kista ovari

22
LAPORAN PENDAHULUAN KISTA OVARI A. Pengertian Menurut (Winkjosastro, et. all, 1999) kistoma ovarii merupakan suatu tumor, baik yang kecil maupun yang besar, kistik atau padat, jinak atau ganas. Dalam kehamilan, tumor ovarium yang dijumpai yang paling sering ialah kista dermoid, kista coklat atau kista lutein. Tumor ovarium yang cukup besar dapat menyebabkan kelainan letak janin dalam rahim atau dapat menghalang-halangi masuknya kepala ke dalam panggul. B. Etiologi Menurut etiologinya, kista ovarium dibagi menjadi dua, yaitu (Ignativicius, Bayne, 1991) : 1. Kista non neoplasma, disebabkan karena ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron, diantaranya adalah : 1. Kista non fungsional Kista serosa inklusi, berasal dari permukaan epitelium yang berkurang di dalam kortek. 2. Kista fungsional Kista folikel, disebabkan karena folikel yang matang menjadi ruptur atau folikel yang tidak matang 1

Upload: yulli-utami

Post on 10-Feb-2016

14 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kista ovariii

TRANSCRIPT

Page 1: kista ovari

LAPORAN PENDAHULUAN

KISTA OVARI

A. Pengertian

Menurut (Winkjosastro, et. all, 1999) kistoma ovarii merupakan suatu

tumor, baik yang kecil maupun yang besar, kistik atau padat, jinak atau ganas.

Dalam kehamilan, tumor ovarium yang dijumpai yang paling sering ialah kista

dermoid, kista coklat atau kista lutein. Tumor ovarium yang cukup besar dapat

menyebabkan kelainan letak janin dalam rahim atau dapat menghalang-halangi

masuknya kepala ke dalam panggul.

B. Etiologi

Menurut etiologinya, kista ovarium dibagi menjadi dua, yaitu (Ignativicius,

Bayne, 1991) :

1. Kista non neoplasma, disebabkan karena

ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron, diantaranya adalah :

1. Kista non fungsional

Kista serosa inklusi, berasal dari permukaan epitelium yang berkurang di

dalam kortek.

2. Kista fungsional

Kista folikel, disebabkan karena

folikel yang matang menjadi ruptur atau folikel yang tidak matang

direabsorbsi cairan folikuler diantara siklus menstruasi. Banyak terjadi

pada wanita yang menarche kurang dari 12 tahun.

Kista korpus luteum, terjadi karena

bertambahnya sekresi progesteron setelah ovulasi.

Kista tuka lutein, disebabkan

karena meningkatnya kadar HCG terdapat pada mola hidatidosa.

Kista stein laventhal, disebabkan

karena peningkatan kadar LH yang menyebabkan hiperstimulasi

ovarium.

1

Page 2: kista ovari

2. Kista neoplasma (Wiknjosastro, et.all, 1999)

a. Kistoma ovarii simpleks. Adalah suatu jenis kistadenoma serosum yang

kehilangan epitel kelenjarnya karena tekanan cairan dalam kista.

b. Kistadenoma ovarii musinosum. Asal kista ini belum pasti, mungkin

berasal dari suatu teratoma yang pertumbuhannya satu elemen

mengalahkan elemen yang lain.

c. Kistadenoma ovarii serosum. Berasal dari epitel permukaan ovarium

(germinal ovarium).

d. Kista endometroid. Belum diketahui penyebabnya dan tidak ada

hubungannya dengan endometrioid.

e. Kista dermoid. Tumor berasal dari sel telur melalui proses patogenesis.

C. Patofisiologi

1. Kista non neoplasma (Ignativicius, Bayne, 1991 )

1. Kista non fungsional

Kista serosa inklusi, di dalam kortek yang dalam timbul invaginasi dari

permukaan epitelium yang berkurang. Biasanya tunggal atau multiple,

berbentuk variabel dan terbatas pada cuboidal yang tipis, endometri atau

epitelium tuba. Berukuran 1 cm sampai beberapa cm.

2. Kista fungsional

1). Kista folikel. Kista dibentuk ketika folikel yang matang menjadi

ruptur atau folikel yang tidak matang direabsorbsi cairan folikuler

diantara siklus menstruasi. Bila ruptur menyebabkan nyeri akut pada

pelvis. Evaluasi lebih lanjut dengan USG atau laparaskopi. Operasi

dilakukan pada wanita sebelum pubertal, setelah menopause atau kista

lebih dari 8 cm.

2). Kista korpus luteum. Terjadi setelah ovulasi dikarenakan

meningkatnya hormon progesteron. Ditandai dengan keterlambatan

menstruasi atau menstruasi yang panjang, nyeri abdomen bawah atau

2

Page 3: kista ovari

pelvis. Jika ruptur pendarahan intraperitonial, terapinya adalah operasi

oovorektomi.

3). Kista tuka lutein. Ditemui pada kehamilan mola, terjadi pada 50 %

dari semua kehamilan. Dibentuk sebagai hasil lamanya slimulasi

ovarium dari berlebihnya HCG. Tindakannya adalah mengangkat

mola.

4). Kista Stein Laventhal. Disebabkan kadar LH yang berlebihan

menyebabkan hiperstimulasi dari ovarium dengan produksi kista yang

banyak. Hiperplasia endometrium atau koriokarsinoma dapat terjadi.

Pengobatan dengan kontrasepsi oral untuk menekan produksi LH dan

oovorektomi.

2. Kish neoplasma jinak (Wiknjosastro, et.all, 1999)

1. Kistoma ovarii simplek. Kista ini bertangkai

dan dapat menyebabkan torsi (putaran tangkai). Di duga kista ini adalah

jenis kistadenoma serosum yang kehilangan kelenjarnya karena tekanan

cairan dalam kista. Tindakannya adalah pengangkatan kista dengan reseksi

ovarium.

2. Kistadenoma ovarii musinosum. Asal tumor

belum diketahui secara pasti, namun diduga berasal dari teratoma yang

pertumbuhan satu elemen mengalahkan elemen yang lain, atau berasal dari

epitel germinativum.

3. Kistadenoma ovarii serosum. Berasal dari

epitel permukaan ovarium (germinal ovarium). Bila kista terdapat

implantasi pada peritonium disertai asites maka harus dianggap sebagai

neoplasma yang ganas, dan 30% sampai 35% akan mengalami keganasan.

4. Kista endometroid. Kista biasanya unilateral

dengan permukaan licin, pada dinding dalam terdapat satu lapisan sel-sel

yang menyerupai lapisan epitel endometrium.

5. Kista dermoid. Adalah suatu teratoma kistik

yang jinak dimana strukturstruktur ektoderma dengan diferensiasi

sempurna seperti epitel kulit, rambut, gigi dan produk glandula sebasea

3

Page 4: kista ovari

putih menyerupai lemak nampak lebih menonjol dari pada elemen-elemen

ektoderm dan mesoderm. Tumor berasal dari sel telur melalui proses

patogenesis.

D. Gambaran Klinis Kistadenoma Oovarii Serosum

Mayoritas penderita tumor ovarium tidak menunjukkan adanya gejala

sampai periode waktu tertentu. Hal ini disebabkan perjalanan penyakit ovarium

berlangsung secara tersembunyi sehingga diagnosis sering ditemukan pada waktu

pasien dalam keadaan stadium lanjut. Sampai pada waktunya klien mengeluh

adanya ketidakteraturan menstruasi, nyeri pada perut bawah, rasa sebah pada

perut, dan timbul benjolan pada perut.

Pada umumnya kista jenis ini tak mempunyai ukuran yang amat besar

dibandingkan dengan kistadenoma musinosum. Permukaan tumor biasanya licin,

akan tetapi dapat pula berbagala karena kista ovariumpun dapat berbentuk

multilokuler, meskipun lazimnya berongga satu. Warna kista putih keabu-abuan.

Ciri khas kista ini adalah potensi pertumbuhan papiler ke dalam rongga kista

sebesar 50 %; dan keluar pada permukaan kista sebesar 5 %. Isi kista cair kuning

dan kadang-kadang coklat karena campuran darah. Tidak jarang kistanya sendiri

kecil, tetapi permukaannya penuh dengan pertumbuhan papiler (solid papiloma).

E. Proses Penyembuhan Luka

Tanpa memandang bentuk, proses penyembuhan luka adalah sama,

perbedaan terjadi menurut waktu pada tlap-tiap fase penyembuhan dan waktu

granulasi jaringan. (Long, 1996), fase-fase penyembuhan luka antara lain :

1. Fase I

Pada fase ini leukosit mencerna bakteri dan jaringan rusak, terbentuk fibrin

yang bertumpuk mengisi luka dari benang fibrin. Lapisan tipis dari sel epitel

bermigrasi lewat luka dan membantu menutupi luka. Kekuatan luka rendah

tapi luka dijahit akan menahan jahitan dengan baik. Setelah besar pasien akan

merasa sakit pada fase ini dan berlangsung selama 3 hari.

4

Page 5: kista ovari

2. Fase II

Berlangsung 3 sampai 14 hari setelah bedah, leukosit mulai menghilang dan

ceruk mulai berisi kolagen serabut protein putih. Semua lapisan sel epitel

beregenerasi dalam 1 minggu, jaringan ikat kemerahan karena banyak

pembuluh darah. Tumpukan kolagen akan menunjang luka dengan baik dalam

6 sampai 7 hari, jadi jahitan diangkat pada fase ini, tergantung pada tempat

dan luasnya bedah.

3. Fase III

Kolagen terus tertumpuk, hal ini menekan pembuluh darah baru dan arus

darah menurun. Luka sekarang terlihat seperti berwarna merah jambu yang

luas, terjadi pada minggu ke dua hingga enam post bedah, pasien harus

menjaga agar tidak menggunakan otot yang terkena.

4. Fase IV

Berlangsung beberapa bulan setelah bedah, pasien akan mengeluh gatal di

seputar luka, walau kolagen terus menimbun, pada waktu ini luka menciut dan

menjadi tegang. Bila luka dekat persendian akan terjadi kontraktur karena

penciutan luka akan terjadi ceruk yang berlapis putih.

F. Pemeriksaan Penunjang

1. Laparaskopi

Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor

berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk menentukan silat-sifat tumor itu.

2. Ultrasonografi

Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor apakah tumor

berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor kistik atau

solid, dan dapatkah dibedakan pula antara cairan dalam rongga perut yang

bebas dan yang tidak.

3. Foto Rontgen

Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks. Selanjutnya,

pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat gigi dalam tumor.

5

Page 6: kista ovari

Penggunaan foto rontgen pada pictogram intravena dan pemasukan bubur

barium dalam colon disebut di atas.

4. Parasentesis

Telah disebut bahwa fungsi pada asites berguna menentukan sebab asites.

Perlu diingatkan bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan cavum peritonei

dengan kista bila dinding kista tertusuk. (Wiknjosastro, et.all, 1999)

G. Penatalaksanaan

Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas ialah

pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang

mengandung tumor. Akan tetapi jika tumornya besar atau ada komplikasi, perlu

dilakukan pengangkatan ovarium, bisanya disertai dengan pengangkatan tuba

(Salpingo-oovorektomi). (Wiknjosastro, et.all, 1999)

Asuhan post operatif merupakan hal yang berat karena keadaan yang

mencakup keputusan untuk melakukan operasi, seperti hemorargi atau infeksi.

Pengkajian dilakukan untuk mengetahui tanda-tanda vital, asupan dan keluaran,

rasa sakit dan insisi. Terapi intravena, antibiotik dan analgesik biasanya

diresepkan. Intervensi mencakup tindakan pemberiaan rasa aman, perhatian

terhadap eliminasi, penurunan rasa sakit dan pemenuhan kebutuhan emosional

Ibu. (Hlamylton, 1995).

Efek anestesi umum. Mempengaruhi keadaan umum penderita, karena

kesadaran menurun. Selain itu juga diperlukan monitor terhadap keseimbangan

cairan dan elektrolit, suara nafas dan usaha pernafasan, tanda-tanda infeksi saluran

kemih, drainese urin dan perdarahan. Perawat juga harus mengajarkan bagaimana

aktifitas pasien di rumah setelah pemulangan, berkendaraan mobil dianjurkan

setelah satu minggu di rumah, tetapi tidak boleh mengendarai atau menyetir untuk

3-4 minggu, hindarkan mengangkat benda-benda yang berat karena aktifitas ini

dapat menyebabkan kongesti darah di daerah pelvis, aktifitas seksual sebaiknya

dalam 4-6 minggu setelah operasi, kontrol untuk evaluasi medis pasca bedah

sesuai anjuran. (Long, 1996)

II. PROSES KEPERAWATAN

6

Page 7: kista ovari

1. Pengkajian

Yaitu suatu kegiatan mengumpulkan dan mengorganisasikan data yang

dikumpulkan dari berbagai sumber dan merupakan dasar untuk tindakan dan

keputusan yang diambil pada tahap-tahap selanjutnya. Adapun pengkajiannya

meliputi :

a. Biodata

Meliputi identitas pasien, identitas penanggung jawab dan identitas masuk.

b. Riwayat kesehatan,

meliputi keluhan utama, riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan

dahulu, riwayat kesehatan keluarga dan riwayat sosial ekonomi.

c. Status Obstetrikus,

meliputi :

1). Menstruasi :

menarche, lama, siklus, jumlah, warna dan bau

2). Riwayat

perkawinan : berapa kali menikah, usia perkawinan

3). Riwayat

persalinan

4). Riwayat KB

d. Pengkajian pasca

operasi rutin, menurut (Ingram, Barbara, 1999)

1). Kaji tingkat

kesadaran

2). Ukur tanda-

tanda vital

3). Auskultasi

bunyi nafas

4). Kaji turgor

kulit

7

Page 8: kista ovari

5). Pengkajian

abdomen

Inspeksi ukuran dan kontur abdomen

Auskultasi bising usus

Palpasi terhadap nyeri tekan dan massa

Tanyakan tentang perubahan pola defekasi

Kaji status balutan

6). Kaji

terhadap nyeri atau mual

7). Kaji status

alat intrusif

8). Palpasi nadi

pedalis secara bilateral

9). Evaluasi

kembajinya reflek gag

10). Periksa

laporan operasi terhadap tipe anestesi yang diberikan dan lamanya

waktu di bawah anestesi.

11). Kaji status

psikologis pasien setelah operasi

e. Data penunjang

1). pemeriksaan

laboratorium : pemeriksaan darah lengkap (NB, HT, SDP)

2). terapi :

terapi yang diberikan pada post operasi baik injeksi maupun peroral

2. Diagnosa Keperawatan Dan Fokus

Intervensi

a. Resiko tinggi aspirasi

berhubungan dengan penurunan kesadaran (Carpenito, 2001)

8

Page 9: kista ovari

Tujuan : Tidak terjadi aspirasi yang berhubungan dengan penurunan

kesadaran.

Kriteria hasil : Tidak mengalami aspirasi, pasien dapat mengungkapkan

tindakan untuk menghindari aspirasi.

Intervensi :

1). Pertahankan

posisi baring miring jika tidak ada kontra indikasi karena cidera.

2). Kaji posisi

lidah, pastikan bahwa lidah tidak (jatuh kebelakang, menyumbat jalan

nafas).

3). Jaga bagian

kepala tempat tidur tetap tinggi, jika tidak ada kontra indikasi.

4). Bersihkan

sekresi dari mulut dan tenggorok dengan tissu atau penghisap dengan

perlahan-lahan.

5). Kaji kembali

dengan sering adanya obstruksi benda-benda dalam mulut dan

tenggorok.

b. Resiko injuri

berhubungan dengan penurunan kesadaran (Carpenito, 1995)

Tujuan : Tidak terjadi injuri yang berhubungan dengan penurunan

kesadaran.

Kriteria hasil : GCS normal (E4, V5, M6)

Intervensi :

1). Gunakan

tempat tidur yang rendah dengan pagar pengaman yang terpasang.

2). Jauhkan

benda-benda yang dapat melukai pasien dan anjurkan keluarga untuk

menemani pasien.

9

Page 10: kista ovari

c. Gangguan rasa

nyaman : nyeri abdomen berhubungan dengan insisi pada abdomen

(Long,1996)

Tujuan : Rasa nyaman terpenuhi

Kriteria hasil : skala nyeri 0, pasien mengungkapkan berkurangnya rasa

nyeri, tanda-tanda vital normal.

Intervensi :

1). Jelaskan

penyebab nyeri pada pasien.

2). Kaji skala

nyeri pasien.

3). Ajarkan

tehnik distraksi selama nyeri.

4). Berikan

individu kesempatan untuk istirahat yang cukup.

5). Berikan

individu pereda rasa sakit yang optimal dengan analgesik sesuai

program dokter.

6). 30 menit

setclah pemberian obat pengurang rasa sakit, evaluasi kembali

efektifitasnya.

d. Resiko infeksi

berhubungan dengan invasi kuman sekunder terhadap pembedahan

(Carpenito, 1995)

Tujuan : Tidak terjadi infeksi.

Kriteria hasil : tidak ada tanda-tanda infeksi (TTV normal, tidak ada

peningkatan leukosit).

Intervensi :

1). Kaji tanda-

tanda infeksi dan monitor TTV

10

Page 11: kista ovari

2). Gunakan

tehnik antiseptik dalam merawat pasien

3). Isolasikan

dan instruksikan individu dan keluarga untuk mencuci tangan sebelum

mendekati pasien

4). Tingkatkan

asupan makanan yang bergizi

5). Berikan

terapi antibiotik sesuai program dokter

e. Resiko konstipasi

berhubungan dengan pembedahan abdominal (Doenges, 2000)

Tujuan : Tidak terjadi konstipasi

Kriteria hasil : Peristaltik usus normal (5-35 kali per menit), pasien akan

menunjukkan pola climinasi biasanya.

Intervensi :

1). Monitor

peristaltik usus, karakteristik feses dan frekuensinya

2). Dorong

pemasukan cairan adekuat, termasuk sari buah bila pemasukan peroral

dimulai.

3). Bantu pasien

untuk duduk pada tepi tempat tidur dan berjalan.

f. Gangguan pemenuhan

kebutuhan diri (mandi, makan, minum, bak, bab berpakaian) berhubungan

dengan keletihan pasca operatif dan nyeri (Carpenito,2001)

Tujuan : Kebersihan diri pasien terpenuhi

Kriteria hasil : Pasien dapat berpartisipasi secara fisik Imaupun verbal

dalam aktifitas pemenuhan kebutuhan dirinya

11

Page 12: kista ovari

Intervensi :

1). Dorong

pasien untuk mengekspresikan perasaai tentang kurangnya

kemampuan perawatan diri dan berikan bantun dalam mernenuhi

kebutuhan pasien.

2). Berikan

pujian alas kemampuan pasien dan mclibatkan keluarga dalam

perawatan pasien.

g. Cemas berhubungan

dengan kurangnya informasi (Doenges, 2000)

Tujuan : Pasien mengetahui tentang efek sawing dari operasinya.

Kriteria hasil : Pasien menyatakan memahami tentang kondisinya.

Intervensi :

1). Tinjau ulang

efek prosedur pembedahan dan harapan pada masa dating.

2). Diskusikan

dengan lengkap masalah yang diantisipasi selama masa penyembuhan.

3). Diskusikan

melakukan kembali aktifitas

4). Identifikasi

keterbatasan individu

5). Kaji anjuran

untuk memulai koitus seksual

6). Identifikasi

kebutuhan diet

7). Dorong

minum obat yang diberikan secara rutin

8). Identifikasi

tanda atau gejala yang memerlukan evaluasi medis.

12

Page 13: kista ovari

13

Page 14: kista ovari

PATHWAYS Degenerasi Ovarium

Cistoma Ovarii Pembesaran Ovarium

Ruptur Ovarium

Oovorektomi Hari ke V

Luka Operasi

Diskontinuitas jaringan

Nyeri

Komplikasi peritonia

Peritonis

Nyeri Resiko Perdarahan

Kurang informasi

Kurang pengetahuan

Cemas

Port d’entri

Resiko terjadi infeksi

Pembatasan nutrisi

Perubahan nutrisi

Penurunan metabolisme

Hipolisis

Penaikan asam laktat

Keletihan

Ggn mobilisasi

Self care defisit

Anestasi

Penurunan peristaltik usus

Absorbsi air di kolon

Resiko konstipasi

Resti injuri

Nervus vagus

Reflek menelan

menurun

Resti aspirasi

Resiko perdarahan

Gangguan perfusi jaringan

Histerektomi

Infeksi Ovarium

14

Page 15: kista ovari

DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Lowdermilk. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi keempat. Jakarta:EGC.

Doenges, M.E. (2000) Rencana Keperawatan. Jakarta : EGC

Pearce, Evelyn C. 2000. Anatomi dan Fisiolog untuk Paramedis Edisi Barui. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Mansjoer ,Arif.2001.Kapita Selekta Kedokteran .Jakarta : EGC

Marylynn. E.Doengus. (2000). Rencana Asuhan keperawatan, edisi 3, penerbit buku kedokteran, Jakarta.

http://www.ibudanbalita.net/830/penanganan-terhadap-penyakit-kista.html diakses tanggal 18 September 2015 pukul 21.00 WITA

15