danN submanifold dariM sedemikian rupa sehingga
1. π|F :F → N mendefinisikan struktur bundel vektor dengan manifold basisN .
2. Fq subruang vektor dariEq untuk semuap ∈ N .
Tetapi kondisi cukup dan perlu apa yang diperlukan agar setiap subbundel berhubun-
gan dengan suatu submanifold ?, pertanyaan ini dijawab oleh teorema Frobenius.
Definisi II.20 Subbundel vektorE dari TM dikatakan integrabel (integrable) jika
komutator dua sectionU, V padaE juga merupakan section padaE.
Manifold integral dariE adalah submanifoldN dariM denganTN ⊂ E. Manifold
integralN dikatakan maksimal jikaTpN = Ep untuk setiapp ∈ N .
MisalkanE subbundel vektor berdimensik dari TM, V1, · · · , Vk kerangka lokal
padaE danU, V merupakansectionpadaE, maka akan terdapatαi, βi sehingga
keduasectiondapat dituliskan denganU =∑k
i=1 αiVi danV =
∑ki=1 β
iVi. Dapat
diperoleh
[U, V ] = (U(βi)− V (αi))Vi + αiβj [Vi, Vj]
oleh karena itu, kondisi cukup dan perlu bagi integrabilitas adalah[Vi, Vj] ∈ E.
42
Lemma II.5 Subbundel vektorE berdimensik dari TM bersifat integrabel jika dan
hanya jika terdapat kerangka lokalV1, · · · , Vk dari E sedemikian rupa sehingga
[Vi, Vj] ∈ E untuk setiapi, j.
Teorema II.7 (Teorema Frobenius Bentuk Kontravarian)
MisalkanE subbundel licin dariTM, maka melalui setiapp ∈M secara lokal akan
terdapat manifold integralNp dariM jika dan hanya jikaE integrabel danNp gayut
licin terhadapp.
Ketika semua manifold integral maksimal berdimensik dikumpulkan menjadi satu,
akan diperoleh dekomposisiM. Dekomposisi ini disebut sebagai foliasi (foliation)
[Lee , 2000]. Lebih tepatnya, foliasi berdimensik atas manifoldM yang berdimen-
si n adalah himpunan semua himpunan semuaimmersedsubmanifold tersambung
berdimensik saling asing yang gabungannya adalahM dan sedemikian rupa sehing-
ga pada setiapp ∈ M terdapat sistem koordinat(U , ϕ) sedemikian rupa sehingga
irisan setiap anggota foliasi (yang disebutleaf) denganU merupakan k-slice, yaitu
S ⊂ U yang mempunyai ungkapan dalam sistem koordinat
ϕ(S) =xi∣∣xk+1 = ck+1, · · · , xn = cn; ck+1, · · · , cn konstanta
.
Teorema di atas dapat juga diungkapkan dalam bentuk kovarian, Misalkan
V1, · · · , Vk merupakan kerangka untukE dan Vk+1, · · · , Vn menyatakan kom-
plemennya dalamM. Menggunakaan basis jodohnya, maka dapat dinyatakanE =⋂ni=k+1 kern(ωi). Untuk mengungkapkan integrabilitasE, didefinisikan hal berikut
Definisi II.21 Himpunan forma-1 dengan cacah berhingga dan bebas linier pertitik
disebut sebagai sistem Pfaffian. Sistim Pfaffian dikatakan integrabel jika subbundel
vektorE =⋂
i kern(ωi) integrabel.
43
Hal yang harus dipenuhi apabilaωi |i = k + 1, · · · , n menjadi kerangka
jodoh (coframe) dari komplemenVj |j = 1, · · · , k adalahωi(Vj) = 0, serta
dωi(Vk, Vl) = −ωi([Vk, Vl])
Oleh karena itu integrabilitasE dapat dinyatakan dengandωi ∧ ωk+1 ∧ · · · ∧ ωn = 0
untuk semuai ∈ k + 1, · · · , n.
Teorema II.8 (Teorema Frobenius Bentuk Kovarian)
Misalkanωi sistem Paffian yang memenuhi kondisidωi ∧ ωk+1 ∧ · · · ∧ ωn = 0 untuk
semuai ∈ k + 1, · · · , n. Akan terdapat koordinat(x1, · · · , xn) dan suatu fungsiωia
dengan
ωi = ωij
(x1, · · · , xn
)dxj; j ∈ k + 1, · · · , n
ManifoldN = q ∈M|xj(q) = xj(p), j ∈ k + 1, · · · , n adalah manifold in-
tegral maksimal dariE =⋂n
i=k+1 kern(ωi).
8. Integrasi Pada Manifold
Sepanjang suatu segmen kurva dalamM dapat didefinisikan integral garis
medan kovektor. Segmen kurva maksudnya adalah kurva kontinyuγ: [a, b] → M
dengan domain suatu interval kompak. Lebih khusus lagi adalah kurva licin sepotong
sepotong yaitu segmen kurva yang mempunyai subdivisi - subdivisi berhinggaa =
a0 < a1 < · · · < ak = b sedemikian rupaγ∣∣[ai,ai+1] licin. Didefinisikan integral
medan kovektorω licin atasγ sebagai
∫γ
ω =k−1∑i=0
∫[ai,ai+1]
γ∗ω (II.27)
44
Dapat dibuktikan integral ini bebas parametrisasi. Ambil diffeomorfismeϕ: [c, d] →
[a, b], maka
∫γ
ω =
∫[c,d]
(γ ϕ)∗ω =
∫[c,d]
ϕ∗γ∗ω
=
∫[a,b]
γ∗ω =
∫γ
ω
Teorema II.9 (Teorema Fundamental Integral Garis)
Misalkanf fungsi licin padaM danγ: [a, b] → M segmen kurva licin sepotong -
sepotong, maka ∫γ
df = f(γ(b))− f(γ(a))
Teorema di atas menunjukkan bahwa integral garis suatu medan kovektor yang da-
pat ditulis sebagai differensial suatu fungsi licin akan dapat dihitung secara eksak.
Dengan alasan ini, suatu medan kovektor dikatakan eksak (exact) jika terdapat suatu
fungsi licin sehingga medan covektor tersebut dapat dituliskan sebagai differensial
fungsi tersebut. Fungsi licin tersebut disebut sebagai potensial dari medan kovektor.
Potensial tersebut tidaklah tunggal, karena fungsi dengan beda sembarang konstanta
dengan fungsi yang lama akan mempunyai differensial yang sama.
Untuk mendefinisikan integrasi pada manifold, diperlukan konsep yang dise-
but sebagai orientasi. Suatu manifold riil berdimensin dikatakan berorientasi ji-
ka terdapat forma-n yang tidak lenyap di mana - mana. Jelasnya akan terdapat
dua kelas ekuivalen dari forma-n tersebut, yaitu :fν |f ∈ C∞(M,R+ − 0)
dan−fν |f ∈ C∞(M,R+ − 0). Bersama dengan salah satu kelas ekuivalensi
tersebut, manifold tersebut dikatakan sebagai manifold berorientasi. DalamRn, ke–
dua kelas ekuivalensi ini biasa disebut sebagai orientasi ’putar kanan’ dan orientasi
’putar kiri’. Orientabilitas manifold dapat pula diungkapkan melalui sifat atlasnya
: manifold dikatakan berorientasi jika dan hanya jika mempunyai atlas(Uk, ϕk)
45
sedemikian rupa untuk setiapp ∈ Ua ∩ Ub differensialD(ϕa ϕ−1b )p: Rn → Rn
mempunyai determinan positif. Cara ini dapat diturunkan dari sifat - sifat forma-n di
bawah transformasi sistem koordinat dalam atlas.
Semisalω adalah orientasi padaM, maka pada suatuhypersurfaceΣ dapat di-
turunkan suatu orientasi warisan. MisalkanE1, · · · , En−1 medan basis padaΣ dan
n medan normal sepanjangΣ, makan, E1, · · · , En−1merupakan medan basis pada
M. Oleh karena itu dapat diturunkan orientasi padaΣ sebagai forma-(n − 1) yang
berbentukωΣ := nyω sepanjangΣ. Hal yang serupa dapat diterapkan pada manifold
berbatas. JikaM manifold berbats,∂M merupakanimbedded hypersurfacepada
M. Di bawah sistem koordinat lokal(U , ϕ), ∂M dicirikan olehslicedenganxn = 0.
Menutup∂M dengan sistem koordinat(Uα, ϕα) dan mendefinisikan medan vektor
lokal berarah keluarNα = −∂/∂xn |Uα∩∂M yang dapat dijadikan medan vektor glo–
bal licinN dengan bantuanpartition of unityfα3 subordinat atas liputUα ∩ ∂M
pada∂M yaituN =∑
α fαNα. Orientasi∂M menurutN dapat diberikan dengan
(Nyω) |∂M
Pada manifold Pseudo-Riemannian, forma differensial yang memberikan ori-
entasi dapat dinyatakan secara tunggal dari metriknya. forma ini disebut sebagai for-
ma volumeµM =√|det((gij)1≤i,j≤n)|dx1 ∧ · · · ∧ dxn dengan(x1, · · · , xn) sistem
koordinat berorientasi positif.
Definisi II.22 MisalkanM manifold riil berdimensin berorientasi danω forma-n
kontinyu dengan support yang kompak. Integrasiω padaU ⊃ supp(ω) menurut
sistem koordinat(U , ϕ) didefinisikan dengan
∫(U ,ϕ)
ω =
∫(U ,ϕ)
ω1···ndx1 ∧ · · · ∧ dxn =
∫ϕ(U)
ω1···n ϕ−1dx1 · · · dxn
3Dapat dilihat pada Lampiran A
46
Difinisi ini bebas pemilihan sistem koordinat, oleh karena itu menggunakan atlas
berorientasi(Uα, ϕα) denganUα mempunyai klosure kompak danpartition of unity
fα subordinat atasUα dapat didefinisikan integrasiω ke seluruhM sebagai
∫Mω :=
∑α
∫(Uα,ϕα)
fαω
Teorema II.10 (Teorema Stokes)
Misalkan(M, ∂M) manifold riil kompak berorientasi dengan batas danω forma-
(n−1) padaM. Diasumsikandω danω integrabel padaM dan∂Mmaka dipenuhi
∫∂M
ω =
∫Mdω
Berikutnya dengan mendefinisikan operasi divergensi medan tensorψ ∈ T rs (M)
pada manifold pseudo-Riemanian(M, g) sebagaidiv: T rs (M) → T r−1
s (M) sebagai
divψ(λ1, · · · , λr−1, v1, · · · , vs) :=n∑
a=1
(∇Eaψ)(θaλ1, · · · , λr−1, v1, · · · , vs)
dimanaE1, · · · , En dan θ1, · · · , θn sepasang medan basis orthonormal saling
berjodoh, dapat diturunkan teorema Gauss dari teorema Stokes diatas
Teorema II.11 (Teorema Gauss)
Misalkan(M, g) manifold pseudo-Riemannian,U medan vektor danV ⊂ M sub-
set terbuka dengan batas∂V. Diasumsikan∂V submanifold yang licin dan terda-
pat medan vektorn sepanjang∂V dengang(v, n) = 0 untuk setiapv ∈ T∂V dan
g(n,n) = η ∈ −1, 1 maka akan diperoleh
∫V(div(U))µM = η
∫∂V〈n, U〉µ∂V
47
Teorema ini dapat diperoleh karenaLUµM = (div(U))µM untuk setiapU medan
vektor padaM. Oleh karena itui: ∂V → M akan memberikani∗(UyµM) =
η 〈U,n〉nyµM = η 〈n, U〉µ∂V
BAB III
TEORI RELATIVITAS UMUM
Pada bab ini akan disajikan model matematik ruang-waktu (Space - time)
relativitas umum dan sejumlah postulat untuk membangun relativitas umum secara
lengkap. Akan ditunjukkan keberadaan singularitas fisis dalam beberapa contoh ru-
ang - waktu relativitas umum kemudian akan didiskusikan pendefinisian singularitas
yang lebih umum berikut metode yang dapat digunakan untuk mendeteksi singulari-
tas pada sembarang ruang - waktu relativitas umum.
1. Manifold Ruang-Waktu
Model matematik yang dipakai ruang-waktu – himpunan kejadian (events)
yang mungkin – dalam teori relativitas umum adalah suatu pasangan(M, g), de–
nganM menyatakan manifold licin berdimensi empat yangHausdorffdan tersam-
bung (connected), sedangkang menyatakan metrik lorentzian padaM. Dua model
(M, g) dan(M′, g′) dikatakan saling ekuivalen jika terdapat isometri di antara mere-
ka yaitu terdapat suatu diffeomorfismeΘ:M → M′ yang mengimbasΘ∗g = g′.
Himpunan yang beranggotakan semua model ruang - waktu yang ekuivalen dengan
(M, g) membentuk kelas ekuivalensi yang dilambangkan dengan[(M, g)]. Dalam
praktriknya, cukup dipakai salah satu anggota atau wakilan dari kelas eqivalensi terse-
but. Sebagai contoh apabila dimiliki suatu medan vektorU pada(M, g) maka grup
lokal berparameter satuφt yang dibangkitkan olehU dapat mengimbas pemetaan
φ∗tg. Dalam kasus dimanaφ∗tg = g dapat dikatakanφt membangkitkan isometri pada
M dang dikatakan invarian oleh transformasi atau pemetaanφt. Model(M, g) akan
ekuivalen dengan(M, φ∗tg). Medan vektor pembangkit grup lokal berparameter satu
tersebut biasa disebut sebagai medan Killing.
48
49
Dengan keberadaan medan metrikg maka pada setiapp ∈ M , vektor - vek-
tor singgungv ∈ TpM, v 6= 0 terbagi atas tiga kelas yaitu vektor bak-waktu (time-
like vector) jika gp(v, v) < 0 , bak-ruang (spacelike vector) jika gp(v, v) > 0 dan
null atau bak cahaya (lightlike) jika gp(v, v) = 0. Kurva dalam manifold dengan
vektor singgung pada setiap titiknya berupa vektor bak-waktu secara fisis mewakili
trayektori partikel bermassa. Kurva semacam ini biasa disebut sebagai kurva bak-
waktu. Kurva null yaitu kurva yang vektor singgungnya pada setiap titiknya meru-
pakan vektor null secara fisis mewakili trayektori partikel tidak bermassa, luxon mis-
alnya. Kurva bak-ruang sementara tidak didefinisikan karena menyalahi prinsip rela-
tivitas khusus yang hanya mengakomodasi partikel-partikel berkecepatan kurang atau
sama dengan kecepatan cahaya. Kurva dikatakan sebagai kurva kausal apabila vek-
tor singgung sepanjang kurva merupakan vektor bak-waktu atau vektor null. Partikel
jatuh bebas mengambil jenis kurva khusus yang berupa kurva geodesik untuk menun-
jukkan bahwa pada setiap titik trayektori partikel tidak mengalami percepatan akibat
pengaruh luar selain akibat geometri ruang - waktu.
2. Medan - Medan Materi
Isi materi ruang-waktu – sebagai contoh medan elektromagnetik, medan gra–
vitasi dan lain-lain – dinyatakan dalam berbagai medan padaM yang memenuhi per-
samaan - persamaan tensor. Koneksi padaMmerupakan koneksi bebas torsi menurut
g. Medan - medan materi yang ada akan dinyatakan dengan medan - medan tensor
Ψ(i). Indeks(i) menyatakan nomor medan materi. Medan - medan materi memenuhi
tiga postulat berikut ini [Hawking dan Ellis , 1973]
1. Kausalitas lokal
MisalkanU merupakan lingkungan tempat terjadinya persamaan medan.U su-
atu lingkungan normal konvek (convex normal neighbourhood) jika dan hanya
50
jika untuk setiap pasanganp, q ∈ U sinyal dapat dikirim di antarap dan q
melalui kurva kontinyu yang termuat seluruhnya dalamU dengan jenis kurva
berupa kurva - kurva bak-waktu atau null. Sinyal dikatakan berasal darip ke q
atau dariq kep tergantung pada arah waktu dalamU . Pembahasan lebih lanjut
tentang kausalitas diberikan pada bab berikutnya.
2. Kelestarian energi dan momentum lokal.
Terdapat medan tensor simetrik yang disebut sebagai medan tensor energi-
momentumT ∈ T 02 (M) yang gayut metrik, medan materi serta turunan ko-
variannya dan memenuhi sifat - sifat
(a) T lenyap padaU jika dan hanya jika medan - medan materi lenyap pada
U
(b) T bebas divergensi
div(T ]) = 0 (III.1)
Jika medan metrikg mengijinkan keberadaan medan Killingξ, persamaan III.1
dapat memberikan persamaan kelestariaan. Tetapi sebelumnya ditunjukkan
medan vektorT (ξ, .)[ = T ](ξ[, .) bebas divergensi. KarenaT simetris dan
bebas divergensi serta medan Killingξ memenuhi∇ξ[(U, V )+∇ξ[(V, U) = 0
untuk semua medan vektorU danV , maka dalam pasangan basis ortogonal
Ei danθi diperoleh
div(T (ξ, .)]
)= div
(T ](ξ[, .)
)=
(div(T ])
)(ξ[) +
∑j
T ](∇Ei
ξ[j, θ
j)
(III.2)
MisalkanΣtt∈R menjadi foliasi padaM dengan medan normalnt , danW
subset terbuka denganW∩Σt tersambung untuk semuat. Didefinisikan subset
51
Wt1,t2 sebagai⋃
t∈[t1,t2]W ∩ Σt dan batas yang tidak termuat dalamΣt1 ∪ Σt2
sebagaiWtime Jika terdapat medan Killingξ dansupp(T ) ∩W = ∅ maka dari
⟨nt, T (ξ, .)]
⟩(ntyµM) (V1, . . . , Vn−1)
=⟨nt, T (ξ, .)]
⟩µM(nt, V1, . . . , Vn−1)
= −(T (ξ, .)]yµM
)(V1, . . . , Vn−1) (III.3)
dapat diperoleh menggubakan teorema Stokes
∫∂W
⟨nt, T (ξ, .)]
⟩ntyµM =
∫Σt2∩Wt1,t2
⟨nt2 , T (ξ, .)]
⟩nt1yµM
−∫
Σt1∩Wt1,t2
⟨nt1 , T (ξ, .)]
⟩nt2yµM (III.4)
=
∫Wd(⟨nt, T (ξ, .)]
⟩(ntyµM)
)=
∫W−divT (ξ, .)]µM
= 0 (III.5)
Dari persamaan III.4 dapat diperoleh
∫Σt2∩Wt1,t2
⟨nt2 , T (ξ, .)]
⟩nt1yµM =
∫Σt1∩Wt1,t2
⟨nt1 , T (ξ, .)]
⟩nt2yµM(III.6)
yang menunjukkan kuantitas∫
Σt
⟨nt, T (ξ, .)]
⟩ntyµM bebas dari pemilihan pa-
rametert. Dapat ditafsirkan bahwa fluk total komponen - komponen tensor
energi-momentumT menurut medan Killingξ pada suatu permukaan tertutup
adalah nol. Jika medan metrik tidak datar , tidak selalu dapat ditemukan medan
Killing pada manifold, akan tetapi dengan memilih koordinat normal pada su-
atu titik maka persamaan kelestarian masih bisa terjadi. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa kelestarian energi-momentum selalu bisa diambil pada suatu
52
area kecil pada manifold ruang-waktu.
3. Persamaan medan
Relasi antara geometri ruang-waktu dengan medan materi yang menjadi isi
ruang-waktu dinyatakan dalam persamaan medan Einstein
Ric− 1
2Scalg + Λg = 8πT (III.7)
Λ merupakan koefisien yang disebut konstanta kosmologi. Teori Newton tidak
dapat diperoleh untuk pendekatan medan lemah dan gerak lambat jikaΛ 6= 0,
akan tetapi apabilaΛ diambil mendekati nol pendekatan ini masih bisa di-
lakukan. konstanta ini diajukan oleh Einstein untuk memperoleh ruang - waktu
yang homogen, isotropik dan statis, kecilnya nilaiΛ akan memberikan kon-
tribusi cukup relevan hanya pada skala yang sangat luas . Hanya saja sejak tera-
matinya pergeseran merah Hubble (1929) yang menunjukkan adanya ekspansi
jagat - raya, konstanta ini kemudian diabaikan. Awalnya konstanta ini dia-
jukan untuk merujukkan relativitas umum dengan konsepsi Mach tentang in-
ersia [Gasperini , 1985]: kesetaraan gaya gravitasi dan gaya inersia. Karena
grafitasi dihasilkan oleh materi, maka gaya inersia haruslah dapat dibangkitkan
oleh keberadaan materi. Ditunjukkan oleh Minkowski, terdapat solusi untuk
Tab = 0 danΛ = 0 sebagai ruang datar yang mengijinkan semua gaya iner-
sianya meskipun tidak ada materi yang membangkitkannya. Einstein meyakini,
dengan mengambilΛ positif tidak akan ada penyelesaian untuk ruang kosong.
Akan tetapi De Sitter menunjukkan kemungkinan adanya ruang lengkung tanpa
keberadaan materi sehingga berkontradiksi dengan prinsip Mach. Oleh karena
itulah Einstein membatalkan suku ini.
53
3. Syarat Energi
Untuk mewakili materi nyata cukup beralasan untuk menganggap tensor e–
nergi momentum memenuhi pertidaksamaan tertentu. Salah satunya adalah harapan
agar rapat energi lokal yang diukur oleh pengamat lokal bersifat nonnegatif.
Definisi III.1
1. Syarat energi lemahdipenuhi jikaT (v, v) ≥ 0 untuk semua vektor kausal
v ∈ TpM, p ∈M.
2. Syarat energi dominandipenuhi jika semua vektor bak-waktuv ∈ TxM, x ∈
M memenuhiT (v, v) ≥ 0 danT (v, .) kausal.
3. Syarat energi kuatdipenuhi jika untuk semua vektor kausalv ∈ TxM, x ∈M
memenuhi syaratRic(v, v) ≥ 0.
4. Sedikit Tentang Singularitas
Topik utama skripsi ini adalah singularitas. Tetapi, sebelumnya perlu diperje-
las pengertian singularitas, keberadaannya dan peranannya dalam fisika. Singularitas
sebenarnya muncul pada tataran matematis. Secara umum, singularitas menunjukkan
kegagalan suatu pemetaan untuk mempunyai balikan atau invers pemetaan. Muncul-
nya singularitas suatu pemetaan menimbulkan akibat yang bermacam - macam. Di
antaranya adalah dalam konteks fungsi bernilai riil, singularitas berkaitan dengan di-
vergensi nilai fungsi itu di suatu titik. Yakni divergen dalam artian bahwa nilai fungsi
itu pada titik yang bersangkutan mempunyai nilai menuju ke∞. Padahal∞ bukan
bagian dari bilangan riil. Oleh karena itu titik divergen menunjukkan titik yang kehi-
langan nilai fungsi. Dalam fisika, kevalidan suatu teori akan diuji dengan eksperimen
54
- eksperimen yang melibatkan pengukuran - pengukuran dengan hasil bilangan ri-
il. Oleh karena itu konsep singularitas fisis dapat diadopsi dari konsep singularitas
matematis yang terjadi pada fungsi - fungsi bernilai riil, di antaranya adalah konsep
divergensi nilai fungsi.
Medan tensor mempunyai komponen - komponen yang tergantung pada pemi–
lihan basis. Kadang meskipun suatu tensor mempunyai komponen yang divergen pa-
da suatu basis tertentu, tapi pada basis yang lain mungkin saja tidak. Oleh karena
itu perlu dilakukan peralihan sistem koordinat agar tidak ada lagi komponen yang
divergen. Singularitas yang dapat dilenyapkan dengan transformasi koordinat dise-
but sebagai singularitas semu. Medan skalar atau fungsi licin pada suatu manifold
mempunyai sifat yang berbeda; sekali divergen pada suatu wilayah, maka medan
skalar tersebut tetap divergen pada sistem koordinat apapun. Divergensi semacam
ini tidak akan lenyap hanya dengan transformasi koordinat. Singularitas yang tidak
bisa dilenyapkan semacam ini disebut sebagai singularitas sejati. Sebagai contoh,
singularitas yang terjadi pada medan metrik atau medan kelengkungan mungkin da-
pat dihilangkan dengan pemilihan basis koordinat yang cocok, akan tetapi medan
skalar yang dapat dibentuk dari kedua medan tensor tersebut mungkin tetap mem-
punyai singularitas. Beberapa contoh singularitas pada penyelesaian medan Einstein
berikut diskusi tentang pendefinisian singularitas yang lebih rinci untuk model ruang
relativitas umum akan diberikan pada subbab selanjutnya.
5. Contoh Singularitas Pada Beberapa Solusi Medan Einstein
a. Ruang Schwarzschild . Ruang waktu ini merupakan penyelesaian eksak per-
tama persamaan medan Einstein yang ditemukan oleh Karl Schwarzschild (1916)
untuk medan statis bersimetri bola yang merupakan pendekatan untuk medan gravi-
tasi di luar benda bersimetri bola yang diam tanpa rotasi. Ruang - waktu dikatakan
55
statis bila mengijinkan keberadaan grup isometri berparameter satuφt dengan orbit
kurva bak-waktu dan terdapathypersurfacebak-ruangΣ yang ortogonal sepanjang
orbit isometri tersebut. Dengan kata lain terdapat medan vektor Killing bak-waktuξ
yang memenuhi
dξ[ ∧ ξ[ = 0 (III.8)
Secara lokalΣ terlabeli oleh ’koordinat waktu’ di bawah isometriφt menjadiΣt yang
mempunyai metrik bebas terhadap koordinatt. Kemudian ruang - waktu dikatakan
bersimetri bola jika mengijinkan subgroup isometri dariSO(3) dengan orbit berupa
permukaan bola duaS2. IsometriSO(3) dapat ditafsirkan sebagai rotasi, sehingga ru-
ang semacam ini mempunyai metrik yang invarian terhadap rotasi. Setelah diberikan
syarat ruang vakum dan datar asimtotik medan metriknya dapat dituliskan dalam sis-
tem koordinat(t, r, θ, ϕ) sebagai
g = −(1− 2m
r)dt2 + (1− 2m
r)−1dr2 + r2dΩ2 (III.9)
dengan
dΩ2 = dθ2 + sin2 θdϕ2 (III.10)
Medan metrik ini mempunyai singularitas pada daerahr = 0 danr = 2m
yang dapat muncul karena salah satu di antara dua hal berikut
1. Singularitas semu yang muncul karena kegagalan sistem koordinat yang di-
pakai untuk meliputi daerah singularitas, untuk menghilangkannya diperlukan
sistem koordinat baru yang masih dalam struktus licin yang sama dan mampu
melingkupi daerah singularitas.
56
2. Singularitas fisis sesungguhnya. Keberadaannya dapat diperiksa dengan menghi-
tung kelengkungan skalar semisalg[
13
](R,R) = RijklRijkl. Pada daerah sin-
gularitas kelengkungan skalar dapat menjadi tak berhingga, juga perlu ditun-
jukkan bahwa singularitas tersebut berada pada suatu parameter affine berhing-
ga dari geodesik ruang tersebut.
Perhitungan skalar kelengkungan menunjukkan
I(r) = g
[1
3
](R,R) = RijklRijkl =
48m2
r6(III.11)
dengan demikian daerahr = 0 merupakan daerah singularitas nyata dan daerah
r = rg = 2m merupakan daerah singularitas semu yang dapat dilenyapkan de–
ngan menggunakan sistem koordinat yang cocok. Untuk membuang daerah singular
ini, dapat dilakukan perluasan melalui manifold asal(M, g) ke manifold nonsingular
(M, g) yang memuat manifold asal sebagai subhimpunannya dang bersesuaian den-
gang ketika dibatasi padaM. Kruskal (1960) melakukan perluasan sistem koordinat
melalui transformasi
X =(
rrg− 1)1/2
exp (r/2rg) cosh( t2rg
)
T =(
rrg− 1)1/2
exp (r/2rg) sinh( t2rg
)
r > rg (III.12)
X =(1− r
rg
)1/2
exp (r/2rg) sinh( t2rg
)
T =(1− r
rg
)1/2
exp (r/2rg) cosh( t2rg
)
r < rg (III.13)
Dengan menggunakan sistem koordinat ini metrik Schwarzschild menjadi berbentuk
g = −4r3g
rexp (−r/rg)(dT
2 − dX2) + r2(dθ2 + sin2 θdϕ2) (III.14)
Dapat dilihat bahwag tidak lagi singular padar = rg. Kondisi r > rg
57
sekarang ekuivalen dengan|X| > |T | sehingga daerahI danI ′ isometrik terhadap
r > rg dalam koordinat asli(t, r) Sedangkan daerahII dan II dimana|X| < |T |
tetapi dibatasi oleh hiperbolaX2 − T 2 = 1 yang berhubungan denganr = 0 akan
isometrik dengan daerahr < rg.
Gambar III.1: Perluasan Kruskal untuk ruang-waktu Schwarzschild
Jika didefinisikan arah waktu masa depan pada koordinat(T,X) sebagaiT
naik dan keluar jikaX naik, maka berkas cahaya ke masa depan akan melewati dae–
rah r = rg hanya jika keluar dari daerahII ′ dan hanya jika masuk ke daerahII.
Perilaku geodesik radial pada daerahII danII ′ saling berlawanan, partikel yang be-
rada dalam areaII akan selalu berada di dalam dan tidak pernah bisa keluar, sehingga
area ini biasa disebut sebagai lubang hitam (Black holes). Sedangkan pada areaII ′
karena arah waktu yang berlawanan dengan arah waktu areaII maka sifat trayektori
partikelnya berlawanan, semua partikel yang berada di dalam area ini akan dipak-
sa untuk keluar. Area ini biasa disebut sebagai lubang putih (White holes). Sekali
58
pertikel dariI masuk keII maka selamanya tidak pernah keluar. Oleh karena itu,
permukaanr = rg berperilaku seperti membran semipermeabel, permukaan ini dise-
but horizon peristiwa masa depan. Sedangkan permukaanr = rg yang membatasi
I danII ′ disebut horizon peristiwa masa lalu. Secara fisis keberadaan lubang hitam
lebih bisa diterima karena berhubungan dengan keruntuhan gravitasi.
b. Ruang Robertson - Walker . Sangat sulit membuat model jagat raya hanya
dengan mengandalkan data - data observasi yang telah dimiliki. Hal ini dikarena
dalam pengamatan porsi semesta yang teramati hanyalah sebagian kecil saja dan
berasal dari data - data masa lalu semesta. Untuk itu diperlukan asumsi - asumsi
yang lebih bersifat holistik untuk membantu memodelkan semesta dalam skala luas.
berikut ini akan dibahas model semesta yang bersifat homogen dan isotropik.
Ruang - waktu dikatakan homogen spasial jika di mana - mana terlihat sama.
Secara matematis berarti terdapat himpunanhypersurfaceberparameter satuΣt yang
memfoliasi ruang - waktu sedemikian rupa sehingga untuk setiapt akan terdapat
isometrig yang membawa titikp ∈ Σt ke titik q ∈ Σt. Sedangkan ruang - waktu
dikatakan isotropik spasial jika tidak ada arah yang diistimewakan. Secara matema-
tis, dikatakan isotropik spasial di suatu titikp jika terdapat medan vektor pengamat
U sedemikian rupa sehingga terdapat isimetrig yang membuatp tetap tetapi merotasi
vektor s1 ke s2 untuk s1, s2 ∈ U⊥p . Seorang pengamat berparamatert pada ruang
waktu isotropik spasial akan melihat bahwa setiap titik pada permukaanhypersur-
facesaatt konstan akan terlihat eqivalen, oleh karena ituhypersurfacetersebut akan
mempunyai kelengkungan sama. Sedangkan dua pengamat padahypersurfaceterse-
but akan mengamati kejadian serupa, oleh karena itu kondisi isotropis akan cukup
untuk membangkitkan homogenitas [Kriele , 2001].
Dua ruang berkelengkungan sama dengan dimensi dan tanda metrik yang
sama akan isometrik secara lokal, sehingga dapat dipilih ruang - ruang wakilan un-
59
tuk setiap nilai kelengkungan. Katakanlahk menyatakan kelengkunganhypersurface
Riemannan tiga dimensi, maka untukk > 0 dapat diwakili denganS2 berjejarik,
R3 untukk = 0 danH2 hiperbola berjejarik untukk < 0. Dengan melabeli setiap
hypersurfacedengan waktu wajarτ secara lokal metrik ruang waktu akan mengambil
bentuk [Wald , 1984]
g = −dτ 2 + a(τ)2
dψ2 + sin2 ψ(dθ2 + sin2 θdϕ2)
dx2 + dy2 + dz2
dψ2 + sinh2 ψ(dθ2 + sinh2 θdϕ2)
(III.15)
Tiga bentuk dalam kurung persamaan diatas berkaitan dengan tiga kemungkinan ben-
tuk geometri spasial yang diambil. Bentuk umum metrik diatas biasa disebut sebagai
metrik Robertson - Walker. Dengan demikian, asumsi homogenitas dan isotropi akan
mengimbas tiga kemungkinan bentuk geometri spasial dan fungsi positifa(τ). Fungsi
ini mencirikan sifat dinamis ruang - waktu ini , bentuk eksplisitnya dapat ditentukan
melalui persamaan medan Einstein dengan memasukkan energi - momentum yang
sesuai.
Dengan memasukkan tensor energi-momentum fluida sempurna
T = (ρ+ p)U [ ⊗ U [ + pg
akan diperoleh persamaan evolusi umum
3a2/a2 = 8πρ− 3k/a2
3a/a = −4π(ρ+ 3p) (III.16)
Dimanak = +1 untuk bola tiga,k = 0 untuk ruang datar dank = −1 untuk hiper-
boloida. ketikaρ > 0 danp ≥ 0 jagat raya tidak boleh statis. Persamaan III.16
60
menunjukkana < 0, jadi semesta harus selalu mengembang(a > 0) atau menyusut
(a < 0). Skala jarak antar pengamat isotropik akan selalu berubah, tetapi tidak mem-
punyai pusat ekspansi atau kontraksi yang khusus. Semisal jarak (yang terukur oleh
permukaan homogen) antara dua pengamat isotropik pada saatτdinyatakan sebagai
R, maka rata - rata perubahanR adalah
v :=dR
dτ=R
a
da
dτ= HR (III.17)
dimanaH(τ) = a/a disebut sebagai konstanta Hubble. Persamaan ini disebut sebut
sebagai persamaan Hubble. JikaR cukup besar,v dapat lebih besar dari kecepatan
cahaya. Tetapi hal ini tidak menyalahi prinsip relativitas umum dan khusus karena
yang teramati adalah kecepatan relatif lokal antara dua obyek pada kejadian yang
sama, bukan menyatakan kecepatan obyek secara global. Persamaan III.17 di atas
telah teramati melalui eksperimen pergeseran merah spektrum dari galaksi - galaksi.
Semerta mengembang,a > 0 menunjukkan ekspansi yang dilakukan makin
lama makin cepat. Dari waktu sekarang, saat waktuH−1 = a/a yang lalu haruslah
dipunyai a = 0 . Hal ini berarti pada saatH−1 yang lalu, semesta diawali dari
keadaan singular. Jarak semua ’titik dalam ruang’ nol, sehingga rapat materi dan
kelengkungan ruang menjadi takberhingga. Keadaan singular semesta ini disebut
sebagai ledakan besar (big bang). Tidak terdapat cara alamiah untuk memperluas
manifold ruang - waktu dan metriknya melewati singularitas ledakan besar. Karena
struktur ruang - waktu sendiri singular pada ledakan besar, maka secara fisis maupun
matematis tidak relefan untuk menanyakan keadaan semesta ’sebelum’ ledakan besar.
61
6. Singularitas: Pendefinisian dan Pemecahannya
Sebagaimana telah dibahas pada subbab sebelumnya, terdapat dua jenis singu-
laritas fisis : singularitas semu dan sejati. Singularitas sejati tidak dapat dihilangkan
hanya dengan transformasi koordinat hal ini menunjukkan tidak ada satupun sistem
koordinat yang melingkupi titik singularitas sejati sehingga titik - titik singularitas ini
bukanlah bagian dari manifold ruang - waktu. Untuk itu, titik - titik singularitas sejati
dapat dibuang sehingga dapat terbentuk manifold yang tidak komplit.
Dalam manifold Riemannian, kekomplitan dapat dinyatakan dari kekomplitan
metrik (m-completeness) dan kekomplitan geodesik (g-completeness). kekomplitan
metrik disusun dari fungsi jarak antar dua titik pada manifold. Apabilag metrik pada
M danγ: I →M kurva darip ke q, panjang kurva dinyatakan sebagai
L(γ) =
∫I
√g(γ, γ)dt. (III.18)
Fungsi jarak pada manifold Riemannian didefinisikan sebagai
ρ(p, q) = infγ∈Γ
L(γ) (III.19)
denganΓ menyatakan himpunan semua kurva darip ke q. (M, g) dikatakanm-
completejika setiap barisan Cauchy menurut fungsi jarakρ konvergen ke suatu titik
padaM. Barisan Cauchy adalah barisanxn padaM yang tak berhingga banyak
anggotanya sedemikian rupa sehingga untuk semuaε > 0 danN ∈ 1 . . . , n
dipenuhiρ(xr, xs) < ε, ∀r, s > N . Sedangkan(M, g) dikatakang-completejika
setiap geodesik dapat diperluas ke seluruh parameter affinenya. Karena sama - sama
dibentuk dari metrikg, dapat ditunjukkan kedua kekomplitan ini ekuivalen (Teorema
Hopf - Rinow).
62
Apa yang terjadi pada manifold Lorentzian sungguh berbeda. Topologi metrik
tidak dibangun secara alamiah pada manifold. Oleh karena itu, untuk menguji kekom-
plitan pada manifold hanya perlu diuji kekomplitan geodesiknya. Berdasar geode-
siknya, tentu saja kekomplitan geodesik dapat dibagi atas tiga jenis : bak-waktu,
bak-ruang dan null. Kekomplitan ketiga geodesik tersebut saling bebas satu den-
gan yang lain akan tetapi ketika suatu titik pada manifold dibuang, semua geodesik
yang melintasi titik tersebut menjadi terputus. Pembuangan titik singularitas ekuiva–
len dengan ketidak komplitan geodesik. Di sisi yang lain geodesik bak-ruang tidak
terdefinisi pada relativitas. Oleh karena itu dapat diadopsi sudut pandang tentang si–
ngularitas ruang - waktu sebagai berikut : "Kekomplitan geodesik null dan bak-waktu
adalah syarat minimum agar ruang - waktu dikatakan bebas singularitas ". Dengan
demikian , ruang - waktu dikatakan singular jika geodesik null atau bak-waktunya
tidak komplit. Secara fisis ketidak komplitan geodesik bak-waktu menunjukkan ke-
mungkinan hilangnya sejarah suatu pengamat jatuh bebas setelah atau sebelum suatu
interval affine yang berhingga. Meskipun parameter affine tidak dapat ditafsirkan se-
bagai waktu pribadi pada geodesik null, akan tetapi ketidak komplitan geodesik null
dapat dianggap sebagai petunjuk hilangnya sejarah partikel - partikel tidak bermassa.
Salah satu keuntungan menggunakan kriteria ketidak komplitan geodesik ada–
lah dapat dicakupnya singularitas kelengkungan. Singularitas kelengkungan berkai-
tan dengan ide besar tak berhingganya kelengkungan didekat singulariatas. Kon-
sep ’dekat’ titik singularitas dapat dinyatakan dengan parameter affine yang makin
mendekati batas atasnya, sedangkan konsep ’besar tak berhingga’ dapat dinyatakan
melalui basis ortogonal sepanjang geodesik. Dengan cara seperti ini , dapat dilakukan
pengelompokan singularitas berdasarkan kelakuan medan kelengkungan dan polinom
skalarnya sepanjang geodesik yang tidak komplit yaitu singularitas kelengkungan
skalar (scalar curvature singularity) apabila kelengkungan beserta polinom skalarnya
63
singular sepanjang geodesik, Singularitas kelengkungan paralel (parallelly propagat-
ed curvature singularity) apabila kelengkungan dan turunannya singular sepanjang
geodesik menurut basis paralel sepanjang geodesik tetapi polinom skalarnya tidak
singular dan terakhir, singularitas non kelengkungan (non - curvature singularity)
jika kelengkungan beserta polinom skalarnya tidak singular. Cara serupa dapat di–
terapkan untuk kuantitas fisis yang lain. Agar manifold ruang - waktu dapat dijamin
menghimpun semua titik regularnya, manifold perlu disyaratkaninextendible, yaitu
tidak isometrik dengan subset dari ruang - waktu yang lain.
Ide teorema - teorema singularitas yang akan diturunkan didasarkan atas ide
berikut: Kelengkungan ruang - waktu dapat ditafsirkan sebagai gaya tidal yang menim-
bulkan percepatan relatif antara geodesik bak-waktu atau null yang berdekatan. De–
ngan memasukkan syarat energi tertentu pada kedua jenis geodesik tersebut, dapat di-
harapkan kongruensi geodesik - geodesik tersebut konvergen kesuatu titik. Titik kon-
vergensi sepanjang geodesik tersebut disebut titik konjugasi (atau titik fokal jika kon-
gruensi geodesik tersebut dibuat ortogonal pada suatu submanifold). Dalam mani–
fold Riemannian, keberadaan titik konjugasi sepanjang geodesik dapat menyebabkan
geodesik gagal menjadi kurva berpanjang maksimum (terpendek) yang menghubung–
kan antara dua titik karena akan selalu dapat ditemukan kurva lain yang diperoleh
dari hasil variasi kecil melewati titik konjugasi pada geodesik yang lebih pendek
dari geodesik berkonjugasi tersebut [Lee , 1997]. Akan ditunjukkan, dalam manifold
Lorentzian sifat - sifat geodesik tersebut berlaku serupa dengan sedikit modifikasi.
Disisi yang lain, persyaratan - persyaratan struktur kausal global tertentu dalam ru-
ang - waktu dapat menyebabkan keberadaan kurva - kurva bak-waktu atau null yang
mempunyai panjang maksimum. Dengan menggunakan dua hasil yang saling kon-
tradiktif ini, dapat dibangun beberapa teorema singularitas.
BAB IV
SIGNIFIKANSI KELENGKUNGAN
Pada bab ini akan dibahas pengaruh kelengkungan ruang - waktu terhadap
kongruensi geodesik bak-waktu dan null. Akan ditunjukkan bahwa rata - rata pe-
rubahan ekspansi kongruensi (persamaan Raychaudhuri) memegang peranan penting
dalam membangkitkan titik konjugasi kongruensi geodesik. Arti penting titik konju-
gasi akan dapat ditafsirkan setelah konsep variasi fungsional panjang dan fungsional
energi suatu kurva diberikan. Untuk topik - topik yang belum melibatkan teori rela-
tivitas umum secara langsung, akan diberikan penjelasan yang bersifat umum yakni
dalam konteks manifold Lorentzian dengan dimensi sembarang.
1. Variasi Geodesik
Salah satu cara yang mungkin dilakukan untuk mengukur medan gravitasi
adalah dengan mengukur percepatan relatif yang dialami oleh dua benda jatuh be-
bas. Karena sejarah partikel bebas diwakili dengan geodesik bak-waktu atau geodesik
null, maka perlu diselidiki kebiasaan kongruensi geodesik bak-waktu dan geodesik
null yang dipengaruhi oleh kelengkungan ruang-waktu. Kongruensi adalah himpunan
kurva pada suatu lingkungan sedemikian rupa sehingga setiap titik pada lingkungan
tersebut hanya dilintasi oleh satu kurva saja. Apabila dihubungkan dengan suatu
medan vektor, kongruensi merupakan himpunan kurva integral yang dibangkitkan
oleh medan vektor tersebut. Jenis kongruensi dan kelicinannya tentu saja gayut ter-
hadap jenis serta kelicinan medan vektor pembangkitnya.
Sebelumnya akan didefinisikan konsep tentang variasi geodesik. Variasi geode-
sik adalah suatu pemetaan licinf : (−δ, δ) × (a, b) → M; (s, t) 7→ f(s, t) ∈ M
sedemikian rupa sehingga kurvat 7→ f(., t) merupakan geodesik. Medan vektor ke-
64
65
cepatan kurva geodesik ini akan dinyatakan denganft := f∗∂t dan medan vektor
kecepatan sepanjang kurvas 7→ f(s, .) sebagaifs := f∗∂s yang dapat ditafsirkan
sebagai medan vektor yang membangkitkan variasi pada geodesik. Karena kurva
f(., t) geodesik maka dipenuhi∇ftft = 0. Dan karena[∂t, ∂s] = 0, maka dipenuhi
[ft, fs] = [f∗∂t, f∗∂s] = f∗ [∂t, ∂s] = 0 atau∇ftfs = ∇fsft. Oleh karena itu sepan-
jang variasi geodesik, medan tensor kelengkungan memenuhi persamaan
R (fs, ft) ft = ∇fs∇ftft −∇ft∇fsft −∇[ft,fs]ft
= −∇ft∇fsft
= −∇ft∇ftfs (IV.1)
Turunan kovarian sepanjang suatu medan vektor hanya gayut terhadap nilai medan
vektor tersebut. Oleh karena itu,fs dapat digantikan dengan sembarang medan vek-
tor J yang merupakan perluasanfs pada lingkungan tempat variasi geodesik didefi–
nisikan
∇ft∇ftJ +R (J, ft) ft = 0 (IV.2)
Medan vektorJ sembarang yang memenuhi persamaan seperti ini disebut sebagai
medan Jacobi. Apabila dilakukan pembatasan pada geodesik tunggalγ := f(0, t),
keberadaan medan JacobiJ sepanjang geodesik akan menyebabkan geodesikγ men-
galami variasi titik menjadif(s, t) . Karena alasan ini medan Jacobi sepanjang geode-
sik J|s=0 = fs(0, .) disebut sebagai medan vektor variasi. Medan Jacobi pada geode-
sik γ: (a, b) →M akan memenuhi
∇γ∇γJ +R (J, γ) γ = 0 (IV.3)
66
Andaikanc ∈ (a, b) dan dipenuhi syarat awalJ(c) = v,∇γJ(c) = w denganv, w ∈
Tγ(c)M. Menggunakan medan basis ortonormalEi yang paralel sepanjangγ dapat
dituliskanJ(t) = J i(t)Ei dan persamaan IV.3 dapat dinyatakan menjadi
J i +RijklJ
j γkγl = 0 (IV.4)
yang merupakan sistem persamaan differensial orde dua linier darin buah fungsiJ i.
Dengan melakukan substitusiV i = J i akan merubah persamaan menjadi persamaan
differensial orde satu dari2n fungsiJ i, V i dengan penyelesaiannya ditentukan oleh
syarat batasJ(c) = v danV (c) = w. Syarat batas tersebut menjamin keberadaan dan
ketunggalan penyelesaian medan Jacobi di atas [Lee , 1997].
Mengadopsi pendekatan Newton, pengamatγ danf(s, .) berada dalam ruang
rehat yang sama dan dipisahkan oleh vektorsJ i, yakni mengingat penderetan Taylor
f i(s, t) = f i(0, t) + sJ i(t) +O(s2)
Jikam adalah massa dari pengamatf(s, .) maka gaya gravitasi yang dialamif(s, .)
yang diakibatkan olehγ adalahF = −msJ . Tanda minus muncul karena arah gaya
berlawanan denganJ . Beralih ke sudut pandang relativitas umum, gaya tidal yang
bekerja antara pengamat jatuh bebasγ yang bermassam danJ diberikan olehF =
−m∇γ∇γJ = mR (J, γ) γ. Dengan demikian, gaya tidal yang dirasakan menuju
pengamatγ mempunyai komponen
⟨F,− 1√
〈J, J〉J
⟩= − m√
〈J, J〉〈R(J, γ)γ, J〉 (IV.5)
Persamaan di atas menunjukkan bahwa kelengkungan seksional bidang yang diben-
tang olehJ, γ bertanda non-positif. Karena hal di atas merupakan manifestasi dari
67
sifat medan gravitasi yang selalu tarik - menarik, maka dapat definisikan hal berikut
Definisi IV.1 Padap ∈M gravitasi dikatakan bersifat tarik-menarik ke segala arah
jika dan hanya jika kelengkungan seksional seluruh bidang bak-waktu padaTpM
bertanda non-positif.
Terhadap pengamat tunggalγ, rata - rata gaya tidal yang dirasakan akibat gaya tidal
ke segala arah diberikan oleh integrasi gaya tidal ke segala arah di atas kulit bola
Sn−2. Untukn = 4 diperoleh
= −3m
4π
∫S2⊂TpM
〈R(., γ)γ, .〉µS2
= −3m
4π
∫ π/2
−π/2
∫ 2π
0
〈R(cos θ(cosϕe1 + sinϕe2) + sin θe3, γ)γ,
cos θ(cosϕe1 + sinϕe2) + sin θe3 〉 cos θdϕdθ
= −3m
4π
∫ π/2
−π/2
(π cos3 θ 〈R(e1, γ)γ, e1〉+ π cos3 θ 〈R(e2, γ)γ, e2〉
+2π cos θ sin2 θ 〈R(e3, γ)γ, e3〉) cos θdθ
= −3∑
i=1
〈R(ei, γ)γ, ei〉 = −Ric(γ, γ) (IV.6)
Persamaan di atas memberikan motivasi untuk menyebutRic(v, v) ≥ 0 untuk setiap
vektor kausalv sebagaisyarat konvergensi kausal. Berhubungan masalah syarat
energi, syarat konvergensi kausal yang tidak terpenuhi ketika materi memenuhi syarat
energi lemah adalah syarat energi kuat.
2. Titik - Titik Berkonjugasi Pada geodesik
Definisi IV.2 Dua titik p, q ∈M dikatakan saling berkonjugasi jika terdapat geode-
sik γ yang menghubungkanp dan q sedemikian rupa sehingga suatu medan Jacobi
sepanjangγ yang tidak nol, lenyap pada kedua titik tersebut.
68
Mudahnya dikatakanp danq berkonjugasi bila terdapat geodesik yang berde–
katan beririsan pada kedua titik tersebut. Salah satu contoh sederhana adalah per-
mukaan bola pada geometri Riemann: kedua kutubnya merupakan titik - titik yang
saling berkonjugasi.
Gambar IV.1: Lingkaran besar (great circle) atau lingkaran yang melalui kutub -kutub permukaan bolaS2 merupakan geodesik. Geodesik - geodesik yang berasaldari suatu titik akan bertemu kembali pada kutub yang berlawanan dengannya. Olehkarena itu, kutub-kutubS2 merupakan dua titik yang saling berkonjugasi.
Apabila geodesikγ: [a, b] → M dibangkitkan dari pemetaan eksponensial
expp(tup) denganup ∈ TpM maka setiap vektorvp ∈ TupTpM ≈ TpM melalui
variasi geodesikf(s, t) = expp (t(up + svp)) dapat dibangkitkan medan Jacobi yang
berbentukJ = exp(t(up + svp))∗∂s dengan∇γ(a)J = vp. Medan variasifs = J|s=0
adalahJvp(t) = dds
∣∣s=0
expp t(up + svp) = (expup)∗vp yang menunjukkan setiapvp
dipetakan satu - satu sepanjang geodesik. Karenavp dapat dipilih sembarang, maka
69
pada titik - titik konjugasi pemetaan(expup)∗ akan gagal mempunyai rank maksimal.
Oleh karena itu dapat disusun kesimpulan berikut
Simpulan IV.1 Misalkanγ: [a, b] →M geodesik tanpa titik konjugasi. Untuk setiap
pasangan vektorvγ(a) ∈ Tγ(a)M dan vγ(b) ∈ Tγ(b)M akan terdapat medan Jacobi
tunggalJ sepanjangγ denganJ(a) = vγ(a) danJ(b) = vγ(b)
Simpulan IV.2 Dua titik p, q dikatakan saling berkonjugasi jika dan hanya jika ter-
dapatup ∈ TpM sedemikian rupa sehinggaexp(up) = q dan expup:TupTpM →
Texp(up)M gagal mempunyai rank maksimal.
Berikut disajikan beberapa lemma yang sangat membantu dalam pembahasan
- pembahasaan berikutnya
Lemma IV.1 Misalkanγ: [a, b] → M geodesik danJ, J dua medan Jacobi yang
lenyap padat0 ∈ [a, b] dipenuhi hubungan⟨∇γJ, J
⟩=⟨∇γ J , J
⟩.
Bukti: Dengan menggunakan simetri⟨R(J, γ)J , γ
⟩=⟨R(J , γ)J, γ
⟩dapat ditun-
jukkan bahwa∇γ
(⟨∇γJ, J
⟩−⟨∇γ J , J
⟩)= 0 atau
(⟨∇γJ, J
⟩−⟨∇γ J , J
⟩)konstan sepanjang geodesik. TetapiJ(t0) = J(t0) = 0 sehingga kondisi di atas
dipenuhi.
Lemma IV.2 Misalkanξ(t) medan vektor sepanjang geodesikγ: [a, b] →M dengan
ξ(t) ‖ γ(t),∀t ∈ [a, b].
1. ξ merupakan medan vektor Jacobi sepanjangγ jika dan hanya jika∃α, β ∈ R
sedemikian rupa sehinggaξ(t) = (αt+ β)γ(t)
2. JikaJ medan Jacobi sepanjangγ maka pernyataan - pernyataan berikut saling
ekuivalen
(a) 〈J(t), γ(t)〉 = 0,∀t ∈ [a, b]
70
(b) terdapatc, d ∈ [a, b] dengan〈J(c), γ(c)〉 = 0 dan〈J(d), γ(d)〉 = 0
(c) terdapatc ∈ [a, b] dengan〈J(c), γ(c)〉 = 0 dan⟨∇γ(t)J, γ(t)
⟩= 0.
Bukti:
1. Jikaξ(t) || γ(t),∀t ∈ [a, b] maka dapat ditulisξ(t) = ϕ(t)γ(t) dan sebagai
medan Jacobi memenuhiR(ξ(t), γ(t))γ(t) = R(ϕ(t)γ(t), γ(t))γ(t) = 0, se-
hingga∇γ∇γξ(t) = 0. Hal ini berakibatϕ(t) = 0, yang menunjukkanϕ(t)
fungsi linier darit. Sebaliknya jika dapat dinyatakanξ(t) = (αt+β)γ(t) maka
ξ jelas merupakan medan Jacobi sepanjangγ.
2. Seperti di atas, didefinisikanϕ(t) = 〈J(t), γ〉. Akan dipenuhi∇γ∇γϕ = 0
yang menunjukkanϕ linier terhadapt. Katakanlahϕ(t) = αt + β, den-
gan demikian jika 2a dipenuhi maka 2b dipenuhi. Berikutnya karenaϕ =
α =⟨∇γ(t)Jγ(t)
⟩, jika dipenuhi 2c dapat ditunjukkan 2a juga dipenuhi, yaitu
α = β = 0. Dengan cara yang sama, dapat ditunjukkan kondisi 2b berakibat
2c.
Lemma berikut menunjukkan bahwa komponen normal dan paralel medan Jacobi
sepanjang geodesik juga merupakan medan Jacobi.
Lemma IV.3 Misalkanγ: [a, b] → M geodesik bak-waktu atau bak-ruang danJ
medan Jacobi sepanjangγ. Proyeksi ortogonalJ> sepanjangγ danJ⊥ sepanjang
γ⊥ juga merupakan medan Jacobi sepanjangγ.
Bukti: Diasumsikan〈γ, γ〉 = η ∈ −1, 1makaJ> = η 〈J, γ〉 γ. Karenaγ geodesik,
akan dipenuhi
∇γJ> = η∇γ 〈J, γ〉 γ = η 〈∇γJ, γ〉 γ = (∇γJ)>
71
Dengan demikian
∇γ∇γJ> = (∇γ∇γJ)> (IV.7)
KarenaJ> || γ makaR(J>, γ
)γ = 0 dan dari simetrinya diperoleh(R(J, γ)γ)> = 0,
sehingga
∇γ∇γJ> = ∇γ∇γJ
> +R(J>, γ
)γ
= (∇γ∇γJ)> + (R(J, γ)γ)>
= (∇γ∇γJ + (R(J, γ)γ))> = 0 (IV.8)
Dengan demikianJ> tampak sebagai medan Jacobi.
Memakai persamaan IV.8 danJ⊥ = J − J>, akan diperoleh
∇γ∇γJ⊥ = ∇γ∇γJ (IV.9)
sertaR(J⊥, γ)γ = R(J, γ)γ. Sehingga dipenuhi hubungan
∇γ∇γJ⊥ +R(J⊥, γ)γ = ∇γ∇γJ +R(J, γ)γ = 0 (IV.10)
yang menunjukkan bahwaJ⊥ merupakan medan Jacobi.
Pada geodesik null,γ normal terhadap dirinya sendiri. Oleh karena itu ter-
dapat kesulitan dalam mengidentifikasi ruang normal sepanjangγ. Tetapi mengingat
bagian singgung medan JacobiJ> = (αt + β)γ hanya menunjukkan perubahan pa-
rameter pada geodesik, maka bagian ini kurang begitu penting berkaitan dengan sifat
- sifat medan Jacobi secara umum. Mengingat keadaan ini, pembahasan mengenai
medan Jacobi dapat diperumum melingkupi medan Jacobi pada geodesik bak-waktu,
72
bak-ruang serta null sekaligus dengan memperkenalkan konsep ruang faktor atau ru-
ang kelas ekuivalensi pada ruang normal sepanjang geodesik. Misalkan ruang normal
sepanjang geodesikγ(t) dinyatakan sebagai(γ(t))⊥, akan didefinisikan suatu relasi
antara anggota ruang normal sebagai berikut
v ∼ w ↔ ∃α ∈ R sedemikian rupa sehinggaw = v + αγ; ∀v, w ∈ (γ(t))⊥
Dengan memilihα, dapat ditunjukkan baahwa relasi di atas merupakan relasi ekui–
valensi karena memenuhi sifat - sifat: reflektif(v ∼ w), simetris(v ∼ w → w ∼ v)
dan transitif(v ∼ w,w ∼ u → v ∼ u). Setiap unsur pada ruang normal yang
ekuivalen denganv melalui relasi ekuivalensi tersebut dinyatakan dalam suatu kelas
ekuivalensi[v]. Himpunan semua kelas ekuivalensi pada(γ(t))⊥ akan disebut sebagai
ruang faktor[γ(t)]⊥ =
[v]∣∣∣v ∈ (γ(t))⊥
.
Tidak terdapat satu unsurpun dalam ruang normal yang berada dalam dua
kelas ekuivalensi yang berbeda. Oleh karena itu pada hakikatnya, penggunaan re-
lasi ekuivalensi digunakan untuk memecah ruang normal menjadi beberapa bagian
yang saling asing. Pada geodesik bak-ruang dan bak-waktu, dipenuhi hubungan
[γ(t)]⊥ = (γ(t))⊥ sebagai akibat tidak satupun unsur pada ruang normal yang dapat
dinyatakan sebagai jumlahan suatu vektor normal dengan vektor singgung geodesik.
Dimensi ruang faktornya tentu saja menjadin− 1. Sedangkan pada geodesik null,γ
normal atas dirinya sendiri. Dengan demikian ruang faktor pada geodesik null akan
berdimensin − 2 dan setiap vektor yang paralel terhadap vektor singgung geodesik
akan berada dalam satu kelas ekuivalensi dengan vektor nol[(αt+ β)γ(t)] = [0].
Menggunakan operasi biner+: [γ(t)]⊥×[γ(t)]⊥ → [γ(t)]⊥ ; [v]+[w] = [v+
w] dan perkalian dengan bilangan riil·: R×[γ(t)]⊥ → [γ(t)]⊥ ; α·[v] = [αv], ruang
faktor [γ(t)]⊥ mempunyai struktur ruang vektor atas lapangan riil. Lazimnya ruang
vektor, pada ruang faktor[γ(t)]⊥ dapat didefinisikan tensor. Tentu saja, tensor yang
73
dibangun akan mempunyai hubungan dengan tensor pada ruang normal sepanjang
geodesik.
Definisi IV.3 Misalkanγ: [a, b] → M geodesik dant ∈ [a, b]. Didefinisikan pula
[γ]⊥ =⋃
t∈[a,b] [γ(t)]⊥. Pemetaan
[A](t): [γ(t)]⊥ × . . .× [γ(t)]⊥ ×([γ(t)]⊥
)∗× . . .×
([γ(t)]⊥
)∗→ R
sepanjangγ dan multilinier akan disebut sebagai kelas tensor sepanjangγ.
Setiap pasangan basisei danθj dalam(γ(t))⊥ memenuhi kondisi〈ei, γ(t)〉 = 0
dan⟨θj, γ[(t)
⟩]= 0. Oleh karena itu, dipenuhi hubunganA(v + αγ(t)) = A([v]) =
A(v) danA(ϕ + αγ[(t)) = A([ϕ]) = A(ϕ). Hal ini menunjukkan adanya hubungan
saling mengimbas antara tensorA pada saat(γ(t))⊥ dan kelas tensor[A] saattmelalui
hubungan
[A]([v1], . . . , [vs], [ϕ
1], . . . , [ϕr])
= A(v1, . . . , vs, ϕ
1, . . . , ϕr)
. ϕi didefinisikan oleh[ϕi]([v] = ϕi(v),∀v ∈ (γ(t))⊥, denganϕi(γ) = 0.
Melalui cara ini, turunan kovarian sepanjang geodesik serta metrik pada ruang
faktor dapat didefinisikan.
Lemma IV.4 Jika A ∈ [A] medan tensor sepanjang geodesikγ, dapat didefinisikan
[A] := [∇γA] serta metrik[g]: [γ]⊥ × [γ]⊥ → R, [v], [w] 7−→ [g] ([v], [w]) :=
g(v, w) yang positif definite pada geodesik null.
Bukti: Untuk menunjukkan bahwa eksistensi tensor tersebut, perlu ditunjukkan sifat
konsistensi tensor. Sebagai turunan, konsistensi[∇γA] cukup diuji pada fungsi, medan
vektor dan forma saja. Terhadap fungsi, hal ini trivial. Sedangkan untuk semua forma
74
ϕ yang memenuhiϕ(γ) = 0 akan dipenuhi
(∇γ(t)ϕ
)(V (t) + f(t)γ(t)) = ∇γ(t) (ϕ (V (t) + f(t)γ(t)))− ϕ ((V (t) + f(t)γ(t)))
= ∇γ(t) (ϕ (V (t)))− ϕ(∇γ(t)V (t) + df(γ(t))γ(t)
+f∇γ(t)γ(t))
= ∇γ(t) (ϕ (V (t)))− ϕ(∇γ(t)V (t)
)= ∇γ(t)ϕ(V (t))
Sedangkan untuk medan vektorV (t) sepanjangγ diperoleh
[∇γ(t) (V (t) + f(t)γ(t))
]=
[∇γ(t)V (t) + df(γ(t))γ(t) + f∇γ(t)γ(t)
]=
[∇γ(t) (V (t))
]dengan demikian telah dibuktikan konsistensinya. Sedangkan untuk metrik
[g] ([V (t) + f(t)γ], [W (t) + h(t)γ]) = g(V (t),W (t)) + g(f(t)γ,W (t))
+g(h(t)γ, V (t)) + g(f(t)γ, h(t)γ)
= g(V (t),W (t)) = [g]([V (t)], [W (t)])
Pada geodesik null apabila dipilih basis ortonormalE1, . . . , En yang paralel se–
panjangγ dengang(E1, E1)(t) = −1 sedemikian rupa sehingga dapat dituliskan
γ(t) = E1 +E2 tentulah[γ(t)]⊥ dibentang olehE3, . . . , En yang merupakan basis
bak-ruang, dengan demikian[g] positif definite.
Menggunakan Lemma karakterisasi medan tensor, dapat dibangun kelas ten-
sor berikut
Lemma IV.5 Terdapat operator[R]: [γ(t)]⊥ → [γ(t)]⊥ , [v] 7−→ [R(v, γ)γ]
75
Bukti: karenaR(γ, γ)γ = 0 maka
R(., γ)γ ((V (t) + f(t)γ(t))) = R(V (t) + f(t)γ(t), γ)γ
= R(V (t), γ)γ
= R(., γ)γ ([V (t)])
menunjukkan[R] = [R(., γ)γ)] well defined.
Selanjutnya akan dicari suatu kelas tensor yang berpadanan dengan medan
vektor Jacobi. Medan tensor ini mudah ditentukan dengan menggunakan bantuan
sembarang medan vektor paralel sepanjang geodesik dengan nilai di(γ)⊥. Misalkan
terdapat medan tensorA: (γ)⊥ → (γ)⊥ sepanjang geodesik yang berpadanan dengan
kelas tensor[A], serta suatu medan vektorV (t) paralel sepanjang geodesik dengan
nilai di (γ)⊥ sedemikian rupa sehingga suatu medan vektor JacobiJ dapat dinyatakan
sebagaiJ(t) = AV (t) . Tentu saja dipenuhi
0 = ∇γ∇γ(AV ) +R(AV, γ)γ
= (∇γ∇γA)V + 2(∇γA)(∇γV )
+A(∇γ∇γV ) +R(AV, γ)γ
= (∇γ∇γA+R(A, γ)γ) (V )
= [(∇γ∇γA] + [R(A, γ)γ)] ([V ])
=([A]
+ [R] [A])
([V ])
Definisi IV.4 Kelas tensor Jacobi adalah kelas tensor[A]: [γ]⊥ → [γ]⊥ sepanjangγ
yang memenuhi[A]
+ [R] [A] = 0
Sebaliknya jika[A] kelas tensor Jacobi danV (t) medan vektor paralel sepanjang
geodesik dengan nilai di(γ)⊥, dapat ditunjukkan[AV (t)] merupakan medan Jacobi.
76
Paparan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut
Simpulan IV.3 MisalkanV (t) medan vektor paralel sepanjang geodesik dengan ni-
lai di (γ)⊥, kelas tensor[A]: [γ]⊥ → [γ]⊥ sepanjangγ merupakan kelas tensor Jacobi
jika dan hanya jika terdapat medan tensorA sepanjang geodesik yang mengimbas[A]
dan mempunyai sifatJ(t) = AV (t) merupakan medan Jacobi.
Kesimpulan di atas menunjukkan bahwa medan vektor Jacobi berpadanan satu - satu
dengan suatu kelas medan Jacobi sepanjang medan vektor paralel sepanjang geodesik.
Tetapi karakter medan vektor paralel tidak menyumbang apapun sepanjang geode-
sik, oleh karena itu karakter kelas tensor Jacobi akan setara dengan medan Jacobi
yang diwakilinya. Ungkapan keberadaan titik - titik berkonjugasi sepanjang geodesik
menurut kelas tensor Jacobi dinyatakan melalui lemma berikut.
Lemma IV.6 Titik - titik γ(c) danγ(d) berkonjugasi sepanjang geodesikγ: [a, b] →
M jika dan hanya jika suatu kelas tensor Jacobi[A] yang memenuhi kondisi[A](c) =
[0] dan [A](c) = Id menjadi Singular di titikd.
Bukti: MisalkanJ(t) = AV (t) medan Jacobi, dari definisi titik -titik berkonjugasi
diperoleh bahwaJ(c) = J(d) = 0. Syarat batas dic mengakibatkanV (c) = ∇γJ(c)
sedangkan dari paralelitasV , diperoleh bahwa〈V, γ〉 konstan sepanjang geodesik.
KarenaV (c) 6= 0 makaV (d) 6= 0. Oleh karena itu padad dipenuhiJ(d) =
A(d)V (d) = 0, sehinggaA(d) singular. Sebaliknya jikaγ(d) bukan titik yang
berkonjugasi terhadapγ(c) makaJ(d) = A(d)V (d) 6= 0 sehinggaA(d) regular.
Definisi IV.5 Untuk sembarang kelas tensor[B] sepanjang geodesik, adjoint[B]
menurut[g] akan dinyatakan dengan[B]∗
77
Lemma berikut menunjukkan bahwa geodesik yang mengijinkan titik - titik
berkonjugasi, mempunyai kelas tensor[A][A]−1 yang dibangun dari kelas tensor Ja-
cobi yang bersifatself-adjointpada daerah titik yang bukan titik konjugasi.
Lemma IV.7 Apabila suatu kelas tensor Jacobi[A] sepanjang geodesikγ: [a, b] →
Mmemenuhi kondisi[A](t0) = [0] padat0 ∈ [a, b] maka sepanjang geodesik dengan
[A](t) regular, kelas tensor[A][A]−1 bersifat self-adjoint.
Bukti: MisalkanV,W medan vektor paralel sepanjangγ dengan nilai di(γ)⊥, dengan
menggunakan simetri pada〈R(., γ)γ, .〉 dapat ditunjukkan bahwa
∇γ (〈AV,∇γAW 〉 − 〈∇γAV,AW 〉) = 0
Apabila saatt0 dipenuhiA(t0) = 0, maka〈AV,∇γAW 〉 = 〈∇γAV,AW 〉. Pada
sembarangt yang mengijinkanA regular akan dipenuhi
⟨∇γAA
−1V,W⟩(t) =
⟨∇γA(A−1V ), A(A−1W )
⟩(t)
=⟨A(A−1V ),∇γA(A−1W )
⟩(t)
=⟨V,∇γAA
−1W⟩(t)
Misalkan pada geodesikγ: [a, b] →M dibangunn−1 buah variasi licin yang
berbentuk
f : Rn−1 × R →M, (s1, . . . , sn−1, t) 7−→ f(s1, . . . , sn−1, t).
Untuk setiap geodesikt 7−→ f(s1, . . . , sn−1, t) akan dipenuhi〈ft, ft〉 ∈ 1,−1 dan
pada saatt = a, vektor - vektor singgungfs1 , . . . , fsn−1 , ft saling bebas linier.
78
Dengan demikian medan vektorU := ft(s1, . . . , sn−1, t) merupakan medan vektor
yangwell defineddidekatγ(a). Turunan kovarianU mempunyai beberapa pengaruh
geometrik pada kongruensi geodesik. Fungsiθ = div(V ) mengukur divergensi atau
rata - rata ekspansi geodesik - geodesik yang saling berdekatan. kemudian fungsi
ω[ = dU [ mengukur rotasi infinitisimal kongruensi danσ bagian simetris dari∇U
yang bebas trace mengukur distorsi volume infinitisimal geodesik - geodesik yang
berdekatan [Kriele , 2001]. Saat(s1, . . . , sn−1) = 0, informasi yang berkaitan dengan
kelas tensor Jacobi dapat ditampilkan
Sebagai medan Jacobi,f is memenuhi
∇ft
⟨f i
s, ft
⟩=⟨∇ftf
is, ft
⟩=⟨∇f i
sft, ft
⟩= 0
karena pada titikt = a 〈fsi(0, . . . , 0, a), γ(a)〉 = 0 maka〈fsi(0, . . . , 0, t), γ(a)〉 = t
untuk semuat ∈ [a, b] menunjukkan bahwafsi(0, . . . , o, t) ∈ (γ(t))⊥ pada semua
i dant. ApabilaE1, . . . , En−1 menyatakan medan basis ortonormal pada(γ(t))⊥
sepanjang geodesik dan suatu medan tensorA: (γ(t))⊥ → (γ(t))⊥ sepanjang geode-
sik yang memetakanEi ke fsi(0, . . . , 0, t), tentunya[A] menjadi kelas tensor Jacobi
dan memenuhi
(∇γA)A−1fsi = (∇γA)Ei = ∇γ (AEi) = ∇ftfsi = ∇fsift = ∇fsi
U
Dengan demikian, karena medan vektorfs1 , . . . , fsn−1membentang(γ(t))⊥, dapat
disimpulkan bahwa∇vU = (∇γA)A−1v untuk semuav ∈ (γ(t))⊥. Hal ini mem-
berikan motivasi untuk mendefinisikan hal berikut.
Definisi IV.6 Semisal[A] kelas tensor Jacobi sepanjang geodesikγ, didefinisikan
1. Ekspansi dari[A] sebagaiθ = tr([A][A]−1
)= (det([A])).
det([A])
79
2. Vortisitas dari[A] sebagaiω(t) = 1/2([A][A]−1 −
([A][A]−1
)∗)3. Shear sebagaiσ(t) = 1/2
([A][A]−1 +
([A][A]−1
)∗)− θ(t)
rId
denganr = n − 1 untuk geodesik bak-waktu dan bak-ruang sertar = n − 2
untuk geodesik null.
Lemma IV.8 (Persamaan Raychaudhuri)
Jika [A] kelas tensor Jacobi, maka ekspansi dari[A] memenuhi
θ = −Ric(γ, γ)− tr(ω2)− tr(σ2)− θ2
r
denganr = n− 1 pada geodesik bak-waktu danr = n− 2 pada geodesik null
Bukti: Karena[A] kelas tensor Jacobi maka
([A][A]−1
).
= [A][A]−1 + [A](−[A]−1[A][A]−1
)= −[R]−
([A][A]−1
)2
dengan memperkenalkan medan basis ortonormalE1, . . . , En. Dipilih En bak-
waktu sedemikian rupa sehinggaγ = En untuk geodesik bak-waktu,γ = En−1
untuk geodesik bak-ruang danγ = En + En−1 untuk geodesik null akan diperoleh
bahwatr([R]) = Ric(γ, γ) sehingga dipenuhi
θ =(tr([A][A]−1)
).
= tr([A][A]−1
).
= −[R]−([A][A]−1
)2
= −Ric(γ, γ)− tr
((ω + σ +
θ
rId
)2)
= −Ric(γ, γ)− tr
(ω2 + σ2 +
θ2
r2Id+
2
r(ω + σ) + ωσ + σω
)
Dari definisi, dapat diperolehtr(ω) = tr(σ) = tr(ωσ) = tr(σω) = 0. Dengan
80
demikian dapat diperoleh persamaan Raychaudhuri
Dengan memakai lemma IV.6 terlihat bahwa pada titik konjugasi, ekspansi
mengalami divergensi. Sedangkan apabila ekspansi divergen makaA singular. Oleh
karena itu dapat diambil suatu kriteria bahwa suatu titik sepanjang geodesik menjadi
titik konjugasi jika dan hanya jika ekspansi dititik tersebut divergen. Memakai krite-
ria ini dapat diberikan suatu proposisi yang menunjukkan keberadaan sepasang titik
berkonjugasi sepanjang geodesik.
Proposisi IV.1 Misalkan pada geodesikγ: [a, b] → M , ekspansiθ(t0) < 0 dan
dipenuhiRic(γ, γ) ≥ 0 sepanjang geodesik, maka akan terdapat sepasang titik
berkonjugasi pada geodesik.
Bukti: Karena sepanjang titik yang tidak berkonjugasi kelas tensor[A][A]−1 bersifat
self adjoint, maka dapat diperolehω = 0 dan tr(σ2) ≥ 0. Apabila ditambahkan
syaratRic(γ, γ) ≥ 0, persamaan Raychaudhuri akan memenuhiθ ≤ − θ2
rdengan
penyelesaian1θ(t)
≥ 1θ(t0)
+ t−t0r
. Pengambilanθ(t0) < 0 sebagai syarat batas berakibat
pada saat mendekatit = t0 − rθ0
, θ(t) → −∞. Dengan demikian, terdapat suatu titik
konjugasi diantaraγ(t0) danγ(t0 − rθ0
) sepanjang geodesik.
3. Titik Fokal Submanifold Sepanjang Geodesik
Dapat dibangun suatu variasi geodesik yang ortogonal terhadap suatu sub-
manifold. Keberadaan variasi ini memungkinkan untuk mendefinisikan konsep yang
serupa dengan konsep titik konjugasi sepanjang suatu geodesik tunggal.
Lemma IV.9 MisalkanΣ submanifold dariM danγ: [a, b] →M geodesik dengan
γ(a) ∈ Σ, γ(a) ∈ (Tγ(a)Σ)⊥. Medan vektorξ sepanjang geodesik merupakan medan
vektor variasi pada suatu variasif : (−ε, ε)× [a, b] →M terhadap geodesik ortogo-
nal γ jika dan hanya jikaξ memenuhi sifat - sifat berikut
81
1. ξ medan Jacobi
2. ξ(a) ∈ Tγ(a)Σ
3. 〈∇γξ(a), v〉+ 〈II(ξ(a), v), γ(a)〉 = 0 untuk semuav ∈ Tγ(a)Σ
Bukti: Misalkanf variasi pada geodesik ortogonal danξ medan variasinya maka sifat
1 dipenuhi olehξ. kemudian karena setiapf(s, a) ∈ Σ maka sifat 2 dipenuhi pula.
Menggunakan sifat yang dimiliki oleh setiap medan variasi∇γξ = ∇ftfs = ∇fsft
berakibat setiap medan vektorV yang menyinggungΣ
〈∇γξ, V 〉 = 〈∇fsft, V 〉 = ∇fs 〈ft, V 〉 − 〈ft,∇fsV 〉
= −〈ft, II(fs, V )〉 .
dengan demikian sifat 3 dipenuhi.
Sebaliknya dapat dibuktikan bahwa medan vektorξ yang memenuhi ketiga
sifat di atas membangkitkan variasi geodesik ortogonal terhadap submanifold. Am-
bil µ: (−ε, ε) → Σ sebagai kurva pada submanifold denganµ(0) = ξ(a) dan su-
atu medan vektorV sepanjangµ yang memenuhiV (s)⊥Tµ(s)Σ danV (0) = γ(0).
Didefinisikan variasi geodesikf(s, t) := exp(tV (s)). Padaf(0, s) dipenuhifs(0, s) =
ξ(a) = µ(0).Variasi ini mempunyai medan variasiξ jika dan hanya jikafs(0, a) =
ξ(a) dan∇γ(a)fs = ∇γ(a)ξ dan karena∇γ(a)fs = ∇fsft = ∇µ(0)V,maka harus diatur
agar dipenuhi kondisi∇µ(0)V = ∇γ(a)ξ , V perlu dipilih. Salah satu diantaranya
adalahV (s) = P⊥µ|[0,s]γ(a) + sP⊥
µ|[0,s]
(∇γ(a)ξ
)⊥, Dengan memilihV (s) ini , ξ(t)
akan menjadi medan variasi padaf(s, t) = exp(tV (s)) = γV (s)(t).
Lemma di atas memberikan variasi geodesik sejenis. Tetapi jikaγ adalah
geodesik null, sifat tersebut tidak selalu terjamin. Diperlukan syarat tambahan agar
variasi geodesik yang dihasilkan memberikan geodesik null. Diasumsikanf suatu
variasi pada geodesik null danξ medan variasinya , maka persaman〈ft, ft〉 = 0
82
berakibat∇fs 〈ft, ft〉 = 〈∇fsft, ft〉 = 〈∇ftfs, ft〉 = 0, sehingga⟨∇γ(a)ξ, γ(a)
⟩= 0.
Padahal〈ξ(a), γ(a)〉 = 0 dengan demikian⟨∇γ(t)ξ, γ(t)
⟩= 0 berlaku untuk semua
t ∈ [a, b]. Hal ini menunjukkan bahwa jikaξ medan variasi padaf makaξ ortogonal
sepanjang geodesik null.
Sebaliknya jika medan vektorξ memenuhi ketiga sifat pada lemma di atas,
dan ortogonal sepanjangγ maka dapat dibuktikan terdapat variasi sepanjang geodesik
null yang bermedan variasiξ. Seperti sebelumnya, dibangun kurvas 7−→ µ(s) ∈ Σ
denganµ(0) = γ(a) dan µ(0) = ξ(a). Perlu dipilih V sepanjangµ yang mem-
punyai sifat〈V (s), V (s)〉 = 0. Untuk itu dipilih medan vektor sepanjang kurvaµ
s 7−→ W (s) ∈ Tγ(a)M denganW (0) = γ(a) dan〈W (s),W (s)〉 = 0. Ditentukan
V (s) = P⊥|[0,s]W (s), makaV (s)⊥Σ dan∇µ 〈V (s), V (s)〉 = 2 〈∇µV (s), V (s)〉 =
2⟨(∇µV (s))⊥ , V (s)
⟩= 0 yang berakibat〈V (s), V (s)〉 = 0,∀s. Oleh karena itu
f(s, t) = exp(tV (s)) merupakan variasi bagiγ. Agar W bersesuaian denganξ,
haruslah dapat dipenuhi∇ftfs(0, a) = ∇γξ. Karena(∇ftfs)(0,a) = (∇µV (s))(0,a) =(ddsW (s)
)|s=0
+(∇γ(a)ξ
)⊥, maka dengan memilih
(ddsW (s)
)|s=0
=(∇γ(a)ξ
)>dapat
diatur sehingga∇ftfs(0, a) = ∇γξ.
Dengan demikian dapat disusun lemma berikut
Lemma IV.10 misalkanξ medan vektor sepanjang geodesik nullγ memenuhi sifat
- sifat 1, 2, dan 3 pada lemma IV.9 di atas, terdapat suatu variasi padaγ yang or-
togonal pada submanifoldΣ dengan medan variasiξ jika dan hanya jika dipenuhi
〈ξ(t), γ(t)〉 = 0,∀t
kedua lemma di atas menunjukkan hubungan saling membangkitkan antara
medan vektor yang memenuhi syarat -syarat tertentu dengan suatu variasi geodesik
yang ortogonal terhadap suatu submanifold. Keberadaan variasi geodesik ini menjadi
alasan untuk membuat konsep yang setara dengan konsep titik - titik berkonjugasi pa-
da geodesik tunggal. Titik ini disebut sebagai titik fokal suatu submanifold sepanjang
83
geodesik. Kondisi yang harus dipenuhi adalah lenyapnya medan vektor pembangkit
variasi pada titik sepanjang geodesik yang menjadi titik fokal.
Gambar IV.2: Titikγ(b) menjadi titik fokal dari submanifoldΣ di bawah medanvariasiξ
Definisi IV.7 MisalkanΣ ⊂ M submanifold danγ: [a, b] → M geodesik dengan
γ(a) ∈ Σ, γ(a) ∈(Tγ(a)Σ
)⊥. Titik γ(c) disebut titik fokal dari submanifoldΣ sepan-
jang geodesik jika terdapat medan Jacobi sepanjang geodesik dengan sifat
1. J(a) ∈ Tγ(a)Σ, J(c) = 0
2. 〈∇γJ(a), v〉+ 〈II(J(a), v), γ(a)〉 = 0 untuk setiapv ∈ Tγ(a)Σ.
Definisi ini merupakan perluasan dari definisi titik - titik berkonjugasi karena keti-
ka submanifold direduksi menjadi titik sepanjang geodesik, maka syarat kedua pada
definisi di atas hilang dan menjadi definisi titik - titik berkonjugasi. Menggunakan
sifat kedua pada definisi di atas dapat diperoleh lemma yang setara dengan lemma
IV.1.
84
Lemma IV.11 Jika J1, J2 medan Jacobi sepanjang geodesikγ: [a, b] → M ortogo-
nal terhadap submanifoldΣ yang memenuhi kondisiJi(a) ∈ Tγ(a)Σ dan〈∇γJi(a), v〉+
〈II(Ji(a), v), γ(a)〉 = 0 untuk setiapv ∈ Tγ(a)Σ dan i ∈ 1, 2, makaJ1, J2 akan
memenuhi ⟨∇γ(t)J1, J2(t)
⟩=⟨∇γ(t)J2, J1(t)
⟩.
untuk semuat ∈ [a, b]
Misalkanξ(t) medan Jacobi yang membangkitkan variasi geodesik yang or-
togonal terhadap suatu submanifold. Medan Jacobi ini dapat dihubungkan dengan
medan tensorA: (γ)⊥ → (γ)⊥ yang membangkitkan kelas tensor Jacobi[A] serta
medan vektor paralelV (t) = Pγ[a,t]v sepanjang geodesik dengan nilai di(γ)⊥ melalui
hubunganξ(t) = AV (t). Padaγ(a) dipenuhi
〈∇γξ(a), v〉+ 〈II(ξ(a), v), γ(a)〉 = 0
atau
∇γξ(a) = −〈II(ξ(a), .), γ(a)〉] (IV.11)
∀v ∈ Tγ(a)Σ. Hal ini menunjukkan∇γξ(a) dapat dinyatakan sebagai fungsi dari
ξ(a). Dengan demikian, untuk menyatakanξ(t) secara lengkap cukup diketahuiξ(a)
sebagai syarat batasnya. Pengambilanξ(a) = V (a) = v akan menyebabkan[A](a) =
Id.
Seperti yang telah disebutkan dalam subbab tentang submanifold, Setiap medan
vektorU pada submanifoldΣ dan medan vektorN sepanjangΣ sedemikian rupa se-
85
hinggaN(x) ∈ (TxΣ)⊥, untuk semuax ∈ Σ memenuhi
∇VN = (∇VN)⊥ − 〈II(V, .), N〉] . (IV.12)
Oleh karena itu, pengambilan syarat agar geodesik bersifat ortogonal terhadap sub-
manifold dan Pembatasanξ sebagai medan vektor padaΣ memberikan
∇ξγ = (∇ξγ)⊥ − 〈II(ξ, .), γ〉] . (IV.13)
Tetapi sebagai medan variasi,ξ memenuhi hubunganLγξ = 0. Oleh karena itu
persamaan di atas dapat dirubah dalam bentuk
∇γξ = (∇γξ)⊥ − 〈II(ξ, .), γ〉] . (IV.14)
Dengan mengambilξ(t) = AV (t) akan diperoleh
(∇γA)V = (∇γAV )⊥ − 〈II(AV, .), γ〉] . (IV.15)
(∇γA)V = −〈II(AV, .), γ〉] . (IV.16)
sehingga dipenuhi[A] = −[〈II(A, .), γ〉]]. Apabila sepanjang geodesik terdapat titik
fokal dari submanifold, menggunakan lemma IV.7 dapat diharapkan kelas tensorθ :=
1/2([A][A]−1 +
([A][A]−1
)∗)akan menjadiθ = [A][A]−1 = −[〈II(Id, .), γ〉]].
Apabila Ei |i = 1, . . . ,m;m = dim(Σ) menyatakan medan vektor basis padaΣ,
ekspansiθ sepanjangΣ akan memenuhi
θ = tr(θ) = tr([A][A]−1) (IV.17)
= −m∑
i=1
[〈II(Ei, Ei), γ〉]]
86
= −m 〈Hx, γ〉]
= −m 〈Hx, γ〉 (IV.18)
x ∈ Σ. Oleh karena itu dapat disusun proposisi yang setara dengan proposisi IV.1.
Bukti - bukti proposisi diberikan dengan jalan yang sama.
Proposisi IV.2 MisalkanRic(γ, γ) ≥ 0 sepanjang geodesikγ: [a, b] → M yang
ortogonal pada submanifoldΣ dan medan vektor kelengkungan rata - rataH padaΣ
memenuhi⟨Hγ(a), γ(a)
⟩:= c > 0, maka akan terdapat titik fokal dariΣ sepanjang
γ sebelumγ(a+ 1/c).
4. Variasi Fungsional Panjang dan Energi Kurva
Panjang kurvaγ: [a, b] → M pada sembarang manifold pseudo-Riemann
dinyatakan dengan
L(γ) :=
∫ b
a
√|g(γ(t), γ(t))| dt
Oleh karena itu pada manifold Riemann selalu dapat ditentukan kurva terpendek tung-
gal antara dua titik yang ternyata adalah geodesik. Akan tetapi ketika indek metriknya
tidak nol, tidak ada kurva terpendek ataupun kurva terpanjang yang menghubungkan
dua titik karena selalu dapat ditemukan kurva null antara dua titik tersebut selalu dapat
ditemukan pula kurva bak-ruang dengan panjang sembarang. Dibatasi pada manifold
Lorentzian, pada subbab ini akan ditunjukkan adanya kurva berpanjang maksimum
pada kelas kurva kausal kemudian akan dicari hubungannya dengan keberadaan titik
fokal dari suatu submanifold sepanjang geodesik kausal. Pembahasan subbab ini juga
berguna untuk memberikan penafsiran terhadap keberadaan titik konjugasi atau titik
fokal sepanjang geodesik.
Untuk keperluan ini akan dipelajari masalah pengekstriman panjang pada him-
87
punan kurva berparameter satuf(s, t): (−ε, ε) × [a, b] → M, (s, t) 7−→ f(s, t)
yang titik - titik ujungnya diperumum dengan dibatasi submanifold tanpa batasΣ1,Σ2.
Syarat batas yang harus dipenuhi adalahf(s, a) ∈ Σ1 danf(s, b) ∈ Σ2 untuk semua
s. Agar lebih umum, variasi yang dilakukan menggunakan variasi kontinyu dan licin
sepotong - sepotong dalam artian sebagian besar bagian kurva kurva variasi yang di-
hasilkan bersifat licin tetapi pada beberapa tempat dimana kurva gagal untuk licin
akan diberi kelonggaran untuk minimal bersifat kontinyu.
Definisi IV.8 Misalkanγ: [a, b] →M kurva yang menghubungkan submanifold ter-
bukaΣ1,Σ2.
Variasi kontinyu,f(s, t): (−ε, ε)× [a, b] →M, (s, t) 7−→ f(s, t) dikatakan
licin sepotong - sepotong jika terdapatt1, . . . , tk ∈ (a, b) sedemikian rupa sehingga
segmen kurvaf ||(−ε,ε)×[ti,ti+1] bersifat licin. Untuk mudahnya variasi ini akan cukup
disebut variasi kontinyu, sedangkan medan vektor variasi licin sepotong - sepotong
ξ(t) := (fs)|s=0 sepanjangγ akan cukup disebut sebagai medan vektor variasi.
Pada sembarang medan vektorV sepanjangγ dant0 ∈ [a, b] kita definisikan
∆V (t0) := limt→t0,t>t0
V (t)− limt→t0,t<t0
V (t)
V dikatakan kontinyu dit0 jika dan hanya jika∆V (t0) = 0.
Untuk melihat keekstriman kurva diperlukan perhitungan pada turunan perta-
ma dan keduaL(f(s, .)) terhadaps.
Lemma IV.12 (Variasi Fungsional Panjang I)
Misalkanγ: [a, b] → M kurva licin sepotong - sepotong dengant1, . . . , tk ∈ (a, b)
menyatakan titik - titik dimanaγ gagal untuk licin,η = sign(〈γ, γ〉) dan f(s, t)
88
sebagai variasi kontinyu padaγ. Maka derivatifL menuruts diberikan oleh
(d
dsL(f(s, .))
)|s=0
= − η
∫ b
a
⟨∇γ
(γ√|〈γ, γ〉|
), ξ
⟩dt
−k∑
i=1
⟨∆
(γ(ti)√
|〈γ(ti), γ(ti)〉|
), ξ(ti)
⟩
− η
⟨(γ√|〈γ, γ〉|
), ξ
⟩b
a
∣∣∣∣∣∣Bukti: Hal ini dapat diperoleh karena dipenuhi
d
ds
√η 〈ft, ft〉 = η
⟨ft√
η 〈ft, ft〉,∇fsft
⟩= η
⟨ft√
η 〈ft, ft〉,∇ftfs
⟩
= η∇ft
⟨ft√
η 〈ft, ft〉, fs
⟩− η
⟨∇ft
(ft√
η 〈ft, ft〉
), fs
⟩
Pembatasan padas = 0 memberikanfs = ξ danft = γ. Dengan demikian dapat
diperoleh
(d
dsL(f(s, .))
)|s=0
=
∫ b
a
η∇γ
⟨γ√
η 〈γ, γ〉, ξ
⟩dt−
∫ b
a
η
⟨∇γ
(γ√
η 〈γ, γ〉
), ξ
⟩dt
Tetapi karena pada setiap interval[ti−1, ti] dipenuhi
∫ ti
ti−1
η∇γ
⟨γ√
η 〈γ, γ〉, ξ
⟩dt = η
⟨lim
t→ti,t<tiη
γ(t)√〈γ(t), γ(t)〉
, ξ(ti)
⟩
− η
⟨lim
t→ti,t>ti−1
γ(t)√η 〈γ(t), γ(t)〉
, ξ(ti−1)
⟩
Pengambilan ke seluruh interval[a, b] dengant0 = a dantk+1 = b akan memberikan
hasil sesuai dengan lemma.
Sebagaimana dapat dilihat, variasi ini mengandung faktor√η 〈γ, γ〉 sebagai
89
penyebut. Oleh karena itu tidak mungkin menggunakan variasi fungsional panjang
untuk sembarang kurva dengan medan vektor singgung mengandung vektor null pa-
da salah satu titiknya. Disamping itu kondisi(
ddsL(f(s, .))
)|s=0
= 0 tercapai jika dan
hanya jikaγ merupakan kurva prageodesik yang licin dan ortogonal terhadap ke–
dua submanifold. Ini berarti, syarat perlu agar kurva menjadi kurva terpanjang yang
menghubungkanΣ1 danΣ2 adalah kurva prageodesik licin dan ortogonal terhadap
submanifoldΣ1,Σ2. Karena fungsional panjang bebas terhadap reparametrisasi kur-
va, parameter kurva dapat diambil sembarang. Lebih mudahnya diambil parameter
sedemikian rupaη ∈ −1, 1. Menggunakan parameter ini, syarat perlu sebagai
kurva prageodesik dapat digantikan dengan syarat perlu sebagai kurva geodesik.
Apabila komplemen ortogonal sembarang medan vektorV sepanjang pra-
geodesikγ sepanjangγ dinyatakan sebagaiV ⊥, akan dipemenuhi
(∇γV )⊥ = ∇γ(V⊥) (IV.19)
menggunakan persamaan ini, dapat diturunkan turunan kedua fungsional panjang
berikut
Lemma IV.13 (Variasi Fungsinal Panjang II)
Misalkanγ geodesik bak-ruang atau geodesik bak-waktu dengan variasi kontinyu
f(s, t). Apabilaη = 〈γ, γ〉 ∈ −1, 1 dant1, . . . , tk ∈ (a, b) menyatakan titik - titik
dimanaf(s, .) gagal untuk licin . Maka derivatif keduaL menuruts diberikan oleh
(d2
ds2L(f(s, .))
)|s=0
= η
∫ b
a
(⟨(∇γξ)
⊥, (∇γξ)⊥⟩+ 〈R(ξ, γ)ξ, γ〉)dt
+ η⟨(∇fsfs)|s=0 , γ
⟩∣∣ba
= − η
∫ b
a
(⟨∇γ∇γξ
⊥ +R(ξ⊥, γ)γ, ξ⊥⟩)dt
90
− η
k∑i=1
⟨∆(∇γξ)
⊥(ti), ξ⊥(ti)
⟩+ η
⟨(∇fsfs)|s=0 , γ
⟩∣∣ba
Untuk kurva - kurva null, ekstrimasi kurva dapat dilakukan melalui fungsional
energiE(γ) :=∫ a
b12〈γ(t), γ(t)〉 dt yang gayut terhadap parametrisasi kurva. Apabila
diambilg =√〈γ(t), γ(t)〉 danf = 1 dengan menggunakan pertidaksamaan Schwarz
diperoleh
(∫f.g dt
)2
≤∫f 2dt.
∫g2dt
Oleh karena itu berlakuL(γ)2 ≤ 2tE(γ). Persamaan dipenuhi jika dan hanya jika
g konstan atau jika dan hanya jikat sebanding dengan fungsional panjang. Dengan
demikian kurva - kurva dengan kecepatan konstan akan mempunyai karakter variasi
yang identik jika ditinjau dari fungsional panjang ataupun dengan fungsional ener-
gi. Hubungan antaraE(γ) danL(γ) di atas menunjukkan ekuivalensi analisa kurva
dengan menggunakan kedua bentuk tersebut.
Lemma IV.14 (Variasi Fungsional Energi I)
Misalkanγ: [a, b] → M kurva licin sepotong - sepotong dengant1, . . . , tk ∈ (a, b)
titik - titik dimana γ gagal untuk licin danf(s, t) sebagai variasi kontinyu padaγ
dengan medan variasiξ. Maka derivatifE menuruts diberikan oleh
(d
dsE(f(s, .))
)|s=0
=
∫ b
a
〈∇γ γ, ξ〉 dt+i=1∑k
〈∆γ(ti), ξ(ti)〉+ 〈γ, ξ〉|ba
Dengan demikian(
ddsE(f(s, .))
)|s=0
= 0 jika dan hanya jikaγ merupakan
kurva geodesik licin dan ortogonal terhadap kedua submanifold. Hal ini menunjukkan
kurva yang mengekstrimkan energi tentu juga mengekstrimkan fungsional panjang,
91
tetapi tidak sebaliknya.
Lemma IV.15 (Variasi Fungsional Energi II)
Misalkanγ: [a, b] → M geodesik.f(s, t) variasi kontinyu pada geodesik dengan
t1, . . . , tk ∈ (a, b) menyatakan titik - titik dimanaf(s, .) gagal untuk licin, maka
turunan keduaE terhadaps diberikan oleh
(d2
ds2E(f(s, .))
)|s=0
=
∫ b
a
(〈∇γξ,∇γξ〉+ 〈R(ξ, γ)ξ, γ〉)dt
+⟨(∇fsfs)|s=0 , γ
⟩∣∣ba
= −∫ b
a
(〈∇γ∇γξ +R(ξ, γ)γ, ξ〉)dt
−k∑
i=1
〈∆∇γξ(ti), ξ(ti)〉
+⟨(∇fsfs)|s=0 , γ
⟩∣∣ba
Lemma IV.9 memungkinkan untuk menggantikan suku⟨(∇fsfs)|s=0 , γ
⟩∣∣ba
de–
ngan〈IIΣ2(ξ(b), ξ(b)), γ(b)〉 − 〈IIΣ1(ξ(a), ξ(a)), γ(a)〉. Dapat lebih mudah dilihat,
bahwa(
ddsL(f(s, .))
)|s=0
dan(
ddsE(f(s, .))
)|s=0
merupakan bentuk kuadratik pada
ruang semua medan variasi sepanjang geodesik. Kedua bentuk kuadratik ini dapat
dikaitkan dengan bentuk - bentuk bilinier simetris pada ruangTΣ1,Σ2γ yaitu ruang se-
mua medan vektor licin sepotong - sepotong sepanjang geodesik yang menyinggung
Σ1 di a dan menyinggungΣ2 di b. Didefinisikan
1. Bentuk indeks energi sebagaiIE,γΣ1,Σ2
: TΣ1,Σ2γ × TΣ1,Σ2γ → R
IE,γΣ1,Σ2
(ξ1, ξ2) :=
∫ b
a
(〈∇γξ1,∇γξ2〉+ 〈R(ξ1, γ)ξ2, γ〉)dt
+ 〈IIΣ2(ξ1(b), ξ2(b)), γ(b)〉 − 〈IIΣ1(ξ1(a), ξ2(a)), γ(a)〉
Untuk semua jenis geodesik
92
2. Bentuk indeks panjang sebagaiIL,γΣ1,Σ2
: TΣ1,Σ2γ × TΣ1,Σ2γ → R
IL,γΣ1,Σ2
(ξ1, ξ2) := η
∫ b
a
(⟨∇γξ
⊥1 ,∇γξ
⊥2
⟩+ 〈R(ξ1, γ)ξ2, γ〉)dt
+ η 〈IIΣ2(ξ1(b), ξ2(b)), γ(b)〉 − η 〈IIΣ1(ξ1(a), ξ2(a)), γ(a)〉
Untuk geodesik bak-ruang dan bak-waktu denganη = 〈γ, γ〉 ∈ −1, 1
Berkaitan dengan titik fokal submanifold sepanjang geodesik, salah satu sub-
manifold dapat direduksi menjadi titik ujung geodesik. Selanjutnya, geodesik yang
akan dibahas akan dibatasi pada geodesik bak-waktu dan geodesik null saja.
Dapat dilihat bahwa bentuk indeks panjang hanya gayut dengan komponen
normalTΣ,γ(b)γ sepanjang geodesik. Misalkanγ geodesik bak-waktu tanpa titik kon-
jugasi, sepanjangγ dapat disusun medan vektor basisji |i = 1, · · · , n− 1 pada ru-
angγ⊥(t) yang masing - masing merupakan medan Jacobi. Apabila terdapat medan
JacobiV danW ∈ TΣ,γ(b)γ, ungkapannya menurut basisji dapat dinyatakan seba-
gaiV = aiji denganai konstan danW = f iji denganf fungsi sepanjang geodesik.
Bentuk indek panjang kedua medan vektor ini memenuhi
IL,γΣ,γ(b)(V, V ) = η
∫ b
a
⟨aiji, a
iji⟩dt+ η
⟨V, aiji
⟩(b)
= η⟨V, aiji
⟩(b)
dan
IL,γΣ,γ(b)(W,W ) = η
∫ b
a
⟨f iji, f
iji
⟩dt+ η
⟨W, f iji
⟩(b)
ApabilaV (b) = W (b) makaf i(b) = ai, oleh karena ituIL,γΣ,γ(b)(W,W )−IL,γ
Σ,γ(b)(V, V ) =
η∫ b
a
⟨f iji, f
iji
⟩dt. Karenaji bak-ruang sepanjang geodesik, maka suku terakhir
persamaan akan bertanda non-positif. Dengan demikian dapat diperoleh hubungan
93
IL,γΣ,γ(b)(W,W ) ≤ IL,γ
Σ,γ(b)(V, V ). Persamaan dipenuhi jika dan hanya jikaf i = 0. kare-
na f i = 0 danf i(b) = ai berimplikasif(t) = a untuk semuat, ini setara dengan
V = W . Dengan demikian dapat disusun lemma berikut
Lemma IV.16 Misalkan padaγ: [a, b] → M geodesik bak-waktu ortogonal ter-
hadap submanifoldΣ di γ(a) yang tidak mempunyai titik fokal dariΣ. Setiap medan
JacobiV dan medan vektor licin sepotong - sepotongW yang masing - masing meny-
inggungΣ di γ(a) dan dipenuhiV (b) = W (b) maka dipenuhi
IL,γΣ,γ(b)(W,W ) ≤ IL,γ
Σ,γ(b)(V, V )
Persamaan terjadi jika dan hanyaV = W .
Tanpa melibatkan medan JacobiV pada lemma di atas, Dapat dilihat bahwa sem-
barang medan vektor licin sepotong - sepotong sepanjang geodesikW yang lenyap
pada titikγ(b) akan negatif semi-definite. Hal yang sama terjadi jikaγ(b) merupakan
titik fokal dari Σ.
Simpulan IV.4 Misalkan padaγ: [a, b] → M geodesik bak-waktu ortogonal ter-
hadap submanifoldΣ di γ(a), Jikaγ tidak mempunyai titik fokal atau hanya mempun-
yai titik fokal padaγ(b) maka untuk setiapW ∈ TΣ,γ(b)γ memenuhiIL,γΣ,γ(b)(W,W ) ≤
0.
Proposisi IV.3 Misalkan γ: [a, b] → M geodesik bak-waktu yang ortogonal ter-
hadap submanifoldΣ di γ(a), makaΣ mempunyai titik fokal pertama dic ∈ (a, b)
jika dan hanya jika bentuk indeksIL,γΣ1,γ(b) gagal untuk menjadi semi - definite.
Bukti: Menggunakan kesimpulan IV.4, maka kegagalanIL,γΣ1,γ(b) menjadi semi-definite
merupakan suatu indikasi bagi keberadaan titik fokal pada interval(a, b). Seba-
liknya jika terdapat titik fokal pertama dariΣ di c ∈ (a, b). Akan terdapat medan
94
JacobiJ yang menyinggungΣ di γ(a) dan lenyap diγ(c). KarenaJ ditentukan
melalui syarat batasJ,∇γJ pada suatu titik sepanjang geodesik, maka tentulah
limt→c∇γJ(t) 6= 0. Didefinisikan medan vektor licin sepotong - sepotong
V (t) =
J(t) t ∈ [a, c]
0 t ∈ (c, b]
akan memenuhi∆∇γV (c) = − limt→c∇γJ(t) 6= 0. Menggunakan medan vektor
sepanjang geodesikW yang memenuhi
W (a) = W (b) = 0, 〈W (t), γ(t)〉 = 0, 〈W (c),∆∇γV (c)〉 > 0
akan dapat diperoleh
IL,γΣ1,γ(b)(V + δW, V + δW ) = IL,γ
Σ1,γ(b)(V, V ) + 2δIL,γΣ1,γ(b)(V,W )
+δ2IL,γΣ1,γ(b)(W,W )
= −2ηδ 〈W (c),∆∇γV (c)〉+ δ2IL,γΣ1,γ(b)(W,W )
Pengambilanδ > 0 yang cukup kecil akan mengakibatkansign(IL,γΣ1,γ(b)(V+δW, V+
δW ) = sign(−ηδ). KarenaW dapat digantikan dengan−W , maka dapat ditun-
jukkanIL,γΣ1,γ(b) gagal menjadi semi-definite.
MengingatIE,γΣ1,γ(b) mempunyai bentuk yang serupa denganIL,γ
Σ1,γ(b) pada
bagian normal medan vektor sepanjang geodesik, maka dapat dibuat proposisi yang
lebih luas dari proposisi di atas
Proposisi IV.4 MisalkanIE,γ,⊥Σ1,γ(b) menyatakan bentuk bilinierIE,γ
Σ1,γ(b) yang dibatasi
padaγ⊥ denganγ: [a, b] → M geodesik kausal yang ortogonal terhadap submani-
fold Σ di γ(a), makaΣ mempunyai titik fokal pertama dic ∈ (a, b) jika dan hanya
95
jika bentuk indeksIE,γ,⊥Σ1,γ(b) gagal untuk menjadi semi - definite.
Bukti: Seperti sebelumnya, jika sepanjangγ tidak terdapat titik fokal tentulah ter-
dapat himpunan medan Jacobi bebas linierji |i = 1, · · · , n sepanjang geodesik.
Pemilihanji |i = 1, · · · , n saling ortogonal denganjn = γ untuk geodesik bak-
waktu sertaji |i = 1, · · · , n− 2 saling ortogonal denganjn = γ yang memenuhi
〈jn−1, jn〉 = −1, 〈jn−1, jn−1〉 = 〈jn, jn〉 = 0 untuk geodesik null, memungkinkan
untuk menulis setiap medan JacobiV dan medan vektorW yang licin sepotong-
potong sepanjang geodesik sebagaiY = aiji denganai konstan danX = f iji dengan
fi fungsi sepanjang geodesik. PengambilanV (b) = W (b) mengakibatkan
IE,γ,⊥Σ1,γ(b)(V, V ) =
∫ b
a
⟨aiji, a
iji⟩dt+
⟨V, aiji
⟩(b)
=⟨V, aiji
⟩(b)
dan
IE,γ,⊥Σ1,γ(b)(W,W ) =
∫ b
a
⟨f iji, f
iji
⟩dt+
⟨W, f iji
⟩(b)
dengani = 1, · · · , n−1 untuk geodesik bak-waktu dani = 1, · · · , n−2 untuk geode-
sik null. ApabilaV (b) = W (b) makaf i(b) = ai, oleh karena ituIE,γ,⊥Σ1,γ(b)(W,W )−
IE,γ,⊥Σ1,γ(b)(V, V ) =
∫ b
a
⟨f iji, f
iji
⟩dt. Karenaji bak-ruang sepanjang geodesik
bak-waktu serta bak-ruang atau null sepanjang geodesik null, maka suku terakhir
persamaan akan bertanda non-positif. Dengan demikian dapat diperoleh hubungan
IE,γ,⊥Σ1,γ(b)(W,W ) ≥ IE,γ,⊥
Σ1,γ(b)(V, V ). Persamaan dipenuhi jika dan hanya jikaV = W .
Dengan demikian jika titik fokal yang ada sepanjang geodesik hanya padaγ(b) atau
tidak ada sama sekali akan menyebabkan dipenuhinya bentuk indeksIE,γ,⊥Σ1,γ(b) ≥ 0.
Bukti sebaliknya sama dengan proposisi sebelumnya.
Indeks panjang dan energi beserta variasinya berguna untuk menemukan jenis
96
variasi kurva yang diinginkan berikut perbandingan panjang dengan kurva sebelum-
nya. Salah satu contohnya adalah kemungkinan menemukan kurva variasi berjenis
bak-waktu yang sedekat mungkin dari geodesik null jika geodesik null tersebut mem-
punyai titik fokal.
Untuk menemukan jenis kurva tersebut, cukup dicari medan vektor variasinya.
Jika terdapat titik fokal padac ∈ (a, b), indeksIE,γ,⊥Σ1,γ(b) akan gagal menjadi semi-
definite. Ekspansi Taylor terhadapE(fs, .) mengharuskand2
ds2E(fs, .) |s=0 < 0 agar
diperoleh kurva bak-waktu. Apabila dinyatakanfs(0, t) = ξ dan(∇fsfs)|s=0 = A,
salah satu yang mungkin adalah dengan memilih〈∇γ∇γξ +R(ξ, γ)γ, ξ〉) > 0 dan
〈∇γξ, ξ〉. + 〈∇γA, γ〉 < 0. A tidak bisa dipilih secara bebas karena diγ(a) dipenuhi
A⊥ = II(ξ, ξ). Karena setiap medan JacobiJ pada geodesik null bersifat bak-ruang
maka pada interval[a, c+ δ] denganδ ∈ (0, b− c), akan terdapat medan vektor bak-
ruangU(t) satu satuan dan fungsiϕ: [a, b] → R yang positif pada interval(a, c) dan
negatif pada interval(c, c + δ) sedemikian rupaJ(t) = ϕ(t)U(t). ξ dapat dipilih
berbentukξ = (ψ + ϕ)U denganψ: [a, c+ δ] → R fungsi positif. Dari
〈∇γ∇γξ +R(ξ, γ)γ, ξ〉) = (ψ + ϕ)(ψ + ψ(〈∇γ∇γU +R(U, γ)γ, U〉)
padat ∈ [a, c+δ], pemilihanλ1 > 0 sedemikian rupa sehinggaψ(t) = λ1(eλ2t−eλ2a)
mengakibatkan
ψ + ψ(〈∇γ∇γU +R(U, γ)γ, U〉 = ψ((λ2)2 + (〈∇γ∇γU +R(U, γ)γ, U〉) + λ1(λ2)
2eλ2a
Jikaλ2 > 0 dan memenuhi((λ2)2 + (〈∇γ∇γU +R(U, γ)γ, U〉) > 0 maka
〈∇γ∇γξ +R(ξ, γ)γ, ξ〉) = (ψ + ϕ)(ψ + ψ(〈∇γ∇γU +R(U, γ)γ, U〉)
≥ λ1(λ2)2eλ2a > 0
97
Dengan menyatakanλ1 = −ϕ(c+δ)
(eλ2(c+δ)−eλ2a)dapat diperoleh beberapa kondisi berikut:
ψ(a) = 0, ϕ + ψ(c + δ) = 0 danϕ + ψ(t) > 0 untuk semuat ∈ [a, c]. Dengan
demikian medan variasiξ memenuhi beberapa kondisi:ξ(a) = J(a), ξ(c + δ) = 0
dan〈∇γ∇γξ +R(ξ, γ)γ, ξ〉) > 0 untuk semuat ∈ (a, c+ δ).
Untuk menentukanA, perlu dilihat syarat batas padaγ(a) ∈ Σ. Akan terdapat
basise1, · · · , en−1 pada(γ(a))⊥ sedemikian rupa
1. en−1 = γ(a)
2. spane1, · · · , edim(Σ)
= Tγ(a)Σ
3. 〈ei, ek〉 = δik untuk semuai ∈ e1, · · · , en−2 dank ∈ e1, · · · , en−1.
Diambil en ∈ Tγ(a)Σ vektor null yang memenuhi〈en, en−1〉 = −1 dan 〈en, ei〉 =
0 untuk semuai ∈ e1, · · · , en−2. Apabila en(t) menyatakan transport paralelei
sepanjang geodesik untuk semuai ∈ e1, · · · , en, akan terdapatΞk sedemikian rupa
dapat dinyatakanII(ξ(a), ξ(a)) =∑n
k=dim(Σ)+1 Ξkek. Apabila diambil
A(t) =n−1∑
k=dim(Σ)+1
c+ δ − t
c+ δ − aΞkek − µ(t)en,
dimana
µ(t) = (〈II(ξ(a), ξ(a)), γ(a)〉+⟨ξ(a),∇γ(a)ξ
⟩)c+ δ − t
c+ δ − a−⟨ξ(t),∇γ(t)ξ
⟩yang memenuhi kondisiµ(a) = 〈II(ξ(a), ξ(a)), γ(a)〉 = −Ξn dan µ(c + δ) =
12∇γ(c+δ) 〈ξ, ξ〉 = (ϕ + ψ)(ϕ + ψ)(c + δ) = 0, akan dipenuhi kondisiA(a) =
II(ξ(a), ξ(a)) danA(c+ δ) = 0 serta
〈∇γA, γ〉 =
⟨n−1∑
k=dim(Σ)+1
∇γ
(c+ δ − t
c+ δ − aΞkek
−∇γ (µ(t)en) , en−1
⟩= µ
98
= −〈II(ξ(a), ξ(a)), γ(a)〉+
⟨ξ(a),∇γ(a)ξ
⟩c+ δ − a
−∇γ
⟨ξ(t),∇γ(t)ξ
⟩Dengan demikian
〈∇γA, γ〉+∇γ 〈∇γξ, ξ〉 = −〈II(ξ(a), ξ(a)), γ(a)〉+
⟨ξ(a),∇γ(a)ξ
⟩c+ δ − a
Karena suku
〈II(ξ(a), ξ(a)), γ(a)〉+⟨ξ(a),∇γ(a)ξ
⟩= 〈∇fsfs, ft〉 |(a,0) +
⟨ξ(a),∇γ(a)ξ
⟩= −〈ft,∇ftfs〉 |(a,0) +
⟨ξ(a),∇γ(a)ξ
⟩= −ϕ(a)ϕ(a) + ϕ(a)(ψ(a) + ϕ(a))
= ϕ(a)ψ(a) ≥ 0
tentu 〈∇γA, γ〉 + ∇γ 〈∇γξ, ξ〉 < 0. keberadaanξ danA sepanjang geodesik null
sesuai dengan syarat - syarat di atas cukup untuk membangkitkan variasi kurva bak-
waktu.
Simpulan IV.5 Jika pada geodesik nullγ: [a, b] → M terdapat titik fokal padac ∈
(a, b) maka akan terdapat kurva bak-waktu yang cukup dekat denganγ.
Simpulan IV.6 Jika pada geodesik bak-waktuγ: [a, b] →M terdapat titik fokal pa-
da c ∈ (a, b) maka akan terdapat variasi padaγ yang menghasilkan kurva lebih
panjang dariγ .
Bukti: Keberadaan titik fokal padaγ dicirikan oleh kesemi-definitan indeks panjang
IL,γΣ1,γ(b). Misalkanξ−, ξ+ medan variasi yang memenuhi hubunganIL,γ
Σ1,γ(b)(ξ+, ξ+) >
0 danIL,γΣ1,γ(b)(ξ−, ξ−) < 0. Dapat dibangkitkan variasif± padaγ oleh medan vektor
variasiξ±. Ekspansi TaylornyaL(f±(s, .)) = L(γ)+1/2s2IL,γΣ1,γ(b)(ξ±, ξ±)+O(s2).
99
Oleh karena itu, dapat ditemukan variasi yang menghasilkan kurva yang lebih pan-
jang dan yang lebih pendek dari kurvaγ.
5. Titik Konjugasi Pada Geodesik Komplit
Proposisi IV.1 tidak selalu dapat diterapkan pada sembarang geodesik. Untuk
geodesik yang komplit diperlukan beberapa lemma tambahan yang dapat menjamin
eksistensi titik - titik konjugasi sepanjang geodesik.
Lemma IV.17 Apabila [A] dan [B] dua kelas tensor Jacobi sepanjang geodesikγ,
maka kelas tensor[A]∗[B]− [A]∗ ˙[B] paralel sepanjang geodesik.
Bukti: Menggunakan sifatself-adjointdari [R] diperoleh
∇γ( ˙[A]∗)[B]− [A]∗ ˙[B]) = ¨[A]
∗[B]− [A]∗ ¨[B]
= −([R][A])∗[B]− [A]∗[R][B]
= −[A]∗[R]∗[B] + [A]∗[R][B] = 0
Dengan demikian˙[A]∗)[B]− [A]∗ ˙[B] paralel sepanjang geodesik.
Apabila tidak terdapat titik konjugasi sepanjang geodesikγ |[t0,∞), maka kelas
medan Jacobi[A] yang dinyatakaan secara tunggal melalui syarat batas[A](t0) = 0
dan [A](t0) = Id akan nonsingular sepanjang geodesik, kecuali padat0. Meng-
gunakan medan kerangkaEi
∣∣i = 1, · · · , r : r = dim([γ]⊥)
dapat dibangun kelas
medan[C] berikut
([C][v])i := [A]ij(t)
∫ t
t
(([A]∗[A])−1)jk(s)[v]
kds
100
Tentu saja[C](t) = 0. Dapat ditunjukkan kelas tensor ini merupakan kelas tensor
Jacobi, karena
([C][v])i = [A]ij(t)
∫ t
t
(([A]∗[A])−1)jk(s)[v]
kds− [A]ij(t)(([A]∗[A])−1)jk(s)[v]
k
= ([A][A]−1[C][v]− ([A]∗)−1[v])i
serta
[C][v] = [A][A]−1[C][v]− [A][A]−1[A][A]−1[C][v]
+[A][A]−1([A][A]−1[C]− [A]∗)[v] + ([A]∗)−1[A]∗([A]∗)−1[v]
= [A][A]−1[C][v] + ([A][A]−1 − ([A][A]−1)∗)([A]∗)−1[v]
= [A][A]−1[C][v]
Dengan demikian
[C] + [R][C] = [A][A]−1[C] + [R][A][A]−1[C]
= ([A] + [R][A])[A]−1[C] = 0
Apabila terdapat kelas tensor Jacobi[Bt] yang memenuhi syarat batas[Bt](t) =
0 dan[Bt](t0) = Idmaka persamaan[C] = [Bt] tercapai jika dan hanya jika dipenuhi
kondisi batas yang sama, diantaranya[Bt](t) = [C](t) dan[Bt](t) = [C](t). Syarat
batas pertama sudah dipenuhi sedangkan syarat batas kedua terpenuhi pula karena
[C](t) = −([A]∗)−1(t) dan menggunakan lemma IV.17 diperoleh˙[A]∗[B]−[A]∗ ˙[B] =
( ˙[A]∗[B] − [A]∗ ˙[B])(t0) = Id maka padat dipenuhi( ˙[A]
∗[B] − [A]∗ ˙[B])(t) = Id =
−[A]∗ ˙[B](t) atau ˙[B](t) = −([A]∗)−1(t) = [C](t). Hal ini menunjukkan[Bt] dapat
101
dinyatakan sebagai
[Bt] = [A](t)
∫ t
t
(([A]∗[A])−1)(s)ds
Dapat ditunjukkanlimt→∞[Bt] ada jika untuka < t0 segment geodesikγ: [a,∞) →
M tidak bertitik konjugat serta nonsingular untuk setiapt > t0. Jikalimt→∞[Bt] ada,
maka tentulah dapat ditentukan secara tunggal melalui syarat bataslimt→∞[Bt](t0)
dan limt→∞[Bt](t0). Untuk syarat batas pertama,limt→∞[Bt](t0) = Id;∀t ∈ R.
Sedangkan untuklimt→∞[Bt](t0), ditentukan sebagai berikut
Menggunakan[A](t0) = Id, maka untuk setiap[v] ∈ [γ(t0)]⊥ akan memenuhi
[g]([Bt](t0)[v], [v]) = δil[A]ij(t0)
∫ t
t
(([A]∗[A])−1)jk(s)[v]
k[v]lds− [g](([A]∗)−1)[v], [v])
=
∫ t
t
δil(([A]∗[A])−1)ik(s)[v]
k[v]lds− [g](([A]∗)−1)[v], [v])
Untuk setiapt+ > t−
[g]([Bt+ ](t0)[v], [v])− [g]([Bt− ](t0)[v], [v]) =
∫ t−
t+
δil(([A]∗[A])−1)ik(s)[v]
k[v]lds
=
∫ t−
t+
[g]((([A]∗[A])−1)(s)[v], [v])ds
Karena[g] poisitif definite dan
[g]((([A]∗[A])−1)(s)[v], [v]) = [g]((([A]∗[A])−1)(s)[v], ([A]∗[A])([A]∗[A])−1[v])
= [g]([A](([A]∗[A])−1)(s)[v], [A]([A]∗[A])−1[v])
maka[g]([Bt+ ](t0)[v], [v]) − [g]([Bt− ](t0)[v], [v]) merupakan suku yang positif def-
inite. Hal ini menunjukkan fungsit → [g]([Bt](t0)[v], [v]) merupakan fungsi yang
102
monoton naik. Menggunakan kesemi-definitan dari bentuk indeksIE,γ,⊥γ(a),γ(t) dan
menerapkan pada medan vektor Jacobi licin sepotong - sepotong
J(t) =
Ba(t)Pγ|[t,t0] t ∈ [a, t0]
Bt(t)Pγ|[t0,t] t ∈ (t0, t]
Segment interval geodesik[a, t] tidak mempunyai titik konjugasi jika dan hanya jika
IE,γ,⊥γ(a),γ(t) ≥ 0
IE,γ,⊥γ(a),γ(t) =
∫ t
a
(〈∇γJ,∇γJ〉+ 〈R(J, γ)J, γ〉)dt
= −∫ t
a
(〈∇γ∇γJ +R(J, γ)γ, J〉)dt−⟨∆∇γ(t0)J, J(t0)
⟩= −
⟨Bt(t0)v,Bt(t0)v
⟩+⟨Ba(t0)v,Ba(t0)v
⟩= −[g]
([Bt](t0)[v], [Bt](t0)[v]
)− [g]
([Ba](t0)[v], [Ba](t0)[v]
)= −[g]
([Bt](t0)[v], [v]
)− [g]
([Ba](t0)[v], [v]
)
yang berakibat
[g]([Ba](t0)[v], [v]
)= lim
t→∞[g]([Bt](t0)[v], [v]
)
Hal ini berarti, bila terdapat kelas tensor Jacobi[B] yang merupakanlimt→∞[Bt], ma-
ka [B] akan memenuhi syarat batas[B](t0) = Id dan[B](t0) = [Ba]. [B] kemudian
dapat dinyatakan dengan
[B](t) = [A](t)
∫ ∞
t
(([A]∗[A])−1)(s)ds
103
Misakan[v] ∈ [γ(t)]⊥ danV medan vektor paralel sepanjangγ denganV (t) =
v maka
[g]([A]−1[B][v], [v]) =
∫ ∞
t
[g]((([A]∗[A])−1)[V ](s), [V ](s)
)ds
=
∫ ∞
t
[g]([A]([A]∗[A])−1[V ](s), [A]([A]∗[A])−1[V ](s)
)ds
> 0
Berimblikasi[A]−1[B](t) nonsingular. Dengan demikian, karenaB terdiri dari kom-
pisisi dua kelas tensor non singular, maka[B] juga nonsingular.
Simpulan IV.7 Jika geodesikγ tidak mempunyai titik konjugasi, maka dari setiap
kelas tensor Jacobi[A] yang memenuhi syarat batas[A](t0) = 0 dan [A](t0) = Id
dapat dibangun kelas tensor Jacobi[Bt] yang memenuhi kondisi[Bt](t) = 0 dan
[Bt](t0) = Id serta mempunyai limit[B] = limt→∞[Bt] yang nonsingular untuk
setiapt > t0.
Keberadaan[B] = limt→∞[Bt] merupakan petunjuk bahwa[Bt] terdefinisi pada
semuat > t0. Dengan cara serupa apabilaγ |(−∞,t0] tidak mempunyai titik konju-
gasi, maka dari kelas tensor Jacobi[A] yang memenuhi syarat batas[A](t0) = 0 dan
[A](t0) = Id dapat dibangun kelas tensor Jacobi
[Bt] = [A](t)
∫ t
t
(([A]∗[A])−1)(s)ds
yang memenuhi[Bt](t) = 0 dan [Bt](t0) = Id yang terdefinisi untuk semuat ∈
(−∞, t0].
Selanjutnya akan ditunjukkan, bahwa[Bt] yang terdefinisi pada[t0,∞)
akan membangkitkan titik konjugasi dariγ(t) apabila memenuhi suatu syarat. Apa-
bila Ric(γ(t), γ(t)) ≥ 0 untuk semuat, persamaan Raychaudhuri memenuhi per-
104
tidak samaanθ ≤ −θ2
ratau 1
θ[Bt](t)
≥ 1θ[B
t](t0)
+ t−t0r
. Karena[Bt](t0) = Id ma-
ka θ[Bt](t0) = tr([A](t0)). Syarat[t0,∞) tanpa titik konjugasi akan menyebabkan
θ[Bt](t0) ≥ 0. Karena ketikaθ[Bt]
(t0) > 0 akan terdapatt1 = t0 − rθ[B
t](t0)
< t0 yang
menjadi titik konjugasi dariγ(t) sedangkanθ[Bt](t0) = 0 menyebabkanθ[Bt]
(t) = 0
untuk semuat. Hal yang serupa terjadi jika pada interval(−∞, t0] diasumsikan
tidak mempunyai titik konjugasi. Syarat tersebut mengakibatkanθ[Bt](t0) ≤ 0 karena
pengambilanθ[Bt](t0) < 0 membangkitkan titik konjugasi padat1 = t0− r
θ[Bt](t0)
> t0
terhadapγ(t).
Simpulan IV.8 Pada geodesik komplitγ terdapat himpunan
J± :=
[A]
∣∣∣∣[A](t0) = Id, tr([A](t0))≥≤
0
(IV.20)
yang membangkitkan titik berkonjugasi.
Proposisi IV.5 Misalkanγ geodesik kausal komplit. Jika sepanjang geodesik ter-
penuhi kondisiRic(γ(t), γ(t)) ≥ 0 untuk semuat dan terdapatt0 ∈ R sedemikian
rupa sehingga pemetaan
R: (γ(t0)⊥ → (γ(t0)
⊥ , v 7→ Rv := R(v, γ)γ
tidak sama dengan nol, makaγ mengandung sepasang titik berkonjugasi.
Bukti: JikaR(., γ(t0))γ(t0) 6= 0, simetri padaR berakibat operator[R] tidak lenyap
pula di t0. Akan ditunjukkan bahwa kondisi di atas mengakibatkan setiap[A] ∈ J±
akan memenuhidet[A](t) = 0 untuk t<>t0 atau menyatakan divergensi ekspansiθ.
Misalkan[A] ∈ J−. Karenaσ self adjoint, tr(σ2) ≥ 0 yang menyebabkan persamaan
Raychaudhury memenuhi pertidak-samaanθ ≤ −θ2/r. Jikat1 > t0 denganθ(t1) <
0, akan dipenuhi pertidak-samaan1θ(t)
≥ 1θ(t1)
+ t−t1r
untuk setiapt ≥ t1. Oleh karena
105
itu, ekspansiθ(t) akan divergen dit2 = t1 − rθ(t1)
. Sebaliknya jika tidak terdapat
t1 > t0 denganθ(t1) < 0, makaθ(t) = 0 ntuk semuat ≥ t0. Padahal dari persamaan
Raychaudhuryσ = 0 sehingga[A][A]−1 = 0 juga padat ≥ t0. Karena([A][A]−1). =
−[R] − ([A][A]−1)2, makaR(., γ)γ = 0 padat ≥ t0. Ini kontradiksi dengan asumsi
semula, sehingga asumsiR(., γ)γ 6= 0 pada titikt0 berakibat keberadaan titikt1 > t0
denganθ(t1) < 0. Bukti untuk[A] ∈ J+ diberikan dengan cara yang sama.
Proposisi IV.6 Misalkanγ geodesik kausal komplit. Jika sepanjang geodesik ter-
penuhi kondisiRic(γ(t), γ(t)) ≥ 0 untuk semuat dan terdapatt0 ∈ R sedemikian
rupa sehinggaγcγdγ[aRb]cd[eγf ](t0) 6= 0 makaγ mengandung sepasang titik berkon-
jugasi.
Bukti: Cukup ditunjukkan bahwa kondisiγcγdγ[aRb]cd[eγf ](t0) 6= 0 mengakibatkan
keberadaan pemetaan
R: (γ(t0))⊥ → (γ(t0))
⊥ ; v 7→ Rv := R(v, γ)γ
tidak sama dengan nol, konsekuensi berikutnya mengikuti proposisi sebelumnya.
Jikaγ bak-waktuγcγdγ[aRb]cd[eγf ](t) 6= 0, maka begitu jugaγc(t)γd(t)Rbcde 6=
0. Oleh karena itu untuk setiapξ ∈ (γ(t))⊥, pemetaanR(ξ, γ(t))γ(t) 6= 0.
Misalkanγ null danγcγdγ[aRb]cd[eγf ](t) 6= 0. Dipilih basisei padaTγ(t)M
sedemikian rupa sehinggaen = γ(t) dan〈ei, ej〉 = δij, 〈ei, er〉 = 0, 〈er, es〉 = δrs− 1
untuk setiapi, j ∈ 1, · · · , n− 2 danr, s ∈ n− 1, n− 2. Berhubungan dengan
basis ini, diperoleh pasangan jodohγa = δan danγa = −δn−1
a . Akibatnya
4γcγdγ[aRb]cd[eγf ](t) = 4δn−1[a Rb]nn[eδ
n−1f ]
= δn−1a Rbnneδ
n−1f − δn−1
b Ranneδn−1f
+ δn−1b Rannfδ
n−1e − δn−1
a Rbnnfδn−1e
106
Jika ungkapan di atas tidak lenyap, makaa ataub harus sama dengann − 1 begitu
jugae atauf . Semisalb = f = n− 1, maka ungkapan di atas menjadi
δn−1a R(n−1)nne −Ranne +Rann(n−1)δ
n−1e − δn−1
a R(n−1)nn(n−1)δn−1e
yang akan lenyap jikan ∈ a, e. Oleh karena itu, ungkapanγcγdγ[aRb]cd[eγf ](t)
berakibata, e ∈ 1, · · · , n− 2 danRanne 6= 0. Tetapi ini berakibat pemetaan
R(., γ)γ: (γ(t))⊥ → (γ(t))⊥ tidak lenyap.
Kondisi terkhir ini biasa disebut dengansyarat generisitas kausal. Kondisi
ini bersifat teknis saja, karena himpunan medan metrik yang memenuhi syarat energi
kuat menjadidensebagi himpunan medan metrik yang memenuhi syarat energi kuat
dan syarat generisitas sekaligus [Kriele , 2001].
BAB V
STRUKTUR KAUSAL PADA RUANG-WAKTU
1. Orientabilitas Waktu
Dalam fisika, terdapat konsep tentang arah waktu termodinamika lokal yang
diberikan oleh arah kenaikan entropi suatu sistem termodinamika. Pada setiap titik
selalu bisa didefinisikan lingkungan seperti itu, oleh karena itu, beralasan untuk mem-
bagi vektor - vektor kausal pada suatu titik menjadi dua himpunan yang saling asing;
yaitu himpunan vektor yang dikatakan berarah ke masa depan (future directed) se-
bagai vektor - vektor yang searah dengan orientasi waktu dan vektor - vektor yang
berarah ke masa lalu (past directed) yang berlawanan arah dengan orientasi waktu–
nya. Apabila pembagian ini dapat dilakukan pada keseluruhan manifold, dikatakan
manifold mempunyai orientasi waktu. Pembagian seperti ini hanya bisa dilakukan bi-
la dapat didefinisikan medan vektor bak - waktu global kontinyu yang tidak lenyap di
mana - mana. Ruang - waktu yang tidak mempunyai orientasi waktu akan mempunyai
masalah dalam mengidentifikasi arah gerak waktunya.
Definisi V.1 Manifold Lorentzian(M, g) dikatakan berorientasi waktu jika dan hanya
jika terdapat medan vektor bak-waktu global yang tidak lenyap di mana - mana.
Misalkan terdapat medan vektor bak-waktu globalV pada manifold, vektor kausal
w ∈ TpM dikatakan berarah ke masa depan jikagp(V (p), w) > 0 dan dikatakan
berarah ke masa lalu jikagp(V (p), w) < 0.
Contoh sederhana ruang-waktu yang berorientasi waktu adalah ruang-waktu
Minkowski (M, g) =(Rn+1,−dx0 ⊗ dx0 +
∑nk=1 dx
k ⊗ dxk), orientasi waktunya
diberikan oleh medan vektorV = ∂∂x0 . Dengan menggunakan orientasi waktu terse-
but, dapat dibuat kerucut bertumpuk yang disebut kerucut cahaya pada setiap titiknya.
107
108
Kerucut cahaya tersebut membagi ruang Minkowski menjadi tiga dae–rah; yaitu daer-
ah waktu masa depan, daerah waktu masa lalu dan daerah bak-ruang.
Keberadaan orientasi waktu memungkinkan untuk membuat hubungan sebab
- akibat antar kejadian dalam ruang - waktu.
Definisi V.2 MisalkanA,U ⊂M
1. Kurvaγ dikatakan kurva bak-waktu (atau null, kausal) berarah ke masa depan
(atau ke masa lalu) jikaγ(t) merupakan vektor bak-waktu (atau null, kausal)
berarah ke masa depan (atau ke masa lalu) pada setiapt.
2. • Masa depan kronologis dari subhimpunanA relatif terhadap subhim-
punanU adalah himpunan titik - titikp ∈ M yang dapat diraih dengan
kurva bak-waktuγ ⊂ U dariA kep. Himpunan ini dilambangkan dengan
I+ (A,U).
• Masa depan kausal dari himpunanA relatif terhadap himpunanU adalah
himpunan titik - titikp ∈ M yang dapat diraih dengan kurva kausal
γ ⊂ U dari A kep. Himpunan ini dilambangkan denganJ + (A,U).
• Horismon masa depan himpunanA relatif terhadap himpunanU sebagai
E+ (A,U) := J + (A,U)− I+ (A,U)
Batasan untuk masa lalu kronologisI− (A,U) dan masa lalu kausalJ − (A,U)
diberikan dengan cara yang serupa. JikaU = M, I+ (A,U) cukup ditulis
denganI+ (A) dan jikaA = p, I+ (A,U) dapat ditulis denganI+ (p,U)
dan sebagainya.
Berikut ini ditunjukkan beberapa sifat topologis pada himpunan - himpunan
kausal yang telah disebutkan di atas
109
Lemma V.1 Apabilap ∈ M danU lingkungan terbuka bagip makaI+ (p,U) ter-
buka.
Bukti: Misalkanq ∈ I+ (p,U) danγ ⊂ U kurva bak-waktu darip ke q. Apabila
dipilih sistim koordinat(x0, · · · , xn) padaU danV ⊂ U lingkungan kompak dariq
yang cukup kecil. Karena kekompakanV, setiapr ∈ γ ∩ U akan terdapatα > 0
sedemikian rupa sehingga garis lurus bak-waktuγ dari r ke q serta sembarang garis
lurus γ dari r dengan∠(γ, γ) < α akan memenuhisup 〈 ˙γ(t), ˙γ(t)〉 |γ(t) ∈ V <12sup 〈γ(t), γ(t)〉 |γ(t) ∈ V < 0. Oleh karena ituγ(t) semuanya bak-waktu dalam
V. Karena garis - garis ini memenuhi semua lingkungan dariq, makaI+ (p,U) ter-
buka.
J + (p,U) tidak selalu tertutup relatif terhadapU . Akan tetapi, akan dapat
ditunjukkan bahwa pemilihanU yang cukup kecil akan membuatJ + (p,U) manjadi
tertutup relatif terhadapU .
Simpulan V.1 MisalkanU terbuka danA sembarang subset dariU , maka
I+ (A,U) = I+(I+ (A,U) ,U
)= I+
(J + (A,U) ,U
)= J +
(I+ (A,U) ,U
)⊂ J + (A,U) = J +
(J + (A,U) ,U
)Bukti: Hal ini jelas karena setiap kurva bak-waktu adalah kurva kausal, tetapi tidak
sebaliknya.
Menggunakan lemma V.1, tentu saja himpunanI+ (A) :=⋃
p∈A akan terbu-
ka, sehingga inklusiI+ (A) ⊂ J + (A) mengakibatkanI+ (A) ⊂ int (J + (A)). Se-
baliknya karenaint (J + (A)) terbuka, maka akan terdapatq ∈ I− (A)∩int (J + (A)).
Oleh karena itup ∈ I+ (q) ⊂ I+ (J + (A)) = I+ (A) atauint (J + (A)) ⊂ I+ (A).
Dengan demikian tentulahI+ (A) = int (J + (A)).
Simpulan V.2 I+ (A) = int (J + (A)).
110
Lemma berikut menunjukkan struktur kausalitas lokal pada sembarang mani-
fold Lorentzian sama dengan Manifold Minkowski.
Lemma V.2 Pada setiap lingkungan konveksU dari setiap titikp ∈ M memenuhi
kondisi
1. q ∈ I+ (p,U) (atauJ + (p,U) ) jika dan hanya jikaq = expp(v) dimanav
vektor bak-waktu (atau kausal) berarah kemasa depan dip.
2. J + (p,U) = I+ (p,U).
Bukti: MisalkanU menyatakan lingkungan konveks titikp, akan terdapat geode-
sik tunggalγ yang menghubungkanp dengan setiapq ∈ I+ (p,U). Tetapi karena
∇γ 〈γ, γ〉 = 2 〈∇γ γ, γ〉 = 0, γ tidak mengalami perubahan kelas kausalitas. Ini
berarti∀q ∈ I+ (p,U) dapat dinyatakanq = expp(v) denganv vektor bak-waktu
berarah kemasa depan dip. Hal yang serupa dapat diterapkan untuk himpunan vek-
tor kausal. Karena vektor kausal diTpM merupakan klosur dari himpunan vektor
bak-waktu makaJ + (p,U) = I+ (p,U).
Simpulan V.3 Jika q ∈ E(p,U) dapat diraih menggunakan kurva kausalγ yang
bukan kurva geodesik null, maka titik tersebut dapat diraih menggunakan kurva bak-
waktu.
Bukti: Dalam suatu lingkungan konveksU , kurva kausalγ(t) ⊂ U yang bukan geode-
sik null selalu dapat divariasi menjadi kurva bak-waktuµ(t, s) = expγ(t)(sε(t)V (t))
denganV (t) orientasi waktu danε(t) fungsi positif sepanjangγ(t). Katakanlah
γ(0) = p danγ(1) = q, agar diperoleh variasi dengan titik tetap,ε(t) akan memenuhi
kondisi ε(0) = 0 dan ε(1) = 0. Karena untuk sembarang kurva kausalγ yang
menghubungkan dua titik pada manifold bersifat kompak, sembarang liput padaγ
dapat dipilih subliput yang menjadi liput padaγ. Artinya, sepanjangγ dapat diliput
111
dengan lingkungan konveks. Menggunakan variasi seperti yang telah disebutkan di
atas, makaγ dapat divariasi menjadi kurva bak-waktu.
Untuk menentukan struktur kausalitas global, kurva - kurva kausal tidak boleh
hanya menghubungkan titik - titik dalam lingkungan konvek yang sama saja, akan
tetapi harus diperluas ke sembarang titik pada manifold. Untuk keperluan itu, akan
diperkenalkan jenis kurva kausal dengan derajat differensiabilitas terendah
Definisi V.3 Kurva kontinyuγ ⊂M dikatakan kausal (atau bak-waktu) dan berarah
ke masa depan (atau ke masa lalu) jika pada setiapp ∈M terdapat suatu lingkungan
normal konveksCp sedemikian rupa sehingga setiap pasangan titik yang berbeda
q, r ∈ γ ∩ Cp dapat dihubungkan oleh kurva kausal (atau bak-waktu) yang kontinyu
dalamCp .
Lemma berikut menunjukkan, setiap kurva kausal kontinyu memenuhi syarat Lips-
chitz sehingga licin hampir dimana - mana.
Lemma V.3 Pada setiapp ∈ M, akan terdapat lingkungan konveksCp dengan sis-
tem koordinat lokal(x0, · · · , xn−1) dan suatu konstanta riilk > 0 sedemikian rupa
sehingga setiap kurva kausalγ dalamCp dapat diparametrisasikan dengant = x0
dan pertidak samaan
√√√√n−1∑a=0
(γa(t)− γa(s))2 ≤ k |t− s|
terpenuhi untuk setiapt, s.
Bukti: MisalkanCp mempunyai klosur kompak dengandx0 bak-waktu dandxi bak-
ruang untuki ∈ 1, · · · , n− 1. KarenaCp kompak, akan terdapat konstantak0 >
0 sedemikian rupa semua vektor kausal juga kausal menurut metrik datark0dt2 +∑n−1
i=1 (dxi)2. Misalkanµ kurva kausal kontinyu denganµ(t) = γ(t) danµ(s) = γ(s)
112
. Khususnyaµ dapat dipilih sehingga dipenuhik0 = k0(µ0)2 ≥
∑n−1i=1 ((µi)2. Jika
Gambar V.1: Sifat Lipschitzan setiap kurva kausal.
basis standarRn dinyatakan dengan(e0, · · · , en−1) dan‖vaea‖ =√∑n−1
a=0(va)2, akan
dipenuhi
‖γa(t)ea − γa(s)ea‖ = ‖µa(t)ea − µa(s)ea‖ =
∥∥∥∥∫ t
s
µa(τ)dτea
∥∥∥∥≤
∫ t
s
‖µa(τ)ea‖ dτ ≤√
1 + k0(t− s)
Berikutnya perlu didefinisikan ciri - ciri kurva yang mungkin untuk "berhen-
ti" atau "menuju ketak berhinggaan" atau hanya "berputar - putar" sekitar suatu ling–
kungan. Konsep ini dapat dinyatakan lebih tepat memakai ide tentang titik ujung (end
point) suatu kurva. Kurva licin bertitik ujung mungkin gagal diperpanjang menjadi
kurva licin tetapi mungkin diperpanjang menjadi kurva kontinyu dengan menyam-
bung kurva licin dengan titik ujung yang sama.
113
Definisi V.4 Suatu titikp dikatakan titik ujung masa depan (masa lalu) dari kurva
kausal kontinyu berarah ke masa depan (atau ke masa lalu)γ(t) jika untuk setiap
lingkunganUp dari titik p terdapat suatu nilait0 sedemikian rupa sehinggaγ(t) ∈ Up
untuk setiapt > t0 (atau t < t0). Kurva kausal tanpa titik ujung masa depan (atau
masa lalu) disebut future inextensible (atau past inextensible).
Dapat dibangun topologi pada himpunan semua kurva kontinyu yang akan
disebut dengan topologi-C0, yaitu topologi yang dibangun dengan menggunakan ba-
sis topologi yang berupa himpunan - himpunan kurva
O(U) := γ |γ ⊂ U ; U terbuka diM .
yaituO(U) menyatakan himpunan kurva - kurva di dalam suatu lingkungan terbuka
U ⊂ M. Suatu kurva kontinyuµ dalam suatu lingkungan terbukaV =⋃n
i=1 Ui akan
dapat dinyatakan sebagaiµ =⋃n
i=1 γi denganγi menyatakan suatu kurva kontinyu di
dalam lingkunganUi. Dengan menggunakan topologi tersebut, dimungkinan untuk
mendefinisikan konvergensi barisan kurva. Barisan kurvaγii∈N, dikatakan konver-
gen keγ apabila setiap lingkunganV dariγ akan terdapat suatui0 ∈ N sedemikian ru-
paγi ⊂ V untuk setiapi > i0. Kurvaγ ini disebut kurva limit atau kurva konvergensi
dari barisanγii∈N. Kondisi dengan syarat yang lebih lemah diberikan untuk kurva
kluster atau kurva akumulasi.γ dikatakan sebagai kurva kluster dari barisanγii∈N
jika pada setiap lingkungan dariγ terdapat subbarisan dariγii∈N yang mempunyai
mempunyai kurva limitγ. Dengan demikian setiap kurva limit adalah kurva klus-
ter tetapi tidak sebaliknya. Titik limit dari barisan kurva dapat didefinisikan dengan
mengumpulkan titik - titik pada setiap barisan kurvaγii∈N yang mempunyai nilai
parameter yang sama.
Lemma V.4 Andaikanλi menyatakan barisan kurva kausal future inextendible
114
yang mempunyai titik limitp, akan terdapat kurva kausalλ yang future inextendible
melaluip yang menjadi kurva kluster dari barisan kurva tersebut.
Bukti: Dipilih suatu lingkungan konveksUp dari p. Selanjutnya didefinisikanBp(r)
sebagai bola terbuka berpusat dip berjari - jari r menurut suatu matrik Riemannian
padaUp. Kekompakan∂Bp(r) akan menyebabkan barisan kurvaλi yang konvergen
kep akan mempunyai suatu subbarisanλi∩Bp(r) yang konvergen pada suatu titik
q ∈ ∂Bp(r). Apabila jari - jari bola terbuka disusutkan menjadiε = α.r, α ∈ (0, 1),
dengan menggunakan prosedur yang sama akan dapat diperoleh subbarisan kurvaλij
= λi ∩ Bp(ε) yang konvergen keq(ε) ∈ ∂Bp(ε). Klosur dari∪εq(ε)
akan menghasilkan kurvaλ yang melaluip. Misalkan pj(ε), qj(ε) ∈ λij dengan
pj(ε) → p danqj(ε) → q(ε), Karenaqj(ε) ∈ J +(pj(ε), Bp(ε)), maka akan terda-
pat vektor kausalvj denganexppj(ε)(vj) = qj(ε). Titik limit v dari himpunan vektor
vj sedemikian rupa sehinggaexpp(v) = q haruslah kausal, karena himpunan vektor
kausal bersifat tertutup. Oleh karena itu,q(ε) ∈ J +(p(ε), Bp(ε)). Dengan demikian
λ adalah kurva kausal.
2. Kondisi - Kondisi Kausalitas
Meskipun secara lokal semua ruang - waktu mempunyai struktur kausalitas
yang sama dengan ruang Minkowski, hal ini tidak selalu terjamin berlaku secara glo–
bal. Ruang waktuS1×R3 yang dibentuk dengan membuat pemetaan identitas antara
x0 = 0 danx0 = 1 padahyperplaneruang Minkowski akan mempunyai kurva bak-
waktu tertutup yang dibangkitkan oleh medan vektor∂∂x0 , padahal ruang Minkows-
ki sendiri tidak mempunyai struktur seperti ini. Secara umum, ruang - waktu yang
mengijinkan kurva kausal tertutup tidak dapat dianggap sebagai ruang - waktu yang
realistis secara fisis. Seseorang yang kembali ke masa lalu dan membunuh dirinya
yang lain dimasa itu akan mempunyai masalah dengan eksistensi dirinya. Paradok
115
inilah yang menyebabkan ruang - waktu yang mengijinkan kurva kausal tertutup di-
anggap tidak realistis, tetapi secara matematis tidak ada argumentasi untuk menolak
eksistensinya.
Gambar V.2: Bidang ruang Minkowski(R2,−dx0 ⊗ dx0 + dx1 ⊗ dx1) yang dibatasioleh batas-batasx0 = 1 danx0 = 0 dapat mempunyai kurva bak-waktu tertutupketika batas - batasnya saling disambung membentuk ruang-waktuS1 × R
Definisi V.5
Himpunan kesalahan kronologi (chronology violating set) adalah himpunan
titik - titik p ∈ M yang padanya dapat ditemukan kurva bak-waktu tertutup yang
melaluinya. Sedangkan himpunan kesalahan kausalitas (causality violating set) dibe–
rikan oleh himpunan titik - titikp ∈M yang padanya dapat ditemukan kurva kausal
tertutup yang melaluinya.
Kondisi kronologis (atau kondisi kausalitas) terpenuhi pada(M, g) jika him-
punan kesalahan kronologi (atau himpunan kesalahan kausalitas) kosong. Ruang-
waktu yang memenuhi kondisi kronologis (atau kausalitas) disebut ruang-waktu yang
kronologis (atau ruang-waktu kausal).
Lemma V.5 Setiap unsurp dalam himpunan kesalahan kronologis (atau kesalahan
kausalitas) dapat dinyatakan sebagaip ∈ I+ (p)∩ I− (p) (atauJ + (p)∩J − (p)).
116
Bukti: Jikap unsur dalam himpunan kesalahan kronologis, tentulahp ∈ I+ (p) dan
terdapat kurvaγ yang menghubungkanp danq. Tetapi karenaγ kompak, akan ter-
dapatri ∈ γ sedemikian rupari+1 ∈ I+ (ri) dan lingkungan - lingkunganI+ (ri)
mengkover seluruhγ. Dengan demikian terdapat kurva bak-waktu darip ke q. argu-
mentasi yang sama diterapkan untuk memperoleh kurva bak-waktu dariq kep. Oleh
karena itup ∈ I+ (p) ∩ I− (p). Hal yang sama dapat diterapkan pada himpunan
kesalahan kausalitas.
Ruang waktu yang memenuhi kondisi kausalitas tetapi mengijinkan keber-
adaan kurva kausal yang "hampir" berpotongan juga tidak dapat dikatakan realis-
tis. Sedikit gangguan pada medan metriknya akan menyebabkan terjadinya kesala-
han kausalitas. Sifat ini untuk mengungkapkan stabilitas ruang-waktu dalam mem-
pertahankan bentuknya di bawah gangguan kecil. Dengan demikian, ruang-waktu
yang "berdekatan" mempunyai sifat - sifat yang sama dengan ruang-waktu terse-
but. "Kedekatan" ruang-waktu tersebut terungkap dalam tingkat deferensiablitas him-
punan medan metrik pada ruang-waktu. Medan metrikg dikatakan medan metrik-Cr
denganr ≥ 0 jika dapat didifferensialkan hingga derajat ke-r. KatakanlahLorr(M)
menyatakan himpunan semua medan metrik Lorentzian yang differensiabel hingga
derajat ke-r. g, g ∈ Lorr(M) dikatakan saling "berdekatan" apabila mempunyai
nilai yang berdekatan hingga derajat differensial ke-r. Untuk lebih mudahnya, stabil-
itas ruang-waktu berikut hanya akan diungkapkan dalam tingkat kedekatan terendah
yaitu kedekatan nilainya saja. Dengan demikian padaLor0(M) dapat disusun suatu
lingkungan tebuka padag ∈ Lor0(M) sebagaiUδ(g) := g ∈ Lor0(M) ||g − g| < δ
; denganδ:M→ (0,∞). DalamLor0(M) secara alamiah dapat didefinisikan relasi
partial ordering< yang dinyatakan sebagai berikut:g < g jika dan hanya jika setiap
vektor kausal menurutg adalah vektor bak-waktu menurutg.
Definisi V.6
117
Ruang waktu(M, g) dikatakan kausal kuat (strongly causal) jika pada setiap
p ∈M, dapat ditemukan suatu lingkunganU dari p sedemikian rupa sehingga tidak
terdapat kurva kausal yang melewatiU lebih dari sekali.
Ruang waktu(M, g) dikatakan kausal stabil (stably causal) jika terdapatg ∈
Lor0(M) sedemikian rupa sehinggag < g dan(M, g) memenuhi kondisi kausal.
Dengan demikian, pada ruang-waktu yang kausal stabil dengang < g dapat
disusungλ ∈ Lor0(M) yang dinyatakan dengangλ = g + λ2(g − g) untukλ ∈ [0, 2]
yang masing- masing mengijinkan ruang waktu kausal.
Lemma V.6 Sembarang ruang-waktu yang kausal stabil mengijinkan "fungsi waktu"
(fungsi kontinyu yang mempunyai nilai makin besar sepanjang kurva kausal berarah
ke masa depan).
Bukti: Menggunakan ukuran volumeµ padaMmenurutg sedemikian rupa sehingga
µ[M] = (µM) < ∞, dapat didefinisikan suatu fungsit−λ (p) := µ[I−λ (p)] dengan
I−λ (p) menyatakan masa lalu kronologis titikp menurutgλ. Jelast−λ (p) merupakan
fungsi yang naik sepanjang kurva kausal berarah ke masa depan, akan tetapi tidak
selalu berubah secara kontinyu. Salah satu upaya agar didapat suatu fungsi kontinyu
adalah dengan membuat reratat−λ (p) pada suatu interval nilaiλ. Sebelumnya ukuran
volume dinormalkan menjadiµ[M] = 1 sehingga0 < t−λ (p) < 1,∀p ∈ M. Rerata
fungsi diberikan oleh
t(p) =
∫ 1
0
t−λ (p)dλ.
Karena setiapt−λ (p) naik sepanjang kurva kausal berarah ke masa depan, maka begitu
jugat(p). Diambil suatu lingkungan konveksB darip denganµ[B] < ε/2, ε ∈ (0, 1).
Akan dapat ditemukan suatu lingkunganV darip sehingga
I−λ (V ,B) ∩ ∂B ⊂ I−λ+ε/2(p,B) ∩ ∂B, λ ∈ [0, 1]
118
yang berakibat
I−λ (q,M)− B ⊂ I−λ+ε/2(p,M)− B, ∀q ∈ V , λ ∈ [0, 1]
Sehingga
t−λ (q) ≤ t−λ+ε/2(p) + ε/2, ∀q ∈ V .
yang memberikan reratat(q) ≤ t(p) + ε ∀q ∈ V. Ini menunjukkant(p) memenuhi
sifat upper semi-continous. LingkunganV dapat ditentukan karena beberapa alasan
berikut: a) untuk0 ≤ λ < λ′ ≤ 2 akan terdapat suatu lingkunganV [λ, λ′] dari p
sedemikian rupa sehingga
I−λ (V [λ, λ′],B) ∩ ∂B ⊂ I−λ′(p,B) ∩ ∂B (V.1)
Tentu sajaV [λ, λ′] tidak tunggal, dan setiap lingkungan darip yang berada didalam-
nya juga akan memenuhi persamaan V.1. b) Jikaλ < λ1 < λ′1 < λ′ makaV [λ1, λ′1]
juga memenuhi persamaan V.1. c) Bila diambiln ≥ 2/ε, maka lingkungan terbuka
darip yang didefinisikan denganV :=⋂2n
i=0 V [ i2n, i+1
2n] dapat diambil sebagaiV [λ, λ′]
untuk setiapλ, λ′ dengan1n≤ λ′ − λ, λ ∈ [0, 1], khususnyaλ′ = λ + ε/2. Sifat
lower semi-continouspadat(p) yaitut(q) > t(p)+ε, ∀q ∈ V dapat dipenuhi karena
keberadaan lingkunganV yang memenuhi
I−λ (p,B) ∩ ∂B ⊂ I−λ+ε/2(q,B) ∩ ∂B, ∀q ∈ V , λ ∈ [0, 1]
Karena mempunyai limit batas atas dan batas bawah yang sama, maka telah dapat
dibuktikan kekontinyuant(p).
Lemma V.7 Ruang-waktu yang mengijinkan suatu "fungsi temporal" (yaitu fungsi
yang gradiennya bak-waktu di mana-mana dan berarah ke masa lalu) merupakan
119
ruang-waktu yang kausal stabil.
Bukti: Katakanlahf adalah suatu fungsi temporal, danγ kurva bak-waktu berarah ke
masa depan.Gradf = ∇f akan memenuhig(γ,∇f) > 0 atauγ(f) > 0. Dengan
demikianf mempunyai nilai yang terus naik sepanjangγ, sehingga tidak mungkin
nilai f kembali ke nilai awalnya. Ini berarti(M, g) bersifat kronologis. Penormalan
terhadap∇f yaitu g(∇f,∇f) = −1 akan menyebabkang dapat dinyatakan sebagai
g = −df⊗df+h, denganhmerupakan pembatasang pada bundel ortogonal terhadap
∇f dandf = (∇f)[. Kemudian didefinisikangλ = −λdf ⊗ df + h, λ > 0. Oleh
karena ituf masih merupakan fungsi temporal menurutgλ dangλ mengijinkan ruang-
waktu yang bersifat kausal karenag = g1 < gα, untukα > 1.
Berpatokan pada lemma V.6 dan lemma V.7 diperoleh kesimpulan berikut ini.
Simpulan V.4 Ruang-waktu(M, g) kausal stabil jika dan hanya jika mengijinkan
fungsi waktu.
Hubungan antara kausal stabil dan kausal kuat dinyatakan dalam simpulan di
bawah ini.
Simpulan V.5 Kausal stabil berakibat kausal kuat.
Bukti: Apabila kausal stabil dipenuhi, maka ruang - waktu dengan medan metrik
yang pada setiap titiknya mempunyai kerucut cahaya lebih lebar dari medan metrik
awal tetap tidak mengijinkan kurva bak-waktu tertutup. Oleh karena itu ruang - waktu
dengan medan metrik awal tentulah juga tidak mengijinkan kurva bak-waktu tertutup.
3. Wilayah Kegayutan
Untuk menampung gagasan tentang determinisme dalam teori relativitas umum,
diperlukan konsep tentang identifikasi himpunan kejadian yang dapat diramalkan dari
120
himpunan suatu kejadian tertentu yang berlaku sebagai syarat batas suatu kejadian
dalam ruang - waktu. Detail permasalahan ini tertuang dalam masalah Cauchy untuk
relativitas umum. Untuk ringkasnya, subbab ini hanya mengambil inti permasala-
hannya saja yaitu bagaimana cara mengidentifikasi semua kejadian dalam ruang-
waktu yang mutlak ditentukan oleh suatu syarat batas tertentu. Dapat dibayangkan,
daerah penyelesaian dari suatu kejadian dengan syarat batas batas tertentu haruslah
merupakan himpunan kejadian yang seluruh sinyalnya terdaftar pada syarat batas.
Katakanlah himpunan kejadian syarat batas itu dinyatakan denganA, maka suatu ke-
jadianp ∈ I+(A) tapi bukan berada dalam daerah penyelesaian mempunyai makna
suatu kejadian yang tidak dipengaruhi oleh syarat batasA. Dengan demikian tidak se-
tiap unsur dalam himpunan kronologis dariAmerupakan berada dalam daerah penye-
lesaian, akan tetapi tidak sebaliknya. Untuk lebih tepatnya, akan didefinisikan hal -
hal berikut
Definisi V.7 SubhimpuanS ⊂ M disebut akronal jika tidak terdapat kurva bak-
waktu yang beririsan dengannya lebih dari sekali:I+(S) ∩ S = ∅.
1. Bibir (edge) dari himpunan acronalS adalah himpunan titik titikp ∈ S yang
setiap lingkunganU-nya dapat ditemukan kurva bak-waktuγ dalamU yang
menghubungkan titik - titikp+ ∈ I+(p,U) danp− ∈ I−(p,U) denganγ ∩S =
∅. Bibir dari S akan dilambangkan denganBibir(S).
2. Wilayah kegayutan (domain of dependence) masa depan (atau masa lalu) dari
suatu himpunan akronalS adalah himpunan semua titikp ∈ M sedemikian
rupa sehingga setiap kurva kausal past inextensible (atau future inextensible)
yang melaluip akan beririsan denganS. Himpunan ini dilambangkan dengan
D+(S) (atauD−(S)). HimpunanD(S) = D+(S) ∪ D−(S) disebut sebagai
wilayah kegayutan total atau Cauchy development dariS.
121
Mudahnya dikatakan, himpunan akronal adalah himpunan yang setiap titiknya
tidak terdapat pemisahan waktu satu dengan yang lain. Dengan demikian dapat
dikatakan mewakili semesta pada suatu saat. Hal ini dimotifasi oleh lemma berikut
Lemma V.8 Jika S himpunan akronal tertutup denganBibir(M) = ∅ makaS
adalah hypermanifold Lipschizan.
Bukti: JikaS tertutup, makaS = S. Bibir(S) = ∅ berakibat setiap pasangan titik
q+ ∈ I+(S) danq− ∈ I−(S) akan dapat terhubung oleh kurva bak-waktuγ hanya
jika γ ∩ S 6= ∅. Tetapi karenaS akronal, makaγ hanya akan mengirisS sekali,
katakanlah pada titikp ∈ S. Apabila dibangun lingkungan konvekUp berpusat pada
titik p yang secara lokal dinyatakan oleh sistem koordinat(x1, · · · , xn) denganγ kur-
va integral dari ∂∂x1 , berakibat setiap titikr ∈ Up ∩S dapat ditandai dengan koordinat
(0, x2, · · · , xn). JadiUp∩S secara lokal homeomorfis terhadapRn−1. Di samping itu,
lemma V.3 menunjukkanS Lipschitzan. Oleh karena itu, sepanjangS dapat dibangun
atlas yang menunjukkanS suatuhypersurfaceLipschitzan.
Berikut ini akan dibuktikan beberapa sifat topologis yang penting dariD+(S)
Lemma V.9 p ∈ D+(S) jika dan hanya jika setiap kurva bak-waktu past inextensi-
ble darip beririsan denganS
Bukti:
• Semisal himpunan semua titik yang setiap kurva bak-waktupast inextensible
dari p beririsan denganS akan dinyatakan denganD+(S). Jikap ∈ D+(S)
makap ∈ D+(S). Dengan demikianD+(S) ⊂ D+(S). Tetapi jika q ∈
M − D+(S), maka akan terdapat lingkunganUq dari titik q sedemikian rupa
sehinggaUq ∩ S = ∅, oleh karena itu akan terdapat kurvapast inextensibleµ
dariq yang tidak beririsan denganS. Apabilar ∈ µ∩I−(q,Uq) makaI+(q,Uq)
akan menjadi lingkungan terbuka bagiq diM−D+(S). SehinggaM−D+(S)
122
tebuka atauD+(S) tertutup. Akan tetapi karenaD+(S) merupakan himpunan
tertutup terkecil yang memuatD+(S), tentulahD+(S) ⊂ D+(S).
• Untuk yang sebaliknya akan ditunjukkan dengan kontradiksi. Misalkanp ∈
D+(S) terdapat lingkunganVp dari p denganVp ∩ D+(S = ∅, Dari r ∈
I−(p,Vp) akan terdapat kurva kausalγ yangpast inextensibledarir yang tidak
beririsan denganS. Misalkanyi barisan dalamγ yang tidak konvergen ke-
sembarang titik denganyn+1 ∈ I−(yn) danWn ∩Wn+1 = ∅ untuk setiapWi
lingkungan konveks bagiyi. Melalui barisanzk di M dengan
zn+1 ∈ I+(yn+1,Wn+1) ∩ I−(zn,M−S)
akan dapat dibangun kurva bak-waktupast inextensibleyang melaluizk dari
p yang tidak beririsan denganS. Oleh karena itup /∈ D+(S). Ini kontradiksi
dengan asumsi semula yang menyatakanp ∈ D+(S). Oleh karena itu mestinya
jika p ∈ D+(S) makaVp ∩ D+(S 6= ∅ untuk setiap lingkunganVp, atau
D+(S) ⊂ D+(S).
Lemma V.10 int[D+(S)] = I−(D+(S)) ∩ I+(S)
Bukti :
• Misalkanγ kurva kausalpast inextensibledengan titik ujung masa depan di
p = x0, Jikap ∈ int[D+(S)], akan terdapat lingkunganOp dari p sedemikian
rupaOp ⊂ D+(S). Dengan demikian dariq ∈ Op akan dapat ditemukan kurva
bak-waktupast inextensibleberarah ke masa depan yang beririsan denganS
sehinggaq ∈ I+(S). Karena hal ini berlaku untuk setiapq ∈ Op, makaOp ⊂
I+(S).
123
• Selanjutnya akan dibuktikanI−(D+(S)) ∩ I+(S) ⊂ int[D+(S)]. Jika p ∈
I−(D+(S)) ∩ I+(S), akan terdapatq ∈ D+(S) ∩ I+(p). Misalkanγ kurva
bak-waktu darip ke q. Jika p /∈ D+(S), akan terdapat kurvaµ yang past
inextensibleberujung masa depan dip dan tidak melaluiS. Penyambungan
µ danγ akan mempenyai titik ujung masa depan diq danpast inextensible.
Kurvaγ akan beririsan denganS di suatu titik, katakanlahr. Karenar ∈ I+(p)
danp ∈ I+(S), makar ∈ I+(S). Ini berarti akan terdapat kurva bak-waktu
dengan titik ujung masa depan diq ∈ I+(r) yang beririsan denganS dua kali,
jadi kontradiksi dengan akronalitasS.
Serupa dengan lemma di atas, dapat ditunjukkan berlaku pula
1. int[D−(S)] = I+(D−(S)) ∩ I−(S)
2. int[D(S)] = I−(D+(S)) ∩ I+(D−(S)).
Berkaitan dengan batas - batas daerah yang dapat diprediksi dari data - data
yang diketahui dariS, didefinisikan hal berikut
Definisi V.8 Batas masa depan dariD+(S) yaituH+(S) = D+(S) − I−(D+(S))
disebut sebagai horizon Cauchy masa depan. Untuk horizon Cauchy masa lalu
H−(S) didefinisikan dengan cara serupa.
Karena berasal dari irisan dua himpunan tertutupD+(S) danM−I−(D+(S)), maka
H+(S) selalu tertutup. Juga karenaI−(H+(S)) ⊂ I−(D+(S)) ⊂ M − H+(S),
jadi I−(H+(S))∩H+(S) = ∅ ini menunjukkanH+(S) akronal. Sebagaimana dapat
dilihat pada gambar V.3 di bawah,H+(S) akan beririsan denganS jika S mempunyai
Bibir atauS mempunyai bagian null. Sifat lainnya diberikan di bawah ini
Lemma V.11
124
1. Bibir(H+(S)) = Bibir(S)
2. H(S) = ∂D(S)
(Bukti):
1. MisalkanUi merupakan lingkungan - lingkungan bagiq ∈ Bibir(H+(S)),
Untuk setiapUi akan terdapat titik - titikpi ∈ I−(q,Ui) danri ∈ I+(q,Ui)
yang dapat dihubungkan oleh kurvaλi ⊂ Ui denganλi ∩H+(S) = ∅. Karena
H+(S) = D+(S) − I−(D+(S)), makaλi ∩ D+(S) = ∅. Juga karenaq ∈
D+(S), makaI−(q) ⊂ I−(D+(S)) ⊂ I−(S) ∩ D+(S). Oleh karena itu,pi
harus berada dalamI−(S). Juga setiap kurva bak-waktu yangpast inextensible
dari q haruslah beririsan denganS. Oleh karena itu, untuk setiapUi terdapat
suatu titik diS dari q danpi atauUi ∩ S 6= ∅. Oleh karena ituq ∈ S. Tetapi
karenaλi tidak beririsan denganS, makaq ∈ Bibir(S). Bukti sebaliknya
serupa dengan cara di atas.
2. Jelas dari definisi∂D(S) = D(S)− int[D(S)].
Dengan demikian dapat disusun proposisi berikut yang menunjukkan hubu–
ngan antara himpunan akronal tertutup dengan horizon Cauchy masa depannya.
Proposisi V.1 MisalkanS himpunan akronal tertutup, makaH+(S) dibangkitkan
oleh geodesik null yang past inextendible atau mempunyai titik ujung masa lalu di
Bibir(S).
(Bukti): Diasumsikanp ∈ H+(S) tetapi p /∈ Bibir(S), maka akan terdapat dua
kemungkinan yaitup ∈ I+(S) ataup ∈ S tetapip /∈ Bibir(S).
Dalam kasusp ∈ I+(S), karenap /∈ I−(D+(S)) tentu untuk setiapq ∈
I+(p) akan terdapat kurva kausal dariq yangpast inextensibledan tidak beririsan
125
Gambar V.3:D+S danH+(S) dari himpunan akronalS yang mengandung bagiannull dan bagian bak-ruang pada ruang Minkowski yang sebagian daerahnya dibuang
denganS. Misalkanqi barisan dalamI+(p) yang konvergen kep danλi barisan
kurva kausalpast inextensibleyang setiapλi-nya melaluiqi. Karenap menjadi titik
limit dari λi, akan terdapat kurva kluster kausalλ past inextensibleyang melalui
p. Jika diasumsikanλ memasukiI+(S) ∩ I−(D+(S)) ⊂ D+(S, maka akan terda-
pat beberapaλi denganλi ∩D+(S) 6= ∅ yang kontradiksi dengan asumsi awal yang
menyatakanλi tidak beririsan denganS. Oleh karena ituλ juga gagal beririsan de–
nganS. Juga karenaI+(p) ⊂ I−(D+(S)) = I−(D+(S)). Hal ini berarti dalam
I+(S), λ merupakan kurva kausalpast inextensibleyang gagal untuk memasuki
I−(p) sehinggaλ haruslah suatu geodesik null. Selanjutnya jikaλ ∩ I+(S) gagal
beririsan denganS, dapat dikonstruksi kurva bak-waktu yang berarah ke kemasa lalu
dari p dengan sifat serupa. Tetapi hal ini mustahil karenap ∈ D+(S). Jadi tentulah
λ ∩ I+(S) ⊂ D+(S). Sehinggaλ ∩ I+(S) ⊂ H+(S). Dengan demikian setiap
p ∈ H+(S)∩ I+(S) dilalui oleh geodesik null berarah ke masa lalu yang seluruhnya
126
berada dalamH+(S).
Oleh karena itu, apabilaBibir(S) kosong, makaH+(S) merupakanhyper-
surfaceakronal Lipschitzan yang dibangkitkan oleh geodesik null yangpast inex-
tendible. Himpunan akronal tertutup tanpaBibir seperti ini disebut sebagai per-
mukaan Cauchy parsial (partial Cauchy surface). ApabilaD(S) = M, suatu per-
mukaan Cauchy parsial disebut sebagai permukaan Cauchy global (global Cauchy
surface) atau permukaan Cauchy saja. Akan ditunjukkan nanti, permukaan Cauchy
merupakanhypersurfacebak-ruang yang setiap kurva kausal yang menghubungkan
masa depan dan masa lalu kronologisnya hanya dapat melaluinya tepat sekali saja.
Ruang waktu(M, g) yang mengijinkan keberadaan permukaan Cauchy disebut seba-
gai ruang - waktu yang hiperbolis global (globally hyperbolic spacetime).
Simpulan V.6 JikaM tersambung, maka suatu himpunan akronal tertutupΣ akan
menjadi permukaan Cauchy jika dan hanya jikaH(Σ) = ∅
Bukti: JikaH(Σ) = ∂D(Σ) = ∅makaD(Σ) = int[D(Σ)] = D(Σ). Oleh karena itu,
D(Σ) menjadi terbuka sekaligus tertutup.M akan tersambung jika dan hanya jika
subset terbuka sekaligus tertutupnya adalah∅ danM sendiri. PadahalD(Σ) ⊃ Σ 6= ∅
oleh karena ituD(Σ) = M. Sebaliknya jikaΣ permukaan Cauchy, makaD(Σ) = M
danBibir(Σ) = ∅. KarenaM tersambung, makaD(Σ) akan terbuka sekaligus
tertutup. Oleh karena itu∂D(σ) = H(Σ) = ∅.
Lemma V.12 Setiap kurva kausal inextendible akan beririsan dengan permukaan
CauchyΣ ,I+(Σ) danI−(Σ).
Bukti: dari kesimpulan V.6, jelas bahwaΣ menjadi permukaan Cauchy jika dan
hanya jika∂D(Σ) = ∅. Oleh karena itu cukup dibuktikan apakah setiap kurva
kausal yang melewati titik - titikint[D(Σ)] akan melewatiΣ ,I+(Σ) danI−(Σ).
127
Mi–salkanγ menyatakan kurva kausalpast inextendibledengan titik ujung masa de-
pan diq = q0 ∈ int[D+(Σ)], h menyatakan medan metrik Riemannan pada mani–
fold M dan didefinisikan suatu lingkungan dari setiapp ∈ M menuruth sebagai
Bε(p) := p ∈M|dh(p, p) < ε dengandh(p, p) = inf L(λ) |λ kurva darip ke p.
Dengan kata lain,Bε(p) menyatakan titik - titik yang dapat diraih daripmenggunakan
geodesik menuruth yang mempunyai panjang kurang dariε. Misalkanqi ⊂ γ
denganqi+1 ∈ J −(qi) menyatakan barisan tanpa titik akumulasi di masa laluγ.
apabila dinyatakanr0 ∈ I+(q0) ∩ int[D+(Σ)], maka akan dapat ditemukan titik
r1 ∈ I−(r0) ∩ I+(q0, B1(q0)). Berturut - turut akan dapat dibangun barisanri
yang memenuhi hubunganri ∈ I−(ri−1) ∩ I+(qi, B 1i(qi)) yang dapat dihubungkan
dengan kurva bak-waktuµ ⊂ I+(γ). Karenar0 ∈ int[D+(Σ)], µ haruslah beririsan
denganΣ di suatu titik, katakanlah dir. Ini berarti akan terdapatqj ∈ I+(r) yang
menunjukkanI+(γ) ∩ Σ 6= ∅. Bukti untukq ∈ int[D−(Σ)] diberikan dengan cara
serupa.
Menggunakan lemma di atas dapat dibangun suatu proposisi tentang kriteria
permukaan Cauchy
Proposisi V.2 MisalkanΣ menyatakan himpunan akronal tertutup tanpaBibir, Σ
menjadi permukaan Cauchy jika dan hanya jika setiap geodesik null yang inextendible
beririsan denganΣ ,I+(Σ) danI−(Σ).
Bukti: Bagian " hanya jika " telah dibuktikan dalam lemma V.12 di atas. Bagian "jika"
akan dibuktikan dengan kontrapositif. MisalkanΣ gagal menjadi permukaan Cauchy,
maka paling tidak akan terdapat salah satu diantaraH+(Σ) danH−(Σ) tidak kosong.
KatakanlahH+(Σ) 6= ∅, maka karenaBibir(Σ) = ∅ tentulah setiapp ∈ H+(Σ)
akan dilewati oleh suatu geodesik null yang seluruhnya berada dalamH+(Σ). Ini
merupakan konsekuensi dari proposisi V.1. Oleh karena itu, geodesik null tersebut
selamanya tidak pernah memasukiI−(Σ).
128
4. Sifat Kausalitas Stabil Pada Ruang waktu Yang Hiperbolis Global
Menggunakan kekompakan himpunan kurva kontinyu yanginextensible, da–
pat ditunjukkan bahwa ruang - waktu yang hiperbolis global memenuhi kondisi kausal-
itas stabil.
Lemma V.13 Misalkan(M, g) hiperbolis global, maka(M, g) kausal kuat.
Bukti: jika (M, g) hiperbolis global dengan permukaan CauchyΣ, maka keberadaan
kurva kausal tertutup akan mengirisΣ lebih dari sekali, oleh karena akronalitasΣ
akan disalahi. Dengan demikian setiap ruang-waktu yang hiperbolis global akan
memenuhi kondisi kausalitas. Berikutnya, semisal pada titikp ∈ I+(Σ) kondisi
kausal kuat disalahi sedangkanp merupakan titik limit dari barisan titikpi, ma-
ka akan terdapat lingkungan konveksU ⊂ I+(Σ) dari p dan himpunan lingkungan
Oα ⊂ U |Oα lingkungan daripα ∈ U sedemikian rupa sehingga untuk setiapOα
dapat ditemukan kurva bak-waktu berarah ke masa depanλα yang bermula diOα,
meninggalkanU dan berakhir diOα. Lemma V.4 mengakibatkan dapat ditemukannya
kurva kausalλ yang melaluip. Meskipunλα extendible, tetapiλ akaninextendible
atau tertutup. Agar akronalitasΣ tidak disalahi, tidak ada satupunλα yang memasuki
I−(Σ), begitu jugaλ. Tetapi ini bertentangan dengan lemma V.12, oleh klarena itu
kausalitas kuat tidak mungkin disalahi dip ∈ I+(Σ). Pada kasusp ∈ I−(Σ) dan
p ∈ Σ diberikan dengan cara serupa. Terakhir, karena ruang-waktu yang hiperbolis
global memenuhiM = I+(Σ) ∪ Σ ∪ I−(Σ), maka tentulahM kausal kuat
ApabilaC(p, q) menyatakan himpunan kurva kausal kontinyu berarah ke masa
depan yang berasal darip menuju q, disusun topologi warisan padaC(p, q) dari
topologi-C0 yang dikemukakan sebelumnya. Basis topologi pada topologi warisan ini
berbentukO(U) ⊂ C(p, q) yang didefinisikan olehO(U) := λ ∈ C(p, q) |λ ⊂ U
untuk setiapU subhimpunan terbuka yang mengandung titikp danq. Pembatasan
129
(M, g) yang kausal akan menyebabkanC(p, q) bersifat Hausdorff dansecond count-
able.
Lemma V.14 Misalkan(M, g) hiperbolis global danp, q ∈ M, makaC(p, q) kom-
pak
Bukti: KarenaC(p, q) second countablemaka cukup dibuktikan bahwa setiap barisan
kurvaλn dalamC(p, q) mempunyai kluster kurva. MisalkanΣ adalah permukaan
cauchy bagiM, apabila diambilp, q ∈ D−(Σ), akan terdapat kurvafuture inex-
tendibleλ yang menjadi kuva kluster dariλn padaM− q. Karena tidak satupunλi
yang memasukiI+(Σ), makaλ juga tidak mungkin memasukinya. Oleh karena itu,
q akan menjadi titik ujung masa depan dariλ atauλ akan tetapinextensible. Tetapi
jika λ akan tetapinextensible, λ haruslah beririsan denganΣ danI+(Σ). Ini berarti
λ tidak mungkininextensible. Dengan demikianλ denganq sebagai titik ujungnya
merupakan kurva kluster dariλn. Argumentasi yang sama dapat diterapkan pada
p, q ∈ D+(Σ). Apabila q ∈ I+(Σ) danp ∈ D−(Σ), barisan kurvaλn dalam
C(p, q) akan mempunyaiλ kurva kluster yang melaluip berarah ke masa depan dan
beririsan denganI+(Σ). Apabila dipilih suatu titikr ∈ λ∩I+(Σ) dan mengekstraksi
subbarisanλn
dari λn yang konvergen pada kurvaλ
∣∣[p,r] , pembuanganp akan
menyebakan barisanλn
menjadipast inextensiblediM− p. oleh karena itu akan
terdapat kurvaλ yang melaluiq dan memasukiI−(Σ) serta menjadi kurva kluster dariλn
. λ haruslah melewatir karenar merupakan titik konvergensi dari
λn
, juga
agarλ tidak selalu berada dalamI+(r) ⊂ I+(Σ). Dengan demikian penyambungan
segment kurvaλ dari p ke r dan kurvaλ dari r ke q akan menjadi kurva kluster dari
barisan kurvaλn
Menggunakan kekompakanC(p, q), dapat ditunjukkan berlaku hal berikut
Proposisi V.3 Misalkan(M, g) ruang-waktu yang hiperbolis global danp, q ∈ M,
makaJ +(p) ∩ J −(q) kompak.
130
Bukti: Cukup ditunjukkan setiap barisanri dalamJ +(p)∩J −(q) mempunyai titik
kluster. Misalkanλj barisan kurva dalamC(p, q) yang setiapλi-nya melalui salah
satu titikri. KarenaC(p, q), akan terdapat kurvaλ yang menjadi kurva kluster dari
λj. Tentu sajaλ kompak karena merupakan bayangan dari interval tertutup pada
R. Dapat ditemukan suatu lingkunganU dari λ sedemikian rupaU kompak. Dalam
U , akan terdapatN sedemikian rupa sehinggaλn ⊂ U untuk setiapn > N . Dengan
demikian dalamU akan terdapat subbarisanrn. KarenaU kompak, akan terdapat
titik kluster r ∈ U dari rn. Jika r /∈ λ, ini kontradiksi dengan asumsi awalλ
sebagai kluster kurva darirn. Oleh karena itur ∈ λ ⊂ J +(p) ∩ J −(q).
Pembatasanp hanya pada sepanjangΣ saja akan menyebabkan dipenuhinya
proposisi di bawah ini
Proposisi V.4 Misalkan(M, g) hiperbolis global dengan permukaan CauchyΣ. Apa-
bila q ∈ D+(Σ), makaJ +(Σ) ∩ J −(q) kompak.
Puncak dari hubungan antara sifat hiperbolis global dengan kausalitas stabil
dinyatakan oleh proposisi di bawah ini.
Proposisi V.5 (Geroch (1970))
Ruang-waktu hiperbolis global(M, g) akan bersifat kausal stabil. Selanjutnya dapat
dipilih suatu fungsi waktuf sedemikian rupa sehingga saatf konstan merupakan
suatu permukaan CauchyΣ. Oleh karena ituM akan homeomorfis denganR× Σ.
Bukti: Untuk membuktikan(M, g) akan bersifat kausal stabil, cukup ditunjukkan
eksistensi fungsi waktu pada(M, g) (simpulan V.4). Seperti bukti pada lemma V.6,
diambil suatu ukuranµ padaM yang berhingga. Untuk setiapp ∈ M didefinisikan
t+(p) := µ[J +(p)] yang akan mempunyai nilai makin turun sepanjang kurva kausal
berarah ke masa depan. Akan ditunjukkan sifat hiperbolis global menyebabkant+(p)
kontinyu padaM sehingga tidak perlu direrata seperti pada lemma V.6.
131
Diambil suatu kurva kausalλ padaM. semisalr ∈ λ danxn menjadi barisan tak
berhingga padaλ yang berada pada masa lalur dan didefinisikanF := ∩nJ +(xn).
Apabila diasumsikant+(p) tidakupper semi-continouspadaλ di r, tentu akan terda-
pat suatu titikq ∈ F − J +(r) sehinggar /∈ J −(q). Tetapi setiapxn ∈ J −(q)
sehinggar ∈ J −(q), yang berarti bahwaJ −(q) tidak tertutup. Padahal dalam
ruang-waktu hiperbolis globalJ +(p) ∩ J −(q) akan tertutup∀p, q ∈ M, karena
merupakan subset kompak dalam ruang yang Hausdorff. Misalkan dapat ditemukan
suatu titik s ∈ J +(p) tetapi s /∈ J +(p). Apabila dipilih q ∈ I+(s), maka ten-
tunyas ∈ J +(p) ∩ J −(q) tetapis /∈ J +(p) ∩ J −(q). Ini kontrasiksi dengan sifat
J +(p) ∩ J −(q) yang seharusnya tertutup. Ini berarti untuk setiapp ∈ M yang
hiperbolis global,J +(p) akan selalu tertutup. Begitu juga himpunanJ −(p). Hanya
saja, telah dibuktikan apabilat+(p) tidak upper semi-continouspadaλ di r maka
J −(q) tidak tertutup untuk suatu titikq ∈ F − J +(r). Kontradiksi ini menun-
jukkan t+(p) merupakan fungsi yangupper semi-continoussepanjang kurva kausal
berarah ke masa depan. Sifatlower semi-continouspada fungsi tersebut dapat di-
tentukan dengan cara serupa. Oleh karena itu,t+(p) merupakan fungsi yang kon-
tinyu. Dengan cara serupa didefinisikan fungsi kontinyut−(p) := µ[J −(p)]. Ke-
dua fungsi tersebut memenuhilims→a t−(γ(s)) = 0 dan lims→b t
+(γ(s)) = 0 sep-
anjang kurva kausalinextendibleγ: (a, b) → M. Ini berarti, setiap kurva kausal
inextendibleakan beririsan dengan himpunan akronal saat suatu fungsi yang didefi–
nisikan dengant(p) = t−(p)t+(p)
konstan. t(p) konstan merupakan permukaan Cauchy,
karena merupakanhypersurfaceLipschitzan pula.Apabila diambil medan vektor bak-
waktuV yang membangkitkan orientasi waktu, dapat didefinisikan suatu pemetaan
β: tkonstan→M yang menjodohkan titik - titik padaM dengan titik saattkonstan
menggunakan kurva integral dariV . Sehingga dapat didefinisikan suatu homeomor-
fismeψ:M → R × S, p → (log t(p), β(p)) denganS menyatakan permukaan
132
Cauchy saattkonstan.
Homeomorfisme ruang-waktu hiperbolis global(M, g) dengan produk karte-
sis antaraR dengan permukaan Cauchy pada proposisi di atas ternyata dapat di–
tingkatkan lagi menjadi diffeomorfis. Upaya ini telah dilakukan oleh Bernal dan
Sanchez dengan membuat prosedur memperlicin fungsi waktu padaM. Oleh kare-
na itu pada ruang-waktu yang hiperbolis global dapat dinyatakan sebagaislice dari
permukaan Cauchy licin dan mengijinkan dekomposisi licin pada medan metriknya
[Sanchez , 2005].
5. Eksistensi Geodesik Pada Ruang-waktu yang Kausal
Proposisi V.6 MisalkanM memenuhi syarat kausal danp, q ∈ M denganq ∈
J +(p), akan terdapat geodesik kausal darip ke q yang mempunyai panjang lebih
besar atau sama dengan sembarang kurva kausal darip keq.
Untuk membuktikannya, perlu dianalisa perilaku unsur - unsur dalamC(p, q).
Karena setiap kurva kausal selain geodesik null dapat didekati dengan himpunan kur-
va bak-waktu, maka himpunan kurva bak-waktu darip ke q yang differensiableC1
yang dilambangkan denganC(p, q) dapat ditunjukkan sebagai dense bagiC(p, q).
Lemma V.15 ApabilaM memenuhi syarat kausal, maka fungsional panjangL up-
per semi-continous padaC(p, q) menurut topologi-C0
Bukti: Misalkanγ ∈ C(p, q) dengan〈γ, γ〉 = −1 danU menjadi lingkungan dari
γ yang berasal dari gabungan berhingga himpunan konveks danγ menyatakan per-
luasanγ pada lingkungan tersebut yanginextendible. KarenaM kausal, makaγ
tidak diijinkan beririsan dengan dirinya sendiri. Oleh karena itu,U dapat dipilihsim-
ply connected. Diambil medan vektor basisE0(t), · · · , En−1(t) yang ortonormal
sepanjangγ denganE0 = γ. Pemetaanf :V ⊂ Rn → U , (t, x1, · · · , xn−1) 7→
133
expγ(t)
(∑n−1i=1 x
iEi(t))
merupakan diffeomorfisme lokal di dekatγ. U danV dapat
dipilih cukup kecil sehinggaf menjadi diffeomorfisme.
KarenaC(p, q) ⊂ C(p, q), cukup dibuktikan fungsional panjangL upper
semi-continouspadaC(p, q). Misalkanγ unsur dariC(p, q) danµ kurva bak-waktu
yang menghubungkanp danq dan termuat dalam lingkunganγ yang telah disebutkan
sebelumnya. Karenadt(µ(t)) = 1, makaµ(t) = ∇t+v(t)〈∇t,∇t〉 denganv(t) menyatakan
medan vektor yang ortogonal terhadap∇t. Akibatnya
−gµ(t)(µ, µ) = −(
1
〈∇t,∇t〉
)2 (gµ(t)(∇t,∇t) + gµ(t)(v(t), v(t))
)≤ −
(1
〈∇t,∇t〉
)2 (gµ(t)(∇t,∇t)
)≤ −
(1
gµ(t)(∇t,∇t)
)
Tetapi karena−gγ(t)(γ, γ) = −gγ(t)(∇t,∇t) = 1 dan r 7→ gr(∇t,∇t) kontinyu,
maka untuk suatuε > 0 cukup kecil sehingga padaU dipenuhi−1−ε < g(∇t,∇t) <
−1 + ε sehingga−gµ(t)(µ, µ) ≤ 11−ε
= − 11−ε
gγ(t)(γ, γ) sehinggaL(µ) ≤ 11−ε
L(γ).
Karenaµ ∈ C(p, q) sembarang, makaL upper semi-continouspadaC(p, q)
Bukti proposisi V.6: Ketika C(p, q) = ∅ tetapiC(p, q) 6= ∅, makap danq
akan terhubung oleh geodesik null patah dan tidak ada kurva kausal lain selain kurva
geodesik null patah. Sebaliknya jikaC(p, q) 6= ∅, akan terdapat kurva kausalγ darip
ke q yang panjangnya lebih atau sama dengan kurva lainya. Tetapi dalam lingkungan
konveks, kurva kausal berpanjang maksimal yang menghubungkan dua titik dalam
lingkungan tersebut adalah suatu geodesik kausal. Karena Lipsichtzan, sepanjangγ
akan selalu dapat dibangun lingkungan - lingkungan konveks. Oleh karena itu, apabi-
la γ mempunyai panjang lebih dari kurva lainnya, tentulahγ adalah suatu geodesik.
134
Karena fungsi kontinyu dari sembarang ruang kompak keR akan mempu–
nyai nilai maksimum dan minimum, maka pada rung-waktu hiperbolis global,L yang
upper semi-continousakan mempunyai maksimum diC(p, q). DalamC(Σ, q) yang
dilengkapi dengan fungsional panjangL = inf L(γ) |γ ∈ C(p, q), ∀p ∈ Σ juga
mengalami hal yang sama. Bersama dengan hasil pada bab sebelumnya yang me–
nyatakan: Secara lokal, kurva berpanjang maksimal yang menghubungkan antara
suatuhypersurfacedan sebuah titik adalah geodesik bak-waktu ortogonal terhadap
hypersurfacedan tidak mempunyai titik konjugasi antarahypersurfacedan titik terse-
but, maka dapat disimpulkan hal - hal berikut.
Simpulan V.7
1. Dalam ruang-waktu hiperbolis global, kurva berpanjang maksimal yang meng–
hubungkan titik - titikp, q ∈M denganq ∈ J +(p) adalah geodesik bak-waktu
yang tidak mempunyai titik konjugasi.
2. Jika Σ permukaan Cauchy, danq ∈ D+(Σ), maka akan terdapat geodesik
bak-waktu berpanjangL yang tidak memuat titik fokal antaraΣ danq.
Kondisi yang lebih renggang diberikan pada ruang-waktu yang kausal kuat
yaitu dengan mengganti permukaan Cauchy dengan sembaranghypersurfacebak-
ruang akronal. KarenaC(p, q) tidak selalu kompak, maka kemaksimalanL tidak
ditentukan olehC(p, q).
Simpulan V.8
1. Pada ruang-waktu kausal kuat, apabila diijinkan nilai maksimal pada fung-
sional panjang maka kurva geodesik bak-waktu tanpa titik konjugasi yang meng–
hubungkanp, q ∈M denganq ∈ J +(p) mempunyai panjang maksimal dalam
C(p, q).
135
2. MisalkanS hypersurface bak-ruang akronal licin pada ruang-waktu kausal ku-
at danq ∈ D+(S). Apabila diijinkan nilai maksimal pada fungsional panjang
maka geodesik ortogonal terhadapS menujuq yang tidak memuat titik fokal
mempunyai panjang maksimal dalamC(S, q).
Karena geodesik null tanpa titik konjugasi tidak dapat mengalami deformasi menjadi
kurva bak-waktu, akan dapat diperoleh kesimpulan berikut
Simpulan V.9 Misalkan (M, g) ruang-waktu hiperbolis global danS suatu sub-
manifold bak-ruang yang kompak, orientabel dan berkodimensi2. Maka setiapp ∈
∂I+(S) dilintasi oleh geodesik null berarah ke masa depan berasal dariS dan or-
togonal terhadapnya serta tidak memuat titik fokal antaraS danp.
BAB VI
SINGULARITAS RUANG - WAKTU
Setelah menyiapkan sejumlah perangkat yang diperlukan pada bab - bab se-
belumnya, berikut ini akan dibuktikan sejumlah teorema singularitas menurut sudut
pandang ketidak-komplitan geodesik. Baik geodesik null maupun geodesik bak-
waktu. Teorema- teorema ini didasarkan pada teorema - teorema singularitas yang
telah ditemukan oleh Hawking dan Penrose.
Teorema pertama berikut menunjukkan bahwa jika ruang-waktu bersifat hiper-
bolis global dan suatu ketika terlihat mengalami ekspansi ke segala arah, maka dapat
ditunjukkan bahwa jagat raya bermula dari suatu keadaan singular pada suatu selang
waktu berhingga di masa lalu.
Teorema VI.1
Misalkan (M, g) ruang-waktu yang hiperbolis global dan syarat energi kuat ter-
penuhi oleh materi. Apabila pada(M, g) terdapat permukaan CauchyΣ bak-waktu
licin (paling tidakC2) dengan kelengkungan rata - rata⟨Hγ(a), γ(a)
⟩:= c > 0 untuk
setiap geodesik bak-waktuγ denganγ(a) ∈ Σ, maka setiap kurva bak-waktu berarah
ke masa lalu dariΣ tidak komplit.
Bukti: Untuk membuktikan teorema ini, akan dikenakan kontraposisi. Semisal terda-
pat kurva bak-waktu berarah ke masa laluλ mempunyai panjang lebih besar dari1c,
danp menyatakan titik sepanjangλ pada jarak1c
dariΣ. Menurut simpulan V.8 akan
terdapat geodesik tanpa titik fokal antaraΣ danp serta panjang maksimum. Tetapi
ini kontradiksi dengan proposisi IV.2 yang menyatakanγ harus mempunyai titik fokal
antaraΣ danp. Oleh karena itu, seharusnya tidak ada satu kurva bak-waktu berarah
ke masa lalu yang dapat mempunyai panjang yang lebih dari1c.
136
137
Ide utama teorema di atas adalah adanya kontradiksi antara sifat hiperbolis
global dan ekspansi kongruensi geodesik akibat dipenuhinya syarat energi kuat. Per-
syaratan sifat hiperbolis global pada teorema di atas dapat saja digantikan dengan
sifat kausal kuat. Hanya saja permukaan Cauchy harus dibayar dengan keberadaan
hypersurfaceakronal yang kompak. Ini berarti, jagat raya yang secara spasial tertu–
tup dan memenuhi syarat energi kuat akan mempunyai riwayat singularitas pada masa
lalunya.
Teorema VI.2
Misalkan(M, g) ruang-waktu kausal kuat yang memenuhi syarat konvergensi bak-
waktu dan syarat energi kuat. Akan terdapat paling tidak sebuah geodesik bak-waktu
berarah ke masa lalu tidak komplit, apabilaM mengandung hypersurface akronal
bak-ruangS yang licin, kompak dan tanpaBibir dengan⟨Hγ(a), γ(a)
⟩> 0 untuk
setiapγ(a) ∈ S danγ kongruensi geodesik bak-waktu berarah ke masa lalu normal
terhadapS.
Bukti: MisalkanC := sup⟨Hγ(a), γ(a)
⟩dan setiap geodesik bak-waktuinex-
tendibleberarah ke masa lalu dariS mempunyai panjang lebih dari1/C. Berdasarkan
teorema VI.1, setiap geodesik bak-waktu tersebut harus meninggalkanint[D(S)]
karena(int[D(S)], g) bersifat hiperbolis global. Kemudian akan beririsan dengan
batas masa lalu dariD(S) yaituH−(S) sebelum mencapai panjang lebih dari1/C.
Mi–salkanp ∈ H−(S) dan γ merupakan geodesik bak-waktu ortogonal terhadap
S yang melaluip. Tentu saja akan terdapat barisan kurvaλi ⊂ C(S, p) yang
memenuhilimi→∞ L(λi) = L(γ). Dipilih qi ∈ λi denganqi 6= p sedemikian rupa
qi konvergen kep. Karenaqi ∈ I+(p) tentunyaqi ∈ int[D−(S)]. Oleh karena
itu, berdasarkan simpulan V.7 akan dapat ditemukan geodesikγi ortogonal terhadap
S menujuqi yang memaksimumkan panjang setiap kurva dalamC(S, qi). Misalkan
ri = γi ∩ S danpi = γi ∩H−(S). KarenaS kompak, makari akan konvergen ke
138
r = γ ∩ S. Kegayutan geodesik terhadap titik yang dilalui dan vektor singgungnya
akan menyebabkanp menjadi titik limit dari barisanpi. Oleh karena ituH−(S)
bersifat kompak. Misalkantimenyatakan sembarang barisan dalam parameter kur-
va kausalλ′(t) ⊂ H−(S). KarenaH−(S) kompak, tentunyaλ′(ti) akan mempun-
yai titik akumulasi dalamH−(S). Oleh karena itu setiap kurva kausal dalamH−(S)
akan bersifatextendible. Hanya saja syaratBibir(S) = ∅ akan menyebabkanH−(S)
memuat suatu geodesik nullfuture inextendible(proposisi V.1). Dengan demikian
terjadi kontradiksi dengan kekompakan dariH−(S).
Dua teorema sebelumnya menunjukkan ketidak-komplitan geodesik bak-waktu
dalam konteks kosmologi. Teorema berikut menunjukkan ketidak komplitan geode-
sik null dalam konteks keruntuhan gravitasi. Secara historis, teorema berikut meru-
pakan teorema singularitas pertama yang ditunjukkan oleh Penrose [Penrose , 1965].
Dalam masalah keruntuhan bintang, Penrose menunjukkan bahwa sekali bintang men-
capai radius permukaan Schwartzschild ( permukaanr = 2m) maka selamanya tidak
akan mampu membesar lagi. Meskipun permukaan Schwartzschild terdifinisi hanya
pada solusi simetri speris sempurna, tetapi dapat ditunjukkan hal yang serupa da-
pat terjadi pada sembarang sistem yang mempunyai kondisi awal mendekati simetri
speris sempurna. permukaan Schwartzschild tersebut mewakili suatu permukaan bak-
ruang tertutup berkodimensi dua yang kongruensi dua geodesik nullnya konvergen
ke masa depan. Karena tidak satupun yang mempunyai kecepatan melebihi cahaya,
maka materi apapun dalam permukaan tersebut selamanya akan terperangkap. Per-
mukaan seperti ini akan disebut sebagaiClosed trapped surface.
Definisi VI.1 Closed trapped surface adalah submanifold bak-ruangT yang licin
dan kompak sedemikian rupa sehingga kedua kongruensi null-nya negatif sepanjang
submanifold.
MisalkaneAA=1,···,n−2 basis ortogonal padaTpT dan medan vektor null be-
139
rarah ke masa depanN−, N+ ortogonal sepanjangT dengan〈N±, N±〉 = 0 dan
〈N−, N+〉 = −1. Menggunakan basiseA, N−(p), N+(p), setiap vektorv ∈ TpM
mengalami dekomposisiv = vAeA + v−N− + v+N+ denganvA = 〈v, eA〉 dan
v± = −〈v,N∓〉. Medan kelengkungan rata- rataH padap dapat dinyatakaan dengan
Hp = 1n−2
∑n−2A=1 II(eA, eA). DekomposisiHp memberikan
Hp =1
n− 2
n−2∑A=1
(−〈II(eA, eA), N−〉N+ − 〈II(eA, eA), N+〉N−)
=1
n− 2
n−2∑A=1
(−〈∇eAeA, N−〉N+ − 〈∇eA
eA, N+〉N−)
=1
n− 2
n−2∑A=1
(−〈∇eAN−, eA〉N+ − 〈∇eA
N+, eA〉N−)
=1
n− 2(tr(χ−)N+ + tr(χ+)N−)
denganχ± = ∇N [∓ adalah bentuk dasar kedua padaT . JadiT menjadiClosed
trapped surfacejika dan hanya jika ekspansi nullθ± = tr(χ±) = gAB(χ±)AB kedu-
anya negatif padaT .
Teorema VI.3
Ruang-waktu(M, g) tidak dapat mempunyai geodesik null komplit jika memenuhi:
1. Ric(w,w) ≥ 0, ∀w vektor null
2. Terdapat permukaan Cauchy tidak kompakΣ
3. Terdapat closed trapped surfaceT
Bukti: MisalkanC := sup θ−, θ+ dan setiap geodesik null berarah ke masa depan
dari T mempunyai panjang affine lebih dari atau sama dengann−2C
. Dapat didefin-
isikan suatu pemetaanf+: T × [0, n−2C
] → M dengan mengambilf(q, a) sebagai
140
suatu titik padaM pada saat parameter affinet = a sepanjang kongruensi geode-
sik null yang dibangkitkan olehN+ dari T . Menggunakan cara serupa, pemetaan
f−: T × [0, n−2C
] →M yang dibangkitkan olehN− didefinisikan. KarenaT × [0, n−2C
]
kompak dan pemetaanf± kontinyu, maka bayangaan darif± dan gabungannya yaitu
A = f+
T × [0, n−2
C]∪ f−
T × [0, n−2
C]
juga akan kompak. Oleh proposisi IV.2
dan simpulan V.9, tentunya∂I+(T ) ⊂ A dan karena∂I+(T ) tertutup, maka da–
pat disimpulkan bahwa∂I+(T ) juga kompak. Berikutnya akan ditunjukkan bahwa
kekompakan∂I+(T ) kontradiksi dengan kekompakanΣ.
Memakai medan vektorV yang membangkitkan orientasi waktu padaM,
dapat diketahui bahwa setiap kurva integral yang dibangkitkan olehV akan tepat
beririsan sekali denganΣ dan∂I+(T ) akibat akronalitas kedua himpunan tersebut.
Oleh karena itu dapat didefinisikan pemetaan kontinyuψ: ∂I+(T ) →M. Misalkan
S := ψ[∂I+(T )], pembatasanψ: ∂I+(T ) → S akan menjadikannya suatu homeo-
morfisme. Oleh karena itu, karena∂I+(T ) kompak,S juga akan kompak. Sebagai
subset kompak dariΣ, tentu jugaS bersifat tertutup. Berikutnya, karena∂I+(T )
Lipschitzan, makaS akan menjadi subset terbuka dariΣ. Hanya saja, ruang-waktu
hiperbolis globalM homeomorpis terhadapR× Σ. Oleh karena itu, apabilaM ter-
sambung,Σ juga bersifat tersambung pula. Sehingga himpunan terbuka sekaligus
tertutup padaΣ hanyalahΣ dan∅. Ini berartiS adalahΣ sendiri yang menunjukkan
kontradiksi dengan asumsi awal, karenaΣ tidak kompak tetapiS kompak.
Teorema VI.4 (Hawking dan Penrose (1970))
Ruang-waktu(M, g) tidak dapat mempunyai geodesik kausal komplit jika memenuhi:
1. Syarat energi kuat dan generisitas.
2. Kondisi kronologis .
3. Terdapatnya salah satu di antara hal berikut
141
(a) Closed trapped surface
(b) Himpunan akronal kompak tanpaBibir
(c) Terdapat titikp ∈ M sedemikian rupa sehingga setiap geodesik null be-
rarah ke masa lalu (atau ke masa depan) darip mempunyai ekspansi
negatif sepanjang geodesik.
Teorema di atas merupakan kesimpulan dari proposisi di bawah ini
Proposisi VI.1 Tiga keadaan berikut tidak mungkin terjadi secara bersamaan:
1. Setiap geodesik kausal inextendible memuat sepasang titik berkonjugasi.
2. Ruang-waktu(M, g) bersifat kausal kuat.
3. Terdapat suatu himpunan akronalS sedemikian rupa sehinggaE+(S) atau
E−(S) kompak
Bukti bahwa proposisi VI.1 setara dengan teorema VI.4:
Sebelumnya diasumsikan(M, g) bergeodesik kausal komplit dan kronologis.
Syarat energi kuat dan generisitas mengharuskan keberadaan sepasang titik konju-
gasi pada setiap geodesik kausalinextendible, berarti tidak mungkin terdapat geode-
sik kausalinextendiblemaksimal. Akibatnya, kausalitas kuat harus terjadi. Karena
apabila tidak, maka akan terdapat geodesik null akronalinextendiblepadaM.
Jika (M, g) memuatClosed trapped surfaceT , maka himpunanE+(T ) ⊂
∂J +(T ) merupakan himpunan yang dibangkitkan oleh geodesik null. Geodesik -
geodesik tersebut ortogonal terhadapT dan menurut definisiClosed trapped surface,
masing - masing akan mempunyai titik fokal. KarenaT kompak danE+(T ) dibang–
kitkan oleh geodesik null tanpa titik fokal, makaE+(T ) juga akan kompak.
Jika (M, g) memuat suatu himpunan akronalS kompak tanpaBibir, maka
E+(S) = S. Ini karenaE+(S) = J +(S) − I+(S) dan setiap unsur padaE+(S)
142
akan dilalui oleh geodesik null yang beririsan denganBibir(S). Oleh karena itu,
himpunanE+(S) juga kompak.
Untuk membuktikan proposisi VI.1 akan diberikan melalui alur berikut: Mi–
salkan kondisi 1, 2 dan 3 pada proposisi VI.1 terpenuhi dan tanpa mengurangi pe-
rumuman akan diambilE+(S) kompak. Akan ditunjukkan bahwaH+(E+(S)) tidak
kompak atau kosong. Setiap medan vektor kausalU haruslah mempunyai kurva in-
tegralγ inextendileberarah ke masa depan dalamD+(E+(S)). Kurva integral ini
digunakan untuk memetakanE+(S) keH+(E+(S)) yang mengakibatkanH+(E+(S)
bersifat kompak juga. cara yang sama digunakan pada masa laluE+(S)∩J −(γ) un-
tuk mengkonstruksi kurva kausalinextendibleµ yang keseluruhannya termuat dalam
D(E+(S)). Kurva tersebut kemudian dipakai untuk mengkostruksi suatu geodesik
kausal maksimalinextendibleyang berkontradiksi dengan 1. Untuk keperluan terse-
but diperlukan pembuktian beberapa hal berikut:
1. H+(E+(S)) ⊂ H+(∂J +(S)).
2. H+(E+(S)) bersifat tidak kompak atau kosong.
3. Terdapat kurva bak-waktuinextendibleberarah ke masa depanγ ⊂ D+(E+(S)).
4. Akan terdapat kurvainextendibleberarah ke masa laluλ ⊂ D−(E+(F )) dengan
F := E+(S) ∩ J −(γ).
5. Akan terdapat geodesik kausalinextendibletanpa titik konjugasi dalamD(E−(F )).
Lemma VI.1 Untuk setiap himpunan akronal tertutupS, dipenuhi inklusiH+(E+(S)) ⊂
H+(∂J +(S)).
Bukti: Misalkanp ∈ H+(E+(S)) − H+(∂J +(S)). Dari E+(S) ⊂ ∂J +(S) dapat
diperolehD+(E+(S)) ⊂ D+(∂J +(S)) sehinggap ∈ I−(D+(∂J +(S)). Apabila
143
diambilq ∈ I+(p)∩D+(∂J +(S)). Pertama akan ditunjukkan bawaI+(p)∩I−(q)
tidak beririsan dengan∂J +(S). Semisal terdapat suatu titikr ∈ ∂J +(S)∩I+(p)∩
I−(q), maka himpunan terbukaI−(r) merupakan lingkungan bagip ∈ H+(E+(S))
dan tentunya akan beririsan denganD+(E+(S)) karena setiap kurva bak-waktuin-
extendibleberarah ke masa lalu dengan titik ujung masa depan diD+(E+(S)) akan
beririsan denganE+(S) ⊂ ∂J +(S). Akibatnya akan dapat ditemukan suatu titik
r′ ∈ I−(r) ∩ ∂J +(S) ⊂ I−(∂J +(S)) ∩ ∂J +(S). Ini kontradiksi dengan akronal-
itas ∂J +(S). Berikutnya karenaI + (p) ∩ I−(q) tidak beririsan dengan∂J +(S)
dan I−(q) lingkungan terbuka bagip ∈ H+(E+(S)), akan dapat ditemukan kur-
va bak-waktupast inextendibleγ yang punya titik ujung masa depan diq dan tidak
beririsan denganE+(S). Tetapi karenaq ∈ D+(∂J +(S)), makaγ akan beririsan
denganD+(∂J +(S)) di suatu titik, katakanlahs. Misalkanµ merupakan pembang–
kit D+(∂J +(S)) yang mempunyai titik ujung masa depan dis, makaµ akanpast
inextendibleatau mempunyai titik ujung diBibir(S). Dapat ditunjukkan kedua ka-
sus tersebut membawa suatu kontradiksi dengan asumsi semula. Untuk kasus perta-
ma, semisalµ akanpast inextendibledan tidak beririsan denganS. Karenaγ bak-
waktu dan mempunyai titik ujung masa depan diD+(∂J +(S)), maka akan beririsan
de–nganint[D+(∂J +(S)], sehinggaγ beririsan denganI−(∂J +(S)). Jadiµ ⊂
∂J +(S) yang menunjukkan kontradiksi dengan akronalitas∂J +(S). Kasus berikut-
nya, jika terdapat suatu titikr′ ∈ Bibir(S) yang beririsan denganµ, Titik tersebut
akan berada dalamS pula, karenaS tertutup. Dengan demikian,µ termuat dalam
J +(S) yang berakibatr′ ∈ J +(S) ∩ J +(S) = E+(S) yang berkontradiksi dengan
keberadaanγ.
Lemma VI.2 MisalkanS himpunan akronal tertutup sedemikian rupa sehinggaJ +(S)
kausal kuat, makaH+(E+(S)) tidak kompak atau kosong.
Bukti: MisalkanH+(E+(S)) tidak kosong tetapi kompak. KarenaJ +(S) kausal
144
kuat,H+(E+(S)) akan diliput oleh sejumlah berhingga lingkungan koveksUi yang
berklosure kompak sedemikian rupa tak satupunUi yang beririsan dengan kurva
kausal lebih dari sekali. Misalkanr1 ∈ H+(E+(S)) danUi(1) menjadi salah satu
lingkungan konveks denganr1 ∈ Ui(1). Menggunakan lemma VI.1, akan terdapat
suatu titikp1 ∈ J +(S) ∩ (Ui(1) − D+(∂J (S))). Berdasarkan lemma V.9, akan ter-
dapat kurva bak-waktupast inextendibleα1 melalui p1 yang tidak beririsan dengan
D+(∂J (S))). Karenaα1 tidak beririsan dengan∂J +(S), maka akan termuat dalam
int[∂J +(S)] = I+(S). Kurvaα1 meninggalkanUi(1) karena kekompakannya. Akan
terdapat suatu titikq1 ∈ α1 − Ui(1) ⊂ I+(S). Misalkanβ1 menyatakan kurva bak-
waktu berarah ke masa lalu dariq1 keS. KarenaS ⊂ E+(S) danE+(S) suatuhyper-
surfaceakronal, makaβ1 akan beririsan denganD+(E+(S)) dan jugaH+(E+(S)).
Misalkanr2 ∈ βH+(E+(S)) danUi(2) menyatakan salah satu lingkungan konveks
yang memuatr2. Lingkungan - lingkungan konveksUi(1) danUi(2) keduanya berbe-
da karenar2 ∈ J −(r1) dan tidak satupunUi dilewati kurva kausal lebih dari sekali.
Dengan induksi dapat dibangun sejumlah tak berhingga lingkungan saling asingUi
yang berkontradiksi dengan asumsi kekompakanH+(E+(S)).
Lemma VI.3 MisalkanS himpunan akronal tertutup sedemikian rupa sehinggaJ +(S)
kausal kuat dan semisalE+(S)) kompak. Akan terdapat kurva bak-waktu inextendible
berarah ke masa depanγ yang keseluruhannya berada dalamD+(E+(S)).
Bukti: Misalkan V merupakan medan vektor pembangkit orientasi pada(M, g).
KarenaE+(S) hypersurfaceakronal, setiap kurva bak-waktu berarah ke masa depan
dengan titik ujung masa lalu diE+(S) akan berawal dalamint[D+(E+(S))]. Jika se-
tiap kurva integral dariV beririsan denganH+(E+(S)) setelah sebelumnya beririsan
denganE+(S), akan diperoleh suatu pemetaan kontinyuϕt: E+(S) → H+(E+(S)).
Pemetaan ini bersifat surjektif karena oleh lemma V.9 setiap kurva bak-waktupast
inextendibleyang beririsan dengan horizon peristiwa suatu himpunan tertutup harus
145
beririsan dengan himpunan dengan himpunan tersebut. KarenaE+(S) kompak, ma-
kaH+(E+(S)) juga kompak yang kontradiksi dengan lemma VI.2. Oleh karena itu,
paling tidak terdapat satu buah kurva integralγ dari V yangfuture inextendibledan
termuat dalamint[D+(E+(S))].
Lemma VI.4 Misalkan(M, g) ruang-waktu kausal kuat bergeodesik kausal komplit
yang setiap geodesik kausal inextendible mempunyai sepasang titik konjugasi. Mi–
salkanS himpunan akronal tertutup denganE+(S) kompak danγ kurva bak-waktu
inextendible berarah ke masa depan dalamD+(E+(S)). Akan terdapat kurva inex-
tendible berarah ke masa laluλ ⊂ D−(E−(F )) denganF := E+(S) ∩ J −(γ).
Bukti: Pertama akan ditunjukkan suatu inklusiE−(F ) ⊂ F ∪ ∂J −(γ). Misalkan
p ∈ E−(F ) − F . Jika terdapat suatu titikp′ ∈ I−(p) ∩ E+(S), makaI+(p′) akan
menjadi lingkungan darip yang beririsan denganI−(E+(S)) yang berkontradiksi
dengan akronalitas dariE+(S). Oleh karena itu mestinyaI−(p) ∩ E+(S) = ∅. Jika
x ∈ I−(γ) maka akan terdapat suatu titikr ∈ I−(γ)∩I+(p). Misalkanµ kurva bak-
waktu yang menghubungkanp danγ yang melaluir. Kurva ini harus beririsan dengan
E+(S) karenaγ ⊂ D+(E+(S)) danI−(p) ∩ E+(S) = ∅. Karena titik perpotongan
ini berada dalamE+(S) ∩ I−(γ) ⊂ F , dapat diperolehp ∈ I−(F ) yang kontradiksi
dengan asumsip ∈ E−(F ). Oleh karena itu, diperolehp ∈ J −(F ) − I−(γ) ⊂
J −(γ))−I−(γ) = ∂J −(γ) yang berakibat dipenuhinya pulaE−(F ) ⊂ F ∪∂J −(γ).
HimpunanF merupakan irisan dari suatu himpunan tertutup dan suatu him-
punan yang kompak, sehingga bersifat kompak. Karenaγ future inextendible, semua
generator bagi∂J −(γ) haruslah jugafuture inextendible. Semisalβi barisan gene–
rator E−(F ). KarenaF kompak, akan terdapat kurva limitfuture inextendibledari
βi, katakanlahβ. Asumsi semula mengatakan generator ini tidak boleh akronal, ja-
di kontradiksi dengan akronalitas∂J −(γ). Oleh karena itu,E−(F ) bersifat kompak
dan selanjutnya dapat diterapkan lemma VI.3.
146
Lemma VI.5 Misalkan C ⊂ M kompak. JikaD+(C) memuat suatu kurva bak-
waktuγ yang inextendible berarah ke masa depan danD−(C)∩J −(γ) memuat suatu
kurva bak-waktuλ yang inextendible berarah ke masa lalu. MakaD(C) memuat
suatu geodesik kausal inextendible tanpa titik konjugasi.
Bukti: Misalkanqi barisan dalamγ yang tidak mempunyai titik akumulasi sedemi–
kian rupaqi+1 ∈ I+(qi). Dipilih suatu barisanpi dalamλ sedemikian rupaqi ∈
I+(pi) dan pi ∈ I+(pi+1). Untuk setiapi disusun suatu kurva kausalµi yang
menghubungkanpi danqi. Karena berada dalam himpunan hiperbolis global, kurva
tersebut dapat digantikan segmen geodesik maksimalµi. Misalkanµ(0) ∈ C, ma-
ka garis(R+ − 0).µi(0) |i ∈ N mempunyai titik akumulasi dalam ruang arah
kausal atasC, karena ruang tersebut kompak. Setiap geodesikinextendibleµ dengan
µ(0) ∈ ` merupakan kurva limit dari barisanµi. Karena setiap kurva limit dari
geodesik maksimal juga bersifat maksimal, maka kurvaµ tidak mempunyai sepasang
titik konjugasi.
Bukti proposisi VI.1: Cukup diambilC = E−(F )
BAB VII
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari uraian - uraian yaang telah disampaikan sebelumnya, dapat disimpulkan
beberapa hal berikut.
1. Model matematik untuk ruang-waktu relativitas umum adalah pasangan(M, g)
denganM menyatakan himpunan seluruh kejadian yang mungkin terjadi pa-
da alam semesta. Dalam konteks ini,M merupakan manifold licin berdi-
mensi empat yang Hausdorff dan tersambung serta dilengkapi medan metrik
Lorentziang. Agar dapat menampung seluruh titik regular, perlu dipersyaratkan
pula (M, g) sebagai ruang-waktu yanginextendibleyaitu ruang-waktu yang
tidak isometris terhadap subset ruang-waktu yang lain. Isi materi dalam ruang-
waktu memenuhi tiga postulat: kausalitas lokal, kelestarian energi dan mo-
mentum lokal serta persamaan medan Einstein. Kiranya pembatasan dimensi
tidaklah terlalu diperlukan. Oleh karena itu ruang-waktu relativitas umum da-
pat diperluas menjadi manifold Lorentzian sembarang yang memenuhi syarat-
syarat di atas, kecuali pembatasan dimensi.
2. Singularitas dapat terbagi dalam dua kelompok besar yaitu singularitas semu
yang muncul karena kegagalan sistem koordinat yang dipakai untuk mendeskrip-
sikan nilai suatu kuantitas dan singularitas sejati yang menyatakan singulari–
tas nilai kuantitas tersebut pada tataran global. Oleh karena itu, pendeskripsian
singularitas yang terbaik adalah dengan menggunakan analisa global, sehing-
ga singularitas semu yang hanya merupakan perilaku lokal dapat diabaikan.
Analisa singularitas menggunakan kekomplitan geodesik (g-completeness) di-
147
148
dasarkan pada kenyataan bahwa apabila titik - titik singularitas sejati dibuang,
terbentuklah suatu manifold yang tidak komplit.
3. Hubungan antara syarat konvergensi bak-waktu dan ekspansi kongruensi geode-
sik termuat dalam dua proposisi berikut:
(a) Misalkanγ: [a, b] → M geodesik kausal danΣ hypersurfacebak-ruang
jika γ bak-waktu danΣ submanifold bak-ruang berkodimensi-2 jikaγ
null denganγ(a) ∈ (Tγ(a)Σ)⊥. JikaRic(γ(t), γ(t)) ≥ 0 untuk setiap
t ∈ [a, b] dan medan vektor kelengkungan rata-rataH padaΣ memenuhi
〈Hγa, γ(a)〉 =: c > 0, maka akan terdapat titik fokal dariΣ sepanjangγ
sebelumγ(a+ 1/c).
(b) Misalkanγ geodesik kausal komplit danRic(γ(t), γ(t)) ≥ 0 untuk setiap
t serta terdapatt0 sedemikian rupa sehingga pemetaan
R: (γ(t0))⊥ → (γ(t0))
⊥, v 7→ Rv := R(v, γ)γ
tidak sama dengan nol, makaγ mengandung titik konjugasi
4. Keberadaan titik fokal atau titik konjugasi sepanjang geodesik kausal dapat
ditafsirkan oleh dua proposisi berikut
(a) Jika pada geodesik nullγ: [a, b] →M terdapat titik fokal padac ∈ (a, b)
maka akan terdapat kurva bak-waktu yang cukup dekat denganγ.
(b) Jika pada geodesik bak-waktuγ: [a, b] → M terdapat titik fokal pada
c ∈ (a, b) maka akan terdapat variasi padaγ yang menghasilkan kurva
lebih panjang dariγ .
5. Sifat- sifat kurva berpanjang maksimum dalam ruang kausal kuat dan hiperbolis
global dinyatakan dalam proposisi berikut
149
(a) Dalam ruang-waktu hiperbolis global, kurva berpanjang maksimal yang
menghubungkan titik - titikp, q ∈M denganq ∈ J +(p) adalah geodesik
bak-waktu yang tidak mempunyai titik konjugasi.
(b) JikaΣ permukaan Cauchy danq ∈ D+(Σ), maka akan terdapat geodesik
bak-waktu berpanjangL yang tidak memuat titik fokal antaraΣ danq.
(c) Pada ruang-waktu kausal kuat, jika fungsional panjang mengijinkan ni-
lai maksimal maka kurva geodesik bak-waktu tanpa titik konjugasi yang
menghubungkanp, q ∈ M denganq ∈ J +(p) mempunyai panjang mak-
simal dalamC(p, q).
(d) MisalkanS hypersurfacebak-ruang akronal licin pada ruang-waktu kausal
kuat danq ∈ D+(S). Jika fungsional panjang mengijinkan nilai maksi-
mal maka geodesik ortogonal terhadapS menujuq yang tidak memuat
titik fokal mempunyai panjang maksimal dalamC(S, q).
6. Menggunakan beberapa proposisi yang dipaparkan pada nomor 3 dan nomor 5
di atas, dapat disusun empat buah teorema
(a) Misalkan(M, g) ruang-waktu yang hiperbolis global dan syarat energi
kuat terpenuhi oleh materi. Apabila pada(M, g) terdapat permukaan
CauchyΣ bak-waktu licin (paling tidakC2) dengan kelengkungan rata
- rata⟨Hγ(a), γ(a)
⟩:= c > 0 untuk setiap geodesik bak-waktuγ dengan
γ(a) ∈ Σ, maka setiap kurva bak-waktu berarah ke masa lalu dariΣ tidak
komplit.
(b) Misalkan(M, g) ruang-waktu kausal kuat yang memenuhi syarat kon-
vergensi bak-waktu dan syarat energi kuat. Akan terdapat paling tidak
sebuah geodesik bak-waktu berarah ke masa lalu tidak komplit, apabila
M mengandunghypersurfaceakronal bak-ruangS yang licin, kompak
150
dan tanpaBibir dengan⟨Hγ(a), γ(a)
⟩> 0 untuk setiapγ(a) ∈ S danγ
kongruensi geodesik bak-waktu berarah ke masa lalu normal terhadapS.
(c) Ruang-waktu(M, g) tidak dapat mempunyai geodesik null komplit jika
memenuhi syarat konvergensiRic(w,w) ≥ 0, ∀w vektor null, mem-
punyai permukaan Cauchy tidak kompakΣ dan mempunyaiclosed trapped
surfaceT
(d) Ruang-waktu(M, g) tidak dapat mempunyai geodesik kausal komplit ji-
ka memenuhi syarat energi kuat dan generisitas, kronologis dan mempu–
nyai salah satu diantara tiga syarat berikut:
i. Closed trapped surface
ii. Himpunan akronal kompak tanpaBibir
iii. Terdapat titikp ∈ M sedemikian rupa sehingga setiap geodesik null
berarah ke masa lalu (atau ke masa depan) daripmempunyai ekspan-
si negatif sepanjang geodesik.
2. Saran
Kiranya masih banyak persoalan yang belum dapat dituntaskan dan memer-
lukan penelitian lanjutan bagi pembaca yang tertarik terjun pada bidang kajian ini
diantaranya:
1. Dalam skripsi ini, sebagian kuantitas yang diteliti diasumsikan sampai ke tingkat
differensiabilitas licin. Padahal hal ini tidak selalu terpenuhi. Oleh karena
itu derajat differensiabilitas terendah kuantitas - kuantitas tersebut masih perlu
diteliti.
2. Pembahasan pada Bab IV dan Bab V dapat dikatakan murni matematik dan
membuka peluang penelitian lebih lanjut dalam matematik dan terapan fisikanya.
151
Diantaranya adalah penentuan distribusi titik konjugasi sepanjang geodesik da–
lam manifold Pseudo-Riemannian dan kaitannya dengan indeks Morse. Meski–
pun penelitian tentang manifold Riemannan dapat dikatakan sangat berlimpah,
penelitian di bidang manifold Pseudo-Riemannian masih sangat sedikit dite-
mukan. Padahal sifat-sifat manifold Riemannian tidak sepenuhnya terpenuhi
dalam manifold Pseudo-Riemannan. Mengingat manifold Pseudo-Riemannan
lebih umum dari Riemannan, prospek terapannya dalam berbagai bidang khusus-
nya fisika tentu akan lebih luas.
3. Penelitian tentang batas singularitas – pengasumsian titik - titik singularitas se-
bagai himpunan yang membentuk batas dari manifold terbuka – juga belum
cukup berhasil. Sudah hampir empat puluh tahun upaya ini dilakukan melalui
berbagai sudut pandang yang berbeda, diantaranya:geodesics boundaryoleh
Geroch (1968),bundle boundaryoleh Schmidt (1971),causal boundaryoleh
Geroch, Kronheimer dan Penrose (1972) sertaabstact boundaryoleh Scott
dan Szekeres (1994). Ini menunjukkan adanya peluang penelitian lebih lan-
jut dalam bidang penelitian singularitas .
DAFTAR PUSTAKA
Abraham, R dan Marsden, J., 1978,Foundations of Mechanics, The Ben-
jamin/Cumming Publishing Company, Inc, London.
Anderson, J.L., 1967,Principle of Relativity Physics, Academic Press Inc., New
York.
Bartle, R.G., 1964,The Element of Real Analysis: Second Edition, John Willey and
Sons., New York.
Bergmann, P.G., 1964,Gravitational collapse, Phys. Rev. Letters 12, 139 (1964).
Bernal dan Sanchez., 2003,On Smooth Cauchy Hypersurfaces and Geroch’s Splitting
Theorem, arXiv : gr-qc/0306108 v2 26 Jul 2003.
Bernal dan Sanchez., 2004,Smooth Globally Hyperbolic Splitting and Temporal
Functions, arXiv : gr-qc/0404084 v1 20 Apr 2004.
Bernal dan Sanchez., 2005,Smoothness of Time Functions and Metric Splitting
of Globally Hyperbolic Spacetimes, Commun. Math. Phys.(2005) Digital Object
Identifier (DOI) 10.1007/s00220-005-1346-1.
Bishop, R.L dan Crittenden, R.J., 1964,Geometry of Manifold, Academic Press, New
York.
Budic, Isenberg, Lindblom, Yasskin., 1978,On the Determination of Cauchy Surfaces
from Intrinsic Properties, Commun. Math. Phys. 61, 87 - 93 (1978).
Carmeli, M., 1982,Classical Fields : General Relativity and Gauge Theory, John
Wiley and Sons, Canada.
152
153
Choquet - Bruhat dan Geroch, R., 1969,Global Aspect of The Cauchy Problem in
General Relativity, Commun. Math. Phys. 14, 329 - 335 (1969).
Do Carmo, M., 1993,Riemannian Geometry, Birkhauser, Boston.
De Felice, F dan Clarke, C.J.S., 1995,Relativity on Curved Manifold, Cambridge
University Press, New York.
Einstein, A., 1950,The Meaning of Relativity, Princeton University Press, New Jer-
sey.
Erkekoglu, Garcia-Rio, Kupeli ., 2003,On Level Sets of Lorentzian Distance Func-
tion, General Relativity and Gravitation, Vol 35, No 9, Sept 2003.
Fraleigh, J.B., 1994,A First Course in Abstract Algebra, 5-th Edition, Addition -
Wesley Pub.Com., California.
Friedman, M., 1983,Foundation of Space-time Theory: Relativistic Theory and Phi-
losophy of Science, Princeton University Press, New Jersey.
Parrado, G dan Senovilla, J., 2005,Causal Structures and Causal Boundaries,
arXiv:gr-qc/0501069 v1 24 jan 2005, www.xxx.land.gov .
De Sabbata,V dan Gasperini,M., 1985,Introduction to Gravitation, World Scientific
Publishing Co Pte Ltd, Singapore.
Galloway, G.J., 1985,Null Geometry and the Einstein Equation, Department of Ma–
thematics University of Miami.
Hawking dan Sachs., 1974,Causally Continous Spacetimes, Commun. Math.
Phys.35, 287 - 296(1974).
154
Hawking, S.W dan Ellis, G.F.R., 1997,The Large Scale Structure of Spacetime,
Chambridge University Press, New York.
Isham, C.J., 1999,Modern Differential Geometry for Physicics, Second Edition,
World Scientific Publishing Co.Pte.Ltd., Singapore.
Kobayashi dan Nomizu, 1963,Foundations of Differential Geometry Volume 1, Inter-
science Publishers, London.
Kobayashi dan Nomizu, 1969,Foundations of Differential Geometry Volume 2, Inter-
science Publishers, London.
Kriele, M., 2001,Spacetime: Foundation of General Relativity and Differential Ge-
ometry, Springer - Verlag, Berlin.
Lawden, D.F., 1982,An Introduction to Tensor, Relativity and Cosmology, 3-rd Edi-
tion, John Wiley and Sons.Ltd., New York.
Lee, J.M., 1997,Riemannian Manifolds : An Introduction to Curvature, Springer-
Verlag, Berlin.
Lee, J.M., 2000, Introduction to Smooth Manifold,
http://www.math.washington.edu/ lee.
Lerner, D., 1973,The Space of Lorentzian Metrics, Commun. Math. Phys.32, 19 - 38
(1973).
Munkres, J.R., 1975,Topology : A First Course, Prentice - Hall, Englewood Cliffs,
New Jersey.
Naber, G.L., 1997,Topology, Geometry and Gauge Theory : Foundations, Springer -
Verlag, New York.
155
Naber, G.L., 2000,Topology, Geometry and Gauge Theory : Interactions, Springer -
Verlag, New York.
Penrose, Roger., 1965,Gravitational Collapse and Spacetime Singularity, Phys. Rev.
Letters 14, 57 (1965).
Qoquereauex, R., 1988,Riemannian Geometry, Fibre Bundles, Kaluza-Klein Theo-
ries and All That . . ., World Scientific publishing Co.Ltd, Teaneck.
Rosyid, M.F., 2002,Mekanika Kuantum: Model Matematis Bagi Fenomena Alam
Mikroskopis., segera terbit.
Sanchez, Miguel., 2005,Causal Hierarchy of Spacetimes, Temporal Functions and
Smoothness of Geroch’s Splitting. A Revision, arXiv : gr-qc/0411143 v2 15 Feb
2005.
Schutz, Bernard F., 1980,Geometrical Methods of Mathematical Physics, Cambridge
University Press Cambridge.
Wald, Robert M., 1984,General Relativity, The Univercity of Chicago Press, Chica-
go.
Warner, F.W., 1983,Foundation of Differentiable Manifold and Lie Groups, Springer
- Verlag, New York
Wasserman, R.H., 1992,Tensors and Manifolds With Application to Mechanics and
Relativity, Oxford University Press, Oxford.
Weinberg, S., 1972,Gravitation and Cosmology : Principles and Application of Gen-
eral Theory of Relativity, John Wiley and Sons, New York.
LAMPIRAN A
RUANG TOPOLOGIS
Topologi muncul dari usaha memperumum sifat - sifat kekontinyuan fungsi
pada garis riil dan ruang Eucledian. Melalui cabang matematika ini seseorang dapat
mengatur sifat - sifat ruang sedemikian rupa sehingga satu dengan yang lainnya dapat
dikatakan sama dan dapat saling mewakili. Berikut ini disajikan beberapa hal yang
berkaitan dengan topologi, pembahasan selengkapnya dapat dilihat pada [Munkres ,
1975].
1. Identifikasi Topologi dan Pemetaan Kontinyu
Definisi A.1 (Ruang Topologis)
Topologi pada himpunanX adalah himpunanτ := U ⊂ X yang setiap unsurnya
memenuhi sifat - sifat :
1. ∅, X ∈ τ
2. Irisan berhingga unsur - unsurτ juga unsur dariτ
3. Gabungan senbarang unsur - unsurτ juga unsur dariτ
HimpunanX dilengkapi denganτ disebut sebagairuang topologisdan biasa di–
nyatakan dengan pasanganX, τ. SetiapU ∈ τ disebut sebagai subhimpunan
terbuka dariX menurutτ danV ⊂ X dikatakan subhimpunan tertutup dariX jika
X − V ∈ τ .
Dapat mudah dilihat bahwa∅, X adalah himpunan yang terbuka sekaligus
tertutup menurut setiap topologi padaX. Suatu subhimpunanUx dikatakan seba-
156
157
gai lingkungan terbuka darix ∈ X jika Ux merupakan subhimpunan terbuka yang
memuatx.
Pada setiapA ⊂ X dapat disusun topologi padaA yang disebut topolo-
gi warisan dariX yang berbentukτA := A ∩ U |U ∈ τ . Subhimpunan(A, τA)
dilengkapi dengan topologi warisan disebut sebagai subruang topologis dari(X, τ).
Misalkan(X, τX)dan(Y, τY ) dua ruang topologis. Pada produk kartesis an-
tara kedua ruang yang dinyatakan sebagaiX × Y := (x, y) |x ∈ X, y ∈ Y dapat
disusun topologi yang berbentuk
τX×Y :=⋃
(U, V ) |(U1, V1) ∪ (U2, V2) := (U1 ∪ U2, V1 ∪ V2)
untuk setiapU1, U2 ⊂ τX ;V1, V2 ⊂ τY .
Suatu pemetaanf : (X, τX) → (Y, τY ) dikatakan kontinyu jikaf−1(O) :=
x ∈ X |f(x) ∈ O ∈ τX , untuk semuaO ∈ τY . Jikaf kontinyu, bijektif dan mem-
punyai invers yang kontinyu, makaf dikatakan homeomorphisme antara(X, τX) dan
(Y, τY ). Homeomorphisme merupakan relasi ekuivalensi yang menjadi ukuran antar
ruang topologis untuk dapat dikatakan saling identik.
2. Interior, Klosure dan Bounderi
Dalam ruang topologis(X, τ), setiap subhimpunan dariX mempunyai inte-
rior (interior), klosure (closure) dan boundari (boundary) yang didefinisikan sebagai
berikut
Definisi A.2
MisalkanA ⊂ X , x ∈ X danNx menyatakan lingkungan titikx. Interior dari A
adalah himpunanInt[A] := x ∈ X |∃Nx, Nx ⊂ A. Klosure dariA adalah him-
158
punanA := x ∈ X |∀Nx, Nx ∩ A 6= ∅ dan boundari dariA adalah himpunan
∂A := x ∈ X |∀Nx, Nx ∩ A 6= ∅, Nx ∩ (X − A) 6= ∅
Hubungan antara ketiga himpunan di atas dinyatakan sebagai berikut:
Int[A] ⊂ A ⊂ A, ∂A = A− Int[A], ∂A = A ∩X − A = ∂(X − A)
Karena setiap subhimpunan terbuka merupakan lingkungan bagi unsur - unsurnya,
jika U ⊂ A danU terbuka makaU ⊂ Int[A]. Akibat yang lebih jauh adalahInt[A]
merupakan subhimpunan terbuka terbesar padaX yang termuat olehA. JikaF ter-
tutup danA ⊂ F makaA ⊂ F . Padahal jikax /∈ A makax /∈ F , oleh karena ituA
merupakan himpunan tertutup terkecil yang memuatA.
3. Ruang Hausdorff
(X, τ) dikatakan ruang Hausdorff jika untuk setiap pasangan titiknya masing
- masing mempunyai lingkungan yang saling asing. Ruang(Rn, dn) yaitu ruangRn
yang dilengkapi dengan metrik Euclediandn merupakan contoh ruang Hausdorff.
Setiap titikx ∈ Rn mempunyai lingkungan terbukaBε(x) yang berupa bola terbuka
berpusat dix dengan jejariε. Dengan mengatur jejari bola terbuka tersebut, di antara
setiap dua unsurRn dapat disusun lingkungan yang saling asing. Ada beberapa sifat
ruang Hausdorff yang penting, di antaranya adalah bahwa setiap himpunan unsur
berhingga dari rung tersebut bersifat tertutup, termasuk juga singleton. Sifat penting
lainnya adalah ketunggalan titik limit setiap barisan dalam ruang Hausdorff.
159
4. Ketersambungan
Definisi A.3 Ruang topologis(X, τ) dikatakan tersambung (connected) jika tidak
mungkin disusun dua subhimpunan terbuka yang saling asing dan gabungannya sama
denganX. Subhimpunan - subhimpunan seperti ini biasa disebut separasi padaX.
Beberapa sifat penting ruang tersambung diantaranya adalah:
1. (X, τ) tersambung jika dan hanya jika subhimpunan terbuka dan sekaligus ter-
tutupnya hanyalahX, ∅.
2. JikaA subhimpunan tersambung dari himpunan tersambungX, makaA berada
pada salah satu bagian separasi dariX.
3. MisalkanA subhimpunan tersambung dari himpunan tersambungX, jika A ⊂
B ⊂ A, makaB tentu juga tersambung.
4. Bayangan ruang tersambung di bawah pemetaan kontinyu juga bersifat tersam-
bung.
5. Produk kartesis antara dua ruang tersambung bersifat tersambung juga.
Dapat mudah dilihat bahwaR bersifat tersambung, oleh karena ituRn juga bersifat
tersambung. Ketersambungan padaRn berimplikasi pada teorema yang sangat dike-
nal pada kalkulus berikut ini
Teorema A.1 ( Teorema nilai tengah )
Misalkan f :X → Y pemetaan kontinyu diantara ruang tersambungX ke ruang
berorde ( ordered space). Jikaa dan b dua anggotaX danr unsurY dengan nilai
diantara f(a) dan f(b) maka terdapat suatu unsurX misalkanc, sedemikian rupa
sehingga dipenuhif(c) = r.
Teorema nilai tengah pada kalkulus adalah salah satu kasus khusus dari teorema ini.
160
5. Kekompakan
Definisi A.4
Misalkan (X, τ) suatu ruang topologis danA ⊂ X. Suatu himpunanOα ⊂ τ
dikatakan liput terbuka (open cover) padaA jika gabungan dari anggota - anggota
OαmemuatA. HimpunanUα ⊂ Oα yang juga merupakan liput terbuka pada
A disebut subliput terbuka.A dikatakan kompak (compact) jika setiap liput terbuka
darinya mempunyai subliput terbuka dengan unsur berhingga (finite ).
Berikut ini beberapa sifat - sifat penting ruang kompak
1. Bayangan ruang kompak dibawah pemetaan kontinyu bersifat kompak.
2. Setiap subhimpunan tertutup dari ruang kompak bersifat kompak.
3. Setiap subhimpunan kompak dari ruang Hausdorff bersifat tertutup.
4. Misalkanf :X → Y kontinyu bijektif, jikaX kompak danY Hausdorff maka
f homeomorphis.
5. (Teorema Tychonoff)
Produk kartesis berhingga antara ruang - ruang kompak bersifat kompak.
Beberapa sifat kekompakan padaRn diantaranya
1. A ⊂ Rn kompak jika dan hanya jika tertutup dan terbatas (bounded) dalam
metrik Eucledian atau metrik bujur sangkar.
2. (Teorema nilai maksimum dan minimim)
Misalkanf :X → Y kontinyu denganY himpunan berorde. JikaX kompak
maka terdapata dan b unsurX sedemikian rupa sehinggaf(a) ≤ f(x) ≤
f(b); ∀x ∈ X.
161
Berikutnya dikenalkan ide konvergensi barisan yang lebih umum. Suatu barisan
xn pada ruang topologis(X, τ) dikatakan konvergen ke titikx jika untuk setiap
lingkungan terbukaO dari x, terdapatN sedemikin rupa sehinggaxn ∈ O untuk
setiapn > N . Dalam kondisi seperti inix dikatakan sebagai titik limit dari barisan
tersebut. Dapat mudah dilihat bahwa kondisi konvergensi barisan padaRn dapat di-
cakup dengan ide konvergensi di atas. Dalam topologi umum jikay titik limit dari
xn, mungkin untuk menemukan subbarisanyn sedemikian rupayn juga kon-
vergen key. Tetapi ekstraksi subbarisan seperti ini mungkin hanya jika(X, τ) bersifat
tercacah pertama (first countable), yaitu jika untuk setiapp ∈ X terdapat himpunan
subhimpunan terbuka tercacahOn sedemikian rupa sehingga setiapOp lingkungan
terbuka darip memuat paling sedikit satu dari unsurOn. Persyaratan yang lebih
ketat disebut sebagai ketercacahan kedua (second countability): terdapat himpunan
subhimpunan terbuka tercacah sedemikian rupa sehingga setiap subhimpunan terbu-
ka dapat dinyatakan sebagai gabungan dari unsur himpunan tersebut. Relasi penting
antara kekompakan dan konvergensi barisan dinyatakan oleh teorema berikut
Teorema A.2 (Teorema Bolzano - Weierstrass)
Misalkan(X, τ) ruang topologis danA ⊂ X. JikaA kompak maka setiap barisan
xn padaA mempunyai suatu titik limit padaA. Sebaliknya jika(X, τ) second
countable dan setiap barisan dalamAmempunyai titik limit padaA, makaA bersifat
kompak. Jadi(X, τ) second countable danA kompak jika dan hanya jika setiap
barisan dalamA mempunyai suatu subbarisan yang konvergen padaA.
Terakhir diperkenalkan ide tentang sifat parakompak (paracompactness).
Definisi A.5 (Parakompak)
Misalkan (X, τ) ruang topologis danOα menjadi liput terbuka padaX. Suatu
liput terbukaVβ disebut pemurnian (refinemant) dariOα jika untukVβ terdapat
162
suatuOα sedemikian rupa sehinggaVβ ⊂ Oα. Liput Vα dikatakan berhingga
secara lokal (locally finite) jika∀x ∈ X mempunyai lingkungan terbukaW sehingga
sejumlah berhingga saja dariVα yang memenuhiW ∩ Vα 6= ∅. Himpunan topologis
(X, τ) dikatakan parakompak jika setip liput terbukaOα dari X mempunyai suatu
locally finite refinementVβ.
Dapat ditunjukkan bahwa sembarang himpunan topologis yanglocally com-
pact – yaitu himpunan yang setiap titiknya mempunyai lingkungan dengan klosur
yang kompak – dan dapat dinyatakan sebagai gabungan tercacah subhimpunan sub-
himpunan kompak akan bersifat parakompak. Manifold adalah contoh ruang parakom-
pak. Oleh karena itu, manifold dapat diliput dengan himpunan sistem koordinat
(Uα, ϕα) yang tercacah danlocally finite serta setiapUα bersifat kompak. Sifat
parakompak manifold menyebabkan keberadaan suatupartition of unity. Misalkan
Oα menyatakan liput terbuka yanglocally finitepada manifold, suatupartition of
unity subordinat padaOα adalah himpunan fungsi-fungsi licinfα sedemikian
rupa sehingga
1. Support darifα = supp(fα) yaitu klosur himpunan dimanafα lenyap, termuat
dalamOα.
2. 0 ≤ fα ≤ 1.
3.∑
α fα = 1
Dapat ditunjukkan setiap liput terbukaOα yang locally finite pada manifold de–
ngan setiapOα kompak akan mengijinkan suatupartition of unitysubordinat atasnya
[Kobayashi dan Nomizu , 1963]. Keberadaanpartition of unitypada manifold mengi-
jinkan pengglobalan hasil-hasil yang bersifat lokal, sehingga dapat dibuktikan bahwa
setiap manifold akan selalu mengijinkan metrik Riemannian. Keberadaanpartition
of unity juga memungkinkan untuk mendefinisikan integrasi pada manifold.