kinerja perawat dimasyarakat
TRANSCRIPT
BAB 1PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kinerja (performance) menjadi isu dunia saat ini. Hal tersebut terjadi
sebagai konsekuensi tuntutan masyarakat terhadap kebutuhan akan pelayanan
prima atau pelayanan yang bermutu tinggi. Mutu tidak terpisahkan dari standar,
karena kinerja diukur berdasarkan standar. Melalui kinerja klinis perawat,
diharapkan dapat menunjukkan kontribusi profesionalnya secara nyata dalam
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan yang berdampak terhadap pelayanan
kesehatan secara umum pada organisasi tempatnya bekerja, dan dampak akhir
bermuara pada kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat.
Gambaran kinerja dalam melaksanakan kegiatan merupakan seperangkat
fungsi, tugas dan tanggungjawab. Hal ini merupakan dasar utama perawat untuk
memahami dengan tepat fungsi, tugas dan tanggung jawabnya (Mulati, 2006).
Fungsi perawat dalam melakukan kegiatan yaitu membantu individu baik yang
sehat maupun yang sakit, dari lahir hingga meninggal, membantu melaksanakan
aktivitas sehari-hari secara mandiri, dengan menggunakan kekuatan, kemauan,
atau pengetahuan yang dimiliki (Ali, 2002).
Masalah utama kinerja perawat dalam pelayanan keperawatan adalah
kurangnya perawat yang berpendidikan tinggi, kemampuan yang tidak memadai,
banyaknya perawat yang kasar (kurang ramah terhadap pasien), kurang sabar
dalam menghadapi pasien. Masalahnya itu tentu bukan hanya soal sikap ramah
atau penyabar, tetapi juga beban kinerja yang tinggi, peraturan yang belum jelas
kepada perawat (Aditama, 2003). Bahkan pada saat ini perkembangan pelayanan
keperawatan masih sangat jauh tertinggal dibandingkan dengan perkembangan
pelayanan medis lainya, terlihat dari konsumen masih merasakan banyak
kekurangan dari kinerja keperawatan yang dinilainya, misalnya daya saing dan
kompetensi yang belum memenuhi permintaan pelayanan kesehatan (Depkes RI,
2010).
Kata kinerja (performance) dalam konteks tugas, sama dengan prestasi
kerja. Para pakar banyak memberikan definisi tentang kinerja secara umum, dan
dibawah ini disajikan beberapa diantaranya: Kinerja adalah catatan tentang hasil-
hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan atau kegiatan tertentu selama
kurun waktu tertentu (Bernardin dan Russel, 1993). Kinerja adalah keberhasilan
seseorang dalam melaksanakan suatu pekerjaan (As'ad, 1991). Kinerja adalah
pekerjaan yang merupakan gabungan dari karakteristik pribadi dan
pengorganisasian seseorang (Kurb, 1986). Kinerja adalah apa yang dapat
dikerjakan sesuai dengan tugas dan fungsinya (Gilbert, 1977). Kinerja adalah
perilaku yang nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang
dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan (Rivai,
2004).
Dalam hal ini kinerja perawat adalah aktivitas perawat dalam
mengimplementasikan sebaik-baiknya suatu wewenang, tugas dan tanggung
jawabnya dalam rangka pencapaian tujuan tugas pokok profesi dan terwujudnya
tujuan dan sasaran unit organisasi (Haryono, 2004).
2. Tujuan penulisan
1. Menggambarkan tinjaun teori tentang aspek-aspek kinerja
2. Menggambarkan trend dan isu kinerja perawat di luar negeri dan
dalam negeri berdasarkan jurnal penelitian
BAB 2TINJAUAN TEORITIS
1. Pengertian
Menurut Prawirosentono (1999) kinerja atau performance adalah
hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam
suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya masing-
masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara
legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika.
Menurut Bernadin dan Kussel (1994) dalam Ilyas (2001), kinerja
adalah hasil dari fungsi-fungsi suatu pekerjaan dan kegiatan tertentu
selama satu periode waktu tertentu. Sesuai pengertian tersebut ada tiga
aspek yang perlu dipahami yakni :
(a) kejelasan tugas atau pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya,
(b) kejelasan hasil yang diharapkan dari suatu pekerjaan atau fungsi
(c) waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan agar hasil
yang diharapkan dapat terwujud.
2. Tujuan penilaian atau evaluasi kinerja
Tujuan evaluasi kinerja adalah untuk memperbaiki atau
meningkatkan kinerja organisasi melalui peningkatan kinerja dari SDM
organisasi. Secara lebih spesifik, tujuan evaluasi kinerja sebagaimana
dikemukakan Sunyoto (1999 : 1) dalam Mangkunegara (2005) adalah
1. Meningkatkan saling pengertian antara karyawan tentang persyaratan
kinerja
2. Mencatat dan mengakui hasil kerja seorang karyawan, sehingga
mereka termotivasi untuk berbuat yang lebih baik, atau sekurang-
kurangnya berprestasi sama dengan prestasi yang terdahulu.
3. Memberikan peluang kepada karyawan untuk mendiskusikan
keinginan dan aspirasinya dan meningkatkan kepedulian terhadap
karier atau terhadap pekerjaan yang diembannya sekarang.
4. Mendefinisikan atau merumuskan kembali sasaran masa depan,
sehingga karyawan termotivasi untuk berprestasi sesuai dengan
potensinya.
5. Memeriksa rencana pelaksanaan dan pengembangan yang sesuai
dengan kebutuhan pelatihan, khusus rencana diklat, dan kemudian
menyetujui rencana itu jika tidak ada hal-hal yang perlu diubah.
3. Sasaran penilaian atau evaluasi kinerja
Sasaran-sasaran dan evaluasi kinerja karyawan yang dikemukakan
Sunyoto (1999) dalam Mangkunagara (2005) sebagai berikut :
1. Membuat analisis kinerja dari waktu yang lalu secara
berkesinambungan dan periodik, baik kinerja karyawan maupun
kinerja organisasi.
2. Membuat evaluasi kebutuhan pelatihan dari para karyawan melalu
audit keterampilan dan pengetahuan sehingga dapat mengembangkan
kemampuan dirinya. Atas dasar evaluasi kebutuhan pelatihan itu dapat
menyelenggarakan program pelatihan dengan tepat.
3. Menentukan sasaran dari kinerja yang akan datang dan memberikan
tanggung jawab perorangan dan kelompok sehingga untuk periode
selanjutnya jelas apa yang harus diperbuat oleh karyawan, mutu dan
baku yang harus dicapai, sarana dan prasarana yang diperlukan untuk
meningkatkan kinerja karyawan.
4. Menemukan potensi karyawan yang berhak memperoleh promosi dan
kalau mendasarkan hasil diskusi antara karyawan dengan
pimpinannya itu untuk menyusun suatu proposal mengenai sistem
bijak (merit system) dan sistem promosi lainnya, seperti imbalan.
Evaluasi kinerja merupakan sarana untuk memperbaiki mereka yang
tidak melakukan tugasnya dengan baik di dalam organisasi. Banyak
organisasi berusaha mencapai sasaran suatu kedudukan yang terbaik
dan terpercaya dalam bidangnya (Mangkunegara, 2005).
4. Prinsip dasar penilaian atau evaluasi kinerja
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa prinsip dasar evaluasi
kinerja sebagai berikut :
1. Fokusnya adalah membina kekuatan untuk menyelesaikan setiap
persoalan yang timbul dalam pelaksanaan evaluasi kinerja. Jadi bukan
semata-mata menyelesaikan persoalan itu sendiri, namun pimpinan
dan karyawan mampu menyelesaikan persoalannya dengan baik setiap
saat, setiap ada persoalan baru. Jadi yang penting adalah
kemampuannya.
2. Selalu didasarkan atas suatu pertemuan pendapat, misalnya cari hasil
diskusi antara karyawan penyelia langsung, suatu diskusi yang
konstruktif untuk mencari jalan terbaik dalam meningkatkan mutu dan
baku yang tinggi.
3. Suatu proses manajemen yang alami, jangan merasa dan menimbulkan
kesan terpaksa, namun dimasukkan secara sadar ke dalam corporate
planning, dilakukan secara periodik, terarah dan terprogram bukan
kegiatan yang hanya setahun sekali.
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja
Faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor
kemampuan (ablity) dan faktor motivasi (motivation). Hal ini sesuai
dengan pendapat Davis dalam Mangkunegara (2005) yang merumuskan
bahwa :
1. Faktor kemampuan (ability)
Secara psikologis kemampuan (ability) terdiri dari kemampuan potensi
(IQ) dan kemapuan reality (knowledge + Skill). Artinya, pimpinan dan
karyawan yang memiliki IQ di atas rata-rata (IQ 110-120) apalagi IQ
superior, very superior, gifted dan genius dengan pendidikan yang
memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan
sehari-hari, maka akan lebih mudah mencapai kinerja maksimal.
2. Faktor motivasi (motivation)
Motivasi diartikan suatu sikap (attitude) pimpinan dan karyawan terhadap
situasi kerja (situation) di lingkungan organisasinya. Mereka yang bersikap
positif (pro) terhadap situasi kerjanya akan menunjukkan motivasi kerja
tinggi dan sebaliknya jika mereka bersikap negatif (kontra) terhadap situasi
kerjanya akan menunjukkan motivasi kerja yang rendah. Situasi kerja yang
dimaksud mencakup antara lain hubungan kerja, fasilitas kerja, iklim kerja,
kebijakan pimpinan, pola kepemimpinan kerja dan kondisi kerja
(Mangkunegara, 2005).
6. Trend dan issu kinerja perawat di masyarakat
1. Luar negeri
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Caitriona Aine Nic Philibin,
Colin Griffiths, Gobnait Byrne, Paul Horan, Anne-Marie Brady & Cecily
Begley, dengan judul penelitian The role of the public health nurse in a
changing society. Diperoleh gambaran kinerja perawat di Irlandia
khususnya perawat kesehatan masyarakat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengklarifikasi peran perawat kesehatan
masyarakat di suatu area keperawatan dan mengetahui batasan-batasan
peran yang jelas. Penelitian ini berdesain riset kualitatif dengan 25 orang
partisipan, dimana perawat kesehatan masyarakat 21 orang, 2 orang
perawat umum, 1 orang asissten direktur dan 1 orang mahasiswa
keperawatan.
Adapun hasil dari penelitian ini adalah:
a. Perawat klinis
Peran perawat disini tergantung dari apa yang dibutuhkan masyarakat,
jadi perawat disini bisa sebagai perawat keluarga, perawat bayi dll.
Dalam hal ini juga digambarkan bahwa peran perawat yang utama
adalah merawat setiap orang pada area tersebut, Perannya bisa
memberi injeksi, kontrol tekanan darah, memonitor resiko misalnya
pada orang yang tua. Perawat disini dapat sangat dekat dengan keluarga
sehingga pelaksanaan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan lebih
baik lagi
b. Peran tersembunyi.
Peran tersembunyi maksudnya adalah menghabiskan waktu untuk
konseling, bersama masyarakat, panggilan telepon, mengelola
administrasi
c. Perawat kesehatan masyarakat sebagai “Jack of all trades”
Jack of all trades disini maksudnya “serba”. Partisipan menggambarkan
bagaimana mereka selalu hadir untuk masyarakat tatkala profesi lain
tidak. Banyak sekali perawat merelakan diri untuk langsung terjun ke
masyarakat. Selain masalah yang memang tugas perawat, masalah
sosial perawat juga diminta keikutsertaannya, dimana kegiatan tersebut
sangat memakan waktu yang banyak.
d. Kerja berlebih
Karena jack of all trades tadi, maka beban kerja perawat sangat
meningkat. Salah satu partisipan mengatakan: hal ini adalah masalah
sederhana, cukup dengan menambah jumlah perawat kesehatan
masyarakat maka masalah ini selesai.
e. Prioritas keperawatan
Untuk mengatasai hal diatas, perlu dilakukan prioritas
keperaawatan,misalnya untuk lansia, yang baru pulang dari rumahsakit,
orang dengan penyakit terminal
f. Kepuasan kerja
Meskipun semua tekanan kerja dan rasa frustrasi, sebagian besar
perawat kesehatan masyarakat memandang positif tentang keterlibatan
mereka dengan
klien / pasien. Mereka merasa bahwa bekerja dalam peran ini
membawa
rasa kepuasan tersendiri.
2. Dalam negeri
Trend dan issu kinerja perawat di masyarakat di Indonesia, penulis
mengambil dari hasil penelitian dengan judul Analisis faktor-faktor yang
berhubungan dengan kinerja perawat pegawai daerah di puskesmas
Kabupaten Kudus. Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa: kinerja
perawat pegawai daerah di Puskesmas Kabupaten Kudus adalah 40 %
responden berkinerja kurang, 30 % berkinerja cukup dan 24 % berkinerja
baik. Kelemahan perawat pegawai daerah adalah kurangnya kemampuan
mengembangkan diri dimana perawat pegawai daerah kurang mampu
mengakses perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan,
kemampuan penyesuaian diri dengan lingkungannya masih kurang dan
perawat pegawai daerah masih kurang kreatif dan inofatif sehingga
perawat hanya bekerja sesuai perintah atasan saja.
Kemampuan perawat dalam bekerja sama masih kurang, dimana
perawat kurang mampu bekerja sama dalam tim, kurang mampu
meneriman pendapat teman sejawat, kurang mampu mengembangkan tim
menjadi tim yang solid. Masalah diatas secara otomatis akan
mempengaruhi kinerja perawat dalam melaksanakan tugasnya, di dalam
penelitan ini. Peneliti juga menganalisi faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja yaitu pendapatan, kesempatan promosi, kepemimpinan, supervisi
dan motivasi. Sedangkan faktor yang tidak berhubungan adalah
pendidikan.
BAB 3PENUTUP
1. Kesimpulan
Kinerja adalah sejauh mana seorang staf mampu melakukan kerja-
kerja sesuai dengan ekspektasi yang diberikan. Begitu juga perawat, sejauh
mana perawat mampu bekerja dan memenuhi target yang ditentukan dalam
memberikan asuhan keperawatan. Kinerja ini boleh jadi dilakukan di
rumah sakit atau tempat pelayanan yang khusus. Namun, ketika kinerja
perawat tersebut dituntut agar maksimal di masyarakat, tentu akan
memilki tantangan tersendiri. Sebagaimana yang dibahas dalam makalah
ini.
Di luar negeri, khususnya di Irlandia. Kinerja perawat sudah sangat
baik, terbukti dari pernyataan perawat itu sendiri yang mengatakan sangat
puas dengan kerja-kerja yang mereka lakukan dan juga dari masyarakat
yang selalu berharap terhadap perawat bahkan diluar kewajiban perawat
itu sendiri. Hal ini mengindikasikan bahwa perawat sudah mampu
mencapai ekspektasi yang ada.
Di Indonesia sendiri, berdasarkan penelitian di atas. Kinerja
perawat masih bervariasi, mulai dari tidak mampu bekerja sama, kurang
menghargai pendapat teman sejawat dan lain sebagainya. Sehingga
tantangan bagi perawat untuk mampu lebih memperbaiki diri sebagai tim
keperawatan di masyarakat.
2. Saran
1. Disarankan agar penulis lain dapat menganalisa hasil penelitian lain,
agar dapat menjadi wahana dalam mencari solusi yang paling tepat
dalam meningkatkan kinerja perawat Indonesia di masyarakat.
2. Disarankan agar penulis lain dapat membuat pola yang dapat
digunakan bersama untuk peningkatan kinerja perawat di beragam area
yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Bernadin, H, J & Joyce, E, A (1998). Human resources management. Singapore: MacGraw-Hill, Inc.
Caitriona A, N, Colin G, Gobnait B, Paul H, Anne-M, B & Cecily B. (2009). The role of the public health nurse in a changing society. Diunduh pada tanggal 8 April 2013 dari website: http://web.ebscohost.com/ehost/detail?vid
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2010). Pedoma kerja puskesmas jilid I. Tidak dipublikasikan
Ilyas. (2001). Kinerja-Teori, Penilaian Dan Penelitian. Jakarta: FKM UI
Nugroho, M, K. (2004). Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kinerja Perawat Pegawai Daerah Di Puskesmas Kabupaten Kudus. Diunduh pada tanggal 8 April 2013 dari website: http://eprints.undip.ac.id/4403/