kk revisi ujian 31 okt
TRANSCRIPT
-
8/20/2019 KK Revisi Ujian 31 OKT
1/65
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Melitus dengan Gula Darah Tidak Terkontrol Disertai Hipertensi
pada Ny. N dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kronjo Kecamatan
Kronjo Kabupaten Tangerang Propinsi Banten
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode :14 September - 7 November 2015 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan kedokteran yang menyeluruh yang
memusatkan pelayanan kepada keluarga sebagai suatu unit, dimana tanggung jawab
dokter terhadap pelayanan kesehatan tidak dibatasi oleh golongan umur atau jenis
kelamin pasien juga tidak dibatasi organ tubuh atau jenis penyakit tertentu (Azwar A,
1995). Dokter keluarga adalah dokter yang dapat memberikan pelayanan kesehatan yang
berorientasi komunitas yang menitik beratkan pada keluarga, tidak memandang
penderita sebagai individu yang sakit tetapi sebagai bagian dari unit keluarga dan tidak
hanya menanti secara pasif tetapi bila perlu aktif mengunjungi penderita ataukeluarganya (IDI, 1982), sedangkan llmu kedokteran keluarga adalah ilmu yang
mencakup seluruh spektrum ilmu kedokteran yang berorientasi kepada pemberian
pelayanan kesehatan tingkat pertama yang berkesinambungan dan menyeluruh kepada
satu kesatuan individu, keluarga dan masyarakat dengan memperhatikan faktor-faktor
lingkungan, ekonomi dan sosial budaya (Azwar A, 1995).
Kasus DM di dunia tercatat sebanyak 382 juta kasus DM, sedangkan pada
negara-negara di Asia Tenggara terdapat sebanyak 72,1 juta kasus DM (IDF, 2013),
Indonesia kini telah menduduki urutan keempat jumlah penderita diabetes terbanyak
setelah Amerika Serikat, China dan India (Hans, 2008), terdapat sekitar 2,1% kasus dari
hasil diagnosis dokter atau tenaga kesehatan, selain itu diagnosis berdasarkan gejala
sebesar 1,5% kasus. Pada provinsi Banten terdapat sekitar 100 ribu kasus yang
menderita diabetes, data lain didapatkan prevalensi sebesar 1,3% kasus dari diagnosis
dokter atau tenaga kesehatan dan sebesar 1,6% kasus dari diagnosis gejala (Riskesdas,
2013). Terdapat lebih dari 50% penderita DM tipe II mengalami hipertensi (Sweetman,
2009). Penderita diabetes melitus memiliki resiko dua kali lipat menderita hipertensi
dibandingkan orang normal (Perkeni, 2011).
Pada lingkup Puskesmas Kronjo, data kasus diabetes melitus yang tidak
terkontrol per bulan rata-rata sebanyak 133 kasus baru maupun lama dengan rata-rata
berusia 56 tahun dari bulan Januari - Juni 2015, sedangkan untuk kasus hipertensi
didapatkan data rata-rata sebanyak 456 kasus hipertensi per bulan dengan rata-rata
berusia 52 tahun terdiri dari kasus baru maupun lama dari bulan Januari - Juni 2015.
-
8/20/2019 KK Revisi Ujian 31 OKT
2/65
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Melitus dengan Gula Darah Tidak Terkontrol Disertai Hipertensi
pada Ny. N dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kronjo Kecamatan
Kronjo Kabupaten Tangerang Propinsi Banten
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode :14 September - 7 November 2015 2
Prevalensi penderita diabetes disertai hipertensi didapatkan 42 kasus per bulan pada
bulan Januari-Juni 2015, dengan rata-rata umur 51 tahun.
Seorang pasien Ny. N, 31 tahun datang ke Puskesmas Kronjo untuk mengontrol
kadar gula dan tekanan darah. Pasien mengaku ia telah 6 bulan kontrol dan minum obatrutin untuk penyakit yang dideritanya, namun gula darah dan tekanan darahnya belum
juga terkontrol. Pasien perlu dikunjungi sebab jika tidak, dapat terjadi komplikasi lebih
lanjut.
I. 2. Perumusan Masalah
I. 2. 1. Pernyataan Masalah
Tidak terkontrolnya kadar gula darah dan tekanan darah pada Ny. N.I. 2. 2. Pertanyaan Masalah
1. Apakah faktor risiko yang menyebabkan tidak terkontrolnya kadar gula
darah dan tekanan darah pada Ny. N ?
2. Apakah faktor internal dan eksternal menurut Mandala of Health yang
menyebabkan tidak terkontrolnya kadar gula darah dan tekanan darah pada
Ny. N?
3. Apakah alternatif jalan keluar untuk memecahkan masalah yang dihadapi
Ny. N ?
I. 3. Tujuan
I. 3. 1. Tujuan Umum
Terkontrolnya kadar gula darah dan tekanan darah Ny.N sehingga
diharapkan tidak terjadi komplikasi dikemudian hari.
I. 3. 2. Tujuan Khusus
1. Diketahuinya faktor risiko yang menyebabkan tidak terkontrolnya kadar gula
darah dan tekanan darah pada Ny. N
2. Diketahuinya faktor internal dan eksternal menurut Mandala of Health yang
menyebabkan tidak terkontrolnya kadar gula darah dan tekanan darah pada
Ny. N.
3. Diketahuinya alternatif jalan keluar untuk memecahkan masalah yang
dihadapi Ny. N.
-
8/20/2019 KK Revisi Ujian 31 OKT
3/65
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Melitus dengan Gula Darah Tidak Terkontrol Disertai Hipertensi
pada Ny. N dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kronjo Kecamatan
Kronjo Kabupaten Tangerang Propinsi Banten
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode :14 September - 7 November 2015 3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 . KEDOKTERAN KELUARGADokter keluarga adalah dokter yang memberikan pelayanan kesehatan sebagai
kontak pertama yang merupakan pintu masuk ke sistem pelayanan kesehatan yang
berorientasi komunitas dengan menitikberatkan pada keluarga, tidak memandang
penderita sebagai individu yang sakit tetapi sebagai bagian dari unit keluarga dan
tidak menanti secara pasif, tetapi bila perlu aktif mengunjungi penderita atau
keluarga (Azwar A,1995)
Ilmu kedokteran keluarga adalah sebuah pendekatan multi disipliner terpaduyang mencangkup seluruh spektrum ilmu kedokteran yang orientasinya adalah untuk
memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang berkesinambungan dan
menyeluruh kepada satu kesatuan individu, keluarga dan masyarakat dengan
memperhatikan faktor-faktor lingkungan, sosio-ekonomi dan budaya (Azwar
A,1995).
Prinsip-prinsip kedokteran keluarga terdiri dari sembilan butir yaitu :
1. Menyelenggarakan pelayanan komprehensif dengan pendekatan holistik
2. Menyelengarakan pelayanan yang bersinambung (kontinu)
3. Menyelenggarakan pelayanan yang mengutamakan pencegahan
4. Menyelenggarakan pelayanan yang bersifat koordinatif dan kolaboratif
5. Menyelenggarakan pelayanan personal (individual) sebagai bagian integral dari
keluarganya
6. Mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja, dan lingkungan
7. Menjunjung tinggi etika, moral dan hukum
8. Menyelenggarakan pelayanan yang sadar biaya dan sadar mutu
9. Menyelenggarakan pelayanan yang dapat diaudit dan dipertangungjawabkan
(IDI, 2009)
-
8/20/2019 KK Revisi Ujian 31 OKT
4/65
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Melitus dengan Gula Darah Tidak Terkontrol Disertai Hipertensi
pada Ny. N dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kronjo Kecamatan
Kronjo Kabupaten Tangerang Propinsi Banten
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode :14 September - 7 November 2015 4
2.2. DIABETES MELITUS
2.2.1. Definisi
Diabetes melitus merupakan kelompok yang termasuk dalam penyakit metabolik
yang ditandai dengan hiperglikemi yang terjadi akibat kelainan sekresi insulin, kerjainsulin atau keduanya (Perkeni, 2011).
2.2.2. Klasifikasi
Klasifikasikasi etiologi diabetes mellitus dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Klasifikasi etiologi DM
Klasifikasi DM Etiologi
Tipe 1 Destruksi sel beta pankreas, umumnyamenjurus ke defisiensi insulin absolut
Autoimun
IdiopatikTipe2 Bervariasi, mulai dari yang dominan
resistensi insulin disertai defisiensi insulin
relatif sampai yang dominan defek sekresi
insulin disertai resistensi insulin
Tipe lain Defek genetik fungsi sel beta pankreas
Defek genetik kerja insulin
Penyakit eksokrin pankreas Endokrinopati
Obat/zat kimia (kortikosteroid)
Infeksi
Imunologi
Sindrom genetik lain (berkaitanDM)
DM Gestasional
Sumber: Perkeni, 2011
2.2.3. Epidemiologi
Diseluruh dunia, terdapat sebanyak 382 juta kasus diabetes mellitus. Di Asia
Tenggara terdapat sebanyak 72,1 juta kasus DM (IDF, 2013), di Indonesia terdapat
sekitar 2,6 juta kasus dan di Banten terdapat sekitar 100 ribu kasus yang menderita
diabetes (Riskesdas, 2013).
Data tahun 2013 mengenai proporsi dan perkiraan jumlah penduduk usia >14
tahun yang menderita diabetes melitus sebanyak 6,9% dari 176.689.336 penduduk yang
-
8/20/2019 KK Revisi Ujian 31 OKT
5/65
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Melitus dengan Gula Darah Tidak Terkontrol Disertai Hipertensi
pada Ny. N dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kronjo Kecamatan
Kronjo Kabupaten Tangerang Propinsi Banten
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode :14 September - 7 November 2015 5
didalamnya terdapat kasus diabetes mellitus yang sudah terdiagnosis dan yang belum
terdiagnosis. Terdapat sebanyak 30,4% (3.706.236 jiwa) dari 12.191.564 penduduk yang
sudah terdiagnosis diabetes mellitus dan sebanyak 69,6% (8.485.329 jiwa) yang belum
terdiagnosis. Proporsi terbesar terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Timur dan SulawesiTengah, sedangkan jumlah terbesar di Provinsi Jawa Barat (Riskesdas, 2013).
2.2.4. Tanda dan Gejala Umum
Keluhan Klasik : keluahan klasik pada penyakit DM pada Tabel 2.
Tabel. 2 Tanda klasik pada DM
Tanda klasik Dm Patofisiologi
1. Penurunan berat badan Ini disebabkan glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel.
2. Poliuria Kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan glukosa bocormelewati ginjal, sifat glukosa yang menarik air menyebabkan
frekuensi kencing meningkat.
3. Polidipsia Rasa haus dialami oleh penderita karena banyaknya cairan yang
keluar melalui kencing.
4. Polifagia Kalori dari makanan yang dimakan, setelah dimetabolisasikan
menjadi glukosa dalam darah tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan, penderita selalu merasa lapar.
Sumber : Maulana, 2008
Tabel 3. Keluhan-keluhan lain pada DM
Keluhan-keluhan lain Keterangan
1.Gangguan saraf tepi
/kesemutan
Penderita mengeluh rasa sakit atau kesemutan terutama pada kaki di waktu
malam, sehingga menganggu tidur.
2. Gangguan penglihatan Pada fase awal penyakit diabetes sering dijumpai gangguan penglihatan
yang mendorong penderita untuk mengganti kacamatanya berulang kali
agar ia tetap dapat melihat dengan baik.
3. Gatal/Bisul Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah kemaluan atau
daerah lipatan kulit seperti ketiak dan dibawah payudara. Sering pula
dikeluhkan timbulnya bisul dan luka lama sembuhnya. Luka ini dapat
timbul akibat hal yang sepele seperti luka lecet karena sepatu atau tertusuk
peniti.
4. Gangguan Ereksi Gangguan ereksi ini menjadi masalah tersembunyi karena sering tidak
secara terus terang dikemukakan penderitanya.
5.Keputihan Pada wanita, keputihan dan gatal merupakan keluhan yang seringditemukan dan kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala yang
dirasakan.
Sumber : Maulana, 2008
-
8/20/2019 KK Revisi Ujian 31 OKT
6/65
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Melitus dengan Gula Darah Tidak Terkontrol Disertai Hipertensi
pada Ny. N dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kronjo Kecamatan
Kronjo Kabupaten Tangerang Propinsi Banten
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode :14 September - 7 November 2015 6
2.2.5. Faktor Risiko
Terjadinya diabetes melitus dipengaruhi oleh beberapa faktor resiko, antara lain
ras/etnik ( African American, Latino, native American, Asian American, Pacific
Islander ), kadar kolestrol HDL < 35mg/dL dan/ atau kadar trigliserida >250 mg/dL,Obesitas (BMI >25 kg/m2), riwayat keluarga DM yaitu orang tua atau saudara kandung,
pernah teridentifikasi GDPT, TGT atau A1C 5,7-6,4%, riwayat penyakit kardiovaskular,
tidak adanya aktivitas dan sindrom ovari polisiklik (Powers A.C, 2012).
2.2.6. Patofisiologi
Kasus diabetes yang terbanyak dijumpai adalah diabetes melitus tipe 2 yang
ditandai dengan adanya gangguan sekresi insulin atau gangguan kerja insulin pada organtarget terutama hati dan otot. Awalnya resistensi insulin masih belum menyebabkan
diabetes secara klinis, pada fase ini sel beta pankreas masih dapat mengkompensasi
keadaan dan terjadi suatu hiperinsulinemia dan glukosa darah masih normal atau baru
sedikit meningkat. Namun saat sampai tejadinya kegagalan sel beta pankreas, baru
muncul gejala klinis dari diabetes mellitus yang ditandai dengan terjadinya peningkatan
kadar glukosa darah yang memenuhi kriteria diagnosis. Otot merupakan pengguna
glukosa yang paling banyak sehingga resistensi insulin mengakibatkan kegagalan
ambilan glukosa oleh otot.
Faktor lingkungan juga mempengaruhi kondisi resistensi insulin yang pada
awalnya dikompensasi oleh peningkatan sekresi insulin sel beta pankreas namun lama
kelamaan progresifitas penyakit menyebabkan produksi insulin berangsur menurun yang
menimbulkan klinis hiperglikemia yang nyata. Hiperglikemia awalnya terjadi pada fase
setelah makan saat otot gagal melakukan ambilan glukosa dengan optimal. Pada fase
selanjutnya, saat produksi insulin makin menurun, terjadi produksi gula hati yang
berlebihan dan menyebabkan peningkatan glukosa darah saat puasa. Resistensi glukosa
juga terjadi pada jaringan adiposa sehingga merangsang proses lipolisis dan
meningkatkan asam lemak bebas sehingga menggangu proses ambilan glukosa oleh sel
beta pankreas, yang disebut dengan fenomena lipotoksisitas (Soegondo S, 2014).
-
8/20/2019 KK Revisi Ujian 31 OKT
7/65
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Melitus dengan Gula Darah Tidak Terkontrol Disertai Hipertensi
pada Ny. N dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kronjo Kecamatan
Kronjo Kabupaten Tangerang Propinsi Banten
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode :14 September - 7 November 2015 7
2.2.7. Diagnosis
Diagnosis DM ditegakkan dari pemeriksaan kadar glukosa darah, yang dianjurkan
adalah pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan bahan darah plasma vena.
Sedangkan untuk pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan glukosa darah kapiler.
Berbagai keluhan dapat mendasari penyakit DM ini, namun terdapat tiga tanda
klasik pada pasien DM, antara lain poliuria, polidipsi, dan polifagia, serta dapat
ditemukannya penurunan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya. Selain tanda
klasik tersebut, seorang penderita DM juga memiliki keluhan lain seperti rasa lemah,
kesemutan, gatal, penglihatan kabur, disfungsi ereksi pada pria, dan pada wanita
terdapat keluhan pruritus vulva.Adapun kriteria diagnosis DM dapat dilakukan dengan tiga cara :
Ditemukannya gejala klasik DM disertai kadar GDS ≥200 mg/dL, atau
Ditemukannya gejala klasik DM dengan kadar glukosa plasma puasa ≥126
mg/dL, atau
Kadar gula plasma 2 jam pada TTGO ≥200 mg/dL.
Kadar GDS (Glukosa Darah Sewaktu) merupakan kadar glukosa plasma sewaktu
dari pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir.
Sedangkan pemeriksaan kadar puasa adalah saat pasien tidak mendapat kalori tambahan
minimal dalam 8 jam sebelum pemeriksaan. Tes toleransi glukosa oral (TTGO)
dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 g
glukosa anhidrosa yang dilarutkan ke dalam air.
Jika hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM, maka dapat
digolongkan ke dalam kelompok toleransi glukosa terganggu (TGT) atau glukosa darah
puasa terganggu (GDPT):
TGT : diagnosis ini ditegakkan bila setelah pemeriksaan TTGO didapatkan
glukosa plasma 2 jam setelah beban, antara 140-199 mg/dL
GDPT : bila setelah pemeriksaan glukosa plasma puasa didapatkan antara 100-
125 mg/dL dan pemeriksaan TTGO gula darah 2 jam
-
8/20/2019 KK Revisi Ujian 31 OKT
8/65
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Melitus dengan Gula Darah Tidak Terkontrol Disertai Hipertensi
pada Ny. N dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kronjo Kecamatan
Kronjo Kabupaten Tangerang Propinsi Banten
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode :14 September - 7 November 2015 8
2.2.8. Tatalaksana
Tatalaksana DM dimulai dari pendekatan non farmakologi berupa pemberian
edukasi, perencanaan makanan, kegiatan jasmani minimal 3-4 kali/minggu selama 30
menit dan pengendalian berat badan bila berlebih atau obesitas. Bila hal ini belum dapatdicapai maka perlu dikendalikan dengan penambahan terapi farmakologi.
Perencanaan makan:
Kebutuhan kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stres akut
dan kegiatan jasmani untuk mencapai dan mempertahankan berat badan ideal.
Komposisi makanan seimbang berupa:
Karbohidrat: 45-60%
Protein: 10-20% Lemak: 20-25%
Porsi makanan terbagi dalam 3 porsi besar (pagi, siang, sore) serta 2-3 porsi
makanan ringan
Kolesterol
-
8/20/2019 KK Revisi Ujian 31 OKT
9/65
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Melitus dengan Gula Darah Tidak Terkontrol Disertai Hipertensi
pada Ny. N dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kronjo Kecamatan
Kronjo Kabupaten Tangerang Propinsi Banten
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode :14 September - 7 November 2015 9
Pemicu sekresi insulin
Sulfonilurea
Obat yang digunakan adalah glibenklamid, klorpropamid, glipizide,
glikazid, glikuidon, dan glimepirid, diberikan 1 kali/hari. Sebaiknya tidak
digunakan pada usia lanjut karena masa kerjanya yang panjang.
Glinid
Obat yang digunakan adalah repaglinid dan nateglinid, diberikan 2-3
kali/hari
Penghambat alfa glukosidase
Obat yang digunakan adalah acarbose, diminum 15 menit sebelum atau setelah
makan.
Penghambat dipeptidyl peptidase IV
Obat yang digunakan sitagliptin dan vildagliptin. Digunakan sebagai terapi
alternatf pada intoleransi metformin atau pada usia tua.
GLP-1 mimetik dan analog
Obat ini belum beredar di Indonesia.
Hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan OHO:
Dimulai dengan dosis rendah
Mengetahui cara kerja, lama serta efek samping obat-obat
Interaksi obat
Bila gagal dalam penggunaan OHO, coba dengan OHO golongan lain sebelum
penggunaan insulin
Harga yang terjangkau
2. Insulin
Pada terapi OHO dengan kombinasi namun tidak dapat mengendalikan kadar glukosa
dalam darah perlu diberikan insulin. Penyuntikan insulin dapat diberikan 3 kali/hari
dengan insulin kerja cepat (Waspadji S, 2009; Soegondo S, 2014).
-
8/20/2019 KK Revisi Ujian 31 OKT
10/65
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Melitus dengan Gula Darah Tidak Terkontrol Disertai Hipertensi
pada Ny. N dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kronjo Kecamatan
Kronjo Kabupaten Tangerang Propinsi Banten
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode :14 September - 7 November 2015 10
2.2.9. Komplikasi
Makroangiopati
Penyakit jantung koroner
Penyakit arteri perifer
Penyakit serebrovaskular
Kaki diabetes
Mikroangiopati
Retinopati
Nefropati
Disfungsi ereksi
Neuropati
Neuropati perifer
Neuropati otonom
(Tanto dkk, 2014)
2.3. Diabetes Melitus dengan Hipertensi
Pada umumnya penderita diabetes melitus juga mengalami hipertensi, hipertensi
yang tidak dikelola dengan baik akan mempercepat kerusakan pada organ target seperti
ginjal dan kardiovaskular. Patogenesis hipertensi pada DM tipe II dipengaruhi oleh
faktor-faktor yang kompleks, yaitu resistensi insulin, kadar gula darah plasma, obesitas
dan faktor lain pada sistem otoregulasi pengaturan tekanan darah (Soegondo S, 2009).
2.3.1. Definisi Hipertensi
Hipertensi merupakan keadaan dimana terjadi peningkatan kronik tekanan darah >
140/90 mmHg. JNC VII telah mengklasifikasikan hipertensi menjadi derajat 1 dan
derajat 2 yang terlampir pada Tabel 4.
Tabel 4. Klasifikasi hipertensi berdasarkan JNC VIIKlasifikasi TD sistolik (mmHg) TD diastolik (mmHg)
Normal
-
8/20/2019 KK Revisi Ujian 31 OKT
11/65
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Melitus dengan Gula Darah Tidak Terkontrol Disertai Hipertensi
pada Ny. N dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kronjo Kecamatan
Kronjo Kabupaten Tangerang Propinsi Banten
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode :14 September - 7 November 2015 11
2.3.2. Epidemiologi Diabetes Melitus dengan Hipertensi
Terdapat lebih dari 50% penderita DM tipe II mengalami hipertensi. Penderita
diabetes melitus memiliki resiko dua kali lipat menderita hipertensi dibandingkan orang
normal (Soegondo S, 2009). Kasus hipertensi sendiri terdapat sebanyak 1 miliar dariseluruh penduduk di dunia. Di Asia Tenggara, terdapat sebanyak 209 juta kasus
hipertensi (WHO, 2008), di Indonesia terdapat sebanyak 65 juta kasus, data lain
menyebutkan prevalensi sebesar 25,8% kasus hipertensi yang terdiagnosis melalui
pengukuran. Provinsi Banten menyumbang sebanyak 2,3 juta kasus hipertensi pada
tahun 2013, Riskesdas mencatat 23% prevalensi kasus hipertensi yang didapatkan dari
pengukuran (Riskesdas, 2013).
2.3.3. Patofisiologi Diabetes Melitus dengan Hipertensi
Pada penderita DM, terjadinya aterosklerosis prematur dapat menyebabkan
penuaan prematur pada vaskularisasi yang nantinya berperan dalam tingginya prevalensi
hipertensi sistolik terisolasi dan penurunan refleks baroreseptor pada penderita DM
bahkan yang masih muda sehingga dapat menyebabkan perubahan inervasi kardiak
sehingga mungkin terjadi hipotensi ortostatik pada penderita DM dengan hipertensi.
Peningkatan sodium sebesar 10% pada penderita DM akibat gangguan kemampuan
untuk mengeksresikan intravenous saline load dan gagal untuk menambahkan sodium
kedalam urin untuk dieksresikan., mekanisme peningkatan sodium pada penderita DM
masih belum diketahuui sepenuhnya, namun diperkirakan berkaitan dengan peningkatan
reabsorbsi glukosa.
Resistensi insulin dan insulinemia merupakan salah satu faktor yang berkaitan
dengan metabolisme abnormal dari karbohidrat. Kadar insulin yang berlebebih juga
merupakan salah satu faktor resiko penyakit kardiovaskular. Meskipun sebenarnya
mekanismenya belum begitu diketahui, disfungsi endotel merupakan faktor penting pada
tingginya insidensi penyakit vaskular pada individu dengan Diabetes Melitus dan
Hipertensi.
Pada hiperglikemia kronis dapat terjadi peningkatan rigiditas vaskular dengan
mengakibatkan perubahan struktural vaskular. Pada kadar glukosa yang tinggi
menyebabkan efek toksis pada sel endotel-mediated vaskular yang akan meningkatkan
-
8/20/2019 KK Revisi Ujian 31 OKT
12/65
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Melitus dengan Gula Darah Tidak Terkontrol Disertai Hipertensi
pada Ny. N dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kronjo Kecamatan
Kronjo Kabupaten Tangerang Propinsi Banten
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode :14 September - 7 November 2015 12
konstriksi dan hiperplasia otot polos vaskular serta remodeling vascular (Epstein M, et
al.,1992).
2.3.4. Pemeriksaan Fisik Hipertensi
Dilakukan pemeriksaan tekanan darah pada pasien dalam keadaan nyaman dan
relaks serta lengan tidak tertutup atau tertekan pakaian, dengan menggunakan
sphygmomanometer dan ukuran manset yang sesuai. Nilai tekanan darah diambil
sebanyak 2 kali pada setiap kunjungan dan apabila didapatkan tekanan darah >140/90
mmHg pada 2 kali pemeriksaan maka hipertensi dapat ditegakkan (Tanto dkk, 2014).
2.3.5. Tatalaksana Hipertensi pada Penderita Diabetes MelitusInsiden penyakit kardiovaskular dan gagal ginjal terus meningkat sebanding
dengan peningkatan diabetes melitus tipe II. Salah satu cara yang telah diupayakan
adalah pengendalian hipertensi dengan menggunakan obat hipertensi, karena hipertensi
merupakan faktor resiko penyakit jantung koroner. Namun, peningkatan insidensi
penyakit kardiovaskular tetap meningkat sebanding dengan insidensi diabetes melitus,
hal ini disebabkan masih adanya faktor-faktor lain pada diabetes melitus tipe II seperti
dislipidemia, sehingga perlu pengelolaan terhadap faktor resiko lain selain pengelolaan
hipertensi yang baik (Mohani C.I, 2014).
Tatalaksana pada hipertensi terdiri dari farmakologi dan non-farmakologi. Obat
anti hipertensi pada penderita hipertensi dengan diabetes yang menjadi lini pertama
adalah penghambat ACE, antagonis reseptor angiotensin dan beta bloker (Mohani C.I,
2014). Selain itu, diperlukan modifikasi gaya hidup, seperti :
Penurunan berat badan, dengan target berat badan normal (IMT: 18,5-22,9)
Aktivitas fisik selama minimal 30 menit/hari
Batasi konsumsi alkohol, pada laki-laki
-
8/20/2019 KK Revisi Ujian 31 OKT
13/65
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Melitus dengan Gula Darah Tidak Terkontrol Disertai Hipertensi
pada Ny. N dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kronjo Kecamatan
Kronjo Kabupaten Tangerang Propinsi Banten
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode :14 September - 7 November 2015 13
2.3.6. Komplikasi Hipertensi
Peningkatan tekanan darah dalam waktu yang lama dapat menimbulkan risiko
penyakit kardiovaskular. Hal ini juga merupakan penyebab kematian tertinggi di dunia.
Hipertensi juga dikaitkan dengan rusaknya fungsi ginjal. Komplikasi pada organ target berupa:
Serebrovaskular
Mata
Kardiovaskular
Ginjal
Arteri perifer
(Mohani C.I, 2014; Tanto dkk, 2014)
2.3.7. Prognosis Hipertensi
Hipertensi adalah penyakit yang berlangsung seumur hidup serta dapat berakibat
kerusakan pada organ target yang pada akhirnya dapat menimbulkan kematian. Penyakit
kardiovaskular dapat meningkat dua kali lipat seiring dengan peningkatan tekanan
sistolik/diastolik 20/10 mmHg (Mohani C.I, 2014).
2.3.8. Faktor Resiko Diabetes Melitus dengan Hipertensi
Faktor risiko Diabetes Melitus yang telah disebutkan diatas, penderita DM tipe 1
maupun 2 juga memiliki resiko untuk terjadinya peningkatan resistensi vaskular perifer
yang nantinya akan berhubungan dengan tingginya insidensi kasus hipertensi pada
diabetes melitus.
-
8/20/2019 KK Revisi Ujian 31 OKT
14/65
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Melitus dengan Gula Darah Tidak Terkontrol Disertai Hipertensi
pada Ny. N dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kronjo Kecamatan
Kronjo Kabupaten Tangerang Propinsi Banten
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode :14 September - 7 November 2015 14
Gambar 1. Hubungan DM tipe II dengan HT
Sumber: (Powers A.C, 2012; Epstein M et al , 1992)
-
8/20/2019 KK Revisi Ujian 31 OKT
15/65
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Melitus dengan Gula Darah Tidak Terkontrol Disertai Hipertensi
pada Ny. N dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kronjo Kecamatan
Kronjo Kabupaten Tangerang Propinsi Banten
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode :14 September - 7 November 2015 15
BAB III
DATA KLINIS
3.1. Identitas Pasien
Nama Pasien : Ny. N
Nama kepala keluarga : Tn. H
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 31 tahun
Alamat : Desa Pagedangan Udik, Kecamatan Kronjo
RT.010 / RW.004
Pendidikan : SDPekerjaan Pasien : Ibu Rumah Tangga
Agama Pasien dan Keluarga : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Suku Bangsa : Sunda
3.2. Status Kesehatan
3.2.1. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 22
September 2015 pk. 10.30 di Puskesmas Kronjo. Autoanamnesis dan aloanamnesis
dengan suami pasien pada tanggal 25 September 2015 pk 11.00 di rumah pasien.
3.2.1.1. Keluhan Utama dan Keluhan Tambahan
Keluhan utama : Badan lemas
Keluhan tambahan : Nafsu makan meningkat, sering merasa haus dan berat badan
semakin turun, dan sering buang air kecil
3.2.1.2. Riwayat Perjalanan Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Puskesmas Kronjo untuk kontrol gula darah dan tekanan
darah. Pasien mengeluh badan terasa lemas sejak 5 hari yang lalu. Badan lemas
sepanjang hari, keluhan membaik saat pasien beristirahat dan memberat ketika pasien
beraktivitas seperti cuci baju dan membersihkan rumah. Keluhan ini sudah dirasakan
-
8/20/2019 KK Revisi Ujian 31 OKT
16/65
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Melitus dengan Gula Darah Tidak Terkontrol Disertai Hipertensi
pada Ny. N dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kronjo Kecamatan
Kronjo Kabupaten Tangerang Propinsi Banten
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode :14 September - 7 November 2015 16
sebelumnya oleh pasien sejak ± 4 bulan lalu, namun dapat pulih dengan sendirinya dan
tidak seberat keluhan saat ini, pasien tidak pernah mengalami keluhan serupa
sebelumnya.
Pasien juga mengatakan bahwa nafsu makannya meningkat dan sering merasahaus, namun berat badannya semakin menurun. Keluhan tersebut dirasakan pasien
pertama kali sejak ± 6 bulan lalu dan belum pernah dirasakan pasien sebelumnya. Berat
badan pasien 6 bulan lalu 58 kilogram dan saat ini berat badan pasien 55 kilogram
walaupun diakui tidak ada perubahan pada jumlah porsi makan pasien. Pasien mengaku
makan sehari 2 kali dengan porsi cukup ditambah selingan 2 kali sehari. Pasien
mengkonsumsi 2 potong sedang ikan asin dan minimal 1 jenis kue-kue manis dalam
sehari, contohnya kue klepon sebanyak ± 6 buah. Pasien juga mengeluhkan seringterbangun malam hari untuk buang air kecil sebanyak ± 3-4 kali sejak ±6 bulan terakhir,
air kemih jernih, tidak nyeri saat berkemih, kira-kira sebanyak 1 gelas air mineral tiap
kali berkemih. Pasien saat ini sudah minum obat dari puskesmas, yaitu Glibenklamid
yang diminum 2 kali sehari dan Captopril diminum 3 kali sehari secara teratur namun
tidak ada perbaikan. Keluhan kesemutan pada kaki disangkal, pandangan kabur
disangkal. Pasien juga mengaku sehari-hari hanya melakukan pekerjaan rumah dan tidak
pernah berolahraga. Kebiasaan merokok dan minum alkohol disangkal. Pasien mengaku
tidur 7 jam sehari. Pasien mengaku tidak ada tekanan dalam menjalankan pekerjaan
sehari-hari serta berinteraksi baik dengan keluarga dan tetangga sekitar.
Sampai saat ini pasien masih rutin kontrol ke Puskesmas dan hanya
mengkonsumsi obat sesuai dengan anjuran dokter. Pasien mengatakan bahwa ia
didiagnosis oleh dokter di Puskesmas memiliki penyakit darah tinggi bersamaan dengan
keluhan penurunan berat badannya yaitu sejak ± 6 bulan lalu. Keluhan kuning pada mata
dan kulit disangkal pasien. Riwayat nyeri pada dada disangkal. Riwayat berbicara pelo
dan lemas setengah badan disangkal. Riwayat sesak nafas disangkal. Riwayat bengkak
pada anggota badan dan buang air kecil keruh disangkal. Riwayat alergi obat-obatan dan
makanan disangkal pasien.
-
8/20/2019 KK Revisi Ujian 31 OKT
17/65
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Melitus dengan Gula Darah Tidak Terkontrol Disertai Hipertensi
pada Ny. N dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kronjo Kecamatan
Kronjo Kabupaten Tangerang Propinsi Banten
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode :14 September - 7 November 2015 17
3.2.1.3. Riwayat Penyakit Dahulu
Penyakit jantung : Disangkal
Riwayat Stroke : Disangkal
Ikterik : DisangkalAsma : Disangkal
Alergi : Disangkal
Penyakit ginjal : Disangkal
3.2.1.4. Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu pasien menderita diabetes melitus dan hipertensi. Ibu pasien telah
meninggal akibat penyakit stroke. Ayah pasien juga telah meninggal akibat stroke. Pasien tidak mengetahui riwayat penyakit pada kakek atau neneknya, karena telah
meninggal saat pasien masih kecil.
3.2.2. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan pada tanggal 22 September 2015 pk 10.40 WIB di Puskesmas Kronjo
dan pada tanggal 25 September 2015 pk 11.20 di rumah pasien.
Tanda Vital (22 September 2015)
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 160/100 mmHg
Frekuensi nadi : 86x/menit, regular, isi cukup
Suhu tubuh : 36,7 oC pada axilla
Frekuensi nafas : 20x/menit, reguler, tipe thorakoabdominal
Tanda Vital (25 September 2015)
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 160/100 mmHg
Frekuensi nadi : 72x/menit, regular, isi cukup
Suhu tubuh : 36,5oC pada axilla
Frekuensi nafas : 18x/menit, reguler, tipe thorakoabdominal
-
8/20/2019 KK Revisi Ujian 31 OKT
18/65
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Melitus dengan Gula Darah Tidak Terkontrol Disertai Hipertensi
pada Ny. N dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kronjo Kecamatan
Kronjo Kabupaten Tangerang Propinsi Banten
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode :14 September - 7 November 2015 18
Data Antropometri
Status Gizi:
Berat badan : 55 kg
Tinggi badan : 155 cmIMT : 22.91 kg/m2 (status gizi normal)
Pemeriksaan Fisik (22 dan 25 September 2015)
Kepala : Bentuk normal, rambut hitam kecoklatan, distribusi merata, tidak
mudah dicabut dan tidak ada benjolan
Mata:
Visus : >6/60 ODS
Palpebra : Oedema (-)/(-)
Kedudukan bola mata : Simetris
Konjungtiva : Anemis (-)/(-), injeksi konjungtiva (-)/(-), perdarahan
subkonjungtiva (-)/(-)
Sklera : Ikterik (-)/(-)
Kornea : Jernih (+)/(+)
Iris : Berwarna coklat, sinekia (-)/(-)
Pupil : isokor, bulat, Ø 3mm/ Ø 3mm
Lensa : Jernih (+)/(+)
Kesimpulan: dalam batas normal
Telinga:
Bentuk daun telinga : (N)/(N)
Nyeri tekan tragus : (-)/(-)
Nyeri tarik daun telinga : (-)/(-)
Nyeri tekan mastoid : (-)/(-)
Liang telinga : lapang/lapang
Sekret : (-)/(-)
KGB pre-retro-infra aurikuler : tidak teraba
Serumen : (-)/(-)
Kesimpulan: dalam batas normal
-
8/20/2019 KK Revisi Ujian 31 OKT
19/65
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Melitus dengan Gula Darah Tidak Terkontrol Disertai Hipertensi
pada Ny. N dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kronjo Kecamatan
Kronjo Kabupaten Tangerang Propinsi Banten
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode :14 September - 7 November 2015 19
Hidung:
Bentuk luar : Simetris, septum deviasi (-)
Rongga hidung luar : Sekret (-)/(-)
Bagian dalam hidung : Hipertrofi konka inferior (-)/(-)
Kesimpulan: dalam batas normal
Mulut:
Mukosa bibir kering (-), karies gigi (-)
Kesimpulan: dalam batas normal
Tenggorokan:Uvula : di tengah
Faring hiperemis : (-)/(-)
Tonsil : T1 – T1, hiperemis (-)/(-)
Arcus faring : Simetris saat diam dan pergerakan
Kesimpulan: dalam batas normal
Leher:
Trakea di tengah
KGB servikal dekstra dan sinistra tidak teraba membesar.
Kesimpulan: dalam batas normal
Thorax:
Paru-paru :
Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis
Palpasi : Stem fremitus kanan, kiri, depan, belakang sama kuat
Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru, batas paru hepar di ICS VI
MCL dekstra
Auskultasi : Suara napas vesikuler pada seluruh lapang paru, ronkhi (-)/(-),
wheezing (-)/(-), amforik (-)/(-)
Kesimpulan: dalam batas normal
-
8/20/2019 KK Revisi Ujian 31 OKT
20/65
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Melitus dengan Gula Darah Tidak Terkontrol Disertai Hipertensi
pada Ny. N dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kronjo Kecamatan
Kronjo Kabupaten Tangerang Propinsi Banten
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode :14 September - 7 November 2015 20
Jantung :
Inspeksi : Pulsasi iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Pulsasi iktus kordis tidak teraba
Perkusi : Redup
Batas jantung kanan : Pada ICS IV parasternal line dekstra
Batas jantung kiri : Pada ICS V MCL sinistra
Batas jantung atas : Pada ICS III parasternal line sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II normal, reguler, murmur (-),
gallop (-)
Kesimpulan: dalam batas normal
Abdomen :
Inspeksi : Tampak datar
Palpasi : Supel, turgor kulit baik, hepar-lien tidak teraba
membesar, nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus 8x/menit
Kesimpulan: dalam batas normal
Ekstremitas:
Luka:
Oedem:
Kulit : Warna kulit sawo matang, turgor kulit baik, tidak ada kelainan kulit
Anus : Tidak dilakukan
Genitalia : Tidak dilakukan
Kesimpulan: dalam batas normal
- -
- -
- -
- -
-
8/20/2019 KK Revisi Ujian 31 OKT
21/65
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Melitus dengan Gula Darah Tidak Terkontrol Disertai Hipertensi
pada Ny. N dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kronjo Kecamatan
Kronjo Kabupaten Tangerang Propinsi Banten
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode :14 September - 7 November 2015 21
Status Neurologis
1. Pemeriksaan Nervus Cranialis
Nervus VII
Raut wajah : simetris
Fisura palpebra : simetris
Mengangkat alis : dapat, simetris
Mengerutkan dahi : dapat, simetris
Memenjamkan mata : dapat
Mencucukan bibir : dapat
Menggembungkan pipi: dapat, tidak ada kebocoran
Menyeringai : dapat, tidak ada sudut yang tertinggal, sulcus
nasolabialis simetris
Nervus IX dan X
Kualitas suara : baik
Disartria : (-)
Sengau : (-)
Menelan : dapat
Mengejan : dapat
Kedudukan : palatum mole, arcus faring, dan uvula di tengah,
simetris saat diam dan kontraksi.
Nervus XII
Kedudukan lidah : simetris saat di dalam mulut dan saat dijulurkan
Atrofi papil lidah : tidak ada
Tremor lidah : tidak ada
Pergerakan lidah : dapat, simetris
2. Refleks Fisiologis
Bicep (+/+) normorefleks
Tricep (+/+) normorefleks
Patela (+/+) normorefleks
Brachio-radialis (+/+) normorefleks
-
8/20/2019 KK Revisi Ujian 31 OKT
22/65
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Melitus dengan Gula Darah Tidak Terkontrol Disertai Hipertensi
pada Ny. N dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kronjo Kecamatan
Kronjo Kabupaten Tangerang Propinsi Banten
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode :14 September - 7 November 2015 22
3. Refleks Patologis
Hoffman Thromner (-)/(-)
Babinski (-)/(-)
Chadock (-)/(-)
Shaever (-)/(-)
Gordon (-)/(-)
Oppenheim (-)/(-)
Klonus paha (-)/(-)
Klonus kaki (-)/(-)
4. Pemeriksaan sensorik
Test sensibilitas perifer
Rangsang nyeri:
Rangsang raba halus:
5. Pemeriksaan motorik
Kekuatan:
5555 5555
5555 5555
Tonus : normotonus pada ekstremitas superior et inferior dextra et sinistra
Trofi : eutrofi pada ekstremitas superior et inferior dextra et sinistra
Kesimpulan: dalam batas normal
+ +
+ +
+ +
+ +
-
8/20/2019 KK Revisi Ujian 31 OKT
23/65
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Melitus dengan Gula Darah Tidak Terkontrol Disertai Hipertensi
pada Ny. N dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kronjo Kecamatan
Kronjo Kabupaten Tangerang Propinsi Banten
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode :14 September - 7 November 2015 23
3.2.3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal 22 September 2015
Gula darah sewaktu : 234 mg/dLTanggal 1 Oktober 2015
Gula darah puasa : 167 mg/dL
3.2.4. Diagnosis Kerja
Diagnosis Utama : Diabetes Melitus tipe II
Diagnosis Tambahan : Hipertensi grade II
3.2.5. Diagnosis Banding : -
3.2.6. Terapi yang telah diberikan Puskesmas Kronjo
Farmakologis
Setelah diagnosis kerja Glibenklamid 5 mg 2x1 tab
Captopril 12,5 mg 3x1 tab
Non farmakologis (yang dari puskesmas)
Rutin kontrol tiap minggu
Minum obat teratur
-
8/20/2019 KK Revisi Ujian 31 OKT
24/65
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Melitus dengan Gula Darah Tidak Terkontrol Disertai Hipertensi
pada Ny. N dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kronjo Kecamatan
Kronjo Kabupaten Tangerang Propinsi Banten
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode :14 September - 7 November 2015 24
BAB IV
DATA KELUARGA DAN LINGKUNGAN
4.1. Struktur keluarga yang serumah
Tabel 5. Struktur keluarga yang serumah
Nama Umur Hubungan dengan Ny. N
Pendidikan Pekerjaan
Tn. H 40 tahun Suami SMA Pegawai Balai desa
Ny. N 31 tahun Pasien SD IRT
An. F 15 tahun Anak SMP Pelajar
Sumber : Hasil wawancara dengan Ny.N dan Tn. H
4.2. Genogram Keluarga
Gambar 2. Genogram keluarga Ny.N dan Tn. H
4.3. Kondisi Ekonomi
Kebutuhan sehari-hari dipenuhi biasanya dari gaji Tn. H dengan penghasilan
Rp2.000.000 /bulan yang didapat dari bekerja di balai desa dan beternak ayam bersama
adiknya dengan penghasilan Rp 500.000,-.
Kesan ekonomi: menengah.
= pasien
-
8/20/2019 KK Revisi Ujian 31 OKT
25/65
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Melitus dengan Gula Darah Tidak Terkontrol Disertai Hipertensi
pada Ny. N dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kronjo Kecamatan
Kronjo Kabupaten Tangerang Propinsi Banten
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode :14 September - 7 November 2015 25
Tabel 6. Pemasukan dan Pengeluaran keluarga Ny. N
Rincian Pemasukan Pengeluaran
Penghasilan Rp 2.500.000,- -
Kebutuhan Listrik - Rp 100.000,-
Makan & Minum - Rp 1.200.000,-
Pendidikan anak - Rp 100.000,-
Lain-lain - Rp 800.000,-
Tabungan Rp 300.000,-
Total Rp 2.500.000,- Rp 2.500.000,-
Sumber : hasil wawancara dengan Ny.N dan Tn. H
4.4. Pola Berobat
Ny. N berobat ke puskesmas rutin sejak 6 bulan yang lalu setelah Ny. N mengetahui
penyakit yang dideritanya. Ny. N berobat ditanggung oleh BPJS, namun sampai saat ini
belum ada perbaikan dari penyakit yang dideritanya.
4.5. Pola Makan Sehari-hari
4.5.1. Pola Makan Pasien
Tabel 7. Menu Makan Pagi Ny. N
Nasi dengan ayam goreng dan sayur bening bayam
Makanan Berat
(g)
Energi
(kkal)
Protein
(g)
Lemak
(g)
Karbohidrat
(g)
URT
Beras
giling
100 349 6,8 0,7 78,9 2 centong
Ayam 50 47,5 9,1 1,25 0 1 potong
Bayam 100 45 3,5 0,5 6,5 1 mangkuk
kecil
Minyak
sawit
5 45 0 5 0 1 sdt
Total 486,5 19,4 7,45 85,4
Sumber: hasil wawancara dengan Ny.N
-
8/20/2019 KK Revisi Ujian 31 OKT
26/65
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Melitus dengan Gula Darah Tidak Terkontrol Disertai Hipertensi
pada Ny. N dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kronjo Kecamatan
Kronjo Kabupaten Tangerang Propinsi Banten
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode :14 September - 7 November 2015 26
Tabel 8 . Menu makan selingan pagi Ny.N
Pisang dan ubi goreng
Makanan Berat
(g)
Energi
(kkal)
Protein
(g)
Lemak
(g)
Karbohidrat
(g)
URT
Pisang
ambon
100 174,5 3,4 0,35 39,45 2 buah
Ubi putih 50 62,5 0.9 0,35 13,95 1 buah
Minyak
sawit
15 135 0 15 0 3 sdt
Total 372 4,3 15,7 53,4
Sumber: hasil wawancara dengan Ny.N
Tabel 9. Menu makan selingan sore Ny. N
Bakwan goreng dan kleponMakanan Berat Energi
(kkal)
Protein
(g)
Lemak
(g)
Karbohidrat
(g)
URT
Bakwan 100 280 8,2 10,2 39 2 buah
Klepon 100 215 3,7 3,7 41,8 6 buah
Total 495 11,9 13,9 80,8
Sumber: hasil wawancara dengan Ny.N
Tabel 10. Menu makan malam Ny. N
Nasi dengan ikan asin, tempe goreng, dan semur jengkol
Makanan Berat
(g)
Energi
(kkal)
Protein
(g)
Lemak
(g)
Karbohidrat
(g)
URT
Beras giling 100 349 6,8 0,7 78,9 2
centong
Ikan asin 50 91 21 7.5 0 2 potong
sedang
Jengkol 50 14,5 1,75 0,05 1,55 ½
mangkuk
kecil
Tempe 50 80 9,15 2 6,25 1 potong
Minyak 10 90 0 10 0 2 sdtSantan
murni
50 174 2,1 17,15 2,8 3 ½ sdm
Total 798,5 40,8 37,4 89,5
Sumber: hasil wawancara dengan Ny.N
-
8/20/2019 KK Revisi Ujian 31 OKT
27/65
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Melitus dengan Gula Darah Tidak Terkontrol Disertai Hipertensi
pada Ny. N dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kronjo Kecamatan
Kronjo Kabupaten Tangerang Propinsi Banten
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode :14 September - 7 November 2015 27
Tabel 11. Evaluasi perhitungan asupan gizi Ny. N
Energi
(kkal)
Protein
(g)
Lemak
(g)
Karbohidrat
(g)
Asupan 2152 76,4 74,45 309,1
Kebutuhan 1930,5 55 53,6 306,95
Selisih +221,5 +21,4 +20,85 +2,15
Sumber: hasil perhitungan penulis
Status Gizi Ny. N
IMT : = (status gizi normal)
BB Normal : 155-100 = 55 kg
BB Ideal : BB normal – (10% BB normal) = 49,5 kg
BMR/hari : BB × BMR/24 jam/kgBB
: 55 × 24
: 1348,5 Kkal/24 jam
BMR/jam : = 55 Kkal/jam
Resting energy – Harris Benedict
= 655,1 + (9,56 × 55) + (1,85 × 155) – (4,7 × 31)
= 655,1 + 525,8 + 286,75 – 145,7
= 1321,95 Kkal. /24 = 55 Kkal/jam
Tabel 12 . Energi Expenditure Ny. N
Jenis Aktivitas Lama (jam) Perhitungan Total (Kkal)
Tidur 8 8 × 1 × 55 440
Kegiatan dasar 2 2 × 1,4 × 55 154
Tugas Rumah
Tangga
4 4 × 2 × 55 440
Berjalan 1 1 × 3,4 × 55 187
Duduk 5 5 × 1,4 × 55 385
Berdiri 3 3 × 1,5 × 55 247,5
Lain-lain 1 1 × 1,4 × 55 77
Total 1930,5
Sumber: hasil perhitungan penulis
-
8/20/2019 KK Revisi Ujian 31 OKT
28/65
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Melitus dengan Gula Darah Tidak Terkontrol Disertai Hipertensi
pada Ny. N dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kronjo Kecamatan
Kronjo Kabupaten Tangerang Propinsi Banten
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode :14 September - 7 November 2015 28
Kebutuhan per jam : = 80,43 Kkal/jam
Aktivitas : = 1,46 gaya hidup ringan
Kebutuhan Nutrien
Protein 1 g/kgBB
= 55 kg × 1 g/kgBB
= 55 g
P/E ratio = × 100% = 11,39 %
Kebutuhan lemak diperkirakan 25%
= Kkal
= = 53,6 g lemak
Karbohidrat
= 100% - (11,39 + 25)
= 63,6% × 1930,5 = 1227,8 Kkal = 306,95 g
Umumnya makanan orang Indonesia 70 – 80% terdiri atas bahan makanan pokok beras
= 80% × 1227,8 = 982,2 Kkal
Per 100 gram beras mengandung 360 Kkal, jadi beras yang dibutuhkan sehari adalah
=
4.5.2. Pola Makan Keluarga
Makanan yang dimakan oleh keluarga, dimasak oleh pasien sendiri. Bahan
makanan dibeli di pasar terdekat. Keluarga pasien makan 2 kali sehari dengan 2 centong
nasi + 1 jenis sayur + 1 lauk hewani + 1 lauk nabati. Makanan pasien disertai selingangorengan atau kue-kue manis. Tidak ada perbedaan menu pada hari biasa ataupun akhir
pekan. Contoh menu makanan keluarga pasien dalam sehari.
Makan pagi : Nasi putih dengan ayam goreng dan sayur bening bayam
Selingan pagi : Pisang dan ubi goreng
Selingan sore : Bakwan goreng dan klepon
Makan malam : Nasi putih dengan ikan asin, tempe goreng, dan semur
jengkol
-
8/20/2019 KK Revisi Ujian 31 OKT
29/65
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Melitus dengan Gula Darah Tidak Terkontrol Disertai Hipertensi
pada Ny. N dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kronjo Kecamatan
Kronjo Kabupaten Tangerang Propinsi Banten
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode :14 September - 7 November 2015 29
4.5.3. Kebiasaan Minum Keluarga
Keperluan minum sehari-hari dari air galon isi ulang.
4.6 Kondisi Rumah
Perumahan
Status rumah : Milik Tn. H
Luas tanah : 85,5 m2
Luas bangunan : 65,5 m2
Yang terdiri dari :
1 lantai
1 Ruang tamu berukuran 4 m x 4 m
1 Ruang tengah berukuran 3,5 m x 2 m
2 kamar tidur :
Luas kamar pertama 3,5 m x 2 m
Luas kamar kedua 3 m x 5,5 m
1 Dapur berukuran 2 m x 5,5 m
1 Kamar mandi 1,5 m x 4 m
Kondisi bangunan:
Kebersihan rumah cukup bersih, dinding bangunan rumah tersusun dari batako
dilapisi semen, sedangkan atap terbuat dari kayu dan genteng tanpa plafon,
sebagian besar rumah tidak menggunakan keramik, hanya ruang tamu yang
menggunakan keramik, sedangkan ruangan lain berupa lantai semen. Jumlah
orang didalam rumah adalah 3 orang.
Lokasi:
Rumah pasien sejauh 4 kilometer dari puskesmas, ±100 meter dari jalan raya
Ventilasi:
Permanen:
Depan rumah : 7 buah, berukuran 0,3 m x 0,3 m
Ruang tengah : 2 buah, berukuran 0,3 m x 0,3 m
-
8/20/2019 KK Revisi Ujian 31 OKT
30/65
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Melitus dengan Gula Darah Tidak Terkontrol Disertai Hipertensi
pada Ny. N dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kronjo Kecamatan
Kronjo Kabupaten Tangerang Propinsi Banten
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode :14 September - 7 November 2015 30
Luas : (9 x 0,3 m x 0,3 m) = 0,81 m2
Luas total : (Luas / Luas Bangunan) x 100%
(0,81 m / 65,5 m2 ) x 100% = 1,23 %
Insidentil :
Jendela :
2 buah berukuran 0,75m x 0,5 m, jika terbuka luasnya 0,25 m x 0,5 m
3 buah 1,5 m x 0,5 m, jika terbuka luasnya 0,5 m x 0,5 m
Fisik (2 x 0,75m x 0,5 m)+(3 x 1,5 m x 0,5 m) = 3 m2
Fungsional (2 x 0,25 m x 0,5 m)+(3 x 0,5 m x 0,5 m) = 1,00 m2
Pintu depan: 2 m x 1,5 m = 3 m2
Luas total :
Fisik = (3 m2 + 3 m2) = (6 m2/Luas Bangunan) x 100%
= (6 m2 / 65,5 m2) x 100%
= 9,16%
Fungsional = (3 m2 + 1,00 m2) = (4,00 m2/Luas Bangunan) x 100%
= (4,00 m2 / 65,5 m2) x 100%
= 6,10%
Luas ventilasi total :
Fisik = 1,23% + 9,16% = 10,39%
Fungsional = 1,23% + 6,10% = 7,33%
Berdasarkan perhitungan di atas total ventilasi yang ada di rumah Ny. N secara
fisik adalah 10,39% dan secara fungsional adalah 7,33%. Jumlah total adalah 17,72%.
Ventilasi tersebut adalah ventilasi yang baik karena memenuhi kriteria ventilasi rumahideal yakni 10% dari luas bangunan (Permenkes, 1999).
Pencahayaan :
Pada pagi dan siang hari rumah Ny. N memiliki pencahayan yang cukup karena pintu
depan yang berukuran 2 m x 1,5 m, 2 jendela depan yang berukuran masing – masing
1,5 m x 0,5 m yang tertutup, pintu ke halaman samping yang berukuran 2 m x 0,75 m,
serta celah antara genteng yang memungkinkan cahaya masuk ke dalam rumah. Untuk
-
8/20/2019 KK Revisi Ujian 31 OKT
31/65
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Melitus dengan Gula Darah Tidak Terkontrol Disertai Hipertensi
pada Ny. N dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kronjo Kecamatan
Kronjo Kabupaten Tangerang Propinsi Banten
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode :14 September - 7 November 2015 31
pencahayaan pada malam hari, selain mendapatkan cahaya dari luar, pada rumah Ny.N
terdapat total 5 buah lampu bohlam yaitu 2 buah bohlam dengan daya 8 watt di ruang
tamu dan ruang tengah, 1 buah lampu bohlam dengan daya 5 watt di kamar mandi, dan 2
buah bohlam dengan daya 14 watt di kedua kamar tidur. Kesan pencahayaan padamalam hari di rumah Ny.N termasuk kurang terang dan dapat menimbulkan risiko
cedera bagi penghuninya.
Air bersih :
Sumber air bersih didapatkan dari air tanah yang dipompa dengan mesin pompa
untuk keperluan mencuci, mandi dan memasak. Kriteria air: baik, jernih, tidak berbau,
tidak berasa, jarak sumber air ke septik tank ± 9 m. Jarak sumber air bersih tersebutkurang dari jarak minimal yang seharusnya yaitu 10 m (untuk tanah berpasir) dari
sumber pencemaran.
Sampah dan limbah :
Sampah dikumpulkan menjadi satu dan dibakar di tanah kosong yang berada di
samping rumah. Sampah – sampah tersebut tidak dipisahkan antara sampah organik dan
sampah non organik. Limbah cucian dapur yang dibuang dan dialirkan ke halaman
belakang rumah bersama dengan aliran pembuangan limbah kamar mandi.
Pembuangan tinja :
Septik tank berada di halaman belakang rumah.
Jamban:
Terdapat 1 buah jamban jongkok jenis leher angsa dalam kamar mandi.
Alat kesejahteraan :
Sebuah TV tabung 14 inch, 2 buah kasur, 2 lemari pakaian, 1 buah kompor gas, 2
buah penanak nasi, 1 buah lemari es 1 pintu, 1 buah pompa air, 1 buah sepeda motor
dan 1 buah telepon genggam.
Lingkungan :
Tempat tinggal berdekatkan dengan rumah tetangga.
-
8/20/2019 KK Revisi Ujian 31 OKT
32/65
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Melitus dengan Gula Darah Tidak Terkontrol Disertai Hipertensi
pada Ny. N dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kronjo Kecamatan
Kronjo Kabupaten Tangerang Propinsi Banten
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode :14 September - 7 November 2015 32
Kamar mandi :
Lokasi kamar mandi terletak di dalam rumah
Pencahayaan kurang terang dengan menggunakan lampu bohlam 5 watt,
terutama pada malam hari
Lantai dari semen, kondisi lantai selalu basah dan licin
Tempat penampungan air yaitu bak yang terbuat dari semen
Jamban jongkok terlihat selalu kotor
Kamar mandi juga sebagai lokasi penyimpanan alat-alat dapur yang telah dicuci
Ny.N juga mencuci bahan masakan di kamar mandi
Kesimpulan: kamar mandi lembab dan kotor.
4.7. Denah Lokasi
Gambar 3. Denah lokasi
U
-
8/20/2019 KK Revisi Ujian 31 OKT
33/65
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Melitus dengan Gula Darah Tidak Terkontrol Disertai Hipertensi
pada Ny. N dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kronjo Kecamatan
Kronjo Kabupaten Tangerang Propinsi Banten
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode :14 September - 7 November 2015 33
4.8. Denah Rumah
Gambar 4. Denah rumah
4.9 Mandala of Health
Body : Ny. N, 31 tahun, TB 155 cm, BB 55 kg, menderita Diabetes Melitus
tipe II dan Hipertensi grade II.
Mind : Ny. N mengganggap penyakitnya merupakan suatu penyakit
keturunan yang dapat disembuhkan.
Spirit : Pasien memiliki keinginan untuk sembuh.
Level Pertama :
Human Biology :
Di duga adanya faktor genetik terhadap diabetes melitus dan hipertensi
Family :
Ny. N tinggal bersama suami dan seorang anaknya.
Personal Behavior :
Ny. N tidak pernah berolahraga.
UR. Tengah
-
8/20/2019 KK Revisi Ujian 31 OKT
34/65
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Melitus dengan Gula Darah Tidak Terkontrol Disertai Hipertensi
pada Ny. N dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kronjo Kecamatan
Kronjo Kabupaten Tangerang Propinsi Banten
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode :14 September - 7 November 2015 34
Psycho - social Economy :
Lingkungan Psikososial:
Ny. N terkadang berkunjung ke tempat saudaranya, namun Ny. N jarang
keluar rumah, hubungan dengan keluarga terdekat, saudara dan tetangga baik, tidak ada faktor stres yang dikeluhkan.
Sosial ekonomi : Menengah
Physical Envir onment :
Ventilasi rumah Ny.N baik
Pencahayaan kurang terutama pada malam
Lingkungan rumah pasien cederung berdekatan dengan rumah tetangga
Level Kedua :
Sick - care system :
Jarak ke puskesmas ±4 km terjangkau dengan sepeda motor.
Kurangnya penyuluhan yang diberikan oleh petugas kesehatan.
Work :
Ny. N bekerja sebagai ibu rumah tangga
Life style :
Ny. N memiliki pola makan yang kurang baik, Ny.N memiliki kebiasaan
makan kue-kue manis dan makanan asin contohnya ikan asin.
Level Ketiga :
The commun ity :
Tinggal di lingkungan rukun tetangga
Human - made envir onment :
Warung dekat rumah menjual gorengan dan makanan manis
Culture :
Ny.N berasal dari suku sunda kronjo yang gemar mengkonsumsi ikan asin
Biosphere :
Global warming
-
8/20/2019 KK Revisi Ujian 31 OKT
35/65
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Melitus dengan Gula Darah Tidak Terkontrol Disertai Hipertensi
pada Ny. N dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kronjo Kecamatan
Kronjo Kabupaten Tangerang Propinsi Banten
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode :14 September - 7 November 2015 35
Gambar 5. Mandala of Health dari Ny. N
SpiritPasien memiliki
keinginan untuk sembuh
Community
Tinggal di lingkungan rukun
tetangga
Lifestyle
Ny.N memiliki kebiasaan makan
kue-kue manis dan makanan asin
seperti ikan asin sehari - hari.
Family
Ny. N tinggal bersama suami dan
seorang anaknya
Body
Ny. N, 31 tahun, TB 155 cm,BB 55 kg, menderita
DM tipe II disertai HT grade II
Mind
Ny. N mengganggap penyakitnya
merupakan suatu
penyakit keturunanyang dapat
disembuhkan.
Personal Behaviour
Ny. N tidak pernah berolahraga
Sick Care SystemJarak ke puskesmas 4 km
terjangakau dengan sepeda
motorKurangnya penyuluhan
yang diberikan oleh
petugas kesehatan
Human Biology
Di duga adanya faktor
genetik terhadap diabetesmelitus dan hipertensi.
Human Made Environment
Warung dekat rumah menjual gorengan
dan makanan manis
Psycho-social economyLingkungan Psikososial:
Ny. N terkadang berkunjung ke tempat
saudaranya, namun Ny. N jarang keluarrumah, hubungan dengan keluarga
terdekat, saudara dan tetangga baik, tidak
ada faktor stres yang dikeluhkan.
-Sosial ekonomi: Menen ah
Work
Ny. N bekerja sebagai
ibu rumah tangga.
Physical Environment
Ventilasi rumah Ny.N baik, pencahayaan kurang
terutama saat malam, lingkungan rumah pasiencederung berdekatan dengan rumah tetangga.
Culture
Ny.N berasal dari suku sunda kronjo
yang gemar mengkonsumsi ikan asin
BiosphereGlobal warming
-
8/20/2019 KK Revisi Ujian 31 OKT
36/65
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Melitus dengan Gula Darah Tidak Terkontrol Disertai Hipertensi
pada Ny. N dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kronjo Kecamatan
Kronjo Kabupaten Tangerang Propinsi Banten
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode :14 September - 7 November 2015 36
BAB V
DIAGNOSTIK HOLISTIK
5. 1. Ringkasan (Resume)
Telah diperiksa seorang pasien perempuan berusia 31 tahun dengan keluhan
badan terasa lemas sejak 5 hari yang lalu. Badan lemas sepanjang hari, keluhan
membaik saat beristirahat dan memberat ketika beraktivitas.. Keluhan badan lemas
sudah dirasakan sejak 4 bulan terakhir, namun dapat pulih dengan sendirinya dan tidak
seberat keluhan saat ini. Nafsu makan pasien meningkat dan sering merasa haus namun
berat badannya menurun, keluhan ini dirasakan pertama kali sejak 6 bulan lalu. Pasien
memiliki kebiasaan makan sehari-hari berupa makanan asin dan kue-kue manis. Pasien
sering terbangun malam hari untuk buang air kecil, ± 3-4 kali sejak ± 6 bulan. Pasien
tidak pernah berolahraga. Pasien masih rutin kontrol ke puskesmas dan mengkonsumsi
obat rutin sesuai dengan anjuran dokter.
Pemeriksaan fisik pada tanggal 22 September 2015 didapatkan tekanan darah
160/100 mmHg, pemeriksaan internus dan neurologis dalam batas normal. Pada
pemeriksaan penunjang: Gula darah sewaktu tanggal 22 September 2015: 234 mg/dL
Diagnosis klinis yaitu Diabetes Melitus tipe II dengan diagnosis tambahanhipertensi grade II. Tatalaksana :
Glibenklamid 5m 1x1 tab
Captopril 12,5 mg 3x1 tab
5.2. Diagnosis Holistik
Aspek Personal
Badan lemas Nafsu makan meningkat dan sering merasa haus
Sering buang air kecil
Berat badan menurun
-
8/20/2019 KK Revisi Ujian 31 OKT
37/65
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Melitus dengan Gula Darah Tidak Terkontrol Disertai Hipertensi
pada Ny. N dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kronjo Kecamatan
Kronjo Kabupaten Tangerang Propinsi Banten
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode :14 September - 7 November 2015 37
Aspek Klinis/Diagnosis Klinis
Diagnosa Kerja :
Diagnosis utama: Diabetes Melitus Tipe II
Diagnosis tambahan: Hipertensi Derajat II
Diagnosa Banding : -
Aspek Internal
Pasien tidak berolahraga
Kebiasaan pola makan pasien yang suka makan kue-kue manis ± 6
buah/hari dan ikan asin ±2 potong/hari.
Kurangnya pemahaman pasien tentang penyakit yang dideritanya
Aspek Eksternal
Kurangnya pengetahuan keluarga terhadap pola makan yang baik dan
dampak yang disebabkan dari pola makan yang tidak baik.
Kurangnya pengetahuan keluarga terhadap penyakit yang diderita pasien.
Aspek Status Fungsional PasienPasien tidak mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari
( score 5).
5.3. Diagnosis Keluarga
5.3.1 Bentuk Keluarga
Keturunan : Partrilinier
Perkawinan : Monogami
Pemukiman : Matrilokal
Jenis Anggota Keluarga : Keluarga Inti
Kekuasaan : Patriakal
-
8/20/2019 KK Revisi Ujian 31 OKT
38/65
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Melitus dengan Gula Darah Tidak Terkontrol Disertai Hipertensi
pada Ny. N dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kronjo Kecamatan
Kronjo Kabupaten Tangerang Propinsi Banten
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode :14 September - 7 November 2015 38
5.3.2 Fungsi Keluarga
Fisiologis
Adaptation :
Suami Ny.N sangat peduli terhadap kesehatan istrinya dengan
menyarankan istri untuk rutin berobat (nilai: 2)
Partnership :
Terkadang Tn. H menyelesaikan masalah dalam perkerjaannya sendiri
serta tidak mengikutsertakan istri di dalamnya. (nilai: 1)
Growth :
Dukungan keluarga baik terhadap Ny. N (nilai: 2)
Affection :Hubungan, kasih sayang dan interaksi Tn. H dan Ny. N serta anaknya
sangat baik. (nilai: 2)
Resolve :
Keluarga Tn. H dan Ny. N serta anaknya sangat baik, sehingga mereka
hampir setiap hari menghabiskan waktu bersama di rumah. (nilai: 2)
Total APGAR : 9
Fungsi keluarga baik, saling mendukung satu sama lain.
Patologis (SCREEM)
Social : Hubungan ny. N dengan tetangga sekitar baik
Culture : Saling menghormati dan menghargai
Religious : Ny. N dan An. F melakukan sholat 5 waktu, namun
Tn. H terkadang tidak menjalankan sholat 5 waktu.
Economic : Status ekonomi keluarga Ny. N menengah
Education : Tamat SD
Medical : Seluruh keluarga terdaftar dalam program BPJS
-
8/20/2019 KK Revisi Ujian 31 OKT
39/65
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Melitus dengan Gula Darah Tidak Terkontrol Disertai Hipertensi
pada Ny. N dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kronjo Kecamatan
Kronjo Kabupaten Tangerang Propinsi Banten
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode :14 September - 7 November 2015 39
5.3.3. Siklus Kehidupan Keluarga (DUVALL)
Gambar 6. Siklus kehidupan keluarga Ny.N
1. Tahap awal perkawinan
2. Tahap keluarga dengan bayi
3. Tahap keluarga dengan anakusia pra-sekolah
4. Tahap keluarga dengan anak
usia sekolah
5. Tahap keluarga dengan anak
usia remaja
6. Tahap keluarga dengan anak
meninggalkan keluarga
7. Tahap orangtua usia
menengah
8. Tahap keluarga jompo
-
8/20/2019 KK Revisi Ujian 31 OKT
40/65
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Melitus dengan Gula Darah Tidak Terkontrol Disertai Hipertensi
pada Ny. N dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kronjo Kecamatan
Kronjo Kabupaten Tangerang Propinsi Banten
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode :14 September - 7 November 2015 40
BAB VI
RENCANA PENATALAKSANAAN HOLISTIK DAN KOMPREHENSIF
6.1. Aksis I (Personal)
Badan lemas, penatalaksanaan:
Farmakologis : Vitamin B kompleks 3x1 tab
Non-Farmakologis:
Memberikan edukasi pada pasien tentang obat yang diberikan dan apabila
keluhan sudah tidak ada, terapi tetap dilanjutkan.
Menganjurkan pasien untuk beristirahat bila merasa lemas selama ±30 menit.
Nafsu makan meningkat dan sering merasa haus, penatalaksanaan:
Farmakologis : Tidak dilakukan intervensi
Non-Farmakologis:
Menjelaskan bahwa keluhan tersebut tidak memerlukan pengobatan karena
merupakan salah satu gejala dari penyakit kencing manis. Keluhan ini akan
berkurang bila kadar gula darah terkontrol.
Menganjurkan pasien untuk banyak mengkonsumsi hanya air putih saat
merasa haus.
Sering buang air kecil, penatalaksanaan:
Farmakologis : Tidak dilakukan intervensi
Non-Farmakologis:
Menjelaskan bahwa keluhan tersebut tidak memerlukan pengobatan karena
merupakan salah satu gejala dari penyakit kencing manis. Keluhan ini akan
berkurang bila kadar gula darah terkontrol, dan menyarankan untuk
mengurangi konsumsi air putih pada malam hari terutama sebelum tidur.
-
8/20/2019 KK Revisi Ujian 31 OKT
41/65
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Melitus dengan Gula Darah Tidak Terkontrol Disertai Hipertensi
pada Ny. N dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kronjo Kecamatan
Kronjo Kabupaten Tangerang Propinsi Banten
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode :14 September - 7 November 2015 41
Berat badan menurun, penatalaksanaan:
Farmakologis : Tidak dilakukan intervensi
Non-Farmakologis:
Menjelaskan bahwa keluhan tersebut tidak memerlukan pengobatan, keluhan
ini diakibatkan kadar gula darah yang tinggi dan akan membaik apabila
kadar gula darah terkontrol.
6.2. Aksis II (Klinis)
Diagnosis utama : Diabetes Melitus tipe II
Penatalaksanan:
Farmakologis : Metformin 500mg 3x1tab setelah makan
Non-Farmakologis:
Memberikan edukasi kepada pasien mengenai penyakit yang diderita serta
komplikasinya.
Memotivasi pasien agar melanjutkan terapi yang sudah diberikan dan rutin
kontrol tekanan darah dan kadar gula darah walaupun sudah normal.
Mengurangi makanan yang mengandung karbohidrat tinggi seperti nasi putih,
makanan yang terbuat dari tepung terigu (mie, roti putih, kue manis)
menggunakan pedoman singkat dalam bentuk pamflet.
Menyarankan untuk mengkonsumsi makanan tinggi serat dengan cara
menyiapkan minimal 1 mangkuk kecil sayur setiap kali makan.
Menyarankan pasien untuk membagi porsi makan per hari sebanyak 3 kali
makan utama dan 1-2 kali makan selingan.
Menyarankan pasien untuk olah raga rutin intensitas sedang seperti jalan cepat
dengan menggunakan alas kaki selama 30 menit per kali dengan frekuensi 2-
3 kali per minggu. Contoh olah raga yang lainnya seperti pada Lampiran 18
halaman 64.
-
8/20/2019 KK Revisi Ujian 31 OKT
42/65
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Melitus dengan Gula Darah Tidak Terkontrol Disertai Hipertensi
pada Ny. N dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kronjo Kecamatan
Kronjo Kabupaten Tangerang Propinsi Banten
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode :14 September - 7 November 2015 42
Diagnosis tambahan: Hipertensi derajat II
Penatalaksanan:
Farmakologis : Captopril 25 mg 2x1tab setelah makan
Non-Farmakologis:
Memberikan edukasi kepada pasien mengenai penyakit yang diderita serta
komplikasinya.
Memotivasi pasien agar melanjutkan terapi yang sudah diberikan dan rutin
kontrol tekanan darah dan kadar gula darah walaupun sudah normal.
Mengurangi makanan asin (ikan asin, penggunaan garam dapur tidak melebihi
1sdt/hari).
Menyarankan untuk melakukan olah raga rutin dengan intensitas sedang,seperti jalan cepat dengan menggunakan alas kaki selama 30 menit per kali
dengan frekuensi 2-3 kali per minggu.
Memberikan dan menjelaskan kepada pasien mengenai jenis-jenis makanan
yang tinggi garam (ikan asin, penggunaan garam dapur tidak melebihi
1sdt/hari, dan sebagainya) menggunakan pedoman singkat dalam bentuk
pamflet.
Memberi contoh menu makanan yang dianjurkan untuk penyakit yang diderita(DM disertai HT).
Tabel 13. Menu Makan Pagi Ny. N yang dianjurkan
Nasi dengan dada ayam goreng, tempe goreng, sayur bening
Makanan Berat
(g)
Energi
(kkal)
Protein
(g)
Lemak
(g)
Karbohidrat
(g)
URT
Beras giling 50 174,5 3,4 0,35 39,45 1 centong
Ayam dada 50 47,5 9,1 1,25 0 1 potong
Bayam 100 45 3,5 0,5 6,5 1 mangkuk
kecil
Minyaksawit
10 90 0 10 0 2 sdt
Tempe 50 80 9,15 2 6,35 1 potong
Oyong 100 21 0,8 0,2 4,1 1 buah
Sub Total 458 25,95 14,3 56,4
Sumber: hasil perhitungan penulis
-
8/20/2019 KK Revisi Ujian 31 OKT
43/65
-
8/20/2019 KK Revisi Ujian 31 OKT
44/65
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Melitus dengan Gula Darah Tidak Terkontrol Disertai Hipertensi
pada Ny. N dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kronjo Kecamatan
Kronjo Kabupaten Tangerang Propinsi Banten
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode :14 September - 7 November 2015 44
Tabel 17. Menu makan malam Ny. N yang dianjurkan
Nasi dengan sup wortel dengan ketimun
Makanan Berat
(g)
Energi
(kkal)
Protein
(g)
Lemak
(g)
Karbohidrat
(g)
URT
Beras giling 50 174,5 3,4 0,35 39,45 1 centong
Wortel 100 46 1,2 0,3 9,5 1 buahTomat 50 12 0,5 0,15 2,1 1 buah
Kacangtanah
20 77,2 2,7 6,2 2,4 1/5mangkukkecil
Minyakkelapa
10 88,6 2,1 9,8 0 2 sdt
Putih telur 120 55,2 12,9 0 0,9 2 buah
Ketimun 100 15 0,7 0,1 2,8 1 buah
Sub Total 468 21,5 16,9 56,1
Sumber: hasil perhitungan penulis
Tabel 18. Evaluasi perhitungan asupan gizi Ny. N
Energi (kkal) Protein
(g)
Lemak
(g)
Karbohidrat
(g)
Asupan 1845,35 81,73 63,1 232,28
Kebutuhan 1930,5 55 53,6 306,95
Selisih -85,15 +26,73 +9,5 -74,67
Sumber: hasil perhitungan penulis
6.3. Aksis III (Internal)
Pasien tidak berolahraga
Penatalaksanaan:
Memotivasi serta mengajak pasien berolahraga seperti berjalan cepat
pagi atau sore secara rutin dengan menggunakan alas kaki selama 30
menit per kali dengan frekuensi 2-3 kali per minggu. Contoh olah raga
yang lainnya seperti pada Lampiran 18 halaman 64.
Kebiasaan pola makan pasien yang suka makan kue-kue manis ± 6 buah/hari dan
ikan asin ± 2 potong/hari
Penatalaksanaan:
Memberikan dan menjelaskan kepada pasien mengenai jenis-jenis
makanan yang tinggi garam (ikan asin, penggunaan garam dapur tidak
melebihi 1sdt/hari, dan sebagainya) dan tinggi karbohidrat (nasi putih,
makanan yang terbuat dari tepung terigu: mie, roti putih) menggunakan
pedoman singkat dalam bentuk pamflet.
-
8/20/2019 KK Revisi Ujian 31 OKT
45/65
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Melitus dengan Gula Darah Tidak Terkontrol Disertai Hipertensi
pada Ny. N dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kronjo Kecamatan
Kronjo Kabupaten Tangerang Propinsi Banten
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode :14 September - 7 November 2015 45
Kurangnya pemahaman pasien terhadap penyakit yang dideritanya
Penatalaksanaan:
Memberikan edukasi tentang penyakit diabetes dan hipertensi kepada pasien
sehingga diharapkan dapat meningkatkan kewaspadaan, kepedulian serta
mencegah terjadinya komplikasi dikemudian hari dengan menggunakan
pamflet.
6.4. Aksis IV (Eksternal)
Kurangnya pengetahuan keluarga terhadap penyakit yang diderita serta pola
makan yang baik dan dampak yang disebabkan dari pola makan yang tidak baik.
Penatalaksanaan: Memberikan edukasi tentang penyakit diabetes dan hipertensi kepada
keluarga pasien serta memberi edukasi kepada keluarga pasien tentang
pola makan yang baik dan benar dengan poster dan konseling.
6.5. Aksis V (Status Fungsional)
Pasien tidak mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari
(nilai 5)Penatalaksanaan: Tidak dilakukan intervensi.
-
8/20/2019 KK Revisi Ujian 31 OKT
46/65
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Melitus dengan Gula Darah Tidak Terkontrol Disertai Hipertensi
pada Ny. N dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kronjo Kecamatan
Kronjo Kabupaten Tangerang Propinsi Banten
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode :14 September - 7 November 2015 46
BAB VII
INTERVENSI, HASIL INTERVENSI DAN PROGNOSIS
Kegiatan kunjungan ke rumah keluarga Ny.N dilakukan pada tanggal 25September 2015 sampai 19 Oktober 2015. Dalam kunjungan – kunjungan tersebut
dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik sesuai dengan penyakit Ny.N, intervensi,
dan follow up keluhan – keluhan dari Ny.N. Intervensi dilakukan tanggal 25 September
2015 dan 1 Oktober 2015. Pengamatan hasil intervensi dilakukan pada tanggal 28
September 2015, 1 Oktober 2015, 12 Oktober 2015 dan 19 Oktober 2015 di rumah
Ny.N.
7.1. Aksis I (Personal)
Badan lemas, penatalaksanaan:
Farmakologis : Vitamin B kompleks 3x1 tab
Non-Farmakologis:
Memberikan edukasi pada pasien tentang obat yang diberikan dan apabila
keluhan sudah tidak ada, terapi tetap dilanjutkan.
Menganjurkan pasien untuk beristirahat bila merasa lemas selama ±30 menit.
Hasil:
Sudah diberikan edukasi dan pasien sudah meminum obat secara teratur dan
keluhan badan lemas sudah ada perbaikan.
Pasien sudah mengerti tentang obat yang telah diberikan dan tetap
melanjutkan terapi tersebut.
Pasien sudah beristirahat cukup dan pasien sudah merasakan perbaikan.
Nafsu makan meningkat dan sering merasa haus, penatalaksanaan:
Farmakologis : Tidak dilakukan intervensi
Non-Farmakologis:
Menjelaskan bahwa keluhan tersebut tidak memerlukan pengobatan karena
merupakan salah satu gejala dari penyakit kencing manis. Keluhan ini akan
berkurang bila kadar gula darah terkontrol.
-
8/20/2019 KK Revisi Ujian 31 OKT
47/65
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Melitus dengan Gula Darah Tidak Terkontrol Disertai Hipertensi
pada Ny. N dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kronjo Kecamatan
Kronjo Kabupaten Tangerang Propinsi Banten
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode :14 September - 7 November 2015 47
Menganjurkan pasien untuk banyak mengkonsumsi hanya air putih saat
merasa haus.
Hasil:
Pasien sudah mengerti bahwa keluhan nafsu makan meningkat merupakan
salah satu gejala dari kencing manis dan akan membaik jika kadar gula darah
terkontrol, dan saat ini pasien mengatakan sudah dapat mengikuti pola
makan yang tepat.
Pasien sudah banyak mengkonsumsi air putih saat merasa haus, dan keluhan
haus berkurang.
Sering buang air kecil, penatalaksanaan:Farmakologis : Tidak dilakukan intervensi
Non-Farmakologis:
Menjelaskan bahwa keluhan tersebut tidak memerlukan pengobatan karena
merupakan salah satu gejala dari penyakit kencing manis. Keluhan ini akan
berkurang bila kadar gula darah terkontrol, dan menyarankan untuk
mengurangi konsumsi air putih pada malam hari terutama sebelum tidur.
Hasil: Pasien telah mengerti bahwa keluhan sering buang air kecil tidak
memerlukan pengobatan karena merupakan salah satu gejala dari penyakit
kencing manis dan akan berkurang bila kadar gula darah terkontrol. Pasien
mengatakan saat ini buang air kecil menjadi 2 kali dalam satu malam.
Berat badan menurun, penatalaksanaan:
Farmakologis : Tidak dilakukan intervensi
Non-Farmakologis:
Menjelaskan bahwa keluhan tersebut tidak memerlukan pengobatan, keluhan
ini diakibatkan kadar gula darah yang tinggi dan akan membaik apabila
kadar gula darah terkontrol.
Hasil:
Pasien telah mengerti bahwa keluhan tersebut tidak memerlukan
pengobatan, keluhan ini diakibatkan kadar gula darah yang tinggi dan akan
-
8/20/2019 KK Revisi Ujian 31 OKT
48/65
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Melitus dengan Gula Darah Tidak Terkontrol Disertai Hipertensi
pada Ny. N dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kronjo Kecamatan
Kronjo Kabupaten Tangerang Propinsi Banten
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode :14 September - 7 November 2015 48
membaik apabila kadar gula darah terkontrol. Pasien mengatakan berat
badan saat ini sama dengan berat badan sebelumnya.
7.2. Aksis II (Klinis)
Diagnosis utama : Diabetes Melitus tipe II
Penatalaksanan:
Farmakologis : Metformin 500mg 3x1tab setelah makan
Non-Farmakologis:
Memberikan edukasi kepada pasien mengenai penyakit yang diderita serta
komplikasinya.
Memotivasi pasien agar melanjutkan terapi yang sudah diberikan dan rutinkontrol tekanan darah dan kadar gula darah walaupun sudah normal.
Mengurangi makanan yang mengandung karbohidrat tinggi seperti nasi putih,
makanan yang terbuat dari tepung terigu (mie, roti putih, kue manis)
menggunakan pedoman singkat dalam bentuk pamflet.
Menyarankan untuk mengkonsumsi makanan tinggi serat dengan cara
menyiapkan minimal 1 mangkuk kecil sayur setiap kali makan.
Menyarankan pasien untuk membagi porsi makan per hari sebanyak 3 kalimakan utama dan 1-2 kali makan selingan.
Menyarankan pasien untuk olah raga rutin intensitas sedang seperti jalan cepat
dengan menggunakan alas kaki selama 30 menit per kali dengan frekuensi 2-
3 kali per minggu. Contoh olah raga yang lainnya seperti pada Lampiran 18
halaman 64.
Hasil:
Pasien mengerti tentang penyakit yang diderita pasien dan bahayanya jika
tidak ditangani dengan baik.
Pasien tetap kontrol ke puskesmas dan minum obat rutin secara teratur
Pasien sudah mengurangi porsi nasi putih dan kue manis. Pasien juga
membagi porsi makan menjadi 5 kali sehari, yang terdiri dari 3 porsi makan
utama (pagi, siang dan malam) dan 2 kali makanan selingan (siang dan sore).
Pasien mengkonsumsi serat yaitu 1 mangkuk kecil sayur hijau setiap kali
makan.
-
8/20/2019 KK Revisi Ujian 31 OKT
49/65
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Melitus dengan Gula Darah Tidak Terkontrol Disertai Hipertensi
pada Ny. N dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kronjo Kecamatan
Kronjo Kabupaten Tangerang Propinsi Banten
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode :14 September - 7 November 2015 49
Pasien rutin jalan cepat pada pagi hari pada sekitar pukul 7.00 hari selasa,
kamis dan sabtu selama ± 30menit.
Didapatkan penurunan kadar gula darah sewaktu dari 234 mg/dL menjadi 131
mg/dL dan kadar gula puasa dari 167 mg/dL menjadi 98 mg/dL.
Tabel 19. Perbandingan Kadar Gula darah Ny.N
Awal kadar
gula darah
Sewaktu
(mmHg)
22
September
2015
Kunjungan
ke-I
(mg/dL)
25
September
2015
Kunjungan
ke-II
(mg/dL)
28
September
2015
Kunjungan
ke-III
(mg/dL)
1 Oktober
2015
Kunjungan
ke-IV
(mg/dL)
12
Oktober
2015
Kunjungan
ke-V
(mg/dL)
19
Oktober
2015
234 mg/dL 251 mg/dL 242 mg/dL 180 mg/dL 122 mg/dL 131 mg/dL
Awal kadargula darah
puasa
(mmHg)
22
September
2015
Kunjunganke-I
(mmHg)
25
September
2015
Kunjunganke-II
(mmHg)
28
September
2015
Kunjunganke-III
(mmHg)
1 Oktober
2015
Kunjunganke-IV
(mmHg)
12
Oktober
2015
Kunjungank-V
(mg/dL)
19
Oktober
2015
- - - 167 mg/dL - 98 mg/dL
Sumber: Hasil follow-up penulis
Diagnosis tambahan: Hipertensi derajat II
Penatalaksanan:
Farmakologis : Captopril 25 mg 2x1tab setelah makan
Non-Farmakologis:
Memberikan edukasi kepada pasien mengenai penyakit yang diderita serta
komplikasinya.
Memotivasi pasien agar melanjutkan terapi yang sudah diberikan dan rutin
kontrol tekanan darah dan kadar gula darah walaupun sudah normal.
Mengurangi makanan asin (ikan asin, penggunaan garam dapur tidak melebihi
1sdt/hari).
Menyarankan untuk melakukan olah raga rutin dengan intensitas sedang,
seperti jalan cepat dengan menggunakan alas kaki selama 30 menit per kali
dengan frekuensi 2-3 kali per minggu.
-
8/20/2019 KK Revisi Ujian 31 OKT
50/65
Laporan Kunjungan Kasus Diabetes Melitus dengan Gula Darah Tidak Terkontrol Disertai Hipertensi
pada Ny. N dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kronjo Kecamatan
Kronjo Kabupaten Tangerang Propinsi Banten
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode :14 September - 7 November 2015 50
Memberikan dan menjelaskan kepada pasien mengenai jenis-jenis makanan
yang tinggi garam (ikan asin, penggunaan garam dapur tidak melebihi
1sdt/hari, dan sebagainya) menggunakan pedoman singkat dala