kista ovarium
DESCRIPTION
Kista ovariumTRANSCRIPT
KEPANITERAAN KLINIK
STATUS OBSTETRI
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
Jl. Arjuna Utara No. 6. Kebon Jeruk- Jakarta Barat
Nama : Alvivin
NIM : 11 2014 294
Dr pembimbing / penguji : Dr. FX. Widiarso,Sp.OG
IDENTITAS PASIEN
Identitas Pasien Identitas Suami
Nama : Ny. S Nama : Tn. S
Umur : 40 tahun
Status perkawinan : kawin (PIIA0)
Umur : 45 tahun
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Pedagang Pekerjaan : Petani
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/Bangsa : Indonesia Suku/Bangsa : Indonesia
Alamat : Lahar RT 04 RW 03, Tlogowungu,
Pati
Alamat : Lahar RT 04 RW 03, Tlogowungu,
Pati
Masuk RS : 14 September 2015, jam 10.00
A. A NAMNESIS :
Diambil dari : Autoanamnesis Tanggal : 16 September , jam 08.00
Keluhan utama :
Nyeri saat menstruasi sejak 3 tahun yang lalu
1
Riwayat Penyakit Sekarang :
Os datang dengan keluhan nyeri saat menstruasi selama 3 tahun ini. Nyeri dirasakan terus-
menerus selama menstruasi berlangsung, rasanya seperti diremas-remas serta menganggu
aktivitas sehari-hari.Pasien sebelumnya tidak minum obat penghilang rasa nyeri. Nyeri
dirasakan semakin hebat dalam 3 bulan ini. Dalam 3 bulan ini, pasien berobat ke berbagai
dokter spesialis namun tidak ada perbaikan. Terakhir pasien ke dokter obgyn RS lain dan
hasil USG menunjukkan adanya kista ovarium di kedua ovarium os. Riwayat mual dan
muntah disangkal oleh os. BAB dan BAK tidak ada kelainan.Tidak ada lendir, darah atau
cairan yang keluar dari jalan lahir.
Riwayat Haid
Menarche : 15 tahun
Siklus haid : 28 hari-30 hari
Lamanya : 7 hari
Banyaknya : banyak dan encer
Menopause : tidak ada
Riwayat KB : Pil KB tahun 1994
Suntik tahun 2002
Steril tahun 2012
Riwayat Perkawinan
Menikah 1 kali pada usia 16 tahun, selama 24 tahun.
Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
No Anak
ke
Tahun
Persalinan
Jenis
Kelamin
Umur
Kehamil
Jenis
Persalin
Peno
long
Hidup
/ Mati
Riwayat
Nifas
Menetek
s/d umur
1. I 1993 Perempuan 36
minggu
Partus
spontan
Bidan Bidan - -
2. II 2001 Laki-laki 38
minggu
Partus
spontan
Bidan Hidup - -
Penyakit Dahulu dan Sekarang
2
(−) Cacar (−) Malaria (−) Batu ginjal/saluran kemih
(−) Cacar air (−) Disentri (−) Burut ( hernia )
(−) Difteri (−) Hepatitis (−) Batuk rejan
( - ) Tifus abdominalis (−) Wasir (−) Campak
(-) Diabetes (-) Lepra (−) Alergi
(−) Tonsilitis (−) Gonore (−) Tumor
(-) Hipertensi (−) Penyakit pembuluh (−) Demam rematik akut
(-) Ulkus ventrikuli (−) Pendarahan otak (−) Pneumonia
(−) Ulkus duodeni (−) Psikosis (-) Gastritis
(−) Neurosis (−) Tuberkulosis (−) Batu empedu
Lain-lain : (−) Operasi (−) Kecelakaan
Riwayat keluarga dan Ada kerabat yang menderita :
Penyakit Ya Tidak Hubungan
Alergi - √
Asma - √
Tuberkulosis - √
HIV - √
Hepatitis B - √
Hepatitis C - √
Hipertensi - √
Cacat bawaan - √
Lain – lain - √
Riwayat Operasi
MOW pada tahun 2012
B. PEMERIKSAAN JASMANI
I. Pemeriksaan umum
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Keadaan Gizi : Baik
3
Tekanan darah : 130/ 90 mmHg
Nadi : 76 kali / menit
Suhu : 36 C⁰
Pernapasan : 20x/menit
SaO2 : 98%
Sianosis : Tidak ada
Edema umum : tidak ada
Habitus : Astenikus
Cara berjalan : Baik
Mobilisasi : Aktif
Aspek Kejiwaan
Tingkah laku : Wajar
Alam perasaan : Biasa
Proses pikir : Wajar
Kulit
Warna : Sawo matang Effloresensi : Tidak ada
Jaringan parut : Tidak ada Pigmentasi : Normal
Pertumbuhan rambut : Normal, merata Pembuluh darah : Tidak menonjol,
kolateral (-)
Suhu raba : Normal, merata Lembab / kering : Lembab
Keringat : Umum (-) Turgor : Baik
Setempat (-) Ikterus : Tidak ada
Lapisan lemak : Sedikit Edema : Tidak ada
Lain-lain : -
Kelenjar getah bening
Submandibula : Tidak teraba membesar Leher : Tidak teraba membesar
Supraklavikula : Tidak teraba membesar Ketiak : Tidak teraba membesar
Lipat paha : Tidak teraba membesar
4
Dada
Bentuk : Normal, simetris kanan dan kiri
Pembuluh darah : Tidak tampak
Buah dada : Simetris kanan dan kiri
Paru-paru
Depan Belakang
InspeksiKiri Simetris saat statis dan dinamis Simetris saat statis dan dinamis
Kanan Simetris saat statis dan dinamis Simetris saat statis dan dinamis
Palpasi
Kiri Sela iga normal, benjolan (-),
nyeri tekan (-), fremitus normal
Sela iga normal, benjolan (-),
nyeri tekan (-), fremitus normal
Kanan Sela iga normal, benjolan (-),
nyeri tekan (-), fremitus normal
Sela iga normal, benjolan (-),
nyeri tekan (-), fremitus normal
PerkusiKiri Sonor Sonor
Kanan Sonor Sonor
Auskultasi
Kiri Vesikuler, ronkhi -/-,
wheezing -/-
Vesikuler, ronkhi -/-,
wheezing -/-
Kanan Vesikuler, ronkhi -/-,
wheezing -/-
Vesikuler, ronkhi -/-,
wheezing -/-
Jantung
Inspeksi Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi Ictus cordis teraba pada sela iga 4, garis mid-clavicularis kiri, sebesar 2,5 cm
Perkusi
Batas atas: sela iga 2 garis sternalis kiri
Batas kanan: sela iga 4 garis sternalis kanan
Batas kiri: sela iga 5, dua jari lateral dari garis mid-clavicularis kiri
Auskultasi Katup Mitral : BJ I > BJ II, murni reguler, tidak ada murmur, tidak ada gallop
Katup Trikuspid : BJ I > BJ II, murni reguler, tidak ada murmur, tidak ada
5
gallop
Katup Aorta : BJ II > BJ I, murni reguler, tidak ada murmur, tidak ada gallop
Katup Pulmonal : BJ II > BJ I, murni reguler, tidak ada murmur, tidak ada gallop
Abdomen
Inspeksi : Perut datar, tidak tampak striae gravidarum, tidak tampak pembuluh
darah kolateral, tampak bekas luka operasi.
Palpasi : Nyeri tekan regio inguinal kanan dan kiri.
Auskultasi : Normoperistaltik
Ekstremitas
Luka : tidak ada
Varises : tidak ada
Edema : (-)
Refleks : ( + )
Sensibilitas : ( + )
Lain – lain : -
II. Pemeriksaan Ginekologi
Pemeriksaan Luar
Inspeksi
Wajah : chloasma gravidarum (-)
Payudara : pembesara payudara (-), cairan dari mammae (-)
Pemeriksaan Dalam
Vaginal Toucher
Fluxus (-), Fluor (-)
V/U/V = Tak ada kelainan
Portio = lunak, sebesar jempol dewasa
OUE = tertutup
Corpus Uteri = sebesar telur ayam
6
Adnexa = Teraba massa kistik di adneksa kanan ±10cm sebesar tinju orang dewasa,
dan massa kistik di kiri ±5 cm sebesar telur angsa.
Cavum douglasi = tak ada kelainan
C. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Darah Lengkap (pada tanggal 14 September 2015)
Hb 12,1 g/dl
Ht 36 %
Leukosit 7,51 /ul
Trombosit 317.000/ul
Eosinofil 3.20 %
Basofil 0.50 %
Limfosit 21.20 %
Monosit 6.70 %
MCV 87 fl
MCH 29 pg
MCHC 34 g/dl
RDW 12.8 %
PDW 10.3 fL
LED 9/20
Golongan darah/Rh O/+
Waktu perdarahan/ BT 1.30
Waktu pembekuan/ CT 5.00
Gula Darah sewaktu 95 mg/dL
Ureum 16.0 mg/dL
Creatinin 0,61 mg/dL
Natrium 140.9 mmol/L
Kalium 3.94 mmol/L
Calcium 9.1 mL/dL
Chloride 108.8 mmol/L
HbsAg Stik Negatif
7
Hasil : Normal Sinus Rhytm
Pemeriksaan X-foto thorax
Cor : CTR tidak dinilai, bentuk dan letak dalam batas normal
Pulmo : tak tampak kesuraman/coin lession pada paru
Corakan bronkovaskuler meningkat.
Apeks paru tenang.
Diafragma dan sinus kanan & kiri normal.
Kesan :
Cor : tak membesar
Pulmo : aspek tenang (tak tampak metastase)
Tak tampak efusi pleura
D. RINGKASAN (RESUME)
Pasien wanita GIIP0 usia 40 tahun mengalami nyeri saat menstruasi sejak 3 tahun yang
lalu dan semakin nyeri 3 bulan terakhir. Nyeri dirasakan selama menstruasi berlangsung.
Tidak ada mual dan muntah.. Tidak ada lendir, darah atau cairan yang keluar dari jalan lahir.
Sebelumnya os sudah ke dokter spesialis obgyn dan hasil pemeriksaan USG menunjukkan
adanya kista ovarium pada kedua ovarium os. Os memutuskan untuk operasi di RSMR.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan Darah : 130/90 mmHg
Nadi :76 x/ menit ( kuat angkat, teratur)
Suhu : 360C
Pernafasaan : 20x/ menit. Abdominal-torakal
Tinggi Badan : 155 cm
Berat Badan : 50 kg
Mata : CA -/- SI -/-
Thorax : Vesikuler Rh -/- wh -/-
BJ I/II reguler , murmur (-), gallop (-)
Abdomen : mendatar, BU (+), nyeri tekan (+)
Extremitas : edema - / -
9
Leukorea : (-)
Hasil Pemeriksaan Laboratorium: (14 September 2015)
Hemoglobin 12,1 g/dL (N: 11,7 – 15,5)
Leukosit 7.510 ribu (N: 3.600 – 11.000)
Hematokrit 36% (N: 30-43)
Trombosit 274.000 (N: 150.000-440.000)
Golongan darah / rhesus O/ +
Waktu perdarahan / BT 1.30 menit ( N : 1 – 3 )
Waktu pembekuan / CT 5.00 menit ( N : 2 – 6 )
E. DIAGNOSIS
Diagnosis kerja
Diagnosis kerja
Diagnosis kerja : PIIA0 Umur 40 tahun, dengan Kista Ovarium D/S
Diagnosis diferensial :
1. Mioma uteri
2. Kehamilan Ektopik Terganggu
D. PENATALAKSANAAN
- IVFD RL :D5% 20 tetes/menit 2 botol pertama + Adona 1 amp
Follow Up
Tanggal 14 September 2015
S : nyeri perut bagian bawah
O : KU : baik kesadaran: CM
TD : 120 / 70 mmHg RR: 20 x/menit
HR : 76 x/menit T : 36°C
Mata : CA-/-. SI-/-
C/P: dalam batas normal
Abdomen: pada palpasi: teraba adanya massa pada perut sebelah kanan bagian bawah
sebesar kepala bayi dan kiri bawah sebesar telur ayam, nyeri tekan(+), BU+
Extremitas: edema-/-. Akral hangat+/+
10
Vaginal Toucher :
Fluxus (-), Fluor (-)
V/U/V = Tak ada kelainan
Portio = lunak, sebesar jempol dewasa
OUE = tertutup
Corpus Uteri = sebesar telur ayam
Adnexa = Teraba massa kistik di adneksa kanan ±10cm sebesar tinju orang dewasa,
dan massa kistik di kiri ±5 cm sebesar telur angsa.
Cavum douglasi = tak ada kelainan
A: P2A0 dengan kista ovarium bilateral
S/: Laparotomi
Persiapan operasi
- Puasa 6 jam
- Lavement Fosen
- Usaha darah 2 kolf
- X foto thorax
- EKG
- Rencana operasi tanggal 15 September 2015 jam 12.30
Tanggal 15 September 2015 jam 12.30 WIB
Dilakukan Operasi Laparotomi
Insisi dinding abdomen pada linea medialis + 10cm diatas simfisis menuju pusat
Insisi diperdalam lapis demi lapis sampai peritoneum terbuka
Eksplorasi, tampak masa tumor sebesar tinju dewasa pada ovarium kanan berisi
cairan cokelat kental +300 cc.
Ovarium kiri kurang lebih sebesar telur ayam berisi cairan cokelat melebar ke
jaringan sekitarnya.
Uterus besar dan bentuk dalam batas normal
Dilakukan salpingo ooferoktomi bilateral.
Cuci abdomen dengan NaCl 0.9%
Jahit abdomen lapis demi lapis
Tindakan selesai
11
Diagnosis Post Operasi :
PIIA0, post salpingi oovorektomi bilateral kistoma cokelat ovary dupleks
Pengobatan post Operasi :
IVFD RL (Induksin) 20 tpm
Rycef 2x1gr/ml
Tradyl 3x1 amp dalam NaCl 100ml
Alinamin F 2x1 amp
Cernevit drip 2 x 1
Kaltrofen sup rectal 2 x 1
Follow Up
15 September 2015 pukul 14.30
S : nyeri bekas luka operasi (+); flatus (-)
O:
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : CM
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Nadi : 76x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36oC
Mata : SI -/-, CA-/-
Cor : BJ I dan II regular, gallop -/-, murmur -/-
Pulmo : S.N.V +/+, rh-/-, wh-/-
A : PIIAIpost salphingooforektomi a/i kista cokelat ovarium bilateral
P :Non Medika Mentosa
Puasa
Cek Hb post operasi
Medika Mentosa
IVFD RL (Induksin) 20 tpm
Rycef 2x1gr/ml
12
Tradyl 3x1 amp dalam NaCl 100ml
Alinamin F 2x1 amp
Cernevit drip 2 x 1
Kaltrofen sup rectal 2 x 1
Follow Up
16 September 2015
S : Nyeri luka bekas op berkurang, flatus (+)
O:
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : CM
Tekanan Darah : 100/60 mmHg
Nadi : 80x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 37oC
Mata : SI -/-, CA-/-
Cor : BJ I dan II regular, gallop -/-, murmur -/-
Pulmo : S.N.V +/+, rh-/-, wh-/-
Abdomen : BU +, supel
Edema (-)
Akral hangat ¿
A : PIIAIpost salphingooforektomi H-2 a/i kista cokelat ovarium bilateral
P :Non Medika Mentosa
Alinamin stop
Diet cair, hari ini bubur nasi
DC aff
Mobilisasi duduk
Medika Mentosa
IVFD RL (Induksin) 20 tpm
Rycef 2x1gr/ml
13
Tradyl 3x1 amp dalam NaCl 100ml
Cernevit drip 2 x 1
Kaltrofen sup rectal 2 x 1
Follow Up
17 September 2015
S : Nyeri luka bekas op berkurang
O:
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : CM
Tekanan Darah : 130/90 mmHg
Nadi : 84x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36,6oC
Mata : SI -/-, CA-/-
Cor : BJ I dan II regular, gallop -/-, murmur -/-
Pulmo : S.N.V +/+, rh-/-, wh-/-
Mammae :putting menonjol
BU +, supel
Kontraksi baik
Edema (-)
Akral hangat ¿
A : PIIAIpost salphingooforektomi H-3 a/i kista dermoid ovarium dextra
P :Non Medika Mentosa
Pulang
Medika Mentosa
Cefspan 2x1
Kaltofren 2x1
Zegavit 1x1
14
KISTA OVARIUM
I. PENDAHULUAN
Kista ovarium merupakan salah satu tumor jinak ginekologi yang paling sering
dijumpai pada wanita di masa reproduksinya. Sebagian kista terbentuk karena perubahan
kadar hormon yang terjadi selama siklus haid, produksi dan pelepasan sel telur dari
ovarium. Kista ovarium adalah benjolan yang membesar, seperti balon yang berisi cairan
yang tumbuh di indung telur. Kista tersebut juga kista fungsional karena terbentuk selama
siklus menstruasi normal atau setelah telur dilepaskan sewaktu ovulasi. Kista fungsional
akan mengkerut dan menyusut setelah beberapa waktu (setelah 1-3 bulan). Kebanyakan
kista tidak berbahaya tetapi beberapa menyebabkan berbagai masalah seperti pecah,
perdarahan, sakit atau sampai mengalami pembedahan. Kista ovarium yang bersifat ganas
disebut juga kanker ovarium.1
Di antara tumor-tumor ovarium ada yang bersifat neoplastik dan ada yang bersifat
non neoplastik. Tentang tumor-tumor neoplastik belum ada klasifikasi yang dapat diterima
oleh semua pihak. Hal ini terjadi oleh karena klasifikasi berdasarkan histopatologi atau
embriologi belum dapat diberikan secara tuntas berhubung masih kurangnya pengetahuan
kita mengenai asal-usul beberapa tumor, dan pula berhubung dengan adanya kemungkinan
bahwa tumor-tumor yang sama rupanya mempunyai asal yang berbeda. Maka atas
pertimbangan praktis, tumor-tumor neoplastik dibagi atas tumor jinak dan tumor ganas,
dan selanjutnya tumor jinak dibagi dalam tumor kistik dan solid.2
II.ISI
Anatomi Ovarium
Wanita pada umumnya memiliki dua indung telur kanan dan kiri, yang dengan
mesovarium menggantung di bagian belakang ligamentum latum, kiri dan kanan. Ovarium
adalah kurang lebih sebesar ibu jari tangan dengan ukuran panjang kira-kira 4 cm, lebar
dan tebal kira-kira 1,5 cm.
15
Gambar 1. Anatomi Ovarium
Pinggir atasnya atau hilusnya berhubungan dengan mesovarium tempat
ditemukannya pembuluh-pembuluh darah dan serabut-serabut saraf untuk ovarium.
Pinggir bawahnya bebas. Permukaan belakangnya pinggir keatas dan belakang ,
sedangkan permukaan depannya ke bawah dan depan.Ujung yang dekat dengan tuba
terletak lebih tinggi daripada ujung yang dekat pada uterus, dan tidak jarang diselubungi
oleh beberapa fimbria dari infundibulum.
Ujung ovarium yang lebih rendah berhubungan dengan uterus dengan ligamentum
ovarii proprium tempat ditemukannya jaringan otot yang menjadi satu dengan yang ada di
ligamentum rotundum. Embriologik kedua ligamentum berasal dari gubernakulum.
Gambar 2. Ovarium dan folikel-folikel dalam berbagai tingkat perkembangan
16
Struktur ovarium terdiri atas:
1. Korteks disebelah luar yang diliputi oleh epitelium germinativum yang berbentuk
kubik dan di dalam terdiri dari stroma serta folikel-folikel primordial ;
2. Medulla di sebelah dalam korteks tempat terdapatnya stroma dengan pembuluh-
pembuluh darah, , serabut-serabut saraf dan sedikit otot polos.
Diperkirakan pada wanita terdapat kira-kira 100.000 folikel primer. Tiap bulan satu
folikel akan keluar, kadang-kadang dua folikel, yang dalam perkembangannya akan menjadi
folikel de Graff. Folikel-folikel ini merupakan badian terpenting dari ovarium dan dapat
dilihat di korteks ovarii dalam letak yang beraneka ragam dan pula dalam tingkat-tingkat
perkembangan dari satu sel telur dikelilingi oleh satu lapisan sel-sel saja sampai menjadi
folikel de Graff yang matang terisi dengan likuor folikulli, mengandung estrogen dan siap
untuk berovulasi.
Folikel de Graff yang matang terdiri atas:
1. Ovum, yakni suatu sel besar dengan diameter 0,1 mm, yang mempunyai nukleus
dengan anyaman kromatin yang jelas sekali dan satu nukleolus pula;
2. Stratum granulosum yang terdiri atas sel-sel granulosa, yakni sel-sel bulat kecil
dengan inti yang jelas pada pewarnaan dan mengelilingi ovum ; pada perkembangan
lebih lanjut terdapat ditengahnya suatu rongga terisi likuor follikuli;
3. Teka interna, suatu lapisan yang melingkari stratum granulosum dengan sel-sel yang
lebih kecil daripada sel granulosa;
4. Teka eksterna, terbentuk oleh stroma ovarium yang terdesak.
Pada ovulasi, folikel yang yang matang dan yang mendekati permukaan ovarium
pecah dan melepaskan ovum ke rongga perut. Sel-sel granulosa yang melekat pada ovum dan
yang membentuk korona radiata bersama-sama ovum ikut dilepas. Sebelum dilepas, ovum
mulai mengalami pematangan dalam dua tahap sebagai persiapan untuk dapat dibuahi.
Setelah ovulasi, sel-sel stratum granulosum di ovarium mulai berproliferasi dan
masuk ke ruangan bekas tempat ovum dan likuor follikuli. Demikian pula jaringan ikat dan
pembuluh-pembuluh darah kecil yang ada di situ. Biasanya timbul perdarahan sedikit, yang
menyebabkan bekas folikel diberi nama korpus rubrum. Umur korpus rubrum ini hanya
sebentar. Di dalam sel-selnya timbul pigmen kuning, dan korpus rubrum menjadi korpus
luteum. Sel-selnya membesar dan mengandung lutein dengan banyak kapiler dan jaringan
ikat diantaranya.
17
Di tengah-tengah masih terdapat bekas perdarahan. Jika tidak ada pembuahan ovum,
sel-sel yang besar serta mengandung lutein mengecil dan menjadi atrofik, sedangkan jaringan
ikatnya bertambah. Korpus luteum lambat laun menjadi korpus albikans. Jika pembuahan
terjadi, korpus luteum tetap ada, malahan menjadi lebih besar, sehingga mempunyai diameter
2.5 cm pada kehamilan 4 bulan.3,4
Definisi
Definisi kista adalah pertumbuhan abnormal berupa kantung (pocket, pouch) yang tumbuh
abnormal dibagian tubuh tertentu. Kista ada yang berisi udara, cairan, nanah, atau bahan-
bahan lain. Sedangkan kista ovarium adalah suatu kantung yang berisi cairan atau materi
semisolid yang tumbuh pada atau sekitar ovarium. Kista ovarium biasanya berukuran kecil
(<5 cm), berkapsul dengan isi cairan. Beberapa kista ovarium ini tidak menimbulkan gejala,
dan dapat mengalami resolusi spontan, tetapi ada yang menyebabkan nyeri dan perasaan
tidak menyenangkan. Ada beberapa yang menjadi ganas, dengan risiko terjadinya karsinoma
terutama pada wanitayang mulai menopause.3
Epidemiologi
Kista ovarium merupakan 6 kasus kanker terbanyak dan merupakan penyebab kematian
oleh karena keganasan ginekologi.Angka kejadian tertinggi ditemukan di negara maju,
dengan rata-rata 10 per 100.000, kecuali di Jepang (6,4 per 100.000). Insiden di Amerika
Selatan (7,7 per 100.000) relative tinggi bila dibandingkan dengan angka kejadian di Asia
dan Afrika. Terdapat variasi yang luas insidensi keganasan ovarium, rata-rata tertinggi
terdapat di Negara Skandinavia (14,5-15,3 per 100.000 populasi).
Di Indonesia sekitar 25-50% kematian wanita usia subur disebabkan oleh masalah yang
berkaitan dengan kehamilan dan persalinan serta penyakit system reproduksi misalnya kista
ovarium. Insiden di Indonesia kista ovarium ditemukan 2,39%-11,7% pada semua penderita
ginekologi yang dirawat. Sebagai gambaran di RSU Dharmais, ditemukan penderita kista
ovarium sebanyak 30 kasus setiap tahun. Studi epidemiologi menyatakan beberapa factor
resiko, melahirkan pertama kali diatas usia 35 tahun, dan wanita yang mempunyai keluarga
dengan riwayat kehamilan pertama terjadi pada usia 25 tahun.4
18
Patogenesis
Fungsi ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah hormon dan kegagalan
pembentukan salah satu hormon tersebut bisa mempengaruhi fungsi ovarium. Ovarium tidak
akan berfungsi secara normal jika tubuh wanita tidak menghasilkan hormon hipofise dalam
jumlah yang tepat. Fungsi ovarium yang abnormal kadang menyebabkan penimbunan folikel
yang terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami
pematangan dan gagal melepaskan sel telur, terbentuk secara tidak sempurna di dalam
ovarium karena itu terbentuk kista di dalam ovarium. Setiap hari, ovarium normal akan
membentuk beberapa kista kecil yang disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus,
folikel dominan dengan diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel
yang rupture akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 – 2
cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan
mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus
luteum mula-mula akan membesar kemudian secara gradual akan mengecil selama
kehamilan. 3
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional dan selalu
jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadang-kadang disebut kista theca-lutein.
Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuk FSH dan HCG. Kista fungsional
multiple dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas terhadap
gonadotropin yang berlebih. Kista folikel dan luteal, kelainan yang tidak berbahaya ini
berasal dari folikel graff yang tidak pecah atau folikel yang sudah pecah dan segera menutup
kembali. 3
Kista demikian seringnya adalah multipel dan timbul langsung di bawah lapisan
serosa yang menutupi ovarium, biasanya kecil, dengan diameter 1-1,5 cm dan berisi cairan
serosa yang bening, tetapi ada kalanya penimbunan cairan cukup banyak, sampai mencapai
diameter 4-5 cm, sehingga teraba massa dan menimbulkan sakit pada daerah pelvis. Pada
neoplasia tropoblastik gestasional (hydatidiform mole dan choriocarcinoma) dan kadang-
kadang pada kehamilan multiple dengan diabetes, HCG menyebabkan kondisi yang disebut
hiperreaktif lutein. Pasien dalam terapi infertilitas, induksi ovulasi dengan menggunakan
gonadotropin (FSH dan LH) atau terkadang clomiphene citrate, dapat menyebabkan sindrom
hiperstimulasi ovari, terutama bila disertai dengan pemberian HCG. Kista neoplasia dapat
tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak terkontrol dalam ovarium serta dapat
bersifat ganas atau jinak. Neoplasia yang ganas dapat berasal dari semua jenis sel dan
19
jaringan ovarium. Sejauh ini, keganasan paling sering berasal dari epitel permukaan
(mesotelium) dan sebagian besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang serupa dengan
keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan mucinous. Tumor ovari ganas yang lain dapat
terdiri dari area kistik, termasuk jenis ini adalah tumor sel granulosa dari sex cord sel dan
germ cel tumor dari germ sel primordial. Teratoma berasal dari tumor germ sel yang berisi
elemen dari 3 lapisan germinal embrional; ektodermal, endodermal, dan mesodermal.
Endometrioma adalah kista berisi darah dari endometrium ektopik. Pada sindroma ovari
pilokistik, ovarium biasanya terdiri folikel-folikel dengan multipel kistik berdiameter 2-5
mm, seperti terlihat dalam sonogram. 3
Tanda dan gejala
Kebanyakan wanita dengan kanker ovarium tidak menimbulkan gejala dalam waktu yang
lama. Gejala umumnya sangat berfariasi dan tidak spesifik.Namun kadang-kadang dapat
menyebabkan beberapa masalah seperti : 3
Penekanan terhadap vesika atau rectum
Perut terasa penuh
Pembesaran perut
Pendarahan (jarang)
Nyeri (pada putaran tangkai/kista pecah)
Sesak nafas, edema tungkai (pada tumor yang sangat besar)
Klasifikasi Tumor Ovarium
A. Tumor Non Neoplastik6
1. Tumor akibat radang
a. Abses ovarial
b. Abses tubo – ovarial
c. Kista tubo – ovarial
2. Tumor lain
a. Kista folikel
b. Kista korpus luteum
c. Kista lutein
20
d. Kista inklusi germinal
e. Kista endometrium
f. Kista steven –leventhal
B. Tumor Neoplastik Jinak6
1. Kistik
a. Kistoma ovarii simpleks
b. Kistadenoma ovarii musinosum
c. Kistadenoma ovarii serosum
d. Kista endometroid
e. Kista dermoid
2. Solid
a. Fibroma, leiomioma, fibroadenoma, papiloma, angioma, limfangioma
b. Tumor Brenner
c. Tumor sisi adrenal (makulinovo-blastoma)
TUMOR OVARIAN NON NEOPLASTIK
1. Tumor Akibat Radang
Abses Ovarium
Abses ovarii dan ooforitis primer jarang terjadi. Abses ditemukan primer pada
penderita yang telah menjalani histerektomi.Gejala klasik dari abses ovarii terdiri dari
suhu badan yang meningkat dan menetap setelah operasi dengan nyeri pelvis yang tidak
spesifik dan drainase purulen yang lama dari vagina. 7
Diagnosis bandingnya terdiri dari tumor radang tubo-ovarium, benda asing dan
komplikasi intestinal.Pada penatalaksanaan, yang tepat, ovarii yang terinfeksi diangkat
oleh karena tidak dapat diobati dengan antibiotik yang memerlukan konsentrasi adekuat
supaya terjadi resolusi. 7
2. Tumor lain
a. Kista Folikel
Kista fungsional yang paling sering terjadi adalah kista folikuler. Kista ini sering
ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan pelvis, walaupun bisa pecah dan
21
Kista Folikel
menimbulkan rasa nyeri dan tanda-tanda peritonitis. Ukuran bervariasi antara 3-8 cm.
Kista folikel ovarium ini biasanya asimptomatik. Kista ini berasal dari folikel de graff
yang tidak sampai berovulasi, namun tumbuh terus menjadi kista folikel, atau dari
beberapa folikel primer yang setelah tumbuh di bawah pengaruh estrogen tidak
mengalami proses atresianya, melainkan membesar menjadi kista. 7
Bila dilihat secara histologi, kista folikuler dilapisi oleh lapisan dalam berupa sel-
sel granulosa dan dilapisan luar berupa sel-sel teka interna. Cairan yang terdapat didalam
folikel yang tidak seluruhnya terbentuk tidak dapat diresorbsi sehingga menyebabkan
pembesaran dari kista folikuler. Bisa didapati satu kista atau beberapa dan biasanya
bilateral serta tumbuh di permukaan ovarii sebagai gelembung yang berisi cairan. Folikel
berisi dengan cairan yang jernih dan sering kali mengandung estrogen. Tidak jarang
terjadi perdarahan yang masuk ke dalam rongga kista, sehingga terjadi suatu hematoma
folikuler. Sebagian besar kista folikel lambat laun mengecil dan regresi pada siklus haid
berikutnya dan dapat menghilang spontan. 7
b. Kista Korpus Luteum
Dalam keadaan normal, korpus luteum (granuilosa lutein) lambat laun mengecil
dan menjadi korpus albikans. Kadang-kadang korpus luteum mempertahankan diri
(korpus luteum persistens); pendarahan yang sering terjadi didalamnya menyebabkan
terjadinya kista, berisi cairan yang berwarna merah coklat karena darah tua. Dinding
kista terdiri atas lapisan berwarna kuning, terdiri atas sel-sel luteum yang berasal dari sel
teka. Kista lutein lebih besar daripada kista folikel, cenderung lebih keras dan padat
dalam konsistensi, dan lebih mudah menyebabkan nyeri atau tanda-tanda iritasi
22
peritoneum. 7
Kista korpus luteum dapat menimbulkan gangguan haid, berupa amenorhea diikuti
oleh pendarahan tak teratur. Adanya kista dapat menyebabkan rasa berat perut bagian
bawah. Pendarahan yang berulang dalam kista dapat menyebabkan ruptur. Kista korpus
luteum dapat mengakibatkan ovarium terpuntir dan menimbulkan nyeri yang hebat.Rasa
nyeri di dalam perut yang mendadak dengan adanya amenorhea sering menimbulkan
kesulitan dalam diferential diagnosis dengan kehamilan ektopik yang terganggu. 7
Penanganan kista korpus luteum adalah menunggu sampai kista hilang sendiri,
biasanya dalam waktu 2 bulan pada wanita tidak hamil dan mengecil perlahan-lahan pada
trimester terakhir pada wanita hamil. 7
c. Kista Teka Lutein
Kista teka lutein timbul karena adanya peningkatan gonadotropin korionik. Kista
ini terjadi pada pasien dengan penyakit mola hidatidosa, koriokarsinoma, maupun pada
pasien yang mendapat terapi gonadotropin korionik dan klomifen sitrat. Secara histologi,
kista ini terdiri dari sel-sel teka yang mengalami proses lutenisasi maupun yang tidak.
Pada pemeriksaan mikroskopik terlihat luteinisasi, akan tetapi seringkali sel-sel
menghilang karena atresia. Ukuran dari kista ini sangat bervariasi. Umumnya kista ini
terjadi bilateral, dan berisi cairan jernih. Tumbuhnya kista ini adalah akibat pengaruh
hormon HCG yang berlebihan, dan dengan hilangnya mola atau koriokarsinoma kista
ovarium mengecil dengan spontan. Tetapi apabila kista ini besar sekali, sudah tentu harus
dilakukan ekstirpasi. 7
d. Kista Inklusi Germinal
Kista ini terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian-bagian kecil dari epitel
germinativum pada permukaan ovarium. Tumor ini lebih banyak terdapat pada wanita
lanjut umurnya dan besarnya jarang melebihi diameter 1 cm. Kista ini biasanya secara
kebetulan ditemukan pada pemeriksaan histologik ovarium yang diangkat waktu operasi.
Kista terletak di bawah permukaan ovarium dan berisi cairan jernih dan serous. Kista ini
tidak pernah memberikan gejala-gejala yang berarti. 7
e. Kista Endometriosis
Kista ini terdapat pada endometriosis yang berlokasi di ovarium yang disebut
sebagai kista endometrial atau kista coklat. Dalam ovarium berukuran kecil sampai
23
sebesar tinju yang berisi darah sampai coklat. Darah tersebut dapat keluar sedikit-sedikit
karena luka pada dinding kista yang dapat menyebabkan perlengketan antara permukaan
ovarium dengan uterus. Kadang dapat mengalir dalam jumlah yang banyak ke dalam
rongga peritoneum dan menimbulkan akut abdomen. 7
f. Kista Stein Leventhal
Kista ini ditandai oleh pembesaran bilateral dari polikistik ovarium, amenorea
atau oligomenorea sekunder. 50% dari penderita gemuk dan mengalami hirsutisme tanpa
maskulinisasi. Sindroma ini terjadi pada wanita antara usia 15-30 tahun. Ovarium pucat,
membesar, polikistik, permukaan licin, dan kapsulnya menebal. 7
Kelainan ini disebabkan oleh gangguan keseimbangan hormonal. Umumnya pada
wanita tersebut terdapat gangguan ovulasi oleh karena endometrium hanya dipengaruhi
oleh estrogen, hiperplasia endometrii juga sering ditemukan. 7
Kista ovarium yang neoplastik atau proliferatif
a. Kistoma ovarii simpleks
Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya bertangkai, seringkali
bilateral, dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan cairan di dalam kista jernih, serus,
dan berwarna kuning. Pada dinding kista tampak lapisan epitel kubik. Berhubung dengan
adanya tangkai, dapat terjadi torsi (putaran tangkai) dengan gejala-gejala mendadak. Diduga
bahwa kista ini suatu jenis kistadenoma serosum yang kehilangan epitel kelenjarnya
berhubung dengan tekanan cairan dalam kista. Terapi terdiri atas pengangkatan kista dengan
reseksi ovarium, akan tetapi jaringan yang dikeluarkan harus segera diperiksa secara
histologik untuk mengetahui apakah ada keganasan. 7
b. Kistadenoma Ovarii Musinosum
Asal tumor ini belum diketahui dengan pasti. Menurut Meyer, ia mungkin berasal dari
suatu teratoma di mana dalam pertumbuhannya satu elemen mengalahkan elemen-elemen
lain. Ada penulis yang berpendapat bahwa tumor berasal dari lapisan germinativum, sedang
penulis lain menduga tumor ini mempunyai asal yang sama dengan tumor Brenner. 7
Angka Kejadian
Tumor ovarium ini terbanyak ditemukan bersama-sama dengan kistadenoma ovarii
serosum. Kedua tumor merupakan kira-kira 60% dari seluruh ovarium, sedang kistadenoma
ovarii musinosum merupakan 40% dari seluruh kelompok neoplasma ovarium.
24
Di Indonesia Hariadi (1970) menemukan frekuensi sebesar 27%; sedangkan Gunawan
(1977) menemukan angka 29,9%; Sapardan (1970) 37,2%; dan Djaswadi 15,1%. Tumor
paling sering terdapat pada wanita berusia antara 20-50 tahun, dan jarang sekali pada masa
prapubertas. 7
Gambaran Klinik
Tumor lazimnya berbentuk multilokuler; oleh karena itu, permukaan berbagala
(lobulated). Kira-kira 10% dapat mencapai ukuran yang amat besar, lebih-lebih pada
penderita yang datang dari pedesaan. Pada tumor yang besar tidak lagi dapat ditemukan
jaringan ovarium yang normal. Tumor biasanya unilateral, akan tetapi dapat juga ditemui
yang bilateral.
Kista menerima darahnya melalui suatu tangkai; kadang-kadang dapat terjadi torsi
yang mengakibatkan gangguan sirkulasi. Gangguan ini dapat menyebabkan perdarahan dalam
kista dan perubahan degeneratif, yang memudahkan timbulnya perlekatan kista dengan
omentum, usus-usus dan peritoneum parietale. 7
Dinding kista agak tebal dan berwarna putih keabu-abuan; yang terakhir ini
khususnya bila terjadi perdarahan atau perubahan degeneratif di dalam kista. Pada
pembukaan terdapat cairan lendir yang khas, kental seperti gelatin, melekat dan berwarna
kuning sampai coklat tergantung dari percampurannya dengan darah. 7
Pada pemeriksaan mikroskopik tampak dinding kista dilapisi oleh epitel torak tinggi
dengan inti pada dasar sel; terdapat di antaranya sel-sel yang membundar karena terisi lendir
(goblet cells). Sel-sel epitel yang terdapat dalam satu lapisan mempunyai potensi untuk
tumbuh seperti struktur kelenjar: kelenjar-kelenjar menjadi kista-kista baru, yang
menyebabkan kista menjadi multilokuler. Jika terjadi sobekan pada dinding kista, maka sel-
sel epitel dapat tersebar pada permukaan peritoneum rongga perut, dan dengan sekresinya
menyebabkan pseudomiksoma peritonei. Akibat pseudomiksoma peritonei ialah timbulnya
penyakit menahun dengan musin terus bertambah dan menyebabkan banyak perlekatan.
Akhirnya, penderita meninggal karena ileus dan atau inanisi. Pada kista kadang-kadang dapat
ditemukan daerah padat, dan pertumbuhan papiler. Tempat-tempat tersebut perlu diteliti
dengan seksama oleh karena di situ dapat ditemukan tanda-tanda ganas. Keganasan ini
terdapat dalam kira-kira 5-10% dari kistadenoma musinosum. 7
Penanganan
Penanganan terdiri atas pengangkatan tumor. Jika pada operasi tumor sudah cukup
besar sehingga tidak tampak banyak sisa ovarium yang normal, biasanya dilakukan
pengangkatan ovarium beserta tuba (salpingo-ooforektomi). Pada waktu mengangkat kista
25
sedapat-dapatnya diusahakan mengangkatnya tanpa mengadakan pungsi dahulu, untuk
mencegah timbulnya pseudomiksoma peritonei karena tercecernya isi kista. Jika berhubung
dengan besarnya kista perlu dilakukan pungsi untuk mengecilkan tumor, lubang pungsi harus
ditutup dengan rapi sebelum mengeluarkan tumor dari rongga perut. Setelah kista diangkat,
harus dilakukan pemeriksaan histologik di tempat-tempat yang mencurigakan terhadap
kemungkinan keganasan. Waktu operasi, ovarium yang lain perlu diperiksa pula. 7
c. Kistadenoma Ovarii Serosum
Pada umumnya para penulis berpendapat bahwa kita ini berasal dari epitel permukaan
ovarium (germinal epithelium). 7
Angka Kejadian
Kista ini ditemukan dalam frekuensi yang hampir sama dengan kistadenoma
musinosum dan dijumpai pada goloongan umur yang sama. Agak lebih sering ditemukan
kista bilateral (10-20 %); Hariadi (1970) dalam hal ini menemukan frekuensi 19,7%,
Sapardan (1970) 15%, Djaswadi (1970) 10,9%; dan Gunawan (1977) 20,3%. Selanjutnya,
disurabaya hariadi dan Gunawan menemukan angka kejadian tumor ini masing-masing
39,8% dan 28,5%; di Jakarta Sapardan mencatat angka 20,05 dan di Yogyakarta Djaswadi
mencatat angka 36,1%.
Gambaran Klinik
Pada umumnya kista jenis ini tak mencapai ukuran yang amat besar dibandingkan
dengan kistadenoma musinosum. Permukaan tumor biasanya licin, akan tetapi dapat pula
berrbagala karena kista serosum pun dapat berbentuk multilokuler, meskipun lazimnya
berongga satu. Warna kista putih keabu-abuan. Ciri khas kista ini adalah potensi
pertumbuhan papiler ke dalam rongga kista sebesar 50%, dan keluar pada permukaan kista
sebesar 5%. Isi kista cair, kuning, dan kadang-kadang coklat karena campuran darah. Tidak
jarang kistanya sendiri kecil, tetapi permukaannya penuh dengan pertumbuhan papiler (solid
papilloma). 7
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa tidak mungkin membedakan gambaran
makroskopik kistadenoma serosum papiliferum yang ganas dari yang jinak, bahkan
pemeriksaan mikroskopik pun tidak selalu memberi kepastian. Pada pemeriksaan
mikroskopik terdapat dinding kista yang dilapisi oleh epitel kubik atau epitel torak yang
rendah, dengan sitoplasma eosinofil dan inti sel yang besar dan gelap warnanya. Karena
tumor ini berasal dari epitel permukaan ovarium (germinal ephithelium), maka bentuk epitel
26
pada papil dapat beraneka ragam tetapi sebagian besar epitelnya terdiri atas epitel bulu getar,
seperti epitel tuba. 7
Pada jaringan papiler dapat ditemukan pengendapan kalsium dalam stromanya yang
dinamakan psamoma. Adanya psamoma biasanya menunjukkan bahwa kista adalah
kistadenoma ovarii serosum papilliferum, tetapi tidak bahwa tumor itu ganas. 7
Perubahan Ganas
Apabila ditemukan pertumbuhan papilifer, proliferasi dan stratifikasi epitel, serta anaplasia
dan mitosis pada sel-sel, kistadenoma serosum secara mikroskopik digolongkan kedalam
kelompok tumor ganas. Akan tetapi, garis pemisah antara kistadenoma ovarii papiliferum
yang jelas ganas kadang-kadang sukar ditentukan. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan
bahwa potensi keganasan yang dilaporkan sangat berbeda-beda. Walaupun demikian, dapat
dikatakan bahwa 30% - 35% dari kistadenoma serosum mengalami perubahan keganasan.
Bila pada suatu kasus terdapat implantasi pada peritoneum disertai dengan asites, maka
prognosis penyakit itu kurang baik, meskipun diagnosis histopatologis pertumbuhan itu
mungkin jinak (histopatologically benign). Klinis kasus tersebut menurut pengalaman harus
dianggap sebagai neoplasma ovarium yang ganas (clinically malignant). 7
Terapi
Terapi pada umumnya sama seperti pada kistadenoma musinosum. Hanya, berhubung
dengan lebih besarnya kemungkinan keganasan, perlu dilakukan pemeriksaan yang teliti
terhadap tumor yang dikeluarkan. Bahkan kadang-kadang perlu diperiksa sediaan yang
dibekukan (frozen section) pada saat operasi, untuk menentukan tindakan selanjutnya pada
waktu operasi. 7
d. Kista Endometrioid
Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan licin; pada dinding dalam terdapat
satu lapisan sel-sel, yang menyerupai lapisan epitel endometrium. Kista ini, yang ditemukan
oleh Sartesson dalam tahun 1969, tidak ada hubungannya dengan endometriosis ovarii. 7
e. Kista Dermoid
Sebenarnya kista dermoid ialah satu teratoma kistik yang jinak dimana struktur-
struktur ektodermal dengan diferensiasi sempurna, seperti epitel kulit, rambut, gigi dan
produk glandula sebasea berwarna putih kuning menyerupai lemak nampak lebih menonjol
daripada elemen-elemen entoderm dan mesoderm. Tentang histogenesis kista dermoid, teori
27
yang paling banyak dianut ialah bahwa tumor berasal dari sel telur melalui proses
partenogenesis. 7
Angka Kejadian tumor ini merupakan 10% dari seluruh neoplasma ovarium yang
kistik, dan paling sering ditemukan pada wanita yang masih muda. Ditaksir 25% dari semua
kista dermoid bilateral, lazimnya dijumpai pada masa reproduksi walaupun kista dermoid
dapat ditemukan pula pada anak kecil. Tumor ini dapat mencapai ukuran yang sangat besar,
sehingga beratnya mencapai beberapa kilogram. 7
Frekuensi kista dermoid di beberapa rumah sakit di Indonesia ialah sebagai berikut :
Sapardan mencatat angka 16,9%; Djaswadi 15,1%; Hariadi dan Gunawan masing-masing
11,1% dan 13,5% di antara penderita dengan tumor ovarium. Sebelum perang dunia II,
Eerland dan Vos (1935) melaporkan frekuensi kista dermoid sebesar 3,8% dari 451 tumor
ovarium yang diperiksa di Nederlands-Indisch Kanker Instituut di Bandung, diantaranya satu
kasus pada anak umur 13 tahun. 7
Gambaran Klinik
Tidak ada ciri-ciri yang khas pada kista dermoid. Dinding kista kelihatan putih,
keabu-abuan, dan agak tipis. Konsistensi tumor sebagian kistik kenyal, di bagian lain padat.
Sepintas lalu kelihatan seperti kista berongga satu, akan tetapi bila dibelah, biasanya nampak
satu kista besar dengan ruangan kecil-kecil dalam dindingnya. Pada umumnya terdapat satu
daerah pada dinding bagian dalam yang menonjol dan padat. 7
Tumor mengandung elemen-elemen ektodermal, mesodermal dan entodermal. Maka
dapat ditemukan kulit, rambut, kelenjar sebasea, gigi (ektodermal), tulang rawan, serat otot
jaringan ikat (mesodermal), dan mukosa traktus gastrointestinalis, epitel saluran pernapasan,
dan jaringan tiroid (entodermal). Bahan yang terdapat dalam rongga kista ialah produk dari
kelenjar sebasea berupa massa lembek seperti lemak, bercampur dengan rambut. Rambut ini
terdapat beberapa serat saja, tetapi dapat pula merupakan gelondongan seperti konde.
Pada kista dermoid dapat terjadi torsi tangkai dengan gejala nyeri mendadak di perut
bagian bawah. Ada kemungkinan pula terjadinya sobekan dinding kista dengan akibat
pengeluaran isi kista dalam rongga peritoneum. Perubahan keganasan agak jarang, kira-kira
dalam 1,5% dari semua kista dermoid, dan biasanya pada wanita lewat menopause. Yang
tersering adalah karsinoma epidermoid yang tumbuh dari salah satu elemen ektodermal. Ada
kemungkina pula bahwa satu elemen tumbuh lebih cepat dan menyebabkan terjadinya tumor
yang khas. 7
28
Kista coklat (Kista Endometriosis)
Kista endometriosis adalah kista yang tumbuh di permukaan ovarium atau menyerang bagian
dalam ovarium dan membentuk kista berisi darah. Kista ini disebut sebagai kista coklat
karena terdapat penumpukan darah berwarna merah coklat hingga gelap. Kista ini bisa
berukuran kecil seukuran kacang dan bisa tumbuh lebih besar dari buah anggur. 7
Penyebab kista coklat
Penyebab kista coklat hingga kini tidak diketahui secara pasti, di duga akibat dari proses
peradangan atau inflamasi. Selain itu di duga disebabkan karena ketidak seimbangan hormon.
Kista coklat dapat mengiritasi jaringan di sekitarnya dan dapat menyebabkan perlekatan
(adhesi) akibat jaringan parut yang ditimbulkannya. 7
Klinik
Banyak tumor ovarium tidak menunjukan gejala dan tanda, terutama tumor ovarium
yang kecil. Sebagian besar gejala dan tanda adalah akibat pertumbuhan, aktivitas endokrin,
atau komplikasi tumor-tumor tersebut. 7
1. Akibat pertumbuhan
Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan pembenjolan
perut.Tekanan terhadap alat-alat disekitarnya disebabkan oleh besarnya tumor
atau posisinya di dalam perut. Misalnya, sebuah kista dermoid yang tidak
seberapa besar, tetapi terletak di depan uterus dapat menekan kandung kencing
dan dapat menimbulkan gangguan miksi, sedang suatu kista yang lebih besar
tetapi terletak bebas di rongga perut kadang-kadang hanya menimbulkan rasa
berat dalam perut. Selain gangguan miksi, tekanan tumor dapat mengakibatkan
obstipasi, edema pada tungkai.Pada tumor yang besar dapat terjadi tidak nafsu
makan, rasa sesak, dan lain-lain.
2. Akibat aktivitas hormonal
Pada umumnya tumor ovarium tidak mengubah pola haid, kecuali jika tumor itu
sendiri mengeluarkan hormon.
3. Akibat komplikasi
Perdarahan ke dalam kista biasanya terjadi sedikit-sedikit, sehingga berangsur-
angsur menyebabkan pembesaran kista, dan hanya menimbulkan gejala-gejala
29
klinik yang minimal. Akan tetapi, kalau perdarahan terjadi sekonyong-konyong
dalam jumlah yang banyak, akan terjadi distensi cepat dari kista yang
menimbulkan nyeri perut mendadak.
Putaran tangkai dapat terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5 cm atau
lebih akan tetapi yang belum amat besar sehingga terbatas gerakannya. Kondisi
yang mempermudah terjadinya torsi ialah kehamilan karena pada kondisi yang
mempermudah terjadinya torsi ialah kehamilan karena pada kehamilan uterus
yang membesar dapat mengubah letak tumor, dan karena sesudah persalinan dapat
terjadi perubahan mendadak dalam rongga perut
Putaran tangkai menyebabkan gangguan sirkulasi meskipun gangguan ini jarang
bersifat total.Adanya putaran tangkai menimbulkan tarikan melalui ligamentum
infundibulopelvikum terhadap peritoneum parietale dan ini menimbulkan rasa
sakit.Perlu hal ini diperhatikan pada pemeriksaan.Karena vena lebih mudah
tertekan, terjadilah pembendungan darah dalam tumor dengan akibat pembesaran
tumor dan terjadilah pembesaran di dalamnya. Jika putaran tangkai berjalan terus,
akan terjadi nekrosis hemoragik dalam tumor, dan jika tidak diambil tindakan,
dapat terjadi robekan dinding kista dengan perdarahan intraabdominal atau
peradangan sekunder. Bila putaran tangkai terjadi perlahan-lahan, tumor dapat
melekat pada omentum, yang membuat sirkulasi baru pada tumor tersebut.Tumor
mungkin melepaskan diri dari uterus dan menjadi tumor parasite atau tumor
pengembara.
Infeksi pada tumor terjadi jika dekat pada tumor ada sumber kuman pathogen,
seperti appendisitis, divertikulitis, atau salpingitis akuta.Kista dermoid cenderung
mengalami peradangan disusul dengan pernanahan.
Robek dinding kista terjadi pada torsi tangkai, akan tetapi dapat pula sebagai
akibat trauma, seperti jatuh, atau pukulan pada perut, dan lebih sering pada waktu
persetubuhan. Kalau kista hanya mengandung cairan serus, rasa nyeri akibat
robekan dan iritasi peritoneum segera mengurang.Tetapi, kalau terjadi robekan
pada kista disertai hemoragi yang timbul secara akut, maka perdarahan bebas
dapat berlangsung terus ke dalam rongga peritoneum, dan menimbulkan rasa nyeri
terus menerus disertai tanda-tanda abdomen akut.
Robekan dinding pada kistadenoma musinosum dapat mengakibatkan implantasi
sel-sel kista pada peritoneum.Sel-sel tersebut mengeluarkan cairan musin yang
30
mengisi rongga perut. Keadaan ini dikenal dengan nama pseudomiksoma
peritonei.
Perubahan keganasan dapat terjadi pada beberapa kista jinak, seperti kistadenoma
ovarii serosum, kistadenoma ovarii musinosum, dan kista dermoid.Oleh sebab itu,
setelah tumor-tumor tersebut diangkat pada operasi, perlu dilakukan pemeriksaan
mikroskopik yang seksama terhadap kemungkinan perubahan keganasan.Adanya
asites dalam hal ini mencurigakan; adanya anak sebar (metastasis) memperkuat
diagnosis keganasan.
4. Sindrom Meigs
Dalam 40% dari kasus-kasus fibroma ovarii ditemukan asites dan hidrotoraks.
Keadaan ini dikenal dengan nama Sindrom Meigs dan dapat ditemukan pula pada
beberapa tumor neoplastik jinak lain. Dengan pengangkatan tumor, sindrom juga
menghilang.Cairan dari rongga toraks berasal dari cairan dalam rongga perut.Hal
ini dapat dibuktikan dengan penyuntikan tinta India dalam rongga perut, yang
kemudian dapat ditemukan dalam rongga toraks.
Sindrom Meigs perlu dibedakan dari asites dengan atau tanpa hidrotoraks, yang
ditemukan pada tumor ganas.Dalam hal terakhir ditemukan sel-sel tumor ganas
dalam sedimen cairan.
Diagnosa
Apabila pada pemeriksaan ditemukan tumor di rongga perut bagian bawah dan atau di rongga
panggul, maka setelah diteliti sifat-sifatnya (besarnya, lokalisasi, permukaan, konsistensi,
apakah dapat digerakkan atau tidak), perlulah ditentukan jenis tumor tersebut. Pada tumor
ovarium biasanya uterus dapat diraba tersendiri, terpisah dari tumor. Jika tumor ovarium
terletak di garis tengah dalam rongga perut bagian bawah dan tumor itu konsistensinya kistik,
perlu dipikirkan adanya adanya kehamilan atau kandung kemih penuh, sehingga pada
anamnesis perlulah lebih cermat dan disertai pemeriksaan tambahan. 7
Di negara-negara berkembang, karena tidak segera dioperasi tumor ovarium bisa menjadi
besar, sehingga mengisi seluruh rongga perut. Dalam hal ini kadang-kadang sukar untuk
menentukan apakah pembesaran perut disebabkan oleh tumor atau ascites, akan tetapi dengan
pemeriksaan yang dilakukan dengan teliti, kesukaran ini biasanya dapat diatasi.
Apabila sudah ditentukan bahwa tumor yang ditemukan ialah tumor ovarium, maka perlu
diketahui apakah tumor itu bersifat neoplastik atau nonneoplastik. Tumor nonneoplastik
akibat peradangan umumnya dalam anamnesis menunjukkan gejala-gejala ke arah
31
peradangan genital, dan pada pemeriksaan tumor-tumor akibat peradangan tidak dapat
digerakkan karena perlengketan. Kista nonneoplastik umumnya tidak menjadi besar, dan
diantaranya pada suatu waktu biasanya menghilang sendiri.7
Pemeriksaan Penunjang
1. USG
Merupakan alat terpenting dalam menggambarkan kista ovarium.Dengan pemeriksaan ini
dapat ditentukan letak batas tumor, apakah tumor berasal dari uterus, atau ovarium, apakah
tumor kistik atau solid dan dapat dibedakan pula antara cairan dalam rongga perut yang bebas
dan tidak.Dapat membantu mengidentifikasi karakteristik kista ovarium.
2. Foto Roentgen
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan adanya hidrotoraks. Pemeriksaan pielogram
inravena dan pemasukan bubur barium pada kolon dapat untuk menentukan apakah tumor
bearasal dari ovarium atau tidak, misalnya tumor bukan dari ovarium yang terletak di daerah
pelvis seperti tumor kolon sigmoid.
3. Pengukuran serum CA-125
Tes darah dilakukan dengan mendeteksi zat yang dinamakan CA-125, CA-125 diasosiasikan
dengan kanker ovarium. Dengan ini diketahui apakah massa ini jinak atau ganas.
4. Laparoskopi
Perut diisi dengan gas dan sedikit insisi yang dibuat untuk memasukan laparoskop.Melalui
laparoskopi dapat diidentifikasi dan mengambil sedikit contoh kista untuk pemeriksaan PA.
Penanganan
Prinsip bahwa tumor ovarium neoplastik memerlukan operasi dan tumor nonneoplastik tidak,
jika menghadapi tumor ovarium yang tidak memberikan gejala/keluhan pada penderita dan
yang besarnya tidak melebihi 5 cm diameternya, kemungkinan besar tumor tersebut adalah
kista folikel atau kista korpus luteum. Tidak jarang tumor tersebut mengalami pengecilan
secara spontan dan menghilang, sehingga perlu diambil sikap untuk menunggu selama 1-3
bulan, jika selama waktu observasi dilihat peningkatan dalam pertumbuhan tumor tersebut,
kita dapat mengambil kesimpulan bahwa kemungkinan tumor besar itu bersifat neoplastik
dan dapat dipertimbangkan untuk pengobatan operatif. 7
32
Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas ialah pengangkatan tumor
dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang mengandung tumor, akan tetapi jika
tumornya besar atau ada komplikasi perlu dilakukan pengangkatan ovarium, biasanya disertai
dengan pengangkatan tuba (salphyngoooforektomi). Jika terdapat keganasan operasi yang
lebih tepat ialah histerektomi dan salphyngoooforektomi bilateral. Akan tetapi pada wanita
muda yang masih ingin mendapat keturunan dan dengan tingkat keganasan tumor yang
rendah, dapat dipertanggungjawabkan untuk mengambil resiko dengan melakukan operasi
yang tidak seberapa radikal. 7
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada kista ovarium diantaranya :
Torsi, ruptur, perdarahan, menjadi keganasan : potensi kistadenoma ovarium jinak menjadi
ganas sudah dipostulasikan, kista dermoid dan endometriosis dapat berubah menjadi ganas,
akan tetapi dalam persentase yang relative sedikit. 7
Prognosis
Vitam : ad bonam
Fungsionam : dubia ad bonam
Sanationam : ad bonam
33
Daftar Pustaka
1. Benson R, Pernoll ML. 2008. Buku saku obstetri & ginekologi. Jakarta: Penerbit EGC.
2. Anonim. 2005. Obstetri patologi dan Ginekologi. Bagian obstetric dan ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung; Elstar Offset Bandung.
3. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JC, Wenstrom KD.
Obstetri Williams Edisi ke-21 Vol. 2. Jakarta : ECG; 2004. p. 934, 1035-7.
4. Winknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadi T. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 1999. p. 346-65.
5. Prawirohardjo Sarwono.2009. Tumor Jinak Alat Genital. Ilmu Kandungan.Edisi
ketujuh. Jakarta : PT.Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
6. Mas Soetomo Joedosepoetro Sutoto. 2005. Tumor Jinak Pada Alat-alat Genital. In :
Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T, editors. Ilmu Kandungan. Edisi
ketiga. Cetakan ketujuh. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
7. Sutoto, M.S.J. 1994. Tumor Jinak pada Alat-alat Genital, Ilmu Kandungan,Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
34