kimia fisika iii - ketengikan minyak
DESCRIPTION
kimiaTRANSCRIPT
Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Minyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi IodometriMinyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi IodometriMinyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi IodometriMinyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi Iodometri
[ [ [ [ 1111 ]]]]
JUDUL : Penentuan Orde Reaksi Pada Laju Ketengikan Minyak Kelapa Sawit
Dengan Metode Totrasi Iodometri
TUJUAN :
1. Mengetahui besarnya bilangan peroksida pada minyak kelapa sawit
2. Mengetahui cara penentuan ketengikan minyak kelapa sawit
3. Mengetahui orde reaksi pada proses ketengikan minyak kelapa sawit
KAJIAN TEORI :
Laju reaksi didefinisikan sebagai perubahan konsentrasi reaktan atau produk per
satuan waktu. Satuan laju reaksi M/s (Molar per detik). Sebagaimana diketahui, reaksi kimia
berlangsung dari arah reaktan menuju produk. Hal ini berarti, selama reaksi kimia
berlangsung reaktan digunakan (dikonsumsi) bersamaan dengan pembentukan sejumlah
produk. Dengan demikian, laju reaksi dapat dikaji dari sisi pengurangan konsentrasi reaktan
maupun peningkatan konsentrasi produk. Secara umum, laju reaksi dapat dinyatakan dalam
persamaan sebagai berikut:
A �B
Laju reaksi berhubungan erat dengan koefisien reaksi. Untuk reaksi kimia dengan
koefisien reaksi yang bervariasi, laju reaksi harus disesuaikan dengan koefisien reaksi
masing-masing spesi. Contohnya dalam reaksi 2A � B, terlihat bahwa 2 mol A dikonsumsi
untuk menghasilkan satu mol B. Hal ini menandakan bahwa laju konsumsi spesi A adalah
dua kali laju pembentukan spesi B.
Hukum laju reaksi (The Rate Law) menunjukkan korelasi antara laju reaksi (V)
terhadap konsentrasi laju reaksi (k) dan konsentrasi reaktan yang dipangkatkan dengan
bilangan tertentu (orde reaksi). Hukum laju reaksi dapat dinyatakan sebagai berikut:
aA + Bb � Cc + Dd
v = k [A]x [B]y
x dan y adalah bilangan perpangkatan (orde reaksi) yang hanya dapat ditentukan melalui
eksperimen. Nilai x maupun y tidak sama dengan koefisien reaksi a dan b.
Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Minyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi IodometriMinyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi IodometriMinyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi IodometriMinyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi Iodometri
[ [ [ [ 2222 ]]]]
Bilangan perpangkatan x dan y memperlihatkan pengaruh konsentrasi reaktan A dan
B terhadap laju reaksi. Orde total (orde keseluruhan) atau tingkat reaksi adalah jumlah orde
reaksi reaktan secara keseluruhan. Dalam hal ini, orde total adalah x + y.
Reaksi Orde Satu
Reaksi dengan orde satu adalah reaksi dimana laju bergantung pada konsentrasi
reaktan yang dipangkatkan dengan bilangan satu. Secara umum reaksi dengan orde satu dapat
digambarkan oleh persamaan reaksi berikut:
A � Produk
Laju reaksi dapat dinyatakan dengan persamaan: v = – ∆ [A]/∆ t dan juga dapat dinyatakan
dalam persamaan : v = k [A].
Satuan k dapat diperoleh dari persamaan:
k = v/[A] = M.s-1/M = s-1 atau 1/s
Dengan menghubungkan kedua persamaan laju reaksi
– ∆[A]/∆ t = k [A]
Maka akan diperoleh persamaan sebagai berikut:
ln { [A] t / [A]0 }= – kt
atau
ln [A] t = – kt + ln [A]0
dimana :
ln = logaritma natural
[A] 0 = konsentrasi saat t = 0 (konsentrasi awal sebelum reaksi)
[A] t = konsentrasi saat t = t (konsentrasi setelah reaksi berlangsung selama t detik)
Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Minyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi IodometriMinyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi IodometriMinyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi IodometriMinyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi Iodometri
[ [ [ [ 3333 ]]]]
Reaksi Orde Dua
Merupakan reaksi dimana laju bergantung pada konsentrasi satu reaktan yang dipangkatkan
dengan bilangan dua atau konsentrasi dua reaktan berbeda yang masing-masing dipangkatkan
dengan bilangan satu. Untuk orde dua didapatkan persamaan sebagai berikut:
1 / [A]t = kt + 1 / [A]0
Reaksi Orde Nol
Merupakan reaksi dimana laju tidak bergantung pada konsentrasi reaktan. Penambahan
maupun pengurangan konsentrasi reaktan tidak mengubah laju reaksi. Untuk orde nol
didapatkan persamaan sebagai berikut:
[A] t = -kt + [A]0
Berikut ini beberapa cara penentuan orde reaksi yaitu:
1. Bentuk Differensial
a. Metode variasi atau metode differensial non grafik
A + B � hasil/produk
Dengan persamaan : r = k[A] x[B] y
dimana x = orde reaksi untuk reaktan A, y merupakan orde reaksi untuk reaktan B
dan [A] dan [B] merupakan konsentrasi reaktan A dan B.
Orde reaksi dapat ditentukan dengan metode isolasi, dimana dengan mencari
konsentrasi yang sama. Misalnya untuk mencari orde reaksi B dapat ditentukan
dengan mencari konsentrasi A yang sama. Berikut ini persamaan laju reaksi
bentuk differensial:
Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Minyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi IodometriMinyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi IodometriMinyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi IodometriMinyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi Iodometri
[ [ [ [ 4444 ]]]]
Orde 0
Orde 1
Orde 2
Satu pereaksi
Dua pereaksi
Orde 3
Orde n
b. Metode differensial grafik
Persamaan
dx/dt = r = k (a-x)n
diubah ke dalam bentuk ln r = ln k + n ln (a-x)t
Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Minyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi IodometriMinyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi IodometriMinyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi IodometriMinyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi Iodometri
[ [ [ [ 5555 ]]]]
2. Bentuk Integral
a. Merupakan suatu metode trial and error. Yakni perubahan konsentrasi dengan
waktu yang diukur, dan harga k dihitung dengan menggunakan orde reaksi akan
diperoleh persamaan yang memberikan harga k yang konsisten.
Berikut ini persamaan yang dapat digunakan;
Orde 0
Orde 1
�
Jika t = 0, x= 0 maka:
Orde 2
kt =
Orde 3
kt =
kdt
dx =
)( xakdt
dx −=
cktxa
dtkxa
dx
dtkxa
dx
xakdt
dx
+=−−
∫=−
∫−
=−
−=
)(ln
)(
)(
)(
xa
atk
−= ln
Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Minyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi IodometriMinyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi IodometriMinyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi IodometriMinyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi Iodometri
[ [ [ [ 6666 ]]]]
b. Integral Grafik
Orde suatu reaksi dapat ditentukan dengan cara membuat grafik dari data
eksperimen.
Ketengikan Minyak
Ketengikan oksidatif merupakan ketengikan yang disebabkan oleh oksidasi oksigen
diudara secara spontan jika bahan yang mengandung minyak dan lemak dibiarkan kontak
dengan udara. Minyak dan lemak mudah mengalami oksidasi spontan adalah minyak yang
mengandung asam lemak tak jenuh.
Ketengikan merupakan proses autooksidasi dan kerusakan yang terjadi pada bau, rasa
lemak dan makanan berlemak. Hal tersebut dikarenakan terdapat satu atau lebih iaktan
rangkap yang mudah terserang oksigen sehingga menimbulkan ketengikan. Bau tengik yang
dihasilkan pada proses ketengikan disebabkan oleh terbentuknya senyawa-senyawa hasil
akhir pemecahan hidroperoksida seperti asam-asam lemak rantai pendek, aldehid, keton yang
bersifat volatil. Rasa tengik juga disebabkan karena terbentuknya aldehid tak jenuh (akreolin)
yang dapat menimbulkan rasa gatal pada tenggorokan.
Bilangan Peroksida
Didefinisikan sebagai jumlah meq peroksida dalam setiap 1000 g(1 kg) minyak atau
lemak. Bilangan peroksida ini menunjukkan tingkat kerusakan minyak atau lemak. Pada
percobaan ini, peningkatan bilangan peroksida digunakan sebagai indikator dan peringatan
bahwa minyak sebentar lagi akan berbau tengik.
ALAT DAN BAHAN
Alat
o Gelas kimia
o Gelas ukur
o Erlenmeyer
o Buret
Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Minyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi IodometriMinyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi IodometriMinyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi IodometriMinyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi Iodometri
[ [ [ [ 7777 ]]]]
o Kaki tiga dan kasa
o Corong
Bahan
o Minyak kelapa sawit kloroform Larutan Na2S2O3 0,1 M
o Asam asetat glassial KI jenuh
o Aquades Amilum 1%
ALUR
1. Tahap Perlakuan Sampel
25 ml sampel
Larutan sampel
-dididihkan dengan lama pemanasan 15,30,45,60 menit dan waktu tak terhingga (selama 2 jam)
-dibiarkan ditempat terbuka
Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Minyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi IodometriMinyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi IodometriMinyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi IodometriMinyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi Iodometri
[ [ [ [ 8888 ]]]]
2. Tahap Penentuan Bilangan Peroksida
1 gram sampel dari masing-masing pemanasan
-ditambah 3,6 ml asam asetat glassial dengan 2,4 ml kloroform
-ditambah 2 tetes larutan KI jenuh
-dibiarkan selama 1 menit, sesekali digoyang
-ditambah 6 ml aquades
-ditambah 2 tetes amilum 1 %
-dititrasi campuran dengan Larutan
Na2S2O3 0,1 M
Volume Na2S2O3
Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Minyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi IodometriMinyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi IodometriMinyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi IodometriMinyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi Iodometri
[ [ [ [ 9999 ]]]]
3. Titrasi Blanko
3,6 ml asam asetat glassial
+
2,4 ml kloroform
-dimasukkan ke dalam erlenmeyer
-ditambah 2 tetes larutan KI jenuh
-didiamkan selama 1 menit, sesekali digoyang
-ditambah 6 ml aquades
-ditambah 2 tetes amilum 1 %
-dititrasi dengan larutan Na2S2O3 0,1 M hingga warna biru hilang
Volume Na2S2O3
Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Minyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi IodometriMinyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi IodometriMinyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi IodometriMinyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi Iodometri
[ [ [ [ 10101010 ]]]]
DATA PENGAMATAN
NO
PERLAKUAN HASIL PENGAMATAN
DUGAAN/REAKSI
KESIMPULAN
1. Tahapan Perlakuan Sampel
Minyak sawit= kuning (++) jernih
Minyak sawit setelah pemanasan =kuning (+) jernih
Apabila minyak dipanaskan akan membentuk lemak
2. Tahap Penentuan Bilangan Peroksida
Minyak sawit = kuning (+) jernih
Asam asetat glassial= tidak berwarna
Kloroform= tidsk berwarna
KI jenuh= kuning keruh (++)
Amilum = tidak berwarna
+amilum = kuning keunguan
Na2S2O3
= tidak berwarna
Bil.peroksida:
IO3- + 5I- + 6H+ � 3I2 + H2O
I2 + 2SO2O3
2- � 2I- + S4O6
2-
Orde reaksi secara teori adalah orde 1.
Semakin besar waktu pemanasan pada minyak maka semakin besar angka peroksida, sehingga semakin besar pula tingkat ketengikan pada minyak.
25 ml sampel
-dididihkan dengan
lama pemanasan
15,30,45,60 menit dan 2
jam
-dibiarkan ditempat
terbuka
Sampel siap pakai
1 gram sampel dari masing-
masing pemanasan
-ditambah 3,6 ml asam
asetat glassial
-ditambah 2,4 ml
kloroform
-ditambah 2 tetes larutan
KI jenuh
-campuran didiamkan 1
menit dengan sewaktu-
wktu digoyangkan
Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Minyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi IodometriMinyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi IodometriMinyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi IodometriMinyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi Iodometri
[ [ [ [ 11111111 ]]]]
V.I =1,4 ml�96
II = 1,7 ml �120
III=2,0 ml � 144
IV=2,3 ml � 168
V= 2,8 ml � 208
3. Titrasi Blanko
+KI jenuh = kuning jernih
+aquades = larutan keruh
+amilum = larutan keruh
Kuning keunguan
V Na2S2O3blanko = 0,2 ml
IO3- + 5I- + 6H+ � 3I2 + H2O
I2 + 2SO2O3
2- � 2I- + S4O6
2-
Volume titrasi Na2S2O3 pada blanko tidak melebihi volume titrasi Na2S2O3 pada sampel sehingga percobaan ini sudah benar.
-ditambah 6 ml aquades
-ditambah 2 tetes
amilum 1%
-dititrasi dengan larutan
Na2S2O3 0,1M
Volume Na2S2O3
3,6 ml asam asetat
glassial + 2,4 ml
kloroform
-dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer
-ditambah 2 tetes
larutan KI jenuh
-didiamkan 1 menit
dengan sesekali
digoyangkan
-ditambah 6 ml
aquades
-dititrasi dengan
larutan Na2S2O3 0,1 M
sampai warna biru
hilang
Volume Na2S2O3
Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Minyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi IodometriMinyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi IodometriMinyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi IodometriMinyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi Iodometri
[ [ [ [ 12121212 ]]]]
ANALISIS dan PEMBAHASAN :
Pada percobaan ini sampel dididihkan dan diambil berdasarkan lama waktu
pemanasan, yaitu : 15, 30, 45, 60 dan 120 menit. Pemanasan ini bertujuan untuk
meningkatkan bilangan peroksida pada minyak dengan waktu yang berbeda-beda. Warna
minyak akan semakin gelap seiring dengan meningkatnya bilangan peroksida.
Pada penentuan bilangan peroksida sampel yang telah diletakkan pada erlenmeyar
dengan segera ditambah dengan asam asetat glasial. Karena sampel minyak tidak dapat
bercampur dengan asam asetat glasial maka digunakan pelarut yang dapat myebabkan kedua
zat dapat bercampur yaitu kloroform. Sampel dicampur dengan larutan asam asetat agar pada
sampel memiliki sifat oksidator dan berlangsung dalam suasana asam, karena selanjutnya
akan di tambah dengan larutan KI yang akan teroksidasi, dengan persamaan reaksi :
KI + oksidator → I2 + 2e –
Setelah itu sampel didiamkan selama 1 menit dengan sewaktu-waktu digoyang,lalu di
tambahkan 6 mL aquades, untuk mengencerkan larutan. Ditambahkan 2 tetes amilum 1%
yang bertujuan untuk mengetahui kadar I- dari perubahan larutan menjadi ungu. Larutan ini
kemudian dititrasi menggunakan Na2S2O3untuk mngetahui kadar I- dan banyaknya lemak
yang mengalami perubahan struktur karena proses oksidasi dengan reaksi :
I2 + Na2S2O3 → NaI + Na2S4O6
detik ke- 900 1800 2700 3600 7200
Volume
Na2S2O3
sampel (mL)
1.4 1.7 2.0 2.3 2.8
Sehingga pada titrasi didapatkann harga bilangan peroksida sebagai berikut :
Waktu (detik) 900 1800 2700 3600 7200
Bilangan
peroksida
96 120 144 168 208
Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Minyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi IodometriMinyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi IodometriMinyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi IodometriMinyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi Iodometri
[ [ [ [ 13131313 ]]]]
Dari tabel dapat diketahui bahwa lama pemanasan akan menambah bilangan
peroksida yang memiliki hubungan berbanding lurus, yaitu semakin besar bilangan peroksida
maka akan semakin tinggi ketengikan dalam minyak sawit/ kualitas dari minyak sawit
tersebut menurun. Pada titrasi blanko didapat volume Na2S2O3 yang digunakan dalam titrasi
adalah sebesar 0.2 mL.
Selanjutnya adalah penentuan orde reaksi, dengan menggunakan cara intergral grafik
dan non-grafik. Pada data yang didapat digunakan pada rumus orde 1. Sebelumnya dicari
nilai k. Pada metode integral non-grafik didapat nilai k sebesar :
orde
nilai k
Orde 1 Orde 2 Orde 3
k pada 900 detik 0.000693 0.000396 0.000213
k pada 1800 detik 0.00027944 0.000128 0.000061
k pada 2700 detik 0.00012432 0.0000525 0.000022
k pada 3600 detik 0.00005477 0.0000213 0.0000086
K pada 7200 detik 0 ∞ ∞
Pada tabel, dapat dilihat nilai k pada masing-masing orde, yaitu nilai pada menit yang
berbeda memiliki nilai k yang berbeda jauh. Hal ini kurang sesuai dengan teori, bahwa nilai k
pada suatu orde yang dihitung dengan metode non-grafik memiliki perbedaan yang kecil.
Selanjutnya adalah dengan melakukan pembuatan grafik dengan rincian sebagai
berikut :
Penentuan Reaksi Orde 1
t (detik)
V Na2S2O3
(a-x) ln (a-x)
900 1.4 0.336 1800 1.7 0.530 2700 2.0 0.693 3600 2.3 0.832 7200 2.8 1.029
Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Minyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi IodometriMinyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi IodometriMinyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi IodometriMinyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi Iodometri
[ [ [ [ 14141414 ]]]]
Orde 1 : k.t = ln
Dari data diperoleh nilai a sebesar 2,8 dan V Na2S2O3 sebagai (a-x), maka
Untuk t = 15 menit
k.t = ln
k = ln
= ln
= 0,001 x 0,693 = 0,000693
Untuk t = 30 menit
k.t = ln
k = ln
= ln
= 0,00056 x 0,499 = 0,00027944
Untuk t = 45 menit
k.t = ln
k = ln
= ln
= 0,00037 x 0,336 = 0,00012432
Untuk t = 60 menit
k.t = ln
k = ln
= ln
Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Minyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi IodometriMinyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi IodometriMinyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi IodometriMinyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi Iodometri
[ [ [ [ 15151515 ]]]]
= 0,000278 x 0,197 = 0,00005477
Untuk t = 2 jam = 120 menit
k.t = ln
k = ln
= ln
= 0,000139 x 0 = 0
Diperoleh grafik sebagai berikut :
t (detik)
ln (a-x)
900 0.336 1800 0.530 2700 0.693 3600 0.832 7200 1.029
Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Minyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi IodometriMinyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi IodometriMinyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi IodometriMinyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi Iodometri
[ [ [ [ 16161616 ]]]]
Penentuan Reaksi Orde 2
t (detik)
V Na2S2O3
(a-x) 1/ (a-x)
900 1.4 0.714 1800 1.7 0.588 2700 2.0 0.500 3600 2.3 0.434 7200 2.8 0.357
Orde 2 : k.t =
Untuk t = 15 menit maka
k.t =
k =
k = = 0.000396
untuk t= 30 menit
k.t =
k =
k = = 0.000128
Untuk t= 45 menit
k.t =
k =
k = = 0.0000525
untuk t = 60 menit
k.t =
k =
Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Minyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi IodometriMinyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi IodometriMinyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi IodometriMinyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi Iodometri
[ [ [ [ 17171717 ]]]]
k = = 0.0000213
untuk t=2 jam=120 menit
k.t =
k =
k = = ∞
dengan Grafik sebagai berikut :
t (detik)
1/ (a-x)
900 0.714 1800 0.588 2700 0.500 3600 0.434 7200 0.357
Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Minyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi IodometriMinyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi IodometriMinyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi IodometriMinyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi Iodometri
[ [ [ [ 18181818 ]]]]
Penentuan Reaksi Orde 3
t (detik)
V Na2S2O3
(a-x) 1/(a-x)2
900 1.4 0.510 1800 1.7 0.346 2700 2.0 0.250 3600 2.3 0.189 7200 2.8 0.127
Orde 3 : k.t = x
Untuk t= 15 menit maka
k.t = x
k = x
k = 0,000213
Untuk t= 30 menit
k.t = x
k = x
k = 0,000061
untuk t=45 menit
k.t = x
k = x
k = 0,000022
untuk t=60 menit
k.t = x
k = x
Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Minyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi IodometriMinyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi IodometriMinyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi IodometriMinyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi Iodometri
[ [ [ [ 19191919 ]]]]
k = 0,0000086
untuk t= 2 jam=120 menit
k.t = x
k = x
k = ∞
dengan Grafik sebagai berikut :
t (detik)
1/(a-x)2
900 0.510 1800 0.346 2700 0.250 3600 0.189 7200 0.127
Dari perhitungan dan pembuatan grafik didapatkan bahwa minyak kelapa sawit ini
berlangsung pada reaksi orde 1 dengan R2 = 0,818.
Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Minyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi IodometriMinyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi IodometriMinyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi IodometriMinyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi Iodometri
[ [ [ [ 20202020 ]]]]
R CH
CH
R' O O+
Moloksida
R CH HC R'
O O
+
Proses pembentukan peroksida
I2 + 2S2O32- 2I- S4O6
2-+
KESIMPULAN
Dari percobaan ini di dapat beberapa kesimpulan, yaitu :
1. Besar bilangan peroksida pada minyak kelapa sawit pada pemanasan 15, 30, 45,60
dan 120 menit adalah 96, 120, 144, 168, dan 208.
2. Semakin lama pemanasan akan membuat bilangan peroksida / ketengikan minyak
kelapa sawit meningkat.
3. Ketengikan minyak kelapa sawit dapat diketahui dengan metode titrimetri iodometri.
4. Pada proses ketengikan minyak kelapa sawit, dengan menggunakan perhitungan
metode integral grafik menunjukkan reaksi ketengikan minyak kelapa sawit ini terjadi
pada orde reaksi 1.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim A.2011.Asam Palmitat.http://wikipedia.org (diakses pada Sabtu, 12 November 2011,
Pukul : 10.20 WIB )
Hiskia, Achmad.1992.Elektrokimia dan Kinetika Kimia, Penuntun Belajar Kimia Dasar.PT.
Citra Aditya Bakti : Bandung.
Ketaren, S.1986.Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan.Universitas Indonesia-UI-
Press:Jakarta.
Day, R.A. Jr and Underwood, A.L.1986.Kimia Analisis Kualitatif.Erlangga:Jakarta
Suyono dan Bertha Yonata.2011.Panduan Praktikum Kimia Fisika III.Laboratorium Kimia
Fisika, Jurusan Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Surabaya:Surabaya.
Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Minyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi IodometriMinyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi IodometriMinyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi IodometriMinyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi Iodometri
[ [ [ [ 21212121 ]]]]
LAMPIRAN
Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Penentuan Orde Reaksi pada Laju Ketengikan Minyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi IodometriMinyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi IodometriMinyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi IodometriMinyak Kelapa Sawit dengan Metode Titrasi Iodometri
[ [ [ [ 22222222 ]]]]