ketoasidosis-diabetik
DESCRIPTION
zzzTRANSCRIPT
Ketoasidosis Diabetik
I. Pendahuluan
Keto-Asidosis Diabetik (KAD) merupakan salah satu komplikasi akut diabetes
melitus akibat defisiensi (absolut ataupun relative) hormone insulin yang tidak
dikenal dan bila tidak mendapat pengobatan segera akan menyebabkan
kematian.
Faktor yang dapat menjadi pencetus keadaan ini adalah infeksi yang
merupakan pencetus paling sering, karena pada keadaan infeksi kebutuhan
tubuh akan insulin tiba-tiba meningkat. Infeksi yang sering dijumpai adalah
infeksi saluran kemih dan pneumonia. Factor pencetus lain adalah infark
miokard akut dan penghentian insulin.
Sesuai dengan patofisisologi KAD, akan dijumpai pasien dalam keadaan
ketoasidosis dengan pernapasan epat dan dalam (kussmaul), dehidrasi dan
kadang disertai syok.
Kriteria diagnosis KAD dapat ditegakkan dengan beberapa pemeriksaan,
dimulai dengan anamnesis yang baik dan tepat dengan menanyakan
diantaranya riwayat penyakit terdahulu. Pada pemeriksaan
adanya/terciumnya napas yang khas berbau keton, tekanan darah menurun,
gula darah yang meningkat , dapat juga disertai penurunan kesadaran. KAD
harus dibedakan dengan koma hyperosmolar hiperglikemik nonketotik dan
asidosis laktat.
Pemantauan juga pada pasien dengan ulkus pada kaki yang menjadi
komplikasi akut pula pada penerita diabetes melitus. Pengobatan pada KAD
bertujuan untuk mengantikan garam dan cairan, mengatasi stress, menekan
lipolysis pada sel lemak, pengobatan dapat diberikan cairan berupa Nacl
0,9%, insulin baru bisa diberikan pada jam kedua, antibiotic bisa diberikan
jika terdapat infeksi.
Komplikasi yang dapat terjadi antara lain infark miokard akut, edema otak.
Kematian bisa terjadi walau hanya kurang 5%.1-6
1
II. Definisi
Ketoasidosis diabetic adalah keadaan dekompensasi-kekacauan metabolic
yang ditandai oleh trias hiperglikemia, asidosis, dan ketosis, terutama
disebabkan oleh defisiensi insulin absolut atau relatif.
KAD dan hipoglikemia merupakan komplikasi akut diabetes mellitus (DM)
yang serius dan membutuhkan pengelolaan gawat darurat. Akibat dieresis
osmotik, KAD biasanya mengalami dehidrasi berat dan bahkan dapat sampai
menyebabkan syok.
III. Anamnesis
Karena pasiennya dalam keadaan koma, jadi kita melakukan anamnesis
secara allo-anamnesis. Ada pun pertanyaan yang ditanyakan adalah
1. Apakah Pasien menderita DM?
2. Bagaimana Pernapasannya? Pada KAD, pernapasan cepat dan dalam
(Kussmaul)
3. Bagaimana keadaan kulit pasien? Pada KAD, turgor kulit kurang, lidah
dan bibir kering.
4. Apakah pasien suka mengeluh buang air kecil yg terlalu sering?
5. Apakah pasien banyak minum?
6. Apakah pasien suka menderita demam atau infeksi?
7. Apakah pasien suka muntah-muntah? Pada KAD, gejala ini sering di
jumpai.
IV. Pemeriksaan
Pemeriksaan fisik
a. Tanda-tanda Umum
- Kulit kering
- Selaput lender kering
- Penurunan tugor kulit
- Penurunan reflex
b. Tanda-tanda vital
2
- Takikardi
- Hipotensi
- Takipnea
- Hipotermia
- Demam, jika terdapat infeksi
c. Tanda-tanda khusus
- Napas berbau khas
- Kebingungan
- Koma
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan darah
Glukosa serum
Kadar glukosa minimal pada KAD adalah 250 mg/dl. Untuk menegakan
diagnosis segera dapat dilakukan pemeriksaan dengan finger stick
terlebih dahulu sebelum dilakukan pemeriksaan di laboratorium.2,4,5,6
Keton
Pemeriksaan dengan Acetest dan Ketosix hanya memeriksa asam
asetoasetat dan aseton dalam darah, sehingga dapat mengakibatkan
perburukan bila pasien tidak segera ditangani karena pemeriksaan
tersebut tidak memeriksa kadar beta hidroksi butirat yang merupakan
produk keton lebih umum meningkat. Untuk beta hidroksi burirat dapat
diperiksa dengan pemeriksaan laboratorium, N-bultisix dan Labstix. Beta
hidroksibutirat serum atau kapiler dapat digunakan mengindikasikan perlu
tidaknya pengobatan. Kadar yang lebih besar dari 0,5 mmol / l dianggap
abnormal, sedangkan untuk kadar 3 mmol / l mengindikasikan kebutuhan
pengobatan.2-6
Elektrolit (Na+, K+)
Hiperglikemi akan menyebabkan efek osmotic sehingga cairan
ekstravaskuler akan berpindah ke intravaskuler. Setiap peningkatan
3
kadar glukosa 100 mg/dl akan menurunkan kadar natrium kira-kira 1,6
mEq/l.5,6
Kalium harus diperiksa secara berkala, karena dengan pengobatan
kadar kalium dapat dengan cepat menurun. EKG juga perlu diperiksa
untuk melihat adanya gangguan kontraksi jantung akibat perubahan
kadar kalium. Kadar kalium serum awalnya tinggi atau dalam kisaran
normal karena pertukaran kalium ekstraseluler dengan hidrogen, yang
terakumulasi pada keadaan asidosis, meskipun sebenarnya kalium
total tubuh terkuras.2,5,6
Bicarbonat (HCO3)
Kadar bicarbonate dalam darah biasanya rendah. Kadar bicarbonate juga
digunakan untuk menghitung anion gap.3,5
Analisa gas darah dan pH
Menunjukan adanya asidosis yaitu pH yang rendah (<7,35) dan kadar
bicarbonat yang rendah. Pemeriksaan pH darag vena digunakan menjadi
pemeriksaan berkala untuk pemantauan. Brandenburg dan Dire
menyatakan pH darah vena denfan arteri hanya berbeda 0,03, oleh sebab
itu tidak perlu dilakukan pengambilan darah vena terus menerus untuk
melakukan pemantauan pH karena pengambilan darah arteri membuat
pasien tidak nyaman. Sedangkan tidal CO2 juga dapat digukanan untuk
menilai asidosis.5,6
Anion gap
Terjadi peningkatan anion gap dimana [Na + K] - [Cl + HCO3] >13 mEq/L.2-
6
Kadar klor dan fosfor biasanya pada keadaan rendah. Bila pasien
memiliki factor resiko untuk memiliki kadar fosfor yang rendah, maka perlu
dilakukan pemeriksaan berkala. Keadaan yang beresiko mengakibatkan
kadar fosfor yang rendah adalah nutrisi tidak adekuar dan alkoholisme.5,6
4
Osmolaritas plasma akan meningkat >290 mOsm/l. Bila kadar
osmolaritas plasma tidak dapat diukur gunakan rumus 2 (Na + K) + BUN/3
+ glucose/18. Untuk pasien koma kadar osmolaritas plasma mencapai
>330 mOsm/l, bila pasien koma namun kadar osmolaritas plasma tidak
mencapai >330 mOsm/l, maka perlu dicari penyebab lain dari koma.3-6
BUN (Blood Ureum Nitrogen) pada umumnya meningkat.6
Pemeriksaan darah lengkap diperlukan untuk mengidentifikasi adanya
infeksi. Bila didapati kadar leukosit meningkat sampai >15x109/l dengan
pergeseran ke kiri, maka mengindikasikan adanya infeksi.5,6
Pemeriksaan urin
Pemeriksaan kadar glukosa dan keton urin
Hasil pemeriksaan urin adalah peningkatan kadar glukosa urin dan benda
keton positif di urin. Pada keadaan uang tidak biasa benda keton dapat
tidak terdeteksi pada urin, hal ini karena test yang dilakukan hanya
menguji asam asetoasetat, sedangkan keton yang sering berperan pada
KAD adalah beta hidroksi butirat. Pada keadaan ini benda keton baru
positif saat keadaan klinis membaik karena pada saat tersebut terjadi
perubahan bentuk benda keton menjadi asam asetoasetat. Pemeriksaan
benda keton pada urin memerlukan fungsi ginjal yang baik. Benda keton
akan terus positif di urin meskipun asidosis telah usai.2-6
Kultur
Untuk mengidentifikasi bakteri penyebab infeksi.5,6
V. Working Diagnosis
Diagnosis Keto-Asidosis Diabetik harus dibedakan dengan ketosis diabetic
ataupun hiperglikemia hyperosmolar nonketotik. Beratnya hiperglikemia,
ketonemia dan asidosis dapat dipakai dengan kriteria diagnosis KAD.
Langkah pertama yang harus diambil pada pasien dengan KAD terdiri dari
anamnesis dan pemeriksaan fisik yang teliti dan cepat dengan terutama
memperhatikan jalan napas, status mental, ginjal, kardiovaskuler dan status
dehidrasi. 1
5
Kriteria diagnosis KAD, adalah:
- Kadar glukosa > 250mg%
- pH < 7,35
- HCO3 rendah (<15meq/L)
- Anion gap yang timggi
- Keton serum positif
Ulkus Kaki Diabetik
Masalah khusus pada pasien
diabetic adalah berkembangnya
ulkus pada kaki dan tungkai
bawah. Ulkus terutama terjadi
karena distribusi tekanan
abnormal. Kaki diabetik merupakan tukak yang timbul pada penderita
diabetes melitus yang disebabkan karena angiopati diabetik, neuropati
diabetik atau akibat trauma. Pembentukan kalus biasanya merupakan
gejala awal. Kemungkinan ulkus diawali oelh pemakaian sepatu yang
tidak pas yang menyebabkan pembentukan lepuh.
VI. Deferential Diagnosis
1. Koma Hiperosmolar Hiperglikemik Nonketotik
Ialah suatu sindrom yang ditandai dengan hiperglikemia berat,
hyperosmolar, dehidrasi berat tanpa ketoasidosis disertai penurunan
kesadaran.
Gejala klinik KHNK sulit dibedakan dengan KAD terutama dari hasil
laboratorium seperti kadar gula darah, keton, dan keseimbangan asam-
basa belum diketahu hasilnya.
Gejala klinik yang dapat dijadikan pegangan agar dapat membedakan
KAD dengan KNHK
6
a. Sering ditemukan pada usia lanjut yaitu sekitar >60 tahun, semakin
muda, semakin berkurang dan belum pernah ditemukan pada anak.
b. Hampir separuh pasien tidak mempunyai riwayat DM, atau diabetes
tanpa pengobatan insulin.
c. Mempunyai penyakit dasar lain. Sekitar 80% penderita KHNK
mempunyai penyakit ginjal dan kardiovaskular, tirotoksikosis dan
penyakit cushing.
d. Sering disebabkan obat-obatan antara lain tiazid, sterois, haloperidol,
simetidin, dll
e. Mempunyai factor pencetus seperti penyakit kardiovaskular,
pankreatitis, operasi.
Pemeriksaan dapat membantu membedakan KAD dengan HHNK,
adapun perbandingan hasil pemeriksaan KAD dengan HHNK
sebagaimana terlampir pada tabel 2.
Angka kematian pada HHNK lebih banyak dibandingkan KAD karena
insiden lebih sering pada usia lanjut dan berhubungan dengan penyakit
kardiovaskular dan dehidrasi. Angka kematian pada HHNK sekitar 30-
50%.1,5,7
2. Asidosis laktat
Merupakan komplikasi yang sangat jarang akaibat terapi dengan
metformin. Pasien dating biasanya dengan gejala malaise, anoreksia,
muntah, pernapasan kussmaul (cepat dan dalam). Kadar glukosa
biasanya normal, tidak ditemukan benda keton dalam urin, dan analis gas
darah menunjukkan asidosis berat, anion gap meninggi.
Terapi bersifat suportif dengan menghentikan penggunaan metformin.5
VII. Etiologi
Ketoasidosis diabetik dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu akibat
hiperglikemia dan akibat ketosis, yang sering dicetuskan oleh faktor-faktor:
7
- Infeksi
- Stress fisik dan emosional; respons hormonal terhadap stress mendorong
peningkatan proses katabolik.4
VIII. Patofisiologi
KAD adalah suatu keadaan di mana sel tubuh tidak dapat menggunakan
glukosa. Gejala dan tanda klinis KAD dapat dikelompokkan menjadi dua,
yaitu akibat hiperglikemia dan ketoasidosis.
Walaupun sel tubuh tidak dapat menggunakan glukosa, system homeostasis
tubuh terus teraktivasi untuk memproduksi glukosa dalam jumlah banyak
sehingga terjadi hiperglikemia. Selain itu bahan bakar alternatif (asam keto
dan asam lemak bebas) di produksi secara berlebihan. Meskipun sudah
tersedia bahan bakar tersebut, sel-sel tubuh masi tetap lapar dan terus
memesan glukosa. Hanya insulin yang dapat menginduksi transport glukosa
ke dalam sel, member sinyal untuk proses perubahan glukosa menjadi
glikogen, menghambat lipolisis pada sel lemak (asam lemak bebas),
menghambat glukoneogenesis pada sel hati, dan mendorong proses oksidasi
melalui siklus krebs di mitokondria sel untuk menghasilkan ATP yang
merupakan sumber energy utama sel.
Defisiensi insulin yang menyebabkan ketoasidosis pada manusia ternyata
bersifat relatif, karena pada waktu bersamaan juga terjadi penambahan
hormone stress yang kerjanya berlawana dengan insulin. Glukagon,
katekolamin, kortisol, dan somatostatin masing-masing naik kadarnya
menjadi 450%, 760%, dan 250% dibandingkan dengan kadar normal.
IX. Manifestasi Klinik
Tujuh puluh sampai sembilan puluh persen pasien KAD telah diketahui
menderita DM sebelumnya. Sesuai dengan patofisiologi KAD, akan dijumpai
pasien dalam keadaan ketoasidosis dengan pernapasan cepat dan dalam
8
(Kussmaul), dehidrasi (turgor kulit berkurang, lidah dan bibir kering), kadang-
kadang disertai hipovolemia sampai syok.
Keluhan poliuria dan polidipsi seringkali mendahului KAD, serta didapatkan
riwayat berhenti menyuntik insulin, demam, atau infeksi. Muntah-muntah
merupakan gejala yang sering dijumpai. Pada KAD anak, sering dijumpai
gejala muntah-muntah massif. Dapat pula dijumpai nyeri perut yang menonjol
dan hal ini dapat berhubungan dengan gastroparesis-dilatasi lambung.
Derajat kesadaran pasien bervariasi, mulai dari kompos mentis sampai koma.
Bau aseton dari hawa napas tidak selalu mudah tercium.
X. Penatalaksanaan
Prinsip pengobatan KAD adalah:
- Penggantian cairan dan garam yang hilang
- Menekan lipolisis pada sel lemak dan glukoneogenesis pada sel hati
dengan pemberian insulin
- Mengatasi stress sebagai pencetus KAD
- Mengembalikan keadaan fisiologis normal dan menyadari pentingnya
pemantauan serta penyesuaian pengobatan.
Dokter harus mempunyai kemauan kuat untuk melakukan evaluasi ketat
terutama di awal pengobatan KAD sampai keadaan stabil. Pengobatan KAD
tidak terlalu rumit. Ada 6 hal yang harus dibberikan yaitu cairan, garam,
insulin, kalium, dan glukosa, serta asuhan keperawatan.
Cairan
Dehidrasi dan hiperosmolaritas diatasi secepatnya dengan cairan garam
fisiologis. Pilihan berkisar antara NaCl 0,9% atau NaCl 0,45% tergantung dari
ada tidaknya hipotensi dan tnggi rendahnya kadar natrium. Pada umumnya
diperlukan 1-2 liter dalam jam pertama. Bila kadar glukosa < 200mg% maka
perlu diberikan larutan mengandung glukosa (dekstrosa 5% atau 10%).
9
Pedoman untuk menilai hidrasi adalah turgor kulitjaringan, tekanan darah,
keluaran urin, dan pemantauan keseimbangan cairan.
Insulin
Insulin baru diberikan pada jam kedua. Pemberian insulin dosis rendah terus
menerus intravena dianjurkan karena pengontrollan dosis insulin menjadi
lebih mudah, penurunan kadar glukosalebih halus, efek insulin cepat
menghilang, masuknya kalium ke intrasel lebih lambat, dan komplikasi
hipoglikemia dan hipokalemia lebih jarang.
Sepuluh unit diberikan sebagai bolus intravena, disusul dengan infuse larutan
insulin regular dengan laju 2-5 U/jam. Sebaiknya larutan 5U insulin dalam
50ml NaCl 0,9% bermuara dalam larutan untuk rehidrasi dan dapat diatur laju
tetesnya secara terpisah. Bila kadar gl;ukosa turun sampai 200mg/dl atau
kurang, laju larutan insulin dikurangi menjadi 1-2U/jam dan larutan rehidrasi
diganti dengan glukoa 5%. Pada waktu pasien dapat makan lagi, diberikan
sejumlah kalori sesuai kebutuhan dalam beberapa porsi. Insulin regular
diberikan subkutan 3 kali sehari secara bertahap sesuai kadar glukosa darah.
Kalium
Pada awal KAD biasanya kadar ionK+ serum meningkat. Pemberian cairan
dan insulin segera mengatasi keadaan hiperkalemia. Perlu diperhatikan
terjadinya hipokalemia yang fatal selama pengobatan kad. Untuk
mengantisipasi masuknya ion K+ ke dalamsel serta mempertahankan kadar
K serum dalam batas normal, perlu diberikan kalium. Pada pasien tanpa
kelainan ginjal serta tidak ditemukan gelombang T yang lancip pada
gambaran EKG, pemberian kalium segera dimulai setelah jumlah urin cukup
adekuat.
10
Glukosa
Setelah rehidrasi awal dalam 2 jam pertama, biasanya kadar glukosa darah
akan turun. Selanjutnya dengan pemberian insulin diharapkan terjadi
penurunan kadar glukosa sekitar 60mg% per jam. Bila kadar glukosa
mencapai 200 mg% maka dapat dimulai infuse yang mengandung glukosa.
Perlu diingat bahwa tujuan terapi KAD bukan untuk menormalkan kadar
glukosa tetapi untuk menekan ketogenesis.
Bikarbonat
Saat ini bikarbonat hanya diberikan bila pH < 7,1 atau bikarbonat serum <
9mEq/l. walaupun demikian komplikasi asidosis laktat dan hiperkalemia yang
mengancam tetap meruakan indikasi pemberian bikarbonat.
Pengobatan umum meliputi antibiotic yang adekat, oksigen bila PO2 < 80
mgHg, heparin bila ada KID atau bila hiperosmolar berat (> 380mOsm/l).
Pemantauan merupakan bagian yang terpenting dalam pengobatan KAD
mengingat penyesuaian terapi perlu dilakukan selama terapi berlangsung.
Untuk itu perlu pemeriksaan:
- Kadar glukosa darah per jam dengan alat glukometer.
- Elektrolit setiap 6 jam selam 24 jam selanjutnya tergantung keadaan
- Analisis gas darah, bila pH < 7 waktu masuk, periksa setiap 6 jam sampai
pH > 7,1 selanjutnya setiap hari sampai stabil.
- Tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi pernapasan, dan temperature
setiap jam.
- Keadaan hidrasi, keseimbangan cairan
- Kemungkinan KID
Agar hasil pemantauan efektif dapat digunakan lembar evaluasi
penatalaksanaan ketoasidosis yang baku.
Amputasi kaki dan ibu jari kaki7
11
Definisi: operasi menghilangkan ibu jari kaki, kaki atau bagian dari kaki.
Alasan di lakukan amputasi:
- Mengobati infeksi
- Menghilangkan jaringan yang mati yang mana disebab kan oleh gangrene
Sebelum melakukan Operasi, ada beberapa hal yang harus dilakukan:
- Test Darah
- Rontgen ibu jari kaki dan kaki
- Rontgen pada tulang apabila sudah terinfeksi
- Test sirkulasi darah yang mana dapat membantu dokter untuk
menentukan seberapa besar bagian dari ibu jari dan kaki yang harus di
amputasi.
Obat-obat yang harus dihindarkan sebelum melakukan operasi:
- Aspirin atau obat anti inflamasi (harus stop minum 1 minggu sebelum
operasi)
- Obat pengencer darah seperti: warfarin,
12
Di hari operasi ada beberapa hal yang harus dilakukan:
- Di malam sebelum operasi, jangan makan makanan terlalu berat, dan
juga jangan makan dan minum setelah tengah malam.
- Pasien di minta untuk mandi sebelum melakukan operasi dengan sabun
anti bakteri.
Anestesi
Untuk melakukan amputasi, bisa dilakukan dengan:
- Anestesi Umum – Pasien akan tertidur
- Anestesi Lokal – Area yang akan dioperasi tidak akan terasa apa-apa
atau baal.
- Anestesi Spinal – Dimasukkan obat melalui spinal dan membuat bagian
dari pinggang ke bawah tidak terasa apa-apa atau baal.
XI. Pencegahan
Upaya pencegahan merupakan hal yang penting pada penatalaksanaan DM
secara komprehensif. Upaya pencegahan sekunder untuk mencegah
terjadinya komplikasi DM kronik dan akut, melalui edukasi sangat penting
untuk mendapatkan ketaatan berobat pasien yang baik.
Khusus mengenai pencegahan KAD dan hipoglikemia, program edukasi perlu
menekankan pada cara-cara mengatasi saat sakit akut, meliputi informasi
mengenai pemberian insulin kerja cepat, target kadar glukosa darah pada
saat sakit, mengatasi demam dan infeksi, memulai pemberian makanan cair
mengandung karbohidrat dan garam yang mudah dicerna, yang paling
penting ialah agar tidak menghentikan pemberian insulin atau obat
hipoglikemia oral dan sebaiknya segera mencari pertolongan atau nasihat
tenaga kesehatan yang professional.
13
Pasien DM harus didorong untuk perawatan mandiri terutama saat
mengalami masa-masa sakit, dengan melakukan pemantauan kadar glukosa
darah dan keton urin sendiri. Di sinilah pentingnya educator diabetes yang
dapat membantu pasien dan keluarga, terutama pada keadaan sulit.
XII. Komplikasi
Dalam pengobatan KAD dapat timbul keadaan hipoksemia dan sindrom
gawat napas dewasa (adult respiratory distress syndrome, ARDS).
Pathogenesis terjadinya hal ini belum jelas. Kemungkinan akibat rehidrasi
yang berlebih, gagal jantung kiri, atau perubahan permeabilitas kapiler paru.
Hipertrigliseridemia dapat menyebabkan pancreatitis akut. Pada evaluasi
lebih lanjut keadaan ini membaik, menunjukkan hal ini disebabkan perubahan
metabolik selama KAD.
Infark miokard akut dapat merupakan factor pencetus KAD, tetapi dapat juga
terjadi pada saat pengobatan KAD. Hal ini sering pada pasien usia lanjut dan
merupakan penyebab kematian yang penting.
Selain itu masih ada komplikasi iatrogenic, seperti hipoglikemia, hipokalemia,
hiperkloremia, edema otak, dan hipokalsemia yang dapat dihindari dengan
pemantauan yang ketat dengan menggunakan lembar evaluasi
penatalaksanaan ketoasidosis yang baku.
XIII. Prognosis
Pada DM yang tidak terkendali dengan kadar gula darah yang terlalu tinggi
dan kadar hormon insulin yang rendah, tubuh tidak dapat menggunakan
glukosa sebagai sumber energi. Sebagai gantinya tubuh akan memecah
lemak untuk sumber energi. Pemecahan lemak tersebut akan menghasilkan
benda-benda keton dalam darah (ketosis). Ketosis menyebabkan derajat
14
keasaman (pH) darah menurun atau disebut sebagai asidosis. Keduanya
disebut sebagai ketoasidosis.
Oleh karena itu prognosis pada KAD masih tergolong dubia, tergantung pada
usia, adanya infark miokard akut, sepsis, syok. Pasien membutuhkan insulin
dalam jangka panjang dan kematian pada penyakit ini dalam jumlah kecil
sekitar 5%.2,6
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyo,W, aru. Setiyohadi, B. Alwi idrus. Setiati, S. Simadibrata, M. Editor. Buku
ajar ilmu penyakit dalam. Jilid III. Edisi V. Jakarta : Interna publishing. 2009.
P.1906-1910.
2. Rani, A. Soegondo, S. Wijaya Ika, P. Mansjoer, A. Editor. Panduan pelayanan
medic. Perhimpunan dokter spesialis penyakit dalam Indonesia. Cetakakan ketiga.
Jakarta : Interna publishing. 2009. P; 20-21.
3. Keto-Asidosis Diabetik. Edisi Juni 2007. Diunduh dari
http://www.emedicinehealth.com/article. 20 november 2010.
4. Davey patrick. At a glance medicine. Jakarta : Penerbit erlangga. 2006. P; 270
15
5. Mansjoer, A. Savitri,R. Setiowulan, W. Kapita selekta. Jilid I. Edisi ketiga.
Jakarta : Media aescuplapius fakultas kedokteran Universitas Indonesia. 2001. P;
606-610
6. Harrison. Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Edisi 13. Volume 5. Jakarta : EGC.
1995. P; 2210-2211, 2213.
7. Amputation of the Foot or Toe. Edisi 2004. Diunduh dari
http://www.mbmc.org/healthgate 25 november 2010
16