ketulusan hati tokoh dalam naskah drama …... · naskah drama rambat-rangkung sebagai objek...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
KETULUSAN HATI TOKOH DALAM NASKAH DRAMA
RAMBAT-RANGKUNG KARYA TRISNO SANTOSA
(Sebuah Tinjauan Psikologi Sastra)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan
guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah
Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret
Disusun oleh:
SYAFAAT ASTIYANTO
C0108055
SASTRA DAERAH
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO
1. Setiap orang dari kamu adalah pemimpin dan kamu bertaggung jawab
terhadap kepemimpinan itu (HR Tirmizi, Abu Dawud, Shalih Bukhari, dan
Shahih Muslim)
2. Dan kita pasti akan kembali ke Tuhan kita (QS Az Zukhruf : 14).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PERSEMBAHAN
Bapak dan Ibu Tercinta
Adikku Wisnu
Sahabat KKTT WISWAKARMAN
Almamaterku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini
dengan judul “Ketulusan Hati Tokoh dalam Naskah Rambat-Rangkung karya Trisno
Santosa.”
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mengalami kesulitan. Dalam
mencapai hasil yang sedemikian penulis dibantu oleh banyak pihak. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni
Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta yang memberikan kesempatan
pada penulis untuk menyelesaikan skripsi.
2. Drs. Supardjo, M.Hum, selaku Ketua Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra
dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta yang selalu memberikan
motivasi dan semangat.
3. Prof. Dr. Sumarlam, M.S., Selaku pembimbing akademik yang selalu
mengingatkan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
4. Drs. Aloysius Indratmo, M.Hum, Selaku Pembimbing pertama, dengan penuh
kesabaran memberi petunjuk dan koreksi hingga penyusunan skripsi ini
terselesaikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
5. Bapak Sahid Teguh widodo, S.S, M.Hum, Ph.D, selaku Pembimbing kedua
yang dengan sabar memberi koreksi, arahan dan nasihat kepada penulis
hingga penyusunan skripsi ini sampai selesai.
6. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Sastra Daerah yang telah memberikan bekal
ilmunya kepada penulis
7. Kepala dan Staff Perpustakaan Pusat Universitas Sebelas Maret Surakarta dan
Perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni Rupa atas fasilitas penyediaan referensi
dan pelayanan yang baik sehingga memberikan kelancaran kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Bapak dan Ibu atas pengorbanan yang tanpa lelah demi membahagiakan
putranya ini.
9. Bapak Trisno Santosa, S.Kar, M.Hum selaku penulis naskah drama Rambat-
Rangkung yang telah memberi ijin kepada penulis untuk dapat menggunakan
naskah drama Rambat-Rangkung sebagai objek penelitian.
10. Para Sahabat Bono, Adhit, Wibi, Susi, Riyan, Mas Ucup, Mas Wisnu, Mbak
Iffa, Mas Panca, Mas Armat Tato, Mas Alfat, Icip, Mumu, dan teman-teman
di KKTT WISWAKARMAN. Terima kasih atas kebersamaan selama ini,
kegilaan dan kekonyolan bersama kalian tidak bisa dilupakan.
11. Iyan, Anung, Rendra, Roga, Bangun, Guntur dan teman-teman Sastra Daerah
angkatan 2007, 2008, dan 2009. Terima kasih atas dukungan dan semangat
kalian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
Penulis menyadari sepenuhnya dalam penyusunan skripsi ini masih
terdapat kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun
penulis harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.
Surakarta, Januari 2013
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………… i
HALAMAN PERSETUJUAN ……………………………………………. ii
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………...iii
HALAMAN PERNYATAAN ……………………………………………..iv
HALAMAN MOTTO ……………………………………………………… v
HALAMAN PERSEMBAHAN ………………………………………….. vi
KATA PENGANTAR ……………………………………………………. vii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………. x
DAFTAR SINGKATAN ………………………………………………… xiii
ABSTRAK ………………………………………………………………... xiv
ABSTRACT ………………………………………………………………. xv
SARI PATHI ………………………………………………………………. xvi
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………… 1
A. Latar Belakang Masalah …………………………………………… 2
B. Rumusan Masalah …………………………………………………. 6
C. Tujuan Penelitian ………………………………………………….. 6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
D. Manfaat Penelitian ………………………………………………… 7
E. Sistematika Penulisan ……………………………………………... 8
BAB II LANDASAN TEORI …………………………………………… 9
A. Pengertian Drama ………………………………………………… 9
B. Pendekatan Struktural …………………………………………….. 12
C. Pendekatan Psikologi Sastra ……………………………………… 19
D. Psikologi Cinta …………………………………………………… 21
E. Motivasi ………………………………………………………….. 24
BAB III METODE PENELITIAN ……………………………………… 26
A. Bentuk Penelitian ………………………………………………… 26
B. Sumber Data dan Data …………………………………………… 27
C. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………….. 27
D. Teknik Analisis Data …………………………………………....... 28
E. Validitas Data ……………………………………………………... 29
BAB IV PEMBAHASAN ……………………………………………….. 30
A. Latar Belakang Penciptaan Naskah Drama Rambat- Rangkung …. 30
B. Unsur-unsur yang membangun Naskah Drama Rambat- Rangkung.. 33
1. Tema …………………………………………………………... 33
2. Alur (Plot) ……………………………………………………... 35
3. Penokohan …………………………………………………….. 39
4. Amanat ………………………………………………………... 59
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
5. Latar (Setting) ………………………………………………… 60
6. Cakapan ……………………………………………………… 63
7. Konflik (Tikaian) ……………………………………………… 68
C. Cinta dan Ketulusan yang tumbuh dalam Tokoh Naskah Drama
Rambat-Rangkung ………………………………………………… 70
1. Rambat ………………………………………………………... 70
2. Rangkung ……………………………………………………… 74
3. Wa Sri …………………………………………………………. 76
4. Ganggeng …………………………………………………….. 78
5. Gleyong ………………………………………………………. 79
6. Motivasi ………………………………………………….……. 80
7. Simpulan Analisis Psikologi Sastra …………………………… 84
D. Nilai yang terkandung dalam naskah Drama Rambat-Rangkung …. 85
BAB V PENUTUP ……………………………………………………….. 90
1. Simpulan …………………………………………………………... 90
2. Saran ………………………………………………………………. 92
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….. 93
LAMPIRAN ………………………………………………………………. 95
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR SINGKATAN
ASKI : Akademi Seni Karawitan Indonesia
DIY : Daerah Istimewa Yogyakarta
PORSENI : Pekan Olahraga dan Kesenian
SLTA : Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
SMA : Sekolah Menengah Atas
SMP : Sekolah Menengah Pertama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
ABSTRAK
SYAFAAT ASTIYANTO. C0108055. 2013. Ketulusan Hati Tokoh dalam Naskah
Drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa (Sebuah Tinjauan Psikologi Sastra).
Skripsi : Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra Dan Seni Rupa Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
Rambat-Rangkung merupakan judul sebuah naskah drama karangan Trisno
Santosa. Drama berbahasa jawa ini berjalan hanya dalam satu babak dari awal hingga
akhir cerita. Rambat-Rangkung menceritakan kisah percintaan dan perjuangan.
Banyak nilai-nilai yang bisa diambil dari cerita drama Rambat-Rangkung.
Rumusan masalah penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah Latar Belakang
Penciptaan Naskah Drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa?(2)
Bagaimanakah Unsur-Unsur yang Membangun Drama Rambat-Rangkung Karya
Trisno Santosa? (3) Bagaimanakah Cinta dan Keiklasan yang Tumbuh dalam Tokoh
Drama Rambat-Rangkung Karya Trisno Santosa? (4) Apa Nilai-nilai yang terdapat
dalam Drama Rambat-Rangkung Karya Trisno Santosa?.
Adapun tujuan penelitian ini adalah (1) Mengungkapkan Latar Belakang
Penciptaan Naskah Drama Rambat-Rangkung Karya Trisno Santosa (2)
Mendeskripsikan Unsur-unsur yang Membangun Drama Rambat-Rangkung Karya
Trisno Santosa (3) Mendeskripsikan Cinta dan Keiklasan yang Tumbuh dalam Tokoh
Drama Rambat-Rangkung Karya Trisno Santosa (4) Mengungkapkan Nilai-nilai yang
terdapat dalam Drama Rambat-Rangkung Karya Trisno Santosa.
Pendekatan yang digunakan adalah Psikologi Sastra. Teori yang digunakan
dalam penelitian ini adalah teori struktural, teori psikologi cinta dan motivasi. Teori
tersebut digunakan ntuk mengungkapkan keiklasan dan ketulusan dalam diri para
tokoh naskah drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa.
Manfaat penelitian ini adalah secara teoretis, penelitian ini diharapkan
menambah khasanah ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang studi karya sastra
dari segi psikologi. Secara praktis, penelitian ini dapat menambah khasanah
penelitian khususnya penelitian naskah drama.
Jenis penelitian ini adalah penelitian sastra melalui deskriptif kualitatif.
Sumber data dalam penelitian ini adalah naskah drama Rambat-Rangkung dan
pengarang yaitu Trisno Santosa. Data dalam penelitian ini adalah teks drama
Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa dan hasil wawancara.
Hasil dari penelitian ini adalah (1) Pengarang ingin menyampaikan keteguhan
hati dan rela berkorban (2) Dari segi struktural, drama Rambat-Rangkung
menunjukkan kesatuan yang utuh dan antar unsur-unsur ada keterkaitan (3) dari Segi
Psikologi Sastra dapat mengungkap sikap ketulusan, keiklasan, dan pengorbanan (4)
Terdapat nilai-nilai moral yaitu sikap bertanggung jawab, rela berkorban, dan
kebijaksanaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
ABSTRACT
SYAFAAT ASTIYANTO. C0108055. 2013. Characters in the drama sincerity
Rambat-Rangkung (psychology literature review). Essay : Javanese Literature Faculty
of Literature and Art of Sebelas Maret University Surakarta.
Rambat-Rangkung is the title of a play written by Trisno Santosa. Java-
language drama is running just one round from beginning to end. Rambat-Rangkung
tells the story of love and struggle. Many of the values that can be taken from a drama
Rambat-Rangkung
The problem statement of this research are : (1) How is the background of the
creation of Rambat-Rangkung script writen by Trisno Santosa? (2) What are the
elements constructRambat-Rangkung script writen by Trisno Santosa? (3) How is the
love and the sincerity grow up in the figure of Rambat-Rangkung script writen by
Trisno Santosa? (4) what are the values contained in Rambat-Rangkung script writen
by Trisno Santosa?
The purposes of this research are : (1) to reveal the background of the
Rambat-Rangkung creation; (2) to describe the elements of Rambat-Rangkung script
of play; (3) to Describe the love and sincerity grow up in the figure of the play; (4) to
reveal the values contained in the script of play Rambat-Rangkung writen by Trisno
Santosa.
This research uses Psychology of Literature. The theory employed in this
study is Psychology of Love and Motivation. The theory are used to reveal the
sincerity and honesty in the figure of the Rambat-Rangkung script of play written by
Trisno Santosa.
The theoritical significant of this research is expected to give further
knowledge especially in literature from psychological view and the practical benefits
of this research is to give further information in the research of script play.
This research is a qualitative descriptive since the resource of the data is the
Rambat-Rangkung script of play writen by Trisno Santosa. The data of this research
are Rambat-Rangkung script and the result of interview.
The result of this research are : (1) the writer wants to deliver the sincerity and
the honesty (2) the script of Rambat-Rangkung, from the structural aspect, show the
unity among te elements (3) from the Psychologi of Literature aspect, this research
reveal the sincerity, honesty, and sacrifice (4) There are some moral values such as,
the responsibility, the sincerity and the wisdom.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
SARI PATHI
SYAFAAT ASTIYANTO. C0108055. 2013. Ketulusan Hati Tokoh dalam Naskah
Drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa (Sebuah Tinjauan Psikologi Sastra).
Skripsi : Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra Dan Seni Rupa Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
Rambat-Rangkung inggih mênika judul drama anggitanipun Trisno Santosa.
Drama kanthi basa Jawa mênika namung setunggal babak. Rambat-Rangkung
nyariosakên babagan trêsna lan kaiklasan. Kathah nilai-nilai ingkang kakandhut
wontên ing drama Rambat-Rangkung.
Prêkawis ingkang dipunrêmbag salêbêting panalitèn mênika antawisipun (1)
kados pundi dhasaripun nganggit naskah drama Rambat-Rangkung (2) Kados pundi
struktural drama Rambat-Rangkung anggitanipun Trisno Santosa? (3) kados pundi
trêsna lan kaiklasan ingkang tuwuh salêbêting tokoh (4) Mênapa Nilai ingkang
kakandhut salêbêting drama Rambat-Rangkung anggitanipun Trisno Santosa?
Ancasipun panalitèn inggih mênika (1) Ngandharakên dhasaripun nganggit
naskah drama Rambat-Rangkung (2) Ngandharakên struktural drama Rambat-
Rangkung anggitanipun Trisno Santosa (3) Ngandharakên trêsna sarta kaiklasan
ingkang tuwuh salêbêting tokoh drama Rambat-Rangkung anggitanipun Trisno
Santosa (4) Ngandharakên nilai ingkang kakandhut salêbêting drama Rambat-
Rangkung anggitanipun Trisno Santosa.
Tinjauan ingkang dipunginakakên inggih mênika Psikologi Sastra. Teori
ingkang dipunginakakên salêbêting panalitèn inggih mênika teori cinta sarta motivasi.
Teori mênika diginakakên kangge ngandharakên trêsna sarta kaiklasan wontên ing
salêbêting tokoh naskah drama Rambat-Rangkung.
Paedahipun panalitén mênika ingkang teoritis kangge nambah khasanah
kawruh, khususipun panalitén sastra saking tinjauan psikologi. Ingkang Praktis,
panalitèn mênika sagêd nambah khasanah panalitén, khususipun panalitén naskah
drama.
Wujud panalitèn inggih mênika panalitèn sastra kanthi migunakakên kualitatif
deskriptif. Sumber data wontên salêbêting panalitèn inggih mênika naskah drama
Rambat-Rangkung. Data wontên ing panaliten inggih mênika teks drama Rambat-
Rangkung.
Wontên panalitèn punika sagêd kapêndhêt sêkawan prêkawis (1) Ingkang
Nganggit mêdharakên prêkawis kaiklasan sarta pangorbanan (2) Saking struktural,
naskah Rambat-Rangkung mênika mujudakên unsur-unsur ingkang wutuh (3) Saking
Psikologi Sastra sagêd ngandharakên sipat tulus, iklas (4) Wontên nilai-nilai moral
inggih mênika tanggung jawab, kawicaksanan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Rambat-Rangkung merupakan judul naskah drama karangan Trisno Santosa.
Naskah yang memiliki tebal empat puluh halaman tersebut diterbitkan oleh Taman
Budaya Jawa Tengah pada tahun 2011. Awal peneliti mengetahui naskah drama
Rambat-Rangkung pada acara Pergelaran Sastra Jawa Bedhah Naskah Rambat-
Rangkung yang diadakan di Taman Budaya Jawa Tengah, Surakarta.
Rambat-Rangkung menceritakan tentang kisah percintaan antara pemuda
bernama Rambat dengan gadis cantik bernama Rangkung. Rambat hanya satu-
satunya pemuda yang tetap mencintai Rangkung setelah diketahui ternyata Rangkung
bukan wanita sempurna seperti yang diharapkan para pemuda karena keadaannya
yang cacat. Awalnya banyak pemuda tertarik kepada Rangkung dan ingin
melamarnya, akan tetapi rasa ketertarikan itu hilang seketika setelah diketahui
keadaan Rangkung yang cacat. Tidak halnya dengan Rambat yang tetap mencintai
Rangkung apa adanya. Dari kisah percintaan tersebut dapat diketahui tentang
keteguhan hati dan keiklasan.
Naskah drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa berjalan dalam satu
babak. Awal hingga akhir cerita, setting atau latar tidak berubah. Permasalahan yang
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
ditonjolkan dalam naskah drama Rambat-Rangkung adalah soal percintaan dan
kesetiaan.
Drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa pernah dipentaskan beberapa
kali oleh kelompok seni yang ada di kota Solo, diantaranya :
1. Tanggal 17 November 2011 pernah dipentaskan oleh Paguyuban
Ketoprak Surakarta di Wisma Seni Taman Budaya Jawa Tengah.
2. Tanggal 15 Februari 2012, Kelompok teater SMA Pangudi Luhur Santo
Yosef Surakarta juga pernah menampilkan drama Rambat-Rangkung.
3. Yang terakhir kelompok pemuda dari kampung Margorejo Surakarta
mementaskannya pada tanggal 16 Agustus 2012 untuk memperingati hari
kemerdekaan Republik Indonesia.
Segi pengarang, Trisno Santosa merupakan salah satu pengarang drama yang
terkenal terutama di kota Surakarta. Trisno Santosa sampai sekarang juga masih
produktif dan aktif menulis terutama naskah drama ketoprak. Karya-karya beserta
tahun penciptaannya antara lain :
1. Bargawa (1986)
2. Wangsapati Prajurit Diponegaran (1986)
3. Sang Pembayun (1989)
4. Karebet Tundhung (1990)
5. Wong Agung (1990)
6. Jenggit Cembeng (2002)
7. Pedhut Majapahit (2002)
8. Setya Tuhu (2003)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
9. Sayempraba (2004)
10. Lungset (2005)
11. Boma Rangsang (2005)
12. Lurah Ganjur (2006)
13. Kidung Ati Abdi (2007)
14. Bocah Sapu-sapu (2008)
15. Semar-Samar (2010)
16. Rambat-Rangkung (2011)
17. Kang Ala Ketara (2012)
Trisno Santosa juga merupakan pengarang dan sutradara drama yang berprestasi.
Prestasi yang pernah diraihnya adalah sebagai berikut :
1. Sutradara terbaik lomba sandiwara bahasa Jawa SLTA se-Jawa Tengah
(2002).
2. Penulis terbaik untuk lomba sandiwara berbahasa Jawa SLTA se-Jawa
Tengah (2002).
3. Sutradara terbaik festival ketoprak se-Jawa Tengah (2004).
4. Juara harapan satu penulisan naskah berbahasa Jawa se-Jawa Tengah
(2004).
Penelitian dengan objek naskah drama dalam bidang sastra di jurusan Sastra
Daerah tidak sebanyak penelitian dengan objek prosa dan sastra lisan yang
mendominasi di almari penyimpanan skripsi. Penelitian sebelumnya yang pernah
menggunakan objek drama antara lain :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
1. Penelitian dari Henry Pangestu jurusan Sastra Daerah angkatan 1999
dengan judul “Respon Sosial Tokoh-tokoh tentang Kesenjangan Sosial
dalam Naskah Drama Stop (Suk-suk Peng) Karya Bambang Widodo S.P.
(Sebuah Tinjauan Sosiologi Sastra).”
2. Penelitian dari Sruti Respati, jurusan Sastra Daerah angkatan 2000 dengan
judul “Analisis Frustasi Tokoh Kanjeng dalam lakon Rol karya Bambang
Widodo S.P. (Sebuah Tinjauan Psikologi Sastra).”
3. Penelitian dari Christina Puri Pamitkasih, jurusan Sastra Daerah angkatan
2006 dengan judul “Keluhuran Cinta Kasih dalam Drama Radio
Nglinggihi Klasa Gumelar karya Retno Hartiningsih (Sebuah Pendekatan
Psikologi Sastra).”
4. Penelitian dari Yustinus Tri W dengan judul “Nilai Estetika dan Kritik
Sosial dalam drama Cluring karya Joko Bibit Santosa (Sebuah Tinjauan
Struktur Drama).”
5. Penelitian dari Rizki Proborani, jurusan Sasrta Daerah angkatan 2007
dengan judul “Profil Tokoh Bambang dalam Drama Radio Kalimput ing
Pedhut karya Retno Hartiningsih (Sebuah Tinjauan Psikologi Sastra).”
Peneliti menggunakan pendekatan Psikologi sastra untuk mengkaji naskah
drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa. Penelitian Psikologi sastra memiliki
peranan penting dalam penelitian sastra karena adanya beberapa kelebihan yaitu
untuk mengkaji lebih mendalam aspek perwatakan dan membantu untuk
menganalisis karya sastra yang kental dengan masalah-masalah psikologis
(Endraswara, 2008:12). Daya tarik psikologi sastra ialah pada masalah manusia yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
melukiskan potret jiwa. Tidak hanya jiwa sendiri yang muncul dalam sastra, tetapi
juga bisa mewakili jiwa orang lain (Minderop, 2010:59).
Teori cinta dari R. J. Strenberg digunakan untuk mengungkapkan bagaimana
cinta itu tumbuh dari dalam diri tokoh sentral dan utama naskah drama Rambat-
Rangkung karya Trisno Santosa. R.J. Strenber mengungkapkan ada tiga dimensi cinta
meliputi keintiman, hasrat, dan komitmen. Dari ketiga dimensi tersebut dapat
diketahui bagaimana cinta yang tumbuh dalam diri tokoh, apakah cinta yang tumbuh
hanya berdasarkan nafsu tanpa memiliki komitmen, dan cinta yang tumbuh berdasar
ketulusan dan memiliki komitmen.
Teori Motivasi Abraham Maslow juga digunakan dalam penelitian ini. Teori
motivasi digunakan untuk mengetahui motivasi tokoh dalam membela tanah air dari
penjajahan Belanda.
Isi cerita dari Rambat-Rangkung tersebut sesuai dengan pendekatan yang
digunakan yaitu Psikologi Sastra untuk mengungkapkan bagaimana timbulnya rasa
cinta, pengorbanan dan kasih sayang. Oleh karena itu penelitian ini diberi judul
Ketulusan Hati Tokoh dalam Naskah Drama Rambat-Rangkung Karya Trisno
Santosa (Sebuah Pendekatan Psikologi Sastra).
B. Rumusan Masalah
Perumusan masalah ini diperlukan agar sebuah penelitian tidak meluas dari
apa yang seharusnya dibahas dan lebih terfokus. Permasalahan tersebut nantinya akan
diteliti untuk mencari pemecahan masalah. Perumusan masalah tersebut adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
1. Bagaimanakah latar penciptaan naskah drama Rambat-Rangkung karya Trisno
Santosa?
2. Bagaimanakah unsur-unsur yang membangun naskah drama Rambat-Rangkung
karya Trisno Santosa?
3. Bagaimana rasa cinta dan keiklasan yang timbul dalam diri tokoh naskah drama
Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa?
4. Apa nilai-nilai yang terdapat dalam naskah drama Rambat-Rangkung karya
Trisno Santosa?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang terdapat di atas, maka tujuan penelitian
ini adalah :
1. Mengungkapkan latar penciptaan naskah drama Rambat-Rangkung karya Trisno
Santosa.
2. Mendeskripsikan unsur-unsur yang membangun naskah drama Rambat-Rangkung
karya Trisno Santosa.
3. Menjelaskan rasa cinta dan keiklasan yang timbul dalam diri tokoh naskah drama
Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa.
4. Mengungkapkan nilai-nilai yang terdapat dalam naskah drama naskah Rambat-
Rangkung karya Trisno Santosa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini akan didapat hasil tentang deskripsi unsur-unsur struktural, rasa
cinta dan kasih sayang yang timbul dari tokoh serta mengungkapkan makna dan nilai
yang terkandung dalam naskah drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun
praktis. Manfaat yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini menggunakan kajian teori struktural, teori psikologi sastra, dan teori
psikologi cinta. Maka dari itu secara teoretis penelitian ini diharapkan akan dapat
memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang studi karya
sastra dari segi psikologis.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah penelitian terhadap
Sastra Jawa, khususnya penelitian naskah drama. Selain penelitian ini dapat
dipakai data bagi penelitian lain dengan pendekatan yang berbeda.
E. Sistematika Penulisan
Agar diperoleh suatu pembahasan yang jelas, maka dibawah ini disampaikan
sistematika penulisan penelitian yang akan dilakukan, sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN meliputi Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah,
Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Sistematika Penulisan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
BAB II LANDASAN TEORI meliputi Pengertian Drama, Pendekatan
Struktural, dan Pendekatan Psikologi Sastra
BAB III METODE PENELITIAN meliputi Jenis dan Bentuk Penelitian,
Sumber Data dan Data, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data dan
Validitas Data.
BAB IV PEMBAHASAN yang membahas strukturalisme drama, cinta dan
pengorbanan yang tumbuh dalam diri tokoh, dan nilai yang terkandung dalam
naskah drama Rambat-Rangkung.
BAB V PENUTUP meliputi Kesimpulan dan saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Drama
Kata drama berasal dari bahasa Yunani draomai yang berarti berbuat, berlaku
bertindak, atau beraksi (Soediro Satoto, 1991:5). Drama berarti perbuatan, tindakan,
atau bereaksi. Dalam kehidupan sekarang, drama mengandung arti yang lebih luas
ditinjau apakah drama sebagai salah satu genre sastra, ataukah drama itu sebagai
cabang kesenian yang mandiri. Drama naskah merupakan salah satu genre sastra yang
disejajarkan dengan puisi dan prosa (Herman J. Waluyo, 2001:3).
Drama mengutamakan perbuatan, gerak, yang merupakan inti hakikat setiap
karangan yang bersifat drama. Maka tidak heran kalau Moulton (dalam Soediro
Satoto, 1991:3) mengatakan bahwa “Drama adalah hidup yang ditampilkan dalam
gerak” (life presented in action). Jika dalam sastra jenis prosa menggerakkan fantasi
pembaca, maka dalam jenis drama pembaca melihat kehidupan manusia
diekspresikan secara langsung di muka sendiri. Ataupun Bathazar Verhagen yang
mengemukakan bahwa “drama adalah kesenian melukis sifat dan sikap manusia
dengan gerak”. Menurut Atar Semi (1993:156) drama adalah cerita atau tiruan
perilaku manusia yang dipentaskan. Riris K. Sarumpet (1997:21), dalam Istilah
Drama dan Teater membataskan drama sebagai berikut, drama adalah ragam sastra
dalam bentuk dialog yang dimaksudkan untuk dipertunjukkan di atas pentas. Secara
9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
lebih khusus, drama menunjuk pada lakon yang serius dapat berakhir suka maupun
duka dengan masalah yang serius juga (Soediro Satoto, 1989:3).
Japi Tambajong (1981:33-34) mengklasifikasikan drama menjadi 5 jenis,
yaitu sebagai berikut:
1. Tragedi (duka ria), drama yang melukiskan kisah sedih yang besar dan agung.
Tokoh-tokohnya terlibat dalam bencana yang besar. Penulis naskah
mengharapkan agar penonton memandang kehidupan secara optimis.
2. Komedi (drama ria), drama ringan yang sifatnya menghibur dan di dalamnya
terdapat dialog kocak yang sifatnya menyindir dan biasanya berakhir dengan
kebahagiaan. Lelucon bukan tujuan utama dalam komedi, tetapi drama ini
bersifat humor dan pengarangnya berharap akan menimbulkan kelucuan atau
tawa riang.
3. Melodrama, lakon yang sangat sentimental, dengan tokoh dan cerita yang
mendebarkan hati dan mengharukan.
4. Tragikomedi, dua paras perasaan yang digabungkan, tragedi dan komedi
5. Dagelan (farce), disebut juga banyolan. Seringkali drama ini disebut drama
komedi murahan atau komedi picisan. Dagelan adalah drama kocak dan ringan,
alurnya tersusun berdasarkan arus situasi dan tidak berdasarkan arus situasi. Isi
cerita dagelan biasanya kasar, lentur dan fulgar.
Drama adalah sejumlah kejadian yang mengikat dan menarik hati. Tujuan
drama bukanlah untuk dibaca seperti orang membaca novel atau puisi. Drama yang
sebenarnya adalah kalau naskah drama itu telah dipentaskan. Tetapi bagaimanapun,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
naskah tertulis drama selalu dimasukkan sebagai karya sastra (Jacob Sumarjo, Saini
KM, 1991 : 31).
Drama adalah karya sastra yang mengungkapkan cerita lewat dialog para
tokoh. Tujuan pokoknya menggambarkan kehidupan dengan mengemukakan konflik
dan emosi melalui dialog.
Sebagai karya sastra, bahasa drama adalah bahasa sastra karena itu sifat
konotatif juga dimiliki. Pemakaian lambang, kiasan, irama, pemilihan kata yang khas,
dan sebagainya berprinsip sama dengan karya sastra yang lain, akan tetapi karena
yang ditampilkan drama adalah dialog maka bahasa drama tidak sebeku bahasa puisi,
dan lebih cair dari bahasa prosa (Herman J. Waluyo, 2006:3).
Penghayatan naskah drama lebih sulit daripada naskah prosa dan puisi.
Naskah drama berupa dialog yang membutuhkan ketekunan untuk memahami isi
drama.
Drama memiliki kekhususan dibanding dengan genre puisi ataupun genre
yang lainnya. Kesan dan kesadaran terhadap drama lebih difokuskan pada bentuk
karya yang bereaksi langsung secara kongkret.
Drama tidak bisa dikatakan sebagai puisi ketika mencoba mendekatinya,
karena puisi penekanannya sebagai hasil cipta instuisi imajinasi penyairnya.
Membaca puisi, pembaca berusaha menghubungkan imajinasinya dengan instuisi
penyair melalui sajak-sajak yang ditulis oleh penyair. Di pihak lain ketika membaca
novel ataupun cerpen, pembaca berhadapan dengan suatu dunia rekaan yang dibentuk
berdasarkan proses imajinatif yang kemudian dipaparkan secara naratif oleh
pengarangnya. Kekhususan drama disebabkan tujuan drama ditulis pengarangnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
tidak hanya berhenti sampai pada tahap pembeberan peristiwa untuk dinikmati secara
artistik imajinatif oleh pembacanya, namun mesti diteruskan untuk kemungkinan
dapat dipertontonkan dalam suatu penampilan gerak dan perilaku yang dapat
disaksikan (Hasanuddin, 2009:2).
B. Pendekatan Struktural
Langkah awal dalam meneliti karya sastra adalah dengan pendekatan
struktural sebelum melakukan pendekatan selanjutnya. Pendekatan struktural sebagai
cara untuk memahami karya sastra berdasarkan unsur-unsur pembentuk drama
menghasilkan makna menyeluruh antara lain tema, amanat, penokohan, alur, setting
(latar), tikaian atau konflik, dan cakapan (Soediro Satoto, 1991:41). Pendekatan
struktural dapat juga dinamakan dengan pendekatan obyektif. Struktur merupakan
komponen paling utama, dan merupakan prinsip kesatuan lakuan dalam drama.
Sistematika pembicaraannya dilakukan dalam hubungannya dengan alur (plot) dan
penokohan (karakterisasi). Perwujudannya dapat berupa gerak atau cakapan (dialog,
monolog). Analisis struktural karya sastra dalam hal ini fiksi, dapat dilakukan dengan
mengidentifikasi, mengkaji dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan atas unsur
intrinsik fiksi yang bersangkutan. Analisis struktural pada dasarnya bertujuan untuk
memaparkan secermat mungkin fungsi dan ketertarikan antar berbagai unsur karya
sastra yang secara bersama menghasilkan sebuah keseluruhan. Analisis struktural
tidak cukup dilakukan hanya dengan mendata unsur tertentu sebuah karya fiksi.
Namun yang lebih penting adalah menunjukkan bagaimana hubungan antar unsur itu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
dan sumbangan apa yang diberikan terhadap suatu estetik dan makna keseluruhan
yang ingin dicapai (Burhan Nurgiyantoro, 2007:37).
Menurut Rahmat Joko Pradopo (1995:108) bahwa usaha untuk mamahami
struktur sebagai suatu kesatuan yang utuh (tidak terpisah) seseorang harus
mengetahui unsur-unsur pembentuknya yang saling berhubungan satu sama lain.
Sebuah struktur terbentuk dari serangkaian unsur-unsurnya (Sangidu, 2004:16).
Peneliti menggunakan teori pendekatan struktural dari Soediro Satoto yang
terdiri dari tema, amanat, penokohan, alur, setting (latar), tikaian atau konflik, dan
cakapan.
1. Tema
Tema merupakan gagasan pokok yang terkandung dalam drama (Herman J.
Waluyo, 2001:24). Sedangkan menurut Soediro Satoto (1991:42) tema adalah
gagasan, idea atau pikiran utama dalam karya sastra baik terungkap secara tersirat
maupun tersurat. Tema tidak sama dengan pokok masalah atau topik. Tetapi tema
dapat dijabarkan ke dalam beberapa pokok. Tema berhubungan dengan premis dari
drama tersebut yang berhubungan pula dengan nada dasar dari sebuah drama. Dalam
drama, tema akan dikembangkan melalui alur dramatik dalam plot melalui tokoh-
tokoh protagonis dan antagonis dengan perwatakan yang memungkinkan konflik dan
diformulasikan dalam bentuk dialog. Dialog tersebut mengejawantahkan tema dari
lakon/naskah.
Konflik batin dalam drama harus benar-benar dihayati oleh pembaca. Dengan
tema yang kuat, pembaca akan lebih mudah dan cepat menangkap dan menafsirkan
tema yang dimaksud oleh pengarang. Tema merupakan sruktur dalam dari sebuah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
karya sastra. Tema juga behubungan dengan sudut pandang, sudut darimana
pengarang memandang dunia ini. Sudut pandang sering dihubungkan pula dengan
sebagai apakah pengarang berperan dalam cerita itu. Dalam drama, pengarang dapat
berperan sebagai orang yang terlibat gagasannya dialog dan drama, dapat pula
sebagai penyaji alternatif-alternatif.
Suatu cerita yang baik dan berbobot terbentuk karena ada tema/topik yang
dibicarakan. Suatu karya sastra tidak hanya untuk didengar, dibaca, atau dilihat saja,
akan tetapi ada sesuatu hal yang bisa diambil manfaatnya. Sesuatu tersebut dapat
mengenai masalah kehidupan atau komentar tentang hidup, seperti percintaan,
kesedihan, ketakutan, spiritual, dan sebagainya.
2. Amanat
Amanat merupakan pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada
pembaca melalui ceritanya (Burhan Nurgiyantoro, 2007:322). Nilai-nilai yang ada di
dalam cerita rekaan bisa dilihat dari diri sastrawan dan pembacanya. Amanat dapat
juga diartikan sebagai gagasan yang mendasari karya sastra, pesan, perintah,
keterangan, wejangan, dan kepercayaan yang disampaikan pengarang kepada
pembaca (Wahyudi Siswanto, 2008:162).
Teknik penyampaian pesan tersebut dapat secara langsung maupun tidak
langsung, secara tersurat maupun tersirat, atau secara simbolik. Jika tema dalam
drama merupakan ide sentral yang menjadi pokok persoalannya, maka amanat
merupakan pemecahannya. Jika tema sebuah drama merupakan pertanyaan, maka
amanat yang terkandung di dalamnya merupakan jawaban (Soediro Satoto, 1991:43-
44).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Amanat yang ada dalam drama harus dicari oleh pembaca atau penonton.
Sebuah karya sastra pasti ada amanat yang ingin disampaikan kepada pembaca.
Amanat sebuah drama akan lebih mudah dihayati penikmat, jika drama itu
dipentaskan (Herman J. Waluyo, 2001:28). Setiap pembaca dapat menafsirkan
amanat sebuah karya sastra menurut dirinya sendiri karena tema bersifat obyektif.
3. Alur (plot)
Plot merupakan jalinan cerita atau kerangka awal hingga akhir yang
merupakan jalinan konflik antar dua tokoh yang berlawanan (Herman J. Waluyo,
2001:8). Konflik itu berkembang karena kontradiksi para pelaku. Sifat dua tokoh itu
bertentangan. Konflik itu semakin lama semakin meningkat untuk kemudian
mencapai titik klimaks. Setelah klimaks konflik akan menuju penyelesaian.
Apa yang disebut plot atau alur dalam sebuah cerita memang sulit dicari. Plot
tersembunyi di balik jalan cerita. Dalam mengikuti cerita itulah akhirnya dapat
menemukan plotnya. Sebuah plot bisa menelurkan beberapa jalan cerita. Jalan cerita
hanyalah manifestasi atau bentuk jasmaniah dari plot (Jakob Sumardjo, 2007:39).
Stanton mengatakan bahwa alur atau plot adalah rangkaian kejadian atau
peristiwa dalam suatu cerita. Plot merupakan cerita yang berisi urutan kejadian,
namun tiap kejadian itu dihubungkan sebab-akibat, peristiwa yang satu disebabkan
atau menyebabkan terjadinya sebuah peristiwa (dalam Burhan Nurgiantoro,
2007:113).
Gustaf Freytag (dalam Herman J. Waluyo, 2001:8) memberikan unsur-unsur
plot itu lebih lengkap, yang meliputi hal-hal berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
a. Exposition atau Pelukisan Awal
Dalam tahap ini pembaca diperkenalkan dengan tokoh-tokoh drama dengan
watak masing-masing. Pembaca mulai mendapat gambaran tentang lakon
yang dibaca.
b. Komplikasi atau Pertikaian Awal
Konflik mulai menanjak akan tetapi konflik belum mancapai klimaks dan
lakon belum selesai.
c. Klimaks atau Titik Puncak Cerita
Konflik yang meningkat itu akan terus sampai mencapai klimaks atau titik
puncak atau kegawatan dalam cerita.
d. Resolusi atau Penyelesaian atau Falling Action
Dalam tahap ini konflik mereda atau menurun. Tokoh-tokoh yang
memanaskan situasi atau meruncigkan konflik telah mati atau menemukan
jalan pemecahan.
e. Catastrhope atau Denounment atau Keputusan
Drama-drama modern akan berhenti pada klimaks, seperti halnya adegan
tancep kayon dalam wayang kulit. Dalam tahap ini, ada ulasan pendapat
terhadap seluruh kisah lakon itu.
4. Penokohan
Tokoh merupakan pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita rekaan
sehingga peristiwa itu menjalin suatu cerita (Wahyudi Siswanto, 2008:142).
Sedangkan menurut Herman. J. Waluyo (2001:14) penokohan erat hubungannya
dengan perwatakan. Penokohan di sini adalah proses menampilkan tokoh sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
pembawa peran watak tokoh dalam pementasan lakon, penokohan harus mampu
menciptakan citra tokoh. Karenanya tokoh-tokoh harus dihidupkan (Soediro Satoto,
1989:43). Susunan tokoh (drama personal) adalah daftar tokoh-tokoh yang berperan
dalam drama itu.
Beberapa jenis pelaku atau aktor berdasarkan peranannya dalam cerita yang
biasa dipergunakan dalam drama diantaranya adalah :
a. Tokoh Antagonis, tokoh penentang arus cerita.
b. Tokoh Protagonis, tokoh yang mendukung cerita.
c. Tokoh Thragonis, tokoh pembantu baik tokoh antagonis maupun untuk tokoh
protagonis.
Ada juga klasifikasi tokoh berdasarkan peranannya dalam lakon serta
funginya, maka terdapat tokoh-tokoh seperti berikut :
a. Tokoh sentral, yaitu tokoh-tokoh yang paling menentukan gerak lakon.
b. Tokoh utama, yaitu tokoh pendukung atau penantang tokoh sentral.
c. Tokoh pembantu, yaitu tokoh-tokoh yang memegang peran pelengkap atau
tambahan dalam mata rantai cerita (Herman J Waluyo, 2006 :16).
Tokoh dalam suatu drama juga harus memiliki watak. Watak para tokoh
digambarkan dalam tiga dimensi, yaitu :
a. Keadaan Fisik, meliputi umur, jenis kelamin, ciri-ciri tubuh, raut muka, dan
sebagainya.
b. Keadaan Psikis, meliputi : watak, kegemaran, mentalitas, standar moral,
temperamen, ambisi, keadaan emosi, dan sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
c. Keadaan Sosiologis, meliputi : jabatan, pekerjaan, kelas sosial, agama, dan
sebagainya.
5. Setting (latar)
Setting atau tempat terjadinya cerita sering pula disebut latar cerita. Adanya
latar cerita menjadi lebih hidup dan jelas karena dapat diketahui kapan, di mana, dan
bagaimana suatu cerita itu berlangsung. Atar semi (1993:46) berpendapat bahwa latar
atau landas tumpu cerita adalah lingkungan tempat peristiwa terjadi. Penentuan ini
harus secara cermat sebab drama naskah harus juga memberikan kemungkinan untuk
dipentaskan (Herman J. Waluyo, 2001:23). Setting biasanya meliputi tiga dimensi,
yaitu :
1. Tempat
2. Waktu
3. Sosial
Setting juga berarti apakah lakon terjadi di waktu siang, pagi, sore atau malam
hari. Siang atau malam di desa atau di kota akan berbeda pula keadaannya. Waktu
juga disesuaikan dengan ruang dan tempat. Tempat dapat berarti ruang dalam rumah
atau luar rumah, tetapi juga berarti dapat lebih mendetail, ruang yang bagaimana yang
dikehendaki penulis lakon. Latar sosial menyarankan pada hal-hal yang behubungan
dengan kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya
fiksi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
6. Tikaian atau Konflik
Hakikat lakon sebagai “closet drama” (drama baca) yang lebih dapat dikenali
lewat struktur dramatik adalah tikaian atau konflik. Seorang pengkaji dan peneliti
sastra akan lebih melihat tikaian atau konflik sebagai hakikat drama.
Dalam praktek tikaian atau konflik tidak harus diikuti oleh cakapan atau
lakuan, konflik ini berada dalam diri tokoh, biasa disebut pembatinan. Tikaian atau
konflik bisa terjadi antar manusia, manusia dengan alam semesta, dan bahkan
manusia dengan Tuhannya. Terjadi antar individu dan individu dengan kelompok,
dan antar kelompok. Manusia adalah sumber dari segala tikaian atau konflik.
7. Cakapan
Kata cakap berarti, omong atau bicara. Bercakap-cakap berarti omong-omong
atau berbicara. Dalam drama, cakapan yang terjadi antara dua orang atau lebih
disebut dialog (Soediro Satoto, 1991:63).
Menurut Herman J. Waluyo ciri khas suatu drama adalah naskah itu berbentuk
percakapan atau dialog. Dialog dalam sebuah drama harus benar-benar
memperlihatkan pembicaraan tokoh-tokoh dalam kehidupan sehari-hari. Ragam
bahasa dalam dialog tokoh-tokoh drama adalah bahasa lisan yang komunikatif dan
bukan ragam tulis. Hal ini disebabkan karena drama adalah potret kenyataan. Di
samping dalam hal ragam, maka diksi hendaknya dipilih sesuai dengan dramatic-
action dari plot itu. Diksi berhubungan dengan irama lakon, artinya panjang
pendeknya kata-kata dalam dialog dipengaruhi terhadap konflik yang dibawakan
lakon.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
C. Pendekatan Psikologi Sastra
Psikologi yang berasal dari kata psyche yang berarti jiwa dan logos yaitu ilmu
mengarahkan perhatiannya kepada manusia sebagai obyek studi, terutama pada sisi
perilaku (behavior atau action) dan jiwa (psyche). Berdasarkan pengertian singkat
tersebut bisa dipahami formulasi-formulasi yang secara singkat dikategorikan
menjadi:
(1) Ilmu atau kajian ilmiah tentang perilaku manusia.
(2) Ilmu atau kajian ilmu tentang jiwa manusia. Sebagai disiplin ilmu yang
memfokuskan studi pada perilaku manusia, psikologi dikategorikan
sebagai behavavioral science atau ilmu perilaku.
Psikologi sebagai suatu ilmu, yaitu psikologi merupakan ilmu pengetahuan
tentang kejiwaan. Menurut Sartain, psikologi merupakan ilmu jiwa yang ilmiah, yang
sensitif. Karena itu dalam mempelajari psikologi harus dari sudut ilmu, psikologi
sebagai suatu science (dalam Bimo Wagito, 1992:2).
Psikologi sastra adalah kajian sastra yang memandang karya sebagai aktivitas
kejiwaan. Pembaca dalam menanggapi karya tidak akan lepas dari kejiwaan masing-
masing (Suwardi Endraswara, 2008:96). Karya sastra yang dipandang sebagai
fenomena psikologis akan menampilkan aspek-aspek kejiwaan melalui tokoh-tokoh
juga kebetulan teks berupa drama maupun prosa. Sedangkan jika berupa puisi, tentu
akan tampil melalui larik-larik dan pilihan kata yang khas.
Menurut Wellek dan Warren (1990:23) psikologi dalam karya sastra bukanlah
sesuatu yang sama sekali baru, karena tokoh-tokoh dalam karya sastra harus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
dihidupkan, diberi jiwa. Pengarang baik sadar maupun tidak sadar memasukkan jiwa
manusia ke dalam karyanya. Hal ini akan terlihat dalam diri tokoh cerita dan
lingkungan cerita dimana cerita tersebut terjadi.
Daya tarik psikologi sastra ialah pada masalah manusia yang melukiskan
potret jiwa. Tidak hanya jiwa sendiri yang muncul dalam sastra, tetapi juga bisa
mewakili jiwa orang lain (Minderop, 2010:59).
Tanpa kehadiran psikologi sastra dengan berbagai acuan kejiwaan,
kemungkinan pemahaman sastra akan timpang. Setidaknya sisi lain dari sastra akan
terpahami secara proporsional dengan psikologi sastra (Endraswara, 2008:7).
Menurut Sangidu (2004:30) psikologi sastra adalah suatu disiplin imu yang
memandang karya sastra sebagai suatu karya yang memuat peristiwa-peristiwa
kehidupan manusia yang diperankan oleh tokoh-tokoh yang di dalamnya atau
mungkin juga diperankan oleh tokoh faktual.
D. Psikologi Cinta
Naskah drama Rambat-Rangkung mengisahkan bagaimana para pemuda jatuh
cinta kepada satu gadis yang sama karena kecantikan wajahnya. Akan tetapi tidak ada
yang tahu bagaimana keadaan dari sang gadis tersebut yang kakinya cacat. Setelah
diketahui jika sang gadis tersebut cacat, beberapa pemuda yang awalnya suka
berubah perasaannya terhadap sang gadis tersebut. Tetapi tidak dengan tokoh
bernama Rambat yang tetap mencintai sang gadis tersebut dengan tulus hati.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Rasa cinta tersebut perlu didefinisikan dengan cara memahami mengapa
timbul cinta dan apakah terdapat bentuk cinta yang berbeda. Gairah cinta dari cinta
romantis tergantung pada si individu dan objek cinta adanya nafsu dan keinginan
untuk bersama-sama. Perasaan cinta bervariasi dalam beberapa bentuk, intensitas
pengalaman memiliki rentang dari yang terlembut sampai kepada yang amat
mendalam, derajat tensi dari rasa sayang yang paling tenang sampai pada gelora nafsu
yang kasar. Jika demikian, esensi cinta adalah perasaan tertarik kepada pihak lain
dengan harapan sebaliknya. Cinta diikuti oleh perasaan setia dan sayang. Ada yang
berpendapat bahwa cinta tidak mementingkan diri sendiri, bila tidak demikian berarti
bukan cinta sejati (Minderop, 2010:44).
Sternberg dalam teorinya (dalam Robert A. Baron dan Donn Byarne, 2005:29)
mengemukakan bahwa cinta memiliki tiga dimensi yaitu gairah/nafsu (passion),
keintiman (intimacy), dan komitmen/keputusan (commitment/decision).
1. Gairah/nafsu
Dimensi ini menekankan pada intensnya perasaan serta perasaan (keterbangkitan)
yang muncul dari daya tarik fisik dan gaya tarik seksual. Pada jenis cinta ini,
sesorang mengalami ketertarikan fisik secara nyata, selalu memikirkan orang yang
dicintainya sepanjang waktu, melakukan kontak mata secara intens saat bertemu,
mengalami perasaan indah seperti melambung ke awan, mengagumi serta
terpesona dengan pasangan, detak jantung meningkat, mengalami perasaan
sejahtera, memiliki energi yang besar utuk melakukan sesuatu demi orang yang
dicintainya, tentu saja merasa bahagia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
2. Keintiman
Dimensi ini tertuju pada kedekatan perasaan antara dua orang dan kekuatan yang
mengikat mereka untuk bersama. Sebuah hubungan akan mencapai keintiman
emosional jika kedua belah pihak saling mengerti, terbuka dan saling mendukung,
serta bisa berbicara apapun tanpa merasa takut ditolak. Mereka mampu saling
memaafkan dan menerima.
3. Komitmen/keputusan
Pada dimensi ini, seseorang berkeputusan untuk tetap bersama dengan seorang
pasangan dalam hidupya. Komitmen ini dapat bermakna mencurahkan perhatian,
melakukan sesuatu untuk menjaga suatu hubungan tetap langgeng, melindungi
hubungan tersebut dari bahaya, serta memperbaiki jika hubungan dalam keadaa
kritis (Sarlito W. Sarwono dkk, 2009:71-72).
Ketiga komponen yang telah disebutkan di atas haruslah seimbang untuk
dapat menghasilkan hubungan cinta yang memuaskan dan bertahan lama. Dari ketiga
dimensi cinta tersebut bisa menghasilkan tujuh jenis hubungan :
1. Rasa suka (liking) = keintiman saja (pertemanan sejati tanpa nafsu atau komitmen
jangka panjang)
2. Cinta roamantis (romantic love) = keintiman + nafsu (saling tertarik satu sama lain
secara fisik dan emosional tanpa komitmen )
3. Tergila-gila (infatuation) = nafsu saja (cinta pada pandangan pertama yang penuh
nafsu dan bersifat obsesif tanpa adanya keintiman atau
komitmen)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
4. Cinta tolol (fatuous love) atau nafsu = komitment (komitmen berdasarkan nafsu
tanpa adanya waktu untuk
berkembangnya keintiman, hubungan
dangkal seperti perkawinan mendadak)
5. Cinta karib (companionate love) = keintiman+komitmen (pertemanan jangka
panjang dengan komitmen seperti pada
perkawinan dimana nafsu sudah hilang)
6. Cinta kosong (empty love) = keputusan/komimen saja (keputusan untuk mencintai
orang lain tanpa keintiman atau nafsu)
7. Cinta sempurna (cinta yang lengkap yang terdiri dari tiga komponen, suatu
keadaan yang sudah ideal).
E. Motivasi
Psikologi tidak hanya mempelajari apa yang dilakukan orang tetapi juga
mengapa dia melakukannya, “mengapa” itu disebut motive. Pengalaman
menunjukkan bahwa untuk memahami seseorang tidaklah cukup dengan mengamati
tindak perbuatannya saja, tetapi hal-hal yang melatar belakanginya melakukan
sesuatu (Dimyati Mahmud, 1990:195)
Abraham Maslow dalam Albertine Minderop (2007:98) menyebutkan teori
motivasi ada lima tingkat :
1. Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan dasar atau kebutuhan pokok manusia, meliputi makan, air udara, tidur
dan seks. Pemuasan untuk kebutuhan ini sangat penting untuk kelangsungan hidup.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
2. Kebutuhan Rasa Aman
Kebutuhan akan jaminan stabilitas, perlindungan, ketertiban. Ketidakpastian yang
dihadapi manusia membuat manusia menccapai jaminan keamanan, perlindungan,
dan ketertiban menurut kemampuannya.
3. Kebutuhan Rasa memiliki dan Cinta
Kebutuhan yang dapat dicapai dengan cara menggabungkan diri dengan suatu
kelompok atau perkumpulan. Untuk memuaskan kebutuhan ini dapat membangun
suatu hubungan yang akrab dan penuh perhatian dengan orang lain.
4. Kebutuhan Rasa Penghargaan
Kebutuhan rasa penghargaan dibagi menjadi dua yaitu penghargaan yang berasal
dari orang lain dan penghargaan terhadap diri sendiri. Penghargaan yang berasal
dari orang lain adalah yang utama. Penghargaan dari orang lain berdasarkan
reputasi, kekaguman, status, popularitas, dan keberhasilan dalam masyarakat.
Apabila merasakan suatu perasaan dari dalam atau penghargaan diri akan merasa
yakin dan aman akan diri sendiri.
5. Kebutuhan Aktualisasi Diri
Kebutuhan manusia yang tertinggi. Seseorang akan mampu mencapai kebutuhan
ini apabila mampu melewati masa-masa sulit yang berasal dari diri sendiri dan
orang lain. Hambatan dari diri sendiri misalnya ragu-ragu, takut, malu dan
sebagainya. Yang menjadi penghambat dari luar misalnya tidak adanya
kesempatan dan diskrimainasi dari lingkungan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam pengertian yang lebih luas metode dianggap sebagai cara yang
strategi untuk memahami realitas, langkah-langkah yang sistematis untuk
memecahkan masalah sebab-akibat berikutnya. Metode merupakan cara kerja yang
bersistem untuk memulai pelaksanaan suatu kegiatan penelitian guna mencapai tujuan
yang telah ditentukan. Metode dapat juga dipahami sebagai cara kerja untuk mencari
kebenaran berdasarkan disiplin ilmu yang bersangkutan (Sangidu, 2004 : 13).
Penelitian adalah cara yang dipilih peneliti untuk memperoleh pengetahuan
dan rumusan untuk memahami fenomena yang digunakan untuk meneliti persoalan
yang bisa mencapai hasil yang diharapkan. Penelitian adalah suatu kegiatan atau
proses sistematis untuk memecahkan masalah dengan dukungan data sebagai
landasan dalam mengambil kesimpulan (Rachmat Joko Pradopo, 2001).
A. Jenis Penelitian dan Bentuk Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian sastra. Penelitian sastra
merupakan pencarian pengetahuan yang memberi makna dengan hati-hati dan kritis
secara terus-menerus terhadap masalah sastra. Penelitian sastra pada dasarnya sama
dengan kritik sastra yang membedakan adalah jangkauannya. Bentuk penelitian ini
adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Bersifat deskriptif artinya data
terurai dalam bentuk kata-kata atau gambar-gambar, bukan angka-angka. Data pada
26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
umumnya berupa pencatatan, foto-foto, rekaman, dokumen, atau catatan-catatan
resmi lainnya (Atar Semi, 1993:18).
Penelitian sastra lebih banyak berupa penelitian perpustakaan (Library
research). Penelitian perpustakaan yaitu penelitian yang dilakukan di kamar kerja
peneliti atau di perpustakaan yang terdapat data dan objek penelitian yang dapat
diperoleh.
B. Sumber Data dan Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah naskah drama
Rambat-Rangkung.
Data dalam penelitian ini berupa teks yang berupa struktur drama yang
dibangun oleh unsur-unsur instrinsik dalam karya sastra seperti tema, alur,
penokohan, amanat, latar, konflik dan dialog serta aspek-aspek psikologi sastra dari
drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa.
C. Teknik Pengumpulan Data
Berdasarkan data yang digunakan, maka teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah Analisis Isi atau Content Analysis.
Teknik Content Analysis atau analisis isi, yaitu menganalisis isi yang
terdapat dalam karya sastra. Analisis isi merupakan metodologi penelitian yang
memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik kesimpukan yang sahih dari
sebuah buku atau dokumen ( Lexy J. Moleong, 2007 : 163 ).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
D. Teknik Analisis Data
Judul penelitian ini adalah Ketulusan Hati Tokoh dalam Naskah Drama
Rambat-Rangkung Karya Trisno Santosa (Sebuah Pendekatan Psikologi Sastra),
maka teknik analisa data yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
Pertama, tahapan ini dimulai dengan membaca dan mengelompokkan data
berdasarkan deskripsi data, kemudian disajikan dalam analisis struktural yang
membangun naskah drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa yaitu tema,
amanat, penokohan, alur, konflik, setting dan dialog serta analisis psikologi sastra
meliputi perasaan cinta dan motivasi yang tumbuh dalam tokoh naskah drama
Rambat-Rangkung.
Kedua, langkah selanjutnya yaitu proses penyederhanaan dan membatasi
pertanyaan-pertanyaan pokok yang perlu dijawab dalam penelitian.
Ketiga, Pengumpulan data selesai, penelitian mulai melakukan usaha untuk
menarik kesimpulan dan verifikasinya berdasarkan semua hal yang terdapat pada
reduksi maupun sajian datanya. Menurut Sutopo (2002 : 95), proses ini disebut
model analisis intereaktif. Penarikan kesimpulan merumuskan apa yang sudah
didapatkan dari reduksi ataupun kegiatan pengumpulan data. Verifikasi dan
kesimpulan adalah mengecek kembali (diverivikasi) pada catatan yang telah dibuat
oleh peneliti dan selanjutnya membuat kesimpulan sementara (Sangidu, 2004 : 178).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
E. VALIDITAS DATA
Penelitian terhadap karya sastra yang telah dilakukan, data-data yang telah
dikumpulkan diusahakan kemantapannya, dalam arti harus diupayakan peningkatan
validitas data yang diperoleh. Dalam penelitian ini digunakan triangulasi data.
Menurut Lexy J. Moleong (2007:178), triangulasi adalah teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data yaitu untuk
keperluan pengecekan atau sebagai perbandingan terhadap data itu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Penciptaan Naskah Drama Rambat-Rangkung
Karya sastra dan pengarang memiliki suatu hubungan yang erat. Bukan saja
hubungan yang menyebabkan timbulnya karya sastra, tetapi merupakan sebuah
hubungan yang dapat mencerminkan segi-segi kejiwaan, pandangan sosial, ataupun
filsafat hidup yang ada dalam diri pengarang yang terdapat dalam hasil karyanya.
Aspek-aspek yang berhubungan dengan diri pengarang perlu untuk diungkapakan,
karena kedudukannya memegang peranan yang penting dalam sebuah penelitian
sastra.
Pengarang dalam menghasilkan karya-karya sastranya, memiliki suatu
kebebasan untuk mengembangkan perasaan, pikiran, dan fantasinya untuk disusun
dan diungkapkan hingga menjadi sebuah cerita, cerita itu juga akan dipengaruhi oleh
pengalaman dan pandangannya.
Trisno Santosa lahir di Yogyakarta 54 tahun yang lalu. Pada tahun 1982
waktu masih menjadi mahasiswa di jurusan Pedalangan ASKI Surakarta bergabung
dengan teater Gapit. Awalnya berperan sebagai dalang dalam naskah Gandrung
Kecepit karya Sarwaka Tesar, kemudian ditunjuk sebagai tokoh Pelok dalam naskah
Suk Suk Peng menggantikan salah satu pemain Teater Gapit yang terkena sangsi tidak
diperbolehkan berkegiatan di lingkungan ASKI Surakarta, dan sejak saat itu nama
“Pelok” melekat seolah-olah menghapus nama aslinya.
30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Bambang Widaya (sutradara teater Gapit) kemudian selalu menunjuk Trisno
Santosa untuk mendukung naskah-naskah karyanya, dalam naskah Rol Trisno
ditunjuk sebagai Salamun, Leng sebagai Pak Rebo, Reh sebagai Jana Buntet, Tuk
sebagai Lik Bisma, dan Dom sebagai Pak Lakon. Kehadiran Trisno Santosa di teater
Gapit juga ikut membantu teman-temannya pada waktu membuat dialog naskah agar
lebih Jawani.
Trisno Santosa sejak kecil sudah akrab dengan dunia ketoprak, wayang orang,
wayang kulit, dan wayang golek Yogyakarta karena memang cucu seorang dalang
wayang golek dari Sentolo, Kulon Progo, Yogyakarta. Dunia panggung di kampung,
di tempat orang hajat, maupun acara tujuh belasan adalah medan seni yang ikut
membentuknya.
Trisno Santosa sejak kecil juga sudah sering ikut lomba kesenian dan meraih
prestasi, diantaranya :
1. Tahun 1972, saat Sekolah Dasar bersama teman-temannya menjadi juara
satu karawitan Porseni se-DIY.
2. Tahun 1974 ketika SMP juara tiga Tari Gaya Surakarta Hari Pendidikan
Nasional se-DIY.
3. Tahun 1978 menjadi juara satu Tari Gagah Gaya Surakarta pada Porseni
se-DIY.
Prestasi Trisno Santosa dalam hal drama baik sebagai penulis, sutradara,
maupun pemain juga sangat bagus. Di antaranya :
1. Tahun 1989 menjadi sutradar terbaik dalam festival ketoprak se-Jawa
Tengah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
2. Tahun 1992 menjadi sutradara terbaik dalam festival ketoprak se-eks
karesidenan Surakarta.
3. Tahun 1995 menjadi Punakawan terbaik di festival WOPA.
4. Tahun 2002 manjadi sutradara dan penulis terbaik lomba sandiwara
berbahasa Jawa SLTA se-Jawa Tengah.
5. Tahun 2004 sutradara terbaik festival ketoprak se Jawa Tengah.
6. Tahun 2007 menjadi juara harapan I penulisan naskah Sandiwara
berbahasa Jawa se Jawa Tengah.
Selain menjadi pengarang drama bahasa Jawa dan sutradara, Trisno Santosa
juga menjabat sebagai Dosen di jurusan Seni Pedalangan, Institut Seni Indonesia
Surakarta.
Naskah drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa ini adalah karya fiksi.
Asal nama Rambat-Rangkung diambil dari nama gending sekaten. Kedua nama
tersebut saling berhubungan yang meyimbolkan akan kebersamaan dan kesetiaan.
Setting atau latar perang Diponegoro digunakan pengarang dalam naskah
drama Rambat-Rangkung yang bertempat di lereng bukit Menoreh. Tidak ada alasan
khusus kenapa pengarang membuat latar cerita seperti itu. Latar dalam cerita drama
Rambat-Rangkung bertujuan untuk membangun struktur dan karakter, bagaimana
orang-orang bersikap ketika keadaan di sekitarnya sedang tidak aman.
Problematika percintaan menjadi dasar dalam menciptakan drama Rambat-
Rangkung ini. Rasa ketertarikan kepada lawan jenis terkadang hanya melihat dari
fisik semata tanpa melihat keadaan seutuhnya. Pengarang melalui drama Rambat-
Rangkung ini ingin mengungkapkan cinta yang tulus dan bisa menerima kekurangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
kepada orang yang dicintai. Tergambar dalam tokoh Rambat yang dengan tulus dan
iklas menerima Rangkung yang memiliki kecacatan fisik. Sikap Rambat berbeda
dengan pemuda-pemuda lain yang hanya melihat Rangkung dari kecantikan wajah
saja dan setelah diketahui Rangkung adalah gadis cacat, para pemuda yang awalnya
suka kepada Rangkung menjadi berubah perasaannya.
Pengarang juga menyampaikan pesan moral dalam naskah drama Rambat-
Rangkung. Pengarang menyampaikan pesan kepada pemuda untuk tidak menyia-
nyiakan waktu. Akan lebih baik jika waktu tersebut digunakan untuk melakukan hal-
hal yang positif dan dapat berguna bagi diri sendiri dan masyarakat.
B. Unsur-unsur yang Membangun Struktur Naskah Drama
Rambat-Rangkung
Bagian ini mengungkapkan unsur-unsur yang membangun struktur naskah
drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa. Berdasar analisis instrinsik yang
telah dilakukan, struktur naskah Rambat-Rangkung dibangun unsur-unsur yang antara
lain tema, penokohan, latar/setting, amanat, alur, cakapan, dan konflik.
1. Tema
Naskah drama Rambat-Rangkung bertemakan cinta kasih tidak bersyarat yang
bisa menerima apa adanya. Naskah drama Rambat-Rangkung menceritakan tentang
kisah percintaan antara Rambat dan Rangkung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Rangkung memiliki wajah yang cantik, akan tetapi tidak ada yang mengetahui
jika Rangkung adalah gadis yang cacat. Kecantikan wajah Rangkung membuat setiap
pemuda suka kepadanya, salah satu diantaranya adalah Rambat. Ketertarikan Rambat
dapat diketahui dari sikapnya yang setiap hari berkunjung di warung makan tempat
Rangkung berjualan dan menjadi pembeli yang paling lama jika sudah berada di
warung makan tersebut.
Wa Sri yang curiga dengan Rambat, mendesaknya dengan berbagai
pertanyaan. Rambat mengaku jika dirinya ada sesuatu hal yang ingin disampaikan
yaitu ingin menyampaikan perasaan cinta kepada Rangkung. Wa Sri memberi
kesempatan kepada Rambat untuk mengungkapkan perasaan kepada Rangkung.
Rambat tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut, dengan memberanikan diri
Rambat melamar Rangkung. Rangkung yang juga menyukai Rambat tidak serta
merta menerima lamaran tersebut. Wa Sri sebagai orang tua Rangkung menyuruh
Rambat membawa orang tuanya jika bersungguh-sungguh melamar Rangkung.
Rambat bersedia dan pulang memanggil ayahnya.
Beberapa lama kemudian Rambat datang bersama orang tuanya yang juga
seorang pemimpin prajurit. Ayah Rambat, Den Sasra memberitahu kepada warga jika
tempat pengungsian sudah diketahui oleh Belanda dan menyuruh para warga untuk
bersiap-siap berpindah tempat. Rambat yang khawatir dengan Rangkung langsung
menariknya dari tempat duduk. Semua orang menjadi kaget melihat kaki Rangkung
yang ternyata cacat. Para pemuda yang pada awalnya berebut mendapatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Rangkung menarik diri karena ketidak sempurnaan fisik Rangkung. Tidak halnya
dengan Rambat, Rambat tetap mencintai Rangkung bagaimanapun keadaannya.
2. Alur (Plot)
a. Eksposition atau Pelukisan awal
Rangkung : Iya wa, iya. Wa aku ora susah, atiku seneng waton
cedhak terus karo Wa Sri kok
Wa Sri : Gek-gek malah kowe ki mikir cah lanang.
Rangkung : Wa, kowe ki kok aneh-aneh ta Wa. Wong lanang ngendi
sing gelem tak pikir, aneh Wa kanggoku.
Wa Sri : Lho ya ora aneh kok. Lawong kowe ki ya wis prawan,
mangka ya ayu, lha sapa ngerti nek wis ana priya sing
nyedhaki kowe, njur kowe mikir, njur sangga uwang
teruuuussss kaya iki mau.
Rangkung : Ora kok Wa. Ora.
Wa Sri : Wangsulanmu ki mung ora, ora, ora thok-thok. Eh
kosik…ngko gek kowe mikir priya sing nek jajan mrene
ora mulih-mulih kae. (halaman 5-6)
Terjemahan :
Rangkung : Iya Wa, iya. Wa aku tidak sedih, aku senang kalau bisa
dekat dengan Wa Sri kok.
Wa Sri : jangan-jangan kamu sedang memikirkan laki-laki.
Rangkung : Wa, kamu kok aneh-aneh saja. Laki-laki mana yang mau
ku pikirkan, aneh Wa Buatku.
Wa Sri : Lho ya tidak aneh. kamu kan sudah dewasa, cantik juga,
siapa tahu ada laki-laki yang mendekatimu, terus kamu
memikirkannya, kemudian melamun terus kayak tadi.
Rangkung : Tidak kok Wa, tidak.
Wa Sri : Jawabanmu dari tadi cuma tidak dan tidak.
Sebentar…kamu pasti memikirkan laki-laki kalau
membeli disini tidak pulang-pulang.
Dialog tersebut menggambarkan Rangkung sedang merasakan jatuh cinta
dengan seorang laki-laki. Rangkung selalu melamun dan ada yang sedang
dipikirkannya. Hal tersebut diketahui oleh Wa Sri yang selalu memperhatikan tingkah
laku Rangkung. Wa Sri merasa khawatir dengan sikap Rangkung. Setelah didesak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
dengan berbagai pertanyaan, Rangkung mengaku jika dirinya sedang memikirkan
Rambat, laki-laki yang disukainya.
Rangkung merasa rendah diri dengan keadaan fisiknya yang tidak sempurna
seperti wanita kebanyakan, namun Wa Sri tetap meyakinkan Rangkung untuk tidak
rendah diri. Wa Sri juga memberi nasihat kepada Rangkung untuk tetap menjaga
kehormatannya sebagai seorang wanita. Untuk melindungi kehormatan Rangkung,
Wa Sri membuat peraturan bagi pembeli laki-laki di warung makannya untuk tidak
boleh terlalu mendekati Rangkung. Rambat, laki-laki yang disukai Rangkung juga
menjadi orang yang harus menurut perintah yang dibuat Wa Sri.
b. Komplikasi atau Pertikaian Awal
Peristiwa dimulai ketika Rambat, pemuda yang disukai Rangkung datang ke
warung makan. Ada niat lain yang ingin disampaikan Rambat selain untuk membeli
makanan di warung makan tersebut.
Rambat kaget ketika membeli di warung makan tersebut karena tidak
biasanya ada peraturan yang tidak memperbolehkan pembeli terlalu mendekati
Rangkung. Akan tetapi, demi bisa bertemu dan bisa melihat Rangkung, Rambat
mematuhi peraturan yang dibuat Wa Sri.
Wa Sri sudah curiga dengan Rambat yang selalu datang paling awal dan
pulang paling akhir jika membeli di warung makannya, langsung memberi pertanyaan
kepada Rambat. Rambat kemudian mengaku jika dirinnya ingin menyampaikan
sesuatu hal kepada Rangkung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Wa Sri kemudian mengijinkan Rambat untuk menyampaikan perasaannya
kepada Rangkung. Rambat tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, dengan sebuah
tembang macapat Asmaradana, Rambat mengeluarkan apa yang dipendamnya selama
ini.
Rangkung tidak menolak lamaran Rambat, akan tetapi juga tidak begitu saja
menerimanya karena hal ini bukan sekedar permainan saja. Wa Sri sebagai orang tua
Rangkung menyuruh Rambat membawa orang tuanya jika niatnya melamar
Rangkung itu sungguh-sungguh. Rambat bersedia dan pulang memanggil ayahnya.
c. Klimaks atau Titik Puncak Cerita
Keadaan memuncak yaitu ketika Ganggeng, Gleyong, dan Glombyor, pemuda
yang memiliki perilaku kurang baik datang ke warung makan tempat Wa Sri dan
Rangkung berjualan. Sama halnya dengan Rambat, mereka juga memiliki rasa suka
terhadap Rangkung. Awal mula kedatangan ketiga pemuda tersebut hanya untuk
membeli makanan.
Keadaan memanas ketika salah satu dari pemuda tersebut menyatakan ingin
melamar Rangkung. Hal tersebut membuat dua pemuda lain marah. Pertikaian antara
mereka bertiga tidak bisa dihindari. Mereka saling pukul dan tendang demi
memperebutkan cinta Rangkung. Bekel Rangga, seorang utusan keraton Yogyakarta
datang ketika terjadi perkelahian, kemuadian Bekel Rangga melerai perkelahian
tersebut. Bekel Rangga memberi nasihat kepada ketiga pemuda itu, hal tersebut
membuat ketiga pemuda itu marah. Salah satu dari mereka memukul Bekel Rangga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
dari belakang hingga membuat Bekel Rangga tidak sadarkan diri. Ketiga pemuda, Wa
Sri, dan Rangkung khawatir akan peristiwa yang telah terjadi. Mereka takut jika
Bekel Rangga meninggal dan bisa membuat mereka dihukum.
d. Resolusi atau Penyelesaian atau falling action
Penyelesaian dari drama ini, setelah Bekel Rangga tidak sadarkan diri,
Rambat datang bersama ayahnya yaitu Den Sasra. Den Sasra melihat ada yang tidak
wajar di sekitar warung makan tersebut. Ketiga pemuda tadi bertingkah aneh, mereka
bermain kuda-kudaan dengan tubuh Bekel Rangga yang terus dipegangi agar tidak
terlihat seperti orang mati. Ketiga pemuda tersebut mengatakan kepada Den Sasra
jika Bekel Rangga sedang mabuk. Den Sasra menyuruh ketiga pemuda tersebut untuk
membiarkan Bekel Rangga tergeletak.
Den Sasra kemudian memberi tahu jika Belanda sudah mengetahui jika dusun
Lengkong menjadi tempat pengungsian. Den Sasra mengajak mereka untuk pindah ke
tempat pengungsian yang lebih tinggi dan aman. Rambat sangat mengkhawatirkan
Rangkung. Tanpa berpikir panjang, Rambat menarik Rangkung dari tempat
duduknya. Hal tersebut membuat mereka kaget karena mengetahui jika Rangkung
hanya memiliki satu kaki atau cacat. Ketiga pemuda yang awalnya memperebutkan
cinta Rangkung, menarik diri dan rasa ketertarikan kepada Rangkung menjadi hilang.
e. Catastrophe atau Denounment atau Keputusan
Akhir dari cerita, ketika ketiga pemuda menarik diri untuk mendapatkan cinta
Rangkung, Rambat tetap mencintai Rangkung walaupun keadaannya yang tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
sempurna. Rambat mencintai Rangkung tidak hanya dilihat dari segi fisik semata,
Rambat bisa menerima Rangkung apa adanya.
Tidak lama setelah itu Bekel Rangga sadar, hal tersebut membuat ketiga
pemuda tadi kaget dan takut karena mereka mengira sudah meninggal. Bekel Rangga
memarahi ketiga pemuda itu lagi, dan menjelaskan ke Den Sasra bahwa dia tidak
mabuk tetapi mencoba melerai perkelahian. Bekel Rangga kemudian mengajak ketiga
pemuda itu untuk ikut melawan Belanda karena memiliki ilmu beladiri. Ketiga
pemuda tersebut bersedia. Tidak hanya mereka saja, Rambat, Rangkung, dan Wa Sri
juga bersedia ikut perang dan mengusir Belanda dari Pulau Jawa.
3. Penokohan
Ada delapan tokoh yang dikaji dalam tahap ini. Kedelapan tokoh tersebut
adalah Rambat, Rangkung, Wa Sri, Ganggeng, Gleyong, Glombyor, Den Sasra, dan
Bekel Rangga.
a. Rangkung
Rangkung merupakan tokoh sentral dalam naskah drama Rambat-Rangkung
karya Trisno Santosa.
1) Keadaan Fisik :
Rangkung adalah gadis yang berusia 20 tahun. Kutipannya terdapat
dalam petunjuk teknis :
Rangkung : Prawan ayu 20 tahun sukunipun buntung sisih.
(halaman 3)
Terjemahan :
Rangkung : Gadis cantik berusia 20 tahun kakinya cacat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Selain masih muda, Rangkung memiliki wajah yang cantik.
Kecantikannya dapat membuat setiap laki-laki tertarik kepadanya, dan
dapat membuat para laki-laki tersebut saling beradu otot untuk bisa
mendapatkan cintanya. Kutipannya adalah :
Wa Sri : Lho ya ora aneh kok. Lawong kowe ki ya wis prawan,
mangka ya ayu, lha sapa ngerti nek wis ana priya sing
nyedhaki kowe---. (halaman 5)
Terjemahan :
Wa Sri : Ya tidak aneh. karena kamu itu sudah tumbuh menjadi
gadis cantik, lha siapa tahu ada laki-laki yang mendekati
kamu---.
Rangkung memang cantik wajahnya, akan tetapi tidak banyak yang
mengetahui jika Rangkung ternyata gadis yang cacat. Kutipannya adalah :
Rangkung : Kang Rambat kaya ngene kahananku…mesthine kowe
bakal gela yen arep ngepek bojo aku, merga aku dudu
wanita sempurna kaya lumrahe wanita sing wutuh, aku
wong gothang kang. (halaman 33)
Terjemahan :
Rangkung : Mas Rambat, beginilah keadaanku…Kamu pasti akan
menyesal kalau ingin menikahiku, karena aku bukanlah
wanita sempurna seperti yang lain, aku cacat mas.
Dari dialog tersebut, Rangkung menceritakan tentang keadaan
fisiknya kepada Rambat, laki-laki yang akan menikahinya. Keadaan
Rangkung yang cacat telah diketahui oleh banyak orang, termasuk para
pemuda yang awalnya menyukai kecantikan wajahnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
2) Keadaan Psikis
Keadaan Rangkung yang cacat sempat membuatnya menjadi rendah
diri. Kutipannya adalah :
Rangkung : Ah si Wa ki lho, kok mesthi ngono, senengane ngumbul-
ngumbulke aku terus lho, aku rak wong gothang ta Wa,
bapak ora duwe, ibu ora duwe, ora sampurna---.
(halaman 6)
Terjemahan :
Rangkung : Ah si Wa bisa aja, passti begitu, sukanya menyanjung
aku terus, aku itu cacat Wa, bapak tidak punya, ibu juga
tidak punya---.
Rangkung merasa rendah diri ketika Wa Sri mengatakan jika banyak
laki-laki yang suka kepadanya, akan tetapi Wa Sri tetap meyakinkan
Rangkung untuk tidak merasa rendah diri kepada orang lain karena
Rangkung memiliki wajah cantik walaupun memiliki kaki yang cacat.
Rangkung memiliki sifat penyayang. Sejak kecil Rangkung dirawat
oleh Wa Sri, yang bukan orang tua kandungnya, walau begitu Rangkung
tetap menyayangi Wa Sri. Kutipannya adalah :
Rangkung : Ora Wa, ya mung rasaku ki aku mesakke karo Wa Sri,
kabeh gawean sing nandangi Wa Sri, aku ora isa
ewang-ewang. (halaman 4)
Terjemahan :
Rangkung : tidak Wa, hanya saja aku itu kasihan sama Wa Sri,
semua pekerjaan yang melakukan Wa Sri, aku tidak
bisa membantu apa-apa.
Dari kutipan tersebut tersirat jika Rangkung menyayangi Wa Sri.
Rangkung merasa sedih dan kasihan dengan Wa Sri yang menyelesaikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
semua pekerjaannya sendiri. Rangkung tidak bisa membantu karena
keadaan fisiknya.
3) Keadaan Sosial
Rangkung hanya dari golongan rakyat biasa. Sehari-harinya Rangkung
berjualan di sebuah warung yang menjual makan dan minum bersama Wa
Sri. Kutipannya adalah :
Wa Sri : Aku ki nggagas kait mau kok ora entuk-entuk wangsulan,
lawong dodol kok polatane suntrut ketok susah---.
(halaman 4)
Terjemahan :
Wa Sri : Aku itu memperhatikan dari tadi kok tidak dapat
jawaban, jualan kok raut wajah terlihat susah---.
Kutipan tersebut menggambarkan Wa Sri yang sedang berbicara dengan
Rangkung. Wa Sri merasa heran dengan raut muka Rangkung yang terlihat
sedih pada saat berjualan.
b. Rambat
Rambat merupakan tokoh sentral dalam naskah drama Rambat-Rangkung
selain Rangkung.
1) Keadaan Fisik
Rambat digambarkan sebagai pemuda yang masih berusia 22 tahun.
Kutipannya adalah :
01. Rambat : Nemneman bagus umur 22 tahun. (halaman 3)
Terjemahan :
01. Rambat : Pemuda tampan berusia 22 tahun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Kutipan tersebut terdapat dalam petunjuk teknis yang mendeskripsikan
setiap tokoh yang ada dalam naskah drama Rambat-Rangkung karya Trisno
Santosa.
Rambat digambarkan memiliki wajah yang tampan seperti deskripsi
dalam petunjuk teknis di atas. Terdapat juga dalam kutipan :
Wa Sri : Lha rak apa ta---ya genah wangun lan pantes, sing lanang
ya bagus, sing wadon ya ayu. (halaman 8)
Terjemahan :
Wa Sri : Lha Gak apa-apa kan---ya pantas, yang pria tampan, yang
wanita cantik.
Kutipan tersebut merupakan dialog dari Wa Sri yang memberi
keyakinan kepada Rangkung. Dialog Wa Sri tersebut menyebutkan sing
lanang ya bagus, yang artinya yang pria tampan. Yang dimaksud dengan
pria dalam dialog Wa Sri tersebut adalah Rambat.
2) Keadaan Psikis
Rambat digambarkan memiliki sifat yang sabar. Dapat dilihat dalam
kutipan sebagai berikut :
Wa Sri : Iki enek peraturan anyar, pokoke enek watese nyedhak
warung ora kena nglangkahi garis iki.
Rambat : Adate rak ya ora ngono ta Wa.
Wa Sri : Mulane tak kandakake yen peraturan anyar, wiwite ya lagi
dina iki.
Rambat : apa sebabe kok ndadak nganggo aturan anyar ta Wa, mbok
wis kaya adate wae. Sing jajan arep mrana-mrene ben
sakarepe.
Wa Sri : Woooo ho ho, teneh kepenaken sing jajan isa pandhang sana
pandhang sini. Ora isa…nek gelem ya ngono kuwi nek ora
gelem ya goleka warung liyane.
Rambat : Kok nganeh-anehi ta Wa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Wa Sri : Aneh ya ben, beda ya ben. Ning iki servis dan peraturan
warung kene. Lenggah sing kepenak, trus aba arep dhahar
apa…Ngunjuk apa…tak ladeni.
Rambat : Ya ya. Aku manut peraturan timbang ora entuk jajan, ora
sida nyawang---. (halaman 11-12)
Terjemahan :
Wa Sri : Sekarang ada peraturan baru, pokoknya ada batas untuk
masuk warung ini tidak boleh melebihi garis.
Rambat : Biasanya tidak begitu ta Wa
Wa Sri : Makanya ku katakana peraturan baru, mulai baru hari ini.
Rambat : Apa sebabnya harus ada peraturan baru ini Wa, biarkan saja
seperti biasa yang ingin membeli mau kesana-kesini
terserah.
Wa Sri : Wooooo ho ho, keenakan yang mau beli bisa lirik sana lirik
sini. Tidak bisa…kalau tidak mau ya cari warung lain saja.
Rambat : Kok aneh ta Wa.
Wa Sri : Biarkan. Tapi ini peraturan warung ini. duduk yang manis,
makan apa, minum apa, ku layani.
Rambat : Ya ya, aku patuh daripada tidak boleh membeli tidak bisa
memandang---.
Kutipan di atas menunjukkan dialog antara Rambat dengan Wa Sri.
Wa Sri membuat peraturan baru untuk pembeli di warung makannya.
Setiap pembeli tidak boleh terlalu mendekat ke warung. Wa Sri membuat
peraturan tersebut untuk melindungi Rangkung dari para pemuda yang
mencoba mendekatinya. Rambat termasuk orang yang harus mematuhi
peraturan tersebut. Dari kutipan dialog di atas, tersirat jika Rambat
memiliki sifat yang sabar. Rambat menurut dengan peraturan yang dibuat
oleh Wa Sri.
Rambat juga pemuda yang teguh pendiriannya. Rambat tetap
mencintai Rangkung disaat pemuda lain mundur untuk mendapatkan cinta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
dari Rangkung karena telah diketahui keadaan Rangkung yang kakinya
cacat. Kutipannya adalah :
Rambat : ---aku nresnani kowe ora mung nresnani cuwilaning
ragamu, nanging tresnaku marang kowe sawutuhe
kahananmu. (halaman 34)
Terjemahan :
Rambat : ---aku mencintaimu tidak hanya dari fisikmu, akan tetapi
cintaku kepadamu seutuhnya keadaanmu.
3) Keadaan Sosial
Setiap hari, sebelum berkunjung di warung makan Wa Sri dan
Rangkung, Rambat selalu bekerja di sawah. Kutipannya adalah :
Rambat : Aku wis ngelak Wa, macul wiwit bar subuh nganti yah
mene durung dikirim wedang karo simbok. Mangka selak
ngorong asad gurungku. (halaman 9)
Terjemahan :
Rambat : aku sudah haus Wa, mencangkul dari subuh sampai
sekarang belum dikirimi minuman sama ibukku. Padahal
tenggorokanku sudah kering.
Rambat merupakan anak dari seorang pemimpin prajurit. Kutipannya
adalah :
Den Sasra : Ooo dadi kowe ta sing jenenge Wa Sri ki, aku ki rak
dieret-eret Rambat dijak mrene.
Wa Sri : Ha enggih…sing akon pancen kula. Pancen Rambat
kula ken omong kalih bapakne, kula ya ora wedi
dikandhakake bapakne wong tujuan kula niku apik,
kekarepan kula niku becik ta den, nek wong ajeng
ngepek uwong niku nggih onten tata kramane, ben ora
natoni siji lan sijine.
Den Sasra : Lha nek wis ketemu bapakne arep ngapa…arep tok
kepiyekake…piye olehmu arep ngadhepi.
Wa Sri : Lho nek bapake mriki, sapa bapake kula ya ora wedi---.
Rambat : Lha ya iki bapakku Wa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Wa Sri : Oalah sampeyan ta…kok ora ngendika mau-mau.
(halaman 32-33)
Terjemahan :
Den Sasra : Ooo kamu yang namanya Wa Sri, aku ini kan diajak
Rambat suruh kesini.
Wa Sri : Iya…yang menyuruh ya saya. Rambat saya suruh
bilang ke bapaknya, saya ya tidak takut jika diadukan
ke bapaknya karena tujuan saya ya baik, mangsut saya
itu baik kan Den, kalau orang ingin melamar itu ada
tatakramanya, biar tidak menyakiti antara yang satu
dengan lainnya.
Den Sasra : Kalau sudah ketemu mau apa, mau kamu apakan,
bagaimana cara kamu menghadapinya.
Wa Sri : Kalau bapaknya kesini, siapa bapaknya saya tidak
takut.
Rambat : Iya ini bapakku Wa
Wa Sri : Ooo anda bapaknya…kok tidak bilang dari tadi.
Berdasar kutipan tersebut, Rambat memperkenalkan Den Sasra,
ayahnya kepada Wa Sri. Den Sasra merupakan pemimpin prajurit dari
keraton Yogyakarta.
c. Wa Sri
Wa Sri adalah tokoh utama dalam naskah drama Rambat-Rangkung karya
Trisno Santosa.
1) Keadaan fisik
Wa Sri digambarkan sebagai wanita berusia 40 tahun. Kutipannya
adalah :
04. Wa Sri : Tiyang estri 40 tahun. (halaman 4)
Terjemahan :
04. Wa Sri : perempuan 40 tahun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Kutipan diatas terdapat dalam petunjuk teknis naskah drama Rambat-
Rangkung yang mendeskripsikan setiap tokoh.
2) Keadaan psikis
Rangkung yang sejak kecil sudah menjadi yatim piatu dirawat oleh
Wa Sri. Walau bukan anak kandungnya, Wa Sri tetap menyayangi
Rangkung seperti anak kandung sendiri. Kutipannya adalah :
Wa Sri : Wis ta, kowe ki ora susah melu mikir aku. Waton atimu kuwi
seneng aku ya melu seneng. Awake dhewe ki rak mung urip
wong loro. Nek kowe seneng aku ya seneng ning nek kowe
susah aku ya melu nggrantes. (halaman 5)
Terjemahan :
Wa Sri : Sudahlah kamu tidak usah memikirkanku. Melihat kamu
senang aku juga ikut senang. Kita kan hanya hidup berdua.
Kalau kamu senang aku juga ikut senang, tapi kalau kamu
sedih aku juga ikut sedih.
Kutipan tersebut menyiratkan akan sifat Wa Sri yang begitu
menyayangi Rangkung. Wa Sri ikut merasakan apa yang Rangkung
rasakan, ketika Rangkung senang, Wa Sri ikut senang begitu juga
sebaliknya.
Sikap sayang Wa Sri juga ditunjukkan dengan membuat peraturan di
warung makannya. Bagi setiap laki-laki yang membeli di warung
makannya tidak boleh mendekati Rangkung. Hal tersebut menunjukkan Wa
Sri begitu melindungi Rangkung. Wa Sri akan marah kepada siapa saja
yang berani mencoba mendekat dan menyentuh Rangkung. Kutipannya
adalah :
Rangkung : Nya kang…
Rambat : (arep nyedhak nampani)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Wa Sri : E e e e e, setop. Lenggah wae sing kepenak aku sing
ngladeni.
Rambat : Wah jan lakok peraturane keras temen ta Wa.
Wa Sri : Weee hanek ora dikerasi bisa berabe no. Nganti tangane
anakku Rangkung kesenggol terus mlonyoh, aku sing
ketempuhan.
Rambat : Wah mbok aja ngaya wara ta Wa, mosok mung tangan
senggolan karo tangan isa dadi mlonyoh apa tanganku ki
mawa apa piye.
Wa Sri : Lo lo lo, jaga kemungkinan dong, sapa ngerti, anakku
saiki ya wis gedhe, mbok menawa ana sing arep
nyembranani, utawa arep main-main, jaman saiki kudu
ngati-ngati. (halaman 13-14)
Terjemahan :
Rangkung : Ini mas…
Rambat : (akan mendekat dan menerima)
Wa sri : E e e e e, berhenti. Duduk saja biar aku yang melayani.
Rambat : Wah peraturannya ketat sekali Wa.
Wa Sri : Kalau tidak dikerasi bisa bahaya. Kalau sampai
tangannya anakku Rangkung tersentuh terus melepuh,
aku yang bingung.
Rambat : Wah jangan mengada-ada Wa, masak hanya tangan
menyentuh tangan bisa melepuh apa tanganku ini bara
api?
Wa Sri : Lo lo lo, jaga kemungkinan, siapa tahu, anakku sekarang
sudah besar, siapa tahu ada yang membahayakan, atau
main-main, jaman sekarang harus hati-hati.
3) Keadaan sosial
Wa Sri merupakan pemilik warung makan yang ada di dusun
Lengkong. Setiap hari Wa Sri berjualan dengan Rangkung. Kutipannya
adalah :
Rambat ningalake warunge wa sri, banjur kesusul tekane para nom-
noman sing kurang tata kramane, pating bedigas marahi mangkel sing
padha weruh. (halaman 19)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Terjemahan :
Rambat meninggalkan warungnya Wa Sri, kemudian disusul
datangnya para pemuda yang krang memiliki sopan santun, seenaknya
sendiri membuat risih yang melihat.
Terdapat juga dalam kutipan :
Wa Sri : Dha menenga tak omongi…warungku saiki ana aturan
anyar sing kudu dha dinut, kudu diturut. (halaman 20)
Terjemahan :
Wa Sri : Semua diam aku ingin mengatakan sesuatu…warungku
sekarang ada aturan baru yang harus dipatuhi.
d. Ganggeng
Ganggeng merupakan tokoh utama dalam naskah drama Rambat-Rangkung
karya Trisno Santosa.
1) Keadaan fisik
Ganggeng digambarkan sebagai pemuda yang berusia 27 tahun.
Kutipannya sebagai berikut :
05. Ganggeng : Nemneman 27 tahun. (halaman 4)
Terjemahan :
05. Ganggeng : Pemuda 27 tahun.
2) Keadaan Psikis
Ganggeng adalah pemuda yang kurang memiliki tata krama.
Kuipannya adalah :
Ganggeng : Wa menenga, aja melu-melu, tak seblak dhewe mengko---.
(halaman 25)
Terjemahan :
Ganggeng : Wa diam saja, tidak usah ikutan, ku hajar nanti kamu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Dari kutipan di atas tersirat jika ganggeng tidak memiliki tata krama
dilihat dari cara berbicaranya yang sangat kasar. Dengan orang yang lebih
tua, Ganggeng berani mengancam dengan kata-kata kasar.
Gangggeng juga memiliki temperamen yang tinggi, mudah emosi, dan
menyelesaikan suatu masalah dengan adu fisik. Kutipannya adalah :
Ganggeng : ---olehku ngesir Rangkung ki wis wiwit mbiyen
sadurunge kowe dha tak jak mrene. Dha arep macem-
macem isa tak sampluki dhewe. (halaman 23)
Terjemahan :
Ganggeng : ---aku menaksir Rangkung itu sudah lama sebelum
kalian ku ajak kesini. Ingin macam-macam bisa ku hajar
kalian semua.
Terdapat juga dalam kutipan :
Ganggeng : He iki perkarane dadi beda kowe umuk anake wong
sugih, kowe nggembelo dupeh anak prajurit kena. Ning
kuwi durung bisa ngrampungi perkara saiki ngeng wae,
kabeh wis ngerti nek jebule kabeh ya kepengin ngalap
Rangkung. Saiki ngene wae digawe sayembara sapa
sing menang dhewe kerengan ya kuei sing wenang
nembung Rangkung. (halaman 24)
Terjemahan :
Ganggeng : He ini masalahnya sudah berbeda kalian berbohong anak
orang kaya, menyombongkan anak prajurit boleh-boleh
saja. Tapi itu belum bisa menyelesaikan masalah,
sekarang begini saja, semua sudah tau ternyata kita
semua ingin memiliki Rangkung. Sekarang begini saja,
dibuat sayembara siapa yang menang berkelahi ya itu
yang berhak melamar Rangkung.
e. Glombyor
Glombyor merupakan tokoh utama dalam naskah drama Rambat-Rangkung.
Glombyor menjadi salah satu laki-laki yang menyukai Rangkung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
1) Keadaan fisik
Glombyor adalah pemuda yang berusia 25 tahun. Kutipannya adalah :
06. Glombyor : nemneman 25 tahun. (halaman 4)
Terjemahan :
06. Glombyor : pemuda 25 tahun.
Kutipan di atas terdapat dalam petunjuk teknis atau teks samping yang
mendeskripsikan setiap tokoh naskah drama Rambat-Rangkung karya
Trisno Santosa.
2) Keadaan Psikis
Glombyor memiliki sifat yang kurang baik, kurang memiliki tata
krama. Kutipannya adalah :
Wa Sri : He he heh stop mandheg, hop hop hop. Ayo mundur,
mundur, mundur.
Glombyor : apa aku dianggep rampok apa piye, tak seblak kawus
kowe. (halaman 19)
Terjemahan “
Wa Sri : He he heh berhenti. Ayo mundur, mundur, mundur.
Glombyor : Apa aku dianggap rampok, ku hajar mati kamu.
Kutipan tersebut menyiratkan jika Glombyor adalah pemuda yang
kurang memiliki tata krama. Glombyor berani mengancam dan berbicara
kasar kepada Wa Sri yang usianya jauh lebih tua.
3) Keadaan Sosiologis
Glombyor merupakan anak orang yang berkecukupan. Kutipannya
adalah :
Glombyor : Ewa semono yen dadine tekan kene ngene ya ra papa,
dadi malah gamblang, njur dha ngerti kabeh, dibacutake
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
ya ora papa ben saya cetha, iki gumantung karo sing
nglakoni. Merga nek aku bab ragat, bab bandha donya,
bab urip ing mbesuke wis ora bingung, malah bapakku
ya wis nayogyani. (halaman 23)
Terjemahan ;
Glombyor : jika begini jadinya sampai sini juga tidak apa-apa, jadi
bisa jelas, dan menjadi tahu semua, dilanjutkan ya tidak
apa-apa supaya semakin jelas, ini tergantung sama yang
menjalaninya. Kalau bab harta benda di dunia, bab
hidupku di masa yang datang sudah tidak khawatir,
bapakku menyetujui.
Berdasarkan kutipan tersebut menunjukkan jika Glombyor adalah
anak dari keluarga yang berkecukupan. Glombyor dengan bangga
menyombongkan kekayaannya kepada kedua temannya ketika sedang
berdebat memperebutkan Rangkung.
f. Gleyong
Gleyong merupakan tokoh utama dalam naskah drama Rambat-Rangkung.
Seperti Glanggeng dan Glombyor, Gleyong menjadi salah satu laki-laki yang
menyukai Rangkung.
1) Keadaan Fisik
Gleyong digambarkan pemuda yang masih berusia 25 tahun.
Kutipannya adalah :
07. Gleyong : Nemneman 25 tahun. (halaman 4)
Terjemahan :
07. Gleyong : pemuda 25 tahun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Kutipan tersebut merupakan petunjuk teknis yang mendeskripsikan tokoh
naskah drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa.
2) Keadaan Psikis
Tidak berbeda jauh dengan Glanggeng dan Glombyor, Gleyong
memiliki perilaku yang tidak jauh berbeda dengan kedua temannya
tersebut. kutipannya adalah :
RAMBAT NIGGALAKE WARUNGE WA SRI, BANJUR KESUSUL
TEKANE PARA NOM-NOMAN SING KURANG TATA KRAMANE,
PATING BEDIGAS MARAHI MANGKEL SING PADHA WERUH.
(halaman 19)
Terjemahan :
Rambat meninggalkan warungnya Wa Sri, kemudian disusul
datangnya para pemuda yang kurang memiliki tata krama, seenaknya
sendiri dan membuat risi yang melihat.
Kata Para nom-noman yang artinya para pemuda tersebut juga merujuk
kepada Gleyong. Gleyong memiliki perilaku yang dapat membuat orang
lain tidak simpatik.
Gleyong juga memiliki sifat sombong. Gleyong berasal dari keluarga
yang mampu, sehingga membuat dirinya merasa bisa melakukan apapun
yang Gleyong inginkan. Kutipannya adalah :
Gleyong : apa dianggep wong ora duwe dhuwit apa piye,
nya…sadurunge aku mangan tak bayar dhisik, dhuwit iki
nek mung nggo jajan neng kene isa njeblug wetenge isa
turah. (halaman 19)
Terjemahan :
Gleyong : apa dianggap aku ini miskin, ini…sebelum aku makan ku
bayar dulu, uang itu kalau hanya buat beli makan disini
bisa sisa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Wa Sri membuat peraturan untuk laki-laki yang membeli di warung
makannya tidak boleh terlalu masuk ke dalam. Gleyong yang berniat
mengambil makanan dihalang-halangi oleh Wa Sri, karena Wa Sri mengira
Gleyong ingin mendekati anaknya, Rangkung. Hal tersebut membuat
Gleyong kesal dan menyombongkan kekayaannya.
3) Keadaan Sosiologi
Gleyong adalah pemuda dari golongan keluarga yang mampu.
Kutipannya adalah :
Gleyong : ---jarene mung dha arep jajan lakok malah dha tembung-
tembungan bojo. Lha nek ngono aku wingi malah wis
rasanan karo bapak, nek Rangkung gelem tak pek bojo,
bapak arep adol kebo seket nggo ragat mantenanku suk
emben. Kebo skeet ki ora sithik---. (halaman 22-23)
Terjemahan :
Gleyong : ---katanya kesini hanya membeli makan lha ini malah
saling melamar. Kalau begitu aku kemarin sudah
berbicara dengan bapak, kalau Rangkung bersedia jadi
istriku, bapak mau jual kerbau lima puluh untuk biaya
pernikahanku nanti. Kerbau lima puluh itu tidak sedikit---
.
Kutipan di atas menyiratkan jika Gleyong adalah anak orang
berkecukupan. Hal tersebut karena bapaknya merupakan prajurit keraton
Yogyakarta. Kutipannya adalah :
Gleyong : Lho…nek perkara wong tuwa bapakku ya ora kalah,
dhasare bapakku ki prajurit Ngayogyakarta, nek perkara
urip sakbanjure wae ya ora bakal kerepotan, apa maneh
kok mung ngukup wong loro Wa Sri karo Rangkung,
lambok ngopeni wong sak desa wae kuat. (halaman 23)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Terjemahan :
Gleyong : Lho…kalau perkara orangtua bapakku ya tidak kalah,
dasarnya bapakku adalah prajurit Yogyakarta, kalau
masalah idup yang akan datang ya tidak kerepotan, apa
lagi kalau hanya menghidupi dua orang Wa Sri dan
Rangkung, orang satu kampung ku hidupi saja bisa.
g. Bekel Rangga
Bekel Rangga adalah tokoh pembantu dalam naskah drama Rambat
Rangkung. Bekel Rangga muncul pada pertengahan cerita drama Rambat-Rangkung.
1) Keadaan Fisik
Bekel Rangga merupakan pria yang berusia 50 tahun. Kutipannya adalah :
03. Bekel Rangga : Lurah prajurit trampil perang 50 tahun.
(halaman 3)
Terjemahan :
03. Bekel Rangga : Pemimpin prajurit, terampil perang 50 tahun.
Kutipan di atas merupakan petunjuk teknis yang ada dalam drama
Rambat-Rangkung untuk mendeskripsikan setiap tokoh.
2) Keadaan Psikis
Bekel Rangga memiliki sikap yang bertanggung jawab. Bekel Rangga
ditugaskan untuk mengawasi dusun Lengkong. Pada saat dusun tersebut
ada suatu masalah, Bekel Rangga merasa ikut bertanggung jawab untuk
menyelesaikan masalah tersebut. Kutipannya adalah :
Rangga : Sak karepmu olehmu ngarani, kok arani prajurit ya kena
kok arani cah ngarit aku ya ora arep serik. Ning nek ana
perkara neng desa Nglengkong kene aku diwajibke melu
ngrampungi. Aku takon lha kok kowe dha kerengan ki
karepmu apa? (halaman 26)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Terjemehan :
Rangga : Terserah kalian mau bilang apa, kamu bilang aku prajurit
atau pengembala aku tidak akan marah. Tapi kalau ada
masalah di desa Lengkong sini aku diwajibkan untuk ikut
menyelesaikannya. Aku sekarang tanya kenapa kalian
bertengkar, apa yang kalian inginkan?
3) Keadaan Sosiologi
Bekel Rangga menjabat sebagai pemimpin prajurit dari keraton
Yogyakarta. Kutipannya adalah :
Rangga : O dadi kowe durung ngerti aku ki sapa ta, ditepungake aku
iki Bekel Rangga saka Kraton Ngayogya sing dipasrahi
bab katentremane desa Nglengkong kene. Dadi aku iki
utusan saka kraton. Dene arang ketemu kowe neng kene
merga gaweyanku ki ora mung ana wilayah kene thok.
(halaman 26)
Terjemahan :
Rangga : O jadi kamu belum tahu siapa aku, perkenalkan aku Bekel
Rangga dari Keraton Yogya yang ditugasi menjaga
ketentraman dusun Nglengkong ini. Jadi aku ini utusan
keraton. Karena jarang bertemu kalian karena pekerjaanku
bukan hanya di wilayah sini saja.
Bekel Rangga memperkenalkan dirinya kepada Ganggeng, Glombyor,
dan Gleyong yang sedang berkelahi karena memperebutkan Rangkung.
Bekel Rangga bermaksud untuk melerai perkelahian diantara pemuda-
pemuda tersebut. Kutipan lain yang menggambarkan Bekel Rangga
seorang prajurit adalah :
Wa Sri : Loh piye ta? Aja padha sembrana…iki prajurit utusan
saka kraton nek nganti kadenangan dening negara sing
mateni mesthi mlebu kunjara---. (halaman 28)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Terjemahan :
Wa Sri : Loh bagaimana ini? jangan main-main…ini prajurit utusan
keraton kalau sampai ketahuan siapa yang membunuh
pasti akan dipenjara---.
Wa Sri sangat ketakutan ketika mengetahui Bekel Rangga pingsan.
Wa Sri memperingatkan kepada ketiga pemuda yang telah membuat Bekel
Rangga pingsan untuk tidak berbuat sesuka hati karena bisa dihukum jika
perbuatan mereka diketahui.
h. Den Sasra
Berdasarkan klasifikasi peran dan fungsinya, Den Sasra adalah tokoh
pembantu dalam naskah drama Rambat-Rangkung. Kemunculan Den Sasra dalam
drama Rambat-Rangkung pada akhir-akhir cerita.
1) Keadaan fisik
Petunjuk teknis mendeskripsikan jika Den Sasra adalah seorang pria
berusia 40 tahun. Kutipannya adalah :
08. Den Sasra : Lurah prajurit wicaksana 40 tahun. (halaman 4)
Terjemahan :
08. Den Sasra : Pemimpin prajurit bijaksana 40 tahun
2) Keadaan psikis
Seperti tergambar kutipan petunjuk teknik di atas, Den Sasra memiliki
sikap bijaksana. Selain terdapat dalam petunjuk teknis, kebijaksanaan dari
Den Sasra tergambar pada kutipan :
Den Sasra : Mengko kabeh ben dipernahke karo raka Rangga, sing
baku aja padha tumindak dhewe-dhewe, nanging tetep
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
kudu nunggu dhawuhe Kanjeng Pangeran Dipanegara.
(halaman 37)
Terjemahan :
Den Sasra : Nanti semua biar diatur oleh saudara Rangga, yang pasti
jangan berbuat seenaknya sendiri, tetapi tetap harus
menunggu perintah Kanjeng Pangeran Diponegoro.
Dari kutipan tersebut tersirat akan kebijaksanaan Den Sasra. Den Sasra
memerintahkan para warga yang ikut berjuang melawan penjajah untuk
tidak berbuat semaunya sendiri dan tetap menunggu perintah dari
pemimpin, yaitu Pangeran Diponegoro.
Sikap Den Sasra bisa menjadi contoh bagi masyarakat. Berpikir
sebelum bertindak itu sangat penting. Perkelahian antar kampung, antar
sekolah, antar ormas yang sering menjadi berita utama di media cetak
maupun elektronik di tanah air bisa diminimalisir apabila setiap orang bisa
menyikapi suatu masalah dengan bijak.
3) Keadaan Sosiologi
Seperti Bekel Rangga, Den Sasra adalah seorang pemimpin prajurit.
Kutipannya adalah :
Rangga : He cah ngertia iki uga prajurit kaya dene aku, mung wae
wilayah wewengkone wae sing seje. Yen kowe dha nggugu
aku ayo melua nyuwitakake keprigelanmu dadi prajurit,
dadi pandhereke Kanjeng Pangeran Dipanegara ing
Ngayogyakarta sing kepengin nundhung Landa saka pulo
Jawa. (halaman 36)
Terjemahan :
Rangga : He kalian ketahuilah dia juga prajurit seperti aku, hanya
daerah dimana bertugas saja yang berbeda. Kalau kalian
mau ayo ikutlah menunjukkan kehebatanmu jadi prajurit,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
jadi pengikut Pangeran Diponegoro di Yogyakarta yang
ingin mengusir Belanda dari pulau Jawa.
Kalimat iki uga prajurit yang artinya dia juga prajurit merujuk pada Den
Sasra. Bekel Rangga memperkenalkan Den Sasra pada para warga yang
belum tahu siapa dirinya karena memang daerah dimana Den Sasra
bertugas bukan di dusun Nglengkong.
4. Amanat
Amanat merupakan pemecahan dari tema yang merupakan ide sentral yang
menjadi pokok persoalannya. Jika tema adalah sebuah pertanyaan, maka amanat yang
terkandung di dalam karya sastra merupakan jawabannya.
Naskah drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa mengungkapkan
tentang keteguhan dan kemantapan hati dalam menentukan sebuah sikap atau
memilih. Hal tersebut tercermin dalam sikap Rambat yang tetap mencintai Rangkung
disaat orang lain mundur untuk mendapatkan cinta Rangkung setelah diketahui
Rangkung adalah gadis yang cacat. Dari sikap Rambat tersebut juga dapat
diungkapkan bahwa dalam menilai orang lain tidak hanya dari bentuk luarnya saja.
Amanat lain yang bisa diambil dalam naskah drama Rambat-Rangkung karya
Trisno Santosa adalah keiklasan yang membawa pada kebahagiaan. Tercermin dalam
diri Wa Sri yang menjadi orang tua angkat Rangkung. Wa Sri merawat Rangkung
sejak kecil karena orang tua Rangkung meninggal dunia dalam serangan tentara
Belanda. Wa Sri menganggap Rangkung sebagai anaknya sendiri. Pada saat
Rangkung dilamar oleh Rambat, Wa Sri juga merasakan kebahagiaan. Rambat tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
hanya menjaga Rangkung yang akan menjadi istrinya, akan tetapi Wa Sri juga akan
dirawat dan dijaga oleh Rambat dan tidak akan membedakan Wa Sri dengan ibu
kandungnya.
Rela berkorban demi tanah air juga menjadi amanat dalam naskah drama
Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa. Pada akhir cerita Den Sasra sebagai
pemipin prajurit memberitahu kepada warganya untuk pindah tempat mengungsi.
Den Sasra juga mengajak kepada warganya yang bersedia untuk ikut berperang.
Semua tokoh dalam naskah drama Rambat-Rangkung karya Trisno santosa bersedia
untuk menjadi prajurit bahkan Wa Sri seorang perawan tua dan Rangkung seorang
gadis yang cacat.
5. Lattar atau Setting
Naskah drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa ini terjadi dalam satu
babak saja. Latar atau setting yang ada dalam naskah drama Rambat-Rangkung
tidak mengalami banyak perubahan.
Sesuai dengan penjelasan di atas, maka secara berurutan akan dijabarkan latar
yang digunakan dalam naskah drama Rambat-Rangkung karya Trisno santosa.
a. Latar Tempat
(1) Dusun Lengkong
Dusun Lengkong merupakan tempat dimana para pengikut pangeran
Diponegoro mengungsi. Terlihat dalam kutipan :
“Nalika tumapaking perang Dipanegara wonten saperangan
pandherek ingkang ngungsi ing dhusun Lengkong, sak kilen lepen
Progo utawi sukuning pareden menoreh.” (halaman 1)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Terjemahan :
“Ketika terjadi perang Dipanegara ada beberapa pengikut yang
mengungsi di dusun Lengkong,sebelah barat sungai Progo atau lereng
bukit menorah.”
Setting dusun Lengkong juga terlihat dalam kutipan berikut ini :
Rangga : O dadi kowe durung padha ngerti aku ki sapa ta,
ditepungake aku iki Bekel Rangga saka Kraton Ngayogya
sing dipasrahi bab katentremane desa Nglengkong kene.
(halaman 26)
Terjemahan :
Rangga : O jadi kalian belum tahu siapa aku, perkenalkan aku Bekel
Rangga dari keraton Yogyakarta yang ditugasi menjaga
ketentraman di desa Lengkong ini.
(2) Warung makan
Wa Sri dan Rangkung menjadi pemilik sekaligus penjual di warung
makan. Warung makan juga menjadi tempat untuk Rambat
menyampaikan perasaan cinta kepada Rangkung. Terlihat dalam kutipan :
“…wonten warung sapinggiring margi, Wa Sri saha Rangkung nembe
tata-tata daganganipun.” (Halaman 4)
Terjemahan :
“…ada warung di pinggir jalan, Wa Sri dan Rangkung baru menata
dagangannya.”
Setting Warung makan juga terlihat dalam petunjuk teknis yang
menggambarkan Rambat berpamitan untuk memanggil ayahnya. Terlihat
dalam kutipan :
“Rambat ninggalake warunge Wa Sri, banjur kesusul tekane para
nom-noman sing kurang tata kramane.” (Halaman 19)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Terjemahan :
“Rambat meninggalkan warungnya Wa Sri. Kemudian disusul dengan
kedatangan para pemuda yang kurang tata kramanya. ”
Setting warung makan mendominasi dalam naskah drama Rambat-
Rangkung. Awal hingga akhir cerita warung makan menjadi setting
utama. Karena naskah drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa ini
hanya berjalan dalam satu babak dari awal hingga akhir cerita.
b. Latar Waktu
(1) Pagi Hari
Setting pagi hari terlihat dalam petunjuk teknis untuk mengawali cerita
yang menggambarkan Wa Sri dan Rangkung sedang menata dagangannya.
Terlihat dalam kutipan berikut ini :
“Nedhengipun srengenge gumatel wancinipun tiyang ingkang sami
nyambut damel…” (Halaman 4)
Terjemahan :
“Matahari terbit waktunya orang-orang untuk bekerja…”
Dari kutipan tersebut tersirat terjadi pada pagi hari. Terbitnya matahari
menjadi tanda terjadinya setting pada pagi hari.
(2) Siang hari
Setting Siang hari juga terlihat dari percakapan antara tokoh. Kutipannya
adalah :
Ganggeng : Nganti awan cah-cah niki wau rak tesih onten mriki
merga dha prei olehe nggarap sawah---. (halaman 31)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Terjemahan :
Ganggeng : Sampai siang anak-anak masih ada disini karena libur
bekerja di sawah---.
c. Latar Sosial
Latar sosial menggambarkan keadaan masyarakat pada suatu waktu
dalam sebuah karya sastra. Latar sosial juga menjadi pendukung tokoh tampil
dalam permasalahan dan penyelesaian.
Naskah drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa
menggambarkan masyarakat pada masa Perang Diponegoro. Hidup di
pengungsian merupakan keadaan masyarakat pada naskah drama Rambat-
Rangkung. Mereka mengungsi dari penjajahan Belanda.
Hidup dalam pengungsian membuat para tokoh memiliki rasa
kebersamaan. Saling tolong-menolong dan kerjasama digambarkan dalam
naskah drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa. Sama-sama
merasakan penindasan Belanda membuat motivasi dari diri tokoh muncul
untuk ikut berperang melawan penjajahan Belanda.
6. Cakapan
Dialog dalam naskah drama Rambat-Rangkung mudah dipahami dan
merupakan percakapan sehari-hari.
Wa Sri : aku ki nggagas kait mau kok ora entuk-entuk wangsulan,
lawong dodol kok polatane suntrut ketok susah, sing
uwis mbokya uwis, lelakon ki adile dilakoni ora sah
dipikir banget-banget, kabeh wis ana sing ngatur, kabeh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
wis ana sing nata, awake dhewe rak mung kari nglakoni.
Kowe ki nggagas apa?
Rangkung : Wa Sri kok ngomong ngono ki ngapa ta Wa. Lawong aku
ora nggagas apa-apa kok Wa.
Wa Sri : Lha nek ora nggagas apa-apa kok kait mau tak sawang
mung sangga uwang ora kesel-kesel. Genah ana sing
digagas.
Rangkung : Ora Wa, ya mung rasaku ki aku mesakke karo Wa Sri,
kabeh gawean sing nandangi Wa Sri, aku ora isa
ewang-ewang.
Wa Sri : Wis ta, kowe ki ora susah melu mikir aku. Waton atimu
kuwi seneng aku ya melu seneng. Awake dhewe ki rak
mung urip wong loro. Nek kowe seneng aku ya seneng
ning nek kowe susah aku ya melu nggrantes---. (halaman
4-5)
Terjemahan :
Wa Sri : aku itu dari tadi memperhatikanmu kok tidak dapat
jawaban, jualan kok mukanya murung terlihat susah,
yang sudah ya sudah, hidup itu dijalani tidak usah
dipikir berat, semua sudah ada yang mengatur, kita
hanya menjalankan saja. Kamu itu memikirkan apa?
Rangkung : Wa Sri kok bilang gitu ada apa ta Wa. Padahal aku tidak
memikirkan apa-apa.
Wa Sri : lha kalau tidak memikirkan sesuatu kok dari tadi ku lihat
hanya melamun saja. Pasti ada yang dipikirkan.
Rangkung : tidak Wa, ya hanya saja aku merasa kasihan sama Wa
Sri, semua pekerjaan yang menyelesaikan Wa Sri, aku
tidak bisa bantu apa-apa.
Wa Sri : sudahlah, kamu tidak usah memikirkanku. Kalau kamu
senang aku ya ikut senang. Kita kan hanya hidup berdua
saja. Kalau kamu senang aku ya ikut senang tapi kalau
kamu susah aku juga ikut sedih---.
Kutipan di atas merupakan penggalan dialog naskah drama Rambat-
Rangkung, dari kutipan tersebut terlihat bahasa yang digunakan merupakan bahasa
keseharian dan tidak berbelit-belit. Menggunakan bahasa sehari-hari dimaksudkan
untuk pembaca atau penonton dapat memahami jalannya drama baik sebagai sastra
maupun seni.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Ada kekurangan dalam dialog naskah drama Rambat-Rangkung karya Trisno
Santosa yang diterbitkan oleh Taman Budaya Jawa Tengah Surakarta ini yaitu
tanda jeda dan tanda baca yang masih kurang di beberapa dialog. Seperti terlihat
dalam dialog :
Rangkung : Wa Sri ki omong ngono ki ngapa ta Wa. Lawong aku ora
nggagas apa-apa kok Wa. (Halaman 4)
Terjemahan :
Rangkung : Wa Sri kok bilang begitu ada apa Wa. Padahal aku tidak
memikirkan apa-apa kok Wa.
Dari dialog Rangkung Wa Sri ki omong ngono ki ngapa ta Wa, diakhiri
dengan tanda baca titik (.). Seharusnya pada akhir kalimat diberi tanda tanya (?)
karena merupakan kalimat tanya.
Kekurangan juga terlihat dalam teks berikut ini :
Gleyong : ---lawong saben dinane ya mrene, ya ora tau utang malah
nek bayar kepara turah, ngapa ta Wa kok nganeh-anehi.
(halaman 20)
Terjemahan :
Gleyong : ---setiap hari kalau beli disini tidak pernah hutang malah
sisa, ada apa ta Wa kok aneh begini.
ya ora tau utang malah nek bayar kepara turah, seharusnya sebelum kata
malah diberi tanda baca koma (,) untuk memperjelas penekanan pada kalimat.
Akhir dari dialog tersebut ngapa ta Wa kok nganeh-anehi merupakan kalimat
tanya, yang seharusnya diberi tanda tanya (?).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Dialog berupa tembang macapat juga terdapat dalam naskah drama Rambat-
Rangkung karya Trisno Santosa. Kutipannya adalah :
Rambat (nembang Asmaradana) :
Mung sun pendhem jroning ati
Ati kang anandhang branta
Branta asmara tetakon
Takon upayane tamba
Tamba dadia sarana
Sarana ngudi rahayu
Bagya mulya salamiya
Tresnaku tak gawa mati
Kang tumuju marang sira
Lamun tinampika inggong
Luwong akrami bantala
Pisah nyawa lawan raga
Muktiya sira wong ayu
Aja nggagas marang ingwang (Halaman 17)
Terjemahan :
Rambat (menyanyi Asmaradana) :
Hanya bisa memendam dalam hati
Hati yang sedang gelisah
Gelisah karena asmara
Bagaimana mengobatinya
Obat yang bisa menjadi sarana
sarana untuk mencari kebahagiaan
Bahagia untuk selamanya
Cintaku ku bawa mati
Yang kutujukan untukmu
Ketika aku ditolak
Lebih baik mati
Pisah raga dan jiwa
Bahagialah wahai cantik
Jangan menghiraukan aku
Kutipan tembang tersebut adalah dialog Rambat. Rambat mengungkapkan
cintanya melalui tembang macapat asmaradana kepada Rangkung. Seperti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
kebanyakan drama tradisional ketoprak yang terdapat adegan gandrungan atau
adegan percintaan antara laki-laki dan perempuan yang menggunakan tembang
macapat untuk mengungkapkan perasaan cinta.
Peribahasa juga terdapat dalam beberapa dialog para tokoh. Kutipannya :
Wa Sri : Lha rak apa ta, ora lidhok ujare wong dhaplok. Ya
genah wangun lan pantes. (halaman 8)
Terjemahan :
Wa Sri : Lha ya tidak apa-apa, orang tua ga pernah salah. Ya
sangat pantas.
Kata ora lidhok ujare wong dhaplok memiliki arti perkataan orang tua itu bisa
dipercaya. Wa Sri memberi semangat moral kepada Rangkung yang merasa rendah
diri ketika dirinya menyukai seorang laki-laki. Rangkung merasa tidak pantas
mendapat seorang kekasih karena keadaan fisiknya yang tidak sempurna.
Terdapat juga dalam dialog :
Rangga : ---apa kowe kuwi ora rugi tenaga, tiwas gembrobyos
kemringet gedhene nandhang tatu…kuwi jenenge rebutan
kemiri kopong, rebut balung bebek. (halaman 27)
Terjemahan :
Rangga : ---apa kamu itu tidak rugi tenaga, kamu berkeringat terluka,
itu namanya perbuatan sia-sia.
Peribahasa dalam dialog tersebut adalah rebutan kemiri kopong, rebut balung
bebek yang artinya melakukan hal yang sia-sia tidak ada gunanya. Bekel Rangga
memperingatkan para pemuda yang sedang berkelahi karena berebut seorang
wanita.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
7. Tikaian atau Konflik
Rangkung yang merupakan tokoh sentral dalam naskah drama Rambat-
Rangkung pada awalnya tidak memiliki kepercayaan diri. Sikap itu diakibatkan
karena keaadaannya yang cacat. Kutipan dialog dibawah ini menunjukkan konflik
batin yang dialami oleh Rangkung karena keadaannya yang tidak sempurna :
Rangkung : Ah, Si Wa ki lo, kok mesthi ngono, senengane ngumbul-
ngumbulke aku terus lho, aku rak wong gothang ta Wa, bapak
ora duwe, ibu ora duwe, ora sempurna, lawong arep ngad….
Wa Sri : Ssssttt (drijine ngacung ditempelake ngarepe lambene). Kabeh
titahing gusti kuwi wis duwe garis dhewe-dhewe. Aku lan kowe
kudu tansah nggedhekake rasa sokor marang sing gawe urip,
dene awake dhewe isih dikeparengake melu ngenyam lakuning
jaman. (halaman 6)
Terjemahan :
Rangkung : Ah si Wa, mesti kok begitu, senangnya menyanjung-nyanjung
aku terus lho, aku itu kan cacat Wa, bapak tidak punya, ibu
tidak punya, tidak sempurna, ingin berdi….
Wa Sri : Ssssttt (jarinya ditempelkan di depan bibirnya). Semua itu
sudah digariskan sama Tuhan. Aku dan kamu harus selalu
bersyukur kepada yang kuasa, karena kita masih bisa
merasakan perjalanan hidup.
Wa Sri yang tidak ingin melihat anaknya sedih memberi nasihat dan
meyakinkannya. Hal tersebut dapat menumbuhkan rasa percaya diri pada
Rangkung.
Konflik juga terjadi antar sesama teman. Ketiga pemuda bernama Ganggeng,
Glombyor, dan Gleyong yang pada awalnya hanya membeli makanan di warung
makan Wa Sri menjadi bertengkar karena berebut seorang wanita yaitu Rangkung.
Kutipannya adalah :
Ganggeng : menenga dhisik Wa iki seje perkarane. Iki perkara lakuning
urip, pancen kudu ngene lakune. Kabeh wis dha lali kanca.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Glombyor : Lha apa rumangsamu aku wedi apa piye, kowe menangan ki
rak beteke durung tau ketemu aku. Rak durung tahu nyobaku
ta?
Wa Sri : Sabar ya aja dha kaya ngono.
Glombyor : Wis ben Wa aja melu-melu Ganggeng ki durung ngerti sapa
aku.
Ganggeng : Ra sah kakean cangkem le yen pancen cah kendel ayo dijajal.
( halaman 24)
Terjemahan :
Ganggeng : Diam dulu Wa ini beda masalahnya. Ini masalah hidup,
memang harus begini menjalaninya. Semua sudah lupa akan
pertemanan.
Glombyor : Lho apa kamu kira aku takut, kamu jadi jagoan karena belum
pernah berhadapan dengan ku. Belum pernah kan?
Wa Sri : Sabar ya jangan begitu.
Glombyor : Sudah biarkan Wa jangan ikutan, Ganggeng itu belum tahu
siapa aku.
Ganggeng : Tidak usah banyak omong kalau kamu berani ayo maju.
Konflik bertambah ketika Bekel Rangga seorang utusan keraton Mataram
datang yang berniat untuk melerai perkelahian. Bekel Rangga memberi nasihat
kepada ketiga pemuda tersebut akan tetapi nasihat Bekel Rangga tidak menjadikan
masalah selesai, hal tersebut membuat ketiga pemuda menjadi marah dan
menghajar Bekel Rangga sampai pingsan. Ketiga pemuda dan Wa Sri menjadi
khawatir akan hal tersebut. Mereka takut jika Bekel Rangga mati dan mereka bisa
terkena hukuman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
C. Cinta dan Ketulusan yang Tumbuh pada Tokoh Naskah
Drama Rambat-Rangkung
Pada tahap ini akan dijabarkan bagaimana rasa cinta, kasih sayang dan
pengorbanan bisa tumbuh pada diri para tokoh dalam naskah drama Rambat-
Rangkung karya Trisno Santosa. Ada lima tokoh yang diungkap bagaimana rasa
cinta, kasih sayang dan keiklasan kelima tokoh tersebut tumbuh, diantaranya adalah
Rambat, Rangkung, Wa Sri, Ganggeng, dan Gleyong. Pemilihan kelima tokoh
tersebut didasarkan pada beberapa alasan. Rambat dan Rangkung dipilih selain
karena menjadi tokoh sentral, sikap ketulusan dan keiklasan mereka menarik untuk
dikaji lebih mendalam. Wa Sri menjadi tokoh utama dalam naskah drama Rambat-
Rangkung, sikap keiklasan dari Wa Sri yang membuatnya terpilih untuk dikaji. Jika
ketiga tokoh yang tersebut sebelumnya memiliki ketulusan dan pengorbanan, berbeda
dengan tokoh Ganggeng dan Gleyong yang memiliki rasa tertarik hanya dari segi
fisik luar saja sehingga kedua tokoh tersebut menarik untuk dikaji akan perasaan yang
tumbuh dalam diri kedua tokoh tersebut.
1. Rambat
Rambat merupakan tokoh sentral naskah drama Rambat-Rangkung. Rambat
menjadi salah satu pemuda yang menyukai Rangkung.
Rambat : kok nganeh-anehi ta Wa.
Wa Sri : Aneh ya ben, beda ya ben. Ning iki servis dan peraturan
warung kene. Lenggah sing kepenak, trus aba arep
dhahar apa… ngunjuk apa… tak ladeni.
Rambat : Ya ya. Aku tak manut peraturan timbang ora entuk jajan,
ora sida nyawang. Yen ngono aku tak ngombe teh
nasgithel. (halaman 12-13)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Terjemahan :
Rambat : Kok aneh ta Wa.
Wa Sri : Mau aneh, mau beda biarkan. Tapi ini sudah jadi peraturan
warung ini. duduk yang jenak, terus ingin makan dan
minum apa, ku layani.
Rambat : Ya ya. Aku nurut peraturan daripada tidak boleh membeli,
tidak jadi memandang. Kalau begitu aku minum teh.
Gairah tumbuh dari Rambat, Gairah menunjukkan akan adanya rasa
ketertarikan secara fisik, kagum, terpesona dan selalu ingin dekat dengan orang
yang dicintainya. Tergambar dari kutipan tersebut jika Rambat selalu ingin dekat
dengan Rangkung. Walau Wa Sri membuat peraturan bagi para laki-laki yang
membeli di warung makannya untuk tidak boleh mendekati Rangkung, Rambat
tetap menuruti peraturan tersebut. Rambat rela melakukan apa saja agar bisa
melihat Rangkung secara dekat. Perasaan senang dan bahagia bisa dirasakan
Rambat jika bertemu dengan Rangkung. Hal tersebut menunjukkan adanya gairah
yang tumbuh dari diri Rambat. Kutipannya adalah :
Rambat : (Nyedhaki Rangkung) Kung sakjane yen aku teka mrene
ki rasane atine piye.
Rangkung : Rasane ya seneng ta kang.
Rambat : Seneng. Mati aku…(Ngglethak)
Rangkung : Kosik…kok njur ngglethak…kosik ta tak terusne
omonganku..
Rambat : Lho lha piye ta?
Rangkung : Seneng merga kowe mrene rak mesthi jajan,
daganganku ana sing nukoni, dadi atiku seneng
dagangan pangananku sing tak dol isa entek ora nyisa.
Rambat : Oooo ngono ta. Tak arani senenge atimu ki kaya atiku
nek kepethuk kowe, rasane ki ora isa tak gambarke
(Rambat lali arep nglanggar janji nyedhaki Rangkung
Wa Sri mggethak saka kadohan). (halaman 15-16)
Terjemahan :
Rambat : (mendekati Rangkung) Kung sebenarnya kalau aku
kesini itu rasanya bagaimana.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Rangkung : Rasanya ya senang.
Rambat : Senang. Mati aku…(jatuh)
Rangkung : sebentar dulu…kok malah jatuh…ku lanjutkan dulu
ceritaku…
Rambat : lha bagaimana?
Rangkung : senang karena kamu kesini kan pasti beli makanan,
daganganku ada yang beli, jadi aku senang kalau
daganganku bisa habis.
Rambat : Ooooo begitu. Ku kira senangnya hatimu seperti hatiku
kalau bertemu kamu, rasanya tidak bisa ku gambarkan
(Rambat lupa dan hampir melanggar janji untuk
tidak mendekat ke Rangkung, Wa Sri membentak
dari kejauhan).
Gairah pada diri Rangkung menimbulkan rasa untuk selalu dekat secara
emosional dengan orang yang dicintainya yaitu Rangkung. Kutipannya adalah :
Wa Sri : Wangsulanmu ki mung ora, ora, ora thok-thok. Eh
kosik…ngko gek kowe mikir priya sing nek jajan mrene
ora mulih-mulih kae.
Rangkung : Sapa ta Wa, sing endi, lawong priya sing sok jajan
mrene ki akeh, pirang-pirang, sing tuwa ya ana, sing
enom ya ana.
Wa Sri : mongsok sing tuwa, ya mesthi sing tak batin ya sing
enom, sing kira-kira bobote timbang karo ayumu.
Rangkung : Ah si Wa ki lo, kok mesthi ngono, senengane ngumbul-
ngumbulke aku terus lho---. (halaman 6)
Terjemahan :
Wa Sri : jawabanmu hanya tidak tidak terus. Sebentar…jangan-
jangan kamu memikirkan pria yang kalau beli disini
tidak pulang-pulang itu.
Rangkung : Siapa Wa, yang mana, yang beli disini kan banyak,
yang tua yang muda semua ada.
Wa Sri : Masak yang tua, ya pasti yang muda, yang kira-kira
seimbang sama kecantikanmu.
Rangkung : ah si Wa , pasti menyanjung-nyanjung terus---.
Wa Sri sedang membicarakan Rambat yang selalu lama jika sudah berada di
warung makan. Setiap hari Rambat menyempatkan untuk datang ke warung makan
tempat Wa Sri dan Rangkung berjualan dan Rambat menjadi pembeli yang paling
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
lama berada di warung makan tersebut. Sikap Rambat tersebut menggambarkan
kesungguhan cinta yang ada pada dirinya. Rambat selalu ingin berada dekat
dengan Rangkung.
Gairah dan kesungguhan yang tumbuh dalam diri Rambat tetap ada. Hal
tersebut dapat diketahui dari sikapnya yang tetap mencintai Rangkung walau telah
diketahui keadaan Rangkung yang ternyata cacat. Apabila ketertarikan Rambat
kepada Rangkung hanya didasari pada kecantikan wajah dan tidak mempedulikan
keadaan yang lain tentu ketertarikan yang ada dalam diri Rambat akan menjadi
hilang. Kutipannya adalah :
Rangkung : Kang Rambat kaya ngene kahananku…mesthine kowe
bakal gela yen arep ngepek bojo aku, merga aku dudu
wanita sing sempurna kaya lumrahe wanita sing wutuh,
aku wong gothang kang.
Rambat : Kung, aja keladuk ati kejeron penampa…aku nresnani
kowe ora mung nresnani cuwilaning ragamu, nanging
tresnaku marang kowe tresna sakwutuhe kahananmu.
(halaman 34)
Terjemahan :
Rangkung : Mas Rambat beginilah keadaanku, pastinya kamu akan
menyesal ingin melamar aku, karena aku bukan wanita
yang sempurna seperi wanita lainnya, aku cacat.
Rambat : Kung, jangan kuatir…aku mencintaimu bukan karena
wajah saja, akan tetapi bagaimanapun keadaanmu aku
tetap mencintaimu.
Dari kutipan tersebut menunjukkan akan kesungguhan Rambat kepada
Rangkung. Kesungguhan Rambat mendorong akan adanya komitmen dalam
dirinya. Rambat berkeputusan untuk tetap bersama dengan Rangkung yang sejak
awal sudah dipilihnya dan tetap menjaga hubungan dengan menikahi Rangkung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Wa Sri : kuwi tenan lho…mulane kowe ndang tak kon ngejak
wong tuwamu ki mergane wong tuwamu ya ben ngerti,
ben gamblang sakabehe ora ana sing ditutup-tutupi.
Rambat : Wis tak kandhakake ing ngarep yen aku ora mung
nresnani cuwilaning raga, nanging sak wutuhe klebu
pangrengkuhku marang kowe Wa. (halaman 34)
Terjemahan :
Wa Sri : benarkah…makanya aku menyuruhmu mambawa
orangtuamu supaya tahu semuanya tidak ada yang
ditutup-tutupi.
Rambat : sudah ku katakan tadi kalau cintaku tidak setengah-
setengah, tetapi seutuhnya menjadi tanggungjawabku
termasuk kamu Wa.
Rambat benar-benar serius ingin menikah dengan Rangkung. Keseriusannnya
juga tergambar jika Rambat akan merawat Wa Sri yang menjadi orang tua
Rangkung.
Cinta yang tumbuh pada Rambat merupakan cinta sempurna. Gairah dan
keintiman bisa berkembang sejalan dan memunculkan komitmen untuk tetap
menjaga sebuah hubungan yaitu menikah dengan Rangkung.
2. Rangkung
Awal cerita Rangkung sedang melamun dan membuat Wa Sri khawatir. Wa
Sri yang merawat Rangkung sejak kecil mengetahui jika Rangkung sedang
memikirkan seorang laki-laki. Setelah terus didesak dengan berbagai pertanyaan,
Rangkung mengaku jika dirinya sedang memikirkan Rambat.
Wa Sri : Oooo ngerti aku. Hahahaha candhak saiki.
Rangkung : Ngerti apa ta Wa, ngerti piye?
Wa Sri : Wis genah iki, wiiiiis ngerti aku.
Rangkung : genah piye ta Wa, kok malah gawe bingung lo Wa kowe
ki.
Wa Sri : Olehmu sangga uwang mau genah mikir priya sing
jenenge ngango Mbat..mbat…alah sapa kae…naaaa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Rambat, hayo ha a ta aja mukir kowe, aja goroh. Aku
wis isa mbedhek.
Rangkung : Wa Sri ki lo senengane kok mbedhek-mbedhek.
Wa Sri : Lo aku ki wis tuwa, wis okeh mangan uyah, senadyan
mbedhek ning ya nganggo dasar.
Rangkung : Dasare apa Wa.
Wa Sri : Pancasila.
Rangkung : Si Wa ki kok mesthi waton wangsulan.
Wa Sri : dasare pengalaman. Aku ki tau enom nek kowe rak
durung tau tuwa---.
Rangkung : Upama tenan ngono kira-kira piye Wa, wangun lan
pantes apa ora?
Wa Sri : Lha rak apa ta, ora lidhok ujare wong dhaplok. Ya genah
wangun lan pantes, sing lanang ya bagus, sing wadon
ya ayu. (halaman 7-8)
Terjemahan :
Wa Sri : Ooooo sekarang aku tahu. Hahahaha ketemu sekarang.
Rangkung : Tahu apa wa, bagaimana ?
Wa Sri : sudah pasti ini, aku tahu.
Rangkung : pasti bagaimana Wa, kok malah membuat bingung.
Wa Sri : ketika melamun tadi pasti kamu memikirkan pria yang
namanya pakai Mbat…mbat…alah siapa…naaaa
Rambat, hayo mengaku saja jangan mengelak. Aku
sudah bisa menebak.
Rangkung : Wa Sri itu kok senangnya nebak-nebak.
Wa Sri : karena aku sudah tua, sudah pengalaman, walaupun
nebak tapi pakai dasar.
Rangkung : Dasar apa Wa
Wa Sri : Pancasila
Rangkung : Si Wa pasti asal-asalan kalau menjawab.
Wa Sri : Dasarnya ya pengalaman. Aku itu pernah muda kalau
kamu kan belum pernah tua.
Rangkung : Seumpama iya kira-kira bagaimana Wa, pantas tidak?
Wa Sri : Lha ya gak apa-apa. Ya pasti pantes, yang pria ganteng,
yang wanita cantik.
Sikap Rangkung yang gelisah memikirkan Rambat menandakan dirinya sedang
mengalami kerinduan yang dalam. Rasa rindu kepada orang yang dicintai
menandakan tumbuhnya hasrat pada diri Rangkung. Hasrat yang ada dalam diri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Rangkung mendorong seseorang untuk melakukan kedekatan secara emosional
dengan orang yang disukainya.
Setiap hari Rambat selalu berkunjung ke warung makan tempat Rangkung
berjualan. Setiap hari Rambat dan Rangkung bertemu yang membuat cinta tumbuh
diantara keduanya. Komitmen muncul pada diri Rangkung pada saat Rambat
melamarnya. Komitmen mendorong seseorang untuk tetap menjaga hubungan
dengan orang yang dicintainya. Rangkung menerima lamaran dari Rambat yang
ingin menikahinya.
3. Wa Sri
Keintiman tumbuh pada diri Wa Sri. Wa Sri merasa kasihan dengan
Rangkung dan dengan ikhlas merawat Rangkung yang telah menjadi yatim piatu.
Kutipannya adalah :
Kawontenanipun Rangkung jebul sukunipun bunting satunggal
karana kenging alangan nalika mlajar dipun oyak dening Walandi,
saha bapak ibunipun pejah kenging mimis. Dene Rangkung lajeng
diopeni dening Wa Sri, ingkang sejatosipun mboten wonten
gegayutan sedherek kulawarganipun Rangkung. (halaman 3)
Terjemahan :
Ternyata keadaan Rangkung kakinya cacat karena mendapat musibah
ketika lari dikejar Belanda, baoak ibunya meninggal terkena peluru.
Dan Rangkung dirawat oleh Wa Sri, yang tidak memiliki hubungan
keluarga dengan Rangkung.
Keintiman terdorong karena mengalami hal yang sama, dimana Wa Sri dan
Rangkung sama-sama menjadi korban penjajahan Belanda. Setelah adanya
keintiman, tumbuhlah komitmen. Komitmen dapat berarti mencurahkan perhatian
dan saling melindungi untuk menjaga dan melindungi Rangkung. Wa Sri membuat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
peraturan bagi pembeli laki-laki di warung makannya. Setiap pembeli dilarang
untuk mendekat dan memegang Rangkung.
Wa Sri : Iki enek peraturan anyar, pokoke enek watese nyedhak
warung ora kena nglangkahi garis iki. (halaman 11)
Terjemahan :
Wa Sri : sekarang ada peraturan baru, pokoknya ada batasnya
mendekat warung tidak boleh melangkahi garis ini.
Wa Sri begitu sayang dan perhatian dengan Rangkung. Pada saat Rangkung
terlihat cemas karena memikirkan sesuatu, Wa Sri ikut merasakannya. Kutipannya
adalah :
Wa Sri : Wis ta, kowe ki ora susah melu mikir aku. Waton atimu
kuwi seneng aku ya melu seneng. Awake dhewe ki rak
mung urip wong loro. Nek kowe seneng aku ya seneng ning
nek kowe susah aku ya melu nggrantes. (Nangis) Huh u
huhu. (halaman 5)
Terjemahan :
Wa Sri : Sudahlah, kamu tidak usah ikut memikirkanku. Kalau
kamu senang aku ya ikut senang. Kita kan Cuma hidup
berdua. Kalau kamu senang aku juga senang tapi kalau
kamu sedih aku juga ikut sedih. (Menangis) Huh u huhu.
Dari kutipan tersebut perhatian Wa Sri terhadap Rangkung sangat besar.
Kedekatan perasaan antara Wa Sri dan Rangkung menandakan adanya keintiman.
Wa Sri juga sangat melindungi Rangkung. Terlihat dalam kutipan :
Wa Sri : ---sapa ngerti, anakku saiki ya wis gedhe, mbok menawa ana
sing arep nyembranani, utawa arep main-main, jaman saiki
kudu ngati-ati. (halaman 14)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Terjemahan :
Wa Sri : ---siapa tahu, anakku sekarang sudah besar, siapa tahu ada
yang membahayakannya, atau mau main-main, jaman
sekarang harus hati-hati.
Dari kutipan tersebut menunjukkan bagaimana sikap Wa Sri yang tidak ingin
Rangkung mengalami kejadian yang dapat membahayakannya. Cinta yang tumbuh
dalam diri Wa Sri adalah cinta karib. Cinta karib menunjukkan adanya komitmen
dan keintiman tanpa adanya nafsu.
4. Ganggeng
Kecantikan wajah Rangkung membuat para laki-laki jatuh hati padanya, Salah
satu diantaranya adalah Ganggeng. Rasa ketertarikan tersebut menunjukkan
adanya gairah dalam diri Ganggeng terhadap Rangkung. Gairah bisa muncul
karena Ganggeng sering datang ke warung makan Rangkung. Gairah menunjukkan
rasa untuk selalu dekat dengan Rangkung.
Setelah diketahui bahwa Rangkung adalah gadis yang tidak sempurna secara
fisik, rasa ketertarikan Ganggeng menjadi hilang. Ganggeng yang awalnya rela
mati-matian demi mendapatkan cinta Rangkung seketika menjadi berubah
perasaannya. Bahkan Ganggeng bersyukur tidak jadi melamar Rangkung.
Kutipannya adalah :
Ganggeng : Waaah tujune durung sida nembung. (halaman 34)
Terjemahan :
Ganggeng : Waaah untungnya tidak jadi melamar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Kutipan tersebut menggambarkan jika Ganggeng hanya tertarik kepada
Rangkung karena kecantikan wajahnya saja. Bisa dikatakan rasa yang tumbuh
pada diri Ganggeng hanyalah nafsu saja, dan tidak bisa menerima Rangkung
dengan keadaannya yang tidak sempurna. Gairah yang ada dalam diri Ganggeng
menjadi hilang dan tidak ada komitmen dalam diri Ganggeng. Cinta yang tumbuh
dalam diri Ganggeng jika diklasifikasikan dalam teori R.J Sternberg termasuk
dalam golongan tergila-gila yang artinya nafsu saja yang berkembang tanpa
adanya kesungguhan dan komitmen dalam membina suatu hubungan.
5. Gleyong
Tidak berbeda dengan Ganggeng. Gleyong adalah salah satu laki-laki yang
mengagumi kecantikan wajah Rangkung. Gleyong selalu ingin berdekatan dengan
Rangkung yang artinya ada Gairah. Seringnya Gleyong berkunjung ke warung
makan tempat Rangkung berjualan mengakibatkan gairah muncul dari diri
Gleyong. Kutipannya adalah :
Gleyong : ---lha nek ngono aku wingi wis rasan-rasan karo bapak, nek
Rangkung gelem tak pek bojo, bapak arep adol kebo seket
nggo ragat mantenanku karo Rangkung suk emben.
(halaman 22)
Terjemahan :
Gleyong : ---Lha kalau begitu aku kemarin sudah berbicara dengan
bapak, jika Rangkung bersedia jadi istriku, bapak akan
menjualkan kerbau lima puluh untuk biaya pernikahanku
dengan Rangkug nanti.
Kutipan tersebut menunjukkan adanya ketertarikan dari Gleyong yang berencana
menikahi Rangkung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Akan tetapi rasa ketertarikan dari Gleyong hanya didasari nafsu saja.
Kecantikan wajah Rangkung membuatnya rela mati-matian untuk
mendapatkannya. Setelah diketahui Rangkung memiliki kecacatan fisik, rasa
ketertarikan itu menjadi hilang. Gleyong bersyukur dirinya belum sempat melamar
Rangkung. Kutipannya adalah :
Gleyong : Tujune durung sida adol kebo seket. (halaman 34)
Terjemahan :
Gleyong : untungnya tidak jadi jual kerbau lima puluh.
Gleyong bersyukur tidak jadi menjual ternaknya. Sebelum mengetahui
Rangkung memiliki cacat fisik, Gleyong memamerkan kekayaan kepada teman-
temannya dan akan menjual kerbau berjumlah lima puluh untuk biaya pernikahan
dengan Rangkung. Kutipan di atas tergambar rasa ketertarikan Gleyong kepada
Rangkung menjadi hilang. Hal tersebut menunjukkan ketidak sungguhan Gleyong
kepada Rangkung, karena dari awal Gleyong hanya melihat Rangkung dari
kecantikan wajahnya saja. Komitmen tidak ditemukan dalam diri Gleyong dan
cinta yang tumbuh dalam diri Gleyong tergolong dalam tergila-gila yang artinya
hanya nafsu yang ada, tanpa adanya kesungguhan dan komitmen.
6. Motivasi
Motivasi untuk membela tanah air diwujudkan oleh tokoh naskah drama
Rambat-Rangkung. Tokoh-tokoh tersebut adalah Rambat, Rangkung, dan Wa Sri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
a. Rambat
Sikap rela berkorban untuk membela tanah air ditunjukkan oleh
Rambat. Kutipannya adalah :
Rambat : Kula kalih adhi Rangkung niki nggih badhe tumut
nyengkuyung sak saged-saged kula. (halaman 37)
Terjemahan :
Rambat : Saya dan Rangkung juga akan ikut membantu sebisa
saya.
Dari kutipan tersebut menunjukkan ada aktualisasi diri, tanpa ragu-
ragu Rambat akan ikut berjuang melawan Belanda.
Pencapaian aktualisasi diri Rambat tercapai setelah kebutuhan
sebelumnya telah terpenuhi. Rambat merupakan anak dari seorang
pemimpin prajurit keraton Yogyakarta. Status tersebut menunjukkan
akan derajat Rambat di masyarakat yang berada di kalangan menengah
ke atas. Kebutuhan fisiologi seperti makan, minum dan kebutuhan
akan rasa aman sudah diperoleh dari kehidupan keluarganya.
Kebutuhan akan rasa cinta dan saling memiliki Rambat didapat
setelah Rangkung bersedia menerima lamarannya. Rambat bisa
menerima keadaan Rangkung yang tidak sempurna seperti wanita lain.
Dengan rasa seperti itu akan terjalin hubungan yang akrab dan penuh
perhatian.
Kebutuhan rasa penghargaan juga telah terpenuhi dari diri Rambat.
Sebagai seorang laki-laki Rambat berhasil meyakinkan wanita yang
dicintainya untuk dapat menerima lamarannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
b. Rangkung
Motivasi untuk membela Negara juga ditunjukkan oleh Rangkung.
Walau dengan keadaan fisiknya yang tidak sempurna. Kutipannya
adalah :
Rangkung : Nggih den mboten ketang klungsu-klungsu kula
nggih kepengin ndherek udhu (Halaman 37)
Terjemahan :
Rangkung : Iya den walaupun lambat, saya juga akan ikut
serta.
Kebutuhan fisiologis dari Rangkung sudah terpenuhi, karena
Rangkung adalah penjual di warung makan. Rangkung mampu
menjual makanan dan minuman ke orang lain, tentunya kebutuhan
pokok untuk diri sendiri sudah terpenuhi.
Kebutuhan rasa aman Rangkung juga telah terpenuhi. Sejak kecil
Rangkung dirawat dan dibesarkan oleh Wa Sri. Wa Sri begitu
menyayangi dan melindunginya. Begitu sayangnya, Wa Sri membuat
peraturan yang tidak lazim bagi pembeli laki-laki di warungnya untuk
melindungi Rangkung dari bahaya dan godaan laki-laki.
Setelah dilamar Rambat, kebutuhan akan rasa memiliki dan cinta
dapat telah terpenuhi dari diri Rangkung. Sikap Rambat yang tetap
mencintai Rangkung walaupun keadaan fisiknya yang tidak sempurna
dapat memberikan rasa cinta dan rasa saling memilki pada diri
Rangkung. Hal tersebut juga dapat menumbuhkan pencapaian akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
rasa harga diri. Dengan fisik yang tidak sempurna masih ada laki-laki
yang bersedia menikah dengannya.
c. Wa Sri
Wa Sri juga memiliki motivasi membela tanah air. Kutipannya
sebagai berikut :
Wa Sri : Nadyan kula arepa tuwa kula ya ora trima nek ditinggal
teng mriki, ujube ati kula milih nundhung Landa
tinimbang urip sengsara. (Halaman 37)
Terjemahan :
Wa Sri : Walaupun saya sudah tua juga tidak terima kalau hanya
ditinggal di sini, saya lebih memilih ikut mengusir
Belanda daripada hidup sengsara.
Sikap tersebut menunjukkan akan adanya rasa memiliki dan cinta
kepada bangsa dan tanah air, yang menandakan adanya aktualisasi diri.
Wa Sri adalah pemilik warung yang menjual makanan dan
minuman. Dari pekerjaannya tersebut Wa Sri dapat memenuhi
kebutuhan fisiologisnya.
Kebutuhan rasa aman Wa Sri juga telah terpenuhi, Wa Sri yang
menjadi orang tua Rangkung juga akan dirawat oleh Rambat. Rambat
berjanji menganggap Wa Sri seperti ibunya sendiri. Kutipannya :
Rambat : Wis tak kandhake ing ngarep yen aku ora mung
nresnani cuwilaning raga, nanging sakwutuhe klebu
pangrengkuhku marang kowe Wa. Ora arep tak
bedak-bedakake antarane Wa Sri karo ibu sing
nglairake aku. (halaman 34)
Terjemahan :
Rambat : sudah ku katakan tadi kalau aku tidak hanya setengah-
setengah, tetapi semua menjadi tanggung jawabku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
termasuk Wa. Tidak akan ku bedakan Wa Sri dengan
ibu kandungku.
7. Simpulan Analisis Psikologi Sastra
Analisis psikologi sastra terhadap naskah drama Rambat-Rangkung karya
Trisno Santosa telah penulis jabarkan satu demi satu. Dengan analisis Psikologi
Sastra yang menggunakan teori dinamika cinta dari R.J Sternberg dan teori
motivasi Abraham Maslow maka dapat diperoleh gambaran bagaimana sikap
ketulusan dan pengorbanan dari masing-masing tokoh.
Rambat merupakan tokoh sentral dalam naskah drama Rambat-Rangkung
karya Trisno Santosa. Sikap keteguhan dan ketulusan hati Rambat dapat diketahui
dengan teori cinta. Rambat merupakan salah satu pemuda yang tertarik akan
kecantikan Rangkung. Setiap hari disempatkannya untuk berkunjung ke warung
makan dimana Rangkung berjualan. Dari sikapnya tersebut membuktikan adanya
kesungguhan cintanya kepada Rangkung. Rambat selalu ingin dekat dengan
Rangkung karena telah ada rasa suka dari Rambat terhadap Rangkung. Setelah
diketahui Rangkung adalah gadis yang cacat, Rambat tetap mencintainya.
Kesungguhan cinta Rambat menimbulkan adanya komitmen. Komitmen
ditunjukkan dengan melamar Rangkung.
Tokoh selanjutnya adalah Ganggeng, Gleyong, dan Glombyor. Ketiga
pemuda ini juga memiliki rasa ketertarikan terhadap Rangkung. Rasa ketertarikan
tersebut menunjukkan adanya hasrat dalam diri mereka. Mereka bertiga ingin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
selalu dekat dengan Rangkung karena dorongan hasrat yang kuat. Hasrat
menunjukkan ketertarikan dari segi fisik. Semua berubah ketika mereka
mengetahui jika Rangkung adalah gadis yang cacat. Mereka mundur untuk
mendapatkan cinta Rangkung. Cinta yang tumbuh diantara mereka hanya didorong
oleh nafsu dan tidak ada komitmen dalam diri mereka.
Kasih sayang yang diberikan Wa Sri terhadap Rangkung menunjukkan
adanya keintiman dan komitmen dalam diri Wa Sri. Adanya persamaan antara
mereka membuat Wa Sri terikat suatu perasaan untuk hidup bersama. Saling
mencurahkan perhatian dan saling menjaga ditunjukkan dan hal tersebut
menunjukkan adanya cinta karib. Cinta karib adalah cinta yang berkembang
karena adanya keiintiman dan komitmen.
D. Nilai-nilai yang Terkandung dalam Naskah Drama Rambat-
Rangkung
Melalui karya sastra pengarang ingin menyampaikan ide, gagasan, dan pesan
sosial kepada masyarakat. Tokoh-tokoh yang ditampilkan pengarang dalam
naskah drama Rambat-Rangkung setidaknya dapat memberi manfaat bagi
masyarakat. Bertolak dari analisis psikologi sastra, naskah drama Rambat-
Rangkung memiliki nilai bagi kehidupan masyarakat.
Naskah drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa mengungkapkan
persoalan kisah hidup manusia. Drama tersebut mengisahkan tentang kehidupan
masyarakat dalam pengungsian pada saat perang Diponegoro.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Kisah percintaan dalam naskah drama Rambat-Rangkung begitu dominan.
Cerita diawali ketika Rangkung sedang melamun. Rangkung memikirkan seorang
laki-laki yang dicintainya. Tidak lama setelah itu Rambat, laki-laki yag dipikirkan
Rangkung datang. Kedatangan Rambat ke warung makan tidak hanya untuk
makan dan minum akan tetapi memiliki maksud lain yaitu untuk melamar
Rangkung. Selain Rambat ada tiga pemuda lagi yang ingin melamar Rangkung.
Dari semua pemuda yang ingin melamar Rangkung, hanya Rambat yang bertahan
dan tetap memilih Rangkng menjadi pendamping hidup setelah diketahui
Rangkung memiliki kekurangan fisik yaitu hanya memiliki satu kaki saja.
Nilai moral yang terdapat dalam naskah drama Rambat-Rangkung karya
Trisno Santosa adalah :
1. Ketulusan dan keiklasan hati
Keteguhan hati dan keiklasan tergambar dari diri Rambat. Pada saat
Rangkung telah diketahui sebagai gadis yang cacat Rambat tetap mencintainya
dan tidak berpaling. Berbeda dengan tiga pemuda yang awalnya berebut cinta
Rangkung, mereka mundur setelah mengetahui keadaan Rangkung yang tidak
sempurna. Dari sikap Rambat dapat memberikan sebuah pesan akan kesetiaan
dan keteguhan hati. Fisik tidak menjadi acuan bagi seseorang untuk menilai
orang lain, karena fisik yang terlihat sempurna belum tentu sifatnya
sesempurna fisiknya. Yang lebih penting dalam menilai seseorang adalah etika
dan perilakunya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Keiklasan hati juga terdapat dalam tokoh Wa Sri. Wa Sri yang dengan
penuh kasih sayang membesarkan dan merawat Rangkung yang bukan anak
kandungnya. Seseorang yang berbuat baik pada akhirnya pasti akan
mendapatkan imbalan yang sesuai. Wa Sri mengalami hal tersebut, kasih
sayangnya terhadap Rangkung mendapat imbalan. Pada saat Rambat menikahi
Rangkung, Rambat juga berjanji akan merawat Wa Sri dan tidak akan
membedakan dengan ibu kandungnya sendiri.
2. Sikap rela berkorban untuk tanah air
Semua tokoh yang ada dalam naskah drama Rambat-Rangkung karya
Trisno Santosa menunjukkan sikap yang sama. Den Sasra dan Bekel Rangga
merupakan pemimpin prajurit utusan kraton Yogyakarta. Pada akhir cerita
mereka memberitahu kepada warga tentang bahaya yang mengancam. Tempat
yang menjadi pengungsian telah diketahui oleh Belanda. Kemudian mereka
mengajak warga yang bersedia untuk ikut berperang melawan Belanda. Semua
tokoh termasuk Glombyor, Gleyong, dan Glanggeng, tiga pemuda yang
digambarkan memiliki etika kurang baik ikut berperang membela tanah air
yang menjadi tempat mereka dilahirkan dan dibesarkan. Wa Sri yang
merupakan perawan tua juga mengajukan diri untuk berperang, dan juga
Rangkung yang memiliki kecacatan fisik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
3. Berhati-hati dalam berbuat
Melalui tokoh Den sasra juga bisa memberi nilai bahwa dalam bertindak
tidak boleh sesuka hati. Den Sasra memerintahkan semua warga untuk tetap
menunggu komando dari pimpinan dan tidak boleh bergerak sendiri-sendiri
dalam menghadapai tentara Belanda. Merancanakan hal sebelum bertindak
sangat penting. Sesuatu hal yang direncanakan dengan matang pasti akan
mendapatkan hasil yang memuaskan. Seperti pepatah Jawa yang mengatakan
alon-alon waton kelakon, yang mengandung makna sebelum bertindak untuk
merencanakan terlebih dahulu dengan matang bagaiman resiko yang akan
didapat dan keuntungan yang bisa diraih untuk mendapatkan hasil yang sesuai
dengan keinginan.
4. Tidak menyia-nyiakan waktu
Diceritakan dalam naskah drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa
terdapat tiga pemuda yang memiliki etika yang kurang baik. Sikap para
pemuda tersebut selalu membuat tidak nyaman bagi orang yang melihat.
Tergambar jika para pemuda tersebut tidak menggunakan waktunya untuk hal-
hal yang positif. Di sisi lain ada wanita tua yang selalu gigih dalam berjuang.
Sebagai pemuda seharusnya malu melihat perjuangan hidup seorang wanita tua
tersebut.
5. Menjaga amanah dan tanggung jawab
Tokoh Bekel Rangga bisa menjadi contoh. Bekel Rangga merupakan
pemimpin prajurit yang ditugasi untuk menjaga keamanan di dusun Lengkong.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
Pada saat terjadi suatu masalah Bekel Rangga merasa ikut bertanggung jawab
untuk menyelesaikan masalah tersebut. Bekel Rangga tidak tinggal diam saat
mengetahui para pemuda yaitu Ganggeng, Gleyong, dan Glombyor sedang
bertengkar karena memperebutkan seorang gadis yaitu Rangkung. Bekel
Rangga datang dan melerai perkelahian tersebut. Setelah melerai, Bekel
Rangga memberi nasihat kepada para pemuda untuk menggunakan waktu
mudanya dengan melakukan hal-hal yang positif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dilihat dari pembahasan bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan
tentang latar penciptaan naskah drama Rambat-Rangkung, analisis struktural,
analisis psikologi sastra, dan Nilai-nilai yang terkandung di dalam naskah
drama Rambat-Rangkung sebagai berikut :
1. Ditinjau dari latar belakang penciptaan naskah drama Rambat-Rangkung
karya Trisno Santosa, pengarang ingin menyampaikan tentang keteguhan
hati dan pengorbanan. Pengarang ingin meyampaikan bagaimana
seseorang harus memiliki kemantapan hati dalam menentukan suatu
pilihan, saling tolong-menolong, dan rela berkorban. Naskah drama
Rambat-Rangkung berlatar pada tempat yang sama dari awal hingga akhir
atau hanya terjadi dalam satu babak saja. Trisno Santosa yang lebih
banyak menulis naskah ketoprak dengan beberapa babak dan setting,
menciptakan naskah drama Rambat-Rangkung dengan satu babak yang
terinspirasi dari teater popular.
2. Ditinjau dari segi struktural, naskah drama Rambat-Rangkung karya
Trisno Santosa ini menunjukkan kesatuan yang utuh dan antara unsur
yang satu dengan yang lain ada keterkaitan. Unsur-unsur yang terdiri dari
tema, alur, penokohan, latar/setting, dialog, amanat, dan konflik/kelakuan
90
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
bersama-sama dapat membentuk makna totalitas. Tema cerita yang tersirat
didukung oleh unsur lainnya. Naskah drama Rambat-Rangkung
menampilkan tentang pengorbanan dan ketulusan yang ada dalam diri
tokoh. Alur ceritanya adalah alur lurus yang bergerak melalui peristiwa-
peristiwa yang berurutan. Watak dalam diri tokoh dapat ditampilkan
pengarang melaui psikisnya. Latar atau setting yang digunakan meliputi
latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Amanat yang disampaikan
terdapat dalam sikap tokoh hubungannnya dengan tokoh lain. Secara
keseluruhan unsur-unsur yang membangun struktur naskah drama
Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa saling berkaitan dan saling
mendukung.
3. Dari segi Psikologi Sastra, naskah drama Rambat-Rangkung karya Trisno
Santosa ini mengungkapkan tentang keteguhan, kesetiaan, keiklasan dan
pengorbanan. Sikap tersebut tergambar dalam diri Rambat. Rambat adalah
salah satu pemuda yang mencintai Rangkung. Setelah diketahui Rangkung
adalah gadis cacat, Rambat tetap mencintainya. Sikap Rambat tersebut
menunjukkan bahwa dirinya memiliki sikap keteguhan hati dan tulus
dalam mencintai orang lain.
Sikap keiklasan juga ditunjukkan oleh tokoh Wa Sri. Wa Sri merupakan
perawan tua yang merawat rangkung sejak kecil. Dengan ikhlas Wa Sri
merawat Rangkung dan membesarkannya dengan penuh kasih sayang
seperti anak sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
4. Ditinjau dari segi nilai-nilai, naskah drama Rambat-Rangkung karya
Trisno Santosa bagi masyarakat berpijak pada analisis psikologi sastra,
dapat memberikan nilai yaitu bagaimana manusia harus memiliki
keteguhan hati dan kemantapan hati dalam menentukan sebuah pilihan.
Sikap rela berkorban dan saling tolong-menolong antar sesama juga
disampaikan kepada masyarakat.
B. Saran
Berdasarkan hasil analisis, penelitian memberikan hasil sebagai
berikut:
Pendekatan yang digunakan dalam analisis terhadap naskah drama
Rambat-Rangkung adalah psikologi sastra. Peneliti berharap agar nantinya
ada penelitian lain yang mampu meneliti naskah drama Rambat-Rangkung
dengan pendekatan yang berbeda dan yang lebih menarik.
Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran tentang
kehidupan yang dapat dijadikan teladan bagi masyarakat. Selain itu, dengan
penelitian ini dapat menjaga data untuk penelitian lain yang objeknya sejenis.