kiprah dakwah ustadzah hj. faridah hanum lutfi di...
TRANSCRIPT
KIPRAH DAKWAH USTADZAH HJ. FARIDAH HANUM
LUTFI DI MAJELIS TAKLIM Al-MUHAJIRIN PERUMAHAN
BATU CEPER INDAH KOTA TANGERANG
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)
Disusun Oleh:
ISRA MAKIYAH
109051000123
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PERNYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013 M/1434 H
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli penulis yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S- 1) di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang digunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika terbukti di kemudian hari karya ini bukan hasil karya asli saya atau
hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 15 September 2013
ISRA MAKIYAH
i
ABSTRAK
Isra Makiyah
Kiprah Dakwah Ustadzah Hj. Faridah Hanum Lutfi Di Majelis Taklim
Perumahan Batu Ceper Indah Kota Tangerang
Berawal dari dakwahnya beliau di Majelis Taklim Al-Muhajirin
Perumahan Batu Ceper Indah yang minim dengan pendidikan keagamaan.
Ustadzah Hj Faridah Hanum Lutfi merasa terpanggil untuk mendirikan Majelis
Taklim Al-Muhajirin. Tujuannya agar mejadi kontrol terhadap perubahan-
perubahan nilai yang terjadi di masyarakat akibat prkembangan yang terjadi saat
ini. Peranan dari pada Majelis Taklim Al-Muhajirin dalam kader-kader Ulama,
Da,I, dan da’iyah yang berkualitas.
Dari uraian di atas timbulah batasan pertanyaan yaitu: Bagaimana kiprah
dakwah Ustadzah Hj. Faridah Hanum Lutfi dalam bentuk Bil Lisan? Bagaimana
kiprah dakwah Ustadzah Hj. Faridah Hanum Lutfi dalam bentuk Bil Qolam?
Bagaimana kiprah dakwah Ustadzah Hj. Faridah Hanum Lutfi dalam bentuk Bil
Hal?
Untuk memperoleh data dalam penelitian skripsi ini penulis mengunakan
metode penelitian kualitatif dengan cara pendekatan deksriptif analisis, teknik
pengumpulan data diperoleh dari observasi, wawancara, dokumentasi. Dalam hal
ini peneliti mengikuti dan mengamati langsung kegiatan-kegiatan di Majelis
Taklim Al-Muhajirin. Selain itu penulis menanyakan pertanyaan kepada sumber
yang dianggap tepat untuk memberikan informasi seputar permasalahan yang
akan diteliti.
Berdasarkan hasil penelitian yang selama ini dilakukan, tentang kiprah
dakwah Ustadzah Hj. Faridah Hanum Lutfi, beliau berdakwah dalam bentuk Bil
Lisan, Bil Qolam dan Bil Hal. Dakwah dalam bentuk Bil Lisan yang beliau
lakukan seperti pengajian di Majelis, dan peringatan hari besar islam sedangkan
metode yang digunakan adalah metode Al-hikmah, dalam penerapannya beliau
sadar, bahwa posisinya adalah seorang teladan umat, maka beliau selalu
memberikan contoh yang baik. Metode Mau’idzatul Hasanah, dalam setiap
penyampaian dakwahnya selalu memberikan nasihat-nasihat yang baik, selalu
mengajak kepada jamaahnya agar selalu bisa bermanfaat untuk orang lain.
Da’wah Bil Hal erat kaitannya dengan komunikasi yang bersifat persuasif sebab
pada hakekatnya da’wah bil hal adalah pemanfaatan situasi dan kondisi
masyarakat sebagai kegiatan da’wah agar tumbuh loyalitas atau kepatuhannya
terhadap ajaran agama.
Keywords : Dakwah, majelis taklim, kiprah, metode.
ii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Swt, Tuhan seru sekalian
Alam. Dengan segala rahman dan Rahim- Nya, tak terasa amanat menuntut ilmu
yang di sokongkan oleh orang tua kepada penulis telah sampai hingga perguruan
tinggi ditandai dengan rampungnya penulisan skripsi ini sebagai syarat mencapai
gelar sarjana strata satu.
Tiada kata yang pantas terucap selain kata syukur, penulis haturkan kepada
Sang Maha Pencipta yang senantiasa memberikan kekuatan dan kenikmatan
kepada hamba dan semua umat- Nya yang tak luput dari dosa dan lemah ini. Oleh
karena itu, wajib kiranya kami mohon ampunan dan perlindungan- Nya. Segala
kelancaran dan kemudahan penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini
merupakan suatu anugrah yang diberikan oleh- Nya. Kemudian, tak lupa untaian
kata shalawat kepada Nabi Muhammad Saw, pembimbing dan penerang
kehidupan umat manusia hingga akhir zaman. Semoga cahya- Mu menyinari
kami.
Tak ada gading yang tak retak. Begitu pula kiranya dengan skripsi ini.
Karena itu penulis akan menerima penuh dengan rasa hormat dan terima kasih
atas kritik dan saran yang membangun guna menyempurnakan keseluruhan isi
skripsi ini.
Dengan ini, penulis perlu mengurai rasa terima kasih kepada segenap
orang yang membantu penulis dalam penyususunan skripsi ini:
1. Kedua orang tua Bapak H. Firdaus dan Bunda Na’imah yang selalu ku
cinta yang memiliki peran yang sangat penting dan tak terkira, yang telah
iii
memberikan do’a yang tulus dan ikhlas, motivasi, dan kasih sayang serta
dukungan moril dan materil kepada penulis untuk tetap semangat. Serta
terima kasih ku kepada kakak Faruk Makawi, dan adik ku Nabila Firdaus,
Faris Firdaus.
2. Dr. Arif Subhan, MA, Selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Pudek I Drs. Wahidin Saputra, M. A, Pudek II Drs. H.
Mahmud Jalal, M. A, Pudek III Drs. Study Rizal, M.A
3. Drs. Jumroni, M. SI dan Umi Musyarofah, M. A selaku Ketua Jurusan dan
Sekertaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
4. Dra. Nunung Khairiyah M. A, Selaku Dosen Pembimbing yang telah
banyak meluangkan waktu, kesabaran dan yang telah memberikan banyak
pengarahan serta bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Pembimbing Akademik Bapak Zakaria, Lc, yang selalu mempermudah
anak didiknya untuk bersemangat dalam belajar, selalu mendengar keluhan
kami. Kami ucapkan banyak terima kasih.
6. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, yang telah
memberikan ilmu yang tak ternilai, sehingga penulis dapat menyelesaikan
studi di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Teman share terbaikku sahabat Bolang Lovers Aisyah Nuraeni,
Khoirunnisa, Fillayli Adisty, Mega Nur Fitriana, Taufik halily, Annisa Siti
Maryam dan Adila Nur Silmi yang selalu membantu dan menemani di
kampus, tanpa kalian aku hampa.
iv
8. Ustadzah Hj. Faridah Hanum Luthfi dan ibu-ibu Majelis Taklim yang
selalu bersedia membantu, mendukung dalam proses penelitian penulis
dan membantu dalam pengumpulan data- data untuk penyusunan skripsi
ini.
9. Sahabat- sahabat terbaikku di Angkatan 2009 dan khususnya KPI G terima
kasih atas segala kebaikan yang telah kalian berikan, yang selalu
memberikan pelajaran yang berharga bagiku setiap harinya. Terima kasih
atas segalanya.
10. Ucapan terima kasih ku yang tak terhingga kepada Sahabat PEMUDA
terima kasih atas do’a, motivasi, bantuan dan semangat yang kalian
berikan untuk penulis. Jazakallah atas semuanya.
Terima kasih atas semua yang telah meluangkan waktunya untuk
sharing dan berbagi info serta memberikan inspirasi dalam penyusunan skripsi
sehingga skripsi ini tepat pada waktunya. Semoga Allah membalas kebaikan
kaliani semua. Amin…
Dan penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh
dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun
sangatlah diharapkan untuk menyempurnakan skripsi ini.
Akhir kata penulis mengharapkan semoga penelitian ini dapat berguna
dan bermanfaat bagi semua pihak Amin.
Jakarta, 15 September 2013
Isra Makiyah
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK ................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ V
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Pembatasan Masalah ............................................................................ 9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.............................................................. 9
1. Tujuan Penelitian ........................................................................... 9
2. Manfaat Penelitian ......................................................................... 10
D. Metodologi Penelitian .......................................................................... 10
1. Metode Penelitian ............................................................................ 10
2. Subjek dan Objek Penelitian ............................................................ 12
3. Waktu dan Lokasi Penelitian ........................................................... 12
4. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 13
a. Observasi ..................................................................................... 13
b. Wawancara .................................................................................. 13
c. Dokumentasi ................................................................................ 14
5. Teknik Analisis Data ........................................................................ 14
6. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data .............................................. 16
E. Tinjauan Pustaka ................................................................................... 17
F. Sistematika Penulisan ............................................................................ 19
BAB II TINJAUAN TEORITIS ........................................................................ 21
A. Pengertian Kiprah ................................................................................ 21
B. Dakwah dan Ruang Lingkupnya .......................................................... 22
1. Pengertian Dakwah ....................................................................... 22
C. Unsur-unsur Dakwah ........................................................................... 26
a. Da’I (pelaku dakwah)..................................................................... 26
vi
b. Maddah (materi dakwah) ............................................................... 27
c. Mad’u (penerima dakwah) ............................................................. 28
d. Tujuan Dakwah ............................................................................. 29
e. Metode (thariqoh) Dakwah ............................................................ 31
f. Media (wasilah) Dakwah ............................................................... 32
BAB III PROFIL USTADZAH Hj. FARIDA HANUM LUTFI DAN
MAJELIS TAKLIM AL MUHAJIRIN BATU CEPER INDAH
A. Profil Ustadzah Hj. Faridah HanumLutfi ............................................. 34
B. Pendidikan Ustadzah Hj. Faridah Hanum Lutfi ................................... 35
C. Majelis Taklim Al Muhajirin Batu Ceper Kota Tangerang ................. 37
1. Sejarah dan Latar Belakang Berdirinya .......................................... 37
2. Tujuan Berdirinya Majelis TaklimAl Muhajirin ............................. 38
3. Struktur Organisasi Majelis Taklim Al Muhajirin .......................... 39
BAB IV ANALISIS KIPRAH DAKWAH USTADZAH Hj. FARIDAH
HANUM LUTFI DI MAJELIS TAKLIM AL MUHAJIRIN
BATU CEPER ......................................................................................... 45
A. Kiprah Dakwah Ustadzah Hj. Faridah Hanum Lutfi Pada
Majelis Taklim Al Muhajirin Batu Ceper, Kota Tangerang ..................... 45
B. Bentuk-Bentuk Kiprah Dakwah Ustadzah Hj. Faridah HanumLutfi ........ 47
C. Dakwah Bil Lisan Ustadzah Hj. Faridah Hanum Lutfi ............................. 49
D. Dakwah Bil Qolam Ustadzah Hj. Faridah Hanum Lutfi ........................... 51
E. Dakwah Bil Hal Ustadzah Hj. Faridah Hanum Lutfi ................................ 53
F. Metode Ceramah Ustadzah Hj. Faridah Hanum Lutfi .............................. 53
G. Metode Tanya Jawab ................................................................................ 55
H. Metode Seminar/Diskusi ........................................................................... 55
I. Metode Memberikan Ringkasan Materi ................................................... 55
J. Metode Pemberian Bantuan Sosial ........................................................... 55
K. Metode Praktik ........................................................................................ 56
vii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 59
A. Kesimpulan ............................................................................................ 59
B. Saran-Saran ......................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.
Berbicara soal pandangan Islam di masyarakat bukanlah suatu masalah
yang baru, tetapi bukan juga suatu masalah yang telah terselesaikan hingga saat
ini.Apalagi pada akhir-akhir ini, tentang problema Islam masyarakat belum
menemukan titik jemu untuk selalu membahasnya.
Dakwah adalah suatu kewajiban bagi setiap umat Islam yang beriman
kepada Allah, baik bagi sekelompok orang maupun bagi setiap individu yang
mengerti, memahami bahkan mengamalkan ajaran-ajaran Islam. Dengan kata lain
mereka yang benar-benar profesional di bidang dakwah dan mengetahui tata cara
penyampaian dakwah dengan baik. Istilah ini lebih dikenal dengan sebutan da’i
atau mubaligh.1
Dakwah merupakan kegiatan pengembangan agama yang telah lama
dirintis oleh para Nabi dan Rasul SAW.Kegiatan tersebut memanglah bukan suatu
hal yang mudah yang harus dilakukan umat Islam. Tindakan kita akan banyak
menemui tantangan dan halangan dalam melaksanakan kegiatan dakwah. Allah
SWT berjanji akan memberikan ganjaran pahala yang berlimpah bagi yang
menempuhnya. Islam adalah agama yang di dalamnya terdapat ajaran untuk
melaksanakan dakwah baik secara berkelompok maupun perorangan.Dakwah
dapat direalisasikan melalui perkataan (bil lisan), tulisan (bil qalam) dan
1Asmuni Syukri, Dasar-dasar Strategi Dakwah, (Surabaya Al-Ikhlas, 1993), h. 27
2
perbuatan (bil hal).Dengan demikian dapat juga dikatakan bahwa Islam adalah
agama dakwah.
Dakwah menjadi suatu keharusan bagi setiap individu muslim dan
muslimah untuk mensyiarkan nilai-nilai ajaran agama Islam. Keberadaannya
menjadikan Islam tegak dan kokoh di muka bumi ini. Aktivitas dakwah Islam
yang maju akan membawa pengaruh terhadap kemajuan agama. Sebaliknya
aktivitas dakwah yang lesu akan berakibat pada kemunduran agama. Oleh karena
itu, maka dapat dimengerti jika Islam meletakkan kewajiban dakwah di atas
pundak setiap pemeluknya.2
Menurut Rabi’ bin Hadi al-Madkhali dalam Fiqih Dakwah Para Nabi AS,
dakwah merupakan salah satu bentuk ketaatan kepada Allah SWT, sehingga wajar
jika Allah SWT menyebutkan bahwa sebaik-baiknya perkataan seorang hamba
adalah ajakan kepada manusia untuk berbuat kebajikan yang merupakan menuju
jalan Allah SWT dan beramal shalih.3
Sebagai umat Islam dan hamba Allah SWT, manusia mempunyai peran
yang sangat penting dalam penyebaran nilai-nilai kebenaran di tengah-tengah
kehidupan masyarakat. Sesungguhnya dakwah kepada agama Allah SWT (baca:
Islam) merupakan jalan (yang ditempuh) Rasulullah SAW dan para pengikutnya.
Sebagaimana firman Allah SWT:
2Andy Darmawan, Metodologi Ilmu Dakwah, (Yogyakarta: LESFI, 2002) h.xiii
3Rabi’ bin Hadi al-Madkhali, Fiqih Dakwah Para Nabi AS, (Bogor: Media
Tarbiyah,2006), Cet. Ke-1, h. 1-2
3
“Katakanlah: “Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku
mengajak kepada Allah dengan bashira. Maha suci Allah dan aku tidak termasuk
orang-orang yang musyrik.”(QS. Yusuf: 108)4
Bahkan Rabi’ bin Hadi al-Madkhali menambahkan bahwa dakwah kepada
agama Allah SWT merupakan tugas utama para Rasul dan pengikut-pengikutnya
tanpa terkecuali, yaitu untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju
cahaya yang terang benderang, dari kekufuran menuju keimanan, dari kesyirikan
menuju tauhid dan dari neraka menuju ke surga.5
Pentingnya dakwah bagi umat manusia menjadikan manusia harus
mempelajari dengan baik tentang dakwah itu sendiri.Dalam melaksanakan
dakwah, seseorang da’i atau da’iyah harus mempunyai wawasan yang luas
tentang hal yang disampaikannya sehingga hujjah atau pendapat yang diberikan
dapat diterima oleh mad’u.Da’i atau da’iyah juga harus menyesuaikan metode
yang digunakan dengan mad’u yang dihadapi, bersifat dinamis sesuai dengan
perubahan zaman, dan tidak keluar dari garis yang telah ditetapkan oleh Allah
SWT yaitu berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW.
4M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an,Jakarta:
Lentera Hati, 2005), cet. Ke-IV, h. 533 5Rabi’ bin Hadi al-Madkhali, Op. Cit, h. 2
4
Sungguh beruntung bagi manusia yang mampu mengemban tugas dakwah,
karena mereka termasuk golongan pilihan orang-orang terbaik dan paling dicintai
oleh Allah SWT. Firman Allah SWT:
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:
“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan satu khalifah di muka bumi.” (QS. Al-
Baqarah: 30)6 Kegiatan dakwah di tengah-tengah masyarakat secara langsung
dapat juga disebut direct marketing atau kegiatan memperkenalkan atau mengajak
orang lain secara langsung dengan tujuan agar yang bersangkutan menjadi tertarik
dan kemudian menjadi bagian dari hasil kegiatan tersebut.
Hakekat dari kegiatan dakwah adalah memperkenalkan dan kemudian
mengajak orang lain agar tertarik dan mendukung dakwah. Kegiatan dakwah
secara langsung pernah dilakukan Rasulullah saat awal-awal Islam
diperkenalkan.Beliau “memasarkan” produk yang bernama Islam dari pintu ke
pintu.Lambat laun upaya yang dilakukan Rasulullah membuahkan hasil hanya
dalam waktu kurang dari 23 tahun.Dan hasilnya adalah tersebarnya Islam
keseluruh penjuru dunia.Cara Rasulullah tersebut tentu saja dengan penuh
perhitungan dan mendapat petunjuk dari Allah SWT.
Pendapat tersebut menjelaskan bahwa dakwah bukanlah kegiatan yang
pasif.Dalam berdakwah, seorang da’i janganlah hanya menunggu mad’u untuk
6M. Quraish Shihab, Op. Cit, h. 140
5
memanggilnya untuk mendapatkan pengetahuan agama.Tetapi sebagai da’i yang
mempunyai kewajiban untuk menyampaikan dakwah haruslah mendekati mad’u
sehingga mereka merasa mudah untuk mendapatkan pengetahuan tentang agama
yang mereka butuhkan di tengah-tengah kesibukan mereka sehari-hari.
Selain itu, tujuan dari berdakwah adalah mengajak manusia ke jalan
Tuhan, jalan yang benar yaitu Islam dan untuk membuat manusia memlikikualitas
akidah, ibadah dan akhlak yang tinggi. Bisri Affandi mengatakan bahwa yang
diharapkan dari dakwah adalah terjadinya perubahan dalam diri manusia, baik
kelakuan adil maupun aktual, baik pribadi maupun keluarga masyarakat, way of
thinking atau cara berpikirnya berubah, way of life atau cara hidupnya berubah
menjadi lebih baik ditinjau dari segi kualitas maupun kuantitas.7
Dengan demikian, dakwah memegang peranan yang sangat penting di
dalam kehidupan bermasyarakat.Maju mundurnya sebuah masyarakat ditentukan
oleh ulama dalam membimbingnya.Hal ini mengingat perkembangan, perubahan,
dan kemajuan masyarakat berlangsung demikian pesat dan cepat.Respon
masyarakat atas perkembangan dan kemajuan zaman tersebut, membuat banyak
warga dunia terus berbenah diri, agar mereka tak tertinggal peradaban modern
yang ditandai dengan pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Seorang ulama ditengah-tengah masyarakat mempunyai peranan yang
sangat penting dalam mengubah tingkah laku sosial masyarakat, hal ini
didasarkan pada sebuah asumsi bahwa seorang ulama keberadaannya di tengah
masyarakat sangat dibutuhkan dan dihormati.
7Bisri Affandi, Beberapa Percikan Jalan Dakwah, (Surabaya: Fakultas DakwahSurabaya,
1984), h. 3
6
Satu kehormatan masyarakat terhadap seorang ulama, karena keluasan
Ilmu pengetahuan yang dimilikinya, khususnya dalam pengetahuan agama.Dalam
ajaran Islam, ulama memang memiliki kedudukan yang tinggi dan peranan yang
penting dalam kehidupan umat. Sedemikian penting kedudukan ulama di tengah
kehidupan masyarakat, sehingga seseorang ulama diharapkan mampu
meneruskan, mengembangkan dan melaksanakan apa yang telah dicontohkan dan
disunnahkan oleh para nabi. Dalam peran lainnya, peran ini sering disebutkan
juga sebagai amar ma’ruf nahi munkar yang rinciannya meliputi tugas untuk :
a. Menyebarkan dan mempertahankan ajaran nilai-nilai agama.
b. Melaksanakan control dalam masyarakat (social of change)
c. Menjadi agen perubahan sosial (agen of change).8
Dalam pelaksanaan aktivitas dakwah, seorang ulama sangat memegang
peranan penting dan menentukan suatu keberhasilan.Untuk itulah seorang
mubaligh tidak hanya dituntut untuk memiliki kemampuan dan kepandaian dalam
pengetahuan, tetapi juga dituntut untuk memiliki kemampuan dan kepandaian
dalam peranan dakwah untuk menyampaikan misi dakwahnya, seperti dakwah
melalui tulisan atau dakwah bi al-qalam.
Dakwah bi al-qalam adalah dakwah melalui media cetak, mengingat
kemajuan teknologi informasi yang memungkinkan seseorang berkomunikasi
secara intens dan menyebabkan pesan dakwah bisa menyebar seluas-luasnya,
maka dakwah lewat tulisan mutlak dimanfaatkan oleh kemajuan informasi.9
8 Masykuri Abdillah, MimbarAgama dan Budaya Vol XVI, 1999,h. 2
9Jalaluddin Rakhmat, Islam Aktual, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2002). hal: 12
7
Peran ulama sangatlah besar dalam menyebarkan ajaran Islam.Diantara
peran yang cukup besar dari seorang ulama adalah agen perubahan sosial
masyarakat menuju tatanan kehidupan yang sesuai dengan ajaran-ajaran Islam.
Hal ini dilakukan oleh seorang ulama dengan cara mengajak manusia untuk
mengikuti jalan Allah SWT melalui ajaran dakwah yang beliau lakukan, karena
pada dasarnya dakwah adalah merupakan manifestasi iman yang paling utama
yang dimiliki seseorang.
Sebab dakwah itu tidak lain kecuali menunjukkan jalan yang haq kepada
segenap insan, menanamkan rasa cinta kepada kebaikan dan benci kebathilan serta
kejahatan, dan membawanya keluar dari kebohongan serta kekalutan.10
Atas uraian di atas, maka penulis merasa terpanggil dengan realita yang
ada khususnya di Negara kita Indonesia.Terutama dalam segi Islam yang telah
banyak terlibat dengan keadaan zaman modern sekarang, sehingga banyak pula
Islam yang terbawa arus kebudayaan barat tanpa disadari kita seperti kembali ke
zaman sebelum Islam.
Untuk itu penulis mengadakan penelitian seputar Strategi Dakwah
Ustadzah Hj. Farida Hanum Lutfiyang berperan membangun lembaga institusi
yang begerak di bidang dakwah yaitu Majelis Taklim Al-Muhajirin di Perumahan
Batu Ceper Indah Kota Tangerang, sehingga penulis merasa tertarik untuk
mengangkat sebuah skripsi dengan judul “Strategi Dakwah Ustadzah Hj.
Farida Hanum Lutfi Dalam Pandangan Islam Di Perumahan Batu Ceper
Indah Kota Tangerang”
10
Suherman Affandi, Faktor Kesuksesan Da’I (Risalah No. 6/XXXVIII, 1990)
8
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Dari sekian banyak permasalahan yang timbul dari latar belakang diatas,
karena keterbatasan penulis, maka penelitian ini membatasi pada strategi dakwah
yang dilakukan oleh Ustadzah Hj. Farida Hanum Lutfi Dalam Pandangan Islam
Di Perumahan Batu Ceper Indah Kota Tangerang.
Berdasarkan latar belakang yang sudah diungkapkan dan pembatasan
masalah diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
a. Bagaimana strategi yang dilakukan oleh Ustadzah Hj. Farida Hanum Lutfi dalam
mengembangkan Majelis Taklim Al-Muhajirin Batu Ceper Indah Kota
Tangerang?
b. Faktor-faktor penghambat yang dihadapiUstadzah Hj. Farida Hanum Lutfi dalam
mengembangkan Majelis Taklim Al-Muhajirin Batu Ceper Indah Kota
Tangerang?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
a. Untuk mengetahui strategi yang dilakukan oleh Ustadzah Hj. Farida Hanum
Lutfi dalam mengembangkan Majelis Taklim Al-Muhajirin Batu Ceper
Indah, Kota Tangerang
b. Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat yang dihadapi Ustadzah Hj.
Faridah Hanum Lutfi dalam mengembangkan Majelis Taklim Al-
Muhajirin Batu Ceper Indah, Kota Tangerang
9
2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :
a. Manfaat Akademik
Dari segi teoritis penelitian ini diharapkan menjadi stimulus
penelitian lebih lanjut guna memperkaya teori-teori komunikasi
dakwah, terutama berkaitan dengan kajian strategi dakwah.Dengan
adanya penelitian ini, diharapkan dapat menambah pengetahuan kita
semua tentang dakwah yang baik serta dapat memberikan kontsribusi
positif bagi para mahasiswa jurusan komunikasi dan penyiaran islam
(KPI) yang tertarik untuk mempelajari tentang dakwah.
b. Manfaat Praktis
Dari segi praktis penelitian ini diharapkan mampu memberikan
konstribusi positif bagi proses komunikasi dakwah secara langsung
atau komunikasi bermedia melalui strategi dakwah di masyarakat
perkantoran dan juga dapat menambah informasi, ilmu dan wawasan
bagi pembaca mengenai strategi dakwah di lingkungan masyarakat
perkantoran. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi acuan atau
pedoman bagi para praktisi dakwah dalam melaksanakan dakwahnya.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini
adalah metode penelitian kualitatif.Penelitian kualitatif disebut juga
10
penelitian naturalistik seperti yang dikemukakan oleh Nasution sebagai
berikut:
Penelitian kualitatif disebut juga penelitian naturalistik.Disebut
kualitatif karena sifat data yang dikumpulkan bercorak kualitatif,
bukan kuantitatif, karena tidak menggunakan alat
pengukur.Disebut naturalistik karena situasi lapangan penelitian
bersifat natural atau wajar, sebagaimana adanya, tanpa
dimanipulasi, diatur dengan eksperimen atau test.11
Moleong mengemukakan pendapat yang sama yaitu: ”Karakteristik
penelitian kualitatif adalah berakar pada latar alamiah atau pada konteks
dari suatu keutuhan (entity)”.12
Pendapat tersebut didasarkan pada
beberapa asumsi seperti yang dikemukakan oleh Lincoln dan Guba
dalamMoleong :
1) tindakan pengamatan mempengaruhi apa yang mereka lihat, karena
itu hubungan penelitian harus mengambil tempat pada keutuhan
konteks untuk keperluan pemahaman
2) konteks sangat menentukan dalam menetapkan apakah suatu
penemuan mempunyai arti bagi konteks lainnya, yang berarti
bahwa suatu fenomena harus diteliti dalam keseluruhan pengaruh
lapangan
3) sebagian struktur nilai kontekstual bersifat determinatif tehadap
apa yang akan dicari13
Penelitian kualitatif mengungkap situasi sosial tertentu dengan
mendeskripsikan kenyataan secara benar, dibentuk oleh kata-kata
berdasarkan teknik pengumpulan data dan analisis data yang relevan yang
diperoleh dari situasi yang alamiah.Satori dan Komariah menjelaskan
bahwa penelitian kualitatif tidak hanya mendeskripsikan data tetapi
11
S. Nasution. Metode Penelitian Naturalistik Kualiltatif. ( Bandung: Tarsito, 1998). hlm.
15 12
Lexy J.Moleong,Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung: RemajaRosdakarya, 2006).
hlm. 4 13
Ibid.
11
deskripsi tersebut hasil dari pengumpulan data yang sohih yang
dipersyaratkan kualitatif yaitu wawancara mendalam, observasi partisipasi,
studi dokumen, dan melakukan triangulasi.14
Deskripsinya berdasarkan analisis data yang sahih dimulai dari
display data, reduksi data, refleksi data, dan etik terhadap data sampai
pengambilan keputusan yang harus memiliki tingkat kepercayaan yang
tinggi berdasarkan ukuran dependability, credibility, transferability, dan
confirmability.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa penelitian kualitatif lebih
memfokuskan penggalian makna pada suatu masalah dan kemudian
hasilnya ditafsirkan oleh peneliti sendiri.Hal itulah yang membedakan
dengan penelitian kuantitatif yang berpatokan pada hitungan dan rumus-
rumus yang bersifat pasti, meskipun bisa saja kedua metode penelitian itu
dijalankan secara bersamaan.
2. Subjek dan Objek Penelitian
Adapun subjek dari penelitian ini adalah Ustadzah Hj.Farida Lutfi,
sedangkan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah strategi
dakwahnya.
3. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada periode bulan Juli 2013 di
Majelis Taklim Al-Muhajirin Batu Ceper IndahKota Tangerang. Penulis
melakukan penelitian dengan mendatangi Majelis Taklim Al-Mujahirin di
14
Djam’an Satoridan Aan Komariah. Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung: Alfabeta,
2009) .hlm. 25
12
Batu Ceper Indah Kota Tangerang.Dan mengikuti kegiatan yang di adakan
oleh Majelis Taklim di Batu Ceper.Adapun tempat penelitian dilakukan di
Majelis Taklim Batu Ceper IndahKota Tangerang.
4. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh dari penelitian ini, penulis menggunakan
beberapa teknik sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi adalah suatu cara penulisan untuk memperoleh data
dalam bentuk pengamatan dengan sistematis fenomena yang
diselidiki.15
Teknik observasi yang peneliti gunakan adalah bersifat
langsung dengan mengamati objek yang diteliti, yakni Dakwah
Ustadzah Hj. Farida Hanum Lutfi Dalam Pandangan Islam Di
Perumahan Batu Ceper Indah Kota Tangerang.
b. Wawancara/ interview
Wawancara atau interview adalah sebuah proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil
bertatap muka antara pewawancara dengan orang yang
diwawancarai.16
Peneliti melakuakan tanya jawab langsung dengan Jama’ah
Majelis Taklim Al-Muhajirin Batu Ceper Indah untuk mendapatkan
tujuan yang jelas berupa bentuk/ Dakwah Ustadzah Hj. Farida Hanum
15
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi Offset, 1998), hal. 92 16
Moh. Nazin, Metode Penelitian, (Bandung: Ghalia Indonesia, 1999), hal. 234
13
Lutfi Dalam Pandangan Islam Di Perumahan Batu Ceper Indah Kota
Tangerang.
c. Dokumentasi
Dokumentasi sendiri adalah upaya peneliti dalam
mengumpulkan dokumen-dokumen/file yang berkaitan dengan
penelitian ini.Dalam melengkapi penelitian yang digunakan dalam
skripsi ini dan juga dilakukan melalui buku-buku yang berkaitan
dengan penelitian ini.
5. Teknik Analisis data
Moleong mengemukakan bahwa proses analisis data dimulai
dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu
wawancara, pengamatan, dokumentasi, dan sebagainya. Setelah itu
mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan membuat abstraksi yaitu
usaha membuat rangkuman, kemudian menyusunnya dalam satuan-satuan
sambil koding atau pengelolaan data.17
Dalam proses analisis data penelitian kualitatif terdapat tiga
komponen penting yaitu, reduksi data, sajian data dan penarikan
kesimpulan atau verifikasi.18
Model analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah model analisis-interaktif yaitu analisis yang
dilakukan dalam bentuk interaktif dengan alasan karena dalam penelitian
17
Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Jakarta : Remaja Rosdakarya,
2006). hal. 190 18
Sutepo, Pengantar Penelitian Kualitatif, Dasar-Dasar Teoritis dan Praktik, (Surakarta :
Puslitbang UNS, 2002) hal. 36
14
kualitatif menggunakan proses siklus, yaitu pada waktu pengumpulan data
peneliti selalu membuat reduksi data dan sajian data dan data yang
dikumpulkan berupa fieldnotes atau catatan data di lapangan yang terdiri
dari berbagai deskripsi dan refleksi.
Kemudian peneliti menyusun peristiwanya yang disebut reduksi
data dan diteruskan dengan penyusunan sajian data yaitu berupa cerita
sistematis yang didukung dengan gambar dan dokumen lainnya, sehingga
data dapat terjaring dengan sepenuhnya.
Data yang diperoses oleh melalui pengamatan, observasi, dan
wawancara dijadikan sebagai bahan untuk menggambarkan objektifitas
dariDakwah Ustadzah Hj. Farida Hanum Lutfi Dalam Pandangan Islam Di
Perumahan Batu Ceper Indah Kota Tangerang, yang kemudian diolah
menjadi uraian pembahasan.Dokumentasi, sebagai bahan kerangka analisis
dalam membimbing dan memperkuat hasil penelitian.
Setelah data terkumpul dari hasil observasi, wawancara dan
dokumentasi, maka data-data tersebut kemudian diolah menjadi bentuk
verbal (kata-kata) sehingga kata-kata tersebut menjadi makna dan bisa
dipertanggungjawabkan. Analisis data merupakan proses mengatur urutan
data mengorganisasikannya kedalam suatu bentuk, kategori dan satuan
dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis
kerjanya.
Teknik yang digunakan peneliti adalah analisis deskriptif, dengan
jalan ini dari data yang terkumpul, peneliti menjabarkan dengan
15
memberikan analisa-analisa berupa paparan yang didapat dari hasil
penelitian dan wawancara ke beberapa Majelis Taklim dengan bentuk
komunikasi yang terjadi selama mengikuti Aktivitas Dakwah Majelis
Taklim Di Batu Ceper Indah Kota Tangerang.
6. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Untuk memenuhi agar penelitian skripsi ini mencapai derajat
kepercayaannya bisa di pertanggung jawabkan, maka kami penulis
melakukan teknik pemeriksaan keabsahan data.Adapun teknik
pemeriksaan keabsahan data maka kami penulis mengambil triangulasi.
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain.
Teknik pemeriksaan triangulasi, dimaksudkan agar dengan teknik
ini peneliti dapat mengecek keabsahan data dengan cara memanfaatkan
sesuatu data sebagai pembanding terhadap data yang lain. Sebagai contoh
data hasil observasi dibandingkan dengan data hasil wawancara dan
seterusnya. Triangulasi ini juga digunakan oleh peneliti untuk
memantapkan validitas dan reliabilitas data serta digunakan untuk
membantu menganalisis data di lapangan.
Adapun triangulasi yang digunakan peneliti adalah: (a) triangulasi
metode dan (b) triangulasi sumber. Untuk triangulasi metode yaitu
pengecekkan data/informasi yang berasal dari hasil wawancara diuji
dengan hasil observasi atau data hasil wawancara dengan data
dokumentasi dan seterusnya. Sedangkan triangulasi sumber, peneliti
16
menguji data/informasi dari responden yang satu dengan responden yang
lain atau data dari responden dibandingkan dengan data dari dokumen.
Dalam teknik triangulasi dapat dicapai dengan jalan: (1)
membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara; (2)
membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa
yang dikatakannya secara pribadi; (3) membandingkan apa yang dikatakan
orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya
sepanjang waktu; (4) membandingkan keadaan dan persfektif seseorang
dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang
yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang
pemerintahan; (5) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu
dokumen yang berkaitan.
E. Tinjauan Pustaka
Ada beberapa skripsi yang penulis temukan yang mengangkat tentang
bagaimana strategi dakwah, tentunya dengan subjek dan objek yang berbeda-beda.
Setelah mengamati skripsi-skripsi untuk Program Studi Komunikasi dan
Penyiaran Islam yang sudah dikoleksi oleh Perpustakaan Fakultas Dakwah dan
Komunikasi, penulis menemukan ada beberapa judul skripsi yang mengangkat
judul tentang strategi dakwah, diantaranya :
1. “Strategi Dakwah Front Pembela Islam (FPI) dalam Menanggulangi
Dampak Negatif Globalisasi” oleh Dodiana Kusuma tahun 2010. Skripsi
ini mendiskripsikan dan menganalisis tentang strategi dakwah Front
Pembela Islan dalam menanggulangi dampak negatif globalisasi.
17
2. “Strategi Dakwah Ikatan Remaja Masjid Al-Muttaqin di Lingkungan
Kel. Pondok Jagung” oleh Maspupah tahun 2010. Skripsi ini
mendeskripsikan tentang strategi dakwah yang dilakukan oleh Ikatan
Remaja Masjid (IRMA) Al-Muttaqin dalam aktivitas dakwahnya.
3. “Strategi Dakwah di Lingkungan Perkantoran (Analisa Perencanaan
Strategis Ikatan Da‟i Indonesia (IKADI) DKI Jakarta)” oleh Hambali
tahun 2010. Skripsi ini mendeskripsikan tentang strategi dakwah yang
dilakukan oleh Ikatan Da’i Indonesia (IKADI) dalam aktivitas dakwah di
Lingkungan Perkantoran.
4. „Strategi Dakwah Majelis Az-Zikra Dalam Membentuk Keluarga
Sakinah“ oleh Bobby Rahman tahun 2010. Skripsi ini mendeskripsikan
tentang strategi dakwah yang dilakukan Majelis Az-Zikra Titian Keluarga
Sakinah untuk menciptakan keluarga sakinah.
Namun dari judul skripsi diatas tidak ada satupun yang meneliti lembaga
atau organisasi yang bergerak di tengah masyarakat yang mayoritas penduduknya
non muslim, karena itu penulis meneliti organisasi masyarakat yang konsen dalam
pengembangan dakwah tengah masyarakat yang mayoritas penduduknya non
muslim seperti yang dilakukan Ustadzah Hj. Farida Hanum Lutfi dalam Majelis
Taklim Al-Muhajirin Batu Ceper Indah, Kota Tangerang. Penelitian ini juga
diharapkan bisa memberi tambahan atau pelengkap dari penelitian-penelitian yang
sudah ada sebelumnya.
18
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam menyusun hasil penelitian ini, maka penulis
membuat sistematika penulisan yang dibagi menjadi menjadi lima bab yang terdiri
dari beberapa sub bab sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan.Dalam bab ini penulis menguraikan latar belakang masalah,
pembatasan masalah dan perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian,
tinjauan pustaka, metodologi penelitian dan sistematika penulisan. Bab ini
bertujuan sebagai pengantar dari penelitian ini dan bagaimana proses penelitian
ini dilakukan.
Bab II Landasan Teori. Dalam bab ini penulis menguraikan teori-teori yang
mendukung dalam penelitian ini, seperti penjelasan tentang strategi dakwah,tujuan
dakwah, manfaat dakwah serta strategi dakwah dalam majelis taklim.
Bab IIIGambaranUmum Ustadzah Hj. Farida Hanum Lutfi dan Majelis
Taklim Al-Muhajirin Batu Ceper.Dalam bab ke tiga ini penulis menguraikan
profil dari objek yaitu Ustadzah Hj. Farida Hanum Lutfi dan Majelis Taklim Al-
Muhajirin Batu Ceper, yang termasuk didalamnya antara lain profil Ustadzah Hj.
Farida Hanum Lutfi dan latar belakang berdiri, visi, misi dan tujuanMajelis
Taklim Al-Muhajirin Batu Ceper. Bab ini bertujuan untuk menjelaskan secara
singkat tentang Ustadzah Hj. Farida Hanum Lutfi dan Majelis Taklim Al-
Muhajirin Batu Ceper, Kota tangerang.
Bab IV Analisis Strategi Dakwah Hj. Farida Hanum Lutfi dalam Majelis
Taklim Al-Muhajirin Batu Ceper.Bab ini adalah bab inti dari penelitian ini,
karena di bab ini menjelaskan pokok dari hasil penelitian dan analisa yang telah
19
dilakukan penulis mengenai strategi dakwah Ustadzah Hj. Farida Hanum Lutfi
dalam Majelis Taklim Al-Muhajirin Batu Ceper sesuai dengan rumusan dan
tujuan penelitian yang penulis sudah tetapkan.
Bab V Penutup.Bab ini memaparkan kesimpulan dari hasil penelitian dan saran
setelah penulis menganalisa hasil penelitian. Dan dibagian akhir setelah bab ini
memuat daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
21
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Kiprah Dakwah
Menurut Djumhur, kiprah dapat diartikan sebagai sesuatu pola tingkah
laku tertentu yang merupakan ciri khas semua petugas dari suatu pekerjaan
atau jabatan tertentu.1
Sedangkan menurut S. Nasution, kiprah adalah
konsekuensi atau akibat kedudukan seseorang.2
Dari pengertian yang
dijelaskan di atas dapat disimpulkan bahwa kiprah, adalah serangkaian tingkah
laku sesuai hak dan kewajiban yaitu bersifat timbal balik dalam hubungan
antar individu yang saling berkaitan dalam satu situasi tertentu serta
berhubungan dengan kemajuan suatu hal atau peristiwa yang berkaitan dengan
aktivitasnya.
Kiprah tidak lepas dari aktivitas. Pengertian aktivitas menurut kamus besar
Bahasa Indonesia adalah keaktifan kegiatan-kegiatan, kesibukan-kesibukan atau
bisa juga berarti kerja atau salah satu kegiatan kerja yang dilaksanakan tiap bagian
dalam tiap suatu organisasi atau lembaga.3
Menurut pemaparan di atas arti kiprah tidak jauh berbeda dengan
aktivitas, akan tetapi perbedaannya adalah berkiprah adalah melakukan
kegiatan dengan semangat tinggi sedangkan aktivitas melakukan segala
1 Djumhur, Moh. Surya. Bimbingan dan Penyuluhan (Bandung: PT Pedoman Ilmu, 1975),
h.12 2S. Nasution, Sosiologi pendidikan (Jakarta : PT Bumi Aksara, 1995), h. 73
3 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1990), cet ke-3 h. 17
22
sesuatu yang berhubungan dengan tindakan atau kegiatan yang dilakukan
manusia.
Sedangkan pengertian kiprah dakwah yaitu melakukan suatu kegiatan
dakwah yang dilakukan seseorang yang mengandung serruan atau ajakan
kepada keinsyafan atau usaha mengubah sesuatu yang buruk kepada situasi
yang lebih baik dan sempurna. Itu semua dilakukan dengan semangat tinggi
menuju jalan yang di ridhoi Allah. Dalam ajaran islam, dakwah merupakan
suatu kewajiban yang dibebankan oleh agama kepada pemeluknya.
B. Dakwah dan Ruang Lingkupnya
1. Pengertian Dakwah
Ditinjau dari segi etimologi atau asal kata (bahasa) dakwah berasal berasal
dari kata da’aa – yad’uu – da’watan, yang berarti menyeru, mengajak, memanggil
atau mengundang.4 Warson Munawir seperti yang dikutip oleh Samsul Munir
Amin menyebutkan bahwa dakwah artinya adalah memanggil (to call),
mengundang (to invite), mengajak (to summon), menyeru (to propose),
mendorong (to urge) dan memohon (to pray).
Sedangkan orang yang melakukan seruan atau ajakan disebut da’i (isim
fail) artinya orang yang menyeru. Tetapi karena perintah memanggil atau menyeru
adalah proses penyampaian (tabligh) atas pesan-pesan tertentu maka pelakunya
dikenal sebagai muballigh artinya penyampai atau penyeru. Secara etimologi
dakwah atau tabligh merupakan suatu proses penyampaian atas pesan-pesan
4 Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta : Hidakarya Agung, 1990), h.127
23
tertentu yang berupa ajakan atau seruan dengan tujuan agar orang lain memenuhi
ajakan tersebut. 5
Sedangkan menurut terminologi dakwah adalah merupakan suatu usaha
mepertahankan, melestarikan dan menyempurnakan umat manusia agar mereka
tetap beriman kepada Allah SWT, dengan menjalankan syari’atnya sehingga
mereka dapat hidup bahagia di dunia dan akhirat.6
Dalam pengertian integralistik dakwah merupakan proses yang
berkesinambungan yang ditangani oleh pengembang dakwah untuk mengubah
sasaran dakwah agar bersedia masuk kepada ajaran Allah SWT, dengan cara
bertahap menuju kepribadian yang Islami. Sedangkan ditinjau dari segi
terminologi, banyak sekali definisi tentang dakwah yang dikemukakan oleh para
cendekiawan Muslim antara lain:
a. Quraish Shihab mendefinisikannya sebagai seruan atau ajakan kepada
keinsafan, atau mengubah situasi yang tidak baik menjadi situasi yang
lebih baik dan sempurna baik terhadap diri pribadi maupun masyarakat.7
b. Didin Hafidhudin mendefinisikan dakwah sebagai proses yang
berkesinambungan yang ditangani para pengembangan dakwah untuk
mengubah sasaran dakwah agar bersedia masuk ke jalan Allah, dan secara
bertahap menuju peri kehidupan yang islami. Suatu proses yang
berkesinambungan adalah suatu proses yang kebetulan, melainkan benar-
benar direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi secara terus menerus oleh
5 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah. (Jakarta: Amzah, 2009), h. 1-2 6 Asmuni Syukir, Dasar-dasar Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas. 2001), h. 20
7 Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1992), h. 194
24
para pelaku dakwah dalam rangka merubah perilaku sasaran dakwah
dengan tujuan-tujuan yang telah dirumuskan.8
Dari definisi dakwah di atas terlihat dengan redaksi yang berbeda, namun
dapat disimpulkan bahwa esensi dakwah merupakan aktivitas dan upaya untuk
mengubah manusia, baik individu maupun masyarakat dari situasi yang tidak baik
kepada situasi yang lebih baik. Kesimpulan mengenai kegiatan dakwah adalah
sebagai berikut :
1. Dakwah merupakan penyelenggaraan suatu usaha atau aktivitas yang
dilakukan dengan sadar dan sengaja untuk mendorong manusia menuju
kebaikan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Kiprah dakwah itu berupa :
a. Mengajak orang untuk beriman dan mentaati Allah SWT atau
memeluk agama Islam.
b. Amar Ma’ruf, menganjuran berbuat kebaikan dan pembangunan
masyarakat.
c. Nahi Munkar, melarang orang melakukan kejahatan yang merugikan
diri sendiri dan masyarakat.
3. Proses penyelenggaraan usaha tersebut dilakukan untuk mecapai tujuan
tertentu yaitu kebahagiaan dan kesejahteraan hidup yang diridhai Allah
SWT.
Dari ketiga kesimpulan tersebut menimbulkan dua buah konotasi yang
berbeda namun saling terkait antara satu dengan yang lain, yaitu :
8 Didin Hafidhudin, Dakwah Aktual, (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), Cet.ke-1, h. 77
25
Pertama: Dakwah diterjemahkan atau diidntifikasikan dengan ceramah,
pidato, khutbah, tabligh, penyiaran agama dan lain sebagainya.
Kedua: dakwah diberi pengertian berbagai aktivitas muslim dalam
mengimplementasikan ajaran Islam pada berbagai aspek kehidupan baik
lahir maupun batin untuk kesejahteraan dan kebahagiaan (individu –
masyarakat) di dunia dan akhirat.
Pengertian pertama inilah yang banyak dipahami oleh masyarakat, karena
lewat jalur inilah ajaran Islam banyak digunakan. Interpretasi di atas tidak bisa
disalahkan tetapi mengharapkan perubahan masyarakat tidak cukup hanya dengan
ceramah dan khutbah saja, bukankah Allah tidak akan merubah kondisi suatu
kaum (individu dan komunitas masyarakat) tanpa adanya supaya kolektif yang
sungguh-sungguh dari masing-masing anggota masyarakat untuk merubahnya, di
sinilah persoalan dakwah yang haarus di garap secara totalitas dan professional.
Paradigma yang telah melekat dikalangan masyarakat ini, tampaknya
hampir tidak pernah memberikan solusi konkrit terhadap persoalan-persoalan
yang semakin kompleks di tengah-tengah masyarakat, namun demikian dakwah
verbal ini cukup berhasil dalam memberikan informasi ajaran Islam. Pemikiran
kedua, dapat dilihat dalam konsep dakwah memiliki pengertian yang lebih luas
bukan hanya menyeru dan menyuruh tetapi juga nahi munkar, melarang orang
melakukan tindakan yang tidak dibenaran oleh agama Islam, pada prakteknya
nahi munkar ini jauh lebih berat, lebih banyak kritik kadang lebih keras dan
bahkan sangat keras.
26
Konsep dakwah kedua ini menyangkut dua hal yaitu komunikasi dan
perubahan sosial, dan tentunya membutuhkan strategi, teknik, metode pendekatan
yang tepat terkait dengan sarana dan prasarana yang berhubungan dengan
berbagai aspek sosial budaya kehidupan manusia. Meskipun dalam pengertian
umum dakwah berarti menyeru atau mengajak, pada prakteknya, implementasi
makna tersebut tidaklah mudah.
Faktor-faktor yang menghalangi atau merintangi dan cara penyelesaian
misi dakwah sangat kompleks dibanding dengan misi organisasi yang berorientasi
umum. Dakwah tidak saja harus mengantisipasi perubahan lingkungan yang ada.
Dakwah memiliki dua dimensi yaitu dimensi dunia dan dimensi akhirat,
pembuktian kebenaran agama dan proses sosialisasinya dalam masyarakat.
2. Unsur-unsur Dakwah
a. Da’i (Pelaku Dakwah)
Da’i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan maupun
tulisan ataupun perbuatan dan baik secara individu, kelompok atau
berbentuk lembaga. Da’i sering disebut kebanyakan orang dengan sebutan
mubaligh (orang yang menyampaikan ajaran Islam). Akan tetapi,
sebagaimana telah disebutkan pada pembahasan dimuka tersebut
sebenarnya lebih sempit dari sebutan da’i yang sebenarnya.
Kata Da’i ini secara umum sering disebut dengan sebutan
Mubaligh (orang yang menyempurnakan ajaran Islam) namun sebenarnya
sebutan ini konotasinya sangat sempit karena masyarakat umum
cenderung mengartikan sebagai orang yang menyampaikan ajaran Islam
27
melalui lisan seperti penceramah agama, khatib (orang yang berkhutbah),
dan sebagainya.
Karena pentingnya fungsi da’i ini, maka banyak al-qur’an dan
hadist yang memberikan sifat-sifat dan etika yang harus dimiliki da’i.
Quraish shihab menambahkan bahwa dari masing-masng wahyu pertama
al-Qur’an telah terlihat dengan jelas prinsip-prinsp pokok yang digariskan
al-Qur’an bagi manusia pelaku dakwah, yaitu:
a. Da’i harus selalu membaca yang tertulis dan tidak tertulis segala
hal yang berhubungan dengan masyarakatnya agar dakwahnya
selalu segar dan menyentuh, sesuai dengan ayat yang pertama kali
turun.
b. Da’i harus siap mental menghadapi situasi yang akan dialaminya.
c. Da’i harus memiliki sikap mental yang terpuji, sadar akan imbalan
yang akan didambakan dari upaya dakwah sesuai dengan surah al-
Mudatsir.9
b. Maddah (Materi Dakwah)
Unsur lain selalu ada dalam proses dakwah adalah Maddah atau
materi dakwah. Maddah dakwah adalah masalah isi pesan atau materi yang
disampaikan da’i pada mad’u. Dalam hal ini sudah jelas bahwa yang
menjadi maddah dakwah adalah ajaran Islam itu sendiri.oleh karena itu,
membahas yang menjadi maddah dakwah adalah membahas ajaran Islam
itu sendiri, sebab semua ajaran Islam yang sangat luas itu bias dijadikan
9 Quraish Shihab, Dakwah dalam Al-Qur’an As-Sunnah, (Jakarta:1992), h.3
28
maddah dakwah itu pada garis besarnya adalah akidah, Syari’ah dan
Akhlak.
Dari semua materi dakwah yang disampaikan itu hendaknya
janganlah bersifat normativ seperti terdapat dalam al-Qur’an dan sunnah,
tetapi harus juga bersifat empiris. Sehingga materi dakwah yang
disampaikan baik scara kiasan maupun tulisan tentang permasalahan
pemahaman ajaran keagamaan, hendak ada keseimbangan agar pola
kehidupan keagamaan umat tidak bersifat formalistik dan ritualistik
belaka, sehingga terdapat sikap keselarasan antara sikap batin dan prilaku.
Sehingga apa yang dapat dikatakan materi dakwah itu paling tidak yang
harus diperhatikan seorang da’i.
c. Mad’u (Penerima Dakwah)
Kita tahu bahwa misi yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW
yang berupa agama Islam adalah untuk seluruh umat manuia, baik ia telah
menemui beliau atau tidak, satu bangsa dengan beliau atau berlainan
kebangsaannya, lain halnya para nabi yang tulus semata-mata hanya untuk
bangsa tertentu dan waktu tertentu pula (kaumnya). Unsur ketiga ini
adalah Mad’u yaitu manusia yang menjadi sasaran dakwah atau manusia
penerima dakwah, baik sebagai individu maupu sebagai kelompok, baik
manusia yang beragam Islam ataupun bukan, atau dengan kata lain
manusia secara keseluruhan.
Kepada manusia yang belum beragama Islam, dakwah bertujuan
mengajak mereka mengikuti agama Islam, sedangkan kepada orang-orang
29
yang telah beragama Islam, dakwah bertujuan untuk meningkatkan
kualitas iman, Islam dan Ihsan. Mereka yang menerima dakwah ini lebih
tepat disebut mitra dakwah, padahal dakwah sebenarnya adalah suatu
tindakan menjadikan orang lain sebagai kawan berfikir tentang keimanan,
syari’ah dan akhlak kemudian untuk di upayakan untuk di hayati dan di
amalkan bersama-sama.
Al-Qur’an mengenlkan kepada kita beberapa tipe mad’u,. secara
umum, mad’u terbagi menjadi tiga, yaitu mu’min, kafir dan munfik.
Didalam al-Qur’an selalu di gambarkan bahwa sikap rasul menyampaikan
risalah, kaum yang dihadapinya akan terbagi 2, mendukung dakwah atau
menolak dakwah.
d. Tujuan Dakwah
Tujuan adalah segala sesuatu yang akan dicapai dalam satu usaha,
misalnya seorang yang mempelajari ilmu pengetahuan agar supaya menjadi orang
yang mengerti. Begitu juga seorang da’i apakah perorangan atau
kelompok/organisasi, tentunya mempunyai suatu sasaran apa yang akan dicapai
atau mungkin dicapai dalam usaha dakwahnya.
Tujuan dakwah dapat dibagi menjadi, tujuan yang bersifat obyek dakwah
dan materi dakwah. Dilihat dari obyek dakwah, dakwah memiliki tujuan yaitu
menperbaiki seluruh manusia dalam semua aspek, sedangkan dilihat dari materi
tujuan dakwah yaitu terdapat tiga tujuan, yang meliputi: Pertama, tujuan akidah
yaitu tertanamnya akidah yang mantap bagi tiap-tiap manusia. Kedua, tujuan
hukum yaitu terbentuknya manusia yang mematuhi hukum-hukum Islam yang
30
telah disyari’atkan oleh Allah SWT. Ketiga, tujuan akhlak yaitu terwujudnya
pribadi Muslim yang berbudi luhur dan berakhlakul karimah.
Menurut Bisri Affandi sebagaimana yang telah dikutip oleh Abd. Rosyid Shaleh
dalam buku Manajemen Dakwah Islam sebagai berikut :
“Yang diharapkan oleh dakwah adalah terjadinya perubahan dalam diri
manusia, baik dalam kelakuan adil maupun aktual, baik pribadi maupun keluarga
masyarakat, way of thinking atau cara berfikirnya berubah, way of life atau cara
kehidupannya yang berubah menjadi lebih baik ditinjau dari segi kualitas maupun
kuantitas. Yang dimaksud adalah nilai-nilai agama, sedangkan kualitas adalah
bahwa kebaikan yang bernilai agama itu semakin dimiliki banyak orang dalam
segala situasi dan kondisi”10
Adapun tujuan yang tertinggi dari pada usaha dakwah hanya semata-mata
mengharap dan mencari Ridho Allah SWT. Secara materil usaha dakwah itu
diarahkan kepada tujuan antara lain:
1) Menyadari manusia akan arti hidup yang sebenarnya. Karena hidup itu
bukanlah semata untuk makan dan minum, sebagaimana hidupnya
binatang dan tumbuh-tumbuhan, tetapi hidup manusia di samping bisa
diartikan turun naiknya nafas di dalam tubuh jasmani, tetapi lapisan kedua
ialah cita-cita, bahwa hidup karena kesadaran, hidup karena pertalian hari
ini dengan hari yang lampau dan hari esok.
2) Mengeluarkan manusia dari kegelapan/kesesatan menuju ke arah yang
terang benderang di bawah sinar petunjuk Illahi. Seorang Da’i dengan
10
Bisri Affandi, Beberapa Percikan Jalan Dakwah, (Surabaya: Fakultas Surabaya, 1984), h.3
31
dakwahnya berusaha membawa sinar terang, bukan justru membawa
kegelapan dan kesesatan, di mana masyarakat semakin gandrung kepada
bid’ah dalam bidang syariat dan semakin bangga dengan syirik, tahayyul
dan khurofat dalam bidang I’tiqad.11
Dengan demikian tujuan dakwah sebagai bahan dari seluruh aktifitas
dakwah yang sama pentingnya dari pada unsur-unsurnya, seperti subyek dan
obyek dakwah, metode, dan sebagainya. Bahkan dari itu tujuan dakwah sangat
menentukkan dan berpengaruh terhadap penggunaan metode dan media dakwah
sasaran dakwah sekaligus strategi dakwah juga ditentukkan atau dipengaruhi oleh
tujuan dakwah. Ini disebabkan karena tujuan dakwah merupakan arah gerak.
e. Metode (Thariqah) Dakwah
Kata metode telah menjadi bahasa Indonesia yang memiliki pengertian
“Suatu cara yang bisa ditempuh atau cara yang ditentukan secara jelas untuk
mencapai dan menyelesaikan suatu tujuan, rencana sistem, tata pikir manusia”.12
Metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu
maksud. Jadi metode dakwah adalah cara-cara menyampaikan pesan pada objek
dakwah, baik itu kepada individu, kelompok ataupun masyarakat agar pesan-
pesan tersebut mudah diterima, diyakini dan diamalkan.13
Adapun yang menjadi rujukan metode dakwah adalah Al-Qur’an surat Al-
Nahl: [16] : 125.
11 M. Hafi Anshari, Pemahaman dan Pengamalan Dakwah, (Surabaya: Usana Offset
Printing,, 1993), h. 142-143 12
M. Syafaat Habib, Buku Pedoman Dakwah, (Jakarta: Wijaya, 1992), Cet. I, h. 160. 13
Salahudin Sanusi, Pembahasan Sekitar Prinsip-Prinsip Dakwah Islam, (Semarang:
Ramadhoni, 1994), h. 111
32
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari
jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk” (QS, an-Nahl, 16:125)
Dalam ayat diatas dijelaskan bahwa metode dakwah ada tiga macam yaitu:
1) Bi al-Hikmah, yaitu memperhatikan situasi dan kondisi sasaran dakwah,
bahwa materi yang dijelaskan tidak memberatkan orang yang dituju, tidak
membebani jiwa yang hendak menerimanya.
2) Mau’izatul Hasanah, memberi nasehat dan mengingatkan orang lain
dengan bahasa yang baik yang dapat menggugah hatinya sehingga mad’u
bersedia dan dapat menerima nasehat tersebut.
3) Mujadalah Billati Hiya Ahsan, berdakwah dengan cara bertukar pikiran
dan membantah dengan cara sebaik-baiknya dengan tidak memberikan
tekanan-tekanan yang memberatkan pada komunitas yang menjadi sasaran
dakwah.14
f. Media (Wasilah) Dakwah
14 Nawari Ismail dan Ki. Musa Al-Mahfudz, Filsafat dakwah, Ilmu Dakwah Dan
Penerapannya, (Jakarta: Bulan Bintang, 2004), h. 15
33
Agar dakwah yang dilakukan lebih cepat dan tepat tentunya berbagai
bentuk komponen dakwah tidak bisa dipisahkan. Salah satu komponen yang
terpenting dalam suatu proses dakwah adalah penggunaan media sebagai alat
untuk melakukan aktivitas dakwah, dalam kaitan inilah komponen-komponen
dakwah harus terus diberdayakan agar dapat menghasilkan guna bagi masyarakat.
Bila dilihat dari asal katanya, media berasal dari bahasa latin yaitu medium
yang artinya alat perantara, sedangkan pengertian istilahnya media berarti segala
sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alat perantara untuk mencapai suatu tujuan
tertentu.15
Dengan demikian media dakwah adalah segala sesuatu yang dapat
dipergunakan sebagai alat untuk mencapa tujuan dakwah yang telah ditentukan,
media dakwah ini dapat berupa barang, atau material, orang, tempat, kondisi
tertentu dan sebagainya.
Media sebagai salah satu indikator terpenting dalam mengembangkan
dakwah saat ini. Apakah itu berbentuk media cetak maupun elektronik. Walaupun
instrument berupa podium atau mimbar tetap ada, akan tetapi kemajuan pesat
industri komunikasi serta media massa telah menyodorkan kemajuan-kemajuan
media dakwah yang sangat luas dan canggih, untuk itu perlu ada penyesuaian dari
suatu kondisi tabligh ke kondisi yang lain yang sesuai dengan situasi dan kondisi
saat ini.
15
Amuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surbaya: Al-Ikhlas,1983), h. 163
34
BAB III
PROFIL USTADZAH Hj. FARIDAH HANUM LUTFI
DAN MAJELIS TAKLIM AL MUHAJIRIN BATU CEPER
A. Profil Ustadzah Hj. Faridah Hanum Lutfi.
Terlahir di Bengkulu, pada tanggal 03 Januari tahun 1946, Ustadzah Hj.
Faridah Hanum Lutfi adalah putri dari keluarga pasangan Alm. KH. Bachtiar
Effendy dan Ibu Yuliyani. Beliau terlahir dari keluarga yang sangat religius.
Ayahnya semasa hidupnya berprofesi sebagai seorang da’I besar. Sedangkan
ibunya semasa hidupnya berprofesi sebagai Ibu rumah tangga yang baik.
Ustadzah Hj. Faridah Hanum Lutfi adalah da’iyah dan tokoh masyarakat
Tangerang yang sangat dihormati dan rendah hati. Posisi sebagai da’iyah ini,
memberikan motivasi tersendiri bagi ustadzah Hj. Faridah Hanum Lutfi untuk
berkesempatan berdakwah dan mengetahui bagaimana cara mempraktekkan
dakwah diberbagai forum.
Ustadzah Hj. Faridah Hanum Lutfi mempunyai beberapa saudara kandung.
beliau adalah sulung dari seorang kakak pria yaitu Fauzan Azimah SH, Heryanti
BA, Nasrullah Intizam SE, Ahmad Qudsi, dan Umi Marhamah. Sejak kecil kedua
orang tuanya sudah mempersiapkan bekal pendidikan agama, berupa belajar
membaca al-Qur’an, cinta dengan ilmu agama yang mengharuskan beliau untuk
belajar dan terus belajar.
Beliau sudah terbiasa dengan kesibukan dakwah, sama halnya dengan
anak-anak seusianya, beliau juga bermain bersama teman-temannya tetapi beliau
35
tidak pernah melupakan kewajibannya sebagai pelajar untuk menuntut ilmu.
Perempuan berdarah Bengkulu ini semasa mukim di asrama tidak hanya ikut
kedua orangtuanya untuk berdakwah dalam bidang ceramah, akan tetapi beliau
juga aktif mengikuti kegiatan-kegiatan di sekolah berupa ekstrakulikuler seperti,
tilawatil qur’an, dan pidato.
Beliau sudah mulai belajar berdakwah dari kecil, tetapi sesudah menikah
atau kurang lebih 48 tahun lalu, ternyata beliau justru lebih menyukai dan
menekuni profesi dakwah mengikuti jejak ayahnya. Di usianya yang sudah
matang ini, beliau masih berkecimpung di dunia dakwah atas dukungan dari sang
suami tercinta Muhammad H. Lutfi S.Ag.
Beliau bukan hanya sekedar seorang da’iyah yang berani berjuang
dimedan dakwah, melainkan beliau juga seorang guru atau ustadzah yang selalu
membimbing dan mendidik semua anggota majelis taklimnya agar menjadi lebih
baik dan berakhlakul karimah. Tidak hanya itu beliau adalah seorang istri dan ibu
yang baik, karena sesibuk apapun, beliau selalu menyempatkan waktu luang untuk
berkumpul dan bersenda gurau bersama keluarga besarnya.
Hingga saat ini ustadzah Hj. Faridah Hanum Lutfi S. Ag mempunyai 5
orang anak yang sangat dibanggakanya. Diantaranya Muchlisa S. Kep, Dra. Rita
Haryani Sospol, Muhammad Farhan Elvian Aksos, dan si bungsu Laila Ramdania
S. Pd.
B. Pendidikan Ustadzah Hj. Faridah Hanum Lutfi
Da’iyah yang sangat ramah ini tidak hanya pandai berbicara, tetapi beliau
juga pandai dan aktif semasa duduk dibangku sekolah, Sejak kecil beliau bercita-
36
cita ingin menjadi perawat di karenakan beliau harus mengikuti jejak sang ayah
menjadi seorang da’iyah. Dari kecil beliau juga sering mengikuti ibu dan ayahnya
mengaji. Sehingga apapun ilmu yang diturunkan padanya selalu beliau
realisasikan. Beliau sama sekali tidak membeda-bedakan antara ilmu umum
dengan ilmu agama, karena menurut sang ayah apapun ilmu itu selama baik dan
membawa manfaat maka raihlah terus.
Ibu dari 5 orang anak. yang terdiri dari 3 putra dan 2 putri ini pernah
menuntut ilmu di beberapa sekolah diantaranya: di SDN Palembang yang masih
beranjak 6 tahun sampai selesai, kemudian beliau melanjutkan pendidikannya di
PGAN (Pendidikan Guru Agama Negeri). Tidak hanya itu karena tekadnya untuk
menjunjung tinggi ilmu, maka beliau tidak membeda-bedakan antara ilmu umum
dengan ilmu agama, karena menurutnya antara ilmu dunia dan ilmu akhirat itu
harus seimbang.
Tidak puas dengan mengecam tamatan PGAN saja, beliau melanjutkan
kembali sekolahnya di Perguruan Tinggi. Pada awalnya tidak sempat kuliah
karena ayahnya tidak mengizinkan, dan akhirnya di perbolehkan untuk kuliah di
IAIN Yogyakarta. Beliau melanjutkan studinya dengan mengambil Fakultas
Ushuluddin Palembang Jurusan Dakwah. Menurutnya ini adalah jurusan yang
tepat untuk meneruskan cita-cita sang ayah sekaligus merealisasikan dakwahnya,
aga rmembawa harapan yang baik untuk ke depan dan mengedepankan prospek
dakwah yang lebih maju.
37
C. Majelis Taklim Al Muhajirin Batu Ceper Kota Tangerang
1. Sejarah dan Latar Belakang Berdirinya
Segala sesuatu yang hidup di dunia ini, apakah itu makhluk yang
bernyawa maupun mahkluk yang tidak bernyawa, pasti mempunyai latar belakang
atau sejarahnya masing-masing. Begitu juga dengan berdirinya Majelis Taklim Al
Muhajirin Batu Ceper Indah Kota Tangerang ini yang mempunyai sejarah yang
tidak kalah menarik dengan sejarah kelahiran yang lain.
Majelis Taklim Al Muhajirin Batu Ceper Indah Kota Tangerang tidak
didirikan di atas keserba-adaan dan serba berkecukupan, melainkan ia lahir dan
berkembang berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa serta adanya bimbingan dan
dukungan sepenuhnya dari para dermawan yang tulus dan ikhlas mengorbankan
sebagian hartanya dan menyumbangkan pikiran serta tenaganya dengan niat
ibadah.
Dahulu dimana masyarakat ini tingkat keagamaannya masih sangat rendah
sekali. Mereka belum mengetahui bagaimana caranya shalat, bagaimana rukun-
rukunnya puasa, bagaimana cara membaca Al-Qur’an dan lain-lain, khususnya
kaum ibu rumah tangga, dimana hari-harinya banyak disibukkan dengan
pekerjaan rumah tangga, mengurus anak dan suami, sehingga hampir tidak ada
waktu untuk belajar agama dan seluk beluknya.
Menyadari akan kekurangan ini, maka akhirnya munculah ide yang sangat
bagus dari dirinya sendiri, untuk mendirikan suatu lembaga pendidikan
keagamaan yang biasa disebut dengan Majelis Taklim dengan nama Majelis
38
Taklim Al Muhajirin Batu Ceper Indah Kota Tangerang. Majelis Taklim Al
Muhajirin Batu Ceper Indah Kota Tangerang ini berdiri pada tahun 1981.
Modal awalnya uang pribadi yang dibantu swadaya masyarakat Batu
Ceper Tangerang dan sekitarnya. Majelis Taklim ini oleh warga Batu Ceper
Tangerang, digunakan untuk menunaikan ibadah shalat lima waktu dan tempat ini
pula oleh para warga Batu Ceper Tangerang digunakan untuk menimba ilmu
agama.
2. Tujuan Berdirinya Majelis Taklim Al Muhajirin
Majelis Taklim Al Muhajirin Batu Ceper Indah Kota Tangerang didirikan
dengan tujuan berbuat sesuatu demi orang lain yaitu:
a. Meningkatkan keimanan dan ketakwaan masyarakat kepada Allah SWT;
b. Masyarakat menjadi tahu tentang perkembangan agama Islam;
c. Terciptanya kerukunan antar warga;
d. Masyarakat dapat mencari ilmu pengetahuan di Majelis Taklim Al
Muhajirin Batu Ceper Indah Kota Tangerang;
e. Mempererat tali silatuhrahmi.
Dengan terbentuknya rumusan tujuan-tujuan di atas, Majelis Taklim Al
Muhajirin Batu Ceper Indah Kota Tangerang berharap di dalam Perjalanannya
(memberi pengajaran-pengajaran agama kepada masyarakat) menjadi yakin,
mantap dan terarah. Hal ini sejalan dengan hadist Nabi Muhammad SAW yang
artinya :"Barang siapa yang menghendaki dunia maka ia harus menguasai
ilmunya, dan barang siapa yang menghendaki akhirat maka ia harus menguasai
39
ilmunya dan barang siapa yang menghendaki keduanya, maka harus pula
menguasai ilmu-ilmunya.”
3. Struktur Organisasi Majelis Taklim Al Muhajirin
Suatu Organisasi seperti Majelis Taklim Al Muhajirin Batu Ceper Indah
Kota Tangerang tidak akan berjalan dengan baik, tanpa adanya orang-orang yang
mengurusi ataupun bertanggung jawab di majelis taklim tersebut, maka harus
dibuat suatu struktur kepengurusan atau struktur organisasi.
Berangkat dari tulisan di atas, maka dapat dipahami bahwa struktur
organisasi dapat dilakukan sebagai kerangka kerjasama di mana orang-orang akan
bertindak, menyusun tenaga kerja dan tugas-tugas serta menyusun bagian-bagian
sedemikian rupa dengan penuh rasa tanggung jawab, sehingga dalam sistem
organisasi terwujud apa yang dicita-citakan.
Yang dimaksud dengan kerangka yaitu ruang lingkup, jalur koordinasi,
kegiatan dan fungsi-fungsi yang dijalankan oleh masing-masing bagian yang ada
dalam struktur organisasi yang bersangkutan. Untuk mencapai misi yang diemban
oleh pengurus Majelis Taklim Al Muhajirin Batu Ceper Indah Kota Tangerang,
seperti yang dituturkan oleh ketua Majelis Taklim yaitu Bunda Faridah Hanum
Lutfi S. Ag, maka disusunlah sebuah bagan dan struktur organisasi sebagai
berikut :
40
STRUKTUR dan BAGAN ORGANISASI
MASJID AL-MUHAJIRIN
Periode 1 September 2013 s/d 30 Januari 2014
KETUA
Hj. Farida Hanum Lutfi
WAKIL KETUA
Ibu Ma’rifat
SEKRETARIS
Ibu Khotimah Ramali
BENDAHARA
Hj. Yuniar Syamsudin
SIE DIKWAH
Hj. Ni’mah
SIE PERLENGKAPAN
Ibu Damrus
SIE INFORMASI
1. Ibu Fitri July
2. Ibu Ance
41
a. Ketua Majelis Taklim
Jabatan ini dipegang oleh Ustadzah Hj. Faridah Hanum Lutfi S. Ag.
Pada umumnya tugas seorang ketua atau pemimpin sama halnya Majelis
Taklim Al Muhajirin Batu Ceper Indah Kota Tangerang adalah
mengusahakan agar yang dipimpinnya dapat merealisasikan tujuannya
dengan sebaik-baiknya dalam kerjasama yang produktif. Seorang Ketua
Majelis Taklim harus bisa mengintegrasikan pandangan-pandangan
anggota kelompok majelis taklim, baik mengenai situasi didalam maupun
di luar kelompok yang bersangkutan.
Selain itu, harus bisa mengawasi tingkah laku anggotanya berdasarkan
rumusan bersama yang telah beliau rumuskan itu dan harus menyadari dan
merasakan kebutuhan-kebutuhan dan cita-cita anggota serta mewakilinya
ke dalam maupun ke luar anggotanya.
b. Wakil Ketua
Jabatan Wakil Ketua ini dipegang oleh Ibu Ma’rifat. Tugas seorang
wakil ketua adalah bertanggung jawab membantu apa yang menjadi tugas
dari ketua majelis taklim. Jabatan ini sama beratnya dengan jabatan ketua
majlis taklim, karena di sini juga diperlukan tenaga ekstra dalam
membantu apa yang diperintahkan oleh seorang ketua serta menjadi
penyalur aspirasi dari anggota kepada ketuanya.
c. Sekretaris
Jabatan Sekretaris ini dipegang oleh Ibu Khotimah Ramali. Sekretaris
bertugas mencatat siapa saja yang menabung, mencatat siapa saja yang
42
menyumbang untuk anak yatim dan sebagainya. Jabatan ini diperlukan
suatu ketelitian agar tidak terjadi kesalahan dalam pembukuannya
dancatatannya.
d. Bendahara
Jabatan Bendahara ini dipegang oleh Ibu Hj. Yuniar Syamsudin.
Beliau bertugas memegang keuangan yang ada di Majelis Taklim Al
Muhajirin Batu Ceper Indah Kota Tangerang. Sifat yang sangat jujur
diperlukan dalam tugas ini, karena banyak orang yang terjerat dosa karena
korupsi dengan ekonomi. Di sinilah saatnya beliau berusaha keras untuk
mengamalkan apa yang diajarkan oleh ustadz tentang amanah dan
kejujuran.47
Selain jabatan-jabatan di atas, dalam tugasnya mereka juga dibantu oleh
seksi-seksi di antaranya sebagai berikut :
a. Seksi Dakwah
Jabatan Seksi Dakwah ini dipegang oleh Ibu Hj Ni’mah bertugas
memimpin dzikir dan pembacaan Surah Yasin dan mencari guru pengajar
atau ustadz/ustadzah dari luar. Maka beliau juga harus membagi waktu
antara ustadz/ustdzah yang akan mengajar agar tidak bentrok. Seorang
Seksi Dakwah juga siap mengaji atau memimpin jalannya pengajian
apabila sang Ustadz/Ustadzah tidak hadir.
b. Seksi Perlengkapan
Jabatan Seksi Perlengkapan ini dipegang oleh Ibu Damrus. Dalam hal
ini beliau bertugas melayani atau melengkapi segala kebutuhan di majelis
43
taklim. Adapun hal-hal yang dilakukannya selama ini adalah membeli Al-
Qur’an untuk majelis taklim, menyediakan minum untuk ibu-ibu pengajian
dan masih banyak lagi.
c. Seksi Informasi
Jabatan Seksi Informasi ini dipegang oleh Ibu Fitri July dan Ibu Ance.
Seksi informasi ini bertugas memberi informasi apapun tentang kegiatan-
kegiatan yang akan dilakukan majelis taklim dan menyampaikan informasi
dari luar, misalnya mengumumkan tentang adanya perayaan hari
besaragama Islam, memberi informasi tentang undangan pengajian dari
luar untuk para ibu-ibu pengajian dan lain-lain.
Jabatan–jabatan yang diberikan di atas bagi ibu-ibu bukan merupakan
anugerah, akan tetapi jabatan tersebut merupakan bebantanggung jawab yang
harus dijalankan dengan sebaik-baiknya. Mengenai tugas-tugasnya memang terasa
berat, namun demi kelancaran jalannya majelis taklim dalam mengemban amanah
amar ma’ruf nahi munkar, mereka harus tetap istiqomah dalam memegang
amanah.
4. Program Jangka Pendek dan Program Jangka Panjang
Program adalah suatu deretan kegiatan yang digambarkan untuk
melaksanakan rencana kegiatan atau kebijakan dalam mencapai tujuan (objective).
Suatu program menentukan kegiatan-kegiatan secara bertahap atau suatu rentetan
kegiatan, yang menjadi tuntunan dalam pelaksanaan suatu kebijakan.
Adapun program jangka pendek dan program jangka panjang
MajelisTaklim Al Muhajirin Batu Ceper Kota Tangerang yaitu :
44
1. Mengadakan perayaan hari-hari besar Islam;
2. Mengadakan tabungan;
3. Mengadakan pengajian mingguan;
4. Menyelenggarakan manasik haji;
5. Pengelolaan zakat;
6. Mengadakan shalat sunnah tasbih;
7. Meningkatkan sarana dan prasarana;
45
BAB IV
ANALISIS KIPRAH DAKWAH USTADZAH HJ. FARIDAH HANUM
LUTFI DI MAJELIS TAKLIM Al-MUHAJIRIN PERUMAHAN BATU
CEPER INDAH KOTA TANGERANG
A. Kiprah Dakwah Ustadzah Hj. Faridah Hanum Lutfi
Pada hakekatnya Dakwah Islamiyah merupakan aktualisasi imani yang
dimanifestasikan dalam suatu pelaksanaan kegiatan kiprah dakwah yang
dilaksanakan secara teratur untuk mempengaruhi cara merasa, bersikap, dan
bertindak manusia pada dataran kenyataan individual dan Sosio-kultural, dalam
rangka mengusahakan ajaran Islam dalam semua segi kehidupan dengan
mempengaruhi cara-cara tertentu.
Dalam melakukan kiprah dakwahnya, Ustadzah Hj. Faridah Hanum Lutfi
mendirikan Majelis Taklim Al Muhajirin sebagai tempat untuk membina umat di
daerah sekitar tempat tinggalnya. Pendirian Majelis Taklim Al Muhajirin
dilakukan Ustadzah Hj. Faridah Hanum Lutfi dilatar belakangi kondisi
masyarakat di Perumahan Batu Ceper Indah, sebagaimana dikatakannya berikut
ini:
Awalnya saya termotivasi di perumahan batu ceper indah,
umumnya disini itu 75% warganya adalah non muslim, jadi saya merasa
berkewajiban untuk menegakkan dan mensyiarkan agama islam di
komplek batu ceper indah ini khususnya. Kewajiban kita juga sebagai
umat islam, selain dari pada itu, tugas saya di kantor kementerian agama
di Jakarta barat, saya merasa terpanggil dengan kondisi dan situasi yang
ada di komplek perumahan batu ceper ini.Kondisi tersebut menyebabkan
tidak adanya silaturrahim di antara sesama warga, jadi dengan kondisi
yang 75% tadi, jadi hidupnya nafsi-nafsi (sendiri-sendiri).1
1Wawancara dengan ustadzah Hj. Farida Hanum Lutfi
46
Untuk membangun Majelis Taklim Al Muhajirin kiprah dakwah yang
dilakukan Ustadzah Hj. Faridah Hanum Lutfi adalah sebagai berikut:
Awalnya dengan saya mengumpulkan warga yaitu di awali dengan
mengadakan senam kesegaran jasmani untuk mengetahui dan mendata
siapa yang muslim dan yang non muslim. Jadi saya membuat satu
pendekatan dengan warga yang ada di komplek ini.Jadi ga mungkin kalau
saya mendatangi satu persatu, door to door, dari pintu ke pintu itu ga
mungkin, terlalu mencolok dan terlalu kelihatan.
Dengan adanya saya mengadakan senam jasmani kesehatan, itu
satu-persatu absen hadir, ibu tinggal dimana, dijalan apa, agama ibu
apa? dan saya buatkan satu absen hadir. Dan selama saya disini belum
adanya ibu-ibu PKK, dan saya masih menyatu ke PKK kota. Dan di
perumahan batu ceper ini belum di adakan, jadi saya banyak bergerak di
kota, di kantor kota sehingga dari situlah saya bisa mendata warga di
perum batu ceper ini yang pada umumnya masih 75% non muslim.2
Tujuan pendirian Majlis Taklim Al Muhajir adalah sebagai beriku:
Tujuan saya mendirikan majelis taklim ini adalah untuk
mempersatukan umat islam yang ada di komplek perumahan batu ceper
indah ini. Dan saya tidak memandang orang itu dari kampung manalah itu,
yg penting tekad saya, perinsip saya, mereka masih memakai rukun
islamnya 5, rukun imannya 6, dan alqurannya masih 30 juz, udah masuk
bersatu kita di bawah panji majelis taklim ibu” Al-muhajirin perumahan
batu ceper indah tangerang ini.3
Oleh karena itu manfaat dakwah yang dilakukan Ustadzah Hanum Lutfi
adalah sebagai berikut:
1. Dari mereka yang tadinya masih awam tidak mengenal al-qur’an, masih
awam dengan agama, akhlak, kebaikan, ibadah, masalah agama semuanya,
karena kan masalah agama kan mencakup akhlak, tauhid, ketauhidan,
akidah akhlak, ibadah. Mereka sudah mengenal islam tetapi belum
menjiwai. dan Alhamdulillah saat ini dengan segala daya upaya, pelan-
pelan, mereka sudah menjiwai,
2. Yang tadinya tidak mengenal kerudung, masih berpakaian seronok, alis
yang di tato, dan di sulam,. Sekarang akhirnya Alhamdulillah sudah
menutup aurat semuanya.
2Wawancara dengan ustadzah Hj. Farida Hanum Lutfi
3Wawancara dengan ustadzah Hj. Farida Hanum Lutfi
47
B. Bentuk-bentukKiprah Dakwah Ustadzah Hj. Faridah Hanum Lutfi
Kiprah dakwah yang dilakukan Ustadzah Hj. Faridah Hanum Luthfi
kepadamasyarakat merupakan upaya dalam mengembangkan
pengetahuankeagamaan yang berdasarkan pada tuntutan al-Qur’an dan Sunnah
yang padaakhirnya masyarakat mampu menghadapi masa depan yang lebih baik,
baik didunia dan di akhirat.Akan tetapi kewajiban umat Islam untuk
menyampaikan risalah secarakeseluruhan, sistematik dan mendalam tentunya
tidak akan dapat dilakukanoleh semua muslim dan muslimat.
Jadi menurut Ustadzah Hj. Faridah Hanum Luthfi diperlukan seorang
pemimpinatau da’i juga da’iyah yang mempunyai peranan bagi mad’unya,
memilikipengetahuan yang cukup dan kemampuan seorang professional sehingga
beliau layak dikatakan seorangpemimpin, guru, dan da’i.
Kebutuhan manusia terhadap dakwah Tuhan yang menciptakanmanusia
sebagai makhluk mulia.Beliau mempunyai fitrah yang suci dengan
desainkejiwaan yang sempurna, memiliki rasa keadilan dan keagamaan yang
hanif.Pada diri manusia terkumpul potensi-potensi, baik yang positif maupun
yangnegatif diantaranya manusia mempunyai akal, hati dan nurani tetapi dia
jugamempunyai syahwat dan hawa nafsu.
Pada dasarnya, dakwah Bil Lisan itu sendiri adalah membekali
manusiadengan informasi dan berita (pesan-pesan) yang benar, dengan
pengetahuanilmiyah, kenyataan faktual dan akurat untuk membantu terbentuknya
pikirandan pandangan dalam menghadapi kenyataan dan kesulitan yang dihadapi.
48
Beliau bukan wanita yang mudah menyerah, tetapi beliau semakin
penasaranuntuk lebih mendalami ilmu agamanya, agar beliau terus mampu
untukmengimplementasikan dakwahnya kepada orang lain.Pada tahun 1965
beliau menikah dengan Muhammad H. Luthfi setelah menikah beliau lebih
konsentrasi dan maksimal lagi dalam berdakwah, karena beliausudah mempunyai
banyak pengalaman sekaligus pengetahuan yang beliaudapatkan dari membaca.
Analisis kiprahdakwah Bil Lisan Ustadzah Hj. Faridah Hanum Luthfi
beliau mengkategorikan dakwah bil lisansama halnya seperti pidato, ceramah,
mengaji, diskusi, nasehat atau segala halyang penyampaiannya melalui lisan
dengan bertujuan untuk mengajak oranglain menjadi lebih baik.
Beliau selalu menyampaikan dakwahnya tidak pernah terlepas dengan
ayat-ayat suci Al-Qur’an dan hadist-hadist rasulullah yang merupakan pedoman
bagi umat Islam dan dasar-dasar hukum Islam. Jadi menurut saya, beliau itu
bicara bukan asal sembarang bicara.Beliau bicara berdasarkan hukum yang kita
pakai sebagai umat Islam.4
Di Daerah Kota Tangerang hampir seluruh masyarakatnya mengenal sosok
da’iyah yang satu ini.Selain beliau adalah anak dari seorang guru besar dantokoh
masyarakat Bengkulu KH.Bachtiar Effendybeliau juga mempunyai potensiyang
kuat dalam berdakwah.
Figurnya sebagai da’iyah yang haus akan ilmu dan beramal,mengajak
dirinya dimanapun beliau berada dan ada kesempatan, beliau tak segan-
4 Hasil wawancara pribadi dengan jamaah ibu Ni’mah
49
seganuntuk mengadakan suatu acara atau kegiatan-kegiatan yang
bersifatkeagamaan.
Adapun bentuk dari kiprah dakwah yang dilakukan Ustadzah Hj. Faridah
Hanum Luthfi:
1. Dakwah Bil Lisan Ustadzah Hj. Faridah Hanum Luthfi
Penggunaan dakwah yang dilakukan dalam bentuk bil lisan
ustadzah Hj. Faridah Hanum Luthfi penulis kelompokkan menjadi
beberapa bentuk, yaitu :
a. Ceramah, dakwah yang beliau lakukan melalui ceramah ini adalah
menyampaikan pesan-pesan dan nasehat-nasehat yang baik yang
membawa nilai-nilai positif kepada mad’u, yang gunanya untuk membawa
mad’u menjadi manusia yang bermanfaat dan berguna bagi masyarakat
dan Tuhannya (Allah SWT). Selain di Kota Tangerang beliau juga pernah
mendapat panggilan ceramah di luar negeri seperti di Malaysia, Thailand
(Witayakarn School, Hatyai Songkhla Thailand, dan Singapura.
b. Mengaji, dakwah ini juga biasa beliau lakukan dalam setiap minggunya.
Dengan mengadakan pengajian Jum’at ibu-ibu di Mjelis Taklim Batu
Ceper Indah Kota Tangerang, guna menyampaikan pesan dakwah
sekaligus nasehat-nasehat yang shohih dan diakhiri dengan tanya jawab
dari mad’u kepada beliau.
c. Halaqah, dakwah dalam bentuk seperti ini biasanya dilakukan oleh
Ustadzah Hj. Faridah Hanum Luthfi dengan memberikan pelajaran atau
pengajian kepada ibu-ibu majelis taklim yang membahas tentang aqidah,
50
fiqih, akhlak, pengetahuan umum dan sebagainya. Dalam pengajian ini
biasanya Ustadzah Hj. Faridah Hanum Luthfi memberikan suatu paper
atau beberapa tafsiran ayat yang sesuai dengan temanya pada saat itu.
Sehingga tugas mad’u disini tidak hanya mendengarkan tetapi mad’u juga
dapat bertanya sekaligus membaca paper tersebut.
Biasanya ketiga hal ini dilakukan di majlis taklim atau di masjid. Dari
tabel di atas, dapat diperoleh data bahwa Ustadzah Hj. Faridah Hanum Luthfi
tidak hanya pandai untuk berceramah tetapi beiau juga masih mau belajar atau
tepatnya berkumpul bersama jama’ahnya untuk mengikuti pengajian serta
membimbing jama’ahnya untuk mengajarkan ilmu-ilmu agama.
Ustadzah Hj. Faridah Hanum Luthfi masih aktif hinggasaat ini untuk
memberikan informasi keagamaan lewat beberapa lembarkertas yang berisi ayat-
ayat al-Qur’an yang beliau sebut paper.Apa yang disampaikan, dan diamalkan
oleh Ustadzah Hj. Faridah Hanum Luthfi.Dalam dakwah bil lisan yang penulis
kelompokkan di atas, tidak lain semuabersumber dari al- Qur’an dan as-Sunnah
yang notabennya adalah sumberutama yang mencakup keseluruhan kultur Islam
yang murni.
Adapun materiyang digunakan untuk isi ceramahnya yaitu tentang :
tauhid, muamalah,sejarah, akhlak dan doa-doa lainnya. Profesinya sebagai da’iyah
membuat beliau bersosialisasi dengan masyarakat.
51
2. Dakwah Bil Qalam Ustadzah Hj. Faridah Hanum Lutfi
Bila ditelusuri di dalam tafsir Departemen Agama RI disebutkanbahwa
definisi dakwah bil qalam adalah mengajak manusia dengan carabijaksana kepada
jalan yang benar menurut perintah Allah SWT,lewat senitulisan.5
Pada zaman sekarang model dakwah seperti ini sudah mulai efektifuntuk
direalisasikan.Mengingat kemajuan teknologi informasi yangmemungkinkan
seseorang berkomunikasi secara intens dan menyebabkanpesan dakwah bisa
menyebar seluas-luasnya, maka dakwah lewat tulisan mutlak dimanfaatkan oleh
subjek dakwah.6
Dalam hal ini ustadzah Hj. Faridah Hanum Luthfi adalah seseorang
yangmahir dalam membuat paper atau suatu tulisan yang di dalamnya
berisikanayat-ayat al-Qur’an dan Hadist-hadist Nabi SAW. Yang sesuai dengan
dengantema dakwah yang beliau sampaikan.
Sudah banyak sekali paper-paper yang beliau buat untuk di
sebarluaskankepada jama’ah-jama’ahnya di majelis taklim yang beliau bina
selama ini.Menurutnya paper itu beliau buat tidak hanya untuk di bacasaja
melainkan untuk dipelajari dan dipahami oleh jama’ahnya, isinyamemang tidak
banyak hanya beberapa lembar saja tiap pembahasan.Akantetapi beliau optimis
bahwa seluruh jama’ahnya mampu mengerti sekaligusmemahami paper yang
ditulis tersebut.
5
Departemen Agama RI, Proyek Penggandaan Kitab Suci Al-Qur’an, Al-Qur’an
danTafsirnya, jilid XI, juz 29(Jakarta : YPPA, 1995), h. 255. 6Jalaluddin Rahmat, Islam Aktual : Refleksi Sosial Cendikiawan Muslim, (Bandung
:Mizan, 1998), h. 172
52
Ustadzah Hj. Faridah Hanum Luthfi berdakwahdengan membuat suatu
tulisan seperti paper atau artikel yang berguna untukmemberikan informasi
tentang keagamaan kepada setiap jama’ahnya.Bahkan tidak jarang pula
jama’ahnya sangat antusias untuk menyebarluaskan papernya dengan cara datang
kepadanya untuk meminta izin agardiperbolehkan memfotocopy tulisan-
tulisannya.
Hal seperti inilah yang memacu dirinyauntuk terus menulis dan membuat
paper, agar seluruh masyarakat dimanapundapat memahami dakwahnya lewat
tulisan. Paper yang beliau tulis menggunakanbahasa Indonesia dan materi yang
beliau gunakan untuk penulisan isi paper ini sama dengan apa yang beliau
sampaikan dalam ceramahnya. Seperti :tauhid, akhlak, muamalah, dan doa-doa
lainnya.
Dalam perkembangan seperti sekarang ini dakwah juga
harusmenyesuaikan situasi dan kondisi karena dunia semakin berubah ke arah
yanglebih maju.Untuk itulah keberhasilan dakwah ditentukan oleh da’i atau
da’iyah itu sendiri.Keberhasilan dan kesuksesan yang beliau raih sekarang ini,
tidak beliaudapatkan dengan mudah.Justru keberhasilan itu datang karena
ketekunannyadalam ajaran Islam untuk berdakwah, selalu berusaha dan
mempunyai tekadyang kuat untuk meneruskan cita-cita yang beliau inginkan dari
kecil.
53
3. Dakwah Bil Hal Ustadzah Hj. Faridah Hanum Luthfi
Da’wah BilHalerat kaitannya dengan komunikasi yang bersifat persuasif
sebab pada hakekatnya da’wah bil hal adalah pemanfaatan situasi dan kondisi
masyarakat sebagai kegiatan da’wah agar tumbuh loyalitas atau kepatuhannya
terhadap ajaran agama.7 Kondisi atau situasi masyarakat yang dimaksud adalah
apa yang paling dibutuhkan oleh masyarakat dijadikan jalan atau wahana
penyampaian kegiatan.
Dalam da’wah bil hal ini ustadzah Hj. Faridah Hanum Luthfi adalah
sebagai langkah mengubah keadaan masyarakat menjadi lebih baik dari keadaan
sebelumnya. Dengan perubahan keadaan tersebut di harapkan akan terjadi
perubahan sikap dan perilakunya terhadap agama.
C. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah salah satu cara yang digunakan oleh seorang da’I
untuk menjelaskan sebuah ilmu agama kepada para mad’u. menurut Ustadzah
Faridah Hanum Luthfi: “Metode ceramah merupakan sebuah metode atau cara
paling mudah untuk menyampaikan sebuah pesan dakwah demi menunjukkan
kepada mad’u menuju jalan diridha oleh Allah SWT. Menurut Ustadzah Faridah
Hanum Luthfi, “ mencari yang terindah dapat diserap oleh jama’ah, tentunya
berupa tausyiah atau ceramah.
Berdasarkan ungkapan beliau, berdakwah dengan sebuah ceramah adalah
cara yang termudah untuk memberikan pemahaman kepada mad’u. dengan
metode ini seorang da’I menyampaikan peswan dakwah melalui lisan, ucapan
7 Ghazali, M. Bhari, (1997), Da’wah Komunikatif : Membangun Kerangka Dasar Ilmu
Komunikasi Da’wah, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya cet Ke-1, h.90
54
atau perkataan. Metode ini merupakan sebuah komunikasi secara langsung antara
subyek dan objek dakwah.
Selain itu, metode ini sangat tepat digunakan oleh Ustadzah Faridah
Hanum Luthfi karena mad’u yang beliau hadapi merupakan sebuah kelompok
dari sebuah perusahaan, karena dengan metode ini Ustadzah Farida Hanum
Luthfi berdakwah kepada mad’u secara sekaligus, artinya ketika Ustadzah Farida
Hanum Luthfi menyampaikan pesan dakwah, beliau tidak hanya memberikan
pemahaman agama kepada satu orang saja, melainkan secara serempak atau
sekaligus.
Dalam metode ceramahnya, beliau memberikan pemahaman agama serta
mendidik para mad’u dengan cara yang bijaksana (bi al-Hikmah), ini dimana
peneliti mendengarkan isi ceramah yang beliau sampaikan kepada para mad’u di
lembaga BKMT (Badan Kontak Majelis Ta’lim) Perumahan Batu Ceper Indah,
Kota Tangerang.
Dalam ceramahnya beliau selalu memberikan materi yang ada kaitannya
dengan aqidah, seperti memberikan hadist yang berkaitan dengan aqidah, yaitu:
“Wahai golongan orang Muslim, hendaklah kalian bertakwa kepada Allah dan
hemdaklah kalian menimbulkan rasa kasih saying kepada saudara-saudara
kalian, karena tidak ada pahala yang lebih cepat lagi sampainya di dunia,
kecuali silaturrahmi”. Dalam Hadist ini, beliau memberikan nasihat-nasihat yang
baik agar seseorang dapat bertakwa kepada Allah SWT.
55
D. Metode Tanya Jawab
Metode Tanya jawab lebih akurat apabila digunakan sebagai pedalaman
materi dalam kegiatan pengajian.Dalam kegiatan yang sedemikian rupa terjalin
hubungan yang mantap.Metode ini Ustadzah Faridah Hanum Luthfi berdakwah
dengan mad’unya, terutama masalah pemahaman ajaran agama secara lengkap.
E. Metode Seminar/ Diskusi
Metode ini merupakan sebuah metode yang digunakan Ustadzah Faridah
Hanum Luthfi memungkinkan mad’u akan lebih jauh lagi adalah terjalin
hubungan antara sesame mad’unya.
F. Metode Memberikan Ringkasan Materi
Metode ini merupakan sebuah metode yang digunakan oleh Ustadzah
Faridah Hanum Luthfi menggunakan tulisan dengan meletakkan sesuatu pada
tempatnya artinya tulisan tersebut berisi ajakan atau seruan menegnai amar
ma’ruf dan Nahi Munkar yang berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadist (Bi Al-
Himah).Dalam ringkasan tersebut.Selain itu, tujuan dari ringkasan ini.Agar
ketika para mad’u lupa dengan materi yang pernah dibahas, mereka hanya
tinggal membuka saja catatan yang pernah diberikan oleh Ustadzah Faridah
Hanum Luthfi.
G. Metode Pemberian Bantuan Sosial
Metode pemberian bantuan sosialmerupakan metode yang dilaksanakan
dengan jalan memberikan bantuan social kepada masyarakat da’wah yang
sifatnya mengadakan perubahan perilaku masyarakatnya menjadi lebih baik.
56
Melalui kegiatan pemberian bantuan sosial yang dilakukan oleh
Ustadzah Faridah Hanum Luthfi keepada anak yatim, secara tidak langsung telah
melakukan kegiatan dakwah agama, karena pada dasarnya kegiatan bantuan
sosial adalah ajaran agama yang sangat dianjurkan.
H. Metode Praktik
Dalam metode ini, Ustadzah Farida Hanum Luthfi memberikan metode
praktik kepada mad’u yaitu memberikan pemahaman kepada mad’u secara
praktik. Seperti cara berhubungan (beribadah) kepada Allah SWT (hablun min
Allah) dengan metode bi Al-Hikmah yaitu (tepat dalam perkataan dan perbuatan
serta meletakkan sesuatu pada tempatnya). Sebuah praktik akan mendapatkan
nilai ibadah di sisi Allah SWT apabila orang tersebut mengetahui serta
mengamalkannya dengan baik dan benar tentang apa yang dipraktik.
Metode ini digunakan oleh Ustadzah Farida Hanum Lutfhi, ketika
sebuah materi yang dibahas berkaitan dengan praktik. Biasanya metode ini
digunakan, ketika materi yang dibahas adalah ilmu fiqih, seperti tata cara shalat,
wudhu, dan lain-lain. Metode ini digunankan beliau sebagai pelemgkap setelah
memberikan cermah dan Tanya jawab.Praktik yang beliau contohkan sesuai
dengan kebenran, artinya tidak keluar dari Al-Qur’an dan Al-Hadist dan penuh
kebijaksanaan (bi Al-Hikmah). Contoh praktiknya: dalam Al-Qur’an Surat Al-
Maidah:5/6:
57
Artinya: “pada hari ini Dihalalkan bagimu yang baik-baik.
makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi Al kitab itu halal bagimu,
dan makanan kamu halal (pula) bagi mereka. (dan Dihalalkan
mangawini) wanita yang menjaga kehormatan, diantara wanita-wanita
yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara
orang-orang yang diberi Al kitab sebelum kamu, bila kamu telah
membayar mas kawin mereka dengan maksud menikahinya, tidak dengan
maksud berzina dan tidak (pula) menjadikannya gundik-gundik.
Barangsiapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum
Islam) Maka hapuslah amalannya dan ia di hari kiamat Termasuk orang-
orang merugi.
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak
mengerjakan shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai
dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan
kedua mata kaki, dan jika kamu junub Maka mandilah, dan jika kamu
sakit, atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus)
atau menyentuh, perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, Maka
bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan
tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi
Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya
bagimu, supaya kamu bersyukur.
Ada yang mengatakan wanita-wanita yang merdeka.Maksudnya:
sakit yang tidak boleh kena air. Artinya: menyentuh. menurut jumhur
Ialah: menyentuh sedang sebagian mufassirin Ialah: menyetubuhi.
58
Ayat di atas menunjukkan bahwa ketika seseorang hendak berwudhu
maka, basuhlah mukanya dan tangannya sampai dengan siku, dan sapulah kepala
dan membasuh pula kakinya sampai dengan kedua mata kakinya, maka disinilah
ustadzah Farida Hanum Luthfi mempraktikannya secara langsung kepada mad’u
apa yang metode bil al-Hikmah yaitu sesuai dengan yang diperintahkan Allah
SWT, tidak boleh kena air, maka beliau memberikan jalan agar bertayamum.
Dengan metode praktik yang beliau berikan kepada para mad’u, maka
beliau menggunakan metode bi Al-Hikmah yaitu sebuah praktik yang diberikan
sesuai dengan kebenaran yang terdapat dalam Al-Qur’an al-Karim melalui
pendapat para ulama.
59
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Figur Ustadzah Hj. Faridah Hanum Luthfi sebagai da’iyah yang haus akan
ilmu dan beramal, mengajak dirinya dimanapun beliau berada dan ada
kesempatan, beliau tak segan-segan untuk mengadakan suatua cara atau kegiatan-
kegiatan yang bersifat keagamaan. Dakwah Bil Lisan, dakwah Bil Qalam dan Bil
Hal yang dilakukan Ustadzah Faridah Hanum Luthfi, yaitu :
1. Ceramah, dakwah yang beliau lakukan melalui ceramah ini adalah
menyampaikan pesan-pesan dan nasehat-nasehat yang baik yang
membawa nilai-nilai positif kepada mad’u, yang gunanya untuk membawa
mad’u menjadi manusia yang bermanfaat dan berguna bagi masyarakat
danTuhannya (Allah SWT).
2. Biasanya beliau melakukan ceramah di beberapa majlis taklim di Jakarta
dalam satu harinya. Mengaji, dakwah ini juga biasa beliau lakukan dalam
setiap minggunya. Dengan mengadakan pengajian mingguan ibu-ibu di
wilayah Perumahan Batu Ceper Tangerang.
3. Musyawarah (diskusi), dakwah bentuk ini biasanya dilakukan
olehustadzah Hj. Faridah Hanum Lutfi dengan mengadakan pertemuan
yang dihadiri oleh ustadzah-ustadzah sekaligus tokoh agama untuk
membahas suatu permasalahan dan bertukar fikiran tentang agama Islam.
60
4. Halaqah, dakwah dalam bentuk seperti ini biasanya dilakukan oleh
ustadzah Hj. Faridah Hanum Lutfi dengan memberikan pelajaran atau
pengajian kepada ibu-ibu majlis taklim yang membahs tentang aqidah,
fiqih, akhlak, pengetahuan umum dan sebagainya.
5. Sedangkan dakwah bil qalam yang sudah lakukan hingga saat ini adalah
menulis artikel atau paper yang di dalamnya berisikan ayat-ayat al-Qur’an
dan Hadist-hadist Nabi SAW yang sesuai dengan tema dakwah yang
beliau sampaikan. Untuk meraih kesuksesan ini beliau harus bekerja keras
untuk membangun dakwah Islam dari kecil. Dan dengan bantuan dan
dukungan orangtuanya semasa hidup, beliau masih bias tetap eksis dalam
bidang dakwah hingga saat ini.
6. Dari sekian banyak uraian yang penulis sampaikan, maka penulis
menyimpulkan bahwa dakwah merupakan tanggung jawab seluruh umat
Islam demi kemashlahatan dunia akhirat.
7. Da’wah Bil Hal erat kaitannya dengan komunikasi yang bersifat persuasif
sebab pada hakekatnya da’wah bil hal adalah pemanfaatan situasi dan
kondisi masyarakat sebagai kegiatan da’wah agar tumbuh loyalitas atau
kepatuhannya terhadap ajaran agama.
Kemudian usaha-usaha untuk memajukan dan meningkatkan dakwah
harus terus dilakukan agar kiprah dakwah ustadzah Hj. Faridah Hanum Lutfi
sampai kepada tujuannya (mad’u) secara efektif. Disamping itu diperlukan sarana
dakwah yang memadai agar masyarakat lebih giat dalam merealisasikan dakwah
Islam.
61
B. Saran-saran
1. Semoga kiprah dakwah yang dilakukan ustadzah Hj. Faridah Hanum Lutfi
hingga saat ini dapat ditingkatkan kembali sehingga dapat memotivasi
masyarakat, sekaligus da’I dan da’iyah yang lain untuk memajukan
dakwah Islam.
2. Hendaknya ustadzah Hj. Faridah Hanum Lutfi lebih melebarkan sayap lagi
untuk bekerjasama denganl embaga-lembaga di yang berguna sebagai
pendukung aktivitas dakwahnya.
3. Sebaiknya konsep-konsep atau program-program yang belum
dilaksanakan ustadzah Hj. Faridah Hanum Lutfi agar secepatnya
diwujudkan, hal ini demi kemajuan dakwah yang beliau bangun.
4. Kepada pengurus Majelis Taklim Al-Muhajirin Batu Ceper Indah, Kota
Tangerang maupun kepada anggotanya, tetaplah semngat dan selalu
membina dan mengembangkan majelis taklim agar terus maju.
5. Bagi pengurus Majelis Taklim Al-Muhajirin Batu Ceper Indah, Kota
Tangerang hendaknya terus meningkatkan kegiatan-kegiatan keagamaan
baik yang berupa pengajian maupun yang lainnya.
62
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, Masykuri. MimbarAgama dan Budaya Vol XVI, 1999
Affandi, Bisri. Beberapa Percikan Jalan Dakwah, (Surabaya: Fakultas
DakwahSurabaya, 1984)
Affandi, Suherman. Faktor Kesuksesan Da’I (Risalah No. 6/XXXVIII, 1990)
Amin, Samsul Munir. Ilmu Dakwah. (Jakarta: Amzah, 2009)
Anshari, M. Hafi. Pemahaman dan Pengamalan Dakwah, (Surabaya: Usana
Offset Printing, 1993)
Bachtiar, Wardi. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta : Logos Wahan
Ilmu, 1997)
Darmawan, Andy. Metodologi Ilmu Dakwah, (Yogyakarta: LESFI, 2002)
Departemen Agama RI, Proyek Penggandaan Kitab Suci Al-Qur’an, Al-Qur’an
danTafsirnya, jilid XI, juz 29(Jakarta : YPPA, 1995).
Hadi, Sutrisno Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi Offset, 1998)
Hafidhudin, Didin. Dakwah Aktual, (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), Cet.ke-1
Harahap, Syahrin. Islam: Konsep dan Implementasi Pemberdayaan, (Yogyakarta:
Tiara Wacana, 1999)
Hariadi, Bambang. Strategi Manajemen, Strategi Memenangkan Perang
Bisnis,(Malang: Bayu Media Publishing, 2005).
Ismail, Nawari dan Al-Mahfudz, Ki. Musa. Filsafat dakwah, Ilmu Dakwah
DanPenerapannya, (Jakarta: Bulan Bintang, 2004)
Jauch, Lawrence R. dan Gluek, William F. Manajemen Strategis dan Kebijakan
Perusahaan,(Jakarta: Erlangga, 1988)
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2006).
Mulkanasir, Strategik Pengembangan Kualitas Sumber Daya Manusia, Jurnal
Dakwahdan Komunikasi, Edisi 2 Desember 2006.
63
Nazir, Moh. Metode Penelitian, (Bandung: Ghalia Indonesia, 1999).
Pratiknya, Ahmad Watik. Islam dan Dakwah: Pergumulan Antara Nilai Dan
Realita, (Yogyakarta: Muhammadiah Majlis Tabligh, 1988).
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2007), Edisi. 3
Rabi’ bin Hadi al-Madkhali, Fiqih Dakwah Para Nabi AS, (Bogor: Media
Tarbiyah,2006), Cet. Ke-1
Rafiuddin dan Abd. Jalil, Maman. “Prinsip dan Strategi Dakwah,” (Bandung:
PustakaSetia, 1997), Cet. Ke- 1
Rakhmat, Jalaluddin. Islam Aktual, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2002).
Rivai, Veithzal. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan dari Teori
kePraktek, (Jakarta: Murai Kencana, 2006)
S. Nasution. Metode Penelitian Naturalistik Kualiltatif. ( Bandung: Tarsito, 1998).
Satori, Djam’an dan Komariah, Aan. Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung:
Alfabeta, 2009)
Shaleh, Abd. Rasyad. “Managemen Dakwah Islam,” (Jakarta: Bintang Bulan,
1993),Cet. Ke-3
Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an,
(Jakarta: Lentera Hati, 2005), cet. Ke-IV
Shihab, Quraish. Membumikan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1992)
Shihab, Quraish. Dakwah dalam Al-Qur’an As-Sunnah, (Jakarta: Lentera Hati,
1992)
Soetmina, Perpustakaan, Kepustakaan dan Pustakawan, (Yogyakarta : Kanisius,
1992), Cet. Ke-I
Sutepo, Pengantar Penelitian Kualitatif, Dasar-Dasar Teoritis dan Praktik,
(Surakarta : Puslitbang UNS, 2002)
Syukri, Asmuni. Dasar-dasar Strategi Dakwah, (Surabaya Al-Ikhlas, 1993).
Syukri, Asmuni. Dasar-dasar Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas. 2001).
Yunus, Mahmud. Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta : Hidakarya Agung, 1990),
FOTO DOKUMENTASI
FOTO BERSAMA USTDAZAH HANUM LUTFHI SEBAGAI OBJEK PENELITIAN
KEGIATAN HJ. FARIDAH LUTHFI KETIKA STUDY BANDING KE LUAR NEGERI